Pencarian

Rahasia Hiolo Kumala 17

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long Bagian 17


Kontan saja Cu Thong tertawa menyengir.
"Memuji diri sendiri, menyombongkan diri, huuuh, segan aku mendengarnya...."
Pek Siau-thian tidak menggubris ejekan rekannya, kembali ia berkata lebih jauh,
"Baiklah, aku kupersingkat keteranganku! Kemudian aku mencurigai kalau Hian-beng Kaucu itu
mempunyai dendam kesumat dengan Hoa Thian-gong, seandainya Si Seng ek yang memusuhi
keluarga Hoa, 560 tak mungkin dia namakan semua mu ridnya sebagai Ciu Hoa (mendendam keluarga Hoa)
Maka dalam suatu kesempatan yang tak sengaja, akhirnya kuketahui bahwa Si Seng tek
telah ditawan orang, malahan akupun berhasil mengetahui jika Hian-beng Kaucu itu kenal dengan
Kun-ji (maksudnya Pek Kun gie), ini dapat kulihat dari pembicaraan pembicaraannya...."
Keterangan tersebut diberikan demikian ringkas dan singkatnya, sehingga tentang
darimanakah berita seperti ditangkapnya Si Seng tek serta darimana ia tahu kalau Hian-beng
Kaucu kenal dengan Pek Kun-gie tak pernah diutarkannya.
"Gwakong, terangkan lebih jelas lagi!" pinta Hoa In-liong dengan nada gelisah.
"Tidak ada yang harus dibicarakan lagi." Pek Siau thian gelengkan kepalanya
beberapa kali. Lalu sambil berpaling kearah Cu Thong, tambahnya, "Sekarang giliranmu untuk
bicara!" Betapa herannya Hoa In-liong menyaksikan tindak-tanduk gwakongnya, jelas
kakeknya tidak berniat melanjutkan kata-katanya itu, ini membuat anak muda itu harus berpikir
dengan wajah tercengang. "Heran, kenapa gwakong musti mengelabuhi diriku" Urusan apakah yang sengaja ia
selimurkan itu" Kendatipun ibu kenal dengan Hian-beng Kaucu, toh urusannya lumrah dan bukan
kejadian besar.... Yaa. pastilah dibalik kesemuanya ini terdapat rahasia besar, tampaknya
aku harus menyelidiki sendiri...."
Dalam pada itu Cu Thong telah berkata dengan hambar, "Apa yang harus dibicarakan
lagi" Untung kau berhasil mendapatkan berita yang baik, ketimbang aku yang cuma gigit
jari tidak dapat apa-apa" Mau menyesalpun tak sempat!"
Pek Siau thian tertawa. "Jika kau segan bicara, biar aku yang bantu kau untuk mengatakannya...."
Kemudian sambil berpaling kearah dua orang itu, terusnya, "Cu yaya mu telah
berangkat kebukit Hong san untuk memenuhi Ciu pek ya kalian!"
"Tak usah membicarakan dirinya lagi!" tiba-tiba Cu Thong berteriak marah.
"Cu yaya!" Hoa In-liong segera bertanya dengan keheranan, "mengapa kau merasa
begitu tak puas terhadap Ciu pek ya?"
Cu Thong termenung sebentar, lalu menjawab.
"Gwakong-mu toh sudah mengungkapnya, baiklah, akupun tak akan mengelabuhi darimu
lagi" Tiba-tiba dengan wajah merah ia meneruskan, "Ciu pek ya-mu itu sekarang....
heeehh.... heeeh.... heeehh.... sekarang sudah bertambah saleh!" Meskipun Hoa In-liong mengerti
bahwa Cu Thong sedang mengatakan kebaikannya, tapi ia tertawa juga, walau senyuman
paksa. "Kalau memang begitu kan baik sekali!" katanya
"Hmm....! Memang baik sekali" Cu Thong marah-marah dengan mata mendelik, "mula-
mula kukira jelek-jelek Ciu Thian hau terhitung sahabat karibnya dari siok-ya mu,
yang lain tak usah dibicarakan, cukup memandang dari hubungan mereka selama puluhan tahun belakang
ini yang 561 seringkali minum arak dan main catur bersama, sedikit banyak mereka kan masih
mempunyai hubungan batin" Hehh.... heehhh.... heeeh....engkau tahu tahu, apa katanya setelah
mendengar berita kematian dari suma siok yamu" Dia bilang begini: Hidup seratus tahun lagi
manusia toh tetap bakal mati, apa artinya mati sekarang mati besok" Begitu selesai berkata,
akupun dipaksa pergi.... coba lihat masa begitukah cara Ciu Thian hau terhadap sahabat karibnya?"
"Tapi.... tapi.... Ciu pekya bukan manusia macam itu!" seru Hoa In-liong dengan hati
berkerut. Cu Thong mendengus. "Kalau Ciu Thiap hau bukan manusia semacam itu memangnya aku Cu Thong adalah
penipu yang suka menfitnah orang?"
"Cu yaya, mungkin kau salah paham, mungkin kau salah mengartikan maksud Ciu
pekya, aku tahu Ciu pekya adalah seorang manusia bermuka dingin tapi berjiwa panas, bila
dugaan Liong-ji tidak keliru, mungkin kaki depan Cu yaya baru tinggalkan bukit Hong san, kaki
belakang Ciu pek ya telah menyusul pula dibelakangmu"
Tiba-tiba Pek Siau thian tertawa tergelak.
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh....bagaimana?" serunya, "aku toh tidak bersekongkel
dengan Liong-ji, tapi nyatanya pendapat kita sama. Aku rasa, lebih baik berkunjunglah
ke Bukit Hong san sekali lagi, coba tengok apa yang lagi dikerjakan saudara Ciu!"
Cu Thong termenung beberapa saat lamanya, akhirnya diapun menghembuskan napas
panjang. "Aaaai....mungkin juga memang akulah yang terlalu berangasan" keluhnya, "tapi,
bagaimanapun juga Ciu loji pasti akan kucaci maki habis-habisan bila bertemu lagi nanti, apa
yang diandalkan Ciu-Thian hau itu sehingga dia pingin mengangkangi sendiri urusan ini" Memang
dianggapnya hubungan aku orang she Cu dengan Suma Tiang-cing kalah akrabnya dengan dia?"
Sekalipun ucapannya masih bernada jengkel, tapi ia sudah percaya, ia percaya
memang begitulah kenyataannya. Padahal, Cu Thong bukanlah seorang anak kemarin sore yang masih bodoh, iapun
sudah menduga sampai kesitu, hanya rasa mangkelnya terhadap Ciu Thian hau masih
mangkel dalam hatinya ia merasa kurang puas sebelum dilampiaskan keluar.
Coa Wi-wi tidak kenal dengan Ciu Thian hau, maka dalam persoalan ini dia hanya
membungkam tanpa ikut memberi komentar.
Setelah suasana reda kembali, Hoa In-liong baru bertanya, "Cu yaya, bagaimana
dengan toako ku?" "Sudah kuserahkan kepada ayahmu!" jawab Cu Thong hambar.
Hoa In-liong memandang ayahnya bagaikan malaikat, ia percaya kepandaian ampuh
macam apapun pasti dapat dipecahkan Hoa Thian-hong, maka setelah mengetahui bahwa Hoa
Si telah di serahkan kepada ayahnya, diapun jadi lega dan tidak banyak bertanya lagi.
"Gwakong!" ujarnya kemudian alihkan pembicaraan kesoal lain, "mengapa kau
lepaskan Hong Liong serta Beng Wi-cian dengan begitu saja" Apa salahnya kalau kita sekalian
ganyang sampai habis?" 562 Pek Siau thian tertawa geli.
"Bocah dungu, jangan terlalu pandang remeh musuh-musuhmu!" tegurnya, "kau anggap
mereka itu mudah dilawan" Ketahuilah nak, tenaga lwekang yang dimiliki Hong Liong cuma
selisih sedikit dibandingkan dengan gwakong, andaikata benar-benar terjadi pertarungan, sukar
untuk diramalkan siapa bakal menang dan siapa bakal kalah"
Coa Wi-wi yang membungkam selama ini, tiba tiba ikut menimbrung, "Aku rasa
bajingan tua she Hong itu tidak seberapa hebat. Aku tidak percaya kalau dia sanggup menerima
pukalan Su siu hua heng elang dari keluargaku!"
Mendengar komentar tersebut, Pek Siau thian tertawa.
"Anak Wi, tenaga dalammu lihay, ilmu silatmu jiga tangguh, tentu saja keadaanmu
lain dibandingkan dengan kami"
Tiba tiba Coa Wi-wi ingat, bukankah Pek Siau thian bilang tenaga dalamnya hanya
selisih sedikit dibandingkan Hong Liong" Dengan ucapannya itu bukankah secara tidak langsung ia
pandang remeh juga kemampuan Pek Siau thian"
Gadis itu jadi tersipu-sipu, bisiknya cepat, "Aaaah.... tenaga dalamku rendah
sekali!" "Tak usah merendahkan diri anak Wi, siapapun tahu bahwa tenaga dalammu sangat
tinggi, kenapa musti malu?" kata Pek Siau thian.
Ia cukup mengetahui pantangan-pantangan yang berlaku dalam dunia persilatan,
karenanya kakek inipun tidak mencari tahu lebih jauh tentang asal usul ilmu silat keluarga
Coa. Sesudah berhenti sebentar, ia melanjutkan, "Alasan yang paling utama dari
tindakan kita ini adalah lantaran tibanya Tang Kwik-siu di wilayah Kanglam!"
Ucapan yang sederhana tapi menimbulkan rasa kaget yang luar biasa bagi Hoa In-
liong, pemuda itu sampai melongo untuk berapa saat lamanya.
Perlu diterangkan disini, dalam peristiwa pencarian harta karun dibukit Kiu ci
san, dikala Seng sut pay kabur terbirit-birit setelah mengalami kekalahan total. Tang Kwik-siu pernah
sesumbar sesaat meninggalkan tempat itu, katanya sepuluh tahun atau seratus tahun mendatang,
bila Seng sut pay telah muncul seorang manusia yang berbakat, dia pasti akan menjelajahi
kembali daratan Tionggoan untuk merebut kembali barang-barang Seng sut pay yang tertinggal.
Artinya, mereka berhasrat untuk merebut kekuasaan tertinggi umat persilatan dari tangan keluarga
Hoa. Jelek-jelek Tang kwik Siau terhitung juga seorang tokoh persilatan yang luar
biasa, orang bilang siapa yang tahu keadaan, dialah manusia pintar.
Terhadap kemampuan Hoa Thian-hong, jagoan tersebut cukup memahaminya, karena itu
dapat ditarik kesimpulan, andaikata tiada keyakinan yang teguh tak nanti benggolan Mo-
kauw itu akan jauh-jauh berkunjung kemari hanya untuk menghantar nyawa sendiri.
Dengan perkataan lain, kemunculannya kembali di daratan Tionggoan berarti suatu
tantangan buat keluarga Hoa, suatu pertarungan yang maha serupun secara lapat-lapat sudah
makin mendekat. 563 Sesudah berhasil mengendalikan rasa kagetnya yang amat sangat, dengan tenang Hoa
In-liong berkata, "Apakah ayah Liong-ji sudah mengetahui tentang berita ini" Apakah Hian-
beng Kaucu juga sudah datang ke Kanglam?"
"Ayahmu cerdik dan berpengalaman, kurasa hal ini sudah berada dalam dugaannya,
cuma bila gwakong nilai gelagatnya sekarang, tampaknya ayahmu segan untuk turun tangan
sendiri, justru karena itulah diutusnya seorang kurcaci seperti kau untuk menanggulangi
kesemuanya ini" "Liong ji justru bersyukur karena diserahi tugas ini" seru Hoa In-liong cepat,
"kalau Tang Kwik-siu
sudah datang lantas kemana" Kalau Kiu im-kaucu mau ikut-ikut kenapa" Apalagi
Hian-beng Kaucu yang main sembunyi macam kura-kura busuk itu" Hmm, jangan dianggap Liong-
ji bakal jeri. Kendatipun Liong ji masih kalah jauh dibandingkan ayah, tak mungkin akan
kubuat nama baik keluarga Hoa jadi ternoda"
Meskipun dalam hati memuji, diluaran Pek Siau thian pura-pura menjadi gusar.
"Aaaaah....Hong Liong saja tak sanggup dilawan, apalagi membicarakan diri Tang
Kwik-siu.... Huuh, ngibul! Omong besar! Tidak malu kau ditertawakan orang?"
Coa Wi-wi tidak tahu bagaimanakah jalan pikiran Pek Siau thian yang sebenarnya,
ia mengira kakek itu benar-benar sedang gusar ketika dilihatnya Hoa In-liong kena dimaki,
sebenarnya nona itu ingin mengucapkan beberapa patah kata agar suasana jadi reda, siapa tahu
bibirnya saja yang dapat menganga sedang tak sepotong katapun yang sempat meluncur keluar....
Hoa In-liong sendiri, sebaliknya malah kelihatan tenang-tenang saja seperti tak
pernah terjadi sesuatu apapun. "Yang muda sudah sepantasnya meniru yang tua", Liong-ji tak mau terlalu
merendahkan diri sendiri sahutnya. "Kalau memang begitu, lakukanlah seorang diri, gwakong tak mau urusi dirimu
lagi" Sambil berkata, bekas ketua Sin ki pang itu lantas bangkit berdiri dan berseru
kembali, "Cuheng, mari kita pergi!" Hoa In-liong tertegun, tindakan kakeknya benar-benar diluar dugaannya, ia ikut
berdiri. "Gwakong, kau marah?" tanyanya.
Pek Siau thian tersenyum.
"Terhadap cucu sendiri masa gwakong tega marah?"
Agak lega juga perasaan Hoa In-liong setelah mengetahui gwakongnya memang tidak
marah. "Tapi kenapa gwakong ingin pergi?" tanyanya agak tercengang, "masih banyak
urusan yang hendak Liong-ji laporkan kepadamu!"
"Yaa benar" timbrung Coa Wi-wi pula sambil ikut berdiri, "Pek yaya, hari sudah
malam apa

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

salahnya kalau kau orang tua beristirahat dulu di rumahku!"
"Lain kali saja! Sekarang aku dan saudara Cu masih harus menyelesaikan beberapa
urusan penting, oya.... Liong ji, gwakong ada dua urusan penting yang hendak kesampaikan
kepadamu" 564 Hoa In-liong segera pasang telinga dan siap mendengarkannya dengan wajah serius.
Terdengar Pek Siau thian berkata, "Meskipun Mo-kauw dan Kiu-im-kauw mempunyai
wilayah kekuasaan yang luar, kedua kelompok tersebut masih belum merupakan ancaman yang
serius. Menurut pandangan Gwakong, justru Hian-beng-kauw lah yang merupakan sumber
segala penyakit, siapa gerangan Hian-beng Kaucu itu musti kau selidiki sampai tahu,
mengerti" Itulah hal pertama yang harus kau ingat!"
Sementara itu Cu Thong sudah ikut bangkit, tiba-tiba ia menimbrung dari samping.
"Pek loji, kalau kau masih juga ngobrol seenak udelnya sendiri, lebih baik aku
berangkat selangkah lebih dulu"
Kemudian sambil menggoyangkan kipasnya, kepada Coa Wi-wi ujarnya kembali, "Anak
Wi, sekarang aku lagi repot dan tak sempat mampir dirumahmu lain kali saja, bila
minum arak kegiranganmu aku pasti akan hadir!"
Diiringi gelak tertawa yang nyaring dewa yang suka kelanyaban itu putar badannya
dan berlalu dari situ. Memang dashyat ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya, sekejap kemudian
tubuhnya sudah lenyap dibalik tikungan bukit sebelah depan sana.
Meskipun merah jengah selebar pipi Coa Wi-wi, sempat juga gadis itu berseru, "Cu
yaya, kau hendak kemana?" Tiada jawab dari Cu Thong.
"Anak Wi tak perlu meuggubris dia lagi" Pek Siau thian yang ada disisinya
menjawab sambil tertawa. Setelah berhenti sebentar dia baru berkata lagi, "Kau harus melindungi baik-baik
si nona baju ungu yang dan Si Nio, sebab aku curiga kalau mereka punya hubungan yang erat
dengan Si Seng tek, inilah urusan kedua yang harus kau ingat baik-baik!"
"Siapakah si nona baju ungu itu Pek yaya?" tanya Coa Wi-wi mendadak.
"Tanyakan sendiri kepada Liong-ji, dia mengetahui lebih jelas daripada Pek yaya
mu!" Tiba tiba Hoa In-liong berkata, "Liong ji telah mengingat semuanya, apakah
gwakong masih ada petunjuk lainnya?" "Tidak ada lagi, aku hanya berharap agar kau tahu diri, jangan sampai menodai
nama baik keluarga" Kepada Coa Wi-wi tambahnya, "Anak Wi, kita semua berasal dari satu keluarga,
akupun tidak akan banyak bicara lagi"
"Kalau Pek yaya sudah mengatakan tidak banyak bicara, baiklah, kitapun tidak
akan banyak bicara" 565 Pek Siau thian terbahak-bahak, sekali berkelebat, tampaklah bayangan warna ungu
melintas didepan mata, kemudian lenyaplah si kakek sakti itu dari hadapan mereka.
Ketika Hoa In-liong menjumpai gadis itu masih termangu sepeninggal Pek Siau-
thian, dihampirinya nona itu dan ditepuknya bahunya seraya menegur, "Adik Wi-wi kitapun
harus pulang!" Coa Wi-wi mengiakan, tiba-tiba ia menjerit, "Bagus! Bagus sekali! Belum pernah
kau katakan kepadaku kalau pernah perkenalan dengan seorang nona baju ungu, ayoh ngaku!
kalian kenalan dimana" Bagaimana kisah perkenalannya?"
Tentu saja Hoa In-liong mengetahui apa yang sedang dikatakan Coa Wi-wi, geli
juga rasanya. "Kau sendiripun tak pernah bertanya, masa urusan sekali inipun mesti kukatakan
secermatnya kepadamu, tapi kalau toh ingin tahu, tentu saja akan kukatakan kepadamu"
"Hayo bicara!" seru Coa Wi-wi sambil melebarkan matanya
Hoa In-liong tertawa. "Tempat ini bukan tempat aman, mari kita jalan sambil bercerita!"
Ditariknya lengan Coa Wi-wi yang halus lalu dengan ilmu meringankan tubuh yang
sempurna mereka kembali ke dalam kota.
Hoa In-liong paling memahami perasaan seorang anak dara, sudah tentu diapun
memahami kecurigaan gadis tersebut, lantaran hubungannnya dengan si nona baju ungu hanya
hubungan yang lazim dan tidak disertai kontak cinta, maka sebelum diminta untuk kedua
kalinya ia telah membeberkan semua kisah perkenalannya secara terus terang.
Dengan demikian, kecurigaan Coa Wi-wi pun secara otomatis ikut terhapus dari
dalam benaknya. Padahal Coa Wi adalah gadis yang polos dan manja, ia belum mengerti apa artinya
cemburu, gadis itu hanya merasa bila tidak turut mengetahui gadis-gadis mana yang dikenal
Hoa In-liong, hal ini akan merupakan suatu bisul yang besar dalam hatinya.
Demikianlah, dengan kecepatan kedua orang itu sekejap kemudian mereka sudah
berada kembali di kota, kebetulan suara kentongan keempat berkumandang dari arah loteng
Ciau lo, karena pintu kota belum dibuka mereka masuk dengen melompati dinding kota.
Setibanya dirumah sendiri, Coa Wi-wi juga tidak mengetuk pintu depan, tapi
langsung masuk dengan melompati pagar pekarangan, dilihatnya lampu masih menerangi ruang
tengah, rupanya Kok Hong seng masih menunggu.
Coa Wi-wi mempersilahkan Hoa In-liong menunggu di ruang tengah, ia sendiri masuk
seorang diri ke halaman belakang.
Selang sesaat kemudian, gadis itu muncul kembali dengan wajah cemberut dan
diliputi hawa amarah, tiga kali Hoa In-liong menegurnya tanpa peroleh jawaban, sebaliknya dara
itu malahan ribut memerintahkan dayangnya Huan ji untuk memanggil Kok Hong seng agar
menghadap. 566 Dari sikapnya itu, Hoa In-liong lantas menduga telah terjadi sesuatu yarg tak
beres di rumah itu, tapi ia tak tahu apa yang terjadi, karena itu duduklah pemuda itu dengan tenang
dan senyuman dikulum. Tak sampai seperminum teh kemudian, Kok Hong seng muncul diruang tengah,
menyusul kemudian Huan ji masuk kembali, rupanya sekembalinya ke kamar ia belum sempat
tukar pakaian ketika Huan-ji datang memanggilnya.
Dengan rasa kaget, tak habis mengerti dan ingin tahu, pengurus rumah tangga she
Kok itu masuk kembali ke ruang tengah.
"Siocia...." sapanya.
Sebelum ia menyelasaikan kata-katanya, Coa Wi-wi telah menukas, "Empek Kok,
kemana larinya pil Yau ti wan tersebut?"
"Apa" Yau ti wan?" Kok Hong seng mengulangi dengan nada terperanjat.
"Memangnya didunia ini masih ada keluarga kedua yang memiliki pil Yau ti wan?"
Coa Wi-wi mengernyitkan alis matanya.
Kok Hong-seng terbelalak lebar.
"Tapi....bukankah Yau ti wan disimpan oleh hujin dan siocia" Masa bisa hilang?"
"Aaaaa....sungguh menjengkelkan!" keluh Coa Wi-wi sambil mendepak depakkan kakinya
ketanah. Dari tanya jawab tersebut, Hoa In-liong mengetahui juga apa yang telah terjadi,
dia lantas menyela sambil tertawa, "Adik wi! kok congkoan! Ada urusan marilah kita
rundingkan sambil duduk, sekalipun Yau ti wan sudah hilang, ya sudahlah apa gunanya musti ribut-
ribut dengan perasaan gelisah?" "Huuuh....! Enak benar omonganmu" Coa Wi-wi mengeling sekejap kearahnya sambil
mengomel, tahukah kau Yau ti wan dibuat dari dewa jinsom berusia seribu tahun, Ho sio wu
serta sebatang Hu leng yang berumur tiga ribu tahun ditambah lagi dengan puluhan jenis bahan
obat mustika lainnya waktu dibuatpun cuma jadi sepuluh butir, turun temun sampai tiga ratus
tahun kemudian kini tinggal dua biji...."
"Kalau begitu adik Wi sudah makan sebutir" tukas Hoa In-liong.
"Yaa benar" Coa Wi-wi mengiakan, sewaktu kecil badanku lemah dan nyaris mati
karena sakit, karena itu aku beruntun mendapat sebutir yang mengakibatkan tenaga dalamku
sekarang amat lihay, tentunya tahu bukan betapa besarnya kasiat Yau ti-wan tersebut"
"Sekalipun tak ternilai harganya, kalau sudah hilang apa boleh buat?"
Digelisahkan juga percuma, kata Hoa In-liong sambil tertawa.
Coa Wi-wi makin mendongkol lagi setelah menyaksikan sikap acuh tak acuh dari si
anak muda itu, teriaknya, "Aku sebenarnya aku mengingkari pesan cousu ku dengan
menghadiahkan dua biji yang tersisa untukmu, tapi sekarang.... Aaaai, memang kau lagi sial!"
567 Dengan air mata berlinang, ia berpaling kearah Kok Hong-seng, lalu rengeknya,
"Hayo katakan, siapa yang telah mengambil obat itu?"
"Soal ini...."Kok Hong-seng menunduk dengan perasaan minta maaf.
Coa Wi-wi marah sekali melibat sikap congko-annya itu, dia berteriak dengan nada
lengking, "Jangan ini itu melulu, empek Kok! Bukan saja kau pandai dan cekatan, ilmu
silatmu juga terhitung nomor satu, masa dirumah sampai terja di pencurianpun kau tidak tahu,
aku lihat keluarga persilatan dari kota Kim-leng sudah waktunya untuk gulung tikar"
Dihari-hari biasa, gadis ini selalu menghormati Kok Hong seng sebaegai seorang
cianpwe, tak pernah ia bersikap kasar ataupun mengucapkan kata-kata pedas.
Tak sekarang, dalam gusarnya ia jadi lupa diri dalam perkataan pun tidak pilih
bulu. Tapi kemudian, setelah ucapan itu terlanjur meluncur keluar, anak dara itu baru
merasa agak keterlaluan, dengan nada mohon maaf ia berkata kembali, "Empek Kok, maafkanlah
daku, aku masih muda dan tak pandai berbicara, mungkin ucapan tadi telah menyinggung
perasaanmu" Sudah tentu Kok Hong seng tak dapat marah atau tersinggung oleh teguran
tersebut, dengan nada menyesal dia ikut berkata, "Apa yang siocia katakan memang benar, aku Kok
Hong-seng betul betul seorang manusia yang tak berguna"
Hoa In-liong bukan orang bodoh, tentu saja diapun tahu kecemasan Coa Wi-wi
sebagai besar adalah lantaran dia, betapa terharu dan berterima kasihnya pemuda kita.
"Adik Wi, maksud baikmu biar jiko terima dalam hati saja" katanya dengan lembut,
"aku rasa kesuksesan dalam ilmu silat harus dilatih dengan tekun dan penuh semangat, apa
gunanya musti andalkan kemustajaban suatu obat-obatan?"
"Ucapan yang bagus! Perkataan yang tepat!" tiba tiba dari pintu ruangan
berkumandang suara teguran seseorang yang sudah tua tapi nyaring sekali, "untuk mencapai suatu
kesuksesan, orang harus merasakan apa yang tak dapat dirasakan orang, melakukan apa yang tak dapat
dilakukan orang, dengan begitulah kekuatan yang digunakan pada saatnya betul betul
merupakan kekuatan sempurna yang tak perlu mengandalkan bantuan orang...."
Tak ada yang tidak merasa kaget diantara tiga orang jagoan lihay itu, pada
hakekatnya mereka merupakan jago-jago berilmu tinggi yang sudah mencapai tingkatan, mendengar
suara terbangnya bunga dan rontokannya daun dari jarak sepuluh langkah, tapi nyatanya,
seseorang berhasil menyelinap masuk ke dalam ruangan tanpa diketahui akan kehadirannya,
ini menunjukkan betapa sempurnanya tenaga lwe-kang yang dimiliki orang itu.
Serentak mereka berpaling, mengalihkan pandangan matanya kearah di mana
berasalnya suara itu. Seorang Pendeta kurus kering, berjubah Pendeta warna abu-abu dengan muka yang
penuh berkeriput berdiri dengan agungnya dibawah sinar lampu ,orang itu tak lain
adalah Goan cing taysu. 00000O00000 30 568 Coa Wi-wi pertama-tama yang berteriak kegirangan lebih dulu, dia lari ke depan
menyongsong kedatangan padri itu dan jatuhkan diri kedalam rangkulannya.
"Kongkong!" serunya manja, "tahukah engkau, pil Yau ti wan milik kita telah
dicuri orang?" Dengan lembut dan penuh kasih sayang Goan cing taysu membelai rambutnya yang
hitam mulus itu, kemudian menjawab, "Kongkonglah pencurinya, tentu saja mengetahui akan
kejadian itu!" Serentak Coa Wi-wi angkat kepalanya dan menjerit lengking, "Rongkong, kau...."
Tiba-tiba ia tutup mulut kembali.
Hoa In-liong yang pernah mendapat pelajaran Bu kek teng hen sim-hoat dari Goan-
cing taysu belum pernah bertemu muka langsung dengan si pemberi pelajaran ini, tapi sebagai


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang yang cerdik dan tahu diri, tentu saja ia tahu Goan-cing tayau yang berada
dihadapannya itulah yang memberi budi kepadanya. Cepat-cepat ia membenahi bajunya lalu memberi hormat dengan penuh hikmat.
"Boanpwe Hoa In-liong menjumpai cianpwe, terima kasih pula atas budi cianpwe
yang telah mewariskan kepandaiannya kepada aku yang muda"
Goan-cing taysu menerima penghormatannya itu, kemudian dikala ujung bajunya
dikebutkan kedepan, Hoa In-liong segera merasakan timbulnya suatu kekuatan besar yang
menekan tubuhnya, dia mana mau tak mau terpaksa ia harus bangkit berdiri.
Merasakan itu, pemuda kita lantas berpikir, "Waaah....lihay juga tenaga dalam yang
dimiliki cianpwe ini, jelas sudah mencapai titik kesempurnaan, itu berarti kemampuannya
tidak berada dibawah ayahku!" Sementara dia masih termenung, Goan-cing tay Su telah berkata, "Nah, lolap sudah
menerima hormat itu. Nah, bangunlah sekarang!"
Setelah berhenti sejenak, penghormatanmu itu?" ia berkata lagi, "Tahukah kau
mengapa lolap menerima. Hoa In-liong termenung sebentar, lalu jawabnya dengan serius, "Boanpwe tahu,
cianpwe ada maksud untuk menjadikan diriku...."
Sebelum ucapan tersebut diselesaikan, Coa Wi-wi sudah ribut lebih dahulu,
"Kongkong, tenaga lwekangmu toh sudah mencapai tingkatan yang tak terhingga, masa kau orang tua
hendak menambah tenaga dalammu lagi dengan obat Yau li wan tersebut?"
Karena ditimbrung, terpaksa Hoa In-liong membungkam.
Dengan penuh kasih sayang Goan-cing taysu membelai rambut Wi-wi yang mulus,
kemudian tertawa. "Kongkong sudah mendekati sembilan puluh tahun, sebentar lagi juga akan masuk
kubur, buat apa kutambah tenaga dalamku?"
Ia lantas berpaling kearah Kok Hong seng dan tegurnya, "Hong-seng, masih ingat
dengan lolap?" 569 Sebetulnya sejak kemunculan pendeta itu Kok Hong-seng berdiri dengan wajah kaget
dan sangsi Setelah disapa ia baru mengucurkan air matanya sambil jatuhkan diri berlutut ke
tanah. Kiranya ketika Goan-cing taysu belum menjadi pendeta, Kong-seng lah yang
melayani diri Goan seng taysu. Ketika itu bukan saja Kok Hoan-seng belum menjadi congkoan, usianya masih sangat
muda. Setelah lama tak berjumpa, paras muka Goan cing taysupun banyak mengalami
perubahan, tak aneh kalau ia tak dapat mengenalinya kembali meski mukanya dirasakan pernah
dikenal. Goan-cing taysu ulapkan tanganya memancarkan segulung hawa pukulan yang lembut
mengangkat Kok Hong-seng dari tanah, lalu ujarnya, "Sekarang lolap sudah bukan
majikan tuamu lagi, penghormatan semacam itu tak perlu kau lakukan lagi"
Kok Hoan-seng tertegun. "Majikan tua...." buru-buru serunya.
Goan cing taysu gelengkan kepalanya sambil menghela napas.
"Aaaai....! Jika kalian semua hanya menangis dan merengek-rengek macam begitu saja
setelah bertemu dengan lolap, lain kali lolap tak nanti akan melangkah masuk ke Kin leng
se keh lagi walau selangkahpun" Buru-buru Kok Hong seng menyusut air mata dan tundukkan kepalanya.
Sementara itu Coa Wi-wi yang terada dalam gendongan Goan cing taysu telah
berpaling dan memalu-malui congkoannya sambil menggoda, "Kok pepek tak malu, jenggotnya saja
sudah begitu panjangnya, tapi tingkah polanya masih seperti anak kecil, nangis lagi,
idiih.... tak tahu malu!" "Huusss.... anak Wi tak boleh senbarangan omong!" tegur Goan-cing taysu.
Kemudian kepada Kok Hong seng ujarnya lagi, "Hong-seng, pergilah beristirahat!
Disini tidak memerlukan engkau lagi, aku aku masih ada urusan lain hendak dibicarakan dengan
Hoa kongcu serta anak Wi" "Cianpwe" Hoa In-liong segera menyela," lain kali panggilan boanpwe dengan
sebutan anak, karena sebutan itu jauh lebih mesra kedengarannya, kenapa kau malah menyebutnya
dengan sebutan lain?" Goan cing taysu tersenyum.
"Baik! Lolap akan memanggil anak Liong kepadamu!"
"Kongkong!" tiba-tiba Coa Wi-wi menyela, "cianpwe dari jiko pada memanggil anak
Wi kepadaku, cianpwe dari anak Wi sudah semestinya memanggil jiko dengan sebutan anak Liong!"
Sementara itu Kok Hong seng telah berkata, "Hamba tidak lelah, lebih baik aku
berada disini saja, tanggung tak akan mengganggu majikan tua, Hong kongcu maupun siocia"
Goau cing taysu menghela napas.
570 "Aaaai.... aku mengetahui maksud baikmu itu, baiklah, lolap juga tak akan terlalu
memaksa dirimu" Setelah masuk ke dalam ruangan, pendeta itu turunkan Coa Wi-wi dari bopongannya,
beberapa orang impun mengambil tempat duduk sementara Kok Hong seng berdiri menanti
disampingnya, semua orang suruh ia duduk tapi congkoan itu tak mau, akhirnya mereka pun
biarkan congkoan tersebut berbuat sekehendak hatinya.
"Huan-ji, hidangkan air teh!" Coa Wi-wi kembali berteriak.
Huan-ji mengiakan dan mengundurkan diri.
Goan cing taysu tersenyum.
"Anak Wi" katanya, "kongkong juga bukan tamu, kenapa musti dihidangkan air teh?"
Justru kata-kata itulah yang ditunggu Coa Wi-wi, serentak ia menyambung dengan
cepat, "Kalau kongkong bukan tamu berarti tuan rumah, kalau jadi tuan rumah masa tidak tinggal
di rumah sendiri, kau orang tua tak usah pergi lagi....!"
Merasa tak mampu menandingi ketajaman lidah si nona, Goan cing taysu hanya bisa
tertawa. "Anak Wi, kau pandainya cuma ngaco belo saja, apakah tidak merasa kuatir lagi
dengan racun ular sakti yang mengeram dalam tubuh jiko mu?"
"Yaa, apa boleh buat lagi?" Coa Wi-wi mencibirkan bibirnya, "kongkong sudah
membawa kabur Yau ti wan, padahal tanpa Yau ti wan, racun ular sakti dalam tubuhnya tak bisa
dipunahkan, yaa nasib namanya!" Goan cing taysu tertawa lebar mendengar perkataan itu, ujarnya kemudian dengan
wajah bersungguh-sungguh, "Justru kongkong kuatir engkau yang tak tahu keadaan, akan
menggunakan Yau ti-wan secara sembarangan, maka kuambil dulu obat itu untuk
disembunyikan" Kepada Hoa In-liong ujarnya pula, "Liong-ji, apakah engkau merasa dendam atau
kesal atas tindakan yang lolap lakukan sekarang?"
"Liong-ji ji merasa tindakan yang diambil cian.... kongkong tepat sekali" jawab
Hoa In-liong dengan serius, "obat mustika itu bukan milik anak Liong, kenapa anak Liong musti
dendam atau kesal" Bukankah cara semacam itu hanya mencerminkan karakter seorang yang rendah
dan tak tahu malu?" Dia telah menyebut Goan cing taysu sebagai kongkong, betapa gembiranya Coa Wi-wi
karena itu. "Aku yang kesal, aku yang dendam, yaa, aku mempunyai rasa kesal dan dendam"
ributnya. Goan cing taysu tidak menggubris ribut-ribut dari cucu perempuannya, ia
berpaling kearah Hoa In-liong, ketika dilihatnya pancaran mata pemuda itu demikian lembut dan
tenangnya, sedikitpun tidak terpengaruh emosi, dalam hati ia memuji tiada hentinya.
"Ehmmm.... meskipun bocah ini agak romantis dan binal, dia memang berwatak seorang
laki-laki sejati, tak malu jadi ketururan keluarga Hoa....!"
571 Setelah termenung sebentar, kembali ia berkata sambil tersenyum, "Yau ti wan
memang merupakan obat manjur untuk melenyapkan racun ular sakti, tapi lolap tak akan
menyerahkannya kepadamu, apakah engkau merasa tindakanku ini terlalu
mementingkan diri sendiri?" Hoa In-liong agak tertegun, lalu menjawab dengan tercengang, "Kongkong adalah
seorang yang berjiwa besar, jauh dari pikiran keduniawian, jelas bukan orang yang
mementingkan diri sendiri,
namun Liong-ji memang merasa tidak habis mengerti"
Pemuda itu jujur berjiwa terbuka dan tak pernah menaruh minat terhadap Yau ti
wan, sebab itu ia tak takut dicurigai, apa yang ingin diucapkan segera diutarakan secara blak-
blakan. Goan cing taysu tersenyum.
"Lolap berbuat demikian karena tak ingin mengingkari pesan leluhur, atas
penjelasan ini tentu nya kau merasa puas bukan?"
"Kongkong!" tiba-tiba Coa Wi-wi berteriak.
Jilid 29 KAU suruh ibu terjun kembali ke dalam dunia persilatan, apakah perbuatan itu
tidak melanggar pesan leluhur" Apalagi dalam pesannya cousu hanya mengatakan bahwa pil itu tak
boleh digunakan jikalau tidak berada dalam keadaan antara mati dan hidup, beliau kan
tidak menyinggung soal lainnya. Kini jiko terkena racun ular sakti yang amat keji,
keadaannya boleh dibilang sudah mencapai keadaan yang amat kritis!"
Kok Hong seng selama ini hanya membungkam saja, kini tunjunkan pula perasaan
sangsinya. Hoa In-liong sendiri agak tertegun, tapi sesaat kemudian ia telah memahami
keadaan yang sebenarnya. "Liong-ji percaya hatiku tulus dan jujur, aku berani bersumpah dihadapan langit
dan bumi, buat apa kongkong menolaknya terus" Ataukah meski Yau it wan dapat punahkan racun
ular sakti, namun akan mendatangkan juga kerugian?" katanya.
Diam-diam Goan-cing taysu memuji akan kecerdasanya serta kecepatannya dalam
bereaksi. Ia tersenyum. "Bagaimanakah keadan yang sebenarnya, aku belum dapat mengatakanya secara pasti,
hal ini harus kuketahui lebih dahulu dari keadaan dikala racun tersebut mulai kambuh"
Hoa In-liong tahu bahwa hal tersebut tentu benar, maka jawabnya, "Ketika kambuh,
isi perutku terasa sakit sekali, seakan-akan digigit oleh ular beracun yang tak terhitung
jumlahnya!" Mendenar jawaban tersebut, Goan cing taysu menujukkan perasaan kecewanya.
"Hanya begitu saja?" ia bertanya.
"Kongkong tampaknya kau merasa penderitaan yang dialaminya itu kurang payah
yaa?" seru Coa Wi-wi dengan dahi berkerut.
572 Hoa In-liong yang menangkap kekecewaan orang lantas berpikir, "Tampaknya aku tak
bisa berbohong lagi, semuanya harus kukatakan secara sejujurnya!"
Setelah merenung sebentar katanya kemudian seakan-akan tak pernah menderita,
"Aku hanya merasa hawa murni dalam nadi-nadiku berjalan tak lancar, seperti ada seperti
juga tak ada, tersendat-sendat seperti mau putus, hawa darah bahkan mengalir secara terbalik,
justru ilmu Bu kek teng heng sim hoat paling serasi untuk keadaan semacam ini, maka itu ketika
Liong-ji menekan racun tersebut dengan menggunakan kepadaian itu, sama sekali tidak
merasakan gangguan apa-apa" "Jiko, mengapa tidak kau katakan keadaan seperti itu kepadaku?" jerit Coa Wi-wi.
Hoa In-liong tersenyum. "Bukankah sudah kukatakan bahwa aku tidak apa-apa" Urusan sepele semacam itu tak
ada perlunya untuk dikatakan kepadamu"
Sekalipun ucapan tersebut diutarakan dengan nada yang enteng, Coa Wi-wi bukan
orang bodoh, sudah tentu ia mengetahui betapa seriusnya keadaan, tanpa terasa air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya, kepada Goan cing taysu pintanya, "Gwakong, sudah tentu kau
punya cara baik untuk mengatasi keadaan semacam itu bukan?"
Betapapun sempurnanya tenaga dalam yang di miliki Goan cing taysu, betapapun
teguhnya imam pendeta tersebut, tak urung rasa girangnya tercermin juga diatas wajahnya.
"Anak bodoh, wahai anak bodoh" ia berbisik, "tahukah kau, lantaran bencana
jikomu mendapat rejeki, untuk gembirapun tak sempat masa kau malah bersedih hati?"
Coa Wi-wi merasa setengah percaya setengah tidak.
"Tiada bencanapun sudah merupakan suatu keruntungan yang luar biasa, darimana
datangnya rejeki" Kongkong bukanya lagi membohongi orang kan....?"
Ketika dilihatnya paras muka Hoa In-liong tetap tenang tanpa perubahan, kembali
Goan cing taysu menghela napas. "Bocah ini betul-betul seorang manusia yang berbakat, bagaimanapun jua harus


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kucarikan sebuah akal yang bagus untuk mengubah waktu romantisnya yang berlebihan, agar ia
menjadi seorang pemuda yang benar-benar sempurna"
Harus diketahui Goan cing taysu adalah seroang laki-laki yang jujur dan memegang
teguh tradisi, ia merupakan seorang manusia yang tak berani melanggar batas-batas sosial,
karena itu melihat Hoa In-liong yang gemar bermain perempuan, nomor satu ia merasa paling tak
betah. Kendatipun ia pintar ia berpengalaman dan punya banyak akal, pikiran punya pikir
toh tak berhasil menemukan cara yang tetap, maka sewaktu dilihatnya Coa Wi-wi lagi
uring-uringan karena pertanyaannya tidak dijawab, tertawa pendeta ini.
"Anak bodoh, buat apa kongkong membohongi dirimu?"katanya.
"Tapi bagaimana mungkin lantaran bencana mendapat rejeki, Kongkong, cepat
terangkan kepada ku!" 573 Berbicara sampai disitu, ia berpaling dan melotot sekejap kearah Hoa In-liong
dengan gemas, seakan-akan ia tunjukkan ketidak senangnya lantaran pemuda tersebut telah
mengelabuhi dirinya dalam soal yang maha penting itu.
Pelan-pelan Goan cing-taysu berkata, "Hal ini justru menyangkut tentang ilmu Bu
khek teng beng sim hoat dari keluarga kita, kepandaian tersebut mempunyai aliran yang bertolak
belakang dengan kepandaian pada umumnya, lagipula cara berlatihnya juga kebalikan...."
Sebetulnya pendeta itu hendak memberi keterangan yang terperinci, namun Coa Wi-
wi tidak sabaran, ia segera menukas dengan aleman, "Sudahlah, sudahlah, kongkong tak
perlu berkuliah panjang lebar lagi, jiko telah mengatakah kesemuanya itu kepadaku"
Goan cing taysu benar-benar pusing dibuatnya, dengan perasaan apa boleh buat dia
hanya bisa mengeluh, "Yaaa, ibumu terlalu memanjakan engkau sehingga terciptalah tabiat
yang jelek!" Sesudah tarik napas, ia berkata kembali, "Singkatnya saja, Bu kek teng heng sim
hoat terbagi dalam tiga tingkatan, tingkat pertama adalah Ni khi heng kang yakni mengalirkan
hawa murni berkebalikan dengan aliran darah, bila hawa murni sudah dapat dikuasai sehingga
berjalan balik dengan arah aliran darah, orang baru dapat meningkat kepelajaran kedua yang
disebut Huay hian pau tin (menyimpan hitam memeluk asli) tingkat ketiga
merupakan pelajaran tersulit tingkat
ini disebut Ji khek bun lun (dua kutuh bersatu padu) dalam tingkatan ini aliran
yang searah dari aliran yang berlawanan arah harus mengalir dalam perpaduan yang sama dalam
keadaan demikianlah Bu khek teng heng baru dikatakan telah mencapai pada puncaknya"
"Tanpa anak Wi musti katakan, semua orang juga tahu, kau orang tua tentu
berhasil mencapai tingkatan yang tak terhingga ini pada tingkat pelajaran yang kedua bukan?" ujar
Coa Wi-wi. Goan cing taysu tersenyum.
"Lautan pelajaran tak bertepian, ilmu silat tiada ujung batasnya, siapakah yang
sanggup mencapai tingkatan tertinggi yang tak terhingga" Yang dinamakan Tay khek, tiada
yang tidak paling tinggi, tiada yang tidak paling rendah, anak Wi! Mengertikah engkau?"
"Anak Wi tidak mengerti" Coa Wi-wi gelengkan kepalanya berulang kaii, "anak Wi
cuma ingin bertanya kepada dua orang tua, sampai ketingkatan berapakah kau orang tua
melatih ilmumu" Buat apa kau katakan ujar-ujar yang maknanya susah dimengerti itu?"
"Kongkong sendiri belum pernah berhasil menembusi tingkatan Ji-khek hun lun
untuk mencapai tingkatan Bu khek teng neng, tapi jikomu....dalam waktu yang amat singkat akan
berhasil mencapai tingkatan tersebut...."
"Aaah....! Mana mungkin?" kontan Hoa In-liong membantah, "kongkong yang memiliki
tenaga dalam hasil latihan selama tujuh-delapan puluh tahun saja belum bisa mecapai
tingkatan itu, apa lagi Liong-ji yang tak becus ini?"
"Waktu Say-yang kehilangan kudanya, apa dia tahu bakal mendapat rejeki?"
"Kunci terutama dalam hal ini justru terletak pada racun ular keki yang kau idap
itu" "Waaah.... kalau memang begitu gampang sekali!" seru Coa Wi-wi dengan wajah
barseri, "lain kali akan kucari racun ular sakti dan akan kubiarkan badanku terkena, dengan
demikian bukankah aku juga dapat melihat diri hingga mencapai tingkatan Ji khek hun lun"
574 Goan-cing taysu tertawa lebar lalu gelengkan kepalanya berulang kali.
"Aaaah....! Masa segampang itu" Kalau sungguh demikian, kongkong juga pingin
melatih diri hingga mencapai ke tingkatan yang amat tinggi! Kenapa tidak mencari racun ular
sakti kemudian melatih diri....?" Sesudah berhenti sebentar, dengan wajah serius katanya lebih jauh, "Liong-ji,
walaupun begitu soal berhasil atau tidak masih sukar untuk dibicarakan, dan lagi untuk menembusi
rintangan tersebut harus mengalami siksaan serta penderitaan yang tak terhingga, bagaimana
pendapatmu....?" Hoa In-liong sendiri meskipun merasa gembira bercampur terharu setelah
mengetahui bahwa lantaran bencana mengakibatkan datangnya rejeki baginya, namun paras mukanya
tetap tenang seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu apapun, apalagi setelah mendengar
perkataannya yang terakhir, kendatipun gembira juga karena tenaga dalamnya bisa mencapai tingkatan
yang tak terhingga, diapun takut sebab menurut Goan cing taysu akan mengalami siksaan
serta penderitaan yang tak terkirakan.
Setelah berpikir sejenak, dengan penuh rasa hormat ia menyahut, "Liong-ji siap
mendengarkan keputusan dari kongkong!"
"Bagus! Soal ini tak perlu ditunda lagi, sekarang juga kita berangkat ke bukit
Mo san!" Seraya berkata dia lantas bangkit berdiri dan bersiap sedia untuk berangkat.
Waktu itu sudah kentongan kelima, fajar baru menyingsing diufuk timur, baru saja
si dayang Huan-ji memadamkan lampu lentera ketika Goan cing taysu siap berangkat.
Kok Hong seng menggerakkan bibirnya seperti mau menghalangi kepergian majikan
tuanya, tapi ia tak berani berkata apa-apa, niatnya segera dibatalkan.
Coa Wi-wi paling tidak ambil gubris segala tata cara, dicekalnya ujung baju Goan
cing taysu dan rengeknya dengan wajah memelas, "Oooh.... kongkong yang baik, kenapa tidak kau
latih jiko dirumahku ini saja?"
"Tidak bisa!" jawab Goan cing taysu sambil gelengkan kepalanya, "tempat ini
merupakan kota besar yang ramai dengan segala macam manusia, kebanyakan iblis dan kaum gembong
perkumpulan sesat terhimpun disini, tempat seperti itu bukan tempat yang cocok
untuk berlatih silat" "Kalau begitu anak Wi boleh ikut bukan?" desak si nona.
"Siapa saja boleh ikut pergi, cuma kau seorang yang tak boleh!" tukas Goan cing-
taysu. "Kenapa?" Coa Wi-wi kontan saja melototkan matanya lebar-lebar.
Goan cing-taysu menggerakkan bibirnya seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi ia
tidak memberi penjelasan apa-apa.
Yang terutama ditakuti paderi ini adalah membiarkan gadis itu menyaksikan
penderitaan serta siksaan yang dialami Hoa In-liong sewaktu berlatih ilmu, ia kuatir gadis itu
tega dan mengakibatkan kerugian bagi Hoa In-liong.
575 Hoa In-liong yang ikut bangkit bersamaan dengan berdirinya Goan-cing taysu tadi,
saat itu mendadak berseru, "Kongkong...."
Goan cing taysu berpaling kearahnya, alis matanya yang putih tampak berkerut,
kemudian sahutnya, "Kulihat kau ada sesuatu yang hendak diutarakanu, Nah, katakan terus
terang!" Hoa In-liong tertawa jengah,
"Malam nanti Liong-ji masih mempunyai janji dengan Bwee Su-yok Kiu-im-kauwcu
yang berkuasa saat ini, perempuan itu sedianya akan diadakan di kantor cabangnya untuk kota
Kim-leng...." "Yang paling penting buatmu sekarang adalah menambah kesempurnaan tenaga
dalammu" tukas Goan cing-taysu, "lebih baik janji itu dibatalkan saja!"
Hoa In-liong berpikir sebentar, lalu berkata lagi, "Liong-ji pikir, hidup
sebagai manusia yang paling penting adalah pegang janji...."
Coa Wi-wi juga ingin berkumpul lebih lama lagi dengan pemuda itu, meskipun ia
tak setuju kalau Hoa In-liong penuhi janji tersebut, toh saat ini katanya juga, "Kongkong, waktu
tak akan terbuang dengan begitu saja, sekalipun tertunda satu dua hari toh ilmu tersebut
dapat dilatih juga?" Goan ciog taysu menyapu sekejap wajah kedua orang itu, kemudian dengan senyum
penuh berarti jawabnya, "Baiklah, aku saja yang mengalah! Nah, anak Liong tengah malam
nanti kunantikan kedatangan mu di pagoda Yu hoa tay, lolap pergi dulu!"
Begitu ucapan terakhir diutarakan, semua orang merasa pandangan matanya jadi
kabur dan tahu-tahu Goan cing taysu sudah lenyap dari hadapan mereka.
Waktu datang tidak menimbulkan suara, waktu pergi tidak meninggalkan jejak, ilmu
meringankan tubuh semacam ini sungguh merupakan suatu kepandaian yang
mengerikan. Setelah tidak tidur semalaman, Coa Wi-wi yang kuatir kesehatan Hoa In-liong
terganggu apa lagi senja nanti masih ada janji dengan Bwe Su-yok, segera memerintahkan Kok Hong
seng untuk mundur, dan ia hantar sendiri anak muda itu kehalaman belakang untuk
beristirahat. Ruangan yang disediakan bagi Hoa In-liong adalah kamar tidur yang pernah dipakai
ayah Coa Wi-wi yakni Coa Goan-hau sebelum hilang.
Gedung yang tersendiri itu terdiri dari kamar baca, kamar tidur serta sebuah
ruang tamu kecil ysng bersih dan nyaman. Meskipun sudah lama tak terpakai namun karena sering
dibersihkan maka suasana tetap nyaman dan bersih.
Kata Coa Wi-wi. Ibunya Kwan Bun-sian memerintahkan agar tempat itu diatur sesuai
dengan aslinya, agar Coa Goan hau bila pulang akan merasa kaget bercampur girang.
Dari sini dapat diketahui betapa tebalnya perasaan kasih sayang antara suami
isteri berdua. Setelah masuk kedalam ruangan, Hoa In-liong saksikan ruangan tersebut diatur
dengan begitu indahnya, disana sini penuh berisi benda antik yang indah dan tak ternilai
harganya. Sepintas lalu ruangan itu indah bagaikan rumah seorang raja muda, tapi mirip pula ruangan yang
dihuni seorang seniman. 576 Setelah menghantar pemuda itu masuk ke ruang tidur, Coa Wi-wi siap tinggalkan
tempat itu. Tapi sebelum gadis itu melangkah pergi, tiba-tiba Hoa In-liong merangkul
pinggangnya dan mengecup bibirnya, "Jangan begitu" seru Coa Wi-wi gelisah, "kalau sampai ketahuan para dayang...."
Sebelum ia menyelesaikan kata-katanya, bibirnya yang mungil telah dikecup mesra
bibir anak muda itu, dengan begitu kata selanjutnya otomatis tak sempat diutarakan keluar.
Meskipun malu tapi rangkulannya Hoa In-liong yang panas melumerkan itu segera
meluluhkan hatinya, badan jadi lemas, bukan saja ia balas memeluk tubuh Hoa In-liong yang
keras bahkan membalas pukul ciuman itu dengan lebih mesra.
Entah berapan lama sudah lewat, suasana yang penuh kesyaduhan itu tiba-tiba
dicaukan oleh teriakan Huan-ji, "Nona, Hoa kongcu, apakah sarapan perlu dibawa masuk?"
Dengan perasaan kaget Coa Wi-wi meronta dari pelukan Hoa In-liong, tampak Huan-
ji berdiri diluar ruang depan, sekalipun selisih jaraknya agak jauh, namun dalam keadaan
demikian disangkanya bayangan itu berada dekat dengan meraka.
Setelah rasa kagetnya berhasil ditengahkan, gadis itu baru marah-marah, "Aku kan
sudah bilang, sarapan tidak usah disiapkan, sebelumnya kau ini lupa atau sengaja memang hendak
mengacau?" "Nona.... sahut Hoan-ji.
"Enyah dari sini!" teriak Coa Wi-wi lagi dengan gusar, "jiko ku perlu
beristirahat dengan tenang!"
Yaa, siapa yang tidak mendongkol bila sedang asyik berciuman, tiba-tiba
kesyaduhan tersebut diganggu orang" Siapa yang tidak marah kalau suasana mesra jadi bubar gara-gara
kemunculan seseorang yang tak dikehendaki"
Tak salah lagi kalau nona itu jadi naik pitam dan marah-marah saking malu dan
jengkelnya. Huan-ji yang terbentur batunya jadi melongo, ia mencibirkan bibirnya tinggi-
tinggi dari luar ruangan, lalu dengan wajah tak senang hati berlalu dari sana.
Sepeninggal dayang itu, Hoa In-liong kembali merangkul pinggangnya yang ramping.
"Adik Wi...." bisiknya mesra.


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Merah dadu sepasang pipi Coa Wi-wi karena malu, ia meronta dan melepaskan diri
dari rangkulan orang, lalu serunya aleman, "Aaaah.... kamu ini...."
Sesudah termenung sebentar, katanya lagi, "Cepatlah pergi beristirahat! Siapa
tahu senja nanti masih harus melangsungkan suatu pertarungan sengit" Sampai kini racun ularmu
belum lenyap, tak boleh sembarangan kau turun tangan, baik-baik sajalah menghimpun tenaga.
Tengah hari nanti aku datang lagi untuk mengajak kau bersantap siang"
Habis berkata, ditatapnya sekejap pemuda itu dengan pandangan mesra, kemudian
dengan perasaan berat hati meninggalkan ruang itu.
577 Memandang bayang punggungnya yang lenyap dibalik ruang, Hoa In-liong tersenyum
ia tutup pintu dan masuk kedalam ruang.
Pemuda itu tidak pergi tidur tapi mengampiri kursi besar didekat pembaringan dan
duduk bersamadi disitu. Yaa, walaupun pemuda ini romantis dan suka main perempuan, pada hakekatnya dia
adalah seorang yang tahu kewajiban. Sekalipun hanya tersedia kesempatan beberapa jam
yang amat singkat waktu yang luang itu tak pernah dia abaikan untuk melatih diri.
Mula-mula diulangnya tenaga sim hoat aliran Hoa setelah itu dia baru melatih
ilmu Bu khek teng heng sim hoat sebanyak dua kali.
"Menurut Goan cing taysu aku dapat melatih ilmu sim hoat ini mencapai
ketingkatan yang paling tinggi dengan perantara racun ular tersebut, sebenarnya bagaimanakah caranya
itu?" Pikir punya pikir tiada jawaban juga yang ditemuinya, tiba tiba timbullah
kebinalannya, dia lantas membatin, "Kalau ilmu sim hoat keluarga Hoa kulihat bersamaan waktunya dengan
ilmu Bu khek teng heng sim hoat, lantas apa jadinya?"
Dasar masih berjiwa muda, apa yang dipikir segera dilaksanakan tanpa memikirkan
apa akibatnya bila hal tersebut dilakukan.
Perlu diketahui disini, bila satu hati bercabang dua, sering kali akan
mengakibatkan orang yang berlatih diri itu mengalami penyesatan dalam aliran. Dan penyesatan tersebut
akhirnya akan menga kibatkan keadaan yang dinamakan jalan api menuju neraka.
Dasar memang masih kebocah-bocahan, pemuda itu membayangkan yang aneh-aneh,
dianggapnya untuk menggabungkan dua kekuatan yang berbeda itu sama gampangnya
dengan mencampurkan lumpur dengar air.
Akibat dari perbuatannya itu, jika berhasil memang lumayan, tapi kalau gagal"
Akhirnya akan mengalami jalan api menuju neraka, masih mendingan kalau separoh badannya jadi
lumpah, jika hawa murni yang tersesat sampai menembusi nadi-nadi lain" Siksaan tersebut bukan
bisa diterima oleh manusia biasa, karena lebih baik mati daripada mengalami siksaan
semacam itu. Andaikata keadaan baik dan keadaan jelek berbanding lima puluh dengan lima
puluh, orang masih berani menyerempet bahaya. Tapi perbandingan untuk keadaan tersebut adalah
sembilan puluh sembilan berbanding satu, kecuali dia memang bernasib sangat baik, sulit
rasanya untuk lolos dalam keadaan hidup.
Sebab itulah, selihay-lihaynya seorang jago silat, seaneh anehnya watak orang
itu, tak pernah diantara mereka berani berbuat sewenang-wenang dengan mempertaruhkan nyawanya
sebagai barang mainan. Masih mendingan kalau ilmu yang dilatih ilmu kampungan, sebagaimana diketahui,
baik Sim hot, dari keluarga Hoa maupun Bu-khek teng heng sim hoat kedua duanya merupakan ilmu
tenaga dalam tingkat tinggi yang berbeda aliran, selihay apapun kepandaian seseorang,
tak mungkin mereka akan temukan persamaan diantara kedua jenis sim hoat tersebut yang
memungkinkan kedua ilmu tersebut dilebur menjadi satu.
578 Meskipun Hoa Inliong sebagai keturunan orang lihay mengetahui juga akan bahaya
yang membayangi perbuatannya itu, namun karena sifatnya memang gemar menyerempet
bahaya, kedua diapun belum tahu sampai sedalam manakah bahaya yang bakal dialaminya,
maka didesak oleh perasaan ingin tahunya yang besar, tanpa berpikir panjang lagi apa
yang dipikirkan segera dilakukan dengan begitu saja.
Pada mulanya, oleh karena dia sudah begitu hapal dengan Sim hoat keluarganya,
setiap kali ia berusaha bersamadi, serta-merta sim hoat tersebutlah yang digunakan.
Tapi kemudian, anak muda itu bertindak lebih berhati-hati setiap kali ada
kesempatan, Bu khek teng heng sim hoat ikut disalurkan juga bersamaan waktunya.
Dalam waktu singkat dua gulung aliran hawa sakti yang saling bertentangan mulai
saling gontokgontokan dalam urat nadinya, semakin besar niat pemuda itu untuk
mengendalikan goncangan tersebut, semakin kalut kedua gulung hawa murni itu menggulung tubuhnya, ia
segera sadar bahwa gelagat tidak menguntungkan.
Tapi sayang, pada waktu itu kedua gulung hawa murni tersebut sudah lepas dari
kontrolnya lagi, ibaratnya air bah yang menjebolkan bendungan, dengan dahsyatnya menyapu apa saja
yang dapat dilanda. Yang paling seram lagi, justru dalam keadaan begitu racun ular sakti yang
mengeram dalam tubuhnya kambuh secara bersamaan, isi perutnya seketika itu juga terasa amat
sakit bagaikan digigit berjuta juta ekor binatang, ditambah pula hawa murni yang bergolak
dibadannya menusuk-nusuk isi perut bagaikan tusukan gunting, penderitaan semacam itu
mungkin tak akan tahan dirasakan oleh siapapun.
Seperminum teh kemudian, seluruh wajah anak muda itu telah berubah jadi merah
padam, peluh yang membasahi dadannya sebesar kacang.
Sebentar saja badannya sudah basah kuyup bagaikan baru keluar dari bak mandi.
Dalam keadaan seperti ini, anak muda itu hanya bisa pasrah pada nasib, ia benar-
benar tak mampu mengendalikan hawa murninya lagi.
"Habis riwayatku!" pekiknya dihati.
Tiba-tiba kepalanya seperti kena dihantam dengan benda berat...." biang!"
pigsanlah pemuda itu. Entah berapa lama sudah lewat ketika ia membuka kembali matanya, pemuda itu
merasa seakan-akan baru sadar dari impian, apalagi terbayang kejadian yang baru
dialaminya, ia cuma bisa teriak syukur, syukur berulang kaki.
Ia merasa sekujur badannya jadi segera dan enak, butiran keringat mendatangkan
kehangatan yang terasa nikmat, apalagi setelah hawa murni yang mengalir dalam nadinya
diperiksa, pemuda itu merasa bingung dan tak bisa mengerti ia tak tahu rejekikah" Atau bencanakah"
Ternyata ia merasa hawa murni yang mengalir dalam nadinya itu dibalik kebalikan
terdapat kelurusan dan dibalik aliran yang lurus terkandung keterbalikan, seperti lurus
seperti juga berbalik, seperti juga bukan lurus bukan juga terbalik, sampai-sampai dia
sendiripun tak tahu apa gerangan yang sebenarnya terjadi....
579 Tapi ada satu hal yang pasti, yakni hawa murni itu mengalir sendiri secara
otomatis tanpa rintangan, diapun tidak menemukan tanda-tanda yang menunjukan bahwa bencana
sudah diambang pintu. Kali ini ia tak berani terlalu gegabah lagi, pemuda itu bermaksud meneruskan
kembali latihannya setelah mendapat petunjuk dari Goan cing taysu....
Sebetulnya itu semua merupakan gejala yang menunjukkan bahwa tenaga dalam yang
dimilikinya telah mendapat kemajuan yang amat pesat, sayang pemuda itu kalau
sudah tidak serius, betul-betul terlampau tidak serius, tapi kalau sudah sungguh-sungguh,
sungguh sungguh kelewat batas, begitulah kalau dia memang dasarnya mempunyai bakat yang baik dan
rejeki yang baik pula.... Sementara dia masih termenung sambil melamun mendadak dari arah pintu terdengar
serentetan suara yang amat lirih, dengan lantang ia lantas membentak, "Siapa
disitu?" Pintu dibuka orang, dan sesosok bayangan merah yang menyiarkan bau harum
melintas masuk kedalam ruangan. "Jiko, jahat amat sih kamu ini bikin jantung orang hampir rontok saja...." tegur
suara merdu menggema di udara. Hoa in-liong segera tersenyum.
"Aaaah. Siapa suruh kau seperti setan pengacau?"
Waktu itu Coa Wi-wi sudah berganti dengan satu stel gaun berwarna merah menyala,
ia tampak jauh lebih cantik, jauh lebih menawan dan jauh lebih mempesona hati, ibaratnya
sinar emas sang surya yang baru terbit dipagi hari.
"Hei, kenapa kamu jiko" Sudah tidak kenal lagi dengan aku?" seru nona itu sambil
tertawa manja. Dengan tatapan mata seperti elang yang mengincar kelinci, anak muda itu
mengamati gadis tersebut dari atas hingga kebawah, kemudian baru gelengkan kepalanya sambil
menghela napas. "Yaa, aku memang sudah tidak kenal lagi!"
Sesudah berhenti sebentar, ujarnya lagi, "Setiap kali adik Wi bertukar dengan
satu stel pakaian, hampir saja aku tak dapat mengenali dirimu lagi"
"Aaaah.... kamu ini, masa cuma kenali pakaian tidak kenal orangnya!" omel Coa Wi-
wi manja. Hoa In-liong gelengkan kepalanya berulang kali.
"Bukan, bukan begitu, aku hanya merasa setiap kali adik Wi tukar dengan satu
stel pakaian, engkau selalu tampil dengan corak dan gaya yang berlainan, apa mau dikata setiap
corak dan gaya mu itu menampilkan pula kecantikan yang membuat seluruh wanita didunia ini
seolah-olah kehilangan keayuan mereka semua, padahal selama hidup aku tak percaya kalau
dunia ini terdapat perempuan yang demikian cantiknya, maka jangan heran kalau aku lantas
curiga, benarkah perempuan yang kujumpai itu adalah adik Wi ku yang manis!"
580 Dasar play-boy yang pintar putar lidah, entah sungguh entah tidak rayuan
tersebut, tapi yang pasti kata-kata semanis madu itu cukup membuat hati sekeras bajapun menjadi
leleh. Tentu saja Coa Wi-wi merasa senang dengan pujian anak muda itu, walau begitu toh
ia mengomel lagi, "Hmmm....! Aku tak percaya, kata-katamu itu, sudah pasti adalah
kata-kata rayuan gombal!" Kemudian matanya celingukan kesana kemari dengan tajamnya, setelah sambil
berseru tertahan ia berkata lagi, "Oooh.... rupanya kau belum tidur, kalau kulihat dari keadaan
disini, pembaringan tersebut jelas belum terpakai.... Ehm, jadi kau baru berlatih ilmu silat" Waah
kagum, kagum aku sangat kagum dengan ketekunanmu"
"Oooh.... aku sih tak akan memiliki ketekunan seperti itu" Hoa In-liong tertawa,
"lagi memuji atau lagi menyindir!" "Aaah.... terserah apa yang kau pikir!"
Setelah berhenti sebentar, kemudian katanya lebih jauh, "Hayo bangun dan makan
siang! Atau kau masih ingin berlatih terus ilmu silatmu?"
"Aku memang bermaksud demikian, maka jika adik Wi belum lapar, bagaimana kalau
kau turunkan dulu rahasia Su siu hua heng ciang kepadaku" Mau bukan?"
Kalau anak muda itu berpikir demikian, tidak begitu dengan jalan pikiran Coa Wi-
wi, dia tak mau pemuda itu lupa makan lupa tidur hanya gara-gara ingin berlatih ilmu silat. Maka
bibirnya segera dicibirkan. "Kau boleh saja kalau ingin mati kelaparan, kalau aku sih ogah untuk temani kau
mati karena kelaparan, hayo makan dulu!"
Tapi sewaktu dilihatnya pemuda itu masih duduk, ia lantas maju dan menyeretnya
sampai bangun. "Kenapa belum bangun juga?"teriaknya.
Hoa In-liong benar-benar dibikin apa boleh buat, terpaksa ia bangkit sambil
gelengkan kepalanya. "Baik! Baik! Jangan mengomel, mari kita bersantap!"
Makan siang itu diselenggarakan dalam ruang kecil di halaman yang tersendiri
itu, dayang cilik Huan-ji melayani mereka berdua, meski cuma dua orang yang bersantap namun sayur
dan hidangan yang tersedia begitu melimpah ruah sehingga sepuluh oranpun belum tentu
dapat menghabiskan semua hidangan tersebut.
Dalam bersantap sekali lagi Hoa In-liong menanyakan rahasia ilmu pukulan Su siu


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hua heng ciang. Coa Wi-wi tak tega untuk menolak permintaan orang, maka ilmu sakti itu
pun diturunkan pemuda tersebut. Ilmu pukul Si sau hua heng ciang itu terdiri dari delapan gerakan yang
mengandung makna Su si pat kwa, dibalik gerakan mengandung pula gerakan yang saling bertautan satu sama
lainnya, dengan perubahan yang tak terhingga banyaknya.
581 Hoa In-liong dapat merasakan bahwa ilmu Ci yu jit ciat meskipun sakti dan keji
hebatnya bukan kepalang, namun tak mampu melebihi kehebatan dari ilmu pukul Su siu hu heng
ciang tersebut, yaa, pada hakekatnya ilmu sakti warisan dari Bu seng (malaikat silat) Im Ceng
memang bukan sembarang ilmu. Rahasia ilmu pukul Su siu huan heng ciang amat singkat dan sederhana, paling
banter juga terdiri dari ratusan huruf namun makna yang lebih dalam dari tulisan-tulisan itu
sudah tentu tidak sesederhana kata-kata tersebut, bahkan tidak berada di bawah catatan ringkas
Kiam keng bu kiu yang pernah diperoleh Hoa Thian-hong dimasa lalu.
Sambil bersantap Hoa In-liong sembari putar otaknya mendalami inti sari ilmu
pukul itu, mendadak satu ingatan melintas dalam benaknya, sumpit yang sebenarnya sedang
menjepit seekor ikan leihi seketika terhenti ditengah udara, lama sekali dia membungkam
dalam seribu bahasa. Huan-ji yang ada disampingnya dan menyaksikan adegan itu jadi merasa geli, cepat
dia menutupi bibirnya dengan sapu tangan lalu tertawa cekikikan.
Coa Wi-wi sendiri meski waktu itu juga merasa geli, tapi saat-saat terpenting
bagi anak muda itu sebelum ilmu silatnya mendapat kemajuan yang pesat maka matanya lantas melotot
ke arah Huan-ji sambil melarang dayangnya lebih lanjut.
"Adik Wi, sambutlah sebuah pukulanku ini!" tiba-tiba Hoa In-liong membentak
nyaring. Cepat ia letakkan sumpitnya ke meja, kemudian telapak tangan kanannya dijulurkan
kedepan seperti menekuk, jari tangannya di tegakkan sekaku baja, kemudian diserangnya
Coa Wi-wi dengan jurus Pian tong put ki (berubah tidak tetap).
Coa Wi-wi merasa terperanjat menghadapi serangan tersebut, tapi dengan cepat ia
melancarkan pula sebuah serangan balasan dengan jurus Pian tong put ki yang sama, teriaknya,
"Jiko, aku tak percaya kalau engkau lebih cerdik daripada aku dalam menggunakan jurus serangan
tersebut!" Ucapan itu ada benarnya juga, sekalipun serangan yang dilancarkan Hoa In-liong
serangan mengandung perubahan yang maha hebat, akan tetapi mana mungkin ia dapat
menandingi Coa Wi-wi yang sudah melatih ilmunya selama sepuluh tahun lebih"
Akan tetapi, apa yang kemudian terjadi ternyata sama sekali diluar dugaan,
begitu sepasang telapak tangan saling beradu, Coa Wi-wi lah yang berada di pihak yang rugi,
pergelangan tangannya tahu-tahu memekuk kebawah, badannya terjungkal ke belakang dan hampir
saja ia jatuh terjengkang kebelakang berikut kursi yang didudukinya.
Kiranya Coa Wi-wi sudah mengetahui sampai dimanakah taraf tenaga dalam yang
dimiliki Hoa In-liong, maka dalam menyambut serangan anak muda tadi, ia telah menggunakan
pula tenaga yang seimbang. Siapa tahu tenaga dalam yang dimiliki Hoa In-liong mendapat kemajuan yang amat
pesat, maka begitu telapak tangan mereka bersentuhan, meski ia menyadari bahwa keadaan tidak
menguntungkan, toh dalam keadaan begitu tak sempat lagi baginya untuk menambahi
tenaga dalamnya. Dengan wajah cemberut gadis itu merangkak bangun dari atas lantai, lalu serunya
manja, "Bagus! Bagus! Rupanya kau menyembunyikan kekuatanmu yang sebenarnya.... kau
jahat, kau jahat!" 582 Nanun Hoa In-liong tidak menjawab, sebab setelah melancarkan serangannya tadi
kembali pemuda itu terjerumus dalam pemikiran yang serius, tampak sepasang alis matanya
berkenyit, matanya mendelong memandang ke arah depan dan mulutnya terkatup rapat, ternyata
ia tak mendengar apa yang barusan diteriakkan gadis itu.
Saking gemasnya meskipun Coa Wi-wi ingin menggigit anak muda itu, namua ia tak
berani lantaran menuruti napsu sendiri menyebabkan ilmu silat nya terbengkalai, maka dengan kesal
gadis itu duduk membungkam.
Tiba-tiba didengarnya suara tertawa cekikikan menusuk telinga dari arah samping,
dasar lagi mangkel dan rasa mendongkol tak terlampiaskan maka bertemu dengan sasaran kontan
saja matanya melotot besar. "Hayo tertawa.... hayo terus sampai tua! teriaknya dengan marah "apa yang kau
gelikan" Enyah ayoh cepat enyah jauh-jauh dari hadapanku!"
Huan-ji meski kedudukannya cuman seorang dayang tapi sejak kecil sampai dewasa
ia hidup bersama nonanya ini, maka boleh dibilang waktu majikannya cukup dia kuasahi.
Meski melihat nonanya marah ia tidak jadi gemetar karena takut.
"Yaa, nona!" sahutnya malah.
Tapi baru saja ia sampai di depan pintu ruangan, Coa Wi-wi sudah berterak
kembali, "Hayo kembali apa yang kau gelisahkan" Takut kutelan tubuhmu bulat-bulat hei?"
Sambil tertawa Huan-ji berjalan kembali kedalam ruangan.
Tapi Coa Wi-wi sekali lagi ulapkan tangannya sambil berseru, "Enyah! Enyah dari
sini! Melihat tampangmu saja aku sudah bosan"
Huan ji tertawa cekikikan, sekarang baru betul-betul lari keluar ruangan itu.
Selang sesaat kemudian Hoa In-liong baru menghembuskan napas panjang bisiknya
kemudian, Oooh....rupanya begitu!"
Coa Wi-wi yang paling senang dengan kejadian itu, cepat serunya dari samping,
"Jiko, berapa banyak sudah yang berhasil kau pahami?"
Barusan ketika pemuda itu masih terjerumus dalam lamunannya, ia merasa sempat
mengawasi tampang sianak muda itu sepuas-puasnya bukan saja Hoa In-liong tanpan dan
romatis, kecerdikannya juga hebat, terutama sikap serta tingkah lakunya yaug menyenangkan
hati, sejak tadi-tadi semua rasa kesal dan murungnya sudah tersapu lenyap entah kemana....
Tiba-tiba ia merasa tidak semestinya menyelesaikan urusan itu dengan begitu
saja, sebab bagaima napun juga kalau dibekukan sampai disitu, hal ini menyangkut soal
gengsinya sebagai seorang gadis remaja. Maka sebelum Hoa In-liong menjawab pertanyaannya itu, dia sudah membentak lebih
jauh, "Sambutlah serangan ini!"
Telapak tangannya yang mulus langsung diayun kemuka melepaskan sebuah pukulan
dengan jurus Pian tong put ki. 583 Hoa In-liong tertawa nyaring, dengan jurus Pian tong put ki yang sama ia
songsong datangnya ancaman tersebut. "Serangan bagus!" serunya.
Ketika dua buah telapak tangan saling bertemu, kali ini Coa Wi-wi sudah membuat
persiapan, tentu saja tubuhnya sama sekali tidak bergeming dari posisinya semula.
Selain itu, rupanya nona tersebut ingin pula membalas kesalahan yang dia
alaminya barusan, sebab itu diapun ingin memberi sedikit pelajaran untuk Hoa In-liong, dalam
serangannya kemudian tenaga dalam yang dipakai mencapai delapan bagian lebih.
Apa yang terjadi" Sekalipun nona itu sudah menggunakan tenaga dalam yang sangat
besar, akan tetapi dikala sepasang telapak tangan itu saling bertemu, tiba-tiba dari balik
telapak tangan Hoa In-liong memancar keluar segulung tenaga pukulan yang sifatnya aneh sekali,
bukan saja pukulannya tidak berhasil menembusi pertahanan lawan, malahan tenaga serangannya
itu seperti ditarik oleh suatu kekuatan lain hingga mengalir kearah gang sama, ini
membuat hati nona itu jadi kaget bercampur curiga,
"Hei jiko apakah sudah telan pil Yau ti-wan tersebut?" tegurnya kemudian dengan
keheranan," kalau tidak kenapa tenaga dalammu bisa peroleh kemajuan seperti ini" Dan lagi
aku merasa hawa murni yang terpancar keluar dari tubuhmu itu sangat aneh"
"Aaaah, siapa bilang kalau aku makan pil ti wan?"
Tapi setelah dipikir sebentar, pemuda itupun lantas menuturkan pengalamannya
ketika ia mencoba-coba untuk menggabungkan tenaga sim-hoat keluarga Hoa-nya dengan Bu kek
teng heng sim hoat. Selesai mendengar penuturan tersebut, Coa Wi-wi jadi mencak mencak saking
gembiranya. Hoa In-liong ikut tertawa. "Adik Wi!" katanya, "bencanakah" Atau rejekikah" Hingga kini masih merupakan
suatu tanda tanya besar, kalau dibilang terkena racun ular sakti ibaratnya Say-ang yang
kehilangan kudanya, siapa tahu kalau aku bakal mendapat rejeki. Sebaliknya kalau dibilang Say-an
mendapat kuda, siapa tahu kalau kejadian itu justru akan membawa bencana"
"Aaaah....! Janganlah mengucapkan kata-kata yang mendatangkan perasaan tak enak
semacam itu?" keluh Coa Wi-wi.
Demikianlah, percakapan itu mereka langsungkan hingga tengah hari lewat, dan
akhirnya merekapun menyinggung soal janjinya dengan Bwe Su-yok.
Pada mulanya Hoa In-liong bersikeras ingin memenuhi janji seorang diri, sebab
dia yakin dengan kemajuan pesat yang diperolehnya dalam tenaga dalam, niscaya Bwe Su-yok bukan
tandingan nya lagi, maka sekalipun dia harus memenuhi sendiri janji itu, rasanya juga
tiada bahaya yang mengancam. Tapi Coa Wi-wi bersikeras memaksa ikut, alasannya walaupun tenaga dalam yang
dimiliki Hoa In-liong sudah mengalami kemajuan yang pesat, tapi racun ular sakti itu toh
belum punah, bagaimana kalau racun ular itu kambuh lagi dikala pertarungan sedang
berlangsung" 584 Apalagi semua orang juga tahu, Kiu-im-kauw merupakan sarangnya jago-jago
tangguh, terutama sebagai ketua perkumpulan sesat yang tak mengikuti peraturan dunia persilatan,
andaikata mereka sampai main kerubut, sekalipun tenaga dalam Hoa In-liong lebih tinggipun
percuma saja. Setelah berdebat setengah harian, akhirnya diputuskan Hoa In-liong memenuhi
sendiri janji itu, sementara Coa Wi-wi mengikutinya secara diam-diam.
"Yaa, pada hakekatnya santapan siang itu baru berakhir setelah makan waktu yang
berlarutlarut. Selesai bersantap, mereka memperdebatkan kembali keampuan ilmu pukulan Su siu
hua heng ciang, tidak berbicara soal kemajuan Hoa In-liong yang amat pesat, keanehan
tenaga dalam dari anak muda itulah yang justru membuat Coa Wi-wi jadi kaget bercampur keheranan.
Ketika ditanyakan bagaimana caranya mengerahkan tenaga aneh itu, bahkan Hoa In-
liong sendiripun tidak mengerti, ia cuma merasa tanaga tersebut terlontar keluar
secara spontan. Tatkala sore sudah menjelang tiba dan sang surya sudah tenggelam dikaki langit
sebelah barat, berangkatlah dua orang itu menuju keluar rumah....
Karena Coa Wi-wi harus melakukan pengiutitan secara diam-diam, ia merasa warna
merah yang terlalu menyolok, maka sebulam berangkat ia tukar dengan satu stel pakaian
berwarna putih. Hoa In-ling sendiri berdandan seperti seorang kongcu yang perlente, pedang
tersoren dipinggang, kipas digenggam dalam tangan, kipas yang dibawa dari rumah
sebetulnya sudah hilang, maka kipas yang dipakai sekarang adalah kipas hadiah Coa Wi-wi.
Dengan kecepatan langkah anak muda itu, jarak antara rumah keluarga Coa sampai
dikaki bukit Ciong-san sebelah barat bisa ditempuh dalam waktu singkat.
Masih jauh ia berada di depan bangunan rumah yang mewah itu, ketika pintu
gerbang tiba-tiba di buka orang dan Seng Sin sam yang kecil pendek memimpin serombongan anggota
Kiu-imkauw menyambut kedatangannya diluar bangunan rumah.
Menyaksikan keadaan seperti itu, Hoa In-liong malahan memperlambat langkah
kakinya, sambil menggoyang-goyangkan kipasnya dia menuju kepintu gerbang.
Begitu santai lagaknya, seakan-akan kedatangannya kesitu bukan untuk memenuhi
suatu perjanjian yang menyangkut mati hidupnya, melainnya khusus datang untuk
menghadiri suatu pesta ulang tahun teman akrabnya.


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menanti ia sudah berjalan mendekat, dengan tak sabaran Seng Sin-sam merangkap
tangannya memberi hormat, kemudian berkata, "Hoa kongcu benar-benar seorang pegang janji,
kaucu kami mempersilahkan kongcu masuk ke dalami"
Hoa In-liong segera melipat kipasnya dan disimpan kedalam saku tegurnya
kemudian, "Eeeh, dimana kaucumu" Kenapa tidak menyambut sendiri kedatanganku....?"
Seng Sin sam tertawa seram.
"Hahaha.... apakah Hoa kongcu dapat mewakili ayahmu?" dia balik bertanya.
585 Maksud dari perkataannya itu sudah amat jelas, yakin Hoa In-liong masih belum
cukup bergerak untuk mendapat penyambutan dari Bwe Su-yok.
"Bukan demikian maksudku...." kata Hoa In-liong sambil membentangkan kembali
kipasnya dan digoyang-goyangkan beberapa kali.
"Lalu Hoa kongcu ada petunjuk apa?" tukas Seng Sin sam tak sabar lagi.
Diam-diam Hoa In-liong mentertawakan ketidak sabaran orang namun diluaran ia
tetap bersikap serius, jawabnya, "Bagaimanapun juga aku orang she Hoa masih terhitung sahabat
karib kaucu kalian, memandang pada hubungan persahabatan ini sudah sepantasnya kalau ia
memang mengadakan penyambutan sendiri atas kedatanganku atau mungkin karena
kedudukannya sekarang sudah terhormat, maka ia pandang remeh sahabatnya dimasa lalu?"
Pemuda itu memang sengaja menjual kecap dengan tujuan memecahkan perhatian semua
jago yang hadir disekeliling bangunan itu, dengan demikian aku cukup memberi
kesempatan bagi Coa Wi-wi untuk menyusup ke dalam bangunan rumah itu.
Seng sin sam kontan saja tertawa dingin sesudah mendengar kata-kata itu.
"Heeehh.... heeehh.... heeeh....jadi, bila kaucu tidak menyambut sendiri kedatangan
Hoa kong cu maka engkau tak sudi masuk ke dalam perkara pungan?"
"Oooh....tentu saja tidak tentu saja tidak! Hoa In-liong gelengkan kepalanya
berulang kali, sekarang kaucu kalian sudah merupakan seorang pemimpin dari suatu perkumpulan
besar, sudah mestinya kalau ia pegang gengsi dengan berlangkah jual mahal!"
Sambil menggoyangkan kipasnya, pelan-pelan ia lanjutkan kembali langkahnya
menuju kedalam ruangan. Teng Sin sam betul-betul dibikin serba salah oleh tingkah laku pemuda itu,
cepat-cepat ia memburu ke muka seraya berseru, "Biar aku membawakan jalan untukmu!"
Meskipun rasa bencinya kepada Hoa In-liong sudah merasuk ketulang sumsum, namun
ketika di lihatnya anak muda itu berdandan perlente dengan pedang tersoren dipinggang dan
kipas digenggam dalam tangan, diam-diam ia memuji juga akan kekerenan anak muda itu.
"Emmm....! Dia memang tak malu menjadi putranya Thian cu-kiam!"
Setibanya didepan ruang mewah yang megah dengan lapisan emas meliputi tiang-
tiang penyangga dalam ruangan itu, tampaklah Bwe-Su-yok yang cantik jelita bak
bidadari dari kahyangan dengan memegang tongkat kebesaran berkepala setan menyambut kedatangan
diluar pintu, dibelakang nona itu mengikuti pula Tiamcu ruang siksa Le Kiu it, tongcu
bagian tata tertib Kek Thian tok serta Tongcu bagian proganda Huan-Tong.
Agak tertegun juga Hoa In-liong sewaktu dilihatnya Bwe Su-yok bersedia menyambut
kedatangannya dipintu ruangan, sebab menurut dugaannya semula kemungkinan besar
Bwe Suyok akan berlagak angkuh dengan maksud menghina serta mencemooh dirinya
habis-habisan. Setelah berpikir sebentar, dia lantas maju kedepan sambil memberi hormat,
katanya, "Apabila kedatangan Hoa Yang agak terlambat harap Bwe kaucu bersedia memaafkan!"
586 Bwe Su-yok balas memberi hormat, kemudian katanya pula dengan tertawa, "Bila
Bwee Su-yok tidak menyambut kedatanganmu dari jauh, harap Hoa kongcu bersedia memaklumi!"
Agak heran juga perasaan Hoa In-liong waktu itu, sebab meski nada pembicaraan
nona itu dingin dan hambar, namun tidak mengandung hawa napsu membunuh, sikap seperti ini boleh
dibilang jauh berbeda dengan sikapnya kemarin malam.
Setelah masuk kedalam ruangan, masing-masing pun mengambil tempat duduk.
Hoa In-liong menyaksikan dalam ruangan itu tersedia sebuah meja perjamuan, tak
usah disebutkan lagi tentu saja hidangannya terdiri dari hidangan yang lezat-lezat,
mangkuk, baki yang dipakai pun terdiri dari bahan-bahan perak yang berukiran indah.
Waktu itu disamping meja perjamuan berdiri tiga orang dayang, mereka tak lain
adalah dayangdayang kepercayaan Bwe Su-yok yang terdiri dari Siau bi, Siau kian
dan Siau peng. Walaupun senja sudah menjelang tiba, namun delapan buah lentera keraton yang
indah telah memancarkan pula cahayanya.
Bwe Su-yok yang duduk dimeja perjamuan tidak menawari tamunya minum arak, juga
tiada perselisihan atau perang mulut yang ramai, yang berlangsung hanya cawan yang
saling beradu serta suara sumpit yang membentur mangkok, tiada suara pembicaraan, semua orang
bersantap tanpa berbicara. Tentu saja kejadian ini diluar dugaan Hoa In-liong, segera pikirnya, "Baik, akan
kulihat kau si dayang busuk hendak bermain setan apa dengan diriku!"
Berpikir demikian, dia lantas menahan diri sambil mengikuti perkembangan yang
barlangsung didepan mata. Pemuda itu memiliki badan yang kebal terhadap segala macam racun, dengan tak
usah kualir keracunan, dia makan minum dengan bebasnya.
Selesai bersantap, tiba-tiba Bwu Su-yok berkata, "Hoa kungcu, apakah kau ingin
tahu keadaan dari Kanglam Ji-gi?"
"Aaah, sudah tahu pura-pura bertanya!" pikir Hoa In-liong, Namun segera jawabnya
juga, "Yaa, dengan segala kerendahan hati aku mohon agar Bwe kaucu bersedia memberi petunjuk
dimanakah empek Yu itu kini berada?"
"Heeehh.... heeehh.... heeeh.... kau anggap aku mau menjawab?" ejek Bwe Su-yok sambil
tertawa dingin. "Nah, sudah mulai!" batin Hoa In-liong, dia lantas tersenyum.
"Aku memang datang tanpa membawa harapan yang terlalu besar!" sahutnya cepat.
Bwe Su-yok tertegun. "Lantas karena urusan apa kau datang kemari?"
Hoa In-liong tak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya malah balik bertanya, "Aku
ingin mengajukan satu pertanyaan kepada Bwe kaucu, kendatipun Hian-beng-kauw sudah
berkomplot 587 dengan Kiu-im-kauw, masa perbuatan dari orang-orang Hian-beng-kauw bisa kaucu
ketahui semua" Dan aku tahu bahwa orang-orang Hian-beng-kauw memandang penting soal
empek Yu ku itu, betulkah kaucu benar-benar mengetahui jejak dia orang tua?"
Bwee Su-yok cuma tertawa dingin tanpa menjawab.
Hoa In-liong segera berkata lebih jauh, "Menurut dugaanku, belum tentu kaucu
mengetahui hal itu" "Sementara waktu jangan kita persoalkan apakah aku tahu atau tidak" kata Bwee
Su-yok pelan, "kalau toh engkau menganggap aku belum tentu tahu, buat apa pula kau dataag
memenuhi janji?" "Tiada karena soal lain, kecuali demi kepercayaan" jawab anak muda itu sambil
tersenyum. "Ooou.... benarkah kau pandang begitu penting soal kepercayaan?" ejek Bwe Su-yok
lagi dengan nada menyindir. "Ketat amat dayang ini menjaga rahasianya" pikir Hoa In-liong kemudian, "rupanya
ia pandai menduga suara hati orang, aku tak boleh pandang enteng dirinya...."
Begitu rencana sudah tersusun, ia baru menjawab, "Tentunya Bwe kaucu tahu bukan,
sejak dulu sampai sekarang, tanpa kepercayaan manusia itu tak bisa hidup?"
Bwe Su-yok segera tertawa ringan.
"Ooou....mungkin Hoa kongcu ingin mengandalkan ilmu silatmu yang maha tinggi?"
Dengan kerlingan mata yang jeli, ia melirik sekejap Le Kiu-it berempat, kemudian
berkata lebih lanjut, "Menurut pandangan Hoa Kongcu, bagaimana perdapatmu mengenai tenaga
dalam yang dimiliki kelima orang anak buahku itu?"
"Tak seorang pun yang bukan jago tangguh!"
Raut wajah Bwe Su-yok ysng sebetulnya sedingin es, tiba-tiba berubah jadi
hangat, sekulum senyuman cerah menghiasi bibirnya ibarat angin musim semi yang mencairkan salju,
seluruh keketusan dan sikap dinginnya tersapu lenyap.
Tapi justru karena itu wajahnya tampak semakin cantik dan menarik, ini membuat
Hoa In-liong jadi melongo saking terpesonanya. Namun kewaspadaannya juga semakin meningkat.
"Hoa kongcu!" kembali Bwe Su-yok berkata, andaikata aku dan ke empat orang
anggota perkumpulanku turun tangan bersama-sama, mampukah Kongcu lolos dari cengkeraman
kami?" Mendengar perkataan itu, Hoa In-liong merasa terkesiap, tapi diluar wajahnya ia
tepat tenang, seolah-olah hal itu sudah menjadi bahan dugaannya.
"Kaucu, pandai amat kau berbicara!" katanya sambil tertawa.
Yaa, pada hakekatnya orang yang hadir daiam perjamuan saat itu merupakan inti
kekuatan vang sebetulnya dari perkumpulan Kiu-im-kauw, meski sedikit jumlahnya, tapi kalau
mereka sampai menyerang bersama, kendatipun Hoa In-liong merasa ilmu silatnya sudah memperolah
kemajuan yang pesat, jagan harap bisa lolos dari situ dengan selamat. Bwe Su-yok kembali
tertawa ringan. 588 "Apakah Hoa kongcu menduga kalau aku cuma bergurau belaka?" ia balik bertanya.
Sikapnya yang berkebalikan dengan sikap-sikap dingin diwaktu-waktu biasanya ini
kembali membuat Hoa In-liong jadi kaget bercampur curiga, sekalipun dia pintar toh tidak
berhasil juga untuk menebak obat apakah yang dijual dalam cupu-cupunya itu"
Dengan sorot mata tajam ia berpaling kearah Kek Thian tok berempat dan
diamatinya ratu wajah mereka, tapi orang-orang itu tetap bersikap dingin dan hambar ini membuat anak
muda itu kembali gagal untuk menemukan suatu pertanda yang sensitip.
Maka setelah termenung sebentar, dia tertawa hambar.
"Kaucu, Hoa yang adalah seorang anak bodoh, maaf kalau aku tak mampu menebak isi
hatimu yang sebenarnya" Mimik wajah Bwe-yok yang semula cerah tiba-tiba berubah lagi jadi dingin dan
kaku, Hoa Inliong mengira dia mau melancarkan serangan dengan perasaan tegang
segenap tenaga dalamnya segera dihimpun untuk menjaga segala sesuatu yang tidak diinginkan.
Benarkah Kiu-im kaucu yang muda itu hendak melancarkan serangannya" Ternyata
tidak, dengan biji matanya yang jeli Bwe Su-yok mengerling sekejap ke arah Le Kiu it,
kerlingan itu mengandung arti yang sukar ditebak, bisa bermaksud baik bisa pula berniat jelek.
Begitu dikerling, Le Kiu-it segera bangkit berdiri, lalu sambil memberi hormat
kepada kaucu-nya ia berkata, "Hamba masih ada urusan penting yang harus segera diselesaikan,
harap kaucu sudi memaafkan diri hamba yang terpaksa minta diri ditengah perjamuan"
"Silahkan Le tiamcu!" sahut Bwe Su-yok hambar.
Le Kiu it lantas menjura pula ke arah Hoa In-liong.
"Aku orang she Le tak bisa menemani lebih lama, harap Hoa kongcu sudi memberi
maaf!" katanya. Hoa In-liong cepat bangkit seraya balas memberi hormat.
"Untuk menghimpun prajurit memanggil panglima, Le Tiamcu tentu butuh banyak
tenaga dan pikiran, silahkan?" Dia mengira kepergian Le Kiu-it tentu untuk menghimpun kekuatan Kiu-im-kauw guna
mencegah niatnya untuk melarikan diri, maka sengaja ia sindir niat jagoan tersebut.
Le Kiu it tidak memberi komentar apa-apa, dia cuma tertawa lalu mengundurkan
diri dari ruangan itu. "Ai, entah adik Wi bersembunyi dimana?" pikir Hoa In-liong kemudian.
Selang sesaat kemudian, Huan Tong yang merupakan Tongcu bagian propaganda mohon
diri pula untuk mengundurkan diri, disusul kemudian Kek Thian tok si tongcu bagian
tata tertib dan Seng Sin sam tongcu bagian penerima tamu ikut mundur dari situ.
589 Sekejap kemudian kecuali tiga orang dayang kecil, dalam ruang perjamuan itu
tinggal Hoa Inliong dan Bwee Su-yok dua orang.
Kejadian semacam ini benar-benar diluar dugaan Hoa In-liong, sekalipun dia
pintar dan berotak encer, toh dalam keadaan seperti ini ia tak mampu untuk menebak rencana apakah
yang sedang disusun Bwee Su-yok. Setelah suasana menjadi hening sekian waktu, akhirnya Bwe Su-yok buka suara
lebih dulu, ujarnya dengan suara yang merdu tapi bernada dingin dan kaku, "Hoa kongcu,
hingga kini bagaimanakah perasaanmu?"
Hoa In-liong tidak langsung menjawab, ia berpikir lebih dulu, "Watak perempuan
ini sangat aneh, ia bisa marah sebentar lalu girang sebentar, aku musti menghadapinya dengan
hati-hati" Berpendapat demikian, sambil tertawa ia lantas goyangkan kipasnya seraya


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjawab, "Aku rasa keadaan pada saat ini sangat baik, penuh rasa persahabatan!"
Kemudian sambil melipat kipasnya, ia menambahkan, "Kalau bisa bercakap-cakap
dalam suasana begini, tentu saja lebih baik lagi, bagaimana menurut pandangan nona Bwe?"
Dari sebutan kaucu tiba tiba ia dirubah panggilannya jadi nona, begitu selesai
berkata, cepat cepat diawasinya raut wajah Bwe Su-yok yang cantik jelita itu, dia ingin tahu
bagaimanakah reaksinya.... Ternyata Bwe Su-yok tidak menjadi jengah ataupun marah, bahkan seolah-olah tak
pernah mendengar perkataan itu. Lama sekali ia merenung, sebelum akhirnya berkata lagi,
"Sewaktu masih berada diluar perkampungan tadi, kau pernah berkata bahwa aku adalah
sahabatmu, apakah engkau tak akan bermusuhan lagi dengan pihak Kiu-im-kauw?"
"Ooh....jadi tadi dia sembunyi disekitar situ!" kembali Hoa In-liong membatin.
Setelah termenung sebentar, ujarnya dengan wa jah bersungguh-sungguh, "Aku
mempunyai beberapa patah kata kurang sedap yang ingin diutarakan, apakah nona Bwe...."
"Hei, kalau ucapanmu kurang sedap didengar, lebih baik jangan disinggung-
singgung, daripada nonaku jadi marah!" tiba tiba Siau bi yang berdiri di belakang majikannya
menyela. Bwe Su-yok segera berpaling dan melotot sekejap ke arahnya, lalu sambil menatap
kembali wajah In liong katanya, "Nah, kalau ingin mengucapkan sesuatu cepat katakan!"
Hoa In-liong tertawa. "Jika Kiu-im-kauwcu bisa bertobat dan meninggalkan jalan sesat untuk kembali ke
jalan yang benar...." "Dalam bagian manakah perkumpulan kami ini sesat?" tukas Bwe Su-yok sambil
tertawa dingin, "dan mengapa kami musti kembali ke jalan yang benar?"
"Jadi menurut pandanganmu, sudah sewajarnya kalau seluruh dunia persilatan
menjadi wilayah kekuasaan tunggal dari keluarga Hoa kalian?"
000000O000000 590 31 "NONA BWE, apa maksudmu dengan perkataan semacam itu?" tegur si anak muda dengan
dahi berkerut. Bwe Su-yok tertawa dingin.
"Golongan pendekar dan kaum lurus menyanjung keluarga Hoa sebagai pimpinannya,
dan sekarang kau anjurkan dirimu untuk meninggalkan kaum sesat kembali ke jalan yang
benar, apa lagi yang musti kujelaskan dengan perkataanku itu?"
Hoa In-liong tertawa. "Kalau nona berbicara demikian maka kelirulah anggapanmu, orang-orang golongan
pendekar saling berhubungan dengan dasar persaudaraan, kita tak pernah membedakan tingkat
kedudukan, dan siapapun tidak lebih atas dari yang lain, darimana bisa muncul
tingkat kedudukan sebagai seorang pemimpin" Apa lagi ayahku sama sekali tak berambisi
untuk menguasahi dunia persilatan"
"Kalau begitu bagus sekali, perkumpulan kami akan segera tinggalkan jalan sesat
untuk kembali ke jalan yang benar, bagaimana kalau golongan lurus mengangkat perkumpulan kami
sebagai pemimpinnya?" Setelah nona itu mengajukan usul seperti ini, tentu saja Hoa In-liong tak bisa
mungkir lagi, maka dia tersenyum dan menjawab dengan serius.
"Jika nona Bwe benar-benar bertujuan membahagiakan umat manusia dari segala
bentak kelaliman dan penindasan, ada salahnya kalau kami semua menuruti kehendak nona?"
Bwe Su-yok tertawa dingin.
"Heehhh.... heehh.... heehhh....enak benar perkataanmu itu, apakah kau dapat mewakili
ayah serta seluruh pendekar dan golongan putih untuk mengambil keputusan?"
Hoa In-liong tertawa. "Nona Bwe, meskipun aku Hoa Yang adalah keturunan keluarga Hoa, meski ilmu
silatnya maupun nama besarku tidak seujung jari orang o-rang lain, apalagi dalam soal watak,
boleh dibilang jelek dan tak pantas disinggung-singgung"
Bwe Su-yok mendengus. Hoa In-liong pura-pura tidak mendengar ujarnya lebih jauh, "Tapi aku yakin bukan
saja perkataanku tadi pasti akan disetujui ayahku, bahkan paman-paman dan cianpwe-
cianpwe lainnya juga akan menyetujui pula secara seratus persen"
"Dengan dasar apakah kau yakin jika mereka pasti akan setuju?" ejek Bwe Su-yok
dengan nada menyindir. "Orang akan mengutamakan dukungannya demi kepentingan umum daripada kepentingan
pribadi, itulah dasar yang kuanut!"
591 Jangan dilihat sewaktu mengucapkan kata-kata tersebut sikapnya sangat hambar,
tapi nadinya begitu serius dan wajahnya begitu keren, membuat orang musti memperhitungkan
pula kataKatanya itu. Bwe Su-yok seperti kena dihantam dengan tongkat besar, mukanya yang semula
dingin tiba-tiba berubah jadi hambar. Sebagaimana diketahui, gadis itu hidup dalam lingkungan perkumpulan sesat,
sekalipun amat disayang Kiu-im-kauwcu, tapi semua pendidikan yang diberikan kepadanya kalau
bukan berupa siasat-siasat busuk yang licik, tentulah cara-cara untuk mencelakai orang, sikap
jujur seperti yang diperlihatkan Hoa In-liong barusan, pada hakehatnya seperti kentut anjing
yang paling busuk bagi pandangan orang-orang Kiu-im-kauw, sebab perbuatan seperti itu mereka
nilai sama artinya dengan mencari kematian bagi diri sendiri, sudah pasti ajaran seperti
itu tak pernah diwariskan kepada anak didiknya.
Untunglah watak yang asli dari gadis itu adalah watak yang baik, dan watak yang
baik itu belum tertutup sama sekali oleh pendidikan yang salah, itulah sebabnya kenapa ia jadi
bingung dan untuk sesaat lamanya seperti kehilangan pegangan.
Ia merasa walaupun Hoa In-liong memiliki sifat menggampangkan pendapat orang dan
tidak serius, tapi jiwanya besar dan mulia kebijaksanaan dan kegagahannya sebagai
seorang pendekar sedikit pun tidak luntur.
Sesaat memang tak bisa menangkap lurus, sekalipun dia itu seorang ketua dari
suatu perkumpulan besar toh muncul juga perasaan rendah hatinya, tapi kemudian setelah
watak angkuh dan ingin menang gaya muncul kembali gadis itu kembali jadi jengkel.
"Huuuh.... kalau orang she Hoa lantas apanya yang luar biasa?" pikirnya.
Cepat dia menenangkan hatinya dan katanya.
"Banyak membicarakan soal ini tak akan ada gunanya lebih baik tak usah
disinggung lagi. Diam-diam Hoa In-liong mengerutkan dahinya.
"Waaah....payah, kalau dilihat cara dayang itu bersikap dan berbicara tampaknya ia
sudah terlalu dalam dicekoki ajaran yang salah, sulit, sulit rasa nya untuk menyadarkan
kembali dirinya" Terbayang betapa akhirnya dia musti menyelesaikan sengketa tersebut diujung
senjata dengan gadis secantik itu, Hoa In-liong menghela napas panjang, ia merasa kejadian itu
adalah suatu kejadian yang akan membuat hatinya menyesal sepanjang masa.
"Hei, kenapa kau menghela napas panjang pendek" Merasa takut?" tegur Bwe Su-yok
tiba-tiba. Hoa In-liong tertawa nyaring.
"Haaahh.... haaahh.... haaahh.... anak keturunan keluarga Hoa tak pernah kenal rasa
kaget atau jeri!" Setelah berhenti sebentar, dengan nada bersungguh-sungguh ia berkata lebih jauh,
"Perduli bagaimanapun sikap nona Bwe dikemudian hari, bagaimana kalau untuk sementara
waktu jangan kita singgung-singgung dulu masalah tersebut"
592 Aku pikir suasana semacam sekarang ini pantas diisi dengan acara minum arak dan
membicarakan soal-soal yang enteng!"
Mendengar perkataan itu, Bwe Su-yok termenung beberapa saat lamanya, tiba-tiba
dia angkat cawan peraknya dan meneguk setegukan isi cawannya, kemudian dengan perasaan
berat cawan itu di letakkan kembali ke atas meja.
Melihat itu Hoa In-liong lantas berpikir, "Meskipun ia tidak berkata-kata tapi
dari tindakan yang diambil jelas sudah menetujuinya.
Maka diapun angkat cawan serta meneguk habis pula isinya.
"Sian kian!" ujar Bwe Su-yok kemudian, "penuhi cawan Hoa kongcu!"
"Siau kian mengiakan, dia ambil poci dan memenuhi cawannya, menggunakan
kesempatan itu ia berbisik disamping telinga pemuda kita sambil tertawa, "Tempo hari kau pingin
minum secawan air putih saja tak keturutan, kali ini kau merasa gembira bukan" Bukan ada arak
wangi dan hidangan lezat, bahkan nona sendiri yang menemani dirimu"
Jilid 30 SEKALIPUN suaranya amat lirih, tapi dengan tenaga dalam Bwee Su-yok yang begitu
sempurna, tentu saja bisikan tersebut tak dapat mengelabuhi dirinya.
"Tidak tahu aturan!" segera makinya dengan muka kaku, "pingin digebuk?"
Sambil menjulurkan lidahnya cepat-cepat Siau kian membungkam.
Hoa In-liong tertawa, katanya pula, "Dayangmu cerdik dan menyenangkan, bicara
secara blakblakan semacam itu justru mencerminkan keakraban hubungan diantara
kita, menganggap semua orang sebagai anggota keluarga sendiri adalah kejadian yang sangat baik,
kenapa musti kau marahi?" "Benarkah ucapanmu itu muncul dari hati yang jujur?" tiba-tiba Bwee Su-yok
mendesis dingin. Anak muda itu segera berpikir, "Waah, jangan-jangan ucapanku itu kembali sudah
menimbulkan kegusaran hatinya?" Dengan senyuman yang tidak berubah, ia menyahut, "Memangnya kau anggap aku cuma
berpura-pura?" Bwe Su-yok segera mengawasi raut wajahnya dengan serius, ia temui pemuda itu
tetap tenang dan sama sekali tak nampak kepura-puraannya, ini membuat dara tersebut menghela
napas. "Ai, sayang aku merupakan ahli waris suhu" demikian pikirnya, "itu berarti
sepanjang hidup aku tak bisa melumerkan sikap permusuhanku dengan keluarga Hoa, aa.... aku.... yaa
sudahlah!" Begitu sudah mengambil keputusan, diapun tertawa dan berkata, "Kalau toh engkau
sudah berkata demikian, jikalau dayang-dayang itu sampai kurangajar, jangan kau
salahkan diriku yang kurang ketat mendidik mereka...."
593 Ternyata kali ini dara tersebut menyebut dirinya dengan sebutan aku dalam
tingkat kedudukan yang sederajat dengan Hoa In-liong dan tidak memakai kata aku dalam tingkatannya
sebagai seorang kaucu, tentang hal ini Hoa In-liong dapat mamahaminya.
Tadi kembali pemuda itu dibuat terkesima oleh senyum manis Bwe Su-yok yang
memikat hati, kecuali menatap gadis itu dengan pandangan tertegun dia tak tahu apa yang musti
dilakukan. Apalagi dihari-hari biasa, Bwee Su-yok memang tersohor karena dingin dan
ketusnya, maka senyuman tersebut ibaratnya gunung salju yang tiba-tiba meleleh, membuat udara
jadi hangat dan bunga pun bersemi kembali, sungguh bertolak belakang jika dibandingkan
dengan senyuman dinginnya yang mencekat hati.
Sebetulnya Bwee Su-yok memang seorang gadis yang cantik jelita, kecuali Coa Wi-
wi, rasanya didunia ini sukar untuk menjumpai gadis secantik dia, ditambah lagi dihari-hari
biasa gadis itu jarang tertawa dan selalu bersikap dingin dan ketus, maka senyuman cerah yang
menghiasi wajah nya sekarang boleh dibilang suatu kejadian yang langka.
Tak heran kalau sepasang mata Hoa In-liong melotot dengan terbelalalak, seakan
akan dia kuatir kalau rejeki itu akan segera lenyap sebelum dinikmatinya, ini membuat cawan arak
yang sudah hampir menempel di bibirpun tiba-tiba terhenti ditengah jalan.
Bwe Su-yok sama sekali tak bergerak, seolah-olah memang memberi kesempatan bagi
anak muda itu untuk mengamatinya sampai puas, kemudian ujarnya dengan lembut,
"Seandainya dalam kaadaan demikian kulancarkan sebuah serangan maut, aku rasa kau pasti akan
mampus dan menjidi setan yang kebingungan!"
Hoa In-liong meneguk habis isi cawannya, lalu tertawa.
"Tahukah kau, bahwa dihari-hari biasa bagaimana pandanganku mengenai kematian"
Itulah merupakan ciri khas dari tabiat aku Hoa Yang"
"Eeeh.... bicara baik-baik, kenapa menyinggung lagi soal-soal yang tak
menyenangkan hati?" tegur Bwee Su-yok dengan alis berkenyit.
Mendengar itu, Hoa In-liong lantas berpikir, "Beberapa hari yang lalu engkau
masih berniat mengambil nyawaku, tapi sekarang malah berkata demikian, sungguh bikin orang


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasa tidak habis mengerti" Maka sambil tersenyum, ia cuma membungkam dalam seribu bahasa.
Menyaksikan anak muda itu hanya membungkam, Bwe Su-yok berpikir sebentar lalu
ujarnya lagi, "Aaai.... kalian bangsa laki laki sejati, kaum orang-orang gagah, yang diutamakan
adalah jiwa yang tinggi dan semangat berkorban yang menyala-nyala, mati dalam pertempuran
tentunya merupa kan harapanmu bukan?"
Hoa In-liong tersenyum, "Tidak, gagahnya sih memang gagah kalau gugur dalam
pertempuran, namun itu bukan apa yang kuharapkan"
"Kalau begitu, tentunya kau berharap bisa mati dengan tenang diatas
pembaringan?" Bwe Suyok kembali tertawa.
"Ah, tidak! Itu mah terlalu biasa dan umum!" kata anak muda itu sambil
menggeleng. 594 "Ini bukan, itu juga bukan, aku jadi ogah untuk menebak lebih lanjut!" seru Bwe
Su-yok sambil cemberut. Hoa In-liong tertawa tergelak.
Padahal Bwe Su-yok sudah tahu kalau pemuda itu bermaksud bahwa mati ditangannya
adalah kematian yang paling diharapkan, cuma ia pura-pura berlagak pilon, seakan-akan
tidak mengerti soal itu. Demikianlah perjamuan dilanjutkan diiringi gelak tertawa serta pembicaraan
pembicaraan yang santai, dipandang dari luar ruangan yang laki-laki adalah pemuda yang tampan
yang perempuan adalah gadis cantik, pada hakekatnya mereka lebih mirip sepasang kekasih
daripada musuh besar yang siapa melangsungkan duel maut.
Kejadian seperti ini lebih-lebih mencengangkan ketiga orang dayang dari Bwe Su-
yok, pikir mereka hampir berbareng, "Dihari-hari bisa nona selalu bersikap dingin dan kaku
terhadap siapapun juga, ia sebetulnya Hoa In-liong adalah seorang sahabatkah" Yaa, benar!
Tampaknya dia adalah sahabat karib nona!"
Minum arak wangi didamping gadis secantik bidadari Hoa In-liong, yaa mabok yaa
terpersona hampir saja ia melupakan Coa Wi-wi yang datang bersama dengannya tapi entah
bersembunyi dimana "Oya, adik Wi?" demikian pikirnya kemudian, "ia sembunyi dimana sekarang" Wah,
kalau adegan semacam ini sampai terlihat olehnya, udah pasti dia akan tak senang hati!"
Tanpa terasa ia berpaling dan memandang keluar ruangan, tampak malam hari sudah
menjelang tiba, kegelapan menyelimuti seluruh angkasa, hanya lentera keraton yang
mentereng menyinari ruang tersebut, dalam suasana begini, mungkin sulit bagi mereka untuk menemukan
tempat persembunyian Coa Wi-wi yang bersembunyi diluar justru dapat menyaksikan semua
adegan tersebut dengan terang. Melibat pemuda itu celingukan kesana kemari, Bwee Su-yok meletakkan kembali
cawannya kemeja lalu tegurnya, "Persoalan apa yang membuat engkau gelisah dan gugup tak
karuan?" "Oh, ada seorang cianpwe berjanji dengan aku untuk bersua tengah malam nanti,
tempatnya di kota Kim leng, tapi sekarang masih terlalu pagi, lebih baik kita minum arak
dulu!" kata Hoa Inliong berbohong.
"Oooh...."Bwe Su-yok tidak mendesak lebih jauh.... aku dengar ibumu adalah seorang
perempuan yang tercantik dalam dunia persilatan...."
Tiba-tiba ucapannya berhenti ditengah jalan.
Dengan wajah tertegun Hoa In-liong menengok kearahnya, ia melihat gadis itu
sangat sedikit minum arak, sejak perjamuan diselenggarakan sampai kinipun dia baru minum dua-
tiga cawan sekalipun tenaga dalamnya sempurna tapi mukanya toh bersemu merah juga, tapi hal
ini justru menambah kecantikannya. Diam-diam Hoa In-liong menggela napas panjang, pikirnya, "Sekarang hubungan kami
begini intim tapi sebentar lagi mungkin akan bentrok dan bertarung, ai! Apakah hal ini
tidak...." Karena kesal, sekali teguk dia menghabiskan isi cawannya.
595 Buru-buru Siau kian penuh lagi isi cawannya itu, Hoa In-liong mengangkat cawan
kemudian berkata, "Ibu sering berkata, bagi seorang perempuan yang penting adalah budi
yang luhur, soal kecantikan tak lebih cuma urusan sampingan tak boleh hal ini terlalu
dipersoalkan!" Bwee Su-yok tertawa ringan.
"Watak ibumu yang begitu tulus dalam cinta, begitu tulus dalam memegang
kebenaran sendiri, sudah lama kukagumi!"
Padahal sekalipun tabiat Pek Hujin lembut dan halus pada saat ini, sebelum
berkenalan dengan Hoa Thian-hong, dia juga terkenal karena bengis, binal dan sukar diatur, sejak
mencintai Hoa Thian-hong lah yang watak itu pelan-pelan berangsur membaik.
Dalam hal ini Hoa In-liong kurang begitu mengetahui, tapi Bwee Su-yok
mengetahuinya dengan jelas, meski demikian, dalam keadaan seperti ini tentu saja dia tak akan
membantah perkataan dari Hoa In-liong itu. Maka setelah berhenti sebentar, kembali ujarnya, "Berbicara soal keluhuran budi,
adik dari keluarga Coa yang mendampingi dirimu selama ini kan beratus kali lebih baik
daripada aku, berbicara soal kecantikan pun dia menang daripada aku!"
Lantaran Siau bi dan Siau kian sudah ikut menimbrung, dan tinggal Siau ping
seorang yang membungkam, ia merasa tak bisa tutup mulut terus, tiba-tiba selanya, "Nona
adalah gadis yang paling cantik didunia ini, dayang dari keluarga manakah yang bisa
menandinginya?" Pada dasarnya Hoa In-liong memang suka dengan beberapa orang dayang yang lincah
dan pintar itu maka dilihatnya Bwe Su-yok bermaksud mengumbar bawa amarahnya, dengan
cepa t ia menimbrung, "Eeeh....bukankah kau sendiri yang bilang bahwa kita semua adalah
orang sendiri" Jangan ditegur...."
"Aaai....!" Bwe Su-yok menghela napas, sejak kecil aku sudah hidup menyendiri
tiada kawan bercakp, tiada rekan berbicara, hanya beberapa orang dayang itulah yang selalu
menemani aku, hingga akhirnya terdidiklah keadaan yang tak tahu aturan seperti sekarang inin
aku harap janganlah kau tertawakan keadaanku ini"
Dari perkataan tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa detik itu dia hanya
mengganggap Hoa In-liong sebagai sahabat karibnya, sebab kalau tidak, pun wataknya yang angkuh
tak mungkin ia bersedia mengucapkan kata-kata seperti itu.
Melihat itu Hoa In lioag lantas berpikir.
"Dia menemani aku dengan perasaan hati yang tulus, sebaliknya aku masih berjaga-
jaga tiga bagian, ai, kalau dipikirkan kembali, sikapku ini sungguh memalukan...."
Sebenarnya ia hendak menghibur dengan beberapa patah kata, tapi Bwee Su-yok
sudah keburu berkata, "Kau tak usah menghibur diriku, sebab sekalipun kau hibur belum tentu
kuturuti, dan akupun belum tentu akan menerimanya dengan senang hati!"
Habis berkata ia menghela napas panjang, mukanya tampak amat sedih.
596 Hoa In-liong tahu, dihibur pun tak ada gunanya maka setelah berpikir sebentar
sambil angkat cawan dia berkata sambil tertawa, "Bunga sakura yang tumbuh di lembah justru
menyiarkan bau yang harum semerbak, siapa orang yang tak suka dan menyenanginya?"
Beberapa patah kata itu memasuk hingga kesanubari Bwee Su-yok, membuat gadis itu
kegirangan, sambil tersenyum segera pujinya, "Engkau memang pandia sekali
berbicara!" Hoa In-liong tertawa. "Tidak kau maki lagi diriku ini sebagai orang yang pintar mencari muka,
memuakkan dan menjemukan?" Sementara pembicaraan masih berlangsung, tengah malam pun sudah lewat.
Hoa-In-lioig yang teringat kembali janjinya dengan Goan cing-taysu, tanpa merasa
melongok ke luar ruangan, sebenarnya dia ingin mohon diri, tapi merasa juga bahwa keadaan
seperti ini sukar di jumpai lagi dalam kesempatan lain, maka ia jadi sangsi.
Melihat itu, Bwee Su-yok tertunduk dengan wajah sedih.
"Aaaai....Sebentar kau akan pergi, bila kita bersua lagi dikemudian hari, suatu
pertarungan sudah pasti tak akan dihindari lagi!"
Pada dasarnya Hoa In-liong adalah seorang pemuda yang romantis, dia ikut merasa
sedih juga setelah mendengar perkataan itu, bibirnya bergetar seperti hendak mengucapkan
sesuatu, namun tak separah katapun yang sanggup diutarakan keluar.
Bwe Su-yok berkata lebih jauh, "Waktu itu kau tak usah berbelas kasihan kepadaku
dan akupun tak akan melepaskan setiap ke sempatan yang ada untuk membinasakan dirimu,
sampai waktunya aku harap kau jangan menyalahkan diriku yang tidak berbelas kasihan
lagi" "Nona!" Siau peng segera menyesal, berbicara baik-baik kenapa kau singgung lagi
soal bunuh membunuh yang tak sedap didengar?"
"Yaa...." pikir Hoa In-liong, kalau aku disuruh bersikap kejam kepadanya jelas hal
ini tak mampu kulakukan" Dia bangkit berdiri lalu menjura, katanya, "Aku...."
Ia merasa tak ada perkataan lain yang bisa diutarakan, maka sesudah berhenti
sebentar lanjutnya. "Semoga dalam perjumpaan kita dikemudian hari akan sama seperti malam ini...."
"Kau jangan bermimpi disiang hari bolong!" tukas Bwe Su-yok dengan wajah
berubah. Ujung bajunya segera dikebaskan dan bangkit berdiri lalu tan pa berbicara
sepatah katapun sambil membawa tongkat kepala setanya, ia putar badan dan menuju ke ruang
belakang. Dalam detik yang amat singkat itulah, Hoa In-liong sempat menyaksikan matanya
yang jeli itu berkaca-kaca, dia tahu wataknya yang angkuh menyebabkan gadis itu enggan
membiarkan orang lain mengetahuhi kepedihan hatinya, maka ia mengambil keputusan untuk
berlalu dari situ. 597 Padahal, meskipun dia yakin kalau memahami perasaan gadis itu, namun perasaan
seorang perempuan lebih dalam dari dasar samudra, toh ia tak berhasil juga untuk
mengikuti perubahan hati dari Bwe Su-yok, apalagi sebentar bersikap bersahabat, sebentar lagi
bersikap permusuhan, ini membuat pikirannya jadi pusing tujuh keliling.
"Nona!" tiba-tiba Siau bi berteriak, lalu mengejar dari belakangnya.
Dengan mendongkol Siau peng juga meletakan poci araknya keras-keras keatas meja,
lalu mendengus. "Hmm....! Percuma kami layani dirimu selama hampir setengah harian lebih, akhirnya
kau juga bikin nona kami jadi marah-marah"
Selesai menggerutu, dia ikut berlalu dari ruangan itu.
Sementara Hoa In-liong tertawa getir, Siau kian yang ada dibelakangnya telah
berkata, "Hoa Kongcu, asal kau tetap tinggal di ruangan ini sampai bertemu lagi dengan nona
kami, berarti pula tidak sampai perjumpaan dilain waktu, dengan demikian toh kalian juga tak usah
saling bermusuhan lagi....?"
"Nona cilik ini lucu amat" pikir Hoa In-liong "meski polos dan lucu, tapi ia
memang berniat baik!"
Maka sambii memutar badan ujarnya, "Aku masih ada urusan penting yang musti
diselesaikan dahulu, aku tak bisa sepanjang masa tetap bercokol terus disini!"
"Tapi kau toh bisa kembali lagi ke sini seusainya menyelesaikan urusan-urusanmu
itu?" seru Siau kian sambil mencibirkan bibirnya.
Hoa In-liong tertawa geli, dibelainya rambut dayang itu dengan halus, kemudian
dengan langkah lebar berlalu dari ruangan itu.
Siau kian tertegun, dia seperti mau memburu anak muda itu, tapi niat tersebut
kemudian dibatalkan kembali dan diapun berjalan menuju ke ruang belakang menyusul rekan-
rekan lainnya. Sementara itu Hoa In-liong telah berjalan ke luar dari ruang tengah, sepanjang
jalan meski dia bertemu kawan jago dari Kiu-im-kauw anehnya ternyata mereka tidak menghalangi
jalan perginya ini menyebabkan hatinya tercengang.
"Aaaah....! Masa kau bisa lolos dengan selamat dari perkampungan ini tanpa
hadangan?" demikian pikirnya. Dengan kewaspadaan yang tinggi, ia ambil kipasnya dan berjalan keluar halaman
dengan

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

langkah lebar, demikian santainya pemuda itu berlalu lalang seolah-olah sedang
berjalan dirumah sendiri saja. Ketika hampir tiba dipintu gerbang, tampaklah Huan Tong kurus jangkung dan Le
Kiu it yang botak dengan memimpin belasan jago Kiu-im-kauw sedang berjalan-jalan di sebelah
samping pintu, tanpa terasa ia lantas mengguman.
"Hmm.... kalau dilihat dari sikap mereka, tampaknya pertarungan tak bisa kuhindari
lagi pada malam ini...." 598 Sekalipun ia tak takut menghadapi pertarungan tersebut tapi cukup membuat
hatinya risau terutama sampaii sekarang Coa Wi-wi belum kelihatan juga batang hidungnya, ini
membuat anak muda itu makin tercengang.
Dalam waktu singkat dia sudah tiba kurang lebih tiga kaki dihadapan Le Kiu it
sekalian. Terdengar Le Kiu it berkata, "Hoa Yang, seandainya kaucu kami tidak menurunkan
perintah untuk melepaskan dirimu pergi karena kuatir ditertawakan orang karena menganiaya
musuh dirumah sendiri. Heeehhh.... heeehh.... heeehhh....malam ini juga pun tiamcu pasti
akan bikin kamu bisa datang tak bisa pergi dengan selamat!"
Hoa In-liong tidak lantas emosi, dia berpikir.
"Meskipun Bwee Su-yok beralasan, tapi sudah pasti ia berniat untuk melindungi
aku dari ancaman anak buahnya. Padahal orang Kiu-im-kauw terkenal kritis pikirannya dan
cerdik, masa mereka tak bisa menduga sampai ke situ" Kendatipun aku tidak mengharapkan hal
ini, tapi maksud baiknya itu perlu kusimpan dihati!"
Entah haruskah merasa terkejut atau gembira untuk sesaat dia malah berdiri
tertegun. Terdengar Huan Tong berseru kembali dengan nada mengejek, "Bocah keparat,
setelah dikasi peluang untuk hidup, kenapa tidak cepat-cepat enyah dari hadapan kami?"
Meskipun Hoa In-liong tahu bahwa mereka berniat jahat, tapi lantaran ada
perintah dari Bwe Suyok maka diusahakan untuk memanasi dulu hatinya agar kalau
sampai terjadi pertarungan nanti
tanggung jawabnya bisa dilimpahkan kepundak pemuda itu.
Hoa In-liong bukan orang bodoh, sudah barang tentu ia memahami pula isi hati
musuhnya, maka dengan rasa mangkel bercampur marah ejeknya dengan sinis, "Kalau mau berkelai
hayo cepat turun tangan buat apa musti banyak cincong?"
Kipasnya dimasukan ke dalam saku, kemudian dengan langkah lebar maju kemuka.
Le Kiu it juga mendongkol ketika melihat sikap angkuh dan sinis darilawannya
sambil mendengus dingin telapak tangan kanannya segera diayun ke muka siapa melancarkan serangan,
tapi niat itu segera ditahan kembali. "Bajingan cilik dari keluarga Hoa!" demikian teriaknya, boleh saja kalau ingin
berkelahi, tapi kaulah yang musti memikul tanggung jawabnya....!"
"Aaaah.... cerewet betul kamu ini!" bentak Hoa In-liong. Telapak tangannya tanpa
sungkansungkan langsung dihantamkan ke arah dada Huan Tong
Istana Kumala Putih 3 Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong Bu Kek Kang Sinkang 1
^