Pencarian

Misteri Santet Iblis 2

Dewi Ular Misteri Santet Iblis Bagian 2


semua pihak akan bertanya 'masa' sih "
Dewi Ular bersikeras untuk tetap menolak undangan tersebut, sementara Dewa
Bahakara membujuknya terus dengan tutur
je?akanya yang bemakna serius. Tapi agaknya Dewi Ular masih tergores kenangan
masa kecilny?, di mana ia dibuang dari
Kahyangan lantaran dianggap anak haram. Kenangan masa kecil itu membuat bekas
luka di hatinya, sehingga dalam keadaan seperti sekarang ini Kumala merasa
pantas dan perlu melakukan penolakan.
"Ya, ya. aku sudah perhitungkan langkah mbalelo-mu itu,
Kumala," kata Dewa Bahakara sambil cengar-cengir. Ia berjalan pelan-pelan
membentuk Iingkaran, mengelilingi Kurnala yang berdiri dengan bertolak pinggang
dan dahi berkerut tajam, Menampakkan rasa protesnya yang dari dulu hanya bisa
tertahan dalam hati.
"Terserah.. Paman mau perhitungan yang bagaimana saja akan kulayani. Yang jelas,
aku menolak panggilan Kahyangan ! "
"He, he, he... Kata-katamu ini pun sudah kuperhitungkan juga.
Dan, kau pasti menyangka aku akan menggunakan kekerasan untuk memaksamu agar mau
kubawa ke Kahyangan. Begitu kan?"
"Terserah. Mau kekerasan bagaimana pun akan kuhadapi,
Paman." "Oooo, no, no, no... " Si Bokis menggeleng-gelengkan jari
teiunjuknya di depan hidung.
"Kekerasan sudah kuperhitungkan; kalau bukan aku yang
bonyok, kamu yang penyok. Dan, itu sengaja kuhindari. Meski pun aku punya hak
untuk memaksamu dengan kekerasan apapun,
sesuai kesepakatan sidang para dewa, tapi aku tidak akan rnau menggunakan
kekerasan tersebut. Bagaimana pun juga kau adalah anak dari sahabat karibku.
Mana tega aku adu kesaktian beneran sama kamu, Ndok, Ndok.. "
"Kalau begitu, silakan Paman pulang dan sampaikan salamku
pada mereka, bahwa aku tak mau masuk Kahyangan, sebelum
kudapatkan cinta sejati, sebagaimana ketentuan naif yang sudah ditetapkan di
sana!" "Aku harus pulang" Tanpa kamu" Waaaah, ya nggak bisa dong.
Untuk apa aku dipercaya sebagai utusan terhormat dengan misi eksklusif kalau
pulang dengan tangan kosong" Mau ditaruh mana mukaku, hah" Mau ditaruh mana"
Ditaruh sembarangan takut
digondol biawak. He, he, he ... "
Dewi Ular diam memandangi si mukatua berjalan memutarinya
sambil terkekeh-kekeh. Sikapnya yang tanpa emosi dan sering terkekeh membuat
Kumala curiga, pasti ada sesuatu yang akan dijadikan andalan buat melakukan
pemaksaan. Sesuatu tersebut tentulah sesuatu yang sulit diduga-duga oleh siapa pun. Sebab,
umumnya seorang utusan terhormat akan
melakukan tindak pemaksaan dengan cara apapun,
demi keberhasilan tugasnya. Setidaknya, adu kesaktian. Tapi, pada diri si Bokis ini
tidak tampak sama sekali niat untuk mengajak adu kesaktian atau melakukan
tindakan kasar. Kumala jadi cemas sendiri memikirkannya.
"Sekali lagi kuminta kepastianmu, mau kubawa ke Kahyangan
atau tetap menolak?"
"Paman saja yang kembali ke Kahyangan. Aku tetap menolak!"
"Okeh, okeh. aku akan kembali ke Kahyangan. Tapi tolong jaga dan rawat baik-baik
kekasihmu itu tadi, ya?"
Seperti tersiram uap panas wajah Kum?la mendengar celoteh
Dewa Bahakara. Kepalanya sempat tersentak mundur. Matanya
menatap tajam bak ujung tombak.
"Apa maksudmu, Paman"! Apa yang telah kau perbuat pada
Rayo"!"
"He, he: he he...," Dewa Bahakara memperpanjang tawanya,
sambil berjalan agak cepat menghindari Kumala yang berusaha menghampiri Iebih
dekat lagi itu.
"Paman, katakan ada apa dengan Rayo"!"
"Cowokmu itu... dalam waktu dekat dia akan hamil, terus
melahirkan. Ceprrooot.. Hi yyy he, he, he,he..."
"Apa. "! Rayo akan hamil"!" Kedua mata indah Kumala
membelalak sangat lebar. Di luar pendapa, Sandi dan Buron ikut terkejut
mendengarnya. "Sewaktu aku masuk dalam raganya, aku sempat merubah
perangkat lunak di dalam perut dan kantung kemihnya, menjadi perangkatnya
seorang wanita. ini memang sudah kurencana kan.
Lalu, di dalam perangkat wanita itu kutaruh janin yang dapat tumbuh subur dan
pesat. Dalam waktu singkat Rayo akan hamil dan melahirkan bayi mungil lewat...
lewat... Waduh, lewat mana lahirnya ya?" Dewa Bahakara ganik-garuk kepala.
"Paman benar-benar keji!" geram Dewi UIar. Amarahnya akan
memuncak. Tapi terpaksa harus ditahannya karena Dewa Bahakara segera berkata
dengan suara tuanya.
"Kalau kau menyerangku, maka bayi itu akan semakin cepat
menjadi tua, karena tali pusar bayi itu telah kutelan sebelumnya.
Menyatu dengan darahku. Semakin sering darahku terkena
hantaman semakin cepat pertumbuhan janin itu, alias bengkak."
"Hii h ..!" Dewi Ular menggeram jengkel sendiri,
"Ayo, pukul ah aku kalau kau berani" Pukul ah ... ! Ha, ha, ha...
Ingat, kau tadi telah menyerangku cukup keras, dan janin itu sekarang sudah
semakin lebih besar dari saat kumasukkan dalam perut kekasihmu."
Dewi Ular terengah-engah menahan marah, ia mencoba untuk
tenang kembali. Ia berusaha untuk tidak gusar dan panik. Namun ia tetap sedih
dan diliputi kecemasan membayangkan seorang lelaki sejantan Rayo akan melahirkan
bayi dari kandungannya. Oooh, sungguh berita yang menggemparkan sekaligus
memalukan. "Kalau kau bisa hancurkan kandungan itu, silakan. Ada dua
akibat yang bakal terjadi kalau kau coba hancurkan janinnya.
Pertama, kamu akan ternoda karena membunuh janin. Kedua janin hancur, kekasihmu
bisa juga ikut hancur. Hee, hee, hee, hee..
Ka?dungan itu bisa kukembalikan kepada pemiliknya dengan
menggunakan kesaktianku. Hal itu akan kulakukan kalau karnu sudah.selesai
menghadap ke Kahyangan. Bagaimana Ready"!"
"Licik sekali dia! Memindahkan kandungan orang ke dalam perut Rayo dan
mengemasnya menggunakan lapisan hawa gaib, sehingga janin bisa cepat besar, dan
dirinya selamat dari amukan Kumala karena darahnya dihubungkan dengan sang
janin!" Buron menggeram kesal. Tapi ia segera meralat pendapatnya
sendiri. "Licik apa cerdik sebenarnya" Semua ia lakukan untuk
menghindari pertarungan fisik dengan Kumala, karena Kumala anak dari sahabat
karibnya. Menggantikan rasa tak tega harus melukai Kumala, ia menggunakan Rayo
sebagai media siasatnya. Hmmm, cerdik dia. Bukan licik. Pantaslah k?lau Kurnala
tak berani menghajarnya sejak tadi"!"
Dewi Ular dalam ancaman unik dan menjengkelkan. Sulit baginya untuk mengambil
keputusan; memenuhi panggilan Kahyangan, atau bersikeras menolak sesuai
pendiriannya" Tapi, jika ia tetap menolak, apa jadinya dengan Rayo narti"!
"Sandhi, panggil Rayo...! "
Itulah sebabnya Sandhi terburu-buru pergi menemui Rayo.
Dalam benak Sandhi pun tersimpan kecamuk yang meresahkan. Ia ikut prihatin kalau
Rayo sampai benar-benar hamil. Sandhi
menyimpan kecemasan itu di saat ia memberitahu Rayo, bahwa Kumala mmanggilnya.
Ketika mendengar Rayo dipanggil Kumala, dan Rayo pun
bergegas pergi, seketika itu gerakan mata Joddi nanar dan labil.
Melirik ke arah pergi.. nya Rayo dan Sandhi, tapi juga segera kembali
memperhatikan Brama yang sedang bicara serius dengan Kumala.
"Gila! Mana yang bener sih"!" gumam hati Joddi, "Rayo dipanggil ke belakang oleh
Kumala"! Lha, bukankah Kumala ada di sini, sedang menyimak
kata-katanya Brama"!'Tapi
kenapa Rayo dibilangin kalau dia dipanggil Kumala"!"
Joddi berusaha mau memotong kata-katanya Brama, namun tak
ada kesempatan untuk mel?kukannya. Bram bicara nyerocos.
Kumala duduk di bangku bekas tempat Rayo tadi.
Dalam hatinya Joddi bertanya lagi, "Apakah di rumah ini ada dua Kumala" Yang
satu di belakang sana, yang satunya ada di depan gue ini" Aaah, masa iya sih"!
Kayaknya nggak mungkin deh. Kalo benar di sana Rayo sedang bicara dengan Kumala,
lalu.. yang cewek ini siapa"! Wah, nggak beres nih. Jangan-jangan cewek ini
bukan Kumala yang asli"! Bram harus segera dikasih tahu. Hmmm, tapi gimana gue
ngasih tahunya, dia nyerocos terus gitu"! Hmmm, apa gue bisikin aja dia ya"
Atau..." Joddi semakin salah tingkah sendiri. Sementara itu Brama dan gadis di depannya
sama sekali tak menghiraukan gerak-gerik Joddi yang serba salah. Joddi rnulai
merasakan bulu kuduknya semakin meremang. Kulit lengannya kini nyata-nyata
merinding dengan bintik-bintik kian kasar.
Joddi mendengar gadis itu berkata pada Brama dengan tegas.
"Okey, kita ke sana sekarang aja, Bram." Ia pun bangkit dari duduknya sambil
menambahkan kata, "Aku ambil jaket dulu."
Kemudian ia melangkah masuk dengan gerak pinggulnya yang amat menggoda.
Joddi buru-buru menank lengan T-shirt Brama. Tegang.
"Lu nggaknyadar apa"I"
Brama berkerut dahi menatapnya. "Apaan sih?"
"Dia bukan Kumala Dewi yang asli !"
"Ah,ngaco aja lu."
"Rayo pergi kebelakang karena dipanggil siapa?"
"Dipanggil ..... " Brama tercenung seketika.
"Dipanggil siapa, hah"! Dipanggil Kumala kan?"
"Hmnim,iyyaa...tapi ..... "
"Tapi lu sendiri lihat kan" Lu sendiri yang bicara nyerocos sama Kumala, kan?"
cecar Joddi meyakinkan Brama, dan membuat Brama makin tertegun bungkam. Seakan
ia baru saja mendapatkan
kesadaran jiwanya.
Joddi makin beruara membisik.
"Berarti yang bicara dengan lu tadi bukan Kumala Dewi."
"Apa iya"!" Brama ikut berbisik juga. "Masa' indera keenam lu nggak bisa
ngerasain perbedaannya, sih"!'
Dahi Brama makin berkerut. Diam sejenak, lalu menggeleng.
"Gue nggak ngerasain apa-apa tuh."
"Payahlu. .. !" Joddi bersungut-sungut. "T?pi aroma wangi dari badannya tadi
adalah aroma khas milik dia. Lu juga nyium bau wanginya kan?"
"Iya. Iya sih. Tapi... tapi gue ..... "
Kini ganti Joddi yang berada dalam kebimbangan pendapatnya Brama pun masih tetap
dalam keraguan, karena hatinya masih
bertanya-tanya, benarkah pendapat Joddi" Jika benar, lalu siapa cewek cantik
yang serupa persis dengan Kumala tadi"
-ooo0dw0ooo- 4 ADA hembusan angin kencang menjelang pukul tiga dini hari.
Dua buah mobil meninggalkan rumah Kumala Dewi. Mobil Lexus hitam berisi Kumala
D?wi dan Rayo, sementara di mobilnya Brama terdapat Joddi dan Brama sebagai
pengemudinya. Rupanya telah dicapai kesepakatan antara Kumala dengan Dewa Bahakara, sehingga
Kumala bisa pergi menuju rumah Shafina, sedangkan Dewa Bahakara menunggu di
rumah Kumala. Oleh
karena itu, Kumala tidak mengajak serta Sandhi dan Buron, supaya sang dewa
utusan terhormat dari Kahyanganitu ada yang melayani jika mengingin kan sesuatu.
"Ron, kok lu diam di kamar terus sih " Ajak ngobrol tuh tamu kita," tegurSandhi
saat menyempatkan diri masuk ke kamarnya.
"Lu aja yang ngobrol sama dia."
"Kenapa bukan elu aja " Elu kan punya pengetahuan tentang
alam sana, sedangkan gue nggak ngerti apa-apa. Kalau dia ajak gue ngomongin
masalah gaib, guenggak bisa nimpalin dong, Jadi, sebaiknya elu aja yang nemenin
tamu kita."
"Ogahl" Buron agak menyentak, bersungut .
"Emang kenapa sih, lu kok jadi mengkerut begitu " Tadi lu
kayaknya napsu banget pengen lakukan pembalasan, sekarang kok nggak lagi?"
"Yaah, tadi gue belum tahu kalau dia dewa. Gue kirain sejenis siluman atau iblis
songong. Untung aja tadi sempet gue denger
Kumala sebut dia 'paman dewa'. Coba kalo gue nggak denger, bisa-bisa begitu
Kumala pergi, gue timpe tuh tamu dari belakang."
Sandhi tertawa kecil. "Makanya, jangan suka punya dendam
Kalau salah paham begitu apa nggak tambah bonyok jeroan lu?"
"Cerewet luh, San. Udah sana, temenin dia!"
"Dia dewa apaan sib, Ron?"
"Dewa Bahakara. Dia penguasa segala sesuatu yang mengandung kelucuan dan penabur tawa."
"Oo, pantas lu tadi dihajar di? tapi tetap ketawa."
"Nah, lu kalo mau dengerin cerita-cerita lucu, sama dia noh!
Anekdot-anekdotnya banyak. Sana ajakin dia ngobrol, ntar kan kejenakaannya
keluar dengan sendirinya. Lu bisa ketawa sampai akhirnya mati kehabisan napas."
"Yaah, ogah, ah... ntar mayat gue cengar-cengir terus, sampai ke liang kubur
masih cengar-cengir kayak mayat nggak mati-mati."
Buron tertawa, tapi ditahan Begitu pula Sandhi.
Pada akhimya mereka berdua sepakat keluar dari kamar, samasama menemani Dewa
Bahakara sambil menunggu Kumala kembali dari rumah dukanya Shafina.
Seandainya malam itu Brama dan Joddi tidak datang ke rumah Kumala dan membawa
kabar kematian Lennia, mungkin sudah sejak tadi Kumala melakukan perjalanan
astral-nya bersama Dewa Bokis menuju Kahyangan.
"Paman memang pantas dijuluki oleh ayahku sebagai dewa
Bokis!" kata Kumala sebelum terjadi kesepakatan bersama. Katanya lagi, "Nama itu
cocok sekali buat Paman, karena menurutku Paman memang Bokis, alias licik,
cerdik dan unik,"
"He, he, he, he. ., tak usah banyak knitik,Kumala. Sebaiknya kita berangkat
sekarang juga, supaya urusanmu cepat selesai, dan perut kekasihmu belum
tenlanjur bengkak dan belum terlanjur beranak."
"Begini saja. . ..!" tegas Kumala masih bernada kesal, karena kali ini ia merasa
sebagai pihak yang kalah dari pertandingan yang memuakkan itu.
"Aku bersedia Paman bawa ke Kahyangan, tapi aku minta waktu untuk selesaikan
suatu masalah yang sudah terlanjur ada di depan batang hidungku ini! Aku harus
pergi ke rumah duka untuk melihat siapa yang kali ini punya ulah keji di alam
kehidupan manusia ini?"
"Apa itu penting?"
"Barangkali buat Parnan nggak penting, tapi bagiku ini persoalan yang sangat
penting dan gawat Harus kutuntaskan terilebih dulu.
Biar nanti saat kutinggal ke Kahyangan tidak ada lagi manusia yang menjadi
korban kekejian kasus ini. Santet tingkat tinggi, kata temanku di depan tadi."
"Santet itu bukan persoalan yang sangat penting. Toh bisa kamu selesaikan sambil
menguap atau sambil gosok gigi" Kamu kan anak dewa yang lahir tunggal dan
memiliki kesaktian tinggi. Masa'
persoalan santet saja kamu pandang sebagai sesuatu yang penting dan gawat'
"Bukan santetnya yang gawat, tapi pelakunya. Jadi, kalau Paman dewa nggak mau
bantu aku dengan memberikan waktu, maka aku juga nggak mau ikut ke Kahyangan,
dan Paman pasti akan kena hukuman kalau pulang tanpa membawa diriku. Bukankah
begitu?" Dewa Bahakara terkekeh lagi.
"Hiieeh, heeeh, heeeh, heeeh... Kalau memangg begitu aturan mainnya, aku oke-oke
saja, Honey. Tapi ingat, kamu jangan coba-coba ingkari janji atau berusaha
memperdaya diriku, nanti
kekasihmu bisa makin celaka menanggung murka."
"Paman sebaiknya nggak perlu pakai ngancem begitu. Aku nggak suka diancem-


Dewi Ular Misteri Santet Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ancem." "Wel , wel , wel ... silakan jalan, dan selesaikan secepatnya! Aku menunggu di
sini sampai kau datang dan kits berangkat ke
Kahyangan' Hee, hee, hee, hee... Tapi ngomong-ngomong, kamu nyimpen VCD lagu
lagunya Rolling Stone nggak?"
"Buat apa sih" Dewa kok mau muter lagu-lagunya Rolling Stone?"
Aku cuma mau nyocokin apa kata dewa-dewa muda di sana.
Mereka sering bilang, wajahku mirip Mick Jegger. Apa bener sih?"
Kumala sengaja tak menjawab. Hatinya masih dongkol, karena Rayo dijadikan
sandera yang terancam hancur harga dirinya, masa depannya, serta seluruh
kehidupan pribadinya.
Rayo memang sempat panik ketika mendengar kabar tentang
kehamilannya. Tapi dengan bantuan hembusan hawa saktinya
Kumala berhasil menenangkan jiwa Rayo, bahkan berhasil
meyakinkan pemuda gagah itu dengan mengatakan, bahwa
sebelum kehamilan itu benar-benar terjadi, ia sudah bisa
menyelesaikan urusannya dengan pihak Kahyangan. Jadi, Rayo tak perlu khawatir
akanjadi bahan cemoohan orang-orang di sekitarnya.
"Kumala, sebelum kau pergi ada yang ingin kuingatkan padamu,"
ujar Dewa Bahakara yang membuat Kumala spontan menoleh ke
belakang, menatapnya dengan mata sedikit mengecil. Seakan ingin menembus
kedalaman lubuk hati si dewa Bokis itu, untuk
mengetahui lebih dulu apa yang ingin dikatakannya. Namun dewa Bokis lebih dulu
melanjutkan ucapannya dengan masih tetap
memamerkan senyum ketuaannya.
"Jangan sering gunakan raga kembarmu untuk masalah yang
tidak terlalu penting"
Kumala menggumani dalam hati, "Oo, rupanya dia tahu kalau
tadi aku menggunakan Aji Pemisah raga kembar untuk menemui Brama dan Joddi,
supaya raga asliku tetap bisa berunding
dengannya. Hmmm, peka sekali radar gaibnya?"
"Aji Pemisah raga kembar jika terlalu sering digunakan dapat mempersempit aliran
darahmu" "Ya, terima kasih atas saranmu, Paman."
Lalu, Kumala masuk ke kamarnya. Dalam waktu hanya dua detik sudah keluar kembali
dengan pakaian sudah berubah. Kini ia mengenakan jaket blue jeans warna belel,
dan bergegas ke teras menemui Brama dan Joddi.
Saat itu mereka berdua sedang diliputi keresahan akibat
pendapat Joddi yang mengatakan bahwa cewek yang bicara dengan Brama tadi bukan
Kunala Dewi yang sebenarnya. Gelagat mereka diketahui oleh Kumala.
"Tenang aja, Jo Kumala menyunggingkan senyum indahnya yang amat menawan, sambil
melanjutkan kata, "Aku Kumala yang asli kok."
Joddi paling kencang melepaskan napas leganya. Pernyataan itu telah membuat
mereka segera mengakhiri keragu-raguannya, untuk kemudian kembali terfokus pada
persoalan jenazah Lennia yang diduga tewas akibat santet tingkat tinggi tu. -
Beberapa orang yang sempat mendengar keterangan Shafina
mengenai pendapat Brama tadi, ternyata juga mempunyai dugaan yang sama. Kekuatan
gaib yang menewaskan Lennia diyakini
sebagai kekuatan gaib yang langka. Sebab, memiliki beberapa hal yang tidak
wajar. Ketidak wajarannya bukan hanya terletak..pada proses kematian mendadak serta
keganjilan ekspresi wajah mayat sja, melainkan ada keanehan lain yang baru
mereka temukan setelah lewat tengah rnalam.
Bau busuk mulai menyebar dati tubuh mayat Lennia. Bau busuk itu makin lama makin
kuat dan mengalahkan wewangian apa saja yang digunakan di sekitar tempat jenazah
disemayamkan. Semakin jarum jam menjauhi angka 12 semakin kuat aroma
kebusukannya, bahkan mencapai radius 50 meter. Dari jalanan depan rumah Shafina
bau busuk itu sudah bisa tercium dan sangat memualkan. Sudah tentu seisi rumah
itu dipenuhi oleh bau busuk yang menyengat. Bunga, parfum, setanggi, kemenyan,
semuanya, sudah digunakan untuk melawan bau busuk itu, namun tidak ada satu pun yang
berhasil meredam aromanya.
"Taburi bubuk kopi di sekitar tempat jenazah," usul seorang tetangga. Usul itu
didukung oleh yang lain. Shafina dan keluarga sibuk menaburkan bubuk kopi sampai
ke ruangan lainnya. Tetapi aroma kopi ternyata tetap saja tak dapat digunakan
untuk menangkal tajamnya bau busuk dari mayat Lennia.
Beberapa orang sampai tak sanggup menahan kemualannya,
sehingga mereka pun terpaksa muntahdi sembarang tempat.
"Aneh sekali. Nggak sewajarnya bau busuk ini ada," ujar salah seorang pemuka
masyarakat yang ikut melek-melek di rumah duka.
"Kalau toh ada bau busuk, bisanya nggak segila ini, ya Pak?"
"Nggak segila ini. Lagi pula, almarhumah meninggal kan baru saja, belum ada enam
jam kok. Tapi kenapa sampai sebusuk ini, ya?"
"Kalau kematiannya oleh sebab sesuatu yang wajar, mestinya ya nggak sampai
begini, Pak. Karena kematian Lennia sangat tidak wajar, maka hal seperti ini pun
bisa saja terjadi."
Dua mobil datang. Diparkirkan agak jauh dari rumah duka,
karena sudah tidak ada tempat kosong di dekat rumah tersebut.
Dua mobil itu tak lain adalah Brama dan Joddi yang berhasil membawa paranormal
cantik dan sexy itu. Pada saat mereka turun dari mobil, secara refleks tangan
mereka langsung membekap hidung masing-masing, kecuali Kumala.
"Gila' Apa bau busuk ini datang dari rumah Shafina"!" ujarJoddi.
"Kayaknya iya nih. Lihat aja tuh orang-orang yang ada di teras dan halaman.
Mereka saling menutup hidung juga." Setelah berkata begitu, Brama meludah dua
kali, kemudian mengambil saputangan dari saku celananya dan membekap hidung
serta mulutnya .
"Kasihan sekali nasibnya," gumam Kumala pelan. "Sudah jelas aroma busuk ini
adalah bagian dari kekuatan black magic yang menewaskan korban. ini aroma busuk
bukan dari alamkita, Yank."
"Maksudmu, bau busuk ini berasal dan alam lain?"
"Ya. Aku sening melewati tempat yang berbau busuk seperti ini di alam sana."
Kumala tetap tenang. Melangkah tak terlalu cepat sambil
tangannya memegangi lengan Rayo Pasca. Tangan kanan Rayo
sendiri juga menutupi hidungnya. Namun,tangan itu segera ditarik turun oleh
Kumala. "Nggak usah pakai nutup hidung segala, ah. Norak."
"Tapi baunya memual kan nih. Busuk sekali, Lala"
"Ah, apa benar kau mencium bau busuk " apakah bukan karena kamu terpengaruh
mereka yang menutup hidung semua, lalu kamu tersugesti untuk ikut menutup
hidung, seolah-olah mencium bau busuk" Hmnm, coba tarik napas dalam-dalarn dan
rasakan betul, apakah ada bau busuk yang masuk hidungmu " Ayo, lakukan...
naaah, terus... terus. Lepas kan pelan-pelan lewat hidung. Jangan lewat mulut.
Hmmm, yaaah..." Sambil melangkah mendekati rumah Shafina, hal itu dilakukan Rayo
beberapa kali. Bahkan Brama dan Joddi ikut-ikutan melakukan hal yang sama.
Sebelum mereka tiba di halaman rumah,
mereka saling berpandangan dengan heran. Ternyata mereka tidak mencium bau busuk lagi. Justru
yang tercium oleh mereka adalah aroma wangi yang lembut, khas, namun sulit
ditemukan di counter parfum mana pun.
"Bram, lu tahu bau wangi apa ini" Coba tebak," bisik Joddi.
"Bau badannya Kumala," jawab Brama pelan sekali.
Joddi mengangguk membenarkan.
Hati mereka bergumam kagum. Aroma wangi bunga Cendanagiri
yang keluar dari tubuh Dewi Ular itu,ternyata marnpu mengalahkan bau bangkai
busuk yang tak lazim.
Bahkan ketika Kumala melintasi halaman untuk menuju teras, orang-orang yang ada
di halaman sudah berani melepaskan tangan dan tidak menutup hidung lagi.
"Waaah, sekarang baru bisa bemapas gue," ujar salah scorang tamu.
"Parfumnya merek apa tuh cewek " Kok wangi banget, tapi
wanginya enak gitu Iho. . .Nggak norak,nggak menyengat dan eeh, kok gue jadi
bergairah nih" Waah, gawat.. Wanginya napsuin Hihihi... gue pulang dulu, ah.
Mumpung belum kepagiain..."
Semua orang yarg ada di situ merasa kagum dan terheran-heran memandangi Kumala
d?wi Bukan hanya kecantikannya yang
menawan, namun juga aroma wangi bau tubuhny? sangat
mengherankan. Awet dan mengalahkan bau busuk yang sejak tadi menyiksa pernapasan
mereka. Bahkan ketika Kumala masuk ke ruang tengah, tempat di mana jenazah disemayamkan
dengan Iantai betabur bubuk kopi, ternyata seluruh ruangan menjadi harum
semerbak. Keharuman itu
menyebar memenuhi seluruh rumah itu, sampai ke halaman
belakang dan sekitar kandang ayam.
"Maaf, boleh saya membuka kain kerudung jenazah?" kata
Kumala dengan lemah lembut kepada tantenya Shafina, karena orang itu berada
paling dekat dengannya.
Setelah mendapat izin, Kumala pun dengan tenangnya membuka kain penutup jenazah
pada bagian wajah saja.
Rayo langsung melengos begitu melihat ekspresi wajah mayat Lennia. Menurutnya
ekspresi itu bukan saja menyeramkan, namun juga sangat menyedihkan. Tak tega
Rayo memandangnya lebih dari lima hitungan. Namun, lain halnya dengan Kumala.
Gadis cantik yang rambutnya digulung asal-asalan itu justru memperhatikan wajah
jenazah lebih dekat lagi Tak ada rasa takut atau jijik. Padahal selain ekspresi
wajah jenazah menyeramkan, kulit wajah itu pun mulai lembek Mengandung cairan
pembusuk yang berwarna kehitam-hitaman.
Beberapa saat kemudian, Kumala mengusap wajah jenazah
dengan tangan kanannya. Seeet.seeet... seeet....! Tiga kali usapan tangan Kumala
telah membuat orang yang memandangi jenazah
menjadi tercengang.
Mereka tak bisa bicara karena begitu herannya melihat wajah jenazah sudah tidak
mengerikan lagi. Kelopak matanya sudah terkatup rapat, mulutnya tidak ternganga
lagi, dan bentuk tulang rahang yang semula miring ke kanan sekarang sudah dalam
posisi normal. Lennia seperti sedang tidur dengan nyenyak. Kulit wajahnya yang tadi lembek dan
mulai berair sekarang kering, pucat, namun halus.
"Ajaib sekali. . .!! Secepat itu semuanya berubah menjadi
normal"!" gumam Joddi dengan mata masih terbuka dan tanpa
berkedip sedikit pun.
"Terima kasih.... terima kasih sekali...Neng, terima kasih ya, Neng "
"Iya, iya, sama-sama... iya....sama-sama...."
Hampir semua keluarga Shafina menghampiri Kumala Dewi untuk mengucapkan rasa
terima kasihnya, karena kehadiran Kumala
dianggap suatu penyelamatan yang sangat berharga bagi gengsi keluarga Shafina.
Jika sejak tadi mereka menahan rasa malu dalam gumpalan duka, kini mereka hanya
mempunyai duka tanpa rasa malu lagi. Sebab, keadaan jenazah Lennia sudah normal,
dan tidak menimbulkan kecurigaan negatif bagi siapa pun.
Tadi sempat beredar beberapa rumor yang mengatakan,
ketidakwajaran jenazah Lennia disebabkan karena semasa hidupnya
Lennia banyak menyimpan dosa. Ada pula yang menyangla Lennia tevas karena
dijadikan tumbal kekayaan orang tuanya.
Malahan ada yang mengatakan bahwa kondisi mayat Lennia
sedemikian menyedihkan nya karena anak itu menanggung beban dosa dan orang tua
atau leluhumya .
Dengan kondisi jenazah yang sekarang, tentunya anggapan-
anggapan negatiftadi akan berangsur-angsur hilang dengan
sendirinya. 'Tidak menjadi buah ornongan yang berkepan jangan.
Apalagi saat itu Kumala sempat memberikan penyataannya di antara kerumunan
kerabat dekat almarhumah
mengenai penyebab
kematian tersebut.
Kumala memberikan pernyataan setelah secara formal Brama
memperkenalkan kepada mereka tentang siapa Kusaala sebenarnya dan reputasi yang
diraihnya di dunia supranatural selarna mi.
"Saya sangat berharap agar jangan ada lagi yang berprasangka buruk terhadap
kematian Lennia ini. Secara pribadi almarhumah adalah sosok pribadi yang balk.
Dia meninggal bukan karena menjadi tumbal, bukan karena kutukan, tapi karena
menjadi korban kejahatan gaib hitam dari seseorang. Kekuatan gaib yang digunakan
oleh pelakunya memang cukup tinggi,berbahaya dan sangat
mematikan.Tapi jujur saja saya katakan, saya belum bisa
mengetahui siapa pemilik kekuatan gaib itu. Begitu juga mengenai
motivasinya,masih belum bisa terdeteksi secara pasti."
Kumala Dewi menghentikan bicaranya sesaat Ia memikirkan
masalah apalagi yang perlu ia sampaikan di depan orang-orang berduka itu.
Namun sebelum suara Kumala terd?ngar lagi, mereka sudah
lebih dulu mendengar suara si bungsu Ricko yang berdiri tak jauh dan tempat
jenazah Lennia dibaringkan.
Suara itu telah memancing perhatian mereka, sehingga Ricko menjadi agak takut
dan sedikit gugup.
"Saya boleh tanya, Kak?"
"0, ya. Boleh, boleh. .! Silakan, mautanya apa?"
Seulas senyuman bidadari tersungging tipis di sudut bibir Kumala.
Justru karena tipisnya senyuman itu, maka kecantikan Kumala tampak lebih anggun
dan lebih menggemaskan hati lawan jenisnya.
"Silakan, kok malah diam " Mau tanya apa " " ulang kumala
"Hmm, eeh... apakah... apakah orang yang sudah meninggal masih punya sisa napas
terakhir dan... dan bisa keluar dengan sendirinya?"
Cukup aneh pertanyaan murid SMA ini. Wajar kalau menjadi
pusat perhatian mereka. Oom Harry, adik dari mamanya Ricko, buru-buru mendekati
Ricko. Ia menyangka Ricko mengalami kondisi kejiwaan yang labil akibat duka yang
terlalu dalam itu.
"Maksud pertanyaanmu apa sih" Nggak usah tanya macem-
macem deh, ntar bikin hati mamamu tambah sedih Iho. Mending Ricko ikut Oom ke
teras yuk" udaranya segar di sana .... " sambil menarik pelan lengan Ricko.
"Aku baik-bajk aja kok, Oom. Aku cuma tanya begitu, apa salah?"
"Nggaksalah," sahut Kumala Dewi. "Tapi kenapa kamu tanya soal sisa napas
terakhir tadi?"
"Baru saja saya lihat kain penutup wajah jenazah bergerak dua kali, Kak. Seperti
ada... ada napas yang terhembus dari bawah kain."
Semua diam. Sepi. Semua menatap jenazah. Semua berpikir,
apakah pertanyaan Ricko sesuatu yang serius atau sekedar
pertanyaan yang ngaco" Oom Harry membujuk Ricko agar mau
diajak pergi keteras. Biar tenang. Tapi ajakan itu justru dicegah oleh Kumala
yang segera mendekati Ricko.
"Biar dia bersama saya, Oom," kata Kumala.
Lalu, ia bertanya kepada Ricko denga pandangan tertuju lurus ke mata Ricko.
Deteksi gaibnya tidak menemukan keganjilan apapun.
Jadi, bisa dipastikan Ricko tidak sedang mengigau atau mengalani gangguan .
"Ricko melihat jelas gerakan kain penutup wajah itu " "
"Jelas sekali, Kak. Pertama saya ragu. Saya pandangi terus waktu Kakak bicara
tadi. Dan, saya lihat kain penutup wajah Kak Nia bergerak lagi. Seperti ada
napas yang dihembuskan dari hidung Kak Nia."
Yang lain ikut tercekam. Mulai timbul rasa was was dalam hati mereka. Siapa tahu
apa yang dikatakan Ricko memang benar.
"Begini, Ricko... gerakankain itu kadang.."
"Nah, itu lihat! Saya lihat lagi!" sentak Ricko. Tangannya menunjuk dengan
tegas. Matanya terbuka lebar. Suasana menjadi gemuruh. Yang semula duduk di teras
sekarang ikut masuk. Ingin tahu, apa yang membuat suasana di ruang tengah
menjadi gaduh. "Kain itu bergerak lagi Kak. Jelas sekali!"
"Saya juga melihatnya" ujar istrinya Oom Harry. cuma halusinasi aja, kai ,"
sangkal Poppy,teman dekatnya Lennia yang dulu pemah satu kantor.
"lya, Jelas sekali saya lihat tadi. Kain itu bergerak naik"
"Menurut saya, nggak mungkin Tante , Nggak mungkin orang
udah mati bisa hidup lagi. Apalagi rnatinya aja nggak wajar," Poppy tetap
ngotot. Ia segera mendekati Kumala, lalu berkata dengan nada kesal.
"Situ jangan bikin ulah di sini. kasihan k?n keluarga di sini,jadi berharap-
harap Iennia dapat hidup lagi. Bilang sama mereka, nggak mungkin Lennia hidup


Dewi Ular Misteri Santet Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi. Bilang, supaya mereka nggak tersiksa oleh harapan mustahil itu!"
"Kak Poppy nggak boleh begitu!" sahut Shafina. "Jangan marah-marah sama Kumala.
Dia tamu kita. Buktinya dia sudah bisa bikin wajah Kak Nia kembali normal."
"Aku bukan marah-marah, Fin. Aku cuma kasih saran sama dia.
Dikasih saran baik-baik kok nggak boleh! Ya, udah terserah kalian aja!" sambil
wajahnya semakin cemberut. Ia pergi, keluar ruangan.
"Siapa dia sebenarnya?" bisik Kumala kepada Shafina .
"Teman Kak Nia. Teman dekatnya. Sudah kami anggap keluarga sendiri. Dia memang
begitu. Sok tahu dan egois."
"Aku jadi tertarik pada dia."
"Ah, udahlah... nggak usah mikirin dia. Dia emang begitu
sifatnya."
"Bukan sifatnya yang membuat aku tertarik sama dia ."
"Lalu, apanya..."!" Shafina menatap Kumala lekat-lekat. Ada sesuatu yang
mencurigakan dari perkataan tersebut.
Tapi belum sempat Kumala bicara, tiba-tiba posisi tangan jenazah Lennia terkulai
ke samping: "Eeh, lihat ituuu.. ! !" seru Joddi secara reflek dengan nada tegang. Yang lain
terkejut dan tersentak mundur ketakutan.
Jatuhnya tangan dari perut ke samping membuat kain
penutupnya tersingkap sebatas leher, kain penutup wajah terbawa turun sampai ke
batas hidung jenazah.
"Jangan-jangan mau hidup lagi"!"
"Kayaknya mau hidup lagi tuh! "
Oom Harry dan Ricko buru-buru menjauhi jenazah.
Kumala Dewi tetap diam di samping jenazah dengan mata
menatap tembut ke wajah jenazah yang masih tertutup kain sebatas hidung .
Mata jenazah tetap terpejam. Tapi tangan yang terkulai ke
samping itu kelihatan sedikit keluar dari kain, terutama pada bagian telapak
tangannya. "Jarinya...!" sepupunya Shafina berseru tegang.
"Jarinya tuh...jari.!"
Ia tak sanggup melanjutkan kata-katanya, namun sudah cukup membuat semua mata
tertuju pada jari tangan jenazah yang keluar dari kain penutupnya.
Jari tu bergerak-gerak pelan. Seperti ada sentakan lembut dari urat-uratnya.
Kenyataan itu membuat mereka semakin menyebar menjauhi jenazah. Mereka dicekam
rasa takut dan sedih yang makin mengharukan hati.
Kumala Dewi masih tetap tenang. Berrnaksud merapikan posisi tangan jenazah. Tapi
baru saja ia mau membungkuk untuk
mengangkat tangan jenazah, tiba-tiba kelopak mata jenazah
terbuka. "Hahh...?"! Dia meleeek...!"
Tangan Lennia bergerak menyambar kain penutup wajahnya
Semua orang menjadi tunggang Ianggang ketakutan.
Lennia benar-benar hidup lagi. Ia memandangi Kumala, sebagai satu-satunya orang
yang di hatnya pertama-tama ia membuka mata tadi. Kumala Dewi seperti seorang
sahabat saja, menyapa dengan senyum lembut dan ker?mahan yang akrab.
"Hay.. baru bangun?"
"He, eh.... ! Aku di mana ini" Kamu siapa?"
Lennia bangun, sempat dibantu langan Kumala. Maka, gemparlah seisi rumah itu.
Hujan tangis dan ketakutan semakin memancing perhatian setiap orang yang ada di
luar. Bahkan mereka yang ada di tempat parkiran mobil ikut Iari
keteras, ingin memastikan sendiri apakah benar mayat Lennia bangkit lagi dari
kematiannya. Ternyata benar. Kumala Dewi dibantu dengan Rayo mencoba
menenangkan mereka, termasuk menenangkan Lennia yang segera menangis setelah
tahu dirinya sudah dianggap mati .
"Kenapa dia bisa hidup lagi"! Kenapa bisa begitu sih"!" semua orang bertanya-
tanya demikian. Beberapa orang ada yang punya jawaban sama.
"Mungkin setelah diusap wajahnya tadi sama Mbak cantik itu..."
"lya, gue rasa juga begitu. Kan si Neng cantik itu katanya paranormal " Pasti
usapan tangannya tadi yang bikin rohnya Lennia kembali, dan hidup lagi...!"
Rayo Pasca hanya tersenyum ketika ditanya oleh Joddi mengenai hal dugaan
beberapa orang itu. Ia tak berani berkomentar banyak, meski pun ia tahu bahwa
Kumala Dewi memang bisa menghidupkan orang yang sudah mati, tentunya dengan
beberapa syarat, antara lain: atas kehendak Yang Maha Kuasa, orang tersebut mati
karena gangguan gaib, orang tersebut bukan mati karena kodrat, dan orang
tersebut bukan mati karena bunuh diri.
Hal seperti ini pernah dilakukan Kumala beberapa kali dalam beberapa kasus,
namun ?a tetap tidak mau dipublikasikan oleh media mana pun. (Baca serial Dewi
Ular dalam episode : "Misteri Rona Asmara").
Malam itu hampir semua tetangga Lennia terbangun dari
tidurnya,lalu berbondong-bon dong mendatangi rumah tersebut.
Termasuk keluarganya Andy, yang tinggal bersebera ngan rumah dengan keluarga
Lennia. Mereka ikut menangis karena bersyukur dan terharu melihat Lennia benar-
benar hidup lagi dalam kondisi tubuh yang segar bugar, seperti tak pernah
mengalami kebusukan sedikit pun .
Bangkitnya kematian Lennia memang sangat menggembirakan
pihak keluarganya. Namun, agaknya ada pihak yang tidak
menyukainya. Ada seseorang yang merasa digagalkan misinya, sehingga darahnya
mendidih dibakar api kemarahan yang berkobar-kobar.
Angin kencang pun mulai datang menerpa rumah Shafina.
-ooo0dw0ooo- 5 BANGKU plastik yang dipersiapkan untuk para pelayat ditata di halaman depan dan
samping, Bangku bangku ini kini berjatuhan karena dihempas angin kencang.
Pot bunga yang berukuran kecil juga ikut berjumpalitan
menandakan betapa kencangnya angin yang rnenghampiri rumah Shafina itu.
"Semua masuk ke dalam aja!" seru Oom Harry kepada para tamu
"Atau carl tempat berlindung. ini kayaknya akan datang hujan deras.
Tolong yang di sarnping itu bantu kami siapkan tenda, bisa kan"!"
"Bisa, Pak bisa !"
Prraaak. pyaaar.. !
"Astaga"! kaca mobil siapa tuh yang pecah"!"
Suasana menjadi kacau. Masing-masing orang punya kesibukan, baik semata-mata
untuk menyelamatkan diri, menyelamatkan
mobilnya, atau untuk membantu pihak keluarga Lennia.
Di sela kesibukan mereka, tampak Poppy kebingungan mencari sopirnya.
"Darrnaaaan...I Darmaaan,,,I" tenaknya ke sana-sini. "Ada yang liat sopirku
nggak tadi"!"
Tidak ada yang menyahut, kecuali Didin, anak remaja setempat yang membantu
parkir mobil bagi para tamu .
"Sopir Mbak yang pendek berkumis itu ya?"
"lya. benar. Di mana dia" kamu lihat nggak?"
"Bukankab tadi Mbak suruh dia pulang ambil jaketnya Mbak"
Saya dengar pembicaraan Mbak di depan moblI tadL"
"0, iya! Duuha , sialan si Darman lama banget sih"!"
Poppy bergegas masuk ke ruang tamu yang dipadati orang-orang bersuka ria melihat
kebangkitan Lennia. Poppy berseru tanpa jelas siapa yang dituju .
"Ada yang bisa antar saya putang nggak"! Hal o...! Ada yang bisa antarkan saya
pulang sebentar "!"
Tidak ada yang rnerespon seruan tersebut. Namun, ketika la berpapasan
dengan Joddi yang sedang sibuk membantu pemasangan tenda di haman samping, ia coba bicara dengan Joddi walau sama sekali
belum dikenalnya.
"Maaf , you bisa antarkan saya pulang sebentar ?"
"Kenapa pulang" Kenapa nggak ikut mengucapkan selamat atau menyatakan suka
citanya atas kebangkitan Lennia?"
"Udah tadi. Sekarang aku butuh kendaraan buat pulang ".
"Sorry saya lagi sibuk. Pake taksi aja !" sambil Joddi pergi meninggakannya,
tapi Poppy masih berusaha bicara dengannya.
"Jam segini mana ada taksi di daerah komplek kayak gini"!"
Poppy bergegas ke ruang tamu Ia berpapasan dengan Kumala
yang hendak kelua rdari ruang tengah setelah memberi ketenangan pada Lennia.
"Mau pulang?" tegur Kumala.
"lya,"jawabnya ketus.
"Kenapa pulang" Takut?"
"Takut apaan"! Situ kalo ngomong dari tadi ngelantur terus ya"!"
Poppy semakin sewot Kemudian segera pergi meninggaikan
kumala. "Kak, ini garamnya" kata Ricko sambil menyodorkan tempat
garam yang diambil dari dapur ".
Rupanya tadi Kumaia sempat minta garam kepada Ricko untuk
suatu keperluan Kumala segera keluar lewat pintu serambi samping.
Bertemu dengan Brama, Joddi dan Rayo yang mernbantu
pemasangan tenda. Karena disangka akan turun hujan deras seperti dugaan Oom
Harry, rnaka rnereka bersiap-siap memasang tenda secepatnya agar bisa untuk
berteduh para tarnu nantinya.
"Ray nggak usah terlalu serius. ingat, perutmu ada isinya."
"Tapi sebentar lagi hujan turun dengan deras." sahut Joddi.
"Kata siapa?" Kumala tersenyum kalem. "Hujan nggak akan turun Angin ini adalah
angin kemarahan."
"Maksudmu "!" sergah Rayo.
"Ada pihak yang marah dan nggak suka atas kebangkitan Lennia.
Aku akan menangkalnya menggunakan garam ini"
Kumala Dewi segera ke halaman depan. Angin kencang itu
berhembus dalam satu arah, dari arah depan rumah ke belakang.
Berarti ada seseorang yang mengirimkan kemarahan gaibnya dari arah datangnya
angin tersebut . Maka , Kumala yang diikuti oleh Rayo dan Brama itu segera
menaburkan garam ke arah jalanan.
Preeetaak, traar, tarr, taar, tarr, tarr, praaarrr. . !!
"Busyet! Siapa yang pasang petasan tuh"!" seru, Joddi, lari ke depan. Ternyata
bukan petasan. Bunyi percikan seperti bunga api itu berasal dari garam-garam
yang disebarkan oleh Kumala ke arah jalanan.
Segenggam garam dilemparkan lagi. Kumala menggunakan
tenaga saktinya sehingga lemparan garam sangat tinggi dan jauh.
Garam-garam itu bertabrakan dengan hempasan angin, dan
menimbulkan suara beruntun seperti percikan bunga api. Suara letupannya ada yang
keras seperti suara petasan Cabe rawit. Hal itu membuat beberapa orang lainnya
tercengang dan terheran-heran.
"Kenapa bisa begitu"!" gumam Brama di samping Rayo.
"Cuma dia yang tahu, kenapa bisa begitu."
Kumala menghampiri mereka. "Tolong taburkan ke berbagai sudut," seraya ia
menyodorkan tempat garam. Ketiga lelaki muda itu segera menuruti perintahnya.
Bahkan ada beberapa tamu ikut membantu menaburkan garam setelah mendengar ucapan
Kumala yang terakhir. "Garam ini sudah kubuat sebagai penangkal santet Kalau angin ini angin biasa,
maka garam ini tidak akan memercikkan bunga api saat ditaburkan di udara."
Setelah garam habis ditaburkan semua di beberapa tempat
sebagai pagar gaib, bagi rumah itu, angin menjadi reda. Tap anehnya udara di
sekitar rumah itu menjadi panas.
Tiap orang menjadi keringatan. Gerah. Bukan hanya yang ada di dalam, tapi yang
ada di luar rumah, di tempat parkir, juga merasa, kegerahan. Padahal waktu
menunjukkan pukul empat dini hari.
Mestinya udara menjadi dingin karena uap embun.. Temyata justru sebaliknya.
Makin lama terasa semakin panas.
"Udaranya panas sekali, Kumala," kata Joddi.
"Ini bukan udara biasa, Jo. Ada seseorang yang sedang di ncar oleh si pemilik
santet iblis itu. la kirimkan sesatu kemari."
"Celaka! Kenapa nggak segera kamu tangkal"!"
"Aku sedang mencari peluang. Biarkan dulu, sampai inti santet itu datang baru
akan kuhancurkan dengan caraku."
Praaang... ! Terdengar suara kaca dari salah satu jendela di rumah itu pecah.
Ternyata bukan karena terkena, benda keras, melainkan karena pemuaian kaca
akibat udara makin panas. Bahkan beberapa mobil yang diparkir di depan rumah
juga mengalami nasib sama. Pecah kacanya.
"Tolong evakuasi orang-orang, agar jangan ada yang di depan rumah," kata Kumala
kepada Brama. "Mereka tidak harus di dalam
rumah, boleh di belakang, boleh di samping, tapi jangan ada yang berada melebihi
batas teras. Kosongkan halaman ini."
Kepada Oom Harry pun Kumala berkata demikian, sehingga
dalam waktu singkat halaman depan rumah itu sudah berhasil dikosongkan. Kini
Para tamu memperhatikan Kumala yang sendirian di halaman tanpa teman siapa pun.
Mereka ingin tahu, apa saja yang dilakukan gadis. secantik itu.
Bahkan Lennia dan mamanya ikut memperhatikan dari ruang
tamu, didampingi oleh Shafina dan kerabat lainnya. Mereka
bercucuran keringat karena udara terasa lebih panas lagi.
"Kak Poppy Jangan pulang dulu, keadaan masih gawat," saran Ricko dengan
kepolosannya. Istri Oom Harry pun menyarankan hal yang sama.
"Tapi saya harus pulang, Tante. Ada sesuatu yang harus saya ambil. Jaket , lagi
pula..... Lennia kan sudah hidup, ngapain lama-lama di sini?"
Tiba-tiba terdengar suara ledakan yang mengejutkan hati
mereka. Duaaaarrrr ..... !!
" Haahh ... ?"! Ada apa. itu?"! " sentak Poppy dengan ketakutan.
Seberkas sinar merah menyerupai bola tenis meluncur dari arah depan rumah. Sinar
merah itu hendak masuk ke rumah Lennia, namun dicegat oleh sinar hijau yang keluar dari telapak
tangan Kumala, sehingga benturannya menimbulkan ledakan cukup keras tadi.
Dering telepon rumah terdengar.
Beberapa seat kemudian suara Oom Harry terdengar memanggil Lennia.
"Lennia, telepon dari William tuh."
"Hmm, eeh... ntar aja deh, Oom. Bilangin kalo Nia baik-baik aja!"
"Eeeh, terima dulu. Calon suamimu itu tadi sempat pingsan waktu dapat kabar
tentang kematianmu," ujar Shafina, kemudian Lennia pun bergegas menerima telepon
dari calon suaminya:
Wil iam. Poppy bergegas ke luar rumah. Tapi Iangkahnya terhenti karena pundaknya dicekal
oleh Andy, yang dari semula ikut sibuk
membantu keluarga Lennia.
"Jangan ke halaman. Berbahaya!"
"Eaahh... situ tau apa sih"!" bentak Poppy dengan sengit.
Bleguuuuurrr.. Dentuman besar terjadi. Gelombang Iedakannya menggetarkan lantai.
Beberapa kaca ada yang pecah lagi. Dentuman besar itu terjadi akibat sinar merah
dari arah depan rumah datang lagi dengan ukuran lebih besar.
Kumala Dewi yang siaga terus segera melepaskan pukulan hawa saktinya berupa
sinar hijau berukuran lebih besar juga.
Pecahnya dentuman besar itu menimbulkan percikan bunga api di angkasa. Bunga api
itu melebar hingga memayungi sebagian atap rumah. Anehnya, percikan bunga api
itu tidak segera padam.
Seakan menghimpun suatu kekuatan baru untuk menghancurkan
rumah tersebut dan isinya.
Khawatir hal itu terjadi, Kumala Dewi segera melepaskan sinar hijaunya lagi yang
kali ini melesat dari ujung jari telunjuknya.
Claaap..! Sinar itu kecil, berkelok-kelok seperti ular, tapi ketika menembus
Iingkaran bunga api, sinar hijau itu menjadi besar dan menghancurkan lingkaran
tersebut dengan suara ledakan Iebih besar dan Iebih mengguncangkan alam
sekelilingnya .
Blaaaaangg ....... ! Bleguuuuuurrr....!!!!!
Seisi rumah terguncang seperti dilanda gempa. Para wanita
menjerit ketakutan, sementara kaum lelakinya

Dewi Ular Misteri Santet Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berusaha menenangkan dan melindungi mereka.
Hubungan telepon kontan putus. Memang kabelnya putus akibat guncangan tadi
Lennia segera ditarik oleb Oom Harrry dan Ricko, lalu keduanya memeluk Lennia.
Berusaha melindungi. karena
mereka menyangka Lennia sedang jadi incaran kekuatan santet iblis lagi.
Suasana tenang sesaat. Udara masih panas, tapi tidak sepanas tadi. Angin
berhembus tapi tidak sekencang tadi juga. Pada saat itu sebuah mobil sedan merah
meluncur mendekati rurnah.
Poppy segera mendesak kerumunan orang lelaki di pintu.
"Sorry, sorry... mobilku datang!"
"Hey, jangan keluar dulu !" seru Brama.
"Aku mau pulang" Mobilku sudah datang!" sambil ia berlari
keluar. Brama berusaha mengejar, tapi tangannya buru-buru dicekal
Shafina. "Biarin ajalah... Keras kepala orang itu"
Ketika melintasi halaman, Poppy terkejut melihat seberkas sinar seperti cahaya
blitz foto berwama merah menghampirinya.
Claap...! Tapi dengan sigap Kumala Dewi berkelebat dengan kecepatan
melebihi kilat. Sinar merah tadi disambarnya dengan tangan.
Wuuust...! Kemudian dilemparkan keudara, wuut,jegaaaarrr....!
Sinar itu meledak di udara. Sangat keras. Semua orang
membayangkan andai saja sinar itu mengenai tubuh Poppy, sudah pasti tubuh itu
akan hancur berkeping-keping.
"Bandel sekali orang ini ?" gumam Kumala.
Poppy sama sekali tidak mempedulikan tindakan Kumala yang
telah menyelamatkan nyawanya. la juga tidak berterima kasih kepada Kumala. Ia
segera masuk ke mobil dan menyuruh sopimya
untuk segera pergi meninggalkan rumah Lennia. Ketikamobil itu pun pergi, Kumala
hanya memandangi dengan geleng-geleng kepala.
Suasana tenang kembali. Namun masih tetap mencekam, karena Kumala Dewi masih
berjaga-jaga di depan rumah itu dengan sangat waspada. Ia berjalan menuju teras.
Di ujung teras ada Joddi dan Rayo.
"Apakah sudah aman?" tanya Joddi.
"Belum. Dia menunggu kelengahan kita. Tapi aku akan
memanggil pelakunya dari sini."
"Apa bisa, Lala?"
"Mudah-mudahan bisa. Aku sudah menemukan unsur gaibnya
Aku akan manfaatkan amarahnya untuk menarik dia kemari."
"Hancurkan saja dia nanti Jangan kasih kesempatan untuk minta maaf atau yang
lainnya. Hancurkan saja dia!" kata Joddi dengan berapi-api.
Oom Harry keluar dari ruang tamu menemui Kumala.
"Bagaimana, Zus" Masih belum aman?"
"Masih, Oom. Jangan ada yang melintas halaman seperti Poppy tadi."
"Apakah Lennia yang j?di incaran santet itu?"
"Mungkin begitu. Maka, sebaiknya Lennia tetap di dalam dan, ooo ya.. suruh dia
menggenggam garam atau taruh garam di
sakunya." "Buat penangkal santet, maksudnya," sambung Rayo kepada
Oom Harry. Kemudian, Rayo berkata kepada Kumala, "Tapi garam yang tadi sudah
habis." "Hmmm, ambil sejumput aja dan yang masih tersisa di wadah
garam." "Waduuuh, gue buang ke mana wadahnya tadi, ya?" gumam
Joddi, lalu ia pergi mencari Brama dan menanyakan wadah garam.
Mereka temukan wadah garam di serambi samping. Mereka keruk sisa-sisa garam yang
ada, lalu diberikan kepada Lennia.
Angin besar mulai berhembus lagi. Semua orang merinding
sekujur tubuhnya. Mereka mulai dicekam ketakutan. Hembusan angin terasa panas,
menyengat di permukaan kulit.
"Mengerikan sekali. . "I" gumam sepupunya Shafina.
Dewi Ular merentangkan kedua tangannya. Ia berdiri di tengah halaman depan yang
tak berpohon, kecuali di bagian sampingnya.
Kedua tangan yang direntangkan ke atas itu memercikkan cahaya hijau, dan telapak
tangan kiri ke tangan kanan.
Seperti ada gelombang elektromagnetik yang sedang beraksi di antara kedua tangan
Kumala itu. Entah apa maksudnya dan apa f?ngsinya, yang jelas tindakan itu
membuat angin kencang
berangsur-angsur reda, hawa panas berangsur-angsur menjadi sejuk.
Tiba-tiba tampak seberkas sinar biru menyerupai bintang
meluncur ke rumah tersebut.
Weeesss.... ! , Sinar itu bergerak lurus, hendak masuk melalui balkon yang
menghadap jalanan. Namun ketika melintas di atas kepala Kumala, Sinar itu
menukik turun, sepenti tersedot oleh kekuatan sinar hijaunya Kumala. Begitu
sinar biru itu sampa di antara kedua tangannya, Kumala segera menangkapnya.
Blaaab....! Kedua tangan Kumala yang masih diangkat ke atas itu bergetar hebat.
Tubuhnya terhuyung-huyung
dengan tenaga dikerahkan. Rupanya saat itu sedang terjadi tarik menarik dari kedua kekuatan gaib yang
hanya bisa membuat mereka menyaksikan dengan
tercengang-cengang.
Mereka melihat tubuh Kumala melayang di ?dara, terombang-
ambing, lalu turun lagi menyentuh tanah, terangkat lagi, sampai
akhirnya tubuh itu terhempas ke belakang dan membentur dinding teras.
Wuuut, bruuuukkk... ! .
Namun kejap berikutnya terjadi keanehan lain. Udara di atas jalanan memancarkan
cahaya redup. Seperti ada cermin dari
permukaan air. Udara itu akhirnya robek karena diterobos benda keras.
Wuurrb, guubruuukk. . !
Aahk ... ! Ada suara terpekik lirih. Banyak orang yang melihat benda yang menerobos dari
lapisan udar? tadi jatuh tersungkur dijalanan.
Mereka ingin melihat lebih jelas lagi, sehingga sebagian berlari ke teras,
termasuk Joddi dan Brama. Tapi begitu mereka melihat benda yang jatuh itu adalah
sosok manusia, mereka segera mundur dan bergegas masuk kembali ke ruang tamu
yang sudah tidak berpintu lagi.
Pintunya dilepas sejak kematian Lennia tadi, sementara dinding kacanya pun sudah
hancur akibat angin kencang yang pertama.
"Pasti dia pelakunya! Kumala berhasil menyedot pelakunya!" ujar Joddi dengan
menggeram penuh dendam.
Dugaan Joddi memang benar. Kumala berhasil menarik
pelakunya dari tempat persembunyian si pelaku. Kini orang itu bangkit pelan-
pelan dalam keremangan cahaya lampu jalanan yang tadi sempat padam, namun kini
menyala lagi akibat gelombang elektromagnetik dari tangan Kumala.
Semakin tegak semakin jelas sosok dan wajah orang itu.
Ternyata seorang perempuan berhidung mancung, berambut
pirang. Joddi tersentak kaget.
"Hahh.. ?"! Tante Lusna..?"!"
Joddi hampir tak mempercayai penglihatannya sendiri. Ia sama sekali tak
menyangka kalau pelaku santet iblis itu adalah perempuan yang dikenalnya di
pesawat dan pernah bercumbu dengannya di apartemen. Ia berkata kepada Brama dan
Rayo dengan suara
gagapnya. "Gua.. ggguue... kenal... ya, kenal sama perempuan itu. Dii ...
dia... diaa dalah... adalah Tante....., Tante Lusna ...! Gua kenal, Bram!
Gue..," "Iya, iya... tapi lu diem dulu Lihat tuh, Kumala sedang
berhadapan dengan si dukun santet iblis! Diem dulu...!" Brama membentak tegang.
"Iiy, i yaa... gue Diem..," Joddi terengah-engah sendiri.
Kumala Dewi menghampiri Tante Lusna. Dalam jarak sepuluh
langkah ia berhenti dan menatapnya dengan tajam.
"Keparat kau, Dewi Ular. . . !" suara Tante Lusna menjadi serak dan tua. Tapi
wajahnya tetap memancarkan kecantikan yahg
sedang dihiasi kerutan amarah. Kumala dewi tetap tenang
menghadapinya. "Aku tak tahu siapa dirimu. Tapi aku tahu siapa yang ada di belakang dirimu,"
kata Kumala. "Kau pasti kaki tangannya si Lokapura!".
"Siapa diriku itu tak penting buatmu. Yang jelas, kau telah merusak pekerjaankul
Kau telah membuat kecewa muridku, Dewi Ular!"
"Muridmu"! Siapa muridmu?"
"Poppy.!"
"Ooo, jadi kau menggunakan santet iblis atas suruhan dari
Poppy"!"
Tante Lusna hanya menggeram sebagai jawabannya, Tiba-tiba
semua jari ta?gannya mengeluarkan kuku yang panjang dan tajam.
Zraaaakkh.. Dengan cepat ia melompat menerjang Kumala Dewi.
Dengan cepat pula Kumala Dewi menghindar ke samping.
Wuuusst...! Tante Lusna terkecoh. Ia menabrak tembok pintu pagar.
Gumbraaaang...!!.
"Haaaagggrrr. !!"
Tante Lusna bangkit semakin marah, Seringainya amat
mengerikan, karena dari gigi depannya tampak ada sepasang taring yang terjulur
keluar. Ia segera berbalik dengan tangan dikibaskan, dari ujung kukunya
terpancar sinar merah lima larik.
Kelima sinar merah itu menyabet tubuh Dewi Ular. Hal itu tidak diduga-duga,
sehingga Dewi Ular menangkisnya dengan sinar hijau dari telapak tangannya.
Blaaaggrrrrrr...!
Kumala terlempar, jatuh terbanting di aspalan.
Namun dalam sekejap mata Kumala telah melambung ke atas
bertepatan dengan datangnya sinar biru berbentuk bintang yang keluar dari tengah
dahi Tante Lusna.
Jegaaarr...! Sinar biru itu menghantam tempat kosong. Sebongkah tanah
beraspal terangkat naik, dan pecah di udara menjadi berbongkah-bongkah.
Kumala Dewi yang selamat dari hantaman sinar biru itu rnasih melambung di udara.
Dan sana ia lepaskan sinar hijau lumut berasal dari sodokan tangan kanannya.
Wuuustt, claaap.. !
Langsung menghantam perut Tante Lusna yang hendak bergerak maju.
Bleeegggeeerrr.. !!!
"Aaaakkkhhhhhhh .... !!
Ia memekik keras suara pekikkannya menggema ke mana-mana.
Tubuh sexy itu melambung di udara, kemudian pecah menjadi sinar merah yang
berbias-bias. Membuat alam sekitarnya menjadi terang, namun berwarna
merah. Seperti warna darah. Daun, batu, tanah, pohon, semuanya menjadi berwarna
merah. Seakan terkena percikan darah misterius.
Bahkan beberapa mobil yang ada di situ bisa berubah menjadi berwarna merah
darah. Meski pun cahaya merah itu telah padam, semua yang sudah terlanjur
berwarna merah tak bisa berubah ke warna aslinya.
Kumala Dewi menghajar lawannya secara beruntun, sampai
wujud Tante Lus?a akhirnya hilang. Berubah menjadi gumpalan asap. Gumpalan asap
itu membentuk bayangan samar-samar dan bersuara menggema .
Bayangan itu adalah bayangan makhluk tinggi, besar, dan
mengerikan. Raksasa betina itu tampak kesakitan, walau pun masih berusaha untuk
berkoar-koar dengan suara menyeramkan.
"Ooo, jelek sekali wujudmu, Kawan" Siapa kau sebenarnya?"
"Kau memang dewi biadab, Kumalaaaa... Pantas kalau kakakku Zeona, tak sanggup
berhadapan denganmu."
"Ooh, jadi kau adiknya Zeona"!"
"Hhggggmrhh. . ! Aku Zeova, ingin menuntut balas atas
kekalahan k?kakku, Zeona. Tapi belum sempat kubina m?ridku, kau sudah
menghancurkan pekerjaanku, aaahhhkkkkknr.. !!"
Ia mengerang kesakitan. bayang-bayang Zeova semakin tipis
rupanya ia terluka sangat parah akibat pertarungannya dengan Dewi Ular tadi.
Akhirnya ia tak sanggup berhadapan dengan Dewi Ular yang menguasai seluruh
kehidupan gaib di muka bumi ini.
"Sekarang kau boleh bangga dengan kemenanganmu, tapi ingat.
. .! Aku belum kalah, Dewi Ular. .! Kuhadang kau di alamku... Hati-hati kau,
Kumala. ... Kutunggu kau di alamkuuuuu. . !!"
Gemanya memanjang. Gemanya makin hilang. Kemudian fajar
pagi mu!ai menyingsing. Kumala Dewi menenangkan diri sesaat, baru menghampiri
orang-orang yang sudah berkerumun di teras.
Ia sama sekali tak menduga akan kedatangan adik Zeona, yaitu kaki tangannya Dewa
Kegelapan yang pernah ia kalahkan beberapa waktu yang lalu, (Baca serial Dewi
Ular dalam episode : "Misteri Pembunuh Hantu").
"Ia datang kebumi dengan menyamar sebagai perempuan cantik yang menurut
keterangan Joddi tadi adalah orang yang bernarna Tante Lusna " kata Kumala
setelah mereka berkumpul di ruang tengah rumah Lennia.
Joddi sendiri tadi sempat memberi tahu bahwa orang yang
dilawan Kumala tadi adalah Tante Lusna. Tapi dia tak tahu kenapa bisa berubah
begitu menyeramkan.
"Aku yakin, ia sedang menghimpun kekuatan di bumi, antara lain dengan cara
mengambil murid kepada siapa saja yang mau
dijadikan muridnya. Tentu saja untuk membuat seseorang mau menjadi muridnya,
Zeova memberi iming-iming hadiah. Salah
satunya adalah menunjukkan kesaktiannya dal?m membantu apa yang di nginkan
muridnya."
"Kematian Lennia apakah salah satu keinginan muridnya?" sela Bram .
"Mestinya begitu."
"Tapi kenapa Poppy menginginkan kematian kakakku?"" sela
Shafina. "Bukankah dia teman baik Kak Nia. Begitu kan, Kak"!"
Lennia mengangguk sedih. "Entahlah, kenapa dia jadi begitu tega padaku. Mungkin
dia kecewa atas rencana pernikahanku dengan Wil iam."
Kumala angkat pundak. "Mungkin. Atau mungkin juga alasan
lain." "Pantas dia tadi kalang kabut sendiri begtu Lennia hidup lagi,"
geram Oom Harry memancarkan kebencian kepada Poppy.
"Yang penting, sekarang Lennia sudah bebas dari ancaman
santet iblis. Tak perlu ada dendam dan kebencian kepada Poppy.
Kalau masih ada yang berminat untuk balas dendam, saya mohon tolong batalkan dan
hilangkan dendam itu. Nanti tidak akan ada habisnya."
Mereka mengangguk-anggukkan kepala, tanda memahami
maksud kata-kata Kumala itu.
"Sekarang izinka? saya pulang, karena di rumah masih ada tamu yang menunggu
saya." "Astaga, hampir lupa aku pada perutku," pikir Rayo Pasca mulai diliputi
kecemasan. Terbayang wajah Dewa Bahakara yang telah menaruh benih
kandungan dalam perutnya itu.
Kumala Dewi segera pulang bersama Rayo Pasca. Ia diantar oleh Brama dan Joddi.
Namun di mobil Brama sekarang ada satu penumpang lagi yang duduk bersebelahan
dengan Brama di jok belakang, sedangkan Joddy yang menjadi pengemudinya. Orang
tersebut adalah Shafina.
Ia menyandarkan kepalanya di pundak Brama, sebagai lambang kasih yang semakin
bertaut di hati keduanya.
Baru saja mereka turun dari mobil dan memasuki halaman rumah Kumala, handphone
Shafina pun berdering. la terkejut setelah mengetahui nomor telepon yang muncul
adalah nomor teleponnya Poppy .
"Terima saja," kata Brama. "Aku pengen tahu apa yang mau dia katakan setelah
kedoknya terbongkar."
Ketika Shafina menyambut telepon itu, terdengar suara Poppy berbaur dengan isak
tangis. "Bilang sama kakakmu, maafkan aku, kepada keluargamu juga, m?afkan aku. Jujur


Dewi Ular Misteri Santet Iblis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja, aku yang menyuruh seseorang untuk mengirimkan santet iblis kepada Lennia,
karena. karena Lennia telah menghalangiku. Dia membuat Wil iam tak mau
mencintaiku, justru menetapkan untuk mengawini kakakmu. Maafkan aku selamat
tinggal....! "
"Hallo. . .?" Hallooo. . " Kak Poppy..... ?"!"
"Kenapa?" tanya J?ddi.
"Dia matikan teleponnya setelah bilang 'selamat tinggal'. Apa maksudnya" Dia
akui perbuatannya karena sakit hati atas rencana perkawinan Kak Nia dengan
William, tapi kenapa dia bilang 'selamat tinggal' segala?"
"Wah, jangan-jangan dia bunuh diri. . ?" ujar Brama dengan cemas.
Kumala berkata, "Coba cari tahu ke rumahnya, sekarang juga."
Mereka pun pergi ke rumah Poppy tanpa Kumala dan Rayo.
Sampai di sana, suasana di rumah Poppy sudah ramai orang.
Ternyata dugaan itu benar. Poppy gantung diri di kamar mandi. Ia tewas dengan
lidah terjulur. Di saku celananya terdapat surat singkat yang menyatakan rasa
malu dan penyesalan atas upayanya membunuh Lennia, namun gagal.
Brama segra menelepon R?yo. Kabar itu disampaikan kepada
Kumala. Namun, agaknya Kumala sudah tak dapat berbuat apa-apa lagi, karena Dewa
Bahakara sudah menanti dengan jemputannya.
Kumala harus pergi ke Kahyangan sesuai janjinya. Andai ia tak mau pergi, maka
tak dapat dibayangkan lagi seberapa besar rasa malu yang akan disandang Rayo
Pasca sebagai laki-laki yang hamil dan akan melahirkan itu.
"Sebenarnya ada apa sih kok aku harus ke Kahyangan, Paman?"
tanya Kumala pada Dewa Jenaka itu .
"Yang jelas bukan karena ada kendurian. Pasti ada keperluan yang amat penting.
Kita berangkat sekarang, okey?"
Kumala Dewi menatap Rayo dengan lembut, seakan masih ragu
meninggalkan kekasihnya dalam ancaman kehamilan.
S E L E S A l Serial Lanjutan .....
LORONG TEMBUS KUBUR
Riwayat Lie Bouw Pek 13 Si Rase Kumala Giok Hou Ko Kiam Karya S D Liong Pedang Darah Bunga Iblis 11
^