Pencarian

Rahasia Hiolo Kumala 18

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long Bagian 18


Sebagai pemuda yang cerdik, dari lirikan mata Huan Tong yang lciik segera
diketahui bahwa musuhnya berniat melancarkan sergapan, maka dia memutuskan untuk turun tangan
lebih dahulu. Huan Tong dibikin kaget bercampur marah oleh sikap anak muda itu, sambil
menyeringai teriaknya, "Bajingan keparat, bagus sekali perbuatanmu!"
Menggunakan jurus Tui san tiam hay (mendorong bukit menguruk samudra)
disambutnya serangan itu dengan keras lawan keras.
599 Jelas dia bermaksud mengadalkan tenaga dalamnya yang mencapai enam puluh tahun
hasil latihan itu untuk menghajar musuhnya sampai babak belur, sebab menurut
perkiraannya, Hoa In-liong pasti akan sanggup menerima serangan sehebat itu.
Maka ketika dilihatnya Hoi In liong sama sekali tidak menghindar ataupun
berkelit, malahan disongsongnya telapak tangannya dengan keras lawan keras, tak terkiraan rasa
senang dalam hatinya. Siapa tahu dikala sepasang telapak tangan saling beradu, ia segera merasakan
tenaga pukulan musuh menekan lalu menghimpit, setelah itu segera kearah lain secara
mengherannkan hampir saja tubuhnya ikut terhisap ke samping.
Untunglah tenaga dalamnya cukup sempurna hawa murninya segera ditekan kebawah
untuk memperkokoh pertahanannya, dengan susah payah berhasil juga dia untuk melepaskan
diri dari pengaruh hisapan itu. "Bajingan kau cukup hebat!" teriak tak terasa.
"Aaah.... kamu ini sok heran!"
Menggunakan kesempatan itu sebuah pukulan dengan jurus Kua siu-ci tau
(perlawanan akhir dari bintang buas yang terjebak) dilancarkan kedepan serangan itu tajam bagaikan
bacokan kampak yang membelah bukit, ibaratnya pula gulungan ombak yang menghantam batu karang
ditepi pantai, memaksa Huan Tong mau tak mau musti mundur beberapa langkah untuk
mempertahankan diri. Dalam keadaan begini, kecuali dia hanya bisa mematahkan serangan demi serangan
yang tertuju ke arahnya, boleh dibilang sejurus serangan balasan pun tak mampu dilancarkan,
Le Kiu it yang turut menyaksikan jalannya pertarungan dari sisi kalangan segera
berpikir, "Sepintas lalu tampaknya usia bocah itu baru tujuh delapan belas tahunan, tapi
tenaga dalamnya sudah sesempurna ini, kalau tidak kugunakan kesempatan pada malam ini untuk
menyingkirnya, dilain waktu sudah pasti dia akan merusak bibit bencana yang besar untuk kita
semua!" Terbayang kembali sikap mesra Bwee Su-yok berhadap Hoa In-liong, hawa napsu
membunuhnya semakin berkobar, dia merasa berkewajiban untuk membunuh anak muda itu hingga
memutuskan niat Bwee Su-yok yang lebih jauh, hingga dengan demikian Kiu-im-kauw
jangan sampai hancur ditangan anak muda tersebut.
Baru saja dia siap sedia untuk turun tangan, tiba-tiba Hoa In-liong sudah
berteriak, "Le tiamcu,
jika kau punya kegembiraan untuk ikut serta, apa salahnya kalau segera
menerjunkan diri ke dalam arena?" Sekalipun Le Kiu it itu licik dan banyak tipu muslihatnya, tapi setelah rahasia
hatinya disinggung anak muda itu, tak urung sangsi juga jago tua itu dibuatnya.
Sungguh hebat pertarungan yang sedang berlangsung ditengah gelanggang, angin
pukulan menderu-deru, membuat kawanan jogo Kiu-im-kauw yang berada disekeliling tempat
itu samasama membubarkan diri.
Huan Tong sendiri didesak pula hingga mundur delapan sembilan langkah, sekarang
ia sudah terdesak keluar dari pintu gerbang.
600 Pantangan paling besar bagi jago-jago yang sedang bertarung adalah pikiran yang
bercabang, begitu Hoa In-liong buka suara, Huan Tong segera menunggangi kesempatan itu
sebaik-baiknya. Ilmu langkah Loan ngo heng mi tiong tua hoat yang dimilikinya memang tersohor
karena hebatnya, beruntun ia maju tiga langkah, tahu tahu tubuhnya sudah lolos dari
jangkauan angin pukulan Hoa In-liong, kemudian setelah mendengus, dia balas menerkam ke muka dan
secara beruntun melancarkan delapan buah pukulan berantai.
Sekolah batu karang Hoa In-liong tegap ditempat semula, tangan kirinya
menyerang, tangan kanan nya menangkis, tanpa mundur barang satu langkah pun dia melepaskan sebuah
pukulan dengan jurus Pian tong put ki (berubah tidak menetap).
Jurus itu tangguhnya bukan kepalang, dalam kagetnya cepat Huan Tong menghindar
dengan menggunakan ilmu langkah Loan ngo heng mi tiong tun hoat, nyaris tubuhnya
termakan serangan. Hoa In-liong sama sekali tidak mengejar lebih jauh, sambil terbahak-bahak
katanya, "Aaah....rupanya tongcu bagian propaganda dari Kiu-im-kauw cuma begitu begitu
saja, maaf, Hoa loji tak bisa menemani lebih jauh!"
Sekali berkelebat tahu-tahu ia sudah berada ratusan kaki dari tempat kedudukan
semula. Sejak pertarungan berlangsung, dua orang itu selalu menggeserkan badan hingga
akhirnya mereka berdua sama-sama berada diluar parkampungan maka tindakan Hoa ln-liong
yang mengundurkan diri setelah berhasil meraih kedudukan diatas angin ini sama sekali
diluar dugaan siapapun, bahkan Lei Ku it sendiripun tak sempat untuk menghalangi kepergiannya.
Kegusaran Huan Tong sungguh sukar dikedalikan, sambil mengejar dari belakang
teriaknya setengah meraung, "Bajingan cilik dari keluarga Hoa kalau punya nyali hayo
jangan lari!" "Huan tongcu!" tiba-tiba serentetan suara teguran yang merdu bagaikan suara
keleningan berkumandang memecahkan kesunyian.
Huan Tong terkesiap dan cepat menahan tubuhnya, ketika berpaling maka dilihatnya
Bwee Suyok dengan wajah marah dan memegang tongkat berkepala setengahnya berdiri
tegap di depan pintu gerbang. Dari sikap yang begitu angker, Huan Tong segera merasa bahwa keadaan kurang
begitu menguntungkan, cepat dia memberi hormat seraya menyabut, "Hamba disini!"
Diatas raut wajahnya yang cantik bak bidadari tiba-tiba dilapisan sikap yang
lebih dingin dari es, kata perempuan she-Bwe itu, "Huan tongcu, meskipun kaucu sudah melimpahkan
kekuasaannya kepadaku, aku mengerti bahwa usiaku masih muda dan pengetahuanku masih cetak,
ditambah lagi tenaga dalamku lemah, jauh bila di bandingkan dengan kalian semua...."
Tiba-tika ia sengaja berhenti berbicara, dengan sorot mata setajam sambil
ditatapnya wajah Huan Tong tanpa berkedip,
Peluh dingin mengucur keluar membasahi sekujur tubuhnya cepat-cepat Huan Tong
membungkukkan badannya memberi hormat.
"Hamba tahu dosa, harap kaucu melimpahkan hukuman yang setimpal kepadaku!"
601 Le Ku it yang melihat keadaan tersebut segera berpikir juga, "Kalau aku
menasehatinya secara terus terang, bukan amarahnya yang bisa kupadamkan malah justru ibaratnya minyak
bertemu api, kemarahannya pasti makin menjadi ah, mengapa tidak begini saja...."
Sebuah akal yang terasa tetap melintas dalam benaknya, cepat ia memberi hormat
kepada Bwee Su-yok seraya berkata, "Kaucu baru saja menempati kursi pemimpin dengan hamba
dan Huan Tongcu telah berani melanggar perintah, yaa, kalau tidak dijatuhi hukuman yang
setimpal memang kewibawaan tak dapat di tegakkan."
Begitu ucapan tersebut diutarakan paras muka Bwe Su-yok malahan berubah lebih
lembut katanya lagi, "Aku tahu bahwa Le Tiamcu dan Hoan tongcu berbuat demikian demi
kepentingan perkumpulan kami...."
Ditatapnya sekejap wajah kedua orang tajam-tajam, ketika melihat mereka berdua
tertunduk ketakutan, ia merenung sebentar kemudian berkata lagi, "Tapi kalian tak usah
kuatir, aku bukan seorang manusia yang melupakan budi, kalian tak usah membayangkan yang tidak-
tidak atas diriku!" "Perkataan kaucu terlalu berlebihan!" cepat-cepat Le Kiu it dan Huan Tong
berseru ketakutan. "Baiklah, dosa atas pelanggaran perintah ini sementara waktu kukesampingkan
lebih dahulu, kalian boleh menebusnya dengan membuat pahala dikemudian hari"
Selesai berkata, sambil mengebaskan ujung bajunya dia masuk kembali kedalam
perkampungan. Le Kiu-it dan Huan Tong cuma bisa saling berpandangan sambil tersenyum getir
akhirnya mereka ke dalam perkampungan. Dalam pada itu, Hoa In-liong telah bergeran menuju ke selatan sepeninggalnya
dari perkampungan itu, sementara ia masih berlari dengan cepatnya, tiba-tiba
terdengar suara teguran dari Coa Wi-wi berkumandang dari sisi telinganya, "Jiko!"
Baru saja Hoa In-liong terhenti, hembusan angin harum sudah lewat disisinya dan
tahu-tahu Coa Wi-wi sudah muncul disana.
"Waktu sudah tidak pagi" bisik gadis itu cepat, kemungkinan besar janji kita
dengan kongkong bakal terlambat, mari sambil berjalan kita sambil berbicara!"
"Benar juga perkataan adik Wi!"
Dengan kecepatan seperti terbang mereka lanjutkan kembali perjalanannya menuju
ke selatan. Meskipun ia belum lama berada di kota Kim-leng, tapi pemuda itu mengetahui
dimanakah letak Yu hoa tay. Dengan ketat Coa Wi-wi mengikutinya dari samping, sambil berlarian disisinya, ia
berkata lagi, "Jiko, oleh karena kulihat kau lagi bergurau dengan gembiranya bersama Bwee Su-
yok, maka tidak kukisiki dirimu dengan ilmu menyampaikan suara dimanakah aku berada?"
Dari suara tersebut, Hoa In-liong tidak menangkap kedengkian atau rasa cemburu
dibalik nada pembicaraannya, gadis itu berbicara dengan tulus dan lembut, tanpa terasa anak
muda itu 602 berpikir, "Begitu tulus dan halus hati adik Wi, bagaimanapun jua, sekalipun
harus mati seratus kali, aku tak boleh juga melukai hatinya...."
Berpikir sampai disitu, dia lantas bertanya, "Kau bersembunyi dimana?"
"Dalam semak belukar kurang lebih lima kaki jauhnya diluar ruangan!" jawab Coa
Wi-wi. Kemudian setelah tertawa, ujarnya lagi, "Meskipun Bwe Su-yok mengatakan
kecantikan wajahnya kalah dari aku. Hmm.... padahal dalam hati kecilnya tentunya menganggap
dia sendirilah gadis paling cantik di dunia ini!"
Ketika didengar dibalik perkataan itu terkandung juga nada membandingkan Hoa In-
liong segera tertawa. "Kenapa kau musti perdulikan dia?"
Coa Wi-wi membungkam sejenak, lalu katanya lagi, "Jiko, bila kalian berjumpa
lagi dikemudian hari, apakah kau benar-benar juga akan memandang nya sebagai musuh besarmu?"
Hoa In-liong justru sedang serius karena persoalan itu, maka ia pura-pura
tertawa setelah mendengar perkatan itu. "Aku sendiri juga tak tahu bagaimana baiknya!"
"Aku rasa, dalam hal ini kau musti cepat-cepat ambil keputusan mumpung belum
kasip!" Hoa In-liong rasa segan membicarakan persoalan itu lebih lanjut, cepat dia
alihkan pembicaraan tersebut ke soal lain, katanya, "Aku mempunyai rencanaku sendiri, tak usah kau
cemaskan. Coba lihat! Didepan sana adalah bukit Ki po san, hayo cepat kita mendaki keatas bukit
tersebut!" Betapa sempurnanya ilmu meringankah tubuh yang dimiliki dua orang itu, sekalipun
belum digunakan sebatas maksimal, toh kecepatannya sudah ibarat hembusan angin.
Malam sudah semakin gelap, pintu kota sudah terlanjur tutup, hanya disepanjang
sungai Chinhway saja yang tampak masih sibuk dengan para pelancong, perahu dan
sampan hilir mudik di sungai, suara nyanyian, bau arak menambah semarak nya suasana yang hening.
Malam itu bulan purnama, baru saja tiba di Yu hoa thay. tampaklah Goan cing
taysu duduk bersila diatas puncak. Menyaksikan betapa agung dan wibawanya padri itu, tanpa terasa Hoa In-liong
jatuhkan diri berlutut diatas tanah. "Kedatangan boanpwe terlambat setindak, harap kongkong sudi memaafkan...."
katanya. Coa Wi-wi juga memburu ke depan sambil berkata, "Kongkong!"
Gadis itu langsung menubruk kedalam pelukannya.
Tenaga dalam yang dimiliki Goan cing taysu sudah mencapai tingkatan yang amat
sempurna, tentu saja diapun tahu akan kehadiran dua orang tersebut, sambil membuka matanya


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia berkata dengan lembut, "Liong-ji, tak usah banyak adat!"
603 Tiba-tiba ia tampak seperti tertegun, kembali serunya dengan suara dalam, "Hei
Liong-ji, kau sudah makan apa" Mengapa wajahmu begitu cerah dan segar, jauh berbeda seperti
keadaan pagi tadi?" Diam-diam Hoa In-liong memuji akan ketajaman mata padri itu, maka dia pun lantas
menurunkan semua pengalaman yang telah dialaminya siang tadi.
Sehabis mendengar penuturan tersebut, Goan cing taysu segera memegang nadinya,
pejam mata dan melakukan pemeriksaan dengan seksama.
Coa Wi-wi menunggu beberapa saat, tapi ketika dilihatnya Goan-cing taysu belum
juga bersuara ia lantas mendorong bahu kongkongnya seraya berseru dengan manja, "Kongkong,
bagaimana keadaannya?" Setajam sembilu sorot mata Goan ceng taysu setelah menghela napas, sahutnya,
"Keadaan itu sedikit banyak rada mirip dengan tingkat paling atas dari ilmu Bu khek teng heng
sim hoat, sebab aliran lurus bila bersatu dengan aliran yarg terbaik, munculah suatu
penggabungan tenaga murni yang maha dahsyat!"
"Horee.... kalau memang bisa begitukan bagus sekali!" sorak Coa Wi-wi kegirangan.
Tapi Goan cing taysu kembali gelengkan kepalanya
"Namun, lolap yakin bahwa gejala yang dialami Liong-ji bukan gejala dari tingkat
paling atas ilmu Bu khek teng heng sim hoat aaai....!"
Bencanakah atau rejekikah, lolap tidak berani memastikan agaknya aku harus
menjumpai ayahmu lebih dulu untuk membincangkan keadaan ini lebih jauh"
Sungguh kecewa Coa Wi-wi setelah mendengar perkataan itu.
Hoa In-liong juga tercengang, ia berseru, "Kongkong, jadi kau telah menjumpai
ayahku?" Goan cing taysu manggut-manggut, setelah termenung sebentar, tiba-tiba ujarnya
kepada CoaWi-wi, "Anak Wi, berjaga-jagalah disini sambil melindungi kami, aku
hendak memeriksa lagi keadaan tubuh Liong ji!"
Coa Wi-wi tahu, Goan cing taysu hendak memeriksa kesehatan Hoa In-liong dengan
hawa murni nya, itulah suatu perbuatan yang sangat berbahaya, sekali bertindak kurang hati-
hati niscaya dua orang itu akan mengalami keadaan jalan api menuju neraka.
Cepat cepat dia mengiakan, lalu menyingkir dua kaki ke samping dan berjaga-jaga
disana. Goan cing taysu berpaling pula kearah Hoa In-liong, kemudian berkata, "Anak
Liong, duduklah bersila menghadap kesana, lalu kerahkan hawa murnimu untuk mengelilingi badan!"
Hoa In-liong menyahut lalu duduk bersila dengan membelakangi padri tua itu.
Coa Wi-wi sendiri, meskipun diberi tugas untuk mengawasi keadaan disekeliling
tempat itu namun serirgkali ia menyempatkan diri untuk menengok kemari.
604 Dia lihat Goan cing taysu duduk dibelakang pemuda itu sambil menempelkan telapak
tangannya diatas jalan darah Pek hwe hiat dan Mia bun hiat dua buah jalan darah penting
ditubuh manusia. Selang sesaat kemudian, tiba-tiba mimik wajah Hoa In-liong berubah penuh
kerutan, seperti lagi menahan rasa sakit yang luar biasa, peluh bercucuran bagaikan hujan deras.
Hampir saja jantung Coa Wi-wi meloncat keluar dari rongga tubuhnya, dia tahu
bagi orang yang normal maka dikala menyalurkan hawa murninya, mimik wajah orang itu akan
kelihatan tenang dan mantap, itu berarti gejala yang ditunjukkan pemuda itu berarti pula sebagai
tanda tanda jalan api menuju neraka. Mendadak Goan cing taysu berbisik, "Anak Liong, jangan kau lawan dengan tenaga
murnimu!" Lewat beberapa saat kemudian, tiba-tiba Goan cing taysu menarik kembali telapak
tangannya, peluh yang membasahi tubuh Hoa In-liong juga ikut mereda, lalu sepertanak nasi
lagi dia menghembuskan napas panjang sambil membuka mata.
"Bagaimana rasamu sekarang, anak Liong?" tegur Goan cing taysu dengan suara
dalam" Sebetulnya Hoa In-liong hendak bangkit berdiri, tapi setelah mendengar
pertanyaan itu, ia tetap duduk bersila di tanah. "Anak Liong tak mampu mengendalikan diri" sahutnya tenang.
"Hei, maukah kau jangan menakut-nakuti orang?" pinta Coa Wi-wi dengan wajah
memelas," tapi tak sampai jalan api menuju neraka bukan...."
Hoa In-liong berpaling kearahnya sambil mengangkat bahu, dia cuma tertawa getir,
tidak menjawab. Goan cing taysu juga merenung sebentar, tiba-tiba ia mengeluaskan sebuah botol
porselen dari sakunya, kemudian botol itu diangsurkan ke hadapan anak muda itu.
Setelah Hoa In-liong menerima botol tadi, Goan cing taysu baru berkata lebih
jauh, "Telan sebutir, kemudian duduk bersemedi sambil mengatur pernapasan....!"
Hoa In-liong tidak langsung menuruti perintah orang, matanya sempat menangkap
tiga huruf kecil diatas botol yang tingginya empat inci itu, tulisan itu berbunyi:
"SIAU YAU TI" Tentu saja dia tahu kalau isi botol adalah pil Yau ti wan yang tak ternilai
harganya itu. "Kongkong, masa obat ini bisa memunahkan racun ular sakti yang mengeram dalam
tubuhku?" tegurnya. "Obat itu dibuat dengan campuran Kim jian liong tan kau (rumput ulat emas empedu
naga) sejenis obat-obatan yang merupakan penawar dari pelbagai macam racun jahat. Aku
pikir racun ular sakti pasti dapat ditawarkan pula!"
Hoa In-liong kembali berpikir, "Yau ti wan merupakan benda mustika dari keluarga
Coa, Cong gi heng saja tak mendapat bagian, masa aku yang tidak termasuk anggota keluarga Coa
malah mendapat bagian" Apalagi bukan cuma aku yang terkena racun ular sakti....
605 Karena berpikir demikian, diapun berkata, "Ketika Liong-ji terkena racun ular
sakti, aku pernah sesumbar dengan mengatakan bahwa racun itu akau kupunahkan dengan kekuatan
sendiri tanpa bantuan obat-obatan, apalagi dengan mengandalkan racun sin bui si sim {ular
sakti menggigit hati) tersebut banyak sudah jago lihay daratan kita yang dikendalikan pihak Mo-
kauw, aku merasa berkewajiban untuk mencarikan suatu cara yang tepat untuk menawarkan
pengaruh racun itu" "Jiko, mengapa kau musti terbuat bodoh?" teriak Coa Wi-wi dengan gelisahnya,
"obat mustika sudah didepan mata, masa kau hendak menampiknya dengan begitu saja" Apalagi
sekalipun banyak orang, terkena racun itu, obatnya kan cuma dua butir doang?"
"Aku tahu obatnya cuma dua, tapi asal dilumerkan dengan air, sekalipun
kemujarabannya akan jauh berkurang, toh racun tersebut dapat kita tawarkan!"
"Kalau begitu, simpanlah sebutir untuk dirimu sendiri" pinta Coa Wi-wi lagi.
Dengan cepat Hoa In-liong menggeleng.
"Tak usah, aku kuatir sebutir tak cukup!"
"Tapi kau sendiri juga terkena racun jahat" teriak gadis itu makin gelisah,
"bila orang-orang itu
masih mempunyai sedikit liang sim, mereka pasti akan riku untuk menerimanya,
sebab bila mereka terima pemberian tersebut, menunjukkan pula kalau mereka tak punya liang
sim, hmm! Manusia semacam ini, lebih baik kan mampus sekalian"
"Dalam cemasnya, gadis itu berbicara asal buka suara, dia lupa kalau
perkataannya terlalu kasar
dan tak pantas. "Anak Wi, kau tak usah banyak bicara lagi" tiba-tiba Goan cing taysu menukas.
Setelah termenung sebentar, dia berkata lebih jauh, "Bukan lantaran obat itu
adalah obat dewa maka kita beri nama Yau ti wan (pil nirwana) adalah karena obat itu dibuat oleh
cousu dalam sebuah gua kuno dilembah bukit Siau yau ti, maka pil itu dinamakan pula Yau ti
wan, dikala obat itu selesai dibuat, cousu pernah berkata begini...."
Dengan sorot mata yang tajam diamatinya sekejap kedua orang muda mudi itu.
Meskipun Hoa In-liong berdua rada heran karena secara tiba-tiba padri itu
menceritakan soal yang sama sekali tak ada sangkut pautnya, tapi mereka tahu bahwa dibalik
perkataan itu tentu mengandung maksud-maksud tertentu, maka dengan tenang mereka mendengarkan
perkataan kakek itu lebih jauh. Goan cing taysu menghela napas panjang, lanjutnya setelah berhenti sebentar,
"Dia orang tua berkata demikian, obat mustika dibuat untuk menolong masyarakat, dia berharap
pada suatu ketika Yau ti wan bisa dipakai untuk menyelamatkan beratus-ratus orang. Aaai....
sungguh memalukan kalau dibicarakan kembali, dalam tiga ratus tahun terakhir ini,
diantara delapan butir Yau ti wan yang telah terpakai, ada lima butir diantaranya dipakai demi
kepentingan keluarga persilatan Kim-leng pribadi, sedang tiga butir lainnya dibsrikau kepada orang
lain yang sedikit banyak masih ada hubungannya juga dengan keluarga persilatan Kim leng"
606 Mendengar sampai disitu, baik Hoa In-liong maupun Coa Wi-wi dapat menebak maksud
hati kongkongnya, bukankah dengan ucapannya itu berarti pula bahwa Goan cing taysu
telah menyetujui dengan jalan pikiran Hoa In-liong...."
Apa yang selalu menjadi beban pikiran Coa Wi-wi selama ini adalah keselamatan
Hoa In-liong, ia sangat tak setuju dengan keputusan kongkongnya, tapi lantaran Goan cing taysu
berbuat demiki an demi kepentingan orang banyak, maka dia tak berani terlalu banyak mendebat.
Hoa In-liong segera bangkit sambil menyerahkan kembali botol itu ke tangan Goan
cing taysu tapi dengan cepat paderi itu gelengkan kepalanya berulang kali.
"Lebih baik kau saja yang menyimpan botol itu, siapa tahu kalau dikemudian hari
sangat dibutuhkan untuk menolong jiwa orang" Yaa, watak lolap memang dasarnya malas,
aku merasa agak segan untuk banyak bergerak lagi...."
Hoa In-liong tidak banyak berbicara lagi, dia masukkan botol itu kedalam saku,
tiba-tiba tangannya menyentuh kemala hijau batas buku yang ditemukan di rumah Tabib
sosial, hatinya segera bergerak, sambil diangsurkan kehadapan sang paderi itu, ujarnya,
"Kongkong, diatas batas buku ini tercantum aneka ragam jurus ilmu pukulan yang kalut, apakah
kongkong dapat memberi penjelasan?"
Coa Wi-wi ikut berseru tertahan, dia mengambil keluar juga botol porselen yang
berasal dari saku Tan Beng-tat, sambil diberikan kepada paderi tua itu katanya, "Kongkong,
silahkan kau periksa juga isi botol ini!"
Goan-cing taysu sekalian menerima botol itu, mula-mula dia periksa dulu batas
buku yang diatasnya terukir Kiu ci kiong cong-keng keng-cay" (catatan kitab silat yang
terdapat dalam istana Kiu-ci-kiong) sekalipun huruf-hurufnya sangat lembut sebesar kepala
lalat, namun dengaa dasar tenaga dalam yang dimilikinya, semua tulisan itu dapat dibaca dengan amat
jelas. Selesai membaca tulisan itu, dengan wajah agak berubah, berkatalah paderi tua
itu, "Yaa, Kiu-ci Sinkun memang tak malu disebut manusia paling berbakat dalam dunia persilatan,
tak nyana dengan kecerdasan otaknya ia berhasil menciptakan serangkaian ilmu silat yang
maha dahsyat semacam ini....sungguh hebat....sungguh hebat.
Batas buku kemala hijau itu diangsurkan kembali ketangan Hoa In-liong, kemudian
ujarnya lebih jauh, "Sekalipun catatan ilmu silat itu semrawut dan kacau balau tak karuan, aku
percaya dengan kecerdasanmu tak sulit untuk menyusun kembali semua kepandaian itu. Memang, ilmu
silat yang ada disitu jauh berbeda dengan aliran ilmu silat keluargamu, tapi percayalah,
sumber dari segala ilmu silai adalah satu, sampai dimanapun luasnya kepandaian silat yang ada
didunia ini dasarnya selalu sama, tak sulit bagimu untuk mendalami serta memecahkannya"
Hoa In-liong mengiakan berulang kali lalu masukkan benda tersebut kedalam
sakunya. Dalam pada itu, Goan cing taysu telah mencabut penutup botolnya serta membau isi
botol tersebut, mendadak paras mukanya berubah hebat, cepat-cepat botol itu ditutup
kembali. "Sungguh lihay, sungguh lihay!" gumamnya.
"Kongkong, adakah sesuatu yang tak beres?" tanya Coa Wi-wi kemudian dengan
gelisah. Goan cing taysu menarik napas panjang-panjang, paras mukanya pulih kembali
seperti sedia kala sambil menggeleng katanya, "Masih untung aku tak apa apa, aai....! Entah cairan
apa yang 607 tersimpan dalam botol itu, hanya membau sebentar saja kepalaku langsung pusing
tujuh keliling.

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Darimana kalian dapatkan benda itu?"
"Waaah....masa kongkong sendiri juga hampir tak tahan?" teriak Coa Wi-wi
terperanjat, "untung
aku tidak lancang tangan membuka tutup botol itu lebih dulu, coba kalau
tidak....bisa jatuh pingsan seketika itu juga"
"Benda itu milik empek Yu!" Hoa In-liong menerangkan.
"Aaah....! Masa Yu Siang tek si bocah itu juga menjimpan benda sejahat ini?" seru
Goan cing taysu keheranan, "coba kau terangkan lebih jelas lagi!"
"Biar aku yang bercerita" sela Coa Wi-wi cepat cepat.
Maka diapun lantas mengisahkan kembali pengalamannya ketika menemukan benda itu
serta sekalian mengisahkan juga pertarungan yang berkobar pada malam itu, akhirnya dia
menambahkan, "Jika dugaan anak Wi tidak salah, isi botol itu pastilah obat
campuran dari Su bok thian go (kehilangan langit empat mata) serta Sam ciok pek cu (laba-laba hijau
berkaki tiga) bukankah begitu?" Dengan tenaga Goan cing taysu mendengarkan kisah itu hingga selesai, lalu sambil
menyerahkan botol tadi ketangan Hoa In-liong, ia berkata pula, "Lolap kurang begitu mengerti
tentang ilmu obat-obatan, ibumu sebagai ahli waris dari Kiu tok sian ci tentu jauh lebih
mengerti daripada aku, lebih baik bawalah botol ini dan serahkan kepada ibumu, biar dia yang membuatkan
analisa untukmu. Yang disebutkan sebagai "ibumu" bukan Pek Kun-gie, ibu kandung Hoa In-liong,
melainkan ibu pertamanya yakni Chin Wan hong.
"Aaaai.... entah sampai kapan aku baru pulang...."pikir Hoa In-liong diam-diam.
Berpikir sampai disitu, dia terima juga botol itu sembari berkata, "Boanpwe
tidak jadi pergi kebukit Mao san untuk berlatih tenaga dalam lagi"
Goan cing taysu menghela napas panjang.
"Aaai....sebetulnya lolap hendak menggunakan manfaat dari racun ular itu untuk
melatih tenaga dalammu hingga mencapai tingkatan yang paling tinggi dalam waktu tiga sampai
lima tahun...." Hoa In-liong segera berpikir, "Semula kukira yang dimaksudkan cianpwe ini
sebagai waktu singkat adalah tiga sampai lima bulan, tak tahunya begitu lama, siapa yang sabar
menunggu sekian lama" Tapi kalau dipikir kembali dengan jangka waktu enam puluh tahun
yang biasanya dibutuhkan orang untuk mencapai tingkatan paling tinggi, tiga lima tahun memang
terhitung cukup singkat" Tiba-tiba ia merasa Goan cing taysu tutup mulut ditengah jalan, ketika ia
menengok ke depan, tampak paderi itu sedang berkerut kening, rupanya ada sesuatu persoalan yang
sedang ia pikirkan. Coa Wi-wi sangat tercengang serunya tertahan, "Kongkong...."
608 Cepat Hoa In-liong menarik tangan gadis itu sambil berbisik, "Jangan ribut dulu,
tentu kongkong sedang memikirkan suatu persoalan yang penting, dan persoalan itu butuh
penyelesaian secepatnya" Coa Wi-wi mencibirkan bibirnya dan tidak berbicara lagi.
Setelah hening sejenak, tiba-tiba Goan cing taysu membuka sepasang matanya,
setajam cahaya bintang di tengah kegelapan matanya itu, dari sini dapat diketahui bahwa tenaga
dalam yang dimilikinya telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa, ini membuat
sepasang muda mudi itu amat terperanjat.
"Liong-ji" terdengar Goan-cing taysu berkata lagi dengan serius, "lolap
mempunyai suatu akal bagus yang kemungkinan besar sangat bemnanfaat bagi usahamu memusnahkan pengaruh
racun ular sakti, selain itu mungkin juga akan menambah kesempurnaan tenaga
dalammu, cuma saja cara ini sangat berbahaya serta membawa resiko yang besar salah-salah akan
mengakibatkan kematian yang mengerikan, entah bagaimana pendapatmu?"
Dari keseriusan dan sikap berat yang ditunjukkan Goan cing taysu, Hoa In-liong
tahu bahwa persoalan itu luar biasa sekali, tapi bukankah Goan cing taysu sendiripun tidak
begitu yakin dengan caranya" Sebagai pemuda yang gagah perkasa, Hoa In-liong bukan type
manusia yang serakah akan sesuatu yaag kecil dengan mengorbankan ma salah besar, sebetulnya
tawaran tersebut hendak ditolak. Tapi secara tiba-tiba hatinya agak bergerak, segera pikirnya, "Aah, tidak benar!
Cianpwe ini bukan manusia sembarangan, kalau toh tujuannya adalah untuk menyempurnakan
kepandaian seorang boanpwe tak mungkin dia akan mencarikan suatu cara yang semena-mena atau
dengan perkataan dibalik rencananya itu tentu mengandung suatu keyakinan besar cuma
saja ia tidak mengutarakan sebab kuatir akan mengacau pikiran orang belaka"
Dalam waktu singkat, pelbagai pikiran sudah berkecamuk dalam benaknya, tiba-tiba
dia angkat kepala dan menyahut dengan serius, "Boanpwe sudah mengambil keputusan...."
"Anak Liong, harapan untuk mencapai kesuksesan teramat kecil, aku harap pikirkan
kembali persoalan ini semasak-masaknya" tukas Goan cing taysu lagi.
Tiba-tiba Coa Wi-wi menjatuhkan diri kedalam pelukan Hoa In-liong, lalu bisiknya
pula dengan lembut, "Jiko, kalau toh kongkong sudah berkata demikian, lebih baik urungkan
niatmu untuk menempuh mara bahaya sebesar ini"
"Adik Wi" Hoa In-liong membelai rambutnya yang halus dengan penuh kasih sayang, "masa kau
tidak percaya dengan keputusan ini?"
Coa Wi-wi mengangguk. "Nah, kalau percaya itu lebih baik" kata Hoa In-liong sambil tersenyum, kemudian
kepada Goan cing taysu tambahnya, "Kongkong, tolong bantulah anak Liong untuk menyempurnakan
diriku" Dalam hati Goan cing taysu menghela napas, pikirnya, "Bocah ini memang betul-
betul cerdas, ternyata isi hatiku berhasil ia tebak beberapa bagian"
Maka sambil manggut manggut katanya, "Sekalipun tindakan ini sangat bahaya, tapi
lolap yakin delapan puluh persen pekerjaan akan berhasil, kau tak usah kuatir sebab pikiran
dan perasaan yang tawar justru merupakan saat yang paling baik untuk melakukan tindakan ini"
609 Hoa In-liong tertawa. "Kongkong tak perlu cemas, anak Liong percaya masih sanggup menghadapi segala
keadaan dengan perasaan yang tenang"
Goan cing taysu manggut-manggut, ia periksa sekejap keadaan disekitar sana, lalu
berkata. "Tempat ini terbuka sama sekali tidak terlindung dari pandangan orang, tidak
cocok untuk melakukan rencana kita, mari kita cari sebuah gua saja"
Sebetulnya Coa Wi-wi hendak menghalangi niatnya itu, tapi ia berpikir lebih
jauh, "Yaa, bagaimanapun juga bila ia ketimpa musibah, aku juga tak pingin hidup, daripada
percuma menasehati dirinya, akan lebih baik aku membungkam dalam seribu bahasa saja"
Karena berpendapat demikian, perasaannya jadi lebih lega dan santai, tanpa
disadari bibit cinta yang tertanam dihati kecilnya ikut pula bertambah tebal.
Mendengar perkataan itu, dia lantas berkata, "Dulu Wi-ji sering kemari mencari
batu-batu indah, aku sudah hapal dengan keadaan disekitar sini. Tak jauh dari tempat ini terdapat
sebuah gua batu yang dalamnya lima enam kaki, tempatnya kering dan bersih, bisa kita pakai
sebagai tempat berteduh?" Goan cing taysu manggut-manggut.
"Sekalipun radaan kecil sedikit, tapi tak apalah, hayo kita kesitu!" Seraya
berkata ia lantas bangkit berdiri, "Biar anak Wi membawa jalan!" seru gadis itu sambil turun dari
puncak itu lebih dulu. Gua yang dimaksudkan letaknya dilereng bukit bersebelahan dengan sebuah tebing
yang curam, di muka gua merupakan sebuah tanah datar yang luasnya sepuluh kaki persegi,
hutan bambu amat subur, meski gua itu tidak terlalu dalam, tapi cakup lebar dan datar.
Keadaan semacam ini semestinya amat cocok sekali dengan selera ketiga orang itu.
Setelah masuk ke dalam gua, Goan cing taysu memerintahkan Coa Wi-wi berjaga-jaga
didepan gua, lalu menitahkan Hoa In-liong duduk bersila, sementara dia sendiri duduk
dibelakang Hoa Inliong. Coa Wi-wi berdiri diluar gua, sekalipun demikian, sepasang matanya yang jeli
menatap kedua orang itu tak berkedip. Gua itu cukup gelap, namun tidak sampai menghalangi daya penglihatannya.
Waktu itu Goan cing taysu bersila sambil menyalurkan hawa murninya, tiba-tiba
secepat sambaran kilat dia lancarkan totokan untuk menotok jalan darah Kek gi, kan gi
serta Pit gi sementara telapak tangannya ditempelkan diatas jalan darah Thian cu hiat.
Beberapa jalan darah itu termasuk urat-urat penting yang menghubungkan syaraf
kaki, pusat dan pantat semuanya termasuk jalan darah yang teramat penting ditubuh manusia.
Coa Wi-wi bukannya tak tabu kalau Goan cing taysu sedang berusaha membantu Hoa In-liong
untuk memunahkan pengaruh racun jahat, tapi terbayang kembali pen deritaan yang telah
ia saksikan ketika masih ada di Yu-hoa-tay, bergidik juga hatinya sampai-sampai badan ikut
gemetar keras. 610 "Hu-yan Kiong manusia bedebah!" umpatnya dalam hati, kau memang manusia terkutuk
yang patut diberi hajaran. Tunggu saja tanggal mainnya suatu ketika nonamu pasti akan
suruh kau merasakan betapa menderitanya bila disiksa mati tak bisa hiduppun susah"
Sementara dia masih melamun Goan cing taysu sudah menarik kembali telapak
tangannya sambil mundur setengah langkah, gadis itu tahu kongkongnya kembali akan mengeluarkan
ilmu simpanan Baru saja dia akan menengok lebih lanjut tiba-tiba dari luar gua berkumandang
suara ujung baju tersampok angin, kalau didengar dari suara tersebut jelas ada seorang jago lihay
yang sedang menuju ke arah gua dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya.
Cepat-cepat dia berpaling, diantara cahaya rembulan tampak sesosok bayangan
manusia sedang berkelebat mendekat dengan kecepatan luar biasa, da am waktu singkat jarak orang
itu tinggal lima kaki saja dari depan gua,
"Berhenti!" bentaknya dengan suara lantang. Tapi begitu suara bentakan meluncur
keluar dari mulutnya, gadis itu merasa menyesal sekali ia menyesal karena terlalu memburu
napas, belum melihat jelas arah tujuan bayangan abu-abu itu, dia sudah membentak lebih
dahulu, padahal orang itu cuma numpang lewat belaka. Dengan perbuatan, nya ini bukankah sama
artinya dengan ia memberitahukan letak persembunyiannya kepada orang lain
Betul juga, begitu mendengar suara bentakan itu, serentak orang tadi berhenti
lalu berkelebat menuju kedepan gua, dengan sepasang matanya yang tajam bagaikan sembilu dia
awasi balik gua yang gelap tajam-tajam.
Setelah bayangan abu-abu itu berhenti di depan gua, Coa Wi-wi baru dapat kenali
orang itu sebagai seorang To koh berusia setengah baya yang memakai jubah kependetaan
warna abuabu, membawa sebuah hud tim dan berparas muka bersih. Gadis itu tahu,
gua sekecil ini tak akan mengelabuhi jagoan selihay orang itu, apalagi setelah ia bersuara.
Dalam keadaan demikian, buru-buru ia melirik sekejap ke arah Hoa In-liong,
tampak Goan cing taysu masih duduk bersila ditanah, telapak tangan kanannya menempel di atas
jalan darah Leng tay hiat diatas punggungnya.
Gadis itu tidak membuang wakta lagi, sekali loncat ia sudah menerobos keluar
dari dalam gua. Sejak mendengar suara bentakan yang nyaring dan merdu, To koh berbaju abu-abu
itu sudah tahu kalau orang itu adalah seorang nona, tapi rupanya dia tak menduga kalau
kecantikan wajahnya begitu merawan. Dibawah cahaya rembulan, tampak Coa Wi-wi ibaratnya
dewi Siang go yang baru turun dari kahyangan.
Ia berseru tertahan, lalu setelah berpikir sebentar, bisiknya didalam hati.
"Aaah.... jangan-jangan dia"!"
Maka sambil menuding dengan senjata Hud timnya, dia bertanya, "Apakab engkau she
Coa?" Sebetulnya Coa Wi-wi hendak minta maaf lalu berusaha menggiring To koh itu agar
meninggalkan tempat tersebut, tapi sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, tiba-
tiba To koh berbaju abu-abu itu sudah menyebut namanya lebih dahulu, ini membuat nona
tersebut jadi kaget. 611 "Sian-koh, dari mana kau bisa tahu?" serunya keheranan.
Mengetahui bahwasanya apa yang diduga tak salah, To koh berbaju abu-abu itu
kembali berpikir, "Aaah....! Budak ini memang benar-benar memiliki kecantikan wajah yang luar biasa,


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setelah ternoda Giok-ji memang tak punya harapan lagi, apalagi dengan kehadiran dirinya,
sudah terang hal itu tak mungkin terjadi....!"
Berpikir demikian, dia lantas tertawa seraya berkata, "Hoa Yang si bocah kunyuk
itu kenapa tidak ikut datang?" Dari nada suara Coa Wi-wi sudah tahu kalau orang bermaksud jelek, timbul rasa
was-was dalam hati kecilnya. "Dia tak ada disini!"jawabnya cepat-cepat.
Padahal sejak kecil gadis itu tak pernah berbohong, maka setelah ucapan tersebut
diutarakan keluar, warna semu merah karena jengah dengan cepat menjalar diatas pipinya yang
putih. Tokoh berbaju abu-abu itu bukan orang bodoh, dalam sekilas pandangan saja dia
sudah mengerti apa gerangan yang sedang terjadi. Dengan suara dingin kembali ia
menegur, "Apakah Hoa In-liong sedang berlatih ilmu?"
Coa Wi-wi merasa terkesiap.
"Sungguh lihay To koh itu!" demikian batinya.
Lama sekali setelah berdiri tertegun, nona itu menegur lagi, "Siapa kau?"
To koh berbaju abu-abu itu menengadah dan tertawa terbahak-bahak dia tidak
menjawab mendadak dengan senjata Hud timnya dia sapu batok kepala gadis itu. Berbareng
dengan sapuan tadi beratus-ratus bulu kudanya yang lembut membuyar hebat dan serentak
mengancam jalan darah penting diseluruh tubuh Coa Wi-wi.
Kiranya To koh berbaju abu-abu itu merasa bahwa wajah Coa Wi-wi makin dilihat
tampak semakin cantik ini membuat napsu membunuh yang berkorban dalam dadanya sukar
dikendalikan lagi malah makin ditekan napsunya makin berkorban akhirnya dia tak
tahan dan seranganpun dilancarkan. Coa Wi-wi tidak menyangka kalau dirinya bakal diserang, kejut dan marah gadis
tersebut menghadapi keadaan tersebut.
" Hei, apa-apaan kau?" tegurnya dengan marah
Langkahnya mundur dengan sempoyongan ibarat angin yang berhembus lewat, begitu
mundur tubuhnya maju kembali kemuka sambil melancarkan sebuah pukulan, dia kuatir Tokoh
berjubah abu-abu itu mendapatkan peluang yang ada untuk menerobos masuk ke dalam gua.
Meski agak terkejut dalam hatinya, To koh berjubah abu-abu itu tak sampai
memperlihatkan perasaannya itu diluaran, dia tertawa dingin, tiba-tiba senjata Hud-timnya
diputar dan.... "Sreeet!" tahu-tahu bulu kuda yang lembut itu sudah menggulung pergelangan
tangan lawan, menyusul kemudian ujung baju sebelah kirinya dikebaskan kedepan, dengan membawa
hawa pukulan yang cukup kuat menyergap dada Coa Wi-wi.
612 "Hebat juga To koh ini!" pikir Gadis Coa dalam hatinya, "baik waktu menyerang
maupun dikala berganti jurus, semuanya dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa, tak malu
kalau disebut seorang tokoh nomor satu dalam dunia persilatan, mungkinkah dia adalah anggota
Hian-bengkauw?" Dihati dia berpikir, telapak tangan kirinya sama sekali tidak menganggur, dengan
suatu pukulan yang kuat ia dobrak ancaman musuh, sementara jari tangan kanannya diperkencang
hingga seperti tombak untuk menyodok jalan darah Ciang tay hiat di tubuh sang To koh.
Mendongkol To koh berbaju abu-abu itu karena dirinya diserang secara bertubi-
tubi tanpa diberi kesempatan untuk bertukar napas.
"Budak sialan!" sumpahnya dihati, "kau tak usah sok, hati-hati dengan
pembalasanku!" Tentu saja dia tak tahu kalau Hoa In-liong ketika itu sedang bersemedi dan
mencapai keadaan yang paling berbahaya, lantaran kuatir mengganggu konsentrasi kekasihnya, maka
ia bertindak nekad. Dengan suatu lompatan cepat To koh berbaju abu-abu itu mundur dua kaki ke
belakang. 0000000O0000000 32 LEGA HATI Coa Wi-wi setelah musuhnya mundur, seperti bayangan dia menyusul
kemuka dan secara beruntun melancarkan tujuh buah serangan berantai.
"Budak ingusan, kau berani kurangajar kepadaku?" teriak To koh berbaju abu-abu
itu naik darah. Badannya mengegos kesamping menghindarkan diri dari serangan itu, kemudian
senjata Hud tim-nya direntangkan untuk menghalau gerak maju lawan, sementara gagang hud tim
dipakai untuk menyodok jalan darah Ciang bun hiat.
Mereka bertempur dengan gerakan yang sama-sama cepatnya, dalam waktu singkat dua
puluh gebrakan sudah lewat. To koh berjubah abu-abu itu memang tangguh, semua jurus serangan yang dipakai
merupakan jurus-jurus aneh yang sakti, diapun berusaha menghindari bentrokan-bentrokan
secara kekerasan. Setiap ada kesempatan, yang diancam adalah jalan darah jalan darah
kematian yang ditubuh lawan dimana cukup tertonjok satu kali sajar kalau tidak mampus sang
korban hikal terluka parah. Coa Wi-wi kuatir pertarungan yang berlangsung akan mengganggu komentrasi Hoa In
Hong, maka selama pertarungan berlangsung, ia selalu membungkam dalam seribu bahasa.
Karenanya kecuali angin pukulan yang menderu-deru, hampir boleh dibilang tak ada suara
lain. Tapi dengan demikian, maka makin bertarung mereka semakin jauh meninggalkan
mulut gua, waktu itu jaraknya sudah mencapai sepuluh kaki lebih....
Lama-kelamaan Coa Wi-wi mulai hilang sabarnya, dia berpikir lagi, Tenaga dalam
yang dimiliki To koh ini luar biasa hebatnya kalau pertarungan harus dilangsungkan terus dengan
cara begini, 613 entah sampai kapan habisnya, apalagi sudah terlalu jauh ketinggalan gua,
tindakan ini kurang menguntungkan" Berpikir demikian, sepasang telapak tangannya segera melancarkan serangan
bersama, tangan kiri menyerang dengan jurus Jit gwat siang-tui (matahari dan rembulan saling
mendorong), sementara tangan kapannya menyerang dengan jurus Tuo yau siu jit (Kotak Angin
Berhembushembus), Terkesiap To koh berbaju abu-abu menghadapi ancaman sedahsyat itu, pikirnya
dengan jantung berdebar, "Hebat benar perempuan ini, belum pernah ku jumpai ilmu pukulan seaneh
ini dalam dunia persilatan!" Sepintas lalu, dua buah serangan itu tampaknya memang sederhana dan tiada
sesuatu yang aneh, padahal cukup dengan berputar sambil menekan kedepan, maka dibalik
hembusan angin pukulan yang amat tajam, terselip gerakan pat kay dan Tay khek yang sukar
dipecahkan. Karena tak berani menyambutnya dengan kekerasan, ia melejit kesamping lalu
menyusup beberapa kaki disamping Coa Wi-wi.
Tercengang juga gadis Wi-wi karena serangan nya meleset, dia berpikir pula,
"Cepat dan jitu sekali gerakan tubuh To koh itu, aku rasa dua tingkat lebih hebat dari ilmu Gi
heng huan wi (bergesar tubuh berganti tempat) malah tidak berada dibawah kepandaian Loan ngo
heng sian tun hoat dari Kiu-im-kauw"
Sementara itu To koh berbaju abu-abu tadi sudah berseru kembali dengan suara
dingin, "Ilmu pukulan bagus! Tenaga dalam sempurna! Cuma sayang pinto ingin minta petunjukmu
lebih jauh" Jilid 31 BERBICARA sampai disitu, tangan kirinya menyilang ke samping, cahaya hijau
lantas bergemerlapan, tahu-tahu ditangan kanannya telah bertambah dengan sebilah
senjata kaitan berwarna hijau kemala. Selama malang melintang diseluruh kolong langit, belum pernah To koh itu didesak
orang hingga mundur berulang kali, tak heran kalau hawa napsu membunuhnya saat ini sudah
membara dan ia telah bersiap-siap untuk beradu jiwa.
Coa Wi-wi belum pernah melihat senjata kaitan kemala milik Wan Hong giok, tapi
dia tahu kalau Wan Hong giok mempunyai julukan sebagai Giok kau Nio cu (perempuan cantik kaitan
kemala). Tanpa terasa dia berpikir lagi, "Sangat jarang jago dalam persilatan yang
menggunakan senjata kaitan kemala, jangan-jangan dia mempunyai hubungan yang erat dengan enci
Wan....?" Berpikir sampai disitu, dia lantas bertanya dengan merdu, "Apakah cianpwe
mempunyai hubungan dengan enci Wan Hong giok...."
"Tak usah banyak bicara!" tukas To koh berbaju abu-abu.
Tiba tiba ia menyerang dengan jurus Thian kong im in (Cahaya Langit Bayangan
Awan). Cahaya hijau yang menyilaukan mata segera menyebar keseluruh langit, senjata kaitan
kemalanya dengan membawa deruan angin serangan yang tajam sepera mengurung sekujur tubuh
lawan. 614 Berbareng itu juga, senjata hud tim ditangan kirinya tidak mengganggu, dengan
tajam ia serang pinggang musuh. Serangan yang dilancarkan satu dengan senjata kaitan yang lain dengan senjata
hud tim ini memang benar-benar amat hebat, tenaga yang bersifat keras serta tenaga im
bersifat lunak digunakan hampir bersamaan waktunya, dan akibatnya sungguh jauh diluar dugaan.
Coa Wi-wi semakin naik darah, pikirnya, "Kutanya engkau secara baik-baik,
bukannya dijawab malahan sama sekali tak kau gubris, sudah pasti aku tak ada hubungannya dengan
enci Wan!" Sepasang alis matanya kontan berkenyit, dia bermaksud untuk memaksa Tokoh
berbaju abu-abu itu mengundurkan diri dari sana, atau bilamana keadaan memaksa, terpaksa dia
akan dibunuh. Mendadak Tokoh berbaju abu-abu itu menarik kembali serangannya sambil mundur,
cahaya hijau yang semula menyelimuti seluruh angkasapun seketika ikut leyap tak berbekas.
Sementara Coa Wi-wi masih tertegun cahaya hijau kembali berkilauan memancar
diudara tibatiba tokoh berbaju abu-abu itu menyambitkan senjata kaitan kemalanya
kedepan, diiringi cahaya kilat senjata itu meluncur ke arah mulut gua.
"Toan bok See ling, berhenti kamu!" hardiknya
Tanpa mengindahkan musuh tangguh masih berada didepan mata, Coa Wi-wi segera
berpaling, tampak seorang kakek bermuka merah berjenggot putih secara diam-diam sedang
mendekati mulut gua. Ketika senjata kaitan kemala itu menyergap punggung kakek itu, dengan perasaan
apa boleh buat terpaksa kakek bermuka merah tadi berkelit ke samping.
"Traaaaang....!" senjata kaitan kemala itu menumbuk diatas dinding batu disisi
mulut gua hingga menimbulkan percikan bunga api, lalu dengan menerbitkan suara keras jatuh
ketanah. Kejut dan marah Coa Wi-wi menyaksikan kejadian tersebut, sekalipun tenaga dalam
yang dimilikinya cukup lihay, tapi pertama karena pengalamannya masih cetek dan lagi
tak menyangka kalau ada orang bakal menyusup datang, kedua dia berdiri dengan membelakangi
mulut gua, ditambah pula kakek itu memiliki tenaga dalam yang demikian sempurnanya hingga
dapat mengelabuhi ketajaman mata dan pendengarannya. Maka dalam keadaan gugup, ia tak
sempat untuk memikirkan kenapa secara tiba tiba To koh berbaju abu-abu membantu
pihaknya. Dengan kecepatan yang luar biasa tubuhnya menerjang ke muka, lalu dengan
menghimpun tenaga sebesar dua belas bagian, sebuah pukulan dahsyat dilepaskan.
Waktu itu, kakek bermuka merah sedang berusaha mempercepat gerakannya untuk
masuk ke gua, betapa terperanjatnya ketika secara tiba-tiba muncul segulung tenaga tak
berwujud yang menekan dadanya dengan amat dahsyat, ia tercekat.
"Budak ingusan, ternyata tenaga dalamnya benar-benar amat sempurna!" demikian
pikirnya dihati. Tergopoh-gopoh dia berkelit ke samping lalu murdur delapan depa kebelakang.
Sebagai jago kawakan, kakek itu memang menang pengalaman, begitu mundur,
tangannya bekerja cepat. 615 Cahaya hijau yang gemerlapan kembali memancar diudara, tahu- tahu dia sudah
meloloskan sepasang senjata pit penotok jalan darah yang terbuat dari sumpit bambu dan
panjangnya dua depa, sambil putar badan dia lindungi sekujur tubuhnya dari ancaman serangan.
Tapi tindakannya itu cuma suatu perbuatan yang berlebihan, karena tak usah


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilindungi pun tak bakal ada orang yang manfaatkan kesempatan tersebut untuk melukainya.
Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu Coa Wi-wi menghadang didepan gua.
"Toan bok See liang!" ejek Tokoh bertnju abu-abu itu sambil tertawa dingin,
"dengan cara begitulah nama besarmu selama ini kau dapatkan?"
Sekalipun licik dan banyak pengalaman, toh panas juga pipi Toan bok See liang
setelah mendengar sindiran itu, untung mukanya memang merah tadi kejengahan tersebut tak
sampai terlalu kentara, tapi dia toh tersenyum juga.
"Pada hakekatnya memang tak punya nama besar, kenapa musti takut kehilangan
nama?" dia menjawab. Lalu setelah berhenti sebentar, tegurnya kembali dengan suara dalam, "Kau ingin
bermusuhan dengan perkumpulan kami?"
Sambil mengebaskan senjata Hud timnya, pelan-pelan To koh berjubah abu-abu itu
maju mendekat, sahutnya dengan hambar, "Hmmm....! Kau tak usah menggunakan nama Hian-
bengkauw untuk menakut-nakuti orang, sekalipun aku berani mencari gara-gara
dengan Thamcu macam kau, lantas apa yang hendak kau lakukan?"
Toan bok See liang tertawa seram.
"Heeehh.... heeehh.... heeehhh....begitupun boleh saja, cuma aku kuatir ilmu silatmu
masih tertinggal jauh" "Cianpwe, senjata kaitan kemalamu!" tiba tiba Coa Wi-wi berteriak keras.
Seraya berseru gadis itu menyambar senjata kaitan kemala yang tergeletak ditanah
itu lalu di sambit kearah To koh tersebut.
Coa Wi-wi yang cerdik, dengan cepat ia sudah menduga bahwa To koh berjubah abu-
abu itu delapan sampai sembilan puluh persen adalah gurunya Wan Hong giok, sekalipun dia
tak tahu kenapa To koh itu melancarkan serangan keji kearahnya, tapi dia tetap
menganggapnya sebagai sahabat, maka senjata kaitan itu dikembalikan kepadanya.
Setelah itu dengan tergesa gesa dia melirik sekejap ke balik gua yang gelap,
tampak baik Hoa Inliong maupun Goan cing taysu sama sama masih bersemedi dengan
wajah yang tenang, itu berarti keributan yang berlangsung diluar gua tak sampai mengalutkan konsentrasi
mereka. Setelah perasaannya jadi lega, diapun lantas menuding Toan bok See liang serta
membentaknya nyaring, "Kamu bandot tua, mau apa bertindak sembunyi-sembunyi datang kemari"
Hayo mengaku!" 616 Selama puluhan tahun hidup mengembara dalam dunia persilatan, belum pernah Toan
bok See liang digertak orang sekeras itu, kontan saja ia naik darah.
"Budak sialan, perempuan busuk!" makinya dihati, "berani benar engkau memaki
diriku. Hmmm! Tunggu saja pembalasanku...."
Sementara dia masih melamun, tiba-tiba dari arah samping kedengaran ada suara
orang menyingkirkan rumput kering, dia lantas berpaling dan tampaklah dua orang laki
laki berbaju ungu sedang muncul dari balik hutan bambu dan menghampirinya.
Satu ingatan berkelebat dalam benaknya, Toan bok See liang merasa mendapat akal
bagus, cepat digapenya dua orang laki-laki itu.
Dua orang laki-laki berbaju ungu itu sebetulnya datang bersama Toan bok See
liang, tapi ketika kakek bermuka merah itu hendak menyusup kedalam gua secara diam-diam, maka untuk
menghindari ren cana tersebut mengalami kegagalan total, diperintahnya dua orang
itu menunggu didalam jembatan bambu.
Tapi kini, lantaran jejak Toan bok See liang sudah ketahuan, serta-merta mereka
ikut munculkan diri pula. Ketika melihat Toan bok See liang memberi tanda, salah seorang diantara dua
laki-laki itu segera mengambil keluar sebuah bom udara dari sakunya kemudian bom udara tadi dibanting
ke atas batu. Dengan senjata kaitan yang terhunus, To koh berbaju abu abu itu mencaci maki,
"Tua bangka Toan bok, kau memang manusia yang tak tahu malu, karena tak bisa menangkan
orang, lantas kau minta bantuan?" Mau dicegah sudah tak sempat lagi dan....
"Ceeeeessss....!" segumpal cahaya merah memancar ke angkasa, disusul
kemudian...."Blang!"
suatu ledakan dahsyat menggelegar di angkasa.
Cahaya bintang berwarna keemas-emasan seketika menyebar ke empat penjuru dan
membentuk huruf Hian beng, pelan-pelan huruf tadi melayang makin menjauh sebelum akhirnya
lenyap tak berbekas. Dalam waktu singkat, dari ujung langit sebelah depan situ bermuncul cahaya emas
yang jumlahnya mencapai enam sampai tujuh buah.
Menyaksikan kesemuanya itu To koh berjubah abu-abu itu merasa terperanjat,
segera pikirnya, "Aaaah....! Tak kunyana kalau kawan jago dari Hian-beng-kauw telah berkumpul semua
dikota Kim-leng, mungkinkah ada sesuatu masalah besar yang hendak mereka lakukan?"
Tiba-tiba Coa Wi-wi berseru, "Cianpwe, benarkah dia adalah Thiamcu dari markas
besar perkumpulan Hian-beng-kauw?"
To koh berbaju abu-abu itu berpaling, ketika menyaksikan sepasang biji matanya
yang jeli sedang memandang ke arahnya dengan wajah penuh kepanikan, dia lantas berpikir,
"Aaai.... dengan wajah secantik ini dan tenaga dalam sesempurna itu! sekalipun anak Giok
belum ketimpa 617 musibah, dia belum tentu bisa menandinginya....yaa, dalam segala-galanya dia
memang jauh lebih hebat daripada anak Giok!"
Sekalipun To koh tersebut mempunyai watak yang tangguh, keras dan tabah, toh
rasa putus asa sempat pula menerabas dalam hatinya.
Sementara itu Toan bok See liang telah berseru kembali sambil tertawa seram,
"Budak ingusan, aku akan menyuruh engkau rasakan betapa lihaynya ilmu silat Toan bok loya mu!"
Coa Wi-wi mengernyitkan sepasang alis matanya, lalu berpikir, "Entah berapa lama
waktu yang dibutuhkan kongkong untuk menyembuhkan luka racun yang diderita jiko" Padahal
aku sendiri juga tak tahu apa gerangan maksud tujuan To koh tersebut, lebih baik aku turun
tangan saja lebih dulu, dari pada menanti sampai gembong gembong Hian-beng-kauw telah
berkumpul semua, waktu itu menyesal-pun tak ada gunanya"
Karena berpendapat demikian, rasa belas kasihannya segera ditarik kembali,
sambil melompat ke muka bentaknya nyaring, "Sambutlah seranganku ini!"
Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepan.
"Bagus sekali seranganmu itu!" seru Toan bok See liang dengan dahi berkerut.
Sepasang lengannya bergerak cepat, dengan Tiam hiat pit (pena penotok jalan
darah) yang berada ditangan kanan dia totok pergelangan tangan lawan Tiam hiat pil yang ada
ditangan kiri dengan membentuk tujuh delapan buah bayangan, secara beruntun mengancam jalan
darah penting diiga sebelah kiri musuh.
Bukan saja serangannya ganas dan dahsyat, cukup dirasakan dari desingan angin
tajam yang di hasilkan dari serangan tersebut, sudah dapat diketahui bahwa tenaga dalam yang
dimilikinya betul-betul amat sempurna.
Dalam waktu singkat, dua orang itu sudah terlibat dalam suatu pertarungan yang
amat seru. "Toan bok See liang!" tiba-tiba To koh berbaju abu-abu itu mengejek lagi dengan
suara sinis, "mukamu memang cukup tebal, sebagai seorang cianpwe masa untuk bertarung melawan
seorang nona cilik yang bertangan telanjang saja musti menggunakan sepasang sen
jata Tiam hiat pit" Dimana kau taruh mukamu?"
To koh itu memang bertujuan untuk menghanyutkan konsentrasi Toan- bok See liang,
buktinya ucapan tersebut semuanya dilancarkan dengan tenaga dalam yang sempurna, hingga
semua kata-kata itu dapat terdengar olehnya dengan amat jelas.
Toan bok See liang bukan orang bodoh, tentu saja dia mengetahui tujuan musuhnya,
kendati begitu toh saking gemasnya ia sampai menggertak gigi menahan emosi.
"Rabib busuk!" sumpahnya dihati "silahkan kau berkaok-kaok terus mengucapkan
kata-kata yang tak genah, suatu hari....
Pada mulanya dengan mengandalkan kehebatan Tiam hiat pit nya, ia masih bisa
menyerang dan bertahan dengan sempurna, tapi setelah hawa amarah mulai membakar perasaannya,
permainan silatnya sedikit banyak ikut terpengaruh.
618 Padahal pantangan yang paling penting bagi jago persilatan yang sedang bertarung
adalah konsentrasi yang sempurna, salah sedikit saja dalam setiap tindakannya akan
berakibat besar bagi pertahanannya, apalagi menghadapi Coa Wi-wi yang mempunyai tenaga dalam
jauh lebih sempurna daripada dirinya.
Coa Wi-wi segera tertawa dingin, badannya berputar ke samping, telapak tangannya
segera berputar setengah lingkaran busur serangan itu seperti juga melambung seperti
juga suatu tipuan belaka, tapi tahu-tahu sudah berada tiga depa disamping Toan bok See
liang dan langsung membacok pinggang lawan.
Berdiri semua bulu kuduk di tubuh Toan bok See liang, peluh dingin hampir
membasahi seluruh tubuhnya, masih untung dia adalah seorang jago kawakan yang berpengalaman dalam
berutusratus kali pertarungan, sekalipun terancam mara bahaya ia tak sampai
gugup. Pada detik terakhir
sebelum jiwanya terancam, ia berhasil meloloskan diri dari ancaman.
Sekalipun demikian, bahu kirinya toh sempat termakan sebuah pukulan....
"Daak....!"dengan sempoyongan ia mundur tujuh langkah, cahaya hitam berkilauan dan
tahutahu Tiam hiat pit yang berada ditangan kirinya sudah mencelat sejauh tiga
kaki dari tempat semula, mungkin tulang bahunya terhantam sampai remuk.
Kagum juga Coa Wi-wi atas kelihayan tenaga dalam lawan setelah musuhnya berbasil
meloloskan diri dari serangan Ji yung bu wi (dua kegunaan tanpa tempat), jurus kelima dari
ilmu Su siu hua heng-ciang. Dia tak tega untuk melancarkan serangan lebih jauh, maka sambil menarik kembali
serangannya, gadis itu berkata, "Lebih baik cepat cepatlah pulang...."
"Budak cilik dari keluarga Coa!" tiba-tiba To koh berbaju abu-abu itu menyela
daii samping, "untuk melenyapkan kejahatan, harus dibasmi seakar-akarnya, apa lagi yang musti
disungkankan?" Mendengar teriakan itu, Coa Wi-wi berpaling.
"Cianpwe, selama manusia masih ada kemauan untuk bertobat, kita tak boleh
membunuhnya secara keji!" sahut gadis itu cepat.
"Baik, kalau engkau hendak berbelas kasihan biar aku yang melakukan untukmu!"
Berbareng dengan selesainya perkataan itu, senjata hud timnya di sapu kemuka,
menyusul kemudian badannya ikut maju dua kaki dan dia langsung menyergap dada Toan bok
See liang. "Perempuan hina!" teriak Toan bok See liang saking gusarnya sampai tertawa
seram, "kau manusia yang tak tahu malu, beraninya hanya menyerang orang yang sedang
terluka!" Sekalipun luka hanya terjadi pada sebuah lengan belaka namun karena tulang
bahunya yang remuk, ini menyebabkan rasa sakit yang bukan kepalang dikala ia menghimpun
tenaga dalamnya. Dalam keadaan demikian, satu-satunya tindakan yarg bisa dilakukan hanyalah
mengandalkan sebatang senjata Tiam hiat pit-nya untuk menyelamatkan diri.
619 Sambil melontarkan serangkaian serangan yang amat dahsyat, To koh berbaju abu-
abu itu kembali mengejek, "Perbuatan pinto sekarang tak lebih cuma belajar mengikuti
cara yang biasa kalian pakai, tentu saja kalau dibandingkan dengan perkumpulan kalian, aku masih
ketinggalan jauh sekali" Sementara itu Coa Wi-wi sudah mundur kemulut gua, disitu dia ikut berpikir, "To
koh ini amat membenci akan segala kejahatan, sayang aku tak tahu siapa julukan
kependetaannya" Benarkah
dia adalah gurunya enci Wan....?"
Dalam waktu singkat Toan bok See liang sudah terjerumus dalam keadaan yang
sangat berbahaya, setiap saat kemungkinan besar jiwanya bakal terancam.
Dua orang laki laki berbaju ungu yang ada di tepi gelanggang segera saling
berpandangan sekejap, tiba-tiba mereka loloskan pedang lalu menerkam ke belakang punggung To
koh berbaju abu-abu itu. Berkenyit sepasang alis mata Coa Wi-wi melihat perbuatan itu, ia siap sedia
turun tangan.

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi sesuatu tindakan dilakukan, To koh berbaju abu-abu yang berada ditengah
arena pertarungan telah membentak keras, "Bangsat, kalian pingin mampus!"
Tangan kirinya segera diayun ke muka, dua rentetan cahaya hitam secepat kilat
menyambar ke depan.... Dua jeritan ngeri yang menyayatkan hati menggelegar memecahkan kesunyian, dua
orang lakilaki berbaju ungu itu membuang pedang mereka lalu roboh terkapar
ditanah, sesaat kemudian jiwa mereka telah melayang meninggalkan raganya.
Coa Wi-wi mengamati kedua korban itu, rupanya sebatang jarum emas berwarna
kebiru-biruan yang jelas amat beracun telah menanjap diantara sepasang alis mata mereka.
Alis yang telah berkenyit kini makin meratap, Coa Wi-wi merasa bahwa orang orang
Hian-bengkauw meski pantas dibunuh, tapi cara To-koh berbaju abu-abu itu
melaksanakan pembunuhan itu cukup teramat keji....
Toan bok Se liang yang cilik tak sudi membuang setiap kesempatan yang tersedia
dengan begitu saja, dikala To koh berbaju abu-abu itu mengayunkan tangannya untuk mejepaskan
jarum emas tadi, cepat-cepat ia merubah taktik pertahanannya menjadi taktik serangan,
dengan suatu sodokan maut ia tusuk jalan darah Keng bun hiat ditubuh lawan.
Berada dibawah ancaman seperti ini, sekalipun sapuan dari To koh itu mungkin
akan berhasil mengejar lengan kiri Toan bok See liang, namun dia sendiri harus membayar
serangan itu dengan sebuah tusukan pena. Dalam posisi diatas angin seperti ini, sudah tentu
dia tak mau membayar mahal setiap serangannya, serta-merta tubuhnya mengegos ke samping
melepaskan diri dari ancaman, namun dengan tindakan itu maka sapuan Hud tim-nya juga
mengerai sasaran yang kosong. To koh berbaju abu-abu itu marah sekali, dia putar senjata kaitan kemala
hijaunya seraya berseru, "Sayang.... benar-benar amat sayang! Thamcu markas besar perkumpulan
Hian-bengkauw yang gagah perkasa harus tewas di bukit Ki po san tanpa suara dan
tanpa diketahui siapapun jua" 620 Toan bok See liang memang sedang gelisah sekali menghadapi situasi yang semakin
kritis itu, dia berpikir dihati, "Sungguh aneh, sudah sekian lama bom udara itu diledakkan,
kenapa belum nampak juga seorang manusiapun yang datang kemari?"
Dia memang tak malu menjadi Thamcu markas besar perkumpuhn Hian-beng-kauw,
sekalipun menghadapi mara bahaya, pikirannya sama sekali tak panik, tidak pula terlintas
niat untuk melarikan diri, dengan sikap yang amat tenang ia malah berseru, "Hmmm....! Jangan
takabur dulu, tak akan segampang apa yang kau bayangkan...."
"To koh berjubah abu abu itu mendengus dingin lalu menerkam kemuka, kaitan
kemala hijau dan senjata Hud tim dilancarkan secara berbareng dengan amat dahsyatnya.
Toan bok See liang menyadari kesulitan yang di hadapi, dia pun mengerti lambat
laun tenaganya akan makin melemah dan soal menang kalah hanya tinggal soal waktu belaka.
Kendatipun demikian ia tak mau menyerah dengan begitu saja, kalau bisa mengulur waktu
sedetik dia akan manfaatkan waktu sedetik itu untuk menunggu datangnya bala bantuan. Tiam hiat
pit dimainkan sedemikian rupa sehingga pertahanannya boleh dibilang benar-benar amat tangguh.
Dengan demikian, meskipun To koh berbaju abu-abu itu berhasil merebut kedudukan
diatas angin, toh tak mungkin baginya untuk merebut kemenangan dalam dua tiga gebrakan
belaka. Coa Wi-wi mengikuti sejenak jalannya pertarungan itu, ia tahu dalam seratus
gebrakan kemudian, To koh berbaju abu-abu itu akan berhasil membinasakan Toan bok See
liang, ia jadi teringat kembali dengan Goan cing taysu dan Hoa In-liong yang berada dalam gua,
dengan langkah lebar dia lantas menerobos masuk ke dalam gua itu.
Dalam gua cuma dua kaki, dan lagi tiada liku-liku atau tikungan barang satupun,
maka sekalipun tak usah masuk kedalam, orang sudah dapat melihat keadaan gua itu dengan amat
jelasnya. Diam-diam ia menghampiri kedua orang itu dan diamatinya paras muka mereka dengan
seksama, tampak Hoa In-liong duduk bersila dengan wajah yang sangat tenang, sama
sekali tidak ditemukan hal-hal yang mencurigakan, ini membuat hatinya merasa sangat
girang. Waktu itu telapak tanean kanan Goan cing taysu masih menempel diatas jalan darah
Leng tay hiat ditubuh Hoa In-liong, Coa Wi-wi mengernyitkan alis matanya lalu berpikir,
"Sebentar lagi, orang-orang dari Hian-beng-kauw akan berdatangan kemari, dengan andalkan
sepasang telapak tangan jelas aku tak akan mampu menandingi empat tangan, sedang gua ini amat
dangkal suara apapun yang terjadi disini pasti akan terdengar sampai di luar, padahal bila
sedang bertempur tak mungkin aku bisa mengurusi mereka, wah, bagaimana baiknya...."
Dipikir pulang pergi ia merasa selalu bingung, bahkan makin lama semakin gelisah
Tiba- tiba Goan-cing taysu membuka sepasang matanya, ditengah kegelapan sorot
matanya itu ibarat kilat yang membalah angkasa, nona itu amat gembira, bibirnya sudah
bergetar seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi sebelum sepatah katapun sempat diutarakan, Goan
cing taysu telah mengirim suaranya dengan ilmu menyampaikan suara, "Hong ji sedang
bersemedi" bisiknya selembut lalat, dalam keadaan demikian tak boleh ia terganggu oleh
suara berisik, lebih baik kita bercakap-cakap dengan ilmu menyampaikan suara saja"
Setelah berhenti sebentar ia bertanya lebih jauh.
"Siapa yang sedang bertarung diluar sana?"
621 "Ooh....yang sedang bertarung adalah seorang To koh yang tak kuketahui siapa
mamanya dengan Toan bok See ling, Thamcu dari markas besar perkumpulan Hian-beng-kauw"
jawab Coa Wi-wi dengan ilmu menyampaikan suara, menurut dugaan Wi-ji, To koh tersebut
pastilah...." Tiba-tiba ia merasa bahwa Goan cing taysu tidak mengetahui siapakah Wan Hong
giok itu, maka sesudah berhenti sebentar dia menambahkan, "Wan Hong giok adalah...."
Kembali ia merasa situasi amat mendesak dan tak mungkin membuang banyak waktu
hanya untuk membicarakan persoalan yang ada gunanya, maka ia cuma menerangkan secara
ringkas saja. Waktu itu telapak tangan Goan cing taysu masih menempel diatas punggung Hoa In-
liong, maka tanyanya, "Bagaimana keadaannya, baik kan?"
Goan-cing taysu mengangguk, dengan ilmu menyampaikan suara yang sempurna dia
menyahut, "Kedahsyatan racun ular sakti yang mengeram dalam tubuhnya betul betul diluar
dugaan, mungkin sampai fajar menyingsing nanti baru akan berhasil didesak ke dalam jalan
darah aneh diluar syaraf" Diam diam Coa Wi-wi menghitung didalam hati, sekarang waktu baru kentoagan
ketiga, itu berarti masih ada dua jam sebelum fajar menyingsing, kenyataan itu membuat
hatinya amat gelisah. "Jalan darah aneh diluar syaraf?" tanyanya keheranan" dimana letak jalan darah
aneh itu" Kongkong, kenapa tak bisa didesak keluar?"
"Jalan darah itu letaknya ada di Kiu san hiat" sahut Goan cing taysu," alasan
yang sesungguhnya sulit untuk diterangkan dengan sepatah dua patah kata belaka, pokoknya
pertahaakan saja mulut gua itu baik-baik, bilamana keadaan amat mendesak aku dapat menutup ketujuh
lubang indera Liong-ji agar tidak sampai mengalami gangguan dari luar"
Baru saja Coa Wi-wi ingin mengajukan pertanyaan lagi, tiba-tiba dari luar gua
berkumandang suara teguran yang berat, "Toan bok Tou thamcu, kenapa malam ini kau terkecoh"
Perlu minta bantu dari kami dua bersaudara tidak?"
Tertegun Coa Wi-wi sudah mendengar perkataan itu, diam-diam pikirnya dihati,
"Aneh, siapa lagi yang datang" Tampaknya mereka bukan anggota Hian-beng-kauw, tapi kalau di dengar
dari pembicaraan tersebut jelas mereka bukan sahabat kami"
Sementara dia masih melamun, Toan bok See liang sudah menyahut dengan nada
dingin, "Tua bangka Leng hou tak usah mengejek terus, sudah disepakati oleh semua pihak bahwa
tiga perkumpulan besar membentuk perserikatan yang saling bantu membantu, apakah kau
hendak mencari penyakit buat dirimu sendiri...."
Ketika mengucapkan kata-kata tersebut jelas kedengaran napasnya tersengkal-
sengkal dan perkataannya terbata-bata, ini menunjukkan kalau keadaannya sangat bahaya.
Suara berat dan kasar yang kedengaran tadi kembali bersuara, kali ini diiringi
gelak tertawa ya yang menyeramkan. "Haaaahhh.... haaahh.... haaahhh.... bagaimana pendapatanmu loji?"
622 "Aku rasa apa yang dikatakan tua bangka Toan bok memang ada tiga bagian yang
masuk diakal" jawab suara lain yang serak-serak basah.
"Perserikatan tiga perkumpulan?" pikir Coa Wi-wi dengan perasaan tercekat,
bukankah itu berarti perserikatan antara perkumpulan Hian-beng-kauw, Kiu-im-kauw serta Mo-kauw"
Padahal cita-cita jiko adalah membasmi hawa sesat dari muka bumi, itu berarti dikemudian hari ia
bakal menemui kesulitan yang jauh lebih. Tapi kalau ditinjau dari keadaannya sekarang, rupanya
persekutuan itu tak bisa berlangsung sebagaimana yang diharapkan...."
Karena tertarik, gadis itu pasang telinga dan memperhatikan pembicaraan tersebut
lebih jauh. Ketika itu suara pertempuran masih kedengaran jelas, itu berarti pertempuran
belum mereda. Tiba-tiba kedengaran To koh berbaju abu-abu itu berseru sambil tertawa dingin.
"Leng hou Ki, Leng hou Yu, kalian Seng sut pay sudah menganiaya murid
kesayanganku, hayo beri keadilan dulu kepadaku!"
"Heeehhh.... heeehhh.... heeehhh...." sang lotoa Leng hou Ki tertawa seram, "sudah
dengar belum loji" Ada orang menagih hutang kepada kita"
Sang loji Leng hou Yu ikut tertawa seram.
"Dengan bekal ilmu yang cetek berani mengembara dalam dunia persilatan, hmm!
sekalipun mampus juga tak perlu menyalahkan orang lain, anggap saja nasibnya yang lagi
sebal. Heeehhh.... heeehhh.... heeehhh....cuma, kalau ingin menuntut keadilan juga boleh,
kenapa tidak kemari saja?" "Bagus sekali!" teriak To koh berjubah abu-abu itu sambil tertawa seram, "rasain
pukulanku ini...." Tiba-tiba permainan kaitan kemala serta hud timnya diperkencang, rupanya To koh
itu berniat untuk membinasakan Toan bok See liang lebih dahulu, kemudian baru membereskan
dua bersaudara Leng hou. Menyaksikan kejadian itu, Leng hou Ki tertawa terbahak-bahak.
"Haahh.... haahh.... haaahhh....loji, kalau kita tidak turun tangan lagi, niscaya Toan
bok toa thamcu akan berpulang ke alam baka"
Berbareng dengan selesainya ucapan itu, terdengar ujung baju tersampok angin,
menyusul kemudian desingan angin pukulan yang amat dahsyat menggelegar di angkasa.
Terkesiap Coa Wi-wi setelah mengetahui bahwa dua bersaudara Leng hou akan turun
tangan bersama, sebab dari suara pembicaraan Leng hou Ki tadi, ia dapat meraba bahwa
tenaga dalam yang dimiliki orang itu teramat sempurna, dengan seorang lawan seorang saja To
koh berjubah abu-abu itu belum tentu menang, apalagi jika kedua orang itu turun tangan
bersama.... "Wahai manusia she Leng hou" kedengaran Tokoh berjubah abu-abu itu membentak
marah," sebetulnya kalian masih punya muka tidak"
Leng hou Yu tertawa terbahak bahak.
623 "Haahhh.... haahhh.... haahhh....siapa yang tidak tahu kalau kami dua bersaudara
selalu turun tangan bersama, baik untuk menghadapi seorang musuh ataukah harus menghadapi
berlaksalaksa orang prajurit"
Kegusaran yang berkoban didalam dada To koh berjubah abu-abu itu sungguh luar
biasa, tapi ia tak berkutik, maka teriaknya dengan suara lantang.
"Budak dari keluarga Coa, kau sudah mampu mungkin?"
Buru-buru Coa Wi-wi melirik sekejap ke dalam gua, ia liat Goan cing taysu susah
memejamkan matanya lagi, maka diapun menerobos keluar dari dalam gua.
Waktu itu si To koh berjubah abu-abu berada dalam posisi yang berbahaya sekali
dibawah kerubutan dua orang kakek jangkung yang mengenakan juba warnah kuning dengan
ikat

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pinggang perak berukirkan naga, sedangkan Toan bok See liang sudah mundur ke
tepi hutan sambil mengatur napasnya yang tersengkal-sengkal.
"Manusia-manusia yang tak tabu malu!" bentak nona itu dengan marah.
Bagaikan burung walet yang terbang keluar dari sarangnya, berbareng dengan
dilancarkannya sebuah pukulan, ia menerjang tubuh Long hou Ki.
Bagi jago lihay yang sedang bertarung, panca indera mereka biasanya diletakan di
empat arah delapan penjuru, sejak semula dua bersaudara Leng hou sudah mengetahui kalau ada
seorang nona yang cantiknya bagaikan bidadari sedang menerobos ke luar dari gua.
Sekalipun kecantikan nona itu membuat mereka kagum, namun ilmu meringankan
tubuhnya lebih lebih membuat hatinya tercekat, buru-buru Leng hou Ki melepaskan juga
sebuah pukulan untuk menangkis tibanya ancaman itu.
"Blaaarg...."ketika dua buah telapak tangan saling bertemu, suatu ledakan keras
menggelegar di udara. Tubuh Coa Wi-wi hanya tersendat sedikit, sebaliknya Leng hou Ki terdesak mundur
selangkah, ini menyebabkan rasa terkejutnya makin menjadi.
Ditatapnya anak gadis itu tajam-tajam, lalu secara tiba-tiba dia membentak, "Lo-
ji!" Secara beruntun Leng hou Yu melepaskan dua buah pukulan yang mendesak mundur To
koh berjubah abu-abu itu, lalu sambil berpaling dia bertanya, "Ada apa?"
Tokoh berjubah abu-abu itu adalah seorang perempuan berwatak angkuh, sikap masa
bodoh yang diperlihatkan musuhnya diartikan sebagai suatu penghinaan baginya, tentu
saja ia tak dapat menawan diri, dalam hati ia menyumpah, "Setan tua, sialan kamu! Rupanya
kau pingin mampus" Tiba tiba senjata kaitan kemalanya mengeluarkan jurus Jian bong it mo (sisa
warna mekar terhapus musnah), suatu jurus ampuh dari ilmu Pek shia kou hoat (ilmu kaitan
awan hijau). Cahaya hijau gemerlapan menyilaukan mata, tahu-tahu dia sudah mengancam depan
dada Leng hou Yu. 624 Bersamaan waktunya, senjata Hud tim yang berada ditangan kanannya diputar ke
bawah lalu menyodok jalan darah Ki bun hiat sebelah kiri dari musuhnya itu.
Dua jurus serangan sama-sama merupakan jurus ancaman yang tangguh dan
mengerikan, kendatipun tenaga dalam yang dimiliki Leng hou Yu lebih tinggi daripada
musuhnya, tapi dalam keadaan pandang enteng lawannya, ia toh dibikin kalang kabut juga.
Masih untung dia memiliki tenaga dalam hasil latihan selama enam puluh tahun
lebih, dalam keadaan kritis ia sama sekali tidak panik, sambil menarik napas panjang tubuhnya
melompat mundur ke belakang. "Breeet....!" luka sih memang tidak, tak urung serangan itu berhasil menyambar
dadanya serta merobek sebagian dari bajunya.
Berhasil dengan serangannya itu, To koh berjubah abu-abu itu menarik kembili
senjata kaitan nya seraya mengejek, "Setan tua, sekarang kau sudah tahu lihaynya diriku bukan?"
Dua orang bersaudara Leng hou adalah manusia-manusia buas yang sudah tersohor
namanya, penghinaan semacam ini belum pernah dialami sepanjang hidupnya, bayangkan saja,
mana mungkin mereka dapat menelan hinaan tersebut dengan begitu saja"
Saking gusarnya mereka tertawa seram. "Bagus! Bagus!" serunya berulang kali.
Ditengah gelak tertawanya yang menyeramkan ia mengangkat lengan kanannya ke
atas, lalu diantara suara gemerutukan yang nyaring, tiba tiba saja lengannya bertambah
panjang setengah depa dari keadaan semula, kemudian selangkah demi selangkah didekatinya To koh
berjubah abu-abu itu.... "Itulah dia ilmu Thong pit mo ciang (Lengan penghubung pukulan iblis)....!" pekik
To koh berjubah abu-abu itu dihatinya.
Kewaspadaan segera dipertingkat, senjata kaitan kemalanya diangkat ke atas dan
ia berdiri dengan mulut membungkam. "Loji" kembali Leng hou Ki berkata secara tiba-tiba, "sasaran kita berada
disini, sekalipun terdapat masalah yang lebih besarpun, sudah seharusnya kalau kita kesampingkan
lebih dahulu" Semua orang tahu bahwa dua bersaudara Leng hou adalah manusia manusia buas yang
tak kenal perikemanusiaan, sepantasnya setelah niat membalas dendam timbul dihati
mereka, tak mungkin niat tersebut diurungkan ditengah jalan.
Tapi anehnya, setelah Leng hou Yu mendengar perkataan itu, serentak dia menarik
kembali kekuatannya lalu mundur ke samping Leng hou Ki.
"Lotoa, apakah budak itu she Coa?" tanyanya kemudian sambil mengawasi gadis
tersebut. Karena Leng hou Yu membatalkan niatnya untuk melancarkan serangan, diam-diam To
koh berjubah abu-abu itu menghembuskan napas lega, ia sadar bahwa tenaga dalam yang
dimilikinya bukan tandingan dua bersaudara Leng hou, sudah barang tentu diapun
tak berani sembarangan menghadapi mereka....
Tiba-tiba Coa Wi-wi berbisik kepada To koh berjubah abu-aba itu dengan ilmu
menyampaikan suara, "Cianpwe bersediakah kau menjaga mulut masuk gua itu?"
625 Sekalipun hawa napsu membunuh yang berkobar dihati To koh berjubah abu-abu itu
sudah jauh berkurang, toh tertegun juga dia setelah mendengar tawaran itu.
"Kau tidak takut pinto masuk kedalam gua dan melakukan sesuatu perbuatan yang
tidak menguntungkan terhadap orang yang berada dalam gua?" tanyanya dengan ilmu
menyampaikan suara pula. "Aku tahu cianpwe adalah gurunya enci Wan, masa engkau tidak memberi muka untuk
enci Wan "Waaah, setelah kena ditebak jitu isi hatiku, aku jadi kurang leluasa untuk
turun tangan lagi" Pikir
To koh berbaju abu-abu itu kemudian. Untuk sesaat dia cuma termenung sambil
membungkam diri. Dengan ilmu menyampaikan suara, kembali Coa Wi-wi berkata, "Cianpwe, kongkongku
sedang membantu jiko Hoa In-liong mengusir racun ular keji dari tubuh nya, kau bersedia
membantu dia bukan?" Perkataan itu diutarakan dengan nada lembut dan setengah merengek, tanpa sadar
To koh berbaju abu-abu itu mendekati mulut gua.
"Siapa itu kongkongmu" Berapa waktu yang masih dibutuhkan?" tanyanya kemudian
dengan suara dingin. Coa Wi-wi tahu bahwa permintaannya telah di kabulkan, rasa gelisah yang semula
menyeliputi perasaannya, kinipun menjadi agak gela.
"Kongkongku adalah seorang pendeta, gelarnya adalah Goan cing!" sahutnya
kemudian. Setelah berhenti,ia berkata lagi, "Waktu yang dibutuhkan mungkin antara dua jam"
Belum pernah To koh berjubah abu-abu itu mendengar nama seorang padeei yang
menggunakan gelar Goan cing taysu, tapi dari tenaga dalam yang dimiliki Coa Wi-
wi dia tahu bahwa kongkongnya pasti seorang tokoh persilatan yang berilmu tinggi maka
setelah mendengar perkataan itu dia lantas berjaga-jaga dimulut gua.
"Cianpwe, bolehkah aku tahu siapa namamu." Coa Wi-wi lagi. Rupanya pertanyaan
itu sama sekali diluar dugaan To koh berjubah abu abu itu, dia tampak tertegun.
"Pinto tidak mempunyai gelar kependetaan" sahutnya setelah merenung sebentar,"
aku hanya seorang Rahib liar" Setelah berhenti sebentar, ujarnya kembali, "Pusatkan saja semua perhatianmu
untuk menghadapi musuh, kurangi berbicara. Perhatikan baik-baik kedua orang
dihadapanmu itu sebab kedua orang bajingan itu adalah adik seperguan dari Tang Kwik-siu, beberapa
macam ilmu hitamnya tak boleh dianggap terlampau enteng"
Sementara mereka sedang melangsungkan pembicaraan dua bersaudara Leng hou juga
sedang bercakap-cakap dengan ilmu menyampaikan suara.
Untuk sesaat lamanya, suasana jadi bening dan sepi, dibawah sorot sinar
rembulan, hanya kedengaran suara angin yang meng-goyangkan tumbuhan bambu....
626 Kalau menghadapi keadaan seperti ini, siapapun tidak akan percaya kalau beberapa
menit sebelumnya disana telah berlangsung suatu pertarungan sengit yang nyaris
mengakibatkan korbannya jiwa. Tiba-tiba Leng hou Ki berkata kepada Toan bok See liang, "Toan bok See liang,
apakah engkau mengetahui jelas asal usul dari dayang cilik itu?"
Toan bok See liang yang sedang bersemedi sambil menyembuhkan luka yang
dideritanya segera menyahut, "Budak ingusan itu baru muncul sejak sepuluh hari berselang, siapapun
tidak tahu asal usulnya...." "Aaah.... ngaco belo, omongan yang ngawur!" tukas Leng hou Yu tiba-tiba dengan
suara dingin. Toan bok See liang sebetulnya sudah mendendam kepada dua orang itu lantaran
mereka cuma berpeluk tangan belaka menyaksikan jiwanya terancam ditangan orang, tapi
lantaran ia menyadari bahwa tenaga dalamnya masih kalah setingkat jika dibandingkan mereka,
maka perasaan mendendamnya itu hanya disimpan dalam hati.
Namun, setelah mendengar perkataan yang terakhir ini, rasa bencinya makin
menjadi, segera pikirnya dihati, "Setan tua Leng hou, tak usah berlahak sok! Lihat sana nanti,
sampai kapan gaya tengikmu itu bisa berlangsung! Asal keluarga Hoa telah disisihkan Hmm! Jangan
harap pihak Seng Sut pay bisa bercokol terus dalam dunia!"
Dalam pada itu Leng hou Ki telah bertanya lagi, "Siapakah yang bersembunyi di
dalam gua?" "Hmmm.... hmmm....tentang soal ini lebih baik tanyakan saja secara langsung kepada
budak itu" jawab Toan bok See liang sambil tertawa kering.
Tiba-tiba satu ingatan melintas dalam benaknya ia kembali berpikir, "Jika
ditinjau dari cara dayang itu menjaga gua tersebut secara mati-matian, kebanyakan orang yang berada
dalam gua itu adalah Hoa yang si bocah keparat itu, siapa tahu kalau racuu ular kejinya
sudah kambuh dan kini sedang berbaring didalam gua sambil menantikan saat ajalnya tiba....
hmm, akan kucoba untuk menakut-nakuti setan tua Leng hou itu...."
Tiba-tiba ia berkata kembali, "Siapa tahu kalau didalam gua itu adalah seorang
cianpwe dari dayang tersebut yang sedang melatih ilmu" Heeehhh.... heeebhh.... heeehh....sekalipun
kalian berdua memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, belum tentu kehebatan orang itu
sanggup kalian hadapi" Coa Wi-wi tidak tahu kalau orang itu hanya ngaco belo belaka, berdebar
jantungnya setelah mendengar ucapan itu. "Masa Toan bok See liang sudah tahu akan rahasia tersebut?" pikirnya.
Dua bersaudara Leng hou adalah gembong-gembong iblis yang sangat berpengalaman,
pikiran mau pun perasaan mereka tajam sekali, cukup hanya sekilas pandangan saja mereka
sudah tahu kalau ucapan dari Toan bok See liang itu bukan benar-benar muncul dari hati
sanubari yang jujur. Dengan suara yang menyeramkan Leng hou Yu segera berseru, "Hmmm! Kendatipun Hoa
Thianhong yang berada di dalam gua itu, tak mungkin kami dua bersaudara akan
merasa jeri!" 627 Buru-buru Leng-hou Ki menengok kedalam gua, tapi sayang meskipun gua itu cetek
namun tertutup oleh tumbuhan bambu yang lebat. To koh berjubah abu-abu itu juga
menghadang dimulut gua, kendatipun tenaga dalamnya cukup sempurna, pemandangan dalam itu
tidak berhasil juga dilihat jelas.
Karena itu, setelah merenung sebentar, serunya ke arah gua dengan disertai
tenaga dalam penuh, "Hei, jago lihay dari manakah yang berada didalam gua...."
Sebenarnya Coa Wi-wi telah memutuskan untuk sebiasanya mengulur waktu, selama
dua bersaudara Leng hou tidak turun tangan lebih dulu, maka diapun akan menanti
tanpa reaksi. Akan tetapi, setelah Leng hou Ki berteriak-teriak dengan pengerahan tenaga dalam
yang sempurna, ini mengakibatkan suaranya begitu nyaring seperti suara genta yang
memekikkan telinga, gadis itu mulai kuatir bila teriakan tadi mengganggu konsentrasi Hoa
In- liong. Dengan cepat diputuskan untuk bertindak lebih dahulu membereskan musuh musuhnya,
maka ia menukas dengan ketus, "Berkaok kaok seperti setaa kelaparan.... hmm, bangsat!


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lebih baik tutup saja bacotmu, di dalam gua tak ada orangnya!"
Setelah babatan kilat dilontarkan untuk membabat pinggang Leng-hou Ki....
Leng hou Ki tertawa seram,
"Heeh.... hheehh.... heehh....budak ingusan, kau terlampau takabur!"
Sejak dipaksa berada diposisi bawah angin oleh gadis itu, dia sudah mulai tak
puas dengan musuhnya, sebab itu dengan menggunakan jurus Hou ing jut kun (Burung belibis
muncul bergerombol) dia melancarkan serangan balasan.
Sebagaimana dihari-hari biasa, dua bersaudara Leng hou selalu turun tangan
bersama-sama, begitu Leng hou ki turun tangan, otomatis Leng hou Yu ikut mengerubuti pula.
Baru pertama kali ini Coa Wi-wi menghadapi musuh dengan tenaga dalam sesempurna
ini, begitu musuh turun tangan bersama, gadis itu mulai merasakan tekanan yang kian lama
bertambah berat. "Hebat amat kedua orang itu" pikirnya dihati, "radahal Hu yan kiong setingkat
dengan mereka berdua, kenapa tenaga dalam yang dimiliki orang itu begitu tak becus?"
Dua bersaudara Leng hou juga tak kalah kagetnya menghadapi musuh yang masih muda
belia itu, soal jurus serangan jelas memang tangguh dan luar biasa, yang lebih hebat
lagi adalah pancaran tenaga pukulan yang dihasilkan dari sambaran telapak tangannya itu.
Demikian tinggi dan sempurnanya tenaga dalam gadis itu membuat mereka sukar untuk
mempercayainya. "Hebat betul gadis ini" demikian pikirnya, "jangan-jangan dia pernah makan Leng
ci atau sebangsanya, kalau tidak, masa tenaga dalamnya selihay itu?"
Pertarungan berlangsung makin seru, ditengah hembusan angin pukulan yang
menderu-deru, sekejap mata ratusan jurus sudah lewat tanpa terasa.
Sejak pertama pertarungan itu masih berlangsung agak sungkan-sungkan, masing-
masing pihak masih menjajaki kekuatan yang dimiliki lawannya tapi lama-kelamaan, setelah hawa
amarah dan napsu ingin menang semakin berkobar dihari mereka, pertarungan itu meningkat ke
suatu pertarungan yang betul-betul mengerikan.
628 Hampir segenap kekuatan yang mereka miliki dikerahkan keluar untuk saling
menjatuhkan, angin taupan menderu-deru membuat pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa, keadaan
amat mengerikan. Makin lama To koh berjubah abu-abu itu mengikuti jalannya pertarungan,
semangatnya makin merosot pula, pikirnya; "Bukan saja gadis ini memiliki kecantikan bak bidadari dari kahyangan, tenaga
dalamnya juga teramat sempurna, yaaa.... sungguh.... anak Giok sudah pasti tak punya harapan!"
Baru saja menghela napas sedih, tiba-tiba dari kaki bukit nun jauh disana tampak
munculnya belasan sosok boyangan manusia, hatinya tercekat, dia tahu bala bantuan dari
Hian-beng-kauw telah berdatangan. Gerak tubuh belasan sosok bayangan manusia itu amat cepat seperti hembusan
angin, dalam waktu singkat mereka sudah berada didalam gelanggang.
Sebagai pimpinan rombongan adalah seorang kakek bermata kecil berjenggot
panjang, dia bukan lain adalah Beng Wi-cian, Thamcu ruang Thian ki dalam perkumpulan Hian-beng-
kauw, dibeiakangnya adalah empat orang Ciu Hoa yang mengenakan pakaian berwarna hijau
pupus, sedang dipaling akhir adalah delapan orang kakek berbaju hitam.
Begitu tiba digelanggang, perhatian Beng Wi-cian segera terhisap oleh jalannya
pertarungan antara Coa Wi-wi melawan dua bersaudara Leng hou.
Hembusan angin pukulan menderu-deru, pasir debu beterbangan, ibaratnya gelombang
dahsyat ditengah samudra yang mengocok air laut, suasana pada waktu itu sangat
mengerikan, "Saudara Beng!" tiba-tiba Toan bok See liang menyapa.
Beng Wi-cian berpaling, melihat noda darah membasahi ujung bibirnya, lengan kiri
terkulai lemah dan senjata Tiam hiat pit nya tinggal sebatang hnigga keadaannya tampak
mengenaskan, dengan kaget dia lantas memburu ke depan.
"Saudara Toan bok, kenapa kau...." serunya.
Tapi perkataan itu segera terhenti sampai ditengah jalan, ia melirik sekejap ke
arah Coa Wi-wi dan segera dipahami apa gerangan yang sebenarnya telah terjadi.
Toan bok See liang tertawa getir, menanti Beng Wi-cian dan rombongan teLih
menghampirinya, ia baru bertanya dengan suara lirih, "Bukankah kaucu sudah datang" Sekarang dia
ada dimana?" "Suhu sedang mempersiapkan pembukaan upacara peresmian esok pagi" jawab Ciu Hoa
lotoa dengan cepat, "sekarang ia berada di markas besar!"
"Apa yang menyebabkan timbulnya pertarungan ini?" tanya Beng Wi-cian pula dengan
dahi berkerut. Toan bok See liang memandang sekejap To koh berbaju abu-abu yang berada belasan
kaki dimulut gua itu, lalu sahutnya, "Ketika aku lewat disini, kebetulan kusaksikan
dayang cilik itu sedang bertarung melawan Siok bi...."
629 Sejak muncul disitu, oleh karena ditengah gelanggang sedang berlangsung
pertarungan yang seru, dan lagi To koh berjubah abu-abu itu berdiri membelakangi sinar rembulan
tanpa bergerak ataupun berbicara, maka Beng Wi-cian tidak menaruh perhatian kepadanya, tapi
kini mengikuti sinar mata Toan bok See liang ia berpaling ke mulut gua dan baru tahu kalau
disitu berdiri seseorang. Sambil berseru tertahan, serunya dengan nada tercengang, "Oooh....jadi dia pun
sudah masuk ke daratan Tionggoan?" "Perselisihan sudah terbuka!" kata Toan bok See liang sambil menggigit bibir,
bila berjumpa lagi di kemudian hari, kita bunuh bangsat itu dengan cara apapun"
"Aku kuatir kurang begitu baik kata Beng Wi-cian dengan alis mata berkernyat,
dia...." Tiba-tiba To koh berjubah abu-abu itu berkata, "Wahai Beng Wi-cian, apa yang
sedang kau kasak-kusukkan dengan Toan bok si setan tua itu?"
Meskipun tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna, namun lantaran deruan
angin pukulan memekikkan telinga ditengah gelanggang, maka apa yang mereka bicarakan tak dapat
terdengar de ngan jelas. Beng Wi-cian tertawa terbahak-bahak, dari tempat kejauhan ia menjura dan memberi
hormat, katanya, "Sudah puluhan tahun lamanya kita tak pernah bersua, sungguh tak nyana
kecantikan Go hujin masih juga seperti sedia kala...."
Dengan alis mata berkernyit To koh berjubah abu-abu itu segera menukas dengan
dingin, "Sudah lama pinto menjauhkan diri dari keramaian keduniawian, panggilan tersebut
lebih baik cepat-cepatlah kau tarik kembali"
Setelah berhenti sejenak, dengan sedikit mencemooh ia berkata lebih lanjut!"
"Kini engkau sudah mendapat kedudukan yang sangat tinggi, apalagi sebagai
seorang Thamcu dari suatu perkumpulan besar, aku jadi kagum sekali sebab ternyata engkau masih
belum melupakan diriku" Paras muka Beng Wi-cian berubah hebat cuma sebagai seorang manusia yang berakal
panjang dan matang dalam pengalaman, ia dapat meuguasahi diri dengan cepat.
Hanya sebentar saja paras mukanya sudah putih kembali seperti sediakala, kepada
Toan bok See liang ujarnya, "Aku lihat Thia Siok bi berjaga-jaga dimulut gua, apakah dibalik
gua itu ada hal-hal yang tidak beres?" "Aku sendiri kurang begitu tahu" jawab Toan bok See liang.
Tapi setelah berpikir sebentar, katanya pula, "Mungkin Hoa Yang si bocah keparat
yang berada didalam gua tersebut!"
Begitu menyinggung soal Hoa In-liong serentak, kawan Ciau Hoa jadi naik darah.
Dengan perasaan penuh dendam Ciu Hoa long berkata, "Keponakan minta diberi
perintah untuk memeriksa isi gua tersebut!"
630 "Jangan!" Toan bok See liang gelengkan kepalanya berulang kali." tenaga dalam
yang dimiliki Thia Siok bi sangat tinggi, engkau masih ketinggalan jauh bila dibandingkan
dirinya" Beng Wi-cian menyapu sekejap sekeliling gelanggang, kemudian bisiknya lirih,
"Aku rasa lebih baik biarkan dua bersaudara Leng hou bertarung lebih dulu dengan budak tersebut,
tentu saja lebih baik lagi kalau kedua duanya terluka parah"
Sekalipun tiga perkumpulan berkaok-kaok menyatakan telah membentuk perserikatan,
padahal mereka tak ada yang sudi tolong menolong apalagi bantu membantu, otomatis
perserikatan hanya berlangsung di bibir belaka tanpa adanya suatu kenyataan.
Tiba-tiba Leng hou Ki yang sedang bertarung berteriak keras, "Wahai budak
ingusan, apakah Coa Goan hou adalah bapakmu?"
Rupanya dua bersaudara Leng hou merasa kehilangan muka setelah sekian lamanya
bertarung tanpa berhasil menundukkan Coa Wi-wi, padahal berada didepan mata sekian banyak
jago-jago Hian-beng-kauw. Untunglah mereka memang cerdik dan banyak tipu muslihatnya,
setelah berpikir sebentar segera ditemukan suatu cara yang baik untuk mengatasi keadaan
itu. Betul juga, Coa Wi-wi segera merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya
keheranan, "Sungguh mencengangkan, darimana mereka bisa tahu akan hal ini?"
Sementara itu, dua bersaudara Leng hou telah mengeluarkan ilmu pukulan Le sim
toh si ciang hoat untuk mengimbangi permainan Yu sin ci lek suatu ilmu jari yang telah
dipergunakan lebih dahulu. Seenteng burung walet, Coa Wi-wi berkelebat kesana kemari menghindarkan diri
dari totokan jari Leng hou Yu, kemudian sebuah pukulan dilepaskan ke arah Leng hou Ki seraya
bentaknya, "Kamu tak usah banyak bicara!"
Leng hou Yu menyusul maju ke muka, sambil melepaskan juga sebuah pukulan dahsyat
ke punggung Coa Wi-wi, serunya lantang, "Kalau benar, masih banyak persoalan yang
perlu dibicarakan, kalau bukan yaa sudahlah"
Coa Wi-wi segera berpikir, "Sudah banyak tahun ayahku lenyap tak ada kabar
beritanya, kenapa tidak kugunakan kesempatan yang sangat baik ini untuk mendapatkan sedikit kabar
tentang dirinya?" Berpendapat demikian, sambil putar badan melepaskan sebuah pukulan, dia berseru,
"Cepat katakan!" Leng hou Ki mengegos ke samping menghindarkan diri dari ancaman itu, lalu
tertawa tergelak. "Budak ingusan, jawab dulu benar atau tidak?" Coa Wi-wi termenung dan berpikir
beberapa saat lamanya, ia merasa bahwa kesempatan sebaik itu tak boleh dilewatkan dengan
begitu saja, maka katanya, "Kalau benar lantas kenapa?"
Leng hou Ki mendengus dingin.
"Hmmm....belasan tahun berselang, perkumpulan kami berhasil menangkap seorang
laki-laki setengah baya yang bernama Coa Goan hou....
Kontan Coa Wi-wi mencibirkan bibirnya setelah mendengar perkataan itu.
631 "Huuuh....Mo-kauw itu perkumpulan apa" Kalau cuma mengandalkan sedikit kepandaian
yang kalian miliki, masih terlampau jauh bila dibandingkan dengan kepandaian ayahku!"
Dengan tanpa sadar, ucapan tersebut sama artinya telah mengakui bahwa Coa Goan
hon adalah ayahnya. Lenghou Ki tertawa seram.
"Heehhh.... heehh.... heehhh.... akupun tak akan menyangkal" katanya, "ilmu silat yang
dimiliki Coa Goan hou memang benar-benar terhitung suatu kepandaian yang luar biasa"
"Masa dia benar adalah ayah?" pikir Coa Wi-wi.
"Panik, gelisah dan tak tenang bercampur aduk dalam perasaan gadis itu, kalau
bisa dia ingin sekali kembali ke dalam gua dan mengajak Goan cing taysu serta Hoa In-liong
untuk bersamasama memperbincangkan persoalan itu.
Meskipun gelisah, toh sikapnya diluaran tetap tenang.
"Hmm....! Bukan sama seorang didunia ini yang bernama Coa Goan-hou, siapa tahu
kalau orang yang kalian tangkap adalah orang lain?"
"Heeehh.... heeeh.... heeehh....baik itu bapakmu atau bukan, ada satu hal akan
kuberitahukan kepadamu" ujar Leng hou Yu dengan nada yang menyeramkan.
Telapak tangan dan jari tangan berputar demi kian rupa melepaskan delapan buah
serangan berantai yang amat gencar.
Dalam kejutnya seketika itu juga Coa Wi-wi terdesak mundur lima enam langkah


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kebelakang, ditambah pula waktu itu Leng hou Ki ikut menyerang dengan sepenuh tenaga,
sekejap mata Coa Wi-wi sudah terdesak dibawah angin.
Sekalipun keadaannya sudah terancam bahaya, gadis itu masih tidak melupakan
untuk mengetahui keadaan ayahnya, dengan suara lantang serunya, "Apa yang hendak kau
katakan?" Betapa bangganya Leng hou Ki setelah menyaksikan siasatnya mendatangkan hasil,
dia tertawa terbahak-bahak. "Haaahh.... haaahh.... haaahh.... kalau engkau ingin tahu, akupun akan memberitahukan
kepadamu. Setelah Coa Goan hou berhasil ditangkap, tubuhnya telah kami cincang
menjadi berkeping-keping lalu dibuang ke laut Seng sut hay sebagai um an ikan hiu!"
Tentu saja Coa Wi-wi tidak percaya dengan perkataan itu, toh pikirannya sempat
dikacaukan hingga posisinya semakin terdesak dan jiwaaya terancam mara bahaya.
To koh berjubah abu-abu itu jadi kaget sekali menjumpai keadaan itu, dengan
gusar dia membentak, "Budak tolol, masa kau percaya dengan begitu saja obrolan dari dua
orang bajingan tua itu?" Karena ditegur, Coa Wi-wi segera sadar kembali kalau dirinya sedang ditipu,
pikirnya dalam hati, "Kenapa kau harus mengurusi persoalan yang belum jelas" Sekalipun dua orang
bajingan tua ini kubunuh" juga tak ada salahnya"
632 Setelah berpikir demikian, tanpa terasa hawa napsu membunuh yang belum pernah
terlintas diwajahnya kini menyelimuti seluruh benaknya, dengan wajah sedingin salju dan
sepasang alis bekernyit, secara beruntun ia lancarkan belasan buah serangan berantai untuk
meneter musuhnya habis-habisan. Kesepuluh jurus serangan itu, semuanya merupakan jurus terampuh dari ilmu
pukulan Su siu hua heng ciang, dan tiap serangan yang dilancarkan semuanya mengandung tenaga
pukulan sebesar dua belas bagian, begitu dahsyat serangan itu ibaratnya ombak dahsyat yang
mengamuk ditengah samudra, ibaratnya juga bukit Thay san yang menindih diatas kepala.
Hebat, dahsyat dan sangat menggetarkan sukma.
Paras muka bersaudara Leng hou berubah hebat, mereka berkelit kesamping lalu
berdiri berjajar, empat buah telapak tangan dilancarkan berbareng, dengan susah payah mereka
bendung tibanya ancaman itu sepenuh tenaga, meski demikian toh semua pukulan itu susah
dibendung, mereka didesak hingga musti mundur berulang kali.
Ditengah belasan jurus serangan terantai itu, dua bersaudara Leng hou berhasil
didesak mundur sejauh delapan-sembilan langkah, bukan begitu saja, malah sebanyak tiga kali
jiwa mereka terancam bahaya hingga nyaris terbunuh, keadaan mereka benar-benar mengenaskan.
Kejadian ini segera menggemparkan seluruh gelanggang, semua orang tahu bahwa dua
bersaudara Leng hou masing-masing memiliki tenaga dalam sebesar enam puluh tahun
hasil latihan, apalagi jika mereka turun tangan bersama, pada hakekatnya cuma Hoa
Thian-hong seorang didunia ini yang sanggup menghadapinya.
Tapi nyatanya sekarang, dua orang jago tangguh itu berhasil didesak Coa Wi-wi
hingga mengenaskan keadaannya, tidak heran kalau semua orang jadi terkesiap dibuatnya.
Sementara pertempuran masih berkorbar dengan serunya, suara langkah manusia
berkumandang dari balik hutan bambu, disusul munculnya anggota Hian-beng-kauw
yang jumlahnya mencapai enam tujuh puluh orang lebih, dengan cepat mereka menyumbat
mulut gua dia membendung hutan bambu.
Dari lereng bukit masih juga kelihatan munculnya bayangan manusia, diantara
mereka yang datang agak akhir, terdapat juga tujuh-delapan orang jago dari Mo-kauw, meski
mereka mendekati sisi ge lenggang dan bersiap sedia untuk ikut pula dalam pertarungan
itu, tapi pertempuran yang selang berlangsung terlampau dahsyat, apalagi melibatkan jago-
jago kelas wahid, ini menyebabkan mereka tak mampu untuk mengambil bagian, apa yang bisa
dilakukan tak lebih hanya berdiri, terbelalak dengan mata melotot.
Waktu itu baik Toan bok See liang maupun Beng Wi-cian sama-ssma telah dibuat
terkesiap oleh kelihayan musuhnya, dalam keadaan begini mereka mulai berpikir untuk bekerja
sama dengan pihak Mo-kauw untuk menyingkirkan musuh tangguh tersebut.
Maka setelah melirik sekejap ke arah medan petarungan, berkatalah Toan bok See
liang, "Saudara Beng, luka yang kuderita cukup parah, semua kekuasaan pada malam ini
kulimpahkan kepadamu, pimpinlah saudara-saudara kita dan jangan biarkan budak ingusan itu
tetap hidup. "Kalau begitu siau-te akan melancangi kekuasanmu" jawab Beng Wi-cian, setelah
memandang sekejap sekeliling tempat itu, ujarnya lebih lanjut, "Segenap jago lihay kita
telah berkumpul disini. Hmm sekalipun budak itu memiliki kepandaian silat yang sangat tinggi,
tak mungkin dia akan mampu untuk menghadapi serangan kita apalagi dia harus melindungi pula
mulut gua itu" 633 Dia lantas memberi tanda kepada anak buahnya, anggota Hian-beng-kauw yang sudah
terlatih itu segera bertindak cepat, dalam waktu singkat mereka telah menyebarkan diri
dan membentuk kepungan setengah lingkaran dengan mulut gua batu itu sebagai pusat sasaran.
Kemudian senjata tajam pun diloloskan.
Dibawah pantulan sinar rembulan yang berwarna keperak-perakan kilapan cahaya
senjata mereka menambah hawa pembunuhan yang semakin menggidikkan disekitar tempat itu.
Sebagaimana diketahui gua batu itu berada dibawah sebuah tebing yang curam,
dengan dilakukannya pengepungan tersebut, maka seluruh jalan mundur boleh dibilang
teiah terbendung. Rupanya Beng Wi-cian masih tak lega hatinya dengan tindakan itu, dipanggilnya
sepuluh orang jago lagi dan kepada mereka dibisikkan sesuatu.
Belasan jago itu segera menerima perintah dan berlalu dari sana, rupanya mereka
mendapat tugas untuk berputar kepuncak bukit sebelah belakang dan memeriksa apakah disitu
ada jalan tembusnya atau tidak. Thia Siok bi atau To koh berjubah abu-abu itu sebenarnya sedang mengikuti
jalannya pertarungan antara Coa Wi-wi dengan dua bersaudara Leng hou, tapi setelah
menyaksikan kejadian itu, hatinya tercekat, dan dia segera berpikir, "Kalau begitu
keadaannya, kemungkinan besar jiwaku bakal ikut melayang di tempat ini, aaai...."
Kendatipun To koh itu mempunyai watak yang sangat aneh, namun jiwa ksatrianya
tetap terpelihara. Walaupun dia tahu bahwa situasinya pada saat itu sangat berbahaya,
tak pernah terlintas dalam benaknya untuk melarikan diri dari sana. Ia malah menghela napas
dan meneruskan perhatiannya mengawasi jalannya pertarungan itu meski dengan perasaan
yang kesal. Sejelek-jeleknya, dua bersaudara Leng-bou mempunyai hasil latihan selama puluhan
tahun, tenaga dalam yang mereka miliki cukup sempurna, dalam posisi yang amat kritis
dan tidak menguntungkan itu, mereka masih berusaha dengan sekuat tenaga untuk membendung
datangnya semua serangan dari Coa Wi-wi itu.
Sebaliknya Coa Wi-wi sendiri, sudah enam kali dia ulangi ke depan jurus serangan
berantai dari ilmu pukulan Su siu hua heng ciang tersebut namun semua serangannya itu tidak
menghasilkan apa-apa, kenyataan ini membuat dia merasa kagum sekali, pikirnya, "Tenaga dalam
yang dimiliki kedua orang ini betul-betul luar biasa hebatnya, padahal mereka adalah adik
seperguruan dari Tang-kwik Siu aaai.... entah bagaimanakah kepandaian Tang Kwik-siu Sendiri sebagai
ciang bunjin dari Mo-kauw?"
Aku jadi menguatirkan masa depan jiko...."
Tiba-tiba Leng hou Ki membentak keras, "Toan bok See liang!"
Berbareng dengan seruan itu, sebuah pukulan dahsyat dilontarkan ke depan.
Diam-diam Toan bok See liang tertawa dingin, pikirnya, "Rasain kamu sekarang
setan tua Leng hou, enak bukan kalau dibuat kerepotan oleh budak tersebut" Hmmm!"
634 Karena ditegur, sudah barang tentu dia tak bisa berdiam diri saja, maka sesudah
berpikir sebentar sabutnya, "Ada apa?"
Meskipun gusar dihati kecilnya, sebisa mungkin Leng hou Ki mengendalikan
perasaannya itu, sepasang telapak tangannya diayun bersama untuk membendung serangan Kong loan
tiat ing (keras dan lunak mengalir secara bergilir) dari Coa Wi-wi, kemudian serunya
dengan lantang, "Cepat serang ke dalam gua...."
Tapi hanya sampai ditengah jalan saja seruan itu tiba-tiba ia membungkam
kembali. Kiranya karena cemas secara tiba-tiba Coa Wi-wi telah menyerang dengan jurus Ban
wu kui kun (Segala benda bersumber dan tanah), suatu jurus serangan yang paling dahsyat
daya pengaruhnya dalam ilmu pukulan Su siu bua heng ciang, karena keteter hebat maka
dia tak punya kesempatan untuk melanjutkan kembali kata-katanya.
Sekalipun begitu, Toan bok See liang maupun Beng Wi-cian sudah memahami teriakan
tadi, secara tiba-tiba mereka menyadari bahwa menghadapi musuh secara bersama jauh
lebih penting dari pada hal-hal lainnya....
Karena itu setelah berunding sebentar, tiba-tiba Beng Wi-cian membentak keras,
"Delapan tua melindungi markas! Kalian ikut aku menyerbu ke dalam gua....!"
Dengan langkah lebar dia mengitari gelanggang pertempuran dan menghampiri mulut
gua itu. Dengan wajah yang kaku tanpa emosi, delapan orang kakek berbaju hitam mengikuti
dibelakangnya. Coa Wi-wi yan g sedang bertempur sempat melirik sekejap kearah gerak gerik
mereka, kewaspadaannya segera meningkat, mendadak ia membentak nyaring, "Manusia she
Beng, kau sudah bosan hidup?" Sebenarnya nona itu bermaksud menghalangi jalan pergi mereka, tapi Leng hou Ki yang licik
sudah tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh.... haaahh.... haaahh.... dayang busuk, mau kemana kau" Pertarungan diantara
kita toh belum selesai!" "Criiiit....!"dengan jari tengah dan jari telunjuk tangan kanannya dia melepaskan
sebuah sodokan. Segulung desingan angin tajam segera menyambar ke arah jalan darah Hong wi hiat
ditubuh Coa Wi-wi. Dua bersaudara Leng hou memang bukan manusia sembarangan, dengan andalkan
pengalaman mereka dalam menghadapi pertarungan, tentu saja bukan pekerjaan yang gampang
bagi Coa Wi-wi untuk mengundurkan diri dari gelanggang pertarungan.
Dikala Coa Wi-wi putar badan sambil melancarkan serangan, Leng hoau Yu telah
menerjang pula dengari garangnya, mau tak mau terpaksa gadis itu harus melayani serangan-
serangan itu, dan pertarungan sengitpun kembali berkobar.
Beng Wi-cian tidak buang peluang tersebut dengan begitu saja, cepat-cepat dia
melewati disisi pertarungan dan menyerbu ke mulut gua.
635 Sementara itu Thia Siok bi sudah mempersiapkan senjata kaitan kemalanya, begitu
musuh mendekat diapun membentak, "Beng Wi-cian, berhenti kamu!"
Beng Wi-cian baru berhenti setelah berada tiga kaki dari mulut gua, ia merangkap
tangannya lalu menjura. "Go hujin, maafkanlah kami, aku harap hujin bersedia menyingkir dari situ dan
memberi kesempatan kepada kami untuk memasuki gua itu!"
Jilid 32 THIA SIOK BI menengadah dan memandang cuaca sejenak, dia lihat sisa rembulan
sudah hampir lenyap, sebentar lagi fajarpun akan menyingsing, kenyataan ini membuat hatinya
rada lega, dia tahu asal waktu bisa diulur sebentar lagi maka mara bahaya bisa dihindari.
Maka dengan suara dingin ia berkata, "Aku dengar perkumpulanmu sudah membentuk
perserikatan dengan pihak Mo-kauw, benarkah kejadian ini?"
Beng Wi-cian bukan bodoh, kecerdasan otaknya melebihi orang lain, ketika ia
saksikan To koh tersebut memeriksa keadaan cuaca lalu wajahnya menunjukkan senyum berseri, dalam
hati kecilnya diapun berpikir, "Aaaah....jangan-jangan didalam gua ada seorang jago
lihay yang sedang bersemedi?"

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia segera merasa bahwa waktu tak boleh ditunda-tunda lagi, sebab itu sambil
mengelus jenggotnya dia tertawa tergelak.
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh....benar sekali, memang apa yang hujin dengar tidak
keliru, kalau toh sudah tahu, bagaimana kalau hujin menyingkir dulu kesamping" Aku pasti
akan memberi keterangan sejelas-jelasnya...."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, diam-diam ia memberi tanda kepada anak
buahnya segera keempat orang kakek berbaju hitam itu berjalan menuju ke mulut gua.
"Berhenti!" bentak Thia Siok bi sambil mempersiapkan senjata kaitan kemalanya.
Empat ora ng kakek berbaju hitam itu tidak berhenti, salah seorang diantaranya,
seorang kakek yang kurus kering segera berkata, "Go hujin, biasanya kau hidup sebagai burung
bangau liar, kenapa musti bersikeras untuk melibatkan diri dalam air keruh ini?"
THIA SIOK BI tidak berbicara apa-apa, dia malah berpikir, "Siapa yang turun
tandan lebih dulu biasanya dia akan menang posisi, siapa turun tangan belakangan dia akan ketimpa
bencana, bagaimanapun juga hubungan toh sudah retak...."
Karena berpendapat demikian, ia tidak ragu-ragu lagi, sambil menggigit bibir,
senjata Hud tim nya disapu ke muka, sementara senjata kaitannya mengurung tubuh keempat orang
itu dengan jurus Yu ta lei hoa (hujan deras menerpa bunga li).
"Go hujin!" seru kakek knrus itu lagi, "jadi kau tetap pada pendirianmu yang
keras kepala?" Dengan jurus sin liong cia ka (naga sakti melepaskan sisik), ia sambut datangnya
ancaman tersebut. 636 Serentak dua orang kakek berbaju hitam yang ada disebelah kanan menganyunkan
pula keempat buah telapak tangan mereka, hembusan angin puyuh segera menggulung kemuka dengan
hebatnya. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itu, kakek berwajah kaku yang ada
disebelah kiri segera menyingkir kesamping begitu terhindar dari ancaman musuh, dengan suatu
gerakan cepat ia menyelinap masuk kedalam gua.
Dari sini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa empat orang kakek itu sudah
mengambil persetujuan secara diam-diam bahwa tiga orang diantara mereka akan membendung serangan Thia
Siok bi, sedang seorang diantaranya menyelinap ke dalam gua dengan menggunakan peluang
itu. Thia Siok bi juga bukan orang bodoh, sudah barang tentu tak sudi ia memberi
Sumpah Palapa 5 Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Pedang Medali Naga 10
^