Pencarian

Tamu Dari Gurun Pasir 7

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 7


.kekuatan saling bentur, ia segera merasakan gelagat kurang baik. Dengan cepat ia tarik mundur dirinya, kemudian dengan menggunakan kedua tangan ia balas menyerang secara bertubi-tubi.
Terdengar suara benturan nyaring. Badannya kauwcu muda itu terpental mundur dalam keadaan sempoyongan seperti orang mabuk. Wajahnya yang terhitung cakap juga, seketika itu sudah berobah merah sepeti kepiting direbus, sambi kertak gigi, kembali ia lompat menerjang.
Lim Tiang Hong mengawasi semua perbuatan kauwcu muda itu sembari ketawa dingin kemudian menyambuti terjangan kauwcu muda itu dengan serangannya yang sedemikian cepat sampai 3 kali beruntun.
Kauwcu muda itu nampaknya sudah kalap benar, sehingga dengan tanpa menghiraukan jiwanya sendiri, sudah menyambuti semua serangan Lim Tiang Hong dengan kekerasan pula.
Kekuatannya kauwcu muda ini benar2 menakjubkan. Lim Tiang Hong jika hendak merubuhkan padanya, juga tidak mungkin dengat begitu mudah saja. Tapi si kauwcu muda yang sudah kalap benar2 itu ternyata sudah gelap pikirannya. Ia tidak memikir panjang lagi, hendak mengadu kekuatan tenaga dalam dengan Lim Tiang Hong.
Ia tidak tahu bahwa Lim Tiang Hong yang berkalikali menemukan kejadian gaib, ada mempunyai kekuatan tenaga dalam begitu hebat, maka hanya menggunakan 5 atau 6 bagian saja, sudah cukup membikin si kauwcu muda itu tidak berdaya.
Ketika Lim Tiang Hong mengingat bagaimana kauwcu muda itu pernah menyaru dan menggunakan namanya untuk mengganas dan melakukan pembunuhan besar2 terhadap orang2 dari golongan baik2, hatinya begini panas, hingga saat itu ia lantas menggunakan ilmunya Kian-liong Pat-jiauw, menyambar pergelangan tangan si kauwcu muda dan kemudian ditekan dengan keras.
Kauwcu muda itu merasa kesakitan setengah mati, sekujur badannya sampai lemas, hampir saja ia berlutut untuk minta ampun, sedang keringat dingin mengetel keluar membasahi badannya.
.Dalam keadaan demikian, disitu lalu timbul suara bentakan berulang-ulang, dari berbagai penjuru. Orang2nya Thian-cu-kauw sudah pada memburu kearah Lim Tiang Hong untuk menolong kauwcu muda mereka.
Tapi, orang2nya Heng-hong-tie ternyata bertindak lebih cepat. Si pengemis pincang, Gin-sie-siu dan Cengphoo-siu bertiga, sudah bertindak melindungi dirinya Lim Tiang Hong. Maka ketika menampak orang2nya Thiancu-kauw bergerak, mereka lalu putar tangan mareka untuk menyambuti kedatangan orang2 tersebut.
Beberapa orang yang mencryang duluan telah dibikin terpental oleh serangan ketiga orang kuat itu, yang lainnya katika menyaksikan keadaan demikian semua lantas pada mundur tidak berani mendekati lagi.
"Siapa yang tidak takut mati, boleh maju" demikian sesumbarnya si pengemis pincang.
Tapi, siapapun tidak ada yang mempunyai kepandaian dan kekuatan untuk menerjang dirinya ketiga orang kuat itu, termasuk Mo-kiong Toa-nio sendiri. Tapi ia yang mempunyai keedudukan sebagai pelindung hukum dalam perkumpulan Thian-cu-kauw, sudah tentu tidak dapat membiarkan dirinya kauwcu mudanya terjatuh didalam tangan musuh, maka ia lantas pentang senjatanya yang berupa anak panah dengan busurnya dan lantas maju menyerang dirinya si pengemis pincang.
Dengan wajah beringas si pengemis pincang menyambuti setiap serangan yang dilancarkan oleh Mokiong Toa-nio.
Semua kejadian itu telah terjadi dalam waktu sekejapan saja. Lim Tiang Hong setelah menekan si kauwcu muda itu dan selagi hendak menotok jalan darah, mendadak nampak berkelebatnya satu bayangan orang. Dengan kecepatan bagaikan kilat sudah berada di sampingnya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang mempunyai daya reflek begitu tajam, segera geser kakinya untuk menyingkir kesamping sembari menyeret dirinya si kauwcu muda.
Tiba2 ia dengar orang yang baru tiba itu berseru padanya: "Lepaskan tanganmu, itu adalah kakakmu sendiri!"
Suara itu ada mengandung nada kaget dan ketakutan demikian rupa dan tatkala Lim Tiang Hong berpaling padanya, ia baru kenali bahwa orang yang baru
.datang itu ternyata adalah ibunya sendiri, Lok-hee Hujin. Maka seketika itu ia lantas berdiri kesima.
"Bagaimana aku bisa mempunyai kakak?" demikian ia menanya dengan heran.
Tapi karena memandang muka ibunya, ia lantas lepaskan tangannya yang mencekal pergelangan tangan si kauwcu muda tadi. Dan kauwcu muda itu begitu dirinya sudah bebas lagi lantas atur pernapasannya, memandang Lim Tiang Hong dengan penuh amarah. Setelah itu ia lantas balikkan badannya untuk kabur.
Lok-hee Hujin mengawasi berlalunya kauwcu muda itu sembari gelengkan kepala. Ia menghela napas perlahan kemudian berpaling kearah si pengemis pincang sembari berkata: "Kita masih ada sedikit urusan pribadi yang akan bicarakan dengan kongcu kalian, bolehkan kalian berlalu sebentar saja?"
Si pengemis pincang itu saling berpandangan dengan Gin-sie-siu dan Ceng-phoa-siu sejenak kemudian meninggalkan Lim Tiang Hong.
Saat itu orang2nya Thian-cu-kauw juga sudah pada berlalu mengikuti jejak kauwcu maka dalam rimba itu hanya tinggal Lim Tiang Hong dan Lok-hee Hujin berdua. Tatkala Lim Tiang Hong mencari Yu-kok Oey-Lng, si nona itu ternyata juga sudah meninggalkan tempat tersebut.
Hatinya merasa seperti kehilangan apa2, tiba2 ia menanyakan pada Lok-hee Hujin: "Ibu, mengapa kau tidak memberitahukan tentang asal usul yang mengenai dirinya anak muda yang menyaru sebagai diriku tadi. Bagaimana ia bisa menjadi kakakku?"
"Dia benar2 adalah kakakmu, ibumu tidak membohongi kau... Anak, apakah kau masih pikir hendak pulang ke lembah Loan-phiauw-kok".
"Apapun aku tidak pikirkan, aku cuma ingin tahu asal usul diriku, dimana sebetulnya ayah berada?"
Mendengar pertanyaan itu, Lok-hee Hujin wajahnya berubah seketika: "Tentang ini, cepat atau lambat kau nanti akan tahu sendiri, sekarang aku tidak mengijinkan kau menanyakan lagi"
"Ibu! Apakah kau masih ada apa2 yang tidak boleh diketahui oleh orang luar?"
Lok-hee Hujin gelagapan. Hatinya merasa bimbang. Ia tidak berdaya untuk memberi jawaban yang sebenarnya terhadap anaknya ini.
.Dalam keadaan demikian, diluar rimba tiba2 terdengar suaru yang ketawa dingin.
Lim Tiang Hong lantas membentak: "Siapa"...., "
Dengan ilmunya It-sia Cian-lie, laksana anak panah terlepas bari busurnya ia sudah melesat keluar dari dalam rimba.
Gerakan itu ada begitu gesit, tapi tatkala ia tiba di luar rimba, disitu sudah tidak kelihatan bayangan seorangpun juga.
Ia masih merasa penasaran. Dengan cepat ia lompat keatas pohon. Dari situ ia memandang keadaan disekitarnya, ditempat sejauh kira2 2 atau 3 ratus tombak ia melihat satu bayangan orang lari kearah timur laut. Karena merasa sudah tidak keburu untuk mengejar, maka lantas balik lagi ke dalam rimba, tapi pada saat itu Lok-hee Hujin juga sudah tidak kelihatan bayangannya lagi.
Ia memanggil berulang-ulang, tapi tidak mendapat jawaban. Ia tahu bahwa ibunya sudah pergi jauh, maka rupa2 pikiran lantas timbul dalam otaknya. Ia coba menganalisa segala kejadian yang sudah lalu, kesimpulannya ialah:
1. Apa sebabnya ibunya tidak mau memberi tahukan tentang asal usul yang menyangkut dirinya" Dan kalau ditanya tentang itu, sang ibu itu nampaknya ada kesulitan atau kesusahan batin yang menindih perasaannya. Apa sebabnya Thian-cu-kauw membasakan dirinya Siauw-kauwcu atau kauwcu muda" Dan apa sebabnya kemudian pandang dirinya sebagai musuh"
2. Bagaimana kauwcu muda dari Thian-cu-kauw. Mendadak, sontak bisa berubah menjadi kakaknya" Kalau hal itu benar, maka kauwcu Thiau-cu-kauw itu sudah tentu adakah ayahnya sendiri. Tidak! Itu tidak mungkin, sebisa-bisa ia coba menyingkirkan pikiran yang demikian itu.
3. Kauwcu muda yang menyaru sebagai dirinya itu. kalau betul adalah kakaknya, maka Im-san Mo-lie juga terhitung masih kakaknya" Dan mengapa mereka suka menyaru dirinya melakukan perbuatan mengganas" Andaikan ada kebetulan saja, ada permusuhan apa orang2 Thian-cu-kauw itu dengan orang2 golongan partai Hian-bun"
4. Heng-lim Cun-loan sebetulnya binasa ditangan siapa" Mengapa orang itu harus turun tangan membunuh padanya" Apakah itu juga ada perbuatannya Im-san Molie" Apakah karena orang tua itu mengetahui asal usul dirinya, sehingga perlu disingkirkan dari dalam dunia untuk menutup rahasia itu"
Dengan kesimpulan seperti diatas, ia telah mendapat kapastian bahwa asal usul dirinya itu sesungguhnya sangat misterius. Ada kemungkinan didalamnya terdapat permusuhan sangat hebat. Oleh karena itu, maka ia semakin keras keinginannya untuk membongkar semua rahasia yang meliputi dirinya.
Ia berpikir lagi sejenak, kembali ia teringat segala sepak terjangnya orang2 dari Hong-hong-tie. Mengapa orang2 dari Hong-hong-tie membahasakan dirinya Kongcu" Apakah Kie-lin Kokcu, yang pemimpin mereka itu adalah ayahnya sendiri.
Kembali ia ingat bagaimana ketika ia mencekal pergelangan tangannya kauwcu muda dari Thian-cukauw tadi. Siapapun sebetulnya tidak mudah bisa menembus dalam lingkaran yang dibuat oleh si pengemis pincang dan kawan2nya tadi, tapi mengapa ibunya bisa menembus bendungan itu begitu mudah" Dari situ dapat diduga bahwa orang2nya Hong-hong-tie mungkin juga kenal baik dengan Lok-hee Hujin.
Banyak kejadian setelah dipikir dengan tenang, pelahan2 mulai menemukan jawabannya. Jalan satu2nya pada saat itu, ialah bikin terang dulu asal usul yang mengenai dirinya. hingga semua persoalan akan menjadi terang.
Tapi kemana ia harus mencari keterangan itu"
Dalam pikiran pepat, dengan tanpa sadar tangannya dimasukan ke dalam sakunya, mendadak tangannya menyentuh sebuah benda bundar. Ia lantas keluarkan benda itu. Ternyata adalah benda yang diberikan oleh Im-san Mo-lie yang rupanya seperti petasan.
Benda apakah ini" Demikian ia tanyakan dalam hatinya sendiri.
Tertarik oleh perasaan aneh, kedua jarinya lantas memencet benda tersebut. Tiba2 terdengar suara ledakan, sinar hijau lantas meluncur ke tengah udara, sinar itu lama sekali masih belum pudar, maka seketika itu ia lantas sadar bahwa semua kejadian dan peristiwa
.berdarah serta orang yang menyaru dirinya itu, mungkin adalah perbuatannya Im-san Mo-lie seorang.
Selagi ia masih dalam keadaan termenung, dari empat penjuru nampak berkelebatnya bayangan banyak orang, yang lari menuju ke arahnya. Dilihat dari dandanannya orang2 itu, ternyata adalah orang2nya Thian-cu-kauw.
Bukan kepalang rasa kagetnya pada saat itu.
-odw-smhno- Bab 16 DALAM keadaan tidak sengaja Lim Tiang Hong melepaskan api pertandaan yang diberikan oleh Im-san Mo-lie kepadanya, hingga dalam waktu sekejapan saja dari empat penjuru muncullah banyak orang2.
Orang2 itu terdiri beberapa kelompok. Tiap kelompoknya paling sedikit berjumlah lima orang yang kesemuanya lantas lari menghampiri kedekatnya.
Menyaksikan kejadian demikian, hati Lim Tiang Hong tergerak. Diam2 dalam hati ia berpikir: "Siauwkauwcu dari Thian-cu-kaaw itu setiap kali melakukan kejahatan selalu menggunakan namaku. Maka kini sekali2 aku juga boleh mengaku sebagai Si kauwcu itu untuk mencari sedikit keterangan".
Sementara itu orang2nya Thian-cu-kauw tadi sudah berada didepannya dan pada menjura memberi hormat. Dari wajah mereka kelihatan sikap yang sedikit kikuk bingung.
Lim Tiang Hong se-bisa2nya meniru gerak geriknya pemuda yang mengaku Siauw-kauwcu Thian-cu-kauw itu, dengan sikap keren dan suara dingin berkata: "Apakah kalian pernah melihat seorang pengemis pincang" Dia adalah orangnya Hong-hong-tie. Barusan pernah bergebrak beberapa jurus dengan aku, sekarang sudah kabur lagi"
Wajahnya Lim Tiang Hong dengan pemuda yang menamakan diri Siauw-kauw-cij itu memang sangat mirip satu sama lain. Ditambah pula sikap yang di-bikin2 Lim Tiang Hong seperti sikap Siauw-kauwcu mereka, sudah tentu tidak dapat dikenali oleh orang2 Thian-cu-kauw. Itu karena dengan Siauw-kauwcu mereka sendiripun mereka jarang saling bertemu.
Maka mereka lantas menjawab: "Hunjuk beritahu kepada siauw-kauwcu, kami belum pernah melihat" Diwajah orang2 itu ada sedikit kelihatan kekagetan dan ketakutan. Sebabnya ialah, Kauwcu mereka pernah pesan wanti2, tidak boleh mencari setori dengan orangnya Hong-hong-tie. Dan sekarang mengapa Siauwkauwcu ini berani turun tangan terhadap si pengemis pincang dari Hong-hong-tie"
Lim Tiang Hong yang melihat mereka benar saja tidak menaruh curiga terhadapnya sedikitpun, lantas berkata pula dengan suaranya yang tetap ketus dingin: "Tahukah kalian bahwa sanak atau kerabatnya Heng-lim Cun-loan dari Kim-leng selama ini ada menunjukkan gerakan apa2?"
Murid2nya Thian-cu-kauw itu pada geleng2 kepala dan hampir dengan serentak pula menjawab: "Hamba sekalian karena tidak mendapat perintah, terhadap soal ini tidak berani melakukan penyelidikan"
Orang2 Thian-cu-kauw itu semuanya merupakan orang yang belum masuk hitungan. Mereka biasanya hanya tahu melakukan tugasnya menuruti perintah atasnnya saja. Maka hal2 yang belum ditugaskan dengan sendirinya sama sekali tidak diketahui.
Lim Tiang Hong yang tidak mendapat keterangan aedikitpun juga dari orang2 itu, dalam hati merasa gusar, maka lantas ia membentak keras: "Manusia tidak punya guna! Sekalipun tidak ada perintah dalam urusan besar seperti ini juga seharusnya kalian turut ambil perhatian!"
Orang2 itu kelihatan pada mengkeret badannya, sambil tundukkan kepala mereka membungkam dalam seribu bahasa.
Lim Tiang Kong sebetulnya ingin mendapatkan keterangan siapa2 adanya musuh Heng-lim Cun-loan dan kematiannya Heng-lim Can-loan itu betul atau bukan perbuatannya orang2 Thian-cu-kauw.
Sebab kalau benar kematian itu disebabkan oleh orang2, Thian-cu-kauw, kerabat atau sanak dekatnya heng-lim Cun-loan sudah tentu ambil perhatian. Dan sekarang ternyata sedikitpun ia tidak dapat keterangan, maka ia juga merasa kewalahan. Akhirnya ia hanya dapat berkata setelah ulap2kan tangan: "Sudah tidak ada urusan apa2 lagi! Kalian semua boleh pergi! Tinggalkan seorang saja untuk membawaku suratku ke pusat"
Diantara orangnya Thian-cu-kauw itu nampak pada berunding sebentar, tetapi tidak ada seorangpun yang berani maju hingga hal ini tentu saja membuat Lim Tiang Hong mendongkol dalam hati.
"Telur busuk! Kalian berani membangkang Siauwkauwcu kalian" Apa kalian sudah tidak perlu jiwa kalian lagi?"
Orang2 itu agaknya ketakutan. Salah seorang menjawab sambil bungkukkan badan: "Bukannya hamba sekalian berani menolak atasan. Hamba sekalian sebetulnya tidak tahu dimana letak pusat perkumpulan kita"
Lim Tiang Hong berlagak seperti baru sadar "Ow! Kiranya begitu," katanya "Kalau begitu baik, pergilah semua! Aku sudah tidak perlu apa2 lagi!" "
Orang2 Thian-cu-kauw itu seperti orang2 tawanan yang mendapat pengampunan besar, lantas serentak balik badan dan kabur sipat kuping tanpa menoleh-noleh lagi.
Percuma saja semua usahanya Lim Tiang Hong tadi, sebab sampaipun dimana letak pusat perkumpulan Thian-cu-kauw itu ia juga tidak bisa dapatkan alamatnya.
Dalam jengkelnya, setelah menggebah orang2
Thian-cu-kauw dan selagi hendak berlalu, tiba2
terdengar suara berkibarnya baju tertiup angin. Dari tengah udara lalu mendadak melayang turun seorang wanita berparas cantik bukan main.
Wanita itu ternyata adalah ibunya sendiri, Lok-hee Hujin.
Setelah kakinya menginjak tanah dan melihat Lim Tiang Hong berdiri disitu, lama ia menanya dengan sikap keheranan: "Hong-jie, apa kau tadi yang melepas api pertandaan?"
Terhadap ibunya ini yang selalu berdandan perlente dan berpupur medok selalu itu, Lim Tiang Hong memang sudah merasa tidak senang. Maka ketika ditanya hanya mengangguk, tidak menjawab sepatahpun.
Lok-hee Hujin rupanya masih tetap heran, maka bertanya lagi: "Bagaimana kau bisa mempunyai api pertandaan dari partai kita itu?"
"Im-san Mo-lie yang memberikan padaku"
"Apa kau kenal dia?"
"Aku dengan dia pernah mengikat tali persahabatan sebagai encie dan adik. Cuma aku merasa ia terlalu jahat. Beberapa kali menjadi dan menggunakan namaku
.598 melakukan kejahatan. Lain kali apabila aku bertemu lagi dengannya, tentu tak kuampuni lagi"
"Kau jangan semberono! Dia adalah enci kandungmu sendiri!"
Sudah lama Lim Tiang Hong memang mencurigai Im-san Mo-lie yang mungkin ada hubungan denganya. Dan sekarang setelah diberitahukan oleh ibunya sendiri, kegusarannya lantas meluap. Sambil gedruk2an kakinya ia lantas berkata "Ahh! Jikalau semua ini benar, aku yang mempunyai satu engko dan satu enci seperti itu, habislah semuanya"
Setelah itu ia menarik lengan baju Lok-hee Hujin dan menanya lagi dengan tegas tandas: "Ibu, hari ini kau harus memberitahukan tentang asal usulku! Sebetulnya ayah sekarang ada dimana dan kauwcu dari Thian-cukauw itu apa benarkan ayahku?"
Diwajahnya Lok-hee Hujin saat itu terkilas suatu roman yang aneh luar biasa. Kelihatan sang ibu agak tercengang sejenak dan kemudian se-olah2 sudah mengambil suatu keputusan tetap, dengan tandas pula ia berkata: "Kauwcu adalah ayahmu sendiri! Perlu apa kau begitu taruh curiga" Baru2 ini ayahmu sedang berusaha hendak mengambil suatu barang. Kalau kau bertemu dengan dia, harus kau ingat, dia adalah ayahmu sendiri!"
Apa yang dikuatirkan oleh Lim Tiang Hong dan apa yang ditakuti serta dibuat kuatir selama itu akhirnya benar2 ada suatu kenyataan, suatu hal yang menakutkan dan menyeramkan hatinya.
Orang yang semula disangsikan adalah ayahnya sendiri, kini telah menjadi jelas, karena ibunya sendiri yang mengatakan demikian. Maka seketika itu seperti orang mabok, matanya dirasakan ber-kunang2, dengan kedua tangan menekap kepalanya sendiri, hampir saja ia roboh tidak ingat orang, sedang mulutnya tidak henti2nya mengeluh sendiri: "Oh Tuhan! Bagaimana kau permainkan umatmu begini rupa". Apa yang harus kuberbuat selanjutnya". Apa aku diharuskan berhadapan sebagai musuh bebuyutan dengan ayahku yang jahat yang melakukan segala rupa kejahatan itu. Aku yang mempunyai kepandaian silat cukup tinggi, seharusnya kugunakan ilmuku itu untuk msnyingkirkan segala kejahatan. Tapi tujuan pertama yang halus kusingkirkan ternyata adalah ayahku sendui... Aah...!"
Lok-hee-Hujin setelah mengetahui hubungan antara Kauwcu Thian-cu-kauw dengan Lim Tiang Hong bcgini buruk, maka semua perkataan yang sedianya hendak diucapkan terpaksa ditelannya kembali. Ia merasa seperti perkataannya tadi telah melanggar hati nuraninya sendiri, maka akhirnya dengan diam2 lalu meninggalkan anaknya itu.
Keadaan Lim Tiang Hong pada waktu itu sungguh sangat mengenaskan. Dalam keadaan demikian, semua hal disekitarnya hampir tidak diambil perhatian.
Lama sekali ia berada dalam keadaan jengkel dan murung demikian dan akhirnya, ketika ia mengangkat muka dan selagi hendak minta penjelasan lagi dari ibunya, ternyata sang ibu itu sudah tidak kelihatan lagi sekalipun bayangannya.
Dalam hatinya seketika itu lalu timbul perasaan curiga. Pikirnya: "Dia setiap kali berbicara dengan aku, selalu kelihatan gaga gugu seperti suaranya tidak sewajarnya dikeluarkan. Dalam urusan ini, benar atau bohong masih harus dipastikan. Sebaiknya aku sekarang mengambil tindakan. Menurut rencanaku semula, setelah aku bertemu sendiri dengannya atau kalau sudah mendapat bukti2, baru nanti aku berusaha lagi"
Berpikir memang tidak terlalu sulit, tetapi dalam perkara itu se olah2 besi berat yang hendak diangkat dari dalam dasar lautan dan se-olah2 duri yang hendak dikeluarkan dari tenggorokan, tidak begitu mudah dilakukan. Disamping itu, masih ada lagi satu soal yang lebih rumit dan pelik yang hingga pada waktu itu masih belum dapat dibuktikan, yakni orang yang menjadi Kauwcu Thian-cu-kauw itu apakah betul adalah itu orang yang dikatakan suhunya "Manusia Buas Nomor Satu" atau bukan. Apabila hal itu benar, maka persoalan itu tentu akan menjadi semakin pelik.
Saat itu ia sendiri juga tidak tahu sedang berada dimana, lama sekali berdiri dalam sikap menjublek demikian, sampai hari hampir gelap baru per-lahan2 meninggalkan tempat tersebut.
Sambil gerakkan kakinya untuk melemaskan otot2, dalam suasana yang gelap, dalam hatinya berpikir "Urusan sudah menjadi demikian rupa, jengkel juga tidak guna. Maka sebaiknya aku lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya...."
.Selagi ia masih berjalan sembari melamun itu, lima sosok bayangan orang laksana anak2 panah lepas dari busurnya tiba2 sudah terbang melesat depan matanya.
Oleh karena daya penglihatan, begitupun daya pendengaran Lim Tiang Hong jauh lebih terang daripada manusia biasa, meskipun dalam keadaan melamun telinganya masih dapat menangkap suara yang sebagaimana kecilpun juga, dan matanyapun segera dapat meiihat bahwa kelima sosok bayangan orang itu adalah Thian-lam Ngo-liong.
Melihat orang2 itu hatinya tergerak, diam2 dalam hati berpikir: "Malam buta rata seperti ini orang2 itu kelihatan seperti ter-gesa2, apa mungkin ada kejadian apa2?"
Sebagai orang dunia rimba persilatan sudah tentu Lim Tiang Hong mempunyai perasaan lebih tajam daripada manusia umumnya. Sedikit merasa curiga, lantas ingin mengetahui se-dalam2nya. Begitu juga halnya Lim Tiang Hong pada ketika itu tidak dapat dikecualikan. Maka ia lantas ia lompat melesat dengan ilmu mengentengi tubuhnya, sebentar saja ia sudah melesat tujuh delapan tombak mengejar lima "naga" yang terbang duluan tadi.
(-0odwkzo0-) Jilid Ke 7 Dengan perbuatannya itu, benar saja Lim Tiang Hong dapat menyaksikan keadaan yang agak ganjil baginya.
Tindak tanduknya Ngo-liong itu mengherankan hatinya maka dikejarnya terus mengambil jalanan gunung yang kecil dan sunyi2. Tampak dari sikap mereka kelihatan sangat tegang sekali.
Jalanan yang ditempuh makin lama berbahaya, untuk orang2 kebanyakan, jalanan sulit yang berbahaya itu tentu akan menyulitkan perjalanan. Lim Tiang Hong melihat itu diam2 lantas berpikir: "Thian-lam Ngo-liong ini apa maksudnya mengambil jalanan gunung yang sempit dan berbahaya?"
Pada saat itu Tiat-ciang Kim-liong tiba2 berhenti larinya dan sambil balik badan berseru: "Barangkali ada disini!"
.Dari dalam sakunya "Liong" ini lalu mengeluarkan segulung peta warna kuning yang lalu dibuka serta dibaca dibawah penerangan dewi malam.
Lima orang itu berkerumun membuat satu lingkaran, lalu dengan tangan menunjuk-nunjuk, entah apa yang dirundingkan mereka"
Lim Tiang Hong ketika pasang kuping, lapat2 didengarnya Tiat-ciang Kim-liong berkata dengan nada rendah sekali "Suhu dulu sering memeriksa gambar ini sambil menarik napas. Katanya lantaran sebiji nyali naga yang sudah berubah menjadi batu, ia telah mengorbankan tiga jiwa saudara seperguruannya. Tapi barang itu sendiri katanya lagi, belum berhasil diambilnya. Maka ber-kali2 suhu memesan kepada Suhengmu yang bodoh ini, jangan sekali-kali coba menempuh bahaya lagi"
Song-kang, It-liong lantas berkata seperti orang penasaran, suaranya lebih keras dari yang duluan. "Aku justru tidak percaya kalau tempat ini begitu angker"
Tiat-ciang Kim-liong kemudian berkata pula setelah menarik napas: "Sam-tee jangan terlalu gegabah. Dengan terus terang, jikalau bukan karena kali ini kita jatuh pamor oleh muridnya Bu-ceng Kiam-khek, suhengmu ini lebih suka benda pusaka nyali naga yang sudah berubah jadi batu itu, selamanya terpendam tanpa orang lain yang tahu, tidak perlu harus menempuh jalan bahaya seperti ini"
Tiam-cieng Giok-liong lantas berkata: "Waktu sudah tidak pagi lagi. Kita sudah datang kemari, Perlu apa mesti mundur lagi" Kita cari sampai ketemu. Aku percaya, asal kita berlaku hati2 sedikit tidak akan ada halangan apa2"
Tiat-ciang Kim-liong menggulung peta kuning itu lagi yang lalu dimasukkan kedalam sakunya.
Dan mereka berlima lantas pada bangun berdiri semuanya.
Sementara itu ditempat agak kejauhan, Lim Tiang Hong yang mencuri dengar pembicaraan mereka, diam2 berpikir: "Entah benda apa yang dinamakan nyali naga yang sudah jadi batu itu dan bahaya apa sampai begitu besar mendapat perhatian Thian Tam Ngo-liong ini?"
Tetapi ia juga lantas menduga, bahwa nyali naga yang katanya sudah berubah jadi batu itu pasti adalah sebuah benda mujijat yang tidak ternilai harganya harganya.
.Pada waktu itu tiba2 kedengaran suara ketawa ganjil.
Dari belakang sebuah batu besar mendadak muncul seorang taotho yang rambutnya riap2an bersama2 seorang imam yang rupanya mirip seperti tengkorak hidup. Kedua orang ini begitu perdengarkan suara lalu terus menghadang perjalanan Thian-lam Ngo-liong.
Tiat-ciang Kim-liong rupanya kenal baik dengan taotho dan imam itu, yang dikenalnya sebagai orang2 jahat terkenal dalam kalangan Liok-lim. Taotho itu bergelar Mo-hoat Hiong-ceng, sedang si-imam adalah yang dikenal dengan sebutan Cao-sat Cinjin dari kuil Liong-hauw-koa dikota Kui-tim.
Melihat munculnya dua iblis itu begitu mendadak, diam2 ia merasa kaget.
Mo-hoat Hiong-ceng sambil perdengarkan suara ketawa anehnya tadi berkata: "Sudah lama kudengar Thian-lam Ngo-liong katanya menyimpan sebuah peta yang dinamakan Hong-bong Pit-kok. Sekarang, kalian bawa itu peta atau tidak". Menurut pikiranku sabaiknya kau serahkan pada kami dalam keadaan damai, sebab kalau Hud-yamu nanti turun tangan, cuma kematian yang jadi bagian untuk kalian!"
Perlulah sedikit diketahui, iblis ini kepandaiannya tinggi luar biasa. Meskipun seorang yang sudah terkenal ganas dan kejam, dia masih lebih ganas dan lebih kejam lagi. makanya kata2nya ada demikian sombong.
Tiat-ciang Kim-liong yang ingin mengandal kekuatan gabungan mereka lima orang, meski dalam hati merasa jeri, tetapi juga tidak sudi memperlihatkan kelemahannya, maka sambil ketawa berkakakan lalu berkata: "Orang lain boleh takut kau jin atau setan Mohoat Taotho yang begitu jahat dan telengas. Tapi Thianlam Ngo-liong bukan sebangsa cecurut yang bila kau permainkan seenaknya. Ha ha ha!"
Mo-hoat Taotho dengan sorot mata buas beringas nampak menggeser kakinya, per-lahan2 baru berkata. "Kalian ini rupanya belum mau mengucurkan air mata kalau belum melihat peti mati, maka Hud-ya mu terpaksa akan menyempurnakan kalian!..."
Kedua tangannya mendadak bergerak berbareng, yang sebelah kiri mengarah Tiat-ciang Kim-liong, sedang yang sebelah kanan mengarah Sie-liong.
Serangan itu menimbulkan angin puyuh, sampai terdengar suara gemuruh, angin men-deru2.
Ngo-liong sudah gusar semua. Masing2 lalu mengeluarkan serangan tangannya menyambut serangan tangan sitaotho.
Sebentar lalu terdengar suara nyebeleduknya suara bentrokan.
Mo-hoat Taotho tiba2 keluarkan suara ketawanya yang aneh, badannya melesat tinggi, se-akan2 burung garuda besar. Sepuluh jari tangannya dipentang dan menyambar dirinya Tiat-ciang Kiam-liong.
Tiat-ciang Kiam-liong dengan beringas lalu mengeluarkan ilmu Ngo-heng Ciang-hoatnya, sambil menutup hawa jalan darahnya untuk menghindarkan serangan taotho itu terus menerus sampai lima belas kali beruntun melakukan serangan balasan baru dapat terhindar dari serangan sitaotho.
Walaupun demikian, tidak urung ia sudah mundur sampai delapan kaki jauhnya.
Berbareng pada waktu Mo-hoat Taotho menyerang ber-tubi2 Tiat-ciang Kiam-liong, adalah Siong-kang Itliong dan Jie-sui Khim-liong. Ke-dua2nya melakukan serangan dari belakang punggung Mo-hoat Taotho.
Mo-hoat Taotho tiba2 dongakkan kepala dan.... rambutnya yang awut2an itu nampak pada berdiri semua.
Tiba2 terdengar suara "Srr Srr"-an beberapa puluh kali. Hawa kekuatan yang mengandung warna hitam lantas meluncur dari atas kepalanya dengan kecepatan kilat.
Sebentar lalu terdengar suara jeritan.
Siong-kang It-hong lantas jatuh terjengkang dengan wajah berlumuran darah.
Jie-sui Khim-liong dengan ter-sipu2 baru berhasil lolos dari serangan mengandung kabut hitam itu setelah dengan susah payah berjungkir balik beberapa kali.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan seluruh kejadian dari tempat sembunyinya, diam2 juga terkejut. "Ini ada ilmu gaib apa?" demikian ia ber-tanya2 pada dirinya sendiri.
Pada saat itu empat naga sudah berdiri mengambil tempat sendiri2, hingga Mo-hoat Taotho terkurung ditengah2.
.Dengan wajah murung dan suara halus Tiat-ciang Kim-liong berkata: "Sahabat! Kau kejam dan telengas. Thian-lam Ngo-liong tidak akan biarkan kau terus mengganas"
Mo-hoat Taotho dengan mata tetap beringas, disertai senyum iblisnya menjawab: "Kau tidak perlu omong besar! Malam ini adalah kalian, Ngo-liong yang harus pulang ke akhirat:"
Tangannya lalu diubat abitkan ketengah udara beberapa kali. Dengan beruntun tujuh belas kali sudah dilancarkan serangannya dengan kaki diputar demikian rupa hingga seperti gangsingan, angin lantas men-deru2 ber-putar2, menyapu seputarnya.
Serangan yang dilakukan secara aneh luar biasa itu sesungguhnya banyak tenaga yang dikeluarkan. Tetapi dengan sendirinya pula banyak korban yang pasti akan jatuh.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan diam2 mengeluarkan keringat dingin sendiri. Meskipun Ngoliong itu ada sedikit ganjalan dengannya, akan tetapi biar bagaimanapun mereka masih dalam golongan orang baik2.
.Thian-lam Ngo-liong mendapatkan namanya itu sebetulnya tidak dengan jalan mudah. Mo-hoat Taotho, begitu melancarkan serangannya dengan cara demikian, lima persaudaraan itu lantas bersama mengerjakan tangan2 mereka dan melancarkan serangan balasan dari empat penjuru.
Empat pasang kepalan tangan dengan membawa angin men-deru2 sebentar saja telah berhasil mengurung Mo-hoat Taotho di-tengah2.
Tetapi serangan yang demikian hebat dari keempat "naga" itu kelihatannya tidak akan dapat berbuat banyak, sebab badannya Taotho itu kelihatan terus ber-putar2an, sedang sebentar melesat ke atas, lain detik meluncur kebawah. Sebentar lagi menyerang dengan tangannya, lain saat sudah menyerang dengan kakinya.
Semuanya itu dilakukan dengan caranya yang aneh luar biasa.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan jalannya pertempuran ganjil itu sudah lantas mengetahui bahwa dipihaknya Tiat-ciang Kim-liong dan saudara2nya, cepat atau lambat pasti akan jatuh korban pula. Maka dengan
.memikir demikian lalu timbul pikiran kasihan, ia ambil keputusan hendak membantu pihak Ngo-liong.
Mendadak dilihatnya itu tosu (imam) yang macamnya seperti tengkorak hidup matanya menyinarkan sorot kebuasan sedang mengawasi Tiatciang Kim-liong. Maka hatinya lalu tergerak.
Saat itu awan yang tadinya meliputi tempat sekitar situ sudah fajar hingga keadaan sekitar gunung itu terang benderang.
Wajahnya Mo-hoat Taotho yang bengis kelihatannya tambah menyeramkan.
Lima bersaudara Naga itu karena dalam pertempuran itu ada menyangkut nama baik mereka, setiap orang tentu saja pada memusatkan seluruh perhatiannya. Maka setiap serangannyapun dilakukan dengan sepenuh tenaga juga, dan semua yang diarah merupakan jalan darah kematian.
Tetapi Mo-hoat Taotho itu sesungguhnya mempunyai kepandaian bukan cuma tinggi saja, tapi juga memiliki ilmu gaib. Maka setiap kali turun tangan, selalu keluar tipu2 serangan yang aneh2, hingga susah diraba oleh lawannya.
.613 Pertempuran sengit itu berjalan cepat luar biasa. Setelah berjalan sampai empat puluh jurus lebih ternyata empat "naga" yang tadi sudah berhasil melakukan ofensip sekarang sudah berubah jadi defensif (pertahanan). Pada saat itu terdengar suara ketawanya Mo-hoat Taotho yang aneh.
Sebentar kemudian mendadak terdengar suaranya Jie-sui Kim-liong yang mengerikan. Badannya terpental laksana bola yang terus menggelinding ke dalam jurang.
Tiat-Ciang Kim-liong yang menyaksikan kematian saudara seperguruannya demikian mengenaskan lalu keluarkan seruan bengis: "Iblis jahat! aku akan adu jiwa dengan kau!"
Setelah lama tangannya lantas diputar cepat laksana titiran, tanpa menghiraukan jiwanya sendiri, dicecarnya sang lawan itu sampai sebelas kali.
Serangan itu disusul olah Tiang-cong Giok-liong, Kui-hian In-liong dengan serangan hebatnya masing2!
Oleh karena serangan2 ketiga Liong itu dilakukan dengan cara nekad2an, mana jauh lebih dahsyat daripada yang semula, ketika mereka masih berempat.
Tetapi Mo-hoat Taotho rupanya masih tidak pandang mata serangan2 yang hebat itu. Ia perdengarkan suara anehnya ber-ulang2. bentuk tubuhnya yang gendut nampak berputaran ke sana ke mari.
Mendadak kakinya digeser kedepan Tiat-ciang Kimliong, lalu menyerang dengan tenaganya yang besar.
Tiat-ciang Kim-liong dalam keadaan kalap lalu memusatkan seluruh kekuatan tenaganya. sambil menggeram keras kedua tangannya didorong keluar menyambuti serangan si taotho hingga dua serangan hebat saling beradu.
Sebentar lain terdengar suara benturan keras. Tiatciang Kim-liang nampak mundur sampai enam kaki, dadanya dirasakan sesak sampai sukar bernapas, sedang mulutnya sudah menyemburkan darah hidup.
Kui-hiang In-liong dan Thian-cong Giok-liong melihat Toako mereka terluka, kedua2nya lantas maju menubruk seperti harimau terluka. Dengan dua pasang tangan mereka menyerang dengan sepenuh tenaga.
Tetapi Mo-hoat Taotho malah berkata sambil ketawa dingin: "Semua jangan ter-gesa2! malam ini satupun tidak akan ada yang bisa lari"
Mendadak diputarnya tubuhnya yang gemuk itu, badannya merandek. Rambutnya kelihatan pada berdiri seperti anak panah. Sebentar rambut itu telah meluncur seperti hujan jarum, menyerang ke arah musuh2nya!
Kui-hian In-liong dan Thiam-cong Giok-liong tidak menduga kalau taotho itu mempunyai kepandaian gaib demikian rupa, hingga sebentaran saja sekujur badannya penuh lubang2 seperti sarang tawon. Ke-dua2nya lalu pada menjerit dan jatuh di tempat satu tombak jauhnya.
Berbareng pada ketika dua saudara seperguruan itu melayang jiwanya, si tosu dengan kecepatan bagaikan kilat sudah menyerang pada Tiat-ciang Kim-liong.
Yang dicari oleh Mo-hoat Taotho justru adalah adalah Tiat-ciang Kim-liong. Dan kini, selagi peta pusaka itu akan terjatuh dalam tangannya, sudah tentu saja mana mau mengerti kalau lain orang ikut campur tangan" Maka ketika menyaksikan tojin itu bergerak dan menyerang Tiat-ciang Kim-liong, dia lantas berseru dengan suaranya yang aneh: "Kau berani campur tangan"!"
Badannya yang gendut berputaran laksana gangsingan, menyerang kepada Cao-sat To-jin.
Sebentar lalu terdengar suara bluk-blukan. Mereka keduanya saling hantam sendiri.
Tiat-ciang Kim-liong yang melihat bahwa Thian-lam Ngo liong sekarang hanya ia sendiri yang masih hidup, tetapi sudah terluka payah, kini melihat lagi si taotho dan sitosu semua pada mengarah jiwanya sudah menduga bahwa ajalnyapun sudah hampir tiba.
Selagi ia hendak mengerahkan seluruh kekuatan tenaga yang masih ada padanya uniuk mengadu jiwa, tiba2 di hadapannya melayang turun seorang anak muda cakap tampan yang lantas menyoja dihadapannya dan berkata dengan sikap dan suaranya yang halus: "Cinheng, silahkan mengaso dulu. Dua orang iblis ini biarlah aku si orang She Lim yang membereskan"
Tiat-ciang Kim-liong kini baru mengetahui bahwa orang yang baru datang itu ternyata adalah muridnya Bu-ceng Kiam-khek, Lim Tiang Hong, sungguh tidak enak perasaannya pada saat itu. Ia hanya dapat menarik napas panjang, tidak dapat berkata apa2.
Lim Tiang Hong maklum bahwa dalam hatinya tentu orang ini merasa, maka ia berkata pula dengan suara lemah lembut: "Gotong royong atau bantu membantu ada merupakan suatu kewajiban bagi orang2 rimba persilatan. Antara perguruanmu dan perguruanku meski dimasa yang lampau ada sedikit ganjalan sakit hati, tapi biar bagaimana toh bukan permusuhan yang sangat dalam. Maka hal itu sekarang kita boleh kita kesampingkan dulu. Pasti aku akan mengeluarkan seluruh tenaga untuk melindungi keselamatan Cin-heng"
Nama dan pengaruhnya Thian-lam Ngo-liong pada dewasa itu sesungguhnya sangat pesat dan di-sohor2kan orang. Benar2 tak terduga bahwa pada malam ini mereka mengalami kekalahan total, hingga dalam barisan lima "Naga", empat telah binasa, dan satu yang hidup, tetapi dalam keadaan luka parah bahkan harus berdiri dibawah perlindungan dan murid musuh perguruannya sendiri. Sudah tentu saja Tiat-ciang Kimliong merasa tidak puas. Disamping itu iapun ingat, ia sendiri sudah tidak mempunyai itu kekuatan dan kemampuan hendak mendapatkan nyalinya naga yang telah berubah menjadi batu itu. Maka saat itu ia lantas berkata setelah sambil menghela napas panjang: "Budi dan kebaikan Lim-heng, aku si orang she Cin merasa sangat berterima kasih. Akan tetapi dalam barisan Thianlam Ngo-liong empat sudah tidak ada, tinggal aku yang terluka, maka apa siauwte masih ada muka untuk menemui kawan2 didunia kang-ouw?"
Ia lalu mengeluarkan peta pusaka Hong-hong piekok itu yang lalu disesapkan dalam tangan Lim Tiang Hong seraya berkata: "Dengan menurut petunjuk peta ini bisa mengambil nyalinya naga yang sudah berubah jadi batu, tetapi harus bisa diketemukan selama satu dua hari ini. Sebab di jalan lembah ini setiap 60 tahun ada terjadi satu kali gempa bumi. Jikalau saat itu tiba, kejadian disini sudah tidak karuan, hingga peta ini juga sudah tidak ada gunanya lagi:"
Lim Tiang Hong lantas menolak pemberian itu sembari berkata: "Ini mana boleh" Biarlah Cin-heng sendiri yang mengambil, aku yang membantu kau membereskan musuhmu ini"
Sembari berkata, dari saku bajunya ia mengeluarkan sebutir pil Soat-som-wan yang lantas diberikan kepada Tiat-ciang Kim-liong seraya katanya. "Harap Cin-heng suka makan pil ini. Lukamu nanti akan segera sembuh"
Tiat-ciang Kim-liong menyambuti pil obat itu yang lantas dimasukkan kedalam mulutnya, lalu berkata pula dengan suara cemas: "Waktu sudah tidak banyak. Lekaslah kau pergi. Pada waktu ini pikiran Siauwtee sudah terlalu ruwet, bagaimana masih ada keinginan mengambil benda pusaka itu lagi?"
Tiba2 Tiat-ciang Kim-liong memutar, dan dengan cepat lari menuju ke tempat dimana empat saudara seperguruannya itu binasa. Dengan satu tangan mengempit dua jenazah, ia lantas kabur turun gunung tanpa menoleh2 lagi.
Lim Tiang Hong selagi hendak mengacau tiba2 telinganya mendengar ada angin kuat menyambar depan matanya.
Mo-hoat Toatho dan Tiao-sat Toijin yang tadi saling hantam sendiri, kedua-duanya lalu menghadapi Lim Tiang Hong dan berkata sambil ketawa aneh: "Tinggalkan itu peta kalau masih sayang jiwamu!"
Lim Tiang Hong dengan sikap tenang berdiri tegak di-tengah2 lapangan. Setelah ketawa sebentar, ia berkata: "Kalian suka memberi jalan hidup kepadaku, tetapi sebaliknya aku segan berbuat kebaikan terhadap kalian berdua"
Diwajahnya Cao-sat Tojin yang kering keriputan seperti mayat itu, nampak ber-gerak2 sejenak. Lengan bajunya yang gerombongan lalu dikebaskan. Tangan kirinya lantas mengirim serangannya yang menggunakan ilmu Kan-goan Cac-cie. Dari tangan itu nampak asap kemerah2an, dan hawa dingin cepat bagaikan kilat meluncur ke arah Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak2. Dengan menggunakan tipunya, Sam-sam-po, sudah menghindarkan serangan tersebut. Tatkala matanya mengawasi keadaan di sekitar tempat tersebut, dilihatnya, di belakang bukit yang ke-gelap2an, ada beberapa bayangan orang ber-gerak2. Disitu agaknya banyak orang2 kang-ouw bersembunyi, maka dalam hati diam2 merasa kaget. Ia maklum apabila tidak lekas2 ia turun tangan membereskan nyawanya kedua iblis ini, perubahan selanjutnya akan lebih runyam akibatnya tentu.
Dan selagi ia masih merasa ragu2 turun tangan, Mo-hoat Taotho yang menggunakan kesempatan tersebut lebih dulu, lantas mengirim serangan delapan kali beruntun. Sedang kakinyapun tidak tinggal diam, terus menendang sampai dua belas kali. Kaki serta tangan bergerak, mulutnya terus mengoceh "Anak haram. Jikalau kau tidak mau serahkan peta itu secara baik2, Hud-yamu nanti akan kirim kau kepada Giam-loong!"
Lim Tiang Hong dengan nada dingin berseru: "Jangan mimpi. Malam ini yang akan menemui Giam-loong barangkali bukan Siauw-yamu!"
Berbareng dengan seruannya itu, kedua tangannya lantas dipentang dan menyerang sampai delapan kali, kemudian dengan ilmunya Cek-khie Seng-wan-kang dan Kim-liong Pat-jiauw, maka dalam waktu sekejapan membuat Mo-hoat Taotho keripuhan hingga terpaksa iblis ini mundur teratur, sepuluh tombak lebih jauhnya.
.Co-sat Tojin melihat kesempatan baik, menyusul dari samping, dengan ilmu pukulan tangan Hian-im Ceksat-ciang menyerang kalap ke arah si pemuda. Dan apa yang lebih ganas, dari tangan, ilmunya yang ganas Kangoan Cao-cie sudah meluncur keluar.
Lim Tiang Hong ketawa dingin. Mendadak ia putar tubuh dan balikkan tangannya balas menyerang. Berbareng dengan gerakannya itu iapun mengeram hebat sambil berseru: "Biarlah Siauw-yamu coba2 mengadu kekuatan ilmu jari"
Seteleh itu, ia juga melancarkan serangannya dengan mengeluarkan jari2
Maka sebentar lalu terdengar suara beradunya dua gelombang kekuatan dan setelah itu lantas disusul lagi dengan suara siulan nyaring.
Co-sat Tojin dengan kekuatan tenaga dalamnya masih dibawah setingkat dari kekuatan Lim Tiang Hong, dan ilmunya, Kan-goan Cao-cie jauh lebih rendah dari pada ilmu Cek-khie Seng-wan-kang, maka kedua orang2 setelah saling mengadu kekuatan nasing2, akhirnya adalah badan Co-sat Tojin sendiri yang dibikin terpental mundur sampai lima kaki jauhnya, dalam badannya terluka parah hingga darah hampir saja tak dapat ditahan keluar dari mulut.
Lim Tiang Hong hanya kelihatan bergoyang saja badannya sebentar. Dalam pada itu Mo-hoat Taotho sudah melancarkan serangan keduanya.
Cao-sat Tojin itu adalah seorang jahat satu2nya dari daerah Kwitang barat, gelarnya adalah Liong-ho Cao-sat. Sudah tentu tidak mau dikalahkan mentah2. Dalam gusarnya, tanpa menghiraukan luka2 yang dideritanya, juga lantas menubruk Lim Tiang Hong lagi!
Pada saat itu angin kedengarannya men-deru2, kabut hitam nampak ber-gulung2. Diantara serangan kedua iblis itu sebentar2 diselingi oleh suara serangan jari dari sitojin tadi.
Lim Tiang Hong yang dikeroyok okh dua orang jagoan ganas, masih tetap dapat menjaga ketenangannya. Dengan menggunakan ilmu Sam-samponya badannya bergerak lincah, malah terkadang balas menyerang pada lawan2nya hingga berhasil juga membuat kedua musuh itu mundur ber-ulang2.
Serangan yang aneh2 dari kedua pihak sering2 terlihat dengan nyata. Dan pertempuran itu makin lama seru kelihatannya. Hingga dalam waktu sekejapan saja tiga puluh jurus lebih telah dilalui.
Pada saat itu didalam kalangan itu entah sejak kapan sudah datang berkerumun banyak orang kuat dari dari rimba persilatan. Mereka pada menonton kedua pihak yang sedang bertempur sengit. Meskipun mereka tidak mengetahui sebab musababnya pertempuran seru itu dapat terjadi, tetapi apa bila ditinjau dari keseluruhannya, dari jauh sudah dapat dipastikan bahwa itu karena perebutan peta pusaka.
Sebab, barang pusaka yang berupa batu dari nyalinya naga itu sudah lama menjadi idamkan orang2 rimba persilatan. Sedangkan peta pusaka itu sendiri setelah terjadi gempa bumi besar 60 tahun berselang, juga ada orang yang tidak tahu bahwa orang yang datang ke tempat tersebut seratus persen pasti dengan maksud untuk mengambil barang pusaka itu.
Saat itu kedua pihak yang sedang bertempur masing2 sudah melancarkan serangannya sepuluh jurus lebih Lim Tiang Hong yang sudah mendapat pengalaman satu kali dalam pertempuran berebut patung kuno, hatinya mulai merasa cemas. Ia lalu mempercepat gerakannya. Dari kedudukan menjaga diri lantas dirobah menjadi gerakan menyerang. Tangannya bergerak bagaikan kilat cepatnya, sebentar saja sudah dua balas kali serangan diluncurkan.
Serangan yang dilanjutkan itu adalah tipu serangan dari golongan Hian-bun yang tiada keduanya dalam kalangan kang-ouw. Maka itu serangan tersebut mengandung kekuatan yang sangat dahsyat.
Sebentar lalu terdengar suara jeritan, Cao-sat Tojin yang kurus kering badannya sudah dibikin sempoyongan dan mundur sampai delapan kaki, mulutnya juga menyemburkan darah segar.
Mo-hoat Taotho nampak wajahnya semakin bengis, matanya melotot sebesar jengkol. Setelah mengeluarkan suara siulan yang seram, kepalanya kelihatan menunduk, rambut diatas kepalanya nampak ber-gerak2 dan sebentar kenudian "Sraat!" meluncur keluar.
Benda Hitam macam jarum lantas beterbangan ke arah Lim Tiang Hong.
Si pemuda sejak tadi sudah waspada terhadap senjata istimewa ini. Maka melihat benda2 kecil itu bergerak, ia lalu menggunakan ilmunya Siauw-yang It-ku
.Sin-kang menutup seluruh jalan darah di badannya, lalu menggunakan lagi salah satu tipu dari tipu seranganya Lui-thian Hu-hoat-ciang, menyambuti serangan dahsyatnya si taotho tadi.
Suara "Srr srr" saling susul terdengar nyaring diwaktu sunyi itu. Hawa hitam yang meluncur laksana hujan deras telah ditangkis terpental seluruhnya, dan sebentar saja sudah disapu bersih. Hawa hitam yang mengandung kekuatan gaib itu adalah ilmunya Mo-hoat Taotho yang menggunakan tenaga murni seluruh badannya yang dipusatkan di atas kepalanya. Maka setelah dibikin buyar, tenaga murni itu segera buyar juga dengan sendirinya, dan orangnya lantas terluka parah. Maka setelah terdengar suara seruan tertahan, badan taotho itu nampak sempoyongan, hampir saja roboh seketika.
Tetapi taotho yang jahat ganas itu meski tahu dirinya tidak bakal luput dari bahaya kematian, dalam keadaan luka parah serta tidak mampu mengambil barang pusaka, masih penasaran rupanya, Maka setelah menggeram kalap ia berseru pada jago2 silat yang merubung menonton pertandingan "Peta pusaka berada dalam bocah ini, lekas turun tangan semua"
Seruan itu sesungguhnya sangat manjur, sebab dari sana sini lantas saja muncul berpuluh2 bayangan orang, hingga dalam waktu sekejapan saja Lim Tiang Hong sudah dikurung rapat oleh orang2 dunia kang-ouw.
Lim Tiang Hong merasa sangat panasaran. Sebab gambar peta yang diberikan oleh Tiat-ciang Kim-liong kepadanya, bagaimana keadaan sebetulnya ia sendiri masih belum tahu. Sebaliknya harus menghadapi kerewelan demikian rupa ia merasa ogah. Tetapi tidak perduli bagaimana, sebab barang pusaka itu sudah berada dalam tangannya, sudah tentu tidak akan membiarkan orang lain mengambilnya. Maka setelah mengawasi orang2 disekitarnya dengan sorot mata dingin, ia lantas berkata setelah tertawa panjang:
"Apa tuan2 hendak mendapatkan peta pusaka ini" Tentu mudah sekali...."
Orang2 kuat itu ramai tertarik oleh perkataan Lim Tiang Hong. Semangat mereka terbangun. Serentak mereka maju dua tindak hendak mendengarkan syaratnya yang akan dikatakan si pemuda lebih jauh
."Lima persaudaraan Thian-lam Ngo-liong oleh karena menyimpan gambar peta ini hingga hari ini mengalami nasib buruk sampai empat mati dan satu terluka parah. Kalian ingin mendapatan peta, juga harus serahkan jiwa kalian untuk menebus jiwa empat orang itu" kemudian Lim Tiang Hong berkata dengan sikap tenang.
Perkataan Lim Tiang Hong itu sudah barang tentu membuat orang2 itu gusar dan pada ber-kaok2 "Bocah kurang ajar!"
"Kau berani permainkan tuan2 besarmu demikian rupa apa sudah tidak menyayang jiwamu lagi?"
Akan tetapi seruan2 tadi masih terus bercampuran dengan seruan2 lain, belum juga ada seorangpun yang berani maju terang2an. Sebabnya karena tadi mereka dengan mata kepala sendiri telah menyaksikan Mo-hoat Taotho dan Cao-sat Tojin yang merupakan iblis2 kenamaan yang namanya. sudah terkenal dalam dunia kang-ouw, sekalipun dua orang itu maju berbareng, toh masih dikalahkan oleh lawannya yang masih muda ini. Dari sini dapatlah diduga bahwa si pemuda sebetulnya tidak baleh dipandang sebelah mata.
Disamping itu juga ada sebagian orang yang lantas mengenali pemuda itu sebagai pemuda yang mendapat gelar Tio-liong Kongcu yang baru ini muncul dan sudah menggemparkan dunia kang-ouw, maka setiap orang dalam hati sendiri2 sekalipun sudah siap dengan kekuatan sepenuhnya, tapi biar bagaimana mereka masih harus ber-pikir2 dulu, sebab pemuda itu ternyata bukan orang sembarangan.
Selagi orang2 kuat itu masih merasa sangsi dan ragu2 mengambil tindakan, dari atas bukit tiba2 terdengar suara aneh yang kemudian disusul dengan munculnya lima enam orang disitu.
Orang2 yang baru datang ini semuanya berseragam kuning, diantaranya ada seorang wanita muda yang roboh dandanannya. wanita muda ini dengan gerak kakinya yang di-bikin2 bergerak menuju ketengah lapangan lalu berkata setelah tertawa cekikikannya "Hi, hi... Kalian benar2 berani main2 diatas kepala macan. Berani mengganggu orangnya Thian-cu-kauw! Tahukan kalian siapa dia itu" Dia adalah Kauwcu muda perkumpulan Thian-cu-kauw kami, putera kandung Kauwcu sendiri. Kalian sekarang boleh tanya pada diri sendiri, beranikah kalian berhadapan dengan dia...?"
Kemudian ia berjalan di hadapannya Lim Tiang Hong. dan sambil menarik lengan tangan baju si pemuda wanita itu berkata pula "Aku beritahukan padamu, Siauwkauwcu, kau tak usah takut2. Selama masih ada kita disini, aku kepingin lihat siapa diantara mereka yang berani ganggu seujung rambutmu saja!"
Lim Tiang Hong kebaskan lengan bajunya, ia menggerutu sendiri. Sebab perkumpulan Thian-cu-kauw itu sebentar berlaku baik terhadapnya, sebentar kemudian bersikap seperti musuh2. Ia sebenarnya tidak mengerti apakah maksudnya yang sebenarnya. Terutama ucapan anak kandung Kauwcu sendiri tadi, membuat bulu romanya berdiri seketika. Dalam hatinya ia jengkel sekali sebenarnya, sebab nama Thian-cu-kauw yang sebenarnya tidak sedap didengar, tetapi ternyata pengaruhnya besar bukan main.
Buktinya setelah beberapa orang berpakaian serba kuning itu tiba2 disitu, orang2 kuat dunia Kang-ouw tadi lalu pada bergerak mundur dua tindak. Dan wanita anda genit tadipun, setelah habis kata2nya mengawasi orang2 itu sejenak, lalu berkata pula sambil me-nepuk2 pundak Lim Tiang Hong: "Siauw-kauwcu, bagaimana sih kejadian sebenarnya hingga mereka begitu berani mati mau menghina padamu" Cobalah kau terangkan, dan setelah mendengar keteranganmu biarlah nanti Ie-ie (bibi)-mu yang bertindak".
Lim Tiang Hong mengkerut alisnya. Hatinya sangat mendelu. Pada saat itu dari antara orang2nya Thian-cukauw mendadak muncul seseorang yang lantas ber-bisik2 ditelinga wanita muda itu.
Wanita itu wajahnya berubah seketika dan lantas berseru dengan suara kaget: "Ow....!"
Tiba2 tangannya diulur hendak menjamah badan Lim Tiang Hong seraya katanya: "Serahkan gambar peta itu, biarlah Ie-ie mu nanti yang simpan. Aku kepingin lihat siapa yang berani hendak coba2 merampas"
Lim Tiang Hong hanya ketawa dingin, tidak menjawab, juga tidak bergerak.
"Apa kau tidak percaya Ie-ie mu?" tanya wanita muda itu dengan suara dingin.
"Phui! Manusia rendah tidak tahu diri!"
.Kemudian lantas disusul dengan terdengarnya suara "Plak. Plak" nyaring, dikedua pipinya wanita muda itu lantas berbekas merah dan bengkak.
Hampir berbareng pada saat itu bau harum semerbak menusuk hidung orang2 yang berada disitu. Entah sejak kapan disitu telah berdiri pula seorang wanita lain, yang sebagai bakal isterinya Lim Tiang Hong.
Wanita muda yang muncul dulaan tadi adalah gundiknya Kauwcu Thian-cu-kauw. Didalam perkumpulan itu biasanya ia berlaku se-wenang2, menuruti kemauannya sendiri. Oleh karena ia adalah selirnya Kauwcu yang paling disayang, maka semua orang tidak ada yang berani membantah kehendaknya, tidak ada yang berani menolak permintaannya, tidak ada juga ada yang berani mengganggunya.
Tapi kali ini tidak nyana ia kena ditampar orang, baru tahu kalau yang menampar tadi adalah perempuan berkerudung ini, dan dengan sendirinya pula yang mengejek tadi adalah dia juga. Maka saat itu wajahnya lantas pucat pasi, badannya gemetar macam orang meriang. Dia lantas lompat menubruk Yu-kok Oey-eng, sambil menggerakkan tangannya secara beruntun sampai sembilan kali ia menyerang terus.
Wanita, itu kejam dan ganas. Kepandaiannya juga tinggi. Setelah menyerang secara ber-tubi2 se-olah2 tidak ingin memberi kesempatan lawannya balas menyerang, agaknya ia ingin sekali dapat merengut jiwa musuhnya itu dengan beberapa gebrakan.
Akan tetapi Yu-kok Oey-eng bukanlah macam orang2 sembarangan, yang mudah sembarangan pula dipermainkan. Dengan gesit dan lincah sekali badannya nampak ber-gerak2. Setiap serangan gencar tadi semua sudah dihindarkan, sampaipun ujung bajunya bahkan juga tak sampai kesenggol.
Wanita muda itu merasa cemas dan mendongkol agaknya, ketika berpaling lantas ia berseru pada orang2nya: "Kalian kenapa diam saja" Apa semua sudah mampus"! Lekas turus tangan! Tangkap budak hina ini!"
Beberapa anak buahnya yang dibawa itu se-olah2 mendapat titah ratu. seketika menyahut serentak: "Baik!" Dan lantas bergerak serentak pula menyerang Yu-kok Oey-eng dari empat penjuru.
Tiba2 suara seperti geledek terdengar mengguntur "Kau berani!"
Sambaran angin yang meluncur keluar dari tangan telah menyerang orang2 berjubah kuning itu, sehingga mereka pada mundur secara teratur.
Wanita muda itu kini telah dapat melihat bahwa orang yang menyerang orang2nya itu adalah Lim Tiang Hong, seketika itu wajahnya lantas berubah pucat, malutnya menegur dengan suara bengis: "Bagus sekali. Kau juga berani berkhianat dan membantu orang luar" Jikalau Ie-ie mu nanti tidak memberi tahukan kepada kauwcu, supaya kau diajar adat, kau jangan pangil aku "Lak-ciu Sian-nio" lagi"
Dengan alis berdiri, Lim Tiang Hong rnenjawab dengan suara dingin: "Jikalau mulutmu masih mengucapkan perkataan kotor yang bukan2, tuan mudamu nanti akan ambil jiwamu!"
"Bagus! Kau telah berani berlaku tidak pandang mata kepada orang tua, dan berani memaki kepada diriku, kau benar2 satu anak durhaka...." wanita muda itu berteriak dengan suara kalap.
Tiba2, dari dalam rimba terdengar suara yang melanjutkan perkataannya wanita muka itu: "Siapa orangnya yang berani menghina dan memaki nyonya kauwcu?"
Berbareng dengan itu, didalam kalangan lantas melayang turun dirinya seorang tua berbaju hijau dan seorang teebadan tinggi besar dengan alisnya yang luar biasa lebarnya, tapi seputar matanya tertutup oleh kedok.
Lim Tiang Hong masih mengenali kedua orang itu. Satu adalah wakil ketua atau hu-kauw-cu Thian-cu-kauw Beng Sie Kiu dan yang satu orang berkedok yang dulu pernah membunuh mati jiwanya 5 cian bunjin partai golongan Hian-bun didalam rimba. Dalam hatinya lalu tergerak, seketika itu lantas berpikir "Apakah dia ini adalah kauwcu dari Thian cu-kauw?"


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wanita muda itu ketika melihat kedatangannya orang berkedok itu, segera menubruk dan sesapkan dirinya dalam pelukannya kemudian berkata dengan suara setengah menangis: "Siapa lagi kalau bukan anak masmu itu?""
.Orang berkedok itu dari lobang kedua matanya kelihatan sinar matanya yang beringas, matanya menatap wajahnya Lim Tiang Hong dengan sikap dingin kaku: "Kau sudah masuk menjadi orang kita, tidak boleh kau mengacau balau lagi!"
Lim Tiang Hong berdiri tegak dengan sikap keren. Ia tidak menjawab perkataannya orang berkedok itu, juga tidak membantah. Sepasang matanya mengawasi keadaan disekitarnya dengan tajam, lalu menatap wajahnya orang berkedok itu, agaknya hendak menembusi isi hatinya orang yang mendapat gelar manusia buas nomor satu itu.
Orang berkedok itu agaknya merasa tidak tenang, ia berkata pula: "Apakah ibumu tidak pernah mengatakan kepadamu?"
"Hal ini apakah ada buktinya?" Lim Tiang Hong tiba2 balas menanya.
"Apakah ibumu perlu2 harus mendustai kau?"
"Hm! Itu mungkin saja bisa terjadi, kau mudah bisa mengaku sebagai ayahnya, apakah kau tahu bahwa diatas badannya adu satu tanda yang hanya ayahnya saja yang mengetahui tanda itu?" Yu-kok Oey-eng tiba2 nyeletuk.
Orang berkedok itu nampak tercengang sejenak, mendadak ia membentak dengan suaranya menggeledek: "Kau siapa" Mengapa kau berani mencampuri urusan dalam rumah tangga kauwcu?"
Tangannya yang segede kipas lalu digerakkan. Hawa dingin se-olah-olah gelombang air sungai telah meluncur ke arah diri Yu-kok Oey-eng.
Lim Tiang Hong mendadak membentak dengan suara keras: "Tahan!"
Berbareng pada saat itu, satu gerak tipu terampuh dalam ilmu silat "Lui-tian Hui-hoan-ciang" yang bernama "Hie-koan Kian-khun" indah meluncur keluar dari tangannya Dalam serangannya itu, ia menggunakan kekuatan tenaga sampai 8 bagian.
"Dang!" Suara itu terdengar amat nyaring, disitu lalu timbul angin hebat berputaran seperti angin puyuh.
Orang berkedok ini perdengarkan suara seruan tertahan. Kedua pundaknya nampak bergoyang-goyang, kemudian terdampar ke samping sampai 3 langkah, baru bisa berdiri tegak.
.Di pihaknya Lim Tiang Hong kelihatan mundur sempoyongan sampai 2 tindak.
Oleh karena Lim Tiang Hong sudah mengetahui kekuatannya orang itu, maka ia tidak merasa begitu heran. Sebaliknya bagi orang berkedok itu, perasaan kaget dan keheran-heranannya benar2 sukar dilukiskan.
Ia ada seorang buas ganas dan telah menganggap bahwa di dalam dunia kang-ouw ini sudah tidak ada seorangpun yang mampu menandingi kepandaiannya sendiri. Tapi malam itu ia benar2 telah menyaksikan sendiri bahwa dikalangan kang-ouw benar2 ada seorang dari angkatan muda yang mempunyai kepandaian dan kekuatan yang sudah tidak ada taranya. Untuk menghadapi anak muda itu, ia sekarang hanya mempunyai dua jalan, satu ialah menakluk padanya dan yang kedua ialah membunuh mati.
Saat itu ia terpaksa menahan kesabarannya, sambil kerutkan alisnya ia berkata: "Perbuatanmu ini apa maksudnya" Dia telah mengadu domba antara kita ayah dan anak. Apakah tidak seharusnya kalau diberi sedikit hajaran?"
.Hawa amarah mendadak meluap di dadanya Lim Tiang Hong, maka lalu menjawab sambil ketawa dingin: "Dalam hal ini sebelum ada buktinya yang nyata, kau tak usah mengaku-aku anak dulu kepadaku"
Lim Tiang Hong sudah berpikir bolak-balik, ia agaknya merasa bahwa orang itu bukanlah ayahnya. Sebab diantara ayah dan anak, biar bagaimana tentunya ada semacam perasaan yang timbul dari dalam pikiran masing2. Tapi ia sendiri setelah melihat orang itu, bukan saja tidak timbul perasaan tersebut, bahkan timbul kesannya yang memuakkan. Oleh karenanya, maka ia tetap tidak mau mengakui bahwa orang yang dihadapinya itu ada ayahnya.
Orang berkedok yang sifatnya kejam dan buas itu, setelah berkali-kali kebentur dengan sikapnya yang keras dari Lim Tiang Hong, keganasannya lantas timbul seketika. Dengan mendadak ia membentak keras: "Manusia tidak kenal budi. Hai, orang2ku, lekas tangkap padanya dan bawa pulang ke pusat, nanti setelah Lokhee Hujin pulang, baru kita ambil tindakan"
Orang2nya Thian cu-kauw segera menjawab dengan lakunya sangat menghormat dan diantaranya yang tergolong anak buahnya yang terkuat, sudah lantas keluar dari rombongannya dan perlahan2 menghampiri si anak muda.
Lim Tiang Hong dengun sikapnya yang masih tetap tenang, menyaksikan kelakuannya orang2 itu sambil ketawa dingin. Ia buka matanya lebar2 mengawasi orang2 yang menghampiri padanya.
Orang2 kuat dari Thian-cu-kauw itu makin lama makin dekat. Ketika tiba sejarak beberapa depa di depan Lim Tiang Hong, mereka menahan kakinya, lalu memusatkan seluruh kekuatan dalam tubuh masing2 kedalam tangan. Siap sedia hendak melakukan serangan.
Lim Tiang Hong menyaksikan semua gerak geriknya orang2 itu, rupa2 pikiran timbul dalam otaknya. Ia tidak tahu dalam keadaan seperti itu, harus bagaimana menghadapi orang2 itu". Orang berkedok itu betul atau bukan ayahnya sendiri" Jikalau Than-cu-kauw melakukan penyarangan total terhadap dirinya, entah bagaimana harus dihadapi"
Lembah Hong-hong Pi-kok, dalam waktu satu dua hari ini akan mengalami gempa bumi hebat, apakah benda pusaka nyalinya naga yang sudah membatu itu dapat diambil" Dan bagaimana cara mengambilnya" Semua itu masih merupakan tanda tanya besar!
Seseorang jika dalam hatinya sedang banyak pikiran, sudah tentu pikirannya tidak dapat dipusatkan. Orang2 Thian-cu-kauw itu, semuanya merupakan orang2 yang banyak pengalaman dan bermata jeli, maka keadaannya Lim Tiang Hong yang lagi setengah melamun itu, sudah tentu tidak lolos dari mata mereka. Maka seketika itu mereka lantas maju dan menyerang dengan serentak.
Dalam keadaan demikian, mendadak terdengar suara orang ketawa bergelak-gelak dengan suaranya yang begitu keras dan nyaring.
Setelah suara ketawa itu sirap, lalu disusul oleh suara jeritan dan orang2nya Thian-cu-kauw yang tadi menyerang Lim Tiang Hong, kini pada melayang ketengah udara seperti layangan terputus dari talinya. Orang2 itu semuanya terpental balik. Dan pada saat itu juga, dikedua sisinya Lim Tiang Hong tiba2 kelihatan berdiri dua orang tua berbaju hijau dan seorang pengemis pincang yang wajahnya berewokan.
.Sambil mengawasi Lim Tiang Hong ketiga orang tua itu lantas berkata kepada anak muda itu: "Harap kongcu segera masuk kedalam lembah Hong-hong-kok, tentang dirinya kawanan manusia busuk ini, biarlah budak2 tuamu ini yang membereskan"
Lim Tiang Hong tercengang, tiba2 hidungnya dapat mengendus bau harum, ternyata tangannya sudah dicekal oleh tangannya Yu-kok Oey-eng yang putih halus laksana batu giok.
Nona itu lalu berkata padanya dengan suara agak cemas: "Waktu sudah mendesak, mari lekas jalan!"
la lalu menarik dengan paksa, diajak kabur kedalam sebuah rimba.
Pada saat itu, dibelakang dirinya terdengar suara bentakan ber-ulang2 dan menderunya angin. Pertempuran agaknya sudah dimulai. Lim Tiang Hong masih ingin berpaling untuk menyaksikan pertempuran tersebut, tapi Yu-kok Oey-eng tidak memberi kesempatan lagi padanya, ia terus tarik dirinya dan kabur.
Tidak antara lama, mereka telah tiba dipinggir rimba. Itu ternyata ada sebuah rimba belantara yang keadaannya sangat gelap, sehingga tidak kelihatan ada jalanan masuknya atau tidak.
Lim Tiang Hong merasa ragu2, tapi Yu-kok Oey-eng terus tarik tangannya masuk ke dalam rimba.
Baru saja mereka berdua masuk ke dalam rimba, diluar rimba kelihatan berkelebat banyak bayangan orang. Mereka rupanya ada itu orang2 kang-ouw yang menguntit perjalanannya Lim Tiang Hong.
Dari dalam rimba yang gelap itu, tiba2 terdengar suara orang membentak: "Sahabat, baik kau pulang saja!"
Ucapan itu disusul oleh serangan tangan yang mengeluarkan sambaran angin kuat, menyambar ke arah orang2 yang mengikuti Lim Tiang Hong berdua tadi, hingga mereka pada mundur beberapa tindak dan tidak seorangpun juga yang berani maju lagi.
(-0odwkzo0-) . Bab 17 YU-KOK OEY-ENG sambil menarik tangan Lim Tiang Hong dalam gelap itu, akhirnya tibalah disuatu tempat yang merupakan satu lembah yang aneh bentuknya.
Hampir setiap benda yang terdapat didalam lembah itu, semuanya mengunjukkan kegaibannya. Disitu tidak ada pohon2 yang besar, tinggi juga tidak tumbuh rumput. Yang ada hanya pasir berwarna merah dan tanah liat yang berwarna ungu.
Diatas tanah liat yang aneh warnanya itu, ada tumbuh pohon2 bunga setinggi manusia dewasa dan apa yang mengherankan adalah bunganya yang demikian lebar sampai kira2 sama lebarnya dengan meja bundar. Bunga2 itu warnanya ungu semua, bentuknya seperti bunga teratai.
Ditengah-tengah lembah, ada terdapat batu2 gunung besar2 yang bertebaran seperti biji telur. Embun yang warnanya merah dadu, kelihatan mumbul dari dalam tanah, seolah-olah awan atau asap merah terus naik ke angkasa.
Dilain bagian dilembah tersebut, adalah puncak2 gunung yang terdapat banyak batu2 aneh bentuknya. Apa yang mengherankan, didalam lembah itu tidak tertampak seekorpun binatang kaki empat atau burung.
Lim Tiang Hong mengawasi sekian lama, ia gelengkan kepala.
.Yu-kok Oey-eng lalu berkata dengan suara agak cemas: ..... (halamannya terpotong)
Kedua orang membeberkan gambar peta. Diperiksanya dengan seksama. Baru tahu bahwa warna merah dadu itu adalah pasir yang tenggelam dan sudah tidak naik keluar lagi, sedang warna ungu itu adalah danau yang cuma berisi pasir yang mengeluarkan hawa panas. Jika orang terperosok kedalamnya, sekalipun mempunyai kepandaian tinggi, juga tidak mampu menolong dirinya lagi. Dan itu bunga raksasa yang berwarna ungu, adalah bunga yang makan manusia. Jika ada manusia yang berada didekatnya, akan disedot oleh bunga raksasa itu dan bunga itu kemudian menutup, sedang manusianya yang tersedot lantas dibikin menjadi bubur oleh semacam barang lendir yang terdapat dalam bunga itu.
Semua itu masih tidak begitu menguatirkan. Apa yang paling lihay, adalah itu kabut warna dadu dan angin aneh yang kadang2 datang meniup. Kabut itu ada serupa hawa udara yang sangat jahat dan mengandung racun yang sangat berbisa. Begitu tersedot dan masuk kedalam paru2 manusia orang itu segera akan jatuh pingsan dan tubuhnya dalam waktu duapuluh empat jam akan berubah menjadi darah kental. Sedangkan arah angin itu, timbulnya dari bumi yang mempunyai kekuatan luar biasa dan bukan kesan kekuatan tenaga manusia umumnya yang dapat menahan.
Mereka setelah habis memeriksa gambar itu, wajah masing2 memperlihatkan perasaan kuatir, namun demikian sedikitpun tidak ada keinginan akan mundur.
Mereka ingat betul2 jalannya yang menuju ke tempat tujuannya.
Yu-kok Oey-eng mendadak membuka kerudung yang menutupi wajahnya lalu berkata sambil ketawa kepada Lim Tiang Hong: "Sebelum kita menyebrangi lembah ini lebih dulu aku ingin supaya kau dapat melihat wajahku yang asli. Jika ada terjadi apa2 jangan sampai terjadi kemenyesalan seumur hidup dan diantara kita berdua biar bagaimana toh sudah ditetapkan oleh orang tua kita"
Lim Tiang Hong angkat kepala, hatinya bercekat. Sebab apa yang tertampak dihadapannya ialah satu wajah yang cantik jelita, hampir sedikitpun tidak ada cacadnya. Seketika itu ia menghela napas perlahan dan lain wajah lalu terlintas didalam otaknya. Itu adalah wajahnya Yan-jie, wanita yang agak nakal dan berandalan.
Yo-kok Oey-eng sebaliknya telah timbul salah paham terhadap si pemuda. Wanita ini mengira Lira Tiang Hong menghela napas karena keadaan berbahaya yang berada didepan matanya, maka ia lalu menarik tangan si pemuda dan menghiburi padanya dengan kata2 demikian:
"Aku hanya mengatakan sekenanya saja. Kita toh sudah kenal baik jalanannya, lagipun kita masing2 ada punya kepandaian cukup lumayan. Asal kita berlaku sedikit hati-hati aku yakin pasti bisa melalui bahaya ini dan tiba diseberang sana"
Lim Tang Hong dengan kepala kosong, angguk2kan kepa!anya. Yu-kok Oey-eng lalu mengeluarkan dua butir pil warna hijau dari dalam sakunya, sebutir diisapnya sendiri dan sebutir pula diberikan kepada Lim Tiang Hong seraya katanya: "Ini adalah obat penolak racun buatan khusus dari Hong-hong-tie. Kalau kau isap dalam mulut. Segala racun atau hawa jahat semua bisa ditolak"
Lim Tiang Hong merasa heran dan berkata: "Eei, mengapa kau juga mempunyai barang dari Hong-hongtie?"
Yu-kok Oey-eng hanya tersenyum saja. Rupanya sengaja ia mengelakkan pertanyaan pemuda itu, karena ia lantas berkata demikian: "Mari kita jalan. Waktu sudah keliwat mendesak!"
Dan nona ini lantas menarik tangan Lim Tiang Hong. Dengan memperhatikan tempat yang akan digunakan bagi injakan kaki mereka terus terbang melayang kedalam lembah.
Ilmu kepandaian mengentengi tubuh Yu-kok Oeyeng sungguh luar biasa hebatnya, lain dari yang lain. Begitu ia bergerak, se-akan2 bidadari baru turun dari kayangan. Dengan gayanya yang sangat manis sudah mencapai jarak tujuh sampai delapan tombak jauhnya.
Lim Tiang Hong yang melihat kepandaian itu, diam2 mengaguminya. Ia juga lalu menggunakan ilmunya It-sia Cian-lie mengikuti jejak kawannya.
Kedua pasangan muda mudi itu sc-o!ah2 burung kepinis saling susul terbang me-layang2 diatas pasir dan kabut racun yang berbahaya. Dalam waktu sekejap saja sudah sampai keduanya di tengah lembah.
Mendadak di tengah2 lembah itu timbul angin aneh, ini berputaran cepat sekali.
Yu-kok Oey-eng adalah yang pertama menjadi korban. Ia menjerit kaget, badannya yang ceking langsing mendadak tergulung angin aneh itu se-akan2 tersedot dan masuk ke dalam gundukan pasir.
Lim Tiang Hong yang saat itu berada dibelakangnya terpisah tidak sabegitu jauh. Ketika melihat keadaan sang kekasih itu, dengan nekad dan tanpa menghiraukan keselamatannya sendiri secepat kilat menerobos dalam gulungan angin puyuh itu, lalu dengan menggunakan salah satu gerak tipu dari dalam ilmunya Kim-liong Patjiauw ia sudah berhasil menyambar sebelah tangan Yukok Oey-eng, kemudian dengan sekali sentak, satu gerakan luar biasa, dibarengi dengan gerakan meletik badannya sendiri ke atas, ke-dua2nya terbang keluar.
Tetapi angin puyuh itu kekualannya sungguh luar biasa. Tatkala badan Lim Tiang Hong melesat keatas, dirasakan si pemuda kepalannya seperti ditindih barang
.650 berat ribuan kati, hingga kedua orang itu se-akan2
dipaksa turun lagi. Dalam saat2 sangat berbahaya itu, Lim Tiang Hong mengeram "Kita toh sudah berada disini, bagaimana juga harus kita.... (tidak terbaca)
hebat, sebelah tangannya cepat bagaikan kilat menepok tiga kali beruntun.
Tepukan tangannya itu memakai kekuatan seluruhnya, maka ketika terbentur dengan gulungan angin puyuh itu, lantas menerbitkan suara gemuruh yang dahsyat.
Begitulah dangan timbulnya suara gempuran hebat, keduanya terpental naik lagi setinggi delapan kaki. Tetapi kekuatan tenaga dalam Lim Tiang Hong pada saat itu mendadak dirasakan mengendur, hingga badannya melayang turun lagi.
Sebaliknya dengan Yu-kok Oey-eng. Wanita ini kala itu sudah memusatkan seluruh kekuatan tenaganya, maka tatkala badannya meluncur turun, lalu ia yang menggantikan menepuk beruntun sampai lima kali. Perbuatannya ini nampak ada hasilnya. Badan keduanya lantas mumbul lagi. Laksana anak panah melesat keluar dari gulungan angin puyuh, lantas terjatuh kesebuah batu besar yang aneh bentuknya. Kedua orang itu se-olah2 baru keluar dari ancaman maut. Keduanya saling berpandangan dan masing2 pada memperlihatkan senyum getir.
Setelah mengaso sejenak lalu dilanjutkan pula perjalanan mereka. Kali ini benar2 tiba di tempat tujuannya dengan selamat.
Itu adalah suatu tempat curam. Kecuali batu2 yang berbentuk aneh, tidak lain lagi terdapat disitu. Tanaman rumput juga tidak tumbuh.
Diperiksanya lagi oleh Lim Tiang Hong gambar petanya, tempat tersebut ternyata tidak disebut sama sekali, hingga mereka tidak tahu bahwa benda pusaka berupa nyalinya naga yang sudah berubah menjadi batu itu berada dimana"
Mereka berdua setelah berunding sejenak. Lim Tiang Hong lantas berkata: "Cari sampai ketemu, mesti kita dapatkan barang itu!"
Yu-kok Oey-eng agaknya setuju dengan jalan pikiran si pemuda dan begitulah hasil perundingan, keduanya lantas merayap maju dengan mengikuti perjalanan diatas jalan gunung.
Berjalan belum seberapa jauh tiba2 terlihat sebuah gua. Dalam gua tersebut lapat2 terlihat sinar terang, tidak begitu gelap. Mereka terus memasuki lorong gua dan berjalan lagi belum sampai setombak lantas jalan menurun, masuk ke bagian bawah gua tersebut. Kiranya dalam gua tersebut ada sebuah kolam yang berada di tengah. Kolam ini airnya jernih sekali, sampai dasarnyapun kelihatan nyata.
Yu-kok Oey-eng mendadak berseru kaget: "Eh disini pernah kedatangan orang lain!"
Lim Tiang Hong mengawasi tempat yang ditunjuk si nona. Benar saja sebuah biji tasbih yang biasa di-bawa2 murid2 golongan Buddha nampak berada didasarnya kolam dengan pancaran sinarnya yang mencorong. Dari sini lantas keduanya menduga bahwa orang yang datang sebelumnya itu mungkin belum terlalu lama. Sebab jikalau tidak mengapa biji tasbih yang terbuat dari bahan baja itu belum berkarat"
Dari tempat atau kolam jernih itu mereka melanjutkan perjalanan, terus menyusuri lolong sempit, lalu sampai keduanya di sebuah kamar lain.
Kamar yang didatangi ini sangat luas, bentuknya aneh, hingga disebut kamar rupanya lebih mirip dengan satu kobakan yang bertutup. Didalam kamar ini ada tembus keluar sinar penerangan, tetapi entah dari mana sumbernya penerangan itu, tidak ada yang tahu. Mendadak Lim Tiang Hong bungkukkan badan, tangannya menjumput secarik kertas. Ternyata kertas ini adalah sobekan dari suatu kitab pelajaran ilmu silat, entah dari partai atau golongan mana.
"Sayang sudah hampir hancur dan tidak kebaca lagi tulisan2nya" demikian pikirnya.
Selagi hendak memberitahukan penemuannya, dilihatnya kala itu si nona sedang memungut segumpalan kertas hancuran yang lantas diserahkan kepadanya. Terang itu adalah sejilid kitab yang dihancurkan oleh kekuatan tenaga dalam manusia. Rupa2nya ditempat ini pernah terjadi pertarungan antara dua jago dan sebagian kitabnya, buku ilmu silat itu hancur lebur, itulah yang ditemukan oleh dua muda mudi yang baru datang ini.
Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng menggunakan waktu cukup lama membereskan hancuran kertas itu. Tetapi hanya didapat dua helai yang utuh yang termuat dua rupa gambar gerakan ilmu silat. Dua rupa gerakan itu setelah dicoba-coba, benar2 merupakan suatu gerakan ilmu silat yang luar biasa
Lim Tiang Hong yang telah mendapatkan didikan langsung dalam ilmu silat oleh dari Orang Tua Pencipta, pengetahuannya tentang ilmu silat boleh dikata lumayan. Begitulah setelah diperiksa teliti ia lantas menetapkan bahwa itu adalah sobekan sebuah kitab ilmu silat yang tidak ada taranya, Sayangnya sudah ter-koyak2 dan hancur tak teratur, di-coba2 disambung-sambung tidak dapat dibuat utuh lagi. Ia menjadi heran, dan lantas berkata pada temannya "Lembah ini akan terpencil tempatnya lagipun berbahaya sekali disepanjang jalan. Ada orang lain sebelum kita yang bisa sampai kesini, itu bagaimana?"
Yu-kok Oey-eng lalu berkata: "Lembah Hong-hong Pie-kok ini sudah lama menjadi tempat yang diincar oleh
.655 orang2 rimba persilatan. Meski tidak ada gambar petanya mereka agaknya terus berdaya dengan menempuh segala bahaya"
Setelah berkata, mendadak tangannya menunjuk sesuatu, mulutnya berkata: "Hei kau lihat, apa itu?"
Kiranya, disuatu sudut dalam goa tersebut terdapat dua mayat. Salah satu bangkai itu kelihatan berpakaian taotho yang gemuk besar, seorang lagi adalah seorang tua yang mengenakan tungsha panjang. Keduanya mati dalam keadaan bergulat. Dilihat dari situ dapat ditarik dalam kesimpulan bahwa keduanya itu pernah bertempur hebat dan pada babak terakhir pernah tergulat hingga kedua-duanya mati dalam keadaan gulat pula.
Yu-kok Oey-eng lantas berkata: "Mari kita masuk terus, satu2 kita periksa. Kalau dilihat dari dua orang ini datangnya tentu membawa maksud tertentu"
Kedua muda mudi Itu lalu berjalan pula. Dengan melalui batu2 cadas yang ber-tumpuk2 dan lorong2 sempit yang curam, kembali sudah masuk ke suatu tempat yang berbentuk bundar lonjong. Disini mereka memeriksa agak lama, dan mereka lihat itu adalah
.tempat yang penuh ditimbuni batu2 hingga mirip kalau dikatakan rimba batu.
Tiba2 dari jauh terdengar suara raungan yang keras. Lim Tiang Hong yang mendengar itu lantas berkata: "Itu terang suaranya orang, bukan?"
Dan pada saat itu didalam rimba batu yang gelap gulita tiba2 kedengaran suara ganjil yang mengerikan. Suara ini bagi si pengecut tentu akan terus berdiri bulu tengkuknya. Malah Yu-kok Oey-eng sendiri, yang berkepandaian sangat tinggi, tidak urung harus merasa jeri mendengar suara itu terbukti karena seketika ia menubruk ke arah Lim Tiang Hong.
Dalam keadaan dan tempat demikian, mendadak timbul suara demikian ganjil, benar2 bisa membuat berdiri bulu roma orang2. Lim Tiang Hong sendiri meski juga merasa takut, tetapi ia adalah seorang laki2, ia merasa mempunyai kewajiban melindungi kaum wanita, maka ia lantas membentak keras: "Siapa! Siapa disitu, jangan main sembunyi2, lekas keluar!"
Baru habis ucapannya si pemuda dari dalam rimba batu lantas terdengar menggemanya suara Lim Tiang Hong sendiri.
.Terang itu adalah suara menggemanya suara sendiri, tetapi kedengarannya begitu seram dan kedua muda mudi itu setelah melihat tiada reaksi apa2, lalu berjalan maju lagi.
Tiba2 pada waktu itu di bawah tanah yang diinjak oleh muda mudi itu terjadi getaran hebat seperti gempa (lindu) yang lama2 disusul oleh suara gemuruh. Seluruh gua se-akan2 hendak gugur.
Yu-kok Oey-eng lantas berseru: "Celaka! Gempa bumi! mari lekas keluar!"
Kedua orang ini baru saja balik badan, suara gemuruh lantas terdengar disana sini. Batu2 cadas dalam ruangan itu pada beterbangan dan dibeberapa bagian dalam gua itu sudah mulai ambruk.
Lim Tiang Hong dalam kecemasannya lantas mengeluarkan dua kali serangan maksudnya hendak membuka jalan dalam kegelapan itu. Sambil berbuat demikian ia menarik Yu-kok Oey-eng dan terus kabur keluar.
Waktu itu oleh karena getaran hebat karena gempa itu, batu cadas dari manapun pada bergelindingan keluar. Badannya Lim Tiang Hong juga sekali kena ketimpa oleh batu, untungnya ilmu Siauw-yang It-ku Sinkang sudah menjaga rapat tubuhnya, hingga sedikitpun ia tidak menderita luka.
Dalam keadaan yang penuh ancaman bahaya, nampaknya ia sudah tidak bisa bergerak lagi setindakpun. Beberapa kali mereka berdua hampir saja tertindih batu2 cadas yang bergelindingan.
Kejadian demikian berlangsung terus sekian lamanya sampai mereka merasa benar2 tidak dapat bergerak lagi.
Yu-kok Oey-eng mendadak menarik lengan Lim Tiang Hong diajak masuk sebuah ruangan yang dikiranya agak baikan dan kuat. Didalam ruangan mana ia berkata: "Mati attu hidup sudah tulisan takdir, untuk sementara tidak usah kita bergerak, tunggu sebentar dulu nanti kita bicara lagi"
Tapi baru saja kedua orang itu sembunyi, tiba2 terdengar suara ledakan hebat. Suara itu membuat pekak telinganya kedua orang yang sedang menyembunyikan diri, dan lantas disusul dengan suara barang2 ambruk, tempat dimana mereka berdiri tadi lantas ambruk. Maka jikalau tadi mereka terus diam disitu, pasti tidak dapat hidup terus.
Lim Tiang Hong diam2 mengucapkan syukur kepada Yang Maha Esa yang telah melindunginya.
Keadaan serupa iiu berlangsung lagi sampai sekian lama, baru semua debu pada bujar dan pada kala itulah timbul lain kejadian aneh.
Yu-kok Oey-eng yang melihat semua itu lebih dulu, lantas berseru kaget: "Kau lihat itu apa!"
Lim Tiang Hong juga sudah dapat melihat didalam tumpukan batu2 tiba2 kelihatan seorang laki2 dan seorang wanita. Yang lelaki mengepalkan tangan tangan kirinya, tangan kanannya menggenggam sebatang seruling emas. Sedang si perempuan tengah menudingkan jari tangan kirinya dan tangan kanannya sedang menjinjing sebuah gendewa kecil yang memancarkan warna hitam. Dibelakang geger kedua orang itu masing masing menggemblok buntalan yang besar panjang.
Didepannya laki2 dan wanita tadi, ada suatu tempat seluas dua tombak setengah. Disitupun ada naga raksasa jaman kuno yang besar sekali. Bagian kepala naga itu kira2 sebesar satu kamar, gigi2nya yang putih nampak menyeramkan, sedang kedua biji matanya jauh lebih besar dari satu kaleng minyak tanah. Sinar biru gemerlapan mencorot keluar dari biji2 mata binatang itu.
Dalam kagetnya kedua orang yang bersembunyi itu sudah memusatkan tenaga untuk menghadapi segala kemungkinan. Tetapi sekian lama mereka menanti, tidak ada reaksi apapun juga, baik dari manusia2 itu, maupun dari binatang purba itu.
Lim Tiang Hong tiba2 berkata sambil tertawa: "Semuanya kan sudah mati?"
Lalu sambil menarik tangan Yu-kok Oey-eng, ia berjalan mendekati kedua orang itu. Sewaktu ia memeriksa dengan seksama, bukan saja kedua manusia Itu sudah tidak bernapas, tetapi juga tidak tahu berapa tahun lamanya mereka mati disitu, sebab seluruh badannya sudah berubah menjadi batu hingga berupa patung. Hanya itu dua senjatanya yang masih utuh, membuat heran yang melihatnya.
Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng mengambil masing2 serupa senjata itu.
.Yu-kok Oey-eng memilih gendewa dan anak2 panah kecil. Ketika dicoba memainkan sebentar, sinarnya lantas memancar begemerlapan ber-kelebat2 keluar dan dari gendewa untuk anak panah itu yang kemudian membentur sebuah batu cadas. Heran bin ajaib begitu kebentur batu cadas itu lantas hancur berantakan!
Lim Tiang Hong tidak perhatikan itu semua, karena ia sedang menggunakan jari tangan dengan kekuatannya Kian-kong-cie-keng mengorek kotak batu giok dalam buntalan digeger orang laki2 yang sudah membatu.
Yu-kok Oey-eng yang menyaksikan ketawa terkekeh-kekek lalu menggunakan gendewa Hianliongnya menggores dengan pelahan, dan kotak batu giok yang ada dalam buntalan di geger si wanita yang sudah membatu itu lantas pindah kedalam tangannya.
Kedua muda mudi itu membuka kotak masing2, memeriksa isinya, ternyata hanya dua buah benda yang sudah membatu.
Kedua manusia yang menjadi batu itu, ternyata ada sepasang suami isteri dari jaman Chun-yalu. Yang laki2 bernama Boan-lie Yu-liong dan yang perempuan bernama Hian-kiong Tek-lie.
.Dalam kotak yang ada dipunggungnya si-laki2, masih terdapat sejilid kitab. Dalam kitab itu mana ditulis dengan jelas kepandaian ilmu silat yang ia pelajari. Ilmu silat itu dinamakan "Hian-wan Tiao-khie Tin-coan" dan ilmu seruling "Kim-hong Tek-hoat" serta beberapa gerakan yang aneh.
Sedang di dalam kotak yang terdapat digegernya sang isteri, juga terdapat sejilid kitab kecii, di dalamnya ada dimuat pelajaran tipu pukulan dengan gendewa, "Bong-im Kiong-hoat" dan "Kim Cat Ciang-cao" serta lain2nya lagi.
Diatas sehelai kain sutera persegi, ada dimuat terjadinya mereka yang sampai berada di empat tersebut. Kiranya naga raksasa yang ada didepannya suami istri. ada seekor binatang raksasa peninggaian jaman purbakala. Binatang itu selalu mengganas terhadap manusia, entah berapa banyak jiwa yang sudah menjadi korbannya.
Sepasang suami istri itu ada orang2 gagah pada masa itu. Mereka telah bertekad hendak menyingkirkan binatang yang menjadi musuh besarnya menusia itu. Maka seluruh kepandaian mereka masing2 ditulis dalam kitab dan dimasukkan didalam kotak batu giok yang terdapat digeger mereka masing2, maksudnya iaiah jika ada terjadi apa2 atas diri mereka, supaya pelajaran ilmu silatnya itu bisa diturunkan kepada orang yang berjodoh. Tapi entah apa sebabnya, pada sepasang suami istri itu bersama naganya tidak terdapat luka apa2, sebaliknya pada berubah menjadi batu.
Lim Tiang Hong setelah membaca, tiba2 berkata: "Menurut dugaanku, sepasang suami istri ini, ketika sedang bertempur sengit dengan naga raksasa itu, tiba2 mengalami gempa bumi seperti sekarang ini, hingga mereka terpendam didalam tanah, dan kemudian berubah menjadi batu. Sekarang, coba kita pergi lihat keadaannya naga raksasa itu. Mungkin, nyali naga yang sudah menjadi batu adalah nyalinya naga raksasa ini.?"
Yu-kok Oey-eng anggukkan kepala, sebagai tanda menyetujui pikirannya Lim Tiang Hong. Mereka lalu berjalan kedepannya naga raksasa itu. Ketika memeriksa dengan seksama, mereka merasa bahwa naga raksasa ini ada luar biasa besarnya.
Yu-kok Oey-eng mendadak ayun gendewanya, sebentar saja semua giginya naga raksasa itu sudah dibikin rompak ia melesat masuk kedalam mulut naga raksasa itu sembari berseru: "Mari kita masuk kedalam perut naga ini, untuk lihat apa isinya"
Lim Tiang Hong lalu mengikuti jejaknya. Mereka dengan berendeng berjalan masuk melalui tenggorokannya naga raksasa itu, makin maju terasa makin gelap.
Yu-kok Oey-eng mendadak berseru: "Tidak ada penerangan bagaimana?"
Lim Tiang Houg kibaskan seruling emasnya dan berkata: "Dengan ini sudah cukup terang".
Sinar gemerlapan yang memancar keluar dari seruling emas itu, benar saja membuat terang keadaan didalam perut naga raksasa itu.
Oleh karena terpendam sudah banyak tahun, semua isi perutnya sang naga juga sudah berubah menjadi batu hingga keadaannya tidak beda seperti di dalam lorong2 gua batu saja.
Berjalan kira2 20-30 tombak, Yu-kok Oey-eng mendadak berseru kegirangan: "Kau lihat apakah ini?"
Ditulang bagian dada naga raksasa itu, ada tergantung sebuah benda seperti balon lampu listrik,
.yang membuat terang keadaan dalam perutnya. Oleh karena sinar terang halus yang keluar dari benda bundar itu, bisa diduga bahwa benda itu tentunya adalah Liongcu.
Karena yang dicari oleh mereka adalah nyalinya naga yang sudah membeku, dengan penerangan yang keluar dari "Liong-cu" itu, mereka terus mencari, dan akhirnya mereka dapatkan itu nyalinya naga yang bentuknya besar sekali.
Orang2 dalam dunia, terutama orang2 dunia kangouw, pada anggap nyali naga itu sebagai barang pusaka yang tidak ternilai harganya. Sayang nyali naga itu kini sudah berubah menjadi batu keras berwarna kuning ungu. Diatasnya batu keras itu, ada tumbuh jamur yang berwarna itu pula.
Lim Tiang Hong yang melihat tumbuhan itu lantas berkata sambil ketawa: "Jamur ini jika dimasak untuk teman makan nasi, pasti enak sekali rasanya"
Yu-kok Oey-eng coba memetik sebuah, lalu dimasukkan ke dalam mulutnya.
"Aku coba bagaimana rasanya," demikian katanya sambil ketawa.
.Perbuatannya itu sebetulnya cuma bersifat main2 saja, siapa nyana ketika jamur itu masuk kedalam mulutnya, bau harum dan rasa manis segera dari jamur itu telah masuk kedalam tenggorokan, hingga ia berseru kaget: "Celaka" Jamur sudah kena aku telah masuk ke dalam perut"
"Lalu bagaimana?" tanya Lim Tiang Hong gelisah.
Yu-kok Oey-eng seperti yang ketakutan. Tapi Lim Tiang Hong yang belajar silat pada orang tua penyipta, pengertiannya terhadap ilmu obat2an ada cukup luas, maka setelah berpikir sejenak, lalu berkata: "Nyali dan jantung merupakan pusat pendaratan dari anggota badan manusia atau binatang, naga raksasa ini binatang dari jaman purbakala, semua darah dan kekuatannya, mungkin terkumpul dalam nyali dan jantungnya, sehingga timbul tumbuhan jamur ini, maka kalau dimakan tidak ada jahatnya, sebaliknya besar sekali faedahnya. Kau tak usah kuatir!"
Sehabis berkata, ia juga memetik sebuah dan dimasukan ke dalam mulutnya.
Ia rasakan jamur itu enak sekali rasanya, harum. Yu-kok Oey-eng tadi sudah merasakan itu, oleh karena
.667 kuatir ada racunnya, maka ia berseru kaget, tapi kini setelah menyaksikan Lim Tiang Hong juga berani makan, ia lantas memetik lagi beberapa buah.
Hingga kedua muda mudi itu masing2 lantas pada berebut memetik jamur itu sampai pada kenyang. Yu-kok Oey-eng sambil tepok2 perutnya, berkata sambil ketawa terkekeh-kekeh: "Perutku rasanya sudah hampir meledak karena kekenyangan makan jamur!"
Tapi jamur itu ternyata masih banyak, maka ia lantas berkata pula: "Jamur ini ada begini enak rasanya, kita masing2 pada bawa pulang sedikit, supaya kita dapat berikan kepada kawan2 kita!"
Lim Tiang Hong lalu menghunus pedang, untuk memotong nyalinya naga raksasa itu.
Mendadak sinar hijau terang mencorot keluar dari bagian yang dipotong oleh Lim Tiang Hong. Ia lalu ulur tangannya untuk merogoh. Sebuah benda bulat sebesar telur angsa, segera sudah berada di dalam tangannya.
Benda bundar itu berwarna hijau gelap, tapi gemerlapan, indah dan menarik hati.
.Yu-kok Oey-eng setelah melihat barang itu lalu berkata: "Ini barangkali yang dinamakan nyalinya naga yang sudah membatu?"
"Mungkin betul" jawab Lim Tiang Hong sambil anggukkan kepala.
Karena barang yang dicari itu sudah didapatkan, sepasang muda-mudi itu dengan sangat gembira keluar dari dalam perut naga raksasa.
Yu-ko Oey-eng merasa senang sekali dengan biji "Liong-cu" yang bersinar terang itu, ia lalu mengambil 4 butir dengan senjata gendewanya, sebutir untuk ia sendiri, 3 butir yang lainnya diberikan kepada Lim Tiang Hong. Dengan tersenyum penuh arti, ia berkata:
"Aku sudah cukup mempunyai sebutir, yang lainnya untuk kau dan kau boleh berikan kepada siapa saja!"
"Aku berikan kepada siapa?" tanya Lim Tiang Hong heran.
"Orang yang kau hendak berikan banyak sekali, umpama itu Kow-loan, Pek-hong Siauw-yan dan sebagainya...." jawab si nona sambil ketawa terkekehkekeh.
.Mendengar jawaban itu, Lim Tiang Hong meringis, tapi ia juga tidak membantah. Diam2 ia simpan barang bersinar itu kedalam sakunya, dan pada saat itu mereka sudah keluar dari mulut naga raksasa.
Tiba2 terdengar suara seperti suara setan yang menyeramkan.
Yu-kok Oey-eng paling takut kepada setan, dengan cepat ia keluarkan senjata gendewanya. Sebentar berkelebat dua bayangan orang, yang ternyata ada dua makhluk aneh yang bentuknya seperti setan atau memedi.
Satu ada orang perempuan tua dengan potongannya seperti momok. Sambil ulur jari tangannya yang seperti cakar burung, ia menunjuk kepada naga raksasa itu, kemudian menunjuk kepada buntalan yang berada di punggungnya kedua manusia yang sudah membantu, mulutnya mengeluarkan perkataan yang tidak dapat dimengerti oleh mereka.
Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng meski tidak mengerti perkataan yang diucapkan oleh makhluk aneh itu, tapi dari sikapnya itu agaknya seperti hendak menanya, buntalan yang ada diatas punggungnya dua orang itu dan nyalinya naga raksasa yang sudah membatu, apakah kalian sudah ambil"
Kawannya perempuan tua itu, seorang laki2 tua yang berdandan seperti orang beribadat, ketika melihat kedua muda mudi itu tidak menjawab, lalu berkata dengan suaranya yang menyeramkan: "Apa yang diucapkan oleh nenek Kiu-phan-po tadi kepada kalian, apakah kalian tidak dengar?" Aku pikir, lebih baik kalian serahkan barang2 itu secara baik2. Kalian harus tahu, aku Kok-bin Hoat-su dan nenek Kiu-phan-po ini, jikalau bekerja, selamanya tidak mau meninggalkan saksi hidup"
"Aku juga boleh beritahukan kepada kalian, Siauwya mu ini. tidak gampang2 digertak oleh siapa saja!" jawabnya Lim Tiang Hong sambil ketawa dingin.
"Kalau begitu, jangan sesalkan kalau Kok-bin Hoatsu berlaku kejam!" kata Kok-bin Hoat-su sambil ketawa dingin.
"Kalau kau mempunyai kepandaian, kau boleh keluarkan saja, siauwya-mu tidak suka dengar perkataan yang menjemukan itu" jawab Lim Ting Hong sambil bersenyum.
.Sepasang orang aneh yang sangat buas itu, adalah iblis kenamaan dari daerah Biauw-ciang. Karena karena mendengar kabar bahwa di lembah Hong-hong-kok itu segera akan terjadi gempa bumi, hingga nyalinya naga raksasa yang sudah membatu itu akan muncul lagi, maka mereka dari daerah Biauw-ciang yang begitu jauh, memperlukan datang ke lembah tersebut. Ternyata mereka sudah berhasil melewati daerah2 bahaya didalam lembah itu dan bisa masuk ke dalam goa.
Dan kemudian, secara main sradak-srudak, telan didapatkan oleh mereka sejilid kitab pelajaran ilmu gaib peninggalan "Pek-ji Heng-sie, seorang iblis yang pernah mengganas didunia kang-ouw pada suatu masa.
Kedua orang tua itu setelah mendapatkan kitab tersebut, masih merasa belum puas, hingga mencari lagi disana-sini, dimana adalah nyali sudah membatu itu. Dengan demikian, mereka lantas barjumpa dengan Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng.
Kok-bin Hoatsu ada seorang yang sifatnya ganas buas. Ilmu silatnya tinggi pula, diejek demikian rupa oleh Lim Tiang Hong kebuasaannya lantas timbul seketika. Sambil keluarkan suaranya, yang seperti setan, lengan bajunya yang lebar dikibaskan, segera angin dingin yang berbau busuk dan mengandung warna hitam, meluncur keluar menyerang Lim Tiang Hong.
Serangan yang cepat dan keras itu, sedikitnya sudah mempunyai latihan 50 tahun lebih.
Lim Tiang Hong yang sudah mempunyai banyak pengalaman Jalam pertempuran besar kecil, begitu lihat serangan Kok-bin Hoatsu ini, dalam hati diam2 merasa kaget. Dengan cepat angkat kedua tangannya. Setelah membuat satu lingkaran, lalu mendorong kedepan. Serangannya secara demikian ini, ia menggunakan kekuatan tenaga sepenuhnya.
Diantara suara menderunya angin yang meluncur keluar dari tangannya itu, lantas disusul aleh suara jeritan ngeri, sedang badannya Kok-bin Hoatsu, seketika itu lantas terbang melayang seperti kaun kering tertiup angin, melesat sejauh 5 tombak, tatkala jatuh kebawah, tepat di atasnya sebuah batu cadas yang besar dan lonjong, hingga saat itu juga sudah tidak bisa bergerak lagi.
Baru sirap suara jeritannya Kok-bin Hoatsu, disana, Kiu-phan-po yang berhadapan dengan Yu-kok Oey-eng juga sudah keluarkan suara jeritan hebat, dengan badan penuh darah ia kabur terbirit-birit.
Yu-kok Oey-eng dengan senjata gendewa ditangan, selagi hendak mengejer, sudah dicegah oleh Lim Tiang Hong seraya berkata: "Biarlah ia kabur"
Yu-kok Oey-eng lantas urungkan maksudnya hendak menghabiskan jiwanya nenek buas dari daerah Biauw-cang itu.
Siapa tahu bahwa perbuatan Lim Tiang kali ini, telah meninggalkan ekor yang menyulitkan dirinya Lim Tiang Hong dikemudian hari.
Setelah Kiu-phan-po kabur, Lim Tiang Hong baru berkata sambii ketawa: "Aku benar2 tidak percaya, bahwa kekuatanku mengapa mendadak bisa bertambah berlipat ganda?"
"Jikalau kau tidak mengatakan, aku juga tidak percaya. Dengan sejujurnya, jika diwaktu dulu, aku bisa menangkan Kiu phan-po atau tidak, masih merupakan satu pertanyaan. Tidak nyana barusan baru 2-3 jurus saja, sudah berhasil membikin patah lengan kirinya. Ini benar2 ada satu kejadian gaib yang susah dimengerti"
.Lim Tiang Hong pejamkan matanya, untuk bersemedi sejenak, tiba2 ia berkata sambil ketawa: "Aku sekarang baru ingat, semua itu atas jasanya jamur tadi!"
Yu-kok Oey-eng juga beranggapan demikian, sebab selain daripada itu, sudah tidak ada sebab lainnya lagi. Maka ia lantas berkata dengan girang: "Sekarang kita toh sudah tidak ada bekerja apa2, mengapa kita tidak mempelajari ilmu gendewa dan seruling itu sekalian?"
Lim Tiang Hong ada seorang yang gemar segala macam ilmu silat. Karena menampak Yu-kok Oey-eng ada begitu gembira, sudah tentu ia tidak menolak, hingga keduanya masing2 lantas mempelajari kedua rupa ilmu silat itu.
Kedua orang muda itu masuk kedalam goa lagi. Didalam goa yang keadaannya gelap gulita, siang atau malam serupa saja mereka entah berapa hari berdiam di dalam goa yang gelap, sampai semua ilmu pelajaran yang didapat dalam kitab itu sudah dipelajari seluruhnya, baru memikirkan hendak keluar dari goa.
Lembah Hong-hong Pik-kok itu, setelah mengalami gempa bumi hebat itu, keadaannya sudah jauh berlainan daripada keadaannya semula. Kedua muda mudi sekeluarnya dari lembah tersebut, lantas bernapas lega, lalu pada gerakkan badannya, untuk menyeberangi lembah yang sangat berbahaya. Kali ini jauh lebih ringan dari pada ketika pertama kali memasuki lembah itu, karena bukan saja banyak tempat tempat yang curam sudah pada teruruk api, kepandaian mereka juga sudah bertambah berlipat ganda, hingga dalam waktu sekejapan saja, mereka sudah tiba dirimba dimana mereka semula datang.
(-0odwkzo0-) Bab 18 LIM TIANG HONG dan Yu-kok Oey-eng setelah menyeberangi lembah yang berbahaya dan tiba di rimba ditempat semula.
Yu-kok Oey-eng tiba2 mengeluarkan kerudung hijaunya, dan kembali dikerudungkan di wajahnya sembari berkata: "Sekarang aku harus pergi lagi, sampai ketemu dilain waktu"
Lim Tiang Hong merasa bahwa gadis yang mengaku sebagai tunangannya ini, sesungguhnya mempunyai sifat
.yang sangat misterius. Selama dilembah Hong-hong Pitkok, meski sudah berada ber-sama-sama beberapa hari lamanya, tapi oleh karena selalu repot mencari nyalinya naga raksasa yang sudah membatu itu, dan kemudian sama2 mempeiajari ilmu silat yang baru, sehingga tidak mendapat kesempatan untuk menanyakan halnya lebih banyak. Dan kini melihat ia hendak pergi, lalu mencegah sembari berkata: "Namamu dan asal usulmu, bolehkah kau beritahukan padaku" Lagi pula dimana adanya ayahku, seolah-olah kau ada mengetahui dengan baik, maka hari ini aku minta dengan amat sangat, jangan kau merahasiakan lagi padaku, sudikah kau berbuat demikian?"
Perkataannya itu diucapkan dengan setulus hati dan sungguh2. Ia mengira Yu-kok Oey-eng tentunya merasa tidak enak hati, untuk tidak memberitahukan padanya.
Siapa nyana, Yu-kok Oey-eng lantas geleng2kan kepalanya dan berkata: "Mengenai urusan ini, untuk sementara kau tidak perlu tahu. Pendeknya, kau lakukan saja segala urusan yang kau harus lakukan"
Sehabis berkata demikian, dengan tanpa menunggu sampai Lim Tiang Hong membuka mulut lagi, ia sudah menghilang dari depannya anak muda kita.
Lim Tiang Hong cuma bisa mengawasi bayangan yang makin lama makin jaah. Setelah berdiri menjublek sekian lamanya, ia baru menghela napas dan selagi hendak berlalu, tiba2 dari dalam rimba nampak berkelehatnya bayangan orang. Dilihat sekelebatan, bayangan itu mirip dengan Im-san Mo-lie, hingga dalam hatinya diam2 berpikir "hari ini aku pasti menangkap padanya untuk menanyakan dengan jelas"
Ia lalu bergerak secepat kilat, membuntuti perempuan itu.
Rimba purbakala itu ada sangat hebat, oleh karenanya, tidak tepat untuk menggunakan ilmu mengentengi tubuh, maka setelah berputar-putaran setengah harian didalam rimba, baru berhasil keluar dari rimba yang lebat itu.
Ia segera dapat lihat dirinya si nona yang baru saja keluar dari rimba tersebut. Dengan tanpa pikir banyak2, ia lantas berseru padanya: "Berhenti!"
Berbareng dengan itu, badannya lompat melesat laksana kilat, dan sebelum kakinya menginjak tarah, tangannya sudah menjambret dirinya si nona dengan tipu silat "Bu-san Chun-san" atau "Kabut menutup gunung Chun-san."
Si nona kelihatannya sangat terkejut, mendadak ia balikkan badannya dan berputar dengan gayanya yang sangat manis, hingga jambretannya Lim Tiang Hong tadi sudah dapat dielakkan dengan mudah.
Ketika si nona tadi balikkan badannya, ternyata bukan Im-san Mo-lie, melainkan seorang perempuan muda dengan wajahnya yang dingin kecut.
Dengan sikapnya yang ketus dingin, nona itu mengawasi Lim Tiang Hong, kemudian berkata: "Kau dengan tanpa sebab telah menyerang aku, apakah artinya?"
Oleh karena sudah berbuat salah, Lim Tiang Hong tidak bisa terbuat apa2. Ia terpaksa angkat tangannya memberi hormat sedalam-dalamnya seraya berkata: "Aku yang rendah karena kesalahan melihat, telah melanggar dari nona, disini aku minta maaf sebanyak-banyaknya"
Nona itu menolak permintaan maaf Lim Tiang Hong, sembari berkata: "Tidak usah, asal kau segera melakukan syarat lama dari nonamu, sudah cukup"
Lim Tiang Hong melengak, ia lalu menanya: "Bagaimana syaratnya nona itu" Aku yang rendah masih belum mengerti!"
"Kalau kau belum mengerti, baiklah sekarang nonamu beritahukan padamu, jikalau sepasang tangan atau sepasang kakimu melanggar diri nonamu, kau harus kutungkan sendiri sepasang tangan atau kakimu. Jika matamu yang melanggar, kau harus korek sendiri sepasang biji matamu dan jikaiau mulutmu yang melanggar, maka kau harus potong lidahmu sendiri..."
"Astaga! ini benar2 bikin orang tidak bisa hidup lagi" Lim Tiang Hong ketawa bergelak-gelak dan kemudian berkata pula: "Jikalau aku tidak mau memotong tangan atau kakiku sendiri, sedangkan kau tidak mempunyai itu kepandaian untuk memotong tangan atau kakiku, lalu bagaimana?"
"Hm! nonamu belum pernah menemukan kejadian demikian! Tapi aku boleh beritahukan padamu, sekalipun hari ini kau bisa lolos dari tangan nonamu, kepala dari 12 puncak gunung Bu-san, juga tidak akan melepaskan kau begitu saja"
.Lim Tiang Hong berlagak seperti sedang berduka, sambil menghela napas panjang ia berkata: "Kalau demikian halnya, aku benar2 sudah tidak bisa hidup lagi"
"Dihadapan nonamu kau tidak usah berlagak" berkata nona tu dengan suara dingin.
Mendadak badannya bergerak, menyerang Lim Tiang Hong. Tangannya yang putih halus secepat kilat sudah melancarkan serangannya sampai 18 kali, sedang sepasang kakinya sudah menendang sampai 18 kali. Setiap gerakannya itu dilakukan dengan caranya yang sangat aneh dan ganas dan setiap serangan yang diarah selalu ditempat bagian jalan darah yang terpenting dalam anggota badan manusia.
Lim Tiang Hong mendadak tergerak pikirannya. Gerak tipu ini rasanya ia pernah mengenalnya dan dimana melihat, tapi kini sudah tidak ada keempatan untuk memikirkan lebih jauh. Dengan tipu silatnya Samsam-po, gerak maju mundurnya dilakukan laksana dan yangliu yang tertiup angin. Hanya nampak bergoyang saja, ia sudah terlepas dari kurungan serangannnya si nona.
.Nona itu seteiah melancarkan serangannya, seolaholah air sungai yang sedang mengalir, dengan tidak henti2nya menyerang terus. Jika hal itu dilakukan sebelum Lim Tiang Hong masuk ke lembah Hong-hong Pit-kok, Lim Tiang Hong benar2 harus memeras teringat untuk menghadapi nona itu. Tapi sekarang, meski dirinya dikurung oleh serangan2 tangan dan kaki si nona begitu hebat, tapi ia masih dapat melayani sembari memikirmikir dimana ia pernah melihat tipu serangan semacam itu.
Mendadak.... Didalam otaknya terlintas suatu pikiran, ia lantas rubah kedudukannya yang tadinya dipihak yang diserang, berbalik menyerang dengan kecepatan bagaikan kilat. Sebentar saja sudah melancarkan 3 kali serangan, sehingga membuat si nona cepat2 menarik kembali serangannya dan mundur sambil mata terbuka lebar. Tapi, secepat kilat pula ia sudah lompat maju kedepannya Lim Tiang Hong, dengan suaranya yang ketus dingin ia menanya: "Seranganmu dua jurus tadi, kau dapat pelajari dari mana" Apakah kau sudah mencuri kitab "Hian-hian Pit-kip" dari golongan kita?"
Dua jurus garak tipu yang digunakan olah Lim Tiang Hong tadi, adalah dari 2 helai sobekan kitab yang didapatkan didalam goa dilembah Hong-hong Pit-kok. dan sekarang setelah disebut-sebut oleh si nona, baru tahu kalau kitab yang sudah hancur itu ternyata ada kitab pelajaran ilmu silat "Hian-hian Pit-kip".
Meski ditanya secara kasar demikian, tapi ia tidak marah, sebaliknya malah menjawab sambil tersenyum: "Bagaimana kau bisa kenal kalau ini adalah kepandaian dari Hian-hian pit-kip" Dan kapankah kalian kehilangan kitab pelajaran ilmu silat?"
Pedang Pelangi 1 Panggung Penghukum Dewa Seri Pengelana Tangan Sakti Karya Lovelydear Pedang Berkarat Pena Beraksara 15
^