Pencarian

Si Rase Hitam 2

Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung Bagian 2


melompat masuk dengan gerakan yang gesit sekali.
Dan disaat itu, walaupun Halutu telah melihat sendiri
betapa hebatnya kepandaian lawan2nya itu, namun
kenyataannya Halutu sama sekali tidak menyadarinya bahwa
dirinya bukanlah tandingan dari lawan2nya yang
berkepandaian hebat Dia tetap saja telah melompat masuk melancarkan
serangan mengandalkan ilmu weduk yang dimilikinya, serta
keampuhan tenaga pukulannya.
Kedatangan Halutu disambut Biauw Jin Hong sedang Ouw
Hui dan lainnya berdiam di pinggir
Ouw Hui dan kawan2nya mengetahui bahwa sebagai
seorang jago yang ternama seperti Biauw Jin Hong merasa
terhina jika mereka membantu,
Terlebih lagi yang harus dihadapi itu hanya seorang belaka
dan dalam hatinya, Ciu Tiat Ciauw ingin sekali turun tangan
untuk cepat2 membinasakan Halutu, karena dia sadar bahwa
kedudukan nya yang sangat tinggi itu terancam bahaya.
Jika memang Halutu dapat meloloskan diri dia tentu akan
dituduh sebagai penghkianat dan dia di-kejar2 pemerintah
Boan. Jika dapat ingin sekali dia cepat2 menghabiskan riwayat
Halutu untuk menutup mulutnya.
Tetapi setelah Biauw Jin Hong mendahului dia terpaksa
mengekang hasratnya, Kim Bian Hud adalah seorang yang telah menepai tingkat
tertinggi dalam bidang ilmu silat.
Kepandaiannya dalam ilmu Iwekhe dan gwakhe sudah
sangat sempurna sekali dan ilmu weduknya yang disebut Kim
Ciong To juga jarangi ada tandingannya.
Jika ingin dibandingkan dengan Halutu, jelaslah bahwa
kepandaiannya masih dua atau tiga tingkat lebih tinggi, tetapi
didalam pertempuran itu dia memang sengaja hendak
bertanding mempergunakan ilmu gwakhe.
Dengan sama2 mengandalkan ilmu weduk, mereka
mengutamakan serangan dan hanya menangkis jika musuh
menyerang kepala. Ramai sekali pertempuran itu, pukulan2 dahsyat ke arah
tubuh lebih banyak dibiarkan dan dibalas dengan pukulan
pula. Jelaslah bahwa dalam ilmu mengerahkan tenaga kasar itu
keduanya berimbang, tetapi mengenai kelincahan Kim Bian
Hud tetap jauh melebihi lawannya.
Karena itu Kim Bian Hud bisa lebih banyak melancarkan
pukulan, sedangkan Halutu lebih banyak menerima pukulan
hanya dapat melancarkan pukulan sekali2 saja.
Walaupun adanya kemenangan diatas angin seperti itu,
tetapi dengan cara bertempur mereka seperti itu tentu saja
sulit bagi Kim Bian Hud untuk memperoleh kemenangan di
dalam waktu yang sangat singkat.
Onw Hui dan Tiauw Bun menyaksikan dengan kagum,
sebaliknya Tiat Ciauw merasakan bagaikan menginjak ribuan
jarum. Tiat Ciuw sadar kalau pertempuran itu ber-larut2 sehingga
kawan2 Halutu datang, rahasianya akan bocor, wraaupun
Halutu akhirnya dapat dirubuhkan Biauw Jin Hong dan mati.
Akhirnya karena tidak sabar lagi, Tiat Ciauw berteriak
nyaring: "Biauw Taihiap janganlah mengasihani dia,
kasihanilah aku" Teriakan yang bernada memohon itu menyadarkan Biauw
Jin Hong akan bahaya mengancam orang she Ciu tersebut.
Dia mengakui dalam pertempuran tidak boleh murah hati
kepada lawan. Segera juga dia merobah cara bertempurnya dan cara
serangan2nya. Setiap pukulan disertai dengan pengerahan tenaga dalam.
Ilmu weduk memang sukar ditembus dengan serangan tenaga
kasar, tetapi tidak bisa bertahan lama terhadap serangan yang
menggunakan tenaga Iwekang. Cepat atau lambat kekebalan
itu tergantung tenaga Iwekang penyerangnya. Menghadapi
serangan Iwekang Bian Hud, kekebalan Halutu hanya dapat
bertahan sesaat saja dan pecah setelah menerima pukulan
beberapa kali rubuhlah dia tertotok Taiyanghiatnya.
Walaupuu Kim Bian Hud tidak mengeluarkan seluruh
tenaga dalamnya cukuplah totokannya itu di jalan penting
untuk membuat Halutu terluka berat dan kepindaiannya
musnah sama sekali. Setelah merubuhkan lawannya, Kim Bian Hud melompat
mundur. Dia tidak tega menurunkan tangan untuk
menghabiskan jiwa Halutu.
Ciu Tiat Ciauw tak sabar lagi, sambil berseru memintakan
maaf kepada Biauw Jin Hong melompatlah dia kepada Halutu
dan menghabiskan jiwanya dengan menotok Toa Tui Hiatnya.
Dengan persetujuan semua orang mayat Halutu
ditinggalkan menggeletak di lantai itu.
Tiat Ciauw segera berpamitan dan bersama Tiauw Bun
kembalilah dia ke gedung Tiekoan.
Tiat Ciauw masuk mempersiapkan sebawahannya untuk
mengadakan pengepungan. Tiauw Bun cepat2 mencari adiknya dan mengajaknya
menyongsong rombongan Kim Bian Hud
Semua berjalan lancar. Orang2 yang hendak ditawan sudah
lenyap, tetapi di dalam kamar itu dijumpai mereka mayat
Halutu dan mereka menarik kesimpulan bahwa Halutu
dipergoki lawan dan dibinasakan, yang kini telah melarikan
dirii Sedikitpun mereka tak menduga bahwa semua itu akalah
hasil pekerjaan pemimpin mereka
Setelah para siewie hari itu juga berangkat kembali ke
Pakhia barulah keesokan harinya Biauw Jin Hong mengajak
seluruh rombongannya yang kini bertambah tiga orang
bersaudara she Ciong itu berziarah kemakam Ouw It To.
Waktu mereka tiba di tempat yang di tujui itu semua orang
terkecuali Peng Ah Sie dan kedua anak kembar telah menjadi
heran bukan main karena Ouw Hui menyediakan alat2
smbahyang Sedangkan yang mereka ketahui hanya suami istri Ouw It
To yang dikubur di situ. Dengan air mata berlinang membasahi pipinya, Ouw Hui
menjelaskan bahwa abu jenazah adik angkatnya Tia Leng So
juga telah dikubur. Keterangan Ouw Hui itu tentu saja mengejutkan Biauw Jin
Hong dan Yok Lan Begitu pula ketiga orang bersaudara she Ciong tak urung
jadi terkejut dan sedih. Sebagai seorang yang menerima budi besar Biauw Jin
Hong tidak pernah melupakan gadis kacil kurus yang pernah
menolongnya. Yok Lan telah mendengar cerita ayahnya
mengenai kepandaan gadis she Thia dalam hal pengobatan
dan berhasilnya gadis itu menyembuhkan mata Kim Bian Hud
tentu saja juga berterima kasih bukan main Sudah lama dia
ingin menjumpainya tetapi tidak pernah terlaksana karena
ayahnyapun tidak mengetahui dimana adanya gadis itu.
Kini Yok Lan hanya menemui kuburannya-Walaupun
mereka belum pernah menerima budi Leng So, tetapi setelah
tahu dan mengenal sifat2 nya, ketiga jago she Ciong itu
hormat kepadanya. Mereka menyesal, bahwa sejak berpisah di rumah Biaw Jin
Hong mereka tak pernah berjumpa lagi dan ternyata sekarang
sudah mati. Setelah beberapa lama dan masing2 sudah berhasil
menindih dan menguasai goncangan perasaan masing2 Biauw
Jin Hong mulai sembahyang.
Sebagai yang tertua dan terdekat dengan Ouw It To secara
langsung maka dialah yang di minta Ouw Hui untuk
bersembahyang lebih dulu Seperti di waktu2 yang silam setiap mengenang pasangan
suami istri yang sangat dikagumi air mata Biauw Jin Hong
mengalir deras sekali. Tetapi sekali ini kata2 yang diucapkannya antara tangis
yang cukup keras telah mengejutkan semua orang berbareng
juga sangat menggembirakan sekali semua yang
msndengarnya. terutama Yok Lan dan Ouw Hui walaupun
menjadi malu. Yang diucapkan Biauw Jin Hong adalah pemberitahuan
kepada arwah Giehang dan Giesunya saudara angkat dan istri
saudara angkat, bahwa demi menebus dosanya serta untuk
membuktikan terhapusnya tali permusuhan antara keluarga2
mereka dia bermaksud menjodohkan puterinya dengan Ouw
Hui. Dia menyatakan pula kepercayaannya bahwa arwah kedua
orang tua Auw Hui itu akan menyetujui maksudnya dan
senantiasa akan merestui hidup sepasang orang muda itu.
Kepada arwah Leng So dia menghaturkan terima kasihnya
yang tidak terhingga dan meminta maafnya karena tidak
mengetahui di mana sigadis she Thia tersebut berada, dia
belum pernah memberikan penghormatan kepada arwah gadis
itu Setelah bangkit Bian Hud meminta Peng Ah Sie bertindak
sebagai wali Ouw Hui karena dia bermaksud melangsungkan
pernikahan itu. Pertama kalinya Peng Ah Sie menolak, di katakannya
bahwa dia tidak pantas menjadi wali Ouw Hui. Tetapi Bian
Hud mendesaknya. "Tinggi rendah derajat bukanlah ditentukan oleh
kepandaian atau kedudukan dalam masyarakat. Yang
terpenting adalah jiwanya. Peng Siete sendiri telah
membuktikan kebesaran dan keagungan jiwamu dengan
melindungi dan memelihara Huijie. Tanpa menghiraukan
bahaya dan kesengsaraan yang harus kau alami, kau telah
melakukan semua itu. Dan semua itu hanya disebabkan kau
baru sekali saja menerima budi Ouw Toako Terlebih lagi
sebagai seorang yang telah mengasuh Huijie sejak kecil jika
bukan kau siapa lagi yang berhak menjadi walinya?"
Dari ucapannya itu jelas bahwa Biauw Jin Hong bukan
menganggap Peng Ah Sie seorang pelayan.
Memang dia merasa sangat berterima kasih sekali terhadap
orang yang sangat jujur itu yang telah menggantikannya
mengasuh dan membesarkan Ouw Hui.
Dalam kata2nya itu Kim Bian Hud juga telah merobah
sebutannya kepada Ouw Hui sendiri yaitu Huijie, anak Hui dan
bukan Hiantet, keponakan yang baik, seperti pada hari-hari
sebe lumnya. Ketiga jago bersaudara she Ciong juga ikut mendesak agar
Peng Ah Sie menerima tugas itu maka akhirnya Peng Ah Sie
bersedia untuk bertindak sebagai wali Ouw Hui.
Dengan ikut disaksikan oleh ketiga jago bersaudara she
Ciong itu, dilangsungkan upacara pernikahan yang sederhana,
Setelah selesai kembalilah mereka kekuil untuk ber-kemas2
meninggalkan daerah Congciu.
Ouw Hui menyadari bahwa dia kini sudah tidak bebas lagi
seperti sebelumnya. Dimasa lalu dia tidak pernah memikirkan
soal rumah. Dia berkelana kemana dia senang dan tinggal di
mana saja ditempat yang disukainya. Tetapi setelah
berlangsungnya pernikahan tersebut kini dia bertanggung
jawab atas diri Yok Lan dan tidak dapat memikirkan soal
tempat tinggal. Keesokan harinya ketiga jago bersaudara she Ciong itu
sudah ingin berpisah dengan rombongan Kim Bian Hud maka
malam itu mereka tidak ingin tidur dan mengajak kedua orang
itu mertua dan menantu untuk ber-cakap2.
Ketika mereka menanyakan Ouw Hui mengenai rencananya
dalam menempuh hidup baru di-masa2 mendatang, serta
mendengar Ouw Hui belum memiliki tempat tinggal yang
tetap, mereka mengusulkan agar dia ikut saja bersama tiga
bersaudara Ciong untuk tinggal di Ouwpak Utara Dengan
halus Ouw Hui menolak tawaran-tersebut.
Dijelaskan oleh Ouw Hui bahwa dia tidak berani menyeret
ketiga jago she Ciong tersebut ke dalam libatan bahaya.
Sejak sembilan tahun yang lalu dia selalu di cari2 oleh
pemerintah Boan, sehingga jika dia menerima tawaran mereka
Ciong Sie Sam Hiong akan ikut dianggap musuh pula oleh
pemerintah Boan. Terlebih lagi menurut Ouw Hui, setelah kini dia berkeluarga
ingin sekali dia mencari tempat tinggal yang tenang, jauh
dari pergaulan umum agar dia tidak perlu terus menerus
berwaspada ber-jaga2 terhadap serangan musuh. Bukan kah
seperti umumnya terjadi, setelah namanya kini terkenal
sebagai jago yang sulit dicarikan tandingannya tentu akan
mengundang banyak sekali tokoh2 rimba persilatan yang
penasaran dan ingin berusaha menguji kepandaiannya" Dan
juga peristiwa demikian hendak dihindarinya se-tidak2 nya
untuk sementara waktu. Pernyataan Ouw Hui yang diucapkan dengan ber-sungguh2
itu telah memperoleh dukungan Kim Bian Hud pula, sehingga
ketiga orang bersaudara she Ciong itu tidak dapat memaksa
terus. Seperti telah diketahui, Biauw Jin Hong juga sudah jemu
akan pertempuran2 sepanjang hi upnya yang harus
dilakukannya terus menerus tanpa hentinya, oleh karena itu
dia pun ingin hidup menyendiri di Leng Ko Tha dengan hanya
beberapa sahabatnya yang akrab mengetahui tem pat
persembunyiannya. Diantara beberapa sahabatnya itu terdapat Tauw Sat Kauw
yang kemudian ternyata seorang sahabat palsu belaka.
Setelah kini terbukti Tauw Sat Kauw berpihak kepada
pemerintah Boan-atau lebih tepat menjadi kaki tangan
pemerintah Boan maka tempat persembunyian Kim Bian Hud
bukan pula merupakan tempat yang dapat dirahasiakan.
Walaupun untuk sementara waktu Touw Sat Kauw tentu
tidak akan berani mendatangi rumahnya di Leng Ko Tha itu
tapi kelak lambat atau cepat dia tentu akan datang dengan
membawa banyak sekali kawan2nya yang liehay.
Jika memang terjadi peristiwa seperti itu dapat atau tidak
dia harus melakukan pertempuran mati2an pula dan mungkin
juga akan membunuh banyak jiwa manusia pula sedangkan
pekerjaan seperti itu sudah memuakkan hatinya.
Dan percakapan selanjutnya Ouw Hui kemudian
mengemukakan pendapatnya agar mereka sebaiknya pergi ke


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wilayah perbatasan barat laut.
Ouw Hui mengetahui bahwa di daerah tersebut sangat
sunyi dan di sampingnya dengan menetap di daerah tersebut
dia dapat berdekatan d ngan kakak angkatnya Tio Poan San
sahabat2nya dari Ang Hwa Hwe.
Sarannya itu segera juga disetujui Kim Bian Hud yang juga
sudah sejak lama merasa kagum kegagahan dari orang Ang
Hwa Hwe. Tanpa terasa mereka sudah ber-cakap2 terus sehingga
menjelang fajar. Yok Lan dan lain2nya sudah bangun untuk memasak nasi
dan mempersiapkan bekal. Tidak lama kemudian semuanya telah selesai dipersiapkan
dan dengan saling mendoakan untuk keselamatan mereka,
kedua rombongan itu telah berpisah untuk menempuh jalan
masing2. Tujuan rombongan Kim Bian Hud pertama adalah Leng Ko
Tha di mana dia masih harus menyelesaikan beberapa soal
dan mengambil beberapa barang berharga yang akan dibawa
pindah ke wilayah barat laut.
Dalam perjalanan itu mereka tidak menemui kesulitan dan
tiga bulan kemudian mereka tiba di daerah Hui Kiang.
Kedatangan mereka disambut gembira oleh orang2 gagah
dari Ang Hwa Hwe. Hanya Tio Poan San yang tidak berhasil di jumpai karena
pemimpin ketiga dari Ang Hwa Hwe itu sedang pergi ke
Tionggoan untuk melakukan pembersihan dalam lingkungan
partai perguruannya. Dengan bantuan kawan2 dari Ang Hwa Hwe kemudian Ouw
Hui telah memilih tempat tinggal yang sekarang dimana
mereka dapat hidup dengan tenang dan tenteram sampai
berputera. -ooo0dw0ooo-- "BENAR-BENAR sangat mengagumkan sekali" kata Tio Poan
San setelah Auw Hui selesai bercerita. "Alangkah cepatnya
sang waktu telah lewat begitu saja. Masih kuingat benar
dengan jelas bagaikan baru terjadi kemarin, bagamana kita
untuk pertama kali bertemu di Siang-ke-po sembilan belas
tahun yang lalu. Waktu itu kau masih merupakan seorang
anak yang kurus kecil dan kini kau sudah menjadi seorang
ayah" dan selesai dengan kata2nya itu Tio Paan San telah
tertawa ber-gelak memperlihatkan bahwa dia tengah diliputi
kegembiraan yang sangat. "Kau pernah berada di Siang Ke Po sembilan tahun yang
lalu ?" tanya Biauw Jin Hong dengan heran. "Mengapa kau
berada di rumah keluarga Siang itu " Tahukah kau siapa
mereka sesungguhnya ?"
Tidak mengherankan jika Biauw Jin Hong terkejut
mendengar Ouw Hui berkenalan dengan Poan San di tempat
tersebut. Dalam ceritanya tentang riwayat hidupnya disaat
masih kecil dengan sengaja Ouw Hui telah menyembunyikan
pengalamannya di Bu Teng Kwan. Kalau dia menceritakan
pengalamannya itu, yaitu selama di Siang Ke Po, Kim Bian Hud
tentu ingin mengetahui hagimana dia bisa berada dirumah
musuh besar nya itu. Sebagai seorang yang tidak bisa berjusta
kalau Kim Bian Hud telah mendesaknya, dia tidak mungkin
tidak untuk bercerita sejujurnya dan membuat orang tua itu
akan teringat peristiwa menyedihkan dan memalukan yang
terjadi waktu itu. Mudah dimengerti, bahwa kini dia menjadi ingat waktu
mendengar pertanyaan Kim Bian Hud. Tetapi setelah terlanjur
kepalang basah Poan San telah menimbulkan persoalan
tersebut dia terpaksa harus bercerita,
Tetapi hatinya tetap tidak mengijinkan. Untunglah bahwa
sejenak kemudian dia telah memperoleh akal. Dia mulai
menceritakan di saat diterimanya Peng Ah Sie dan dia sendiri
bekerja di rumah itu dan seterusnya sampai akhirnya peristiwa
itu telah memusnahkan juga Siang Ke Po dimakan api yang
hampir saja menewaskan banyak sekali akhli2 silat ternama.
Sambil meng-angguk Poan San memberikan komentarnya :
"Itulah sebabnya Biauw Tai Hiap mengapa aku seorang tua
bangka Jadi bersumpah mengangkat saudara dengan seorang
anak kecil kurus" kata Tio Poan San dengan disertai oleh
senyumnya, "Dan aku merasa kagum sekali akan
keperwiraannya dan semakin bangga memiliki adik angkat
sebagai menantumu." Bagi Poan San dan kedua saudara Siang sikap ragu2 Ouw
Hui tadi memang wajar yaitu karena Ouw Hui segan
menimbulkan pujian bagi pendengarnya.
Tetapi Biauw jin Hong memperoleh kesan lain dalam
hatinya dia yakin bahwa Ouw Hui masih menyembunyikan
sesuatu, Rupa2 pertanyaan telah muncul di dalam hatinya tetapi dia
segan bertanya belit2 dan cerewet, mungkin juga Ouw-Hui
memiliki alasan tertentu untuk menyembunyikan sebagian dari
pengalamannya. Demikianlah mereka telah ber cakap2 dengan asyiknya dan
saling menceritakan pengalaman masing2 dan menimbulkan
kembali soal2 yang lampau, diselingi gelak tertawa mereka
yang sangat riang sekali.
Kalau memang bukannya ada Yok Lan yang mengingatkan
mereka tentu akan lupa makan.
Memang kalau orang2 yang sefaham dan secita2
berkumpul dan ber-cakap2 biasanya yang pendiampun bisa
menjadi periang dan lincah, tidak terkecuali halnya dengan
Kim Bian Hud. Malara itu Poan San dan kedua kawannya bermalam di
rumah Ouw Hui. Keesokan harinya setelah menyaksikan
latihan ketiga anak itu dan saudara Siang telah memberikan
beberapa pelajaran pula kepada murid akuan mereka yaitu
sepasang anak kembar Ma It Hong, berpamitanlah ketiga
tamu itu untuk kembali ke tempat kediaman para kesatria Ang
HwajHwe. Sejak hari itu lima tahun telah lewat dengan tenang.
Selama lima tahun itu dengan giat Ouw Hui mendidik kedua
muridnya. Kedua anaknya Ma It Hong itu kini sudah menjadi dua
orang pemuda tampan sekali.
Hal itu tidaklah terlalu mengherankan karena memang
putera2 Hok Kong An yang di masa mudanya terkenal sebagai
pemuda yang tertampan di Pakkhia.
Asal usul mereka sendiri tidak diketahui oleh kedua pemuda
itu. Karena mengingat bahwa rahasia itu hanya diketahui
beberapa orang saja, sedangkan diantaranya sebagian sudah
meninggal dunia maka kepada mereka tak pernah Ouw Hui
menjelaskan; walaupun seperti ibu dari pemuda Cie Ceng.
Waktu kecil kedua anak itu tak punya nama.
Cie Ceng segan memberikan nama kepada mereka karena
sesungguhnya bukan anaknya sendiri
Waktu itu mereka hanya disebut A Toa dan A Jie yang
besar dan yang kedua setelah dirampas Hok Kong An dan
dibawa ke istananya entah nama apa yang diberikan kepada
mereka. Tetapi apapun bentuk nama pemberian Hok Kong An tak
pernah ingin diketahui oleh Ouw Hui dan dia sendiri
memberikan nama yang tertua Cie Beng berarti terang dan Cie
Jin untuk yang berusia lebih muda yang berarti luhur mulia.
Kini keduanya telah berumur 22 tahun.
---ooo0dw0ooo--- Jilid 3 KEPADA mereka, Ouw Hui telah menurun kan pelajaran
ilmu silat yang tersendiri. Dan ilmu itu sesungguhnya
bersumber dari Ouw Kee To Hoat, ilmu silat golok pusaka
keluarga Ouw, yang telah dirobahnya sedemikian rupa, agar
sesuai untuk dipergunakan oleh mereka ber dua secara bersama2
dengan bersenjatakan pedang, bukan golok.
Disamping pelajaran dari Ouw Hui, kedua pemuda itu telah
memperoleh pelajaran Siang Hek Cie dan Siang Pek Cie
sebagai murid tidak resmi.
Berkat asuhan akbli kelas tinggi dan memiliki kepandaian
yang sangat tinggi dan hebat maka tidak mengherankan jika
kepandaian Cie Beng dan Cie Jin sudah dapat disejajarkan
dengan akhli2 silat kelas utama. Disamping itu memang Cie
Beng dan Cie Jin juga sangat cerdas sekal, setiap pelajaran
ilmu silat yang diturun kan kepada mereka selalu berhasil
dikuasai-nya dengan cepat.
Putera Ouw Hui telah diberi nama Ho, untuk
melambangkan hapusnya permusuhan antara keluarga Ouw
dan Biauw, Dalam usianya yang baru sembilan tahun, sudah terlihat
bakat2nya yang luar biasa.
Ouw Ho sangat cerdas sekali dan bisa segera memahami
setiap pelajaran yang diberikan ke padanya, bukanlah sesuatu
yang terlalu mengherankan. Bukankah dia keturunan keluarga
yang terkenal akan kecerdasannya "
Yang benar2 aneh ialah wajahnya, yang buruk dan juga
sangat hitam sekali, disamping sangat menakutkan.
Ouw Hui, yang memiliki ayah berwajah hitam
menyeramkan, tetapi memiliki ibu sangat cantik, ternyata
telah mewarisi wajah ibunya, walaupun agak kasar.
Yok Lan berayah Kim Bian Hud, yang berwajah kasar dan
buruk pula, tetapi dia menjadi seorang wanita cantik seperti
ibunya. Sebaliknya walaupun ayahnya berwajah cukup tampan
dan ibanya cantik, kian besar Ouw Ho semakin buruk dan
hitam. Warna kulitnya yang hitam kelam seperti Ouw lt To,
sedangkan bentuk tubuhnya seperti Kim Bian Hud, tinggi
kurus dan bertulang kasar.
Tetapi dibalik dari keadaan lahiriah yang begitu buruk,
tersembunyi kecerdasan otak yang sangat mengagumkan
sekali dan jiwa bocah itu luhur dan melambangkan jiwa
seorang lelaki jantan dan sejati,
Berkat bakat2 yang luar biasa yang dimillkinya, walaupun
usianya masih demikian muda kepandaiannya sudah sangat
hebat. Hampir seluruh ilmu pusaka kedua keluarga, Ouw dan
Biauw telah berhasil dipahaminya.
Yang masih kurang padanya ialah latihan Iwekang dan
pengalaman. Dalam pelajaran Bun sastra dan ilmu2 pengetahuan
lainnya, dia pun seorang murid yang sulit dicari keduanya.
Dengan hidup hanya dikelilingi Oleh orang2 yang jauh lebih
tua dari dia dan semuanya melimpahkan kasih sayangnya,
tentu saja dia menjadi nakal sekali.
Untung saja, bahwa darah kesatria yang mengalir dalam
tubuhnya dapat memberikan keseimbangan yang secukupnya,
sehingga kenakalannya itu terbatas hanya kenakalan sifat
kanak2 belaka, yang kadang2 menimbulkan peristiwa2 yang
lucu Setelah sepuluh tahun menyingkir dari Tiong goan dan
selama itu tidak mengalami gangguan, Kim Bian Hud dan Ouw
Hui lambat laun sudah melupakan permusuhan2 mereka
dengan pihak2 tertentu. Sebagai pahlawan2 keadilan, dimasa lampau mereka telah
menghajar tidak sedikit jago2 jahat yang melakukan
perbuatan se-wenang2 terhadap rakyat jelata.
Diantara jago2 tangguh2, tetapi memiliki sifat buruk itu,
sebagian masih merasa penasaran dan menaruh dendam yang
sangat besar sekali kepada Kim Bian Hud maupun juga kepada
Ouw Hui. Setelah beberapa tahun mati2an meyakinkan ber-macam2
kepandaian yang jauh lebih tinggi, tanpa mengenal lelah telah
mencari kedua jago ternama dan tanpa tanding itu. Mereka
telah ber usaha untuk dapat mencari jejak dari Kim Bian Hud
dan juga Ouw Hui. Usaha mereka itu memang terlihat jelas,
betapapun mereka memang menaruh dendam yang sangat
kuat dan akan ber usaha mencari kedua musuhnya itu untuk
me lampiaskan dendam mereka. Sebelum usaha ar reka
berhasil! maka musuh dari kedua jago2 tanpa tanding itu tidak
akan berhenti dalam usahnya
Untuk hidup keluarganya, Ouw Hui tidak segan2
membanting tulang mengeluarkan tenaga diladangnya dan
disamping itu juga, diapun sering pergi berburu
kepegunungan Thiansan diwaktu tiada pekerjaan di ladang.
Sedangkan peternakan dombanya juga berbiak dengan
baik, walaupun demikian, tidak sel ruh kebutuhannya dapat
dihasilkan sendiri- Misal nya saja garam: bahan2 pakaian dan
lain2nya lagi. Semuanya bahan2 itu harus dibeli di-kota terdekat, karena
itu untuk keperluan tersebut, setiap setengah tahun sekali dia
harus pergi ke Ui atau Kulja untuk menjual kulit binatang dan
bulu domba. Biasanya dia disertai si kembar Cie Beng dan Cie Jin, Ouw
Ho sesungguhnya sudah lama ingin ikut, tetapi karena dia
masih terlalu kecil, maka ayahnya belum pernah membawanya
ikut serta. Setelah usianya cukup sembilan tahun, untuk pertama
kalinya dia diperbolehkan ikut.
Alangkah girangnya sinakal. Disepanjang ja lan tiada
habisnya dia menunjuk ini dan menanyakan itu dan terlalu
sering dia membelokkan kudanya untuk mendekati sesuatu
yang menarik perhatiannya.
Kota Ui tidak seberapa besar, tetapi artinya penting sekali.
Di si tulah bertemunya dua jalur jalan kafilah penting, yang
satu menuju kebarat laut, ke Siberia utara yang lainnya
kebarat daya Si-beria selatan dan terus ke Persia dan kepantai
laut tengah. Karena itu, tidak mengherankan jika kota itu selalu ramai
dikunjungi rupa2 bangsa. Bagi Ouw Ho, yang baru pertama kali melihatnya,
semuanya itu tentu saja serba menarik dan membuat dia
kagum tidak habisnya. Karena tibanya di Ui sudah menjelang tengah hari, maka
setelah memesan kamar dipenginapan, Ouw Hui segera
mengajak puteranya ke sebuah rumah makan.
Mereka memilih sebuah meja didekat jendela, agar Ouw Ho
bisa menikmati pemandangan lalu lintas yang beraneka
ragamnya. Selain mereka, diruang itu sudah ada beberapa belas tamu
lain.

Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan disebuah meja di sudut sebelah sana tampak empat
orang Han. Dilihat dari pakaiannya, agaknya keempat orang itu
saudagar2 keliling. Mula2 Ouw Hui tidak meja perhatikan mereka, tetapi ketika
dia kebetulan menoleh, tiba2 dia agak terkejut.
Orang2 itu ternyata j iga tengah memperhatikannya.
Wajah salah seorang diantara mereka agaknya tidak asing
baginya, hanya saja Ouw Hui ti dak ingat pula dimana dia
pernah berjumpa dengan orang itu.
Diwaktu pandangan mereka bertemu satu dengan yang
lainnya, sekilas tampak orang itu seperti terkejut. Hanya
sekejap mata saja terlihat perobahan wajah orang itu, tetapi
cukuplah sudah bagi Ouw Hui untuk mengetahui; bahwa
orang itupun telah mengenalinya.
Diam2 Ouw Hui telah mulai memperhatikan keadaan
keempat orang itu. Mata mereka memancarkan sinar yang tajam sekali, suatu
tanda bahwa mereka memiliki lwekang yang tidak dapat
diremehkan. Dengan berpakaian seperti saudagar mereka memang bisa
mengelabui mata orang2 biasa, tetapi bagi Ouw Hui sudah
jelaslah bahwa dia, itu merupakan ahli2 silat kelas utama.
Semakin diperhatikan, semakin bercurigalah Ouw Hui
terhadap keempat orang yang memiliki gerak gerik mencurigai
itu. Terus keempat orang itu telah kasak-kusuk, dan kadang2
mereka melirik kearahnya secara sembunyi2.
Ouw Hui sia2 mengasah otak untuk berusa ha meng-ingat2
dimana dia pernah berjumpa dengan keempat orang tersebut.
Lewat sejenak, Ouw Ho juga telah melihat sikap dan
kelakuan keempat orang itu.
Sebagai seorang anak kecil, pikirannya tentu saja masih
sederhana dan hatinya tidak menjadi curig" seperti ayahnya.
Tetapi tingkah laku orang2 itu membuatnya jadi
mendongkol. Dengan sikap kasak-kusuk terus-menerus,
orang2 itu tentu tengah memper-elok2 keburukan wajahnya
dan wajah ayahnya, pikirnya. Dan Ouw Ho jadi tersinggung
sendiri nya. Karena mendongkol, dia sudah hendak memaki mereka,
tetapi Ouw Hui cepat2 mencegahnya.
Betapapun nakalnya anak itu tetapi terhadap ayahnya dia
masih bisa menuruti cegahan ayahnya.
Demikianlah, dia tidak jadi memaki orang2 itu.
Hanya saja hatinya masih penasaran dan dengan mata
dipentang lebar2 Ouw Ho telah mendelik kearah keempat
orang itu. Hanya hatinya telah mengambil keputusan untuk
memberikan hajiran kepada keempat orang itu jika
dijumpainya lagi. Sedikitpun dia tidak memikirkan, bahwa orang2 itu
semuanya bertubuh jauh lebih besar dari dia, dan juga
berjumlah ejipat orang, sedangkan dia hanya seorang diri.
Sebagai keturunan dari dua keluarga pahlawan2, sama
sekali dia tidak mengenal apa artinya takut.
Tidak lama kemudian, keempat tamu itu telah
meninggalkan rumah makan itu, dan lewat beberapa waktu
pula Ouw Hui juga sudah selesai makan dan mengajak
puteranya kembali kepenginapannya.
Kuasa dan para pelayan penginapan itu sudah mengenal
Ouw Hui sebagai seorang yang tangannya selalu terbuka dan
ramah sekali. Karena itu mereka selalu memperhatikan segala kebutuhan
Ouw Hui. Kepada mereka itu, yaitu para pelayan itu, Ouw Hui minta
tolong melihat2 anaknya, di-saat sementara waktu dia pergi
untuk menjual kulit binatang dan bulu dombanya, sedangkan
kepada puteranya dia telah berpesan agar tidak na kal dan
menerbitkan huru hara. Dan juga Ouw Hui telah berpesan
agar Ouw Ho tidak pergi ke-mana2 selama sang ayah pergi.
Setelah ayahnya pergi. Ouw Ho berdiri di depan pintu
penginapan, melihat2 pemandangan dijalan.
Tidak jemu2nya dia memandang suasana yang asing
baginya itu. Sebentar kemudian dia melihat kekanan dan
sesaat pula dia telah menoleh kekiri.
Dan suatu saat, tiba2 dia melihat keempat orang tadi dan
serentak amarahnya telah timbul lagi.
Tanpa melepaskan perhatiannya dari orang2 itu, cepat2 dia
telah menyelinap kedalam.
Orang2 itu ternyata justru menghampiri penginapannya.
Agaknya mereka juga hendak menginap disitu, dan benar saja
mereka minta di sediakan kamar.
Melihat pakaian orang2 itu yang cukup mewah, para
pslayan penginapan menganggap mereka itu tentunya
saudagar2 kaya raya. Dengan sikap yang hormat sekali, salah seorang pelayan
mengantarkan mereka me-lihat2 kamar2 yang masih kosong.
Dan pelayan itu sambil mengantarkan keempat tamunya,
reiah menjawab rupa2 pertanyaan tamunya itu.
Akhirnya tamu2 itu memilih kamar disebelah kamar Ouw
Hui. Sementara itu, sambil bersembunyi dibalik pintu lorong,
Ouw Ho telah mendengar percakapan mereka.
Dia mendengar, bagaimana, setelah memperoleh
keterangan sipelayan tentang siapa yang menempati kamar
sebelah, orang2 itu segera memilih kamarnya tadi.
"Aha, agaknya mereka menang sengaja mau mencari
gara2." berpikir Ouw Ho "Biarlah nanti kuhajar mereka."
Lupalah Ouw Ho akan pesan ayahnya, agar tidak
menerbitkan huru-hara, sebagai seorang anak yang masih
polos hatinya, sedikitpun tidak terpikirkan olehnya bahwa
dibalik sikap dan ke lakuan orang2 itu, murgkin teisembunyi
soal lain yingijauh lebih penting
Dengan pikirannnya yang masih sedeihana, dia menduga
bahwa mereka hanya sengaja hendak menganiaya,
berdasarkan wajahnya yang hitam.
Dan serupa ingatan telah menyelinap didalam hati anak
kecil ini, yaitu keempat orang itu mengincer barang2 ayahnya,
yang ingin di rampasnya. Kalau mereka memang hanya hendak merampok, dia
percaya bahwa mereka akan mengalami kekecewaan dalam
tangan ayahnya dan dia tidak usah perduli.
Tetapi dengan berdasarkan pikirannya atas jiwa kekanak2annya,
yaitu dengan.menduga bahwa keempat orang
itu justru ingin memper-olok2 dirinya karena wajahnya yang
hitam legam itu, maka Ouw Ho jadi bermaksud untuk
mempermainkan keempat orang itu.
Dan Ouw Ho menduga begitu, karena dia mengetahui
setiap kali ingin keluar rumah, ayahnya pasti akan
menghitamkan wajahnya dan mengenakan kumis dan jenggot
palsu. "Tentu mereka sengaja memilih kamar di-sebelahku, agar
bisa memperoleh lebih banyak kesempatan untuk menghina
kami berdua. Tentu mereka menyebut kami sebagai setan2
hitam besar dan kecil, yang berwajah sebagai pantat kuali"
demikianlah jalan pemikirannya dan semakin dipikir olehnya,
semakin yakinlah dia a-kan kebenaran dugaannya.
Sete!ah keempat tamu baru itu masuk keka mar mereka,
cepat2 dia keluar dari persembunyi annya dan memasuki
kamarnya sendiri. Kamarnya dan kamar disebelah itu hanya dipisahkan
dinding papan. Mengintai kesana dia tidak bisa, karena sela2 antara papan
itu telah diisi oleh dempul,
Tetapi samar2 dia bisa menangkap beberapa bagian dari
percakapan mereka, antara lain na ma ayahnya di-sebut2
sebagai "Setan hitam Swan San Hui Ho Ouw Hui" dan dia
sendiri sebagai "setan hitam yang kecil".
Tentu saja darahnya jadi meluap mendengar ucapan2nya
itu. Dia kini tidak bimbang pula, bahwa mereka telah
memperolok keburukan muka
Tentu saja Oaw Ho jadi murka bukan main.
Tidak perlu mendengar pula terlalu lama baginya. Cukuplah
sudah kata'2 itu baginya.
Kalau bukannya takut kelak ditegur dam digusari ayahnya,
tentn Ouw Ho sudab menghampiri mereka dan mencacinya
atau juga menyerang mereka.
Kini dia hanya dapat memaki didnlam hati sambil
memikirkan suatu cara untuk melampiaskan
kemendongkolannya tanya bisa diketahui ayahnya.
Sebagai seorang anak yang nakal sekali, otaknya yang
cerdas memang biasa penuh dengan bermacam2 akal anak2.
Tanpa berpikir terlampau lama dia sudah menyusun suatu
rencana, dan ketika ayahnya pulang, dia tidak
memberitahukan apa2. Tetapi sebelum hari menjadi gelap, menjelang seaja dia
sudah mengajak ayahnya pergi makan.
Dikatakannya bahwa perutnya sudah lapar sekali.
Sekembalinya dari rumah makan dia bahkan segera naik
keatas kang (sebuah balai2 batu dengan perapian
dibawahnya) dan menyatakan bahwa dia sudah mengantuk
sekali. Walaupun bukan menjadi kebiasaan si nakal untuk tidur
siang2, sedikitpun Ouw Hui tidak curiga, bahwa anaknya itu
sengaja bersandiwara dihadapannya. Hal itu disebabkan Ouw
Hui menduga bahwa anaknya itu mungkin terlalu letih setelah
melakukan perjalanan yang cukup jauh dan juga telib berjalan2
me-lihat2 keramaian kesana-kemaii. Sesungguhnya
hatinya juga agak lega melihat puteranya itu siang2 sudah
ingin tidur. Dengan demikian dia jadi bisa bebas minum arak sambil
mengobrol dengan yang kuasa rumah penginapan itu.
Dari mulut kuasa rumah penginapan tersebut Ouw Hui bisa
mendengar berbagai berita dari daratan Tionggoan yang
dibawa oleh para pedagang keliling yang singgah disitu.
Sedikitpun juga Ouw Hui tidak menduga bahwa dibalik
kelakuan anaknya tersembunyi sesuatu.
Ouw Ho setelah memperhitungkan bahwa keempat orang
dikarrsr sebelah itu tentu dapat dipergunakannya untuk
mempersiapkan rencananya. Siang2 dia telah menyediakan
seutas tali kecil yang dan doa batang paku agak besar.
Secepat langkah2 ayahnya sudah tidak terdengar lagi, dia
segera bangkit dari Kang dan keluar keperkarangan melalui
jendela setelah terlebih dulu memadamkan lilin.
Dengan sikap yang hati2, dia lalu menghampiri jendela
kamar keempat orang itu. Seperti telah diduganya, disaat itu mereka benar2 sedang
keluar semuanya. Dengan leluasa dia dapat menancapkan dua batang paku
itu dibingkai kanan dan kiri dari jendela itu, dengan
mempergunakan sebuah batu sebagai martilnya.
Setelah itu diikatnya tali tadi, yang kini ternyata telah
dihitamkannya, melintang dimulut jendela itu, dari paku yang
satu kepaku yang satunya.
Kemudian Ouw Ho bersembunyi dibawah jendela tersebut.
Tidak perlu terlalu lama dia menanti, belum sampai
setengah jam kemudian, terdengarlah ke empat lawannya itu
memasuki kamar dan menyalakan lilin.
Lagi2 Ouw Ho mendengar mereka me nyebut2 perkataan
"sihitam" meluaplah darahnya dan hampir2 dia berteriak, balas
memaki mereka. Untung saja bahwa segera juga dia sadar dan bisa
menindih perasaannya. Dengan sabar dia berdiaji terus, menantikan tibanya saat
untuk mempermainkan keempat orang itu.
Dikota kecil yang letaknya terpencil diperbatasan itu, orang
biasa tidur agak siang, berbeda dengan kebiasaan orang2
dikota besar di Tionggoan.
Tidak lama setelah keempat orang itu kembali, suasana
disekeliling penginapan itu sudah sunyi sepi.
Didalam kamar masih terdengar percakapan orang itu
dengan suara kecil, yang dari tempat Ouw Ho hanya
terdengar seperti gumam yang tidak jelas.
Dari barisan jendela2 kamar disisinya itu. hanya jendela
yang dijaganya itulah yang terang.
3aat itu, justru yang dinantikan Ouw Ho telah tiba, dia telah
meraup segenggam tanah, yang lalu dicampurnya dengan
ludah dan dipuiungnya menjadi beberapa butir kecil.
Sebutir demi sebutir telah dilontarkannya butiran2 tanah
basah itu dlatas genting, sehingga menimbulkan suara
bagaikan ada yang tengah berjalan ber-indap2 diatas atap
kamar tersebut. Seketika itu siraplah percakapan didalam dan padamlah api
penerangan itu. Per-lahan2 Ouw Ho mengetuk jendela beriama dengan
mendesisnya kata2 : "Pengecut2 yang didalam, keluarlah
kalau benar laki2". Dengan berbisik, atau mendesis secara demikian, dia
berhasil membuat suaranya tidak dapat dikenali sebagai suara
seorang anak2. Sedangkan didalam kesunyian itu, cukup
jelaslah terdengar nya dari dalam.
Segera juga terdengar langkah ber-indap2 di dalam kamar
itu, dan terdengarnya perlahan sekali mendekati kearah
jendela. Didengar dari suara langkah kaki itu, menunjukkan
bahwa dua orang yang tengah menghampiri dari dua arah.
Untuk lebih membakar dan memanaskan hati mereka, Ouw
Ho mendesis pula "Lekas keluar menyerahkan kepalamu."
Tiba2 jendela terbuka dengan kaget, disusul Melayangnya
sebatang senjata rahasia, tetapi tidak seorangpun tampak
melompat keluar. Sebagai orang Kargouw yang berpengalaman mereka
memang tentu saja tidak akan melompat keluar jendela secara
ceroboh. Hal itu sudah diduga oteh Ouw Ho, yang sementara
itu sudah mempersiapkan beberapa batu.
Dengan cepat, dilontarkannya batu itu berturut-turut dari
tempatnya ke-tengah2 pekarangan, sehingga terdengarnya
bagaikan ada seseorang berlari menjauhkan diri dari jendela.
Sekali ini umpan yang dipasang Ouw Ho telah berhasil dan
dimakan pihak keempat orang itu.
Dalam kegelapan malah seperti itu, keempat orang didslam


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memarg tidak dapat melihat apa apa, tetapi bunyi langkah2
itu tidak dapat dibimbangkan lagi
Segera tampak sesosok bayangan hitam melayang keluar
dari jendela. Hanya anehnya bayangan itu tiba tiba
berjumpalitan dan tahu-tahu jatuh dibawah jendela dengan
mengeluarkan bunyi mendentum.
Ouw Ho, yang memang sudah menantikan disamping
jendela, segera mengulurkan tangannya, dan orang itu
terkulai tanpa sarggup berteriak lagi. Sedangkan yang
pertama itu tengah rubuh ketengah, dari dalam sudah
menyusul yang kedua, dan diapan mengalami nasib yang
sama. Dua orang lainnya juga ber turut2 rubuh terkulai tanpa
bersuara. Jendela itu terbuka kedalam, sehingga tali hitam yang
dipasang Ouw Ho tidak terganggu dengan terbukanya daun
jendela tersebut. Karena warnanya hitam, maka dalam kegelapan orang2 itu
tidak melihat adanya tali yang melintang dimulut jendela.
Ketika yang pertama tadi melompat keluar kakinya tiba2
telah keserimpet tali yang melintang itu, sehingga jatuhnya dia
sambil berterik tertahan karena terkejut.
Ouw Ho memang sudah ber-siap2 dan segera menotok
jalan darahnya, bagian Taog Tiong Hiat, diulu hati orang itu,
yang segera pimgsan sebelum menyadari mengapa dia jatuh-
Apa yana terjadi dengan tiga orang yang lain hanyalah
ulangan dari peristiwa yang pertama.
Teriakan2 kaget itu mungkin tidak ada yang mendengar
atau kalau ada juga, yang mendengar itu tentu menduga,
bahwa ada seseorang mengigau.
Tidak heranlah karena itu peristiwa tersebut tidak ada yang
perhatikan. Terlebih lagi memang peristiwa itu terjadi dalam waktu
yang sangat singkat sekali, hanya terjadi dalam satu dua detik
saja. Sambil tertawa kecil, Ouw Ho kemudian melepaskan talinya
dari paku itu, dan mengikat keempat pasang pergelangan
tangan korban2nya itu menjadi satu.
Tidak puas deagan itu, diapun segera mengikat Taocang
atau kuncir mereka menjadi satu pula
Ouw Ho mengetahui, bahwa tenaganya memang belum
seberapa, terlebih lagi dia tadi menotok dengan agak
perlahan, sehingga orang2 itu tidak akan mati karenanya,
bahkan mungkin dalam waktu kurang lebih satu jam lagi
sudah akan tersadar dari totokan.
Karena itu dia tidak dapat mem-buang2 waktu lebih lama,
karena mengingat bahwa ayahnya setiap saat bisa kembali
kekamar mereka. Cepat3 dia telah melompat kedalam kamar dan membawa
bungkusan perbekelannya dan disembunyikannya diantara
semak disudut kebon tersebut, lalu kain pembungkusnya diisi
dengan bungkusan ternak, yang siang tadi dilihatnya berada
didekat dinding pekarangan.
Keempat bungkusan itu lalu dibawanya masuk kembali.
Setelah merapatkan jendela kamar itu, dia cepat2 kembali
kedalam kamarnya sendiri dan. tidur dengan hati yang puas.
Ouw Hui menemukan puteranya tidur nyenyak dengan bibir
melukiskan senyuman manis.
"Alangkah senangnya orang menjadi anak kecil, yang
belum mengetahui apa2. Entah apa yang dilihatnya dalam
mimpinya sehingga dia tersenyum begitu bahagia", pikirnya
seorang diri. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, ayah beranak itu telah
dikagetkan oleh suara heboh, yang diterbitkan caci maki
beberapa orang pelayan rumah penginapan tersebut,
kemudian di tambah pula dengan suara yang geram dari
kuasa rumah penginapan itu.
Entah mengapa mereka dipagi hari seperti itu telah ribut,
agaknya mereka tengah saling salah mempersalahkan satu
dengan yang lainnya. Hanya anehnya, suara2 itu keluar dari
kamar disebelah kamar Ouw Hui.
Sedangkan Ouw Hui jadi heran sekali dan Ouw Ho, yang
sesungguhnya sudah dapat menerka apa yang telah terjadi,
telah ikut pura2 heran juga.
Mereka segera keluar uniuk mengetahui sebab musabab
keributan itu. Ternyata keempat orang tamu yang menempati kamar
disebelah itu, semalam telah pergi dengan diam2 tanpa
membayar uang sewa kamar dan kini kuasa dan pelayan2
rumah penginapan itu masing2 tidak mau bertanggung jawab.
Tepat sebagai perkiraan Ouw Ho, tidak sampai satu jam
kemudian orang2 itu telah tersadar dari totokan. Betapa
mendongkol mereka, ket'ka, mendapatkan diri mereka dalam
keadaan begitu, dan juga betapa mereka malu Sekali, karena
sebagai jagc-2 silat yang tidak lemah mereka telah dirubuhkan
tanpa sanggup melakukan perlawanan sama sekali.
Lebih penasaran lagi justru tidak diketahuinya siapa lawan
yang dirubuhkan mereka. Per-tama2 mereka hendak menduga Ouw Hui, tetapi
keempatnya masih ingat bahwa ketika tadi terdengar
kedatangan musuh Itu, mereka masih mendengarkan suara
dan tertawa Ouw Hui dikamar kuasa rumah penginapan itu,
sehingga tidak mungkin Ouw Hui yang mengerjakan mereka,
terkecuali jika Ouw Hui memang sanggup memecah tubuhnya
menjadi dua. Karena itu, mereka segera menduga bahwa ada seseorang
yang telah membantui Ouw Hui secara diam2.
Karena belum apa2 mereka sudah harus mengalami
peristiwa yang memalukan seperti itu, maka untuk sementara
waktu nafsu mereka untuk membalas dendam telah padam.
Ingin sekali mereka cepat2 pergi, kalau memang bisa,
Tetapi dengan tangan dan taocang diikat menjadi satu
walaupun kaki mereka bebas tidak dapat mereka pergi. Lebih
dulu mereka harus melepaskan ikatan itu.
Dengan mengerahkan seluruh tenaga dan menahan
perasaan sakit sedapat mungkin, akhirnya berhasillah mereka
memutuskan tali pengikat tangan mereka.
Kiai mereka masih harus membuka ikatin taocang mereka.
Tetapi dengan diikatan erat2, sehiagga belakang kepala
mereka saling menempel satu dengan lainnya, tidak mudah
bagi mereka untuk membukanya.
Karena ter-gesa2, dalam dan mendongkolnya, mereka jadi
semakin tidak bisa membuka ikatan itu.
Lama Kelamaan mereka jadi semakin tidak sabar dan
delapan tangan masing2 telah saling rebut menggerayangi
rambut mereka. Tentu saja usaha kacau seperti itu semakin menipiskan
harapan akan berhasilnya dengan saling tarik dan membetot
tidak hentinya. Dan juga telah menambah penderitaan untuk
mereka berempat belaka. Beberapa kali terdengar salah seorang di antara mereka
memekik perlahan karena kesakitan. Akhirnya salah seorang
diantara mereka memperoleh akal.
Dia merabah sakunya dan mengeluarkan sebilah belati.
Setelah meminta kawan2nya menyingkir tangan masing2, dia
segera memotong ikatan rambut itu.
Kini bebaslah sudah ke-empat2nya, tetapi taocang mereka
juga ikut terlepas dari kepala masing2.
Untuk saat itu, setiap pria di Tionggoan yang tidak
memakai toacang tentu akan dicemooh oleh masyarakat
disekelilingnya. Karena itu, dapatlah dimengerti betapa malunya mereka
oleh peristiwa seperti itu, waLu pun pada saat itu tidak ada
yang melihat atau menyaksikannya,
Cepat2 mereka telah masuk kedalam kamar untuk
mengambil bungkusan masing2 meninggal kan penginapan itu
tanpa pamit dan tanpa membayar sewa kamar.
Keesokan harinya Ouw Hui sudah menjual semua kulit
binatang dan bulu domba yang dibawanya.
Kini dia tinggal berbelanja untuk keperluan dirumah dan
setelah itu dapat jalan2 semau hatinya.
Untuk menggembirakan puteranya, maka sekali ini dia
mengijinkan Ouw Ho untuk ikut ke pasar.
Sebagaimana biasanya seorang anak kecil, melihat begitu
banyak barang2 yang diperagakan pa Ta pedagangnya, tentu
saja banyak sekali yang dimintanya agar dibelikan oleh
ayahnya. Sebentar saja sudah penuh kedua tangannya memegang
rupa2 bungkusan. Setelah kenyang berkeliling pasar, mereka lalu menuju
kerumah makan untuk sekedar mengisi perut sebelum
berbelanja lagi. Disaat mereka tengah makan; tiba2 Ouw Hui teringat
bahwa dia belum membeli garam, sedangkan para pedagang
garam biasanya sudah menutup kedai siang2,
Karena itu, dia lalu berpesan kepada anaknya, agar tidak
pergi ke-mana2 dan menjaga barang-barang pembelian
mereka, dia sendiri segra pergi kepasar lagi.
Setelah menanti sekian lama dan ayahnya be lum kembali,
Ouw Ho jadi tidak betah menanti
didalam kedai itu seorang diri. Barang2 itu dibawanya
kepada kasir rumah makan tersebut untuk dititipkan
sementara ia ingin me-lihat2 ke adaan diluar.
Karena setiap kati berkunjung ke Ui, Ouw Hui selalu makan
dirumah makan tersebut, maka kasir juga telah mengenalnya
dan diapun tak merasa keberatan menerima titipan barang2
itu. Dengan gembira Ouw Ho lalu berdiri diluar pintu sambil
memandang kiri-kanan menikmati pemandangan jalan yang
ramai itu. Tiba2 dia melihat ada tiga orang yang berpakaian seperti
bangsa Han telah menghampirinya.
"Eng engko kecil, apakah engkau she Ho, anak Ouw Hui?"
tegur salah seorang diantara mereka sambil disertai
tertawanya. Dengan perasaan heran bukan main Ouw memandang
ketiga orang itu bergantian.
Belum pernah bertemu dengan mereka, mengapa mereka
bisa mengenalnya" "Maaf Samwie Toasiok, aku belum mengenal kalian,
bagaimana kalian mengenal dan mengetahui namaku ?"
tanyanya kemudian. "Aha, jika demikian memang engkau benar putera Ouw
Hui. Mari, mari ikut kami. Ayahmu meminta kami mengajakmu
menyusulnya ke kedai disana. Katanya, kau akan dibelikan mi
inan yang indah sekali".
Kalau mereka mempergunakan alasan lain, yang lebih
masuk akal, mungkin mereka bisa berhasil membujuknya.
Atau jika yang membujuknya itu seorang anak biasa, tentu
bujukannya itu juga akan berhasil.
Tetapi kini justru yang dihadapi mereka adalah Ouw Ho,
seorang anak ysng bukan hanya sukar sekali ditipu, tetapi
juga sudah biasa menipu orang2 dewasa. Kata2 mereka itu
ternyata hanya membangkitkan perasaan curiga belaka di hati
Ouw Ho. "Kalian pergilah dulu, sebutkan saja kemana aku harus
menyusul, nanti setelah memberitahukan kuasa rumah makan
ini. bahwa aku akan segera kembali, aku akan pergi kesana"
jawabnya. "Baiklah" kata juru bicara dari ketiga orang itu. "Pergilah
kau memberitahukan kuasa rumah makan bahwa ayahku
memanggil kau kepasar seebun, pintu barat, biarlah kami
berangkat dulu, tetapi engkaupun jangan lama2".
Dengan wajah girang, Ouw Ho lalu masuk, tetapi seketika
itu juga sudah melewati pintu dia berbalik dan mengintai
keluar. Ouw Ho telah melihatnya, betapa ketiga orang itu memang
hendak menipunya, karena m reka bertiga memperlihatkan
sikap yang mendatangkan kesan sangat mencurigakan sekali.
Kalau mereka benar2 diminta oleh ayahnya untuk
menjemputnya dirumah makan ini, tentu Ia telah dipesan agar
menunggu untuk mengantarkan Ouw Ho, karena bukankah
Ouw Ho belum mengenal tempat tersebut dan tentu ayahnya
tidak akan menbiarkan dia pergi seorang diri.
Sesaat kemudian dia telah membuktikan maksud ketiga
orang itu yang memang kurang baik.
Dari sela2 pintu dia melihat bagaimana mereka berhenti
ditikungan kurang lebih sepuluh'Tutnah dari tempat itu dan
bersembunyi dibelakang bilik sebuah kedai.
Ketiga orang itu sedikitpun tidak menduga bahwa siasat
mereka telah diketahui oleh Ouw Ho,
Tadi mereka melihat, bahwa anak itu agak ragu2 ketika
pertama kali disapa. Untuk melenyapkan kecurigaannya,
mereka sengaja tidak mau memaksanya. Pertama kali mereka
memang sudah merencanakan untuk mempergunakan
paksaan untuk memaksa anak itu.
Tetapi berhubung tempat itu sangat ramai, mereka kuatir
jika nanti ada yang merintangi maksud mereka, karena siapa
yang tahu bahwa di sekitar tempat, itu terdapat orang
berkepandaian tinggi yang kebetulan tengah lewat. Dengan
pertimbangan itulah, akhirnya mereka tidak ingin
mempergunakan paksaan untuk membawa Ouw Ho hanya
mempergunakan siasat belaka.
Dengan gembira mereka melibat bahwa seketika mereka
tidak memaksa, wajah sianak ber -muka hitam itu berobah
tidak menaruh kecurigaan lagi, bahkan tampak girang.
Keluar dugaan mereka, muka gembira dan Ouw Ho
ternyata hanya untuk menipu mereka agar mereka cepat2
pergi. Bukan karena takut Ouw Ho menginginkan kepergian
orang2 itu cepat2 hatinya bahkan ingin mengetahui, api
sesungguhnya maksud orang2 itu, dan Ouw Ho bermaksud
mempermainkan mereka. Tetapi dia tidak berani melanggar larangan ayahnya, yaitu
agar dia jangan menerbitkan onar dan huru-hara.
Dari tempat mengintainya dia melihat bagaimana tiga
orang itu telah melihat kanan kiri dengan sikap yang
mencurigakan sekali di tikungan jalan, dan agaknya mereka
heran melihat Ouw Ho belum juga muncul.
Diam2 Ouw Ho mentertawai mereka. "Biarlah mereka
langak-longok disitu seperti pencuri. Hemm, mereka menduga


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku setolol itu," pikirnya dalam hatinya, dan Ouw Ho telah
mengintai pula. Kelakuan orang itu dianggapnya lucu sekali, dan semakin
lama hatinya semakin geli.
Kalau sudah mengintai sekali dan dia segera pergi dari
pintu itu, mungkin Ouw Ho tidak akan mengalami peristiwa
apa2. Tetapi justru Ouw Ho walaupun sangat cerdas, tetap
saja hanya seorang anak kecil juga.
Belum dapat Ouw Ho menguasai perasaannya bahkan
sering kali perasaan ingin mempermainkan dan ingin tahunya
menguasai diri dan hatinya.
Demikianlah, kali inipun setelah diam2 dia mentertawai
ketololan ketiga orang yang masih saja menantinya di sudut
jalan, maka akhirnya perasaan ingin tahunya dan juga
perasaan ingin mempermainkan ketiga orang tersebut telah
membuat Ouw Ho akhirnya mau mencoba2 untuk melihat
berapa tinggi sesungguhnya kepandaian keti ga orang itu,
yang berani mencoba2 membentur ayahnya dengan jalan
seperti ini. "Biarlah aku mempermainKan mereka sejenak, asal tidak
sampai terlalu lama, ayah tidak akan mengetahui bahwa aku
baru berkelahi", demikian pikirnya dengan penuh keyakinan,
bahwa dengan mudah dia akan dapat mengalahkan mereka.
Dia sama sekali tidak mem pertimbangkan bahwa dia mungkin
akan kalah dan juga jadi diculik.
Dengan muka berseri2, keluarlah dia dan langsung menuju
kearah tikungan tadi. Dengan pura-pura tidak melihat, bagaimana ketiga orang
penjahat itu menyelinap kedalam sebuah kedai tersebut dia
segera berjalan terus dengan sebentar2 menoleh kekiri dan
kekanan bagaikan tengah merasa kagum melihat toko2 dan
kedai2 yang berbaris disepanjang jalan tersebut.
Sesungguhnya, setiap kali menoleh, dia se kalian melirik
kebelakang untuk melihat apakah orang2 itu sudah keluar dari
persembunyiannya mereka dan sudah mulai mengikutinya dari
belakang. Setelah dia berjalan pula sejauh kurang le bin dua puluh
langkah melampaui tikungan tadi tampaklah orang2 itu keluar.
Dia berusaha men-coba2 memperlambat jalannya dan dia
mendapatkan kenyataannya, bahwa ketiga orang itupun
memperlambat langkahnya. Jika Ouw Ho berjalan lebih cepat, ketiga orang itupun tentu
akan mempercepat langkah kaki mereka.
Tiba2 dia telah memutar tubuhnya dan sam bil tertawa
menegur untuk mengejutkan ketiga orang itu. "Eh, Sam Wie
Tosiak betapa lambat jalanmu. Tadi kalian telah pergi lebih
dahulu, lama sekali aku sebelumnya keluar dari rumah makan,
Mengapa kalian bisa berada dibelakangku?"
Gelak tertawanya semakin men-jadi2 ketika dia melihat
muka ketiga orang tersebut.
"Akhh, mengapa kalian tampaknya terkejut" Apakah kalian
terkejut melihat kepandaian meringankan tubuhku, sehingga
bisa melampaui kalian " Sesungguhnya, bukan aku yang
berjalan cepat sekali, tetapi mungkin juga kalian yang berjalan
terlampau lambat bagaikan tiga orang kakek yang sudah tidak
memiliki tenaga dan hanya (memiliki sebelah kaki, karena kaki
kalian yang satu sudah berada diliang kubur. Mungkin kalian
memang sudah setua itu " Apakah kalian mempunyai Hanlam
(putera) " Kalau tidak, biarlah aku nanti yang mengurus
jenasah kalian". Ketika tadi Ouw Ho memutar tubuhnya dengan cara yang
tiba2 seperti itu, dan menegur mereka disertai tertawanya,
untuk beberapa saat ketiga orang itu tidak bisa mengucapkan
kata2nya dan mereka jadi bengong heran dan kaget.
Tetapi waktu mendengar ejekan anak nakal itu, meluaplah
darah mereka. Seorang anak yang belum hilang bau pupuknya berani
mengatakan bahwa mereka tidak punya guna, seperti juga
kakek2 yang sudah hampir mati. Itulah sebuah ejekan yang
sangat kurang ajar dari anak bermuka hitam seperti pantat
kuali itu. Dan juga Ouw Ho memang terlalu berani
mempermainkan mereka bertiga, yang merupakan jago2 yang
di Tionggoan telah memiliki nama yang sangat hebat dan
disegani oleh jago2 rimba persilatan.
Sambil mengeluarkan serangan, mereka telah menubruk
anak itu, tetapi mereka hanya bisa menangkap angin.
Dengan satu lompatan yang ringan sekali Ouw Ho telah
menyingkir dari tangan mereka. Sekali lagi mereka telah
melompat dan terulang pula peristiwa yang seperti tadi,
dimana Ouw Ho berhasil menghindarkan diri dari terkaman
mereka dengan menyelinap dibawah ketiak mereka.
Siku sianak kecil bermuka hitam itu telah bekerja dengan
cepat sekali, dan dia telah menyikut ketiak salah seorang
diantara ketiga orang lawannya tersebut, sehingga orang itu
seketika itu pula merasakan iganya menjadi sakit bukan main
karena sikutan yang dilancarkan oleh Ouw Ho.
Kini mengertilah mereka, bahwa sianak yang sudah
memiliki kepandaian yang tidak dapat diremehkan, bahkan
sudah mengerti ilmu menotok jalan darah, tidak boleh
dipandang ringan. Untung saja bahwa tenaga Ouw Ho memang belum
seberapa. Dengan mengerahkan lwekang-nya, orang yang
tertotok tadi berhasil memunahkan pengaruh totokan itu.
Ketiga orang itu memang merupakan jago2 yang sudah
berpengalaman. Setelah kedua kali nya menelan pil pahit dari
Ouw Ho, mereka segera mengganti siasat.
Ketiga jago itu kini telah memecah diri, dap mereka tidak
serentak melompat dan menubruk Ouw Ho secara ber-sama2
pula. Perobahan cara bertempur ketiga orang itu ternyata tidak
sia2, karena lewat lagi beberapa saat, Ouw Ho sudah
kewalahan dan sibuk sekali menghadapi ketiga lawannya.
Ouw Ho jadi terkejut ketika memperoleh kenyataan bahwa
semakin lama ketiga lawannya itu semakin hebat dan dia sulit
sekali menghindarkan diri dari samberan tangan orang2 itu.
Untuk menyingkir, lebih2 tidak ada harapan.
Walaupun sudah demikian terdesak sedikitpun dia tidak
takut dan sedapat mungkin dia telah mengadakan perlawanan
terus, sambil mencari akal.
Tiba2 dia telah memperoleh sebuah pikiran yang baik untuk
menipu ketiga lawannya itu.
Dia melihat bahwa ditepi jalan sudah banyak sekali orang
yang berkerumun, menyaksikan ialanaya pertempuran yang
ganjil itu. Dengan jalannya pikirannya yang memang masih kekanak2an,
dia yakin bahwa lawan2nya tentu akan ketakutan,
jika dia memberitahukan orang2 itu, bahwa mereka ketiga2nya
adalah culik jahat, yang ingin menculiknya.
Demikianlah, tiba2 sekali Ouw Ho telah ber teriak : "Culik!
Culik! Mereka ini culik! Mere ka ingin menculik aku...... .. "
Walaupun cerdas sekali, dalam seusia semuda itu tentu
saja dia belum mengerti bahwa tidak semua orang
berpendirian sama. Sejak kecil dia hanya mengenal orang2
yang mengutamakan nama baik. Dia sendiri juga sangat takut
disebut jahat. Dia memang sering melanggar larangan orang
tuanya, tetapi dia melakukannya dengan diam2 agar tidak
ketabuan orang. Perbuatan orang2 yang kini dihadapinya itu
juga disamakan dengan perbuatannya sendiri kalau dia mela
kukan sesuatu yang terlarang. Oia percaya bahwa mereka
akan segera lari dengan perasaan malu begitu dia membuka
kedok ketiga orang itu. Alangkah terkejutnya dia, ketika gertakannya tidak
dihiraukannya, bahkan agaknya membuat ketiga orang
lawannya itu jadi semakin bengis dan garang.
Dalam kagetnya, dia jadi lengah dan dia segera sudah
terpegang oleh salah seorang itu.
Dengan nekad, dia berusaha meronta, memukul kepala
orang itu se-kena2nya. Tetapi usahanya sia2 belaka.
Sebentar pula sekujur tubuhnya terasa lemas dan habislah
sudah perlawanannya. Jalan darahnya telah berhasil ditotok dan dengan mudah
dia kemudian dipanggul dipundak orang itu, yang segera lari
se-keras2nya di susul oleh kawan2nya. Diantara orang banyak, ternyata tidak ada seorangpun yang berani menolonginya, karena agaknya merasa takut terhadap ketiga orang ter sebut. Dengan keras ketiga penculik itu ber-lari2 kearah utara. Mereka baru berhenti setelah tiba di muka kedai minuman, dimana terdapat tiga
ekor kuda tertambat dimuka pintu.
Salah seorang diantaranya lalu masuk dan tidak lama
kemudian telah keluar kembali dengan membawa tiga buah
bungkusan kain Agaknya mereka telah menitipkan bekal dan kuda disitu,
dan kini kembah untuk mengambil nya.
Ketiganya segera melepaskan tambatan ke tiga ekor kuda
itu dan menaikinya. Tanpa mem-buang2 waktu mereka lalu melarikan kuda2 itu
keluar pintu utara. Walaupun tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya,
Ouw Ho ternyata masih sadar.
Dengan jengkel sekali dan kualir, dia melihat bahwa dirinya
dibawa keluar kota Ui, sedangkan disepanjang jalan ketiga
orang penculiknya itu sama sekali tidak pernah memperlambat
larinya kuda tunggangan mereka
Entah kemana ketiga orang penculikannya itu ingin
menbawa lari Ouw Ho. Dalam jengkel dan gusarnya, Ouw Ho telah memaki dirinya
sendiri yang di-sebut2 sebagai sitolol dan diapun menyesal
bahwa di telah melalaikan pesan ayahnya.
Tiba 2 Ouw Ho teringat akan ayahnya, yang tentu akan
kuatir sekali memperoleh kenyataan dia tidak berada dirumah
makan tadi. Dia jadi makin menyesal.
Tanpa dikehendaki, air matanya mulai turun mengalir
membasahi pipinya. Dengan kepandaian yang sudah berhasil diyakinkannya,
Ouw Ho seharusnya tidak bisa dikalahkan begitu cepat, kalau
saja dia bisa berlaku tenang.
Tetapi dia sama sekali tidak memiliki pengalaman
bertempur. Dengan menetap didaerah terpencil selama itu,
sejak dilahirkan dia belum pernah berkelahi dengan orang lain.
Karena itu, maka walaupun dia tidak takut menghadapi ketiga
penculiknya itu, dia tidak dapat meremehkan ketiga lawannya
Setelah terlambat, barulah dia menyadarinya hahwa
musuh2nja itu tidak mudah dipermainkannya olehnya, tetapi
justru karena dia ceroboh dan gugup, sehingga dengan
mudah dia ditawan. Keadaannya sekarang itu memang tidak menggembirakan
sekali, bahkan dapat dibilang bahwa dia tengah menghadapi
bahaya. Tetapi sesuai dengan prinsip Im Yang lam setiap persoalan
memang terdapat dua unsur bertentangan yang saling
mengimbangi. Bersama dengan kerugian yang harus dialaminya dalam
peristiwa yang pahit itu, Ouw Ho telah berhasil memetik
pelajaran yang tidak nilai harganya.
Kini Ouw Ho baru mengetahui bahwa semua orang memiliki
pendirian yang sama, cukup banyak orang yang tidak takut
kehilangan nama. Diapun jadi mengerti bahwa orang tidak boleh terlalu
meremehkan kesanggupan orang dan bahwa silat memandang
rendah itu lebih banyak mendatangkan kerugian.
Disamping itu Ouw Ho juga sekarang mengetahui bahwa
dalam penghidupan didunia ini, orang tidak dapat
mengharapkan bantuan orang lain, dan terutama bisa
mengandalkan kesanggupan dan kemampuan diri sendiri,
setelah dilihat dari sikap orang banyak tadi hanya tinggal diam
ketika dia dibawa lari. Sekarang dia juga mengerti bahwa
nafsu tidak dapat dituruti begitu saja, bahkan sebaiknya harus
dapat dikendalikan sebaik mungkin.
Bukankah kalau tadi dia bisa menguasai nafsunya, dia tidak
akan meninggalkan rumah makan itu dan tidak usah
menderita menerima hinaan seperti sekarang ini "
Pengetahuan yang telah diperolehnya dengan jalan
tersebut, dengan adanya peristiwa itu, kelak ternyata sangat
bermanfaat sekali dalam kehidupan Ouw Ho berkelana
didalam rimba persilatan.
Betapa terkejutnya Ouw Hui ketika tidak lama setelah
peristiwa itu dia tiba kembali dirumah makan dan tidak
berhasil menemui puteranya.
Perasaan kagetnya berobah menjadi kemarahan dan
kekuatiran, ketika kemudian dia mendengar cerita para
pelayan rumah makan itu, yang, telah ikut menyaksikan
betapa Ouw Ho diculik oleh tiga orang yang tidak dikenal, dan
sebelum anak itu dilarikan, justru telah terjadi pertempuran
antara Ouw Ho dengan ketiga orang itu.
Ouw Hui berusaha mencari keterangan tentang tiga orang
penculik itu, tetapi selain tidak ada yang mengenal mereka,
dari lukisan2 yang diberikan kepadanya tentang wajah
mereka, dia sendiri juga tidak dapat menarik kesimpulan
rrengenai siapa mereka sesungguhnya.
Ouw Hui masih berusaha mengikuti jejak mereka
berdasarkan petunjuk2 yang diberikan oleh orang2 dijalan,
tetapi usahanya itu terputus dipintu kota sebelah utara.
Diluar itu terbentang padang rumput yang sangat luas.
Kemana dia harus mencari mereka dan kepada siapa dia bisa
meminta keterangan lebih jauh, didaerah yang hampir tidak
berpenduduk itu. Dengan tertegun dia berdiri diluar pintu gerbang itu cukup
lama, rupanya dia digeluti oleh berbagai perasaan, dan ingin
sekali Ouw Hui untuk cepat2 menyusul ketiga penjahat itu,
untuk menghajar mereka dan menolong puteranya.
Tetapi Ouw Hui tidak mengetahui kemana dia harus


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengejarnya. Kalau dia mengejar sekenanya saja, mungkin
juga bukannya berhasil justru hanya akan tersesat dan
terpisah senvkin jauh saja.
Tiba2 dia teringat akan peristiwa kemarin hari, kasa-kusuk
keempat orang dirumah makan itu.
"Mungkinkah mereka yang telah menculik Hojie" Tetapi
mengapa sekarang hanya bertiga dan lukisan tentang muka
mereka juga berlainan sekali. Kukira bukan perbuatan mereka
atas terculiknya Hojie. Mungkinkah komplotan mereka" Jika
memang benar, mereka tentu telah membawanya pergi ......
untuk memaksa aku mengikuti jejak mereka. Ya, untuk
memancing aku mema suki sebuah perangkap yang telah
dipasang dan dipersiapkan mereka. Akhhh, tentu saja anak
sekecil Hojie belum memiliki musuh. Akulah yang tentu tengah
diincer oleh mereka, Kalau demikian, tentu mereka akan
meninggalkan satu petunjuk agar aku bisa mengikutinya.
Tidak berguna aku berdiri disiri terlampau lama, sebaiknya aku
kembali dulu kepenginapan. Mungkin mereka sudah
meninggalkan surat tantangan disana." Begitulah Ouw Hui
telah berpikir dengan perasa an dan hati yang kalut sekali.
Setibanya dipenginapannya, dia jadi kecewa bukan main,
.karena dikamarnya dia tidak menemukan sesuatu apapun
juga. Sedangkan para pelayan dan kuasa belum mengetahui
perihal peristiwa penculikan diri Ouw Ho.
Dengan hati yang risau dan rawan dia berpikir keras untuk
memecahkan teka-teki mengenai siapa yang telah melakukan
penculikan ini, dan kemanakah mereka itu membawa
puteranya " Setelah berpikir sekian lama, Ouw Hui jadi semakin yakin
bahwa yang menjadi tujuan para penculiknya itu ialah
pembalasan dendam kepadanya. Dia juga sudah tidak
meragukan pula, bahwa musuh2 itu tentu sudah
mempersiapkan sebu ah perangkap untuk menjebak dirinya
dia yakin orang2 itu ingin mempergunakau anaknya sebagai
unpan belaka, agar memancing Ouw Hui masuk kedalam
perangkap itu. Karena yakin, maka hatinya jadi agak lega. Tentu saja
untuk sementara puteranya itu tidak akan diganggu.
Dia sendiri sedikitpun tidak gentar menghadapi musuh2
yang bagaimana sekalipun juga. Dengan kepandaian yang
dimilikinya sekarang, mungkin sudah tidak ada orang yang
bisa mencelakainya dengan jalan bertempur secara berterang.
Tetapi bagaimana kalau mereka nanti memaksa dia untuk
msnyerah dengan jiwa puteranya sebagai jaminan "
0ooo0de0ooo0 Ouw Hui memang bersedia, rela, untuk berkorban demi
puteranya tersebut. Tetapi bagaimana kalau mereka nantinya
tidak juga melepaskan puteranya walaupun telah ditukar
dengan jiwanya" Dan Ouw Hui menyadarinya, bahwa seluruh orang2 yang
pernah dirubuhkan dan dihajarnya merupakan manusia2 jahat
dan kejam tidak memliiki perasaan kemanusiaan. Walaupun
mereka berjanji akan membebaskan puteranya jika Ouw Hui
bersedia menyerahkan dirinya maupun jiwa nya, tetapi putera
Ouw Hui juga akan di binasakannya.
Ouw Hui jadi menghela napas dalam2, dia jadi demikian
bingung memikirkan keselamatan puteranya.
Lebih mungkin menurut dugaannya, bahwa mereka ingin
mencelakai anak Ouw Hui, setelah Ouw Hui dibunuhnya.
Jika memang persoalan telah terjadi demikian, lalu apa
yang harus dilakukannya"
Kepala Ouw Hui jadi pusing memikiikan semua itu dan
hatinya semakin risau saja ketika membayangkan betapa
perasaan isterinya kelak jika mengetahui patera mereka,
sinakal telah lenyap dan diculik orang.
Ouw Bui juga mengetahui tanggung jawab dalam bentuk
bagaimana dia harus mempritanggung jawabkan kelalaiannya
dalam mengawasi puteranya tersebut.
Agaknya tidak ada jalan lain lagi yang lebih baik dari segera
mengejarnya dan mencaci tempat persembunyian musuh2 itu,
sedangkan mereka belum bersiap sedia, mereka belum
mengharapkan kedatangannya.
Tetapi kemana dia harus menyusul dan mencarinya" Inilah
yang sulit, karena dia tidak dapat mengetahui kearah masa
para penculik itu melarikan Ouw Ho.
Ouw Hui berusaha mencari jejak dari ketiga penculik
anaknya itu, namun selalu gagal dan dia tidak berhasil sama
sekali. Tiba2 terkilas didalam benak pikirannya bahwa musuh2nya
itu mungkin bersembunyi tidak jauh disekitar Ui.
Kalau memang benar dugaannya itu, masih ada harapan
baginya untuk menemukan jejak, dan menyergap ketiga
penculiknya itu, sebelum mereka menduga dan ber-siap2
untuk menyambut kedatangannya.
Dan jika dia tak bisa mencarinya, tentu celaka dan
sengsaralah Ouw Ho. Namun kalau saja dia bisa menyusul dengan tiba2 diluar
dugaan mereka, rasanya tidaklah terlalu sulit untuk merebut
kembali puteranya itu Hanya berapa besarkah kemungkinan seperti itu, yaitu
berhasil menemukan jejak dan tempat persembunyian
penculik2 anaknya itu "
Ouw Hui sendiri tidak mengetahui dan dia tidak mau
memikirkannya. Dalam kedudukannya yang demikian terjepit
seperti saat itu sekalipun sangat kecil harapannya, namun
berusaha memang masih lebih baik dari berdiam diri saja
menyerah kepada nasib. Lagi pula, siapa tahu kalau2 diiengah perjalanan kelak dia
bisa menemukan sebuah petunjuk atau memperoleh
keterangan berharga lainnya "
Dengan berpikir demikian, Ouw Hui segera juga
meninggalkan kamarnya dan setelah meninggalkan pesan
kepada kuasa penginapan, dia segera berangkat dengan
berkuda. Pertama sekali dia telah pergi kepintu gerbang sebelah
utara dari kota tersebut dan setelah memperoleh keterangan
mengenai arah yang ditempuh ketiga penculik itu, dia
meneruskan perjalanannya lagi.
Sampai sejauh sepuluh lie dia melarikan kudanya dan
belum berhasil memperoleh keterangan yang bisa dijadikan
bahan untuk mencari jejak penculik2 itu.
Dan suatu saat, tibalah Ouw Hui disebuah tempat yang
agak jarang sekali ditumbuhi rumput2, dan disitu. diantera
rumput2 dia melihat bekas2 kaki kuda.
Dilihat dati letak jetak itu, yang melalui tempat tersebut,
jumlahnya tentu tiga ekor kuda, sesuai dengan jumlah musuh
yang menculik puteranya Hanya mengapa begitu aneh bekas tapak2 kaki kuda itu
datangnya dari arah barat desa menuju ketimur.
Dia memutuskan untuk mengikuti jejak itu
Dibandingkan tidak memiliki pegangan sama sekili, lebih
baik dia memang berusaha mengikuti sampai beberapa lie.
Kalau selanjutnya ternyata bahwa ada sesuatu yang
mencurigakan, maka dia masih bisa mencarinya lagi kearah
lain. Semakin ke-Timur, semakin jarang pula rumput yang
tumbuh didaerah itu dan bekas2 kaki kuda itu menjadi
semakin jelas. Tiba2 arah jejak kaki kuda itu telah berobah pula membelok
kearah selatan, seperti juga hendak menuju kekota Ui Jagi.
Ouw Hui sudah hendak meninggalkan jejak kaki kuda itu,
karena dianggapnya bahwa dia telah mengikuti jejak yang
keliru. Tetapi tiba2 dia terpikir sesuatu yang membuat hatinya jadi
girang bukan main karena dia telah melihat sesuatu, terpisah
beberapa langkah dari tempatnya berada, dia melihat sebutir
kancing warnanya sama dengan warna kancing puteranya.
Dan ketika dia mendekati, matanya jadi terpentang lebar2.
Didekat kancing itu dia melihat sebuah huruf Ho, nama
puteranya. Hanya huruf itu agak, aneh ditulisnya, entah
dengan mempergunakan alat apa. Tampaknya seperti ditulis
dengan mencurahkan air dari poci. Tetapi Ouw Hui tidak mau
pusing2 memikirkannya. Hatinya sudah girang bukan main
melihat petunjuk tersebut. Dia yakin bahwa itulah perbuatan
Ouw Ho, si nakal yang memang memiliki banyak sekali akal
bulus. Cepat2 Ouw Hui menaiki kudanya yang dilarikan keras
sekali mengikuti jejak yang tidak perlu diragukan itu lagi.
Kurang lebih satu lie dari tempat tadi, jejak itu kemudian
membelok ketimur lagi, untuk kemudian berobah arah lagi
kejurusan tenggara. Yakinlah Ouw Hui kini, bahwa jejak itu pasti akan
menuntunnya ketempat persembunyian musuh dan dia sudah
mengerti mengapa arah jejak itu ber-obah2 terus, yaitu untuk
membuatnya menduga bahwa telah mengikuti jejak yang
keliru dan segera melepaskannya.
Siasat orang2 icu benar saja hampir dapat memperoleh
hasil gemilang, kalau bukan Ouw Ho telah meninggalkan
sebuah petunjuk dan menggagalkan usaha orang2 itu.
Sepuluh lie lagi setelah dilalui, tanpa dijumpainya sesuatu
yang baru. Dipercepatnya lari kuda tunggangannya, tetapi suatu saat
dia menjadi terkejut. Dari depan dia melihat seekor kuda dilarikan keras setali
oleh penunggangnya. Dalam sekejap mata saja kuda itu sudah datang cukup
dekat dan segera ,Ouw Hui dapat mengenali siapa
penunggang kuda yang lari kuat itu, dan membuat mata Ouw
Hui jadi terpentang lebar2, karena segera juga dia
mengenalinya bahwa penunggang kuda itu tidak lain Ouw Ho.
Ouw Hui segera berteriak girang, penunggang kuda itu yang
memang Ouw Ho, yang sesaat kemudian sudah berhenti di
samping ayahnya sambil tertawa girang dan melompat untuk
merangkulnya. Waktu itu sudah mendekati senja, matahari sudah
menyilam dari cakrawala barat dan tidak lama pula cuaca
sudah akan gelap. Ouw Hui cepat2 mengajak anaknya kembali kekota Ui dan
disepanjang jalan anak nakal itu menceritakan
pengalamannya. 0ooo0dw0ooo0 TERNYATA waktu ketiga orang penculik itu membawa Ouw
Ho keluar dari Ui, Ouw Ho ingin sekali memaki mereka, tetapi
urat gagunya telah ditotok sehingga dia tidak bisa
mengucapkan sepatah perkataanpun juga.
Diam2 Ouw Ho telah memperhatikan jalan yang dilaluinya.
Didalam hatinya dia telah bertekad untuk melarikan diri, setiap
ada kesempatan. Walaupun sudah mengetahui bahwa ketiga penculik itu
berkepandaiai tinggi semua, sedikitpun dia tidak bimbang
bahwa pada suatu waktu dia akan berhasil melarikan diri.
Dengan heran dia melihat bahwa, setelah berjalan lurus
keutara sepanjang empat atau lima lie, tiba2 mereka
membelok kearah barat untuk kemudian dengan membuat
setengah lingkaran yang besar, menuju ketimur.
Mula2 Ouw Ho tidak mengerti mengapa orang2 itu bersikap
begitu aneh, tetapi tidak lama kemudian tahulah dia apa
sebabnya. Didaerah sebelah timur dan timur laut Ui tanahnya agak
kering. Juga disamping itu bercampur pasir dan rumputnya
jarang sekali. Kalau mereka tadi langsung menuju ketimur
atau ketimur laut, bekas kaki kuda mereka akan terlihat jelas
ditanah dan jejak mereka akan mudah diikuti orang.
Agaknya penculik2 itu yakin bahwa lewat tidak berapa lama
lagi mereka pasti akan dikejar
Untuk menyesatkan pengejarannya, atau se-tidak2nya
mempersulit pengejarannya itu, mereka telah menemukan
cara yang sengaja menempuh jalan yang lebih panjang itu
melalui tanah yang berumput tebal, agar jejak mereka tidak
kelihatan. Setelah mereka terpisah cukup jauh, dari Ui,
barulah mereka berjalan ketimur. Kalau kebetulan sipengejar
menemukan juga jejak mereka ditanah kering itu, tentu
pengejar itu akan menduga jejak kaki kuda tersebut tentunya
jejak kaki kuda orang lain, karena menuju kembali ke Ui dari
arah barat laut, jadi bukan dari Ui. Hanya mereka ternyata
tidak menduga, dalam keadaan putus asa seperti itu, Ouw Hui
mengikuti juga jejak itu, walaupun dia masih ragu2.
Setelah berjalan kurang lebih satu jam pula, tiba2 mereka
membelok kearah selatan, se-akan2 hendak menuju kekota Ui.
Siasat ini memang licik dan cerdik sekali, karena seseorang
yang mengejar mereka tentu akan menduga bahwa dia telah
keliru mengikuti jejak orang lain dan segera melepaskannya
untuk mencari ketempat lain.
Tetapi sekali inipun mereka tak dapat meta wan maunya
takdir. Ketika menotok sianak bermuka hitam itu! mereka telah
menotok agak perlahan, karena mereka hanya bermaksud
agar anak itu tidak bisa melawan dan berteriak lagi.
Dengan memiliki maksud untuk mempergunakannya
sebagai umpan, tentu saja mereka kuatir jiwa anak itu
melayang kalau tertotok terlalu keras.
Hanya mereka tidak mengetahui bahwa anak itu telah
memahami hampir seluruh ilmu silat keluarga Ouw, yang juga
memiliki suatu pelajaran mengerahkan Iwekang untuk
membebaskan diri dari pengaruh totokan yang bagaimana
bentuknya. Karena latihan lwekangnya masih sangat kurang. Ouw Ho
tidak bisa cepat membuka sendiri totokan itu, tetapi setelah
berlangsung beberapa saat, lebih dari dua jam, dia sudah bisa
bergerak lagi. Seketika itu juga dia melihat ketiga penculiknya telab
merobah arah perjalanan se-akan2 hendak menuju ke-Ui. Ouw
Ho segera mengerti maksud pen-culik2nya itu. Tiba2 dia telah
menoleh dan berkata "Tolong bernenti sebentar aku hendak
kencing......Tidak tahan nih......"
Mendengar suaranya dan melihat bahwa dia sudah bisa
bergerak, ketiga orang itu tentu saja jadi kaget.
Tetapi mengingat bahwa kepandaian ilmu silat anak ini
belum berarti apa2, mereka tidak menjadi kuatir karenanya.
Hanya saja orang yang membawa Ouw Ho dipelananya


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentu sajia kuatir kalau2 terkena air kencing Ouw Ho.
Dia segera menghentikan kudanya dan menurunkan anak
nakal bermuka hitam itu. Ouw Ho bukan segera membuka celananya dan kencing
disitu juga. Dia berjalan kembali kearah yang tadi telah
dilewati dan dilalui mereka.
Orang2 itu tentu saja ssgera memburu sambil berteriak :
"Kau jangan coba2 melarikan diri".
Disaat itu Ouw Ho sudah berhenti, sambil menoleh dia
berkata ; "Siapa yang ingin melarikan diri " Aku hanya malu
kencing dengan dilihat dan ditonton oleh kalian Ayo kesana
sedikit, jangan dekat2".
Legalah hati orang itu dan mereka segera kembali
ketempat kuda mereka. Mereka bahkan telah mentertawakan kekuatiran mereka
sendiri, yang tidak beralasan. Bagaimana mungkin seorang
anak kecil seperti Ouw Ho ingin melarikan diti, sedangkan dia
tidak berkuda " Memang, dengan kepandaian yang tidak seberapa itu, tidak
mungkin sianak bermuka hitam itu melarikan diri, karena
mereka merupakan ahli2 silat belas satu yang sangat disegani
oleh orang2 rimba persilatan.
Setelah ketiga musuhnya itu membatalkan maksudnya
mencari dia, bahkan telah menjauh-Ouw Ho segera membuka
celananya dan kencing. Tetapi diluar dugaan penculik2 itu. dia bukan hanya
sekedar kencing saja. Ketika itu dia sudah memutuskan sebutir kancing bajunya
dan menjatuhkannya didekat tempat mereka membelok tadi.
Ouw Ho kencing pun bukan kencing asal kencing saja Dari
tempat ketiga penculik itu tampaknya dia kencing sambil bermain2,
tetapi sebenarnya dengan air kencingnya dia telah
menulis huruf Ho ditanah, yaitu huruf yang kemudian dilihat
Ouw Hui dan membuatnya yakin bahwa dia tidak keliru
mengikut jejak penculik anaknya.
Setelah itu, dengan tenang dan sambil ter-tawa2 Ouw Ho
kembali menghampiri ketiga orang penculiknya. Sebagai
seorang anak yang cerdik, dia menyadari bahwa tiada
gunanya dia berusaha melarikan diri.
Kini dia puas, karena sudah berhasil meninggalkan satu
petunjuk yang pasti tidak akan meragukan ayahnya. Dia juga
yakin bahwa ayahnya tidak akan tinggal diam dan akan segera
melakukan penyelidikan. Dia sudah memperhitungkan bahwa penyelidikan itu tentu
akan dimulai didaerah sekitar Ui, dan sudah tentu ayabnya
akan menemukan petunjuk penting yang telah ditinggalkannya
itu. Dugaan sinakal yang memiliki seribu satu macam akal itu
memang tidak meleset dan tanda2 yang ditinggalkannya itu
ditemukan oleh Ouw Hui, sehingga gagallah siasat ketiga
penculik itu. Mendengar cerita Ouw Ho sampai disitu, Ouw Hui
tidak bisa menahan tertawanya yang keras.
Didalam hatinya Ouw Hui telah berpikir. "Sungguh luar
biasa anak ini. Kelak tentu dia akan melebihi ayahnya dan
kakek moyangnya, kecuali Sui Thian Ho Li seorang".
Sinakal Ouw Ho segera melanjutkan pula ceritanya:
Setelah Ouw Ho kembali menghampiri ketiga penculiknya
itu, perjalanan segera dilanjutkan pula.
Arah yang dituju mereka adalah arah tenggara.
Kurang lebih satu jam kemudian tibalah mereka disebuah
daerab yang memiliki sumber air.
Disekelillng sumber air itu tumbuh beberapa pohon, yang
walaupun tidak seberapa tinggi tetapi cukup rindang daunnya.
Kuda2 tunggangan mereka tiba2 menjadi sulit dikendalikan
dan agak liar, mereka mendekati pohon2 itu, Hal itu tidaklah
terlalu mengherankan, karena setelah melakukan perjalanan
begitu jauh, binatang tunggangan tersebut tentu sudah letih
dan haus dan ketika mencium bau air mereka tidak dapat
mengendalikan keinginan mereka, yang membuat ketiga
penculik itu sulit mengendalikan kuda tunggangan masing2.
Disamping itu, ketiga penunggang itu sendiri juga sudah
merasa cukup aman dengan bera darya mereka didaerah
tersebut. JUGA bagi mereka tempat berteduh dibawah pohon2
rindang itu bukannya tidak menarik, karena itulah mereka lalu
berhenti untuk melepaskan lelah dan mengisi perut.
Setelah ber jam2 berada di bawah terik matahari,
kesejukan udara dibawah pohon rindangi itu benar2 nikmat
sekali rasanya. Mereka juga agak malas untuk cepat2
melakukan perjalanan pula.
Sambil ber-malas2an dibawah pohon2 itu, mereka berusaha
mengajukan rupa2 pertanyaan kepada Ouw Ho, yang
menjawab semua pertanyaan itu secara menyimpang.
Kurang lebih setengah jam kemudian, pemimpin
rombongan penculik itu merasa bahwa mereka sudah cukup
lama beristirahat ditempat itu dan dia telah perintahkan
kawan2nya segera bersiap2 untuk segera melakukan
perjalanan pula. Ketika itu tiba2 dari arah kota Ui terdengar derap langkah
kaki kuda. Dengan terkejut mereka telah menoleh, dan dari
jauh tampak empat orang tengah mendatangi kearah mereka.
0ooo0dw0ooo0 Jilid 4 PENDATANG itu tampaknya seperti hwe-shio, pendeta.
Ketiga orang penculik itu jadi merasa kua-tir, jika keempat
nweshio itu menjaga hendak mengejar mereka untuk
menolong! Ouw Ho, cepat2 mereka mempersiapkan senjata.
Sementara itu, agaknya keempat pendatang baru itu juga
telah melihatnya orang2 yang berada dipohon itu.
Tampaknya mereka memang ingin beristirahat juga dan
telah berhenti. Sesaat mereka kasak-kusuk, setelah itu
keempat pendatang baru itu melanjutkan perjalanan mereka
menghampiri kearah pohon2 tempat meneduh Ouw Ho dan
ketiga penculiknya. Mungkin msreka juga bercuriga dan sambil menjalankan
kuda mereka per-lahan2, tangan mereka sudah siap didekat
gagang senjata masing2. Tidak lama kemudian mereka sudah datang dekat sekali
dan segera dapat dikenali.
Ternyata keempat orang itu memang hweshio semuanya.
Ketika itu Ouw Ho jadi terkejut sekali.
Walaupun keempat orang itu kini berkepala gundul licin
seperti hweshio, dia masih bisa mengenali keempat orang itu
sebagai empat orang tamu dirumah penginapan yang telah
pergi tanpa membayar uang sewa kamar.
Dasar Ouw Ho memang masih anak2, peragaan kagetnya
hanya sejenak saja sudai lenyap kembali. Dan setelah teringat
bahwa keempat orang itu telah dipermainkannya dan kini
terpaksa mereka berkepala gundul seperti itu, Ouw Ho tidak
bisa menahan tertawanya yang be-gelak2 memenuhi tempat
itu. Ketiga orang penculik itu terkejut mendengar tertawanya
Ouw Ho. Menurut dugaan mereka, tertawa . anak itu tentunya
disebabkan kegembiraannya sebab telah datang bata bantuan
Untuknya. Salah seorang segera hendak menotok Ouw Ho, tetapi anak
itu berhasil menyelamatkan diri dengan menyelinap kedafam
batang pohon. Melihat kekuatiran penculik2nya, didalam otak Ouw Ho
seketika timbul sebuah akal yang baik sekali.
Se-keras2nya dia berteriak: "Benar, benar, inilah mereKa
yang hendak mencelakai aku" Turun tanganlah tanpa segan2,
biar mereka tahu rasa!"
Kini yakinlah penculik itu bahwa kedata Ugan keempat
bweesbio itu memang untuk menolongi Ouw Ho
Serentak mereka menghunus senjata dan me lompat
kemuka. menghadang keempat hweshio itu.
Sebaliknya empat pendatang tu itupun terkejut sekali
mtndengar teriakan Ouw Ho, yang lalu disusul melompatnya
ketiga orang yang tidak dikenalnya itu telah menghadang
rnereka dengan senjata terhunus.
Mereka menduga bahwa ketiga orang penghadang itu
tentunya kawan Ouw Ho, yang sudah dikenalnya sebagai
putera Ouw Huu Didalam hati mereka timbullah dugaan babwa mungkln
sekali ketiga orang inilah yang semalam telah mempermainkan
mereka. Karena timbullah dugaan seperti itu, sekeri ka itu pula
meluap amarah mereka. Dan serentak mereka pun telah
menghunus senjata masing2,
"Suwie Taisu, apakah talinn datang untuk mengambil anak
itu" Kalau benar, lebih baik kalian mengurungkan niat itu, jika
memang kalian ingin tidak terjadi sesuatu. Tetapi kalau kalian
memaksa, hemmm, kami terpaksa akan berlaku kurang ajar,"
kata ketiga penculik itu dengan suara hampir berbareng.
Kata2itu mengandung tantangan dan bersifat mengancam.
Keempat orang yang baru datang itu jadi
yakin'.batiwafkeliga orang inilah yang telah mem permainkan
mereka. , Dengan, mengeluarkan suara erangan, mereka sudah
hendak membuka mulut untuk menjawab dengan makian.
Tetapi Ouw Ho sudah mendahului berseru; "Tidak guna
menghamburkan kata2 Hajar saja, habis perkara."
Ketiga penculik itu melihat bagaimana keempat pendeta itu
sudah hendak membuka mulur tetapi telah didahului Ouw Ho.
Mereka kuatir, jika Hweshio2 itu akan mendahului turun
tangan sehingga mereka harus bertempur dalam waktu yang
lama sedangkan mereka kuatir- sekali, kalau2 dibelakang
hweshio2 itu akan menyusul pula kawan2nya yang lain.
Dan yang kuatirkan adalah pengejaran yang dilakukan oleh
Ouw Hui sendiri, karena jika Ouw Hui telah tiba ditempat ini,
tentu mereka akan celaka.
Karena itu, tanpa mengucapkan sepatah per kataan juga,
mereka serentak telah melancarkan, serangan sebelum
keempat lawan itu turun dari kuda mereka.
Hweshio2 tersebut ternyata juga hebat sekali,
Dengan mudah mereka dapat mematahkan serangan ketiga
penculik tersebut dan sesaat kemudian sudah melompat turun
dari kuda2 mereka. Kedua belah pihak ternyata berimbang kepandaiannya dan
pertempuran itu memang seru sekali.
Tanpa mereka sadari, ketujuh orang itu telah berhasil ditipu
dan dibakar oleh Ouw Ho. Dengan kecerdikannya anak itu telah melihat kesempatan
yang ada untuk mengadu dombakan kedua pihak itu.
Dengan sengaja dia berteriak, menganjurkan untuk turun
tangan, tanpa menyebutkan dan tanpa menegaskan kepada
pihak mana perkataannya-itu ditujukan.
Dan dia hanya ber-teriak2 menganjurkan turun tangan
belaka. Oleh sebab itu, kedua belab pihak jadi saling curiga
mencurigai dan masing2 lalu hendak turun tangan lebih dulu
untuk me rebut kemenangan yang cepat sekali, justru ka rena
sama2 terlalu bernafsu untuk merubuhkan lawan masing2.
Dan merekapun masing2 yakin bahwa lawan mereka itu
merupakan musuh atau se-tidak2nya merupakan kawan dari
ayah Ouw Ho. Keruan saja, akibat adanya dugaan seperti itu, telah
membuat mereka jadi menurunkan tangan bengis untuk setiap
penyerangan yang mereka lakukan.
Dengan mengeluarkan seluruh kepandaian masing2 kedua
belah pihak bertempur dengan di liputi kegusaran, untuk
memaksa dan merubuhkan lawannya dengan cepat.
Mereka telah melihat bahwa kepandaian mereka memang
berimbang, dan pertempuran itu agaknya akan ber-larut2 dan
berlangsung cukup lama. Sambil mengeluh didalam hati, ketujuh orang itu
memperhebat serangan2nya, untuk merubuhkan lawan
secepat mungkin. Seluruh perhatian mereka tercurah kepada pertempuran
itu, karena jika mereka berlaku lengah sedikit saja, niscaya
mereka akan celaka. Sementara itu, sambil terus menerus ber-teriak2
memberikan anjurannya untuk membakar kedua belah pihak
yang tengah bertempur itu, Ouw Ho sedikit demi sedikit telah
mendekati kuda2 ketiga penculiknya.
Selama beberapa saat dia menanti lagi sambil
memperhatikan jalannya pertempuran itu.
Setelah memperoleh kenyataan bahwa ketujuh orang yang
tengah bertempur itu tidak memperhatikannya lagi, tiba2 dia
melompat ke-atas seekor kuda.
Kemudian dicambuknya kedua ekor kuda yang lainnya,
sehingga binatang tunggangan itu lari se-keras2nya
meninggalkan gerombolan pohon tersebut.
Seketika itu juga Ouw Ho telah melarikan kudanya kearah
kuda2 keempat orang2 hweshio itu, yang lalu dicambuknya
juga sehingga semua lari serabutan kesegala penjuru.
Setelah itu, Ouw Ho sendiri melarikan kudanya kearah
barat laut, kembali mengikuti jejak yang dilaluinya tadi, sambil
tertawa nyaring dan mengeluarkan ejekan2 kepada ketujuh
orang itu. Perbuatan Ouw Ho lentu saja sangat mengejutkan ketujuh
orang yang tengah bertempur itu.
Dengan bersarra mereka telah menghentikan serangan dan
gerakan senjata masing2 dan ber diri tertegun memandang
kearah Ouw Ho yang sudah semakin menjauh dan tampaknya
semakin kecil. Entah apa yang mereka tengah pikirkan saat itu, yang pasti
adalah perasaan menyesal yang membungkah dihati masing2.
Cerita Ouw Ho tentang pengalamannya itu kemudian
ditutupnya dengan suara tertawanya 'yang keras.
Sedangkan Ouw Hui juga tidak bisa menahan tertawanya
lagi. Tanpa merasa mereka sudah tiba dimuka kota IH lagi.
Tetapi ternyata pintu gerbang sudah ditutup, dan mereka
tidak dapat masuk. Dglam girangnya, Ouw Hui tadi telah melupakan hal itu dan
kini mereka terpaksa harus me numpang bermalam disalah
sebuah rumah penduduk diluar kota.
Bagi Ouw Hui, peristiwa2 selama dua hari di Ilh itu


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meninggalkan dua kesan. Seperti umumnya setiap orang yang menjadi ayah, Ouw
Hui tentu saja sangat berbesar ha ti dengan kecerdikin
puteranya yang telah dibuktikan selama dua hari ini.
Tetapi disamping kegembiraannya itu, dia-pun menjadi
berkubur sekali, kini sudah terlihat jelas bahwa musuh2nya
masih tetap hendak mencari jejaknya untuk menuntut balas
dan beberapa musuhnya itu sekarang sudah dapat di lli
Walaupun kini mereka belum dapat mengetahui tempat
tinggalnya, tetapi sudah dapat di pastikan bahwa tidak lama
lagi mereka akan mengetahui dan datang untuk mencarinya.
Mengenai keselamatan dirinya sendiri, dia sama sekali tidak
berkuatir apa2. Walaupun musuh2 itu tentunya telah mem pelajari
kepandaian2 yang jauh lebih tinggi dari sebelumnya, bahkain
kini mereka berani menca rinya membuktikan bahwa mereka
memang jauh lebih heoat kepandaiannya dari beberapa waktu
yang lalu, dan mereka bermaksud ingin menuntut balas, daa
Ouw Hui juga tidak tinggal diam selama sepuluh tahun
terakhir ini. Walaupun hidupnya se-hari2 penuh kesibu kan untuk
keperluan rumah tangganya dan untuk mendidik dan
puteranya, tidak pernah seharusnya dia melalaikan latihannya
sendiri. Berkat kecerdasannya dan dengan petunjuk berharga dari
mertuanya, berdasarkan pengalaman orang tua itu, maka
kepandaiannya sekarang ini sudah jauh melampaui
kepandaiannya sepuluh tahun sebelumnya, ketika dia telah
menghajar dan melabrak kawanan penghianat dan kaki
tangan pemerintah penjajah Poen di Swat Hong Sancung,
dirumah Touw Sat Kauw. Kini Ouw Hui sudah berhasil menciptakan semacam ilmu
istimewa sebagai hasil dari jerih payahnya ber-tahun2 tekun
mengasah otak. Dengan adanya Kim Bian Hud, yang sudah memperoleh
pelajaran langsung dari Ouw It To mengenai ilmu silat
keluarga Ouw, banyak bagi-an2 dari ilmu silat pusaka itu,
yang tadinya ma sih samar- baginya, kini menjadi jelas sekali,
Dan kini dia dapat menjajaki ilmu itu sampai kedasarnya.
Disamping itu, dengan memiliki menantu sebagai Ouw Hui,
Biauw Jin Hong tentu saja menjadi girang dan juga puas.
Kepada menantunya itu dia dapat mewaris kan seluruh
kepandaiannya agar ilmu pusaka ke luarga Biauw tidak
menjadi hilang percuma sa ja, karena tiada yang mewarisinya.
Ilmu istimewa yang diciptakan oleh Ouw Hui baru2 ini,
sesungguhnya tidaklah melebihi kedua ilmu keluarga Ouw dan
Biauw dalam hal kehebatannya. Yang istimewa adalah bahwa
deng an ilmu itu orang lidak terikat lagi mempergunakan suatu
senjata tertentu, dapat memperguna kan senjata, apa saja.
Ouw Ke To Hoat adalah suatu ilmu yang khusus untuk
mempergunakan golok, sedangkan Biauw Ke Kiam Hoat
hanyalah dapat dipergunakan dengan bersenjatakan pedang.
Berkat ketekunannya itu, Ouw Hui dapat juga menyelami
intisari dari kedua macam ilmu silat hebat itu.
Yang luar biasa lagi, Ouw Hui dapat meng gabungkan
kedua intisari dari ilmu silat itu dan menciptakan ilmunya yang
istimewa sekali. Kalau orang sudah berhasil menguasai dengari mahir ilmu
tersebut, dia tentu akan dapat mem pergunakan setiap
senjata pendek dengan sama sempurnanya jika dibardingkan
dengan dia mem pergunakan senjata yang panjarg.
Jika dilihat dari lamanya, Biauw Jin Hong sesungguhnya
yang sudah lama memahami dasar2 kedua ilmu itu.
Mengapa bukannya Biauw Jin Hong, tetapi justu Ouw Hui
yang ternyata berhasil menggabungkan saiu kedua ilmu itu "
Sebabnya harus lah dicari pada watak mereka.
Menurut adat istiadat dari tradisi keluarga Biauw
mengutamakan kemurnian dari. ilmu silat turunan dan
keluarga Biauw, dan umuk selanjut nya akan dipertahankan
kemurnian ilmu silat i-tu. Dan jika terjadi perobahan maupun
penambahan terhadap ilmu silat lain didalam Biauw Kee Kiam
Hoat, berarti ilmusilat keturun d Biauw itu tidak murni lagi,
sehingga lebih tepat jika semua itu hanya disebut sebagai
penyempurnaan yang menodai kemurnian ilmu itu sendiri.
Dasar dari palajaran demikian tepat sekali bagi Kim Bian
Hud, yang wataknya sungguh2 dan sangat sederhana sekali,
sehingga dapatlah dikatakan bahwa ilmu Itu mencapai
puncaknya Sebagai salah seorang akhli silat kelas utama, Kim
Bian Hud memang telah berhasil memahami ilmu silat
keluarga Ouw dalam beberapa hari saja, bahkan dia telah
berhasil menguasai intisarinya.
Tetapi untuk dapat mempersatukan unsur2 penting dari
kedua macam ilmu silat dari kedua keluarga itu, tentu saja
tidak mudah, dan justru ke-dua2nya harus memiliki
keistimewaan dan watak serta pendidikan lain. Dan keduanya
dari unsur kedua ilmu itu digabungkan, sehingga akhirnya
terciptalah semajcam ilmu yang hebat sekali.
Didalam bidang itulah letak keistimewaan pelajaran
keluarga Ouw, sejak Hui Titian Ho Li berhasil mempersatukan
unsur seni silat dari berbagai partai pintu perguruan silat
diseluruh daratan Tionggoan, setiap keturunan telah
memasukkan unsur2 baru yang dipetiknya dari ilmu yang lain.
Setelah bertanding dan bertukar pikiran dengan Kim Bian
Hud, kalau bukannya dia mati Ouw It To tentu akan berhasil
memper satukan unsur2 keistimewaannya kepandaian Kim
Biau Hud untuk membuat ilmunya lebih sempurna lagi.
Keluarga Ouw dapat melakukan semua itu karena dasar
pelajaran ilmu mereka lebih mementingkan kecepatan dan
perobahan2 yang tidak terduga.
Terutama ;ekali unsur terakhir itulah yang selalu membuka
kemungkinan bagi para putera keluarga Ouw untuk memetik
sesuatu yang berfaedah dan ilmu lain untuk ditambahkan
kepada ilmunya. Setiap penan.bahan itu dicatat dan dijelas kan dalam kitab
pusaka mereka. Kini Ouw Hui telah berhasil melakukan se suatu yang lebih
hebat dalam generasi2 yang terdahulu, kecuali si Hui Thian Ho
Li. Hal itu bukan karena dia lebih cerdas dan para leluhur nya
itu. Sebabnya sederhana saja. Kesempatannya untuk
melakukan itu memang jauh lebih luas.
Sejak mulainya menetap ditempat sunyi itu, dengan tekun
dia telah mempelajari seluruh Biauw Kee Kiam Hoat dibawah
pimpinan Kim Bian Hud Dengan cepat sekali dia sudah memahami seluruh ilmu itu
dan dalam waktu hanya tiga ta hun saja, kepandaiannya ilmu
pusaka keluarga Biauw itu sudah berimbang dengan Kim Illan Hud sendiri-
Kemudian, dengan tenang dia mulai memi kirkan dan
mengolahnya kedua ilmu itu.
Kalau dia tinggal dikota, atau hidup merantau seperti dulu,
dia tentu tidak akan bisa ber pikir tenang dan hasilnya tentu
juga tidak akan sebesar itu.
Suasana tenang yang ada disekelilingnya, kini terbukti
betapa besar manfaatnya. ,
Per-tama2 -memang sulit baginya untuk menemukan titik2
pertemuan antara kedua ilmu i-tu. Tetapi lambat laun semakin
lancarlah usaha nya itu dan kurang lebih satu tahun yang lalu
dia telab berhasil dengan gemilang.
Dengan ilmunya yang baru diciptakannya i-tu, dia dapat
mempergunakan segala macam sen jata pendek seperti
pedang, golok, Thicio, gada, tombak pendek dan lain2 senjata
pula, dengan sama sempurnanya dan tanpa mengurangi daya
tempurnya yang luar biasa.
Dengan memiliki kepandaian begitu tinggi, .Ouw Hui
menang tidak perlu kuatir akan keselamatan dirinya sendiri.
Justru yang dikuatirkannya adalah keselamatan isterinya
dan anaknya dan keselamatan Peng Ah Sie yang kini sudah
berusia lanjut. Dengan adanya Kim Bian Hud dan sikembar Cie Beng dan
Cie Jin, kalau musuh datang menyerang diwaktu mereka
semua berada diru-mah, tidaklah sulit untuk melindungi ketiga
orang yang dicintainya itu.
Tetapi bagaimana kalau musuh datang diwaktu mereka
berada diluar dan datang dengan berkawan banyak"
Bukankah dengan adanya ancaman bahaya seperti itu, dia
jadi tidak dapat meninggalkan keluarganya dirumah tanpa
perlindungan" Dan bukankah dia jadi se olah2 seorang
tawanan yang dipenjarakan dirumahnya sendiri"
Semakin pikirkan semakin menggelisahkan ancaman
bahaya itu, bahkan membuat dia menggidig dan risau
sendirinya, dia tidak mengetahui pula apa yang harus
dilakukannya. Kekuatiran itulah yang memenuhi pikirannya disepanjang
jalan pulang. Setibanya dirumah dia segera merundingkan hal itu dengan
mertuanya. Keduanya sependapat bahwa mereka sebaiknya mengatur
rencana yang lebih teliti, yaitu menyingkirkan Yok Lan, Ouw
Ho dan Perg Ah Sie diungsikan untuk sementara waktu
kesebuah tempat yang aman
Keputusan itu segera diberitahukan kepada yang
bersangkutan, tetapi Yok Lan maupun Peng Ab Sie ternyata
tidak menyetujui pendapat mereka,
"Kalau aku menuruti saran kalian dan pergi mengungsi,
siapakah yang akan mengurus keper luan kalian se-hari2"
Bukankah Kongcu mengajarkan bahwa kewajiban seorang
wanita terutama ialah pengabdian kepada suaminya" Dan bu
kankah aku sebagai puteramu, ayah harus pula memberikan
baktiku" Apakah aku bukan melang gar pelajaran yang telah
kita pelajari jika aku meiuruti usul kalian?" begitulah bantah
Yok Lan sambil menundukan kepala dalam"., wajahnya juga
memperlihatkan kesedihan hatinya.
"Jiwaku yang sudah tua, tidaklah begitu berharga pula, dan
yang nyata se-tidak2nya nku haaya akan hidup beberapa
tahun lagi. Mati lebih cepat atau lebih lambat beberapa tabun
tidak banyak bedanya. Kalian tidak usah memusingkan kepala
memikirkan jiwaku. Yang terpenting adalah keselamatan isteri
dan puteramu, Huijie. Bukankah begitu sebaiknya. Biauw
Taihiap" Biarlah aku tetap disini un tuk mengurusi
kepentinganmu sehari-hari dan biarlah Ti-tli (keponakan
perempuan, Yok Lari maksudnya) dan Hojie menyingkir
ketempat yang lebih aman untuk sementara waktu," kata
Peng Ah Sie. Sia2 saja Biauw Jin Hong dan Ouw Hui co ba membujuk
mereka. Keduanya tetap berkeras dengan pendirian masing2 karena
tiada keputusan, maka soal itu lalu ditunda untuk dibicarakan
lagi esdk Harinya. Demikianlah ber-turut2 beberapa malam mereka saling
desak, tetapi akhirnya, setelah leWat ber turut2 selama
seminggu lebih, keputusan belum berhasil diambil.
Walaupun tidak mengerti ilmu silat, Peng Ah Sie dan Yok
Lan, keduanya memiliki jiwa satria dan pahlawan.
Istilah takut tidak dikenal mereka. Sungguh menakjubkan
bahwa dalam menghadapi ancaman bahaya yang membuat
kedua jago seperti Kim Bian Hud dan Ouw Hui menjadi gelisah
demikian hebat memikirkan keselamatan mereka, tetatpi
sebaliknya mereka sendiri tetap tenang sekali,
Disaat itu, Cie Beng dan Cie Jin diam2 justru jadi gembira
dengan tiadanya bahaya seperti itu,
Seperti juga biaanya anak2 muda, mereka pun sangat
menyukai peristiwa yang penuh kete gangan dan penuh
bahaya. Terlebih lagi memang mereka kini sudah memiliki ilmu
yang tinggi se kali dan memperoleh kemajuan yang pesat.
Selama sepuluh tabun meieka tidak pernah' bertem pur
sungguhan. Maka kini mereka ingin sekali membuktikan
kemajuan yang telah mereka miliki, tetapi selama sepuluh
tahun tinggal ditempai sunyi membuat mereka belum
memperoleh kesempatan. Sejak peristiwa di Swat Hong Sancung, sepuluh tahun yang
lalu, belum pernah mereka ber tempur melawan musuh lagi,
sedangkan mereka kini yakin bahwa kepandaian mereka
sudah maju jauh sekali dan sangat pesat.
Musuh2 yang akan datang itu akan memberikan
kesempatan kepada meresa, untuk melatih diri dan
membuktikan kemajuan yang telah dipe toleh mereka,
sehingga tentu saja berita itu tak aceh kalsu menggembirakan
hati mereka. Dan karena melihat kegelisahan Kim Bian Hud dan UuwHui,
maka keduanya hanya menyem bunyikan perasaan gembira
itu didasar hati masing2 Sikembar itu mengharapkan agar musub cepat2 datang dan
ternyata harapan mereka itu menjadi kenyataan setelah lewat
tidak lama kemudian. Pada hari kesepuluh sejak Ouw Hui kem
bali dari Ili, terjadilah suatu peristiwa yang me ngisaratkan
bahwa tidak lama lagi pasti musuh akan datang........
x-oo0dw0oo-x HARI itu. menjelang tengah hari, ketika se pasang pemuda
kembar itu bersama Ouw Hui hendak meninggalkan ladang
untuk beritirahat dan bersantap tengah hari dari jauh tampak
tiga penunggang kuda mendekati tempat mereka.
Anehnya, setelah datang cukup dekat, ketiganya bukan
segera langsung datang kepada me reka, justru sebaliknya
orang2 itu lalu berhenti dan memandang mereka dari jarak
kurang lebih tiga puluh tombak.
Yang berada ditengah, yang agaknya menjadi
pemimpinnya, berwajah cukup tampan. Usianya kurang lebih
baru antara empat puluh tahuni dan cara berpakaiannya
seperti seorang saudagar kaya.
Samar- Ouw Hui mengenali Wajah orang itu hanya dimana
dia pernah berjumpa dengannya, telah lupa sama sekali.'
Orang itu agaknya juga sudah mengenalinya.
Dengan sorot mata mengandung kebencian yang sangat,
orang itu telah menatap kearah Ouw Hui, dia memandang
tanpa berkedip selama bebe rapa saat. Kemudian tiba2 dia
memberikan isyarat kepada kedua kawannya agar segera
meninggalkan tempat itu. Ketiga Orang itu telah kembali dari arah mana tadi mereka
mendatangi. Jelaslah sudah bahwa orang2 itu hanyalah merupakan


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebagian dari rombongan musuh Ouw Hui dan datangnya juga
hanya untuk menyelidiki belaka tempat kediaman Ouw Hui,
Entah berapa banyak kawan2 mereka itu hanya dapatlah
dipastikan bahwa musuh itu berkawan tidak sedikit.
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 4 Sepasang Golok Mustika Karya Chin Yung Makam Bunga Mawar 9
^