Dendam Dukun Jalang 2
Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang Bagian 2
sendiri ketika turun dari mobil dan bergegas menuju lobby
tampak diiringi ekspresi cukup serius. Meskipun masih
terkesan tenang, tapi kharisma kedewiannya terpancar kuat,
sehingga orang-orang buru-buru memberi jalan begitu
mengetahui langkah si gadis cantik itu.
"Bang Mus, ada apa ini, Bang"!" Sandhi bertanya kepada
salah seorang sopir dari perusahaan lilin yang berkantor di
lantai dua. Bang Mus menjawab dengan gugup.
"Hmm, itu... hhmm, eehhh... lihat sendiri sana deh! Lihat
ke lantai tujuh dan... dan.,., pokoknya ke kantor PT mu sana!"
Sandhi tak sempat mendesak. Bang Mus. la melihat Kumala
sudah mau masuk lift. Tampaknya ada beberapa petugas
keamanan di. depan lift yang melarang setiap orang
menggunakan lift dan tangga. Hanya orang tertentu yang
diizinkan naik ke lantai atas. Karenanya, Sandhi segera
menyusul Kumala masuk ke dalam lift, lalu lift pun bergerak ke
lantai tujuh. Napasnya sudah terengah-engah akibat debar
debar jantung yang makin kuat.
"Kumala, ada apa sebenarnya" Kenapa kau diam saja"!"
desak Sandhi saat masih berada di dalam lift. Kumala tetap
bersikap tenang. Bahkan terkesan dingin. Suaranya datar tapi
berwibawa. "Tahan napasmu mulai sekarang."
Tepat kata-kata itu berakhir, pintu lift terbuka. Beberapa
petugas kepolisian sudah ada di sana, termasuk Sersan
Burhan yang segera menyambut keluarnya Kumala dari dalam
lift. Pramuda yang sedang bicara dengan beberapa eksekutif
yang berkantor di situ segera bertari kecil menemui Kumala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dewi. Wajahnya tegang dan pucatt pasi. Kumala tetap
melangkah diikuti Sandhi, masuk ke salah satu ruangan.
"Astaga..."!" sentak suara Sandhi nyaris tak terdengar lagi.
Wajah pemuda berusia 25 tahun itu juga menjadi lebih pucat
lagi ketimbang saat di dalam lift tadi. la terbelalak kaget
memandangi para karyawan yang memiliki meja kerja di
ruangan tersebut.
"Me... mereka... mereka arang semua"!"
Sekalipun diucapkan dengan nada mendesah tercekam
kengerian, tapi pendapat. Sandhi itu memang benar. Semua
karyawan yang ada di ruangan itu menjadi arang hitam, tapi
belum hancur berantakan. Satu sentuhan ringan saja bisa
membuat bentuk dan posisi mereka menjadi hancur.
Ternyata bukan hanya di seluruh ruangan lantai tujuh saja
yang mengalami hal demikian. Para karyawan yang ada di
lantai delapan dan sembilan juga telah berubah menjadi
gumpalan arang kering. Ada yang masih dalam posisi duduk
menulis, ada yang masih dalam posisi menerima telepon,
berdiri;membawa kertas kerja, berjalan, berlari ingin
menghindari sesuatu dan sebagainya. Wajah-wajah yang
terukir dalam patung arang hitam itu rata-rata menampakkan
keterkejutannya, ketakutan, cemas, heran atau kebingungan.
Agaknya telah terjadi sesuatu secara mendadak dan sangat di
luar dugaan mereka, yang akhirnya membuat mereka menjadi
manusia arang tanpa roh lagi.
Pakaian mereka pun menjadi keras, seperti selembar arang
tipis yang mudah hancur oleh hembusan agak keras sedikit.
Setiap benda yang bersentuhan dengan tubuh mereka ikut
menghitam dan menjadi arang, termasuk meja, kertas,
gagang telepon, pena atau yang lainnya.
Mereka bagaikan telah terjebak oleh suatu keadaan yang
tidak memberi kesempatan bagi mereka untuk bergerak,
menghindar, bahkan bersembunyi. Seorang off ice boy tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhenti melangkah secara mendadak, menjadi patung arang
bersama nampan berisi dua gelas-minuman yang dibawanya.
Siapa pun orangnya akan merinding dan bergidik ngeri
melihat keadaan di lantai tujuh sampai sembilan. Sandhi pun
menjadi gemetar dan berkeringat dingin dalam mendampingi
Kumala memeriksa ketiga lantai tersebut, karena ia merasa
seperti berada di tengah-tengah mayat korban kebakaran.
Rasa sedih teramat dalam membuat Sandhi tak henti-hentinya
menyeringai dan menyebut nama Tuhan manakala dilihatnya
beberapa orang yang dikenal dan sering bercanda dengannya
kini telah menjadi gumpalan arang tanpa nyawa. Salah satu
dari mereka yang sangat menyedihkan Sandhi adalah gadis
berusia sebayanya yang tugas sehari-hailnya menerima tamu-
tamu yang ingin bertemu dengan Kumala. Gadis itu adalah
Tiara. Sekarang sudah tidak tampak lagi kecantikannya, selain
sosok hitamnya yang rengas dalam posisi duduk di meja front
office. "Jangan ada yang menyentuhnya, dan hindari tindakan
yang menimbulkan getaran kuat, supaya mereka tetap utuh
seperti semula!" kata Kumala kepada Pramuda, tapi
sebenarnya ditujukan kepada siapa pun yang saat itu
membantu mengamankan ketiga lantai tersebut.
"Aku dan Rassy sedang meluncur kembali ke kantor dari
menghadiri rapat di Balcon Room, ketika tiba-tiba kudapatkan
kabar dari Pak Norman melalui HP mengenai bencana ini,
Kumala." tutur Pramuda dengan nada sedih dan masih diliputi
kepanikan. Seandainya waktu itu Pramuda tidak sedang keluar
kantor bersama sekretarisnya, mungkin dia juga akan ikut
menjadi korban seperti mereka di ruang kerjanya, di lantai
sembilan. Memang tidak semua karyawan mengalami nasib aneh
seperti itu. Ada sekitar dua belas karyawan yang selamat dari
bencana misterius itu, lantaran mereka sedang tidak berada di
tempat, atau berada di satu sisi yang secara kebetulan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersembunyi cukup aman. Salah satu karyawan yang selamat
adalah Pak Norman, kepala bagian cleaning servic Waktu itu ia
berada di kamar mandi yang baru saja dibetulkan saluran
airnya. "Saat itu saya memang tidak melihat bias cahaya biru
sedikit pun. Saya memunggungi pintu ka mar mandi dan
memperhatikan saluran air yan baru selesai dikerjakan oleh
Karman. Tapi Saya mendengar suara dentuman pelan seperti
kompor meleduk," tutur Pak Norman.
"Saat itu Karman sendiri ada di mana?"
"Di depan kamar mandi, sedang saya suruh ambil lem pipa.
Saya juga mendengar suara Karman terperangah pendek, tapi
tak begitu menghiraukan. Kecurigaan saya timbul setelah
menyadari suasana menjadi sunyi, tanpa suara apa pun. Maka
saya segera keluar dari kamar mandi. Dan sangat terkejut
mendapatkan Karman sudah menjadi patung arang dalam
posisi seperti sedang ingin melompat berbalik arah ke kamar
mandi, yaah... seperti yang sekarang terlihat di sanalah...,"
suara Pak Norman semakin parau akibat menahan duka dan
kengerian. Berbeda lagi dengan kesaksian Barnu, staf ekspedisi yang
kala itu berada di lantai sembilan. Barnu sedang menunggu
pintu lift terbuka, karena ia akan turun ke lantai satu. Ketika
itu, lift yarig ada di ujung kiri terbuka dan seorang wanita
keluar dari sana. Wanita itu langsung menuju mejanya
Hermin, staf administrasi. Dengan suara lantang wanita
tersebut bertanya kepada Hermin, kesannya sangat tak sopan
dan tak ramah, menurut Barnu.
"Saya mau bertemu dengan Kumala Dewi! Di mana ruang
kerjanya"!"
Hanya itu yang didengar Barnu,selebihnya ia sudah masuk
ke dalam lift yang membawanya turun kelantai satu. Tapi saat
itu hati kecil Barnu mulai merasa curiga dan bertanya-tanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri, siapa wanita tak ramah itu" Mengapa mencari Kumala
Dewi " dengan sikap tak sopan begitu" Barnu hanya bisa
menyimpulkan, bahwa wanita tersebut pasti baru pertama kali
datang dan ingin bertemu dengan Kumala. Terbukti dia belum
mengetahui bahwa ruang Kumala berada di lantai delapan.
Bukan di lantai sembilan.
"Karena saya melihatnya hanya sepintas, maka yang saya
ingat hanya postur tubuhnya yang agak gemuk dan tinggi itu,"
kata Barnu dalam kesaksiannya. "Usianya sekitar 45 tahun,
tapi masih tampak lincah dan tegar. Wajahnya memang
memiliki sisa kecantikan masa muda Hanya saja, kedua
matanya yang membelalak itu menimbulkan kesan galak,
sehingga mungkin tidak semua lelaki berani beradu pandang
dengannya. Sungkan."
Finne, resepsionis yang bertugas di lobby bawah, juga
memberi kesaksian hampir sama. dengan Barnu. Finne adalah
orang pertama yang didatangi wanita berambut lurus panjang
agak coklat Wanita itu mengenakan pakaian bergaya muda;
celana hitam ketat dan blus dirangkapi rompi panjang hitam
pula. la bertanya kepada Finne dengan nada ketus.
Pandangan matanya terkesan tajam dan ganas.
"Apakah seseorang yang berirama Kumala Dewi berkantor
di s ini"!"
"Benar, Nyonya. Tapi Zus Kumala sedang...."
"Aku tidak peduli dia sedang apa!" sahutnya sambil
memicingkan mata, seakan menampakkan rasa permusuhannya kepada Kumala.
"Hmm, ehh... maaf, Nyonya," Finne langsung gemetar
ketakutan. Sorot pandangan mata wanita itu seolah-olah
melumpuhkan mental Finne dan mencekam jiwa. Terbukti
gadis berambut pendek itu langsung grogi menghadapinya.
"Di mana ruang kerjanya"! Aku perlu bertemu dia sekarang
juga!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, dii.. diii....!"
"Katakan saja, diatas atau di lantai berapa"!" geramnya.
"Jangan sampai kau buat kesabaranku habis, hingga semua
orang di gedung ini kuhanguskan dalam sekejap!"
"lyy, iya... di... di lantai atas!"
Wanita itu mendengus, lalu pergi, menuju lift. Kepergiannya meninggalkan shock kejiwaan dalam diri Finne,
sampai-sampai gadis itu tak punya inisiatif untuk memberitahukan kedatangan tamu wanita galak itu kepada
orang stafnya Kumala. Beberapa saat kemudian, Petrick, rekan
sekerjanya kembali dari toilet Tapi Finne masih belum bisa
bilang apa-apa kepada Petrick. la justru duduk termangu-
mangu dengan jantung masih berdebar-debar menimbulkan
getaran pada persendian tulang-tulangnya.
"Fin, ada apa" Kok wajahmu jadi pucat sekali sih"!" tegur
Petrick. Anehnya, mulut Finne seperti terkunci, sulit
menceritakan kedatangan wanita misterius itu.
Kurang dari 20 menit, wanita tersebut tampak keluar dari
lift. la bergegas pulang. Finne hanya berani meliriknya secara
sembunyi-sembunyi. Ia yakin wanita itu pasti gagal menemui
Kumala, sebab tadi sebenarnya Finne ingin mengatakan
bahwa Kumala sedang keluar kantor bersama sopirnya,
namun sudah terburu-buru dipotong dengan suara menggeram. Ternyata lirikan Finne itu justru mengundang langkah
wanita berpakaian hitam yang menggenggam sesuatu di
tangan kanannya. Tak jelas apa Yang digenggam, tapi Finne
yakin saat datangnya tadi tangan si wanita tidak
menggenggam apa-apa, selain tas kecil bertali panjang yang
menggantung di pundak. Ketika wanita itu menyempatkan
singgah di meja resepsionis, Finne buru-buru menundukkan
kepala. Petrick yang menerima kehadiran wanita itu dengan
senyum keramahannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Selamat siang, Nyonya...," sapa Petrick sedikit kaku,
karena belakangan pemuda itu mengaku berdebar-debar
ketika beradu pandang dengan wanita tersebut.
"Hey, Bung... tolong kau sampaikan pesan ini kepada
Kumala Dewi, ya"!" tegasnya kepada Petrick. "Ada seorang
wanita yang ingin bikin perhitungan dengannya, cepat atau
lambat! Dia tak perlu bersembunyi lagi. Dan sebagai awal
perhitungan itu, kuhadiahkan sesuatu yang sangat istimewa
padanya di lantai atas. Okey?"
Petrick hanya mengangguk, tak bisa bicara juga. Bahkan ia
tak sempat bertanya, siapa nama wanita tinggi sekal itu".
(Oo-dwkz-234-oO)
4 UNTUK sementara Kumala Dewi dan Pramuda meminta
bantuan petugas kepolisian untuk menutup gedung Wahana
Graha. Beruntung sekali sejak terjadinya peristiwa gaib itu
belum ada satu pun korban yang tersentuh tangan manusia,
sehingga mereka masih tetap utuh. Keutuhan jasad arang
mereka itulah yang dijaga ketat, sehingga gedung itu terpaksa
harus ditutup. T erutama lantai tujuh, delapan, dan sembilan.
"Saya akan berusaha mengembalikan kondisi mereka
seperti semula," kata Dewi Ular kepada pi-hak kepolisian. "Jika
patung arang itu ada yang rusak sedikit pun, maka ketika
nanti mereka berhasil hidup kembali, kondisi f isiknya pun akan
mengalami kerusakan. Jangan sampai hal itu terjadi Kasihan
mereka," "Tapi apakah kau sanggup menghidupkan mereka kembali,
Kumala?" tanya Sersan Burhan yang ikut membantu
Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menangani kasus tersebut
"Mudah-mudahan upayaku berhasil, San."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Atau... bagaimana jika pihakku memburu wanita itu dan
memaksanya untuk bertanggung jawab terhadap nasib para
korban di sini?"
"Jangan," jawab Kumala dengan tenang. Penuh kesabaran.
" Wanita itu sangat berbahaya. Aku tahu kekuatannya, dan
memang hanya akulah yang harus menghadapinya, San. Tapi
lebih dulu aku harus berusaha memulihkan para korban
sebelum jasad mereka hancur menjadi serpihan arang tanpa
bentuk lagi."
Dewi Ular yang tampak sangat prihatin itu memang
akhirnya tahu persis siapa wanita berwajah galak-galak sexy,
seperti penjelasan Petrick dan beberapa saksi lainnya.
Wajarlah jika wanita itu ingin bikin perhitungan dengan
Rumala Dewi, sebab ia merasa pernah dirugikan dan
dikalahkan oleh kesaktian si putri Dewi Nagadini itu. Melalui
keterangan beberapa saksi mata, Kumala tak sangsi lagi
dengan kesimpulannya, bahwa, wanita itu tidak lain adalah
Madam Ladebra, alias Madam Debra, si wanita keturunan
Gipsy. Pernah mendapat penghargaan dari Moskow sebagai
dukun atau paranorma l terhebat, memiliki kekuatan gaib
tinggi, mampu mengerahkan mahluk sejenis iblis, dan memiliki
delapan pelindung gaib. Hanya saja, para pengawal gaibnya
itu pernah dikalahkan oleh Kumala, dan kekuatan hawa
saktinya pernah dilumpuhkan oleh Dewi Ular, sehingga
muncullah dendam kesumat dalam jiwa Madam Ladebra,
(Baca serial Dewi Ular dalam episode: "MISTERI BAYI
SETAN"). " Pada waktu itu memang Kumala belum pernah bertatap
muka dengan Madam Ladebra. Kumala berhasil memporak
porandakan pasukan gaib Madam Ladebra dari jarak jauh,
lewat kekuatan mistik yang dititipkan pada Rosita Verr?, yaitu
mantan kekasihnya Pramuda yang tak jadi dinikahi. Madam
Ladebra sempat kebingungan, tak dapat mengetahui siapa
pihak yang mampu membuat delapan pengawal gaibnya itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lari tunggang-langgang. Ketika ia menemukan jawabannya,
dan mengetahui kekuatan yang dimiliki Kumala dewi, ia tak
berani langsung bertindak, la butuh waktu untuk mempertinggi ilmunya, supaya bisa dipakai mengalahkan
Kumala Dewi. Rupanya sekaranglah saatnya yang terbaik bagi Madam
Ladebra untuk melakukan pembalasan, la telah memiliki
kekuatan dahsyat yang diperoleh secara kebetulan, yaitu
sebuah pusaka berkekuatan gaib tinggi. Pusaka itulah yang
digunakan beraksi di gedung Wahana Graha, dan sempat
terekam dalam ingatan Petrick yang melihat jelas apa yang
tergenggam di tangan Madam Ladebra pada saat wanita itu
menitipkan pesannya sebelum pulang.
"Benda itu hampir menggelinding jahih dari tangannya
sewaktu membetulkan tali tas di pundak," tutur Petrick kepada
Kumala. "Benda itu seperti berlian berwarna biru berkilauan.
Seukuran buah salak. Bentuknya seperti kuncup mawar."
Pada waktu itu Kumala sempat terperanjat mendengarnya.
Penjelasan Petrick yang tak begitu detil itu sudah dapat
disimpulkan oleh Kumala Dewi, bahwa benda yang dipegang
Madam Ladebra waktu itu pasti pusaka yang dicari-cari Dewi
Angora, yaitu intan biru. Kumala masih ingat saat Dewi Angora
menerangkan ciri-ciri batu intan biru tersebut. Tak heran lagi
jika semua karyawan dari lantai sembilan sampai lantai tujuh
bisa berubah menjadi patung arang dalam waktu sangat
singkat. Karena memang begitulah salah satu kesaktian yang
ada pada batu intan biru menurut keterangan Dewi Angora,
Maka ketika Kumala bermaksud mengejar Madam Ladebra
setelah memanggil datang Dewi Angora ke kantornya, si putri
Dewa Wanandra itu buru-buru mencegah niat tersebut.
"Jangan gegabah, Kumala. Kau bisa celaka berhadapan
dengannya!"
Kumala menatap agak sangsi. Dewi Angora meyakinkan
lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Intan itu bukan sembarang intan, seperti yang sering
kukatakan padamu. Terbukti, beberapa kali kau mencoba
melacaknya tapi gagal, bukan" Itu berarti kesaktianmu belum
bisa menyamai kesaktian pusaka milik ayahku yang kini
ternyata ada di tangan wanita tersebut Jika kau melawannya,
kau akan hancur. Kita harus gunakan siasat untuk
merebutnya. Sebab kesaktianku pun tak akan dapat
menandingi kekuatan dahsyat dalam batu intan biru, Dewi
Ular:" "Siasat bagaimana, menurutmu?"
Wanita cantik yang tampak sedikit lebih tua dari Kumala itu
menarik napas panjang-panjang dan tertegun dengan kedua
tangan terlipat di dada.
"Entahlah. Aku belum menemukan siasat yang jitu untuk
merebutnya. Yang jelas, jangan sekali-kali mencoba untuk adu
kesaktian dengan batu tersebut, Kumala."
"Kalau begitu aku akan menangani nasib para korban lebih
dulu, sebelum membantumu merebutkan batu intan bini itu."
"Aku setuju. Dan, aku akan berusaha mendapatkan
petunjuk gaib dengan melakukan semedi nista."
"Semedi nista"!" bisik Kumala, heran. Dewi Angora hanya
mengangguk samar-samar. Agak sungkan menjelaskannya.
Kumala pun segera menangguhkan rasa ingin tahunya tentang
'semedi nista' yang tergolong salah satu jenis dan cara
bertapa. Dewi Ular cenderung lebih mengkonsentra-sikan
kekuatan batinnya untuk me lakukan tindakan spektakulernya,
yaitu membuat para korban hidup kembali. Jika hal itu
berhasil, setidaknya separuh kemenangan sudah berada di
tangannya. Tinggal menunggu bantuan Dewi Angora untuk
melumpuhkan kekuatan mistiknya Madam Ladebra.
"Kapan kau akan melakukannya, Dewi?"
"Secepatnya. Mungkin nanti malam."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa tidak sore ini saja, mumpung belum turun
hujan?" "Ada beberapa syarat yang harus kucari dulu. Belum tentu
bisa kutemukan dalam tempo satu jam."
"Kalau begitu... bolehkah aku ikut bersamamu saat kau
menghidupkan mereka nanti?"
"Sebaiknya... lain kali saja."
"Dewi, ini momen yang bagus untuk materi acaraku. Mahal
sekali materi ini jika bisa kudapatkan dengan sempurna."
"Ini bukan atraksi, Nik!" tegas Kumala sambil menatap
pemuda tampan yang mengikutinya ke mobil. Pemuda itu
adalah Niko Madawi, si pembawa acara 'Lorong Gaib' untuk
sebuah TV swasta, la dan teamnya punya tugas memburu
kejadian-kejadian misterius untuk ditayangkan di station
televisi tersebut Tak heran jika Niko sangat bernafsu merekam
adegan spektakulernya Dewi U lar nanti.
"Sudah banyak petualangan gaibku yang kau jadikan
materi dalam acaramu itu, Nik. Jika kali ini kau menayangkan
materi dariku lagi, wajah dan namaku muncul kembali di
tevemu, nanti apa kata orang. Kau akan dianggap sebagai
media yang mempromosikan diriku, Nik. Kau akan dikecam,
dan akan muncul orang-orang yang tak suka padaku lantaran
merasa iri. Jadi sebaiknya, kali ini biarkan saja peristiwa
gaibku berlalu tanpa kameramu. "
Niko Madawi mengeluh dengan raut wajah kecewa.
"Carilah peristiwa gaib yang bukan berasal dari diriku, Nik."
"Tapi peristiwa ini merupakan peristiwa langka yang sangat
mahal untuk dijadikan sebuah berita, Dewi."
"Kau selalu beranggapan begitu di setiap petualanganku.
Sampai kapan kau akan menganggap perjalanan gaibku ini
sebagai perjalanan yang biasa-biasa saja, Nik?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Habis, kenyataannya memang selama ini apa yang kau
lakukan di dunia adalah fenomena-fenomena yang menarik,
langka dan nyata! Mana mungkin aku dapat menganggapnya
suatu peristiwa gaib yang biasa-biasa saja, Dewi,"
Gadis itu sudah masuk ke dalam mobil Sandhi sudah mulai
menghidupkan mesin mobil. Tapi Niko masih menahan pintu
agar tidak tertutup, supaya ia masih punya waktu untuk
membujuk Kumala.
"Please, Dewi..., jangan biarkan aku kehilangan kesempatan emas ini, sekali saja!"
Dewi Ular menghembuskan napas panjang penuh
kesabaran. "Nik, jangan sering melibatkan diri dalam acara-acaraku.
Nanti menimbulkan kecemburuan terpendam di hati Rayo
Pasca." "Okey, aku akan menemui Rayo dan meminta izin
dengannya. Jika perlu, aku dan dia ada di se kitarmu pada
saat nanti."
Senyum indah menawan hati setiap orang itu mekar di bibir
ranum Kumala Dewi. Ia menggeleng kecil. Masih menatap
Niko dengan penuh persahabatan, namun Juga terkesan
mengharap pengertian dari Niko.
"Rayo nggak akan menolak keinginanmu, la memang akan
mengizinkan. Tapi di balik semua itu, ia bisa menyimpan
kecemburuan dan rasa kesal padamu, Nik. Dia tahu, kita
pernah menjalin hubungan dekat Dia tahu, kita tetap baik.
Sangat manusiawi jika dia memiliki kecemasan di balik
bayang-bayang kecurigaannya. Aku nggak mau hubungan
baikku dengan Rayo menjadi keruh hanya karena kau sering
berada di dekatku, Nik."
Kini ganti Niko yang menghembuskan napas panjang.
Agaknya ia terpaksa harus menelan segumpal kekecewaan, la
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun merasa dituntut suatu pengertian yang bersifat sangat
pribadi, "Nik, sorry...," ucap Kumala lirih sekali. Niko pun akhirnya
menganggukkan kepala. Sedikit demi sedikit ia mulai bisa
memahami jalan pikiran putri dewa dari Kahyangan itu.
Agaknya Kumala perlu mengambil tindakan pencegahan
sebelum benih kecemburuan benar-benar tumbuh di hati Rayo
Pasca. Tindakan ini pun menandakan bahwa Kumala tidak
ingin kehilangan Rayo hanya karena kesalah pahaman.
Entah seberapa erat kedekatan hati Kumala dengan Rayo,
yang jelas Niko harus mau menyadari bahwa dia sudah di luar
hati Kumala. Dia hanya sebatas seorang sahabat dekat saja
yang tanpa bumbu cinta dalam hati Kumala, meskipun Kumala
pernah merasa tak rela menerima kematiannya. Upaya si anak
dewa saat menghidupkan kembali kematian Niko adalah jerih
payah seorang sahabat yang ingin meluruskan kodrat
kehidupan temannya, bukan lantaran masih menyimpan cinta
yang dulu sempat bertunas namun tak sempat mengembang,
(Baca serial Dewi Ular dalam episode: "WANITA PENJINAK
HANTU"). "Aku dapat merasakan kepedihan hati Niko yang kecewa
sekali oleh penolakanmu tadi,*' kata Sandhi dalam perjalanan
BMW kuning itu. Kumala sedang menekan-nekan handphorie-
nya untuk menelepon seseorang. Tapi ia tetap memberi
tanggapan atas kata-kata sopir pribadinya itu.
"Terpaksa kulakukan, San. Sebenarnya bukan karena
kecemasanku terhadap kemungkinan tumbuhnya rasa
cemburu di hati Rayo."
"Menurutku sih... kayaknya Rayo nggak akan cembuni deh.
Sebab, selama ini Rayo dan Niko justru menjalin persahabatan
semakin akrab Ray sangat percaya pada kesetiaan hatimu,
dan ia yakin bahwa Niko nggak bakalan berani, macam-
macam padamu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tahu, San. Tadi cuma siasat saja," ujarnya kalem, lalu
segera menyapa orang yang diteleponnya. Ternyata ia
menghubungi teleponnya Sersan Burhan.
"Bang Sersan... kalau saya ingin pita kuning yang
melingkari gedung kami itu lebih dimajukan ke depan,apa
bisa" Ya, ya... maksud saya, gedung itu benar-benar
dikosongkan sampai sebatas, pagar depan. Jadi, mulai pukul
enam nanti, jangan ada seorang pun yang berada di gedung
itu, bahkan jika perlu jangan ada yang berdiri di halaman
sekeliling gedung itu. Bisa, ya Bang...?"
Belakangan ini memang Kumala sering memanggil Sersan
Burhan dengan sebutan Abang. Tentunya hanya dilakukan di
tempat-tempat terbatas dan dalam suasana tertentu. Sebutan
itu tak lain bertujuan menghormati Sersan Burhan yang
usianya lebih pantas sebagai kakaknya Kumala, di samping
juga untuk lebih mengakrabkan hubungan mereka. Supaya
terkesan sangat familiar, seperti keluarga sendiri. Tapi jika
berada di tempat dan suasana formal, Kumala tetap
menghormatinya sebagai seorang aparat negara yang perlu
dipanggil Bapak oleh siapa pun.
Bagi si sopir funky yang dulunya bekas sopir taksi itu,
panggilan Bang Sersan yang dilakukan oleh Kumala bukanlah
hal yang aneh atau konyol. Baginya itu sudah biasa. Yang
membuatnya merasa aneh adalah permohonan Kumala
kepada Sersan. Burhan tentang pengosongan gedung Wahana
Graha. Tadi sebelum Kumala meninggalkan gedung itu, ia
minta agar penjagaan diperketat, beberapa petugas dihimbau
untuk tidak meninggalkan lobby. Tapi .sekarang Kumala justru
menginginkan agar gedung itu kosong total, tanpa seorang
pun di dalamnya.
"Kita jangan pulang ke rumah dulu, San," ujarnya tiba-tiba
"Lalu, ke mana dulu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku butuh tiga ruas bambu gading untuk persyaratan
Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ritualku nanti malam, dan..."
"Kalau begitu kita ke rumahnya dokter Ghina saja. Aku
pernah melihat ada tanaman bambu kuning di sudut halaman
belakang rumahnya. Dari sini cuma makan waktu 10 menit
udah sampai kok."
"Hmm, ya...! Kita ke sana dulu deh. Tapi aku juga butuh
sejengkal kayu Dewandaru, San."
"Kayu Dewandaru"!"
"Ya. Kalau orang Cina menyebutnya kayu pohon Shiantho."
Sandhi merenung sebentar, kemudian mencoba menyamakan persepsi.
"Pohon Dewandaru apakah yang sering disebut oleh orang
Jawa sebagai pohon Cerme Londo?"
"Hmmm, ya, ya! Benar itu, San."
"Wah, setahuku pohon Dewandaru itu nggak ada yang
tumbuh di Jakarta. Kalau di Gunung Kawi memang ada
tumbuh pohon Dewandaru yang daunnya sering ditunggu-
tunggu jatuh ke badan para peziarah makam keramat di sana.
Masa! sekarang juga kita harus pergi ke Gunung Kawi sih?"
"Nggak usah. Seingatku, dulu Ki Sedah Wingit pernah
menyimpan beberapa potong kayu Dewandaru buat keperluan
sesaji spiritualnya. Kita nanti ke rumah Ki Sedah Wingit saja
deh. Aku mau minta sejengkal kayunya itu. Mudah-mudahan
beliau masih menyimpannya."
"Kenapa harus kayu Dewandaru sih?"
"Kayu itu memiliki khasiat gaib cukup tinggi, dan
kubutuhkan dalam ritualku nanti."
Sandhi menggumam sambil manggut-manggut. Tanpa
keluh kesah sedikit pun ia melayani majikan cantiknya, dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah dokter Ghina menuju ke arah Bogor. Menemui tokoh
paranormal tua aliran putih, yaitu Ki Sedah Wingit, yang sering
juga membantu Kumala dalam mengatasi kasus-kasus
supranaturalnya, (Baca serial Dewi Ular dalam episode:
"MANUSIA METEOR").
Kayu Dewandaru memang satu-satunya persyaratan yang
dibutuhkan Kumala dan dianggap paling sulit mendapatkannya. Sandhi agak ragu-ragu ketika itu tapi
ternyata kayu langka itu berhasil didapatkan Kumala dengan
mudah. Kumala dan Ki bedah Wmgit juga terlibat percakapn
serius beberapa saat. Sandhi tak mengetahui isi percakapn itu
Yang jelas, ia berhasil membawa pulang majikan cantiknya
sampai rumah sekitar pukul sembilan malam.
Kumala segera memanggil asisten gaibnya, yaitu Buron, si
pemuda jelmaan Jin Layon. Buron disuruh membantunya
mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan. Mereka
berada di pendapa belakang rumah. Sandhi berdebar-debar,
takut Kumala gagal dan berakibat fatal. Karena, apa yang
dilakukan Kumala ini sepertinya sangat berbahaya.
Gerimis turun di ma lam itu. Malam cepat menjadi sunyi.
Pedagang makan yang biasanya mendorong gerobaknya
mengelilingi jalanan di perumahan itu, kini tampak sepi tidak
seramai biasanya. Perumahan Telaga Jati Estate mirip
pemukiman mati. Padahal biasanya sampai lewat pukul
sepuluh ma lam pun masih kelihatan ramai. Yang muda-muda
bikin kelompok di sana-sini, ada yang bermain gitar, ngobrol
dalam canda, main kartu gaple dan aktiv itas malam lainnya.
Sekarang mereka tak terlihat satu pun. Sepi sekali.
Suasana seperti itu agaknya punya sisi keuntungan sendiri
bagi penghuni sebuah rumah yang letaknya agak ke dalam,
jauh dari gapura tinggi yang menjadi gerbang masuk ke
kompleks tersebut rumah berpagar besi putih stainless itu
tergolong mungil, cukup untuk hidup sepasang pengantin
baru. Karena hanya memiliki satu kamar tidur, satu ruang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tamu, Ruang makan menjadi satu dengan ruang tengah, dan
dapur yang tak seberapa lebar. Baru seminggu yang lalu
rumah itu laku dikontrakkan. Pengontraknya seorang
mahasiswa yang baru punya kerja sambilan sebagai makelar
jual beli mobil dan motor Mahasiswa itu masih muda. Imut-
imut dan masih terkesan seperti anak kemarin sore, tapi dia
memang punya ketampanan yang menawan. Sering jadi
incaran gadis-gadis belia. Hampir semua mahasiswi di
kampusnya mengenal namanya, Mereka akan langsung
terbayang wajah tampan bersih bermata jernih jika
mendengar nama Alvan disebutan seseorang.
Usianya memang baru 22 tahun tapi kemampuannya
dibidang otomotif cukup tinggi. Sepertinya, Alvan memang
memiliki talenta untuk menjadi seorang pakar di bidang
otomotif. Bukan hanya tahu dan ahli mengotak-atik mesin,
tapi juga mengerti betul tentang bisnis kendaraan di zaman
sekarang. Bisnis itu baru-baru ini saja ia tekuni, karena
mendapat dorongan moral dari seseorang yang tahu persis
kapan saatnya ia mendapat keuntungan. Orang yang dijadikan
pemandu bisnis itu adalah orang yang menyarankan agar
Alvan pindah dari tempat kost-nya yang lama, dan menempati
rumah mungil yang berhasil dikotraknya dengan uang sendiri
itu. Para tetangga sering me lihatnya hidup sendirian, hanya
dengan seekor kucing putih. Para tetangga juga banyak yang
mengagumi keindahan kucing putih berbulu lebat dan halus
itu. Sampai seminggu ini para tetangga belum mengetahui
bahwa kucing putih itu adalah jelmaan dari putri dewa. Kucing
itu bisa berubah sendiri menjadi sosok wanita cantik dan sexy,
tapi bisa juga berubah apabila dicium seorang lelaki,
resikonya, lelaki itu harus mau menuruti keinginan mesra si
wanita tersebut, karena jika kucing putih itu dicium maka
bukan hanya terjadi perubahan wujud saja, namun juga
terjadi ledakan gairah birahi yang menuntut kepuasan dari si
lelaki. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita cantik berambut panjang dan berkulit putih halus
bak kulit bayi itu tak lain adalah Dewi Angora. Bukan hanya
kecantikannya yang telah membuat Alvan terpikat padanya,
tapi juga kehangatan asmaranya telah membuat Alvan rela
untuk tidak berpikir tentang gadis-gadis lainnya.
Sebab, menurutnya tak satu pun gadis cantik yang pernah
dikenalnya ada yang memiliki daya pikat sebesar Angora.
Sekalipun Alvan belum pernah merasakan kehangatan asmara
gadis-gadis lainnya, tapi ia telah yakin betul, bahwa tidak ada
wanita lain yang memiliki kehangatan asmara seindah Dewi
Angora. Sehingga, Alvan merasa tak perlu lagi mencari wanita
lain jika ingin mendapatkan kenikmatan di atas ranjang.
"Cuma kamulah wanita yang mampu memberikan
kebahagiaan berlimpah-limpah di atas ranjang. Kamu adalah
sumber kemesraan bagiku, lautan cinta yang tak pernah
memberi kesempatan kering bagi peluhku."
Pernyataan itu pernah dilontarkan Alvan dalam bisikan
malam kepada Dewi Angora. Pernyataan tersebut merupakan
sanjungan yang membuat Dewi Angora sangat bangga dan
ingin memiliki Alyan, karena pada kesempatan-kesempatan
mesra lainnya Alvan sering membisikkan sanjungan serupa itu,
meski dengan susunan kata dan bahasa yang berbeda. Karena
itulah, kehidupan mereka berdua di rumah mungil itu selalu
sarat akan kebahagiaan dan kepuasan jiwa. Mereka ingin
mempertahankannya sampai kapan pun.
"Kelak, jika urusanku di bumi ini sudah selesa i, aku ingin
membawamu pulang ke Kahyangan. Kita akan hidup di sana
sebagai Suami-isrri yang abadi, Alvan."
"Apakah aku akan menjadi dewa dan kau tetap sebagai
dewi?" "Itu tidak bisa, Al. Kau tetap manusia, bukan dewa. Tapi
kau adalah manusia yang boleh tinggal di wilayah Kahyangan
selamanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berarti aku harus berpisah dengan orang tua dan saudara-
saudaraku dong" Sepertinya untuk hal itu... aku belum
mampu. Berpisah dari duniaku adalah hal yang sulit kujalani.
Apalagi di Kahyangan pasti nggak ada motor atau mobil, kan?"
Dewi Angora tertawa renyah. "Tentu saja ada cara lain
yang bisa kita tempuh nanti, Sayangku. Kau bisa tetap hidup
di bumi. Tapi sewaktu-waktu kau ingin menemuiku di
Kahyangan, kau punya cara khusus untuk melakukannya."
"Aku akan punya password untuk masuk Kahyangan,
begitu?" Si cantik Angora menganggukkan kepala dengan senyum
manisnya. "Tapi untuk menjadi suamiku kau harus memenuhi
beberapa persyaratan, Al."
"Apa saja persyaratannya?"
'Tidak boleh membunuh dan bersikap kasar kepada hewan
kucing dan sejenisnya, karena akulah dewi penguasa hewan-
hewan seperti itu."
"Sejak kecil hal itu tak pernah kulakukan. Angora."
"Ya, aku tahu. Dan, aku percaya kau sanggup memenuhi
syarat tersebut Tapi untuk syarat yang satunya lagi, belum
tentu kau dapat memenuhinya. AL"
"Apa syarat yang satunya?"
"Nggak boleh bercumbu dengan wanita lain."
Alvan tertawa geli sendiri, tapi Angora tetap melanjutkan
kata-katanya tanpa mempedulikan tawa tersebut.
"Mencium pipi wanita lain pun nggak boleh, kecuali
keluargamu."
"Itu juga nggak mungkiri kulakukan, Angora."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi membayangkan bercinta atau berciuman dengan
wanita lain pun sudah merupakan noda yang membuatmu
nggak akan bisa masuk ke Kahyangan, AL Apalagi jika dalam
membayangkan kencan dengan wanita lain sampai membuatmu bernafsu, itu sudah merupakan pelecehan cinta
menurut adatku. Dan, kau semakin tak pantas menjadi suami
kaum bidadari."
Bagi pemuda berambut pendek rapi itu, persyaratan
tersebut bukan sesuatu yang sulit dan berat Sangat mudah
dan ringan, la sanggup memenuhinya.Bahkan yang jauh lebih
berat dari persyaratan tadi pun tetap akan dipenuhi oleh
Alvan, asalkan ia dapat hidup bersama Angora sampai akhir
hayatnya Ia telah mengaku dengan sejujurnya pada diri
sendiri, bahwa ia telah jatuh cinta pada Dewi Angora. Cinta
berat Dan, cinta itu telah membuat Alvan selalu menurut saran
dan, nasihat Angora.
Maka ketika Angora harus melakukan 'semedi nista' untuk
mendapatkan petunjuk gaib, Alvan menyatakan siap
membantunya. Dewi Angora mengatakan, bahwa tidak ada
orang yang pantas membantunya dalam melakukan 'semedi
nista' itu selalu Alvan. Sekalipun sebenarnya banyak orang
yang bersedia dan mampu membantunya, tapi Dewi Angora
tidak berminat memilih salah satu dari mereka. Hanya kepada
Alvan lah sang bidadari merasa pantas menjatuhkan
pilihannya. "Apa yang harus kulakukan nanti?" tanya Alvan.
"Menjadi pasanganku dalam semedi."
"Menjadi pasangan"!" Alvan berkerut dahi. Heran.
"Kita harus sama-sama tanpa busana."
"Lalu...?"
"Saling merapatkan badan."
"Wow..."!" pemuda itu menyeringai geli, berbinar-binar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Istilahnya; biraga!"
"Dua raga menjadi satu" Tapi sambil ... sambiL..."
"Tentu saja sambil begitu. Kalau toh harus berhenti, boleh-
saja, asal jangan sampai kita terlepas. Dan aku akan diam saja
tanpa perlawanan seperti biasa selama kau berlayar
mengarungi tubuhku.
Jadi, kau jangan marah dan
tersinggung. Sebab pada saat kau berlayar itulah, rohku
sengaja terbang menyusuri alam kenikmatan. Tak akan
berhenti sebelum kudapatkan petunjuk gaib di dalam
kenikmatan itu."
"Sampai berapa lama aku harus menganingi kehangatanmu?"
"Bisa sampai seharian penuh, bisa sampai dua hari, tiga
hari, atau entah berapa hari... yang jelas sampai kudapatkan
petunjuk gaib itu."
"Waah, apa aku sanggup melakukannya kalau sampai
sehari penuh" Apalagi kalau sampai berhari-hari" Mana bisa?"
"Pasti bisa. Kau akan kuberi kekuatan khusus sebelumnya,
supaya tak merasa lelah sedikit pun, tak merasa jenuh, dan
tak akan padam kobaran api gairahmu selama dalam
semediku."
Alvan menyunggingkan senyum kecil, tapi ia termenung
membayangkan apa yang harus dilakukannya nanti. Timbul
pertanyaan di hatinya, apa yang terjadi seandainya transfer
kekuatan khusus itu habis, tapi Angora belum mendapatkan
petunjuk gaib" Dan, apa yang akan dirasakannya nanti jika
'semedi nista' berlangsung hingga berhari-hari, atau bahkan
mungkin saja sampai satu bulan lamanya"
(Oo-dwkz-234-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
5
Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
FAJAR belum sempat menyingsing. Rumah mewah milik
Pramuda sudah ramai dering telepon dari mana-mana,
khususnya dari pihak, keluarga korban. Emafie, istrinya, ikut
membantu menyambut dering telepon, baik telepon rumah
yang ada di lantai bawah maupun handphone-nya sendiri.
Sebab, sebagai istri Pramuda, Emafie pun mendapat tekanan
batin dari pihak keluarga korban, khususnya bagi yang kenal
betul dengan Emafie sebelum Ema menikah dengan Pram
beberapa waktu yang lalu.
Namun dering telepon di ambang fajar itu bukan lagi
menanyakan bagaimana kapan jenazah korban bisa diambil
oleh pihak keluarganya, melainkan sebuah pemberitahuan
atau kabar yang sangat mengejutkan. Baik Pramuda maupun
Emafie terbelalak kaget ketika mendengar kabar itu untuk
yang pertama kalinya.
"Bagaimana nasib jenazah adikku, Pram"! la hilang
sekarang ini!"
"Hilang" Hilang bagaimana"!"
"Para korban sudah tidak ada di tempat!"
"Hah..."! Siapa yang mencurinya"!"
Sementara itu Emafie juga menerima kabar serupa.
"Ema, suruh suamimu bertanggung jawab atas nasib
jenazah dua sepupuku itu dong! Kalau sudah begini
bagaimana, coba" Mereka sekarang hilang tanpa bekas!"
"Hilang tanpa bekas"!"
"Iya! Bukan hanya semua korban yang tersekap di gedung
itu saja yang hilang, tapi bangunan gedung Wahana Graha
juga lenyap tanpa bekas!"
"Gedung itu lenyap"!" pekik Emafie begitu kagetnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pihak lain berkata pula kepada Pramuda, "Kantormu hilang,
Pram! Tidak satu' pun yang tersisa di tempat,kantormu
dibangun itu!"
"Celaka..."!" geram Pramuda memandangi istrinya yang
sama-sama berwajah tegang. Emafie sangat menderita
tekanan batin. Sedih dan penuh ketakutan. Pramuda
menenangkan istrinya, kemudian segera bergegas menengok
keadaan di perkantorannya. Rasa penasaran besar timbul di
hati keduanya setelah Sersan Burhan juga meneleponnya dan
memberitahukan bahwa bangunan gedung berlantai sembilan
itu lenyap tanpa bekas.
Pramuda dan Emafie tidak bisa bicara sepatah kata pun
ketika tiba di lokasi kejadian. Paling tidak sekitar 10 menit
lamanya mereka sulit melontarkan sepatah kata pun melihat
kenyataan yang ada di depan matanya.. Sepotong kayu pun
tak tersisa di tempat gedung itu didirikan. Tempat tersebut
rata dengan tanah. Kosong sama sekali. Sesobek kertas atau
serpihan kacanya juga tak tersisa di sana.
"Menurut laporan anak buahku yang berjaga mengelilingi
pagar perkantoran ini," kata Sersan Burhan. "Mereka melihat
cahaya kuning bergerak dari arah timur seperti meteor.
Cahaya itu menghantam parabola yang ada di atas gedung,
kemudian gedung itu menjadi bertaburan cahaya kuning
berpendar-pendar. Kurang dari lima detik, cahaya kuning itu.
padam secara mendadak. Dan, bangunan itu lenyap seketika
itu juga. Anak buahku dan beberapa orang yang masih
berkerumun di sekitar sini menyaksikan kemisteriusan itu
dengan terbengong, terpaku di tempat, tak satu pun yang bisa
bergerak atau bahkan bicara. Setelah gedung itu lenyap,
sekitar lima detik kemudian barulah mereka bisa bicara dan
bergerak, seperti terbebas dari pengaruh hipnotis besar."
Setelah sadar dari keterpakuannya, Pramuda segera
menghubungi Dewi Ular melalui HPnya. Tapi kala itu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerima telepon adalah Sandhi, dan agaknya memang saat
itu Sandhi bertugas menerima telepon dari mana saja.
"Kumala sedang nggak bisa diganggu, Bang."
"San, ini masalah penting sekali! Usahakan aku bisa bicara
dengan Kumala- sekarang juga!" suara Pram membentak
panik. Sandhi menanggapi dengan tenang dan sabar, karena
ia sudah terbiasa menerima telepon yang bernada demikian.
"Masa! Bang Pram nggak tahu sih, kalau keadaan sedang
begini, berarti Kumala sedang nggak bisa diganggu, kan"
Bang Pram pasti ngerti sendiri deh."
"Iya, aku ngerti. Tapi kantorku sekarang ini lenyap. Hilang
tanpa bekas, Sandhi! Aku perlu Kumala!"
"Hilang..."!" Sandhi menggumam heran. "Tapi, Bang...
Kumala sendiri hilang bersama Buron. Mereka lenyap dari
pendapa beberapa waktu yang lalu, Bang."
"Waah, kacau deh kalau begini!"
"Mereka sedang berada di alam sana. Bang. Jadi,
bagaimana saya mesti memberitahukan kepada mereka"!"
Pramuda semakin sedih dan diliputi kepanikan yang kian
mencekam jiwa. Tapi istrinya segera memberi saran agar
Pram berusaha tenang, terutama setelah Ema mendengar
kabar bahwa Kumala dan Buron ada di alam sana.
"Pasti mereka sedang melakukan sesuatu dan mustahil
mereka tidak tahu kalau kantor kita hilang, Pram."
Kali ini analisa Emafie benar. Mustahil si bidadari jelita dan
Jin Layon tidak mengetahui hilangnya gedung berlantai
sembilan itu. Sebab, sebenarnya memang merekalah yang
telah membuat bangunan itu lenyap dari pandangan mata
manusia. Kumala Dewi yang memberi perintah kepada Buron,
asisten gaibnya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ambil gedung itu seisinya, Buron! Dan, ikuti aku selama
kau memanggul bangunan itu!"
Perintah tersebut segera dilakukan oleh Buron. Sebagai jin
yang memiliki kesaktian tersendiri, tugas tersebut bukan hal
yang berat dan sulit bagi Buron Maka, ia pun menjelma dalam
bentuk sinar kuning. Sinar yang sarat akan kesaktian bangsa
jin itu melesat dan mengangkut bangunan berlantai sembilan
itu tanpa bisa dilihat oleh mata manusia biasa. Bangunan itu
dipanggulnya dan dibawa terbang mengikuti cahaya hijau kecil
berbentuk naga. Itulah cahaya jelmaan Dewi U lar yang sedang
melesat menuju alam gaib, bahkan menembus segala dimensi
hingga tiba di suatu tempat yang tak pernah terjamah oleh
manusia biasa. Tapi bagi mereka yang memiliki ketajaman indera keenam
dan sedang berada dalam jarak pandang indera mata
keenamnya itu, maka mereka akan melihat sesosok mahluk
tinggi, besar, hitam dan hanya mengenakan cawat, sedang
melayang sambi! memanggul bangunan berdinding kaca.
Bangunan itu adalah posisi tegak, tanpa getaran sedikit pun.
Berada tepat di punggung mahluk besar yang merupakan
wujud asli dari Jin Layon. Sementara itu, dara manis beraroma
wangi juga sedang melayang memandu arah tujuan Jin Layon.
Dialah yang disebut-sebut sebagai Dewi Ular. Wajahnya jauh
lebih cahtik dari pada saat ia berada di bumi sebagai Kumala
Dewi. Salah satu orang yang memperhatikan aktiv itas Dewi Ular
dan Buron adalah Ki Sedah W ingit Tokoh supranatural yang
berusia 80 tahun lebih itu tampaknya memang menepati
janjinya, yaitu ingin membantu Kumaia dalam menyelesaikan
kasus tersebut. Ki Sedah Wingit yang selama ini menyimpan
rasa kagum dan hormatnya kepada Dewi U lar, kala itu melihat
dengan jelas Jin Layon memanggul bangunan tersebut
menggunakan alas kayu Dewandaru. Sedangkan, Kumala
Dewi sebentar-sebentar mengibaskan bambu kuningnya untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghalau mahluk-mahluk gaib yang bertujuan merintangi
perjalanannya. Dengari bambu kuning itu Kumala dapat
menyingkirkan mereka tanpa harus melukai atau menyakitinya. Rupanya bangunan itu dibawa mendekati perbatasan
wilayah Kahyangan oleh Dewi Ular. Ketika tiba di perbatasan
itu, Kumala memerintahkan Jin Layon untuk menurunkan
bangunan tersebut dari punggungnya. Bangunan itu
diletakkan di atas tanah berumput halus, bagaikan bentangan
permadani berkualitas tinggi. Tanpa getaran sedikit pun Jin
Layon berhasil meletakkan bangunan itu, lalu mundur
beberapa langkah menunggu perintah berikutnya.
Jauh di belakang mereka, segumpal kabut hitam sedang
menyusul dengan kecepatan gerak yang cukup tinggi. Kabut
hitam itu bergerak seperti mata bor, berputar dan meluncur
maju, seakan ingin melubangi alam dimensi lain. Tetapi
gerakan itu tertahan oleh cahaya putih berkilauan yang
membias lebar hampir menutup seluruh permukaan dimensi
alarn, lain. Dentuman terjadi berkali-kali akibat kabut hitam
berusaha menabrak cahaya putih tersebut lebih dari lima kali.
Kabut hitam itu ternyata adalah kekuatan gaibnya Madam
Ladebra yang dikawal oleh delapan panglima iblis. Rupanya
Madam Ladebra sudah memberi instruksi kepada para
pengawal gaibnya agar menjegal segala usaha yang dilakukan
Dewi Ular di alam tersebut, jika sewaktu-waktu mereka
memang melihat aktiv itas si Dewi Ular. Delapan pengawalnya
yang pernah dibuat lari terbirit-birit oleh Dewi U lar itu terlebih
dulu mendapat bekal kekuatan dari intan biru yang ada di
tangan Madam Ladebra. Tak heran jika lapisan pembendung
gaib milik Ki Sedah Wingit yang berupa cahaya putih itu
hampir saja jebol dihantam berkali-kali oleh kekuatan delapan
pengawal tersebut.
Tapi di luar dugaan Ki Sedah W ingit sendiri ternyata ada
kabut merah yang membentang di belakang cahaya putihnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kabut merah itu menyebar luas, seakan melapisi cahaya
tersebut, sehingga kekuatan delapan pengawal iblis itu selalu
terpental jika menerjang cahaya putih.
"Pertahankan terus kekuatanmu, Sedah Wingit! Akan
kutambah dari belakang dengan menyatukan kabutku dengan
sinarmu." "Terima kasih atas bantuanmu, Damung Suralaya!" ucap Ki
Sedah Wingit yang ternyata sangat kenal dengan si pemilik
kabut merah itu, tak lain adalah si Juru Gaib, alias Damung
Suralaya, Dia adalah gurunya para gandaruwo yang sangat
hormat kepada Dewi Ular. Kedua lapisan kekuatan sakti itu
ternyata memang cukup ampuh, karena mampu membuat
kabut hitam dari delapan panglima iblis itu tercerai berai pada
tingkat penyerangan terakhir.
Seandainya Damung Suralaya alias Sang Juru Gaib itu tidak
dipanggil namanya oleh Buron, sewaktu Buron diutus
mengangkat gedung itu, maka Ki Sedah W ingit akan
kewalahan menghadapi delapan pengawalnya
Madam Ladebra. Besar kemungkinan kekuatan Ki Sedah Wingit akan
hancur pada penyerangan terakhir dari kedelapan pengawal
Madam Ladebra itu.
Untunglah waktu itu Damung Suralaya mendengar suara
gaibnya Jin Laybn, sehingga ia dan Ki Sedah Wingit
bekerjasama membentengi wilayah yang menuju ke
perbatasan Kahyangan. Kumala sendiri tidak tahu keikutsertaan Damung Suralaya. Apalagi saat itu Kumala
segera berhadapan dengan penjaga tapal batas Kahyangan,
yaitu pamannya sendiri: Dewa Ardhitaka, alias Dewa Bencana.
Beliaulah yang menjadi komandan pasukan perbatasan
Kahyangan. "Paman, aku mau ketemu ayah atau ibuku!" tegas Kumala
tanpa basa-basi lagi. Justru penuh kepolosan dan keluguan
seperti seorang keponakan yang manja kepada pamannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mau apa kau menemui ayah atau ibumu. Dewi Ular?"
"Tentu saja ada keperluan penting, Paman, Nanti juga
Paman akan tahu sendiri keperluanku."
"Dewi Ular, ayah dan ibumu sedang beristirahat Tidak bisa
diganggu."
"Harus bisa, Paman. Aku butuh bantuan beliau sekarang
juga." "Aku takut mendapat hukuman dari Sang Hyang Maha
Dewa, karena sebagaimana kau ketahui peraturan di sini,
barang siapa mengganggu masa istirahat para dewa, ia akan
dikenakan hukuman."
"Biar aku yang dihukum, Paman. Aku bersedia , menerima
hukuman apa pun. Maka, izinkan aku masuk Kahyangan dan
menemui ayah atau ibuku, Paman."
"Dewi Ular, kau ini bandel sekali kalau diberitahu. Ngotot!"
"Aku hanya ingin menanggung risiko sendiri, Paman. Biar
dalam masalah ini Paman tidak kena getahnya. Izinkan aku
masuk Kahyangan, Paman!"
"Begini saja, Dewi Ular...," kata Dewa Ardhitaka setelah
diam sebentar. "Kau boleh masuk ke Kahyangan, tapi
ajudanmu dan barang bawaannya tidak boleh ikut masuk,"
sambil Dewa Ardhitaka menuding Jin Layon yang berdiri
dengan kedua kaki merentang dan kedua tangan besarnya
bersidekap didada.
"Aku harus masuk bersamanya, Paman!"
"Itu tidak mungkin, Sayangku. Dia adalah jin. Kahyangan
tidak boleh diinjak oleh bangsa jin. Kurasa kau tahu hal itu,
Kumala." "Kalau aku nekat masuk bersama Jin Layon dan barang
bawaan kami itu, Paman mau apa" Mau marah" Mau
menghajar kami"!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dewa Ardhitaka tarik napas dalam-dalam. Kalau bukan
Kumala mungkin sudah diusir dari tadi dengan cara sekasar
apa pun. Tapi mengingat Kumala adalah keponakannya sendiri
yang selalu manja dan sok bandel jika bertemu paman-
pamannya, Dewa Ardhitaka pun memaksakan diri untuk
memaklumi sikap si keponakan itu. Selain merasa maklum,
Dewa Ardhitaka pun ingat bahwa Kumala memiliki kesaktian
cukup tinggi dan pernah menghajar dirinya hingga babak
Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belur, maka kali ini Dewa Ardhitaka pun berpikir 1000 kali
kalau harus bertarung lagi me lawan keponakannya sendiri,
(Baca serial Dewi U lar dalam episode: "PERANG GAIB").
"Repot juga kalau begini!" gerutu Dewa Ardhitaka yang
tampak, serba salah menghadapi keponakannya itu. Padahal
kala itu prajurit perbatasan yang menjadi anak buahnya sudah
membentuk pagar betis terdiri dari tiga lapis. Mereka siap
tempur semua. Tergantung kapan datangnya komando dari
Dewa Ardhitaka.
"Bagaimana, Paman?"
"Kalau kau masih tetap bersikeras Untuk membawa bangsa
jin masuk Kahyangan, dengan sangat terpaksa Paman akan
menghalangi langkah-kalian, Dewi Ular."
"Baiklah kalau begitu!" Kumala Dewi merentangkan
tangannya. Dewa Ardhitaka semakin salah tingkah walaupun
tetap penuh waspada. Jin Layon sudah melepas tangannya
yang bersidekap, menjadi bergerak turun perlahan-lahan,
menandakan siap bertempur membantu Kumala Dewi. Tapi
sebelum semuanya menjadi semakin kacau, sebuah suara
terdengar berseru menggema memenuhi alam Kahyangan.
"Tunggu...!"
Semuanya memandang ke arah datangnya suara yang
bernada mencegah terjadinya keributan di tempat itu. Dewa
Ardhitaka langsung merapatkan kaki dengan
kepala ditundukkan dan badan sedikit menunduk, pertama memberi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hormat kepada si pemilik suara itu. Dewi Ular hanya diam
terbengong memandangi si pemilik suara tadi, sementara itu
Jin Layon segera berlutut dengan satu kakinya dan kepala
ditundukkan rendah-rendah, penuh hormat. Agaknya Jin
Layon sudah mengenali siapa pemilik suara tadi, sedangkan
Kumala Dewi masih merasa asing. Hal itu mungkin
dikarenakan Dewi Ular sejak kecil sudah dibuang ke bumi,
sehingga belum pernah jumpa dengan dewa yang satu ini,
yaitu yang memiliki suara menggema tadi.
"Apa yang kau ributkan di sini, Ardhitaka?" suaranya
kembali menggema ke mana-mana. Kumala memandang
dengan kepala mendongak, karena dewa yang satu ini
berperawakan tinggi, besar, sekitar 6 meter tingginya-.
Hampir sama dengan tingginya Jin Layon. Rambutnya
berwarna ungu berkilauan meriap-riap sepanjang 3 meter.
Kumisnya juga berwarna ungu, sama dengan jenggotnya yang
panjangnya hampir 2 meter dan alisnya yang lebat itu. la
mengenakan jubah ungu berbintik-bintik emas. Kedua kakinya
berdiri di atas peti mati emas yang panjangnya sekitar 10
meter dan lebarnya sekitar 6 meter. Peti mati itu dikelilingi
kabut warna ungu yang menyebarkan aroma sejenis hio. Peti
mati emas itu me layang di udara setinggi satu meter di atas
permukaan tanah berumput halus itu.
"Keponakan kami, si Dewi Ular, memaksa ingin masuk
Kahyangan bersama-sama jin pengikutnya dan barang
bawaannya, Paman Pralaya."
Kumala membatin, "Oob... jadi ini yang di sebut-sebut
ibuku waktu menceritakan silsilah leluhurku. Dewa Pralaya,
alias Dewa Kematian. Hmmm, kalau begitu aku haras memberi
hormat pada beliau, sebab beliau adalah, adik dari kakekku
sendiri: Dewa Murkajagat."
Maka, gadis cantik berjubah hijau bergambar naga emas itu
segera berlutut dan menundukkan kepala. Dewa Pralaya
tersenyum tipis sambil masih menimang-nimang kipas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pusakanya yang berwarna ungu dengan serat berbulu indah
itu. "Eyang, saya menghaturkan sembah bakti penuh hormat
walaupun terlambat habis, saya tidak tahu kalau Eyang adalah
Dewa Pralaya."
Tertawa juga sang dewa tinggi besar itu melihat kepolosan
gadis yang masih tergolong cucunya sendiri itu.
"Berdirilah, Cucuku yang manis. Sembah baktimu sudah
kuterima, keterlambatanmu juga sudah kumaklumi, Cah
Ayu...." "Terima kasih, Eyang." Kumala Dewi pun berdiri, kepalanya
masih mendongak, karena ketinggiannya tak seimbang.
"Ada masalah apa, Cah Ayu..." Mengapa kamu mau bikin
ribut lagi di perbatasan Kahyangan ini, hm?"
"Eyang, di dalam gedung yang kami bawa in; ada sejumlah
manusia tak berdosa menjadi korban kesaktian batu intan
biru, yang...."
"Hmm, ya, ya... aku tahu sekarang," potong Dewa Pralaya.
"Aku sudah melihatnya sendiri dari sini, Cah Ayu. Mereka mati
hangus, menjadi patung arang, bukan?"
"Betul, Eyang. Tapi mereka tidak bersalah. Mereka menjadi
korban perselisihanku dengan Madam Ladebra yang kini telah
memiliki pusaka batu intan birunya paman Dewa Wanandra
itu, Eyang. Saya bertanggung jawab mengembalikan
kehidupan mereka seperti semula. Jika tidak begitu, maka
apalah artinya saya hidup di bumi dan diakui sebagai putri
dewa Saya lebih baik tidak usah punya leluhur dewa kalau
tidak bisa mengembalikan kehidupan mereka,Eyang."
"Cah Ayu... jangan murung wajahmu, jangan duka hatimu.
Aku sangat mengerti perasaanmu. Kamu keturunan dewa. Tak
boleh kalah dengan para pecundang iblis."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi, bagaimana dong, Eyang?"
"Biar kutangani masalahmu. Cah Ayu. Tak perlu kau bikin
gaduh ayah ibumu .yang sedang beristirahat di peraduan
asmaranya."
Dewa Pralaya segera mengibaskan kipasnya. Wuuut...!
Kibasan itu menyebarkan cahaya ungu berbintik-bintik seperti
bintang kecil. Cahaya ungu itu segera mengurung bangunan
berlantai sembilan yang di depannya menyerupai miniatur,
sebab ketika pertama kali suara Dewa Pralaya terdengar
bangunan itu menyusut sendiri. Sedikit dem i sedikit menyusut
terus selama suara Dewa Pralaya terdengar menggema di
antara mereka. Kini bangunan itu terbungkus cahaya ungu berbintik-bintik.
Indah sekali kelihatannya, namun besar sekali kesaktian di
dalamnya. Cahaya itu berpendar-pendar terus, tak padam-
padam. "Cah, Ayu...," kata Dewa Pralaya. "Bawa pulang bangunan
itu. Tempatkan kembali pada tempatnya semula, sebelum
mereka yang ada di dalamnya menjadi buta lantaran melihat
keadaan-di s ini."
"Layon, bawa pulang mereka dan kembalikan secepatnya di
tempat semula!" perintah Dewi Ular, tegas namun tak
terkesan galak. Jin Layon pun segera mohon pamit, dan pergi
lebih dulu dengan memanggul bangunan itu yang makin lama
makin membesar kembali.
Kumala masih ingin menggunakan kesempatan atas
pertemuan dengan tokoh yang mengendalikan kematian
semua mahluk itu. la menanyakan tentang rahasia
melumpuhkan pusaka intan biru yang diduga akan dijadikan
senjata pamungkas bagi Madam Ladebra dalam misi balas
dendamnya itu, Tapi sang Dewa Kematian justru tertawa
dalam gumam, menyerupai puluhan guntur menyebar ke
berbagai arah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cah Ayu, kusarankan jangan mencampuri urusan keluarga
Dimas Wanandra. Biarkan putrinya sendiri yang berusaha
merebut batu Intan pusaka itu. Hindari dulu perempuan yang
mendendam padamu itu. Setelah batu intan biru berhasil
direbut Dewi Angora, barulah kau selesa ikan urusanmu
dengan perempuan tersebut Terlalu naif kalau kau
mencampuri urusan keluarga Dimas Wanandra, Cah Ayu."
Pada dasarnya Dewa Pralaya keberatan memberitahu
rahasia mengalahkan intan biru. Agaknya usaha Kumala untuk
membujuk atau mendesak juga akan sia-sia. Ia putuskan
untuk segera menyusul Jin Layon setelah menghaturkan
sembah dan berterima kasih kepada adik dari kakeknya, juga
kepada sang paman penjaga perbatasan. Kumala perlu "
mengawal perjalanan Jin Layon, sebab jika Jin Layon
mengalami hambatan atau tersesat salah arah, dan cahaya
ungu yang membungkus bangunan itu telah padam, maka
orang-orang di dalamnya akan hidup kembali dan mereka
akan buta kalau sampai menyadari keberadaan mereka.
Setidaknya para korban akan hidup kembali dalam keadaan
gila jika sampai mengetahui diri mereka sedang melayang
menembus alam dimensi lain di punggung jin berukuran besar
yang menyeramkan itu.
"Ke mana dia" Masa' sebegini cepatnya aku menyusul tapi
Buron belum kelihatan batang hidungnya"!", pikir Kumala
mulai cemas. "Mestinya sejak tadi sudah tersusul olehku jika ia
melewati jalur ini!"
Maka mulailah Kumala Dewi diliputi kecemasan dan
kebingungan. (Oo-dwkz-234-oO)
Kasus hilangnya bangunan berlantai sembilan, dan para
korban yang menjadi patung arang itu kini sudah termuat di
beberapa surat kabar. Bahkan hampir 90% penduduk Jakarta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mengetahui kasus aneh itu, dan kini sedang ramai
menjadi bahan pembicaraan dari mulut ke mulut. Para ahli
metafisika, beberapa paranormal, dan 'orang-orang pintar' di
bidang supranatural mulai berkumpul di sekitar tempat
hilangnya gedung tersebut.
Entah siapa yang mengkoordinir mereka, yang jelas
berbagai telaan dan teropong gaib telah mereka lakukan. Lalu,
keluarlah berbagai macam pendapat dari masing-masing
paranormal Itu. Sebagian ada yang sama, sebagian lagi
berbeda pendapat. Alhasil kesimpulan yang terkumpul dari
pendapat paranormal itu justru membingungkan masyarakat
awam. Seharian itu matahari bagaikan takut menampakkan
kesaktiannya. Kabut hitam yang sering disebut-sebut sebagai
mendung penampung hujan itu sejak pagi hingga slang
menutupi permukaan matahari. Suasana menjadi sangat
misterius, seakan kota Jakarta terselimuti oleh cuaca yang
mengandung hawa magis. Mereka tak tahu bahwa gedung itu
sedang dibawa ke perbatasan Kahyangan, dan perjalanannya
memakan waktu hampir sehari semalam.
Menjelang petang tiba, hujan gerimis turun rintik-rintik,
membuat beberapa orang yang berkumpul di lokasi kejadian
segera menyingkir. Ada yang meneduh di tempat tak jauh dari
lokasi kejadian, ada pula yang langsung pulang ke rumah atau
ke kantornya bagi para wartawan yang sedang mengejar
berita untuk medianya. Sersan Burhan dan anak buahnya
masih mondar-mandir di sekitar lokasi kejadian, sebab
Pramuda yang telah menyadari kemisteriusan itu ada
kaitannya dengan hilangnya Kumala dan Buron, berkali-kali
meyakinkan para petugas keamanan, bahwa gedung itu pasti
akan muncul kembali.
Ternyata pernyataan Pramuda itu memang benar. Tak
seorang pun,yang melihatnya, ketika di awal petang guntur
menggelegar berkali-kali, cahaya ungu tampak berkelebat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam sekilas. Bumi menjadi terguncang seperti dilanda
gempa kecil.Mereka dikejutkan oleh getaran bumi. Mereka
dibuat beralih perhatian ke bangunan sekeliling lokasi. Dan
ketika mereka menatap kembali ke tempat hilangnya
bangunan tersebut, merekapun tersentak kaget dan saling
berseru menuding ke arah yang sama.
"Hei, lihat... gedung itu sudah kembali!"
"Itu dia gedung yang hilang!"
"Lho, kok sudah ada di situ, ya"!"
"Waaah... para korban sudah dikembalikan bersama
gedungnya!"
"Sejak kapan gedung itu muncul, ya?"
"Mungkin waktu terjadi gempa sekejap tadi!"
Petugas keamanan membentuk pagar betis sangat ketat.
Tidak seorang pun diizinkan memasuki gedung itu. Bahkan
menginjakkan kaki ke halamannya pun dilarang keras. Sersan
Burhan sendiri belum berani mendekati gedung itu. Ia
mencoba menghubungi telepon rumahnya Kumala untuk
mengetahui perkembangan di sana dan menanyakan izin
masuk ke gedung tersebut.
Tapi sebelum hubungan telepon tersambung, suasana
menjadi semakin heboh, karena lampu-lampu di lantai tujuh,
delapan dan sembilan menyala dengan sendirinya. Semula
mereka merasa aneh karena menyangka lampu menyala
sendiri. Tapi setelah mereka melihat bayang-bayang manusia
bergerak hilir mudik di ketiga lantai itu, mereka menjadi yakin
bahwa lampu-lampu itu sengaja dinyalakan oleh beberapa
orang yang ada di ketiga lantai tersebut.
"Tapi di sana kan nggak ada orang"!"
"Benar. Yang ada cuma para korban."
"Lalu, siapa yang bergerak hilir mudik itu"!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gempar. Sekalipun gerimis turun rintik-rintik, tapi hampir
semua orang ingin mendekati gedung itu. Suara histeris
terdengar di sana-sini, karena mereka melihat para korban
yang semula sudah menjadi patung arang itu kini
berhamburan keluar dari lobby bangunan bertingkat sembilan
itu. Ternyata para korban telah hidup kembali, utuh seperti
sediakala. Tanpa luka dan tanpa gangguan jiwa sedikit pun.
Mereka hanya merasa terheran-heran, mengapa sampai
malam tiba mereka masih berada di kantor. Bertambah heran
lagi sete lah mereka melihat banyak orang berkerumun di luar
bataS pagar perkantoran tersebut.
"Hallo, Kumala..." Ini Kumala Dewi, ya..."!" seru Sersan
Burhan ketika hubungan teleponnya tersambung, dan seorang
gadis menerimanya dengan suara khas, lembut serta penuh
persahabatan. "Ada apa, Bang Sersan"!"
"Semua korban hidup lagi. Bagaimana ini"!"
"Bebaskan mereka, biar bertemu sanak keluarganya.
Mereka memang telah bebas dari pengaruh maut kekuatan
gaib."
Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maka, saling berpelukanlah mereka dengan keluarga
masing-masing yang sejak kemarin berdebar-debar menunggu
nasib mereka sebenarnya. Kumala Dewi sendiri tersenyum
lega ketika mendapat kabar para korban telah hidup kembali.
Hampir saja usahanya itu gagal, karena Buron sempat dibuat
tersesat oleh kekuatan delapan pengawalnya Madam Ladebra.
Untung saja kesaktian Ki Sedah Wingit dan si Jura Gaib tetap
mengawasinya, sehingga ketika Kumala Dewi kebingungan
mencari Jin Layon, kedua sahabat itu telah menarik kembali
arah perjalanan pulang Jin Layon. Lalu,Kumala pun
mendampingi asistennya itu, dan kedelapan pengawal iblis tak
ada yang berani mendekat lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun keberhasilan Kumala itu hanya merupakan separuh
dari kemenangannya. Madam Ladebra yang mendengar kabar
hidupnya para korban segera menyusun rencana untuk
melakukan kekacauan yang kedua dan mungkin yang ketiga,
empat hingga seterusnya, la ingin mempermalukan Kumala
sebelum akhirnya nanti akan berhadapan dengan gadis cantik
itu. Kumala sendiri sempat agak canggung menentukan
sikapnya. Haruskah ia menghindari Madam Ladebra selama
perempuan itu masih memegang intan biru" Atau, tetap
menghadapinya dengan terlebih dulu menemui Dewi Angora
untuk mengetahui rahasia 'melumpuhkan intan biru. Tapi
apakah sampai saat itu Dewi Angora telah mendapatkan
petunjuk gaib semedi nistanya"
(Oo-dwkz-234-oO)
6 RIBUAN orang memadati lapangan sepak bola Senayan.
Sore itu dilangsungkan sebuah final antar kesebelasan, yang
masing-masing kesebelasan memiliki penggemar fanatik. Para
bonek pun berdatangan dari luar kota hanya ingin
menyaksikan duel paling seru antara dua kesebelasan yang
dari dulu selalu menimbulkan keributan jika mereka betanding
di lapangan. Entah berapa puluh ribu manusia yang memenuhi
Senayan, sampai-sampai tempat tersebut tak mampu
menampung semua penonton yang membanjirinya.
Petugas keamanan dan panitianya kewalahan menghadapi
serbuan para bonek yang mendesak masuk disetiap pintu
utama. Mereka yang sudah berhasil mendapat tempat di
tribun mulai berteriak-teriakTnemberi semangat para pemain
idola mereka yang sudah bersiap-siap di tengah lapangan.
Tapi ada salah satu penonton yang tidak ikut berteriak-teriak
seperti mereka. Penonton yang dari tadi diam saja dengan
senyum tipis itu adalah seorang wanita berambut panjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita itu tak lain adalah Madam Ladebra, yang dengan
kekuatan gaibnya mampu menerobos masuk melalui pintu
utama, dan tahu-tahu sudah ada di deretan bangku teratas
dari sebuah tribun.
"Kali ini aku punya kesempatan unjuk gigi di mata dunia!"
gumamnya dalam hati. "Ribuan manusia yang memenuhi
tempat ini akan kujadikan arang semua, dan Kumala Dewi
tidak akan mampu menyelamatkan mereka dalam jumlah
sebanyak ini. Hmmm, sebaiknya kukerjakan nanti saja,
menjelang setengah permainan. Supaya yang berada di sini
semakin padat, dan kematian mereka akan lebih mengguncangkan dunia!"
Madam Ladebra benar-benar ingin bikin sensasi gila-gilaan.
Dengan intan biru yang disembunyikan di dalam tas kecilnya
itu ia akan membunuh semua orang yang ada di sekeliling
Senayan. Tentu saja hal itu akan membuat Kumala nantinya
kewalahan menghadapi kematian sekian banyak orang. Tak
mungkin rasanya jika Kumala harus mencabut Senayan dan
membawanya ke perbatasan wilayah Kahyangan, seperti yang
dilakukan atas gedung bertingkat sembilan itu.
Tapi ketika pertandingan sudah berlangsung seperempat
permainan, tiba-tiba Madam Ladebra berubah pikiran.
Pandangan matanya mulai sering tertuju kepada seorang
pemuda berambut ikal, bercambang tipis, dan bertubuh
macho. Pemuda itu bersorak-sorai kegirangan ketika
kesebelasan idolanya melakukan penyerangan ke gawang
lawan la tak tahu, atau pura-pura tak tahu, bahwa dirinya
sedang diperhatikan oleh sepasang mata galak berkesan
mesum. Pemuda itu berdiri di depan Madam Ladebra, sedikit
ke arah kanan. Gol pertama membuat Senayan bergemuruh. Penonton di
tribun saling berdesakan. Madam Ladebra sempat terdorong
ke depan. Entah bagaimana, tahu-tahu Madam Ladebra sudah
berada bersebelahan dengan pemuda macho bercambang tipis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Si pemuda masih diliputi perasaan girang, sehingga
celotehnya berhamburan menyanjung-nyanjung pemain yang
berhasil memasukkan bola kegawang lawan tadi.
"Ajaib! Benar-benar ajaib Masa' dengan melambung begitu
dia masih sempat menyundul bola dengan arah yang tepat.
Gila kan itu"! Tapi... tapi memang cuma dia pemain yang
profesional dari dulu. Betul nggak, Tante?"
"Profesional dan proporsional, menurutku."
"Ya, ya... maksud saya juga begitu. Saya paling kagum
sama pemain yang satu itu. Kagum sekali deh."
"Sayang-sekali kalau dia harus keluar lapangan , dan
digantikan dengan yang lain."
"Ah, saya rasa. itu nggak akan terjadi, Tante. Masa' pemain
sehebat dia mau digantikan sama pemain yang belum tentu
memiliki potensi yang sama?"
"Lihat aja nanti. Pasti dia digantikan sama pemain
cadangan."
"Ha, ha, ha, ha... itu nggak mungkin deh. Berani taruhan
apa, hayo"!" pemuda itu tertawa-tawa sambil menantang
serius. "Kalau dia diganti pemain cadangan, kau sanggup
memberiku hadiah"!"
"Boleh. Tapi kalau sampai permainan terakhir dia nggak
diganti, Tante yang kasih hadiah pada saya" Okey?"
"Okey...! T api... apa hadiah yang akan kau berikan padaku
seandainya taruhanku menang?"
"Terserah. Tante boleh pilih, mau hadiah apa" Saya sih siap
saja memberikannya. Asal jangan mahal-mahal."
Madam Ladebra tertawa kecil sambil manggut-manggut.
Petualang Asmara 12 Anak Pendekar Mu Ye Liu Xing Seri Thiansan Karya Liang Ie Shen Pendekar Bloon 4
sendiri ketika turun dari mobil dan bergegas menuju lobby
tampak diiringi ekspresi cukup serius. Meskipun masih
terkesan tenang, tapi kharisma kedewiannya terpancar kuat,
sehingga orang-orang buru-buru memberi jalan begitu
mengetahui langkah si gadis cantik itu.
"Bang Mus, ada apa ini, Bang"!" Sandhi bertanya kepada
salah seorang sopir dari perusahaan lilin yang berkantor di
lantai dua. Bang Mus menjawab dengan gugup.
"Hmm, itu... hhmm, eehhh... lihat sendiri sana deh! Lihat
ke lantai tujuh dan... dan.,., pokoknya ke kantor PT mu sana!"
Sandhi tak sempat mendesak. Bang Mus. la melihat Kumala
sudah mau masuk lift. Tampaknya ada beberapa petugas
keamanan di. depan lift yang melarang setiap orang
menggunakan lift dan tangga. Hanya orang tertentu yang
diizinkan naik ke lantai atas. Karenanya, Sandhi segera
menyusul Kumala masuk ke dalam lift, lalu lift pun bergerak ke
lantai tujuh. Napasnya sudah terengah-engah akibat debar
debar jantung yang makin kuat.
"Kumala, ada apa sebenarnya" Kenapa kau diam saja"!"
desak Sandhi saat masih berada di dalam lift. Kumala tetap
bersikap tenang. Bahkan terkesan dingin. Suaranya datar tapi
berwibawa. "Tahan napasmu mulai sekarang."
Tepat kata-kata itu berakhir, pintu lift terbuka. Beberapa
petugas kepolisian sudah ada di sana, termasuk Sersan
Burhan yang segera menyambut keluarnya Kumala dari dalam
lift. Pramuda yang sedang bicara dengan beberapa eksekutif
yang berkantor di situ segera bertari kecil menemui Kumala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dewi. Wajahnya tegang dan pucatt pasi. Kumala tetap
melangkah diikuti Sandhi, masuk ke salah satu ruangan.
"Astaga..."!" sentak suara Sandhi nyaris tak terdengar lagi.
Wajah pemuda berusia 25 tahun itu juga menjadi lebih pucat
lagi ketimbang saat di dalam lift tadi. la terbelalak kaget
memandangi para karyawan yang memiliki meja kerja di
ruangan tersebut.
"Me... mereka... mereka arang semua"!"
Sekalipun diucapkan dengan nada mendesah tercekam
kengerian, tapi pendapat. Sandhi itu memang benar. Semua
karyawan yang ada di ruangan itu menjadi arang hitam, tapi
belum hancur berantakan. Satu sentuhan ringan saja bisa
membuat bentuk dan posisi mereka menjadi hancur.
Ternyata bukan hanya di seluruh ruangan lantai tujuh saja
yang mengalami hal demikian. Para karyawan yang ada di
lantai delapan dan sembilan juga telah berubah menjadi
gumpalan arang kering. Ada yang masih dalam posisi duduk
menulis, ada yang masih dalam posisi menerima telepon,
berdiri;membawa kertas kerja, berjalan, berlari ingin
menghindari sesuatu dan sebagainya. Wajah-wajah yang
terukir dalam patung arang hitam itu rata-rata menampakkan
keterkejutannya, ketakutan, cemas, heran atau kebingungan.
Agaknya telah terjadi sesuatu secara mendadak dan sangat di
luar dugaan mereka, yang akhirnya membuat mereka menjadi
manusia arang tanpa roh lagi.
Pakaian mereka pun menjadi keras, seperti selembar arang
tipis yang mudah hancur oleh hembusan agak keras sedikit.
Setiap benda yang bersentuhan dengan tubuh mereka ikut
menghitam dan menjadi arang, termasuk meja, kertas,
gagang telepon, pena atau yang lainnya.
Mereka bagaikan telah terjebak oleh suatu keadaan yang
tidak memberi kesempatan bagi mereka untuk bergerak,
menghindar, bahkan bersembunyi. Seorang off ice boy tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhenti melangkah secara mendadak, menjadi patung arang
bersama nampan berisi dua gelas-minuman yang dibawanya.
Siapa pun orangnya akan merinding dan bergidik ngeri
melihat keadaan di lantai tujuh sampai sembilan. Sandhi pun
menjadi gemetar dan berkeringat dingin dalam mendampingi
Kumala memeriksa ketiga lantai tersebut, karena ia merasa
seperti berada di tengah-tengah mayat korban kebakaran.
Rasa sedih teramat dalam membuat Sandhi tak henti-hentinya
menyeringai dan menyebut nama Tuhan manakala dilihatnya
beberapa orang yang dikenal dan sering bercanda dengannya
kini telah menjadi gumpalan arang tanpa nyawa. Salah satu
dari mereka yang sangat menyedihkan Sandhi adalah gadis
berusia sebayanya yang tugas sehari-hailnya menerima tamu-
tamu yang ingin bertemu dengan Kumala. Gadis itu adalah
Tiara. Sekarang sudah tidak tampak lagi kecantikannya, selain
sosok hitamnya yang rengas dalam posisi duduk di meja front
office. "Jangan ada yang menyentuhnya, dan hindari tindakan
yang menimbulkan getaran kuat, supaya mereka tetap utuh
seperti semula!" kata Kumala kepada Pramuda, tapi
sebenarnya ditujukan kepada siapa pun yang saat itu
membantu mengamankan ketiga lantai tersebut.
"Aku dan Rassy sedang meluncur kembali ke kantor dari
menghadiri rapat di Balcon Room, ketika tiba-tiba kudapatkan
kabar dari Pak Norman melalui HP mengenai bencana ini,
Kumala." tutur Pramuda dengan nada sedih dan masih diliputi
kepanikan. Seandainya waktu itu Pramuda tidak sedang keluar
kantor bersama sekretarisnya, mungkin dia juga akan ikut
menjadi korban seperti mereka di ruang kerjanya, di lantai
sembilan. Memang tidak semua karyawan mengalami nasib aneh
seperti itu. Ada sekitar dua belas karyawan yang selamat dari
bencana misterius itu, lantaran mereka sedang tidak berada di
tempat, atau berada di satu sisi yang secara kebetulan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersembunyi cukup aman. Salah satu karyawan yang selamat
adalah Pak Norman, kepala bagian cleaning servic Waktu itu ia
berada di kamar mandi yang baru saja dibetulkan saluran
airnya. "Saat itu saya memang tidak melihat bias cahaya biru
sedikit pun. Saya memunggungi pintu ka mar mandi dan
memperhatikan saluran air yan baru selesai dikerjakan oleh
Karman. Tapi Saya mendengar suara dentuman pelan seperti
kompor meleduk," tutur Pak Norman.
"Saat itu Karman sendiri ada di mana?"
"Di depan kamar mandi, sedang saya suruh ambil lem pipa.
Saya juga mendengar suara Karman terperangah pendek, tapi
tak begitu menghiraukan. Kecurigaan saya timbul setelah
menyadari suasana menjadi sunyi, tanpa suara apa pun. Maka
saya segera keluar dari kamar mandi. Dan sangat terkejut
mendapatkan Karman sudah menjadi patung arang dalam
posisi seperti sedang ingin melompat berbalik arah ke kamar
mandi, yaah... seperti yang sekarang terlihat di sanalah...,"
suara Pak Norman semakin parau akibat menahan duka dan
kengerian. Berbeda lagi dengan kesaksian Barnu, staf ekspedisi yang
kala itu berada di lantai sembilan. Barnu sedang menunggu
pintu lift terbuka, karena ia akan turun ke lantai satu. Ketika
itu, lift yarig ada di ujung kiri terbuka dan seorang wanita
keluar dari sana. Wanita itu langsung menuju mejanya
Hermin, staf administrasi. Dengan suara lantang wanita
tersebut bertanya kepada Hermin, kesannya sangat tak sopan
dan tak ramah, menurut Barnu.
"Saya mau bertemu dengan Kumala Dewi! Di mana ruang
kerjanya"!"
Hanya itu yang didengar Barnu,selebihnya ia sudah masuk
ke dalam lift yang membawanya turun kelantai satu. Tapi saat
itu hati kecil Barnu mulai merasa curiga dan bertanya-tanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri, siapa wanita tak ramah itu" Mengapa mencari Kumala
Dewi " dengan sikap tak sopan begitu" Barnu hanya bisa
menyimpulkan, bahwa wanita tersebut pasti baru pertama kali
datang dan ingin bertemu dengan Kumala. Terbukti dia belum
mengetahui bahwa ruang Kumala berada di lantai delapan.
Bukan di lantai sembilan.
"Karena saya melihatnya hanya sepintas, maka yang saya
ingat hanya postur tubuhnya yang agak gemuk dan tinggi itu,"
kata Barnu dalam kesaksiannya. "Usianya sekitar 45 tahun,
tapi masih tampak lincah dan tegar. Wajahnya memang
memiliki sisa kecantikan masa muda Hanya saja, kedua
matanya yang membelalak itu menimbulkan kesan galak,
sehingga mungkin tidak semua lelaki berani beradu pandang
dengannya. Sungkan."
Finne, resepsionis yang bertugas di lobby bawah, juga
memberi kesaksian hampir sama. dengan Barnu. Finne adalah
orang pertama yang didatangi wanita berambut lurus panjang
agak coklat Wanita itu mengenakan pakaian bergaya muda;
celana hitam ketat dan blus dirangkapi rompi panjang hitam
pula. la bertanya kepada Finne dengan nada ketus.
Pandangan matanya terkesan tajam dan ganas.
"Apakah seseorang yang berirama Kumala Dewi berkantor
di s ini"!"
"Benar, Nyonya. Tapi Zus Kumala sedang...."
"Aku tidak peduli dia sedang apa!" sahutnya sambil
memicingkan mata, seakan menampakkan rasa permusuhannya kepada Kumala.
"Hmm, ehh... maaf, Nyonya," Finne langsung gemetar
ketakutan. Sorot pandangan mata wanita itu seolah-olah
melumpuhkan mental Finne dan mencekam jiwa. Terbukti
gadis berambut pendek itu langsung grogi menghadapinya.
"Di mana ruang kerjanya"! Aku perlu bertemu dia sekarang
juga!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, dii.. diii....!"
"Katakan saja, diatas atau di lantai berapa"!" geramnya.
"Jangan sampai kau buat kesabaranku habis, hingga semua
orang di gedung ini kuhanguskan dalam sekejap!"
"lyy, iya... di... di lantai atas!"
Wanita itu mendengus, lalu pergi, menuju lift. Kepergiannya meninggalkan shock kejiwaan dalam diri Finne,
sampai-sampai gadis itu tak punya inisiatif untuk memberitahukan kedatangan tamu wanita galak itu kepada
orang stafnya Kumala. Beberapa saat kemudian, Petrick, rekan
sekerjanya kembali dari toilet Tapi Finne masih belum bisa
bilang apa-apa kepada Petrick. la justru duduk termangu-
mangu dengan jantung masih berdebar-debar menimbulkan
getaran pada persendian tulang-tulangnya.
"Fin, ada apa" Kok wajahmu jadi pucat sekali sih"!" tegur
Petrick. Anehnya, mulut Finne seperti terkunci, sulit
menceritakan kedatangan wanita misterius itu.
Kurang dari 20 menit, wanita tersebut tampak keluar dari
lift. la bergegas pulang. Finne hanya berani meliriknya secara
sembunyi-sembunyi. Ia yakin wanita itu pasti gagal menemui
Kumala, sebab tadi sebenarnya Finne ingin mengatakan
bahwa Kumala sedang keluar kantor bersama sopirnya,
namun sudah terburu-buru dipotong dengan suara menggeram. Ternyata lirikan Finne itu justru mengundang langkah
wanita berpakaian hitam yang menggenggam sesuatu di
tangan kanannya. Tak jelas apa Yang digenggam, tapi Finne
yakin saat datangnya tadi tangan si wanita tidak
menggenggam apa-apa, selain tas kecil bertali panjang yang
menggantung di pundak. Ketika wanita itu menyempatkan
singgah di meja resepsionis, Finne buru-buru menundukkan
kepala. Petrick yang menerima kehadiran wanita itu dengan
senyum keramahannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Selamat siang, Nyonya...," sapa Petrick sedikit kaku,
karena belakangan pemuda itu mengaku berdebar-debar
ketika beradu pandang dengan wanita tersebut.
"Hey, Bung... tolong kau sampaikan pesan ini kepada
Kumala Dewi, ya"!" tegasnya kepada Petrick. "Ada seorang
wanita yang ingin bikin perhitungan dengannya, cepat atau
lambat! Dia tak perlu bersembunyi lagi. Dan sebagai awal
perhitungan itu, kuhadiahkan sesuatu yang sangat istimewa
padanya di lantai atas. Okey?"
Petrick hanya mengangguk, tak bisa bicara juga. Bahkan ia
tak sempat bertanya, siapa nama wanita tinggi sekal itu".
(Oo-dwkz-234-oO)
4 UNTUK sementara Kumala Dewi dan Pramuda meminta
bantuan petugas kepolisian untuk menutup gedung Wahana
Graha. Beruntung sekali sejak terjadinya peristiwa gaib itu
belum ada satu pun korban yang tersentuh tangan manusia,
sehingga mereka masih tetap utuh. Keutuhan jasad arang
mereka itulah yang dijaga ketat, sehingga gedung itu terpaksa
harus ditutup. T erutama lantai tujuh, delapan, dan sembilan.
"Saya akan berusaha mengembalikan kondisi mereka
seperti semula," kata Dewi Ular kepada pi-hak kepolisian. "Jika
patung arang itu ada yang rusak sedikit pun, maka ketika
nanti mereka berhasil hidup kembali, kondisi f isiknya pun akan
mengalami kerusakan. Jangan sampai hal itu terjadi Kasihan
mereka," "Tapi apakah kau sanggup menghidupkan mereka kembali,
Kumala?" tanya Sersan Burhan yang ikut membantu
Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menangani kasus tersebut
"Mudah-mudahan upayaku berhasil, San."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Atau... bagaimana jika pihakku memburu wanita itu dan
memaksanya untuk bertanggung jawab terhadap nasib para
korban di sini?"
"Jangan," jawab Kumala dengan tenang. Penuh kesabaran.
" Wanita itu sangat berbahaya. Aku tahu kekuatannya, dan
memang hanya akulah yang harus menghadapinya, San. Tapi
lebih dulu aku harus berusaha memulihkan para korban
sebelum jasad mereka hancur menjadi serpihan arang tanpa
bentuk lagi."
Dewi Ular yang tampak sangat prihatin itu memang
akhirnya tahu persis siapa wanita berwajah galak-galak sexy,
seperti penjelasan Petrick dan beberapa saksi lainnya.
Wajarlah jika wanita itu ingin bikin perhitungan dengan
Rumala Dewi, sebab ia merasa pernah dirugikan dan
dikalahkan oleh kesaktian si putri Dewi Nagadini itu. Melalui
keterangan beberapa saksi mata, Kumala tak sangsi lagi
dengan kesimpulannya, bahwa, wanita itu tidak lain adalah
Madam Ladebra, alias Madam Debra, si wanita keturunan
Gipsy. Pernah mendapat penghargaan dari Moskow sebagai
dukun atau paranorma l terhebat, memiliki kekuatan gaib
tinggi, mampu mengerahkan mahluk sejenis iblis, dan memiliki
delapan pelindung gaib. Hanya saja, para pengawal gaibnya
itu pernah dikalahkan oleh Kumala, dan kekuatan hawa
saktinya pernah dilumpuhkan oleh Dewi Ular, sehingga
muncullah dendam kesumat dalam jiwa Madam Ladebra,
(Baca serial Dewi Ular dalam episode: "MISTERI BAYI
SETAN"). " Pada waktu itu memang Kumala belum pernah bertatap
muka dengan Madam Ladebra. Kumala berhasil memporak
porandakan pasukan gaib Madam Ladebra dari jarak jauh,
lewat kekuatan mistik yang dititipkan pada Rosita Verr?, yaitu
mantan kekasihnya Pramuda yang tak jadi dinikahi. Madam
Ladebra sempat kebingungan, tak dapat mengetahui siapa
pihak yang mampu membuat delapan pengawal gaibnya itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lari tunggang-langgang. Ketika ia menemukan jawabannya,
dan mengetahui kekuatan yang dimiliki Kumala dewi, ia tak
berani langsung bertindak, la butuh waktu untuk mempertinggi ilmunya, supaya bisa dipakai mengalahkan
Kumala Dewi. Rupanya sekaranglah saatnya yang terbaik bagi Madam
Ladebra untuk melakukan pembalasan, la telah memiliki
kekuatan dahsyat yang diperoleh secara kebetulan, yaitu
sebuah pusaka berkekuatan gaib tinggi. Pusaka itulah yang
digunakan beraksi di gedung Wahana Graha, dan sempat
terekam dalam ingatan Petrick yang melihat jelas apa yang
tergenggam di tangan Madam Ladebra pada saat wanita itu
menitipkan pesannya sebelum pulang.
"Benda itu hampir menggelinding jahih dari tangannya
sewaktu membetulkan tali tas di pundak," tutur Petrick kepada
Kumala. "Benda itu seperti berlian berwarna biru berkilauan.
Seukuran buah salak. Bentuknya seperti kuncup mawar."
Pada waktu itu Kumala sempat terperanjat mendengarnya.
Penjelasan Petrick yang tak begitu detil itu sudah dapat
disimpulkan oleh Kumala Dewi, bahwa benda yang dipegang
Madam Ladebra waktu itu pasti pusaka yang dicari-cari Dewi
Angora, yaitu intan biru. Kumala masih ingat saat Dewi Angora
menerangkan ciri-ciri batu intan biru tersebut. Tak heran lagi
jika semua karyawan dari lantai sembilan sampai lantai tujuh
bisa berubah menjadi patung arang dalam waktu sangat
singkat. Karena memang begitulah salah satu kesaktian yang
ada pada batu intan biru menurut keterangan Dewi Angora,
Maka ketika Kumala bermaksud mengejar Madam Ladebra
setelah memanggil datang Dewi Angora ke kantornya, si putri
Dewa Wanandra itu buru-buru mencegah niat tersebut.
"Jangan gegabah, Kumala. Kau bisa celaka berhadapan
dengannya!"
Kumala menatap agak sangsi. Dewi Angora meyakinkan
lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Intan itu bukan sembarang intan, seperti yang sering
kukatakan padamu. Terbukti, beberapa kali kau mencoba
melacaknya tapi gagal, bukan" Itu berarti kesaktianmu belum
bisa menyamai kesaktian pusaka milik ayahku yang kini
ternyata ada di tangan wanita tersebut Jika kau melawannya,
kau akan hancur. Kita harus gunakan siasat untuk
merebutnya. Sebab kesaktianku pun tak akan dapat
menandingi kekuatan dahsyat dalam batu intan biru, Dewi
Ular:" "Siasat bagaimana, menurutmu?"
Wanita cantik yang tampak sedikit lebih tua dari Kumala itu
menarik napas panjang-panjang dan tertegun dengan kedua
tangan terlipat di dada.
"Entahlah. Aku belum menemukan siasat yang jitu untuk
merebutnya. Yang jelas, jangan sekali-kali mencoba untuk adu
kesaktian dengan batu tersebut, Kumala."
"Kalau begitu aku akan menangani nasib para korban lebih
dulu, sebelum membantumu merebutkan batu intan bini itu."
"Aku setuju. Dan, aku akan berusaha mendapatkan
petunjuk gaib dengan melakukan semedi nista."
"Semedi nista"!" bisik Kumala, heran. Dewi Angora hanya
mengangguk samar-samar. Agak sungkan menjelaskannya.
Kumala pun segera menangguhkan rasa ingin tahunya tentang
'semedi nista' yang tergolong salah satu jenis dan cara
bertapa. Dewi Ular cenderung lebih mengkonsentra-sikan
kekuatan batinnya untuk me lakukan tindakan spektakulernya,
yaitu membuat para korban hidup kembali. Jika hal itu
berhasil, setidaknya separuh kemenangan sudah berada di
tangannya. Tinggal menunggu bantuan Dewi Angora untuk
melumpuhkan kekuatan mistiknya Madam Ladebra.
"Kapan kau akan melakukannya, Dewi?"
"Secepatnya. Mungkin nanti malam."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa tidak sore ini saja, mumpung belum turun
hujan?" "Ada beberapa syarat yang harus kucari dulu. Belum tentu
bisa kutemukan dalam tempo satu jam."
"Kalau begitu... bolehkah aku ikut bersamamu saat kau
menghidupkan mereka nanti?"
"Sebaiknya... lain kali saja."
"Dewi, ini momen yang bagus untuk materi acaraku. Mahal
sekali materi ini jika bisa kudapatkan dengan sempurna."
"Ini bukan atraksi, Nik!" tegas Kumala sambil menatap
pemuda tampan yang mengikutinya ke mobil. Pemuda itu
adalah Niko Madawi, si pembawa acara 'Lorong Gaib' untuk
sebuah TV swasta, la dan teamnya punya tugas memburu
kejadian-kejadian misterius untuk ditayangkan di station
televisi tersebut Tak heran jika Niko sangat bernafsu merekam
adegan spektakulernya Dewi U lar nanti.
"Sudah banyak petualangan gaibku yang kau jadikan
materi dalam acaramu itu, Nik. Jika kali ini kau menayangkan
materi dariku lagi, wajah dan namaku muncul kembali di
tevemu, nanti apa kata orang. Kau akan dianggap sebagai
media yang mempromosikan diriku, Nik. Kau akan dikecam,
dan akan muncul orang-orang yang tak suka padaku lantaran
merasa iri. Jadi sebaiknya, kali ini biarkan saja peristiwa
gaibku berlalu tanpa kameramu. "
Niko Madawi mengeluh dengan raut wajah kecewa.
"Carilah peristiwa gaib yang bukan berasal dari diriku, Nik."
"Tapi peristiwa ini merupakan peristiwa langka yang sangat
mahal untuk dijadikan sebuah berita, Dewi."
"Kau selalu beranggapan begitu di setiap petualanganku.
Sampai kapan kau akan menganggap perjalanan gaibku ini
sebagai perjalanan yang biasa-biasa saja, Nik?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Habis, kenyataannya memang selama ini apa yang kau
lakukan di dunia adalah fenomena-fenomena yang menarik,
langka dan nyata! Mana mungkin aku dapat menganggapnya
suatu peristiwa gaib yang biasa-biasa saja, Dewi,"
Gadis itu sudah masuk ke dalam mobil Sandhi sudah mulai
menghidupkan mesin mobil. Tapi Niko masih menahan pintu
agar tidak tertutup, supaya ia masih punya waktu untuk
membujuk Kumala.
"Please, Dewi..., jangan biarkan aku kehilangan kesempatan emas ini, sekali saja!"
Dewi Ular menghembuskan napas panjang penuh
kesabaran. "Nik, jangan sering melibatkan diri dalam acara-acaraku.
Nanti menimbulkan kecemburuan terpendam di hati Rayo
Pasca." "Okey, aku akan menemui Rayo dan meminta izin
dengannya. Jika perlu, aku dan dia ada di se kitarmu pada
saat nanti."
Senyum indah menawan hati setiap orang itu mekar di bibir
ranum Kumala Dewi. Ia menggeleng kecil. Masih menatap
Niko dengan penuh persahabatan, namun Juga terkesan
mengharap pengertian dari Niko.
"Rayo nggak akan menolak keinginanmu, la memang akan
mengizinkan. Tapi di balik semua itu, ia bisa menyimpan
kecemburuan dan rasa kesal padamu, Nik. Dia tahu, kita
pernah menjalin hubungan dekat Dia tahu, kita tetap baik.
Sangat manusiawi jika dia memiliki kecemasan di balik
bayang-bayang kecurigaannya. Aku nggak mau hubungan
baikku dengan Rayo menjadi keruh hanya karena kau sering
berada di dekatku, Nik."
Kini ganti Niko yang menghembuskan napas panjang.
Agaknya ia terpaksa harus menelan segumpal kekecewaan, la
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun merasa dituntut suatu pengertian yang bersifat sangat
pribadi, "Nik, sorry...," ucap Kumala lirih sekali. Niko pun akhirnya
menganggukkan kepala. Sedikit demi sedikit ia mulai bisa
memahami jalan pikiran putri dewa dari Kahyangan itu.
Agaknya Kumala perlu mengambil tindakan pencegahan
sebelum benih kecemburuan benar-benar tumbuh di hati Rayo
Pasca. Tindakan ini pun menandakan bahwa Kumala tidak
ingin kehilangan Rayo hanya karena kesalah pahaman.
Entah seberapa erat kedekatan hati Kumala dengan Rayo,
yang jelas Niko harus mau menyadari bahwa dia sudah di luar
hati Kumala. Dia hanya sebatas seorang sahabat dekat saja
yang tanpa bumbu cinta dalam hati Kumala, meskipun Kumala
pernah merasa tak rela menerima kematiannya. Upaya si anak
dewa saat menghidupkan kembali kematian Niko adalah jerih
payah seorang sahabat yang ingin meluruskan kodrat
kehidupan temannya, bukan lantaran masih menyimpan cinta
yang dulu sempat bertunas namun tak sempat mengembang,
(Baca serial Dewi Ular dalam episode: "WANITA PENJINAK
HANTU"). "Aku dapat merasakan kepedihan hati Niko yang kecewa
sekali oleh penolakanmu tadi,*' kata Sandhi dalam perjalanan
BMW kuning itu. Kumala sedang menekan-nekan handphorie-
nya untuk menelepon seseorang. Tapi ia tetap memberi
tanggapan atas kata-kata sopir pribadinya itu.
"Terpaksa kulakukan, San. Sebenarnya bukan karena
kecemasanku terhadap kemungkinan tumbuhnya rasa
cemburu di hati Rayo."
"Menurutku sih... kayaknya Rayo nggak akan cembuni deh.
Sebab, selama ini Rayo dan Niko justru menjalin persahabatan
semakin akrab Ray sangat percaya pada kesetiaan hatimu,
dan ia yakin bahwa Niko nggak bakalan berani, macam-
macam padamu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tahu, San. Tadi cuma siasat saja," ujarnya kalem, lalu
segera menyapa orang yang diteleponnya. Ternyata ia
menghubungi teleponnya Sersan Burhan.
"Bang Sersan... kalau saya ingin pita kuning yang
melingkari gedung kami itu lebih dimajukan ke depan,apa
bisa" Ya, ya... maksud saya, gedung itu benar-benar
dikosongkan sampai sebatas, pagar depan. Jadi, mulai pukul
enam nanti, jangan ada seorang pun yang berada di gedung
itu, bahkan jika perlu jangan ada yang berdiri di halaman
sekeliling gedung itu. Bisa, ya Bang...?"
Belakangan ini memang Kumala sering memanggil Sersan
Burhan dengan sebutan Abang. Tentunya hanya dilakukan di
tempat-tempat terbatas dan dalam suasana tertentu. Sebutan
itu tak lain bertujuan menghormati Sersan Burhan yang
usianya lebih pantas sebagai kakaknya Kumala, di samping
juga untuk lebih mengakrabkan hubungan mereka. Supaya
terkesan sangat familiar, seperti keluarga sendiri. Tapi jika
berada di tempat dan suasana formal, Kumala tetap
menghormatinya sebagai seorang aparat negara yang perlu
dipanggil Bapak oleh siapa pun.
Bagi si sopir funky yang dulunya bekas sopir taksi itu,
panggilan Bang Sersan yang dilakukan oleh Kumala bukanlah
hal yang aneh atau konyol. Baginya itu sudah biasa. Yang
membuatnya merasa aneh adalah permohonan Kumala
kepada Sersan. Burhan tentang pengosongan gedung Wahana
Graha. Tadi sebelum Kumala meninggalkan gedung itu, ia
minta agar penjagaan diperketat, beberapa petugas dihimbau
untuk tidak meninggalkan lobby. Tapi .sekarang Kumala justru
menginginkan agar gedung itu kosong total, tanpa seorang
pun di dalamnya.
"Kita jangan pulang ke rumah dulu, San," ujarnya tiba-tiba
"Lalu, ke mana dulu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku butuh tiga ruas bambu gading untuk persyaratan
Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ritualku nanti malam, dan..."
"Kalau begitu kita ke rumahnya dokter Ghina saja. Aku
pernah melihat ada tanaman bambu kuning di sudut halaman
belakang rumahnya. Dari sini cuma makan waktu 10 menit
udah sampai kok."
"Hmm, ya...! Kita ke sana dulu deh. Tapi aku juga butuh
sejengkal kayu Dewandaru, San."
"Kayu Dewandaru"!"
"Ya. Kalau orang Cina menyebutnya kayu pohon Shiantho."
Sandhi merenung sebentar, kemudian mencoba menyamakan persepsi.
"Pohon Dewandaru apakah yang sering disebut oleh orang
Jawa sebagai pohon Cerme Londo?"
"Hmmm, ya, ya! Benar itu, San."
"Wah, setahuku pohon Dewandaru itu nggak ada yang
tumbuh di Jakarta. Kalau di Gunung Kawi memang ada
tumbuh pohon Dewandaru yang daunnya sering ditunggu-
tunggu jatuh ke badan para peziarah makam keramat di sana.
Masa! sekarang juga kita harus pergi ke Gunung Kawi sih?"
"Nggak usah. Seingatku, dulu Ki Sedah Wingit pernah
menyimpan beberapa potong kayu Dewandaru buat keperluan
sesaji spiritualnya. Kita nanti ke rumah Ki Sedah Wingit saja
deh. Aku mau minta sejengkal kayunya itu. Mudah-mudahan
beliau masih menyimpannya."
"Kenapa harus kayu Dewandaru sih?"
"Kayu itu memiliki khasiat gaib cukup tinggi, dan
kubutuhkan dalam ritualku nanti."
Sandhi menggumam sambil manggut-manggut. Tanpa
keluh kesah sedikit pun ia melayani majikan cantiknya, dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah dokter Ghina menuju ke arah Bogor. Menemui tokoh
paranormal tua aliran putih, yaitu Ki Sedah Wingit, yang sering
juga membantu Kumala dalam mengatasi kasus-kasus
supranaturalnya, (Baca serial Dewi Ular dalam episode:
"MANUSIA METEOR").
Kayu Dewandaru memang satu-satunya persyaratan yang
dibutuhkan Kumala dan dianggap paling sulit mendapatkannya. Sandhi agak ragu-ragu ketika itu tapi
ternyata kayu langka itu berhasil didapatkan Kumala dengan
mudah. Kumala dan Ki bedah Wmgit juga terlibat percakapn
serius beberapa saat. Sandhi tak mengetahui isi percakapn itu
Yang jelas, ia berhasil membawa pulang majikan cantiknya
sampai rumah sekitar pukul sembilan malam.
Kumala segera memanggil asisten gaibnya, yaitu Buron, si
pemuda jelmaan Jin Layon. Buron disuruh membantunya
mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan. Mereka
berada di pendapa belakang rumah. Sandhi berdebar-debar,
takut Kumala gagal dan berakibat fatal. Karena, apa yang
dilakukan Kumala ini sepertinya sangat berbahaya.
Gerimis turun di ma lam itu. Malam cepat menjadi sunyi.
Pedagang makan yang biasanya mendorong gerobaknya
mengelilingi jalanan di perumahan itu, kini tampak sepi tidak
seramai biasanya. Perumahan Telaga Jati Estate mirip
pemukiman mati. Padahal biasanya sampai lewat pukul
sepuluh ma lam pun masih kelihatan ramai. Yang muda-muda
bikin kelompok di sana-sini, ada yang bermain gitar, ngobrol
dalam canda, main kartu gaple dan aktiv itas malam lainnya.
Sekarang mereka tak terlihat satu pun. Sepi sekali.
Suasana seperti itu agaknya punya sisi keuntungan sendiri
bagi penghuni sebuah rumah yang letaknya agak ke dalam,
jauh dari gapura tinggi yang menjadi gerbang masuk ke
kompleks tersebut rumah berpagar besi putih stainless itu
tergolong mungil, cukup untuk hidup sepasang pengantin
baru. Karena hanya memiliki satu kamar tidur, satu ruang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tamu, Ruang makan menjadi satu dengan ruang tengah, dan
dapur yang tak seberapa lebar. Baru seminggu yang lalu
rumah itu laku dikontrakkan. Pengontraknya seorang
mahasiswa yang baru punya kerja sambilan sebagai makelar
jual beli mobil dan motor Mahasiswa itu masih muda. Imut-
imut dan masih terkesan seperti anak kemarin sore, tapi dia
memang punya ketampanan yang menawan. Sering jadi
incaran gadis-gadis belia. Hampir semua mahasiswi di
kampusnya mengenal namanya, Mereka akan langsung
terbayang wajah tampan bersih bermata jernih jika
mendengar nama Alvan disebutan seseorang.
Usianya memang baru 22 tahun tapi kemampuannya
dibidang otomotif cukup tinggi. Sepertinya, Alvan memang
memiliki talenta untuk menjadi seorang pakar di bidang
otomotif. Bukan hanya tahu dan ahli mengotak-atik mesin,
tapi juga mengerti betul tentang bisnis kendaraan di zaman
sekarang. Bisnis itu baru-baru ini saja ia tekuni, karena
mendapat dorongan moral dari seseorang yang tahu persis
kapan saatnya ia mendapat keuntungan. Orang yang dijadikan
pemandu bisnis itu adalah orang yang menyarankan agar
Alvan pindah dari tempat kost-nya yang lama, dan menempati
rumah mungil yang berhasil dikotraknya dengan uang sendiri
itu. Para tetangga sering me lihatnya hidup sendirian, hanya
dengan seekor kucing putih. Para tetangga juga banyak yang
mengagumi keindahan kucing putih berbulu lebat dan halus
itu. Sampai seminggu ini para tetangga belum mengetahui
bahwa kucing putih itu adalah jelmaan dari putri dewa. Kucing
itu bisa berubah sendiri menjadi sosok wanita cantik dan sexy,
tapi bisa juga berubah apabila dicium seorang lelaki,
resikonya, lelaki itu harus mau menuruti keinginan mesra si
wanita tersebut, karena jika kucing putih itu dicium maka
bukan hanya terjadi perubahan wujud saja, namun juga
terjadi ledakan gairah birahi yang menuntut kepuasan dari si
lelaki. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita cantik berambut panjang dan berkulit putih halus
bak kulit bayi itu tak lain adalah Dewi Angora. Bukan hanya
kecantikannya yang telah membuat Alvan terpikat padanya,
tapi juga kehangatan asmaranya telah membuat Alvan rela
untuk tidak berpikir tentang gadis-gadis lainnya.
Sebab, menurutnya tak satu pun gadis cantik yang pernah
dikenalnya ada yang memiliki daya pikat sebesar Angora.
Sekalipun Alvan belum pernah merasakan kehangatan asmara
gadis-gadis lainnya, tapi ia telah yakin betul, bahwa tidak ada
wanita lain yang memiliki kehangatan asmara seindah Dewi
Angora. Sehingga, Alvan merasa tak perlu lagi mencari wanita
lain jika ingin mendapatkan kenikmatan di atas ranjang.
"Cuma kamulah wanita yang mampu memberikan
kebahagiaan berlimpah-limpah di atas ranjang. Kamu adalah
sumber kemesraan bagiku, lautan cinta yang tak pernah
memberi kesempatan kering bagi peluhku."
Pernyataan itu pernah dilontarkan Alvan dalam bisikan
malam kepada Dewi Angora. Pernyataan tersebut merupakan
sanjungan yang membuat Dewi Angora sangat bangga dan
ingin memiliki Alyan, karena pada kesempatan-kesempatan
mesra lainnya Alvan sering membisikkan sanjungan serupa itu,
meski dengan susunan kata dan bahasa yang berbeda. Karena
itulah, kehidupan mereka berdua di rumah mungil itu selalu
sarat akan kebahagiaan dan kepuasan jiwa. Mereka ingin
mempertahankannya sampai kapan pun.
"Kelak, jika urusanku di bumi ini sudah selesa i, aku ingin
membawamu pulang ke Kahyangan. Kita akan hidup di sana
sebagai Suami-isrri yang abadi, Alvan."
"Apakah aku akan menjadi dewa dan kau tetap sebagai
dewi?" "Itu tidak bisa, Al. Kau tetap manusia, bukan dewa. Tapi
kau adalah manusia yang boleh tinggal di wilayah Kahyangan
selamanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berarti aku harus berpisah dengan orang tua dan saudara-
saudaraku dong" Sepertinya untuk hal itu... aku belum
mampu. Berpisah dari duniaku adalah hal yang sulit kujalani.
Apalagi di Kahyangan pasti nggak ada motor atau mobil, kan?"
Dewi Angora tertawa renyah. "Tentu saja ada cara lain
yang bisa kita tempuh nanti, Sayangku. Kau bisa tetap hidup
di bumi. Tapi sewaktu-waktu kau ingin menemuiku di
Kahyangan, kau punya cara khusus untuk melakukannya."
"Aku akan punya password untuk masuk Kahyangan,
begitu?" Si cantik Angora menganggukkan kepala dengan senyum
manisnya. "Tapi untuk menjadi suamiku kau harus memenuhi
beberapa persyaratan, Al."
"Apa saja persyaratannya?"
'Tidak boleh membunuh dan bersikap kasar kepada hewan
kucing dan sejenisnya, karena akulah dewi penguasa hewan-
hewan seperti itu."
"Sejak kecil hal itu tak pernah kulakukan. Angora."
"Ya, aku tahu. Dan, aku percaya kau sanggup memenuhi
syarat tersebut Tapi untuk syarat yang satunya lagi, belum
tentu kau dapat memenuhinya. AL"
"Apa syarat yang satunya?"
"Nggak boleh bercumbu dengan wanita lain."
Alvan tertawa geli sendiri, tapi Angora tetap melanjutkan
kata-katanya tanpa mempedulikan tawa tersebut.
"Mencium pipi wanita lain pun nggak boleh, kecuali
keluargamu."
"Itu juga nggak mungkiri kulakukan, Angora."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi membayangkan bercinta atau berciuman dengan
wanita lain pun sudah merupakan noda yang membuatmu
nggak akan bisa masuk ke Kahyangan, AL Apalagi jika dalam
membayangkan kencan dengan wanita lain sampai membuatmu bernafsu, itu sudah merupakan pelecehan cinta
menurut adatku. Dan, kau semakin tak pantas menjadi suami
kaum bidadari."
Bagi pemuda berambut pendek rapi itu, persyaratan
tersebut bukan sesuatu yang sulit dan berat Sangat mudah
dan ringan, la sanggup memenuhinya.Bahkan yang jauh lebih
berat dari persyaratan tadi pun tetap akan dipenuhi oleh
Alvan, asalkan ia dapat hidup bersama Angora sampai akhir
hayatnya Ia telah mengaku dengan sejujurnya pada diri
sendiri, bahwa ia telah jatuh cinta pada Dewi Angora. Cinta
berat Dan, cinta itu telah membuat Alvan selalu menurut saran
dan, nasihat Angora.
Maka ketika Angora harus melakukan 'semedi nista' untuk
mendapatkan petunjuk gaib, Alvan menyatakan siap
membantunya. Dewi Angora mengatakan, bahwa tidak ada
orang yang pantas membantunya dalam melakukan 'semedi
nista' itu selalu Alvan. Sekalipun sebenarnya banyak orang
yang bersedia dan mampu membantunya, tapi Dewi Angora
tidak berminat memilih salah satu dari mereka. Hanya kepada
Alvan lah sang bidadari merasa pantas menjatuhkan
pilihannya. "Apa yang harus kulakukan nanti?" tanya Alvan.
"Menjadi pasanganku dalam semedi."
"Menjadi pasangan"!" Alvan berkerut dahi. Heran.
"Kita harus sama-sama tanpa busana."
"Lalu...?"
"Saling merapatkan badan."
"Wow..."!" pemuda itu menyeringai geli, berbinar-binar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Istilahnya; biraga!"
"Dua raga menjadi satu" Tapi sambil ... sambiL..."
"Tentu saja sambil begitu. Kalau toh harus berhenti, boleh-
saja, asal jangan sampai kita terlepas. Dan aku akan diam saja
tanpa perlawanan seperti biasa selama kau berlayar
mengarungi tubuhku.
Jadi, kau jangan marah dan
tersinggung. Sebab pada saat kau berlayar itulah, rohku
sengaja terbang menyusuri alam kenikmatan. Tak akan
berhenti sebelum kudapatkan petunjuk gaib di dalam
kenikmatan itu."
"Sampai berapa lama aku harus menganingi kehangatanmu?"
"Bisa sampai seharian penuh, bisa sampai dua hari, tiga
hari, atau entah berapa hari... yang jelas sampai kudapatkan
petunjuk gaib itu."
"Waah, apa aku sanggup melakukannya kalau sampai
sehari penuh" Apalagi kalau sampai berhari-hari" Mana bisa?"
"Pasti bisa. Kau akan kuberi kekuatan khusus sebelumnya,
supaya tak merasa lelah sedikit pun, tak merasa jenuh, dan
tak akan padam kobaran api gairahmu selama dalam
semediku."
Alvan menyunggingkan senyum kecil, tapi ia termenung
membayangkan apa yang harus dilakukannya nanti. Timbul
pertanyaan di hatinya, apa yang terjadi seandainya transfer
kekuatan khusus itu habis, tapi Angora belum mendapatkan
petunjuk gaib" Dan, apa yang akan dirasakannya nanti jika
'semedi nista' berlangsung hingga berhari-hari, atau bahkan
mungkin saja sampai satu bulan lamanya"
(Oo-dwkz-234-oO)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
5
Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
FAJAR belum sempat menyingsing. Rumah mewah milik
Pramuda sudah ramai dering telepon dari mana-mana,
khususnya dari pihak, keluarga korban. Emafie, istrinya, ikut
membantu menyambut dering telepon, baik telepon rumah
yang ada di lantai bawah maupun handphone-nya sendiri.
Sebab, sebagai istri Pramuda, Emafie pun mendapat tekanan
batin dari pihak keluarga korban, khususnya bagi yang kenal
betul dengan Emafie sebelum Ema menikah dengan Pram
beberapa waktu yang lalu.
Namun dering telepon di ambang fajar itu bukan lagi
menanyakan bagaimana kapan jenazah korban bisa diambil
oleh pihak keluarganya, melainkan sebuah pemberitahuan
atau kabar yang sangat mengejutkan. Baik Pramuda maupun
Emafie terbelalak kaget ketika mendengar kabar itu untuk
yang pertama kalinya.
"Bagaimana nasib jenazah adikku, Pram"! la hilang
sekarang ini!"
"Hilang" Hilang bagaimana"!"
"Para korban sudah tidak ada di tempat!"
"Hah..."! Siapa yang mencurinya"!"
Sementara itu Emafie juga menerima kabar serupa.
"Ema, suruh suamimu bertanggung jawab atas nasib
jenazah dua sepupuku itu dong! Kalau sudah begini
bagaimana, coba" Mereka sekarang hilang tanpa bekas!"
"Hilang tanpa bekas"!"
"Iya! Bukan hanya semua korban yang tersekap di gedung
itu saja yang hilang, tapi bangunan gedung Wahana Graha
juga lenyap tanpa bekas!"
"Gedung itu lenyap"!" pekik Emafie begitu kagetnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pihak lain berkata pula kepada Pramuda, "Kantormu hilang,
Pram! Tidak satu' pun yang tersisa di tempat,kantormu
dibangun itu!"
"Celaka..."!" geram Pramuda memandangi istrinya yang
sama-sama berwajah tegang. Emafie sangat menderita
tekanan batin. Sedih dan penuh ketakutan. Pramuda
menenangkan istrinya, kemudian segera bergegas menengok
keadaan di perkantorannya. Rasa penasaran besar timbul di
hati keduanya setelah Sersan Burhan juga meneleponnya dan
memberitahukan bahwa bangunan gedung berlantai sembilan
itu lenyap tanpa bekas.
Pramuda dan Emafie tidak bisa bicara sepatah kata pun
ketika tiba di lokasi kejadian. Paling tidak sekitar 10 menit
lamanya mereka sulit melontarkan sepatah kata pun melihat
kenyataan yang ada di depan matanya.. Sepotong kayu pun
tak tersisa di tempat gedung itu didirikan. Tempat tersebut
rata dengan tanah. Kosong sama sekali. Sesobek kertas atau
serpihan kacanya juga tak tersisa di sana.
"Menurut laporan anak buahku yang berjaga mengelilingi
pagar perkantoran ini," kata Sersan Burhan. "Mereka melihat
cahaya kuning bergerak dari arah timur seperti meteor.
Cahaya itu menghantam parabola yang ada di atas gedung,
kemudian gedung itu menjadi bertaburan cahaya kuning
berpendar-pendar. Kurang dari lima detik, cahaya kuning itu.
padam secara mendadak. Dan, bangunan itu lenyap seketika
itu juga. Anak buahku dan beberapa orang yang masih
berkerumun di sekitar sini menyaksikan kemisteriusan itu
dengan terbengong, terpaku di tempat, tak satu pun yang bisa
bergerak atau bahkan bicara. Setelah gedung itu lenyap,
sekitar lima detik kemudian barulah mereka bisa bicara dan
bergerak, seperti terbebas dari pengaruh hipnotis besar."
Setelah sadar dari keterpakuannya, Pramuda segera
menghubungi Dewi Ular melalui HPnya. Tapi kala itu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerima telepon adalah Sandhi, dan agaknya memang saat
itu Sandhi bertugas menerima telepon dari mana saja.
"Kumala sedang nggak bisa diganggu, Bang."
"San, ini masalah penting sekali! Usahakan aku bisa bicara
dengan Kumala- sekarang juga!" suara Pram membentak
panik. Sandhi menanggapi dengan tenang dan sabar, karena
ia sudah terbiasa menerima telepon yang bernada demikian.
"Masa! Bang Pram nggak tahu sih, kalau keadaan sedang
begini, berarti Kumala sedang nggak bisa diganggu, kan"
Bang Pram pasti ngerti sendiri deh."
"Iya, aku ngerti. Tapi kantorku sekarang ini lenyap. Hilang
tanpa bekas, Sandhi! Aku perlu Kumala!"
"Hilang..."!" Sandhi menggumam heran. "Tapi, Bang...
Kumala sendiri hilang bersama Buron. Mereka lenyap dari
pendapa beberapa waktu yang lalu, Bang."
"Waah, kacau deh kalau begini!"
"Mereka sedang berada di alam sana. Bang. Jadi,
bagaimana saya mesti memberitahukan kepada mereka"!"
Pramuda semakin sedih dan diliputi kepanikan yang kian
mencekam jiwa. Tapi istrinya segera memberi saran agar
Pram berusaha tenang, terutama setelah Ema mendengar
kabar bahwa Kumala dan Buron ada di alam sana.
"Pasti mereka sedang melakukan sesuatu dan mustahil
mereka tidak tahu kalau kantor kita hilang, Pram."
Kali ini analisa Emafie benar. Mustahil si bidadari jelita dan
Jin Layon tidak mengetahui hilangnya gedung berlantai
sembilan itu. Sebab, sebenarnya memang merekalah yang
telah membuat bangunan itu lenyap dari pandangan mata
manusia. Kumala Dewi yang memberi perintah kepada Buron,
asisten gaibnya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ambil gedung itu seisinya, Buron! Dan, ikuti aku selama
kau memanggul bangunan itu!"
Perintah tersebut segera dilakukan oleh Buron. Sebagai jin
yang memiliki kesaktian tersendiri, tugas tersebut bukan hal
yang berat dan sulit bagi Buron Maka, ia pun menjelma dalam
bentuk sinar kuning. Sinar yang sarat akan kesaktian bangsa
jin itu melesat dan mengangkut bangunan berlantai sembilan
itu tanpa bisa dilihat oleh mata manusia biasa. Bangunan itu
dipanggulnya dan dibawa terbang mengikuti cahaya hijau kecil
berbentuk naga. Itulah cahaya jelmaan Dewi U lar yang sedang
melesat menuju alam gaib, bahkan menembus segala dimensi
hingga tiba di suatu tempat yang tak pernah terjamah oleh
manusia biasa. Tapi bagi mereka yang memiliki ketajaman indera keenam
dan sedang berada dalam jarak pandang indera mata
keenamnya itu, maka mereka akan melihat sesosok mahluk
tinggi, besar, hitam dan hanya mengenakan cawat, sedang
melayang sambi! memanggul bangunan berdinding kaca.
Bangunan itu adalah posisi tegak, tanpa getaran sedikit pun.
Berada tepat di punggung mahluk besar yang merupakan
wujud asli dari Jin Layon. Sementara itu, dara manis beraroma
wangi juga sedang melayang memandu arah tujuan Jin Layon.
Dialah yang disebut-sebut sebagai Dewi Ular. Wajahnya jauh
lebih cahtik dari pada saat ia berada di bumi sebagai Kumala
Dewi. Salah satu orang yang memperhatikan aktiv itas Dewi Ular
dan Buron adalah Ki Sedah W ingit Tokoh supranatural yang
berusia 80 tahun lebih itu tampaknya memang menepati
janjinya, yaitu ingin membantu Kumaia dalam menyelesaikan
kasus tersebut. Ki Sedah Wingit yang selama ini menyimpan
rasa kagum dan hormatnya kepada Dewi U lar, kala itu melihat
dengan jelas Jin Layon memanggul bangunan tersebut
menggunakan alas kayu Dewandaru. Sedangkan, Kumala
Dewi sebentar-sebentar mengibaskan bambu kuningnya untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghalau mahluk-mahluk gaib yang bertujuan merintangi
perjalanannya. Dengari bambu kuning itu Kumala dapat
menyingkirkan mereka tanpa harus melukai atau menyakitinya. Rupanya bangunan itu dibawa mendekati perbatasan
wilayah Kahyangan oleh Dewi Ular. Ketika tiba di perbatasan
itu, Kumala memerintahkan Jin Layon untuk menurunkan
bangunan tersebut dari punggungnya. Bangunan itu
diletakkan di atas tanah berumput halus, bagaikan bentangan
permadani berkualitas tinggi. Tanpa getaran sedikit pun Jin
Layon berhasil meletakkan bangunan itu, lalu mundur
beberapa langkah menunggu perintah berikutnya.
Jauh di belakang mereka, segumpal kabut hitam sedang
menyusul dengan kecepatan gerak yang cukup tinggi. Kabut
hitam itu bergerak seperti mata bor, berputar dan meluncur
maju, seakan ingin melubangi alam dimensi lain. Tetapi
gerakan itu tertahan oleh cahaya putih berkilauan yang
membias lebar hampir menutup seluruh permukaan dimensi
alarn, lain. Dentuman terjadi berkali-kali akibat kabut hitam
berusaha menabrak cahaya putih tersebut lebih dari lima kali.
Kabut hitam itu ternyata adalah kekuatan gaibnya Madam
Ladebra yang dikawal oleh delapan panglima iblis. Rupanya
Madam Ladebra sudah memberi instruksi kepada para
pengawal gaibnya agar menjegal segala usaha yang dilakukan
Dewi Ular di alam tersebut, jika sewaktu-waktu mereka
memang melihat aktiv itas si Dewi Ular. Delapan pengawalnya
yang pernah dibuat lari terbirit-birit oleh Dewi U lar itu terlebih
dulu mendapat bekal kekuatan dari intan biru yang ada di
tangan Madam Ladebra. Tak heran jika lapisan pembendung
gaib milik Ki Sedah Wingit yang berupa cahaya putih itu
hampir saja jebol dihantam berkali-kali oleh kekuatan delapan
pengawal tersebut.
Tapi di luar dugaan Ki Sedah W ingit sendiri ternyata ada
kabut merah yang membentang di belakang cahaya putihnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kabut merah itu menyebar luas, seakan melapisi cahaya
tersebut, sehingga kekuatan delapan pengawal iblis itu selalu
terpental jika menerjang cahaya putih.
"Pertahankan terus kekuatanmu, Sedah Wingit! Akan
kutambah dari belakang dengan menyatukan kabutku dengan
sinarmu." "Terima kasih atas bantuanmu, Damung Suralaya!" ucap Ki
Sedah Wingit yang ternyata sangat kenal dengan si pemilik
kabut merah itu, tak lain adalah si Juru Gaib, alias Damung
Suralaya, Dia adalah gurunya para gandaruwo yang sangat
hormat kepada Dewi Ular. Kedua lapisan kekuatan sakti itu
ternyata memang cukup ampuh, karena mampu membuat
kabut hitam dari delapan panglima iblis itu tercerai berai pada
tingkat penyerangan terakhir.
Seandainya Damung Suralaya alias Sang Juru Gaib itu tidak
dipanggil namanya oleh Buron, sewaktu Buron diutus
mengangkat gedung itu, maka Ki Sedah W ingit akan
kewalahan menghadapi delapan pengawalnya
Madam Ladebra. Besar kemungkinan kekuatan Ki Sedah Wingit akan
hancur pada penyerangan terakhir dari kedelapan pengawal
Madam Ladebra itu.
Untunglah waktu itu Damung Suralaya mendengar suara
gaibnya Jin Laybn, sehingga ia dan Ki Sedah Wingit
bekerjasama membentengi wilayah yang menuju ke
perbatasan Kahyangan. Kumala sendiri tidak tahu keikutsertaan Damung Suralaya. Apalagi saat itu Kumala
segera berhadapan dengan penjaga tapal batas Kahyangan,
yaitu pamannya sendiri: Dewa Ardhitaka, alias Dewa Bencana.
Beliaulah yang menjadi komandan pasukan perbatasan
Kahyangan. "Paman, aku mau ketemu ayah atau ibuku!" tegas Kumala
tanpa basa-basi lagi. Justru penuh kepolosan dan keluguan
seperti seorang keponakan yang manja kepada pamannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mau apa kau menemui ayah atau ibumu. Dewi Ular?"
"Tentu saja ada keperluan penting, Paman, Nanti juga
Paman akan tahu sendiri keperluanku."
"Dewi Ular, ayah dan ibumu sedang beristirahat Tidak bisa
diganggu."
"Harus bisa, Paman. Aku butuh bantuan beliau sekarang
juga." "Aku takut mendapat hukuman dari Sang Hyang Maha
Dewa, karena sebagaimana kau ketahui peraturan di sini,
barang siapa mengganggu masa istirahat para dewa, ia akan
dikenakan hukuman."
"Biar aku yang dihukum, Paman. Aku bersedia , menerima
hukuman apa pun. Maka, izinkan aku masuk Kahyangan dan
menemui ayah atau ibuku, Paman."
"Dewi Ular, kau ini bandel sekali kalau diberitahu. Ngotot!"
"Aku hanya ingin menanggung risiko sendiri, Paman. Biar
dalam masalah ini Paman tidak kena getahnya. Izinkan aku
masuk Kahyangan, Paman!"
"Begini saja, Dewi Ular...," kata Dewa Ardhitaka setelah
diam sebentar. "Kau boleh masuk ke Kahyangan, tapi
ajudanmu dan barang bawaannya tidak boleh ikut masuk,"
sambil Dewa Ardhitaka menuding Jin Layon yang berdiri
dengan kedua kaki merentang dan kedua tangan besarnya
bersidekap didada.
"Aku harus masuk bersamanya, Paman!"
"Itu tidak mungkin, Sayangku. Dia adalah jin. Kahyangan
tidak boleh diinjak oleh bangsa jin. Kurasa kau tahu hal itu,
Kumala." "Kalau aku nekat masuk bersama Jin Layon dan barang
bawaan kami itu, Paman mau apa" Mau marah" Mau
menghajar kami"!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dewa Ardhitaka tarik napas dalam-dalam. Kalau bukan
Kumala mungkin sudah diusir dari tadi dengan cara sekasar
apa pun. Tapi mengingat Kumala adalah keponakannya sendiri
yang selalu manja dan sok bandel jika bertemu paman-
pamannya, Dewa Ardhitaka pun memaksakan diri untuk
memaklumi sikap si keponakan itu. Selain merasa maklum,
Dewa Ardhitaka pun ingat bahwa Kumala memiliki kesaktian
cukup tinggi dan pernah menghajar dirinya hingga babak
Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belur, maka kali ini Dewa Ardhitaka pun berpikir 1000 kali
kalau harus bertarung lagi me lawan keponakannya sendiri,
(Baca serial Dewi U lar dalam episode: "PERANG GAIB").
"Repot juga kalau begini!" gerutu Dewa Ardhitaka yang
tampak, serba salah menghadapi keponakannya itu. Padahal
kala itu prajurit perbatasan yang menjadi anak buahnya sudah
membentuk pagar betis terdiri dari tiga lapis. Mereka siap
tempur semua. Tergantung kapan datangnya komando dari
Dewa Ardhitaka.
"Bagaimana, Paman?"
"Kalau kau masih tetap bersikeras Untuk membawa bangsa
jin masuk Kahyangan, dengan sangat terpaksa Paman akan
menghalangi langkah-kalian, Dewi Ular."
"Baiklah kalau begitu!" Kumala Dewi merentangkan
tangannya. Dewa Ardhitaka semakin salah tingkah walaupun
tetap penuh waspada. Jin Layon sudah melepas tangannya
yang bersidekap, menjadi bergerak turun perlahan-lahan,
menandakan siap bertempur membantu Kumala Dewi. Tapi
sebelum semuanya menjadi semakin kacau, sebuah suara
terdengar berseru menggema memenuhi alam Kahyangan.
"Tunggu...!"
Semuanya memandang ke arah datangnya suara yang
bernada mencegah terjadinya keributan di tempat itu. Dewa
Ardhitaka langsung merapatkan kaki dengan
kepala ditundukkan dan badan sedikit menunduk, pertama memberi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hormat kepada si pemilik suara itu. Dewi Ular hanya diam
terbengong memandangi si pemilik suara tadi, sementara itu
Jin Layon segera berlutut dengan satu kakinya dan kepala
ditundukkan rendah-rendah, penuh hormat. Agaknya Jin
Layon sudah mengenali siapa pemilik suara tadi, sedangkan
Kumala Dewi masih merasa asing. Hal itu mungkin
dikarenakan Dewi Ular sejak kecil sudah dibuang ke bumi,
sehingga belum pernah jumpa dengan dewa yang satu ini,
yaitu yang memiliki suara menggema tadi.
"Apa yang kau ributkan di sini, Ardhitaka?" suaranya
kembali menggema ke mana-mana. Kumala memandang
dengan kepala mendongak, karena dewa yang satu ini
berperawakan tinggi, besar, sekitar 6 meter tingginya-.
Hampir sama dengan tingginya Jin Layon. Rambutnya
berwarna ungu berkilauan meriap-riap sepanjang 3 meter.
Kumisnya juga berwarna ungu, sama dengan jenggotnya yang
panjangnya hampir 2 meter dan alisnya yang lebat itu. la
mengenakan jubah ungu berbintik-bintik emas. Kedua kakinya
berdiri di atas peti mati emas yang panjangnya sekitar 10
meter dan lebarnya sekitar 6 meter. Peti mati itu dikelilingi
kabut warna ungu yang menyebarkan aroma sejenis hio. Peti
mati emas itu me layang di udara setinggi satu meter di atas
permukaan tanah berumput halus itu.
"Keponakan kami, si Dewi Ular, memaksa ingin masuk
Kahyangan bersama-sama jin pengikutnya dan barang
bawaannya, Paman Pralaya."
Kumala membatin, "Oob... jadi ini yang di sebut-sebut
ibuku waktu menceritakan silsilah leluhurku. Dewa Pralaya,
alias Dewa Kematian. Hmmm, kalau begitu aku haras memberi
hormat pada beliau, sebab beliau adalah, adik dari kakekku
sendiri: Dewa Murkajagat."
Maka, gadis cantik berjubah hijau bergambar naga emas itu
segera berlutut dan menundukkan kepala. Dewa Pralaya
tersenyum tipis sambil masih menimang-nimang kipas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pusakanya yang berwarna ungu dengan serat berbulu indah
itu. "Eyang, saya menghaturkan sembah bakti penuh hormat
walaupun terlambat habis, saya tidak tahu kalau Eyang adalah
Dewa Pralaya."
Tertawa juga sang dewa tinggi besar itu melihat kepolosan
gadis yang masih tergolong cucunya sendiri itu.
"Berdirilah, Cucuku yang manis. Sembah baktimu sudah
kuterima, keterlambatanmu juga sudah kumaklumi, Cah
Ayu...." "Terima kasih, Eyang." Kumala Dewi pun berdiri, kepalanya
masih mendongak, karena ketinggiannya tak seimbang.
"Ada masalah apa, Cah Ayu..." Mengapa kamu mau bikin
ribut lagi di perbatasan Kahyangan ini, hm?"
"Eyang, di dalam gedung yang kami bawa in; ada sejumlah
manusia tak berdosa menjadi korban kesaktian batu intan
biru, yang...."
"Hmm, ya, ya... aku tahu sekarang," potong Dewa Pralaya.
"Aku sudah melihatnya sendiri dari sini, Cah Ayu. Mereka mati
hangus, menjadi patung arang, bukan?"
"Betul, Eyang. Tapi mereka tidak bersalah. Mereka menjadi
korban perselisihanku dengan Madam Ladebra yang kini telah
memiliki pusaka batu intan birunya paman Dewa Wanandra
itu, Eyang. Saya bertanggung jawab mengembalikan
kehidupan mereka seperti semula. Jika tidak begitu, maka
apalah artinya saya hidup di bumi dan diakui sebagai putri
dewa Saya lebih baik tidak usah punya leluhur dewa kalau
tidak bisa mengembalikan kehidupan mereka,Eyang."
"Cah Ayu... jangan murung wajahmu, jangan duka hatimu.
Aku sangat mengerti perasaanmu. Kamu keturunan dewa. Tak
boleh kalah dengan para pecundang iblis."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi, bagaimana dong, Eyang?"
"Biar kutangani masalahmu. Cah Ayu. Tak perlu kau bikin
gaduh ayah ibumu .yang sedang beristirahat di peraduan
asmaranya."
Dewa Pralaya segera mengibaskan kipasnya. Wuuut...!
Kibasan itu menyebarkan cahaya ungu berbintik-bintik seperti
bintang kecil. Cahaya ungu itu segera mengurung bangunan
berlantai sembilan yang di depannya menyerupai miniatur,
sebab ketika pertama kali suara Dewa Pralaya terdengar
bangunan itu menyusut sendiri. Sedikit dem i sedikit menyusut
terus selama suara Dewa Pralaya terdengar menggema di
antara mereka. Kini bangunan itu terbungkus cahaya ungu berbintik-bintik.
Indah sekali kelihatannya, namun besar sekali kesaktian di
dalamnya. Cahaya itu berpendar-pendar terus, tak padam-
padam. "Cah, Ayu...," kata Dewa Pralaya. "Bawa pulang bangunan
itu. Tempatkan kembali pada tempatnya semula, sebelum
mereka yang ada di dalamnya menjadi buta lantaran melihat
keadaan-di s ini."
"Layon, bawa pulang mereka dan kembalikan secepatnya di
tempat semula!" perintah Dewi Ular, tegas namun tak
terkesan galak. Jin Layon pun segera mohon pamit, dan pergi
lebih dulu dengan memanggul bangunan itu yang makin lama
makin membesar kembali.
Kumala masih ingin menggunakan kesempatan atas
pertemuan dengan tokoh yang mengendalikan kematian
semua mahluk itu. la menanyakan tentang rahasia
melumpuhkan pusaka intan biru yang diduga akan dijadikan
senjata pamungkas bagi Madam Ladebra dalam misi balas
dendamnya itu, Tapi sang Dewa Kematian justru tertawa
dalam gumam, menyerupai puluhan guntur menyebar ke
berbagai arah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cah Ayu, kusarankan jangan mencampuri urusan keluarga
Dimas Wanandra. Biarkan putrinya sendiri yang berusaha
merebut batu Intan pusaka itu. Hindari dulu perempuan yang
mendendam padamu itu. Setelah batu intan biru berhasil
direbut Dewi Angora, barulah kau selesa ikan urusanmu
dengan perempuan tersebut Terlalu naif kalau kau
mencampuri urusan keluarga Dimas Wanandra, Cah Ayu."
Pada dasarnya Dewa Pralaya keberatan memberitahu
rahasia mengalahkan intan biru. Agaknya usaha Kumala untuk
membujuk atau mendesak juga akan sia-sia. Ia putuskan
untuk segera menyusul Jin Layon setelah menghaturkan
sembah dan berterima kasih kepada adik dari kakeknya, juga
kepada sang paman penjaga perbatasan. Kumala perlu "
mengawal perjalanan Jin Layon, sebab jika Jin Layon
mengalami hambatan atau tersesat salah arah, dan cahaya
ungu yang membungkus bangunan itu telah padam, maka
orang-orang di dalamnya akan hidup kembali dan mereka
akan buta kalau sampai menyadari keberadaan mereka.
Setidaknya para korban akan hidup kembali dalam keadaan
gila jika sampai mengetahui diri mereka sedang melayang
menembus alam dimensi lain di punggung jin berukuran besar
yang menyeramkan itu.
"Ke mana dia" Masa' sebegini cepatnya aku menyusul tapi
Buron belum kelihatan batang hidungnya"!", pikir Kumala
mulai cemas. "Mestinya sejak tadi sudah tersusul olehku jika ia
melewati jalur ini!"
Maka mulailah Kumala Dewi diliputi kecemasan dan
kebingungan. (Oo-dwkz-234-oO)
Kasus hilangnya bangunan berlantai sembilan, dan para
korban yang menjadi patung arang itu kini sudah termuat di
beberapa surat kabar. Bahkan hampir 90% penduduk Jakarta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mengetahui kasus aneh itu, dan kini sedang ramai
menjadi bahan pembicaraan dari mulut ke mulut. Para ahli
metafisika, beberapa paranormal, dan 'orang-orang pintar' di
bidang supranatural mulai berkumpul di sekitar tempat
hilangnya gedung tersebut.
Entah siapa yang mengkoordinir mereka, yang jelas
berbagai telaan dan teropong gaib telah mereka lakukan. Lalu,
keluarlah berbagai macam pendapat dari masing-masing
paranormal Itu. Sebagian ada yang sama, sebagian lagi
berbeda pendapat. Alhasil kesimpulan yang terkumpul dari
pendapat paranormal itu justru membingungkan masyarakat
awam. Seharian itu matahari bagaikan takut menampakkan
kesaktiannya. Kabut hitam yang sering disebut-sebut sebagai
mendung penampung hujan itu sejak pagi hingga slang
menutupi permukaan matahari. Suasana menjadi sangat
misterius, seakan kota Jakarta terselimuti oleh cuaca yang
mengandung hawa magis. Mereka tak tahu bahwa gedung itu
sedang dibawa ke perbatasan Kahyangan, dan perjalanannya
memakan waktu hampir sehari semalam.
Menjelang petang tiba, hujan gerimis turun rintik-rintik,
membuat beberapa orang yang berkumpul di lokasi kejadian
segera menyingkir. Ada yang meneduh di tempat tak jauh dari
lokasi kejadian, ada pula yang langsung pulang ke rumah atau
ke kantornya bagi para wartawan yang sedang mengejar
berita untuk medianya. Sersan Burhan dan anak buahnya
masih mondar-mandir di sekitar lokasi kejadian, sebab
Pramuda yang telah menyadari kemisteriusan itu ada
kaitannya dengan hilangnya Kumala dan Buron, berkali-kali
meyakinkan para petugas keamanan, bahwa gedung itu pasti
akan muncul kembali.
Ternyata pernyataan Pramuda itu memang benar. Tak
seorang pun,yang melihatnya, ketika di awal petang guntur
menggelegar berkali-kali, cahaya ungu tampak berkelebat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam sekilas. Bumi menjadi terguncang seperti dilanda
gempa kecil.Mereka dikejutkan oleh getaran bumi. Mereka
dibuat beralih perhatian ke bangunan sekeliling lokasi. Dan
ketika mereka menatap kembali ke tempat hilangnya
bangunan tersebut, merekapun tersentak kaget dan saling
berseru menuding ke arah yang sama.
"Hei, lihat... gedung itu sudah kembali!"
"Itu dia gedung yang hilang!"
"Lho, kok sudah ada di situ, ya"!"
"Waaah... para korban sudah dikembalikan bersama
gedungnya!"
"Sejak kapan gedung itu muncul, ya?"
"Mungkin waktu terjadi gempa sekejap tadi!"
Petugas keamanan membentuk pagar betis sangat ketat.
Tidak seorang pun diizinkan memasuki gedung itu. Bahkan
menginjakkan kaki ke halamannya pun dilarang keras. Sersan
Burhan sendiri belum berani mendekati gedung itu. Ia
mencoba menghubungi telepon rumahnya Kumala untuk
mengetahui perkembangan di sana dan menanyakan izin
masuk ke gedung tersebut.
Tapi sebelum hubungan telepon tersambung, suasana
menjadi semakin heboh, karena lampu-lampu di lantai tujuh,
delapan dan sembilan menyala dengan sendirinya. Semula
mereka merasa aneh karena menyangka lampu menyala
sendiri. Tapi setelah mereka melihat bayang-bayang manusia
bergerak hilir mudik di ketiga lantai itu, mereka menjadi yakin
bahwa lampu-lampu itu sengaja dinyalakan oleh beberapa
orang yang ada di ketiga lantai tersebut.
"Tapi di sana kan nggak ada orang"!"
"Benar. Yang ada cuma para korban."
"Lalu, siapa yang bergerak hilir mudik itu"!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gempar. Sekalipun gerimis turun rintik-rintik, tapi hampir
semua orang ingin mendekati gedung itu. Suara histeris
terdengar di sana-sini, karena mereka melihat para korban
yang semula sudah menjadi patung arang itu kini
berhamburan keluar dari lobby bangunan bertingkat sembilan
itu. Ternyata para korban telah hidup kembali, utuh seperti
sediakala. Tanpa luka dan tanpa gangguan jiwa sedikit pun.
Mereka hanya merasa terheran-heran, mengapa sampai
malam tiba mereka masih berada di kantor. Bertambah heran
lagi sete lah mereka melihat banyak orang berkerumun di luar
bataS pagar perkantoran tersebut.
"Hallo, Kumala..." Ini Kumala Dewi, ya..."!" seru Sersan
Burhan ketika hubungan teleponnya tersambung, dan seorang
gadis menerimanya dengan suara khas, lembut serta penuh
persahabatan. "Ada apa, Bang Sersan"!"
"Semua korban hidup lagi. Bagaimana ini"!"
"Bebaskan mereka, biar bertemu sanak keluarganya.
Mereka memang telah bebas dari pengaruh maut kekuatan
gaib."
Dewi Ular 63 Dendam Dukun Jalang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maka, saling berpelukanlah mereka dengan keluarga
masing-masing yang sejak kemarin berdebar-debar menunggu
nasib mereka sebenarnya. Kumala Dewi sendiri tersenyum
lega ketika mendapat kabar para korban telah hidup kembali.
Hampir saja usahanya itu gagal, karena Buron sempat dibuat
tersesat oleh kekuatan delapan pengawalnya Madam Ladebra.
Untung saja kesaktian Ki Sedah Wingit dan si Jura Gaib tetap
mengawasinya, sehingga ketika Kumala Dewi kebingungan
mencari Jin Layon, kedua sahabat itu telah menarik kembali
arah perjalanan pulang Jin Layon. Lalu,Kumala pun
mendampingi asistennya itu, dan kedelapan pengawal iblis tak
ada yang berani mendekat lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun keberhasilan Kumala itu hanya merupakan separuh
dari kemenangannya. Madam Ladebra yang mendengar kabar
hidupnya para korban segera menyusun rencana untuk
melakukan kekacauan yang kedua dan mungkin yang ketiga,
empat hingga seterusnya, la ingin mempermalukan Kumala
sebelum akhirnya nanti akan berhadapan dengan gadis cantik
itu. Kumala sendiri sempat agak canggung menentukan
sikapnya. Haruskah ia menghindari Madam Ladebra selama
perempuan itu masih memegang intan biru" Atau, tetap
menghadapinya dengan terlebih dulu menemui Dewi Angora
untuk mengetahui rahasia 'melumpuhkan intan biru. Tapi
apakah sampai saat itu Dewi Angora telah mendapatkan
petunjuk gaib semedi nistanya"
(Oo-dwkz-234-oO)
6 RIBUAN orang memadati lapangan sepak bola Senayan.
Sore itu dilangsungkan sebuah final antar kesebelasan, yang
masing-masing kesebelasan memiliki penggemar fanatik. Para
bonek pun berdatangan dari luar kota hanya ingin
menyaksikan duel paling seru antara dua kesebelasan yang
dari dulu selalu menimbulkan keributan jika mereka betanding
di lapangan. Entah berapa puluh ribu manusia yang memenuhi
Senayan, sampai-sampai tempat tersebut tak mampu
menampung semua penonton yang membanjirinya.
Petugas keamanan dan panitianya kewalahan menghadapi
serbuan para bonek yang mendesak masuk disetiap pintu
utama. Mereka yang sudah berhasil mendapat tempat di
tribun mulai berteriak-teriakTnemberi semangat para pemain
idola mereka yang sudah bersiap-siap di tengah lapangan.
Tapi ada salah satu penonton yang tidak ikut berteriak-teriak
seperti mereka. Penonton yang dari tadi diam saja dengan
senyum tipis itu adalah seorang wanita berambut panjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita itu tak lain adalah Madam Ladebra, yang dengan
kekuatan gaibnya mampu menerobos masuk melalui pintu
utama, dan tahu-tahu sudah ada di deretan bangku teratas
dari sebuah tribun.
"Kali ini aku punya kesempatan unjuk gigi di mata dunia!"
gumamnya dalam hati. "Ribuan manusia yang memenuhi
tempat ini akan kujadikan arang semua, dan Kumala Dewi
tidak akan mampu menyelamatkan mereka dalam jumlah
sebanyak ini. Hmmm, sebaiknya kukerjakan nanti saja,
menjelang setengah permainan. Supaya yang berada di sini
semakin padat, dan kematian mereka akan lebih mengguncangkan dunia!"
Madam Ladebra benar-benar ingin bikin sensasi gila-gilaan.
Dengan intan biru yang disembunyikan di dalam tas kecilnya
itu ia akan membunuh semua orang yang ada di sekeliling
Senayan. Tentu saja hal itu akan membuat Kumala nantinya
kewalahan menghadapi kematian sekian banyak orang. Tak
mungkin rasanya jika Kumala harus mencabut Senayan dan
membawanya ke perbatasan wilayah Kahyangan, seperti yang
dilakukan atas gedung bertingkat sembilan itu.
Tapi ketika pertandingan sudah berlangsung seperempat
permainan, tiba-tiba Madam Ladebra berubah pikiran.
Pandangan matanya mulai sering tertuju kepada seorang
pemuda berambut ikal, bercambang tipis, dan bertubuh
macho. Pemuda itu bersorak-sorai kegirangan ketika
kesebelasan idolanya melakukan penyerangan ke gawang
lawan la tak tahu, atau pura-pura tak tahu, bahwa dirinya
sedang diperhatikan oleh sepasang mata galak berkesan
mesum. Pemuda itu berdiri di depan Madam Ladebra, sedikit
ke arah kanan. Gol pertama membuat Senayan bergemuruh. Penonton di
tribun saling berdesakan. Madam Ladebra sempat terdorong
ke depan. Entah bagaimana, tahu-tahu Madam Ladebra sudah
berada bersebelahan dengan pemuda macho bercambang tipis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Si pemuda masih diliputi perasaan girang, sehingga
celotehnya berhamburan menyanjung-nyanjung pemain yang
berhasil memasukkan bola kegawang lawan tadi.
"Ajaib! Benar-benar ajaib Masa' dengan melambung begitu
dia masih sempat menyundul bola dengan arah yang tepat.
Gila kan itu"! Tapi... tapi memang cuma dia pemain yang
profesional dari dulu. Betul nggak, Tante?"
"Profesional dan proporsional, menurutku."
"Ya, ya... maksud saya juga begitu. Saya paling kagum
sama pemain yang satu itu. Kagum sekali deh."
"Sayang-sekali kalau dia harus keluar lapangan , dan
digantikan dengan yang lain."
"Ah, saya rasa. itu nggak akan terjadi, Tante. Masa' pemain
sehebat dia mau digantikan sama pemain yang belum tentu
memiliki potensi yang sama?"
"Lihat aja nanti. Pasti dia digantikan sama pemain
cadangan."
"Ha, ha, ha, ha... itu nggak mungkin deh. Berani taruhan
apa, hayo"!" pemuda itu tertawa-tawa sambil menantang
serius. "Kalau dia diganti pemain cadangan, kau sanggup
memberiku hadiah"!"
"Boleh. Tapi kalau sampai permainan terakhir dia nggak
diganti, Tante yang kasih hadiah pada saya" Okey?"
"Okey...! T api... apa hadiah yang akan kau berikan padaku
seandainya taruhanku menang?"
"Terserah. Tante boleh pilih, mau hadiah apa" Saya sih siap
saja memberikannya. Asal jangan mahal-mahal."
Madam Ladebra tertawa kecil sambil manggut-manggut.
Petualang Asmara 12 Anak Pendekar Mu Ye Liu Xing Seri Thiansan Karya Liang Ie Shen Pendekar Bloon 4