Pencarian

Misteri Dewi Pembalasan 1

Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karya : Tara Zagita
Ebook ini Kiriman dari "jeffry karissoh"
dalam bentuk JPG
Djvu, convert word dan Ebook oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ atau http://
http://dewikz.byethost22.com/
GEMURUH suara di langit sudah sejak tadi
mencemaskan setiap orang. Malam semakin pekat
saja rasanya. Banyak yang menduga akan turun
hujan, tetapi nyatanya sampai pukul 9 malam ini
hujan belum juga turun. Gerimis pun tidak. Hanya
saja, angin berhembus cukup kencang. Banyak
pedagang kaki lima di kawasan Blok M sejak tadi mulai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkemas. Ada yang sudah meringkus barang
dagangannya, ada yang hanya siap sedia menghadapi
hujan yang akan turun. Menurut mereka, malam itu
akan turun hujan dengan deras.
Toko telah tutup. Para pelayannya berkemas pulang
melalui pintu belakang. Citra kebingungan mencari
payung yang biasanya ia taruh di belakang almari
perbekalan. Suara Inggi terdengar keras berseru,
"Cepat, Tra! Ntar keburu hujan!"
"Justru gue lagi cari payung nih...! Brengsek! Siapa yang ngembat payung gue
sih"!"
Karena terlalu lama, akhirnya Citra ditinggal oleh
teman-temannya. Ia keluar dari toko ketika plaza itu sudah sepi. Payungnya
sendiri dicari cari tetap tidak ketemu.
Seperti biasanya, di depan pusat perbelanjaan itu
ada beberapa preman, anak-anak brandal yang
nongkrong sambil menggoda cewek-cewek yang lewat
di depan mereka. Dari situlah awal peristiwa
mengerikan itu menimpa diri Citra, la diikuti oleh tiga pemuda brandal dalam
perjalanan menuju halte bis.
Tahu-tahu sebuah taksi berhenti di depan Citra.
Pintunya terbuka sendiri, ternyata ada dua orang yang duduk di Jok belakang.
Tiga pemuda yang mengikuti
Citra itu segera mendorong tubuh Citra untuk masuk
ke dalam taksi. Mulut Citra Ingin berteriak, tetapi
disekap oleh tangan kekar, sehingga hanya bisa
bersuara: ah, uh, ah, uh, saja.
"Lepaskan aku..."
Citra meronta di dalam taksi. Tetapi mereka
menahan setiap gerakan Citra. Lima orang pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
brandal plus sopir taksi, membawa Citra ke suatu
tempat yang sepi.
Citra tak tahu ke mana arah taksi itu, karena ia
sibuk berteriak dan meronta-ronta. Tahu-tahu ia
sudah berada di depan sebuah bangunan kuno yang
telah rusak. Tempat itu menimbulkan suasana seram
sehingga tak ada orang yang mendekat ke sana.
"Lepaskan aku! Lepaskan, Setan!" teriak
Citra masih mencoba melawan. Salah seorang
berkata, "Yon...! Tutup mulutnya biar nggak nga-blak terusl"
Yang dipanggil Yon segera menyekap mulut Citra
dengan selembar syal kumal.
Di dalam rumah kuno yang telah rusak dan tak
beratap sebagian itu, Citra ditelentangkan dengan
paksa, la tetap meronta, menendang tak beraturan.
Sampai akhirnya, salah seorang lagi berseru dalam
bisik, "Ancam dia, Wan!"
Yang bernama Wan mengeluarkan pisau
otomatisnya. Ia menekan sesuatu pada gagang pisau
dan, mata pisau pun melesat keluar.
Trakkk...! Ujung Pisau ditempelkan di leher Citra. Cowok yang
dipanggil Wan itu menggeram memberi ancaman,
"Kalo lu banyak tingkah, gua habisin nyawa lu
sekarang Juga! Diam!"
Citra merasa ngeri. Selain panik juga tak berdaya
lagi. Dua orang memegangi tangannya dan menekan
pundaknya. Sopir taksi gadungan itu melucuti pakaian Citra. Seragam pelayan
tokonya koyak dan
berantakan. Citra merasa sia-sia sekalipun ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menguras tenaganya. Lima pemuda dan satu lelaki
yang berlagak menjadi sopir taksi itu mempunyai
tenaga yang tak mungkin bisa dikalahkan Citra.
"Siapa dulu nih"! Gue duluan, ya?"
"Gue dulu, Sam!" sahut cowok yang berambut panjang.
Yang dipanggli Sam mundur, kemudian salah
seorang yang dipanggil Yon tadi berkata,
"Buruan, Tom Gue udah lama ngincar cewek ini!"
Tom segera melampiaskan nafsu setannya. Cllra tak
berani meronta, karena jika ia bergerak, maka ujung
pisau akan menembus lehernya Dengan tangis yang
amat menyedihkan, ratap yang memilukan, Citra
terpaksa menerima nasib yang tak pernah
dibayangkan sebelumnya enam lelaki preman
memperlakukan Citra dengan ganas. Satu persatu
mereka melampiaskan hasratnya, bahkan Tom dan
sopir taksi gadungan yang dipanggil dengan nama
Rohib itu, melakukannya sampai dua kali.
Di rumah kuno itu, terdapat sebuah tiang. Masih
kokoh. Pada tiang itulah Citra diikat dengan mulut
tetap tersumbat, kemudian ditinggal pergi oleh
mereka. Cowok-cowok itu saling tertawa menjijikkan,
merasa berhasil menundukkan mangsanya. Mereka
pergi begitu saja dengan taksi tersebut tanpa
memikirkan nasib Citra selanjutnya.
Tangis Citra kehabisan suara. Bahkan air matanya
pun terasa kering. Ia meratapi nasibnya, meratapi
masa depannya, semuanya terasa telah hancur
menjadi debu. Rasa nyeri pada bagian sekitar pahanya makin menambah isakan
tangis dengan suara serak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak ada yang mendengar, karena tempat itu jauh dari
perumahan penduduk.
Mungkin sudah lewat tengah malam, karena udara
dingin makin menembus tulang. Citra berusaha
melepas ikatan pada tangannya yang di
kebelakangkan. Kalau saja ia tidak dalam penderitaan yang amat memilukan,
mungkin la akan menjerit
ketakutan berada di tempat yang menyeramkan ini.
Tetapi, karena ia dicekam oleh kepedihan hati yang
tiada taranya, maka rasa takut Itu pun tak sempat
hadir dalam ingatannya. Yang ada dalam ingatannya
adalah wajah-wajah pemuda Jahanam yang telah
merenggut kesucian gadisnya. Di dalam dadanya,
terbakar dendam yang membara. Barangkali api
dendam itu tak akan padam seumur hidupnya.
"Aku harus mari...! Aku tidak punya harapan lagi!
Hancur sudah masa depanku. Kotor sudah hidup...!"
ratapnya dalam hati, sambil tangannya berusaha
melepaskan diri dari pengikatnya.
Mendadak, gerakan tangannya terhenti. Citaa
merasakan ada sepasang tangan yang berusaha
melepaskan tali pengikatnya. Ia pun mencium bau
wangi bunga yang mirip bunga mnwar dan melati.
"Syukur ada orang yang menolongku...," pikirnya.
Ketika tangannya terlepas, bebas dari ikatan, Citra
pun berpaling ke beiakang. Ia ingin mengucapkan
lerima kasih pada sang Penolong itu. Tetapi, alangkah terkejutnya ia ketika
berpaling ke belakang, ternyata ia berhadapan dengan seorang wanita cantik yang
mengenakan gaun tidur sutra. Rambutnya terurai
panjang, wajahnya oval, bersih. Matanya
memancarkan kebeningan yang meneduhkan.
Rambutnya yang panjang itu dibelah menjadi dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagian, masing-masing berjuntai melalui kedua
pundak, menutup bagian kedua belahan dada.
Panjangnya sampai ke pinggang. Gaunnya yang putih
itu, begitu kontras dengan kegelapan malam. Percikan cahaya di langit yang
dibarengi gemuruh guntur itulah yang menampakkan wajah wanita itu kelihatan
cantik. Citra buru-buru mengenakan pakaiannya sebisa-
bisanya. Memang compang-camping, tapi lumayan
sebagai penutup tubuh. Ia Juga melepas penyumbat
muiut, sambil meiangkah mundur dengan wajah
tegang ketakutan. "Jangan takut!" Wanita cantik itu berkata igan lembut. "Kita
bisa bersahabat. Aku tahu kau dalam kesukaran. Aku melihat kau dinodai oleh
enam pemuda tadi, tapi aku tidak berhak membelamu
sebeium kau meminta kepadaku."
Citra masih terengah-engah. Rasa takutnya kini
terasa jeias dan menghadirkan kecemasan yang
membuat tubuh merinding serta gemetar.
Wanita cantik itu berkata lagi,
"Namaku Gizma. Mungkin kau mau menyebutkan
namamu?" Dengan mata mendelik dan tubuh gemetar,
akhirnya Citra pun menjawab gagap,
"Ak... aku... nnna... namaku, Cit..., Citra...."
"Namamu cantik sekali. Sesuai dengan wajahmu.
Mari, ikutlah aku...!"
Gizma melangkah menuju bagian rumah yang lebih
dalam. Beratap rapuh, dan sepertinya bekas ruang
keluarga. Citra diam terpaku sejenak, la daiam
kebimbangan. Rasa takutnya menjadi goyah ketika
Gizma berhenti, dan melambaikan tangannya,
menyuruh Citra mengikutinya. Kaki Citra pun akhirnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerak dalam keraguan. Melangkah mengikuti
Gizma. Mereka menuju ke suatu tempat yang agaknya duiu
pernah dipakai sebagai ruang makan Tempatnya
sudah berantakan tak karuan, lantainya ditumbuhi
rumput liar. Gemuruh di angkasa masih sesekali
terdengar diiringi kilatan cahaya bini. Di ruang itu terdapat sebuah pintu. Tak
jelas bentuk dan
warnanya, karena keadaan cukup gelap. Bayangan
gaun putih Gizma terlihat berdiri di depan pintu
tersebut, kemudian ia membukanya.
Pada saat ia membuka pintu, maka memancarlah
cahaya terang dari ruangan yang nda di balik pintu
tersebut. Cahaya itu menyilaukan, sehingga Citra
terpaksa melintangkan tangannya di depan mata
untuk mengurangi pancaran yang menyilaukan itu.
"Masuklah, Citra...! Jangan takut, kau tak akan celaka!"
Seperti ada satu daya magnit pada saat itu, Citra
pun melangkah memasuki ruangan yang menyilaukan.
Ternyata, setelah ia membaur dalam cahaya tersebut,
matanya tidak lagi terasa silau. Ia berada di sebuah ruangan yang terang. Biasa.
Hanya saja, Citra menjadi tercengang melihat
ruangan itu berisi perabot yang serba indah,
menawan. Semua perabot terbuat dari logam
semacam staintess. Dinding-dindingnya dilapisi kain
transparan berwarna kuning gading. Lantainya bukan
terbuat dari ubin teraso, melainkan semacam
lempengan logam putih mengkilat anti karat.
Mengagumkan sekali tempat itu, namun juga
membuat bulu kuduk merinding
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di sini aku tinggal, Citra. Tempat itu tertutup untuk siapa pun, kecuali orang-
orang yang ingin kuajak
bersahabat, seperti kau."
Mata Citra memandang sebuah meja marmer
berbentuk persegi empat. Kubus. Tetapi pada tepian
marmer itu dilapisi semacam lis dari bahan stalnless.
Ukurannya rendah, kira-kira hanya setengah meter
dari lantai. Di bawah meja Itu, terdapat permaidani
dari bulu tebal yang berwarna kuning sedikit orange.
Tampaknya cukup empuk dan hangat. Sekeliling meja
itu tak terdapat kursi. Orang bisa menggunakannya
sambil duduk di lantai. Tetapi, di situ disediakan
bantalan sebagal alas duduk.
Bantalan itu ada empat buah jumlahnya, masing-
masing berbentuk bulat, terbuat dari bahan semacam
bludru hijau rumput.
Citra masih belum habis mengagumi isi ruangan itu,
dan Gisma membiarkannya sambil tersenyum cantik
Citra memandang sebuah ranjang berbentuk segi
empat lebar, tanpa tiang di atasnya, tanpa klambu.
Kaki ranjang itu cukup pendek. Terbuat dari besi
mengkilat tanpa ukiran apa-apa. Kasurnya kelihatan
empuk, berlapis seprei warna hijau rumput Sedangkan
bantal dan guling yang ada di situ diberi sarung yang terbuat dari kain satin
warna putih bersih.
Ruangan itu tanpa Jendela. Pada salah satu sisi
dindingnya terdapat meja panjang, tak begitu lebar.
Tingginya sebatas perut orang dewasa. Di meja yang
hampir membentang sepanjang salah satu sisi dinding
itu, terdapat beberapa perabot dapur. Ada gelas,
piring, botol-botol minuman dalam bentuk yang unik,
tempat lilin bertiang tiga dan macam-macam lagi.
Sedangkan di sebelah kiri ranjang, terdapat cermin
dan meja rias. Cermin itu berbentuk bulat, tepiannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diberi iis dari logam putih. Demikian Juga meja
riasnya, terbuat dari marmer bertepian shnnless, ia
kelihatan anggun. Perpaduan kecantikan dengan
keindahan tempat di sekitarnya membuat Gizma
seperti seorang ratu yang punya kharisma tinggi.
"Duduklah, Citra. Jangan hanya berdiri di situ saja,"
katanya dengan iembut.
Cukup lama Citra menetralisir guncangan jiwanya
Kini ia telah bisa sedikit tenang, karena sejak tadi ia tidak melihat adanya


Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahaya yang mengancam
dirinya, la duduk di seberang meja, di depan Gizma.
"Kau kenal dengan enam lelaki yang
memperkosamu tadi?" tanya Gizma bagai seorang
hakim. Citra menggeleng. Ia menelan ludahnya,
membasahi kerongkongannya yang sejak tadi terasa
kering. Lalu, ia berkata dengan parau,
"Mereka anak-anak brandal yang suka nongkrong di depan tempatku bekerja."
Gizma manggut-manggut.
"Perempuan lebih punya banyak risiko dari lelaki.
Melahirkan, mengurus bayi, menjadi pelayan kaum
lelaki, Itu adalah sebagian dari risiko seorang wanita.
Tetapi menjadi wanita yang tangguh, risiko seperti itu tidak bukan berarti
baginya." "Aku... aku memang tidak tangguh. Aku lemah "
"Tapi kau cantik, Citra," sahut Gizma sambil memandangnya dengan lembut.
Senyumnyapun enak
dipandang mata. "Jangan cepat bangga menjadi
wanita cantik, sebab ia akan diincar oleh banyak
kejahatan, dijadikan budak nafsu, diperdagangkan,
dimanfaatkan untuk satu keperluan, dan banyak lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanggung Jawab yang harus dipikul oleh wanita
berparas cantik."
Gizma berdiri. Ia mengambil sebotol minuman dan
gelas berbentuk segi empat, bawahnya kecil, bagian
atasnya lebar. Ia menuang minuman dalam botol Itu
yang berwarna merah, seperti sejenis soft drink. Ia
menyodorkan gelas minuman Itu kepada Citra seraya
berkata, "Minumlah dulu, biar kau menjadi lebih tenang."
Tanpa menunggu Citra meminum minumannya,
Gizma lebih dulu meneguk minumannya. Baru
kemudian Citra mengikutinya.
Oh, terasa segar. Terasa melegakan segala sesuatu
yang menyesak di dada. Cukup aneh juga minuman
ini, pikir Citra.
"Citra, kau terkesan dengan perbuatan keenam
lelaki tadi?"
'Terkesan" Maksudmu... aku menyukai prilaku
mereka"!"
"Aku ingin tahu perasaanmu," jawab Giz-ma kalem.
Citra mendesis, wajahnya keiihatan menahan
dendam dan kemarahan.
"Aku ingin membalas perlakuan mereka! Aku ingin menghancurkan kepala mereka satu
persatu! Sayang,
aku tidak punya kekuatan untuk melawan mereka!"
Gizma tertawa dalam gumam. Manis sekali tawanya
itu. Lalu, ia bicara dengan serius dan tetap kalem.
"Aku bisa membantumu!"
Citra memandang Gizma dengan bersemangat.
Gizma mengangguk dengan mata berkedip. Lembut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seakan ia menyatakan kesungguhan hatinya untuk
membantu. "Kalau kau bisa membantuku, tentunya aku sangat senang dan berterima kasih
padamu, Gizma."
"Apa imbalannya?" Gizma bertanya sebelum
meneguk minumannya iagi. Citra agak bingung. Gizma
berkata lagi, "Kalau aku mau menolongmu, aku harus mendapat imbalan yang layak
bagiku. Aku menolongmu, kau juga menolongku dengan
memberikan imbalan itu."
"Hem... maksudmu... uang" Hm... asal tidak terlalu banyak, mungkin aku bisa
menyediakan uang imbalan
itu. Yang penting, mereka yang menodaiku harus
menemui ajalnya dengan lebih keji dari
perbuatannya."
"Itu soal mudah, Citra. Tapi kau perlu tahu, aku tidak butuh uang."
"Lalu... apa yang kaubutuhkan?"
"Kehangatan bercinta...," jawab Gizma sambil menyunggingkan senyum manis. Ramah
sekali. Citra menjadi berpikir sedikit kacau. Kalau benar
Gizma membutuhkan kehangatan bercinta, itu berarti
Citra harus menyediakan seorang lelaki yang mau
bercinta dengan Gizma.
"Ah, itu mudah saja! Aku yakin tak ada lelaki yang menolak jika disuruh bercumbu
dengan wanita secantik Gizma," pikir Citra kala Itu.
"Bagaimana" Kau sanggup memberiku hadiah itu?"
"Baik. Aku sanggup."
"Ah, pikir-pikirkan dulu! Nanti kau ingkar
padaku...!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
'Tidak! Aku tidak akan ingkar janji. Nyawaku yang
menjadi taruhannya kalau aku ingkar janji padamu,
Gizma." "Bagus!"
Gizma tertawa renyah.
"Kuharap kau akan menjadi sahabatku yang sejati, Citra."
'Tapi... tapi aku harus tahu, bagaimana kau
membalaskan sakit hatiku kepada cowok-cowok itu.
Aku harus melihat buktinya, bahwa kau benar-benar
telah membalas kekejian mereka terhadapku."
'Tentu saja! Kau tentu akan melihatnya, sebab
kaulah yang akan melakukannya!"
"Aku..."! Bukankah kau tadi bilang...."
"Maksudku, kau kudampingi. Kekuatanku yang akan bertindak melalui dirimu,
sehingga kau akan puas
melihat dendammu tertumpah pada mereka. Tapi
ingat, satu nyawa... satu kehangatan bercinta, Citra."
Setelah merenung sesaat, Citra manggut-manggut.
la meneguk minumannya lagi. Gelas berbentuk segi
empat itu masih dipandanginya dalam pikiran
menerawang. "Nah, sekarang pulanglah dulu. Tunggu aku sampai datang menjemputmu, lalu kita
Balas perlakuan
mereka itu." Citra memandang Gizma.
'Tapi, kau pasti datang kan?"
"Pasti!"
Gizma mengangguk dengan lembut.
"Pejamkan matamu," perintahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Citra bahkan berkerut dahi. Heran dan tak mengerti
maksud Gizma. Maka, Gizma pun mengulang
perintahnya lagi,
"Pejamkan matamu, Citra...!"
Citra yang bingung, kali ini menuruti perintah
Gizma. Ia memejamkan mata. Dalam hati ia berkata,
"Aneh juga orang ini. Untuk apa aku disuruh
memejamkan mata" Apa maunya sih"!"
Karena lama tidak ada perintah membuka mata,
maka Citra memberanikan diri membuka mata sendiri.
Pelan-pelan ia mengintip dari kelopak mata, dan
serentak membelalak. Ia terkejut Sangat terkejut.
Ia tak mengerti mengapa sekarang ia jadi berada di
dalam kamarnya" Kamar tidurnya sendiri"! Ia duduk
di atas ranjang sambil bersandar pada dinding.
Kakinya melonjor santai. Pakaiannya bukan lagi
seragam pelayan toko yang selalu dikenakan tiap
waktu bekerja, meiainkan pakaian tidur. Celana kulot dan baju lengan pajang
model piama, la memandang
sekeliling dengan nanar. Lalu, menggumam pelan,
"Apakah aku tadi bermimpi" Oh, syukurlah kaiau
cuma mimpi...!" keluh Citra penuh ketegangan
Keraguan makin membingungkan pikiran Citra,
sebab pada saat itu ia segera sadar bahwa ia
memegangi gelas berbentuk persegi empat. Ia tak
pernah punya gelas seperti ini.
'Tapi, mengapa aku tiba-tiba berada di kamar
tidurku" Bukankah aku tadi berada di rumah Gizma
dan disuruh memejamkan mata?"
Citra bergidik merinding. Ia teringat saat diperkosa oleh keenam pemuda brandal
itu. Maka, untuk
membuktikan apakah dia tadi hanya mengalami mimpi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau kenyataan, ia segera pergi ke kamar mandi. Ia
memeriksa dirinya sendiri, dan menemukan bekas
darah pada sekitar pahanya.
"Ohhh... ini kenyataan! Kenyataan bahwa laku
sudah tidak suci lagi...!" keluhnya hampir menangis mengingat peristiwa
mengerikan itu.
Sampai ia kembali ke kamarnya, ia belum mengerti
mengapa ia bisa berada di tempat tidurnya dalam
waktu singkat. Kapan ia pergi meninggalkan rumah
Gizma, kapan ia berjalan pulang ke rumahnya sendiri, semua sungguh tidak terekam
dalam ingatannya.
Sukar untuk dicari logikanya.
"Lalu, siapa Gizma itu sebenarnya"! Mengapa ia
tinggal di rumah kuno yang telah rusak dan
menyeramkan itu?"
Citra tinggal bersama keluarga tantenya. Oom Piet,
suami tantenya itu, adalah seorang kepala bagian di
sebuah distributor kosmetik luar negeri. Sebab ituiah, Citra bekerja dan
ditempatkan di bagian penjualan
kosmetik luar negeri. Sudah tentu, wajah-wajah
cantiklah yang dipercaya untuk melayani penjualan
kosmetik di plaza tersebut. Dan salah satu wajah
andalan di antara para pelayan adaiah wajah Citra. Dia memang cantik. Punya
hidung kecil tapi mancung.
Serasi dengan bibirnya yang mungil bagai kuncup
mawar yang selalu basah. Tak heran jika ia banyak
menjadi bahan lirikan mata lelaki. Lebih-lebih ia
mempunyai postur tubuh yang sintal, seksi dan
berdada padat menonjol. Oom Piet sendiri sering
melirik dada Citra yang bagai menantang setiap gairah lelaki itu.
Kadang Citra merasa muak dengan mata nakal
oomnya sendiri, la selalu menghindar jika mata itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulai bergerak-gerak genit. Ia benci. Tapi Oom Piet
sepertinya tak peduli dengan kebencian Citra. Kalau
saja Citra mau mengadukannya kepada tantenya,
sudah tentu mereka akan ribut. Citra tak ingin
membuat kacau keluarga tantenya.
Sayangnya, sikap Oom Piet makin hari makin
kelewat batas. Seperti pada malam itu, ketika Citra
sedang merenungi keganjilan yang dialami, Oom Piet
mengetuk-ngetuk pintu kamarnya. Mulanya Citra
membiarkan. Cuek. Tapi, lama-lama ketukan itu
semakin keras, dan Citra membukakan pintu
kamarnya., "Citra, tolong masakan super mie dong! Oom lapar nih...!"
"Suruh saja tante yang memasakkan, Oom," kata Citra dengan ketus.
'Tantemu kan sedang ke Bandung sama anak-anak.
Tolong deh, sebentar saja....'"
"Bangunkan bibi! Aku ngantuk, Oom."
Citra hendak menutup pintu kamarnya, tetapi Oom
Piet menahannya.
"Bibi ikut ke Bandung, kan" Kalau tanpa Bi Unah, tantemu pasti kewalahan
mengurus anak-anak.
Tolong, ya... sebentar saja!"
Celaka. Bibi, tante, anak-anak... pergi semua! Kalau begitu, malam itu tinggal
Citra dan Oom Piet yang ada di rumah. Gawat. Kalau Citra tidak hati-hati, ia
bisa masuk dalam perangkap iblis.
Citra terpaksa membikinkan seper mle untuk
oomnya. Matanya melirik sesekali dengan waspada.
Ternyata Oom Piet tidak melakukan hal-hal yang
mencurigakan. Ia tetap asyik mengikuti film vkteo-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nya, karena memang itulah kebiasaan Oom Piet, suka
stel video sampai lewat tengah malam.
"Super mienya sudah di meja, Oom," kata Citra sambil melangkah ke kamarnya. Oom
Piet hanya menggumam. Tenang. Ia masih mengikuti film itu
sejenak. Setelah beberapa saat berada di dalam kamar, Citra
mendengar suara Oom Piet memanggilnya. Kali ini
sedikit kasar dan keras. Citra berkerut dahi.
"Apa yang nggak beres nih" Kayaknya dia mau
marah-marah sama aku"!" pikir Citra.
Kemudian, ia pun keluar dari kamar dan menemui
Oom Piet di ruang tengah.
"Citra, waduh... kamu ini jadi cewek kok enggak bisa masak sih"!"
"Memangnya kenapa"!" ketus Citra, rada dongkol.
"Coba rasakan masakanmu itu...!"
Oom Piet menyodorkan sesendok kuah super mie
itu. "Cicipi sedikit nih, biar kamu tahu rasanya!"
Karena penasaran, Citra pun mengambil sendok
yang telah berisi kuah super mie, lalu menghirup kuah tersebut. Mengecap-ngecap
sejenak, dan berkata,
"Ah, biasa-biasa saja! Memangnya kenapa sih?"
"Kamu nggak merasa asin?"
"Aku rasa asinnya sudah cukup! Nggak berlebihan, nggak kekurangan."
"Tantemu kalau masak nggak pernah seasin ini,
Citra" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yahhh... kalau begitu, susul aja tante ke Bandung.
Suruh dia masak super mie buat Oom...!"
Citra menggerutu sambil kembali ke kamarnya.
Tapi, mendadak kepalanya terasa pusing. Pandangan
matanya terasa goyang. Ia terhuyung-huyung.
"Lho, kenapa aku ini..."!" Mata Citra berkunang-kunang. Buram untuk melihat
sesuatu. Ia meraih
tepian pintu. Saat itu ia sempat mendengar suara
Oom Piet dari depan TV,
"Kenapa, Tra..."l" Suara itu bernada cemas.
Citra tidak sempat menjawab. Ia sangat pusing.
Tapi masih berusaha meraih pembaringan. Dengan


Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menabrak beberapa benda lainnya, akhirnya Citra
sampai ke tepian ranjang, lalu menghempaskan
tubuhnya sambil mengerang lirih.
"Uhhh... kepalaku..."!"
"Citra..."! Citra, kau kenapa, hah..."!"
"Sakiiit... Oom...," rengeknya sambil memijit-mijit kepala. Pijitannya menjadi
lemas, karena la bagai
kehilangan tenaga.
"Astaga...! Kau pasti masuk angin, Tra! Kau tadi pulang terlalu lewat malam
sih...! Sebentar, Oom
ambilkan minyak angin...!"
Citra tak bisa berbuat apa-apa kecuali mengeluh
dan mengerang. Sebelum Oom Piet kembali ke kamar,
Citra makin merasa lemas. Denyut di kepalanya
hilang. Tapi la bagai mengambang terbang. Ia seperti terayun-ayun tanpa bisa
menggerakkan anggota
badannya sama sekali. Lemas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matanya meredup. Ia tak bisa melihat Oom Piet
datang sambil membawa minyak angin, tapi ia
mendengar suara Oom Piet berkata,
"Buka bajunya, biar Oom gosok punggungmu
dengan minyak angin...."
Kalau saja Citra tidak dalam keadaan selemah itu,
ia akan menolak. Tapi, karena ia tidak bisa
menggerakkan tangannya, ia hanya mampu berkata
lirih, 'Tak usah...."
Itu sangat pelan. Hampir tak terdengar.
Karena pada saat itu, ia merasakan napasnya
begitu tipis dan darahnya berdesir-desir.
Oom Piet nekat melepasi kanang baju Citra.
"Bertahanlah, sebentar lagi kau akan pulih seperti semula...," kata-kata itu
diucapkan Oom Piet dengan nada kegirangan. Citra tak bisa menghindari tangan
Oom Piet Bahkan ketika Oom Piet melepasi baju, Citra hanya bisa berkata lemas
sekali, "Jangan, Oom...."
'Tak apa...! Sebentar saja sembuh kok...," kata Oom Piet dibarengi dengan
helaan-helaan napas tak
teratur. Mata Citra semakin sayu. Ia masih merasa
tubuhnya diterpa udara dingin karena tanpa penutup
selembar pun, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Seluruh urat di tubuhnya bagal mati. Tak berfungsi.
Bahkan, ketika Oom Piet juga melepas apa yang
melekat pada badannya, Citra hanya bisa mengeluh
tanpa suara kecuali desah.
"Oom...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia berhasil menyebut sepatah kata, tapi hanya
berupa bisikan pelan. Ia ingin menangis.
Ingin menjerit sewaktu Oom Piet menciuminya.
Sayang, air matanya tidak bisa keluar dan isaknya
hilang entah ke mana. Citra hanya bisa menerima
segala apa yang diperbuat Oom Piet. Ia tersentak-
sentak, namun bukan karena gerakan tubuhnya,
melainkan karena hentakan badan Oom Piet yang
dibakar gairah lelakinya.
Lama-lama, kelemahan itu mulai pulih. Citra bisa
membuka kelopak mata sedikit lebar lagi Tangannya
bisa digerakkan walau dalam keadaan lemas lunglai
Tetapi, pada saat itu Oom Piet telah selesai
melampiaskan hasratnya. Citra melihat Oom Piet
mengenakan kimononya kembali, dan pada saat itu air
mata Citra mulai mengalir. Hatinya meratap-ratap
menerima perlakuan oomnya sendiri.
Tubuh Citra hanya ditutup dengan selimut, lalu
ditinggal pergi oleh Oom Piet. Oh, perihnya hati Citra.
Ia menjadi sasaran kebiadaban oomnya sendiri. Ia
ingin marah, ingin mengamuk, namun kondisinya
belum mengizinkan. Akibatnya, ia tertidur dalam
keadaan hanya berselubung selimut. Ketika ia bangun, matahari telah bertengger
di atas cakrawala Timur, la mendengar suara teriakan Kensi dan Nana inak dari
perkawinan tantenya dengan Oom 5iet. Itu pertanda
tantenya sudah pulang dari iandung. Mungkin pukul 6
tadi. Dan, Citra bergegas ingin menemui tantenya
untuk mengadukan perbuatan Oom Piet semalam.
Tetapi, mendadak ia menjadi ragu. Mungkinkah
tantenya akan percaya dengan pengaduannya"
Bukankah selama ini Oom Piet dikenal sebagai suami
yang amat setia dan sayang kepada istri" Kalau saja
Citra jadi mengadukan perbuatan Oom Piet, apakah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia tidak akan dituduh sebagai pengacau rumah
tangga tantenya sendiri" Bisa saja tantenya tidak mau percaya dan berbalik
menuduh Citra memfitnah
oomnya sendiri.
Oh, serba susah jadinya. Citra menjadi bingung.
Batinnya amat tersiksa. Lebih tersiksa lagi ketika hari menjadi sedikit siang
dan Nico datang ingin
menemuinya. Ohhh... tak tahu apa yang harus Citra
katakan kepada Nico, sebab kepada cowok yang satu
ini, Citra tak pemah tega untuk berdusta sedikit pun.
Tetapi, andai Citra mengatakan yang sebenarnya
tentang tindakan oomnya dan pemerkosaan enam
cowok brandal itu, apakah hal itu tidak akan
membuat Nico angkat kaki dan pergi
meninggalkannya" O, tidak. Citra tidak mau
kehilangan Nico. la menyimpan segunung cinta pada
pemuda itu, hanya saja belum dinyatakan secara
nyata. Ia harus merahasiakan perlakuan Oom Piet
yang amat melukai hatinya itu. Hanya saja, ia jadi
sangsi juga, apakah dengan tersimpannya rahasia itu, maka tindakan Oom Piet
tidak akan terulang lagi"
Bagaimana jika ternyata terulang dan terulang
beberapa kali"
*d*w* Nico merasa heran melihat sikap Citra yang sering
menunduk. Tak biasanya Citra murung jika bertemu
dengan Nico dan sering menyembunyikan pandangan
matanya. Sesuatu yang membuat Nico curiga itu
hanya dipendam dalam hati. Nico tetap berpenampilan
biasa-biasa saja. Ia bahkan lebih sering tertawa lepas dari hari-hari biasanya.
"Kita jadi nonton Manneque on the move, Tra?"
pancing Nico, sekalipun ia sudah menebak, bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Citra akan menggeleng. Tebakannya memang tak
salah. Citra menggeleng.
"Mungkin lain kali saja, Nic. Sekarang aku nggak enak badan...."
"Kau sakit?"
Citra mengangguk. Makin menundukkan wajah,
seakan tak mau Nico mempelajari perubahan pada
dirinya yang sudah tidak suci lagi itu.
"Kalau begitu, sebaiknya kuantar ke dokter saja, ya?"
"O, nggak! Aku nggak apa-apa kok. Eh,
maksudku..., cuma masuk angin biasa," kata Citra buru-buru. la menjadi khawatir
sekali kalau Nico
memaksanya pergi ke dokter. Bisa-bisa dokter akan
mengetahui kalau dirinya sudah bukan perawan lagi.
Uhhh, celakalah Citra kalau sampai Nico mengetahui
hal itu. "Mungkin lain kali kita akan nonton film itu. Kurasa kau bisa memaklumi
keadaanku, Nic."
"Oke. Nggak masalah kok. Aku cuma sedikit
khawatir dengan keadaanmu. Kamu kelihatan pucat,
Tra." Debar-debar di dalam dada Citra bertambah
menghentak-hentak. Ia berusaha untuk bersikap
wajar-wajar saja, supaya tidak menimbulkan
kecurigaan. Ia bahkan berusaha untuk tersenyum
kendati kaku. "Aku benar-benar masuk angin. Aku perlu istirahat.
Kata teman-teman, aku terlalu capek bekerja."
Tak perlu dijelaskan Nico sudah mengerti maksud
Citra. Ia pun segera pulang setelah meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pesan bahwa esok malam ia akan menjemput Citra
pulang dari kerja. Citra merasa lega, tapi juga merasa kecewa. Ia ingin ditemani
Nico pada hari liburnya itu, sayang ia merasa dirinya telah kotor dan membuatnya
merasa rendah diri. Ia merasa tidak pantas bertemu
dengan Nico. Ia telah kotor. Perasaan itulah yang
membuat Citra tak sadar menitikkan air matanya di
depan cermin hias.
Dalam keadaan seperti saat itu, Citra membutuhkan
seorang teman yang bisa diajak berbagi rasa, namun
juga yang bisa menyimpan rahasia. Tapi ia tak tahu,
siapa orang yang bisa memenuhi keinginannya itu.
Andani, sangat berbahaya jika disuruh pegang
rahasia. Pasti akan bocor. Ninung, jarang bisa
memberi jalan keluar bagi masalah apa pun. Hanna,
slebor. Terlalu banyak bercanda dan tidak pernah
serius. Sarah, tidak pernah mau peduli dengan urusan orang lain. Empat teman
sekerjanya tidak ada yang
cocok untuk dijadikan tempat mengadu bagai Citra.
-ooodewiooo- "Ssst... ada pengunjung yang sejak tadi
memperhatikan kamu terus, Tra," bisik Ranu, satu-satunya cowok yang bekerja di
situ bagian pengadaan
barang. "Mana...?" bisik Citra.
"Wanita bergaun biru itu," balas Ranu.
Mata Citra tertuju pada wanita yang dimaksud
Ranu. Oh, ternyata Gizma yang berdiri di bagian butik sambil memperhatikan
Citra. Gizma tersenyum manis.
Citra segera menghampirinya, karena kebetulan di-
counter-nya sepi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah lama?" sapa Citra pertama kali dengan ramah.
"Lumayan. Aku tadi jalan-jalan keliling plaza,
kemudian baru mampir ke sini."
"Aku menunggumu kemarin, tapi kau tidak datang."
'Aku sibuk. Tapi... sekarang toh aku sudah datang
padamu," kata Gizma.
la mau bicara lagi, namun dicegah oleh kata-kata
Citra, 'Tunggu...! Kelihatannya cowok yang pakai topi
coklat itu salah satu dari mereka yang menodaiku."
"Yang mana?"
"Itu, yang sedang naik ke lantai empat."
"Ooo... yang pakai jaket kumal itu?"
"Bukan, yang satunya lagi. Yang pakai kaos putih!"
Citra melangkah mendekati tangga eskalator.
Matanya memandang tak berkedip pada dua cowok
yang sedang menuju ke lantai empat, satu lantai di
atasnya. Gizma mendekati Citra, dan saat itu Citra
berbisik, "O, ya! Benar! Dia yang mengancamku pakai
pisau." Gigi Citra menggemeletuk. Dendamnya membara
kembali. Terbayang saat cowok yang tempo hari
dipanggil dengan nama Wan itu menempelkan
pisaunya di leher Citra. Juga, teringat saat cowok itu seenaknya menikmati tubuh
Citra sambil tertawa-tawa
cekikikan. "Puih!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jijik dan benci Citra melihat cowok itu.
"Saatnya untuk membalas, Citra," bisik Gizma.
Citra berpaling ke samping. Ia mau mengatakan
sesuatu namun tak jadi. Gizma tak ada di
sampingnya. Citra jadi kebingungan sendiri,
memandang sekeliling. Memanggil pelan,
''Gizma..."!" tak ada jawaban, tak ada ujud wanita bergaun biru dengan rompi
putih berkancing besar-besar, warna emas.
Namun, pada saat itu Citra merasakan badannya
begitu dingin. Rasa dingin yang ada bagai ingin
membekukkan darah dan meremas tulang.
"Sialan, AC-nya terlalu besar nih," katanya dalam hati.
Ia pikir AC di sekitar situ cukup besar. Tapi,
nyatanya beberapa pengunjung plaza tak ada yang
kedinginan seperti dia.
Hanya saja, sekarang ada sesuatu yang lain di
dalam diri Citra. Ia tak mengerti ada kejanggalan apa padanya, yang jelas ia
merasa gerakan matanya
sedikit kaku. Bola mata itu bergerak-gerak bagai
robot, mencari pemuda berkaos putih yang pernah
ikut menodainya.
Ternyata pemuda Itu sudah berada di lantai lima.
Citra bisa memandangnya dari pagar pengaman di
setiap lantai. Cowok itu pun sedang berjalan pelan
bersama seorang temannya sambil tangannya
merayapi pagar pengaman. Cowok itu memandang ke
lantai bawah. Dari tepian pagar pengaman itu
memang bisa melihat langsung ke lantai bawah, sebab
toko-toko yang ada di situ letaknya merapat dengan
dinding bangunan plaza, tak ada yang di tengah. Dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lantai atas, orang bisa memandang keadaan taman
yang ada di tengah-tengah lantai satu itu.
Tepat ketika cowok itu melihat-lihat ke bawah dari
lantai lima, matanya beradu pandang dengan mata
Citra. Cowok itu justru nyengir sambil melambaikan
tangan. Citra diam, tak berkedip memandangnya.
Seringai cowok itu semakin membakar dendamnya.
Topi cowok itu dipandanginya dengan tajam, seakan
tatapan mata itu melekat di sana. Kemudian, dengan
satu kekuatan yang entah dari mana asalnya, tatapan
itu seperti sepasang tangan yang menjambak rambut
cowok tersebut, dan menghentakkannya ke bawah
dengan kuat.

Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aaa...!"
Cowok itu menjerit dengan tubuh melayang dari
lantai lima ke lantai satu.
"Waaan...! Irwaaan...!" teriak temannya.
Selama tubuh cowok itu melayang, pandangan
mata Citra mengikutinya terus. Bahkan seakan
menghentakkan tubuh yang terjungkir itu dengan
keras. Akibatnya,
Prakkk..."
Kepala cowok itu bagai dihantam dengan ujung
batu karang buatan yang ada di taman penyegar
ruangan lantai bawah. Batu karang buatan itu cukup
runcing. Kepala cowok itu menghantam kuat-kuat, lalu pecah seketika. Darah
memercik ke sekeliling tempat
itu. Ubun-ubunnya bolong. Otaknya pun bertebaran ke
mana-mana. Bahkan sebagian darah memercik
mengenai baju pengunjung. Seorang ibu berteriak
dengan histeris, lalu jatuh pingsan melihat kepala itu remuk seketika.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kerumunan orang mengelilingi korban. Tubuh
korban sempat berkelojotan beberapa kali, kemudian
tak lagi dapat bergerak. Cowok itu mati dalam
keadaan mengerikan. Citra tersenyum ketika melihat
teman cowok yang tadi dipanggil Irwan berlari-larian menghampiri korban yang
tergeletak berlumuran
darah. Puas rasa hati Citra melihat cowok itu mati
dalam keadaan seperti itu.
-oo0dw0oo- Ketika Citra menghempaskan napas kelegaan, tiba-
tiba badannya terasa sedikit panas. Mulai berkeringat.
Tak ada lagi rasa dingin yang begitu mencekam
seperti tadi. "Seharusnya ia tidak mati secepat itu!" Citra berpaling ke samping. Oh, ternyata
Gizma sudah ada
di sampingnya lagi. Citra terperanjat dan terheran-
heran. "Dari mana saja kau" Apakah kau melihat cowok itu melayang dari lantai atas?"
"Ya, aku melihatnya," Gizma tersenyum. "Sayang dia terlalu cepat mati.
Seharusnya pelan-pelan,
supaya ia merasakan siksaan dari perbuatannya
tempo hari."
Suasana di plaza itu menjadi kacau. Gaduh dan
heboh. Dua teman Citra berlari ke lantai bawah untuk melihat keadaan korban.
Tetapi, Citra dan Gizma
melangkah menuju tempat kerja Citra, di bagian
kosmetik. "Satu dari mereka sudah lenyap. Ingat janjimu,
Citra?" Citra tersenyum. Menertawakan maksud Gizma
tentang kehangatan bercinta. Lalu, ia berkata,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kapan aku harus berikan hadiah itu padamu,
Gizma?" "Secepatnya. Aku tak mau lebih dari satu malam.
Paling tidak, lewat tengah malam nanti kau harus
sudah memberiku hadiah yang kita setujui."
"Ah, mana bisa" Aku harus membujuk lelaki yang
mau kupersembahkan sebagai hadiah untukmu. Dan,
itu bukan pekerjaan mudah, Gizma," bisik Citra
tegang. "Itu hal yang mudah," kata Gizma kalem. "Di sini banyak lelaki. Kau bisa memilih
sesukamu untuk kau
persembahkan padaku."
"Tapi mereka belum tentu mau kuajak pergi
menemuimu, Gizma."
"Pasti mau! Pasti lelaki itu menurut dengan
kerlingan matamu. Percayalah. Kau cantik dan amat
menarik, Citra."
"Kau lebih menarik dari aku," balas Citra dan Gizma hanya tersenyum. Manis.
"Ada apa di bawah, Tra?" tegur salah seorang kenalannya yang bekerja pada
kosmetik merek iain.
"Orang jatuh dari lantai lima."
"Ihhh... ngeri. Mati nggak?"
"Kepalanya pecah!" kata Citra sambil tak sadar ia tersenyum bangga.
Waktu itu ia ingin bicara lagi pada Gizma, tetapi
wanita cantik itu sekali lagi hilang dari samping Citra.
Dan, badan Citra mulai terasa dingin, la bagai
direndam dalam es yang bisa membuatnya menggigil.
Untung tak sampai begitu. Hanya dingin, mencekam
dan membuat tulang-tulangnya terasa ngilu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau lihat wanita bergaun biru yang tadi berdiri di sampingku?" tanya Citra
kepada Ni-nung.
"Ah, nggak ada siapa-siapa di sampingmu sejak
tadi! Ngaco aja lu!"
"Sejak tadi" Hei, buta kali matamu, bukankah aku tadi berjalan dari luar kemari
dengan perempuan
bergaun biru?"
"Ah, jangan nakut-nakutin gue lu, Tra!" desah Ninung.
Citra jadi takut sendiri. Kepada temannya yang tadi
menegurnya, Citra juga menanyakan tentang Gizma.
Tetapi, temannya itu juga mengatakan hal yang sama
dengan yang dikatakan Ninung.
"Nggak ada siapa-siapa kok. Tadi kamu kan jalan sendirian, makanya aku berani
menegurmu," kata
temannya itu. Citra jadi bingung sendiri. Tak berani menanyakan
kepada Sarah, takut disangka gila. Ia hanya berani
bertanya pada dirinya sendiri: mengapa tak ada yang
melihat dia berjalan bersama Gizma" Mengapa pula
tubuhnya menjadi dingin setiap Gizma menghilang
dari sampingnya" Makin bingung lagi Citra setelah ia merasa jantungnya berdebar-
debar, khayalannya jadi
melayang yang bukan-bukan. Pusat kepekaannya
terasa digelitik oleh suatu rasa yang membuat Citra
berkeringat dingin. Aneh. Dalam keadaan tubuh
sedingin itu ia masih bisa mengeluarkan keringat.
Hatinya seperu ada yang mengusap-usap dengan
lembut dan melenakan. Baru sekarang ia merasakan
perubahan aneh pada dirinya di tempat kerja. Baru
sekarang di tempatnya bekerja ia mengkhayalkan saat
berpelukan dengan Nico dan saling melumat bibir
masing-masing. Kemesraan itu mengganggu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pikirannya, menimbulkan desah yang sesekali
dikeluarkan dalam bentuk desah lirih.
Naluri gerakan matanya pun mengalami keanehan.
Citra jadi sering memandang setiap lelaki yang lewat di depannya. Terkadang ia
sengaja memandang
pemuda yang ada di ujung jauh, seakan ingin
memanggilnya untuk mendekat. Sebagian
kesadarannya mengatakan, bahwa ia tak pernah
mempunyai mata senanar itu. Tak biasanya ia melirik
setiap pemuda yang ada di sekelilingnya. Tapi,
mengapa kali ini ia jadi begini" Rasa dingin yang
mencekam di dalam tubuhnya makin menimbulkan
gelitikan aneh. Gelitikan itu membangkitkan naluri
bercinta, terasa terbakar gairahnya dan ingin
memperoleh apa yang diharapkan dari gairahnya.
Citra heran sekali, mengapa kali ini ia berani
berjalan seiring dengan lelaki yang belum dikenalnya.
Bahkan ia dulu yang menyapa lelaki itu dengan
senyum manisnya.
"Habis borong, ya?"
"Ah, nggak! Cuma jalan-jalan aja!" jawab lelaki itu.
Padahal biasanya justru Citra yang tidak mau
menjawab setiap teguran lelaki jika ia pulang kerja.
Mungkin karena lelaki itu berwajah ganteng. Kulitnya hitam tapi hidungnya
mancung. Kumisnya lebat
namun teratur rapi. Sepertinya ia punya darah
keturunan India. Apakah karena itu lantas Citra jadi punya keberanian"
"Pulang kerja, ya?" sambut lelaki itu.
"He-eh! Aku kerja di-counter kosmetik. Aku tadi melihatmu sedang memperhatikan
beberapa jaket di
sana." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Tapi, tidak satu pun yang sesuai dengan
seleraku," jawab lelaki itu.
"O, ya... kau pulang ke arah mana?"
"Blok A. Aku tinggal di daerah Radio Dalam."
"O, bisa barengan dong. Aku di Pondok Indah.
Kalau kamu mau, kamu bisa numpang mobilku."
Citra tertawa riang.
"Namaku, Citra," tiba-tiba mulut Citra bagai bergerak sendiri. Padahal biasanya
Citra paling anti menyebutkan nama sebenarnya jika berkenalan
dengan cowok baru. Biasanya ia menggoda dengan
nama palsu. Dan biasanya ia tidak mau menyebutkan
namanya lebih dulu. Tapi, mengapa malam itu ia jadi
lain" "Namamu manis sekali. Citra. Hm... sepertinya
nggak sebanding dengan namaku, ya?"
"Memangnya namamu siapa?"
"Yammar.... Jelek, kan?"
Citra makin mengikik.
"Siapa bilang jelek" Nama itu memang tidak
kelihatan bagus, tapi... antik!"
DI dalam mobil Yammar, sebentar-sebentar Citra
melirik pemuda itu. Badannya cukup . tegap. Dadanya
bidang. Citra berani memastikan, bahwa di baiik
kemejanya yang warna hijau tua itu pasti terdapat
bulu-bulu lebat menutup dadanya yang bidang. Sebab,
dari lengannya pun Yammar sudah menampakkan
bulu-bulunya yang lebat. Hati Citra sering berdesir jika membayangkan dada
Yammar tanpa kemeja. Ada
sesuatu yang diharapkan olehnya, dan sesuatu itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagai dituntut oleh batinnya sendiri Citra jadi gelisah dan sering mendesah.
"Kau buru-buru mau cepat pulang, Tra?" tanya Yammar.
"Nggak juga sih. Apa kamu mau ajak aku main
dulu" Ke mana?" tantang Citra.
"Bagaimana kalau kita ke... ke atas?"
"Ke Puncak" Dingin-dingin begini mau ke Puncak?"
"Di sana aku punya villa yang ada tungku
pemanasnya. Asyik deh pokoknya...!" bujuk Yammar.
"Kau mau?"
Citra mengangguk sambil memandang Yammar, lalu
keduanya saling tertawa girang. Citra membiarkan
mobil BMW hitam itu meluncur ke daerah
pegunungan. Bahkan, Citra juga membiarkan tangan
Yammar sering berbuat nakal. Citra sepertinya justru mengharapkan tangan itu
semakin nakal lagu
Antara sadar dan tidak, Citra merasakan dirinya
menjadi brutal. Di villa itu, Citra merasa kehilangan jati dirinya. Ia memberi
kebebasan kepada Yammar
untuk berbuat apa saja. Ia jadi menurut terhadap
perintah lelaki yang minta dicumbu, minta dicium dan ini-itu lainnya. Citra
sendiri tak mengerti.
Namun beberapa saat kemudian, Yammar
menggeliat dan terguling ke samping. Tubuhnya
mengejang, la mengerang kesakitan.
Citra heran, ia memandang dengan dahi berkerut.
Yammar seperti sedang menahan sesuatu yang amat
berat baginya. Kedua tangannya menggenggam
kencang dengan kepala terdongak, sehingga urat
lehernya kelihatan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yammar..."! Yammar kau kenapa" Kenapa, hah"!"
Pertanyaan Citra yang bernada cemas itu tidak
mendapat jawaban, Yammar menggigit bibirnya
sendiri lalu menggeliat kian kemari dengan tubuh
keras mengejang. Citra jadi ketakutan sendiri.
Matanya memperhatikan gerakan Yammar seperti
orang terserang penyakit aneh, sambil ia mulai
menjauh. Citra tidak mempedulikan badannya yang kini
menjadi panas. Keringat bercucuran terasa bagai
diperas dari pori-pori kulitnya. Tak ada rasa dingin lagi pada tubuhnya. Tetapi,
semua itu tidak terlalu
dihiraukan olehnya. Kini yang menjadi pusat perhatian dan kecamuk dalam batinnya
adalah keadaan Yammar. Lelaki itu masih mengejang-ngejang,
berguling-guling dengan mengerang panjang, la
seperti menahan suatu rasa sakit yang berat. Tak tahu rasa sakit yang bagaimana.
Yang jelas, Citra mulai semakin ketakutan ketika
melihat tubuh Yammar menjadi berbintik-bintik seperti mengeluarkan sisik.
Mulanya tangannya yang
berbintik-bintik, lalu lehernya menjadi seperti leher berkulit katak. Yammar
menjadi makin kaku. Kulit
yang berbintik-bintik itu terlihat jelas bergerak
merayap dari leher ke dada, membuat bulu-bulu pada
dadanya menjadi kaku, menggumpal dan berwarna
abu-abu. Gerakan kulit yang berbintik-bintik itu makin menjalar ke perut, juga
bagian pipi kanannya telah
mulai keras. Citra bergidik ngeri, tak bisa menggerakkan kakinya
untuk lebih menjauh lagi. Napasnya makin sesak
karena dicekam rasa ketakutan. Matanya tak bisa
berkedip, sehingga ia tahu persis bahwa tubuh
Yammar menjadi keras seluruhnya. Kulitnya yang tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disangka berbintik-bintik, kini diketahui Citra bahwa kulit itu telah mengeras.
Menjadi seperti batu.
"Cit... tra... tol... tolooong...!" teriak Yammar tersendat.
Yammar tak mampu berteriak. Suaranya mendesah.
Mulutnya mulai menjadi keras.
"Ohhh...!"
Citra berpaling karena tak sanggup lagi melihat
perubahan tubuh Yammar yang mengerikan itu.
Tak ada lagi gerakan Yammar. Tak ada lagi suara
Yammar. Kamar menjadi sepi. Hanya diisi oleh dengus


Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

napas Citra yang terengah-engah.
Maka, perlahan-lahan Citra membuka telapak
tangan yang menutupi wajahnya sendiri itu. Ia
bergerak berpaling ke arah ranjang, dan seketika itu ia pun terpekik dalam
hentakan mengejutkan,
"Haaah..."! Did... dia...!"
Citra tak mampu berkata lebih dari itu. Ia sama
sekali tak percaya dengan penglihatannya sendiri,
bahwa Yammar yang tadi memberinya kemesraan dan
keindahan bercinta, kini berada di atas ranjang dalam ujud menjadi patung batu.
Warnanya abu-abu, sedikit
berbaur dengan wama hitam. Mirip sebuah patung
peninggalan zaman kuno yang sering terdapat di
candi-candi. Wajah dan ukuran tubuhnya masih sama
seperti Yammar aslinya. Tetapi, ia bukan lagi manusia yang terdiri dari kulit,
daging darah dan sebagainya.
Ia adalah patung batu yang seakan dipahat oleh
seseorang dalam bentuk patung bugil.
Citra mengisak. Tangisnya hadir bersama rasa
takut, kasihan, sedih, bingung, panik, dan iain
sebagainya. Ia benar-benar daiam keadaan kacau. Tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa berpikir dengan tenang. Gemetar dan lemas rasa
sekujur tubuhnya. Ia tak tahu harus berbuat apa
dalam keadaan seperti ini.
'Terima kasih, Citra...."
Tiba-tiba ada suara yang datang dari belakang
Citra. Buru-buru Citra berpaling dan ternyata Gizma
yang berada di belakangnya mengenakan gaun putih
sutra. "Kkk... kau ada di sini..." Oh, Gizma... aku takut!"
Citra memeluk Gizma, dan dengan kalem Gizma
menenangkan jiwa Citra yang terguncang oleh
kenyataan seperti itu.
'Tenanglah. Tak apa. Kau baik-baik saja. Tak perlu
takut, Citra...!"
"Dia... dia telah menjadi patung batu, Gizma...!"
"Yah, memang. Itu berarti kau telah memberiku
hadiah seperti yang kau janjikan," ucap Gizma.
Citra buru-buru menahan tangisnya. Ia memandang
Gizma dengan perasaan heran. Gizma memberi
senyum ramah sebagai penenang jiwa Citra.
"Pejamkan matamu," perintah Gizma. "Pejamkan, Citra...."
Perintah lembut yang kedua itu membuat mata
Citra benar-benar terpejam. Sesekali ia masih
mengisak karena tangis ketakutannya. Matanya yang
terpejam itu mengandung air yang risih di kelopak
mata. Tanpa diperintah, Citra menghapus air mata itu.
Kelopak matanya terbuka sedikit, dan kembali ia
dikejutkan oleh sesuatu yang aneh.
la telah berada di atas ranjangnya, di kamarnya
sendiri. Ia berbaring dengan tubuh mengenakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pakaian tidur. Maka, tersentaklah Citra. Bangkit dan terduduk sambil celingak-
celinguk. Sisa air matanya
segera dihapus lagi dengan ujung lengan bajunya.
"Oh, aku sudah berada di kamarku lagi..."! Ajaib sekali. Siapa Gizma itu
sebenarnya sih" Dia muncul
dan hilang tanpa kuketahui, dan... dan semua yang
kualami ini bukan mimpi. Bukan. Tadi.., oh, ya... tadi benar-benar aku dalam
kenyataan. Aku telah bercinta
dengan Yammar. Itu bukan mimpi. Hanya saja,
mengapa aku mau bercumbu dengan lelaki itu"
Mengapa aku bergairah sekali waktu itu" Apakah...
apakah ini akibat obat perangsang yang diberikan
Oom Piet melalui sesendok kuah super mie, tempo
hari itu?"
Citra tidak mengerti apa yang sedang dialami
olehnya. Ia hanya berkesimpulan, bahwa dirinya
sedang mengalami guncangan jiwa akibat
pemerkosaan waktu itu. Bahkan, hatinya sempat
bertanya-tanya:
"Benarkah aku sudah menjadi tak waras lagi"
Benarkah aku ini sudah gila dan perlu masuk rumah
sakit jiwa?"
-ooo0dw0ooo- Hubungan Citra dengan Nico mulai ada jarak. Nico
kecewa sewaktu menjemput Citra, pernyata Citra
sudah pulang lebih dulu. Apalagi Nico mendapat
laporan dari Sarah, bahwa Citra waktu itu pulang naik mobil BMW hitam bersama
seorang cowok, hati Nico
menjadi panas. Ia sengaja tidak menemui Citra
selama dua hari. Anehnya, Citra tidak begitu sedih.
Sebab, dengan memperjarang pertemuannya dengan
Nico, maka apa yang terjadi pada di-rinya tidak
banyak diketahui oleh Nico. Citra lak tahu, bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejak itu Nico justru selalu mengawasi Citra dari
persembunyiannya.
Citra sendiri belakangan ini menjadi orang yang
labil. Sikapnya sering berada dalam ketidakpastian.
Sesekali ia bisa ceria, tapi tiba-tiba bisa menjadi
murung. Baru sebentar murung, mendadak berubah
menjadi ceria lagi.
"Belakangan ini kamu kok kayaknya sering
ngeiamun sih" Kenapa?" tanya Ranu pada waktu
mereka istirahat makan. Citra sempat menggeragap
sejenak, karena tak menyangka kalau Ranu diam-
diam memperhatikan perubahan sikapnya.
"Kamu kayaknya sedang bingung deh. Hm... ada
masalah sama cowokmu, ya?"
"Ah, nggak ada apa-apa kok."
Citra berusaha menutupi dirinya dari Ranu.
"Alaaah... gua tahu lu mesti lagi cek-cok ama Nico.
Ya, kan?" "Idih, Ranu! Sok tahu amat lu!"
"Ngaku aja deh! Ngaku...!"
Ranu menggodanya sambil tertawa-tawa.
"Makanya ka!o punya cowok jangan suka buat
mainan, jadi dianya nggak keki ama iu!"
"Siapa yang buat mainan" Ngaco amat lu.
Emangnya cowok gue boneka?"
"Kan yang bisa dibuat mainan bukan boneka aja,
Tra. Kucing juga bisa dibuat mainan."
Citra tertawa geli, bahkan sampai tersedak, dan ia
buru-buru minum. Entah mengapa Citra merasa canda
yang ringan seperti itu bisa menghibur dirinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketimbang nasihat dan saran yang terialu formal.
Senang sekali Citra bila keadaan hatinya bisa seriang saat ini. Ia seperti tak
punya masalah saja jika sudah bercanda dengan Ranu.
"Eh, Tra... perempuan cantik yang tempo hari
menemuimu itu siapa sih?"
"Yang mana" Yang pakai gaun biru?"
"He-eh. Siapa sih dia kok cantik amat. Bintang
pilem ya?"
Citra tersenyum geli.
"Kalau bintang pilem lu mau ngapain?"
"Gue mau naksir," jawab Ranu nyeplos.
"Kalau bukan bintang pilem, gimana?"
"Gue juga mau naksir."
"Huhhh... maruk lu!"
"Apa salahnya. Dia cantik. Wajar dong kalo gue
naksir cewek cantik. Gue kan cowok normal. Bukan
cowok pikun."
Setelah meneguk air minumnya yang .penghabisan,
Citra berbisik,
"Eh, lu mau nggak gue kenalin ama tuh cewek" Tapi kayaknya usianya tuaan dia
ketimbang elu, Ran!"
"Ah, cuek aja! Usia mah bisa diatur dari KTP, kan"!"
Geli lagi Citra mendengar canda Ranu yang ringan-
ringan saja itu. Citra merasa lebih enak bicara dengan Ranu ketimbang dengan
teman-teman ceweknya yang
sering menyebalkan. Bahkan untuk saat ini, Citra
merasa lebih enak bicara dengan Ranu daripada
dengan Nico sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pukul 9 malam kurang 15 menit. Toko sudah mulai
tutup. Langkah Citra dan teman-temannya cukup
santai ketika turun ke lantai bawah. Ranu ada di
samping Citra, karena ia sibuk bercerita tentang
dirinya yang selalu sulit mengatakan cinta kepada
seorang gadis. Di lantai dua, Ranu menahan tangan Citra hingga
berhenti melangkah.
"Lihat, temanmu itu sudah menunggu di depan
pintu." "Mana..."!" mata Citra memandang ke depan pintu.
"Itu, yang pakai jeans ketat dengan T-shirt ijo!"
"Astaga...! Benar. Gue sampai pangling lho!"
"Busyet dah! Kalo pake jeans gitu dia kelihatan lebih menarik lagi. Kayak artis
Hollywood, ya?"
Citra mengikik.
"Yuk, gue kenalin...!"
Langkah-langkah kaki mereka dipercepat. Gizma
tampil seperti cewek masa kini. Rambutnya di sanggul sebagian, sisanya dibiarkan
terjuntai panjang, jatuh menutupi dada kirinya. Lehernya kelihatan jenjang
dan mulus. Body-nya makin kelihatan seksi dan
menawan. "Hai...!"
Citra menepuk punggung Gizma dari belakang.
Gizma terpekik kaget, lalu mereka tertawa geli.
"Kenapa nggak menemuiku di atas?" kata Citra kepada Gizma.
"Kulihat tokomu sudah mau tutup. Sebentar lagi
pasti kau turun. Jadi kutunggu di sini saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, ya.... Kenalkan, Giz... ini Ranu, temanku. Dia bagian pengadaan barang."
Ranu mengulurkan tangan, ingin berjabatan. Tapi,
Gizma tidak menyambutnya, melainkan justru
mengangkat tangannya dan melambaikan jarinya
ketiwil-tiwil. "Hai, namaku Gizma. Jelek ya namaku?" seraya Gizma tersenyum ramah dan akrab.
Ranu sedikit malu karena tak disambut jabat
tangannya. Tapi ia pun juga melambaikan tangan
dengan jari ketiwil-tiwil seperti memberi salam pada anak kecil.
"Aku nggak pernah mikirin nama. Mau jelek atau
cakep, yang penting orangnya."
"Diiih... kamu. Masa to the point, gitu sih!" Citra bersungut-sungut
"Kata kamu kalau kau naksir cewek harus apa
adanya. Nggak boleh malu-malu. Sekarang lagi gue
praktekin ruh!"
Gizma makin mengikik geli. Kemudian mereka
melangkah bersama dalam ayunan yang santai.
"Sori, Giz..., Ranu emang suka bercanda. Jangan tersinggung, ya?"
"Ahhh...!"
Gizma menepiskan tangan, pertanda tidak ada
masalah apa-apa pada dirinya. Ia justru bertanya
dengan akrab kepada Ranu,
"Rumahmu dekat sama rumah Citra, Ranu?"
"Wow... jauh! Ibarat dia di Utara aku di Selatan.
Ketemu ujungnya juga nggak!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tawa Gizma terhenti ketika Citra mencolek-colek
lengannya. Ia berpaling kepada Citra yang saat itu
menatap ke satu arah dengan pandangan mata yang
tajam. Gizma segera mengikuti arah pandangan mata
Citra, demikian juga Ranu.
"Mereka, Giz. Mereka berkumpul di sana...!" bisik Citra.
Ia menemukan sekelompok anak muda yang main
gitar di sebuah taman. Beberapa dari mereka adalah
orang-orang yang menodai Citra secara keji.
Tiba-tiba Ranu buka suara, "Ah, sudahlah! Nggak perlu ngurusin yang begituan!
Bikin kacau aja!"
Kata-kata Ranu tak dihiraukan oleh Citra dan Gizma
yang ada di sebelah kirinya. Gizma bahkan berbisik
pada Citra, "Kau yakin mereka yang berbuat?"
Citra mengangguk. Dadanya berdetak-detak karena
dendam muiai membara.
"Aku ingat betul wajah-wajah mereka. Yang
berkumis tipis itu yang menjadi sopir taksi gadungan.
Dia yang melepasi...."
Citra tak berani melanjutkan, takut kata-katanya
didengar Ranu. "Jalan, yuk ah!" ajak Ranu, sengaja membawa Citra untuk menghindari keributan
dengan preman-preman
itu. Tapi, Citra dan Gizma hanya berjalan sedikit
menjauh dari mereka, kemudian berhenti lagi.
Memandang mereka kembali. Ranu sedikit kesal
dengan sikap mereka yang dianggapnya cari penyakit
saja. Sejauh tidak ada yang perlu dicemaskan, Ranu
akhirnya membiarkan Citra dan Gizma memandangi
preman-preman itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Satu di antara mereka layak hilang pada malam
ini, Tra," bisik Gizma pelan sekali.
"Bagaimana caranya?" tanya Citra dalam bisikan.
Karena tak mendapat jawaban, maka Citra pun
berpaling ke samping. "Ohhh...?"
Gizma hilang lagi. Citra menengok ke belakang, ke
arah lain, tak ada Gizma. Namun pada saat itu ia
merasakan tubuhnya menjadi dingin, seperti berada di kutup Utara.
"Mana Gizma, Tra?"
Ranu ikut bingung setelah mengetahui Gizma tidak
di sekitar mereka.
"Tau, tuh...! Beli makanan di seberang, kali!" jawab Citra sambil matanya masih
terarah pada sekelompok
anak muda bermain gitar secara urakan.
Rohib, sopir taksi gadungan yang ikut memperkosa
Citra, tiba-tiba keluar dari kerumunan teman-


Dewi Ular Misteri Dewi Pembalasan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

temannya. Salah seorang berseru,
"Hei, mau ke mana kau!"
"Cari rokok!" teriak Rohib.
Saat itu pandangan mata Citra mengikuti gerakan
Rohib. Bahkan sepertinya dialah yang mengatur
gerakan Rohib melalui tatapan matanya. Ranu
mengajak bicara, entah apa. Citra tak menghiraukan
sama sekali. Konsentrasinya bagai tercurah semuanya
kepada Rohib. Melihat keadaan Citra terpaku bagai
patung bermata tajam, Ranu Jadi merinding Gelisah.
Ia merasakan ada satu kejanggalan pada malam ini
yang tidak ia ketahui dari mana asalnya.
Rohib menyeberang jalan tak melalui jembatan
penyeberangan. Ia melompati pagar pembatas jalur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mencapai kios rokok. Padahal tak jauh dari
kerumunan teman-temannya itu ada dua pedagang
rokok sistem asongan. Tapi entah mengapa Rohib
justru menyeberang, mendekati kios rokok yang ada
di seberang jalan.
Pada waktu Rohib melompati pagar pembatas jalur
yang terbuat dari besi itu, mendadak ada sebuah
mobil mini bis yang melaju dengan kecepatan tinggi.
"Rohiiib... awaaas...!" teriak salah seorang temannya.
Rohib tidak sempat menghindari mobil tersebut,
maka mereka pun menjerit riuh melihat Rohib
dihantam dengan mini bis berkecepatan tinggi. Sopir
mobil itu menjadi panik dan sangat menggeragap. Ia
membanting stir ke arah kanan.
Brakkk...! Mobil itu menghantam pagar pemisah jalur. Pagar
itu cukup kokoh hingga sebagian jerujinya saja yang
patah. Tetapi, semua teman Rohib jadi menjerit makin tinggi karena mereka
melihat tubuh Rohib tergencet di antara mobil dan pagar besi itu. Sopir mini bis
segera melarikan diri ke pos kepolisian, takut dikeroyok
massa. "Gila! Orang itu masih tergencet!" Ranu berlari menggabung dengan kerumunan
massa. Citra melangkah dengan napas terhempas. Ia ingin melihat
dari jarak dekat keadaan Rohib. Ternyata sungguh
mengerikan. Tubuh Rohib yang tergencet antara mobil dengan
pagar besi itu masih bisa bernapas. Kepalanya
berlumur darah. Salah satu batang besi yang patah
masuk ke iganya dan membuatnya lebih sukar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerak. Teman-temannya dalam keadaan panik
Sebagian mengejar sopir mini bis itu. Citra berhasil menerobos kerumunan massa
dan kini ia berada di
barisan paling dekat dengan korban.
Ia melihat jelas keadaan Rohib yang tak bisa
berteriak. Matanya mendelik dengan tubuh bergerak-
gerak kecil. Kejet-kejetan. Citra sengaja memandang
mata korban, sehingga kedua mata itu pun saling
bertemu. Rohib tak bisa terkejut lagi melihat
kehadiran Citra di situ. Ia hanya berusaha
mengucapkan sesuatu, tapi yang keluar hanya kata,
"Kauuu...."
Citra manggut-manggut samar sambil tersenyum
girang. Puas hatinya melihat Rohib tersentak
mengejang sesaat, kemudian terkulai lemas dalam
keadaan masih tergencet mobil dan tertancap besi.
Badan Citra menjadi terasa panas. Tidak sedingin
tadi. Ia memisahkan diri dari kerumunan massa. Pada
saat itu ia melihat Gizma melangkah di sampingnya.
Sedikit mengejutkan, tapi rasa kagetnya tertutup oleh kepuasaan batinnya. Dendam
telah terlampiaskan dua
kali. Citra merasa lega sekali. Gizma juga tersenyum ceria kepada Citra. Tapi,
saat itu Citra berkata,
"Sayang kau tidak lihat awalnya!"
"Aku melihatnya! Melihat dengan jelas saat ia mau membeli rokok dan menyeberang
jalan, melompati
pagar itu. Semua kulihat jelas."
"Kau ada di mana tadi?"
"Di belakangmu! Ah, bagaimana sekarang" Sudah
Bentrok Para Pendekar 5 Anak Harimau Karya Siau Siau Pendekar Panji Sakti 5
^