Pencarian

Tamu Dari Gurun Pasir 8

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 8


Keduabelas kepala dari 12 puncak gunung Bu-san itu, setiap orang mempunyai kepandaian ilmu silat sangat tinggi. Kitab yang dilindungi oleh mereka sendiri, sampai bila dicuri oleh orang luar bagaimana nona itu mudah untuk menerangkan"
Maka ia hanya berkata: "Hian-hian Pit-kip ini adalah kitab peninggalan dari Cow-su kita, bagaimana tidak mengenali" Sementara dengan cara bagaimana bisa hilang, kau tidak perlu mengetahui. Jikalau kau memang dapatkan itu dengan jalan mencuri, lekas kembalikan kepada nonamu"
"Nona, bolehkah nona memberitahukan nama nona yang mulia?"
"Mengapa tidak" Sin-lie Hongcu (kepala puncak gunung Sin-lie hong) itu adalah nonamu sendiri"
"Sekarang aku boleh beritahukan padamu, kitab Hian-hian Pit-kip itu bukan saja sudah tercuri orang, bahkan sudah rusak keadaannya.?"
Sin-lie Hongcu terkejut mendengar keterangan itu. Ia lalu maju dan mencekai penggelangan tangan Lim Tiang Hong seraya berkata: "Apa perkataanmu ini benar?"
"Sudah tentu tidak salah, apalagi aku pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri"
Sin-lie Hongcu tadi dalam keadaan cemas, dengan tanpa pikir lantas mencekal tangannya pemuda itu sangat lunak seperti tidak bertulang, selagi hendak kerahkan kekuatannya untuk mencekai lebih erat tangan itu, mendadak ia merasakan bahwa tangan yang lemas seperti kapas itu didalamnya mengadung serupa kekuatan lunak. Dengan melalui telapak tangak, kekuatan itu mengalir masuk kedalam dirinya, hingga seketika itu juga dirinya dirasakan tergetar hebat, maka dengan cepat ia lantas lepaskan cekalannya dan menanya: "Dimana kau dapat lihat Hian-hian Pit-kip itu dirusak orang?"
Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan 2 helai sobekan kertas, dan diserahkan padanya sembari berkata: "Dua helai sobekan Pit-kip bolehkah untuk menebus kesalahanku terhadap nona" Ini adalah perbuatan seorang taoto dan seorang tua. Dikala mereka berebutan, kitab itu telah dibikin rusak oleh mereka. Sekarang mereka sadah mati dua2nya dan terkubur dalam goa di lembah Hong hong Pit-kok"
Setelah itu. ia lantas hendak berlalu. Mendadak terdengar suara bentakan, lalu disusul oleh munculnya serombongan orang.
Lim Tiang Hong menampak kedatangan mereka, diam2 lantas berpikir: "orang2 ini terangkali hendak mencari setori".
Serombongan orang kang-ouw itu, begitu tiba, lantas menghadang di depannya Lim Tiang Hong sambil mengawasi dengan sorot mata gusar.
Lim Tiang Hong coba mengawasi cecongornya orang2 itu ternyata satupun tidak ada yang kenal.
.685 Sin-lie Hongcu mendadak menghampiri rombongan orang2 ini sembari berkata: "Kalian boleh pulang, disini tidak ada urusanmu"
Rombongan orang2 itu benar saja lantas pada balikkan badan dan kabur dengan cepat.
Lm Tiang Hong setelah rombongan orang2 itu pergi, lantas menanya kepada si nona: "Orang2 itu barangkali ada anak buahmu?"
"Benar, mereka ada anak buahku yang aku bawa dari gunung untuk membantu mencari kitab Hian-hian Pit-kip, tapi sekarang kau sudah beritahukan tentang keadaannya kitab2 ini, maka kita harus melakukan pekerjaan yang lainnya. Jikalau kau sudi dengar, aku hendak memberitahukan padamu sedikit kabar, tidak perduli kau sudah atau belum dapatkan nyalinya naga raksasa yang sudah membatu dilembah Hong-hong Pitkok. Dalam perjalanannya pulang nanti, sebaiknya kau berlaku sedikit hati2, sebab menurut apa yang aku tahu, disekitar kira2 10 lie didaerah ini, sudah penuh dengan kaki tangannya Thian-cu-kauw." berkata Sin-lie Hongcu.
"Terima kasih atas perhatian nona, tentang kawanan kurcaci itu, aku masih tidak pandang mata sama sekali" kata Lim Tiang Hong sambil ketawa hambar.
Sin-lie Hongcu melirik padanya sejenak, lalu gerakkan kakinya dan berlalu dengan cepat.
Lim Tiang Hong mengawasi padanya sampai hilang dari depan matanya, baru berjalan dengan tindakan lambat2, meninggalkan tempat tersebut.
Ia memang benar tidak pandang mata orang2nya Thian-cu-kauw, maka selama berjalan, pikirannya melayang2 memikirkan persoalannya sendiri, entah bagaimana caranya membereskan"
Diluar dugaannya, disepanjang jalan itu ia tidak pernah berjumpa dengan orang2nya Thian-cu kauw.
Setelah keluar dari daerah pegunungan, tiba2 didepannya ada dua orang yang mencegat perjalanannya. Sambil perdengarkan suara ketawanya yang menyeramkan orang2 itu membentak: "Jangan bergerak!"
Lim Tiang Hong segera mengetahui bahwa orang yang mencegat perjalanannya itu ternyata adalah kauwcu dari Thian-cu-kauw, juga adalah itu laki2 berkedok yang berbadan besar tegap dan pundaknya lebar, sedang orang yang berdiri disampingnya adalah itu kauwcu muda yang dulu pernah menyaru sebagai dirinya.
Orang berkedok itu setelah membentak, lalu berkata dengan suara bengis: "Binatang, sungguh besar sekali nyalimu. Kau bukan saja sudah tidak mau mengakui ayahmu sendiri, bahkan sudah berkomplot dengan orang luar, memusuhi ayahmu sendiri. Sekarang aku hendak tanya kau, apakah kau masih mempunyai hati dan pikiran sebagai manusia?""
Ucapannya orang berkedok itu makin lama makin sengit.
Lim Tiang Hong melengak, sebelum ia bisa berpikir, orang berkedok itu sudah membentak pula "Perjalananmu kelembah Hong-hong kali ini, bagaimana hasilnya" Lekas beritahukan terus terang kepada ayahmu!"
Lim Tiang Hong tetap membisu, ia tidak perdulikan perkataan orang berkedok itu. Pikirannya sedang bekerja keras, ia tidak tahu bagaimana harus bertindak untuk menghadapi kedua orang itu" Didalam otaknya saat itu timbul dua rupa pertanyaan: Orang berkedok ini betul ada ayahnya sendiri atau bukan" Apakah hari ini baik mengakui atau tidak"
Kauwcu muda yang pernah menyaru dirinya itu, tatkala menyaksikan dirinya terus tidak membuka mulut, lantas turut bicara: "Hm! sampaipun ayah bundanya sendiri, musih tidak mau mengakui, apakah kau masih ada muka sebagai orang kang-ouw?"
Tiba2 Lim Tiang Hong delikkan matanya dan berkata dengan suara keras: "Sebelum mendapat bukti yang nyata, aku tidak nanti mau mengakui. Kalian tidak perlu menggertak aku"
Orang berkedok itu tiba2 perdengarkan suara ketawa dingin, lalu berkata: "Bagus bagus. Kau sudah berani mati tidak mau mengakui ayahmu sendiri, maka kau jangan sesalkan kalau ayahmu berlaku keterlaluan terhadap dirimu"
Pada saar itu, tiba2 terdengar suara berkaok-kaok: "Adik, kau jangan begitu, apa kau tidak takut akan melukai hati ibu" Jikalau kau benar2 getas tindakanmu, enci-mu nanti juga tidak akan perdulikankau lagi!"
Suara itu dibarengi munculnya dirinya Im-san Mo-lie yang lantas berdiri di hadapannya.
.Lim Tiang Hong sejak muncul didunia kang-ouw, pernah mencari kemana-mana tentang asal usul dirinya. dan setelah mengetahui siapa ibunya ia sudah tentu ingin segera melihat wajah ayahnya. Tapi orang yang mengaku sebagai ayahnya ini sebetulnya agak sulit untuk dipercaya kebenarannya. Tapi ketika berhadapan dengan Im-san Mo-lie, dalam hatinya merasa bimbang, karena sang enci ini benar2 sangat mirip dengan wajah ibunya.
Lagi pula, bukankah kauwcu muda itu juga mirip benar dengan wajahnya sendiri"
Orang berkedok itu sifatnya sangat buas, kejam, berbahaya dan licik. Begitu melihat Lim Tiang Hong bimbang pikirannya, tahu bahwa hatinya sudah mulai tergerak, maka lantas berkata pula dengan suara sedih: "Aku tahu tentunya kau kena dibujuk orang, sehingga bisa berbuat demikian. Sekarang asal saja kau tahu kesalahanmu sendiri dimasa yang lalu, sudah tentu ayahmu tidak akan membangkit-bangkit urusan yang sudah2"
Ucapan itu tatkala masuk ditelinganya Lim Tiang Hong, entah apa sebabnya, lantas timbul kesan yang sebaliknya. Dalam hatinya lantas mengampil keputusan, bahwa biar bagaimana, orang itu pasti bukan ayahnya.
Tiba2 ia angkat kepalanya. sepasang matanya menatap wajahnya si orang berkedok kemudian berkata padanya: "Sekarang aku hendak tanya kau, pada 10 tahun berselang, apakah kau pernah pergi ke sumber air segar digurun pasir?"
Se-olah-olah bunyi geledek disiang hari bolong, pertanyaan Lim Tiang Hong itu membuat tergetar hatinya orang berkedok itu, kemudian ia membentak dengan suara keras: "Kau menanya segala urusan tetek bengek ini apa perlunya" Bukankah lekas pulang, apakah perlu ayahmu harus turun tangan untuk minta kau berjalan?"
Lim Tiang Hong ketawa terbahak-bahak, kemudian berkata lagi: "Hari ini biarlah kuberikan banyak kelonggaran padamu. Jikalau lain waktu aku mengetahui kau cuma mengaku-ngaku saja maka rekening ini harus kita perhitungkan"
Orang berkedok itu darahnya naik seketika. Ia lalu lompat sambil pentang kedua tangannya yang besar, untuk menyambar dirinya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong geser kakinya. Badannya mengegos. Dengan mudah dapat menyingkirkan sambaran tangan orang berkedok itu.
Melihat sambarannya tadi mengenakan tempat kosong, si orang berkedok lalu gerakkan tangannya dan menyambar untuk kedua kalinya.
Lim Tiang Hong ketawa dingin. Selagi hendak balas menyerang, tiba2 hidungnya dapat mencium bau harum. Dirinya Lok-hee Hujin sudah berada ditengah-tengah antara mereka. Dengan suara cemas berkata: "Jangan bertempur lagi, apakah kalian ayah dan anak hendak saling hantam sendiri?"
"Anak durhaka yang tidak berbakti terhadap orang tua, perlu apa dibiarkan hidup?" berkata orang berkedok itu dengan suara dingin.
Lim Tiang Hong sebaliknya masih berdiri tegak dengan sikapnya yang dingin.
Lok-hee Hujin per-lahan2 menghampiri padanya, sambil menepuk pundaknya berkata: "Hong-jie, kau tak boleh begitu. Dia toh ada ayahmu sendiri!"
Lim Tiang Hong dongakkan kepala sambil ketawa bergelak-gelak, kemudian berkata dengan suara tawar: "Mana buktinya kalau dia ada ayahku" Ibu, kau jangan desak aku. Jikalau tidak, jiwanya iblis jahat ini akan segera melayang!"
Kauwcu muda ketika mendengar perkataan Lim Tiang Hong itu, lantas membentak dengan suara keras: "Anak haram, sungguh besar nyalimu hei!"
Ia lalu lompat hendak menyerang dirinya Lim Tiang Hong, tapi dicegah oleh Im-san Mo-lie sembari berkata: "Kau jangan sembrono, nanti aku yang menanya padanya,"
Ia lalu menghampiri Lim Tiang Hong sembari berkata: "Adik, kau ini bagamana sih" Mengapa ayahmu sendiri kau tidak mau mengakui?"
Lim Tiang Hong ketawa dingin, diwajahnya terlintas suatu perasaan gusar. Im-san Mo-lie yang menyaksikan keadaan demikian, dalam hati diam2 merasa kaget. Diam2 tangannya dimasukkan kedalam saku untuk mengambil sapu tangan, lalu dengan kecepatan bagaikan kilat dikibaskan di mukanya Lim Tiang Hong. Bau harum luar biasa segera menusuk hiduntnya si anak muda.
Oleh karena Lim Tiang Hong pernah makan nyalinya naga api (Hwe-liong-tan) segala macam racun tidak mempan terhadap dirinya, ditambah lagi baru2 ini telah makan banyak jamur yang tumbuh dalam perutnya naga raksasa, dan dibadannya sedang membawa nyalinya naga raksasa jsng sudah membatu, maka hawa. racun yang dikibaskan oleh Im-san Mo-lie melalui sapu tangannya, sudah tentu saja tidak berarti apa2 baginya.
Tapi dalam otaknya mendadak terlintas suatu pikiran, disaat bau harum itu masuk hidungnya lantas rubuh tidak ingat orang, ternyata ia sudah menggunakan pelajaran ilmu menutup sendiri jalan pernapasannya yang diajarkan oleh si pengemis pincang, hendak permainkan orang2 Thian-cu kauw.
Orang berkedok itu begitu melihat ia jatuh rubuh, lantas perdengarkan ketawanya yang aneh. Secepat kilat hendak menerjang padanya, tapi Lok-hee Hujin lantas menjerit: "Kau mau apa?"
"Anak haram semacam ini kalau dibiarkan hidup akhirnya pasti akan menggagalkan urusan besar, ada lebih baik dibereskan siang2, bukankah meringankan beban kita?" jawabnya orang berkedok bengis.
Lok-hee Hujin mana mau mengerti. Dengan mati2an ia berusaha melindungi dirinya Lim Tiang Hong.
.Tapi, ia berhasil mendesak orang berkedok, sebaliknya sudah tidak berhasil mencegah Im-san Mo-lie dan kauwcu muda. Dua orang itu masing2 dengan menggunakan jari tangannya, menotok bagian jalan darah Lim Tiang Hong.
Oleh karena Lim Tiang Hong sadah menutup sendiri semua jalan darahnya, maka totokan kedua orang itu tidak ada gunanya sama sekali.
Orang berkedok itu pada saat itu sudah mendorong dirinya Lok-hee Hujin dan berjalan kesampingnya Lim Tiang Hong. Dari sakunya pemuda itu ia mengambil nyalinya naga raksasa yang sudah membeku, kemudian berkata sambil ketawa bergelak-gelak: "Anak haram ini sungguh cerdik. Barang pusaka nyalinya naga raksasa yang sudah membatu itu, ia sudah berhasil mendapatkannya"
Lim Tiang Hong yang rebah menggeletak di tanah, sedikitpun tidak bergerak, didalam hatinya diam2 memaki "kau tidak usah bangga, sebentar Siauwya-mu akan mengambil jiwamu"
Orang berkedok itu dengan bangga buat main nyalinya naga itu sekian lama, tiba2 dengan telapakan tangannya ia menekan tubuhnya Lim Liang Hong yang rebah menggeletak di tanah. Menyerang secara gelap dengan menggunakan telapakan tangan ini, ada lebih ganas daripada menggunakan kekuatan jari tangan.
Lim Tiang Hong diam2 kertak gigi. Selagi hendak memberi perlawanan, mendadak nampak berkelebat bayangan merah. Secepat kilat lewat didepannya orang berkedok dan dengan tiba2 menyambar nyali naga di tangannya, kemudian dengan kedua jari tangan menotok jalan darah "Ciok-tie-hiat" di badannya orang berkedok.
Orang berkedok itu yang semua pikirannya dipusatkan hendak membinasakan dirinya Lim Tiang Hong, apa lagi dalam hatinya merasa gembira karena dengan secara mudah sudah berhasil mendapatkan nyaiinya naga yang sudah membeku, hingga tidak menduga dirinya ditotok orang dan barang pusakanya direbut. Dan oleh karena totokan orang baju merah itu pula, telapakan tangannya yang hendak digunakan untuk menekan tubuhnya Lim Tiang Hong, terpaksa ditarik kembali sambil lompat ke samping sejauh 3 kaki
Selagi orang baju merah itu sudah berhasil mendesak mundur orang berkedok, Im-san Mo-lie dan Kauwcu muda sudah menerjang dirinya orang itu dengan secara kalap.
Tapi seketika itu juga lalu terdengar suara bentakan berulang-ulang. Dari gerombolan pohon ada muncul beberapa orang, yang mendesak mundur Im-san Mo-lie berdua.
Ketika Lim Tiang Hong mencuri melihat, orang baju merah yang merebut nyalinya naga dan menolong dirinya, ternyata ada Sin-li Hongcu dari gunung Bu-san. Disampingnya ada berdiri 4 laki2 gagah yang melindungi padanya.
Orang berkedok itu yang memang buas tabiatnya, kini telah jatuh ditangannya seorang perempuan muda, sudah tidak dapat mengendalikan hawa amarahnya lagi, sehingga rambut dan jenggotnya pada berdiri. Dengan suara keras ia membentak: "Budak hina, besar sekali nyalimu. Hei! Kau siapa" Berani2 turut campur tangan dalam urusannya Thian-cu-kauw"
Sin-lie Hongcu dengan sikapnya yang dingin menjawab: "Kalian sekeluarga, telah berserikat untuk menipu satu bocah yang baru muncui didunia kang-ouw. Aku Sin-lie Hongcu tidak bisa lihat perbuatan kalian yang begitu rendah!"
Setiap perkataan si nona itu se-olah2 pisau belati tajam menusuk hatinya si orang berkedok, hingga merasa sangat gusar dan malu. Dengan wajah beringas, mulutnya mengeluarkan suara tertawanya yang menyeramkan, sedang kakinya dengan tindakan perlahan2 maju menghampiri si nona, ia hendak melakukan serangan secara mendadak yang mematikan.
12 hongcu (kepala) dari gunung Bu-san, ada merupakan orang2 kuat yang agak aneh tabiatnya. Mereka namanya sangat terkenal didaerah Su-cuan selatan. Diantara 12 hongcu itu, hanya Sin-lie Hougcu yang merupakan seorang wanita. Sejak kanak2 sudah menerima didikan dari ayahnya sendiri. Karena ia dibesarkan didalam kalangan keluarga yang tabiatnya kokoay, tinggi hati dan suka menyindir, maka tabiatnya juja berubah menjadi seorang yang ketus dingin.
Ketika menyaksikan orang berkedok itu setindak demi setindak menghampiri dirinya, ia masih tetap berdiri ditempatnya dengan sikap tidak memandang mata.
.698 Empat pengawalnya Sin-lie Hongcu, masing2 sudah siap sedia menghadapi segala kemungkinan....
Mendadak terdengar berulang-ulang suara siulan aneh, sampai disana sini di dalam rimba itu terdengar suara ramainya, lalu dalam rimba ada muncul serombongan orang.
Rombongan orang yang baru muncui itu, tidak seorang diantara mereka yang memperhatikan kebuasannya orang berkedok, juga tidak ada satu yang menikmati paras cantik dari Sin-lie Hong-cu. Mata mereka semua ditujukan kepada nyalinya naga yang berada didalam tangannya Sin-lie Hongcu.
Orang berkedok itu tahu bawa itulah ada kesempatan yang paling baik, maka ia lantas membentak dengan suara keras, kemudian tangannya dengan kecepatan bagaikan kilat menyerang dirinya Sin-lie Hongcu,
Empat pengawalnya Sin-lie Hongcu, begitu melihat orang berkedok itu meiancarkan serangan, lantas sodorkan tangan mereka dengan serentak. Serangan 4 orang yang tergabung menjadi satu itu, merupakan serupa kekuatan yang amat dasyat. menyambuti serangannya si orang barkedok. Dan tatkala kedua kekuatan saling beradu, lalu menimbulkan suara hebat.
Empat pengawalnya Sin-lie Hongcu dengan wajah pucat pasi, masing2 mundur 2 tindak, sedang orang berkedok itu masih tetap tidak bergerak. Sambil ketawa dingin, ia maju lagi 2 tindak. Dengan sorot mata buas, terus menatap parasnya Sin-lie Hongcu.
Pada saat itu, dari dalam rombongan orang itu muncul kemudian berkata dengan suaranya nyaring: "Jangan turun tangan dulu, lohu ingin bicara sepatah dua patah saja"
Berbareng dengan itu, kembali muncui lagi beberapa orang kedalam kalangan.
Orang berkedok itu dengan suaranya seperti geledek, berkata: "Selamat bertemu! Tuan Jie-hay Samsian, Meh-pak It-koay, Tong-hay Gia-mo, Ma-hoat Taoto, Cao-sat Totiang dan lain2nya. Sebab mengikuti pertemuan ini semua, sungguh merupakan suatu pertemuan yang jarang ada. Tapi Thian-cu-kauw perlu memberi sedikit keterangan, barang siapa yang berani berhadapan langsung sebagai musuhnya Thian-cu-kauw, kami tidak akan melupakan untuk selama-lamanya"
Keterargan itu tidak bedanya dengan satu peringatan keras, hingga para jago itu sampai pada melongo.
Lim Tiang Hong yang berlagak pingsan, tahu bahwa saat itu keadaannya ada sangat gawat. Disamping itu, dari pembicaraan antara Sin-lie Hongcu dengan orang berkedok tadi, ia sudah mendapat kepastian, bahwa orang barkedok itu memang benar bukan ayahnya. Maka ia lalu kerahkan kekuatannya, semua jalan darah yang tertutup telah terbuka lagi, dengan satu gerakan ringan sekali, ia sudah lompat bangun.
Sin-lie Hongcu yang terdorong oleh perasaan gusar, dari dalam tangannya orang berkedok ia menolong dirinya Lim Tiang Hong dan merebut nyalinya naga yang sudah membeku itu, tidak nyana bahwa tindakannya itu telah mengakibatkan datangnya banyak kawanan iblis itu. sehingga keadaan semakin gawat, sedang dipihaknya sendiri agak kekurangan tenaga, maka dalam hatinya diam2 merasa gelisah.
Dalam keadaan demikian, mendadak tangannya dirasakan ringan. Nyali naga yang berada ditangannya sudah diambil orang dengan mudah. Dalam kagetnya ia lantas kibaskan tangannya, tangan yang lain melakukan serangan membalik, tapi belum keluar kekuatan dalam tangannya, tangannya sudah dipegang oleh satu tangan yang kuat, berbareng dengan itu, telinganya dengar suara lemah lembut: "Kau jangan cemas, aku yang rendah adalah Lim Tiang Hong"
Tatkala Sin-iie Hongcu berpaling, ia baru dapat lihat bahwa orang yang memegang tangannya adalah itu pemuda yang mengembalikan padanya 2 helai sobekan kitab Hian-hian Pit-kip, ia baru merasa lega. Mendadak ia ingat nama Lim Tiang Hong itu seperti tidak asing lagi baginya. karena ia sudah lama berkelana didunia kangouw. Setelah berpikir sejenak, lantas saja ingat, kiranya pemuda ini adalah Lim Tiang Hong yang mendapat julukan To-liong Kongcu dan yang namanya sangat tenar pada waktu belakangan ini. Dengan tanpa sadar ia mengawasi lebih lama, sayang Lim Tiang Hong pada saat itu sedang mengawasi para jago dengan sorot mata beringas.
Sin-lie Hongcu dari gunung Bu-san itu meskipun dirinya merupakan satu bintang dalam keangkuhan, tapi bisa pegang derajat, jarang sekali ia bergaul dengan kaum pria, dan hari itu ia berdiri berendeng dengan Lim Tiang Hong. Ini ada merupakan sang pertama kalinya dalam sejarah hidupnya, maka seketika itu, dalam hatinya lalu timbul semacam perasaan akrab dan perasaan itu juga seumur hidupnya belum pernah ia alami.
Karena ia ada satu gadis sombong, tinggi hati, tapi menghadapi pemuda yang tampan gagah dan sangat simpatik ini, agaknya ia merasa dirinya telah berubah menjadi lain daripada lain.
Kita kembali lagi kepada para jago yang dikejutkan oleh peringatannya orang berkedok tadi, kini mendadak mendapat lihat dirinya Lim Tiang Hong yang muncui secara aneh dan berdiri berendeng dengan Sin-lie Hongcu, untuk sesaat mereka terkejut, tidak terkecuali dengan si orang berkedok, Im-san Mo-lie, kauwcu muda dari Thian-cu-kauw dan Lok-hee Hujin. Mereka pada tidak habis mengerti, dengan cara bagaimana Lim Tiang Hong bisa siuman sendiri"
Dengan mata menatap para jago itu, Lim Tiang Hong berkata sambil ketawa: "Tidak nyana aku si orang Lim hari ini kembali berjumpa lagi dengan tuan2 sekalian. Aku masih ingat dulu ketika bertempur itu adalah karena urusan patung kuno, tapi patung kuno itu, memang benar tidak ada didalam badanku si orang she Lim. Kedatangan tuan2 hari ini, tak usah ditanya juga sudah kuketahui, adalah karena nyalinya naga raksasa yang sudah membatu. Tapi benda itu, adalah aku yang rendah dengan pertaruhan jiwa baru mendapatkan dari lembah Heng-hong Pit-kok, kalian entah dengan alasan apa hendak merebut" Seolah-olah diwajahnya kalian setiap orang, semua dipasangi merek "perampok". Tidak perduli barang apa saja, seketika hendak dirampok dengan kekerasan. Menurut pikiranku yang bodoh, lebih baik tuan2 bikin mati pikiran demikian itu, karena itu berarti mengantarkan jiwa secara cuma2. Sesungguhnya tidak ada harganya"
Semua orang yang ada disitu, kecuali Jie-hay Samsian, hampir semuanya sudah pernah mengadu kekuatan dengan Lim Tiang Hong. Meski mereka tahu bahwa anak muda ini tidak gampang dilayani, tapi dihadapan mata orang banyak, siapapun tidak mau mengunjukkan kelemahannya sendiri.
.Jie-hay Sam-sian lalu maju kedepan dan berkata sambil menuding Lim Tiang Hong: "Kami orang tidak ada maksud hendak merampok nyali naga itu. Aku hanya hendak menanyakan padamu satu hal saja, gambar petamu Hong-hong Pit-kok itu. kau dapat dari mana?"
"Tiat-ciang Ngo-liong Cin Ciat yang menghadiahkan itu padaku"
"Ucapanmu ini boleh kau gunakan untuk menipu orang lain, mungkin boleh kau gunaksn untuk menggertak, tapi didepan kita orang Jie-hay Sam-sian, kau tak perlu menggunakan akal muslihat semacam ini. Siapa yang tidak tahu, kalau Thian-lam Ngo-liong dengan Bu-ceng Kiam-khek ada sedikit ganjalan hati, bagaimana bisa menghadiahkan barang padamu" Lagipula Thian-lam Ngo liong bukannya orang2 yang tidak ada gunanya, bagaimana mereka mati melepaskan kesempatan yang baik ini dan diberikan padamu?" berkata Jie-hay Samsian sambil ketawa dengan serentak.
"Percaya atau tidak terserah padamu!" jawab Lim Tiang Hong dingin.
Jie-hay Sam-sian mendadak berubah menjadi keren, dengan suara bengis mereka membentak: "Kebanyakan adalah kau dapatkan dengan jalan mencuri! Kami beritahukan padamu, biar bagaimana, Jie-hay Samsian hari ini hendak mewakili Thian-lam Ngo-liong untuk minta kembali gambar peta yang hilang dan nyalinya naga itu"
Lim Tiang Hong belum lagi menjawab, orang berkedok itu mendadak sudah lompat melesat menyerang Jie-hay Sam-sian. Di-antara suara jeritan ngeri, Glok-san-sian dari barisan Jie-hay Sam-sian itu kena dihajar dengan telak oleh orang berkedok, hingga tubuhnya terpental setingi 2-3 tombak, sambil mengeluarkan suara jeritan ngeri, ia jatuh menggelinding kebawah bukit.
Tho-teng-sian dan Thian-koay-sian dalam keadaan kaget, keduanya lantas ayun tangan menyerang berbareng dari kanan dan kiri orang borkedok.
Orang berkedok itu sambil mengeluarkan suara ketawa yg seram, badannya berputaran dengan cepat tangannya yang mengayun beberapa kali, kembali terdengar suara jeritan ngeri Tho-teng-sin dan Thian koay-sian kedua-duanya mulutnya menyemburkan darah dan telah menggelinding ke bawah bukit.
.Orang berkedok dalam sekejapan tadi sudah mambinasakan jiwa 3 orang kuat dalam rimba persilatan, hingga seketika itu juga para jago pada merasa jeri. Tatkala menampak sinar mata orang berkedok yang begitu buas, dengan tanpa sadar mereka mundur berulang-ulang dengan mengunjukkan perasaan takut.
Hanya Lim Tiang Hong, yang sikapnya tetap tenang, sambil menggendong kedua tangannya, dan sorot mata dingin mengawasi keadaan dalam kalangan.
Dalam pikirannya Sin-lie Hongcu pada saat itu juga merasa kaget, tapi tatkala ia menyaksikan sikapnya Lim Tiang Hong seolah2 tidak menghadapi kejadian apa2, diam2 merasa kagum, maka ketika sinar matanya kebentrok dengan si pemuda ia telah unjukkan senyumannya yang menggiurkan.
(-0odwkzo0-) Jilid Ke 8 ":dow: " .Lim Tiang Hong meski tidak begitu puas terhadap sepak terjangnya nona itu, tapi karena sikapnya yang sangat simpatik terhadap dirinya, mau tidak mau ia terpaksa anggukkan kepala sambil bersenyum.
Orang berkedok itu setelah membinasakan jiwanya Jie-hay Sam-sian, lalu berkata sambil ketawa bangga: "Siapa lagi orangnya yang ingin merebut nyali naga raksasa ini, boleh keluar coba main2 berapa jurus dengan aku!"
Tapi, didalam kalangan itu nampak sepi sunyi, tidak seorangpun yang berani menjawab.
Orang berkedok itu kembali berkata sambil ketawa bangga: "Kalau memang tidak ada itu nyali semua boleh enyah dari sini!"
Orang2 dari rimba persilatan, kebanyakan rela dipenggal kepalanya atau kucurkan darahnya, tapi tidak mau mandah dihina dihadapan umum. Perbuatannya orang berkedok yang demikian jumawa, seketika lantas menimbulkan reaksi hebat bagi para jago itu, meski mereka tidak berani menjawab terang2an.
Tapi suasana disitu mendadak menjadi gawat, mereka masing2 pada siap dengan diam2, agaknya sudah akan melakukan gerakan serentak terhadap orang jumawa itu.
.Orang berkedok ternyata licin sekali, begitu lihat bahwa gertakannya telah menimbulkan reaksi sebaliknya yang hampir saja merunyamkan keadaan, segera rubah sikapnya. Sambil ketawa terbahak-bahak ia berkata: "Lohu, benar2 dibikin jengkel oleh binatang cilik itu. Dalam urusan ini bagaimana bisa sesalkan tuan...?"
Tubuhnya yang tinggi besar lalu melayang kedepannya Lim Tiang Hong dan lantas menyerang.
Serangan itu ternyata dilakukan dengan sepenuh tenaga dan mengandung hawa dingin yang bisa bikin kaku badan dan napas sesak.
Lim Tiang Hong yang tidak menduga akan diserang secara mendadakan, lalu gerakkan kaki kanan, bertindak. Satu tangannya melancarkan serangan dengan ilmunya Siauw-yang It-ku Sin-kang.
Suara gemuruh segera terdengar seperti gunung meledak atau geledek menyambar.
Angin hebat bersambaran seperti ada terbit angin puyuh.
Semua orang yang ada disitu pada lari berserabutan berseru kaget....
.(-0odwkzo0-) Bab 19 ADU KEKUATAN antara orang berkedok dengan Lim Tiang Hong itu kesudahannya benar2 mengejutkan banyak orang.
Lok-hee Hujin dengan wajah pucat pasi lari ke depannya orang berkedok dan dengan suara cemas bertanya: "Apa kau terluka?"
Tetapi yang ditanya sebaliknya malah mendorong badan Lok-hee Hujin dan menggeram dengan suara hebat: "Lekas enyah kau dari sini"
Lok-hee Hujin yang sama sekali tak menduga akan diperlakukan demikian kasar oleh suaminya, hampir saja rubuh terjengkang. Wanita pesolek ini lalu memanggil Lim Tiang Hong seraya katanya: "Hong-jie, kau tidak boleh berbuat keterlaluan. Kau berani melawan ayahmu?"
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan ibunya soal itu, dalam hati merasa kasihan tetapi juga mendongkol. Sebaliknya terhadap orang berkedok itu, perasaan jemu dan bencinya ber-tambah2.
Pada saat itu orang berkedok itu agaknya sedang berusaha menekan darahnya yang menggolak hebat akibat kemarahannya yang memuncak. Ia lantas menggeram dan untuk kedua kalinya melesatkan badannya, dengan dua2 tangannya mencengkeram dirinya Lim Tiang Hong!
Tangannya yang besar itu terayun cepat sekali, dalam waktu sekeajapan sudah duapuluh satu kali serangan beruntun dilancarkannya.
Dalam kabuasannya, si orang berkedok dalam setiap serangannya terus memasukkan seluruh kekuatannya. Serangan2nya bukan hanya cepat saja, tetapi gencar juga. Kekuatan tenaga dalam yang terkandung dalam serangan2nya itu begitu hebatnya sehingga boleh juga dikata dapat merubuhkan gunung.
Kala itu seluruh badannya Lim Tiang Hong seperti kecil saja dalam kurungan sepasang tangannya orang berkedok.
Sin-lie Hong-cu yang menyaksikan pertempuran secara demikian pincang, diam2 menguatirkan juga keselamatannya Lim Tiang Hong.
Tetapi Lim Tiang Hong yang telah ber-kali2 menemukan kejadian gaib, ilmu silatnya tentu saja besar sekali kemajuannya. Serangan yang begitu kuat dan hebat dari si orang berkedok masih dapat dilayani semua dengan sikap yang tenang, sekali juga tak pernah terlihat wajah gugupnya.
Diantara berseliwerannya tangan2 kasar si orang berkedok yang senantiasa menyusup sana mencari lowongan kemari, Lim Tiang Hong yang masih bersangsi, bahkan sama sekali tidak percaya kalau orang berkedok itu ayahnya sendiri, tetapi memikir lagi bahwa segala sesuatu didunia ini ada saja kemungkinannya, maka ia terus saja mempertahankan diri dengan gigih tetapi hati2.
Demikianlah, begitu gencar dan sengitnya si orang berkedok ber-kali2 serangannya hanya dikelit terus oleh Lim Tiang Hong, lebih banyak menjaga diri dari pada menyerang.
Pertempuran yang berjalan pincang itu sudah tiga puluh jurus dilalui.
Selagi pertempuran masih berlangsung sengit2nya mendadak orang berkedok mundur lima kaki seperti orang kena pagutan ular berbisa. Dengan wajah kekagetan dan perasaan was2 ia lantas buka mulut menanya: "Apa kau muridnya si Orang tua Penyipta?"
Dalam matanya Lim Tiang Hong mendadak terpancar sinar gemerlapan yang aneh. Dengan kecepatan kiiat dia terbang ke depan dan lantas mengulur tangannya hendak menyambar pergelangan tangan si orang berkedok disertai dengan suaranya yang keras: "Apa kau sendiri itu orang yang mendapat julukan Manusia Buas Nomor Satu di kolong langit....?"
Semua itu terjadinya hanya makan waktu beberapa detik. Tetapi dalam waktu sesingkat itu entah sudah berapa hanya kali timbul niatnya si orang berkedok hendak menyingkirkan jiwa anak muda dihadapannya. Maka ia lantas mengibaskan pergelangan tangannya yang kala itu sudah tercekal Lim Tiang Hong. kemudian lagi dengan kecepatan kilat menyerang tiga bagian jalan darah terpenting di badan Lim Tiang Hong.
Karena kedua pihak berdiri hanya terpisah dalam jarak yang dekat sekali dan pula orang berkedok itu sudah begitu bulat tekadnya ingin melenyapkan lawan mudanya, maka serangan itu dengan sendirinya amat ganas lagi mematikan.
Akan tetapi bagaimanakah keadaannya Lim Tiang Hong pada kala itu"
Tidaklah percuma ia sebagai murid Bu-ceng Kiamkhek. karena pada ketika si orang berkedok menggerayangkan tangannya lantas dikempeskan sedikit perutnya dan tangannya sendiri lantas terayun mengirim serangan balasan.
Orang berkedok itu terpaksa tarik mundur serangannya sebab apabila tidak demikian ia tahu sendiri apa akan menjadi akibatnya. Terkejut den ketakutannya orang berkedok pada saat itu sudah sampai di puncaknya. Begitu pun dengan kegusarannya. Rambutnya yang berwarna ke-kuning2an nampak pada berdiri, kedoknya yang berwarna hijau hampir lepas dari wajahnya. Berewoknya berdiri seperti bulu landak. Sorot matanya jelas dari lubang kedok beringas sekali. Dengan gerangan keras dia lantas menjulurkan dua lengannya yang panjang, sedangkan kakinya setindak demi setindak per-lahan2 mendekati Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong dalam keadaan demikian mencoba se-bisa2 menindas perasaannya yang bergolak hebat. Dengan cepat dipusatkannya ilmu Siauw-yan It-ku Sinkang. Dengan mata tak berkesip terus meng-amat2i gerakan lawannya sedang diatas kepalanya nampak asap warna putih mengepul tinggi se-olah2 selaput kabut yang meliputi kepalanya.
Dalam medan pertempuran saat itu keadaan sudah sunyi sekali. Semua orang pada tertekan perasaannya disebabkan suasana panas yang tegang sekali itu. Mereka tanpa berkedip mengawasi dua jago yang tengah bertempur itu.
Im-San Mo-lie dan ketua muda Thian-cu-kauw sebaliknya dengan wajah penuh napsu membunuh diam2 geser kaki mendekati Lim Tiang Hong.
Tetapi Sin-lie Hongcu yang senantiasa memperhatikan jalannya pertempuran sambil tengok sana tengok sini, ketika menyaksikan kelakuan dua manusia licik itu, diparasnya yang agung dingin mendadak berobah merah padam, gusar sekali dia rupanya. Seketika itu lantas terdengar suara ketawanya yang berkakakan. sedangkan empat orang pengawalnya, yang pun melihat perbuatan dua orang itu, semua sudah pada bergerak kesampingnya Lim Tiang Hong ingin menutup diri anak muda itu. Mata mereka tidak terlepas dari Im-san Mo-lie dan kakaknya.
Padahal mereka itu semua sedang merasa kuatir akan percuma perbuatannya. Sebabnya ialah, dengan kepandaian ilmu silat dan kekuatan tenaga yang dimiliki Lim Tiang Hong dewasa itu, sekalipun semua anak buahnya orang berkedok turut campur tangan barangkali masih bukan tandingannya.
Orang yang paling cemas hatinya dan paling sulit kedudukannya pada saat itu adalah Lok-hee Hujin. Matanya sebentar mengawasi sikap orang berkedok, yakni suaminya sendiri yang se-olah2. ingin menelan bulat2 lawannya. Dalam keadaan setengah sadar dia lantas maju dan mencekal tangan suaminya itu dan berkata: "Kau jangan berbuat begitu.... Kau berdua ayah dan anak nanti kedua2nya akan jatuh semua...."
Tetapi orang berkedok itu kibaskan tangannya, dengan bengis membentak: "Menyingkir jauh2. Dan jangan ambil pusing dalam urusanku!"
Karena pada saat itu semua kekuatan dan tenaga dalam orang berkedok itu telah terpusat dikedua tangannya, maka kebuasannya terhadap isterinya hebat luar biasa. Sebaliknya dengan Lok-hee Hujin yang tak ber-jaga2 sebelumnya, sudah tentu lantas ter-guling2 jungkir balik di tanah.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan kejadian demikian hatinya terasa di-iris2. Semua kekuatan tenaga yang telah terpusat dan tersalur dikedua tangannya lantas ditariknya kembali, maksudnya ingin menolong ibunya lebih dahulu.
Akan tetapi Lok-hee Hujin sebaliknya sudah tidak menghiraukan jiwanya sendiri, kembali sudah merayap bangun dan memeluk lutut suaminya sembari berseru: "Jangan berbuat begitu...."
Orang berkedok lantas berseru nyaring: "Budak hina! Kau juga cari mampus!"
Tangannya yang besar lantas mengayun hendak menghajar batok kepala Lok-hee Hujin.
Serangan tangan itu meskipun tidak menggunakan tenaga penuh, tetapi apabila mengenai sasarannya, sekalipun tidak sampai menjadi bangkai seketika, akan terluka parah sudah tentu.
Lim Tiang Hong yang melihat betapa ganas dan telengasnya si-orang berkedok turun tangan, lantas menggeram dan membentak keras: "Kau berani!?"
Disaat itupun kedua jari tangannya dlsentilkan. Kekuatan tenaga dalam yang telah berubah menjadi biji sebesar kacang lantas meluncur keluar!
Yang diarah rupanya adalah jaian darah Ciok-tiehiat di badan orang berkedok. Akan tetapi si orang berkedok nyatanya tahu bahaya. Dengan cepat sudah ditarik kembali tangannya, kemudian lagi dengan beruntun beberapa kali tangannya dihalaukan kedepan untuk menangkis serangan Lim Tiang Hong tadi.
Dalam kaget dan gusarnya, orang berkedok ini terus menatap Lim Tiang Hong dan Lok-hee Hujin berganti2.
Mendadak badannya lompat melesat.... dia sudah kabur jauh!
Lok-hee Hujin agaknya dibuat kaget sekali oleh kejadian di luar dugaan itu. Dia terus membuntuti dengan ekor mata ke punggung suaminya, sampai lenyap dan lantas mengejar. Rambutnya yang riap2an dan pupurnya yang pada sudah pada rontok sudah tak diperhatikannya lagi. Betapa cemas dan kuatirnya dia pada kala itu dapatlah dibayangkan sendiri.
Im-san Mo-lie bersama anak muda yang menjadi Kauwcu muda Thian-cu-kauw juga sudah lantas mengikuti jejak dua orang tuanya yang lantas menghilang dari situ.
Lim Tiang Hong kalau melihat tingkah laku ibunya, yang dihadapan orang berkedok itu demikian takutnya, dalam hati merasa tidak enak.
Ketika ia berpaling mengawasi Sin-lie Hong-cu dengan empat orang pengiringnya, mereka tampak dengan sikap amat tegang berdiri disekitarnya. Maka ia lalu menjura seraya katanya: "Tuan2 masih adakah urusan lain" Harap kalian bisa urus dulu, itu urusan disini, aku yang rendah percaya masih bisa bereskan sendiri"
Parasnya Sin-Iie Hong-cu yang agung dan dingin tiba2 tampak suatu perasaan yang aneh. Agaknya ia ingin mengucapkan apa2, namun selalu diurungkan, tidak jadi membuka mulutnya. Ia sebagai seorang yang berkedudukan kepala, belum pernah minta pertolongan orang.
Kali ini, ia butuhkan sangat pertolongannya Lim Tiang Hong namun rupanya ia tak mampu membuka mulut.
Lim Tinng Hong yang melihat keadaan nona itu demikian, sudah dapat menduga apa yang sedang dipikirkannya. Maka ia lantas berkata: "Duabelas Hong-cu dari gunung Bu-san jikalau membutuhkan sesuatu, aku asal dikabarkan dengan sepucuk surat saja pasti akan datang"
Sin-lie Hong-cu segera berkata: "Siauw-moay terlebih dahulu menghaturkan terima kasih atas kebaikan Lim-heng, semoga janji itu bisa dipegang teguh"
Mendadak ia mengibaskan tangannya, dan kepada empat kawannya memberi isyarat, ia sendiri dengan gerakan sangat indah sudah berlalu meninggalkan Lim Tiang Hong.
Pada saat itu semua orang yang bersangkutan sudah berlalu semua. Disitu kini hanya tinggal Lim Tiang Hong seorang. Ia lalu berpaling dan berkata pada para jago2 rimba persilatan yang masih berdiri di sekitarnya.
."Aku si orang she Lim sekarang memberikan peringatan terakhir kepada tuan2. Jangan kalian pikir yang bukan2, apalagi inginkah nyali naga yang sudah membatu. Kalian tidak perlu korbankan jiwa cuma2!"
Orang2 yang ada disitu, yang pernah mengadu kekuatan dengan Lim Tiang Hong adalah Pak-bin It-koay, Tong-hay Gia-mo, Mo-hoat Taotho dan Cao-sat Tojin. Mereka biar bagaimanapun sangat merasa penasaran, apabila sampai dapet digertak oleh beberapa patah kata saja. Akan tetapi mereka tidak berani maju seorang saja untuk menghadapi Lim Tiang Hong. maka hanya saling berpandangan amani sesamanya, lama sekali tak berani bergerak....
Lim Tiang Hong ketika menyaksikan tingkah laku orang2 itu yang hanya saling pandang antara sesamanya, kembali berkata dengan suara dingin: "Jikalau kalian benar2 masih belum merasa puas, aku si orang she Lim ingin memberikan satu kelonggaran. Sekarang boleh maju berbareng, dengan begitu nyali kalian tentunya akana jadi lebih besar"
Perkataan itu apabila diucapkan pada waktu2 biasa, itu berarti suatu penghinaan besar terhadap orang2 yang sudah mempunyai nama didalam kalangan kang-ouw itu. Tetapi saat itu perkataan Lim Tiang Hong merupakan suatu alasan yang dapat dipakai se-baik2nya oleh mereka.
Maka baru saja ucapan Lim Tiang Hong tadi berhenti, sudah ada empat orang yang mengambil posisi sendiri2 masing2. Keempat orang ini berdiri sambil kepal2 tangan, ingin mencoba mengadu peruntungan.
Tepat pada saat itu, darl jauh terdengar suara mengaung yang amat nyaring. Suara itu nyaring dan tajam, berkumandang di udara lama sekali.... Itupun merupakan suatu bukti bahwa orang yang mengeluarkan suara begitu ilmunya tinggi luar biasa.
Semua jago yang ada disini semua pada terkejut hingga tangan2 yang per-lahan2 sudah keluar ingin menyerang Lim Tiang Hong sudah pada ditarik kembali.
Dari suara itu dapat diduga bahwa orang yang baru datang itu sebetulnya mempunyai kekuatan luar biasa.
Tatkala untuk pertama kalinya terdengar suara mengaung itu, kedergarannya masih berada ditempat sepuluh lie jauhnya. Tapi suara yang kedua kalinya sudah
.berada dekat sekali. Dan kemudian lagi lantas muncul satu orang yang melayang turun dari tengah udara.
Orang itu kepalanya mengenakan kopiah bulu kambing, demikian pula pakaiannya terdiri dari bahan itu. Wajahnya pucat bagai tak berdarah, hidungnya meiengkung sampai hampir menutup bibirnya. Setiba orang iiu di tanah, sepasang matanya yang kecil kecil seperti mata tikus terus berputaran. Dan kemudian, sambil menuding Lim Tiang Hong ia berkata: "Bocah! Kau tentunya adalah anak muridnya Bu-ceng Kiam-khek. Dan setan tua itu, sekarang dimana dia?"
Lim Tiang Hong menyaksikan sikap dan tingkah laku orang yang baru datang itu bagai orang yang tak kenal perikesopanan, maka segera jawabnya: "Benar! Aku si orang she Lim adalah muridnya Bu-ceng Kiamkhek. Mengenai dimana adanya Bu-ceng Kiam-khek sekarang, kau masih belum pantas menanyakannya"
Orang itu delikkan niatanya lebar2, kemudian membentak keras2: "Lohu malang melintang seumur hidup. Belum ada seorang juga yang berani pentang bacot lebar2 di depan Liauw-tong Kim-cie. Hari ini kalau tidak kau beritahukan tempat tinggalnya suhumu, jangan harap kau bisa berlalu dari sini!"
Liauw-tong Kim-cie, demikian orang yang baru datang ini namanya. Setelah memperkenalkan sendiri namanya, membuat terkejut semua orang yang ada disitu. Orang2 itu tanpa merasa telah bergerak mundur beberapa tindak.
Lim Tiang Hong sebaliknya tidak tahu bahwa orang yang menyebut dirinya Liauw-tong Kim-cie itu sebetulnya adalah salah seorang yang di daerah Koan-tong dapat malang melintang sesukanya itu orang yang dalam kalangan hitam namanya amat kesohor dengan gelarnya Tui-beng Giam-lo (Raja Akhirat Merengut Nyawa). Adatnya paling ku-koay, berangasan. Sedikit salah lantas dia mengambil jiwa orang tanpa pandang bulu, laki maupun perempuan, Kadang2 orang itu dipereteli kaki tangannya, atau dibikin mati tidak, matipun belum.
Kepandaiannya yang luar biasa didapatkan dari sebuah kitab (Pit-kip) yang tidak ketahuan namanya dalam keadaan setengah hancur. Oleh karena ia benci kitab yang dalam keadaan setengah rusak itu, maka isi didalamnya tidak dipelajari sampai selesai. Oleh karenanya pula, apabila ia melukai orang, kebanyakan dibikinnya orang itu cacad untuk seumur hidupnya. Itulah sebabnya, orang2 rimba persilatan yang melihat atau mendengarnya, lantas merasa seperti sakit kepala tujuh keliling.
Lim Tiang Hong Sebaliknya sudah tidak perdulikan itu semua. Ketika mendengar orang itu menyebutnya beberapa kali dengan "bocah", darahnya naik seketika.
"Setan tua!" demikian bentaknya kemudian. "Kau tidak usah jual lagak disini. Kau punya kepandaian apa" boleh keluarkan semua disini akan kusambuti sendiri. Tidak usah mencari suhuku! Hmm! orang semacam kau ini yang tidak mirip manusia juga bukannya setan, tidak pantas menemui suhuku!"
Liauw-tong Kim-cie adatnya berangasan sekali. Belum habis Lim Tiang Hong dengan semua kata2nya, dia sudah ber-teriak2 seperti orang kebakaran jenggot. Lengan bajunya yang gerombrongan lantas dikibaskan. Suatu tenaga yang berhawa dingin lantas meluncur keluar dari tangannya itu tanpa bersuara, menyerang dada Lim Tiang Hong!
Lim Tiang Hong tiba2 ketawa nyaring dan berkata: "Aku tahu kau setan tua ini tentu menganggap dirimu yang bercecongor buruk bukan orang yang sembarangan. Sekarang Siauw-yamu ingin timbang berat badanmu, sebetulnya ada berapa kati bobotnya?"
Kemudian sebelah tangannya diulurkan dengan gerakan manis luar biasa. Ilmunya Siauw-yang It-ku Sinkang lantas keluar.
Tatkala dua jenis kekuatan tenaga dalam yang bersifat lunak itu saling membentur, Liauw-tong Kim-cie mendadak berubah wajahnya. Ia heran dan kaget bukan main lalu mundur dengan matanya yang kecil dibuka lebar2.
Dia betul2 tidak menduga kalau seorang anak muda kekuatan tenaga dalamnya ternyata demikian tinggi.
Lim Tiang Hong sendiri dalam hati pun merasa kaget. Anggapnya Liauw-tong Kim-cie yang dihadapinya kali ini betul beda dari yang lain2. Kekuatan tenaga dalam orang itu sangat tinggi, cukup tinggi baginya sendiri.
Dalam pada itu Liauw-tong Kim-cie sehabis mundur kembali maju lagi dan kini untuk kedua kalinya telah menyerang Lim Tiang Hong sampai duabelas kali dengan serangan-serangan yang gencar.
Iblis ganas itu memang luar biasa lihay kepandaiannya. Hampir pada setiap serangannya disertai kekuatan yang hebat luar biasa. Ditambah lagi karena gencarnya ia melancarkan serangannya, membuat orang2 menontonnya sukar bernapas.
Lim Tiang Hong yang baru pertama kali berhadapan dengan musuh yang benar2 kuat, semangatnya bertambah bergelora. Disini ia ingin mencoba menggunakan pelajaran yang didapat dari kitab pelajaran Hong-hong Pit-kok.
Begitulah, secepat kilat pula ia telah balas menyerang, juga sampai duabelas kali.
Kepandaian yang hampir lenyap dari muka bumi ini betul2 luar biasa hebatnya.
Dalam waktu sekejapan saja, dimedan pertempuran im seolah-olah terkurung oleh angin puyuh yang mengamuk, sehingga debu tanah nampak berhamburan.
Para jago yang menonton pertempuran itu telah dibikin mundur berulang-ulang oleh desakan angin yang keluar dari serangan tangan kedua pihak.
Liauw-tong Kim-cie sudah mengeluarkan seluruh kepandaiannya, terus melakukan serangannya untuk merebut posisi, tapi selalu terbendung oleh gerakan tipu silat lawannya yang aneh luar biasa hingga serangannya makin lama makin kalut, dan akhirnya sampai tidak bisa melancarkan serangannya lagi karena kehabisan akal.
Pertempuran terus berlangsung sampai 30 jurus lebih, sedikit-pun ia tidak mampu menoblos pertahanan Lim Tiang Hong, hingga kegusarannya memuncak dan akhirnya ia membentak dengan suara keras: "Bocah, kalau berani kau sambut lagi serangan lohu!" Ucapannya itu segera disusul oleh serangannya yang luar biasa hebatnya.
Sambil menyambuti serangan tersebut. Lim Tiang Hong berkata sambil ketawa: "10 kali juga tidak menjadi halangan!"
Suara benturan hebat dari beradunya kedua kekuatan tenaga dalam itu terdengar amat nyaring. Liauw-tong Kim-cie mundur 2 tindak, sedang Lim Tiang Hong hanya bergerak mundur sedikit, sebab kekuatan tenaga dalamnya Lim Tiang Hong pada saat itu, hampir setaraf dengan kekuatannya orang yang mempunyai latihan 100 tahun lebih.
Ia tadi hanya menggunakan kekuatan tenaga 8 bagian saja, akhirnya sudah dibikin tergeser sedikit kakinya, maka ia merasa agak panas hatinya. Perasaan ingin merebut kemenangan semakin kuat, maka seketika itu ia lantas membentak dengan suara keras: "Mari Siauwya-mu juga membalas kau satu kali sebagai penghormatan!"
Telapak tangannya lalu dipentang, dari situ meluncur keluar kekuatan tenaga dalam, dengan kecepatan bagaikan kilat menyerang musuhnya!
Liauw-tong Kim-cie perdelikkan matanya, urat2 diwajahnya pada menonjol keluar. Sambil menggeram, kedua tangannya diputar, lalu dilempangkan kebatas dadanya dan kemudian mendorong keluar.
Beledur! Suara bagaikan gunung meletus terdengar, debu berhamburan, tanah bagaikan dilanda lindu.
Berbareng dengan itu, lalu terdengar suara seruan tertahannya Liauw-tong Kim-cie, yang kemudian mundur 8 kaki.
.Lim Tiang Hong dengan wajah sungguh2, bajunya berkibaran tertiup angin, kakinya tergeser kesamping 2 tindak, itu hanya disebabkan serangannya yang keliwat cepat sampai tidak bisa mengimbangi badannya. Tapi dipihaknya Liauw-tong Kim-cie, sekalipun hanya mundur 8 kaki, tapi darahnya dirasakan bergolak, wajahnya seperti kepiting direbus. Dengan cepat ia lantas mengeluarkan senjata "Bun-chiang-pit"nya yang panjangnya 2 kaki lebih.
Sambil tudingkan senjata pit itu ke arah Lim Tiang Hong, ia berkata: "Bocah, kita sudah adu kekuatan tenaga tangan, sekarang lohu ingin mencoba kepandaianmu menggunakan senjata"
"Terserah padamu, aku iringi saja!" jawabnya Lim Tiang Hong sambil ketawa hambar.
Ia lalu mengeluarkan senjata seruling ke-emas2an, yang didapatkan dari goa Hong-hong Pit-kok. Hari ini ia hendak menggunakan kesempatan untuk mencoba kepandaiannya yang didapat dari kitab peninggalan dari jaman purbakala itu.
Begitu melihat Lim Tiang Hong mengeluarkan senjatanya yang agak luar biasa itu, Liauw-tong Kim-cie lantas putar senjata pit di tangannya, kemudian digunakan untuk menotok jalan darah "Hian-kie-hiat" di badannya Lim Tiang Hong. Tapi, ditengah jalan mendadak ia robah dan kali ini ia mengarah jalan darah "Khie-bun" dan "Cit-khian".
Lim Tiang Hong dengan seruling emas di tangan, tetap berdiri tanpa bergerak, setelah ujung pit hampir mengenakan bajunya, ia baru gerakkan serulingnya. Setelah memancarkan sinarnya berkilauan, lalu terdengar suara "trang" yang amat nyaring. Seruling itu ternyata sudah berhasil menahan serangan pit lawannya.
Selanjutnya, hanya sinar emas berkilauan yang menguasai keadaan, seolah-olah ular emas ribuan ekor banyaknya. Lim Tiang Hong dengan secara beruntun sampai 9 kali dan 9 rupa tipu gerakan, menyerang lawannya dengan hebat.
Gerak tipu luar biasa anehnya ini, adalah ciptaan dari pendekar berkelana dijaman purbakala, gerak tipu itu nampaknya sangat aneh, indah dan hebat sekali.
Liauw-tong Kim-cie dengan senjata "Bun-chiangpitnya itu, sudah pernah malang melintang didunia kangouw beberapa puluh tahun lamannya, terutama didaerah
.731 Koan-tong namanya ada sangat terkenal. Tapi kini ini menghadapi Lim Tiang Hong, meski ia sudah keluarkan semua simpanan kepandaiannya, toh masih tidak berdaya menjatuhkan lawannya yang masih muda belia itu. Dengan susah payah, ia baru berhasil menyelamatkan dirinya dari ancaman senjatanya Lim Tiang Hong.
Iblis dari Liauw-tong ini sudah mempunyai banyak pengalaman ia dapat lihat ada kesempatan baik ketika Lim Tiang Hong agak kendor serangannya, lalu melancarkan serangan pembalasan dan mendesak dengan hebatnya.
Suatu pertempuran yang jarang ada telah berlangsung dengan sengitnya....
Sinar emas berkilauan yang keluar dari seruling emasnya Lim Tiang Hong, bagaikan lapisan sinar matahari diwaktu sore. sedangkan sinar hitam yang keluar dari senjata pit, seolah-olah seekor ular besar yang sedang bertarung menghadapi musuhnya, nampak berkelebatan dan suara beradunya dua senjata telah menggoncangkan tanah pegunungan itu. Dahsyatnya
.pertempuran itu, membuat orang sampai tidak bisa bernapas.
Mendadak terdengar suara bentakannya Lim Tiang Hong: "Aku nasehatkan padamu, lebih baik kau lekas tarik kembali tanganmu. Jikalau tidak, didalam 5 jurus, aku nanti akan bikin terlepas senjatamu dari tanganmu!"
"Bocah, kau tak usah jual lagak belum tentu kau tercapai maksudmu!" jawabannya Liauw-tong Kim-cie bengis.
Suara beradunya senjata terdengar pula. Dua-nya sama2 menggunakan kekerasan.
Lim Tiang Hong putar serulingnya membuat satu lingkaran, kemudian berseru: "ini ada jurus kedua...."
Liauw-tong Kim-cie berkaok-kaok: "Kalau kau mempunyai itu kepandaian, kau boleh keluarkan aja, bagi lohu tidak menjadi soal...."
Tiba2 terlihat berkelebatnya sinar emas. Lim Tiang Hong dengan menggunakan tipu gerak "Thian-liang Sipcui" atau naga dari langit menyedot air, dengan dibarengi oleh suara mengaungnya nenggoncangkan hati, seruling emasnya itu seolah-olah bianglala, membabat musuhnya dengan hebat.
.Diantara suara jeritan kaget dan suara bentakan serta suara beradunya senjata, pitnya Liauw-tong Kim-cie sudah terlepas dari tangannya dan melesat bagaikan anak panah terlepas dari busurnya.
Kejadian diluar dugaan ini, membuat Liauw-tong Kim-cie berdiri menjublek dengan wajah pasi, hingga ia lantas lompat mundur sampai satu tombak lebih.
Lim Tiang Hong tidak mengejar, ia hanya berkata sambil lintangkan serulingnya: "Terima kasih yang kau telah mengalah!"
Perkataan Lim Tiang Hong itu sesungguhnya ada lebih hebat daripada sebilah belati yang ditikamkan pada ulu hatinya. hingga Liauw-tong Kim-cie wajahnya merah padam, kemudian ia putar tubuhnya, bagaikan anak panah terlepas dari busurnya, ia lompat melesat meninggalkan Lim Tiang Hong.
Setelah Liauw-tong Kim-cie kabur, Lim Tiang Hong mendadak ingat kepada itu para jago yang mengurung dirinya dan bermaksud hendak merebut nyalinya naga yang sudah membatu. Tapi ketika Lim Tiang Hong mengawasi kearah mereka tadi berdiri, ternyata sudah tidak ada semua. Manyaksikan keadaan demikian, ia jadi
.734 merasa geli sendiri, hingga lantas dongakkan kepala dan ketawa bergelak-gelak.
Pada saat itu, dari jauh tiba2 mendatangi seseorang, yang lantas berkata padanya sambil ketawa besar: "Lotee, kau benar2 beruntung!"
Kemudian disusul oleh munculnya si Pengemis Mata Satu, yang secepat kilat sudah berada di hadapannya.
Lim Tiang Hong sambut kedatangan kawan aneh itu sambil bersenyum, kemudian ia balas menanya: "Aku beruntung apa?"
Si Pengemis Mata Satu lantas mencekal lengannya sembari berkata: "Disini bukan tempatnya untuk bicara. Mari kita mencari tempat yang lebih cocok untuk mengobrol"
(-0odwkzo0-) Bab 20 LIM TIANG HONG mengikuti si Pengemis Mata Satu sampai kesebuah kota Kecil. Kedua orang itu lalu mencari satu rumah minum, setelah duduk dan pesan minuman, si Pengemis Mata Satu kembali berkata sambil ketawa
.bergelak-gelak: "Lotee, kau benar2 hebat. Begitu muncul didunia kang-ouw, sudah berhasil membikin kuncup nyalinya orang2 Thian-cu-kauw yang sedang merajalela pengaruhnya. Hingga kini sudah tidak kedengaran ada gerakan apa2 lagi, hal ini sesungguhnya membuat aku yang menjadi saudara tua merasa sangat bangga dan girang!"
"Mana ada kejadian demikian" Semua ini mungkin adalah anak buah loko yang meniup-niup dan membesarbesarkan saja!" berkata Lim Tiang Hong sambil ketawa.
"Kau sengaja merendahkan diri atau memang sebenarnya tidak tahu urusan ini" Nama gelarmu "Toliang Kongcu" ada demikian terkenalnya, sampai tidak seorangpun yang tidak tahu. Dibanding dengan Bu-ceng Kiam-khek dimasa terkenalnya, barangkali kau ada lebih terkenal. Jikalau tidak lantaran kau setelah membasmi cabang2nya Thian-cu-kauw dan meninggalkan nama dan tanda pengenalmu yang istimewa, tidak nanti bisa demikian terkenalnya"
"Hal ini aku juga pernah dengar, semula aku kira ada saudara2 dari golongan Kay-pang yang berbuat untukku, kalau begitu, ternyata ada lain orang lagi!"
.Si Pengemis Mata Satu yang menyaksikan sikap sungguh2 dari Lim Tiang Hong, ia tahu bahwa perkataanya itu memang bukan pura2, maka lantas berkata sambil anggukkan kepala: "Jika benar seperti apa yang kau katakan, dalam soal ini agaknya ada apa2 yang sangat mencurigakan"
Pembicaraan mereka kemudian dialihkan kesoal nyalinya naga yang sudah membatu dari lembah Honghong Pit-kok.
"Aku sungguh2 kagum dengan mata dan telinganya orang2 kang-ouw. Baru saja aku keluar dari lembah Hong-hong Pit-kok semua lantas pada datang mengejar disekitarku. Kau pikir heran tidak?" berkata Lim Tiang Hong sambil ketawa.


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa yang dibuat heran" Kali ini kau bisa masuk keluar ke lembah Hong-hong Pit-kok dengan selamat, apa kau kira ini ada satu perkara sederhana" Hong-hongtie hampir mengerahkan seluruh kekuatannya, baru berhasil memukul mundur itu kawanan manusia temaha dan kawanan manusia buas yang hendak mengejar kau dan hendak merampas gambar peta. Dalam pertempuran yang berlangsung sengit itu, yang mendapat luka2 parah atau yang binasa hampir meliputi jumlah ratusan jiwa!"
Lim Tiang Hong kini baru mengerti apa yang telah terjadi tempo hari, ia hanya tidak habis mengerti, apa sebabnya orang2 Hong-hong-tie setiap kali memberi bantuan padanya dengan tanpa syarat" Bahkan dengan sejujur hati"
Si Pengemis Mata Satu setelah mengobrol sekian lama, lantas minum araknya sambil tundukkan kepala, tidak berkata apa2 lagi. Sikapnya Pengemis Mata Satu ini ada beda dari biasanya yang suka2 bersenda gurau. Dari sikapnya, seolah-olah sedang dirundung kekesalan pikirannya.
Lim Tiang Hong agaknya sudah dapat menduga pikirannya kawan itu, maka lantas berkata sambil ketawa: "Sudah berulang kali aku menerima bantuan tenaga loko. Jika loko ada mempunyai kesulitan apa2 dan memperlukan bantuan tenagaku, harap loko suka jelaskan, tidak nanti aku akan menolak"
"Aku pengemis tua sudah berapa puluh tahun lamanya malang melintang didunia kang-ouw, belum pernah minta pertolongan kepada orang lain. Walaupun antara kau dengan aku, tali persahabatannya melebihi saudara sekandung tapi aku juga tidak mau mendobrak tradisiku sendiri ini" berkata si Pengemis Mata Satu sambil ketawa terbahak-bahak.
"Sebetulnya ada urusan apa, kau ceritakan saja untuk bahan mengobrol rasanya toh tidak halangan, bukan?" kata Lim Tiang Hong sambil bersenyum.
"Aku si pengemis tua malam ini akan mengadakan suatu pertemuan dengan salah satu sahabat dunia kangouw. Pertemuan ini merupakan suatu pertempuran antara mati dan hidup. Bagaimana kesudahannya pertempuran itu nanti, aku merasa malas untuk memikirkan soal itu. Aku pengemis tua yang sudah hidup sampai pada usiaku seperti sekarang ini, matipun sudah puas!"
"Loko ternyata ada seorang berpikiran luas, aku merasa sangat kagum. Malam ini aku akan ikut kau untuk membantu memberi semangat saja rasanya toh tidak halangan, bukan?"
Si Pengemis Mata Satu anggukkan kepala, lantas tenggak kering araknya. Setelah itu lalu berbangkit dan berkata: "Mari kita berangkat!"
Kedua sahabat itu setelah meninggalkan rumah minuman terus berjalan menuju ke suatu tanah pekuburan yang disekitarnya terdapat banyak pepohonan lebat.
Lim Tiang Hong ber-tanya2 pada dirinya sendiri: "Apa inikah tempat pertemuannya?"
Si Pengemis Mata Satu tiba2 buka mulut "Lotee" katanya, "kembali tentang dirimu, apa sudah kau dapatkan keterangan lebih jelas?"
Lim Tiang Hong tiba2 tarik napas panjang. Iapun segera juga menceritakan hal pertemuannya dengan seorang yang mukanya berkedok, bagaimana orang yang selalu pakai tutupan muka ini mengaku bahwa dia adalah ayahnya.
Si Pengemis Mata Satu kerutkan keningnya. "Bukankah kau sudah angkat saudara dengan Im-san Mo-lie. Seharusnya dia tahu juga kau siapa nama dan she-nya!"
"Ya, rasa2nya memang pernah dengar, menurut katanya ia seorang she Im"
Si Pengemis Mata Satu itu mendadak tepuk paha dan tertawa ber-gelak2 "Itulah!" serunya "Dia she Im, sudah barang tentu kalau orang berkedok itupun Im juga she-nya. Sekarang aku hendak tanya sekali lagi padamu, namamu itu kau dapatkan dari pemberian nama itu imam Tang-gak-bio ataukah sudah sudah sejak mulanya kau gunakan nama itu?"
"Dari semula memang itu namaku"
"Kalau begitu boleh kutetapkan! Orang berkedok itu bukan ayahmu! Boleh jadi dia...."
Perkataan selanjutnya tidak dapat diteruskan, karena Lim Tiang Hong sudah memotong "Stop! Tak usah kau katakan lagi. Aku sudah mengerti".
Penasaan malu dan gusar membuat selebar wajah anak muda itu menjadi merah membara, hatinya terguncang hebat. Ia malu yang orang lain akan membuka rahasianya didepannya, gusar mengingat kelakuan orang berkedok tingkahnya memualkan.
Selain daripada itu semua, pun ia harus merasa lega, sebab dari berbagai pihak telah diperoleh keterangan bahwa orang tinggi besar yang selalu memakai kedok itu sebenarnya adalah si Manusia Buas Nomor Satu. Kalaupun dulu ia tidak turun tangan terhadapnya, itu disebabkan karena dahulu itu, hubungan antara ayah dan anak belum jelas lagi baginya. Hanya itu senantiasa merupakan ganjalan besar dalam hatinya. Akan tetapi kini, setelah mendengar pendapat si Pengemis Mata Satu, ia segera nimbrung pada pendapatnya itu, mungkin betul ibunya pernah menikah dengan lain lelaki. Tetapi apabila dipikirkan lebih mendalam makin pening terasa kepalanya. Mengapa usianya Im-san Mo-lie dan pemuda yang mengaku bagai Kauwcu muda itu kedua2-nya malah lebih tinggi daripada usianya sendiri"
Baiknya nama turunannya (she) dangan nama keturunan orang berkedok itu berlainan. Dengan demikian, nyatalah sudah kalau orang berkedok itu bukan ayahnya sendiri.
Memikir bolak balik persoalannya sendiri, Lim Tiang Hong tiba2 melihat kawannya itu berdiri dengan wajah muram, hai ini membuat tergerak hatinya
"Waktu masih segini pagi, belum lagi larut malam ada apa sih yang perlu dibikin kesal" Disini aku aku ada sedikit barang, yang ingin kuminta Loko makan. Kalau sudah dimakan dan mengaso sebentar, nanti kau boleh bersiap2 menepati janjimu itu"
.Dari sakunya lalu dikeluarkannya jamur empat buah. Benda yang didapatkannya dari perut naga raksasa jaman purba yang telah jadi batu, lantas disesapkan ditangan si Pengemis Mata Satu.
Pengemis Mata Satu setelah menyambuti barang itu, meng-amat2i sekian lama. Ia yang penuh maklum, mengetahui betapa saudara kecilnya ini sering mendapatkan penemuan gaib berkali2. Maka meski ia belum tahu juga barang apa sebenarnya itu, tapi ia percaya penuh tentu bukan sembarangan barang itu. Begitulah maka tanpa banyak bicara dan pikir2 lagi lantas ditelannya pemberian itu. Setelah mana ia lalu duduk mendeprok dengan pejamkan mata melatih ilmunya. Dalam melatih itu ia merasa lega, sebab disampingnya ada saudara kecilnya yang berkepandaian tinggi yang setiap saat dapat melindungi dirinya. Maka begitulah sebelum melakukan pertempuran dahsyat ia dengan hati tenang dapat menggunakan kesempatan yang diberikan kepadanya untuk mengatur pernapasan dan memulihkan tenaganya.
Lim Tiang Hong sendiri, berdiri tenang sambil mengawasi awan lalu di angkasa biru yang sedikit bintangnya. Dalam hati banyak pikiran yang selalu mendatang, banyak hal2 yang silih berganti memasuki otaknya.
Mendadak dari jauh terdengar ada suara berkelesernya baju manusia. Lim Tiang Hong pun dengar, lantas ia keluarkan kedok kulit dari sakunya yang lantas dikenakan untuk menutupi wajahnya.
Tidak lama kemudian disitu telah tiba dua orang. Seorang adalah Cao-sat Tojin yang pernah dikalahkan dengan Lim Tiang Hong dalam suatu pertempuran dan yang lain adalah seorang Kongcu cakap yang mengenakan pakaian serba perlente tetapi entah orang dari cabang persilatan mana dan entah orang macam apa dia, Lim Tiang Hong belum tahu
Kedua orang itu baru saja tiba di tempat tersebut, si Pengemis Mata Satu sudah sudah lompat bangun dan sambil ketawa ber-gelak2 berkata: "Sahabat, apa kau baru sampai" Aku si pengemis tua sudah lama menunggumu"
Cao-sat melirik Lim Tiang Hong sejenak. Imam ini seperti pernah kenal dergan dandanan pemuda yang dilihatnya hanya wajahnya yang pucat bagai tak berdarah itulah yang membuatnya merasa agak asing, maka ia lalu monyongkan mulut dan kepada si Pengemis Mata Satu berkata: "Pengemis busuk, ternyata kau bawa konco, ya...."
"Aku pengemis tua selama masih bernyawa berkelana hanya seorang diri. Masih belum tahu apa yang kau maksud dangan konco itu" Tapi bolehlah aku perkenalkan dia adalah...."
Si Pengemis Mata Satu selama berkata belum melihat kawannya. Betapa kagetnya dia tatkala melirik Lim Tiang Hong yang pucat pias dan berlainan wajahnya, maka tadi dia tidak melanjutkan kata2nya.
Lim Tiang Hong tersenyum. "Aku yang rendah adalah seorang hina tak bernama, orang panggil aku Yo Hong"
Cao-sat Tojin kernyitkan keningnya. Ia coba mengingat2 di-dunia kang-ouw ada tokoh muda pandai dari cabang mana yang namanya Yo Hong. Tapi tentu saja ia tak pernah ingat nama itu, juga belum pernah dengar yang menyebabkan sikapnya kembali jumawa, melirik pada Lim Tiang Hong sejenak, kemudian sambil menunjuk kongcu cakap itu, pada Pengemis Matu Satu ia memperkenalkan "Saudara ini adalah Hong-goat Kongcu, datang dari pulau Tho-hoa-to sengaja untuk meninjau dari dekat keadaan rimba persilatan dan kemajuan2 ilmu silat di daerah Tiong-goan dewasa ini"
Si pengemis Mata Satu buka lebar2 matanya cuma tinggal satu itu ketawa bergelak2 dan berkata: "Aku si pengemis tua merasa beruntung sekali bisa berkenalan dengan Kongcu"
Kongcu serba perlente itu cuma mendonggak, matanya diarahkan ke atas, sikap demikian itu jumawa sekali. Ia tak menghiraukan sekali atas kata2 si pengemis tadi.
Si Pengemis Mata Satu yang meski telah mendapat nama baik dan terkenal lagi, kini dihadapan Kongcu itu se-akan2 dipandang tak ada harganya sama sekali, mendongkol sekali ia dalam hati.
Dua musuh besar yang masing2 keluaran orang baik2 dan jahat itu, hari itu kembali mengadakan pertemuan, tentu ingin menentukan kesudahan dengan jalan mengadakan pertempuran mati2an. Disamping itu mereka masing2 membawa kawan muda, yang masih belum dapat dijajaki berapa tinggi kepandaiannya. Tetapi yang terang ialah, kedua kawan muda yang mereka bawa itu sama-sama jumawanya.
Hong-goat Kongcu memang biasa tidak pandang mata orang lain. Anggapnya hanya dialah seorang yang paling tinggi dan paling mulia. Tidak demikian halnya dengan Lim Tiang Hong, pemuda ini yang kini dengan wajah palsunya mirip tak berdarah itu yang menyebalkan sekali bagi orang yang melihat, sepintas lalu pun nampak bagai orang tak berperasaan, sombong dan jumawa.
Cao-sat Tojin dengan ilmu tenaga dalamnya yang sudah sampai ketaraf paling tinggi, kalau dibandingkan dengan si Pengemis Mata Satu masih banyak lebih unggul. Setelah mengetahui bahwa si pengemis itu tidak memasukkan tokoh kuat dalam pihaknya sebagai pembantu, hatinya rada senang sedikit.
Sambil ketawa mesem ia lalu berkata: "Pengemis busuk kita tak perlu ulur kata2 sampai panjang. Lebih baik lekas turun tangan. Mari"
"Terserah padamu! Aku si pengemis selalu sedia mengiringi keinginanmu. Aku ingin tahu selama beberapa tahun belakangan ini berapa banyak sih ilmu Liong-houw Cao-satmu mendapat kemajuan"
.Cao-sat Tojin dengan sikap dan paras dingin lantas mulai membuka serangan. Dengan satu gerak tangan yang didorong ke depan, lantas ilmunya Hian-im Cek-sat meluncur keluar hingga satu gumpalan angin dingin seolah2 ombak laut yang tak terlihat telah ber-gulung2 disekitar badan si Pengemis Mata Satu.
Pengemis Mata Satu itu dengan sikapnya yang tenang luar biasa, maju setindak. "Timbang dulu badanmu berapa kati sih bobotnya"!"
Pada detik itu ia sudah berdiri tegak sambil sodorkan tangannya. Angin hebat meluncur keluar, kekuatan tenaga dalam yang amat dasyat yang kedua datang menyusul menyambuti tenaga pertama yang dilancarkan oleh Cao-sat Tojin. Kesudahannya, sungguh tegang! Segera menggeleger bunyi ledakan hebat....
Cao-sat Tojin terpental mundur 4 langkah, sedang si Pengemis Mata Satu juga mundur sampai 2 kaki.
Hal demikian itu membuat Cao-sat Tojin terkejut bukan main. Dimasa yang lampau pada waktu diadakan pertempuran dengan pengemis itu, kekuatan dan latihannya banyak lebih matang dari pada pengemis itu. Akan tetapi kini ternyata kekuatan pengemis itu sudah lebih tinggi dan hebat dari padanya. Maka bukankah itu berarti kesudahan pertandingan sudah boleh ditentukan lebih dulu bahwa dialah yang bakal keok"
Pengemis Mata Satu agaknya tidak mau memberi kesempatan lawannya berpikir. Cepat setelah itu ia maju lagi, sambil menggeram hebat kedua tangannya dikerjakan berbareng dan dengan beruntun keluar serangan2 hebat sampai 18 kali. Selama itu kakinya juga telah menyepak, mendupak atau menendang sampai 9 kali.
Bukan kepalang kaget dan gusarnya Cao-sat Tojin. Ia kerahkan setakar tenaganya. Dan setelah berhasil melumpuhkan serangan si Pengemis Mata Satu yang dilancarkan ber-tubi2 dan hebat serta gencar luar biasa. lantas ia sendiri mengirimkan serangan2 balasan yang mematikan. Dengan menggunakan tipu2 dalam ilmu silatnya, Hian-im Cek-sat dan Kan-goan Cao-cie.
Angin dingin bagai ber-gulung2. Kekuatan tenaga tangan datang seperti ombak laut. Tempat disekitar kuburan yang sunyi sepi itu, pada malam itu mengalami kejadian hebat.
.Kedua tokoh kuat terkenal itu samenjak mulai keluarkan tangan adu tenaga lantas merubah suasana menjadi tegang, menakutkan dan penuh bahaya!
Tetapi betapapun hebatnya pertempuran antara dua tokoh kuat itu, Hong-goat Kongcu masih tetap dengan sikapnya sendiri yang jumawa, sedikit pun tidak melirik kearah pertempuran, agaknya tak ada harganya itu buat matanya untuk turut menyaksikan.
Lim Tiang Hong melirik dua jago yang sedang bertempur, dalam hati merasa lega. Si pengemis dalam penglihatannya saat itu sudah dapat mengimbangi kekuatan musuhnya. Dan sebentar lagi apabila pengaruh jamur mujijat itu sudah bekerja, sudah dapat dipastikan kalau pengemis itulah yang akan merebut kemenangan.
Yang membuat hatinya mendongkol ialah, sikap si kongcu yang jumawa sekali itu. Melihat sikap demikian, se-kali2 ia hanya berkata pada dirinya sendiri: "Kau tidak perlu terlalu sombong. Sebentar aku ingin tahu sampai dimana sih tingginya kepandaianmu?"
Dalam pada itu keadaan dua jago jaog tengah bertanding itu sudah terjadi banyak perubahan. Babak terakhir sudah hampir tercapai.....
.Si Pengemis Mata Satu dengan matanya yang cuma tinggal satu nampak sorotnya yang bercahaya makin terang. Serangan2 dari tangannya makin lama keluar makin gencar. Tiap serangannya selalu diikuti sambaran angin yang mengeluarkan suara men-deru2 hingga Caosat Tojin dibikin harus mundur ber-ulang2, agaknya tak ada tenaga lagi padanya untuk balas menerjang.
Keadaan Hong-goat Kongcu kini tidak seperti tadi2 lagi yang begitu acuh tak acuh. Diwajahnya yang cakap nampak kegusarannya. Alisnya yang lentik kelihatan bergerak2.
Mendadak terdengar suara geraman si Pengemis Mata Satu yang mengguntur bagai geledek menyambar. Kemudian satu tanganya mendadak menghantam Caosat Tojin! Dan imam itu nyatanya sudah tidak kuat lagi, lantas menyemburlah darah merah dan mulutnya, badannya mundur ter-huyung2 sampai beberapa tindak.
Si Pengemis Mata Satu sendiri rupanya juga sudah kelewat lelah, napasnya sengal2, kedengaran memburu2. Baru saja dia hendak buka mulut, tiba2 Hong-goat Kongcu dengan gerakan secepat kilat sudah menerjang sampai dihadapannya.
Gerakan yang diperlihatkan itu gesit dan cepatnya luar biasa. Si Pengemis Mata Satu belum lagi melihat tegas siapa yang datang, tahu2 urat nadinya dikuasai oleh lain tangan.
Kemudian si pengemis hanya merasakan tangan kuat itu menekan urat dijalan darah Hian-khie-hat di bagian dadanya.
Setelah tertawa ter-bahak2, Hong-goal Kongcu, begitulah si pembokong itu namanya, lalu berkata: "Tidak kira para cianpwee dari tingkatan tua daerah Tiong-goai cuma sebegini saja. Ha, ha.... Kami sudah kenal kepandaian kalian ha, ha...."
Kemudian dengan secara mendadak dengan suara keras memekakkan telinga ia membentak si pengemis tua mata satu "Hai, pengemis! Kau dengan To liong Kongcu Lim Tiang Hong kabarnya ada hubungan baik. Sekarang dimana dia! Asal kau suka sebutkan tempat sembunyinya terus terus terang, kami masih bisa beri kelonggaran bagimu. Tidak sampai dapat bagian mati, hayo lekas katakan!"
Pengemis Mata Satu tadi karena tidak ber-jaga2, dirinya telah dikuasai orang hingga kini tak berdaya. Tapi ia sudah perasaannya itu nampak jelas tercermin diwajahnya yang sudah keriputan. Tapi apalah daya" Setengah dadanya dirasa kesemutan! Maka sambil menahan malu se-bisa2, berkatalah dia! "Kau.... kau.... kau mengambil kesempatan selagi orang tak ber-jaga2"
Pada saat itu Lim Tiang Hong juga sudah bergerak sampai dihadapannya. Dengan suara dingin anak muda ini juga berkata: "Menggunakan kesempatan selagi orang tidak siap siaga itu bukan perbuatan seorang jago. Licik dan pengccut tidak boleh dibilang kelakuan orang gagah! Kau kata tadi ingin bertemu dengan To-liong Kongcu" Tidak susah! Asal kau mampu menangkan aku yang tak bernama, aku nanti akan ajak kau mencari padanya"
Hong-goat Kongcu ketawa ber-gelak2 dan berkata: "Orang yang jatuh dalam tangan Hong-goat Kongcu belum pernah bisa hidup lagi. Karena itu mengatakan aku licik dan pengecut, biarlah kulepaskan selembar jiwa tua pengemis ini. Tapi bagi kau sendiri, hehh, hehh! Itu susah dikata. Marilah!"
Lim Tiang Hong lalu ketawa panjang, kemudian jawabnya: "Yang lemah binasa dan yang kuat tetap tinggal hidup. Masing2 boleh menggunakan kepandaiannya sendiri untuk mempertahankan nama dan jiwanya. Perlu apa banyak omong besar2 yang hanya akan membuat buah tertawaan orang2 saja" Tetapi aku tidak tahu tuan hendak mencari Lim Tiang Hong sebetulnya ada keperluan apakah?"
"Orang2 kuat didaerah Tiong-goan yang Kongcumu hadapi, sudah seratus orang lebih paling kurangnya begitu banyak, tidak ada satu yang boleh dibilang ada punya kepandaian lumayan. Kabarnya ada seorang Kongcu yang memiliki kepandaian istimewa, maka aku sengaja datang dari pulau Tho-hoa-to, ingin belajar kenal dengan dia"
"Itu gampang sekali. Kau boleh menyerang sesukamu terhadap aku. Kalau kau berhasil menggulingkan diriku, To-liong Kongcu pasti akan segera tiba"
Hong-hoat Kongcu yang berwajah cakap mendadak nampak dingin. Dengan mata menatap kemuka Lim Tiang Hong, badannya secepat kilat sudah berada disisinya anak muda itu. Sepasang tangannya ketika digerakkan, lantas timbul bagai ada ribuan tangan disitu.
Dalam waktu sekejapan 16 kali serangan tangan sudah meluncur dari berbagai jurusan, kesemuanya diarahkan ke dirinya Lim Tiang Hong.
Serangan yang dilakukan secara cepat dan aneh luar biasa itu se-akan2 banyak orang yang melancarkannya berbareng disekitar badan Lim Tiang Hong.
Gerakan yang aneh luar biata itu untuk sesaat membuat Lim Tiang Hong diam2 merasa kaget dan terheran2. Dengan cepat ia lalu geser kakinya, setelah itu dengan menggunakan ilmu Sam-sam Po-hoat-nya ia sudah berhasil mengelak manis sekali. Kemudian lagi lantas menyusul gerak tipunya yang dinamakan Liongkeng Siang khek-ciang, Jie goat Mo-phoan-ciang dan Boan-thian Hui-ciang serta lain2 tipu serangan bertangan kosong yang jarang terlihat dan jarang terdengar telah dikeluarkan semuanya.
Dengan demikian, kini kedudukan Hong-goat Kongcu berganti dari pihak penyerang menjadi pihak orang yang terserang, tertahan dalam jarak delapan kaki tanpa dapat melancarkan serangan balasan lagi.
Hong-goat Kongcu kini yang mengalami sendiri betapa hebat serangan2 pihak lawan, menambah semangat bertempuranya "Heee, sungguh hebat" demikian ia berseru dan dengan cepat ia sudah maju lagi, tangannya kembali melancarkan serangan yang amat dahsyat!
Angin yang meluncur keluar den setiap serangannya, sampai menyambar ke pohon2an yang terletak dalam tempat tiga tombak daripadanya yang lantas ber-goyang2 bagai hendak tumbang,
Lim Tiang Hong dengan sikap sungguh2 memutar tangannya se-oleh2 roda kereta dan melakukan serangan gencar laksana hujan turun dari langit.
Hampir dalam waktu yang bersamaan, dia juga sudah balas menyerang sampai 14 kali. Dalam setiap serangannya itu ia juga pernah memasukkan serangan dengan menggunakan jarinya.
Dalam waktu yang sangat singkat dimedan pertempuran itu terjadi suatu keganjiian. Dari angin pukulan yang dari kedua pihak lantas timbul angin puyuh yang berputaran demikian tinggi. Pengaruh dari angin itu dapat menggempur hancur batu2 cadas besar disekitarnya. Pohon2 besar juga lantas pada tumbang. Tempat disekitar lima tombak dari keduanya, lantas nampak tanah dan hancuran batu2 pada beterbangan. Betapa hebat dan sengitnya pertempuran dua jago muda ini, dibayangkan sendiri kiranya!
Si Pengemis Mata Satu yang mempelajari ilmu silat dan makan waktu hampir seumur hidupnya, juga belum pernah melihat suatu pertempuran yang begitu sengit, seru dan hebat. Maka sambil pentang lebar2 matanya yang hanya setelah itu, tidak berhentinya dia geleng2 kepala dan julurkan lidah.
Sampat rasa rendah diri dari kehinaan dan kemaluan yang tadi dikuasai orang kini telah lenyap entah kemana.
Selagi pengemis mata satu itu asyik menyaksikan pertempuran sengit dengan perasaan tegang, tiba2 dalam medan pertempuran terdengar suara gerakan keras. Kedua pihak lantas nampak pada memisahkan diri. Hong-goat Kongcu yang berwajah cakap kini tampak pucat pasi serta menakutkan. Kalau dilihat lebih teliti lagi keringat sudah membuat basah pakaiannya. Kopiahnya sudah menceng kesamping juga. Kongcu ini dengan wajah beringas dengan lantang berseru: "Kau siapa sebetulnya?"
Lim Tiang Hong tetap dengan sikapnya yang tenang, menjawab lambat2: "Aku yang rendah adalah To-liong Kongcu yang kau ingin cari" Dan begitu berkata habis, lantas ditanggalkannya kedok yang menutupi wajahnya. Kini nampak wajah yang cakap tampak serta gagah!
Hong-goat Kongcu perdengarkan ketawanya yang begitu tidak enak "Kiranya kau sendiri" Kalau begitu kita boleh bertempur lagi sampai ada keputusannya!" Demikian katanya dengan roman penasaran.
Setelah itu lantas ia keluarkan sebilah pedang panjang dari serangkanya. Saking hebatnya ia menghunus pedang, sampai terdengar suara mengaung yang hebat.
Lim Tiang Hong juga mengeluarkan pedang Toliong kiam. Setelah memainkan senjata itu sejenak ia tertawa dan berkata: "Kau bisa membuat aku si orang she Lim sampai menghunus pedang To-liong kiam guna melayani kau, bolehlah kau merasa bangga dan puas"
Hong-goat Kongcu telah mengangkat pedangnya. Ia lantas membuat lingkaran ditengah udara hingga sinar hijau lantas memancar daripadanya. Sambil ketawa dingin ia lalu berkata: "Kau tidak usah terlalu jumawa. Jika ingin menangkan aku juga harus berkeringat dan keluar tenaga penuh"
Lalu kongcu itu mengebaskan pedangnya, suara mengaung yang amat dahsyat lantas terdengar.
Setelah itu, pedang yang mengeluarkan sinar hijau itu se-akan2 bianglala meluncur ke arah Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong lintangkan pedangnya didepan dada, tangannya hanya menggunakan sedikit tenaga untuk menggerakkan pedangnya sampai ke dada itu. Di dadanya lantas seperti diliputi oleh selapis sinar kilat.
Dalam waktu sekejapan itu pedang dari kedua belah pihak masing2 dengan sinarnya yang khas, juga sudah terlihat khasiatnya. Ditengah udara se-olah2 sudah penuh dengan sinar pedang dan hawa dingin yang keluar dari kesiuran pedang2 mereka.
Serangan pembukaan Hong-goat Kongcu kini ternyata sudah dimulai.
Lim Tiang Hong yang mendapat warisan langsung dari seluruh kepandaian Bu-ceng Kiam-khek, dalam ilmu pedang sesungguhnya mendapat sukses yang gemilang. Akan tetapi, ia mengerti orang yang datang dari luar daerah Tiong-goan yang harus dihadapinya ini, juga memiliki kepandaian tinggi, maka begitu pertandingan dimulai, semua tipu2 serangan yang istimewa2, sebentar saja telah keluar semuanya.
Pertempuran pedang itu bukan main hebatnya, merupakan salah satu pertempuran yang jarang terlihat dalam dunia Kang ouw. Sebab segala tipu2 serangan yang digunakan oleh kedua pihak, kesemuanya merupakan tipu2 serangan yang jarang tertampak dan hampir tak pernah kedengarannya. Semua tipu2 serangan itu tidak ada satupun yang seperti akan putus ditengah jalan. Hampir setiap tipu serangan merupakan tipu ilmu pedang yang sangat mujijat dan luar biasa hebatnya.
Tiba2 terdengar suaranya Hong-goat Kongcu yang berseru: "Bocah kau rebah!" Dan seruan itu disusul oleh meluncur cepatnya segumpal sinar hijau kemilau!
Tetapi sesaat itu juga segera menyusul bentakan Lim Tiang Hong yang tidak kalah gertaknya: "Jangan mimpi! Bikin terlepas dulu pedangku, baru bisa kau rebut kemenangan!"
Kemudian, disusul dengan tercetusnya suara "trangg!" yang amat nyaring, dan pedang Ceng-hongkiam dengan secepat kilat sudah terbang ke tengah udara! Ceng-hong-kiam itu adalah senjatanya Hong-goat Kongcu.
Hong-goat Kongcu dengan gerakannya yang gesit, lincah dan manis sudah lompat mundur setombak lebih. Lim Tiang Hong sendiri, dengan sikap tenang luar biasa, se-akan2 tidak pernah ada kejadian apa2 disitu, kala itu sedang berdiri, tampak sikapnya agung berwibawa menghadapi lawannya.
Hong-goat Kongcu dengan sikap muram lalu berkata: "Lim Tiang Hong, apakah kau masih ada nyali, satu tahun kemudian, sukalah kau datang ketempatku untuk kita saling melatih senjata2 kita"
"Pulau Tho-hoa-to toh bukannya sarang naga atau gua macan" Ya! Setahun kemudian, aku si orang she Lim pasti akan datang ke sana untuk minta pelajaran daripadamu"
Hong-goat Kongcu tidak berkata apa2 lagi. Sambil menyambari badan Cao-sat Tojin yang menggeletak karena lukanya, ia lantas kabur meninggalkan tempat bersejarah tersebut....
Pertempuran sengit telah selesai, tempat kuburan kuno itu kembali keadaan semula: sunyi senyap. Si Pengemis Mata Satu, seolah-olah baru tersadar dari mimpinya, kegembiraannya telah lenyap sama sekali, meskipun dalam pertempuran mati-hidup kali ini ia mendapat kemenangan, tapi kalau menyaksikan pertandingan kedua jago dari tingkatan muda tadi, ia merasa bahwa dirinya sendiri terlalu kecil sekali. Ia kini mulai merasa bahwa usianya sudah lanjut. Masa jayanya ia sudah lewat.
Mendadak ia dapat lihat bahwa To-liong Kongcu yang selama in. belum menemukan tandingan, sedikitpun tidak mengunjukkan rasa gembira atas kemenangannya, sebaliknya telah berdiri termenung di tempatnya la menjadi heran, lalu maju menghampiri dan berkata
.762 padania sambil menepok pundaknya: "Lotee. kau sedang memikiri apa?"
Lim Tiang Hong unjukkan baju bagian atas pundak kirinya, satu tanda bekas sontekan pedang selebat 3 cun, lalu berkata: "Jikalau aku tidak menggunakan tipu pukulan yang paling ampuh dalam ilmu pedang "To-liong Keng-hong", entah siapa yang menjadi pecundang dalam pertempuran tadi?"
"Menyaksikan pertandingan kalian berdua tadi, ada lebih berharga daripada melatih ilmu silat 10 tahun lamanya. Aku si pengemis tua benar2 merasa sangat kagum akan kepandaian kalian"
Mendadak ia seperti ingat sesuatu, lalu menanya: "Lotee. barusan kau memberikan aku makan obat mujijat apa" Dengan terus terang, aku barusan bisa merubuhkan lawanku, semata-mata karena makan obat itu!"
"Aku sendiri juga tidak tahu, barang itu apa namanya, barang itu aku dapat ambil dari dalam perutnya naga raksasa dari jaman purbakala yang sudah membeku menjadi batu" berkata Lim Tiang Hong sambil gelengkan kepala.
"Kaiau begitu benar2 ada obat mujijat dari langit, barang itu bernama "Ciok-liong Cie-cie", kalau digunakan untuk menyembuhkan penyakit satu saja sudah cukup. Bagi orang yang melatih ilmu silat, jika makan itu bisa menambah kekuatan tenaganya berdasar atas keadaan masing2. Aku si pengemis tua keadaan badannya cuma sebegitu saja. Ditambah lagi kekuatannya juga terbatas, makan lebih banyak malah jadi sayang obat itu, karena akhirnya toh percuma saja," berkata si Pengemis Mata Satu kaget.
Dari kantong kulitnya Lim Tiang Hong mengeluarkan sebanyak-banyaknya jamur mujijat itu, kemudian berkata sambil ketawa: "Banyak sekali, kau masih memerlukan berapa banyak?"
"Kau simpan saja untuk keperluan lain hari, jangan sia-siakan barang gaib"
Lim Tiang Hong masukkan kembali jamur mujijad itu ke dalam kantongnya, kemudian berkata sambil menyoja "Budi loko yang sangat besar, aku selamanya tidak akan lupakan, oleh karena aku masih ada sedikit utusan yang harus diselesaikan, sekarang aku hendak minta diri duiu"
.Setelah itu ia lantas putar tubuhnya dan menghilang ke tempat gelap.
Malam gelap, diatas langit cuma kelihatan bintang2 yang menyinari jagat. Lim Tiang Hong dengan tindakan ringan telah balik ke tempat penginapannya.
Diperjalanan, tiba2 ada suara bentakan nyaring masuk ke dalam telinganya. Mendengar itu, bangun semangatnya Lim Tiang Hong.
Sebab suara itu sudah tak asing lagi baginya. Ia segera mengenakan kedoknya, yang terbuat dari kulit manusia, lalu dengan sebat sudah gerakkan badan menuju ketempat dari mana suara tadi datang.
Dalam waktu sekejapan saja ia sudah tiba disebuah rimba. Disitu dia bersembunyi di sebuah pohon yang besar.
Dari atas pohon ia melihat ketempat seputarnya. Ternyata di dalam rimba tersebut terdapat seorang anak muda yang roman mukanya mirip sekali dengan Lim Tiang Hong. Dihadapan anak muda itu, sebelah kiri ada berdiri Tan Yan-jie dan si Burung Hong Putih Cu Giok Im. Semuanya, dengan masing2 memegarg sebilah pedang panjang, berdiri dengan wajah gusar,
Tidak jauh dari tempat dimana ketiga orang tadi berdiri, ada lagi sekelompok imam berjumlah sepuluh orang lebih. Kawanan imam itu berlainan raut muka dan usianya masing2 juga ada pedang menggemblok dipunggungnya.
Dengan paras gusar pula, semua imam itu mengawasi tiga orang yang disebut tadi, tetapi diantara kawanan imam itu, tidak ada seorangpun yang dikenal oleh Lim Tiang Hong.
Salah satu diantara imam itu, yang wajahnya tirus dan dibawah janggutnya tumbuh jenggot panjang, yang tua usianya, sambil menuding si pemuda yang mirip Lim Tiang Hong, berkata kepada Cu Giok Im dengan suara lunak: "Nona, jangan kena dikelabuinya. Dia bukan Lim Tiang Hong yang tulen. Pinto dengan nama Pinto It-ceng sebagai tanggungan berani pastikan, dia bukannya Lim Tiang Hong yang sebenarnya"
"Betul atau tidak bisa kita bereskan sendiri. Kau tidak usah kuatir begitu. Jikalau kalian niat turun tangan terhadap orang yang sedang menderita sakit keras, nonamu tidak dapat terima baik tindakan seperti itu" Itu
.766 adalah Cu Giok Im yang berkata, sebagai jawaban atas kata2 si-imam tadi.
Seorang imam lain, yang wajahnya keren, mendadak maju dua langkah dan membentak kepada Cu Giok Im: "Kalau begitu Pinto sekalian terpaksa cuma ingin menggunakan cara keras!"
Yan-jie dengan lintangkan pedang didepan dada lantas juga membentak: "Kau berani?"
Tetapi gerakannya malah membangkitkan rasa gusarnya kawanan imam itu. Karena demi mendengar teriakan itu mereka sudah menghunus pedang masing2. Dengan cara berpencaran sebentar saja kawanan imam ini sudah mengurung ketiga orang yang disebut duluan.
Suasana menjadi tegang. Pedang2 bergemerlapan dibawah penerangan bintang kelap kelip nampak berkilauan. Didalam rimba itu juga seolah2 diliputi oleh suasana pertempuran.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan itu diam2 merasa geli. "Dengan cara bagaimana didalam dunia ini ada begitu banyak manusia tidak tahu malu yang berani palsukan nama orang lain demi kepentingan diri sendiri" demikian pikirnya dalam hati.
.Seketika itu pikirannya entah melayang kemana tapi kemudian dengan kecepatan luar biasa menerjang ke arah Lim Tiang Hong palsu.
Dengan cara yang manis ternyata dalam waktu sedetik itu ia telah berhasil mencekal pergelangan Lim Tiang Hong palsu. Dan dengan cepat pula Cu Giok Im dan Yan-jie menunjukkan reaksinya sendiri2. Pedang mereka turun berbareng, satu mengarah bawah ketiak, seorang lainnya membabat pergelangan tangan Lim Tiang Hong!
Lim Tiang Hong lantas berkata dengan suara perlahan: "Ini aku sendiri"
Lalu kakinya nampak pindah tempat sedikit dan berputar sambil menggandeng tangan Lim Tiang Hong palsu, dan tak kalah cepatnya dari waktu ia datang, sudah lompat keluar dari kalangan.
Cu Giok Im dalam kagetnya cepat ingat siapa adanya orang itu Tetapi tidak demikian dengan Yan-jie "Perduli apa kau siapa kek!" demikian serunya.
Bentakannya itu lantas disusulkan dengan serangan pedangnya yang membabat lagi pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
.Tiba2 kelihatan berkelebatnya sinar pedang yang kemudian disusul dengan beradunya suara benturan senjata.
Ternyata itu adalah perbuatan Cu Giok Im yang hendak mencegah kelakuan gegabahnya Yan-jie dan nona yang duluan disebut ini lantas berkata: "Encie, sabar sedikit, jangan turun tangan dulu" Dalam soal ini sedikit kulihat hal2 aneh yang mencurigakan"
Yan-ji dengan cepat menarik pulang pedangnya dan dengan sorot mata ragu2 terus mengawasi Cu Giok Im yang memanggilnya "encie" tadi sembari menanya: "Kalau begitu siapa dia?"
Cu Giok Im tidak menjawab pertanyaan "encie" itu, sebaliknya dengan tindakan cepat berjalan menghampiri Lim Tiang Hong palsu. Didepan anak muda itu lama sekali dia meng-amat2i seluruh mukanya, kemudian dari daun telinga Lim Tiang Hong palsu ia dapatkan sebuah anting2, lalu berkata sambil ketawa ter-kekeh2 "Kiranya cuma barang tiruan!"
Yan-jie yang adatnya sedikit aseran, ketika mendengar Lim Tiang Hong palsu itu ada barang tiruan, wajahnya merah padam. Pedangnya juga lantas menyabet leher orang yang semula masih disangkanya Lim Tiang Hong itu.
"Manusia tidak tahu malu!" demikian teriaknya "Hampir2 nonamu kena kau akali mentah2, jahanam!"
Lim Tiang Hong yang mencekal pergelangan tangan orang yang mirip dirinya, tetap tidak mau melepaskan. Sedang sementara itu serangan datang semakin dekat. Maka dengan cepat ia tarik diri, sambil geser sekalian badan si orang palsu itu menghindar dari serangan Yanjie.
Lim Tiang Hong palsu setelah kena ditangkap oleh seorang bermuka pucat pias dan ditarik lagi oleh orang itu, lantas merah dan pucat ber-ganti2an wajahnya.
Sambil jatuhkan diri diatas pelukannya si orang muka pucat dan sambil menangis ter-isak2 ia berkata: "Adik,, apa betul kau tidak suka melepaskan diriku lagi?"
Lim Tiang Hong tergerak hatinya. Kiranya orang yang menyamar sebagai dirinya itu adalah Im-san Mo-lie sendiri.
Seketika itu membuat dirinya sadar. Apa yang telah terjadi dimasa lampau, boleh jadi karena gara2nya Lim Tiang Hong tiruan ini.
.Selagi mereka berkutetan dalam alam pikirannya masing2. It-ceng Totiang, yakni imam dari Ngo-bie sudah berkata kepada Lim Tiang Hong dengan suara nyaring:
"Sicu sendiri murid dari golongan manakah" Iblis buas yang kau tangkap itu harap suka kau serangkan pada Pinto. iblis itu tangannya sudah penuh berlumuran darah, banyak kali melakukan pembunuhan, banyak jiwa manusia melayang ditangannya, itu juga yang membuat kami tidak rela lepaskan lagi padanya begitu saja"
Lim Tiang Hong segera menjawab hanbar "Maaf, dalam urusan ini tidak dapat aku luluskan permintaan Totiang sekalian. Dia setiap kali menyamar sebagai diriku, melakukan segala macam perbuatan busuk atas namaku. Sekarang setelah kena ditangkap olehku, aku harus menanyakan padanya tentang sepak terjangnya itu"
Hanya Cu Giok Im mungkin yang mengerti maksud ucapannya Lim Tiang Hong. Nona ini lantas berdiri disamping tanpa buka suara, tidak demikian halnya dengan Yan-jie, yang agaknya belum juga mengerti duduknya perkara. Nona berangasan ini lalu menghampiri Lim Tiang Hong sembari berkata: "Tidak bisa! Dengan hak apa kau bawa orang!"
Cu Giok Im ketawa geli. Cepat ia menghampiri Yanjie, ber-bisik2 sebentar di telinganya.
Yan-jie nampak gusar dan peloloti Lim Tiang Hong yang berkedok, dia tidak buka mulut lagi.
It-ceng Totiang mendengar betapa Lim tiang Hong mengatakan tidak suka menyerahkan tawanannya kepadanya, lalu berkata pula: "Kalau Sicu ingin tanya, sekarang saja toh bisa tanya" Orang ini biar bagaimana harus diserahkan kepada enam partai golongan Hian-bun supaya beres persoalan kami beramai"
"Dan jikalau aku tidak menurut bagaimana?" demikian Lim Tiang Hong yang masih tetap belum buka kedoknya.
"Hmmmmm" Hie-leng Totiang dari Kunlun-pay mendadak maju lima langkah, berkata dengan bengis setelah mendehem sekali: "Kalau begitu, jangan pikir kau bisa tinggalkah rimba ini!"
Saat itu Lim Tiang Hong lantas meraba mukanya. dalam waktu sekejap telah beralih roman mukanya yang tadinya begitu dingin pucat menjadi wajah cakap ganteng.
"Aku seorang she Lim," demikian dia berkata, "tidak percaya kalau kalian golongan Hian-bun bisa mencegah kemauanku"
Setelah Lim Tiang Hong unjukkan muka aslinya, rombongan imam itu serentak berseru kaget: "Eh, ada satu lagi Lim Tiang Hong!"
Hie-leng Totiang lantas berkata: "Didalam dunia ini, orang yang suka menyamar dan memakai nama lain orang jumlahnya begitu banyak. Sukar dibilang. Pinto benar2 tidak percaya kalau kau pun, Lim Tiang Hong yang belakangan datang ini betul atau tidak Lim Tiang Hong tulen"
"Kalau begitu dengan cara bagaimana lagi suruh aku bikin kau percaya?""
"Gampang sekali, asal kau suka unjukkan beberapa jurus ilmu pedang To-liong Keng-hong warisan Bu-ceng Kiam-khek, kami akan segera dapat membedakan yang mana palsu dan mana yang tulen"
Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak "Pedang To-liong kiam" katanya "Selamanya tidak gampang2 keluar dari sarungnya. Jikalau pedang itu terpaksa keluar juga, barang kali tidak baik akibatnya bagi kalian. Aku rasa lebih baik jangan sajalah!"
"Ilmu pedang Yu-liong Kiam-hoat belum tentu dibawah permainan pedang To-liong Keng-hong mu. Maka itu, Pinto ingin sekali saja belajar kenal"
Tadi itu adalah suaranya Hie-leng Tojin yang sudah gusar agaknya, kemudian betul saja dia menyerang dengan cara gesit sekali menggunakan pedangnya.
Lim Tiang Hong masih tidak memperlihatkan reaksi apa2 di wajahnya. Ia hanya senyum-senyum simpul, badannya lantas berputar seoiah-olah gangsingan.
Serangan yang demikian hebat, yang dilancarkan oleh imam Kun-lun-pay ternyata hanya mengenakan tempat kosong.
Dan setelah seiangan berhenti dan agak mereda, orangnya ternyata masih berdiri di tempat itu juga, setengah tindakpun ia tidak berkisar!
Hie-leng Totiang, dengan kedudukannya sebagai orang dari tingkatan tua, dengan mendadak tadi mengadakan serangan bokongan terhadap orang dari tingkatan muda, sebetulnya sudah merupakan suatu hal yang merendahkan derajatnya. Apalagi serangan itu justru dengan mudah sekali dapat dielakkan lawannya, malah tanpa berkisar dari tempatnya lagi, kemana harus ditaruh mukanya untuk hari2 selanjutnya"
Begitulah, secara tiba2 juga ia ketika menarik serangannya. ketika membalik badan, dengan satu gerak tubuh Yu-liong pay-gwee kembali sudah membabat pinggangnya Lim Tiang Hong.
Sengit sekali agaknya serangan itu dilancarkan, karena yang di arah adalah tempat penting.
Lim Tiang Hong berubah wajahnya. Dengan satu gerak tangan yang manis ia sudah berhasil membikin mencong arah pedangnya Hie-leng Totiang. Berbareng dengan itu jari tangannya yang lain tidak tinggal diam, telah menotok jalan darah pingsannya Im-san Mo-lie, lalu didorongkan kepada Yan-jie yang sudah berada dekat dengannya sembari berkata: "Adik Yan, sukalah kau tolong awasi dia. Aku hendak belajar kenal dengan permainan pedang enam partai golongan Hian bun"
Berbareng dengan habisnya ucapannya tadi, tangannya sudah memotes sebatang ranting pohon sepanjang tiga kaki. Ranting ini selanjutnya lantas digunakannya sebagai senjata, menangkis maupun menyerang lawan di hadapannya.
Lalu, sembari gerak2kan rantingnya itu ia berkata: "Kalian hendak bertempur majulah berbareng. Aku si orang she Lim dengan setangkai ranting kayu ini boleh jugalah menemani kalian main2 dalam beberapa jurus saja"
"Bocah kau jumawa sekali!" demikian Hie-leng Totiang kembali membentak, kemudian dengan ternama sampai tiga-empat kali imam Kun-lun ini sudah menyerang dengan pedangnya.
Lim Tiang Hong hanya geser kaki dengan tangan masih tetap memegang ranting kayunya yang diputarkan se-olah2 pedang sedemikian rupa hingga seluruh badannya se-akan2 telah terbungkus sinar hijau tak terlihat lagi
Dengan jalan demikian maksudnya ingin menggunakan salah satu gerak tipu To-liong Keng-hong. Sinar hijau mendadak nampak melesat tinggi, mematahkan serangan Hie-leng Totiang tadi dan ketika itu pula terdengar suara "Srr-srr"an dari senjatanya itu.
.Hie-leng Totiang tiba2 seperti menemukan binatang buas, lantas ter-huyung2 mundur sampai delapan kaki, jeri sekali ia agaknya.
Sementara itu Lim Tiang Hong sudah kembali lagi pada kedudukannya semula, kemudian dengan senyum dikulum lalu berkata "Gerak tipu ilmu pedang To-liong Keng-hong rasanya toh tidak palsu bukan?"
Pada saat itu kawanan imam dari enam partai besar itu agaknya telah dapat menduga kalau pemuda dihadapan mereka itu benarlah To-liong Kongcu Lim Tiang Hong sendiri, itu Kongcu yang namanya sangat kesohor dikalangan kang-ouw pada dewasa ini. Akan tetapi, enam partai besar golongan Hian-bun, didunia kang-ouw nama baik dan kedudukannya berderajat tinggi sekali, bagaimana dengan hanya satu jurus saja sudah dapat gertak mundur"
Oleh karena timbulnya pikiran semacam itu, maka semua imam tadi masih tetap berlagak pilon. Sembari mengeluarkan bentakan berbareng semuanya lantas meluruk maju!
Sinar2 pedang dari berkelebatnya sepuluh pedang lebih nampak berkilau-kilauan menyilaukan mata. Dan sudah barang tentu pula, arah atau yang menjadi sasaran mereka adalah badan Lim Tiang Hong, semua datang dari empat penjuru.
Lim Tiang Hong dalam kepungan, senjata ranting kayunya nampak ber-gerak2 cepat menyambuti setiap serangan yang dilancarkan oleh kawanan imam itu.
Kini sinar hijau yang timbul dari "senjata" Lim Tiang Hong kelihatan begitu gesit "Naga" berseliweran menembusi sinar pedang kawanan imam itu, hingga membuat orang sukar dapat menangkap ilmu pedang mana sebetulnya yang lebih unggul.
Berbareng dengan itu tubuh Lim Tiang Hong tiada henti2nya berseru: "Ilmu pedang Mo-in Kiam-hoat dari Khong-tong-pay cukup ganas....!"
"Ng! Ilmu pedang Thay-im-kiam dari Ngo bie-pay benar lain daripada yang lain...." demikian suaranya menyambungi suara yang terdengar duluan.
Pada saat itu gumpalan sinar pedang yang putih ternyata sudah terjadi keretakan.
Setelah itu terdengar pula suara Lim Tiang Hong yang kembali berkata "Ah sayang, ilmu pedang Liang-gie Kiam-hoat ini belum cukup sempurna... Eei! Orang yang
.mainkan Yu liong-kiam itu kekuatannya belum cukup, seharusnya pulang dulu minta gurunya ajarin melatih diri tiga tahun lagi"
Demikianlah se-akan2 laku seorang guru sedang mendidik murid2nya, Lim Tiang Hong sebentar2 berkata memberi komentar tentang ilmu pedang lawan2nya. Hal damikian tentu saja membuat kawanan imam Hian-bun itu mendongkol bukan main. Tetapi apa daya" Tak berdaya!
Sekalipun semuanya mengerahkan seluruh kekuatan yang ada padanya, sekalipun sudah digabungkan semua serangan2 itu menjadikan kekuatan yang ber-ganda2 tenaganya, akan tetapi percuma saja rupanya.
Tepat pada saat itu, se-olah2 burung elang menyambar mangsanya, meluncur ke arah Yan-jie dan menyambar badannya Im-san Mo-lie dalam sarangnya. Yan-jie segera menggeram dan menyerang cepat orang yang baru datang itu dengan pedangnya.
Tetapi orang itu se-akan2 lakunya burung elang menyambar mangsa, tetap saja mengangkat badan Imsan Mo-lie yang menggeletak di tanah, sedangkan tangannya yang lain mengebas. Dari kibasan tangannya itu meluncur keluar hawa dingin luar biasa yang mengarah Yan-jie!
Yan-jie yang tidak ber-jaga2 atas serangan itu lantas jatuh rubuh di tanah....
Cu Giok Im baru2 mengejar orang itu dan hendak merampas Im-san Mo-lie kembali, tetapi sudah terlambat....
Orang itu, sambil mengempit pinggangnya Im-san Mo-lie kelihatan lompat melesat keluar rimba! Dan semua gerakannya itu se-olah2 bukan tenaga manusia yang melakukan, cepat dan luar biasa sebatnya!
Lim Tiang Hong yang masih dalam kepungan, ketika mendengar geraman ber-ulang2 dari mulut kawannya, lantas mengerjakan ranting2 sedemikian rupa memecahkan kepungan lawan.
Setelah berhasil membuat "lubang" diantara berkelebatannya sinar2 pedang lawan, Lim Tiang Hong lantas melesat keluar kepungan.
Tetapi saat itu Yan-jie sudah terluka parah, dan orang yang melukainya juga sudah tak kelihatan mata hidungnya.
.Buru2 diperiksanya keadaan Yan-jie, nyata napas nona ini memburu, sekujur awaknya dingin memucat. Sudut2 bibirnya nampak darah sudah menghitam sebagai tanda bahwa luka yang diderita nona itu parah sekali.
Sesaat lamanya Lim Tiang Hong merasa seperti kehilangan akal, tak tahu bagaimana harus berbuat.
Cu Giok Im lalu berkata dengan suara serak: "Kita pergi cari rumah penginapan dulu baru dayakan lain akal"
Setelah itu lantas dipondongnya badan sang kawan dan kabur keluar rimba.
Lim Tiang Hong dengan sorot mata tajam, menyapu kawanan imam itu satu-satu, kemudian mengikuti jejak Cu Giok Im dengan langkah ringan.
Imam2 dari golongan Hian-bun itu berpandang antara sesamanya, semua berdiri diam bagai patung membisu. Mereka gegetun mengapa demikian rupa akhir kejadiannya. Oleh karena hendak menuruti hawa napsu, penjahat yang di-kejar2 dari tempat jauh kini ternyata sudah dibawa kabur orang lain. Mereka kini hanya dapat menyaksikan Cu Giok Im dan Lim Tiang Hong yang lari keluar rimba, tiada seorangpun diantara mereka yang coba merintangi mereka
(-0odwkzo0-) Bab 21 LIM TIANG HONG dan Cu Giok Im yang membawabawa Yan-jie yang terluka, terus berlari dan berlari, yang dicari adalah sebuah penginapan.
Lebih dulu Cu Giok Im rebahkan dirinya Yan-jie diatas pembaringan, sedang Lim Tiang Hong kala itu telah mengeluarkan sebutir obat Soat-som-wan yang terus dicekoki dimulutnya si nona.
Tetapi keadaan Yan-jie pada saat itu sudah seperti mayat layaknya. Sekujur badannya dingin kaku, mulutnya terkancing rapat, hingga pil Soat-som-wan itu tak dapat dimasukkan dalam mulutnya.
Ketika sekali ditatapnya wajah Cu Giok Im, Lim Tiang Hong lalu berkata: "Encie Cu, tolong jejalkanlah se-bisa2 supaya obat ini bisa masuk dalam mulutnya"
Cu Giok Im sambi! mesem2 kecut berkata: "Badannya sekarang dingin sekali, terang dia tadi terkena
.serangan yang mengeluarkan hawa dingin. Sekarang justru memerlukan tenaga murni seorang laki2 baru ada gunanya. Betapapun besar dayaku, tanpa laki2 pasti akan sia2...."
Ucapannya Cu Giok Im itu meski dikeluarkan dari hati yang jujur, tatapi biar bagaimana Lim Tiang Hang merasa tidak enak untuk mengusahakan dengan cara memasukkan hawa dari mulutnya melalui mulut Yan-jie pula.
Cu Giok Im yang agaknya dapat menduga hatinya Lim Tiang Hong, lalu berkata pula: "Seorang laki2 bertindak haruslah tegas! Tidak boleh berlaku maju mundur begitu. Apa yang harus dan perlu dikerjakan olehnya harus segera dilakukan tanpa ragu dan bimbang. Apa kau boleh enak melihat begini saja dia dalam bahaya tanpa memberi pertolongan sedikitpun?""
Kesatria Berandalan 3 Jodoh Si Mata Keranjang Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemabuk 1
^