Pencarian

Sumpah Palapa 15

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 15


mendengar juga apa yang hendak dikatakan putera adipati
Sadeng itu. Maka iapun mempersilakan "Baik, silakan raden
bicara" "Terima kasih, gusti" kata raden Sambu "cara seperti yang
diusulkan gusti rakryan demung tadi, memang baik tetapi hamba
rasa masih belum tepat"
"Mengapa?" patih Tanding terkejut.
"Karena dengan cara itu jelas memakan waktu yang cukup
lama. Pada hal sesuai dengan amanat gusti Rani tadi, sayembara
itu ditutup dan diputuskan hari ini"
Patih Taading tertegun. Diam-diam ia mengakui apa yang
diucapkan putera adipati Sadeng itu memang suatu kenyataan
"Lalu bagaimana cara yang tepat menurut pendapat raden?"
akhirnya ia mengembalikan pertanyaan kepada Sambu.
877 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebenarnya cara itu dapat dilakukan dengan mudah dan adil"
"O, bagaimana caranya?"
"Bahwa menurut hasil pengujian yang dilakukan Dang acarya
Ragawijaya tadi, jelas kedua lencana itu sama-sama aseli dan
sama-sama mengandung isi sakti gaib. Oleh karena itu maka
menurut keadilan, siapa yang lebih dulu mendapat dan
menghaturkan lencana itu ke hadapan gusti patih Dipa, dialah
yang layak dinilai sebagai pemenang sayembara"
Mendengar pernyataan putera adipati Sadeng, seketika
hiruklah suasana sidang paripurna di balairung keraton
Kahuripan. (Oo-myrna kz-ismo-oO) 878 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 12 879 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
convert, edit & PDF Ebook : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 880 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Mpu Kanwa, pujangga besar yang hidup pada jeman kerajaan
mahaprabu Airlangga, telah menciptakan kakawin ARJUNA
WIWAHA untuk mengabdikan perjuangan seorang raja besar,
mahaprabu Airlangga. Jer basuki mawa bea. Tiada kemuliaan tanpa penderitaan,
perjuangan tanpa pengorbanan. Setiap perjuangan, baik untuk
kepentingan peribadi, terutama perjuangan untuk kepentingan
nusa dan bangsa, tentu akan menuntut beaya. Beaya yang
berarti pengorbanan secara menyeluruh dari waktu, tenaga,
pikiran, harta, benda, keringat, darah dan bahkan jiwa raga.
Airlangga telah memulai perjuangan itu ketika sedang
menjenjang puncak kebahagiaan dari pesta pernikahannya
dengan puteri Dharmawangsa, tiba-tiba keraton diserang oleh
raja Worawari. Ia terpaksa melarikan diri ke hutan. Itulah puncak
penderitaan yang dideritanya. Sebagai seorang putera raja yang
sedang bergelimangan kebahagiaan dari pesta pora merayakan
pernikahan dengan puteri raja Dharmawangsa, ia menjadi
seorang buronan yang dikejar-kejar musuh hendak dibunuh.
Tetapi Airlangga tak putus asa dan tak pernah kenal
menyerah. Dari reruntuk puing kehancuran jiwa dan raga itu, ia
membangun pula semangat dan cita-cita. Dari kegersangan
derita, ia menyalakan pula api perjuangan. Bahkan jiwanya makin
kokoh ditempa derita. Ia menjadikan derita itu sebagai titik tolak
menyempurnakan cita-cita.
"Kulup, mengapa engkau menyiksa dirimu sedemikian rupa?"
Demikian terdengar ucapan dari sesosok mahluk yang
terbungkus cahaya kemilauan sehingga tak dapat diketahui
881 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaimana perwujutannya. Hal itu terjadi di kala Airlangga
bertapa di gunung Wonogiri.
Terusik keheningan cipta yang terlelap dalam kehampaan dan
Airlangga menggetarkan suara melalui keinginan sang cipta
"Siapa engkau?"
"Aku H yang Batara Nirguna, kulup"
"O, Hyang Batara Nirguna?" ulang suara kalbu Airlangga
"mohon pukulun melimpahkan petunjuk, mengapa hamba belum
pernah mendengar tentang nama pukulun"
"Nirguna adalah wujut yang tak tersifatkan. Pandanglah Aku,
apa yang engkau lihat?"
Airlangga mengamatkan citarasanya.
"Apa katamu, kulup?"
"Duh, pukulun, hamba hanya melihat segunduk cahaya yang
memancarkan pancamaya"
"Coba seksamakanlah, mengapa dan apa saja yang engkau
saksikan dalam pancamaya itu"
"Pertama cahaya berwarna biru kehijau-hijauan bagai pulung
meluncur diangkasa. Kedua, warna putih kekuning-kuningan.
Ketiga, warna ngapuranta atau merah kekuning-kuningan.
Keempat, kuning keungu-unguan dan Kelima, warna ungu
kemerah-merahan" "Bagus, kulup, nyata keheningan ciptamu telah mencapai
kewaspadaan hening" "Pukulun, apakah maknawi daripada pancamaya yang
melingkungi paduka itu?"
"Kulup, sebelum kuterangkan makna daripada pancamaya itu,
jawablah pertanyaan tadi. Mengapa engkau siksa dirimu
sedemikian rupa" 882 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Duh pukulun, tak lain karena Raga dan Rasa hamba ini sudah
lapuk maka haruslah hamba patiraga dan patirasa"
"Dengan tujuan?"
"Jika Hyang Wisesa menganggap bahwa hamba ini seorang
titah yang tiada berguna, semoga Hyang Wisesa mencabut jiwa
hamba, pukulun" "O, engkau hendak memaksa waktu, merobah kodrat. Engkau
matikan Raga dan Rasa, dirimu sebelum engkau mati. Engkau
mati dalam hidup" "Itu sudah menjadi tekad hamba, pukulun. Daripada hamba
hidup tersiksa Raga dan Rasa, lebih baik Hyang Purbawisesa
menumpas diri hamba"
"Hm, ketahuilah kulup. Barangsiapa menyiksa diri secara
berlebih lebihan, itu bukan suatu ajaran agama, bukan pula titah
Hyang Widhi Agung, melainkan karena kemauanaya sendiri,
akibat sifat angkara murka. Hal demikian itu pada hakekatnya
bukanlah suatu perbuatan yang ditujukan ke arah koinderaan"
"Duh, pukulun, tiada terhingga rasa puji syukur hamba atas
penerangan yang paduka limpahkan kepada pikiran hamba yang
sedang dirundung kegelapan ini. Namun hamba telah bertekad,
apa guna hamba hidup menyandang derita papa, berlumur siksa
hina?" "O, engkau mempunyai tujuan tertentu dalam tapa-bratamu
ini" Apakah engkau hendak mohon sesuatu?"
"Demikian pukulun" sahut Airlangga "hamba seorang titah
paduka yang lemah dan serba tak luput dari kesalahan. Oleh
karena itu apabila paduka menganggap persembahan kata
hamba ini, bukan suatu sikap seorang ksatrya luhur, semoga
paduka berkenan mencabut jiwa raga hamba"
"Ah, engkau dilahirkan dengan mengemban amanat untuk
hidup, bukan untuk mati. Janganlah engkau mematikan jiwamu
883 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena hal itu berarti suatu pengingkaran kepada amanat yang
menghidupkan engkau. Katakanlah, apa yang hendak engkau
persembahkan itu" "Hamba tiada memohon tuatu apa kecuali keadilan, pukulun"
"O, engkau hendak mohon keadilan" Keadilan apakah yang
engkau kehendaki?" "Menurut ajaran-ajaran yang pernah hamba teguk, bahwa
setiap angkara murka itu tentu akan tertumpas, setiap kejahatan
pasti hancur" "Benar, kulup. Oleh karena titah manusia itu dibebaskan untuk
berbuat segala sesuatu menurut kehendak hatinya maka
perjuangan antara Baik dan Buruk itu pada hakekatnya
menguasai sepenuhnya kehidupan manusia dan bumi. Tetapi
kesemuanya itu telah ditentukan oleh tingkat dan kodrat masing
masing. Kodrat daripada sifat Dharmacakra atau roda kebenaran
akan menggiling semua yang bengkok, yang benjul dan yang
kotor" "Duh, pukulun, makin teguhlah hati hamba atas petunjuk
paduka. Karena hal itu adalah sesuai dengan ajaran-ajaran yang
telah hamba teguk dari para wiku yang arif bijaksana. Tetapi
perasaan hamba terbentur dengan suatu kenyataan yang
menggoyahkan pendirian hamba seh'ngga gelaplah pikiran
hamba dicengkam keresahan"
"Katakanlah kulup apa yang menjadi keresahan hatimu"
Airlangga lalu menghaturkan sejarah hidupnya yang sedang
dirundung kemalangan. Betapa di kala dia sedang melangsungkan pernikahan dengan puteri raja Dharmawangsa,
tiba-tiba raja Worawari menyerang keraton sehingga porak
porandalah segala yang dimilikinya. Keraton diduduki musuh,
rama mentua binasa, isteri lari tercerai berai dan dia sendiri
terpontang panting melarikan diri dari kejaran musuh.
884 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, jelasnya engkau hendak mengadu kepada dewata,
mengapa tindak angkara murka dari si Worawari itu seolah
direstui?" "Tidakkah paduka berkenan membenarkan pendirian hamba
bahwa setiap angkara murka itu tentu hancur binasa?"
"O, engkau hendak menggugat dewata?"
"Sama sekali tak terkandung dalam hati hamba akan maksud
demikian, pukulun. Hamba hanya ingin menetapi janji dewata"
"Sudah kukatakan, Dharmacakra atau Roda Kebenaran itu
akan berputar dalam lingkaran Sebab dan Akibat yang tiada
hentinya selama manusia tak mengetahui, menyadari dan
berusaha uutuk melenyapkannya. Manusia haus akan kekuasaan
dan kenikmatan hidup. Dharmawangsa menyerang Sriwijaya dan
Sriwijaya menitahkan Worawari menyerang kerajaaan Dharmawangsa. Tidakkah hal itu merupakan Sebab dan Akibat
yang berjalan sesuai dengan Dharmacakra itu?"
"Tetapi hamba dari Bali dan tak tersangkut dalam pertikaian
itu, mengapa hamba harus menderita dari perbuatan Worawari ?"
"Tiada suatu hal di dunia ini yang terpisah dalam bentuk
tersendiri. Semuanya, langsung tak langsung, mempunyai kaitan
dan terkait dalam lingkaran. Karena engkau menjadi putera
menantu Dharmawangsa maka engkau harus terkait dalam akibat
itu" "Duh, pukulun, adakah hamba harus menerima nasib begini
karena menganggap tindakan Worawari itu hanya akibat dari
sebab yang ditimbulkan ramanda Dharmawangsa?"
"Titah manusia diwenangkan berusaha untuk mencapai apa
yang diinginkan" "Terima kasih, pukulun. Serasa sebesar gunung Kanakan rasa
hati hamba menerima titah paduka. Hamba akan berusaha
manakala dewata merestui"
885 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksudmu?" "Apabila tujuan dan usaha hamba itu mendapat restu dewata,
hamba pasti akan berjuang dengan sekuat tenaga"
"Apa yang engkau maksudkan dengan restu dewata itu?"
"Setiap yang mendapat restu dewata, tentu akan terlaksana.
Perjuangan hamba pasti berhasil"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"O, maka hasil itukah yang mendorong engkau mau berjuang"
Artinya, dengan begitu apabila engkau tahu bahwa perjuanganmu itu sia-sia, engkaupun tak mau berusaha. Tidak,
kulup, engkau khilaf. Ketahuilah, bahwa titah manusia itu
diwenangkan untuk berusaha. Berhasil atau tidak usahanya,
dewata takkan menjanjikan suatu apa, karena hal itu merupakan
rahasia gaib yang tak boleh dilanggar siapa pun juga, termasuk
dewa. Karena janji itu sudah termaktub dalam usahamu itu
sendiri. Barangsiapa yang sungguh-sungguh, tekun dan setya
akan usahanya, dia pasti direstui dewata"
"Duh, pukulun, hamba titah paduka yang berdosa. Hamba
berjanji akan mematuhi dawuh paduka. Hamba akan berjuang
sebagaimana hamba diwajibkan oleh dharma hidup hamba,
tanpa mengharap dan ingin mengetahui adakah usaha hamba itu
berhasil atau gagal. Hamba serahkan segala-galanya ke duli
Hyang Maha Agung" "Itu sifat ksatrya utama"
"Duh, pukulun sesembahan hamba, tidakkah paduka berkenan
melimpahkan sesuatu kepada hamba agar dalam perjuangan
hamba yang maha berat itu, hamba terhindar dari bencana"
"Apa maksudmu, kulup" Perjuangan itu suatu kancah
bencana. Jika engkau gentar akan bencana, jangan engkau
berjuang" "Tidak, pukulun. Jauh dari pikiran hamba untuk mengangan-
angan rasa takut. Tetapi sebagai titah manusia, kiranya
886 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hambapun berusaha untuk terhindar dari bencana. Itulah
sebabnya maka hamba siksa Raga dan Rasa hamba agar hamba
memperoleh anugerah dewata"
"Apa yang engkau kehendaki"
"Hamba hendak memohon sesuatu, sebagai sarana bekal
perjuangan hamba" "Katakan" "Tak lain pukulun, pelengkap bagi seorang ksatrya yang
hendak turun ke medan perjuangan yani ilmu kesaktian"
"O, ilmu kesaktian" Baik, tetapi ilmu itu harus engkau tebus
dengan suatu janji. Bilamana engkau tak menetapi janji maka
lenyaplah kesaktian yang engkau peroleh itu"
"Apapun yang paduka titahkan, hamba berjanji akan menetapi
dan melaksakan" "Baik, waspadakanlah dengan pendengaran dan penglihatanmu. Hayati dalam batinmu, darahkan dalam hayatmu
dan amalkan dalam d Darma hidupmu"
Airlangga mengiakan. "Lihatlah aku, pandanglah dengan seksama. Engkau harus
berjanji untuk mentaati petunjuk daripada maknawi Pancamaya
itu. Apabila engkau sungguh-sungguh telah menghayati dan
menyawakan dalam jiwamu maka engkau akan dapat melihat
siapa diriku. Abdikanlah diriku itu dalam bentuk sebuah pusaka,
engkau tentu akan sakti mandraguna"
"Mana mana titah paduka pukulun, pasti akan hamba
laksanakan dengan sepenuh hati"
"Cahaya berwarna biru kehijau-hijauan itu, adalah sinar gama
atau sinar alam yang masuk kcdalam tubuh manusia sebagai
suatu tanda kemuliaan. Sumber daya kekuatan manusia. Itulah
watak Welasasih, mustika dari rasa peri-kemanusiaan yang luhur"
887 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kedua, cahaya warna putih kekuning-kuningan. Itulah watak
dari s ifat Rela ihklas. Rela secara tulus, lahir batin secara jujur"
"Ketiga, cahaya berwarna kuning kunyit. Artinya watak
Paramarta mardi aksama. Tegasnya, suka memaafkan kepada
siapapun juga" "Keempat, cahaya yang berwarna kuning keungu-unguan itu,
harus disingkiri karena berwatak budi pekerti yang kurang baik,
dengki, tamak, cemar dan acuh tak acuh.
"Demikian pula dengan cahaya yang kelima yang berwarna
ungu kemerah-merahan atau dadu, wataknya iahh angkara
murka. Nah, apakah engkau sudah menghayati dalam kalbumu
kesemuanya itu ?" "Hamba telah menghayatinya, pukulun"
"Jika benar katamu, cobalah pandang bagaimanakah
perwujutanku ?" Hening sesaat. Tiba-tiba terdengar, suara mendesis kejut "Ah, pukulun,
maafkanlah kekhilafan hamba" serta merta Airlangga menundukkan kepala menghaturkan sembah kehadapan mahluk
gaib seperti yang terbayang dalam cipta semedhinya saat itu.
"Kulup, apa yang engkau lihat?"
"Paduka adalah Hyang Batara Wisnu yang sedang
mengendarai sang garuda perkasa ...."
Darrrr! Sekonyong-konyong terdengar letusan hebat macam halilintar
menyambar dan seketika itu karena disambar rasa kejut yang
tiada taranya, Airlanggapun terjerembab rubuh ke belakang.
Agar tiada terganggu dan tiada diketahui orang terutama
prajurit raja Worawari yang mengejarnya, maka Airlangga
888 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencari sebuah tempat di puncak gunung Wonogiri, disebuah
gua yajig pintunya teraling segunduk batu besar. Batu itu
berwarna hitam dan keras bukan kepalang. Ketika Airlangga
sadarkan diri dan duduk tegak, ia terkejut melihat suatu
pemandangan yang aneh. Batu hitam yang mengaling di depan
pintu gua, telah pecah berantakan tetapi yang mengherankan
gua tempat ia bertapa sama sekali tiada mengalami kerusakan.
Airlangga berbangkit untuk membuktikan kenyataan yang
dihadapinya. Ternyata memang benar. Batu sebesar kerbau,
telah hancur berkeping-keping. Pada saat ia mengeliaikan
pandang untuk mengamati keping-keping batu hitam yang
berserakan memenuhi pintu gua, tiba-tiba pandang matanya
terhisap oleh sebuah benda yang memancarkan sinar gilang
gemilang. Benda itu hanya sepengepal tinju besarnya dan
terimbun di cela-cela keping hancuran batu hitam. Segera ia
menghampiri dan berusaha untuk mengambilnya.
"Ah" ia mendesuh dicengkam kejut yang hampir menggigilkan
tubuh. Batu itu berwarna hitam tetapi memancarkan sinar yang
berkilau-kilauan. Entah karena ia masih terkesan dengan
pertemuan gaib dalam cipta semedhinya tadi, tetapi dalam
pandangannya batu hitam kemilau iiu berbentuk seperti seorang
dewa yang tengah mengendarai seekor burung garuda, mirip
benar dengan peristiwa gaib yang dialaminya tadi.
Dengan penuh kepercayaan bahwa ia telah memperoleh
pusaka keramat dari dewata, timbulnya semangat Airlangga. Dia
menghimpun pengikut-pengikut, antara lain pemuda Narotama
yang diangkatnya seba -pai pembantu utama, kemudian dia
mulai menyusun kekuatan, membentuk pasukan yarg kuat.
Setelah tiba waktunya, maka mulailah ia menyerang pasukan raja
Worawari dan berhasil mengalahkannya. Ketika itu keraton telah
musna menjadi abu dan Airlangga mendirikan pula sebuah
keraton baru di Wotan Emas. Dia dinobatkan sebagai raja.
889 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Airlangga tak puas dengan hanya merebut kembali kerajaan
rama mentuanya baginda Dharmawangsa, tetapi ia ingin
mempersatukan seluruh kerajaan di Jawadwipa. Berturut-turut ia
menggerakkan pasukan untuk menundukkan raja Wijaya di
Wengker, ratu Adhamapanida di sebelah selatan, raja Worawari
dan juga kerajaan Galuh. Sepuluh tahun lamanya ia selalu
berperang untuk menundukkan raja raja yang tak mau tunduk di
bawah kekuasaannya. Setelah itu barulah ia memerintah dengan
aman. Airlangga bukan melainkan seorang ksatrya yang sakti
mandraguna, seorang panglima besar yang pandai, pun beliau
seorang raja besar yang dapat mempersatukan kerajaan
Jawadwipa dan memerintah dengan penuh kebijaksanaan.
Selama memerintah, raja Airlangga telah memajukan perdagangan mancanagara. Dibuatnya bandar-bandar di Hujung
Galuh dan Tuban. Memajukan pertanian dengan membuat sarana
saluran air, tanggul untuk menjaga banjir. Pun dalam bidang
kesusasteraan telah mencapai kemajuan yang cemerlang dengan
menampilkan seorang pujangga besar Mpu Kanwa, yang
menggubah kakawin Arjuna Wiwaha. Sesungguhnya kakawin itu
dipersembahkan untuk mengabadikan kebesaran peijuangan
Airlangga sebelum menjadi raja.
Sebagai seorang raja yang amat memperhatikan kepentingan
para kawula, terutama lapangan pertanian, maka baginda segera
menitahkan Narotama yang telah diangkatnya sebagai patih,
untuk menanggulangi bencana banjir di sepanjang perairan
bengawan Brantas. Narotama gagal untuk melaksanakan tugas
itu. Akhirnya dia bertapa dan menerima ilham bahwa bencana itu
hanya dapat ditanggulangi apabila Narotama membuat sebuah
empang raksasa yang mendapat restu seri baginda Airlangga.
Karena hanya kebesaran seri bagindalah yang dapat
menundukkan segala jin dedemit penunggu bengawan itu.
890 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu menerima persembahan Narotama, seri baginda
Airlangga segera menitahkan Mpu Bharada, seorang yogiswara
yang telah diangkat sebagai mangkubumi untuk menafsirkan
ilham gaib yang diterima Narotama. Mpu Bharada menghaturkan
keterangan bahwa yang dimaksud dengan restu seri baginda itu
adalah kewibawaan dan kebesaran peribadi baginda yang
tertuang dalam pusaka peribadi baginda.
"Ah, jika demikian apakah bukan lencana pusaka Garudamukha itu?" tiba-tiba baginda teringat.
Mangkubumi mpu Bharada membenarkan. Tetapi seria
baginda keberatan apabila lencana pusaka itu harus ditanam di
empang penolak banjir di tepi bengawan Brantas. Akhirnya
diputuskan bahwa akan dibuat sebuah lencana lagi yang
berbentuk seperti lencana pusaka seri baginda. Mpu Bharada
dititahkan untuk membuatnya. Berkat kesaktian mpu Bharada,
berhasillah dia membuat sebuah lencana Garudamukha yang
amat bertuah. Lencana itu ditanam patih Narotama di Waringin
Pitu tempat penbuatan empang raksasa. Akhirnya bencana banjir
bengawan Brantas itu dapat ditundukkan.
Demikian sekelumit kisah tentang lencana Garudamukha.
(Oo-dwkz-ismo-oO) Kemeriahan suasana di balairung keraton Kahuripan saat itu,
tampak meriah sekali. Tetapi bukan kemeriahan yang diliputi
kegembiraan, melainkan kemeriahan yang dicengkam ketegangan. Ketegangan itu dicetuskan oleh raden Sambu, putera adipati
Sadeng, ketika memenuhi permintaan rakryan patih Tanding
untuk menyatakan pendapat. Putera adipati Sadeng itu
menghendaki bahwa karena kedua buah lencana yang ditemukan
dan diperoleh Kertawardhana sama-sama aseli dan bertuah,
maka menurut keadilan, haruslah yang lebih dahulu 891 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerahkan lencana itu yang layak diperlukan sebagai
pemenang. Rakryan patih Tanding tertegun. Para mentri, senopati,
nayaka dan segenap hadirin, terkesiap. Jelas hal itu
menguntungkan fihak raden Sambu. Tetapi bagaimanakah cara
untuk memecahkan persoalan itu" Mereka menyadari bahwa
pernyataan raden Sambu itu kurang tepat tetapi mereka tak
dapat menemukan lain jalan yang lebih tepat. Dan selama tiada
lain jalan yang lebih sesuai maka tiada alasan bagi mereka
terutama rakryan patih Tanding yang telah dititahkan Rani untuk
menyelesaikan keputusan sayembaia itu, untuk menolak
pernyataan raden Sambu. Diam-diam rakyan patih Tanding
mengucurkan keringat. Ia menolak tetapi tak tahu bagaimana
harus mencari alasan tepat.
"Rakryan patih, hamba mohon bicara!" tiba-tiba terdengar
suara melintang, membias nada kurang puas. Serentak rakryan
patih Tandingpun berpaling.
Bagaikan ikan yang menggelepar diatas pasir, setetes


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hujanpun cepat akan merangsang semangatnya. Demikian
rakryan patih Tanding. Dan lebih melonjak perasaannya demi
mengetahui siepa yang bicara itu "O, rakryan Rangga Tanu"
serunya gembira "silakan rakryan bicara"
Setelah Rangga Tanding diangkat sebagai patih maka
kedudukan Rangga yang tertugas sebagai pembantu senopati,
diganti oleh Rangga Tanu, seorang yang tegas, jujur, berani
sesuai dengan perawakannya yang tinggi besar gagah perkasa.
"Hamba mohon diperkenankan menyatakan pendapat, rakryan
patih" seru Rangga Tanu.
"Silakan, rakryan" sambut Patih Tanding"persoalan yang kita
hadapi ini, menyangkut kepentingan gusti Rani, keranian
Kahuripan dan seluruh kawula Kahuripan. Setiap mentri dan
892 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nayaka, bahkan kawula Kahuripan berhak
dan wajib mempersembahkan pernyataan apabila mempunyai pendapat"
Setelah menghaturkan terima kasih maka Rangga Tanu pun
berkata "Usul gusti rakryan demung Samaya agar dibuat api
Pancaka untuk menguji kedua lencana itu, tampaknya tiada
mendapat tempat di hati peserta sayembara yang berkepentingan, dengan alasan memakan waktu. Pada hal
sayembara ini memang menghendaki waktu yang selayaknya
karena beratnya kepentingan yang tersanggul pada sayembara
itu" "Kemudian putera adipati Sadeng, mengusulkan bahwa yang
paling adil dan tepat yalah memutuskan peserta yang lebih dulu
menyerahkan lencana itu, supaya dinilai sebagai pemenang. Usul
itu memang baik dan berhak diajukan oleh setiap orang,
termasuk yang bersangkutan sendiri. Tetapi aku tak setuju" kata
Rangga Tanu pula. Keheningan tersibak dan ketegangan suasanapun makin
tegang. Hanya bedanya jika tadi tegang tanpa pengarahan,
sekarang tegang memercik harapan. Hampir seluruh hadirin
menumpahkan harapan kepada Rangga Tanu.
Hanya seorang yang merasa tegang karena geram. Dialah
Sambu. Dia hendak memberi tanggapan atas per-nyataan
Rangga Tanu tetapi sesaat dia ditegur oleh pertanyaan dalam
hati. Apa yang harus dikatakan untuk menyanggah pernyataan
Rangga Tanu " Bukankah setiap hadirin, terutama mentri
Kahuripan, berhak untuk menyataan pendapat" Dan bukankah
Rangga Tanu baru terbatas pada pernyataan tak setuju dan
belum mengemukakan pendapat lain"
"O, jika demikian silakan rakryan memberi pandangan yang
tepat" sebelum Sambu sempat melonggarkan kesesakan
napasnya, rakryan patih Tanding sudah berseru.
893 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kedua lencana itu menurut penayuhan Dang acarya
Ranggawijaya yang arif, adalah sama-sama aseli dan berisi sakti
gaib" kata Rangga Tanu "dalam pernyataan itu mengandung arti,
bahwa kedua lencana itu benar benar lencana aseli dari seri
baginda Airlangga. Dalam hal ini bukan soal siapa yang lebih
dahulu menyerahkan yang layak dinilai sebagai pemenang, tetapi
aku tetap berpijak pada pendirian yang sejiwa dengan tujuan
sayembara ini. Yani, lencana yang benar-benar dapat
menanggulangi penderitaan kawula Kahuripan dari bencana
wabah penyakit itulah yang tepat kita pilih sebagai
pemenangnya" "Benar, benar" terdengar hiruk pikuk dari deretan pada
narayraja yang mendukung pernyataan Rangga Tanu.
"Baik, rakryan Rangga" sambut rakryan patih Tanding
"pendapat andika memang bijaksana tetapi dapatkah andika
menyatakan lebih lanjut, bagaimana cara untuk menguji mana
diantara kedua lencana itu yang benar-benar mampu
melenyapkan wabah di Kahuripan ini?"
Pendapat itu telah merekah di kalangan mentri narapraja yang
berada dalam balairung maupun di kalangan para kawula yang
berada di halaman luar pendapa karaton, ketika persidangan
mulai dibuka tadi. Hanya mereka tertumbuk pada tempat untuk
menguji lencana itu. Kini setelah mendengar pernyataan Rangga
Tanu, pemikiran itupun cepat bersambut dalam hati sekalian
hadirin. Kini mereka mencurah perhatian untuk mendengarkan
sampai dimanakah Rangga Tanu akan menyelesaikan usul itu
pada tempat yang layak. "Apabila kita tetapkan, kemungkinan tentu akan mendapat
sanpgahan dari peserta yang bersangkutan" kata Rangga Tanu.
Yang dimaksud itu tak lain adalah Sambu "maka soal tempat kita
serahkan saja kepada kedua peserta itu untuk memilihnya
sendiri" 894 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnya Sambu sudah bersiap-siap untuk memberantas
setiap pernyataan Rangga Tanu yang tak berkenan dalam
hatinya. Namun ketika mendengar kata-kata rangga itu, iapun
terkesiap. Memang usul itu dapat ia terima. Dan untuk
melaksanakan, ia sudah mempunyai tempat yang tepat yani di
Wanngin Pitu yang dianggapnya sebagai sumber dari wabah itu.
Iapun sudah siap-siap hendak menerimanya.
"Baik, rakryan" seru patih Tanding "tiada jalan lain kecuali kita
tempuh cara itu" kemudian berpaling kearah Sambu, patih
Tandiiag berkata "Raden, kiranya raden sudah mendengar usul
yang diucapkan rakryan Rangga Tanu. Kami menyetujuinya dan
sekarang silakan raden memilih tempat untuk mengembangkan
kesaktian dari lencana yang raden temukan itu. Namun waktunya
tak dapat terlalu lama, kami hanya memberi batas selama tiga
hari untuk setiap pengujian itu"
"Sebelum memberi pernyataan" sambut Sambu "lebih dulu
hamba ingin bertanya, siapakah yang diwenangkan kesempatan
untuk menguji daya sakti lencana itu ?"
Rakryan Tanding terhenyak. Jika ia mengatakan bahwa yang
layak mendapat kesempatan lebih dahulu untuk membuktikan
daya-kesaktian penemuannya adalah yang pertama menyerahkan
penemuan itu, tentulah akan memberi akibat yang tak dapat
dibayangkan. Andaikata Sambu yang berhasil, tidakkah hal itu
akan memberi siksa lahir-batin kepada Rani" Sebagai seorang
mangkubumi yang cukup lama mengabdi kepada junjungannya,
walaupun tak pernah dibawa kedalam pembicaraan mengenai isi
hati sang Rani, namun sebagai seotang tua yang cukup banyak
pengalaman dapatlah dia merangkai-rangkai hubungan batin
antara sang Rani dengan raden Kertawardhana. Hal itu secara
tak langsung diperolehnya dari kesan pembicaraan dengan patih
Dipa. "Yang layak mendapat kesempatan pertama, adalah juga
peserta yang pertama menyerahkan penemuannya !"
895 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagai halilintar berbuny i di siang hari, balairung seolah
digetarkan oleh sebuah suara yang bernada besar dan mantap.
Kumandangnya menimbulkan getar-getar yang mengiang anak
telinga. Sekalian mentri, senopati dan nayaka terperanjat. Mereka
jelas merasa bahwa suara itu bukan berasal dari hadirin yang
berada di balairung, melainkan dari luar pendapa. Dan
mencurahkan segenap pandang mata kearah timbulnya suara itu.
Seorang lelaki yang bertubuh tegap, melangkah masuk
dengan langkah yang mantap. Tepuk sorak serentak mengiringi
langkahnya. Serta mengetahui siapa pendatang itu, gemuruhlan
suasana balairung. "Gusti patih Dipa.' "Rakryan patih Dipa !"
Suara teriak para kawula yang berada di halaman luar segera
bersambut dengan suara sambutan hangat dari para mentri
nayaka dalam balairung. "Rikryan patih Dipa" serentak patih Tanding pun berseru
seraya bergegas menyongsong.
"Maafkan, paman rakryan" kata patih Dipa yang dipeluk erat
erat oleh patih Tanding seolah seperti menemukan kembali
anaknya yang hilang. "Ke mana engkau, rakryan patih?" tiba-tiba de.nung
Sacnayapan berbangkit dan menghampiri.
"Maafkan hamba, rakryan demung" kata patih Dipa pula
kepada demung itu "banyaklah hal-hal yang dapat hamba
ceritakan sesuai sayembara ini. Perkenankanlah hamba
menghadap gusti Rani"
Kedua mentri wredha itu menyadari bahwa saat itu mereka
berada dihadapan sang Rani. Kurang layak kiranya apabila
mereka tetap menahan patih Dipa dalam pembicaraan. Maka
merekapun melepas patih yang akan menghadap sang Rani.
896 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Patih Dipa" seru Rani dalam nada kejut-kejut gembira
walaupun sudah tahu bahwa patih itu telah hadir
Patih Dipa bergegas menghaturkan sembah kehadapan sang
Rani "Hamba mohon maaf sebesar-besarnya karena telah
melalaikan tugas yang paduka limpahkan pada diri hamba, gusti"
"O, apakah telah terjadi sesuatu pada dirimu?"
"Demikian, gusti, namun berkat lindungan dari Hyang Batara
Agung, hamba telah terhindar dari segala hal yang tak hamba
inginkan" Rani cepat dapat menangkap isi perkataan patih Dipa yang
ringkas padat itu. Rani cukup faharn akan perangai dan peribadi
patih Dipa. Tak mungkin patih itu terlambat atau bahkan tak
hadir dalam rapat atau titah sang Rani untuk memanggilnya,
apabila tiada terjadi suatu hal yang tak dapat dielakkan.
Sebenarnya Rani hendak bertanya lebih lanjut tentang sesuatu
yang menghalang patih itu namun segera ia menyadari dua buah
kenyataan. Bahwa saat itu sedang menghadiri sidang yang amat
penting dan bahwasanya patih Dipa telah hadir dengan, tak
kurang suatu apa. Lain-lain hal yang menyangkut diri patih itu
dapatlah ditangguhkan setelah sidang selesai.
"Karena engkau terlambat datang, patih Dipa, maka tugasmu
sebagai kepala penyelenggara sayembara telah diwakilkan
kepada paman patih Tanding"
Patih Dipa menghaturkan sembah terima kasih a-tas
kemurahan hati sang Rani.
"Oleh karena engkau sudah hadir maka dapatlah engkau
menerima pula tugasmu itu dari paman rakryan patih" kata sang
Rani pula. "Ampun, gusti" serta merta patih Dipa menghaturkan sembah
pula "hamba mohon agar gusti memperkenankan tugas itu tetap
dilaksanakan oleh paman rakryan patih"
897 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, engkau merasa bersalah" Tidak, patih Dipa, aku percaya
penuh engkau tentu tak bermaksud mengabaikan tugasmu tetapi
karena sesuatu halangan" ujar sang Rani
"Bukan demikian, gusti"
"Jika bukan demikian, apakah engkau bermaksud hendak
menghindari tanggung jawab?"
"Duh, gusti junjungan hamba" serta merta patih Dipa
menyembah "kiranya persembahan jiwa dan raga patih Dipa ini
masihlah belum memadai dari budi berlimpah limpah yang
paduka kurniakan kepada hamba"
Rani segera menyadari bahwa ucapannya tadi terlalu cepat
terangsang oleh luap prasangka. Diam-diam ia merasa getun
"Ah, kupercaya kepadamu seperti aku mempercayai diriku, patih.
Tetapi tidakkah mengherankan apabila engkau tak mau
menerima kembali tugas yang menjadi tanggung jawabmu itu?"
"Gusti" kata patih Dipa "tugas itu tetap menjadi tanggung
jawab hamba sepenuhnya. Namun karena paduka telah
menitahkan paman rakryan patih untuk mewakili hamba,
mengingat bahwa sidang ini masih belum selesai, alangkah
baiknya apabila paman patih yang terus melaksanakan tugas itu.
Karena kurang seyogya apabila hamba terus menarik kembali
tugas itu. Tidakkah hal itu akan mencemarkan keluhuran paman
rakryan patih dalam pandangan para mentri dan kawula?"
Rani Kahuripan mengangguk dan dalam hati memuji akan
sikap patih Dipa. Memang kurang layak apabila seorang patih
yang telah dititahkan Untuk melaksanakan tugas memimpin
sidang, harus lekas ditarik kembali sebelum sidang itu selesai
"Paman patih, patih Dipa meminta agar pamanlah yang
melanjutkan memimpin sidang ini" akhirnya Rani bertitah.
"Ah, mengapa demikian, gusti" seru patih Tanding "hamba
hanya menjunjung titah paduka untuk mewakili tugas patih Dipa.
898 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena patih Dipa sudah hadir, seyogyanya patih Dipa yang
memimpin sidang ini"
"Tidak, paman rakryan patih" seru patih Dipa "dalam hal ini
jangan paman rakryan mengadakan garis perbedaan antara patih
ini dengan patih itu, mentri ini dengan mentri itu. Kita semua
adalah abdi kerajaan maka soal siapa yang duduk dalam
pimpinan suatu tugas, bukanlah soal. Yang penting, tugas itu
telah mempunyai garis tujuan dalam mengemban titah gusti
junjungan kita" "Tetapi kita patih ...."
"Paman rakryan patih" tukas patih Dipa "hamba tetap akan
hadir disini dan tetap akan mempertanggung jawabkan segala
sesuatu dalam sidang ini sehingga tugas kita terlaksana"
Mendapat jaminan itu patih Tanding terdiam. Ia tahu
bagaimana watak patih Dipa yang keras hati dan setya. Ia tahu
pula maksud patih Dipa untuk menyelamatkan muka dan


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kewibawaannya sebagai patih Kahuripan. Maka akhirnya ia
menerimanya lagi. Setelah sidang dimulai dimana patih Dipa duduk di deretan
para mentri maka rakryan patih Tanding segera membuka
pembicaraan "Patih Dipa, bukankah engkau tadi mengusulkan
bahwa peserta yang pertama menyerahkan lencana itu, supaya
diberi kesempatan yang pertama untuk melaksanakan pengujian
lencana yang ditemukannya itu?"
"Demikian, paman rakyan patih"
Patih Tanding terkejut. Diam-diam ia mengeluh dalam hati
mengapa patih Dipa menghendaki langkah begitu. Bukankah hal
itu suatu langkah yang berbahaya apabila raden Sambu sampai
berhasil" Dipandangnya patih Dipa tetapi patih itu hanya tenang-
tenang mengulum senyum. 899 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Raden Sambu juga terkejut. Hampir ia tak percaya bahwa
patih Dipa akan mengusulkan seperti apa yang diharapkannya. Ia
heran. "Raden Sambu" setelah menyaksikan sikap patih Dipa yang
tenang, timbullah kepercayaan patih Tanding bahwa patih Dipa
tentu sudah memiliki pegangan tentang hal itu. Maka rakryan,
patih Tanding pun beralih tanya kepada Sambu "usul patih Dipa
memang adil dan. bijaksana. Oleh karena raden yang
menyerahkan lencana itu lebih dahulu maka radenlah yang layak
mendapat kesempatan pertama. Dalam hal ini silakan raden
menentukan tempatnya"
Seluruh hadirin menduga Sambu tentu akan memilih tempat di
Waringtn Pitu. Merekapun heran dan benar-benar tak mengerti
mengapa patih Dipa mengajukan usul sedemikian. Tetapi suatu
hal yang mengejutkan telah terjadi. Diluar persangkaan seluruh
hadirin maka raden Sambupuri menjawab "Tidak, gusti patih,
hamba menarik kembali keinginan hamba tadi. Biarlah hak untuk
mendapat kesempatan memilih tempat dan mencoba daya-sakti
lencana itu hamba serahkan saja kepada pemuda yang
menemukan lencana setelah hamba"
Gemparlah sekalian mentri senopati dan seluruh kawula yang
berada di luar halaman pendapa. Mereka tak pernah menyangka
bahwa Sambu akan berbalik pendirian sedemikian rupa. Adakah
putera adipati itu mempunyai pemikiran lain " Jika ada, apakah
yang telah direncanakannya"
Rakryan patih Tanding juga tak kurang kejutnya "Mengapa
andika bersikap dem ikian, raden" Bukankan tadi raden menuntut
hal yang sesuai dengan usul patih Dipa?"
"Selama belum menjadi keputusan, setiap pendapat dapat
berobah. Salahkah apabila hamba berbuat demikian, gusti patih?"
Sambu mengembalikan pertanyaan kepada yang bertanya.
900 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, andika tidak menyalahi peraturan sidang" terpaksa
rakryan patih Tanding menjawab.
"Rakryan patih" tiba-tiba Rangga Tanu berseru "hamba mohon
menghaturkan usul" Rakryan patih Tanding mempersilakannya.
"Karena raden Sambu sebagai peserta sayembara yang
berhasil lebih dahulu menemukan lencana, maka raden Sambu
layak mendapat hak lebih dahulu untuk menentukan pilihan
tempat. Tetapi karena raden tak mau dengan begitu gugurlah
hak yang diberikan kepadanya. Dan serentak dengan itu, gugur
pula nilai daripada siapa orang pertama dan siapa orang kedua
yang menghaturkan lencana itu. Jelasnya, kedua peserta yang
berhasil itu adalah sama nilai kedudukan dan haknya"
Patin Tanding mengangguk.
"Oleh karena itu hak untuk menentukan siapa yang harus
melaksanakan pengujian itu, kembali sepenuhnya kepada rakryan
patih yang mengepalai persidangan sayembara ini"'
"Baik, rakryan Tanu" kata patih Tanding yang menganggap
ucapan Rangga itu memang tepat "oleh karena persidangan ini
telah berlangsung cukup lama dan agar jangan sampai berlarut-
larut tiada keputusannya maka aku menetapkan bahwa raden
Sambu, supaya memilih tempat dan melaksanakan pengujian
daya-sakti lencana yang ditemukannya terlebih dahulu. Setelah
tiga hari tiada menampakkan hasil barulah giliran pemuda Kerta"
"Tidak, gusti patih" sambut Sambu "jika paduka berkeras
menetapkan demikian, hambapun tak dapat berbuat apa apa.
Tetapi dalam hati, hamba tetap tak puas atas tindakan gusti
patih. Akan hamba bawa pulang dan hamba kabarkan kepada
segenap rakyat Majapahit pada umumnya dan rakyat kadipaten
Sadeng khususnya tentang langkah paduka ini"
901 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku telah bertindak secara adil dan secara terbuka dihadapan
segenap mentri senopati keranian Kahuripan. Bahwa engkau
hendak mengabarkan tindakanku itu, terserah. Tetapi kecuali
manusia yang gelap pikiran atau yang takut kepadamu, barulah
mau menerima pembagian ketidak puasan rasa yang engkau
kandung itu" "Maksud gusti patih tetap hendak menitahkan hamba yang
pertama melaksanakan, pengujian Itu?"
Rakryan patih Tanding mengiakan :"Itu sudah menjadi
keputusan kami" "Jika hamba menolak?"
"Engkau akan kehilangan hak sebagai peserta yang
mempunyai kesempatan menang"
"Jika demikian tindakan gusti patih, hamba mohon supaya
lencana itu diberikan kepada hamba dari hamba akan pulang ke
Sadeng, menarik diri dari sayembara ini" kata Sambu.
Pernyataan Sambu itu telah menimbulkan kegemparan
suasana sidang. Sudah berulang kali putera adipati Sadeng itu
menunjukkan sikap dan ucapan yang tak nyaman. Sekarang
secara berani, telah menyatakan menentang keputusan rakryan
patih dan menarik diri. Patih Tanding merah mukanya. Jika ia mengalah kepada
putera adipati itu, tentulah ia akan kehilangan muka. Namun jika
tetap berkeras kepada keputusannya, sayembara itu pasti akan
mengalami kehebohan. Dalam keadaan seperti itu terpaksa ia
mencari sumber pikiran, dimana ia dapat meneguk pertimbangan
untuk bertindak. Dan pandang matanyapun mencurah kearah
patih Dipa. Tampaknya patih Dipa dapat menyelami kesukaran, patih
Tanding. Diapun segera berseru "Harnba mohon agar permintaan
902 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
raden putera adipati Sadeng itu dikabulkan asal melalui sebuah
syarat" "O, bagaimana syaratnya, ki patih ?"
"Hamba mohon diperkenankan untuk menguji kedua lencana
pusaka itu, paman rakryan" kata patih Dipa.
Sejenak marenung, rakryan patih Tandingpun menerima
permintaan patih Dipa "Ki muda" serunya kepada Kertawardhana
"apakah engkau tiada keberatan apabila nanti akan dilakukan
pengujian terhadap lencana yang engkau peroleh itu ?"
"Hamba tak keberatan, gusti patih" kata Kertawardhana
"hanya saja agak ragulah hati hamba"
"Hal apa yang meragukan hatimu?"
"Hamba mohon maaf apabila dalam kata-kata hamba, ini tak
berkenan di hati paduka dan pada keadilan. Tak lain, yang
hamba ragukan yalah sebuah hal yang sebenarnya karena
kurang perhatian maka mungkin akan menimbulkan persoalan
lagi" "O, katakanlah apa soal itu, anakmuda" patih Tanding makin
terangsang untuk mengetahui.
"Misalkan hamba paduka titahkan untuk melaksanakan
pengujian terlebih dahulu dan kebetulan, hamba berhasil
melenyapkan wabah penyakit itu, bagaimana dengan raden
putera sang adipati Sadeng itu?"
"Dia harus mundur"
"Tetapi tidakkah dia akan menerima hal itu dengan perasaan
puas" Bukankah raden itu masih merasa bahwa lencana
penemuannya belum pernah diuji kesaktiannya sehingga belum
dapat diketahui kalau kalah hasilnya dengan lencana penemuan
hamba?" 903 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" patih Tanding mendesuh kejut "tetapi bagaimana mungkin
akan diuji lagi karena wabah itu sudah lenyap ?"
"Itulah, gusti patih" kata Kertawardhana "yang hamba
kuatirkan akan menimbulkan persoalan yang heboh lagi. Dalam
hal ini hamba hanya sekedar menghaturkan buah pikiran han ba.
Namun apabila paduka menganggap hal itu takkan menimbulkan
kesulitan apa-apa, hambapun hanya menurut titah paduka saja"
Patih Tanding termangu-mangu. Apa yang dikatakan
Kertawardhana memang benar. Sejak sidang dimulai, sudah
berulang kali Sambu selalu mengunjuk sikap dan ucapan yang
tak bersahabat. Bukan mustahil apa yang dikuatirkan Kerta itu
benar-benar akan ditindakkan Sambu.
"Raden Sambu" akhirnya patih Tanding teringat "kiranya
raden tentu sudah mendengar tentang uraian ki muda Kerta tadi.
Bagaimana apabila, setelah raden menolak untuk maju lebih
dahulu, ki muda Kerta dalam pengujiannya itu akan berhasil
melenyapkah wabah bencana itu" Adakah raden akan menerima
kekalahan dengan lapang hati?"
"Pertanyaan gusti patih itu hamba haturkan kembali
kehadapan paduka agar gusti menanyakan hal itu kepida pemuda
tadi" kata jiotbu. Jawaban Sambu itu merupakan tangkisan yang sekaligus
mengembalikan serangan kepada penyerangnya. Senjata makan
tuan. Sekalian hadirin terkejut mendengar kelicinan ucap Sambu.
Namun diam-diam mereka pun terpaksa, memuji putera, adipati
Sadeng itu memang licin dan pintar akalnya.
Patih Tanding terbeliak. Ia tak menduga akan menerima
kembali pertanyaannya. "Gusti patih" tiba-tiba pula Kertawardhana, berseru lantang
"apabila raden yang lebih dulu me laksanakan pengujian dan
berhasil melenyapkan wabah penyakit itu, hamba akan puas
904 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengaku kalah. Karena tujuan hamba tak lain hanyalah demi
kepentingan para kawula Kahuripan"
Terdengar sorak sorai yang gemuruh diluar halaman pendapa.
Pernyataan Kertawardhana itu telah menyentuh perasaan mereka
dan serempak merekapun bertepuk sorak memuji kebesaran jiwa
Kertawardhana. Suasana balairungpun terkesan akan peristiwa
itu. Dan sebagai kodrat naluri perasaan manusia, apabila suka
pada yang satu tentu tak Suka kepada yang lain. Mereka,
mempunyai kesan baik kepada Kertawardhana, tanpa disadari,
merekapun seren pak timbul kesan buruk terhadap diri Sambu,
Bahkan walaupun dengan pelahan tetapi terdengar juga ejek
cemoh suara para kawula di luar halaman tertuju kepada Sambu.
Mereka mengatakan Sambu seorang putera adipati yang licik.
Cemohan itu terdengar juga oleh Sambu. Mukanya merah. Ia
marah tetapi tak dapat menyalurkannya dan terpaksa menahan
diri. Menghadapi sekian ribu rakyat, bagaimana mungkin ia dapat
melawannya. "Raden 'Sambu" kata patih Tanding "ki muda Kerta sudah
memberi pernyataan. Bagaimana dengan raden sendiri apabila
terjadi hal itu?" Rupanya patih Tanding hendak menumpahkan dendam
geramnya terhadap putera adipati itu. Kesempatan itu
dipergunakannya untuk mendesak.
Tetapi diluar dugaan Sambu menjawab dengan suara lantang-
"Bagi hamba, tiada perlu lagi harus memberi pernyataan bahwa
hamba akan berusaha untuk menyelamatkan kawula Kahuripan
dari bencana wabah. Makna dari sayembara itu sudah cukup
jelas, mencari lencana pusaka yang dapat membasmi wabah
yang tengah melanda kawula Kahuripan. Tanpa berbanyak kata
penghias diri, ikut serta hamba kedalam seyembara itu sudah
jelas tentu hendak memenuhi makna sayembara itu"
Patih Tanding terbeliak. 905 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bahwa ternyata dalam seyembara itu terdapat dua orang
peserta yani hamba dan seorang pemuda, yang beruntung
menemukan lencana pusaka, maka hal itu harus menjadi
tanggung jawab sepenuhnya dari gusti patih sebagai kepala
penyelenggara sayembara untuk mencari jalan penyelesaian
secara adil dan tepat. Hamba tandaskan lagi, adil dan tepat.
Karena adil tanpa tepat, tiada bermanfaat. Tepat tetapi tak adil,
juga sewenang-wenang" kata Sambu pula "jika pemuda tadi
sudah rela memberi pernyataan demikian itulah hak nya. Tetapi
apabila hamba berpijak teguh pada landasan cara yang adil dan
tepat, adakah hamba ini seorang berhati jahat atau rendah budi
atau temaha" Jika orang yang menurut garis adil dan tepat
dikatakan demikian maka hamba bersumpah takkan menginjak
bumi Kahuripan lagi!"
Patih Tanding benar-benar kedodoran dengan jawaban yang
nyaring dan tajam dari putera adipati Sadeng itu. Diam-diam dia
harus mengakui bahwa pernyataan Sambu itu memang harus
diterima sebagai kenyataan yang sesuai dengan cara
menyelesaikan sayembara secara adil dan tepat. Dia berhak
untuk menolak setiap tindakan yang dianggap tak adil dan tepat.
"Raden, bagaimana menurut pendapat raden, cara yang adil
dan tepat itu?" akhirnya patih Tanding bertanya.
"Gusti patih" sahut Sambu "hamba seorang anak muda, yang
baik dari usia, kepandaian dan pengalaman masih kalah jauh
dengan gusti patih. Bagaimana mungkin hamba lebih tahu dari
gusti tentang yang disebut cara adil dan tepat itu ?"
"Sebagaimana hal dengan Kebenaran yang bersifat tiada
menentu menurut citra dan rasa masing-masing orang, demikian
pula dengan Adil dan Tepat. Semisal apa yang kuputuskan tadi,
menurut citraku sndah adil dan tepat. Tetapi nyatanya engkau
masih menganggap kurang adil dan kurang tepat. Maka hendak
kutanya, bagaimanakah cara yang adil dan tepat menurut citra


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

906 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan rasamu sebagai seorang yang berkepentingan dalam
persoalan ini ?" "Baik, gusti" kata Sambu "jika menurut hemat hamba, cara
yang adil dan tepat itu harus keduanya, baik lencana penemuan
pemuda itu maupun penemuan hamba, diuji bersama-sama. Dan
apabila keduanya memang memiliki daya sakti yang sama
kuatnya maka penilaian harus dijatuhkan pada peserta yang
pertamalah menyerahkan penemuannya itu"
"Paman rakryan patih, perkenanlah hamba menghaturkan
pendapat" "O, ki patih Dipa" terkejut patih Tanding mendengar
seseorang melantang kata "baik, ki patih, silakan andika bicara"
"Hamba ingin mengulang permohonan hamba yang tadi, yani
supaya hamba diperkenankan untuk menguji kedua buah lencana
pusaka itu. Setelah itu, hamba usulkan, supaya cara penyelesaian
ini diserahkan kepada raden putera sang adipati Sadeng,
bagaimana menurut citrarasanya yang dianggap adil dan tepat
itu" "Baik, ki patih" sahut patih Tanding dengan nada penuh
kepercayaan. Iapun mempersilakan patih Dipa tampil ke tengah
balairung. Kedua patih itu tampak berbisik-bisik. Kemudian patih
Tanding mengambil kedua buah kotak yang berisi lencana.
"Hadirin yang mulia" seru patih Dipa "agar tiada berlarut
dalam kepanjangan sidang untuk memutuskan lencana manakah
yang dianggap memenuhi syarat, maka terpaksa akan kutempuh
dengan cara menguji kedua lencana itu. Pusaka harus diuji
dengan pusaka. Kedua lencana itu akan kuhantam dengan
senjataku. Yang hancur, itulah bukan lencana pusaka"
Para mentri, senopati dan nayaka terkesiap. Bukankah cara
pengujian itu sudah pernah dilakukan dengan semua senjata
pusaka keraton Kahuripan dan ternyata tak mempan" Mengapa
907 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
patih Dipa hendak mengulang cara itu" Adakah patih itu memiliki
senjata pusaka yang teramat ampuh "
Kertawardhana tetap tenang. Ia memiliki kepercayaan penuh
terhadap diri patih Dipa. Ia menyerah saja apapun yang hendak
ditindakkan patih itu. Sementara Sambu, juga tenang-tenang.
Bahkan diam-diam ia tersenyum dalam hati. Apa yang
diangankan serupa dengan alam pikiran para nara praja itu.
"Aku akan mulai dengan lencana yang diperoleh putera adipati
Sadeng" kata patih Dipa seraya membuka kotak dan mengambil
lencana itu lalu diletakkan diatas meja yang telah disediakan.
Kemudian ia mengeluarkan sebuah benda yang hanya sebesar
lengan bayi dan panjang hanya setebar jari, bentuknya
menyerupai sebuah gada kecil. Sejenak berdiam diri, ia segera
ayunkan benda yang tergenggam dalam tangannya itu kearah
lencana. "Darrrrr" Letusan senyaring halilintar berbunyi, berkumandangkan
dering lengking yang tajam mirip dengan jerit pekik kawanan
setan yang sedang berpesta pora, membahanakan gema yang
mencengkam balairung keraton Kahuripan. Atap ruang balairung
itu serasa berderak-derak digetar letusan dahsyat itu. Lantai
bergetar bagai diayun gempa. Lampu kaca yang berbentuk
rumpun bunga padma yang terpancang di tengah-tengah
balairung itupun berdering-dering digetar kegoncangan. Para
hadirin terkejut setengah mati. Mereka serasa menderita
peristiwa halilintar meletus dihadapan mereka. Disertai dengan
pekik kejut yang merenggut semangat. Dan terjadilah beberapa
peristiwa yang heran-heran menggelikan. Digempa rasa kejut
yang mungkin belum pernah mereka alami selama ini, ada yang
menjerit dan melonjak, ada pula yang menjerit terus terjerembab
rubuh, ada pula yang serentak mendekap telinga dan
membelalak. Bahkan bukan hanya terbatas dalam balairung saja
hal-hal yang menggelikan itu terjadi. Para penonton yang berada
908 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di luar halaman pendapa juga menderita siksa. Mereka ikut
menjerit, melonjak dan beberapa ulah lain yang mengakibatkan
terjadinya benturan dengan orang yang berada di sebelah
sampingnya. Kehebohan itu berlangsung sampai beberapa saat. Sedang
patih Dipa sendiri tampak pejamkan mata, jari telunjuk melingkar
pada ibu jari tangan kiri, dipancang di muka dada, sedang tangan
kanan diangkat keatas kepala dalam sikap seperti orang yang
siap hendak menghantam. Setelah gema letusan itu makin mereda dan suasana
kegaduhan sirap, barulah pelahan-lahan patih Dipa menurunkan
tangan kanan yang diacungkan itu dan setelah menghembuskan
napas, ia memandang kearah lencana itu.
"Ki patih Dipa, apakah yang telah terjadi?" tegur patih
Tanding. "Lencana itu memang mengandung daya kesaktian yang
hebat" tenang-tenang patih Dipa menjawab "Baiklah, sekarang
aku hendak menguji lencana yang kedua dari penemuan ki bagus
Kerta?" Seperti halnya lencana pertama tadi, patih Dipa pun
meletakkan lencana itu diatas meja. Setelah sejenak pejamkan
mata, mulailah ia mengangkat tangan dan siap hei dak
dihantamkan. Rasa ngeri bercampur seram serentak mencekik perasaan
segenap hadirin baik yang berada dalam balairung maupun yang
berada diluar Redaman pendapa.
Mereka sudah mengalami siksa telinga seperti pecah jantung
seperti melonjak dari tabungnya dan hati serasa dirobek robek
oleh letusan dari beradunya tangan patih Pipa dengan lencana
tadi. Dari keterangan patih Dipa mereka tahu bahwa patih itupun
menggunakan senjata pusakanya. Tetapi apa yang disaksikan
ketika patih Dipa mengayunkan tangannya tadi, tak lain hanya
909 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah benda berwarna putih yang berada dalam genggamannya. Bagaimana bentuk senjata itu, tak seorangpun
yang dapat melihat jelas. Namun karena telah menderita
pengalaman yang tak enak maka pada saat patih Dipa bersiap-
siap mengangkat tangan, seluruh hadirin serentak mendekap
telinga dengan tangan. Bahkan karena kualir letusan itu nanti
masih kuasa untuk menembus pertahanan telinganya ada yang
mendekap telinga sekencang-kencangnya seraya pejamkan mata.
"Lencana yang luarbiasa" tiba-tiba terdengar patih Dipa
berseru memuji Orang-orang yang mendekap telinga dengan memejamkan
mata tadi, serempak, membuka mata dan telinganya pula
"Hai, apa yang terjadi?" seru mereka.
"Sudah selesai "sahut, kawan disebelah atau, di belakang atau
di muka yang tadi hanya mendekap telinga tetapi tidak
mengatupkan mata. "Selesai?" "Ya gusti patih sudah menguji lencana itu"
"Jangan mengolok, kawan Kalau sudah selesai mengapa tak
terdengar suara apa-apa?"
"Memang tidak terjadi letusan"
"Tidak, mungkin"
"Eh, mengapa tidak mungkin?"
"Apakah engkau menyaksikan sendiri?"
"Betapa tidak" Aku hanya mendekap telingaku erat-erat tetapi
aku ingin menyaksikan apa yang akan terjadi dengan lencana itu.
Ternyata pelahan sekali gusti patih menjatuhkan tangannya
kearah lencana itu" 910 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rupanya orang yang bertanya tadi tetap tak percaya manakala
tiada beberapa orang yang ikut memberikan kesaksian m;reka
sesuai dengan orang yang memberi keterangan itu. Demikian
beberapa peristiwa yang terjadi dikalangan rakyat yang berjejel
memenuhi halaman diluar pendapa.
Memang telah terjadi pula suatu peristiwa yang mengejutkan
sehingga segenap mentri yang berada dalam balairung itu
kesima. Bahkan patih Tanding sampai termangu sehingga.ia tak
lekas meminta keterangan kepada patih Dipa.
Sesungguhnya patih Dipa sendiri juga dilanda rasa kejut yang
amat. besar. Pada saat ia ayunkan senjata pusaka yang tak lain
adalah Gada Intan, tiba-tiba ia rasakan Gada Intan itu amat
ringan sekali seolah kehilangan bobot. Demikian tangannyapun
terasa' lemas tiada bertenaga. Namun karena sudah terlanjur
mengayunkan maka iapun melanjutkan juga. Dan ternyata waktu
tiba pada lencana itu, ia merasa seperti menghantam segumpal
kapas yang lunak. Ia merasa telah mengerahkan tenaga untuk
menghantam tetapi dalam pandang mata orang yang
menyaksikan, patih itu tidak menghantam melainkan hanya
seperti orang yang menyentuhkan dengan hati-hati tangannya
kepada lencana. Patih Dipa cepat menarik kembali tangannya. Dan terkejutlah
ia ketika merasakan tangannya kembali bertenaga dan Gada
Intan itupun terasa berbobot berat lagi.
"Apakah engkau sudah benar-benar menghantam lencana itu,
ki patih?" terkejut mendengar keterangan patih Dipa, patih
Tandingpun segera mengajukan pertanyaan.
Patih Dipa mengangguk "Ya"
"Tetapi mengapa tampaknya engkau hanya menyentuh
pelahan lahan sekali pada lencana itu?"
Patih Dipa tertegun. Apabila ia menceritakan apa yang telah
dialam i, mungkin patih Tanding akan berkepanjangan 911 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengajukan pertanyaan. Patih Dipa menyadari apa yang
dihadapinya. Namun untuk memberi keterangan kepada patih
Tanding, dia belum sanggup karena ia masih belum mengetahui
benar-benar daya kesaktian apakah yang tertambang dalam
kedua lencana pusaka itu. Maka dengan ringkas ia menjawab
"Ya, hamba memang sudah menghantam lencana itu dengan
cara yang lain" "Lalu bagaimana pendapat ki patih?"
"Kedua lencana itu sama-sama berisi. Masih agak sukar untuk
menilai bobot kedua benda itu"
"Jika demikian, apakah kita tidak wajib menetapi janji untuk
menyerahkan persoalan ini kepada putera adipati itu?"
Patih Dipa menghela napas "Ya, kita sudah tiada mempunyai
jalan lagi ...." "Masih ada ki patih" sekonyong-konyong terdengar sebuah
suara yang sejuk dan menyamankan perasaan hati. Suara itu
berasal dari dalam ruang keraton. Dan ketika sekalian hadirin
mencurahkan pandang, merekapun terkejut bukan kepalang
demi melihat seorang bhiksuni berjubah putih melangkah keluar
dengan langkah yang tenang dan ringan.
"Ibunda" serentak Rani Kahuripanpun bergegas turun dari
singgasana dan menyongsong rahib itu seraya berjongkok
mencium kaki sang bhiksuni.
"Bangkitlah ananda Rani. Ingat, engkau seorang Rani dan aku
hanya seorang pandita wanita" kata bhiksuni itu seraya
mengangkat Rani berdiri. "Tetapi ibunda ...." Rani hendak menjawab tetapi bhiksuni itu
sudah memimpinnya ke tahta dan mempersilakan Rani duduk.
"Gusti ratu Gayatri, hamba segenap mentri senopati Kahuripan
menghaturkan sembah bhakti yang setinggi-tingginya kehadapan
duli paduka" seru patih Tanding seraya duduk bersila dan
912 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyembah. Segenap mentri nayaka yang berada dalam
balairung itupun serentak mengikuti langkah patih Tanding,
menghaturkan sembah-bhakti yang khidmat.
Kehadiran ratu Gayatri di balairung itu, benar-benar
membiaskan suatu kewibawaan yang kuasa menghapus
ketegangan yang sedang berkecamuk di hati setiap orang.
Bahkan para kawula yang berada di halaman pendapa pun
mengurai diri dalam sikap berjongkok mempersembahkan
hormat. Suasana hening dilengang tenggang.
Diantara kejut-kejut vyang mendebar jantung setiap orang
akan kehadiran sang ratu agung itu, tidaklah memadai seperti
kejut yang meremas hati Dipa. Mengapa sang ratu hadir di
keraton Kahuripan" Bagaimana kehadiran beliau itu " Jika diantar
dengan rombongan pengawal, mengapa para mentri dan nayaka
Kahuripan tampak terkejut akan kehadirannya" Bukankah
seharusnya mereka sudah mengetahui" Adakah sang ratu
seorang diri menempuh perjalanan ke Kahuripan" Tidakkah
keraton Majapahit akan gempar apabila mendapatkan sang ratu
tiada bersemayam di keraton"
"Ki patih Dipa" tiba-tiba gusti ratu Gayatri berujar pula dengan
lembut "jangan mengherankan kehadiranku disini. Pentinglah ki
patih segera menyelesaikan persoalan yang Sedang diselenggarakan dalam perapatan ini"
"Keluhuran sabda paduka, gusti ratu" bergegas patih Dipa
menghaturkan sembah seolah seperti tersadar dari menung.
Memang benar. Bagaimana dan mengapa sang ratu hadir di


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keraton Kahuripan, baik dipertangguhkan sete lah sidang selesai,
sebagaimana tadi diapun memberi-jawaban demikian atas
pertanyaan patih Tanding tentang keterlambatan hadirnya dalam
rapat itu. "Sudahkah engkau menguji kedua lencana itu, ki patih?" ujar
saing ratu Gayari pula. 913 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dipa mengatakan apa yang telah diusahakan untuk menguji
kedua lencana itu. "Engkau telah melakukan tugasmu dengan baik, ki patih"
"Mohon gusti melimpahkan ampun atas diri hamba karena
hamba tak mampu mengetahui yang manakah sesungguhnya
diantara kedua lencana itu yang akan dapat menanggulangi
bencana wabah di Kahuripan"
Rajapatni Gayatri mengangguk. Kemudian ia bertanya
bagaimana tindakan patih Dipa selanjutnya. Patih Pipa
menghaturkan laporan apa yang telah dijanjikan tadi bahwa
setelah pengujian yang dilakukannya itu tak dapat memberi hasil
suatu apa, maka ia setuju menyerahkan penyelesaian soal
lencana itu kepada raden Sambu.
"Benarkah demikian, ki patih Tanding?" ujar ratu kepada
rakryan patih Kahuripan. ."Benar, gusti. Hambalah yang menjanjikan hal itu kepada
raden Sambu. "Baik, ki patih. Laksanakan janji itu kepadanya"
Setelah menghaturkan sembah maka patih Tanding segera
beralih kepada raden Sambu "Karena pengujian yang dilakukan
rakryan patih Dipa sudah selesa i, maka kami serahkan
bagaimana cara yang raden inginkah untuk menyelesaikan
sayembara ini secara adil dan tepat"
"Karena nyata-nyata bahwa baik lencana penemuan,
anakmuda itu maupun penemuanku, sama-sama berisi daya
kesaktian maka secara adil dan tepat, keduanya harus dianggap
sebagai pemenang" "Kedua-duanya?" ulang patih Tanding terkejut "maksudmu?"
"Pemenang kembar, gusti patih"
914 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, pemenang kembar?" serentak teringat patih T anding akan
hadiah sayembara itu, merahlah mukanya meti ancar kegeraman
"jangan engkau terlalu lancang mulut, anak adipati!"
Rupanya Sambu tahu apa yang dipikirkan patih Tanding. Patih
itu tentu merisaukan soal hadiah sayembara yang dengan tegas
menyatakan, apabila pemenang itu seorang pria maka akan
diangkat pria narpati atau suami Rani. "Pemenang kembar berarti
Rani akan bersuami dua orang narpati. Tentulah demikian alam
pikiran patih itu" diam-diam Sambu menimang.
"Maaf, gusti patih" katanya "jauh dari maksud hamba untuk
mengusik keluhuran nama gusti Rani Maksud hamba untuk kedua
pemenang kembar itupun dianugerahi hadiah Tetapi masing-
masing berlainan. Misalnya, yang pertama mendapat anugerah
sesuai dengan pernyataan sayembara itu. Dan yang kedua
mendapat anugerah tanah atau kelungguhan tinggi atau apa saja
terserah kepada kebijaksanaan paduka, gusti patih"
Seketika berguguran warna merah yang membias wajah patih
Tanding. Bahkan diam-diam ia merasa malu dalam hati karena
terlampau cepat menarik kesimpulan buruk terhadsp ucapan
putera adipati Sadeng itu
"Hm" ia mendesuh namun nadanya longgar "jika demikian
usul raden itu patut kami pertimbangkan dahulu"
Patih Tanding segera berpaling ke arah patih Dipa. Patih Dipa
sudah menduga akan hal itu. Namun ia masih kurang jelas
mengenai kelanjutan dari usul Sambu "Paman rakryan patih"
sebelum patih Tanding membuka mulut patih Dipa sudah
mendahului "sebelum usul itu mendapat pertimbangan, alangkah baiknya
apabila raden itu memberi pernyataan lebih tegas, bagaimana
pula cara menentukan siapa yang berhak mendapat ganjaran
seperti yang termaktub dalam sayembara. Dan siapa yang akan
mendapat ganjaran tanah atau kelungguhan itu"
915 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patih Tanding mengiakan. Ia mengantarkan pertanyaan patih
Dipa itu kepada raden Sambu.
"Hamba tetap pada pendirian semula, yalah peserta yang
berhasil menemukan lencana dan yang pertama menghaturkan
kepada paduka, dialah yang layak mendapat anugerah seperti
yang telah dijanjikan dalam sayembara itu. Sedang peserta yang
menyerahkan penemuannya kemudian, supaya dianugerahi tanah
kelungguhan" Suasana balairung bergemuruh seperti kawanan tawon keluar
dari sarang. Melingkar-lingkar dalam perputaran yang berliku-
liku, akhirnya kembali pula pada tuntutan itu pula. Suatu
tuntutan yang menggelitik hati setiap hadirin, menimbulkan
perasaan tak senang yang mendekati rasa muak.
Patih Tandingpun geram tetapi dia belum mampu menemukan
cara untuk menghindari tuntutan putera adipati itu. Pelahan-
lahan ia berkisar mengarah kepada patih Dipa. Patih Dipa sudah
dapat menduga hal itu. Dalam waktu yang amat singkat, ia sudah
dapat menilai keperibadian Sambu.
Menyambut pancaran pandang mengandung tanya dari patih
Tanding, dengan sarat patih Dipapun menggelengkan kepala.
Namun sebelum ia menegaskan dengan kata-kata, tiba-tiba
terdengar ratu Gayatri berseru lembut "Ki patih, terimalah
permintaan dari raden itu"
"Gusti ratu" teriak patih Tanding tetapi pada lain saat ia
tersipu-sipu karena menyadari kalau ucapannya itu bernada
keras, kurang layak diucapkan oleh seorang mentri terhadap
junjungannya "maaf, gusti ratu, atas kelantangan ucap hamba"
"Apa yang hendak engkau katakan, ki patih ?" ratu Gayatri tak
menghiraukan hal itu melainkan melanjutkan pembicaraan.
"Gusti ratu, salahkan pendengaran hamba akan titah paduka
tadi ?" 916 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, ki patih. Aku mengatakan, terimalah permintaan raden
dari Sadeng itu" "Gusti ratu" "Ya, benar, terimalah permintaannya. Tetapi ada sedikit
perobahan dalam cara menentukan siapa yang berhak menerima
anugerah sebagai narpati sang Rani"
"Mohon gusti ratu berkenan melimpahkan petunjuk kepada
hamba" "Siapa yang berhak menerima anugerah sebagai narpati sang
Rani, tidak ditentukan dengan cara yang lebih, dulu menyerahkan
lencana itu, melainkan dengan suaiu cara lain yang amat mudah
dan sederhana. Lencana itu akan kuletakkan di atas mahkota
sang Rani. Mana diantara kedua lencana itu yang tahan
bersemayam di situ sampai beberapa saat, itulah yang menang
dan berhak mendapat anugerah sang Rani. Sedangkan lencana
yang tak dapat bersemayam di atas mahkota sang Rani, entah
jatuh entah pecah atau lain-lain akibat, dianggap kalah"
Patih Tanding agak merasa heran atas amanat gusti ratu
Gayatri. Dihantam dengan segenap pusaka keraton Kahuripan,
kemudian pusaka patih Dipa, kedua lencana itu tak menderita
kerusakan. Tidakkah akan serupa halnya, bahkan lebih ringan,
apib la lencana itu akan dicantumkan di atas mahkota sang Rani"
Namun karena sudah menjadi amanat gusti ratu Gayatri, patih
Tandingpun segera mengulang pula amanat itu kepada kedua
peserta. "Gusti patih, perkenankanlah hamba mempersembahkan
sepatah kata pula" tiba-tiba raden Sambu berdatang sembah.
"Ya, silakan" "Bagaimana apabila kedua lencana itu sama-sama tak
menderita suatu apa setelah diadakan pengujian nanti?"
917 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patih Tanding terhenyak. Memang amanat gusti ratu Gayatri
tadi tidak menyebut hal itu. Bahkan dengan tegas diamanatkan,
bahwa lencana yang tak tahan bersemayam di atas mahkota
sang. Rani tentu akan mengalam i suatu peristiwa yang tak
sedap. Terpaksa patih Tanding menghaturkan laporan ke
hadapan ratu Gayatri. "Dewata Agung takkan ingkar, ki patih. Aku percaya penuh hal
itu pasti takkan terjadi. Namun apabila orang masih
menyangsikan maka wartakan kepadanya, bahwa pemenang
kembar itu akan mendapat anugerah puteri semua. Yang
pertama, sang Rani Kahuripan dan pemenang lain dapat memilih
puteri baginda yang manapun jua"
Gempar sekalian hadirin mendengar pernyataan sang ratu
Gayatri yang lembut namun tegas. Kertawardhana tetap tenang
sementara Sambu amat bersuka-cita dalam hati. la sudah
mempunyai angan-angan ke arah hal itu. Kemungkinan bahwa
dia akan gagal, tak perlu dirisaukan lagi. Andaikata dia gagal
untuk mempersunting Rani Kahuripan, masih ada seorang Rani
lain yang dapat dipilihnya.
"Bagaimana, apakah masih ada orang yang hendak
menghaturkan pernyataan lagi?" seru patih Tanding sete lah ratu
Gayatri memberi amanat. Patih itu melirik ke arah Kertawardhana. Didapatinya pemuda itu hanya berdiam diri
dengan tenang. Beralih ke arah Sambu, putera adipati Sedeng
itupun tampak mengulum senyum di bibir. Namun patih Tanding
masih hendak mendapat penegasan "Ki bagus, adakah engkau,
mempunyai suatu pendapat pula?"
"Tidak gusti patih" sahut Kertawardhana yang tampaknya
lebih senang terhindar dari pertanyaan yang mengusik
ketenangan hatinya. Memang saat itu dia sedang mengheningkan
cipta memohon kepada dewata agar Kahuripan diselamatkan dari
bercana dan segala sesuatu pada diri Rani Kahuripan akan dapat
berlangsung seperti yang diharapkan.
918 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan engkau raden?" seru patih Tanding kepada Sambu.
"Hambapun tiada pendapat lain pula, gusti"
"Apakah menurut hematku, cara penyelesaian yang terakhir ini
cukup adil dan tepat ?" desak patih Tanding.
"Ya, hamba menganggap amanat gusti ratu yang mulia itu adil
dan tepat" "Engkau takkan menyanggah setiap keputusan yang akan
terjadi?" "Tidak" "Baik" kata patih Tanding lalu berseru dengan nyaring "hai,
dengarkan para mentri, senopati, gusti, tanda, nayaka dan
segenap rakyat Kahuripan. Yang mulia gusti ratu Gayatri telah,
berkenan melimpahkan amanat untuk menyelesaikan sayembara
ini. Kedua lencana pusaka yang ditemukan oleh dua orang
peserta, secara bergilir akan disemayamkan di atas mahlota gusti
Rani junjungan kita. Yang tak menderita suatu apa, itulah
pertanda lencana yang benar-benar memiliki daya sakti untuk
memberantas wabah penyakit yang melanda kita. Sedangkan
yang tidak direstui dewata sebagai sarana pelenyap wabah, pasti
akan mengalami peristiwa yang tak diinginkan. Kedua peserta
telah menyetujui sepenuhnya maka segala keputusan, walau
apapun hasilnya, akan dianggap sah dan ditaati oleh yang
bersangkutan" Para kawula menyambut amanat patih Tanding dengan sorak
gemuruh. Hiruk itu baru reda setelah ratu Gayatri mulai
mengambil lencana yang diperoleh Kertawardhana lebih dulu. Hal
itu berbeda dengan tindakan patih Dipa tadi yang lebih dulu
mengambil lencana yang diperoleh raden Sambu untuk diuji
dengan pusakanya. Dan ternyata tindakan, ratu Gayatri itu amat
menyenangkan hati raden Sambu.
919 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ratu Gayatri menghampiri ke hadapan Rani yang masih duduk
di singgasana "Ananda Rani, jika dewata memang merestui
engkau kelak akan duduk di atas singgasana kerajaan Majapahit,
semoga dewata agung berkenan melimpahkan berkah melindungi
engkau dari cobaan saat ini. Dan semoga dewata agung
berkenan mengunjukkan kekuasannya kepadamu"
"Ibunda ratu yang hamba hormati" ujar Rani Kahuripan
"mana-mana titah paduka pasti akan hamba laksanakan dengan
sepenuh hati" "Berdoalah ananda Rani, agar dewata agung agar memberkahi
dikau. Mohonlah kepada Dewata Agung ditunjukkanNYA jalan
yang suci dan benar kepadamu"
Rani Kahuripan segera melaksanakan titah ibundanya. Dia
bersemedbi menghening cipta, memanjatkan doa permohonan
kepada Hyang Isywara. "Sudah siapkah dikau sekarang ananda Rani"
"Sudah, ibunda ratu"
"Baik, duduklah yang tegak dan satukan seluruh, indriyamu
tertuju ke arah keheningan yang jernih. Bunda segera akan
meletakkan lencana ini di atas mahkota ananda"
Pelahan-lahan ratu Gayatri meletakkan lencana itu diatas
mahkota bertatahkan zamrud intan permata yang berkilau-
kilauan cahayanya. Seketika heninglah suasana balairung saat
itu. Sedemikian hening karena setiap hadirin sama menahan
pernapasan, mencurahkan segenap semangat dan perhatian
kearah Rani Kahuripan. Rani Kahuripan pejamkan mata bersemedhi mengheningkan
segenap indriya, menyatukan seluruh pikiran kearah alam
kehampaan semesta. Beberapa saat kemudian, tampaklah suatu pemandangan
yang menakjubkan. Para mentri dan narapraja Kahuripan yang
920 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada dalam balairung, melihat bahwa diatas mahkota sang
Rani seperti tampak cahaya merekah yang mencuatkan sinar


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gemilang. Intan permata yang menghias mahkota sang Rani
tampak suram cahayanya tetapi wajah sang Rani makin tampak
berseri gilang gem ilang.
Hampir mentri seropati yang hadir dalam balairung itu pernah
menghadap Rani Kahuripan. Tetapi mereka jarang sekali
mengangkat muka menatap wajah sang Rani. Namun mereka
merasa bahwa wajah sang Rani jauh berbeda dengan saat itu.
Seolah wajah Rani memancarkan cahaya terang, penuh wibawa
sebagai seorang ratu yang berkuasa besar. Walaupun bersinar
gilang gemilang tetapi para mentri itu tak merasa silau, mereka
merasakan suatu perasaan yang aneh. Cahaya itu mengandung
kesejukan tetapipun mengundang rasa patuh dan taat yang
tulus. Sepengunyah sirih lamanya, barulah terdengar ratu Gayatri
berujar "Hyang Isywara telah melimpahkan petunjuk kepada kita.
Kita wajib mempersembahkan puji syukur kehadapanNYA.
Ananda Rani, apakah yang engkau rasakan ?"
"Hamba merasa bahagia dan sentausa, bunda"
"Semoga demikian sekarang, kelak dan sampai pada akhir
jeman, Hyang Batara Agung selalu memberkahimu"
Ratu Gayatripun dengan khidmat mengambil lencana pusaka
itu, kemudian mengambil lencana penemuan raden Sambu.
Setelah memesan beberapa patah kata agar lebih dahulu Rani
bersemcdhi memohon restu kepada Hyang Batara Agung,
sebagaimana yang dilakukannya ketika menerima lencana yang
pertama. Setelah selesai maka dengan khidmat pula ratu
Gayatripun meletakkan lencana penemuan raden Sambu ke atas
mahkota sang Rani. lalu keduanya sama-sama mengheningkan
cipta menunggu apa yang akan terjadi.
921 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seluruh-mentri hulubalang, para tanda dan gusti, nayaka dari
narapraja yang berada dalam balairung itupun menumpahkan
segenap perhatiannya untuk mengikuti perkembangan upacara
tayuh yang amat keramat itu. Terlebih pula raden Sambu.
Walaupun dia yakin bahwa lencana yang ditemukannya itu bakal
takkan mengalami suatu apa, namun tak lepas juga hatinya
digetar debar kecemasan. "Ah, tak perlu cemas. Bukankah semua pusaka keraton
Kahuripan, bahkan pusaka patih Dipa, pun tak mempan "
Masakan sekarang hanya ditaruhkan di atas kepala sang Rani,
lencana itu akan hancur" raden Sambu menghibur hatinya
sendiri. Kini tidak lagi pikirannya diluangkan untuk berkecimpung
dalam kubangan cemas, melainkan lebih sedap diawangkan
kepada lamunan lain. Bagaimana nanti ia akan memilih puteri
raja seperti yang dijanjikan ratu Gayatri tadi. Dan lamunannyapun melayang pada Rani yang bersemayam di Daha.
Dia belum pernah melihat Rani Daha tetapi konon beritanya, Rani
Daha itupun tak kalah cantiknya dengan ayundanya Rani
Kahuripan. Dan lebih, muda lagi.
"Kesempatan untuk kelak dinobatkan sebagai prabu puteri
Majapahit pun ada, walaupun kalah besar dengan Rani Kahuripan
sebagai puteri yang sulung" pikirnya lebih lanjut "menjadi pria
narpati dari seorang Rani, juga cukup mukti wibawa"
"Hm, tiada yang perlu kurisaukan lagi. Mengapa aku harus
risau" Salah satu jelas akan kupersunting, mawar atau melati.
Tiada mawar yang cantik, melati harum pun jadi" lamunannya
makin melambung. Dia makin mengawang sampai ke puncak lamunan dimana ia
membayangkan betapa megah dan meriah upacara pernikahan
agung yang kelak akan dinikmatinya. Seluruh mentri, senopati,
para kepala agama para adipati pesisir bahkan raja-raja
mancanagara akan menghadiri pernikahan agung itu. Pesta pora
922 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selama tujuh hari tujuh malam "Ah, kurang meriah, biar lebih
lama lagi, empatpuluh hari empatpuluh ma lam" katanya dalam
hati. Dan terlintas pula suatu pikiran "ah, mungkin rakyat Sadeng
tak dapat ikut menikmati pesta raja itu. T etapi tak apa. Aku akan
membuat kejutan untuk mereka. Ya, akan kuumumkan bahwa
rakyat Sadeng bebas membayar cukai selama setahun. Mereka
tentu akan terkejut dan menyambut hadiah itu dengan sorak
sorai . . . ." "Hai . ..." tiba-tiba terdengar sorak yang menggelegar
"Hah, itulah sorak sorai, rakyat Sadeng menyambut hadiah
yang mengejutkan itu" pikir Sambu. Tetapi sesaat dia tertegun.
Ia masih mendengar bahwa tadi seperti terdengar suara letupan
pelahan macam batu pecah. Kemudian terdengar sorak sorai
yang dahsyat. "Ah, mengapa sekarang keadaan disekelilingnya amat hingar
sekali?" dia makin sadar. Mengeliarkan pandang kian kemari, ia
melihat, mentri dan nayaka yang duduk berjajar di kedua
samping ruang balairung tampak berbincang-bincang diantara
kawan yang berada di sisinya. Dan lebih terkejut pula, ketika ia
melihat sekelompok mentri tengah memandangnya.
Sedemikian rupa Sambu tenggelam dalam laut lamunan yang
indah, sehingga ia tak memperhatikan keadaan yang terjadi
dalam balairung itu. Letupan kecil, teriak kejut, suara hiruk dan
pancaran pandang mata beberapa mentri yang tercurah
kepadanya. "Apakah yang terjadi" seketika iapun melepaskan diri
dari cengkeram lamunan dan meigangkat muka memandang ke
depan. Suatu pemandangan yang mengejutkan terpampang di
hadapannya. Saat itu ratu Gayatri tengah mengambil lencana dari atas
mahkota sang Rani. Tetapi tidak, seperti di kala ratu gayatri
mengambil lencana yang pertama tadi, kali ini ratu menggunakan
kedua belah tangan, kemudian ratu berputar tubuh dan
mengacungkan dua keping lencana yang tergenggam di tangan
923 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanan dan kiri, seraya berseru "Hyang Isywara telah melimpah-
kan kekuasaan NYA, memberi petunjuk kepada kita sekalian.
Berbahagialah, hai, segenap kawula Kahuripan bahwa kalian
telah mendapat pengampunan terbebas dari wabah penyakit
yang ganas itu. Wartakanlah, hai, para kawula yang berada di
dalam balairung maupun di halaman pendapa, kepada
orangtuamu, saudara, isteri, anak-anak, tetangga dan kawanmu
serta setiap orang yang engkau jumpai bahwa kini lencana
pusaka yang akan mampu memberantas wabah penyakit itu
sudah diturunkan oleh Hyang Batara Agung kepada kita sekalian
. . , ." Sorak sorai menyambut amanat sang ratu, menggelegar bagai
gelombang dahsyat mendampar pantai.
"Berkat kekuasaan Hyang Isywara, maka lencana pusaka ini
telah pecah menjadi dua. Berarti bahwa lencana ini memang
tidak direstui sebagai lencana keramat yang dapat melenyapkan
wabah penyakit. Mahkota sang Rani telah memberi kesaksian.
Karena hanya pusaka yang direstui Hyang Batara Agung, akan
mampu bertahan di atas kepala seorang raja puteri yang agung
wibawanya" Suasana balairung keraton Kahuripan seperti diledakkan oleh
rasa kegembiraan yang meluap-luap. Hanya seorang yang tidak
ikut gembira atas terjadinya peristiwa gaib itu. Dia adalah
Sambu, putera adipati Sadeng. Karena lencana yang pecah itu
tak lain adalah lencana penemuannya. Saat itu dia menggigil
seperti orang sakit demam. Wajahnya pucat lesi dikuyup keringat
dingin. "Tak mungkin! Tak mungkin" hatinya berontak "mengapa
lencana itu dapat pecah menjadi dua. Seluruh pusaka keraton
Kahuripan tak mampu meremukkan lencana itu tetapi mengapa
sekarang hanya diletakkan di atas kepala Rani saja, lencana itu
pecah?" 924 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serentak ingatannya membayangkan kembali malam-malam ia
akan memperoleh lencana itu. Jelas pada malam itu dia telah
bertemu dengan seorang lelaki tua yang menamakan dirinya
sebagai eyang patih Narotama. Jelas pula eyang itu telah
memberi petunjuk-gaib dimana dia dapat menemukan lencana
Garuda-mukha yang ditanam patih Narotama di empang
Waringin Pitu untuk menolak bahaya banjir bengawan Berantas.
Tetapi mengapa lencana itu pecah ketika ditaruh di atas kepala
Rani Kahuripan" "Yen temen mesti tinemu" ujar perwujutan yang menyebut
dirinya sebagai patih Narotama "segala yang engkau perjuangkan
dengan sungguh-sungguh pasti tercapai. Tetapi mengapa engkau
sedemikian berkeras tekad untuk mendapatkan lencana pusaka
Garuda-mukha itu?" "Gusti Rani Kahuripan telah berkenan menitahkan sebuah
sayembara. Barang siapa dapat menemukan lencana Garuda-
raukha yang dapat membasmi wabah penyakit di Kahuripan,
apabila seorang wanita akan diambil sebagai saudara angkat.
Jika pria akan diangkat sebagai narpati"
"Tetapi yang mana lebih utama dalam tujuan-mu memperoleh
lercana Garuda-mukha itu" Untuk menolong kawula Kahuripan
atau mempersunting Rani Kahuripan?"
"Untuk mempersuntingkan gusti Rani, sarananya hanyalah
memenangkan Sayembara itu"
"Maka yang menjadi pokok utama tujuanmu itu adakah karena
hendak mempersunting Rani Kahuripan?"
"Demikianlah eyang. Hamba seorang pria putera adipati. Cita
cita hidup hamba agar dapat mencapai tingkat kehidupan yang
lebih tinggi dari rama hamba. Kelak Rani Kahuripan itu akan
memegang pusara kerajaan Majapahit"
925 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau akan mendapatkan apa yang engkau inginkan. Tetapi
ingat, segala sesuatu itu sudah digariskan menurut ketentuan
Hyang Widdhi Agung" ". . . . Ingat, kesemuanya itu telah digariskan oleh ketentuan
Hyang Widdhi . . . digariskan oleh ketentuan Hyang Widdhi .
ketentuan Hyang Widdhi .. . ." demikian terngiang-ngiang dalam
telinga Sambu akan percakapannya dengan mahluk gaib yang
menamakan dirinya patih Narotama dan yang memberi petunjuk
kepadanya tempat penanaman lencana Garuda-mukha di
Waringin Pitu. Saat itu dia benar-benar geram dan malu. Andaikata bumi
merekah pada saat itu, ingin ia menyusup ke dalamnya.
Walaupun hanya seorang adipati, tetapi kedudukan adipati
Sadeng itu tak ubah seperti seorang raja di daerahnya. Sambu
dibesarkan dalam kemanjaan hidup yang serba berkelebihan. Dia
disanjung dan ditakuti kawula Sadeng. Berhati tinggi tetapi dia
seorang pemberani, gemar akan olah kanuragan dan ilmu
kesaktian. Di Sadeng dialah yang diserahi ramanya untuk
membentuk pasukan kadipaten yang terdiri dari kaum muda.
Hanya ada satu sifat yang baik pada dirinya bahwa dia selalu
menjaga martabat sebagai seorang putera adipati. Tak mau ia
mengganggu kaum wanita cantik. Kegemarannya hanya
dicurahkan dalam menun'ut ilmu jaya-kawijayan. Cita-citanya
memang tinggi, setinggi dengan watak hatinya. Dia ingin
mencapai ketangguhan yang lebih tinggi dari ramanya.
Pecahnya lencana Garuda-mukha yang diketemukannya,
merupakan sebuah tamparan yang belum pernah dirasakan
sepanjang hidupnya. Dia malu lalu marah. Peringatan dari
mahluk gaib di Waringin Pitu tentang garis ketentuan hidup titah
manusia itu berada di tangan Hyang Widdhi Agung, terhanyut
oleh nafsu amarah vang meluap-luap.
"Dengan demikian selesailah sudah sayembara ini. Pemenangnya adalah pemuda Kerta yang telah mendapatkan
926 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lencana pusaka Garuda-mukha di candi Belahan gunung
Penanggungan" terdengar rakryan patih Tanding berseru,
lantang. Gemuruh para mentri nayaka dan kawula yang berada di
dalam dan luar balairung menyambut pengumuman rakryan
patih. Di tengah gemuruh suara menyambut pengumuman yang
menggembirakan itu, sekonyong-konyong terdengar sebuah
suara melantang garang "Tidak, rakryan patih, sayembara ini
belum selesai!" Suara nyaring bagai guruh menyalak itu, mengejutkan seluruh
hadirin. Dan serentak mereka tahu siapa yang bicara lantang itu.
"Engkau raden Sambu" patih Tandingpun menyongsong
dengan nada keras "apakah engkau bermaksud hendak
mengacau persidangan agung ini?"
"Sama sekali tidak, gusti patih" tetap putera adipati Sadeng itu
keras nadanya "hamba tak mempunyai maksud demikian"
"Lalu mengapa engkau berani mengatakan sayembara ini
belum selesai?" "Berkenankah gusti meluluskan hamba bicara lebih lanjut?"
"Tentu, silakan"
"Dalam pengumuman gusti patih menyatakan bahwa lencana
yang ditemukan pemuda Kerta itulah yang.
menang. Berkenankah paduka memberi keterangan kepada hamba, atas
dasar apakah penilaian itu ditentukan ?"
"Telah engkau saksikan sendiri, bahwa lencana dari ki muda
Kerta itu dapat bersemayam dengan sentausa di atas mahkota
gusti Rani. Sedang lencana yang engkau temukan itu, pecah
tatkala disemayamkan, di atas mahkota gusti Rani"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

927 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, hambapun melihat sendiri. Tetapi adakah hal itu cukup
untuk dijadikan penilaian?"
"Betapa tidak ?" seru patih Tanding agak mengkal "karena
sepermukaan bumi, setengkurap langit tiada pusaka yang kuasa
dijunjung oleh mahkota seorang raja linuwih. Bahwa lencana
penemuan ki bagus Kerta kuat bertahan, jelas lencana itu
tentulah, lencana yang benar-benar menjadi milik seorang raja-
di-raja yang martabatnya sejajar dengan gusti Rani, bahkan
mungkin lebih tinggi"
"Terima kasih gusti atas keterangin paduka " Sambut Sambu
"tetapi berkenankah paduka memberi keterangan pula kepada
hamba, apa syarat yang dituntut dalam sayembara itu?"
"Apa maksudmu ?"
"Yang hamba maksudkan bukanlah soal anugerah bagi yang
menang tetapi apa-apa yang harus dipenuhi seorang peserta
untuk dinilai sebagai pemenang"
"Menemukan lencana Garuda-mukha yang dapat memberantas wabah penyakit yang tengah melanda Kahuripan"
mau tak mau terpaksa patih Tanding mengulang.
"Terima kasih, gusti" kata Sambu dengan wajah berseri
"apabila pendengaran hamba tak ingkar maka tadi penilaian ata"
lencana dari pemuda Kerta itu baru berdasar bahwa lencana itu
kuat bersemayam di atas mahkota gusti Rani. Tetapi rasanya
belum membuktikan bahwa lencana itu kuasa memberantas
wabah penyakit di-Kahuripan"
Sanggahan putera adipati Sadeng itu menimbulkan hiruk
gemuruh dalam balairung. Patih Tanding pun tertegun. Walaupun
gemas tetapi diam-diam dia harus mengakui kebenaran daripada
kata-kata putera adipati Sadeng itu.
"Lalu apa maksudmu?" tegurnya.
928 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah sebabnya gusti maka hamba memberanikan diri
berlancang mulut untuk mempersembahkan sanggahan kepada
paduka bahwa sayembara ini belum selesai" kata Sambu.
"Hm, maksudmu hendak meminta pembuktian dari daya
kesaktian lencana itu?"
"Demikianlah gusti patih, apabila gusti benar-benar hendak
menetapi tujuan sayembara itu".
"Hm" patih Tanding mendesah. Kembali ia merasa dirinya
telah disudutkan oleh putera adipati itu. Jika ia meluluskan,
berarti dia mengabaikan amanat ratu Gayatri yang jelas telah
memberi keputusan tentang sayembara itu. Namun apabila ia
menolak, sesungguhnya permintaan putera adipati itu mengandung kebenaran. "Rakryan patih, terima lah permintaan raden itu. Kabarkanlah
kepadanya bahwa mulai malam ini wabah penyakit itu sudah
lenyap. Buktikanlah keadaan para kawula Kahuripan pada
keesokan harinya" Patih Tanding tersipu-sipu menghaturkan sembah kepada
yang berkata itu yalah ratu Gayatri.
"Raden" seru patih Tanding mengantarkan jawaban ratu
Gayatri "malam ini wabah penyakit itu sudah lenyap dan besok
pagi engkau boleh membuktikan bagaimana keadaan para
kawula Kahuripan yang sedang didera wabah itu"
Sambu terkejut atas keterangan ratu Gayatri yang sedemikian
berani dan tegas. Mungkinkah hal itu dapat terjadi" Adakah ratu
Gayatri itu seorang pandita ratu yang sidik dan mengetahui apa
yang akan terjadi" "Ah, tak mungkin hanya dalam waktu semalam saja wabah itu
sudah lenyap. Paling tidak tentu memakan waktu beberapa hari.
Hai, ini suatu kesempatan untuk mencari kelemahan mereka"
Sambu menimang-nimang dalam hati.
929 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sabda pandita ratu, gusti patih" serunya "besok pagi hamba
akan membuktikan kebenarannya diantara rakyat yang menderita
penyakit itu" "Ya" "Tetapi gusti patih" kata Sambu pula "bagaimana andaikata
hal itu tidak terbukti ?"
Merahlah wajah patih Tanding seketika. Ia benar-benar geram
sekali kepada putera adipati Sadeng yang begitu lancang mulut
berani tak mempercayai sabda sang ratu Gayatri. Hampir saja
mulut hendak mendamprat pemuda itu tetapi sekonyong-
konyong terdengar ratu Gayatri bersabda dengan nada yang
lembut "Katakan kepada pemuda itu, jika besok pagi tiada terbukti
kebenarannya maka dialah yang akan dipilih sebagai pemenang"
"Gusti ratu" seru patih Tanding gemetar.
"Ki patih, kabarkanlah kepadanya" tukas ratu Gayatri dengan
nada yang penuh mengundang ketaatan. Terpaksa patih Tanding
melakukan titah, walaupun hatinya penuh berkabut keraguan.
Tidakkah suatu pertaruhan yang amat mahal sekali " Bukankah
masih terdapat banyak jalan untuk mengatasi persoalan putera
adipati Sadeng yang jelas-jelas sudah tersudut di tepi jurang
kekalahan karena lencananya pecah " Mengapa nasib sang Rani
harus dipertaruhkan untuk hal yang semestinya tak perlu "
"Dengarkan putera adipati Sadeng" kata patih Tanding dengan
nada gemetar penuh digetar rasa cemas dan geram "jika sampai
pada besok pagi kawula Kahuripan belum, terbebas dari wabah
penyakit, maka engkaulah yang akan diangkat sebagai
pemenang!" "Terima kasih, gusti patih. Hamba menghaturkan sembah
bhakti yang setinggi-tingginya atas kebijaksanaan yang luhur dari
gusti ratu Gayatri" 930 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, jangan tergesa-gesa bergirang dulu, putera adipati"
desuh patih Tanding "tetapi apa katamu kalau engkau
mendapatkan kawula Kahuripan sudah terhindar dari wabah
penyakit?" "Hamba akan angkat kaki dari bumi Kahuripan dengan hati
yang lapang, gusti" "Itu janjimu?" "Sekalipun bukan seorang pandita ratu, namun hamba ingin
menetapi sifat seorang ksatrya"
"Puaskah sudah engkau?"
"Bagaimana kehendak gusti patih?"
"Apakah setelah mendengar amanat gusti ratu Gayatri engkau
masih hendak menuntut apa-apa lagi?"
Putera adipati Sadeng itu merenung sejenak, kemudian
berkata "Apabila paduka kenankan, hamba terpaksa masih ingin
mengajukan permohonan lagi"
Terdengar desuh kegeraman dari sekalian mentri nayaka yang
berada dalasi balairung. Terlampau melonjak sekali! Terlalu
kurang tata sekali anak adipati ini! Dem ikian desah desuh ,dalam
hati mereka. "Gusti rakryan patih" tiba2 Rangga Tanu berseru perkenankanlah hamba menghaturkan kata"
"O, rakryan rangga" Apa yang hendak apdika, katakan?"
jawab rakryan patih Tanding.
"Hamba mohon, janganlah paduka memperkenankan suatu
permohonan dari raden putera adipati itu, kecuali jika dia
meminta adu kesaktian"
Terdengar desuh menggemuruh dari sekalian hadirin.
Rupanya mereka tahu bahwa rakryan rangga itu, sudah tak
931 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuasa mengendalikan diri dan sedia untuk, memberi hajaran
kepada putera adipati Sadeng yang kurang tata itu. Diam-diam
merekapun mendukung pernyataan Rangga Tanu.
Rakryan patih Tandingpun dapat menangkap maksud Rangga
Tanu. Namun ia tersenyum "Baiklah, rakryan, tetapi sebaiknya
kita mendengarkan dahulu apa permohonannya" kemudian patih
Tanding berkisar ke arah raden Sambu dan mempersilakan dia
bicara. "Gusti patih yang hamba muliakan" kata Sambu dengan
tenang "bukan maksud hamba hendak mohon sesuatu yang
bukan pada tempatnya. Lebih bukan terpercik dalam hati hamba
hendak mohon ada kesaktian. Karena hamba tahu bahwa
Kahuripan penuh dengan ksatrya yang sakti mandraguna.
Dapatkah hamba seorang diri menghadapi ksatrya-ksatrya yang
gagah perkasa itu " Tak mungkin. Oleh karena itu ..."
"Bicaralah yang singkat langsung mengenai persoalan yang
hendak engkau inginkan" tukas patih Tanding. Dia juga sebal
mendengar ocehan pemuda itu. Dalam hati kecil diapun setuju
akan sikap Rangga Tanu. Bahkan apabila tidak terpancang oleh
kedudukan dan keadaan saat itu, ingin rasanya dia menghajar
anak adipati Sadeng itu. "Hamba mohon" kata raden Sambu yang tak goyah dengan
wajah-wajah bengis dan pandang mata memberingas dari
deretan mentri nayaka Kahuripan yang menumpah kepadanya
"agar paduka berkenan memberikan kembali lencana penemuan
hamba yang telah pecah tadi"
"O, untuk apa?"
"Hamba ingin menghadap kepada mahluk gaib yang telah
memberi petunjuk kepada hamba untuk meminta pertanggungan
jawabnya, gusti" "O" desuh patih Tandingi Namun dia belum siap untuk
menerima permohonan seperti itu. Karena kini ratu Gayatri turun
932 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan untuk menyelesaikan persoalan lencana pusaka,
betapapun dia tak berani untuk mengambil ke putusan sendiri.
Seperti tentang pertanyaan Sambu yang pertama tadi, ratu
Gayatri serentak melimpahkan jawaban, kali ini patih T andingpun
mengharap agar sang ratu melimpahkan petunjuk. Namun
sampai beberapa saat belum jua amanat sang ratu tiba. Patih
Tanding agak gelisah dan mulailah ia mengeliarkan pandang ke
arah patih Dipa. "Rakryan patih, perkenankanlah hamba bicara "Patih Tanding
terkejut. Dan ketika berpaling kembali ia me lihat yang bicara itu
adalah Rangga Tanu. Diapun segera mempersilakannya.
"Menurut hemat hamba, tidak selayaknya lencana itu
diberikan kembali kepada putera adipati Sadeng" kata Rangga
Tanu. "O" desuh patih Tanding terkejut. Hal itu sesungguhnya agak
berlainan dengan pendiriannya. Karena lencana itu Sambu yang
menemukan, tiada salah-nya kalau diberikan lagi kepadanya "apa
alasannya rakryan Rangga?"
"Lencana pusaka itu memang putera adipati Sadeng yang
menemukan" kata Rangga Tanu "tetapi lencana itu adalah hak
milik Kahuripan" "Apa yang andika maksudkan dengan kata-kata hak milik
Kahuripan itu, rakryan ?"
"Semua kekayaan dalam bumi Kahuripan, baik yang berupa
sumber tambang permata, emas, perak dan lain-lain benda yang
tertanam dalam bumi Kahuripan, adalah hak milik Kahuripan
keranian. Demikianlah pendirian,hamba, rakryan patih"
Patih Tanding mengangguk anggukkan kepala. Memang benar
pendirian itu. Hasil bumi yang ditanam rakyat, karena berasal
dari hasil keringat rakyat, maka rakyat berhak mengambilnya.
Demikian pula dengan hutan dan isinya. Tetapi sumber pelikan
933 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau peninggalan-peninggalan jeman kerajaan yang terdahulu,
harus dimiliki negara. "Raden" setelah mendapat gambaran tentang undang-undang
mengenai kekayaan bumi Kahuripan maka patih Tandingpun
berkata kepada putera adipati Sadeng "benar lencana itu raden
yang menemukan tetapi karena lencana itu berada dalam telatah
kekuasaan Kahuripan maka raden tak berhak memilikinya"
"Oi baiklah gusti patih" sambut Sambu masih tetap bernada
cerah "hamba tak berani memaksa apabila memang demikian
keadaannya. Tetapi berkenankah paduka melimpahkan keterangan kepada hamba, bahwa sampai pada saat ini, apakah
sayembara itu sudah selesai " Bukankah keputusan yang pasti
baru akan selesai besok pagi setelah hamba membuktikan para
kawula Kahuripan sudah terbebas dari serangan wabah
penyakit?" "Ya" "Jika demikian, tidakkah berarti bahwa hamba harus dipaksa
menelan kekalahan tanpa diberi kesempatan agar hamba dapat
berusaha lagi untuk malam ini?"
"Hm" "Gusti patih" kata Sambu lebih lanjut "jika memang demikian,
artinya hamba pada saat ini sudah diputuskan kalah, maka
hambapun menarik kembali permohonan hamba dan hambapun
akan segera tinggalkan Kahuripan"
"Rakryan patih" tiba-tiba terdengar sebuah suara yang
mantap.

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"O, ki patih Dipa" seru patih Tanding gembira ketika
mengetahui siapa yang buka suara itu "apakah ki patih hendak
memberi pernyataan ?"
"Benar paman rakryan. Idinkanlah hamba menghaturkan
pendapat" kata patih Dipa "menurut hemat hamba baiklah dicari
934 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jalan penyelesaian begini. Berikan lencana itu kepada raden
Sambu tetapi besok setelah selesai dia membuktikan keadaan
kawula Kahuripan, supaya lencana itu dikembalikan pula"
Patih Tanding menganggap usul itu memang baik. Jika dia
menolak permintaan Sambu, berarti dia memaksa putera adipati
itu mengundurkan diri. Pada hal batas waktu penyelesaian
sayembara itu adalah besok pagi setelah Sambu membuktikan
kawula Kahuripan telah bebas dari wabah penyakit. Namun jika
ia memberikannya, pendirian Rangga Tanu tadi msmang tepat.
Bahwa setiap benda yang tersimpan dalam bumi Kahuripan
adalah milik Kahuripan. Demikian berlaku pada sayembara itu.
"Raden Sambu" akhirnya patih Tanding tidak was-was lagi
walaupun sampai saat itu amanat ratu Gayatri belum kunjung
tiba "lencana yang raden peroleh itu dapat kuberikan kepadamu
tetapi dengan syarat. Setelah besok pagi engkau membuktikan
tentang lenyapnya wabah penyakit itu, engkau harus
mengembalikan lencana itu kepada kami"
"Ah" desah Sambu "mohon gusti patih me limpahkan
keterangan kepada diri hamba, untuk apakah kiranya gusti patih
hendak menyimpan lencana yang telah patah itu?"
Patih Tanding serentak menjawab "Kukembalikan pertanyaan
itu kepadamu, raden. Apakah kepentingan raden hendak
menyimpan lencana yang telah pecah itu?"
"Hambalah yang telah menemukannya oleh karena itu hamba
hendak menyimpannya sebagai kenang-kenangan hamba selama
berada di Kahuripan"
"Demikian pula dengan pendirian kami" sahut rakryan patih
Tanding "lencana itu adalah milik peninggalan sang prabu
Airlangga yang dahulu pernah membangun pura kerajaan di
Wotan Mas Kahuripan. Oleh karena itu Kahuripanpun berhak
untuk memilikinya sebagai pusaka peninggalan raja yang pernah
memerintah di daerah ini dahulu kala"
935 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak merenung akhirnya Sambu menerima juga syarat itu.
Dan sidangpun ditutup. (Oo-dwkz-ismo-oO) II Sekencang angin bertiup menderu di angkasa, menggetarkan
seisi hutan, demikianpun dengan berita tentang keputusan
sayembara yang dititahkan oleh Rani Kahuripan.
Tanpa sayap, berita itu terbang dari mulut seorang ke lain
orang. Sepanjang-panjang lorong masih panjang jua kerongkong.
Cepat sekali berita itu telah tersebar-luas di seluruh negeri
Kahuripan. Setiap mulut tentu membicarakan hal itu. Bukan
karena hanya sebagai sekedar peristiwa yang langka, pun karena
di s itulah mereka menumpu harapan.
Sudah cukup lama kawula Kahuripan menderita musibah yang
berupa wabah penyakit aneh. Penyakit yang tak diketahui jenis
dan asalnya. Berbagai usada dan usaha serta upaya telah
dilakukan, dari ramuan obat, racikan jamu sampai pada dukun-
dukun yang sakti. Dari mengadakan upacara doa sembahyang ke
candi dan rumah sudharmma sampai pada memberi sesaji
kepada roh yang dianggap sebagai penunggu pohon dan batu
keramat. Namun tetap sia-sia.
Maka tak mengherankan bahwa amanat ratu Gayatri telah
disambut dengan penuh kegembiraan. Namun dalam pancaran
rasa gembira itu, terpercik pula suatu rasa cemas. Mereka taat
dan patuh serta percaya penuh kepada amanat sang ratu yang
termasyhur sebagai seorang pandita ratu yang telah mencapai
penerangan batin tinggi. Tak mungkin sang ratu berani
melimpahkan amanat sedemikian rupa apabila tidak yakin akan
kepastiannya. 936 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun manusia yang terdiri dari unsur darah dan pikiran itu
selalu terangsang dalam ketidak-tenangan. Pikiran yang sukar
dikekang, darah yang menimbulkan pergolakan nafsu. Demikianlah pada umumnya sifat mahluk titah Dewata yang
tertinggi dan terkasih, manusia. Manusia yang serba kurang.
Lebih pula di kalangan rakyat awam dimana karena digelapkan
oleh kebodohan, pikiran mereka pun cepat bergolak. Pergolakan
dalam pikiran mereka yang serba bersahaya, cepat akan
membangkitkan perasaan kepada seuatu yang dipercayainya.
Dalam alam kehidupan yang bernapaskan kepercayaan agama
Tri-paksi, maka berbondong-bondonglah kawula Kahuripan itu
menuju ke tempat pemujaan tnasing-masing. Ke candi Sy iwa, ke
candi Brahma dan vihara Buddha.
Dalam alam pikiran mereka yang sederhana itu, mereka ingin
membantu agar amanat ratu Gayatri itu benar-benar terlaksana
dalam kenyataan. Dan mereka merasa wajib untuk melakukan
hal itu karena terwujutnya amanat ratu Gayatri itu berarti berkah
pertolongan bagi penderitaan mereka.
"Mari kawan-kawan, kita beramai-ramai mengadakan sesaji
doa sembahyang untuk memohon kepada dewata agar
melimpahkan berkat kepada amanat gusti ratu Gayatri" dem ikian
di pura maupun di desa-desa rakyat mengadakan persepakatan.
Dan persepakatan yang berasal dari hati nurani yang murni,
mendapat sambutan yang hangat.
'Demikian pada malam itu sete lah pada siang hari sidang
keputusan sayembara diumumkan, maka suasana negara
Kahuripan tampak tenang. Candi-candi, vihara-vihara dan rumah-
rumah sudharmma atau pemujaan, tampak membahanakan doa-
doa dan parita-parita yang khidmat. Asap pedupaan pengantar
doa sesaji membiaskan aroma ganda harum yang diterbangkan
angin melalang ke segenap penjuru dan pelosok.
Malam itu bulan temaram, bintang kemintang bagaikan
perawan pingit yang kemalu-maluan menyembul dari balik tirai
937 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jendela sangkar emas. Rupanya alam cakrawalapun ikut perihatin
dengan keadaan kawula Kahuripan. Keremangan cuaca makin
rnemekat, bulan-pun makin mendaki tinggi, kesunyian bertebaran memenuhi segenap penjuru.
Keraton Kahuripanpun tampak sunyi. Namun para prajurit
bhayangkara yang bertugas menjaga keamanan keraton, tetap
berkeliling menjalankan tugas. Derap langkah tata kaki mereka
yang serempak dalam keseragaman, terdengar jelas disegenap
penjuru keraton. Menilik keadaan itu, rupanya penjagaan keraton
pada malam itu lebih diperketat.
Adakah terjadi sesuatu yang mungkin akan mengancam
keselamatan keraton Kahuripan" Tidak sari-sarinya penjagaan
dalam keraton sedemikian keras seperti pada malam itu. Apakah
gerangan yang terjadi "
Dalam kehidupan manusia, ada dua hal yang tak dapat
diketahui manusia. Pertama, apa yang akan terjadi pada dirinya
pada hari itu, esok dan kemudian. Kedua, kematian. Tiada
seorangpun yang tahu, bilamana dia akan mati.
Untuk hal yang pertama di atas, termasuk juga celaka dan
bahagia, untung dan rugi, malang dan mujur. Dalam hal itu maka
rakryan kanuruhan Pakis dan rakryan demung Samaya, patih
Tanding dan Rangga Tanu yang bertugas menjaga keselamatan
sang Rani, malam itu memang khusus menambah prajurit-
prajurit penjaga keamanan keraton. Mengapa demikian " Adakah
mereka kuatir Sambu putera adipati Sadeng itu akan membuat
kerusuhan karena kalah dalam sayembara"
Tidak. Bukan itu yang menyebabkan para Pancaring Kahuripan
bertindak demikian. Memang kemungkinan itu tidak tertutup,
tetapi mereka yakin para senopati dan bhayangkara Kahuripan
pasti dapat menumpas setiap pengacau yang hendak
mengganggu keselamatan sang Rani.
938 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang menyebabkan keperthatinan mereka tak lain adalah
karena kehadiran sang ratu Gayatri di keraton Kahuripan.
Terlebih pula pada saat itu didalam keraton sedang berlangsung
pembicaraan antara ratu Gayatri, Rani Kahuripan dan patih Dipa.
Berat nian rasa tanggung jawab Panca-ring Kahuripan atas
keselamatan ketiga priagung yang mempunyai pengaruh dan
peranan besar dalam pimpinan kerajaan Majapahit.
"Patih Dipa" titah Rani Kahuripan "menurut kangjeng ibu ratu,
engkau sangat berjasa dalam menentukan pemilihan lencana itu"
Patih Dipa terkesiap. Bagaimana mungkin ia dapat menerima
pujian yang tak pernah dilakukannya itu" Bukankah waktu ia
menguji kedua lencana itu, ternyata tiada membuahkan barang
suatu hasil apapun juga" Bukankah ratu Gayatri sendiri yang
telah menyelesaikan penentuan lencana itu"
"Duh, gusti Rani junjungan hamba" patih Dipa menghaturkan
kata "apabila gusti tidak menghukum hamba, sudah hamba
rasakan sebagai suatu anugerah besar kepada diri hamba.
Bagaimana hamba mempunyai muka untuk menerima pujian
gusti pula?" "Hal apa yang menyebabkan engkau merasa harus menerima
hukuman, ki patih?" tegur sang Rani.
"Pertama, hamba telah terlambat datang. Suatu hal yang
hamba anggap layak dihukum karena hal itu merupakan suatu
kelalain. Kedua, karena hamba tak mampu menguji kedua
lencana itu, gusti" "O, benar, ki patih, apakah yang menyebabkan engkau
terlambat datang?" Patih Dipa lalu menghaturkan keterangan bagaimana ia jatuh
sakit di gedung kediaman kanuruhan Pakis dan kemudian
ditolong oleh sang brahmana Anuraga "Menurut keterangan
paman brahmana Anuraga, hamba telah menderita luka beracun.
939 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beruntunglah paman brahmana masih menyimpan ramuan obat
yang dapat menyembuhkannya, gusti"
"O" Rani Kahuripan agak terkejut "bagaimana asal mulanya
dikau sampai menderita luka beracun, ki patih?"
"Hamba sendiripun heran, gusti. Tetapi kemungkinan ..." patih
Dipa lalu menuturkan semua pengalaman selama sayembara itu
berlangsung. Diantaranya dia pernah menghadapi seorang resi
berjubah hitam yang hendak mencegat petjalanau raden
Kertawardhana. "Siapakah kiranya resi itu, ki patih ?" legah hati Rani
Kahuripan demi mendengar bahwa patih Dipalah yang telah
menyelamatkan raden Kertawardhana dari bahaya yang
mengancam. "Hamba belum menyelidikinya, gusti. Tetapi kemungkinan resi
itu mempunyai hubungan dengan raden Sambu putera adipati
Sadeng" patih Dipa kembali menghaturkan laporan yang
dikumpulkan dari beberapa peserta sayembara, bagaimana
mereka telah mendapat gangguan apabila ikut mencari wangsit
di sekitar Waringin Pitu.
"Hm, segala tindak yang tidak benar, akhirnya tentu akan
hancur. Dari kesimpulan tindakan resi itu, dia jelas hendak
melindungi raden Sambu agar dialah satu-satunya yang
mendapat kesempatan untuk menemukan lencana pusaka. Dan
benar pula, raden itu telah berhasil memperoleh yang
diharapkan. Tetapi akhirnya, segala jerih payah itu tak membawa
suatu hasil apapun juga. Lencana penemuan raden Sambu pecah
ketika kujunjung di atas mahkota . . . Ya, benar, aku hendak
mengulangi pernyataanku tadi bahwa engkaulah sesungguhnya
Pedang Pelangi 31 Kelelawar Hijau Lanjutan Payung Sengkala Karya S D Liong Kisah Bangsa Petualang 2
^