Pencarian

Rahasia Barong Makara 2

Pendekar Naga Geni 2 Rahasia Barong Makara Bagian 2


dalam saat saat yang memaksa, dayung-
dayung itu digunakan untuk penggada
sebagai senjata.
Kemudian barisan berlembing,
pemanah dan barisan senapan lasak.
Begitulah, tak lama kemudian setelah
Mahesa Wulung mengucapkan beberapa
patah kata sambutan, barisan itupun
bubarlah dan kembali kepada kesibukan kerjanya masing2.
* * * * Telah hampir sebulan Pandan Arum
dirumah bibinya. Selama itu banyak
terlihat kemajuannya, baik ilmu
silatnya yang kini bertambah dengan
ilmu permainan selendang "Sabet Alun"
yang dahsyat maupun ilmu obat-obatan
dari bibinya Nyi Sumekar, sehingga
pandan Arumpun tahu cara-cara
mengobati, dari luka-luka kecil sampai orang yang keracunan.
Siang itu Pandan Arum mengikuti
bibinya mencari dedaunan dan akar-akar untuk bahan peramu obat-obatan.
Keduanya sampai di hutan-hutan kecil
yang banyak tersebar disekitar pondok
mereka dikaki Gunung Muria. Jalan
mereka semakin menurun ke barat yang
hutannya bertanah datar dan bila me-
reka tiba disebuah jalan rintisan
kecil membujur dari selatan ke utara, Nyi Sumekar tiba-tiba menarik tangan
Pandan Arum ke balik sebuah pohon yang terlindung semak-semak bambu. Suara
ringkuk kuda dan langkah-langkah
kakinya terdengar lamat-lamat
dari arah selatan, kemudian tak berapa lama muncul empat orang berkuda. Seorang
diantaranya bicara seenaknya, sambil
sebentar-sebentar mulutnya meneguk
seruas bambu berisi minuman tuak
hingga berceceran didadanya sedang
kumis dan jengotnya pun basah kuyup
seperti bulu tikus yang kesiram air.
Badannya kecil tapi kelihatan keras.
- Kawan-kawan, kita sebentar lagi
selesai tugas dan segera pulang ke
Pulau Ireng. Kita semua mendapat upah
nanti, dari ketua Cucut Merah . . .! -
Kata orang si peminum tuak itu kepada ketiga temannya dengan suara yang
sember menggatalkan telinga.
- Apa kalian masih ingin lebih
lama tinggal disini ditanah terkutuk
ini" - - Hi, hi, hi, ada-ada saja kakang
Manjung Seta ini. Mana bisa orang-
orang seperti kita lebih senang
tinggal ditanah orang. Kan lebih enak kumpul bersama kawan-kawan disarang
Pulau Ireng dari pada disini. - ujar teman yang berkuda di sampingnya.
Perawakan orang ini, bertubuh pendek
dan kokoh sedang kepalanya gundul
berkumis cerapang.
- Benar juga katamu itu adi
Buntal Doreng, kecuali kalau kita
sudah kecantol sama gadis dari sini -
tukas si Manjung Seta.
- Hua, ha, ha, ha, ha, - keempat
orang berkuda itu tertawa terbahak2
sampai tubuhnya terguncang dan kuda2
pada meringkik saking terkejutnya.
- Tapi mana ada gadis sini yang
mau denganku. Melihat gundul kepalaku dengan kumis ijuk ini mungkin mereka
pada lari terbirit2, ketakutan -
sambung si Buntal Doreng lagi, dan
keempatnya tertawa lagi cekakaan.
- Kakang Manjung Seta tugas kita
disini selanjutnya bagaimana" -
bertanya si Buntal sampai memandang ke arah Manjung Seta, demikian juga
dengan kedua orang lagi yang berkuda
dibelakangnya. - Kita menuju ke utara ke desa
Bangsri. Disana disebuah warung minum
yang pada dindingnya tergantung
sebilah dayung perahu, kita telah
ditunggu oleh kakang Tambangan. Dialah yang akan memberi tugas2 kita
selanjutnya berkenaan dengan pesta
dipangkalan Jepara. -
- Pesta" Siapa yang berpesta
disana" - tanya Buntal Doreng.
- Ah, goblok kau adi! Tentu yang
pesta disana ya orang-orang dari
armada kerajaan Demak. Mereka telah
selesai mempersiapkan perahu-perahu
dan orang2nya untuk menggempur sarang
kita Pulau Ireng di Karimun Jawa -
ujar Manjung Seta. - Lima hari lagi
mereka berangkat.
- Wah, celaka kalau begitu -
potong Buntal Doreng disertai rasa
kecemasan yang membayang pada roman
mukanya. - Lalu apa tindakan kita
kakang" -
- Nah, itulah yang akan kukatakan
- jawab si Manning kemudian - Kita
menyusup dimalam hari ke tempat mereka mengadakan pesta dan kita bikin
kekacauan disana! Keterangan
sekecil2nya nanti akan diberikan oleh
kakang Tambangan di Bangsri. Nah,
ajolah kita cepat2 berpacu kesana.
Nanti kita dapat mengisi perut lagi
dengan makanan dan minuman tuak
sepuas2nya! - Manjung Gember berkata dengan menarik kekang kudanya diikuti
oleh ketiga temannya berpacu ke arah
utara. Jari2 Pandan Arum yang memegang
lengan bibinya, terasa gemetar saking
geramnya mendengar ucapan dan
pembicaraan mereka tadi. Yang
terbayang dimatanya sangat mengerikan
seandainya maksud orang tersebut
betul2 berhasil. Tampak pemandangan
orang2 yang kacau balau, sementara itu perahu-perahu yang berderet
dipangkalan Jepara kesemuanya di
gelimangi oleh nyala api berkobar2
terbakar sampai ke orang-orangnya!
- Tapi, tidak, Tidak! Itu tidak
boleh terjadi pada mereka. Aku harus
mencegahnya sebelum mereka berbuat
lebih jauh, apa lagi jika kakang
Mahesa Wulung sampai cedera ... -
berpikir Pandan Arum dengan hati yang
resah. Nyi Sumekar yang bijaksana itu
sudah maklum apa yang bergejolak
dihati Pandan Arum, maka cepat2 ia
mengajaknya pulang dengan segera. -
Ayo, Pandan, kita pulang sekarang! Kau harus mencegah maksud jahat mereka.
Kalau mereka mengatakan bahwa armada Demak berangkat lima hari lagi
setidak2nya pesta itu akan
dilangsungkan pada hari ketiga atau
keempat. - - Benar bibi. Aku akan berangkat
sekarang juga ke Bangsri, kemudian
kembali ke Jepara! -
Keduanya segera berlari pulang
melalui semak belukar dan hutan2
perdu, Nyi Sumekar serta Pandan Arum
masing2 mengetrapkan ilmunya
mengentengkan tubuh sehingga kaki2
mereka seolah-olah tidak menginjak
tanah tapi melayang diatasnya, berlari meloncat2 seperti dua ekor kijang,
amat lincahnya.
Sejurus kemudian sehabis
menerobos hutan sampailah mereka
dipondoknya kembali. Pandan Arum
segera berkemas2. Mula2 ikat kepalanya yang merah berbunga hitam dipakainya
kembali dengan rapi, sehingga
rambutnya yang indah itu kini
tersembunyi dibawahnya. Sekarang yang
terlihat oleh Nyi Sumekar bukan lagi
seorang gadis cantik bernama Pandan
Arum, tetapi seorang pemuda tampan
yang bernama Gagak Bangah. Bibinya
yang telah menyiapkan sekantung kecil
obat2an untuk Pandan Arum, tersenyum
geli melihat kemenakannya pandai
berdandan dan menyamar sebagai seorang pemuda.
- Anakku Pandan Arum, ini bawalah
sebuah selendang jingga dari bibi
untuk menjaga dirimu, Tapi ingat,
janganlah dia digunakan sembarangan.
Dan ini sekantung obat hasil ramuan
bibi seperti yang telah kau pelajari
pula, boleh kau bawa serta.
Pergunakanlah keduanya bilamana perlu
- ujar Nyi Sumekar seraya menyerahkan kedua benda tersebut kepada Pandan
Arum. - Terima kasih bibi, Pandan
mengharap doa restu bibi semoga saja
berhasil dalam menunaikan tugas ini -
ujar Pandan Arum seraya mencium kedua
punggung tangan Nyi Sumekar.
- Ya, ya, Pandan. Tuhan akan
selalu melindungimu, melindungi setiap makhlukNya yang selalu berbuat
kebajikan, suka menolong sesamanya.
Berangkatlah, doa restu bibi akan
menyertaimu, Pandan. -
Pandan Arum yang kini berpakaian
pria dan memakai nama Gagak Bangah
cepat2 menyiapkan kudanya dimuka
pondok itu, dan segera meloncat ke
punggungnya. - Selamat tinggal bibi, lain kali Pandan menengok kesini lagi.
- - Selamat jalan nak hati2 dan
ingat nasehat2 bibi, Pandan - Seru
Nyi Sumekar mengikuti Gagak Bangah
yang sebentar saja memacu kudanya
kearah utara dan lenyap dibalik semak
bambu. ***** Matahari hampir tenggelam
disebelah barat sedang sinar2 panas
yang dipanahkan tertampak dilereng-
lereng Gunung Muria. Gemerlapan amat
indahnya. Gagak Bangah yang memacu
kudanya ke utara, tak sempat mengagumi keindahan panorama yang indah itu,
karena pikirannya dipenuhi oleh
persoalan2 gawat yang harus disele-
saikan segera. Meski malam telah
menjelang Gagak Bangah terus menerobos menuju ke utara. Ia tak boleh membuang
waktu sebab jalan menuju ke Bangsri
masih kurang lebih satu setengah hari lagi.
Seorang laki2 yang duduk
seenaknya dengan satu kakinya ditaruh
diatas bangku, kembali menyeruput air
tehnya sementara tangan kirinya
menjemput goreng pisang dan sekali
lahap, lenyapnya pisang itu ke dalam
mulut. Orang itu tampak resah dan
sebentar-sebentar mendenyakan
mulutnya, sampai menongolkan kepala
keluar dari jendela warung minum yang
pada dindingnya tergantung sebilah
dayung. - Hmm, sudah siang begini
setan2 itu belum mencungul, - gumam
orang itu dengan wajahnya cemberut.
Tapi tiba2 salak anjing dan derap kaki kuda terdengar sampai ke telinganya
dari arah selatan. Maka wajahnya
kembali menjadi cerah.
- Hee, setan2 pengapa sampai
sesiang begini baru tiba" - serunya.
- Maaf kakang Tambangan, kami
harus mengambil jalan melintas supaya tidak mencurigakan orang2 disini! -
kata Manyung Seta, sementara ketiga
orang yang lainpun telah turun dari
kudanya. - Ayo masuk lekas! Kita berunding
didalam! - perintah Tambangan dan
kelimanya segera masuk ke
dalam warung, lalu duduk dipojokan.
Bersamaan mereka masuk ke warung, dari arah selatan muncul pula sesosok
bayangan orang berkuda. Ia berhenti
disemak2. Selesai menambatkan kuda,
lalu mengendap2 mendekati warung itu.


Pendekar Naga Geni 2 Rahasia Barong Makara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu menempelkan telinganya ke
dinding, Gagak Bangah yang tajam
telinganya itu bisa menangkap
pembicaraan mereka.
- Manyung Seta, kau berempat
bertugas menyalakan api, sedang aku
sendiri beserta lima orang yang kini
menunggu di Jepara akan menyiapkan
minyak dan bahan peledak. Setelah
kuberikan isyarat panah api kita mulai bertindak. Kita bakar dan ledakan
kapal2 armada Demak itu dipangkalan-
nya. Nah, jelas bukan" Ada pertanyaan"
- - Kakang Tambangan, sesudah itu
apa tugas kita" -
- Kita menyelinap dan berkumpul
untuk kemudian lari dengan perahu yang telah kita sediakan. Begitulah, kita
musti menghancurkan mereka sebelum
mereka menyerang sarang kita, Pulau
Ireng. Kita mulai bergerak selagi
mereka sibuk berpesta dimalam itu. -
- Ha, ha, ha, kau memang cerdik
kakang Tambangan, - seru Manyung Seta sambil tertawa - Aku setuju dengan
rencanamu itu!" Mendadak selagi mereka sibuk bicara, dari luar terdengar
suara berteriak keras.
- Awas2 ada mata2! -
Serentak berlima mereka pada
berebutan keluar dari warung. Tamba-
ngan wajahnya menjadi tegang demi
diketahuinya, bahwa yang diteriaki
mata2 oleh pemilik warung itu tak lain ialah Gagak Bangah yang dulu perhah
mencegatnya didaerah Demak. Ia tidak
ingin mengambil resiko dalam
menghadapi Gagak Bangah, karena ia
sendiri pernah merasakan betapa orang
ini mernpunyai tenaga yang cukup hebat untuk dihadapinya. Buru2 Tambangan
berteriak memberi perintah - Manyung
Seta! Buntal Doreng! Cepat ikuti aku
pergi dari tempat ini! Biarkan
Carangan dan Si Bugel membereskannya.
Heee, Egrang! Bantu mereka berdua,
nanti kuberi uang sekantong!"Tiga orang itu segera mengurung
Gagak Bangah. Sementara Tambangan,
diikuti Manyung Seta dan Buntal Doreng berlompatan
ke atas kuda lalu memacunya ke arah selatan. Dengan
sinar mata penuh kejengkelan Gagak
Bangah mengikuti kepergian, ketiga
orang itu tanpa dapat berbuat sesuatu
untuk mencegahnya karena dirinya
dikepung oleh tiga orang lawan yang
harus dihadapinya.
Ketiga pengepungnya itu kini
telah mulai melancarkan serangannya.
Carangan dan si Bugel bersenjata
pedang, sedang pemilik warung yang
ikut mengepung dan agaknya memang kaki tangan bajak laut Pula Ireng, memegang
sebilah dayung perahu sebagai senjata.
Tubuhnya yang tinggi dengan kakinya
panjang2 di sertai gerakan yang ganas, ia memutar dayungnya seperti baling2
berkesiutan mendesing sangat menge-
rikan. Pantaslah kalau ia disebut
Egrang. Carangan dan Bugel tak mau
ketinggalan memperlihatkan permainan
pedangnya, yang penuh dengan bacokan2
maut. Maka dimuka warung itu
terjadilah satu lingkaran pertempuran yang dahsyat. Serangan dari ketiga
pengepung itu bertubi2 menghantam
Gagak Bangah laksana datangnya
gelombang samudera yang menghempas-
hempas. Tapi ketiga orang itu terbit
kecewa bila mereka melihat kenyataan
bahwa Gagak Bangah sangat lincah
mengelakkan setiap senjata yang
mengancam tubuhnya. Bahkan tak jarang
mereka terpekik hebat bilamana sehabis mengelak. Gagak Bangah menggerakkan
tangannya dan tahu2 mencubit mereka.
Tentu saja mereka kelabakan
mendapat seranga cubit dari Gagak
Bangah sebab sehabis kulit mereka kena cubit, tentu timbul bengkak2 kecil
berwarna merah, panasnya seperti api.
Sebenarnya mereka heran, sebab
mencubit adalah biasa dilakukan oleh
gadis2 saja sedang lawan mereka kini
adalah seorang pemuda yang berwajah
tampan dan berbibir merah.
Pertempuran dimuka warung itu
telah berlangsung berpuluh jurus,
namun dari lingkaran pertempuran belum seorangpun yang roboh. Yang
menjengkelkan ketiga lawan Gagak
Bangah itu, ialah cara bertempur
pemuda ini. Ia hanya bertangan kosong
saja sedang mereka bersenjata. Lama2
mereka merasa malu, dan segera
memperhebat serangannya!
Gagak Bangah mulai merasa
kerepotan menghadapi serangan2 yang
kini datangnya makin rapat, hingga
tubuhnya seolah2 dikurung oleh tiga
gulungan sinar senjata. Maka
dikerahkan seluruh tenaganya dan
dengan ilmu mengentengkan tubuh, Gagak Bangah meloncat keluar lingkaran
pertempuran, bersamaan dengan itu
ketiga senjata musuh yang menyerang
dirinya menjadi saling beradu satu
dengan yang lain. Tapi ketiganya
segera memperbaiki diri dengan tiap
menyerang Gagak Bangah. Pendekar muda
itu segera menguraikan selembar
selendang berwarna jingga yang melilit pada pinggangnya. Melihat itu ketiga
orang lawannya serentak tertawa
cekakaan berbareng.
- Hee, kau mau menari dengan
selendang itu" Ha, ha, ha ayo lekas,
menarilah sebelum mampus nyawamu!! -
teriak ejekan keluar dari mulut
Carangan. - Hi, hi, hi, agaknya dia mau
memakainya untuk terbang dan minggat
dari tempat ini - seru Bugel sambil
bertolak pinggang.
- Keparat, kalian bertiga boleh
buka mulut semau mu, tapi setelah kau
saksikan kehebatan selendang
ini, jangan lari dari tempat ini! - kata Gagak Bangak
sambil menggerakkan
selendangnya dan
berputar amat derasnya, sampai2 yang terlihat
hanyalah lingkaran yang berputar
berwarna jingga. Meskipun dalam hati
mereka merasa jeri melihat putaran
selendang jingga itu, namun seperti
digerakkan oleh perintah yang sama,
ketiga berbareng menyerang Gagak
Bangah. Untuk kedua kalinya terjadi lagi
lingkaran pertempuran ditempat itu,
meski hanya secara singkat saja. Sebab tak lama kemudian senjata Egrang yang
berujud dayung itu kena dilibat oleh
selendang Gagak Bangah dan membelitnya dengan keras. Egrang ternyata tak kuat
melawan tenaga dalam Gagak Bangah yang tersalur lewat selendangnya. Maka
senjata dayungnya kena terbetot lepas
dari tangannya kemudian terpental dan patah menjadi dua!
Mereka bertiga sangat terkejut
melihat hal itu. Lebih2 dengan si
Egrang itu sendiri. Selama ini senjata dayungnya tak pernah gagal merobohkan
musuh, tapi sekarang ia terpatah
menjadi dua, hanya disebabkan oleh
selembar selendang saja! Beium lagi
berpikir terlalu jauh, mereka
dikejutkan lagi oleh selendang Gagak
Bangah yang melayang bergerak kearah
mereka. Carangan dan Bugel cepat
memutar pedangnya untuk membabat putus selendang Gagak Bangah. Tapi seperti
mempunyai mata, selendang yang
digerakkan oleh tangan Gagak Bangah
amat lincah menghindari setiap sabetan pedang lawan, bahkan dapat menerobos-nya
untuk kemudian menyerang kearah
mereka. Inilah kehebatan ilmu
selendang "Sabet Alun" yang mampu
bergerak dan memukul seperti gelombang samudera, menghancur leburkan setiap
benda yang berani menghalanginya!
Amat cepat, bahkan sukar diikuti
oleh pandangan mata, tahu2 ujung
selendang Gagak Bangah mematuk ke
kepala Carangan, lalu sekali lagi
mematuk kepada Bugel.
Bagai disamber geledeg, kedua
orang itu roboh ke tanah persis dua
batang pohon tumbang. Dari mulut dan
hidungnya keluar daerah merah, mereka
tak bernapas lagi.
Egrang sangat ketakutan melihat
kedua temannya roboh mati. Ia segera
menjatuhkan diri ketanah dan merintih
ketakutan. - Aduh, aduh, ampuni aku tuan!
Aku sebetulnya bukan dari gerombolan
bajak laut Pulau Ireng tapi aku
dipaksanya untuk berpihak kepada
mereka. Kalau menolak, aku pasti
dibunuhnya! - Gagak Bangah sebenarnya ingin
membereskan sekali dengan si Egrang
tapi melihat sinar mata orang ini yang bening penuh kejujuran, terpaksa ia
mengurungkan maksudnya. Bersamaan
dengan itu menghambur lari, keluar
dari warung minum seorang perempuan
menggendong anak kecil sambil
menangis. - Oh, tuan muda, jangan dibunuh
suami hamba ini. Dia orang baik2. Dia
terpaksa meladeni dan menyediakan
makanan mereka karena kami dipaksa.
Kalau tidak mau, mereka akan menumpas
keluarga kami! -
Melihat mereka, hati perempuannya
menjadi beriba dan Gagak Bangah yakin
bahwa Egrang benar2 orang baik.
- Baik kau kuampuni, asal kau
bersumpah dan berjanji mau membantuku menggagalkan maksud jahat mereka! -
seru Gagak Bangah seraya memilitkan
kembali selendangnya ke atas pinggang.
- Demi Tuhan, aku berjanji
membantumu untu menghancurkan rencana
jahat mereka! - kata Egran sungguh2.
- Kalau begitu ayo, lekas ikut ke
Jepara bersama ku! Besok malam adalah hari keempat! Dan pesta dipangkalan
armada Jepara pasti dilangsungkan
malam-malam itu! -
- Benar tuan, kita harus tiba
disana sebelum pesta itu dimulai -
seru Egrang sambil melepaskan seekor
kuda yang tertambat dipohon sawo, lalu mengikut Gagak Bangah. Keduanya
berpacu kearah selatan mengikuti arah
larinya Tambangan beserta Manyung Seta dan Buntal Doreng. Isteri Egrang kini
merasa lega, karena suaminya telah
terbebas dari tindasan banjak2 laut
Pulau Ireng. Sore itu tampak kesibukan
dipangkalan armada Jepara, Panggung
yang tinggi telah berdiri dan
seperangkat gamelan serta peralatan
wayang kulit terlihat tengah
di- siapkan. Siang tadi adalah hari terakhir
bagi mereka menyiapkan perahu2 dan
berlatih oleh keprajuritan, sebab
besok pagi2 sekali mereka akan
mengarungi lautan dan menyerang Pulau
Ireng di Karimun Jawa, sebab pulau
kecil itu telah dijadikan sarang bajak laut yang selama ini
telah bersimaharajalela dilaut Jawa mengacau lalu lintas perdagangan.
Persiapan pertunjukan itu tampak
lancar, karena masing2 bekerja dengan
sungguh2. Jagayuda berkeliling
memeriksa mereka. Sekali2 ia berhenti
dan membantu serta memberi petunjuk2


Pendekar Naga Geni 2 Rahasia Barong Makara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bila ada kesulitan2 yang terjadi.
Sedang dari atas perahu jung Barong
Makara yang megah, dua orang sibuk
bercakap2 sambil memandang kesibukan
kerja dipangkalan itu.
- Kanda Hang Sakti, besok kita
mulai berlayar ke barat laut, dua tiga hari baru kita tiba di Karimun Jawa. -
- Ya, mudah2an tak aral melintang
dalam pelayaran kita nanti, adi Mahesa Wulung - ujar Hang Sakti yang berdiri di
sampingnya. Matahari pelan2 terbenam ke
cakrawala barat, merupakan bola api
yang memerah seperti ditarik oleh satu tenaga raksasa. Sisa2 sinarnya masih
menyaput dilangit berwarna merah
keunguan, sedang dicakrawala timur
mulai bermunculan bintang2 satu demi
satu berkelip2 cahayanya.
- Lihatlah nanti kanda Hang
Sakti. Andika pasti tertarik oleh
beberapa nomor pertunjukan awal.
Mereka yang siang tadi telah menutup
latihan oleh keprajuritan, malam ini
akan mempertunjukkan ketrampilan silat mereka serta menggunakan senjata2. -
- Benar adi Mahesa Wulung, aku
sangat tertarik. Mungkin dengan itu
pengalamanku akan bertambah matang.
Namun kiranya yang paling menarik
adalah pertunjukan wayang kulit yang
belum pernah kulihat
dinegeriku Malaka. Menurut kata orang yang
menggubah wayang kulit itu ialah para
Wali Demak. - - Memang begitulah dari cerita2
orang tua. Meskipun ada juga yang
ragu2 akan hal itu, tapi satu hal yang mereka tidak boleh ragu2 bahwa wayang
kulit tadi adalah hasil ciptaan nenek
moyang kami. Dalam wayang kulit itulah kanda Hang Sakti akan menjumpai se-
gala2nya mulai dari irama gamelan,
tembang, sampai kepada ilmu tata
negara, keluhuran budi, peperangan dan lain sebagainya. Sedang masing2 sifat
dan watak tokoh2 dalam wayang kulit
akan tergambar jelas pada bentuk2nya.
Misalnya untuk tokoh yang berjiwa
pemberani dan tegas digambarkan dengan kepala lurus ke depan agak tengah
sedang untuk yang berjiwa ksatrya,
pendiam dan lurus budinya, kepalanya
tergambar tunduk. Begitulah
seterusnya, nanti kanda Hang Sakti
akan dapat melihatnya. -
Benarlah kata2 Mahesa Wulung itu
sebab ketika tiba saatnya pertunjukan
wayang kulit. Hang Sakti hampir2 tak
berkedip menyaksikannya, betul2 ia
terpesona. Apalagi ki dalang sangat
lincah melakukan ceritanya, kisah Sang Bima yang difitnah oleh pihak Korawa
untuk mencari tirta amerta yang me-
nurut Durna terletak di tengah
samodera maha luas dengan maksud agar Sang Bima binasa disana ditelan oleh
naga atau gelombang setinggi gunung.
Namun akhirnya Bima ditolong oleh
seorang dewa bernama Dewa Ruci dan
selamatlah dia.
Waktu malam bertambah larut, dan
orang2 pun makin tenggelam dalam
jalinan ceritera wayang kulit itu,
berkelebatlah delapan bayangan orang
dari arah utara, mengendap2 bergerak
sangat hati2 mendekat sebuah kapal
yang berlabuh paling utara. Seorang
diantaranya melemparkan sebilah obor
menyala ke atas geladak perahu dan api sebentar saja menjilat2 ganas dengan
hebatnya. Ketika mereka mendekati
perahu kedua, tiba2 dua bayangan
berkelebat melayang dan menyerang
mereka. Kedua orang itu adalah Gagak
Bangah dan Egrang yang masing2
bersenjata selendang dan sebilah
dayung perahu. Bagai terbangun dari
tidurnya orang kelabakan melihat
sebuah perahu terbakar menyala2.
Untunglah itu hanya sebuah perahu
ukuran kecil saja. Lebih terkejut lagi bila mereka melihat delapan orang
terlibat dalam satu pertempuran tak
jauh dari perahu yang terbakar itu
melawan dua orang.
- Egrang! Kau mengkhianati kami!
Keparat! - teriak Tambangan memaki2
ketika dilihatnya kini bahwa Egrang
bersama Gagak Bangah menyerangnya
- Aku kini orang merdeka dan
melek. Aku bisa membedakan mana yang
baik dan mana yang jahat!! - bentak
Egrang sambil memutar dayungnya.
Seorang anak buah Tambangan tak sempat menghindar dan terbabat ujung dayung pada
dadanya hingga rebah ketanah
dengan luka menganga mengerikan
Hampir semua orang berloncatan
kearah lingkaran pertempuran diujung
Utara kalau tidak keburu Mahesa Wulung mencegah mereka dengan teriakan
mengguntur berlambaran aji "Bayu
Rasa"-nya.
- Kawan2! Tenanglah! Tinggallah
ditempatmu masing2 biar aku yang
menyelesaikan! - Begitu habis berteriak, tubuh Mahesa Wulung melesat ke utara seperti mengambang diatas
tanah saking cepat gerakannya. Itulah
ilmu "lari diatas rumput" atau disebut
"sapi ngin" membuat seseorang berlari tanpa membikin rumput bergoyang
sebenarnya ilmu lari itu biasa saja,
seperti yang dipelajarinya dari Panem-
bahan Tanah Putih. Hanya saja karena
dilambari aji "Bayu Rasa" maka kekuatan lari itu menjadi berlipat
ganda dan membuat tubuh enteng seperti kapas.
Ketujuh orang yang menyerang
Gagak Bangah dan Egrang bergerak
sangat ganas laksana tujuh ekor
harimau kelaparan mengamuk. Tapi yang
dikepung bergerak pulia tak kurang
hebatnya seperti dua ekor banteng yang ketaton, mampu memukul hancur setiap
serangan2 lawan. Belum lagi lama
mereka bertempur, meluncurlah sesosok
bayangan ke tengah arena pertempuran
itu yang mengenakan kain penutup
hidung dan mulutnya berwarna biru muda dengan gambar Makara kuning emas.
Orang itu memutar cambuknya yang
menyala biru kehijauan.
- Barong Makara! - teriak salah
seorang diantara mereka sampai keenam
kawannya yang lain pada terlongoh
keheranan. Ternyata Barong Makara yan
disangka mati itu kini muncul kembali.
Nama itu cukup menghantui mereka
dilautan. Lima kali putaran cambuknya,
Barong Makar telah menjatuhkan seorang lagi dari keenam anak buah Tambangan.
Tambangan menjadi penasaran
melihat pedangnya kena terampas oleh
libatan selendang Gagak Bangah. Cepat ia mecabut sepucuk pistol lalu
ditembakkan ke arah Gagak Bangah.
Melihat itu cepat
Gagak Bangah mengendap. Bersamaan pestol berdentam, ia memiringkan tubuh ke kiri sambil
mengibaskan selendangnya ke
udara Taar! terdengar
suara itu akibat
peluru pistol yang melayang kena
tersampok oleh selendangnya hingga
butiran timah itu melesat jatuh ke
tanah. - Hebat kau Gagak Bangah! -
terdengar teriakan memuji dari balik
topeng Barong Makara.
Mendengar suara Pendekar Barong
Makara, Gagak Bangah terperanjat,
sebab suara itu adala suara Mahesa
Wulung. Bibirnya tersenyum penuh
pengertian apalagi bila dilihatnya
bahwa Baron Makara bersenjata cambuk
"Naga Geni" maka yakinlah bahwa Barong Makara dan Mahesa Wulung adalah satu
orangnya. Hanya saja sebagai Pendekar
lautan ia lebih dikenal sebagai
"Barong Makara"..........
Gagak Bangah kembali mendesak
Tambangan. Belum lagi bajak laut ini
menyiapkan tembakan berikutnya, keburu selendang Gagak Bangah menyambar lalu
melihat pistol yang masih tergenggam
erat pada tangan Tambangan. Maka tak
ampun lagi tangan Tambangan sekaligus
terbelit dan terpelintir oleh
selendang itu. Belum lagi bajak laut ini
menyiapkan tembakan berikutnya keburu
selendang Gagak Bangah menyambar lalu
melibat pistol yang masih tergenggam.
- Selendang terkutuk - teriak
Tambangan keras2 lalu tangan kirinya
mencabut pisau belati dari pinggangnya dan berusaha memotong selendang itu,
tapi tahu2 tangan kanannya terasa
perih sebab Gagak Bangah mulai
menghentakkan selendang itu. Dan tubuh Tambangan ikut tertarik, kemudian
terlambung ke atas dan terhempas ke
tanah dengan suara keras berdebuk
disertai teriakan ngeri terlontar dari mulutnya. Tamatlah sudah riwayat
Tambangan. Bersamaan dengan itu dengar pula
jeritan berkepanjangan dan kelihatan
tubuh Manyung Seta terlontar oleh
sabetan cambuk Naga Geninya Barong
Makara. Tubuhnya hangus kehitaman
bagai dipanggang oleh bara api.
Dengan jatuhnya Tambangan disusul
oleh Manyung Seta, cukup membikin
jerih keempat bajak laut yang masih
tinggal. Cepat2 mereka berusaha kabur, namun seorang lagi kena terpukul ujung
selendang Gagak Bangah, lalu jatuh
terbanting ketanah tak bernyawa lagi.
Ketiga orang lain yang mencoba lari ke
utara oleh pasukan2 penjaga pantai
berramai2 kena disergapnya
- Ah, terima kasih Gagak Bangah,
kau telah menyelamatkan armada kita.
Untung yang terbakar itu hanyalah
sebuah perahu kecil saja. - ujar
Barong Makara sambil menggeser kedok
yang menutup mulutnya ke bawah, hingga Gagak Bangah segera dapat mengenai
wajah itu. - Kakang Mahesa Wulung, aku sudah
mendengar rencana mereka sejak di
Bangsri. Dan ini diperkenalkan, Egrang yang telah membantu kita menggagalkan
rencana jahat mereka. - Egrang yang
selama ini tinggal diwarungnya saja,
merasa gembira dapat berkenalan dengan Mahesa Wulung, satu tokoh yang
terkenal hampir di sepanjang pesisir
utara Jawa karena keperwiraan dan
sepak terjangnya yang selalu membela
kebenaran dan keadilan.
Ketika Mahesa Wulung, Gagak
Bangah dan Egrang sedang asik
berbicara datanglah tergopoh2 Jagayuda bersama Hang Sakti kearah mereka.
Ternyata memang keduanyalah yang
memimpin penangkapan itu.
- Kakang Mahesa Wulung, ketiwasan
kakang! - ujar Jagayuda dengan dada
turun naik terengah2. - Saya kuatir
bahwa persiapan armada kita untuk
menggempur Karimun Jawa ini sia2 saja!
- - Sia-sia, bagaimana maksudmu" -
tanya Mahesa Wulung terperanjat -
Apakah ini kurang sempurna, atau ....
- - Mereka, bajak2 laut itu sudah
mengetahui persiapan kita kakang,
sehingga Pulau Ireng telah mereka
perkuat dengan meriam2 serta
pertahanan2 yang kuat. Demikianlah,
keterangan yang berhasil kami korek
dari ketiga orang yang tadi telah ber-
hasil kami tangkap! -


Pendekar Naga Geni 2 Rahasia Barong Makara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

- Hmmm, mereka benar2 memang
licin! Tetapi kita tidak boleh
menggagalkan penyerbuan ini, sebab
akibatnya sangat buruk bagi perajurit2
armada. Mereka pasti kecewa dan turun semangatnya. Sedang buat mereka,
bajak2 laut Pulau Ireng, pasti akan
tertawa cekekekan bila kita
mengurungkan penyerbuan ini. -
- Dinda Mahesa Wulung, lalu
apakah rencana kita selanjutnya" -
menyela Hang Sakti dalam pembicaraan
itu. Ia sangat mencemaskan nasib
adiknya Nurlela yang tertawan di Pulau Ireng. Pada waktu itu mereka berlima
berdiri tidak jauh dari tonggak2 kayu
yang berjajar tempat menambatkan tali2
perahu. - Begini kanda Hang Sakti,
rencana itu harus kita rubah agar
penyerbuan ke Pulau Ireng tidak
memakan korban terlalu banyak. Besok
kita akan berlayar secara diam2 dan
mendarat di Karimun Jawa pada waktu
malam yang berkabut dengan sebuah
perahu. Nah, setelah sampai disana,
kita cari pulau yang paling timur agar mereka tidak melihatnya, sebab Pulau
Ireng salah satu pulau dari ketujuh
pulau gugusan Karimun Jawa terletak
paling barat sendiri. Kita akan
berusaha membebaskan adik tuan secara
diam2 setelah itu barulah mereka kita
gempur habis2an dari dalam. Sementara
itu, adi Jagayuda dengan kapal2 armada lainnya sudah harus tiba disana dua
hari setelah keberangkatan kita dan
menggempur mereka dari lautan. Dengan
begitu mereka akan kita gempur dari
darat dan laun. -
Mendadak, ketenangan itu
dipecahkan oleh gerakan Gagak Bangah
yang amat tiba2 melecutkan
selendangnya kearah tonggak2 kayu tak jauh dari tempat mereka. Hampir
semuanya terkejut melihat tambaran
selendang jingga yang mematuk kebalik
tonggak2 kayu disusul oleh satu
jeritan panjang mengerikan "Taaar".
Mereka cepat berlompatan ke balik
tonggak2 itu dan satu teriakan kecil
saking kagumnya terlompat dari mulut
Mahesa Wulung. Hang Sakti, Jagayuda
dan Egrang sedang Gagak Bangah sendiri cuma tersenyum2 manis.
Ternyata dibalik tonggak-tonggak
kayu itu telah menggeletak tak
bernyawa seorang yang memakai seragam
perajurit armada Demak dengan kepala
yang pecah. Mula-mula Mahesa Wulung
hampir2 marah melihat perbuatan Gagak
Bangah yang seolah-olah kelihatan
sangat sembrono itu. Namun setelah ia
memeriksa tubuh si korban, Mahesa
Wulung cuma menggeleng2kan kepalanya
demi dilihatnya gambar tengkorak hitam bersilang dua tulang tergambar jelas
pada lengan orang itu. Satu tanda yang selalu terdapat pada setiap anggota
gerombolan bajak laut Pulau ireng!
- Ah, kaulah yang lagi-lagi
menyelamatkan kita semua, adi Gagak
Bangah. Orang itu tidak lain adalah
anggota bajak laut Pulau Ireng. -
- Itu tadi hanya secara kebetulan
kakang, karena aku merasa ada gerak-
gerak suara yang mencurigakan dari
balik tonggak2 kayu. Maka aku kecutkan selendangku ini kesana! -
- Hampir saja kita kebocoran
lagi, kawan-kawan. Marilah kita
kembali kebalai Ksatriaan untuk
memperinci rencana penyerbuan itu
lebih lanjut. -
Kekacauan yang telah dilakukan
oleh tangan2 kotor bajak laut Pulau
Ireng sebentar saja dapat diatasi oleh mereka. Perahu yang terbakar habis
bagian atasnya telah dipadamkan oleh
perajurit armada Demak dan pesta
itupun dilanjutkan lagi dengan meriah
sampai fajar mengembang diufuk timur.
Keesokan harinya, sebuah perahu jung
yang sibuk disiapkan untuk berlayar,
selesai dalam waktu yang pendek. Tiga
orang sebelum naik ke atas perahu,
masing-masing Mahesa Wulung, Hang
Sakti dan Gagak Bangah berjabat tangan dengan Jagayuda dan Egrang.
- Ingat adi Jagayuda, usahakan
kau dan anak buahmu tiba, disana dua
hari kemudian, langsung kau gempur
pertahanan Bajak laut Pulau Ireng
setelah kau lihat panah api yang akan
kutembakkan ke angkasa. -
- Baik kakang, kami usahakan
sungguh-sungguh! - ujar Jagayuda, -
Selamat jalan semoga Tuhan menyertai
kalian. - Ketika perahu Barong Makara mulai
bergerak, disepanjang pangkalan
berderet, melambai-lambaikan tangan
para perajurit armada Demak sebagai
ucapan selamat jalan.
Dayung2 bergantian menyibak air
laut seperti kaki2 seekor naga yang
tengah berenang disamodera. Layar-
layarpun mulai penuh dikembangkan
berwarna putih kebiruan amat serasi
dengan bendera makara kuning emas
berdasar biru muda itu, sehingga jung itu meluncur ke arah barat laut dengan
lajunya. 2 SEBUAH kapal galli Portugis
tampak berlabuh di sebuah teluk di
Pulau Ireng, sebuah pulau paling barat dari gugusan kepulauan Karimun Jawa.
Matahari hampir tenggelam, sehingga
beberapa orang bajak laut segera
memasang lampu untuk menerangi ruang
itu, yang terdiri dari sebuah rumah
kayu menempel pada dinding karang
pulau tersebut. Disebelah dalam
ruangan itu melebar, menjorok kedalam
dinding karang merupakan sebuah goa
batu. Sebuah meja panjang dipahat dari
batu karang dan duduk diujungnya si
Cucut Merah, disamping kirinya Ki
Macan Kuping dan disebelah kanan Todak Ireng pembantu utarna si Cucut Merah.
Diujung meja yang lain, duduk
disitu seorang Portugis berseragam
perwira lengkap dengan bayu besinya
dan disampingnya duduk pula dua orang
Portugis. - Tuan Baron Alfonso, apakah tuan
telah memahami isi surat yang telah
kami kirim ke Malaka itu" - kata Cucut Merah.
- Yah, bagus, bagus. Hal itupun
telah kulaporkan kepada beginda
d'Albuqurque di Goa. Hanya sayang
bahwa Hang Sakti dapat lolos. Tapi
biarlah, adiknya pun berguna bagi
kita. Pasti banyak keterangan2 yang
dapat kami korek dari dia. Dimana dia
sekarang" -
- Sabar, tuan Alfonso. Nurlela
akan kami serahkan, setelah kami
terima syarat2 yang telah kamu ajukan!
- tukas Cucut Merah.
- Ha, ha, ha, kau tak perlu
kuatir, Cucut Merah! Semua syarat-
syarat penukaran telah kubawa. Uang
emas, senjata, mesiu, kain2 yang indah sebagainya. Tunggulah sebentar lagi
akan kau lihat sendiri. -
Baron Alfonso bertepuk tiga kali, dari arah
pintu, masuklah beberapa orang
Portugis membawa peti-peti besar lalu
diletakkan didekat meja.
Mata Cucut Merah melotot
terbeliak ketika dia membuka salah
satu peti yang berisi penuh mata uang
emas. Peti yang lain dibuka pula
berisi perhiasan emas intan. Alfonso
tersenyum melihatnya.
- Terimalah itu sebagai penukar
Nurlela dan juga sebagai sumbangan
Portugis untuk kawan-kawan bajak laut
Pulau Ireng. -
- Hua, ha, ha, ha. Terima kasih.
Tuan Alfonso, kau sungguh2 sahabat
yang baik! Nah, marilah kita menuju
kepenjara. Tuan akan segera menerima
Nurlela dari tangan kami. -
- Heee, nanti dulu aku dengat
suara gemerisik diatas! - seru Baron
Alfonso yang tajam telinga. Sebagai
teman seperguan dengan Baron Sekeber
di Eropa ia telah banyak pengalaman
dan terkenal bertelinga tajam.
- Ah, itu hanya suara tikus-tikus
yang berkejaran, tuan Alfredo, - ujar si Cucut Merah menenangkan tamunya. -
Biarkan mereka . . . . -
Tapi jika waktu itu mereka
melihat keluar, ke atap rumah itu,
memang benarlah perasaan Baron Alfonso sebab dua bayangan hitam duduk diatas
rumah mendengarkan pembicaraan mereka.
Tiba-tiba saja bayangan itu cepat
berteriap bersamaan keluarnya Baron
Alfonso, Cucut Merah, Ki Macan Kuping
dan lain-lainnya dari dalam rumah itu.
Mereka berjalan kearah timur, masuk ke dalam goa karang yang terletak dibalik
sebuah batu karang bulat menonjol dari dalam tanah.
Tiba dimulut goa, Baron Alfonso
tertegun ragu-ragu
melihat jerajak
besi yang dipasang disitu sebagai
pintunya sedang ditepinya berdiri
seorang bertubu pendek kekar dan
berambut gondrong menggenggam tombak.
- Mengapa tuan seperti ragu-ragu.
Alfonso" - tanya Cucut Merah menyeringai ketika melihat tamunya
berwajah bimbang.
- Aku ragu-ragu apakah sarat yang
kau janjikan itu, benar-benar dalam
keadaan baik tak bercacat" - jawab
Baron Alfonso. - He, heh, heh, apakah tuan tidak
percaya dengan Cucut Merah dari Pulau ireng dan juga Ki Macan Kuping dari
alas Roban" Mesti dia terkurung dalam
goa, Nurlela mendapat perawatan yang
baik, sebab dia adalah permata yang
tak ternilai harganya. -
- Bukan aku tak percaya, - potong
Baron Alfonso - Aku cuma ingin lekas2
melihatnya! - - Bagus. - kata Cucut Merah lega.
- Hee, Bluntak! - perintahnya - cepat keluarkan dan bawa kemari itu permata dari
Malaka. Tapi awas Bluntak, macan
betina itu berbahaya! -
Bluntak segera membuka pintu goa
itu dan sebentar kemudian ia keluar
menggiring seorang gadis dengan tangan yang terikat kebelakang. Begitu tiba
diluar, Nurlela berhenti sejenak.
Matanya nanar, menyala penuh kebencian ketika memandang orang sekelilingnya.
Hal itu tampak jelas karena sinar obor yang dipegang oleh Bluntak menerangi
wajah Nurlela, hingga orang pendek
bertubuh kekar itu merasa jengkel.
Cepat tangan kanannya mendorong
punggung Nurlela ke
depan dengan kerasnya, sampai gadis ini yang tidak
bersedia hampir saja jatuh terjungkal.
Namun tanpa diduga tubuh Nurlela
berputar dengan cepat dan tahu-tahu
kaki kanannya mengirimkan satu
tendangan manis ke pinggang kanan
Bluntak. Meskipun tendangan itu hanya
disertai tenaga sedang saja, namun


Pendekar Naga Geni 2 Rahasia Barong Makara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dasar kaki seorang pendekar maka
akibatnya mengagumkan sekali. Tubuh
Bluntak terjengkang ke kiri dan tak
ampun lagi obor yang dipegan' pada
tangan kirinya jatuh tertindih oleh
dadanya. - Aduh, aduh, tobat! Dadaku
terbakar, aduh! - teriak kesakitan
Bluntak terlontar dari mulutnya diser-
tai tubuhnya yang berguling2 ditanah.
Melihat Bluntak itu, yang berkesan
dalam hati Cucut Merah bukan rasa
kasihan tapi malah dianggapnya satu
hal yang lucu, menggelikan hingga
Cucut Merah tertawa terbahak2. - Ha,
ha, ha badanmu kekar, kepalamu besar,
tapi otakmu sebesar tahi udang! Ayo
lekas bangun kau setan! Suruh temanrnu mengobati! - teriak Cucut Merah.
Dengan geram ia mendekati Nurlela
dan begitu tangannya siap melayangkan
pukulan ke pipi gadis itu tiba2 Alfonso berseru:
- Tahan! Kalau kau rusakkan
mukanya, kita batalkan saja perjanjian tukar menukar ini! -
Cucut Merah menggeram jengkel dan
terpaksa ia mengurungkan niatnya.
- Baik, aku tak akan
menyakitinya. -
Baron Alfonso menarik napas lega
dan matanya liar memuakkan menatapi
Nurlela dari ujung rambu sampai ke
ujung kaki dengan pandangan yang
bernapsu. - Jangan kau pandang begitu Baron
Alfonso nanti dia bisa jatuh pingsan,
- ujar Cucut Mera disusul oleh ketawa berderai dari mulut2 mereka.
- Baron Alfonso, tuan jangan
tergesa-gesa membawa gadis itu
sekarang, - berkata Cucut Merah,
kepada tamunya.
- Apa maksudmu Cucut Merah" -
sahut Alfonsc curiga.
- Gadis itu akan kami serahkan
besok malam pada upacara yang resmi,
tuan Baron! - - Upacara resmi, katamu" - tukas
Baron Alfonso setengah heran.
- Ya, besok adalah upacara
pendadaran dan pen-rimaan anggota-
anggota baru bajak laut Pulau Ireng.
Mereka datang dari mana-mana untuk
bergabung dengan kita. -
- Hemm, baiklah aku tak
berkeberatan soal penerimaan itu!
karena kamipun masih punya waktu yang
cukup banyak! - ujar Baron Alfonso
mengalah. - Bangsat! Aku tak melupakan
perbuatan kalian ini! Tunggulah
pembalasanku nanti! - Teriak Nurlela dengan keras sampai suara itu bergaung
memantul pada karang2 tebing di
sekitarnya. - Ha, ha, ha, ha, mulutmu besar
omongnya, gadis manis! Masih berani
mengancam kami heei" - Seru Cucut
Merah. - Rupanya kamu harus ditotok
lagi jalan darahmu supaya tidak
terlalu banyak tingkah! -
Sekali lagi keadaan jadi tegang
karena Cucut Merah sudah siap
meluncurkan ujung jarinya ke arah
leber Nurlela tetapi mendadak
tangannya terasa nyeri karena
tersampok angin pukulan yang
dilancarkan oleh satu bayangan yang
meluncur berkelebat dan tahu-tahu
berdiri dihadapannya.
- Barong Makara! -
terlontar teriakan-teriakan ngeri bercampur
kaget dari mulut-mulut mereka
berbareng, ketika yang berdiri di
hadapan mereka itu tidak lain adalah
seorang berbadan tegap berkedok biru
dengan gambar Makara kuning emas.
Mereka sampai terlongoh-longoh, saking terkejutnya, karena tokoh ini yang
telah sekian lama tidak muncul, kini
secara tiba-tiba berdiri dihadapan
hidungnya. - Bagus, kalian masih mengenalku,
Akulah Barong Makara! - ujar tokoh
yang baru datang itu dengan suara yang mantap penuh perbawa -
Dan ini perkenalkan temanku yang seorang lagi!
- Sekonyong-konyong satu bayangan
lagi meluncur dan berdiri tegak
didekat Barong Makara. Tokoh ini
berpakaian model Malaka.
Hang Sakti meluncur teriakan
kagum dari bibir Cucut Merah bersama
Ki Macan Kuping. Kedua tokoh inipun
dibuat terkejut buat kedua kalinya.
- Haah, apa maksud kalian datang
ke daerahku - bentak Cucut Merah untuk menutupi rasa kagetnya.
- Aku akan ambil kembali gadis
yang telah kau rampas itu secara
damai, sebab kami tak menghendaki
kekerasan. - - Heh, heh, heh, mau enaknya saja
mengambil bunga Malaka ini. Dia sudah
ditukar dan sekarang jadi milik Baron
Alfonso, - kata Cucut Merah sambil
melototkan matanya. Baron Alfonso cuma tersenyum-senyum mendengar namanya
disebut-sebut, lalu ia mendekatkan
mulutnya ketelinga Cucut Merah
membisikkan sesuatu. Keduanya sebentar tertawa cekikikan.
- Baiklah, tuan Barong Makara
boleh ambil gadis yang telah kubeli
ini sal tuan mau memenuhi syarat-
syarat kami!" seru Baron Alfonso
kepada Barong Makara,
- Boleh! Silahkan sebut syarat-
syarat itu! - Jawab Barong Makara
tegas. - Karena Nurlela sudah menjadi
tawanan kami bersama, maka tuan boleh
membawanya pergi setelah tuan
bertanding tenaga dan berhasil
mengalahkan saya dan juga mengalahkan
Cucut Merah!" ujar Baron Alfonso. -
Tetapi jika sebaliknya tuan kalah,
maka kalian berdua akan menjadi budak
kami! - - Hmm, kalian kepingin mengukur
tenaga dengan Barong Makara" Marilah
Baron Alfonso, aku sudah bersedia
melayanimu! - Melihat Barong Makara sudah
bersiaga. Barong Alfonso kemudian
melepas pedangnya dan dicamkan ke
tanah. Ia pun mengambil sikap siaga.
Badan agak setengah condong ke depan, kaki kiri separo melangkah ke muka
sedang kedua tangan terbuka lebar.
Inilah sikap gulat yang diandalkan
oleh orang-orang Eropah.
Tambahan lagi Baron Alfonson
adalah jagoan gulat dari Eropah serta
teman seperguruan Baron Sekeber dan
Baron Sukmul yang keduanya terkenal
pula sebagai tokoh sakti.
Sejurus keduanya berpandangan
amat tajam. Masing-masing mencoba
menguasai yang lain dengan pandangan
mata. Dengan begitu, siapa yang lebih
dulu berkedip matanya pastilah ia
kalah dan selanjutnya boleh dipastikan bahwa ia bakal ditundukkan lawannya
dalam adu tenaga itu.
Baron Alfonso telah terlatih
matanya dan di Eropah ilmu itu disebut dengan nama "Hipnotisme", sedang di Jawa
terdapat pula ilmu pandangan mata yang disebut "Candra Mawa". Keduanya ilmu itu
mempunyai tataran yang sama
tapi "Candra Mawa" dalam tingkatan yang lebih tinggi lagi, berkekuatan
lebih hebat. Tidak saja ia mempengaruhi
pikiran dan kesadaran seseorang,
tetapi sekaligus ia bisa membutakan
lawan, bahkan pernah diceritakan
kekuatan mata Candra Mawa dapat
mengeluarkan sinar panas dan membakar
lawannya tak ubah mata dewa Syiwa.
Mata Baron Alfonso liar menatap
Barong Makara seakan akan mau melalap
lawannya, dengan sekali telan. Hanya
sayang lawan yang kini dihadapinya
bukanlah sembarangan orang, tetapi
adalah murid kinasih gemblengan
Panembahan Tanah Putih dari daerah
Asemarang, dan sedikit banyak
menguasai ilmu Candra Mawa meski dalam tingkatan yang rendah. Maka keduanya
mengerahkan segenap tenaga dalamnya
sampai keringat menetes dari dahi
mereka. Akhirnya Baron Alfonso merasa
betapa hebatnya tenaga dalam Barong
Makara yang terasa mengalir lewat
matanya. Kedua mata itu seolah-olah
melontarkan ribuan panah berbisa dan
benar-benar tak dapat ditahannya.
Kalau semula ia mengira dapat
mengalahkan lawannya, kini harapan itu musnah sama sekali. Matanya tiba-tiba
merasa nyeri dan pedih sehingga mau
tak mau ia terpaksa harus berkedip dan terpaksa menundukkan kepalanya sebab
Baron Alfonso tak kuat menatap
pandangan mata Barong Makara!
Orang Portugis itu merasa
dikalahkan demikian, cepat memperbaiki dirinya dan secara pelan-pelan iapun
berhasil menguasai kesadaran dirinya.
Hmm, benar-benar kau kuat juga
pikir Barong Makara sejenak. Tetapi
belum selesai ia berpikir begitu,
sekonyong-konyong Baron Alfonso
menyerudukkan kepala, persis laku
kerbau gila ke arahnya. Inilah salah
satu siasat ilmu gulat yang diandalkan dan telah berkali-kali berhasil
merobohkan musuhnya selain kepalanya
telah terlatih untuk gempuran de-
mikian, iapun masih memakai topi dari
baja. Serangan tiba-tiba ini
mengejutkan semua orang, tapi Barong
Makara lebih waspada.
Begitu kepala lawan hampir
menyeruduk dadanya, cepat ia berkelit
kesamping dan kaki kirinya bergerak
mengait. Baron Alfonso yang terdorong
oleh tenaganya sendiri serta kena kait kakinya, tak ampun lagi tubuhnya jatuh
terjungkal dan cekakaran ditanah.
Baron Alfonso merasa malu
dijatuhkan lawan hanya dengan kaitan
kaki saja, maka cepat-cepat ia berdiri tegak untuk memulai serangannya
kembali. Tubuhnya melesat dan
tangannya kanan mengirimkan jotosan.
Barong Makara kali ini tidak berusah
mengelak sebab ia ingin mengukur
tenaga lawannya.
Baron Alfonso semula merasa
gembira, kalau pukulannya mengenai
dada lawan. Namun ia sekali lagi
dibuat terheran-heran sebab tangannya
seperti membentur dinding yang licin
lumutan, dan terpeleset ke kanan.
Melihat satu lowongan, Barong Makara
ganti memberikan satu pukulan ke dada Baron Alfonso dengan ukuran biasa
sebab ia merasa belum ada perlunya
menggunakan aji pukulan mautnya "Lebur Waja".


Pendekar Naga Geni 2 Rahasia Barong Makara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekarang ganti Barong Makara
terperanjat sebab begitu pukulannya
mendarat pada dada Baron Alfonso yang
berbaju besi itu, terasa bergetar
seperti menghantam bantalan karet.
Baron Alfonso tidak jatuh terjerembab tapi hanya mundur tergeser beberapa
langkah saja. Cucut Merah melihat
pertempura ini cuma tersenyum sebab
iapun sudah maklum bahwa Baron Alfonso terbilang jagoan.
Sekali lagi Baron Alfonso
menerkam tubuh Barong Makara dan
sekaligus memeluk seerat-eratnya
pinggang musuhnya itu dengan impitan
yang sekeras besi, untuk mematahkan
tulang punggung Barong Makara. Kembali Alfonso kecewa kali ini, sebab tubuh
lawannya tak ubah dengan tonggak besi
baja. Sekali lagi dicobanya, tapi
tidak terdengar suara berderak tanda
tulang-tulang yang patah, hanya ketawa berderai dari mulut Barong Makara saja
yang sampai ke telinga.
Belum lagi mengulang serangannya,
tiba-tiba terasa tubuhnya terangkat
diatas tanah ketika dua belah tangan
Barong Makara mencengkeram lengannya.
Kemudian tubuhnya kena dibanting oleh
lawannya sampai jatuh terkapar ditanah dan pandangan matanya berputar-putar
amat pusing. - Sudah, sudah, aku merasa kalah!
Tapi kau jangan lekas2 gembira sebab
Cucut Merah akan menebus kekalahanku
ini! - Seru Baron Alfonso sambil
menyeringai marah.
Melihat kawannya dikalahkan,
cepat Cucut Merah bersiaga kemudian
tubuhnya melesat sambil tangannya
mengirim pukulan ke arah kepala Barong Makara. Kelihatannya pukulan Cucut
Merah benar-benar bakal mendarat di
kepala Barong Makara sebab lawannya
tidak berusaha mengeiak. Ketika jarak
pukulan itu kira2 kurang sejengkal,
tubuh Barong Makara secara manis
melengos ke samping hingga pukulan
tangan Cucut Merah meluncur ke depan.
Untunglah ia sudah banyak pengalaman.
Begitu terdorong ia cepat membalik dan menyerang lawannya kembali.
Keduanya kini bertempur sangat
serunya. Cucut Merah geraknya amat
lincah, menerkam dan menghantam sambil meloncat kesana kemari, persis geraknya
ikan cucut yang haus darah!
Tubuhnya hampir sukar ditangkap mata,
kecuali yang nampak hanya bayangan
yang berkelebatan amat cepat. Barong Makara menghadapi lawannya tidak
bingung sedikitpun malahan ia bergerak dengan tenang penuh perhitungan.
Sekali-kali tubuhnya meloncat
seperti terbang
keudara untuk menghindari terkaman2 lawan. Ketika
mereka bertempur hampir dua puluh
jurus, sekonyong-konyong Cucut Merah
menusukkan jari tangan kanan ke arah
ulu hati Barong Makara. Inilah
serangan rahasia yang paling berbahaya sebab disertai seluruh tenaga dalam.
Melihat serangan berbahaya,
Barong Makara menjejakkan kaki ke
tanah dan tubuhnya melenting ke udara sampai tusukan jari Cucut Merah gagal
dan hanya mengenai kain Barong Makara yang sekaligus berlobang selebar
mata uang. Barong Makara amat
terperanjat melihat akibat tusukan
jari lawannya itu, dan kini ia ganti
memukul punggung Cucut Merah sambil
tubuhnya setengah mengambang di udara.
Terdengar teriakan tertahan dari mulut lawannya
dan tubuh Cucut Merah
terhempas keatas tanah.
- Nah, dua-duanya telah aku
kalahkan. Siapa yang belum merasa
puas! - berseru Barong Makara. - Dan sekarang gadis ini jadi milikku! -
- Yah, kau memang hebat Gadis itu
boleh kau bawa sekarang! - ujar Cucut Merah sambil bangun sempoyongan.
Tubuhnya terasa seperti tak bertulang
lagi, maka buru-buru ia mengatur
napasnya untuk mengembalikan kekuatan
tubuhnya. Tali-tali yang mengikat tangan
Nurlela telah dilepaskan oleh Barong
Makara dan ia cepat gadis ini
menghambur memeluk kakaknya, Hang
Sakti. - Terima kasih, kau telah
menyelamatkan adikku, Barong Makara! -
ujar Hang Sakti penuh gembira.
- Ah, berterima kasihlah kepada
Tuhan Yang Maha Esa sebab Dialah yang
telah menyelamatkan kita, balas -
Barong Makara. - Ayo, kita tinggalkan tempat
terkutuk ini! -
Begitu ketiganya bergerak
meninggalkan tempat itu. Cucut Merah
menjadi penasaran dan mulutnya bersuit keras. Mereka bersama-sama menyerang
ketiga orang itu.
Melihat Ki Macan Kuping, Cucut
Merah, Todok Ireng dan Baron Alfonso
ditambah lagi bermunculannya orang-
orang bajak laut anak buah Cucut Merah dari balik balik karang, Barong Makara
melihat bahaya yang luar biasa maka
cepat-cepat ia menyambar pinggang
Nurlela dan memondongnya sambil kedua-
nya seperti melayang, melesat
meninggalkan tempat itu. Semua
pengejarnya tercengang-cengang
dan beberapa yang mencoba menghadangnya,
terlanggar untuk kemudian terjengkang
jatuh ke tanah sambil melolong-lolong kesakitan.
Bersamaan dengan itu Hang Sakti
tak mau ketinggalan, segera melesatkan tubuhnya mengikuti Barong Makara. Tapi
sayang, satu bayangan lagi yaitu Ki
Macan Kuping cepat mengejarnya dan
langsun mengirimkan satu pukulan yang
berbisa. Hang Sakti tak mengira mendapat
serangan itu maka tubuhnya runtuh ke
tanah ketika gempura tangan Ki Macan
Kuping mendarat dibahunya dan jatuh
tak sadarkan diri.
Barong Makara tak sempat menolong
Hang Sakti sebab bisa membahayakan
diri Nurlela. Maka untuk sementara ia
terpaksa membiarkan tubuh sahabatnya
diringkus oleh bajak2 laut itu
beramai-ramai, yang selanjutnya
dilemparkan ke dalam penjara goa
karang. - Hua, ha, ha, ha, hilang yang
perempuan, yang laki-laki kita dapat!
- Ki Macan Kuping berteriak
kegirangan. - Nah, tuan Alfonso, dia pasti akan lebih berguna bagi
Portugis, Dia boleh kau bawa ke Goa
besok, tuan Alfonso! -
- Terima kasih! -
- Hee kawan-kawan! Ayo kirim
peronda-peronda untuk mencari jejak
Barong Makara! - perintah Cucut Merah keras-keras dan segera anak buahnyapun
berlompatan meninggalkan tempat itu.
3 MALAM itu Gagak Bangah mondar-
mandir menunggu diatas geladak perahu.
Pikirannya sebentar-sebentar mencemas-
kan Barong Makara yang telah pergi
bersama Hang Sakti ke Pulau Ireng.
Beberapa awak kapal bersiaga menanti
setiap kemungkinan. Meskipun mereka
berlabuh dan bersembunyi disebuah
pulau yang paling timur sendiri, tapi
hati mereka tak urung merasa cemas
juga mengingat daerah itu itu dalam
kekuasaan bajak laut Pulau Ireng yang
terkenal ganasnya.
Sebuah siutan angin membuat
mereka terkejut, dan dalam remang-
remang sinar bintang yang bertaburan
dilangit, kelihatan sesosok bayangan
melesat dan mendarat diatas geladag
perahu. - Kakang Barong Makara! - teriak
Gagak Bangah terkejut demi dilihatnya
Barong Makara datang dengan memondong
seorang gadis jelita. Hati perempuan-
nya tiba-tiba berdesir melihat pujaan
hatinya memondong seorang gadis.
Untunglah Gagak Bangah cepat dapat
menguasai perasaannya.
- Kakang Makara,. dimana Hang
Sakti" Apa yang telah terjadi, kakang"
- - Ehh, ia kena diringkus dan
ditawan mereka adi, - ujar Barong
Makara penuh keharuan - Sebenarnya itu tak perlu terjadi adi, sebab bajak2
laut itu telah berjanji jika aku dapat mengalahkan dua orang diantara mereka,
Nurlela boleh kami bawa pergi dan
akhirnya setelah mereka kalah, begitu
bertiga kami pergi, si Cucut Merah
mengkhianati janjinya dan mengeroyok
kami beramai-ramai, sampai dinda Hang
Sakti kena tertangkap. -
- Kurang ajar! Kalau begitu kapan
kita gempur mereka kakang Makara?"
ujar Gagak Bangah penuh geram
dihatinya. - Tunggulah, kita serbu mereka
besok malam. Kebetulan malam itu
mereka akan mengadakan upacara
penerimaan anggota-anggota baru bajak
laut PuLau Ireng. Nah, sambil diam-
diam membebaskan kanda Hang Sakti,
kita gempur mereka secara mendadak
sehingga mereka akan kocar-kacir dan
jika tak ada aral melintang, pastilah
besok sore adi Jagayuda beserta armada Demak telah tiba disini dan bersama-sama
kita menghancurkan bajak2 itu, -
Barong Makara atau yang lebih dikenal
oleh Gagak Bangah sebagai Mahesa
Wulung berhenti sejenak dengan kata-
katanya. - Mereka sungguh-sungguh
merupakan gerombolan bajak yang kuat
adik Gagak Bangah - .
- Tetapi, bukankah kakang Makara
berhasIL mengalahkan dua di antara
mereka" - sela Gagak Bangah
- Ya, hanya saja yang bertanding
itu tokoh mudanya. Sedang tokoh tuanya yang ternyata pelarian dari Alas Roban
dipantai utara Jawa dan disebut Ki
Macan Kuping itu tidak ikut
bertanding! - - Ki Macan Kuping"! - seru Gagak
Bangah terkejut, karena iapuN pernah
bertempur dan dikalahkan oleh Ki Macan
Kuping, ketika ia bersama gurunya Ki
Surengrono dengan berani melawan
gerombolan Alas Roban di Asemarang.
Tak lama kemudian, berakhirlah sudah
pembicaraan mereka dan malampun
semakin bertambah larut, sedang Barong Makara bersama Gagak Bangah telah
mempersilahkan Nurlela untuk
beristirahat disebuah kamar yang
terletak diburitan perahu. Dicakrawala timur, perlahan-lahan muncul sang
purnama yang bulat bersinar perak
seperti kepalia seorang raksasa gundul yang mengintai mangsanya.
Beberapa saat kemudian sebuah
perahu yang berlabuh dibalik karang-
karang itu dan terlindung oleh
gerombolan pohon-pohon kelapa. Hampir
semua awak kapalnya telah tidur
kecuali beberapa orang yang mendapat
tugas jaga tampak mondar-mandir
digeladak. ******* Matahari bernyala dilangit yang
bersepuh warna perak kebiruan siang


Pendekar Naga Geni 2 Rahasia Barong Makara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. Tanpa sepotong awanpun tergantung dilangit, kecuali matahari yang
memanahkan sinar-sinar panasnya ke
karang-karang dan pohon-pohon kelapa
serta buih-buih yang terhampar bersama ombak ke pantai bergemerlapan meman-
tulkan cahayanya.
Barong Makara yang tengah
memikir-mikir rencana penyerbuan ke
Pulau Ireng dikamarnya dikejutkan oleh masuknya Gagak Bangah dengan dada
terengah2 sedang tangannya menggenggam sebuah teropong.
- Kakang Barong Makara, sesuatu
sedang mengancam kedudukan kita,
kakang. Aku telah lihat tiga perahu
sampan yang kecil bergerak ke arah
pulau ini dari arah barat, jika mereka tiba disini pastilah mereka bakal
melihat kita! -
- Dimana kau lihat mereka, adi" -
potong Barong Makara.
- Dari atas bukit karang itu.
Masing2 sampan mereka kira berisi
empat orang, dengan bersenjata dan
pastilah mereka itu pengawal2 ronda
bajak laut Pulau Ireng. -
- Wah, ini berbahaya adi Gagak
Bangah. Aku akan berusaha mencegah
mereka seorang diri agar tidak sampai
ke tempat ini. Kau tinggal saja
diperahu ini serta siapkan anak buah
kita, jika terjadi apa2. Coba, tolong
ambilkan terompah kayunya Hang Sakti.
Aku akan memakainya untuk mencegat
ketiga sampan itu. -
Hampir semua mata terpesona
melihat ketangkasan Barong Makara
menggunakan terompah kayu papan itu,
Pertarungan Dikota Chang An 1 Candika Dewi Penyebar Maut X I Tamu Dari Alam Gaib 2
^