Pencarian

Sumpah Palapa 14

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 14


Rangga Lawe, ayah Kuda Anjampiani.
Tetapi untunglah pada saat itu muncul dua orang
bhayangkara utusan sang puteri Tribuanatunggadewi yang kini
menjadi Rani Kahuripan. Salah seorang bhayangkara itu, Kebo
Lembana, dapat mencampakkan Windu Janur dan dengan
membawa luka parah, Windu Janurpun terbirit-birit me larikan
diri. (Baca : Gajah Kencana).
Akibat luka dari ujung trisula beracun itu, dia terhempas di
tanah. Racun itu ganas sekali sehingga jiwanya terancam maut.
Tetapi untunglah anak gembala yang bernama Dipa alias Gajah
itu muncul pula dan memberi pertolongan. Dengan keberanian
yang luar biasa anak itu berhasil memetik setangkai jamur
Brama-cahya yang berumur ratusan tahun dan ditunggu oleh
seekor ular berjamang. Dipa mempertaruhkan jiwanya untuk
berkelahi dengan ular raksasa itu dan berhasil menggigit putus
819 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
leher ular. Berkat jamur Bramacahya itulah maka lukanya dapat
disembuhkan dan jiwanya-pun tertolong.
"Ah" mengenangkan hal itu, brahmana setengah baya itupun
menghela napas "aku telah berhutang jiwa kepadanya. Kulihat
ada sesuatu keluarbiasaan pada diri anak itu, wajah dan
peribadinya. Dan kutanamkan wejangan-wejangan yang dapat
membangkitkan jiwanya menjadi manusia yang utuh, lahir dan
batin. Seperti telah digariskan oleh kodrat dewata, pertalianku
dengannya makin erat. Kuanggap dia sebagai anak-didikku dan
diapun menganggap aku sebagai gurunya. Ah, Dipa, ternyata
engkau tak menyia-nyiakan harapanku. Engkau dapat mempersembahkan suatu pengabdian yang perwira kepada
Majapahit. Dari seorang anak gembala di desa Mada, engkau
dapat menjadi seorang pahlawan yang dapat menyelamatkan
jiwa seri baginda Jayanagara dan dapat menumpas pemberontakan ra Kuti dan kawan-kawannya. Mulai dari bawah,
engkau dapat meniti ke atas dan mencapai puncak tangga
kehidupan yang cemerlang. Dan engkaupun selalu melaksanakan
garis-garis perjuangan Gajah Kencana dengan sepenuh tanggung
jawab" Renungan brahmana itu terhenti sejenak karena tergetar oleh
suatu rasa gembira atas lahirnya seorang ksatrya besar dalam
gelanggang percaturan pemerintahan Majapahit. Ia merasa,
dalam kedudukan yang dibawa dari asal keturunannya sebagai
putera adipati Rangga Lawe, tak mungkin ia dapat tampil dan
diterima oleh kerajaan Majapahit. Namun ia tak kecewa dan tak
mendendam kepada mereka, setiap mentri narapraja atau
siapapun yang duduk dalam pusat pemerintahan pura kerajaan,
asal mereka benar benar menjunjung tugas pengabdiannya di
atas dasar kepentingan dan kejayaan Majipahit. Ia memilih Gajah
Kencana sebagai sarana untuk mempersembahkan pengabdian
kepada negara Majapahit, walaupun harus dengan cara yang tak
kelihatan. Bagi Gajah Kencana dan baginya, pengabdian itu suatu
kewajiban yang luhur jujur. Jujur dalam keinginan, bebas dari
820 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pamrih untuk kepentingan peribadi. Gajah Kencana yang
dipimpinnya dan beranggautakan putera2 mentri senopati dalam
masa kerajaan Majapahit yang pertama, serta para ksatrya muda
yang hendak mengamalkan dharma-baktinya kepada negara,
menganggap perjuangan yang mereka lakukan itu adalah suatu
tugas suci yang pantang tercemar oleh rasa pamrih mengejar
kekayaan, kedudukan, imbalan dan lain-lain yang besifat
mendambakan kenikmatan peribadi.
Jauh beberapa belas tahun yang lampau, ia telah merancang
dua buah garis perjuangan Gajah Kencana. Kedua buah garis itu
yalah yang tampak dan yang tak tampak atau luar dan dalam.
Gajah Kencana berdiri di garis perjuangan yang tak tampak atau
bergerak dari luar. Sementara harus ada tokoh yang ditampilkan
supaya duduk dalam pemerintahan agar dapat berjuang secara
nyata, giat dari dalam. Pilihannya jatuh pada diri Dipa. Berkat
restu yang dilimpahkan Dewata Agung maka tercapailah tujuan
garis yang kedua itu. Dalam perjalanan hidup yang tak disangka-
sangka, seolah seperti sudah digariskan oleh kodrat Hyang Widhi,
maka anak gembala dari desa Mada itu, telah berhasil diterima
sebagai prajurit pura Majapahit lalu naik menjadi prajurit
bhayangkara keraton Tikta-Sripala dan kemudian naik pangkat
sebagai bekel bhayangkara.
Dimulai dari jabatan bekel bhayangkara itulah, bintang Dipa
meledakkan suatu cahaya yang gemilang. Pemberontakan ra Kuti
meletus dan dengan keberanian yang luar biasa dan kesetyaan
yang gigih kokoh, Dipa dapat menyelamatkan seri baginda
Jayanagara lolos dari pura Majapahit. Kemudian dengan
keberanian yang menakjubkan seorang diri dia kembali ke pura
untuk menghubuugi mentri dan senopati yang masih setya
kepada raja. Dan terakhir dalam perapatan besar yang diadakaan
ra Kuti untuk memutuskan nasib baginda Jayanagara, dengan
keahliannya berpidato yang berapi-api dan mempesonakan, bekel
Dipa telah berhasil membangkitkan kemarahan rakyat yang terus
menyerbu rapat besar itu. Ra Kuti dan pengikut-pengikut telah
821 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diserbu porak poranda dan ra Kuti sendiri akhirnya harus
menghadapi maut yang mengerikan. Dia mati 'cineleng-neleng '
atau disempal-sempal rakyat.
Seri baginda Jayanagara kembali ke pura. Dipa diangkat
sebagai patih Kahuripan, kemudian patih Daha. Pernah pula patih
Dipa ditugaskan baginda Jayanagara untuk mengamankan
Bedulu-Bali. Sepulang dari Bali, patih Dipa makin mendapat
kepercayaan dari baginda.
Walaupun kedudukan menjadi patih di Dana tetapi patih Dipa
lebih banyak tinggal di pura Majapahit karena tenaganya
dibutuhkan setiap waktu oleh baginda. Kemudian terjadilah suatu
malapetaka yang menggegerkan kerajaan Majapahit. Baginda
Jayanagara telah tewas ditikam ra Tanca ketika tabib itu
dititahkan untuk mengobati seri baginda yang menderita sakit
bisul. Kerajaan Majapahit berkabung. Dewan keraton sibuk dan
rakyat menunggu-nunggu siapa raja baru yang akan duduk
ditahta kerajaan. Maka diutuslah Dipa ke Kahuripan.
"Ya, tentulah kedatangan patih Dipa ke Kahuripan ini
mempunyai hubungan dengan pengangkatan raja yang baru"
tiba pada renungan itu, berkatalah brahmana itu dalam hati "jika
demikian halnya, patih Dipa sedang melaksanakan suatu tugas
yang amat berat. Ah, apabila tak dapat sembuh dari luka yang
dideritanya ...." Digetar rasa cemas, tanpa disadari brahmana itupun
membuka mata, memandang kearah wajah Dipa, orang yang
masih rebah dihadapannya itu. Ditatapnya wajah patih itu,
diperhatikannya setiap perobahan pada cahya wajahnya.
Kemudian ia ulurkan tangan membuka baju patih Dipa "Ah,
benjul hitam yang kubelek tadi, sudah tak mengeluarkan darah
lagi" katanya dalam hati.
822 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan tak terasa ketika membayangkan pembedahan tadi,
mulutnya berkomat kamit dilumas gerak lidahnya. Agar darah
hitam yang tercampur racun pada dada patih Dipa dapat keluar
sampai bersih dan agar patih itu tak terlalu menderita kesakitan
maka sehabis mem-belek, brahmana itu lalu mencucup dan
menghisap darah hitam itu hingga bersih. Kemudian ia melumuri
dengan bubuk ramuan obat. Setelah itu, ia mengambil pula
ramuan obat yang dipulung dalam bentuk bundar. Setelah
dicairkan dengan air lalu diminumkan ke mulut Dipa "Semoga
bubuk jamur Bramacahya ini, masih mempunyai daya khasiat
seperti ketika dia mengobati lukaku terkena trisula beracun dari
Windu Janur" Ternyata ketika Dipa yang pada waktu itu masih
seorang anak gembala berhasil memperoleh jamur mustika
Bramacahya yang berumur seratus tahun, dapatlah luka
beracun itu sembuh. Kelopak jamur itu amat besar dan yang
digunakan hanya sebagian kecil, sisanya disimpannya baik-baik.
Karena jamur itu tak mungkin takkan layu maka dikeringkannya
dan ditumbuk menjadi bubuk dan disimpan rapat rapat dalam
sebuah kantong kulit. Selama beberapa tahun mengembara,
pernah beberapa kali dia menolong orang yang digigit binatang
beracun. "Duh, Hyang Jagatkarana, hamba persembahkan jiwa Dipa
kepada kekuasaan paduka. Dia adalah tiang saka penompang
kerajaan Majapahit. Apabila paduka memang hendak menumpas
kerajaan Majapahit, biarlah paduka cabut sekali jiwa orang ini.
Namun apabila Majapahit masih paduka restui, semoga paduka
berkenan melimpahkan kesembuhan kepadanya" demikian
selesai meminumkan bubuk jamur mustika dan melumuri luka di
dada Dipa, ia menyertakan doa permohonan kepada Hyang
Jagatkarana, pencipta alam semesta.
Duduk bersemedhi melepas pikiran bebas mengembara,
brahmana itu melayang-layang jauh ke masa berpuluh tahun
yang lalu. Masa waktu ia masih muda dan pertama kali bertemu
823 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan seorang anak gembala yang bernama Dipa alias Gajah.
Ia membiarkan pikirannya terhanyut menelusuri sepanjang
perjalanan hidup Dipa. Bagai sesosok bayangan, ia dapat
mengikuti perjalanan hidup Dipa sampai ke puncak tangga yang
teratas, dimana Dipa makin mendapat kepercayaan dari seri
baginda Jayanagara. Sejak itu, diapun meninggalkan kewajiban
membayangi perjalanan Dipa dan mulai mengembara pula. Dia
mempercayakan keselamatan negara Majapahit kepada Dipa. Dan dia mulai hendak membenahi diri, mencari penerangan hidup, kesempurnaan batin, menuju kearah penyatuan dengan Sanghyang Pa- ramartha, inti hakekat kebenaran. Tetapi ketenangan hatinya tersibak didera kejut ketika mendengar warta tentang tewasnya seri baginda Jayanagara. Keinginannya untuk membebaskan diri dari persoalan keduniawian karena telah menyerahkan tugas menjaga kelestarian kerajaan Majapahit kepada Dipa, mengalam i kegoncangan,
Mampukah Dipa mengatasi peristiwa segempar itu" Tidakkah
tewasnya seri baginda Jayanegara itu akan membangkitkan pula
golongan-golongan yang ingin merongrong kewibawaan kerajaan
824 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Majapahit " Tidakkah penggantian raja baru nanti akan
menimbulkan masalah yang gawat "
Raden Wijaya atau seri baginda Kertarajasa Jayawardana
berputera tiga orang. Yang dua, Tribuana tung-gadewi dan
Rajadewi Maharaja, semua puteri. Sedang yang putera adalah
raden Kala Gemet. Maka raden Kala Gemetlah yang dinobatkan
sebagai raja setelah ayahandanya baginda Kertarajasa mangkat.
Tetapi kini raden Kala Gemet yang seteLh menjadi raja memakai
nama abhiseka prabu Jayanagara, telah tewas ditikam ra Tanca.
Pada hal baginda Jayanagara belum mempunyai perma isuri dan
putera. Maka satu-satunya yang berhak mengganti di tahta
kerajaan, hanya puteri T ribuanatunggadewi.
Memang demikianlah menurut naluri undang-undang kerajaan. Apabila raja berhalangan atau
wafat tanpa meninggalkan keturunan maka yang menggantikannya adalah
saudaranya. Tetapi yang menjadi pemikiran brahmana itu tak lain
diri sang puteri Tribuanatunggadewi. Apabila puteri itu seorang
putera lelaki, tak ada persoalan yang perlu dipersoalkan lagi.
Tetapi Tribuanatunggadewi adalah seorang puteri dan ini tentu
akan menimbulkan persoalan yang hangat. Dapatkah puteri
Tribuanatunggadewi diangkat sebagai raja baru"
Dalam pemikiran brahmana itu, persoalan itu dipengaruhi oleh
dua buah bal. Pertama, menurut naluri dalam sepanjang sejarah
kerajaan brang wetan yang didirikan oleh Mpu Sindok, lalu
Lokapala, Makutawang-sawardana, Dharmawangsa, Airlangga


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian kerajaan Panjalu dibagi dua menjadi Jenggala dan
Daha sampai timbulnya kerajaan Singasari yang baru dan
didirikan oleh Ken Arok hingga sampai keturunan yang terakhir
yani prabu Kertangara, belum pernah kerajaan-kerajaan itu
diperintah oleh seorang raja puteri.
Kedua, memang dalam undang-undang kerajaan di-sebut
bahwa apabila raja mangkat atau karena sesuatu berhalangan
untuk melakukan tugasnya, maka puteranyalah yang akan
825 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diangkat lebagai pengganti. Tetapi apabila raja itu tiada
berputera maka saudaranyalah yang akan dinobatkan sebagai
raja. Sesungguhnya kata-kata dalam undang-undang yang menyebut 'saudara' itu, memang tidak jelas menyatakan saudara
lelaki atau perempuan. Hanya menyebut saudara dalam hal ini
sudah tentu saudara yang lebih muda. Tetapi tentulah orang
lebih cenderang untuk menafsirkan bahwa yang disebut 'saudara'
dalam undang-undang itu, tak lain tentulah saudara lelaki.
Kecenderung penafsiran itu berdasarkan bahwa dalam sejarah
tata kehidupan kerajaan yang dibangun Mpu Sindok di belah
bumi Jawadwipa brang timur, belum pernah kerajaan diperintah
oleh seorang prabu puteri. Jeman boleh berganti, masa beredar
masa, kerajaan timbul lenyap, namun kenyataan itu tetap tak
berobah. Kenyataan bahwa yang dipertuan dari kerajaan itu
tentulah seorang raja putera.
Kenyataan itu makin diperjelas oleh raden W ijaya, raja
Majapahit yang pertama. Dari Rajapatni Gayatri, baginda
mendapat dua orang puteri. Dari Dara Petak, puteri dari kerajaan
Sriwijaya baginda telah memperoleh keturunan seorang putera
yani raden Kala Gemet. Sesungguhnya, puteri Tribuanatunggadewi itu lebih tua usianya dari raden Kala Gemet
tetapi karena Kala Gemet itu seorang putera lelaki maka yang
dinobatkan menjadi raja penggantinya adalah Kala Gemet, bukan
Tribuanatunggadewi. Dara Petakpun diangkat sebagal stri
tinuheng pura, bergelar ratu Indreswari.
Dengan kenyataan itu, dapatkah puteri Tribuanatunggadewi
yang kini menjadi Rani Kahuripan, akan diangkat sebagai raja
puteri Majapahit " Memang penafsiran kata-kata 'saudara' dalam
undang undang yang mengatur pergantian raja itu, ditafsirkan
sebagai saudara lelaki. Tetapi penafsiran itu hanya berdasar pada
naluri dari kenyataan masa yang lalu. Dan bukan suatu
penafsiran sejiwa dengan arti kata 'saudara' secara harfiah.
826 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena secara arti harfiah, kata 'saudara ' itu adalah anak atau
orang yang bersama dirinya, dilahirkan dari ayah dan ibu yang
sama. Saudara adalah kakak adik, tanpa membedakan lelaki atau
wanita. Berdasarkan pengertian arti kata 'saudara" itu serta
berdasarkan wewenang dari undang-undang kerajaan maka
Dewan Keraton berhak untuk mengangkat Rani Kahuripan
sebagai raja yang baru. Tetapi raja adalah junjungan,
sesembahan dan yang memberi pengayoman kepada seluruh
kawula. Raja adalah pemimpin besar yang akan mengemud:kan
pemerintahan negara. Maka harus benar-benar seluhur dan
sewibawa seperti keluhuran dan kewibawaan martabat
kedudukan itu. Untuk mencapai martabat itu, antara lain harus
mendapat dukungan segenap mentri, senopati dan seluruh
kawula. Karena hanya dukungan lahir batin dari narapraja dan
rakyat, yang akan melahirkan kepatuhan dan kesetyaan. Patuh
dan setya, menciptakan kewibawaan dan kewibawaan akan
bersenyawakan keluhuran. Pengangkatan baginda Jayanagara yang lalu, telah menimbulkan berbagai tanggapan yang tak sama. Tanggapan itu
kemudian melahirkan kelompok dan golongan, antara yang
mendukung atau yang suka dengan yang tak mendukung. Alasan
dari yang tidak menyukai prabu Jayanagara adalah bersumber
pada ibunda yang melahirkan beliau itu, bukan puteri keturunan
Singasari, tetapi puteri dari Malayu. Sedangkan pendirian
golongan yang mendukung adalah bahwa Jayanagara itu
memang darah keturunan sang prabu Kertarajasa, jadi tetap
memiliki darah keturunan Ken Arok, rajakulakara kerajaan
Singasari. Golongan ketiga, tidak mendasarkan pada persoalan
keturunan karena hal itu sama-sama benar dan sama-sama tidak
benar, melainkan berpijak pada pendirian kejujuran dan
kecakapan raja yang memerintah itu. Raja boleh diganti, tetapi
negara Majapahit harus tetap tegak sampai di akhir jeman.
Himpunan Gajah Kencana juga berpijak pada pendirian itu.
827 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena tiada mendapat dukungan bulat dari segenap
lapisan rakyat maka pemerintahan baginda Jayanagara selalu
dirundung pemberontakan, peperangan dan huru hara. Apalagi
peribadi baginda Jayanagara yang gemar wanita dan gemar
mengganggu isteri orang bawahannya, menimbulkan perasaan
tak senang di kalangan mentri dan rakyat. Dan kenyataannya,
baginda Jayanagara harus menemui ajal ditangan ra Tanca, tabib
keraton yang dipercayainya.
Berdasarkan pada pengalaman itu, maka sangatlah hati-hati
sekali Dewan Mangkubumi dan Keraton menentukan keputu an
calon raja yang akan menggantikan tahta. Pertimbangan-
pertimbangan harus dilakukan dari segala segi dan keputusan tak
boleh diambil secara tergesa-gesa.
Pemikiran itulah yang meresahkan hati sang brahmana. Bukan
karena tak percaya penuh akan patih Dipa, tetapi dia dapat
merasakan betapa kesibukan pikiran dan tenaga Dipa dalam
menghadapi peristiwa itu "Haruskah kulepas dia seorang diri
dalam suasana yang penuh kegawatan ini ?" bertanyalah dia
dalam hati. Teringat ketika dahulu di pura Majapahit pecah huru hara
akibat pemberontakan Dharmaputera ra Kuti. Keraton telah
dikurung oleh kaum pengikut pemberontak. Untung pada saat itu
dia kebetulan tiba di pura Majapahit dalam rangka untuk
meninjau keadaan warga Gajah Kencana. Maka iapun segera
turun tangan, masuk kedalam keraton, bertemu dengan patih
Dipa yang pada waktu itu masih berpangkat bekel bhayangkara,
lalu mengatur siasat. Brahmana itulah yang menyaru sebagai
baginda Jayanagara yang mengendarai kreta menerobos ke arah
gapura selatan. Siasatnya berhasil. Kaum pemberontak mengira
kalau dia benar-benar seri baginda Jayanagara sehingga mereka
segera mengejar. Dalam saat itulah maka bekel Dipa segera
mengiring seri baginda lolos dari keraton dan berhasil
menyelamatkan diri di desa Bedander.
828 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pergolakan terjadi dalam batin brahmana itu. Jiwanya
terpanggil pula oleh panggilan sumpah untuk menjaga dan
membela negara Majapahit sampai titik darah yang penghabisan.
Dia tak sampai hati melihat patih Dipa akan menemui kesulitan
dalam menanggulangi tugas masa yang gawat itu. Maka
berangkat ia menuju ke pura Majapahit. Tetapi di-tengah jalan ia
mendengar berita bahwa patih Dipa berada di Kahuripan.
Dalam perjalanan ke Kahuripan itu, dia bertemu dengan dua
buah peristiwa yang mengejutkan. Pertama, keterangan dari
serombongan prajurit Majapahit bahwa mereka hendak mencari
gusti ratu Gayatri yang menghilang dari keraton T ikta-Sripala dan
ternyata menuju ke Kahuripan. Kedua, mendapat berita bihwa
patih Dipa telah jatuh sakit. Langsung ia menghadap rakryan
kanuruhan Pakis dan menyatakan kesanggupannya untuk
menyembuhkan sakit patih Dipa. Pada waktu memeriksa tubuh
patih Dipa, ia melihat pada dada patih itu terdapat sebuah
bengkak yang berwarna kehitam-hitaman. Ia segera tahu bahwa
luka itu disebabkan karena senjata yang berlumur racun. Luka itu
harus dibedah agar racunnya dapat dikeluarkan. Tetapi ia kuatir,
rakryan Pakis tak mengidinkan karena tak percaya kepadanya.
"Apa boleh buat" gumamnya dalam hati "aku terpaksa harus
membawa Dipa lolos dari gedung kanuruhan agar aku dapat
memberi pengobatan dengan leluasa"
Demikian renungan panjang dima lam sunyi dari brahmana itu
telah mencapai titik keakhiran. Serempak dengan itu,
terdengarlah suara ayam hutan berkokok sahut menyahut di
kejauhan. Brahmana itupun pejamkan mata, menghapus
renungan dan menghampakan alam pikiran dalam keheningan
semedhi. Ia membuka mata pula ketika terusik oleh keramaian suasana
di sekeliling hutan itu. Margasatwa mulai sibuk berkemas
menjelang kedatangan surya pagi. Walaupun semalam suntuk
tidak tidur, tetapi setelah bersemedhi beberapa waktu, semangat
829 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
brahmana itupun terasa segar. Ia segera berbangkit, menuju ke
sebuah mata-air. Ia mengambil air dan mencari buah untuk patih
Dipa. Ketika kembali ke dalam guha, ia terkejut manakala melihat
patih Dipa sudah duduk bersandar pada dinding guha.
"O, paman brahmana" patih Dipa berteriak terkejut ketika
melihat kehadiran brahmana itu dihadapannya. Serentak diapun
merangkak maju menghampiri.
"Ki patih, jangan bergerak, lukamu masih belum merapat
betul" brahmana itu berseru mencegah.
"Duh, paman Anuraga, terimalah sembah sujud hamba" patih
Dipa hentikan gerak rangkaknya tetapi berganti dengan
menelungkupi kaki brahmana itu.
"Jangan ki patih" seru brahmana seraya mengangkat tubuh
patih Dipa "engkau seorang patih, seorang priagung yang luhur,
tak baik dilihat orang apabila engkau menyembah kaki seorang
brahmana seperti aku"
Berlinang-linang mata patih Dipa ketika mengangkat muka
memandang wajah brahmana itu. Wajahnya sudah mulai berhias
kerut-kerut ketuaan. Tubuhnya tetap kurus dan jubah
kebrahmanaan tetap dari kain kasar warna putih yang kumal.
Segala sesuatunya masih serupa dahulu mula. Hanya sinar
matanya yang terasa makin tenang dan tajam. Patih Dipa
tersentuh melihat keadaan sang brahmana yang apabila
dipandang dari ukuran kenikmatan hijup dari patih Dipa
sekarang, sungguh amat jauh sekali bedanya. Bahkan dengan
bujang dan ponggawa dalam kepatihan saja, brahmana itu masih
belum memadai. Hampir tak dapat patih Dipa menahan airmata keharuannya
ketika tertusuk oleh ucapan sang brahmana itu "Ah, paman
brahmana yang hamba hormati!" katanya dengan nada tersekat
"janganlah paduka berkata demikian, paman. Bagi hamba,
paduka adalah lebih dari seorang guru dan orangtua hamba"
830 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Brahmana itu mengangguk "Ki patih, sungguh mulia sekali
hatimu karena engkau tahu meluhurkan seorang tua seperti aku.
Tetapi keadaanmu sekarang tidaklah sama seperti dahulu.
Engkau seorang patih Daha, lebih dari itu, engkau seorang yang
berjasa besar kepada kerajaan Majapahit ...."
"Paman Anuraga" seru patih Dipa pelahan "hamba mohon
dengan sangat agar paduka jangan menyebut diri hamba dengan
sebutan patih" "Tetapi bukankah engkau seorang patih ?"
"Patih hanya suatu kelungguhan pangkat. Tetapi diri hamba
tetap Dipa, anak didik paduka, paman"
"Ah" desah brahmana.
"Adakah orangtua harus memanggil dengan sebutan hormat
kepada anaknya yang berpangkat tinggi " Haruskah seorang
murid minta kepada gurunya supaya menghormatinya karena dia
sudah menjadi seorang mentri yang berpangkat tinggi" Paman
Anuraga, bukankah paman pernah mengajarkan kepada hamba
lima macam hormat yang harus hamba persembahkan ?"
"O, apakah engkau masih ingat ?"
"Tak ada sepatah kata dari ajaran dan wejangan paduka yang
menyelinap hilang dari lubuk sanubari hamba, paman brahmana.
Idinkanlah hamba mengulang kelima hormat ajaran paduka itu.
Pertama, persembahkanlah hormat kepada Hyang Widdhi Agung.
Kedua, kepada raja dan pemimpin. Ketiga, kepada orangtua.
Keempat, kepada guru. Dan kelima, kepada setiap orang yang
berada dalam Kebenaran, sekalipun orang itu lebih rendah
kedudukannya dari kita. Juga kepada ksatrya yang menetapi
dharma, keutamaan ksatryaan-nya, walaupun dia seorang musuh
sekalipun. Demikian paman brahmana. Adakah paduka
menghendaki agar hamba melanggar ajaran paduka yang sudah
terlanjur mendarah daging dalam tubuh hamba?"
831 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dipa, anakku ...." serta merta brahmana yang tak lain adalah
brahmana Anuraga itu, memeluk patih Dipa.
Detik-detik itu amat mengharukan dan penuh arti. Dua orang
tokoh pejuang besar dari kerajaan Majapahit saling berdekapan
mesra, seperti anak dengan bapa yang sudah lama tak bertemu.
Dipa, bekas bekel bhayangkara yang

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berjasa besar menyelamatkan seri baginda Jayanagara dari kepungan huru
hara ra Kuti, patih Kahuripan kemudian patih Daha, patih
kepercayaan seri baginda Jayanagara. Patih yang dipercayakan
tugas untuk menanggulangi suasana kelabu dalam keraton T ikta-
Sripala yang sedang kosong tiada bertuan. Brahmana Anuraga,
pejuang besar yang rela meninggalkan kenikmatan hidup sebagai
putera seorang adipati. Pemimpin Gajah Kencana, himpunan dari
ksatrya-ksatrya yang akan memperjuangkan tegaknya kewibawaan kerajaan Majapahit. Guru dalam arti yang lebih luas
sebagai orangtua atau wali angkat yang membina dan menempa
pemuda Dipa hingga berhasil mencapai puncak tangga yang
teratas dalam pengabdiannya kepada negara Majapahit.
Dipa, pejuang yang tampil dalam medan kehidupan
pemerintahan. Anuraga, pejuang yang berjuang seperti
bayangan. Ada tetapi tak nyata, nyata tetapi tak ada. Perjuangan
Dipa dan Anuraga merupakan garis persenyawaan dari
kemanunggalan raga dengan jiwa, cita-cita dengan perbuatan.
Keduanya berpelukan. Tiada sepatah terluncur dari mulut
keduanya karena mereka berbicara dengan getar-getar kalbu,
bahasa perasaan cipta dan rasa. Bahasa yang mampu
memancarkan seluruh rasa hayat dan isi kalbu. Bahasa yang
mampu mencurahkan segenap kerinduan hati dalam taut
kenangan masa lampau ....
Beberapa waktu kemudian, setelah puas menyalurkan curahan
kalbu, sesaat teringatlah brahmana Anuraga akan keadaan patih
Dipa. Serentak ia lepaskan dekapannya "Dipa, tiada kebahagiaan
yang lebih berbahagia bagi seorang orangtua dan guru, daripada
832 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apabila mendapatkan anak atau anak didiknya berhasil mencapai
sesuatu seperti yang diidam-idamkan oleh orangtua dan guru itu.
Aku sangat gembira bahwa engkau telah berhasil mencapai
puncak tangga kehidupan yang teratas. Aku lebih gembira lagi
karena mendapatkan bahwa engkau tak pernah meninggalkan
keperibadianmu. Tetapi yang paling membahagiakan hatiku
adalah, engkau telah dapat membaktikan pengabdianmu
terhadap negara dan rakyat Majapahit"
"Tetapi pamanlah yang paling berjasa karena tanpa bimbingan
paman, mungkin saat ini hamba masih menggembalakan
kambing" "Ah, guru hanya ibarat pelita. Engkau dapat mencapai tujuan
cita-citamu atau tidak, sesungguhnya hanya tergantung pada
dirimu sendiri" sahut brahmana Anuraga "Dipa, bagaimana
lukamu sekarang ?" cepat ia beralih persoalan.
Sebenarnya brahmana Anuraga sudah mendapat kesan bahwa
luka Dipa sudah baik. Hal itu ditilik dari s ikap dan kesadaran yang
terpancar dalam pembicaraan tadi, Dipa sudah memiliki
semangat yang segar. Namun untuk memperoleh kepastian, ia
masih perlu bertanya. Patih Dipa seperti disadarkan. Cepat ia menunduk memeriksa
luka pada dadanya. Bengkak hitam pada dadanya sudah
mengempis. Warna bekas luka masih kehitam-hitaman, tetapi
bukan warna hitam dari racun melainkan dari bubuk ramuan obat
yang dilumurkan. Seketika teringatlah patih Dipa "Paman
brahmana, dimanakah saat ini kita berada?"
"Dalam sebuah guha di tengah hutan" Patih Dipa terkejut
"Tetapi bukankah semula aku berada di tempat kediaman
rakryan kanuruhan Pakis?"
"Benar, Dipa" brahmana Anuraga mengangguk "engkau sakit
tak sadarkan diri di sebuah ruang dalam gedung kanuruhan
tetapi semalam engkau telah kularikan kemari"
833 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman melarikan hamba kemari?"
"Lukamu makin membengkak besar. Apabila tak lekas
dibedah, racun akan menyerang jantung dan jiwamu pasti
melayang. Rakryan kanuruhan tentu tak mengidinkan aku
melakukan pembedahan itu maka terpaksa kubawamu lari ke
sini" "Tetapi mengapa rakryan Pakis tak mengidinkan?"
"Aku belum mendengar jawabannya tetapi kurasa demikian
apabila ditilik dari kecurigaannya kepadaku"
"Rakryan Pakis mencurigai paduka, paman ?"
"Dia benar dan aku yang salah karena aku tak
memberitahukan siapa diriku dan apa hubunganku dengan
engkau" "Ah, mengapa paman tak menceritakan hal itu ?" patih Dipa
heran. "Cerita itu tentu memakan waktu yang lama. Pun belum tentu
rakryan percaya. Pada hal keadaanmu sudah gawat sekali. Yang
penting adalah menyelamatkan jiwamu, segala cerita dapat
dituturkan kemudian"
"Dan paman telah menyembuhkan lukaku ?"
"Aku terpaksa harus membelek luka bengkak yang
mengandung racun itu, Dipa. Bersyukurlah kepada Hyang
Purbenggesang bahwa engkau telah selamat dari bahaya maut"
Serta merta patih Dipa menelungkup mencium kaki tang
brahmana "Duh, paman brahmana sesembahan hamba.
Betapakah Dipa akan dapat membalas budi pertolongan paman
yang tiada taranya itu"
"Tidak, Dipa" kata brahmana Anuraga seraya mengangkat
bangun Dipa "bukan aku yang menolong tetapi Hyang Isywara
dan engkau sendiri, Dipa"
834 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patih Dipa terbeliak. Bahwa kesemuanya itu terjadi berkat
kebesaran dan kekuasaan Hyang Batara A-gung, ia dapat
menerima. Tetapi ia heran mengapa brahmana Anuraga
menyebut-nyebut dirinya. Iapun meminta keterangan kepada
sang brahmana akan arti ucapannya yang terakhir ku.
"Masih ingatkah dahulu ketika engkau menolong aku dari luka
terkena trisula beracun milik pandita yang menyerang aku itu?"
"Ya" "Apakah yang engkau berikan kepadaku sebagai obat luka
beracun yang kuderita waktu itu ?"
"Jamur bramacahya yang amat besar, paman"
"Jamur bramacahya itu sebuah jamur mustika yang telah
berumur seratusan tahun. Jamur itu mempunyai daya khasiat
yang luar biasa sehingga dimiliki oleh seekor ular bsrjamang.
Mungkin engkau tak ingat, bahwa hanya sepelik kecil dari jamur
mustika itu yang kulamurkan pada lukaku. Sedang sisanya yang
masih banyak itu kusimpan dan kubuat menjadi bubuk. Dengan
bubuk itulah maka kuminumkan kepadamu dan kulunturkan pada
lukamu. Dengan begitu, sesungguhnya obat yang menyembuhkan lukamu itu, berasal dari engkau sendiri, Dipa.
Aku hanya menjadi sarana yang melaksanakan kekuasaan Hyang
Jagadkarana dan engkau sendiri"
"Ah" patih Dipa meaghela napas "betapapun, pamanlah yang
menjadi lantaran dari leyapnya bahaya maut yang hendak
merenggut jiwa hamba"
Brahmana Anuraga tak memberi tanggapan melainkan beralih
pada pertanyaan "Dipa, bagaimana awal mulanya maka engkau
sampai menderita luka yang berbahaya itu?"
Patih Dipa lalu menuturkan semua yang dialam inya, mulai
mengemban titah Dewan Keraton untuk mengundang Rani
Kahuripan berkunjung ke pura Majapahit, apa yang terjadi di
835 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kahuripan yang sedang dilanda wabah penyakit aneh, kemudian
melaksanakan titah sang Rani untuk mengadakan sayembara
mencari lencana pusaka Garudamukha yang menurut sasmita
gaib dari tapa semedhiraya, akan menjadi sarana hilangnya
wabah penyakit itu. Selama berlangsung sayembara itu, ia telah
mengalami beberapa peristiwa, antara lain dengan ikut sertanya
putera adipati Sadeng yang berhasil menemukan lencana pusaka
itu di Waringin Pitu. Ia terkejut karena menurut getar ciptarasa
yang memancar dalam alam persemedhiannya, bukan anak
adipati Sadeng itu yang akan memenangkan sayembara itu,
melainkan priagung-teruna yang bernama raden Kertawardhana.
Raden Kertawardhana menerima anjurannya supaya ikut dalam
sayembara itu tetapi sampai pada hari putera adipati Sadeng
telah berhasil memperoleh lencana Garudamukha, raden
Kertawardhana tetap belum muncul. Maka ia memutuskan untuk
mengundurkan waktu penutupan sayembara itu sampai tiga hari
lagi, agar memberi kesempatan kepada peserta lainnya
barangkali ada yang menemukan juga lencana pusaka itu.
"Kesempatan itu hamba pergunakan untuk mencari jejak
raden Kertawardhana" kata patih Dipa "ketika hamba tiba di kaki
gunung Penanggungan hamba melihat raden Kertawardhana
sedang bertempur dengan seorang resi yang mengenakan jubah
hitam Karena resi itu tak mengindahkan permintaan supaya
menghentikan pertempuran maka terjadilah pertempuran dengan
hamba. Hamba berhasil menolong raden Kertawardhana tetapi
hamba terluka senjata trisula dari resi hitam yang ternyata amat
sakti" "Senjata resi itukah yang menyebabkan dadamu membengkak?" Patih Dipa mengiakan. "Jika demikian tentulah senjata trisula itu berlumur racun yang
amat berbisa sekali" kata brahmana Anuraga "tahukah engkau
siapa resi itu?" 836 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, paman brahmana" jawab patih Dipa "hamba tak kenal
dengan resi itu. Tetapi sepanjang berita yang hamba peroleh,
selama sayembara itu berlangsung, memang terdapat hal yang
mengherankan. Waktu raden Sambu bersemedhi di Waringin
Pitu, banyaklah terjadi gangguan2 pada para peserta lain yang
hendak bersemedhi di tempat itu. Jika ada peserta yang hendak
bersemedhi di Waringin Pitu, maka pada malam harinya, dia
tentu diserang oleh seorang aneh berjubah hitam yang amat
sakti. Peserta itu lalu dilemparkan ke daerah perairan di
sepanjang tepi bengawan Brantas"
"O, apakah tujuan orang aneh itu hendak melindungi putera
adipati Sadeng?" "Rasanya memang demikian" jawab patih Dipa "agar hanya
putera adipati itu sajalah yang dapat bersemedhi di Waringin
Pitu. Lain2 peserta jangan sampai mendapat kesempatan berada
di Waringin Pitu" Brahmana Anuraga kerutkan dahi "Jika demikian" katanya
sesaat kemudian "terdapat kecenderungan untuk menduga
bahwa resi hitam yang menyerang raden Kertawardhana, eh,
Dipa, apakah raden Kertawardhana berhasil juga menemukan
lencana pusaka itu?" tiba-tiba brahmana Anuraga teringat
sesuatu dan beralih mempertanyakan hal itu.
"Benar, paman" sahut patih Dipa "raden Kertawardhana telah
berhasil memperoleh lencana Ga-rudamukha ketika bersemedhi
di candi Belahan lereng gunung Penanggungan. Gandi itu adalah
candi makam dari resi Jentayu"
"Siapa resi Jentayu?"
"Resi Jentayu adalah nama abhiseka dari sang prabu Airlangga
ketika mengundurkan diri dari urusan kerajaan dan masuk
menjadi pandita" Brahmana Anuraga mengangguk "Tepat dengan penilaianku
yang hendak kukatakan tadi. Bahwa resi hitam itu tentu
837 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai hubungan dengan putera adipati Sadeng. Jelasnya,
yang menyerang raden Kertawardhana, tentulah juga orang yang
mengganggu peserta sayembara yang bersemedhi di sekeliling
Waringin Pitu" Patih Dipa merenung.
"Tindakannya mengganggu peserta sayembara yang hendak
ikut bersemedhi di Waringin, tentu bermaksud untuk
mengamankan putera adipati Sadeng dari peserta lain yang
hendak menyainginya. Serangan terhadap raden Kertawardhana
pun juga merebut lencana yang diperoleh raden itu agar putera
adipatilah satu-satunya peserta yang akan memenangkan
sayembara" Patih Dipa mengiakan. "Jika menilik luka beracun yang engkau derita" kata brahmana
Anuraga "terdapat persamaan dari luka trisula beracun yang
kuderita dari pandita Windu Janur. Dalam hal ini aku cenderung
untuk menduga bahwa dia orang Daha. Dan apabila menilik
kesaktiannya, aku pun teringat akan seorang tokoh dari Wukir
Polaman" "Adakah paman maksudkan pimpinan Wukir Polaman yang
disebut sang Manggala itu ?" tanya patih Dipa.
Brahmana Anuraga mengiakan.
"Tetapi mengapa dia melindungi putera adipati Sadeng " Pada
hal hamba pun berjumpa dengan sekawan orang-orang Daha
yang muncul di Kahuripan"
"Siapa?" "Kebo Angun-angun dan kawan-kawannya, bekas anggauta
himpunan Wukir Polaman di Daha dahulu. Jika resi hitam itu
memang sang Manggala, mengapa dia tak membantu orang2
Wukir Polaman itu ?"
Brahmana Anuraga diam merenung "Dugaanku kudasarkan
pada jenis racun pada lukamu dengan luka yang pernah


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

838 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kualaminya dahulu. Dan alasan yang engkau kemukakan,
memang kuat juga. Baiklah, yang penting engkau sudah
tertolong dari racun maut itu. Soal s iapa resi hitam itu, kelak kita
dapat menyelidikinya"
"Baik, paman" kata patih Dipa. Kemudian dia hendak bertanya
tentang keadaan brahmana itu selama bertahun-tahun berpisah
dengan dia. T etapi sebelum sempat kata diluncurkan, brahmana
Anuraga sudah mendahului :"Dipa, apakah sang Rani Kahuripan
berkenan memenuhi undangan Dewan mangkubhumi keraton
Tikta-Sripala untuk berkunjung ke pura Majapahit?"
"Gusti Rani akan memenuhi panggilan itu tetapi minta waktu
setelah keadaan Kahuripan terlepas dari bencana wabah
penyakit, paman" "Apakah dewan mangkubhumi keraton Majapahit dapat
menerima hal itu " Bukankah dewan mangkubhumi keraton
Majapahit hendak segera mengisi kekosongan singgasana
kerajaan dengan menetapkan raja yang baru ?"
"Benar, paman" sahut patih Dipa" tetapi gusti Rani memiliki
pendirian yang kokoh. Gusti Rani rela melepaskan hak terpilih
sebagai raja daripada harus meninggalkan kawula Kahuripan
yang sedang menderita aib kesengsaraan"
"Hm, seorang Rani yang tegas bijaksana" puji brahmana
Anuraga "tetapi menurut pandanganmu, adakah Rani Kahuripan
mempunyai kesempatan yang paling besar untuk diangkat
sebagai raja baru ?"
"Sepanjang perundingan yang hamba lakukan, baik dengan
para mentri, senopati dan priagung yarg menduduki jabatan
penting dalam pemerintahan kerajaan, serta para gusti Dewan
Keraton, hamba mendapat kesan bahwa gusti Rani merupakan
satu2nya calon raja yang terkuat"
"Apakah dasar penilaian para gusti dan mentri-kerajaan itu ?"
839 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Undang-undang dan keinginan rakyat serta kepentingan
keutuhan kerajaan Majapahit"
"O" seru sang brahmana "cobalah engkau uraikan ketiga hal
itu" "Undang-undang tentang pengangkatan raja, menyebutkan
bahwa apabila raja yang memerintah saat itu wafat atau karena
sesuatu, berhalangan untuk melangsungkan kewajibannya maka
apabila raja berputera maka puteranyalah yang akan mengganti.
Tetapi apabila raja tiada berputera maka saudaranya yang akan
dinobatkan sebagai raja ...."
"Bukankah yang dimaksud saudara itu, harus seorang saudara
lelaki?" brahmana Anuraga menukas. Ia ingin menjajagi
pendapat patih Dipa. "Tidak, paman" sahut patih Dipa tegas "undang-undang tidak
menyebutkan pria atau wanita, melainkan hanya saudara
semata-mata" "Tetapi bukankah dalam naluri sejarah kerajaan sejak jeman
Mpu Sindok hingga sekarang, raja itu selalu seorang pria" Dan
dalam kata 'saudara', secara serentak sudah mengandung
pengertian saudara lelaki?"
"Benar, paman" sambut patih Dipa "apabila raja yang wafat
atau berhalangan itu mempunyai saudara lelaki maka saudara
lelaki itulah yang akan diangkat. Tetapi apabila tidak, misalnya
yang terjadi pada saat ini, karena seri baginda Jayanagara tidak
ber-putera dan tidak pula mempunyai saudara lelaki, maka kedua
puteri itu yang berhak diangkat. Oleh karena gusti Rani
Kahuripan lebih tua dari gusti Rani Daha maka layak jika gusti
Rani Kahuripan yang akan dinobatkan. Tentang naluri sejarah
kerajaan yang dirintis oleh Mpu Sindok, bukan tak pernah ada
seorang raja puteri. Mpu Sindok sendiri hanya berputera seorang
puteri maka puteri Sri Isyana Tunggawijayalah yang
menggantikan tahta, walaupun sudah bersuami raden Loka-pala.
840 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Juga beberapa ratus tahun dahulu, kerajaan Kalingga diperintah
oleh seorang raja puteri bernama Ratu Sima. Maka soal raja
puteri itu bukan hal yang baru"
Brahmana Anuraga terkesiap. Ia tak menyangka bahwa
sedemikian jauh pengetahuan Dipa tentang sejarah kerajaan di
Jawadwipa. Ia yang semula terhanyut dalam anggapan bahwa
selama ini sejarah kerajaan di Jawadwipa tak pernah ada seorang
raja puteri, kini dikejutkan oleh keterangan patih Dipa. Diam2 ia
memuji pengetahuan patih Dipa dan mengakui kebenarannya.
"O, baik sekali" serunya "lalu apa yang engkau maksud sesuai
dengan keinginan rakyat jika gusti Rani Kahuripan diangkat
sebagai raja yang baru?"
"Sejak seri baginda Jayanagara naik tahta menggantikan
rahyang ramuhun baginda Kertarajasa, timbuilah rasa tak puas di
kalangan mentri kerajaan dan sebagian besar kawula Majapahit.
Mereka menginginkan tahta kerajaan diperintah oleh keturunan
raja Singasari yani gusti puteri T ribuanatunggadewi. Sedang sang
prabu Jayanagara berasal dari keturunan puteri Malayu. Kini
apabila gusti Rani Kahuripan yang diangkat sebagai raja, tentulah
akan mendapat sambutan yang menggembirakan dari segenap
lapisan mentri dan kawula Majapahit"
"Pada waktu seri baginda Jayanagara memerintah, maka
kerajaan Majapahit banyak menderita gangguan. Pemberontakan
adipati T uban Rangga Lawe, bersumber pada rasa tak puas sang
adipati atas kebijaksanaan baginda Kertarajasa yang telah
mengangkat rakryan Nambi sebagai patih kerajaan. Rakryan
patih Nambi dan beberapa mentri dan senopati tua yang
memberontak di Lumajang hingga sampai terjadi peperangan
dengan pasukan Majapahit, berpangkal pada fitnah yang
direncanakan patih Aluyuda. Tetapi raja Bedulu-Bali dan
beberapa adipati pesisir, bersikap tak taat kepada kerajaan
karena merasa tak puas atas pengangkatan baginda Jayanagara
sebagai raja Majapahit dengan dalih bahwa baginda putera dari
841 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang puteri Malayu. Maka jika keinginan mereka nanti
terkabul yalah gusti Rani Kahuripan yang akan dinobatkan
sebagai raja, tentulah rasa tak puas dan pembangkangan dari
beberapa adipati di pesisir itu akan lenyap, paling tidak tentu
berkurang jumlahnya. Inilah yang hamba maksudkan demi
kepentingan kesatuan Majapahit yang utuh, paman"
"Bagus, Dipa" seru brahmana Anuraga memuji "aku setuju
dengan pendapatmu. Ketiga dasar kepentingan yang engkau
kemukakan itu, memang tepat. Tapi masih ada sebuah lagi yang
ingin kutanyakan. Mungkin engkau dapat memberi kepastian
yang menggembirakan"
Prttih Dipa mempersilakan sang brahmana bertanya.
"Karena yang menjadi raja waktu itu baginda Jayanagara
maka yang menjadi ibunda ratu adalah gusti Indreswari. Karena
baginda Jayanagara wafat, maka kekuasaan menentukan
pengganti raja, terletak di tangan gusti ratu Indreswari. Tidakkah
terdapat kemungkinan seorang putera kemanakan menjadi raja?"
"Paman maksudkan gusti Adityawarman ?"
Brahmana Anuraga mengangguk.
"Raden Adityawarman, adalah putera dari puteri Dara Jingga,
adik dari puteri Dara Petak yang kini menjadi gusti ratu
Indreswari. Dengan demikian, raden Adityawarman adalah putera
kemanakan dari gusti ratu Indreswari dan saudara sepupu dari
rahyang ramuhun baginda Jayanagara. Memang benar, ada
sementara golongan berpijak pada dalih bahwa setelah baginda
Jayanagara wafat tanpa menurunkan putera, maka kekuasaan
pemerintah kerajaan, berada di tangan gusti Indreswari. Dan
gusti Indreswarilah yang berhak mengangkat raja pengganti
yang baru. Dan dalam hal itu, gusti ratu Indreswari dapat
mengangkat raden Adityawarman sebagai raja. Pengangkatan itu
tidak menyalahi undang-undang karena, apabila pengganti raja
itu harus seorang putera, oleh karena kedua puteri Tribu-
842 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anatunggadewi dan puteri Mahadewi itu wanita, maka raden
Adityawarman sebagai saudara sepupu, berhak dinobatkan di
atas singgasana" "Ya, dalih itu memang kuat dan tak terlalu menyalahi bunyi
undang-undang kerajaan" kata brahmana Anuraga "tetapi
mungkin pengangkatan itu akan menimbulkan perpecahan
pendapat dan retaknya keutuhan kerajaan Majapahit. Jika
baginda Jayanagara saja sudah menimbulkan perpecahan
pendapat di kalangan mentri dan kawula, lebih pula raden
Adityawarman yang jelas keturunan priagung dari Swarnadwipa.
Tentu makin menimbulkan rasa tak senang yang lebih keras dari
kalangan mentri maupun para kawula Majapahit. Bagaimana
pendapat mu, Dipa?" "Memarg demikian, paman " sahut Dipa "oleh karena
rajakulakara atau cikal-bakal pendiri kerajaan Majapahit yaitu
raden Wijaya berdarah keturunan dari Ken Arok yang mendirikan
kerajaan Singasari, maka bulatlah pendirian mentri sampai pada
para kawula Majapahit, bahwa kerajaan Majapahit harus supaya
tetap diperintah oleh keturunan dari Singasari"
"Tetapi adakah kemungkinan itu tak mungkin terjadi ?" tanya
brahmana Anuraga. "Kemungkinan memang bisa" sahut patih Dipa "tetapi tipis dan
sukar" "Apa yang menyebabkan engkau memiliki penilaian begitu ?"
"Pertama, marilah kita tinjau kedudukan gusti ratu Indreswari
dalam keraton Tikta-Sripala" kata patih Dipa "karena berputera
baginda Jayanagara maka puteri Dara Petak telah diangkat oleh
rahyang ramuhun baginda Kertarajasa sebagai 'stri tinuheng
pura' atau isteri yang tertua, Dari sudut hukum undang-undang
Majapahit, permaisuri raja disebut Raja-patni. Stri tinuheng pura
hanya suatu gelar yang khusus untuk meluhurkan kedudukan
puteri Dara Petak karena telah memberikan seorang keturunan
843 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putera kepada baginda Kertarajasa. Tetapi baginda Kertarajasa
tetap mengakui bahwa puteri Gayatri dan puteri Teribuana
adalah permaisuri yang pertama. Oleh karena Teribuana yang
tertua maka puteri itulah permaisuri baginda. Tetapi sayang
puteri Teribuana tak berputera. Sedangkan puteri Gayatri
mempunyai dua orang puteri yani Tribuanatunggadewi dan
Mahadewi. Karena kasihan kepada ayundanya yang tak
mempunyai keturunan, maka puteri Gayatri memberikan
puterinya kepada puteri Teribuana dan puteri itu diberi nama
Tribuanatunggadewi agar sesuai dengan nama puteri Teribuana.
Kepada puteri Gayatri, baginda Kertarajasa meluhurkan sebagai
rajapatni" "Dalam kedudukan undang-undang, rajapatni lebih kuat
daripada stri tinuheng pura, bukankah begitu?"
"Benar, paman" "Mengapa rahyang ramuhun baginda Kertarajasa tidak
memberi keluhuran kedudukan rajapatni kepada puteri Dara
Petak yang telah memberi keturunan seorang putera, tetapi
memberikannya kepada puteri Gayatri " Bukankah dalam hal itu,
baginda Kertarajasa mempunyai pertimbangan yang berdasar ?"
"Hamba juga memiliki kesan demikian" sahut patih Dipa
"kemungkinan hal itu didasarkan, bahwa baginda tetap hendak
meluhurkan kedudukan puteri keturunan raja Singasari. Kedua,
mungkin pula baginda Kertarajasa telah terikat dengan janji
kepada rahyang ramuhun baginda Kertanagara, ayahanda
mentua. Ketiga, mungkin baginda Kertarajasa tak ingin meng-
goncangkan hati para kawula yang tetap setya kepada rahyang
ramuhun Kertanagara. Dan lain-lain pertimbangan yang mungkin
telah dapat dibayangkan oleh baginda Kertarajasa, demi
menyelamatkan kesatuan dan persatuan kerajaan Majapahit yang
utuh" "Atau mungkin baginda Kertarajasa telah menerima sasmita
gaib bahwa kelak keturunan puteri Gayatrilah yang akan
844 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meneruskan kewibawaan kerajaan Majapahit" sambut brahmana
Anuraga. Patih Dipa mengiakan. Ia tahu bahwa raden W i-jaya terkenal
sebagai ksatrya yang gentur bertapabrata dan sakti. Jika tidak
demikian, mustahil dia akan mendapat restu dewata menjadi
seorang raja besar. "Kecuali adanya ha! pertama yang hamba katakan tadi" kata
patih Dipa pula "masih ada dua buah hal lagi yang
mempersempit kemungkinan raden Adityawarman akan diangkat
sebagai raja menggantikan seri baginda Jayanagara. Kedua hal
itu terletak pada keadaan gusti ratu Indreswari dan raden
Adityawarman" "O, apakah yang terjadi pada kedua beliau itu?"
"Sejak seri baginda Jayanagara wafat, maka gusti Indreswari
menderita goncangan batin yang hebat. Sebelum peristiwa itu
memang gusti ratu Indreswari sering menderita sakit. Maka
waktu terjadi ma lapetaka atas diri baginda Jayanagara, penyakit
gusti ratu Indreswari makin parah. Sedangkan raden
Adityawarman yang hamba kenal dari dekat, beliau adalah
seorang ksatrya yang luhur budi. Banyak sekali bantuan baik
berupa nasehat, petunjuk dan buah pikiran yang hamba terima
dari beliau. Raden Adityawarman adalah putera dari raja tanah
Kanaka atau Swarnadwipa yang bernama baginda Adwayawarmma. Kedatangan raden Aditya ke pura Majapahit tak
lain hanya bertujuan untuk mengaji pengetahuan dan
pengalaman tentang ketata-prajaan dan kehidupan budaya
agama di kerajaan Majapahit. Raden Adityawarman sebagai
seorang ksatrya yang luhur budi, tentu menyadari, bahwa apabila
beliau naik tahta, tentulah akan menimbulkan keguncangan.
Kedua kali, ayahanda raja Adwayawarmma dari tanah Kanaka,
tentu menginginkan agar puteranya yang menggantikan


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedudukannya sebagai raja di tanah itu. Maka bagi raden
Adityawarman, kedudukan raja Majapahit itu tidaklah mutlak
845 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena beliau sudah mempunyai kerajaan sendiri. Demikian
paman maka hamba menilai bahwa kemungkinan raden
Adityawarman akan diangkat sebagai raja Majapahit, memang
ada tetapi kecil sekali dapat terlaksana"
Brahmana Anuraga mengangguk "Jika demikian, besarlah
kemungkinan gusti Rani Kahuripan akan diangkat sebagai prabu
puteri Majapahit yang baru. Tetapi bagaimana dengan gusti Rani
Daha ?" "Hamba memang memikirkan hal itu" kata patih Dipa "untuk
menjaga kemungkinan yang tak diharapkan, hamba bermaksud
akan mempersembahkan usul ke hadapan para gusti mentri dan
dewan man-kubumi keraton, agar gusti Rani Daha juga serempak
diangkat sebagai raja puteri Majapahit"
"Maksudmu Majapahit akan diperintah oleh dua orang raja
puteri ?" "Dahulu sebelum seri baginda Kertanagara memerintah maka
kerajaan Singasari diperintah oleh dwi-tunggal raden Rangga
Wuni dan raden Mahisa Campaka. Raden Rangga Wuni menjadi
raja Wisnuwardhana, sedang raden Mahisa Campaka menjadi
ratu angabhaya yang menguasai urusan pasukan"
"O, maksudmu gusti Rani Kahuripan dan gusti Rani Daha akan
memegang tampuk pimpinan kerajaan dengan pembagian
kewajiban yang berlainan " Tetapi apakah kira-kira kedudukan
gusti Rani Daha" Bukankah yang akan menjadi raja puteri, gusti
Rani Kahuripan ?" "Benar, paman" kata patih Dipa "tapi hamba maksudkan tidak
ada pembagian kewajiban diantara kedua raja puteri itu sebagai
mana dahulu seri baginda W isnuwardhana dengan Batara
Narasingamurti. Apabila harus diadakan garis perbedaan maka
hamba lebih cenderung untuk menganggap bahwa gusti Rani
Kahuripan sebagai raja puteri dan gusti Rani Daha sebagai wakil
atau yuwaraja. Dalam memutuskan hal-hal yang penting
846 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengenai kerajaan maka haruslah diputuskan secara bulat oleh
kedua raja puteri itu dengan para gusti Dewan Keraton"
Brahmana Anuraga mengangguk pula "Tetapi apa yang
menjadi pemikiranmu maka kedua gusti Rani itu supaya sama
sama diangkat sebagai raja puteri" Mengapa tidak salah seorang
saja, dalam hal ini, sudah tentu gusti Rani Kahuripan yang lebih
berhak" "Pemikiran hamba itu hamba dasarkan pada kepentingan
kerajaan Majapahit kesatuan dan kesejahteraan kerajaan
Majapahit. Kesatuan aatara Majapahit-Kahuripan-Daha harus
menjadi kenyataan. Kenyataan itu tentu akan menciptakan
suasana keamanan dan ketenangan sehingga kerajaan dan para
kawula akan dapat mengenyam kehidupan yang sejahtera"
"Tetapi bukankah kedua gusti Rani itu kakak beradik yang
akur dan saling menyayang?"
"Paman brahmana" kata patih Dipa "hamba mohon petunjuk
paman apabila pendapat hamba ini salah"
"Jangan takut untuk menderita kesalahan Dipa. Karena tanpa
kesalahan, orangpun sukar untuk mengetahui dan melaksanakan
yang benar. Apalagi hal ini mengenai kepentingan negara
Majapahit, lebih harus mendapat peninjauan kita yang cermat.
Katakanlah" "Kehidupan manusia berobah sebagaimana pula pikiran dan
batinnya. Terutama apabila menyangkut urusan kedudukan,
pangkat dan harta kekayaan. Siapa-kah yang akan mengira
bahwa Dharmaputera ra Kuti yang jelas mendapat kepercayaan
penuh dari seri baginda Jayanagara, ternyata memberontak
untuk menguasai kerajaaan" Siapa yang akan pernah menduga
bahwa raja Jayakatwang dari Daha, besan dari baginda
Kertanagara dari Singasari, ternyata tak, sungkan untuk
menyerang Singasari dikala keadaan kerajaan Singasari itu waktu
itu sedang kosong dari kekuatan pasukannya?"
847 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kemungkinan" kata patih Dipa pula "bahwa raden Ardaraja
putera raja Jayakatwang yang menjadi putera menantu seri
baginda Kertanagara, tiada mempunyai angan-angan untuk
memberontak kepada rama mentuanya seri baginda Singasari.
Tetapi pengaruh-pengaruh orang yang berada di sekelilingnya,
terutama ayahanda raja Jayakatwanglah yang mendorong
pangeran Ardaraja sampai menghianat rama mentuanya seri
baginda Kertanagara"
"Demikianlah yang hamba perihatinkan, paman" sambung
patih Dipa "memang saat ini kedua gusti Rani tampak akrab dan
akur. Tetapi apabila kelak, dan hal itu pasti datang, apabila
kedua gusti Rani itu sudah menikah, siapa dapat memastikan
bahwa kedua puteri itu takkan berobah pikirannya berkat
lingkungan hidupnya " Ba iklah, misalnya kedua gusti Rani itu tak
sampai melakukan hal-hal yang tak diinginkan tetapi siapa yang
dapat menjamin bahwa kerukunan itu akan tetap lestari sampai
pada putera puteri beliau" Kerajaan Panjalu, kacau karena dibagi
dua, Jenggala dan Daha"
Brahmana Anuraga memuji pandangan patih Dipa yang
sedemikian luas dan jauh menjangkau masa yang akan datang.
Memang kata orang, masa yang lampau, sudah lalu. Dan masa
yang akan datang, belum tiba mengapa harus dipikirkan " Yang
penting adalah sekarang. Tetapi dalam soal negara, hal itu
kurang mendekati kebenaran. Karena sekali salah langkah,
negara dan kawula pasti menderita. Dan justeru menjaga
kelestarian dari masa depan, maka persoalan yang sekarang ini
harus dilaksanakan dengan garis-garis yang tepat agar terbentuk
suatu landasan kokoh untuk masa depan.
"Ya" brahmana Anuraga menyambut "apa yang engkau
pikirkan itu memang tepat. Terutama dalam soal kerajaan
Majapahit, walaupun kita tak perlu menghiraukan apa yang akan
terjadi kelak, tetapi kitapun tak dapat mengabaikan pemikiran
tentang rencana dan keadaan besok yang akan datang"
848 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dipa" seru brahmana Anuraga pula "jika demikian alam
pemikiranmu, aku setuju. Eh, bilakah waktu penundaan tiga hari
dari penutupan sayembara itu akan berakhir?"
Patih Dipa merenung, memperhitungkan hari pengumuman
penundaan penutupan sayembara itu sampai sekarang "Hari ini
merupakan hari terakhir, paman"
"Engkau maksudkan hari ini sayembara akan ditutup dan akan
diadakan penilaian serta keputusan mengenai pemenang
sayembara?" "Demikian paman"
"Jika demikian engkau harus lekas kembali ke pura untuk
menyelesaikan soal sayembara itu, Dipa"
Dipa terkejut. Memang apabila dia tak unjuk diri tentulah
rakryan Pakis akan dituntut pertanggungan jawab atas hilangnya.
Berpikir patih itu lebih lanjut "Apabila hanya soal aku hilang dan
rakryan Pakis harus mempertanggung jawabkan kelalaiannya
hingga aku sampai dapat dilarikan oleh paman brahmana, itu
masih tak apa. Tetapi kalau sayembara itu sampai dimenangkan
raden Sambu, tidakkah gusti Rani akan menderita batin dan
akupun tiada muka lagi menghadap Rani Kahuripan."
"Engkau sudah mempersembahkan kata kehadapan gusti Rani
bahwa engkau bertanggung jawab penuh akan hasil dari
sayembara itu. Jika engkau tak lekas muncul, kemungkinan
terjadi sesuatu yang tak diharap dalam keputusan sayembara itu"
"Tetapi paman . . . ."
"Sudahlah, soal diriku kelak apabila mempunyai kesempatan
tentu akan kututurkan kepadamu.. Tetapi saat ini engkau tentu
dibutuhkan sekali oleh gusti Rani Kahuripan. Lekaslah engkau
kembali ke keraton Kahuripan. Dan selesaikanlah tugasmu
sebaik-baiknya" sang brahmana terus ayunkan langkah.
(Oo=myrnakz-ismo-oO) 849 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
II Suasana keraton Kahuripan pagi itu, sehangat sinar surya
yang menerangi bumi. Bahkan mungkin lebih hangat, hangat
yang hampir mendekat panas.
Di alun-alun rakyat penuh berjajar-jajar tegak menghadap ke
arah pendapa agung keraton Kahuripan. Sementara di balairung,
lengkaplah para mentri, senopati, gusti, tanda, nayaka dan para
pamegat samegat atau kepala urusan agama, baik dari golongan
a-gama Syiwa maupun Buddha. Menilik suasana itu, a-gaknya di
keraton Kahuripan sedang dilangsungkan perapatan agung yang
beda dengan sidang-sidang yang biasa diadakan pada waktu-
waktu tertentu, di mana sang Rani Kahuripan akan menilik
keadaan jalannya pemerintahan dengan menerima laporan dari
para mentri narapraja yang bertugas dalam jabatan masing-
masing. Pada pasewakan atau sidang seperti itu, tidaklah sampai
rakyat berjubal-jubal di alun-alun muka pendapa agung seperti
hari itu. Tentulah ada suatu peristiwa penting yang menyebabkan
mereka sedemikian besar menaruh perhatian.
Memang benar, hari itu adalah hari penutupan sayembara.
Sejak turun pengumuman bahwa penutupan sayembara akan
diperpanjang selama tiga hari lagi, cepatlah tiga hari itu sudah
lewat. Kini sayembara telah tiba saatnya ditutup dan hari itu akan
dikeluarkan keputusan siapa-siapakah yang memenangkan
sayembara itu. Turunnya amanat sang Rani tentang sayembara itu telah
tersiar luas, bukan melainkan di kawasan telatah Kahuripan, pun
sampai jauh ke luar telatah. Timbul berbagai tanggapan akan
sayembara itu. Para kawula Kahuripan benar-benar amat terkejut
sekali. Ada yang terharu akan kebesaran rasa kasih sang Rani
850 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap kawulanya. Ada yang memuji, ada yang perihatin tetapi
ada pula yang tak setuju.
Apabila sayembara itu diselenggarakan dengan imbalan
pangkat tinggi atau harta besar kepada yang memenangkan, itu
masih dapat diterima. Dan tujuan daripada sayembara itu,
memang suatu tindakan yang luhur dari sang Rani untuk
menyelamatkan kawulanya dari amukan wabah penyakit yang
ganas. Tetapi tidak demikian imbalan itu. Dan imbalan yang
dijanjikan sang Rani itu sungguh suatu imbalan yang
mengejutkan sekali. Tidakkah hal itu suatu pengorbanan yang
tiada taranya bagi sang Rani" Amanat Rani Kahuripan pada
sayembara itu menyatakan, bahwa kepada pemenang sayembara, apabila dia seorang wanita maka akan diambil
sebagai sedulur sinarawedi atau saudara angkat oleh sang Rani.
Dan apabila dia seorang pria maka akan diluhurkan sebagai
priagung yang akan menjadi s isihan sang Rani. Jelasnya menjadi
suami Rani Kahuripan. "Ah, benar-benar tak dapat kita mengerti dan tak bijaksana
sekali amanat gusti Rani itu" beberapa orang yang tak setuju
akan sayembara itu menyatakan pendapatnya.
"Eh, kakang, mengapa engkau mengatakan sang Rani tak
bijaksana" Bukankah gusti junjungan kita sudah memberikan
pengorbanan yang sedemikian besar kepada kita semua ?"
bantah kawan bicaranya. "Dan karena itu engkau merasa senang ?" balas orang yang
pertama. "Eh, aneh benar bicaramu, kawan" sahut orang yang kedua
"soal itu sudah menjadi keputusan gusti Rani, apa daya kita
untuk menolak. Soal senang atau tidak, tak perlu engkau
tanyakan kepadaku tetapi bertanyalah kepada dirimu sendiri"
851 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, lain orang lain pikiran, kawan" kata orang pertama
"kupastikan pikiranku tentu lain dari pikiranmu. Terus terang, aku
tidak setuju. Apakah engkau juga tidak setuju ?"
Kawannya terkesiap "apa alasanmu tidak setuju?"
"Karena aku merasa berat sekali untuk menerima limpahan
budi gusti Rani yang sedemikian besar"
"Tetapi itu sudah menjadi kewajiban seorang raja untuk
menyelamatkan kawulanya"
"Tidak" seru orang pertama "banyak macam cara seorang raja
untuk menyelamatkan kawulanya yang sedang ditimpa bahaya.
Tetapi tidak harus seperti yang dilakukan gusti Rani,
mengorbankan kepentingan diri sedemikian rupa"
"Tetapi kalau hanya satu-satunya jalan yang dapat ditempuh,
apakah gusti Rani takkan me lakukannya. Rasanya apabila masih
ada lain jalan, gusti Rani tentu takkan berbuat demikian"
"Hm, jalan penyelamatan itu hanya suatu cara untuk
menolong para kawula dalam jangka sementara waktu yang
diperlukan. Mungkin benar setelah mendapatkan lencana pusaka
dari seri baginda Airlangga, wabah penyakit yang menimpa kita
rakyat Kahuripan akan dapat dilenyapkan. Tetapi dalam jangka
waktu panjang, adakah hal itu akan dapat menjamin
kesejahteraan rakyat ?"
"Eh, Rawit, rupanya sekarang engkau sudah mengaji ilmu
kepada seorang guru pandai. Atau mungkin engkau habis
bertapa sehingga bicaramu sedemikian lantang dan tajam"
Orang pertama yang disebut dengan nama Rawit, tertawa
"Untuk menjadi bijaksana, tidaklah mesti harus mencari guru
pandai atau bertapa. Pada hakekatnya hampir terdapat
persamaan antara berguru dengan tidak. Bedanya hanyalah
dalam soal kewaspadaan. Berguru, membaca kitab, adalah
mengaji ilmu dan sesuatu pelajaran dari pengalaman-
852 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengalaman yang lampau. Dari pengalaman-pengalaman itu,
dapatlah ditarik suatu pelajaran antara yang benar dan yang
salah, yang baik dengan yang buruk. Pun hal itu dapat diperoleh
dari peristiwa-peristiwa kehidupan, baik yang lampau dan
sekarang, asal kita mempunyai kewaspadaan yang tajam untuk
meningkatkan ketajaman pemikiran kita"
"Untuk menghadapi peristiwa tindakan gusti Rani mengadakan
sayembara itu, tidaklah harus diperlukan membaca kitab atau
veda yang banyak, berguru pada guru pandai ataupun menyiksa
diri beratapa agar memperoleh penerangan batin. Tetapi cukup
dengan mempertajam kewaspadaan kita, mempertinggi citartsa
untuk mengenal dan membedakan sesuatu dengan yang lain.
Aku tidak setuju akan tindakan gusti Rani, karena aku
mempunyai pemikiran yang kulambari dengan kewaspadaan"
kata Rawit pula. "O, hebat benar engkau" seru kawannya dalam nada setengah
mencemoh "apa lambaranmu?"
"Kita sebagai rakyat, harus juga memikirkan kepentingan
junjungan kita gusti Rani. Apalagi terbukti sudah, betapa besar
rasa kasih gusti Rani kepada rakyatnya. Kita makin harus
memikirkan dan melaksanakan pemikiran kita untuk menjaga
kepentingan gusti Rani"
"Ya, benar" sahut kawannya "tetapi aku benar-benar tak
mengerti maksud perkataanmu. Cobalah engkau katakan yang
jelas dan langsung saja"
"Dengan diketemukannya lencana pusaka Garudamukha,
mudah-mudahan saja kita terbebas dari wabah penyakit. Tetapi
apa ganjaran bagi si pemenang itu?"
"Kalau dia seorang wanita maka akan diambil sebagai saudara
oleh gusti Rani" "Yang jelas tak ada peserta wanita, maka kita anggap saja
pemenangnya tentu seorang piia"
853 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia akan diambil suami oleh gusti Rani"
"Tepat" Rawit mengangguk "tahukah kita siapa dia?"
"Mana kita tahu" Bukankah belum diputuskan?"
"Sudah ada ketentuan atau belum, tidak banyak berbeda
karena hal itu berkisar pada s i pemenang atau orangnya. Jangan
kita memastikan bahwa pemenang itu tentulah seorang ksatrya
luhur atau priagung, karena pesertanya banyak sekali, terdiri dari
berbagai lapisan kasta. Andaikata dia seorang pria yang rendah
keturunannya, tidakkah hal itu akan menyiksa batin gusti Rani.
Lepas dari soal dia ksatrya, priagung atau rakyat kecil, pun masih
ada persoalan yang lebih penting yani tentang pendirian hidup,
kesetyaan kepada negara dan martabat peribadinya. Kakang,
dalam soal pernikahan terutama yang menyangkut seorang
peribadi agung seperti gusti Rani, haruslah mendapat pemikiran
yang sungguh sungguh, jangan diserahkan pada hasil
sayembara. Karena menurut kesan yang kuperoleh dari sebagian
orang, dan terutama dari pemikiranku sendiri, kemungkinan
besar gusti Rani Kahuripanlah yang akan diangkat sebagai
pengganti seri baginda Jayanagara. Soal pernikahan seorang
raja, adalah persoalan negara karena hal itu menyangkut
kepentingan negara. Jika raja itu seorang putera. rasanya tidak
banyak membawa pengaruh. Tetapi apabila raja itu seorang
puteri, tidakkah banyak hal yang akan timbul dari pengaruh
suaminya" Antara lain dalam kebijaksanaan memerintah dan
putera keturunannya. Coba bayangkanlah kakang. Andaikata
pemenang sayembara itu seorang pria yang kurang bertanggung
jawab dalam syarat-syarat sebagai seorang suami ratu, tidakkah
hal itu akan menimbulkan pengaruh pada pemerintahan
kerajaan, kemudian pada kesejahteraan para kawula" Jelaskah
engkau kakang apa yang kumaksudkan dengan perkataanku tadi
?" Yang ditanya tampak terlongong-longong. Ia tak mengira
bahwa sayembara itu akan membawa arti yang besar kepada
854 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehidupan Rani peribadi dan kerajaan Majapahit. Diam-diam ia
mengakui tepatnya pendirian Rawit.
Demikian berbagai tanggapan di kalangan kawula Kahuripan.
Bahwa tidak semua kawula menerima pengorbanan Rani
Kahuripan dengan gembira. Tetapi ada pula, walaupun hanya
sebagian kecil, yang tidak setuju. Rasa tak setuju mereka
didasarkan pada kepentingan Rani dalam hubungannya sebagai
pimpinan negara. Memang pada umumnya, menerima itu lebih enak daripada
memberi. Menerima bantuan, pertolongan lebih enak dari
memberi. Tetapi pada hakekatnya menerima itu lebih berat dari
memberi. Yang memberi dapat melapangkan dada, menghapus
segala harap balas. Tetapi yang menerima selalu teringat bahkan
kadang timbul rasa si Isa dalam hati untuk dapat membalas.
Kembali pada suasana dalam balairung, saat itu tak kurang
ketegangan yang dirasakan oleh para mentri dan narapraja. Pada
hari itulah mereka harus menghadapi suatu masalah psnting
yang harus diputuskan. Masalah keputusan tentang sayembara
dan siapa yang berhak dinilai sebagai pemenang.
Walaupun sayembara itu atas amanat dan kehendak Rani
Kahuripan sehingga seluruh tanggung jawab berada di tangan
sang Rani, namun para mentri dan senopati me laksanakan titah
itu, tak kurang tegangnya. Pemikiran merekapun hampir sama
dengan alam pikiran Rawit. Dan terutama setelah mengetahui
bahwa yang menghadap di balairung, hanyalah dua orang
peserta yani raden Kertawardhana dan raden Sambu putera
adipati Sadeng. Diantara yang paling gelisah adalah rakryan kanuruhan Pakis
karena hingga sampai acara untuk menilai siapa yang berhak
memenangkan sayembara itu, tetap patih Dipa tak muncul.
Menang pada saat pembukaan sidang tadi, Rani Kahuripan
juga terkejut karena tak melihat patih Dipa hadir. Lebih terkejut
855 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula ketika Rani mendapat laporan dari rakryan Pakis bahwa
semalam patih Dipa telah keluar dan hingga saat itu belum
kembali ke tempat kediaman kanuruhan Pakis. Rakryan Pakis
telah berusaha keras untuk mencari patih Dipa tetapi tetap belum
bertemu. Demikian laporan kanuruhan Pakis.
Sebenarnya kanuruhan Pakis telah tidak memberi laporan
yang sebenarnya tentang lenyapnya patih Dipa. Berdusta kepada
raja, adalah dosa. Ia tahu hal itu. Namun ia mempunyai
pertimbangan lain. Rakryan Pakis tak menghendaki sang Rani
akan menderita keguncangan kejut sehingga terganggu
ketenangan hatinya. Terutama dalam menghadapi peristiwa
penting seperti turi itu, dimana naiib hari depan Rani akan
ditentukan sesuai dengan amanat yang dilimpahkan dalam
sayembara itu. Tetapi rakryan Pakispun berjanji dalam hati. Ia berdusta
bukan sekedar berdusta, melainkan dusta untuk menjaga
kepentingan sang Rani. Setelah sayembara diputuskan,
bagaimanapun hasilnya, rakryan kanuruhan tetap akan
menghadapi gusti junjungannya untuk melaporkan peristiwa
yang terjadi pada diri patih Dipa dan pada saat itu pula ia akan
menyerahkan diri mempertanggung jawabkan kesalahannya.
Demikian rencana rakryan kanuruhan Pakis.
Sesungguhnya rencana kanuruhan Pakis itu hampir gagal
karena sesaat mendengar keterangan kanuruhan tentang diri
patih Dipa, Rani Kahuripan terkejut sekali. Hampir Rani
menurunkan amanat untuk menunda sidang keputusan
sayembara itu manakala Rani tak terhibur oleh kehadiran raden
Kertawardhana dalam perapatan besar itu "Ah, sabda pandita
ratu. Aku tak boleh ingkar janji" diam-diam Rani mengokohkan
pendiriannya. Tetapi tiba-tiba pula patih Tanding berdatang sembah "gusti,
hamba mohon perkenan paduka untuk mempersembahkan
pernyataan hati hamba"
856 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, apa yang paman patih hendak katakan ?"
"Rakryan patih Dipa adalah pelaksana utama dari sayembara
yang paduka amanatkan. Maka tanpa kehadiran rakryan patih
itu, hamba rasa kurang layak untuk memutuskan sayembara ini,
gusti" Pernyataan patih mpu Tanding itu segera mendapat dukungan
dari para mentri dan senopati. Namun Rani berpendapat lain
"Tetapi paman patih. Penutupan sayembara yang sedianya
dilakukan tiga hari yang lalu, telah kita undurkan hingga sampai
hari ini. Apakah layak kalau harus ditunda lagi?"
"Memang demikian keluhuran sabda paduka, gusti" kata patih
mpu Tanding "tetapi menurut perasaan hamba, kepergian
rakryan patih Dipa dari tempat kediaman rakryan kanuruhan
tanpa memberitahu dan hingga saat ini tak tampak hadir dalam
sidang ini, menimbulkan keresahan hati hamba. Karena hamba
tahu sifat rakryan patih yang penuh tanggung jawab itu. Jika
dalam saat2 sepenting ini rakryan patih tak muncul, tentulah
terjadi sesuatu pada dirinya"
Terjadi pertentangan dalam hati Rani Kahuripan. Apa yang
dinyatakan patih Tanding itu memang benar. Tak mungkin patih
Dipa tak hadir dalam sidang sepenting itu karena dia adalah
pelaksana utama dari sayembara, bahkan penganjur yang
bertanggung jawab penuh. Tentu terjadi sesuatu pada diri patih
itu. Lepas dari kaitannya dengan persoalan sayembara, wajiblah
Rani menyelidiki dan mencari patih itu sampai ketemu. Karena
kedatangan patih Dipa ke Kahuripan adalah sebagai seorang duta
Dewan Keraton dan apabila terjadi sesuatu pada diri patih itu,
jelas peristiwa itu terjadi di Kahuripan. Rani mewajibkan diri
untuk bertanggung jawab tentang diri patih Dipa.
Tetapi Ranipun tak ingin mengingkari janji yang telah
diamanatkan. Rani harus menyelamatkan keluhurannya dalam
menetapi janji seorang ratu.
857 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentang pa'ih Dipa, aku tetap akan mempertanggungjawabkan keselamatannya. Sehabis sidang,
segera akan kutitahkan paman tumenggung Jalu untuk
mencarinya. Tetapi martabatku sebagai seorang Rani harus
kuluhurkan dalam 'sabda pandita ratu' dengan kenyataannya"
setelah menimang-nimang akhirnya Rani menempati kedua
persoalan itu pada tempat dan keadaan semestinya.
"Baik, paman patih" ucapnya kepada patih mpu Tanding "soal
kakang patih Dipa akan kuserahkan kepada paman tumenggung
Jalu supaya menyiapkan pasukan untuk mencarinya. Tetapi
persidangan hari ini ... ."
"Ampun, gusti" cepat mpu Tanding menukas "sepatah usul"
Sekalian naentri dan nayaka terkejut. T idak sari-sarinya patih
Tanding berani menukas pembicaraan Rani. Menukas raja yang
sedang berujar, melanggar tata santun dan dianggap bersalah.
Patih Tanding menyadari hal itu. Tetapi diapun menyadari pula,
bahwa apabila Rani terlanjur bersabda, tentulah sukar untuk
menarik kembali. Ia tahu akan peribadi Rani. Maka ia telah
mengemasi hatinya, lebih baik ia menerima kesalahan karena
dianggap kurang tata, daripada melihat suatu keputusan yang
mungkin berakibat besar dalam keputusan sayembara itu.
Rani terkejut atas tindakan mpu Tanding. Ia heran mengapa
seorang patih wreddha seperti mpu Tanding tak mengerti akan
tata susila. T etapi pada lain kejab mengendaplah kejut sang Rani
manakala ia menyadari bahwa tak mungkin mpu Tanding akan
berani berbuat begitu apabila tiada alasan yang penting "Baik,
paman patih, katakanlah" akhirnya Rani memberi kesempatan.
"Keputusan dalam sayembara yang akan dilakukan hari ini
amat penting artinya. Bukan maksud paduka hendak mengingkari
janji tetapi kenyataan keadaan pun tak dapat kami pungkiri
bahwa ketidak hadirnya rakryan patih Dipa akan mempengaruhi
keputusan sayembara ini. Karena hamba berpendapat, bahwa
tampilnya dua peserta dengan mempersembahkan dua buah
858 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lencana pusaka Garuda-mukha, tentu memerlukan suatu
penilaian dan pertimbangan yang tepat. Apabila hanya seorang
saja yang mempersembahkan lencana pusaka itu, memang tak
ada persoalan lagi. Tetapi kini dihadapan paduka telah
menghadap dua orang peserta yang berhasil menemukan
lencana pusaka itu. Oleh karena itu, hamba mohon perkenan
paduka untuk menawarkan usul hamba kepada kedua peserta
itu" "Apa yang paman hendak tawarkan kepada mereka?"
"Hamba akan mohon kerelaan mereka untuk menunda sidang
ini sampai siang nanti demi memberi kesempatan kepada
tumenggung Jalu mencari rakryan patih Dipa"
Rani terkesiap. Diam-diam ia memuji ketangkasan patih
Tanding. Dengan usul itu, bukan berarti ingkar pada janji yang
telah diamanatkan tentang waktu keputusan sayembara, tetapi
hanya ditunda untuk beberapa jam saja. Namun sekalipun hanya
suatu penundaan beberapa saat saja, Rani tetap berat hati untuk
menyetujui, kecuali persetujuan itu berasal dari kedua peserta
yang bersangkutan "Jika paman menghendaki demikian,
keputusan kuserahkan kepada kedua peserta itu. Jika mereka
setuju, dapatlah usul paman patih itu dilaksanakan"
Patih mpu Tanding menghaturkan terima kasih kemudian ia
berseru kepada kedua peserta "Raden Kertawardhana, apakah
raden menyetujui apabila pembukaan sayembara ini ditunda
sampai sore nanti?" Kertawardhana sendiri tak kalah besar rasa kejutnya ketika
melihat patih Dipa tak hadir. Ia sependapat dengan pernyataan
patih Tanding tadi. Maka iapun menyatakan tak keberatan untuk
penundaan itu. "Raden Sambu, kiranya raden pasti takkan keberatan juga,
bukan ?" seru patih Tanding kepada Sambu.
859

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Raden Sambu tertawa kecil "Sebagai seorang kawula kecil,
sudah tentu hamba menurut saja apa yang paduka titahkan,
gusti patih. Namun sebenarnya hal itu bertentangan dengan
suara hati hamba" "O, apakah yang menjadi pertentangan hati raden?"
"Sebagai seorang kawula, hamba harus menjaga keluhuran
nama gusti Rani. Oleh karena itu, bertanyalah hamba kepada hati
hamba. Apakah penundaan itu walaupun hanya soal waktu pagi
dengan sore, takkan dianggap akan mencemarkan keluhuran
gusti Rani yang bersemayam di tahta dampar keagungan 'sabda
pandita ratu'" Maaf, gusti patih, apabila kekuatiran hamba itu
tiada beralasan dan paduka anggap salah, hamba menghaturkan
permohonan ampun gusti sebesar-besarnya"
Patih Tanding terkesiap. Ia tahu ke mana arah jatuhnya
perkataan putera adipati Sadeng itu. Diam2 ia memuji kelicinan
putera adipati itu bermain kata merangkai sindir.
"Tetapi raden" kata patih Tanding pula "yang menyandang
kewajiban untuk melaksanakan sayembara ini sampai selesai
adalah rakryan patih Dipa. Pada hal rakryan patih itu belum hadir
maka kami hendak mohon kerelaan raden untuk memaklumi hal
ini dan merelakan kelonggaraan waktu beberapa jam lagi"
"Baik, gusti patih, apabila memang tanggung jawab
sayembara itu bukan hanya pada penyelenggara melainkan
peserta juga diwajibkan bertanggung jawab akan pelaksanaannya, maka hambapun bersedia pula" sahut raden
Sambu dengan cara bertalian pula.
Diam-diam patih Tanding menyeringai dalam hati. Ada suatu
kesan yang tak sedap terhadap pemuda itu. Walaupun
wewenang itu sudah diberikan kepada pemuda itu, tetapi
mengapa dia sedemikian bernafsu sekali untuk segera
melanjutkan pembukaan sayembara" Mengapa dia tak
menghiraukan sama sekali permintaan seorang patih " Mengapa
860 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula dia sama sekali tak mau mengetahui tentang kesulitan yang
menimpa fihak penyelenggara " Adakah hal itu merugikan dia
apabila pembukaan sayembara akan ditunda beberapa jam saja "
Ah, seorang ksatrya tak mungkin berhati sedemikian sempit.
Seorang ksatrya tentu siap menolong orang yang sedang
menderita kesusahan. Hakekat keluhuran sifat seorang ksatrya
hanyalah terletak pada mahatidana, memberi bantuan bahkan
pengorbanan diri kepada siapa yang benar-benar berada dalam
kesulitan dan memerlukan pertolongan.
"Paman patih" tiba-tiba Rani Kahuripan berseru agak nyaring
"Jangan paman lanjutkan percakapan itu dan dengarkailah
keputusanku. Sayembara ini tetap akan ditutup pada saat ini
juga" Karena Rani yang menitahkan, terpaksa patih Tanding tak
dapat berbuat apa-apa kecuali menarik napas dalam hati. Ia tak
senang atas sikap putera adipati Sadeng.
"Paman patih" titah sang Rani pula "kuminta pamanlah yang
menggantikan kakang patih Dipa untuk melaksanakan penyelesaian sayembara ini"
Patih mpu Tandingpun mengiakan.
Pertama-tama ia mengumumkan tentang amanat Rani Kahuripan kepada seluruh
narapraja dan kawula Kahuripan, bahwa hari itu sayembara
untuk mencari sarana pembasmi wabah penyakit yang
mengganas kawula Kahuripan telah menginjak pada hari yang
penting. Hari sayembara itu ditutup dan akan diputuskan
pemenangnya. Karena suasana khidmat dan sunyi maka walaupun dari jarak
yang jauh, terdengar juga suara patih sepuh itu sampai ke
halaman pendapa agung di muka keraton.
Serempak terdengarlah sorak sorai menyambut amanat yang dibawakan
sang patih. "Dirgahayu, sang Rani yang luhur!"
861 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seluruh kawula Kahuripan akan setya selama-lamanya
kepada Rani yang mulia"
"Semoga dewata melimpahkan berkah kemuliaan kepada Rani
yang kami cintai" Suara sorak bergemuruh riuh rendah itu segera sirap ketika
bende bertalu mendengung-dengung. Kemudian rakryan patih
Tanding tampil ke tengah balairung. Setelah memberi sembah
hormat kepada sang Rani lalu berputar tubuh menghadap kearah
deretan para mentri, senopati, gusti, tanda dan nayaka sekalian.
"Silakan para peserta yang telah memperoleh hasil
penemuannya tampil ke muka untuk melaporkan nama dan
mempersembahkan hisil penemuannya" seru rakryan patih
Tanding. Maka berbangkitlah Sambu, putera adipati Sadeng dengan
serentak ke hadapan rakryan patih. Setelah memberi hormat, ia
mempersembahkan kata "Hamba yang hina, purera adipati
Sadeng. Demi memenuhi amanat gusti Rani Kahuripan yang
mulia, jauh-jauh dari tanah Sadeng hamba perlukan melawat
kemari. Berkat jerih payah yang hamba derita selama bertapa di
Waringin Pitu desa Kamlayagyan, di tepi perairan bengawan
Brantas, hamba telah menerima sasmita gaib dari eyang
Narotama, patih kerajaen Panjalu yang diperintah seri baginda
Airlangga. Bahwa hamba dititahkan menggali tanah di sekitar
empang yang dahulu dibuat oleh eyang patih Narotama sebagai
penangkal bala banjir bengawan Brantas"
Rakryan patih Tanding mengaugguk. Ia tak dapat memberi
tanggapan suatu apa kecuali menunggu putera adipati Sadeng
itu melanjutkan ceritanya.
"Pada waktu seri baginda Airlangga menitahkan patih
Narotama membuat empang penangkal banjir itu maka sang
prabupun berkenan menganugerahkan sebuah lencana pusaka
Garuda-mukha sebagai lambang kebesaran sang nata, keturunan
862 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sang Wisnu. Dan patih Narotama melaksanakan titah sang prabu.
Sebelum membuat empang, patih Narotamapun bertapa di tepi
bengawan Brantas, di desa Kamalagyan untuk memohon restu
kepada dewata agar melimpahkan zat sakti kepada lencana
pusaka itu. Setelah berhasil maka ditanamnya lencana pusaka itu
di dekat empang. Sebagai watekbhumi dari pengaruh zat sakti
yang kuasa menguasai segala jin dedemit dan segala mahluk
yang tak kelihatan di daerah sepanjang perairan Brantas, maka
ditanamnya tujuh batang pohon brahmastana di sekeliling tempat
kuburan lencana itu" Sambu melanjutkan pula.
"Lencana pusaka itu berhasil hamba gali dan telah hamba
serahkan pula kepada gusti patih Dipa" Sambu mengakhiri
laporannya. "Baik" rakryan patih Tandirg mengsngguk "tetapi adakah
raden yakin bahwa lercana pusaka yang raden temukan itu
lencana aseli pusaka dari sang prabu Airlangga?"
"Hamba yakin, rakryan patih" kata Sambu dengan mantap
"karena hamba memperolehnya dengan laku bertapa sehingga
mendapat sasmita gaib dari eyang patih Narotama"
"Adakah raden yakin pula bahwa lencana pusaka penemuan
raden itu pasti dapat melenyapkan wabah penyakit yang sedang
melanda Kahuripan?" "Jika tak bertemu dengan arwah patih Narotana dalam
perwujutan sebagi seorang kakek berambut putih dalam alam
cipta semedhi, tak mungkin hamba dapat menemukan lencana
pusaka itu. Bukti penemuan lencana pusaka itu, memperkuat
kepercayaan hamba akan sabda eyang patih Narotama bahwa
lencana Garuda-mukha itu memang benar benar lencana
lambang kebesaran prabu Airlangga yang diberikan kepada
eyang patih sebagai penolak bala. Dengan keyakinan sebulat
keyakinan hamba bahwa surya itu hanya tetbit pada siang hari,
maka hamba baru berani menghaturkan lencana pusaka itu ke
hadapan rakryan patih Dipa"
863 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, baiklah raden" kata rakryan patih Tanding walaupun
dalam hati agak mengkal mendengar kata-kata putera adipati
yang sedemikian besar penuh bangga, serta melihat sikapnya
yang yakin bahwa dialah tentu yang memenangkan sayembara
itu "ketahuilah, bahwa ada pula seorang peserta yang juga
menemukan sebuah lencana Garuda-mukha. Oleh karena itu,
haruslah kami uji dulu segala sesuatunya"
"O, mungkinkah suatu pusaka itu terdapat dua buah ?" seru
Sambu "ya, ya, benar. Memang mungkin saja hal itu terjadi.
Jangankan hanya dua, bahkan tiga, empat, lima sampai sepuluh
buah, pun bisa. Tetapi yang aseli dan benar-benar bertuah
tentulah hanya satu"
"Raden" seru rakryan patih Tanding agak keras "raden adalah
peserta dan kami adalah dewan pelaksana sayembara yang
berhak untuk menentukan penilain dan mengeluarkan keputusan" Dengan ucapan itu rakryan patih memberi peringatan tajam
agar Sambu jangan bersombong diri hendak memaksakan
kehendaknya untuk mempengaruhi dewan pelaksana sayembara,
yani rakryan patih Tanding.
"Hamba tahu, gusti" kata Sambu dengan nada tak undur
"hamba tak bermaksud lain kecuali hanya hendak mengemukakan sesuatu yang telah diakui umum"
Patih Tanding sudah puas dapat memberi teguran tajam
kepada putera adipati Sadeng itu. Dia tak mau tcilibat dalam
pembicaraan lebih jauh dengan pemuda itu untuk menghindari
hal-hal yang tak diinginkan manakala ia kehilangan kesadaran
melihat sikap dan kata-kata Sambu yang terkebur itu.
"Ksatrya muda" rakryan patih segera mengalihkan pertanyaan
kepada raden Kertawardhana "apakah tuan juga menemukan
lencana Garuda-mukha?"
"Demikianlah, gusti patih"
864 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika demikian, kami ingin mendapat keterangan tentang
nama tuan dan bagaimana peristiwanya sehingga andika berhasil
menemukan lencana itu"
"Hamba bernama Kerta, asal dari telatah Tumapel. Kebetulan
hamba mendengar perihal sayembara dari gusti Rani Kahuripan
maka hambapun ingin mencoba untuk ikut"
"O, mengapa andika mengatakan ingin mencoba?" ujar
rakryan patih "tidakkah andika yakin akan kemampuan diri andika
untuk memperoleh hasil dalam sayembara itu ?"
"Gusti patih" sahut Kertawardhana "orangtua hamba
mengajarkan nasehat kepada hamba, agar hamba jangan terlalu
yakin akan segala sesuatu. Karena keyakinan yang tak dissrtai
dengan kesungguhan hati dan kemantapan usaha, akan
menimbulkan kelalaian pada kewaspadaan. Oleh karena itu,
sebelum yakin itu menjadi kenyataan, hamba hanya dibenarkan
mencoba atau berusaha"
"Apa dasar daripada tujuanmu mengikuti sayembara ini?"
tanya rakryan patih pula.
Para mantri, senopati dan segenap narapraja yang hadir
dalam perapatan besar di balairung itu, terpaksa harus merasa
heran mengapa rakryan patih Tanding mengajukan pertanyaan
sedemikian. Bukankah hal itu tiada sangkut pautnya dengan
persoalan pokok" Bukankah pertanyaan itu cenderung untuk
dianggap berkelebihan " Sudah barang tentu, setiap peserta,
akan menginginkan anugerah seperti yang diamanatkan sang
Rani " Hanya patih mpu Tanding sendiri kiranya yang tahu akan hal
itu. Diapun bukan tak menyadari bahwa pertanyaannya itu tentu
akan menimbulkan keheranan hadirin namun ia memang
mempunyai rencana tertentu. Ia hendak mengulur waktu
sepanjang mungkin dengan harapan, mudah mudahan dalam
waktu-waktu itu patih Dipa akan muncul.
865 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba tak mengandung tajuan suatu apa, kecuali ingin
menyumbangkan tenaga hamba untuk mem-bebaskan penderitaan kawula Kahuripan yang sedang dilanda wabah
penyakit, gusti patih" sahut Kertawardhana.
"Ah" rakryan patih mendesah "begitulah pendirian andika "
Tidakkah andika terdorong oleh anugerah yang dijanjikan dalam
sayembara itu ?" Kertawardhana tertegun. Jika ia mengatakan tidak, orang
tentu tak percaya, bahkan mungkin akan mentertawakan karena
menganggap hanya bersikap pura-pura. Namun kalau ia


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengiakan, jelas bertentangan dengan jawabannya yang tadi. Ia
tak tahu apa maksud rakryan patih mengujinya dengan
pertanyaan-pertanyaan itu.
"Gusti patih, hamba mohon maaf apabila jawaban hamba ini
tak berkenan dihati paduka" kata Kertawardhana.
"Tak apa" "Hubungan negara dengan kawula, berpusat pada hak dan
kewajiban. Negara berhak untuk meminta setiap kawula untuk
melaksanakan segala sesuatu demi kepentingan negara. Dan
negarapun wajib memberikan segala sesuatu untuk kepentingan
dan kesejahteraan kawula. Demikian pula kawula. Kawula berhak
untuk menikmati segala sesuatu yang diberikan negara kepada
kawula. Tetapi kawulapun wajib untuk melaksanakan segala
sesuatu yang dibebankan negara" kata Kertawardhana "dalam
hal ini, idinkanlah hamba mengeterapkan hubungan antar negara
dengan kawula itu kepada lingkup yang lebih kecil yani
sayembara ini" "Sayembara, hamba ibaratkan sebagai negara dan para
peserta sebagai kawula. Hak sayembarajuntuk menuntut syarat -
syarat yang wajib dipenuhi oleh setiap peserta. Dan setiap
pesertapun wajib memenuhi syarat-syarat itu. Setelah syarat-
syarat dipenuhi maka sayembara wajib menunaikan segala yang
866 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah dijanjikan. Dan peserta yang berhasil memenuhi syarat itu,
berhak untuk menerimanya. Dalam hal ini, hamba sebagai
seorang peserta wajib untuk memenuhi syarat-syarat yang
diwajibkan dalam sayembara itu. Soal janji yang termaktub
dalam sayembara itu, adalah kewajiban dari dewan pelaksana
sayembara, bukan kewajiban hamba untuk melaksanakannya"
Rakryan patih Tanding mengangguk dalam hati. Namun ia
masih ingin memperpanjang pula pembicaraannya "Baiklah"
katanya "cobalah sekarang engkau ceritakan bagaimana asal
mula engkau menemukan lencana itu"
Kertawardhanapun secara singkat menuturkan pengalamannya bersemedhi di candi Belahan dimana akhirnya ia
berhasil menemukan lencana pusaka.
"Bagaimana andika dapat menemukannya" Bukankah andika
menerima suatu sasmita gaib yang memberi petunjuk tentang
tempat lencana itu?"
Sebenarnya Kertawardhana tak mau menceritakan pengalamannya ketika bertapa di candi Belahan. Tetapi karena
didesak oleh pertanyaan patih Tanding, terpaksa ia mengatakan
juga "Benar, gusti patih, memang hamba telah menderita
pengalaman yang menyeramkan selama bersemedhi di candi itu"
Kertawardhana secara singkat menuturkan tentang impiannya
diserang oleh garuda raksasa, hinga sampai terjadi pertempuran.
Ia tak tahan menderita serangan garuda raksasa dan
menghindar. Garuda raksasa itu menerjang patung garuda yang
terletak di halaman candi. Ketika sadar dari impian, ia
mendapatkan patung garuda di halaman candi itu memang
benar-benar roboh. Di bawah patung itulah ia beruntung
menemukan sebuah kotak yang berisi lencana Garuda-mukha.
"Suatu pengalaman yang aneh" seru patih Tanding "apakah
candi Belahan itu sebuah candi makam?"
"Benar, gusti" 867 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Palapt 11 "Siapakah yang dimakamkan di situ?"
"Resi Jatinindra"
"Resi Jatinindra " Siapakah resi itu ?"
"Nama sang prabu Airlangga setelah masuk menjadi pertapa"
"O, jika demikian engkau bertemu dengan sang prabu
Airlangga sendiri " Dan sang prabulah yang memberi petunjuk,
akan lencana itu ?" "Kemungkinan demikian, gusti, tetapi hamba tak berani
memastikan karena hamba seperti bermimpi"
"Apa sabda sang prabu kepadamu ?"
"Sang prabu tak bersabda apa-apa"
"Aneh" gumam patih Tanding "apakah sang prabu tidak
memberi petunjuk bahwa lencana itu supaya engkau pergunakan
untuk membasmi wabah penyakit yang sedang berkobar di
Kahuripan ?" "Tidak, gusti patih"
"Apakah engkau yakin bahwa lencana itu akan dapat
memancarkan daya kesaktian untuk membasmi wabah penyakit
itu ?" "Hamba hanya mendapatkannya dan hamba belum tahu
adakah lencana itu memang memiliki daya-sakti sedemikian.
Hamba serahkan saja ke hadapan paduka, gusti patih"
Patih Tanding mengangguk. Kemudian ia bertanya kepada
para hadirin, adakah lain peserta yang hendak mempersembahkan penemuannya. Tetapi pertanyaan itu tiada
berjawab. 868 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika demikian" akhirnya rakryan patih berkata "dalam
sayembara ini hanya terdapat dua orang peserta yang berhasil
menemukan lencana Garuda-mukha. Yang seorang, raden
Sambu, putera adipati Sadeng, mendapatkan lencana pusaka itu
di Waringin Pitu. Dan yang seorang Kerta, pemuda dari T umapel,
yang mendapatkan lencana itu di candi Belahan. Sudah barang
tentu kedua lencana itu harus diuji mana yang benar-benar
bertuah untuk kemudian baru dapat ditetapkan siapa yang
berhak dianggap memenangkan sayembara ini"
Perapatan agung mulai gempar. Demikian pula di luar
balairung, para kawula yang berjejal jejal di halaman pendapa
keraton mulai hiruk. Mereka memperbincangkan ke anehan yang
terjadi dalam balairung saat itu. Dua orang ksatrya muda, sama-
sama mendapatkan lencana pusaka Garuda-mukha. Yang
seorang mendapatkan di Waringin Pitu dan yang seorang dari
candi makam Belahan lereng gunung Penanggungan.
Lencana Giruda-mukha dari Waringin Pitu, adalah lencana
pemberian sang prabu Airlangga kepada patih Narotama dikala
sang prabu menitahkan patih itu untuk membuat empang
penolak banjir bengawan Brantras. Lencana Garuda-mukha dari
candi Belahan, adalah lencana sang prabu Airlangga yang ikut
ditanam bersama abu jenasah sang prabu di candi makam itu.
Kedua ksatrya muda itu mendapatkannya dengan jalan
bersemedhi dan bertapa sehingga mereka mendapat sasmita
gaib dan menderita peristiwa gaib,
Dinilai dari sumber maupun cara mendapatkannya, kedua
lencana itu memang pusaka dari sang prabu Airlangga.
Semuanya ajeli. Tetapi bagaimanakah cara untuk menguji dan
memutuskan bahwa salah satu dari kedua lencana itu yang
dianggap dapat mengatasi musibah wabah penyakit yang tengah
mengganas kawula Kahuripan "
Inilah yang menjadi perbincangan hangat baik di kalangan
para mentri senopati dan para priagung yang tengah berada
869 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam balairung, maupun para kawula yang berada di halaman
luar pendapa keraton "Sebaiknya pengujian itu dilakukan dengan mengadu lencana
itu pada senjata pusaka keraton"
"Ah, belum tentu, kawan" sahut salah seorang "lencana itu
tentu tidak berapa besar, bagaimana tahan kalau dihantam
dengan senjata berat seperti gada dan bindi?"
"Ah, namanya saja pusaka, walaupun kecil tentu memiliki daya
ampuh sekali" "Tatapi belum tentu lencana itu dibuat daripada bahan weii-aji
yang ampuh. Lencana itu tidak diperuntukkan senjata melainkan
hanya sebagai lambaug kebesaran peribadi sang prabu. Apabila
harus diadu dengan senjata pusaka yang terbuat daripada bahan
wesi-aji yang ampuh, kemungkinan tentu hancur"
"Lalu bagaimana harus mengujinya ?"
"Jadikan lencana itu sebagai tumbal. Caranya harus diatur
secara bergilir. Mana yang membuahkan hasil menghilangkan
wabah penyakit, itulah yang layak dinilai menang"
"Ya, cara itu memang baik sekali" beberapa suara membeti
dukungan. "Tunggu dulu, kawan" tiba-tiba sebuah suara melantang
"dimanakah lencana itu harus disajikan sebagai tumbal ?"
"Tentunya di tempat sumber wabah itu"
"Ya, benar. Tetapi dimana tempatnya ?" Terdengar suara
hiruk pikuk bagaikan lebah dionggok dari sarangnya. Desuh dan
desah, dengung dan denging, gumam gemam, sungut gerutu
memenuhi balairung sampai ke halaman di luar pendapa keraton.
Pembicaraan dan perbantahan itu terjadi hampir senada baik
dikalangan para narapraja di dalam balairung maupun di
kalangan kawula yang berada di luar pendapa.
870 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rakryan patih Tanding sendiripun tampak kebingungan. Ia
menjanjikan hendak menguji tetapi kehi-langaa faham untuk
mencari akal bagaimana cara menguji lencana pusaka itu.
Rakryan Tanding telah menghaturkan laporan tentang hasil
para peserta sayembara yang ternyata hanya dua orang yang
dapat menemukan lencana pusaka itu "Yang seorang adalah
raden Sambu, putera adipati Sadeng, menerima sasmita gaib dari
mendiang rakryan patih Narotama pada waktu raden Sambu
bertapa di Waringin Pitu. Sedang yang seorang, pemua Kerta dari
Tumapel yang mengalami peristiwa gaib ketika bersemedhi di
candi makam Belahan, gusti"
"O" seru sang Rani. Diam-diam Rani girang karena raden
Kertawardhana juga berhasil mempersembahkan sebuah lencana
Garuda-mukha. Demi menjaga keluhuran seorang rani maka Rani
Kahuripanpun tak mau mengunjuk bahwa beliau sudah kenal
dengan Kertawardhanalah yang harus diterima. Ia harus bersikap
adil bijaksana. Disadarinya bahwa yang utama adalah lencana
itu, bukan siapa penemunya. Maka Ranipun melanjutkan
ucapannya lebih lanjut "lalu bagaimana paman patih hendak
memutuskan penilaiannya"
"Maaf, gusti" sembah patih Tanding "dalam hal ini hamba
mohon ampun karena belum juga terpercik dalam benak hamba
bagaimana cara yang terbaik dan tepat untuk menguji mana-
mana diantara kedua lencana itu yang dapat memenuhi syarat"
Diam-diam Rani Kahuripan mengakui kebenaran kata patih
Tanding. Rani sendiripun agak bingung mengenai cara itu
"Baiklah, paman patih" titahnya "seyogyanya paman memusyawarahkan hal itu dengan para acarya dan mentri-mentri
yang bijaksana" Rakryan patih Tanding segera membawa persoalan itu ke
hadapan sidang, meminta pendapat para mentri, senopati, gusti,
tanda dan para samegat yang arif.
871 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnya para mentri priagung yang hadir dalam perapatan
agung itu, sudah mendengar apa yang dihaturkan rakryan patih
ke hadapan Rani Kahuripan. Merekapun sudah merenungkan
pikiran untuk mencari cara, yang tepat. Tetapi sampai pada saat
rakryan patih meminta pendapat kepada mereka, mereka belum
juga ada yang menemukan cara itu.
"Duh, Dang acarya Ragawijaya yang kami hormati" seru
rakryan patih kepada sang Pamegat itu Tirwan yang terkenal luas
pengetahuan "dapatkah kiranya paduka melimpahkan petunjuk,
bagaimana cara yang baik untuk menguji kedua lencana Garuda-
mu-kha itu ?" "Terima kasih, rakryan patih" sahut acarya Ragawijaya
"hamba hanya seorang tua yang hanya pandai dalam membaca
dan menelaah ajaran-ajaran dalam kitab-kitab veda. Pengetahuan hamba tentang pusaka, amatlah terbatas bahkan
hampir tak ada" Rakryan patih Tanding hampir menghela napas atau tiba-tiba
dang acarya Ragawijaya itu melanjutkan kata katanya pula
"Namun jika rakryan menghendaki diriku yang tua ini untuk
mengujinya, hambapun bersedia. Hanya saja apakah pengujian
hamba itu berkenan memenuhi kehendak rakryan, hamba
serahkan saja kepada rakryan"
"O, sangatlah berterima kasih hati hamba akan bantuan
paduka yang amat berharga itu, acarya" sambut rakryan patih
Tanding dengan gembira "tentulah apa yang menjadi hasil
daripada pengujian acarya itu akan hamba kukuhkan sebagai
keputusan sayembara ini"
"Ah" desah acarya Ragawijaya "betapa kecil arti tindakan
hamba itu apabila harus menerima beban berat yang rakryan
tumpahkan pada diri hamba. Kemungkinan apa yang hendak
hamba lakukan itu, tidaklah dapat memadai keinginan rakryan"
872 SD.Djatilaksana

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, janganlah acarya merendah diri" seru rakryan patih
Tanding "s ilakan acarya memulai mengujinya"
Dang acarya Ragawijaya segera tampil ke tengah ruang,
menghampiri kedua lencana yang disediakan di atas dua buah
bokor. Pertama-tama acarya mengambil lencana Garuda-mukha
dari penemuan raden Sambu. Sejenak diperiksanya lencana itu
dengan cermat. Tampak ia mengangguk-anggukkan kepala.
Kemudian ia menggenggam lencana itu dalam tangan kanannya,
lalu duduk bersila di lantai dan pejamkan mata.
Beratus-ratus pasang mata para hadirin menumpah ruah ke
arah dang acarya Ragawijaya. Mereka tahu bahwa acarya itu
tengah melakukan pengujian dengan cara bersemedhi mengadakan hubungan halus dengan isi lencana pusaka itu.
Beberapa saat kemudian, tampak tubuh acarya itu bergetar-
getar, semula pelahan tetapi makin lama makin keras. Ada suatu
hal yang mengejutkan para hadirin. Saat itu mereka menyaksikan
cahaya wajah sang acarya tampak tegang dan berwarna gelap
kehitaman. Apa yang terjadi, tiada seorangpun yang tahu kecuali sang
acarya itu sendiri. Beberapa saat kemudian acarya Ragawijaya
mulai tenang dan wajahnyapun berangsur-angsur terang lalu
terdengar menghela napas dan membuka mata "Baik" katanya
seorang diri seraya berbangkit dan menaruh lencana itu ke bokor
pula. Kemudian dia berganti mengambil lencana Garuda-mukha
penemuan Kertawardhana. Seperti apa yang dilakukan terhadap
lencana penemuan Sambu tadi, dia pun segera duduk bersila,
pejamkan mata sambil menggenggam lencana itu. Beberapa saat
kemudian mulailah tubuh sang acarya bergetar-getar seperti
orang mengigigil. Tetapi wajahnya tetap tenang dan cahaya
muka-nyapun sejuk dan terang "Baik" katanya berselang
beberapa waktu kemudian, seraya berbangkit dan mengembalikan lencana itu di tempatnya.
873 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dang acarya Ragawijaya" seru rakryan patih Tanding setelah
melihat acarya itu selesa i mengadakan pengujian menurut
caranya sendiri "bagaimanakah hasil ujian yang paduka lakukan
terhadap kedua lencana itu" Manakah yang aseli dan manakah
yang tidak ?" "Terima kasih, rakryan" sahut acarya Ragawijaya "atas
kepercayaan rakryan kepadaku untuk menguji kedua lencana itu.
Menurut hasil yang kualami, kedua lencana Garuda-mukha itu
memang aseli semua dan sama-sama berisi daya yang gaib.
Hanya terdapat perbedaan tenaga-gaib diantara kedua lencana
itu" "O, mohon paduka memberi petunjuk kepada hamba, sang
acarya" "Lencana Garudamukha yang pertama kali ku-tayuh tadi" kata
acarya Ragawijaya "memiliki tenaga-gaib yang keras, mengandung sifat panas dan ganas, memancarkan kedahsyatan
daya pembinasaan dari Hyang Batara Syiwa sebagai raksasa
yang membinasakan segala mahluk"
Mendengar itu sekalian mentri yang berada di balairung diam-
diam terkejut. Itulah sebabnya maka mereka tadi menyaksikan
wajah sang acarya amat tegang dan gelap cahayanya.
"Sedangkan lencana kedua yang kugenggam tadi" kata acarya
Ragawijaya "memiliki tenaga-gaib yang sejuk, mengandung sifat
pengayoman dan kewibawaan agung sebagaimana Hyang Batara
Wisnu" Kembali sekalian hadirin menyesuaikan keterangan acarya itu
dengan apa yang mereka saksikan ketika acarya itu menguji
lencana itu. Memang benar.
"Terima kasih, sang acarya" seru patih Tanding "berkenankah
tuan untuk memberi petunjuk lebih lanjut, mana diantara kedua
lencana Garuda-mukha itu yang dapat kita anggap sebagai yarg
memenuhi syarat sayembara ?"
874 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Acarya Ragawijaya terkesiap. Ia merasa sukar untuk memberi
penilaian "Rakryan patih" katanya "telah kupenuhi permintaan
rakryan untuk menayuh isi daripada kedua lencana itu. Apa yang
kuhaturkan kepada rakryan adalah, kedua lencana Garuda-
mukha itu sama-sama memiliki isi yang gaib, walaupun sifatnya
berbeda. Yang satu keras panas, yang satu lembut sejuk. Untuk
menentukan penilaian, kuserahkan saja kepada rakryan patih dan
para mentri yang berkepentingan"'
"Baiklah, sang acarya, terima kasih atas bantuan tuan" kata
rakryan patih Tanding. Dia dapat merasakan yang apa menjadi
kesulitan acarya itu. Kemudian rakryan patih meminta pendapat
pada lain-lain mentri untuk menyumbangkan pikiran ke arah
penyelesaian persoalan itu.
"Rakryan patih, hamba mohon menghaturkan kata"
Rakryan patih Tanding berpaling dan mendapatkan yang
berkata itu adalah rakryan demung Samaya
"O, rakryan demung, silakan" serunya gembira. Ia tahu bahwa
acapkali dalam menghadapi persoalan dan masalah pemerintahan yang pelik, rakryan demung itu dapat menemukan
pendapat yang tepat. "Menurut hemat hamba" kata rakryan demung "ada sebuah
cara untuk meniti mana diantara kedua lencana itu yang dapat
menunaikan tugas membasmi wabah penyakit"
"O, baik rakryan, silakan mengatakan" rakryan patih gopoh
meminta dengan penuh harap.
"Kita tak tahu dari mana asal sumber wabah penyakit itu" kata
demung Samaya "oleh karena itu maka kita pusatkan saja di
alun-alun sebagai pusara negeri Kahuripan. Kita buat unggun api
dan taruhlah salah satu dari lencana Garuda mukha itu ditengah
nyala api besar. Apabila lencana itu dapat menghilangkan wabah
penyakit, lencana yang itulah yang dianggap sebagai pemenang"
875 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, api P a n c a k a maksudmu?" seru rakryan patih Tanding
kejut-kejut girang. "Benar, kakang rakryan" sahut demung Samaya "dahulu ketika
sang prabu Ramawijaya menyangsikan kesucian dari Dewi Shinta
yang sudah sekian lama berada di keraton Alengka maka sang
prabupun menitahkan untuk membuat api unggun Pancaka untuk
menanda kesucian sang permaisuri. Maka kiranya untuk
menanda kesaktian dari lencana Garuda-mukha itu, api Pancaka
dapat kita gunakan" Pendapat demung Samaya itu mendapat tanggapan yang luas
di kalangan mentri dan senopati yang berada di balairung. Suara
mereka hampir sebagian besar cenderung mendukuag usul itu.
Sudah cukup lama mereka memeras otak untuk mencari jalan
pemecahan peristiwa itu, namun sia-sia belaka. Maka usul
demung Samaya itu cepat mendapat sambutan yang berkenan.
"Ya, benar, rakryan demung" sahut rakryan patih Tanding
dengan gembira. Tetapi pada lain kilas, wajahnya yang berseri
riang itu tiba-tiba mengerut pula "tetapi sampai berapa lamakah
waktu yang dibutuhkan bagi setiap lencana yang dimasukkan
kedalam api Pancaka itu. Bukankah harus ada batas waktunya?"
."Benar, kakang rakryan. Seyogyanya dibatasi sampai tiga
hari. Syukur satu atau dua hari sudah terdapat tanda-tanda
bahwa penyakit itu sudah hilang. Paling lambat dalam waktu tiga
hari, lencana itu harus sudah diambil dari api. Jika lencana yang
pertama gagal maka harus diganti dengan lencana yang kedua"
"Tetapi apabila lencana yang pertama sudah berhasil, tidakkah
lencana yang kedua takkan mendapat kesempatan untuk diuji"
Dapatkah kita menentukan lencana pertama itu yang menang?"
"Memang kalau lencana pertama berhasil, lencana kedua tak
mendapat kesempatan diuji lagi. Tetapi kurasa, tiada lain jalan
lagi kecuali harus menetapkan demikian"
876 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah merenung beberapa saat, akhirnya rakryan patih
menyetujui. Tetapi waktu ia hendak mengumumkan tentang
keputusan cara itu, tiba-tiba terdengar seseorang berkata "Gusti
rakryan patih, berkenankah paduka mengidinkan hamba
menghaturkan sedikit pernyataan ?"
Rakryan patih mengarahkan pandang kepada orang yang
berseru itu. Ternyata Sambu, putera adipati Sadeng "O, apakah
raden hendak menyatakan sesuatu mengenai usul rakryan
demung Samaya tadi" sambut rakryan patih Tanding.
"Benar, gusti" sahut raden Sambu "apakah paduka berkenan
mengidinkan hamba menyatakan pendapat?"
Sebenarnya wewenang untuk menguji dan menentukan
keputusan tentang sayembara itu ada pada dewan pelaksana
sayembara, dalam hal ini rakryan patih Dipa. Tetapi karena patih
Dipa tak hadir maka rakryan patih Tanding yang dititahkan sang
Rani untuk mewakili. Namun patih Tanding tak mau
menggunakan wewenangnya secara sewenang-wenang. Ia ingin
Pedang Pelangi 5 Pendekar Sakti Welas Asih Jin Sin Taihiap Karya Rajakelana Alap Alap Laut Kidul 8
^