Pencarian

Mustika Naga Hitam 3

Pendekar Mata Keranjang 33 Mustika Naga Hitam Bagian 3


Mustika Naga Hitam akibat luka-luka yang dideritanya.
Saat ini, pemuda berambut dikuncir ekor kuda itu telah
mampu bangkit. Keadaanya memang telah semakin membaik.
Malah, Pendekar 108 Ini telah mampu merayap meski masih
sempoyongan. Aji baru merangkak beberapa kaki ketika secara mendadak
mulutnya bergerak membuka, tanpa si pemuda melakukannya. Dan anehnya, Mustika Naga Hitam yang
tengah melayang-layang, berbelok arah menuju ke Aji seperti
tersedot oleh kekuatan tak nampak.
Mustika itu me luncur menuju mulut Aji. Dan, ketika
beberapa jengkal lagi menabrak mulut si pemuda, mustika Itu
mengecil dan memanjang. Lalu, meluncur dengan derasnya ke
dalam mulut Pendekar 108, menggebrak masuk ke dalam
tenggorokan dan terus ke perut .
Aji yang tak mengerti apa yang telah terjadi jadi blingsatan.
Pemuda berpakaian hijau ketat ini pun tak pernah menyangka
kalau benda bulat yang tertelan olehnya tanpa sengaja itu
adalah Mustika Naga Hitam. Dia baru terperanjat ketika
melihat tokoh-tokoh persilatan semuanya meluruk ke arahnya
! . "Apa yang terjadi"! Mengapa tokoh-tokoh persilatan itu
malah meluruk kemari"! Ataukah..., mereka telah bersepakat
untuk membunuhku bersama-sama"!" Aji menduga dalam
kegelisahan hati yang mendera.
Tak berselang lama, tokoh-tokoh persilatan itu telah berada
di dekat Pendekar Mata Keranjang 108. Berdiri tegak,
mengurung, membentuk lingkaran yang cukup besar. Mata-
mata mereka tertuju pada sang pendekar. Tapi, mulut-mulut
mereka terkatup rapat.
Aji yang belum mengerti dan tahu apa yang telah terjadi,
balas menatap sosok-sosok di sekelilingnya. Tapi, sorot mata
pemuda berpakaian dalam kuning ini, sarat dengan ketidak
mengertian dan kebingungan.
"Mengapa mereka malah merubungiku"! Bukankah
kedatangan mereka ke tempat ini adalah untuk mendapatkan
Mustika Naga Hitam"! Ada sesuatu yang aneh di sini," Aji
membatin. Pendekar 108 tak tahu kalau tokoh-tokoh persilatan yang
mengerumuninya juga bingung dan tak tahu harus berbuat
bagaimana. Mustika yang mereka perebutkan telah ditelan Aji,
meskipun tanpa sengaja.
"Apa yang harus kulakukan sekarang"!" pertanyaan itu
menggayuti benak setiap tokoh perallatan yang berada di
tempat itu. * oodwoo * Saat-saat yang sunyi mencekik tenggorokan tanpa adanya
bunyi sama sekali itu tak berlangsung lama. Karena, Iblis
Pemakan Bangkai telah menyeruak kerumunan orang dan
mengeluarkan bentakan keras menggelegar.
"Bocah Ini akan kubawa. Siapa yang berani menghalangi
akan kumakan mentah-mentah nyalinya saat Ini juga!"
Sambil bicara demikian, kakek bercaling ini mengedarkan
pandangan berkeliling. Memperhatikan satu persatu wajah-
wajah di sekitarnya. Iblis Pemakan Bangkai ingin melihat
tanggapan mereka. Tapi, tak satu pun yang menunjukkan
penentangan. Malah, yang tertangkap pada sorot mata
mereka adalah kebingungan.
"Mengapa Iblis Pemakan Bangkai Ingin membawa pemuda
baju hijau ini"!" tanya para tokoh persilatan dalam hati yang
bingung. "Apakah ini ada hubungannya dengan Mustika Naga
Hitam yang berada di dalam perut pemuda itu"!"
Saat para tokoh persilatan kebingungan, Iblis Pemakan
Bangkai melangkah mendekati Aji. Kakek bercaling ini telah
bersiap untuk melaksanakan apa yang diinginkannya.
Namun, sebelum maksudnya terlaksana terdengar suara
dengusan dingin.
"Apa maksudmu membawa pemuda ini, Pemakan
Bangkai"!" sang pemilik dengusan, yang bukan lain dari
Bidadari Berkabung, melontarkan pertanyaan bernada
mendesak. "Kau tak perlu tahu, Wanita Sial!" rutuk Iblis Pemakan
Bangkai. "Kalau kau ingin selamat, segera menyingkir dari
tempat ini. Atau, paling tidak jangan coba-coba kau
menghalangi maksudku!"
"Kalau kau tak beri tahukan maksudmu membawa pemuda
itu, aku tak bisa tinggal diam !" tandas Bidadari Berkabung,
mantap. "Itu artinya kau mencari penyakit sendiri, Bidadari
Berkabung!" timpal Iblis Pemakan Bangkai dengan nada
penuh ancaman. "Aku yakin kau tak bodoh dan bisa melihat
kenyataan kalau dirimu bukan tandinganku! Jadi, jika kau
paksakan juga untuk bertarung denganku, hanya kecalakaan
yang akan kau peroleh!"
Bidadari Berkabung hanya mendengus dingin. Seakan-akan
tak peduli, pada ancaman Iblis Pemakan Bangkai. Padahal,
sebenarnya wanita berparas dingin ini dapat merasakan
kebenaran dalam ucapan sang kakek bercaling , dan
mengambil perhatian. Tapi, demi harga diri, Bidadari
Berkabung tak menampakkan perasaannya.
Sungguh pun demikian, diam-diam dia memutar benaknya,
mencari cara untuk menghadapi Iblis Pemakan Bangkai yang
luar biasa lihai ini! Tentu saja dengan tidak menderita
kerugian . Bidadari Berkabung telah dapat memperkirakan kalau
kepandaian yang dimiliki Iblis Pemakan Bangkai memang luar
biasa. Wanita berparas dingin ini telah melihat pertarungan
Dewi Berhati Besi. Begitu pula pertarungan Iblis Pemakan
Bangkai. Oleh karena itu, sedikit banyak dia bisa mengetahui
tingkat-tingkat kepandaian mereka.
Dari hasil pengamatannya itu, Bidadari Berkabung bisa
memperkirakan kalau tingkat kepandaian Iblis Pemakan
Bangkai berada di atas Dewi Berhati Besi. Juga di atas
tingkatnya. Karena, Bidadari Berkabung yakin, tingkat
kepandaiannya bisa dijajarkan dengan Dewi Berhati Besi.
Meski bersikap dan bertingkah dingin, Bidadari Berkabung
mempunyai otak yang tidak dingin. Hanya dalam sekejapan
saja, dia telah menemukan cara untuk menghadapi Iblis
Pemakan Bangkai tidak dengan seorang diri.
"Aku bisa memaklumi mengapa kau bersikeras untuk
membawa pemuda itu, Pemakan Bangkai. Karena kau
menginginkan Mustika Naga Hitam-nya bukan"! Menurut
pikiran wajar saja, mustika itu masih tetap utuh selama
lambung belum bekerja untuk mencernanya. Kau masih punya
harapan untuk mendapatkan mustika itu!"
"Itulah sebabnya kau ingin membawa pemuda Ini. Bukan
merupakan persoalan bagimu untuk mengeluarkan mustika itu
dari perutnya. Orang sekeji kau tak takut dan ragu untuk
membelek perut siapa pun! Nah! Silakan bantah kalau
dugaanku itu salah, Pemakan Bangkai!"
Iblis Pemakan Bangkai tergagu. Dia tak bisa menyangkal
sama sekali karena semua dugaan Bidadari Berkabung benar
belaka. Meskipun sebenarnya, kakek ini bisa saja membantah,
tapi dia menyadari kalau hal itu akan sia-sia saja. Orang-orang
persilatan tak akan percayai bantahannya.
Tapi, Bidadari Berkabung terlalu menganggap remeh Iblis
Pemakan Bangkai. Kakek itu ternyata punya otak yang cukup
cerdik. Kakek bercaling itu bukannya sibuk mencari-cari alasan
untuk membantah dugaan Bidadari Berkabung. Iblis Pemakan
Bangkai justru gunakan isi kepalanya untuk balas memukul
sang Bidadari. "Semua ucapan Bidadari Berkabung memang benar. Aku
memang bermaksud mengambil mustika itu dari perut
pemuda yang sudah hampir mati ini ! Mengapa"! Daripada
mustika itu hilang percuma, tak berarti karena masuk ke
dalam tubuh orang yang hampir mati, bukankah lebih baik
kalau diambil saja"! Toh, dibelek atau tidak perut si pemuda,
dia akan mati juga!"
Bidadari Berkabung memaki dalam hati. Di depannya, Iblis
Pemakan Bangkai tersenyum penuh kemenangan. Itu
dilakukannya ketika melihat kepala semua tokoh persilatan
yang masih berada di tempat Itu, mengangguk-angguk. Hanya
satu kepala yang tidak mengangguk. Kepala milik perempuan
buruk rupa ! . Iblis Pemakan Bangkai tahu kalau Bidadari Berkabung telah
kalah berdebat. Maka, dia memberikan pernyataan terakhir
yang mengukuhkan kemenangan pendapatnya.
"Apalagi yang kalian tunggu"! Apakah kalian lebih suka
kalau mustika itu hancur percuma di tubuh seorang bocah
yang telah sekarat"!"
Iblis Pemakan Bangkai tak perlu mengulang ucapannya
untuk membuat tokoh-tokoh persilatan itu bersiap merencah-
rencah Aji. Tiga Anak Tua. Tokoh-tokoh berwatak aneh yang
tak ketahuan golongan berpijaknya telah bertindak paling
dulu. Tapi, Bidadari Berkabung memang telah bertekad bulat
untuk menyelamatkan Aji. Dia berdiri di depan si pemuda
hanya dengan sekali gerakkan kaki. Wanita berparas dingin ini
mengangkat dagunya dan membusung kan dada, mengunjukkan sikap siapnya menghadapi segala kemungkinan. Sekalipun yang terburuk.
Pendekar Mata Keranjang 108 merasa terharu sekali
melihat pembelaan Bidadari Berkabung yang demikian besar
terhadapnya. Dia memang tahu, ada sesuatu yang membuat
wanita dingin itu senantiasa membelanya.
Tapi, Aji tetap merasa berterima kasih sekali. Karena, dia
tahu kalau sang Bidadari tidak bermaksud jahat.
Tapi, Aji tak bisa terlalu lama memikirkan Bidadari
Berkabung. Karena, di dalam perutnya tiba-tiba seperti ada
makhluk hidup yang bergolak. Ada hawa aneh yang
berputaran keras di bawah pusarnya. Demikian kerasnya,
sehingga membuat tubuh si pemuda terguncang-guncang! .
"Ada apa ini"!" tanya si pemuda dalam hati dengan
perasaan bingung.
Pendekar 108 ini tak tahu kalau hawa yang berputaran itu
tercipta akibat masuknya Mustika Naga Hitam! Benda mukjizat
itu meluncur dan masuk ke dalam perut Aji, karena di dalam
diri si pemuda terdapat isi dari Lembaran Kulit Naga Pertala.
Hubungan antara isi dari Lembaran Kulit Naga Pertala dan
mustika itu demikian eratnya tak ubahnya kutub-kutub magnit
yang berbeda. Tarik-menarik dengan keras. Itulah sebabnya,
Mustika Naga Hitam tertarik ke dalam perut Pendekar Mata
Keranjang. "Bidadari Berkabung," kakek beralis merah bicara dengan
suara keren. "Menyingkirlah dari tempat itu. Jangan kau
bertindak serakah, mengangkangi bocah itu sendirian!"
'Tutup mulutmu, Peot!" desis sang Bidadari. "Aku bukan
manusia keji seperti kalian yang sampai hati membelek perut
seorang manusia untuk mengambil benda terkutuk!"
"Kau tak perlu menasihatiku, Wanita Sial! Aku tak perlu
segala saranmu!"
Berbareng ucapannya, kakek beralis merah itu melancarkan
tinju kanannya ke arah dada. Tanpa ragu Bidadari Berkabung
menyambutnya dengan gerakan serupa.
Bukkk ! Kakek beralis merah terhuyung dua langkah dengan jari-jari
tangan terasa sakit-sakit. Di depannya, sang Bidadari tak
bergeming sama sekali.
Kekalahan kakek beralis merah, membuat dua rekannya tak
tlnggal diam. Mereka meluruk menerjang Bidadari Berkabung,
secara berbareng.
Tapi, Bidadari Berkabung memang wanita cerdik. Dia tahu
kalau tenaga dalamnya lebih kuat. Maka, serangan-serangan
lawan-lawannya dipapaknya. Dua anggota Tiga Anak Tua
kembali terhuyung ke belakang.
Bidadari Berkabung bagaikan dikeroyok baramai-ramai.
Karena, baru saja Tiga Anak Tua terpukul mundur, berkat
kecerdikan wanita berparas dingin itu, dua tokoh silat lainnya
telah menyerbunya. Yang seorang bersenjatakan tongkat besi,
menyerang dari sebelah kiri. Sedangkan yang di sebelah
kanan bersenjatakan pedang. Mereka adalah si Tongkat Maut
dan Dewa Pedang Kilat.
Bidadari berkabung cukup mengenal dua orang penyerang
itu. Mereka adalah tokoh-tokoh golongan putih. Tingkat
mereka dapat disejajarkan dengan Tiga Anak Tua. Ini berarti
kepandaian mereka telah tinggi.
Kali ini Bidadari Berkabung tak berani mengelak tanpa
menjauh dari tempatnya berdiri. Akan sangat berbahaya.
Karena, saat itu kedudukannya tak menguntungkan.
Tambahan lagi, perkembangan serangan kedua lawannya
belum diketahuinya.
Dengan sangat terpaksa, Bidadari Berkabung menjauhi Aji.
Dia menjejakkan kakinya ke tanah sehingga tubuhnya
meiayang ke belakang. Serangan-serangan lawannyapun
kandas karenanya.
Perginya Bidadari Berkabung dari depan Aji dimanfaatkan
betul-betul oleh Tiga Anak Tua. Mereka meluruk ke arah Aji.
Tapi, sebelum maksud mereka kesampaian. Dua sosok
bayangan berkelebat.
Jeritan susul-menyusul yang menyayat hati terdengar.
Tubuh kakek-kakek yang berbulu merah itu ambruk ke tanah
dalam keadaan tak bernyawa. Sementara, dua sosok yang
menyambar mereka telah menjejak tanah secara mantap.
* --0odwo0-- * SEPULUH

Pendekar Mata Keranjang 33 Mustika Naga Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

DUA sosok itu ternyata adalah Iblis Pemakan Bangkai dan
Dewi Berhati Besi. Mereka yang membunuh Tiga Anak Tua.
Dua tewas di tangan Iblis Pemakan Bangkai.
Sebenarnya, kalau saja Tiga Anak Tua tidak tengah
memusatkan perhatian pada Aji, Iblis Pemakan Bangkai tak
akan semudah itu membinasakan mereka. Begitu pula dengan
Dewi Berhati Bes i. Betapapun kedua tokoh itu telah
merencanakan waktu yang tepat, dan melakukan gerakan
penyerangan secara kilat dan tak tersangka-sangka.
Iblis Pemakan Bangkai dan Dewi Berhati Besi saling
pandang. Diam-diam merasa geli, karena bisa menyerang
dalam waktu yang sama tapi dengan sasaran yang berbeda.
Padahal, hal itu tak direncanakan. Mereka tak bersekutu. Yang
ada di benak masing-masing hanya mengurangi jumlah
saingan. Tindakan Iblis Pemakan Bangkai dan Dewi Berhstl Besi
menimbulkan kegemparan. Tokoh-tokoh persilatan yang
tersisa jadi tak tenang. Masing-masing bersikap waspada dan
memperhatikan sekeliling karena khawatir menjadi korban
serangan gelap yang tidak terduga-duga.
Keadaan menjadi menegangkan. Untuk sesaat, Aj bisa
tenang. Tak khawatir mendapet serangan lagi.
Iblis Pemakan Bangkai, Dewi Berhati Besi, Bidadari
Berkabung, si Tongkat Maut, Dewa Pedang Kilat, wanita
berbaju merah, dan beberapa tokoh persilatan lainnya
mengedarkan pandangan berkeliling. Berjaga-jaga.
Waktu berlalu sedikit demi sedikit. Tapi, belum ada satu
pun tokoh persilatan yang bergerak. Masing-masing tegak di
tempatnya. Hanya bola mata mereka yang berputaran liar.
Keadaan demikian menegangkan. Setiap orang tahu, nyawa
mereka bisa melayang sewaktu-waktu.
"Grrr...r "
Lagi-lagi, secara mendadak Iblis Pemakan Bangkai
bertindak. Kakek bercaling ini menggeram dengan mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
Akibatnya memang luar biasa. Sekitar tempat itu bergetar
hebat. Sebagian besar tokoh persilatan yang ada, tak mampu
berdiri. Mereka roboh ke tanah, dan hanya berdiri dengan
menggunakan lutut. Geraman keras itu membuat kaki-kaki
mereka lemas. Hanya beberapa gelintir tokoh yang mampu untuk tetap
berdiri. Tapi, itu pun beberapa di antaranya tak mampu tegak.
Si T ombak Maut dan Dewa Pedang Kilat terhuyung-huyung ke
sana kemari seperti orang mabuk.
Dewi Berhati Besi dan Bidadari Berkabung yang
keadaannya paling mendingan. Mereka tak sampai terhuyung.
Hanya merasakan getaran hebat pada dada, dan sepasang
kaki terasa lemas sehingga hampir tak kuat menopang tubuh.
Namun, wanita-wanita perkasa ini mampu menguasai diri dan
mengerahkan tenaga dalam untuk memunahkan pengaruh itu.
Keberhasilan Dewi Berhati Besi dan Bidadari Berkabung
menguasai diri, membuat nyawa mereka dapat diperpanjang
lagi. Karena, hanya berbeda sekejapan mata dengan geraman
yang dilontarkannya, Iblis Pemakan Bangkai yang licik, telah
melemparkan senjata-senjata rahasia berupa paku-paku
beracun pada setiap orang yang berada di tempat itu.
Cap, cap, cappp...! .
Jeritan kematian terdengar silih berganti ketika paku-paku
beracun itu menghujam sasaran. Belasan tokoh persilatan
menggelepar-gelepar sekarat. Si Tombak Maut dan Dewa
Pedang Kilat termasuk di antara para korban.
Dua tokoh golongan putih itu tengah sempoyongan seperti
orang mabuk ketika paku-paku beracun itu menyerbu ke arah
leher. Kedua orang ini mendengar adanya serangan gelap dan
menyadari akan adanya bahaya tapi tak mampu berbuat apa
pun. Paku-paku yang mengandung racun ganas itu pun
menghujam leher mereka. Si Tombak Maut dan Dewa Pedang
Kilat langsung menggelepar. Mereka merasakan sakit yang
luar biasa menggebrak, membuat mereka menggelepar-
gelepar saat sekarat meregang nyawa.
* * dw * * Dewi Berhati Besi dan Bidadari Berkabung langsung
menerjang Iblis Pemakan Bangkai. Mereka menyerang hampir
bersamaan, seakan-akan talah disepakati sebelumnya.
Dua wanita perkasa yang telah agak tua itu menyerang
Iblis Pemakan Bangkai karena merasa geram melihat
kelicikannya. Kalau saja kurang kuat, Dewi Berhati Besi dan
Bidadari Berkabung, tidak akan mampu mengelakkan serbuan
paku beracun. Berkat tenaga dalam yang kuat sehingga mampu
menguasai diri, secara cepat, dua wanita perkasa itu mampu
mengelakkan paku beracun yang menggebrak.
Sementara Iblis Pemakan Bangkai tak kelihatan gugup
kendati menghadapi serbuan Dewi Berhati Besi dan Bidadari
Berkabung secara serempak.
Iblis Pemakan Bangkai memang seorang tokoh sesat yang
mengerikan. Dia terkenal berkepandaian tinggi, kejam, dan
gemar makan nyali manusia. Oleh karena itu dia mendapat
julukan Iblis Pemakan Bangkai.
Di samping semua jati dirinya di atas, kakek bercaling ini
cukup mahir dalam racun. Beberapa di antaranya termasuk
racun ganas. Seperti halnya racun yang terkandung pada paku
yang telah merenggut banyak nyawa tokoh persilatan itu.
Kali ini, saat menghadapi pengeroyokan Bidadari Berkabung
dan Dewi Berhati Bes i, Iblis Pemakan Bangkai telah bersiap-
siap untuk menggunakan racunnya. Tentu saja apabila
keadaan telah tak menguntungkan.
Saat kakek bercaling itu merancang-rancang siasat lagi,
serangan Dewi Berhati Besi telah menyambar tiba. Wanita
pesolek ini mengirimkan serangan berupa tendangan bertubi-
tubi. Susul-menyusul bagaikan angin ribut.
Serangan Dewi Berhati Besi memang dahsyat dan luar
biasa. Serangan itu didahului dengan tendangan lurus ke arah
dada. Disusul tendangan miring ke arah leher yang dilakukan
oleh kaki yang sama, kanan. Lalu, sambil membalikkan tubuh,
wanita itu melancarkan tendangan kaki kiri yang dilakukan
sambil membalikkan badan.
Plak, plak, plakkkk!
Semua serangan itu berhasil dikandaskan Iblis Pemakan
Bangkai dengan tetakan-tetakan tangannya. Setiap kali terjadi
benturan, kaki sang Ketua Perkumpulan Anak Langit terpental
balik. Si wanita pesolek merasakan kakinya sakit-sakit, di
samping tubuhnya terhuyung.
Malah, pada benturan yang terakhir kali, Dewi Berhati Besi
sampai terjengkang ke belakang. Hal ini menyadarkan sang
Dewi kalau tenaga dalam lawannya berada cukup jauh di
atasnya. Suatu keuntungan bagi Dewi Berhati Besi. Di saat dirinya
berada dalam keadaan tak menguntungkan itu, Bidadari
Berkabung menyerang Iblis Pemakan Bangkai. Hal itu
membuat sang Iblis tak sempat mengirimkan serangan
balasan. Tapi, seperti juga Dewi Berhati Bes i, serangan Bidadari
Berkabung pun dapat dikandaskan oleh Iblis Pemakan
Bangkai. Bahkan pada gerakan-gerakan lanjutan, sang
Bidadari yang terdesak dan terancam.
Saat-saat genting bagi Bidadari Berkabung, Dewi Berhati
Besi muncul sebagai penyelamat. Di lain saat, dua wanita
yang semula bersateru itu, sekarang bahu-membahu
menghadapi angkara-murka Iblis Pemakan Bangkai.
Bidadari Berkabung dan Dewi Berhati Besi sebenarnya tak
sudi untuk bekerja sama, kalau saja tidak sangat terpaksa.
Mereka berdua bukan orang segolongan.
Dewi Berhati Besi adalah seorang Ketua Perkumpulan Anak
Langit. Sebuah perkumpulan yang beranggotakan tokoh-tokoh
aliran hitam. Perkumpulan itu cukup besar dan ditakuti karena
beranggotakan banyak dan rata-rata berkepandaian tinggi.
Dewi Berhati Besi sendiri cukup terkenal di dunia persilatan,
sebagai tokoh golongan hitam yang gemar bermain cinta
dengan pemuda-pemuda tampan. Entah berapa banyak
pemuda yang menjadi korbannya, bermain cinta dengannya
baik secara suka rela maupun terpaksa.
Seperti juga Iblis Pemakan Bangkai, Dewi Berhati Bes i
mempunyai watak kejam. Pemuda-pemuda yang telah
bermain cinta dengannya, dibinasakan setelah dia bosan.
* 00oodwoo00 * SEBELAS SEMENTARA Bidadari Berkabung adalah seorang tokoh
golongan putih. Kendati, wanita ini jarang melakukan tugas
kependekarannya, tapi tak pernah melakukan kejahatan.
Gerak-geriknya aneh. Sikapnya dingin dan tak peduli.
Menurut berita yang tersiar, Bidadari Berkabung ini dulunya
adalah seorang pendekar wanita yang barwatak cukup
periang. Konon, sang pendekar wanita ini jatuh cinta. Tapi,
sayang. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Bidadari
Berkabung Muda patah hati. Tenggelam dalam duka yang
besar. Si pendekar wanita itu menganggap dirinya telah mati
seiring dengan matinya benih cintanya. Oleh karena itu, dia
mengenakan pakaian serba putih sebagai tanda berkabung.
Wajahnya yang cantik. Hidupnya yang berselubung duka dan
kesedihan, membuatnya mendapatkan julukan Bidadari
Berkabung. Sebagaimana Dewi Berhati Besi yang termasuk pentolan
goiongan hitam. Bidadari Berkabung terhitung tokoh tingkat
atas pula. Tapi, pada jajaran golongan putih.
Dan sekarang, pentolan atas golongan putih dan hitam itu
bersatu untuk menghadang angkara murka Iblis Pemakan
Bangkai. Seorang pentolan aliran hitam yang amat terkenal.
Dewi Berhati Besi dan Bidadari Berkabung terpaksa
bergabung, kendati tanpa kompromi lagi. Hanya menggunakan saling pengertian. Mereka sadar kalau
bertarung seorang demi seorang, iblis Pemakan Bangkai akan
menggulung mereka dengan mudah.
Kerja sama itu memang tak percuma. Setelah lewat tiga
puluh jurus, Iblis Pemakan Bangkai mulai terdesak. Kakek
bercaling itu mulai jarang melakukan serangan balasan.
Mengelak dan bertahanlah yang sering diperbuatnya.
Iblis Pemakan Bangkai terus didesak mundur. Sang iblis
pun sadar kalau keadaan terus berlangsung seperti ini, dia
akan kalah. Dewi Berhati Besi dan Bidadari Berkabung akan
menewaskan dirinya.
Di jurus kelima puluh, Iblis Pemakan Bangkai membanting
tubuh ke tanah dan terus bergulingan. Dewi Berhati Besi dan
Bidadari Berkabung tak menyia-nyiakan kesempatan bagus itu.
Mereka meluruk, menyerbu.
Kesempatan aeperti ini memang dinanti-nanti oleh iblis
Pemakan Bangkai. Dia membanting dua benda bulatnya
sekaiigus ke tanah. Bukan benda bulat yang telah
menghancurkan naga hitam.
Darrr, darrr...!
Diiringi bunyi ledakan cukup keras, asap berwarna merah
muda, menyeruak keiuar. Dan membubung. Bau harum yang
aneh menyebar di sekitar tempat itu.
Dewi Berhati Besi dan Bidadari Berkabung adalah tokoh-
tokoh persilatan yang telah kenyang pengalaman. Oleh karena
itu, ketika mendengar bunyi ledakan, mereka melentingkan
tubuh menjauhi Iblis Pemakan Bangkai. Serangan yang siap
dilontarkan, langsung dibatalkan. Dua wanita perkasa itu
membaui adanya hal-hal yang membahayakan dari ledakan
yang tercipta. Dewi Berhati Besi dan Bidadari Berkabung telah bertindak
cepat. Tapi, tak urung asap merah muda yang tercipta dari
hasil ledakan itu, tercium oleh hidung mereka.
Dewi Berhati Besi dan Bidadari Berkabung terperanjat
ketika sesaat kemudian merasakan adanya hal yang janggal.
Lubang hidung mereka terasa panas, tenggorokan terasa
gatal, dan sakit. Seketika itu pula, dua wanita sakti itu sadar
kalau asap yang terhisap oleh mereka mengandung....
"Racun...," desis Dewi Berhati Besi dan B idadari Berkabung
dengan perasaan cemas.
Meskipun demikian, sebagai tokoh-tokoh tingkat tinggi,
mereka tahu kalau asap yang terhisap mereka terlampau
sedikit. Andaikata pun racunnya bekerja, akibat yang
ditimbulkannya tak telalu besar. Apalagi karena mereka
memiliki tenaga dalam kuat.
Bukan hanya dua wanita sakti itu yang tahu kalau kadar
racun yang terhisap ke dalam tubuh terlalu sedikit, iblis
Pemakan Bangkai pun mengetahuinya. Dan, hal ini telah
masuk ke daiam perhitungan kakek bercaling itu.
Iblis Pemakan Bangkai adalah seorang tokoh sesat yang
licik, juga cerdik. Jadi, kakek ini telah perhitungkan semuanya
secara terinci, itulah sebabnya ketika melihat Dewi Berhati
Besi dan Bidadari Berkabung melenting ke atas, menjauhi
asap beracun, kakek ini segera bertindak cepat.
Hanya berbeda waktu sepersekian kejapan mata dengan
saat dua lawannya melenting menjauhi asap beracun, iblis
Pemakan Bangkai menjulurkan sepasang tangannya ke arah
asap yang membubung. Kakek bercaling ini mengerahkan
tenaga dalamnya sampai ke puncak yang tertinggi.
Tidak ada bunyi yang terdengar. Tidak ada hembusan
angin dari sepasang tangan iblis Pemakan Bangkai yang
dijulurkan. Tapi, asap merah muda membubung laksana
sekelompok awan mengikuti ke mana Dewi Berhati Bes i dan
Bidadari Berkabung menjauhi.
Sialnya, dua wanita sakti itu menjauhi ke arah yang sama.
Asap yang membubung, membungkus mereka. Dan hebatnya,
ketika tubuh terbungkus, sekujur tubuh terasa panas. Mata


Pendekar Mata Keranjang 33 Mustika Naga Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perih. Dewi Berhati Besi dan Bidadari Berkabung berusaha
sekuat tenaga untuk menahan napas. Tapi, pengaruh asap itu
tetap muncul. Dua wanita setengah baya itu merasakan pusing luar biasa
menyergap. Otot-otot dan urat-urat terasa lemas. Tenaga pun
membuyar, seiring dengan semakin membesarnya rasa pusing
yang melanda. Pandangan mata mulai berkunang-kunang.
0o-dw-o0 Dewi Berhati Besi yang terbiasa mengumbar nafsu tak
mempunyai daya tahan seperkasa Bidadari Berkabung yang
senantiasa hidup teratur. Setelah berjuang keras untuk tetap
bertahan, wanita pesolek ini ambruk ke tanah. Pingsan.
Bidadari Berkabung jauh lebih kuat. Wanita berwajah dingin
ini malah mampu keluar dari kungkungan asap. Meski dengan
terhuyung-huyung, sang Bidadari berusaha untuk mendekati
Aji. Iblis Pemakan Bangkai tak lanjutkan cara penyerangan
seperti itu. Dengan langkah-langkah seenaknya dia mengikuti
Bidadari Berkabung. Kakek bercaling ini tahu, tak lama lagi
pun sang Bidadari akan ambruk menyusul Dewi Berhati Besi.
Bidadari Berkabung berdiri dengan sikap gagah, namun
sempoyongan di depan Pendekar 108. Seakan-akan hendak
melindungi si pemuda dari ancaman ibiis Pemakan Bangkai.
Iblis Pemakan Bangkai menatap Bidadari Berkabung lekat-
lekat. Suaranya terdengar penuh kesungguhan ketika
berbicara. "Kau bernasib jelek, Bidadari Berkabung. Saat ini aku
menginginkan nyali seorang perempuan yang masih perawan.
Kau tahu, sudah lama aku tak menikmati nyali seorang
perawan. Dan kau, meski sudah tua, aku tahu masih perawan.
Bersiaplah untuk menjadi santapanku, Wanita Sial !"
Berbareng terkatup muiutnya, Iblis Pemakan Bangkai
menghentakkan sepasang tangannya. Angin yang luar biasa
keras dan mengeluarkan bunyi gaduh langsung tercipta. Kakek
bercaling itu telah menggunakan seluruh tenaga dalamnya
ketika mengirimkan pukulan jarak jauh.
Iblis Pemakan Bangkai terpaksa mengerahkan seluruh
tenaganya karena khawatir kalau-kalau Bidadari Berkabung
masih mampu memberikan perlawanan, lalu memapaknya.
Kakek itu tak ingin gagal lagi.
Kehati-hatian ibiis Pemakan Bangkai terlalu berlebihan.
Bidadari Berkabung sudah tak berdaya lagi. Pengaruh asap
racun telah membuatnya tak berdaya. Bahkan ketika berdiri
pun, tak mampu tegak.
Bidadari Berkabung masih sempat menyadari akan adanya
ancaman maut. Tapi, apa dayanya"! Seluruh tenaganya telah
lenyap entah ke mana. Dia hanya bisa pasrah menanti nasib!
Saat pukulan Jarak jauh ibiis Pemakan Bangkai itu
meluncur semakin dekat, luka dalam Aji telah sembuh sama
sekali. Malah dalam tubuhnya berputaran hawa liar .
Meski masih bingung dengan kejadian yang dialam inya,
Pendekar Mata Keranjang tak memikirkannya lebih jauh. Dia
tahu, nyawa Bidadari Berkabung berada di ujung tanduk.
Terlambat bertindak sekejap saja, wanita berparas dingin itu
akan tewas dengan sekujur tubuh hancur lebur.
Dengan kecepatan yang menakjubkan dan bahkan
mengejutkan Pendekar 108 sendiri, pemuda berambut dikuncir
ekor kuda ini menghentakkan sepasang tangannya. Aji
memapak pukulan jarak jauh Iblis Pemakan Bangkai dengan
pukulan jarak jauh pula. Hanya itu jalan satu-satunya untuk
menyelamatkan nyawa Bidadari Berkabung!
Wusss ! Hawa yang luar biasa panas berhembus ketika pukuian
jarak jauh Pendekar 108 menggebrak. Sekitar tempat itu
bagaikan dipanggang. Menyengat dan menyesakkan pernapasan. * oo-dw-oo * DUA BELAS BLARRR...! Bunyi keras seperti ada halilintar yang
menggelegar di sekitar tempat itu, terdengar ketika pukulan-
pukulan jarak jauh yang dilepaskan Pendekar 108 dan Iblis
Pemakan Bangkai, berbenturan di tengah jalan. Sekitar satu
tombak di depan Bidadari Berkabung.
Tanah di sekitar tempat itu berguncang keras, bagaikan
dilanda gempa. Malah, permukaan tanah tepat di bawah
pertemuan dua tenaga dalam bertemu, berlubang besar! Debu
dan batu-batu kecii beterbangan ke sana kemari. Udara panas
menyengat dan menyesakkan pernapasan.
Aji tegak di tempatnya. Tak bergeming sama sekali. Di
depannya, Bidadari Berkabung terhumbalang, terpelanting,
dan menabrak tubuh Pendekar 108, untuk kemudian jatuh
telentang. Keadaan iblis Pemakan Bangkai lebih menyedihkan lagi.
Kakek ini terjengkang ke belakang bak diseruduk kerbau liar.
Beberapa tombak tokoh sesat yang menggiriskan hati ini
terjajar ke belakang, sebelum akhirnya terbanting ke tanah.
Jatuh tertelentang, iblis Pemakan Bangkai rebah lebih dari
lima tombak dihitung dari tempatnya semula.
Suasana menjadi hening. Dan, ketika akhirnya gumpalan
debu menyurut, sehingga keadaan di sekitar tempat itu
terlihat lebih jelas, yang berdiri tegak hanya tinggal Pendekar
108 seorang . Iblis Pemakan Bangkai berusaha keras untuk bangkit.
Namun, dia gagal. Malah, kakek ini memuntahkan darah segar
dari mulutnya. Bentrok pukulan dengan Pendekar 108 ternyata
membuat tokoh sesat yang menggiriskan hati ini, terluka
dalam yang amat parah!
Ternyata yang berjuang keras untuk bangkit, bukan hanya
Iblis Pemakan Bangkai seorang. Bidadari Berkabung pun
demikian. Tapi, wanita berwajah dingin ini lebih beruntung
daripada Iblis Pemakan Bangkai. Bidadari Berkabung berhasil
bangkit dari rebahnya dan berdiri sebagaimana binatang
berkaki empat berdiri. Terlihat lucu. Namun, itu pun sudah
merupakan hasil perjuangan sekerasnya dari wanita yang
senantiasa dibelit kedukaan itu.
Keadaan Iblis Pemakan Bangkai dan Bidadari Berkabung
memang mengkhawatirkan. Tapi, pikiran keduanya justru
segar bugar. Serentetan pertanyaan bergayut di benak.
"Mengapa tenaga dalam bocah itu jadi dem ikian kuatnya"!"
Bidadari Berkabung membatin. "Bukankah sebelumnya tak
lebih kuat daripada tenaga dalam Dewi Berhati Bes i"!
Mengapa sekarang malah mampu membuat Iblis Pemakan
Bangkai yang memiliki tenaga dalam luar biasa kuat,
terhumbalang"! Mungkinkah Mustika Naga Hitam yang
membuat kekuatan tenaga dalamnya berlipat ganda"! Tapi,
bukankah menurut berita yang tersiar, benda mukjizat itu
akan muncul pengaruhnya setelah melewati masa setengah
harian lebih"! itu artinya, pagi hari baru bocah itu akan
bertambah tenaga dalamnya! Padahal, sekarang masih
malam. Bahkan belum tertalu larut! Bagaimana mungkin hal
itu bisa terjadi"! Ataukah..., bukan Mustika Naga Hitam yang
menjadi penyebabnya"! T api, kalau bukan benda mukjizat itu,
apalagi yang membuat tenaga dalam si bocah menjadi
demikian kuatnya"!"
"Benarkah bocah keparat itu mempunyai tenaga dalam
sekuat ini" !" kata Iblis Pemakan Bangkai dalam hati.
"Rasanya mustahil! Tidak mungkin orang seusia dia bisa
menghimpun tenaga dalam sedemikian kuatnya! Atau...,
jangan-jangan ini semua karena Mustika Naga Hitam!"
Saat Bidadari Berkabung dan Iblis Pemakan Bangkai larut
dalam alun pikirannya, Aji tetap tak bergeming. Tegak dengan
sepasang mata tertuju lurus kedepan seperti orang kesima.
Tentu saja tingkah pemuda berambut dikuncir itu, membuat
Iblis Pemakan Bangkai dan Bidadari Berkabung keheranan.
Mereka tak tahu kalau hal itu terjadi karena tindakan
Pendekar Mata Keranjang 108 yang berusaha menyelamatkan
Bidadari Berkabung. Saat itu, hawa yang berputaran belum
berhasil dikuasa i Aji untuk bergabung dengan tenaga
dalamnya sendiri. Sehingga, ketika pemuda ini me lancarkan
pukulan jarak jauh, hawa itu ikut meluncur. Bukan hanya ke
tangan, tapi ke bagian kepala Aji, menyebar di bagian otak itu
membuat Pendekar Mata Keranjang jadi terlihat linglung.
"Mengapa bocah itu tak bertindak atau berbuat sesuatu"!
Iblis Pemakan Bangkai belum sepenuhnya berhasil dikalahkan.
Apa yang terjadi dengannya"!"
Bidadari Berkabung kebingungan. "Bocah keparat itu benar-benar aneh" Iblis Pemakan
Bangkai tak kalah bingung. Tapi, dalam gelutan rasa gembira.
"Mengapa dia tak menggunakan kesempatan baik ini untuk
melumpuhkanku"! Dia malah bertingkah seperti orang tengah
melihat hantu.Tapi, syukurlah dia bertingkah demikian. Lebih
lama akan lebih baik. Aku jadi punya kesempatan untuk
menyembuhkan luka dalamku! He he he...! Orang lain
mungkin membutuhkan waktu cukup lama untuk mengobati
luka daiam seperti ini. Tapi, aku tidak!"
Kakek bercaling ini lalu masukkan ibu jari tangan kirinya ke
dalam mulut. Tangan kanannya ditekankan ke perut, Iblis
Pemakan Bangkai telah memulai pengobatan untuk luka
dalamnya. Cara yang aneh tapi tepat untuk menyembuhkan
segala macam luka dalam. Cara dan ilmu ini hanya dimiliki
oleh Iblis Pemakan Bangkai. Karena memang sengaja
dipelajari oleh si kakek. Dia mendapatkannya karena
kesukaannya makan nyali manusia!
Bidadari Berkabung tak tahu apa yang tengah dilakukan
oieh Iblis Pemakan Bangkai. Tapi, pengalamannya yang luas,
mengunjukkan padanya pengertian kalau kakek yang
mengerikan itu, tengah berusaha untuk menyembuhkan
dirinya. Bidadari Berkabung jadi blingsatan. Apalagi ketika
dilihatnya Aji malah ambruk ke tanah. Jatuh tertelentang, dan
menggelepar-gelepar seperti ikan di darat. Si pemuda seperti
tengah sekarat. Si wanita berwajah dingin semakin kelabakan
ketika melihat Iblis Pemakan Bangkai bangkit dengan mudah.
Sikap dan gerak-gerik kakek itu telah menunjukkan pada
Bidadari Berkabung, kalau luka dalamnya telah sembuh sama
sekali. "He he he... ! " Iblis Pemakan Bangkai terkekeh. "Apa yang
kau alam i, Bocah Lancang"! Aku tak tahu apa yang terjadi
pada dirimu. Tapi, aku bisa tahu kalau kau tengah sekarat!
Tanpa kulakukan apa pun kau akan mati sendiri. Mati tersiksa.
He he he...! Pergilah, Bocah! Pergilah menghadap malaikat
maut...!" Pendekar 108 yang tengah menggelepar-gelepar ke sana
kemari, dapat mendengar ucapan Iblis Pemakan Bangkai yang
sarat dengan kemenangan. Pemuda ini tak memberikan
tanggapan sedikit pun. Karena, di samping lidahnya terasa
kelu, sekujur tubuhnya terasa sakit-sakit bagaikan ditusuki
oleh ribuan jarum berkarat!
"Sial betul! Apa yang tengah terjadi pada diriku"!' si
pemuda masih sempat-sempatnya merutuk kendati di dalam
hati. "Apakah benar perkataan Iblis Pemakan Bangkai itu"!
Aku sekarat"! Ahhh...! Sama sekali tak kusangka kalau
nyawaku akan lepas dari badan. Padahal, aku masih muda
dan belum lama tinggal di dunia. Dasar nasib. Selamat tinggal,
Dunia...! Selamat tinggal, wanita...! Selamat tinggal, Ratu
Sekar Langit...! Selamat tinggal, Guru...l Selamat tinggal
semuanya...!"
"Sambil menunggumu mati, aku akan menikmati nyali
seorang perawan. Kau boleh melihat aku merobek-robek
pakaian sekaligus tubuhnya, Bocah!" masih tertangkap oleh
telinga Aji ucapan Iblis Pemakan Bangkai.
Kakek bercaling itu rupanya memutuskan untuk mengubah
caranya membunuh
Bidadari Berkabung. Tidak lagi menggunakan pukulan jarak jauh, tapi merobek perutnya
begitu saja, lalu mengambil nya linya.
Tinggal setengah tombak lagi jarak antara Iblis Pemakan
Bangkai dengan Bidadari Berkabung, sesosok bayangan
keemasan berkelebat. Kejap kemudian, di depan sang Bidadari
telah tegak sesosok tubuh berpakaian warna keemasan.
Sosok itu sukar untuk diketahui jati dirinya. Bentuk
tubuhnya tak terlihat karena pakaian yang dikenakannya
gombrang, dan berkibaran ditiup angin. Wajahnya ! lebih
sukar lagi untuk dilihat, karena tertutup oleh sebuah topeng
karet buruk dan kasar. Kesan yang terlihat, sosok keemasan
itu seperti sengaja menjelek-jelekkan dirinya.
* 0odwo0 * "Siapa kau, Cecunguk"! Berani kau muncul di depanku dan
menghalangi tindakanku"! Apakah kau sudah hendak melawat
ke akhirat!" bentak iblis Pemakan Bangkai ketika telah cukup
memperhatikan sang pendatang baru itu.
"Panggil saja aku Manusia Bertopeng," jawab sosok
berpakaian keemasan. "Aku datang hanya kebetulan. Tapi,
sekarang aku minta kau urungkan niatmu untuk membunuh
orang-orang ini."
Sepasang mata Iblis Pemakan Bangkai seakan bernyala
ketika mendengar perkataan yang isinya penuh tekanan itu.
Kakek ini merasa diperintah. Dengan sendirinya, dia jadi
tersinggung. "Dengar, Cecunguk! Sekarang bukan hanya dua orang ini
saja yang akan kubunuh! Kau juga Malah kau jadi yang
pertama karena berani lancang memerintahku!"
Kakek bercaling ini benar-benar memenuhi ancamannya.
Dia menyampokkan tangan kanannya ke arah pelipis Manusia
Bertopeng. Si iblis ini rupanya bermaksud membinasakan sang
pendatang baru dalam sekali serangan.
Manusia Bertopeng memperdengarkan gumaman pelan.
Kemudian, dia melangkahkan kaki kanannya ke belakang


Pendekar Mata Keranjang 33 Mustika Naga Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seraya mencondongkan tubuh ke arah yang sama. Hasilnya,
serangan Iblis Pemakan Bangkai mengenai angin.
Manusia Bertopeng belum selesai bertindak. Dia mengulurkan tangan kirinya dan mendorong. Akibatnya, Iblis
Pemakan Bangkai terdorong dan terjerembab.
Ketika telah berhasil tegak kembali dan membalikkan tubuh
sehingga berhadap-hadapan dengan Manusia Bertopeng,
paras Iblis Pemakan Bangkai tampak mengelam. Kakek ini tak
mengerti apa yang telah terjadi dan bagaimana itu terjadi.
Segalanya tampak seperti mustahil dan tak masuk akal.
"Bagaimana mungkin aku bisa terjerembab begitu,
mudahnya"! Bagaimana itu bisa terjadi" Dan, bagaimana
Manusia Bertopeng itu melakukannya"!"
"Kuberikan kau kesempatan sekali lagi untuk tinggalkan
tempat ini, Sobat," kata Manusia Bertopeng dengan suara
keren. "Kalau kau masih teruskan maksudmu, kau sendiri yang
akhirnya akan menyesai."
"Tutup mulutmu, Cecunguk! Aku tak butuh nasihatmu!"
bentak Iblis Pemakan Bangkai seraya menghentakkan
sepasang tangannya, mengirimkan pukulan jarak jauh dengan
kekuatan sepenuhnya.
Untuk kesekian kalinya angin menderu keras seraya
memperdengarkan bunyi gemuruh. Dan, seperti juga
sebelumnya, Iblis Pemakan Bangkai ini sisipkan ilmu 'Pukulan
Darah Siluman' seperti yang dilakukannya pada Aji.
Tindakan yang dilakukan Manusia Bertopeng benar-benar
membuat iblis Pemakan Bangkai tak percaya akan apa yang
dilihatnya. Tampak sosok berpakaian keemasan itu julurkan
tangan kirinya, bukan menghentakkan! Demikian pelannya
gerakan si Manusia Bertopeng, sehingga terlihat tak bertenaga
sama sekali ! .
Bresss ! Letupan perlahan yang terdengar sesaat kemudian. Bukan
ledakan keras seperti benturan-benturan sebelumnya. Kejap
kemudian, tubuh Iblis Pemakan Bangkai terjengkang ke
belakang dan terguling-guling.
Di depan kakek bercaling itu, Manusia Bertopeng tak
bergeming sama sekali. Padahal, Iblis Pemakan Bangkai
terguling-guling sejauh hampir tujuh tombak. Dan, ketika
akhirnya tegak, kakek bercaling ini sempoyongan seperti
orang mabuk ! Ketika beberapa saat kemudian, pandangannya kembali
seperti sediakala, iblis Pemakan Bangkai menatap Manusia
Bertopeng dengan pandangan ngeri!
"Kau... kau siapa kau sebenarnya..."!" tanya kakek
bercaling dengan suara bergetar. Tak tampak atau terdengar
nada kegarangan pada pertanyaannya. Padahal. biasanya
kentara jelas. "Manusia Bertopeng," jawab sosok keemasan tanpa
perubahan sama sekali. "Sekarang maukah kau pergi"! Tapi,
ingat, sebelumnya kau harus berikan obat pada dua orang
ini"!"
Manusia Bertopeng bicara seraya mengalihkan pandangan
pada Bidadari Berkabung dan Pendekar 108. Tapi, ketika
menatap Pendekar 108, sinar mata sang sosok terlihat beriak:
Ada keterkejutan besar di sana. Namun, kejap kemudian,
sorot matanya kembali seperti semula.
Iblis Pemakan Bangkai menelan ludah beberapa kali untuk
membasahi tenggorokannya yang mendadak kering. Kakek
bercaling ini bergidik membayangkan tingkat kepandaian
Manusia Bertopeng. Entah sampai di mana, sang iblis tak bisa
memperkirakannya.
"Untuk yang perempuan aku bisa mengobatinya. Tapi,
untuk bocah lelaki itu, aku tak mampu. Aku sendiri tak tahu
apa yang telah terjadi pada dirinya. Tiba-tiba saja dia jadi
demikian."
Manusia Bertopeng terjingkat ke belakang karena kaget. Di
lain kejap, dia menatap Pendekar 108 dan Iblis Pemakan
Bangkai berganti-ganti. Tatapannya terhenti dan terhujam di
wajah kakek bercaling seperti ingin mengetahui kesungguhan
jawaban yang diberikan s i kakek.
* * )dw( * * TIGA BELAS CUKUP lama Manusia Bertopeng menikamkan pandangan
penuh selidik pada ibiis Pemakan Bangkai. Dan, rupanya hasil
yang didapatnya membuktikan adanya kebenaran pada
ucapan Iblis Pemakan Bangkai. Sosok misterius ini melihat
adanya kesungguhan besar pada jawaban yang diberikan si
kakek bercaling. Dia pun menghembuskan napas berat.
"Sekarang berikan pemunah racun terhadap wanita itu.
Dan, setelah itu pergilah dari s ini."
Tanpa banyak bicara, Iblis Pemakan Bangkai memberikan
obat yang dimaksud pada Manusia Bertopeng. Dan, kakek itu
bergegas pergi setelah obat diterima.
"Kau belum boleh pergi dulu, Sobat," kata Manusia
Bertopeng ketika Iblis Pemakan Bangkai baru melangkah tiga
tindak. Mau tak mau kakek bercaling itu berhenti jalan. Dia
membalikkah tubuh dan mengajukan pertanyaan dengan
penuh rasa ingin tahu.
"Mengapa"!" tanya sang Iblis, lebih mirip keluhan. "Tidak apa-apa," kilah si
Manusia Bertopeng ringan. "Hanya saja akan
lebih enak apabila kau pergi setelah kulihat wanita itu sembuh
setelah menelan obatmu!"
Iblis Pemakan Bangkai merasakan dadanya seperti
diseruduk kerbau. Dia tahu, Manusia Bertopeng tak berikan
jawaban yang sebenarnya. Tapi, Iblis Pemakan Bangkai tak
terlalu peduli. Kakek ini merasa gembira karena telah
memberikan obat pemunah racun yang sesungguhnya dan
bukan tipuan. "Kalau tidak," kakek bercaiing itu bicara sendiri dalam diam.
"Aku tidak tahu, apa yang akan dilakukan oieh manusia aneh
yang berkepandaian luar biasa ini."
Iblis Pemakan Bangkai memang patut bergembira karena
telah memberikan obat pemunah racun yang sesungguhnya.
Manusia Bertopeng benar-benar memenuhi janjinya. Kakek
bercaling itu dilepaskannya setelah Bidadari Berkabung sehat
seperti sediakala.
"Terima kasih atas pertolonganmu, Sobat," sang Bidadari
mengucapkan terima kasih. "Kalau kau tak muncul, mungkin
aku, Bidadari Berkabung telah tak ada lagi di dunia ini."
Manusia Bertopeng mengulapkan tangannya dengan
perasaan tak sabar. "Lupakan saja hal itu."
Manusia Bertopeng menghampiri Aji, memeriksa keadaan si
pemuda tanpa berani menyentuh. Di sebelahnya, Bidadari
Berkabung duduk bersimpuh. Wajah cantiknya semakin tebal
digayuti awan kedukaan.
"Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan
nyawanya," Manusia Bertopeng kembali bicara. "Luka seperti
ini baru pertama kali ini kujumpai. Hebatnya, bukan karena
racun...."
Bidadari Berkabung tak memberikan sambutan. Lagi pula,
wanita berwajah dingin itu tak tahu harus bicara apa. Manusia
Bertopeng tak kecewa kendati tak mendapatkan tanggapan.
Dia bisa memaklumi s ikap wanita berparas dingin itu.
Di depan Manusia Bertopeng dan Bidadari Berkabung,
Pendekar 108 tengah berkutat dengan penderitaan. Hawa liar
yang telah merasuk ke otak, menimbulkan rasa sakit yang luar
biasa. Oleh karena itu, si pemuda sampai blingsatan.
Waktu berlalu terasa demikian lambat bagi Manusia
Bertopeng dan Bidadari Berkabung. Mereka yang kebingungan
mencari cara untuk menolong Aji,
akhirnya hanya memperhatikan si pemuda tanpa berbuat apa pun.
Manusia Bertopeng dan Bidadari Berkabung baru tercekat
hatinya ketika gerakan Pendekar Mata Keranjang tiba-tiba
terhenti. Bergegas keduanya memeriksa. Tapi, jantung
Pendekar 108 tak lagi berdetak. Denyut nadinya pun tak
terasa lagi. Manusia Bertopeng dan Bidadari Berkabung tertegun. Meski
telah dapat memperkirakan sebelumnya, tapi ketika Aji benar-
benar tewas mereka seakan-akan tak percaya. Terutama
sekali B idadari Berkabung. Wajah perempuan ini tampak pucat
pasi. Sepasang matanya berkaca-kaca menahan kesedihan
yang mendera. Di sebelahnya, Manusia Bertopeng bengong. Sosok penuh
rahasia ini kelihatan terpengaruh juga dengan matinya
Pendekar 108. Kendati demikian, Manusia Bertopeng dan
Bidadari Berkabung masih lebih mendingan. Mereka bisa
saling pandang untuk melampiaskan rasa heran dan bingung.
Sedangkan sosok di belakang mereka, yang mengenakan
pakaian warna merah, sendirian dalam kedukaannya.
Parasnya basah oleh air mata yang mengalir turun bak anak
sungai. Perempuan ini belum lama sadar dari pingsannya.
Pingsan akibat pengaruh geraman Iblis Pemakan Bangkai.
Perempuan yang bertemu dengan Aji di kaki Gunung
Nirwana itu masih mengenakan pakaian merah. Tubuhnya pun
masih ramping. Pinggulnya masih bulat dan padat. Tapi,
wajahnya tidak lagi buruk seperti sebelumnya. Wajah itu
berkulit putih, halus, dan mulus. Juga cantik jelita. Wajah
seorang gadis yang bernama Kumala Sari.
**)odwo(** "Tidak ada yang bisa kita lakukan lagi...," kata Manusia
Bertopeng dengan nada mengeluh. 'Tuhan telah memanggilnya."
Bidadari Berkabung hanya bisa menganggukkan kepala. Dia
tak berani berbicara karena takut kalau suaranya terdengar
gemetar akibat kesedihan besar yang mendera. Dengan mata
berkaca-kaca dia membungkuk.
Kemudian, tubuh Aji diangkatnya.
Manusia Bertopeng mengernyitkan alisnya. Dia merasa
bingung melihat tindakan Bidadari Berkabung.
"Apa yang hendak kau lakukan"!" tanyanya, ingin tahu.
Kali ini Bidadari Berkabung tak bisa bungkam lagi. Sambil
melangkah, dia memberikan jawaban.
"Aku tak sampai hati membiarkan mayatnya terbengkalai
begitu saja. Sebagai seorang yang beraliran lurus, nuraniku
akan berontak apabila tidak menguburkannya secara layak."
Manusia Bertopeng diam. Dia dapat menerima ke benaran
ucapan Bidadari Berkabung.
"Kalau begitu aku akan pergi. Aku yakin, Iblis Pemakan
Bangkai tak akan mencelakaimu lagi. Aku telah memberikannya totokan yang membuatnya tak bisa
mengerahkan tenaga dalam terlalu kuat."
"Terima kasih atas...," Bidadari Berkabung terpaksa
menghentikan ucapannya yang belum selesai karena Manusia
Bertopeng telah tak berada lagi di situ. Dia tak melihat sosok
misterius bergerak. Mendengar gerakannya pun tidak. Tapi,
sosok itu telah tak berada di situ lagi. Padahal, wanita
berwajah dingin itu hanya sekejap saja tak memperhatikannya.
Tapi, Bidadari Berkabung tak memusingkan hal itu lebih
lama. Dia tahu kalau Manusia Bertopeng itu memiliki
kepandaian yang luar biasa. Julukan Manusia Bertopeng amat
ditakuti oleh tokoh-tokoh sesat, dan disegani tokoh-tokoh
putih, karena kepandaiannya yang terkenal tak bisa dijajaki.
Lagi pula, di sekitar tempat itu banyak semak, pepohonan,
dan berbagai macam gundukan batu yang membuat Manusia
Bertopeng cepat menghilang hanya dengan sekali gerak.
Bidadari Berkabung pun mengayunkan kaki meninggalkan
tempat itu dengan Pendekar Mata Keranjang 108 berada di
panggulannya. Meninggalkan tempat yang sebelumnya ramai
dan gaduh. Yang tinggal di tempat itu dan dalam keadaan
tegak, hanya Kumala Sari. Gadis ini hanya bisa menatap
kepergian Bidadari Berkabung dengan s inar mata kosong. Ada
sesuatu yang hilang dari datam dadanya seiring perginya
Pendekar 108. Waktu berlalu terus. Malam semakin larut dan bahkan
mendekati dini hari. Angin bertiup semakin dingin. Tapi,
Bidadari Berkabung terus mengayunkan kakinya dengan paras
memancarkan kedukaan yang besar.
Mendadak wanita berwajah dingin ini tersentak bagaikan
disengat ular berbisa. Dia merasakan adanya detak jantung
dari dada Pendekar Mata Keranjang 108 yang menempel
dengan bahu kanannya. Mula-mula memang pelan. Tapi,
lambat-laun semakin keras dan cepat.
"Mungkinkah bocah ini sebenarnya belum mati"!"
sekelebatan dugaan menyelinap di benak Bidadari Berkabung.
Dugaan yang membuatnya bersemangat dan jantungnya
berdetak oleh rasa gembira.
Dengan penuh harap, Bidadari Berkabung menurunkan
tubuh Aji dari panggulannya. Meletakkannya di tanah. Lalu
memeriksanya. Kenyataan yang didapatkannya, membuat
wanita ini hampir berseru karena rasa gembira yang meluap-
luap! . Apa yang dirasakannya ternyata bukan khayalan. Jantung
Pendekar 108 berdetak seperti sediakala. Bahkan nadinya pun
berdenyut normal. Pemuda berambut dikuncir ekor kuda itu


Pendekar Mata Keranjang 33 Mustika Naga Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ternyata benar-benar belum mati .
Sepasang mata Bidadari Berkabung yang biasanya muram,
mulai berseri-seri. Apalagi ketika melihat bulu-bulu mata
Pendekar 108 bergerak-gerak, lalu sepasang bola matanya
membuka. Bidadari Berkabung hampir terjingkat ketika me lihat sorot
mata Aji. Sorot mata itu jauh lebih tajam dari pada
sebelumnya! Bahkan mungkin tak kalah tajam dengan sorot
mata Manusia Bertopeng! Padahal, ketajaman sorot mata
menunjukkan kekuatan tenaga dalam .
Pendekar 108 sendiri, ketika membuka matanya, dan
melihat Bidadari Berkabung, langsung menyunggingkan
senyum. "Ada yang aneh dengan diriku, Bibi"!" tanya si pemuda,
ringan. Bidadari Berkabung kelabakan sebentar mendapat pertanyaan itu. Tapi, dia mampu menguasai diri dan segera
menggelengkan kepala.
"Tidak. Hanya saja kau sebelumnya seperti telah mati. Aku
bermaksud untuk menguburkanmu...."
"Kau bergurau, Bibi," kata Aji seraya bangkit. "Aku tak
merasa mati, karena tak menjumpai adanya neraka. Aku
hanya tidur. Tidak lebih."
Bidadari Berkabung tak memberikan tanggapan lagi. Di lain
pihak Pendekar Mata Keranjang memang tak tahu kalau
sebenarnya dia telah mati. Tapi, mati suri. Jantungnya
berhenti berdetak. Nadinya berhenti berdenyut. Tapi,
nyawanya masih tinggal di dalam raga.
Pendekar 108 hanya tahu kalau dirinya seperti berada di
sebuah tempat yang aneh ketika rasa sakit yang membuatnya
menggelepar-gelepar, telah sirna. Di tempat yang suasananya
seperti Bukit Siluman, dia berlatih. Tapi, anehnya bukan ilmu-
ilmu yang dimilikinya melainkan ilmu-ilmu yang belum dilihat
atau dikuasainya. Pemuda itu sendiri tak mengerti, bagaimana
dia bisa berlatih ilmu-ilmu yang belum pernah dilihatnya.
(Untuk jelasnya mengenai Bukit Siluman baca serial Pendeka
Mata Keranjang 108 dalam episode: "Bukit Siluman").
Di akhir latihannya itu, Aji membuka pakaiannya dan
bertelanjang dada. Dia melihat adanya rajahan seekor naga di
dada kanannya. Naga yang berwarna ungu dan pada
tubuhnya tertera angka 108 . Tapi, waktu itu Aji tak
mempedulikannya. Dia masih harus menyelesaikan satu
latihan lagi. Mengatur napas sambil berbaring telentang. Dan,
ketika akhirnya dia membuka mata, tempatnya berlatih sudah
tak ada lagi. Yang dilihatnya justru Bidadari Berkabung .
"Apakah latihan-latihan yang kulakukan itu hanya mimpi
belaka"!" Sekarang Aji membatin dengan perasaan bingung.
Di depannya, Bidadari Berkabung masih belum mengeluarkan
suara. "Tapi, kalau hanya mimpi, mengapa aku masih ingat
semua jurus yang kulatih"! Hanya ada satu cara untuk
membuktikannya!"
"Bibi...," keputusan yang diambil membuat Pendekar Mata
Keranjang bicara pada Bidadari Berkabung.
"Aku tak bisa berlama-lama di sini. Aku masih ada sebuah
urusan yang penting. Selamat tinggal...!"
Tanpa menunggu jawaban Bidadari Berkabung, Aji melesat
tinggalkan tempat itu. Ketika menggerakkan kaki, pemuda ini
hampir terpelanting. Karena, kecepatan lesatannya tak bisa
diaturnya. Jauh lebih cepat dan laju daripada sebelumnya.
Aji kebingungan sejenak. Tapi, dia langsung teringat akan
Mustika Naga Hitam yang ditelannya.
"Mungkinkah ini karena mustika itu" Rasanya tidak salah
lagil Pasti karena benda pusaka itu !"
Sementara Pendekar 108 tengah blingsatan untuk
mengendalikan kemampuan larinya yang mendadak meningkat pesat, Bidadari Berkabung melongo. Wanita ini
semula hendak mengejar. Tapi, urung ketika melihat
kecepatan lari Pendekar 108. Bidadari Berkabung tahu kalau
dia tak akan sanggup menyusulnya!
"Ada sesuatu yang terjadi pada diri bocah itu," Bidadari
Berkabung membatin. "Dan, aku yakin ini ada hubungannya
dengan Mustika Naga Hitam yang ditelannya ! "
Beberapa ribu tombak dari tempat Bidadari Berkabung, di
sebuah tempat yang tersembunyi, Pendekar 108 menghentikan langkah. Dia membuka pakaiannya dengan tak
sabar, lalu memeriksa dada kirinya.
Jantung pemuda berambut dikuncir ekor kuda ini berdetak
jauh lebih cepat ketika melihat adanya rajahan seekor naga
berwarna perak di dada kirinya. Rajahan itu sama persis
dengan lukisan naga pada Lembaran Kulit Naga Pertala, dan
juga dengan bayangan naga di atas puncak Bukit Siluman.
"Naga Pertala...," desis Aji penuh rasa tidak percaya.
"Apakah ini berarti ilmu-ilmu dalam Lembaran Kulit Naga
Pertala itu telah berhasil kumiliki"! Bukankah munculnya
rajahan ini telah menjadi pertanda kalau pemiliknya telah
memiliki dan menguasai ilmu-ilmu di lembaran kulit itu "! Itu
yang dikatakan oleh Setan Pesolek, kalau aku tak salah
mengingatnya."
"Sekarang aku mengerti... ilmu-ilmu yang kulatih dalam
keadaan aku seperti mati itu adalah ilmu-ilmu yang tersirat
dalam Lembaran Kulit Naga Pertala."
Rasa penasaran dan tidak percaya membuat Aji
melayangkan pikiran pada mimpinya. Dan, dia mampu
mengingat semuanya dengan baik. Bahkan setiap jurus yang
dilatihnya. "Setan Pesolek benar ! Ternyata tempat ini yang menjadi
jawaban atas masalahku. Aku telah berhasil menguasai ilmu-
ilmu dalam Lembaran Kulit Naga Pertala, berkat Mustika Naga
Hitam...."
Dengan perasaan lega dan gembira, Aji melesat
meninggalkan tempat itu. Sekarang, pemuda ini tak kerepotan
dengan larinya, karena telah mampu mengaturnya. Dan,
dengan ilmu-ilmu serta kemampuan yang didapatkannya ini,
Pendekar Mata Keranjang 108 akan lebih mampu menumpas
angkara murka di dunia ini.
SELESAI PENDEKAR MATA KERANJANG
Ikuti kisah selanjutnya!!!
Serial Pendekar Mata Keranjang 108 dalam episode:
DARAH PENYAMBUNG NYAWA
SELESAI Pembuat Ebook :
Scan buku ke djvu : Novo
Convert : Dewi KZ
Editor : Lutfi Ebook pdf oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kangzusi.info/ http://cerita_silat.cc/
Pendekar Sadis 12 Pedang Kayu Cendana Karya Gan K H Syair Maut Lelaki Buntung 1
^