Pencarian

Pedang Bintang 2

Dewa Arak 01 Pedang Bintang Bagian 2


kemarahan. Tapi itu hanya sebentar saja karena sekejap kemudian sudah kembali
biasa. "Baiklah Wanayasa. Sungguh tidak kusangka sama sekali kalau orang terhormat
seperti dirimu yang juga Ketua Perguruan Tangan Sakti ternyata hanya seorang
pengecut! Bahkan tidak segan-segan berdusta untuk menyelamatkan nyawanya!"
"Keparat kau, Raja Racun!" bentak Ki Wanayasa marah. "Jelaskan apa maksudmu,
sebelum aku terpaksa bersikap yang tidak sepantasnya terhadapmu!" kakek bongkok
udang ini memang paling pantang di katakan pengecut. Maka kemarahannyapun
langsung bergolak mendengar ucapan Raja Racun Pencabut Nyawa.
Raja Racun Pencabut Nyawa hanya terkekeh saja mendengar ancaman itu.
"Wanayasa. Hampir semua orang persilatan tahu kalau Pedang Bintang itu ada
padamu. Tapi kini kau menyangkalnya! Bukankah orang seperti itu pengecut
namanya?" "Raja Racun Pencabut Nyawa..... dan kau juga Siluman Tengkorak Putih!" ucap Ki
Wanayasa seraya memandang Siluman Tengkorak Putih sekilas. "Dengarlah baik-baik.
Demi kehormatanku selaku Ketua Perguruan Tangan Sakti, kukatakan pada kalian
bahwa Pedang Bintang itu tidak ada di sini!"
"Kau berdusta, Wanayasa!" teriak Siluman Tengkorak Putih kalap seraya melangkah
maju. "Tenang Gerda," Raja Racun Pencabut Nyawa
menyentuh tangan Siluman Tengkorak Putih.
"Dia berdusta, Paman...."
"Dia berkata benar." Raja Racun Pencabut Nyawa menggelengkan kepalanya. Dia tahu
pasti kalau Ki Wanayasa tidak berdusta. Seorang seperti dia lebih meng-hargai
kehormatan dari pada nyawa. Dan diketahui betul Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 25
DEWA ARAK Pedang Bintang hal itu. "Tapi, Paman....." Siluman Tengkorak Putih masih penasaran.
"Biar aku yang mengurusnya, Gerda. Percayalah.
Masalah ini pasti akan tuntas!"
mendengar jaminan Raja Racun Pencabut Nyawa, Siluman Tengkorak Putih kembali
mundur ke tempatnya.
Dia percaya penuh akan kemampuan orang yang dipanggil-nya paman ini. Dia juga
tahu kalau pamannya itu mempunyai berbagai macam tipu muslihat.
"Wanayasa..... aku mempercayai keterangan yang kau berikan itu. Aku juga percaya
kalau Pedang Bintang itu memang tidak ada padamu. Tapi itu bukan berarti kalau
kau tidak tahu menahu di mana adanya pedang itu. Bukan begitu Wanayasa?" pancing
Raja Racun Pencabut Nyawa.
Wajah Ki Wanayasa beubah hebat. Sungguh di luar dugaan kalau Raja Racun Pencabut
Nyawa itu sedemikian cerdiknya. Dan ini membuatnya cemas bukan main.
"Apa urusannya hal itu denganku"!"
"Katakan saja di mana adanya Pedang Bintang itu.
Maka, kami akan segera pergi dari sini!" desak Raja Racun Pencabut Nyawa tidak
sabar. "Kalau aku tidak memberitahukannya?"
"Aku akan memaksamu!"
"Silahkan, Raja Racun," tantang Ki Wanayasa sambil tersenyum.
"Keparat!" Raja Racun Pencabut Nyawa memaki.
"Tunggu, Paman!" Siluman Tengkorak Putih segera mencekal lengan Raja Racun
Pencabut Nyawa yang hendak menerjang Ki Wanayasa. Raja Racun Pencabut Nyawa
menoleh. "Serahkan dia padaku," ucapnya lagi.
Raja Racun Pencabut Nyawa menangkap adanya
tekanan pada nada suara itu. Dan ia tahu kalau kali ini Siluman Tengkorak Putih
itu tidak ingin dibantah lagi. Maka dengan berat kakinya melangkah mundur.
Siluman Tengkorak Putih maju beberapa tindak.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 26
DEWA ARAK Pedang Bintang "Wanayasa, sekali lagi kau kuberi kesempatan.
Katakan di mana Pedang Bintang itu!"
"Jangan harap aku mengatakannya, bocah!" tegas Ki Wanayasa tajam.
"Keparat! Kalau begitu mampuslah kau!"
Setelah berkata demikian, Siluman Tengkorak Putih menerjang Ki Wanayasa.
Gerakannya cepat bukan main.
Kedua tangannya yang terbuka lurus dan mengejang kaku menyerang bertubi-tubi
pada pusar, ulu hati dan tenggorokan Ketua Perguruan Tangan Sakti itu. Deru
angin nyaring mengawali tibanya serangan Siluman Tengkorak Putih.
Ki Wanayasa yang sudah mengetahui kecepatan gerak lawannya yang luar biasa ini,
memang sudah sejak tadi bersikap waspada. Maka ketika melihat serangan yang
bertubi-tubi mengancam beberapa bagian yang berbahaya di tubuhnya, dia tidak
menjadi gugup. Cepat-cepat ditarik mundur kaki kirinya ke kanan belakang.
Sehingga serangan-serangan Siluman Tengkorak Putih itu lewat beberapa rambut di
depan tubuhnya.
Tidak hanya itu saja yang dilakukan Ki Wanayasa. Saat ditarik mundur kaki
kirinya, kedua tangannya yang disertai pengerahan ilmu 'Delapan Cara Menaklukkan
Harimau', mencengkeram ke arah pelipis dan lambung lawan.
Hebat dan berbahaya bukan main serangan yang dilakukan Ki Wanayasa itu! Apalagi
dilakukan dalam jarak yang demikian dekat. Maka serangan itu menjadi tambah
berbahaya saja. Dan rasa-rasanya tidak ada kesempatan lagi bagi Siluman
Tengkorak Putih itu untuk menangkis atau mengelakkan serangan itu. Begitu tiba-
tiba dan mendadak!
"Ah....." desah Raja Racun Pencabut Nyawa pelan, ketika melihat keadaan berbahaya
yang mengancam Siluman Tengkorak Putih. Bahkan Raja Pisau Terbang diam-diam
menarik nafas karena terlalu tegang.
Hati Siluman Tengkorak Putihpun sempat terkesiap, Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 27
DEWA ARAK Pedang Bintang melihat serangan yang begitu tiba-tiba itu. Akan tetapi dengan kecepatan gerak
yang luar biasa segera ditarik pulang serangannya dan cepat-cepat ditangkis
serangan Ki Wanayasa. Tangan kiri melindungi pelipis, sedangkan tangan kanannya
menjegal serangan yang menuju ke lambung.
Plak! Plak! Ki Wanayasa terhuyung tiga langkah ke belakang akibat benturan dua pasang tangan
yang sama-sama mengandung tenaga dalam tinggi itu. Sedangkan Siluman Tengkorak
Putih hanya terhuyung satu langkah. Ki Wanayasa kaget bukan main melihat
kenyataan ini. Sungguh tidak disangka kalau dirinya akan terhuyung sampai tiga langkah. Bahkan
sekujur tangannyapun dirasakan sakit akibat benturan itu. Dan herannya lawan
hanya terhuyung satu langkah ke belakang! Tidak adakah yang salah dalam hal ini"
Bukankah tadi telah dikerahkan segenap tenaga dalam penyerangannya tadi"
Bukankah dia menang posisi bila dibandingkan dengan Siluman Tengkorak Putih
dalam benturan tadi" Mungkinkah tenaga dalam lawannya ini lebih kuat dari
Bargola" Mustahil!
Akan tetapi Ki Wanayasa tidak dapat berpikir lebih lama lagi. Serangan susulan
dari Siluman Tengkorak Putih menghentikan kesibukan berpikirnya. Cepat-cepat
dielakkan serangan itu dan kemudian dibalasnya dengan ilmu 'Delapan Cara
Menaklukkan Harimau'. Maka kini keduanya sudah terlibat dalam sebuah pertarungan
yang luar biasa.
Akan tetapi tidak sampai lima belas jurus kemudian terbuktilah Ki Wanayasa bukan
tandingan Siluman Tengkorak Putih. Kakek bongkok udang itu perlahan namun pasti
mulai terdesak. Hal inilah tidaklah aneh karena memang Ketua Perguruan Tangan
Sakti ini kalah segala-galanya dibanding lawannya. Dapat dipastikan kalau tak
lama lagi Ki Wanayasa akan rubuh di tangan lawannya yang luar biasa itu.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 28
DEWA ARAK Pedang Bintang Tiba-tiba terdengar teriakan dari mulut Raja Racun Pencabut Nyawa.
"Gerda! Hentikan!" teriaknya keras.
"Tidak, Paman. Aku tidak akan berhenti sebelum membunuh tua bangka keparat ini!"
bentak Siluman Tengkorak Putih yang memang bernama asli Gerda dengan suara keras
pula. Bahkan dia terus menhujani lawan dengan serangan-serangan yang mematikan.
Raja Pisau Terbang segera bersiap melihat sikap Raja Racun Pencabut Nyawa yang
aneh ini. Akan tetapi tidak terlihat tanda-tanda kalau tokoh itu akan bertindak
curang. "Hentikan, Gerda! Cepat! Aku sudah tahu di mana Pedang Bintang itu!" teriak Raja
Racun Pencabut Nyawa lagi. Mendengar ucapan itu lagsung Siluman Tengkorak Putih
menghentikan desakannya pada Ki Wanayasa.
Tubuhnya melenting cepat ke belakang meninggalkan lawannya. Akan tetapi Ki
Wanayasa yang sudah mencium adanya bahaya yang mengancam tempat Pedang Bintang
berada tidak membiarkan lawannya. Cepat-cepat dia melompat mengejar.
"Adi Kirin tolong cegah Raja Racun itu pergi!" teriak Ki Wanayasa sambil terus
mengejar. Raja Pisau Terbang yang telah melihat Ki Wanayasa tengah berusaha menghalangi
kepergian Siluman Tengkorak Putih, segera bergerak ke arah Raja Racun Pencabut
Nyawa begitu mendengar teriakan rekannya itu.
Raja Racun Pencabut Nyawa yang juga mendengar teriakan tadi juga tahu kalau
sampai berhadapan si Raja Pisau Terbang, kemungkinan untuk dapat lolos sangat
kecil. Buru-buru dirogoh balik bajunya untuk mengambil sebuah benda bulat
sebesar telur bebek. Tanpa ragu-ragu lagi benda itu dilemparkan ke arah Raja
Pisau Terbang yang tengah bergerak mengejar.
Tentu saja Raja Pisau Terbang yang telah tahu betapa telengasnya Raja Racun itu
dengan permainan racunnya, Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 29
DEWA ARAK Pedang Bintang tidak berani bertindak ceroboh. Segera dilempar tubuhnya ke belakang dan
bersalto beberapa kali di udara menjauhi benda bulat itu.
Blarrr....! Terdengar ledakan keras begitu benda bulat itu menyentuh tanah. Asap yang
berwarna hitampun menyebar mengahalangi pandangan.
Sedangkan Siluman Tengkorak Putih yang tengah dikejar Ki Wanayasa rupanya
menjadi tidak sabar juga.
Sambil terus bersalto ke belakang dikirimkan serangan jarak jauh. Seketika angin
keras yang berabu amis keluar dari tangan Siluman Tengkorak Putih.
Ki Wanayasa segera tahu kalau pukulan jarak jauh itu di samping mengandung
tenaga dalam kuat, juga mengandung racun amat jahat. Maka dia tidak bertindak
gegabah lalu buru-buru melompat ke samping. Tubuhnya langsung bergulingan di
tanah menghindari pukulan itu.
Kesempatan itupun digunakan Gerda atau Siluman Tengkorak Putih untuk meloloskan
diri dari kejaran Ki Wanayasa.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 30
DEWA ARAK Pedang Bintang 4 etelah sama-sama gagal dalam mengejar Raja Racun Pencabut Nyawa dan Siluman
Tengkorak Putih, Ki S Wanayasa hanya menatap kepergian Siluman
Tengkorak Putih diiringi sinar mata cemas. Ia tahu kalau Raja Racun Pencabut
Nyawa tidak main-main dengan ucapannya yang mengatakan telah mengetahui tempat
Pedang Bintang itu berada.
"Betulkah apa yang dikatakan Raja Racun itu, Kakang?" tanya Raja Pisau Terbang
yang tahu-tahu sudah berada di sampingnya.
Ki Wanayasa menghela napas berat sebelum menjawab pertanyaan itu. "Kemungkinan
besar memang begitu, Adi" ucapnya pelan.
"Aku jadi tidak mengerti Kakang...."
"Begini, Adi. Beberapa tahun yang lalu Ki Gering Langit berkunjung ke tempat ini
menemuiku. Kami berbincang-bincang beberapa lama, sampai akhirnya dia mengajakku
bermain sintir. Padahal telah lama aku berjanji dalam hatiku untuk tidak
memainkan permainan itu. Tapi Ki Gering Langit terus memaksa. Aku menolak, tapi
dia terus mendesak. Bahkan sampai-sampai mempertaruhkan kitab-kitab ilmu
silatnya. Akhirnya aku tidak tega, lalu mengalah.
Dan akhirnya kami bermain. Melalui sebuah permainan yang lama dan menegangkan
akhirnya aku dapat mengalahkannya. Maka iapun memenuhi janjinya menyerahkan
kitab-kitab ilmu silatnya padaku. Tentu saja hal itu kutolak. Kukatakan padanya
kalau aku terpaksa menerima ajakan itu bukan karena ingin taruhan. Tapi ia tetap
memaksa. Katanya janji adalah hutang. Dan ia tak ingin berhutang. Tapi aku
berkeras menolak. Sampai akhirnya kami menemukan jalan tengah yang disepakati
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 31
DEWA ARAK Pedang Bintang bersama. Kitab-kitab itu dibawa olehnya tapi dia meninggalkan sebilah pedang
yang di dalamnya terdapat petunjuk mengenai tempat kitab-kitab peninggalannya.
Pedang itu bernama Pedang Bintang."
"Lalu mengapa tadi Kakang bersikeras mengatakan tidak menyimpannya" Bahkan
sampai membawa-bawa kedudukan untuk menguatkan pernyataan Kakang itu,"
selak Raja Pisau Terbang.
"Sabar, Adi Kirin," ucap Ki Wanayasa sambil tersenyum.
"Aku belum selesai dengan ceritaku."
Wajah Raja Pisau Terbang memerah mendengar
teguran halus itu.
"Mulanya aku berniat menyerahkan Pedang Bintang itu pada salah satu seorang
murdku. Tapi sayangnya tidak ada satupun murid-muridku yang memiliki bakat luar
biasa. Sampai akhirnya suatu hari adik seperguruanku yang berjuluk Pendekar Ruyung Maut
datang mengunjungiku bersama anak lelakinya. Anak itu ternyata memiliki bakat
yang luar biasa dalam ilmu silat. Jadi kuberikan saja Pedang Bintang itu
padanya." "Tapi kenapa Raja Racun Pencabut Nyawa itu
mengatakan bahwa ia tahu di mana adanya Pedang Bintang itu, Kakang" Apakah itu
hanya tipu muslihat saja?"
"Kemungkinan besar yang dikatakannya benar," ujar Ki Wanayasa. Kecemasan nampak
tergambar di wajahnya.
"Karena dia pernah bertarung mati-matina melawan adik seperguruanku. Dalam
pertarungan itu tidak ada yang kalah dan tidak ada yang menang. Kedua-duanya
sama-sama terluka."
"Aku mengerti sekarang, Kakang." Tandas Raja Pisau Terbang mulai paham. "Karena
pernah bertarung dengan adik seperguruanmu sampai sekian lamanya, setidak-
tidaknya ia mengenali ilmu-ilmu andalan dan mengenal gerakan-gerakannya.
Pantaslah, tadi begitu melihat pertaruganmu dengan Siluman Tengkorak Putih, ia
tampak kaget."
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 32
DEWA ARAK Pedang Bintang "Benar. Rupanya ia melihat adanya persamaan jurus yang kugunakan dengan lawannya
dulu, Pendekar Ruyung Maut...." Desah Ki Wanayasa pelan. "Tapi mudah-mudahan saja
dia salah duga...."
"Menurutku kemungkinan itu sangat kecil, Kakang.
Raja Racun Pencabut Nyawa itu sudah terkenal ke-cerdikannya di samping
kelicikannya. Kakang toh telah lihat sendiri kenyataannya sewaktu dia
menyudutkan Kakang dengan pertanyaan yang membuat Kakang tidak mampu berkelit
lagi," tebak Raja Pisau Terbang seraya menggelengkan kepalanya.
"Ya," ucap Ketua Perguruan Tangan Sakti itu singkat.
"Hhh.... Entah siapa tokoh yang tersembunyi di balik selubung itu...." Raja Pisau
Terbang mengerutkan alisnya.
Ki Wanayasa menghela napas. "Akupun tidak habis pikir, Adi Kirin. Kepandaian
siluman itu malah lebih hebat dari Bargola....!"
"Aku tahu itu. sebetulnya jika menuruti keinginan hati rasanya ingin kujajal
kelihaiannya. Sayangnya aku sudah jenuh berkelahi terus, Kakang. Aku ke sinipun
sebenarnya sekalian ingin mengucapkan selamat tinggal karena ingin pergi ke
tempat yang sepi. Mendidik Ningrum putri tunggal-ku." Ki Wanayasa termenung.
Nampak jelas kalau kakek ini dilanda kebingungan.
"Memang sudah seharusnya kalau kita yang sudah tua-tua ini menyepi. Biarlah
sekarang giliran yang muda-muda untuk turun tangan. Ah, mudah-mudahan saja adik
seperguruanku itu telah menunaikan amanatku. Kalau tidak...."
"Benar. Kita memang hanya bisa berharap, Kakang.
Sekarang aku pamit, Kang."
"Silahkan Adi. Terima kasih atas kunjunganmu."
Setelah memberi hormat sebentar, tubuh Raja Pisau Terbang langsung berkelebat.


Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam sekejap saja yang nampak hanya titik hitam yang semakin lama semakin Aji
Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 33
DEWA ARAK Pedang Bintang mengecil untuk kemudian lenyap sama sekali.
"Haaat....! Hup,,,,! Hiyaaaa....!"
Terdengar teriakan-teriakan nyaring dari balik sebuah tembok yang mengelilingi
sebuah bangunan besar dan megah.
Teriakan-teriakan itu ternyata berasal dari mulut seorang pemuda tampan yang
tengah berlatih silat. Usianya sekitar lima belas tahun. Bertubuh tegap dan
kekar. Bentuk wajahnya persegi dan terlihat jantan. Alis matanya tebal dan berbentuk
golok menampakkan kekerasan wajahnya.
"Hiyaaat....!"
Untuk kesekian kalinya pemuda itu berteriak keras.
Belum lagi gema suaranya itu lenyap, tubuhnya sudah melompat ke atas. Dan selagi
tubuhnya berada di udara, dia melakukan tendangan sambil memutar tubuhnya.
Wut....! Angin keras berhembus mengiringi tendangan itu.
Suatu tanda kalau tendangan itu mengandung tenaga dalam tinggi.
"Hup!"
Dengan ringan dan indah kedua kaki pemuda itu menjejak tanah. Tapi baru saja
hendak melanjutkan gerakannya, tiba-tiba....
"Cukup Arya....!"
Suara itu membuat pemuda yang ternyata bernama Arya Buana menghentikan
gerakannya. Dengan ragu-ragu dipalingkan wajahnya ke arah asal suara itu.
Dikenali betul siapa pemilik suara itu. Sedangkan si pemilik suara itu rupanya
mengentahui juga keragu-raguan Arya Buana.
"Ayah ingin bicara sebentar..."
Kali ini Arya Buana tidak ragu-ragu lagi dan segera menghentikan latihannya.
Disekanya peluh yang membasahi leher, dahi dan wajahnya. Tak lama kemudian
kakinya melangkah menghampiri ayahnya.
"Ada apa Ayah?" tanya Arya Buana sambil menatap Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 34
DEWA ARAK Pedang Bintang wajah laki-laki setengah tua yang masih kelihatan gagah.
Tubuhnya tinggi tegap. Ada sebaris kumis tipis menghiasi bagian atas bibirnya.
Dia adalah Pendekar Ruyung Maut.
"Kita bicara di dalam saja," ucap Pendekar Ruyung Maut sambil beranjak ke dalam.
Tanpa banyak cakap, Arya Buana ikut melangkah masuk menguntit di belakang
ayahnya. "Arya...." Ucap Pendekar Ruyung Maut itu ketika mereka telah berada di dalam
beranda rumah besar itu.
Mereka duduk berhadapan di kursi berukir indah dari kayu jati. "Rasanya ini
adalah hari terakhir pertemuan kita...."
"Maksud Ayah?" tanya Arya Buana kaget. Sepasang matanya terbelalak.
Pendekar Ruyung Maut menarik napas dalam-dalam.
Nampak jelas kalau ia merasa berat untuk mengatakan apa yang terkandung dalam
benaknya. "Terpaksa, Arya. Ini terpaksa harus kulakukan kalau aku masih ingin melihatmu
hidup...."
"Jadi maksud Ayah.... Kalau kita tidak berpisah aku akan mati" Mati oleh siapa,
Ayah?" tanya Arya Buana penasaran.
"Ceritanya cukup panjang Arya" Pendekar Ruyung Maut menghela napas dalam-dalam
seolah-olah ingin melonggarkan dadanya yang terasa sesak.
"Tak mengapa, Ayah. Aku akan sabar mendengarkannya...."
"Baiklah kalau begitu," Pendekar Ruyung Maut menarik napas panjang sebelum
memulai ceritanya. "Masih ingatkah kau waktu aku membawamu ke tempat paman
gurumu di Gunung Waru?"
"Masih Ayah," Arya Buana mengangguk.
"Nah! Sewaktu aku akan pulang, Paman Gurumu itu memberi Pedang Bintang
kepadaku."
"Pedang Bintang"!" tanya Arya Buana terkejut.
Memang pemuda itu juga mendengar akan kerusuhan yang terjadi di dunia persilatan
akibat berita mengenai Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 35
DEWA ARAK Pedang Bintang pedang itu. Di mana-mana selalu terjadi keributan dan pembunuhan. Semuanya itu
berpokok pangkal dari Pedang Bintang.
"Ya," Pendekar Ruyung Maut mengangguk membenar-kan. "Pesannya pedang itu harus
kuserahkan padamu...."
"Untukku, Ayah?" lagi-lagi Arya Buana menyelak cerita ayahnya.
"Benar. Paman gurumu juga mengatakan kepadaku apa yang tersembunyi di balik
pedang itu. Dan semua itu ternyata sesuai dengan berita yang tersebar di dunia
persilatan. Akupun telah menyelidiki rahasia yang tersembunyi dalam pedang
itu...." "Dan Ayah berhasil?" tanya Arya Buana penuh rasa ingin tahu.
Pendekar Ruyung Maut tercenung sebentar sebelum mengangguk ragu-ragu.
"Bisa dikatakan begitu."
"Maksud ayah?" Arya Buana mengerutkan keningnya bingung.
"Semua tempat dan petunjuk yang diberikan telah kutemukan. Tapi tempat terakhir
yang menunjukkan di mana kitab-kitab itu berada belum kudatangi.... Maksudku biar
kau sendiri yang mencarinya."
Arya Buana mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Lalu, mengapa tadi ayah mengatakan kalau ini adalah hari terakhir kita bertemu"
Dan kalau kita tetap bersama-sama aku akan tewas?"
"Arya, kau tentu telah mendengar akibat yang ditimbulkan berita mengenai Pedang
Bintang ini. Pada mulanya aku masih tidak ambil pusing. Tapi perkembangan
terakhir yang kudengar membuatku kawatir. Entah bagaimana caranya orang-orang
persilatan itu akhirnya mengetahui kalau Pedang Bintang itu berada di Perguruan
Tangan Sakti. Lambat laun merekapun tahu di mana pedang itu kini. Apabila itu
terjadi pasti mereka berbondong-bondong datang ke sini. Dan tidak berani
kupastikan apakah aku Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 36
DEWA ARAK Pedang Bintang akan dapat mengahadapi mereka atau tidak. Apalagi jika yang datang itu datuk-
datuk persilatan. Jangankan aku, walau paman gurumu membantupun tetap tidak akan
dapat membendung mereka."
"Kalau begitu kenapa kita tidak pergi saja dari sini, Ayah?" usul Arya Buana.
Pendekar Ruyung Maut menatap Arya Buana tajam.
Wajahnya nampak agak memerah.
"Ucapan apa itu, Arya"! Apakah kau ingin melihat aku ditertawakan orang-orang
persilatan" Mereka pasti bilang, lihat! Pendekar Ruyung Maut melarikan diri
seperti seekor anjing! Tidak, Arya! Apapun yang terjadi aku tidak akan pergi
dari sini! Aku bukan seorang pengecut!"
"Akupun bukan seorang pengecut, Ayah! Aku tidak akan meninggalkan Ayah dan akan
tetap di sini, untuk membantu Ayah menghadapi mereka."
"Jangan salah mengerti, Arya," potong Pendekar Ruyung Maut cepat. "Musuh yang
akan kita hadapi tidak sedikit. Tidak ada gunanya kalau kau berniat menentang
mereka. Hanya membuang nyawa sia-sia saja."
"Tapi, Ayah...." Arya Buana coba membantah.
"Kalau aku lain, Arya. Lagi pula kalau kau ikut tewas bersamaku di sini, siapa
yang akan menyelamatkan Pedang Bintang" Apakah kau tidak merasa sayang kalau
pedang ini nanti akan terjatuh ke tangan orang yang jahat"
Bagaimana nanti harus kupertanggung jawabkan semua ini pada paman gurumu" Apakah
kau senang bila nanti paman gurumu menuding di kuburku sebagai orang yang
menyia-nyiakan amanat?"
Arya Buana terdiam. Pertanyaan ayahnya bertubi-tubi itu membuatnya bingung dan
tidak tahu harus berkata apa.
"Dan lagi.... Tidak rindukan kau apda ibumu, Arya"
Tidak inginkah kau bertemu dengannya?" tanya Pendekar Ruyung Maut lagi. Tapi
kali ini suaranya bergetar tidak meledak-ledak seperti tadi.
Kontan Arya Buana tersentak. Ibunya" Dia tidak rindu Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 37
DEWA ARAK Pedang Bintang kepada ibunya" Dia tidak ingin bertemu ibunya" Ingin rasanya dia berteriak untuk
mengatakan betapa rindunya pada ibunya. Bertahun-tahun rasa rindunya ini
dipendam sejak ibunya pergi meninggalkan dirinya dan ayahnya.
Waktu itu Arya Buana berusia lima tahun sehingga tidak pernah tahu ibunya pergi
meninggalkan mereka.
"Ibu...Ibu... Ayah"' tanya Arya Buana ragu-ragu sambil menatap ayahnya. Nampak
dilihatnya wajah laki-laki setengah baya itu berubah muram.
"Benar. Rasanya perlu kuberitahukan padamu persoalan yang sebenarnya. Aku takut
nanti kau menduga jelek pada Ibu ataupun Ayah."
Pemuda remaja itu hanya menundukkan kepalanya diam tanpa berkata-kata.
"Enam belas tahun yang lalu aku menikahi seorang gadis yang kemudian menjadi
ibumu. Namun sama sekali tidak kuketahui asal-usul ibumu. Sewaktu kutanyakan dia
mengatakan kalau kedua orang tuanya telah tiada. Yang tinggal hanya kakak laki-
lakinya yang saat itu berada entah di mana. Setelah kau berumur empat tahun baru
kuketahui siapa kakak kandung ibumu. Dan hal ini membuat aku kaget bukan
kepalang. Ternyata kakak ibumu si Raja Racun Pencabut Nyawa, seorang tokoh sesat
yang terkenal kejam dan telengas! Si Raja Racun ini pernah bertarung denganku
yang berkesudahan tanpa pemenang. Rupanya dia masih dendam padaku. Sewaktu kau
berumur lima hampir lima tahun, ia datang lagi hendak menantangku dan hendak
membunuhmu. Ibumu tentu saja menjadi bingung ketika menyadari kalau pertarungan
di antara kami tidak dapat dielakkan lagi. Ia tidak ingin salah satu di antara
kami terluka atau tewas. Akhirnya si Raja Racun mengalah. Ia bersedia
membatalkan pertarungan asal ibumu pergi meninggalkan aku dan dirimu. Ibumu
tidak punya pilihan lain, Arya. Jadi, yahhh.... Itulah yang terjadi."
Arya Buana tercenung begitu ayahnya menyelesaikan ceritanya. Pemuda remaja itu
masih tetap menundukkan Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 38
DEWA ARAK Pedang Bintang kepalanya. "Arya...."
Perlahan-lahan Arya mengangkat kapalanya.
"Ini amanat dari paman gurumu," ujar Pendekar Ruyung Maut sambil mengulurkan
tangannya menyerahkan Pedang Bintang.
Dengan tangan gemetar, Arya Buana menerima pedang itu. "Di dalam gagang pedang
itu ada petunjuk. Pergilah, Arya. Mudah-mudahan kelak kita dapat berjumpa dan
ber-kumpul lagi bersama. Kau, aku dan....ibumu."
Arya Buana memperhatikan pedang yang kini berada di tangannya itu sejenak. Pada
kedua ujung sisi gagang pedang masing-masing melekar sebuah bintang bersegi lima
berwarna keemasan. Segera dicabutnya gagang pedang itu. memang tepat perkataan
ayahnya. Di dalam gagang itu terdapat segulung kain yang berisikan coretan-
coretan. Arya memperhatikannya beberapa saat lalu disimpannya gulungan kain itu.
Selanjutnya dimasuk-kannya kembali pedang itu ke dalam warangkanya.
"Aku rasa sudah tiba waktunya kau harus pergi, Arya"
kata ayahnya lagi.
Arya Buana hanya mengangguk.
"Kalau begitu cepatlah!" setelah berkata begitu Pendekar Ruyung Maut itu
bergegas melangkah ke belakang, diikuti oleh Arya Buana di belakangnya.
Laki-laki setengah baya itu menghentikan langkahnya di dekat sebuah sumur. Arya
yang telah memperhatikan coretan-coretan pada gulungann kain itu segera
mengetahui kalau sumur ini adalah pintu pertama menuju tempat kitab-kitab
peninggalan Ki Gering Langit.
"Inilah pintu pertama itu, Arya. Di atas permukaan sumur ini kira-kira setengah
tombak di atasnya terdapat sebuah lobang. Dari situlah awal perjalananmu.
Cepatlah! Jangan membuang-buang waktu lagi."
Arya hanya menganggukkan kepalanya. Setelah
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 39
DEWA ARAK Pedang Bintang berpamitan tanpa ragu-ragu pemuda ini melompat ke dalam sumur itu. Dikerahkan
ilmu meringankan tubuhnya untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan yang
mungkin terjadi di bawah sana.
Pendekar Ruyung Maut memperhatikan sejenak,
sampai tubuh Arya Buana menyentuh permukaan air sumur. Baru setelah Arya Buana
melambaikan tangan tanda siap, ia berjalan meninggalkan sumur itu menuju ruangan
dalam bangunan besar rumahnya.
*** Malam itu langit kelihatan cerah. Tidak ada awan yang mengantung di langit.
Bulan penuh yang tampak di langit menambah terangnya suasana.
Tetapi rupanya suasan cerah tidak menjamin bahwa suasana akan aman. Terbukti di
malam ini nampak dua sosok tubuh berkelebat cepat melompati pagar tembok
bangunan milik Pendekar Ruyung Maut, yang dulunya adalah milik Ki Gering Langit.
Gerakan mereka cepat bukan main. Suatu tanda kalau dua sosok tubuh itu bukanlah
orang sembarangan! Dan hal itu memang tidak salah.
Ternyata dua sosok itu adalah Gerda, si Siluman Tengkorak Putih dan si Raja
Racun Pencabut Nyawa.
"Tribuana! Keluar kau!" teriak Raja Racun Pencabut Nyawa memanggil nama asli
Pendekar Ruyung Maut.
Begitu ia dan Siluman Tengkorak Putih berada di depan pintu bangunan besar itu.
Suara yang dikeluarkan dengan pengerahan tenaga dalam yang kuat itu, bergema ke
sekitar bangunan besar milik Tribuana alias Pendekar Ruyung Maut.
Karuan saja suara penggilan dari luar itu mengagetkan Pendekar Ruyung Maut yang
berada di dalam. Apalagi suara penggilan itu menyebut nama aslinya. Nama yang
jarang diketahui orang. Sepengetahuannya hanya dua orang saja yang tahu nama
aslinya. Mereka adalah kakak Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 40
DEWA ARAK Pedang Bintang seperguruannya, Ki Wanayasa dan istrinya sendiri. Tetapi menilik dari suara
panggilan itu, Tribuana berani bertaruh kalau suara itu bukan salah satu dari
kedua orang yang dimaksudkan. Lalu siapa"
Pendekar Ruyung Maut melangkah ke luar. Tidak lupa diselipkan ruyungnya di
pinggang. Memang dari nada suaranya orang yang memanggil itu tidak bermaksud
baik. Begitu pintu dibuka, nampak sekitar tiga tombak di depannya berdiri dua sosok
tubuh. Suasana yang cukup terang membuat Pendekar Ruyung Maut ini dapat melihat
jelas dua sosok tubuh itu. salah satunya langsung dapat dikenali sebagai si Raja
Racun Pencabut Nyawa. Telah dua kali dia bertemu tokoh ini. iblis itu adalah
kakak kandung istrinya. Dan hal ini membuatnya serba salah. Sulit baginya untuk
bertempur melawan si Raja Racun Pencabut Nyawa ini! Perhatian Tribuana kini
beralih pada sosok serba putih yang berdiri di samping Raja Racun Pencabut
Nyawa. Dicobanya untuk mengingat-ingat barangkali saja pernah kenal atau setidaknya
mendengar tokoh ini. Tapi sampai lelah mengingat-ingat, tidak juga dikenali
orang itu. meskipun demikian Pendekar Ruyung Maut ini harus bersikap waspada. Sepasang
matanya yang tajam mencorong dan bersinar kehijauan seperti maka kucing dalam
gelap itu benar-benar membuatnya terkejut. Sebagai seorang yang telah kenyang
dengan pengalaman, Tribuana tahu kalau sorot mata seperti itu hanya akan muncul
pada mata orang yang telah memiliki tenaga dalam tinggi.
"Apa keperluanmu sehingga Kakang Lindu
menemuiku?" tanya Pendekar Ruyung Maut pelan.
Si Raja Racun Pencabut Nyawa yang ternyata bernama Lindu, mendengus. "Tidak
perlu berbasa-basi, Tribuana!
Cepat serahkan Pedang Bintang padaku!"
"Pedang Bintang"!" sahut Pendekar Ruyung Maut pura-pura.
"Tidak usah pura-pura, Tribuana! Atau kini kau telah Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 41
DEWA ARAK Pedang Bintang menjadi seorang pengecut sehingga tidak berani mengakui benda yang ada di
tanganmu"!"
Pendekar Ruyung Maut menghela napas panjang.
Ucapan Raja Racun Pencabut Nyawa membuatnya mati kutu.


Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kuakui, kalau pedang itu semula ada padaku, Kang Lindu. Tapi sekarang, tidak
lagi...." "Keparat! Lalu, sekarang di mana pedang itu"!" desak si Raja Racun Pencabut
Nyawa. "Sayang sekali, Kang Lindu. Tidak mungkin kuberitahukan padamu!" tegas sekali
kata-kata Pendekar Ruyung Maut itu.
"Menyingkirlah, Paman" selak Siluman Tengkorak Putih sambil melangkah maju
menghampiri Tribuana.
"Jangan gegabah dulu, Gerda. Akan kuperiksa dulu bangunan ini. Seingatku ia
mempunya seorang anak lelaki yang kini pasti sudah remaja. Aku akan mencari anak
itu dulu!"
"Cepatlah, Paman" sahut Siluman Tengkorak Putih tak sabar.
Raja Racun Pencabut Nyawa segera melesat ke dalam rumah besar itu, Pendekar
Ruyung Maut berusaha menghadang, tetapi terjangan Siluman Tengkorak Putih
membuat niatnya terhenti.
Kagetlah pendekar ini melihat kehebatan serangan dan kekuatan tenaga yang
tekandung dalam serangan Siluman Tengkorak Putih. Tanpa ragu-ragu lagi, pem
langsung mengerahkan ilmu andalan 'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.
Tetapi dalam beberapa jurus saja Pendekar Ruyung Maut sudah terdesak. Pendekar
ini memang kalah segala-segalanya jika dibandingkan lawannya. Baik kecepatan
gerak maupun kekuatan tenaga dalam. Sehingga tidak aneh jika hanya sebentar saja
ia sudah dibuat pontang-panting.
"Hiyaaa....!"
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 42
DEWA ARAK Pedang Bintang Pendekar Ruyung Maut berteriak keras sambil mencabut senjatanya. Langsung
diayunkan ruyungnya itu ke kepala lawan.
Siluman Tengkorak Putih hanya mendengus. Tangan kanannya cepat-cepat diangkat
melindungi kepalanya.
Takkk....! Pendekar Ruyung Maut terhuyung. Mulutnya me-
nyeringai. Sekujur tangannya seolah-olah terasa lumpuh tatkala tangna sosok
serba putih itu menangkis ruyungnya.
Di saat yang tidak menguntungkan bagi pendekar itu, totokan ujung kaki Siluman
Tengkorak Putih menyambar cepat ke arah lututnya.
Tukkk....! "Akh....!"
Pendekar Ruyung Maut mangeluh. Sambungan tulang lututnya kontan terlepas.
Akibatnya tubuhnyapun sempoyongan. Dan kini lagi-lagi serangan susulan dari
Siluman Tengkorak Putih kembali menyambar.
"Hugh....!"
Kembali Tribuana mengeluh ketika sebuah tepakan laki-laki berjubah putih itu
telak menghantam dadanya.
Ketika pendekar ini terbatuk ada segumpal darah kental keluar dari mulutnya.
Tanpa ampun lagi tubuhnya ter-banting ke tanah. Serangan itu memang dahsyat
sekali. Dan saat itulah si Raja Racun Pencabut Nyawa keluar dari dalam rumah besar itu.
"Bagaimana, Paman?" tanya Siluman Tengkorak Putih.
Si Raja Racun Pencabut Nyawa hanya menggeleng.
"Bagaimana Tribuana?" Siluman Tengkorak Putih menoleh ke arah Pendekar Ruyung
Maut yang masih tergolek di tanah dengan napas tersenggal-senggal. "Kau ingin
menunjukkan ke mana perginya putramu itu dengan Pedang Bintangnya?"
"Lebih baik aku mati!" tandas Tribuana.
"Baik, kalau itu yang diinginkan! Tapi jangan harap akan kubunuh begitu saja!
Kau akan kusiksa pelan-pelan!"
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 43
DEWA ARAK Pedang Bintang ancamnya. "Jangan harap dapat membuatku takut, iblis! Cuhhh...!"
"Bangsat!" maki Siluman Tengkorak Putih.
Seketika kaki Siluman Tengkorak Putih bergerak meng-injak. Kemarahan membuatnya
lupa pada ancamannya.
Kakinya dijejakkan pada dada Tribuana sambil menekan kuat-kuat. Terdengar suara
gemeretaknya tulang-tulang yang berpatahan. Darah segar memancur deras dari
mulut, hidung, telinga dan bahkan mata Pendekar Ruyung Maut.
Sejak malam itu maka gemparlah dunia persilatan.
Siluman Tengkorak Putih benar-benar mengamuk. Setiap perguruan silat yang
beraliran putih dihancurkan, tak terkecuali Perguruan Tangan Sakti. Bahkan Ki
Wanayasa telah ditewaskannya! Sementara para tokoh kaum hitam mulai bersorak
gembira. Kini mereka berani melakukan kejahatan dengan lebih leluasa. Hanya saja
si Raja Pisau Terbang dan Bargola belum terdengar lagi beritanya.
*** Byurrr...! Setelah beberapa saat lamanya melayang di udara tubuh Arya Buana langsung jatuh
di permukaan air sumur itu. Berkat ilmu meringankan tubuhnya yang sudah cukup
tinggi, pemuda itu tidak menemukan halangan berarti.
Beberapa saat tubuh Arya Buana mengapung di
permukaan air. Sepasang matanya nyalang mengamati bagian dinding sumur mencari-
cari lubang yang dikatakan ayahnya. Berkat kegigihannya akhirnya lubang itu
berhasil ditemukan. Persis seperti yang dikatakan ayahnya. Lubang itu terletak
hanya sekitar setengah tombak dari pemukaan air sumur.
Arya Buana menimbang-nimbang sejenak. Rasanya tidak mungkin dapat mencapai
lubang itu dengan melompat. Kalau di darat jarak seperti itu memang bukanlah
apa-apa. Tapi kalau di air bagaimana hal itu dapat di-Aji Saka ( created ebook
by fujidenkikagawa 44
DEWA ARAK Pedang Bintang lakukannya" Kakinya tidak mempunyai landasan yang cukup mantap untuk tempat
menjejak. Kalau ayahnya memang sudah dapat dipastikan akan melakukan hal itu.
Setelah beerpikir beberapa saat lamanya, Arya Buana segera berenang ke dinding
sumur mendekati lubang itu.
segera diambilnya sebilah pisau kemudian pelan saja ditancapkannya di dinding
sumur. Sesaat kemudian dikeluarkan pula Pedang Bintang dari warangkanya. Baru
setelah itu tubuhnya melenting dan hinggap di atas pisau yang tadi
ditancapkannya di dinding. Pisau itu nampak agak goyah karena Arya Buana hanya
menghujamkan perlahan saja.
"Hup!"
Sambil menekankan pada landasan, Arya Buana
melompat ke atas. Dan ketika tubuhnya berada tepat di depan lubang yang hanya
kecil saja itu. Segera ditancapkan pedangnya sekuat tenaga.
Crap! Pedang itu amblas ke dinding sumur hingga setengah-nya lebih. Karuan saja hal
ini membuat tubuh Arya Buana tergantung di depan lubang itu. Sekilas Arya
melirik ke bawah, ke tempat ia menancapkan pisaunya. Mulutnya menyunggingkan
senyum lega ketika pisau itu sudah tidak ada lagi di tempatnya. Memang agar
tidak meninggalkan jejak yang dapat diketahui para pemburu pusaka Ki Gering
Langit. Kini Arya mengalihkan perhatian pada lubang kecil yang tepat berada di depannya.
Lubang itu kelihatan kecil dan gelap. Garis tengahnya tidak lebih dari setengah
tombak. Dengan hanya mengayunkan tubuhnya sedikit, pemuda remaja itu telah
berada di dalam.
Arya Buana memasukkan Pedang Bintang ke
warangkanya kembali. Tubuhnya terpakda merangkak karena sempitnya lubang untuk
masuk lebih ke dalam. Dan ternyata lubang itu tidak datar saja. Arya Buana
merasa kalau arah lubang ini menanjak. Dan ternyata semakin ke Aji Saka
( created ebook by fujidenkikagawa 45
DEWA ARAK Pedang Bintang dalam, lubang itu semakin membesar. Sampai akhirnya pemuda remaja itu tidak
merangkak lagi bahkan bisa berjalan biasa.
Setelah beberapa lama akhirnya sampailah Arya Buana pada sebuah ruangan yang
cukup luas dan terang seperti ada cahaya yang menyinarinya. Entah dari mana asal
sinar itu dan pemuda itu tidak mengetahuinya. Apalagi untuk memikirkannya. Tubuh
dan pikirannya lelah sekali. Di sini Arya Buana menjatuhkan tubuhnya kemudian
bersandar pada dinding. Untuk beberapa saat lamanya tubuhnya tetap bersandar
tapi sebentar kemudian telah duduk bersila. Ditegakkannya tubuhnya dan
dirapatkan kedua tangannya di depan dada. Dan kini Arya Buana sudah tenggelam
dalam semadinya. Suasana sekitar tempat itu yang semula hening, kini dipecahkan
suara napas yang keluar masuk dari mulut dan hidung Arya Buana. Suara napas yang
berirama tetap.
Setelah dirasakan tenaganya kembali pulih, Arya Buana menghentikan semadinya.
Sebentar diperhatikan ruangan di sekitarnya. Ruangan ini ternyata mempunyai
beberapa buha lorong. Segera pemuda ini mengeluarkan gulungan kain yang
disimpan. Dibuka dan diperhatikannya petunjuk dan coretan yang ada. Setelah
hatinya mantap barulan di-pilihnya lorong sebelah kanan.
Berbeda dengan lorong gua di atas permukaan sumur, lorong ini lebih nyaman dan
enak untuk dijalani. Arya Buana melewatinya sambil mengerahkan ilmu meringankan
tubuh. Entah berapa lama Arya Buana menempuh lorong itu sehingga tidak tahu siang atau
malam. Yang dilakukannya hanya terus berlari sampai lelah dan lapar. Baru
setelah dirasakan letih dia beristirahat dan makan. Kini dia harus melanjutkan
perjalanan lagi hingga akhirnya ia melihat berkas sinar di ujung lorong yang
tengah dilalui.
Dengan perasaan gembira yang meluap-luap, Arya Buana segera mempercepat langkah
menuju asal sinar itu.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 46
DEWA ARAK Pedang Bintang Sekali lihat saja dari jarak jauh, Arya telah mengetahui kalau sinar itu berasal
dari cahaya matahari. Dan itu berarti di ujung yang berhubungan dengan dunia
bebas! Tak berapa lama kemudian, Arya Buana telah berada tidak jauh dari sinar itu.
setibanya di sini, dugaannya memang benar. Ujung lorong ini memang berhubungan
dengan dunia luar. Hanya saja lubangnya ditutupi rerimbunan semak belukar
sehingga tak terlihat oleh pandangan orang luar. Dan sinar yang dilihatnya itu
memang berasal dari sinar matahari yang menerobos rerimbunan semak belukar itu.
*** Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 47
DEWA ARAK Pedang Bintang 5 engan tangan agak gemetar, Arya menyibakkan
semak belukar itu. untuk sesaat lamanya pemuda D itu menundukkan kepala sambil
menutupi kedua matanya dengan tangan kanan. Silau rasanya diterpa sinar yang
telah sekian lama tidak dilihatnya.
Setelah agak terbiasa, barulah Arya menurunkan tangannya. Dilangkahkan kakinya
keluar dari lorong itu setelah terlebih dahulu merapikan kembali semak belukar
yang tadi disibaknya. Kemudian sepasang matanya memandang berkeliling mengamati
sekitarnya. Untuk beberapa saat lamanya pemuda itu masih mengamati sekitarnya. Sepasang
alisnya yang tebal dan berbentuk golok nampak berkerut. Rupanya ada yang tengah
dipikirkan. Tak lama kemudian dikeluarkan kembali gulungan kain yang
diselipkannya di balik baju di pinggang.
Dibukanya kembali dan diamat-amati lagi coretan-coretan dan garis-garis yang
tertera di situ.
"Hm....pantas saja tidak kutemukan. Rupanya ada sesuatu yang kulupakan...." Gumam
pemuda itu seperti untuk dirinya sendiri. "Dari mulut lorong melangkah ke kanan
sejauh dua puluh langkah. Lalu ke kiri sepuluh langkah dan ke depan tiga
langkah...."
Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, Arya
menyelipkan kembali gulungan kain itu di pinggang. Maka kakinya mulai melangkah
sesuai petunjuk yang tertera di gulungan kain itu. dan kini tubuh Arya telah
berada di depan sebuah pohon berbatang besar dan berongga.
Tanpa ragu-ragu lagi dimasukinya rongga pohon itu.
Baru sekitar lima langkah melangkahkan kaki di depannya telah terbentang sebuah
tangga menuju ke bawah yang terdapat jalan lurus sekitar sepuluh tombak.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 1
DEWA ARAK Pedang Bintang Tak lama ditemukan tangga lagi yang menuju ke atas. Arya segera menaikinya. Di
situ ditemukan lagi jalan yang berakhir pada sebuah ruangan yang pintunya
tertutup rapat dan Arya segera melangkahkan kakinya. Sampai di sini Arya
bimbang. Haruskan dibukanya pintu itu" Tidakkah perbuatan itu sangat tidak
sopan. Karena bagaimanapun juga diyakini kalau tempat ini mempunyai pemilik.
Selagi Arya dicekam keragu-raguan, tiba-tiba terdengar bentakan keras dari dalam
ruangan itu."Mengapa ragu-ragu murid murtad! Ayo masuk! Dan bunuhlah aku!
Mengapa hanya termenung di depan pintu?"
Karuan saja bentakan itu membuat Arya kebingungan.
Siapakah yang dimaksud oleh orang yang membentak di dalam itu. Diakah" Lalu,
kalau betul kenapa dia dimaki sebagai murid murtad" Bukankah Arya hanya
mempunyai seorang guru yakni ayahnya sendiri" Jangan-jangan yang dimaksudkan
orang yang di dalam itu adalah dirinya. Kalau bukan lalu siapa" Berbagai macam
pertanyaan dan dugaan berkecamuk di benak Arya.
Beberapa saat lamanya Arya termenung di depan pintu ruangan itu. Dipertimbangkan
apakah lebih baik masuk atau menunggu saja. Jelas bila melihat coretan dan garis
yang tertera di gulungan kain itu, di ruang itulah tersimpan kitab-kitab Ki
Gering Langit. Tapi apakah sepantasnya jika langsung masuk" Tidakkah sebaiknya
meminta ijin dulu pada pemiliknya" Benar! Ia harus meminta ijin dulu. Dan
pemiliknya pasti berada di dalam.
Kini Arya tidak ragu-ragu lagi. Segera digerakkan tangannya hendak mengetuk
pintu itu. Tapi mendadak gerakan tangannya terhenti di udara. Ternyata dia
menemukan adanya kejanggalan pada pintu ini! Pintu itu ternyata dikunci dari
luar. Berkerut kening Arya melihat hal ini. Otaknya yang cerdas segera dapat
menduga kalau orang yang melakukan ini bermaksud mengurung sesuatu.
Dan suara makian tadi berasal dari dalam. Jadi itu adalah suara orang yang
terkurung! Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 2
DEWA ARAK Pedang Bintang Kembali hati Arya dilanda kebimbangan. Haruskah dibuka paksa pintu itu" tidakkah
itu berarti telah bertindak lancang" Siapa tahu kalau seseorang yang terkurung
itu adalah tokoh yang berbahaya. Bukankah itu berarti dia telah berbuat suatu
kesalahan" Pemuda ini memutar otaknya. Diingat-ingatnya lagi ucapan yang tadi
keluar dari dalam. Masih jelas terngiang di telinganya bunyi makian tadi. Dari
bunyi makian itu Arya segera saja dapat menduga kalau yang terkurung itu adalah
seorang guru. Sementara orang yang mengurungnnya adalah muridnya yang murtad.
Lenyaplah kini keragu-raguan Arya. Ditatapnya pintu itu sejenak. Walau
kelihatannya pintu itu begitu tebal dan kuat, tapi pemuda itu yakin kalau akan
mampu menghancurkannya dengan sekali pukul saja! Hal ini diam-diam membuat Arya
agak heran. Ia tahu seorang tokoh rendahpun akan mampu menghancurkan pintu itu.
Tapi kenapa orang yang berkedudukan sebagai guru itu tidak mampu melakukannya"
Brakkk....! Dengan mengeluarkan suara agak ribut, pintu itu hancur berkeping-keping. Sejenak
Arya mengawasi keadaan di dalamnya. Segera dilangkahkan kakinya masuk disertai
sikap waspada. Begitu melangkah masuk, Arya sudah menyiapkan ilmu andalannya,
'Delapan Cara Menaklukkan Harimau'.
Tapi kewaspadaannya seketika pupus. Ternyata dia melihat pemandangan yang
mengenaskan di hadapannya kini. Tampak sesosok tubuh kurus tua yang tengah duduk
bersila di atas tanah lembab. Kedua tangannya nampak dililit gelang baja yang
masing-masing dihubungkan dengan rantai. Begitu pula pada sepasang kakinya.
Kakek itu mengangkat wajahnya menatap Arya.
Seketika meremang bulu kuduk pemuda itu. sepasang mata kakek itu begitu tajam
mencorong dan bersinar kehijauan mirip mata seekor kucing dalam gelap. Sekali
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 3
DEWA ARAK Pedang Bintang pandang saja Arya sadar kalau kakek itu pasti memiliki tenaga dalam yang sangat
tinggi. Hanya orang yang memiliki tenaga dalam tinggilah yang memiliki sinar


Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mata seperti itu. hanya saja yang masih menjadi teka-teki bagi Arya mengapa
kakek ini tidak membebaskan diri dari kurungan dan belenggu rantai itu" Dengan
tenaga dalam yang dimiliki semua belenggu bagaikan permainan anak-anak saja!
"Siapa kau, Anak Muda?" tanya kakek itu pelan.
Sepasang mata itupun kembali meredup. "Dan apa hubunganmu dengan Boma?"
"Boma" Maaf, Kek. Aku tidak mengenal nama itu,"
jawab Arya hati-hati.
"Tidak mengenalnya" Jangan bohong kau, Anak Muda.
Kalau bukan teman atau suruhannya, mana mungkin kau bisa tiba di sini. Tidak ada
seorangpun yang tahu tempat ini kecuali Boma. Bomantara si murid murtad!" tegas
kakek itu. "Sungguh, Kek. Aku tidak mengenal orang yang Kakek sebut itu. aku
tahu tempat ini secara kebetulan saja,"
bantah Arya. "Kebetulan"!" kakek itu tersenyum pahit. Sepasang matanya kini kembali mencorong
menatap Arya penuh selidik. Tapi tiba-tiba saja sepasang mata itu terbelalak.
Arya tentu saja dapat melihat keterkejutan sorot mata dan wajah kakek itu.
segera diikuti arah pandangan kakek itu. Dan hatinya tersentak ketika ia
menyadari kalau yang membuat kakek itu terkejut adalah benda yang tergantung di
punggungnya. Pedang Bintang!
Cepat-cepat Arya berusaha menyembunyikannya dari pandangan kakek itu, tapi
terlambat. Kakek itu rupanya sudah mengetahui.
"Pedang Bintang...." Desak kakek itu pelan. "Kakang Gering. Setelah sekian tahun,
akhirnya muncul juga pewaris yang kau sebut-sebut itu.... Ah, rupanya Gusti Allah
masih berkenan mengabulkan permohonanku. Anak Muda, Aji Saka ( created ebook by
fujidenkikagawa 4
DEWA ARAK Pedang Bintang kemarilah....!" Ajak kakek itu sambil melambaikan tangannya. Dengan agak ragu,
Arya melangkah mendekat.
Kakek itu rupanya tahu kalau pemuda remaja di hadapannya ini masih curiga
padanya. "Tak perlu takut padaku, Anak Muda. Aku tidak akan mungkin bisa mencelakaimu.
Dulu, memang hampir setiap orang menyebut namaku dengan perasaan gentar. Tapi
sekarang tidak lebih dari seorang anak bayi!"
Tercekat Arya mendengar ucapan kakek itu. Dirasakan ada nada kesungguhan dan
kegetiran di dalam hatinya.
Keadaan kakek inipun lebih mempertegas ucapannya.
"Bomantara, si murid murtad itulah yang telah membuatku lemah seperti kakek-
kakek jompo," tutur kakek itu lagi. "Ahhh.... Aku berdosa! Aku telah menciptakan
seorang iblis di dunia persilatan. Iblis jahat yang tidak akan ada yang sanggup
menandinginya...."
"Kek...." Tegur Arya pelan.
Kakek itu menatap Arya lekat-lekat. "Anak Muda jawab secara jujur pertanyaanku.
Dari mana kau dapatkan Pedang Bintang itu"'
Tanpa ragu-ragu lagi Aryapun menceritakan semuanya.
Dari awal mula kedatangan dia bersama ayahnya ke Gunung Waru sampai akhirnya
terpaksa harus berpisah dengan ayahnya.
"Ah! rupanya kau bukan orang sembarangan, Arya. Aku kenal siapa itu Ki Wanayasa,
paman gurumu maupun Pendekar Ruyung Maut ayahmu. Mereka adalah orang-orang yang
senantiasa membela kebenaran. Pedang Bintang benar-benar jatuh ke tangan yang
tepat." "Kalau boleh kutahum siapakah Kakek sebenarnya"'
tanya Arya. Semula pemuda ini menduga kakek ini adalah Ki Gering Langit. Tapi setelah kakek
ini menyebut Kakang Gering, barulah dia tahu kalau kakek ini bukanlah tokoh yang
dimaksud. Kakek itu terkekeh pelan. "Aku" Perlukan itu Arya?"
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 5
DEWA ARAK Pedang Bintang "Perlu, Kek."
"Baiklah. Akan kuperkenalkan diriku. Dulu, dunia persilatan menjuluki diriku
Ular Hitam. Tapi sekarang julukan yang pantas buatku adalah Ular Sakit!"
"Hugh!"
Arya merasakan betapa perutnya mendadak sakit.
Sungguh di luar dugaannya kalau dirinya sampai bertemu datuk golongan hitam ini.
"Kau tidak usah takut, Arya. Seperti yang telah kukatkan tadi, sekarang aku
telah menjadi seorang yang lemah seperti bayi." Tegas kakek yang mengaku
berjuluk Ular Hitam, ketika melihat Arya yang wajahnya mendadak pucat.
Penegasan kakek itu membuat keberanian Arya timbul.
Ya, mengapa harus takut" Kakek ini entah karena mengapa, kini telah menjadi
orang lemah. Dan telah dilihatnya sendiri kenyataannya. Lagi pula nampaknya
kakek itu tidak bermaksud jahat padanya. Apalagi yang harus dikawatirkan" Maka
iapun melangkah maju menghampiri.
"Mengapa bisa begitu, Kek?" tanya Arya ingin tahu.
"Ceritanya cukup panjang, Arya. Kau akan bosan mendengarkannya."
"Tidak, Kek."
"Baiklah." Ujar Ular Hitam mengalah.
Sejenak suasana hening, sementara kakek itu memulai ceritanya.
"Sekitar tujuh belas tahun yang lalu, aku memungut murid yang bernama Bomantara.
Karena kulihat dia memiliki bakat yang amat baik untuk mempelajari ilmu silat.
Kugembleng dia dengan sungguh-sungguh dan kuwariskan seluruh ilmu yang
kumiliki," sejenak Ular Hitam terdiam. Sepertinya tengah mencari napas untuk
menguatkan perasaannya. Sementara itu Arya Buana hanya diam penuh perhatian.
"Pada suatu ketika, kakak kandungku, Ki Gering Langit Aji Saka ( created ebook
by fujidenkikagawa 6
DEWA ARAK Pedang Bintang singgah menjumpaiku. Dia menitipkan kitab-kitab ilmu silatnya di sini dengan
pesan agar diberikan kepada orang yang nanti membawa Pedang Bintang," kembali
kakek yang berjuluk Ular Hitam ini menghentikan ceritanya.
Ditatapnya wajah Arya Buana dalam-dalam. Sedangkan Arya Buana tak kuasa untuk
membalas tatapan itu.
"Aku meminta pada Ki Gering Langit untuk menurunkan sebagian dari ilmu-ilmunya
kepada Bomantara. Pada mulanya dia berkeberatan. Tapi karena terus kudesak,
akhirnya iapun memberikan sebuah kitab padaku untuk diberikan pada Bomantara.
Sehabis itu iapun pergi. Tapi sungguh di luar dugaan kalau Bomantara itu
ternyata mengkhianatiku. Bersama-sama Raja Racun Pencabut Nyawa yang sangat
membenciku, ia mencelakaiku." Sebentar Ular Hitam menghentikan ceritanya, lalu menarik napas
panjang dalam-dalam.
Matanya sedikit berkaca-kaca, seperti menahan perasaan yang amat dalam.
"Dengan keji mereka menjebakku untuk meminum racun yang membuatku jadi orang
lemah selamanya.
Racun itu akan menyerangku apabila mengerahkan sedikit saja tenaga dalam.
Serangan yang begitu menyiksa. Itulah sebabnya mengapa aku tidak mampu membuka
rantai ini dan pintu yang terkunci dari luar iu. Karena begitu kumulai
menyalurkan tenaga dalam, racun itupun langsung menyerangku."
Arya tercenung begitu kakek itu telah menyelesaikan ceritanya. Sungguh tidak
diduga begitu pahitnya kenyataan yang dihadapi si Ular Hitam. Dikhianati
muridnya sendiri!
"Dengan tingkat kepandaiannya yang sekarang, dapat kupastikan tidak ada satupun
tokoh yang sanggup menghadapinya. Tak terkecuali para datuk persilatan.
Kecuali kakak kandungku, Ki Gering Langit! Tapi mana mau ia turun tangan
menghadapi seorang anak ingusan macam Bomantara! Maka jelas sudah murid murtad
itu akan mengacau dunia persilatan tanpa ada yang bisa Aji Saka ( created ebook
by fujidenkikagawa 7
DEWA ARAK Pedang Bintang menghalangi. Ia telah mewarisi seluruh kepandaianku dengan sempurna. Demikian
pula seluruh ilmu Raja Racun Pencabut Nyawa. Dan yang lebih gila lagi, diapun
telah menerima ilmu-ilmu Ki Gering Langit yang membuatnya memiliki tenaga dalam
luar biasa. Lengkaplah sudah kepandaian yang dimilikinya. Kecepatan gerak
diwarisi dariku. Kekuatan tenaga dalam dari Ki Gering Langit. Dan pengetahuan
racun dari Raja Racun Pencabut Nyawa!" Ular Hitam berhenti sebentar, seperti
ingin mengambil napas.
Dadanya memang terasa sesak jika mengingat-ingat pengkhianatan bekas muridnya,
Bomantara. "Bomantara akan menjelma jadi iblis yang tidak ter-lawan! Dan semua ini akibat
salahku yang tidak bisa menangkap hati orang. Hhh....! Bertahun-tahun aku mohon
pada Gusti Allah agar segera mengirimkan orang yang menurut kakakku akan membawa
Pedang Bintang. Waktu itu aku sudah hampir putus asa menunggunya. Sungguh tidak
kusangka kalau Gusti Allah akhirnya mengabulkan permohonanku dengan mengutusmu
ke sini, Arya" jelas Ular Hitam lagi.
"Maafkan saya, Kek."
Setelah berkata demikian, Arya membungkuk memberi hormat. Kemudian dijulurkan
tangannya untuk meraih belenggu di tangan Ular Hitam. Sekali Arya mengerahkan
tenaganya, maka seketika gelang-gelang baja dan rantai-rantai yang membelenggu
tangan dan kaki Ular Hitam patah-patah.
"Ah! Terima kasih, Arya." Ucap Ular Hitam pelan sambil bangkit berdiri. Kemudian
dia melangkah menuju ke sudut ruangan, sementara Arya hanya memperhatikannya
saja. "Hm. Ada apa, Arya?" tanya Ular Hitam tanpa
mengehentikan langkahnya.
"Apakah racun yang mengeram di tubuh Kakek tidak bisa dikeluarkan?"
Langkah Ular Hitam terhenti. Perlahan-lahan kepalanya menoleh ke belakang,
menatap Arya lekat-lekat.
Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 8
DEWA ARAK Pedang Bintang "Tidak. Tapi memang dapat disembuhkan. Kakang Gering Langit pernah mengajarkan
padaku sebuah semadi untuk mengusir racun yang mengeram dalam tubuh.
Memang dibutuhkan waktu yang panjang untuk dapat sembuh total. Tapi hanya itulah
jalan satu-satunya. Racun yang dimasukkan dalam tubuhku memang racun ganas
Arya." Kembali Kakek itu melangkahkan kakinya kembali. Dan sesampai di sudut ruangan
itu dia memanggil Arya.
Pemuda itu bergegas menghampirinya.
"Bongkar lantai ini!"
Tanpa banyak tanya, Arya mengayunkan tangannya ke arah lantai yang ditunjuk Ular
Hitam. Brakkk...! Seketika lantai itu ambrol. Tampak di balik lantai itu terdapat sebuah lubang
berbentuk persegi. Dalamnya tak lebih dari satu hasta. Dan di dasar lubang itu
terlihat sebuah peti kecil berwarna hitam mengkilat.
"Ambil peti itu, Arya." Perintah kakek yang berjuluk Ular Hitam itu lagi.
Aryapun segera mengulurkan tangannya dan mengambil peti itu lalu memberikannya
pada Ular Hitam.
Sebentar kemudian kakek itu segera membukanya.
Nampak dua buah kitab yang berwarna kekuningan di dalamnya. Ular Hitam mengambil
kitab itu lalu melihat-lihatnya sejenak. Baru setelah itu diberikan pada Arya.
"Milikmu, Arya." Ucap Ular Hitam pelan.
Arya segera menerimanya. Pada bagian muka kitab yang pertama nampak tertera
huruf-huruf berbunyi TENAGA DALAM INTI MATAHARI. Sedangkan pada buku yang kedua
tertulis kalimat yang berbunyi ILMU BELALANG SAKTI.
Mulai saat itulah Arya berlatih mempelajari kedua ilmu yang diwariskan Ki Gering
Langit, di bawah bimbingan Ular Hitam. Sementara kakek itupun tak kalah
sibuknya. Hampir pada setiap kesempatan waktu yang senggang, ia bersemadi untuk
mengusir racun yang mengeram di Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 9
DEWA ARAK Pedang Bintang tubuhnya. Dengan semangat meluap-luap, Arya mulai membuka halaman pertama Kitab Tenaga
Dalam Inti Matahari.
Memang Ular Hitam menyuruhnya mempelajari kitab itu dulu. Baru setelah memiliki
Tenaga Inti Matahari yang cukup kuat, ia boleh mempelajari 'Ilmu Belalang
Sakti'. Muridku...... Untuk memiliki tenaga dalam, yang tidak boleh dilupakan adalah tekanan gambaran
dari pikiranmu pada batinmu. Saat bersemadi, tariklah napas dalam-dalam disertai
penekanan alam bawah sadarmu. Bayangkan bahwa tengah menarik kekuatan matahari
yang masuk melalui lubang hidungmu dan terus turun hingga ke pusar. Sesampainya
di sana putarkan 'kekuatan' yang kau tarik itu mengelilingi pusar, lalu naik ke
atas dan buang kembali. Itulah yang harus kau camkan muridku......
Dengan tekun dan sungguh-sungguh, Aryapun
mengikuti petunjuk itu. tidak hanya pelajaran semadi saja yang terdapat di kitab
itu. Sikap kuda-kuda dan pernapasan juga diajarkan.
Pada minggu-minggu pertama, tidak ada hal-hal aneh dirasakan Arya, selain hawa
hangat yang senantiasa berputar di pusarnya. Tapi pada minggu-minggu
selanjutnya. Arya mulai merasakan hal lain yang diterimanya.
Setiap pagi sehabis bangun tidur, sekujur tubunya terasa panas sekali. Bukan
hanya itu saja. Rasa haus yang amat sangat selalu menderanya. Bahkan kulitnyapun
mulai mengering.
Ular Hitampun mengetahui apa yang dialami Arya. Dan dia tahu betul kalau hal itu
karena pemuda itu belum bisa mengendalikan tenaga itu. Dia juga tahu kalau hal
itu paling lama hanya berlangsung sebulan. Jika Arya mengalami demikian itu
hanyalah suatu proses. Maka Ular Hitampun membiarkannya saja. Dan memang,
kejadian yang dialami Arya itu hanya berlangsung tiga minggu. Dan setelah itu
semuanya kembali seperti biasa.
Setahun kemudian. Arya baru diperkenankan mempelajari kitab 'Ilmu Belalang
Sakti'. Ilmu itu ternyata terdiri Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 10
DEWA ARAK Pedang Bintang dari dua jurus, jurus 'Delapan Langkah Belalang' dan jurus
'Belalang Mabuk'.
Setelah sampai pada kitab pelajaran ilmu ini, Arya mulai menjumpai kesultian.
Dan sebelumnya hal iu sudah dikatakan Ular Hitam yang telah mempunyai banyak
pengalaman. Setelah memperhatikan kedua jurus iu, dia segera tahu kalau Arya
tidak akan dapat menguasainya dengan baik. Jurus itu harus dilakukan dalam
keadaan tidak sadar! Terutama sekali jurus 'Belalang Mabuk'! Bila ingin
menguasai dengan baik dan memainkannya dengan sempurna, Arya harus mabuk!
"Arya...." Sapa Ular Hitam pada suatu pagi ketika Arya tengah berlatih kedua ilmu
itu. di tangan kakek itu tergenggam sebuah guci dari perak.
"Ya, Kek." Pemuda itu langsung menghentikan
latihannya. "Aku sungguh tidak habis pikir, kenapa Kakang Gering memberikan ilmu itu padamu.
Dan bila ingin memainkannya dengan baik kau harus mau tidak mau ber-gantung pada
arak. Tapi yang jelas dia telah matang memikirkan semua itu. buktinya sebelum
pergi dia telah menitipkan guci arak ini padaku untuk diberikan pada orang yang
membawa Pedang Bintang."
Setelah berkata demikian kakek itu lalu memberikan guci arak tersebut pada Arya.
Pemuda itu lalu mengulurkan tangannya menerima guci itu. Diperhatikannya sejenak
kemudian ditimang-timangnya.
"Coba mainkalah kedua ilmu itu dengan guci ini Arya,"
perintah Ular Hitam.
"Baik, Kek." Arya menganggukkan kepalanya kemudian bergerak menjahui Ular Hitam.
Dan mulailah dimainkan kedua ilmu yang telah cukup dikuasainya dengan
menggunakan guci.
Diam-diam Arya merasa kaget. Dengan adanya guci di tangan, gerakannya jadi lebih
hidup. Sesekali kedua Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 11
DEWA ARAK Pedang Bintang tangannya memeluk guci itu. Sedangkan tubuhnya meliuk-liuk aneh. Di lain saat ia
menyerang dengan menggunakan guci itu.
Ular Hitam mengangguk-angguk puas.
"Cukup, Arya!"
Pemuda itu menghentikan latihannya. Disusut peluh yang membasahi leher dan
dahinya sebelum menghampiri kakek itu.
"Satu hal yang luar biasa pada guci ini, Arya." Ucap kakek itu lagi. "Guci ini
bukanlah guci sembarangan dan merupakan guci pusaka. Ia tidak akan hancur oleh


Dewa Arak 01 Pedang Bintang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apapun. Baik oleh senjata maupun oleh pukulan yang mengandung tenaga dalam."
"Oh! Benarkah itu, Kek"' tanya Arya setengah tidak percaya.
Kakek itu menganggukkan kepalanya.
"Ya. Aku sendiri telah membuktikannya. Dulu guci ini pernah kupukul dengan
pengerahan seluruh tenaga dalamku. Hasilnya, nol besar! Jangankan pecah,
retakpun tidak!"
"Hebat....!" Desah pemuda itu takjub.
"Dan yang lebih hebat lagi, guci ini mampu membuat arak yang masuk ke dalamnya
menjadi arak keras. Dan ini menguntungkanmu, Arya. Karena apabila telah
menguasai 'Tenaga Dalam Inti Matahari' dan ilmu 'Belalang Sakti', berguci-guci arakpun
tidak akan mampu membuatmu mabuk, kecuali arak keras. Tapi dengan keisimewaan
guci ini, arak yang paling ringanpun akan menjadi arak keras.
Dan tentu saja langsung akan membuatmu mabuk." Urai Ular Hitam panjang lebar.
Arya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.
*** Aji Saka ( created ebook by fujidenkikagawa 12
DEWA ARAK Pedang Bintang 6 aktu berlalu tak terasa. Kadang seperti merayap lambat bagai langkah seekor
siput. Tapi kadang W pula seperti melesat laksana kelebatan anak panah. Tak
terasa sudah lima tahun Arya berada di tempat si Ular Hitam berada, untuk
berlatih ilmu-ilmu yang diwariskan Ki Gering Langit. Kini Arya telah menjelma
menjadi seorang pemuda yang tegap dan berdada bidang.bentuk wajahnya yang memang
Kisah Pendekar Bongkok 7 Pisau Terbang Li Du Cing Jian Pendekar Budiman Karya Gu Liong Pendekar Baju Putih 8
^