Penakluk Ujung Dunia 2
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut Bagian 2
menggambarkan kepala harimau. Satu menghadap ke depan,
satu lagi menghadap ke belakang. Langsung bersatu dengan
tubuh perahu. Buritan dan hulu perahu, dindingnya tebal dibuat di sana,
justru karena di buritan dan di hulu perahulah terletak tenaga
sesuatu perahu tersimpan. Bila buritan dan hulu perahu retak
atau pecah, sendirinya saja bagian perut perahu akan pecah.
Waktu saat memintal ijuk tiba, setelah pohon aren yang tua
habis ditumbangkan Tio di tempat itu, tahulah Tio, betapa
susahnya memintal ijuk pohon aren. Ijuk yang keras sering
menusuk kulit telapak tangan, sehingga bisa mengucurkan
darah. Kulit telapak tangan berlecetan di sana-sini. Kemudian
melahirkan kulit baru yang lebih tebal dan lebih tahan
menghadapi ijuk. Tapi, kasar.
Alat pemintal, ialah dua potong kayu sebesar pergelangan
tangan. Dibuat bersilang. Kayu bersilang itu diputarkan pada
tumpukan ijuk yang dicerai-beraikan. Dan, sudah kering
sehingga ijuk mengikut pada putaran kayu itu. Ijuk yang
mengikut itu, yang diusahakan sebesar yang dikehendaki dan
sudah cukup panjang diikatkan pada pepohonan yang ada di
sekitarnya. Lalu dimulainya memutar-mutarkan kayu bersilang
tadi ke tumpukan ijuk. Ijuk yang memanjang, yang sudah dua
jalur itu, disatukan. Dipilin tangan demikian rupa sehingga
31 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berbentuk tali yang jalin-menjalin, hitam, dan kokoh. Tahan
air. T ahan panas matahari, asal saja jangan dibakar api.
Tio harus mencari pohon aren baru untuk ditebang. Dia
harus menyusur lebih ke hulu parit lagi. Pohon aren yang
setumpuk itu sudah pada tumbang. Dan, ijuknya sudah
dipintal menjadi tali. Tapi, Ronggur mengatakan tali yang
dipintalnya masih kurang banyak. Karena itu, dia harus
mencari pohon aren lagi. Menebang. Membelahnya. Menjemur. Menyisihkan umbinya. Merendam ke air. Menapis
agar diperoleh tepungnya. Bila batang aren sudah kering,
melepaskan ijuknya dari batangnya. Mencerai-beraikan.
Kemudian memintalnya menjadi tali.
Tio menyuruki rimbunan kekayuan yang agak rendah,
mencari pohon aren. Dari jauh sudah terlihat daun aren yang
panjang itu. Ke sana dia menuju.
Setiba di bawah pohon aren itu, betapa gembira dia karena
dia menemui sarang babi hutan. Anak babi hutan lima ekor,
matanya masih sipit. Dielusnya perlahan tubuh anak babi yang
masih lembut. Yang masih punya bulu begitu halus dan
menggelikan telapak tangan.
32 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiba-tiba dia sadar bahwa menemui sarang babi hutan
yang mempunyai anak yang masih kecil, juga mengandung
mara bahaya yang mengancam di samping kegembiraan.
Induk babi yang baru melahirkan dan masih menyusukan
tentu cukup galak dan tetap diiringi jantannya.
Waktu dia berpaling, didengarnya dengusan babi dari
semak yang ada di atasnya. Sadarlah dia, itu dengusan induk
babi. Dilihatnya keadaan sekitar, tidak menguntungkan. Tidak
ada batang kayu yang dekat yang bisa dipanjat untuk
menghindar bila babi itu menyerang. Sebelah kanannya, jalan
tikus yang sempit. Sebelah kedua sisinya, belukar. Dari
depannya, suara dengusan babi.
Tapi, masih ada semacam dinding tanah sebelum
menembus ke jalan tikus itu. Bila dia mundur ke sana dan
mengadakan pertahanan, yang harus dihadapinya hanyalah
satu arah saja, yaitu depannya. Padahal babi hanya bisa
menyerang dari satu arah. Dengusan napas babi tambah
mendekat. Dibulatkannya tekad, dia harus menghadapi segala
kemungkinan. Dia harus menghadapi serangan babi itu. Jalan
menyingkir sudah tidak ada. Walau dia tahu seekor babi hutan
tidak akan terus jatuh ketika pukulan pertama mengenai
tubuh atau kepalanya. Babi itu akan menyeruduk maju ke
depan, menyerang sampai mangsanya terjepit. Muncungnya
yang panjang kemudian akan ditusukkan ke bagian tubuh
33 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang lunak. Dan, bila babi jantan itu sudah bertaring,
taringnya akan digunakan mencabik-cabik daging mangsanya.
Menggigil juga dia. Sambil mundur perlahan, matanya tetap awas dan terus
diarahkan ke sumber dengusan. Tapi, pikirannya masih dapat
mengingat bahwa bila babi menyerang selalu membabi buta.
Langsung saja menyergap ke depan tanpa rem. Dalam saat
begitu, seseorang yang lincah dan tidak gugup, dengan
meloncat ke kiri atau ke kanan, bisa mengelak serangan. Bisa
mengelak serangan babi sambil menggunakan kesempatan itu
menghantamkan panggada atau kampak yang ada di tangan.
Tiba-tiba si belang menggonggong. Begitu nyaring
suaranya. Taringnya ditunjukkan, putih tajam dan kukuh.
Dalam hati, Tio mengharap Ronggur dapat mendengar dan
mengerti maksud gonggongan si belang. Dua ekor babi
sekaligus sudah berada di hadapannya, di tempat terbuka
yang sempit. Seekor dari babi itu sudah bertaring, yang jantan. Mata
kedua babi itu merah menyala. Keduanya mengais-ngais
tanah, bergaya, mengambil ancang-ancang 34 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memulai serangan. Tio terus mundur sampai mendekat ke satu sudut
tanah tinggi yang keras. Matanya terus awas, mengikuti sikap
dan gerak-gerik babi yang dua ekor itu. B ila babi menyeruduk
maju tanpa rem, di saat dia harus melompat ke kiri atau ke
kanan, dia harus terus cepat pula mengayunkan kampak yang
ada di tangannya, sambil harus terus awas menantikan
serangan babi yang seekor lagi.
Si belang masih terus menggonggong dengan nyaring dan
bersikap menanti. Karena itu, babi itu belum menyerang.
Gonggong si belang cepat berhenti karena babi jantan
menyerang si belang. Si belang melompat ke samping. Babi
jantan terdorong ke depan. Si belang cepat melompat ke
punggung babi itu. Si belang sudah berada di punggung babi.
Tapi, sebelum si belang memperoleh posisi yang baik, babi
itu masih sempat mempergunakan taringnya sehingga leher si
belang kena dan mengeluarkan darah. Tapi, si belang tidak
lagi melepaskan pundak babi jantan itu. T aringnya yang tajam
dan kukuh ditancapkan ke bagian punggung leher babi. Babi
itu menggelepar dan berlari dengan berputar untuk
menjatuhkan si belang dari pundaknya. Namun si belang tidak
melepaskan gigitannya lagi. Darah babi muncrat. Namun,
belum ada pertanda babi itu mau mengalah. Akhirnya, babi itu
35 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berlari ke satu batang pohon yang besar, mendorongkan
pundaknya agar si belang terjepit. Dengan kaki belakangnya,
si belang menahan dorongan itu. Taringnya tambah dalam
ditancapkan ke daging babi.
Babi betina melihat babi jantan dalam keadaan payah mulai
mengambil ancang-ancang akan menyerang. Waktu itu,
secepat kilat tangan Tio mengayunkan kampak, berusaha
menghantamkan ke bagian punggung leher babi. Tapi, yang
kena bagian punggung belakang saja.
Babi itu cepat berpaling. Panggada yang ada di tangan Tio
diayunkan beruntun, menghantam kepala babi itu. Tapi, babi
itu terus maju mendorong, mendesak T io ke sisi tanah tinggi.
Terkadang didorong ke rimbunan lalang yang ada di sekitar.
Tio tetap berusaha menjaga arah mundur. Tapi, justru karena
serangan babi itu yang terkadang berubah arah, sekali waktu
dia tergelincir juga. Dia tersandar ke pohon aren yang berduri
tajam. Duri pohon aren menusuk punggungnya. Terasa sakit.
Cepat babi itu mundur ke belakang dan cepat pula
melompat ke depan bermaksud menjepit T io ke batang pohon
aren. Tapi, secepat itu pula Tio mengelak. Namun, betisnya
sempat disambar babi dengan muncungnya. Luka menggaris,
darah mengucur. Tio memperbaiki posisi sambil menghantamkan panggada
ke sana ke mari, menghalangi jalan maju babi itu. Sekarang,
Tio sudah bersandar ke dinding tanah tinggi yang keras.
36 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kembali babi itu mengambil ancang-ancang mundur beberapa
langkah. Tio berhenti mengayunkan panggada. Seperti
melengah. Dan, saat ini dipergunakan babi dengan menyeruduk cepat
ke depan. Saat genting. Dan, Tio cepat mengelak ke samping.
Kepala babi terhantam ke dinding tanah tinggi yang keras.
Kampak yang tadi tertancap di pundak babi menjadi lepas.
Cepat dipungut Tio, lalu menghantamkan kampak ke leher
babi yang belum sempat berpaling. Akhirnya babi itu tidak
berdaya sama sekali. Tergeletak di tanah dengan mata yang
masih memancarkan sinar kemarahan.
Kaki belakang si belang semakin lemah menahan dorongan
babi jantan. Pantatnya sudah mulai kena ke batang pohon. Tio
masih begitu payah. Napasnya satu-satu dan tubuhnya mandi
keringat. Betisnya terasa pedih mengucur darah. Hingga dia
untuk beberapa saat tinggal melihat saja. Napasnya tersengal.
Urat sarafnya begitu tergoncang.
Dan, secara perlahan diketahuinya, si belang sedang
berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan bersamaan
dengan mengendornya urat saraf itu. Bersikap mengayun
kampak, Tio maju perlahan. Tapi, waktu itulah sebuah tombak
yang sudah cukup dikenalnya tertancap ke perut babi.
Ronggur telah ada di sana dengan tubuh berkeringat.
37 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Matanya menyala marah. Ototnya mengencang. Ujung tombak
satu lagi dipegang Ronggur kuat-kuat, hingga mata tombak
tambah dalam tertanam ke perut babi. Kemudian Ronggur
memerintahkan agar si belang melompat dari pundak babi.
Begitu si belang me lompat menjauh, secepat itu pundak babi
dihantam Ronggur dengan kampak. Babi itu akhirnya rubuh ke
tanah. Tergeletak di tanah dengan gelepar lemah.
Ronggur melihat Tio terduduk di tanah dengan napas
tersengal. Di dekat seekor babi betina yang terkapar. Si
belang masih menggonggong babi yang tidak berdaya itu
dengan moncong berlumur merah darah babi. Tapi, lehernya
luka kena taring babi. Dengan senyum, Ronggur mendekati T io. Lalu tahulah dia,
betis Tio luka, punggungnya bergaris-garis bekas tusukan duri.
Tanpa diminta Ronggur, Tio terus saja menceritakan mula
perkelahian dengan babi itu.
"Kau telah mengadakan perlawanan yang cukup berani dan
berarti. Di saat kita kehabisan daging, di situ pula kau
merubuhkan babi yang dagingnya enak. Tapi, lukamu perlu
cepat diobati. Begitu juga luka s i belang," ucap Ronggur.
Tio masih tetap terduduk. Masih merasa capek. Dan,
merasa malu dia dilihat Ronggur dalam kepayahan.
Ronggur mengangkat dagunya perlahan. Mata mereka
38 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertemu. Ronggur kembali menghadiahkan senyum. Hanya
begitu. Cepat Ronggur menjauh. Mencari dedaunan untuk ramuan
mengobati luka Tio dan si belang. Ramuan dedaunan itu
dilekatkannya ke luka Tio dan si belang. Seketika terasa mulut
luka itu perih hingga T io harus menjerit kecil, sedang si belang
melengking perlahan. Ronggur mengelus punggung si belang
agar tabah, sedang pada Tio dihadiahkan senyum manis.
"Tidak berapa lama akan tidak terasa apa-apa. Lukamu
akan cepat sembuh. Ramuan itu membunuh bisa. Lagi pula
lukamu tidak berapa dalam, juga luka si belang."
Cepat Ronggur menghidupkan api. Kedua ekor babi itu
dibakar sampai kulitnya hangus. Kemudian isi perut babi itu
dibuang. Baru kemudian daging babi itu dipotong kecil-kecil.
Dijemur di panas matahari supaya kering dan tahan disimpan.
Sedang anak babi yang lima ekor itu akan mereka bawa
pulang ke kampung, dipelihara menjadi babi peliharaan yang
jinak. Tio menjalin rotan, membuat sarang babi yang sekaligus
menjadi kurungan bagi anak babi itu.
Malam harinya, mereka lanjutkan memanggang daging babi
itu dalam gua. Sepotong paha diberikan kepada si belang
sebagai hadiah, la asik menyabik-nyabiknya di mulut lobang
perlindungan. 39 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Perahu yang dikerjakan Ronggur tambah berbentuk dan
mulai mengarah ke tarap penyelesa ian. Tali yang dipintal Tio
sudah beberapa depa dan sudah ada lima gulungan besar
yang selesai. Kulit binatang buruan sudah pada mengering.
Hendak mereka bawa pulang. Begitu pula anak babi yang lima
ekor itu sudah punya bulu yang agak kasar, matanya sudah
terbuka, dan jinak. Bila Tio berma in dengan anak babi itu,
tidak diingatnya lagi betapa perasaannya waktu menghadapi
kedua ekor induk binatang itu.
Sedang luka di betisnya sudah sembuh, hanya tinggal
bekas kecil saja. Begitu pula luka di leher si belang, tinggal
segaris saja, tapi tidak, ditumbuhi bulu lagi.
Ronggur sudah selesai menghaluskan bekas tuhilannya.
Pada penglihatan mata, kedua sisi dinding perahu, begitu pula
perbandingan berat hulu perahu dan buritan perahu, sudah
sama. Perahu yang cukup besar yang bisa memuat tujuh
orang penumpang bersama peralatan. Dengan tali yang
dipintal Tio, Ronggur mengikat perahu itu pada hulunya.
Batang pohon maranti batu yang dulu begitu berat, sekarang
sudah ringan. Ronggur dan Tio menurunkan perahu itu dari
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
galangan. Kemudian mereka menarik tali itu dan terseretlah perahu.
Di dalam perahu, semua peralatan bersama kelima anak babi
dimuat. Karena jalanan menurun dan dedaunan membusuk di
lapisan tanah, mereka tidak menakutkan dasar perahu bolong
40 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dibuat batu. Tanah begitu lembut dan berair. Si belang
mengikut dan menggonggong. Mereka langsung menuju
tepian danau yang ada di mulut teluk, jadi, mereka tidak
pulang melalui jalan darat.
Setiba di tepi danau, Ronggur dan Tio mengosongkan
perahu. Mereka harus menguji keseimbangan perahu dulu
dengan mengapungkan di permukaan danau. Dan, tahulah
dia, apa yang bagi penglihatan mata sudah punya
keseimbangan yang sama, setelah diuji masih mempunyai
perbedaan. Haluan perahu terlalu berat. Walaupun Ronggur
sudah duduk di buritan perahu, haluan itu masih bergaya mau
tenggelam. Perahu yang begitu rupa, tidak baik dibawa
berlayar. Ronggur menipiskan bahagian haluan lagi. Membuang
bagian yang tidak berguna. Setelah itu selesai, perahu kembali
diapungkan. Tahu pulalah dia bahwa bagian sisi kanan
perahu, lebih berat dari sisi kiri, sehingga perahu selalu oleng
ke kanan. Kembali perahu didaratkan. Sisi kanan perahu harus
lebih direndahkan dan ditipiskan pada bahagiannya yang
masih tebal. Sampai tercapai keseimbangan. Jadi, mereka
harus bermalam lagi untuk beberapa malam di tepi danau,
sebelum perahu rampung benar. Juga mata kayu yang ada di
dasar perahu yang tidak dapat dielakkan sejak mula, ternyata
41 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dapat ditembus air. Ronggur lalu merekatnya dengan getah
pohon damar. Bila keseimbangan perahu telah diperoleh, kembali segala
peralatan dimuat ke dalam perahu, bersama kelima ekor anak
babi itu, juga si belang. Mereka menuju pulang.
Mereka berkayuh dan berkayuh. Karena dasar perahu agak
luas terasa pendayungan agak berat. Tapi, tidak dihiraukan.
Senja hari. Tari warna berma in di riak danau. Ronggur
mencampakkan pandang jauh, ke teluk di mana bermula
Sungai T itian Dewata sudah ada. Tapi, bagi T io sendiri setelah
mengayuh perahu di permukaan danau, kembali dia teringat
bahwa saat berpisah dengan Ronggur sudah semakin dekat.
Apakah Ronggur akan kembali lagi" Wa lau dia tahu bahwa
sesuatu ancaman sedang menanti Ronggur, namun dia masih
mengharapkan, hendaknya Ronggur dapat kembali dengan
selamat. Bila lekuk teluk telah dilewati, mereka telah berada di
danau bebas, malam sudah melingkup segala. Ronggur
menyuruh Tio agar duduk di haluan perahu, memperhatikan
jalan, apakah ada perahu lain yang bersilangan dengan
mereka. Sepanjang malam mereka terus berkayuh di
permukaan danau yang tenang dan tidur. B intang gemerlapan
di langit. Bulan mencurah cahaya. Permukaan danau kembali
42 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memantulkannya ke langit. Suasana yang romantis.
Tapi, antara mereka berdua, kebisuan yang meraja. Tio
lebih banyak diam dan tenggelam ke dasar perasaannya:
bagaimana kelak kalau Ronggur sudah berangkat" Apakah
orang masih memperlakukannya dengan baik" Sedang
Ronggur diamuk satu kepercayaan bahwa dia akan
menaklukkan Sungai Titian Dewata bahwa dia yakin, Sungai
Titian Dewata akan membawanya ke tanah landai lagi subur.
Tanah yang diimpikan setiap orang.
Bertambah larut malam, secara berangsur, perlahan, bulan
semakin mengundurkan diri. Maka sekitar diselubungi
kegelapan. Tapi, kemudian di ufuk timur, menggaris cahaya
putih. Subuh baru telah lahir bersamanya lahir hari baru
dengan harapan baru. Sinar matahari telah meng-kuakkan
tabir kegelapan, maka terhamparlah depan mereka persawahan yang bermula dari tepian danau, berakhir pada
kaki pegunungan batu. "Tio, padi telah menguning di sawah. Kita tidak punya
waktu mengasuh lagi. Harus terus turun ke sawah memotong
padi," kata Ronggur.
43 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ya, aku tahu."
"Dan, sehabis memotong padi, saatku berangkat tiba.
Mardege, ada baiknya diserahkan saja pada orang lain. Aku
tidak bisa lagi berlama-lama mengundurkan saat keberangkatanku." Tio hanya menundukkan kepala.
Perahu terus dikayuh. Menari bersama riak danau. Bila
gelombang membesar, Ronggur tinggal tersenyum karena
gelombang danau tidak dapat mengolengkan perahunya. Dan,
serpihan air yang dilemparkan ombak tidak dapat memasuki
perahu. Belum siang benar, mereka telah tiba ke tepian danau
perkampungan. Orang mencampak pandang pada mereka.
Para penangkap ikan me lihat mereka. Ronggur belum dapat
mengartikan, kenapa mereka pada membisu, tidak gembira
menyambut kedatangannya bersama perahu yang dibuatnya
sendiri. Kalau tidak ditegor lebih dulu, itupun
ccdw-kzaa 44 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
4 Hari itu juga, sebelum Ronggur sempat mengasuh, utusan
kerajaan datang, menyuruh Ronggur menghadap ke Sopo
Bolon. Ibunya melepaskan dengan tatapan pilu, begitu pula
Tio. Ronggur melangkah dengan dada diangkat. Orang sudah
banyak memanen padi di sawah. Dia lalu di sana. Menyapa di
sana-sini, dan memperoleh jawaban sekedarnya saja. Tidak
seorang pun menanya tentang perahunya dan kapan dia
berangkat. Tampaknya setiap orang enggan bersapaan
dengan Ronggur. Tapi, semua itu tidak berapa diacuhkan Ronggur, atau
memang dia belum tahu sebabnya.
Selagi Ronggur dan Tio membuat perahu di hutan, orang
sudah saling berbisik membicarakan maksud Ronggur hendak
melayari Sungai Titian Dewata mencapai muara. Pada
umumnya orang tak dapat menyetujui maksud itu. Tapi,
sebagian besar, terutama rakyat yang langsung berada di
bawah lindungannya sebagai Raja Ni Huta, tidak ada yang
berani terang-terangan mengeluarkan pendapat. Sebagian
lagi, ada yang mengejek, walaupun tidak secara terang-
terangan, masih sembunyi.
45 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Satu sama lain saling mengeluarkan pendapat bahwa
Sungai Titian Dewata, menuju matahari terbit. Tempat para
dewata dan arwah menghadap Mula jadi Na Bolon. Bila
seseorang berani melewati batas yang sudah ditentukan
sampai di mana boleh seseorang berlayar, itu berarti sudah
melanggar ketentuan dewata. Dewata akan murka dan
menghancurkan orang yang berani melanggar peraturannya.
Matahari, tempat Mula jadi Na Bolon mengedari dunia setiap
saat, untuk melihat manusia yang mengerjakan hal yang baik,
begitu pula dari matahari Mula jadi Na Bolon, melihat orang
jahat membuat kejahatan untuk diganjar kelak di hidup lain.
Dan, karena maksud perjalanan itu menantang kepercayaan rakyat yang sudah tertanam turun-temurun,
sebagian merasa kasihan melihat Ronggur, tapi sebagian lagi
merasa terhina. Karena ada seorang manusia yang hendak
meruntuhkan atau sama sekali tidak mengindahkan
kepercayaan yang mereka anut. Kasihan dan ejek.
Di Sopo Bolon, Ronggur telah dinantikan kerajaan yang
lengkap. Segala Raja Ni Huta dari tiap kampung yang didiami
46 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
marga mereka telah ada di sana. Dia terus tahu, sidang
kerajaan akan diadakan hari itu. Raja Panggonggom sudah
duduk di tempat dengan wajah murung, pertanda warta yang
kurang baik. Di kiri kanan Raja panggonggom, duduk berjajar
Raja Partahi, Raja Namora, Raja Nabegu. Di belakang mereka,
duduk para Raja Ni Huta. Hanya Raja Ni Huta dari induk
kampung marga yang duduk sejajar dengan Raja
Panggonggom. Pada tempat tertentu, hadir pula Datu Bolon
Gelar Guru Marlasak. Diapit oleh para tua kampung, yang
selalu dipanggil menghadiri sidang kerajaan, bila yang hendak
dibahas hal penting. Ronggur duduk di barisan Raja Ni Huta. Orang pada diam
sewaktu Ronggur memasuki ruang Sopo Bolon. Semua mata
diarahkan padanya. Mulut tidak mengucapkan sepatah kata.
Memperoleh lalapan dari tiap mata itu, membuat Ronggur
agak kaku juga sikapnya. Tapi, sewaktu matanya tertumpu
pada orang tua yang duduk di sudut yang agak remang itu,
yaitu bekas Datu Gelar Guru Marsait Lipan, perasaan kaku itu
berangsur menghilang dari tubuhnya. Orang tua itu
menyambutnya dengan senyum yang dibalasnya selintasan.
Untuk pertama kalinya orang tua itu menghadiri sidang
kerajaan dengan terang-terangan. Dari suasana dalam Sopo
Bolon, tahulah Ronggur bahwa sidang akan membahas
47 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sesuatu hal yang sangat penting tampaknya.
Ruangan tetap hening. Sewaktu Ronggur mengalih
pandang tahulah dia bahwa Raja Panggonggom terus menerus
menancapkan pandang ke arahnya. Memperhatikan gerak-
geriknya. Lalu Raja Panggonggom mengangkat tangan yang
sebelah kanan, menjemput tongkat panaluan dari tempatnya.
Tongkat itu digenggam, dito-pangkan agar berdiri tegak lurus.
Pertanda pertemuan dimulai.
"Semua kerajaan, pagar kesatuan marga, orang tua yang
bijaksana, yang bertanggung jawab akan kelanjutan hidup
marga dan keturunan kita kelak, kami undang hari ini
menghadiri pertemuan kerajaan di Sopo Bolon ini. Karena, ada
sesuatu hal yang sangat penting kita bicarakan dan bahas
bersama." Hadirin pada diam semua. Menyimak yang diucapkan Raja
Panggonggom. Terutama Ronggur.
"Hal itu," lanjut Raja Panggonggom, "tampaknya
mengancam, dan bermaksud merubuhkan sesuatu yang kita
percayai. Yang bisa menimbulkan kegaduhan yang tidak kecil
di kalangan rakyat. Malah menurut sebagian orang, akan
mendatangkan mara bahaya pada seluruh rakyat dan
kerajaan." Melalui 48 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ucapan Raja Panggonggom sebagai kata pembukaan rapat, tahulah Ronggur bahwa hal yang akan
dibicarakan bersangkut-paut dengan maksud perjalanannya
menembus Sungai Titian Dewata. Karena itu, hatinya tambah
gedebak-gedebuk, menantikan putusan rapat. Atau, jalannya
pertemuan itu. Apakah ada orang yang bisa diharapkannya
untuk membela maksud perjalanannya itu, lalu menyokongnya" Apakah mereka semua akan menjadi musuh,
yang menantang maksud perjalanan itu"
"Karena hal ini sangat menentukan," lanjut Raja
Panggonggom, "kami berpendapat harus melalui musyawarah
lengkap yang boleh mengambil putusan tertentu terhadapnya,
sehingga putusan itu nanti menjadi pendapat kita yang
mutlak, yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Camkanlah baik-
49 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
baik pentingnya maksud pertemuan ini."
Raja Panggonggom berhenti sebentar. Dia menarik napas.
Setelah mencampakkan pandang pada Ronggur,
dia melanjutkan: "Ronggur, kami dengar kabar kau sudah menyelesaikan
perahu yang akan kau pergunakan menyusuri Sungai Titian
Dewata untuk mencapai muara. Karena kau bermaksud akan
mencapai tanah habungkasan. Apakah berita itu benar?"
"Benar, Paduka Raja," sahut Ronggur.
"Nah, sidang yang terhormat, yang disampaikan orang itu
ternyata benar. Ronggur sudah mengakui terus terang
sehingga jalan rapat tidak terlalu repot dan berbelit. Untuk itu,
kita harus mengucapkan terimakasih padanya. Ronggur, coba
ceritakan pada kami, kenapa kau begitu bernafsu hendak
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencari Sungai T itian Dewata?"
Ronggur disuruh berdiri. Dan, setelah mencampakkan
pandang ke sekitar, dia lalu membeberkan hal yang kan
dialam i marga mereka kelak bila tanah habungkasan tidak
ditemui. Karena itu, dia berpendapat, tanah habungkasan itu
harus dicari. Dia yakin, katanya selanjutnya, seseorang yang
berani melayari Sungai T itian Dewata sampai ke muara berarti
akan sampai ke tanah landai yang subur. Tanah yang
dimimpikan tiap orang. Karena itu, dia mengharap agar
50 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kerajaan memberi izin padanya untuk menyusuri sungai itu
sampai ke muara dan membolehkan beberapa orang menjadi
kawannya. Sungai T itian Dewata tidak berakhir di ujung dunia,
katanya tegas. Seketika Ronggur berhenti. Rapat hening. Hanya wajah
Datu Bolon Gelar Guru Marlasak yang menjadi merah padam
mendengar semua omongannya. Dari s ikapnya tampak bahwa
dia sama sekali tidak mengingini mendengarkan ucapan
Ronggur. Ronggur melanjutkan, "Aku telah memilih kayu yang paling
baik jenisnya. Daya apung perahu sangat baik. Dasarnya lebih
lebar dari perahu biasa. Tidak mudah oleng waktu melalui
arus riam sungai. Percikan air tidak mudah masuk ke perahu
karena dinding perahu kubuat agak tinggi."
"Sudah siap semua yang ingin kau ucapkan?" tanya Raja
Panggonggom. "Sudah, Paduka Raja!" jawab Ronggur lalu kembali duduk
bersila di lantai. "Ronggur, tahukah kau bahwa perjalananmu itu sangat
berbahaya?" "Benar Paduka Raja!" sahut Ronggur. "Perjalanan ini
menghadapi risiko yang tidak kecil. Tapi, seseorang yang
berusaha mencapai sesuatu kebajikan akan selalu menghadapi
risiko. Tak ubah seperti mengerjakan sawah. Pada mulanya
51 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kita harus berani membuang tenaga dan waktu untuk
mencangkul tanah. Lama sesudah itu baru tanah memberi
hasil pada kita." Dalam hati kecilnya Raja Panggonggom menghormati sikap
terus terang dan keberanian yang dimiliki Ronggur. Tapi,
karena maksud perjalanan itu sendirinya pula membelakangi
kepercayaan rakyat dan kepercayaan sendiri, maka soalnya
menjadi lain. "Ronggur, maksudku tidak di situ saja. Tidakkah kau tahu
bahwa Sungai Titian Dewata itu sungai yang jatuh ke ujung
dunia" Sungai Titian Dewata jalan para dewata dan arwah
menghadap Mula Jadi Na Bolon."
"Paduka Raja, memang padaku diajarkan kepercayaan
begitu rupa. Tapi, karena maksud perjalanan ini tidaklah untuk
kesenangan perseorangan saja, tapi bertujuan untuk
kepentingan bersama, izinkanlah aku untuk memikul segala
risiko itu bila yang kurasakan dan kupikirkan itu salah!"
"Bagaimana pendapatmu tentang Sungai T itian Dewata?"
"Paduka Raja, aku selalu digoda mimpi. Mimpi itu selalu
mengajak aku agar memulai satu perjalanan, yaitu menyusuri
Sungai Titian Dewata. Mimpi itu mewartakan bahwa bila aku
melayarinya, aku akan tiba ke tanah landai di muara sungai.
Tanah landai itu begitu luas. Bisa menampung kebutuhan kita
52 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan keturunan kita kelak akan persawahan. Turun temurun.
Selanjutnya mimpi itu selalu mengatakan padaku, bila aku
tidak memulai perjalanan itu, aku seorang manusia yang telah
menyia-nyiakan satu kesempatan. Aku orang yang tidak dapat
dikatakan seorang lelaki."
"Apakah kau tidak mungkin digoda setan?" potong Raja
Panggonggom. "Paduka Raja, bila warta mimpi itu tidak dapat kutunjukkan
dalam kenyataan, berartilah aku digoda setan. Tapi, berilah
kesempatan padaku untuk membuktikannya atau aku sendiri
akan musnah. Aku telah rela menerima dan memikul segala
risiko itu." Datu Bolon Gelar Guru Marlasak cepat berdiri. Dadanya
naik turun dengan cepat. Wajahnya memancarkan sinar
kemarahan. Mulutnya cepat-cepat mengeluarkan kata:
"Ronggur! Menurut kepercayaan kami, menurut hukum yang
diwariskan kepada kami, kau pasti akan mendapat bencana.
Jadi, sebelum bencana itu menimpa dirimu, ada baiknya kau
mengurungkan niat itu. T api, kau juga harus tahu karena yang
kau tantang itu hukum dewata. Kemarahan dewata tidak saja
menimpa dirimu, tapi semua marga akan dikutuknya.
Kerukunan keluarga akan hancur. Padi di sawah akan tidak
menjadi. Kalau cuma kau yang dikutuk dewata tidaklah
53 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjadi soal besar. Tapi, ini menyangkut seluruh marga kita.
Kerajaan kita akan berakhir pada suatu yang menyedihkan,
justru karena keinginanmu untuk mengharungi Sungai Titian
Dewata. Tidakkah dapat kau rasakan ancaman mara bahaya
yang akan timbul dan menimpa warga marga itu?"
"Datu Bolon Gelar Guru Marlasak, yang kuhormati
kebenaran tenungnya. Yang kuhormati arwah halus penjaga
diri dan yang dapat dipanggilnya untuk membisikkan sesuatu
pendengarannya. Aku selalu memperhitungkan dan tetap
merasakan, bencana yang mungkin meruntuhh-an kelangsungan hidup marga. Justru karena memperhitungkan
hal itulah aku mengambil kesimpulan, tanah habungkasan
perlu dicari. Diusahakan menemukan. Aku percaya bahwa
Datu Bolon pun memikirkan hal itu. Soalnya bila Datu Bolon
meninjau dari sudut gaib, aku melihat dari kenyataan sesuatu
perhitungan yang hasilnya pasti tiba."
"Kalau begitu, tidak ada lagi sesuatu hal yang bisa
mengurungkan niatmu," kata Datu Bolon menyindir.
"Begitulah rasanya," jawab Ronggur dengan tabah dan
tenang. "Seperti tidak ada sesuatu kekuatan yang dapat
menghentikan orang mengisi perutnya," sindirnya pula dengan
54 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
halus dan tenang. "Ronggur," tiba-tiba suara Raja Nagebu meninggi, dengan
hentakan kasar mengatakan, "Apa yang menggoda hatimu"
Apakah kau dengan perjalananmu yang akan menimbulkan
bencana dan yang telah menimbulkan huru-hara terpendam di
kalangan rakyat dan para hulubalang, yang menanti saat
meledak sehingga ketenteraman hidup terganggu dan kucar-
kacir, masih kau katakan untuk memperjuangkan kelanjutan
hidup marga dan keturunan" Atau, kau memang sengaja
mencari nama, menunjukkan bahwa kau lebih berani dari
setiap hulubalang kita, sehingga patentengan menantang
hukum dewata" Ronggur menantang hukum dewata bukanlah
keberanian, tapi ketololan."
Seketika dia diam. Wajahnya bertambah merah. Lalu
melanjutkan, "Ronggur, bidang sawah yang diserahkan atau
dipercayakan kerajaan padamu cukup luas lagi subur. Biar kau
mengambil seorang istri atau lebih, kemudian istrimu itu
melahirkan anak banyak, kau belum perlu menguatirkan
makanan untuk mereka. Hasil sawahmu memberi jaminan.
Jelaslah sebenarmya kau mengimpikan sesuatu yang maha
mulia dialamatkan pada dirimu."
"Paduka Raja Nagebu, pemegang tampuk dan penggerak
para hulubalang perkasa. Maksudku jauh dari dugaan tuanku.
55 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kalaulah yang kuimpikan bisa nyata dalam kenyataan tidak
bermaksud aku disebut penemunya. Sekali-kali tidak. Juga aku
tahu, bila untukku sendiri dan jaluran keturunanku langsung,
sawah yang dikuasakan padaku memang cukup memberi
nafkah. Belum perlu menguatirkannya. T api, pokok persoalan
sekarang di sini bukanlah aku, tapi kita semua. Marga kita.
Tahukah paduka raja bahwa banyak dari marga ya'ng hanya
punya tanah beberapa bidang dan hanya dapat menghasilkan
padi yang cukup untuk makanan sekedarnya saja" Dan
mereka terus saja melahirkan anak, anak yang perlu kita beri
makan. Dan tahulah paduka raja bahwa permintaan bantuan
dari lumbung desa setiap tahunnya bertambah banyak juga"
Sehingga kita tidak bisa lagi mengadakan pesta pujaan
terhadap Mula Jadi Na Bolon dengan besar-besaran" Inilah
semua yang jadi persoalan. Jadi, bukan diriku dan bukan pula
hanya diri tuanku saja."
Keadaan menjadi sunyi. Dalam saat itu, Raja Panggonggom
mengadakan sidang kecil dengan para Raja Partahi, Raja
Nagebu, Raja Namora, dan Raja Ni Huta dari induk kampung.
Kemudian mereka panggil pula Datu Bolon Gelar Guru
Marlasak. Mereka berbicara perlahan, tapi dari tiap wajah
memancar kesungguhan. Jelas tampak mereka sedang
mengambil ketentuan dan keputusan rapat, yang akan
56 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diumumkan pada seluruh marga, sebagai undang-undang
kerajaan yang tidak boleh dibantah.
Tiba-tiba saja Panggonggom menyuruh bekas Datu Bolon
Gelar Guru Marsait Lipan,
berbicara pada hadirin, menceritakan kegagalannya dulu mengharungi Sungai Titian
Dewata. "Bapak bekas Datu Bolon, yang pernah meminta izin pada
almarhum ayah kami, yang mewariskan kedudukan Raja
Panggonggom pada kami, untuk mengharungi Sungai Titian
Dewata. Menurut pustaka kerajaan, almarhum ayah kami
memberi izin pada bapak untuk mengharungi sungai tersebut.
Bagaimanakah hasilnya?"
Orang tua itu berbicara perlahan, "Memang benar Paduka
Raja bahwa aku pernah meminta agar diberi izin mengharungi
Sungai Titian Dewata. Tapi, yang kutemui berbeda dengan
hasil tenungku. Kami mengalami kegagalan."
"Selanjutnya, bagaimana?" tanya Raja Panggonggom.
"Ayah Ronggur memperoleh cedera dalam perjalanan itu.
Dia temanku. Dia tidak pernah lagi pulang."
"Sesudah itu?" "Aku sendiri pulang ke mari. Karena almarhum ayah paduka
raja, sabahat karibku, tetap juga menerimaku kembali. Tapi,
tidak lama kemudian kami mengadakan pemburuan. Di s itulah
mendapat kenahasan. Almarhum ayah paduka raja diserang
57 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seekor harimau dengan tiba-tiba, sehingga beliau memperoleh
luka yang mengakibatkan kewafatannya. Dalam igaunya selalu
mengatakan, "Pembalasan dewata telah datang. Pembalasan
dewata telah datang!"
"Apakah tidak mungkin, apa yang dimaksudkannya itu
karena mengizinkan bapak mengharungi Sungai T itian Dewata
dan menerima bapak pulang kembali?"
"Tidak dapat kupastikan. Tapi, boleh juga begitu
maksudnya." "Hadirin semua, terutama kau Ronggur, telah mendengarkan satu pengakuan dari seseorang yang pernah
mengharungi Sungai Titian Dewata, yang menimbulkan
kemarahan para dewata. Apakah setelah mendengar
pengakuan ini kau masih bermaksud meneruskan niatmu"
Berilah jawaban, Ronggur!"
Ronggur terdiam beberapa saat. Dia dihadapkan sudah
pada saat yang menentukan. Bintikan keringat melebihi
keningnya. Akhirnya dia mengatakan:
58 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Paduka yang bijaksana, apakah karena satu kegagalan,
sesuatu maksud baik harus dibatalkan" Apakah tidak hanya
satu kebetulan saja hal nahas itu mendatang?"
"Kutanya padamu, Ronggur, apakah kau masih bermaksud
meneruskan niatmu atau mengurungkan setelah mendengar
pengakuan bekas Datu Bolon yang sudah disisihkan orang dari
kehidupan ramai" Lain tidak! Dia membawa kenahasan bagi
kerajaan." Ronggur terdiam. Belum memberi sesuatu pilihan yang
menentukan. Golongan raja kembali mengadakan sidang kilat.
Lalu sebelum Ronggur memberi keputusan, Raja Panggonggom mengatakan: "Kita telah sama mendengarkan cerita bahwa Ronggur
hendak mengharungi Sungai Titian Dewata untuk mencari
tanah habungkasan. Maksud yang baik. Tapi, Ronggur telah
melupakan riwayat nenek moyang dan berusaha merombak
kepercayaan yang kita anut atau menurut kata Datu Bolon
Gelar Guru Marlasak, telah menghina kepercayaan yang kita
anut." Hening sejenak.
59 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Saran yang dapat kami ajukan pada Ronggur, dan menjadi
undang-undang bagi kita semua, ialah bila Ronggur
meneruskan niat itu, tidak seorang pun dari warga yang
dibolehkan mengikuti dan membantu perjalanannya. Bila dia
mulai me langkah dari gerbang kampung memulai perjalanan,
maka dia tidak berhak lagi mencantumkan marga kita di
belakang namanya. Begitu pula gelar Raja Ni Huta Muda, gelar
Hulubalang Muda dicabut kembali!"
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dia tidak boleh memakai nama kerajaan kita untuk
melindungi diri dari kutukan dewata, dari gangguan setan, dan
dari gangguan perampok di tengah jalan. Kalau ada orang
yang membunuhnya dalam perjalanan, marga kita tidak akan
menganggap serangan itu serangan yang langsung pada
marga kita. Ronggur sendiri yang harus memikul risikonya.
Sawah yang telah dipercayakan padanya disita kerajaan.
Ibunya yang sudah tua akan dibelanjai langsung oleh lumbung
desa. Dirangsum ala kadarnya!"
"Syarat ini kami ajukan justru karena kam i berpegang pada
satu kepercayaan: siapa saja yang mengikuti perjalanan
Ronggur, siapa saja yang membantunya mengharungi Sungai
Titian Dewata, jalan para dewata dan para arwah menuju
matahari terbit tempat Mula Jadi Na Bolon bersemayam, akan
turut dikutuk oleh dewata. Biarlah kami dan marga kita
disebut pengecut, namun melawan dewata kita tidak mau.
60 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Jadi kami umumkan pada semua Raja Ni Huta, agar tidak
membolehkan rakyat yang ada dikampungnya membantu dan
mengikuti perjalanan Ronggur. Kalau kau Ronggur tidak dapat
menerima syarat ini, hendaknya urungkan dan batalkan
niatmu sebelum terlambat. Bila kau mengalami kegagalan
kemudian kau pulang ke kampung ini, kau akan tidak
dianggap anggota marga lagi. Kau akan ditangkap dan
dijadikan budak belian. Kami tidak mau mengulangi kenahasan
yang pernah menimpa almarhum ayah kami, untuk menimpa
diri kami sendiri. Pikirkan baik-baik Ronggur. Dan, berilah
jawaban di tempat ini juga."
Keadaan menjadi hening. Pada kening Ronggur menitik
keringat. Bekas Datu Bolon Gelar Guru Marsait Lipan
menundukkan kepala. Tidak sanggup mengangkat kepala. Di
wajah Datu Bolon Gelar Guru Marlasak dan Raja Nagebu
membayang kepuasan. Para Raja Ni Huta lain dengan takjim
menerima undang-undang Raja Panggonggom. Pada wajah
dan sikapnya tergambar bahwa mereka akan 61 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melaksanakannya sebaik mungkin.
Sejak tadi di luar Sopo Bolon, hujan turun menderu.
Bersabung dengan petir dan kilat.
"Ronggur, katakanlah pilihanmu, biar kami tahu mengambil
sikap," kata Raja Panggonggom memecah kesepian.
Ronggur masih tertunduk juga. Belum berdiri untuk
menyatakan pilihan. "Ronggur, kau tidak dapat memberikan keputusan" Kau
merasa takut dan bimbang" Karena itu kami sarankan,
janganlah sekali-kali mencoba untuk menentang kepercayaan
yang kita anut bersama, janganlah menghina diri sendiri," kata
Datu Bolon Gelar Guru Marlasak. Nada suaranya mengejek.
Membakar dada Ronggur. Dengan wajah merah serta sinar
mata yang manyala, akhirnya Ronggur berdiri dengan
menghentak: "Semua pertaruhan yang dibebankan ke
pundakku aku terima. Aku, ibuku, tidak berhak lagi memanen
padi dari sawahku yang sedang menguning. Karena itu,
secepat mungkin aku akan berangkat. Dengan satu janji, bila
aku menemui tanah habungkasan yang landai lagi subur, hasil
penemuan itu akan tetap kuhadiahkan bagi margaku, bagi
kalian semua." Suaranya mengguntur mengalahkan suara petir yang
bersabung di luar Sopo Bolon. Orang semua mengangkat
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
6205 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
kepala dibuatnya. Dan, sehabis mengucapkan pilihan itu,
Ronggur terus meninggalkan ruang Sopo Bolon. Perasaannya
terbakar, dadanya panas, walau udara begitu dingin. Dia
menerjang ke tengah hujan, angin, dan halilintar yang
bersabung dengan petir. Terus melangkah melewati sawah yang pematangnya
menjadi licin, mencapai kampung di mana dia sebelum itu
memegang tampuk Raja Ni Huta Muda dan Hulubalang Muda.
Tapi, dia tidak memperdulikan keadaan alam itu, dia terus
melangkah cepat di atas pematang yang licin. Tidak mau
berteduh ke dangau yang ada di tengah sawah. Orang yang
berhenti memotong padi dan berteduh di dangau melihatnya
begitu saja. Gonggong si belang menyambut di tangga rumah. Pintu
rumah cepat dibuka Tio. Dilihatnya Ronggur basah kuyup.
Ibunya cepat mengangkat wajah, menatap padanya. Otot
Ronggur mengeras, wajahnya memerah. Pertanda berita yang
kurang baik. Sebelum ditanya Ronggur dengan suara lantang karena
masih marah, menceritakan semua keputusan rapat dan
pilihannya sendiri. Ibunya jadi kaku tegang, seperti patung
1 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanpa nyawa. Tangan, kaki, tubuh Ronggur masih menggetar
tidak karena merasa dingin, tapi karena marah.
Tapi, sewaktu matanya tertumpu ke biji mata ibunya yang
berseri, yang mulai digenangi air bening tipis, dia sadar bahwa
orang tua itu telah dihadapkannya pada satu kenyataan, yaitu
kepahitan dan kegetiran hidup di saat hari tuanya. Yang
sepantasnya tidak wajar lagi hidupnya disusahi. Cepat
Ronggur mendekat, lalu menyembah sujud di kaki perempuan
tua itu. Di antara isaknya sendiri dia mengatakan:
"Maafkanlah aku, Bu. Maafkan anakmu ini. Aku telah
mempersusah hidupmu. Katakanlah Bu, aku tidak boleh pergi.
Aku harus menggagalkan niat perjalananku itu. Aku akan
menuruti ibu. Aku akan minta maaf pada kerajaan atas
kelancanganku. Katakanlah, apa yang harus kuperbuatl"
Perasaan marahnya telah mencair, menghadapi wajah dan
mata ibunya yang bersedih. Segala tekad menjadi kendur,
demi hasrat diri yang tidak mau melihat ibu kandung yang
sudah tua mengalami kesusahan. Tidak cepat ibunya
menyahut. Tangan ibunya yang sudah mengkerut, membelai
kepalanya yang masih basah. Mengusap perlahan sambil lalu
mengeringkannya. Kemudian mengatakan perlahan-lahan:
"Ronggur, kau tidak boleh mengurungkan niatmu lagi. Kau
tidak boleh membatalkan yang telah kau pilih. Kau telah
2 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengatakan dalam pertemuan raja dengan berani. Kau harus
meneruskannya, walau apa yang akan terjadi."
Seketika ibu tua berhenti, tapi disambung pula, suaranya
sudah tambah jelas dan tabah:
"Seperti terbangnya burung ambaroba, mengitari tebing
curam, mengikuti lingkaran pegunungan, mencari mata air
yang bening, tanpa memperdulikan arti haus dan dahaga,
karena anaknya di sarang, menginginkan setetes dua air
melalui kerongkongan kering. Harus begitu kau. Seorang lelaki
yang berani mengatakan maksudnya, tapi dapat disebut
jantan, bila berani tidak mengingkari janji. Jadilah, anakku
sulung anakku bungsu, seorang lelaki berhati jantanl Ibumu
ini, tidak mau anak lelaki berhati betina."
Perempuan tua itu tidak mengucurkan air mata lagi.
Perempuan tua itu tidak mengisak lagi. Telah tabah menerima
segala yang tiba. Telah rela melepas anaknya sulung, anaknya
bungsu, untuk pergi selamanya, mempertaruhkan keyakinan
diri. Segala air mata telah dihamburkan dari dasarnya sampai
kering. Keheningan merayap di ruang mereka berada. Sendu. Tapi
dipecahkan suara halus yang bermula dari T io, "Bawalah daku
bersamamu. Bawalah daku, jangan tinggalkan daku."
Sambil berkata Tio mendekat, lalu duduk di sisi anak
beranak itu. 3 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Perlahan, ibu Ronggur merenggangkan pelukannya dari
tubuh Ronggur. Perlahan pula, Ronggur melepaskan diri dari
pelukan ibunya. Lalu menatap dalam ke biji mata Tio, yang
tertancap ke biji matanya tanpa mengedip.
"Tio, dapatkah kau menduga kemungkinan yang bisa saja
menimpa diriku dalam perjalanan" Tahukah kau, apa yang
akan kutemui bila tafsiran mimpiku meleset?"
"Aku sudah tahu. Aku sudah maklum. Bila kelak kita tidak
bisa kembali lagi agar Mula Jadi Na Bolon tidak murka
padamu, katakanlah bahwa arwahku kau bawa serta sebagai
sembahanmu padanya."
Lama Ronggur menatapi wajah Tio yang sudah punya
kepastian sinarnya. Olehnya tekad Ronggur kembali pada
pijakan semula begitu kokoh. Tidak ada lagi satu kekuatan
yang dapat menghalangi maksudnya.
Angin di luar tambah kencang, hujan rasanya tidak akan
henti. Halilintar dan guruh terus bersabung. Angin melanggari
pucuk dan batang bambu duri, berkerisik dan bunyinya begitu
ngilu pada pendengaran. Di rumah itu orang terus sibuk.
Menyiapkan yang perlu mereka bawa. Bila fajar pagi terbit
pertanda hari baru tiba mereka sudah harus berangkat.
Ibunya menyelipkan pisau gajah lompak ke pinggang
Ronggur, pisau pusaka turun-temurun. Yang berukirkan kakek
kesatuan keturunan mereka yang langsung. Di tengah malam
4 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
buta, Datu Bolon Gelar Guru Marsait Lipan datang ke sana. Dia
menjampi Ronggur dan Tio, agar selamat dalam perjalanan.
Supaya terhindar dari godaan setan. Kemudian pada Ronggur
diberikannya ajimat yang terbuat dari besi putih, diukir dengan
huruf Batak. Juga pada Tio diberinya ajimat, terbuat dari
jalinan benang berwarna tujuh.
Mereka menyongsong terbitnya fajar.
ccdw-kzaa 5 Masih pagi benar. Udara cukup dingin. Tanah lembab
pertinggal hujan semalam. Dua tiga biji bambu duri
terbelintang di tengah jalan, tumbang. Di darat kabut tipis
saja. Hijaunya dedaunan dapat juga dilihat pandang.
Bertambah segar karena mengandung butir air. Tapi,
permukaan danau, jika bertambah jauh ke tengah, kabut
mengental. Beberapa depa saja dapat ditembus pandang.
Pulau Samosir Tuktuk Sigaol tidak tampak. Air danau alangkah
dinginnya. Ronggur, Tio, dan si belang sudah berada dalam perahu.
Tempat begitu lapang. Pengayuh, galah, penimba air, sudah di
tempatnya. Tombak, kampak, panggada, ambalang, dan
sesumpit batu sungai yang keras. Beras sesumpit. Disumpit
lain daging kering. Juga mereka bawa mata pancing serta
5 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
talinya. Pada leher Ronggur membelit ulos batak ragi purada yang
dibelitkan ibunya. Begitu juga pada leher Tio, dibelitkan ulos
batak ragi purada yang diiringi kata, "Belitkanlah pada
tubuhmu, di kala dingin mencekam. Pengganti tangan bunda .
. .." Hanya perempuan tua itu dan bekas Datu Bolon di tepian
danau mengantar mereka. Orang lain sudah dilarang untuk
mengantarkan mereka. Ronggur menatap pada ibunya,
sebelum perahu hilang ditelan kabut. Lalu pada orang tua itu,
melalui renggangan batang bambu duri, dicampakkan
pandang ke tengah kampung. Mencari bekas kehidupan masa
lalu di sana. Tingkah lakunya yang sopan serta ramah-tamah,
keberanian yang tidak gentar menghadapi sesuatu soal pada
saatnya, memikat hati orang di sekitarnya. Karena itu dia
banyak mempunyai teman. Tapi, di saat dia harus meninggalkan perkampungan itu
untuk satu perjalanan yang belum tentu akhirnya, tak terduga
nasibnya, tidak seorang pun dari temannya yang dibolehkan
mengantarkan. Melepasnya. Tahulah dia, betapa pahit
perasaan mencekam hati untuk meninggalkan tanah tempat
lahir, dibesarkan, dan diasuh, punya teman, tapi tidak boleh
pamitan. Di sebelah haluan perahu, Tio berdiri. Matanya jauh
6 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengedari tanah yang sudah cukup dikenalnya. Di mana dia
pernah disanjung puja, selagi martabat marganya belum
runtuh. Teringat pula saat kejatuhan marganya dan dia
sendiri, harus menjadi budak belian. Temannya sebaya banyak
yang mati di saat itu. Setetes dua air-mata membasahi pipi.
Cepat dihapus agar tidak sempat dilihat Ronggur.
Perahu bergerak perlahan meninggalkan tepian. Tangan
mereka membalas lambaian kedua orang tua yang
mengantarkan mereka. Sebelum pferahu ditelan kabut, tidak
hentinya lambaian dilepaskan dari tepian, tinggi melengking.
Si belang pun seperti tahu, perjalanan mereka sekali ini amat
panjang. Perlahan perahu memasuki daerah yang dilingkungi
kabut tebal. Perlahan pula tepian menghilang dari
pemandangan. Untuk digantikan warna putih saja pada
akhirnya. Tangan terkulai tak ada lagi yang hendak dilambai.
Tidak dilihat Ronggur lagi, ibunya mencampakkan diri ke
pohon hariara yang besar itu. Tersedu di sana. Meratap
panjang. Bekas Datu Bolon menyabari. Kemudian menuntunnya pulang ke rumah.
7 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Mereka akan berhasil, mereka akan pulang membawa
berita baik dan menggembirakan," bujuk bekas Datu Bolon.
"Semua yang dikorbankan Ronggur untuk perjalanan ini akan
kembali padanya, malah lebih dari itu akan dipunyainya."
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perempuan tua itu menundukkan kepala, mengiakan, walau
sebenarnya dia tidak dapat meyakini bujukan itu.
Bila sinar matahari pagi telah muncul dari puncak Dolok
Simanuk-manuk, kabut tambah menipis lalu menghilang.
Kerajaan sudah tahu bahwa Ronggur bersama Tio telah
berangkat, maka Raja Panggonggom mencoret nama Ronggur
dari silsilah keturunan marga. Ronggur telah dianggap mati.
Riwayat Ronggur berakhir di s itu saja.
Perahu yang dikayuh Ronggur dan Tio maju perlahan. Tio
mendayung ke hulu. Ronggur di buritan langsung menjadi
pengemudi. Beberapa biji mata pancing yang sudah diumpani
dijatuhkan Tio ke danau. Sambil berkayuh, mereka
mengharapkan dapat pula sambil lalu menangkap beberapa
ekor ikan. Mereka berdua terus mengkayuh. Antara keduanya
belum mengucap sesuatu kata.
Perahu terasa berat dikayuh. Karena dasarnya agak lebar.
Haluannya tumpul. Menahan air atau menghempang kelajuan
perahu. Tapi, mereka masing-masing melaksanakan tugas,
walau perahu agak susah dikayuh dan walau hati masing-
8 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
masing masih diselubungi sakitnya perpisahan dengan kaum
kerabat, dengan tanah tempat dibesarkan, tanpa pamit.
Walaupun Tio tetap merasakan bahwa dia akan aman selalu
bila berdekatan dengan Ronggur, yang mempunyai otot yang
tegap, tekad hati yang bulat, keberanian yang jantan, sikap
ramah tamah, dan sopan santun yang manis, namun pada
saat itu, setiap perahu tambah jauh dikayuh, hatinya merasa
kecut juga mendatangi ajal yang ada di depan.
Tapi, dihiburnya diri, kalau dia tidak ikut, bukankah itu
berarti memberikan tubuhnya, hidupnya ke tangan nasib yang
telah tertentu belangnya, yaitu menjadi budak belian orang,
yang akan memperlakukannya seperti memperlakukan hewan.
Bukankah itu berarti penghinaan akan martabat diri, tidak
tahu menghargai diri sebagai manusia yang dapat
membedakan arti dan hakikat manusia merdeka dengan
budak belian" Ah, katanya dalam hati sendiri, bila diri tahu perbedaan
antara menjadi seorang budak belian dengan manusia
merdeka dan diri tidak berpihak kemerdekaan itu, seseorang
yang tidak dapat mengucapkan terima kasih pada Mula Jadi
Na Bolon, yang telah menciptakannya menjadi manusia. T idak
menciptakannya menjadi hewan.
Satu 9 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keuntungan bagi tiap manusia, yang bisa mempergunakan tiap kesempatan yang ada, untuk membebaskan diri dari belenggu yang menindas harga diri itu.
Dan, kata Tio selanjutnya pada diri sendiri, kesempatan,
kupikir dan kurasakan, ada bila aku bersama Ronggur. Bila
aku memilih jalan yang ditempuhnya. Walau apa bentuk nasib
yang menanti di depan. Itulah risiko.
Manusia lahiratau dilahirkan memang untuk menghadapi
risiko, mengatasinya, lalU tercapailah idaman hati. Atau,
memang diri mampus karena tidak dapat mengatasi risiko itu.
Tapi, diri telah me laksanakan tugas kehidupan sebaik-baiknya.
Dan, itulah kehidupan. Kabut sudah terangkat, matahari
leluasa melemparkan sinarnya.
"Sentak pancing yang ada di sebelah kananmu!" teriak
Ronggur yang sekaligus membangunkan Tio dari renungan.
Tangannya cepat menggapai tali pancing. Tidak lama
10 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kemudian, seekor ikan mas yang sudah cukup besar,
menggelepar di permukaan air.
"Tangkap dengan jaring," kata Ronggur pula.
Tio mengikuti petunjuk itu. Dengan sebuah pukulan
panggada pada kepala, ikan itu melepaskan gelepar akhirnya.
Isi perutnya dibuang Tio. Disisikinya. Lalu dia bertanya pada
Ronggur: "Kita apakan ikan ini" Kita ura?"
"Ya, ura saja. Banyak bikin asamnya. Biar cepat masak.
Tapi, harus rata. Biar masaknya rata pula."
Dengan sedih akhirnya Tio mengatakan, "Tapi, daun
pembungkusnya tidak ada."
Ronggur mencampak pandang ke pinggir danau. Cepat dia
menujukan haluan perahu ke tepian. Lalu me lompat dari
perahu ke tepian berpasir basah, langsung memanjat sebuah
pohon berdaun lebar. Beberapa tangkai dedaunan yang cukup
lebar dijatuhkan ke tanah. Cepat dipungut Tio. Ikan diasami.
Lalu dibaluri dengan kunyit. Kemudian dibungkus baik-baik.
Seolah tidak tertembus hawa.
Mereka melanjutkan perjalanan. Mereka tidak memenggal
perjalanan melalui tengah danau. Selalu mengikuti pantai.
Hingga perjalanan menjadi bertambah jauh. Beberapa kali
mereka berpapasan dengan penangkap ikan. Tapi, tidak
11 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seorang pun dari penangkap ikan yang melambaikan tangan
dan menyapa mereka. Para penangkap ikan itu menatap
dengan dungu ke arah mereka. Lalu, cepat mengkayuh
sampan masing-masing, agar cepat jauh dari manusia yang
sudah digoda setan jahat itu. Sekarang Ronggur sudah dapat
mengartikan, kenapa orang tidak menegurnya dengan ramah
lagi. Matahari tambah tinggi dan terik. Gelombang mulai
menggila. Perahu mulaii menunduk nunduk mengikuti alun
gelombang. Sampan penangkap ikan sudah sunyi dari danau.
Ronggur mengkayuh melalui ke tepian. Tepian yang dipilih
ialah lepian yang jauh dan kampung yang banyak bertebar
sepanjang pantai danau. Di sana mereka memasak nasi lalu
makan siang. Daging kering masih ada. Sedang ikan yang
diura itu, baru bebeiapa hari kemudian dapat dibuka dari
bungkusannya untuk dimakan.
Bila sinar matahari sudah tidak terik lagi, kembali mereka
melanjutkan perjalanan. Matahari leluasa melemparkan
sinarnya dan membakar mereka berdua, turut si belang, justru
karena perahu mereka tidak punya atap. Si belang tidak sering
lagi menggonggong, sudah lebih banyak diam dan tiduran di
perut perahu. Pada mulanya dia selalu menggonggong perahu
dan sampan yang berpapasan dengan mereka, tapi karena
12 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
orang yang ada dalam sampan atau perahu yang
digonggongnya tidak me lambaikan tangan, membalas
gonggongnya, akhirnya si belang sendiri pun tinggal diam saja
melihat mereka, sambil menjulurkan lidah.
Setelah dua hari berkayuh, tepian danau kembali dirimbuni
rumpun bambu duri dengan rapat. Pertanda perkampungan.
Titik putih yang besar itu, dapat mereka terka bahwa itu
kuburan nenek moyang yang pertama merambah mendirikan
perkampungan. Dapat mereka tentukan melalui titik putih itu
bahwa itulah gerbang perkampungan. Kuburan nenek moyang
yang pertama membuka satu perkampungan, selalu
dikebumikan di gerbang kampung. Titik kecil yang
bermunculan di sana menatap ke arah mereka, ada yang
menuding. Tapi, tidak ada yang melambaikan tangan.
Tio tidak memikirkan itu. Tapi, pada pikirannya mendatang
pengenalan bahwa mereka telah memasuki lekuk danau yang
pada salah satu tepiannya, bermula Sungai Titian Dewata. Dia
menarik napas yang dalam. Sedang Ronggur memperhatikan
permukaan air dengan awas. Meneliti awal sungai.
Pada mulut sungai banyak terdapat gugusan pasir hidup.
Perahu dan sampan nelayan yang terdampar ke sana karena
tidak hati-hati, secara perlahan-lahan akan ditelan pasir hidup
itu. Orangnya bisa selamat kalau pandai berenang. Pasir hidup
selalu berpindah tempat, bergerak dibawa arus. Jadi orang
yang berlayar di sana harus hati-hati. Tanda pasir hidup dapat
13 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diketahui dari permukaan air danau yang agak memutih,
bercampur keruh, dan beriak.
"Percepatlah mengayuh T io," kata Ronggur. "Sebelum sore
benar, kita sudah harus memasuki mulut sungai. Biar kita
dapat terus menyusuri sungai sampai ke tempat yang jarang
perkampungannya. Juga agar dapat kita bedakan, antara
permukaan air yang aman dan jebakan pasir hidup. Kita tak
dapat menepi di sini. Terlalu rapat perkampungannya. Siapa
tahu, di antara mereka ada yang bermaksud jahat pada kita."
Tio mempercepat kayuhannya. Si belang kalau sudah capek
duduk, terkadang berjalan hilir mudik dalam perahu.
Mengibaskan ekor pada punggung Tio, begitu pula pada kaki
Ronggur. Tampaknya si belang seperti menyesal, karena tidak
dapat membantu tuannya. Cahaya senja sudah bermain di permukaan air yang beriak.
Riak yang seperti disorong ke satu arah, punya arus, tapi
masih perlahan. Mula sungai. Riak itu, walau masih perlahan,
tetap bergerak, tetap disorong sesuatu tenaga untuk ditibakan
ke satu tempat. Pada kedua tepian pangkal sungai, banyak orang berdiri.
Melihat mereka dengan dungu. Dari sekian banyak orang,
yang diketahui Ronggur sudah lain dari kesatuan marganya,
seorang pun tidak ada yang menyapa mereka. Tapi, orang
14 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mencampak pandang ke arah mereka. Menonton tanpa
menggunakan perasaan. Oleh tatapan itu, oleh kebisuan itu,
Tio menjadi gelisah. Si belang sudah pernah menggonggong ke arah mereka,
seperti menjenggak. Tapi, orang itu tetap juga di tempatnya.
Si belang akhirnya capek sendiri. Tio bolak-balik melihat pada
orang banyak, kemudian pada Ronggur yang terus mengayuh
dan menjaga kemudi dengan hati-hati.
"Ronggur, kau lihat mereka itu?"
"Ya, kulihat. Teruslah mengayuh, jangan ambil perduli."
"Tidak seorang pun dari mereka yang mengaju tanya pada
kita. Sedang mereka sudah berbeda marganya dari margamu.
Apakah mereka tidak bisa mengucapkan sepatah kata?"
"Kepercayaan mereka sama dengan yang dianut margaku.
Tidak mengapa. Teruskan mengayuh. Kepercayaan itu yang
melarang mereka untuk bercakap dengan kita. Atau,
kepercayaan itu membuat mereka bisu. Perasaan mereka
tumpul dibuatnya. Teruslah mengayuh. Sebelum jauh malam,
hendaknya kita sudah sampai ke tempat yang cukup jauh dari
perkampungan mereka."
"Mata mereka tidak bercahaya. Seperti mata ikan yang
mati. Aku ngeri melihatnya dan merasa terpukau berhadapan
dengan manusia yang begitu banyak, tapi yang begitu diam
15 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan bisu, seperti patung. Tidak berkerisik."
"Teruslah berkayuh, Tio. Biar cepat kita jauh dari tatapan
mereka. Agar godaan darinya tidak lama mempengaruhi tekad
diri." Tio meneruskan mengayuh. Untuk akhir kalinya, si belang
sekali lagi menggonggong ke arah tumpukan orang yang diam
bisu itu, sebelum mereka menjauh benar. Arus sungai masih
lemah. Belum bisa menghayutkan perahu. Mereka masih harus
mengayuh kuat-kuat, agar perahu melaju.
Senja di langit bertambah tua. Merahnya mewarnai segala.
Dan, dari satu tempat yang ketinggian lagi sunyi, seseorang
memanggil nama Ronggur. Mulanya begitu lemah dan jauh.
Seperti suara setan yang bangkit dari dunia jauh. Ronggur
mendongakkan kepala, mencari dari mana suara itu datang. Si
belang mempertajam penciuman. Menggonggong. Disuruh T io
diam. Si belang mengikut.
Seseorang berlari di pematang sawah sambil melambaikan
tangan. Ronggur berhenti berkayuh. Diikuti Tio. Orang itu
sudah berada di tepian sungai. Setelah beberapa hari tidak
mendengar suara orang lain yang mencakapkan mereka,
rasanya, suara orang itu seperti hadiah yang besar, hadiah
yang membuat mereka gugup.
"Ronggur," kata orang itu, napasnya masih tersengal,
"bawalah aku bersama kalian. Aku mau turut."
Ronggur tambah terdiam. Hampir tidak dapat mempercayai
16 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pendengarannya. "Ronggur, kau dengarkah aku" Aku si Lolom. Kawanmu
sejak kecil. Aku mau turut."
"Kudengar kau, Lolom. Kudengar kau. Apa maksudmu?"
tanya Ronggur kembali. Dia belum yakin benar akan
pendengarannya. "Bawalah aku bersama kalian. Aku mau turut. Tidak
bermaksud jahat aku. Bawalah aku."
Ronggur dan Tio tambah terdiam mendengarkan
permohonan orang itu, permohonan yang tidak diduga sama
sekali. Di saat mereka disisihkan dari sekitar, dari alam
kehidupan mereka sehari-hari, di saat itu pula seseorang dari
anggota masyarakat yang menyisihkan itu memohon pada
mereka, agar dibolehkan turut serta. Membuat Ronggur ingin
tahu, kenapa orang itu mau turut.
"Kenapa kau harus ikut?" tanya Ronggur.
"Aku tahu perjalananmu mendatangkan ajal. Tapi, aku
tidak perduli. Aku mau ikut. Karena aku memang dengan
sengaja mencari kecelakaan pada diri sial ini. Bawalah aku,
Ronggur. Sungguh sial nasib menimpa diriku. Aku kalah
berjudi. Sawahku sudah tergadai. Namun hutangku masih
bertumpuk." "Jadi kau sengaja mau mencari malapetaka?"
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
17 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ya, seperti kalian. Seperti kau. Tepikanlah perahu itu biar
masuk aku. Daripada aku membunuh diri, gantung diri, lebih
baik kurasa, lebih tenteram kurasa hati, bila ada teman sama-
sama mati. Karena aku takut sendirian menuju negeri jauh itu.
Bawalah aku, biar aku tidak merasakan kesunyian di saat
nyawa berpisah dari tubuh. Justru karena tahu ada teman
sama-sama mati." "Kau pikir kami sengaja mencari kematian dengan melayari
sungai ini" Atau, sengaja mendatangi kecelakaan yang bisa
mengakibatkan kematian?" tanya Ronggur pula. Sinar
matanya memancarkan cahaya benci.
"Apa maksudmu?" kembali Lolom bertanya. "Bukankah kau
dengan sengaja mencari sumber malapetaka dengan melayari
Sungai T itian Dewata ini?"
"Tidak. Kami mau mencari penghidupan yang lebih
sempurna. Mencapai tanah luas tempat habungkasan," jawab
Ronggur tegas. "Ah, jangan bersilat kata, Kawan. Kau sengaja mencari
kecelakaan, kematian, dan aku mau turut. Habis perkara,"
suara si Lolom mulai ringan dan lincah, tidak seperti semula
lagi. "Kenapa kau berkata begitu, Lolom?"
"Karena kau Ronggur, jatuh cinta pada budakmu. Memang
18 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
budakmu itu manis. Bukankah karena tidak tahan
menanggung malu di dunia ini, kau me larikan diri dari
kehidupan ini dengan dalih mencari tanah habungkasan
bersama budakmu itu" Bawalah aku. Aku tidak bermaksud
mempengaruhi perasaan cinta yang tumbuh di hati kalian
berdua. Itu soalmu. Aku akan menutup mata dan mulut, di
saat kalian bercumbuan. Percayalah. Bawalah aku Ronggur.
Biar ada temanmu sama-sama mati. Biar ada pula temanku
sama-sama mati. Walaupun sebab kita berbeda. Kau karena
menyintai seorang budak. Aku karena kalah berjudi. Dari kita
sebenarnya sama sialnya."
Dengan hentakan kasar, Tio membenamkan pengayuh ke
air hingga air muncrat ke atas, lalu mulai mendayung.
"Perjalanan kami tidak wajar dikotori seorang penjudi yang
mau bunuh diri," jawab Tio kasar. "Perjalanan yang menuju
atau mencari tanah habungkasan."
Wajahnya memerah. Dan, ia tidak tahu, kenapa dia harus
mengatakannya. Sebenarnya dia sendiri memang sependapat
dengan orang lain, dengan Lolom bahwa perjalanan itu akan
kandas di karang kecelakaan. Tapi, biarpun begitu, tidak wajar
rasanya, perjalanan yang bermaksud baik itu dikotori
seseorang yang memang sengaja mau bunuh diri.
"Apa kau katakan budak manis" Apakah kau tidak dengan
19 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sengaja mengotori hidup si Ronggur" Dengan wajahmu yang
manis, kau telah menggoda dan menjerumuskan seorang
sahabatku ke lembah kehinaan. Jatuh cinta pada seorang
budak, karena setiap saat kau menggodanya dan kata orang,
kau sedang bunting. Kalian telah bersetubuh sebelum
meminta izin dari Mula Jadi Na Bolon, dari para orang tua, dari
kerajaan, dan datu bolon. tanganlah berkata aku membawa
sial padamu. Nasibmu jauh lebih celaka dari nasib kita semua.
Aku kalah berjudi, Ronggur jatuh cinta, kau penggoda
keparat." "Siapa mengatakan itu padamu, Lolom?" tanya Ronggur
keras "Kau masih bertanya. Itulah berita yang tersiar luas di
antara penduduk. Lain tidak. Aku juga mempercayainya. Aku
juga tidak dapat mempercayai bila seseorang yang melayari
sungai ini, masih mengatakan akan mencari tanah
habungkasan. Bagiku itu omong kosong dan dusta paling
besar. Karena itu, marilah sama-sama mati, kawan. Bawalah
aku. Aku yang mau bunuh diri."
Seketika Ronggur terdiam. Tidak menyahut. Kemudian
Lolom melanjutkan, "Kenapa kau diam, Ronggur" Karena
tepat apa yang kukatakan?"
Ronggur masih diam. Lolom terkekeh lupa akan
masalahnya sendiri. Tio sudah hendak mendayung perahu,
tapi dicegah Ronggur dengan membenamkan kemudi ke air.
20 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Akhirnya Ronggur mengatakan:
"Lolom, sayang sekali apa sebabnya kau mau ikut dengan
kami. Kalau alasanmu berbeda dari alasan yang kau katakan
itu, betapa gembira hatiku menerima kehadiranmu. Betapa
aku berterima kasih karena kau mau menemani aku seraya
bersedia memikul segala akibatnya."
Lolom masih tertawa di pinggir sungai. Kemudian Ronggur
melanjutkan: "Aku mau buktikan Lolom bahwa yang kuimpikan atau yang
diwartakan mimpiku padaku, benar. Aku akan menemui tanah
habungkasan. Sungai ini akan membawaku ke tanah landai
yang subur. Sendirinya pula aku akan buktikan bahwa
kepercayaan yang tertanam di hati kita selama ini mengenai
sungai ini salah." "Jangan mencari dalih lagi," kata Lolom menghentak.
"Sudah kukatakan aku tidak dapat mempercayainya, walau
kau kawanku. Kita akan sama-sama mati bila kita sama-sama
melayari sungai ini. Yang kuminta padamu, bawalah aku biar
ada temanku sama-sama mati. Aku takut mati sendiri. Itu saja
soalnya." "Tapi, aku tidak mencari kematian dengan sengaja," jawab
Ronggur dengan suara kuat. "Perjalanan yang kumulai ini
bertujuan baik. Hasilnya kelak akan kuserahkan pada semua
21 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
orang, agar semua orang terlepas dari ancaman yang selalu
mengikuti hidupnya, berperang karena setapak tanah,
bersibunuhan karena setetes air parit. Karena itu dan karena
aku tahu pepatah lama, seseorang penjudi yang kalah, dialah
yang bernasib sial. Seseorang yang dengan sengaja mau
bunuh diri padanya akan datang malapetaka. Karena aku tidak
mau bunuh diri, karena aku tidak mau mencari ma lapetaka,
tapi sebaliknya, sewajarnya pula aku menolak permohonanmu.
Agar nasib sialmu, agar kutukan dewata padamu karena kau
mau bunuh diri tidak turut menimpa kami. Kami masih tetap
mengharapkan dan memohon agar dewata menunjuki jalan
kami. Yang kelak hasilnya akan dikecap setiap orang. Tidak
wajar mengorbankan nasib orang yang begitu banyak, masa
datang orang banyak, karena kau seorang. Karena itu, carilah,
tempuhlah sendiri, dan datangilah sendiri ajal yang akan
merenggutkanmu dari kehidupan ini!"
Sambil tertawa dan perutnya berguncang-guncang, Lolom
mengatakan: "Ronggur, ke mana perginya akal sehatmu yang selama ini
kau punyai" Ya, memang kau masih menggunakan akal sehat
itu. Yaitu, menerjunkan diri ke ujung dunia agar bangkai
kalian tidak dapat dikuburkan. Agar kubur kalian tidak ada jadi
pertinggal di dunia ini. Nah, aku pun bermaksud begitu.
22 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Penjudi yang kalah main, kalau mati tidak wajar menunjukkan
kuburnya agar tidak ada lagi tempat bagi mengunjungnya,
menagih hutang. Begitu pula agar tidak ada tempat bagi
sanak saudara, bagi anak yang masih kecil, tempat
mencampakkan segala penjelasan di atas pusaraku, karena
aku segala penjudi yang kalah, membuat hidup mereka
menjadi morat-marit." Waktu Lolom berkata, perahu sudah
mulai dikayuh Ronggur dan Tio. Dan, waktu Lolom sadar bahwa kencang
perahu tambah tak dapat diikutinya lagi, walau dia sudah
berlari-lari di tepian, dengan pengap-pengap dia memohon:
"Ronggur, apa yang harus kuperbuat" Aku takut mati kalau
aku sendiri yang menghadapinya. Dan, kalian tidak mau pula
membawa aku serta, aku yang sudah rela mati. Hendak
mereka jadikan aku budak. Ronggur, kau dengarkah aku?"
ratapnya mulai meninggi, "sampai hatikah kau melihat aku
manjadi budak?" Ratapan si Lolom yang tambah meninggi, membuat
Ronggur tertegun. Kembali dia berhenti mendayung.
Menyuruh Tio berhenti pula mendayung. Dia mencampak
pandang ke daratan. Matanya menyala merah. Tapi, dia
berusaha agar marahnya tidak meledak. Lalu, dia berkata
dengan kuat lagi tajam: 23 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Lolom, kau kawanku sejak kecil. Kau telah menghina aku.
Tapi, bagiku itu tidak mengapa. Untuk ikut serta dalam
perjalanan ini kau tidak boleh. Aku tidak bersedia
mengorbankan perjalanan ini pada nasib sial yang akan
menimpamu. Karena kau memang sengaja mencari kematian."
"Lantas, apa yang harus kuperbuat?" tanya Lolom pula
melanjut dan memotong cakap Ronggur.
"Kalau berjudi bagimu sangat baik. Agar kau tahu dan
menyadari bahaya main judi. Pesanku padamu, janganlah dulu
bunuh diri. Kelak aku akan membawa berita padamu bahwa
tanah habungkasan telah kutemui. Kau boleh pindah ke sana
dan kau kembali menjadi orang merdeka. Sekarang biarlah
dulu kau rasakan betapa sakitnya menjadi budak orang lain.
Agar kau tahu betapa nikmatnya mimpi akan kemerdekaan.
Dan, agar kau tahu, betapa berharganya sebuah kemerdekaan, sehingga kau tidak 24 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mau lagi mempermainkannya di perjudian."
"Begitu percaya kau Ronggur bahwa kau akan menemui
tanah habungkasan." "Mimpiku telah mewartakan padaku. Dan perasaanku
selama ini, yang turut merasakan pahitnya derita seorang
budak, pahitnya perasaan diri sendiri justru harus membunuh
orang lain, karena orang lain itu pun ingin hidup lalu berusaha
menguasai setapak tanah, mempunyai setetes air parit telah
memaksa aku harus mencapai tanah habungkasan. Untuk bisa
terlepas dari belenggu itu, dari penjara perasaan yang
meracuni diri sendiri, semua terletak pada hasil perjalanan
ini." "Dan, bila kau pun nanti turut menanggungnya, merasakan
pahitnya menjadi seorang budak, maka kau pun akan
mendoakan agar perjalanan ini memperoleh hasil seperti yang
diharapkan. Harapanmu terletak pada hasil perjalanan ini.
Agar kau bisa kembali menjadi seorang yang merdeka.
Bertobatkah, karena doa seorang yang tobat, sangat
didengarkan Mula Jadi Na Bolon."
Sebelum Lolom sempat mengatakan sesuatu, Ronggur
telah melanjutkan: 25 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Di samping itu, bila kau memang ingin berbakti,
wartakanlah pada orang semargamu bahwa anggapan mereka
akan perjalanan kami ini tidak benar sama sekali. Suruhlah
mereka bersiap menerima sebuah warta kebenaran. Yang
mungkin berbeda malah menantang kepercayaan yang
mereka anut selama ini. Agar tidak terguncang perasaan
mereka bila kelak menerima warta penemuanku atas tanah
habungkasan." Ronggur dan Tio kembali mendayung. Dengan tercengang
Lolom melepas mereka. Dan, sesudah dia sadar bahwa perahu
Ronggur sudah menjauh dan melaju, kembali dia meratap dan
menangis. Tapi, disela tangis itu dia mengharapkan, agar
Ronggur dan Tio berhasil, sehingga dia bisa kembali menjadi
orang merdeka. Harapan masih ada walau masih begitu
samar, karenanya dia belum mau mati.
Perahu terus melancar. Bulan mulai memancar di langit
mencurahkan sinar ke bumi. Menjadi suluh bagi Ronggur dan
Tio mengikuti jalur sungai. Secara perlahan arus sungai mulai
terasa. Tanah datar yang terdiri dari tanah batu di kiri-kanan
sungai. Hanya satu-satu pepohonan tumbuh di tepian. Tidak
berdaun rindang. Meranggas.
Setelah merasakan bahwa mereka sudah cukup jauh dari
perkampungan, Ronggur mendaratkan perahu. Memilih
tempat bermalam. Si belang disuruh berjaga. Perahu
ditambatkan. Memang begitu selalu, selagi perahu dikayuh, si
26 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
belang kebanyakan tiduran. Kalau malam, dia yang berjaga, di
saat Ronggur dan Tio melepas lelah. Dan, bila pagi terbit lagi,
mereka akan melanjutkan perjalanan itu.
Setiap hari arus sungai tambah terasa. Dan, tetap
diperhatikan dan dipelajari Ronggur. Menurut keterangan
bekas Datu Bolon, bila arus bertambah deras, dia harus
bertambah hati-hati. Bila suara gemuruh air sungai berban-
tingan ke dinding batu mulai kedengaran, dia harus mulai
mencari mulut gua yang diceritakan Datu Bolon, yang
menganga bergaya mau menelan.
Tekadnya harus bertambah bulat dan kukuh memasukinya.
Atau, memulai jalan darat. Karena itu, tidak jarang Ronggur
melengketkan telinga ke permukaan air, untuk merasakan
getar air. Dan, setiap Ronggur mengerjakannya sambil
memejamkan mata, setiap itu pula T io memperhatikan dengan
sungguh-sungguh. Dan, hatinya bergoncang dalam dada. Bila
Ronggur kembali mengangkat kepala, T io akan menarik napas
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang panjang, tapi diusahakan agar tidak kedengaran pada
Ronggur. Pada hari selanjutnya, mereka telah tiba ke batas yang
boleh ditempuh manusia. Walau matahari tidak terik, dan
masing-siang, namun Ronggur mendaratkan perahu ke pinggir
sungai. Lalu menyuruh Tio menghidupkan api. Pertanda
27 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka akan bermalam di sana.
Dia pergi ke tempat ketinggian, mendaki sebuah pundak
bukit, mengadakan peninjauan. Sejauh mata memandang
yang dilihat hanya batu padas saja. Sedang sungai seolah
terus menuju satu arah yang jauh, menerjang terus ke perut
bukit. Menembus bukit. Itulah mula gua yang diceritakan
bekas Datu Bolon. Arus sungai sudah cukup deras. Satu dua
batu jangkar sudah dijatuhkan Ronggur, agar kelajuan perahu
dapat dikendalikan. Kembali dia ke tempat Tio, yang mencampakkan pandang
padanya, pandang yang meminta penjelasan. Tapi, Ronggur
tidak mengucapkan, sepatah kata. Kediam-diaman. Perasaan
masing-masing saling mengajuk nasib yang menanti mereka,
bila mereka mulai melewati batas itu besok pagi.
Ronggur dan Tio, pada pagi berikut melihat matahari
muncul dari satu kekosongan, tepat dari belahan jalur sungai.
Jadi tidak dari pundak Dolok Simanuk-manuk lagi, seperti yang
mereka kenal. Namun mereka meneruskan perjalanan juga.
Mulut tambah terkatup. Terus saja Ronggur mencampakkan
pandang ke kejauhan. Tetap meneliti keadaan. Wajahnya
bersikap menantang dan begitu tegang. Tangannya pasti
menggenggam ulu kemudi. Mereka tidak perlu lagi mengayuh. Arus sungai sudah dapat
28 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menghanyutkan perahu malah terlalu liar. Hingga batu jangkar
sudah tiga biji dijatuhkan. Telapak tangan Tio yang sudah
lecet dan keputihan, susut karana terus-terusan direndam air,
sekarang bisa mengasoh. Tangannya mengelus leher si belang
yang duduk di sampingnya. Dia mencari kekuatan hati dari
elusan itu. Atau, melontarkan perasaan yang tertekan.
Tapi, hari itu mereka tidak menemui sesuatu. Hanya arus
sungai yang bertambah kencang. Mereka masih selamat.
Walau sudah jauh melewati batas yang boleh didatangi
manusia. Dikejauhan, bila diperhatikan benar, desiran arus sungai
kedengaran bangkit, mendesis. Dari jalur sungai dikejauhan,
bulan muncul. Menyinari kiri-kanan sungai yang tidak punya
tanda kehidupan. Tandus dan kosong. Bila mereka mendarat
ke pinggiran lagi, mereka temui sebuah lobang alam pada s isi
sungai yang agak tinggi, terbuat dari batu alam. Lobang yang
bersisi berlantai dan beratap batu. Dalam lobang, tidak seperti
lobang alam yang pernah mereka temui, tidak ada sepenggal
kayu atau bekas api. Tidak pernah didatangi manusia
layaknya. Dingin. Buru-buru Tio menghidupkan api. Beberapa
potong kayu diangkutnya dari perahu. Nyala api menari-nari di
dinding batu, di atap batu.
Tengah malam. Awan hitam merayap dan menjalar, lalu
menutupi wajah bulan. Keadaan sekitar menjadi pekat. Angin
kencang datang dari hulu sungai. Membangkitkan riak yang
29 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidak dapat dikatakan kecil, cukup gelisah permukaan sungai.
Satu-satu halilintar mengkilap membelah bumi. Diiringi suara
guntur yang mau memecahkan segala, menyengkak. Si belang
mendekat pada Tio. Memanaskan diri dekat api. Bersabung
halilintar dan guruh, hujan turun seperti dicurahkan dari
langit. Permukaan sungai naik. Riak sungai menjadi besar dan
tambah gelisah. Seperti marah karena ada orang yang berani
berlayar melewati batas yang sudah ditentukan.
Dalam saat begitu, perubahan alam begitu rupa
menimbulkan prasangka dalam diri, yang menumbuhkan
berbagai ragam anggapan, pertanda mula kecelakaan yang
akan menimpa diri. Semuanya serba asing dan menakutkan,
atau semua serba seperti menakut-nakuti. Ronggur pergi ke
tepian sungai memperkokoh ikatan tambatan perahu. Lantas
pergi ke atas gua alam itu, menatap ke sekitar. Kepekatan
menyeluruh menelan segala. Kekelaman yang abadi. Baru
beberapa saat yang lalu, keadaan udara cukup terang
benderang oleh sinar bulan yang nyaman.
Begitu cepat suasana alam berubah. Beberapa saat dia
berdiri di sana, memperhatikan sekitar dan mempelajari arah
dan mata angin yang menggalau. Tio yang tepat berada di
bawahnya, tidak mengetahui bahwa Ronggur tepat berada di
atasnya. Dipisah langit-langit gua yang terbuat dari batu alam.
30 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kulit tangannya masih tetap pucat dan menyusut.
Selagi Ronggur tidak ada dekatnya, dia merasa sepi atau
merasa takut. Dia selalu begitu, walau dia tahu Ronggur tidak
pergi jauh. Dia merasa lebih tenteram bila Ronggur di
dekatnya, walau tidak mengatakan sesuatu, selain hai yang
penting saja. Seperti: "Besok pagi kita melanjutkan perjalanan
sebelum matahari terbit. Tidurlah, selimuti dirimu dengan kulit
binatang berbulu. Biar terasa panas."
Mendengar cakap yang sepenggal itu saja, sudah
melonggarkan perasaan tertekan. Dan, dia tidak akan
menyahut, tapi melaksanakan yang dimaksudkan Ronggur.
Malam itu Ronggur agak lama baru kembali. Perasaan sak
wasangka tambah mencekam diri, karena dia tahu bahwa
mereka sudah berada di daerah yang berbahaya, daerah yang
belum pernah dimasuki manusia. Tio bangkit dari duduknya.
Dengan membungkuk dia menuju mulut gua. Hendak melihat
ke mana Ronggur pergi atau di mana Ronggur berada. Tapi,
ketika itu juga, tubuhnya tertumbuk ke tubuh Ronggur yang
berdada telanjang. T io terpekik karena terkejut. Lalu mundur.
Ronggur tersenyum, lalu mengatakan, "Pergilah tidur. Tidak
apa-apa. Besok, bila badai telah teduh, kita akan meneruskan
perjalanan." Tio malu akan ketololan dan ketakutannya. Dia menyesali
31 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diri kenapa dia harus terpekik. Dari goleknya dia melihat
Ronggur mengeringkan tubuh. Telapak tangan ditelempapkan
ke tubuh, lalu dikaiskan. Butiran air berjatuhan. Kemudian
Ronggur berjongkok dekat api. Mendekatkan telapak tangan
ke jilaman api. Begitu dekat hingga Tio yang melihatnya
merasa ngeri, kalau tangan itu akan hangus terbakar. Tidak
disadarinya matanya dapat ditangkap pandangan Ronggur.
Sambil memalingkan pandang Ronggur berkata, "Kau belum
tidur juga" Belum mengantuk?"
Tio menyurukkan kepala ke bawah kulit binatang. Dalam
hatinya dia merasa geli atas kelakuan Ronggur, Sedang
Ronggur merasa geli pula atas kelakuan Tio yang
menyurukkan kepala ke bawah selimut buru-buru, yang
dengan sendirinya kakinya menjadi telanjang. Kulit binatang
itu tidak cukup panjang untuk menyelimuti tubuhnya
sekaligus. Ronggur tersenyum, seperti Tio sendiri, tersenyum
di bawah selimut kulit berbulu.
Di luar hujan, angin, kilat, dan guruh masih bersabung. Si
belang sekali ini sudah tertidur. Permukaan sungai menaik,
riak sudah membesar sudah menyerupai ombak danau.
Namun perasaan keadaan sekitar, dia tahu, air tidak mungkin
menggenangi mulut gua di mana mereka berada. Dia
menggolekkan diri. Suara mendesis yang bersumber dari
32 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sungai itu sangat menyayat atau menyengat pendengaran.
Suara yang timbul atau seolah datang dari dunia jauh, dunia
lain. Ronggur menutup kedua belah kupingnya, memejamkan
mata dengan paksa. Cahaya putih sudah menerobos dari mulut lobang waktu
Ronggur membuka mata kembali. Api sudah padam. Dalam
gua menjadi dingin kembali, angin yang bersabung dan hujan
yang menderu di luar belum henti.
Tapi, sudah mulai me lemah. Desis lidah air masih terus
mengganggu pendengaran. Waktu kepalanya dijulurkan dari
mulut lobang untuk mengetahui keadaan cuaca, dia pun tahu,
bahwa cuaca masih tetap seburuk kemaren. Walau matahari
sudah terbit dan agak tinggi, namun bias cahayanya tidak
dapat menembus awan yang bergumpal dengan sempurna.
Dengan malas Ronggur kembali masuk ke dalam lobang.
Membaringkan diri. Tio belum bangun. Juga si belang. Ma lah
menggulungkan tubuhnya sampai bengkok untuk melawan
dingin. Didengarnya kelepak lemah di langit-langit gua.
Tambah lama tambah banyak. Matanya diliarkan menatap
langit-langit. Kelepak itu berasal dari lobang-lobang kecil yang
banyak di langit-langit gua. Perlahan dia bangkit, takut kalau
kelepak lemah itu henti. Dia mendekati salah satu lobang
kecil. Heh, pikirnya. Di sini banyak kampret. Enak dimakan. Lalu
dia mengambil sebatang kayu. Dengan kayu itu, dicoloknya
33 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tiap lobang. Kampret berjatuhan. Patah sayap. Asik dia
dengan pekerjaannya. Merasa bersyukur, justru karena dia
tahu, daging kampret enak dimakan.
Di samping itu, lalu dia dapat memastikan bahwa sesuatu
yang bernyawa masih ada di sana. Kampret itu ditumpukkan.
Tidak tahu dia Tio sudah bangun. Terus menghidupkan api.
Menjerangkan air yang ditampung dari pinggir sungai. Waktu
nyala api me loncat-loncat dan menari-nari di dinding gua,
Ronggur berpaling. Tio tersenyum tapi tertunduk. Disambutnya juga senyum itu, lalu: "Di sini banyak kampret.
Bakarlah. Enak juga dimakan."
Kampret itu mereka panggang, langsung dengan bulunya.
Cepat benar sudah masak. Sambil meneguk air simar palia
yang pahit kental lagi panas, rasa dingin dan kantuk cepat
menghilang, mulut mengunyah daging kampret yang manis.
Bila angin dan hujan reda, mereka akan meneruskan
perjalanan. Yang terasa tidak punya akhir dan ujung.
Ingatan Ronggur cepat meloncat. Cepat dia mengaju
34 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanya: "Tio, di mana kau bikin pundi-pundi tempat bibit itu"
Sudah berapa hari tidak kulihat."
Tio memegang pinggangnya yang agak menonjol. Pundi-
pundi itu diikatkan di pinggangnya. Tio menjaga bibit itu
dengan baik. Bibit pertama yang akan mereka tanam di tanah
habungkasan. Atau, padi yang bisa mengurangi rasa laparnya
bila mereka memang jatuh ke ujung dunia. Jajan arwahnya
dalam perjalanan menghadap Mula Jadi Na Bolon.
"Kau menjaganya dengan baik kalau begitu." kata Ronggur.
Tio menundukkan kepala, Ronggur menyambung: "Teruskan
jaga baik-baik. Bila angin dan hujan teduh, kita meneruskan
perjalanan. Di tanah habungkasan yang kita tuju, bibit itu
sangat penting dan perlu bagi kita. Jangan sia-siakan.
Teruslah jaga baik-baik."
Cakapnya punya kepastian seolah mereka akan menemui
tanah habungkasan yang dimimpikan. Tio diam saja
mendengarkan. Padanya, menemui tanah habungkasan atau
menemui ajal, sekarang telah menjadi sama. Dia telah
menunjukkan kesetiaan sebagai budak pada tuannya. Atau,
dia sebagai perempuan, telah menunjukkan kesetiaan hingga
berani pergi ke mana saja, bersama seorang lelaki yang
dipercayainya kejujuran dan keberaniannya. Dan, dia telah
berani memilih perjalanan tanpa nasib, meninggalkan nasib
yang malarig di belakang. Itu saja pun baginya cukuplah.
35 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Karena itu dia hanya menelan air liur mendengar omongan
Ronggur yang punya kepastian itu.
Cahaya yang menerobos ke dalam gua tambah terang juga,
berangsur secara perlahan. Angin tambah melemah dan hujan
sudah mulai teduh. Tapi, desis air yang menyayat
pendengaran itu tetap juga. Ronggur dan Tio bersama si
belang cepat-cepat meninggalkan gua, lalu memulai
perjalanan lagi. Menyusuri sungai. Si belang menggoyangkan
tubuh, membuang butir-butir air yang melengket pada
bulunya. Dia melengking kecil, atau suara lengkingan itu
tersekat dalam kerongkongan.
Perubahan pada kedua tepi sungai tambah nyata, tambah
beda dengan tepian sungai yang sudah mereka lewati. Air
sungai terus menerus mengarah ke satu bukit yang seolah
tegak berdiri, terhunjam ke dada bumi, menghadang sungai.
Tapi, air terus menerobos.
Tepian sungai menjadi tambah tinggi juga, terbuat dari
batu alam yang hitam. Tambah lama tambah berbentuk
semacam terowongan. Itulah gunung Batu yang diterobos air
sungai yang arusnya bertambah deras. 36 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Air yang bertemperasan ke dinding tepian batu, berdesis dan muncrat
ke sana kemari. Gelisah tidak pernah henti. Sudah lebih dari
lima batu jangkar dijatuhkan Ronggur, namun kelajuan perahu
terus bertambah kencang. Seperti tidak terkendalikan.
Pendengaran terus dipertajam Ronggur, namun suara
gemuruh belum ada kedengaran. Karena, pikir Ronggur, bila
air sungai jatuh ke akhir dunia, tentunya menimbulkan suara
gemuruh yang dahsyat. Karena itulah, dia masih meneruskan
penyusuran itu. Bahaya, atau ujung dunia, masih jauh. Atau,
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mula dari impiannya, tanah subur yang landai.
Batu jangkar sudah tujuh buah dijatuhkannya. Tali
temalinya bertegangan diseret perahu. Dan, kelajuan perahu
terus bertambah. Tapi, dapat dikuasai karena dibantu batu
jangkar itu. Bila arus bertambah kencang, batu jangkar terus
dijatuhkan. Begitu seterusnya. Melanjutkan perlawanan
terhadap arus sungai yang setiap saat bertambah kencang
juga. Pancing yang diumpankan Tio tidak pernah lagi mengenal
Ikan bertambah jarang atau memang tidak ada sama sekali.
Ronggur hanya tinggal menunggui kemudi. Kelokan sungai
yaitu patah tambah sering mereka temui. Dan pada setiap
37 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
akhir kelokan riam sungai teap ditemui. Pada tiap riam, air
sungai gelisah warna putih melambung ke atas. Pada riam
yang lebih curam, walau dinding perahu sudah tinggi dibuat,
bisa juga temperasan masuk ke dalam perahu. Tio cepat
menimbanya, membuangnya kembalinya ke sungai. Dan,
terkadang wajah Ronggur sendiri disembur air, yang terus
memegang kemudi, tanpa mau melepaskan seketika saja pun
selagi perahu terus berlari dibawa arus.
Tepian sungai yang terbuat dari batu alam bertambah
tinggi juga. Pada puncaknya yang masih bisa dijangkau mata
tidak ada sesuatu yang tumbuh, selain dari tumbuhan kerdil
yang tidak berdaun hijau. Begitu curam dinding batu itu. Ada
kalanya sinar matahari seperti tidak sampai pada permukaan
sungai karena disungkup kedua dinding batu yang bertemu
puncaknya. Air sungai menjadi lebih dingin dan hitam. Sekitar
menjadi taram-temaram. Mereka tidak bisa lagi dengan leluasa melihat matahari.
Membuat mereka terkadang tidak dapat mengetahui
peredaran waktu dengan pasti. Dan, keadaan begitu
bertambah jauh menyusuri sungai, bertambah memanjang.
Namun mereka tetap berlayar. Sebuah kata pun tidak ada
yang diucapkan. Mata terus-terusan ditancapkan ke depan.
Segala perasaan dikerahkan meraba yang menanti di
depan. Air yang bertemperasan pada dinding batu tambah
mendesis dan menyayat pendengaran. Tahulah Ronggur suara
38 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
desisan air yang menyayat pendengaran itu, bermula dari air
yang bertemperasan ke sisi sungai dan lebih hebat pada salah
satu tikungan. Celah dinding sungai di atas bertambah kecil
juga. Seperti mereka berada dalam satu lembah yang sempit
diapit kedua sisinya yang tinggi.
Arus sungai terus menerus bertambah kencang dan tambah
menggila. Air membiru sudah seperti menghitam. Sudah lebih
sepuluh batu jangkar yang mereka jatuhkan. Kelanjutan
perahu terus juga menggila. Air seperti membulat. Dari warna
biru permukaan yang sudah menghitam itu, tahulah Ronggur
bahwa sungai amat dalam. Suara air yang bertemperasan ke dinding batu, terus
menerus mengisi pendengaran, terasa sangat membosankan.
Terlebih pula tidak ada yang menyelingi. Begitu menyiksa
terasa. Biarpun dia tahu bahwa sungai sangat dalam, tapi
pada tikungan yang dilalui terkadang ada juga batu muncul ke
permukaan air, menghadang. Mereka harus hati-hati
melewatinya. Bila terdampar ke sana, perahu akan pecah
remuk, dan nasib sudah teraba bentuknya. Air yang
bertumbukan dengan batu mencuat itu menjadi gelisah dan
liar. Bertemperasan. Tidak sedikit terlempar ke dalam perahu.
Perut perahu menjadi tergenang air. Tio harus cepat
menimbanya. Peralatan mereka menjadi basah. Dada dipukul
39 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
detak hati yang tambah mengencang. Tapi, wajah Ronggur
terus menantang ke depan. Meneliti dan menduga sesuatu
yang sedang menanti. Mereka tidak ada lagi menemui gua alam. Begitu pula
tepian sungai yang landai, jadi, kalau cahaya yang menerobos
dari celah dinding sungai di atas itu me lemah, mereka hanya
bisa menambatkan perahu ke salah satu tungkul batu yang
mencuat. Mereka lalu tidur dalam perahu tanpa unggun api.
Selain kayu bakar tidak ada, menghidupkan api dalam perahu
berarti bunuh diri. Karena itu, mereka harus menahan dingin
malam yang menyiksa. Tio di hulu perahu Ronggur di buritan, di tengah si belang.
Dalam saat begitu, pandang mereka sering ketemu. Cepat
dipalingkan. T idak mereguk air panas lagi di pagi hari. Hanya
air sungai yang dingin diteguk sehabis cuci muka. Tio
menyelimuti diri dan juga si belang, yang selalu mendekat
padanya dengan lengkingnya yang tersekat dalam kerongkongan. 40 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dan, mereka akan meneruskan perjalanan lagi, menempuh
jalur sungai yang tidak dapat teraba, ke mana diri akan
dibawanya, bila utusan cahaya kembali menerobos celah
dinding sungai di atas itu.
Bila temperasan air yang melemparkan air ke perut perahu
tidak ada, yang berarti pekerjaan Tio tidak ada, dia selalu
melemparkan pandang ke depan dan menggunakan segala
perasaan. Begitu pula Ronggur yang berada di buritan perahu.
Tikungan bertambah sering ditemui. Arus sungai tambah
menggila. Dinding sungai bertambah tinggi dan tandus.
Suasana tambah menekan. Jiwa tambah terasa dihantam
habis-habisan. Tio tidak terus-terusan atau tidak tekun lagi menatap ke
depan saja. Sudah sering dia berpaling ke belakang menatapi,
Ronggur. Tapi, Ronggur seperti tidak me lihatnya. Mata
Ronggur terus memandang ke depan. Walau terkadang hanya
tertumpu ke dinding batu pertanda sebuah tikungan.
Terkadang Tio berdiri meregangkan tubuh yang kaku, tapi
cepat saja Ronggur menyuruhnya agar duduk kembali. Agar
tatapannya tidak terhalang. Atau, agar kepala Tio tidak
tersangkut pada salah satu lingkungan dinding sungai yang
terkadang begitu rendah. Mulanya sangat lemah sekali. Tambah lama tambah nyata.
Wajah Ronggur agak pucat juga dibuatnya. Bibirnya
gemetaran. Tio tertunduk. Arus sungai menggila Batu jangkar
41 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sudah lebih duapuluh biji dijatuhkan. Namun perahu seperti
diseret dan dilarikan setan saja kencang nya. Suara yang
lemah itu, yang bangkit di depan itu, tambah nyala:
mengguruh. Mengancam nadanya, mengancam siapa saja
yang berani mendekat. Namun Ronggur belum mendaratkan
perahu. Dia masih meneruskan pelayaran.
Urat saraf Tio seperti lumpuh karena terus-terusan ditekan
suasana ketegangan. Walau air tidak tertumpuk pada salah
satu batu yang mencuat di permukaan sungai, namun riak air
sudah seperti gelombang. Pecah. Memercik ke sana ke mari.
Banyak terlempar ke dalam perahu. Tapi, Tio tidak bisa lagi
menimbanya. Perahu terangguk-angguk dan tergoncang.
Tiba-tiba saja biasan cahaya mencurah ruah, celah dinding
melebar di atas. Tapi, tingginya alangkah jauh lagi curam.
Seperti tidak terdaki layaknya. Ronggur menatap ke depan
dan pendengarannya terus dipertajam. Suara gemuruh di
depan tambah jelas. Tiba-tiba saja Tio menghantamkan
tangan ke haluan perahu, sambil berteriak:
"Ronggur, mendaratlah. Apakah kau mau bunuh diri?"
Berbaur akhirnya dengan suara gemuruh di depan dan
desis air dan suara riak sungai yang menari gila. Namun
Ronggur tidak memperdulikan atau tidak mendengarkan.
Matanya sebentar melihat ke kiri dan ke kanan, cepat bertukar
42 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tempat. Lalu terus ke depan. Begitu liar. Suara gemuruh itu
seperti suara dari sesuatu benda yang jatuh ke satu tempat
yang amat dalam. "Ronggur, kau tidak mendengarkan aku" Mendaratlah ke
tepi. Jangan teruskan lagi mengikuti sungai. Tidak dengar
suara gemuruh yang mengancam itu?"
Masih tidak diperdulikannya. Tio terus menjerit, melengking. Dalam jeritannya sering dia memanggil nama
almarhum ayah bundanya. Sering dia menyebut nama dewata,
memohonkan ampun atas keangkuhan mereka berdua. Yang
telah berani menantang ketentuan dewata. Dengan tidak
berapa dikuasa iya pula, meledak teriakan panjang dari
mulutnya: "Ronggur, dengarlah aku. Aku cinta padamu . . . ." lalu
tangisnya berkepanjangan, "Ronggur, jagalah dirimu, diri kita
berdua . . . ." Perahu tambah dalam dan kuat anggukannya. Dan,
Ronggur mengangkat kepala mendengar jeritan Tio itu, yang
43 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
meledak dari dasar hatinya.
Air sungai tambah membulat dan berlari kencang, dulu
mendahului riaknya. Tiba-tiba saja tangan Ronggur mengayunkan tali ke dinding sebelah kanan. Talinya tetap
sangkut pada sebuah gundukan batu yang mencuat agak
panjang dan besar, kokoh tertanam. Dapat dipercaya. Dinding
sungai agak landai tapi tetap mendaki ke atas.
Sewaktu Tio merasakan bahwa perahu mereka tergoncang
kuat karena ada yang menarik dan ada yang menahan, dia
mengangkat kepala. Kedua pelupuk matanya, pipinya basah
kuyup oleh air mata. Perahu sudah tertambat dan sudah
terhenti walau arus sungai berusaha melarikannya. Dia
menatapi Ronggur dengan biji mata yang tergenang air mata,
isaknya belum henti. "Hapuslah mata dan pipimu," kata Ronggur. "Kering-
kanlah. Aku tidak sanggup melihat mata yang digenangi air
mata yang bening. Kita masih harus menempuh perjalanan
yang jauh. Kau lihat dinding sebelah kanan itu" Kita harus
mendakinya ke atas. Supaya kita dapat tahu yang ada di
depan. Kita harus meninjau dari sana. Tapi, sebelum itu,
kuatkan dulu hatimu bahwa kau sanggup mendakinya. Marilah
44 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dulu makan daging kering. Biar kita punya tenaga. Kemudian
bambu itu isilah dengan air. kita memerlukan air barangkali di
atas sana. Mungkin tidak ada air di sana."
Tio mengerjakan semua yang dimaksud Ronggur. Sedang
Ronggur tambah memperkuat tambatan mengikat pinggangnya dengan tali, sedang ujung satu lagi dibebaskan,
dan sebuah gulungan lagi disandang, dia mulai mendaki. Tapi,
cepat dihentikan T io dengan teguran, "Si belang bagaimana?"
"Biarlah tinggal dulu di perahu. Kita perlu mengadakan
peninjauan. Atau, kita memang sudah harus mendarat di sini.
Kau perlu turut ke atas agar ada nanti yang menarik
peralatan-peralatan kecil ke atas. Aku akan turun lagi.
Mengikat peralatan itu dan membawa si belang ke atas."
Di pinggangnya diselipkan penggada dan kampak
digenggam. Tio membelitkan bungkusan yang berisikan bekal.
Lebih dulu dielusnya leher si belang, baru dia mendarat.
Tajam lidah batu alam seperti menusuk telapak kakinya, yang
sudah beberapa hari basah saja. Si belang menggonggong
kecil, lehernya digoyang-goyangkan.
45 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ronggur maju menanjak sambil terus membuat semacam
anak tangga pada batu padas. Tidak vertikal. Agak mencong
jalannya tapi terus mendaki setapak demi setapak. Tio
memegang ujung tali satu lagi yang ujungnya dikaitkan pada
pinggang Ronggur sebagai pegangan. Supaya ada tempatnya
bergantung kalau dia tergelincir. Atau, tali itu bisa ditahannya
kalau Ronggur sendiri yang tergelincir. Tangga demi tangga
dibuat Ronggur dan didaki, yang terus diikuti Tio. Suara yang
menakutkan dan mengancam itu terus bergema. Terkadang
Tio menatap ke bawah melihat perahu mereka yang
terangguk-angguk, di perutnya si belang menatap ke arah
mereka sambil menjulur lidah.
Kemajuan pendakian itu lambat sekali. Namun tetap pasti.
Mereka sudah di pertengahan pendakian. Dari sana sudah
dapat kembali mereka tatap keluasan langit, yang untuk
beberapa hari lamanya tidak mereka lihat. Tak ubahnya
mereka seperti baru keluar dari satu lobang alam yang kelam
lagi sunyi, yang tidak memberi kesempatan pada mereka
untuk menatap keluasan langit. Walau sinar matahari
melemah, namun merasa lemah juga mata menatap yang
sudah sering ditatap tapi yang buat beberapa hari tidak
ditatap. Tapi, keadaan tetap sunyi. Tidak ada pertanda
kehidupan. 46 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Yang ada hanya gemuruh yang menakutkan, yang
mengancam, tidak memberi kegembiraan. Dan arah matahari
dan lemahnya sinar, Ronggur tahu, hari sudah sore. Sebelum
gelap mereka sudah harus sampai di puncak. Karena itu, dia
sering membesarkan hati Tio, agar bisa lebih mendaki
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanjakan. "Sebentar lagi, sebentar lagi," selalu katanya, "kita sudah
sampai ke atas. T idak jauh lagi. Teruslah mendaki. Tapi, hati-
hati, agak licin di sini."
Mereka harus bercakap kuat-kuat. Tidak bisa perlahan-
lahan, agar dapat ditangkap pendengaran. Keringat meleleh
dari tubuh masing-masing. Seperti memancur. Sudah cukup
haus Tio, namun Ronggur melarang meminum air sekali
banyak-banyak. Betapa bersukur hati Ronggur, waktu tangannya sudah
dapat menggapai puncak yang dituju. Tapi, perasaan lega itu
tidak lama mengisi ruang dada.
Setiba di puncak, tahulah mereka yang ditemui, hanya
sejalur batu tandus dan di sana-sini berlidah tajam. Di kanan,
lembah putih, seperti diselaputi sesuatu dan tidak punya dasar
tampaknya. Di sebelah kiri, lembah yang dasarnya sungai
yang menggila arusnya. Ke arah depan dan belakang, jaluran
batu padas yang lebarnya hanyalah barang sedepa. Tidak
lebih. Itu pun tidak jauh-jauh ditatap, karena ada sesuatu yng
47 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyungkap, putih kental seperti kabut. Atau, awan rendah.
Tidak bertepi dan tidak bermula. Angin meniup. Penemuan ini
membuat hati terpukau. Di depan sekali suara mengguruh itu
menanti. Matahari memancarkan sinar kemerahan yang lemah, tidak
mampu menembus keputihan yang mengental.
Tidak ada satu suara pertanda kehidupan, tapi suara yang
mengancam kehidupan dengan liar mengguruh di depan.
Berlagak mau melumpuhkan dan mematikan tekad hati yang
sepadu-padunya. Tio lantas saja memeluk tubuh Ronggur dengan gemetar.
Gigi gemelatukan. Tubuh menggigil. Ronggur membiarkan.
Karena dia pun seperti kehilangan semangat. Tekad hati yang
padu menjadi cair. Satu sama lain tidak bisa mengeluarkan
pendapat. Bisu. Senja tambah samar, cepat kelam. Tidak
berapa lama tari warnanya menghias langit.
"Kita akan mati lemas di sini," kata Tio pelan sekali.
Ronggur menoleh kepadanya seenak tanpa mengatakan
sesuatu. Pada sinar matanya, tidak ada lagi sinar cahaya
percaya diri. Mati. Namun tanpa bicara, dia membimbing
tangan Tio, bergerak ke depan perlahan-lahan. Geraknya
seperti gerakan yang bermula dari kedalaman. Melangkah
begitu saja, sempoyongan, tanpa percaya diri. Melangkah
48 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berserah diri. Sesekali mereka hendak tergelincir jatuh ke bawah, ke
jurang tanpa dasar. Karena, jalannya begitu licin. Ronggur
berjalan di depan. Tio di belakang, menggenggam tali lebih
kuat dan begitu dekat di belakang Ronggur. Dia gamang.
Lidah batu yang tajam menusuk telapak kaki. Terasa ngilu.
Mereka terus melangkah. Sesayup sampai, salak si belang dari dasar sebelah kiri
kedengaran. Seperti mengantar mereka ke tempat tujuan
akhir. Dapat juga mereka temui tempat yang agak luas sedikit,
sekira tiga empat depa luas jaluran di sana. Mereka
memutuskan untuk bermalam di sana. T idak ada yang dapat
dibakar. Sekeliling begitu dingin membeku. Tio tidak berani
jauh-jauh dari Ronggur. Sebelah atas mereka, awan rendah menyungkap. Mereka
rasakan langit begitu dekat. T idak tampak bintang atau bulan.
Awan rendah menyungkap semua atau memang langit begitu
rendah. Tambah lama menjadi hitam. Kental. Berlagak mau
menyelimuti segala. Sampai payah bernapas. Ronggur tidak
dapat tidur walau tubuh cukup capek dan payah. Semalaman
matanya terus terbuka. Pada satu saat angin bertiup dari arah depan. Butiran air
halus memerciki tubuh mereka, dipikirnya hujan turun. Suara
49 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
gemuruh, desis air sungai yang bertemperasan ke dinding
sungai, lagu tunggal yang abadi, tapi menakutkan.
Melumpuhkan perasaan yang ada dalam diri. Lagu kematian
yang hendak mengantarkan para arwah ke tempat abadi,
dunia jauh lagi as ing. "Apakah hujan?" tanya Tio.
"Aku tidak tahu. Tapi, kita sudah basah. Air begitu tipis.
Tidak pernah hujan begini tipis."
Kembali mereka diam. Akhirnya dapat diketahui Ronggur,
Tio jatuh tertidur sambil menggulungkan atau melipatkan
kakinya dekat ke dadanya, melingkar.
Ronggur terus membuka mata. Berusaha mengikuti
perobahan alam kalau memang perobahan itu ada. Lama-lama
hitam pekat itu beralih pula. Seperti ada utasan cahaya putih,
tapi begitu lemah. Sekitar, sekira empat lima depa, dapat
kembali ditatap. Tapi, sampai di situ saja. Lagi-lagi Tio
mengaju tanya, "Apakah sudah pagi?"
"Aku tidak tahu, Tio. Tapi, kepekatan yang menghitam itu
sudah kembali agak memutih. Namun mata hanya dapat
menembus sekira empat lima depa saja."
"Barangkali kita sudah terjebak," kata Tio pula.
"janganlah berkata begitu. Tapi, tetaplah waspada,"
katanya menasihati walau diri sendiri bimbang. Ada juga
dirasakannya kebenaran yang diucapkan Tio itu.
50 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ke mana lagi kita harus pergi?" tanya Tio pula.
"Tabahlah," sahut Ronggur. "Sekalipun kita harus kembali
ke tempat asal, ke tempat Mula jadi Na Bolon, tapi marilah
dengan tabah mendekatinya."
Tio terdiam. Sedang Ronggur setelah dicekam habis-
habisan oleh perasaan takut, akhirnya muncul kembali, secara
berangsur, kepercayaan akan diri sendiri. Kemurnian cita yang
digenggam kembali memberi suluh pada keyakinan. Bilapun
Mula Jadi Na Bolon murka, tapi dengan alasan kenapa dia
harus mengarungi Sungai Titian Dewata, tentu dapat
melembutkan hati Mula Jadi Na Bolon yang pengasih
penyayang itu, pikir Ronggur.
"Kalau kita surut, tentu tidak bisa melawan arus yang
menggila," kata Tio pula.
"Ya, aku tahu," sahut Ronggur, "kita tidak bisa lagi
menempuh jalan sungai."
"Kita terjebak di s ini."
"Tidak terjebak. Tapi, kita telah melaksanakan tugas
kehidupan. Marilah tabah menerima upahnya, ganjarannya,"
bujuk Ronggur. Tio terdiam. Beberapa saat kembali hening. Ronggur
mencampak pandang ke sebelah kiri, mencari tangga yang
dibuatnya semalam. Kembali dia teringat pada s i belang, pada
51 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
perahu, pada peralatan yang masih tinggal di sana. Lalu
diputuskan, dia harus menjemput si belang dan peralatan
serta perahu itu kembali.
Kalaupun ajal tiba, dia mau menghembuskan napas dengan
tenang di perut perahu itu. Perahu itu seperti rumah dan
tempatnya terakhir. Dengan perahu itu dia akan mendatangi
tempat Mula Jadi Na Bolon. Semua peralatan itu akan menjadi
saksi di depan Mula Jadi Na Bolon, tentang tujuan citanya.
Dia mulai menuruni anak tangga yang dibuatnya semalam.
Tio memegang ujung tali di atas. Bila perintah datang, melalui
goyangan tali yang digoncang Ronggur, Tio mengulurkan tali
lebih panjang. Sesampai di bawah, Ronggur mengikat
peralatan kecil. Dengan berteriak sekuatnya, sekerasnya,
disuruhnya agar Tio menarik.
Tio menarik. Kemudian menjatuhkan tali lagi ke bawah.
Ronggur mengikat perahu baik-baik. Mengisi air pada bambu
tempat air yang dilobangi ruasnya, tapi ruas sebelah bawah
tidak dilobangi. Air bisa tersimpan baik di sana. Kemudian
dituntunnya si belang. Kembali dia mendekat ke atas. Meraba-
raba. Terkadang harus digendongnya si belang. Si belang
seperti tahu marabahaya yang sedang mereka hadapi. Dia
menuruti segala petunjuk Ronggur dengan baik.
Setiba dipuncak, bersama dengan Tio, ditarik mereka
52 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
perahu ke atas. Perlahan-lahan agar tidak terbanting ke tebing
bukit batu, yang bisa membuat perahu pecah. Mereka
masukkan semua barang bawaan ke perut perahu. Tapi,
kampak terus digenggam, sedang di pinggang menyelip
panggada. Dia tambah yakin lagi pada diri sendiri. Perjalanan
itu tidak boleh surut dan tidak boleh henti. Harus terus maju.
Sampai tiba ke tempat yang menentukan.
Diputuskan akan terus mengikuti jaluran batu yang tidak
berapa luas itu ke depan. Ronggur di depan. Tio di belakang.
Mereka pikul perahu, jalan sempit terkadang, luas terkadang.
Keadaan masih tetap sama. Hanya beberapa depa dapat
ditembus pandang. Kabut tebal atau awan rendah
menyungkup segala dengan putihnya yang padu.
Tambah maju ke depan, suara gemuruh itu bertambah
jelas. Dan, alas yang mereka pijak seperti mempunyai getaran
kecil. Digoncang sesuatg tenaga yang maha kuat dan dahsyat.
Membuat hati kembali tertekan. Namun dengan tabah serta
keberanian yang bangkit perlahan-lahan, Ronggur terus
memelopori perjalanan rombongan yang kecil itu. Menuju
tempat yang menentukan, mimpinya benar atau memang
mimpi itu godaan setan jahat. Si belang mengikuti langkah
Ronggur, dekat sekali di belakangnya. Si belang tidak berani
53 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendahului ke depan. Tidak menggonggong. Hanya
melengking kecil. Cahaya putih yang lemah itu menjadi tambah lemah lagi.
Keadaan sekitar kembali menghitam. Ruang hampa. Kembali
mereka mencari tempat istirahat. Air tipis halus itu, sudah
terus-terusan menghambur dari asalnya yang tidak tahu di
mana. Ronggur mengosongkan peralatan mereka dari perut
perahu. Kemudian, perahu dibalikkan. Disuruhnya Tio dan si
belang berondok ke sana, agar tidak terus-menerus diperciki
air tipis. Dia sendiri tetap di luar. Tidak hentinya melihat
sekitar, walau yang dapat ditembus pandang hanya beberapa
depa saja. Dingin mencekam. Ronggur tidak tahu, Tio menggigil juga
dalam sungkupan perahu, kedinginan. Wajah dan bibirnya
menjadi pucat. Tapi, Tio tidak mau mengatakan. Tidak ada
sumber panas yang bisa menyamankan sedikit.
Kembali warna putih yang lemah itu mendatang dari segala
arah. Tapi, begitu lemah. Kembali mereka melanjutkan
perjalanan, mengikuti jaluran setapak itu. Keadaan cuaca
masih tetap seperti semula. Terkadang jaluran itu mendaki,
tapi terkadang menurun, untuk mendatar lagi. Jalanan
bergelombang. Terkadang melurus, tapi tidak jarang
memenggok ke kiri dan ke kanan.
Mereka mengikutinya dengan tabah. Tapi, harus lebih hati-
54 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hati, jalanan bertambah licin. Air tipis tambah tetap
berhamburan dari sumbernya. Suara gemuruh di depan yang
membosankan itu, tetap mengguruh. Si belang tidak berani
lagi berjalan sendiri. Dia harus dimasukkan ke perut perahu,
didukung. Beban bertambah berat. Di saat tubuh mulai
melesu. Di saat kepercayaan terakhir mulai merenggang dari
tubuh T io. Sambil mengisak, Tio meminta, agar mereka menghentikan
perjalanan. Dia mendudukkan diri begitu saja. Tempat itu
agak luas sedikit. Sehingga mereka bisa agak leluasa sedikit
bergerak. Namun harus tetap hati-hati. Karena basah, licin.
"Ada apa Tio?" tanya Ronggur sambil mendekat. Tio
menundukkan kepala. Mengisak terus. Wajahnya memucat.
Bibirnya gemetar. Dingin. Sambil duduk di depan Tio, Ronggur
mencari dagunya. Diangkatnya perlahan dengan telapak
tangan yang menggetar juga karena basah. Ditatapnya wajah,
bibir, dan mata Tio yang memucat sayu
"Kau capek Tio?" Belum ada sahutan.
"Katakanlah." "Katakanlah." Tapi, begitu bening dan terasa agung. Ronggur tidak dapat
memancarkan sinar merah lagi di matanya.
"Marilah menanti hari esok di s ini, bila hari esok masih ada.
55 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Marilah menanti apa saja di sini, apa saja," Tio lalu
menundukkan kepala. Melepaskan dagunya dari telapak
tangan Ronggur. Air berhamburan terus, membasahi tubuh
mereka. Tio mulai menggigil. Si belang juga. Terus
membulatkan tubuh dalam perahu, tidak berani turun.
"Katakanlah, apa yang harus kita kerjakan lagi Tio," kata
Ronggur melemah. "Aku telah membawamu ke tempat yang
hampa ini. Apakah kita harus pulang ke kampung halaman,
yang telah melemparkan aku, yang tidak menerima aku lagi
menjadi warganya" Nasib telah tertentu di sana, nasib yang
malang menanti diri. Katakanlah Tio, aku akan mengikutinya."
"Marilah berhenti di sini," sahut Tio akhirnya. "Kupikir tidak
ada lagi gunanya kita meneruskan perjalanan ini. Marilah
pasrah di s ini. Berserah dengan hati bulat ke tangan Mula Jadi
Na Bolon. Bawalah daku padanya sebagai sembahanmu, agar
Mula Jadi Na Bolon tidak marah padamu." Suaranya begitu
lemah. Tio menjatuhkan diri ke ujung kaki Ronggur. Sambil
mengisak dia mengatakan, "Janganlah kembali ke sana. Walau
apa yang telah kita temui. Marilah berpasrah diri di depan
Mula Jadi Na Bolon. Barangkali, ya barangkali, aku yang
membawa kenahasan ini padamu. Maafkanlah aku, Ronggur."
Perlahan, kembali Ronggur mengangkat dagu Tio.
56
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mendudukkannya. Ditatapnya lama biji mata yang sayu itu.
Jari jemarinya meraba pergelangan Tio. Lalu dengan hentakan
kasar, direnggutkannya gelang yang dipakai Tio, pertanda dia
seorang budak belian. Gelang itu dicampakkan Ronggur
sekuat tenaga. Jauh-jauh. Tio sudah merdeka kembali.
Berhadapan dengan kenyataan ini hatinya jadi bersorak
gembira. Air mata yang menggenangi pelupuk matanya tidak
bersumber dari kepiluan dan ketakutan lagi. Tapi, bermula
dari perasaan gembira. "Kau merdekakan aku, Ronggur" Sungguh?"
"Ya, seperti kau lihat. Tidak ada sembahan kubawa ke
hadapan Mula jadi Na Bolon, selain diri sendiri."
Tio terdiam. Lalu dilanjutkan Ronggur, "Kalaupun kita mati,
mati bersama, sebagai orang yang sama hak, sama-sama
orang merdeka." Arwah nenek moyang Tio akan menerima arwahnya di
tempat yang baik. Matinya, mati seorang manusia yang
merdeka, terhormat. Dia tambah mendekatkan bibirnya ke
bibir Ronggur. Sesuatu benda hangat tapi lembut menyentuh
bibirnya, melengket di sana beberapa saat. Lupa kepahitan,
lupa siksaan, lupa hal yang menghadang di depan. Terayun
dan dibuai sebuah lagu yang selama ini terpendam di
dasarnya. Sekarang berlomba bermunculan, membuai mereka
berdua. 57 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ronggur," kata Tio dengan tegas, "marilah melanjutkan
perjalanan. Kita tidak boleh pulang. Kita harus maju. Sampai
tahu kepastian yang akan kita temui."
Ronggur tersenyum. Lalu, "Kita harus istirahat dulu di sini.
Sudah terlalu kelam untuk melanjutkan perjalanan. Lagi pula
kita telah menemui yang kita cari di sini. Boleh jadi, di sini
akhirnya." "Tidak, tidak ada akhir," kata Tio tegas, "semuanya,
permulaan yang tidak punya akhir. Hanya permulaan."
Ronggur tersenyum. Tio tersenyum. Telapak tangan Tio
masih terus mengelus rambut Ronggur yang basah, dari
mulutnya keluar kata, "Aku cinta padamu . . .."
"Tio," bisik Ronggur, "maukah kau, bila kita mati, aku akan
mengatakan pada Mula Jadi Na Bolon bahwa arwahmu
bukanlah sembahanku. Tapi, istriku. Istri yang paling setia.
Yang tabah bersama suami mengarungi kehidupan, karena
ada cita tergenggam di tangan dan di hati. Berani mengarungi
segala kemungkinan, karena mau turut mempertaruhkan
keyakinan suaminya."
Tio menangkap leher Ronggur, lalu menciumi bibir Ronggur
lagi dengan bertubi-tubi.
"Marilah bersujud ke hadapan Mula Jadi Na Bolon.
Memohon ampun 58 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atas keangkuhanku, yang telah membawamu ke tempat ini. Ke tempat para dewata
bersemayam." Tio memperbaiki duduknya. Ronggur memimpin doa: Mula Jadi Na Bolon Asal mula dari segala kehidupan
Padanya kembali karena dia yang punya
Terimalah kedatangan kami
Hambamu Karena keangkuhan yang berbenah dalam diri
Kami telah tiba di s ini Melanggar peraturanmu!
Ronggur menggenggam tangan Tio, lalu dilanjutkan:
Karena darimu mula cinta Napasmu sangkala cinta 59 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Satukanlah aku dan Tio Suami isteri yang dihidupi api cinta
Tebarkanlah api cinta Tiuplah api cinta Membakar dada kami Dari saat ke saat tanpa akhir!
Kembali mereka berdua berdekapan, seperti tidak mau
dipisah lagi, baik ruang, baik waktu. Dan, air tipis itu, terus-
terusan berhamburan. Sekitar menjadi kelam kembali.
Bersama mereka menyuruk ke perut perahu yang dibalikkan.
Karena cinta telah punya laut dan pelabuhan, batas ruang
dan waktu tidak berarti lagi. Si belang keluar dari sungkupan
perahu. Berjaga di luar perahu.
ccdw-kzaa 6 Ronggur terbangun. Menggigil kedinginan, walau dia dan
Tio berpelukan di bawah telungkupan perahu. Perlahan
Pedang Hati Suci 10 Sherlock Holmes - Surai Singa Bu Kek Kang Sinkang 6
menggambarkan kepala harimau. Satu menghadap ke depan,
satu lagi menghadap ke belakang. Langsung bersatu dengan
tubuh perahu. Buritan dan hulu perahu, dindingnya tebal dibuat di sana,
justru karena di buritan dan di hulu perahulah terletak tenaga
sesuatu perahu tersimpan. Bila buritan dan hulu perahu retak
atau pecah, sendirinya saja bagian perut perahu akan pecah.
Waktu saat memintal ijuk tiba, setelah pohon aren yang tua
habis ditumbangkan Tio di tempat itu, tahulah Tio, betapa
susahnya memintal ijuk pohon aren. Ijuk yang keras sering
menusuk kulit telapak tangan, sehingga bisa mengucurkan
darah. Kulit telapak tangan berlecetan di sana-sini. Kemudian
melahirkan kulit baru yang lebih tebal dan lebih tahan
menghadapi ijuk. Tapi, kasar.
Alat pemintal, ialah dua potong kayu sebesar pergelangan
tangan. Dibuat bersilang. Kayu bersilang itu diputarkan pada
tumpukan ijuk yang dicerai-beraikan. Dan, sudah kering
sehingga ijuk mengikut pada putaran kayu itu. Ijuk yang
mengikut itu, yang diusahakan sebesar yang dikehendaki dan
sudah cukup panjang diikatkan pada pepohonan yang ada di
sekitarnya. Lalu dimulainya memutar-mutarkan kayu bersilang
tadi ke tumpukan ijuk. Ijuk yang memanjang, yang sudah dua
jalur itu, disatukan. Dipilin tangan demikian rupa sehingga
31 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berbentuk tali yang jalin-menjalin, hitam, dan kokoh. Tahan
air. T ahan panas matahari, asal saja jangan dibakar api.
Tio harus mencari pohon aren baru untuk ditebang. Dia
harus menyusur lebih ke hulu parit lagi. Pohon aren yang
setumpuk itu sudah pada tumbang. Dan, ijuknya sudah
dipintal menjadi tali. Tapi, Ronggur mengatakan tali yang
dipintalnya masih kurang banyak. Karena itu, dia harus
mencari pohon aren lagi. Menebang. Membelahnya. Menjemur. Menyisihkan umbinya. Merendam ke air. Menapis
agar diperoleh tepungnya. Bila batang aren sudah kering,
melepaskan ijuknya dari batangnya. Mencerai-beraikan.
Kemudian memintalnya menjadi tali.
Tio menyuruki rimbunan kekayuan yang agak rendah,
mencari pohon aren. Dari jauh sudah terlihat daun aren yang
panjang itu. Ke sana dia menuju.
Setiba di bawah pohon aren itu, betapa gembira dia karena
dia menemui sarang babi hutan. Anak babi hutan lima ekor,
matanya masih sipit. Dielusnya perlahan tubuh anak babi yang
masih lembut. Yang masih punya bulu begitu halus dan
menggelikan telapak tangan.
32 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tiba-tiba dia sadar bahwa menemui sarang babi hutan
yang mempunyai anak yang masih kecil, juga mengandung
mara bahaya yang mengancam di samping kegembiraan.
Induk babi yang baru melahirkan dan masih menyusukan
tentu cukup galak dan tetap diiringi jantannya.
Waktu dia berpaling, didengarnya dengusan babi dari
semak yang ada di atasnya. Sadarlah dia, itu dengusan induk
babi. Dilihatnya keadaan sekitar, tidak menguntungkan. Tidak
ada batang kayu yang dekat yang bisa dipanjat untuk
menghindar bila babi itu menyerang. Sebelah kanannya, jalan
tikus yang sempit. Sebelah kedua sisinya, belukar. Dari
depannya, suara dengusan babi.
Tapi, masih ada semacam dinding tanah sebelum
menembus ke jalan tikus itu. Bila dia mundur ke sana dan
mengadakan pertahanan, yang harus dihadapinya hanyalah
satu arah saja, yaitu depannya. Padahal babi hanya bisa
menyerang dari satu arah. Dengusan napas babi tambah
mendekat. Dibulatkannya tekad, dia harus menghadapi segala
kemungkinan. Dia harus menghadapi serangan babi itu. Jalan
menyingkir sudah tidak ada. Walau dia tahu seekor babi hutan
tidak akan terus jatuh ketika pukulan pertama mengenai
tubuh atau kepalanya. Babi itu akan menyeruduk maju ke
depan, menyerang sampai mangsanya terjepit. Muncungnya
yang panjang kemudian akan ditusukkan ke bagian tubuh
33 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang lunak. Dan, bila babi jantan itu sudah bertaring,
taringnya akan digunakan mencabik-cabik daging mangsanya.
Menggigil juga dia. Sambil mundur perlahan, matanya tetap awas dan terus
diarahkan ke sumber dengusan. Tapi, pikirannya masih dapat
mengingat bahwa bila babi menyerang selalu membabi buta.
Langsung saja menyergap ke depan tanpa rem. Dalam saat
begitu, seseorang yang lincah dan tidak gugup, dengan
meloncat ke kiri atau ke kanan, bisa mengelak serangan. Bisa
mengelak serangan babi sambil menggunakan kesempatan itu
menghantamkan panggada atau kampak yang ada di tangan.
Tiba-tiba si belang menggonggong. Begitu nyaring
suaranya. Taringnya ditunjukkan, putih tajam dan kukuh.
Dalam hati, Tio mengharap Ronggur dapat mendengar dan
mengerti maksud gonggongan si belang. Dua ekor babi
sekaligus sudah berada di hadapannya, di tempat terbuka
yang sempit. Seekor dari babi itu sudah bertaring, yang jantan. Mata
kedua babi itu merah menyala. Keduanya mengais-ngais
tanah, bergaya, mengambil ancang-ancang 34 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memulai serangan. Tio terus mundur sampai mendekat ke satu sudut
tanah tinggi yang keras. Matanya terus awas, mengikuti sikap
dan gerak-gerik babi yang dua ekor itu. B ila babi menyeruduk
maju tanpa rem, di saat dia harus melompat ke kiri atau ke
kanan, dia harus terus cepat pula mengayunkan kampak yang
ada di tangannya, sambil harus terus awas menantikan
serangan babi yang seekor lagi.
Si belang masih terus menggonggong dengan nyaring dan
bersikap menanti. Karena itu, babi itu belum menyerang.
Gonggong si belang cepat berhenti karena babi jantan
menyerang si belang. Si belang melompat ke samping. Babi
jantan terdorong ke depan. Si belang cepat melompat ke
punggung babi itu. Si belang sudah berada di punggung babi.
Tapi, sebelum si belang memperoleh posisi yang baik, babi
itu masih sempat mempergunakan taringnya sehingga leher si
belang kena dan mengeluarkan darah. Tapi, si belang tidak
lagi melepaskan pundak babi jantan itu. T aringnya yang tajam
dan kukuh ditancapkan ke bagian punggung leher babi. Babi
itu menggelepar dan berlari dengan berputar untuk
menjatuhkan si belang dari pundaknya. Namun si belang tidak
melepaskan gigitannya lagi. Darah babi muncrat. Namun,
belum ada pertanda babi itu mau mengalah. Akhirnya, babi itu
35 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berlari ke satu batang pohon yang besar, mendorongkan
pundaknya agar si belang terjepit. Dengan kaki belakangnya,
si belang menahan dorongan itu. Taringnya tambah dalam
ditancapkan ke daging babi.
Babi betina melihat babi jantan dalam keadaan payah mulai
mengambil ancang-ancang akan menyerang. Waktu itu,
secepat kilat tangan Tio mengayunkan kampak, berusaha
menghantamkan ke bagian punggung leher babi. Tapi, yang
kena bagian punggung belakang saja.
Babi itu cepat berpaling. Panggada yang ada di tangan Tio
diayunkan beruntun, menghantam kepala babi itu. Tapi, babi
itu terus maju mendorong, mendesak T io ke sisi tanah tinggi.
Terkadang didorong ke rimbunan lalang yang ada di sekitar.
Tio tetap berusaha menjaga arah mundur. Tapi, justru karena
serangan babi itu yang terkadang berubah arah, sekali waktu
dia tergelincir juga. Dia tersandar ke pohon aren yang berduri
tajam. Duri pohon aren menusuk punggungnya. Terasa sakit.
Cepat babi itu mundur ke belakang dan cepat pula
melompat ke depan bermaksud menjepit T io ke batang pohon
aren. Tapi, secepat itu pula Tio mengelak. Namun, betisnya
sempat disambar babi dengan muncungnya. Luka menggaris,
darah mengucur. Tio memperbaiki posisi sambil menghantamkan panggada
ke sana ke mari, menghalangi jalan maju babi itu. Sekarang,
Tio sudah bersandar ke dinding tanah tinggi yang keras.
36 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kembali babi itu mengambil ancang-ancang mundur beberapa
langkah. Tio berhenti mengayunkan panggada. Seperti
melengah. Dan, saat ini dipergunakan babi dengan menyeruduk cepat
ke depan. Saat genting. Dan, Tio cepat mengelak ke samping.
Kepala babi terhantam ke dinding tanah tinggi yang keras.
Kampak yang tadi tertancap di pundak babi menjadi lepas.
Cepat dipungut Tio, lalu menghantamkan kampak ke leher
babi yang belum sempat berpaling. Akhirnya babi itu tidak
berdaya sama sekali. Tergeletak di tanah dengan mata yang
masih memancarkan sinar kemarahan.
Kaki belakang si belang semakin lemah menahan dorongan
babi jantan. Pantatnya sudah mulai kena ke batang pohon. Tio
masih begitu payah. Napasnya satu-satu dan tubuhnya mandi
keringat. Betisnya terasa pedih mengucur darah. Hingga dia
untuk beberapa saat tinggal melihat saja. Napasnya tersengal.
Urat sarafnya begitu tergoncang.
Dan, secara perlahan diketahuinya, si belang sedang
berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan bersamaan
dengan mengendornya urat saraf itu. Bersikap mengayun
kampak, Tio maju perlahan. Tapi, waktu itulah sebuah tombak
yang sudah cukup dikenalnya tertancap ke perut babi.
Ronggur telah ada di sana dengan tubuh berkeringat.
37 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Matanya menyala marah. Ototnya mengencang. Ujung tombak
satu lagi dipegang Ronggur kuat-kuat, hingga mata tombak
tambah dalam tertanam ke perut babi. Kemudian Ronggur
memerintahkan agar si belang melompat dari pundak babi.
Begitu si belang me lompat menjauh, secepat itu pundak babi
dihantam Ronggur dengan kampak. Babi itu akhirnya rubuh ke
tanah. Tergeletak di tanah dengan gelepar lemah.
Ronggur melihat Tio terduduk di tanah dengan napas
tersengal. Di dekat seekor babi betina yang terkapar. Si
belang masih menggonggong babi yang tidak berdaya itu
dengan moncong berlumur merah darah babi. Tapi, lehernya
luka kena taring babi. Dengan senyum, Ronggur mendekati T io. Lalu tahulah dia,
betis Tio luka, punggungnya bergaris-garis bekas tusukan duri.
Tanpa diminta Ronggur, Tio terus saja menceritakan mula
perkelahian dengan babi itu.
"Kau telah mengadakan perlawanan yang cukup berani dan
berarti. Di saat kita kehabisan daging, di situ pula kau
merubuhkan babi yang dagingnya enak. Tapi, lukamu perlu
cepat diobati. Begitu juga luka s i belang," ucap Ronggur.
Tio masih tetap terduduk. Masih merasa capek. Dan,
merasa malu dia dilihat Ronggur dalam kepayahan.
Ronggur mengangkat dagunya perlahan. Mata mereka
38 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertemu. Ronggur kembali menghadiahkan senyum. Hanya
begitu. Cepat Ronggur menjauh. Mencari dedaunan untuk ramuan
mengobati luka Tio dan si belang. Ramuan dedaunan itu
dilekatkannya ke luka Tio dan si belang. Seketika terasa mulut
luka itu perih hingga T io harus menjerit kecil, sedang si belang
melengking perlahan. Ronggur mengelus punggung si belang
agar tabah, sedang pada Tio dihadiahkan senyum manis.
"Tidak berapa lama akan tidak terasa apa-apa. Lukamu
akan cepat sembuh. Ramuan itu membunuh bisa. Lagi pula
lukamu tidak berapa dalam, juga luka si belang."
Cepat Ronggur menghidupkan api. Kedua ekor babi itu
dibakar sampai kulitnya hangus. Kemudian isi perut babi itu
dibuang. Baru kemudian daging babi itu dipotong kecil-kecil.
Dijemur di panas matahari supaya kering dan tahan disimpan.
Sedang anak babi yang lima ekor itu akan mereka bawa
pulang ke kampung, dipelihara menjadi babi peliharaan yang
jinak. Tio menjalin rotan, membuat sarang babi yang sekaligus
menjadi kurungan bagi anak babi itu.
Malam harinya, mereka lanjutkan memanggang daging babi
itu dalam gua. Sepotong paha diberikan kepada si belang
sebagai hadiah, la asik menyabik-nyabiknya di mulut lobang
perlindungan. 39 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Perahu yang dikerjakan Ronggur tambah berbentuk dan
mulai mengarah ke tarap penyelesa ian. Tali yang dipintal Tio
sudah beberapa depa dan sudah ada lima gulungan besar
yang selesai. Kulit binatang buruan sudah pada mengering.
Hendak mereka bawa pulang. Begitu pula anak babi yang lima
ekor itu sudah punya bulu yang agak kasar, matanya sudah
terbuka, dan jinak. Bila Tio berma in dengan anak babi itu,
tidak diingatnya lagi betapa perasaannya waktu menghadapi
kedua ekor induk binatang itu.
Sedang luka di betisnya sudah sembuh, hanya tinggal
bekas kecil saja. Begitu pula luka di leher si belang, tinggal
segaris saja, tapi tidak, ditumbuhi bulu lagi.
Ronggur sudah selesai menghaluskan bekas tuhilannya.
Pada penglihatan mata, kedua sisi dinding perahu, begitu pula
perbandingan berat hulu perahu dan buritan perahu, sudah
sama. Perahu yang cukup besar yang bisa memuat tujuh
orang penumpang bersama peralatan. Dengan tali yang
dipintal Tio, Ronggur mengikat perahu itu pada hulunya.
Batang pohon maranti batu yang dulu begitu berat, sekarang
sudah ringan. Ronggur dan Tio menurunkan perahu itu dari
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
galangan. Kemudian mereka menarik tali itu dan terseretlah perahu.
Di dalam perahu, semua peralatan bersama kelima anak babi
dimuat. Karena jalanan menurun dan dedaunan membusuk di
lapisan tanah, mereka tidak menakutkan dasar perahu bolong
40 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dibuat batu. Tanah begitu lembut dan berair. Si belang
mengikut dan menggonggong. Mereka langsung menuju
tepian danau yang ada di mulut teluk, jadi, mereka tidak
pulang melalui jalan darat.
Setiba di tepi danau, Ronggur dan Tio mengosongkan
perahu. Mereka harus menguji keseimbangan perahu dulu
dengan mengapungkan di permukaan danau. Dan, tahulah
dia, apa yang bagi penglihatan mata sudah punya
keseimbangan yang sama, setelah diuji masih mempunyai
perbedaan. Haluan perahu terlalu berat. Walaupun Ronggur
sudah duduk di buritan perahu, haluan itu masih bergaya mau
tenggelam. Perahu yang begitu rupa, tidak baik dibawa
berlayar. Ronggur menipiskan bahagian haluan lagi. Membuang
bagian yang tidak berguna. Setelah itu selesai, perahu kembali
diapungkan. Tahu pulalah dia bahwa bagian sisi kanan
perahu, lebih berat dari sisi kiri, sehingga perahu selalu oleng
ke kanan. Kembali perahu didaratkan. Sisi kanan perahu harus
lebih direndahkan dan ditipiskan pada bahagiannya yang
masih tebal. Sampai tercapai keseimbangan. Jadi, mereka
harus bermalam lagi untuk beberapa malam di tepi danau,
sebelum perahu rampung benar. Juga mata kayu yang ada di
dasar perahu yang tidak dapat dielakkan sejak mula, ternyata
41 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dapat ditembus air. Ronggur lalu merekatnya dengan getah
pohon damar. Bila keseimbangan perahu telah diperoleh, kembali segala
peralatan dimuat ke dalam perahu, bersama kelima ekor anak
babi itu, juga si belang. Mereka menuju pulang.
Mereka berkayuh dan berkayuh. Karena dasar perahu agak
luas terasa pendayungan agak berat. Tapi, tidak dihiraukan.
Senja hari. Tari warna berma in di riak danau. Ronggur
mencampakkan pandang jauh, ke teluk di mana bermula
Sungai T itian Dewata sudah ada. Tapi, bagi T io sendiri setelah
mengayuh perahu di permukaan danau, kembali dia teringat
bahwa saat berpisah dengan Ronggur sudah semakin dekat.
Apakah Ronggur akan kembali lagi" Wa lau dia tahu bahwa
sesuatu ancaman sedang menanti Ronggur, namun dia masih
mengharapkan, hendaknya Ronggur dapat kembali dengan
selamat. Bila lekuk teluk telah dilewati, mereka telah berada di
danau bebas, malam sudah melingkup segala. Ronggur
menyuruh Tio agar duduk di haluan perahu, memperhatikan
jalan, apakah ada perahu lain yang bersilangan dengan
mereka. Sepanjang malam mereka terus berkayuh di
permukaan danau yang tenang dan tidur. B intang gemerlapan
di langit. Bulan mencurah cahaya. Permukaan danau kembali
42 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memantulkannya ke langit. Suasana yang romantis.
Tapi, antara mereka berdua, kebisuan yang meraja. Tio
lebih banyak diam dan tenggelam ke dasar perasaannya:
bagaimana kelak kalau Ronggur sudah berangkat" Apakah
orang masih memperlakukannya dengan baik" Sedang
Ronggur diamuk satu kepercayaan bahwa dia akan
menaklukkan Sungai Titian Dewata bahwa dia yakin, Sungai
Titian Dewata akan membawanya ke tanah landai lagi subur.
Tanah yang diimpikan setiap orang.
Bertambah larut malam, secara berangsur, perlahan, bulan
semakin mengundurkan diri. Maka sekitar diselubungi
kegelapan. Tapi, kemudian di ufuk timur, menggaris cahaya
putih. Subuh baru telah lahir bersamanya lahir hari baru
dengan harapan baru. Sinar matahari telah meng-kuakkan
tabir kegelapan, maka terhamparlah depan mereka persawahan yang bermula dari tepian danau, berakhir pada
kaki pegunungan batu. "Tio, padi telah menguning di sawah. Kita tidak punya
waktu mengasuh lagi. Harus terus turun ke sawah memotong
padi," kata Ronggur.
43 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ya, aku tahu."
"Dan, sehabis memotong padi, saatku berangkat tiba.
Mardege, ada baiknya diserahkan saja pada orang lain. Aku
tidak bisa lagi berlama-lama mengundurkan saat keberangkatanku." Tio hanya menundukkan kepala.
Perahu terus dikayuh. Menari bersama riak danau. Bila
gelombang membesar, Ronggur tinggal tersenyum karena
gelombang danau tidak dapat mengolengkan perahunya. Dan,
serpihan air yang dilemparkan ombak tidak dapat memasuki
perahu. Belum siang benar, mereka telah tiba ke tepian danau
perkampungan. Orang mencampak pandang pada mereka.
Para penangkap ikan me lihat mereka. Ronggur belum dapat
mengartikan, kenapa mereka pada membisu, tidak gembira
menyambut kedatangannya bersama perahu yang dibuatnya
sendiri. Kalau tidak ditegor lebih dulu, itupun
ccdw-kzaa 44 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
4 Hari itu juga, sebelum Ronggur sempat mengasuh, utusan
kerajaan datang, menyuruh Ronggur menghadap ke Sopo
Bolon. Ibunya melepaskan dengan tatapan pilu, begitu pula
Tio. Ronggur melangkah dengan dada diangkat. Orang sudah
banyak memanen padi di sawah. Dia lalu di sana. Menyapa di
sana-sini, dan memperoleh jawaban sekedarnya saja. Tidak
seorang pun menanya tentang perahunya dan kapan dia
berangkat. Tampaknya setiap orang enggan bersapaan
dengan Ronggur. Tapi, semua itu tidak berapa diacuhkan Ronggur, atau
memang dia belum tahu sebabnya.
Selagi Ronggur dan Tio membuat perahu di hutan, orang
sudah saling berbisik membicarakan maksud Ronggur hendak
melayari Sungai Titian Dewata mencapai muara. Pada
umumnya orang tak dapat menyetujui maksud itu. Tapi,
sebagian besar, terutama rakyat yang langsung berada di
bawah lindungannya sebagai Raja Ni Huta, tidak ada yang
berani terang-terangan mengeluarkan pendapat. Sebagian
lagi, ada yang mengejek, walaupun tidak secara terang-
terangan, masih sembunyi.
45 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Satu sama lain saling mengeluarkan pendapat bahwa
Sungai Titian Dewata, menuju matahari terbit. Tempat para
dewata dan arwah menghadap Mula jadi Na Bolon. Bila
seseorang berani melewati batas yang sudah ditentukan
sampai di mana boleh seseorang berlayar, itu berarti sudah
melanggar ketentuan dewata. Dewata akan murka dan
menghancurkan orang yang berani melanggar peraturannya.
Matahari, tempat Mula jadi Na Bolon mengedari dunia setiap
saat, untuk melihat manusia yang mengerjakan hal yang baik,
begitu pula dari matahari Mula jadi Na Bolon, melihat orang
jahat membuat kejahatan untuk diganjar kelak di hidup lain.
Dan, karena maksud perjalanan itu menantang kepercayaan rakyat yang sudah tertanam turun-temurun,
sebagian merasa kasihan melihat Ronggur, tapi sebagian lagi
merasa terhina. Karena ada seorang manusia yang hendak
meruntuhkan atau sama sekali tidak mengindahkan
kepercayaan yang mereka anut. Kasihan dan ejek.
Di Sopo Bolon, Ronggur telah dinantikan kerajaan yang
lengkap. Segala Raja Ni Huta dari tiap kampung yang didiami
46 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
marga mereka telah ada di sana. Dia terus tahu, sidang
kerajaan akan diadakan hari itu. Raja Panggonggom sudah
duduk di tempat dengan wajah murung, pertanda warta yang
kurang baik. Di kiri kanan Raja panggonggom, duduk berjajar
Raja Partahi, Raja Namora, Raja Nabegu. Di belakang mereka,
duduk para Raja Ni Huta. Hanya Raja Ni Huta dari induk
kampung marga yang duduk sejajar dengan Raja
Panggonggom. Pada tempat tertentu, hadir pula Datu Bolon
Gelar Guru Marlasak. Diapit oleh para tua kampung, yang
selalu dipanggil menghadiri sidang kerajaan, bila yang hendak
dibahas hal penting. Ronggur duduk di barisan Raja Ni Huta. Orang pada diam
sewaktu Ronggur memasuki ruang Sopo Bolon. Semua mata
diarahkan padanya. Mulut tidak mengucapkan sepatah kata.
Memperoleh lalapan dari tiap mata itu, membuat Ronggur
agak kaku juga sikapnya. Tapi, sewaktu matanya tertumpu
pada orang tua yang duduk di sudut yang agak remang itu,
yaitu bekas Datu Gelar Guru Marsait Lipan, perasaan kaku itu
berangsur menghilang dari tubuhnya. Orang tua itu
menyambutnya dengan senyum yang dibalasnya selintasan.
Untuk pertama kalinya orang tua itu menghadiri sidang
kerajaan dengan terang-terangan. Dari suasana dalam Sopo
Bolon, tahulah Ronggur bahwa sidang akan membahas
47 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sesuatu hal yang sangat penting tampaknya.
Ruangan tetap hening. Sewaktu Ronggur mengalih
pandang tahulah dia bahwa Raja Panggonggom terus menerus
menancapkan pandang ke arahnya. Memperhatikan gerak-
geriknya. Lalu Raja Panggonggom mengangkat tangan yang
sebelah kanan, menjemput tongkat panaluan dari tempatnya.
Tongkat itu digenggam, dito-pangkan agar berdiri tegak lurus.
Pertanda pertemuan dimulai.
"Semua kerajaan, pagar kesatuan marga, orang tua yang
bijaksana, yang bertanggung jawab akan kelanjutan hidup
marga dan keturunan kita kelak, kami undang hari ini
menghadiri pertemuan kerajaan di Sopo Bolon ini. Karena, ada
sesuatu hal yang sangat penting kita bicarakan dan bahas
bersama." Hadirin pada diam semua. Menyimak yang diucapkan Raja
Panggonggom. Terutama Ronggur.
"Hal itu," lanjut Raja Panggonggom, "tampaknya
mengancam, dan bermaksud merubuhkan sesuatu yang kita
percayai. Yang bisa menimbulkan kegaduhan yang tidak kecil
di kalangan rakyat. Malah menurut sebagian orang, akan
mendatangkan mara bahaya pada seluruh rakyat dan
kerajaan." Melalui 48 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ucapan Raja Panggonggom sebagai kata pembukaan rapat, tahulah Ronggur bahwa hal yang akan
dibicarakan bersangkut-paut dengan maksud perjalanannya
menembus Sungai Titian Dewata. Karena itu, hatinya tambah
gedebak-gedebuk, menantikan putusan rapat. Atau, jalannya
pertemuan itu. Apakah ada orang yang bisa diharapkannya
untuk membela maksud perjalanannya itu, lalu menyokongnya" Apakah mereka semua akan menjadi musuh,
yang menantang maksud perjalanan itu"
"Karena hal ini sangat menentukan," lanjut Raja
Panggonggom, "kami berpendapat harus melalui musyawarah
lengkap yang boleh mengambil putusan tertentu terhadapnya,
sehingga putusan itu nanti menjadi pendapat kita yang
mutlak, yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Camkanlah baik-
49 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
baik pentingnya maksud pertemuan ini."
Raja Panggonggom berhenti sebentar. Dia menarik napas.
Setelah mencampakkan pandang pada Ronggur,
dia melanjutkan: "Ronggur, kami dengar kabar kau sudah menyelesaikan
perahu yang akan kau pergunakan menyusuri Sungai Titian
Dewata untuk mencapai muara. Karena kau bermaksud akan
mencapai tanah habungkasan. Apakah berita itu benar?"
"Benar, Paduka Raja," sahut Ronggur.
"Nah, sidang yang terhormat, yang disampaikan orang itu
ternyata benar. Ronggur sudah mengakui terus terang
sehingga jalan rapat tidak terlalu repot dan berbelit. Untuk itu,
kita harus mengucapkan terimakasih padanya. Ronggur, coba
ceritakan pada kami, kenapa kau begitu bernafsu hendak
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencari Sungai T itian Dewata?"
Ronggur disuruh berdiri. Dan, setelah mencampakkan
pandang ke sekitar, dia lalu membeberkan hal yang kan
dialam i marga mereka kelak bila tanah habungkasan tidak
ditemui. Karena itu, dia berpendapat, tanah habungkasan itu
harus dicari. Dia yakin, katanya selanjutnya, seseorang yang
berani melayari Sungai T itian Dewata sampai ke muara berarti
akan sampai ke tanah landai yang subur. Tanah yang
dimimpikan tiap orang. Karena itu, dia mengharap agar
50 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kerajaan memberi izin padanya untuk menyusuri sungai itu
sampai ke muara dan membolehkan beberapa orang menjadi
kawannya. Sungai T itian Dewata tidak berakhir di ujung dunia,
katanya tegas. Seketika Ronggur berhenti. Rapat hening. Hanya wajah
Datu Bolon Gelar Guru Marlasak yang menjadi merah padam
mendengar semua omongannya. Dari s ikapnya tampak bahwa
dia sama sekali tidak mengingini mendengarkan ucapan
Ronggur. Ronggur melanjutkan, "Aku telah memilih kayu yang paling
baik jenisnya. Daya apung perahu sangat baik. Dasarnya lebih
lebar dari perahu biasa. Tidak mudah oleng waktu melalui
arus riam sungai. Percikan air tidak mudah masuk ke perahu
karena dinding perahu kubuat agak tinggi."
"Sudah siap semua yang ingin kau ucapkan?" tanya Raja
Panggonggom. "Sudah, Paduka Raja!" jawab Ronggur lalu kembali duduk
bersila di lantai. "Ronggur, tahukah kau bahwa perjalananmu itu sangat
berbahaya?" "Benar Paduka Raja!" sahut Ronggur. "Perjalanan ini
menghadapi risiko yang tidak kecil. Tapi, seseorang yang
berusaha mencapai sesuatu kebajikan akan selalu menghadapi
risiko. Tak ubah seperti mengerjakan sawah. Pada mulanya
51 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kita harus berani membuang tenaga dan waktu untuk
mencangkul tanah. Lama sesudah itu baru tanah memberi
hasil pada kita." Dalam hati kecilnya Raja Panggonggom menghormati sikap
terus terang dan keberanian yang dimiliki Ronggur. Tapi,
karena maksud perjalanan itu sendirinya pula membelakangi
kepercayaan rakyat dan kepercayaan sendiri, maka soalnya
menjadi lain. "Ronggur, maksudku tidak di situ saja. Tidakkah kau tahu
bahwa Sungai Titian Dewata itu sungai yang jatuh ke ujung
dunia" Sungai Titian Dewata jalan para dewata dan arwah
menghadap Mula Jadi Na Bolon."
"Paduka Raja, memang padaku diajarkan kepercayaan
begitu rupa. Tapi, karena maksud perjalanan ini tidaklah untuk
kesenangan perseorangan saja, tapi bertujuan untuk
kepentingan bersama, izinkanlah aku untuk memikul segala
risiko itu bila yang kurasakan dan kupikirkan itu salah!"
"Bagaimana pendapatmu tentang Sungai T itian Dewata?"
"Paduka Raja, aku selalu digoda mimpi. Mimpi itu selalu
mengajak aku agar memulai satu perjalanan, yaitu menyusuri
Sungai Titian Dewata. Mimpi itu mewartakan bahwa bila aku
melayarinya, aku akan tiba ke tanah landai di muara sungai.
Tanah landai itu begitu luas. Bisa menampung kebutuhan kita
52 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan keturunan kita kelak akan persawahan. Turun temurun.
Selanjutnya mimpi itu selalu mengatakan padaku, bila aku
tidak memulai perjalanan itu, aku seorang manusia yang telah
menyia-nyiakan satu kesempatan. Aku orang yang tidak dapat
dikatakan seorang lelaki."
"Apakah kau tidak mungkin digoda setan?" potong Raja
Panggonggom. "Paduka Raja, bila warta mimpi itu tidak dapat kutunjukkan
dalam kenyataan, berartilah aku digoda setan. Tapi, berilah
kesempatan padaku untuk membuktikannya atau aku sendiri
akan musnah. Aku telah rela menerima dan memikul segala
risiko itu." Datu Bolon Gelar Guru Marlasak cepat berdiri. Dadanya
naik turun dengan cepat. Wajahnya memancarkan sinar
kemarahan. Mulutnya cepat-cepat mengeluarkan kata:
"Ronggur! Menurut kepercayaan kami, menurut hukum yang
diwariskan kepada kami, kau pasti akan mendapat bencana.
Jadi, sebelum bencana itu menimpa dirimu, ada baiknya kau
mengurungkan niat itu. T api, kau juga harus tahu karena yang
kau tantang itu hukum dewata. Kemarahan dewata tidak saja
menimpa dirimu, tapi semua marga akan dikutuknya.
Kerukunan keluarga akan hancur. Padi di sawah akan tidak
menjadi. Kalau cuma kau yang dikutuk dewata tidaklah
53 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjadi soal besar. Tapi, ini menyangkut seluruh marga kita.
Kerajaan kita akan berakhir pada suatu yang menyedihkan,
justru karena keinginanmu untuk mengharungi Sungai Titian
Dewata. Tidakkah dapat kau rasakan ancaman mara bahaya
yang akan timbul dan menimpa warga marga itu?"
"Datu Bolon Gelar Guru Marlasak, yang kuhormati
kebenaran tenungnya. Yang kuhormati arwah halus penjaga
diri dan yang dapat dipanggilnya untuk membisikkan sesuatu
pendengarannya. Aku selalu memperhitungkan dan tetap
merasakan, bencana yang mungkin meruntuhh-an kelangsungan hidup marga. Justru karena memperhitungkan
hal itulah aku mengambil kesimpulan, tanah habungkasan
perlu dicari. Diusahakan menemukan. Aku percaya bahwa
Datu Bolon pun memikirkan hal itu. Soalnya bila Datu Bolon
meninjau dari sudut gaib, aku melihat dari kenyataan sesuatu
perhitungan yang hasilnya pasti tiba."
"Kalau begitu, tidak ada lagi sesuatu hal yang bisa
mengurungkan niatmu," kata Datu Bolon menyindir.
"Begitulah rasanya," jawab Ronggur dengan tabah dan
tenang. "Seperti tidak ada sesuatu kekuatan yang dapat
menghentikan orang mengisi perutnya," sindirnya pula dengan
54 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
halus dan tenang. "Ronggur," tiba-tiba suara Raja Nagebu meninggi, dengan
hentakan kasar mengatakan, "Apa yang menggoda hatimu"
Apakah kau dengan perjalananmu yang akan menimbulkan
bencana dan yang telah menimbulkan huru-hara terpendam di
kalangan rakyat dan para hulubalang, yang menanti saat
meledak sehingga ketenteraman hidup terganggu dan kucar-
kacir, masih kau katakan untuk memperjuangkan kelanjutan
hidup marga dan keturunan" Atau, kau memang sengaja
mencari nama, menunjukkan bahwa kau lebih berani dari
setiap hulubalang kita, sehingga patentengan menantang
hukum dewata" Ronggur menantang hukum dewata bukanlah
keberanian, tapi ketololan."
Seketika dia diam. Wajahnya bertambah merah. Lalu
melanjutkan, "Ronggur, bidang sawah yang diserahkan atau
dipercayakan kerajaan padamu cukup luas lagi subur. Biar kau
mengambil seorang istri atau lebih, kemudian istrimu itu
melahirkan anak banyak, kau belum perlu menguatirkan
makanan untuk mereka. Hasil sawahmu memberi jaminan.
Jelaslah sebenarmya kau mengimpikan sesuatu yang maha
mulia dialamatkan pada dirimu."
"Paduka Raja Nagebu, pemegang tampuk dan penggerak
para hulubalang perkasa. Maksudku jauh dari dugaan tuanku.
55 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kalaulah yang kuimpikan bisa nyata dalam kenyataan tidak
bermaksud aku disebut penemunya. Sekali-kali tidak. Juga aku
tahu, bila untukku sendiri dan jaluran keturunanku langsung,
sawah yang dikuasakan padaku memang cukup memberi
nafkah. Belum perlu menguatirkannya. T api, pokok persoalan
sekarang di sini bukanlah aku, tapi kita semua. Marga kita.
Tahukah paduka raja bahwa banyak dari marga ya'ng hanya
punya tanah beberapa bidang dan hanya dapat menghasilkan
padi yang cukup untuk makanan sekedarnya saja" Dan
mereka terus saja melahirkan anak, anak yang perlu kita beri
makan. Dan tahulah paduka raja bahwa permintaan bantuan
dari lumbung desa setiap tahunnya bertambah banyak juga"
Sehingga kita tidak bisa lagi mengadakan pesta pujaan
terhadap Mula Jadi Na Bolon dengan besar-besaran" Inilah
semua yang jadi persoalan. Jadi, bukan diriku dan bukan pula
hanya diri tuanku saja."
Keadaan menjadi sunyi. Dalam saat itu, Raja Panggonggom
mengadakan sidang kecil dengan para Raja Partahi, Raja
Nagebu, Raja Namora, dan Raja Ni Huta dari induk kampung.
Kemudian mereka panggil pula Datu Bolon Gelar Guru
Marlasak. Mereka berbicara perlahan, tapi dari tiap wajah
memancar kesungguhan. Jelas tampak mereka sedang
mengambil ketentuan dan keputusan rapat, yang akan
56 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diumumkan pada seluruh marga, sebagai undang-undang
kerajaan yang tidak boleh dibantah.
Tiba-tiba saja Panggonggom menyuruh bekas Datu Bolon
Gelar Guru Marsait Lipan,
berbicara pada hadirin, menceritakan kegagalannya dulu mengharungi Sungai Titian
Dewata. "Bapak bekas Datu Bolon, yang pernah meminta izin pada
almarhum ayah kami, yang mewariskan kedudukan Raja
Panggonggom pada kami, untuk mengharungi Sungai Titian
Dewata. Menurut pustaka kerajaan, almarhum ayah kami
memberi izin pada bapak untuk mengharungi sungai tersebut.
Bagaimanakah hasilnya?"
Orang tua itu berbicara perlahan, "Memang benar Paduka
Raja bahwa aku pernah meminta agar diberi izin mengharungi
Sungai Titian Dewata. Tapi, yang kutemui berbeda dengan
hasil tenungku. Kami mengalami kegagalan."
"Selanjutnya, bagaimana?" tanya Raja Panggonggom.
"Ayah Ronggur memperoleh cedera dalam perjalanan itu.
Dia temanku. Dia tidak pernah lagi pulang."
"Sesudah itu?" "Aku sendiri pulang ke mari. Karena almarhum ayah paduka
raja, sabahat karibku, tetap juga menerimaku kembali. Tapi,
tidak lama kemudian kami mengadakan pemburuan. Di s itulah
mendapat kenahasan. Almarhum ayah paduka raja diserang
57 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seekor harimau dengan tiba-tiba, sehingga beliau memperoleh
luka yang mengakibatkan kewafatannya. Dalam igaunya selalu
mengatakan, "Pembalasan dewata telah datang. Pembalasan
dewata telah datang!"
"Apakah tidak mungkin, apa yang dimaksudkannya itu
karena mengizinkan bapak mengharungi Sungai T itian Dewata
dan menerima bapak pulang kembali?"
"Tidak dapat kupastikan. Tapi, boleh juga begitu
maksudnya." "Hadirin semua, terutama kau Ronggur, telah mendengarkan satu pengakuan dari seseorang yang pernah
mengharungi Sungai Titian Dewata, yang menimbulkan
kemarahan para dewata. Apakah setelah mendengar
pengakuan ini kau masih bermaksud meneruskan niatmu"
Berilah jawaban, Ronggur!"
Ronggur terdiam beberapa saat. Dia dihadapkan sudah
pada saat yang menentukan. Bintikan keringat melebihi
keningnya. Akhirnya dia mengatakan:
58 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Paduka yang bijaksana, apakah karena satu kegagalan,
sesuatu maksud baik harus dibatalkan" Apakah tidak hanya
satu kebetulan saja hal nahas itu mendatang?"
"Kutanya padamu, Ronggur, apakah kau masih bermaksud
meneruskan niatmu atau mengurungkan setelah mendengar
pengakuan bekas Datu Bolon yang sudah disisihkan orang dari
kehidupan ramai" Lain tidak! Dia membawa kenahasan bagi
kerajaan." Ronggur terdiam. Belum memberi sesuatu pilihan yang
menentukan. Golongan raja kembali mengadakan sidang kilat.
Lalu sebelum Ronggur memberi keputusan, Raja Panggonggom mengatakan: "Kita telah sama mendengarkan cerita bahwa Ronggur
hendak mengharungi Sungai Titian Dewata untuk mencari
tanah habungkasan. Maksud yang baik. Tapi, Ronggur telah
melupakan riwayat nenek moyang dan berusaha merombak
kepercayaan yang kita anut atau menurut kata Datu Bolon
Gelar Guru Marlasak, telah menghina kepercayaan yang kita
anut." Hening sejenak.
59 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Saran yang dapat kami ajukan pada Ronggur, dan menjadi
undang-undang bagi kita semua, ialah bila Ronggur
meneruskan niat itu, tidak seorang pun dari warga yang
dibolehkan mengikuti dan membantu perjalanannya. Bila dia
mulai me langkah dari gerbang kampung memulai perjalanan,
maka dia tidak berhak lagi mencantumkan marga kita di
belakang namanya. Begitu pula gelar Raja Ni Huta Muda, gelar
Hulubalang Muda dicabut kembali!"
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dia tidak boleh memakai nama kerajaan kita untuk
melindungi diri dari kutukan dewata, dari gangguan setan, dan
dari gangguan perampok di tengah jalan. Kalau ada orang
yang membunuhnya dalam perjalanan, marga kita tidak akan
menganggap serangan itu serangan yang langsung pada
marga kita. Ronggur sendiri yang harus memikul risikonya.
Sawah yang telah dipercayakan padanya disita kerajaan.
Ibunya yang sudah tua akan dibelanjai langsung oleh lumbung
desa. Dirangsum ala kadarnya!"
"Syarat ini kami ajukan justru karena kam i berpegang pada
satu kepercayaan: siapa saja yang mengikuti perjalanan
Ronggur, siapa saja yang membantunya mengharungi Sungai
Titian Dewata, jalan para dewata dan para arwah menuju
matahari terbit tempat Mula Jadi Na Bolon bersemayam, akan
turut dikutuk oleh dewata. Biarlah kami dan marga kita
disebut pengecut, namun melawan dewata kita tidak mau.
60 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Jadi kami umumkan pada semua Raja Ni Huta, agar tidak
membolehkan rakyat yang ada dikampungnya membantu dan
mengikuti perjalanan Ronggur. Kalau kau Ronggur tidak dapat
menerima syarat ini, hendaknya urungkan dan batalkan
niatmu sebelum terlambat. Bila kau mengalami kegagalan
kemudian kau pulang ke kampung ini, kau akan tidak
dianggap anggota marga lagi. Kau akan ditangkap dan
dijadikan budak belian. Kami tidak mau mengulangi kenahasan
yang pernah menimpa almarhum ayah kami, untuk menimpa
diri kami sendiri. Pikirkan baik-baik Ronggur. Dan, berilah
jawaban di tempat ini juga."
Keadaan menjadi hening. Pada kening Ronggur menitik
keringat. Bekas Datu Bolon Gelar Guru Marsait Lipan
menundukkan kepala. Tidak sanggup mengangkat kepala. Di
wajah Datu Bolon Gelar Guru Marlasak dan Raja Nagebu
membayang kepuasan. Para Raja Ni Huta lain dengan takjim
menerima undang-undang Raja Panggonggom. Pada wajah
dan sikapnya tergambar bahwa mereka akan 61 04 Kisah Si Bangau Putih m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melaksanakannya sebaik mungkin.
Sejak tadi di luar Sopo Bolon, hujan turun menderu.
Bersabung dengan petir dan kilat.
"Ronggur, katakanlah pilihanmu, biar kami tahu mengambil
sikap," kata Raja Panggonggom memecah kesepian.
Ronggur masih tertunduk juga. Belum berdiri untuk
menyatakan pilihan. "Ronggur, kau tidak dapat memberikan keputusan" Kau
merasa takut dan bimbang" Karena itu kami sarankan,
janganlah sekali-kali mencoba untuk menentang kepercayaan
yang kita anut bersama, janganlah menghina diri sendiri," kata
Datu Bolon Gelar Guru Marlasak. Nada suaranya mengejek.
Membakar dada Ronggur. Dengan wajah merah serta sinar
mata yang manyala, akhirnya Ronggur berdiri dengan
menghentak: "Semua pertaruhan yang dibebankan ke
pundakku aku terima. Aku, ibuku, tidak berhak lagi memanen
padi dari sawahku yang sedang menguning. Karena itu,
secepat mungkin aku akan berangkat. Dengan satu janji, bila
aku menemui tanah habungkasan yang landai lagi subur, hasil
penemuan itu akan tetap kuhadiahkan bagi margaku, bagi
kalian semua." Suaranya mengguntur mengalahkan suara petir yang
bersabung di luar Sopo Bolon. Orang semua mengangkat
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
6205 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
kepala dibuatnya. Dan, sehabis mengucapkan pilihan itu,
Ronggur terus meninggalkan ruang Sopo Bolon. Perasaannya
terbakar, dadanya panas, walau udara begitu dingin. Dia
menerjang ke tengah hujan, angin, dan halilintar yang
bersabung dengan petir. Terus melangkah melewati sawah yang pematangnya
menjadi licin, mencapai kampung di mana dia sebelum itu
memegang tampuk Raja Ni Huta Muda dan Hulubalang Muda.
Tapi, dia tidak memperdulikan keadaan alam itu, dia terus
melangkah cepat di atas pematang yang licin. Tidak mau
berteduh ke dangau yang ada di tengah sawah. Orang yang
berhenti memotong padi dan berteduh di dangau melihatnya
begitu saja. Gonggong si belang menyambut di tangga rumah. Pintu
rumah cepat dibuka Tio. Dilihatnya Ronggur basah kuyup.
Ibunya cepat mengangkat wajah, menatap padanya. Otot
Ronggur mengeras, wajahnya memerah. Pertanda berita yang
kurang baik. Sebelum ditanya Ronggur dengan suara lantang karena
masih marah, menceritakan semua keputusan rapat dan
pilihannya sendiri. Ibunya jadi kaku tegang, seperti patung
1 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanpa nyawa. Tangan, kaki, tubuh Ronggur masih menggetar
tidak karena merasa dingin, tapi karena marah.
Tapi, sewaktu matanya tertumpu ke biji mata ibunya yang
berseri, yang mulai digenangi air bening tipis, dia sadar bahwa
orang tua itu telah dihadapkannya pada satu kenyataan, yaitu
kepahitan dan kegetiran hidup di saat hari tuanya. Yang
sepantasnya tidak wajar lagi hidupnya disusahi. Cepat
Ronggur mendekat, lalu menyembah sujud di kaki perempuan
tua itu. Di antara isaknya sendiri dia mengatakan:
"Maafkanlah aku, Bu. Maafkan anakmu ini. Aku telah
mempersusah hidupmu. Katakanlah Bu, aku tidak boleh pergi.
Aku harus menggagalkan niat perjalananku itu. Aku akan
menuruti ibu. Aku akan minta maaf pada kerajaan atas
kelancanganku. Katakanlah, apa yang harus kuperbuatl"
Perasaan marahnya telah mencair, menghadapi wajah dan
mata ibunya yang bersedih. Segala tekad menjadi kendur,
demi hasrat diri yang tidak mau melihat ibu kandung yang
sudah tua mengalami kesusahan. Tidak cepat ibunya
menyahut. Tangan ibunya yang sudah mengkerut, membelai
kepalanya yang masih basah. Mengusap perlahan sambil lalu
mengeringkannya. Kemudian mengatakan perlahan-lahan:
"Ronggur, kau tidak boleh mengurungkan niatmu lagi. Kau
tidak boleh membatalkan yang telah kau pilih. Kau telah
2 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengatakan dalam pertemuan raja dengan berani. Kau harus
meneruskannya, walau apa yang akan terjadi."
Seketika ibu tua berhenti, tapi disambung pula, suaranya
sudah tambah jelas dan tabah:
"Seperti terbangnya burung ambaroba, mengitari tebing
curam, mengikuti lingkaran pegunungan, mencari mata air
yang bening, tanpa memperdulikan arti haus dan dahaga,
karena anaknya di sarang, menginginkan setetes dua air
melalui kerongkongan kering. Harus begitu kau. Seorang lelaki
yang berani mengatakan maksudnya, tapi dapat disebut
jantan, bila berani tidak mengingkari janji. Jadilah, anakku
sulung anakku bungsu, seorang lelaki berhati jantanl Ibumu
ini, tidak mau anak lelaki berhati betina."
Perempuan tua itu tidak mengucurkan air mata lagi.
Perempuan tua itu tidak mengisak lagi. Telah tabah menerima
segala yang tiba. Telah rela melepas anaknya sulung, anaknya
bungsu, untuk pergi selamanya, mempertaruhkan keyakinan
diri. Segala air mata telah dihamburkan dari dasarnya sampai
kering. Keheningan merayap di ruang mereka berada. Sendu. Tapi
dipecahkan suara halus yang bermula dari T io, "Bawalah daku
bersamamu. Bawalah daku, jangan tinggalkan daku."
Sambil berkata Tio mendekat, lalu duduk di sisi anak
beranak itu. 3 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Perlahan, ibu Ronggur merenggangkan pelukannya dari
tubuh Ronggur. Perlahan pula, Ronggur melepaskan diri dari
pelukan ibunya. Lalu menatap dalam ke biji mata Tio, yang
tertancap ke biji matanya tanpa mengedip.
"Tio, dapatkah kau menduga kemungkinan yang bisa saja
menimpa diriku dalam perjalanan" Tahukah kau, apa yang
akan kutemui bila tafsiran mimpiku meleset?"
"Aku sudah tahu. Aku sudah maklum. Bila kelak kita tidak
bisa kembali lagi agar Mula Jadi Na Bolon tidak murka
padamu, katakanlah bahwa arwahku kau bawa serta sebagai
sembahanmu padanya."
Lama Ronggur menatapi wajah Tio yang sudah punya
kepastian sinarnya. Olehnya tekad Ronggur kembali pada
pijakan semula begitu kokoh. Tidak ada lagi satu kekuatan
yang dapat menghalangi maksudnya.
Angin di luar tambah kencang, hujan rasanya tidak akan
henti. Halilintar dan guruh terus bersabung. Angin melanggari
pucuk dan batang bambu duri, berkerisik dan bunyinya begitu
ngilu pada pendengaran. Di rumah itu orang terus sibuk.
Menyiapkan yang perlu mereka bawa. Bila fajar pagi terbit
pertanda hari baru tiba mereka sudah harus berangkat.
Ibunya menyelipkan pisau gajah lompak ke pinggang
Ronggur, pisau pusaka turun-temurun. Yang berukirkan kakek
kesatuan keturunan mereka yang langsung. Di tengah malam
4 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
buta, Datu Bolon Gelar Guru Marsait Lipan datang ke sana. Dia
menjampi Ronggur dan Tio, agar selamat dalam perjalanan.
Supaya terhindar dari godaan setan. Kemudian pada Ronggur
diberikannya ajimat yang terbuat dari besi putih, diukir dengan
huruf Batak. Juga pada Tio diberinya ajimat, terbuat dari
jalinan benang berwarna tujuh.
Mereka menyongsong terbitnya fajar.
ccdw-kzaa 5 Masih pagi benar. Udara cukup dingin. Tanah lembab
pertinggal hujan semalam. Dua tiga biji bambu duri
terbelintang di tengah jalan, tumbang. Di darat kabut tipis
saja. Hijaunya dedaunan dapat juga dilihat pandang.
Bertambah segar karena mengandung butir air. Tapi,
permukaan danau, jika bertambah jauh ke tengah, kabut
mengental. Beberapa depa saja dapat ditembus pandang.
Pulau Samosir Tuktuk Sigaol tidak tampak. Air danau alangkah
dinginnya. Ronggur, Tio, dan si belang sudah berada dalam perahu.
Tempat begitu lapang. Pengayuh, galah, penimba air, sudah di
tempatnya. Tombak, kampak, panggada, ambalang, dan
sesumpit batu sungai yang keras. Beras sesumpit. Disumpit
lain daging kering. Juga mereka bawa mata pancing serta
5 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
talinya. Pada leher Ronggur membelit ulos batak ragi purada yang
dibelitkan ibunya. Begitu juga pada leher Tio, dibelitkan ulos
batak ragi purada yang diiringi kata, "Belitkanlah pada
tubuhmu, di kala dingin mencekam. Pengganti tangan bunda .
. .." Hanya perempuan tua itu dan bekas Datu Bolon di tepian
danau mengantar mereka. Orang lain sudah dilarang untuk
mengantarkan mereka. Ronggur menatap pada ibunya,
sebelum perahu hilang ditelan kabut. Lalu pada orang tua itu,
melalui renggangan batang bambu duri, dicampakkan
pandang ke tengah kampung. Mencari bekas kehidupan masa
lalu di sana. Tingkah lakunya yang sopan serta ramah-tamah,
keberanian yang tidak gentar menghadapi sesuatu soal pada
saatnya, memikat hati orang di sekitarnya. Karena itu dia
banyak mempunyai teman. Tapi, di saat dia harus meninggalkan perkampungan itu
untuk satu perjalanan yang belum tentu akhirnya, tak terduga
nasibnya, tidak seorang pun dari temannya yang dibolehkan
mengantarkan. Melepasnya. Tahulah dia, betapa pahit
perasaan mencekam hati untuk meninggalkan tanah tempat
lahir, dibesarkan, dan diasuh, punya teman, tapi tidak boleh
pamitan. Di sebelah haluan perahu, Tio berdiri. Matanya jauh
6 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengedari tanah yang sudah cukup dikenalnya. Di mana dia
pernah disanjung puja, selagi martabat marganya belum
runtuh. Teringat pula saat kejatuhan marganya dan dia
sendiri, harus menjadi budak belian. Temannya sebaya banyak
yang mati di saat itu. Setetes dua air-mata membasahi pipi.
Cepat dihapus agar tidak sempat dilihat Ronggur.
Perahu bergerak perlahan meninggalkan tepian. Tangan
mereka membalas lambaian kedua orang tua yang
mengantarkan mereka. Sebelum pferahu ditelan kabut, tidak
hentinya lambaian dilepaskan dari tepian, tinggi melengking.
Si belang pun seperti tahu, perjalanan mereka sekali ini amat
panjang. Perlahan perahu memasuki daerah yang dilingkungi
kabut tebal. Perlahan pula tepian menghilang dari
pemandangan. Untuk digantikan warna putih saja pada
akhirnya. Tangan terkulai tak ada lagi yang hendak dilambai.
Tidak dilihat Ronggur lagi, ibunya mencampakkan diri ke
pohon hariara yang besar itu. Tersedu di sana. Meratap
panjang. Bekas Datu Bolon menyabari. Kemudian menuntunnya pulang ke rumah.
7 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Mereka akan berhasil, mereka akan pulang membawa
berita baik dan menggembirakan," bujuk bekas Datu Bolon.
"Semua yang dikorbankan Ronggur untuk perjalanan ini akan
kembali padanya, malah lebih dari itu akan dipunyainya."
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perempuan tua itu menundukkan kepala, mengiakan, walau
sebenarnya dia tidak dapat meyakini bujukan itu.
Bila sinar matahari pagi telah muncul dari puncak Dolok
Simanuk-manuk, kabut tambah menipis lalu menghilang.
Kerajaan sudah tahu bahwa Ronggur bersama Tio telah
berangkat, maka Raja Panggonggom mencoret nama Ronggur
dari silsilah keturunan marga. Ronggur telah dianggap mati.
Riwayat Ronggur berakhir di s itu saja.
Perahu yang dikayuh Ronggur dan Tio maju perlahan. Tio
mendayung ke hulu. Ronggur di buritan langsung menjadi
pengemudi. Beberapa biji mata pancing yang sudah diumpani
dijatuhkan Tio ke danau. Sambil berkayuh, mereka
mengharapkan dapat pula sambil lalu menangkap beberapa
ekor ikan. Mereka berdua terus mengkayuh. Antara keduanya
belum mengucap sesuatu kata.
Perahu terasa berat dikayuh. Karena dasarnya agak lebar.
Haluannya tumpul. Menahan air atau menghempang kelajuan
perahu. Tapi, mereka masing-masing melaksanakan tugas,
walau perahu agak susah dikayuh dan walau hati masing-
8 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
masing masih diselubungi sakitnya perpisahan dengan kaum
kerabat, dengan tanah tempat dibesarkan, tanpa pamit.
Walaupun Tio tetap merasakan bahwa dia akan aman selalu
bila berdekatan dengan Ronggur, yang mempunyai otot yang
tegap, tekad hati yang bulat, keberanian yang jantan, sikap
ramah tamah, dan sopan santun yang manis, namun pada
saat itu, setiap perahu tambah jauh dikayuh, hatinya merasa
kecut juga mendatangi ajal yang ada di depan.
Tapi, dihiburnya diri, kalau dia tidak ikut, bukankah itu
berarti memberikan tubuhnya, hidupnya ke tangan nasib yang
telah tertentu belangnya, yaitu menjadi budak belian orang,
yang akan memperlakukannya seperti memperlakukan hewan.
Bukankah itu berarti penghinaan akan martabat diri, tidak
tahu menghargai diri sebagai manusia yang dapat
membedakan arti dan hakikat manusia merdeka dengan
budak belian" Ah, katanya dalam hati sendiri, bila diri tahu perbedaan
antara menjadi seorang budak belian dengan manusia
merdeka dan diri tidak berpihak kemerdekaan itu, seseorang
yang tidak dapat mengucapkan terima kasih pada Mula Jadi
Na Bolon, yang telah menciptakannya menjadi manusia. T idak
menciptakannya menjadi hewan.
Satu 9 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keuntungan bagi tiap manusia, yang bisa mempergunakan tiap kesempatan yang ada, untuk membebaskan diri dari belenggu yang menindas harga diri itu.
Dan, kata Tio selanjutnya pada diri sendiri, kesempatan,
kupikir dan kurasakan, ada bila aku bersama Ronggur. Bila
aku memilih jalan yang ditempuhnya. Walau apa bentuk nasib
yang menanti di depan. Itulah risiko.
Manusia lahiratau dilahirkan memang untuk menghadapi
risiko, mengatasinya, lalU tercapailah idaman hati. Atau,
memang diri mampus karena tidak dapat mengatasi risiko itu.
Tapi, diri telah me laksanakan tugas kehidupan sebaik-baiknya.
Dan, itulah kehidupan. Kabut sudah terangkat, matahari
leluasa melemparkan sinarnya.
"Sentak pancing yang ada di sebelah kananmu!" teriak
Ronggur yang sekaligus membangunkan Tio dari renungan.
Tangannya cepat menggapai tali pancing. Tidak lama
10 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kemudian, seekor ikan mas yang sudah cukup besar,
menggelepar di permukaan air.
"Tangkap dengan jaring," kata Ronggur pula.
Tio mengikuti petunjuk itu. Dengan sebuah pukulan
panggada pada kepala, ikan itu melepaskan gelepar akhirnya.
Isi perutnya dibuang Tio. Disisikinya. Lalu dia bertanya pada
Ronggur: "Kita apakan ikan ini" Kita ura?"
"Ya, ura saja. Banyak bikin asamnya. Biar cepat masak.
Tapi, harus rata. Biar masaknya rata pula."
Dengan sedih akhirnya Tio mengatakan, "Tapi, daun
pembungkusnya tidak ada."
Ronggur mencampak pandang ke pinggir danau. Cepat dia
menujukan haluan perahu ke tepian. Lalu me lompat dari
perahu ke tepian berpasir basah, langsung memanjat sebuah
pohon berdaun lebar. Beberapa tangkai dedaunan yang cukup
lebar dijatuhkan ke tanah. Cepat dipungut Tio. Ikan diasami.
Lalu dibaluri dengan kunyit. Kemudian dibungkus baik-baik.
Seolah tidak tertembus hawa.
Mereka melanjutkan perjalanan. Mereka tidak memenggal
perjalanan melalui tengah danau. Selalu mengikuti pantai.
Hingga perjalanan menjadi bertambah jauh. Beberapa kali
mereka berpapasan dengan penangkap ikan. Tapi, tidak
11 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seorang pun dari penangkap ikan yang melambaikan tangan
dan menyapa mereka. Para penangkap ikan itu menatap
dengan dungu ke arah mereka. Lalu, cepat mengkayuh
sampan masing-masing, agar cepat jauh dari manusia yang
sudah digoda setan jahat itu. Sekarang Ronggur sudah dapat
mengartikan, kenapa orang tidak menegurnya dengan ramah
lagi. Matahari tambah tinggi dan terik. Gelombang mulai
menggila. Perahu mulaii menunduk nunduk mengikuti alun
gelombang. Sampan penangkap ikan sudah sunyi dari danau.
Ronggur mengkayuh melalui ke tepian. Tepian yang dipilih
ialah lepian yang jauh dan kampung yang banyak bertebar
sepanjang pantai danau. Di sana mereka memasak nasi lalu
makan siang. Daging kering masih ada. Sedang ikan yang
diura itu, baru bebeiapa hari kemudian dapat dibuka dari
bungkusannya untuk dimakan.
Bila sinar matahari sudah tidak terik lagi, kembali mereka
melanjutkan perjalanan. Matahari leluasa melemparkan
sinarnya dan membakar mereka berdua, turut si belang, justru
karena perahu mereka tidak punya atap. Si belang tidak sering
lagi menggonggong, sudah lebih banyak diam dan tiduran di
perut perahu. Pada mulanya dia selalu menggonggong perahu
dan sampan yang berpapasan dengan mereka, tapi karena
12 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
orang yang ada dalam sampan atau perahu yang
digonggongnya tidak me lambaikan tangan, membalas
gonggongnya, akhirnya si belang sendiri pun tinggal diam saja
melihat mereka, sambil menjulurkan lidah.
Setelah dua hari berkayuh, tepian danau kembali dirimbuni
rumpun bambu duri dengan rapat. Pertanda perkampungan.
Titik putih yang besar itu, dapat mereka terka bahwa itu
kuburan nenek moyang yang pertama merambah mendirikan
perkampungan. Dapat mereka tentukan melalui titik putih itu
bahwa itulah gerbang perkampungan. Kuburan nenek moyang
yang pertama membuka satu perkampungan, selalu
dikebumikan di gerbang kampung. Titik kecil yang
bermunculan di sana menatap ke arah mereka, ada yang
menuding. Tapi, tidak ada yang melambaikan tangan.
Tio tidak memikirkan itu. Tapi, pada pikirannya mendatang
pengenalan bahwa mereka telah memasuki lekuk danau yang
pada salah satu tepiannya, bermula Sungai Titian Dewata. Dia
menarik napas yang dalam. Sedang Ronggur memperhatikan
permukaan air dengan awas. Meneliti awal sungai.
Pada mulut sungai banyak terdapat gugusan pasir hidup.
Perahu dan sampan nelayan yang terdampar ke sana karena
tidak hati-hati, secara perlahan-lahan akan ditelan pasir hidup
itu. Orangnya bisa selamat kalau pandai berenang. Pasir hidup
selalu berpindah tempat, bergerak dibawa arus. Jadi orang
yang berlayar di sana harus hati-hati. Tanda pasir hidup dapat
13 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diketahui dari permukaan air danau yang agak memutih,
bercampur keruh, dan beriak.
"Percepatlah mengayuh T io," kata Ronggur. "Sebelum sore
benar, kita sudah harus memasuki mulut sungai. Biar kita
dapat terus menyusuri sungai sampai ke tempat yang jarang
perkampungannya. Juga agar dapat kita bedakan, antara
permukaan air yang aman dan jebakan pasir hidup. Kita tak
dapat menepi di sini. Terlalu rapat perkampungannya. Siapa
tahu, di antara mereka ada yang bermaksud jahat pada kita."
Tio mempercepat kayuhannya. Si belang kalau sudah capek
duduk, terkadang berjalan hilir mudik dalam perahu.
Mengibaskan ekor pada punggung Tio, begitu pula pada kaki
Ronggur. Tampaknya si belang seperti menyesal, karena tidak
dapat membantu tuannya. Cahaya senja sudah bermain di permukaan air yang beriak.
Riak yang seperti disorong ke satu arah, punya arus, tapi
masih perlahan. Mula sungai. Riak itu, walau masih perlahan,
tetap bergerak, tetap disorong sesuatu tenaga untuk ditibakan
ke satu tempat. Pada kedua tepian pangkal sungai, banyak orang berdiri.
Melihat mereka dengan dungu. Dari sekian banyak orang,
yang diketahui Ronggur sudah lain dari kesatuan marganya,
seorang pun tidak ada yang menyapa mereka. Tapi, orang
14 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mencampak pandang ke arah mereka. Menonton tanpa
menggunakan perasaan. Oleh tatapan itu, oleh kebisuan itu,
Tio menjadi gelisah. Si belang sudah pernah menggonggong ke arah mereka,
seperti menjenggak. Tapi, orang itu tetap juga di tempatnya.
Si belang akhirnya capek sendiri. Tio bolak-balik melihat pada
orang banyak, kemudian pada Ronggur yang terus mengayuh
dan menjaga kemudi dengan hati-hati.
"Ronggur, kau lihat mereka itu?"
"Ya, kulihat. Teruslah mengayuh, jangan ambil perduli."
"Tidak seorang pun dari mereka yang mengaju tanya pada
kita. Sedang mereka sudah berbeda marganya dari margamu.
Apakah mereka tidak bisa mengucapkan sepatah kata?"
"Kepercayaan mereka sama dengan yang dianut margaku.
Tidak mengapa. Teruskan mengayuh. Kepercayaan itu yang
melarang mereka untuk bercakap dengan kita. Atau,
kepercayaan itu membuat mereka bisu. Perasaan mereka
tumpul dibuatnya. Teruslah mengayuh. Sebelum jauh malam,
hendaknya kita sudah sampai ke tempat yang cukup jauh dari
perkampungan mereka."
"Mata mereka tidak bercahaya. Seperti mata ikan yang
mati. Aku ngeri melihatnya dan merasa terpukau berhadapan
dengan manusia yang begitu banyak, tapi yang begitu diam
15 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan bisu, seperti patung. Tidak berkerisik."
"Teruslah berkayuh, Tio. Biar cepat kita jauh dari tatapan
mereka. Agar godaan darinya tidak lama mempengaruhi tekad
diri." Tio meneruskan mengayuh. Untuk akhir kalinya, si belang
sekali lagi menggonggong ke arah tumpukan orang yang diam
bisu itu, sebelum mereka menjauh benar. Arus sungai masih
lemah. Belum bisa menghayutkan perahu. Mereka masih harus
mengayuh kuat-kuat, agar perahu melaju.
Senja di langit bertambah tua. Merahnya mewarnai segala.
Dan, dari satu tempat yang ketinggian lagi sunyi, seseorang
memanggil nama Ronggur. Mulanya begitu lemah dan jauh.
Seperti suara setan yang bangkit dari dunia jauh. Ronggur
mendongakkan kepala, mencari dari mana suara itu datang. Si
belang mempertajam penciuman. Menggonggong. Disuruh T io
diam. Si belang mengikut.
Seseorang berlari di pematang sawah sambil melambaikan
tangan. Ronggur berhenti berkayuh. Diikuti Tio. Orang itu
sudah berada di tepian sungai. Setelah beberapa hari tidak
mendengar suara orang lain yang mencakapkan mereka,
rasanya, suara orang itu seperti hadiah yang besar, hadiah
yang membuat mereka gugup.
"Ronggur," kata orang itu, napasnya masih tersengal,
"bawalah aku bersama kalian. Aku mau turut."
Ronggur tambah terdiam. Hampir tidak dapat mempercayai
16 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pendengarannya. "Ronggur, kau dengarkah aku" Aku si Lolom. Kawanmu
sejak kecil. Aku mau turut."
"Kudengar kau, Lolom. Kudengar kau. Apa maksudmu?"
tanya Ronggur kembali. Dia belum yakin benar akan
pendengarannya. "Bawalah aku bersama kalian. Aku mau turut. Tidak
bermaksud jahat aku. Bawalah aku."
Ronggur dan Tio tambah terdiam mendengarkan
permohonan orang itu, permohonan yang tidak diduga sama
sekali. Di saat mereka disisihkan dari sekitar, dari alam
kehidupan mereka sehari-hari, di saat itu pula seseorang dari
anggota masyarakat yang menyisihkan itu memohon pada
mereka, agar dibolehkan turut serta. Membuat Ronggur ingin
tahu, kenapa orang itu mau turut.
"Kenapa kau harus ikut?" tanya Ronggur.
"Aku tahu perjalananmu mendatangkan ajal. Tapi, aku
tidak perduli. Aku mau ikut. Karena aku memang dengan
sengaja mencari kecelakaan pada diri sial ini. Bawalah aku,
Ronggur. Sungguh sial nasib menimpa diriku. Aku kalah
berjudi. Sawahku sudah tergadai. Namun hutangku masih
bertumpuk." "Jadi kau sengaja mau mencari malapetaka?"
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
17 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ya, seperti kalian. Seperti kau. Tepikanlah perahu itu biar
masuk aku. Daripada aku membunuh diri, gantung diri, lebih
baik kurasa, lebih tenteram kurasa hati, bila ada teman sama-
sama mati. Karena aku takut sendirian menuju negeri jauh itu.
Bawalah aku, biar aku tidak merasakan kesunyian di saat
nyawa berpisah dari tubuh. Justru karena tahu ada teman
sama-sama mati." "Kau pikir kami sengaja mencari kematian dengan melayari
sungai ini" Atau, sengaja mendatangi kecelakaan yang bisa
mengakibatkan kematian?" tanya Ronggur pula. Sinar
matanya memancarkan cahaya benci.
"Apa maksudmu?" kembali Lolom bertanya. "Bukankah kau
dengan sengaja mencari sumber malapetaka dengan melayari
Sungai T itian Dewata ini?"
"Tidak. Kami mau mencari penghidupan yang lebih
sempurna. Mencapai tanah luas tempat habungkasan," jawab
Ronggur tegas. "Ah, jangan bersilat kata, Kawan. Kau sengaja mencari
kecelakaan, kematian, dan aku mau turut. Habis perkara,"
suara si Lolom mulai ringan dan lincah, tidak seperti semula
lagi. "Kenapa kau berkata begitu, Lolom?"
"Karena kau Ronggur, jatuh cinta pada budakmu. Memang
18 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
budakmu itu manis. Bukankah karena tidak tahan
menanggung malu di dunia ini, kau me larikan diri dari
kehidupan ini dengan dalih mencari tanah habungkasan
bersama budakmu itu" Bawalah aku. Aku tidak bermaksud
mempengaruhi perasaan cinta yang tumbuh di hati kalian
berdua. Itu soalmu. Aku akan menutup mata dan mulut, di
saat kalian bercumbuan. Percayalah. Bawalah aku Ronggur.
Biar ada temanmu sama-sama mati. Biar ada pula temanku
sama-sama mati. Walaupun sebab kita berbeda. Kau karena
menyintai seorang budak. Aku karena kalah berjudi. Dari kita
sebenarnya sama sialnya."
Dengan hentakan kasar, Tio membenamkan pengayuh ke
air hingga air muncrat ke atas, lalu mulai mendayung.
"Perjalanan kami tidak wajar dikotori seorang penjudi yang
mau bunuh diri," jawab Tio kasar. "Perjalanan yang menuju
atau mencari tanah habungkasan."
Wajahnya memerah. Dan, ia tidak tahu, kenapa dia harus
mengatakannya. Sebenarnya dia sendiri memang sependapat
dengan orang lain, dengan Lolom bahwa perjalanan itu akan
kandas di karang kecelakaan. Tapi, biarpun begitu, tidak wajar
rasanya, perjalanan yang bermaksud baik itu dikotori
seseorang yang memang sengaja mau bunuh diri.
"Apa kau katakan budak manis" Apakah kau tidak dengan
19 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sengaja mengotori hidup si Ronggur" Dengan wajahmu yang
manis, kau telah menggoda dan menjerumuskan seorang
sahabatku ke lembah kehinaan. Jatuh cinta pada seorang
budak, karena setiap saat kau menggodanya dan kata orang,
kau sedang bunting. Kalian telah bersetubuh sebelum
meminta izin dari Mula Jadi Na Bolon, dari para orang tua, dari
kerajaan, dan datu bolon. tanganlah berkata aku membawa
sial padamu. Nasibmu jauh lebih celaka dari nasib kita semua.
Aku kalah berjudi, Ronggur jatuh cinta, kau penggoda
keparat." "Siapa mengatakan itu padamu, Lolom?" tanya Ronggur
keras "Kau masih bertanya. Itulah berita yang tersiar luas di
antara penduduk. Lain tidak. Aku juga mempercayainya. Aku
juga tidak dapat mempercayai bila seseorang yang melayari
sungai ini, masih mengatakan akan mencari tanah
habungkasan. Bagiku itu omong kosong dan dusta paling
besar. Karena itu, marilah sama-sama mati, kawan. Bawalah
aku. Aku yang mau bunuh diri."
Seketika Ronggur terdiam. Tidak menyahut. Kemudian
Lolom melanjutkan, "Kenapa kau diam, Ronggur" Karena
tepat apa yang kukatakan?"
Ronggur masih diam. Lolom terkekeh lupa akan
masalahnya sendiri. Tio sudah hendak mendayung perahu,
tapi dicegah Ronggur dengan membenamkan kemudi ke air.
20 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Akhirnya Ronggur mengatakan:
"Lolom, sayang sekali apa sebabnya kau mau ikut dengan
kami. Kalau alasanmu berbeda dari alasan yang kau katakan
itu, betapa gembira hatiku menerima kehadiranmu. Betapa
aku berterima kasih karena kau mau menemani aku seraya
bersedia memikul segala akibatnya."
Lolom masih tertawa di pinggir sungai. Kemudian Ronggur
melanjutkan: "Aku mau buktikan Lolom bahwa yang kuimpikan atau yang
diwartakan mimpiku padaku, benar. Aku akan menemui tanah
habungkasan. Sungai ini akan membawaku ke tanah landai
yang subur. Sendirinya pula aku akan buktikan bahwa
kepercayaan yang tertanam di hati kita selama ini mengenai
sungai ini salah." "Jangan mencari dalih lagi," kata Lolom menghentak.
"Sudah kukatakan aku tidak dapat mempercayainya, walau
kau kawanku. Kita akan sama-sama mati bila kita sama-sama
melayari sungai ini. Yang kuminta padamu, bawalah aku biar
ada temanku sama-sama mati. Aku takut mati sendiri. Itu saja
soalnya." "Tapi, aku tidak mencari kematian dengan sengaja," jawab
Ronggur dengan suara kuat. "Perjalanan yang kumulai ini
bertujuan baik. Hasilnya kelak akan kuserahkan pada semua
21 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
orang, agar semua orang terlepas dari ancaman yang selalu
mengikuti hidupnya, berperang karena setapak tanah,
bersibunuhan karena setetes air parit. Karena itu dan karena
aku tahu pepatah lama, seseorang penjudi yang kalah, dialah
yang bernasib sial. Seseorang yang dengan sengaja mau
bunuh diri padanya akan datang malapetaka. Karena aku tidak
mau bunuh diri, karena aku tidak mau mencari ma lapetaka,
tapi sebaliknya, sewajarnya pula aku menolak permohonanmu.
Agar nasib sialmu, agar kutukan dewata padamu karena kau
mau bunuh diri tidak turut menimpa kami. Kami masih tetap
mengharapkan dan memohon agar dewata menunjuki jalan
kami. Yang kelak hasilnya akan dikecap setiap orang. Tidak
wajar mengorbankan nasib orang yang begitu banyak, masa
datang orang banyak, karena kau seorang. Karena itu, carilah,
tempuhlah sendiri, dan datangilah sendiri ajal yang akan
merenggutkanmu dari kehidupan ini!"
Sambil tertawa dan perutnya berguncang-guncang, Lolom
mengatakan: "Ronggur, ke mana perginya akal sehatmu yang selama ini
kau punyai" Ya, memang kau masih menggunakan akal sehat
itu. Yaitu, menerjunkan diri ke ujung dunia agar bangkai
kalian tidak dapat dikuburkan. Agar kubur kalian tidak ada jadi
pertinggal di dunia ini. Nah, aku pun bermaksud begitu.
22 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Penjudi yang kalah main, kalau mati tidak wajar menunjukkan
kuburnya agar tidak ada lagi tempat bagi mengunjungnya,
menagih hutang. Begitu pula agar tidak ada tempat bagi
sanak saudara, bagi anak yang masih kecil, tempat
mencampakkan segala penjelasan di atas pusaraku, karena
aku segala penjudi yang kalah, membuat hidup mereka
menjadi morat-marit." Waktu Lolom berkata, perahu sudah
mulai dikayuh Ronggur dan Tio. Dan, waktu Lolom sadar bahwa kencang
perahu tambah tak dapat diikutinya lagi, walau dia sudah
berlari-lari di tepian, dengan pengap-pengap dia memohon:
"Ronggur, apa yang harus kuperbuat" Aku takut mati kalau
aku sendiri yang menghadapinya. Dan, kalian tidak mau pula
membawa aku serta, aku yang sudah rela mati. Hendak
mereka jadikan aku budak. Ronggur, kau dengarkah aku?"
ratapnya mulai meninggi, "sampai hatikah kau melihat aku
manjadi budak?" Ratapan si Lolom yang tambah meninggi, membuat
Ronggur tertegun. Kembali dia berhenti mendayung.
Menyuruh Tio berhenti pula mendayung. Dia mencampak
pandang ke daratan. Matanya menyala merah. Tapi, dia
berusaha agar marahnya tidak meledak. Lalu, dia berkata
dengan kuat lagi tajam: 23 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Lolom, kau kawanku sejak kecil. Kau telah menghina aku.
Tapi, bagiku itu tidak mengapa. Untuk ikut serta dalam
perjalanan ini kau tidak boleh. Aku tidak bersedia
mengorbankan perjalanan ini pada nasib sial yang akan
menimpamu. Karena kau memang sengaja mencari kematian."
"Lantas, apa yang harus kuperbuat?" tanya Lolom pula
melanjut dan memotong cakap Ronggur.
"Kalau berjudi bagimu sangat baik. Agar kau tahu dan
menyadari bahaya main judi. Pesanku padamu, janganlah dulu
bunuh diri. Kelak aku akan membawa berita padamu bahwa
tanah habungkasan telah kutemui. Kau boleh pindah ke sana
dan kau kembali menjadi orang merdeka. Sekarang biarlah
dulu kau rasakan betapa sakitnya menjadi budak orang lain.
Agar kau tahu betapa nikmatnya mimpi akan kemerdekaan.
Dan, agar kau tahu, betapa berharganya sebuah kemerdekaan, sehingga kau tidak 24 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mau lagi mempermainkannya di perjudian."
"Begitu percaya kau Ronggur bahwa kau akan menemui
tanah habungkasan." "Mimpiku telah mewartakan padaku. Dan perasaanku
selama ini, yang turut merasakan pahitnya derita seorang
budak, pahitnya perasaan diri sendiri justru harus membunuh
orang lain, karena orang lain itu pun ingin hidup lalu berusaha
menguasai setapak tanah, mempunyai setetes air parit telah
memaksa aku harus mencapai tanah habungkasan. Untuk bisa
terlepas dari belenggu itu, dari penjara perasaan yang
meracuni diri sendiri, semua terletak pada hasil perjalanan
ini." "Dan, bila kau pun nanti turut menanggungnya, merasakan
pahitnya menjadi seorang budak, maka kau pun akan
mendoakan agar perjalanan ini memperoleh hasil seperti yang
diharapkan. Harapanmu terletak pada hasil perjalanan ini.
Agar kau bisa kembali menjadi seorang yang merdeka.
Bertobatkah, karena doa seorang yang tobat, sangat
didengarkan Mula Jadi Na Bolon."
Sebelum Lolom sempat mengatakan sesuatu, Ronggur
telah melanjutkan: 25 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Di samping itu, bila kau memang ingin berbakti,
wartakanlah pada orang semargamu bahwa anggapan mereka
akan perjalanan kami ini tidak benar sama sekali. Suruhlah
mereka bersiap menerima sebuah warta kebenaran. Yang
mungkin berbeda malah menantang kepercayaan yang
mereka anut selama ini. Agar tidak terguncang perasaan
mereka bila kelak menerima warta penemuanku atas tanah
habungkasan." Ronggur dan Tio kembali mendayung. Dengan tercengang
Lolom melepas mereka. Dan, sesudah dia sadar bahwa perahu
Ronggur sudah menjauh dan melaju, kembali dia meratap dan
menangis. Tapi, disela tangis itu dia mengharapkan, agar
Ronggur dan Tio berhasil, sehingga dia bisa kembali menjadi
orang merdeka. Harapan masih ada walau masih begitu
samar, karenanya dia belum mau mati.
Perahu terus melancar. Bulan mulai memancar di langit
mencurahkan sinar ke bumi. Menjadi suluh bagi Ronggur dan
Tio mengikuti jalur sungai. Secara perlahan arus sungai mulai
terasa. Tanah datar yang terdiri dari tanah batu di kiri-kanan
sungai. Hanya satu-satu pepohonan tumbuh di tepian. Tidak
berdaun rindang. Meranggas.
Setelah merasakan bahwa mereka sudah cukup jauh dari
perkampungan, Ronggur mendaratkan perahu. Memilih
tempat bermalam. Si belang disuruh berjaga. Perahu
ditambatkan. Memang begitu selalu, selagi perahu dikayuh, si
26 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
belang kebanyakan tiduran. Kalau malam, dia yang berjaga, di
saat Ronggur dan Tio melepas lelah. Dan, bila pagi terbit lagi,
mereka akan melanjutkan perjalanan itu.
Setiap hari arus sungai tambah terasa. Dan, tetap
diperhatikan dan dipelajari Ronggur. Menurut keterangan
bekas Datu Bolon, bila arus bertambah deras, dia harus
bertambah hati-hati. Bila suara gemuruh air sungai berban-
tingan ke dinding batu mulai kedengaran, dia harus mulai
mencari mulut gua yang diceritakan Datu Bolon, yang
menganga bergaya mau menelan.
Tekadnya harus bertambah bulat dan kukuh memasukinya.
Atau, memulai jalan darat. Karena itu, tidak jarang Ronggur
melengketkan telinga ke permukaan air, untuk merasakan
getar air. Dan, setiap Ronggur mengerjakannya sambil
memejamkan mata, setiap itu pula T io memperhatikan dengan
sungguh-sungguh. Dan, hatinya bergoncang dalam dada. Bila
Ronggur kembali mengangkat kepala, T io akan menarik napas
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang panjang, tapi diusahakan agar tidak kedengaran pada
Ronggur. Pada hari selanjutnya, mereka telah tiba ke batas yang
boleh ditempuh manusia. Walau matahari tidak terik, dan
masing-siang, namun Ronggur mendaratkan perahu ke pinggir
sungai. Lalu menyuruh Tio menghidupkan api. Pertanda
27 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka akan bermalam di sana.
Dia pergi ke tempat ketinggian, mendaki sebuah pundak
bukit, mengadakan peninjauan. Sejauh mata memandang
yang dilihat hanya batu padas saja. Sedang sungai seolah
terus menuju satu arah yang jauh, menerjang terus ke perut
bukit. Menembus bukit. Itulah mula gua yang diceritakan
bekas Datu Bolon. Arus sungai sudah cukup deras. Satu dua
batu jangkar sudah dijatuhkan Ronggur, agar kelajuan perahu
dapat dikendalikan. Kembali dia ke tempat Tio, yang mencampakkan pandang
padanya, pandang yang meminta penjelasan. Tapi, Ronggur
tidak mengucapkan, sepatah kata. Kediam-diaman. Perasaan
masing-masing saling mengajuk nasib yang menanti mereka,
bila mereka mulai melewati batas itu besok pagi.
Ronggur dan Tio, pada pagi berikut melihat matahari
muncul dari satu kekosongan, tepat dari belahan jalur sungai.
Jadi tidak dari pundak Dolok Simanuk-manuk lagi, seperti yang
mereka kenal. Namun mereka meneruskan perjalanan juga.
Mulut tambah terkatup. Terus saja Ronggur mencampakkan
pandang ke kejauhan. Tetap meneliti keadaan. Wajahnya
bersikap menantang dan begitu tegang. Tangannya pasti
menggenggam ulu kemudi. Mereka tidak perlu lagi mengayuh. Arus sungai sudah dapat
28 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menghanyutkan perahu malah terlalu liar. Hingga batu jangkar
sudah tiga biji dijatuhkan. Telapak tangan Tio yang sudah
lecet dan keputihan, susut karana terus-terusan direndam air,
sekarang bisa mengasoh. Tangannya mengelus leher si belang
yang duduk di sampingnya. Dia mencari kekuatan hati dari
elusan itu. Atau, melontarkan perasaan yang tertekan.
Tapi, hari itu mereka tidak menemui sesuatu. Hanya arus
sungai yang bertambah kencang. Mereka masih selamat.
Walau sudah jauh melewati batas yang boleh didatangi
manusia. Dikejauhan, bila diperhatikan benar, desiran arus sungai
kedengaran bangkit, mendesis. Dari jalur sungai dikejauhan,
bulan muncul. Menyinari kiri-kanan sungai yang tidak punya
tanda kehidupan. Tandus dan kosong. Bila mereka mendarat
ke pinggiran lagi, mereka temui sebuah lobang alam pada s isi
sungai yang agak tinggi, terbuat dari batu alam. Lobang yang
bersisi berlantai dan beratap batu. Dalam lobang, tidak seperti
lobang alam yang pernah mereka temui, tidak ada sepenggal
kayu atau bekas api. Tidak pernah didatangi manusia
layaknya. Dingin. Buru-buru Tio menghidupkan api. Beberapa
potong kayu diangkutnya dari perahu. Nyala api menari-nari di
dinding batu, di atap batu.
Tengah malam. Awan hitam merayap dan menjalar, lalu
menutupi wajah bulan. Keadaan sekitar menjadi pekat. Angin
kencang datang dari hulu sungai. Membangkitkan riak yang
29 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidak dapat dikatakan kecil, cukup gelisah permukaan sungai.
Satu-satu halilintar mengkilap membelah bumi. Diiringi suara
guntur yang mau memecahkan segala, menyengkak. Si belang
mendekat pada Tio. Memanaskan diri dekat api. Bersabung
halilintar dan guruh, hujan turun seperti dicurahkan dari
langit. Permukaan sungai naik. Riak sungai menjadi besar dan
tambah gelisah. Seperti marah karena ada orang yang berani
berlayar melewati batas yang sudah ditentukan.
Dalam saat begitu, perubahan alam begitu rupa
menimbulkan prasangka dalam diri, yang menumbuhkan
berbagai ragam anggapan, pertanda mula kecelakaan yang
akan menimpa diri. Semuanya serba asing dan menakutkan,
atau semua serba seperti menakut-nakuti. Ronggur pergi ke
tepian sungai memperkokoh ikatan tambatan perahu. Lantas
pergi ke atas gua alam itu, menatap ke sekitar. Kepekatan
menyeluruh menelan segala. Kekelaman yang abadi. Baru
beberapa saat yang lalu, keadaan udara cukup terang
benderang oleh sinar bulan yang nyaman.
Begitu cepat suasana alam berubah. Beberapa saat dia
berdiri di sana, memperhatikan sekitar dan mempelajari arah
dan mata angin yang menggalau. Tio yang tepat berada di
bawahnya, tidak mengetahui bahwa Ronggur tepat berada di
atasnya. Dipisah langit-langit gua yang terbuat dari batu alam.
30 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kulit tangannya masih tetap pucat dan menyusut.
Selagi Ronggur tidak ada dekatnya, dia merasa sepi atau
merasa takut. Dia selalu begitu, walau dia tahu Ronggur tidak
pergi jauh. Dia merasa lebih tenteram bila Ronggur di
dekatnya, walau tidak mengatakan sesuatu, selain hai yang
penting saja. Seperti: "Besok pagi kita melanjutkan perjalanan
sebelum matahari terbit. Tidurlah, selimuti dirimu dengan kulit
binatang berbulu. Biar terasa panas."
Mendengar cakap yang sepenggal itu saja, sudah
melonggarkan perasaan tertekan. Dan, dia tidak akan
menyahut, tapi melaksanakan yang dimaksudkan Ronggur.
Malam itu Ronggur agak lama baru kembali. Perasaan sak
wasangka tambah mencekam diri, karena dia tahu bahwa
mereka sudah berada di daerah yang berbahaya, daerah yang
belum pernah dimasuki manusia. Tio bangkit dari duduknya.
Dengan membungkuk dia menuju mulut gua. Hendak melihat
ke mana Ronggur pergi atau di mana Ronggur berada. Tapi,
ketika itu juga, tubuhnya tertumbuk ke tubuh Ronggur yang
berdada telanjang. T io terpekik karena terkejut. Lalu mundur.
Ronggur tersenyum, lalu mengatakan, "Pergilah tidur. Tidak
apa-apa. Besok, bila badai telah teduh, kita akan meneruskan
perjalanan." Tio malu akan ketololan dan ketakutannya. Dia menyesali
31 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diri kenapa dia harus terpekik. Dari goleknya dia melihat
Ronggur mengeringkan tubuh. Telapak tangan ditelempapkan
ke tubuh, lalu dikaiskan. Butiran air berjatuhan. Kemudian
Ronggur berjongkok dekat api. Mendekatkan telapak tangan
ke jilaman api. Begitu dekat hingga Tio yang melihatnya
merasa ngeri, kalau tangan itu akan hangus terbakar. Tidak
disadarinya matanya dapat ditangkap pandangan Ronggur.
Sambil memalingkan pandang Ronggur berkata, "Kau belum
tidur juga" Belum mengantuk?"
Tio menyurukkan kepala ke bawah kulit binatang. Dalam
hatinya dia merasa geli atas kelakuan Ronggur, Sedang
Ronggur merasa geli pula atas kelakuan Tio yang
menyurukkan kepala ke bawah selimut buru-buru, yang
dengan sendirinya kakinya menjadi telanjang. Kulit binatang
itu tidak cukup panjang untuk menyelimuti tubuhnya
sekaligus. Ronggur tersenyum, seperti Tio sendiri, tersenyum
di bawah selimut kulit berbulu.
Di luar hujan, angin, kilat, dan guruh masih bersabung. Si
belang sekali ini sudah tertidur. Permukaan sungai menaik,
riak sudah membesar sudah menyerupai ombak danau.
Namun perasaan keadaan sekitar, dia tahu, air tidak mungkin
menggenangi mulut gua di mana mereka berada. Dia
menggolekkan diri. Suara mendesis yang bersumber dari
32 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sungai itu sangat menyayat atau menyengat pendengaran.
Suara yang timbul atau seolah datang dari dunia jauh, dunia
lain. Ronggur menutup kedua belah kupingnya, memejamkan
mata dengan paksa. Cahaya putih sudah menerobos dari mulut lobang waktu
Ronggur membuka mata kembali. Api sudah padam. Dalam
gua menjadi dingin kembali, angin yang bersabung dan hujan
yang menderu di luar belum henti.
Tapi, sudah mulai me lemah. Desis lidah air masih terus
mengganggu pendengaran. Waktu kepalanya dijulurkan dari
mulut lobang untuk mengetahui keadaan cuaca, dia pun tahu,
bahwa cuaca masih tetap seburuk kemaren. Walau matahari
sudah terbit dan agak tinggi, namun bias cahayanya tidak
dapat menembus awan yang bergumpal dengan sempurna.
Dengan malas Ronggur kembali masuk ke dalam lobang.
Membaringkan diri. Tio belum bangun. Juga si belang. Ma lah
menggulungkan tubuhnya sampai bengkok untuk melawan
dingin. Didengarnya kelepak lemah di langit-langit gua.
Tambah lama tambah banyak. Matanya diliarkan menatap
langit-langit. Kelepak itu berasal dari lobang-lobang kecil yang
banyak di langit-langit gua. Perlahan dia bangkit, takut kalau
kelepak lemah itu henti. Dia mendekati salah satu lobang
kecil. Heh, pikirnya. Di sini banyak kampret. Enak dimakan. Lalu
dia mengambil sebatang kayu. Dengan kayu itu, dicoloknya
33 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tiap lobang. Kampret berjatuhan. Patah sayap. Asik dia
dengan pekerjaannya. Merasa bersyukur, justru karena dia
tahu, daging kampret enak dimakan.
Di samping itu, lalu dia dapat memastikan bahwa sesuatu
yang bernyawa masih ada di sana. Kampret itu ditumpukkan.
Tidak tahu dia Tio sudah bangun. Terus menghidupkan api.
Menjerangkan air yang ditampung dari pinggir sungai. Waktu
nyala api me loncat-loncat dan menari-nari di dinding gua,
Ronggur berpaling. Tio tersenyum tapi tertunduk. Disambutnya juga senyum itu, lalu: "Di sini banyak kampret.
Bakarlah. Enak juga dimakan."
Kampret itu mereka panggang, langsung dengan bulunya.
Cepat benar sudah masak. Sambil meneguk air simar palia
yang pahit kental lagi panas, rasa dingin dan kantuk cepat
menghilang, mulut mengunyah daging kampret yang manis.
Bila angin dan hujan reda, mereka akan meneruskan
perjalanan. Yang terasa tidak punya akhir dan ujung.
Ingatan Ronggur cepat meloncat. Cepat dia mengaju
34 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanya: "Tio, di mana kau bikin pundi-pundi tempat bibit itu"
Sudah berapa hari tidak kulihat."
Tio memegang pinggangnya yang agak menonjol. Pundi-
pundi itu diikatkan di pinggangnya. Tio menjaga bibit itu
dengan baik. Bibit pertama yang akan mereka tanam di tanah
habungkasan. Atau, padi yang bisa mengurangi rasa laparnya
bila mereka memang jatuh ke ujung dunia. Jajan arwahnya
dalam perjalanan menghadap Mula Jadi Na Bolon.
"Kau menjaganya dengan baik kalau begitu." kata Ronggur.
Tio menundukkan kepala, Ronggur menyambung: "Teruskan
jaga baik-baik. Bila angin dan hujan teduh, kita meneruskan
perjalanan. Di tanah habungkasan yang kita tuju, bibit itu
sangat penting dan perlu bagi kita. Jangan sia-siakan.
Teruslah jaga baik-baik."
Cakapnya punya kepastian seolah mereka akan menemui
tanah habungkasan yang dimimpikan. Tio diam saja
mendengarkan. Padanya, menemui tanah habungkasan atau
menemui ajal, sekarang telah menjadi sama. Dia telah
menunjukkan kesetiaan sebagai budak pada tuannya. Atau,
dia sebagai perempuan, telah menunjukkan kesetiaan hingga
berani pergi ke mana saja, bersama seorang lelaki yang
dipercayainya kejujuran dan keberaniannya. Dan, dia telah
berani memilih perjalanan tanpa nasib, meninggalkan nasib
yang malarig di belakang. Itu saja pun baginya cukuplah.
35 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Karena itu dia hanya menelan air liur mendengar omongan
Ronggur yang punya kepastian itu.
Cahaya yang menerobos ke dalam gua tambah terang juga,
berangsur secara perlahan. Angin tambah melemah dan hujan
sudah mulai teduh. Tapi, desis air yang menyayat
pendengaran itu tetap juga. Ronggur dan Tio bersama si
belang cepat-cepat meninggalkan gua, lalu memulai
perjalanan lagi. Menyusuri sungai. Si belang menggoyangkan
tubuh, membuang butir-butir air yang melengket pada
bulunya. Dia melengking kecil, atau suara lengkingan itu
tersekat dalam kerongkongan.
Perubahan pada kedua tepi sungai tambah nyata, tambah
beda dengan tepian sungai yang sudah mereka lewati. Air
sungai terus menerus mengarah ke satu bukit yang seolah
tegak berdiri, terhunjam ke dada bumi, menghadang sungai.
Tapi, air terus menerobos.
Tepian sungai menjadi tambah tinggi juga, terbuat dari
batu alam yang hitam. Tambah lama tambah berbentuk
semacam terowongan. Itulah gunung Batu yang diterobos air
sungai yang arusnya bertambah deras. 36 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Air yang bertemperasan ke dinding tepian batu, berdesis dan muncrat
ke sana kemari. Gelisah tidak pernah henti. Sudah lebih dari
lima batu jangkar dijatuhkan Ronggur, namun kelajuan perahu
terus bertambah kencang. Seperti tidak terkendalikan.
Pendengaran terus dipertajam Ronggur, namun suara
gemuruh belum ada kedengaran. Karena, pikir Ronggur, bila
air sungai jatuh ke akhir dunia, tentunya menimbulkan suara
gemuruh yang dahsyat. Karena itulah, dia masih meneruskan
penyusuran itu. Bahaya, atau ujung dunia, masih jauh. Atau,
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mula dari impiannya, tanah subur yang landai.
Batu jangkar sudah tujuh buah dijatuhkannya. Tali
temalinya bertegangan diseret perahu. Dan, kelajuan perahu
terus bertambah. Tapi, dapat dikuasai karena dibantu batu
jangkar itu. Bila arus bertambah kencang, batu jangkar terus
dijatuhkan. Begitu seterusnya. Melanjutkan perlawanan
terhadap arus sungai yang setiap saat bertambah kencang
juga. Pancing yang diumpankan Tio tidak pernah lagi mengenal
Ikan bertambah jarang atau memang tidak ada sama sekali.
Ronggur hanya tinggal menunggui kemudi. Kelokan sungai
yaitu patah tambah sering mereka temui. Dan pada setiap
37 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
akhir kelokan riam sungai teap ditemui. Pada tiap riam, air
sungai gelisah warna putih melambung ke atas. Pada riam
yang lebih curam, walau dinding perahu sudah tinggi dibuat,
bisa juga temperasan masuk ke dalam perahu. Tio cepat
menimbanya, membuangnya kembalinya ke sungai. Dan,
terkadang wajah Ronggur sendiri disembur air, yang terus
memegang kemudi, tanpa mau melepaskan seketika saja pun
selagi perahu terus berlari dibawa arus.
Tepian sungai yang terbuat dari batu alam bertambah
tinggi juga. Pada puncaknya yang masih bisa dijangkau mata
tidak ada sesuatu yang tumbuh, selain dari tumbuhan kerdil
yang tidak berdaun hijau. Begitu curam dinding batu itu. Ada
kalanya sinar matahari seperti tidak sampai pada permukaan
sungai karena disungkup kedua dinding batu yang bertemu
puncaknya. Air sungai menjadi lebih dingin dan hitam. Sekitar
menjadi taram-temaram. Mereka tidak bisa lagi dengan leluasa melihat matahari.
Membuat mereka terkadang tidak dapat mengetahui
peredaran waktu dengan pasti. Dan, keadaan begitu
bertambah jauh menyusuri sungai, bertambah memanjang.
Namun mereka tetap berlayar. Sebuah kata pun tidak ada
yang diucapkan. Mata terus-terusan ditancapkan ke depan.
Segala perasaan dikerahkan meraba yang menanti di
depan. Air yang bertemperasan pada dinding batu tambah
mendesis dan menyayat pendengaran. Tahulah Ronggur suara
38 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
desisan air yang menyayat pendengaran itu, bermula dari air
yang bertemperasan ke sisi sungai dan lebih hebat pada salah
satu tikungan. Celah dinding sungai di atas bertambah kecil
juga. Seperti mereka berada dalam satu lembah yang sempit
diapit kedua sisinya yang tinggi.
Arus sungai terus menerus bertambah kencang dan tambah
menggila. Air membiru sudah seperti menghitam. Sudah lebih
sepuluh batu jangkar yang mereka jatuhkan. Kelanjutan
perahu terus juga menggila. Air seperti membulat. Dari warna
biru permukaan yang sudah menghitam itu, tahulah Ronggur
bahwa sungai amat dalam. Suara air yang bertemperasan ke dinding batu, terus
menerus mengisi pendengaran, terasa sangat membosankan.
Terlebih pula tidak ada yang menyelingi. Begitu menyiksa
terasa. Biarpun dia tahu bahwa sungai sangat dalam, tapi
pada tikungan yang dilalui terkadang ada juga batu muncul ke
permukaan air, menghadang. Mereka harus hati-hati
melewatinya. Bila terdampar ke sana, perahu akan pecah
remuk, dan nasib sudah teraba bentuknya. Air yang
bertumbukan dengan batu mencuat itu menjadi gelisah dan
liar. Bertemperasan. Tidak sedikit terlempar ke dalam perahu.
Perut perahu menjadi tergenang air. Tio harus cepat
menimbanya. Peralatan mereka menjadi basah. Dada dipukul
39 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
detak hati yang tambah mengencang. Tapi, wajah Ronggur
terus menantang ke depan. Meneliti dan menduga sesuatu
yang sedang menanti. Mereka tidak ada lagi menemui gua alam. Begitu pula
tepian sungai yang landai, jadi, kalau cahaya yang menerobos
dari celah dinding sungai di atas itu me lemah, mereka hanya
bisa menambatkan perahu ke salah satu tungkul batu yang
mencuat. Mereka lalu tidur dalam perahu tanpa unggun api.
Selain kayu bakar tidak ada, menghidupkan api dalam perahu
berarti bunuh diri. Karena itu, mereka harus menahan dingin
malam yang menyiksa. Tio di hulu perahu Ronggur di buritan, di tengah si belang.
Dalam saat begitu, pandang mereka sering ketemu. Cepat
dipalingkan. T idak mereguk air panas lagi di pagi hari. Hanya
air sungai yang dingin diteguk sehabis cuci muka. Tio
menyelimuti diri dan juga si belang, yang selalu mendekat
padanya dengan lengkingnya yang tersekat dalam kerongkongan. 40 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dan, mereka akan meneruskan perjalanan lagi, menempuh
jalur sungai yang tidak dapat teraba, ke mana diri akan
dibawanya, bila utusan cahaya kembali menerobos celah
dinding sungai di atas itu.
Bila temperasan air yang melemparkan air ke perut perahu
tidak ada, yang berarti pekerjaan Tio tidak ada, dia selalu
melemparkan pandang ke depan dan menggunakan segala
perasaan. Begitu pula Ronggur yang berada di buritan perahu.
Tikungan bertambah sering ditemui. Arus sungai tambah
menggila. Dinding sungai bertambah tinggi dan tandus.
Suasana tambah menekan. Jiwa tambah terasa dihantam
habis-habisan. Tio tidak terus-terusan atau tidak tekun lagi menatap ke
depan saja. Sudah sering dia berpaling ke belakang menatapi,
Ronggur. Tapi, Ronggur seperti tidak me lihatnya. Mata
Ronggur terus memandang ke depan. Walau terkadang hanya
tertumpu ke dinding batu pertanda sebuah tikungan.
Terkadang Tio berdiri meregangkan tubuh yang kaku, tapi
cepat saja Ronggur menyuruhnya agar duduk kembali. Agar
tatapannya tidak terhalang. Atau, agar kepala Tio tidak
tersangkut pada salah satu lingkungan dinding sungai yang
terkadang begitu rendah. Mulanya sangat lemah sekali. Tambah lama tambah nyata.
Wajah Ronggur agak pucat juga dibuatnya. Bibirnya
gemetaran. Tio tertunduk. Arus sungai menggila Batu jangkar
41 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sudah lebih duapuluh biji dijatuhkan. Namun perahu seperti
diseret dan dilarikan setan saja kencang nya. Suara yang
lemah itu, yang bangkit di depan itu, tambah nyala:
mengguruh. Mengancam nadanya, mengancam siapa saja
yang berani mendekat. Namun Ronggur belum mendaratkan
perahu. Dia masih meneruskan pelayaran.
Urat saraf Tio seperti lumpuh karena terus-terusan ditekan
suasana ketegangan. Walau air tidak tertumpuk pada salah
satu batu yang mencuat di permukaan sungai, namun riak air
sudah seperti gelombang. Pecah. Memercik ke sana ke mari.
Banyak terlempar ke dalam perahu. Tapi, Tio tidak bisa lagi
menimbanya. Perahu terangguk-angguk dan tergoncang.
Tiba-tiba saja biasan cahaya mencurah ruah, celah dinding
melebar di atas. Tapi, tingginya alangkah jauh lagi curam.
Seperti tidak terdaki layaknya. Ronggur menatap ke depan
dan pendengarannya terus dipertajam. Suara gemuruh di
depan tambah jelas. Tiba-tiba saja Tio menghantamkan
tangan ke haluan perahu, sambil berteriak:
"Ronggur, mendaratlah. Apakah kau mau bunuh diri?"
Berbaur akhirnya dengan suara gemuruh di depan dan
desis air dan suara riak sungai yang menari gila. Namun
Ronggur tidak memperdulikan atau tidak mendengarkan.
Matanya sebentar melihat ke kiri dan ke kanan, cepat bertukar
42 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tempat. Lalu terus ke depan. Begitu liar. Suara gemuruh itu
seperti suara dari sesuatu benda yang jatuh ke satu tempat
yang amat dalam. "Ronggur, kau tidak mendengarkan aku" Mendaratlah ke
tepi. Jangan teruskan lagi mengikuti sungai. Tidak dengar
suara gemuruh yang mengancam itu?"
Masih tidak diperdulikannya. Tio terus menjerit, melengking. Dalam jeritannya sering dia memanggil nama
almarhum ayah bundanya. Sering dia menyebut nama dewata,
memohonkan ampun atas keangkuhan mereka berdua. Yang
telah berani menantang ketentuan dewata. Dengan tidak
berapa dikuasa iya pula, meledak teriakan panjang dari
mulutnya: "Ronggur, dengarlah aku. Aku cinta padamu . . . ." lalu
tangisnya berkepanjangan, "Ronggur, jagalah dirimu, diri kita
berdua . . . ." Perahu tambah dalam dan kuat anggukannya. Dan,
Ronggur mengangkat kepala mendengar jeritan Tio itu, yang
43 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
meledak dari dasar hatinya.
Air sungai tambah membulat dan berlari kencang, dulu
mendahului riaknya. Tiba-tiba saja tangan Ronggur mengayunkan tali ke dinding sebelah kanan. Talinya tetap
sangkut pada sebuah gundukan batu yang mencuat agak
panjang dan besar, kokoh tertanam. Dapat dipercaya. Dinding
sungai agak landai tapi tetap mendaki ke atas.
Sewaktu Tio merasakan bahwa perahu mereka tergoncang
kuat karena ada yang menarik dan ada yang menahan, dia
mengangkat kepala. Kedua pelupuk matanya, pipinya basah
kuyup oleh air mata. Perahu sudah tertambat dan sudah
terhenti walau arus sungai berusaha melarikannya. Dia
menatapi Ronggur dengan biji mata yang tergenang air mata,
isaknya belum henti. "Hapuslah mata dan pipimu," kata Ronggur. "Kering-
kanlah. Aku tidak sanggup melihat mata yang digenangi air
mata yang bening. Kita masih harus menempuh perjalanan
yang jauh. Kau lihat dinding sebelah kanan itu" Kita harus
mendakinya ke atas. Supaya kita dapat tahu yang ada di
depan. Kita harus meninjau dari sana. Tapi, sebelum itu,
kuatkan dulu hatimu bahwa kau sanggup mendakinya. Marilah
44 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dulu makan daging kering. Biar kita punya tenaga. Kemudian
bambu itu isilah dengan air. kita memerlukan air barangkali di
atas sana. Mungkin tidak ada air di sana."
Tio mengerjakan semua yang dimaksud Ronggur. Sedang
Ronggur tambah memperkuat tambatan mengikat pinggangnya dengan tali, sedang ujung satu lagi dibebaskan,
dan sebuah gulungan lagi disandang, dia mulai mendaki. Tapi,
cepat dihentikan T io dengan teguran, "Si belang bagaimana?"
"Biarlah tinggal dulu di perahu. Kita perlu mengadakan
peninjauan. Atau, kita memang sudah harus mendarat di sini.
Kau perlu turut ke atas agar ada nanti yang menarik
peralatan-peralatan kecil ke atas. Aku akan turun lagi.
Mengikat peralatan itu dan membawa si belang ke atas."
Di pinggangnya diselipkan penggada dan kampak
digenggam. Tio membelitkan bungkusan yang berisikan bekal.
Lebih dulu dielusnya leher si belang, baru dia mendarat.
Tajam lidah batu alam seperti menusuk telapak kakinya, yang
sudah beberapa hari basah saja. Si belang menggonggong
kecil, lehernya digoyang-goyangkan.
45 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ronggur maju menanjak sambil terus membuat semacam
anak tangga pada batu padas. Tidak vertikal. Agak mencong
jalannya tapi terus mendaki setapak demi setapak. Tio
memegang ujung tali satu lagi yang ujungnya dikaitkan pada
pinggang Ronggur sebagai pegangan. Supaya ada tempatnya
bergantung kalau dia tergelincir. Atau, tali itu bisa ditahannya
kalau Ronggur sendiri yang tergelincir. Tangga demi tangga
dibuat Ronggur dan didaki, yang terus diikuti Tio. Suara yang
menakutkan dan mengancam itu terus bergema. Terkadang
Tio menatap ke bawah melihat perahu mereka yang
terangguk-angguk, di perutnya si belang menatap ke arah
mereka sambil menjulur lidah.
Kemajuan pendakian itu lambat sekali. Namun tetap pasti.
Mereka sudah di pertengahan pendakian. Dari sana sudah
dapat kembali mereka tatap keluasan langit, yang untuk
beberapa hari lamanya tidak mereka lihat. Tak ubahnya
mereka seperti baru keluar dari satu lobang alam yang kelam
lagi sunyi, yang tidak memberi kesempatan pada mereka
untuk menatap keluasan langit. Walau sinar matahari
melemah, namun merasa lemah juga mata menatap yang
sudah sering ditatap tapi yang buat beberapa hari tidak
ditatap. Tapi, keadaan tetap sunyi. Tidak ada pertanda
kehidupan. 46 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Yang ada hanya gemuruh yang menakutkan, yang
mengancam, tidak memberi kegembiraan. Dan arah matahari
dan lemahnya sinar, Ronggur tahu, hari sudah sore. Sebelum
gelap mereka sudah harus sampai di puncak. Karena itu, dia
sering membesarkan hati Tio, agar bisa lebih mendaki
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanjakan. "Sebentar lagi, sebentar lagi," selalu katanya, "kita sudah
sampai ke atas. T idak jauh lagi. Teruslah mendaki. Tapi, hati-
hati, agak licin di sini."
Mereka harus bercakap kuat-kuat. Tidak bisa perlahan-
lahan, agar dapat ditangkap pendengaran. Keringat meleleh
dari tubuh masing-masing. Seperti memancur. Sudah cukup
haus Tio, namun Ronggur melarang meminum air sekali
banyak-banyak. Betapa bersukur hati Ronggur, waktu tangannya sudah
dapat menggapai puncak yang dituju. Tapi, perasaan lega itu
tidak lama mengisi ruang dada.
Setiba di puncak, tahulah mereka yang ditemui, hanya
sejalur batu tandus dan di sana-sini berlidah tajam. Di kanan,
lembah putih, seperti diselaputi sesuatu dan tidak punya dasar
tampaknya. Di sebelah kiri, lembah yang dasarnya sungai
yang menggila arusnya. Ke arah depan dan belakang, jaluran
batu padas yang lebarnya hanyalah barang sedepa. Tidak
lebih. Itu pun tidak jauh-jauh ditatap, karena ada sesuatu yng
47 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyungkap, putih kental seperti kabut. Atau, awan rendah.
Tidak bertepi dan tidak bermula. Angin meniup. Penemuan ini
membuat hati terpukau. Di depan sekali suara mengguruh itu
menanti. Matahari memancarkan sinar kemerahan yang lemah, tidak
mampu menembus keputihan yang mengental.
Tidak ada satu suara pertanda kehidupan, tapi suara yang
mengancam kehidupan dengan liar mengguruh di depan.
Berlagak mau melumpuhkan dan mematikan tekad hati yang
sepadu-padunya. Tio lantas saja memeluk tubuh Ronggur dengan gemetar.
Gigi gemelatukan. Tubuh menggigil. Ronggur membiarkan.
Karena dia pun seperti kehilangan semangat. Tekad hati yang
padu menjadi cair. Satu sama lain tidak bisa mengeluarkan
pendapat. Bisu. Senja tambah samar, cepat kelam. Tidak
berapa lama tari warnanya menghias langit.
"Kita akan mati lemas di sini," kata Tio pelan sekali.
Ronggur menoleh kepadanya seenak tanpa mengatakan
sesuatu. Pada sinar matanya, tidak ada lagi sinar cahaya
percaya diri. Mati. Namun tanpa bicara, dia membimbing
tangan Tio, bergerak ke depan perlahan-lahan. Geraknya
seperti gerakan yang bermula dari kedalaman. Melangkah
begitu saja, sempoyongan, tanpa percaya diri. Melangkah
48 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berserah diri. Sesekali mereka hendak tergelincir jatuh ke bawah, ke
jurang tanpa dasar. Karena, jalannya begitu licin. Ronggur
berjalan di depan. Tio di belakang, menggenggam tali lebih
kuat dan begitu dekat di belakang Ronggur. Dia gamang.
Lidah batu yang tajam menusuk telapak kaki. Terasa ngilu.
Mereka terus melangkah. Sesayup sampai, salak si belang dari dasar sebelah kiri
kedengaran. Seperti mengantar mereka ke tempat tujuan
akhir. Dapat juga mereka temui tempat yang agak luas sedikit,
sekira tiga empat depa luas jaluran di sana. Mereka
memutuskan untuk bermalam di sana. T idak ada yang dapat
dibakar. Sekeliling begitu dingin membeku. Tio tidak berani
jauh-jauh dari Ronggur. Sebelah atas mereka, awan rendah menyungkap. Mereka
rasakan langit begitu dekat. T idak tampak bintang atau bulan.
Awan rendah menyungkap semua atau memang langit begitu
rendah. Tambah lama menjadi hitam. Kental. Berlagak mau
menyelimuti segala. Sampai payah bernapas. Ronggur tidak
dapat tidur walau tubuh cukup capek dan payah. Semalaman
matanya terus terbuka. Pada satu saat angin bertiup dari arah depan. Butiran air
halus memerciki tubuh mereka, dipikirnya hujan turun. Suara
49 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
gemuruh, desis air sungai yang bertemperasan ke dinding
sungai, lagu tunggal yang abadi, tapi menakutkan.
Melumpuhkan perasaan yang ada dalam diri. Lagu kematian
yang hendak mengantarkan para arwah ke tempat abadi,
dunia jauh lagi as ing. "Apakah hujan?" tanya Tio.
"Aku tidak tahu. Tapi, kita sudah basah. Air begitu tipis.
Tidak pernah hujan begini tipis."
Kembali mereka diam. Akhirnya dapat diketahui Ronggur,
Tio jatuh tertidur sambil menggulungkan atau melipatkan
kakinya dekat ke dadanya, melingkar.
Ronggur terus membuka mata. Berusaha mengikuti
perobahan alam kalau memang perobahan itu ada. Lama-lama
hitam pekat itu beralih pula. Seperti ada utasan cahaya putih,
tapi begitu lemah. Sekitar, sekira empat lima depa, dapat
kembali ditatap. Tapi, sampai di situ saja. Lagi-lagi Tio
mengaju tanya, "Apakah sudah pagi?"
"Aku tidak tahu, Tio. Tapi, kepekatan yang menghitam itu
sudah kembali agak memutih. Namun mata hanya dapat
menembus sekira empat lima depa saja."
"Barangkali kita sudah terjebak," kata Tio pula.
"janganlah berkata begitu. Tapi, tetaplah waspada,"
katanya menasihati walau diri sendiri bimbang. Ada juga
dirasakannya kebenaran yang diucapkan Tio itu.
50 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ke mana lagi kita harus pergi?" tanya Tio pula.
"Tabahlah," sahut Ronggur. "Sekalipun kita harus kembali
ke tempat asal, ke tempat Mula jadi Na Bolon, tapi marilah
dengan tabah mendekatinya."
Tio terdiam. Sedang Ronggur setelah dicekam habis-
habisan oleh perasaan takut, akhirnya muncul kembali, secara
berangsur, kepercayaan akan diri sendiri. Kemurnian cita yang
digenggam kembali memberi suluh pada keyakinan. Bilapun
Mula Jadi Na Bolon murka, tapi dengan alasan kenapa dia
harus mengarungi Sungai Titian Dewata, tentu dapat
melembutkan hati Mula Jadi Na Bolon yang pengasih
penyayang itu, pikir Ronggur.
"Kalau kita surut, tentu tidak bisa melawan arus yang
menggila," kata Tio pula.
"Ya, aku tahu," sahut Ronggur, "kita tidak bisa lagi
menempuh jalan sungai."
"Kita terjebak di s ini."
"Tidak terjebak. Tapi, kita telah melaksanakan tugas
kehidupan. Marilah tabah menerima upahnya, ganjarannya,"
bujuk Ronggur. Tio terdiam. Beberapa saat kembali hening. Ronggur
mencampak pandang ke sebelah kiri, mencari tangga yang
dibuatnya semalam. Kembali dia teringat pada s i belang, pada
51 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
perahu, pada peralatan yang masih tinggal di sana. Lalu
diputuskan, dia harus menjemput si belang dan peralatan
serta perahu itu kembali.
Kalaupun ajal tiba, dia mau menghembuskan napas dengan
tenang di perut perahu itu. Perahu itu seperti rumah dan
tempatnya terakhir. Dengan perahu itu dia akan mendatangi
tempat Mula Jadi Na Bolon. Semua peralatan itu akan menjadi
saksi di depan Mula Jadi Na Bolon, tentang tujuan citanya.
Dia mulai menuruni anak tangga yang dibuatnya semalam.
Tio memegang ujung tali di atas. Bila perintah datang, melalui
goyangan tali yang digoncang Ronggur, Tio mengulurkan tali
lebih panjang. Sesampai di bawah, Ronggur mengikat
peralatan kecil. Dengan berteriak sekuatnya, sekerasnya,
disuruhnya agar Tio menarik.
Tio menarik. Kemudian menjatuhkan tali lagi ke bawah.
Ronggur mengikat perahu baik-baik. Mengisi air pada bambu
tempat air yang dilobangi ruasnya, tapi ruas sebelah bawah
tidak dilobangi. Air bisa tersimpan baik di sana. Kemudian
dituntunnya si belang. Kembali dia mendekat ke atas. Meraba-
raba. Terkadang harus digendongnya si belang. Si belang
seperti tahu marabahaya yang sedang mereka hadapi. Dia
menuruti segala petunjuk Ronggur dengan baik.
Setiba dipuncak, bersama dengan Tio, ditarik mereka
52 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
perahu ke atas. Perlahan-lahan agar tidak terbanting ke tebing
bukit batu, yang bisa membuat perahu pecah. Mereka
masukkan semua barang bawaan ke perut perahu. Tapi,
kampak terus digenggam, sedang di pinggang menyelip
panggada. Dia tambah yakin lagi pada diri sendiri. Perjalanan
itu tidak boleh surut dan tidak boleh henti. Harus terus maju.
Sampai tiba ke tempat yang menentukan.
Diputuskan akan terus mengikuti jaluran batu yang tidak
berapa luas itu ke depan. Ronggur di depan. Tio di belakang.
Mereka pikul perahu, jalan sempit terkadang, luas terkadang.
Keadaan masih tetap sama. Hanya beberapa depa dapat
ditembus pandang. Kabut tebal atau awan rendah
menyungkup segala dengan putihnya yang padu.
Tambah maju ke depan, suara gemuruh itu bertambah
jelas. Dan, alas yang mereka pijak seperti mempunyai getaran
kecil. Digoncang sesuatg tenaga yang maha kuat dan dahsyat.
Membuat hati kembali tertekan. Namun dengan tabah serta
keberanian yang bangkit perlahan-lahan, Ronggur terus
memelopori perjalanan rombongan yang kecil itu. Menuju
tempat yang menentukan, mimpinya benar atau memang
mimpi itu godaan setan jahat. Si belang mengikuti langkah
Ronggur, dekat sekali di belakangnya. Si belang tidak berani
53 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendahului ke depan. Tidak menggonggong. Hanya
melengking kecil. Cahaya putih yang lemah itu menjadi tambah lemah lagi.
Keadaan sekitar kembali menghitam. Ruang hampa. Kembali
mereka mencari tempat istirahat. Air tipis halus itu, sudah
terus-terusan menghambur dari asalnya yang tidak tahu di
mana. Ronggur mengosongkan peralatan mereka dari perut
perahu. Kemudian, perahu dibalikkan. Disuruhnya Tio dan si
belang berondok ke sana, agar tidak terus-menerus diperciki
air tipis. Dia sendiri tetap di luar. Tidak hentinya melihat
sekitar, walau yang dapat ditembus pandang hanya beberapa
depa saja. Dingin mencekam. Ronggur tidak tahu, Tio menggigil juga
dalam sungkupan perahu, kedinginan. Wajah dan bibirnya
menjadi pucat. Tapi, Tio tidak mau mengatakan. Tidak ada
sumber panas yang bisa menyamankan sedikit.
Kembali warna putih yang lemah itu mendatang dari segala
arah. Tapi, begitu lemah. Kembali mereka melanjutkan
perjalanan, mengikuti jaluran setapak itu. Keadaan cuaca
masih tetap seperti semula. Terkadang jaluran itu mendaki,
tapi terkadang menurun, untuk mendatar lagi. Jalanan
bergelombang. Terkadang melurus, tapi tidak jarang
memenggok ke kiri dan ke kanan.
Mereka mengikutinya dengan tabah. Tapi, harus lebih hati-
54 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hati, jalanan bertambah licin. Air tipis tambah tetap
berhamburan dari sumbernya. Suara gemuruh di depan yang
membosankan itu, tetap mengguruh. Si belang tidak berani
lagi berjalan sendiri. Dia harus dimasukkan ke perut perahu,
didukung. Beban bertambah berat. Di saat tubuh mulai
melesu. Di saat kepercayaan terakhir mulai merenggang dari
tubuh T io. Sambil mengisak, Tio meminta, agar mereka menghentikan
perjalanan. Dia mendudukkan diri begitu saja. Tempat itu
agak luas sedikit. Sehingga mereka bisa agak leluasa sedikit
bergerak. Namun harus tetap hati-hati. Karena basah, licin.
"Ada apa Tio?" tanya Ronggur sambil mendekat. Tio
menundukkan kepala. Mengisak terus. Wajahnya memucat.
Bibirnya gemetar. Dingin. Sambil duduk di depan Tio, Ronggur
mencari dagunya. Diangkatnya perlahan dengan telapak
tangan yang menggetar juga karena basah. Ditatapnya wajah,
bibir, dan mata Tio yang memucat sayu
"Kau capek Tio?" Belum ada sahutan.
"Katakanlah." "Katakanlah." Tapi, begitu bening dan terasa agung. Ronggur tidak dapat
memancarkan sinar merah lagi di matanya.
"Marilah menanti hari esok di s ini, bila hari esok masih ada.
55 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Marilah menanti apa saja di sini, apa saja," Tio lalu
menundukkan kepala. Melepaskan dagunya dari telapak
tangan Ronggur. Air berhamburan terus, membasahi tubuh
mereka. Tio mulai menggigil. Si belang juga. Terus
membulatkan tubuh dalam perahu, tidak berani turun.
"Katakanlah, apa yang harus kita kerjakan lagi Tio," kata
Ronggur melemah. "Aku telah membawamu ke tempat yang
hampa ini. Apakah kita harus pulang ke kampung halaman,
yang telah melemparkan aku, yang tidak menerima aku lagi
menjadi warganya" Nasib telah tertentu di sana, nasib yang
malang menanti diri. Katakanlah Tio, aku akan mengikutinya."
"Marilah berhenti di sini," sahut Tio akhirnya. "Kupikir tidak
ada lagi gunanya kita meneruskan perjalanan ini. Marilah
pasrah di s ini. Berserah dengan hati bulat ke tangan Mula Jadi
Na Bolon. Bawalah daku padanya sebagai sembahanmu, agar
Mula Jadi Na Bolon tidak marah padamu." Suaranya begitu
lemah. Tio menjatuhkan diri ke ujung kaki Ronggur. Sambil
mengisak dia mengatakan, "Janganlah kembali ke sana. Walau
apa yang telah kita temui. Marilah berpasrah diri di depan
Mula Jadi Na Bolon. Barangkali, ya barangkali, aku yang
membawa kenahasan ini padamu. Maafkanlah aku, Ronggur."
Perlahan, kembali Ronggur mengangkat dagu Tio.
56
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mendudukkannya. Ditatapnya lama biji mata yang sayu itu.
Jari jemarinya meraba pergelangan Tio. Lalu dengan hentakan
kasar, direnggutkannya gelang yang dipakai Tio, pertanda dia
seorang budak belian. Gelang itu dicampakkan Ronggur
sekuat tenaga. Jauh-jauh. Tio sudah merdeka kembali.
Berhadapan dengan kenyataan ini hatinya jadi bersorak
gembira. Air mata yang menggenangi pelupuk matanya tidak
bersumber dari kepiluan dan ketakutan lagi. Tapi, bermula
dari perasaan gembira. "Kau merdekakan aku, Ronggur" Sungguh?"
"Ya, seperti kau lihat. Tidak ada sembahan kubawa ke
hadapan Mula jadi Na Bolon, selain diri sendiri."
Tio terdiam. Lalu dilanjutkan Ronggur, "Kalaupun kita mati,
mati bersama, sebagai orang yang sama hak, sama-sama
orang merdeka." Arwah nenek moyang Tio akan menerima arwahnya di
tempat yang baik. Matinya, mati seorang manusia yang
merdeka, terhormat. Dia tambah mendekatkan bibirnya ke
bibir Ronggur. Sesuatu benda hangat tapi lembut menyentuh
bibirnya, melengket di sana beberapa saat. Lupa kepahitan,
lupa siksaan, lupa hal yang menghadang di depan. Terayun
dan dibuai sebuah lagu yang selama ini terpendam di
dasarnya. Sekarang berlomba bermunculan, membuai mereka
berdua. 57 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ronggur," kata Tio dengan tegas, "marilah melanjutkan
perjalanan. Kita tidak boleh pulang. Kita harus maju. Sampai
tahu kepastian yang akan kita temui."
Ronggur tersenyum. Lalu, "Kita harus istirahat dulu di sini.
Sudah terlalu kelam untuk melanjutkan perjalanan. Lagi pula
kita telah menemui yang kita cari di sini. Boleh jadi, di sini
akhirnya." "Tidak, tidak ada akhir," kata Tio tegas, "semuanya,
permulaan yang tidak punya akhir. Hanya permulaan."
Ronggur tersenyum. Tio tersenyum. Telapak tangan Tio
masih terus mengelus rambut Ronggur yang basah, dari
mulutnya keluar kata, "Aku cinta padamu . . .."
"Tio," bisik Ronggur, "maukah kau, bila kita mati, aku akan
mengatakan pada Mula Jadi Na Bolon bahwa arwahmu
bukanlah sembahanku. Tapi, istriku. Istri yang paling setia.
Yang tabah bersama suami mengarungi kehidupan, karena
ada cita tergenggam di tangan dan di hati. Berani mengarungi
segala kemungkinan, karena mau turut mempertaruhkan
keyakinan suaminya."
Tio menangkap leher Ronggur, lalu menciumi bibir Ronggur
lagi dengan bertubi-tubi.
"Marilah bersujud ke hadapan Mula Jadi Na Bolon.
Memohon ampun 58 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atas keangkuhanku, yang telah membawamu ke tempat ini. Ke tempat para dewata
bersemayam." Tio memperbaiki duduknya. Ronggur memimpin doa: Mula Jadi Na Bolon Asal mula dari segala kehidupan
Padanya kembali karena dia yang punya
Terimalah kedatangan kami
Hambamu Karena keangkuhan yang berbenah dalam diri
Kami telah tiba di s ini Melanggar peraturanmu!
Ronggur menggenggam tangan Tio, lalu dilanjutkan:
Karena darimu mula cinta Napasmu sangkala cinta 59 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Satukanlah aku dan Tio Suami isteri yang dihidupi api cinta
Tebarkanlah api cinta Tiuplah api cinta Membakar dada kami Dari saat ke saat tanpa akhir!
Kembali mereka berdua berdekapan, seperti tidak mau
dipisah lagi, baik ruang, baik waktu. Dan, air tipis itu, terus-
terusan berhamburan. Sekitar menjadi kelam kembali.
Bersama mereka menyuruk ke perut perahu yang dibalikkan.
Karena cinta telah punya laut dan pelabuhan, batas ruang
dan waktu tidak berarti lagi. Si belang keluar dari sungkupan
perahu. Berjaga di luar perahu.
ccdw-kzaa 6 Ronggur terbangun. Menggigil kedinginan, walau dia dan
Tio berpelukan di bawah telungkupan perahu. Perlahan
Pedang Hati Suci 10 Sherlock Holmes - Surai Singa Bu Kek Kang Sinkang 6