Pencarian

Tengkorak Maut 18

Tengkorak Maut Karya Khu Lung Bagian 18


menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Sementara itu nikoh tua tadi telah mengangkat telapak
tangannya sejajar dada, kemudian didorongkan kemuka
perlahan-lahan, segulungan angin pukulan yang maha dahsyat
segera meluncur kedepan dan menyapu benda apa saja yang
dilewatinya. Han Siong Kie memandang pukulan itu dengan serius,
sepasang telapak tangannya balas didorong kemuka dan
menyambut ancaman tersebut dengan tenaga si mi sinkang
sebesar delapan bagian. "Blaaang" ledakan keras menggelegar di angkasa, diantata
suara nyaring terdengar dengus tertahan menggema diudara,
dengan sempoyongan nikoh tua itu mundur lima langkah,
paras mukanya pucat pias, napasnya ngos-ngosan seperti
kerbau, peluh sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada
hentinya. Han Siong Kie sendiripun merasakan hatinya bergoncang
keras, dia terdorong mundur satu langkah lebar.
Setelah berhenti sebentar nikoh tua itu menggigit bibir,
tiba-tiba ia menerjang lagi kedepan, sepasang telapak
tangannya dengan desingan tajam disapu kembali keluar.
Sapuan tersebut tampaknya saja sangat lambat pada
hakekatnya cepat melebihi kilat bahkan sudut sasarannya jauh
dari keadaan biasa bukan saja disertai hawa pukulan yang
1192 aneh bahkan membuat orang tak mampu untuk menangkis
datangnya ancaman itu Han Siong Kie seketika terdesak hebat, dia mundur terus
berulang kali tanpa mampu membalas.
Bagaikan gulungan ombak sungai yang berkepanjangan
serangan itu datang secara bergelombang dan tiada putusnya,
sianak muda itu mundur terus kebelakang dan akhirnya ia
terjebak disuatu batuan cadas yang tinggi dan besar, waktu
itu ingin mundurpun sudah tiada jalan lagi.
Sadarlah pemuda itu bahwa keadaannya sudah ketitir
hebat, bila ia tidak unjukkan kesaktiannya lagi tak nanti dia
bisa menaiki bukit itu. Berpikir demikian dia lantas
membentak: "Maaf, terpaksa aku akan bertindak kasar"
Dengan jurus Mo ong ko ciat (raja iblis menyembah loteng
istana) ia lepaskan sebuah pukulan dengan tenaga sebesar
sepuluh bagian. Walaupun jurus serangan ygng dipergunakan masih
merupakan jurus-jurus lama, akan tetapi setelah dia berhasil
mempelajari ilmu sakti si mi sinkang, kekuatan daya
serangannya ternyata jauh berbeda.
Jerit kesakitan menggema di angkasa, dengan
sempoyongan nikoh tua itu mundur sejauh satu kaki lebih,
darah segar mengucur keluar membasahi ujung bibirnya.
Han Siong Kie tertegun, dia tak menyangka kelihayannya
sudah mencapai tingkatan setinggi itu, semua dalam keadaaa
begini tak sempat lagi baginya untuk berpikir lebih jauh,
serentak tubuhnya berkelebat dan menerjang ke atas puncak
bukit. Selang sesaat kemudian ia sudah mencapai seratus kaki
sebelum puncak bukit, beberapa batang pohon Siong muncul
didepas mata, dan d ibalik pepohonan itu tampaklah sebuah
bangunan kuil yang terbuat dari batu cadas gunung. Han
1193 Siong Kie merasa semangatnya berkobar, ia percepat gerakan
larinya. Mendadak sesosok bayangan abu-abu muncul dari balik
pepohonan dan langsung menerkam kedepan, sebelum tiba
angin pukulan yang tajam sudah keburu menyapu lebih
duluan- Sungguh terkejut sianak muda itu, ia tahu tenaga dalam
yang dimiliki pendatang ini jauh lebih hebat daripada dua
orang nikoh yang telah dijumpai, cepat tubuhnya menukik dan
membentuk sebuah gerakan setengah busur diudara
kemudian melayang turun ke muka bumi.
Bayangan abu-abu itnpun melayang turun ternyata dia
adalah seorang nikoh berlengan tunggal.
Sebelum Han Siong Kie sempat buka suara, nikoh
berlengan satu itu sudah menegur lebih dahulu:
"Sicu, engkau anggap kepandaian silatmu sudah hebat
maka secara beruntun kau lukai dua orang seperguruanku dan
kemudian datang mengacau bukit Tay huang san ini"
"Aku tidak bermaksud main kasar, aku memohon dengan
sopan dan menuruti tata cara yang selayaknya akan tetapi
merekalah yang memaksa aku untuk menggunakan kekerasan
maka janganlah kau salahkan jika terpaksa kulukai pula kedua
orang rekan seperguruanmu itu!"
"Hmm! Selama enam puluh tahun belum pernah ada orang
asing yang berani menginjakkan kakinya di bukit Tay huang
san ini" "Aku datang kemari karena mendapat titipan dari
seseorang aku datang untuk mencari orang, lain daripada itu
aku tiada maksud apa-apa apalagi berbuat keonaran!"
"Aku tak ambil peduli apa maksud kedatanganmu pokoknya
kehadiranmu disini sudah merupakan suatu pelanggaran
pantangan atas peraturan dari kuil kami ini"
1194 "Heeehh heeehhhe heehh tolong tanya apa yang hendak
suthay lakukan terbadap diriku ?" ejek Han Siong Kie sambil
tertawa dingin. "Kau akan kutangkap kemudian dijatuhi hukuman sesuai
dengan peraturan yang berlaku disini" jawab nikoh berlengan
satu dengan wajah hijau membesi.
"Menangkap aku" Suthay angap aku bisa ditangkap dengan
gampang seperti apa yang kau bayangkan?"
"Hmmm ! Jadi sicu tidak percaya" Kalao begitu mari kita
buktikan bersama !" Begitu kata terakhir diutaraksn keluar kelima jari tanganaya
seperti cakar garuda melancarkan cengkeraman lagi.
Si anak muda itu terkesiap cepat nian ancaman tersebut,
buru buru dia bsrkelit kesamping untuk menghindar, hanya
sedikit terlambat niscaya dia bakal kena ditangkap.
Gagal dengan cengkeraman mautnya nikoh berlengan satu
itu tidak merubah gerak serangannya, dari cengkeraman ia
mengubab menjadi serangan telapak tangan dan langsung
dihantam kedada pemuda itu dengao cepat.
Han Siong Kie ingin menghindar cuma tak sempat lagi
terpaksa dia kerahkan hawa sakti Si mi sin kangnya untuk
menerima pukulan itu dengan kekerasan.
"Blaaang !" Han Siong Kie merasa dadanya jadi sesak dan
susah bernapas, dengan sempoyongan ia mundur tiga langkah
ke belakang hampir saja darah segar muntah keluar,
pandangan matanya berkunang dan kepalanya jadi pening.
Nikoh berlengan satu pun tidak memperoleh keuntungan
apa apa telapak tangannya yang tergetar oleh tenaga sinkang
musuh terasa sangat sakit bagaikan mau patah, dengan
gontai ia mundur sejauh delapan depa, rasa kaget dan
tercengang menghiasi seluruh wajahnya.
1195 Kecuali gurunya, selama hidup belum pernah dijumpai
musuh setangguh ini, apalagi usianya belum dua puluh
tahunan, hal ini semakin mencengangkan hatinya.
Dipihak lain Han Siong Kie dibikin naik pitam oleh kejadian
yang baru dialaminya, hawa sakti Si mi sinkang lantas
disalurkan mengelilingi seluruh badan, dari kejauhan dia
lepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Nikoh berlengan tunggal itu terkesiap. cepat-cepat
tangannya berputar membentuk satu lingkaran kilat, gerakan
itu sama sekali tidak menimbulkan suara sedikitpun-
Han Siong Kie terperanjat ia merasa bahwa tenaga pukulan
yang dilancarkan dengan kekuatan sebesar delapan bagian itu
mendadak punah sama sekali hingga lenyap tak berbekas.
Ia menggigit bibir, sepasang telapak tangannya sekali lagi
meluncurkan serangan dengaan mengerahkan tenaga sebesar
sepuluh bagian, kali ini terlihatlah pancaran cahaya aneh dari
raut wajahnya. Nikoh berlengan tunggal ini lebih tercekat lagi hatinya,
kalau orang lain tidak tahu maka hati kecilnya jauh lebih
paham dari siapapun juga untuk memunahkan daya pengaruh
serangan musu barusan dia harus mengerahkan ilmu sakti Pay
yap sin khinya hingga mencapai dua belas bagian dengan
susah payah ancaman musuh baru bisa dipunahkan, tapi
sekarang musuh telah menambahkan serangannya hingga
mencapai sepuluh bagian, dia yakin bahwa kepandaian nya
tak mampu untuk membendung kedahsyatan lawan.
Tampaknya nikoh berlengan tunggal itu bakal mati konyol.
Disaat yang kritis tiba-tiba terdengar seseorang berseru
nyaring dari tempat kejauhan.
"Biau hian cepat mundur, pukulan itu adalah ilmu si mi
sinkang, engkau tak mampu untuk menghadapinya"
1196 Ucapan tersebut cukup mencengangkan hati Han Siong Kie,
ia tahu kalau tebakannya tidak keliru maka orang yang
baruran berbicara tak lain adalah Tay huang sinni pemilik kuil
Bu cuan ini, ia merasa bahwa kata-kata tersebut berasal dari
balik kuil, kalau toh demikian adanya dari mana nikoh sakti itu
bisa mengetahui akan asal usul ilmu silatnya?"
Mungkinkah ia sudah berhasil melatih ilmu Thian sao tong,
suatu kepandaian melihat jauh.
Paras muka nikoh tua yang bernama Biau hian itu berubah
hebat, dia melirik sekejap kearah Han Siong Kie. kemudian
putar badan dan lenyap dibalik batu-batu cadas.
Karena musuhnya telah mengundurkan diri, maka sianak
muda itupun membatalkan erangannya, dengan ilmu
menyampaikan suara serunya kearah puncak bukit sebelah
depan sana. "Locianpwe, boanpwe ada urusan hendak bertemu dengan
cianpwe, harap engkau bersedia memaafkan kelancanganku
ini" "Sebutkan asal usul perguraanmu " kata-kata tersebut
muncul kembali dari atas puncak bukit.
"Boancwe bernama Han Siong Kie, ketua dari perguruan
Thian lam bun " "Engkau adalah ketua dari istana Huan mo kiong diwilayah
Thian-Iam " Ada urusan apa datang kemari ?"
"Boanpwe mendapat pesan dari seseorang dan sengaja
datang kemari untuk mencari orang"
"Siapa yang kau cari ?"
"Seorang nona yang bernama Go siau bi"
"Siapa yang suruh engkau datang kemari ?"
"Put to sianseng, kakek dari nona Go "
1197 "ooooh, jadi engkaulah yang bernama Manusia muka dingin
Han Siong Kie " sekali lagi anak muda itu terperanjat,
sahutnya cepat: "Benar, boanpwelah yang bernama Han Siong
Kie." "Memandang diatas wajah Put lo sianseng aku tidak akan
mempersoalkan lagi kesalahanmu mencari gara-gara ke atas
bukit kami ini. Nah Cepatlah turun dari bukit ini."
Perasaan hati yang semula sudah menjadi tenang, kini
bergolak kembali, ucapan tersebut dirasakan Han Siong Kie
sebagai suatu ejekan, rasa ingin menang lantas muncul
kembali. "Cianpwe, aku toh sudah mengutarakan maksud
kedatanganku " Masa sebelum tujuanku kesampaian kau telah
mengusir aku turun gunung?" serunya dengan hati tak puas.
"Aku perintahkan kepadamu untuk segera turun dari bukit
ini " tiba-tiba suara dari Tay huang sinni berubah jadi amat
dingin dan ketus, bahkan ucapan tersebut diutarakan sepatah
demi sepatah kata. Sesabar-sabarnya Han Siong Kie setelah diperlakukan
sekasar itu diapun tak dapat menahan diri lagi tampiknya:
"Aku datang kemari bukan untuk mendengarkan
perintahmu, kalau aku tak mau turun gunung kau mau apa?"
"Hmm Membandel" maki Tay huang sinni ketus,
"Kalau begitu apa yang hendak kau lakukan ?"
"Setelah persoalan yang dititipkan pada ku telah
kuselesaikan, tanpa disuruh aku bisa turun gunung sendiri"
"Persoalan apa yang hendak kau kerjakan ditempat ini?"
"Aku ingin bertemu dengan nona Go siau bi dan bercakapcakap
sendiri dengan dirinya"
1198 "Sicu, ketahuilah bahwa pinni adalah seorang pendeta
beragama, aku tak ingin bersilat lidah dengan dirimu, lebih
baik cepat-cepatlah tinggalkan tempat ini"
"Maaf, aku tak dapat menuruti kehendakmu itu"
"Hmm sicu, jangan kau anggap ilmu sakti si mi sinkang
yang kau miliki itu adalah suatu kelandaian sakti yang tiada
tandingannya lagi dikolong langit" Agaknya Tay huang sinni
mulai naik darah oleh sikap lawannya yang keras kepala.
"Akupun sama sekali tidak berpendapat demikian, tapi bila
ada orang ingin main-main denganku, akan kubuktikan bahwa
kepandaian tersebut masih lebih dari cukup bagiku untuk
mempertahankan diri"
Suasana hening untuk sesaat, diantara hembusan angin
bukit yang sepoi-sepoi akhirnya terdengar Tay huang sini
berkata lagi, hanya kali ini suaranya jauh lebih lembut: "Sicu,
aku rasa engkau tak usah bertemu lagi dengan nona Go"
"Kenapa?" Tanya si anak muda itu cepat.
"Sebab dia tak ingin berjumpa lagi denganmu "
Jawaban ini membuat Han Siong Kie membungkam, sebab
inilah kejadian yang sangat tidak diharapkan olehnya, suatu
kejadian yang membuat ia jadi jengah dan merasa serba
salah, tapi haruskah ia mengundurkan diri dengan begitu saja
" "Aku telah berjanji kepada Put lo sianseng, bahwa
persoalan ini akan kuselesaikan dengan segala kemampuan
yang kumiliki" pikir pemuda itu dalam hati "dan lagi akupun
merasa banyak berhutang budi kepada Go siau Bi, apakah aku
harus mengundurkan diri karena persoalan ini " Toh Go siau bi
bisa menjadi nekad adalah gara-gara karena aku " Tatkala
ingatan tersebut terlintas dalam benaknya, pemuda itu lantas
berseru: 1199 "Dia mau berjumpa denganku atau tidak adalah urusan


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pribadinya sendiri, pokoknya bagaimanapun juga aku harus
bertemu dengannya " "Hmm Engkau hendak berbuat sewenang-wenang ditempat
ini ?" "Tidak. aku tidak berbuat sewenang-wenang, aku hanya
bertindak menuruti perasaan hatiku sendiri"
"Ketahuilah wahai Han sicu, pinni bisa simpatik terhadap
pengalaman serta tragedi yang menimpa kehidupan nona Go,
telah kukabulkan permintaannya itu dan sekarang akan
kucukur rambutnya menjadi nikoh, mulai detik ini ia sudah
menjadi murid Buddha dan dia tak akan menjumpai dirimu
untuk selamanya." "Tidak Tidak boleh" teriak Han Siong Kie dengan setengah
menggembor, paras mukanya berubah hebat.
"Tidak boleh " Dengan berdasarkan apa engkau melarang
kebebasan orang untuk memilih dan melakukan apa yang
disukainya Haaah haaah haaah sicu, kau harus tahu
kendatipun pinni telah menjadi murid Buddha, akan tetapi aku
tidak terikat oleh suatu pantangan, yakni pantangan
membunuh" Habislah kesabaran Han Siong Kie, dia mendengus penuh
kemarahan, sekali menjejak permukan tanah, seperti anak
panah yang terlepas dari busurnya pemuda itu melayang
keatas puncak bukit. Sewaktu tiba didepan pintu kuil ia lihat pintu gerbang
tertutup rapat, seorang dara baju putih tampak berlutut
didepan pintu kuil itu tanpa bergerak. siapa lagi dara itu kalau
bukan Go siau bi Han Siong Kie merasa jantungnya berdebar keras, lamalama
sekali ia menatap dara itu kemudian bisiknya: "Nona Go
" 1200 Go siau bi tidak menjawab, ia masih tetap berlutut tak
bergerak. "Nona Go " sekali lagi anak itu muda itu memanggil dengan
lemah. -000dw000- BAB 66 PENGALAMAN yang dialami Go siau bi memang
mengenaskan, berulang kali ia menyatakan cinta kepada
pemuda pujaannya, namun setiap kali tidak mendapat
tanggapan yang serius. Sejak mengalami kejadian didalam perkampungan oh han
san ceng bertekadlah gadis ini untuk cukur rambut menjadi
pendeta dan menjalankan sisa hidupnya dengan mengabdikan
diri kepada sang Buddha. Kendatipun tekadnya sudah bulat, tak dapat dipungkiri
bahwa rasa cintanya terhadap Han Siong Kie telah padam
terlebih lagi ia tak menyangka kalau si anak muda itu bakal
datang ke bukit Tay huang san mencari dirinya.
Untuk sesaat pikirannya jadi kacau balau tak karuan, rasa
cinta yang masih membakar dalam dadanya serasa makin
bergolak dengan hebatnya.
Pannggilan dari Han Siong Kie, dirasakan olehnya bagaikan
beberapa buah martil yang menghantam diatas dasar
perasaan hatinya yang mulai menjadi dingin dan kaku.
Tapi akhirnya perlahan-lahan ia bangkit berdiri juga.
Berhadap-hadapan muka dengan sinar mata yang saling
bertemu seketika membuat sekujur badan Han Siong Kie
bergetar keras tanpa sadar dia mundur satu langkah ke
belakang. 1201 Raut wajab yang tertera di hadapan matanya sekarang
bukanlah wajah yang segar dan ayu lagi, wajah gadis itu
sudah kusut dan layu, ibaratnya daun yang sudah kering dan
bunga yang hampir rontok, walau pun baru berpisah selama
beberapa bulan tapi gadis itu sudah berubah, banyak sekali
perubahannya. Dari wajahnya yang kusut dan layu itu tidak nampak
kesegarannya lagi, tidak tercermin kembali bahwa dara ita
masih ramaja dan muda, biji matanya yang dulu bening
sekarang diliputi kehampaan dan kepedihan dengan tatapan
agak kaku ia mengawasi kekasih hatinya yang membuat ia
jadi putus asa dan tak bergairah lagi untuk bidup.
Dengan sedih Han Siong Kie berkata;
"Nona Go ada beberapa persoalan ingin sekali kubicarakan
dengan dirimu" Sekilas cahaya terang sempat menghiasi wajah Go Siau bi
yang layu meski sedetik kemudian telah lenyap lagi tanpa
bekas. "Mungkinkab ia telah berubah pikiran dan sekarang mulai
mencintai diriku?" demikian pikirnya di hati.
Tapi sejenak kemudian dengan sedih ia membantah
kembali jalan pikirannya itu ia bertanya dengan suara yang
pedih: "Han siangkong mau apa engkau datang kemari?"
"Aku aku ingin bercakap-cakap dengan nona!" sahut
pemuda itu tergagap "Hanya ingin berbicara saja" Apa yang bendak kau
bicarakan dengan diriku?"
"Aku minta nona bersedia untuk membatalkan niatmu
untuk cukur rambut menjadi pendeta!"
"Kenapa?" 1202 Tertegun Han Siong Kie menghadapi pertanyaan tersebut
untuk sesaat ia jadi gelagapan dan tak tahu apa yang mesti
dijawab tapi untunglah satu ingatan cepat melintas dalam
benaknya dengan serius pemuda itu menjawab:
"Kakek nona Put lo sianseng muncul kembali dari
pengasingannya karena ayahmu mati terbunuh maka sengaja
beliau melatih nona agar nona bisa membangun kembali
perkumpulan Pat-gi pang yang tercerai berai itu"
Hebat sekali perubahan wajah Go Siau bi setelah
mengetahui bahwa maksud kedatangan pemuda itu bukan
lantaran dia, katanya: "Ooh jadi kau datang kemari hanya untuk menyampaikan
pesan dari kakekku?"
Han Siong Kie semakin kikuk ia tertawa jengah dan
menyahut: "Nona Go bila engkau bersikeras untuk masuk jadi pendeta
bukan saja kakekmu akan merasa kecewa dan bersedih hati
bahkan sukma ayahmu di alam baka pun tak akan menyetujui
tindakan dari nona" Sekali lagi Go Siau bi menukas ucapan lawannya yang
belum selesai ia berkata.
"Han sioog Kie engkau datang kemari hanya untuk
mengucapkan beberapa patah kata itu?"
"Tentang soal ini."
"Katakan saja yaa atau bukan?"
"Selain daripada itu aku pun ingin menyampaikan rasa
sesalku terhadap nona"
"Masih ada perkataan lain yang hendak kau ucapkan?"
Han Siong Kie jadi gelagapan, ia tak tahu apa yang mesti
dibicarakan pada saat ini.
1203 Go Siau bi makin ketus sikapnya, nada perkataaanya lebih
dingin daripada es ia berkata:
"Han siong Kie sekarang juga kau bolah pergi tinggalkan
tempat ini!" "Tapi nona, kau "
"Ketahuilah Han siangkong, tiap manusia mempunyai
tujuan dan cita-citanya sendiri, tak usah kau paksa diriku
untuk menuruti kehendak hatimu itu !"
Serba salah jadinya keadaan Han Siong Kie waktu itu dia
tak tahu bagaimana musti mengatasi keadaan yang serba riku
ini. "Kraaak !" pintu kuil yang semula tertutup rapat, perlahanlahan
terpentang lebar, dari bilik pintu muncullah seorang
nikoh tua yang berwajah merah. setajam sembilu sorot
matanya nikoh itu agung tampaknya dan sangat berwibawa.
Sementara Go Siau bi sendiri telah putar badan serta
berlutut kembali ke atas tanah.
Menyaksikan kemunculan nikoh tua itu Han Siong Kie
segera maju dia memberi hormat tegurnya :
"Apakah locianpwe adalah pemilik kuil ini ?"
"Ehmm " tiada jawaban kecuali dengusan dingin, dengusan
tersebut amat ketus dan tak sedap didengar.
sekuat tenaga Han Siong Kie berusaha untuk
mengendalikan perasaan sendiri, ia bertanya:
"Sudahkah locianpwe menyanggupi permintaannya untuk
mencukur rambutnya menjadi pendeta?"
"Ehmm sudah kenapa ?""
"Aku rasa dengan kedudukan cianpwe yang agung dan
dihormati orang, tentunya engkau tak akan mengingkari janji
sendiri bukan ?" 1204 "Apa maksudmu dengan perkataan itu?" tegur Tay huang
sini dengan wajah berubah.
"Bukankah locianpwe telah menyanggupi permintaan put lo
sianseng untuk menolak permintaan nona Go menjadi pendeta
?" Ketika ucapan tersebut diutarakan keluar tanpa bisa
dicegah lagi Go siau bi berpaling serta melotot sekejap kearah
sianak muda itu. "Ehmm, memang ada kejadian seperti itu" kata Tay huang
sinni tetap ketus, "tapi aku tidak menyanggupi untuk tidak
mencukurkan rambut cucunya, aku hanya setuju untuk
memberi kesempatan kepadanya untuk mempertimbangkan
kembali persoalan ini"
"Tapi bukankah perbuatanmu sekarang...."
"Pinni simpatik terhadap tragedi yang menimpa dirinya dan
sekarang aku sudah berubah pikiran" tukas nikoh itu cepat.
"Apakah sudah locianpwe bayangkan akibat-akibatnya bila
aku melakukan hal ini atas dirinya?"
"Bagi kami orang-orang beragama tak pernah terpikirkan
apakah ada akibat atau tidak tindakan yang kami ambil,
semua persoalan kami pertimbangkan dengan keadaan
berjodoh atau tidak"
"Hmm orang beragama mengutamakan belas kasihan,
tindakan dari locianpwe ini ...."
"Tutup mulutmu" bentak Tay huang sinni marah "ia sudah
tiga hari tiga malam berlutut didepan pintu kuilku, apakah
pinni tak boleh berbuat belas kasihan dengan memenuhi
keinginannya " Waktu itu tiba tiba Go siau bi berpaling dan berkata:
"Han Siong Kie sekarang juga engkau boleh turun dari
gunung ini tak usah kau campuri lagi urusanku ini!"
1205 Sadarlah Han Siong Kie bahwa perjalanaannya kali ini
hanya sia sia belaka dia menghela napas panjang putar badan
dan siap berlalu dari tempat itu.
"Tungggu sebentar" mendadak seseorang berseru suara itu
sangat dikenal sekali olehnya.
Han Siong Kie putar badan seraya berpaling tapi apa yang
muncul didepan matanya membuat pemuda itu dengan wajah
tercengang mundur tiga langkah ke belakang.
Dibelakang Tay huan sinni telah bertambah dengan
seseorang dan orang itu adalah seorang perempuan
berkerudung yang sangat dikenal olehnya sebab dia tak lain
adalah Orang yang kehilangan sukma, perempuan misterius
itu. Mimpi pun Han Siong Kie tak mengira kalau Orang yang
kehilangan sukma bisa muncul dalam kuil Bu cu-an ini, ini
suatu kesengajaan" Ataukah suatu kebetulan belaka"
"Biau hian, Bawa li sicu itu masuk kedalam" terdengar Tay
huang sinni berkata kepada nikoh buntung yang berdiri
disamping gelanggang. Nikoh buntung itu mengiakan dia membangunksn Go Siau
bi dan berjalan masuk ke dalam kuil.
Sementara itu Han Siong Kie hanya berdiri termangumangu
sambil menatap wajah Orang yang kehilangan sukma
tanpa berkedip. "Han Sioog Kie !" terdengar Tay huang sinni menegur
dengan suara yang berat dan ketus, "Sebagai seorang
Ciangbunjin dari suatu perguruan, tahukah engkau bahwa
perbuatanmu memasuki wilayah terlarang dari perguruan ini
adalah suatu perbuatan yang melanggar tata susila?"
Han Siong Kie semakin termangu, ucapan lawan terasa
menusuk perasaan hatinya terutama kata-kata yang
1206 menyangkut soal kedudukannya sebagai ketua dari suatu
perguruan membuat pemuda itu tak bisa banyak berkutik.
Akhirnya setelah termenung sebentar ujarnya dengan
ketus: "Apa yang hendak locianpwe lakukan atas diriku ini ?"
"Berbicara tentang tingkat kedudukan pinni tidak pantas
untuk turun tangan atas dirimu tapi tindak tandukmu kelewat
pongah dan jumawa, perbuatanmu telah menodai keangkeran
serta kewibawaan nama besar Tay huabg san kami dimata
umum maka untuk menyelesaikan masalah ini terpaksa kita
harus tentukan menang kalah dengan pertarungan adu tenaga
dalam" Memang inilah yang diharapkan Han Siong Kie, sebab
semenjak ia menerima pesan dari Put lo sianseng sudah
terlintas satu ingatan untuk mengadu kepandaian dengan
tokoh silat itu "Maksud Locianpwe engkau hendak mengajak aku untuk
bertaruh dalam pertarungan ini?" katanya kemudian dengan
serius. "Benar .. " "Dan pertarungan ini adalah pertarungan atas mati dan
hidup ?" "Haah, tidak sampai seserius itu asal sudah ditentukan
siapa menang siapa kalah, hal ini sudah lebih dari cukup "
"Bagaimana setelah menang kalah dapat ditetapkan ?"
"Jika engkau yang menang maka pinni tak akan
mempersoalkan kehadiranmu lagi di bukit ini, bahkan akupun
tak akan memaksa Go siau bi untuk mencukur rambut menjadi
pendeta" "Seandainya aku yang kalah " Apa yang harus kulakukan ?"


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1207 "Kalau engkau kalah maka kau harus menyanggupi sebuah
syarat yang akan pinni ajukan "
"Apa syaratmu itu ?"
"Syarat itu rasanya terlampau awal bila kuutarakan pada
saat ini, pokoknya tak akan merugikan dirimu "
"Andaikata menang kalah tak dapat ditentukan" Apa yang
harus kulakukan?" "Akan kubiarkan engkau turun dari bukit ini dengan selamat
" Perasaan hati Han Siong Kie bergolak keras, setelah
mendengar ucapan tersebut, dia merasa beruntung karena
bisa mendapat kesempatan untuk bertarung melawan seorang
tokoh silat yang lihay. Tapi diapun kuatir bila kalah maka
syarat apakah yang bakal diajukan kepadanya " Mampukah ia
melaksanakan syarat tersebut "
"Locianpwe, pertarungan yang bagaimana kah akan kita
langsungkan" " ia bertanya kemudian.
Tay huang sinni termenung dan berpikir sebentar, lalu
sahutnya: "Pinni telah bersumpah tak akan keluar dari pintu kuil ini
barang selangkahpun, sekarang kita berdiri dengan selisih
jarak lima kaki, baiknya kalau kita masing-masing berdiri tak
bergerak ditempat semula dan masing-masing melancarkan
tiga buah serangan baik ilmu macam apa pun yang dimiliki
boleh digunakan siapa bisa memaksa lawan untuk bergeser
dari tempat kedudukannya maka dialah yang menang!"
Han Siong Kie msngangguk berulang kali setelah
mendengar usul tersebut melancarkan serangan dari jarak
lima kaki memang bukan suatu pekerjaan yang mudah bila
orang itu bukan seorang tokoh silat bcrilmu tinggi maka
jangan harap bisa menggeserkan musuhnya dari tempat
kedudukan. 1208 Dengan perkataan lain dalam pertarungan ini bukan saja
orang tak bisa bermain licik atau main sabun bahkan harus
benar-benar mengandalkan ilmu sejati. Sekali pun bisa
menggeserkan orang itu dari kedudukannya akan tetapi tak
sampai melukai lawannya. Tiba tiba ia teringat kembali ilmu Tong kim ci yang maha
sakii itu semenjak ia berhasil melatih ilmu Si mi sinkang belum
pernah kepandaian tersebut dicoba kembali kedahsyatannya
apa salahnya bila menggunakan kesempatan ini dia mencoba
kembali keampuhan ilmu tersebut"
Sementara pemuda itu masih termenung Tay huang sinni
telah berkata lagi. "Li sicu aku minta engkau menjadi saksi dalam pertarungan
ini tentunya engkau bersedia bukan?"
Seraya berkata nikoh itu memandang sekejap kearah Orang
yang kehilangan sukma. Cepat perempuan miaterius itu memberi hormat ia
menyahut. "Boanpwe akan mengikuti perkataan suthay!" dia pun
melompat keluar dari kuil itu dan berdiri di samping
gelanggang. Dalam waktu singkat suasana gelanggang diliputi
ketegangan dan keseriusan semua orang menahan napas dan
menantikan berlangsungnya pertarungan itu dengan hati
berdebar. Seorang pemuka silat yang sudah tersohor namanya
semenjak enam puluh tahun berselang akan bertarung
melawan seorang pemuda belasan tahun yang memiliki ilmu
tinggi, pertarungan semacam ini boleh dibilang merupakan
suatu peristiwa yang langka dan jarang ditemui dikolong langit
tak heran kalau peristiwa tersebut menggetarkan hati setiap
orang yang hadir disitu. 1209 "Han sauhiap. silahkan engkau melancarkan serangan lebih
dahulu " Suatu ketika Tay huang sinni berkata dengan wajah
serius. "Tidak. lebih baik locianpwe yang turun tangan lebih
dahulu" kata Han Siong Kie dengan hati bergetar.
"Pini adalah seorang angkatan tua, tidak pantas untuk
turun tangan lebih dahulu, lebih baik sauhiap duluan"
"Kalau memang begitu, maaf kalau terpaksa boanpwe
bertindak lancang . . nah, sambutlah seranganku ini"
Dengan menghimpun hawa sakti Si mi sinkangnya
mencapai sepuluh bagian, perlahan-lahan telapak tangannya
diangkat kemuka dan lantas didorong ke depan.
Segulung angin pukulan yang tipis halus dan sama sekali
tidak menimbulkan suara, berhembus ketubuh lawan-
Meskipun enteng sekali pukulan itu tampaknya pada
hakekatnya mengandung tenaga dahsyat yang cukup
merontokkan nyali orang. Disaat Han Siong Kie melancarkan serangan Tay huang
sinni sendiripun memutar tiga kali sepasang telapak tangannya
didepan dada. suatu getaran keras menyusu terjadinya ledakan yang
memekikkan telinga Tay huang sini hanya tergetar sedikit
tubuhnya, sementara kuda-kudanya masih kelihatan kokoh
sekali. Pukulan si mi sinkang sebesar sepuluh bagian ternyata
berhasil dipunahkan oleh nikoh tua itu dengan enteng, sedikit
banyak tercekat juga hati Han Siong Kie, diam-diam ia
menjulurkan lidahnya. Paras muka Tay huang sinni sendiri berubah jadi amat
serius, tampaknya nikoh itu tidak berkeyakinan dapat
menangkan pertarungan ini.
1210 orang yang kehilangan sukma sendiripun tampak sangat
tegang, sampai-sampai badannya ikut gemetar keras.
Gagal dengan serangan yang pertama, Han Siong Kie
menghimpus kembali tenaganya mencapai dua belas bagian,
sambil melepaskan pukulan serunya lantang: "sambutlah
seranganku yang kedua ini"
Ketika sepasang telapak tangannya dilontarkan kedepan,
secara lapat-lapat tampaklah asap putih yang tipis menyertai
deruan pukulan itu. Tay huang sinni menggerakkan sepasang ujung bajunya
untuk menangkis, ia membentuk gerakan aneh didepan
dadanya, selapis hawa hijau yang menggulung tebal seketika
melapisi seluruh badannya, jelas nikoh ini sudah mengerahkan
ilmu Pay yap sin khinya hingga mencapai pada puncak
kehebatannya. Cahaya putih dan cahaya hijau segera bertemu satu sama
lainnya, dan tak bisa di cegah terjadilah ledakan yang
memekikkan telinga. Sekujur badan Tay huang sini gemetar keras, tubuhnya
goncang bagaikan ranting pohon terhembus angin puyuh,
nyaris kedudukannya jebol dan tubuhnya terdorong maju ke
depan. Untunglah ia menggigit bibir sambil berkerut dahi, sekuat
tenaga padri itu berusaha mempertahankan diri, peluh sudah
mulai membasahi seluruh badannya.
Dua jurus serangan sudah lewat tanpa menghasilkan apaapa,
sekarang tinggallah jurus yang terakhir. pemuda itu tahu
bila serangan yang ketigapun mengalami kegagalan, sudah
pasti dialah yang bakal menderita kekalahan.
Bila dipikir kembali akan kedudukan Tay huang sinni yang
begitu tinggi dan terhormat, kalah ditangan padri perempuan
ini belum terhitung suatu kejadian yang memalukan, tapi Han
1211 Siong Kie mempunyai pandangan yang lain, dia harus dapat
menangkan nikoh tua ini karena bagaimanapun juga dia
adalah seorang ketua dari suatu perguruan besar.
Dan menang kalah akan ditentukan dalam jurus serangan
yang terakhir ini. Han Siong Kie mementangkan kesepuluh jari tangannya
lebar-lebar, segenap hawa sakti yang dimilikinya disalurkan
kedalam jari tangan itu, ia telah mempersiapkan diri untuk
melangsungkan pertarungan yang terakhir ini dengan
menggunakan ilmu jari Tong kim ci.
Setajam sembilu pancaran sinar mata Tay huang sinni, dia
menatap wajah pemuda itu tanpa berkedip. sepasang telapak
tangannya disilangkan didepan dada.
Akhirnya pemuda itu membentak keras, sepasang
tangannya bergetar, sepuluh gulung desingan angin jari
dengan membawa suara yang memekikkan telinga langsung
meluncur kedepan- Bersamaan dengan dilepaskannya serangan jari tangan itu,
ingatan lain melintas kembali dalam benak pemuda itu tibatiba
sepasang telapak tangannya digeser kekiri dan kekanan.
Dia tahu ilmu jari Tong Kim ci yang disertai hawa sakti Si
mi sinkang ini mempunyai kedahsyatan yang menggidikkan
hati ia tak ingin membunuh dengan serangan maut itu sebab
bukan itu tujuannya ia jadi tak tega dan disaat yang terakhir,
serangan maut tersebut digeserkan sedikit kesamping.
"Criit! Criit!" berkali-kali terjadi desiran keras masingmasing
pintu gerbang yang terbuat dari kayu tebal tahu tahu
sudah bertambah dengan sepuluh buah lubang besar yang
tajam. Hampir saja Orang yang kehilangan sukma menjerit keras
karena terperanjat 1212 Tay huang sinni pun berdiri dengan wajah pucat pias peluh
dingin membasahi tubuhnya diam-diam ia bersyukur karena
jiwanya lolos dari ancaman bahaya maut. Begitulah karena
hatinya terketuk untuk tidak melakukan pembunuban Han
Siong Kie telah melepaskan sebuah kesempatan yang sangat
baik untuk merebut kemenangan sambil menarik kembali
telapak tanganoya dia berkata.
"Locianpwe sekarang tibalah giliranmu untuk melancarkan
serangan" "Berhati-hatilah sicu, aku akan segera melancarkan sebuah
pukulan!" kata Tay huang sinni kemudian dengan wajah
serius. Sepasang telapak tangannya didorong ke tengah kedepan,
segulung angin puyuh yang berkekuatan besar lantas
menggulung ke muka. Han Siong Kie memutar sepasang telapak tangannya
dengan taktik "membuang" dari ilmu Mo mo ciang hoat dia
salurkan hawa Si mi sin kangnya untuk memunahkan ancaman
tersebut sekali pun pukulan musuh berhasil disingkirkan
namun badannya ikut bergoncang pula dengan kerasnya.
Pemuda itu mencoba untuk menjaga diri tapi saat itulah
Tay huang sinni telah mengulangi kembali serangannya
dengan gerakan yang tidak jauh berbeda dari gerakan
pertama, kembali gulungan angin pukulan keras melanda
kedepan. Han Siong Kie merasa tenaga pukulan lawan yang datang
melanda kali ini sangat berat cepat-cepat dia putar tangannya
untuk menangkis. Siapa tahu kali ini Tay huang sinni berlaku cerdik, begitu
musuh hendak menangkis tiba-tiba tenaga pukulannya ditarik
kembali kebelakang. 1213 Dengan adanya kejadian ini, maka baru saja Han Siong Kie
melepaskan pukulan untuk menangkis, tahu-tahu tenaga yang
dipancarkan keluar itu telah dihisap oleh lawannya.
Mimpipun si anak muda itu tak menyangka kalau rahib tua
itu bakal menggunakan taktik " menggetar" dan menghisap
hampir bersamaan waktunya, hilanglah keseimbangan.
"Aduh celaka "jeritnya dihati tak dapat dicegah lagi
tubuhnya sempoyongan dan serta merta kakinya melangkah
maju. orang yang kehilangan sukma pun berkata sambil
mengangguk: "Nak engkau kalah. "
Han Siong Kie tertegun, ia cuma bisa berdiri menjublak
sambil membungkam dalam seribu bahasa.
Karena kasihan pada musuhnya, ia telah menyingkirkan
daya sasaran serangan Tong kim ci nya kesamping sehingga
membuang kesempatan untuk mendapat kemenangan dengan
begitu saja. Sekarang kenyataan telah berbicara lain, dia telah
dikalahkan dalam pertarungan tersebut, untuk menyesalpun
rasanya tak ada gunanya lagi.
"Sau sicu, apakah engkau merasa bahwa pertarungan ini
berlangsung tidak adil?" tiba-tiba Tay huang sinni bertanya.
Han Siong Kie tertawa jengah dan menggeleng.
"Tidak. boanpwe sama sekali tidak mempunyai pikiran
semacam itu " "Jadi engkau sudah mengaku kalah ?"
"Tentu saja, boanpwe tak akan memungkiri kekalahan yang
telah kuderita ini, aku tak mau bertolak dari kenyataan yang
berada di depan mata, katakan saja apa syarat yang harus
kuturuti itu ?" 1214 "Seandainya pinni telah mengajukan syarat tersebut, dan
ternyata sau sicu tidak bersedia untuk melakukannya, apa
yang musti... " "Boanpwe tidak akan menolak semua syaratmu, sebagai
seorang manusia persilatan aku akan memegang teguh setiap
janji yang telah kuucapkan" jawab pemuda itu dengan tegas.
Orang yang kehilangan sukma tiba-tiba menimbrung pula:
"Atas petunjuk dari locianpwe boanpwe telah ditunjuk
sebagai saksi maka setelah pertarungan berakhir dan menang
kalahpun telah ditentukan, boanpwe harap locianpwe segera
mengajukan syarat yang hendak cianpwe ajukan sehingga
pertaruhan inipun bisa kita akhiri sampai disini saja . ."
Sepasang mata Tay huang sinni memancarkan sinar tajam,
ia memandang sekejap ke arah Han Siong Kie lalu katanya:
"Gampang dan sederhana sekali syaratku ini, aku cuma
minta engkau segera menikah dengan Go siau bi dan menjadi
suami istri yang berbahagia "
Hebat sekali perubahan wajah Han Siong Kie, tanpa sadar
secara beruntun ia mundur lima langkah kebelakang.
Mimpipun ia tak menyangka kalau syarat yang diajukan Tay
huang sinni adalah mengenai persoalan itu.
Pertama kali ketika ia selamatkan Go siau bi dari tangan
pengawal pribadi istana Huan mo kiong dan menginap sebuah
rumah penginapan, orang yang kehilangan sukma telah


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyaru sebagai tukang obat dengan maksud
menjodohkannya dengan gadis itu, kedua kalinya Put to
sianseng ajukan pinangan bagi cucu perempuannya ternyata
pinangan itupun atas usul dari orang yang kehilangan sukma.
Sekarang adalah untuk ketiga kalinya peristiwa itu terjadi,
temyala orang yang kehilangan sukmalah sebagai saksinya.
1215 Sekalipun orang bodoh juga akan tahu bahwa kejadian ini
bukan suatu kejadian yang kebetulan saja, sudah pasti orang
yang kehilangan sukmalah yang telah mengatur segala
sesuatunya. Lalu apa maksudnya perempuan misterius itu mengatur
segala sesuatunya itu" Apa alasannya"
Tanpa sadar sianak muda itu mengalihkan pandangan
matanya kewajah orang yang kehilangan sukma dan ingin
sekali melihat mimik wajahnya pada saat itu, sayang mimik
wajahnya tertutup oleh kain kerudung berwarna hitam.
"Bagaimana sau sicu" jawablah sejujur nya" terdengar Tay
huang siani bertanya. Kacau dan bingung perasaan Han Siong Kie pada saat ini
tanpa disadarinya ia menyahut.
"Aku tak dapat menerima syaratmu itu "
"Jadi engkau hendak menjilat ludahmu sendiri" " tegur Tay
huang sinni dengan wajah serius.
Tanpa sadar si anak muda itu mundur satu langkah
kebelakang dia berusaha untuk membela diri, katanya:
"Cianpwe aku minta ajukan syarat lain, tentang syaratmu
yang itu aku tak dapat menyanggupinya "
"Tidak bisa, selamanya pinni hanya akan mengajukan
sebuah syarat saja, tidak nanti akan kuulangi dengan
mengajukan syarat lain"
"Tapi boanpwe benar-benar tak dapat melakukan
permintaan dari locianpwe itu"
"Ooh jadi engkau bermaksud untuk mengingkari janji?"
ejek nikoh tua itu dengan sinis.
1216 "Boanpwe mempunyai kesulitan yang tak bisa dikatakan
kepada orang lain, maafkanlah daku locianpwe, syaratmu itu
tak dapat kulaksanakan"
"Jadi kau anggap Go siau bi tidak pantas untuk
mendampingi dirimu sebagai seorang istri?"
"Bukan... bukan begitu maksud boanpwe, terus terang saja
boanpwe katakan babwa aku.. sebenarnya aku telah..telah.."
"Apa maksudmu Katakan saja blak-blakan"
"Sebenarnya boanpwe telah serahkan hati dan tubuh
boanpwe ini kepada gadis lain, dan antara aku dengan dia
telah .... telah terikat oleh tali perkawinan"
"Ada yang menjodohkan?"
"Tidak..tidak ada"
"Ada persetujuan dari orang tua?"
"Ju...juga tii... tidak ada"
"Kalau toh tidak ada kan hal itu sama sekali tidak
menghalangi engkau untuk menerima syaratku ini?"
Sungguh sedih dan pedih perassan hati Han Siong Kie
apalagi teringat bahwa Tonghong Hwi, yang dicintainya telah
tiada di dunia ini, kepedihan tersebut akhirnya tercetus keluar
dengan kata-kata: "Dia.... dia telah meninggal dunia"
"Kalau benar sudah mati urusan ini kan lebih gampang
untuk diselesaikan" Apa yang kau pusingkan lagi?"
"Jiwa dan perasaan boanpwe telah lama terkubur bersama
matinya gadis itu, pada hakekatnya yang cianpwe lihat
sekarang tak lebih hanya sesosok mayat hidup belaka, sesosok
tubuh yang tidak berperasaan dan tidak kenal arti lagi"
Sekilas perasaan serba salah melintas di wajah Tay huang
sinni, ia terbungkam untuk beberapa saat lamanya, tapi selang
sesaat kemudian ia telah berkata lagi dengan suara keras:
1217 "Menurut apa yang pinni ketahui, engkau sudah pernah
bersentuhan badan dengan Go siau bi, lantaran cintanya
padamu, ia rela mengasingkan diri dan hidup sebagai seorang
pendeta, tidakkah kau tergetar perasaan hatinya oleh
kesungguhan serta kemurnian cinta kasihnya itu?"
"Aaai, pada hakekatnya boanpwe tidak punya ingatan
untuk memikirkan persoalan yang lain"
"Tahukah engkau bahwa perbuatanmu telah
menghancurkan masa depan seorang dara ?"
"Boanpwe menyesal sekali atas kejadian ini, tapi apa boleh
buat lagi boanpwe tak kuasa menerima kenyataan tersebut"
"Selain itu tahukah engkau bahwa tidak berbakti ada tiga
macam, dan yang paling utama adalah tiada keturunan,
apakah engkau gembira melihat keluarga Han putus
keturunan?" -000d0w000- BAB 67 UCAPAN tersebut bagaikan sebilah pisau belati yang
menusuk kedalam ulu hati Han Siong Kie, sekujur badannys
gemetar keras. Pada hakeketnya tak pernah ia berpikir sampai kesoal itu,
tapi heran mengapa Tay huang sinni menegur dirinya dengan
kata-kata semacam itu" Bukankah dia adalah seorang pendeta
yang tidak mencampuri urusan keduniawian lagi"
"Locianpwe apakah engkau hendak memaksa boanpwe
untuk mengingkari janjiku terhadap orang yang sudah tiada
lagi?" katanya tiba-tiba.
Orang yang kehilangan sukma yang selama ini
membungkam terus mendadak menyela:
1218 "Nak bila engkau bersedia untuk memegang janji kepada
orang yang telah mati, mengapa tidak pula kau penuhi
kewajibanmu sebagai rasa baktimu pada orang tua yang telah
tiada " Kau harus dapat membedakan mana yang serius dan
mana yang tidak. toh setelah kau laksanakan kewajibanku
untuk berbakti pada orang tua, engkau masih dapat pula
memenuhi janjimu kepada orang yang telah tiada?"
"Bila aku sampai berbuat demikian, bukankah perbuatanku
ini justru akan menyiksa nona Go siau bi untuk selamalamanya?"
"Siapa bilang begitu ?"
"Cianpwe" tiba-tiba Han Siong Kin menengadah dan
menatap wajah perempuan misterius itu tanpa berkedip
"tolong tanya, apakah kesemuanya ini adalah hasil dari
rencana locianpwe ?"
Orang yang kehilangan sukma terbungkam, ia tak sanggup
memberikan jawaban. "Sau sicu, apakah engkau lupa bahwa hasil ini adalah suatu
hasil dari pertaruhan antara engkau dan aku ?" Tay huang sini
menyela dari samping dengan dingin
"Oooh.. jadi engkau menggunakan kebahagiaan dari
seorang dara sebagai bahan pertaruhan" Pantaskah
perbuatanmu itu?" seru pemuda itu marah-marah.
"Nak. jangan marah dulu !" bisik Orang yang kehilangan
sukma dengan suara yang lembut, "Meskipun Go Siau bi
bertekad untuk mencukur rambut menjadi pendeta. tapi pada
hakekatnya dia masih sangat mencintai dirimu, dia tidak
mengetahui kejadian ini dia pun tidak tahu menahu tentang
pertaruhan ini tapi aku percaya dia tak bakal menampik
kenyataan ini ! Percayalah!"
"Cianpwe, boleh aku bertanya apa sebabnya kau selalu
berusaha untuk menjodohkan
1219 aku dengan nona Go ?"
"Tentu saja demi kau, demi keturunan dari keluarga Han!"
"Jadi kalau begitu antara cianpwe dengan keluargaku
mempunyai hubungan yang sangat dalam?"
"Benar hubungan itu memang dalam..dan dalam sekali !"
"Aku boleh tahu sampai dimanakah dalamnya hubungan
itu." "Tidak nak, untuk seat ini tidak ! Tapi di kemudian hari kau
akan mengetahui dengan sendirinya!"
Han Siong Kie termangu, dia menatap wajah parempuan itu
tanpa terkedip., lama kemudian pemuda itu baru berkata lagi:
"Maafkanlah daku cianpwe, boanpwe benar-benar tak
dapat memenuhi apa yang kau harapkan itu!"
"Nak aku memperingatkan dirimu dengan bersungguh hati
jangan kita bicarakan tentang pertaruhan itu sendiri bila
engkau tidak punya keturunan apakah kau tidak kasihan
dengan ayahmu yang berada dialam baka, dapatkah ia
beristirahat dengan tenang di sana" Aku tak sengaja menakutnakuti
dirimu tapi engkau bakal menyesal di kemudian hari
bila tidak kau turuti nasehatku ini. Nah, pertimbangkan
sendiri" Tay huang sinni pun sudah mengebaskan ujung bajunya
sambil berkata. "Kuil kami tak pernah menerima tamu mengenai
pertaruhan itu sendiri mau dilaksanakan atau tidak aku pun
tak bisa memaksa terserah pada kebijaksanaan ciangbunjin
sendiri!" Tanpa menunggu lagi dia putar badan dan masuk kedalam
kuil. 1220 Memandang bayangan punggang Tay huang sinni yang
lenyap dibalik pintu Han Siong Kie marasa hatinya kacau sekali
kata-kata terakhir dari nikoh itu amat menusuk
pendengarannya, terutama sebutan "ciangbunjin" yang
sengaja diucapkan dengan nada berat, lebih-lebih mengetuk
perasaannya. Sebagai seorang pemuka dunia persilatan, menjadi
kewajiban baginya untuk melaksanakan apa yang telah
disanggupi, tapi perkawinan adalah suatu kejadian besar, ia
tak ingin berbuat secara gegabah sehingga akhirnya harus di
akhiri dengan tragedi. Sementara pemuda itu masih termangu- mangu, orang
yang kehilangan sukma telah berkata lagi:
"Nak, tegakah engkau membiarkan masa depan seorang
dara hancur di tanganmu?"
Sakit hati, bingung dan sedih bercampur aduk dalam
perasaan hati si anak muda itu, dia tak tahu apa yang harus
dilakukan pada saat ini, terutama kata-kata tentang ketidak
baktian sebagai seorang putra diantara tiga hal yang tidak
berbakti, tak punya keturunan adalah tidak berbakti yang
paling utama. Benarkah dia tak akan menikah dan
membiarkan orang menganggapnya sebagai manusia yang
tidak berbakti" Sekarang ia baru menyesal, menyesal apa sebabnya tidak
menggunakan ilmu jari Tong kim ci untuk mengalahkan
musuhnya, ia tidak tega rahib itu terluka, tapi akhirnya dia
sendirilah yang rugi. Sebagai seorang laki-laki sejati, tidak nanti dia akan
mengingkari janji. Kata-kata itu diucapkan sendiri olehnya,
benarkah dia harus mengingkari janji.
Sekalipun ia sadar bahwa ia terjebak oleh suatu siasat yang
disusun sangat rapi, toh dia kalah adalah suatu kenyataan
yang tak dapat dibantah lagi.
1221 Sementara itu orang yang kehilangan sukma tidak menyianyiakan
kesempatan itu, dia mendesak lebih lanjut.
"Nak, engkau sebagai putra manusia, menjadi kewajiban
bagimu untuk menunjukkan kebaktiaanmu sebagai anak
manusia, sekalipun engkau dapat membalaskan dendam bagi
kematian ayahmu, belumlah lengkap kebaktianmu pada orang
tua, mengertikah kau dengan kata-kataku ini " .."
Han Siong Kie menggigit bibir, sahutnya:
"Apa yang cianpwe ketakan memang benar tapi sekarang
aku harus membalaskan dendam bagi kematian ayahku, hidup matiku sukar
diramalkan manaa aku boleh merusak lagi masa dspan orang
lain" "Tentang soal itu harus dibahas secara tersendiri" tukas
perempuan misterius itu, "jangan kau campur adukkan
persoalaan yang satu dengan persoalan yang lain.
Gemas dan mendongkol sekali Han Siong Kie setelah
mendengar ucapan itu akan tetapi ia tak sempat mengumbar
hawa marahnya sebab setinggi langit budi yang pernah
diterimanya dari perempuan ini.
Orang yang kehilangan sukma pernah menjamin kepadaaya
bahwa Tonghong Hui tidak bakal mati tapi apa sebabnya ia
selalu menghalang-halangi hubungannya dengan gadis itu"
Mengapa ia bertindak begitu misterius" Siapakah dia" Apa
hubungannya dengan keluargaku" pelbagai ingatan selalu
berkecamuk dalam benaknya membuat pemuda itu merasa
kepalanya mau meledak. "Cianpwe mengapa engkau selalu berbuat demikian
kepadaku" Katakanlah apa sebabnya?"
"Apa sebabnya tentu saja demi kebaikanmu!"
"Demi kebaikanku" Kebaikan apa" Terangkanlah."
1222 "Belum waktunya nak, kalau kuterangkan sekarang juga
tiada keuntungan apapun bagimu!"
Han Siong Kie tarik napas panjaog-panjang ia benar-benar
dibikin apa boleh buat. "Aaii" agaknya bila tidak kusanggupi persoalan itu hari ini
tak mungkin aku bisa pergi dari sini dengan tenang!" katanya.
"Kalau memang begitu mengapa tidak kau setujui saja?"
desak perempuan misterius itu.
Han Siong Kie tundukan kepalanya rendah-rendah lama
sekali dia membungkam dalam seribu bahasa.
Orang yang kehilangan sukma maju dan menghampiri si
anak muda itu sambil menepuk bahunya ia berkata lagi:
"Nak, semestinya kau harus menerima syarat tersebut
tidakkah kau merasa iba oleh ketulusan cinta nona Go
kepadamu" Aku tahu bahwa engkau sebenarnya mencinta dia
tentu saja kau tidak membantah kenyataan ini bukan"
Tapi karena soal Tonghong Hui engkau tak berani
mencintainya aku tahu engkau tak ingin mencabangkan
perasaan cintamu kepada orang lain dan kuakui bahwa
tindakan semacam ini memang benar tapi engkau lupa bahwa
antara engkau dengan Tonghong Hui sebenarnya tak mungkin
bisa dijadikan satu sebab bila engkau keras kepala dan
melanjutkan hubungan itu maka hubungan kalian ini akan
berakhir dengan tragedy, benar-benar tragedi yang
mengenaskan!"

Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bukan untuk yang pertama kalinya Han Siong Kie
mendengar ucapan semacam itu akan tetapi ia tak dapat
mengendalikan perasaan sendiri sekujur badannya gemetar
keras menahan emosi. Dapatkah dia melenyapkan bayangan Tonghong Hui"
Mungkinkah ia melupakan gadis itu dari pikirannya" Tidak !
Tidak mungkin. 1223 "Apakab cianpwe artikan hubungan dendam itulah yang
akan merupakan tragedi?" ujar pemuda itu kemudian "Tapi
cianpwe antara aku dan dia telah terjadi suatu janji meskipun
janji itu hanya berada didalam hati masing-masing ..."
"Janji apa" "Dendam tak mungkin dibalas tapi cinta tak dapat
dipadamkan oleh dendam macam apapun, dan kami bersedia
mengorbankan diri demi cinta, biarlah kami membina cinta
kami di alam baka bila cinta tersebut tak dapat kami pupuk
didunia yang nyata ini!"
"Semenjak dahulu aku kan sudah terangkan bukan soal
itulah yang akan mengakibatkan tragedy, kalian salah pabam!"
"Kalau memang bukan itu bukankah sama artinya bahwa
tidak mungkin hubungan kami akan diakhiri dengan tragedi?"
"Tidak! Kemungkinan selalu ada dan bahkan pasti bakal
terjadi!" "Sekali pun ada kemungkinan boanpwe tidak untuk
menghindarinya!" ucap Han Siong Kie dengan tegas.
Mendengar perkataan itu Orang yang kehilangan sukma
mengbela napas sedih ia berkata:
"Aaai terserah apa yang hendak kau katakan" Aku hanya
minta agar engkau memberi pertanggungan jawab kepadaku
kepada Go Siau bi kepada Sinni locianpwe kepada mendiang
ayahmu dan pada gurumu"
Sekujur badan Han Siong Kie gemetar keras mimik
wajahnya berkerut menahan penderitaan batin serunya
dengan lantang: "Sekalipun aku kawin dengan Go siau bi mungkinkah
perkawinan ini bisa berakhir dengan kebahagiaan, Akhirnya
toh kita akan mengalami tragedi yang menyedihkan?"
1224 "Bahagia atau sedih adalah urusan belakang, siapa tahu
kalau kenyataannya jauh berbeda dengan apa yang saat ini
kau bayangkan?" "Jadi maksud Cianpwe, kau memaksa Boanpwe untuk
mengabulkan permintaanmu itu?"
"Yaa,angaplah perkataan ini merupakan suatu paksaan"
sahut orang yang kehilangan sukma dengan suara berat.
Han Siong Kie tertegun dan tidak bicara, selang sesaat
kemudian ia mengangguk. "Baik. Boanpwe menyanggupi
permintaan mu itu" "Jadi kau menerima syarat tersebut?"
"Benar, aku menerimanya, tapi akupun mempunyai sebuah
syarat" "Apa syaratmu itu?"
"Cianpwe harus menjelaskan kepada nona Go siau bi serta
kakeknya, bila dendam berdarah berhasil boanpwe balas,
waktu itulah kita baru bicarakan kembali soal cinta dan tiga
tahun setelah menikah boanpwe akan meninggalkan keluarga
dan pergi jauh" "Seteleh tiga tahun, apakah engkau akan bunuh diri untuk
menunjukkan ketetapan hatimu pada Tonghong Hui?" kata
orang yang kehilangan sukma sampai mundur selangkah.
"Benar, kenapa " "
"Andaikata Tonghong Hui belum meninggal dunia ?"
"Aaah, hal ini aku rasa tidak mungkin"
"Baik, kukabulkan syaratmu itu dan kita pun tentukan
perjanjian ini dengan kata-katamu ini"
Berbicara sampai disini, tiba-tiba orang yang kehilangan
sukma berpaling, serunya kearah batu karang kurang lebih
1225 beberapa kaki didepan sana: "Locianpwe, silahkan
mengunjukkan diri untuk memperkuat ikatan perkawinan ini "
Seorang sasterawan berusia setengah baya perlahan-lahan
munculkan diri dari balik batuan cadas.
Dia bukan lain adalah kakek Go siau bi Put lo sianseng yang
disegani banyak orang itu.
Han Siong Kie tertegun, kemunculan tokoh silat ini semakin
memperkuat dugaannya bahwa apa yang terjadi pada saat ini
adalah suatu siasat, suatu rencana besar dari orang yang
kehilangan sukma. Tapi yang mengherankan adalah Put lo sianseng dan Tay
huang sinni kedua orang tokoh silat ini berilmu tinggi dan
berkedudukan terhormat, tapi mereka bersedia untuk
mendengarkan kata-kata orang yang kehilangan sukma
malahan bekerja sama untuk memancingnya masuk jebakan,
apa tujuan mereka" sementara itu Put to sianseng telah berkata sambil tertawa
ringan ucapnya: "Bocah bagus, kemurunganku sudah dilenyapkan, mulai
sekarang lohu bisa mengasingkan diri dan beristirahat dengan
tenang". Orang yang kehilangan sukma segera mendorong Han
Siong Kie untuk maju katanya:
"Bagaimana juga penghormatan tak bisa dielakkan, hayo
maju dan memberilah hormat kepada kakekmu."
Dalam hati Han Siong Kie menghela napas panjang, dengan
kaku dia maju beberapa langkah dan jatuh berlutut dihadapan
put lo sianseng, ketika ia menyembah sebanyak tiga kali ia tak
dapat melukiskan bagaimanakah perasaan hatinya ketika itu,
entah manis getir, kikuk atau kecewa.
Cepat Put lo sianseng ulapkan tangannya seraya berkata:
1226 "Cukup, Cukup Bangunlah nak, sebelum aku pergi
mengasingkan diri, ada beberapa patah kata terlebih dahulu
hendak kukatakan kepadamu, ketahuilah gurumu Mo tiong ci
mo adalah sahabat lamaku, setelah engkau mewariskan
kedudukannya aku harap engkau bisa membangun kembali
perguruan Thian Lam bila melakukan segala persoalan
janganlah terlalu memikirkan masalah itu dengan pikiran yang
sempit". Sekujur badan anak muda itu bergetar keras, peluh dingin
membasahi tubuhnya tanpa terasa ia teringat kembali akan
apa yang diberitahukan orang yang kehilangan sukma ketika
berada di mulut lembah kematian.
Dikatakan Tee kun perguruan Thian Lam yang sekarang
yaitu Wi It beng telah menjual perguruannya kepada Thian
che kau, istana Huan mo kiong telah diubah menjadi kantor
cabang Thian che kau sektor Thian lam.
Itu berarti sekarang ia berhadapan dengan tugas baru,
tugss yang amat berat yaitu membersihkan anasir-anasir yang
tidak benar dari tubuh perguruannya.
Tanpa terasa dia teringat pula akan Ok kui cu pay, tanda
kebesaran Thian lam bun yang telah terjatuh ketangan orang
orang Thian che kau, bila benda tersebut tidak berhasil ditarik
kembali bukan saja dia tak akan mendapat kepercayaan dari
anak muridnya selain itu dia pun merasa malu terhadap sukma
gurunya di alam baka. "Boanpwe akan mengingatnya selalu." sahut pemuda itu
dengan hati bergidik. Orang yang kehilangan sukma tertawa geli, ia menggoda :
"Apa itu boanpwe " seharusnya kau membahasai diri
sebagai siausay (cucu menantu)"
Merah jengah Han Siong Kie setelah mendenger godaan itu
namun ia tetap membungkam.
1227 Pot lo sianseng berpaling kearah perempuan misterius itu
lalu katanya lagi. "Masalah anak Bi kuserabkan padamu, baik-baiklah
mengatur segala sesuatunya!"
"Akan kulaksanakan dengan sebaik-baiknya" sahut Orang
yang kehilangan sukma seraya menjura.
Put lo sianseng tersenyum dan manggut-manggut ia tidak
berbicara lagi perlahan lahan tubuhnya bergerak tinggalkan
puncak bukit itu dan akhirnya lenyap dikejauhan.
Menanti bayangan punggung kakek sakti itu sudah lenyap
dari pandangan orang yang kehilangan sukma baru berkata
lagi. "Nak apa tujuanmu sekarang?"
"Mula pertama aku hendak berkunjung dulu ke benteng
maut kemudian menyatroni perkumpulan Thian ce kau dan
bikin perhitungan setelah kuambil kembali tanda lencana Okkui
cu-pay aku hendek berangkat ke Thian lam untuk
membasmi pengkhianat-pengkhianat itu dari muka bumi"
"Baik bila tugasmu telah selesai aku dan putriku akan
mengantar nona Go menuju ke Thian-lam serta
menyelenggarakan resepsi perkawinan bagi mereka berdua
sekarang kau boleh pergi semoga kau bisa jaga diri baik-baik"
Han Siong Kie merasa seakan-akan baru saja mengalami
suatu impian hanya sebelum impian itu habis dia keburu
mendusin dengan wajah uring-uringan pemuda itu pun
menuruni bukit tersebut. Perasaan hatinya pada saat ini hampa, kosong . . sekarang
Go siau bi telah menjadi calon istrinya dengan resmi, siapakah
bakal menduga sampai kesitu"
setelah tiba di kaki bukit dan menghampiri tempat
perpisahannya dengan Hek pek siang yau, mendadak pemuda
1228 itu tercekat, ternyata dua orang pembantunya telah lenyap tak
berbekas. Semestinya Hek pek siang yau tidak akan meninggalkan
ketuanya tanpa pamit, atau mungkin telah terjadi sesuatu"
Han Siong Kie memeriksa keadaan disekitar tempat itu
dengan seksama, namun ia tak berhasil menemukan sesuatu
tanda-tanda pernah terjadinya pertarungan disana. Atau
Hekpek siang yau telah menghianatinya "
-000d0w000- Jilid 33 DENGAN kepandaian silat yang dimiliki sepasang siluman
serta meninjau dari perbuatan-perbuatan mereka di masa
lampau, bisa jadi kedua orang itu akan melakukan kejahatan
lagi. Andaikata apa yang diduga tak salah, dialah yang
berdosa karena dialah yang melepaskan dua orang gembong
iblis itu dari tempat penahanannya.
Untuk sesaat lamanya Han Siong Kie berdiri tertegun, ia tak
tahu apa yang musti dilakukan.
Kurang lebih seperminuman teh kemudian pemuda itu
mengambil keputusan, pikirnya:
"Andaikata sepasang siluman benar-benar telah
menghianatinya serta melakukan kejahatan dalam dunia
persilatan, aku pasti akan melenyapkan kedua orang itu dari
muka bumi". Seorang diri diapun melanjutkan perjalanan menuju kekaki
bukit itu. Dua jam kemudian pemuda itu sudah keluar dari daerah
pegunungan dan melanjutkan perjalanan melalui jalan raya.
1229 Sementara perjalanan masih dilanjutkan tiba-tiba dari arah
depan meluncur datang beberapa sosok bayangan manusia,
meskipun gerakan tubuh beberapa orang itu bagaikan meteor
yang lewat, akan tetapi bagi ketajaman mata Han Siong Kie
bukan halangan baginya untuk mengenali siapa gerangan
mereka itu. segera teriaknya dengan suara nyaring: "Engkoh
tua Tunggu sebentar, kau akan ke mana ?"
Mendengar teriakan tersebut, berhentilah rombongan itu,
ternyata mereka adalah delapan orang pengemis dekil, orang
pertama tak lain adalah Pengemis dari selatan.
"Haaah . . haaah .. haaahh saudara cilik, rupanya kau "
teriak pula pengemis dari selatan dengan wajah berseri.
"Engkoh tua, aku lihat wajahmu murung sekali, apakah
telah terjadi sesuatu atas diri mu?"
"Aaai, saudara cilik masa kau tidak mendengar bahwa
perkumpulan kami sedang menghadapi masa kiamat?" ujar
pengemis tua itu sambil menghela napas panjang.
"Menghadapi masa kiamat" Kenapa?" seru si anak muda itu
tertegun sambil terimangu.
"Jadi engkau tidak mendengar apa-apa tentang organisasi
Kay pang kami itu?" Han Siong Kie menggelengkan kepalanya:
"Sudah berbulan-bulan lamanya siaute tak pernah
melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, aku tak tahu
apa yang telak menimpa perkumpulan Kay pang?"
"Oooh. Kalau begitu tak heran kalau engkau tidak tahu.."
ujar pengemis itu. Sesudah menghela napas dan berhenti sebentar, ia
melanjutkan lebih jauh: "Semenjak dahulu kala antara Thian
che kau dengan Ji-pang dan sam hwe tak pernah mengadakan
kontak hubungan apa-apa, hubungan kami ibaratnya air
sumur yang tidak mengganggu air sungai, tapi rasanya pihak
Thian che kau mempunyai ambisi untuk merajai dunia
1230 persilatan, secara licik mereka telah membasmi musuh-musuh
serta saingannya secara diam-diam. Pertama kali yang
mengalami nasib jelek adalah perkumpulan Pat gi pang,
menyusul kemudian perkumpulan Jit yan pang. Hong te hwe,
Ang kin hwe, serta Ngo heng hwe dipaksa takluk kepada
mereka dan merubah nama menjadi kantor cabang
perkumpulan Thian che kau, rupanya sekarang mereka
jatuhkan incarannya kepada pihak Kay pang, saudara cilik,
kalau bukan saat kiamat perkumpulan kita sudah tiba, apa lagi
namanya" Ketika mengucapkan kata kata teriebut jelas terlihat bahwa
Pengemis dari selatan diliputi oleh emosi yang beekobar
kobar. "Aaah jadi sudah mencapi tingkat sekritis itu" Kurang ajar..
Thian cbe kau memang harus dibasmi dari muka bumi!" seru
Han Siong Kie dengan penuh kegusaran.
Tidak sampai disitu saja kemarahan pengemis dari selatan
dengan gemas dan penuh kebencan dia berkat lagi:
"Semenjak Kay-pang didirikan oleh cou ya Kami belum
pernah ada partai dan perguruan lain yang berani memandang
hina perkumpulan kami sungguh tak nyana musibah ini
menimpa di jaman kami ini.. aai lima hari berselang


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perkumpulan kami telah menerima lencana Thian che leng dan
memberi batas pada perkumpulan kami untuk
menggabungkan diri dengan mereka dalam lima hari
mendatang bila menampik maka,.."
"Maka mereka akan berbuat apa?" sela pemuda itu.
"Mereka akan mencuci semua markas Kay pang dengan
dara segar anggotanya bahkan anak murid Kay pang dilarang
menancapkna kakinya kembali di daratan Tionggoan"
Darah panas terasa mendidih dalam tubuh Han Siong Kie
sinar matanya setajam pisau dan hawa napsu membunuh
1231 menyelimuti seluruh wajahnya sambil menggertak gigi
teriaknya: "Hmm! Dia berani berbuat begitu?"
"Aaai apa mau dikata" Kekuaaaan Thian che kau telah
meliputi tujuh propinsi di daerah selatan dan enam propinsi di
utara sungai terutama sekali kekuatan mereka yang sangat
lihay dengan ditunjang oleh utusan-utusan Thian che kau
yang berilmu tinggi jago dari manakah yang mampu
menandingi kehebatan mereka?"
"Huuh! Segala macam badut sirkus juga berani berlagak
sok hebat tunggu saja tanggal mainnya"
"Saudara cilik aku dengar perguruan Thian lam bun sudah
menggabungkan diri dengan perkumpulan tersebut malahan
istana Huan-mo-kiong diubah namanya menjadi kantor cabang
Thian che kau untuk wilayah Thian 1am apa benar berita ini?"
"Akupun belum lama mendengar ini, karena setelah urusan
disini selesai segera aku akan berangkat ke Thian Lam untuk
melakukan pembersihan secara besar-besaran"
"Dengan kekuatan saudara cilik seorang aku rasa . ."
"Pentolan penghianatan ini cuma seorang yaitu Wi It beng,
aku percaya anak murid lain kebanyakan cuma menganut
kehendak hatinya belaka" setelah berhenti sebentar ia berkata
lagi: "Engkoh tua batas waktu yang ditentukan lencana Thian
che leng masih ada berapa hari?"
"Tinggal besok sehari "
Ketika pengemis dari selatan mengucapkan kata-kata itu,
tiga pengemis tua dan delapan pengemis setengah baya yang
berada dibelakagnya sama-sama menunjukkan wajah sedih
dan resah, namun tak seorangpun yang bersuara.
1232 Han Siong Kie termenung dan berpikir sebentar, kemudian
bertanya: "Apa rencana engkoh tua untuk menyelesaikan
persoalan yang sangat pelik ini?"
"Aaai, aku telah menurunkan perintah untuk
mengumpulkan segenap jago lihay yang berada dikantorkantor
cabang untuk berkumpul semua dimarkas besar kami
tepi pantai Pak swit ham, yaa . . mati hidup Kay pang
tergantung dalam pertarungan yang bakal berlangsung,
meskipun saat ini kami masih mempunyai satu harapan untuk
menyelamatkan perkumpulan kami dari musibah yakni
mengharapkan kemunculan susiok kami song Tiat kong . tapi
harapan ini tipis sekali"
"Mengapa kalian tidak segera mengirim kabar kepada song
locianpwe agar bersiap sedia?"
"Ketika tengkorak maut gadungan membuat onar dalam
markas besar kami. song susiok telah salah menganggap
tengkorak gadungan sebagai tengkorak maut asli, sesudah
peristiwa itu beliau berkunjung ke benteng maut menuntut
keadilan, tapi akhirnya beliau kalah ditangan pemilik benteng
maut, waktu itu susiok telah sesumbar bahwa akan muncul
kembali dalam dunia persilatan untuk selamanya, dari mana
kami bisa tahu susiok kini berada dimana " Dan bagaimana
mungkin berita itu disampaikan kalau kami tak tahu dimana
beliau berada?" "Apakah engkoh tua bersedia untuk menerima bantuan dari
saudara cilikmu ini?" kata Han Siong Kie mendadak sambil
menawarkan jasa baiknya. "Kesediaanmu untuk membantu tentu saja akan kami
sambut dengan senang hati" sahut pengemis dari selatan
sambil mengernyitkan alisnya yang telah memutih, "Aku hanya
kuatir bantuanmu masih belum cukup untuk menolong
perkumpulan kami lolos dari musibah ini, aaai... yaa apa boleh
buat, terserah bagaimana nasib akan mengaturnya nanti"
1233 Pengemis dari selatan belum tahu kalau Han Siong Kie
telah berhasil mempelajari ilmu sakti si mi sinkang, sebab
berbicara dari kekuatan yang dimiliki pemuda itu di masa
lampau, memang tak mungkin ia bisa menolong Kay pang
untuk lolos dari musibah.
Han Siong Kie bukan orang bodoh, sudah tentu diapun
dapat merasakan keraguan saudara tuanya itu, ia tersenyum.
"Begini saja engkoh tua, kalian berangkatlah lebih dulu, bila
tiba saatnya nanti, aku pasti sudah hadir di markas besar
kalian" Pengemis dari selatan mengangguk. mereka tidak berkata
apa-apa lagi, dengan begitu maka dua bersaudara inipun
kembali berpisah. Sepeninggal pengemis dari selatan beserta ketujuh orang
rekannya, Han Siong Kie berpikir didalam hati, untuk
menuntut balas ke benteng maut jelas sudah tak sempat lagi,
maka ia menyusun rencana untuk melaksanakan kembali
usaha penuntutan balasnya sesudah menyelamatkan Kay pang
dari musibah. -000d0w000- BAB 68 LENYAPNYA Hekpek siang yau secara misterius sangat
memusingkan kepala anak muda itu, ia merasa tak mungkin
kalau kedua orang siluman itu berhianat kepadanya atau pergi
tinggalkan dirinya tanpa pamit. sebab dua orang itu telah
mengakuinya sebagai majikan, itupun kerena harus menuruti
sumpah yang pernah mereka ucapkan dimasa lampau, apalagi
mereka telah diterima sebagai anggota perguruan Thian Lam
bun, mustahil pikiran mereka berubah di tengah jalan.
Tapi kemana mereka telah pergi " Celaka ditangan orang "
Jelas hal ini tak mungkin terjadi, Ilmu silat mereka sangat
1234 lihay, siapakah yang mampu untuk merobohkan kedua orang
itu" Sementara dia masih melamun, tiba-tiba sorot matanya
sempat menangkap sesosok bayangan manusia sedang berdiri
ditepi sungai tak jauh dari tempat ia berada sekarang, jelas
orang itu tinggi semampai dengan potongan badan
menggiurkan, jelas orang itu adalah seorang gadis dan gadis
itu terasa sangat dikenal olehnya.
Mendadak satu ingatan terlintas dalam benaknya, kontan
jantungnya berdebar keras, hampir saja pemuda itu menjerit.
"Aaah Masa dia ?"
Dengan penuh emosi dan hati yang bergejolak pemuda itu
meluncur ke depan, menghampiri gadir yang tinggi semampai
itu . Makin mendekati orang itu, Han Siong Kie merasa semakin
yakin kalau dugaannya tidak meleset dan akhirnya . . ia benarbenar
membuktikan bahwa dugaannya tak salah gadis itu
memang tak lain dari kekasih hatinya. Tonghong hui yang dia
rindukan siang malam. Darah yang mengalir dalam tubuh pemuda itu terasa
mendidih bagaikan kena listrik bertegangan tinggi, separuh
tubuhnya terasa menjadi kaku, hampir saja jantungnya
melompat keluar dari rongga dadanya.
Dengan bibir yang gemetar dan muka yang pucat, ia berdiri
tertegun untuk sesaat lamanya tak sepatah katapun mampu
dia utarakan keluar. Betapa tidak " Tonghong-Hui yang melama ini dianggapnya
telah mati ternyata masih hidup segar bugar... dugaan dari
orang yang kehilangan sukma terbukti kebenarannya, dara itu
belum mati. 1235 Tapi aneh, sekalipun Han Siong Kie sudah berada
dibelakangnya, gadis itu masih tidak merasa, ia berdiri kaku
bagaikan patung, bergerak sedikitpun tidak.
Angin sungai berhembus sepoi basah mengibarkan ujung
bajunya yang panjang, tubuhnya yang tinggi semampai,
lekukan tubuhnya yang menggiurkan amat menawan hati,
ibaratnya bidadari dari kahyangan gadis itu tampak agung dan
cantik. "Adik Hui" akhirnya pemuda itu memang gigil, meski
suaranya lirih dan agak parau.
Sekujur badan Tonghong Hui gemetar keras, namun ia
tidak berpaling pun tidak menjawab.
Suatu firasat aneh terlintas dalam benak sianak muda itu,
untuk kedua kalinya kembali dia memanggil: "..Adik Hui.."
Tonghong Hui menghela napas panjang, begitu pedih dan
hampa helaan napas itu, membuat Han Siong Kie tercekat
hatinya. Menyusul helaan napas itu, ia putar badannya, sesaat
wajah yang sayu terpampang didepan mata.
Wajah itu layu, kusut dan sinar matanya telah pudar persis
seperti wajah Go siau bi calon istrinya ketika ia jumpa didepan
kuil Bu cuan di bukit Tay huang san.
Han song Kie merasakan hatinya bagaikan dipagut ular
berbisa, secara beruntun ia mundur tiga langkah kebelakang.
Bagaimanakah pertanggungan jawabnya kepada gadis
yang ia cinta dengan segenap jiwa raganya" Apalagi bila ia
tahu kalau Go siau bi telah menggantikan kedudukannya"
Diantara putih kepucatan yang menghiasi wajah Tonghong
Hui terlintas semua merah diantara pipinya, ia menatap Han
Siong Kie dengan pandangan hampa, mukanya begitu layu,
pedih, sukar dilukiskan dengan kata.
1236 Mereka tidak mirip kekasih yang saling bertemu kembali,
keadaan mereka waktu itu ibarat orang asing yang saling
berjumpa, tiada surprise tiada luapan cinta dan rindu, tiada
pelukan ataupun ciuman. Siapapun diantara mereka tak ada yang buka suara,
mereka hanya saling menatap dengan mulut membungkam.
Udara serasa ikut membeku mengikuti keadaan mereka
yang serba kaku, serba dingin-
Perlahan-lahan Han Siong Kie tundukkan kepalanya, ia
tidak memiliki keberanian untuk memandang kekasihnya lagi,
sebab ia telah menjadi penghianat dari cinta, ia merasa tak
punya muka untuk bertemu lagi dengan gadis yang telah
menyerahkan seluruh jiwa dan raga kepadanya.
Suasana begitu sepi, hening seolah-olah dunia menjadi
mati, jagad menjadi kiamat tak seorangpun yang bersuara,
hanya detak jantung mereka yang berdebar keras.
Darimana orang yang kehilangan sukma bisa tahu kalau
Tonghong -Hui tidak akan mati" Benarkah ia memiliki ilmu
meramal, ilmu untuk melihat kejadian yang akan datang".
Apa sebabnya orang yang kehilangan sukma merusak
hubungannya dengan Tonghong Hui" Benarkah jika hubungan
mereka dilanjutkan maka hubungan tersebut akan berakhir
dengan suatu kejadian yang tragis"
Mengapa Tonghong Hui mengingkari janjinya ketika itu"
Mengapa ia begitu tega membiarkan ia menunggu melama
dua hari dengan sia-sia ditepi sungai"
Terbukti sekarang bahwa ia tidak mati, benarkah ayahnya
bukan pembunuh keluarga Han dan keluarga Thio" Kalau
bukan, tidak seharusnya gadis itu mengingkari janji.. Lama
sekali, akhirnya Tonghung-Hui buka suara, meskipun suaranya
penuh kepedihan: "Engkoh Kie, angkat kepalamu dan pandanglah aku"
1237 Pedih hati Han Siong Kie bagaikan disayat-sayat pisau, ia
mendongakkan kepalanya, meskipun dengan perasaan
menyesal dan malu.. Tatkala sepasang mata mereka bertemu satu sama lainnya,
kembali pemuda itu mundur selangkah, yang tampak olehnya
adalah seraut wajah yang pucat seperti mayat,jauh berbeda
dengan raut wajahnya dalam kenangan selama ini
"Engkoh Kie, kau... kau membenci aku" kembali gadis itu
berbisik lirih sekali suaranya.
"Adik Hui Aku .. aku...toh...mengapa kau mengatakan
begitu " Mengapa kau mengatakan kalau aku membenci
dirimu ?" "Karena.... karena aku telah mengingkari janjiku sendiri
kepadamu, aku tidak menepati janji"
"Adik Hui, seharusnya akulah, aai. mengapa kau tidak
menepati janjimu." "Sekembalinya kedalam benteng, aku telah disekap oleh
ayah, tak mungkin bagiku untuk kabur keluar"
Han Siong Kie merasa emosi dalam dadanya bergelora, apa
yang ingin diketahui olehnya segera akan terwujud, dengan
suara agak gemetar tanyanya lagi."sudah kau tanyakan soal
yang ingin kuketahui itu ?"
"Sudah.." perlahan-lahan gadis itu mengangguk.
Mencorong sinar mata sianak muda itu, dia maju tiga
langkah kedepan seraya bentanya lagi:
"Bagaimana jawaban ayahmu?"
"Sudah dua puluh tahun lamanya ayah tak pernah
meninggalkan pintu benteng barang satu langkahpun, apakah
jawaban tersebut dapat kau terima sebagai suatu keterangan
yang lengkap?" 1238 "Sudah dua puluh tahun ayahmu tak pernah muncul
kedalam dunia persilatan ?" Tonghong Hui mengangguk lirih
tanda membenarkan. Sungguh terkejut dan girang tak terkirakan perasaan Han
Siong Kie pada saat ini, dia girang lantaran Tengkorak maut
ayah Tonghong-Hui bukanlah musuh besar keluarganya,
sebab peristiwa berdarah yang menimpa perkampungan
keluarga Han terjadi pada bulan sembilan tanggal sembilan
pada lima belas tahun berselang.
sekarang terbukti sudah bahwa dia dan Tonghong Hui
sebenarnya tidak terpisah oleh dendam sakit hati.
Tapi pemuda itu merasa murung, murung karena tidak
tahu siapakah pembunuh keluarganya, kemana dia harus pergi
untuk mencari jejak pembunuh keluarganya itu"
Tatkala ia teringat kembali akan pernikahannya dengan Go


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siau bi, kembali pemuda itu merintih... merintih penuh
kedukaan serta penderitaan- "Engkoh Kie, kee... kenapa kau?"
tegur Tonghong Hui. "Oooh, aai tidak apa-apa, kalau toh engkau disekap oleh
ayahmu, kenapa sekarang bisa muncul lagi diluar benteng ?"
"Aku mencuri keluar secara diam-diam, mungkin selama
hidup, .selama hidup aku tidak dapat memasuki pintu benteng
maut lagi " "Kenapa?" tanya sianak muda itu dengan terperanjat:
Tonghong Hui tidak menjawab pertanyaan itu, sebaliknya
malah bertanya lagi: "Engkoh Kie, apakah engkau masih... masih selalu
mencintai diriku ?" Sakit rasanya hati Han Siong Ki tatkala mendengar
pertanyaan itu, ia berpikir:
1239 "Kalau kulihat dari sikap adik Hui yang begitu murung dan
layu, kemungkinan besar ia sudah mengetahui tentang
peristiwaku di bukit Tay huang san, bagaimana caranya aku
memberi penjelasan " Aaai, aku benar-benar menyesal
mengapa waktu itu imanku tidak teguh " Bila kutolak
permintaan tersebut dengan hati yang keras, tak nanti bakal
terjadi peristiwa seperti hari ini".
Sementara sianak muda itu masih termenung, Tonghong
Hui telah mendesak lebih lanjut.
"Engkoh Kie, hayolah katakan-.. masihkah engkau
mencintai diriku ?" "Adik Hui, percayalah kepadaku. hatiku tak akan berubah,
selama-lamanya aku memang tetap mencintaimu"
"Kau mencintai aku " selama-lamanya mencintai diriku ?"
"Benar, selama hayat masih dikandung badan, cinta ku
padamu tak akan pudar"
"Engkoh Kie, aku dapat meresapi cinta kasihmu ini dan tak
akan melupakan untuk selama-lamanya . "
Ucapan tersebut segera mendatangkan firasat tak enak
dihati pemuda kita, buru-buru serunya:
"Adik Hui, kau... kenapa kau...."
Tonghong Hui menggeleng dengan seduh dan tertawa
rawan. "Engkoh Kie, kau tak usah bertanya kepadaku mengapa,
asalkan masih tetap mencintai aku, itu sudah lebih dari cukup
" "Adik Hui, aku..aku..sebetulnya...."
"Engkoh Kie, manusia yang mendapat cinta murni dari
seseorang adalah suatu kebahagiaan, aku sudah merasa
sangat puas Biarlah apa yang akan terjadi dikemudian hari
1240 diatur oleh takdir dan nasib" Air mata bagaikan layang-layang
putus benang mengucur keluar tiada hentinya, dan
membasahi pipi Tonghong-Hui yang pucat pasi, serta tampak
menyeramkan itu. Hancur lebur perasaan hati Han Siong Kie pada waktu itu,
ia merasa gemas dan benci mengapa tak dapat segera mati
sehingga dosa yang telah dilakukan bisa ditebus kembali.
"Adik Hui, mengapa kau mengatakan begitu" Mengapa ?"
Tonghong Hui tertawa rawan- dia menggeleng.
"sekalipun kuterangkan, engkau tak akan mengerti . . dan
tak akan paham" "Katakanlah padaku . . kumohon katakanlah kepadaku,
mengapa " Mengapa kau berkata begitu?"
"Dikemudian hari engkau akan mengerti sendiri, sekalipun
tidak kuterangkan sekarang, tapi kau akan pasti paham"
Berkerut kencang raut wajah Han Siong Kie yang tampan d
engan penuh penderitaan katanya lagi:
"Adik Hui, maafkanlah daku, pada hakekatnya aku...
sebetulnya aku..." "Engkoh Kie, jangan berkata begitu?" tukas Tonghong Hui
sambil menggelengkan kepalanya berulang kali: "kata maaf
sepantasnya muncul dari mulutku aaai Apa mau dikata lagi
bila takdir telah mengatur segala sesuatunya itu bagi kita?"
"Adik Hui...." "Duduklah engkoh Kie, bersandarlah padaku," Dengan
sikap yang kaku dan gerak gerik yang hampa seperti orang
kehilangan sukma Han Siong Kie duduk diatas batu cadas dan
bersandar diatas tubuh gadis itu.
Tonghong Hui segera merebahkan dirinya dalam pangkuan
pemuda itu serta merta Han Siong Kie merangkul tubuhnya
dan mendekapaya erat-erat.
1241 "Engkoh Kie, masih ingat ketika kita mengangkat saudara
diatas batu besar ditepi sungai" Ketika itu aku masih serupa
seorang pengemis cilik"
"Aku tak akan melupakan kenangan indah itu untuk
selamanya" "Masih ingat sewaktu kau terjatuh ketangan orang-orang
Thian che kau pura-pura mati dengan ilmu Ku si tay hoat dan
aku menguburkan jenasahmu serta mendirikan batu nisan
dirimu?" "Aaai, aku sangat mengharapkan bahwa kejadian itu
hakekatnya adalah suatu kejadian sebenarnya, sekarang
niscaya kita sudah berbaring didalam sebuah liang..."
"Adik Hui, kau...."
"Ketika kau dihantam oleh Tengkorak maut gadungan
sehingga tercebur kedalam jurang, aku menyusulmu kedalam
jurang, tapi akhirnya kita sama-sama tidak mati"
"Adik Hui, semua kenangan indah serta kenangan manis itu
tak akan pudar, tak akan hilang dari pikiranku"
"Tapi, sekarang engkoh Ki, aku menyesal aku merasa amat
menyesal" Tercekat perasaan hati Han Siong Kie, ucapan dari gadis itu
seakan-akan tidak teratur lagi, mungkinkah ia sudah jadi gila"
"Adik Hui, kau ... kau perlu beristirahat, tidurlah sebentar
agar pikiranmu menjadi terang kembali."
"Tidak. aku sangat baik, pikiranku masih cukup terang"
"Ucapanmu itu .... ucapanmu iti telah menghancurkan
hatiku.... melumpuhkan perasaanku"
"Bersabarlah engkoh Ki, perasaanmu itu akan hilang
mengikuti berputarnya waktu "
1242 Hembusan angin lirih berkumandang dari kejauhan, bukan
hembusan angin biasa tapi ujung baju seseorang yang
tersambar angin- Dengan cekatan dua orang itu meloncat bangun berpaling,
sesosok bayangan manusia berdiri kurang lebih lima kaki
dihadapan mereka. orang itu adalah seorang manusia aneh yang berambut
panjang, tampaknya jelek dan sangat menyeramkan,
Paras muka Tonghong Hui berubah hebat, sementara Han
Siong Kie sendiripun merasa terperanjat setelah mengetahui
siapa yang datang, dia masih ingat manusia aneh ini adalah
penghuni benteng maut, dia pernah bertemu dengan manusia
aneh ini dan seingatnya makhluk inilah yang terus berkaokkaok
dengan suara aneh. "Siapakah orang itu adik Hui?" cepat bisiknya.
"Dia adalah siau suhengku, seorang yang bisu dan tak
pandai berbicara tapi kecerdikannya luar biasa, diapun sangat
perasa, selama hidup belum pernah tinggalkan benteng.."
"Tahukah kau apa tujuannya datang kemari?"
"Tentu saja mendapat perintah dari ayah untuk mencari
aku serta menggusurnya pulang kebenteng"
"Kalau begitu biarlah ku usir dia pergi dari sini."
"Jangan...Jangan kau berbuat begitu", tiba-tiba ia melejit
ke depan sambil berlarian menjauhi pemuda itu, serunya lagi
"engkoh Kie, semoga kau baik-baik menjaga diri,aku. .aku
pergi dulu" "Adik Hui, jangan pergi dulu. aku masih...."
Namun Tonghong Hui tidak menggubris lagi, bersama
manusia aneh berambut panjang itu bayangan mereka kian
menjauh sehingga akhirnya lenyap dari pandangan.
1243 Han Siong Kie berdiri menjublak bagaikan sebuah patung
arca ia berdiri kaku di atas sebuah batu tanpa berkutik, untuk
sesaat pemuda itu dibikin gelagapan dan tak tahu apa yang
musti dilakukan. Ingin sekali ia mencegah kepergiannya tapi kakinya tak
pernah beranjak dari tempat semula, tutur kata Tonghong i-
Hui yang aneh dan sedih serta paras muka sang dara yang
sayu dan layu membuat pikirannya kalut dan tak tenang.
Masih banyak perkataan serta penjelasan yang hendak ia
katakan kepadanya, tapi gadis itu sudah pergi.
Menurut pengakuannya, sudah dua puluh tahun ayahnya
tak pernah keluar dari pintu gerbang benteng, maka
mungkinkah ucapannya jujur" Lima belas tahun berselang
waktu itu usianya baru mencapai tiga tahun, tak mungkin ia
bisa tahu akan kejadian yang sebenarnya, benarkah ia
percaya akan kata-kata dari gadis itu"
Bukankah lambang tengkorak maut muncul ditempat
pembantaian" Ataukah lambang itupun palsu"
Berpikir sampai disini, dia lantas mendepakkan kakinya ke
tanah seraya berseru: "Bohong . . bohong siapa tahu kalau ia sengaja
membohongi aku " Bagaimanapun juga setelah persoalan dari
Kay pang telah ku selesaikan, aku harus berkunjung
kebenteng maut" Setelah mengambil keputusan, pemuda itu menghela nafas
panjang dan melanjutkan perjalanannya menuju kuil Bu hau si
di Pak swi tham, markas besar dari kaum pengemis.
Suasana dimarkas besar perkumpulan Kay pang ketika itu
diliputi oleh keresahan dan kemurungan.
Mulai dari ciangbunjin sampai anggota yang terendah telah
berkumpul semua disitu, jumlah mereka mencapai dua ratus
orang lebih, Waktu itu dengan wajah tegang, sedih dan marah
1244 mereka tersebar diluar dan didalam kuil untuk bersiap sedia
menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan-
Hari inilah batas waktu yang ditetapkan Thian che leng
telah berakhir, dalam satu jam mendatang bila Kay pang
masih belum bersedia menggabungkan diri dengan pihak
Thian che kau, maka semua anggota dalam perkumpulan itu
akan dibantai secara keji.
Pemimpin para tiang lo dari Kay pang yakni Pengemis dari
selatan berdiri disamping ketuanya dengan alis mata
berkernyit. Suasana hening dan sepi, seakan-akan sernua orang
sedang menantikan tibanya saat kiamat.
Ditengah keheningan malam yang mencekam seluruh
jagad, tiba-tiba semua orang merasa pandangan matanya jadi
silau, tahu-tahu seorang manusia baju hitam tanpa
menimbulkan sedikit suarapun telah melayang turun ke
tengah gelanggang. Gerak tubuh orang itu sangat enteng dan cepat seolah-olah
sukma gentayangan, dari sini dapat diketahui betapa lihaynya
ilmu silat yang dimiliki orang itu.
Ketua Kay pang serta keenam orang tianglonya serentak
bangkit berdiri dan siap menghadapi segala kemungkinan-
Berbareng dengan gerakan itu, kawanan jago lihay dari Kay
pang yang lainpun serentak bersiap siaga, meskipun agak
tercekat perasaan hati mereka namun semangat tempur masih
tetap tinggi. Orang itu adalah seorang kakek berjubah hitam dengan
lambang matahari, rembulan serta bintang diatas dadanya,
tinggi kekar perawakan tubuh orang itu, cambangnya lebat
dan sinar matanya amat tajam.
1245 setelah menyapu pandang sekejap keseluruh gelanggang,
dia tertawa dingin lalu mengambil keluar sabuah lencana
perak dari sakunya. Dibawah cahaya rembulan tampaklah warna yang
menyilaukan mata memancar keluar dari lencana tersebut
lambang matahari rembulan dan bintang tertera pula diatas
lencana tadi, "Lencana Thian che leng!" bisik semua orang tanpa sadar.
Ujung baju tersampok angin kembali berkumandang
memecahkan kesunyian delapan sosok bayangan manusia
melayang masuk ke dalam gelanggang dan berdiri sejajar
dibelakang manusia berjubah hitam itu mereka adalah delapan
orang laki laki bersenjata pedang,
Setelah delapan orang pembantunya hadir manusia
berjubah hitam itu berseru dengan suara yang keras.
"Utusan Thian che kau yang bernama Suma Hiong sengaja
datang kemari untuk menunggu jawaban dari ketua Kay
pang!" Suasana menjadi gaduh berpuluh-puluh pasang mata
memancarkan sinar kesedihan serentak tertuju pada sembilan
orang manusia yang berada di tengah gelanggang.
Ketua Kay pang tampak gemetar agak keras tapi sesaat
kemudian ia menyahut dengan suara dalam:
"Tiada seorang manusia pun yang bisa memerintah Kay
pang" "Hmm! jadi ciangbunjin sudah mengambil keputusan untuk
menolak menggabungkan diri dengan perkumpulan kami?"
kata Suma Hiong utusan khusus Thian che kau sambil
mendengus. "Sejak didirikan cousu ya kami perkumpulan Kay paag
adalab suatu perkumpulan yang berdiri sendiri selama
1246 hubungan kami dengan perkumpulan lain ibaratnya air sungai
tak pernah melanggar air sumur"
"Ciangbunjit sudah kau pikirkan apa akibatnya bila kalian
berani membangkang perintah dari lencana Thian che leng?"
ancam kakek berjubah hitam itu dengan wajah bengis.
"Sekalipun perkumpulan bakal hancur anggotanya bakal
musnah kami tidak akan takut untuk menghadapi resikonya"
sahut ketua Kay pang ita penuh emosi.
Suma Hiong tertawa seram.
"Heehh .. heehh . . heehh ciangbun, kuanjurkan kepadamu
lebih baik berpikirlah tiga kali sebelum mengambil keputusan,
ketahuilah bahwa keputusan yang gegabah akan
mengakibatkan kehancuran total bagi pihak kalian sendiri "
"Tak usah banyak bicara, kami tak akan sudi


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendengarkan perkataanmu itu"
Setelah mengetahui kebulatan tekad orang, suma Hiong
utusan khusus dari Thian che Kau itu segera menarik kembali
lencananya lalu sambil tertawa dingin berkata.
"Bagus Bagus Kupuji ketekadan kalian ini, terpaksa aku
harus melaksanakan titah dari kaucu kami untuk membantai
kalian semua dari muka bumi "
Sebelum iblis itu sempat berbuat sesuatu, tiba-tiba dari luar
pekarangan kuil muncul seorang pengemis setengah baya,
sambil berlarian menuju kehadapan ketuanya dia berseru:
"Lapor ciangbunjin, markas kita telah terkepung rapat."
"Aku sudah tahu, mundurlah " kata ketua kay pang seraya
ulapkan tangannya. Pengemis setengah baya itu mengiakan
dan segera mengundurkan diri dari sana.
Dalam pada itu delapan orang jago pedang yang berada
dibelakang suma Hiong telah putar badan dan memencarkan
diri jadi posisi setengah lingkaran, masing-masing pihak
1247 mencari posisinya masing-masing dan berhadapan dengan
lawan-lawannya. sekejap mata suasana menjadi hening, hawa napsu
membunuh menyelimuti seluruh gelanggang.
Dengan sinar mata setajam sembilu suma Hiong menyapu
pandang tiap wajah tokoh kay pang yang hadir ditempat itu,
sikapnya buas dan garang, seakan-akan dia tak pandang
sebelah matapun terhadap musuh-musuhnya ini.
Dua orang diantara enam tiang lo yang hadir disana tak
dapat mengendalikan hawa amarahnya lagi, mereka
membentak keras kemudian sambil melepaskan serangan
langsung menerkam ketubuh orang itu.
suma Hiong mendengus sinis, tiba-tiba sepasang telapak
tangannya direntangkan ke samping dan menyambut pukulan
itu dengan keras lawan keras.
Jerit kesakitan menggelegar di angkasa, di tengah
muncratnya darah segar yang menodai permukaan tanah dua
orang tiang lo itu mencelat ke belakang dan tewas seketika itu
juga. Kejadian ini sangat mengejutkan hati kawanan jago dari
Kay pang, siapapun tak mengira kalau dua orang tiang lo
mereka bakal mampus dalam satu gebrakan saja ditangan
orang. Jelaslah sudah bahwa tenaga lwekang dari suma Hiong
benar-benar sangat lihay dan sukar dicarikan tandingannya,
atau dengan perkataan lain sudah pasti Kay pang akan
musnah dari muka bumi ditangan orang ini.
Pengemis dari selatan amat gusar, rambut nya terasa pada
berdiri seperti kawat, dia maju kemuka, kepada ketuanya
berkata: "Bila takdir menghendaki Kay pang musnah ditangan iblis
ini. siapapun tak akan dapat menolongnya, biarlah aku
1248 si.pengemis tua berangkat satu langkah lebih duluan"- sambil
membusungkan dada, ia lantas tampil kedepan dan mendekati
musuhnya. Menyaksikan kemunculan pengemis itu. suma
Hiong menjengek dingin, katanya:
"Jadi engkau yang disebut sebagai pengemis dari selatan,
pemimpin para tianglo dari Kay pang?"
"Benar" jawab pengemis itu singkat.
"Dengan kedudukan serta nama besarmu dalam tubuh Kay
pang, perlukah ku beri waktu bagimu untuk
mempertimbangkan keadaan pada saat ini" Dengan senang
hati akan kuberi kesempatan yang terakhir bagimu untuk
berpikir kembali" "Tak perlu" tukas pengemis dari selatan dengan gusar
"Thian che kau menganggap dirinya besar dan agung,
perbuatannya cuma mengacau dan menerbitkan keonaran
dalem dunia persilatan, saat kiamatnya tidak akan terlalu
jauh" "Kurang ajar, saudara benar-benar tak tahu diri, rupanya
sebelum darah menodai seluruh permukaan tanah, kalian tak
akan sadar" "omong kosong, lebih baik tutup saja bacot anjingmu"
Suma Hiong dibuat marah oleh ucapan yang kasar itu, ia
menengadah lalu tertawa dengan suaranya nyaring dan
menjulang tinggi ke angkasa membuat semua orang merasa
telinganya menjadi sakit.
Berbareng dengan berkumandangnya gelak tertawa itu
delapan orang pendekar pedang yang bersiap siaga
dibelakangnya serentak berteriak keras, kemudian menerjang
kearah kawanan jago dari Kay pang yang mengurung disekitar
tempat itu. Tak dapat dicegah lagi, s uatu pertempuran
berdarah yang amat serupun segera berkobar.
1249 Dengan penuh kemarahan pengemis dari selatan bersuit
nyaring dan menerjang maju kemuka, dia menyerang Suma
Hiong secara bertubi-tubi.
Dalam waktu singkat, dia telah melancarkan delapan buah
serangan berantai, kedelapan buah serangan itu semuanya
dilepaskan dengan disertai hawa amarah yang berkobar,
bukan saja amat dahsyat bahkan arah yang dituju semuanya
adalah bagian-bagian tubuh yang mematikan.
seketika itu juga suma Hiong terdesak oleh serangan
berantai itu, sehingga mundur tiga langkah ke belaknog.
Tapi begitu pengemis dari selatan menyelesaikan ke
delapan buah pukulannya, serentak suma Hiong memperbaiki
posisinya, dia tertawa seram dan secara beruntun balas
melancarkan tiga buah pukulan-
-000d0w000- BAB 69 HEBAT sekali serangan balasan dari utusan Thian che kau
ini, dengan susah payah Pengemis dari selatan berhasil
menghindari serangan yang pertama dan serangan yang
kedua, tapi serangan yang ketiga tak sempat dihindari lagi, tak
ampun pundaknya terhajar telak.
"Duuk" Pengemis dari selatan mendengus tertahan- sambil
muntah darah segar dia mundur beberapa langkah dengan
sempoyongan- Suma Hiong tertawa seram, ia tidak memberi kesempatan
bagi musuhnya untuk memperbaiki posisinya lagi, berhastl
dengan serangan yang pertama, serentak tubuhnya
menerkam kedepan dan menyusuli dengan pukulan
berikutnya. 1250 "Bangsat..... lihat serangan" ditengah keadaan yang kritis,
bentakan nyaring menggetar diangkasa, empat tiang lo yang
masih berada disamping gelanggang berikut ketua mereka
bersama-sama masuk kedalam gelanggang dan mengerubuti
suma Hiong yang lihay itu.
Di pihak lain pertarungan telah berkobar dimana- mana,
setiap anggota Kay pang yang hadir dalam markasnya telah
diserang habis-habisan oleh lawan yang tangguh, dalam
waktu singkat dengusan tertahan suara beradunya senjata
dan jerit kesakitan berkumandang silih berganti.
Pemandangan pada waktu itu mengerikan sekali, darah
berceceran dimana-mana, mayatpun bergelimpangan setinggi
bukit. Delapan orang jago dari Thian che kau itu rata-rata berilmu
tinggi, setiap kali cahaya pedang mereka berkelebat lewat
seorang korban segera roboh binasa atau cedera hebat.
Suma Hiong yang dikerubuti oleh empat orang tianglo dan
ketua Kay pang sama sekali tidak merasa jeri, dengan gerakan
yang lincah dan pukulan pakulan yang aneh dia layani setiap
ancaman yang tertuju kearahnya.
Suatu ketika tiba-tiba ia membentak nyaring, sebuah
pukulan dahsyst yang disertai dengan deruan angin puyuh
yang memekikkan telinga menyapu kedepan dan menghajar
lawan-lawannya "Blaaang.." bentaran keras tak bisa dihindari lagi, keempat
orang tianglo dan ketua kay pang itu segera terhajar sampai
mencelat dan jatuh terlentang di tanah.
Melihat ketuanya terancam bahaya, pengemis dari selatan
tidak menggubris lukanya sendiri lagi, setelah menyeka noda
darah di ujung bibirnya, ia meraung keras kemudian bagaikan
banteng terluka menerjang lagi ke depan.
1251 "Sialan" maki suma Hiong dengan marah, " Hay..pengemis
tua, rupanya kau memang sudah bosan hidup, rasakanlah
pukulanku ini" Secepat sambaran kilat dia melepaskan lagi sebuah pukulan
dahsyat ke arah depan. Pengemis dari selatan menjerit tertahan, untuk kedua
kalinya ia terhajar sampai mencelat sejauh beberapa tombak.
Merah padam wajah keempat orang tiang lo itu, seperti
orang kalap mereka melompat bangun dan menerkam
musuhnya, empat batang tongkat tah kau pangnya ibarat
empat ekor naga sakti segera menghantam tubuh iblis
tersebut.. Suma Hiong tertawa dingin, ke sepuluh jari tangannya
dipentangkan lebar-lebat, ketika berkelebat ke depan, tahutahu
ke empat batang toya peg gebuk anjing itu sudah
ditangkap dua dikanan dan dua dikiri.
Sekali menyentak kebelakang, keempat orang tiang lo itu
mendengus tertahan dan mencelat kebelakang.
Berhasil menghajar mundur, keempat tiang lo itu, Suma
Hiong meneruskan terka mannyake depan, dengan cakar
mautnya dia cengkeram tubuh ketua kay pang yang berada
dihadapannya. Cepat dan diluar dugaan, cengkeraman tersebut datang
keadaan tak terduga, tampak nya sang ketua dari kay pang ini
segera akan tertangkap oleh musuhnya.
"Tahan" tiba-tiba serentetan bentakan nyaring
berkumandang ditengah angkasa.
Walaupun suasana dalam gelanggang ramai, oleh bentakan
dan adu senjata, namun bentakan itu amat dapat didengar
oleh setiap orang dengan jelas, bahkan mereka merasakan
telinganya jadi sakit. 1252 serentak pertempuran terhenti ditengah jalan, semua jago
berdiri tertegun sambil alihkan pandangannya ke arah mana
berasalnya suara itu. Suma Hiong sendiripun diam-diam merasa terperanjat,
cepat dia tarik kembali serangannya dan melompat mundur
kebelakang. Dari balik pagar pekarangan perlahan-lahan
berjalan keluar seorang pemuda tampan berwajah dingin,
setajam sembilu sorot mata pemuda itu tatkala saling beradu
pandang, tanpa sadar suma Hiong mencekat mundur
beberapa langkah. Waktu itu sebenarnya Suma Hiong sedang merasa
keheranan, ia heran mengapa kawanan jago yang telah
disiapkan disekitar kuil itu tidak munculkan diri untuk
melakukan pembantaian, padahal sebelumnya telah
dibicarakan bahwa mereka harus menyerbu kedalam kuil bila
mendengar gelak tertawa nya yang keras.
Tapi sekarang setelah menyaksikan kemunculan pemuda
berwajah dingin ini, suatu firasat jelek segera muncul dalam
hatinya, ia segera membentak keras: "Bocah keparat siapa
kau" sebutkan nama mu."
Pemuda itu tertawa dingin, ia tidak menjawab akan tetapi
sewaktu melewati dihadapan seorang pendakar dari Thian che
kau jari tangannya lantas ditudingkan kemuka.
Jerit kesakitan yang memilukan hati berkumandang
memecahkan kesunyian, darah segar tampak muncrat keluar
dari dadanya, tidak selang sesaat kemudian orang itu sudah
roboh terjengkang dan tidak bangkit lagi untuk selamanya.
"Kau .. kau adalah manusia bermuka dingin?" teriak Suma
Hiong dengan paras muka berubah hebat.
"Benar, kau memang hebat dan pengetahuanmu cukup
luas, ternyata akupun juga kau kenali"
1253 Pemuda yang barusan munculkan diri ini memang tak lain
adalah Han Siong Kie, jago muda itu.
Suma Hiong menyeringai seram, sinar matanya
memancarkan cahaya buas, dengan suara yang keras seperti
geledek hardiknya: "Manusia muka dingin, engkau bersiap-siap untuk
mencampuri urusan ini?"
"Haaahhh . . haaahhh haaahhh kenapa tidak" Justrupun
ciangbunjin datang kemari untuk membantai habis kawanan
iblis macam dirimu itu"
"Ciangbunjin?" jengek orang she suma itu sinis, "Heeehhh
heeehhh engkau ciangbunjin dari mana?"
"Ciangbunjin dari Thian lam bun "
"Mimpi Heeeh heeh heeeehh bocah keparat, engkau
sedang bermimpi disiang hari bolong. Thian lam bun sudah
lama terhapus namanya dari muka bumi"
"Yang akan terhapus namanya dari muka bumi bukan Thian
lam bun, melainkan Thian che kau dan waktunya tak akan
lama lagi " "Orang goblok sedang mengigau ditengah hari bolong "
"Kau tak percaya "Baik... ini hari akan kuampuni selembar
jiwa anjingmu, agar kau bisa menyaksikan sendiri benar tidak
perkataanku itu." "Hanya mengandalkan kekuatanmu seorang, sayang aku
tidak berjiwa sebesar kau... ini haripun aku tak akan
melepaskan dirimu " Han Siong Kie mendengus dingin, ia tidak berbicara lagi
melainkan bersiul nyaring.
Berbareng dengan siulan tersebut, terlihatlah bayangan
manusia saling berkelebat dalam gelanggang, dalam waktu
1254 singkat berpuluh-puluh sosok mayat dari manusia barbaju
hitam bertumpukan ditempat itu
Suma Hiong tentu saja dapat mengenali kembali mayatmayat
itu, sebab mereka tak lain adalah jago-jago
perkumpulannya yang disiapkan diluar kuil itu.
Tapi kini sudah tewas semua dalam keadaan mengerikan,
kontan ia jadi terkejut dan bergidik, begitu pula dengan
ketujuh orang pendeker pedang yang masih hidup, mereka
merasa sukmanya serasa sudah melayang tinggaikan raganya.
sambil menuding kearah tumpukan mayat setinggi bukit itu,


Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Han Siong Kie mengejek: "Suma Hiong, bukankah mayat-mayat itu adalah jenasah
dari anggota perkumpulanmu" Nah, hitunglah sendiri,
semuanya berjumlah seratus dua puluh orang, coba kau
hitung lagi adakah masih ada yang kelewatan atau tidak?""
Menyeringai seram wajah suma Hiong dengan muka yang
buas dan mengerikan ia berteriak:
"Manusia bermuka dingin, aku bersumpah akan
mencincang tubuhmu, kemudian menghancur lumatkan
tubuhmu menjadi abu"
"Huuuh Mau mencincang aku" Cuma mengandaikan ilmu
silat yang kau miliki itu" Jangan mimpi."
Rupanya sewaktu Han Siong Kie tiba ditempat kejadian., ia
menyaksikan markas besar dari Kay pang sudah dikepung
rapat oleh musuh-musuhnya.
Tanpa menimbulkan suara sianak muda itu segera
mengeluarkan ilmu silatnya dan menotok mampus ke seratus
dua puluh orang jago Thian che kau yang mengepung di luar
kuil, setelah itu bagaikan kelelawar dia menyusup masuk
kedalam kuil. Waktu itulah dia saksikan para tianglo dan ciangbunjin Kay
pang sedang menghadapi keadaan yang terancam, setelah
1255 memberi pesan kepada anak murid Kay pang yang berjagajaga
di uar kuil diapun tampilkan diri untuk menyelesaikan
persoalan itu Betapa gusar dan mendongkolnya suma Hiong setelah
mengetahui bahwa rencana penyerbuan mengalami kegagalan
total, ia tahu tak mungkin baginya untuk memberi
pertanggungan jawab dihadapan kaucunya setelah mengalami
kekalahan total seperti hari ini. apalagi semua anak buahnya
telah terbunuh habis. Rasa dendam dan marahnya serta merta dilampiaskan
keatas tubuh pemuda itu, sambil menggertak gigi katanya:
"Kau tidak percaya dengan kemampuanku" Apa salahnya
kalau kita buktikan bersama2"
Begitu selesai berbicara, ia menerjang ke muka dengan
garang, secepat sambaran kilat secara beruntun iblis ini
melepastan tiga buah serangan berantai.
Han Siong Kie tidak berusaha menghindar atau berkelit,
dengan melontarkan sepasang telapak tangannya kemuka dia
sambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan
keras. "Blaaang" suata ledakan keras yang memekikkan telinga
berkumandang diudara, suma Hiong tak sanggup menahan
kedahsyatan musuhnya, secara beruntun ia terdesak mundur
lima langkah lebar. Gelombang angin pukulan yang tersebar keempat penjuru
menyapu bersih setiap benda yang ada diseputar lima kaki
dari gelanggang, bukan saja kawanan jago dari Kay pang
terdesak sampai mundur tunggang langgang, tujuh orang
pendekar pedang dari Thian che kau yang masih hidup pun
pontang panting dibuatnya dengan muka pucat.
1256 Sungguh girang tak terkirakan pengemis dari selatan
setelah melihat kedahsyatan saudaranya, tak kuasa lagi ia
berteriak keras: "Saudara cilik puas.. sungguh memuaskan.... Hajar sampai
buntung bajingan itu"
setelah merasakan kedahsyatan musuhnya, kepongahan
serta kejumawaan suma Hiong lenyap tak berbekas,
keadaannya pada saat ini ibarat bola yang kehilangan udara,
dengan loyo bercampur ketakutan ditatapnya pemuda itu
tanpa berkedip. Mimpipun ia tak menyangka kalau pihak musuh mempunyai
kepandaian silat sedahsyat itu, bahkan boleh dibilang tak bisa
diterima dengan akal sehat, siapa yang menyangka kalau
seorang pemuda ingusan ternyata berilmu tinggi"
Hawa napsu membunuh yang sangat tebal menyelimuti
seluruh wajah Han Siong Kie, selangkah demi selangkah ia
maju kedepan, katanya dengan suara dingin
"Aku meminjam mulutmu untuk menyampaikan pesan
kepada kaucu kalian, katakam bahwa dalam beberapa hari
mendatang aku akan berkunjung sendiri ke Lian huan tau
untuk membuat perhitungan. suruh dia bersiap sedia
menyambut kedatanganku. Nah, sekarang kau boleh pergi,
aku telah berjanji untuk mengampuni jiwamu.."
Sebagai seorang yang berilmu tinggi sudah tentu suma
Hiong tak sudi untuk menyerah kalah dengan begitu saja, ia
membentak keras: "Manusla bermuka dingin, kau jangan tekabur lebih dulu,
sambutlah pukulanku ini."
Sepasang telapak tangannya diayun kemuka secara
beruntun dalam sekejap mata ia telah melepaskan delapam
serangan berantai. 1257 Semua ancaman yang dilontarkan itu menggunakan jurus
serangan yang aneh dan sakti, bukan saja jarang ditemui
dikolong langit, keganasannya betul-betul mengerikan,
seketika itu juga si anak muda itu terdesak mundur sejauh
lima depa kebelakang. Setelah berhasil dengan ancamannya suma Hiong tak sudi
memberi kesempatan kepada musuhnya untuk melancarkan
serangan balasan, dia susulkan lagi dengan lima buah
serangan berantai. Tujuh orang pendekar pedang dari Thian che kau tidak
berpeluk tangan belaka, menggunakan kesempatan yang
sangat baik itu, mereka terjun pula kedalam gelanggang,
untuk membantu pemimpinnya.
Bentakan-bentakan gusar menggelegar di angkasa, dua
puluh sosok bayangan manusia terjun kedalam gelanggang
dan menghadang jalan pergi ketujuh orang musuhnya,
pertarungan massal tak dapat dihindari lagi.
Sementara itu suma Hiong sudah melancarkan serangan
dengan jurus yang kelima, tiba-tiba Han Siong Kie berkelit
kesamping dengan kecepatan yang tak terhingga, begitu
berada tiga depa disamping kalangan, keli ma jari tangan
kanannya segera disodokkan kedepan-
Jerit kesakitan memecahkan kesuyian, secara beruntun
suma Hiong mundur beberapa langkah ke belakang, lengan
kanannya terkulai lemas kebawah, separuh badannya basah
kuyup bermandikan darah segar.
"Suma Hiong " kembali Han Siong Kie berkata demgan
ketus, " untuk kesekian kalinya kuberi kesempatan kepadamu
untuk berlalu dari sini, ketahuilah kesempatan ini adalah
kesempatan yang terakhir. bila kau tak tahu diri, jangan
salahkan kalau aku akan bertindak keji "
1258 Suma Hiong bukan orang bodoh, tentu saja dia tahu bila
kesempatan ini tidak dipergunakan sebaik-baiknya, niscaya dia
akan mati konyol ditempat itu.
setelah melotot sekejap ke arah pemuda itu, dengan
pandangan penuh kebencian ia berkata:
"Manusia bermuka dingin, tunggu saja sampai tanggal
mainnya" Tanpa banyak berbicara lagi, ia menjejakkan kakinya
ketanah dan melarikan diri terbirit-birit dari sana.
Melihat pemimpinnya sudah kabur, tujuh orang jago dari
Thian che kau itupun tak berani melanjutkan pertarungan,
serentak mereka memberi tanda dan memperketat
serangannya, setelah berhasil memaksa mundur lawannya,
orang-orang itu melompat ke aaes atap rumah dan berusaha
melarikan diri dari situ.
"Hmm Kau mau pergi kemana?" jengek Han Siong Kie sinis.
Ketika sepuluh jari tangannya dilontarkan kemuka,
munculah sepuluh buah desingan angin tajam ke depan.
Jerit kesakitan berkumandang saling menyusul, dalam
waktu singkat tujuh orang jago pedang yang mencoba untuk
melarikan diri itu sudah rontok ketanah bagaikan burung yang
kena ketapel. Melihat musuhnya sudah terbasmi habis, ketua Kay pang
baru memburu maju sambil memberi hormat, serunya dengan
wajah bersyukur: "Oooh... sungguh beruntung Han ciangbunjin datang tepat
pada saatnya, kalau bukan bantuan ciangbunjin niscaya
perkumpulan kami sudah hancur ditangan iblis itu, budi
kebaikan ini tak akan kami lupakan untuk selamanya"
Buru2 Han Siong Kie balas memberi hormat sahutnya:
1259 "Aaah, perkataan dari ciangbunjin terlampau serius, sudah
sepantasnya kalau kita sebagai umat persilatan saling
membantu dikala sedang susah, apalagi perkumpulan kami
termasuk salah satu korban dari keganasan mereka,
sewajarnya aku bantu kalian untuk menghadapi mereka"
Pengemis dari selatan memburu pula ke depan, walaupun
dengan langkah yang gontai, noda darah masih membekas
diujung bibirnya, namun tidak mengurangi kegembiraannya,
dengan wajah berseri ia berseru:
"Haaah haaahhh haaahh saudara cilik, hayo ikut aku
menuju keruang belakang, aku akan bercakap-cakap sampai
puas dengan dirimu, aku tahu engkau paling segan dengan
segala macam tata cara yang sok. ayo ikuti aku"
Han Siong Kie pun mohon diri dengan ketua Kay pang
beserta jago-jago lainnya, kemudian dengan mengikuti
dibelakang pengemis dari selatan mereka menyingkir keruang
belakang. Ruangan itu kecil sekali dan merupakan kamar semedi yang
tak begitu luas, Han Siong Kie duduk saling berhadapan
dengan saudara tuanya. setelah hening sesaat dengan kerutkan kening pemuda itu
menegur. " Engkoh tua, aku lihat luka yang kau derita tidak
enteng" "Aah apa artinya luka seringan ini" Kejadian ini sudah
merupakan suatu keberuntungan bagi kami, andaikata
saudara cilik tidak datang tepat pada waktunya niscaya
perkumpulan kami sudah mengalami kehancuran total"
Menggunakan kesempatan itu Han Siong Kie teringat
kembali akan beberapa persoalan, iapun berkata:
"Engkoh tua, ada beberapa persoalan aku ingin mohon
bantuanmu, apakah kau bersedia untuk membantu?"
1260 ?"Heeeh heeeh heeh dalam hal apa Katakan saja, sekalipun
kau menginginkan batok kepalaku, sekarang juga akan
kupersembahkan kepala ini untukmu"
"Aah, engkoh tua memang suka bergurau, tentu saja tidak
seserius itu persoalan yang hendak kukatakan, aku cuma
mengharapkan rekan rekan dari Kay pang untuk mencari jejak
dari beberapa orang bagiku, aku tahu Kay pang punya
jaringan mata-mata yang luas dan hebat, mencari jejak orang
merupakan pekerjaan yang rutin"
"Siapa yang hendak kau cari " Coba katakan-"
"Ada tiga orang tiang lo dari perguruanku yang tercerai
berai dalam suatu pertarungan hingga kini tak kuketahui kabar
berita mereka, maka aku mohon bantuan Kay pang untuk
mencarikan jejaknya ".
"Ooh... saat ini akan segera dilaksanakan oleh anak murid
kami, aku percaya jejak mereka akan segera diketahui, siapa
lagi yang hendak kau cari.."
"Hekpek siang yau, sepasang siluman yang sudah tersohor
namanya semenjak enam puluh tahun berselang "
"Hekpek siang yau" Mau apa kau cari gembong iblis yang
luar biasa itu" " seru pengemis dari selatan dengan jantung
berdebar. Han Siong Kie pun menceritakan bagaimana ia menerima
sepasang siluman itu menjadi anggota seperguruannya.
sehabis mendengar kisah tersebut pengemis dari selatan
baru paham dengan duduknya persoalan, ia gelengkan
kepalanya sambil berkata:
"Saudara cilik, aku benar-benar merasa kagum sekali
dengan kehebatanmu, tak nyana nasibmu memang mujur dan
hok ki mu besar, gampang, soal ini gampang sekali, segera
akan kuperintahkan anak muridku untuk melakukan
penyelidikan" 1261 "Selain daripada itu akupun ingin minta petunjuk tentang
satu persoalan lagi."
"Aaah katakanlah sedari kapan engkau mulai belajar bicara
menela- menele begitu" Hayo utarakan saja secara blakblakkan"
"Aku dengar dalam dunia persilatan hidup seorang tokoh
silat yang ahli sekali dalam hal ilmu beracun dan orang itu
bernama Ban tok cousu, apakah tokoh silat ini masih hidup
didunia ini." "Mengapa engkau menanyakan persoalan ini"
"Racun Gi hang tok ko (buah racun berubah wujud) yang
salah dimakan oleh Hekpek siang yau katanya hanya bisa
dipunlahkan oleh dia seorang, aku hendak mohonkan
pengobatan bagi kedua orang itu"
Mencari Bende Mataram 3 Jaka Lola Karya Kho Ping Hoo Panji Sakti ( Jit Goat Seng Sim Ki) 10
^