Pencarian

Pusaka Para Dewa 3

Pusaka Para Dewa Karya Lovely Dear Bagian 3


menyalurkan tenaga mereka melalui tangan dan kepala In Lan yang di rendam dalam
tong air obat. Setelah itu memasuki tahap ke dua hanya Han-Sian sendiri yang
melakukannya, karena dengan ini dia harus memangku In Lan yang
membelakanginya dalam keadaan telanjang bulat di atas kedua kakinya yang juga
bersila dalam keadaan yang sama. Sementara itu kedua tangannya dari belakang menempel
pada pusar dan dahi gadis itu. Saat dia mengerahkan
tenaganya kedua tubuh mereka di lingkupi perputaran hawa Hui-im Hong-sin-kang
yang dahsyat. PUSAKA PARA DEWA Episode 9 Waktu terus berjalan dengan sangat cepatnya. Pergerakan para tokoh-tokoh
golongan hitam yang di kendalikan oleh Jit-Goat-Kauw ternyata semakin
merajalela. Yang paling berbahaya adalah karena empat partai sesat yang
selama ini berdiri terpisah, sudah menyatakan takluk serta bergabung dengan Jit-
GoatKauw ini. Ke-empat partai sesat itu adalah Im-Yang-Kauw, Hek-Liong-Pai,
Beng-Pai dan Tai-Bong-Pai. Dalam pergerakan selanjutnya Jit-Goat-Kauw membagi empat semua
kekuatannya dan bergabung dengan ke-empat partai sesat ini dengan bergerak di
belakang mereka untuk melebarkan pengaruhnya ke arah tanah sentral dari empat penjuru.
Bukan hanya itu saja, pergerakan inipun sudah mulai memasuki bagian dalam
kerajaan Tang. Kaisar Kuan Zong yang memerintah pada waktu itu sudah mulai mencium adanya
pergerakan rahasia yang bertujuan menghancurkan dunia
persilatan dan juga menguasai kerajaan. Bahkan beliau juga sudah mencium adanya
pejabat-pejabat yang menjadi antek atau kaki tangan dari para
pemberontak dunia hitam tersebut, hanya saja sejauh ini belum ada bukti atau
tandatanda yang nyata dari kaum pemberontak tersebut yang membuat dia
harus memerintahkan pembasmian.
Para pengikut-pengikut dari Jit-Goat-Kauw ini sangat pandai menyusup dan menyewa
para pembesar-pembesar yang korup untuk membantu mereka dari
dalam secara diam-diam. Namun saat itu suasana istana yang tadinya tenang, tiba-tiba saja istana gempar.
Gudang perpustakaan dan pusaka kerajaan telah di bobol orang. Yang aneh adalah bahwa
tidak ada tanda-tanda bahwa tempat itu telah di masuki oleh pencuri. Semua penjaga
melaporkan dalam keadaan siaga dan tidak
melihat adanya orang yang mencurigakan. Namun kenyataan bahwa ada
barang pusaka istana yang kecurian adalah fakta yang jelas dan tidak bisa di
tutupi. Suatu hari, di saat menjelang sore. Dalam ruang pribadi Sang Kaisar, nampak tiga
orang yang sedang menghadap padanya. Dua di antaranya memakai
kerudung yang menutupi wajah mereka. Namun tetap tidak menutupi kalau
mereka itu adalah pria dan wanita.
"Hemm, aku tidak tahu dan tidak mengenal kalian berdua, tapi akupun percaya pada
paman Lui yang sudah merekomendasikan kalian..." berhenti sejenak,
sang Kaisar mengalihkan tatapannya kepada pria yang berdiri di sampingnya sambil
tersenyum. Dia adalah Pejabat Lui Tao Ki, yang menjadi penjaga
perpustakaan dan gudang pusaka kerajaan.
"Tapi sebelum kalian menerima tugas ini, aku harus merasa yakin dulu dengan
kepandaian kalian, aku buka orang yang buta ilmu silat jadi terserah bagaimana caranya
kalian melakukannya, asalkan hatiku puas, maka aku akan
percaya...kalian berdua pasti mengetahui caranya"." Kembali dia melanjutkan.
Sang pria kemudian menganggukkan kepala dan setelah menjura kepada sang
Kaisar, dia kemudian mengerahkan tenaganya. Di lain saat kakinya tiba-tiba
melesak masuk ke dalam lantai sedalam dua inchi. Sunggu suatu demonstrasi tenaga yang
amat hebat. Bagi orang yang tidak tahu pasti tidak akan berkesan tapi bagi Sang
Kaisar yang sebenarnya juga tidak lazim dengan ilmu silat rasanya cukup mengerti untuk
memngakui bahwa pria berkerudung ini bukan
hanya ahli silat biasa saja. Sementara hal yang sama juga di lakukan oleh sang
wanita berkerudung. Hanya bedanya, kalau yang pria melesak masuk, adalah yang wanita
justru membuat lantai tempatnya berpijak itu timbul seperti bentuk telapak kakinya
setebal satu setengah inchi. Melihat hal ini, sang Kaisar hanya tersenyum puas saja. Dia tahu, seratus
pengawal KimI-Winya pun belum tentu dapat menahan ke dua orang di
hadapannya ini untuk waktu yang lama. Akhirnya Kaisar Kuan Zong
memutuskan mengirimkan dua orang agen rahasia yang sakti ini untuk
menyelidiki serta mengungkap bukti-bukti akan kasus pencurian dan
pemberontakan tersebut. Tidak ada yang mengetahui ataupun mengenali siapa ke dua
orang ini. Yang pasti keduanya hanya di ketahui identitasnya sebagai
"Kim-Houw-It-Wi" (Pengawal Tunggal Harimau Emas) dan "Gin-Hong-It-Wi"
(Pengawal Tunggal Hong Perak). Mereka di lengkapi dengan stempel khusus
yang membuat mereka memiliki kewenangan untuk menggerakkan seluruh
pasukan kerajaan kapan saja dan di mana saja mereka berada.
---lovelydear--Selama beratus-ratus tahun Bu-Tong-Pai telah menjadi salah satu
partai yang terkemuka. Karena kedisiplinan yang tinggi partai ini dapat mensejajarkan dirinya dengan
SiauwLim-Pay dan lain-lainnya yang banyak menelorkan
pendekar-pendekar tangguh yang berwatak gagah dan sukar di cari
tandingannya. Di tempat yang paling rahasia di Bu-Tong-Pai yang terletak hutan larangan di
belakang pesanggrahan itu, tampak dua orang kakek yang usianya sudah tua saling
berhadapan. "Hahaha...Kian-In Cinjin, menyerahlah, kau tetap takkan dapat mengalahkanku.
Usiamu sudah terlalu tua..." Seru seorang kakek muka hitam setengah baya
berjubah Kuning-Putih. Di hadapannya tampak seorang kakek pula yang terlihat lebih tua, berusia
sekitarenam puluh sembilan tahun, sedang berjongkok dengan kaki satu. Dari sela-sela
bibirnya terlihat darah kental mengalir. Dia terluka dalam yang parah.
"Huhh Hek-bin Jit-cu ...Ilmu Jit-Goat-Tok-Ciangmu memang hebat, pinto siap
menjemput kematian seperti kesepakatan kita, asalkan kau tidak mengganggu seujung
rambutpun anak murid Bu-tong-pay...silahkan sicu..." Sahut kakek ini perlahan sambil
memuntahkan darah segar lebih banyak lagi. "Heehh, baiklah, aku setuju, kepalamupun sudah merupakan hadiah yang
terbesar bagi ulang tahun Tai-Kauwcu kami...bersiaplah...haiitttt" Berkata
demikian, tanpa banyak bicara Hek-bin Jit-cu menarik kedua tangannya ke
belakang dan di putar-putarkan sambil di pukulkan ke depan.
Tapi sayang, sepertinya waktu belum mengizinkan kematian dari Kian-In Cin-jin.
"Jangannnn..." "DHEESSSS" Tiba-tiba terdengar suara nyaring, dan seorang pemuda
sudah menghadang di hadapan Kian-In CinJin sambil menangkis
pukulan tersebut. Pemuda itu terdorong dua langkah, sedangkan Hek-bin Jit-cu itu
terdorong tiga langkah ke belakang.
"Manusia lancang, siapa kau, berani menghalangiku?"?" Bentak Hek-bin Jit-cu itu.
Namun diam-diam dia terkejut juga akan kekuatan lawan barunya ini yang mampu membuat
dia terdorong tiga langkah. Dia taksir usianya belum sekitar duapuluh tahun.
"Huh, kau yang lancang, berani mengacau di sini dan melukai
ciangbunjinsuheng..." Terdengar suara lain yang halus, suara wanita, dari
samping. Di lain saat berkelebat satu bayangan yang amat cepatnya mengirim empat kali
pukulan berantai yang amat dahsyat.
"Thai-kek-ciang"..." "Heahhh..." Hek-bin Jit-cu kembali terkejut, namun tanpa
ayal, segera mengerahkan seluruh kekuatnnya menangkis.
"PLAAK...PLAAAK..." "Haiiit..." Terjadi benturan sebanyak empat kali, dia terdesak
mundur satu langkah, tapi yang lebih luar biasanya, belum sempat dia mengatur
posisinya, tubuh bayangan di hadapannya sudah meliuk dengan
kecepatan luar biasa, seolah tak bertulang, melejit ke atas dan melontarkan satu
pukulan yang amat dahsyat ke arah ubun-ubunnya.
Segera Hek-bin Jit-cu memutar kedua tangannya di atas kepala untuki
menyambut serangan tersebut. Tapi kembali dia terkejut, karena tiba-tiba dia
kehilangan lawannya. Belum hilang kekagetannya, terdengar suara halus
seorang wanita di sebelah depan:
"Akhh..toako, nyatanya orang sombong ini terlalu lemah..." Sahut gadis itu
setengah kecewa. "Benar sekali, Hong-moi...Akhh, inikah antek-antek Jit-Goat-Kauw yang ke blinger
dan bermimpi menguasai dunia persilatan?" Pemuda itupun menimpali.
Namun tidak lama, karena sesaat kemudian mereka berdua sudah menjatuhkan diri
berlutut di hadapan Kian-In Cinjin sambil bersoja.
"Ciangbunjin-Suheng, terimalah hormat kami!"
"Hemmn, apakah kalian murid Susiok-Couw di In-Kok-San?"
"Benar, ciangbunjin-suheng, kami kakak-beradik benar adalah murid suhu
Thian-In Cinjin. Menurut suhu, bahwa biarpun beliau sudah mengasingkan diri di
In-KokSan, tapi beliau tidak pernah tidak memperhatikan Bu-Tong-Pai. Suhu
memerintahkan kami untuk melapor agar dapat memberi bantuan seperlunya
bila Bu-Tong-Pai membutuhkan. Kebetulan Suhu berpesan pada kami untuk
menengok makam mendiang sucow, sehingga kami bisa sampai di sini..."
Berkata demikian, sang pemuda segera berdiri dan menghadap ke arah Hek-bin Jit-
cu. "Bagaimana, orang tua, apa kau masih mau melanjutkan niatmu?"
"Tampaknya aku tidak punya pilihan lain selain menghadapi kalian, baiklah mari
kita coba lagi...kalaupun aku kembali, Tai-kauwcu kami tidak menerima orang pulang
dengan tangan kosong...Silahkan kalian berdua maju bersama, supaya aku segera mengirim
nyawa kalian pada Giam-lo-ong.." Suaranya angkuh. Dia adalah orang ke tiga dari Jit-
goatkauw. Namun diapun tahu sampai di mana kebiasaan kauw-cu perguruannya.
"Hihihi...Kakek tua, melawan aku saja kau belum tentu menang, sesumbar mau
melawan kami berdua..." Si gadis mengejek.
Wajah Hek-bin Jit-cu merah. Namun dia juga cerdik. Dari bentrokan tadi, dia tahu
bahwa si pemudi sama mungkin lebih ringan untuk di lawan, maka dia
menyerang dulu sambil memilih lawan yang wanita. Dan kebetulan sekali,
ejekan gadis itu membuat dia punya alasan kuat untuk menyerangnya.
"Heii, orang tua... aku lawanmu" Baru saja Hek-bin Jit-cu menerjang, kembali
berkelebat bayangan orang dan di lain saat sang pemuda tadi sudah
menyambut serangannya. Mau-tak mau akhirnya tanpa banyak cakap, Hek-bin Jit-cu melanjutkan
serangannya. Sehingga terjadilah pertarungan yang cukup ramai di lihat.
Namun setelah lewat duapuluhjurus, nampak mulai kepayahan, karena ternyata ilmu
pemuda tersebut tetap satu langkah di atasnya. Pada jurus ke duapuluh enam, jatuh
terduduk dengan dada terhantam pukulan Thai-kek-ciang.
"Bagaimana Kakek muka hitam, apakah kau masih mau melanjutkan niatmu"..."
tantang pemuda itu sambil tertawa. Hek-bin Jit-cu berdiri perlahan setelah
memuntahkan darah segar. Matanya mendelik marah, namun tanpa banyak
cakap dia membalikkan tubuhnya dan berjalan tertatih-tatih dan menghilang di
balik pohon. "Hemmm...bagus, bagus...ternyata suheng memang telah melatih kalian dengan baik
sekali, di kemudian hari, tidak nanti Bu-tong-pai bakalan resah untuk mencari
penerusnya..." Terdengar suara Kian-In cinjin perlahan. Walaupun masih menahan sakit namun
setelah bersila beberapa saat, luka dalamnya
sudah agak mendingan. "Siapakah nama kalian?"
Si pria menjura dan sambil tersenyum menjawab: "Ciangbunjin-suheng boleh
memanggil siautee Cee Tie Kian dan ini adik tee-cu bernama Cee Jie Hong.
Kami mohon petunjuk ciangbunjin"!"
"Bagus, tinggallah kalian di sini beberapa waktu lamanya."
"Baik Ciangbunjin-suheng, tapi bisakah kami tinggal tidak terlalu lama" Jie Hong
bertanya dengan suara merdu dan perlahan.
"Eh, apakah ada urusan lain yang perlu kalian kerjakan sehingga begitu terburu-
buru?" Kedua kakak beradik itu saling berpandangan sejenak, dan setelah saling
menggangguk, Tie Kian menyehut: "Sebenarnya, selain mendapat tugas dari
Suhu, kamipun memikul tanggung jawab untuk kerajaan...karena sesungguhnya kami
berdua adalah juga utasan rahasia Hong-siang"
"Aaakhhh...jadi kaliankah kepala para pasukan penyelidik rahasia kerajaan yang
terkenal sebagai Kim-Houw-It-Wi" dan "Gin-Hong-It-Wi" itu..." Sahut Kian In cinjin
setengah terkejut. Dia bukan tak percaya. Bagaimanapun juga ada sedikit rasa bangga di hatinya jika
ada anak murid Bu-tong-pai yang berhasil mencapai tingkat seperti ke dua orang muda
di hadapannya ini. "Baiklah, paling tidak kalian dapat mewakili aku untuk pertemuan rahasia lima
perguruan besar tiga hari lagi."
---lovelydear--Waktu berjalan dengan cepat, satu bulan sebelum peristiwa "Eng-
Hiong Tai-Wang-gwe"

Pusaka Para Dewa Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

(Pertemuan besar para orang gagah) tiba, dunia persilatan
mengalami kegemparan dengan adanya peristiwa tragis yang menyedihkan,
yaitu kematian para tokoh-tokoh persilatan dari golongan putih pada saat yang
bersamaan tepat pada tanggal limabelas.
Kengerian yang terjadi bukan hanya terhadap para korban tokoh-tokoh dari partai-
partai kecil tapi juga para tokoh-tokoh besar Siauw-Lim-Pai, Bu-Tong-Pai, Kun-Lun-Pai,
HoaSan-Pai dan Thai-San-Pai. Semuanya tewas dengan
keadaan yang mengerikan, yaitu dengan kepala terpisah dari tubuh mereka.
Melihat akan situasi ini maka pada suatu hari, bertempat di Thai-san-pay,
berkumpul ah para utusan-utusan khusus dari ke-lima perguruan besar yang ada. Pertemuan ini
di laksanakan secara rahasia dengan maksud yang rahasia yang hanya para ketua
perguruan yang mengetahuinya. Sebelumnya, para ketua perguruan ini menerima surat rahasia dari Wu Kong Liang,
ciangbunjin Thai-san-pai yang berjuluk Bu-tek Sin-liong-kiam. Satu minggu
kemudian para ciangbunjin ini mengutus para wakil mereka di temani para murid pilihan
terpandai dari pintu perguruan mereka menempuh perjalanan rahasia ke Thai-san-pai.
Setelah para utusan berkumpul, hanya di hadiri sekitar tujuh belas orang saja.
Wu Kong Liang, di dampingi sepasang murid pilihannya, berdiri sambil
menyalami semua tamu tersebut.
"Cu-wi sekalian, atas nama jiwa kependekaran yang saya tahu sangat di junjung
tinggi oleh kita semua, perkenankan saya mengajukan alasan mengapa kami
mengundang para perguruan besar yang ada untuk berkumpul..." berhenti
sejenak, dia menatap semua yang hadir satu-per satu, kemudian melanjutkan:
"Seperti yang kita ketahui bersama, masa depan dunia kang-ouw akhir-akhir ini
mulai tidak tenang, bahkan memasuki saat-saat yang amat gawat. Terbunuhnya para tokoh-
tokoh perguruan yang pilih tanding ini telah mengisyaratkan pada kita semua bahwa ada
kekuatan tersembunyi yang sedang mencoba
mengacau. Dan ini perlu penanggulangan yang lebih lanjut...bagaimana
menurut pendapat cu-wi sekalian?"
"Benar sekali, Wu-Tayhiap...Kita memang tidak bisa biarkan saja hal ini.
Pembunuhan terhadap para tokoh-tokoh perguruan besar ini sama dengan
menabuh genderang perang. Dan mereka telah secara terang-terangan
menyatakan perang. Namun demikian kitapun harus tetap waspada dan jangan
terjebak dengan siasat mereka..." Seorang kakek berjubah putih berjuluk Thian-cu cinjin
mewakili Bu-Tong-pai menyembut dengan suara halus namun
bersemangat. Wu-Tayhiap memandang semua tamu yang hadir. Semua hanya mengangguk
menyatakan persetujuan mereka.
"Baiklah, dengan demikian maka kita sepakat untuk menanggulangi bersamasama
semua masalah ini. Nah, hal yang ke dua yang ingin kami sampaikan
ialah bahwa melalui pertemuan ini perlu di bentuk suatu tim khusus yang akan
menjadi pelopor untuk memperingati para enghiong di seluruh penjuru agar waspada melawan
serbuan para kaum hitam yang di pimpin oleh Ji-Goat-Kauw itu..."
Tiba-tiba salah seorang hwesio dari Siauw-lim-pai yang duduk di sebelah kiri
mengangkat tangannya dan bicara: "Omitohud...Wu-sicu benar sekali, dalam hal ini kita
memang harus mulai membentuk kekuatan gabungan yang akan
membendung serbuan para kaum sesat tersebut..."
"Benar sekali...ini ide yang sangat baik karena kalau kita harus menunggu hari
itu, takutnya kita tidak punya waktu bersiap-siap lagi. Karena menurut
penyelidikan kami, kekuatan mereka sekarang terpusat di empat penjuru dan
kemungkinan besar mereka siap untuk mengadakan penyerangan tepat pada
hari pertemuan besar nanti" Seorang Tosu dari Kun-lun-pai menimpali.
"Ya, bahkan ada beberapa kelompok yang mengacau di sekitar gunung Hoasan-pai
kami..." "Baiklah, kalau begitu, baiknya di atur begini saja, kita masing-masing akan
mengutus murid pilihan masing-masing perguruan untuk di serahi tugas
ini...bagaimana menurut cu-wi sekalian?" Dengan suara mantap Wu-Tayhiap
menyimpulkan diskusi itu yang di sambut dengan anggukan kepala oleh setiap orang
yang hadir. Setelah berdiskusi sekian lama, maka masing-masing pihak itu mengajukan dua
orang jagonya. Dan tentu saja di pihak Bu-tong-pai, di wakili oleh kakak beradik Cee
Tie Kian dan Cee jie Hong. Setelah terpilih, maka kembali Wu-Tayhiap angkat suara
mewakili semua yang hadir. "Baiklah, kalian semua yang telah di ajukan sebagai wakil dari masing-masing
perguruan. Kalian tahu bahwa kalian memiliki tugas yang amat penting sekali yang menyangkut
tegak atau runtuhnya golongan putih dari dunia kang-ouw di masa yang akan datang,
namun kamipun tidak akan menyerahi tugas ini
kepada kalian jika kami belum yakin akan kemampuan kalian. Itulah sebabnya,
sebelum kami melepas kalian untuk tugas yang suci ini, maka kalian akan
bertanding untuk melihat kemampuan kalian masing-masing...nah kami harap kalian
tidak keberatan." Pertandingan itu berlangsung cukup seru, karena orang-orang muda itu ternyata
adalah orang-orang muda pilihan yang telah di latih khusus dengan ilmu-ilmu pilihan di
masingmasing pintu perguruannya. Namun dari antara sepuluh orang muda itu, ada
empat orang yang agak menonjol yaitu Giok-im Hwesio dari
Siauw-lim-pai yang berjuluk Bu-Eng Tiat-Ciang (Tangan Besi Tanpa Bayangan),
kakak beradik Cee Tie Kian dan Cee jie Hong dari Bu-tong-pai dan Chit-Seng Im-kiam
(Pedang Dingin Tujuh Bintang) dari Thai-san-pai. Satu minggu
kemudian, setelah mendapatkan wejangan-wejangan dari para tokoh-tokoh
perguruannya masing-masing, maka ke sepuluh orang ini lalu turun gunung
untuk memulaikan tugas mereka Sementara itu, sambil menjalankan tugas
rahasia mengamarkan dunia persilatan Cee Tie Kian dan Cee jie Hong tetap
melakukan juga misi mereka ke mencari informasi untuk kerajaan.
PUSAKA PARA DEWA Episode 10 Dengan cepat ke sepuluh orang muda ini bergerak secara rahasia sambil
mengenakan kerudung Putih, melaksanakan tugas mereka untuk mengamarkan
para pendekar agar bersiap menghadapi para kaum sesat yang mencoba
menyusup dalam pertemuan besar di Puncak Awan Putih di Wu-Yi-san nanti. Di
samping itu berulang-ulang ke sepuluh orang ini mengadakan bentrokan-bentrokan kecil dengan
ke empat perguruan sesat di bawah pimpinan Jit-Goat-Kauw tersebut. Sehingga dalam
waktu singkat ke sepuluh orang ini di kenal dengan nama "Kangouw-hiap-wi" (Para
Pengawal Kangouw). Hari menjelang pagi memasuki waktu pertemuan besar antara para pendekar.
Puncak Awan Putih yang dingin terselimuti kabut yang menutupi hampir seluruh
bagian puncak tersebut sehingga tidak nampak dari bawah gunung.
Namun suasana ini tidak dapat menutupi gerakan orang-orang yang bergerak naik ke
atas bukit tersebut. Baik secara berkelompok ataupun sendiri-sendiri.
Bukan hanya dari ke tigapuluh enam partai partai besar/kecil yang hadir, tapi
juga enam keturunan keluarga besar yang hanya mengirimkan satu atau dua
orang utusan mereka yaitu, keluarga Suma dari Pulau Es, keluarga Lu dari Pulau
Daun Putih, keluarga Keluarga Yang dari Kuburan Kuno, keluarga Kiang dari Lembah
Pualam Hijau, keluarga Khu dari puncak Sian-Thian-san dan
keluarga Thio dari Pulau Phonix, dari partai-partai kecil lainnya dan 5
perkumpulan pengemis yang tersebar dari Kwitang-Pakhia.
Suasana ramai saat itu namun juga tidak lepas dari sikap waspada yang tinggi
dari tiaptiap orang yang hadir. Jumlah keseluruhan yang hadir kurang lebih tiga
ratus orang. Tampak juga di antaranya hadir juga para tokoh-tokoh tua, para ciangbunjin dan
muridmurid pilihan mereka.
Menjelang tengah hari, saat para pendekar telah berkumpul, Bhok-SiangHwesio,
suheng dari ciangbunjin Siauw-Lim-Pai maju ke muka menghadap para pendekar.
Suaranya lembut tapi bergema sampai ke seluruh penjuru, tanda
tenaganya kuat sekali. "Selamat bertemu Cu-wi sekalian...karena hari sudah menjelang siang,
sekaranglah saatnya bagi kita untuk merundingkan segala sesuatu. Silahkan bagi
siapa yang mau mengemukakan ide-idenya untuk di bahas dalam
pertemuan ini..." Semua orang mengangguk-angguk dan saling pandang, sesaat kemudian dari
barisan sebelah kanan bertindak maju seorang pria berjubah kuning dengan pedang
panjang di pinggang. Beberapa orang mengenalnya sebagai Wan Siu si Hong-in-Sin-ong
(Pedang Sakti Awan Angin), yaitu salah satu dari Pat-Kiam-ong (Delapan Raja Pedang) yang
terkenal. "Maafkan saya berani lancang...bila melihat perkembangan dunia persilatan saat
ini cukup mengejutkan dengan adanya pergerakan dari para pentolan-pentolan kaum Hek-
to, saya hanya ingin mengusulkan agar para Eng-hiong
boleh sepakat untuk memilih Beng-cu yang dapat mempersatukan semua
gerakan kita menghadapi para pengganas tersebut..."
"Omitohud, Benar sekali ucapan Wan-sicu, memang dalam keadaan yang
bergejolak ini perlu adanya penanganan secara bersama di bawah satu
pemimpin, bagaimana pendapat para enghiong sekalian"..." Terdengar lagi
suara Bhok-Siang-Hwesio yang di sambut dengan anggukan dan bisikan diskusi oleh
semua yang hadir. Tiba-tiba terdengar suara yang lain: "Kami semua setuju dengan usul tersebut,
tapi bagaimana caranya kita menentukan calon Beng-cu yang akan di pilih itu?"
Seorang pria setengah tua berpakaian hitam menyahut dengan suara yang
keras sehingga mengalahkan semua suara yang ada, sehingga semua mata
kini kembali di arahkan pada Bhok-Siang-Hwesio.
Mulailah terdengar berbagai tanggapan dari sana-sini, ada yang mengusulkan adu
kepandaian tapi ada juga yang mengusulkan untuk menunjuk orang yang
paling di hormati dari kalangan tua saja. Tapi setelah di sepakati, akhirnya
usul yang pertama untuk di pilih melalui adu Ilmulah yang di plih.
Melihat ini, segera Bhok-Siang-Hwesio menatap tajam ke semua yang hadir
dengan penuh wibawa dan mengangkat tangan menenangkan semua orang
yang mulai ramai dengan usul-usulnya.
"Baiklah cu-wi sekalian sudah mengusulkan. Sekarang masing-masing pihak
boleh mengajukan satu calon yang nanti akan di uji. Namun mengingat keadaan kita
yang sangat rawan saat ini dengan adanya berbagai isu penyusupan dari aliran sesat,
maka pinceng menganjurkan agar setelah usulan para calon di tentukan, maka biarlah
kita menyerahkan kebijakan pengujian ini kepada para ciangbunjin yang ada yang kita
tidak ragukan kepandaian mereka, bagaimana?"
"Akuuuurrrrr...." "Setujuuu...." terdengar suara balasan dari sana-sini.
Walaupun memakan waktu yang tidak terlalu lama, namun pemilihan Beng-cu
itupun tetap berlangsung dengan meriah dan cepat. Keadaan sejauh ini cukup
menggembirakan bagi para ciangbunjin yang ada, namun mereka juga tetap
was-was karena keadaan itu terlalu tenang.
Sementara itu Bhok-Siang-Hwesio hanya berdiam saja selama pemilihan itu
berlangsung, tapi matanya terus menjelajah ke sekeliling dengan tatapan penuh
selidik, hatinya bertanya-tanya: "Dimana para Su-Sian, dan para tokoh-tokoh penting sakti
lainnya, juga kangouw-Hiap-Wi?"
Setelah sekian lama akhirnya muncul dua orang unggulan. Yang pertama Butek Sin-
liong-kiam Wu Kong Liang dan yang kedua adalah Bhok-Siang-Hwesio sendiri.
Melihat ini segera Bhok-Siang-Hwesio bergerak maju untuk memberi sanggahan.
"Para Eng-hiong sekalian, bukannya pinceng menolak kesepakatan kami
berdua untuk memilih kami dari kalangan Tua ini sebagai Beng-cu, tapi
hendaknya harus di ingat bahwa tugas sebagai Beng-cu nanti sangat
membutuhkan orang-orang yang lebih ulet dan bersemangat muda, jadi mohon di
pertimbangkan lagi agar dapat memilih orang-orang yang lebih muda saja..."
"Benar ucapan losuhu Bhok-Siang-Hwesio, adalah lebih baik jika dari kalangan
yang lebih mudah saja yang di pilih..." Sambung Wu Kong Liang.
"SETUJUUU......" Terdengar suara yang keras menyahut. Ternyata datangnya dari
seorang pria berpakaian putih dari rombongan sebelah timur yang baru saja tiba. "maafkan
atas keterlambatan kami, tapi karena belum terlalu terlambat maka kami dari Kim-
Liong-pai mengusulkan Ketua kami sebagai Beng-cu...dia sangat sakti dan Ilmu pedangnya tak
tertandingi di antara para pendekar
muda....?" Rombongan itu terdiri dari sebuah tandu megah berbentuk naga yang di kawal oleh
seratus orang berpakaian putih dengan pedang bergagang keemasan.
Semua orang mulai berbisik-bisik melihat hal ini. Bhok-Siang-Hwesio segera
menyahut: "Ahh, kami telah mendengar bahwa Kim-Liong-Pai telah memiliki Ketua baru yang
masih muda, Konghi-konghi...tapi bolehkah kami mengetahui nama beliau dan apa
julukannya?" Seorang pria setengah baya dan berkumis tebal maju ke depan sambil berkata:
"Ketua kami yang mulia bernama Tee Sun Lai, dia......"
"DIA ADALAH MANUSIA IBLIS BERJULUK TEE-MO KIAM-ONG..." Sahut suatu
suara keras yang entah dari mana datangnya tapi hasilnya ternyata sangat
berpengaruh. "Iiii iihhhhh..." "Awas....hati-hati...." Timbul berbagai suara kekhawatiran
dari sanasini

Pusaka Para Dewa Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Omitohud, benarkah dia Tee-Mo Kiam-Ong?" sambung Bhok-Siang-Hwesio
dengan suara agak terkejut. Sementara tokoh-tokoh yang lain memandang
penuh selidik dengan tangan masing-masing terulur memegang senjata mereka dengan
sikap khawatir. Wu-Tayhiap yang lebih dahulu menguasai perasaan hatinya segera bertanya:
"Maaf, pertemuan ini adalah pertemuan para Eng-hiong untuk menghadapi para kaum
Hek-to, di pihak manakah kalian berada" Sejauh yang kami ketahui Kim-Liong-Pai di bawah
pimpinan It-Gan Kim-Liong (Naga Emas Bermata Satu)
sangat menjunjung tinggi kegagahan, tapi mengapa Kim-Liong-pai justru
mengijinkan penggantinya seorang dari jalan Hek-to?"
Wajah pria berpakaian putih itu pucat, mulutnya terbuka seperti hendak
mengatakan sesuatu...tapi saat itu juga terdengar suara terkekeh, perlahan,
namun suaranya bergetar mengidikkan bulu roma semua yang hadir.
"Hehehe, Wu-Tayhiap memang orang yang berpengetahuan luas, tidak usah
kita perbincangkan mengenai hal yang sia-sia, yang jelas akulah ketua Kim-Liong-
pai yang baru, apa ada yang menolak bila aku di calonkan sebagai Beng-cu" Lagi pula
kalau aku jadi Beng-cu, kalian tidak akan rugi karena akupun sangat menentang orang-
orang Jit-Goat-Kauw busuk yang sok jago itu"
Bhok-Siang-Hwesio adalah orang yang arif, tapi dia tahu belaka apa artinya jika
orang seperti Tee-mo Kiam-Ong ini jadi Beng-cu, itupun setali tiga uang dengan Jit-
Goat-Kauw. Segera dia menyahut: "Maaf, tapi pemilihan Beng-cu ini haruslah di setujui oleh semua Eng-hiong yang
hadir..." "Hahaha, aku tahu losuhu, tapi semua orang sudah memilih kalian berdua, itu
artinya jika aku mengalahkan kalian berdua, maka semua akan setuju,
bukankah begitu?" Belum habis suaranya, tiba-tiba tirai tandu tersibak dan
melesatlah bayangan keemasan kea arah Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap
dengan kecepatan yang mengagumkan.
"Hemm..." Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap segera bersiap untuk
menyambut karena mereka merasakan hawa yang sangat kuat menerjang
mereka, tapi sekedipan mata kemudian bayangan itu telah berdiri tiga langkah di
depan mereka berdua sambil tersenyum.
"Marilah Jiwi-locianpwe, kita bermain-main sebentar, jangan sungkan..." Berkata
demikian sekelebat bayangan pedang yang entah dari mana datangnya
berubah menjadi dua jalur panjang yang mengeluarkan suara berdesing tajam
mengarah pada Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap.
"Hehh..." Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap terkejut sekali ketika merasakah
kekuatan serangan lawan tidak berada di sebelah bawah kekuatan mereka.
Segera tubuh Bhok-Siang-Hwesio melesat satu langkah ke samping sedangkan Wu-
Tayhiap melesat satu tombak ke atas dan turun perlahan-lahan.
"Ini jurus kedua" Sambut Tee Sun Lai, di lain saat tubuhnya bergerak sebat
melontarkan serangan ke-dua yang lebih dahsyat lagi itulah jurus maut "seribu biang iblis
membelah sang budha". Pedangnya mengeluarkan cahaya tajam
rapat yang mengurung kedua lawannya dari segala penjuru sehingga mustahil ada
jalan keluar. Hebatnya lagi setiap bayangan pedang itu memiliki kekuatan yang sama
dahsyat. Namun Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap bukanlah anak kemarin sore yang
baru belajar ilmu silat. Meskipun mereka terkejut karena mereka hampir kalah
tenaga dari lawan yang masih muda namun dengan cepat Wu-Tayhiap
memainkan ilmu Thai-San-kiam hoatnya yang sudah sempurna pada jurus ke
tigabelas yang menciptakan tembok rapat yang susah di tembus, sementara
Bhok-Siang-Hwesio mengerahkan ilmu Tiat-po-san yang sudah mencapai
tingkat ke sepuluh dan tangannya mengerahkan tenaga Kiu-yang Kim-Kong-ci
membalas menyerang lawan. Demikianlah terjadi pertempuran dahsyat dua lawan satu di tengah-tengah
lapangan luas itu. Hal ini sangat mengkhawatirkan para pendekar. Di antaranya
para utusan dari ke enam perkampungan itu yang dapat melihat bahwa Bhok-Siang-Hwesio
dan WuTayhiap masih agak kesulitan menandingi pemuda yang
ternyata sangat sakti itu.
Tigapuluh jurus berlalu, pertarungan sudah memasuki tahap puncak bagi ke dua
tokoh sdari golongan putih ini. Bhok-siang-hwesio telah mengerahkan tingkat ke sepuluh
dari ilmu Tat-mo-kun-hoat yang di kerahkan dengan tenaga kiu-yang Kim-kong-ci.
Tubuhnya bergerak lambat, namun cepat menahan gempuran-gempuran hawa pedang yang dahsyat.
Begitu juga Wu-Tayhiap yang telah
mengerahkan puncak tertinggi dari Thai-san-kiam-sut serta Thai-yang-kangnya.
Memasuki jurus ketigapuluh satu, tiba-tiba Tee Sun Lai memekik seperti
Harimau marah. Tubuhnya berkelebat seperti terbagi menjadi empat bagian.
Tangan kirinya mengerahkan jurus ke dua dari ilmu Hiat-kut-jiauw Sam-kang yang
bernama "Seribu cengkraman darah melepaskan tulang" sedangkan
pedangnya bergerak deangan jurus ke empatpuluh dua dari Tee-mo-kiam-sut
yang bernama "Ribuan pedang iblis bumi pemantek dewa". Jurus ini sifatnya
menyusup pada tenaga lawan dan menghancurkan pusat tenaga. Kalau lawan
lebih rendah tenaganya akan berakibat lenyapnya kepandaian lawan.
Dengan sepenuh tenaga dan karena tidak melihat pilihan lain dalam
menghadapi jurus lawan, Bhok-Siang-Hwesio segra melesat kebelakan WuTayhiap
mengempos semangat sambil menempelkan telapak tangannya di
punggung Wu-Tayhiap untuk untuk menahan gempuran lawan.
"PLAAAKKK..." "CEPP...CEEPPP......KRAAKK..."
"UHUUUKKK......HOEEEKKKKK" darah segar di muntahkan oleh Bhok-SiangHwesio dan
Wu-Tayhiap yang terlempar ke belakang satu tombak lebih. Bhok-siang-hwesio
segera duduk bersila mengobati luka dalamnya yang amat parah akibat tindihan
tenaga lawan yang dahsyat. Sedangkan Wu-Tayhiap bergerak bangkit perlahan dengan tiga
tempat di tubuh yang tertembus pedang. Namun syukur bahwa gabungan tenaga mereka
ternyata dapat meredam efek yang menghancurkan dari jurus "Ribuan pedang iblis bumi pemantek dewa" itu.
Di sebelah sana, nampak Tee Sun lai yang masih tertawa terkekeh tapi
mukanya merah dan kakinya melesak satu jengkal ke dalam tanah. Agaknya dia juga
terluka bagian dalam tapi masih lebih ringan. Dengan pongahnya dia
memandang ke semua orang yang memandang kepadanya dengan tatapan
ngeri. "Apakah masih ada dari antara kalian yang mempertanyakan hakku menjadi
Beng-cu"..." Semua terdiam, tidak ada yang menyahut. Tapi beberapa saat kemudian dari tengah-
tengah kumpulan para Eng-Hiong tersebut bergerak maju para utusan dari ke-enam keluarga
dan juga delapan orang dengan pedang yang beraneka bentuk di tangan. Mereka adalah
PatKiam-ong (Delapan Raja Pedang), salah satu di antaranya, yaitu Wan Siu si
Hong-in-Sinong (Pedang Sakti Awan Angin) melangkah ke muka dan berseru:
"Kau memang hebat, tapi kau masih harus melewati kami terlebih
dahulu...beranikah kau"..."
"Hemmm, apa ini yang para pendekar yang di sebut Pat-Kiam-ong" Ku dengar kalian
sudah lama mengasingkan diri, mengapa sekarang muncul lagi?"
"Perkara dunia persilatan adalah jiwa kami, sehingga kamipun tidak akan
berdiam saja jika ada kekacauan yang di sebabkan orang-orang jahat kejam
sepertimu yang mengacau..." "Hahahahahahaha...kalian terlalu sombong untuk mengatakanku kejam
sementara kalian juga banyak kali membunuh orang..."
Ke delapan orang ini terhenyak. Bagaimanapun juga mereka tidak dapat
membantah lebih jauh. "Baiklah, kalau kalian dapat menembus dua kelaompok barisan 52 Iblis Bumi dan
keluar dengan selamat, maka aku akan mundur dan tidak berharap untuk menjadi Beng-cu
lagi. Tapi harus ku ingatkan, aku sendiripun membutuhkan empat puluh sembilan jurus
untuk dapat membongkar satu barisan
ini....hahahaha..." Berkata demikian, tubuhnya berbalik dan melesat masuk ke
dalam tenda. Sementara ke seratus empat anak buah Kim-Liong-pai bergerak teratur
membentuk dua barisan Iblis Bumi di kanan-kiri,
Demikianlah terjadi pertempuran besar-besaran yang memakan korban jiwa
yang banyak dari pihak para pendekar. Banyak yang melarikan diri satu-satu yang
pada akhirnya merekalah yang menceritakan bagaimana pembantaian itu berlangsung.
Semua utusan dari enam keluarga tewas. Pat-Kiam-Ong yang luka-luka dan di
lemparkan ke lembah di Puncak Awan Putih tersebut sehingga tidak di ketahui keadaan mereka
lebih lanjut. Sementara itu Bhok-Siang-Hwesio dan Wu-Tayhiap yang luka-luka hanya di
biarkan di antara mayat-mayat yang berserakan.
Malam itu di lalui dengan suasana hening yang mencekam oleh kedua tokoh ini
sambil terus bertanya-tanya dalamhati mereka: " Dimana para Su-Sian yang telah mereka
hubungi" Dimana para Kangouw-Hiap-Wi, dan para tokoh-tokoh
dunia persilatan sakti lainnya yang telah mereka hubungi sebelumnya?""...Dan
dimana orang-orang dari Jit-Goat-kauw yang katanya akan mengacau?""...
PUSAKA PARA DEWA Episode 11 Sesungguhnya, di manakah para Su-Sian, Kangouw-Hiap-Wi berada dan para
tokoh lainnya berada" Dan mengapa para pentolan Jit-Goat-kauw tidak ada
satupun yang muncul" Untuk mengetahui hal ini mari kita mundur pada empat hari
sebelum pertemuan besar tersebut.
* * * Setelah menyelesaikan pengobatan pada Cu In Lan, Han Sian
meninggalkannya bersama dua orang di antara empat Dewa yang telah
bersedia mengangkat In Lan menjadi murid mereka. Namun sebelum dia
meninggalkan Tebing Langit, Koai-Hud Eng-Cu berpesan kepadanya agar
mewakili mereka berdua untuk menghadiri Eng-Hiong Tai-Wang-gwe karena
peliknya keadan dunia persilatan.
Karena waktu pertemuan tinggal tujuh hari lagi, maka Han Sian mengerahkan
ilmunya sampai tingkat tertinggi menuju ke Punvak Awan Putih di Wu-Yi-San.
Perjalanan yang memakan waktu hampir satu minggu itu hanya dia tempuh
dalam waktu dua hari satu malam dan siang itu dia beristirahat sambil
bermeditasi di bawah sebuah pohon di tepi aliran sungai yang mengalir di kaki
puncak Awan Putih. Begitu dalamnya dia bermeditasi sekian lama, dia masuk pada pengerahan dari
tenaga saktinya. Pertarungannya dengan Tee Sun Lai dan para tokoh-tokoh dari empat dewa
maupun para tokoh-tokoh kaum sesat yang bertemu dengannya
telah membuka lebih banyak wawasan baginya untuk mematangkan tingkat
pemahaman ilmu-ilmunya, terutama Kui-Sian I-Sin-Kang yang tanpa tanding, Bu-Tek
ChitKiam-Ciang yang mengiriskan, Hui-im Hong-Sin-Kang yang sukar di bendung dan
Seribu Bayangan Iblis Pemusnah yang mengerikan.
Han sian memang jeniusnya ilmu silat. Orang lain mungkin akan memakan
waktu puluhan tahun untuk memahami dan melatih ilmu-ilmu silat yang dahsyat itu
dengan baik, tapi itu pengecualian bagi Han Sian. Semua ilmu itu di telannya bulat-
bulat dan terus menemukan pematangannya dalam setiap pertempuran
yang dia hadapi. Sementara dia bermeditasi, firasat dan telinganya menangkap gerakan halus yang
tidak wajar mendekat ke arahnya dari jarak puluhan li. Segera dia
mengembangkan Thian-In Hui-Cunya dan melesat bagai tiupan angin kepuncak sebuah
pohon yang lebat dan diam tanpa bergerak sambil menahan nafas..
Tak lama kemudian tampak duabelas bayangan orang berjubah dan
berkerudung hitam berkelebat dan berhenti tepat di bawah tempat
persembunyiannya. Keduabelas orang ini tidak menyadari kehadirannya namun
setelah mendengar suara mereka bisa di pastikan mereka bukanlah orang baik-baik karena
dari tubuh mereka Han Sian merasakan hawa pembunuh yang
kuat. "Hemmm....Hek-Tok-Jiauw-Ong, tahukah kau mengapa Kauw-cu-yaa
memanggil kita ke sini?" Tanya seorang yang berpakaian kerudung yang
pertama. "Aku tidak tahu, yang jelas beliau mengatakan ada perubahan rencana
penyerangan" jawab Hek-Tok-Jiauw-Ong.
Mereka semua terdiam sambil berdiri seperti patung. Tak lama kemudian dari arah
kiri terdengar bunyi berkesiutan dan tiba-tiba seorang pemuda tampan pesolek
berpakaian perlente yang memegang sebuah kipas sutra dari baja
murni. "Hormat Kaucu-yaa, kami siap menerima perintah" Serempak ke lima orang itu
menjura dengan hormat. "Hemm, waktu kita tidak banyak, Tai-Kauwcu memerintahkan untuk segera
menarik mundur semua pasukan ke pos masing-masing. Saat pertemuan besar
di adakan, perintahkan ke empat partai untuk menggabungkan kekuatan
menjadi dua bagian. Satu akan ada di bawah komandoku sedang yang satu lagi akan
di pimpin langsung oleh Tai-Kauwcu, sasaran kita adalah Siauw-lim-pai dan Bu-tong-
pai, tempat itu harus di ratakan dalam semalam. Tai-Kauwcu
melihat bahwa ini lebih berguna untuk di lakukan daripada mati-martian
menggempur pertemuan itu"


Pusaka Para Dewa Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ide yang sangat cemerlang Kauwcu-yaa, dengan terpukulnya dua kekuatan
paling besar di Bu-lim Kang-ouw ini maka akan lebih mudah untuk menaklukkan yang
lainnya....hahahaha" Baju hitam ke dua menyahut.
"Tapi Kauwcu-yaa, bagaimana kalau para ho-han itu curiga kalau tiba-tiba mereka
merasakan kita tidak ada gerakan?"
"Hahaha, semala ini kita hanya menakut-nakuti mereka saja, namun itupun tidak
perlu terlalu banyak, biar 7 siluman langit yang tinggal dan terus mengadakan
pengacauan agar mereka tidak curiga" Jawab pemuda itu singkat dengan
senyuman dingin. Beberapa saat kemudian, setelah mengatur beberapa hal, pertemuan kecil di
bubarkan. Namun sebelum mereka berpisah, pemuda yang di sebut Kauwcu-yaa itu berkata:
"Sebelum pergi, kalian selesaikan dulu satu pekerjaan kecil yang ringan
untukku..." ---lovelydear--Malam semakin larut, di dalam hutan sekitar duapuluh li dari
tempat pertemuan para datuk kaum sesat tersebut, di sebuah kelenteng yang sudah tidak terpakai lagi,
tampak lima orang sedang duduk melewatkan malam sambil bersemedi.
Mereka adalah lima orang dari Kangouw-Hiap-wi. Nampak di antara mereka
Cee Jie Hong si Gin-Hong-It-wi yang nampak sangat cantik bagai bidadari turun
dari khayangan dan Chit-Seng Im-kiam (Pedang Dingin Tujuh Bintang) Bee
Tiong, bersama tiga rekan mereka yang lainnya.
Sejak beberapa saat yang lalu, firasat ke lima orang ini terganggu, terlebih Jie
Hong. Di antara mereka berlima, tak di ragukan bahwa kepandaiannyalah yang paling
tinggi. Dan memang mereka tidak perlu menunggu lama dalam
kegelisahan karena saat mereka membuka mata merasakan gerakan
mencurigakan di sekeliling mereka. Ternyata di hadapan mereka tampak
berkelebat Dua belas bayangan orang berkerudung hitam.
"Siaga! Tampaknya kepandaian mereka tidak berada di sebelah bawah kita
semua" Sahut Jie Hong lirih ke arah empat rekannya sambil matanya menatap mereka
penuh selidik "Kalau boleh kami tahu siapakah cu-wi locianpwe sekalian" Dan apa yang bisa kami
bantu?" Sontak Bee Tiong menyahut dengan suara keras berwibawa
namun penuh ketenangan. "Hahahaha...Orang muda, kau berbakat dan masa depanmu masih cerah
sebaiknya bijaksanalah dalam mempertahankan nyawamu, kami hanya mau
membawa gadis cantik ini untuk Kauwcu-yaa kami, jangan khawatir, setelah
beberapa hari diapasti akan di kembalikan" se orang di antara manusia ke dua belas orang itu
menyahut dengan suara dingin. Bee Tiong jadi naik darah mendengar akan hal ini, namun sebelum dia
melakukan sesuatu, Jie Hong yang telah marah melesat dengan dengan sebat ke arah
orang berkerudung tersebut. "Manusia tak tahu malu, biar nonamu mengajarmu yang tak tau adat..."
"Wuuuttt...Plak, plakk, Desssss" pertemuan kedua tenaga yang kuat beradu membuat
keduanya terdorong mundur satu langkah
"Ehhh...Eh, kau hebat...tampaknya hanya kau yang akan dapat memuaskan
Kauwcu-yaa, mari Hek-wan Sin-mo kita tidak punya banyak
waktu...hahahahahaha" Orang itu berseru sambil tertawa-tawa...
Bee Tiong dan ke tiga rekannya yang lain segera bergerak membantu, tapi
mereka di hadang oleh empat orang berkerudung lain sehingga di tempat yang sunyi
itu terjadi pertarungan sengit yang ramai namun mengancam ke lima anak muda tersebut
oleh karena mereka sekalipun belum mengenal lawan mereka.
Dengan kepandaiannya yang merupakan hasil gemblengan se orang sakti di
antara empat Dewa dan juga mendapat gemblengan tambahan dari beberapa
orang sakti saat guru mereka membawa dia dan kakaknya berkelana di daerah
pegunungan Himalaya, kalau hanya berhadapan satu lawan satu mungkin Jie
Hong masih bisa menghadapi lawannya dan memperolah kemenanganyang tapi
menghadapi ke dua orang datuk sesat di depannya yang sangat sakti idia tidak
dapat berbuat terlalu banyak, karena itu hanya dalam duapuluh jurus dia telah kena di
bius oleh Hek-wan Sin-mo. Sementara ke tiga rekannyapun agak
kewalahan, mereka hanya sanggup bertahan limapuluh jurus lebih baru
kemudian terpukul jatuh dengan luka parah.
"Bunuh mereka, jangan biarkan satupun lolos" Sahut orang berkerudung yang lain
yang memanggul tubuh Jie Hong yang pingsan. Sesaat kemudian orang itu lelesat pergi
ke arah barat hutan itu di ikuti ke tujuh orang lainnya.
Sementara itu sambil tertawa-tawa ke empat orang berkerudung hitam yang
tinggal sudah mendekati ke empat pemuda yang telah terluka parah tersebut namun
masih berdiri dengan gagah tanpa takut.
"Hahahahahaha....ketahuilah anak muda, yang berhadapan dengan kalian ini 12
Raja Iblis, dan karena kalian sudah berani menentang kami maka kami takkan
mengampuni..." Berkata demikian tampak tangan orang itu berubah menjadi
merah sebatas siku, dan di ikuti ke tiga rekannya mereka mengangkat tangan siap
untuk memukul. Tampak tidak ada harapan bagi mereka yang terkurung di tengah-tengah.
Mereka hanya bisa pasrah saja tanpa tenaga menanti maut. Tapi ternyata maut
belum berpihak pada mereka. Sebelum ke empat datuk sesat itu melancarkan pukulan
terakhir mereka, keempat orang muda ini mendengarkan suatu suara lirih di telinga mereka:
"...jangan takut, sambil bergandeng tangan kerahkan hawa murni kalian dan buka
seluruh jalan darah. Jika kalian merasakan suatu tenaga yang berputaran kuat, jangan
melawan kalau tidak tenaga bantuanku tidak akan menolong bahkan hanya tubuh kalian akan
hancur lebur...lakukan dengan cepat"
Keempat orang muda ini terkejut dan saling pandang, mereka jadi tenang
karena merasa ada orang pandai yang membantu mereka. Sesaat sebelum
pukulan keempat raja Iblis itu mendarat di tubuh mereka, mereka merasakan
punggung mereka hangat oleh suatu arus tenaga yang dahsyat. Saat itulah
terdengar seruan dari lawan mereka...
"Bersiaplah untuk bertemu Giam-lo-ong..."
"'PLAAAK....PLAAAKK...DESSS....DEEEESSS" 'Aii khh... Hoeek...hoeeekkk"
Terdengar suara ledakan beradunya empat kekuatan dahsyat ketika keempat
pukulan para datuk sesat itu mendarat di tubuh keempat pemuda itu. Akibatnya,
sungguh aneh...keempat datuk sesat itu terlempar dua tombak ke belakang
sambil memuntahkan darah segar.
Mata mereka terbelalak lebar karena tidak menyangka bahwa mereka akan
menerima pil pahit seperti ini. Pandangan mereka di arahkan ke belakang
keempat pemuda yang mereka akan bunuh itu, tampak berdiri seorang pemuda
berpakaian putih dengan rambut riap-riapan. Yang membuat mereka takut
adalah tatapan mata pemuda itu yang mengeluarkan hawa api yang penuh
kemarahan. "Huh, Kalian mau mengantar orang ke neraka, silahkan rasakan tangan
iblisku..." Belum habis suaranya, tubuh Han Sian lenyap seperti kabut ke arah
mereka. Meskipun dalam keadaan terluka namun mereka bukan anak kemarin
sore. Mereka berusaha melawan dengan menangkis, tapi tiba-tiba Han Sian
lenyap dari hadapan mereka. Di lain saat mereka segera berteriak kesakitan empat
larih sinar tajam seperti pedang yang berwarna-warni menembus jantung mereka dari arah
punggung. Mereka mati dalam keadaan menggenaskan.
Suasana hening, keempat pemuda yang melihat hal ini tidak dapat berkata apa-apa.
Hanya memandang dengan ngeri saja melihat kematian empat datuk sesat ini tapi juga
berterima kasih karena telah di selamatkan. Sebelum mereka mengucapkan terima kasih, Han
Sian sudah menyahut: "Tak perlu kalian memandangku begitu, aku memang tidak senang melihat para Iblis
itu mengganas. Kalian sembuhkan diri kemudian segera berpencar untuk memperingatkan
para tokoh Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai agar berjaga
terhadap serbuan kelompok Jit-goat-kauw pada hari Eng-hiong Tai-wang-gwe nanti.
Aku akan bergabung dengan kalian setelah menyelamatkan gadis teman kalian itu."
Selesai berkata demikian tangannya melemparkan satu botol kecil kearah Bee Tiong
kemudian tubuhnya lenyap bagai asap mengejar kearah
orang-orang yang menawan Jie Hong.
Bee Tiong membuka tutup botol tersebut dan menuangkan isinya, ternyata ada empat
buah pil yang mengeluarkan bau harum. Segera mereka meminumnya
dan mengatuh jalan pernafasan, sepeminuman kopi kemudian mereka tersadar dengan
tubuh yang lebih baik. Luka mereka sudah lebih ringan dan tidak
mengganggu lagi. Mereka segera bergerak menemui kelima anggota kangouwhiap-wi
lain dan segera menuju ke Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai.
Sementara itu Han Sian melesat cepat ke arah perginya delapan pentolan kaum
sesat tadi. Tapi dia tidak sejauh-jauhnya dia mencari tidak juga dia temukan jejak ke
delapan orang tersebut. Dia penasaran. Terus tubuhnya melesat ke atah selatan pada jajaran
perbukitan yang menjulang di depannya. Tapi sampai pagi tidak juga dia dapat menemukan
orang-orang yang di carinya. Menjelang pagi dia tiba di pinggir sebuah telaga yang tidak terlalu luas, namun
memanjang sampai berpuluh kilo meter. Sangking kesalnya karena kehiangan
buruannya, dia duduk melangkah mendekati pinggir telaga tersebut. Di lihatnya ada seorang kakek
yang sudah tua sekali sedang memancing dengan tenang.
Sekilas dia rambut kakek itu yang petih keperakan semua, dia memperkirakan umur
kakek tersebut mungkin sudah lebih dari 100 tahun. Tapi
kewaspadaannya segera meningkat ketika di lihatnya tangan dan kakek
tersebut yang padat terlebih sinar matanya yang tajam tanda bertenaga dalam
tinggi. Segera dia membuka suara bertanya:
"Maaf kakek tua, apakah engkau melihat delapan orang lewat di tempat ini sambil
membawa seorang gadis?" "Aku baru saja datang di tempat ini. Ada apakah?"
"Akhh, tidak apa-apa, aku hanya sedang mencari salah seorang sahabatku
yang di tawan oleh para iblis..."
"Hemm, kau berani sekali anak muda, tapi mereka itu sangat sakti, apa kau yakin
dapat menyelamatkan temanmu itu?"
"Huh, segala macam 12 Raja Iblis saja siapa takut, baru saja beberapa waktu lalu
ku antar empat orang dari antara mereka menemui Giam-lo-ong...Eh,
permisi, aku harus pergi" setelah menjura sejenak, Han Sian membalikkan
tubuh dan melangkah pergi. Namun baru saja dia berjalan lima langkah, tiba-tiba
tubuhnyamelesat kesamping tiga langkah.
"Wuuuuuuutttt.....Daaaarrrrrr" Tempat di mana kakinya berada tadi telah
berlubang selebar satu meter hanya dengan ujung mata pancing. Tubuhnya
segera berbalik menghadap ke arah kakek tua tersebut dengan pandangan
waspada. "Hahahahaha...rupanya kau cukup berisa, pantas kau sesumbar telah mengirim empat
orang dari 12 Raja iblis tersebut...tapi maukah kau main-main denganku barang dua-tiga
jurus?" tantang kakek tersebut.
"Maaf, aku tidak mengenal engkau, bagaimana aku dapat melawanmu?"
"Kau akan segera tahu bila bisa menahan tiga kali seranganku..."
"Baik...silahkan mulai" Han Sian tahu kakek di depannya ini memiliki tenaga yang
kuat, terbukti hanya dengan mata pancing dapat membuat lubang selebar satu meter.
Segera dia mengerahkan Kiu-sian I-sin-kang untuk berjaga-jaga, ementara kedua tangannya
telah di aliri Tenaga Inti Petir Murni.
"Jurus pertama..." Seru kakek itu. Tubuhnya maju perlahan dan
tangankanannya menepuk ke bahu kiri Han Sian. Sangat sederhana, seperti
dua kawan lama yang saling menyapa sambil menepuk bahu saja. Tapi Han
Sian merasakan suatu arus kekuatan yang mendorong kuat menggempur kudakudanya
agar melangkah mundur. Tak mau kalah, segera tangan kirinya di angkat perlahan menepuk punggung tangan
kakek itu. Namun meskipun perlahat namun tibanya cepat sekali. Ini membuat kakek itu
juga terkejut karena tenaganya tiba-tiba terputus di tengah-tengah. Segera dia
menarik tangannya. Dalam waktu singkat telah terjadi adu kekuatan dan kakek ini terkejut
karena dia tidak dapat mengambil kemenangan dalam hal tenaga karena nampaknya tenaga
pemuda itu tidak berada di sebelah bawahnya.
"Bagus...bagus, kau memang berbakat...lihat jurus ke dua...Heaaahh" Tubuh kakek
itu melenting ke atas dan tiba-tiba delapan belas bola api dan es seperti hujan
menghantam ke arah Han Sian dan segera mengurung ruang geraknya.
Han Sian tidak gugup melihat serangan ini. Dalam sekejap cahaya keemasan dari
tenaga Hui-im Hong-sin-kang melapisi tubuhnya dan membungkus Pukulan Petir Murninya
dalam gerakan yang sederhana menyambut bola-bola api-es
tersebut sehingga semuanya meledak di udara tanpa satupun yang menyentuh tanah.
"Aii khhhh....." Kakek itu terkejut karena semua serangannya dapat di tangkis.
"Anak muda, aku simpan jurus ke tiga untuk di lain pertemuan...kau carilah
buruanmu ke arah barat, mungkin mereka belum jauh...sampai jumpa.."
Tubuhnya melesat cepat meninggalkan tempat itu. Han Sian tidak mencegah,
lagipula dia memang tidak mempunya permusuhan dengan kakek tua itu.


Pusaka Para Dewa Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Segera kakinya bergerak melangkah ke arah barat sesuai petunjuk kakek itu.
Tapi baru saja dia melangkah, tiba-tiba tangannya memukul jidatnya seperti
teringat sesuatu. Segera dia berbalik dan tubuhnya melesat ke arah perginya sang kakek
tua. Dengan penuh semangat dia mengempos tenaganya melesat di atas
pepohonan sehingga dalam sekejap sudah melewati puluhan li. Sampai dia tiba di
sebuah lembah berbatu-batu yang sunyi. Setelah sekian lama tetap saja dia tidak
menemukan sosok orang tua tadi tapi ujung matanya tiba-tiba menangkap sebuah gerakan
seseorang yang berlompatan dengan lincahnya dari atas batu-batuan memasuki sebuah guha
sambil memanggul sesosok tubuh. Setelah
mengawasi tempat itu sejenak, tubuhnya melayang ke arah guha dan masuk
bagai asap tanpa di ketahui siapapun.
PUSAKA PARA DEWA Episode 12 Ternyata lorong guha tersebut cukup panjang dan melebar ke dalam. Di
kejauhan, telinganya menangkap suara orang berbicara. Cepat tubuhnya
melesat ke arah suara tersebut dan beberapa saat kemudian dia telah ada
dalam guha yang sangat lebar tersebut. Di tengah-tengah guha tersebut, gadis
cantik yang tadi dia lihat di tawan tampak di ikat di sebuah tiang berbentuk Pat-kwa
yang di jaga oleh sembilan orang.
Tubuhnya diam tak bergerak, mengawasi sekelilingnya. Sekejap saja dia sadar
tidak ada jalan lain baginya untuk menyelamatkan gadis tersebut selain
menempur para datuk sesat ini.
"Heemmm, orang muda, siapa kau berani lancang berurusan dengan kami?"
Bentak Hek-Tok-Jiauw-Ong Sekejap Han Sian melirik ke arah gadis yang di ikat itu. "Aku tidak punya urusan
dengan kalian, aku hanya memenuhi permintaan seorang sahabat untuk
menyelamatkannya" Tangannya di kepalkan dengan jari telunjuk terbuka
menunjuk ke arah Jie Hong. Tanpa di ketahui orang-orang sebuah tenaga bagai
titik kecil yang kuat meluncur ke arah jalan darah di dada kiri Jie Hong dan membebaskan
totokan gadis itu. Hanya gadis itu yang merasakannya tapi
diapun tahu situasi, maka terus pura-pura lemas.
"Hahahahaha....kau mimpi anak muda, karena kau tak akan selamat mulai detik
ini..." Tiba-tiba Hek-Tok-Jiauw-Ong sudah melesat ke depan melancarkan
pukulan sakti Hek-tok jiauw-kang. Dia tak berani ayal. Karena kalau Tai-kauwcu
mereka memerintahkan mereka untuk waspada itu artinya anak muda ini berisi.
Tapi dia kecele. Hanya dengan mengegoskan tubuhnya sedikit ke samping Han Sian
telah menghindari serangan tersebut dan dalam sekejap tubuhnya di
selimuti pengerahan tenaga Hui-Im-Hong-Sin-Kang. Tenaga sakti Hong Api ini
membuat tubuhnya bagai di kelilingi jilatan-jilatan api sehingga tempat itu jadi terang.
Pertarungan berlanjut dengan seru. Nampaknya kali ini tidak mudah bagi Han Sian
untuk menghadapi mereka. Karena ke sembilan orang ini adalah tokoh-tokoh sakti yang
sudah puluhan tahun malang-melintang di dunia kang-ouw.
Mungkin dengan kepandaiannya, dia dapat mengatasi mereka satu lawan satu.
Tapi dengan di keroyok begini, meskipun dia tidak nampak terdesak, tapi dia juga
tidak bisa berbuat banyak pada kepungan mereka.
Dia tahu akan sia-sia saja kalau dia terus melanjutkan pertempuran itu.
Kalaupun dia mengerahkan semua ilmunya satu per satu, pada akhirnya toh dia
hanya akan kelelahan saja dan ini bisa berbahaya baginya. Sementara itu
sambil melontarkan Sui-ciam-kiam-cu (jalur Pedang Jarum Air) dan Hong-Lui-Kiam-
cu (jalur Pedang Angin Petir) dari ilmu Bu-tek Chit-kiam-ciang untuk membuka
kepungan musuh, ujung matanya melirik ke arah Jie Hong. Dia
melihat gadis itu sudah mulai bergerak perlahan.
Saat itu, ke sembilan orang itu sudah menyerangnya dengan jurus-jurus puncak
dari ilmu mereka yang dahsyat. Pukulan-pukulan beracun berselewiran di mana-mana, sangat
mengerikan. Bahkan Jie Hong yang menonton dari sampingpun
terpaksa membatalkan niatnya untuk terjun ke dala pertempuran. Dia terpaksa
segera bermeditasi untuk mengusir semua pengaruh racun di sekitarnya.
Dengan bibir tersenyum menyeringai, tubuh Han Sian tiba-tiba berputaran
seperti gasing dan di sekitar tubuhnya muncul asap hitam tebal yang dalam
sekejap membentuk bola-bola tenaga hitam sebesar kelapa yang terbang
mengelilinginya dengan suara mencicit nyaring dan menyambut semua
serangan lawan. Inilah jurus pertama dari "Ilmu Seribu Iblis Pemusnah" yang
dahsyat. Akibatnya sungguh hebat, kesembilan orang itu terpental dengan kuat ke belakang
dan jatuh terduduk. Mereka terluka, meskipun tidak parah karena ilmu mereka sendiri
yang membalik. "HEH! SERIBU IBLIS PEMUSNAH?"?" "Anak muda dari mana kau mencuri ilmu
itu"..." Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan serangkum tenaga panas-dingin
yang dahsyat meluruk deras ke arah Han Sian dengan sangat cepat
hampir tak dapat di lihat oleh mata. Tenaga ini bagai api dan es yang jauh lebih
kuat dari semua pukulan yang di lancarkan oleh sembilan lawan sebelumnya.
Dengan telak menghantam tubuh Han Sian yang baru saja menarik pulang
setengah dari kekuatan yang di lepasnya.
"DHAAAR..." "BLAAAAMMM...." Tubuh Han Sian terlempar menabrak dinding
batu dan melesak sedalam setengah meter.
"Jit-goat-mo-ong?" Han Sian terkejut melihat kakek ini. Tadi saat dia mulai
menarik kembali tenaganya, dia merasakan sesuatu yang tidak beres. Segera dia
mengerahkan Kuisian i-sin-kang sampai tahap kekosongan, namun waktu yang dia
miliki tidak cukup. Baru saja setengah dia kerahkan tenaganya,
tubuhnya sudah terpukul telak.
Han Sian mengerahkan tenaga Hui-Im-Hong-Sin-Kang, tubuhnya melesat
keluar dan berdiri tegak di depan Jit-goat Mo-ong. Bajunya hancur dari sela-sela
bibirnya mengalir darah kental. Dia terluka dalam yang parah.
"Hehehe...anak muda, apa kau masih sanggup menghadapiku dengan tubuh
seperti itu?" Mata Han Sian berkilat: "Hemm...kau mau mencoba"...paling tidak kaupun tak bisa
berbuat banyak padaku" Alis Jit-goat Mo-ong berkerut. Dia bukan orang bodoh, dia tahu kehebatan Ilmu
Iblis Pemusnah, karena ilmu itu adalah milik tokoh sakti yang masih terhitung
gurunya karena gurunya iblis Api-Es adalah sute dari Sang Iblis Pemusnah itu.
tidak terlalu yakin apa pemuda di depannya ini sudah menguasai sampai tingkat
belas atau belum. Seribu kakek Cuma dia ke tiga "Baiklah, nanti kita lanjutkan kemudian..." Dia mengangkat tangannya dan dalam
sekejap semua orang di situ telah menghilang di balik batu-batu. Kecuali Jit-goat Mo-ong
yang masih tinggal. "Anak muda, aku masih ada urusan kita bertemu lagi nanti...tinggallah kalian di
situ sampai mati..." Tiba-tiba tangan kirinya di pukulkan ke arah Jie Hong sedang
tangan kanannya memukul hancur dinding batu di sebelahnya.
Selarik sinar ke hitaman menerjang ke arah Jie Hong. Segra nona ini
mengangkat tangannya menangkis. Tapi sesaat sebelum pukulannya beradu
dengan larikan sinar itu, Han Sian sudah berkelebat menarik pinggangnya.
"Dhaaarrrrr..." Dinding di belakang Jie Hong berlubang besar. Gadis itu
terbelalak. Sementara itu guha itu tiba-tiba bergertar keras saat mulut guha
tertutup oleh tembok besi setebal sepuluh inci. Rupanya dinding sebelah kanan yang di
pukul hancur oleh Jit-goat Mo-ong ini adalah alat penggerak dari dinding baja
tersebut. Setelah goncangan itu berhenti, tinggal mereka berdua di dalamnya. Han Sian
terdiam tak bergerak dengan tatapan kosong. Melihat ini Jie Hong khawatir dan menyentuhnya.
Saat itulah tiba-tiba tubuh Han Sian meluruk jatuh ke tanah dalam keadaan pingsan.
Ternyata lukanya sangat parah. Jie Hong bingung, khawatir tidak tahu apa yang bisa di lakukan. Dia sudah coba
menyalurkan tenaga, tapi selalu terpental balik. Setelah lebih setengah hari dia
mencoba, akhirnya dia pasrah dengan kepala bersandar di atas dada Han Sian,
menangis sesegukan...Dia sedih, karena tahu bahwa mereka terkurung di
tempat itu. Dia sudah memeriksa tempat itu tapi tidak ada jalan keluar.
Berapa saat kemudian dia menangis, sampai tertidur. Keadaan guha itu dingin dan
senyap. Sepeminuman teh kemudian, Jie Hong tersadar. Tapi dia merasa sesiuatu yang aneh
tapi hangat mengalir di sekitar tubuhnya. Dia merasakan sebuah tangan memegang
kepalanya yang sementara bersandar di dada
telanjang tak berbaju. Mukanya merah dan segera akan bergerak, tapi tiba-tiba...
"Jangan bergerak nona, kita sedang dalam tahap pemulihan, pergerakanmu
akan mengacaukan arah gerakan 'sang naga'...." Suatu suara berbisik di
telinganya, akhirnya dia menurut dan diam tak bergerak. Dirasakannya tenaga yang
aneh namun amat kuat berganti-ganti menerobos tubuhnya dan lenyap
berulang-ulang yang membuatnya serasa nyaman. Tidak menunggu lama
akhirnya proses itu selesai saat pemuda itu menarik tenaganya.
"Nona maaf, aku menggunakan tubuhmu sebagai perantara kesembuhanku
serta memperkuat tenagaku..." Han Sian menatap Jie Hong dengan penuh
selidik. "Lupakan, kita senasib...kau sudah membantuku lepas dari aib, aku sungguh
berhutang budi padamu..." "Nona, aku Han Sian, bolehkah ku tahu siapakah namamu...?"
"Jie Hong..." "Nama yang indah, seindah orangnya..." Kata Han Sian memuji, tiba-tiba
ruangan itu jadi terang oleh kayu yang di bakar oleh Han Sian dengan ilmu Hui-
Im-HongSin-Kangnya. Pipi Jie Hong menjadi merah mendengar pujian ini, sejenak wajahnya tertunduk
malu. Han Sian terpesona, tangannya terulur memegang tangan Jie Hong.
"Bolehkah aku memanggilmu Hong-moi"..." Gadis itu mengangkat mukanya
memandang wajah tampan di depannya itu.
"Boleh...boleh Sian-Ko" Entah bagaimana caranya dan entah siapa yang
memulai terlebih dahulu, tapi tiba-tiba kedua insan itu sudah berpelukan mesra.
Han Sian mencium bibir hangat gadis itu dengan penuh perasaan. Dan sejauh ini,
Jie Hongpun hanya diam saja dengan pasrah sampai akhirnya mereka
bergulingan di lantai guha itu dengan tubuh telanjang tanpa pakaian sama sekali.
Jie Hong menggeluh lirih saat tangan Han Sian meremas-remas kedua
payudaranya, sedangkan lidahnya mengulum puting bukit yang menjulang indah dan
mengeras itu. Pada dasarnya Jie Hong memang seorang gadis yang sangat cantik, tidak kalah dari
In Lan maulun Hong Lian. Tubuhnya sintal dengan buah dada yang padat dan kencang.
Sementara pinggulnya bulat dan padat. Pahanya yang panjang
dengan kulit putih mulus, sungguh membuat Han Sian yang sudah cukup lama tidak
bermesraan, bergerak bagaikan harimau yang sedang menikmati
mangsanya. Dia menikmati seluruh keindahan tubuh itu dengan mantap dan bergairah.
Dengan segenap pengalaman yang di milikinya, dia membuat Jie Hong
mengkeret sampai bibir manis itu mengerang-erang lirih dengan keras...Apalagi
ketika Han Sian mulai menindih gadis itu dan memasukkan miliknya yang besar.
Perlahan, namun pasti...Jie Hong menggelinjing menikmati permainan Han Sian yang
membuat dia merasakan kenikmatan yang belum pernah di alaminya
sebelumnya dengan amat sangat, cukup lama, sampai akhirnya:
"Aaaaaaaaaakkkhhhh....." Kakinya terangkat ke atas dan mengejang kuat.
Tangannya menggaruk lantai dengan kepala terangkat ke belakang...
"Ooooohhhh..." berulang kali dia menggeluh nikmat ketika Han Sian terus
membiarkan miliknya tinggal di dalam dan memutar-mutar pinggangnya.
Sampai lama, Jie Hong menggigit bawah bibirnya sambil memejamkan mata
dan mengejang ...akhirnya tenaga keduanya mengendur sambil terus
berpelukan dengan berpeluh.
Han Sian terus mengulang-kembali permainan itu sampai empat kali. Ternyata
walaupun baru pertama kali, jie Hong pasrah saja meskipun hampir tidak
sanggup menahan kenikmatan yang berulang-ulang kali di rasakannya itu.
Demikianlah beberapa waktu lewat. Han Sian akhirnya tersadar, dan mulai
menyelidiki tempat itu. Tempat itu memang telah tertutup dengan rapat. Tapi
secara kebetulan mereka menemukan jalan air yang masuk ke tempat itu.
Mereka mulai menggalinya sehingga itu tembus sampai ke sebuah sungai yang
mengalir di bawah bukit tersebut. Hari itu tepat satu hari sebelum Pertemuan besar tersebut.
Dengan Ilmu meringankan tubuhnya Han Sian membawa Jie Hong dengan
cepat untuk bertemu dengan para tokoh-tokoh aliran putih lain yang juga
membagi dua kelompok yang menuju ke arah Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai
untuk melindungi kedua perguruan tersebut. Para pengacau Jit-goat-kauw
sangat terkejut akan adanya bala bantuan yang mereka tidak harapkan ini di sela-
sela kemenangan yang hampir mereka raih, sehingga rencana mereka
menghancurkan kedua partai besar itu gagal total. Namun meski demikian tetap ada
banyak sekali makan korban. Demikianlah saat terjadinya pertempuran di pertemuan antara para pendekar dengan
Tee-mo Kiam-ong, saat yang sama juga para pendekar sedang
menghadapi penyerbuan para pengikut Jit-goat-kauw sehingga tidak ada yang


Pusaka Para Dewa Karya Lovely Dear di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghadiri pembantaian maut ti Puncak awan Putih tersebut. Kekuatan hitam terpukul mundur,
12 raja Iblis hanya tersisa lima orang. Sedangkan empat partai sesantinggal beberapa
pentolannya yang melarikan diri. Sedangkan Jit-goat Mo-ong sendiri bertarung
satu harisatu malam dengan Han Sian sehingga
terluka parah danmelarikan diri.
Peristiwa ini adalah peristiwa yang paling tragis yang terjadi di dunia
persilatan. Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai hampir berantakan. Setelah peristiwa tersebut
dunia kangouw dan bu-lim menjadi sepi. Tidak ada pergerakan apapun yang muncul
sampai setahun kemudian. Dengan demikian, berakhirlah bagian pertama dari Pendekar Asmara Tangan
Sakti ini. Bagaimanakah keadaan Han Sian yang menghilang selama satu
tahun", dan bagaimana keadaan asmara segi empatnya dengan Cu In Lan,
Hong Lian dan Jie Hong" Bacalah cerita Pendekar Asmara Tangan Dingin
Episode ke dua berjudul "ENAM DEWA TANPA TANDING" Di mana anda akan bertemu
dengan banyak tokoh-tokoh muda yang maha sakti pewaris-pewaris
enam keluarga besar dunia persilatan.
TAMAT Document Outline PUSAKA PARA DEWA Suling Emas 12 Duri Bunga Ju Karya Gu Long Kesatria Baju Putih 16
^