Pencarian

Rahasia Hiolo Kumala 22

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long Bagian 22


Terdengar Coa Cong-gi berseru, "Sebetulnya aku sudah mengusulkan, lebih baik
kita satroni saja bukit Gi bong san, semua orang mendukung usulku ini, anehnya justru dia yang
tidak setuju....coba kau pikir, mengherankan tidak?"
Hoa In-liong membatin, "Saudara Siau lam berbuat demikian tentu dimaksudkan
untuk melindungi keselamatan semua orang, ketenangan semacam ini tak mungkin bisa
dilakukan orang lain, aai....bisa dibayangkan betapa pedih perasaannya"
Sambil menghela napas katanya kemudian, "Orang baik selalu dilindungi Thian,
semasa hidupnya empek dan bibi selalu beramal bagi kesejahteraan manusia, Thian pasti akan
melindungi keselamatannya, tak usah kuatir saudara Siau lam"
Yu Siau lam manggut-manggut, katanya dengan suara dalam, "Kau tak usah
mencabangkan pikiran untuk memikirkan persoalan itu, pusatkan saja semua perhatianmu untuk
bertempur melawan tiga perkumpulan besar"
Diam-diam Hoa In-liong menghela napas.
"Kemana perginya saudara Ek hong...."ia berbisik kemudian.
Li Poh seng ikut bersedih hati, jawabnya.
"Sampai kini saudara Ek hong masih belum diketahui jejaknya, hal ini memang
cukup membuat orang merasa gelisah"
751 Hoa In-liong termenun tidak menjawab, meskipun timbul kecurigaan dalam hatinya
karena peristiwa antara Wan Ek hong dengan Coa Wi-wi, namun ia merasa kurang baik untuk
mengutarakan persoalan itu secara terbuka, hanya secara diam-diam ia berpikir,
mungkinkah Wan Ek hong tak mau munculkan diri karena tak senang hati lantaran perkataan
dari Coa Wi wi itu" Tiba-tiba Coa Cong-gi bertanya, "Tahukah kau kenapa adikku tidak datang?"
Hoa In-liong memang ingin menanyakan persoalan itu, karenanya cepat-cepat ia
mengangguk. "Adikku telah pergi ikut kongkong, kata kongkong dia hendak bersemedi disuatu
tempat yang terpencil untuk memulihkan kembali tenaga dalamnya, selain adikku, Cia In juga
ikut...." "Bagaimana keadaan kongkong?" jerit Hoa In-liong dengan wajah berubah hebat.
Coa Cong-gi mengerutkan dahinya.
"Kau tak perlu kaget dan tercenung, kongkong bilang keadaannya tidak apa-apa"
Hoa In-liong kembali berpikir sesudah mendengar perkataan itu, "Dengan
kelapangan dada kongkong, sekalipun didunia ini terjadi peristiwa besar, ia selalu memandangnya
secara tawar, tentu saja keadaannya tidak seenteng apa yang dikatakan...."
Tentu saja apa yang menjadi beban pikirannya tak sampai diucapkan keluar, ia
coba berpaling, dilihatnya Yu Siau lam, Li Poh-seng maupun Ko Siong peng sedang berdiri me1ongo,
agaknya mereka masih belum mengetahui tentang tindakan Goan cing taysu yang membantu
menyempurnakan tenaga dalamnya dengan ilmu Wan kong-koan teng tersebut.
Ia termenung sebentar, akhirnya ia merasa ada baiknya jangan membicarakan
persoalan itu. Tiba-tiba Coa Gong gi berkata lagi.
"Oya, kongkong menitahkan kepadaku untuk menyampaikan sepatah kata kepadamu!"
"Apa kata kongkong?"
"Kongkong bilang, hati yang bijaksana adalab hati Buddha, dengan dasar hati yang
bijaksana, kau boleh melakukan apapun juga, cuma meski kecerdikanmu cukup namun kebesaran
jiwa dan kelembutan hatimu masih ketinggalan jauh, maka kongkong menasehati kepadamu agar
lebih banyak melatih diri"
Hoa In-liong mengangguk. "Nasehat dari dia orang tua akan selalu terukir dalam hatiku" sahutnya.
Mendadak Coa Cong-gi tertawa tergelak, katanya.
"Haaahhh....haaahhh....haahhh....padahal aku selalu berangggapan kalau kebajikan dan
kelembutan hatinya terlampau berlebihan, watak semacam itu tidak cocok dengan
perasaanku. Aaai....! Coba kalau menurut watakku, mau pukul segera pukul, mau berkelahi segera
berkelahi, buat apa membicarakan soal kelembutan hati segala?"
"Kontan saja semua orang tertawa tergelak mengiringi ucapannya yang cukup kocak
itu. 752 Tiba-tiba seseorang mneanggapi sambil tertawa lantang, "Tepat sekali perkataan
itu, memang sudah seharusnya begitu! Memang sepantasnya begitu!"
"Dari balik pintu ruang samping muncul Ho Kee sian yang berjalan menghampiri
sambil tertawa tergelak. "Siapa kau?" seru Coa Cong-gi cepat.
"Dia adalah empek Ho dan beraama Kee sian" Hoa In-liong mem perkenalkan simbil
tertawa "dulu ia lebih dikenal orang sebagai Tangan sakti pembalik...."
"Cukup, cukup" tukas Ho Kee sian tertawa, "apa gunanya Liong sauya menyinggung
kembali soal julukan perampokku dimasa lalu?"
Hoa In-liong tersenyum, ia lantas perkenalkan kedua belah pihak, kemudian
beberapa orang itu masuk ke ruang tengah dan duduk tanpa urutan siapa tuan rumah siapa tamu, dan
pembicaraanpun segera berlangsung.
Hoa In-liong coba menanyakan tempat pengasingan Goan cing taysu dan Coa Wi wi
serta berapa lama waktunya, siapa tahu Coa Cong-gi sendiripun tidak tahu, ini menyebabkan
soal tersebut sementara waktu harus ditunda lebih dulu, kendatipun hatinya amat kangen.
Malam itu, Coa Cong-gi sekalian menginap di sana, untung halaman yang disewa In
liong sangat luas, bukan saja ada ruang tamunya, ada kamar tidurnya ada pula kamar bacanya,
disitulah Kok Hong seng dan Siau gou ji menginap malam itu"
Tengah malam seorang diri Hoa In-liong melayang keluar dari penginapannya menuju
penginapan Ong keh di utara kota.
Rumah penginapan itu jauh lebih kecil bentuknya daripada rumah penginapan
"Thian-hok", disana tak ada halaman tersendiri yang disewakan kamar kelas satupun cuma
terdiri dari lima bilik, suasana gelap gulita tiada cahaya.
Dalam suratnya Cia Yu cong tidak menerangkan Si Leng jin dan pelayannya menginap
dikamar yang mana, tapi Hoa In-liong menduga mereka tentu memilih ruangan yang
terpencil. Maka sesudah termenung sebentar, timbul ingatan dalam benak anak muda itu untuk
menimbulkan suara, ia beranggapan andaikata berbuat demikian dua orang itu tentu
akan segera munculkan diri. Tapi sebelum rencananya dilaksanakan, dari balik sebuah kamar tiba-tiba
berkumandang suara helaan napas panjang serta suara langkah kaki yang berisik, disusul kemudian ia
saksikan sesosok bayangan ramping muncul dari balik jendela secara lamat-lamat.
Satu ingatan melintas dalam benaknya, dengan suatu gerakan secepat sambaran
kilat ia menerobos masuk lewat jendela.
Kamar itu memang gelap, tapi tidak menjadi batangan bagi Hoa In-liong yang
mempunyai ketajaman mata bagaikan kilat, ia sudah menyaksikan seorang gadis berbaju hitam
yang berhidung mancung, berbibir mungil dan menyoren sebilah pedang pendek di-
pinggangnya 753 berdiri dalam ruangan itu, gadis itu bukan lain adalah gadis baju hitam yang
pernah dijumpai baik dalam gedung keluarga Suma maupun dibukit Ciong san.
Ketika mendengar suara berisik berasal dari jendela, dengan terkejut gadis baju
hitam itu memutar badannya, cahaya tajam berkilauan dan tahu-tahu pedang pendeknya sudah
diloloskan. Hoa In-liong terbahak-bahak, sambil maju kemuka memberi hormat katanya, "Bila
kedatangan telah mengganggu ketenangan nona, harap sudilah dimaafkan"
Nona berbaju hitam itu tidak nampak terkejut meski bertemu dengannya, malah
sekilas perasaan girang menghiasi wajahnya, sambil masukkan pedangnya kedalam sarung tegurnya
dengan dingin, "Tengah malam buta begini, mau apa kau datang kemari?"
"Aaah....! Kalau dilihat dari caranya bersikap mungkin ia sudah menduga akan
kedatanganku" pikir Hoa In-liong. Sambil tertawa ringan diapun berkata, "Sehari tidak bertemu bagaikan berpisah
tiga tahun, terutama setengah tahun belakangan ini, hatiku benar-benar merasa gundah dan
tidak tenang, karenanya bila dalam tindakanku kurang hormat harap nona suka memaafkan"
Merah padam selembar wajah nona baju hitam itu, bibirnya mencibir seperti hendak
mengucapkan sesuatu, namun jengah untuk diutarakan keluar.
Mendadak dari arah pintu kedengaran suara manusia berkumandang, disusul suara Si
Nio menegur, "Nona, siapa yang datang?"
"Kau tak usah turut campur, sana, pergi tidur!"
"Apakah bocah buyung she Hoa yarg telah datang?" Si Nio kembali bertanya.
Hoa In-liong terbahak-bahak mendengar perkataan itu.
"Haaahhh....haaahh....haaahhh....pujian saudara hanya membuat aku menjadi malu saja"
"Bagus kekali perbuatanmu...." si nona baju hitam menjerit.
"Kraaaaakkk....! tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Si Nio yang berwajah penuh
codet dan bekas bacokan itu sudah muncul sambil melototi Hoa In-liong dengan mata tajam.
"Mundur dari sini!" bentak nona baju hitam itu dengan perasaan tak senang hati.
"Tapi, dia...." dengan perasaan ragu-ragu Si Nio menuding kearah Hoa In-liong.
Paras muka si nona baju hitam itu makin mengerikan, dengan gusar teriaknya lagi,
"Masa perkataanku pun tak mau kau turuti" Memangnya kau sudah tidak menganggap diriku
sebagai majikanmu lagi?" Si Nio tercenung sesaat lamanya, kemudian setelah melotot sekejap Hoa In-liong
dengan gemas, selangkah demi selangkah ia mengundurkan diri dari situ.
Dengan lemah gemulai nona baju hitam itu maju kemuka dan menutup kembali pintu
kamar. Hoa In-liong tersenyum, katanya kemudian, "Jika dilihat dari sikapnya yang
begitu garang, waah 754 rupanya dia hendak menelanku hidup-hidup bila aku berbuat kurang menguntungkan
atas diri nona" "Berbicara dari ilmu silat yang dimiliki kongcu, bukankah tindakan itu sama
artinya dengan mencari kematian buat diri sendiri?"
"Haahh....haahhh....haaahhh.... nona Si...."
Hoa In-liong tertawa tergelak, tiba-tiba ia meralat panggilannya, "mungkin nona
merasa heran bukan darimana aku bisa tahu nama nona?"
Nona baju hitam itu mencibirkan bibirnya, "Huuuh.... apanya yang aneh, paling-
paling kau bisa menebaknya karena Si Nio juga berasal dari keluarga Si"
"Tapi aku mengetahui juga kalau nona bernama Leng jin, apakah nona tidak
tercengang?" kata Hoa In-liong lagi sambil tertawa.
"Betul juga, nona berbaju hitam itu menunjukkan perasaan tercengang, tapi sesaat
kemudian dengan suara hambar ia berseru, "Jadi kau sudah berjumpa dengan budak itu?"
"Rupanya antara dia dengan nona baju putih itu mempunyai hubungan permusuhan
yang dalam" batin Hoa In-liong. Sementara itu Si Leng jin, si nona baju hitam itu sudah mendekati meja lalu
mengeluarkan korek api dan bermaksud menyulut lampu lentera yang ada dihadapannya.
Sebelum lentera itu disulut, Hoa In-liong telah merampas korek api tadi dan
memadamkannya kembali. "Hei apa maksudmu?" teriak Si Leng jin dengan gusarnya.
"Coba nona terka" Hoa In-liong masih tersenyum.
Si Leng jin tidak langsung menjawab, diam-diam pikirnya, "Hoa In-liong adalah
orang yang tidak jujur, jangan biarkan dia melakukan perbuatan yang kurangajar...."
Tiba-tiba perasaannya bergetar keras, tanpa sadar ia meraba gagang pedangnya dan
pelanpelan mengundurkan diri ke belakang.
Dari sakunya Hoa In-liong mengeluarkan sebuah kipas bergagang emas, lalu sambil
menggoyangkannya ia berkata, "Nona tak usah kuatir, aku hanya merasa bahwa
cahaya bintang dan rembulan sudah cukup menerangi seluruh jagad, buat apa kita musti memasang
lampu" Tak usah kuatir, aku tidak bermaksud apa-apa"
"Tapi ruangan ini gelap gulita" teriak Si Leng jin gusar," tidakkah kau merasa
bahwa perbuatanmu ini...."
Sebenarnya ia hendak berkata bahwa laki dan perempuan yang tak ada ikatan tak
pantas berada dalam satu ruangan, tiba-tiba gadis itu merasa malu untuk mengucapkannya, tentu
saja perkataanpun terhenti ditengah jalan.
755 Hoa In-liong masih tetap tenang, seakan-akan tak pernah terjadi suatu kejadian
apapun, ia coba memperhatikan suasana dalam ruangan, ternyata kecuali sebuah pembaringan, sebuah
meja dan dua buah kursi tak ada barang lainnya.
Setelah duduk, ia menuding kursi yang lain dengan kipasnya sambil berkata, "Nona
silahkan duduk pula!" "Lebih baik aku berdiri saja, kau tak usah banyak urusan" tukas Si Leng jin
ketus, bahkan berdiri makin menjauh.

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hoa In-liong tidak berbicara lagi, dia menggoyangkan kipasnya dan berkata lagi,
"Begitu nona tahu kalau aku mengetahui nama nona, kau segera mengatakan kalau muridnya Hian-
bengkauwcu yang memberitahukan ke padaku, itu berarti orang yang mengetahui nama
nona pasti teramat sedikit sekali...."
"Tentu saja jauh ketinggalan bila dibandingkan kepopuleran Hoa ji-kongcu yang
tersohor dimana-mana" tukas Si Leng jin.
"Anehnya, kenapa kau tidak mengatakan kalau aku telah bertemu sendiri dengan
Hian-bengkauwcu" Aku rasa kaucu itu pasti mengenal diri nona bukan....?"
Ketika menyinggung soal Hian-beng-kauwcu, tiba-tiba dari balik mata Si Leng jin
yang bening memancar keluar rasa benci yang tebal, katanya lantang, "Kalau eugkau bertemu
dengannya memang dianggap sekarang kau bisa duduk dengan tenang di sini?"
"Itu berarti dia mempunyai dendam kesumat dengan Hian-beng-kauwcu" pikir Hoa In-
liong. Sementara diluaran katanya, "Ooo....benarkah Hian-beng-kauwcu adalah manusia yang
demikian lihaynya?" "Hmmm....! Sampai waktunya bila kau bertemu dengannya, maka kau akan mengetahui
dengan sendirinya" Tiba-tiba Hoa In-liong menyimpan kembali kipasnya, kemudian dengan wajah serius
berkata, "Nona, aku yakin apa yang kau ketahui tentu banyak sekali, bila kau bersedia
memberi petunjuk, aku pasti akan membalas budi kebaikanmu itu...."
"Kalau aku enggan menjawab?" tanya Si Leng jin sambil mencibirkan bibirnya.
"Aku tahu nona pasti mempunyai kisah pengalaman yang menyedihkan hati, sedang
perbuatan inipun hanya akan mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak, masa nona
tidak bersedia melakukannya dengan senang hati....?"
"Yaa, betul! Justru aku memang tak senang hati"
Hoa In-liong mengerutkan dahinya serta menunjukkan perasaan tak senang hati, ia
berpikir, "Dengan maksud baik aku memohon bantuanmu, tapi kau malah menolak dengan cara
yang begini kasar, tidakkah kau merasa bahwa perbuatan ini sangat keterlaluan?"
Sementara itu Si Leng jin telah berkata lagi, "Walaupun aku berdua memiliki ilmu
silat yang rendah, meskipun kami cuma dua orang yang tak berguna, tapi selamanya tak pernah
tunduk oleh pengaruh kekuatan"
756 "Oooh....rupanya dia adalah seorang nona yang tinggi hati dan tak suka menerima
bantuan orang" pikir Hoa In-liong.
Berpikir sampai disitu, ia lantas tersenyum dan berkata lagi, "Kalau begitu,
bagaimana kalau anggap saja aku yang memohon kepada nona?"
Si Leng jin tertegun, bibirnya bergetar keras namun tak sepatah katapun yang
terlontar keluar. "Nona...." kembali Hoa In-liong berkata dengan suara berat.
"Kraaaakk....!" tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Si Nio muncul kembali dalam
ruangan tersebut. Ia langsung menghampiri Si Leng jin, kemudian serunya dengan cemas, "Nona,
kabulkanlah permintaannya!" Si Leng jin menunduk dan memandang permukaan lantai dengan termangu, sahutnya,
"Dulu engkau yang ngotot menolak hal ini, sekarang engkau juga yang menyetujuinya,
tidak, tidak bisa!" Si Nio tertegun. "Tapi....tapi....aku berbuat demikian kan demi kebaikan nona...." serunya tergagap.
"Tidak!" tukas Si Leng jin ketus.
Tiba-tiba ia memutar badannya menghadap kearah dinding, bahunya bergetar keras
menahan isak tangisnya. Si Nio menjadi gelagapan dibuatnya, ia memandang majikannya seperti orang
kebingungan. "Nona Si masih belum puas?" Hoa In-liong berkerut kening.
"Kau cengar-cengir sedikitpun tidak menunjukkan keseriusan, siapa yang mau
menyanggupi tawaranmu?" jawab Si Leng jin tanpa berpaling.
Begitu ucapan tersebut diutarakan, tak tahan lagi meledaklah isak tangisnya yang
memedihkan hati. "Keras kepala amat nona ini....bocah yang terlampau tinggi hati beginilah
keadaannya" pikir anak
muda itu, diapun tersenyum.
"Menurut nona, lantas apa yang musti kita laku kan....?"tanyanya kemudian.
Sambil menghadap terus ke dinding kata Si Leng jin, "Bila aku tak mau menjawab,
sudah tentu Hoa kongcu pun tak mau perjalananmu sia-sia belaka, bukankah kaupun akan menahan
marah terus?" Kerena perkataan itu diucapkan sambil sesenggukan, maka meskipun hanya dua tiga
patah kata saja, namun membutuhkan waktu setengah harian lamanya.
Tergelaklah Hoa In-liong karena geli.
757 "Aaah.... rupanya nona telah melukiskan diriku sebagai seorang iblis sesat saja,
baiklah! Kalau kau beranggapan demikian, apa boleh buat" Terpaksa aku harus mengundurkan diri
dengan perasaan hati yang sangat kecewa"
Si Leng jin termenung beberapa saat lamanya, ia seperti lagi berpikir, tiba-tiba
ujarnya, "Kalau memang begitu, kau harus bersumpah dulu sebelum aku menceritakan keadaan yang
sesungguhnya" Sambil berkata pelan-pelan ia memutar kembali tubuhnya.
Air mata masih membasahi pipinya, nona itu kelihatan amat bersedih hati dan
bikin hati orang iba saja hatinya, cukup mengge-tarkan perasaan siapapun jua.
Sekalipun sedang marah, lembek juga perasaan Hoa In-liong setelah menyaksikan
keadaan itu, ia berpikir, "Aaaai....walaupun kekuatan dua orang ini terlalu minim, namun
kesombongan serta keras kepala mereka luar biasa sekali, bagaimanapun juga sudah sepantasnya kalau
kubantu usaha mereka" Berpikir sampai disitu, dia lantas tertawa getir dan berkata, "Nona, buat apa
kau terlalu memaksa orang lain" Ketahuilah, aku bersedia membantumu karena timbul dari sanubariku,
buat apa kau memaksa aku untuk bersumpah pula?"
Tiba-tiba Si Nio mengundurkan diri dari situ, kemudian merapatkan kembali pintu
ruangan. "Baiklah" kata Si Leng jin kemudian, "akan kuceritakan apa yang kuketahui, cuma
tidak terlalu banyak yang bisa kuterangkan, mungkin saja kau akan kecewa, tapi hakekatnya aku
tidak akan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu, percayalah!"
"Untuk berterima kasihpun sudah tak sempat, mana aku berani mencurigai nona?"
cepat cepat Hoa In-liong memberi hormat.
"Mari kita bercakap-cakap diluar kota saja!" ajak si nona kemudian sambil
membesut air mata. Ia menjejakkan sepasang kakinya siap menerobos keluar lewat daun jendela.
Tentu saja Hoa In-liong tahu, ia berbuat demikian karena kuatir dibalik dinding
ada telinganya, sambil tersenyum ia menghalangi, katanya, "Aku rasa tempat inipun cukup baik,
buat apa kita musti berpayah payah makan angin malam di luar kota?"
Dia membuat api dan menyulut lampu lentera yang ada dimeja.
"Ditempat ini juga?" kata Si Leng jin sambil memutar badan.
"Yaa!" Hoa In-liong tertawa, "buat apa nona musti banyak menaruh curiga?"
Kontan saja Si Leng jin tertawa dingin.
"Heeehhh....heeehhh....heeehhh.... Hoa kongcu, kau anggap kepandaian silatmu sudau
mencapai tingkatan yang tinggi sehingga setiap musuh yang mendekati tempat ini dapat kau
temukan?" "Hmmm....yang lain tak usah dibicarakan, cukup berbicara soal jago-jago dalam
Hian-beng-kauw, jago lihay yang lebih hebat dari kongcu mungkin puluhan orang banyaknya, kau
anggap kepandaianmu sanggup mengalahkan mereka?"
758 Sekalipun mengomel terus, toh nona itu duduk juga.
"Oooh.... begitu banyakkah jago lihay dari Hian-beng-kauw?" kata Hoa In-liong
kemudian dengan dahi berkerut. "Jadi Hoa kongcu menganggap siau li sengaja mengibul untuk menakut-nakuti
dirimu?" "Tentu saja tidak!" anak muda itu tertawa.
Betapa mendongkolnya Si Leng jin menyaksikan pemuda itu masih belum percaya
juga, sambil tertawa dingin ia mengalihkan pokok pembicaraan kesoal lain, katanya, "Kalau Hoa
kongcu ingin cepat-cepat mengetahui latar belakang perkumpulan Hian-beng-kauw, siau li...."
"Yang ingin kuketahui secepatnya adalah asal usul serta pengalaman hidup nona
pribadi" tukas Hoa In-liong tiba-tiba. Jawaban ini membuat Si Leng jin tertegun.
"Setiap lelaki sejati selalu beranggapan bahwa persoalan yang menyangkut keadaan
umum jauh lebih penting, apalagi pengalaman hidup maupun asal usul siau li sangat biasa,
lebih baik tak usah dibicarakan" Hoa In-liong tertawa terbahak-bahak, ia mengambil kembali kipasnya lalu....
"Sreeeeetr...." dibentangkan lebar-lebar.
"Orang lelaki didunia ini mungkin saja akan berbuat demikian" begitu katanya,
"tapi aku adalah orang yang lain daripada yang lain, semenjak kecil aku sudah memiliki cara
berpandangan yang lain, aku lebih mengutamakan perempuan cantik...."
Panas rasanya pipi Si Leng jin karena jengah, dia melengos ke samping lain dan
tak berani menatap pemuda itu lagi. Terdengar Hoa In-liong berkata lebih lanjut, "Apalagi menghadapi nona yang
begitu cantik dan menawan hati, apakah aku tega membiarkan kau ketimpa musibah tanpa memberi
bantuan apa apa juga" Mana hatiku bisa tenteram membiarkan kau sengsara dan tersiksa
batinnya?" Ucapan itu setengahnya benar dan setengahnya bohong, tapi sudah cukup
menggetarkan perasaan Si Leng jin. Ia termenung sesaat lamanya, kemudian berkata, "Asal usulku mempunyai hubungan
yang erat sekali dengan Hian-beng-kauw, mau membicarakan yang lama lebih dulu adalah sama
saja. karena itu lebih baik kita membicarakan soal Hian-beng-kauw saja lebih dulu"
"Terserah kemauan nona" cepat-cepat Hoa In-liong menjura.
Pelan pelan Si Leng jin berpaling, kemudian ujarnya, "Siau li sudah beberapa
kali bertemu dengan Hian-beng-kauwcu...."
"Siapakah namanya?"
"Entahlah!" 759 Tapi sesudah termenung sebentar, ia berkata lagi, "Tapi aku percaya nama yang ia
sebutkan pasti nama palsu" Hoa In-liong gelengkan kepalanya berulang kali, "Belum tentu" ia menyabut, "aku
tahu Hianbeng-kauwcu adalah seorang manusia yang tinggi hati dan latah, mungkin
saja ia tak mau berubah namanya dengan nama lain"
"Pernah kau dengar seorang jago persilatan yang bernama Si Piau?" tanya Si Leng
jin sambil tersenyum. Hoa In-liong berpikir sebentar lalu tertawa getir.
"Mungkin seorang gembong iblis yang belum pernah terjun dalam dunia persilatan!"
katanya kemudian. Diluar ia berkata demikian, diam-diam pikirnya, "Hian-beng-kauwcu mempunyai
ikatan dendam dengan ayah ibuku, itu berarti dahulu orang itu pernah melakukan pula perjalanan
dalam dunia persilatan, cuma...."
Walaupun ia cerdas, namun menghadapi persoalan yang aneh dan tak masuk diakai
ini, melengkong juga anak muda itu dibuatnya.
Kedengaran Si Leng jin berkata lagi, "Iblis itu masih kuat dan gagah, mukanya
tidak termasuk kategori wajah bengis, yang paling menyolok ia mengenakan sebuah jubah panjang
berwarna merah, orang perkumpulan menyebutnya kaucu, sedang ia sendiri membahasai diri
sebagai Sinkun...." "Apakah Kiu-ci Sinkun?" tiba-tiba Hoa In-liong menyela.
"Darimana kau bisa tahu?" Si Leng jin membelalakkan sepasang matanya lebar-
lebar, "Tidak aneh kalau aku merasa ilmu silat yang tercantum dalam batas buku kemala hijau
itu kenapa bisa mirip dengan ilmu silat yang digunakan beberapa orang Ciu Hoa" pikir Hoa In-
liong, "ternyata dugaanku tidak meleset, tapi....mungkinkah Kiu-ci Sinkun masih mempunyai ahli
waris yang lain....?" Berpikir sampai disitu, diapun berkata, "Aku dapat berkata demikian, sebab aku
pernah menyaksikan ilmu silat yang digunakan Ciu Hoa mirip sekali dengan ilmu silat
aliran istana Kiu ci kiong" "Tapi ilmu silat yang dimiliki Kiu-ci Sinkun belum pernah tersiar dalam dunia
persilatan, darimana

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hoa kongcu bisa tahu?" Si Leng jin nampak sangat tercengang.
"Secara kebetulan aku pernah mendapatkan suatu benda yang memuat ilmu silat
aliran Kiu-ci Sinkun sebab itulah aku mengetahui hal ini dengan jelas"
Si Leng jin menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun
akhirnya ia tutup mulut kembali dan membatalkan maksud sebenarnya.
Tentu saja Hoa In-liong mengetahui apa yang dipikirkan, dia tersenyum lalu dari
sakunya mengambil keluar batas buku yang terbuat dari kemala hijau itu.
"Silahkan periksa nona!" katanya.
760 Si Leng jin tertegun, pikirnya, "Begitu percaya ia serahkan benda tersebut
kepadaku, tampaknya ia benar-benar telah menganggapku sebagai sahabatnya....!"
Meski begitu diapun kuatir seandainya Hoa In-liong melancarkan sergapan secara
tiba-tiba, maka sambil menengadah, ia mengawasi wajah pemuda itu dengan sepasang biji matanya
yang jeli. "Hoa kongcu" ujarnya kemudian, "aku dengan Hian-beng-kauw mempunyai ikatan
dendam yang lebih dalam dari samudra, kalau toh engkau mempunyai benda tersebut, bersediakah
kau penuhi keinginanku?" "Benda ini tiada kegunaan yang terlampau besar bagiku, bila nona sangit
membutuhkannya, terimalah saja benda ini"
Si Leng jin tidak sungkan-sungkan, Ia menerima batas buku kemala hijau dan
dimasukkan kedalam saku. Lalu setelah termenung sebentar, tiba-tiba katanya, "Hoa kongcu, aku merasa
sedikit kurang percaya dengan perkataanmu itu...."
Sikap maupun nada suaranya jauh lebih lembut dan lunak daripada keadaan
sebelumnya. Hoa In-liong agak tertegun, kemudian sambil tertawa ia bertanya, "Bagian manakah
yang menurut nona sangat meragukan?"
"Saat ini Hoa kongcu sedang bermusuhan dengan Hian-beng-kauw, seandainya kau
ingin menguasahi juga ilmu silat yang dimiliki Hian-beng-kauwcu, hal tersebut dapat
kau pelajari dari benda tersebut, kenapa kau mengatakan tak ada kegunaan yang besar?"
"Ooooh....rupanya nona maksudkan hal itu"
"Apakah aku salah menyangka?"
"Bukannya aku sengaja mengibul atau terlampau membanggakan diri, begitu untuk
mengalahkan orang-orang bawahan Hian-beng-kauwcu semu dah membalikkan telapak tangan
sendiri, sebaliknya untuk menghadapi Hian-beng-kauwcu tak mungkin aku bisa mengatasinya
dengan cara mempelajari pula ilmu sealiran dengannya, sebab ilmu silat iblis itu tentu
sudah dilatih sedemikian sempurna sehingga sukar ditemukan titik kelemahannya, itu berarti
bukan pekerjaan yang mudah bagiku untuk mengatasi kepandaiannya dengan kepandaian yang sealiran
dengannya" Setelah berhenti sebentar, ia menambahkan, "Tentu saja secara otomatis benda
tersebut tak ada gunanya bagiku, betul tidak?"
Si Leng jin menghela napas panjang.
"Aaaaaai....kenyataan memang begitu, dan aku pun musti menerima kebaikanmu dalam
hati saja" Tiba-tiba ia mengeluarkan kembali batas buku kemala hijau itu lalu diangsurkan
kehadapan Hoa In-liong. "Harap Hoa kongcu menerima kembali benda ini!" katanya.
761 Hoa In-liong termenung sebentar, lalu sambil tertawa berkata, "Waaaah....kalau
begitu, aku kan menjadi orang yang plin plan" Sudah diberikan orang lain sekarang diterima
kembali?" Sambil gelengkan kepalanya ia menerima kembali batas buku kemala hijau tersebut.
"Kau toh memang orang plin plan, apanya yang musti diherankan?" kedengaran Si
Leng jin berkata sambil tertawa. Sebenarnya kapan saja dan dimana saja nona ini selalu diliputi kemurungan dan
kesedihan, seakan-akan tak pernah ia ketahui tingginya langit dan tebalnya bumi, dan
seolah-olah pula tak tahu kalau didunia ini penuh kegembiraan.
Sekalipun jauh berbeda bila dibandingkan dengan sikap dingin dari Bwee-Su yok,
namun toh sama-sama menimbulkan kesan bagi siapapun bahwa mereka adalah orang-orang yang
tak bisa diajak bergaul. Tapi setelah tersenyum sekarang, ibaratnya matahari yang tiba tiba muncul
dimusim salju yang dingin, seketika melumerkan perasaan beku siapa-pun dan mendatangkan perasaan
hangat. Senyumannya begitu bebas, begitu lebar dan muncul dari sanubari yang dalam, hal
ini membuat gadis itu tampak lebih cantik, lebih menawan dan mempersonakan hati siapapua
juga. Hoa In-liong ikut berseri oleh kegirangan, segera ia berpikir, "Entah persoalan
apa yang membuat ia murung kesal dan selalu bersedih hati" Padahal dia lebih cocok
merupakan seorang gadis periang yang selalu gembira, kemurungan dan kesedihan cuma menimbulkan
kesan aneh bagi siapa pun yang memandangnya...."
Hoa In-liong merasa kemurungan dan kesedihan yang sepanjang tahun menyelimuti
gadis itu hanya merupakan siksaan yang paling kejam, ia ingin menanggulangi hal itu bagi
si nona. 00000O00000 39 NONA, bolehkah aku mengetahui riwayat hidupmu....?" katanya kemudian dengan nada
lirih. "Soal itu tak usah disinggung!" tukas Si Leng jin dengan cepat.
Sesudah berhenti sebentar, katanya kembali dengan suara sedih, "Sebetulnya aku
tidak ingin mengatakannya kepadamu, tapi sekarang, aku sudah berubuh pikiran.
"Memang lebih baik kau katakan kepadaku, sebab dengan begitu akan mengurangi
pula siksaan batinmu" ujar Hoa In-liong lembut.
Si Leng jin mengangguk lirih, tiba-tiba ia tertawa.
"Ada baiknya kuceritakan dulu secara ringkas soal organisasi dalam perkumpulan
Hian-bengkauw" katanya.
Setelah berpikir sebentar, ia berkata lagi, "Dibawah kekuasaan Hian-beng-kauwcu,
agaknya masih terdapat seorang Hu kaucu...."
762 Satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Hoa In-liong, tiba-tiba selanya,
"Siapakah nama Hu kaucu tersebut?"
"Aku hanya mendengar orang memanggilnya sebagai Go hu kaucu, siapakah nama yang
sebenarnya aku kurang bsgitu tahu"
"Oooh....rupanya suami Thia siok bi adalah Hu kaucu perkumpulan Hian-beng-kauw
saat ini" pikir Hoa In-liong, "tak aneh kalau ia seperti segan untuk membicarakan masalah itu,
akan tetapi Hong giok...." Kedengaran Si Leng jin melanjutkan kembali kata-katanya, "Lebih ke bawah lagi
adalah Pemimpin Markas besar, thamcu ruang langit, thamcu ruang bumi dan thamcu ruang
manusia, tiap ruang terbagi pula dalam sektor sektor bagian luar dan bagian dalam, setiap
bagian mempunyai kantor-kantor cabang disetiap wilayah, rata-rata mereka adalah kawanan
jago yang memiliki ilmu tinggi. Yang paling luar biasa adalah sekawanan manusia aneh yang
dipelihara dalam istana Ban yu tian, setiap jago yang ada disitu semuanya merupakan jago-
jago lihay yang berilmu tinggi...." Mendengar keterangan terssbut, Hoa In-liong segera berpikir didalam hati, "Konon
dalam istana Kiu ci kiong tempo dulu juga terdapat istana Ban yu tian, jikalau iblis itu
mengangkat dirinya sebagai Kiu ci-sinkun, tentu saja istana yang dibangunpun akan mirip pula dengan
istana Kiu ci kiong tempo dulu...."
Setelah berpikir sampai disitu, ia lantas bertanya, "Selihay-lihaynya ilmu silat
yang dimiliki kawanan manusia aneh tersebut, rasanya kepandaian mereka tentu berada dibawah
kepandaian Hian-beng-kauwcu sendiri bukan?"
Si Leng jin tertegun kemudian sahutnya, "Yaa....sudah tentu kepandaian silat
mereka berada dibawah kepandaian Hian-beng-kauwcu sendiri"
Tiba-tiba Hoa In-liong menengadah dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh....haaahh....haaahh....kalau toh kawanan manusia itu tidak lebih hanya budak-
budak peliharaan Hian-beng-kauwcu, pantaskah mereka disebut sebagai sekawanan manusia
aneh?" Baru saja Si Leng jin tertegun dibuatnya, mendadak...." Sreceeett!" serentetan
desingan angin tajam menyambar masuk kedalam ruangan dan langsung menyergap tubuh Hoa In-liong.
Jelek-jelek Hoa In-liong terhitung seorang jago yang sangat tanagguh, sudah
barang tentu ia tidak membiarkan badannya termasuk oleh sambitan tersebut, kepalanya segera
dimiringkan ke samping, dengan sedikitpun tidak panik atau gugup ia membiarkan serangan tadi
lewat dari sisinya. "Plaaaakk....!" batu itu melesat lewat dan menghantam dinding pintu ruangan.
Gelak tertawa nyaring segera berkumandang memecahkan kesunyian, seseorang
berseru dari luar jendela, "Bocah muda, kau berani sembarangan berbicara, caramu itu sudah
sepantasnya kalau diberi pelajaran yang setimpal"
Secepat sambaran kilat Hoa In-liong melompat keluar lewat jendela, lalu
bertanya, "Hei bukankah kau hendak memberi pelajaran kepadaku" Kenapa kabur dari sini?"
763 Bentakan tersebut diutarakan bagaikan guntur yang membelah angkasa, seluruh
penginapan dibuat menjadi gaduh dan tamu-tamu yang menginap disitupun tersentak bangun.
Meski demikian tak seorangpun yang berisik atau bersuara, sebab mereka tahu
pertikaian antara kawanan manusia dari dunia persilatan tak boleh dicampuri, karenanya suasana
masih tetap hening dan sepi. Hoa In-liong sudah melompat keatas atap rumah, dari kejauhan sana ia menyaksikan
sesosok bayangan sedang meluncur kearah timur laut, satu ingatan cepat melintas dalam
benaknya, pengejaran segera dilakukan.
"Hoa kongcu...." tiba-tiba kedengaran Si Leng jin berteriak memanggil.
Hoa In-liong segera menghentikan langkah kakinya, seraya berpaling ia berkata,
"Nona Si, orang itu harus dilenyapkan dari muka bumi, kembalilah ke kamarmu dan tunggu aku
disitu." Sementara pembicaraan sedang berlangsung, bayangan manusia itu sudah berkelebat
diatas dinding kota sana lalu lenyap.
Pemuda itu sangat gelisah, sekuat tenaga ia melakukan pengejaran.
Tiba-tiba di atas dinding kota, bayangan manusia itu kelihatan sedang berlarian
puluhan tombak jauhnya didepan sana, ia segera mengerahkan segenap tenaganya untuk mengejar.
Ia tak mau kehilangan jejak orang itu, sebab kalau didengar dari nada
perkataannya jelas orang itu anggota Hian-beng-kauw, berbahaya sekali keselamatan Si Leng jin berdua bila
orang ini dibiarkan kabur. Pengejaran dilakukan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, dalam waktu
singkat kota Si ciu sudah jauh ketinggalan.
Pengejaran kembali dilakukan sekian waktu, mendadak Hoa In-liong menyaksikan
bayangan manusia didepan sana berhenti.
"Berbicara dari ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang itu. jelas ia adalah
seorang jago yang sangat tangguh" pikir anak muda itu kemudian. "Bukan pekerjaan yang ringan
bagiku bila ingin merebut kemenangan darinya...."
Sementara otaknya masih berputar, ia sudah berada dihadapan orang itu, ternyata
dia adalah seorang kakek berbaju hijau yang bermuka merah seperti apel masak.
Kedengaran kakek berjubah hijau itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh....haaahh....haaahh....bocah muda, mau apa kau susul diriku?"
Hoa In-liong segera menghentikan langkahnya.
"Tak ada gunanya banyak membicarakan soal yang tak berguna, aku hanya ingin
bertanya kepadamu, mau kusekap sementara waktu ataukah hendak terkubur selamanya disini?"
Ucapan tersebut diucapkan amat santai dan enteng, seakan-akan ia tidak memandang
sebelah matapun terhadap musuhnya.
764 Berkobar hawa amarah kakek itu, dengan suara keras bentaknya, "Bocah keparat,
kau terlalu latah, aku...." Mendadak ia seperti menyadari sesuatu, sambil tertawa terbahak bahak katanya
kemudian, "Licik betul kau si bocah muda, jelek-jelek begini asam garam yang pernah kumakan jauh
lebih banyak darimu, memangnya kau anggap perahuku bakal terjungkir dalam selokan?"
Hoa In-liong memang bermaksud memanasi hatinya sehingga kesadarannya agak


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terganggu, apabila hal ini sampai terjadi maka kemenangan tentu lebih mudah diraih untuk
pihaknya. Namun dia harus mengakui juga kepintaran kakek tersebut, ia memuji atas
ketelitiannya disamping memperingati diri sendiri agar jangan terlampau memandang enteng
lawan. Pedang antiknya segera dicabut keluar, lalu katanya, "Akupun bicara yang
sesungguhnya, mau dituruti atau tidak terserah kepadamu!"
Kakek berjubah hitam itu memandang pedang antik itu sekejap, lalu katanya,
"Apakah sudah bersiap sedia untuk melakukan duel satu lawan satu denganku?"
"Kalau kau sudah tahu, itu lebih bagus"
Pedangnya segera diputar sambil melancarkan bacokan ke depan.
Kakek itu tidak melirik barang sekejappun terhadap lawannya, sikapnya begitu
santai seakanakan tak pernah terjadi suatu apapun, kemudian sambil menengadah
tertawa terbahak-bahak. "Sayang....sungguh amat sayang!"
Sekalipun Hoa In-liong orangnya aneh dan binal, jiwanya tetap gagah dan perkasa,
karena kakek berjubah hijau itu tidak menangkis maupun berkelit dari serangannya.
"Apa yang patut disayangkan?" tegurnya.
"Kau anggap siapakah lohu ini?" tanya Kakek berjubah hijau sambil menarik
kembali gelak tertawanya. "Mungkin kau adalah salah seorang diantara kawanan manusia yang dipelihara Hian-
bengkauwcu dalam istana Ban yu tian"
"Sayang....sayang.... lohu merasa sayang bagimu, sebelum duduknya persoalan
diketahui denganjelas, ternyata kau sudah melakukan perbuatan seenaknya sendiri, padahal
kau harus tahu, dalam situasi yang amat berbahaya ini, yang paling kau utamakan adalah
ketelitian...." Diam-diam Hoa In-liong tertawa dingin, lalu ejeknya, "Waah....lagaknya saja
seperti seorang cianpwe yang sedang menasehati anak muda.... Hmm, sebutkan dulu siapa namamu!"
"Kita kan tidak akan melakukan hubungan" Buat apa musti melaporkan nama segala?"
Hoa In-liong mengerutkan dahinya, lalu menjawab, "Sayang keadaan tidak
mengijinkan kau menuruti kehendak sendiri, bagaimanapun juga malam ini aku hendak menjajal
kepandaianmu!" 765 Bagaimana selanjutnya" Dan siapakah kakek berjubah hijau itu" Benarkah dia
adalah salah satu diantara kawanan manusia aneh yang dipelihara Hian-beng-kauwcu dalam istana Ban
yu tian nya" Siapa pula Hian-beng-kauwcu yang mempunyai dendam lebih dalam dari samudra
dengan keluarga Hoa itu" Untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, silahkan mengikuti lanjutan dari
cerita ini dalam judul barunya, "NERAKA HITAM"
TAMAT. 766 Delapan Kitab Pusaka Iblis 4 Pendekar Elang Salju Karya Gilang Hantu Wanita Berambut Putih 7
^