Pencarian

Sumpah Palapa 30

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 30


keinginan untuk menyelami sumber ilmu yang dzlam"
"Ki prajurit" tiba-tiba Saddha menyeletuk pula seperti
menganggap bahwa prajurit Sadeng sudah mau menerima
penjelasan yang, diberikan bekel Galang "rasanya bukan suatu
hal yang wajar dalam kehidupan kadipaten Sadsng apabiia di
sepanjang jalan yang menuju ke gapura kadipaten dijaga begini
ketat. Adakah sesuatu yang telah terjadi di kadipaten Sadeng?"
Saddha dengan cerdik telah mengalihkan perhatian prajurit
Sadeng dalam pertanyaan yang baik. Dia berhasil menghanyutkan pikiran prajurit Sadeng itu untuk secara tak
sadar mau memberi keterangan.
"Sadeng sedang bersiap-siap menghadapi Majapahit. Rakyat
Sadeng tak dapat bersabar lagi untuk menerima hinaan dari
orang Majapahit" "Apa yang telah terjadi?" seru bekel Galang "apakah Sadeng
hendak berontak?" "Utusan Majapahit bertindak sewenang-wenang di Sadeng.
Melarikan anak gadis, membunuh prajurit Sadeng tanpa bersalah
...." "Gobang, jangan kelewat bebas" tiba-tiba dari belakang,
tampil seorang prajurit yang agak tua. Ucapannya itu ditujukan
kepada prajurit tinggi besar.
Prajurit tinggi besar yang dipanggil Gobang, terkejut dan
berpaling "Kakang Teluh ...."
1829 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka orang luar, tak berkepentingan. Jangan mengobral
keterangan kepada mereka" kata prajurit yang bernama Teluh
seraya menghampiri. Dia memandang bekel Galang dan Saddha
"Ki sanak, saat ini kadipaten Sadeng tertutup bagi orang luar.
Silakan kalian kembali atau menuju ke tempat lain saja"
Bekel Galang mengangguk "Baiklah. Tetapi sebelum
meninggalkan tempat ini, kumohon ki prajurit suka memberi
keterangan lebih lanjut tentang keadaan kadipaten Sadeng. Apa
sebab Sadeng tertutup bagi orang luar daerah?"
Prajurit Teluh mendengus "Hm, kukatakan Sadeng tertutup
bagi pendatang luar, temtu ada sebabnya. Karena hal itu
menyangkut rahasia keamanan, aku tak dapat menjelaskan lebih
lanjut" "Engkau salah ki prajurit" masih bekel Galang membantah
"aku berdua adalah rakyat Majapahit seperti halnya dengan
kadipaten Sadeng yang bernaung di bawah pangayoman
Majapahit. Sudah tentu aku berhak untuk mengetahui sesuatu
yang terjadi di Sadeng. Terutama dalam hubungannya dengan
kerajaan Majapahit" Prajurit Teluh tertawa datar "Jika engkau prajurit Majapahit,
memang aku takkan keberatan untuk memberitahu. Tetapi kalian
hanya bangsa kelana yang tak memikirkan kepentingan negara.
Apa guna aku berkering ludah untuk memberi keterangan?"
"Hm, baiklah" kata bekel Galang "kalau andika tak mau
memberi keterangan, akupun tak mau memaksa. Dan karena
masih hendak melanjutkan perjalanan, akupun segera akan
pergi" Habis berkata bekel Galang terus memutar kuda hendak
berlalu tetapi pada saat itu kudanya terasa tak dapat berjalan.
Bahkan binatang itu meringkik keras dan mengangkat kedua kaki
dapatnya ke atas, tinggi-tinggi. Gerakan kuda yang tak disangka-
sangka itu tak menyempatkan bekel Galang untuk bertahan diri.
1830 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti dilontarkan ke belakang, diapun melayang ke bawah.
Adalah karena kecekatannya dalam hal naik kuda, sehingga dia
tak sampai terbanting jatuh.
Serta tegak di tanah, dia segera tahu apa yang telah terjadi
tadi. Tampak prajurit tinggi besar tadi tegak bercegak pinggang
dan tertawa meloroh. Jelaslah sudah bahwa prajurit Sadeng itu
yang telah melakukan sesuatu yang menyebabkan dia jatuh.
"Ki prajurit" seru bekel Galang "mengapa engkau tarik ekor
kudaku?" "Apakah engkau hendak marah?"
"Marah atau tidak tergantung jawabanmu" kata bekel Giaang
"apa sebab engkau tarik ekor kudaku. Apakah kudaku bersalah
kepadamu?" "Ya" sahut prajurit tinggi besar "dia terlalu kurang ajar. Waktu
berputar membelakangi aku, dia berkentut. Kalau tidak percaya
tanyalah kepadanya sendiri"
Kata-kata prajurit tinggi besar itu telah mendapat sambutan
gelak tawa yang bergemuruh dari kawan-kawannya.
Merah muka bekel Galang namun pada lain saat dia cepat
dapat menguasai diri. Dia tahu bahwa prajurit Sadeng itu
rupanya hendak cari gara-gara kepadanya.
"Ki prajurit" katanya dengan masih bernada sabar "kalau
memang begitu, aku akan memintakan maaf untuknya. Dan
sekarang janganlah engkau ganggu aku lagi. Aku hendak
melanjutkan perjalanan"
Saddha terkesiap. Dia tak menyangka kalau bekel Galang akan
bersikap begitu lemah. Dia sudah siap merabah tangkai
pedangnya. Kalau bekel Galang bergerak memberi hajaran,
diapun segera akan ikut menerjang. Bahwa ternyata bekel
Galang menyatakan maaf, benar-benar tak pernah disangka
Saddha. Ketika bekel Galang menghampiri kuda dan mencekal
1831 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tali kendali hendak dituntun, dia sudah akan berseru, memprotes
tindakan bekel Galang yang begitu lemah.
Tetapi sebelum dia sempat membuka mulut, tiba-tiba prajurit
tinggi besar sudah tertawa, "Ho, mengapa engkau hendak pergi
begitu saja?" "Bukankah urusan ini sudah selesa i karena aku sudah
memintakan maaf untuk kudaku?"
"Ya, benar" sahut prajurit Sadeng itu "tetapi adakah aku
sudah memberi maaf" Aku belum menyatakan suatu apa, jangan
terburu pergi dulu" Bekel Galang hentikan langkah dan berpaling menghadapi
prajurit itu "Apakah yang engkau kehendaki?"
"Jika kuda itu sendiri yang meminta maaf aku mau
meluluskan. Tetapi kalau engkau, aku keberatan"
Bekel Galang merentang mata "Kudaku harus minta maaf
kepadamu" Hi, ha" bekel Gataog tertawa "jangan berolok-olok.
Mana ada kuda dapat meminta maaf"
"Kalau dapat berkentut tentu harus dapat minta maaf" prajurit
tinggi besar bejar Itu tertawa mengejek "kalau tidak dapat ...."
"Kalau tidak dapat" Lalu bagaimana?"
"Terpaksa harus kami tahan"
Gelak tawa meriuh pula dari mulut prajurit-prajurit Sadeng
yang mendengar sendau gurau mengolok-olok bekel Galang.
Sejenak mengerut dahi, bekel Galang hendak bicara tetapi
pada saat itu barteriaklah Saddha "Benar, ki prajurit, kalau kuda
itu tak dapat minta maaf, memang harus ditahan. Tetapi sebelum
itu, engkau harus minta idin dulu pada kawannya. Kalau
kawannya setuju, baru boleh engkau lakukan penahanan itu"
1832 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan kepalang marah prajurit Sadeng ketika mendengar
ucapan Saddha "Tangkap" teriaknya. Beberapa kawan prajurit
serentak mengepung bekel Galang dan Saddha.
"Apakah kalian hendak menangkap kami?" seru bekel Galang
tenang-tenang. "Kawanmu menghina kami"
"Bagaimana dianggap menghina" Jika andika menyuruh aku
bertanya kepada kuda, apa salahnya kalau kawanku menyuruh
andika bertanya pada pedangnya" Kalau andika menganggap hal
itu suatu penghinaan, apakah aku tak boleh menganggap
tindakan andika juga menghina?"
"Jangan banyak mulut" bentak prajurit tinggi besar seraya
mencabut pedang "tinggalkan kudamu atau nyawamu"
"Hai, beginikah martabat prajurit Sadeng?"
"Apa katamu?" "Dengan jumlah yang jauh lebih banyak, ki sanak hendak
menekan aku dengan sewenang-wenang, Jika dengan jumlah
yang lebih banyak dapat mengalahkan lawan yang jumlahnya
hanya dua, itu sudah lumrah, Tetapi kalau yang dua dapat
mengalahkan lawan yang jauh lebih banyak jumlahnya, itu baru
luar biasa. Jika memang andika sudah membuang sifat ksatrya,
suiah tidak mempedulikan martabat Sadeng, silakan maju"
Prajurit tinggi besar benar-benar kelabakan. Dia me lonjak-
lonjak seperti orang menginjak duri. Kata-kata bekel Galang
benar-benar menikam hatinya. Hendak melaksanakan tindakannya, dia merasa terkena ejekan bekel itu sabagai prajurit
yang tidak perwira karena hendak menindas lawan yang hanya
dua orang. Namun kau tidak menghajar kedua orang itu,
amarahnya sudah terlanjur meledak di dada.
"Engkau benar ki sanak" tiba-tiba prajurit Sadeng yang agak
tua dan bernama Teluh berseru "aagar engkau tidak mati
1833 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penasaran, marilah kita bertanding satu lawan satu. Akulah yang
akan maju menghadapi eogkau"
"Kakang Teluh, jangan" teriak prajurit tinggi seraya
mendahului melangkah ke hadapan bekel G Jang
"Prajurit Sadeng bukan prajurit hina seperti yang engkau kira.
Mari kita bertempur satu lawan satu"
Bekel Galang tertawa "Aku ingin mempercayai pada apa yang
kulihat. Tetapi hatiku menolak kepercayaan itu karena masih
meragukan kenyataan yang ada"
"Bedebah, apa maksudmu?"
"Kalau aku menang, apakah jaminannya kalau pada saat itu
kawan-kawanmu takkan menyerbu aku?"
"Keparat engkau" teriak prajurit tinggi besar "apa engkau kira
prajurit Sadeng tak pegang kata" Untuk mematahkan lehermu,
ibarat membalikkan telapak tanganku mudahnya"
"Ha, ha" bekel Galang sengaja mengejek "dengan mengatakan
hal itu bukan berarti aku takut menghadapi keroyokan kawan-
kawanmu. Tetapi aku hanya menyatakan keraguanku atas janji
yang kau katakan tadi"
"Kawan-kawan, menyingkirlah ke belakang. Aku hendak
mematahkan tulang leher si keparat ini" teriak prajuri tinggi besar
seperti orang sakit perut.
Beberapa prajuut segera mundur ke belakang. Tetapi pada
saat itu Saddha maju kehadapan prajurit tinggi besar "Kurasa
untuk menghadapi seorang prajurit seperti engkau, tak perlu
kakangku yang maju. Rasanya cukup aku saja. Muda lawan
muda" "Bedebah, aku akan tinggalkan Sadeng kalau aku kalah
dengan engkau" teriak prajurit Saddha lalu menyerang.
1834 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang hebat sekali prajurit itu. Sepadan dengan
perawakannya yang tinggi bosar, tenaganya memang kuat
sehingga pedang yang disabatkan itu menimbulkan deru angin
yang tajam, Saddha terkejut menyaksikan keperkasaan lawan. Tringng ....
dia ingin menguji kekuatan lawan dengan menyongsongkan
pedangnya. Benturan itu menimbulkan dering yang amat keras,
menusuk telinga orang yang berada di tempat itu.
Memang pedang prajurit Sadsnh dapat tertahan tetapi Saddha
gemetar lengannya. Pergelangan tangannya seraya sakit ngilu
sekali. Cepat dia loncat mundur untuk menjaga jangan sampai
lawan menggunakan kasempatan untuk menekannya.
Prajurit tinggi besar juga terkesiap. Dia tak sangka kalau
Saddha yang bertubuh langsing, mampu menahan pedangnya.
Nafsunya makin berkobar. Di hadapan kawan-kawan dia telah
mengucapkan kata-kata akan meninggalkan Sadeng kalau tak
mampu mengalahkan kedua orang itu. Semula dia memperhitungkan, tak mungkin lawan mampu membendung
tangannya yang kuat. Di kalangan kawan kawannya dia dianggap
paling kuat. Tak ada ceorangpun dalam pasukan Sadeng yang
mampu mengalahkan tenaganya.
Tetapi kini berhadapan dengan seorang lelaki tak dikenal yang
masih muda, ternyata dia dapat ditahan. Dengan meraung raung
seperti harimau kelaparan, dia terus maju menyerang Saddha
dengan gencar. Pedang yang diayunkan kian ke mari,
menimbulkan deru seperti angin puyuh.
Setelah menjajal tenaga lawan, Saddha menyadari kau dia
kalah tenaga. Apabila menggunakan kekerasan, dia pasti akan
menderi kekalahan. Okol tak boleh dilawan dengan okol tetapi
harus dengan akal. Maka dia pun berlompatan kian ke mari untuk
menghindari tabasan pedang lawan.
1835 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Prajurit pengawal kepatihan, memang prajurit-prajurit yang
terpilih. Rakryan patih Arya Tadah tidak mengutamakan jumlih
teiapi menitik beratkan pada mutu. Dia tak menginginkan
berpuluh prajurit menjaga keselamatan kepatihan. Cukup hanya
selusin saja tetapi yang benar-benar dapat diandalkan untuk
mengatasi bahaya. Oleh karena itu prajurit penjaga kepatihan itu


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada umumnya memiliki ilmu kanuragan dan ilmu bermain
senjata yang tinggi. Diantara mereka, Saddha yang paling
disegani oleh kawan-kawannya karena paling unggul kepandaiannya. Menghadapi terjangan prajurit tinggi besar, Saddha sudah
mempunyai rencana. Dia harus menguras habis napas dan
tangan orang tinggi besar itu, baru kemudian balas melancarkan
serangan. Saddha memang memiliki gerakan yang tangkas dan
gesit. Demikian sepintas memang tampaknya pertempuran itu
berjalan tak seimbang. Prajurit tinggi besar menyerang laksana
banteng ketaton, sedang Saddha hanya berlompatan kian kemari
menghindar. Menimbulkan kesan bahwa Saddha berada di bawah
angin dan terdesak. Tetapi bagi prajurit T eluh yang lebih tua usia dan pengalaman,
mulai mencemaskan keadaan si tinggi besar. Kawannya terlalu
mengumbar nafiu kemarahan, menumpahkan tenaganya habis-
habisan sehingga cepat darahnya bergolak keras menggetar
napasnya. Jantungnya berdetak keras, berkejar-kejaran dengan
laju sang napas. Keringatpun mulai menyimbah muka, tubuhnya
nya lemas dan pelahan tetapi tentu, ayunan pedangnya-pun
mulai berkurang kedahsyatannya.
Melihat itu Teluh makin tergetar hatinya. Siapakah kedua
orang itu, bukan soal. Kalau mereka orang Majapahit, itu
memang yang diharapkan karena dapat dijadikan alasan untuk
menangkap mereka. Jika mereka bukan orang Majapahit, pun
1836 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiada berhalangan untuk menangkap mereka dengan alasan
mereka akan mengacau. "Kawan-kawan, tangkap pengacau" serentak memberi
perintah kepada kawan kawannya, Teluh mendahului untuk
menyerang Saddha. Melihat itu Galang membentak "Orang Sadeng, kalian memang
licik" dia pun terpaksa harus turun ke gelanggang untuk
membantu Saddha. Walaupun hanya dua orang tetapi bekel Galang dan Sadda
dapat memberi perlawanan yang cukup seru. Bahkan keduanya
berhasil melukai beberapa prajurit Sadeng.
Tengah pertempuran berjalan seru, tiba-tiba terdengar derap
kuda lari mendatangi. Pesat sekali. Dalam beberapa kejab kuda
itu suiah tiba dan terdengarlah penunggangnya berteriak bengis
"Berhenti !" Kawanan prajurit Sadeng terkejut mendengar suara orang itu.
Mereka faham sekali maka merekapun lalu berhamburan loncat
mundur dan berpaling ke arah pendatang itu.
"Raden Sambu" serentak mereka memberi hormat dalam sikap
keprajuritan. Ternyata yang datang itu adalah Sambu, putera adipati
Sadeng. Saat itu dia tengah mengadakan penilikan pada prajurit-
prajurit yang bertugas menjaga gapura. Melihat kegaduhan pada
kelompok prajurit yang menjaga di mulut jalanan, dia segera
melarikan kudanya menghampiri. Dia terkejut ketika melihat
rombongan Teluh sedang bertempur dengan dua orang lelaki
bertubuh kekar. Cepat dia menghentikan pertempuran itu.
"Kakang Teluh" serunya "apa yang telah terjadi" Mengapa
kakang mengeroyok kedua orang itu" Siapakah mereka?"
Teluh memberi keterangan bahwa kedua orang itu mengaku
sebagai kelana dan hendak masuk ke dalam kadipaten Sadeng.
1837 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah mereka tak mematuhi larangan kakang?" Sebelum
Teluh menyahut, bekel Galang sudah mendahului "Maaf, raden,
kami sebenarnya hendak mematuhi larangan prajurit tuan tetapi
mereka mencari gara-gara hendak menahan kuda kami"
"Siapa kalian?" tegur Sambu dengan melekatkan pandang
kepada bekel Galang. "Kami dari padepokan Ki Baruna di gunung Penanggungan.
Kami melaksanakan perintah guru untuk berkelana mencari
pengalaman" Sambu mengangguk "Tahukah engkau bahwa saat ini
kadipaten Sideng sedang tertutup bagi pendatang dari luar
daerah?" "Sebelumnya kami tak tahu" sahut bekel Galang "baru
kemudian kami diberitahu oleh prajurit disini"
"Dan mengapa kalian tak mendengar kata?"
"Sama sekali kami tidak membangkang" bantah bekel Galang
"tetapi adalah prajurit di s ini yang hendak menahan kuda kami"
Sambu berpaling kepala prajurit Teluh "Benarkah itu kakang
Teluh" "Benar" sahut Teluh. Sejenak dia me lirik kepada kawannya
yang tinggi besar "kami curiga kepada mereka"
"Curiga?" "Ya" sahut Teluh "kami mencurigai mereka mata-mata
Majapahit yang hendak menyelidiki Sadeng. Oleh karena itu
maka kami sengaja mencari alasan untuk menguji kedigdayaan
mereka" "Lalu bagaimana kesimpulan kakang?"
"Pada umumnya, prajurit hanya pandai dalam ta baris dan
berperang. Dalam pertempuran, memang ta diperlukan tata
1838 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanuragan yang tangguh tetapi tidak setaraf dengan ilmu
kanuragan yang dimiliki para ksatrya dan pendekar, anakbuah
padepokan. Kedua orang itu memiliki kanuragan yang tangguh
sekali sehingga kecurigaanku berkurang"
"Dan kalian kalah?"
"Belum" sahut Teluh "hanya belum mampu menangkap
mereka. Mereka memang hebat"
Sambu mengangguk. Serentak timbul pikirannya untuk
menanamkan kewibawaan pada prajurit anakbuahnya, Juga
untuk mengembalikan kepercayaan mereka akan kekuatan
Sadeng. "Ki sanak" selesai mendengar laporan T eluh, Sambu berpaling
kepada bekel Galang "Prajurit Sadeng di sini tidak salah. Mereka
menunaikan tugasnya dengan baik. Saat ini kadipaten Sadeng
sedang gawat daa tertutup bagi pendatang dari luar daerah"
"Gawat?" seru bekel Galang "adakah Sadeng sedang
mengadakan persiapan untuk berperang" Perang dengan siapa"
Bukankah keadaan negara aman tenteram?"
"Soal itu, baru akan kuterangkan apabila engkau dapat
memenuhi syaratnya" "Apa syaratnya?"
"Kalian harus dapat mengalahkan aku"
Bekel Galang terkesiap dan bertukar pandang dengan Saddha.
Lalu bekel itu berkata "Jika demikian, kami tak berani meminta
keterangan kepada raden. Dan kami pun hendak melanjutkan
perjalanan" "Tunggu" seru Sambu ketika bekel Galang hendak
menghampiri kudanya. Bekel itu hentikan langkah dan menatap
Sambu dengan pindang bertanya.
1839 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambu tertawa "Kalian boleh pergi tetapi juga harus
memenuhi syarat seperti tadi" Bekel Galang terkesiap.
"Kalau memang demikian syaratnya, kami tiada pilihan lain
kecuali harus mematuhi" kembali prajurit Saddha yang berdarah
muda, tak tahan mendengar pernyataan Sambu yang
dianggapnya terlalu mengada-ada. Dia menganggap Sambu
mengandung tujuan untuk mencari perkara.
Memang Saddha tak tahu siapa Sambu, putera adipati Sadeng
itu. Diapun tak mengerti pula apa sesungguhnya yang
tersembunyi dibalik kata2 Sambu. Tanpa disadari dia telah
termakan perangkap Sambu yang bertujuan untuk menegakkan
dan mengembalikan kewibawaan adipati Sadeng pada prajurit
prajuritnya. "Bagus anakmuda" seru Sambu dengan gembira "rupanya
engkau memang ksatrya. Siapa yang akan maju menghadapi aku
lebih dahulu" Atau kurasa lebih baik kalian maju berdua saja,
agar lebih seru" Bukan main marah Saddha mendengar ucapan Sambu yang
dianggapnya sangat tekebur itu "Aku yang akan menghadapimu,
dulu" dia terus maju, berhenti tiga langkah di hadapan Sambu
dan terus pasang kuda-kuda.
Sambu tertawa "Apakah engkau sendiri yang akan maju" Ah,
jangan engkau bernafsu mencari jalan untuk menderita ma lu,
anakmuda. Kukatakan, lebih baik kalian maju berdua. Jangan sia-
siakan kesempatan yang kuberikan ini"
"Jangan menghina" seru Saddha marah "jika aku kalah, aku
bersedia menerima hukuman apa saja yang heudak engkau
jatuhkan" Sambu masih tertawa "Tidak, aku takkan menjatuhkan
hukuman, bahkan akan melepaskan engkau pulang. Tetapi hanya
akan memintamu menjawab sebuah pertanyaanku dengan
sejujurnya" 1840 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik" Masih Sambu belum bersiap untuk bertempur. Dia berkata
pula "Benarkah engkau bersedia menjawab pertanyaanku itu?"
"Demi kehormatanku"
"Apakah kata-katamu itu dapat kupercaya?"
"Aku seorang jantan. Jangankan hanya menjawab sebuah
pertanyaan, bahkan akupun rela menyerahkan batang leherku
apabila aku kalah" "Baik, silakan engkau yang menyerang lebih dulu" kata
Sambu. "Tidak, engkau yang mengadakan syarat, selayaknya yang
memulai lebih dulu" Sambu tertawa "Begini anakmuda, aku tertarik dengan
keberanianrnu. Oieh karena itu sebagai rasa kagum, kuberikan
kesempatan untuk menyerang aku sampai lima kali. Dalam
menerima lima kali serangan itu aku takkan balas menyerang
ataupun menangkis. Tetapi cukup dengan menghindar saja.
Apabila dalam lima serangan itu engkau berhasil mengenai
tubuhku, tidak perlu harus dapat merubuhkan aku, aku bersedia
menyatakan kalah" Saddha makin berangasan mendengar kata-kata itu. Tanpa
banyak pikir dia terus berseru lantang "Kalau menyerang lima kali
aku tidak dapat merubuhkan engkau, akupun rela mengaku
kalah" "Baik, mulailah"
Saddha segera membuka serangan yang pertama. Tangan kiri
langsung memukul dada dan tangan kanan menebis ke simping
lambung. Sekaligus, dua buah pukulan dilancarkan. Dan diapun
sudah Hiemper iapkan gerakan kaki. Apabila lawan menghindar
ke samping, akan disongsong dengan tendangan kaki.
1841 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi ternyata Sambu tenang tenang saja masih tegak di
tempatnya. Sedikitpun tak mengunjukkan tanda tanda akan
bergerak menghindar. Saddha terkejut dan hampir saja meragu. Tetapi pada lain
saat, dia tak menghiraukan sikap lawan. Yang penting, dia dapat
memukul tubuh lawan dan menang. Dan pukulanpun melaju
deras. Ketika dia menganggap bahwa pukulannya tentu mengenai
tubuh lawan, dalam jarak yang hanya terpisah sejari, tubuh
Sambu bergerak mundur lalu seperti hendak bergerak ke sebelah
kiri. Melihat itu Saddha terus ayunkan kakinya. Tetapi tepat pada
saat kakinya bergerak, tiba-tiba Sambu menarik tubuhnya ke
sebelah kanan dan dengan gerak yang teramat cepat untuk
ditangkap pandang mata Saddha, tahu-tahu Sambu sudah
menyelinap ke belakang Saddha.
Karena kaki sudah terlanjur diayunkan ke muka Saddha tak
sempat untuk berpaling ke belakang. Baru setelah dia dapat
menarik kaki, dengan cepat dia segera berputar membalik tubuh.
Tetapi dia terkejut sekali karena Sambu tak berada di
hadapannya. "Aku di s ini, anakmuda" terdengar Sambu berseru tertawa. Dia
memang berada di samping Saddha.
Saddha terkejut menyaksikan kegesitan gerak Sambu yang tak
disangka sangka itu. Waktu bertempur dengan Gobang, prajurit
Sadeng yang bertubuh tinggi besar, dia dapat menguasai lawan
karena mengandalkan kegesitan bergerak. T etapi kini, dia benar-
benar terkejut menyaksikan gerak Sambu yang jauh lebih gesit
lagi. Lebih tergetar lagi perasaan Saddha ketika kawanan prajurit
Sadeng bersorak gemuruh mengejeknya "Ha, ha, kebingungan
seperti kucing pengung yang tak mau menangkap tikus !"
1842 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau menyerang, carilah orang jangan menyerang angin
kosong" teriak salah seorang prajurit Sadeng yang kemudian
tertawa menyoraki. Saddha makin gugup. Marah dan malu bercampur menyesak
dada. Dengan menggigit geraham, dia menyerang lagi. Lebih
cepat dan lebih dahsyat. Akan tetapi untuk yang kedua kalinya, dia kembali kehilangan
sasaran. Sambu seperti bayangan yang tampak di mata tetapi tak
dapat dijamah. Dan makin gegap sorak sorai kawanan prajurit
Sadeng mengejek Saddha. Bekel Galang terkejut. Dia merasakan suatu ketimpangan
dalam pertempuran itu. Saddha kehilangan ketenangan. Dan di
samping itu lawan memang lebih tinggi ilmunya. Dengan begitu
jelas Saddha tentu akan menderita kekalahan.
"Hai, sudah lima kali menyerang, hayo jongkok dan
menghaturkan sembah kepada raden" tiba-tiba prajurit-prajurit


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sadeng berteriak. Bekel Galang tersadar apa yang terjadi pada saat itu. Saddha
tak berhasil mendaratkan serangannya pada lawan.
Sekonyong-konyong terjadi satu peristiwa yang mengejutkan.
Sambu loncat menampar Saddha "Jangan berbuat sepengecut itu
!" Sekalian orang heran mendengar kata-kata Sambu. Mereka
tak tahu apa yang terjadi. Gerak ayun tubuh Sambu hampir
menjadi satu dengan tubuh Saddha dan tahu-tahu Saddha
terdorong mundur dua langkah.
Pada saat itu baru sekalian orang melihat bahwa Sambu
mencekal sebatang pedang. Yang jelas tentu bukan pedangnya
karena sejak tadi Sambu tak memperlengkapi diri dengan senjata
apapun juga. 1843 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anakmuda mengapa engkau berbuat senekad itu" seru
Sambu dengan pandang yang meaceagkam.
"Bagiku, kurelakan kematian daripada menelan hinaan" sahut
Ssddha. "Aku tak merasa menghinamu"
"Kalau tak menghina, mengapa tidak engkau bunuh saja
diriku?" "Aku tak melihat suatu kepentingan untuk membunuh engkau,
kecuali engkau seorang mata2 Majapahit"
Saddha tertawa datar "Hm, jelas penilaianmu itu tidak setinggi
ilmu kepandaianmu. Hm, apabila engkau tahu aku ini seorang
mata-mata Majapahit, engkau tentu akan membunuh?"
Sambu mendengus. "Siapa bilang aku bukan mata-mata Mijapahit ?" seru Saddha
dengan lantang "aku memang seorang prajurit Majapahit yang
diutus ke Sadeng" "Untuk memata-matai keadaan Sadeng?" Sambu menegas.
"Tidak. Hanya untuk cari berita tentang Tumenggung Layang
yang tak kunjung kembali kepura kerajaan"
Sambu mengangguk-angguk "O, kira begitu"
"Nah, bunuhlah aku" Saddha busungkan dada.
Sambu "Jiwamu tak seharga dengan tanganku"
"Bukankah engkau sudah menyatakan kalau akan membunuh
aku jika aku seorang mata2 Majapahit?"
"Benar" jawab Sambu "tapi kedatanganmu disini bukan untuk
menyelidiki kekuatan Sadeng melainkan untuk mencari berita
tentang Tumenggung Layang" Sekalian prajurit Sadeng yang
berada di tempat itu bahkan Saddha sendiri, sama terbeliak
1844 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
heran. Bahkan prajurit Teluh memberanikan diri untuk memberi
pernyataan "Tetapi raden, dia adalah mata-mata Majapahit.
Lebih baik dilenyapkan saja"
"Paman Teluh" Sambu gelengkan kepala "Sadeng menentang
pada kerajaan Majapahit, bukan pada prajurit yang hanya
diperintah atasannya. Dan mereka hanya mencari berita tentang
tumenggung Majapahit yang berkunjung ke Sadeng. Bukankah
ini suatu kesempatan untuk memberi kabar kepada mereka agar
dapat menyampaikan laporan kepada kerajaan Majapahit?"
Kemudian Sambu berhadapan dengan Saddha "Prajurit,
karena engkau bersikap jujur dan ksatrya, aku menghargaimu.
Bukan saja aku takkan mengganggu selembar rambutmu, pun
bahkan akan memberi keterangan yang engkau inginkan"
"Engkau tahu di mana Tumenggung Layang?"
Sambu mengangguk "Ya. Dia sudah tewas bertempur dengan
prajurit-prajurit Sadeng"
Saddha dan bekel Galang terkejut "Tumenggung Layang telah
tewas" Mengapa?"
"Begini singkatnya cerita" Sambu mulai memberi keterangan
"prajurit pengiring Tumenggung Layang telah bertindak tak
senonoh berani melarikan seorang anak gadis. Hat itu diketahui
oleh prajurit-prajurit Sadeng. Mereka lalu mengejarnya dan
terjadilah pertempuran. Akibatnya beberapa prajiurit Sadeng
telah mati, tetapi Tumenggung Layang dan pengiringnya juga
tewas. Nah, sampaikan laporan itu kepada pimpinanmu. Sadeng
merasa terhina atas perbuatan tumenggung itu"
"Tumenggung Layang adalah utusan kerajaan tumenggung
bersalah, tidak seharusnya kalian menghakimi sendiri melainkan
harus melaporkan kepada seri baginda ratu" seru bekel Galang.
"Benar" sahut Sambu "andaikata peristiwa itu kuketahui.
Tetapi peristiwa itu diketahui oleh prajurit-prajurit Sadeng.
1845 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentunya mereka marah dan hendak menangkap pengiring
Tumenggung yang kurang susila itu. Apabila sampai terjadi
pertempuran berdarah, kita dapat menarik kesimpulan, prajurit
pengiring Tumenggung itu melawan dan Tumenggungpun
membela mereka. Sebagai prajurit yang mengemban tugas untuk
menjaga keamanan kadipaten Sadeng, tentulah prajurit -prajurit
Sadeng itu tak merelakan peristiwa semacam itu berlangsung di
bumi Sadeng" "Jika binar begitu" sanggah bekel Galang "tak mungkin
Tumenggung Layang akan membenarkan tindakan pengiringnya
Beliau adalah ssorang utusan ..."
"Nah, di situlah letak sumber peristiwa itu" cepat Sambu
menukas "adalah karena memiliki keangkuhan martabat seorang
duta nata maka Tumenggung Layang tentu matu kalau
pengiringnya didakwa melakukan perbuatan yang tak senonoh.
Dan lebih marah pula Tumenggung karena yang hendak
menangkap pengiringnya itu hanyalah kawanan prajurit saja.
Tumenggung tentu meraba tersinggung wibawanya"
"Hm, menilik keteranganmu" kata bekel Galang "tampaknya
engkau memandang hal itu sebagai suatu peristiwa yang kecil.
Pada hal kedudukan seoraig duta kerajaan itu mengandung arti
sebagai wakil kerajaan. Apabila wakil itu dibunuh, tentulah
kerajaan Majapahit merasa terhina"
Sambu tertawa ringan "Hal itu hak dari kerajaan untuk
menentukan dan mengambil langkah. Tetapi yang jelas, peristiwa
itu telah berlangsung seperti yang kuceritakan. Yang harus
tersinggung bukanlah Majapahit, melainkan Sadeng. Yang harus
malu, bukanlah Sadeng tapi Majapahit. Namun jika Majapahit
marah terhadap Sadeng, kamipun tak dapat berbuat suatu apa"
"Baik" kata bekel Galang "untuk menyempurnakan laporan
kami nanti, apakah kami dapat membuktikan keterangan raden
tadi" Jika Tumenggung Layang benar celah meninggal, kami
1846 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ingin melihat sendiri dan akan membawa jenasahnya ke
Majapahit" Sambu menyetujui. Mereka lalu berangkat ke hutan dan dapat
menemukan jenazah Tumsnggung Layang dan beberapa
pengiring serta prajurit-prajurit Sadeng
Sambu mengidinkan bekel Galang dan Saddha untuk
membawa jenasah Tumenggung Layang dan pengiringnya ke
Majapahit. Peristiwa itu mendapat tanggapan yang menggempar di
Majapahit. Patih mangkubumi Arya Tadah menghadap seri ratu
untuk menghaturkan laporan. Sudah barang tentu seri ratu amat
terkejut dan murka. "Peristiwa ini harus diusut sampai tuntas. Adipati Sadeng
harus mempertanggung jawabkan peristiwa itu" sabda sang ratu
Teribuanatunggadewi. "Keluhuran titah paduka, gusti" kata Arya Tadah "Tumenggung Layang adalah utusan kerajaan. Kematian
tumenggung menyangkut kewibawaan kerajaan paduka. Bagaimanapun yang terjadi, adalah kesalahan itu ada pada
adipati atau orang Sadeng dan rnereka telah mengetahui hal itu.
Seharusnya Adipati Sadeng segera mengantarkan jenasah
tumenggung ke kerajaan dan menghadap seri paduka untuk
menghaturkan laporan"
"Peristiwa itu terjadi di wilayah Sadeng. Mereka-pun tahu
tentang hal itu. Dengan begitu jelas mereka bertanggung jawab
atas kematian tumenggung. Paman patih, lekas kirim utusan
dengan membawa pasukan untuk memanggil adipati Sadeng
supaya menghadap ke pura kerajaan. Jika membangkang,
kuberikan wewenang untuk menindak mereka"
Sepengundur rakryan patih dari hadapan seri ratu, Arya Tadah
terus msagadaian musyawarah dengan beberapa mentri dan
1847 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senopati. Rakryan memberi keterangan tentang titah yang
diamanatkan seri ratu. "Jelas Sadeng memang bermaksud hendak menentang
Majapahit" kata Arya Tadah "oleh karena itu demi menegakkan
kewibawaan kerajaan Majapahit maka sang ratu menitahkan
supaya mengirim utusan dengan membawa pasukan untuk
memanggil adipati Sadeng supaya menghadap ke pura
Majapahit. Apabila adipati tidak mau memenuhi perintah, utusa
diberi wewenang untuk menindak adipati Sadeng"
Tumenggung Mindra menyambut "Jika rakryan mengidinkan
akulah yang melaksanakan titah sang ratu" Sebelum rakryan
patih sempat membuka mulut, tiba-tiba muncullah dua orang
priagung muda. Rakryan patih terkejut dan cepat menyongsong
"Ah, raden Warak dan raden Lembang"
Kedua pendatang itu memang Arya Warak dan Arya Lembang.
Setelah Arya Kembar memberi keterangan tentang rencana yang
telah dilakukan maka dipesannya upaya kedua arya itu selalu
mengamat-amati gerak gerik dalam keraton. Kedua arya itu
menanam beberapa orang dalam keraton untuk memberi laporan
setiap terjadi kesibukan-kenbukan yang melibatkan mentri dan
senopati dengan seri ratu.
Kunjungan patih amangkubhumi Arya Tadah ke keraton
memenuhi perintah seri ratu, telah ddaporkan kepada Arya
Warak. Pada saat itu kebetulan pula Arya Lembang juga sedang
berada di kediaman Arya Warak. Setelah menyuruh abdhi
keraton itu pergi, Arya Warak segera mengajak Arya Lembang.
"Apakah tidak perlu melapcr kepada kakang Kembar dan
minta peiunjuk bagaimana langkah yang harus kita ambil?" tanya
Arya Lembang, "Kurasa belum perlu" jawab Arya Warak "ini baru dalam taraf
mencari berita dan menyelidiki peristiwa-peristiwa yang
1848 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilaporkan abdhi kepercayaan kita. Baru setelah itu nanti kita
mendapatkan kakang Damar untuk memberi laporan yang pasti"
Arya Lembang setuju. Mereka lalu menuju ke keraton. Kembali
ada seorang yang menghadang perjalanan mereka "Raden,
rakryan patih sidang mengadakan permusyawarahan dengan
beberapa gusti senopati"
Mendengar itu maka bergegaslah kedua arya itu menuju ke
balai W itana, pusat pertemuan para senopati. Demikianlah maka
kedua arya itu muncul dengan tiba tiba pada saat rakryan patih
sedang mengadakan rapat. "Ah, maaf, paman rakryan" kata Arya Warak "hamba tak tahu
kalau paman rakryan sedang mengadakan rapat penting. Oleh
karena kami tentu berada di luar kepentingan rapat itu maka
kamipun mohon diri" Arya Tadah tahu bahwa kedua arya itu menjadi tangan kanan
dari Arya Kembar yang masih mempunyai pengaruh besar dalam
keraton. Maka rakryan patih Itu pun agak gugup dan cepat
mencegah "Ah, jangan raden beranggapan demikian. Rapat ini
bukan rapat resmi melainkan suatu permusyawarahan. Akupun
yang meminta para tumenggung untuk hadir di s ini"
"O" "Dan permusyawarahan ini bukan bersifat rahasia, karena
kepentingannyapun juga bukan sesuatu yang bersifit rahasia
melainkan demi kepentingan kerajaan. Oleh karena itu paman
gembira jika raden berdua suka ikut dalam pembicaraan. Siapa
tahu dari radenlah nanti akan tercetus pemikiran-pem ikiran yang
tepat" Arya Warak tertawa dalam hati "Uh, engkau patih tua, jangan
coba coba hendak mengesampingkan aku" pikirnya.
"Ah, kurasa paman rakryan jauh lebih berpengalaman dia
lebih, pandai dari kami berdua yang masih berusia muda ini.
1849 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apakah yang akan sumbangkan kecuali pem ikiran pem ikiran yang
dangkal belaka" sekalipun dalam hati menertawan namun mulut
Arya Warak tetap berbasa basi dengan kata yang merendah.
"Tidak raden" sahut Arya Tadah "bukan melainkan aku dan
para senopati dan tumenggung saja yang mempunyai
kepentingan tetapi seluruh kawula Majapahit terlibat dalam
tanggung jawab pada kepeningan kerajaan. Demikian dengan
raden berdua, juga terlibat dalam kepentingan itu kecuali raden
memang tak menghiraukan keselamatan Majapahit "
"Ah, janganlah kiranya paman rakryan berprasangka
sedemkian terhadap kami. Walaupun kami bukan kawula
Majapahit aseli, namun jiwa kami rasanya sudah menyatu pada
kepentingan kerajaan Majapahit" kata Arya Warak lalu berpaling
kepada Arya Lembang "Adi, karena rakryan patih yang
menitahkan, kita harus taat dan mari kita ikut dalam
permusyawarahan itu"
"Baik, kakang" sahut Arya Lembang. Keduanya lalu
mengiringkan patih Arya Tadah kembali ke tempat musyawarah
lagi. Dengan ringkas patih menerangkan lagi pokok dari apa yang
dimusyawarahkan tadi.

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"O, adipati Sadeng benar2 melampaui batas" seru Arya Warak
"jika rakryan patih mengidinkan, biarlah hamba saja yang
mengepalai pasukan untuk membawa adipati itu ke hadapan
gusti ratu" Sekalian tumenggung terkesiap mendengar pernyataan Arya
Warak. Memang benar Arya Warak termasuk priagung pada
jajaran narapraja pemerintah kerajaan Majapahit. Tetapi tidak
mempunyai jabatan tertentu, baik dalam bidang ketata-prajaan
maupun ketentaraan. Pada hal tadi rakryan patih telah menunjuk
tumenggung Mandra untuk memimpin perutusan itu"
1850 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hampir saja tumenggung Mandra hendak memberi sanggahan
tetapi sebelum sempat membuka mulut, rakryan patih sudah
mendahului "Sungguh amat berbesar hati kami atas pernyataan
raden. Tetapi karena telah disepakati bahwa tumenggung
Mandra yang akan mendapat tugas untuk memimpin perutusan
itu maka haraplah raden jangan kecewa"
Arya Warak terkejut namun cepat ia menindas perasaan
dengan tawa yang cerah "Ah kiranya tumenggung Mandra yang
sakti mandraguna. Tapi tidakkah paman rakryan berkenan
meninjau pula keputusan itu?"
Arya Tadah mengernyit dahi "Meninjau bagaimana yang raden
maksudkan?" "Telah hamba katakan bahwa tumenggung Mandra memang
sakti maniraguua" kata Arya Warak "sebagaimana halnya dengan
Tumenggung Layang yang gagah perwira, akhirnya harus
menderita kematian yang mengecewakan dari perbuatan orang-
orang Sadeng yang licik dan ganas. Dengan demikian mau tak
mau kita harus melihat pada kenyataan bagaimana kekuatan
Sadeng" Patih Arya Tadah diam mendengarkan saja,
"Agar tidak banyak memakan korban yang sia-sia" kata Arya
Warak pula "hendaknya perutusan ke Sadeng itu benar-benar
diperkuat dengan ksatrya-ksatrya yang sakti mandraguna"
"Hm, benar" "Dan ada lagi sebuah hal yang hamba rasa perlu mendapat
pertimbangan paman rakryan" kata Arya Warak pula.
"Apakah hal itu?"
"Bahwa demi menjunjung kewibawaan dan keluhuran
kerajaan Majapahit, hamba rasa perutusan itu jangan diserahkan
kepada senopati priagung Majapahit"
1851 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Arya Tadah terkejut "Lalu kepada siapa" Bukankah ini
kewajiban para senopati Majapahit untuk menegakkan keluhuran
wibawa Majapahit?" "Hamba kenal akan kata kata orang bijaksana" kata Arya
Warak "cara yang terbaik untuk menangkap ikan, janganlah
mengeruhkan airnya tetapi kena ikannya. Tamsil itu hamba
tujukan pada peristiwa yang akan paman rakryan selesaikan.
Dalam melaksanakan amanat seri ratu, janganlah kita sampai
mengorbankan banyak jiwa dan yang penting janganlah
keluhuran wibawa Majapahit akan tercemar. Sedikit korban,
menyelamatkan keluhuran Majapahit dan berhasil melaksanakan
tugas. Bukankah demikian yang paman rakryan kehendaki?"
Arya Tadah kerutkan dahi "Sungguh tak dapat pengertianku
mencapai tujuan kata-kata raden. Dapatkah raden mengatakan
dengan jelas?" "Maksud hamba" kata Arya Warak "hendaknya perutusan itu
jangan diserahkan kepada priagung Majapahit agar apabila
sampai terjadi kegagalan, tak sampai merendahkan martabat
keluhuran Majapahit"
"Lalu diserahkan kepada siapa?"
"Kepada kami para arya" sahut Arya Warak tanpa tedeng
aling-aling "apabila gagal maka jiwa kamilah yang akan kami
pertaruhkan tanpa memberi derita cemar kepada martabat
Majapahit. Dan kami benar-benar akan bersedia untuk
memberikan pengorbanan apa saja termasuk jiwa dan raga kami
demi peng-ablian kami kepada Majapahit. Berilah kesempatan
kepada kami untuk mendarma baktikan kesetyaan kami kepada
kerajaan Majapahit" Mendengar itu tidak tertahan lagi kemarahan tumenggung
Mandra "Arya Warak, jangan tuan mencontreng arang pada
mukaku. Jangan engkau anggap orang Majapahit itu ksatrya
yang berjiwa tikus. Apabila Mandra tak mampu menyelesaikan
1852 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tugas ke Sadeng maka hanya nama Mandra saja yang akan
pulang ke Majapahit, jiwa dan raga Mandra akan menelungkupi
kegagalanku di Sadeng"
Gempar sekalian hadirin mendengar pernyatan tumenggung
Mandra yang penuh luap kemarahan dan kejantanan itu.
"Ah, tumenggung Mandra sungguh cemerlang dalam
melantangkan pernyataan yang jantan" Arya Warak tertawa
memuji "namun hamba dengar bahwa di antara ksatrya ksatrya
kerajaan Majapahit, Tumenggung Layang termasuk ksatrya yang
pilih-tanding. Malah disohorkan sebagai senopati yang paling
sakti di jajaran ksatrya-ksatrya Majapahit. Hamba kuatir jika
Tumenggung Layang saja telah mendirita musibah yang
sedemikian mengenaskan, tidakkah patut hamba sayangkan
kalau ksatrya ksatrya yang kalah sakti dari Tumenggung Layang,
harus mengorbankan diri?"
"Arya Warak, mari kita ke luar kalau engkau benar2 seorang
jantan" teriak tumenggung Mandra dengan nyaring. Rupanya
tumenggung itu sudah tak kuat lagi menahan luap perasaannya.
Gemparlah persidangan. Arya Tadah cepat melerai "Tumenggung, jangan nafsu kemarahan membakar perasaanmu.
Dalam saat saat seperti ini, kita harus menjaga persatuan di
antara kita dengan kita. Dan engkau raden" kataa Arya Tadah
kepada Arya Warak "keputusan telah ditetapkan, sukar ditarik
kembali. Kuhargai kesedian dan kesetyaanmu terhadap Majapahit
namun perutusan yang sekarang mungkin hanya baru permulaan
dari awal yang panjang. Masih banyak waktu di mana raden
tentu akan mempuayai kesempatan untuk menunjukan
pengabdian raden kepada Majapahit"
"Ya, paman rakryan benar" kata Arya Warak tertawa "untung
paman berkenan memberi nasehat, apabila tidak, bukankah akan
terjadi peristiwa yang tak diinginkan" Maksudku hanya
menyankan pare priagung Majapahit"
1853 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena selalu mendengar ucapan yang sama bernada
meremehkan kesaktian ksatrya Majapahit, Arya Tadah menjawab
"Raden, jika raden merasa sebagai ksatrya Swarnadipa rela
memberikan pengabdian kepada kerajaan Majapahit, tidakkah
para ksatrya Majapahit lebih rela untuk mengorbankan jiwa raga
demi pengabdiannya kepada bumi tanah airnya" Setiap
pertempuran hanya berakhir dua kemungkinan, menang atau
kalah, mati atau hidup. Maka soal pengorbanan jiwa bukanlah hal
yang patut disayangkan. Mati menjalankan tugas, gugur di
medan bhakti, adalah perilaku utama dari ksatrya Majapahit. Dan
pintu Nirwana selalu terbuka bagi mereka"
Sebenarnya Arya Tadah hendak melanjutkan kata-katanya
untuk 'menghajar" adat kepada Arya Warak. Tetapi sesaat
memperhatikan wajah arya itu merah, rakryan patihpun tak
sampai hati "Jikz raden bicara setya pada kerajaan Majapahit,
marilah kita bersama-sama menegakkan kewibawaan kerajaan
Majipahit dengan landasan sebagai seorang prajurit yang tahu
menahu peraturan keprajuritan dan setya kepada sumpih
prajurit" "Terima kasih paman rakryan" sahut Arya Warak "tetapi
menurut fahamku. Justeru sebagai seorang arya dari bumi
Malayu yang bermukim di Majapahir, seharusnya aku lebih besar
dalam dharma-baktiku kepada Majapahit sebagai tanda
membalas budi. Baiklah, paman rakryan, jika demikian yang telah
menjadi keputusan, akupun takkan menghalangi. Tetapi bukan
berarti aku harus memadamkan keinginanku untuk membantu
Majapahit dalam meminta pertanggungan jawab Sadeng atas
tewasnya Tumenggung Layang"
Arya Tadah terkesiap "Bagaimana maksud raden" "
"Dalam hal ini, harap paman rakryan jangan kuatir. Hamba
takkan mengganggu perutusan yang akan dikirim ke Sadeng"
kata Arya Warak dan sebelum Arya Tadah sempat bicara, Arya
1854 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Warak cepat memberi hormat minta diri terus ayunkan langkah.
Arya Lembangpun mengikuti langkahnya.
Kedua arya itu bergegas pulang ke tempat kediamannya.
Mereka berunding "Kakang Warak, bagaimana rencana kakang?"
tanya Arya Lembang. "Kita dahului mereka ke Sadeng"
"Untuk?" "Membawa adipati Sadeng ke Majapahit. Dengan demikian
kita akan menciptakan jasa besar. Pengaruh kita bertambah
besar dan kedudukan para arya di kerajaan Majapahit makin
kokoh" "Tetapi kakang Warak" Arya Lembang terkejut "bagaimana
nanti tanggapan Sambu putera adipati Sadeng terhadap kita?"
"Dalam hal ini aku belum terlibat dalam permufakatan antara
Sambu dengan kakang Kembar. Dengan begitu aku masih bebas
bergerak" "Bukan hanya kakang Kembar, tetapi juga aku yang baru-baru
ini bersama kakang Kembar telah bertemu dengan Sambu di
Sadeng. Tidakkah Sambu akan marah dan menuduh kakang
Kembar dan aku menghianati persetujuan?"
"Jika begitu" sahut Arya Warak "baik aku sendiri yang pergi.
Engkau tinggal saja di sini"
Arya Lembang terkejut "Kakang seorang diri" Ah, jangan
main-main kakang. Sadeng memiliki pasukan yang kuat dan
tertib. Sambu juga digdaya. Kurasa lebih baik kita menemui
kakang Kembar untuk meminta persetujuannya"
Arya Warak setuju. Mereka menuju ke tempat kediaman Arya
Kembar tetapi tak berjumpa. Menurut keterangan hambanya,
Arya Kembar sedang ke luar. Terpaksa mereka kembali.
1855 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adi" kata Arya Warak "kalau sampai malam nanti kakang
Damar tak pulang, terpaksa besok pagi-pagi aku akan berangkat
ke Sadeng. Perutusan Majapahit besok pagi juga akan brangkat.
Jangan sampai aku kciahuluan mereka"
Ternyata kekuatlran Lembang terbukti. Malam itu Arya Damar
tidak pulang. Keesokan hari, sebelum fajar, Arya Warak tak dapat
dicegah lagi. Dia membawa sepuluh orang bawahannya
berangkat ke Sadeng. (Oo-dwkz-ismoyo-oO) Pada hari itu patih mangkubumi Arya Tadah menerima
kedatangan patih Daha, yani Dipa. Rupanya Dipa mendengar
juga kabar selentingan tentang peristiwa di Sadeng.
Memang antara Arya Tadah dengan Dipa telah terjalin
hubungan yang erat sekali. Keduanya sama-sama mengabdi pada
Majapahit dengan penuh kesetyaan. Keduanya sama-sama
menduduki patih. Arya Tadah sebagai patih mangkubumi
Majapahit, Dipa sebagai patih Daha.
Banyak sekali patih Dipa mendapat bantuan dan petunjuk dari
Arya Tadah dalam usahanya untuk mengembangkan kemajuan
Daha. Dipa mendapatkan seorang pembimbing yang luas
pengetahuan dan penuh pengalaman pada diri Arya Tadah. Arya
Tadah mendapatkan seorang tokoh muda yang penuh semangat,
tegas dan pandai pada diri patih Daha. Keduanya saling
mengagumi dan cepat sekali mereka terjalin d dam hubungan
bathin yang erat. "Benar ki patih Dipa" kata Arya Tadah menjawab pertanyaan
Dipa "memang telah telah terjadi peristiwa yang menggemparkan
atas terbunuhnya Tumenggung Layang di Sadeng. Seri ratu
1856 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murka dan menitahkan aku untuk meminta pertanggungan jawab
adipati Sadeng" Kemudian rakryan patih itu menuturkan tentang keputusannya
mengirim pasukan dipimpin tumenggung Mandra ke Sadeng.
"Memang sejak beberapa waktu, Sadeng telah memperlihatkan tanda-tanda tak setya. Semisal dengan
pembentukan Sadeng menjadi kadipaten, sebenarnya dari segi
tata keprajaan, belumlah sah. Karena yang menjanjikan dan
memberi idin Sadeng menjadi kadipaten itu dahulu adalah
rakryan Kuti yang kala itu menguasai pemerintahan kerajaan"
kata patih Dipa dalam menanggapi persoalan Sadeng.
Patih Arya Tadah mengangguk.
"Adalah karena saat itu kerajaan sedang dalam kemelut dan
demi menjaga ketenteraman maka seri baginda Jayanagara tidak
membatalkan peresmian Sadeng" kata patih Dipa pula "sekalipun
begitu seri baginda telah menetapkan bahwa adipati Sadeng
harus taat dan memenuhi kewajiban sebagai kepala kadipaten
terhadap kerajaan Majapahit"
"Dan ternyata adipati itu tak mau sowan lagi ke Majapahit"
seru patih Arya Tadah. "Benar" sambut patih Dipa "hal itu memang terjadi secara
pelahan tetapi makin lama makin jelas. Tetapi paman rakryan,
hamba rasa dalam soal itu memang bersumber pada masalah
yang lebih rumit" Arya Tadah terkesiap "Sadeng tidak mau mentaati ketentuan
terhadap kerajaan tentu mengandung maksud hendak mbalela"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Patih Dipa menghela napas pelahan "Ya, hal itu hanya
merupakan ledakan dari sarananya. Tetapi tujuannya memang
bukan hanya sekedar berontak untuk berontak saja"
Patih Arya Tadah makin terkejut "Lalu apa tujuan mereka
yang sebenarnya?" 1857 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patih Dipa merenung, mamandang ke atas. Pikirannya jauh
melayang pada serangkaian peristiwa di Kahuripan yang lalu.
Yalah ketika Rani Kahuripan mengadakan sayembara.
Sesaat kemudian patih Dipa tampak mengangguk "Kalau
dugaanku benar" katanya "masalahnya bersumber padi gusti
Rani Kahuripan dahulu"
Arya Tadah terkejut dan minta agar patih Dipa menerangkan
yang lebih jelas. Patih Dipa memulai ceritanya dari Kahuripan pada waktu Rani
mengadakan sayembara untuk menentukan jodoh. Di antaranya
yang ikut dalam sayembara itu adalah Sambu, putera dari buyut
Sadeng. Sambu memang paling menonjol dalam kesaktian dan
berhasil menemukan lencana Garudamuka peninggalan seri
baginda Airlangga di Warlngin Pitu. Kemudian raden Kertawar-
dhana juga berhasil menemukan lencana Garudamuka di lereng
gunung Penanggungan. Ternyata lempeng Garudamuka yang
ditemukan raden Kertawardhana itulah yang aseli sehingga raden
itulah yang memenangkan sayembara dan akhirnya menjadi
suami Rani Kahuripan. "Bertitik tolak pada peristiwa itu maka hamba mengambil
kesimpulan bahwa Sambulah yang berdiri di belakang segala
tindakan Sadeng. Mengangkat kebuyutan Sadeng menjadi
kadipaten dan menganjurkan ramanya tidak menghadap ke
Majapahit" "Dengan begitu andika maksudkan bahwa dalam peristiwa
yang dilakukan Sadeng itu bersumber pada rasa dendam dari
putera adipati Sadeng yang gagal mempersunting gusti ratu"
"Rajanya dugaan hamba itu tidak jauh melesetnya" kata patih
Dipa. "Tetapi patih Dipa" sanggah Arya Tadah "apabila hanya
mengandaikan Sambu seorang, adakah mereka sudah cukup
memperhitungkan tentu akan mampu meaghadapi Majapahit?"
1858 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patih Dipa mengangguk "Penilaian paman patih memang tepat
sekali. Hambapun merasakan hal itu "
"Lalu bagaimana penilaianmu, ki patih?"
"Hamba rasakan gerakan Sadeng itu seperti telah mendapat
dukungan dari sementara orang dalam pura sini"
Patih Arya Tadah terkesiap "Jadi ada orang dalam yang telah
bersekutu dengan Sadeng?"
"Sejalan dengan penilaian paman, hambapun tak yakin kalau
kekuatan Sadeng mampu menghadapi Majapahit. Namun
nyatanya mereka mengunjuk sikap tak patuh. Maka patutlah
dicurigai, apa sebenarnya yang berada di balik sikap mereka itu.
Hamba lebih cenderung untuk menduga bahwa mereka tentu
mempunyai dukungan di belakangnya. Dan dukungan itu hamba
rasakan tentu dari dalam tubuh kerajaan Majapahit sendiri"
"Sebagaimana paman rakryan tentu dapat merasakan sendiri,
kiranya dalam tubuh pemerintahan kerajaan Majapahit saat ini
masih terdapat beberapa golongan yang tak puas akan keadaan
sekarang" kata patih Dipa lebih lanjut "dan golongan-golongan
inilah yang hamba rasa sedang memainkan peranannya di
belakang peristiwa Sadeng"
Patih Arya Taiah seperti disadarkan. Diam-diam dia mengakui
bahwa apa yang diuraikan patih Daha itu memang beralasan.
Dan hal itu makin lebih kuat mendorongnya untuk melaksanakan
cita-citanya. Dia mencita-citakan lahirnya seorang tokoh muda
yang dapat dipercaya dan cakap untuk melanjutkan tugas
mengemban tegaknya pemerintahan kerajaan Majapahit. Patih
Arya Tadah menyadari bahwa naiknya seri ratu Teri-
buanatunggadewi ke tahta, akan menghadapi tantangan yang
berupa tentangan, rongrongan dan penggerogotan dari golongan
golongan yang tak suka. Baik dari luar maupun dari dalam tubuh
pemerintahan Majapahit sendui.
1859 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patih Arya Tadah sudah menyadari kalau usianya makin lanjut.
Kesehatannyapun sering terganggu. Pada hal tantangan-
tantangan itu lebih besar dan makin berbahaya. Suatu hal yang
bertentangan baginya. Dia sudah tua, tantangan malah makin
banyak. Menyadari akan hal itu diam-diam dia sudah berusaha untuk
membentuk dan melahirkan seorang tokah muda sebagai
penerus dari tugas yang diembannya. Setelah di teliti dan dikaji
dengan seksama, pilihannya jauh pada dua orang. Yang seorang
adalah pangeran Adityawarman. Dan yang lain adalah patih Dipa
itu sendiri. Di antara kedua calon yang dipilihnya itu, ada pula
pertimbangan yang harus dilakukan. Adityawarman seorang
pangeran dari Swarnadipa, putera kemanakan dari gusti ratu
Indreswari, ibunda baginda baginda Jayanagara. Suatu hal yang
memerlukan pertimbangan mendalam.
Dahulu ketika Jayanagara menjadi raja Majapahit timbullah
beberapa peristiwa pemberontakan besar dan kecil. Di pura
kerajaan telah berlangsung pertentangan hebat di antara
golongan yang tak menyukai asal keturunan baginda dengan
golongan yang mendukung baginda.
Kini apabila patih Arya Tadah menjatuhkan pilihan pada
pangeran Adityawarman untuk diserahi sebagai pengemban
tugas menjaga tegaknya Majapahit, bukankah akan menimbulkan
pertentangan lagi" Dan lebih lanjut lagi, bukankah ha! itu takkan
mengembalikan pengaruh arya-arya dari Swarnadwipa yang kini
sudah mulai goyah setelah seri baginda Jayanagara telah
mangkat" Memang Adityawarman seorang pangeran yang cakap dan
telah menunjukkan kesetyaan dalam pengabdiannya kepada
Majapahit. Suatu syarat yang tak dapat disangkal lagi. Namun
aial keturunan pangeran itu, pasti akan menimbulkan
1860 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertentangan sebagaimana telah terjadi pada masa pemerintahan seri baginda Jayanagara.
Lalu calon yang kedua yani patih Dipa. Kepada patih muda itu,
Asya Tadah telah menumpahka perhatian yang istimewa. Ia
kagum akan peribadinya. Ia-pun terpesona akan jasa-jasa patih
Dipa terutama ketika menyelamatkan kerajaan Majapahit dari
ancaman Dharmaputera ra Kuti.
Dalam hal kecakapan, patih Dipapun memenuhi syarat. Dua
kali sudah patih itu diuji kecakapannya, menjadi patih di
Kahuripan lalu di Daha. Selama itu dia telah menunjukkan
kecakapannya dalam membangun keranian Kahuripan dan Daha
sehingga selama dia menjadi patih keadaan di Kahuripan dan
Daha berkembang maju. Rakyat hidup sejahtera.
Dalam hal kesetyaan dan kecakapan, patih Dipa tak di bawah
pangeran Adityawarman. Bahkan dalam hal jasa, patih Dipa lebih
menonjol. Tetapi kelemahan yang ada pada patih itu, juga
serupa dengan yang terdapat pada diri pangeran Adityawarman.
Apabila pangeran Adityawarman itu berasal dari Swarnadipa,
suatu hal yang menimbulkan akibat kurang baik dikalangan
rakyat Majapahit, demikian pula halnya dengan patih Dipa yang
berasal dari keturunan Sudra.
Hampir seluruh jajaran mentri, senopati dan narapraja yang
berkedudukan tinggi dalam pemerintahan Majapahit, adalah
kaum priagung, kaum yang berasal dari keturunan darah luhur.
Jika patih Dipa yang akan dicalonkan sebagai pengganti patih
mangkubumi tidakkah akan menimbulkan tanggapan yang
rnen?goncang-kan" Tidakkah para mantri, senopati akan merasa
direndahkan karena harus dibawah perintah Dipa" Tidakkah
pangeran Adityawarman akan tersinggung juga"
Arya Tadah menginginkan pengganti yang akan dapat
menggalang persatuan dan kesatuan dari seluruh mentri senopati
Majapahit. Jika mereka tersinggung perasaannya dan merasa
direndahkan mastabatnya, tidakkah hal itu akan berbahaya" Dan
1861 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
golongan yang tidak menyukai ratu Teribuanatunggadewi sebagai
yang dipertuan, tentu akan menggunakan kesempatan itu untuk
mengadu domba dan menyulut bencana"
Patih Arya Tadah menyadari akan pengalaman dari peristiwa
yang lampau. Bahwa pemberontakan yang dilakukan Dharmaputera ra Kuti jauh lebih berbahaya dari pemberontakan
adipati Tuban Ronggo Lawe. Karena musuh yang terang-
terangan, lebih mudah di hadapi daripada musuh dalam selimut.
Apabila dalam tubuh pemerintah kerajaan yang sekarang ini
tergalang persatuan para mentri senopati untuk menentang
pengangkatan patih Dipa sebagai patih Majapahit, tidakkah
sejarah Dharmaputera ra Kuti akan terulang lagi"
Pertimbangan-pertimbangan itulah yang menyebabkan Arya
Tadah mas h bimbang untuk menentukan keputusannya. Namun
dalam hati, dia tetap lebih cenderung pada diri patih Dipa.
Dalam menanggapi uraian patih Diaa mengenal kecurigaan
bahwa Sadeng mempunyai hubungan dengan sementara mentri
senopati di Majapahit, berkatalah Arya Tadah "Jika demikian,
peristiwa ini perlu penanganan yang lebih menyeluruh dan teliti.
Bagaimana kalau kuminta ki patih yang menangani penyelidikan
siapa-siapa di antara narapraja kerajaan yang terlibat dalam
persekutuan dengan Sadeng?"
Patih Dipa serentak menerima perintah itu. Namun diam-diam
dia membayangkan suatu kemungkinan lain, tentang kekuatan
yang berdiri di belakang Sadeng. Teringatlah dia akan peristiwa
ketika di Kahuripan berlangsung sayembara. Menurut keterangan
raden Kertawardhana, agaknya di belakang Sambu itu ada
seorang tokoh sakti. Kemungkinan besar gurunya.
Maka patih Dipa mempunyai dua tugas. Pertama, dia akan
menyelidiki siapa-siapa di antara menteri narapraja di pura
kerajaan yang bersekutu dengan Sadeng. Dalam hal ini dia
memang sudah mempunyai titik dugaan. Namun belum berani
memastikan. Kedua, dia menaruh dugaan keras bahwa tokoh
1862 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sakti yang telah membantu Sambu maju maju ke sayembara di
Kahuripan dulu, kini masih mentulang-punggungi gerakan
Sadeng. Jika hal itu benar, jelas tokoh itu tentu mempunyai
hubungan erat dengan Sambu. Kemungkinan besar memang
gurunya. Selama menjabat patih di Daha, patih Dipa tidak henti-
hentinya mengadakan pembinaan kepada rakyat Daha terutama
kepada para muda. Dia mendapat kesan bahwa ada sementara
orang yang coba-coba menghidupkan kembali perkumpulan
Wukir Polaman. Secara diam-diam mereka masih mengadakan
gerakan-gerakan untuk mengacau dan menghasut rakyat. Namun
jika golongan itu yang bersekutu dengan Sadeng, jelas tak ada
artinya. Majapahit pasti mampu memberantasnya.
"Ki patih" tiba-tiba patih Arya Tadah berkata pula "ada sebuah
peristiwa kecil yang hampir saja menimbulkan onar. Yaitu ketika
pengangkatan tumenggung Mandra uatuk memimpin perutusan
ke Sadeng selesai, tiba-tiba dua orang arya yaitu Arya Warak dan
Arya Lembang muncul dan minta supaya diperkenan-yang
memimpin perutusan itu"
Patih Dipa terkejut "Dan bagaimana jawab paman rakryan?"
"Sudah tentu kutolak" sahut Arya Tadah "namun tampaknya
mereka tak puas dan kemungkinan akan bertindak sendiri ke
Sadeng" Patih Dipa terkesiap. Sesaat ia menilai bahwa sikap kedua arya
itu tentu didorong oleh nafsu keinginan untuk mencari jasa agar
kedudukan dan pengaruh mereka tetap bertahan.
Namun sesaat kemudian terpercik sekilas dugaan bahwa di
balik nafsu mencari jasa, tentu ada hal lain yang mendorong para
arya itu berkeras hendak memimpin perutusan ke Sadeng.
"Baik paman rakryan" katanya kepada patih Arya Tadah
"hamba mohon diri untuk menyelidiki hal itu"
1863 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biasanya setiap berkunjung ke pura Majapahit, patih Dipa
tentu memerlukan menghadap seri ratu. Tetapi karena telah
mendapat keterangan dari patih mangkubumi Arya Tadah
mengenai titah seri ratu untuk memanggil adipati Sadeng maka
patih Dipapun memutuskan untuk cepat-cepat mengusut
peristiwa itu. Dia mengunjungi bekel Birawa, seorang kawannya dahulu
ketika masih sama-sama menjadi prajurit bhayangkara di
keraton. Bekel Birawa banyak sekali mengetahui tentang peristiwa-
peristiwa yang terjadi di pura kerajaan, peristiwa yang terang
maupun yang di balik gerak gerik di kalangan narapraja dan
ketentaraan. Dewi KZ : Cerita Sumpah Palapa berakhir sampai disini, terasa endingnya
menggantung sekali yeee, mungkin ada lanjutannya, hiks
TAMAT 1864 Pedang Kayu Harum 18 Pedang Kayu Harum Karya Kho Ping Hoo Kesatria Baju Putih 3
^