Pencarian

Sumpah Palapa 28

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 28


menimbulkan kecurigaan. Tetapi ketika mendengar tantangan
prajurit itu, dia terhanyut dalam arui darah muda yang meluap
"Baik, aku setuju "serunya.
Rupanya prajurit itu kepala dari prajurit penjaga gapura.
Sebagai prajurit yang berpangkat tamtama, dia memang memiliki
kelebihan dari anakbuahnya. Tenaganya besar dan pemberani.
Sebenarnya tamtama itu hanya menghardik agar Sambu pergi.
Tetapi tak diduganya kalau Sambu menerima syarat itu.
"Bagus" diapun tak mau ingkar "bersiaplah segera"
"Silakan" sahut Sambu.
Serangan dibuka oleh tamtama dengan langsung menusuk
perut Sambu. Pada saat Sambu berkisar ke samping, secepat
kilat tamtama mengayunkan tombak untuk membabat pinggang
lawan. Jarak yang sedemikian dekat tak memungkinkan suatu
ruang gerak untuk menghindar. Demikian perhitungan tamtama.
"Uh" tamtama itu hampir berteriak kaget ketika Sambu tiba-
tiba menunduk ke bawah, hampir tengkurap di tanah. Karena
sudah terlanjur mengayunkan tombak dengan sekuat-kuatnya
maka walaupun tahu takkan menemui sasaran tetapi sukar
baginya untuk menghentikan laju ayun tombaknya.
Namun dia juga amat perkasa. Sesaat tombak berayun pada
sasaran kosong, diiringi gerak berputar tubuh, dia melanjutkan
mengayunkan tombak ke bawah dengan tujuan hendak menyapu
tubuh Sambu yang sedang menelungkup.
"Uh" kembali mulut tamtama mendesuh kejut ketika melihat
tubuh Sambu sekonyong-konyong melenting ke udara. Dengan
demikian jelas tombaknya akan menemui kegagalan lagi.
1695 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata Sambu sudah siap. Waktu melihat lawan hendak
menyapu dengan tombak, dia mendahului menekankan kedua
tangan ke tanah, dengan meminjam tenaga tekanan itu dia
mengantar tubuhnya melambung ke udara dan melayang turun
setombak jauhnya. Sebenarnya apabila tidak terikat perjanjian, dia dapat
melayang turun di belakang tamtama dan menghajarnya. Tetapi
karena iyarat menyatakan bahwa dia hanya disuruh menerima
serangan dan tak disebutkan kalau boleh membalas, maka
diapun tak mau cari onar. Di samping menuruti gejolak darah
mudanya, pun dalam menerima tantangan tamtama itu tujuan
penting dari Sambu adalah untuk mendapat keterangan tentang
keadaan pura kerajaan yang sebenarnya.
"Baik" seru tamtama "serangan pertama kuanggap selesai.
Engkau boleh mengajukan pertanyaan. Tetapi ingat hanya
mengenai sebuah hal"
Tamtama itu kasar tetapi jujur. Apa yang dikatakan tak mau
dia mencabut atau mengingkari.
"Ki prajurit" kata Sambu "apa yang telah terjadi di pura
kerajaan ?" "Terjadi huru hara, karena rakyat tidak suka kepada raja"
sahut tam-ama. "Siapa yang memegang kekuasaan pemerintahan?"
"Engkau hanya dibenarkan bertanya sebuah soal" sahut
tamtama. "O, apakah tiga kali seranganmu tadi, termasuk hanya satu
serangan ?" balas Sambu.
Tamtama terkesiap "Hm, baiklah. Engkau boleh mengajukan
dua pertanyaan lagi"
1696 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pertanyaan yang kedua, seperti yang kukatakan tadi" kata
Sambu. "Yang memegang pusara pemerintahan adalah rakryan Kuti,
kepala Dharmaputera"
"Siapa yaig mengangkat rakryan Kuti ?"
"Atas seijin dan telah mendapat restu dari Sapta Prabu atau
dewan keraton" "Lalu bagaimana dengan seri baginda Jayanagara ?"
"Pertanyaan itu akan kujawab setelah engkau mampu lolos
dari seranganku lagi" jawab tamtama.
Sambu mengangguk. Dia tahu tamtama itu memang jujur
"Baik, silakan" ujarnya seraya bersiap. Kali ini tamtama
lemparkan tombak dan mencabut pedang. Sebuah pedang
kangkam, pedang yang ujungnya bengkok.
"Hati-hati engkau" serunya seraya membolang-balingkan
pedang dengan gencar. Tampak selingkar cahaya putih
berhamburan membawa bunyi sambaran angin yang menderu
keras. Dan pada lain saat sebias sinar berkilat meluncur kearah
kepala Sambu. Kali ini Sambu memang hendak menunjukkan kepandaian.
Untuk menundukkan seorang tamtama yang kasar tetapi jujur,
dia harus dapat mengalahkannya dengan ilmu kepandaian.
Hanya dengan kedigdayaanlah kiranya tamtama itu mau tunduk.
Untuk melaksanakan keputusannya, Sambu tak mau
melakukan gerak penghindaran loncat ke samping atau ke
belakang yang terpisah jauh melainkan hanya tetap berada di
tempatnya, paling hanya berkisar setengah atau satu langkah
sembari bergeliatan tubuh. Dan apabila dalam keadaan terdesak,
dia loncat ke atas dan kemudian turun lagi di tempat semula.
1697 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang hampir tamtama itu tak percaya kepada apa yang
disaksikan di hadapannya. Dia menyerang dengan segila tata
gerak, menabas, membabat, menusuk bahkan menikam dan
membelah, namun tidak pernah pedaagnya meyentuh tubuh
lawan Pada hal jelas diketahuinya bahwa lawan tetap berputar-
putar di tempatnya. Akhirnya tamtama itu hentikan serangannya sendiri dan
berseru "Engkau boleh mengajukan pertanyaan"
"Bagaimana keadaan seri baginda Jayanagara?" Sambu
mengulang pertanyaan tadi.
"Raja itu telah me larikan diri, meninggalkan keraton" sahut
tamtama, "Ke mana?" "Belum diketahui"
"Apakah baginda masih hidup?"
"Kemungkinan besar masih karena selama dalam huru hara itu
tak pernah diketemukan korban yang menandakan ciri-ciri raja"
"Jadi saat ini yang berkuasa di pura kerajaan adalah rakryan
Kuti ?" "Ya" "Bagaimana dengan rakryan patih Aluyuda ?"
"Belum ketahuan nasibnya"
"Bagaimana maka sampai terjadi huru hara besar itu dan
siapakah penggeraknya ?"
"Cukup" teriak tamtama "untuk lima kali seranganku engkau
telah kuberikan kesempatan untuk bertanya lima kali.
Pertanyaanmu yang keenam itu takkan kujawab"
1698 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambu mengangguk "Baik. Lalu apakah engkau akan
melanjutkan menyerang aku lagi ?"
"Tidak" sahut tamtama itu.
"Terima kasih" kata Sambu "kalau begitu aku hendak masuk
ke dalam pura untuk melihat sendiri bagaimana keadaan yang
sebenarnya" "Tidak" teriak tamtama itu "pura kerajaan saat ini tertutup
bagi setiap pendatang"
"Mengapa ?" "Itu perintah. Tidak boleh dibantah"
"Apabila aku tetap hendak masuk ?"
"Engkau harus dapat membunuh barisan penjaga di sini"
tamtama berpaling dan serempak duapu-luh prajurit bersenjata
lengkap, ada di antaranya yang bersiap dengan busur dan
anakpanah, berjajar-jajar memenuhi jalan.
Sambu terkesiap dalam hati namun ia berusaha untuk
bersikap tenang. Diam diam dia memperhitungkan kemungkinan
yang akan di hadapi apabila dia nekad akan masuk.
"Keterangan penting telah kuperoleh. Jelas sudah bahwa
dalam pura kerajaan telah timbul huru hara yang cenderung
pada pemberontakan. Yang memegang kekuasaan adalah
rakryan Kuti dan para rakryan Dharmaputera. Baginda telah
meloloskan diri dan patih Aluyuda belum ketahuan nasibnya" pikir
Sambu. Dia menarik kesimpulan bahwa keadaan itu sudah cukup
kuat untuk menjadi landasan bagi Sadeng untuk menyatakan diri
lepas dari kekuasaan Majapahit "Ya, pernyataan itu tentu akan
mendapat dukungan yang luas dari para adipati pesisir. Mereka
tentu menganggap bahwa Sadeng bertindak demikian karena
setya pada kerajaan Majapahit dan baginda Jayanagara. Dan
apabila para adipati di pesisir dan daerah-daerah juga mengikuti
jejak Sadeng, tentulah kerajaan akan sibuk. Dalam keadaan
1699 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itulah maka mudah bagi Sadeng untuk menggerakkan pasukan
menggempur Majapahit. Demikian angan-angan yang membayang dalam lautan nafsu Sambu, seorang putera buyut
yang bercita cita hendak meraih rembulan di cakrawala.
Maka selepas kuda liar yang terlepas dari kendali, nafsu
angkara Sambupun membinal lebih lanjut "Terima kasih ra Kuti.
Adalah karena engkau maka Sadeng dapat berdiri bebas. Hayo,
lanjutkanlah gerakanmu, kejar dan tumpaslah raja Jayanagara,
ha, ha" Sambu tertawa riang gembira. Maka diapun tak marah karena
ditolak masuk ke dalam pura oleh prajurit penjaga gapura.
"Baiklah, ki prajurit" katanya "jika tak engkau idinkan aku
masuk, akupun takkan memaksa. Aku-pun menghormati prajurit
yang menjalankan perintah dengan sungguh sungguh. Dan
akupun akan kembali ke desaku"
Sambu berputar tubuh hendak menghampiri kudanya. Tetapi
secepat itu pula, prajurit tamtama tadi sudah melintangkan
tombak di hadapannya "Berhenti!"
Sambu terkejut " Mengapa ?"
"Ada dua perintah dari gusti rakryan Kuti" kata tamtama itu
"pertama, setiap pendatang yang hendak masuk ke dalam pura,
supaya dilarang" "Ya, aku mentaati peraturan itu" tukas Sambu.
"Kedua, apabila orang itu mencurigakan, harus ditahan dan
diperiksa" lanjut tamtama.
Sambu terkesiap "Apa engkau menganggap aku layak d
curigai?" "Apa engkau merasa begitu saja leluasanya untuk datang dan
pergi ?" balas tamtama.
1700 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak menyalahi peraturan dan undang-undang. Aku
hendak menyaksikan keramaian di pura kerajaan. Tetapi karena
di pura telah terjadi suatu peristiwa genting dan aku dilariig
masuk, akupun menurut. Apakah kesalahanku ?"
"Engkau belum memenuhi peraturan yang kedua"
"Kaban mencurigai aku ?"
"Serahkan dirimu untuk diperiks"!" sahut tamtama.
"Mengapa " Sudah kuterangkan dengan sejujurnya siapa dan
apa maksud kedatanganku kemari"
"Jika seuap keterangan orang begitu saja diterima maka tugas
yang kulakukan tak ada artinya sama sekali"
"Jadi ...." "Engkau harus kami periksa sebelum kami putuskan engkau
boleh pulang atau tidak" jawab tamtama.
Sambu menyadari bshwa dia bakal menghadapi perkara lagi.
Tamtama itu seorang prajurit yang keras kepala tetapi jujur.
Adalah karena wataknya demikian maka pimpinan mereka lalu
menunjuknya sebagai kepala penjaga gapura.
Sambu memperhitungkan apabila dia melawan tentulah akan
terjadi pertumpahan darah hebat. Prajurit-prajurit itu membekal
senjata lengkap bahkan busur. Dan dia hanya memiliki dua
tangan dan dua kaki saja. Sesakti-sakti kepandaiannya, namun
dalam menghadapi sekian banyak prajurit, kemungkinan akan
menderita cedera atau luka, bukan suatu hal yang mustahil.
Bagaimana kalau cedera itu sedemikian parah sehingga akan
membuatnya cacat seumur hidup " Bukankah dia akan menderita
kerugian yang paling besar dalam sepanjang hidupnya. Cacat
jasmani bukan soal, karena hal itu memang sudah menjadi
tanggungan dari setiap ksatrya dan pejuang.
1701 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi" demikian Sambu berpikir "yang paling menyedihkan
adalah aku takkan mampu mengemban tugas untuk membebaskan rakyat Sadeng dari kekuasaan Majapahit. Dan
hancurlah segala cita-cita yang ku-angan-angankan itu ... ."
"Baik" akhirnya ia menemukan akal untuk menghadapi prajurit
itu "apa yang engkau inginkan ?"
"Siapakah engkau ini sebenarnya ?" tanya tamtama.
"Aku Sambu, putera buyut Sadeng yang Ingin membuktikan
tentang berita-berita yang mengabarkan bahwa di pura kerajaan
telah timbul huru hara"
"Hm" dengus tamtama itu. "Memang kuduga dia bukan
pemuda biasa," pikirnya.
"Apa maksudmu untuk menyelidiki itu" Apakah engkau hendak
membela raja ?" Sambu tahu bahwa prajurit-prajurit penjaga itu berada di
bawah kekuasaan ra Kuti. Dia belum jelas bagaimana sikap dan
pendirian ra Kuti dalam kekeruhan di pura kerajaan. Tetapi dia
cenderung untuk menduga bahwa ra Kuti Dharmaputera


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tampaknya bukan golongan yang mendukung raja. Namun untuk
cepat menjatuhkan kesimpulan, memang terlalu pagi. Karena
Dharmaputera itu adalah orang kepercayaan baginda Jayanagara. Maka tibalah Sambu pada suatu keputusan, ia harus
memberanikan diri untuk masuk ke pura kerajaan agar dapat
melihat gambaran yang je'ai.
"Sama sekali tidak, ki prajurit" sahutnya. Dia mulai
mentrapkan siasatnya "terus terang sudah sejak lama rakyat
Sadeng tidak puas dengan kepemimpinan baginda Jayanagara,
Rakyat Sadeng masih menyimpan peringatan yang sedih atas
peristiwa yang terjadi di Lumajang dan Pajarakan. Jika benar
baginda telah meloloskan diri dari keraton aku akan pulang untuk
mengabarkan periitiwa yang menggembirakan itu kepada rakyat
Sadeng" 1702 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau bohong !" bentak tamtama itu.
"Hadapkan aku kepada gusti rakryan Kuti. Biarlah gusti
rakryan yang memutuskan aku bohong atan tidak, harus
dihukum atau dibebaskan" Sambu berkata dengan tegas dan
tandas. Pikir tamtama. Tadi dia merasakan sendiri bahwa pemuda
yang mengaku putera buyut Sadeng itu memang memiliki
kedigdayaan yang sakti. Jika dia tetap menggunakan kekerasan
untuk menanggapnya, kemungkinan tentu akan terjadi
pertumpahan darah. Alangkah baiknya jika dia membawa
pemuda itu ke hadapan ra Kuti. Dia telah melakukan tugas
kewajiban dan di samping itu dapat menghindari suatu
pertumpahan darah. "Baik" sahutnya " mari ikut kami "Dengan diiring oleh empat
prajurit bersenjata ma- ka Sambu dibawa masuk ke dalam pura Majapahit. Di
sepanjang jalan dia melihat kesibukan-kesibukan yang menonjol.
Di sana lini tampak rakyat hilir mudik, berkerumun, kelonaok-kelo
apak prajurit mondar mandi r memenuhi lorong dan jalan. Dan
terutama ketika tiba di alun-alun, banyak sekali prajurit-prajurit
yang berkerumun, ada pula yang masih dalam tata barisan.
Dia dibawa ke paseban kraton. Di situpun dijaga ketat oleh
pasukan bersenjata. Timbul seketika dalam dugaan Sambu.
Penjagaan sekuat itu mempunyai dua kemungkinan tujuan. Jika
Dharmaputera berfihak raja maka penjagaan itu dimaksud untuk
menjaga keselamatan para keluarga raja. Tetapi apabila
Dharmaputera tidak setya raja dan hendak meneguk di air keruh,
maka penjagaan itu tentulah ditujukan agar para keluarga raja
dan seisi kraton jangan dapat meloloskan diri.
Tiba di paseban, seorang perwira menerima Sambu dan
keempat prajurit itupun segera meninggalkan tempat itu kembali
ke tempat penjagaan lagi. Sambu dibawa masuk. Dia tak tahu
1703 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa nama ruang pendapa yang besar dimana oleh perwira, dia
disuruh menunggu. Tak lama kemudian keluarlah seorang
priagung setengah tua. "Lekas haturkan sembah ke hadapan gusti rakryan Kuti"
perintah perwira itu. Sambu melakukan perintah.
"Siapa engkau ?" tegur ra Kuti.
"Hamba Sambu, gusti, anak buyut Sadeng"
"Mengapa engkau ditangkap dan dibawa kemari?"
Sambu lalu menuturkan maksud tujuannya datang ke pura
Majapahit dan pengalamannya disambut dan akhirnya menyerahkan diri kepada prajurit penjaga.
"Untuk apa engkau hendak menyelidiki keadaan di pura
Majapahit?" tanya ra Kuti pula.
"Hamba ingin membuktikan kebenaran dari berita yang tersiar
santer di daerah-daerah bahwa di pura kerajaan telah terjadi
peristiwa besar" "Apa lagi?" "Bahwa seri baginda Jayanagara telah lolos dari keraton dan
bahwa pusara pemerintahan paduka yang memegang"
"Ya, benar. Lalu bagaimana maksudmu ?"
"Akan hamba kobarkan berita yang menggembirakan itu
kepada seluruh rakyat Sadeng, gusti"
"Berita gembira ?" ulang ra Kuti berkerut dahi "adakah huru
hara yang menyebabkan baginda me loloskan diri dari pura
kerajaan itu suatu berita yang menggembirakan bagi rakyat
Sadeng ?" 1704 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gusti rakryan" sahut Sambu dengan tangkas "mohon
diampuni kalau hamba terpakia membagi jawaban hamba atas
pertanyaan yang paduka limpahkan itu. Pertama, karena hamba
belum tahu siapa dan bagaimana maka huru hara itu sampai
terjadi, maka hamba belum dapat menanggapi hal itu dengan
suatu sikap. Tetapi hal yang kedua yani bahwasanya seri baginda
telah lolos dari pura kerajaan, memang merupakan hal yeng
terasa menggembirakan atau paling tidak, melegahkan bati
rakyat Sadeng" "Mengapa ?" teriak ra Kuti dengan wajah me-ngabut
kebengisan. "Gusti rakryan" sahut Sambu "ada dua hal yang menimbun
perasaan rakyat Sadeng dengan rasa ketidakpuasan. Pertama,
sejak seri baginda Jayanagara menggantikan tahta kerajaan
Majapahit, rakyat Sadeng sudah kurang puas. Kami menginginkan kerajaan Majapahit diperintah oleh raja dari
keturunan Singasari. Bertanya-tanyalah kami, mengapa bukan
gusti puteri Tribuanatunggadewi yang dinobatkan sebagai raja
puteri Majapahit tetapi baginda Jayanagara yang jelas dari
keturunan puteri Sriwijaya ?"
Sambu hentikan kata-kata sejenak untuk memperhatikan
tanggapan ra Kuti. Tampak rakryan hanya mengerutkan dahi
tanpa memberi pernyataan suatu apa.
"Yang kedua" lanjut Sambu pula "adanya peristiwa sedih yang
menimpa Lumajang dan Pajarakan. Seri baginda lebih
mempercayai gusti patih Aluyuda, lebih sayang dan lebih
mementingkan gusti patih, daripada beberapa mentri sepuh dan
senopati yang menyertai gusti rakryan patih Nambi. Rakyat
Sadeng benar-benar sangat merasa sedih dan tak pernah
melupakan peristiwa itu. Oleh karena itulah maka rakyat Sadeng
tentu akan menganggap lolosnya baginda dari pura kerajaan itu
sebagai suatu berita yang menggembirakan"
1705 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah maksudmu hendak mengatakan bahwa rakyat
Sadeng benci kepada seri baginda ?" tanya ra Kuti dengan tajam.
"Demikianlah gusti"
"Tangkap penghianat itu" tiba-tiba ra Kuti menunjuk Sambu
dan berteriak memberi perintah. Dua orang perwira cepat
menghambur maju dan membekuk Sambu. Salah seorang
melekatkan pedang pada leher pemuda itu.
Sambu terkejut namun sudah terlambat. Seketika meluaplah
kemarahannya "Gusti rakryan" serunya dengan suara gemetar
digoncang kemarahan "apa salah hamba ?"
"Engkau berhianat kepada raja"
"Paduka bertanya dan hamba menjawab. Jawaban hamba
adalah kenyataan yang ada di daerah Sadeng. Apabila tahu
begini, lebih baik hamba membohong mengatakan bahwa rakyat
Sadeng setya kepada seri baginda. Salahkah kejujuran itu ?"
"Buyut Sadeng tak bertindak untuk mengatasi rakyat agar
setya kepada Majapahit. Demikian pendirianmu. Dengan begitu
jelas engkau berhianat kepada kerajaan Majapahit"
"Tidak, gusti rakryan, rakyat Sadeng tidak berhianat kepada
kerajaan Majapahit. Justeru karena kesetyaan hati mereka maka
mereka tak merelakan kerajaan diperintah oleh raja yang, baik
asal keturunan maupun kebijaksanaannya dalam memegang
pusara pemerintahan, jelas tidak menguntungkan kewibawaan
dan kejayaan Majapahit. Hamba mohon bertanya, gusti rakryan,
adakah tindakan raja yang menyebabkan ketidak-puasan rakyat
Sadeng atau ketidak-puaaan rakyat Sadeng yang menyebabkan
raja bertindak tidak bijaksana itu ?"
Ra Kuti tertegun menerima pertanyaan itu. Tajam dan tepat
sekali. Ra Kuti tersenyum dalam hati namun tak mau
menampilkannya dalam sikap wajahnya yang tetap membengis
"Perwira, masukkan dia ke dalam tutupan"
1706 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua perwira itu segera menyeret Sambu ke luar. Namun
Sambu masih sempat berpaling dan berseru "Gusti rakryan,
kabar yang hamba dengar, gusti rakryan dan para gusti rakryan
Dharmaputera itu sangat adil, bijaksana dan luas pengetahuan.
Tetapi apa yang hamba saksikan saat ini ternyata berbeda
dengan kenyataannya ....." pada saat dia mengucap kata-kata
yang terakhir, kedua perwira itu sudah menyeretnya ke luar
menuju ke lapangan. Merah wajah ra Kuti. Namun diam-diam dia makin yakin "Hai,
seorang anakmuda yang berani dan tegas. Dia tak tahu
maksudku" katanya. Pada malam itu, sesosok tubuh terbungkus kain hitam
bergerak menuju ke arah bangsal prajurit. Dia berhenti di sebuah
ruangan yang dijaga oleh dua orang prajurit.
"Berhenti" bentak prajurit jaga. Orang itupun berhenti "Siapa
engkau!" Orang itu membuka kain kerudung yang menutup kepala dan
separo mukanya "Ah, gusti rakryan Kuti, maafkan hamba" kedua
prajurit jaga itu serentak menghaturkan sembah ketika melihat
siapa yang berdiri di hadapannya itu.
"Prajurit" kata orang yang bukan lain memang ra Kuti "di
mana pemuda yang ditahan tadi?"
Kedua prajurit itu mengatakan kalau pemuda itu berada dalam
kamar tutupan "Bawalah dia ke ruang kediamanku, cepat"
Ra Kuti terus meninggalkan tempat itu dan kedua prajurit
itupun segera melakukan perintah. Sambu dibawa masuk ke
dalam pendapa agung dan dibawa ke hadapan rakryan Kuti.
"Baik" kata ra Kuti "tunggulah di luar" Setelah kedua prajurit
itu keluar, barulah rakryan
Kuti berkata "Aku hendak bicara kepadamu. Siapa namamu?"
1707 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sambu, anak buyut Sadeng" sahut Sambu agak mengkal dan
tak mau menghormat. "Tahukah engkau apa sebab engkau kutangkap?"
"Tidak" "Katakanlah dengan jujur, benarkah rakyat Sadeng tak senang
kepada raja Majapahit ?"
"Benar" tanpa ragu-ragu Sambu memberi jawaban. Dalam
keadaan terkurung di lingkungan keraton yang dijaga ketat oleh
kekuatan patukan, dia merasa tipis harapan untuk menyelamatkan diri. Dan karena sudah terpojok dalam keadaan
yang gawat, dia cepat mengambil keputusan. Kalau harus
dihukum mati, biarlah dia mati secara ksatrya. Dia akan memaki
habis-habisan kepada ra Kuti apabila ternyata rakryan itu menjadi
lawannya. Tampak wajah ra Kuti merekah ceria "Jika demikian rakyat
Sadeng setuju dengan peristiwa huru hara ini ?"
"Bagaimana maksud gusti ?" Sambu meminta penjelasan.
"Rakyat Sadeng mendukung gerakan di pura kerajaan itu atau
tidak ?" "Siapakah yang menggerakkannya, gusti ?"
"Jangan hiraukan hal itu. Pokok, karena gerakan itu maka raja
sampat lolos ke luar pura. Bagaimana sikap rakyat Sadeng atas
gerakan itu ?" "Begini gusti" kata Sambu "siapapun yang memelopori
gerakan itu, rakyat Sadeng akan mendukung kecuali hanya satu"
"Apa?" "Jika gerakan itu dilakukan oleh gusti patih Aluyuda maka
rakyat Sadeng takkan mendukungnya"
1708 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana kalau yang melakukan itu salah seorang mentri
atau senopati kerajaan?"
"Mendukung" "Kalau aku sendiri ?"
"Mendukung sekali" seru Sambu dengan nada tergetar karena
dia terkejut namun berusaha untuk menindasnya. Betapa tidak.
Dharmaputera adalah orang kepercayaan baginda, mengapa
mereka malah melakukan gerakan yang menyebabkan baginda
tampai lolos dari pura kerajaan "
"Apakah engkau tak ingin mengetahui apa sebab aku
melakukan gerakan itu" Tentulah engkau heran mengapa
Dharmaputera bertindak demikian"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kini Sambu mulai mengatur perasaannya. Rasa kejut mulai
bertebaran menyibak rasa heran yang diwarnai keinginan tahu
"Sesungguhnya memang demikian, gusti. Wa'aupun tindakan itu
takkan mengurangi pernyataan dukungan kami rakyat Sadeng
atas tindakan gusti rakryan, namun untuk lebih memantapkan
raiakesetyaan rakyat Sadeng, mohon gusti berkenan melimpahkan penjelasan"
Ra Kuti lalu mulai membentangkan sebab musabab dari
gerakan yeng dilakukannya itu dan arah tujuan daripada
rencananya. Yang penting, ada dua landasan. Pertama, untuk
menenteramkan rasa ketidak puasan sebagian besar dari rakyat
yang menuntut agar kerajaan Majapahit, di perintah oleh
keturunan raja Singasari. Kedua, untuk membebaskan kerajaan
Majapahit dari cengkeraman patih Aluyuda yang berhasil dapat
menguasai raja Jayanagara. Kekuasaan patih Aluyuda makin
besar dan pengaruhnya makin kuat. Harus segera ditindak dan
dibasmi apabila tidak menginginkan kerajaan Majapahit
tenggelam dalam kekacauan.
"Nah, demikianlah landasan dan tujuan daripada gerakan yang
kulakukan itu" rakyan Kuti mengakhiri keterangannya.
1709 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika demikian, hamba dan seluruh rakyat Sadeng akan berdiri
di belakang paduka, gusti" seru Sambu serentak.
Rakryan Kuti mengangguk-angguk "Dewasa ini suasana dalam
pura masih simpang siur. Ketenangan belum pulih, keamanan
masih bergolak, siapa lawan siapa kawan masih belum jelas. Kaki
tangan patih Aluyuda masih banyak. Yang berkeliaran untuk
menyusun kekuatan dan yang bersembunyi untuk menyelamatkan diri" Berhenti sejenak ra Kuti melanjutkan pula "Oleh karena itulah
maka secara rahasia engkau kupanggil kemari untuk meminta
penegasanmu. Engkau berdiri difihak mana, raja atau Kuti ?"
Makin berobahlah pandangan Sambu setelah mendengar
uraian ra Kuti "Jelas hamba dan seluruh rakyat Sadeng akan
berdiri di belakang paduka, gusti. Tatapi ada dua hal yang perlu
hamba haturkan" "O, apa itu " Katakanlah"
"Pertama, hamba mohon ampun atas ucapan hamba yang
kelewat kurang tata berani menghina paduka tadi ...."
Ra Kuti tertawa "Ah, hal itu menandakan kalau aku berhasil
dalam menebarkan siasatku"
"Siasat apakah yang paduka lakukan?"
"Aku hendak menguji sampai di mana kejujuran dan
kesungguhan daripada keteranganmu. Juga sampai di mana
batas-batas keberanianmu. Di samping itu aku harus bertindak
hati-hati karena saat ini, walaupun belum mengetahui pasti tetapi
aku mempunyai perasaan kalau masih ada kaki tangan Aluyuda
yang menyelundup dalam anakbuahku"
"Ah" Sambu mendesah dalam hati. Diam-diam dia memuji
akan kecermatan Kuti bekerja. Tetapi di samping itu dia
mendapat kesan kalau Kuti itu seorang yang licin seperti belut.
1710 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sambu, hal apa lagi yang hendak engkau katakan kepadaku
?" Sambu terkesiap. (Oo-dwkz-ismoyo-oO) 1711 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 23 1712 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
Convert, edit teks & Ebook : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 1713 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Ketika panah sakti Gunawijaya prabu Rama menyusup ke
tenggorokan senopati agung Alengka yaitu raksasa linuwih
Kumbakarna maka lepaslah arwah sang senopati agung dari
raganya yang sudah tinggal bumbung itu.
Seketika turunlah hujan bunga diri langit. Suka-suka para
bidadari menyambut kedatangan iseorang pahlawan agung.
Arwah Kumbakarna naik ke langit mengendarai seekor ular
jantan yang digiring anak-anak bajang. Namun betapa sedih hati
Kumbakarna karena pintu surga belum juga membuka. Dia hanya
terkatung-katung dalam alam Pangrantunan atau alam
penantian. Tiba-tiba muncullah Prahasta dalam keilahiannya.
"Paman, mengapa aku belum diperkenankan berada dalam
keilahian seperti paman" Sudah banyaklah derita hidup yang
kualami di dunia" tanya Kumbakarna penuh belas.
Prahasta tersenyum. "Paman, berilah petunjuk kepadaku"
"Kumbakarna, keputusan hati yang pasti, adalah yang akan
menyelesaikan segala-galanya. Sepanjang hidupku, aku tak
pernah ragu-ragu akan keputusanku, meski orang lain
mengatakan aku keliru. Menurut orang lain, aku berada dalam
keadaan yang salah. Tapi aku yakin bahwa aku menjalankan
kebenaran. Aku yakin tiada kemuliaan lebih agung untuk seorang
satrya, daripada menjalankan kewajibannya untuk membela
negara. Aku tak memperhitungkan untung dan rugi dari tugasku
itu. Itulah sebabnya aku tidak bisa dipersalahkan"
1714 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sedang engkau nak, menjalankan tugasmu dengan ragu-
ragu. Itu berarti engkau tahu masih ada yang lebih benar, lebih
baik dan lebih luhur, yang haius engkau jalankan. Setidak-
tidaknya engkau tabu apa yang engkau lakukan itu, adalah keliru.
Tapi engkau tetap menjalankan apa yang engkau ragukan. Itu
berarti engkau ragukan diri dari tugasmu. Itulah kesalahanmu,
nak" "Nak, ketahuilah, keksatryaanmu itu bisa salah, bisa benar,
tergantung dari keputusanmu sendiri. Dan ingat lah, apa yang
besar bagi dunia, bisa menjadi kecil bagi mata ilahi. Dunia boleh
memujamu dan meluhurkan ke-ksatryaanmu. Tapi dewa tidak
mengukur dari kebesaran itu. Dewa mengukur dari jiwa
kebesaranmu, yani keputusanmu yang pasti atau tidak pasti akan
keksatryaanmu itu. Keputusanmulah yang membuat keilahianmu,
bukan keksatryaan menurut ukuran dunia itu. Engkau belum
murni dalam keputusanmu maka dewa2 mempersilakan engkau
memurnikan keputusanmu dalam Pangrantunan dulu. Anggaplah
hal itu sebagai kemurahan dewa yang memberi kesempatan
kepadamu untuk mensucikan keputusanmu" kata Prahasta.
Demikian cerita Ramayana pada adegan gugurnya Kumbakarna yang diceritakan gurunya kepada Sambu. Memang
ketika menuntut ilmu di pertapaan, kecuali ilmu kanuragan dan
kedigdayaan, juga sang resi memberi penempaan jiwa dan
keluhuran keksatryaan kepada Sambu, melalui cerita-cerita,
terutama cerita Ramayana.
Dan Sambu yang tajam ingatan, tak pernah lupa akan cerita-
cerita yang mengandung ajaran luhur itu. Dia sudah bertekad
dalam keputusannya untuk mengangkat derajat kebuyutan
Saderg. Untuk meluhurkan nama keluarga dan kewibawaan
ramanya. Dia merasa harus meyakini akan keputusannya itu. Bukankah
dewa akan menilai dari kemurnian keputusan yang pasti"
Bukankah keputusan yang paiti itu akan merupakan kunci
1715 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penyelesaian segala galanya apabila kelak dia harui meninggalkan kehidupan dalam dunia ini"
Sepintas tampaknya pendirian Sambu itu memang benar. Dia
merasa seperti berjalan pada langkah kanan, langkah yang
benar. Tetapi langkah yang dituju itu sebenarnya berwarna
merah, warna keangkaraan. Tujuannya tak lain hanya akan
menampilkan dan membentuk kebuyutan Sadeng menjadi
sebuah kadipaten. Ramanya akan mewisuda diri sebagai adipati
Sadeng dan derajat keluarganya akan terangkat tinggi-tinggi.
Tiada setitik pemikiran yang memercik dalam tujuan itu,
bahwa segala langkah dan perjuangannya itu demi untuk
kepentingan dan kebahagiaan seluruh kawula Majapahit. Yang
penting Sadeng harus berdiri sebagai kadipaten dan terpisah dari
kekuasaan Majapahit. "Tabu dengan anggapan orang. Menurut orang lain, aku
berada dalam keadaan yang tidak benar. Tetapi aku yakin bahwa
aku menjalan kua kebenaran" demikian dinding pendirian yang
telah membentengi jiwanya.
Dan kesempatan untuk melaksanakan cita-citanya itu terasa
terbentang di hadapannya ketika dia berhadapan dengan rakryan
Kuti. Dia tahu bahwa rakryan Kuti sangat memerlukan tenaga-
tenaga pendukung dalam melancarkan gerakan huru hara di pura
Majapahit saat itu. Baginda Jayanagara telah lolos dari keraton.
Kekuasaan pemerintahan, menurut keterangan rakryan Kuti, atas
keputusan dewan keraton Sapta Prabu, telah diserahkan
kepadanya. "Rakryan Kuti memang hebat" diam-diam dia memuji rakryan
itu "tentulah Saptu Prabu terpesona atas kedudukan rakryan Kuti
sebagai kepala Dharmaputera. Sapta Prabu tentu mengira bahwa
keputusannya untuk menunjuk rakryan Kuti sebagai pejabat
pemegang kekuasaan pemerintahan Majapahit itu tepat karena
Dharmaputera itu adalah mentri kepercayaan seri baginda"
1716 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Sambu tak memikirkan soal itu. Dia mempunyai
persoalan sendiri. Dan soal itu telah menampakkan titik cerah.
Dia memperhitungkan bahwa kedudukan rakryan Kuti masih
belum kokoh. Jika dia mengajukan permintaan, tentulah rakryan
Kuti akan mempertimbangkan. Dan rasanya pertimbangannya
tentu akan cenderung menyetujui.
"Sambu, mengapa engkau diam saja?" tegur ra Kuti ketika
melihat Sambu belum menjawab.
Sambu gelagapan dari menungnya "Baik, gusti. Hamba
terpaksa memberanikan diri untuk menghaturkan permohonan
kepada paduka" "Katakanlah, jangan ragu-ragu. Jika hal itu memang
beralasan, tentulah aku akan menyetujui"
"Terima kasih, gusti" Sambu memberi hormat "sudah menjadi
idam-idaman hamba bahkan telah tumbuh menjadi pendirian
hidup hamba, bahwa bumi Sadeng yang telah melahirkan diri
hamba itu akan hamba luhurkan derajatnya"
"Meluhurkan derajat bumi kelahiranmu" Apa maksudmu,
anakmuda?" seru ra Kuti.
"Gusti, segala apa di dunia ini selalu berjalan dan berkembang
maju. Demikian pula Sadeng. Sudah berpuluh-puluh bahkan
beratus tahun, dari sebuah daerah belantara raya, mulailah
tempat itu dibuka dan diberi nama Sadeng. Kemudian makin
lama makin bertumbuh. Jadilah kini Sadeng sebagai sebuah
kebuyutan yang membawahi beberapa kelurahan. Namun
perkembangan dan kemajuan Sadeng makin meningkat, baik
mengenai perkembangan wilayah, kemakmuran dan jumlah
kawulanya. Rasanya sudah tiada memadai jika Sadeng itu masih
merupakan kebuyutan saja, gusti"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"O" desuh ra Kuti.
1717 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumber pendorong utama dari kebangkitan dan kemajuan
Sadeng dalam segala bidang itu, tak lain adalah perasaan yang
terkandung dalam sanubari setiap rakyatnya, gusti"
"Apa saja perasaan rakyat Sadeng itu?"
"Rasa tidak puas, gusti. Tak puas terhadap setiap langkah
yang dilakukan baginda, terutama mengenai asai keturunan
baginda" Ra Kutl terbeliak dalam hati. Namun sebagai seorang tokoh
ulung, dia tak mau cepat-cepat melahirkan kandungan hatinya.
"Apa yang engkau maksudkan itu, anakmuda" katanya.
"Bahwa asal keturunan seri baginda Jayanagara yang jelas
bukan dari darah keturunan raja Singasai, sudah memberikan
kesan yang kurang berkenan di hati para kawula Majapahit
umumnya dan Sadeng khususnya. Kemudian setelah menyaksikan tindakan-tindakan baginda yang kurang adil dan
semena-mena terhadap para gusti mentri sepuh, rasa tak puas
itu makin membekas dalam-dalam. Dan yang terakhir,
terkoyaklah rasa hati kawula Sadeng sete lah melihat bagaimana
kejam baginda membasmi gusti mahapatih Nambi dan beberapa
gusti senopati di Lumajang ...."
"Tetapi bukankah mahapatih Nambi dan beberapa mentri
senopati yang berkumpul di Lumajang itu memang mempunyai
maksud hendak memberontak?" tukas ra Kuti.
"Dari beberapa keterangan yang berhasil hamba kumpulkan,
ternyata gusti mahapatih Nambi tiada mengandung angan-angan
sedemikian. Para gusti mentri di Lumajing itu telah difitnah oleh
patih Aluyuda yang telah menghasut baginda bahwa gusti Nambi
hendak memberontak" Ra Kuti berkata tersenyum "Jika begitu, kesalahan dan dosa
itu harus ditumpahkan pada patih Aluyuda dan bukan seri
baginda" 1718 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aluyuda hanya seorang patih dan baginda adalah junjungan
yang berkuasa penuh. Keputusan untuk menggempur Lumajang,
terletak pada seri baginda, bukan patih Aluyuda"
"Tetapi baginda dikelabuhi patih Aluyuda"
"Di situlah letak kesalahan dan kelemahan seri baginda
sebagai junjungan. Kesalahan besar itu menunjukkan betapa
tidak cakap seri baginda memegang pusara pemerintahan"
"Raja berkuasa penuh dan merupakan lambang: junjungan
yang lepas dari segala cacat kesalahan"
"Itulah yang hendak kami tentang, gusti" seru Sambu dengan
berapi api. Dia tak menyadari bahwa sesungguhnya, ra Kuti
hanya hendak memancing isi hatinya agar dia mempunyai
penilaian yang lengkap tentang anakmuda itu.
"O, apa yang menjadi pijakan mu?"
"Raja memang berkuasa penuh tapi jika kekuasaannya
digunakan untuk hal2 yarg menyimpang dari kebijaksanaan yang
luhur dan adil, tidakkah hal itu mengingkari arti daripada
kekuasaan itu sendiri" Bagi seorang raja, kekuasaan penuh harus
ditafs irkan sebagai kekuasaan yang mendapat restu dewata
untuk menjalankan pusara pemerintahan dengan adil, bijak dan
benar" Ra Kuti mengangguk. "Dan kesalahan adalah suatu cacat yang tidak mungkin
dihapus begitu saja oleh kekuasaan. Kesalahan mempunyai nilai
tersendiri yang menunjukkan ketidakmampuan dan tidak cakap.
Haruskah negara Majapahit diperintah oleh seorang junjungan
yang tidak cakap memerintah, gusti?"
Diam-diam ra Kuti memuji Sambu.
"Ya, sebenarnya apa yang engkau kemukakan itu merupakan
suara sebagian besar dari kawula Majapahit yang mencintai,
1719 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setya kepada kerajaan Majapahit" kata ra Kuti "dan bagaimana
penilaianmu terhadap peristiwa huru hara yang terjadi di pura
kerajaan ini?" "Hamba anggap, hal itu merupakan suatu letusan dari
timbunan rasa tak puas dari para kawula. Ibarat gunung berapi,
jika sudan penuh tentu tidak dapat dibendung lagi, pasti akan
meletus" "Jadi engkau menyetujui timbulnya perirtiwa itu?"
"Hamba merasa gembira sekali karena periitiwa itu akan
melahirkan suatu perobahan baru dalam kerajaan Majapahit"
"Apakah engkau menginginkan pengangkatan seorang
junjungan baru?" "Negara harus mempunyai kepala, kerajaan harus mempunyai
junjungan" "Siapa kiranya menurut pandanganmu yang ta-yak menjadi
junjungan baru?" "Seorang yang berwibawa, digdaya dan pandai memegang
pusara negara. Dan lagi harus orang Majapahit"
"Bagaimana kalau aku yang menjadi raja?" tiba-tiba ra Kuti
melontarkan sebuah pertanyaan yang tajam diantar dengan
pandang mata yang menikam.
Ternyata Sambu tak terkejut menerima pertanyaan itu. Dia
memang cerdas. Rangkaian percakapan ra Kuti tadi menimbulkan
suatu kesan bahwa rakryan itu akan menjurus ke suatu tujuan.
Diapun sudah dapat membayangkan apa tujuan itu.
"Bila Sapta Prabu, para gusti mentri dan senopati serta
seluruh kawula menyambut dengan gembira, tiada yang dapat
menentang paduka menjadi raja" jawab Sambu dengan cerdik.
Namun ra Kuti tak kalah cerdik "Dan bagaimana dengan
engkau sendiri?" 1720 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diri hamba ini, gusti" kata Sambu "hamba hanya seorang
anak buyut. Layakkah diri hamba diperhitungkan dalam masalah
yang maha besar itu?"
"Aku ingin mengetahui pendirianmu"
Didesak sedemikian rupa, Sambu tidak cepat gugup. Diam-
diam dia malah gembira karena merasa bahwa saatnya sudah
tiba di mana dia akan menyatakan apa-apa yang terkandung
dalam hatinya. "Seluruh kawula Sadeng akan mantap di belakang paduka
apabila mereka merasa diperlakukan sebagaimana mereka
sekarang" "Apa arti kata-katamu itu?"
"Telah hamba haturkan"
kata Sambu "bahwa kini perkembangan dan kemajuan kebuyutan Sadeng telah mencapai
taraf yang sedemikian rupa sehingga kurang memadai lagi
sebagai sebuah kebuyutan"
"Maksudmu supaya Sadeng ditingkatkan menjadi kadipaten?"
"Telah hamba janjikan demikian kepada segenap rakyat
Sadeng. Dan janji hamba itu adalah demi menggairahkan
semangat mereka untuk benar-benar menyingsingkan lengan
baju membangun kebuyutan. Dan ternyata mereka benar-benar
sangat bersemangat sekail melaksanakan pembangunan. Oleh
katena itu maka hambapun akan berusaha sekuat tenaga untuk
mewu-jutkan janji hamba itu"
"Jadi engkau menginginkan agar Sadeng menjadi kadipaten?"
"Apabila idam idaman hamba dan seluruh rakyat Sadeng itu
terlaksana maka kamipun akan menghilangkan segala keresahan
dan akan berdiri di belakang paduka, gusti"
"Benarkah itu?"
1721 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Walaupun hanya seorang anak desa, tetapi janji hamba
adalah janji seorang ksatrya. Dikutuk dewata apabila ingkar, mati
tercincang seribu pedang apabila berhianat !"
"Baik, Sambu, aku tak meragukan lagi janjimu" kata ra Kuti
"pulanglah dan kerahkan seluruh kawula Sadeng dalam kesiap
siagaan. Agar sewaktu waktu dibutuhkan, akan segera kupanggil"
Sambu menghaturkan terima kasih.
"Selekas kulepaskan engkau, besok pagi engkau harus lekas
lekas tinggalkan pura ini. Suasana di sini masih keruh. Baginda
masih belum diketahui di mana beradanya"
"Apakah paduka tidak sependapat dengan hamba, bahwa
suatu keputusan yang cepat akan merupakan sarana yang paling
tepat untuk mencapai tujuan paduka?"
Ra Kuti mengangguk "Ya, memang sudah kupikirkan. Dalam
waktu yang singkat segeta akan kulaksanakan suatu peristiwa
penting yang akan me.obah sejarah kerajaan Majapahit"
Sambu mengangguk. "Sambu" tiba-tiba ra Kuti berujar pula "apakah di Sadeng telah
engkau bentuk suatu kesatuan pasukan?"
"Sudah, gusti" "Cepatlah engkau kembali ke Sadeng dan cepat pula engkau
kembali ke pura Majapahit dengan membawa pasukanmu"
Sambu terkejut "Untuk apa gusti?"
"Dalam waktu yang singkat ini, di pura kerajaan akan terjadi
sesuatu yang penting sekali. Siapkanlah anak pasukan di luar
pura. Pada saat yang diperlukan, akan kukirim orang untuk
memberi kabar kepadamu"
1722 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, gusti" kata Sambu. Dan sejenak sebelum mohon diri,
dia memberanikan diri untuk meminta penegasan janji ra Kuti
mengenai kebuyutan Sadeng.
"Sambu, jika engkau hendak menetapi sifat keksatryaanmu,
adakah aku ra Kuti, akan mengingkari janji ksatrya itu?"
Tetapi Sambu masih meragu.
"Mengapa engkau berdiam diri?" tegur ra Kuti.
"Ah, mohon paduka melimpahkan ampun kepada hamba" kata
Sambu "karena hamba terlampau kemanjaan keinginan"
"Bagaimana yang engkau maksudkan?"
"Gusti" kata Sambu dengan lantang. Dia tak mau ragu-ragu
lagi karena menganggap bahwa pada saat itu dia telah
memperoleh angin yang segar, suatu kesempatan yang tak
disangka-sangka telah terbentang di hadapannya "agar hamba
mempunyai pegangan untuk menggerakkan seluruh anakmuda
yang tergabung dalam pasukan yang telah hamba bentuk di
Sadeng. Agar seluruh kawula Sadeng bersatu di belakang hamba,
tidakkah paduka berkenan melimpahkan berkah yang berupa
suatu pengumuman resmi mengenai terbentuknya kebuyutan
Sadeng menjadi kadipaten, gusti?"
"Sekarang ini?"
"Demikianlah yang hamba mohonkan"
"Tetapi bagaimana mungkin akan mewisuda ramamu sebagai
adipati, dalam keadaan sekarang ini?"
"Soal pewisudaan, mengingat suasana saat ini, dapat
dipertangguhkan belakangan. Tapi yang penting adalah
pengumuman paduka sebagai kekancing yang resmi"
Ra Kuti termenung sejenak dan Sambupun menenangkan diri
menanti. Beberapa saat kemudian, dia perhatikan perobaban
1723 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pada airmuka ra Kuti. Suatu pancaran yang cerah merekah pada
wajah rakryan itu. Sesaat ra Kuti mengangguk dan terus beranjak dari tempat
duduk. Beberapa saat kemudian dia ke luar dan membawa
segulung daun lontar "Terimalah Sambu. Lontar ini sebagai
pengganti dari piagam kerajaan, yang menyatakan bahwa sejak
berlakunya apa yang tersirat dalam daun lontar ini maka
kebuyutan Sadeng, ditingkatkan menjadi kadipaten. Segala
sesuatu yang berhubungan dengan upacara dan lain lain, akan
diselenggarakan pada saat yang akan ditetapkan kemudian"
Dengan girang Sambu menerima daun lontar itu. Walaupun
pada umumnya perobahan tentang keadaan suatu daerah itu
harus melalui pertimbangan yang cermat dan keputusan dari
dewan mentri dan kemudian di sahkan oleh seri baginda, namun
dalam keadaan yang genting, Sambu menganggap daun lontar
itu merupakan pengganti piagam batu lempeng yang sah dan
resmi dari kerajaan. Bukankah rakryan Kuti saat ini menjabat
sebagai penguasa tertinggi di kerajaan Majapahit"
Pada saat Sambu hendak turun dari hadapan ra Kuti, rakryan
itu berpesan "Sambu, dewasa ini keadaan di pura sedang gawat.
Keadaan yang tak menentu itu dapat melahirkan segala
kemungkinan. Memang telah kuperintahkan untuk menutup
hubungan dengan daerah daerah. Setiap orang yang hendak
masuk pura harus diperiksa dan tidak ssmbarang orang didinkan
masuk. Daerah-daerah harus di cegah supaya jangan mengetahui
apa yang terjadi dalam pura sebelum nanti suasananya sudah
pulih kembali" Sambu mengangguk. "Keadaan dalam pura benar-benar keruh. Lawan dan kawan
sukar diketahui. Oleh karena itu engkau harus lekas-lekas
kembali ke Sadeng. Dan janganlah sekali-kali engkau
mengatakan pembicaraan kita ini kepada siapapun juga.
Mengertikah engkau, Sambu?"
1724 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba akan melaksanakan titah paduka dengan sungguh
sungguh, gusti" kata Sambu memberi janji.
Setelah meninggalkan keraton, Sambupun segera bergegas
kembali ke Sadeng. Dia tidak mau terlibat dalam kesulitan yang
mungkin akan dideritanya apakila dia masih melanjutkan
peninjauan dalam pura kerajaan.
Demikian Sambu menghadap ramanya dan melaporkan apa
yang telah terjadi di pura Majapahit. Juga pembicaraan empat
mata dengan rakryan Kuti dilaporkan dengan terperinci.


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagus, puteraku" buyut Sadeng memberi pujian "jika
demikian terlaksanalah cita-cita kita"
"Hamba rasa tiada kesempatan yang lebih bagui daripada saat
ini, rama" "Ya, benar, tetapi ...." tampak buyut Sadeng mengerut dahi.
Sambu terkesiap melihat sikap ramanya. Ada sesuatu yang
tampaknya masih membuat ramanya meragu "Tetapi .... apakah
yang rama maksudkan?"
"Ada beberapa hal yang perlu kita kaji dengan hati-hati" kata
buyut Sadeng "pertama, adakah rakryan Kuti itu benar-benar
merupakan orang kuat di pura Majapahit dewasa ini" Kedua,
adakah rakryan Kuti mengandung maksud untuk merebut
kekuasaan kerajaan Majapahit" Ketiga, apakah sesungguhnya
tiada kemungkinan seri baginda Jayanagara akan kembali tampil
dan memegang tampuk pimpinan kerajaan lagi?"
Sambu mengangguk. Sejenak dia merenung untuk menelaah
dan kemudian merumuskan jawaban atas pertanyaan ramanya
yang cukup tajam itu. Dia mengakui bahwa hal hal yang
ditanyakan ramanya itu belum pernah terjangkau dalam alam
pikirannya. "Rama, idinkan hamba menjawab" kata Sambu. Buyut Sadeng
mengangguk. 1725 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pertanyaan pertama" kataa Sambu "menurut wawasan
hamba, sebelum timbul huru hara, rakryan Kuti adalah pimpinan
Dharmaputera yaitu kelompok tujuh menteri besar yang langsung
diangkat oleh seri baginda Jayanagara sendiri. Setelah timbul
huru hara dan seri baginda lolos dari pura kerajaan, Dewan
Keratonpun segera menyerahkan kekuasaan pemerintahan
kepada rakryan Kuti"
"Mengapa kepada rakryan Kuti dan tidak kepada rakryan patih
mangkubumi?" tukai buyut Sadeng.
"Rama" jawab Sambu " Sejak terjadi pemberontakan patih
mangkubumi Narnbi, maka seri baginda rupanya belum berkenan
untuk melimpahkan kepercayaan pada salah teorang wredha
mentri sebagai patih amangkubumi. Rupanya seri baginda terlalu
hati-hati untuk tidak menderita peristiwa semacam pemberontakan patih Nambi itu lagi. Dan oleh karenanya, di
samping makin memberi kepercayaan kepada patih Aluyuda, pun
seri baginda telah mengangkat tujuh mentri besar sebagai
Dharmaputera" "Apa maksud seri baginda dengan pengangkatan Dharmaputera yang tidak terdapat dalam susunan pemerintahan
kerajaan itu?" "Hamba rasa" kata Sambu "baginda memang hendak
menyusun suatu jalur pemerintahan di mana satu dengan yang
lain akan saling mengawasi. Agar patih Aluyuda dapat diawasi
oleh Dharmaputera, demikian pula kebalikannya"
"Maksudmu agar patih Aluyuda dan para mentri Dharmaputera
itu salmg curiga mencurigai?"
"Yang jelas, baginda tidak menghendaki adanya suatu
kekuasaan mutlak di tangan seorang mantri. Seri baginda
menarik pelajaran dari peristiwa patih Nambi"
Buyut Sadeng mengangguk. 1726 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pertanyaan kedua" kata Sambu "menurut pengamatan
hamba, memang rakryan Kuti mempunyai maksud tersembunyi
ke arah merebut kekuasaan kerajaan. Rakryan itu telah
mengerahkan seluruh kadehannya untuk menjaga pura dengan
ketat, kemudian mengirim orang untuk mencari jejak lenyapnya
seri baginda dari pura kerajaan"
"Tetapi itu sudah wajar" bantah buyut Sadeng "bahwa sebagai
mentri yang diserahi kekuasaan, rakryan Kuti harus mencari dan
membawa baginda kembali ke pura Majapahit?"
"Itu memang tugas yang dibebankan kepada rakryan Kuti.
Tetapi antara tugas dan pelaksanaannya adalah dua hal. Tugas
itu perintah yang harus dilaksanakan demi kepentingan raja dan
kerajaan. Tetapi pelaksananya adalah manusia yang mempunyai
perasaan dan kepentingan sendiri. Di sinilah perlunya kesatuan
antara tugas dengan yang melaksanakan. Bilamana terdapat
kelainan antara kedua unsur itu, maka perintah itu akan
menyesat ke lain tujuan"
"Apa maksudmu, Sambu?"
"Jelasnya begini" kata Sambu "apabila rakryan Kuti itu benar-
benar setya kepada raja, sudah tentu dia benar-benar akan
mencari jejak baginda dan mengiringnya kembali ke pura
kerajaan. Namun apabila rakryan Kuti mempunyai maksud lain,
tidakkah hal itu akan menimbulkan kelainan tujuan?"
"Aku belum jelas" seru buyut Sadeng.
"Apabila rakryan Kuti mempunyai keirginan peribadi untuk
tetap memegang kekuasaan kerajaan, tidakkah usahanya
mencari jejak baginda itu akan membahayakan keselamatan
baginda. Seseorang yang telah dimabuk dengan kehausan kuasa,
dapat bertindak segala apa. Dalam hal ini, bukan mustahil jika
rakryan Kuti akan bertindak tidak kepalang tanggung yani secara
rahasia beliau akan melenyapkan seri baginda?"
"Agar dia tetap berkuasa?"
1727 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekalipun harus melalui berliku-liku cara, baik dengan
kekerasan maupun dengan bujukan, agar dapat menguasai
kerajaan" "Menggantikan seri baginda sebagai raja Majapahit,
maksudmu?" "Demikianlah rama" sahut Sambu "dan dalam hal itu hamba
telah mendapat kesan-kesan bahwa rakryan Kuti memang
mempunyai keinginan begitu"
Buyut Sadeng terdiam. "Dan pertanyaan ketiga" lanjut Sambu lagi "kemungkinan seri
baginda kembali ke pura kerajaan memang ada. Tergantung dari
sikap dan tindakan rakryan Kuti. Kalau rakryan itu masih setya,
tentu seri baginda akan kembali ke pura Majapahit lagi ...."
Buyut Sadeng mengangguk-angguk. Apa yang diuraikan
puteranya memang telah memenuhi apa yang diinginkan dalam
pertanyaannya "Lalu bagaimana langkah kita sekarang ini?"
katanya. "Karena rakryan Kuti sudah terikat janji dengan hamba,
segera saja kita mengadakan persiapan untuk membentuk
persiapan-persiapan kewisudaaa dari kadipaten Sadeng, rama"
"Tetapi ...." kembali buyut Sadeng mengerut dahi. Ada
sesuatu yang masih mengawan dalam alam pikirannya.
"Bagaimana rama?"
"Ada setitik cemas yang mencemarkan dalam pikiranku.
Bahwa berdirinya kadipaten Sadeng ini atas perkenan dari
rakryan Kuti. Apabila rakryan Kuti benar-benar setya raja dan
dapat memulihkan kembali ketenteraman praja Majapahit,
tentulah kekuasaan rakryan akan bertambah besar. Dan itu
berarti bahwa restu rakryan atas kadipaten Sadeng tentu akan
teguh. Tetapi apabila keadaan ternyata tidak seperti apa yang
1728 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kukatakan, artinya rakryan mempunyai maksud tersembunyi
maka kita akan dihadapi oleh dua kemungkinan"
"Yang satu, kalau rakryan dapat mempertahankan kedudukannya, Sadeng tetap akan jadi kabupaten" kata Sambu.
"Benar" sahut buyut.
"Dan kemungkinan kedua, adalah kemungkinan yang gawat.
Yani apabila rakryan Kuti sampai gagal tentulah kedudukan
beliau terancam dan kadipaten Sadengpun akan menjadi
persoalan" "Tepat" seru buyut "karena baginda tentu akan mengadakan
pembersihan sampai pada hal-hal yang menyangkut pembentukan Sadeng menjadi kadipaten. Dan inilah yang
mengabut dalam pertimbanganku"
"Tidak rama" kata Sambu dengan nada penuh kepercayaan
"apabila keadaan menjurus ke arah yang tidak menggembirakan,
kadipaten Sadeng tetap harus berdiri"
"Tetapi tidakah kerajaan akan menindak kita?"
"Kemungkinan akan menindak tetapi kemungkinan tidak akan
menindak" kata Sambu "hamba katakan kerajaan akan menindak
tentu mendasarkan pada pertimbangan untuk memberantas
seluruh pengaruh rakryan Kuti. Karena kadipaten Sadeng
dibentuk atas persetujuan rakryan Kuti maka Sadeng tentu
dianggap sebagai pendukung rakryan Kuti"
"Kemungkinan bahwa kerajaan takkan menindak kita" kata
Sambu lanjut "hamba dasarkan atas pertimbangan. Kesatu,
keadaan pemerintah kerajaan masih ringkih, ibarat orang yang
sedang sembuh dari sakit. Tentu akan mementingkan untuk
mnnyehatkan tubuh pemerintahannya daripada melangkah ke
luar untuk menindak kita. Kedua, kerajaan tentu akan berusaha
untuk memulihkan pengaruhnya atas wilayahnya termasuk tanah
datar atau pesisiran. Kerajaan tentu masih ingin mengetahui
1729 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secara pasti bagaimana kesetyaan para adipati di seluruh telatah
Majapahit. Dalam hal ini, kerajaan tentu akan lebih menggunakan
cara yang lunak daripada kekerasan. Demikianlah pandangan
hamba, rama" "Ya, engkau benar angger" kata buyut Sadeng " lalu ...."
"Lebih baik kita jangan mencemaskan hal yang belum terjali.
Karena setiap hal yang belum terjadi masih belum pasti.
Bagaimana kelak kesudahan daripada peristiwa di pura kerajaan,
adalah suatu hal yang akan terjadi kelak. Dan apapun yang akan
terjadi, sekali Sadeng suldah menjadi kadipaten, kita harui
mempertahankannya" "Baik, Sambu" akhirnya buyut Sadeng dapat menerima
pendapat Sambu. Dan beberapa waktu kemudian, Sadeng telah mengadakan
upacara besar untuk mewisuda buyut Sadeng sebagai adipati.
Perayaan itu telah mendapat sambutan hangat dari para lurah
dan buyut di telatah Lumajang dan Pajarakan.
(Oo-dwkz-ismoyo-oO) Perkembangan yang terjadi di pura Majapahit telah berjalan
dengan cepat sekali. Suatu keajaiban terjadi. Dipa, bekel
bhayangkara yang mengiring seri baginda Jayanagara meloloskan
diri ke deia Bedander telah berhasil menyusup ke dalam pura.
Setelah mengadakan penyelidikan dan menghubungi beberapa
mentri dan senopati, Dipa mendapat kesan bahwa hampir
sebagian besar jajaran mentri dan senopati di pura kerajaan
masih tetap setya kepada baginda.
Berkat kecerdikan dan kegigihan bekel Dipa akhirnya dapatlah
ia menggagalkan usaha rakryan Kuti dan para warga
Dharmaputera untuk merebut kekuasaan pemerintahan.
1730 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam rapat besar yang diadakan rakryan Kuti untuk
memutuskan nasib baginda Jayanagara, dengan ketajaman dan
kepandaian yang mengagumkan, bekel Dipa melantangkan
pidato yang dapat menggugah dan menyadarkan seluruh kawula
pura Majapahit bahwa seri baginda Jayanagara masih hidup dan
bahwa seri baginda hanya akan berkenan kembali ke pura
kerajaan apabila penghianat Kuti dan kawan-kawannya
disirnakan. Serentak rakyat gegap gempita dan marah. Suatu kesudahan
yang mengerikan terjadi. Patih Aluyuda telah direncak dan mati
cineleng neleng oleh rakyat. Demikian ra Kuti dan para
Dharmaputera harus menderita nasib yang sama, dibunuh rakyat.
Akhirnya dengan suatu upacara yang penuh kegembiraan dan
keharuan, kawula Majapahit menyambut kembalinya seri bagindi
ke pura kerajaan (Bacalah Gajah Kencana manggala Majapahit).
Kadipaten Sadeng gempar menerima berita itu. Dan adipati
segera mengadakan rapat untuk membicarakan perkembangan
itu. Kadipaten Sadeng telah mengadakan persiapan yang kokoh.
Pasukan kadipaten diperbesar jumlahnya. Mereka berlatih
dengan giat dalam tata keprajuritan. Dibentuk pula suatu regu
pasukan pilihan yang terdiri dari para muda. Pasukan itu dilatih
sendiri oleh Sambu. Juga anggautanya dipilih dengan ketat
sekali. Pun dalam tata pemerintahan, walaupun kadipaten, tetapi
Sadeng mencontoh susunan pemerintahan di pura kerajaan. Ada
seorang patih, yani patih W ilarang dan seorang senopati yani
Singa Umbar. "Dalam menghadapi perobahan suasana di pura Majapahit,
gusti adipati" kata patih Wilarang "kita harus berhati-hati. Ada
dua hal yang layak kita pertimbangkan"
1731 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Atas permintaan adipati Sadeng, patih W ilarang menyatakan
"Pertama, kita mengirim utusan untuk mengayu-bagya atas
kembalinya seri baginda ke pura Majapahit dengan membawa


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

surat dari paduka. Dan kedua, kita bersikap diam"
"Masih ada kemungkinan yang ketiga" tiba-tiba senopati Singa
Umbar berkata "kita serang Majapahit yang saat ini sedang
lemah. Karena bagaimanapun tentulah dalam pura itu masih
terdapat sisa-sisa pengikut rakryan Kuti. Kita hubungi mereka
setelah itu kita atur rencana untuk merobohkan Majapahit dari
luar dan dalam. Apabila pasukan Sadeng sudah menyerang maka
dari dalam mereka, yani s isa-sisa pengikut rakryan Kuti itu harus
menyerempaki dengan gerakan untuk mengadakan pengacauan
dari dalam. Apabila kita mensia-siakan kesempatan sekarang ini,
mungki kita takkan mendapat kesempatan yang sebagus
sekarang lagi" Adipati hanya mengangguk tanpa arti. Sesaat kemudian dia
meminta keterangan "Senopati, memang memulai peperangan
itu mudah tetapi untuk memenangkan peperangan itu sukar.
Adakah andika sudah yakin bahwa kekuatan kita cukup untuk
mengalahkan Majapahit?"
"Menurut wawasan hamba" jawab Singa Umbar "kini Sadeng
telah memperbesar kekuatan pasukannya sampai tiga kali lipat.
Dan prajurit-prajurit kita te lah mendapat latihan tata keprajuritan
yang amat keras" "Wah, adi Singa Umbar memang berani" kata patih W ilarang
"tetapi keberanian saja belumlah cukup kalau tidak dilambari
dengan perhitungan. Perang bukanlah hanya tergantung atas
keberanian dan terlatihnya anak pasukan, melainkan harus
memakai perhitungan yang masak. Karena kembalinya seri
baginda ke pura kerajaan itu menunjukkan bahwa jajaran nayaka
senopati Majapahit masih tetap setya kepada seri baginda. Dan
jelas bahwa jumlah pasukan Majapahit itu tentu jauh lebih besar
dari kita karena dalam peristiwa buru hara rakryan Kuti itu tidak
1732 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjadi pertempuran besar, dengan demikian kekuatan pasukan
Majapahit tentu masih utuh"
"Tetapi bagaimana kalau Majapahit menindak kita, kakang
patih" " Singa Umbar balas bertanya.
"Itu lain halnya" jawab patih Wilarang "jika diserang barulah
kita bergerak demi membela dan mempertahankan bumi Sadeng"
"Ilmu perang menyatakan, kakang patih" sanggah Singa
Umbar "bahwa menyerang itu lebih unggul kedudukannya
daripada diserang. Barang siapa melakukan penyerangan lebih
dulu, dia pasti akan lebih kuat"
"Ya, memang benar adi Umbar" kata patih Wilarang "tetapi
sekali kali kita tidak boleh meninggalkan perhitungan. Jika ingin
menang berperang, kita wajib tahu akan kekuatan kita dan tahu
pula akan kekuatan musuh"
Adipati Sadeng menyela "Kakang patih benar. Lalu bagaimana
dengan pengalasan yang kita tugaskan untuk memata-matai
kekuatan kerajaan?" "Pengalasan itu sudah datang dan telah memberi laporan
kepada hamba" kata Singa Umbar "memang kekuatan pasukan
Majapahit masih utuh dan sebagian besar dari pimpinan pasukan
masih setya kepada raja. "Jika demikian" kata adipati "perlu kita menelusuri
pertimbangan kakang patih agar jangan kita tergesa gesa
melakukan tindakan yang dapat membawa akibat besar bagi
Sadeng" "Benar" sahut Singa U nbar "hambapun tidak menuruti nafsu
hati melulu tetapi juga dengan perhitungan yang berlandaskan
pada kepentingan kadipaten Sadeng"
"Lalu apa yang menjadi pertimbangan andika?"
1733 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba telah mengirim seorang pengatasan pilihan, Gumpita,
untuk menyelundup ke dalam pura kerajaan dan mengadakan
hubungan dengan golongan-golongan yang tidak menyukai seri
baginda" "Bagaimana hasilnya?"
"Keadaan dalam pura Majapahit memang rumit sekali,
terprcah belah menjadi beberapa kelompok golongan. Ada
golongan yang mendukung Dharmaputera Kuti, ada pendukung
patih Aluyuda, anakbuah kelompok arya, pengikut setya seri
baginda. Di samping itu ada suatu kekuatan yang tersembunyi
yani sebuah perhimpunan rahasia yang menamakan diri Gajah
Kencana" "Gajah Kencana" Apa maksud perhimpunan rahasia itu?"
"Gsjah Kencana beranggautakan putera-putera para kadehan
dan senopati rahyang ramuhun Kertarajasa Jayawardhana yang
bertujuan untuk menjaga kewibawaan dan me lestarikan
kesejahteraan kerajaan Majapahit"
"Jika begitu mereka itu tergolong pendukung raja
Jayanagara?" "Dapat dianggap begitu tetapi sukar untuk memastikan
demikian" sahut Singa Umbar "karena tujuan mereka hanya satu,
menjaga dan menegakkan kelangsungan dan kewibawaan
Majapahit. Siapapunyang duduk di tahta kerajaan asal benar-
benar demi kesejahteraan dan kejayaan Majapahit, pasti akan
didukungnya" "Jika begitu mereka akan mendukung baginda Jayanagara?"
"Selama mereka menganggap bahwa baginda itu benar-bernar
leorang junjungan yang tetya melangsungkan kewibawaan
Majapahit, mereka tentu akan memberi dukungan"
"Siapakah pemimpinnya?"
1734 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Disitulah letak dari kerahasiaan perhimpunan itu" jawab Singa
Umbar "karena jangankan pemimpinnya sedang warga Gajah
Kencana itu siapa dan di mana, tiada seorangpun yang tahu.
Dapat dikatakan bahwa perhimpunan Gajah Kencana itu ada
tetapi tak ada, tak ada tetapi ada"
"Dalam peristiwa lolosnya baginda dari pura kerajaan, adakah
Gajah Kencana juga ikut ambil bagian?"
"Sukar dipastikan keterlibatannya tetapi rasanya tak lepas dari
usaha mereka. Hamba menaruh syak wasangka akan bekel
bhayangkara yang bernama Dipa, yang ikut mengawal baginda
lolos dari pura kerajaan"
"Engkau maksudkan bekel Dipa itu Silah seorang warga Gajah
Kencana?" Adipati u enegai.
"Rasanya demikian" kata Singa Umbar "dan memang menurut
laporan pengatasan yang hamba kirim, bekel Dipa itu patut
mendapat sootan. Dia dikirim Rani Kahuripan memenuhi
permintaan baginda yang setelah pemberontakan Lumajang,
banyak mengadakan pembersihan besar-besaran, baik di
kalangan narapraja maupun di dalam pimpinan pasukan. Pasukan
bhayangkara yang lama telah dibubarkan dan diganti dengan
yang baru. Sejak masuk ke dalam keraton, bekel Dipa cepat
sekali me lonjak bintangnya. Dia dekat dan makin mendapat
kepercayaan baginda. Dia pula yang mengawal baginda lolos dari
huru hara. Dan dia pula yang diutus baginda menyusup ke pura
untuk menyelidiki keadaan. Dialah orangnya yang berhasil
menggugah kesadaran jajaran senopati dan kawula pura
kerajaan Majapahit untuk menumpas kawanan Dharmaputera ra
Kuti" Adipati mengangguk "Ya,
bekel itu memang patut diperhitungkan. Tetapi apa yang menjadi peganganmu dalam
mempertimbangkan serangan ke Majapahit itu?"
1735 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pengalasan Gampita telah menyusun rencana dengan rapih
dan telah berhasil menghimpun kekuatan di dalam pura. Apabila
kita bergerak, mereka akan segera bergerak dari dalam"
Adipati kembali mengangguk. Kemudian berpaling ke arah
puteranya "Sambu, bagaimana penilaianmu?"
"Dalam hal ini hamba lebih cenderung kepada pendapat
paman Wilarang" kata Sambu "jika kita menyerang kita akan
terbentur pada saat-saat yang kurang menguntungkan. Jelas
dikatakan paman patih bahwa saat ini baginda sedang
mengadakan pembersihan besar-besaran dalam tubuh pemerintahannya. Kedua, kekuatan pasukan kerajaan masih
utuh. Dan ketiga kawula pura Majapahit sedang bersyukur
menyambut kembalinya junjungan mereka"
"Apabila kita menyerang maka akan timbul dua akibat yang
buruk. Pertama, rasa gegap gempita kegembiraan kawula
Majapahit menyambut kembalinya sang junjungan, akan
melahirkan suatu semangat dan kesetyaan yang menyala-nyala
untuk menumpas musuh yang hendak mengganggu kerajaan.
Kedua, para adipati di pesisir akan menggunakan kesempatan itu
untuk mengambil hati kerajaan dengan mengirim pasukan untuk
menghancurkan musuh itu. Nah, sanggupkah kita menghadapi
dua macam perlawanan itu ?"
Agak gelagapan tampaknya senopati Singa Umbar mendengar
tanggapan Sambu. Adipatipun diam-diam memuji ketajaman
puteranya dalam menyelami persoalan.
Akhirnya diputuskan bahwa Sadeng tetap akan bersikap diam
menunggu perkembangan selanjutnya. Tetapi diam bukan berarti
berpeluk tangan me lainkan diam untuk memperkuat diri dalam
menghadapi setiap kemungkinan yang membahayakan mereka.
Ternyata baginda Jayanagara tidak mempersoalkan pendirian
Sadeng menjadi kadipaten. Dia memanggil Adipati Sadeng dan
meminta keterangan tentang peristiwa itu.
1736 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mendengar keterangan dari Adipati Sadeng,
bagindapun dapat menerima. Dalam hal itu memang Adipati
Sadeng juga cukup cerdik untuk menghaturkan janji
kesetyaannya kepada kerajaan.
Memang pada mulanya kadipaten Sadeng selalu mematuhi
peraturan kerajaan. Setiap tahun pada hari Ceita di mana para
adipati dari seluruh telatah Majapahit berkumpul di pura
Majapahit untuk mendengarkan amanat baginda, Adipati Sadeng
pun hadir. Tetapi beberapa tahun kemudian, Adipati Sadeng tak
mau hadir dan bermula hanya mengirim utusan saja. Kemudian
pada akhirnya, utusanpun tidak dikirim.
Dan selama itu seperti telah di ceritakan pada bagian
terdahulu, Sambu pernah pergi ke Kahuripan untuk ikut dalam
sayembara yang diadakan Rani Kahuripan. Tetapi dia gagal dan
kalah dengan raden Ker-tawardhana.
Sambu pulang dengan membawa kesakitan hati. Dia kecewa
dan penasiran atas hasil sayembara itu. Dan mulailah dia
membangkitkan cita-cita yang lama yalah akan menentang
kerajaan Majapahit. Sebenarnya dia sudah melupakan Rara Tanjung, puteri adipati
Pajarakan. Tetapi dalam pertimbargan selanjutnya, dia
mempunyai gagasan untuk menyambung lagi tali hubungan
darah itu. Apabila berhasil mendapat dukungan Pajarakan,
kekuatan Sadeng pasti akan tambah besar dan rencana untuk
menentang Majapahit pasti akan berhasil.
Ketika maksud itu diutarakan kepada ramanya, bermula
adipati Sadeng tak setuju "Mengapa engkau masih mempersoalkan Rara Tanjung lagi" Ka lau engkau ingin krama, di
telatah Sadeng ini tidak kurang kenya yang lebih cantik dari si
Tanjung" "Tetapi rama, hamba mempunyai rencina lain"
"Bagaimana rencanamu?"
1737 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sejak patih Aluyuda hancur, keadaan paman adipati
Pajarakan memang gelisah sekali. Ternyata paman memang
menjadi anakbuah patih Aluyuda" kata Sambu "nah, saat inilah
yang terbaik untuk menariknya ke dalam fihak kita"
"Tetapi Sambu" bantah Adipati "dia telah membuat malu
kepada kita karena menolak pinangan-ku. Haruskah engkau
memohon ramamu mengulangi pula meminang puterinya?"
"Rama" kata Sambu "memang hal itu di dunia ini kadang
harus terlibat dalam perjalanan yang aneh. Pada hal keanehan itu
adalah manusia sendiri yang menciptakannya. Manusia
berbahagia karena dikaruniai perasaan tetapi kadang perasaan
itu justeru akan membelenggu manusia itu sendiri. Rasa malu,
rasa bangga, rasa tinggi dan lain-lain merupakan unsur-unsur
yang membentuk lahirnya sang Aku. Jadi sesungguhnya sang
Aku itu tak lain adalah bentuk dari ciptarasa kita sendiri"
"Bahwa dahulu prabu Kertanagara dari kerajaan Singaiari
pernah berhasil mengangkat Singasari ke tingkat jenjang
kewibawaan dan kemasyhuran, adalah karena baginda bijaksana
sekali dalam menguasai dan menempatkan rasa itu pada
tempatnya yang layak" kata Sambu pula.
Adipati Sadeng tak mengerti apa yang dituju dalam ucapan
puteranya itu. Adipati meminta penjelasan.
"Untuk merebut hati raja Daha dan secara halus
menjinakkannya maka baginda Kertanagara tak segan untuk
mengambil pangeran Ardaraja putera mahkota Daha menjadi
putera menantu baginda. Juga baginda pernah mengirim puteri
Singasari kepada kerajaan Campa. Dengan siasat ikatan darah itu
baginda hendak menguasai kesetyaan raja-raja yang bernaung di
bawah kekuasaan Singatan"
Adipati Sadeng mengangguk "Ya, benar. Tetapi akhirnya raja
Daha tetap memberontak juga"
1738 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena baginda terlampau yakin akan hasil dari rencananya


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu dan terutama karena terlalu percaya pada patih Aragani yang
berhati hianat" "Engkau bermaksud hendak mencontoh siasat prabu
Kertanagara itu?" tanya Adipati.
"Ya, rama" sahut Sambu "karena kedudukan kita lebih
menguntungkan dari Singasari dengan Daha. Adipati Pajarakan
sudah terjepit dalam cengkeraman ketakutan maka apabila kita
membuka jalan dia pasti akan menurut"
"Tetapi Sambu" seru Adipati "bukankah adimu Jarak sedang
tak ada" Lalu untuk: siapakah Rara Tanjung puteri Alipati
Pajarakaa itu?" Sambu tertawa ceria "Adakah putera paduka itu hanya
seorang saja?" "O, engkau sudah bersedia untuk menikah?" Adipati terkejut
girang. Sambu menghaturkan sembah,
"Baiklah, jika engkau sudah bersedia memangku wanita,
akupun segera akan mengirim utusan untuk meminang Tanjung"
Memang yang diperhitungkan Sambu itu tepat sekali.
Keadaann adipati Pajarakan seperti semut di atas pasir-pasir.
Setelah patih Aluyuda dibunuh, Adipati Pajarakan merasa atis
sekali. Hatinya menggigil kedinginan. Dalam rangka untuk
memperkokoh kedudukannya maka Adipatipun berusaha untuk
menguajukkan kesetyaannya kepada kerajaan dengan menghaturkan persembahan bulu-bekti yang berlimpah ruah.
Namun sekalipun begitu, rasa cemas masih membayang
bayangi hati Adipati. Betapapun cepat atau lambat sapu-bersih
yang sedang dilakukan baginda tentu akan menjangkau daerah-
daerah. Saat ini seri baginda sedang sibuk membersihkan tubuh
dalam pemerintahan kerajaan.
1739 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedatangan patih Wilarang dari kadipaten Sadeng mendapat
perhatian besar dari Adipati Pajarakan. Karena Adipati Pajarakan
masih ingat akan peristiwa penolakan peminangan dari Adipati
Sadeng setahun yang lalu.
Setelah mendengar kata yang dihaturkan patih W ilarang akan
maksud kedatangannya, tercenunglah Adipati. Dia mempersilakan utusan Sadeng beristirahat kemudian dia
bermusyawarah dengan isterinya "Bagaimana, nyi, ternyata
kakang Adipati Sadeng masih mengulang hasratnya untuk
meminang Tanjung" katanya.
Nyi Adipati cenderung menyetujui "Kurasa peminangan
kakang Adipati Sadeng itu layak mendapat perhatian yang
sungguh sungguh. Setelah rakryan patih Aluyuda meninggal,
memang agak berbahaya kedudukan kakangmas di Pajarakan ini.
Sekarang baginda masih sibuk mengatur pemerintahan di pura,
tetapi setelah itu tentulah akan meneliti lagi para adipati di
daerah-daerah" "Hm, memang begitu" desuh Adipati.
"Pertama, peminangan ini menunjukkan betapa kesungguhan
kakang Adipati Sadeng terhadap puteri paduka Tanjung. Kedua,
dengan terikatnya perjodohan antara puteri paduka Tanjung
dengan putera Adipati Sadeng maka puteri paduka tidak jatuh ke
tangan lain orang tetapi bahkan dapat mengumpulkan pula
tulang-terpisah. Dan ketiga, kedudukan kita menjadi 'hangat'.
Andaikata seri baginda hendak menindak paduka, tentulah juga
harus mempertimbangkan hubungan paduka dengan kakang
Adipati Sadeng. Maaf, kakangmas, entah benar atau salah
pendapatku ini hanya kakangmas yang dapat memutuskan"
Adipati Pajarakan menilai uraian isterinya itu tepat sekali.
Walaupun dahulu pernah ditolak dan sejak itu hubungan mereka
menjadi dingin tetapi nyatanya sekarang Adipati Sadeng masih
mau mengulangi peminangan lagi, membuktikan bahwa Adipati
Sadeng memang berhasrat dengan sungguh-sungguh.
1740 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang patih" ujar Adipati Pajarakan ketika keesokan harinya
menerima patih W ilarang di pendapa kadipaten "rupanya Hyang
Widdhi telah menggariskan bahwa Rara Tanjung akan berjodoh
dengan putera kakang Adipati Sadeng. Oieh karena itu maka
aku-pun hanya meyogyakan saja"
Pernikahan antara kedua putera puteri Adipati Sadeng dan
Adipati Pajarakan telah dirayakan dengan besar-besaran. Hampir
seluruh lurah dan buyut dari kedua telatah Lumajang dan
Banyuwangi menghadiri pernikahan itu.
Adipati Sadeng makin sombong hatinya. Kehadiran para lurah
dan buyut dari seluruh telatah Lumajang dapat diartikan sebagai
dukungan mereka terhadap Sadeng.
Yang paling bahagia adalah kedua mempelai karena mereka
merasa telah mendapatkan apa yang menjadi idam-idaman
masing-masing. Di tengah-tengah pesta pora pernikahan itu, pada taat Adipati
masuk ke dalam untuk beristirahat, dia dikejutkan oleh hadirnya
sesosok tubuh yang tegak berdiri di ruang.
"Engkau Jarak?" teriak Adipati Sadeng ketika mengetahui
bahwa orang yang berdiri itu tak lain adalah puteranya yang
kedua, raden Jarak. "Ya, rama, hamba Jarak"
"Mengapa tak engkau beritahukan kedatanganmu?"
"Adakah rama menitahkan pengalasan untuk memberitahu
hamba tentang pernikahan ini?"
Adipati Sadeng terkesiap. Dia memang tidak memberitahu
kepada puteranya kedua "Ah, Jarak, aku tak tahu engkau berada
di mana, bagaimana aku dapat mengutus pengalasan
kepadamu?" 1741 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejak mendengar berita bahwa pinangannya terhadap
Tanjung ditolak, raden Jarak diam diam telah lolos dari Sadeng.
Dia hanya meninggalkan surat bahwa dia akan mengembara
untuk mencari ilmu. "Benar, rama" sahut Jarak "memang tidak mudah untuk
mencari hamba" "Ke mana saja engkau selama ini, angger?"
"Dibawa oleh langkah hamba yang melayang-layang
menurutkan tiup sang bayu, hamba bertemu dengan seorang
psrtapa di gunung Riung. Hamba diterima menjadi murid sang
pertapa. Tetapi pada beberapa waktu yang lalu hamba bermimpi.
Impian itulah yang mendorong hamba bergegas pulang"
"Engkau bermimpi apa?"
"Mimpi yang aneh sekali, rama" kata Jarak "rumah kita ini
terbakar tetapi tiba-tiba turunlah hujan lebat disertai halilintar
menyambar-nyambar. Desa dan kadipaten Sadeng telah
tenggelam dalam genangan air....."
Adipati Sadeng tertawa "Mimpi itu bunganya orang tidur,
anakku. Tetapi kalau engkau bermaksud hendak memberi
tafsiran kepada mimpimu itu, seharusnya engkau menafsirkan
kebalikan dari mimpi itu. Misalnya, kalau terbakar rumahnya,
berarti akan mendapat kebahagiaan yang besar. Apa-apa yang
buruk dan mengerikan dalam mimpi, berarti suatu kebahagiaan
dan keberuntungan" "Benarkah demikian, rama?"
"Buktinya, bukankah saat ini kita sedang merayakan
pernikahan secara besar-besaran?"
Jarak mengangguk "Lalu siapakah yang rama nikahkan ?"
"Ah, siapa lagi kalau bukan kakangmu Sambu"
1742 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, syukurlah kalau sekarang kakang Sambu mau menikah.
Lalu dengan siapakah kakang Sambu menikah?"
"Dengan Tanjung, puteri adipati Pajarakan"
"O, kenya yang dahulu untuk hamba itu?"
"Ya" "Adakah sekarang paman Adipati Pajarakan menerima
pinangan rami?" "Ya" "Karena hendak dijodohkan dengan kakang Sambu?"
Adipati Sadeng tidak menjawab.
"Dahulu paman Adipati menolak karena hendak dijodohkan
dengan hamba dan sekarang meluluskan karena hendak
dijodohkan dengan kakang Sambu, bukankah begitu rama?"
desak Jarak. Adipati masih diam. Rupanya dia merasa ada sesuatu yang
kurang wajar. "Rama, hamba mohon jawaban"
"Begini, Jarak" akhirnya Adipati Sadeng mau juga menerangkan "mungkin keadaan pamanmu Adipati Pajarakan
berobah. Bukan karena menyangkut engkau atau kakangmu
Sambu" "Berobah" Apakah yang berobah pada paman Adipati
Pajarakan?" Terpaksa Adipati Sadeng menerangkan tentang keadaan
Adipati Pajarakan dahulu dan sekarang dalam hubungan dengan
terjadinya peristiwa huru hara di pura kerajaan yang membawa
akibat terbunuhnya patih Aluyuda dan Dharmaputera Kuti.
1743 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dalam hubungan itulah maka pandangan pamanmu
Pajarakan sekarang telah berobah" katanya mengakhiri
keterangannya. "Jika demikian halnya" kata Jarak "mengapa rama juga
mengadakan perobahan?"
"Perobahan bagaimana yang kau maksudkan ?"
"Pertama yang akan dijodohkan dengan puteri Adipati
Pajarakan itu siapa?"
"Engkau" "Lalu mengapa sekarang yang akan dijodohkan dengan puteri
itu bukan hamba?" Adipati Sadeng terkesiap "Begini Jarak. Ketahuilah bahwa
pernikahan ini juga tidak lepas dengan kepentingan Sadeng.
Eagkau harus tahu, bahwa perobahan kedudukan Sadeng dari
kebuyutan menjadi kadipaten itu adalah atas keputusan rakryan
Kuti padi waktu rakryan menjabat sebagai pengemban
pemerintahan kerajaan yani di kala seri baginda lolos dari pura"
"Kini" Alipati Sadeng melanjutkan pula "setelah rakryan Kuti
dibunuh, kedudukan kita tentu akan menimbulkan kekaatiran.
Dewasa ini seri baginda sedang melakukan pembersihan besar
besaran di dalam tubuh pemerintahan kerajaan. Setelah itu tentu
akan melangkah ke luar, meninjau dan menilai pula keadaan
daerah kadipaten-kadipaten. Dalam hubungan itu maka
kakangmu Sambu mengusulkan supaya mengikat pertalian darah
dengan kadipaten Pajarakan yang keadaannya juga seperti kita.
Dengan ikatan itu kekuatan kita tentu akan bertambah dan akan
menjadi bahan pertimbangan kerajaan Majapahit apabila hendak
menindak salah satu di antara kita. Jelaskah, Jarak?"
Jarak mengangguk "Memang rencana itu baik sekali demi
kelangsungan kadipaten Sadeng. Tetapi ada hal sedikit yang
patut disayangkan" 1744 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengenai?" "Bahwa rama tidak berkesan memegang janji"
"Soal?" "Pertama, waktu rama dan ibu kepingin momong cucu, kakang
Sambu. menolak dan hambalah demi bakti hamba kepada
ayahbunda, hamba menerima titah rama untuk dijodohkan
dengan puteri paman Adipati Pajarakan. Kini mengapa rama tidak
menghargai bakti hamba itu dan memberikan puteri Pajarakan
kepada kakang Sambu?"
"Telah kukatakan tadi, bahwa aku tak tahu di mana engkau
berada. Oleh karena keadaan mendesak, maka kakangmu
Sambulah yang harus menerima puteri pamanmu Pajarakan itu"
"Baik" kata Jarak "tetapi adakah puteri Pajarakan itu juga
setuju dijodohkan dengan kakang Sambu" Seharusnya karena
terjadi persoalan ini, puteri itu harus ditanya pendapatnya"
Adipati mengerut dahi sesaat kemudian menghela napas
"Angger, adakah engkau sebagai adik tidak rela mengalah untuk
kakangmu?" Jarak mengangguk "Hamba mengalah dengan setulus hati
rama, apabila benar-benar gadis itu memang mencintai kakang
Sambu dan bukan karena di paksa oleh rama ibunya"
Tanpa berpikir lebih panjang, Adipati terus mengatakan bahwa
tampaknya Sambu dengan Tanjung itu sangat erat dan saling
mencintai. Mendengar itu Jarak tertawa hambar "Jika demikian, jelas
waktu kakang Sambu ke Pajarakan untuk meminang itu, telah
terjadi hal-hal yang sebenarnya tidak layak dilakukannya dalam
kedudukan sebagai utusan"
Adipati Sadeng terkejut "Apa maksud ucapanmu itu, Jarak"
1745 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba mempunyai kesan" kata Jarak "menilik bahwa
pertama, kakang Sambu telah merobah keputusan untuk mau
dijodohkan dengan Tanjung. Kedua, keterangan rama bahwa
kakang Sambu dan T anjung sudah erat sekali hubungannya dan
saling mmcintai maka tentulah di kala kakang Sambu berada di
Pajarakan, mereka telah menjalin hubungan kasih"
"Jarak !" "Tidakkah hal itu kurang layak bagi kakang Sambu" Tidakkah
hal itu bahwa kakang Sambu telah mengingkari janjinya sebagai
seorang utusan" Tidakkah hal itu berarti pula kakang Sambu
sampai hati kepada adindanya sendiri"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jarak ...." "Rama, bagaimana pendapat paduka?"
"Jarak" seru Adipati "janganlah soal itu diperuncing.
Percayalah anakku, rama pasti akan mencarikan seorang puteri
yang lebih dari Rara Tanjung untukmu. Kuminta sebagai seorang
adik, engkau mau mengalah kepada kakangmu. Kuharap sebagai
seorang putera, engkau mau berkorban demi kepentingan
tegaknya kadipaten Sadeng. Janganlah karena soal wanita,
hubungan Sadeng dengan Pajarakan itu akan berantakan yang
akibatnya pasti akan menimbulkan derita bagi kedua kadipaten"
Jarak termenung. "Maukah engkau. Jarak?" seru Adipati "kuminta ke
sampingkan dahulu soal wanita. Masih ada soal yang lebih
penting dan berat bagi kita. Sadeng harus mampu menghadapi
tindakan Majapahit" "Baik rama" setelah berdiam beberapa waktu barulah Jarak
menjawab "tetapi hamba mohon ampun kepada rama dan Ibu
karena hamba tidak dapat tinggal lebih lama di Sadeng. Hamba
akan kembali ke gunung Raung"
1746 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adipati Sadeng hanya mengantar kepergian puteranya dengan
pandang yang sayu. (Oo-dwkz-ismoyo-oO) 1747 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
II Dua penunggang kuda tengah menyusur jalan yang
merentang ke selatan, tampak bergegas-gegas melarikan
kudanya. Mereka ingin sekali lekas ke luar dari ge/umbul hutan
yang memanjang di tepi jalan.
Saat itu menjelang petang. Cuaca yang sebenarnya masih
membekas sisa surya labuh tampak hilang ditelan selaput awan.
"Lembang, hayo kita kencangkan lari, jangan sampai
terperangkap hujan ma lam" seru penunggang kuda bulu hitam
kepada kawannya berkuda bulu da-wuk.
"Ya, memang kalau harus bermalam di hutan banyak bahaya"
sahut yang dipanggil Lembang.
Kedua penunggang kuda itu tak lain adalah Arya Kembar dan
Arya Lembang. Sebagaimana telah diputuskan dalam permusyawarahan mereka, Arya Kembar dan Arya Lembang
menuju ke Sadeng menemui Sambu putera Adipati Sadeng. Di
samping itu merekapun hendak mencari jejak Saraswati, wanita
yang dahulu menimbulkan peristiwa dalam keraton Tikta-Sripala.
Untung wanita itu dapat meloloskan diri dan akibatnya nyi T anca
yang harus menjadi korban nafsu baginda Jayanagara.
Saraswiti seorang gadis dari Bali yang menikah dengan
tumenggung Kuda Pengasih, seorang senopati kerajaan
Majapahit yang bertugas dalam pasukan Majapahit yang hendak
menundukkan kerajaan Bedulu-Bali. Kuda Pengasih telah
ditugaskan ke Sadeng tetapi di tengah jalan dikeroyok sebuah
gerombolan penyamun, Kemudian Saraswaii dititahkan masuk ke
dalam keraton Tikta-Sripala untuk memenuhi keinginan seri
baginda. Tetapi wanita itu menolak dan berhasil melarikan diri
(Baca : Gajah Kencana Manggala Majapahit).
1748 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam pertemuan para Arya dengan nyi Tanca, telah
diputuskan untuk mencari Saraswati karena Saraswati adalah
saksi mata yang paling mengetahui tentang peritiwa di keraton
Majapahit pada waktu itu. Dan kesaksian Saraswati itu akan
dijadikan bahan untuk meminta keadilan kepada prabu puteri
Tribuana-tunggadewi, seri baginda Majapahit yang sekarang ini.
Tak berapa lama mereka melihat sebuah pondok rumah di atai
sebuah tanah tanjakan. Sekeliling pondok itu dilindungi oleh
pohon pohon rindang. Betapalah legah hati kedua arya itu ketika mereka berhasil
mencapai pondok itu. Yang penting mereka dapat bermalam
pada malam itu dan keesokan harinya akan melanjutkan
perjalanan ke Sadeng. Sesaat memasuki halaman, tampak dari dalam pondok itu
memancar sinar pelita. Segera kedua arya itu loncat dari kudanya
dan menghampiri ke pondok. Arya Lembang menyerahkan
kendali kudanya kepada Arya Kembar lalu menghampiri pintu dan
mendebur-nya "Ki sanak yang empunya pondok, tolong bukalah
pintu" Terdengar suara orang tua berbatuk-batuk seraya berseru
"Siapakah itu?"
"Aku, pelancong yang kemalaman di jalan"
"La!u mau apa?"
"Tolong bukalah pintu, kami minta bermalam satu malam
saja" kata arya Lembang.
Pintupun dibuka dan dari dalam muncul seorang perempuan
tua sambil memegang pelita
"Aku dari pura kerajaan, kebetulan sedang mengadakan
perjalanan. Karena hari malam dan berawan, aku akan bermalam
di s ini" 1749 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah" perempuan tua itu menghela napas "tetapi pondok ini
sangatlah buruk, bagaimana tuan ingin bermalam di s ini"
"Yang penting" kata Arya Lembang "kami terlindung dari
cuaca gelap dan kemungkinan hujan mencurah. Soal tempat, biar
sedikit buruk, tak apalah"
"Jika tuan menginginkan demikian, silakan masuk" kata
perempuan tua. Arya Lembang segera menghampiri ke tempat Arya Kembar
dan berbisik bisik. Arya Kembar turun dari kuda lalu
menambatkan pada sebatang pohon. Dia bersama Arya Lembang
maiuk ke dalam poadok. Pondok itu serba bersahaja. Kursi dan balai-balai terbuat
daripada bambu, demikian pula dinding poadok itu. Ruang
tengah yang rupanya diperuntukkan tetamu, cukup besar. Tanpa
dipersilakan kedua arya itu-pun mengambil tempat duduk.
"Tuan tentu letih, silakan beristirahat" kata perempuan tua.
"Nenek, apakah nenek masih mempunyai persediaan
minuman?" tanya Arya Lembang.
"Ah, masih, tetapi sudah dingin. Galih pagi tadi tak mencari
kayu bakar, jadi tidak dapat memasak air"
"Tak apa, air kendi kamipun mau"
Tak berapa lama perempuan tua itu masuk dan ke luar lagi
dengan membawa sebuah kendi "Air kendi berasal dari sumber
air, bening dan sejuk, menyegarkan tubuh"
Arya Kembar mengangkat kendi menuang ke dalam mulut
setelah itu diberikan kepada Arya Lembang "Wah nyaman sekali"
kata Arya Lembang. "Nenek, apabila engkau masih punya makanan senang sekali
kami mendapatkannya. Nanti akan kami beri uang" kata Arya
Lembang. 1750 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada tuan, tetapi tinggal sedikit dan lauk-pauk-hanya rebung
dengan sambal kelapa. Tetapi maaf, aku tidak menjualnya"
"Tetapi kami benar-benar lapar" sanggah Arya Lembang.
"Apabila tuan lapar, kami akan memberi. Tetapi kalau tuan
hendak membeli, kami tidak menjualnya"
"Baik, kalau bibi rela memberi, kamipun akan menerima
dengan senang hati" Arya Kembar cepat mengerat kata-kata Arya
Lembang. Dan setelah perempuan tua itu masuk ke dalam maka
Arya Kembarpun memberi teguran kepada Arya Lembang
"Lembang, orang desa itu kebanyakan masih murni pikirannya
dan jujur. Jangan engkau unjuk kekuasaan uang"
Arya Lembang tertegun. Dia tak sangka bahwa dia akan
bertemu dengan hal yang aneh. Seorang perempuan tua yang
tinggal di pondok lereng bukit, keadaannya miskin tetapi rela
memberi makanan tidak mau menerima uang.
"Ah, jauh benar bedanya dengan orang di pura kerajaan,
kakang" kata Arya Lembang "mereka pada umumnya
mengutamakan kebendaan. Segala sesuatu harus dengan uang.
Uang sangat berkuasa sekali dalam masyarakat kehidupan orang
kota" "Yah" Arya Kembar mengangkat bahu "lingkungan hidup
menciptakan jenis manusia. Di kota penuh dengan segala
ketenangan dan kemewahan hidup. Orang tak dapat berbuat
suatu apa tanpa uang. Oleh karena itu mereka mengabdi kepada
kuasa uang. T idak demikian dengan masyarakat di desa. Sesuai
dengan alam lingkungannya yang tenang dan tenteram, rakyat
desa hidup serba sederhana serba penerima. Dalam ketenangan
dan kesederhanaan hidup itu maka alam pikiran dan batin
merekapun masih jernih dan bersih. Mereka lebih mengutamakan
perasaan daripada pikiran. Kebalikannya orang pura, lebih
mementingkan pikiran daripada perasaan"
1751 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam bercakap-cakap itu perempuan tua keluar dengan
membawa hidangan "Nasinya sudah dingin dan lauk-pauknya
hanya rebung dengan sambal kelapa saja. Kami jarang makan
ikan" Kedua arya Itu mengucapkan terima kasih. Mereka lalu
melahap makanan itu. Entah bagaimana mereka rasakan rebung
dengan sambal kelapa parut itu, enak sekali rasanya, rasanya
mereka belum pernah makan senikmat saat itu. Pada hal kalau di
pura kerajaan, mereka selalu makan dengan lauk-pauk yang
lengkap dengan bermacam-macam ikan.
Malam itu merekapun tidur nyenyak. Keesokan harinya
mereka minta diri. Diam-diam di luar pengetahuan yang
empunya rumah, Arya Kembar telah menyelinapkan uang di
bawah tikar. Selepas minta diri mereka lalu naik kuda dan melanjutkan
perjalanan. Tak berapa lama ketika hampir tiba di kaki bukit,
mereka terkejut ketika melihat sebuah pancuran. Airnya berasal
dari atas saluran air yang mengalir turun. Dan di bawah pancuran
itu terbentang aebuah kubangan besar.
Yang mengejutkan mata kedua arya itu bukan air pancuran itu
melainkan sesoiok tubuh yang sedang menyerahkan tubuhnya
pada curahan air. Tubnh itu berkulit kuning dan padat. Seuntai
rambut yang hitam bertabur butir-butir mutiara air, lepas bebas
di belakang punggung. Bagaimana wajah orang itu tak tampak
karena sedang berdiri menghadap ke sebelah sana. T etapi yang
jelas dia adalah seorang wanita muda.
"Manusiakah itu kakang Kembar?" bisik Arya Lembang.
"Engkau kira bangsa apa?" balas Arya Kembar.
"Hari masih sepagi begini dan kabutpun masih me liput alam,
bawa masih begini dingin" kata Arya Lembang "masa kalau
manusia berani mandi di air pancuran yang tentu sangat dingin?"
1752 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitulah penilaian orang kota yang menurut adat kebiasaan
tentu masih bermanja-manja dalam tempat tidur di kala hari
masih begini pagi" kata Arya Kembar "tetapi rakyat pegunungan,
pagi-pagi mandi di pancuran yang dingin, bukanlah hal yang
mengherankan" "Kakang ..." tiba-tiba mulut Arya Lembang mendesuh kejut
ketika melihat tiba-tiba wanita itu mengangkat sebelah kakinya
ke atas segunduk batu di tengah kubangan dan mulai menggosok
betisnya. Arya itu tersirap darahnya seketika.
"Kenapa Lembang" tegur Arya Kembar "engkau tertarik
dengan betis yang menguning padi itu" Ah, anak muda, engkau
harus beilatih untuk menahan diri dalam menghadapi sesuatu.
Ingat, Lembang, kegagalan yang sering diderita oleh para ksatrya
dalam menjalankan tugas di medan perang maupun di lain-lain
medan, kebanyakan karena terbentur dengan paras cantik dan
betis kuning. Maka barang siapa dapat menganggap bahwa paras
cantik dan betis kuning itu hanyalah segumpal daging yang
menutup kerangka tulang dari sesosok tengkorak, dia pasti akan
dapat menghapus segala nafsu yang akan msnyeiatkan
pikirannya" "Kakang ...." kembali Arya Lembang mendesis gemetar ketika
melihat tangan wanita itu menyingsingkan kainnya agak tinggi
sehingga sampai ke atas lutut kakinya.
"Uh, engkau memang sukar disadarkan. Telingamu mendengar apa kata-kataku tadi tetapi indera penglihatanmu
tetap mencurah pada sasaran itu. Heran, apakah engkau belum
pernah melihat puteri-puteri yang cantik di pura kerajaan ?"
Tetapi betapakah mengkal hati Arya Kembar ketika Lembang
tak menjawab karena pandang matanya masih mencurah lekat
ke arah pancuran. Arya Kembar mencubit lengan kawannya keras
keras. 1753 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduhhhhh" karena sakit Arya Lembang menjerit agak keras
tetapi pada saat itu matanyapun merentang lebar-lebar seperti
orang melihat sesuatu yang mengeutkan.
Arya Kembarpun berpaling. Ternyata wanita muda itu
berpaling ke arah mereka karena terkejut mendengar jerit Arya
Lembang tadi, wanita itu berpaling "Ih......" seketika mulut Arya
Lembang mendesis, mata melongong.
Ternyata wanita itu masih muda dan cantik sekali. Dalam
curah air pancuran dingin, wajahnya tampak segar laksana bunga
mekar berseri. Kecantikan itu memancarkan pesona yang bukan melainkan
Arya Lembang, pun Arya Kembar juga terpana.
"Bidadarikah dia .... ?" mulut Arya Lembang mendeiis.


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bukan" sesaat mendapat ketenangan hati, Arya Kembar
menjawab "dia wanita gunung yang amat cantik"
"Wanita gunung?" ulang Arya Lambang.
"Ya, memang hanya puteri gunung"
"Ah, jika puteri gunung sedemikian itu, aku memilihnya
daripada puteri di pura kerajaan" kata Arya Lembang.
"Engkau tak dapat melihat paras cantik, Lembang"
"Kakang, maafkan, aku hendak menyapanya" Arya Lembang
turun dari kuda dan terus menghampiri ke tempat pancuran.
Wanica muda itu terkejut dan cepat naik ke darat lalu
mengambil kain untuk menyelimuti tubuhnya.
"Ayu" seru Arya Lembang setelah berdiri tak jauh dari tempat
wanita itu "siapakah ayu ini ?"
Mamun wanita cantik itu tak menjawab melainkan
memandang Arya Lembang saja.
1754 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayu, jangan takut, aku tak bermaksud buruk kepadamu. Aku
hanya ingin berkenalan. Siapakah namamu?"
"Raden siapa?" balas wanita cantik itu.
"Aku Arya Lembang seorang bangsawan dari pura kerajaan
Majapahit" Mata wanita itu terbeliak " Dari pura Majaphit" " Arya
Lembang mengiakan. "Mau apa raden ke mari?"
"Aku hendak menuju ke daerah selatan dan kebetulan lalu di
sini" "O, raden hendak ke selatan" Ke daerah mana?"
"Sadeng" "Jika begitu silakan saja raden melanjutkan perjalanan"
Arya Lembang menyeringai "Tetapi kakiku terasa sarat tak
mau membawa diriku berjalan"
Wanita muda itu kerutkan dahi " Aneh sekali u-capan raden.
Atau mungkin raden letih?"
Arya Lembang gelengkan kepala "Tidak, aku tak letih
melainkan rasanya tubuhku berat"
"Mengapa?" "Karena hatiku terpaku di s ini"
Wanita cantik itu makin heran "Apa yang menyebabkan raden
terpaku di s ini?" Arya Lembang tertawa "Engkau, ayu"
"Aku?" ulang wanita itu heran "mengapa aku" Aku tak kenal
siapa raden" "Apakah engkau tak merasa, ayu" " Arya Lembang tertawa.
1755 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang harus kurasakan?"
"Bahwa engkau memancarkan pesona yang memukau langkah
kakiku?" "Pesona" Aku tak punya pesona"
"Engkau memiliki pesona yang luar biasa kerasnya. Wajahmu
itu, ayu, yang memancarkan pesona. Apakah engkau tak pernah
bertemu dengan dewa?"
"Dewa" Aku tak mengerti ucapan raden"
"Pesona wajahmu itu akan kuasa menyebabkan para dewa
turun dari tempat semayamnya"
Tampaknya wanita cantik itu mulai mengerti kema-na tujuan
kata-kata Arya Lembang "Raden, jangan mengganggu aku,
silakan melanjutkan perjalanan"
"Sukar, ayu" banlah Arya Lembang "kakiku ingin melanjutkan
perjalanan tetapi hatiku belot. Kecuali ...."
"Kecuali apa?" "Kecuali engkau mau ikut aku. Akan kuboyong engkau ke pura
kerajaan yang indah mewah. Tiap pagi akan kugendong engkau
ke kolam pemandian batu pualam yang airnya memancar dari
telunjuk jari arca bidadari"
"Aneh" gumam wanita cantik itu "apakah raden ini sehat?"
"Sudah tentu aku sehat"
"Kalau orang yang sehat pikiran, tentu tak demikian
ucapannya" "Lho, aku tidak mengoceh. Aku bukan orang gila, ayu"
"Kalau tidak gila, mengapa raden mengoceh begitu" Bukankah
kita tak saling kenal" Mengapa raden terus hendak membawa
aku ke pura kerajaan?"
1756 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, aku masih perjaka dan engkau seorang wanita, masa
engkau tak tahu ke mana tujuanku" kati Arya Lembang.
"Hm, engkau kira aku silau dengan kata-katamu itu?"
"Aku tidak bermaksud begitu" jawab Arya Lembang "aku
memang bersungguh hati hendak memboyongmu ke pura
kerajian. Aku hendak membahagiakan engkau, ayu"
"Apakah engkau kira aku tidak bahagia?"
"Ah, jangan berkeras hati, ayu" rayu Arya Lembang "engkau
belum tahu bagaimana keadaan pura kerajaan itu. Bagaikan bumi
dan langit bedanya dengan keadaan di pegunungan ini, ayu"
"Benar, memang bagai bumi dan langit" sambut wanita cantik
itu "di sini seperti bumi dan di pura kerajaan seperti langit,
bukan?" Arya Lembang mengiakan. "Bumi itu padat deagan kekayaan alam, penuh dengan
keindahan dan kemurnian. Sedang langit itu penuh dengan
gemerlapan bintang din kemilau surya tetapi panas dan hampa.
Aku lebih senang tinggal di bumi yang penuh kesejukan dan
ketenangan. Harap jangan mengganggu aku"
Arya Lembang tertawa "Jangan salah faham, ayu. Aku ingin
membahagiakan engkau. Sayang kalau wanita seperti dikau
harus tinggal di pegunungan yang be-gini sunyi"
"Raden, aku tidak meminta belas kasihanmu untuk memberi
kebahagiaan. Yang dapat membahagiakan aku, hanyalah hatiku
sendiri. Aku sudah bahagia tinggal di sini. Aku tidak
menginginkan tinggal di istana yang mewah tetapi segalanya
hanya buatan tangan manusia belaka. Tidak seperti di alam
pegunungan yang bebas, segalanya ciptaan Hyang Jagadnata
yang masih murni" 1757 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Arya Lembang terkesiap. Mendengar kata-kata wanita itu dia
heran. Tak mungkin seorang wanita gunung dapat memiliki
pandangan yang sedemikian itu.
"Ayu, jika mendengar kata-katamu, kurasa engkau tentu
bukan wanita aseli dari daerah ini. Jelas u-capanmu itu penuh
dengan falsafah hidup yang tinggi. Siapakah engkau ini
sebenarnya, ayu ?" "Aku lahir dan dibesarkan di daerah ini" sahut wanita cantik itu
"apa yang kukatakan, entah a-pa namanya, tetapi aku hanya
melahirkan saja apa yang terkandung da'am alam di sini"
"Apakah engkau pernah ke pura kerajaan ?"
"Tidak" "Itulah sebabnya engkau berkata demikian. Apabila engkau
pernah berkunjung ke pura kerajaan, tentulah berbeda pula
pandanganmu. Bahwa dunia ini bukanlah semata seperti
pegunungan ini, melainkan jauh lebih luas dan jauh lebih indah"
"Apakah guna segala keindahan itu bagi kebahagiaanku ?"
"Sudah tentu mempunyai kaitan besar sekali. Keindahan itu
akan menciptakan kebahagiaan. Percayalah, ayu, engkau pasti
akan lebih bahagia" "Sudahlah, aku tak percaya lagi pada mulut lelaki" wanita itu
terus hendak mengayunkan langkah meninggalkan pancuran.
Melihat itu cepat Arya Lembang loncat menghadang "Sabar
dulu. Aku masih ingin bicara denganmu"
"Aku hendak pulang" wanita itu menyelinap ke samping dan
terus memberosot lari. "Hai, jangan lari, ayu" teriak Arya Lembang seraya mengejar.
Tetapi ternyata wanita itu dapat bergerak lincah. Dia lari
menyusup ke dalam gerumbul pohon.
1758 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm, mau lari ke mana engkau. Masa aku tak mampu
menangkap" kata Arya Lembang dalam hati seraya mengejar.
Beberapa waktu kemudian wanita itu hendak mendaki ke arah
sebuah tanjakan tetapi malang. Tiba-tiba dia menjerit karena
gumpal tanah yang dipijaknya itu longsor dan diapun tergelincir
jatuh. Saat itu Arya Lembangpun tiba. Bukan kepalang riangnya
ketika melihat wanita itu rebah di tanah. Seperti seekor harimau
melihat kelinci, dia terus loncat dan menubruk wanita itu.
"Ah, ayu, mari kugendong" dia terus hendak mengangkat
tubuh wanita cantik itu tetapi sekonyong-konyong bahunya
seperti diterkam oleh sebuah tangan kecil dan sebelum dia
sempat tahu siapa yang berbuat itu, tahu-tahu dia telah
disentakkan ke belakang sehingga dia terjengkang jatuu.
"Jangan mengganggu ibu" terdengar sebuah teriak keras.
Nadanya sepsrti anak kecil.
Arya Lembang melenting bangun. Ketika memandang ke muka
ternyata di depan wanita cantik tadi telah muncul seorang bocah
lelaki berumur lebih kurang lima atau enam tahun.
"Engkau yang menyentak aku sampai jatuh tadi ?" serunya.
"Ya" Hampir Arya Lembang tak percaya keterangan bocah itu.
Bagaimana mungkin seorang bocah sekecil itu mampu
menyentakkan dia sampai jatuh"
"Benar?" dia menegas.
"Apa engkau minta tagi?" seru bocah itu. Arya Lembang
memperhatikan bahwa pada ikat pinggang bocah laki itu terselip
sebatang arit. Walaupun pakaiannya amat sederhana tetapi wajih
bocah itu memancarkan sinar yang memancar. Wajahnya cakap,
berkulit kuning langsap. 1759 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa engkau" tegur Arya Lembang.
"Aku Galih" jawab anak itu dengan berani "mengapa engkau
hendak mengganggu ibu?"
"Ibu?" Arya Lembang terbeliak "dia ibumu"
"Ya" Benar-benar Arya Lembang tak percaya akan omongan anak
itu. Wanita muda yang secantik itu masa sudah punya putera.
"Jangan bohong, budak kecil" serunya penasaran "jika engkau
berani menghinanya, tentu akan kutempeleng nanti"
"Siapa yang bohong" Dan siapa yang menghinanya" balas
anak kecil itu "engkau akan menempeleng aku" Hm, engkau kira
aku takut?" "Gadis cantik itu masa mempunyai anak semacam engkau !"
seru Arya Lembang. "Dia memang ibuku, engkau mau apa?" tantang bocah itu.
Entah bagaimana ketika mendengar ucapan anak kecil itu
serasa ada suatu perasaan yang menusuk hati Arya Lembang.
Adakah perasaan itu gelo, kecewa atau penasaran, dia tak tahu.
Pokoknya, dia tak senang mendengar keterangan semacam itu.
Dan untuk menumpahkan kemarahannya dia membentak anak
itu "Bocah liar, kalau engkau masih mengaku-aku gadis itu
sebagai ibumu, aku benar-benar akan melemparkan engkau ke
dalam jurang" "Coba saja kalau engkau mampu, orang gila " seru bocah itu
tak kalah sengit. Dia juga marah karena dilarang mengaku ibu
kandungnya sendiri. Arya Lembang maju selangkah dan terus menerkam anak itu
tetapi dengan tangkas anak itu loncat menghindar ke samping
lalu balas memukul. Tetapi dia kalah cepat dengan Arya Lembang
yang sudah menyambut dengan tangan kiri. Tinju bocah itu
1760 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil ditangkapnya tetapi pada saat itu juga dia menjerit
kesakitan "Aduhhh . ..."
Ternyata bocah itu dengan amat tangkas terus menggigit
tangan Arya Lembang sehingga arya itu kesakitan dan terpaksa
melepaskan tangannya. Arya Lembang makin marah. Di? benar-benaf gema? sekali
kepada anak itu. Sekali loncat dia terus menerkam dada si anak,
setelah itu akan dilemparkan ke udara. Entah bagaimana dia
menganggap anak itu sebagai duri dalam daging, harut dicabut.
Tetapi hampir Arya Lembang menjerit ketika terkaman
tangannya disambut dengan babatan arit si anak. Untunglah Arya
Lambang masih dapat menarik kembali tangannya, apabila
terlambat tentulah pergelangan tangannya putus atau mungkin
jari tangannya terpapas habis.
"Hai, engkau berani mengarit tanganku?" teriak Arya Lembang
kalap. Tanpa disadari diapun mencabut pedangnya juga dan
maju menghampiri bocah itu "hayo, buanglah aritmu dan lekas
engkau pergi dari sini. Kalau tak mau msnurut, kakimu akan
kupotong kutung" Namun bocah itu tak gentar "Baik, coba saja kalau engkau
mampu mengutungi kakiku"
Tiba-tiba bocah itu bersuit nyaring "Mau apa engkau" bentak
Arya Lembang seraya membolang-balingkan pedangnya untuk
menakut-nakuti. Bocah itu mengambil sikap. Dia mengangkat arit dan siap
menyambut serangan lawan. Sementara itu wanita cantik yang
karena terkejut sampai tidak ingat diri tadi, saat itu membuka
mata. Demi melihat bocah yang bernama Galih itu sedang
mengacungkan arit berhadapan dengan Arya Lembang yang
memegang pedang, ia menjerit "Galih, engkau mau apa itu !"
1761 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang itu healak membunuh aku. Aku harus membela diri"
sahut Galih. "Hai, engkau raden muda, mengapa engkau hendak
membunuh anak ini?" seru wanita itu kepada Arya Lembang.
"Dia kurang ajar sekali berani mengaku engkau tebagai
ibunya. Kalau tak dihajar, anak liar itu tentu belum kapok"
"Siapa yang kurang ajar" Dia memang puteraku" teru wanita
itu "dia tak bersalah tetapi engkau yang tidak tahu diri"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi engkau......engkau sudah punya anak?" suara Arya
Lembang tersendat-sendat seperti orang ketulangan.
"Apa pedulimu?" sahut wanita cantik itu.
"Ah" desah Arya Lembang pejamkan mata. Beberapa jenak
kemudian dia membuka mata. Tampak kedua gundu matanya
memancar sinar menyala. Nyala api nafsu seorang jantan "ya,
benar, ayu, aku tidak perlu mempedulikan hal itu. Tetapi
siapakah suamimu?" Mendengar pertanyaan itu merahlah wajah wanita itu. Ia
menundukkan kepala tidak menjawab.
"Mana suamimu?" ulang Arya Lembang pula.
"Jangan mengganggu ibu !" teriak anak itu dengan marah.
"Ab, anak kecil, aku bertanya dengan baik-baik, mengapa
engkau marah?" "Ayahku merantau belum pulang" seru anak itu.
"Galih....." seru wanita itu dengan mata berkaca-kaca.
"Sudah lama ?" "Sejak aku masih bayi"
Arya Lembang tertegun "O" desuhnya sesaat kemudian
dengan wajah cerah "sungguh kasihan nasib ibumu itu ... ."
1762 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak minta belas kasihanmu" seru Galih dengan nada
keras. Kembali Arya Lembang tertegun "Anak kecil, jangan engkau
memusuhi aku. Aku bermaksud baik kepada ibumu dan engkau.
Akan kuboyong kalian berdua ke pura kerajaan. Hidup kalian
tentu akan lebih senang"
"Aku tidak sudi ikut engkau" teriak Gilih.
"Jika begitu terpaksa engkau harus berpisah dengan ibumu
karena dia hendak kuboyong ke pura"
"Tak mungkin ibu mau berpisah dengan aku"
"Sudah tentu begitu kalau engkau mau ikut ke pura. Tetapi
kalau engkau menolak, ibumu tentu terpaksa akan meninggalkan
engkau" "Galih, jangan percaya omongan lelaki penipu itu" terentak
wanita itupun berteriak. Galih rentangkan kedua mata memandang Arya Lembang
dengan penuh kemarahan "Sekali lagi kuperingatkan engkau.
Pendekar Lembah Naga 1 Kehidupan Para Pendekar Karya Nein Arimasen Pendekar Latah 23
^