Pencarian

Ancaman Iblis Betina 2

Dewi Ular Ancaman Iblis Betina Bagian 2


kondisi sel tahanan Hilmon. Bapak Kapolres juga ada di
situ, ikut mendengarkan keterangan Kumala.
"Melihat keadaan di sini tidak ada yang berubah, tidak
ada yang rusak, maka saya yakin ada kekuatan energi
hitain yang masuk kemari dan membawa pergi HIlmon"
"Apa tujuannya?" tanya Bapak Kapolres.
"Kita belum tahu apa tujuan?ya, karena belum tahu
siapa pemilik energi hitam itu. Yang jelas energi itu mampu
menembus dinding penjara ini, karena dia tidak
membutuhkan lubang sekecil apapun," seraya Kumala
mmegang salah satu sisi diiding kamar sel.
"Dari mana arah datangnya energi hitam itu?"
"Dari arah selatan. Makanya, saya tadi mencoba
mengejarnya ke arah selatan, tapi kehilangan jejaknya di
penjalanan. Karena itu saya putuskan segera kembali ke
sini sebelum suasana mistisnya pudar. Siapa tahu saya
bisa temukan tanda-tanda gaib yang tertinggal di sekitar
sini." Bapak Kapolres manggut-manggut penuh antusias.
Mulanya beliau.memang kurang percaya dengan kemampuan gadis berlesung pipit itu, meski pun beberapa
anak buahnya ada yang memberikan informasi tentang
reputasi Kumala Dewi selama ini.
Namun setelah tadi Kumala Dewi tahu-tahu lenyap
begitu masuk ruangan sel tersebut, dan kelenyapan itu
secara tidak disengaja terjadi tepat di depan matanya,
maka pria bertubuh agak gem?k itu hanya bisa tercengang
tanpa beredip dan tanpa bersuara. Padahal sejama ini ia
selalu mengklaim cerita yang bermuatan mistik sebagai
sebuah tahayul yang direkayasa u?tuk kepentingn pribadi
seseorang. Sayang terlalu cepat tadi Kumala berubah wujud. Bapak
Kapolres tidak sempat melihat secara detil perubahan
Kumala saat menjadi seberkas sinar hijau kecil berbentuk
seperti naga. Pada saat s?perti itulah Kumala
menggunakan kesaktian dirinya sebagai Dewi Ular yang
disegani para pengbuni alam gaib.
Sinar hijau kecil tadi melesat sangat cepat, menembus
atap hingga lenyap dikegelapan malam. Sebegitu cepatnya
gerakkan sinar sakti Dewi Ular, hingga takt ertangkap
penglihatan mata manusia biasa.
Sebenarnya sinar hijau itu bukan lenyap begitu saja,
namun menembus lapisan dimensi gaib yang dihuni
makhluk-makhluk kasat mata. Tidakan itu dilakukan Dewi
Ular untuk mengejar si pemilik energi hitam yang ia
rasakan membekas di ruangan sel beruk?ran sempit itu.
Dengan menyusuri jejak energi hitam yang ada ia berharap
dapat menemukan pemiliknya. Namun, harapan itu kandas
lantaran sisa getaran dari energi hitam itu putusdlitengah
jalan: Hilang entah kemana.
"Tinggi juga ilmunya?" gumam Dewi Ular saat
kehilangan jejak.. "Aku curiga pasti didalangi para
penghuni Istana Hitam, anak buahnya si Lokapura. Hmmm,
sebaiknya aku kembali dulu ke sel untuk mencari
kemungkinan adanya jejak lain yang bisa kugunakan untul
mengenali pelakunya. Memang aneh. Kenapa ada pihak
yang maunya menculik Hilmon, ya" Apa alasannya?"
Kumala Dewi muncul kembali di dalam sel tersebut. Tak
seorang pun yang ada di situ mengetahui tanda-tanda
kedatangannya. Ia tahu-tahu sudah berada di belakang
Sersan Burhan, membuat Bapak Kapolres dan anak biiah
lainnya tersentak heran.
Tapi bagi Sersan Burhan hal itu sudah bukan sesuatu
yang aneh, karena ia sudah sering berpetualang
membongkar kasus kiiminal bermuatan misteri bersama-
sama dengan Kumala. Ia sudah sering melihat kesaktian
Kumala yang diakui sa?gat dahsyat serta mengagumkan
sekali itu. "Bagamana, ada jejak lain yang tertinggal di sini?" tanya
Sersan Burh?n kepada Kumala. .Tampaknya Bapak
Kap?lres yang sudah mempercayai kemampuan Kumala
saat itu juga menunggu jawaban dari pertanyaan Sersan
Burhan. "Kayaknya sudab nggak ada jejak lain. yang tersisa di
sini, Pak," kali ini Kumala menjawab dengan sopan, karena
ia harus menghormati posisi Sersan Burhan di depan
anggota polisi lainnya: Jika tidak ada yang lain, .Kumala
tidak memanggil Sersan Burhan dengan sebutan "pak",
melainkan cukup dengan sebutan "bang". sebagai tanda
keakraban yang familiar.
"Jadi menurut Anda pelaku yang membunuh almarhum
Gerry itu bukan Hilm?n?" tanya Bapak. Kapoires.
"Bukan, Pak. Pelakunya bukan manusia biasa. Seperti
halnya pelaku yang menculik Hilmon dari sel mi, juga
bukan manusia biasal"
"Ya, ya.. saya paham sekarang. Hilmon harus
dibebaskan dari kasus itu, tapi dia harus bantu kami" untuk
memberi keterangan secara lengkap. Aah, sayang sekali
dia menghilang. Apakah Anda masih bisa berusaha
menemukan kembali pemuda itu, Zus Kumala?"
Senyum manis mendebarkan hati kaum lelaki itu mekar
indah dibibir ranum Kumala. Gadis berkulit putih dengan
tubuh memancarkan aroma wangi yang khas itu akhirnya
menjawab dengan suara tegas.
"S?ya tidak berani janji apa-apa dulu, Pak. Tapi saya
akan berusaha semaksimal mungkin untuk menernukan
Hilmon, hidup atau mati."
Ketegasan sikap itu diambilnya, karena sadar tugas dan
kewajibannya sebagai putri dewa yang dibuang kebumi.
Kumala harus menjadi pelindung umat manusia dari
ancaman maut para penghuni alam gaib, terutama
ancaman maut dari mus?h besarnya, yaitu Dewa
Kegelapan alias si Lokapura .
Disamping ia harus menemukan cinta sejati sebagai
password-nya untuk masuk Khayangan lagi, ia harus
banyak-banyak berbuat kebajikan tanpa pamrih apapun.
Oleh sebab itulah, penculikan Hilmon dan kematian Gerry
secara tidak langsung telah menjadi tugas dan
kewajibannya untuk membongkar misteri di dalamnya.
Menghentikan aksi kejahatannya.
Sementara itu, di bangku panjang yang ada di depan
ruangan Kapolres, Tante Gessy menangis dalam dicekam
duka dan kecemas?n. Sandhi berusaha menghibur duka
itu, walau tak pernah berhasil membuat reda tangis Tante
Gessy. Melihat t?ngis janda montok begitu mengharukan,
maka timbul kecurigaan di hati Sandhi yang belum berani
ia ungkapkan kepada siapa pun Hilmon itu sebenarnya
sepupunya Tante Gessy atau... wah,jangan-jangan ada
hubungan lain yang lebih pribadi" Pacarnya, k?li "!"
Kumala Dewi dan rombongan yang ada di sel tadi tiba
di tempat Tante Gessy dan Sandhi berada. Mereka ikut
sedih melihat tangis Tante Gessy yang seperti kehilangan
suami t?rcinta. Kumala Dewi pun segera mengusapkan
telapak tangan kanannya ke punggung Tante Gessy.
Beberapa detik kemudian tangis itu berhenti sendiri. Dan,
yang lebih mengagumkan Bapak.Kapolres adalab
perubahan sikap Tante Gessy.
Dalam waktu kurang dari dua menit wanita berambut
sebahu dengan tinggi sekitar 170 centimeter itu mulai
menyunggingkan senyum. Cukup manis dan menggoda
iman lelaki senyumannya. Wajah itu mulai berseri-seri.
Seperti tak pernah mengenal duka sebelumnya.
Bapak Kapolres tidak tahu bahwa usapa? tangan
Kumala tadi mengeluarkan hawa sakti yang meresap ke
tubuh Tante G?ssy, menyatu dengan aliran darah, dan
mempengaruhi otak dan hati. Melenyapkan segala duka
dan ketegangan jiwa. Membangkitkan ras? suka dan
keceriaan jiwa.
"Aku curiga," bisik Sandhi. "Jangan-jangan hubungan
Tante Gessy dengan Hilmon bukan sebatas saudara
sepupu, tapi..."
"Hilmon memang bukan sepupunya," balas Kurnala
membisik, karen? posisi mereka agak jauh dan Tante Gesy
yang sedang dimintai ketrangan oleh pihak kepolisian
tentang keseharian Hilmon.
"Jadi, mereka bukan saudara?"
Senyum tipis mekar dibibir manis Kumala.
"Sejak ia meneleponku saat aku masih di Singapore,
aku sudah tah? kalau dia bohong padaku. Hilmon bukan
sepupunya. Memang masih ada hubungan saudara,tapi
s?udara jauh. Yang jelas, Tante Gessy sangat
membutuhkan Hilmon dalam kehidupannya sebagai
janda." "Kenapa kamu diam saja kalau dia bohong padamu?"
"Tiap orang punya alasan pribadi untuk menutupi
aibnya. Kita tidak perlu rnernbongkar aib seseorang.
Selama hal itu tidak merugikan kita, biarlah dia tutupi
sendiri aib itu sebatas kemarnpuannya. Tapi terlepas siapa
itu Hilmon, kita tetap harus membantu siapapun. yang
berada dalam kesulitan. Lebih-lebih yang terancam
kejahatan gaib. Harus kita selamatkan Dan, itu.adalah
tugasku kan ?"
Sandhi hanya bisa menggumam pelan, kepalanya
manggut-manggut. Matanya mengikuti gerakan Kurnala
yang kembali rnenernui Bapak Kapolres dan Tante Gessy di
ruang k?rja sang Kapolres.
Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras menggema
bagaikan mernenuhi seluruh rongga bumi yang ada.
Blegaaarrrr..!! Kontan semua polisi yang bertugas di malam
itu berhamburan keluar ke halaman depan. Mereka
rnenyangka dentuman ker?s rnengejutkan itu adalah
ledakan bom di suatu tempat tak jauh dari situ. Tetapi,
angin segera berhembus cukup kencang. Menerbangkan
benda-benda ringan. Mematahkan salah satu dahan pohon
yang turnbuh di halarnan kantor polres .
"Tenang Bang?" kata Kumala yang ikut bergegas ke
hal?man. "Itu bukan ledakan born. Ada pertarungan
dahsyat di alam sana. Lihat di atas itu, Bang?" seraya
tangan Kurnala rnenuding ke langit.
"Iya, ya.. . "I". gumam Sersan Burhan seraya
mernandang ke langit. Semuanya ikut melemparkan
pandangan matanya ke arah atas.
Ada sinar merah panjang yang berpijar pijar. Langit
seperti mau terbelah.
Pernandangan itu sempat mencemaskan hati mereka:
Hembusan angin juga semakin kuat. Permukaan bumi ini
bagaikan diterjang badai yang tak jelas dari mana arah
datang nya .Gerakan angin kencang berputar, berganti-
ganti arah. Kedua tangan Dewi Ular diangkat naik. Gelombang
kesaktiannya dipancarkan melalui telapak tangan.
Gelombang kesaktian iu tidak berbentuk dan tidak
bersuara. Namun, jauh di atas kepalanya terlihat percikan
bunga api warna hijau yang rnenyebar dan menyebar terus
hingga nyaris menutup rata permukaan langit .
Pada saat itu, hembusan angin kencang pun reda.
Seperti ada yang menangkap pusaran angin dalam satu
genggaman kuat. Angin menjadi tak berkutik. Hembusannya lembut dan damai seperti tadi. Hanya
Sandhi dan Sersan Burhan yang tahu persis bahwa yang
membuat angin badai me?jadi lumpuh adalah kesaktian
Dewi Ular itu. Bahkan garis merah di langit yang
menyerupai tanda langit akan terbelah itu pun segera
padam , lalu lenyap.
Alam kehidupan manusia normal kembali. Beberapa
pertanyaan segera dilancark?n kepada Kumala dari
Kapolres dan anak buahnya. Tujuan mereka sama, yaitu
sama-sama ingin mengetahui apa yang baru saja terjadi
dan seberapa bes?r bahayanya.
"Ada dua kekuatan beradu di alam gaib sana.
Sasarannya bukan bumi kediaman kita ini. Tapi karena
masing-masing kekuatan memiliki kesaktian yang cukup -
besar, maka ketika berbenturan mengakibatkan ledakan
energi yang sangat besar, hingga mampu menembus
lapisan dimensi kita ini
"Tapi ledakan dahsyat itu bisa terjadi lagi, bukan?"
"Bisa," jawab Kumala dengan senyum yang memiliki
pengaruh menenangkan hati semua orang. "Memang bisa
terjadi, tapi... maaf, saya tadi sudah menutup lapisan
dimensi kita, sehingga kalau toh terjadi dentuman seperti
tadi, imbasnya tidak akan sampai menembus dimensi
kchidupan kita di sini."
Salah seorang petugas jaga menerobos masuk ke
ruangan Kapoires.
"Lapor Pak!" tegasnya agak tegang. "Tahanan kita yang
hilang ternyata sudah ada di dalam sel itu lagi, Pak."
"Apa. . ."!1" serentak semua mata m?mandang ke arah
bintara jaga. kemudian, mereka pun bergegas menuju ke
sel tempat penahanan Hilmon.
"Ooh. . . "!!"
"Hilmooon. . ."! !" seru Tante Gessy kegirangan.
Hilmon sudah ada di tempat penahanannya. Kapolres
segera memerintahkan petugas tahanan untuk membuka
pintu sel. Hilmon memang kembali , utuh tanpa luka
apapun. Tapi ada perubahan dalam k?jiwaannya. Ia seperti
orang pikun. Serba bingung dan sepertinya mengalami
lemah otak. Ia tak mengenali Tante Gessy. lajuga tidak
tahu di mana dirinya berada. Ia merasa asing dengan sel
tempat penahanannya selama beberapa hari ini.
Bahkan ketika dihujani pertanyaan dari mereka, Hilmon


Dewi Ular Ancaman Iblis Betina di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tak bisa menjawab. Bukan bisu. Tapi tak tahu haruss
berkata apa pada mereka.
"Maaf boleh saya menanganinya sebentar," kata
Kumala. "Sepertinya dia mengalami penyimpangan jiwa
dan beku ingatan."
Yang lain segera mundur. Hilmon hanya diam dengan
mulut melongo mirip orang bego ketika dihampiri Kumala
Dewi. Ia. seperti orang yang pasrah pada keadaan, mau
diapakan saja tak pernah bisa protes atau membela diri.
Maka ketika Kumala mengulurkan tangannya di atas
kepala Hilmon pria lajang itu hanya diam saja t?npa reaksi
apa-apa . "Oohh..."!" gumam salah seorang anak buah Kapolres
yang melihat semburan cahaya tipis warna hjiau dari
telapak tangan Kumala. Cahaya tipis itu menyinari kepala
Hilmon. Lama-lama seluruh kepala dan wajah Hilmon menjadi
berwarna hijau pudar. Kemudian menyebar ke seluruh
tubuh, sampai jari tangannya. tampak berwama hijau
pucat. Beberapa saat kemudian Hilmon yang dalam posisi
duduk itu kepalanya terkulai, matanya terpejam. Ia seperti
tertidur nyenyak dalam posisi duduk.
Tante Gessy menampakkan kecemasannya.
"Kamu apakan dia,Kumala"I"
"Tenang, Tante... Dia sedang mengalami proses
pemulihan jati diri. Tunggu beberapa menit, dia akan
terbangun dengan kondisi seperti semula. Tante nggak
perlu khawatir apa-apa. Dia selamat kok."
Sersan Burhan menyahut, "Tapi bagaimana dia bisa
selamat sampai ada di sini lagi?"
"Pasti dia lebih bisa menjelaskan dari pada saya, Pak.
Yang dapat saya ketahui hanya bau aneh pada tubuhnya,
seperti bau tanah lembab yang menimbun rempah-rempah
busuk... itu ciri khas bau dari alam sana. bukan dari alam
kita ini. Berarti dia memang jelas-jelas baru datang dari
alam sana. Dan, agaknya ada pihak yang sengaja
menghapus kesadaran jati dirinya, supaya ia tidak bisa
menceritakan apa yang sudah dialaminya di alam gaib
sana." "Berarti nanti dia nggak bisa kasih meterangan apa-apa
dong?" "Mudah-mudahan bisa. Saya sudah bangkitkan emosi
jati dirinya, termasuk mempertajam seluruh ingatannya".
Mereka menunggtu. Tante gessy tak sabar. Kira-kira
kurang dari 5 menit, Hilmon mulaI sadar Ia seperti Iangun
dan tidurnya. Ia langsung mengen?li siapa petugas-p?tugas
yang ada di situ, bahkan sempat menyapa dengan malu-
malu kepada seseorang.
"Tante Gessy...... " Udah lama datangnya?"
"Oooh, syukurlah kamu sudah normal kembali,
Sayang.!" Tante Gessy memeluknya, menciumi, membuat mereka
saling pandang-dengan dahi berkerut. Tentunya mereka
merasa heran, sebegitu mesrakah sang tante memeluk
dan menciumi sepupunya"
Hilmon segera dibawa keluar dari sel. Ditempatkan
diruang khusus untuk para tamu yang mau bezuk
tahanan.Ruangan itu lebih lega dari ruangan kerjanya Pak
Kapolres. Tak heran jika beberapa orang yang tugas dimalam itu
mengerumuni Hilmon, ingin mendengar keterangan apa:
aja yang akan dikatakan Hilmon sehubungan dengan
misteri kepergiannya tadi..
Set?lah memperkenalkan diri, Kumala Dewi mulai
mengajukan pertanyaan dengan tutur kata sangat hati-hati,
dan terkesan sangat bersahabat. Bukan semacam
interogasi penuh tekanan. Hilmon pun tampaknya
menanggapi dengan senang hati dan c?kup ramah.
"Jadi, waktu itu kamu sedang membayangkan kematian
Gerry?" "Ya. Aku menyesal sekali melihat kematiannya seperti
itu, sementara aku nggak bisa menolongnya. Aku sedang
bayangkan, andai aku punya kekuatan untuk melawan
setan itu, pasti sudah kuhancurkan dia"
"Maaf, setan apa maksudnya?"
"Vania Mercury. Atau entah siapa nama sebenarnya.
Tapi setahuku Gerry menyebutnya begitu: Vania Mercury..."
Lalu, ap? yang didengarnya dari Gerry, apa yang
dilihatnya sendiri, semuanya diceritakan secara singkat
kepada Kumala. Penuturannya itu sesuai dengan
keterangannya kepada pihak kepolisian pada saat ia
diinterogasi pertama kalinya. ini menunjukkan bahwa apa
yang dikatakan Hilmon bukan sebuah cerita yang dikarang-
karangnya sendiri.
"Nah pada waktu aku mikirin itu,"sambung Hilmon
kepada Kumala. "... tahu-tahu ada seberkas sinar masuk
ke se ku, wamanya perak seperti lampu blitz. Claap...! Aku
menggeragap kaget. Silau sekali. Tapi beberapa detik
kemudian padam. Gel?p. Aku nggak bisa lihat apa-apa.
badanku melayang, seperti ada yang membawaku
terbang." "Berapa lama kira-kira?"
"Hmmrn,kira-kira lima menit-lah aku merasa melayang-
layang di tempat gelap. Tapi aku mendengar suara gaduh,
suara menggeram, suara tetawa Iengking dan... nggak tahu
apa lagi.Pokoknya menyeramkan!"
Hilmon bergidik, badannya terguncang s?kejap.
"Setelah melayang beberapa saat, aku mulai melihat
cahaya redup. Ternyata itu tempat yang agak terang. Tapi
semuanya yang ada di situ serba hitam; pohon, batu,
tanah, daun, semuanya hitam."
"Ada bangunan seperti rumah atau sejenisnya ?"
"Hmmm, nggak ada: 0, ya... bangunan yang ada cuma
sebuah candi. Entah candi atau apa namanya, yang jelas
aku dibawa ke sana oleh sesuatu yang menentengku
terbang. Di sana aku bertemu dengan Gerry yang
berpakaian: serba putih dan sekujur kulit tubuhny? juga
putih seperti pakai bedak tebal. Pada saat itu aku sperti
dilepaskan dari cengkeraman tangan kekar yng
men?ntengku terbang. Aku jatuh tepat di depan Gerry. Tapi
akujuga sempat melihat wajah orang yang membawaku
terbang itu. Ternyata dia seorang wanita berwajah cantik.
Rambutnya panjang bermahkota kecil, tapi memiliki
sepasan taring menyeramkan dengan bola rnatanya yang
merah menyala-nyala."
Hilmon diam sesaat. Menerawang. Mencoba mencari-
cari apa saja yang diingatnya tentang alam serba hitam itu;
Kumala Dewi dan yang lainnya ikut diam, menunggu
kelanjutan kata-kata Hilmon.
"Aku mendengar Gerry memangiI wanita bertaring itu
dengan sebutan Nyai. Entah Nyai siapa, yang jelas saat itu
terjadi dialog antara Gerry deng?n sang Nyai..."
"Apa yang merek? bicarakan?" sahut Tante Gessy
walau sekujur tubuhnya sempat merinding berkali-kali.
"Gerry minta agar diberi waktu untuk bicara berdua
denganku. Tapi sang Nyai keberatan. Ia paksa Gerry tetap
bicara apa perlunya denganku, setelah itu aku akan
dijadikan serupa dengan Gerry. Dengan terpaksa, Gerry
berkata padaku dengan suaranya yang datar dan dingin,
bahwa dia sekarang sangat menyesal karena tidak
mengabaikan saranku waktu itu:Dia.juga minta maaf
karena telah menunjuk diriku sebagai teman yang harus
tinggal bersamanya di tempat tersebut, sehingga sang Nyai
menjemputku."
"Jadi, dialah yang menyuruh Nyai menculikmu dari
dalam sel?"
"Sepertinya begitu, Tante. Gerry minta teman untuk
hidup bersamanya di alam serba hitam itu, dan teman yang
dipilih adalah saya."
"Lalu, kau bilang ap? padanya?" tanya Kumala.
"Aku nggak bisa ngomong apa-apa. Ternyata suaraku
hilang. Tenggorokanku kosong nggak bisa buat keluarin
suara. Yang jelas, aku hanya bisa menggeleng terus-
menerus, menandakan bahwa aku nggak mau hidup
dengan Gerry di tempat menyeramkan itu: Geny. seperti
nggak peduli dengan penolakan diriku. Tahu tahu dia
pecah... "
"Pecah bagaimana"I"sahut Tante Gessy.
"Pecah seperti semburan cahaya ke berbagai arah,
kemudian lenyap tanpa bekas lagi. Dan, pada waktu wanita
bertaring itu mau mencengkeram saya lagi, tiba-tib? ada
sekelebat bayangan merah menerjangnya. Benturan itu
menimbulkan ledakan besar dan saya terlempar kuat-kuat.
Terhempas di bebatuan. Tapi badan saya ggak terasa sakit
sedikit pun."
"Dentuman itu tadi kami dengar dari sini," ujar Kumala.
Yang lainnya jadi manggut-manggut, seakan baru
mendapat kesimpulan yang pasti, bahwa dentuma? yang
membuat langit seperti mau terbelah tadi akibat peristiwa
yaig diceritakan Hilmon itu.
"Lalu, wanita bertaring bagaimana ?" tanya Sersan
Burhan yang tampak paling serius mendengar cerita
Himon. "Wanita itu, saya lihat juga terhempas jauh, seperti
daun kering disambar angin badai. Ketika saya mau
bangkit, tahu-tahu bayangan merah itu menghampinnsaya..Temyata dia seorang gadis kecil.
Sangat kecil. Usianya masih sekitar lima tahun kurang."
"Gadis kecil" " gumam Sandhi yang kemudian saling
beradu pandang dengan Kumala. Namun mereka berdua
tetap diam, meski sama-sama punya kecurigaan terhadap
gadis kecil yang mengaku bemama Oyen itu.
"Ya, dia kecil sekali. Tapi dia bisa bergerak secepat
kilat. Tahu-tahu dia menyambarku dan dibawanya aku
pergi dari situ. Cepat sekali gerakkannya, sampai aku
nggak ingat apa-apa lagi, dan... tahu-tahu aku sudah ada di
dalam selku lagi. Mula-mula aku merasa asing dengan sel-
ku itu, tapi setelah aku tertjdur sesaat, aku baru ingat
kalau tempat itu ad?lah kamar sel-ku. Dan sekarang, aku
masih sangsi apakah kengerian yang kualami tadi hanya
sebuah mimpi atau benar-benar terjadi?"
"Anggap saja mimpi,." kata Kurnala dengan tersenyum.
la berusaha mengendurkan suasana tegang yang meliputi
hati mereka semua, terutama hati Hilmon.
Kondisi yang terlalu tegang dapat membuat kejiwaan
Hilmon labil kembali.
Di sisi lain Sandhi tampak tertegun merenungi cerita
tadi. Ia penasaran ingin menanyakan pada Hilmon apakah
ciri-ciri anak kedil itu sama dengan ciri-cirinya Oyen.
Karena saat ini masih banyak yang bertanya pada
Hilmon, dan mereka rata-rata adalah petugas kepoIisian,
Sandhi tak berani untuk ikut-ikutan bertanya seperti
mereka.Ia tak ingin dapat kecaman jelek dari mereka, yang
hanya akan mempermalukan Kumala sebagai majikannya.
Namun, beberapa saat kemudian Sandhi mendapat
kesempatan untuk bertanya kepada Hilmon, yaitu ketika
Hilmon minta izin untuk buang air kecil. Sayangnya di saat
Sandhi ingin mengejar Hilmon, langkahnya sudah terhalang
lebih dulu oleh gerakkan Kumala yang menghampirinya.
"San... nggak perlu."
Sepertinya Kumala sudah tahu apa yang ingin
dilakukan Sandhi. Akibatnya, Sandhi rnengurungkan
niatnya untuk mendekati Hilmon.
"Jangan buat otak or?ng-orang di sini semakin tegang
dengan pertanyaanmu kepada Hilmon tentang gadis kecil
itu." "Aku cuma ingin memastikan, apakahgadis kecil itu
Oyen atau..."
"Ya. Dia gadis kecil yang kau temukan dijalanan itu,"
sahut Kumala dengan tegas tapi bernada bisik.
"Benarkah?"
"Aku menangkap adanya kesamaan frekuensi gaib
antara gadis kecil yang kau ceritakan dengan yang
diceritakan HiImon t?di."
"Ooo. . . ," Sandhi menggumam tanda sangat percaya la
tahu persis, kesaktian Dewi Ular sudah pasti dapat
menangkap getaran gelombang gaib dari sesuatu yang
terbayang dalam benak orang yang .sedang bercerita.
"Kita pulang sekarang, San. Aku mau ketemu Buron"
"Buron belum pulang dari waktu kau tugaskan itu"
Kumala terbungkam, termenung sesaat. Seperti sedang
meneropong kedaan Buron saat ini. Dahinya mulai
berkerut tipis, membuat Sandhi sedikit curiga dengan
perubahan ekspresi wajah Kumala .
"Ada apa?" tanyanya dengan sangat ingin tahu.
"Apakah ada sesuatu yang rnembahayakan diri Buron
atau ....."
"Yuk, kita pamit dulu ! "
Sepertinya Kumala menutupi sesuatu yang sudah
diketahuinya, dan hal itu membuat Sandhi menjadi
penasaran Semakin ingin t?hu, ada apa dengan Buron "
*** 5 BURON tidak ada apa:apa. Yang ada apa-apa adalah
Mak Bariah, pelayan setianya Kumala untuk urusan dapur.
Perempuan berkebaya.dengan usia mendekati 50 tahun itu
jarang pergi ke mana-mana. Ia hobby merawat rumah dan
melakukan kesibukan dapur. Satu-satunya hiburan bagi
Mak Bariah adalah nonton TV , khususnya tayngan
telenovela. Malam itu, ketika Kumala dan Sandhi pulang dari
kantor polisi,mereka menemukan tubuh Mak Bariah
tergeletak di lantai teras: Pingsan.
Keadaan itu membuat Sandhi agak panik. Emosinya
nyaris meluap. Sandhi sangat marah kepada siapa pun


Dewi Ular Ancaman Iblis Betina di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang telah membuat Mak Bariah pingsan di teras depan
rumah. Bagi mereka, M?k Bariah sudah dianggap seperti
keluarga sendiri, bukan semata-mata sebagai pembantu.
Karenanya, naluri pembelaan Sandhi terbakar melihat
keadaan perempuan itu terkapar dengan wajah pucat pasi
dan tubuh dingin sekali.
"Kurang ajar! Iblis mana yang telah membuat Mak
Bariah sampai seperti ini sih"! Siapa yang berani
mengganggu dia tadi"!"
"Sudah, nggak perlu mencak-mencak begitu. ini salah
kita juga, meninggalkan dia sendirian di waktu malam."
Setelah membawa Mak Bariah masuk, Kumala Dewi
melakukan pemeriksaan di sekitar teras: Setiap sudut
diperhatikan. Sampai ke sudut halaman pun diperiksanya
dengan deteksi gaibnya. Sesaat kemudian ia masuk
menghampiri Mak Bariah dan Sandhi.
Namun setiap langkah kakinya selalu diikuti dengan
tatapan mata tajam ke berbagai arah.
Sandhi menghembuskan napas panjang, berusaha
membuang kemarahan dalam hatinya. Ia akui, ini suatu
kelalaiannya juga. Biasanya jika ?a pergi bersama Kumala,
Buron selalu tinggal di rumah. Bukan hanya menjaga
rumah, tapi juga menjaga keamanan Mak Bariah yang lug?,
penakut, tanpa ilmu dan kesaktian apa-apa.
Malam ini tanpa disadari mereka pergi semua. Buron
pun belum kembali dari tugasnya. Mnghadapi hal itu
Kumaia Dewi masih kelihatan tenang. tidak segarang
Sandhi. Namun, ia tetap merasa iba dan sangat prihatin
atas insiden yang dialami Mak Banah .
Dengan menyalurkan haw? murni ketubuh Mak Bariah,
Kumala berhasil myadarkan pelayannya dan mengembalikan kondisi shock menjadi nonnal seperti
sediakala. "Apa yang terjadi tadi, Mak?" tanya Kurnala sambil
memijat-mijat pundak Mak Bariah. Ia duduk di samping kiri
Mak Bariah, sementara Sandhi di samping kanannya.
Mereka berada di ruang tengah yang berukuran lebih luas
dari ruang tamu atau rua?g yang lain.
"Saya dengar suara klakson mobil kita, Non. Saya lihat
dari balik gordin kaca, lampu mobil sangat terang. Saya
kirain itu mobil kita, Non. Saya buka pintu, maksudnya mau
bukain pintu pagar..."
Mak Bariah terhenti dari ucapannya. Menelan ludah
satu kali. "Kamu buka pintu pagarnya, Mak?" tanya Sandhi.
"Maksudku mau begitu, sebab aku yakin itu mobil kita.
Tapi waktu aku samp?i teras, sinar lampu mobil jadi
terang. Terang dan mendekat, San. aku jadi ketakutan,
karena seluruh halaman rumah jadi sangat terang
menyilaukan. Lampu terang dan menjadi besar itu
menerjangku di teras. Wuuuss, gitu."
"Hmm , terus?"
"Terus... saya teriak, Non. Tapi suara saya pelan. Saya
nggak bisa bernapas. Sekujur badan terasa dingin sekali,
seperti tersiram air es. Dan, habis itu... habis itu saya
nggak ingat apa-apa lagi, Non."
Kumala Dewi beradu pandang dengan Sandhi. Namun
tak lama, karena setelah itu pandangan mata Kumala
diarahkan ke ruang tamu lagi, lalu ke beberap? sudut
ruangan yang ada. Sementara itu, Sandhi bertanya dengan
suara pelan kepada Mak Bariah.
"Lampu itu dari mana" Luar pagar sana?"
"Iya. Bergerak..cepat menerjangku diteras, wwuuuss...!"
"Selain suara klakson, apa kamu dengar suara mesin
mobil, Mak?"
Mak Bariah diam berkerut dahi, mengingat-ingat
dengan susah payah. Lalu, menjawab dengan nada ragu.
"Kayaknya;... kayaknya iya. Maksudku... iya, aku dengar
suara mesin. Tapi suaranya menggeram seperti suara
raksasa." "Seperti suara r?ksasa"!"
"Astaga" Kenapa baru sekarang aku ingat kalau suara
mesin mobil seperti suara raksasa, ya" Kalau tadi aku
udah ingat begitu, aku nggak akan berani keluar rumah "
Dewi Ular diam tertegun, lalu terdengar suaranya
bernada menggumam, seperti bicara pada dirinya sendiri .
"Bagaimana mungkin rumahku bisa kemasukan orang
asing" Padahal sudah kupagar rapat-rapat dan cukup kuat.
Temyata masih bisa diterobos juga pagarku itu"! Hebat!"
Tiba-tiba terdengar suara perabot dapur jatuh .
Gumprraaang...!!!!
"Apa tuh..."!!" sentak Mak Bariah kaget.
Kumala dan Sandhi melemparkan pandangan matanya
kearah dapur. Namun sebelum Kumala bergerak Sandhi
sudah Iebih dulu pergi kedapur dengan terburu-buru ia tak
merasa takut karena ia yakin Kumala akan segera
menyusulnya. Lampu dapur yang padam itu segera dinyalakan oleh
Sandhi. Kliik.. Pintu dapur yang tidak tertutup rapat
didorong dengan agak kasar. Sandhi langsung tersentak
mundur dengan mata membelalak lebar.
" Hahh ... ?"! "
Dalam jarak kurang dari 3 meter; Sandhie melihat Oyen
duduk di mej? dapur samping kompor gas. Gadis kecil
berbaju merah lusuh itu sedang mengaduk-aduk sayur
yang sebelumnya sudah dihangatkan oleh Mak Bariah.
Sayur itu adalah sayur lodeh. Maka dengan tenang dan
santai sekali Oyen mengambil isi sayur lalu memakannya.
Ia tak terkejut atau merasa takut ketika tindakannya itu
dipergoki Sandhi. Ia tetap menyantap apa yang bisa
disantap dengan lahap, sebagaimana seorang bocah yang
kelaparan. "Hey...! Tu... turun kamu dari situ!" Sandhi bermaksud
menghardik, namun suaranya lemah, napasnya pun berat.
la tak bisa bersikap galak. Bahkan berdiri pun tak bisa
tegak karena kedua lututnya terasa lemas. Dadanya
bergemuruh karena detak jantungnya menjadi sangat
cepat. Kulit tubuhnya segera berbintik-bintik. Merinding
secara serempak. Kini yang bisa dilakukan Sandhi adalah
bersuara lembut tanpa emosi.
"Da... dari mana kau masuk kemari, Oyen " Ayo, turun.
Nanti kamu jatuh kalau nggak mau turun. Turunlah Oyen "
"Biarkan dia," suara Kumala terdengar Iembut dari
belakang Sandhi.
Sang sopir pun menyingkir ke samping. Kumala Dewi
maju selangkah, menyunggi ng kan senyum manis,
menatap dengan keramahan. Menggumam dalam hati.
"Luar biasa anak ini. Deteksi gaibku nggak berfungsi
sama sekali. Aku nggak bisa merasakan energi gaibnya,
padahal sudah beradu muka begini" Diaseperti anak polos
tanpa kesaktian sedikit pun. Tapi kemampuannya masuk
ke mari sudah merupakan tindakan yang luar biasa Nggak
mungkin cuma dilakukan dengan keberanian dan
kepandaian menyusup. Pasti ia gunakan kesaktiannya
untuk menerobos pagar gaibku."
Gadis kecil berbadan dekil masih menikmati isi sayur
lodeh dengan cuek sekali. Seolah-olah dialah si pemilik
rumah yang bebas berbuat apa saja. Kumala justru
berpaling ke belakang dan bicara pada Sandhi.
"Ambilkan dia minum"
"Hmm, minum" Ya, ya... sebentar."
Sandhi bergegas pergi untuk mengambil minuman di
meja makan. Di s?na ia bertemu dengan Mak Bari?h yang
merasa takut serta terheran-heran melihat ada gadis kecil
di dapur. Mak Baniah tak berani mendekat lantaran ia
takut disalahkan atas masuknya anak kecil itu ke dapur .
"Anak Siapa itu, San " Aku nggak tahu kapan dia
masuknya."
"Ssst..., kamu diam aja, Mak. Dia bukan anak
sembarangan."
Sandhi kembali ke dapur membawakan segelas air
putih. Air minum itu diserahkan kepada Kumala. Lalu,
Kurnala mendekati anak itu untuk menyerahkan rninuman
tersebut. "Ini air minummu."
Dengan sikap tak merasa bersalah sedikit pun, Oyen
menerima air minum yang disodorkan Kumala. Ia
meneguknya setengah gelas. Setelah itu ia baru berkata
dengan suara anak-anak yang lugu dan polos.
"Sayurnya enak."
Senyum manis Kumala kian melebar.
"Mak Bariah yang memasaknya. Habiskan saja kalau
kau suka."
"Udah kenyang."
Ia mengusap-usap perutnya. Belum mau turun dari
meja dapur. Ia duduk dengan kedua kaki berjuntai, diayun-
ayunkan dengan santai. Kumala Dewi menatapnya terus
sambil mencari getaran energi gaib. Tapi tetap saja tak
menemukan getaran apa-apa dalam diri Oyen.
Tiba-tiba anak itu berkata dengan pandangan mata ke
sana-sini. "Aku tadi habis bertemu dengan Nyai Sekatpitu. Dia
akan datang lagi untuk mengambil serat-raga para lelaki
bumi. Tindakan itu harus dicegah. Kalau tidak dicegah
nanti alam ini tanpa kaum lelaki."
"Siapa Nyai Sekatpitu?"
Oyen masih memandang ke sana-sini seenaknya.
"Nyai Sekatpitu yaaa.. .pelayan kepercayaannya Auro "
Sandhi berkerut dahi tajam-tajam. Ia ingat nama Auro
yang pernah muncul dalam kasus yang dihadapi Kumala
beberapa waktu.yang lalu , (Baca sesial Dewi Ular dalam
episode: "MISTERI BENCANA KIAMAT)
Bagi putri tunggal Dewa Permana itu, nama Auro sudah
tidak asing Iagi. la tahu persis bahwa Auro adalah selir-mas
?tau istri kesayangannya Dewa Kegelapan, yaitu Lokapura.
Tapi nama Nyai Sekatpitu sama sekali baru sekarang
didengamya. Kini gadis kecil itu menatap Kumala tanpa sungkan-
sungkan lagi. "Kamu nggak kenal sam? Nyai Sekapitu, ya " "
"Belum ?"
"Kenalan dong."
Kumala tersenyum geli, sedikit salah tingkah.
"Y?, nanti aku akan berkenalan dengannya. Apakah dia
yag menculik Hilmon" Kau pasti kenal nama Hilmon,
bukan?" "Oo, pemuda yang dipenjara itu" Ya, aku tahu. Tapi
nggak kenal nam?nya."
"Tapi kau telah menyelamatkan dari alam hitam,
bukan?" "Ya, aku selamatkan dia dari ancaman Nyai Sekatpitu
Tem?nnya sudah jadi korban pengambilan serat-raga.
Kasihan deh."
"Gerry maksudmu?",Sandhi
memberanikan diri menyambar p?mbicaraa karena ia penasaran sekali, ingin
mendengar kepastian dari apa yang telah diduga duganya
sejak tadi. "Eeh, si Oom" Oyen nyengir, lucu tapi membuat hati
Sandhi berdebar-debar oleh tatapan matanya. Oyen
melompat turun dari meja untuk menghampiri Sandhi.
Ketika kakinya menyentuh Iantai, tak terdengar suara
berdebam sedikit pun.
Padahal jarak meja dengan lantai cukup tinggi untuk
anak seusia dia.
"Oom kenal sama korban yang Oom bilang bernama
Gerry itu ?"
Sandhi bingung menjawab, walau akhirnya menggelengkan kepala dengan senyum kikuk.
"Kasihan dia, Oom. Dia sudah ngak bisa ditolong lagi.
Serat-raganya sudah diambil Nyai Sekatpitu. Makanya,
Oom hati-hati kalo ketemu cewek cantik jangan tergoda.
Nanti bisajadi kayak Gerry itu lho. Serat-raga Oom bisa
diambil sama NyaiSek?tpitu,terus diberikan untuk Athila
Oom mau serat-raganya diambil, tinggal tulang-tulangnya
saja "Mau?"
Sekali lagi Sandhi menggeleng dengan bulukuduk
merinding. Oyen berjalan ke arah depan tanpa basa-basi sedikit
pun. Seakan ia berada di rumah sendiri. Mau tak mau
Kumalad an Sandhi bergegas mengikuti Iangkah anak itu.
Ternyata tempat yang dipilih Oyen adalah sofa panjang,
yang tadi buat duduk Sandhi, Kumala dan Mak Bariah.
"Kau mau minum sirup manis" Atau susu panas" atau
... " "Nggak mau. Aku capek. Habis ngamen seharian,"
sambil anak itu duduk bersandar dengan santai, sedikit
merebah. "Anak jin itu mana?" tanyanya kepada Kumala. Tentu
saja yang ia maksud adalah Buron. Kumala dan Sandhi
sama-sama tidak menyangka kalau Buron akan ditanyakan
oleh Oyen Bahkan Sandhi tidak menyangka kalau Oyen
tahu tentang Buron.
"Dia sedang pergi,"jawab Kumala seraya duduk di
samping Oyen, tapi dalam jarak tak terlalu dekat.
"Ngapain anak jin itu cari-cari aku" Suruh pulang aja
dia. Nanti malah dihajar Nyai Sekatpitu kalau mereka
berpapasan."
"Ya, nanti akan kusuruh pulang. Tapi sebe!urnnya


Dewi Ular Ancaman Iblis Betina di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tolong jelaskan dulu, siapa itu Athila ?"
"Athila Darapura.. itu anaknya Auro yang baru lahir.
Berarti dia anaknya Dewa Kegelapan kan" Karena, Auro
selir kesayangan Dewa Kegelapan. Auro sendiri anaknya
Penghulu Iblis yang memiliki kesaktian tinggi tapi tetap saja
kalah waktu melawan Dewa Kegelapan. A?ro hanya bisa
punya anak satu kali. Nggak akan lebih. Anak itu
dikandungnya bukan sembilan bulan, tapi sembilan tahun.
Karena, bayi itu terlahir dari perpaduan kesaktiannya Dewa
Kegelapan dengan kesaktian Penghulu lblis yang
diturunkan kepada Auro."
"Lancar sekali dia bicara, seperti mendongeng saja,"
pikir Sandhi. Kumala masih diam,menyimak betul setiap yang
dikatakan Oyen. Kini dia mulai tah?, Oyen bukan penghuni
alam kegelapan. Oyen pasti penghuni Kahyangan, namun
belum jelas dari ket?runan siapa.
"Bayi yang dilahirkan Auro adalah bayi berdarah hitarn.
Baru beberapa waktu yang lalu ia lahir. Diberi nama Athila
Darapura. Bayi itu akan tumbuh dengan pesat kalau dia
diberi makan serat-raga manusia, dan memang ia
dicanangkan untuk turun kebumi, menjadi manusia biasa,
namun ia juga mewakili Dewa Kegelapan, untuk menjadi
penguasa bumi."
Mata gadis kecil itu mulai sayu. Sepertinya ia sudah
mulai mengantuk, sementara mulutnya yang berbibir
mungil agak kotor itu masih saja bertutur dengan lancar.
"Athila adal?h ancaman maut bagi kehidupan di bumi.
Dia akan memiliki kesaktian yangl ebih tinggi dari
bapaknya, juga lebih tinggi dari kakeknya, yaitu si Penghulu
Iblis. Makanya, dari sekarang kudengar mereka sudah
rnenyebutnya: cucu berdarah hitam. Makanya, Auro
mengutus pelayan andala?nya, yaitu Nyai Sekatpitu, untuk
mencari serat-raga sebanyak-banyaknya. Semakin banyak
bayinya makan serat-raga, semakin cepat pertumbuhannya, semakin bertambah kes?ktiannya.
Rencana itu harus digagalkan. Karena itulah, aku diutus
untuk menghadang langkah Nyai Sekatpitu sebelum terlalu
banyak manusia bumi yang diambil serat-raganya. Aku
sendiri sebenarnya nggak beminat buat mencampuni
urusan Lokapura, tapi karena diutus, yaah.. mau nggak
mau aku turun juga.."
"Maaf kalo boleh tahu, kamu siapa s?benarnya?"
Mata kecil itu mulai terpejam. Suaranya parau karena
mulai tertidur.
"Aku... aku.. yaaah,. kalau kusebut namaku akan
t?mpak jati diriku, tapi... tapi ngga apalah, biar kamu kenal
lebih dekat lagi, ya?"
"Terima kasih sebelumnya," Kumala bersikap hormat,
karena nalurinya mengakan, Oyen pasti lebih senior
darinya. "Dewi Ular...," Oyen semakin lemah karena semakin
tertidur, ketahuilah, aku adalah,.. Asmaranada, yang..
yang..." Zlaaaap...! Cahaya terang benderang terpancar dari
tubuh Oyen. Cahaya itu seperti lampu mobil yang makin
besar dan makin terang. Sangat menyilaukan. Cahaya
seperti itulah yang tadi membuat Mak Bari?h pingsan. Bias
cahaya terang yang menyentak telah membuat Sandhi dan
Kumala terdorong mundur. Bahkan Kumala hampir saja
jatuh terhempas di lantai akibat dorongan tenaga yang
muncul bersamaan cahaya terang itu.
Ketika cahaya itu padam secara tiba-tiba , Sandhi dan
Mak Bariah yang mengintip dari ruang makan seketika itu
juga terperangah kaget. Terny?ta Oyen sudah berubah
bukan lagi sebagai gadis kecil yang dekil, melainkan
sebagai sosok wanita cantik berambut panjang terurai;
mengenakan mahkota hias di kepalanya. Pakaiannya
dominan warna pink dengan sulaman dari benang emas
berbentuk alat musik harpa.
Cukup lama Sandhi terbelalak tanpa berkedip, karena
selain terkejut dengan perubahan itu ia juga terkagum-
kagum melihat kecantikan Asmaranada yang menyerupai
wanita keraton berusia 30 tahun. Berbeda halnya dengan
Kumala Dewi, begitu mendengar nama Asmaranada dan
melihat perubahan wajah Oyen, ia langsung berlutut dan
bersikap menghormat d?ngan kepala tertunduk, badan
terbungkuk. "Mohon ampun jika aku tadi kurang sopan kepada
Eyang Putri Dewi Asmaranada, karena aku benar-benar
tidak tahu siapa Eyang Dewi tadi."
"Hmmm,jadi,.. sekarang.. kamu sudah tahu, begitu?"
suara sang dewi semakin pelan. "Tapi... apa benar kamu
tahu siapa aku?".
"Eyang Dewi Asmaranada, adalah Dewi Sinden,
pengayom para pesinden atau penyanyi ..," Kumala bicara
dengan kepala tertunduk rendah. "Dan, kalau tidak salah
ingatanku, Eyang Asmaranada adalah istri dari Eyang Dewa
Nathalaga, alias Dewa Perang..."
"Hmm, ya... bener. Tapi aku ngantuk. Aku tidur..."
Bidadari cantik seniomya Kumala itu terkulai di sofa,
tertidur dengan nyenyak.
Sementara itu; Sandhi menenangkan detak jantungnya
yang tadi berdebar-debar begitu mendengar Asmaranada
adalah istri Dewa Perang. Bagaimanapun sibuknya Sandhi
ia tetap ingat Dewa Perang yang galak, tegas dan punya
kesaktian sangat tinggi, pernah datang bertemu denganny?
dirumah itu. Dan hampir saja Buron hancur dihajar Dewa
Nathalaga akibat tak tahu siapa yang dihadapinya.
"Pantes aja kalo Kumala langsung ngeper berhadapan
ama dia?" ujar hati kecil Sandhi. "Pantes jugakah, dia kenal
Buron, habis suaminya Eyang Dewi ini sangat ditakuti para
jin sih." Keunikan dari Dewi Sinden ini adalah kemampuannya
bicara atau pun ngobrol dalam keadaan dirinya sedang
tertidu rnyenyak. Sandhi sempat tertawa tanpa suara
mendengar Dewi Asmaranada banyak memberi nasihat
kepada Kumala dalam keadaan tidur. Sedang Kumala
menanggapinya dengan senus, tidak berani becanda
sedikit pun. Bahkan gerak-geriknya pun dijaga agar tetap
menghormat penuh kesopanan. Artinya, Kumala tahu ke
unikan dewi yang satu ini, selain bisa ngobrol sambil tidur,
ia juga bisa melihat dalam keadaan tetap tertidur
"ngomong-ngomong soal kesaktian, jujur saja kuakui..
kesaktianku akan dapat di ungguli Athilka kalau anak itu
sudah tumbuh sedewasa kamu KumaIa, Karena itulah
kusarankan, berhati-hatilah jika kau berhadapan dengan
Cucu Berdarah Hitam itu."
"Baik Eyang .... "
"Sehebat apapun Athila, kau tetap harus hadapi dia,
karena kau yang dipercaya oleh pihak Kahyangan sebagai
penyelamat bumi, pelindung Umat manusia. Jangan segan-
segan menghancurkan Athila, demi keutuhan tata
kebidupan penghuni bumi ini. Ngerti?"
"Saya mengerti, Eyang Dewi .."
Heningnya malam terasa memiliki makna sakral
tersendiri bagi para penghuni rumah itu. Namun, irama
kesunyian yang ada tiba-tiba dirusak oleh suara gad?h dan
atap rumah. Blegaaar, gubraaaakkk...!
Kumala Dewi dan Sandhi tersentak kaget, langsung
mendongak ke atas. Sementara Dewi Asmaranada tetap
tidur tenang, walau muIutnya yang berbibir agak lebar
namun indah itu tetap bergerak-gerak dengan suara agak
parau. "Anak jin itu memang nggak tahu sopan santun,
huuhh...!"
Dewi Asmaranada beringsut sedikit, supaya memperoleh posisi tidur yang nyaman.
Tapi pada saat itu juga sebuah benda jatuh dari atap ke
Iantai depan TV Bruuuk...!
"Buron."!" sentak Sandhi dengan suara membisik, takut
membangunkan tidurnya Dewi Asmaranada.
Buron menyeningai kesakitan. Bagian kepalanya
mengalami luka memar Hampir seluruh wajah Buron
berwama biru legam. Jak?t hitam yang dikenakan itu dalam
keadaan compang-camping, seperti habis disayat sayat
dengan senjata tajam.
"Ada apa"!". Kumala menghampiri Buron menolongnya
bangkit. "Tapi ia menjaga suaranya juga supaya tidak
membangunan tidurny? Dewi Asmaranada .
"Ouuhh, kepalaku pecah. I Kepalaku pecaaah..!"
"Ssst.. Kepalamu masih utuh, cuma rengat dikit?"
hardik Sandhi yang ikut mendekati Buron.. "Jangan
berteriak. Pelankan suaramu!",
"Sakit semua badanku, bego! !" Buron justru
menyentakkan suarinya.
Sandhi buru-buru membungkam mulut Buron. Tapi
tangan itu segera disingkirkan Buron dengan nada kesal.
"Siapa yang kau hadapi"!" tanya Kumala pelan:
"Iblis betina bermata merah Aku tahu siapa dia Nyai
Sekatpitu, andalannya pihak Lokapura juga. Makanya,
Waktu kulihat dia berkeliaran kusikat dia. Daripada sulit
nyariin si pengamen cilik, mendingan kulampiaskan stress-
ku dengan menghajarnya, eeh... ternyata malah aku yang
dihajarnya " Jahanam betul di? itu! Kalau ...... "
"Ssst. .! desis Sandhi benlada memenyenta lagi . "Ada
yang tidur tuh !"
Karena posisi Buron membelakang sofa panjang, maka
ia sej?k tadi tak mengerti.apa maksud Sandhi dan Kumala
menyuruhnya bersuara pelan. Kini setelah Buron berpaling
kebelakang dan melihat wanita cantik dengan pakaian
khas Khayangan itu berbaring di sofa, mak? seketika itu
juga Buron gemetar. Wajah legamnya menampakkan rasa
takut yang menegangkan.
"Bu... bu.:. bukankah dia... Nyai Dewi Asmaranada.,.,
istri dari Dewa Perang"! Hah" Benarkah dia itu, Kumala?"
"Ya. Dialah anak kecil yang sejak kemarin lusa kau cari-
cari." "Ddi... di. dia...?""!" Buron makin rnenyeringai ngeri.
"Aduhhh. . mati aku, Mak!" -
Buron bergegas ingin melarikan diri karena takut
berhadapan dengan Dewi Asmaranada. Namun, langkahnya tertahan oleh tangan Kumala yang mencekal
lengannya. "Tunggu dulu. Dimana kau tadi bertemu dengan Nyai
Sekatpitu?"
"Di... di.. hhm, yuk aku antarkan aja, dari pada ku di
sini," seraya melirik Dewi Asmaranada dengan ekspresi
ngeri. Setelah berpesan pada Sandhi agar melayani segala
keperluan Dewi Asmaranada kapan saja sang dewi
terbangun, KumalaDewi dan Buronpun bergegas pergi
mengejar Nyai Sekatpitu. Keduanya berubah menjadi sinar.
Buron berubah menjadi sinar kuning sep?rti meteor kecil,
sementara Kumala Dewi berubah menjadi sinar hijau
berbentuk naga kecil. Kemudian mereka pun melesat
menembus dinding, dan lenyap di tengah kesunyian
malam. *** 6 TERANG bulan di pantai adalah sasaran indah untuk
menuai cinta. Wajar saja kalau disana-sini tampak
pasangan mesra saling b?rpelukan. Bahkan ada yang
nekat untuk saling berciuman. Lebih dari berciuman pun
ada, tapi mereka tersembunyi sehingga sulit dijelaskan
detilnya. Tak jauh dari kawasan bercinta itu terdapat gugusan
batu karang yang me?jorok ke perairan laut. Tingginya
sekitar tiga meter. Jaraknya dengan pasir pantai hanya
sekitar lima meter. Siapa pun bisa berada di gugusan
karang itu dengan jalan kaki, karena air di bawahnya
sangat dangkal, hanya sebatas mata kaki.
Di atas gugusan karang itu tampak seorang wanita
berambut panjang berdiri dengan gaun putihnya yang
meriap-riap ditiup angin pantai. Wanita itu juga
membiarkan rambutnya dipermainkan angin. Kesendiriannya di situ seolah-olah merupakan pemberitahuan kepada kaum lelaki, bahwa ia malam ini
kesepian.Ia butuh teman asmara untuk saling bertukar
kehangatan. "Gue berani bertaruh , dia bukan wanita kesepian, tapi
pelacur yang menunggu rezeki datang."
"Naif amat lu, John. Nggak semua wanita yang ada dl
sini pelacur. Nggak juga semuanya kesepian. Siapa tahu
dia cuma ingin menyendiri lantaran punya problem sangat
berat." John tertawa kecil. "Lu jangan sok munafik begitu, Bob.
Kalau dia memang wanita kesepian, lu pasti mau jadi
teman kencannya kan?"
"Belum tentu."


Dewi Ular Ancaman Iblis Betina di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aaalaaa.., muke lu mesum gitu, pake bilang belum
tentu segala."
Bob dan john menghamburkan tawanya. Mereka
b?rjalan menyusuri pantai lantaran mereka sama-sama
tidak punya teman wanita yang bisa diajak menikmati
keindahan di situ. Target mereka adalah dapat kenalan
cewek yang juga berduaan dan sama-sama belum punya
pasangan. Tapi obyek sampingan John dan Bobby adalah
mengintip pasangan yang sedang asyik kenc?n, atau
bahkan yang nekat bercumbu dari kepala sampai bawah.
Di pantai ini memang sering terlihat pasangan yang
asyik bercumbu secara f?lgar. Dengan bermodal tikar
sewaan atau selembar koran, mereka bisa menikmati
keindahan laut asmara hingga ke p?ncak kemesraan.
"Capek jalan terus, ah. Kita nongkrong sini aja," ajak
Bobby sambil duduk di salah satu gugusan batu pantai
yang tingginya pas untuk ukuran tempat duduk.
"Rokok kita habis ya, Bob?"
"Habis. Lu beli dulu deh."
"Yaah, beli di mana?"
"Tuuh, di ujung tempat parkiran mobil sana ada kios
rokok." "Lu aja yang ke sana. Nih, pake duit gue aja."
"Huuhh,ya udah sini ... "
Bobby pergi setelah menyambar uang dari John.
Hembusan angin pantai terasa nikmat di sekujur tubuh
John. Matanya memandang ke setiap tempat yang
digunakan untuk pacaran bagi masing-masing pasangan .
"Kalau gue masih sama Titik, gue akan ke sini tiap
malem. Sayangnya gue udah nggak sama Titik lagi. Titik
udah minggat ke Kalimantan, mungkin udah kawin atau
malah udah jadi janda, nggak tahulah. Nggak usah mikirin
dia, ntar gue jadi stress sendiri. Mending cari pasangan lain
aja yang mungkin jauh lebih cantik dari Titik ."
John berkecamuk sendiri dalam hatinya. la belum
menyadari ada seorang wanita berambut panjang sedang
berjalan dari arah belakang. Wanit? itu akan melintas
jalanan di depannya. Maka ketika wanita itu mulai
melintas, John terpana dan segera bersuit menggodanya.
"Waah, ini cewek yang ada di atas batu karang tadi?""
pikir John. Dan, ternyata siulan penggodanya mendapat
respon positif dari wanita berusia sekitar 3O tahun itu. Ia
berpaling kearah John dan tersenyum malu.
"Hey, mau ke mana" Duduk sini dululah.. ," pancing
John dengan hati berdebar-debar.
"Aku mau ke sana. Di sini tempatnya terang. Nggak
aman." "Waah, emang ada tempat yang aman?"
" Ada. Dibalik pohon pembatas sana tuh.. ! aman, nggak
dilihat orang. Mau ikutan ke sana?"
"Boleh aja... !"
John bergegas penuh semangat, ada debar debar indah
dalam dadanya: Wanita yang terjerat godaannya
t?di.berwajah jauh lebih cantik dariTitik, mantan pacarnya.
Bahkan jauh tebih sexy dari peragawati. Dadanya
membusung padat berisi dan sangat menantang.
"Kamu sendirian ke sini?" tanya John.
"He,eh. Aku lagi BT banget nih."
"Habis ditinggalin cowok kamu ya?"
"Kok kamu tahu sih?"
John tersenyum bangga. "Namaku John,kamu...?"
"Annes," jawabnya singkat.
Saat itu John mernegang tangannya, dan ia diam saja,
seakan mengizinkan John untuk memegang yang lainnya
juga. "Dapat durian runtuh nih gue," ujar John d?lam hati
dengan tertawa girang. Ia lupa bahwa Ia datang ke situ
bersama Bobby bukan Annes. la juga lupa bahwa
sebenamya ingin merokok Kehadiran Annes membuat
semua yang ia inginkan seperi sudah terpenuhi.
Aroma wangi tubuh Annes membuat darah John mulai
bergolak. Apalagi setelah mereka sepakat berhenti di balik
kerimbunan semak pembatas pantai, darah John seperti
ingin segera menyembur keluar dari lubang kenikmatannya
"Tuh, di sini lebih aman kan?" kata Annes.
"Iya, ya... kamu pinter cari tempat, rupanya," John
mencubit pipi annes, dan. Annes berl?gak menghindar
walau sengaja telat bergerak.
Namun sebelum aksi mereka berlanjut, dua berkas
cahaya beda warna melintas di langit atas mereka. Radar
gaib ditebarkan dan radar itu menangkap gelombang
energi hitam dibawahnya. Seketika itu juga, cahay? kuning
mirip meteor kecil itu meluncur kebawah dan menerjang
tubuh Annes. Wuuuusst...!
Annes segera bangkit dan mengibaskan tangannya
seperti hendak memutar badan. Wuuust... Gerakan itu
menimbulkan angin bermuatan energi hitam. Sinar kuning
itu membentur energi hitam dan terjadilah ledakan yang
cukup keras, sempat memancing perhatian.orang di sekitar
pantai tersebut.
Duaaaanrr... Sinai kuning itu berubah wujud menjadi pemuda
berambut kucai.
"Ooh, kau lagi rupanya"!" gerarn Annes tak
mempedulikan keadaanJohn yang lari ketakutan setelah
terjadi ledakan dan melihat kemunculan Buron dari cahaya
kuning tadi. Buron bangkit dengan sempoyongan dan terengah-
engah. "Belum jera kau melawanku, Jin busuk"!"
"Aku tidak Iebih busuk dari kamu, iblis betina!?" geram
Buron yang mengetahui bahwa Annes ?daIah jelmaan dari
Nyai Sekatpitu.
"Grrrhhh. I"Annes mengerang penuh dendam kebencian. Dengan cepat ia mengibaskan tangannya dan
melesatlah tiga anak panah dari sinair biru , Claap, claap,
claap...! Buron belum sempat menghintdar tahu-tahu tiga sinar
biru berbentuk anak panah itu telah dihantam sinar hijau
mirip cakram yang datang dari arah belakangnya.
Claaasssp...! Jeeegaarrr.
Ledakan ini lebih besar dari yang tadi. Pohon pembatas
terguncang hingga menimbuIkan kegaduhan setempat..Annes terdorong mundur. Matanya terbelalak
liar mencari si pemilik sinar hijau, Ternyata dari belakang
Buron muncul seraut wajah cantik yang sudah dikenalinya.
."Akhirnya kau muncul juga, Dewi Ular!"
"Ya. Tugasku menyingkirkan pengacau macam kau,
Nyai Sekatpitul"
"Dan, tugasku menghancurkan. . huuggh!"
Annes belum sempat melanjutkan kata-katanya,
Kumala Dewi sudah bergerak Iebih cepat, seperti
melemparkan sekeping uang ke dada Annes. Benda yang
dilemparkan tak terlihat mata. Namun tahu-tahu sudah
mengujam ulu hati Annes.
Energi padat yang dilemparkan Kumala itu melebihi
besi berton-ton beratnya, melebihi tombak tajamnya.
Namun, juga memiliki kekuatan pelebur gaib.
Maka, setelah Annes tersedak dengan mata
membelalak, tubuhnya mengeluarkan asap kuning, seperti
asap belerang. Wuuus... Dan, iapun berubah menjadi sosok
wanita bertaring, bermata merah menyala, tingginya sekitar
empat meter. Dia dapat lebih tinggi dan lebih besar lagi
manakala dia gu?akan salah satu kesaktiannya yang dapat
menambah ukuran fisiknya.
Buron sengaja menjauh Ia tak ingin mencarnpuri
pertarungan bergengsi itu, supaya Kumala Dewi
memperoleh kemenangan telak. Tapi jika Dewi Ular
ternyata terpojok dan dalam bahaya, Buron siap menerjang
Nyai Sekatpitu sekalipun harus mengorbankan diri.
John yang memandang perubahan Annes dari kejauhan
hanya bisa terbengong dengan sekujur tubuh gemetaran.
Ia ditemukan Bobby di tempatnya tanpa bisa bicara
apapun. Yang terbayang dalam benak John adalah
kengerian apabila tadi ia sempat bercumbu dengan Annes,
yang ternyata memiliki wujud asli mengerikan. Berkuku
tajarn dan panjang.. Sepasang tangannya berwarna hitam
bagaikan tangan gorila.
"Aaagggrrthh...... !"
Nyai Sekatpitu menyerang dengan ganas. Ia melayang
diudara dengan kedua tangannya siap mencakar. Dari
ujung kuku-kukunya keluar sinar biru seperti arus listnik.
Sinar biru itu menyebar ke arah Dewi Ular. Craaalspp...!
Dengan sigap Dewi Ular menebarkan kedua tangannya dari
dada ke atas, seperti menebarkan benih.
W?uursss...! Percikan sinar hijau menyebar dengan
cepat. Bagaikan bunga api yang sedang membungkus
sekujur tubuhnya.
Blegaar, blaam , gllleeerrrr. I
Ledak?n dahsyat terjadi mengguncangkan kawasan
pantai. Dua pohon kelapa yang tak jauh letaknya dari
tempat pertarungan itu terpaksa tumbang. Ada tiga sinar
birunya Nyai Sekatpitu yang lolos dari sasaran dan
menyambar dua batang pohon kelapa tersebut.
Ledakan itu memang sempat membuat Kumala
terhuyung-huyung kebelakang.
Rupanya kesaktian yang digunakan untuk menangkis
serangan Nyai Sekatpitu itu masih kurang kuat. Tapi
lumayan, bisa buat melindungi dirinya. Ooh, tapi..: kulit
tubuh Kumala terasa panas"
"celaka, diagunakan aji siluman yang tak kentara
datangnya bersama sinar birunya tadi"!" gumarn hati
Kumala. Seg?ra ia mengerahkan hawa sucinya untuk
menetralisir racun panas yang menyerap lewat poti-pori
tubuhnya. Sambil mengerahkan.hawa suci, Dewi Ular
sengaja melayang ke samping, mengulur waktu
pertarungan, "Mau Iari ke mana kau, Keparat ! !" teriak Nyai
Sekatpitu. Ia segera melepaskan serangannya kembali dari
tangn kirinya. Hujan cahaya menerjang Kumla Dewi. Tapi
lapisan penangkis sudah disiapkan, berupa cahaya hijau
transparan membias di depannya, sehingga serangan Nyai
Sekatpitu dapat tertahan. Tentu saja dentuman dahysat
kembaIi terjadi dan mengakibatkan alam terguncang
bagaikan akan dilanda gempa.
Dalam kesempatan itu K?mala masih sempat
melepaskan cahaya hijau mirip tombak besar. ditelapak
tangannya. Claaap. .. I Wuuust...! Nyai Sekatpitu berusaha
menangkis, tapi telat, sehingga cahaya itu menghantam
dada kanannya. jeagaaaarrtT...!!
"Aaaahhhggggrrr.. !! " la menjerit dengan suara keras,
menggema mengerikan ke mana-mana;Tubuhnya yang
tinggi itu oleng ke belakang.
Kesempatan itu digunakan oleh D?wi Ular untuk
menghajarnya lagi dengan cahaya hijau kecil-kecil dari tiap
jari tangannya. Craalp, craalp, crralp..
Zuuub, zuuub, -zduub...! Blegaaarrrr... Blegaarrr...!
"Aaaaaggghhhnrrr. . .! Aaaooooggrrhh. . . !! "
Nyai Sekatpitu tak diberi kesempatan untuk membalas.
Kumala Dewi melepaskan serangannya beruntun dan
mengenai pada titik-titik rawannya Nyai Sekatpitu.
Akibatnya pelayan andalan Auro itu nyanis hancur
menjadi bubur seandainya ia tidak segera menggunakan
kesaktiannya untuk lenyap dari penglihatan mata gaib
siapa pun. Wuuuussst ..... !!!
Kini yang tinggal adalah suara Nyai Sekatpitu, tanpa
ada yang tahu bagaimana ia melarikan diri dalam keadaan
terhuyung-huyung menanggung luka yang sangat parah.
"Aku belum menyerah! Aku belum kalah melawanmu,
Dewi Ular keparaaaat...! Tunggu pembalasankuuuuu...... !!"
Suara itu menjauh, dan kemudian hilang ditelan
dimensi alam gaib. Kumala Dewi berdini tegak dengan
pandangan mata tertuju ke langit .
Hany? dia yang melihat cahaya merah kecil meletup di
sana, pertanda Nyai Sekatpitu telah memasuki dimensi
alam lain, yaitu alam kegelapan. Napas Kumala pun
dihembuskan panjang, emosi pertarungan dipadamkan.
"Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, Buron. Tapi
lukamu.. ooh, sini kuobati dulu...."
Sambil menerima energi pemulih luka, Buron masih
sempat mengecam dan memaki Nyai Sekatpitu yang sejak
dulu paling dibenci, karena pernah menghancurkan
saudaranya, yaitu Jin Proga.
"Hey pada ngapain di sini "!"
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh datangnya anak kecil.
Kumala dan Buron sama-sama terkejut, karena temyata
di belakang Kumala sudah ada Oyen membawa kecrekan
dari tutup botol.
"Eyang. ."!"
KumaIa Iangsung berlutut, begitu pula Buron.
Kepalanya ditundukkan hampir menyentuh tanah sebegitu
takutnya kepada Oyen yang sudah diketahuinya sebagai
Dewi Asmaranada. Tentu saja orang-orang yang tadi
menyaksikan pertarungan maut menjadi terheran-heran
melihat Kumala Dewi dan Buron berlutut di depan gadis
cilik berpenampilan pengamen dekil.
"Sudah kubilang, Sekatpitu itu bagianku, knapa kamu
yang singkirkan dia, Kumala"!"
"Ampun, Eyang... karena saya juga merasa punya tugas
dan kewajiban menyelamatkan kehidupan dibumi.
Siapapun yang masuk kebumi dengan membuat onar, saya
wajib mengusirnya, Eyang. Tapi jika di alam sana, rnungkin


Dewi Ular Ancaman Iblis Betina di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memang tugas Eyang menghadapi Ny?i Sekatpitu tadi."
"Oo, begitu" Ya deh, kamu yang menang.Sekarang,aku
mau p?lang. Tapi sebelum aku pulang ke Kahyangan, aku
kepengen kamu bawa jalan-jalan dulu. Aku kepengen tahu
tempat wisata yang ada di dunia in apakah ada yang bia
melebihi keindahan di
Kahyangan."
"Baik, saya siap menghantar Eyang. Sekarang kita
pulang ke rumah saya dulu, ya Eyang?"
"He,eh....! Yuk ... !"
Repotnya, ketika mereka pulang, Oyen minta digendong
Kumala Dewi. Mau tak mau permintaan itu dituruti, demi
memanjakan sang Dewi Sinden yang punya kesaktia?
cukup tinggi dan ditakuti Buron itu .
Kini yang barus dilakukan Kumala adalah mempersiapkan diri menghadapi kedatangan Athila, cucu
berdarah hitam, yang memiliki kesaktian sagat tinggi,
bahkan mungkin lebih tinggi dan kesaktian yang dimiliki
Dewi Ular. Bahaya sedang mengancam kehidupan manusia
di bumi . SELESAI EPISODE SELANJUTNYA
MISTERI SANTET IBLIS
Anak Pendekar 3 Terbang Harum Pedang Hujan Piao Xiang Jian Yu Karya Gu Long Menuntut Balas 26
^