Pencarian

Si Rase Hitam 1

Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung Bagian 1


Hek Sin Ho Karya : Chin Yung JILID 1 JAUH di wilayah barat laut diapit oleh pegunungan Thian
san dan pegunugan Altai, terdapat padang rumput yang
sangat luas, yang semula dikuasai oleh suku bangsa Mongol
yang kuat yaitu suku Junggar.
Sesungguhnya bagi suku bangsa Boanciu yang saat itu
telah berhasil menduduki Tiongoan, merupakan suku bangsa
yang kuat sekali diiapal batas wilayahnya dan merupakan
sebatang duri karena suku bangsa Junggar merupakan suatu
kekuatan terpendam yang se-waktu2 bisa meledak dan
melakukan pemberontakan. Tidaklah mengherankan jika pemerintah Boanciu telah
mengirimkan pasukannya dalam jumlah yang sangat besar
untuk menghancurkan bangsa Junggar itu.
Berkatalah kaisar Kian Liong kepada panglima-panglimanya
: "Selama dapat ditarik dengan...
Dan diwaktu pagi hari atau juga petang hari saat
menjelang senja, segera akan terlihat dua orang pemuda
tanggung dan seorang anak kecil yang tengah bermain-main
dimuka pekarangan ru mah tersebut dengan diawasi seorang
tua tinggi kurus dan seorang lagi yang tegap dan kokoh ber
usia antara tigapuluh tahun, memiliki wajah yang tampan
dengan sepasang mata yang bersinar tajam sekali,
Mereka sesungguhnya bukan tengah bermain petak atau
main kejar-kejaran, akan tetapi tengah berlatih ilmu silat
dibawah pengawasan kedua orang dewasa, yaitu lelaki yang
telah lanjut usia dan yang bertubuh tegap dengan muka. yang
taopan tersebut. Orang yang bermuka toapan itu memang
tidak tampan, tetapi dengan bentuk muka nya yang lebar dan
agak persegi, disertai oleh berewok kasar yang tumbuh di
janggutnya, sikapnya gagah sekali, disamping sangat angker
Demikianlah, suatu pagi mereka tampak tengah berlatih
silat seperti hari-hari sebelumnya Pertama kali sianak kecil
menjalankan beberapa Jurus ilmu pukulan, gerakannya cukup
gesit, walaupun masih belum mengandung tenaga dalam
pukulan-pukulan yang dilancarkannya itu, Kemudi an
menyusul kedua pemuda itu berlatih bersama sama. Lincah
sekali gerak gerik mereka dalam melakukan serang
menyerang dengan bersenjata kan pedang ditangan masing
masing. Pedang yang dipergunakannya itu bukan pedang
sungguhan me lainkan pedang yang dibuat dari kayu,
sehingga setiap kali kedua pedang kayu itu saling bentur akan
terdengar suara: Takkkk, tukkk, " tidak hentinya.
"Kurang tepat " tiba tiba terdengar suara orang tua yang
telah lanjut usia itu memecahkan keheningan ditempat
tersebut. Geng Bun Po Pit Bun Tiat San (menghampiri dan
menutup pintu besi) tidak sempurna jika dilayani dengan
gerakan yang lebih dulu mempergunakan jurus See Ceng Pai
Hud (See Ceng menyembah sang Budha). Nah kini kalian
ulangi sekali lagi !"'
Kedua orang pemuda itu telah mengulangi gerakannya lagi
tetapi agaknya masih belum sempurna gerakan gerakan yang
mereka lakukan itu. Orang yang bermuka toapan dan berewok
itu bangkit dan meminta mereka berhenti sejenak kemudiaa
dengan gerak gerik indah membuktikan kesempurnaan
kepandaiannya dia memberikan contoh diri jurus jurus yang
harus dipergunakannya. Sekali lagi kedua pemuda itu
mengulangi latihannya. Agaknya mereka mulai berhasil
menguasai jurus jurus tersebut karena gerakan mereka mulai
tepat dan juga mengandung tenaga serangan yang cukup
untuk melancarkan serangan dengan tikaman-tikaman dan
tabasan tabasan yang jitu.
Semakin lama gerakan kedua pemuda ituse makin cepat
dan gesit sehingga sulit untuk membedakan yang mana yang
seorang dan yang mana yang lainnya.
Anak lelaki kecil yang sering bertepuk tangan sambil
disertai oleh kata katanya yang lucu.; "Ayah. lihatlah betapa
pandainya sekarang kedua suheng (kakak seperguruan)
bstapa hebatnya kepandaian mereka " atau juga disusul oleh
teriakannya : "Ya.ya.lihatlah betapa mereka telah berhasil
memiliki kepandaian yang begitu hebat bisakah aku kelak
sepandai mereka ?" Dan setiap kali terdengar ucapan ucapannya itu kedua
orang dewasa tersebut menyambutnya dengan senyum
mengandung kasih sayang dan menberikan petunjuk petunjuk
kepada anak lelaki kecil tersebut terhadap gerakan gerakan
dan jurus jurus ilmu silat yang tengah dibawakan oleh kedua
pemuda itu. Disaat mereka tengah asyik berlatih diri tiba tiba terdengar
suara derap langkah kaki kuda dari jauh dan tidak lama
kemudian terlihat tiga orang penunggang kuda bagaikan
tengah berlomba berpacu kearah mereka dengan cepat sekali.
Dalam sekejap mata saja ketiga pendatang itu sudah tiba
dan yang terdepan yaitu seorang tua bertubuh gemuk tertawa
riang sambil diiringi oleh seruanya yang nyaring: "Aha, Hiante
( adik yang baik ) sungguh hebat kepandaianmu sekarang
Samko-mu (kakak ketiga) sekarang benar benar sudah bukan
tandinganmu lagi!" Dan kemudian dia berpaling kepada orang
tua sambil melanjut kan perkataannya: "Biauw Taihiap
sungguh tidak kecewa kau memiliki mantu adikku itu Terbukti
lah sekarang bahwa tidak meleset bunyinya pepa tah yang
mengatakan bahwa dibawah perintah Jeaderal pandai tidak
ada perajurit lemah. Lihat lah dibawah asuhan kalian berdua,
mertua dan menantu kemajuan kedua Siau ko itu sudah de
mikian pesatnya '". "Akhhhh Samka begitu datang begitu kau memuji setinggi
langit" menyahuti lelaki yang berusia tigapuluh tahun sambil
tertawa lebar gembira. "Walaupun berlatih terus sepuluh
tahun lagi tidak nantinya aku bisa menandingi kepandaian
Cian Ciu Ji Lay (Budha bertangan seribu) Setiap orang juga
memang telah mengetahui keadaan itu":
Sigemuk yang dipanggil sebagai Cian Ciu Ji Lay sudah
hendak berkata lagi tetapi kedua kawannya telah menegurnya
"Hai Samko berilah kami kesempatan dan waktu untuk
menyampaikan hormat kami kepada Biauw Tayhiap dan Ouw
Hiante. Janganlah kau memborong sendiri percakapan dengan
mereka". Perbedaan yang sangat menyolok antara Cian Ciu Ji Lay itu
dengan kedua orang sahabat nya itu, karena jika si Samko
memiliki wajah yang cerah dan selalu riang tertawa
memancarkan sikap yang welas asih, tetapi kedua sahabatnya
itu memiliki wajah yang agak menyeramkan, Di samping
vwajah mereka mirip satu dengan yang lainnya, sehingga
memperlihatkan bahwa kedua orang sahabat si Samko itu
adalah dua orang bersaudara kembar.
Sigemuk yang bergelar Cian Ciu Ji Lay itu tidak lain dari Sio
Poan San pemimpin ketiga dari Ang hwa hwe yang terkenal
sekali. Kedua sahabatnya itu merupakan dua saudara Siang
pemimpin kelima dan keenam dari Ang hwahwe. Dalam timba
persilatan mereka terkenal sebagai See-cwan Sianghiap
(sepasang pendekar Sucwan dari barat ).
Sedangkan lelaki tua yang dipanggil sebagai Biauw Tayhiap
itu adalah Ta Pia Thian Bee Bu Tek Hiu Kim Bian Hud Biauw
Jin Hong dan menantunya adalah Ouw Hui putera Liauw Tong
Tai hiap Ouw Pit To. Betapa gembiranya Ouw Hui menerima kunjungan kakak
angkatnya yang sudah lima tahun tidak pernah bertemu
dengannya, Keinginannya untuk menetap didaerh terpencil tersebut
disebabkan dia memang ingin tinggal tidak berjauhan dari
kakak angkatnya tersebut disamping memang maksudnya
ingin menikmati ketenangan hidupnya setelah sejak kecil
menghadapi badai dan topan terus menerus dalam rimba
persilatan didaratan Tionggoan. Dan Biauw Jin Hong maupun
Ouw Hui, menying kir dari Tionggoan bukanlah disebabkan
mereka telah berobah jadi pengecut, yang takut menghadapi
pemerintah Boan dan tantangan pengikut pe ngikut kaisar itu,
Berdasarkan beberapa pertim bangan lain yang sangat
beralasan setelah dipikir kan masak m isak maka mertua dan
menantu itu memilih tempat tersebut yang terpencil untuk
mendidik dan membesarkan putera Ouw Hui di tempat yang
tenang tersebut yang kini baru berusia masih sangat muda
dan diberi nama Ouw Ho Bagi Biauw Jin Hong itulah pertemuan yang pertama
dengan Tio Poan San. Dengan Seecwan Sianghiap sudah berberapa kali pernah
berjumpa dengannya selama tinggal disitu lebih dari tiga
tahun. Setelah saling mem beri hormat selayaknya ketiga
orang tamu itu dipersilahkan masuk.
"Hiante lima tahun yang lalu beberapa hari setelah kau
pergi ke Giok Pit Hong aku telah menerima laporan dari
seorang murid Tai kek bun yang telah sengaja menempuh
perjalanan ribuan lie untuk menjumpaiku" kata Poan San,
setelah mereka masing masing mengambil tempat duduk.
"Diceritakannya bahwa telah terjadi lagi ada seorang tokoh
Taikekbun yang menyeleweng. Sekali ini bukan dari kalangan
rendah karena justeru yang menyeleweng itu seorang yang
memiliki kedudukan yang tinggi yaitu guru dari Ciangbunjin
yang sekarang yaitu Cio Tai yang dikenal sebagai Cio Lo
Kauw Su", Poan San terdiam sejenak kemudian melanjutkan ceritanya:
"Cio Tai ternyata telah bersedia menjadi anjingnya bangsa
Boan dan dia bahkan telah menyanggupi untuk membantu
pemerintah Boan menjebak biauw Taihiap dan menangkap
dirimu Tanpa ayal lagi aku berangkat ke Tionggoan untuk
melakukan penyelidikan. Waktu aku tiba di Pakkhia aku
mendengar bahwa maksud jahat itu telah gagal. Tetapi untuk
menemu kan Cio Tai ternyata tidak mudah dan aku
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membersihkan
partai perguruan ." Waktu itu dari ruang belakang keluar seorang nyonya muda
yang sangat cantik. Ouw Hui memperkenalkannya kepada Poan San sebagai
isterinya. Memang nyonya itu tidak lain dari Biauw Yok Loan,
puteri Biauw jin Hong yang sudah hampir lima tahun menjadi
nyonya Ouw Hui dan telah memperoleh searang putera yaitu
sianak kecil yang tadi berlatih silat itu
Setelah saling memberi hormat sicihunya ( isteri adik
angkat ) Poan San melanjutkan ceritanya "Setelah bersusah
payah selama hampir empat tahun dapat juga aku
menemukan jejaknya. Dari ceritanya aku mengetahui
bagaimana kalian telah berhasil melabrak dan memukul jatuh
semua kawanan anjing penjajah itu. Dia sendiri tidak berani
memperlihatkan diri sejak saat itu. Walaupun Biauw Taihiap
telah menaruh belas ka sihan kepadanya dan melepaskannya
dia masih tetap berkuatir jika suatu waktu nanti Biauw Tay
hiap akan merobah pendiriannya dan mencarinya untuk
menuntut balas, Karena rapihnya dia bersembunyi maka sulit
sekali bagiku untuk mencari jejaknya! Setelah menjatuhkan
hukuman yang setimpal dengan dosanya aku kemudian
berusaha mencarimu, Hiante. Lebih dari setengah tahun aku
berkeliaran kesan kemari akhirnya aku mere dengar bahwa
kau telah menyingkir kedaerah barat laut dan baru setelah
tiba dirumah aku mendengar dari saudara saudaraku bahwa
kau berdiam disini! Kedua saudara Siang ini telah menjadi
petunjuk jalan bagiku merekapun ingin sekalian menengoki
murid murid mereka. Betapa menggembirakan sekali dimana
aku kini melihat kali an hidup bahagia disini",
Setelah berhenti sejenak untuk menghirup teh yang
dibawakan oleh Yok Lan, Poan San berkata "Dari
pengakuannya aku seketika telah dapat menduga duga apa
yang telah terjadi di Giok Pit Hong, Tetapi aku masih ingin
mendengar dari kalian sendiri tentang apa yang sesungguhnya
terjadi disana ". Didalam hatinya Poan San sebenarnya ingin mengetahui
disamping menghantam anjing anjing pemerintah Boan itu
Biauw Jin Hong sering memaki dan menyerang Ouw Hui. Dia
juga ingin mengetahui bagaimana akhirnya mereka menjadi
akur satu sama yang lainnya, bahkan telah menjadi mertua
dan menantu, Tetapi sebagai seorang yang berpengalaman
dia mengerti bahwa peristi wa itu memiliki latar belakang yang
terlalu ber liku liku dan belum tentu kedua tuan rumah itu mau
menceritakannya. Karena itu dia hanya mengajukan
pertanyaan tadi dan membiarkan mereka menceritakannya
sendiri, jika memang mereka bersedia.
"Akhhhh, dalam pertempuran dengan anjing-anjing itu
sesungguhnya tidakadaapa apanya yang istimewa yang pantas
diceritakan " kata Kim Bian Hud. Waktu itu karena
mempercayai dongeng dongeng orang hina dina berbudi
rendah yang ber pura pura menjadi sahabatku hampir saja
aku me ngalami malapetaka secara penasaran. Untung raja
Huiji ( anak Hui) berada disitu diluar tahu semua orang
sehingga aku akhirnya tidak usah mem buang jiwaku yang tua
dengan percuma belaka. Hanya karena munculnya yang tiba
tiba dan juga secara istimewa aku jadi salah paham dan
sambil menghajar manusia manusia busuk itu sering sering
aku menyelingnya dengan serangan serangan Kepada Huiji
bahkan setelah berhasil mengenyah kan jahanam jahanam itu
kami telah terlibat dalam pertempuran mati matian yang
hampir hampir menyebabkan kami semua celaka, Sungguh
peristiwa yang membuat malu saja karena semua itu terjadi
atas kecerobohanku dan sampai sekarang aku masih
menyesali karenanya. Biarlah Huiji saja yang menceritakannya
". Sesuai dengan sifatnya yang sederhana dan juga memang
tidak senang berkata kata Kim Bian Hud membiarkan Ouw Hui
saja yang bercerita: "Tidak, " bantah Ouw Hui. "Mengenai peristiwa itu tidak
dapat kita mempersalahkan Biauw Pehpeh "
Memang agak aneh juga bahwa sebagai menantu, Ouw Hui
masih menyebut mertuanya dengan sebutan Pehpeh (paman
tua) tetapi hal ini sesungguhnya tidak perlu diherankan
sebagai seorang yang sederhana Biauw Jin Hong tidak senang
terlalu banyak menjalankan adat istiadat yang rumit. Terlebih
pula penghargaannya kepada Ouw It To dianggapnya lebih
berharga dari segala ikatan sebagai mertua dan menantu.
Oleh karena itu dia lebih suka jika Ouw Hui


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membahasakannya dengan sebutan paman.
Sementara itu, setelah menjelaskan sebab musabab dari
kesalah pahaman yang terjadi itu Ouw Hui akhirnya
menceritacannya jalannya pertempuran dirumah Touw Sat
Kauw dan bagaimana dia kemudian harus bertempur melawan
Biauw Jin Hong secara mati matian,
--ooo0dw0ooo-- SEPERTI telah diberitakan didalam kisah Si Rase Terbang,
malam itu Ouw Hui dan Kim Bian Hud ber-sama2 tengah
menghadapi ba maut ketika mereka melanjutkan pertempur di
atas sebuah batu yang menonjol dari dinding jurang.
Disaat terakhir Ouw Hui telah melihat kesempatan yang
baik, ketika Biauw Jin Hong meng punggungnya sedikit
diwaktu hendak melakukan gerakan dengan jurus Te Liauw
Kiam Pek Ho Su Saat itulah suatu gerakan yang tidak sadar
dilakukannya dan telah menjadi kebiasaannya dan selalu agak
menghambat serangannya. Ouw Hui telah mengetahui hal dari cerita Peng Ah Sie yang
telah menyaksikan sendiri pertempuran antara Ouw It To dan
Biauw Jin Hong Kesempatan itu, dengan mudah dapat dipergunakan oleh
Ouw Hui untuk merubuhkan Kim Bian Hud dan dia memang
telah mengangkat cabang kayu yang berada ditangannya yang
dipergunakan sebagai pengganti dari golok.
Tetapi disaat terakhir dia teringat akan Yok Lan dan
janjinya terhadap gadis itu untuk tidak mencelakai orang tua
yang menjadi ayah si gadis. Disaat itulah, dengan mudah
sekali sesungguhnya dapat merubuhkan Biauw Jin Hong. yang
berarti kematian orang tua itu yang akan tewas terlempar
kedalam jurang dan kalau terjadi demikian dia tentu tidak
dapat menemui si gadis lagi karena dia tidak memiliki muka
untuk berhadapan degan si gadis dan telah melanggar
janjinyat. Tetapi jika disaat itu dia tidak turun tangan
mempergunakan kesempatan yang ada, justeru dirinya yang
akan dirubuhkan Kim Bian Hud berarti dia juga akan menerima
kematian yang secara konyol.
Harus dimengerti bahwa saat itu Kim Bian Hud tengah
melancarkan serangan yang sangat berbahaya.
Gerakan Ouw Hui yaug telah dilakukan setengah itu tidak
mungkin dirobahnya pula untuk dijadikan gerakan membela
diri kalau dia tidak memanfaatkan kesempatan yagng ada dia
akan terpukul rubuh oleh Biauw Jin hong berarti ia akan mati
terlempar hancur ke dasar jurang.
Waktu yang hanya singkat sekali Ouw Hui telah
mempertimbangkan tindakan apa yang sebaiknya diambil dan
tidak memiliki pilihan lainnya lagi.
Dalam waktu yang sangat singkat itu ternyata telah terjadi
pertempuran sengit dihati Ouw Hui. Dia atau aku, dia atau aku
. . ternyata jiwa ksatria yang dimilikinya memang dalam
pergulatan dalam hatinya. Dia memutuskan untuk berkorban
bagi gadis yang dicintai dan menyintainya dengan segenap
hati itu. Dia teringat akan keikhlasan giemoaynya, Thian Leng
So, mengorbankan diri untuk menolong dirinya dan kini dia
hendak mencontoh apa yang pernah dilakukan oleh Leng So
yang berjiwa luhur itu. Batang kayu yang tengah ditabaskan ketubuh Kim Bian Hue
segera dilontarkannya melewati kepala orang tua dengan
sentilan jari2nya. Kemudian Ouw Hui merapatkan matanya untuk menerima
nasib yang akan terjadi atas dirinya.
"Dengan demikian aku tidak akan mengecewakan kedua
orang tuaku yang, kedua-dua nya berjiwa kesatria sejati.
Mereka tentu akan setuju dengan tindakanku ini"
Dia sedikitpun tidak mengetahui bahwa tindakannya itu
justeru bertentangan dengan pesan Ouw It To bepada
isterinya, ketika Ouw It To menyatakan harapannya agar
puteranya Ouw Hui setelah dewasa kelak dapat berlaku lebih
kejam sedikit dari dia. Tindakan Ouw Hui ini justeru
membuktikan bahwa dia tidak ada bedanya dengan ayahnya,
yang sering kali tidak tega mencelakai lawan, terlebih lagi
lawan yang dikagumi dan dihormatinya.
Tetapi disaat terlemparnya kedalam jurang yang ditunggutunggunya
itu belum juga kunjung tiba. Walaupun dia tahu,
begitu dia memejamkan mata, begitu pukulan Kiam Bian Hud
akan tiba, berarti tubuhnya akan terlempar ke dalam jurang
untuk menerima kematian, Dengan perasaan heran akhirnya Ouw Hui membuka
matanya untuk melihat . . .
Pada saat2 itu juga Kim Bian Hud mengalami pergulatan
yang cukup hebat didalam hatinya dia telah mengambil
keputusan untuk mengorbankan jiwanya dan menghindarkan
Ouw Hui dari kematian. Seperti telah diketahui, Kim Bian Hud telah yakin bahwa
lawan yang tengah dihadapinya itu adalah putera Ouw It To,
orang satu satunya orang dianggap berharga untuk dijadikan
sababatnya, Keyakinan itu timbul ketika dia melihat Ouw Hui
mengangkat cabang kayunya untuk mempergunakan
kesempatan yang terbuka ketika dia hendak menjalankan
jurus Te Liau Kiam Pek Ho Su Sit.
Teringatlah dia akan janjinya kepeda ibu Ouw Hui yang
telah menyerahkan putera itu kepadanya untuk dilindungi dan
dididik agar menjadi orang gagah yang sempurna.
Teringatlah Kim Bian Hud bahwa selama ini dia belum dapit
menepati janjinya itu dan itulah merupakan suatu keteledoran
yang menyebabkan dia belum sempat menunaikan tugasnya,
Kini dengan adanya peristiwa ini merupakan kesempatan satu
satunya bagi Biauw J-in Hong yang sangat baik sekali karena
dia bisa menepati janji nya dan kesempatan ini pula satu
satunya untuk melindungi jiwa Ouw Hui sianak yang malang
itu Demikianlah maka disaat itu diapun menyentil cabang
kayunya melewati atas kepala Ouw Hui dan merapatkan
matanya untuk menerima kematian.
Namun sungguh tidak diduganya bahwa justeru karena
kedua-duanya rela untuk menyerahkan jiwanya demi
menghindarkan maut yang akan mencengkeram lawan
mereka, mereka sama lolos dari jangkauan maut.
Tepat disaat Ouw Hui membuka mata. terasa olehnya batu
yang dipinjaknya terlepas dari dinding tebing yang curam
tersebut dan mulai menurun kearah jurang
Selain itu dia melihat Kim Bian Hud tengah berdiri dan
dengan sepasang mata dirapatkan dan batang kayu yang
dipegangnya itupun juga sudah lenyap.
Sesaat kemudian batu itu mulai menggelinding kebawah.
Kim Bian Hud membuka matanya. Keduanya saling
memandang dengan penuh tanda tanya bagaikan hendak
saling menegur mengapa tidak terjadi apa2,
"Akhhh, kita mulai jatuh !" mengeluh keduanya hampir
dalam waktu bersamaan. "Hati2 berusahalah agar tetap
menempel didinding agar dengan Pek Houw Ju Ciang kita
dapat memperlambat meluncurnya batu itu ke bawah"
Demikian lah mereka saling menganjurkan.
Lenyaplah sudah sikap permusuhan diantara mereka
berdua dan kini mereka masing masing lebih menguatirkan
keselamatan dari lawan mereka
--ooo0dw0ooo-- SEMENTARA jauh dibawah, dimuka goa dididasar lembah,
Yok Lan sedang terpesona mengawasi bungkusan kuning yang
bertuliskan gelar ayahnya yang telah ditemukannya didalam
buntalan Ouw Hui. Bermacam macam pikiran mengacau dalam otaknya dan
pikirannya, tanpa berkedip dia memandangi terus bungkusan
kuning itu. Terkenanglah dia akan cerita Posie sore tadi di Soat Hong
San Cung, bagaimana dengan kain kuning itu ayahnya telah
memberikan jaminan bahwa anak Ouw It To yang malang itu
tidak akan terlantar. Berduka bukan main hati Yok Lan karena mengetahui
bahwa janji ayahnya itu tidak berhasil dipenuhi ayahnya
berhubung dengan timbulnya berbagai peristiwa yang tidak
terduga. Entah berapa banyak hinaan dan berapa besar
kesengsaraan yang dialami Ouw Hui Semasa kecilnya tanpa
ada yang melindunginya. Di samping itu diapun menyesal bahwa dengan le nyapnya
Ouw Hui sehingga tidak dapat diasuh ayahnya sendiri semasa
kecilnya sering kesepian karena tidak memiliki kawan bermain.
"Akhhh, alangkah senangnya kalau Ouw Toa ko waktu itu
berada bersamaku dirumah dan men jadi kawan bermainku"
pikirnya dalam alam lamunannya.
Tiba2 dia teringat akan keadaan Ouw Hui .sekarang. Dia
telah melihat sendiri bahwa walaupun tanpa pengasuh dan
pelindung yang liehay seperti Kim Bian Hud, Ouw Hui berhasil
mencapai kepandaian yang sangat mengagumkan sedangkan
wataknya sangat baik dan tidak tercela.
Seketika itu lenyaplah awan mendung yang meliputi
wajahnya dan seulas senyum menghias mukanya yang cantik.
Demikianlah dia terbawa oleh alam lamunannya, wajahnya
silih berganti, sebentar muram dan sesaat lagi tersenyum . . .
karena itu, dia tidak tahu bahwa belasan pasang mata tengah
mengintanya dari balik pohon-pohon Siong ditepi rimba.
Yok Lan juga tidak mendengar beberapa siulan yang
panjang. Sesaat kemudian keluarlah belasan orang itu dari
balik pohon2 sambil lari Yok Lan baru mengetahui bahwa
disamping dirinya, ditempat tersebut ternyata masih terdapat
orang lain. Gadis itu membalikkan tubuhnya dan seketika itu juga dia
mengeluarkan teriakan terkejut.
Beberapa orang diantara belasan orarg tersebut dikenalnya
sebagai orang-orang yang telah ditimpuk Ouw Hui dengan
bola salju ketika mereka berlari lari turun gunung setelah
dilepaskan oleh ayahnya. Hanya kini mereka datang kembali
dengan bertambah beberapa belas orang kawan lagi yang
semuanya memakai seragam pengawal istana.
"Ayah l Toako " teriak Yok Lan, memanggil kedua orang itu,
yang diduganya tengah bercakap-cakap diatas sana,
sedikitpun dia tak menduga bahwa kedua orang itu sedang
terlibat dalam suatu pertempuran mati-matian, bahkan disaat
dia berteriak itu mereka justeru tengah menghadapi saat2
yang menentukan. Jangankan teriaknya, sedangkan teriakan seorang ahli silat
yang tenaga dalamnya juga tidak akan terdengar oleh mereka
disaat itu. Sebaliknya, Peng Ah Si dan sepasang anak kembar pelayan
Ouw Hui mendengar dengan jelas.
Dengan serentak mereka melompat dan lari2 keluar goa.
Dilihat oleh mereka serombongan orang2 yang bermuka ganas
tengah mengejar nona Biauw, yang berlari ke goa dengan
ketakutan. Didalam sekejap mata saja sudah terkejar lah si gadis yang
tidak pandai silat itu dan dengan kurang ajar si pemimpin
rombongan itu seorang siewie pengawal istana raja yang
seragam nya robek disana sini dan wajah yang babak belur
diberbagai tempat mencekal sigadis.
Orang itu adalah Say Congkoan komandan pingawal istana
raja yang telah dihajar Ouw Hui dirumah Touw Sat K.auw.
Ketika dia tengah melarikan diri bersama dengan Leng
Ceng Kisu tokoh Kun Lun Pai itu ditengah jalan dia berjumpa
dengan serombongan siewie kelas satu yang memang telah
diaturnya untuk menyusul rombongan pertama membantu
mengawal Biauw Jin Hong kekota raja setelah jago itu dapat
ditawan. Sebagai seorang yang memiliki sifat2 buruk dia bukannya
berterima kasih kepada Kim Bian Hud yang telah menaruh
belas kasihan kepada nya, sebaliknya dia bahkan semakin
membenci dan sambil melarikan diri di dalam pikirannya
penun dengan rupa2 rencana untuk membalas dendam.
Tetapi sampai sedemikian jauh dia belum memperoleh
sebuah akalpun juga yang baik, sedangkan keberaniannya
juga sudah ciut dan surut atas peristiwa tadi:
Dengan dijumpainya rombongan siewie kelas satu itu
sebagian dari keberaniannya pulih kembali.
Bersama dengan Leng Ceng Kiesu dia memimpin
rombongan bala bantuan itu, kembali ke gunung Giok Pit
Hong. Kepada rombongan tersebut, tentu saja dia malu untuk
menceritakan bahwa dia telah dihajar habis2an dan siasatnya
berantakan. Dia hanya memberitahukan bahwa musuh telah
memperoleh bala bantuan yang jauh lebih kuat dari
rombongan yang pertama, sehingga dia merasa perlu
menyambut mereka agar mereka dengan cepat dapat
memperkuat pihaknya. Setibanya kembali di kaki gunung itu. dia melihat Yok Lan
yang dikenalnya sebagai puteri Biauw Jin Hong.
Alangkah girangnya melihat gadis itu berdiri seorang diri,
sedangkan Biauw Jin Hong mau pun Ouw Hui tidak terlihat
bayangannya. Dalam hatinya seketika itu juga memperoleh pikiran yang
licik yaitu menawan dan menjadikan umpan untuk menangkap
Kim Bian Hud agar malunya dapat dicuci.
Dengan cepat dia sudah dapat memegang nona Biauw
tetapi ketika dia hendak meringkusnya untuk dibawa kembali
ke dalam rimba, tiba2 dia merasakan samberan angin pukulan
yang cukup kuat dipunggungnya.
Cepat dia membalikkan tubuhnya sambil mengibaskan
tangannya untuk menangkis,
Dengan memperhitungkan kekuatan angin serangan
pukulan itu dia sudah mengetahui bahwa penyerangnya
memiliki kepandaian yang tidak bisa diremehkan!
Betapa herannya Say Cougkoan ketika dia melihat bahwa
panyerangnya itu adalah dua orang anak lelaki yang baru
berusia belasan tahun. Tetapi disamping perasaan herannya hatinya jugalega
bukan main. Kedua anak itu sedikitpun tidak dipandang sebelah mata
olehnya. "Apakah kemampuan kedua anak kecil ini?" pikirnya
dengan hati mendongkol. Segera juga dia mengulurkan sepasang tangannya untuk
menangkap kedua anak itu sambil berkata: "Jangan kurang


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ajar! Ayo, ikut sekalian"
Tidak terlukiskan betapa herannya ketika bukan dia berhasil
meaangkap kedua anak itu, bahkan tahu tahu mereka sudah
memecah diri kek ri dan kekanan dan secepat kilat
melancarkan serangan lagi.
Sebelum Say Congkoan menyadari apa yang terjadi
pelipisnya yang kanan dan kiri sudah terkena pukulan.
Tetapi tidak percuma Say Congkoan disebut jago utama
dalam istana kaisar. Dalam gugupnya itu dia masih dapat melompat mundur
satu langkah kebelakang. Dengan demikian pukulan pukulan si anak kembar itu tidak
terlalu tepat mengenai sasarannya.
Masih untung baginya karena walaupun he bat, tenaga
dalam kedua anak itu masih terbatas dan belum seberapa ,
sedangkan dia sendiri memiliki lwekang yang kuat.
Dengan demikian dia tidak rubuh dan menderita malu lebih
besar lagi. Tetapi serangan itu masih cukup keras baginya sehingga
dia sempoyongan dengan kepalanya yang agak pusing dan
peristiwa itu baginya suatu hal yang memalukan.
Dengan wajah merah padam dia telah melompat mundur
beberapa langkah lagi untuk memperbaiki kedudukan dirinya.
Matanya mendelik karena murka dan herannya.
Sesaat kemudian dia maju lagi untuk menangkap kedua
anak itu hanya sekali ini dia tidak berani bertindak dengan
ceroboh dan serampangan. Tahulah dia bahwa kedua anak itu tidak bisa diremehkan,
tetapi dapat juga Say Congkoan memiliki keyakinan bahwa
dalam beberapa jurus dia akan berhasil meringkus keduanya.
Dalam anggapannya peristiwa tertinjunya pe lipisnya tadi
karena kurang waspada. Dengan jari2 ditekuk bagaikan kaki garuda da mengulurkan
sepasang tangannya untuk menjambret baju kedua lawan
kecilnya tersebut! Tetapi kembali perhitungannya meleset.
Tidak kecewa kedua anak itu telah bebera pa tahun
memperoleh bimbingan akhli2 silat kelas satu seperti Ouw Hui
dan Seecwan Sianghiap. Bagaikan kilat mereka tahu2 sudah menyelusup lewat
dibawah ketiaknya dan menyapu ka kinya dari belakang. Say
Chongkoan berusaha menyelamatkan diri dengan melompat
keatas tetapi dia masih terlambat.
Untuk kedua kalinya dia ter-huyung2 beberapa langkah.
Tetapi masih untung dia bahwa kepandaiannya memang
sangat tinggi, tidak perlu dia jatuh terlentang seperti yang
dialami oleh Co Hun Kia ketika hendak mempermainkan
sepasang anak kembar itu.
Walaupun demikian ketika itu dia benar2 menghadapi
detik2 yang gawat. Sebelum Say Congkoan berhasil memperbaiki kudakudanya
kedua anak itu sudah menyerang lagi.
Agaknya dia sudah tidak akan terhindar dari penderitaan
malu lebih besar lagi. Untunglah bahwa disaat itu dia menghadapi keruntuhan
nama besarnya Leng Ceng Kiesu telah datang memberikan
pertolongannya. Tokoh Kun Lun Pai itu sudah mengerti bahwa kedua anak
itu memang memiliki kepandaian yang hebat dan cukup
sempurna ilmu silatnya walaupun tenaga dalam mereka belum
berarti Dia yakin bahwa jika tidak bertindak ceroboh dia tidak akan
kalah bahkan kalau bertempur lama Say Congkoan tentu akan
berhasil merubuhkan mereka.
Sebagai seorang akhli gwakhe ilmu silat ber dasarkan
tenaga luar dia telah memahamkan ilmu Eng Jiau Kin Na Ciu
dengan sempurna sekali. Begitulah dia membuka serangan dengan jari-jari tangan
ditekuk dan tangannya menyambar nyambar bagaikan garuda
hendak menerkam mangsanya serangannya ganas sekali
disamping cepat dan dahsyat.
Tetapi anehnya, serangannya yang sudah sering kali teruji
kehebatannya itu juga dapat dielakkan dengan mudah oleh
kedua anak kembar itu. Leng Ceng Kiesu mempercepat gerakan serangan
serangannya sedangkan Say Congkoan juga tidak tinggal
berpeluk tangan. Tetapi semakin lama semakin penasaran kedua jago itu
jadinya. Setelah lebih dari lima belas jurus mereka bertempur terus
tanpa ada kesudahannya dan belum tarlihat tanda-tanda
bahwa mereka akan berhasil membekuk kedua anak lelaki
kembar tersebut. Yang lebih mengherankan dan memalukan ekali adalah
bahwa dengan pengalaman dan kepandaian mereka berdua
yang sudah tergolong diantara jago2 kelas satu mereka tak
dapat merebut kedudukan diatas angin.
Dengan tipu segala macam gerakan mereka selalu gagal
mendesak kedua anak lelaki kembar itu.
Dengan sendirinya mereka menjadi malu dan gusar.
Tidak mengherankan jika mereka telah melancarkan
serangan dengan mempergunakan jurus2 yang aneh2 dan
hebat bukan main kedua anak itu bahkan yang selalu
melancarkan serangan2 yang sulit diterka sehingga
pertempuran itu jelas lebih banyak mengiringi keinginan kedua
anak kembar itu yang masih belum lenyap sifat kekanakkanakannya.
Sesungguhnya sudah cukup memalukan bahwa dua orang
jago ternama seperti Leng Ceng Kiesu dan Say Congkoan
harus turun tangan bersama untuk menghadapi kedua anak
kembar itu. Setelah bertempur pula sekian lama belum juga kedua jago
itu dapat mengenali ilmu silat apa yang dipergunakan kedua
anak tersebut. Dan suatu saat anak2 itu telah menyerang dengan Pek
Hong Koan Jit sebagai yang biasa dipergunakan kaum Ngo Bie
Pai, tetapi mendadak serangan itu bisa berobah menjadi Pek
Hong Koat Jit gaya Khong Tong Pai. Dan saat lainnya lagi
mereka menyerang dengan jurus serangan Hoan Thian Ho Te,
atau membalikkan langit dan bumi tetapi sedangkan kedua
jago yang sangat berpengalaman itu bersiap siap untuk
menyambut nya, tahu-tahu gerakan kedua anak kembar itu
telah berobah dan serangan telah diteruskan dengan tipu Pa
Ong Gi Ka, atau Couw Pa Ong membuka pakaian perangnya.
Tentu saja perobahan-perobahan yang sangat aneh dan sulit
diterka itu telah membuat Say Congkoan dan Leng Ceng kiesu
jadi pusing bukan main. Kedua jago tersebut merupakan dua orang jago kawakan,
tetapi mereka tidak mengetahui bahwa kedua anak itu sudah
dapat memahami tujuh bagian dari Ouw Ke Kun Hoat (ilmu
silat tangan kosong pusaka keluarga Ouw) dibawah asuhan
Ouw Hui. Ouw Ke Kun Hoat itu telah digubah oleh Hui Thian Ho Lie,
pengawal Cwanong Lie Cu Seng yang memiliki kepandaian
tiada bandingannya untuk masa itu. Leluhur Ouw Hui, Hui
Thian lio Lie, si rase terbang yang dapat mencapai langit, telah
berhasil menciptakan ilmunya setelah bertahun2 memeras
keringat memetik inti sari rupa2 ilmu silat dari hampir semua
cabang pintu perguruan silat yang ada di Tionggoan, lalu
dipersatukan menjadi suatu ilmu serba guna dan serba sakti,
disamping sangat hebat dan dahsyat sekali cara
menyerangnya. Itupun masin untung bagi kedua tokoh ternama seperti Say
Congkoan dan Leng Ceng Kiesu bahwa kepandaian mereka
sudah tinggi sekali karena kalau bukan demikian tentu siang
siang mereka sudah rubuh ditangan kedua anak kembar itu
seperti yang dialami oleh orang2 Thian Liong Bun.
Juga masih untung bagi mereka bahwa kedua anak kembar
itu belum memahami seluruh ilmu luar biasa tersebut dan juga
tenaga dalam kedua anak kembar itu memang masih terbatas
sekali dan belum berarti apa-apa. Jika yang dihadapi mereka
seorang tokoh yang sudah mahir keseluruhannya ilmu
tersebut dan sudah memiliki lwekang yang cukup kuat tidak
nantinya mereka dapat bertahan sampai lebih sepuluh jurus
Sebagai telah dibuktikan ketika mereka menghadapi Ouw Hui
dirumah Touw Sat Kauw, dimana hanya dalam tiga jurus Ouw
Hui berhasil merubuhkan Say Congkoan dan itupun secara
iseng dan main2 disertai guraunya tidak melancarkan
serangan secara bersungguh sungguh.
Didalam sibuknya menghadapi serangan serangangan
kedua anak itu, Say Congkoan juga mulai kuatir.
Dia percaya bahwa bersama dengan Leng Ceng Kiesu lama
kelamaan dia akhirnya akan berhasil menundukkan kedua
lawan cilik itu. Tetapi dia mana mau bertempur begitu lama, Kalau sampai
peatempuran tersebut berla rut larut dia kuatir kalau2 nanti
Biauw Jin Hong atau Ouw Hui, atau ke-dua2nya akan muncul.
Dan kalau kedua orang itu telah datang tentu tamatlah
sudah harapan mereka, habislah kesempatan mereka,
sedangkan para siewie yang menjadi bawahannya itu yang
baru tiba akan melihat betapa tidak berdayanya dia
menghadapi jago-jago yang hendak ditawannya.
Itulah malu yang tentu sangat besar dalam keruntuhan
namanya yang sesungguhnya sangat disegani oleh seluruh
orang2 rimba persilatan. Walaupun segan dan terpaksa sekali dia harus menebalkan
muka dan telah berteriak memberikan perintah : "Maju semua
! Dua orang menawan gadis itu."
Serentak bergeraklah semua siewie itu untuk melaksanakan
perintah pimpinannya. Kedua anak itu tentu saja menjadi
sibuk sekali. Menghadapi belasan orang akhli2 silat itu tidak dapat
disamakan dengan kejadian disaat mereka menghadapi
orang2 Thian Liong Bun, Eng Ma Cwan dan Peng Tong Piauw
Kiok. Disamping itu sedapat mungkin mereka harus merintangi
lawan mendekati Biauw Yok Lan sehingga perhatian mereka
tidak dapat dipusatkan untuk perlawanan terhadap lawanlawan
mereka. Dengan demikian segera setelah berselang beberapa jurus
lagi terlihatlah kedua anak kembar itu mulai terdesak oleh
serangan2 yang dilancarkan jago2 kelas satu tersebut.
Dan celakanya lagi mereka tidak dapat mendekati Biauw
Yok Lan lagi karena itu ilmu silat mereka jadi kacau sekali dan
kerja sama diantara kedua anak lelaki kembar itu jadi tidak
seragam dan kompak lagi seperti semula. Sebentar pula
setelah itu salah seorang dari kedua anak kembar tersebut
sudah terpukul bahunya dan disaat dia tengah terhuyung
kebelakang, Tai Tui Hiet nya di punggung tertotok oleh salah
seorang pengeroyoknya. Dan disaat yang sama Biauw Yok Lan telah berhasil
ditawan oleh kedua pengeroyoknya. Anak yang belum rubuh
itu tentu saja menjadi sibuk sekali karena dia melihat
saudaranya telah jatuh terkulai tidak berdaya dan Biauw Yok
Lan ditawan kawanan siewie itu.
Pada saat yang sama itulah sianak kembar yang seorang itu
menjadi nekad dan tanpa memperdulikan keselamatan dirinya
sendiri dia telah menerjang Leng Ceng Kiesu yang berada
antara dia dan saudaranya itu.
Maksudnya hendak menolong saudaranya dulu dari
pengaruh totokan untuk kemudian bersama sama menolong
Biauw Yok Lan. Setelah bertempur sekian lama dan dia masih tidak berhasil
merubuhkan anak2 kembar itu Say Congkoan mendongkol
bukan main karena lama itu tidak berhasil merubuhkan sianak
kembar itu, Dan ketika melihat anak kembar yang seorang itu
menerjang Leng Ceng Kiesu dimana anak lelaki kembar yang
seorang itu seperti tidak menghiraukan keselamatannya
sendiri tanpa menghiraukan punggungnya yang terbuka maka
timbullah sifat kejamnya.
Tangannya segera meluncur kearah jalan darah Toa Tui
Hiat dipangkal tengkuk sianak.
Toa Tui Hiat adalah jalan darah yang berbahaya maka
kalau totokan itu mengenai sasarannya tentu akan
melayanglah jiwa sianak. Bahwa sebagai seorang tokoh rimba
persilatan kelas satu dia berlaku begitu ganas terhadap
seorang anak kecil, sesungguhnya adalah merupakan suatu
tindakan yang menurunkan derajat dan memalukan.
Ketika itu Say Congkoan sudah tidak memperdulikan lagi
soal tingkat dan kehormatan.
Dalam keadaan marahnya dia hanya diliputi semacam
pikiran yaitu untuk membunuh anak tersebut secepat
mungkin. Keadaan sepasang anak kembar itu dan Yok Lan benarbenar
sudah berada dalam keadaan yang sangat berbahaya
dan gawat sekali. Agaknya mereka bertiga sudah tidak akan
lolos lagi dari tangan siewie yang kejam.
Tetapi didetik yang sangat berbahaya itu( tiba2 datang
pertolongan yang tak terduga.
Ketika siewie2 itu sudah hampir mencapai maktud mereka
terdengarlah sebuah bunyi gemuruh dan sesaat kemudian
jatuhlah sebuah batu besar dengan menerbitkan bunyi
mendentum yang memekakkan anak telinga.
Semua siewie itu cepat2 melompat mundur dengan terkejut
sekali. Dalam dugaan mereka waktu itu tentu telah dijatuhkan
seorang musuh yang bersembunyi di atas dan tentu akan
disusul Juga serangan2 batu seperti itu lagi.
Mereka telah mengangkat kepala untuk mandang ke atas.
Se-konyong2 terdengarlah suara bentakan yang berpengaruh
di belakang mereka Ternyata sementara keadaan kedua anak kembar dan Yok
Lan itu sudah menjadi demikian berbahaya dan gawat, jauh
diatas sana Biauw Hong Ouw Hui juga tengah menghadapi
maut yang agaknya sudah tidak terelakkan lagi.
Dengan jatuhnya batu yang diinjak mereka itu keduanya
jadi ikut tergelincir ke jurang.
Mereka merasa bahwa kekuatiran sudah tidak dapat
dielakkan lagi. Sebagai laki-laki sejati soal mati hidup tidak terlalu
dihiraukan oleh mereka tetapi sebagai jago jago yang pantang


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyerah keduanya tentu saja segan menerima nasib dengan
begitu saja. Demikianlah ke-dua2nya berusaha sedapat mungkin untuk
bisa terlepas dari dinding tebing Dengan mengerahkan seluruh
kepandaian Houw Ju Ciang mereka sedapat mungkin
mengurangi kecepatan meluncur mereka kebawah. Tetapi
walaupun begitu, kecepatan meluncur tubuh mereka masih
terlalu cepat sehingga benturan dengan dasar jurang itu akan
menghancurkan tubuh mereka
Sambil meluncur turun. Ouw Hui mengasah otak mencari
akal untuk menyelamatkan jiwa mereka. Dia memang sudah
mengenal keadaan gunung itu dengan baik. Dia juga memang
mengetahui bahwa tidak seluruh tebing itu securam di
atasnya. Didekat kaki gunung kurang lebih setinggi tiga puluh
tombak dari bawah tebing itu agak landai tidak securam itu
lagi. Dia memperhitungkan bahwa dengan menarik
keuntungan dari kecepatan meluncurnya dan dengan
mempergunakan kepandaian meringankan tubuh jika
melompat dengan mempergunakan seluruk kepandaian
meringankan tubuh tentu bisa melompat mencapai rimba
pohon Siong itu. Walaupun cara itu hasilnya masih agak meragukan tetapi
terpaksa harus dicobanya. Jalan lain sudah tidak ada.
Rencananya itu segera diberitahukannya kepada Kim Bian
Hud yang juga sedang meluncur ke bawah sejajar dengannya
kira2 dua tombak disebelah kirinya.
Kalau seseorang jatuh dari tempat ketinggian sepuluh
tombak dengan tubuh tidak terkendalikan setiba dibawah dia
tentu akan terluka paarah atau setidak tidaknya terbanting
mati. Tetapi jika seseorang melompat dengan mempergunakan
kepandaian meringankan tubuh dari ketinggian yang sama
dengan tubuh terkendali ia tentu akan tiba dengan selamat.
Hal itu memang diketahui dengan baik oleh Biaw Kim Hong
maupun Ouw Hui tetapi yang membuat mereka ragu akan
hasil percobaan itu adalah karena mereka sudah akan
melakukan lompatan itu dari ketinggian tiga puluh tombak
sedangkan kecepatan mereka meluncur kebawah itu juga
merupakan sebab utama yang bisa dianggap sepi begitu saja.
Tetapi pilihan lainnya tidak ada sehingga mereka tidak
dapat ragu-ragu untuk mencobanya Harapan satu2nya ialah
jika mereka bisa tiba di antara pohon2.
Sementara itu pula mereka sudah tiba dititik yang
dimaksudkan oleh Ouw Hui.
Tetapi tepat pada saat mereka menoleh kebawah
terlihatlah mereka apa yang sedang terjadi di muka goa itu.
Biauw Jin Hong yang baru saja mengalami peristiwa2 hebat
bahkan hampir-hampir menemui ajalnya sebagai korban tipu
busuk orang orang yang mengaku sahabat, tentu saja menjadi
marah sekali. Terlebih lagi karena diantara orang2 yang hendak
mencelakai puterinya itu terdapat dua orang yang baru saja
diampuninya. Karena dikuasai amarahnya maka Biauw Jin Hong jadi agak
terlambat menjejakkan kakinya sedangkan tenaga yang
dikerahkannya juga kurang diperhitungban.
Karena itu dia tidak dapat mencapai tepi rimba seperti yang
direncanakan. Tentu saja dia akan terluka parah kalau bukan mati
terpelanting ditanah yang keras karena tertutup salju beku itu.
Untung saja ketika itu siewie-siewie tersebut justeru melompat
mundur dan dia jatuh tepat diatas pundak orang yang
melompat terjauh. Kecuali yang terkena jatuhnya tubuh Biauw Jin Hong yang
lainnya tidak ada yang melihatnya tiba diantara mereka,
karena waktu itu mereka belum menoleh keatas sedang orang
yang tertimpuh tubuh Biauw Jin Hong seketika itu rubuh tanpa
sempit mengeluarkan jeritan lagi
Sebagai jago yang sudah berpengalaman, Biauw Jin Hong
tidak gugup ketika jatuh diatas pundak orang itu.
Bersamaan dengan tibanya, ia serentak menggerakkan
sepsang kakinya dan menghajar Tan Tiong Hiat serta Leng
Taihiat didada dan dipunggung orang itu.
Dalam keadaan murka seperti itu Kim Bian Hud menendang
sekuat tenaganya dan orang itu matilah tanpa mengetahui apa
yang terjadi. Leng Tai dan Tan Tiong Hiat ke-dua2nya merupakan jalan
darah yang terpenting ditubuh seorang manusia dan
berbahaya sekali. Andaikata seorang anak kecil yang menghajar kedua jalan
darah tersebut dia tentu sudah akan pingsan dan terluka
parah sehingga jangankan sekarang yang menghajar justru
Kim Bian Hud yang tengah murka dan mempergunakan
tenaga lwekang yang kuat sekali.
Sementara itu terdengar bentakan di belakang para siewie
itu dengan terkejut jago2 istan telah menoleh.
Tampaklah oleh mereka seorang pemuda berjanggut dan
berkumis kaku keluar dari tepi rimba
Habislah seluruh keberanian Say Congkoa ketika mengenai
orang itu sebagai Swat san Hui Ho (Si Rase Terbang) yang
sudah diketahui kehebatan kepandaiannya.
Tanpa memberitahukan kawan2nya dia segera
membalikkan rubuh untuk mengambil langkah seribu
melarikan diri. Para siewie yang lainnya belum mengenal siapa pemuda
itu. Setelah mendengar bentakan dan melihat bahwa yang
membentak hanya seorang diri, meluaplah amarah mereka.
Serentak mereka melompat untuk membekuk orang yang
dianggapnya bertindak kurang ajar tersebut.
Malanglah nasil mereka yang tiba lebih dulu didepan Ouw
Hui seketika tangan mereka diulurkan untuk memegang atau
menghajar Ouw Hui, secepat kilat kaki dan tangan Ouw Hui
bergerak dan tahu2 tiga orang sudah terpental keras sambil
mengeiuarkan suara rintihan kesakitan bukan main.
Tubuh mereka telah terlempar kurang lebih tiga tombak
jauhnya, dan mereka menggeletak tidak berdaya tanpa bisa
bangkit lagi Kawan2 mereka terkejut bukan main.
Gerakan secepat itu belum pernah disaksikan mereka.
Serentak mereka telah berhenti dengan perasaan bimbang,
tetapi setelab melihat pemuda itu tidak bersenjata, timbul pula
keberanian mereka. Sambil ramai ramai menghunus senjata
majulah semua siewie itu untuk mengepung dan mengeroyok
Ouw Hui. Disaat itu terdengarlah teriakan Say Congkoan yang
mengerikan sekali. Ternyata Congkoan itu telah terhajar pukulan Biauw Jin
Hong dan kini rubuh dengan memuntahkan darah segar.
Ketika dia hendak melarikan diri karena ketakutan melihat
Ouw Hui, sedikitpun dia tidak menduga bahwa arah yang
diambilnya itu justru tertutup oleh Kim Bian Kud yang belum
diketahuinya sudah berada disitu.
Ketika dia melihatnya dia sudah berada dekat sekali dengan
jago yang sangat ditakutinya.
Untuk memutar tubuhnya lari telah terlambat dan juga dia
menyadari bahwa dia berusaha mengdan lari dengan Kim Bian
Hud. Seperti seekor babi hutan yang sudah terjepit dengan
nekad dia segera menyerang jago tua itu.
Tujuannya adalah untuk mengajak mati ber sama-sama jika
memang dia harus mati. Tetapi ternyata bahwa Congkoan itu belum mengenal
benar-benar mengenai kegagahan Kim Bian Hud.
Serangannya itu hanya bagaikan seekor lalat yang
menubruk seekor burung garuda.
Dengan mudah sekali serangan membabi buta dari
Congkoan itu telah dielakkan oleh Kim Bian Hud, segingga
terbukalah lambung kanan Congkoan tersebut.
Disaat yang sama sikut tangan Kim Bian Hud sudah
bersarang ditubuh Congkoan itu.
Terpengaruh amarahnya yang tengah meluap
Biauw Jin Hong sudah turun tangan tidak segan2 lagi.
Ketika dia mengirimkan sikutnya kelambung Say Congkoan
dia telah mengerahkan seluruh lwekangnya.
Tidak ampun lagi rubuhlah Congkoan yang biasanya
congkak dan sombong itu. Beberapa tulang rusuknya telah patah dan menembus ke
paru2 serta jantungnya. Dengan hanya sempat berteriak sekali
dan sambil menyemburkan darah segar melayanglah jiwanya
meninggalkan raganya untuk menghadap Giam Lo Ong raja
neraka. Teriakan terakhir dari Congkoan itu tentu saja sangat
mengejutkan para siewie lainnya yang tengah menghampiri
Ouw Hui dengan senjata terhunus.
Sesungguhnya mereka sudah merasa ngeri dan takut
menghadapi Ouw Hui tetapi kini mereka mendengar teriakan
ateu tepatnya jeritan Congl koan itu, jerit kematian, maka
semangat mereka terbang kini mereka bermaksud untuk
meninggalkan tempat itu untuk melarikan diri, tetapi keadaan
sudah demikian rupa sehingga untuk mundur sudah tidak
terbuka jalan pula bagi mereka.
Dengan nekad dan dengan mengandalkan jumlah mereka
yang banyak mulailah mereka melancarkan serangan kearah
Ouw Hui. Seorang yaug mempergunakan Tiatkauw (kaitan besi)
melancarkan serangan dengan jurus Jie Liong Kai Thian Bun,
dua naga membuka pintu langit. Serangan itu memang hebat
luar biasa. Da lam awal gerakannya sepasang kaitan tersebut
meluncur dengan sejajar, tetapi secepat sudah men capai
jarak separuh kearah sasarannya, maka kaitan itu telah
berpencaran kekanan dan kekiri, keatas dan kebawah
tergantung dari anggota tubuh yang hendak diserangnya.
Memang luar biasa cepatnya serangan tersebut dan entah
berapa banyak jago2 ternama yang pernah dirubuhkan siewie
itu dengan serangan seperti itu.
Sekali inipun dia sudah kegirangan karena melihat Ouw Hui
hanya berdiri diam bagaikan tertegun.
Siewie itu yakin bahwa serangannya akan berhasil tetapi
ketika sepasang kaitnya sudah hampir mengenai sasarannya
yaitu leher dan betis Ouw Hui, tiba-tiba saja dengan sebuah
gerakan yang tidak dapat diikuti dengan pandangan mata
Ouw Hui menggerakkan sebelah kaki dan sebelah tangannya
dan sesaat kemudian dia sudah berdiri dengan sikap Dim Ke
Tok Lip (ayam Emas berdiri diatas sebelah kaki).
Hasil yang diperoleh dari gerakan Ouw Hui itu benar2
sangat menakjubkan sekali.
Dengan mengambil sikap yang biasanya dipergunakan
seseorang untuk menantikan serangan ternyata dia telah
berhasil mematahkan serangan lawannya.
Bahkan tiga batang senjata lawan telah dihalau dan
dirampasnya dengan mudah.
Dengan kakinya yang kini menginjak tanah dia telah
menginjak tiat-kau yang mengarah kebetisnya, sebelah
tangannya yang diulurkannya keatas telah merampas tiat-kau
yang sebelah lagi. Sedangkan dengan lutut kakinya yang kini
ditekuk, dia telah menghajar sebatang golok seorang
lawannya yang lain, yang menyerang berbareng dengan
siewie bersenjata tiat-kau itu.
Bukan hanya terbatas sampai disitu hasilnya. Dengan
merebut tiat-kau itu dia bahkan telah melukai tangan
pemegangnya, yang telapak tangannya segera berlumuran
darah karena kulitnya telah pecah robek akibat tarikannya.
Semua siewie yang lain terkejut sekali dengan tertegun
mereka memandang pemuda itu dan semua senjata mereka
tadi berhenti di udara. Sesaat kemudian mereka tersadar akan keadaan mereka
dan cepat2 kembali hendak memutarkan tuyuh untuk
menyelamatkan jiwa masing2.
Tetapi terlambat apa yang mereka lakukan.
Karena Ouw Hui sudah bergerak dengan cepat sekali dan
sebelum mengerti apa yang tengah terjadi tahu2 mereka
kehilangan senjata, sedang kan beberapa diataranya bahkan
telah rubuh tertotok Jalan darahnya tanpa sanggup
mengadakan perlawanan sama sekali.
Kini benar-benar habislah sudah keberanian para siewie itu.
Tanpa malu-malu lagi mareka telah lari tungang langgang
secepat dan sekuat tenaga mereka.
Kepandaian Ouw Hui yang diperlihatkan tadi adalah ilmu
Kong Ciu Ip Pek To, dengan tangan kosong memasuki rimba
golok yang berdasarkan ilmu meringankan tubuh Pek Pian
Kwie Eng (bayangan setan yang berobah seratus kali) salah
satu ilmu pusaka yang terhebat dari keluarga Ouw.
Betapa hebat ilmu itu sudah terbukti ketika dengan seorang
diri Ouw Hui telah berhasil merubuhkan delapan belas siewie
kelas satu dalam satu pertempuran disekitar To Jian Teng
dengan disaksikan oleh para jago Ang Hwa Hwe Kini setelah
lewat delapan tahun sejak pertempuran itu, setelah Ouw Hui
benar2 berhasil menyelami ilmu tersebut dan memperoleh
banyak petunjuk2 berharga dari para tokoh Ang Hwa Hwe,
tentu saja semua siewie itu hanya seperti sekawanan tikus
yang bertemu kucing, merupakan waktu2 yang terlalu buruk
bagi siewie itu. Sementara itu para siewie yang berusaha melarikan diri
tiba2 mengetahui mengapa Congkoan berteriak dan semakin
ketakutanlah mereka karenanya,
Kim Bian Huk memang sudah mereka kenal kehebatan
ilmunya ketika dengan seorang diri telah menyatroni dan
mendatangi penjara istana untuk menolongi Hoan Pangcu dari
penjara dan orang tua itu kini menutup jalan mundur mereka
sedangkan tubuh Say Congkoan tampak terlentang disebelah
kakinya. Dengan wajah yang pucat pasi dan tubuh yang
bergemetaran keras untuk beberapa saat lamanya mereka
berdiri tertegun. Salah seorang diantara mereka cepat2 berusaha melarikan
diri dengan mengambil arah lain tetapi sebuah bola salju
segera juga melayang menyusulnya dan sia2 belaka jika
mereka masih berusaha meloloskan diri dari tangan kedua


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang itu: Dalam keadaan putus asa seperti itu, mereka melupakan
martabat dan kehormatan diri.
Bagaikan sudah berjanji lebih dulu, setentak mereka
menjatuhkan diri berlutut minta ampun.
Tanpa memperdulikan mereka, kedua-duanya, Kim Bian
Hud dan Ouw Hui menghampiri mulut goa, dimana kedua
anak itu tengah menjagai Yok Lan.
Gadis yang lemah itu telah menjadi pingsan karena kuatir
ketakutan dan mendongkol, ketika melihat kedua anak itu
terancam bahaya maut. Sedangkan dia sendiri juga tengah
menghadapi saat2 yang berbahaya.
Tadi ketika datang pertolongan yang tidak terduga itu
sianak yang belum rubuh cepat cepat membebaskan
saudaranya dari totokannya dan mereka berdua lalu
menggotong Yok Lan keluar dari kalangan pertempuran itu.
Setelah memeriksa sejenak, Biauw Jin Hong jadi lega
hatinya, karena puterinya ternyata tidak terluka.
Dia menoleh kepada Ouw Hui dan katanya "Untuk apa
binatang2 itu dibiarkan disitu! Suruh lah mereka pergi dari
tempat ini !" Waktu mendengar perkataan Kim Bian Hud seperti itu para
siewie yang tengah berlutut tanpa berani bergerak dan
bersuara, telah cepat2 bangun berdiri dan lalu melarikan diri
dengan secepat dan sekuat tenaganya.
Kawan-kawan mereka yang tewas ditinggalkan begitu saja
sedangkan yang terluka juga tidak dihiraukannya.
Orang yang tertimpa tubuh Biauw Jin Hong tadi dan mati
yang lebih dulu, ternyata Leng Ceng Kiesu. Disamping itu telah
mati pula Say Congkoan dan kedua siewie lainnya. Enam
orang siewie menggeletak ditanah tanpa bisa berkutik karena
tertotok jalan darahnya. Dengan langkah kaki lebar Ouw Hui mendekati keenam
orang itu. Melihat wajah Ouw Hui yang berkulit hitam dan berjanggut
kasar, tampaknya menyeramkan sekali, terbanglah semangat
mereka. Tidak seorangpun di saat itu yang bisa mengharap bisa
hidup terus. Keenam siewie itu menduga bahwa Ouw Hui akan
mencabut jiwa mereka. Sebagai orang yang selalu biasa
melakukan pekerjaan yang kejam ke enam siewie itu
menganggap bahwa orang lain tentu juga sekejam mereka
sendiri. Jika dapat berbicara, mereka tentu akan meminta ampun,
tetapi saat itu mereka hanya bisaa mengeluarkan beberapa
suara raungan dan wajah mereka tampak pucat bagaikan
kertas. Beberapa saat kemudian mereka jadi linglung
Ouw Hui ternyata bukan membunuh, sebaliknya dia bahkan
membebaskan keenam siewie itu dari totokannya. Dengan
berlutut mereku pun menghaturkan terima kasih berulang kali.
Dengan demikian, runtuhlah kegarangan ke enam siewie
itu Dengan berlutut mereka menghaturkan terima kasih
berulang kali, dan Ouw Hui perintahkan mereka mengubur
kawan2 mereka yang mati. Kemudian keenam orang itu
diperintahkan pergi dengan diberi ancaman, bahwa jika sekali
lagi mereka jatuh dalam tangan kedua jago itu, nasib mereka
tentu tidak akan sebaik sekali ini.
Sementara itu Biauw Jin Hong berkata : "Hiactit, aku
sekarang sudah mengetahui siapa kau sesungguhnya.
Engkaulah anak Ouw It To mendiang ayah ibumu adalah
orang2 yang sangat kukagumi. Disamping itu aku sekarang
juga mengetahui siapa yang telah menolongku dahulu, ketika
mataku telah dibutakan dengan racun oleh orang suruhan
Tian Kui Liong. Kepada kedua orang tuamu aku berjanji untuk
mengasuh kau dan mendidikmu bagaikan anakku sendiri.
Tetapi ternyata aku tidak seberuntung itu, sehingga selama
dua puluh tujuh tahun ini tidak pernah aku bisa menepati janji
itu" "Hanya kini aku dapat ikut bergembira bahwa kau tanpa
didikanku ternyata telah memiliki kepandaian setinggi itu.
Sekarang, apapun yang telah kau perbuat, aku
memaafkanmu. Hanya satu saja permintaanku, yaitu supaya
kau merobah kelakuanmu dan mengasihani putriku yang ..."
Sebelum dia dapat menyelesaikan perkataannya itu, Yok
Lan telah menyelak ; "Ayah, kelakuan Ouw Toako sama sekali
tidak tercela. Kau keliru, ayah ..." berseru gadis itu dengan
muka yang kemerah2an karena malu.
Biau Jin Hong jadi agak heran.
Sejenak dia memandangi puterinya kemudian memandangi
Ouw Hui dergan sikap penuh tanda tanya.
Dalam hatinya dia terkejut bahwa puterinya membela
pemuda itu dengan demikian bersemangat. Dia yakin bahwa
Ouw Hui telah melakukan sesuatu yang tidak pantas.
Bukankah dia telah melihat sendiri bahwa Ouw Hui keluar
dari pembaringan didalam kamar Touw Sat Kauw itu dan
bukankah kemudian dia mendapatkan puterinya rebah di
pembaringan itu dalam keadaan tertotok dan hanya
mengenakan pakaian dalam " Dapatkah puterinya itu
menyetujui perbuatan Ouw Hui " Sungguh dia tidak mengerti .
. . Sesungguhnya Yok Lan hendak berbicara terus, tetapi dia
bingung bagaimana harus memulai ceritanya. Sebagai seorang
gadis yang berperasaan halus dia malu dijumpai dalam
kerdaan begitu yaitu hanya mengenakan pakaian dalam dan
dalam keadaan tertotok malah bersama-sama seorang
pemuda didalam sebuah pembaringan.
Walaupun semua itu terjadi secara kebetulan dan didalam
pembaringan itu tidak pernah terjadi perbuatan yang tidak
pantas namun setidak-tidaknya sigadis Yok Lan jadi canggung
dan bingung untuk menceritakan sejelas-jelasnya urusan itu
kepada ayahnya. Ouw Hui dapat memahami kecanggungan gadis itu maka
cepat2 dia menjelaskan apa yang telah terjadi sejujurnya
menceritakan sebabnya dia bisa berada dipembaringan itu
bersama Yok Lan dalam keadaannya seperti itu.
"Biauw Pehpeh, tidak dapat aku menyesalkan kau, bahwa
kau telah keliru menuduhku berbuat tidak pantas. Memang
munculnya aku dan keadaan moy-moy ketika itu sangat luar
biasa sehingga memberikan kesan yang buruk. Tetapi aku
berani bersumpah bahwa aku tidak pernah mengganggu
selembar rambut Lan Moy, Mengenai bagaimana aku bisa
berada dipembaringan itu dapat kujelaskan dengan
keterangan yang selengkap lengkapnya tetapi mengapa adik
Lan bisa berada disitu aku sendiri tidak mengetahuinya"
"Seperti Biauw Pehpeh telah mengetahui aku telah
mengadakan perjanjian dengan Touw Cungcu untuk
bertanding di Giok Pit Hong. Waktu tadi siang aku telah
datang tepat diwaktu perjanjian itu, tetapi dia tidak dirumah.
Malamnya aku datang lagi. Kuperoleh kenyataan rumah itu
kosong sama sekali, maka aku lalu masuk kedalam untuk
menyelidiki. Waktu aku tiba di kamar itu kudengar kedatangan
beberapa orang yang kemudian ternyata Say Congkoan dan
kawan kawannya, aku pun cepat menyembunyikan diri di
dalam pembaringan itu. Tidak tahunya di pembaringan itu
sudah ada Lan Moy" "Waktu aku mengetahuinya, kawanan manusia busuk itu
sudah masuk ke dalam kamar dan kudengar mereka
membicarakan siasat untuk menangkapmu dengan
mempergunakan perangkap. Karena itu aku tidak bisa
memperlihatkan diri".
"Dan setelah kau terancam bahaya, terpaksa aku melompat
keluar dan apa yang terjadi kemudian telah diketahui oleh kau
sendiri Biauw Pehpeh. Tetapi selama berada di dalam
pembaringan itu sedikitpun aku tidak mengganggu adik Lan"
"Apa yang dikatakan oleh Onw Toaka memang keadaan
yang sebenarnya" kata Yok Lan, yang kini ikut bicara untuk
memperkuat penjelasan Ouw Hui. "Dan mengenai adanya aku
diranjang itu, Ouw Toako memang tidak mengetahui nya.
Siang tadi, setelah Ouw Toako meninggalkan Soathong
Sancung, kawanan Thiang Liong Bun dan yang lain2nya serta
Posie Taisu sudah merampas tusuk sanggulku. Lauw Goan Ho
seorang siewie dari istana raja, bahkan hendak membinasakan
aku, tetapi yang lainnya rupanya takut akan akibatnya jika
saja ayah mengetahuinya, maka mereka kemudian hanya
menotok jalan darahku. Kemudian puterinya Tian Kui Long
membawaku ke dalam kamar tersebut dan membuka pakaian
luarku. Maksudnya agar aku tidak bisa atau tidak berani keluar
dari kamar itu. jika aku sudah bebas dari totokan itu."
---ooo0dw0ooo--- JILID 2 WAJAH Biaw Jin Hong tampak menyeramkan, ketika
mendengar cerita puterinya tersebut.
"Kemana kawanan bangsat itu telah pergi. Mengapa tadi
aku tidak melihat mereka " Apakah mereka sudah berhasil
menemukan tempa harta itu ?" tanya Biauw Jin Hong dengan
suara tergetar karena diliputi amarah dan murka yang sangat.
"Biauw Pehpeh tidak perlu kuatir. Bangsat itu kalau
sekiranya belum mati semua, tentu sedang saling membunuh
atau tengah merenungkan dosanya dalam saat2 menjelang
kematiannya" kata Ouw Hui. "Mereka memang telah
menemuki terowongan yang menembus ketempat
penyimpanani harta itu. Ketika tadi adik Lan dan aku bersamasarna
pergi melihat ke dalam sana, kami melihat mereka
tengah bertempur mati2an untuk memperebutkan harta karun
itu. Hanya Posie Taisu yang tidak ikut berkelahi, karena dia
agaknya hendak membiarkan mereka saling membunuh dulu
agar kemudian dia bisa memiliki sendiri harta itu. Tetapi
seketika melihat kami berada disitu Posie telah menyerang
kami dengan timpukan-timpukan batu permata yang
berserakan di situ. Kalau bukan adik Lan yang meminta aku
menghentikan timpukan itu, aku tentu akan terus menyiksa
dia sampai mati. Walaupun akhirnya aku membiarkan mereka
hidup, tetapi mulut terowongan itu telah kututup dan tidak
seorangpun yang akan dapat meloloskan diri"
"Tahukah Biauw Taihiap, siapa Posie Taisu itu?" tanya
suara dari dalam goa itu.
"Posie Taisu adalah orang telah mencelakai Ouw Toaya
Ouw It To. Orang itu dulu kita semuanya mengenal sebagai
Giam Kie" Dengan heran, menolehlah Biauw Jin Hong kearah suara
itu, kearah dalam goa itu. Ternyata Peng Ah Sie yang
berbicara. Biauw Jin Hong memang belum mengetahui adanya Peng
Ah Sie disitu dan diapun belum mengenalnya. Karena itu
diapun terkejut sekali, karena diduganya Peng Ah Sie itu
adalah seoraang musuh yang telah berhasil menyelusup
masuk ke dalam goa. tanpa diketahui oleh mereka. Yang
membangkitkan keheranannya ialah bahwa orang itu
berbicara sambil rebah ditanah dan sama sekali tidak berusaha
bangkit berdiri. Dalam kesibukannya untuk memberikan penjelasan, Ouw
Hui dan Yok Lan maupun kedua anak kembar itu melupakan
kehadiran Peng Ah Sie. Kini setelah orang itu membuka
suaranya, barulah mereka ingat dan cepat-cepat Ouw Hui
memberitahukan kepada Biauw Jin Hong tentang ini ikhwal
Peng Ah Sie secara singkat.
Sudah dua puluh tujuh tahun lamanya Biauw Jin Hong
berusaha untuk menyelidiki racun yang membawa maut bagi
Ouw It To, yang selama itu menjadi teka teki baginya.
Dalam tekadnya untuk membongkar rahasia itu, dia bahkan
telah sampai bentrok keras dengan Tok Ciu Yo Ong, raja tabib
yang tangannya berbisa. Dan seperti telah diberitahukannya kepada Yok Lan, dia
masih perlu membinasakan seseorang lagi, yaitu membunuh
seseorang sebelum ia mengundurkan diri dari rimba persilatan
ia ingin mencari pembunuh yang telah mencelakai Ouw It To
dengan memoleskan racun digolok.
Usahanya selama dua puluh tujuh tahun itu tidak
memberikan hasil sedikitpun juga dan rahasia kematian Ouw
IT To itu masih tetap tidak terpecahkan sama sekali baginya,
semuanya gelap bagi Biauw Jin Hong.
Kini dia mendengar Peng Ah Sie berkata dengan suara yang
begitu yakin, maka tentu saja Biauw Jin Hong jadi tertarik dan
telah mengawasi Peng Ah Sie dengan sorot mata yang tajam
"Bagaimana duduk persoalan yang sesungguhnya " Dan
bagaimana kau bisa demikian yakin ?" tanyanya.
Peh Ah Sie sudah hendak membuka mulut untuk
memberikan penjelasan, tetapi Yok Lan sudah mendahuluinya
bicara. "Peng Siok Siok, dengan terbakar begitu berat
sebaiknya kau beristirahat saja, dari penjelasanmu dan juga
dari cerita beberapa orang jahat disiang tadi aku sudah
mengetahui semuanya dengan jelas sekali, Maka biarlah aku
saja yang mewakilimu untuk bercerita" kata sigadis.
Kemudian tanpa menantikan jawaban Peng Ah Sie, Yok Lan
telah menceritakan apa yang lelah didengarnya.
Yok Lan menceritakan bagaimana Giam Kie yang kini sudah
mengganti nama menjadi hwesio dengan gelar Posie Taisu
telah diutus oleh Ouw lt To untuk memberikan penjelasan
kepada Biauw Jin Hong. Tetapi kenyataannya Posie Taisu
telah menterlantarkan tugas ini, sehingga membuat urusan
jadi berantakan bahkan menyebabkan permusuhan antara
keluarga Biauw, Hoan, Tian dan Ouw jadi berlarut-larut terus
tanpa berkesudahannya. Juga Yok Lan telah menceritakan
bagaimana Giam Kie sengaja telah melaburkan racun dikedua
senjata yang dipergunakan oleh Ouw It To dan Biauw Jin
Hong dalam pertempuran tersebut atas perintah Tan Kui Long.
Dengan wajah yang tidak berobah Kim Bian Hud
mendengarkan cerita puterinya tersebut, tetapi didalam
hatinya dia sedih bukan main dan hatinya digelombangkan
oleh amarah yang tiada taranya.
Dihadapan matanya seperti terbayang kembali
pertempuran dengan Ouw It To dan teringat lah dia akan
keheranan dari ucapan Ouw It To diakhiri dari pertempuran
mereka disaat Bian Biauw Jin Hong telah menyatakan
keyakinannya bahwa dia tidak yakin bahwa Ouw It To
membinasakan ayahnya. Baru sekarang Kim Bian Hud mengerti mengapa Ouw It To


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengaku telah menjelaskan soal kematian ayahnya dengan
jelas. Baginya sudah jelas kini soal yang menyangkut kematian
ayah nya. Baginya semua sumber permusuhan keluarga Biau,
Tian dan Hoan dengan keluarga Ouw be pangkal dalam
kesalahan dan kecerobohan pihaknya belaka, tetapi dengan
sia-sia dia menantikan penjelasan tentang kema|ian ayahnya.
Dia menduga bahwa Peng Ah Ste telah memberikan
penjelasan dan Yok Lan tentu akan menceritakannya.
Tetapi diluar dugaannya sebab musabab kematian ayahnya
itu juga tak diketahui oleh Peng Ah Sie, sehingga dia jadi terheran2
setelah puterinya selesai bercerita tanpa menjelaskan
perihal yang satu itu, "Lalu bagaimana peristiwa kematian ayah ku ?" tanya Kim
Bian Hud sambil menoleh kepada Peng Ang Sie.
"Akupun tidak mengetahui, karena dalam pesannya yang
hendak disampaikan kepadamu dengan lewat Giam Kie, Ouw
Toaya hanya menyatakin akan mengajakmu melihat sendiri
kelak" jawab Peng Ah Sie.
"Memang persoalan tersebut tentu tak akan diberitahukan
kepada orang lain, kecuali kepada Biauw Pehpeh sendiri oleh
ayahku, maka Peng Siesiok tentu tentu tidak akan dapat
menjelaskan persoalan tersebut. Akan tetapi aku sendiri
kebetulan juga telah mengetahuinya. Hanya kukira sebaiknya
sebentar lagi kuajak Biauw Pehpeh untuk melihat sendiri
setelah kita makan pagi sekedarnya" kata Ouw Hui.
Dalam saat2 penuh ketegangan seperti itu, tidak
seorangpun diantara mereka merasa lapar, tetapi seketika
Ouw Hui menyebut persoalan makan, semua tiba2 teringat
bahwa semalaman sejak siang tadi mereka belum mengisi
perut. Tidak lama setelah mereka selesai makan, dan setelah
membawa Yok Lan dan kedua anak kembar serta Peng Ah Sie
juga ke sebuah goa lain yang lebih sulit dicapai orang. Ouw
Hui mengajak Biauw Jin Hong keterowongan penyimpanan
harta Cwan Ong. Dengan kepandain mereka berdua tidaklah terlalu sulit
untuk menyingkirkan batu besar yang menyumbat mulut
terowongan tersebut. Dan sebuah pemandangan yang
mengerikan terlihat oleh mereka didalam goa itu.
Dibawah penerangan api obor yang mereka bawa,
terlihatlah tubuh manusia yang bergelimpangan. Sebagian
besar sudah tidak bernapas lagi sedangkan dua atau tiga
orang diantaranya masih merintih perlahan dan suaranya
lemah sekali. Dilihat dari luka yang mereka derita, agak nya orang yang
belum putus napas itu, juga tidak bisa hidup terlalu lama lagi.
Jelaslah kini bahwa seperti yang diduga oleh Ouw Hui
begitu Ouw Hui berlalu orang2 tersebut telah bertempur pula
dan akhirnya mereka bersama-sama menerima bencana.
Diantara yang mati mayat Posie yang tampak sangat
menyedih kan sekali. Tubuh pendeta itu penuh dengan luka bekas bacokan dan
tusukan senjata tajam. Mungkin sekali tadi setelah
ditinggalkan Ouw Hui dalam keadaan lemah dan dengan
menderita kesakitan diseluruh tubuhnya, Posie diserang ramairamai
oleh orang2 Thian Liong Bun dan lainnya.
Mungkin juga dalam menghadapi jalan buntu mereka lalu
menumpahkan amarah kepada Po sie Taisu yang mereka
anggap sebagai bibit pendatang bencana, sehingga kini
mereka harus mengalami psnderitaan seperti itu.
Walaupun Biauw Jin Hong dan Ouw Hui merupakan dua
orang jago yang telah banyak menyaksikan peristiwa-peristiwa
yang hebat dan mengerikan, tidak urung mereka jadi
menggidik juga karena suasana didalam terowongan tersebut
jadi demikian mengerikan dan seram.
Darah tampak memenuhi sekitar tempat itu dan juga bau
busuk memancar dari mayat-mayat itu, yang mulai membeku
karena dinginnya udara di dalam goa tersebut. Darah yang
telah membeku dan juga mata yang mendelik dari mayat2 itu,
membuktikan bahwa semua korban telah menemui ajalnya
dengan hati yang penasaran.
Tetapi betapapun juga itulah hukuman setimpal bagi
orang2 tamak dan jahat. Setelah dapat menenangkan
goncangan hatinya, Ouw Hui segera mengajak Kim Bian Hud
masuk melintasi mayat2 yang telah bergelimpangan tidak
keruan itu. Dan tidak lama kemudian, merekapun telah tiba di tempat
yang dituju yaitu tempat yang berada di lapis dinding, es yang
satunya. Seketika itu juga Kim Bian Hud menjatuhkan diri dan
menangis ter-isak2. "Ayah, ternyata kau disini menemui ajalmu, dicelakai oleh
kawanmu sendiri" berseru Kim Bian Hud dengan suara yang
serak diantara isak tangisnya.
Kesedihan semakin menjadi karena mengingat bahwa
dengan tidak mengetahui sebab kematian ayahnya dia telah
harus pula kehilangan seorang yang per-tama2 dianggap
sebagai musuh tetapi kemudian berbalik mendatangkan
perasaan kagum dan orang itu dianggapnya satu2nya didunia
ini yang pantas dan berharga untuk menjadi-sahabatnya.
"Ouw Hui Toako, aku mohon beribu-ribu maaf atas dosaku
" terdengar pula keluhannya. Ouw Hui ikut terharu sekali
melihat kesedihan Biauw Jin Hong, akan tetapi dia berusaha
menguatkan hatinya dan berusaha dia menghibur orang tua
itu. Bagi kedua orang kesatria yang memiliki pendirian yang
sama, memang tidak sulit untuk saling menyelami hati
masing2. Kim Bian Hud yang telah mengenal keluhuran budi Ouw It
To dan kini menjumpai pula sifat yang sama dalam diri Oui
Hui, sudah tentu saja merasa bagaikan berjumpa dengan
sahabat akrab yang sudah lama dikenalnya.
Walaupun baru beberapa jam dia berjumpa dengan
pemuda ini, namun kenyataannya dia merasakan Ouw Hui
layak menjadi sahabatnya dan berharga untuk menjadi kawan
sepengaduan nasib Sebaliknya setelah mendengar cerita
orang dan beberapa kali menyaksikan perbuatan dan jiwa Kim
Bian Hud yang luhur dan halus, yang tersembunyi dibalik
wajahnya yang kasar menyeramkan itu Ouw Hui pun sangat
menghargai orang tua itu disamping itu juga memang
merasakan bahwa Biauw Jin Hong berharga sekali untuk di
jadikan sahabatnya. Karena mensakan adanya persesuaian itu, maka tidaklah
sulit pula bagi Ouw Hui untuk menemukan kata2 yang tepat
untuk menghibur Kim Bian Hud dari kesedihan hatinya.
"Pehpeh. aku mengerti dan merasakan kesedihanmu, tetapi
soal yang lewat tidak perlu terlalu disesalkan. Baiklah, apa
yang sudah lewat itu dijadikan pengalaman dan pelajaran
untuk menempuh dihari kemudian agar kelak kita bisa
bertindak lebih waspada dan hati2 agar lebih sempurna dalam
menentukan suatu keputusan. Kita hanyalah pelaku-pelaku
dalam sandiwara peredaran jaman, tetapi juga merupakan
suatu kewajiban kita untuk berusaha menjalankan peran
sebaik-baiknya. Sederhana sekali ungkapan Ouw Hui tetapi luas dan dalam
sekali artinya. Biauw Jin Hong segera dapat memahami,
bahwa didalam ucapan itu termasuk juga pernyataan Ouw Hui
sendiri bahwa ia sudah tidak menyesalkan kematian ayah nya
dan soal balas membalas antara keluarga mereka yang sudah
berjalan lebih dari seratus tahun itu sesungguhnya berpangkal
hanya disebabkan kesalahan paham yang tidak berarti karena
sikap ceroboh dari leluhur mereka sedangkan peristiwa
peristiwa itu tidak dapat dilanjutkan tanpa adanya ketentuan
yang pasti dan memang bijaksana jika semuanya dilupakan
dan dihapus saja. Sedangkan peristiwa-peristiwa yang harus
diingat untuk dijadikan contoh, adalah pengalaman pahit atas
kecerobohan2 yang seringkali dilakukan oleh mereka maupun
leluhur mereka agar kelak mereka dapat berpikir dan
bertindak lebih bijaksana.
Sesaat lagi, mereka sudah mulai bekerja untuk
membebaskan jenazah ayah Kim Bian Hud dari lingkungan es
yang mengikatnya. Kemudian mereka juga membebaskan
tubuh Tian An Pa dari kurungan es dan menguburnya dalam
sebuah lobang besar, bersama-sama dengan mayat-mayat
nya Posie Wie Sue Tiong, To Pek Swe, Lauw Goan Ho dan
jago2 yang lainnya. Setelah menemukan dan mengambil kembali tusuk sanggul
Yok Lan dan golok pusaka Cwan ong, dengan hati-hati mereka
lalu membawa tubuh ayah Biaw Jin Hong itu keluar dari
terowongan. Dengan ikut disaksikan oleh Yok Lan dan kedua
anak kembar asuhan Ouw Hui jenazah orang tua yang malang
itu telah dikubur secara layak di atas puncak Giok Pit Hong.
Walaupun mereka sudah tidak memiliki kepentingan apa2
lagi di gunung tersebut, mereka masih harus berdiam disitu
selama beberapa hari lagi sampai Peng Ah Sie sudah dapat
berjalan. Dan karena itu, untuk memiliki tempat berteduh yang lebih
baik Biauw Jin Hong dan Ouw Hui memutuskan untuk
menempati rumah Touw Sat Kauw yang sudah dikosongkan
penghuninya. Setibanya didalam rumah, Yok Lan tiba teringat akan Khim
jie yang kini entah bagaimana nasibnya.
Selama beberapa saat yang lalu dia telah melupakannya
tetapi kini disaat badai dan topan telah berlalu dia jadi teringat
kepada pelayannya yang setia itu.
Tetapi tidak sulit untuk menemukan Khim jie, pelayan
cerewet itu ternyata menggeletak ditempat jatuhnya tadi
setelah ditotok oleh Posie Taisu.
Setelah dibebaskan, dia segera bangkit mulutnya segera
juga telah terbuka lebar memaki panjang lebar yang ditujukan
kepada Posie Taisu Saat itu tubuhnya masih terasa kaku tetapi
lidah nya ternyata sudah segera bisa bergerak dengan lancar.
Bagaikan hujan deras meluncurlah pertanyaan tanpa
menantikan jawaban satu persatu, sampai disuatu saat, sambil
tertawa cekikikan karena merasa lucu dan geli, dia telah
bertanya kepada nona majikannya: "Siocia, baju siapa yang
kau pakai " Kukira .... aku masih bisa ikut masuk bersama
didalam baju itu" Memang disaat itu Yok Lan masih mengenakan pakaian
Ouw Hui yang berukuran sangat besar, keruan saja jadi
kebesaran untuk sigadis yang bertubuh kecil semampai itu.
Karena terjadinya peristiwa2 hebat tadi, maka tidak
seorangpun memperhatikan kejanggalan2 itu, sedangkan Ouw
Hui dan Yok Lan juga telah melupakan pakaian itu.
Kini setelah Khim jie yang nakal itu berkelakar demikian,
barulah Yok Lan sadar dan dengan sikap yang agak malu-malu
dia segera mengajak pelayannya yang cerewet itu masuk ke
dalam untuk salin pakaian.
Rumah Tauw Sat Kauw ternyata sudah di kosongkan
benar2 tidak terlihat seorang manusia pun juga.
Karena itu, mereka dapat memilih kamar semaunya untuk
beristirahat. Dengan tenang lima hari setelah lewat dan sementara itu
luka2 Peng Ah Sie sudah sembuh sebagian besar.
Kim Bian Hud menetapkan agar keesokan harinya mereka
berlalu dari rumah itu. Kini dia menghendaki agar mereka tidak berpisah lagi,
katanya semua itu hanya sekedar untuk menepati janjinya
kepada ibu Ouw Hui tetapi sesungguhnya orang tua yang
hebat kepandaiannya itu memang memiliki maksud lain yang
tertentu dan telah direncanakan dalam hatinya.
Selama berdiam lima hari dirumah Touw Sat Kauw, Biaw
Jin Hong telah memperoleh banyak kesempatan untuk
memperhatikan sifat sifat Ouw Hui dan mendengarkan
ceritanya tentang pengalaman2nya sejak kecil.
Semakin kagumlah dia jadinya dan dalam hatinya timbullah
keyakinan bahwa pemuda itu adalah pasangan yang paling
sesuai dan setimpal untuk bersanding dengan puterinya.
Semula dia masih khawatir jika Ouw Hui sudah memiliki
pilihan sendiri, maka dengan sangat berhati-hati sekali, Biauw
Jin Hong telah menanyakan apa rencana selanjutnya dari Ouw
Hui dalam hal berumah tangga untuk memperoleh keturunan.
Dan Biauw Jin Hong bersedia jadi wali Ouw Hui jika sudah
memiliki pilihan. Pertanyaan itu tentu saja membuat Ouw Hui jadi gugup
dan malu sekali. Memang benar dia sudah memiliki pilihan hati, yaitu Yok
Lan, tetapi bagaimana dia bisa menyatakannya langsung.
Karena itu, setelah mengucapkan beberapa kata yang tidak
jelas, dia menyatakan bahwa sampai disaat dia telah berada di
Soat hong-sancung beberapa hari yang lalu, dia masih bebas,
belum terikat oleh tali cinta. Dan setelah berdiam beberapa
hari di Soat hong San cung (Perkampungan di puncak gunung
salju) barulah dia memiliki pilihan hati.
Tentu saja, jawaban yang diberikan Ouw Hui sangat
menggembirakan hati Biauw Jin Hong tetapi hasratnya
menjodohkan puterinya dengan Ouw Hui segera
diutarakannya. Keesokan harinya ramai-ramai mereka turun gunung
tersebut untuk kemudian menempuh perjalanan ke selatan.
Tujuan mereka yang pertama-tama ialah kota Cong Ciu di
Holam. Tahun itu tiba waktunya bagi Ouw Hui untuk
mengunjungi kuburan kedua orang tuanya, sesuai dengan
kebiasaannya untuk berziarah setiap tiga tahun sekali.
Perjalanan dari pegunungan Tiang Pek San ke Holam
memang cukup jauh. Terlebih pula karena kesehatan Peng Ah Siei belum pulih
keseluruhannya, maka tidak dapat mereka melakukan
perjalanan cepat2. Dan setelah lebih dari sebulan mereka baru memasuki
wilayah propinsi Holam. Disamping segala kesulitan itu mereka juga menghindari
kota2 besar dan jalan2 raya yang ramai dilalui orang agar
tidak mengalami kerewelan sehingga perjalanan mereka
menjadi lebih lambat dari semestinya.
Satu setengah bulan kemudian, tibalah mereka di Congciu,
selama dalam perjalanan itu, Biauw Jin Hong telah
memperoleh kenyataan bahwa Ouw Hui sangat
memperhatikan segala kepentingan Yok Lan, sebaliknya Yok
Lan juga selalu mementingkan keperluan dan kesenangan


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ouw Hui Walaupun Biaw Jin Hong sendiri bukan seorang yang
berpengalaman dalam hal asmara, namun sebagai seorang
tua, tahulah dia apa namanya gejala2 seperti itu. Kini tahulah
Biauw Jin Hong mengapa Ouw Hui membawa sikap malu2
ketika hendak menjawab pertanyaannya mengenai
perkawinan dan apa yang dilihatnya sekarang benar-benar
menggembirakan hatinya. Ternyata sekali angan2 dan
harapannya yang selama ini dikandungnya, rupanya akan
terkabul. Hari sudah gelap, ketika mereka sampai di Cong ciu maka
ziarah kekuburnya ayah ibu Ouw Hui itu harus ditunda sampai
keesokan harinya. Malam itu mereka menginap di penginapan
satu2 nya di kota kecil itu, ialah penginapan dimana Ouw Hui
dilahirkan dua puluh tujuh tahun yang lalu dan dimana Peng
Ah Sie telah bekerja di waktu kecilnya dengan mengalami
kegetiran hidup sebagai pelayan miskin. Dapat dimengerti
bahwa kedua orang itu menjadi sedih karena teringat akan
penderitaan masing2 yang memiliki hubungan rapat sekali
dengan rumah penginapan tersebut.
Tidaklah terlalu mengherankan jika malam itu mereka tidak
dapat tidur sekejap matapun.
Juga bagi Biauw Jin Hong penginapan itu menimbulkan
kenangan2an yang membuatnya risau dan hatinya rawan,
sehingga dia tidak dapat tidur. Terbayang juga dipelupuk
matanya, bagaimana dipekarangan rumah penginapan itu dia
telah bertempur mati-matian selama lima hari melawan Ouw It
To dan menyusul juga dia teringat lagi akan perkenalannya
dengan wanita yang kemudian menjadi isterinya, yaitu ketika
dia tengah melakukan perjalanan ke Congciu untuk
menjenguk makam Ouw It To suami istri. Akhirnya dia tidak
dapat berdiam lagi di dalam kamarnya dan keluarlah dia untuk
mencoba menguasai dan menindih perasaannya yang
tergoncang itu dengan, berjalan jalan diantara hembusan
angin malam yang sejuk. Malam itu jatuh ditanggal satu bulan lima. Di langit terlihat
rembulan dan kota kecil itu terbenam dalam kegelapan.
Sursma gelap suram seperti itu tentu saja semakin menindih
dan menyiksa hati Biauw Jin Hong yang selalu diganggu oleh
kenang2an getir dimasa lalunya.
Setelah sekian lama mundar mandir akhirnya dia
memutuskan untuk masuk ke kamarnya.
Sambil menghela napas, dia sudah berbalik dan hendak
melangkah kembali ke dalam penginapan itu, ketika tiba-tiba
telinganya yang sudah terlatih mendengar bunyi langkah kaki
orang di atas genting. Bunyi itu sanhat perlahan sekali, hampir sama sekali tidak
terdengar, karena lebih ringan dari jatuhnya sehelai daun
kering. Tetapi berhubung pendengaran Biauw Jin Hong
memang terlatih sangat baik, maka dia telah berhasil
mendengarnya dengan jelas.
Setelah memandang sekelilingnya, dia segera melompat ke
atas genting. Sekitar tempat itu sunyi dan gelap sekali. Dari
tempat mengintainya dia melihat sesosok bayangan melintasi
wuwungan menuju ke arah kamarnya, kemudian terlihat pula
sesosok tubuh lain yang menyusul.
Dengan penuh kewaspadaan, dia mengikuti kedua
bayangan tadi. Berkat kepandaiaannya yang sudah tiada
taranya, dia dapat mendekat tanpa mereka ketahuinya.
Kedua tamu tidak diundang itu ternyata bukan hanya
menuju ke kamarnya, tetapi juga ke kamar sebelah yang
ditempati Ouw Hui. Semakin memperhatikan gerak gerik
mereka itu, Biauw Jin Hong jadi semakin curiga dan dia
bersiap untuk membekuk kedua orang itu, jika saja mereka
memang mengandung maksud yang baik. Tetapi sebelum
turun tangan dia hendak memperoleh kepastian dulu tentang
tujuan mereka. Sesaat kemudian bayangan yang pertama telah melompat
turun dan mendekati jendela.
Tepat di saat itu pula bayangan yang kedua telah
menubruk dari atas dan menyerang dengan hebat kearah
sosok bayangan pertama tadi.
Yang diserang ternyata memang cukup gesit dan memiliki
ilmu yang tidak lemah, dengan mudah dia telah menangkis
serangan itu dan ke uanya segera terlibat dalam suatu
pertempuran yang cukup seru dan menimbulkan angin
pukulan yang men-deru2 membuktikan bahwa mereka
memiliki tenaga serangan yang luar biasa.
Kini Biauw Jin Hong tidak dapat bersabar lagi. Salah
seorang dari kedua orang itu tentu saja dua orang lawan.
Tetapi dalam kalangan rimba persilatan sering terjadi
peristiwa aneh, maka sebelum memiliki bukti dia tidak bisa
menentukan siapa dian-tara mereka yang datang dengan
maksud buruk Di samping itu dia juga khawatir jika kedua orang itu masih
akan disusul oleh kawan2nya yang lain pula, karena bukankah
mereka datang dengan cara saling susul seperti tadi " Dan
kemungkinan besar di belakang masih terdapat kawan2
mereka. Karena pertimbangan2 seperti itu, maka Biauw Jin Hong
memutuskan untuk lebih dulu membuat kedua orang itu tidak
berdaya, kemudian baru memeriksa mereka seorang demi
seorang Demikianlah ketika kedua orang itu hendak bertempur,
tiba2 melayang sesosok tubuh yang turun dengan cepat sekali
karena sosok bayangan itu tidak lain dari Biauw Jin Hong
sendiri. Dia melayang ke arah kedua orang itu disertai dengan
serangan menotok dengan cepat ke arah jalan darah Ki Kut
Hiat dibahu mereka, Sesungguhnya kedua orang itu bukan orang sembarangan
yang memang memiliki ilmu cukup liehay, tetapi karena
mereka tidak menduga sama sekali akan diserang demikian
rupa oleh Kim Bian Hud dan juga kepandaian Kim Bian Hud
memang sudah sempurna sekali, tidak mengherankan tanpa
memberikan perlawanan lagi keduanya segera rubuh terkulai
tidak berdaya dan telah menjadi korban totokan Kim Bian Hud.
Tepat disaat itu jendela kamar Ouw Hui telah terbuka dan
terdengar suaranya yang per...
Oooo hal 26-27 hilang oooO
....apa kau hendak mencegah aku melaksanakan maksudku ?"
Dan serentak itu pula, keduanya telah bersiap2 hendak
saling menerjang pula, tetapi Biauw Jin Hong dan Ouw Hui
memegang mereka kuat2 sehingga keduanya tidak bisa
terlepas. "Jiewie, sabarlah dulu sebaiknya kita bicaj ra secara
tenang. Agaknya ada salah paham diarj tara kalian. Mari,
duduklah kalian dan bicaralah] dengan sabar agar persoalan
ini menjadi terang dan jelas" bujuk Ouw Hui.
"Ciong Lotoa, coba kau ceritalah dulu" kata Biauw Jin Hong,
setelah kedua orang itu berhasil dibujuk untuk tidak saling
menerjang1 dan menyerang.
"Secara kebetulan sekali, kami bertiga bersaudara
mendengar tentang maksud pemerintah penjajah untuk
memasang perangkap menjebak kalian. Ketika itu kami berada
di Pakkhia dan dari kawan2 disana kami mendengar tentang
perisiapan mereka. Karenanya kami lalu terus menerus
mengikuti melakukan pengintaian dan ketika rombongan
siewie kelas satu itu berangkat keselatan, kami terus
mengikutinya. Tujuan mereka ternyata kota kecil ini, dimana
menurut keyakinan mereka kalian tentu akan datang. Entah
dengan cara apa mereka dapat mengetahui bahwa kalian
tentu akan kemari dalam beberapa hari ini tetapi
kenyataannya memang dugaan mereka benar dan tidak
meleset sedikitpun juga" Tiauw Bun mulai dengan ceritanya.
"Dengan mengikuti terus untuk mengawasi gerak-gerik
mereka sepanjang jalan, kami mengetahui bahwa bangsat
itulah yang memimpin rombongan kuku garuda rersebut ..."
"Bangsat apa " Kau sendiri yang bangsat!" memotong Tiat
Ciauw dengan mata mendelik.
"Sabarlah, Ciu Toako. Dan kau, Ciong Toako harap jangan
menyebutnya dengan kata2 bangsat lagi" ujar Ouw Hui sambil
tertawa, "Nah, coba lanjutkan ceritamu"
"Begitulah, setelah tiba disini, setiap hari kami melakukan
pengawasan dan pengintaian secara bergilir. Setelah
seminggu tidak terjadi apa2 dan malam ini, tadi ketika aku
menggantikan Lo san melakukan tugas mengawasi gerak-gerik
mereka, kulihat sesosok bayangan keluar dari tempat
penginapan mereka, yaitu dibagian belakang gedung Tiekoan.
Aku jadi curiga, maka aku telah mengikutinya. Bayangan itu
ternyata dia adanya dan tujuannya adalah penginapan ini.
Ketika tadi aku melompati tembok belakang, kulihat si putih
kudamu maka aku mengerti bahwa kalian sudah tiba.
Karenanya aku jadi semakin curiga Kulihat dia melintasi
wuwungan, kemudian mengintai kedalam sejenak dan segera
turun ke bawah. Aku yakin bahwa dia sudah menemukan
kamar salah seorang dari kalian dan segera turun tangan
menyerang. Aku tak sabar pula maka segera aku
menyerangnya . . . "Tahu apa kau " Mengapa tidak keruan juntrung kau
menyerang diriku tanpa menyelidiki dulu maksudku" menyetek
Tiat Ciauw. "OuwToako rombongan pengawal dari kota raja
itu memang dipimpin olehku. Aku telah mendapat perintah
dari atasan. Tetapi sebagai seorang yang telah berhutang
budi demikian besar dari kau, Ouw Toako maka mana bisa aku
berlaku begitu rendah dan keji untuk mempersulit kalian "
Terlebih lagi dengan kepandaianku yang demikian terbatas
dan sebawahanku yang lebih2 tidak punya guna apa yang
sesungguhnya dapat kami lakukan?"
"Malam ini aku mendengar laporan dari mata2 yang
kupasang di kota ini bahwa kalian sudah tiba, maka cepat2
aku kemari untuk memberikan bisikan disamping itu juga
sekalian merundingkan bagaimana kita harus mengatur siasat
agar Ouw Toako tidak usah repot dan aku sendiri tidak perlu
kehilangan nama dan sesuap nasi"
Ternyatalah kini bahwa Tiauw Bun dan.Tia Ciauw
kedua2nya tidak melupakan budi Ouw Hui Dan kini hendak
membuktikan bahwa mereka masing2 memang laki2 sejati
yang tidak takut menempuh bahaya untuk membalas budi
yang pernah diperolehnya dari Ouw Hui.
Setelah persoalannya menjadi jelas, sejenak Tiauw Bun dan
Tiat Ciauw saling memandang dengan sikap ke-malu2an- Lalu
keduanya tertawa gelak2 dan saling meminta maaf.
Dengan lenyapnya ganjelan dan kecurigaan karena salah
paham itu, mulailah mereka berunding.
Peristiwa mengamuknya Kim Bian Hud di penjara istana
untuk menolongi Hoan Pangcu telah menggemparkan seluruh
kota raja dan martabat pemerintah Boan telah merosot
karenanya Sebelum lewat sebulan, disaat kegemparan itu belum
mereda, telah datang pula berita tentang gagalnya disaat Say
Congkoan digunung Giok Pit Hong, dan rupanya berita itu
masih kurang mengejutkan, sebab beberapa hari kemudian
telah datang pula berita yang lebih mengejutkan yaitu
mengenai kematian Say Congkoan dan kedua belas siewie
kelas satu, ber-sama2 dengan jago2 undangan mereka, yaitu
Leng Ceng Kiesu dan lainnya sehingga berita itu telah
merupakan berita yang menggemparkan disamping nama Kim
Bian Hud semakin mengorbit menjadi sangat terkenal dan
menjadi bahan cerita yang telah membuktikan bahwa Kim
Bian Hud memang tiada tanding di dunia ini. Bahkan ada juga
yang menduga bahwa Kim Bian Hud bukan manusia,
melainkan setengah dewa karena walaupun dikepung jago
berkepandaian tinggi dalam jumlah begitu banyak,
kenyataannya dia masih bisa melayaninya dengan baik dan
bahkan membasmi jago2 itu tanpa Biauw Jin Hong sendiri
menemui cidera sedikit juga.
Dapatlah diperkirakan betapa gusar dan murkanya Kaisar
Kian Liong ketika menerima laporan seperti itu.
Disamping Ang Hwa Hwe kini telah ada lagi yang berani
menentang kekuasaannya. Dan begitu mudah orang2 yang
menjadi jago2 kepercayaannya telah terbinasa ditangan Kim
Bian Hud Dan yang lebih memalukan lagi Kim Bian Hud telah
mengacau di kota raja dengan apa yang pernah dilakukan
oleh Ouw Hui sembilan tahun sebelumnya. Kedua jago itu
Biauw Jin Hong dan Ouw Hui seperti juga ingin mengejek dan
memperlihatkan ketidakmampuan pemerintah Boan. Segera
diperintahkannya agar kedua jago hebat yang harus
mempertanggung jawabkan kematian Say Congkoan itu
ditangkap, dengan jalan apapun juga maupun dengan
pengorbanan berapa besar yang dibutuhkan. Kaisar
menghendaki Biauw Jin Hong dan Ouw Hui baik hidup
maupun dalam keadaan mati.
Sejak kegagalan Say Congkoan sebanyak dua kali
melaksanakan tugasnya, kepercayaan pemerintah terhadap
kesanggupan dan kemampuan para siewie bangsa Boan telah
goyah, terutama untuk menghadapi jago2 hebat seperti Ouw
Hui dan Kim Bian Hud. Sebaliknya, sejak peristiwa pengacauan Ouw Hui sembilan
tahun yang lalu nama pengawal2 Hok Kong An yang hampir
keseluruhannya terdiri dari orang2 Han, telah memperoleh
nama yang baik dihati kaisar Kian Liong dan memper oleh
penghargaan yang setinggi-tinginya dari kaisar.
---ooo0dw0ooo--- SESUNGGUHNYA jago2 seperti Ciu Tiat Ciauw dan sute2nya
bukanlah sebangsa manusia-manusia jahat dan bermartabat
rendah. Terlebih pula setelah mengalami pil pahit di tangan
Ouw Hui dan Wang Seng, keangkuhan mereka telah lenyap.
Dan akhirnya mereka sering kali menghubungi dan mengikat
tali persahabatan d ngan orang2 Kang ouw bahkan seringkali
secara diam2 mereka memberikan bisikan jika seseorang jago
rimba persilatan menghadapi ancaman bahaya dari pihak
perintah Boan. Oleh sebab itulah maka dalam melakukan tugas selama
bertahun-tahun terakhir itu, mereka tidak pernah mengalami
kesulitan yang berarti apa2. Dalam anggapan pemerintah
Boanceng, semua itu hanya disebabkan mereka ditakuti dalam
lingkungan Bulim ( rimba persilatan ), berkat ketrampilan dan
kepandaian mereka yang sangat tinggi serta sempurna.


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekarang ini untuk menangkap kedua jago yang
menggemparkan seluruh rombongan dengan dibantu oleh
seorang Boan yang menggantikan ke dudukan Say Congkoan
sebagai komandan pengawas dan pengawal istana kaisar.
Nama pengganti Say Congkoan itu Halutu dan rombongan itu
memiliki kekuatan seratus orang jago pilihan, lima puluh
siewie dari istana Hok Kong An yang hampir keseluruhannya
orang Han dan lima puluh orang jago istana kaisar yang
sebagian besar berkebangsaan Boan.
Pemerintah Boanceng memiliki maksud tertentu dengan
mengirimkan rombongan yang terdiri dari jago2 campuran itu.
Tiat Ciauw dan orang2 sebawahannya memang sudah
banyak berjasa kepada pemerintah Boan, tetapi Kaisar Kian
Liong masih belum yakin secara mutlak akan kesetiaan
mereka. Maka diikuti sertakannya Halutu dan orang2 sebawahannya
itu agar pihak yang satu dapat menambah kekurangan dari
pihak yang lainnya, sedangkan pihak Tiat Ciauw berarti ada
yang mengamat-amati dengan cermat.
Demikianlah cerita yang diberikan oleh Tiat Ciauw
mengenai latar belakang gerakan yang dipimpinnya yang
semuanya terdiri dari jago2 pemerintah Boan tersebut.
Hanya saja mengenai sebab musabab pemerintah dapat
meramalkan bahwa Kim Bian Hud tentu akan berkunjung ke
Congciu, dia tidak dapat memberikan keterangan karena
memang dia sendiripun tidak mengetahui dari sumber mana
Kaisar Kian Liong bisa mengetahui mengenai perihal itu.
Dengan setiap gerak-geriknya selalu diawasi Halutu, maka
memang cukup sulit bagi Tiat Ciauw untuk menghindarkan
pertemuan antara rombongan siewie dengan rombongan Kim
Bian Hud. Jika tidak lebih dulu memberikan bisikan dengan
menjumpai Ouw Hui secara diam2 dan mengatur siasat ber
sama2 maka pertemuan itu sulit dielakkan. Untuk mencapai
maksudnya itu, dia telah menempatkan seorang mata2 di
dekat penginapan, yang harus segera memberi laporannya
jika rombongan Ouw Hui sudah tiba di kota kecil tersebut.
Waktu memperoleh berita mengenai kedatangan Ouw Hui,
cepat2 dia pergi ke penginapan di mana Ouw Hui dan Kim
Bian Hud berada, untuk menjumpai mereka dan ingin
berunding mencari jalan keluar yang baik agar dapat
mengelakkan pertempuran diantara mereka
Kepada Halutu dan jago2 yang lainnya dia mengatakan
hendak melakukan pengintaian ditempat musuh, sambil
mencegah mereka mengikutinya dengan alasan bahwa
musuh2 itu sangat hebat sekali kepandaiannya, dan
kemungkinan pula mereka lebih hebat kepandaiannya dari
yang di duganya. Dengan berkawan banyak mendatangtempat
musuh, tentu saja gerak-gerik mereka jadi kurang
lelusa dan sekali saja mereka melakukan kesalahan kekil tentu
musuh akan curiga dan berwaspada, sehingga rencana
mereka akan berantakan. Semua siewie itu mengetahui bahwa diantara mereka
hanya Tiat Ciauw yang berkepandaian tertinggi dan ilmu
meringankan tubuhnya memang sangat sempurna.
Karena itu, akibat dari keterangan Tiat Ciauw, mereka telah
menganggap sangatlah beralasan jika Tiat Ciauw ingin
melakukan penyelidikan ke tempat lawan hanya seorang diri.
Setelah mengetahui semua peristiwa itu, di antara Ouw Hui
dengan Tiat Ciauw telah diatur siasat, dimana agar malam itu
juga Kim Bian Hud dan rombongannya secara diam
menyingkir kesebuah kuil rusak, kurang lebih lima lie dari kota
yang selama beberapa hari itu telah dipergunakan sebagai
tempat meneduh oleh Ciong Sie Sam Hengte ( tiga bersaudara
Ciong ) Kemudian menjelang fajar Tiat Ciauw akan mengirim
bawahan nya untuk mengepung dan menyergap penginapan
itu Selanjutnya setelah sergapan yang tidak berhasil itu,
dengan mengemukakan alasan bahwa musuh yang mereka
incar itu sudah melarikan diri sehingga tidak ada gunanya
berdiam lebih lima di situ, Tiat Ciauw akan memberikan saran
agar Halutu mau berangkat, meninggalkan kota Congciu dan
kembali ke kota raja. Dengan demikian keesokan harinya Kim Bian Hud dan Ouw
Hui. dapat berziarah ke kuburan Ouw It To suami istri tak
khawatir lagi. Dan jika Ouw Hui dan Biaw Jin Hong me nyetujui usul dan
siasat itn bukan disebabkan mereka takut menghadapi
rombongan siewie tersebut. Sebagai jago yang bijaksana dan
berpikir luas mereka mengakui bahwa cara itulah memang
yang terbaik untuk kedua belah pihak menghindarkan diri dari
segala macam kepusingan yang tidak ada artinya.
Dengan demikian Tiat Ciauw tidak akan kehilangan nama
nama dan kedudukannya. Bagi pihak Kim Bia Hud dengan
adanya Tiat Ciauw di Pakkhia yang menjabat kedudukan tinggi
serta penting memang memiliki manfaat yang tidak kecil.
Dari itu menjelang tengah malam ketika mereka telah
selesai berunding mengatur siasat, maka Tiat Ciauw
berpendapat bahwa waktu untuk berpindahnya rombongan
Kim Bian Hud sudah tiba dan sangat mendesak sekali. Dia
menganjurkan agar mereka tidak mem-buang2 waktu lagi dan
dia sendiri akan segera kembali ke tempat penginapan
pasukannya yaitu di belakang gedung Tiekoan.
Tiat Ciauw sudah hendak berlalu ketika tiba2 terdengar
suara berkeresek yang perlahan sekali diatas genting dan
menyusul itu empat batang pisau terbang menyambar dari
luar jendela-Itulah suatu peristiwa yang tiba2 sekali terjadinya
yang tidak pernah diduga oleh mereka.
Ketika hendak bertolak dari Pakkhia, Halutu telah
memperoleh perintah rahasia dari Kaisar Kian Liong untuk
memperhatikan dan mengamat amati gerak gerik Tiat Ciauw
maupun kawan-kawannya. Sesuai dengan perintah itu, maka ketika Tiat Ciauw
mengatakan hendak melakukan penyelidikan di tempat lawan
dia hanya mengangguk menyatakan persetujuannya. Tetapi,
dengan diam2 dia kemudian menyusul dan mengikuti secara
diam-diam di belakang Tiat Ciauw.
Dan kedatangan Halutu bertepatan dengan tertawannya
Tiat Ciauw dan Tiauw Bun oleh Biauw Jin Hong, sehingga dia
dapat mendekati tempat itu tanpa ada yang mengetahui.
Seluruh percakapan di dalam kamar Ouw Hui telah
didengarnya dengan jelas.
Di dalam hatinya dia mengutuk Tiat Ciauw dan memuji
Kaisar Kian Liong yang ternyata sudah dapat menerka dengan
jitu akan terjadinya pengkhianatan seperti itu.
Disamping itu Halutu juga jadi girang sekali. Kini dia
melihat suatu kesempatan untuk membuat jasa dan
mengangkat nama sekalian memuaskan hatinya yang merasa
iri dan sirik terhadap Tiat Ciauw.
Walaupun dia tidak pernah mengatakan apa2
sesungguhnya dia tidak puas melihat Tiat Ciauw yang diangkat
menjadi pemimpin rombongan itu, Di dalam hatinya dia tidak
percaya bahwa Tiat Ciauw berkepandaian jauh lebih tinggi dari
ke-kepandaiannya sendiri, bahkan menurut keyakinan nya
justru dia yang jauh lebih hebat dari Tiat Ciauw.
Mengenai Bian Hud dan Ouw Hui, dia hanya mendengar
dari cerita orang. Kini dia melihat bahwa yang seorang tampaknya seperti
seorang yang berpenyakitan kurus dan pucat sedang yang
seorang lainnya hanyalah seorang pemuda desa yang
bermuka kasar. Halutu tidak percaya bahwa kedua orang itu yang
keadaannya seperti itu, bisa memiliki kepandaian yang sangat
tinggi seperti cerita rekan2nya yang kembali dari Soat Hong
Sancung dalam keadaan yang menyedihkan, dan diam2
Halutu hanya menganggap bahwa justru rekan-rekannya
itulah yang tidak punya guna dan sengaja bercerita dengan
berlebihan ditambahi bumbu di sana sininya untuk menutupi
malunya sendiri dan melindungi nama mereka dari
kehancuran. Dan memang sungguh malang orang yang tidak tahu diri
seperti Halutu, karena bukannya dia berhasil mendirikan
pahala dan jasa untuk pemerintahnya dan juga bukannya dia
memperoleh nama harum tetapi sebaliknya dari angan2nya
yang terlampau muluk itu, tindakannya justru akan
mendatangkan bencana hebat baginya.
Setelah mendengar seluruh percakapan didalam itu, dia
berpendapat bahwa saatnya untuk bertindak sudah tiba.
Tangannya meraup kedalam saku senjata rahasianya.
Dengan menggenggam beberapa batang piauw, dia kemudian
melompat turun dan melontarkan sekian banyak senjata
rahasia itu kedalam kamar lewat jendela yang terbuka itu.
Menurut perhitungannya, dengan mempergunakan
kelengahan dari ke empat jago itu setidak-tidaknya dia akan
dapat merubuhkannya beberapa orang diantara mereka.
Dengan demikian pekerjaannya tentu saja jadi jauh lebih
ringan dan dapat melaksanakan tugasnya lebih mudah.
Sebagai orang Boan umumnya dimasa itu Halutu pun selalu
menganggap dirinya jauh lebih sempurna dari orang2 Han.
Karena kecongkaan dan kesombongannya ituah dia terlalu
meremehkan kegagahan orang2 yang tengah diincarnya itu
dan dia yakin benar bahwa dia akan berhasil dengan baik.
Namun alangkah terkejutnya dia ketika tepat di saat
kakinya menyentuh bumi. se-konyong2 dua batang piauwnya
sendiri melayang kembali dan menghajar dada dan
pinggangnya. Ketika serangan gelap Halutu itu dilancarkan, Tiat Ciauw
dan Tiauw Bun sedang berpamitan dari kedua tuan rumah dan
punggung mereka menghadab ke jendela.
Tetapi sebagai jago2 yang memiliki kepandaian sangat
tinggi, serangan tiba-tiba itu tidak membuat mereka menjadi
gugup. Dengan menjatuhkan diri bergulingan dilantai, mereka
dapat menghindarkan diri dari serangan piauw itu.
Dua batang piauw yang meluncur ke arah Ouw Hui dan
Biauw Jin Hong juga tidak berhasil mengenai sasarannya.
Mereka yang kebetulan tengah menghadap ke arah jendela
dengan mudah dapat menangkap kedua senjata rahasia
tersebut dan melontarkannya kembali kepada penyerang.
Halutu adalah seorang akhli gwakhe, yang telah menguasai
ilmu weduk Tiat Pau San. Walaupun pengambilan piauw dari dalam kamarr itu jitu
sekali mengenai dada dan pinggangnya, dia tidak rubuh hanya
merasa kesakitan. Tetapi sesaat kemudian dia sudah
Lembah Nirmala 6 Han Bu Kong Karya Tak Diketahui Pendekar Bloon 16
^