Pencarian

Pedang Bintang 3

Dewa Arak 01 Pedang Bintang Bagian 3


sudah terlihat jantan semakin bertambah jantan karena rahangnya yang kokoh.
Rambutnya yang dulu berwarna hitam, sekarang berubah menjadi putih keperakan.
Mungkin karena pengaruh 'Tenaga Dalam Inti Matahari' dan ilmu 'Belalang Sakti'.
Usia Arya kini dua puluh tahun.
"Arya," tegur Ular Hitam pagi itu. Wajah kakek ini yang dulu agak gelap, sudah
bersih lagi. Suatu tanda kalau racun yang berada di tubuhnya sudha lenyap.
"Ya, Kek." Jawab Arya yang tetap memanggil Ular Hitam seperti itu karena memang
kakek itu tidak mau dipanggil guru.
"Kakek rasa sudah cukup rasanya kau menggembleng diri. Sudah tiba saatnya bagimu
untuk mengamalkan apa yang dipelajari di sini untuk kepentingan orang banyak.
Kakek kini telah lega melepasmu pergi. Besok kau boleh meninggalkan tempat
ini...." "Tapi, Kek...." Arya mencoba membantah.
"Tidak ada tapi-tapian lagi, Arya!" tegas Ular Hitam.
"Ingat, kau banyak mempunyai tugas yang harus diselesaikan. Mencari Bomantara,
ibumu juga ayahmu.
Dan juga kalau aku tidak salah, Kakang Gering memberimu tugas pula, bukan?"
"Benar, Kek" Arya mengangguk.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 1
DEWA ARAK Pedang Bintang "Nah! Kalau begitu, apalagi yang memberatkanmu meninggalkan tempat ini?"
"Aku tidak tega meninggalkan Kakek...." Lirih suara Arya.
"Ha..ha..ha...!" Ular Hitam tertawa terbahak-bahak.
"Kau ini aneh, Arya. Sekarang kekuatanku telah pulih seperti Ular Hitam yang
dulu. Apa yang dikawatirkan"
Sudahlah Arya. Pokoknya besok kau harus meninggalkan tempat ini. Seorang
pendekar tidak akan mementingkan diri sendiri, Arya. Tapi orang banyak!"
Setelah berkata demikian, Ular Hitam melangkah pergi meninggalkan Arya yang
hanya termenung memandangi punggung kakek itu hingga lenyap di kajauhan. Sama
sekali pemuda itu tidak mengetahui kalau pipi kakek itu basah!
Pagi-pagi sekali Arya telah berangkat meninggalkan tempat itu. Di punggung
pemuda itu bertengger guci arak terbuat dari perak pemberian Ki Gering Langit.
Sedangkan Pedang Bintang sengaja ditinggalkan di tempat kediaman Ular Hitam.
Senjata itu memang tidak diperlukan lagi.
Pemuda berambut putih keperakan itu melangkahkan kakinya penuh semangat.
Tujuannya yang pertama kali adalah mencari ayahnya. Dia juga ingin tahu apa yang
terjadi terhadap ayahnya sejak ia meninggalkannya lima tahun lalu. Apakah yang
dikawatikrna oleh ayahnya itu akan terjadi"
Beberapa hari kemudian sampailah pemuda itu di mulut sebuah desa. Maka
dipercepat langkah kakinya.
Perutnya kini terasa lapar bukan main. Hanya satu yang diinginkan. Makan!
Akan tetapi, Arya mengerutkan keningnya melihat suasana desa itu yang lenggang.
Semua pintu dan jendela nempak tertutup rapat.
"Ada apa ini?" tanya Arya dalam hati sambil mengamat-amati sekelilingnya.
Singggg....! Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 2
DEWA ARAK Pedang Bintang Arya terkejut mendengar desingan benda tajam yang menuju ke arahnya. Dari
suaranya pemuda ini sudah bisa memperkirakan benda tajam yang terlontar itu
adalah pisau. Maka dibiarkan saja senjata gelap itu mengenainya.
Pemuda ini tahu dengan tingkat tenaga dalam yang dimilikinya sekarang ini,
serangan itu sama sekali tidak berarti apa-apa.
Takkk! Dengan telak senjata gelap itu menghantam tubuhnya, dan langsung runtuh ke
tanah! Seolah-olah yang dihantamnya bukanlah tubuh manusia, melainkan gumpalan
baja! Begitu serangan pisau itu kandas, tiba-tiba terdengar suara langkah-langkah kaki
berlarian menuju ke arah Arya.
Pemuda ini kontan menoleh. Tampak puluhan orang menyerbu ke arahnya. Di tangan
mereka tergenggam berbagai macam senjata seperti pisau, golok, kapak, pacul dan
sekop! Melihat pakaian dan senjata yang digunakan, Arya segera saja dapat menduga kalau
mereka itu adalah penduduk desa ini. hanya saja yang masih menjadi tanda tanya
besar mengapa para penduduk itu tiba-tiba menyerangnya"
"Tahan....!" Teriak Arya keras.
Akan tetapi para penduduk yang tengah marah itu tidak memperdulikan teriakan
Arya. Mereka terus saja maju menerjang.
Arya segera menyadari kalau saat ini terjadi kesalah pahaman antara dirinya
dengan mereka. Maka ia tidak akan bersikap keras. Setiap serangan yang datang,
pemuda itu hanya berusaha menghindar saja. Apalagi setelah melihat serangan
mereka. Pemuda ini tahu kalau penyerangnya kebanyakan tidak menguasai ilmu
silat. Arya hanya menggunakan jurus 'Delapan Langakah Belalang' saja yang mempunyai
kegunaan untuk mengelakkan serangan lawan. Dengan langkah
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 3
DEWA ARAK Pedang Bintang sempoyongan dan gerak tubuh meliuk-liuk, dielakkan semua serangan itu sekaligus
dirampasnya senjata para pengeroyoknya.
Hanya sekejap saja Arya telah membuat senjata para pengeroyoknya berpindah
tangan. Sebagian di pegang sebagian lagi berserakan di tanah.
Karuan saja hal itu membuat para pengeroyoknya terbengong-bengong. Tapi hanya
sebentar saja, karena di lain saat mereka sudah menyerbu kembali dengan tangan
kosong. Itu setelah terdengar perintah dari orang yang paling depan yang berusia
setengah baya dan berkumis tebal.
Kini Arya tahu. Maka mau tidak mau mereka harus segera dirubuhkan. Namun
demikian tetap saja pemuda itu tidak ingin melukainya. Digerak-gerakkan
tangannya perlahan saja dan dikerahkan sebagian kecil dari tenaganya.
Akibatnya hebat sekali! Dari keduda tangan Arya keluar angin keras berhawa
hangat. Sehingga para pengeroyok itu terlempar ke belakang dan jatuh bergulingan
di tanah kecuali si kumis tebal itu. Dia hanya terhuyung-huyung ke belakang.
"Tahan....!" Bentak Arya keras begitu dilihat para pengeroyoknya itu masih ingin
bangkit dan menyerang lagi.
Sengaja Arya mengerahkan tenaga dalam waktu berteriak sehingga membuat mereka
tertegun. "Mengapa kisanak semua menyerangku" Apa salah-ku?" tanya Arya penasaran.
Si kumis tebal tersenyum mengejek. Diperhatikan sebentar pemuda berpakaian ungu
di hadapannya. "Tidak usah pura-pura, Anak Muda. Bukankah kau utusan si Harimau Mata Satu untuk
mematai-matai kami?"
"Ah! Kisanak salah paham. Aku bukanlah utusan si Harimau Mata Satu. Aku Arya
yang kebetulan lewat sini."
Si kumis tebal meragu sejenak.
"Bisa kupercaya kata-katamu, Anak Muda"'
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 4
DEWA ARAK Pedang Bintang "Kalau aku utusan si Harimau Mata Satu, apakah kisanak semua masih selamat?"
kilah Arya sambil tersenyum.
"Hm.... Benar juga ya?" si kumis tebal mengangguk.
Pertanyaan itu seperti ditujukan untuk dirinya sendiri. "Aku juga tidak percaya
kalau utusan si keparat itu bisa sehebat ini." "Syukurlah kalau kisanak
percaya...." Desah Arya lega.
"Oh ya.... Kalau boleh tahu siapakah si Harimau Mata Satu itu"' "Jadi, Nak...."
"Arya" potong pemuda itu memperkenalkan namanya.
"Arya Buana. Panggil saja Arya. Dan kalau boleh tahu kisanak siapa?"
"Aku kepala desa di sini. Panggil saja Ki Pandu. Jadi, kau benar-benar tidak
mengenal Harimau Mata Satu?"
tanya laki-laki setengah baya yang ternyata bernama Ki Pandu tidak percaya.
"Tidak. Mendengar namanya saja baru kali ini, Ki"
jawab pemuda itu polos.
"Ah, rasanya mustahil! Orang sesakti Nak Arya ini tidak pernah mendengar
namanya. Si Harimau Mata Satu terkenal sekali. Dia adalah pemimpin gerombolan
perampok yang amat kejam. Biasanya hanya beroperasi di hutan. Dia waktu itu
tidak berani menyerbu desa-desa karena masih banyak perguruan silat yang
beraliran lurus dan pendekar-pendekar pembela kebenaran. Tapi kini sejak Siluman
Tengkorak Putih muncul untuk menghancurkan perguruan-perguruan silat dan
membunuh para pendekar, si Harimau Mata Satu berani meninggalkan sarangnya. Desa
demi desa mereka datangi. Bagi desa yang tidak bersedia tunduk tidak segan-segan
untuk dibumihanguskannya.
Kemarin desa kami kedatangan utusan mereka yang meminta agar takluk. Setiap
musim panen, kami diwajibkan membayar upeti. Bahkan setiap minggu minta
disediakan dua orang gadis cantik. Pokoknya banyak lagi permintaan Aji Saka
( created ebook by fujidenkikagawa 5
DEWA ARAK Pedang Bintang yang tidak masuk akal. Dengan tegas semua itu kutolak mentah-mentah. Kami lebih
suka mati terhormat ketimbang hidup tapi terhina! Jadi itu sebabnya mengapa kami
tadi menyerangmu, Arya. Kami pikir kau adalah mata-mata mereka yang ingin
mengetahui kekuatan kami."
Arya mengangguk-angguk maklum.
"Ki Pandu.....! Ki Pandu....!" Tiba-tiba terdengar suara teriakan seseorang yang
tergopoh-gopoh. Seketika kepala desa yang berkumis tebal itu menoleh ke arah
asal suara. Nampak seorang laki-laki berlari-lari menghampiri.
"Ada apa, Surya?" tanya Ki Pandu.
"Mereka telah datang, Ki...." Ucap orang yang dipanggil Surya terengah-engah.
"Gerombolan Harimau Mata Satu ?" tegas Ki Pandu.
"Benar!" jawab Surya singkat.
"Kalau begitu, mari kita sambut kedatangan mereka!"
sahut Ki Pandu.
"Tunggu, Ki!" cegah Arya begitu melihat Ki Pandu dan para penduduk hendak
meninggalkan tempat itu.
"Ada apa, Arya"' tanya Ki Pandu sambil menghentikan langkahnya.
"Biarlah aku yang akan menghadapi mereka...."
"Tapi...." kepala desa itu masih coba membantah.
"Tegakah, Aki mengorbankan para penduduk itu?"
desak Arya. "Memang aku tidak tega. Tapi...."
"Sudahlah, Ki. Nanti kalau aku tidak mampu menghadapi mereka, baru Ki Pandu dan
para penduduk bisa membantuku!"
Setelah berkata demikian, Arya segera menginggalkan tempat itu menuju mulut
desa. Ki Pandu dan para penduduk memandangi pemuda berambut putih keperak-
perakan yang hanya melangkah perlahan saja. Namun anehnya tubuh pemuda itu sudah
berada lebih dari sepuluh tombak di depan.
"Luar biasa....!" Puji Ki Pandu sambil menggeleng-Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 6
DEWA ARAK Pedang Bintang gelengkan kepalanya. "Rasanya kali ini si Harimau Mata Satu ini harus menghadapi
rintangan yang amat berat!"
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Arya sudah mencapai taraf kesempurnaan.
Sehingga dalam waktu sebentar saja pemuda itu telah berada di mulut desa. Agak
jauh di depan, terlihat debu mengepul tinggi ke udara. Dari suara berderap yang
menggetarkan bumi pemuda ini tahu gerombolam si Harimau Mata Satu ini
berkendaraan kuda.
Jumlah mereka tidak kurang dari tiga puluh orang.
Dalam waktu yang tidak berapa lama, rombongan orang berkuda itu telah berada
dekat mulut desa.
"Hooop...!"
Orang yang berada paling depan bertubuh tinggi besar berwajah kasar dan bermata
picak sebelah berteriak keras sambil mengangkat tangannya. Maka serentak
rombongan itu hentikan lari kudanya.
"Siapa kau, Anak Muda"! Dan mengapa menghadang kami"! Menyingkirlah cepat!"
bentak si mata picak yang berjuluk Harimau Mata Satu itu. Dipandangnya Arya yang
berdiri menghalangi jalan dengan mata merah menyala.
"Siapa diriku tidak perlu kau tahu! Yang jelas aku berdiri di sini untuk
membasmi orang-orang semacam kau dan gerombolanmu itu!" sahut Arya tegas.
Kemudian di-angkatnya guci arak yang sejak tadi dipegangnya.
Kemudian guci itu dibawanya ke atas mulut lalu di-teguknya. Arya memang berniat
mencoba kehebatan ilmu yang selama ini dipelajarinya.
Gluk....gluk....gluk....!
"Keparat! Bentak si Harimau Mata Satu. "Bunuh tikus kecil ini!" perintah orang
bermata picak itu pada anak buahnya.
Bergegas dua orang anak buanya melompat turun dari kuda sambil menghunus
goloknya. Tanpa bicara apa-apa kedua orang perampok itu segera menerjang Arya.
Singggg....! Singgg...!
Dua bilah golok itu melayang deras menyambar leher Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 7
DEWA ARAK Pedang Bintang dan dada Arya. Tapi Arya yang memang telah memutuskan untuk tidak memberi ampun
pada gerombolan perampok itu membiarkan saja serangan dua batang golok yang
datang ke arahnya.
Takkk! Takkk! Kedua batang golok itu patah-patah ketika
menghantam sasaran. Dan belum lagi kedua orang perampok itu sadar dari
keterkejutannya, kedua tangan Arya yang diiringi jurus 'Belalang Mabuk' telah
menghajar mereka.
Bukkkk! Bukkkk!
Tubuh kedua orang perampok itu terpental jauh seperti diseruduk banteng. Tanpa
sempat mengeluh lagi dua orang itu tewas dengan tulang dada hancur berantakan!
Darah langsung mengalir deras dari mulut, hidung dan matanya.
Sekujur tubuh merekapun hangus bagai terbakar!
Mata si Harimau Mata Satu terbelalak. Untuk sesaat dipandangnya tubuh kedua anak
buahnya yang terkapar di tanah, kemudian beralih pada Arya yang masih meliuk-
liuk sempoyongan. Itulah jurus 'Belalang Mabuk'!
"Serbu....!" Teriak Harimau Mata Satu keras.
Disadari kalau kepandaian pemuda berpakaian ungu itu tidak mungkin dapat
dihadapi sendiri maka si Harimau Mata Satu tidak main-main lagi. Rasanya pemuda
itu memang harus dihadapi bersama-sama.
Puluhan orang perampok itu bergegas melompat turun dari kuda masing-masing dan
meluruk menyerbu Arya dengan senjata terhunus. Puluhan senjata yang beraneka
ragam segera berkelebatan mengancam pemuda itu.
Arya sama sekali tidak bergerak atau menangkis.
Dibiarkan saja hujan bermacam-macam senjata yang mengancam tubuhnya. Hanya yang
mengancam bagian-bagian yang berbahaya saja yang ditangkis atau dielakkan dengan
langkah sempoyongan.
Takkk! Takkk! Senjata-senjata itu terpental balik ketika mengahantam Aji Saka ( created ebook
by fujidenkikagawa 8
DEWA ARAK Pedang Bintang tubuh maupun tangkisan tangan Arya. Dan sekali pemuda itu membalas dengan
menggerakkan tangannya, nampak sesosok tubuh terlempar keluar dari gelanggang
pertempuran dalam keadaan tewas mengerikan.
Harimau Mata Satu menggeram murka melihat betapa anak buahnya seperti semut
menerjang api. Satu persatu mereka berguguran di tangan pemuda berambut putih
keperak-perakan itu. Dengan perasaan geram dikeluarkan senjata andalannya,
sebuah rantai baja panjang yang di ujungnya terdapat bola berduri.
"Hiyaaa...!" sambil berteriak nyaring, Harimau Mata Satu melompat turun dari
kudanya. Diputar-putarnya rantai berujung bola berduri itu sebentar sebelum
diarahkan pada Arya.
Wuuut...! Angin yang keras menderu mengiringi tibanya serangan boal berduri itu.
Arya yang tengah dikeroyok puluhan orang perampok itu tidak menjadi gugup
melihat sambaran bola berduri yang menuju ke arah kepalanya. Dengan hanya


Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menundukkan kepalanya sedikit, maka serangan bola berduri itu hanya mengenai
tempat kosong di atas kepalanya. Betapa kuat tenaga yang terkandung dalam
lontaran itu sehingga rambut Arya yang panjang keperakan dibuat berkibar.
Tidak hanya sampai di situ saa yang dilakukan Arya.
Pemuda itu segera mengulurkan tangan menangkap rantai itu, lalu menyentakknnya.
Harimau Mata Satu kaget bukan main. Sungguh tidak disangka kalau lawannya ini
mampu bergerak secepat itu. sekuat tenaga dicobanya untuk bertahan dari sentakan
itu tapi kalah kuat. Tenaga dalam yang dimiliki Arya jauh di atasnya. Maka tanpa
ampun lagi tubuhnyapun tersentak melayang ke arah pemuda itu.
Begitu tubuh Harimau Mata Satu itu berada di udara, Arya langsung menggerakkan
rantai yang berhasil ditangkapnya. Dan dengan sekali sentak bola berduri itu Aji
Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 9
DEWA ARAK Pedang Bintang melayang deras menyambut kedatangan tuannya.
Untuk kesekian kalinya Harimau Mata Satu terperanjat dan tidak punya pilihan
lain lagi. Segea dilepaskan pegangannya pada rantai, setelah sebelumnya
menggunakan rantai itu sebagai tempat berpijak untuk melenting ke udara.
Tetapi hal itu sudah diperhitungkan Arya. Cepat pemuda ini menyusulinya dengan
menyampok beberapa batang golok yang mengancam bagian-bagian berbahaya di
tubuhnya. Trakkk! Trakkk!
Singgg...! Singgg...!
Beberapa batang golok menyambar deras ke arah Harimau Mata Satu. Kali ini
Harimau Mata Satu tidak mampu lagi mengelak. Hanya tinggal satu jalan baginya
untuk menyelamatkan diri yaitu menangkap golok-golok itu.
Dan Harimau Mata Satu terpaksa melakukannya.
Tappp! Cappp! Cappp!
"Akh....!"
Harimau Mata Satu menjerit keras. Telapak tangan kanannya yang digunakan untuk
menangkap seketika berlumuran darah. Sedangkan di perutnya tertancap tiga batang
golok yang menembus hingga ke punggung.
Harimau Mata Satu gagal menyelamatkan selembar nyawanya. Lontaran golok-golok
itu terlampau deras.
Sehingga walau golok pertama yang menyambar ke arahnya dapat ditangkap, tapi
tenaga pendorong golokitu terlalu kuat. Akibatnya golok itu terus meluncur deras
dan menancap di prut, setelah melukai tangannya. Dan belum lagi sempat berbuat
sesuatu dua batang golok lainnya menyusul tiba.
Tubuh Harimau Mata Satu langsung ambruk ke tanah.
Sesaat lamanya ia menggeliat-geliat sebelum akhirnya diam tidak bergerak-gerak
lagi untuk selama-lamanya.
Tentu saja kematian pemimpin membuat gerombolan perampok itu menjadi semakin
gentar. Sejak tadi hati Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 10
DEWA ARAK Pedang Bintang mereka memang sudah ciut bukan main melihat
kehebatan pemuda itu. Sudah lebih separuh dari mereka yang tewas di tangan
pemuda yang rupanya pemabukan ini. Berkali-kali sambil menangkis, mengelak
ataupun menyerang, pemuda itu meminum araknya. Sesekali terdengar suara dengikan
keluar dari mulut pemuda itu.
Dalam sekejapan saja beberapa orang perampok itu sudah menyusul temannya ke
akhirat. Yang tinggal kini hanya beberapa gelintir saja. Dan merekapun rupanya
sadar kalau terus-terusan melawan tidak akan ada gunanya. Maka bergegas mereka
semua melemparkan senjata masing-masing kemudian menjatuhkan diri berlutut di
depan Arya. "Ampun.... Ampunkan kami, Tuan Pendekar.... Kami berjanji tidak akan berbuat jahat
lagi," ujar salah seorang dari mereka dengan suara gemetar. Ucapan itu disambut
anggukan kepala teman-temannya.
"Orang semacam kalian sudah selayaknya dilenyapkan dari muka bumi....!" Arya
dengan posisi tidak tetap sambil sesekali meneguk araknya.
"Benar, Arya!" sambut satu suara. Disusul munculnya Ki Pandu dan pada penduduk
desa itu. Mereka sudah sejak tadi berada di situ dan melihat semua sepak terjang
Arya. "Ampun, Tuan Pendekar! Jangan bunuh kami. Kami benar-benar tobat dan berjanji
tidak akan berbuat jahat lagi. Kami akan menjadi orang baik-baik...."
"Masih berlakukah janji-janji bagi orang semacam kalian?"
"Kami berjanji, Tuan Pendekar...."
"Baiklah. Tapi bila kudengar kalian berbuat jahat lagi.
Aku tak akan mengampuni kalian lagi. Mengerti"!"
"Mengerti, Tuan Pendekar."
"Kalau begitu, pergilah! Sebelum aku mengubah keputusanku." Usir Arya.
"Terima kasih, Tuan Pendekar" ucap mereka hampir Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 11
DEWA ARAK Pedang Bintang bersamaan. Saking gembiranya dibentur-benturkan dahi mereka ke tanah.
"Tapi, Arya...." Ki Pandu mencoba membantah. Dan para penduduk sudah bergerak
menghadang para perampok yang akan meninggalkan tempat itu.
Arya menggoyang-goyangkan tangannya. "Biarkan mereka pergi."
Para penduduk itu merasa ragu-ragu dan langsung menatap Ki Pandu. Ketika kepala
desa itupun menganggukkan kepalanya, maka para penduduk itupun menyingkir membiarkan para
permpok itu pergi. Debu kembali mengepul tinggi ketika beberapa gelintir permpok
itu pergi dari situ sambil membawa kawan-kawan mereka yang tewas.
Selagi semua pandangan mata tertuju pada para permpok yang kian menjauh, Arya
telah melesat cepat meninggalkan tempat itu.
"Arya.... Arya....!" Ki Pandu celingukan mencari-cari begitu teringat pada pemuda
itu. "Ah, dia sudah pergi....
Pendekar aneh. Gerakan-gerakannyapun aneh. Baru kali ini kulihat orang mabuk
bermain silat begitu hebatnya. Hhh....
Kepandaian yang dimilikinya tak lumrah bagi manusia.
Atau jangan-jangan dia adalah Dewa yang menyamar menjadi manusia?"
"Benar, Ki. Aku juga yakin kalau pemuda itu bukan manusia biasa, melainkan
Dewa." Sambut salah seorang penduduk.
"Tapi mana ada Dewa yang begitu doyan arak?" bantah yang lainnya.
"Lho"! Siapa tahu dia... Dewa Arak," sahut penduduk yang lainnya membantu yang
pertama. "Ah, tepat sekali.... Tepat sekali julukan itu. Yahhh....
Dewa Arak. Julukan yang amat cocok buat pemuda yang berkepandaian luar biasa
itu. Dewa Arak. Ya....!" Tegas Ki Pandu sambil merenung.
Tak lama kemudian mereka meninggalkan tempat itu.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 12
DEWA ARAK Pedang Bintang sepanjang perjalanan yang dipercakapkan hanya tentang Arya, yang hanya seorang
diri telah mampu
menghancurkan gerombolan si Harimau Mata Satu yang selama ini merajalela.
Beberapa hari kemudian, nama Arya alias si Dewa Arak telah mulai terkenal ke
desa-desa sekitar. Seorang pemuda yang bertubuh kekar berwajah jantan dengan
rahang kokoh dan alis tebal. Tambutnya berwarna putih keperakan dan pakaiannya
ungun. Itulah Dewa Arak! Seorang pendekar yang siap menumpas keangkaramurkaan!
*** Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 13
DEWA ARAK Pedang Bintang 7 alam waktu yang tak lama, kehadiran pemuda yang dijuluki orang sebagai Dewa Arak
telah D menggegerkan rimba persilatan. Kata orang ciri-ciri dia adalah berambut putih
keperakan dan berpakaian ungu. Sedangkan ciri yang menonjol adalah sebuah guci
yang selalu tersampir di punggung!
Pagi ini udara nampak cerah. Hanya sedikit awan menggantung di langit. Walaupun
udara begitu bersih tak ada tanda akan hujan namun seorang pemuda bergegas
melangkah kakinya. Apalagi setelah melihat perbatasan Desa Kecipir. Dia adalah
Arya Buana yang ingin segera mengetahui keadaan ayahnya. Pemuda ini kawatir
terjadi sesuatu pada ayahnya. Ucapan Ki Pandu waktu itu telah mengganggu
pikirannya. Katanya Siluman Tengkorak Putih telah mengganas, membunuhi pada
pendekar dan menghancurkan perguruan-perguruan silat yang beraliran putih.
Kata-kata itu kembali terngiang di telinga Arya Buana.
Tetapi sebelum kakinya mencapai perbatasan desa, sebuah bisikan halus membuat
dia harus menghentikan langkahnya.
"Dik Arya...."
Arya Buana menoleh ke arah asal suara. Dan dari balik kerimbunan semak-semak
terlihat sebuah kepala tersembul. Untuk sesaat lamanya alis pemuda berbaju ungu
ini berkerut. Rasanya pernah melihat wajah ini tapi kapan dan di mana, ia lupa.
"Aku Satria....."
"Ah, Ka...." Kini Arya teringat di mana pernah bertemu pemuda itu. di mana lagi
kalau bukan di Perguruan Tangan Sakti yang bermarkas di Gunung Waru.
"Dik Arya, seudah demikian besarnya dirimu. Hampir-Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 14
DEWA ARAK Pedang Bintang hampir saja aku lupa."
"Kang Satria bagaimana kabarmu?" tanya Arya gembira sehingga bersuara agak
keras. "Ssst....!" Si pemilik suara yang ternyata adalah Satria itu menempelkan jari
telunjuknya di bibir mencegah Arya bicara keras-keras. Dilambaikan tangannya
pada pemuda itu. Arya menoleh ke kanan dan ke kiri. Setelah dilihatnya suasana
sekitar situ sepi, bergegas dihampirinya Satria yang hanya berjarak dua tombak
darinya. "Ada apa Kakang Satria?" tanya Arya dengan suara perlahan.
"Nanti saja kuceritakan. Sekarang kau ikut aku saja....."
ajak Satria. Arya meragu sejenak. "Sayang sekali, Kang. Kalau sekarang aku tidak bisa
ikut.....aku masih ada urusan."
Wajah Satria mendadak murung.
"Aku tahu Arya. Kau ingin menjumpai ayahmu, kan?"
"Syukurlah kalau Kakang sudah tahu," desah Arya pelan. Dia memang merasa tidak
enak melihat wajah Satria yang murung begitu menolak ajakannya.
"Lebih baik kau urungkan niatmu, Arya."
"Mengapa, Kang"' Arya tersentak.
"Karena....karena ayahmu....sudah tidak ada lagi, Arya...." Desah Satria pelan.
"Maksud, Kakang..... ayah.... tewas....?" tanya Arya dengan wajah pucat pasi.
Satria tidak mampu menjawab dan hanya mengangguk sambil menundukkan kepalanya. Tapi anggukkan
itu sudah cukup buat Arya. Tiba-tiba saja pemuda ini berteriak keras.
Satria kontan jatuh terduduk karena dengkulnya mendadak lemas. Cepat dikerahkan
tenaga dalamnya untuk mengusir pengaruh teriakan yang masih tersisa itu.
Dengan mata terbelalak tampaklah sebatang pohon besar tumbang. Daun-daunnya layu
mengering. Pohon itu rubuh dengan diiringi suara bergemuruh begitu Arya Aji Saka
( created ebook by fujidenkikagawa 15
DEWA ARAK Pedang Bintang mendorongkan kedua tangannya ke depan.
"Kubunuh kalian....! Kubunuh....! Ku... bunuuuuh....!"
Teriak pemuda berambut putih keperak-perakan itu keras.
Sepasang matanya mencorong kehijauan.
Satria memandang pemuda itu dengan hati bedebar.
Apa yang dlihat benar-benar mengejutkan hatinya. Sebuah pertunjukan yang
menggirikan hati!
"Katakan, Kakang... Katakan siapa yang telah membunuh ayahku?" tanya Arya dengan
naas terengah-engah.
"Sabar Arya. Tenangkan dulu pikiranmu. Aku tidak akan memberitahukan siapa
pembunuh ayahmu jika kau masih diliputi amarah. Biarpun untuk itu aku harus mati
di tanganmu!" tegas Satria.
Ucapan itu menyadarkan Arya dari amarahnya. Pemuda itu mengeluh pelan. Ditutupi
mukanya dengan kedua tangannya. Baru setelah itu ditariknya napas dalam-dalam
dan dihembuskannya kuat-kuat. Beberapa saat lamanya ia melakukan hal itu.
Setelah dirasakan amarahnya telah mereda ditatapnya Satria dalam-dalam.
Satria tersenyum. "Hebat kau Arya. Jadi kau telah mendapatkan kitab-kitab
peninggalan Ki Gering Langit itu"'
Arya hanya mengangguk.
"Jadi rupanya kaulah yang dijuluki Dewa Arak itu, Arya?" tanya Satria lebih
lanjut. "Dewa Arak" Aku" Ah, tidak salahkah apa yang kau ucapkan itu, Kang?" tanya Arya
heran. Dia memang tidak tahu julukan itu. Sebab itu memang pemberian dari orang-
orang yang pernah ditolongnya.
"Ciri-ciri yang kau miliki memang menunjukkan kalau kaulah tokoh yang
menggemparkan itu. Tokoh yang berani menentang kejahatan secara terang-terangan
setelah Siluman Tengkorak Putih merajalela."
"Ciri-ciri" Apakah ciri-ciri yang menunjukkan kalau aku adalah Dewa Arak itu,
Kakang?" "Yahhh.... Semua yang ada padamu itu adalah ciri-cirinya. Dewa Arak itu masih
muda. Wajahnya tampan dan Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 16
DEWA ARAK Pedang Bintang jantan, rahangnya kokoh rambutnya putih keperak-perakan berpakaian ungu. Selalu
membawa guci arak. Dan kepandaiannya seperti Dewa yang tidak mempan senjata!"
"Ah, belum tentu aku yang dimaksud sebagai tokoh itu, Kakang. Aku yakin bukan
aku yang dimaksud," Arya masih mencoba berkelit.
"Baiklah. Ada satu bukti lagi yang paling penting. Dan bukti inilah yang dapat
menunjukkan benar tidaknya kalau kau adalah Dewa Arak yang telah menggemparkan
itu." "Apa bukti itu, Kakang?" tanya Arya penuh gairah.
"Kenalkah kau dengan Harimau Mata Satu ?"
"Kenal sih tidak. Tapi memang akulah yang mem-binasakan ketika ia hendak membumi
hanguskan Desa Jati Alas."
Satria tertawa penuh kemenangan. "Kau tahu Arya.
Berita yang menyebar itupun menyebutkan demikian.
Harimau Mata Satu dan gerombolannya telah dihancurkan secara mudah oleh seorang
pemuda yang bernama Arya buana dan berjuluk Dewa Arak!"
"Jadi....jadi...."
"Kau adalah Dewa Arak itu!" tegas Satria.
Arya termenung. Julukan yang aneh, pikirnya. Tapi kalau dipikir-pikir ada
benarnya juga julukan itu.
"Sudahlah, Kang. Aku tidak memperdulikan hal itu. Terserah orang akan menjuluki
apa. Yang kuinginkan sekarang adalah jawaban darimu, Kakang. Siapa sebenarnya
orang yang membunuh ayahku. Hanya itu!"
Satria menghela napas seperti ingin mencari kata-kata yang tepat.
"Baiklah Arya. Semula aku ingin mengajakmu ke tempat kami. Aku dan tokoh-tokoh
persilatan golongan putih diam-diam telah menyusun kekuatan. Di antara kami ada
pula putir si Raja Pisau Terbang. Tapi karena tidak mempunyai orang yang dapat
diandalkan untuk menghadapi Siluman Tengkorak Putih, kami terpaksa menahan diri.
Putri Raja Pisau Terbang telah meminta ayahnya untuk Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 17
DEWA ARAK Pedang Bintang membantu usaha kami. Mula-mula beliau menolak karena sudah terlalu tua dan tidak
ingin mengotori tangannya dengan darah lagi. Tapi berkat usaha Ningrum yang
tidak kenal putus asa, Raja Pisau Terbang mengalah juga. Beliau berjanji akan
datang hari ini. Dan rencananya kami akan menyerang markas mereka nanti malam."
"Mereka?" alir Arya berkerut.
"Ya," jawab Satria singkat.
"Siapa mereka"' tanya Arya lagi.
"Siluman Tengkorak Putih dan anak buahnya."
"Lalu siapa yang membunuh ayahku, Kakang?"
"Siluman Tengkorak Putih"
"Hm.... Dia rupanya! Tunggulah pembalasanku
keparat!" desis Arya yang berjuluk Dewa Arak dengan perasaan geram.
"Arya...." Panggil Satria ragu-ragu.
"Ada apa, Kakang."


Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau tidak ingin bergabung bersama kami" Kita menyerang mereka nanti malam dan
sekarang hanya tinggal menunggu Raja Pisau Terbang."
"Maafkan aku, Kakang. Aku sudah tidak sabar lagi menunggu. Ingin selekasnya aku
membuat perhitungan dengan siluman itu!" tandas Arya.
"Terserah, kalau itu sudah menjadi keputusanmu," ujar Satria sambil mengangkat
bahu. "Aku tidak akan menghalangi. Hanya saja pesanku, berhati-hatilah Arya.
Siluman Tengkorak Putih hebat sekali. Bahkan paman gurumu telah tewas di
tangannya...."
"Apa...."!" Sepasang mata Arya terbelalak. Terbayang di benaknya sesosok tubuh tua
yang bertubuh bongkok udang yang amat menyayanginya. "Paman guru....
tewas...."!"
"Ya....bukan hanya itu saja. Si keparat itu telah membantai semua murid Perguruan
Tangan Sakti. Beruntung aku, Mega dan beberapa orang berhasil menyelamatkan diri. Kalau tidak
berpikir untuk membalas Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 18
DEWA ARAK Pedang Bintang dendam mungkin kami labih suka mati bersama-sama mereka...." Jelas Satria lebih
lanjut. "Siluman Tengkorak Putih...." Desisi Arya dengan suara ditekan. "Dosamu sudah
terlampau banyak. Kau atau aku yang harus mati!"
"Arya redakan kemarahanmu supaya kau tak celaka di tangannya. Sebelum guru
tewas, Raja Pisau Terbang mengatakan kalau Siluman Tengkorak Putih itu memiliki
ilmu 'Ular Terbang'. Dan itu sempat kudengar."
"Ilmu 'Ular Terbang'" bukankah ilmu itu milik Ular Hitam?"
"Benar. Begitu pula yang diucapkan Raja Pisau Terbang...."
"Bomantara. Pasti! Ya, siluman itu pasti Bomantara.
Tak ada lagi orang yang memiliki ilmu 'Ular Terbang', milik Ular Hitam kecuali
dia...." "Bomantara?" Satria mengerutkan alisnya. "Bukan, Arya. Bukan Bomantara nama
siluman itu. aku ingat betul karena Raja Racun Pencabut Nyawa berkali-kali
memanggil namanya. Dan bukan Bomantara nama yang dipanggil.
Tapi, Gerda! Ya, Gerda."
Beberapa saat lamanya, Arya buana termenung. Mana yang benar, Gerda atau
Bomantara. Pusing memikirkannya! Apalagi ketika mendengar nama Raja Racun
Pencabut Nyawa disebut-sebut. Ayahnya mengatakan kalau iblis itu adalah pamannya
karena dia adalah kakak kandung ibunya. Tapi kini dia harus bertentangan dengan
pamannya itu. Memang terpaksa. Bisakah ia bertarung dengan pamannya sendiri"
"Lalu di manakah markas mereka, Kang?" tanya Arya tak ingin memikirkan masalah
itu. "Di rumahmu yang dulu...." Sahut Satria mengalah.
"Kalau begitu aku pergi dulu, Kang."
Setelah berkata demikian tanpa menunggu jawaban Satria tubuh Arya melesat.
Sebentar saja yang terlihat hanyalah titik hitam yang akhirnya lenyap di
kejauhan. Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 19
DEWA ARAK Pedang Bintang 8 eberapa saat lamanya, Arya buana memperhatikan keadaan rumah tempat tinggalnya
dari atas cabag B sebuah pohon. Tampak halaman depan bangunan besar itu sepi.
Hanya ada beberapa orang yang nampak berjaga-jaga. Itupun kelihatannya tidak
sungguh-sungguh.
"Ah, hari sudah hampir gelap," desah Arya dengan perasaan tidak sabar. Matahari
memang sudah condong ke barat. Bercak-bercak kemerahan nampak menyemburat di
ujung barat sana.
Pemuda berambut putih keperakan ini tidak sabar lagi.
Cepat dia melompat turun dadri pohon itu dan bergerak mendekati tembok. Hanya
dengan sebuah totolan ujung kaki yang ringan di tanah, tembok batu itu telah
terlompati. "Hup....!"
Ringan seperti jatuhnya seekor kucing, didaratkan kedua kakinya di tanah.
"Siluman Tengkorak Putih! Keluar kau!" teriak Arya dengan suara keras.
Karuan saja teriakan itu mengejutkan para penjaga.
Langusng saja mereka datang mengurung pemuda berbaju ungu itu. sementara yang
dikurung tenang-tenang saja sambil menenggak araknya.
Gluk....gluk....gluk....!
"Dia pasti Dewa Arak...." Desah salah seorang dari penjaga itu.
"Yang membasmi gerombolan Harimau Mata Satu
itu?" tanya yang lainnya.
"Benar!" jawab orang itu lagi.
"Hm....!" Terdengar suara mendengus dari mulut Arya buana. Suara dengusan itu
menyadarkan para penjaga Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 20
DEWA ARAK Pedang Bintang akan tujuan Dewa Arak datang ke situ. Apalagi kalau bukan membalas dendam"
Bukankah Dewa Arak itu adalah Arya Buana, anak dari Tribuana alias Pendekar
Ruyung Maut"
Dan kini serempak para penjaga itu menyerbu Dewa Arak dengan senjata di tangan.
Arya buana yang tahu kalau nanti akan berhadapan dengan banyak lawan tidak mau
bersikap main-main lagi.
Langsung saja dikeluarkan ilmu andalannya. Jurus
'Delapan Langkah Belalang' dan jurus 'Belalang Mabuk'.
Guci, tangan dan semburan araknya semua ikut ambil bagian. Sesekali di tengah
hujan serangan lawannya, Arya tenang-tenang saja meminum araknya.
Prakkk! Tukkk! Prattt!
"Akh....! Akh....! Akh....!
Dalam segebrakan saja tiga orang penjaga kembali menjadi korban amukan Arya.
Yang seorang tewas dengan kepala pecah terhantam guci arak. Seorang lagi pecah
ubun-ubunnya terkena totokan jari pemuda berambut putih keperakan itu. Sedangkan
yang lain lagi tewas dengan leher berlubang terkena semburan araknya.
Jerit kematian saling susul. Ke mana Arya bergerak di situ pasti ada lawan yang
tewas. Tak lama kemudian habislah para pengeroyoknya.
Sebuah tawa yang pelan, berat dan bergaung segera menyambutnya begitu lawannya
yang terakhir rubuh.
"Ha...ha....ha....!"
Arya cepat menoleh ke arah asal suara tawa itu. Di depannya dalam jarak sekitar
tiga tombak berdiri dua sosok tubuh. Sosok pertama bertubuh pendek tapi kekar,
berambut awut-awutan dan bermata merah. Menilik ciri-cirinya Arya dapat menduga
kalau si pendek kekar ini adalah kakak ibunya. Dialah Raja Racun Pencabut Nyawa.
Sosok kedua bertubuh tinggi kurus. Berselubung putih dan berpakaian juga serba
putih. Inilah rupanya Siluman Tengkorak Putih yang menggemparkan itu.
dipandanginya tokoh yang menggemparkan ini penuh perhatian. Dan Aji Saka
( created ebook by fujidenkikagawa 21
DEWA ARAK Pedang Bintang betapa kagetnya Arya ketika melihat sorot mata Siluman Tengkorak Putih itu.
Sorot mata itu begitu tajam mencorong dan berdinar kehijauan. Persis mata seekor
kucing dalam gelap!
"Inikah putra Pendekar Ruyung Maut itu, Paman"
Pemuda yang dulu membawa lari Pedang Bintang?" tanya Siluman Tengkorak Putih
pada Raja Racun Pencabut Nyawa.
"Betul, Gerda," jawab Raja Racun itu.
"Kakang Satria benar," gumam Arya pelan. nama iblis itu bukan Bomantara
melainkan Gerda. Tapi kalau bukan Bomantara mengapa menguasai ilmu 'Ular
Terbang'" "Ha...ha...ha...! hanya sekian sajakah ilmu yang
diterimanya dari Ki Gering Langit" Huh! Kalau dulu kutahu, tidak akan sudi aku
bersusah payah untuk
mendapatkannya."
"Siluman Tengkorak Putih!" bentak Arya geram. "Kau harus bayar nyawa ayahku!"
Setelah berkata demikian, Arya segera melompat menerjang Siluman Tengkorak
Putih. Menyadari kelihaian lawan, sekali menyerang Arya sudah menggunakan ilmu
andalannya. Guci di tangannya menyambar deras ke arah kepala lawannya.
Melihat Arya telah menerjang Siluman Tengkorak Putih, Raja Racun Pencabut Nyawa
segera menghindar dari situ.
Sedangkan Siluman Tengkorak Putih yang begitu melihat sambaran guci itu segera
menundukkan kepalanya.
Untunglah sambaran guci itu lewat bebrapa rambut di atas kepalanya. Malah
pakaian dan selubung yang dikenakan siluman itu sampai berkibar, begitu sambaran
guci itu menyambar tempat kosong. Suatu tanda kalau tenaga yang mengayunkan guci
itu sangat kuat.
Tidak hanya itu saja yang dilakukan Siluman Tengkorak Putih alias gerda ini.
secepat ia mengelak secepat itu pula balas menyerang dengan sodokan tangan
bertubi-tubi pada ulu hati dan leher Arya.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 22
DEWA ARAK Pedang Bintang Arya Buana alias Dewa Arak buru-buru memiringkan kepalanya, maka serangan yang
menuju lehernya mengenai tempat kosong. Sedangkan serangan yang menuju ulu hati
ditangkisnya dengan tangan kiri disertai pengerahan seluruh tenaga.
Plakkk! Sebuah benturan keras terdengar. Akibatnya tubuh Siluman Tengkorak Putih
terhuyung mundur dua langkah.
Sedangkan tubuh Arya yang berada di udara terlempar ke udara. Namun dengan manis
tubuhnya melenting di udara kemudian laksana seekor kucing kedua kakinya hinggap
di tanah. "Jurus 'Ular Terbang'"!" teriak Dewa Arak kaget. Walau Siluman Tengkorak Putih
itu baru mengeluarkan beberapa gerakan, Arya langsung mengenalinya.
"Hm. Pandangan matamu awas juga, tikus kecil!" ejek Siluman Tengkorak Putih.
Baru kali ini dalam adu tenaga ia sampai terdorong dua langkah. Hal ini
membuatnya penasaran bukan main. "Tapi ingin kutahu apakah kaupun mampu
mengenali yang ini!"
Setelah berkata demikian, Siluman Tengkorak Putih kembali menyerang Dewa Arak
dengan sebuah tendangan lurus ke arah pusar. Kemudian langsung dilanjutkan
tendangan menyamping ke arah leher begitu Arya menarik tubuhnya ke belakang.
Tidak berhenti di situ lalu disusul tendangan yang dilakukannya sambil memutar
tubuh. "Ah....! 'Tendangan Kilat'...."!" Desah Arya kaget.
Itulah ilmu milik Ki Gering Langit yang diwariskan kepada Bomantara. Cepat-cepat
dielakkan tendangan itu dengan jurus 'Delapan Langkah Belalang'.
"Tidak salah lagi, pasti kau Bomantara!"
Mendadak Siluman Tengkorak Putih menghentikan gerakannya.
"Jahanam! Dari mana kau tahu nama itu, heh"!"
"Memang sudah lama aku mencari-carimu manusia keparat! Murid murtad!" pemuda
berpakaian ungu ini balas Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 23
DEWA ARAK Pedang Bintang membentak. "Keparat!"
Setelah berkata demikian diterjangnya dewa arak.
Tetapi pemuda itu tak menjadi gugup. Cepat-cepat dielakkan serangan itu dan
dibalasnya dengan serangan-serangan yang tak kalah dahsyat.
Siluman Tengkorak Putih benar-benar telah mengamuk.
Dikeluarkannya seluruh kemampuan yang dimiliki. Ilmu
'Ular Terbang' warisan Ular Hitam, ilmu 'Tendangan Kilat'
warisan Ki Gering Langit dan ilmu-ilmu racun yang diterima dari Raja Racun
Pencabut Nyawa. Dan ini baru untuk pertama kalinya dilakukannya.
Tapi lawan yang dihadapi adalah Arya buana. Pewaris tunggal dari seluruh ilmu
ciptaan Ki Gering Langit yang terbaru. Maka, walaupun Siluman Tengkorak Putih
telah mengeluarkan segenap kemampuan tetap saja pemuda ini mampu menghadapi.
Bahkan membalas dengan serangan-serangan yang tak kalah dahsyatnya. Kini Arya
yang mengetahui kesaktian lawannya segera mengerahkan
'Tenaga Inti Matahari' yang disusul dengan jurus 'Belalang Mabuk' dan akhirnya
jurus 'Delapan Langkah Belalang'
sehingga tubuhnya meliuk-liuk.
Raja Racun Pencabut Nyawa menonton pertarungan antara dua orang sakti itu tanpa
berkedip. Baru kali ini disaksikan pertarungan yang begitu dahsyatnya. Debu
mengepul tinggi ke udara. Batu-batu besar dan kecil beterbangan tak tentu arah.
Pohon-pohon besar dan kecil yang terlanda angin pukulan nyasar bertumbangan
diiringi suara gaduh.
Bukan hanya itu saja. Decit angin tajam yang berhembus dan diiringi bau amis
yang memualkan perut, keluar dari setiap serangan Siluman Tengkorak Putih.
Tentu saja gerombolan penjahat terpaksa menjauhi tempat itu. Belum lagi akibat
setiap gerakan Arya yang berjuluk Dewa Arak itu menyebarkan hawa panas
menyengat. Bahkan bisa menghanguskan kulit!
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 24
DEWA ARAK Pedang Bintang Siluman Tengkorak Putih penasaran bukan main.
Apalagi ketika menyadari serangan pukulan beracunnya tidak berarti sama sekali
bagi pemuda itu. dan memang tanpa diketahui Arya sendiri, pasangan ilmu
'Belalang Sakti' dan 'Tenaga Dalam Inti Matahari' membuatnya tidak terpengaruh
segala macam racun. Hawa beracun sudah terusir sebelum mendekati tubuh Arya.
Hawa panas yang keluar dari tubuh pemuda itu telah menangkal hawa beracun yang
datang menyerbu ke arahnya.
Lima puluh jurus telah cepat terlewat. Tapi tidak nampak ada tanda-tanda siapa
yang akan terdesak dan siapa yang akan mendesak. Kepandaian mereka berdua
sepertinya berimbang.
Raja Racun Pencabut Nyawa yang menonton
pertarungan itu menjadi tidak sabar, sehingga segera mendekati pertarungan.
Sudah bulat tekadnya untuk membantu Gerda alias Siluman Tengkorak Putih
menghadapi Dewa Arak yang sakti itu.
Tetapi baru juga bergerak mendekati terdengar suara bentakan keras disusul
berkelebatnya tiga sosok tubuh yang kemudian menghadang di depannya. Dua orang
laki-laki yang berumur tiga puluhan dan seorang gadis yang berusia sekitar
sembilan belas tahun dan berpakaian serba hijau. Wajahnya cantik manis. Apalagi
dihiasi tahi lalat di pipinya. Inilah Ningrum putri Raja Pisau Terbang.
Sedangkan dua laki-laki itu adalah Satria dan Mega.
Raja Racun Pencabut Nyawa menatap tiga sosok tubuh di depannya dengan pandagan
mata meremehkan. Ia hanya melihat dengan ekor mata, walaupun dua laki-laki itu
sudah bersiap-siap sambil menghunus pedang.
Sedangkan gadis itu juga nampak sudah menggenggam sebilah pisau berwarna putih
mengkilat pada kedua tangannya.
"Raja Racun! Kini saatnya kekejianmu harus ditebus dengan nyawamu!" teriak
Satria keras. Bersamaan dengan itu pedang di tangannya cepat meluncur lurus ke
arah Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 25
DEWA ARAK Pedang Bintang pusar Raja Racun Pencabut Nyawa.
"Hiyaaa....!" Mega yang tahu pasti betapa lihaynya si Raja Racun ini dan sadar
kalau kakak seperguruannya ini bukanlah lawan iblis itu segera membantu Satria.
Pedang di tangannya melesat cepat membabat leher!
Ningrum pun tidak mau ketinggalan. Gadis perkasa ini segera ikut ambil bagian.
Sepasang pisau terbang di tangannya berkelebat mencari sasaran di berbagai
bagian tubuh lawan.
Kini Raja Racun Pencabut Nyawa tidak bisa main-main lagi. Apalagi setelah
terbukti kalau tiga lawannya ini mampu saling membantu. Ia lalu mengerahkan
seluruh kemampuannya.
Baru beberapa jurus bertarung tiba-tiba terdengar suara riuh disusul munculnya
puluhan orang rimba persilatan golongan putih. Inilah orang-orang yang berhasil
dikumpulkan Satria dan Mega.
Karuan saja melihat serbuan ini anak buah Siluman Tengkorak Putih yang sejak
tadi menonton pertarungan dahsyat itu bubar. Mereka segera menyambut serbuan
tamu-tamu yang tak diundang itu. Maka kini terjadilah tiga kelompok pertempuran.
Di antara pertarungan itu yang paling ramai dan menegangkan adalah pertarungan
antara Arya buana alias Dewa Arak melawan Siluman Tengkorak Putih. Mereka ber-
dualah yang menjadi penentu kemenangan dua golongan yang saling bertarung itu.


Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Berbeda dengan pertarungan Siluman Tengkorak Putih yang berimbang, pertarungan
Raja Racun Pencabut Nyawa melawan Satria, Mega dan Ningrum berjalan berat
sebelah. Memang bila diperhitungkan kepandaian Satria dan Mega masih terlalu jauh untuk
menghadapi Raja Racun itu. di antara mereka bertiga Ningrumlah yang memiliki
kepandaian paling tinggi. Maka gadis itulah yang mendapat tekanan dari Lindu
alias Raja Racun Pencabut Nyawa. Raja Racun yang cerdik tahu kalau gadis putri
si Raja Pisau Terbang ini Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 26
DEWA ARAK Pedang Bintang bisa dirubuhkan maka rubuh pulalah semuanya.
Tentu saja akibatnya terasa sekali bagi Ningrum.
Memang gadis ini masih kalah segala-galanya dibanding lawannya. Kalah tenaga,
kelincahan dan juga pengalaman.
Gadis putri Raja Pisau Terbang inipun segera terdesak.
Sepasang pisau terbang di tangannya kini hanya dapat digunakan untuk melindungi
dirinya. Raja Racun Pencabut Nyawa yang tidakingin berlama-lama dalam pertarungan ini
apalagi setelah sekian lama lawannya tidak juga dapat dirubuhkan segera
mengeluarkan pukulan beracun. Sudah dapat dipastikan kalau tak lama kemudian
ketiga orang muda itu akan rubuh di tangan raja racun ini. Kalau saja......
"Keji sekali kau Raja Racun! Menghadapi anak-anak muda pun masih bermain racun!"
Berbareng dengan suara teguran itu muncullah sesosok tubuh tinggi kurus dan
berkulit hitam. Kumis dan jenggot yang telah memutih menghias wajahnya. Yang
luar biasa adalah sepasang matanya. Begitu tajam mencorong dan bersinar
kehijauan seperti mata seekor kucing dalam gelap.
Begitu datang kakek ini segera menggerakkan kedua tangannya menghalau serangan-
serangan beracun Raja Racun iu. Gerakan tangannya begitu cepat dan tiba-tiba
seperti gerak seekor ular yang menyambar mangsa.
"Ah! Kau.... Kau....!" Teriak Raja Racun Pencabut Nyawa tertahan. Kegugupan
tergambar jelas pada wajahnya.
Untuk beberapa saat kewaspadaannya mengendur.
Kesempatan ini tak disia-siakan Satria. Dengan kecepatan kilat pedangnya
menyambar ke arah perut Raja Racun ini.
"Akh...!" Raja Racun Pencabut Nyawa memekik tertahan. Darah langsung muncrat dari
perut yang tertembus pedang hingga ke punggung itu.
Raja Racun Pencabut Nyawa meraung keras.
Tangannya pun bergerak mengancam Satria sehingga pemuda itu kelihatan gugup.
Untungnya 'kakek penolong'
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 27
DEWA ARAK Pedang Bintang itu bertindak cepat dan menangkis serangan itu.
Plakkk! Tubuh Raja Racun Pencabut Nyawa terhuyung ke belakang. Dan saat itu hampir
berbarengan Ningrum dan Mega melancarkan serangan.
Cappp! Cappp! Cappp!
Dua pisau terbang dan satu pedang itu telak sekali menghunjam tubuh Raja Racun.
Laki-laki yang bernama asli Lindu itu berteriak ngeri. Tanpa ampun lagi tubuhnya
ambruk ke tanah. Napasnya megap-megap.
"Arya..... Arya...." Lirih terdengar suara iblis itu.
Satria yang melihat iblis itu belum tewas segera menyusuli dengan seuah tusukan
ke arah jantung. Tetapi sebelum pedang itu mengenai sasaran segundukan angin
keras mendorongnya hingga terjengkang. Cepat pemuda ini bersalto di udara
beberapa kali untuk mematahkan daya dorong itu lalu hinggap ringan di tanah.
"Tahan dulu pedangmu, Anak Muda. Nampaknya ia ingin mengatakan sesuatu...." Kata
kakek yang telah menolongnya tadi. Tahulah pemuda itu kini. Rupanya angin keras
tadi berasal dari kakek ini.
Setelah berkata demikian kakek itu menghampiri Raja Racun Pencabut Nyawa yang
tergolek tak berdaya.
"Ada yang ingin kau katakan untuk Arya, Raja Racun"
Cepatlah katakan biar aku yang akan menyampaikannya,"
ujar kakek itu ramah.
Bibir Raja Racun Pencabut Nyawa bergerak-gerak pelan. terpaksa kakek itu
mendekatkan telinganya ke mulut Raja Racun beberapa saat lamanya. Kakek itu baru
menjauhkan kepalanya setelah tidak terdengar lagi suara dari mulut Raja Racun
Pencabut Nyawa. Dia kini telah tewas.
Sementara itu pertarungan antara Arya buana melawan Siluman Tengkorak Putih
telah berlangsung hampir seratus lima puluh jurus! Perlahan namun pasti Dewa
Arak yang mengerahkan jurus 'Delapan Langkah Belalang' dan jurus Aji Saka
( created ebook by fujidenkikagawa 28
DEWA ARAK Pedang Bintang 'Belalang Mabuk' yang dialiri pengerahan 'Tenaga Dalam Inti Matahari', mulai
dapat menguasai keadaan. Sampai pada suatu saat....
"Hiyaaa....!" Siluman Tengkorak Putih yang sudah putus asa langsung menyerang Dewa
Arak tanpa memperdulikan pertahanan lagi. Jari-jari kedua tangannya yang
membentuk patuk ular bertubi-tubi menyerang pelipis danubun-ubun Arya.
Arya Buana kaget sekali. Disadari kalau lawannya ini berniat menadu nyawa.
Rasanya tidak mungkin lagi mengelakkan serangan itu kalau masih ingin selamat.
Dewa Arak itu tahu kalau mengelakkan serangan sepasang kaki Siluman Tengkorak
Putih akan bertubi-tubi meng-ancamnya dengan juru 'Tendangan Kilat'. Dan hal ini
akan lebih membahayakan dirinya. Maka pemuda ini memutuskan untuk menangkis
walaupun posisinya saat itu tidak memungkinkan.
Arya mengangkat tangan kirinya menejgal kedua serangan yang mengancam ubun-ubun
dan pelipisnya itu.
Berbarengan dengan itu guci di tangan kanannya menggedor dada Siluman Tengkorak
Putih yang terbuka lebar.
Plakkk! Tukkk! Buggg!
Arya terhuyung satu langkah. Mulutnya menyeringai menahan rasa sakit yang
mendera tangan kiri. Serangan yang menuju ubun-ubunnya memang dapat ditangkis
dengan jari-jari tangan. Akan tetapi serangan yang mengancam pelipis terpaksa
dihadang dengan pangkal lengan. Dan akibatnya sesaat lamanya dirasakan tangan
itu bagaikan lumpuh.
Tetapi meskipun demikian keadaan yang diterima Arya masih lebih ringan ketimbang
yang diterima Siluman Tengkorak Putih. Tubuh siluman itu terjengkang ketika guci
Dewa Arak menghantam keras dadanya. Bagian bawah selubungnya yang berwarna putih
nampak kini memerah.
Siluman itu telah menyemburkan darah dari mulutnya!
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 29
DEWA ARAK Pedang Bintang Arya yang tahu betapa berbahayanya Siluman
Tengkorak Putih itu, tidak lagi memberi kesempatan. Cepat tubuhnya melesat
menyusul tubuh siluman itu.
"Haaat...!"
Arya melempar gucinya ke udara. Dan kini dengan tangan kosong dihajarnya dada
siluman itu. Bukkk...! "Hugh!"
Siluman Tengkorak Putih mengeluh tertahan. Jelas terdengar suara gemeretak dari
tulang-tulang dada yang berpatahan. Tetapi Arya tidak berhenti sampai di situ
saja. Cepat-cepat tangan kanannya menangkap guci yang kini meluncur turun. Dan secepat
guci itu tertangkap secepat itu pula diayunkan ke arah kepala Siluman Tengkorak
Putih. Wuuut...! Prakkk...! Terdengar suara berderak keras ketika guci itu menghantam sasaran. Kontan tubuh
siluman itu rubuh ke tanah. Tanpa dapat bersambat lagi dia tergeletak tak
bergerak-gerak. Mati.
Arya segera menghampiri tubuh siluman itu. dicopotnya selubung yang selama ini
menutupi wajah aslinya. Nampak seraut wajah kurus berkumis jarang-jarang.
Usianya sekitar tiga puluh lima tahun. Ada sebuah tompel pada pipi sebelah kiri.
"Bomantara...." Desis Dewa Arak begitu melihat ciri-ciri siluman itu.
"Benar, dia Bomantara alias Gerda," sambut sebuah suara.
Arya menoleh ke sebelahnya dengan perasaan kaget.
Suara itu amat dikenalnya! Nampak olehnya seorang kakek bertubuh tinggi kurus,
berkulit hitam berkumis dan berjenggot putih. Sorot matanya nampak mencorong
kehijauan. Beberapa saat lamanya Arya terdiam. Diamat-amati Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 30
DEWA ARAK Pedang Bintang kakek ini penuh perhatian. Rasa-rasanya dikenali betul suara dan potongan kakek
ini. Tapi.... "Ha...ha...ha... Tidak mengenaliku lagi Arya?" setelah berkata demikian kakek itu
mencopot kumis dan jenggotnya. Kini yakinlah Arya siapa kakek ini.
"Kakek Ular Hitam....!" Serunya gembira.
Si kakek yang ternyata memang Ular Hitam itu tertawa bergelak. Dipeluknya Arya
penuh rasa kasih sayang.
"Bagaimana Kakek bisa sampai di sini?" tanya Arya gembira.
"Nanti kuceritakan. Sekarang supaya kau tidak bingung, perlu kujelaskan mengenai
Siluman Tengkorak Putih ini. dia oleh orang-orang persilatan dikenal bernama
asli Gerda. Aku sendiri baru mengetahuinya sewaktu melihat kau bertarung
dengannya. Nama aslinya memang Gerda. Dia murid Raja Racun Pencabut Nyawa.
Padaku dia memakai nama palsu sebagai Bomantara. Jadi murid murtad itu telah
sekaligus menjadi tiga tokoh. Gerda, Bomantara dan Siluman Tengkorak Putih.
Untung saja waktu Bomantara masih jadi muridku aku tak pernah menceritakan kalau
kitab-kitab ilmu milik Ki Gering Langit seluruhnya ada padaku. Kalau tidak....!"
Desah Ular Hitam seperti untuk dirinya sendiri.
Arya manggut-manggut "Lalu kenapa Kakek sampai berada di sini" Dan mengapa pula
harus menyamar?"
Ular Hitam tersenyum.
"Sewaktu kau pergi aku mendengar kekacauan di dunia persilatan dengan munculnya
Siluman Tengkorak Putih. Kudengar juga dia telah langsung merajai kaum sesat.
Dugaanku siluman itu pasti Bomantara. Dan jika benar.... Kau akan berhadapan
dengan banyak lawan.
Bomantara, Raja Racun Pencabut Nyawa dan juga Bargola.
Maka kuputuskan untuk menyusulmu. Yah.....siapa tahu kau butuh bantuan. Hm, paling
tidak aku dapat mencegah Bargola membantu Bomantara. Dalam perjalanan aku
bertemu Raja Pisau Terbang. Dan ketika melihatku dia Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 31
DEWA ARAK Pedang Bintang langsung saja memohon agar aku mewakilinya membantu putrinya yang ingin menyerbu
markas Siluman Tengkorak Putih. Karena telah menduga bahwa siluman itu adalah
Bomantara aku terpaksa menyamar agar tidak membuatnya terkejut."
Arya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda telah mengerti. Tak lama kemudian,
Ular Hitam memberitahukan pesan mendiang Raja Racun Pencabut Nyawa kepada pemuda
itu. "Ah....!" Dewa Arak tersentak kaget. Baru pemuda itu teringat pada pamannya.
Bergegas ia berlari menghampiri mayat Raja Racun. Ada tersirat penyesalan yang
mendalam pada wajah pemuda itu. biar bagaimanapun juga orang itu adalah pamannya
sendiri. Arya berjongkok di depan mayat Raja Racun itu.
Dipandanginya sosok yang telah kaku itu dengan perasaan sedih. Bagaimanapun
jahatnya pamannya itu tapi di saat-saat terakhir telah tumbuh kasih sayang
kepada keponakannya. Ya, di saat menjelang ajal Raja Racun Pencabut Nyawa telah
memberitahukan bahwa ibu Arya buana berada di Perguruan Mawar Merah.
Tanpa ragu-ragu lagi Arya punmengulurkan tangan dan memondong tubuh pamannya
itu. Perlahan-lahan ia bergerak bangkit dan berjalan meninggalkan tempat itu.
Seiring tewasnya Siluman Tengkorak Putih pertarugnan langsung berhenti. Para
anak buah siluman itu sadar, bahwa tidak ada gunanya melawan lagi. Maka mereka
segera melarikan diri. Yang tidak sempat melarikan diri segera menyerah untuk
mencari selamat.
Sejak Arya berhasil merubuhkan Siluman Tengkorak Putih, pandang mata Ningrum
tidak lepas-lepasnya menatap wajah pemuda berambut putih keperakan itu.
jantungnya berdetak aneh. Berkali-kali ia mencuri-curi pandang. Ia baru
mengalihkan perhatian ketika Satria memanggilnya. Dan sewaktu menoleh lagi ke
arah Dewa Arak dan Ular Hitam berada, keduanya telah lenyap.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 32
DEWA ARAK Pedang Bintang Betapapun Ningrum mengedarkan pandangannya tetap saja tidak terlihat pemuda
berpakaian ungu itu lagi.
"Mencari siapa, Ningrung?" tanya Satria heran melihat gadis itu celingukan ke
sana ke mari. "Eh.....anu... orang yang mengalahkan Siluman
Tengkorak Putih...." Sahut gadis itu gugup.
"Oh! Arya Buana, si Dewa Arak yang kuceritakan padamu. Ingat?"
"Oh....." Ningrum manggut-manggut. "Lalu ke mana dia sekarang?"
Satria celingukan sebentar.
"Dia sudah pergi, Ningrum."
"Pergi?" tanya Ningrum. Ada nada kekecewaan dalam suaranya. Dengan lunglai
dilangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Terasa seperti ada sesuatu yang
hilang dari hatinya, seiring perginya pemuda gagah bernama Arya buana yang
dijuluki Dewa Arak.
Sementara itu di sebuah tempat yang jauh dari keramaian, seorang pemuda berwajah
jantan dan berambut putih keperakan perlahan-lahan meninggalkan sebuah gundukan
tanah merah yang masih baru.
Jelas, pemuda itu adalah si Dewa Arak. Kini dengan langkah pasti pemuda
berpakaian ungu itu melanjutkan perjalanannya. Banyak tugas yang menantinya
sebagai seorang pendekar. Terlebih dia masi harus mencari ibunya di Perguruan
Mawar Merah. Nah, bagi para pembaca ang ingin mengikuti
petualangan Arya buana selanjutnya, silahkan tunggu serial Dewa Arak dalam
episode "Dewi Penyebar Maut."
SELESAI Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 33
Hati Budha Tangan Berbisa 7 Senopati Pamungkas 2 Karya Arswendo Atmowiloto Pendekar Buta 1
^