Pencarian

Tamu Dari Gurun Pasir 11

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 11


Dengan tanpa ayal lagi, ia lantas lompat keluar dari dalam kamarnya. Siapa nyana baru saja kakinya menginjak atap genteng dari tempat gelap tiba2 terdengar suara orang membentak "Bocah, benar saja kau bukan cuma nama kosong belaka. Telingamu ternyata ada sangat tajam. Tapi entah kau ada mempunyai itu nyali atau tidak untuk bertanding dengan tuan besarmu?"
Ketika Lim Tiang Hong sudah dapat lihat dengan tegas, orang yang menantang padanya itu ternyata adalah, itu Giok-bin Long-kun Cu Tek, yang tadi siang pernah mencari gara2 dengannya. Ia merasa sangat mendongkol, maka lantas menjawab: "Aku si orang she Lim dengan kau toh tidak mempunyai ganjaian apa2, mengapa kau memaksa hendak mengadu kekuatan dengan aku?".
"Jikaiau kau merasa takut, tuan besarmu juga tidak memaksa, cuma kau harus segera meninggalkan bukit Bu-san ini" katanya Giok-bin Long-kun dingin.
"Aku si orang she Lim, sebetulnya juga tidak kesudian tinggal disini, tapi karena tuan rumah ada begitu baik hari undang aku datang kemari, terpaksa aku tinggal untuk sementara. Jikalau orang luar paksa aku pergi, aku kepingin lihat orang itu ada mempunya itu kemampuan untuk mengusir aku atau tidak?"
Giok-bin Long-kun kuatir nanti akan membikin kaget Sin-lie Hong-cu, maka ia lantas berkata dengan suara yang agak perlahan: "Mengadu mulut tidak ada gunanya, mari, kita uji kekuatan masing2!"
Sehabis berkata demikian, ia lantas melesat kebelakang bukit.
Lim Tiang Hong yang berkepandaian tinggi, sudah tentu tidak merasa takut, maka ia lalu menggunakan ilmunya It-sia Cian-lie secepat kilat sudah menyusul dirinya Giok-bin Long-kun.
.983 Sebentar kemudian, kedua orang itu sudah tiba di satu tanah latar dibawah kaki bukit.
Giok bin Long-kun mendadak hentikan kakinya dan berkata kepada Lim Tiang Hong dengan suara dingin: "Memang benar seperti apa yang kau katakan, antara kau dengan aku dimasa yang lampau memang tidak ada ganjalan apa2 tapi kau tentunya tahu juga itu pepatah dari jaman SAM KOK (Tiga Negeri) yang diucapkan oleh Ciu Jie, jenderal dan penasehat kerajaan Gouw, yang berbunyi: "Kalau sudah ada Jie (Ciu Jie), mengapa lahir Liang (Cu-kat Liang atau Khong Beng). Aku si orang she Cu apabila malam ini kalah ditanganmu, selanjutnya akan berlalu jauh ke daerah Biauw-ciang, tidak akan berkelana lagi di dunia kang-ouw. Cuma kau juga jangan sungkan2 lagi. Jika kau yang kalah, hm! Barangkali lembah gunung ini akan merupakan tempat semayammu untuk selamalamanya. Aku sedikitpun tidak akan memberi hati padamu"
Lim Tiang Hong setelah mendengar keterangan tersebut, hatinya tercekat. Kini ia telah mendapat kenyataan bahwa ia sedang berhadapan dengan satu pemuda yang berhati kejam dan ganas, maka ia lantas menjawab dengan suara nyaring: "Dalam segala pertandingan, sudah tentu ada yang menang dan yang kalah, perlu apa saudara mengucapkan perkataan yang begitu getas?"
"Segala sesuatunya aku sudah terangkan semuanya, banyak bicara tidak ada gunanya, lebih baik lekas mulai! Diatas bukit Busan ini, malam ini mungkin akan terjadi kejadian apa2!"
Ia tidak memberikan kesempatan bagi Lim Tiang Hong untuk menjawab, lantas menyerang ke arah dada orang.
Ia sejak kanak2 sudah dibawa oleh pulang ke dalam goa dan kemudian dididik ilmu silat oleh seorang gaib dari daerah Biauw-ciang, maka ilmu silatnya sudah mempunyai dasar baik, kekuatan serangannya itu sesungguhnya tidak boleh dipandang ringan.
Lim Tiang Hong meskipun tidak senang atas sikap orang itu yang begitu jumawa, tetapi sebetulnya juga tidak suka tanpa sebab sesuatu mengadu jiwa. Maka ketika diserang ia lantas geser kakinya mengelakkan serangan tersebut. Sedikitpun tidak dibalasnya serangan tadi.
Tapi dipihaknya Giok-bin Long-kun agiknya sudah tidak perdulikan sikap mengalahnya Lim Tiaug Hong itu. Setelah keluarkan serangan yang pertama lalu disusulkan dengan serangan2 lain yang beruntun beberapa kali, bahkan setiap serangan diarahkan ke tempat2 yang berbahaya pada anggaota badan pemuda itu. Serangannya itu beerganti2 dan nampaknya aneh sekali. Semua itu telah terjadi tidak menurut tata tertib dari kebiasaan dalam pertempuran. Hingga mau tidak mau Lim Tiang Hong terus mundur ber-ulang2 sampai limaenam tindak.
Giok-bin Long-kun yang sudah dapat "hawa", sikapnya semakin garang. Sambil ketawa ber-gelak2 ia lalu berkata: "To liong Kongcu yang namanya begitu disohorkan orang dunia kang-ouw tidak tahunya cuma punya kepandaian yang begitu saja. Ha,.ha.... Aku si orang she Cu hampir saja kena dikelabui dengan nama kosongmu. Ha.ha...."
Sembari berkata, tangannya terus gerakkan melancarkan serangan2 beruntun sampai delapanbelas kali. Mungkin anggapnya lawannya itu terlalu lemah, maka pada serangan2 berikutnya ini dilakukan kurang gencar dan tanpa pikir dengan perhitungan lagi.
Mendadak ia dengar suaranya Lim Tiang Hong yang berkata: "Kalau saudara Cu terus2an mendesak dengan cara begini aku terpaksa akan coba2 berlaku kurang ajar"
Mendadak badannya kelihatan lompat melesat menyusup diantara serangan2 tangan Giok-bin Long-kun yang gencar tadi. Kedua tangannya nampak diulur dan ditarik kembali lalu balas menyerang laksana kilat cepatnya.
Karena kala itu kekuatan tenaga dalamnya sudah tidak ada taranya, buat dunia kang-ouw yang mampu menandingi kekuatannya barangkali cuma terbatas beberapa orang saja.
Giok-bin Long-kun meskipun termasuk salah satu orang kuat dari tingkatan muda, tapi biar bagaimana masih belum mampu menyambuti kekuatan Lim Tiang Hong yang sudah tidak ada taranya itu.
Dalam keadaan kaget dan ketakutan Giok-bin Longkun mundur sejauh satu tombak lebih. Dengan biji matanya yang kelihatan kaget bercampur heran ditatapnya terus wajah Lim Tiang Hong.
.Lim Tiang Hong yang tak ada maksud mencelakakan orang muda itu, lantas berkata sambil menyoja: "Pertemuan antara kau dengan aku itu semua karena terjadi karena ada jodoh, perlu apa harus bertengkar" Bagaimana kalau kita mengikat tali persahabatan saja?"
Giok-bin Long-kun setelah dikagetkan sedemikian rupa kini pikirannya mulai tenang kembali. Ketika mendengar perkataan Lim Tiang Hong, bukannya disambut dengan muka riang, sebaliknya malah cemberut kecut wajahnya, agaknya masih mendongkol dia, sambil ketawa menyengir berkata: "Kau tak usah pura2! Aku si orang she Cu tahu bahwa saat ini kekuatan tenaga dalamku masih belum mampu menandinginmu. Tapi ada satu hari pasti akan kuparani kau dimana saja untuk tebus kekalahanku hari ini"
Sehabis mengucapkan perkataannya itu ia menatap wajahnya Lim Tiang Hong dengan rupa gemas. Lalu kabur meninggalkan tempat itu.
Lim Tiang Hong yang tanpa sebab merasa telah menanam permusuhan, dalam hati merasa kurang enak. Pikirnya: "Orang2 yang ada didunia kang-ouw kenapa begitu banyak yang sifatnya seperti orang ini" Aku tidak mau bertanding dengan dia, dia terus mendesak begitu rupa. Dan kalau kalah, lantas kabur setelah mengancam dan mendendam sakit hati. Dia rupanya tidak pikir, kalau aku yang kalah bagaimana...."
Sendirian Lim Tiang Hong memikirkan tindak tanduk pemuda baju kuning tadi itu. Saat itu rembulan sudah muncul hingga keadaan diatas bukit nampak terang benderang.
Setelah tertiup oleh angin gunung, Lim Tiang Hong merasa otaknya jernih kembali. Ia mendadak ingat bahwa diatas bukit mungkin ada kejadian apa2. Bukankah tadi telinganya mendengar suara orang saling bentak"
Maka tanpa berayal lagi lantas digerakkannya kakinya, lari ke atas bukit.
Hanya dengan beberapa kali gerakan saja ia sudah berada dibelakangnya itu bangunan gedung yang amat mewah.
Benar saja dugaannya, matanya yang jeli segera melihat, di tengah lapangan yang siang tadi digunakan untuk menyambutnya, ada kelihatan beberapa bayangan
.orang yang sedang ber-gerak2. Sinar lampu menerangi tanah lapang tersebut, agaknya ada orang sedang melakukan pertempuran.
Lim Tiang Hong yang berhati mulia merasa bahwa orang yang mengundang dirinya selagi orang itu berada dalam bahaya, kalau dibiarkan begitu saja dengan peluk tangan, tentu merasa malu terhadap sahabat yang mengundangnya itu.
Setelah berpikir demikian ia lalu lompat melesat setinggi tujuh-delapan tombak. Di tengah udara tangannya ber-gerak2....
Gedung yang begitu besar dan luas telah dapat dilampaui olehnya dan kemudian menukik turun tiba di lapangan tersebut.
Pada ketika itu, di tengah lapangan sedang berlangsung satu pertempuran sengit.
Pihak lawan yang datang cuma ada empat hweesio pertengahan umur. Kawanan padri itu kelihatannya bukan dari golongan orang2 jahat Akan tetapi masing2 mempunyai kepandaian dan kekuatan sangat tinggi. Sedang dipihak orang2nya bukit Bu-san sudah ada tigaempat orang yang luka2 dan yang sedang bertempur saat itu, adalah Cit-seng Hongcu, Siong-yang Hongcu, Sin-lie Hongcu dan Tiauw-yang Hongcu.
Cit-seng Hongcu Oey Pek To di dalam Duabelas Hongcu dari bukit Bu-san itu terkenal karena kepandaiannya paling tinggi. Kelihatan saat itu Hongcu yang tertua ini bertempur dengan laku tenang, sedang yang menjadi lawannya, kelihaian berimbang.
Sin-lie Hongcu mahir dalam hal ilmu meringankan tubuh. Ini jutru yang dapat membantu kekalahan tenaga dalamnya yang masih belum seimbang dengan lawannya.
Sebaliknya dengan Giok-yang Hongcu dan Tiauwyang Hongtiu, ke-dua2nya per-lahan2 kelihatan mulai keteter. Lim Tiang Hong lalu menduga, tidak sampai sepuluh jurus lagi pasti mereka akan terjungkal.
Kedatangan Lim Tiang Hong itu se-olah2 malaikat baru turun dari langit, membuat semua orang yang ada disitu pada kaget. Dan orang2 yang sedang bertempur, juga dikejutkan oleh melayangnya badan orang diluar dugaan mereka itu. Karenanya semua orang dengan tidak sadarkan diri sudah pada kendorkan serangannya.
.Menggunakan kesempatan tersebut, Lim Tiang Hong lantas berkata dengan suara nyaring: "Harap berhenti sebentar, aku si orang she Lim datang!"
Suaranya itu dikeluarkan dengan menyebarkan kekuatan tenaga dalamnya melalui mulutnya, bisa bikin pekak telinga setiap yang mendengarnya.
Di pihak empat hweesio itu, menduga kalau Duabelas Hongcu dari Bukit Bu-san telah mendatangkan seorang kuat bagi pihak mereka, maka lalu pada tarik kembali serangan dan lantas mundur sampai delapan kaki. Buru2 pasang mata dan melihat yang baru datang itu, tapi ternyata cuma tampak satu orang yang masih terlalu muda usianya, hingga semuanya jadi tercengang.
Adapun empat hwesio yang datang malam itu, adalah empat hwesio dari cabang persilatan Ngo-thaypay. Mereka itu adalah Tie cin, Tie-hui, Tie-kok dan Tietlong. Semuanya mereka merupakan orang2 yang beribadat tinggi. Kedatangan mereka malam itu ke bukit Bu-san dan sampai terjadinya pertempuran, sebetulnya adalah karena kesalah-pahaman.
Lim Tiang Hong yang melihat pertandingan berhenti, lalu berkata kepada Cit-seng Hongcu sambil menyoja: "Hongcu, numpang tanya, apakah sebabnya sampai kalian kebentrok dengan empat Siansu ini" Bolehkah Hongcu memberi sedikit keterangan padaku?"
Cit-seng Hongcu mengawasi empat hwesio dari Ngo-thay-san itu sejenak, kemudian setelah menghela napas panjang berkata: "Urusan ini sebetulnya merupakan kesalahpahaman yang sangat besar...."
Selanjutnya Hongcu ini lantas menceritakan hal ikhwalnya sampai terjadinya permusuhan dengan pihak Ngo thay-pay.
Kiranya Hongcu dari bukit Bu-san, yakni Kiu Tiong Thian yang gelarnya terkenal dengan sebutan Pat-kwaciang, dahulu dengan Goan-goan Taysu dari Ngo-thaypay, pernah menjadi sahabat2 karib. Satu hari, dua orang itu dalam sebuah guha diatas gunung sama2 mendapatkan sejilid kitab yang bernama Hian-hian Pitkip. Mereka telah membaca isi dari kitab tersebut. Merasa sulit untuk dimengerti, ternyata sangat dalam arti kata dalam kitab itu. Oleh karena kedua orang itu sama2 memegang pimpinan dari dua partai besar, tidak ada banyak waktu ber-sama2 mempelajari isi kitab tersebut. Maka lalu mereka mengadakan suatu perjanjian, dengan masing2 manyimpan dan mempelajari kitab itu dalam waktu tiga tahun secara bergiliran. Jadi, setiap tiga tahun kitab itu harus berpindah tangan.
Kedua partai itu sampai sekarang selalu tenang tidak pernah timbulkan kejadian apapun. Tidak nyana, ketika tiba pada giliran kitab itu mesti dipelajari oleh pihaknya bukit Bu-san, mendadak hilang lenyap tercuri penjahat. Barang tentu 12 Hongcu lantas turun gunung menyelidiki sebab2 kehilangan itu, tetapi usaha mereka ternyata sia-sia belaka. Sedang kala itu, giliran pihak Ngo-thay-pay sudah sampai lagi.
Cit-seng Hongcu dalam keadaan tak berdaya dan putus asa mencoba memberi penjelasan dengan sebaik2nya kepada pihak Ngo-thay-pay, dalam harapannya supaya urusan bisa ditunda sementara. Siapa tahu tunda punya tunda, satu tahun sudah berlalu. Dan kabar tiada datang ke gunung Ngo-tay-san. Sudah barang tentu pihak itu merasa tidak senang, lantas diutus empat orang dari golongan tua untuk menanyakan urusan itu lagi.
Siong-yang Hongcu yang beradat berangasan, apalagi ketika memberi jawaban tentu akan tidak memuaskan pihak lawan, begi tulah sampai terjadinya pertikaian tersebut.
Lim Tiang Hong setelah mendengar penuturan itu, dalam otaknya mendadak terkilas kejadian2 masa lalunya ketika ia berada di Hong-hong Pit-kok, apa2 yang pernah dilihatnya, didalam sebuah gua ia melihat ada seorang Taotho dan seorang tua lain yang sudah pada mati dalam keadaan bergulat.
Maka ia lantas putar badannya dan berjalan menghampiri empat padri Ngo-thay-pay itu, kemudian sambil menyoja berkata: "Dalam urusan kalian ini, aku yang rendah ada sedikit keterangan. Sukalah kiranya Siwie Siansu dengarkan keteranganku dan sementara hentikan pertikaian ini?"
Tie-cin Tiang-lo segera membalas hormatnya si anak muda, berkata: "Sicu siapakah" Dan mengapa sicu tahu hal ikhwalnya urusan kami?"
"Aku yang rendah adalah Lim Tiang Hong. Belum lama berselang, ketika aku masuk ke lembah Hong-hong Pie-kok, kebetulan melihat seorang tua dan seorang Taotho. Ke-dua2nya mati dalam keadaan gulat. Kitab2 Hian-hian Pit-kip kalian yang terhilang itu, juga ada di sekitar mereka dalam keadaan hancur. Cuma yang ketemu dua lembar, yang pun tidak sempurna. Dua lembar sobekan kertas itu aku pungut, dan sudah kuserahkan kepada Sin-lie Hongcu"
Tie-cin Tiang-lo begitu mendengar nama Lim Tiang Hong nampak perubahan di wajahnya. Dengan wajah nampak kaget mengawasi pemuda itu dan atas sampai kebawah, baru berkata: "Apa sicu yang digelarkan orang2 kang-ouw sebagai To-liong Kongcu itu" Pinceng sudah lama dengar namamu yang besar itu. Hanya, dalam urusan kami ini, hubungannya dengan keselamatan, runtuh atau bangunnya partai kami, ada erat sekali, tidak bisa dengan sepatah dua kata saja lantas bikin habis perkara, maka sebaiknya sukalah sicu jauhi perkara ini"
"Aku yang rendah, sebetulnya juga tidak suka turut terlibat dalam pertikaian kalian, tetapi karena diminta bantuanku oleh seseorang, aku rasa tidak boleh tidak harus memenuhi permintaannya. Lagipun kitab Hian-hian Pit-kip itu sudah pernah kulihat dengan mata kepala sendiri, dalam keadaan hancur tak keruan. Dengan cara bagaimana kalian hendak suruh 12 Hongcu dari bukit Busan ini mencarikannya lagi" maka anggapku, hal ini haraplah siansu sekalian pikirkan lagi masak2"
Tie thong mendadak maju 3 tindak, ia berkata dengan suaranya nyaring: "Apa yang pinceng cari adalah Hongcu dari bukit Bu-san, dengan orang luar tidak ada sangkut pautnya. Malam ini jika tidak diserahkan kitab Hian-hian Pit-kip, sekalipun kaisar sendiri sendiri yang turut campur tangan, Ngo-thay-pay juga tidak bisa bikin habis begitu saja"
Sin-lie Hongcu yang mendengar ucapan itu merasa sangat gusar, maka lalu nyeletuk: "Hm! orang2 dari bukit Bu-san, tidak nanti takut kepada kalian orang2 dari ngothay-pay. Menurut pikiranku, soal ini kebanyakan adalah kalian orang2 Ngo-ihay-pay yang sengaja kirim orang untuk mencuri kitab itu, dan kemudian mencari setori dengan kami orang"
Tie-thong gusar sekali dituduh demikian, maka ia lantas membentak dengan suara keras "Ngaco!"
Berbareng dengan itu, tangannya lantas diayun menghajar nona yang dianggapnya lancang mulut itu.
Hweshio ini tenaga dalamnya kuat sekali, dengan serangannya yang ringan sekali sudah bukan main hebatnya.
Tiba2 dari samping ada samberan angin yang segera membikin musnah tanpa bekas serangan kuat yang dilancarkan oleh Tie-thong Hweshio tadi, kemudian disusul oleh bergeraknya Lim Tiang Hong yang menyela di tengah-tengah mereka.
Tie-thong Hweshio hatinya bercekat, diam2 lalu berpikir "sungguh tidak nyana bocah ini betul2 ada mempunyai kekuatan tenaga ialam begitu hebat"
Seketika itu lantas berkata sambil menyebut nama Buddha: "Orang luar paling baik jangan turut campur"
Lim Tiang Hong saat itu sudah dibikin mendongkol dengan sikapnya Tie-thong yang amat congkak itu, maka lantas berkata sambil donggakan kepalanya: "Jikala aku tidak menurut?"
"Akan dipandang sebagai komplotan yang menggelapkan kitab Hian-hian Pit-kip sudah tentu akan mendapat hukuman serupa"
Didalam kitab Hian-bian Pit-kip, ada banyak ilmu kepandaian yang khusus untuk menjatuhkan ilmu kepandaiannya golongan Ngo-thay-pay, tapi oleh karena artinya terlalu dalam, kedua partay itu meski sudah pelajari begitu banyak tahun, namun tidak seorangpun yang mengerti. Daa kini telah hilang, apa bila terjatuh dalam tangannya orang yang "kenal barang", setelah berhasil mempelajari isinya, maka untuk selanjutnya buat partay Ngo-thay-pay sudah tidak bisa taacap kaki lagi didunia kang-ouw.
Oleh karenanya, maka 4 hweshio itu tanpa memikirkan resikonya yang akan terjadi, yakni persengketaan antara dua partai, sudah bertekad bulat hendak minta kembali kita tersebut.
Lim Tiang Hong yang mendengar ucapan kasarnya Tie-thong Hweshio, alisnya lantas berdiri, dan berkata sambil ketawa: "Terhadap urusan ini aku yang rendah malam ini sudah pasti hendak campur tangan. Kalian ada mempunyai kepandaian apa boleh keluarkan saja kepadaku si orang she Lim"
Setelah itu ia lantas berdiri tegak di-tengah2 lapangan dengan sikapnya yang gagah.
Karena sepatah perkataan saja telah membuat keadaan jadi runcing, suasana jadi tegang.
Tie-thong Hweshio tiba2 tertawa bar-gelak2 dan berkata: "Pinceng tidak suka bertengkar mulut dengan kau, satu bocah dari tingkatan muda sebetulnya, tapi kalau sudah pasti kau kata mau campur tangan, kalau tidak dikasih sendiri hajaran barang kali tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi kau si bocah"
Se-konyong2 ia mengebutkan lengan jubahnya yang gembrongan, angin kuat menyambar keluar mengarah muka si anak muda.
Lim Tiang Hong yang kala itu termaksud hendak menguji tingginya kepandaian empat hwesio dari Ngothay pay ini, sengaja tidak menyingkir maupun kelit, bahkan dengan menggunakan enam bagian tenaga murninya, dengan satu tangan menyambuti sambaran angin tersebut.
Sebentar lalu terdengar suara benturan nyaring, kekuatan dua pihak ternyata berimbang.
Lim Tiang Hong diam2 berkata kepada dirinya sendiri. "Hwesio dari Ngo-thay-pay ini kiranya bukan cuma nama kosong belaka. Betul2 berarti juga kepandaiannya"
.Sebaliknya dipihak sana, Tie-thong Hweshio jadi terkejut sekali. Sama sekali tak pernah ia menduga kaiau pemuda yang dihadapinya ini begitu hebat kepandaiannya. sanggup menyambuti serangannya yang mengandung kekuatan tenaga dalam delapan bagian. Tapi saat itu ia sudah merasa terlanjur turun tangan yang sudah tentu tidak bisa ditarik kembali setengah jalan. Maka ia lantas berkata sambil menyebut nama Buddha: "To-liong Kongcu, sicu ternyata mempunyai nama betul2 nama berisi, harap sambuti lagi serangan pinceng selanjutnya"
Jubahnya yang gedombrongan nampak ber-kibar2, dengan kecepatan bagaikan kilat sekejap saja sudah melancarkan serangan sampai duapuluh satu kali. Hweshio ini tahu benar bahwa lawannya itu meskipun masih muda sekali usianya, akan tetapi kepandaiannya tak bisa dibikin mainan. Maka lantas dikeluarkannya semua ilmu2 simpanan Ngo-thay-pay. Dalam waktu sekejapan cuma tertampak bayangannya yang tinggi besar beterbangan ke sana ke mari.
Sambaran angin dari serangannya tadi lantas menimbulkan suara gemuruh serta membikin dua meter persegi disekitar tempat tersebut se-o!ah2 dilanda angin pujuh yang menggulung dirinya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang mendapat serangan demikian rupa, merasa kaget juga dalam hati. Lantas dikeluarkannya ilmu mengentengi tubuhnya, menggeser ke sana melompat kemari kelihatan bagai orang beterbangan, ia selalu mengikuti kemana arah angin itu menerjang. Kemudian dengan cara mendadak badannya tahu2 berada diluar lingkungan gulungan angin itu. dan berseru dengan suara nyaring: "Siansu sekalian kalau benar ingin mendapat keputusan siapa yang lebih unggul paling baik semua maju berbareng saja supaya tak terbuang waktuku yang berguna"
Tie-thong Hweshio dengan kedudukannya sebagai Tiang-lo, apalagi dari tingkatan tua itu ia sudah mendapat nama baik, melakukan serangan terhadap searang dari tingkatan muda saja, sudah merupakan suatu hal yang kurang pantas, mana ada muka lagi kalau empat orang sekaligus mengerubuti satu anak muda" Maka seketika itu lantas membentak dengan suara gusar: "Kau jangan berlaku sombong! Kalau kau mampu jatuhkan pinceng kau boleh buka mulut lagi"
Dan badannya melesat, mengayun tangannya lagi, kembali melancarkan serangannya, kini yang terhebat barangkali.
Serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar itu sudah tentu lebih seru dan lebih hebat. Hingga membuat 12 hongcu yang menyaksikan pertempuran tersebut diam2 kuatir keselamatannya si pemuda.
Akan tetapi ilmu meringankan tubuh Sam-sam Pohoatnya Lim Tiang Hong sesungguhnya luar biasa aneh. Hanya terlihat badannya sedikit bergoyang, tahu2 sudah lepas dari incaran mata lawannya.
Dibelakang Tie-thong Hweshio ia berseru: "Kalau siansu sekalian tidak mau turun tangan sendiri, aku yang rendah terpaksa tidak akan sungkan2 lagi"
Mendadak melompat lagi, menyerang Tie-cin Hweshio.
Tie-cin yang diserang secara tiba2, lalu kebaskan lengan jubahnya dan coba menotok Lim Tiang Hong yang tengah menerjangnya. Tetapi si pemuda kosen saat itu kelihatan berputaran badannya, dengan gerakan sekaligus menyerampang Tie-hui dan Tie-kak.
.1003 Dengan demikian maka empat hweshio itu lantas menjadi murka. Setelah masing2 pada menyebut nama Buddha, lalu ayun tangan masing2 melancarkan serangannya.
Kali ini keempat Hweshio itu telah turun tangan berbareng, dalam arti kata lain, mengeroyok. Sudah tentu keadaan kini menjadi berlainan dengan yang tadi.
Dalam waktu sekejapan saja tanah lapang itu lantas timbulkan debu2 yang mengulak ke atas, kelihatan bagai disitu diratai dengan air hujan, tiada tampak bayangan orang2 yang bertempur.
Perbuatan Lim Tiang Hong yang amat berani itu benar2 menggelisahkan sekali hati orang2 yang menonton.
Terutama bagi Sin-lie Hongcu, yang saat itu juga sudah hendak turut turun tangan. Tapi Cit-seng Hongcu yang lebih dulu maklum, melihat pundaknya bergerak lantas tarik tangan adiknya ini, sambil bersenyum sang toako ini berkata: "Dia berani menantang dikerubuti, tentu mempunyai andalan cukup. Sudah pasti juga tahu kalau dia akan dapat menundukkan lawan2nya. Tidak perlu kau begitu gelisah, tenang2 sajalah"
Merah selebar wajah Hongcu yang buncit ini. Sebetulnya ia terlalu memperhatikan pemuda cakap gagah itu, yang membuat hatinya kuatir sendiri. Tetapi setelah mendengar perkataan toako-nya, ia lantas ingat bahwa dulu pernah pemuda itu menundukkan banyak kawanan iblis, maka lantas tahu bahwa empat lawannya pemuda tersebut tidak bisa berbuat apa2.
Pada saat itu terdengar suara siulan panjang dari tengah kalangan, tangan Lim Tiang Hong berputar laksana titiran menerobos kedalam serangannya empat hweshio lawannya.
Seketika itu lantas terdengar suara benturan yang sangat hebat, lalu terbuka lowongan kira2 dua tombak persegi.
Empat hweshio dari Ngo-thay-san itu, karena hendak menjaga nama baik Ngo-thay-pay mereka, masing2 sudah berusaha keluarkan kepandaian dan kekuatan sendiri yang telah dilatih dan dipupuk puluhan tahun lamanya, maka serangan2 mereka hebat luar biasa. Lagi pula empat orang itu merupakan empat serangkai yang bekerja sama dengan baik hingga sudah dapat ditembus musuhnya. Untung yang dikepung oleh mereka kali itu adalah To-liong Kongcu, jikalau orang lain benar2 tidak akan sanggup-menghadapi.
Lim Tiang Hong yang dikepung dan diserang hebat oleh empat orang tua itu, semangatnya bangun. Sebab dengan cara itu ia baru bisa bertempur secara berani dan banyak dapatkan kesempatan untuk menggunakan seluruh kepandaian. Tapi pun dengan cara demikian, apabila kesalahan tangan, akan lantas membawa bencana bagi dirinya sendiri.
Karena ia mempunyai kepandaian capcai dari berbagai2 golongan, pikirnya dengan cara bertempur demikian, baru dapat menguji kepandaian dan mengoreksi diri sendiri.
Pertempuran itu makin lama berlangsung makin sengit. Sebentar saja lima orang itu sudah terbungkus oleh debu yang mengepul tinggi, tidak kelihatan bayangan orangnya.
Duabelas Hongcu dari bukit Bu-san pada buka lebar mata mereka, dengan perasaan tegang bercampur kuatir mengikuti segala perubahan yang terjadi dalam medan pertempuran. Sebab, pertempuran itu ada sangkut pautnya dengan keselamatan dan nama baik partai Bukit Bu-san dikemudian hari. Perhatian mereka begitu besarnya jika dibanding dengan seandainya mereka turun tangan sendiri.
50 jurus, 100 jurus, dalam waktu sekejap saja sudah dilalui, tiba2....
Dalam medan pertempuran terdengar dua kali suara nyaring, sedang yang bertempur lantas nampak pada pencarkan diri. Tie-hong dan Tie-kak kedua-duanya nampak pada menekap dada masing2 dan pada mundur 8 kaki, sedang Lim Tiang Hong sudah melesat keluar dari kalangan seolah-olah meluncurnya anak panah dan kemudian melayang turun diluar kalangan sejauh kira2 satu tombak, dengan sikapnya yang tenang mengawasi lawannya yang terluka.
Tie-cin dan Tie-hui melihat kedua suteenya terluka, tidak berani melanjutkan pertempuran lagi, lantas memburu ke depan kedua suteenya dan menanya dengan suara perlahan: "Sutee, bagaimana dengan luka kalian?"
Tie-thong geleng2kan kepalanya, tidak menjawab, dari mulutnya lantas muntahkan darah hitam. Tie-cin tahu bawa sang sutee ini lukanya tidak ringan, wajahnya berubah seketika, dengan cepat, ia balikkan badannya, sepasang mata nampak sangat beringas, kemudian dengan sikap bengis ia berkata kepada Lim Tiang Hong: "Bangsat cilik! Kau sungguh kejam.....!"
Tie-cin dan Tie-hui sebetulnya ada hweshio2 yang beribadat tinggi, malam itu karena menyaksikan kedua suteenya terluka parah telah berubah sikapnya yang bisa berlaku tenang, hingga dapat mengeluarkan perkataan agak kasar.
Dengan penah hawa amarah, kedua-duanya geser maju kakinya, per-lahan2 menghampiri Lim Tiang Hong. Suasana menampak semakin gawat.
Orang2 yang menyaksikan pertempuran itu, semua mengerti bahwa pertempuran itu apabila dilanjutkan, pasti akan lebih hebat dari yang duluan. Cit-seng Hongcu kerutkan keningnya, sedang Sin-lie Hongcu yang selalu perhatikan keselamatannya Lim Tiang Hong, dengan tanpa sadar sudah mendekati dirinya anak muda itu.
Selagi suasana sangat kritis itu, dari jauh tiba2 terdengar suara orang memuji nama Buddha: "O Mie To Hud! Tie-cin, tidak boleh kau turun tangan secara sembarangan...."
.Seorang hweshio tua yang berbadan tinggi besar dan berjubah gerombongan, dengan pengiringnya 4 hweshio kecil, seolah-olah terbang datang memburu medan pertempuran.
Tie-cin dan Tie hui ketika mendengar suara itu, wajahnya segera berubah menjadi sangat menghormat, sambil taruh kedua tangannya diatas dadanya, mereka sendiri dengan tundukkan kepala, tidak berani angkat mukanya.
Paderi tua itu begitu tiba dikalangan, matanya lantas menyapu semua orang yang ada disitu. kemudian baru berkata sambi! merangkapkan kedua tangannya: "Siapakah ada Cit-seng Hongcu Oey Sicu?"
Cit-seng Hongcu lalu maju kedepan, sambi! menyoja membalas hormat ia menjawab: "Teecu adalah Oey Pek To, bukankah Tay-su ini adalah Khe-tek Taysu?"
"Lolap benar adalah Khe-tek, ciang-bun-jin dari Ngo-thay-pay" jawabnya Khe-tek Taysu sambil bersenyum. kemudian ia anggukkan kepala dan berkata kepada Lim Tiang Hong: "Siauw sicu ini siapakah namanya yang mulia?"
.Saat itu, Lim Tiang Hong justru menghampiri hweshio tua itu dengan tindakan lebar. Ketika ditanya, ia lantas menjawab sambil membungkukan badan: "Boanpwee bernama Lim Tiang Hong...."
Khe-tek Taysu mendadak membuka lebar, sepasang matanya, mengawasi Lim Tiang Hong. sejenak kemudian, tiba2 ia menanya "Ada seorang bernama Lim Thian Sun dengan nama gelarnya Ho-lok Siu-su, apakah sicu kenal?""
Lim Tiang Hong gelengkan kepala, untuk menyatakan bahwa ia tidak kenal orang itu.
Khe-tek Taysu tiba2 menghela napas panjang dan berkata: "Lim Tayhiap itu kabarnya pergi ke gunung Dewa. Tapi lantas tidak ada kabar ceritanya lagi. Sekarang setelah lolap melihat sicu yang wajahnya mirip sekali dengan Lim Tayhiap itu, seolah-olah lolap bertemu dengan kenalan lama. Ah...."
Perkataannya paderi beribadat ini agak mengherankan semua orang yang mendengarkannya. Karena begitu tiba dilapangan, ia tidak mengurus persoalan pokok yang menjadi gara2 pertikaian antara kedua partay itu, sebaliknya menanya hal2 yang tidak
.1010 ada sangkut pautnya dengan soal penting itu, malahan ia lantas mengucurkan air mata, mengenangkan sahabat lamanya.
Lim Tiang Hong setelah mendengar perkataan Khetek Taysu, hatinya tergoncang keras, ia segera menanya: "Tay-su boleh boanpwee numpang tanya, Lim Tayhiap yang tay-su maksudkan apakah dia itu adalah orang penduduk kota Lok-yang" Orang itu kabarnya pada 12 tahun berselang karena mendapat selembar gambar petanya gunung Dewa, lantas pergi ketempat tersebut, tapi sehingga sekarang masih belum ada kabar ceritanya"
"Betul adalah orang itu yang lolap maksudkan" jawabnya Khe-tek Taysu sambil anggukkan kepala.
Lim Tiang Hong berpikir keras memikirkan soal tersebut, ia merasa bahwa Lim Thian Sun yang ditanyakan oleh Khe-tek Taysu stu, pasti adalah ayahnya sendiri.
Sejak ia terjunkan diri dikalangan kang-ouw selama 2-3 tahun ini, malam itu baru mendapat kabar yang sebenarnya tentang diri ayahnya. Tidak heran kalau seketika itu hatinya lantas tergoncang keras, air matanya hampir saja mengalir keluar. Tapi ia ada seorang berhati baja, tidak gampang2 mengucurkan air mata di hadapan orang banyak, maka ia tahan jangan sampai air matanya mengalir keluar.
Khe-tek Taysu ada seorang yang sudah banyak makan asam, semua perubahan atas dirinya anak muda itu sudah dapat dilihat olehnya, hingga diam2 hatinya berpikir "apakah bocah ini ada anaknya Lim Thian Sun?"
Ia sendiri dengan Lim Thian Sun sebetulnya ada merupakan sahabat karib, tapi saat itu ia tidak mau memecahkan rahasia tersebut, hanya berkata dengan suara hambar: "Lim Tayhiap ada seorang yang besar rezekinya, lagipula mempunyai kepandaian ilmu silat yang patut dibanggakan, menurut perhitungan lolap, tidak nanti ia bisa mendapat bahaya"
Lim Tiang Hong yang mendengar ucapan tersebut, masih saja berdiri menjublek ditempatnya, tidak berkata apa2.
Khe-tak Taysu merasa bahwa pada saat itu bukan pada tempatnya untuk membicarakan persoalannya Lim Thian Sun lebih lanjut, maka lantas alihkan pembicaraannya ke lain soal.
.Ia berpaling dan berkata kepada Cit-seng Hongcu sambi! rangkapkan kedua tangannya: "Dengan cara bagaimana sebetulnya kitab Hian hian Pit-kip itu telah hilang" Harap sicu suka menjelaskan dengan sejujurnya".
Cit-seng Hongcu kembali menuturkan hal ikhwal tentang hilangnya kitab itu dan dari tangannya Sin-lie hongcu ia minta itu dua helai sobekan kitab yang sudah hancur, lalu diangsurkan ke hadapannya Khe-tek Taysu.
Tentang kitab Hian-hian Pit-kip itu, Khe-tek Taysu pernah menyimpan dan mempelajari sendiri, sudah tentu begitu melihat segera mengenali. Ia tundukan kepala untuk berpikir, mendadak ia angkat kepalanya menanya kepada Lim Tiang Hong. "Apakah Lim Siauwhiap masih ingat, bagaimana bentuk dan rupanya itu taotho yang Siauwhiap ketemukan di dalam goa dilembah Hong-hong Pit-kok dalam keadaan sudah tidak benyawa?"
Lim Tiang Hong yang saat itu sudah mulai tenang kembali pikirannya, lantas maju dan menjawab: "Taotho itu wajahnya kasar, dibatok kepalanya ada tanda cap dari emas. Dibelakang telinga kanannya ada terdapat tanda bekas bacokan sepanjang kira2 3 chun".
"Kalau begitu" kata Khe-tek Taysu, "dalam persoalan ini yang bertanggung jawab bukan semuanya harus dibebankan kepada pihaknya bukit Bu-san. Kita sendiri juga harus turut tanggung jawab. Sebab taotho itu adalah murid murtad partay kami bernama Pho-ceng. Dulu ketika kitab itu tiba giliran pihak kami yang menyimpan, jahanam itu memang sudah pernah putar otak untuk mencurinya, tapi lolap siang2 sudah dapat menebak jalan pikirannya, maka usahanya itu berhasil, hingga selanjutnya dia turun tangan ketika kitab itu tiba gilirannya pihak partay bukit Bu-san yang menyimpan. Sekarang karena semua itu sudah terjadi menyesal juga sudah terlambat. Masih untung kitab itu sudah rusak, hingga tidak membawa pengaruh apa2 bagi dunia kangouw, maka apa perlunya lagi oleh karena soal kecil saja lantas membikin rusak perhubungan kedua partay yang selama itu telah kita pupuk dengan baik?"
Sehabis berkata, ia lalu menjura kepada Cit-seng Hongcu seraya berkata: "Urusan malam ini, masing2 ada salahnya, lolap disini mewakili pihak Ngo-thay-pay menghaturkan maaf sebesar-besarnya kepada Hongcu dan sekarang urusan ini kita bikin habis sampai disini saja!"
"Semua terserah kepada Taysu, boanpwee selalu menurut saja" jawabnya Cit-seng Hongcu sambil membalas hormat.
Khe-tek Taysu dengan wajah penuh welas asih berkata kepada Lim Tiang Hong: "Dilain hari apabila sicu ada waktu, harap suka datang ke kelenteng Pho-hian Sian-sie di gunung Ngo-thay-san"
"Kalau ada tempo boanpwee pasti akan berkimjung ke kelenteng Taysu untuk menerima nasihat2 yang berharga" jawab Lim Tiang Hong dengan sikap menghormat.
Khe-tek Taysu dengan tidak banyak bicara lagi, lantas berkata kepada Tie-cin berempat: "Mari kita pulang!"
Setelah itu, tubuhnya yang tinggi besar nampak bergerak, sebentar kemudian sudah menghilang ditempat gelap.
Suatu keonaran besar, akhirnya telah dibikin beres secara memuaskan. Cit-seng Hongcu dengan perasaan
.penuh terima kasih, berjalan menghampiri Lim Tiang Hong untuk menyatakan terima kasihnya.
Sin-lie Hongcu juga dengan paras berseri-seri dan dengan pandangan mata yang mengandung arti, berkata kepada Lim Tiang Hong: "Kita sudah repot sata malaman, kau tentunya juga sudah letih sekali! Mari kita lekas pulang mengaso!"
Semua perhatian dan perasaan si nona telah tercakup dalam perkataannya yang singkat itu.
Akan tetapi, Lim Tiang Hong sedikitpun tidak dibikin tergerak hatinya oleh perkataan yang lemah lembut itu, ia hanya menjawab sambil ketawa hambar: "Terima kasih, aku masih belum merasa letih. Sekarang karena aku masih ada banyak soal penting yang harus diselesaikan, maka aku pikir hendak minta diri saja, lain waktu apabila ada kesempatan kita akan berjumpa lagi!"
Ia tidak menantikan dua hongcu itu menjawab, orangnya sudah lompat melesat setinggi 7-8 tombak, setelah berputaran saja naik ditengah udara, lalu melayang turun meninggalkan bukit Bu-san.
Perbuatannya Lini Tiang Hong itu, sebetulnya diluar dugaan Sin-lie Hongcu, maka untuk sekian lamanya ia berdiri menjublek di tempatnya, lama tidak bisa membuka mulut.
Cit-seng Hongcu dapat menebak isi hatinya adik seperguruannya, maka lalu maju menghampiri dan menepok pundaknya seraya berkata: "Pemuda itu mempunyai sifat saorang ksatria, kepandaian ilmu silatnya sukar dijajaki, benar2 merupakan naganya manusia. Dikemudian hari apabila ada jodoh, aku ingin sekali mengikat tali persahabatan dengannya!"
Sin-lie Hongcu menghela napas panjang dengan perasaan sedih, atas perkataan toakonya ia tidak menjawab apa2, pada saat itu, hatinya dirasakan kosong melompong.
Sejak masih kanak2 ia sudah dimanja oleh ayahnya. Dalam usianya yang sangat muda sekali sudah menyabet kedudukan Hong cu. Sejak berkelana di dunia kang-ouw, belum pernah mengalami kesulitan, juga tidak pernah mengalami kegagalan atau kekalahan dari musuhnya, sehingga menjadi seorang yang beradat tinggi, angkuh dan dingin.
Biasanya suka tidak pandang mata atau memperlakukan tidak pantas terhadap pemuda2 yang ingin berkenalan padanya, sehingga merupakan bunga mawar yang sedap dipandang, tapi sukar dipetik.
Apa mau sejak ia berjumpa dan sehingga berkenalan dengan Lim Tiang Hong, perasaan dan cintanya telah ditumplekan kepada dirinya anak muda gagah itu. Hanya apa yang dibuat sesalan, ialah Lim Tiang Hong tidak seperti pemuda biasanya, yang kebanyakan gemar dengan paras cantik. Pemuda gagah itu terhadap kawan wanita yang mana saja, diperlakukan sama rata, tidak pilih kasih. Ia selalu jauhkan diri jangan sampai menjadi "tawanannya" kawan wanita. Sebab dalam alam pikirannya, yang paling berat adalah menerima budinya seorang wanita. Maka dari itu. setelah urusan di bukit Bu-san itu selesai, ia juga lantas pamitan kepada tuan rumahnya.
Sin-lie Hongcu lama sekali dalam keadaan termenung, baru kembali ke kamarnya.
(dw-kz) . Bab 26 MARI kita mengikuti perjalanannya Lim Tiang Hong. Pemuda itu setelah meninggalkan bukit Bu-san, segera balik menuju ke kota Kim-Ieng. Berita yang ia dapatkan dari mulutnya Khe-tek Taysu, ia hendak menanyakan kepada Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu, apakah benar bahwa Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun itu adalah ayahnya sendiri atau bukan. Sebab jika soal ini sudah dapat dibuktikan, maka teka-teki yang mengenai dirinya, lantas menjadi terang.
Tidak nyana ketika ia baru saja tiba dipintu kota, mendadak ada sesorang yang menghadang dirinya, dan sambil menuding orang itu memaki padanya: "Lim Tiang Hong, tadinya aku kira kau ada muridnya golongan orang baik2, hingga aku pandang kau sebagai manusia baik2 juga. Tidak tahunya perbuatanmu ada begitu rendah daripada binatang!"
Lim Tiang Hong melengak, karena orang yang menegur padanya itu ternyata adalah Hong-gwat Kongcu dari Tho-hoa-to. Ia lalu balas menyoja sambil kerutkan keningnya: "Kita sudah berjanji dalam waktu satu tahun kita nanti saling bertemu lagi, mengapa kau sekarang mencari setori denganku?"
."Perjanjian mengadakan pertandingan ilmu silat adalah urusan antara kita berdua, tapi hari ini aku mencari kau, soalnya adalah lain. Hm! Dahulu ketika untuk pertama kali aku bertemu dengan kau, aku merasa kau seperti orang2 baik2, tidak nyana perbuatanmu ternyata ada begitu rendah!"
Lim Tiang Hong yang dihujani tuduhan keji terusterusan, dalam hati merasa sangat mendongkol, maka lantas menjawab dengan perasaan agak gusar: "Aku si orang she Lim selamanya suka berlaku terus terang, tidak suka main sembunyi2an, juga tidak pernah melakukan perbuatan yang tidak patut diketahui orang. Kalau kau masih mengucapkan perkataan kotor serta menuduh orang secara keji demikian, aku nanti akan berlaku tidak sungkan2 lagi terhadapmu"
Hong-gwat Kongiju dongakkan kepala dan ketawa bergelak2 "Kau rupanya hendak cuci tangan. Jikalau aku tidak ada mempunyai bukti, tidak nanti aku mencari kau. Di sini bukan tempatnya untuk bicara, mari kita cari tempat yang agak sepi"
Dengan tanpa banyak rewel, ia lantas tarik tangannya Lim Tiang Hong. Lim Tiang Hong diam2
.1020 merasa heran atas perbuatannya tongcu itu, hingga diam2 menanya kepada dirinya sendiri: "Ada apa sebetulnya" Mengapa nampaknya dia begitu serius?"
Tak mendapat jawaban pertanyaan itu, ia lalu mengikuti Beng-gwat Kongcu. Mereka berjalan terus sampai keluar kota begitu tiba di salah satu tempat yang agak sunyi keadaannya, lantas Hong-gwat Kongcu mencari sebuah batu besar yang agak bersih, lalu berduduk di atasnya dan kemudian berkata: "Kau duduklah, mari kita omong2 secara tenang"
Dengan otak penuh tanda tanya Lim Tiang Hong duduk di depannya Kongcu itu, sambil pentang lebar kedua matanya, ia mengawasi padanya.
Hong-gwat Kongcu dehem2 sebentar, kemudian berkata dengan perlahan2: "Ada seorang pendekar wanita bernama Henghay Kouw-loan, apa kau kenal padanya?"
Lim Tiang Hong terkejut, dengan perasaan cemas ia menjawab: "Dia adalah suciku, sekarang berada dimana" Aku justru mencari padanya!"
"Mula2 kau acak2 dan kemudian kau buang begitu saja. Sesudah kau permainkan dengan lantas kau anggap habis perkara. Apa perlunya kau masih mencarinya!" itu adalah serentetan kata2nya Hong-gwat Kongcu sambil ketawa panjang.
"Kau ngaco belo! Aku si orang she Lim ada seorang laki2 sejati. Tidak bisa melakukan perbuatan terkutuk seperti itu!" Sekarang adalah Lim Tiang Hong, yang sengit mengucapkan kata2nya.
"Menurut perkataanmu ini, apa dia sengaja menuduhmu" Kehormatan seorang gadis umumnya dipandang lebih penting dari pada jiwanya sendiri. Apalagi dia adalah seorang dari golongan orang baik2. Pikirku betapa rendah sekalipun martabatnya juga tidak mau memberi pengakuan yang berarti merusak nama baiknya sendiri" kata Hong-gwat Kongcu lagi, dingin. Dan kemudian mendadak bangkit berdiri, berkata pula dengan suara keras: "Hari ini jikalau kau tidak memberi penjelasan dalam urusan aku selamanya tidak mau mengerti terhadapmu!"
(dw-kz) Jilid Ke 11 Ini benar2 merupakan suatu tuduhan keji yang membuat kata2 Lim Tiang Hong ada mulut juga tak dapat membantah.
Dalam keadaan demikian rupa, Lim Tiang Hong hanya dapat menarik napas panjang, dan cuma kata2nya: "Kapan kau bertemu dengan dia" Dan sekarang bagaimana keadaannya?"
Hong-gwat kongcu yang melihat sikap Lim Tiang Hong berubah tenang, tidak mendesak lagi. Ia duduk pula di atas batu seraya katanya: "Dengan terus terang kuberitahukan, dia sekarang sudah jadi encie angkatku. Maka aku tidak mengijinkan siapa saja mengganggu dia, lebih2 tidak suka kalau dia mendapat perlakuan tidak patut dan orang."
Selanjutnya ia lantas menuturkan bagaimana jalannya sampai ia dapat berkenalan dengan Henghay Kouw-loan.
Ternyata pada hari itu, Henghay Kouw-loan karena Lim Tiang Hong tidak mengaku pernah menodai kesuciannya, pikirannya terpukul hebat. Se-olah2 lakunya orang yang sudah tidak beres ingatannya, terus lari dan lari disepanjang jalan.
Oleh karena saat itu otaknya sudah kosong melompong, ia sudah tidak dapat menguasai dirinya lagi. Dengan sendirian terus lari dan lari, tanpa mengetahui apa yang harus diperbuat untuk hari2 selanjutnya. Ia lari terus, sampai di tengah jalan raya.
Oleh karena pikirannya sudah kalut, ia tidak tahu bagaimana harus menggunakan ilmu mengentengi tubuhnya. Ia hanya lari dan lari terus mengikuti bisikan hatinya.
Begitu sampai di jalan raya tersebut, agaknya dia sudah kehabisan tenaga. Pada saat ini ada seekor kuda tinggi besar yang ditunggangi oieh satu Kongcu berpakaian perlente lari mendatangi dari depan laksana terbang.
Henghay Kouw-loan dengan tindakan kaki tidak karuan, larinyapun tidak mempunyai tujuan tertentu. Lari terus, sebentar lari ke kanan dan sebentar balik ke kiri hingga sebentar hampir bertubrukan dengan penunggang kuda itu. Untung kongcu itu pandai mengendalikan binatang tunggangannya, segera dikedut les kudanya, dan kuda itu lantas berhenti sambil angkat tinggi kaki depannya. Dengan demikian baru terhindarlah suatu tubrukan yang hebat.
Berjalan di atas jalan raya sebetulnya masing2 boleh lalu menurut kesukaannya sendiri2, juga tidak ada terjadi apa2 yang patut dibikin ribut. Tapi Henghay Kouw-loan yang saat itu sudah kalut pikirannya, bagai telah hilang otak jernihnya, begitu melhat penunggang kuda itu adalah satu pemuda tampan cakap, semakin perih rasa hatinya. Maka tanpa banyak bicara lantas berseru dan menghujani serangan ber-tubi2 kepada Kongcu penunggang kuda itu.
Penunggang kuda iiu adalah Hong-gwat Kongcu. Melihat keadaan Henghay Kouw-loan kala itu, lantas mengetahui bahwa dalam urusan ini tentu ada sebabnya. Dan tatkala ia lompat turun dari binatang tunggangannya, menyambuti serangan wanita yang mengamuk itu, merasakan ilmu kepandaian nona itu sebetulnya tidak lemah, karena kalut pikiran kelakuannya jadi ikut2an ngaco, tidak seperti biasanya. Nona itu agaknya sedang menderita pukulan batin yang hebat. Sebab, tatkala turun tangan, lakunya seperti orang mau adu jiwa. Sama sekali tidak menghiraukan serangan balasan lawan, hanya main pukul main seruduk hingga semakin menimbulkan perasaan curiganya Kongcu itu.
Kepandaian Hong-gwat Kongcu yang hanya selisih setingkat saja dengan Lim Tiang Hong, maka dalam waktu hanya beberapa jurus ia sudah berhasil menotok rubuh Henghay Kouw-loan dan dikempitnya wanita itu, dikaburkan naik kuda.
Hong-gwat Kongcu ini, meskipun rnempunyai gelar Hong-gwat yang berarti angin dan bulan, yang pun mengandung arti yang sangat romantis, tetapi orangnya masih terhitung dalam golongan orang baik2.
Setelah Kongcu ini berhasil menangkap Henghay Kouw-loan, sudah timbul niatnya hendak mengusut soalnya yang menjadi sebab kenapa sampai Heng hay Kouw-loan jadi demikian rupa.
Dibawanya wanita ini ke sebuah rumah penginapan, terus dibuka totokannya, kemudian ditotok lagi jalan darah Sui-hiatnya, supaya bisa tidur nona itu satu malaman. Keesokan harinya, pagi2 baru dibukanya lagi totokannya.
.1026 Henghay-Kouw-loan setelah mendusin, dapatkan dirinya tidur di rumah penginapan. Seorang Kongcu tampan cakap berpakaian perlente rampak duduk di sampingnya.
Bukan kepalang rasa kagetnya, lalu lompat bangun seketika dan dengan suara nyaring membentak: "Kau siapa! Kenapa kau bawa2 aku ke tempat ini!"
Hong-gwat Kongcu meski adatnya sangat sombong, tapi mempunyai kecerdikan luar biasa, ia tahu bahwa pada saat demikian, sedikipun tidak boleh mengganggu pikirannya itu nona yang baru saja mendusin, maka ia lantas menjawab dengan sikapnya yang jujur dan merendah: "Aku yang rendah adalah Hong-gwat Kongcu dari pulau Tho-hoa-to. Kemarin, karena melihat nona dalam keadaan kalut pikiran, sudah terang telah terganggu, maka sengaja kubawa nona ke tempat ini supaya jangan terjadi apa2 diluar dugaan. Kecuali itu tidak ada maksud lain"
Henghay Kouw-loan sudah lama terjun di dunia kang-ouw. Ia tahu bahwa Tho-hoa-to. Kepandaiannya merupakan pelajaran tersendiri, jarang sekali bergerak dikalangan kang-ouw. Kini, melihat sikap orang pulau Tho-hoa-to begitu sopan santun dan jujur lantas tidak jadi gusar. Hanya dengan suaranya yang hambar, berkata: "Kalau begitu, aku harus ucapkan terima kasih atas kebaikanmu. Dan sampai ketemu lagi."
Dan nona ini lalu bertindak menuju keluar pintu. Dengan cepat Hong-gwat Kongcu merintangi jalannya dan berkata: "Nona, harap suka bersabar dulu sebentar. Melihat keadaan kemarin, pasti ada apa2 yang menimpa diri nona. Jikalau nona anggap ada memerlukan bantuanku yang rendah ini sebagai sama2 orang dikalangan kang-ouw, aku tidak dapat peluk tangan begitu saja"
Henghay-Kow loan gelengkan kepala dan menjawab setelah ketawa getir. "Dalam perkara ini, betapa lebih tinggi beberapa kali lipat lagi kepandaianmu, juga tidak akan bisa berbuat banyak. Kebaikanmu cuma bisa kuterima dalam hati".
Sehabis berkata, kembali ia hendak berjalan keluar.
Tetapi ucapan si nona itu malah membangkitkan sifat sombongnya Hong-gwat Kongcu. Sambil ketawa ber-gelak ia berkata: "Didalam dunia ini tidak ada suatu perkara yang tak dapat dibereskan. Aku yakin urusan nona tidak begitu ruwet seperti yang nona kata. Biar bagaimana harap nona suka ceritakan supaya aku bisa mempertimbangkan"
Dengan suara sedih, setelah mengelah napas. Henghay Kouw-loan menjawab: "Menurut satu peribahasa, yang mengatakan, menteri yang jujur sekalipun tak dapat memutuskan perkara dalam rumah tangga seseorang. Aku yang dijelmakan sebagai manusia yang mesti bernasib malang, apa daya telah menemukan orang yang tidak jujur...."
Henghay Kouw-loan meskipun sikapnya polos, tetapi sesudah mengucapkan perkataannya yang seolah2 bagai membuka rahasia sendiri didepan orang lain itu, parasnya lantas menjadi merah. Dengan sejujurnya, perkataannya itu sebetulnya bukanlah pada tempatnya.
Sebab, antara ia dengan Lim Tiang Hong sama sekali masih belum terikat oleh pertunangan, apalagi juga bukan sebagai suami isteri. Maka ucapannya barusan sebetulnya hanya mengambil pikirannya sendiri, dari satu pihak.
Hong-gwat Kongcu ketika mendengar keterangan itu, juga lantas melongo.
.Memang, apabila benar urusan yang dikatakan itu ada merupakan perkara yang bersangkutan antara suami dengan isteri, tentu ia takkan mampu campur tangan. Tetapi Kongcu ini orangnya suka menurut kemauannya sendiri. Karena sudah berkuputusan ingin menyelidiki soal tersebut, tentu tak akan melepas setengah jalan. Setelah tundukkan kepala bagai berpikir sejenak, tiba2 membuka mulut lagi: "Siapa sebetulnya suhu nona dan sudah berapa tahun usia nona tahun ini" Sudikah kiranya nona beritahukan kepadaku?"
Ditanya demikian semula heran hatinya Henghay Kouw-loan. Tetapi mengingat pemuda di depannya itu bagai sangat memperhatikan urusannya, ia merasa tak enak untuk menyimpang. Ia lalu menjawab: "Suhuku Heng thian It-ouw, tahun ini usiaku masuk 19 tahun"
Hong-gwat Kongcu mendadak ketawa ber-gelak2 dan berkata: "Jikalau begitu nona boleh kusebut toacie" Toacie, harap suka terima hormat siauwtee"
Dan ia lalu menjura dalam2 dengan lakunya yang menghormat sekali.
Henghay Kouw-loan tidak tahu apa maksud yang terkandung dalam hati Kongcu yang begitu sopan, maka
.buru2 menjawab sambil balas hormat: "Apa artinya ini semua?"
Hong-gwat Kongcu tertawa nyaring dan segera berkata: "Diempat penjuru lautan semua adalah saudara. Siauwtee tahun ini baru berumur 17 tahun, kalau siauwtee menyebut kau toa-cie, itu toh sudah sepantasnya bukan" Dan sekarang, karena kita satu sama lain sudah menjadi saudara2 sendiri, segala kesulitanmu seharusnya bisa siauwtee tahu"
Henghay Kouw-loan kini baru tahu bahwa ia berputar2an dan berlaku demikian maksudnya ialah hendak memancing supaya ia suka memberitahukan urusannya kepada Kongcu itu. Dan mengingat orang itu bermaksud baik, dan ia sendiri justru sebatang kara tanpa sanak tanpa kadang, kini mendapat adik seperti Kongcu ini setidak2nya dapat meringankan penderitaannya dirinya sendiri. Maka ia lalu balik lagi masuk ke kamar, dan setelah menghela napas berkata: "Aku merasa berterima kasih yang kau suka pandang orang sebagai aku ini jadi encie. Sekarang apa mau dikata, urusan ini kalau aku ceritakan, sebetulnya sangat memalukan sekali"
Ia lalu menuturkan segala kejadian yang terjadi atas dirinya malam itu, dan sehabis menuturkan wanita gagah yang biasanya malang melintang dikalangan kangouw ini, kali itu telah berubah menjadi seorang perempuan yang lemah dan selalu penuh dengan air mata.
Hong-gwat Kongcu yang sifatnya suka menuruti hatinya sendiri apalagi urusan tersebut justru terjadi atas diri encie angkat yang baru dikenalnya, maka setelah mendengar seluruh penuturannya, hawa amarahnya lantas meluap.
Dengan alis berdiri dan suara menggelegar iantas berkata: "Bocah Lim Tiang Hong itu, aku kenal! Aku sekarang segera pergi cari dia! Jikalau tak dibereskan dengan cara baik2 akan kuambil jiwanya!"
Henghay Kow-loan melirik anak muda itu sejenak, sekujur badannya merasa menggigil. Buru2 distopnya perkataan anak muda itu. Selanjutnya dan berkata: "Jikalau kau bertemu dia, kau nasehatilah saja dia secara baik2 jangan sampai terbit keonaran. Sebab kalau sampai terjadi onar urusan tentu akan lebih runyam lagi"
Ia meski merasa benci sekali kepada Lim Tiang Hong tetapi dalam hatinya masih tetap memperhatikan keselamatan anak muda itu. Ia kuatir kalau Hong-gwat Kangcu nanti sampai berbentrokan dengannya, bisa mengerahkan kekuatan Tho hoa-to menghadapi dia.
Hong-gwat Kongcu agaknyapun mengetahui isi hati nona itu, lantas berkata, sambil ketawa dengan ucapannya yang nakal: "Toacie, harap legakan hatimu. Bagaimana aku berani berlaku kurang ajar terhadap bakal Cie-huku" Ha, ha, ha, ha...."
Henghay Kouw-loan menjadi merah sekujur wajahnya, berkata dengan ter-sipu2: "Kau berani goda enciemu" Lihat aku berani pukul kau atau tidak!"
Dan benar saja, kedua tangannya lantas dikerjakan, menggebuk adik angkatnya yang dikatakan nakal itu.
Hong-gwat Kongcu buru2 lompat keluar pintu. Sambil ketawa berkakakan, berkata: "Ah, kau ini benar2 tidak bisa terima budi orang...."
Dan semenjak itulah keduanya berpisahan.
Henghay Kouw-loan terus balik ke selat Bu-cengtiap dan Hong-gwat Kongcu pergi ke kota Kim-leng mencari Lim Tiang Hong.
.1033 Setelah mendengarkan penuturan Hong-gwat Kongcu, ia baru tahu apa sebabnya Kongcu didepannya ini mencari padanya. Seketika itu dengan sikap sungguh2 lalu berkata: "Aku si orang she Lim telah menerima badi begitu besar dari suhu yang sudah mendidikku hingga bisa mendapat kedudukan seperti sekarang. Terhadap kesopanan antara sesama manusia, sedikit banyak aku diberi pelajaran juga. Dengan cara bagaimana aku-berani ganggu Sucieku sendiri" Jikalau kita toh dua2nya suka sama suka, juga boleh diatur menurut peraturan sebagaimana mestinya. Tidak nanti aku berani berbuat atau melakukan perbuatan itu selagi orang dalam keadaan tak berdaya. Dan andainya benar karena tidak dapat menahan hawa nafsu, tapi setelah berbuat tidak akan aku mau lepaskan tanggung jawab. Saudara termasuk golongan pelajar yang pintar, tentu bisa gunakan otak dengan tenang Itu adalah suatu bal yang mustahil sekali, bukan?"
Hong-gwat Kongcu nampak merenung, ketika mendongak mengawasi wajah Lim Tiang Hong ia berkata: "Jikalau benar begitu persoalannya, tentu benar2 kau tidak berbuat bukan?"
"Didunia kang-ouw baru2 ini sering timbul kejadian dan perkara yang tidak2 dan dilakukan oleh orang yang menyaru dan mencemarkan nama baikku. Maka dalam urusan ini menurut pikiranku boleh jadi adalah perbuatan itu orang juga yang menyaru dan memakai namaku, tapi hal ini se-kali2 jangan kau beritahukan kepada encie Kow-loan. Sebab kalau ia tahu tentu takkan sanggup ia menerima penderitaan batinnya. Tunggulah sampai nanti aku berhasil menangkap orang itu, akan kuserahkan padanya supaya persoalan antara mereka bisa dibereskan sendiri"
Terhadap kepribadian Lim Tiang Hong, Hong-gwat Kongcu telah mendapat kesan baik. Meskipun ia pernah menerima kekalahan daripadanya, namun itu dalam soal lain. Kini setelah mendengar perkataan Lim Tiang Hong, tiba2 lantas bangkit berdiri dan berkata: "Baik, aku percaya kau penuh. Sekarang kita urus begini. Aku segera memberi kabar ke pulau Tho-hoa-to supaya lekas mengirim orangnya yang paling kuat untuk membantu mencari jejak orang itu. Kiranya dia juga takkan dapat ioios dari kepungan kita!"
Sehabis berkata, lantas menghunus pedang dari pingganggnya. Pedang itu dipakai membabat pohon besar yang berada di depannya hingga pohon yang begitu besar itu roboh seketika. Setelah itu kepada Lim Tiang Hong dengan nada dingin berkata lagi: "Jikalau saudara berani main gila didepan siauwtee, menipu dan permainkan nama Hong-gwa Kongcu, harus tahu pedang ini tidak bermata"
Lim Tiang Hong dongakkan kepa!a dan ketawa bergelak2, kemudian menjawab: "Jikalau siauwtee benar2 telah melakukan perbuatan terkutuk itu, sekalipun Thohoa-to dikerahkan takkan bisa berbuat apa2 terhadap siauwtee"
Hong-gwat Kongcu tidak banyak bicara lagi. Lantas dimasukkannya kembali pedangnya ke dalam sarung, kemudian badannya bergerak, dengan kecepatan bagaikan kilat sudah lari meninggalkan Lim Tiang Hong.
Setelah mengalami kejadian yang tidak enak itu pikirannya anak muda kosen ini makin tidak terteram. Satu2nya yang membuatnya agak tenang pikirannya, yakni hanya Henghay Kow-loan yang ia tahu telah
.1036 kembali ke selat Bu-ceng-hiap. hingga untuk sementara ia tak usah kuatirkan ada terjadi perubahan apa2.
Dalam pikiran ruwet ia lalu gerakkan kakinya pergi ke rumahnya Sin-soan Cu-kat.
Kala itu Sin soan Cu-kat sedang duduk termenung dengan alat2nya untuk membuat ramalan diatas meja. Begitu melihat Lim Tiang Hong masuk, lantas bangkit dan berkata: "Sudah ku-hitung2 hari ini memang kau harus pulang. Bagaimana dengan urusanmu di bukit Busan?"
Lim Tiang Hong lalu menceritakan apa yang terjadi dibukit Bu-san dengan partai Ngo-thay-pay, setelah itu ia alihkan pembicaraan tentang soalnya sendiri, kemudian bertanya: "Sin soan Lo-cianpwee, adakah kau tahu seseorang yang namanya Lim Thian Sun, yang dikenal orang2 gelarnya Ho-lok Siu-su?"
Sin-soan Cukat urut2 jenggotnya yang panjang, nampak berpikir sekian lama baru menjawab: "Dulu, diantara daerah Ho dan Lok memang pernah dengar ada orang dengan gelarnya itu. Tapi selama 10 tahun kemari sudah tidak terdengar namanya lagi. Sementara itu dia sebenarnya ayahmu atau bukan, masih sukar dikatakan"
Kedua orang itu bicarakan hal2 yang lainnya lagi sebentar. Saat si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie sudah masuk menemani mereka.
Lim Tiang Hong kembali mengulangi pertanyaannya tadi kepada si Pengemis Mata Satu.
Orang yang ditanya ketawa ber-gelak2 dan menjawab: "Tentang orang itu, aku si Pengemis Tua bukan cuma tahu saja, malah pernah berkenalan. Cuma perkenalan itu tidak begitu akrab. Kabarnya dia mendapatkan selembar gambar peta tentang Gunung Dewa dan lalu pergi ke gurun pasir, maksudnya hendak mencari tempatnya. selanjutnya lantas tidak terdengar kabar beritanya lagi. Lotee, tidak usah kau kuatir, asal ada she dan namanya yang harus kau ingat benar2, semuanya serahkan saja pada si Pengemis Tua ini. Aku yakin dalam waktu sebulan bisa bikin jelas semua hal yang bersangkutan dengan asal usulmu. Pun, mengenai ibumu dan itu orang tinggi besar yang berkedok, juga dapat diusut dari sini".
Lim Tiang Hong mendengarkan keterangan itu, dan apa yang ia dengar dari berbagai pihak bahwa ayahnya dulu telah pergi ke Gunung Dewa dan lantas tak terdengar kabar ceritanya lagi, maka wajahnya kelihatan murung, sebab dengan berdasarkan berita2 itu, kebanyakan sang ayah telah mendapat bahaya dalam perjalanannya.
Si Pengemis Mata Satu ketika melihat Lim Tiang Hong tidak buka mulut lagi, kembal alihkan pembicaraan kelain soal "Lotee, tahukah kau bahwa Hui-hui Tay-su dari Siauw-lim-pay bersama semua ketua enam partai besar telah mengadakan perjanjian bersama dengan Thian-cu-kauw Kauwcu Pok-tok Hui-mo" Mereka dalam waktu tidak selang lama lagi akan berangkat ke lembah Toan-bun-gay di puncak gunung Boan-kiap-hong. Pendapatmu mengenai soal ini bagaimana?""
Lim Tiang Hong tiba2 ingat bahwa Hui-hui Taysu pernah berkata padanya tentang penemuan di Toan-bungay pada bulan 6 dan kalau di-hitung2 perjalanannya, memang benar waktunya itu sudah kelewat dekat. Maka ia lekas menjawab: "Soal ini, sudah pernah juga boanpwee dengar dari mulut Hui-hui Taysu sendiri. Sebagai orang kang-ouw, sudah tentu boanpwee takkan menolak kalau dimintai bantuan. Sekarang waktu sudah kelewat mendesak, malam ini juga akan berangkat"
Si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan-Cu-kat sama2 nasehatkan anak muda ini: "Thian cu-kauw sudah lama kandung maksud hendak menjagoi seluruh rimba persilatan. Kali ini Kauwcunya berani tantang Siauw-lim pay dan 6 partay besar lain, sudah tentu mengandung rencana yang paling keji. Kita lihat gelagat demikian, lebih baik kau berlaku hati2 malah lebih baik lagi kalau kau tidak pergi"
Lim Tiang Hong geleng kepala dan berkata: "Boanpwee sudah sanggupi permintaan Hui-hui Taysu, tak berani hilangkan kepercayaan diri sendiri. Disamping itu, soal membasmi kawanan iblis dan membantu golongan orang baik2 adalah tugas utama bagi kita orang2 kang-ouw. Tentu tak dapat dielakkan kesamping tugas itu, dan kalian orang2 tua tidak usah kuatir, boanpwee masih punya sedikit kekuatan untuk menjaga diri sendiri".
Semua perkataannya itu diucapkan si anak muda dengan nada bersemangat hingga membuat si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat diam2 malu sendiri.
Yang paling tidak enak adalah dipihak Yan-jie seorang. Sudah lama nona cilik ini meng-harap2 kembalinya Lim Tiang Hong pemuda pujaannya. Tidak nyana, pulang belum diam satu hari, sudah akan segera berangkat lagi. Sudah tentu hatinya risau bukan kepalang, pedih hatinya amat sangat. Tetapi iapun merasa segan menahan kepergian pemuda itu, maka setelah berpikir sejenak tiba2 nyeletuk: "Didalam pertemuan di Toan bun-gay itu, aku ingin ikut. Aku pikir kematian ayah tentu adalah perbuatan orang2 Thian-cukauw. Aku harus menuntut balas atas kematian ayah!"
Lim Tiang Hong paling takut berurusan dengan kaum wanita. Maka ketika Yan-jie berkata begitu, yang terang maksudnya ialah hendak ikut dia pergi, hatinya lantas dirasakan memukul keras. Buru2 berkata: "Mana boleh, dalam perjalanan ini, bahayanya terlalu banyak, kau sekali2 tidak boleh turut pergi"
Yan-ji pelambungkan dada dan monyorgkan mulut, berkata: "Aku tidak percaya kalau Pek-tok-Hui-mo itu bisa makan daging manusia! Biar siapa yang larang kali ini aku mau pergi! Lagi-pun, sakit hati orang tua sendiri, siapa yang berani larang anaknya menuntut balas?"
Sin-soan Cu-kat tahu benar bahwa dalam perjalan ke lembah itu sangat bahaya. Meskipun Yan-jie telah dapatkan didikan langsung dari ayahnya, tetapi pengalamannya di dunia Kangouw sedikitpun tidak dimilikinya. Apa lagi harus pergi ber-sama2 dengan Lim Tiang Hong, itu sama saja artinya dengan menambah beban atas pundak si pemuda. Maka iapun buru2 mencegah dengan katanya: "Yan-ji, kau tidak boleh bikin repot saja. Mengenai soal menuntut balas, nanti setelah aku dengan pamanmu si pengemis ini berunding, baru ambil keputusan lagi. Andai kata benar kau mesti pergi, aku bersama pamanmu juga akan mengantarkan"
Yan-jie tidak berani ribut lagi. Ia lantas duduk disamping sambil tundukan kepala dan monyongkan mulutnya. Matanya nampak mengalirkan butir2 air.
Lim Tiang Hong yang melihat keadaan nona itu, merasa tak enak hati. Cepat lalu dihampirinya nona itu, dengan suara lemah lembut berkata: "Adik Yan kau jangan gusar, aku bukan tidak suka ditemani olehmu, cuma karena dalam perjalananku ini banyak bahayanya, malah mati hidupku juga belum tentu, bagaimana aku suka me-rembet2 kau?"
Siapa tahu Yan-jie begitu mendengar perkataan anak muda tu, bukan jadi tenang, sebaliknya malah menangis ter-isak2.
Dalam suara tangisannya itu sebetulnya terkandung banyak maksud. Selain karena terharunya si nona mendengar perkataan pemuda itu pun merasa sedih bakalan ditinggalkan lagi oleh Lim Tiang Hong. Pendek kata, saat itu hati si nona risau tak karuan, ini pula yang membuatnya menangis semakin sedih.


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lim Tiang Hong yang memang tidak pandai dalam menghadapi persoalan kauw wanita, apalagi dihadapan dua orang tingkatan tua, sekalipun hendak menghibur lagi, juga masih merasa likat untuk menghiburnya lebih dekat, la hanya merasa cemas, tak bisa buat apa2.
Akhirnya dikeraskannya juga hatinya, ketika berpaling kepada Sin-soan Cu kat dan si Pengemis Mata Satu berkata: "Harap Ji-wie Locianpwee suka nasehatkan adik Yan, boanpwee mau berangkat sekarang"
Sehabis berkata, ia lantas berjalan dengan tindakan lebar.
.(dw-kz) Bab 27 MARI kita tengok keadaannya Thian-cu-kauw. Semenjak cabang2nya di kota Kim-leng dan lain2 tempat terbasmi habis, serta lembah Loan-phiauw-kok juga telah dihancurkan oleh orang2nya enam partai besar, orang2 umumnya pada menduga bahwa perkumpulan yang sedang pentang sayap itu pasti tidak akan bikin habis permusuhan begitu saja.
Siapa tahu beberapa bulan telah berlalu, ternyata masih tidak kelihatan ada pergerakan apa2 dari pihak mereka. Sampaipun dikalangan Kangouw juga jarang terlihat lagi orang2nya Thian-cu-kauw.
Keadaan yang tak sewajarnya ini benar2 membuat ter-heran2 orang dunia kang-ouw dan partai2 rimba persilatan. Terutama buat enam partai besar, orang2nya merasa semakin tidak tenteram, hingga semua murid2nya yang berkelana di dunia kang-ouw dipanggil pulang untuk menjaga2 setiap kemungkinan yang bisa saja terjadi setiap waktu.
Disamping itu, beberapa orang2 penting dari keenam partai tersebut hampir setiap hari, siang dan malam melatih diri tanpa berhenti, untuk menghadapi pertandingan di lembah Toan-bun-gay
Pada hari itu, yakni ketika Lim Tiang Hong berangkat, di dunia kang-ouw justru ramai membicarakan soalnya Hui-hui Taysu ketua Siauw-limpay bersama Pek-ho Totiang dari Butong-pay serta lain orang kuat dari partai2 besar akan pergi ke lembah Toan-bunpay untuk minta Thiah-cu-kauw Kauwcu kembalikan kitab Tat-mo-keng kepunyaan Siauw-lim-sie dan bendera perserikatan dari enam partai.
Itu adalah berita penting, semua orang agaknya telah dapat menduga bahwa pertempuran kemudian itu partai akan merupakan pertempuran terhebat yang jarang terjadi. Maka tak seorangpun suka melalaikan kesempatan itu, mereka rata2 ingin menyaksikan pertandingan kesitu, tapi mereka merasa tak sanggup. Bahkan ada sebagian orang yang menggambarkan bukit Boan-kiap-hong itu ada sangat misterius dan berbahaya keadaannya, seolah2 orang yang menuju kesitu berarti akan berjumpa dengan rupa2 bencana yang sukar dapat dielakkan.
Lim Tiang Hong yang disepanjang jalan mendengar banyak cerita2 burung serupa itu, hanya ganda ketawa sendiri.
Menurut maksudnya semula, lebih baik pergi kebukit Siong-san geraja Siauw-lim-sie, kemudian bersama2 Hui-hui Taysu beramai-ramai pergi ke lembah Toan-bun-gay. Tetapi setelah mendengar berita yang ramai itu, menurut adatnya yang keras dan tinggi hati, ia berkeputusan hendak menerjang tempat yang amat berbahaya itu sendirian!
Ia yang memang memiliki potongan wajah tampan dan badan tegap dan beda dengan pemuda biasa, sudah tentu disepanjang perjalanannya, juga tidak sembunyisembunyikan dirinya maka siang2 sudah diketahui oleh kaki tangan perkumpulan Thian-cu-kauw.
Hari itu, ketika sedang asyik2nya ia berjalan. dari dalam rimba dipinggir jalan raya tiba2 muncu! seorang wanita cantik dengan dandanan pakaiannya yang heboh. Wanita ini lantas memanggil: "Hong-ji, kemari!"
Lim Tiang Hong ketika menoleh, segera melihat bahwa orang yang memanggilnya tadi itu tidak lain daripada ibunya sendiri, Lok-hee Hujin Ia lalu berhenti seketika dan terus menghampiri wanita itu. Dengan sikapnya yang sangat hormat, memanggil "Ibu" kepada perempuan itu.
Lok-hee Hujin dengan wajah ramai senyuman bertanya: "Kau mau pergi kemana anakku" Mari mengasolah dulu sebentar, nanti boleh lanjutkan perjalananmu lagi"
Perkataan seorang ibu tidak bisa ditolak oleh anaknya. Disamping itu, Lim Tiang Hong memerlukan banyak keterangan dari ibunya, maka ia lantas mengikuti Lok-hee Hujin berjalan mamasuki rimba.
Satelah melalui rimba lebat, disuatu tempat dalam rimba itu diiihatnya berdiri sebuah kuil kecil. Di depan pintu terpasang papan merek: Khow-tiok-ham, tiga huruf besar berwarna emas.
Lok-hee Hujin agaknya kenal baik keadaan dalam kuil tersebut lantas mengajak Lim Tiang Hong sampai dipendopo dalam.
Kuil ini meski tidak besar, tetapi segala perabotan di dalamnya teratur rapi dan bersih.
.Dua orang ini baru saja melangkah pintu, dari dalam tiba2 ada suara orang menanya: "Sicu dari mana yang mengunjungi kuilku ini?"
Dan perkataan disertai dengan terdengarnya suara orang bertindak keluar. Dari dalam kelihatan muncul Nikow pertengahan umur yang berjalan sambil membawa kebutan.
Lok-hee Hujin tak menjawab pertanyaan Nikow itu, berjalan terus dengan angkat kepala.
Lim Tiang Hong meski merasa sifat tinggi hati ibunya, tetapi tidak dikentarakan di wajahnya, iapun turut berjalan dan lantas duduk disamping ibunya yang telah duduk lebih dulu di suatu bangku dekat meja.
Nikow itu ketika melihat Lok-hee Hujin bagai terperanjat, buru2 menghampirinya lalu memberi hormat, sambit rangkap kedua tangannya beikata: "Pinnie Ceng-siu disini menghadap Kauwcu Hujin"
Lok-hie Hujin dengan sikapnya gagah2an, kebaskan tangannya seraya berkata: "Tidak perlu banyak peradatan. Suruh orang2 sediakan sedikit hidangan dan arak"
.Lim Tiang Hong yang duduk disamping diam2 berpikir. "Heran, di dalam kuil Nikow dari mana ada sedia arak dan hidangan"
Ia lantas melirik Nikow yang mengaku bernama Ceng-siu itu, seketika itu lantas kaget.
Kiranya Nikow itu tidak mirip dengan orang beribadat tinggi, mungkin lebih mirip kalau dikatakan sebagai anak wayang yang akan main ke atas pentas lagipula parasnya yang menampakkan kebengisannya itu, membuatnya lantas memgira kalau Nikow ini sebetulnya adalah kaki tangannya Thian cu-kauw.
Lok-hee Hujin setelah menyuruh Nikow itu pergi, tiba2 menanya kepada Lim Tiang Hong: "Kau kelihatannya begitu ter-buru2, apa juga mau pergi ke lembah Toan bun-gay?"
Lim Tiang Hong menjawab sambil anggukkan kepalanya: "Ya, aku ingin menemui itu Pek-tok Hui-mo"
Lok-hee Hujin perlihatkan perubahan atas parasnya. "Ngaco!" bentaknya, "Didalam dunia, dimana ada anak bermusuhan dengan ayahnya" Aku larang kau pergi kesana!"
.Lim Tiang Hong dalam hatinya merasa tidak senang di-bentak2 begitu, tetapi ia merasa tidak sampai hati untuk membantah kemauan ibunya. Ia hanya tertawa hambar, dan tiba2 balik bertanya: "Ibu, tahukah seorang yang bernama Lim Thian Sun, yang bergelar Ho-lok Siusu?"
Mendadak hatinya Lok-hee Hujin se-olah2 ditusuk oleh pisau belati. Sekujur badannya gemetaran, wajahnya pucat pasi. Lama ia baru berkata lagi: "Aku tidak kenal orang itu! Apa perlumu mananyakan soal ini?"
Lim Tiang Hong yang menyaksikan perubahan air muka ibunya, dalam hatinya sudah dapat menebak sebagian. Maka diam2 berkata kepada dirinya sendiri. "Kalau kulihat, Ho-lok Siu-su pasti adalah ayahku.... Aku sekarang tidak perlu pecahkan rahasia ini. Aku mau lihat nanti saja. Kalau si Pengemis Mata Satu dapatkan berita pasti, coba2 kudesak dia ini lagi"
Maka karena sudah terlalu lama tidak berkata, lantas menjawab sekenanya sambil ketawa: "Sebab dia bersamaan she dengan aku, iseng2 ingin tanya saja, tidak lain maksud"
Lok-hee Hujin baru kelihatan mengeluh napas lega. Perasaannya yang tadinya tegang, mulai tenang. Lalu dibaliknya lagi persoalan tadi ke soal lama.
"Katanya, dalam pertemuan di lembah Toan-bungay itu, adalah orang2 golongan Hian-bun dengan Siauw lim-pay sebagai kepala yang hendak membereskan pertikaian lama. Dengan kau tidak ada hubungannya, maka paling baik kau berdiri diluar garis, jangan cari pusing sendiri"
Lim Tiang Hong menggeleng kepala dan berkata: "Itu tidak mungkin, orang dalam dunia dapat mengurus setiap urusan dunia. Thian cu-kauw yang sering timbulkan bencana bagi dunia kang-ouw tidak bisa dibiarkan, aku mesti ikut campur dalam persoalan ini. Lagipun, Pek-tok Hui-mo itu mungkin adalah itu orang yang suhu perintahkan aku supaya dibinasakan selekas mungkin!"
Lok-hee Hujin kenbali nampak terperanjat, lama tak bisa membuka mulut. Dalam hatinya terus memikirkan daya bagaimana supaya anaknya ini tidak teruskan maksudnya pergi ke lembah Toan-bun-gay.
Sebab disatu pihak adalah suaminya sendiri dan yang lain adalah anaknya. Apabila kedua pihak itu saling bunuh sendiri, akibatnya tentu sengat hebat.
Pada saat itu hidangan dan arak yang diminta sudah disediakan. Lok-hee Hujin lalu berkata kepada anaknya: "Kau yang ber-hari2 menempuh perjalanan jauh, barang kali sudah lapar. Lekas makan hidangan ini. Dalam kuil kecil ini, meski tidak ada makanan enak, tapi se-tidak2nya toh jauh lebih enak dari pada makanan di luaran"
Lim Tiang Hong menyaksikan semua barang hidangan di atas meja berbau harum dan kelihatan sedap. Apalagi kala itu ia memang sudah terlalu lapar, maka lalu jemput sumpitnya dan makan dengan lahapnya.
Dalam hati Lok-hee Hujin saat itu merasa tidak karuan. Terus wanita yang berdandan heboh ini duduk termenung, lama baru angkat cawannya untuk mengirup isinya, dan berkata kepada anaknya: "Keringkanlah arakmu"
Lim Tiang Hong yang sedang dahar hidangannya, lalu angkat cawan araknya dan diminum hingga kering.
Lok-hee Hujin lantas ambil cawan anaknya dan diisikan lagi. Dengan bajunya yang panjang dan gedombrongan saat itu menutupi cawan, kemudian nampak ia menaruh apa2 ke dalam cawan itu dengan gerakan tidak beres, Kemudian mengangsurkan kembali cawan itu.
"Kita antara ibu dan anak jarang terkumpul, minumlah secawan lagi baru makan nantinya"
Lim Tiang Hong karena pandang muka ibunya sendiri, dan satu dua cangkir arak pikirnya takkan memabukkan, maka lantas dikeringkannya lagi arak yang diangsurkan tadi.
Tidak nyana, ketika arak itu masuk dalam perutnya, kepalanya mendadak dirasakan pening. Tapi ia yang memiliki tenaga dalam tinggi, begitu merasa gelagat tidak baik, buru2 kerahkan tenaga dalamnya untuk mengeluarkan obat mabuk itu, tetapi ternyata sudah terlambat. Dalam keadaan setengah mabuk jatuh badannya di lantai.....
Lok-hee Hujin setelah mengawasi wajah anaknya sejenak, lalu berkata sambil menghela napas panjang. "Anak, bukannya ibumu mau celakakan kau, sebetulnya
.1053 karena aku tidak tega melihat kau bertempur mati2an melawan ayahmu...."
Dan wanita heboh ini lalu keluarkan perintah, dari dalam muncul dua Nikow bertubuh kuat yang lantas pondong badan Lim Tiang Hong, dibawa masuk ke dalam.
Setelah Lim Tiang Hong dibawa pergi, Lok-hee Hujin memberi pesan pula kepada Ceng-siu, baru meninggalkan tempat tersebut.
Kini Lim Tiang Hong, sejak dibius dengan obat mabuk, baru siuman kembali. Ketika membuka matanya, didapati dirinya berada dalam sebuah kamar tahanan yang gelap gulita. Diketuknya kepalanya sendiri, lalu berkata bagai orang menggerutu: "Bagaimana ini bisa terjadi....?"
Diam2 ia mencoba kekuatannya, tidak ada halangan apa2 atas dirinya.
Ia lalu bangkit, maksudnya mau keluar. Tetapi ketika tangannya me-raba2, ternyata sekelilingnya terdiri dari batu2 yang dingin, demak dan sedikitpun tak tertampak pintu untuk keluar.
Kini ia benar2 gusar, tetapipun gemas. Ia berkata kepada dirinya sendiri setelah menghela napas panjang: "Hati manusia benar2 susah dijajaki. Sampai ibuku sendiri, begitu tega turun tangan mencelakakan anaknya. Bagaimana kalau aku terjatuh dalam tangan orang lain?"
Memikir sampai kesitu, lalu tangannya diangkat digempur tembok batu itu.
Gempuran ini begitu hebat, pembaringan dimana tadi ia direbahkan, kini telah hancur berantakan. Tetapi tembok yang kokoh kekar itu sedikitpun tiada bergeming.
Kiranya itu adalah satu kamar tahanan dibawah tanah. Kecuali sebuah lubang pintu, diseputarnya terdiri dari batu dan tanah yang tebal.
Dalam pada itu, samar2 Lim Tiang Hong dengar ada suara orang berkata: "Kongcu, hematlah tenagamu. Tempat di bawah tanah ini sangat kokoh. Setelah pertemuan di lembah Toan hun-gay nanti selesai, sudah tentu Lok-hee Hujin sendiri akan datang membebaskan lagi"
Lim Tiang Hong gusar, lantas membentak: "Kau siapa! Lekas buka! Lihat kalau tidak dan aku bisa keluar, akan kuhabiskan nyawamu lebih dulu!"
"Astaga! Kongcu, kenapa kau jadi begitu galak" Pinnie hanya bekerja menuruti perintah saja...."
Berkata sampai disitu, mendadak orang berkata diluar berhenti, samar2 kedengaran bagai ada barang jatuh.
Daya pendengar Lim Tiang Hong yang amat tajam, lantas dapat membedakan bahwa orang yang bicara tadi mungkin sudah digulingkan orang lain. Dalam kagetnya pikirnya lalu dikerjakan. "Apa ada orang lain lagi?" begitulah tanyanya pada diri sendiri.
Tepat pada waktu itu di atasan kepalanya terdengar suara berisik, dan segera lantas terbuka satu pintu kecil. Dari situ keluar satu tangan yang menggapai. "Anak, lekas keluar!" demikian suara dari luar itu.
Lim Tiang Hong yang sudah sering mendengar orang lain menyebutnya "Anak," maka kala itu sudah tak dihiraukannya lagi. Dengan cepat senjala seruling emasnya dikeluarkan, lalu setelah memutarkan gencar, sinar emas berkilauan membuat terang keadaan kamar yang gelap itu, tubuhnyapun lantas melesat tinggi menerobos pintu kecii tadi.
Saat itu rembulan baru mulai muncul. Keadaan di sekitarnya nampak terang benderang.
Lim Tiang Hong yang sudah keluar dari kamar tahanan, baru dapat tahu bahwa tadi ia disekap dalam kamar tahanan yang terdapat di bagian belakang kuil tersebut. Sedang pengurus kuil itu sendiri, entah dibikin rubuh oleh siapa"
Seorang laki2 berdandan bagai seorang pelajar, dengan bentuk badannya yang tinggi, mendadak berdiri dipelataran sambil memandang tangan dan kepala mendongak melihat rembulan. Sikapnya itu tampak tenang.
Lim Tiang Hong yang melihat itu, lantas tahu tentu orang bagai pelajar itu sendiri yang menolongnya tadi.
Ia buru2 menghampiri pelajar pertengahan umur itu, sambil menyoja berkata: "Atas pertolongan tuan disini aku yang rendah mengucapkan banyak2 terima kasih"
Pelajar itu menoleh, bersenyum tanpa berkata apa2, tidak membalas penghormatan si anak muda.
Lim Tiang Hong melihat wajah pelajar itu, bercekat hatinya. Ia merasa bahwa laki2 didepannya ini seperti pernah melihat, tetapi tak tahu dimana"
Ternyata dengan senyumannya itu, yang menawan hati, membuat orang tidak jemu memandang. Lantas timbul suatu perasaan hangat yang tidak terhingga, yang se-olah2 telah mempengaruhi diri anak muda ini, maka seketika itu ia hanya berdiri tercengang.
Pelajar itu mendadak berjalan dua tindak dan menepuk-nepuk pundak Lim Tiang Hong. Dengan suara lemah lembut dan nada suara penuh welas asih berkata: "Anak, apa yang kau perlihatkan semuanya baik. Aku merasa puas dan bangga sekali"
Setelah itu pelajar ini lalu memberikan Lim Tiang Hong sebuah benda yang berupa tanda kepartaian, wamanya hitam berkilauan, kiranya terbuat dari besi bukan besi, emas bukannya logam itu. Di atasnya terukir seekor binatang Kie-lin yang indah sekali. Selain dari pada itu, masih ada lagi satu sampul yang disesapkan ketangannya, dari pelajar itu dengan suara perlahan berkata: "Selanjutnya, kalau kau berada dalam kesulitan atau menemukan bahaya, tanda Kie-iin itu boleh kau capkan di suatu tempat yang letaknya gampang dilihat orang. Dengan sendirinya sudah tentu nanti akan datang orang2 yang akan memberi bantuan kepadamu. Dalam pertemuan di lembah Toan-hun-gay nanti, meski banyak bahayanya, tapi kau boleh pergi. Dan meskipun Pek-tok Hui-mo sudah berhasil mempelajari dua rupa ilmu yang terdapat dalam Tat-mo-keng, tapi asai kau sudah berhasil mempelajari dua jurus ilmu silat yang kutulis dalam sampul itu, pasti kau akan dapat menjatuhkannya. Tapi ingatlah aku berpesan, terhadap Pek-tok Hui-mo itu tidak boleh kau berlaku keterlaluan. Nanti setelah dosanya sudah meluap dari takaran, sudah tentu ada orangnya tersendiri yang akan membereskan jiwanya. Sebab jikalau kau turun tangan kepadanya.... ini kurang pantas"
Lim Tiang Hong heran, lalu bertanya: "Lho, kenapa bisa begitu?"
Senyum yang tersungging dibibir pelajar pertengahan umur itu mendadak lenyap. Dan mulutnya membuka lagi, setelah menghela napas berkata: "Semua sebab dan akibat dalam soal ini kau belum tahu. Tapi
.dikemudian hari akan mengerti sendiri, sekarang tidak usah banyak tanya"
Dalam otaknya Lim Tiang Hong telah dipenuhi oleh berbagai pertanyaan. Selagi ia mau bertanya pula, ia hanya merasakan angin bertiup dan pelajar pertengahan umur tadi sudah hilang dari depan matanya.
Ia buru2 mengejar dengan mengambil jalan lompat keatas genteng, tapi hanya suasana malam yang meliputi daerah itu. tidak kelihatan satu bayangann manusiapun juga.
Ilmu mengentengi tubuhnya, It-sia Cian lie sebetulnya sudah merupakan suatu ilmu entengi tubuh yang tidak ada tandingannya Tapi ilmu meringankan badan orang itu tadi ternyata jauh lebih hebat daripada It-sia Cian-lie.
Diatas genteng pemuda ini berdiri ter-mangu2 sebentar, tiba2 digatrukkannya kakinya, berkata kepada dirinya sendiri. "Ah! Aku benar2 gelo.... Kenapa sampai kelupaan rnenanyakan she dan namanya....?"
Hanya dalam pertemuan yang begitu singkat tadi itu, suara, senyum serta wajah orang itu telah tercatat nyata sekali dalam otaknya. Belum pernah ia perhatikan seseorang yang begitu baik seperti orang tadi yang dijumpainya malam itu.
Pelajar pertengahan umur tadilah yang merupakan satu2nya orang yang mendapat perhatian penuh daripadanya. Dan kini, orangnya sudah tiada, menyesalpun tidak berguaa lagi. Ia tidak ada waktu untuk memikir lebih lama lagi, buru2 menyimpan benda dan sampul yang diberikan laki2 pelajar tadi, lalu lompat turun dari genteng kuil dan menuju ke jalan raya.
Baru berjalan kira2 setengah jam, tiba2 matanya melihat sinar biru, melayang tinggi di angkasa, arahnya diduga dari pojok kuil tadi.
Sinar itu perdengarkan ledakan dan berpencaran diangkasa. Ia yang sudah kenal baik tanda itu, segera mengetahui bahwa kawanan Nikow dalam kuil tadi tentu sudah mengeluarkan tanda bahayanya.
Kembali terdengar suara "Srr, srr" an dua kali dan sinar biru nampak meluncur kearah dimana ia berjalan. Tidak usah dikata lagi, tentu itu adalah hasil perbuatan orangnya Thian-cu-kauw yang hendak menghadapinya.
Jikalau pada saat itu ia mau menyingkir, masih keburu. Akan tetapi ia tidak sudi berbuat demikian. Sambil ketawa dingin, terus berjalan lambat2.
Tiba2 di sekeliling terdengar suara riuh. Dari pinggiran jalan tersebut keluar serombongan orang2 yang menghadang di hadapannya.
Dengan sorot mata dingin Lim Tiang Hong mengawasi orang2 itu, kesemuanya berjumlah duapulah orang, keseluruhannya masih asing baginya. Hanya satu, yang tangannya membawa cangklong panjang, yang pernah datang ke selat Bu-ceng-hiap ia kenali.
Rombongan orang2 itu setelah merintangi perjalanan Lim Tiang Hong, tidak perlihatkan gerakan apapun. Pemuda ini juga tidak mau menegur, hanya berdiri sambil sedekapkan kedua tangannya.
Pada waktu itu dari lain jurusan kembali muncul serombongan orang2.
Lim Tiang Hong yang mengetahui itu, lantas ketawa ber-gelak2 dan berkata: "Kalian ini semua tentu adalah anjing2nya Thian cu-kauw. Berapa banyak semuanya" Suruh mereka keluar tinggalkan rumah!?"
Belum habis perkataannya, dari rimba sebelah kiri kembali muncul serombongan imam yang semuanya membawa bendera2 panjang. Sama seperti imam2 yang hendak menjalankan ibadat. Rombongan imam ini dipimpin oleh Liong-houw Koancu, yang berjalan paling depan.
Tiga rombongan itu berkumpul disitu, tidak ada yang saling tegur, seakan2 telah mengetahui bagaimana tindakan selanjutnya yang harus diambil.
Lim Tiang Hong yang dikurung demikian, masih tenang2 saja sedikitpun tak menunjukkan wajah keder atau jeri.
Mendadak keluar bentakannya, kakinya digedrukan dan menudingkan tangannya kepada orang tua jaog membawa cangklong: "Aku tanya kau! Kau pancing kemana Heng-thian It-ouw Lo-cianpwee?"
Orang tua itu angkat cangklongnya dua kali, ini baru menjawab sambil ketawa: "Nenek tua itu sudah pulang ke akhirat. Kau mau cari dia" Susul saja kesana"
Lim Tiang Hong gusar, lantas berseru: "Kentut!"
Bersamaan dengan teriakannya itu, tangannya bergerak, sudah mengirim satu serangan hebat.
Orang itu kelihatan kaget, ia samasekaii tak pernah menduga bahwa kekuatan tangan anak muda tanggung yang dihadapinya itu, ternyata jauh lebih hebat daripada tenaga yang dimiliki Heng-thian It-ouw. Sekalipun ia merasa kepandaiannya cukup tinggi, terhadap serangan itu tak berani menyambuti. Buru2 dikeluarkan ilmunya mengegos membuang serangan lawannya ke samping.
Sementara itu kakinya juga menggeser ke samping sejauh tiga kaki.
Rombongan orang2 yang datang malam itu semuanya merupakan tokoh2 terkuat pilihan. Maksudnya hanya untuk menjaga jangan sampai Lim Tiang Hong bisa kabur. Mereka hampir kesemuanya merupakan tokoh2 kelas wahid dalam dunia kang-ouw.
Ketika mengetahui Lim Tiang Hong mempunyai tenaga besar dan hebat demikian, semua pada terperanjat.
Maka meskipun Lim Tiang Hong yang lebih dahulu mulai menyerang, semua orang itu masih belum mau bergerak. Masing2 pada mengumpulkan tenaga, agaknya untuk nanti bergerak serentak.
Lim Tiang Hong yang sudah banyak mengalami pertempuran besar maupun kecil, pengetahuannya dalam menghadapi musuh banyak tentu makin banyak.
Ketika serangan pertamanya tak menghasilkan telor yang dimaksud, ia tidak turun tangan lagi. Diam2 lalu menggunakan ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kang melindungi tubuhnya, kemudian berdiri tegak di-tengah2 kurungan menantikan perubahan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Untuk sesaat medan pertempuran itu sunyi. Kecuali suara napas orang dan berkisarnya kaki manusia, tak terdengar suara apapun lagi.
Ini sebetulnya merupakan suatu pertempuran yang tak adil.
Tiga-empat puluh orang yang kesemuanya merupakan tokoh2 kenamaan, mengepung seorang anak muda, apalagi mengingat orang2 itu semuanya merupakan orang yang sudah lama berkecimpung di dunia kang-ouw.
Akan tetapi sekalipun mereka itu berjumlah besar, masih belum seorangpun yang berani membuka serangan lebih dulu.
.Dengan demikian kedua pihak nampak pada saling menantikan kesempatan baik untuk turun tangan.
Mendadak dari luar kalangan ada seseorang menerobos masuk bagai orang kesetanan.
Orang ini ternyata ada seorang Kongcu tampan, dengan pakaiannya yang perlente itu, se-oleh2 ingin perlihatkan kemewahannya dalam berpakaian itu, terus masuk melalui sela2 oang banyak itu, kemudian tahu2 sudah berdiri berendeng dengan Lim Tiang Hong. Setelah itu dia mendongak ketawa ter-bahak2. "Bagus!" katanya kemudian. "Malam ini, mendapat kesempatan dapat menyaksikan barisan Bong-gu-tin dari tokoh2 terkuat rimba persilatan daerah Tiong-goan, rejeki mataku sesungguhnya besar sekali!"
Oleh karena semua orang tadi sedang pusatkan perhatiannya ketengah kalangan, maka kedatangannya Kongcu yang secara mendadakan itu sudah tidak diketahui oleh mereka.
Setelah kongcu itu buka muiut, baru mereka sadar kalau dalam kalangan telah bertambah dengan satu orang, maka tentu saja pada ter-heran2.
Liong-houw koancu segera mengenali Kongcu yang baru masuk itu, yang ia tahu adalah Hong-gwat Kongcu dari pulau Tho-hoa-to.
Maka ia lantas berkata dengan membawakan perasaan herannya dalam kata2nya: "Kongcu, kau dengan bocah itu...."
Belum habis perkataannya, Hong-gwat Kongcu sudah memotong, dan ketawa dingin: "Bersahabat dengan dia se-tidak2nya jauh lebih baik daripapa berkenalan dengan bangsa telor busuk yang suka tipu dan tidak tahu malu seperti rombongan kalian ini!"
Liong-houw Koancu yang biasanya menyebut diri sendiri satu jagoan dalam daerahnya, meski merasa agak jeri terhadap orang2 Tho-hoa-to. tapi ketika mendapat hinaan didepan begitu banyak orang, ia tidak suka unjuk kelemahan.
"Pinto nasehatkan kau dengan maksud baik. Mau dengar atau tidak terserah padamu sendiri. Kalau sampai terjadi pertempuran dan kau tak bisa meramalkan persahabatan antara gereja kami dengan Tho-hoa-to nanti jadinya bagaimana.?"
Hong-gwat Kongcu ketawa ter-bahak2, lalu berkata: "Perbuatlah sebagaimana kau suka. Tidak perlu pikir pembalasan orang2 Tho-hoa-to. Dan apabila kau punya kepandaian bisa sentuh kulit badanku, hitung2 pelajaranku kurang dalam. Cuma aku juga barangkali perlu beritahukan kau dulu, kalau sudah mulai bertempur, saat itu kaki dan tangan tentu tidak punya mata dan jangan sesalkan kalau nanti Kongcumu yang baik hati ini akan berlaku telengas menghajar kalian. Ha, ha, ha, ha...."
Kadatangan Hong-gwat Kongcu itu mesti dengan maksud baik hendak memberi bantuan tenaga, tetapi atas perbuatannya dan kelakuannya tadi yang melampaui batas itu, membuat tidak senang hatinya Lim Tiang Hong.
Setelah ketawa sebentar, pemuda itu lalu berkata: "Maksud baik saudara cuma bisa membuat aku si orang she Lim terima dalam hati dengan perasaan bersyukur sangat. Sayang untuk melayani bicokok2 semacam ini, aku masih belum perlu bantuan lain orang"
Mendadak badannya kelihatan melesat, menerjang si orang tua bercangklong. Sebentar saja sudah 13 kali serangan beruntun dilancarkan.
Orang tua itu kerepotan agaknya, kelit sana menyingkir kemari tahu2 sudah delapan kaki mundur ke belakang.
Orang tua ini, kepandaiannya juga tidak bisa dipandang remeh. Sebentar kelihatan mundur, sesudah itu menerjang keras ke depan. Senjatanya huncwenya (cangklong panjang) sebentar saja sudah balas serangan2 pemuda tadi sampai 15 kali. Sedang ujung senjatanya, yakni kepala cangklong, terus menuju jalan2 darah penting lawan mudanya.
Pertempuran itu begitu dibuka dengan terjangan Lim Tiang Hong tadi, sebentar saja suara bentakan orang dan bayangan kepalan tangan maupun senjata2 tajam lantas mengarah badan Lim Tiang Hong dari berbagai penjuru. Sebaliknya tiada seorang pun yang berani menerjang Hong-gwat Kongcu.
Hong-gwat Kongcu tahu telah ditolak pemberian bantuannya kepada Lim Tiang Hong, tetapi ia tidak bermaksud terus batalkan niatnya yang keras hendak membantu pemuda itu.
Maka ketika melihat orang banyak mengerubuti Lim Tiang Hong ia menggeram dan menerobos masuk lagi dalam kalangan.
Adapun beda jauh dari gerakan Lim Tiang Hong, Kongcu ini begitu turun tangan tentu ada korban jiwa melayang.
Maka begitu tadi ia menerobos masuk, terdengar satu jeritan ngeri.
Dua imam yang membawa dua bendera panjang sudah dipentalkan olehnya keluar kalangan.
Hong-gwat Kongcu kini bagai bayangann, begitu masuk dalam kalangan lantas berdiri belakang membelakangi dengan Lim Tiang Hong.
Dua pemuda gagah perkasa yang se-akan2 menjadi anak emasnya Tuhan, begitu bergandengan tangan lantas merubah suasana. Semua serangan yang aneh2, gerak tipu2 yang luar biasa meluncur dari pihak dua anak muda itu.
Diantara mengulaknya debu yang tinggi ke atas, cuma tampak berkelebatnya dua bayangan orang itu tiba, disitu lantas kocar kacir. Orang2 yang mengepungnya, kebanyakan pada mundur ter-birit2.
Orang2 yang turut bertempar disitu, kecuali Lionghouw Koancu dan orang tua dengan senjata huncwe, masih banyak orang2 yang merupakan tokoh2 dunia kang-ouw. Maka setelah terjadi kekalutan sebentar perlahan2 mereka dapat memperbaiki suasana, bisa kumpulkan orang2nya kembali dan serangan dari mereka lantas tambah cepat, tekanan dari pihak mereka makin tambah berat.
Hong-gwat Kongcu yang selalu sombong, begitu merasakan tekanan hebat, lantas pikir hendak menghunus pedangnya. Tetapi ketika melihat Lim Tiang Hong masih tetap tenang2 saja menghadapi musuh dari berbagai jurusan, hatinya yang ingin menang selalu itu timbul seketika. Maka sambil kertak gigi, niatan mencabut senjata itu diurungkannya.
Kedua pihak berkutetan lagi sekian lama. Dipihak orang banyak, pihak pengepung itu, agaknya telah merancangkan rencana. Mereka gunakan orang tua dan Liong-houw Koancu itu sebagai induk kekuatan mereka.
Orang tua bersenjata huncwe itu menghadapi Lim Tiang Hong, sedang Lionghouw Koancu melayani Honggwat Kongcu.
Dan yang lainnya menyerang dari empat penjuru.
Setiap kali Lim Tiang Hong dan Hong-gwat Kongcu melancarkan serangannya, mereka itu turun tangan dari samping, dengan demikian kedua Kongcu itu mau tak mau harus tarik kembali serangannya untuk menolong diri sendiri dulu.
Dengan demikian maka orang tua itu bersama Liong-houw Koancu boleh menghadapi musuhnya dengan hati tabah.
Sedangkan dipihaknya Lim Tiang Hong, mereka dua orang, tak mendapat banyak kesempatan untuk balas menyerang. Pertempuran secara begini sudah tentu berat sebelah.
Lim Tiang Hong yang melihat gelagat perubahan itu, yang ternyata tidak menguntungkan bagi pihaknya sendiri kalau lama2 tiba2 berkata kepada kawannya: "Mari kita bertempur secara berpencaran. Masing2 boleh cari korban sendiri2"
Setelah itu badannya loncat tinggi ke atas, kemudian melancarkan serangannya dari tengah udara, mengarah rombongan orang yang berdiri di posisi timur.
Setelah itu nampak badannya berputaran lagi sebentar, dan menyerbu terus orang2 dalam rombongan disitu.
Suara jeritan ngeri terdengar ber-ulang2.
Dua orang kuatnya Thian-cu-kauw yang menjadi tataran pertama, telah dipukul rubuh dan tidak bisa berkutik lagi.
Selagi Lim Tiang Hong bergerak, Hong-goat Kongcu juga segera menelad perbuatan kawannya itu. Ternyata Kongcu ini lebih ganas daripada Lim Tiang Hong, maka setelah terdengar suara jeritan ngeri ber-ulang2, banyak orang sudah rubuh dalam keadaan putus nyawa dibawah tangannya.
Keadaan kalut lagi. Pertempuran tidak berimbang tadi kini berubah jadi pertempuran main keroyok tidak karuan.
Dalam keadaan demikian, dari rombongan orang2 Thian-cu-kauw itu, terdengar suara nyaring: "Keluarkan senjata! Jangan sampai dua orang itu lolos!"
Sebentar kemudian suara senjata yang keluar dari sarungnya terdengar gemuruh di mana2, sinar2 berkilauan lantas berkelebatan memenuhi kalangan.
Rombongan orang2 itu kini dengan senjata terhunus maju menyerang dua pemuda yang seolah2 bayangan itu.
Hong-goat Kongcu lantas ketawa ber-gelak2 dan berseru: "Bagus! Ini adalah pertempuran yang baru memuaskan hatiku!"
Pakaiannya yang begitu mentereng nampak berkibaran. Kongcu ini lompat melesat melalui kepala orang2 itu.
Tiba2 sinar putih seperti bianglala meluncur menggulung ke arah kepala2 orang banyak itu.
Hong-goat Kongcu yang terkenal dengan ilmu pedangrya yang luar biasa, dengan keluarnya kini pedang panjangnya itu, bagai macan tumbuh sayap, membuat setelah pedang berkelebatan di atas kepala orang banyak, lantas disusul dengan jeritan ngeri berulang2.
Lim Tiang Hong yang menggunakan sedikit kesempatan melihat cara melayani lawan2 dari Honggoat Kongcu yang begitu bagus, dalam sekejap membinasakan banyak lawan, lantas berseru panjang dan menghunus keluar seruling emasnya hingga sebentar kemudian senjata luar biasa itu sudah mengamuk diantara badan2 orang banyak itu.
Dua anak muda yang merupakan malaikat Jibril itu begitu timbul nafsu mereka hendak membunuh, bagai sudah tak ada yang dapat menahan. Maka pertempuran disitu sebentar saja sudah berubah begitu rupa.
Empat lima puluh orang kuat yang mengepung mereka dua orang, belum sampai dua jam sudah pada terluka atau gugur separuhnya.
Tinggal lagi kini beberapa puluh yang kepandaiannya lumayan, masih coba mengadakan perlawanan secara mati2an.
Tidak dikira dari jumlah mereka yang kini berkurang separuh tetapi daya penyerangan mereka malah lebih hebat dari yang tadi.
Rombongan lantas terpecah menjadi dua kelompok.
Liong-houw Koancu membawa delapan anak buahnya sendiri melawan Hong-goat Kongcu. Sedangkan orang tua bersenjatakan huncwe itu, dengan sebelas orang2nya Thian-cu-kauw melawan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang mempunyai kekuatan tenaga dalam tak ada taranya, meski sudah bertempur semalam suntuk, semangatnya masih me-nyala2.
Ketika melihat keadaan pihak kawannya, Hong-goat Kougcu, kelihatan sudah berpeluh banyak, wajahnya yang cakap nampak merah membara. Maka ia lantas menyerukan temannya itu. "Saudara apa masih bisa terus bertahan" Aku akan segera habiskan mereka dan bantu ke sana"
Hong-goat Kongcu yang berwatak sombong, sudah tentu tak mau unjuk kelemahannya. Dengan napas sengal2, ia masih coba menjawab: "Kau tak usah kuatir, aku masih banyak punya kekuatan menghadapi mereka"
Namun Lim Tiang Hong tahu sang kawan sebenarnya sudah lelah, maka ia lantas memberi semangat padanya: "Ilmu pedang saudara dalam dunia ini tidak ada tandingannya. Tidak perlu aku kuatirkan"
Setelah berkata demikian, senjatanya sendiri berputar bagai titiran, kemudian dengan gerakan yang luar biasa manisnya, seruling emas itu telah minta itu korban pula.
Seorang tancu dari Thian-cu-kauw, saat itu juga telah tertembus dadanya dan tewas seketika itu juga.
Hong-gwat Kongcu yang melihat kawannya kembali telah mengambil jiwa lawannya, semangatnya bangkit pula. Dengan sisa tenaga yang ada padanya, mendadak dikeluarkan satu tipu serangan yang terampuh.
Tipu serangan ini dinamakan Gin-yam Kong-yang. Dan serangan itulah yang dulu hampir membuat Lim Tiang Hong terkalahkan olehnya.
Seorang imam anak buahnya Liong-hauw Koancu sebentar sudah terpapas bagian pundaknya, sehingga sebelah lengannya terpisah dari badannya.
Imam itu tidak bisa keluarkan suara, sudah mati. Tetapi bagi Hong-gwat Kongcu sendiri, pemuda mentereng ini juga sudah bagai kehabisan napas. Dengan badan ter-huyung2 mundur sampai tiga tindak.
Liong houw Koancu agaknya tak mau melepaskan kesempatan baiknya. Senjata kebutannya lantas diputar, dengan kecepatan bagaikan kilat menotok jalan darah pemuda itu.
.Lim Tiang Hong meskipun sedang melawan banyak musuh2 kuat, tetapi matanya masih sempat setiap waktu ditujukan kepada kawannya itu. Maka begitu melihat Hong-gwat Kongcu dalam bahaya, lantas dipukul mundur satu lawannya, kemudian lompat melesat maksudnya hendak memberikan pertolongan.
Tetapi orang tua itu ternyata cerdik otaknya. Dengan gerak pertama Lim Tiang Hong menghalau temannya, ia lantas tahu anak muda lolos. Tentu ia tak suka orang ini keluar kalangan, maka lantas diputarnya huncwenya makin gencar, melancarkan serangan bertubi2.
Dalam keadaan demikian Lim Tiang Hong terpaksa menggunakan senjatanya melindungi dirinya sendiri lebih dulu.
Dipihaknya Liong-houw Koancu, agaknya imam ini telah anggap pasti Hong-gwat Kongcu akan tewas oleh senjatanya.
Ketika senjatanya itu meluncur turun, mendadak nampak berkelebatnya sinar pedang. Hong-gwat Kongcu dengan ganas membabat dengan pedangnya, mulutnya berseru: "Imam busuk! Kau mau pedayai Kongcu mu" tidak kena dengan caramu itu!"
Liong-houw Koancu yang sama sekali mimpipun takkan menduga gerakan Hong-gwat Kongcu itu hampir saja mampir di dadanya.
Justru pada saat itulah dari jauh terdengar suara siulan nyaring.
Dibawah sinar matahari pagi. Delapan orang laki2 berpakaian perlente dengan masing2 membawa pedang digegernya, meluncur ke dalam kalangan bagaikan anak panah lepas duri busurnya.
Belum lagi mereka tiba masuk kalangan, semua sudah berkata dengan suara nyaring: "Kongcu, silakan mengaso dulu. Biarlah kami yang bereskan kawanan imam bangsat yang tidak punya mata ini!"
Kedatangan orang2 muda yang secara mendadakan ini mengejutkan sekali hatinya Liong-houw Koancu hingga diam2 berkata pada dirinya sendiri: "Orang2nya Tho-hoa-to sudah pada datang, kalau pertempuran dilanjutkan barangkali pihak kita yang akan celaka"
Dan selagi orang2 dalam kalangan itu semua masih berada dalam kaget dan ke-heran2annya, dari dalam rimba kembali terdengar suara ketawa aneh. Dan di atas pohon besar dirimba sebelah timur kelihatan berdiri seseorang pengemis berewokan berkaki satu Dia ini datang bersama dua orang tua berpakaian hijau dengan jenggotnya warna putih yang berkibaran tertiup angin.
Pengemis kaki satu itu lantas berkata sambil perdengarkan suara ketawanya yang aneh. "Apa cuma kau Tho-hoa-to saja saja yang bisa kirim bala bantuan" Apakah kalian kira kami dari Hong-hong tie tidak ada orang?"
Nama "Hong-hong-tie itu lebih besar pengaruhnya daripada Tho-hoa-to. Dan kini, orang2 dari dua pihak itu ternyata sudah pada datang semuanya, ini membuat ciut nyali semua orang yang ada disitu.
(dw-kz) Bab 28 PENGEMIS berewokan yang kakinya pincang itu, adatnya paling berangasan. Setelah perdengarkan suara ketawanya yang aneh, tubuhnya sudah melesat laksana seekor burung rajawali, menerjang ke dalam kalangan
.dan tangannya juga lantas turut bekerja dengan saat pukulan ia sudah bikin terpental dirinya seorang dari anak buahnya Thian-cu-kauw, sehingga melayang tinggi kira2 dua tombak. Sambil perdengarkan suara jeritan ngeri, orang itu kemudian terlempar jauh di luar kalangan.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan si pengemis berewokan itu telah turun tangan, lantas berseru: "Jangan turun tangan lagi! Aku tidak membutuhkan bantuan siapapun juga!"
Pengemis berewokan itu terperanjat sekali agaknya, seketika hentikan gerakannya. Tatkala menyaksikan sikap pemuda tersebut begitu agung dan keren, lantas undurkan diri keluar dari kalangan.
Orang tua aneh dengan senjatanya pipa panjang itu adalah seorang aneh dari daerah Kam-siok yang dikabarkan telah mengasingkan diri lama dari dunia rimba persilatan, namanya Khong Bun Thian. Dia lebih yang terkenal dengan sebutan Cit-sat-sim, sebetulnya sudah tidak bermaksud menjagoi dunia kang-ouw akan tetapi karena dapat undangan orang dan dimintai bantuannya ber-ulang2 oleh wakil ketua Thian-cu-kauw, yakni Beng Sie Kiu, barulah munculkan diri lagi dikalangan masyarakat ramai dan mendapat jabatan sebagai pelindung hukum dalam perkumpulan itu.
Kali ini, dengan membawa satu rombongan orang2 pilihan perkumpulan Thian-cu-kauw, pergi menyatroni Lim Tiang Hong. Akan tetapi kesudahannya bukan saja tidak berhasil menangkap pemuda tersebut, sebaliknya malah telah kehilangan banyak orang2nya yang gugur dan tewas oleh anak muda itu. Maka hatinya merasa gusar berbareng cemas. Diam2 telah mengambil keputusan untuk teruskan pertempuran sampai titik darah penghabisan.
Siapa tahu orang2nya Hong-hong-tie dan Tho-hoato mendadakan datang untuk memberi bantuan kepada anak muda itu, maka lantas mengetahui bahwa hari itu pasti pihaknya akan mengalami kekalahan total.
Istana Yang Suram 15 Panji Tengkorak Darah Ko Lo Hiat Ki Karya S D Liong Pendekar Pedang Dari Bu Tong 20
^