Penakluk Ujung Dunia 3
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut Bagian 3
diungkapnya pinggir perahu, lalu dijulurkannya kepala melalui
celah, yang sudah ditopang oleh batu yang diganjalkan.
60 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dia telah mengenal kabut pegunungan dan danau sejak
kecil. Tapi, kabut yang begini rupa tebalnya dan lamanya
belum pernah ditemui sebelum itu. Atau, awan rendah belum
pernah melingkupi tanah serendah itu. Langit seperti di atas
kepala saja dan dapat dijangkau tangan. Tapi, bila tangan
digapaikan ke atas, yang ada hanyalah kehampaan yang tidak
bertepi. Perlahan me lepaskan pelukan Tio. Waktu itulah Tio
bangun. Bermalas-malas. Kembali tangannya dilingkarkan di
leher Ronggur, lalu seperti! anak kecil, dia menciumi pundak
Ronggur. Dari mulutnya perlahan berbisik, "Kenapa kau buru-
buru bangun" Apalagi yang mengejarmu" Bukankah sudah
semua kita lalui dan sekarang kita hanya tinggal menantikan
yang akan terjadi, permulaan dari segalanya?"
Ucapan manja bercampur kekanakan, membangkitkan iba
Ronggur. Tapi, dengan tegas dia menyahut, "Semalam atau ya
saat lalu, kita sudah berpendapat bahwa kita tidak akan
melihat dan mengecap saat lain lagi. Kita sudah beranggapan
bahwa tidak ada lagi hari, tapi sampai kini masih hidup dan
mengenal hari." "Apa sudah pagi?" tanya Tio.
"Aku tidak tahu. Tapi, katakanlah dulu sudah pagi. Hingga
waktu lewat, hari lalu, dan waktu kini, hari yang kita nantikan
kemaren. Hari yang kita harapkan membawa perobahan pada
nasib yang mendatangi diri. Atau, perobaha
61 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
6206 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
n pada yang hendak kita temui. Lihatlah sekitar. Masih disungkup kabut
atau awan rendah yang masih tebal. Cahaya putih yang lemah
sudah ada lagi, hanya masih begitu lemah. Masih seperti saat
lalu." "Wajahmu capek kelihatan," kata Tio.
"Tidak mengapa. Dibaliknya terkandung kegembiraan dan
harapan selalu." "Kita masih mengharapkan?"
"Selalu. Harapan, satu-satunya api yang dapat membakar
semangat hidup. Tapi, janganlah pergunakan harapan untuk
harapan saja. Harapan harus dapat melahirkan sesuatu yang
berwujud dalam kenyataan kerja."
"Cakapmu tidak dapat kuartikan," kata Tio. Tapi, Tio
tersenyum. Merapatkan kepalanya ke pundak Ronggur.
Mereka mencuci muka dengan melapkan tangan saja
karena wajah mereka tetap basah. Dengan mengulurkan lidah,
beberapa titik air dapat ditelan sebagai sarapan pagi.
Ronggur berusaha menatap sekitar, namun pandangnya
masih tetap disungkup diputihan. Perlahan dirasakannya angin
bangkit. Di arah darimana bermula angin itu. Tio terus
merapatkan tubuhnya ke tubuh Ronggur, karena dia tetap
1 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kedinginan yang tambah lama tambah bermaksud membekukan diri. Panas tubuh mereka berdua yang merapat,
bisa sebagai bedeng, bisa menimbulkan panas.
"Lihat," kata Ronggur kemudian, "apa kau pikir itu?"
"Apa maksudmu?" tanya Tio.
"Lihat. Tidak kau lihat" Lihat ke bawah sana. Lurus ke
depan." Tampak oleh mereka berdua sebuah benda putih yang kecil
tapi bundar, putih dan lebih putih dari semua, bergerak
dengan lamban seperti bermalas-malas. Namun tetap naik
atau berusaha naik ke atas, mengatasi segalanya. Begitu putih
hingga memijarkan sinar, tapi sinar lemah. Sinar yang
dipancarkannya sedang mengadakan perlawanan atau
berusaha menghancurkan kabut putih atau awan rendah itu.
Untuk menyingkirkannya. Agar bisa dapat dilihat mata apa
sebenarnya yang ada di sana, seperti itulah gayanya. Deru
yang terus menderu di depan memberi gendang layaknya.
Tidak mati-mati. Biar sesaat pun. Kuping benda bundar putih
2 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidak memperdulikannya. Benda putih bundar itu merangkak perlahan, mendaki ke
ketinggian. Mata mereka terus mengikuti gerak ma las dari
benda putih yang bundar itu. Hati mereka menjadi tambah
menduga. Mereka belum pernah melihat tamasya alam begitu
rupa. Sesuatu benda putih yang bundar mengadakan
perlawanan terhadap sesuatu yang melingkupi segala dengan
warna putih, tapi tidak berwujud. Bundarnya, hampir
menyerupai bundar matahari yang mereka kenal, sewaktu
ditutupi awan di langit. Tapi, mereka tahu, matahari tetap
berada di atas. Mereka tidak pernah memikirkan bahwa pada satu saat dan
tempat yang berobah, rnatahari bisa dilihat seperti berada di
bawah. Namun mata mereka terus mengikuti gerak lamban
dan malas dari benda putih yang semakin tinggi itu. Mulut
mereka ternganga. Bila butiran air tambah menebal melengket
di wajah, di rambut hingga menyusahkan mata untuk
menatap, sekali hapus saja akan hilang tapi cepat melengket
di sana butir air yang lain. Mulanya tipis. Lama kelamaan
menjadi tebal. Dan, bila sudah menebal, dihapus dengan
telapak tangan. Tidak disadari mereka, entah berapa lama mereka
tenggelam dalam keadaan begitu. Tidak disadari mereka,
kenapa pandang mereka terpaut mengikuti gerak perlahan
yang menanjak itu. Mereka belum dapat menduga, warta yang
3 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
akan timbul darinya. Mereka memang tidak tahu lagi, apalagi
yang harus mereka hadapi. Hati berdenyut juga walau sudah
punya tekad, bersedia menerima segala tiba.
Detak hati yang menandakan diri anak manusia biasa. Dari
tubuh Ronggur sendiri, segala perasaan mencurah keluar,
mengikuti perjalanan benda bundar yang lemah itu. Dalam
saat begitu rupa, dia memerlukan kelembutan yang bermula
dari tubuh Tio. Dia tambah mengeratkan pelukannya ke
pinggang Tio. Kalau mati, marilah mati berpelukan, kata
hatinya ke diri sendiri. Dia tidak mau mengatakannya pada
Tio, takut kalau Tio menjadi takut, dan merasa ngeri. Tio
mendekatkan pipinya ke pipi Ronggur. Mata mereka terus
mengikuti gerak perlahan yang terus menanjak di depan
bermalas-malas, dengan tidak mau tahu pada mereka berdua
yang mengikuti geraknya terus menerus.
Perlahan sekali sehingga tidak terasa, sungkupan awan
rendah bercampur kabut tambah menipis juga dari sekitar.
Perobahan yang tidak tersadari. Mulut jurang sungai tambah
berbentuk. Begitu pula mulut jurang di sebelah kanan. Si
belang turut duduk dekat mereka, tidak bergerak. Melihat ke
arah yang mereka tatap. Lidahnya dijulurkan. Seperti menanti
sesuatu yang menentukan akan tiba.
Tebing jurang tambah menghitam, namun dasarnya belum
4 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tampak atau memang tidak punya dasar. Apakah benda putih
itu akan menyuluh jurang yang tidak berdasar" Pandang
sudah bisa mereka campakkan barang sepuluh depa ke
depan, ke samping dan ke sekitar. Tambah jauh jarak yang
dapat ditangkap pandang. Bila cuaca bertambah terang, si belang mulai sering
melangkah ke depan dan ke belakang, seperti melemaskan
otot. Tapi, cepat Tio memanggil kembali, takut kalau si belang
terjerumus ke mulut jurang yang belum tampak dasarnya.
Benda bundar yang putih itu bertambah tinggi juga.
Bertambah garang cahaya yang memancar darinya. Mereka
ikuti terus dengan tabah. Jarak yang dapat ditangkap pandang
bertambah jauh dan luas. Jauh ke belakang dapat dilihat
Ronggur, di sana tebing tidak berapa curam. Bisa dituruni, bila
hendak turun ke lembah di seberang kanan. Tapi, dasarnya
belum tampak sama sekali. Tapi, suatu harapan telah
menggeliat dalam hatinya. Tebing yang tidak berapa curam itu
menurut perhitungannya, bisa dituruni secara perlahan. Tidak
berapa sulit malah. "Ronggur," pekik Tio meninggi sambil mempererat
pelukannya ke pinggang Ronggur, "itu matahari! Itu matahari!
Mula hidup! Itu matahari!"
Cepat Ronggur berpaling. Terbelalak mata mereka melihat
5 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sinar yang tambah terang. Sungkupan kabut dan awan rendah
tambah menipis dan terangkat.
"Dan, - dan - " dengan gugup, gugup sekali, karena tidak
menduga walau itu yang dicari dan diharapkan, karena
dengan itu mereka telah dibebaskan dari kungkungan yang
mencekam dan mengancam. Karena dengan itu, mereka telah
menemui, jauh di bawah, melalui tingkatan pundak bukit,
terhempang kehijauan yang sangat luas. Kehijauan yang
maha lebat lagi datar. Dapat ditangkap dengan pandang sekarang, itu dedaunan
dari pucuk pepohonan yang tinggi. Pucuk dedaunan itu seperti
berombak ditiup angin lalu, angin pagi. Angin pegunungan.
Sejauh mata memandang, yang dapat dilihat kehijauan yang
merata, lebat berimbun. "Ronggur, itulah tanahmu. Ronggur, itulah tanah habungkasanmu. Ronggur, itulah yang ditunjukkan mimpi dan
perkataan gaib dalam mimpimu. Dia telah membawamu ke
tanah habungkasan yang maha luas."
Ronggur gugup. Tidak dapat menyahut dengan segera.
Matanya menitikkan air bening. Semangatnya kembali hidup
secara perlahan. Api dalam dirinya kembali menyala atau bara
yang untuk beberapa saat tertimbun oleh debu, sekarang
debu itu telah menyisih sehingga merahnya bara kembali
6 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rrienjilamkan panas menyala, membuat suhu tubuhnya
menjadi naik. Dapat dirasakan Tio. Lalu dia mengatakan
perlahan: "Tio, tidak tanah itu saja yang ditunjukkan mimpi padaku.
Tidak tanah habungkasan itu saja."
"Apa lagi?" tanya Tio terbodoh.
Lama Ronggur menumpa pandang ke biji matanya, lalu,
"Juga kau. Kau, sayang!"
Pandang lama bertemu, lalu Ronggur melingkarkan
tangannya ke tubuh Tio dengan ketat, yang sekarang, sudah
bisa pula melemas. "Tio, marilah mengucapkan sukur pada Mula Jadi Na Bolon,
yang telah mengirim matahari untuk kita, yang membuat kita
dapat melihat tanah habungkasan yang dijanjikannya dan
membuat aku dapat dengan jelas melihat wajahmu,
menanamkan pandang ke dasar bening matamu."
Mereka bersujud ke arah matahari. Perlahan, Ronggur
menegakkan Tio dari sujudnya. Setelah memberi kecupan
pada bibirnya, dia mengatakan pula, "Itu bukan tanahku,
Istriku. Tapi, juga tanahmu. Tanah kita berdua. Tanah anak
kita. T anah keturunan kita, yang pasti banyak dan akan terus
berkembang. Tapi, juga tanah orang lain, yang mau bungkas
ke sana." 7 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Beberapa saat keduanya terdiam. Tapi, kata Ronggur
kemudian, "Perjalanan kita masih jauh. Kita harus menyelidiki
keadaan tanah di sana. Apakah baik dijadikan tanah
persawahan. Apakah hutannya banyak menyimpan binatang
buruan. Tapi, sebelum itu, sebelum kita memulai perjalanan
ke sana, izinkanlah aku mengatakan sesuatu kata yang telah
lama terpendam di hati, "aku cinta padamu Tio."
Tio menggigit bibir. Matanya menitikkan air bening. Sambil
tersedu karena terharu, dia menelungkupkan kepala ke dada
Ronggur yang bidang. Ronggur membiarkannya begitu
beberapa saat. Tidak mengganggu. T angannya terus menerus
mengelus rambut Tio yang panjang lagi lembut dan lemas,
tapi basah. "Kita akan terus mengikuti aliran sungai menuju tanah
landai," kata Ronggur kemudian, "lihat terus ke sebelah timur
sana, sesuatu garis putih yang membelah kehijauan, ialah
terusan Sungai T itian Dewata."
Tio mengikuti arah yang dimaksudkan Ronggur. Melalui
dinding batu yang tidak berapa curam, mereka dapat melihat
gundukan perbukitan di sebelah kanan.
"Itulah jalan yang baik ditempuh," kata Ronggur.
Lalu dia mengikat pinggangnya dengan tali. Dia turun
sendirian ke gundukan tanah pertama. Membuat anak tangga.
8 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jalan ke gundukan pertama, agak curam. Tapi, dari sana, dia
ketahui, menurun ke gundukan kedua, lebih landai. Begitu
seterusnya, sampai tiba ke tanah datar di bawah. Kembali dia
memanjat. Lalu menyuruh Tio turun, sedang ia memegang
ujung tali, ujung yang lain diikatkan ke pinggang Tio.
Kemudian diturunkannya satu-satu peralatan, Tio menerima di
bawah, sampai akhirnya perahu sendiri. Kemudian dia sendiri
turun sambil menuntun si belang.
Mereka sudah sama berada di gundukan pertama, yang
mempunyai tanah, tapi masih begitu tipis, tanah melapisi
batu. Untuk pertama kali kembali mereka lengkap bersama
alatnya, termasuk si belang, memijak tanah, setelah beberapa
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hari terendam di air, kemudian terdampar ke batu padas,
dibasahi titikan air yang terus menghujani mereka. Serpihan
air tipis yang menghujani itu tidak sampai lagi ke sana. Sudah
bisa mereka berjemur di sana, mengeringkan tubuh dan
memanaskan tubuh. Si belang menggoncangkan tubuh,
mengibaskan ekor biar cepat kering. Mereka tentukan untuk
bermalam di sana. Hari sudah sore.
Rumput kering, dijalin begitu rupa, hingga agak besar. Lalu
dibakar menghidupkan api. Betapa nikmatnya panas jilam api,
setelah beberapa lama tidak merasainya.
Malam itu keinginan Ronggur untuk meniup seruling
9 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memuncak. Lagu yang mesra ditiupnya perlahan. Gemuruh air
dibalik bedeng terus kedengaran, sekarang seperti melengkapi
irama seruling yang ditiup Ronggur. Tidak menakutkan dan
mengancam lagi. Malah seperti menjadi pertanda. Agar
seseorang yang menyusuri sungai jangan meneruskan
penyusuran lagi, tapi agar memulai menempuh jalan darat.
Kemudian Tio mengiringi tiupan seruling itu dengan nyanyi:
Bila bulan di awan purnama
Di tepi danau aku menanti
Wajahmu menghias tanda masa
Mengajak daku ke dunia mimpi
Ronggur berhenti meniup seruling, dia melanjutkan
nyanyian itu: Pohon aren di belah dua Tempat berayun monyet berdua
Janji telah memadu Pinang sebelah dibagi dua
Lalu berdua mereka melanjutkan:
Terbang engkau elang Hinggap di kayu rindang 10 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ke mana engkau sayang Kasihku tetap mendendang Kemudian hanya T io melanjutkan sedang Ronggur kembali
meniup seruling: Kalaulah benar warta impian
Ditimang beta dengan sayang
Sinar purnama empuk menayang
Haribaanmu lagu impian Tio meletakkan kepala ke pangkuan Ronggur. Memejamkan
mata dengan manja. Api unggun yang kecil itu terus menari
dan menari. Si belang duduk menjauh, memaling pandang.
Malam terus melanjut. Pagi terbit lagi. Pemandangan seperti pagi kemaren. Bola
putih itu pada mulanya lemah sinarnya dan berada seperti di
bawah mereka. Kemudian secara berangsur perlahan,
keadaan sekitar bertambah terang.
Sehabis sarapan pagi mereka melanjutkan perjalanan.
Seperti taktik kemaren juga. Begitulah secara perlahan dan
hati-hati, akhirnya sampai juga mereka ke tanah landai di
bawah. Di atas kepala, memayung dedaunan hijau, sedang
11 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kemaren dedaunan itu masih berada di bawah mereka,
perobahan tempat mengadakan perbedaan.
Sinar matahari hanya dari celah dedaunan saja sampai ke
tanah. Tanah cukup lembab dan basah. Dilapisi dedaunan
yang gugur sudah membusuk. Membentuk lapisan tanah yang
lembut dan berair. Kaki mereka terbenam sampai ke lutut
terkadang. Membuat mereka agak susah bergerak. Tapi, di
sana bisa mereka tarik perahu bersama peralatan lain, tanpa
takut dasar perahu bolong.
Mereka meneruskan perjalanan yang agak melingkar,
karena suara gemuruh bertambah hebat dan terasa
menggoncangkan. Berpedoman pada ingatan pemandangan
kemaren sore di mana terusan sungai berada, agar kembali
tiba ke sungai. Si belang berlari ke sana ke mari dan
menggonggong. Kekayuan yang tinggi dan besar batangnya
seperti tiang abadi yang bergaya mendukung langit, agar tidak
runtuh lalu menimpa bumi serta penghuninya. Getaran bumi
tambah terasa. Tergoncang.
Di satu tempat di arah depan, sinar matahari lebih leluasa
tiba ke tanah. Ke sana mereka menuju, walau suara gemuruh
tambah jelas dan memekakkan telinga. Dan, betapa ternganga
mulut mereka melihat benda itu. Sesuatu benda putih
mengapas putih melambung ke atas. Kemudian jatuh ke
12 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bawah bergulung-gulung, itulah air terjun yang tidak hentinya
menerjunkan diri. Membuat dedaunan sekitarnya bergoyangan, membentuk telaga yang agak luas pada tempat
jatuhnya, tapi airnya berputar dengan cepat. Di sana-sini
terbentuk curup di lingkungan yang gelisah itu yang bisa
menenggelamkan apa saja yang jatuh ke tengah curup itu.
Tio merapatkan tubuhnya pada Ronggur. Tapi, mata terus
ditancapkan pada benda jatuh itu. Kala di bawah arusnya
melingkar dan membikin kepala pusing bila lama-lama
menatapnya, la mengalir dengan besarnya ke arah timur.
Itulah kelanjutan sungai.
Mereka menyisih cepat dari sana. Merasa takut kalau batu
yang membentuk jaluran kejatuhan air itu akan runtuh lalu
menimpa mereka. Jalanan terus menurun.
Seperti menuruni pundak perbukitan, tapi sudah ditumbuhi
kekayuan yang tua. Di sana-sini dedaunan gugur membentuk
lapisan tanah yang lembut.
Di arah depan kembali kedengaran suara gemuruh, tapi
tidak sekuat yang tadi lagi. Arus sungai kembali menggila,
13 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membuat mereka tidak langsung berkayuh melalui sungai.
Tapi, tetap mengikut pinggiran sungai. Kembali mereka temui
air terjun, jarak jatuhnya lebih pendek dan lebih landai dari
yang pertama. Sehingga busa air tidak terlalu hebat sewaktu
jatuh. Dengan memilih jalan agak melingkar mereka menurun
terus ke bawah. Sampai akhirnya berada di tempat jatuhnya
air kedua. Mereka menatap ke atas, benda putih mengkabut
bermula dari air jatuh pertama. Terus mereka menghilir
mengikuti tepian sungai. Sampai akhirnya arus sungai tidak
beriam lagi. Menurut perhitungan Ronggur sudah dapat
memulai pelajaran dari sana. Tapi, karena hari sudah agak
sore, mereka memutuskan untuk bermalam di sana.
Si belang melompat ke depan. Masuk semak. Biarpun Tio
memanggilnya. Beberapa saat kemudian, si belang keluar dari
semak mengejar seekor kijang, la meloncat ke depan. Dan,
tercengang melihat Tio dan Ronggur. Ronggur tidak
melewatkan kesempatan baik itu. Dengan tombaknya cepat
dia membunuh kijang yang tercengang itu. Kijang terguling ke
tanah, ujung tombak tertancap di dadanya.
Sambil menguliti, Ronggur mengatakan, "Kalau begitu, di
sini banyak binatang buruan. Kita tidak menguatirkan mati
kelaparan. Lagi masih begitu jinak binatang itu. Tidak punya
prasangka pada manusia yang memburunya "
"Lihat," kata Tio pula. "Itu pohon aren. Umbinya bisa kita
14 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jadikan bahan makanan. Pengganti beras. Bila beras habis."
Tambah tahulah mereka tanah yang mereka temui itu,
mempunyai tumbuhan yang bersamaan dengan tumbuhan
yang ada di bidang tanah yang mereka tinggalkan.
Binatangnya juga begitu. Mereka tebang beberapa pohon
aren. Mereka ambil umbinya. Lalu mereka jemur, dan tumbuk
lalu direndam lagi kemudian ditapis untuk mengambil
tepungnya. Untuk beberapa hari mereka tinggal di situ.
Walaupun sudah menghilir arus sungai masih kencang.
Sungai terus menerus membelah hutan belantara. Terkadang
sungai seperti ditutupi dedaunan hijau yang merimbun di
atasnya. Sehingga sinar matahari tidak sampai ke permukaan
sungai. Dan, mereka harus lebih hati-hati menjaga kemudi. Tidak
bisa berdiri dengan leluasa. Dedahanan terlalu rendah
terkadang. Beberapa buah batu jangkar masih dijatuhkan,
menjaga keseimbangan kelajuan perahu. Tio lebih banyak
memperhatikan sekitar, karena dia belum perlu mengkayuh.
Tapi, biarpun begitu perasaan Ronggur begitu pasti bahwa
mereka akan tiba ke tanah yang lebih landai dan lebih baik.
Dengan melampaui riak air yang terkadang menghempas
ke batu yang muncul di sana-sini, melalui riam yang liar di
tikungan sungai yang patah. Tapi, sekitar mereka sekarang
15 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berwarna hijau dan tanah mengambangkan bau kesuburan.
Dari celah renggangan dedaunan, sinar matahari terus
memberi suluh abadi. Bila cahaya itu melemah, tahulah
mereka, hari sudah mengarah sore. Cepat mereka
meminggirkan perahu. Memilih dahan kayu yang baik untuk
tempat bermalam. Mereka tidak menguatirkan kehabisan
bahan bakar. Di sana-sini berletakan ranting kering,
bergeletakan dahan kering yang patah dari batangnya. Untuk
digantikan dahan lain mendukung dedaunan yang lebih hijau,
segar lagi lebat. Kemana saja mata diarahkan, tetap tertumpu pada pohon
yang besar lagi tinggi, seperti raksasa dalam dongeng,
menjelma kepada penglihatan, ibarat penopang langit agar
tidak jatuh ke atas tanah. Ronggur dapat merasakan bahwa
batang kayu yang besar itu dapat digunakan selanjutnya
untuk kepentingan kehidupan.
Perjalanan diteruskan menuju ke timur, menghilir sungai.
Perasaan dalam dada masing-masing, seperti berlomba keluar
untuk disuarakan, meneriakkan kegembiraan. Untuk mencari
bentuk kata, kata yang paling sesuai diucapkan dengan yang
dirasakan dalam hati, yang ditiupkan musik alam ke dalam diri
atau untuk menyiutkan nada musik yang memadat dalam
rongga dada. Arus sungai tambah perlahan. Beberapa buah
16 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
batu jangkar sudah diangkat ke atas. Tapi, masih ada juga
dijatuhkan. Ronggur selalu menghirup udara dalam-dalam. Ingin dia
menghirup habis segala kebebasan yang diberikan alam
padanya, namun dia tidak sanggup menghabiskannya. Bila
mereka menemui gua alam di tepi sungai, dan bila mereka
bermalam di sana dan biasanya lebih lama daripada bila
mereka tidur di dahan, Ronggur meniup seruling dan Tio
bernyanyi. Sedang si belang berlari kian kemari, menggonggong dan menyalak, memelopori sebuah perburuan
bila fajar pagi tiba. ccdw-kzaa 7 Bertambah hari, mereka menghilir sungai. Arus sungai
tambah perlahan. Batu jangkar sudah diangkat. Luas sungai
tambah lebar. Tapi, mereka belum perlu mengayuh. Arus
masih dapat menghanyutkan perahu walau dengan perlahan.
17 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ronggur selalu mengukur dalamnya sungai dengan tali
yang di ujungnya diikat batu sebagai pemberat. Di depannya
tali yang terbenam, itulah dalam sungai. Bila mereka bosan
dengan sungai, mereka mendarat ke tepian.
Sering Ronggur memanjat kayu yang tinggi, menatap dari
arah mana mereka datang dan menduga hendak ke mana
mereka dibawa sungai yang diikuti itu. Pundak pegunungan
bertambah jauh di belakang sudah membiru. Melalui
pengenalan akan pundak pegunungan, Ronggur dapat
menduga bahwa di balik pegunungan yang semakin menjauh
itu, di situlah kampung halamannya.
Bila mereka hendak pulang ke sana melalui jalan darat,
mereka harus menaklukkan pundak bukit itu, atau menembus
celah pegunungan yang terdapat pada pertemuan bukit yang
memanjang. Lalu menatap ke arah hilir sungai, hutan lebat
hijau di mana-mana menampung penglihatan.
Selalu dibuatnya tanda pada pohon kayu yang dipanjatnya.
Di garis batangnya melingkar. Sedang pada tepi sungai,
ditanamnya batu besar dan disambungkannya pada salah satu
bagiannya. Pancing yang diumpankan Tio selalu mengena. Pancing
tidak perlu berlama diumpankan. Dalam waktu singkat ikan
sudah ada yang menyambar. Ikan yang cukup besar. Bila
18 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dipanggang bara api bisa padam. Karena lemaknya.
Terkadang sampai berhari-hari mereka mengadakan
pemburuan, bila bosan dengan ikan sungai. Binatang buruan
begitu banyak dan jinak. Si belang sudah mulai gemuk.
Bulunya tebal berlinang. T api, satu hal makin mereka rasakan,
udara bertambah panas. Walau mereka berada di naungan
pepohonan rindang, udara panas itu tetap mengganggu,
membuat Ronggur tidak kerasan memakai sehelai kain atau
kulit binatang di bagian dadanya. Dibiarkannya dada
telanjang. Setiap hari tepian sungai bertambah luas. Pepohonan tidak
lagi di tepian sungai seperti di hulu. Sudah agak menjauh.
Tanah luas yang berlumpur semakin lebar mengikuti jalur
sungai. Arus sungai tambah perlahan. Membuat mereka harus
mengayuh terkadang. Dan, tanah berlumpur yang mengiring jaluran sungai,
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tambah luas. Ronggur selalu menelitinya dengan seksama.
Digenggamnya tanah itu. Diperhatikan lunaknya. Terkadang
diciumnya dengan hidung, apakah bau lumpurnya sama
dengan bau lumpur yang ada di kampung halaman. Tapi, dari
lumut lumpur dia tahu bahwa tanah yang mereka temui itu
lebih lemak dan subur dari tanah di kampung halaman.
Sedang di hutan yang semakin menjauh dari tepian sungai
19 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
itu, mereka temui pohon yang berbuah. Buahnya lain dari
buah mangga yang mereka kenal di kampung halaman. Lebih
enak dan lezat. Membuat mereka terkadang seharian hanya
memakan buahan saja. Hanya udara yang bertambah panas itu saja yang membuat
mereka agak merasa tidak senang. Udara seperti itu tidak
pernah mereka temui di sekitar kampung halaman, walaupun
matahari cukup terik. Ini tidak. Walau terkadang matahari
dilindungi awan, panas itu masih tetap terasa. Membuat tubuh
mereka selalu berkeringat, tapi cepat kering disapu angin lalu.
Tubuh seperti berminyak jadinya. Lengket dan tidak
mengenakkan perasaan. Membuat mereka sering terjun ke
dalam sungai, berenang, dan menyelam, agar keringat
melengket itu bisa menghilang untuk datang dan untuk
dihilangkan lagi. Alangkah terkejutnya mereka, pada suatu hari, sewaktu
Ronggur berenang mengikuti perahu yang menghilir,
sekelompok binatang yang sedang berendam di tanah lumpur,
bergerak, lalu mengejar. Cepat Tio mengatakan, "Ronggur,
awas. Cepatlah ke perahu."
Ronggur berenang sekuat tenaga. Binatang itu memburu.
Perahu agak oleng sewaktu Ronggur menaikinya dari satu sisi.
Lalu terus mengayuh. Binatang itu terus mengejar. Jalan satu-
satunya untuk mempertahankan diri, Ronggur menyuruh Tio
terus mengayuh, sedang dia, dengan mempergunakan
20 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kampak, tombak, memukuli setiap ada binatang datang
mendekat ke perahu, mencucuknya. Panggada juga turut
digunakan. Satu dua ada yang mati di antara binatang itu. Terapung.
Binatang itu belum pernah mereka lihat. Begitu pandai
berenang. Mulutnya menganga lebar hendak menelan saja.
Ekornya bergerigi dan begitu keras tampak. Walaupun belum
pernah mengenalnya namun naluri mereka dapat memastikan
bahwa binatang itu binatang air yang membahayakan.
Binatang yang mati dan dihanyutkan arus mereka tangkap.
Dagingnya kurang enak dimakan. Karena itu daging binatang
itu mereka biarkan saja membusuk. Tapi, kulitnya cepat kering
dan dapat dilipat, begitu halus. Karena itu kulit binatang itu
mereka bawa. Bisa dibuat menjadi kantong tempat
menyimpan alat. Bila digantungkan di pinggang kelembutannya selalu mengikutkan gerak-gerik pinggang.
Ronggur tetap memperhatikan dan mempelajari perobahan
bentuk tepi sungai. Air sungai tidak sebening di hulu lagi.
21 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sudah mulai keruh dan kotor. Tidak tahu mereka dari mana
datangnya air keruh itu. Kenapa air yang tadinya begitu
bening, bisa berobah menjadi keruh.
Pepohonan semakin jauh dari tepian sungai. Digantikan
gelagah dan daun nipah. Lumpurnya bertambah lembut dan
bertambah dalam dasarnya. Bertambah ke hilir bertambah
banyak anak sungai bersatu dengan sungai itu.
Bila mereka terus melalui tanah lumpur itu mendekat ke
tepian hutan yang semakin jauh, sebelum tiba ke tepi hutan,
lebih dulu ada tanah yang hanya ditumbuhi ilalang. Tanah
juga lembut. Gembur, bagus untuk ditanami.
"Inilah dia," kata Ronggur. "Inilah tanah yang kita cari.
Tanah landai yang sudah lama kumimpikan. Lihat, tepi hutan
tidak berapa lebat. Bisa ditebang pohonnya untuk dijadikan
persawahan." "Apakah kita sampai di sini saja?" tanya Tio.
"Tidak," sahut Ronggur. "Kita harus meneruskan perjalanan. Menyusuri sungai. Kita harus tahu, sampai ke
22 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mana sungai ini. di mana muaranya. Itu sangat penting. Di
muara tanah landai akan tambah lebar lagi."
"Biasanya," kata Tio, "sungai yang ada di kampung
halaman, yang tidak sebesar sungai ini, bermula dari kaki
bukit. Untuk bermuara ke danau. Apakah sungai ini juga akan
bermuara ke danau?" "Danau apa?" tanya Ronggur pula.
"Aku hanya bertanya."
"Kebiasaan memang begitu. Tapi, belum dapat kupastikan
mengenai sungai ini,"' jawab Ronggur.
Lalu mereka meneruskan penyusuran. Bertambah ke hilir,
di samping arus semakin perlahan, ada semacam getaran
mengganggu jalan perahu. Ada kalanya perahu tidak dapat
laju biar setapak pun ke depan. Walau mereka mengayuh
sekuat tenaga. Ada semacam tenaga menahan.
Dan, di saat itu, permukaan sungai naik. Air menjadi sangat
keruh dan asin. T anah lumpur dan tumbuhannya, gelagah dan
daun nipah menjadi tergenang. Terkadang sampai ke pucuk
digenangi air. Ronggur memperhatikan ini semua. Lalu dapat
memastikan bahwa tanah lumpur yang di tepian sungai benar,
tidak baik dijadikan persawahan. Karena sering tergenang.
Bisa membuat padi busuk. Harus lebih ke atas lagi, ke tempat
yang tidak dapat memastikan, dari mana air itu datang.
Kenapa permukaan sungai menaik. Dan, sungai menjadi
menggeliat. Berombak. Membuat mereka takut pada mulanya.
23 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sehingga mereka harus buru-buru mendarat ke tepi. Langsung
mencari tanah yang agak tiriggi. Di sana mereka harus
menggali tanah membuat sumur. Supaya ada air tawar.
Sambil terus memperhatikan perobahan pada permukaan air.
Dan, setelah beberapa lama, air sungai susut lagi. Di saat
begitu arus sungai mengencang ke hilir. Sehingga enak
berlayar. Tidak perlu mendayung. Arus menghanyutkan
perahu. Untuk tiba pula pada keadaan, arus mati. Kemudian
datang pula saat permukaan air sungai naik. Perahu tidak bisa
dikayuh. Malah hendak disorong ke belakang, kembali ke hulu.
Berhadapan dengan keadaan baru ini, Ronggur bertambah
was-was. Saat sungai menaik permukaannya dan saat sungai
kembali ke tarap biasa, diperhatikan dan disesuaikan
waktunya. Dicocokkan dengan waktu peredaran bulan dan
bintang. Kemudian diputuskannya untuk terus melayari
sungai. Biar permukaan sungai menaik atau menyusut. Agar
tahu dengan pasti, apa sebabnya dan apa akibatnya pada
orang yang berlayar di saat begitu.
Mereka terus berlayar. Dan, saat permukaan sungai naik
telah tiba. Mereka harus mengayuh dengan sekuat tenaga.
Gelombang sungai mulai menggeliat. Tapi, terus mereka
lawan. Berkayuh dan berkayuh. Walau tidak ada ditemui
kemajuan. Malah mereka seperti disorong ke belakang.
24 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mereka terus melawan. Arus sungai menyongsong dengan
kuat. Perahu seperti dihanyutkan kembali ke hulu. Walau
mereka sudah berkayuh dengan sekuat tenaga. Tapi, mereka
berdua terus berkayuh melawan air yang menyongsong itu.
Walau malam sudah bertambah jauh, mereka terus di dalam
perahu dan terus mengayuh.
Menjelang subuh, terasalah permukaan sungai kembali
menyusut. Sehingga perahu mereka begitu lajunya dihanyutkan kembali ke hilir. Di saat begitu, mereka dapat
melepas lelah. Sambil T io berkata, "Apa lagi yang akan terjadi,
dan apa lagi yang akan ditemui pada perobahan sungai?"
"Justru, itu yang perlu kita ketahui," jawab Ronggur.
Karena begitu capek, mereka tertidur. Kantuk telah
membawa mereka ke alam tidur, di mana keadaan sekitar dan
kejadian dapat dilupakan. Perahu terus dihanyutkan arus
sungai. Sinar matahari sudah kembali menampari wajah alam dan
wajah mereka sendiri yang tertidur di perut perahu. Si belang
25 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berada di haluan perahu, mencerminkan mukanya ke
permukaan air. Lalu menggonggong panjang, melihat
keluasan yang terhampar di depannya. Di sekitarnya.
Karena silau dan karena gonggong si belang, mereka
terbangun. Pada penciuman terasa keluasan dan kebebasan
udara. Tidak terkungkung sedikit pun. Alangkah terbelalaknya
mata Ronggur sewaktu di hadapannya, di sekitarnya, air yang
maha luas mengitari mereka, perahunya terapung dan
mengangguk-angguk diperma inkan riak. Pada sisi kanan, kiri
dan di hadapan, air itu bertemu dengan kaki langit demi kaki
langit. Di bagian punggung, jauh sudah, tepian, atau daratan
yang hijau. Buru-buru Ronggur menyuruh T io duduk, lalu:
"Lihat, lihat Tio. Kita menemui danau. Tapi, danau yang
maha luas. Airnya, alangkah asin. Tidak bisa diminum."
Tio memilin mata. Membelalakkan pandang. Sinar matahari
mencurah ruah. Kemudian dipantulkan air ke atas kembali.
Sehingga lebih silau. "Danau, tapi danau yang sangat luas," akhirnya Tio
mengatakan dengan kagum. "Danau apa ini?"
"Aku tidak tahu."
"Marilah ke tepi. Kita tidak tahu ke mana berakhir air yang
maha luas ini," ajak Tio.
Cepat mereka mengayuh ke tepian. Tepian memutih
ditimpa sinar matahari penuh. Agak jauh kedalam bermula
jajaran pohon kurus panjang dan hanya di bagian puncaknya
26 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ada daun kelapa. Nyiur. Berjajar memagar pantai.
Cepat Ronggur dan Tio mengayuh. Benda ditepian yang
menerima sinar matahari seperti menyala itu, pasir putih.
Beda dengan pasir pantai danau yang mereka kenal di
kampung halaman. Mereka mendaratkan perahu jauh ke
darat. Menambatkannya pada pokok kelapa. Tambah siang
ombak tambah membesar. Ronggur memanjat kelapa lalu
memetik buahnya yang masih muda.
Mereka minum air kelapa muda. Diseling T io, "Di sini kelapa
tidak akan habis. Sekuat kita memakainya, putiknya akan
cepat mendatang lagi dan berlipat ganda banyaknya."
Sambil menatap keluasan air. Yang bergelung-gelung
ombaknya dan memecah di pantai, dengan lagunya sendiri.
Berdesir angin yang melewati atau membuat daun nyiur
melambai. Burung putih berterbangan ke sana ke mari, menari
dengan gaya yang bagus dan begitu jinak. Tidak punya
prasangka pada Ronggur dan Tio. Sehingga sambil bermalas-
malas, Ronggur dapat melemparnya. Beberapa ekor kena dan
jatuh ke tanah. Si belang menjemputnya. Dengan
moncongnya si belang menggigit dan membawa ke tempat
mereka berdua duduk. Pada tanah lumpur sekitar muara sungai, bertambah
27 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rimbun pohon gelagah dan daun nipah, diselang seling pohon
bakau. Walaupun daun nipah sudah kering, namun tetap kuat
dan tampak berminyak. Dengan daun nipah itulah, mereka
buat atap sebuah dangau. Tiangnya agak tinggi dibuat dari
pohon bakau yang panjang dan lurus lagi kuat. jendelanya
jauh lebih besar dari jendela rumah yang ada di kampung
halaman. Karena udara panas.
Sekarang mereka sudah punya rumah kembali. Sekarang
mereka sudah punya danau yang sangat luas malah.
Walaupun airnya asin, namun sangat banyak mengandung
ikan. Ikan yang besar. Mereka lalu kenal juga binatang laut
yang ada di tepian yang juga enak dimakan. Sedang pada
hutan di sebelah punggung mereka, dan di tanah yang
ditumbuhi ilalang sebagai pinggiran hutan, banyak menyimpan
binatang buruan. Mulai dari burung, ayam hutan, kijang
sampai pada binatang buas yang ditakutkan: Harimau, gajah,
beruang, dan di tepian sungai berpaya, binatang air itu,
buaya. Pada hari pertama Ronggur tetap memperhatikan mula dan
arah angin. Akhirnya dapat mereka ketahui, pasang air sungai
yang membuat permukaan sungai naik dan sungai punya arus
ke hulu, tidak menetap saatnya. Tergantung pada hari bulan.
Begitu pula saat sungai surut kembali.
28 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Bila air sungai pasang, perahu agak tertahan menuju
muara. Tapi, bila air sungai surut perahu dilarikan arus ke
tengah danau yang maha luas itu. Waktu siang hari angin dari
arah danau luas bertiup ke darat. Waktu itu bila berkayuh
menuju tepian dari tengah, sangat baik. Arus ombak
menghanyutkan perahu ke tepian. Sedang waktu malam hari,
menjelang dini hari, angin daratyang bermula dari hutan di
punggung mereka, bertiup ke arah danau luas itu.
Waktu itu sangat baik untuk memulai pelayaran ke tengah
danau luas itu. Dan, bila pasang naik tanah lumpur itu
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tergenang, terkadang sampai sedalam dada. Bila air surut
permukaan sungai merendah. Tanah lumpur itu, rawa itu
kembali tampak. Tapi, walaupun tanahnya lumpur dan lembut
karena selalu tergenang, tidak baik dijadikan persawahan.
Bila mereka hendak membuka sawah percobaan, harus
memilih tempat yang agak tinggi dan jauh dari pantai, jauh
dari tepi sungai, agak menusuk ke tengah hutan. Mereka
harus merambah hutan belukar agak ke pedalaman.
Mereka cari tumpukan tanah yang agak datar di hutan dan
ditumbuhi ilalang. Agar lebih mudah mengerjakan sawah
percobaan itu. Kemudian dari hulu sungai yang belum asin
airnya, dibuka aliran parit. Sehingga ada pengairan ke sawah
itu, di samping air hujan. Dekat sawah itu mereka dirikan
dangau, tempat istirahat atau bermalam, bila merasa malas
pulang ke rumah di tepi pantai.
29 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Persemaian telah digarap. T anahnya cepat lembut. Setelah
beberapa lama tanah yang digarap itu digenangi air yang
dialirkan ke sana, tanah itu cepat menghitam, mengambangkan kesuburan. Beberapa bidang lagi tanah telah
diolah menjadi sawah percobaan.
Waktu menancapkan cangkul ke dada tanah, tahulah
Ronggur dan Tio, tanah itu tidak melapisi batu. Tanah itu
begitu gembur. Cepat lunak dan cepat menjadi lumpur hitam
yang lembut, bila telah digenangi air. Tidak tersangkakan,
walau itu yang diharapkan, tanah begitu cepat menerima
taburan bibit. Kemudian bermunculan di atas tanah batang
padi yang gemuk hijau, menjanjikan akan mendukung bulir
padi yang bernas. Merunduk ke tanah karena berisi.
Usaha percobaan itu terus diluaskan ke tanah yang lebih
tinggi dan agak susah didatangi air parit. Di sana juga tanah
dengan cepat menerima taburan bibit. Walau tidak punya air
selain air hujan dan yang dikandung tanah. Itulah ladang,
30 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
huma, sawah kering. Ini semua menanam harapan yang lebih
sempurna dalam dada. Tanah yang mereka temui tanah yang dimimpikan setiap
orang di kampung halaman, yang dapat mengurangi
pertentangan yang bisa timbul antara kaum semarga, antara
marga, antara suku dan antara luhak. Perang yang bisa terjadi
di antara mereka, yang mengakibatkan kematian dan
kemelaratan, bisa dihilangkan, bila tanah habungkasan ini
ditunjukkan pada mereka. Bila batang padi telah bertumbuhan di sawah, di ladang
dengan hijau gemuk, kerja Ronggur dan Tio tinggal mencabuti
rerumputan, agar pertumbuhan batang padi tidak terganggu.
Pada malam hari, mengadakan penjagaan yang dibantu si
belang, agar rombongan babi hutan tidak turun dari hutan
merusak sawah dan ladang percobaan itu.
Kemudian batang padi yang hijau gemuk itu, telah dihiasi
bulir padi dengan mencuat ke atas tegak lurus. Ditiup angin
terkadang, dan bulir yang belum berisi itu bergoyangan
perlahan, tangkainya kokoh mendukung. Kemudian bulir itu
semakin merunduk ke tanah, merunduk menguning kemudian
dipanen. Saat mardege tiba. Lalu hasil panen itu disimpan ke
dalam lumbung, yang didirikan tidak jauh dari sawah
percobaan itu. 31 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ronggur dan Tio harus memperbesar dangau kecil itu. Mau
dijadikan lumbung padi. Kekayuannya mereka ambil dari
hutan sekitar yang begitu dekat. Atap daun nipah yang tidak
mudah bocor, yang banyak ditemui di muara sungai. Padi
yang menguning, kemudian dipanen. Saat mardege tiba. Lalu
hasil panen itu disimpan ke dalam lumbung, yang didirikan
tidak jauh dari sawah percobaan itu.
Mereka tahu, hasil panen percobaan itu tidak akan habis
mereka makan sampai tiga kali jangka musim panen, bila
untuk mereka berdua saja. Lagi pula, musim panen lebih
pendek masanya di tanah habungkasan itu dari yang mereka
kenal di kampung halaman.
Ronggur dan Tio, sambil melepas lelah dari kerja berat di
sawah semusim panen itu, seharian mengadakan perjalanan
menyusuri tepi pantai. Setiap tambah jauh mereka berkayuh,
setiap itu pula, malah berlipat ganda luas air yang mereka
temui. Tidak bertepi dan tidak berujung. Bermula dari
keluasan dan berakhir pada keluasan. Membuat perasaan
lebih kagum lagi atas ciptaan alam yang hebat dan sempurna
itu. Ciptaan Mula Jadi Na Bolon, dan hati tambah berterima
kasih atas tuntunan Mula Jadi Na Bolon, hingga mereka bisa
tiba ke sana. Dan, Ronggur tahu, bila luas danau begitu rupa
dihadiahkan pada orang di kampungnya, mereka tidak perlu
lagi mengadakan pancang sebagai batas di danau, sebagai
32 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pertanda bahwa pancang itu perbatasan antara satu marga
dengan marga lain tepi danau mana yang boleh di tempati
suatu marga menangkap ikan. Juga pelanggaran perbatasan
di danau di kampung halaman, sering menimbulkan
perselisihan dan pertengkaran, yang bisa menimbulkan
sesuatu peperangan. Di danau yang maha luas itu, setiap orang dari setiap
marga mana saja pun, boleh pergi ke mana suka. Menangkap
ikan sekuat tenaga. Modal yang pokok hanya satu, kemauan
bekerja. Sekitar yang bermula dari keluasan itu dan berakhir
pada keluasan itu, menjanjikan kebahagiaan pada setiap
orang, melanjutkan hidup berkeluarga dan keturunan.
Rangsang lain mulai mempengaruhi pikiran Ronggur. Janji
harus ditepati, katanya selalu. Janji yang selalu mengingatkan
kampung halaman, yang mempertajam perasaannya akan
bahaya yang mengancam kerukunan hidup di kampung
halaman. Rindu pada ibu, pada bekas Datu-Bolon yang sudah
tua itu, keinginan untuk me lepaskan mereka dari berbagai
rupa ancaman. Dia harus mewartakan berita penemuannya itu ke tengah
keluarganya, ke tengah marganya yang sudah mencoret
namanya dari silsilah marga, karena itu janji. Pada
pendengarannya, tambah sering mendengung suara bekas
33 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Datu Bolon yang sudah tua itu, "Anakku, bapak yakin, kalian
akan menemui tanah habungkasan. Walau begitu pahitnya
penerimaan orang di sekitarmu atas cita-citamu, janganlah
kau berkecil hati. Seorang manusia yang ditunjuk dewata
menemui kebenaran, harus dengan tabah pula menyampaikan
warta kebenaran itu pada orang yang ada di sekitarnya. Agar
manusia itu dapat pula mencicipi nikmatnya. Walau pada
mulanya mereka menentangnya, dan menganggap diri yang
dikurnia dewata seorang gila. Mereka tidak perlu dihancurkan,
tapi perlu diinsafkan agar mereka tahu, lalu dapat merasakan
kenikmatan yang terkandung dalam kebenaran itu. Untuk
kelanjutan hidupnya, kelanjutan keluarganya, hingga akhirnya
turut merasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh
kebenaran itu. Karena itu anakku, bila kau menemui tanah
habungkasan di rantau, kau harus kembali kemari membawa
berita ria itu. Berjanjilah anakku, janji seorang lelaki. Karena
janji yang dibuat lelaki, janji yang akan tetap ditepati."
"Aku berjanji, Bapak."
"Terima kasih, Anakku," kata orang tua itu, lalu
melanjutkan, "Anakku, sesuatu penemuan yang bisa membuat
orang gembira dan berbahagia, bila keserakahan diri atau
dendam yang bersarang dalam dada, memaksa dan membuat
orang yang menemui itu tidak mewartakan-nya pada orang
34 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lain, yang memerlukannya, sehingga orang lain tidak dapat
menikmati arti dan nilai penemuan itu akan berkurang, malah
beralih pada penemuan itu akan mengutuki diri. Karena itu,
agar kerjamu tidak sia-sia, janji yang kau buat sebagai lelaki,
penuhilah pula sebagai lelaki yang berhati jantan."
"Aku bapak," katanya. Lantas selanjutnya dia mengatakan,
"Doakanlah aku bapak, agar anakmu ini dilindungi Mula Jadi
Na Bolon." "Doa dan restuku akan selalu mengiringi perjalananmu."
Dengungan percakapan itu tambah nyata dan jelas.
Memaksanya harus kembali ke kampung halaman, mewartakan penemuan itu. Harus kembali mengarungi sungai
ke hulu, melawan arus. tapi, telah dapat diduganya, untuk
terus melawan arus, sangat susah.
Karena itu, dia sudah membayangkan bahwa mereka akan
menembus jalan darat. Dari pengenalan akan pundak bukit,
dan usaha menaklukkannya, dari pengenalan akan celah
pertemuan bukit dan usaha untuk menembusnya, dia sudah
dapat menggambarkan suasana perjalanan itu dalam kepala.
Perjalanan yang tentunya memayahkan, tapi perjalanan untuk
35 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memenuhi janji yang dibuhul sebagai lelaki bersikap jantan.
Ronggur telah menentukan kapan mereka memulai
perjalanan pulang itu. Tio diam saja mendengarkan sambil
menundukkan kepala. Berhadapan dengan kebisuan Tio, yang
tidak menyahut itu, Ronggur lalu berkata, "Apakah kau tidak
ingin mewartakan berita ini pada sanak keluarga" Pada setiap
orang, yang selalu diancam bahaya di kampung halaman"
Agar mereka dapat bebas dari ancaman yang selalu menakut-
nakuti mereka itu?" "Bukan itu alasannya. Bukan itu," sahut Tio.
Wajah Tio agak pucat waktu tengadah padanya. Darah
Ronggur tersirap dibuatnya.
"Tio, wajahmu pucat. Seperti orang sakit. Kau sakit?"
"Tidak. Tidak sakit."
"Kenapa wajahmu sepucat itu" Apa yang terjadi?" Wajah
Tio seperti menanggungkan sesuatu. Bibirnya gemetaran. Tio
merasakan sesuatu menggeliat dalam perutnya. Tambah lama
tambah sering dan menimbulkan perasaan nyeri. Sesuatu
tekanan mendesak hendak melalui kerongkongan, berupa
rintihan dan jeritan. Tapi, ditahan. Namun, sesuatu rintihan
lepas juga dari celah bibir yang dikatupkan, digigit oleh gigi
sendiri. Tapi, masih tetap berusaha tersenyum, bila
pandangnya bertemu dengan pandang Ronggur.
36 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Akhirnya Ronggur tahu, sesuatu akan terjadi. Barulah sadar
arti perobahan bentuk tubuh istrinya, yang akhir-akhir ini
begitu nyata dan jelas. Sambil tersenyum dan duduk dekat
Tio, Ronggur mengatakan, "Kita memang masih belum bisa
memulai perjalanan pulang. Kita harus menanti di sini. Biarlah
perjalanan pulang ditangguhkan untuk beberapa lama."
Cepat Ronggur pergi memetik daun ampapaga, yang
banyak tumbuh di pematang sawah di antara rerumputan.
Daun ampapaga itu di dikeringkan di panas matahari. Bila
sudah kering, direbus, airnya sangat baik buat minuman
seorang ibu yang hendak dan baru melahirkan. Dan, dingin-
dingin ditelempapkan ke perut Tio dan kening. Dijerangkan
terus menerus air panas dalam periuk tanah. Dan, dia tidak
mau lagi pergi jauh-jauh dari dekat Tio, walau Tio selalu
mengatakan, "Aku tidak apa-apa. Tidak usah repot. Pergilah
berburu, atau menangkap ikan."
Ronggur pura-pura tidak mendengarkan. Disunggingkan
senyum sebagai sahutan. Dalam kepala terbayang seorang
anak lelaki yang sehat. Lelaki yang kelak sanggup mengolah
tanah yang bidang menjadi persawahan. Lelaki yang dapat
memelopori orang menjelajah hutan belantara yang abadi itu.
Hendaknya kehijauan daun padi dapat mengimbangi hijaunya
daun pepohonan, agar orang tidak takut kelaparan, juga
37 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diharapkan agar anaknya seorang lelaki yang sanggup meniti
gelombang yang besar di danau luas itu. Mencapai daerah
baru. Saat kelahiran semakin dekat, dan perasaan nyeri tambah
memaksa Tio merintih, sering juga membuat Ronggur harus
mengatakan dalam kebingungan, "Apa yang harus kuperbuat"
ke mana harus kucari dukun?"
Dari sela rintihannya, Tio menyahut, "jangan repot.
Semuanya akan menjadi beres, berjalan dengan baik." Balik
Tio yang menasihati dan menenteramkan hati Ronggur.
Setelah melengkingkan sebuah pekikan yang panjang lagi
nyaring, Tio lalu memelas, dan segumpal daging telah
ditayang Ronggur dengan hati-hati. Dipotongnya jabang bayi
dengan bambu yang ditajamkan pada kedua sisinya. Bayi
dimandikan. Tio diberinya minum air ampapaga. Kening Tio
yang berkeringat, dilap Ronggur dengan sayang. Anak lelaki
meneriakkan suaranya pertama, seperti warta pada dunia
bahwa dia telah lahir. Tak lama kemudian, Tio sudah dapat
senyum. Menoleh ke bayi yang baru dilahirkannya, seorang
lelaki, cukup umur, cukup merah. Begitu sehat. Tangisnya
pertama menantang gemuruh ombak yang memecah di
pantai. Atau, ombak itu menggamitnya, agar memulai
perjalanan, meniti ombak demi ombak yang begitu besar.
Hari berikutnya, anak kecil itu sudah digendong Ronggur
sambil dinyanyikannya. T idak jarang, Tio harus senyum pada
38 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ronggur dalam saat begitu bahagia. Kekerabatan dan
keakraban berumah tangga tambah terjalin. Tio sudah
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjadi seorang ibu, Ronggur sudah menjadi seorang ayah,
ibu dan ayah dari anak lelaki yang sehat. Bergaya seorang
yang akan cukup kuat dan punya ketahanan serta keberanian.
Bertambah hari, dan bertambah usia si anak, Ronggur
sudah menggendong si anak ke tepi pantai bersama Tio.
Ronggur selalu mengatakan, "Tataplah dengan mata
kanakmu, luasnya danau yang ada di depanmu, yang menanti
dayungmu berkayuh di permukaannya, meniti ombak demi
ombak yang bergulung-gulung memecah di pantai, mencapai
pantai lain. Tio, katanya, anak kita akan menjadi seorang
pengarung danau yang maha luas ini kelak."
Bila telah dua kali purnama timbul dan tenggelam, maka
Ronggur pun kembali mengatakan, "Tio, sudah waktunya kita
memulai perjalanan kembali ke kampung halaman. Memberitakan dan mewartakan, akan penemuan-tanah
habungkasan, dan danau yang maha luas ini."
39 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tio tidak membantah. Dia akan tetap mendampingi
Ronggur, ke mana saja pun. Bermulalah perjalanan itu.
Mulanya menyusuri sungai ke hulu . . ..
ccdw-kzaa 8 Setelah menyediakan segala sesuatu yang perlu dalam
perjalanan, mereka pun memulai perjalanan pulang. Tiga
pundi padi yang bernas dibawa serta, akan mereka tunjukkan
sebagai bukti pada orang di kampung halaman. Bahwa padi
yang mereka bawa sepundi dulu sudah menjadi tiga pundi.
Sedang yang ditinggalkan di tanah habungkasan masih banyak
benar. T idak habis dimakan sekeluarga dalam jangka tiga kali
panen. Beberapa potong kulit binatang buruan yang halus hulunya
dan sudah dikeringkan dibawa serta. Mereka berusaha, agar
yang dibawa, seringan mungkin dan yang perlu saja dalam
perjalanan. T io, selalu menggendong anaknya di punggung.
Mulanya mereka menyusuri sungai ke hulu. Sampai tiba ke
lempat arus mulai menderas dan susah dikayuh. Baru mereka
mulai menempuh jalan darat. Memenggal-meng-gal hutan
40 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
belantara, yang dilingkungi hamparan dedaunan hijau lebat,
permadani alam yang tebal lagi abadi. Jadi, perjalanan pulang
itu pun, sendirinya pula usaha merintis jalan darat, yang kelak
dapat digunakan jalan pulang pergi antara kampung halaman
dan tanah habungkasan, dan lebih aman daripada menyusuri
Sungai T itian Dewata. Mereka sering berhenti di satu tempat sampai dua tiga hari,
mempelajari pintasan jalan yang lebih mudah ditempuh.
Begitu pula mengadakan tanda tertentu pada sesuatu pohon,
yang dipanjat Ronggur untuk menentukan arah tempuh.
Mempelajari jalur lembah dangkal yang banyak dalam hutan,
dan memilih tanjakan yang tidak menaik untuk didaki.
Tambah jauh mereka menyusup ke pedalaman hutan, bukit
dan lembah tambah banyak mereka temui. Lembahnya
tambah dalam dan perbukitannya tambah tinggi. Tanah di
lembah dipelajari Ronggur baik-baik. Melalui pengenalannya
akan tanah, tahulah dia, tanah itu sangat baik dijadikan
perladangan atau persawahan, bila kekayuan hutan sudah
ditebang. Sedang pundak perbukitan yang juga ditumbuhi
kekayuan tua, bukanlah bukit batu seperti bukit tandus di
kampung halaman. Tapi, bukit tanah yang gembur, hitam
mengandung kesuburan. Tidak tanah tipis melapisi batu alam.
Tidak jarang pula mereka temui parit kecil yang bermula
dari sesuatu dinding bukit yang bercelah. Airnya begitu bening
dan dingin. Sejuk. Pada sesuatu mata air begitu, Ronggur
41 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
selalu mengadakan tanda. Dalam merintis jalan itu, Ronggur selalu berusaha agar
mereka dapat tiba kembali ke tempat air terjun itu. Tapi, di
tengah hutan tidak jarang mereka bertemu dengan kumpulan
binatang buruan yang enak dagingnya. Dan, tidak jarang pula
mereka harus mempertahankan diri dari serangan binatang
buas: harimau, beruang, dan kelompok gajah. Penciuman si
belang banyak membantu keselamatan rombongan kecil itu.
Bila si belang meringis dan mengarahkan penciumannya ke
satu arah terus-terusan, cepat mereka mengalih langkah.
Menyisih dari tempat sesuatu binatang buas, sarang binatang.
Tapi, tidak jarang Ronggur dengan dibantu si belang, harus
mengadakan perlawanan mempertahankan diri, kalau kepergok. Dalam saat begitu, Tio memeluk anaknya, sambil
berjaga. Mereka terus menyuruk di bawah hamparan dedaunan
hijau yang abadi itu. T erus berusaha mengarahkan langkah ke
tempat air terjun itu. Dari sana baru mereka tentukan, pundak
bukit yang memanjang sebagai pagar dan batas tanah dataran
42 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tinggi kampung halaman dengan tanah habungkasan, yang
harus ditaklukkan. Atau, celah bukit mana yang harus
diterobos menuju kampung halaman. Dedahanan kekayuan
yang berjalinan mendukung dedaunan lebat, menghambat
sinar matahari menimpa tanah. Sehingga terasa, jangka siang
hari, agak pendek di bawah naungan yang tebal itu.
Anak mereka yang sudah mendekat ketiga purnama
usianya, dan sudah dapat melempar senyum di saat dia
merasa senang, tidak dapat melempar senyum, sebaik dia
turut mendengar suara air terjun yang mengguruh.
Tapi, bila lama-lama mereka berada di sana dan tidak ada
sesuatu yang menyakiti tubuhnya, dia tersenyum kembali.
Sedang Ronggur mengarahkan tatapan si anak ke air terjun
yang memutih kapas itu. Apa yang ditakutkan Ronggur pada mulanya masih tetap
tidak terjadi. Batu jaluran yang ditembus air sungai yang
terjun, masih tetap kokoh pada tempatnya. Tidak terjadi
reruntuhan. Tapi, gemuruhnya tetap menderu. Dan, benda
putih diambangkan ke atas terus menerus. Bila lama kelamaan
ditatapi jatuhnya air itu dan kuping biasa kembali mendengar
suara mengguruh itu, yang menyerupai aum harimau, mereka
namakan air terjun itu, Sampuran Harimau.
"Tio," kata Ronggur, setelah beberapa lama mereka
43 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terpukau di tempatnya tegak.
Tio memaling wajah pada Ronggur tanpa sahutan.
"Kita istirahat di sini untuk beberapa hari. Melepas lelah.
Dari sini kita akan mulai mendaki kaki pegunungan,
menaklukkan pundak demi pundak bukit, dan berusaha
menerobos celah bukit. Jalan memotong ke kampung
halaman. Perjalanan begitu tentu berat. Karena itu, perlu kita
istirahat untuk beberapa hari. Agar tenaga kita pulih kembali."
"Harus di sini kita istirahat?" tanya Tio.
"Ya, agar mudah kita memperoleh air. Lagi pula dinding
bukit sebelah sana, terdiri dari batu alam yang tidak keras.
Mudah digali. Untuk dijadikan lobang perlindungan. Aku akan
memburu binatang buruan, agar cukup daging untuk dimakan
nanti dalam perjalanan. Di pundak bukit gundul itu, payah
ditemui binatang buruan."
Mereka menggali lobang perlindungan yang agak luas. Agar
memberi ruang yang lapang bagi mereka. Ronggur dan Tio
bekerja sama menggalinya. Anak mereka ditidurkan di tanah
beralaskan kulit binatang buruan yang lembut. Di sampingnya
duduk si belang seperti menjaga. Ekornya dikibaskan, agar
tidak ada serangga hinggap ke wajah anak yang sedang tidur
nyenyak itu. Menjelang senja Ronggur dan Tio berhenti
menggali lobang. Mata mereka patok menatapi permainan
warna pelangi aneka rupa berpadu dengan air yang memutih
kapas. Sambil menggendong anaknya, Ronggur mengatakan,
44 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Lihat, lihat Tio. Betapa indah. Tari warna yang sempurna.
Begitu indah kalau hujan tidak turun atau kalau kabut tidak
menyungkup." Tio mengikuti telunjuk jari Ronggur.
Nanar mereka menatapi tari warna pelangi yang aneka
ragam itu, mengagumi lukisan a lam yang sempurna. Beberapa
ekor burung terbang di udara, menuju hutan belantara luas,
mencapai sarang. Sayang sekali, cicitnya tenggelam ditelan
gemuruh air terjun yang jatuh, tidak kedengaran.
Pada hari berikutnya, tinggal Tio saja yang meluaskan
mulut lobang perlindungan dan memperluas ruang dalam.
Ronggur sudah pergi berburu bersama si belang. Bila anaknya
haus, meminta ditetekkan, dia duduk berjuntai di mulut gua.
Mencampakkan pandang ke sekitar, di bawahnya tanah
habungkasan yang mereka temui. Oi sebelah kanan, air
terjun, dan mengitari itu semua, kaki bukit memanjang lagi
tinggi, bukit gundul. Sejak lahir anak itu sudah disusukannya dan sudah berapa
lama itu berlangsung. Tapi, bila saat menyusukan tiba, dan
mulut anak itu sudah mengisap-isap muncung buah dadanya,
sesuatu perasaan selalu menggeliat dalam dada, rasa keibuan,
sumber kasih sayang abadi bagi seorang anak yang lahir dari
rahimnya. Tahulah dia, kenapa ada nyanyian alam terpendam
45 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pada dedaunan yang berdesir bila disentuh angin lalu, tahulah
dia, kenapa pekikan keras lagi sakit waktu melahirkan sang
anak bercampur nikmat. Tidak jarang dalam saat begitu, dia
memicingkan mata menikmati kesempurnaan rasa bahagia di
saat mulut anaknya mengisap muncung buah dadanya.
Sedang mulutnya akan mendendangkan lagu seorang ibu,
lagu yang menyuarakan perasaan kasih sayang:
Pejamlah mata sayang seorang
kenapa harus kerisik seperti
dedaunan berhalau ditiup angin lalu
dunia terhampar di ujung kakimu
Pejamlah mata anakku seorang
menanti bapak kembali pulang
dari tengah hutan belantara
binatang buruan tersandung dibahu
Pejamlah mata intanku sayang
bila malam jatuh, bulan gemintang
kudekap kau pelukanku hangat
Pejamlah mata buah hati bunda
subuh tiba mula hari baru
berjuta utasan cahaya matahari
menyinari padang kembaramu
46 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tidak jarang Ronggur pergi berburu seharian. Dia sangat
giat mengumpulkan daging binatang buruan. Sesekali
dijinjingnya ikan yang dipancingnya. Sedang mulutnya akan
cepat mengatakan, "kita harus banyak menyediakan daging.
Boleh jadi di pundak pegunungan gundul sana, payah
dijumpai binatang buruan."
Mereka potong tipis daging binatang buruan itu. Kemudian
mereka panggang di atas bara sampai kering. Sedang di siang
hari, Tio menjemurnya di bawah sinar matahari, agar cukup
kering dan tahan lama. Bila Ronggur tidak pergi berburu, dia tambah sering
mencampak pandang ke air terjun itu dengan berlama-lama.
Begitu tekun. Suatu perasaan merangsang dirinya, terbayang
di wajahnya. Dia tidak dapat mengucapkan melalui bentuk
kata yang cukup tepat. Tapi, dia telah merasakan. Tio selalu
memperhatikannya di saat begitu. Dan, Ronggur merasakan,
alangkah susahnya dia untuk mengucapkan yang sedang
bergolak di dadanya, yang ditimbulkan air terjun itu. Sekali
waktu Tio mengganggunya dari menung menatapi air terjun
itu, "Bertambah hari, kulihat abang bertambah tekun
melihatnya. Tak bosan."
Sambil mengalih pandang pada Tio yaYig berdiri dekatnya,
47 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ronggur menyahut, "memang benar dugaanmu, Tio."
"Tapi, aku merasa takut digertak suaranya yang terus
menerus mengguruh itu. Kalau tidak bersama abang, aku
tidak kerasan di s ini."
Lama Ronggur menumpu pandang ke mata Tio. Lama
bibirnya bergerak-gerak, namun seucap kata belum melepas
dari bibirnya. "Ada apa Bang?" tanya Tio. Membangunkan Ronggur dari
kebisuannya. "Aku tidak tahu Tio," sahutnya. "Ada sesuatu yang
kurasakan. Yang timbul dari air terjun ini. Perasaan itu
melumpuhkan segala ketakutanku pada air terjun itu. Malah
dibuatnya sesuatu rasa bersyukur."
"Kenapa begitu?"
"Perasaan itu seperti membisikkan padaku bahwa a ir terjun
ini mengandung suatu manfaat. Menjanjikan sesuatu
kebahagiaan pada manusia."
"Manfaat apa?" tanya Tio terbodoh.
"Manfaat bagi kehidupan manusia."
Seketika mereka bertatapan tanpa mengucapkan kata. Biji
mata Tio begitu bening tapi jelas tampak tidak mengandung
pengertian akan apa yang diucapkan Ronggur. Sedang
Ronggur kemudian mengalih pandang ke air terjun itu, sambil
mengatakan, "kurasakan, justru karena adanya air terjun ini,
48 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membuat arus sangat deras. Karena tempat jatuhnya begitu
tinggi dan curam, binatang air yang menakutkan dan buas itu
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak bisa datang ke Danau Toba."
"Itu boleh jadi," sahut Tio berusaha mengerti. "Di samping
itu, masih ada manfaat lain dikandung air terjun ini."
"Apa lagi?" tanya Tio mendesak. Akhirnya dia sendiri ingin
mendengarkan yang dirasakan Ronggur.
"Kurasakan air terjun ini mempunyai suatu tenaga yang
sangat besar dan kuat. Selalu perasaanku berkata begitu.
Dan, bila tenaga yang terkandung di air terjun ini digunakan
manusia untuk kehidupannya, maka hidup manusia akan lebih
berbahagia. Orang kelak akan dapat menggunakannya untuk
kehidupannya. Sekarang memang yang kita lihat, darinya
timbul bencana saja. Coba kalau diri diterjunkan bersama air
terjun pasti lumat. Darinya timbul anggapan selama ini,
Sungai Titian Dewata jatuh ke ujung dunia. Hingga tak
seorang pun selama ini berani menyusurinya untuk mencapai
tanah habungkasan. Tapi, nanti, entah kapan, bila orang
menggunakan tenaga yang terkandung di air terjun ini, maka
tenaga yang disimpan air terjun ini bisa memberi arti yang
bernilai bagi -kehidupan manusia."
Tidak dapat Tio membumbui cakap Ronggur. Namun dia
tidak membantah seperti kebiasaannya yang tidak mau
membantah cakap Ronggur, walau dia tidak dapat
49 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengartikannya. "Karena itu," kata Ronggur selanjutnya, "jangan lagi takut
padanya. Jangan lagi kutuk dia. Tapi, haruslah merasa
bersukur karena dia ada. Bersukurlah, karena dia menjanjikan
sesuatu kebahagiaan bagi kehidupan manusia di masa
datang." Tio mencampak pandang ke tempat air terjun itu jatuh. Air
yang jatuh berputar pada lingkaran berbentuk kolam, arusnya
gelisah membentuk suatu pusingan yang cepat, yang bisa
menenggelamkan lalu menghancurkan sesuatu yang jatuh ke
sana. Tio merasa ngeri melihatnya. T io takut dibuatnya. T api,
semua perasaan itu ditekannya habis-habis, agar dia tidak
membantah yang dikatakan dan dirasakan Ronggur. Malah dia
ingin turut merasakan yang dirasakan Ronggur, tapi
perasaannya belum juga merasakannya.
Setelah beberapa hari istirahat dan tenaga mereka sudah
pulih kembali, mereka melanjutkan perjalanan pulang. Jalanan
yang harus ditempuh, langsung mendaki bukit. Sesekali
menyusur di tebingnya, mencapai sesuatu celah, lalu
menembusnya untuk kemudian terus lagi mendaki sampai
pundak bukit ditaklukkan. Perjalanan yang memayahkan.
Perjalanan mereka agak lambat. Dalam sehari, terkadang
hanya sepundak atau dua pundak bukit saja yang dapat
50 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka taklukkan. Ronggur selalu memilih celah bukit tempat
bermalam, agar terlindung dari serangan angin yang cukup
kuat. Tio menggendong anak mereka. Sedang Ronggur
memikul peralatan. Si belang mengikut di belakang, atau
terkadang berlari di depan. Menggonggong dan menggunakan
penciumannya. Dengan mengenali pundak bukit mencari celah pertemuan
bukit, rombongan kecil itu terus mendaki pundak demi pundak
bukit yang berlapis-lapis, menuruni lembah batas perbukitan
yang berlapis-lapis itu untuk mendaki lagi. Tidak mengenal
lelah, tidak mau henti sebelum matahari tenggelam. Dan,
akhirnya lapisan bukit itu dapat ditaklukkan. Lalu lembah
dataran tinggi, yang dilingkari lapisan bukit demi bukit
melingkar dan memanjang, lembah kampung halaman, telah
berada kembali di hadapan pandang. Di tengahnya, tenang,
bersama kebiruannya yang damai, danau kesayangan,
mengitari Pulau Samosir. Di sekitar tepian danau, bertumpuk
rimbunan bambu duri, pertanda perkampungan.
Mereka bertatapan untuk kembali mencampak pandang ke
lembah perkampungan yang sudah sekian lama ditinggalkan.
Ronggur mengambil anak mereka dari gendongan T io. Tangan
anak itu dituntunnya menunjuk ke arah perkampungan sambil
mulut Ronggur berkata, "Itulah kampung nenek moyangmu,
51 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ananda." Mereka menarik napas lega, terutama Tio. Dan, karena
udara kembali dingin, mereka telah memakai kulit binatang
buruan yang halus bulunya. Terlebih anak mereka. Diselimuti
baik-baik sehingga tidak merasakan udara dingin. Dalam
hayalnya Tio telah mengatakan pada diri sendiri bahwa dia
akan membawa sisa anggota keluarga marganya ke tanah
habungkasan, agar bisa bebas dari nasib jelek yang menimpa
marga. Dia membayangkan betapa bahagia keluarga
marganya, mengecap nikmat udara kemerdekaan, setelah
sekian lama harus menjadi budak orang lain.
Tiba-tiba saja Ronggur memecah kesunyian itu, "Tio, satu
perjalanan panjang, menembus Sungai Titian Dewata,
mengarungi rimba alam abadi, telah kita laksanakan dengan
berhasil. Walaupun dengan susah payah. Tapi, di hadapan
kita, menanti tugas baru. Kita harus menaklukkan dan
menguasai alam pikiran orang di kampung halaman, yang
mempercayai bahwa Sungai Titian Dewata berakhir ke ujung
dunia. Bila hasil perjalanan ini kita sampaikan pada mereka,
maka sendi kepercayaan mereka berarti digoyang. Pekerjaan
begitu tidak akan mudah. Merombak keyakinan seseorang,
menggantinya dengan kepercayaan baru tidaklah kerja
mudah. Akan jauh lebih payah daripada menaklukkan pundak
bukit yang cukup tinggi. Karena itu, kau harus tabah nanti
menerima segala sikap yang mengejek dan menantang. Yang
52 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mungkin menyakitkan hati, atau membahayakan jiwa. Tapi,
ketahuilah Tio, aku cinta padamu. Kaulah seorang perempuan
yang telah berani menemani aku menempuh satu perjalanan
yang menantang keyakinan orang sekitar yang telah turun
temurun menguasai alam pikiran mereka. Kau telah
mengorbankan alam pikiranmu sendiiri untuk mengikuti
jejakku. Aku berhutang budi padamu dan aku cinta padamu."
Lama Tio terdiam. Kemudian dengan tidak dapat
dilawannya, dia telah menyandarkan kepala ke bahu Ronggur.
Dia mengisak di sana. Tanpa mengatakan sesuatu. Ronggur
mengelus rambutnya dengan sebelah tangan, sedang tangan
sebelah lagi, menggendong anaknya.
Perlahan Tio mengangkat kepalanya. Bertatapan dengan
Ronggur. Kemudian sama-sama mereka mencampak pandang
ke lembah di bawah, lembah perkampungan. Tangan kiri
Ronggur menggendong anaknya, tangan kanannya memeluk
pinggang Tio. Oi ujung kaki duduk si belang menjulurkan
lidah, menatap ke arah yang sama.
"Ronggur," kata Tio, "maukah kau membawa sisa warga
margamu ke tanah habungkasan?"
"Tentu, sudah tentu," jawab Ronggur, "mereka anak
manusia seperti kita. Mendambakan bahagia dalam hidupnya.
Dan di samping itu, mereka jaluran paman anakku. Jaluran
53 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
famili yang harus kuhormati, apalagi anakku."
Orang di kampung halaman sebenarnya telah lama
melupakan mereka berdua. Tidak menjadi bahan percakapan
lagi. Kenangan terhadap mereka bertambah tipis lalu
menghilang bersama bertukarnya penanggalan hari, tenggelam, dan timbulnya kembali purnama. Orang melupakan mereka dengan ucapan yang tumbuh dari
kepercayaan mereka: "Dikutuk dewata dan para arwah. Matinya, mati terkutuk.
Arwahnya akan disumpahi Mula jadi Na Bolon."
Sedang ibu Ronggur, karena terus menerus menanggung
rindu dan tidak tahan mendengar ejekan yang diarahkan pada
anaknya dan padanya sendiri, karena dia seorang ibu yang
melahirkan anak durhaka, tidak berapa lama setelah Ronggur
dan Tio berangkat dulu, pulang ke tempat asalnya, ke
hadapan Mula Jadi Na Bolon.
54 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pada mulutnya, ibu tua itu masih mengharapkan anaknya
cepat kembali. Tapi, setelah beberapa kali purnama tenggelam
dan terbit lagi, dan anaknya tidak pulang juga, membuat
kemauan hidup melemah. Lalu, berakhirlah hidupnya.
Orang percaya, arwahnya akan tidak diterima Mula Jadi Na
Bolon dengan baik. Di saat mati, dia tidak punya apa-apa.
Hingga dia dikebumikan tanpa upacara dan gondang. Para
dewata tidak akan datang menjemput arwahnya ke tempat
yang baik me lalui Sungai Titian Dewata. Karena para dewata
tidak diberi tahu atas kematiannya, melalui pukulan gondang
yang dipalu dan mengorbankan beberapa ekor babi serta
ayam putih. Tapi, bekas Datu Bolon Gelar Guru Marsait Lipan, tidak
bosannya, setiap hari mencampakkan pandang ke arah
matahari terbit. Meneliti pundak bukit dan celah bukit yang
ada di sebelah timur. Dia masih tetap percaya, Ronggur dan
Tio akan kembali membawa berita ria. Pertanyaan yang
sebenarnya berupa ejekan yang diajukan orang padanya,
selalu disahutnya dengan baik.
"Sudah pulangkah Ronggur dari tanah habungkasan"
Sudah ditemuinya tanah habungkasan yang dijanjikan setan
itu" Kapan pulang, si anak durhaka itu?"
"Dia akan pulang membawa berita ria bahwa tanah
habungkasan yang dijanjikan para dewata telah ditemuinya.
Ronggur anak yang memperoleh petunjuk secara langsung
55 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dari dewata. Dia anak yang berbahagia."
"Apa kau katakan" Para dewata mengganti setan" Patutlah
ramalan tenungmu tidak ada yang benar."
"Bukan setan yang menggoda. Tapi, dia telah dilahirkan
untuk menyampaikan kehendak dan pesan dewata."
Orang lalu tertawa. Kemudian orang itu me lanjutkan,
"Bukankah kau yang membuat ayah si Ronggur menemui ajal,
karena kau ajak dia menyusuri Sungai T itian Dewata?"
"Kami mengalami kegagalan yang mengakibatkan kecelakaan itu. Aku akui, tekadku kurang kokoh waktu itu. Aku
meloncat dari biduk membuat keseimbangan biduk hilang.
Ayah Ronggur menemui ajal karena kecelakaan itu."
Mendengar sahutan begitu, orang menjadi ramai tertawa
lalu pergi sambil berkata, "Orang gila. Si tua gila."
Tapi, lama kelamaan orang tidak mau lagi mengganggu,
mencakapinya. Orang membiarkan menatap ke arah matahari
terbit setiap pagi. Orang tidak mengacuhkannya lagi. Malah
orang sudah sependapat, dia seperti tidak ada lagi. Orang
tidak memanggilnya ke pertemuan marga dan ke sidang
56 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kerajaan marga. Berita yang datang dari kampung sekitar, baik mengenai
perdamaian, begitu pula mengenai peperangan yang terus-
menerus meletus, antara satu marga dengan marga lain,
antara satu suku dengan suku lain, dan antara satu lunak
dengan luhak lain tidak disampaikan orang padanya.
Malah waktu marganya sendiri harus berperang karena
memperebutkan hutan di teluk danau itu, yang berakhir atas
kemenangan marganya, waktu itu pun, tenaganya tidak
diminta orang membantu marga. Marga yang dikalahkan
marganya itu, akhirnya harus membayar upeti pada kerajaan
marga. Membuat marga mereka menjadi lebih berkuasa, kuat,
dan kaya. Persawahan dan perkampungan tambah banyak
mereka kuasai. Orang yang kalah, yang dapat dihancurkan
kerajaan marganya, bila tertangkap, dijadikan budak belian.
Sedang yang sempat melarikan diri, pergi ke kaki bukit
terpencil, ke tanah batu yang sama sekali tidak baik dijadikan
persawahan, menjadi orang buruan. Sedang kerajaan marga
yang tidak sempat dihancurkan, lalu meminta damai sete lah
melepaskan haknya atas apa yang diperebutkan, harus pula
membayar upeti pada kerajaan marga mereka.
Orang tua itu membiarkan rambutnya panjang. Sehingga
sudah sampai di pundak. Memutih uban. Pipinya cekung.
57 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Wajahnya bertambah lancip. Tapi, sinar matanya tetap
mengandung sinar kepercayaan. Tidak melesu. Dan, pagi itu
sinar mata tambah bening dan bersinar. Dijauhan ada tiga
benda kecil dilihatnya bergerak-gerak di kaki bukit sebelah
timur. Setiap saat benda yang bergerak itu mendekat atau
menurun ke lembah perkampungan mereka.
Matahari bersinar terang. Tidak ada awan di langit. Tanpa
disadarinya dia bertempik dan berlari ke tengah kampung,
sampai orang pada tercengang. Terlebih karena dia
meneriakkan, "Mereka telah kembali. Ronggur telah kembali
dari tanah habungkasan. Mereka sedang menuruni kaki
gunung sebelah timur."
Orang bertemperasan ke luar rumah lalu terus pergi ke
gerbang kampung sebelah timur. Menatap dengan patok ke
arah yang dimaksud orang tua itu. Mereka juga memang
melihat ketiga titik yang bergerak itu. Belum pernah seorang
manusia pergi ke sana. Karena gunung itu gunung angker
menurut kepercayaan mereka. Apalagi bila orang menurun
dari pundaknya, tempat matahari muncul.
Pagi itu juga kerajaan marga mengadakan sidang.
Diputuskan untuk mengirim
kurir penunggang kuda,
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyelidiki keadaan sebenarnya.
Kalau memang itu rombongan Ronggur supaya dibawa pulang.
58 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sebanyak tiga orang penunggang kuda bergerak. Mereka
bawa juga dua ekor lagi kuda, yang tidak punya beban. Hati
tiap orang tambah gemuruh. Setiap orang melahirkan
anggapan dan duga demi duga. Apa yang akan terjadi. Atau
apa yang telah terjadi" Warta apa yang akan datang"
Datu Bolon Gelar Guru Marlasak, masih mengatakan bahwa
itu bukan rombongan Ronggur. Tapi, binatang liar lagi buas.
Percakapan menjadi simpang siur. Namun setiap orang lebih
menginginkan bersikap menanti, apa yang akan disampaikan
penyelidik yang sudah dikirim kerajaan.
Sampai sore orang semua tinggal menanti. Tidak ada yang
turun ke sawah. Tidak ada yang turun ke danau. Tiap orang
seperti terpacak di tempat masing-masing.
Bila senja telah mulai memerah di langit, mencampakkan
sinar yang beraneka warna ke permukaan danau, mereka
sudah dapat melihat kepulan debu mengepul ke udara.
Penyelidik penunggang kuda sudah pulang. Kuda yang dua
ekor lagi sudah ada penunggangnya. T ambah lama, bersama
dengan bertambah merahnya warna senja, rombongan itu
bertambah dekat. Orang terus saja dapat mengenali bahwa
penunggang kuda yang keempat, Ronggur. Di belakangnya
Tio menggendong bayi. Sedang dipangkuan Ronggur, si
belang menjulurkan lidah.
59 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Suasana tambah tertekan. Setiap orang terdiam. Setiap hati
tambah bertanya. Anak yang sudah disangka mati dikutuk
dewata, telah kembali ke tengah mereka. Anak yang dikenal
kecakapan, ketabahan, keberanian, dan kekuatan serta
keuletannya, tapi sayangnya pula anak yang telah dicoret dari
silsilah marga karena digoda setan, dan berusaha
meruntuhkan kepercayaan mereka yang bisa membuat
dewata marah, telah kembali di tengah mereka. Tanpa kurang
sesuatu. Ronggur melompat dari punggung kuda. Setelah menuntun
Tio turun dari pundak kuda, lalu terus mendekat ke orang
banyak. Dia tidak langsung menuju ke tempat raja yang juga
hadir di sana. Tapi, mendekat pada orang tua yang berambut
panjang putih itu. Mereka memberi sembah. Lalu dari mulut
Ronggur keluar kata: "Bapak, Datu Bolon Gelar Guru Marsait Lipan, yang tidak
pernah salah tafsir tenungnya. Dengan bantuan doa Bapak,
anakmu ini telah menemukan tanah habungkasan yang sangat
luas lagi landai, juga menemui sebuah danau yang tidak
bertepi tapi airnya asin. Namun sangat banyak ikan. Dataran
yang landai, ditumbuhi pohon kelapa berjajar, seperti pagar
tepian danau. Di punggungnya, hutan belantara yang sangat
hijau lagi luas, memberi imbangan akan luasnya danau yang
60 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ada di depannya. Tanah di sana sangat baik dijadikan
persawahan. Bukan tanah tipis menyaputi batu alam. Hutan
menyimpan binatang buruan yang jinak. Orang yang pergi ke
sana, tidak perlu takut kehabisan makanan. Orang yang pergi
ke sana, tidak perlu berkelahi karena setitik air parit. Di sana
kedamaian akan tercipta, karena setiap orang rajin bisa
membuka tanah persawahan sesuka hatinya. Lagi pula, apa
yang kita takutkan bahwa penduduk akan sangat padat
sedangkan tanah begitu sempitnya karena penemuan tanah
habungkasan ini tidak jadi persoalan lagi. Setiap orang bisa
punya anak berpuluh-puluh, namun tidak perlu takut
kekurangan tanah. Tanah, alangkah gembur dan subur."
"Di manakah itu, Anakku?" tanya orang tua itu ber-napsu.
"Di seberang ujung dunia. Sebenarnya bukan ujung dunia,
Bapak. Sungai Titian Dewata pada salah satu tempat, memang
mempunyai arus yang sangat deras. Karena ada air terjun, air
harus menuruni sebuah lembah yang sangat curam. Tapi,
itulah pula mula tanah landai, tanah habungkasan. jadi,
Sungai Titian Dewata tidak pernah putus. Setelah air terjun,
Sungai Titian Dewata terus mengalir, membelah dada hutan
belantara yang sangat lebat dan rimbun itu."
"Anakku, berapa keluarga yang dapat di tampung tanah
habungkasan yang kau temui itu?"
"Berapa keluarga" Ah, cobalah bapak bayangkan, sejauh
mata memandang hanya tanah yang landai yang tampak,
61 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanah yang hijau tidak bertepi. Sampai bertemu dengan kaki
langit. Jadi aku tidak dapat mengataka
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
6207 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
n berapa keluarga. Tapi, semua keturunan si Raja Batak dapat di tampungnya
sekaligus dan bersama keturunan yang akan datang tanpa
menakutkan bahwa tanah garapan akan habis. Tanah di sana
tidak akan habis." Sambil menitikkan air mata bening karena gembira, orang
tua itu lalu mengatakan: "Anakku, kau telah melaksanakan petunjuk dewata,
sehingga lahir dalam melaksanakan petunjuk dewata,
sehingga lahir dalam kenyataan. Setiap orang seharusnya
mengucapkan terima kasih padamu dan pada Mula Jadi Na
Bolon yang telah menciptakan tanah habungkasan itu.
Pertempuran yang sering terjadi antara satu marga dengan
marga lain atau antara satu luhak dengan luhak lain, yang
kemudian menimbulkan luka serta duka yang dalam dan lebih
kejam lagi yang menimbulkan kemelaratan dan golongan
tertindas, akan tidak perlu berulang. Setiap orang akan
memperoleh kebebasannya kembali mengerjakan tanah,
bukankah begitu, Anakku?"
"Ya, Bapak." "Terimalah ucapan terima kasihku padamu, Anakku."
Orang banyak, baik penduduk biasa, pun kerajaan,
1 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
semuanya terdiam mendengarkan percakapan itu. Tapi, dari
mata Datu Bolon Gelar Guru Marlasak, memancar sinar
kebencian dan dendam. Tiba-tiba saja dia berkata, suaranya
terus lantang: "Ronggur, kau telah mengatakan segala dusta. Apakah
buktinya bahwa kau telah menemukan tanah habungkasan
seperti yang kau dustakan?"
Ronggur mengeluarkan pundi yang tiga itu, yang padinya
begitu bernas, lalu, "Waktu aku berangkat dulu dari sini,
hanya sepundi kubawa. Sekarang aku bawa tiga pundi padi
yang bernas. Sebenarnya hendak kubawa lebih banyak. T api,
karena perjalanan begitu jauh, lagi pula harus melalui pundak
bukit dan celah bukit, aku memutuskan membawa tiga pundi
saja sebagai bukti. Tapi, di tanah habungkasan, kutinggalkan
padi bagi keperluan orang yang mau pindah ke sana dalam
taraf pertama. Menjamin keperluan mereka sebelum saat
panen tiba. Saat panen lebih pendek di sana daripada di sini.
Padi lebih cepat matang. Lihatlah, betapa bernasnya padi ini."
'Ke mana pergi gelang yang dipakai si Tio pertanda dia
budak". Dan, anak siapa yang digendongnya itu" Anakmu"
Kau mengawini atau memilih seorang budak menjadi ibu
anakmu?" Datu Bolon Gelar Guru Marlasak tersenyum mengejek.
2 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Wajah Ronggur memerah padam. Dengan suara menghentak,
"Tio telah menjadi isteriku, perempuan yang paling setia dan
tabah. Kami telah dipersatukan Mula Jadi Na Bolon secara
langsung, sewaktu kami tiba ke tempat jatuhnya air Titian
Dewata untuk pertama kalinya. Demi menghormati kesetiaan
dan ketabahannya, aku jadikan dia istriku. Dialah isteri paling
setia. Dia telah kubebaskan. Dia tidak akan pernah menjadi
budak lagi." "Aku tidak mempercayai cakapmu. Tiga pundi soal
gampang. Bisa saja kau curi dari lumbung orang. Tapi, kau
telah mengatakan bahwa Sungai Titian Dewata tidak jatuh ke
ujung dunia, jadi persoalan. Kau telah menghancurkan
kepercayaan kami. Kau telah mengawini seorang budak belian
yang diharamjadahkan orang merdeka. Kau telah membuat
segala pekerjaan keji dan mengatakan kata yang keji. Inilah
persoalan yang sangat berat. Pada orang yang melakukannya,
dapat dijatuhkan hukuman. Dan, itu semua, kutuduhkan
padamu dan aku meminta pertimbangan khalayak dan
kerajaan, agar memilih bentuk hukuman yang pantas
ditimpakan padamu. Kalau tidak, para dewata akan murka.
Dan, mengutuk marga ini. Marga yang kuat perkasa lagi kaya
ini, marga yang dikurnia oleh dewata."
Kerajaan yang lengkap cepat saja mengadakan sidang.
Dalamm rapat kerajaan, suara Datu Bolon memegang peranan
yang penting. Karena persoalan, soal kepercayaan.
3 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kita akan dikutuk para dewata dan arwah nenek moyang,
bila kita mau mendengar cakap dusta ini. Kita dulu
memutuskan, akan menangkap si Ronggur, akan menjadikannya budak belian, bila dia kembali ke kampung
halaman ini. Tapi, sekarang tuntutanku tidak sampai di situ.
Karena dia telah mendustai kita dan dia telah membebaskan
seorang budak marga tanpa persetujuan sidang kerajaan,
tuntutanku: Menangkap dan menghukum si Ronggur bersama budak
belian itu. Hukum mati. Ini perlu, agar para dewata yang telah
melindungi kita, yang telah membuat kita menang dalam
peperangan tidak memurkai kita. Bukankah kita sudah harus
bersyukur pada para dewata dan arwah nenek moyang,
karena sebaik kita mencoret nama Ronggur dari silsilah
marga, dan tak mau mendengarkan cakapnya, telah dua kali
marga kita mengalahkan marga lain dalam peperangan"
Hingga marga kita menjadi marga yang berkuasa, kuat, kaya,
dan dihormati setiap marga" Dan, luhak kita, menjadi daerah
4 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
taklukan kita?" Segala saran yang dilancarkan Datu Bolon gelar Guru
Marlasak, mempengaruhi keputusan kerajaan. Lalu mengeluarkan perintah, menangkap Ronggur dan Tio. Telah
diputuskan pula, besok pagi, akan dipalu canang ke tiap
kampung yang dikuasa i marga itu, untuk mengumpulkan
mereka, lalu sama menyaksikan hukuman mati yang harus
dijalani Ronggur bersama T io, karena mereka telah menghina
kepercayaan. Agar pengaruh yang dibiuskan Ronggur tidak
mempengaruhi orang untuk seterusnya.
Ronggur dan Tio diikat pada batang pohon mangga yang
besar. Bayi diletakkan di depan, mereka, langsung di atas
tanah. Dekatnya si belang. Apak kecil itu menangis sejadinya.
Tapi, tak seorang pun dibolehkan menyentuhnya.
Mendengar tangis bayi kecil itu, tidak saja perasaan Tio dan
Ronggur serasa disayat. Turut si belang menitikkan butir air
dari matanya. Tambah lama, suara anak menjadi parau. Si
belang mendekatkan moncongnya ke mulut anak itu. Lalu
lidahnya dijulurkan si belang. Disapukannya ke bibir anak.
5 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sampai basah. Lalu lidah anak itu menjilat bibirnya. Kemudian
lidah anak itu secara langsung disapu lidah si belang.
Sehingga air dari lidah si belang berpindah ke lidah anak itu.
Tangis anak itu mereda. Si belang meringis kecil, merasa
gembira dapat mendiamkan tangis anak itu. Bila matanya
dicampakkan ke arah T io dan Ronggur, si belang memperoleh
senyum terima kasih dari tuannya.
Segala alat yang dibawa oleh Ronggur dan Tio
ditumpukkan depan mereka, juga ketiga pundi padi itu. Semua
akan dibakar. Supaya bekas dari kejadian itu tidak tinggal
sedikit pun. Tidak berapa lama setelah senja berganti malam, Raja
Panggonggom bersama pengiringnya, masih datang menemui
Ronggur, mengusulkan agar Ronggur mencabut kembali
semua yang telah diucapkannya.
Hukuman bisa dientengkan, tak perlu hukum mati, asal dia
mau. Tapi, Ronggur harus bersedia menjadi budak, begitu
pula Tio dan anaknya. Ronggur menolak sarat itu. Malah
dikatakannya: "Aku tidak dapat membenarkan yang salah, begitu pula
sebaliknya. Yang benar harus kukatakan benar. Percayalah
padaku, Paduka Raja."
Tapi, Raja Panggonggom tidak mendengarkan. Bila fajar
pagi terbit hukuman mati itu akan dilangsungkan.
Cepat saja berita yang dibawa Ronggur dan Tio menjalar ke
6 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mana-mana. Sampai ke kaki bukit tempat orang melarat,
tempat orang yang tidak berpunya, dan tempat persembunyian orang buruan. Mereka menegakkan kepala
mendengar berita itu. Terutama setelah mereka memperoleh
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penjelasan langsung dari bekas Datu Bolon, setelah saran
Ronggur ditolak kerajaan marga mereka.
Bekas Datu Bolon itu mengatakan pada mereka bahwa
yang mengetahui jalan ke tanah habungkasan itu hanyalah
Ronggur. Bila Ronggur mati dibunuh orang yang tidak dapat
mendengarkan penemuannya, maka tanah habungkasan itu
akan kembali hilang. Mereka semua akan menjadi orang yang
sia-sia turun-temurun. Mereka harus membela Ronggur dan
Tio, harus melepaskan mereka dari ancaman maut itu.
Orang melarat dan orang buruan yang tinggal di gua kaki
bukit itu akan selalu lari ke mana saja berpencar bila tentara
kerajaan marga Ronggur datang menangkap mereka, akhirnya
memutuskan: 7 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Daripada mati dibunuh dan diburu di dada tanah batu yang
gersang, lebih baik mati menempuh jalan menuju ke tanah
habungkasan. Malam itu juga, sepuluh orang lelaki yang kuat
tubuhnya, menyelusup ke induk kampung marga Ronggur.
Lengkap dengan senjata masing-masing. Dari celah bambu
duri, mereka dapat melihat di mana Ronggur dan Tio diikat,
dijaga tiga orang pengawal. Unggun api sudah mulai
mengecil. Keadaan sunyi. Malam sudah jauh. Tiba-tiba saja si
belang menggonggong. Karena mencium bau orang yang
datang mendekat. Membuat ketiga pengawal itu terjaga.
Setelah mengitari kampung dan meneliti, akhirnya mereka
kembali tidur sambil menyepak si belang. Seseorang terus
mendekat ke tempat Ronggur, lalu membisikkan, "Ronggur,
suruh si belang diam."
Ronggur memberi isarat. Sehingga si belang duduk dekat
kakinya dan diam. Dan, sekali sergap saja, ketiga pengawal
yang sedang mengantuk itu tidak berdaya lagi. Mati terbunuh.
Tali temali yang mengikat Ronggur dan T io, mereka putuskan.
Mereka gendong bayi lalu mereka melarikan diri. Orang yang
tidak berpunya dan orang buruan telah menantikan mereka,
bersama bekas Datu Bolon di kaki bukit. Setelah mengucapkan
terima kasih, Ronggur bertanya, "Apa. yang harus kita
perbuat?" 8 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Datu Bolon Gelar Guru Marsait Lipan?berkata, "Berita yang
diturunkan para dewata padamu, harus kau sampaikan pada
setiap orang. Tanpa memandang dari marga mana mereka,
dari golongan mana mereka. Kalau sebagian orang tidak mau
merasakan arti yang dikandungnya, tidak dapat menerima
kebenarannya, maka orang yang mau mendengarlah yang
berhak menerima berkat darinya. Mereka inilah orang yang
tidak berpunya, orang buruan ini karena kalah perang, yang
mau mendengarkan berita penemuanmu. Merekalah yang
berhak menerima berkah darinya. Bawalah mereka ke tanah
habungkasan. Sehingga mereka dapat kembali mengecap
alam kebebasan. Dan, otot mereka yang kencang itu dapat
kembali digunakan mengolah tanah."
"Bapak juga harus ikut," kata Ronggur. "Bila mereka
menemui Bapak, Bapak juga hendak mereka tangkap dan
bunuh." "Ya, Bapak akan ikut. Bapak juga walau dengan berjingkat,
ingin melihat tanah habungkasan dalam kenyataan, karena
aku sudah sering melihatnya dalam mimpiku. Aku ingin
melihat apa yang dibisikkan para dewata padaku."
Bergeraklah mereka malam itu juga. Memegang obor.
Menyuluh jalan jurang dan lembah dalam. Sedang di induk
kampung marga Ronggur, dipalu gong. Membangunkan setiap
orang. Mereka sudah tahu, Ronggur dan Tio bersama anaknya
dan si belang sudah lari. Sidang kerajaan dengan
9 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berangsangan, belum pernah marga kita dihina orang begini
rupa. Ayo, tangkap mereka, bunuh setiap orang yang memberi
bantuan padanya. Raja Nabegu memerintahkan Hulubalang yang terkemuka,
yang dipercayai beserta laskarnya yang terkenal keberanian
dan kekuatannya, mengejar dan menangkap Ronggur dan T io
kembali. Membunuh setiap orang yang memberi bantuan pada
Ronggur dan Tio. Sedang Raja Panggonggom, memerintahkan anak lelakinya
yang sulung, anak lelaki Raja Nabegu dan Raja Ni Huta, turut
serta dalam rombongan yang harus menangkap Ronggur dan
Tio serta membunuh setiap orang yang memberi bantuan
padanya. Datu Bolon Gelar Guru Marlasak, cepat mengusung bangkai
laskar marga yang telah mati ke Sopo Bolon. Di sana
disembayangkan, agar arwah laskar yang wafat itu mengutuk
perbuatan Ronggur dan Tio. Malah dimintanya, agar
mencelakakan Ronggur dan Tio bersama rombongannya.
Kepada ketiga anak raja itu, Raja Panggonggom memesankan
dan mengingatkan bahwa Ronggur punya cukup akal yang
licik. Dia harus diimbangi dengan kelicikan pula. Yang
diharapkan dipunyai oleh anaknya, yang kelak menggantikan
sebagai Raja Panggonggom bila dia wafat.
10 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Di kala fajar pagi pertama menyingsing, bergeraklah orang
yang bertugas memburu rombongan Ronggur. Sedang
Ronggur, tetap menyuruh agar mengadakan tanda, jalan
mana mereka tempuh. Supaya orang yang memburu dapat
mengikuti jejak dan jalan mereka tempuh.
Rombongan terus bergerak. Orang yang memburu juga
terus bergerak. Tempik dan sorak, kemarahan dan hasutan,
dialamatkan pada rombongan Ronggur. Mereka harus
membunuh setiap anggota rombongan Ronggur dan menawan
Ronggur hidup-hidup, untuk dihadiahkan pada sidang
kerajaan. Untuk sama-sama dibunuh oleh tiap warga marga.
Matahari semakin tinggi. Pundak bukit pertama telah
ditaklukkan. Di sana mereka istirahat. Malah bermalam. Pada
pagi berikutnya, rombongan yang memburu telah tampak di
kaki bukit yang mereka taklukkan. Ronggur menyuruh, agar
orang menghidupkan api, mengepulkan asap. Menandakan
pada yang memburu bahwa mereka ada di sana.
Rombongannya merasa aneh juga terhadap tindakan begitu.
Maunya mereka menghilangkan jejak. Ini tidak. Malah
memberitahukan pada musuh di mana mereka berada. Tapi,
karena Ronggur sungguh-sungguh menyuruh,
mereka laksanakan juga dengan sebaik mungkin.
11 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Bila rombongan yang memburu mulai mendaki bukit,
mereka pun mulai bergerak. Tanpa menjatuhkan batu untuk
menghancurkan yang memburu itu. Bila rombongan yang
memburu sudah berada di pundak bukit pertama, rombongan
Ronggur sudah kembali mendaki ke pundak bukit kedua.
Kedua rombongan dapat bertatapan, tapi dipisah lembah yang
dalam. Matahari kembali melemah. Senja memerah. Kemudian
malam. Rombongan Ronggur istirahat. Begitu pula rombongan
yang memburu. Tidak ada yang berani melanjutkan perjalanan
di malam hari. Takut jatuh ke jurang dalam. Rombongan
Ronggur menghidupkan api unggun. Begitu pula rombongan
yang memburu. Dendam kesumat pada rombongan yang
memburu tambah menghebat, karena merasa diperma inkan.
Sedang Ronggur hanya tersenyum saja.
Bila fajar kembali terbit, rombongan yang diburu dan
memburu kembali bergerak. Begitu terus menerus. Tapi,
Ronggur tetap mengusahakan, agar kedua rombongan selalu
dipisah lembah. Juga diusahakan, agar rombongannya tidak
berada di dasar lembah, bila musuhnya berada di pundak
bukit, hingga musuhnya dapat menjatuhkan batu untuk
membunuh mereka. Begitu terus-menerus. Terkadang antara
kedua rombongan terjadi saling panggil-memanggil. Sambil
hasut menghasut. Pada hari ketujuh, rombongan Ronggur telah melewati
12 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
celah pertemuan bukit, yang merupakan pintu ke tanah
habungkasan. Dari baliknya, dapat dilihat, di bawah melalui
pundak bukit yang menurun tanah habungkasan.
Setiba di balik bukit terus jurang dalam. Lapangan datar
hanya beberapa depa saja. Bermula terus jurang. Harus
memenggok ke kiri, beberapa jauh harus melalui di satu jalan
sempit, yang diapit oleh bukit dan dinantikan mulut jurang
menganga. Baru tiba kembali ke jalan yang agak luas, mula
jalan menurun yang baik menuju tanah habungkasan. Juga
dari sana dapat ditatap air terjun yang memutih. Setiap
anggota rombongan Ronggur kagum menatap tanah datar
yang luas dan hijau di bawah mereka. Setiap orang ternganga
melihat putihnya air terjun yang menerobos bukit sebelah
timur. Lalu setiap orang mengucapkan rasa terima kasihnya.
Dan, setiap orang yang memakai gelang pertanda budak,
disuruh Ronggur membuangnya dan menyampakkannya jauh-
jauh. Ke jurang dalam. Ronggur menyuruh tiap orang berondok ke sisi bukit.
Mendaki sedikit ke atas. Tiap orang disuruhnya menyiapkan
senjata yang ada di tangan masing-masing. Kemudian orang
yang tidak bersenjata, disuruhnya memilih batu alam, yang
bisa digulingkan. Sedang dua tiga orang, disuruhnya pergi ke
mulut celah bukit. Menantikan rombongan yang memburu.
13 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Memberi tanda pada mereka, agar rombongan yang memburu
itu mendatangi ce lah bukit.
Semua orang mengerjakan perintah Ronggur. Setiap orang,
baik perempuan. Lengkap senjata terhunus di tangan.
Rombongan yang memburu terus saja mengejar dengan
semangat meluap. Melewati celah bukit. Dan, mereka telah
ada di bawah rombongan Ronggur, pada satu tempat yang
tidak menguntungkan. Mereka terjebak sudah. Dengan
lantang, Ronggur berteriak, "Letakkan senjatamu. Kalau tidak
kamu sekalian akan kami bunuh. Di depanmu jurang dalam.
Boleh pilih, menyerah atau mati."
Rombongan yang memburu mengutuk pada diri sendiri.
Dengan terpaksa harus membuang senjata yang ada di
tangannya. Tapi, di saat begitu, anak Raja Ni Huta, mengambil
kesempatan. Cepat berpaling dan melayangkan tombaknya ke
arah Ronggur. Ronggur cepat berondok ke balik batu alam.
Dan, sebuah tombak balasan melayang ke bawah mengenai
anak Raja Ni Huta, yang lalu jatuh ke mulut jurang dengan
pekikan meninggi. Sekali lagi Ronggur berteriak, "Pilih antara
dua, menyerah atau mati. Kalian semua berada di tempat
yang tidak menguntungkan."
Anggota rombongan yang memburu itu, dengan terpaksa
mencampakkan semua senjatanya ke mulut jurang. Mereka
14 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
disuruh Ronggur menghadap ke arah jurang. Lalu kedengaran
suaranya meninggi: "Kau para lelaki yang kuat. Tapi, yang tidak punya
kekuatan untuk menerima sesuatu warta kebenaran. Justru
karena warta itu bertentangan dengan kepercayaan yang kau
anut selama ini. Lihatlah sekarang dengan mala kepalamu
sendiri, di depanmu jauh di bawah sana, luasnya tanah hijau
yang landai, seperti yang kuceritakan padamu. Dan, di sebelah
kananmu itulah air terjun yang kukatakan."
"Lihatlah, apakah Sungai Titian Dewata berakhir ke ujung
dunia" Dan, benda memutih dikejauhan yang terus menerobos
ke timur, membelah kehijauan hutan belantara itu, kelanjutan
Sungai Titian Dewata, merambah jalan ke danau yang maha
luas, yang airnya asin, tapi banyak ikannya. Pergunakanlah
mata kepalamu. Dengarlah dengan kupingmu sendiri, derum
air terjun yang jatuh, warta dari mula kehidupan. Apakah
kalian masih belum percaya?"
Orang yang memburu pada terdiam dan tercengang.
Sekarang mereka dengan mata kepala sendiri, telah
menyaksikan kebenaran cerita Ronggur, di saat mereka
terjebak pula. Harus tunduk pada Ronggur. Mulut mereka
ternganga. Hulubalang yang memimpin rombongan itu, berpaling ke
arah Ronggur. Setelah menundukkan kepala tanda memberi
hormat, dia mengatakan: 15 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ronggur, kalau kau sekarang mau membunuh kami, kau
telah bisa melakukannya tanpa sesuatu halangan. Dan, itu
memang hakmu. Tapi matiku telah merasa senang. Justru
karena aku telah melihat kebenaran ceritamu. Aku akan tidak
menyangsikan hidup anakku lagi. Tanah luas masih tersedia
untuk mereka walaupun aku mati. Tanah habungkasanmu,
Ronggur." Ronggur membiarkan Hulubalang itu terus berkata. Yang
melanjut dengan, "Kami telah me lihat air terjun yang kau
ceritakan. Ujung dunia yang kami sangka selama ini, mula
tanah datar yang maha luas. Hijaunya telah kutatap, dan bau
kesuburan yang mengambang darinya telah kuhirup. Kami
telah mengikuti ajaran yang salah, dan kami tidak punya
kelapangan hati mendengar warta kebenaran darimu. Untuk
itu kami sewajarnya menerima hukuman. Akulah yang
pertama harus kau bunuh. Aku pemimpin rombongan yang
mengejarmu ini." Seketika keadaan hening. Lama Ronggur menatap
tawanannya yang hendak menangkap pada mulanya. Yang
sebenarnya juga anggota keluarganya. Sesuatu perasaan yang
bertentangan tumbuh dalam dada, sebagian ingin menuntut
balas, tapi sebagian lagi memberi pertimbangan lain. Dalam
keadaan begitulah Ronggur memanggil orang tua, bekas Datu
16 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Bolon Gelar Guru Marsait Lipan ke dekatnya.
"Bapak," katanya, "apa yang harus kuperbuat sekarang?"
Lama orang tua itu terdiam. Baru mulutnya mengatakan,
"Nasib mereka berada di tanganmu. Kau bisa menentukan,
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apakah mereka masih berhak hidup atau mati. Tapi, bagi
Bapak, ada sesuatu hal yang menguntungkan dalam saat ini.
Kau telah gagal mewartakan berita penemuanmu secara
langsung. Tapi, sekarang kau memperoleh jalan lain untuk
mewartakannya kepada orang lain di kampung halaman.
Dengan sendirinya pula mewartakan kepada kelompok marga
lain, marga yang masih merdeka."
"Bagaimana caranya, Bapak?"
"Tawanlah anak Raja Panggonggom, anak Raja Nabegu.
Kemudian suruh pulang Hulubalang itu dengan pengiring kecil.
Tugaskan padanya agar dia mewartakan pada kerajaan marga
atas kebenaran ceritamu, kebenaran penemuanmu. Bila
mereka tidak juga mempercayainya, maka nasib anak Raja
Panggonggom dan anak Raja Nabegu, akan sama dengan
nasib Raja Ni Huta."
Tersenyum Ronggur memperoleh saran 17 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
itu. Lalu disambutnya, "Saran yang baik. Dan akan kutambahkan
bahwa tidak marga kita saja yang berhak datang ke tanah
habungkasan. Semua marga berhak. Semua orang berhak.
Tidak memandang apakah dia seorang budak, raja atau apa
saja. Semua orang berhak memperoleh tanah, seluas dan
selebar yang sanggup dia kerjakan."
Orang tua itu menundukkan kepala mengiakan.
"Di samping itu," kata Ronggur pula, "aku harus menuntut
pada kerajaan marga, agar mengembalikan tanah persawahanku, yang dulu disita kerajaan dariku. Itu sangat
penting. Karena bagaimanapun seperti adat kita, sejauh kita
merantau, namun bona nipasogit, tidak boleh dilupakan.
Sesuatu harta pusaka turun-temurun yang mulanya dirambah
nenek moyang, harus dijaga dan dipelihara. Juga segala harta
milik Bapak yang disita dulu, harus dikembalikan. Dan, Bapak
tahu aku telah mengambil T io menjadi istriku."
"Ya, Bapak tahu," sahut orang tua itu cepat. "Dan, itu
sangat baik." 18 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Karena itu, kesatuan marga Tio sudah menjadi moraku.
Mora yang harus kuhormati."
"Ya, memang begitu menurut adat kita."
"Lalu, aku harus menuntut pula bahwa semua keturunan
marga Tio, harus dibebaskan dari perbudakan. Siapa saja di
antara mereka yang punya hasrat pindah ke tanah
habungkasan harus dibolehkan. Tidak boleh dihalangi. Sedang
orang yang tidak bisa pindah karena sudah tua atau karena
alasan lain, harus dibebaskan dari perbudakan."
Orang tua itu tersenyum. Mengiakan.
Segala hasil pembicaraan disampaikan Ronggur dengan
suara lantang pada Hulubalang. Itulah sarat yang harus
disampaikan Hulubalang pada kerajaan marga. Yang
ditambahnya pula: "Dalam jangka dua purnama, utusan kerajaan sudah harus
ada yang datang menemui mereka ke tanah habungkasan.
Mewartakan, apakah saran itu diterima atau tidak. Utusan
kerajaan marga, boleh kelak menempuh jalan yang mereka
tandai." Hulubalang itu menyanggupi akan menyampaikan pesan.
Malah dengan sadar dia menambahkan, "Karena aku sendiri
telah melihat kebenaran ceritamu, kebenaran penemuanmu,
tanpa sarat itu pun, aku akan bekerja keras menginsafkan
19 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
orang. Berilah kesempatan padaku, untuk berbakti."
Lima orang dari anggota yang memburu itu, ditunjuk
Ronggur mengiringi Hulubalang menuju kampung halaman.
Yang lima orang itu pun telah bersedia menjadi saksi atas
kebenaran penemuan Ronggur. Sedang rombongan Ronggur,
ditambah pasukan kerajaan marga yang sudah insaf menuju
ke timur, ke tanah habungkasan.
Kemudian rombongan lain bertambah banyak menuju
tanah habungkasan. Selalu mereka mengadakan upacara di
pangkal sungai, mempertebal keyakinan bahwa mereka akan
dituntun para dewata dan arwah nenek moyang ke tanah
habungkasan. Baik melalui sungai atau jalan darat. Sejak itu,
nama tempat itu mereka sebut Porsea.
Jalan tempuhan, tambah lama, tidak hanya yang dirintis
Ronggur saja yang mereka kenal. Tapi, telah terbuka
tembusan jalan baru. Daerah lain tambah banyak ditemui. Bila
mereka sudah sampai di tempat yang mereka namakan
Parhitean, mereka terus pergi ke arah timur, akan tiba ke
tanah habungkasan yang ditemui Ronggur, di mana
rombongan Ronggur membuka perkampungan.
Bila mereka dari Parhitean menuju ke utara, mereka akan
tiba ke Daerah T angga. Dari sana dapat mereka tatap pundak
bukit yang tiga, lalu mereka namakan itu Tiga Dolok. Dari
20 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sana terus menembus ke daerah Simalungun. Bila terus
menyusur bukit sebelah barat, bisa mereka buka dua
persimpangan. Satu menuju Tanah Karo, satu lagi menuju
Dairi-Pakpak. Dari Dairi, bisa turun kembali ke Pulau Samosir.
Dari T iga Dolok, dapat mereka kenal pundak bukit yang ada di
bagian pundak mereka, pundak bukit di lingkungan Danau
Parapat. jadi bila mereka menuju ke sana, kembali tiba ke
lingkungan Danau Parapat.
Dari Parhitean, bila mereka memenggok ke selatan, mereka
akan tiba ke Parsoburan. Terus ke selatan, sampai ke daerah
perbatasan Sumatera Barat, yaitu Rao-Rao. Bila mereka
meneruskan perjalanan, tiba ke dataran tinggi Bonjol. Sedang
bila kembali ke arah utara dari Rao-Rao, berarti turun ke
daerah Mandailing Raja. Menembus terus ke daerah Angkola-
Sipirok-Pahae dan tembus ke Silindung, Tarutung. Lalu bisa
kembali ke T oba. Dari Mandailing, bila mereka terus menurun, mereka
menemui pula sebuah danau yang luas, airnya asin, berteluk
indah, pesisir Sibolga. Di sini mereka bertemu dengan
rombongan yang sejak Parsoburon terus mengarah Barat.
Dan, telah menaklukkan pegunungan Pangaribuan, menurun
ke pesisir Barus. Sedang rombongan yang berangkat dari
Pangoruran Samosir, bila menuju ke arah barat, akan
menaklukkan pegunungan sebelah barat. Mereka tiba ke
Pangkat, terus menurun dari sana ke pesisir Barus.
21 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dari pesisir Sibolga, bila mereka kembali mendaki
pegunungan utara, tembus pula ke Rura Silindung, Tarutung.
Dari sana, pundak pegunungan Toba telah dapat mereka tatap
dan kenal kembali. Dari Angkola, yaitu dari T or Simago-mago,
bila menembus ke selatan teru s, akan tiba ke daerah dataran
yang luas. Padang Lawas. Terus ke selatan, mereka bisa
bertemu dengan orang yang berangkat menuju tanah
habungkasan yang ditemui Ranggur, daerah Asahan-Labuhan
Batu. Kemauan mempertahankan dan melanjutkan kehidupan,
sampai bersedia mengorbankan pertarungan demi peperangan, yang tidak sedikit mengorbankan nyawa, telah
dialihkan semangatnya untuk menaklukkan pundak demi
pundak bukit. Menerobos celah pertemuan bukit memanjang,
merambah jalan di bawah naungan dedaunan belantara yang
menghijau lebat, untuk menemui dataran luas, dataran lain,
berhutan subur, dan punya binatang buruan yang jinak lagi
banyak. Untuk menemui danau yang maha luas, yang
menyimpan ikan banyak. Airnya asin mengandung garam.
22 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Semuanya untuk kelanjutan kehidupan dan mengembangkannya. ccdw-kzaa Daftar Istilah Ambalang= tali pelempar batu
Ama Ni Bolpung= ayah si Bolpung
Ampangngardang= juru perdamaian
Ampataga= nama sejenis tumbuhan biasa dipakai untuk
obat (luka) Berandak= bersembunyi/berlindung
Bernas= berisi/berarti Bolatan= destar Bona Ni Pasolgit= kata ganti untuk kampung
halaman Buhul = ikatan Bungkas= pindah Burung Ambaroba= burung pemakan padi, berdada
kuning 23 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Curup= cerutu Dibuhul= diikat Dolok= gunung Gelagah= rumput yg panjang
Habungkasan= tanah baru Luhak= daerah Mora= keluarga pihak isteri
Mula Jadi Na Bolon= T uhang Yg Maha Esa
Parhelaan= pesta adat (hela= menantu pria
Parhitaan= jembatan/perantara
Pargaul=luwes Pargounci= grup yg memainkan gondang
Patentengan= sombong .... tidak terbaca sobek...
Pisau Gajah Lompak= pedang sakti
Pohon Hariara= pohon beringin
Purada= jumbai-jumbai warna keemasan pada ulos
Raja Ni Huta= kepala kampung
Sampuran Harimau= air terjun si harimau
Sopo Bolon= rumah besar (rumah adat)
Sanduduk = rumput putri malu
Temterasan= lari kucar kacir
Terhempang= terhampar 24 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Terpacak= tertanam/terpaku
Tuhil= pahat Tongkat Panaluan= tongkat kepala adat (marga)
Ura= makanan khas Batak; terdiri dari bermacam daun
mentah, antara lain daun pepaya serta gula merah dan lain-
lain. ccdw-kzaa (http://cerita-silat.mywapblog.com)
25 Pendekar Patung Emas 14 Sapta Siaga 13 Keributan Sesama Kawan Surat Kecil Untuk Tuhan 1
diungkapnya pinggir perahu, lalu dijulurkannya kepala melalui
celah, yang sudah ditopang oleh batu yang diganjalkan.
60 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dia telah mengenal kabut pegunungan dan danau sejak
kecil. Tapi, kabut yang begini rupa tebalnya dan lamanya
belum pernah ditemui sebelum itu. Atau, awan rendah belum
pernah melingkupi tanah serendah itu. Langit seperti di atas
kepala saja dan dapat dijangkau tangan. Tapi, bila tangan
digapaikan ke atas, yang ada hanyalah kehampaan yang tidak
bertepi. Perlahan me lepaskan pelukan Tio. Waktu itulah Tio
bangun. Bermalas-malas. Kembali tangannya dilingkarkan di
leher Ronggur, lalu seperti! anak kecil, dia menciumi pundak
Ronggur. Dari mulutnya perlahan berbisik, "Kenapa kau buru-
buru bangun" Apalagi yang mengejarmu" Bukankah sudah
semua kita lalui dan sekarang kita hanya tinggal menantikan
yang akan terjadi, permulaan dari segalanya?"
Ucapan manja bercampur kekanakan, membangkitkan iba
Ronggur. Tapi, dengan tegas dia menyahut, "Semalam atau ya
saat lalu, kita sudah berpendapat bahwa kita tidak akan
melihat dan mengecap saat lain lagi. Kita sudah beranggapan
bahwa tidak ada lagi hari, tapi sampai kini masih hidup dan
mengenal hari." "Apa sudah pagi?" tanya Tio.
"Aku tidak tahu. Tapi, katakanlah dulu sudah pagi. Hingga
waktu lewat, hari lalu, dan waktu kini, hari yang kita nantikan
kemaren. Hari yang kita harapkan membawa perobahan pada
nasib yang mendatangi diri. Atau, perobaha
61 05 Pendekar Bayangan Setan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
6206 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
n pada yang hendak kita temui. Lihatlah sekitar. Masih disungkup kabut
atau awan rendah yang masih tebal. Cahaya putih yang lemah
sudah ada lagi, hanya masih begitu lemah. Masih seperti saat
lalu." "Wajahmu capek kelihatan," kata Tio.
"Tidak mengapa. Dibaliknya terkandung kegembiraan dan
harapan selalu." "Kita masih mengharapkan?"
"Selalu. Harapan, satu-satunya api yang dapat membakar
semangat hidup. Tapi, janganlah pergunakan harapan untuk
harapan saja. Harapan harus dapat melahirkan sesuatu yang
berwujud dalam kenyataan kerja."
"Cakapmu tidak dapat kuartikan," kata Tio. Tapi, Tio
tersenyum. Merapatkan kepalanya ke pundak Ronggur.
Mereka mencuci muka dengan melapkan tangan saja
karena wajah mereka tetap basah. Dengan mengulurkan lidah,
beberapa titik air dapat ditelan sebagai sarapan pagi.
Ronggur berusaha menatap sekitar, namun pandangnya
masih tetap disungkup diputihan. Perlahan dirasakannya angin
bangkit. Di arah darimana bermula angin itu. Tio terus
merapatkan tubuhnya ke tubuh Ronggur, karena dia tetap
1 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kedinginan yang tambah lama tambah bermaksud membekukan diri. Panas tubuh mereka berdua yang merapat,
bisa sebagai bedeng, bisa menimbulkan panas.
"Lihat," kata Ronggur kemudian, "apa kau pikir itu?"
"Apa maksudmu?" tanya Tio.
"Lihat. Tidak kau lihat" Lihat ke bawah sana. Lurus ke
depan." Tampak oleh mereka berdua sebuah benda putih yang kecil
tapi bundar, putih dan lebih putih dari semua, bergerak
dengan lamban seperti bermalas-malas. Namun tetap naik
atau berusaha naik ke atas, mengatasi segalanya. Begitu putih
hingga memijarkan sinar, tapi sinar lemah. Sinar yang
dipancarkannya sedang mengadakan perlawanan atau
berusaha menghancurkan kabut putih atau awan rendah itu.
Untuk menyingkirkannya. Agar bisa dapat dilihat mata apa
sebenarnya yang ada di sana, seperti itulah gayanya. Deru
yang terus menderu di depan memberi gendang layaknya.
Tidak mati-mati. Biar sesaat pun. Kuping benda bundar putih
2 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidak memperdulikannya. Benda putih bundar itu merangkak perlahan, mendaki ke
ketinggian. Mata mereka terus mengikuti gerak ma las dari
benda putih yang bundar itu. Hati mereka menjadi tambah
menduga. Mereka belum pernah melihat tamasya alam begitu
rupa. Sesuatu benda putih yang bundar mengadakan
perlawanan terhadap sesuatu yang melingkupi segala dengan
warna putih, tapi tidak berwujud. Bundarnya, hampir
menyerupai bundar matahari yang mereka kenal, sewaktu
ditutupi awan di langit. Tapi, mereka tahu, matahari tetap
berada di atas. Mereka tidak pernah memikirkan bahwa pada satu saat dan
tempat yang berobah, rnatahari bisa dilihat seperti berada di
bawah. Namun mata mereka terus mengikuti gerak lamban
dan malas dari benda putih yang semakin tinggi itu. Mulut
mereka ternganga. Bila butiran air tambah menebal melengket
di wajah, di rambut hingga menyusahkan mata untuk
menatap, sekali hapus saja akan hilang tapi cepat melengket
di sana butir air yang lain. Mulanya tipis. Lama kelamaan
menjadi tebal. Dan, bila sudah menebal, dihapus dengan
telapak tangan. Tidak disadari mereka, entah berapa lama mereka
tenggelam dalam keadaan begitu. Tidak disadari mereka,
kenapa pandang mereka terpaut mengikuti gerak perlahan
yang menanjak itu. Mereka belum dapat menduga, warta yang
3 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
akan timbul darinya. Mereka memang tidak tahu lagi, apalagi
yang harus mereka hadapi. Hati berdenyut juga walau sudah
punya tekad, bersedia menerima segala tiba.
Detak hati yang menandakan diri anak manusia biasa. Dari
tubuh Ronggur sendiri, segala perasaan mencurah keluar,
mengikuti perjalanan benda bundar yang lemah itu. Dalam
saat begitu rupa, dia memerlukan kelembutan yang bermula
dari tubuh Tio. Dia tambah mengeratkan pelukannya ke
pinggang Tio. Kalau mati, marilah mati berpelukan, kata
hatinya ke diri sendiri. Dia tidak mau mengatakannya pada
Tio, takut kalau Tio menjadi takut, dan merasa ngeri. Tio
mendekatkan pipinya ke pipi Ronggur. Mata mereka terus
mengikuti gerak perlahan yang terus menanjak di depan
bermalas-malas, dengan tidak mau tahu pada mereka berdua
yang mengikuti geraknya terus menerus.
Perlahan sekali sehingga tidak terasa, sungkupan awan
rendah bercampur kabut tambah menipis juga dari sekitar.
Perobahan yang tidak tersadari. Mulut jurang sungai tambah
berbentuk. Begitu pula mulut jurang di sebelah kanan. Si
belang turut duduk dekat mereka, tidak bergerak. Melihat ke
arah yang mereka tatap. Lidahnya dijulurkan. Seperti menanti
sesuatu yang menentukan akan tiba.
Tebing jurang tambah menghitam, namun dasarnya belum
4 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tampak atau memang tidak punya dasar. Apakah benda putih
itu akan menyuluh jurang yang tidak berdasar" Pandang
sudah bisa mereka campakkan barang sepuluh depa ke
depan, ke samping dan ke sekitar. Tambah jauh jarak yang
dapat ditangkap pandang. Bila cuaca bertambah terang, si belang mulai sering
melangkah ke depan dan ke belakang, seperti melemaskan
otot. Tapi, cepat Tio memanggil kembali, takut kalau si belang
terjerumus ke mulut jurang yang belum tampak dasarnya.
Benda bundar yang putih itu bertambah tinggi juga.
Bertambah garang cahaya yang memancar darinya. Mereka
ikuti terus dengan tabah. Jarak yang dapat ditangkap pandang
bertambah jauh dan luas. Jauh ke belakang dapat dilihat
Ronggur, di sana tebing tidak berapa curam. Bisa dituruni, bila
hendak turun ke lembah di seberang kanan. Tapi, dasarnya
belum tampak sama sekali. Tapi, suatu harapan telah
menggeliat dalam hatinya. Tebing yang tidak berapa curam itu
menurut perhitungannya, bisa dituruni secara perlahan. Tidak
berapa sulit malah. "Ronggur," pekik Tio meninggi sambil mempererat
pelukannya ke pinggang Ronggur, "itu matahari! Itu matahari!
Mula hidup! Itu matahari!"
Cepat Ronggur berpaling. Terbelalak mata mereka melihat
5 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sinar yang tambah terang. Sungkupan kabut dan awan rendah
tambah menipis dan terangkat.
"Dan, - dan - " dengan gugup, gugup sekali, karena tidak
menduga walau itu yang dicari dan diharapkan, karena
dengan itu mereka telah dibebaskan dari kungkungan yang
mencekam dan mengancam. Karena dengan itu, mereka telah
menemui, jauh di bawah, melalui tingkatan pundak bukit,
terhempang kehijauan yang sangat luas. Kehijauan yang
maha lebat lagi datar. Dapat ditangkap dengan pandang sekarang, itu dedaunan
dari pucuk pepohonan yang tinggi. Pucuk dedaunan itu seperti
berombak ditiup angin lalu, angin pagi. Angin pegunungan.
Sejauh mata memandang, yang dapat dilihat kehijauan yang
merata, lebat berimbun. "Ronggur, itulah tanahmu. Ronggur, itulah tanah habungkasanmu. Ronggur, itulah yang ditunjukkan mimpi dan
perkataan gaib dalam mimpimu. Dia telah membawamu ke
tanah habungkasan yang maha luas."
Ronggur gugup. Tidak dapat menyahut dengan segera.
Matanya menitikkan air bening. Semangatnya kembali hidup
secara perlahan. Api dalam dirinya kembali menyala atau bara
yang untuk beberapa saat tertimbun oleh debu, sekarang
debu itu telah menyisih sehingga merahnya bara kembali
6 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rrienjilamkan panas menyala, membuat suhu tubuhnya
menjadi naik. Dapat dirasakan Tio. Lalu dia mengatakan
perlahan: "Tio, tidak tanah itu saja yang ditunjukkan mimpi padaku.
Tidak tanah habungkasan itu saja."
"Apa lagi?" tanya Tio terbodoh.
Lama Ronggur menumpa pandang ke biji matanya, lalu,
"Juga kau. Kau, sayang!"
Pandang lama bertemu, lalu Ronggur melingkarkan
tangannya ke tubuh Tio dengan ketat, yang sekarang, sudah
bisa pula melemas. "Tio, marilah mengucapkan sukur pada Mula Jadi Na Bolon,
yang telah mengirim matahari untuk kita, yang membuat kita
dapat melihat tanah habungkasan yang dijanjikannya dan
membuat aku dapat dengan jelas melihat wajahmu,
menanamkan pandang ke dasar bening matamu."
Mereka bersujud ke arah matahari. Perlahan, Ronggur
menegakkan Tio dari sujudnya. Setelah memberi kecupan
pada bibirnya, dia mengatakan pula, "Itu bukan tanahku,
Istriku. Tapi, juga tanahmu. Tanah kita berdua. Tanah anak
kita. T anah keturunan kita, yang pasti banyak dan akan terus
berkembang. Tapi, juga tanah orang lain, yang mau bungkas
ke sana." 7 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Beberapa saat keduanya terdiam. Tapi, kata Ronggur
kemudian, "Perjalanan kita masih jauh. Kita harus menyelidiki
keadaan tanah di sana. Apakah baik dijadikan tanah
persawahan. Apakah hutannya banyak menyimpan binatang
buruan. Tapi, sebelum itu, sebelum kita memulai perjalanan
ke sana, izinkanlah aku mengatakan sesuatu kata yang telah
lama terpendam di hati, "aku cinta padamu Tio."
Tio menggigit bibir. Matanya menitikkan air bening. Sambil
tersedu karena terharu, dia menelungkupkan kepala ke dada
Ronggur yang bidang. Ronggur membiarkannya begitu
beberapa saat. Tidak mengganggu. T angannya terus menerus
mengelus rambut Tio yang panjang lagi lembut dan lemas,
tapi basah. "Kita akan terus mengikuti aliran sungai menuju tanah
landai," kata Ronggur kemudian, "lihat terus ke sebelah timur
sana, sesuatu garis putih yang membelah kehijauan, ialah
terusan Sungai T itian Dewata."
Tio mengikuti arah yang dimaksudkan Ronggur. Melalui
dinding batu yang tidak berapa curam, mereka dapat melihat
gundukan perbukitan di sebelah kanan.
"Itulah jalan yang baik ditempuh," kata Ronggur.
Lalu dia mengikat pinggangnya dengan tali. Dia turun
sendirian ke gundukan tanah pertama. Membuat anak tangga.
8 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jalan ke gundukan pertama, agak curam. Tapi, dari sana, dia
ketahui, menurun ke gundukan kedua, lebih landai. Begitu
seterusnya, sampai tiba ke tanah datar di bawah. Kembali dia
memanjat. Lalu menyuruh Tio turun, sedang ia memegang
ujung tali, ujung yang lain diikatkan ke pinggang Tio.
Kemudian diturunkannya satu-satu peralatan, Tio menerima di
bawah, sampai akhirnya perahu sendiri. Kemudian dia sendiri
turun sambil menuntun si belang.
Mereka sudah sama berada di gundukan pertama, yang
mempunyai tanah, tapi masih begitu tipis, tanah melapisi
batu. Untuk pertama kali kembali mereka lengkap bersama
alatnya, termasuk si belang, memijak tanah, setelah beberapa
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hari terendam di air, kemudian terdampar ke batu padas,
dibasahi titikan air yang terus menghujani mereka. Serpihan
air tipis yang menghujani itu tidak sampai lagi ke sana. Sudah
bisa mereka berjemur di sana, mengeringkan tubuh dan
memanaskan tubuh. Si belang menggoncangkan tubuh,
mengibaskan ekor biar cepat kering. Mereka tentukan untuk
bermalam di sana. Hari sudah sore.
Rumput kering, dijalin begitu rupa, hingga agak besar. Lalu
dibakar menghidupkan api. Betapa nikmatnya panas jilam api,
setelah beberapa lama tidak merasainya.
Malam itu keinginan Ronggur untuk meniup seruling
9 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memuncak. Lagu yang mesra ditiupnya perlahan. Gemuruh air
dibalik bedeng terus kedengaran, sekarang seperti melengkapi
irama seruling yang ditiup Ronggur. Tidak menakutkan dan
mengancam lagi. Malah seperti menjadi pertanda. Agar
seseorang yang menyusuri sungai jangan meneruskan
penyusuran lagi, tapi agar memulai menempuh jalan darat.
Kemudian Tio mengiringi tiupan seruling itu dengan nyanyi:
Bila bulan di awan purnama
Di tepi danau aku menanti
Wajahmu menghias tanda masa
Mengajak daku ke dunia mimpi
Ronggur berhenti meniup seruling, dia melanjutkan
nyanyian itu: Pohon aren di belah dua Tempat berayun monyet berdua
Janji telah memadu Pinang sebelah dibagi dua
Lalu berdua mereka melanjutkan:
Terbang engkau elang Hinggap di kayu rindang 10 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ke mana engkau sayang Kasihku tetap mendendang Kemudian hanya T io melanjutkan sedang Ronggur kembali
meniup seruling: Kalaulah benar warta impian
Ditimang beta dengan sayang
Sinar purnama empuk menayang
Haribaanmu lagu impian Tio meletakkan kepala ke pangkuan Ronggur. Memejamkan
mata dengan manja. Api unggun yang kecil itu terus menari
dan menari. Si belang duduk menjauh, memaling pandang.
Malam terus melanjut. Pagi terbit lagi. Pemandangan seperti pagi kemaren. Bola
putih itu pada mulanya lemah sinarnya dan berada seperti di
bawah mereka. Kemudian secara berangsur perlahan,
keadaan sekitar bertambah terang.
Sehabis sarapan pagi mereka melanjutkan perjalanan.
Seperti taktik kemaren juga. Begitulah secara perlahan dan
hati-hati, akhirnya sampai juga mereka ke tanah landai di
bawah. Di atas kepala, memayung dedaunan hijau, sedang
11 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kemaren dedaunan itu masih berada di bawah mereka,
perobahan tempat mengadakan perbedaan.
Sinar matahari hanya dari celah dedaunan saja sampai ke
tanah. Tanah cukup lembab dan basah. Dilapisi dedaunan
yang gugur sudah membusuk. Membentuk lapisan tanah yang
lembut dan berair. Kaki mereka terbenam sampai ke lutut
terkadang. Membuat mereka agak susah bergerak. Tapi, di
sana bisa mereka tarik perahu bersama peralatan lain, tanpa
takut dasar perahu bolong.
Mereka meneruskan perjalanan yang agak melingkar,
karena suara gemuruh bertambah hebat dan terasa
menggoncangkan. Berpedoman pada ingatan pemandangan
kemaren sore di mana terusan sungai berada, agar kembali
tiba ke sungai. Si belang berlari ke sana ke mari dan
menggonggong. Kekayuan yang tinggi dan besar batangnya
seperti tiang abadi yang bergaya mendukung langit, agar tidak
runtuh lalu menimpa bumi serta penghuninya. Getaran bumi
tambah terasa. Tergoncang.
Di satu tempat di arah depan, sinar matahari lebih leluasa
tiba ke tanah. Ke sana mereka menuju, walau suara gemuruh
tambah jelas dan memekakkan telinga. Dan, betapa ternganga
mulut mereka melihat benda itu. Sesuatu benda putih
mengapas putih melambung ke atas. Kemudian jatuh ke
12 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bawah bergulung-gulung, itulah air terjun yang tidak hentinya
menerjunkan diri. Membuat dedaunan sekitarnya bergoyangan, membentuk telaga yang agak luas pada tempat
jatuhnya, tapi airnya berputar dengan cepat. Di sana-sini
terbentuk curup di lingkungan yang gelisah itu yang bisa
menenggelamkan apa saja yang jatuh ke tengah curup itu.
Tio merapatkan tubuhnya pada Ronggur. Tapi, mata terus
ditancapkan pada benda jatuh itu. Kala di bawah arusnya
melingkar dan membikin kepala pusing bila lama-lama
menatapnya, la mengalir dengan besarnya ke arah timur.
Itulah kelanjutan sungai.
Mereka menyisih cepat dari sana. Merasa takut kalau batu
yang membentuk jaluran kejatuhan air itu akan runtuh lalu
menimpa mereka. Jalanan terus menurun.
Seperti menuruni pundak perbukitan, tapi sudah ditumbuhi
kekayuan yang tua. Di sana-sini dedaunan gugur membentuk
lapisan tanah yang lembut.
Di arah depan kembali kedengaran suara gemuruh, tapi
tidak sekuat yang tadi lagi. Arus sungai kembali menggila,
13 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membuat mereka tidak langsung berkayuh melalui sungai.
Tapi, tetap mengikut pinggiran sungai. Kembali mereka temui
air terjun, jarak jatuhnya lebih pendek dan lebih landai dari
yang pertama. Sehingga busa air tidak terlalu hebat sewaktu
jatuh. Dengan memilih jalan agak melingkar mereka menurun
terus ke bawah. Sampai akhirnya berada di tempat jatuhnya
air kedua. Mereka menatap ke atas, benda putih mengkabut
bermula dari air jatuh pertama. Terus mereka menghilir
mengikuti tepian sungai. Sampai akhirnya arus sungai tidak
beriam lagi. Menurut perhitungan Ronggur sudah dapat
memulai pelajaran dari sana. Tapi, karena hari sudah agak
sore, mereka memutuskan untuk bermalam di sana.
Si belang melompat ke depan. Masuk semak. Biarpun Tio
memanggilnya. Beberapa saat kemudian, si belang keluar dari
semak mengejar seekor kijang, la meloncat ke depan. Dan,
tercengang melihat Tio dan Ronggur. Ronggur tidak
melewatkan kesempatan baik itu. Dengan tombaknya cepat
dia membunuh kijang yang tercengang itu. Kijang terguling ke
tanah, ujung tombak tertancap di dadanya.
Sambil menguliti, Ronggur mengatakan, "Kalau begitu, di
sini banyak binatang buruan. Kita tidak menguatirkan mati
kelaparan. Lagi masih begitu jinak binatang itu. Tidak punya
prasangka pada manusia yang memburunya "
"Lihat," kata Tio pula. "Itu pohon aren. Umbinya bisa kita
14 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jadikan bahan makanan. Pengganti beras. Bila beras habis."
Tambah tahulah mereka tanah yang mereka temui itu,
mempunyai tumbuhan yang bersamaan dengan tumbuhan
yang ada di bidang tanah yang mereka tinggalkan.
Binatangnya juga begitu. Mereka tebang beberapa pohon
aren. Mereka ambil umbinya. Lalu mereka jemur, dan tumbuk
lalu direndam lagi kemudian ditapis untuk mengambil
tepungnya. Untuk beberapa hari mereka tinggal di situ.
Walaupun sudah menghilir arus sungai masih kencang.
Sungai terus menerus membelah hutan belantara. Terkadang
sungai seperti ditutupi dedaunan hijau yang merimbun di
atasnya. Sehingga sinar matahari tidak sampai ke permukaan
sungai. Dan, mereka harus lebih hati-hati menjaga kemudi. Tidak
bisa berdiri dengan leluasa. Dedahanan terlalu rendah
terkadang. Beberapa buah batu jangkar masih dijatuhkan,
menjaga keseimbangan kelajuan perahu. Tio lebih banyak
memperhatikan sekitar, karena dia belum perlu mengkayuh.
Tapi, biarpun begitu perasaan Ronggur begitu pasti bahwa
mereka akan tiba ke tanah yang lebih landai dan lebih baik.
Dengan melampaui riak air yang terkadang menghempas
ke batu yang muncul di sana-sini, melalui riam yang liar di
tikungan sungai yang patah. Tapi, sekitar mereka sekarang
15 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berwarna hijau dan tanah mengambangkan bau kesuburan.
Dari celah renggangan dedaunan, sinar matahari terus
memberi suluh abadi. Bila cahaya itu melemah, tahulah
mereka, hari sudah mengarah sore. Cepat mereka
meminggirkan perahu. Memilih dahan kayu yang baik untuk
tempat bermalam. Mereka tidak menguatirkan kehabisan
bahan bakar. Di sana-sini berletakan ranting kering,
bergeletakan dahan kering yang patah dari batangnya. Untuk
digantikan dahan lain mendukung dedaunan yang lebih hijau,
segar lagi lebat. Kemana saja mata diarahkan, tetap tertumpu pada pohon
yang besar lagi tinggi, seperti raksasa dalam dongeng,
menjelma kepada penglihatan, ibarat penopang langit agar
tidak jatuh ke atas tanah. Ronggur dapat merasakan bahwa
batang kayu yang besar itu dapat digunakan selanjutnya
untuk kepentingan kehidupan.
Perjalanan diteruskan menuju ke timur, menghilir sungai.
Perasaan dalam dada masing-masing, seperti berlomba keluar
untuk disuarakan, meneriakkan kegembiraan. Untuk mencari
bentuk kata, kata yang paling sesuai diucapkan dengan yang
dirasakan dalam hati, yang ditiupkan musik alam ke dalam diri
atau untuk menyiutkan nada musik yang memadat dalam
rongga dada. Arus sungai tambah perlahan. Beberapa buah
16 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
batu jangkar sudah diangkat ke atas. Tapi, masih ada juga
dijatuhkan. Ronggur selalu menghirup udara dalam-dalam. Ingin dia
menghirup habis segala kebebasan yang diberikan alam
padanya, namun dia tidak sanggup menghabiskannya. Bila
mereka menemui gua alam di tepi sungai, dan bila mereka
bermalam di sana dan biasanya lebih lama daripada bila
mereka tidur di dahan, Ronggur meniup seruling dan Tio
bernyanyi. Sedang si belang berlari kian kemari, menggonggong dan menyalak, memelopori sebuah perburuan
bila fajar pagi tiba. ccdw-kzaa 7 Bertambah hari, mereka menghilir sungai. Arus sungai
tambah perlahan. Batu jangkar sudah diangkat. Luas sungai
tambah lebar. Tapi, mereka belum perlu mengayuh. Arus
masih dapat menghanyutkan perahu walau dengan perlahan.
17 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ronggur selalu mengukur dalamnya sungai dengan tali
yang di ujungnya diikat batu sebagai pemberat. Di depannya
tali yang terbenam, itulah dalam sungai. Bila mereka bosan
dengan sungai, mereka mendarat ke tepian.
Sering Ronggur memanjat kayu yang tinggi, menatap dari
arah mana mereka datang dan menduga hendak ke mana
mereka dibawa sungai yang diikuti itu. Pundak pegunungan
bertambah jauh di belakang sudah membiru. Melalui
pengenalan akan pundak pegunungan, Ronggur dapat
menduga bahwa di balik pegunungan yang semakin menjauh
itu, di situlah kampung halamannya.
Bila mereka hendak pulang ke sana melalui jalan darat,
mereka harus menaklukkan pundak bukit itu, atau menembus
celah pegunungan yang terdapat pada pertemuan bukit yang
memanjang. Lalu menatap ke arah hilir sungai, hutan lebat
hijau di mana-mana menampung penglihatan.
Selalu dibuatnya tanda pada pohon kayu yang dipanjatnya.
Di garis batangnya melingkar. Sedang pada tepi sungai,
ditanamnya batu besar dan disambungkannya pada salah satu
bagiannya. Pancing yang diumpankan Tio selalu mengena. Pancing
tidak perlu berlama diumpankan. Dalam waktu singkat ikan
sudah ada yang menyambar. Ikan yang cukup besar. Bila
18 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dipanggang bara api bisa padam. Karena lemaknya.
Terkadang sampai berhari-hari mereka mengadakan
pemburuan, bila bosan dengan ikan sungai. Binatang buruan
begitu banyak dan jinak. Si belang sudah mulai gemuk.
Bulunya tebal berlinang. T api, satu hal makin mereka rasakan,
udara bertambah panas. Walau mereka berada di naungan
pepohonan rindang, udara panas itu tetap mengganggu,
membuat Ronggur tidak kerasan memakai sehelai kain atau
kulit binatang di bagian dadanya. Dibiarkannya dada
telanjang. Setiap hari tepian sungai bertambah luas. Pepohonan tidak
lagi di tepian sungai seperti di hulu. Sudah agak menjauh.
Tanah luas yang berlumpur semakin lebar mengikuti jalur
sungai. Arus sungai tambah perlahan. Membuat mereka harus
mengayuh terkadang. Dan, tanah berlumpur yang mengiring jaluran sungai,
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tambah luas. Ronggur selalu menelitinya dengan seksama.
Digenggamnya tanah itu. Diperhatikan lunaknya. Terkadang
diciumnya dengan hidung, apakah bau lumpurnya sama
dengan bau lumpur yang ada di kampung halaman. Tapi, dari
lumut lumpur dia tahu bahwa tanah yang mereka temui itu
lebih lemak dan subur dari tanah di kampung halaman.
Sedang di hutan yang semakin menjauh dari tepian sungai
19 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
itu, mereka temui pohon yang berbuah. Buahnya lain dari
buah mangga yang mereka kenal di kampung halaman. Lebih
enak dan lezat. Membuat mereka terkadang seharian hanya
memakan buahan saja. Hanya udara yang bertambah panas itu saja yang membuat
mereka agak merasa tidak senang. Udara seperti itu tidak
pernah mereka temui di sekitar kampung halaman, walaupun
matahari cukup terik. Ini tidak. Walau terkadang matahari
dilindungi awan, panas itu masih tetap terasa. Membuat tubuh
mereka selalu berkeringat, tapi cepat kering disapu angin lalu.
Tubuh seperti berminyak jadinya. Lengket dan tidak
mengenakkan perasaan. Membuat mereka sering terjun ke
dalam sungai, berenang, dan menyelam, agar keringat
melengket itu bisa menghilang untuk datang dan untuk
dihilangkan lagi. Alangkah terkejutnya mereka, pada suatu hari, sewaktu
Ronggur berenang mengikuti perahu yang menghilir,
sekelompok binatang yang sedang berendam di tanah lumpur,
bergerak, lalu mengejar. Cepat Tio mengatakan, "Ronggur,
awas. Cepatlah ke perahu."
Ronggur berenang sekuat tenaga. Binatang itu memburu.
Perahu agak oleng sewaktu Ronggur menaikinya dari satu sisi.
Lalu terus mengayuh. Binatang itu terus mengejar. Jalan satu-
satunya untuk mempertahankan diri, Ronggur menyuruh Tio
terus mengayuh, sedang dia, dengan mempergunakan
20 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kampak, tombak, memukuli setiap ada binatang datang
mendekat ke perahu, mencucuknya. Panggada juga turut
digunakan. Satu dua ada yang mati di antara binatang itu. Terapung.
Binatang itu belum pernah mereka lihat. Begitu pandai
berenang. Mulutnya menganga lebar hendak menelan saja.
Ekornya bergerigi dan begitu keras tampak. Walaupun belum
pernah mengenalnya namun naluri mereka dapat memastikan
bahwa binatang itu binatang air yang membahayakan.
Binatang yang mati dan dihanyutkan arus mereka tangkap.
Dagingnya kurang enak dimakan. Karena itu daging binatang
itu mereka biarkan saja membusuk. Tapi, kulitnya cepat kering
dan dapat dilipat, begitu halus. Karena itu kulit binatang itu
mereka bawa. Bisa dibuat menjadi kantong tempat
menyimpan alat. Bila digantungkan di pinggang kelembutannya selalu mengikutkan gerak-gerik pinggang.
Ronggur tetap memperhatikan dan mempelajari perobahan
bentuk tepi sungai. Air sungai tidak sebening di hulu lagi.
21 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sudah mulai keruh dan kotor. Tidak tahu mereka dari mana
datangnya air keruh itu. Kenapa air yang tadinya begitu
bening, bisa berobah menjadi keruh.
Pepohonan semakin jauh dari tepian sungai. Digantikan
gelagah dan daun nipah. Lumpurnya bertambah lembut dan
bertambah dalam dasarnya. Bertambah ke hilir bertambah
banyak anak sungai bersatu dengan sungai itu.
Bila mereka terus melalui tanah lumpur itu mendekat ke
tepian hutan yang semakin jauh, sebelum tiba ke tepi hutan,
lebih dulu ada tanah yang hanya ditumbuhi ilalang. Tanah
juga lembut. Gembur, bagus untuk ditanami.
"Inilah dia," kata Ronggur. "Inilah tanah yang kita cari.
Tanah landai yang sudah lama kumimpikan. Lihat, tepi hutan
tidak berapa lebat. Bisa ditebang pohonnya untuk dijadikan
persawahan." "Apakah kita sampai di sini saja?" tanya Tio.
"Tidak," sahut Ronggur. "Kita harus meneruskan perjalanan. Menyusuri sungai. Kita harus tahu, sampai ke
22 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mana sungai ini. di mana muaranya. Itu sangat penting. Di
muara tanah landai akan tambah lebar lagi."
"Biasanya," kata Tio, "sungai yang ada di kampung
halaman, yang tidak sebesar sungai ini, bermula dari kaki
bukit. Untuk bermuara ke danau. Apakah sungai ini juga akan
bermuara ke danau?" "Danau apa?" tanya Ronggur pula.
"Aku hanya bertanya."
"Kebiasaan memang begitu. Tapi, belum dapat kupastikan
mengenai sungai ini,"' jawab Ronggur.
Lalu mereka meneruskan penyusuran. Bertambah ke hilir,
di samping arus semakin perlahan, ada semacam getaran
mengganggu jalan perahu. Ada kalanya perahu tidak dapat
laju biar setapak pun ke depan. Walau mereka mengayuh
sekuat tenaga. Ada semacam tenaga menahan.
Dan, di saat itu, permukaan sungai naik. Air menjadi sangat
keruh dan asin. T anah lumpur dan tumbuhannya, gelagah dan
daun nipah menjadi tergenang. Terkadang sampai ke pucuk
digenangi air. Ronggur memperhatikan ini semua. Lalu dapat
memastikan bahwa tanah lumpur yang di tepian sungai benar,
tidak baik dijadikan persawahan. Karena sering tergenang.
Bisa membuat padi busuk. Harus lebih ke atas lagi, ke tempat
yang tidak dapat memastikan, dari mana air itu datang.
Kenapa permukaan sungai menaik. Dan, sungai menjadi
menggeliat. Berombak. Membuat mereka takut pada mulanya.
23 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sehingga mereka harus buru-buru mendarat ke tepi. Langsung
mencari tanah yang agak tiriggi. Di sana mereka harus
menggali tanah membuat sumur. Supaya ada air tawar.
Sambil terus memperhatikan perobahan pada permukaan air.
Dan, setelah beberapa lama, air sungai susut lagi. Di saat
begitu arus sungai mengencang ke hilir. Sehingga enak
berlayar. Tidak perlu mendayung. Arus menghanyutkan
perahu. Untuk tiba pula pada keadaan, arus mati. Kemudian
datang pula saat permukaan air sungai naik. Perahu tidak bisa
dikayuh. Malah hendak disorong ke belakang, kembali ke hulu.
Berhadapan dengan keadaan baru ini, Ronggur bertambah
was-was. Saat sungai menaik permukaannya dan saat sungai
kembali ke tarap biasa, diperhatikan dan disesuaikan
waktunya. Dicocokkan dengan waktu peredaran bulan dan
bintang. Kemudian diputuskannya untuk terus melayari
sungai. Biar permukaan sungai menaik atau menyusut. Agar
tahu dengan pasti, apa sebabnya dan apa akibatnya pada
orang yang berlayar di saat begitu.
Mereka terus berlayar. Dan, saat permukaan sungai naik
telah tiba. Mereka harus mengayuh dengan sekuat tenaga.
Gelombang sungai mulai menggeliat. Tapi, terus mereka
lawan. Berkayuh dan berkayuh. Walau tidak ada ditemui
kemajuan. Malah mereka seperti disorong ke belakang.
24 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mereka terus melawan. Arus sungai menyongsong dengan
kuat. Perahu seperti dihanyutkan kembali ke hulu. Walau
mereka sudah berkayuh dengan sekuat tenaga. Tapi, mereka
berdua terus berkayuh melawan air yang menyongsong itu.
Walau malam sudah bertambah jauh, mereka terus di dalam
perahu dan terus mengayuh.
Menjelang subuh, terasalah permukaan sungai kembali
menyusut. Sehingga perahu mereka begitu lajunya dihanyutkan kembali ke hilir. Di saat begitu, mereka dapat
melepas lelah. Sambil T io berkata, "Apa lagi yang akan terjadi,
dan apa lagi yang akan ditemui pada perobahan sungai?"
"Justru, itu yang perlu kita ketahui," jawab Ronggur.
Karena begitu capek, mereka tertidur. Kantuk telah
membawa mereka ke alam tidur, di mana keadaan sekitar dan
kejadian dapat dilupakan. Perahu terus dihanyutkan arus
sungai. Sinar matahari sudah kembali menampari wajah alam dan
wajah mereka sendiri yang tertidur di perut perahu. Si belang
25 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berada di haluan perahu, mencerminkan mukanya ke
permukaan air. Lalu menggonggong panjang, melihat
keluasan yang terhampar di depannya. Di sekitarnya.
Karena silau dan karena gonggong si belang, mereka
terbangun. Pada penciuman terasa keluasan dan kebebasan
udara. Tidak terkungkung sedikit pun. Alangkah terbelalaknya
mata Ronggur sewaktu di hadapannya, di sekitarnya, air yang
maha luas mengitari mereka, perahunya terapung dan
mengangguk-angguk diperma inkan riak. Pada sisi kanan, kiri
dan di hadapan, air itu bertemu dengan kaki langit demi kaki
langit. Di bagian punggung, jauh sudah, tepian, atau daratan
yang hijau. Buru-buru Ronggur menyuruh T io duduk, lalu:
"Lihat, lihat Tio. Kita menemui danau. Tapi, danau yang
maha luas. Airnya, alangkah asin. Tidak bisa diminum."
Tio memilin mata. Membelalakkan pandang. Sinar matahari
mencurah ruah. Kemudian dipantulkan air ke atas kembali.
Sehingga lebih silau. "Danau, tapi danau yang sangat luas," akhirnya Tio
mengatakan dengan kagum. "Danau apa ini?"
"Aku tidak tahu."
"Marilah ke tepi. Kita tidak tahu ke mana berakhir air yang
maha luas ini," ajak Tio.
Cepat mereka mengayuh ke tepian. Tepian memutih
ditimpa sinar matahari penuh. Agak jauh kedalam bermula
jajaran pohon kurus panjang dan hanya di bagian puncaknya
26 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ada daun kelapa. Nyiur. Berjajar memagar pantai.
Cepat Ronggur dan Tio mengayuh. Benda ditepian yang
menerima sinar matahari seperti menyala itu, pasir putih.
Beda dengan pasir pantai danau yang mereka kenal di
kampung halaman. Mereka mendaratkan perahu jauh ke
darat. Menambatkannya pada pokok kelapa. Tambah siang
ombak tambah membesar. Ronggur memanjat kelapa lalu
memetik buahnya yang masih muda.
Mereka minum air kelapa muda. Diseling T io, "Di sini kelapa
tidak akan habis. Sekuat kita memakainya, putiknya akan
cepat mendatang lagi dan berlipat ganda banyaknya."
Sambil menatap keluasan air. Yang bergelung-gelung
ombaknya dan memecah di pantai, dengan lagunya sendiri.
Berdesir angin yang melewati atau membuat daun nyiur
melambai. Burung putih berterbangan ke sana ke mari, menari
dengan gaya yang bagus dan begitu jinak. Tidak punya
prasangka pada Ronggur dan Tio. Sehingga sambil bermalas-
malas, Ronggur dapat melemparnya. Beberapa ekor kena dan
jatuh ke tanah. Si belang menjemputnya. Dengan
moncongnya si belang menggigit dan membawa ke tempat
mereka berdua duduk. Pada tanah lumpur sekitar muara sungai, bertambah
27 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rimbun pohon gelagah dan daun nipah, diselang seling pohon
bakau. Walaupun daun nipah sudah kering, namun tetap kuat
dan tampak berminyak. Dengan daun nipah itulah, mereka
buat atap sebuah dangau. Tiangnya agak tinggi dibuat dari
pohon bakau yang panjang dan lurus lagi kuat. jendelanya
jauh lebih besar dari jendela rumah yang ada di kampung
halaman. Karena udara panas.
Sekarang mereka sudah punya rumah kembali. Sekarang
mereka sudah punya danau yang sangat luas malah.
Walaupun airnya asin, namun sangat banyak mengandung
ikan. Ikan yang besar. Mereka lalu kenal juga binatang laut
yang ada di tepian yang juga enak dimakan. Sedang pada
hutan di sebelah punggung mereka, dan di tanah yang
ditumbuhi ilalang sebagai pinggiran hutan, banyak menyimpan
binatang buruan. Mulai dari burung, ayam hutan, kijang
sampai pada binatang buas yang ditakutkan: Harimau, gajah,
beruang, dan di tepian sungai berpaya, binatang air itu,
buaya. Pada hari pertama Ronggur tetap memperhatikan mula dan
arah angin. Akhirnya dapat mereka ketahui, pasang air sungai
yang membuat permukaan sungai naik dan sungai punya arus
ke hulu, tidak menetap saatnya. Tergantung pada hari bulan.
Begitu pula saat sungai surut kembali.
28 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Bila air sungai pasang, perahu agak tertahan menuju
muara. Tapi, bila air sungai surut perahu dilarikan arus ke
tengah danau yang maha luas itu. Waktu siang hari angin dari
arah danau luas bertiup ke darat. Waktu itu bila berkayuh
menuju tepian dari tengah, sangat baik. Arus ombak
menghanyutkan perahu ke tepian. Sedang waktu malam hari,
menjelang dini hari, angin daratyang bermula dari hutan di
punggung mereka, bertiup ke arah danau luas itu.
Waktu itu sangat baik untuk memulai pelayaran ke tengah
danau luas itu. Dan, bila pasang naik tanah lumpur itu
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tergenang, terkadang sampai sedalam dada. Bila air surut
permukaan sungai merendah. Tanah lumpur itu, rawa itu
kembali tampak. Tapi, walaupun tanahnya lumpur dan lembut
karena selalu tergenang, tidak baik dijadikan persawahan.
Bila mereka hendak membuka sawah percobaan, harus
memilih tempat yang agak tinggi dan jauh dari pantai, jauh
dari tepi sungai, agak menusuk ke tengah hutan. Mereka
harus merambah hutan belukar agak ke pedalaman.
Mereka cari tumpukan tanah yang agak datar di hutan dan
ditumbuhi ilalang. Agar lebih mudah mengerjakan sawah
percobaan itu. Kemudian dari hulu sungai yang belum asin
airnya, dibuka aliran parit. Sehingga ada pengairan ke sawah
itu, di samping air hujan. Dekat sawah itu mereka dirikan
dangau, tempat istirahat atau bermalam, bila merasa malas
pulang ke rumah di tepi pantai.
29 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Persemaian telah digarap. T anahnya cepat lembut. Setelah
beberapa lama tanah yang digarap itu digenangi air yang
dialirkan ke sana, tanah itu cepat menghitam, mengambangkan kesuburan. Beberapa bidang lagi tanah telah
diolah menjadi sawah percobaan.
Waktu menancapkan cangkul ke dada tanah, tahulah
Ronggur dan Tio, tanah itu tidak melapisi batu. Tanah itu
begitu gembur. Cepat lunak dan cepat menjadi lumpur hitam
yang lembut, bila telah digenangi air. Tidak tersangkakan,
walau itu yang diharapkan, tanah begitu cepat menerima
taburan bibit. Kemudian bermunculan di atas tanah batang
padi yang gemuk hijau, menjanjikan akan mendukung bulir
padi yang bernas. Merunduk ke tanah karena berisi.
Usaha percobaan itu terus diluaskan ke tanah yang lebih
tinggi dan agak susah didatangi air parit. Di sana juga tanah
dengan cepat menerima taburan bibit. Walau tidak punya air
selain air hujan dan yang dikandung tanah. Itulah ladang,
30 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
huma, sawah kering. Ini semua menanam harapan yang lebih
sempurna dalam dada. Tanah yang mereka temui tanah yang dimimpikan setiap
orang di kampung halaman, yang dapat mengurangi
pertentangan yang bisa timbul antara kaum semarga, antara
marga, antara suku dan antara luhak. Perang yang bisa terjadi
di antara mereka, yang mengakibatkan kematian dan
kemelaratan, bisa dihilangkan, bila tanah habungkasan ini
ditunjukkan pada mereka. Bila batang padi telah bertumbuhan di sawah, di ladang
dengan hijau gemuk, kerja Ronggur dan Tio tinggal mencabuti
rerumputan, agar pertumbuhan batang padi tidak terganggu.
Pada malam hari, mengadakan penjagaan yang dibantu si
belang, agar rombongan babi hutan tidak turun dari hutan
merusak sawah dan ladang percobaan itu.
Kemudian batang padi yang hijau gemuk itu, telah dihiasi
bulir padi dengan mencuat ke atas tegak lurus. Ditiup angin
terkadang, dan bulir yang belum berisi itu bergoyangan
perlahan, tangkainya kokoh mendukung. Kemudian bulir itu
semakin merunduk ke tanah, merunduk menguning kemudian
dipanen. Saat mardege tiba. Lalu hasil panen itu disimpan ke
dalam lumbung, yang didirikan tidak jauh dari sawah
percobaan itu. 31 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ronggur dan Tio harus memperbesar dangau kecil itu. Mau
dijadikan lumbung padi. Kekayuannya mereka ambil dari
hutan sekitar yang begitu dekat. Atap daun nipah yang tidak
mudah bocor, yang banyak ditemui di muara sungai. Padi
yang menguning, kemudian dipanen. Saat mardege tiba. Lalu
hasil panen itu disimpan ke dalam lumbung, yang didirikan
tidak jauh dari sawah percobaan itu.
Mereka tahu, hasil panen percobaan itu tidak akan habis
mereka makan sampai tiga kali jangka musim panen, bila
untuk mereka berdua saja. Lagi pula, musim panen lebih
pendek masanya di tanah habungkasan itu dari yang mereka
kenal di kampung halaman.
Ronggur dan Tio, sambil melepas lelah dari kerja berat di
sawah semusim panen itu, seharian mengadakan perjalanan
menyusuri tepi pantai. Setiap tambah jauh mereka berkayuh,
setiap itu pula, malah berlipat ganda luas air yang mereka
temui. Tidak bertepi dan tidak berujung. Bermula dari
keluasan dan berakhir pada keluasan. Membuat perasaan
lebih kagum lagi atas ciptaan alam yang hebat dan sempurna
itu. Ciptaan Mula Jadi Na Bolon, dan hati tambah berterima
kasih atas tuntunan Mula Jadi Na Bolon, hingga mereka bisa
tiba ke sana. Dan, Ronggur tahu, bila luas danau begitu rupa
dihadiahkan pada orang di kampungnya, mereka tidak perlu
lagi mengadakan pancang sebagai batas di danau, sebagai
32 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pertanda bahwa pancang itu perbatasan antara satu marga
dengan marga lain tepi danau mana yang boleh di tempati
suatu marga menangkap ikan. Juga pelanggaran perbatasan
di danau di kampung halaman, sering menimbulkan
perselisihan dan pertengkaran, yang bisa menimbulkan
sesuatu peperangan. Di danau yang maha luas itu, setiap orang dari setiap
marga mana saja pun, boleh pergi ke mana suka. Menangkap
ikan sekuat tenaga. Modal yang pokok hanya satu, kemauan
bekerja. Sekitar yang bermula dari keluasan itu dan berakhir
pada keluasan itu, menjanjikan kebahagiaan pada setiap
orang, melanjutkan hidup berkeluarga dan keturunan.
Rangsang lain mulai mempengaruhi pikiran Ronggur. Janji
harus ditepati, katanya selalu. Janji yang selalu mengingatkan
kampung halaman, yang mempertajam perasaannya akan
bahaya yang mengancam kerukunan hidup di kampung
halaman. Rindu pada ibu, pada bekas Datu-Bolon yang sudah
tua itu, keinginan untuk me lepaskan mereka dari berbagai
rupa ancaman. Dia harus mewartakan berita penemuannya itu ke tengah
keluarganya, ke tengah marganya yang sudah mencoret
namanya dari silsilah marga, karena itu janji. Pada
pendengarannya, tambah sering mendengung suara bekas
33 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Datu Bolon yang sudah tua itu, "Anakku, bapak yakin, kalian
akan menemui tanah habungkasan. Walau begitu pahitnya
penerimaan orang di sekitarmu atas cita-citamu, janganlah
kau berkecil hati. Seorang manusia yang ditunjuk dewata
menemui kebenaran, harus dengan tabah pula menyampaikan
warta kebenaran itu pada orang yang ada di sekitarnya. Agar
manusia itu dapat pula mencicipi nikmatnya. Walau pada
mulanya mereka menentangnya, dan menganggap diri yang
dikurnia dewata seorang gila. Mereka tidak perlu dihancurkan,
tapi perlu diinsafkan agar mereka tahu, lalu dapat merasakan
kenikmatan yang terkandung dalam kebenaran itu. Untuk
kelanjutan hidupnya, kelanjutan keluarganya, hingga akhirnya
turut merasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh
kebenaran itu. Karena itu anakku, bila kau menemui tanah
habungkasan di rantau, kau harus kembali kemari membawa
berita ria itu. Berjanjilah anakku, janji seorang lelaki. Karena
janji yang dibuat lelaki, janji yang akan tetap ditepati."
"Aku berjanji, Bapak."
"Terima kasih, Anakku," kata orang tua itu, lalu
melanjutkan, "Anakku, sesuatu penemuan yang bisa membuat
orang gembira dan berbahagia, bila keserakahan diri atau
dendam yang bersarang dalam dada, memaksa dan membuat
orang yang menemui itu tidak mewartakan-nya pada orang
34 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lain, yang memerlukannya, sehingga orang lain tidak dapat
menikmati arti dan nilai penemuan itu akan berkurang, malah
beralih pada penemuan itu akan mengutuki diri. Karena itu,
agar kerjamu tidak sia-sia, janji yang kau buat sebagai lelaki,
penuhilah pula sebagai lelaki yang berhati jantan."
"Aku bapak," katanya. Lantas selanjutnya dia mengatakan,
"Doakanlah aku bapak, agar anakmu ini dilindungi Mula Jadi
Na Bolon." "Doa dan restuku akan selalu mengiringi perjalananmu."
Dengungan percakapan itu tambah nyata dan jelas.
Memaksanya harus kembali ke kampung halaman, mewartakan penemuan itu. Harus kembali mengarungi sungai
ke hulu, melawan arus. tapi, telah dapat diduganya, untuk
terus melawan arus, sangat susah.
Karena itu, dia sudah membayangkan bahwa mereka akan
menembus jalan darat. Dari pengenalan akan pundak bukit,
dan usaha menaklukkannya, dari pengenalan akan celah
pertemuan bukit dan usaha untuk menembusnya, dia sudah
dapat menggambarkan suasana perjalanan itu dalam kepala.
Perjalanan yang tentunya memayahkan, tapi perjalanan untuk
35 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memenuhi janji yang dibuhul sebagai lelaki bersikap jantan.
Ronggur telah menentukan kapan mereka memulai
perjalanan pulang itu. Tio diam saja mendengarkan sambil
menundukkan kepala. Berhadapan dengan kebisuan Tio, yang
tidak menyahut itu, Ronggur lalu berkata, "Apakah kau tidak
ingin mewartakan berita ini pada sanak keluarga" Pada setiap
orang, yang selalu diancam bahaya di kampung halaman"
Agar mereka dapat bebas dari ancaman yang selalu menakut-
nakuti mereka itu?" "Bukan itu alasannya. Bukan itu," sahut Tio.
Wajah Tio agak pucat waktu tengadah padanya. Darah
Ronggur tersirap dibuatnya.
"Tio, wajahmu pucat. Seperti orang sakit. Kau sakit?"
"Tidak. Tidak sakit."
"Kenapa wajahmu sepucat itu" Apa yang terjadi?" Wajah
Tio seperti menanggungkan sesuatu. Bibirnya gemetaran. Tio
merasakan sesuatu menggeliat dalam perutnya. Tambah lama
tambah sering dan menimbulkan perasaan nyeri. Sesuatu
tekanan mendesak hendak melalui kerongkongan, berupa
rintihan dan jeritan. Tapi, ditahan. Namun, sesuatu rintihan
lepas juga dari celah bibir yang dikatupkan, digigit oleh gigi
sendiri. Tapi, masih tetap berusaha tersenyum, bila
pandangnya bertemu dengan pandang Ronggur.
36 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Akhirnya Ronggur tahu, sesuatu akan terjadi. Barulah sadar
arti perobahan bentuk tubuh istrinya, yang akhir-akhir ini
begitu nyata dan jelas. Sambil tersenyum dan duduk dekat
Tio, Ronggur mengatakan, "Kita memang masih belum bisa
memulai perjalanan pulang. Kita harus menanti di sini. Biarlah
perjalanan pulang ditangguhkan untuk beberapa lama."
Cepat Ronggur pergi memetik daun ampapaga, yang
banyak tumbuh di pematang sawah di antara rerumputan.
Daun ampapaga itu di dikeringkan di panas matahari. Bila
sudah kering, direbus, airnya sangat baik buat minuman
seorang ibu yang hendak dan baru melahirkan. Dan, dingin-
dingin ditelempapkan ke perut Tio dan kening. Dijerangkan
terus menerus air panas dalam periuk tanah. Dan, dia tidak
mau lagi pergi jauh-jauh dari dekat Tio, walau Tio selalu
mengatakan, "Aku tidak apa-apa. Tidak usah repot. Pergilah
berburu, atau menangkap ikan."
Ronggur pura-pura tidak mendengarkan. Disunggingkan
senyum sebagai sahutan. Dalam kepala terbayang seorang
anak lelaki yang sehat. Lelaki yang kelak sanggup mengolah
tanah yang bidang menjadi persawahan. Lelaki yang dapat
memelopori orang menjelajah hutan belantara yang abadi itu.
Hendaknya kehijauan daun padi dapat mengimbangi hijaunya
daun pepohonan, agar orang tidak takut kelaparan, juga
37 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diharapkan agar anaknya seorang lelaki yang sanggup meniti
gelombang yang besar di danau luas itu. Mencapai daerah
baru. Saat kelahiran semakin dekat, dan perasaan nyeri tambah
memaksa Tio merintih, sering juga membuat Ronggur harus
mengatakan dalam kebingungan, "Apa yang harus kuperbuat"
ke mana harus kucari dukun?"
Dari sela rintihannya, Tio menyahut, "jangan repot.
Semuanya akan menjadi beres, berjalan dengan baik." Balik
Tio yang menasihati dan menenteramkan hati Ronggur.
Setelah melengkingkan sebuah pekikan yang panjang lagi
nyaring, Tio lalu memelas, dan segumpal daging telah
ditayang Ronggur dengan hati-hati. Dipotongnya jabang bayi
dengan bambu yang ditajamkan pada kedua sisinya. Bayi
dimandikan. Tio diberinya minum air ampapaga. Kening Tio
yang berkeringat, dilap Ronggur dengan sayang. Anak lelaki
meneriakkan suaranya pertama, seperti warta pada dunia
bahwa dia telah lahir. Tak lama kemudian, Tio sudah dapat
senyum. Menoleh ke bayi yang baru dilahirkannya, seorang
lelaki, cukup umur, cukup merah. Begitu sehat. Tangisnya
pertama menantang gemuruh ombak yang memecah di
pantai. Atau, ombak itu menggamitnya, agar memulai
perjalanan, meniti ombak demi ombak yang begitu besar.
Hari berikutnya, anak kecil itu sudah digendong Ronggur
sambil dinyanyikannya. T idak jarang, Tio harus senyum pada
38 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ronggur dalam saat begitu bahagia. Kekerabatan dan
keakraban berumah tangga tambah terjalin. Tio sudah
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjadi seorang ibu, Ronggur sudah menjadi seorang ayah,
ibu dan ayah dari anak lelaki yang sehat. Bergaya seorang
yang akan cukup kuat dan punya ketahanan serta keberanian.
Bertambah hari, dan bertambah usia si anak, Ronggur
sudah menggendong si anak ke tepi pantai bersama Tio.
Ronggur selalu mengatakan, "Tataplah dengan mata
kanakmu, luasnya danau yang ada di depanmu, yang menanti
dayungmu berkayuh di permukaannya, meniti ombak demi
ombak yang bergulung-gulung memecah di pantai, mencapai
pantai lain. Tio, katanya, anak kita akan menjadi seorang
pengarung danau yang maha luas ini kelak."
Bila telah dua kali purnama timbul dan tenggelam, maka
Ronggur pun kembali mengatakan, "Tio, sudah waktunya kita
memulai perjalanan kembali ke kampung halaman. Memberitakan dan mewartakan, akan penemuan-tanah
habungkasan, dan danau yang maha luas ini."
39 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tio tidak membantah. Dia akan tetap mendampingi
Ronggur, ke mana saja pun. Bermulalah perjalanan itu.
Mulanya menyusuri sungai ke hulu . . ..
ccdw-kzaa 8 Setelah menyediakan segala sesuatu yang perlu dalam
perjalanan, mereka pun memulai perjalanan pulang. Tiga
pundi padi yang bernas dibawa serta, akan mereka tunjukkan
sebagai bukti pada orang di kampung halaman. Bahwa padi
yang mereka bawa sepundi dulu sudah menjadi tiga pundi.
Sedang yang ditinggalkan di tanah habungkasan masih banyak
benar. T idak habis dimakan sekeluarga dalam jangka tiga kali
panen. Beberapa potong kulit binatang buruan yang halus hulunya
dan sudah dikeringkan dibawa serta. Mereka berusaha, agar
yang dibawa, seringan mungkin dan yang perlu saja dalam
perjalanan. T io, selalu menggendong anaknya di punggung.
Mulanya mereka menyusuri sungai ke hulu. Sampai tiba ke
lempat arus mulai menderas dan susah dikayuh. Baru mereka
mulai menempuh jalan darat. Memenggal-meng-gal hutan
40 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
belantara, yang dilingkungi hamparan dedaunan hijau lebat,
permadani alam yang tebal lagi abadi. Jadi, perjalanan pulang
itu pun, sendirinya pula usaha merintis jalan darat, yang kelak
dapat digunakan jalan pulang pergi antara kampung halaman
dan tanah habungkasan, dan lebih aman daripada menyusuri
Sungai T itian Dewata. Mereka sering berhenti di satu tempat sampai dua tiga hari,
mempelajari pintasan jalan yang lebih mudah ditempuh.
Begitu pula mengadakan tanda tertentu pada sesuatu pohon,
yang dipanjat Ronggur untuk menentukan arah tempuh.
Mempelajari jalur lembah dangkal yang banyak dalam hutan,
dan memilih tanjakan yang tidak menaik untuk didaki.
Tambah jauh mereka menyusup ke pedalaman hutan, bukit
dan lembah tambah banyak mereka temui. Lembahnya
tambah dalam dan perbukitannya tambah tinggi. Tanah di
lembah dipelajari Ronggur baik-baik. Melalui pengenalannya
akan tanah, tahulah dia, tanah itu sangat baik dijadikan
perladangan atau persawahan, bila kekayuan hutan sudah
ditebang. Sedang pundak perbukitan yang juga ditumbuhi
kekayuan tua, bukanlah bukit batu seperti bukit tandus di
kampung halaman. Tapi, bukit tanah yang gembur, hitam
mengandung kesuburan. Tidak tanah tipis melapisi batu alam.
Tidak jarang pula mereka temui parit kecil yang bermula
dari sesuatu dinding bukit yang bercelah. Airnya begitu bening
dan dingin. Sejuk. Pada sesuatu mata air begitu, Ronggur
41 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
selalu mengadakan tanda. Dalam merintis jalan itu, Ronggur selalu berusaha agar
mereka dapat tiba kembali ke tempat air terjun itu. Tapi, di
tengah hutan tidak jarang mereka bertemu dengan kumpulan
binatang buruan yang enak dagingnya. Dan, tidak jarang pula
mereka harus mempertahankan diri dari serangan binatang
buas: harimau, beruang, dan kelompok gajah. Penciuman si
belang banyak membantu keselamatan rombongan kecil itu.
Bila si belang meringis dan mengarahkan penciumannya ke
satu arah terus-terusan, cepat mereka mengalih langkah.
Menyisih dari tempat sesuatu binatang buas, sarang binatang.
Tapi, tidak jarang Ronggur dengan dibantu si belang, harus
mengadakan perlawanan mempertahankan diri, kalau kepergok. Dalam saat begitu, Tio memeluk anaknya, sambil
berjaga. Mereka terus menyuruk di bawah hamparan dedaunan
hijau yang abadi itu. T erus berusaha mengarahkan langkah ke
tempat air terjun itu. Dari sana baru mereka tentukan, pundak
bukit yang memanjang sebagai pagar dan batas tanah dataran
42 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tinggi kampung halaman dengan tanah habungkasan, yang
harus ditaklukkan. Atau, celah bukit mana yang harus
diterobos menuju kampung halaman. Dedahanan kekayuan
yang berjalinan mendukung dedaunan lebat, menghambat
sinar matahari menimpa tanah. Sehingga terasa, jangka siang
hari, agak pendek di bawah naungan yang tebal itu.
Anak mereka yang sudah mendekat ketiga purnama
usianya, dan sudah dapat melempar senyum di saat dia
merasa senang, tidak dapat melempar senyum, sebaik dia
turut mendengar suara air terjun yang mengguruh.
Tapi, bila lama-lama mereka berada di sana dan tidak ada
sesuatu yang menyakiti tubuhnya, dia tersenyum kembali.
Sedang Ronggur mengarahkan tatapan si anak ke air terjun
yang memutih kapas itu. Apa yang ditakutkan Ronggur pada mulanya masih tetap
tidak terjadi. Batu jaluran yang ditembus air sungai yang
terjun, masih tetap kokoh pada tempatnya. Tidak terjadi
reruntuhan. Tapi, gemuruhnya tetap menderu. Dan, benda
putih diambangkan ke atas terus menerus. Bila lama kelamaan
ditatapi jatuhnya air itu dan kuping biasa kembali mendengar
suara mengguruh itu, yang menyerupai aum harimau, mereka
namakan air terjun itu, Sampuran Harimau.
"Tio," kata Ronggur, setelah beberapa lama mereka
43 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terpukau di tempatnya tegak.
Tio memaling wajah pada Ronggur tanpa sahutan.
"Kita istirahat di sini untuk beberapa hari. Melepas lelah.
Dari sini kita akan mulai mendaki kaki pegunungan,
menaklukkan pundak demi pundak bukit, dan berusaha
menerobos celah bukit. Jalan memotong ke kampung
halaman. Perjalanan begitu tentu berat. Karena itu, perlu kita
istirahat untuk beberapa hari. Agar tenaga kita pulih kembali."
"Harus di sini kita istirahat?" tanya Tio.
"Ya, agar mudah kita memperoleh air. Lagi pula dinding
bukit sebelah sana, terdiri dari batu alam yang tidak keras.
Mudah digali. Untuk dijadikan lobang perlindungan. Aku akan
memburu binatang buruan, agar cukup daging untuk dimakan
nanti dalam perjalanan. Di pundak bukit gundul itu, payah
ditemui binatang buruan."
Mereka menggali lobang perlindungan yang agak luas. Agar
memberi ruang yang lapang bagi mereka. Ronggur dan Tio
bekerja sama menggalinya. Anak mereka ditidurkan di tanah
beralaskan kulit binatang buruan yang lembut. Di sampingnya
duduk si belang seperti menjaga. Ekornya dikibaskan, agar
tidak ada serangga hinggap ke wajah anak yang sedang tidur
nyenyak itu. Menjelang senja Ronggur dan Tio berhenti
menggali lobang. Mata mereka patok menatapi permainan
warna pelangi aneka rupa berpadu dengan air yang memutih
kapas. Sambil menggendong anaknya, Ronggur mengatakan,
44 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Lihat, lihat Tio. Betapa indah. Tari warna yang sempurna.
Begitu indah kalau hujan tidak turun atau kalau kabut tidak
menyungkup." Tio mengikuti telunjuk jari Ronggur.
Nanar mereka menatapi tari warna pelangi yang aneka
ragam itu, mengagumi lukisan a lam yang sempurna. Beberapa
ekor burung terbang di udara, menuju hutan belantara luas,
mencapai sarang. Sayang sekali, cicitnya tenggelam ditelan
gemuruh air terjun yang jatuh, tidak kedengaran.
Pada hari berikutnya, tinggal Tio saja yang meluaskan
mulut lobang perlindungan dan memperluas ruang dalam.
Ronggur sudah pergi berburu bersama si belang. Bila anaknya
haus, meminta ditetekkan, dia duduk berjuntai di mulut gua.
Mencampakkan pandang ke sekitar, di bawahnya tanah
habungkasan yang mereka temui. Oi sebelah kanan, air
terjun, dan mengitari itu semua, kaki bukit memanjang lagi
tinggi, bukit gundul. Sejak lahir anak itu sudah disusukannya dan sudah berapa
lama itu berlangsung. Tapi, bila saat menyusukan tiba, dan
mulut anak itu sudah mengisap-isap muncung buah dadanya,
sesuatu perasaan selalu menggeliat dalam dada, rasa keibuan,
sumber kasih sayang abadi bagi seorang anak yang lahir dari
rahimnya. Tahulah dia, kenapa ada nyanyian alam terpendam
45 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pada dedaunan yang berdesir bila disentuh angin lalu, tahulah
dia, kenapa pekikan keras lagi sakit waktu melahirkan sang
anak bercampur nikmat. Tidak jarang dalam saat begitu, dia
memicingkan mata menikmati kesempurnaan rasa bahagia di
saat mulut anaknya mengisap muncung buah dadanya.
Sedang mulutnya akan mendendangkan lagu seorang ibu,
lagu yang menyuarakan perasaan kasih sayang:
Pejamlah mata sayang seorang
kenapa harus kerisik seperti
dedaunan berhalau ditiup angin lalu
dunia terhampar di ujung kakimu
Pejamlah mata anakku seorang
menanti bapak kembali pulang
dari tengah hutan belantara
binatang buruan tersandung dibahu
Pejamlah mata intanku sayang
bila malam jatuh, bulan gemintang
kudekap kau pelukanku hangat
Pejamlah mata buah hati bunda
subuh tiba mula hari baru
berjuta utasan cahaya matahari
menyinari padang kembaramu
46 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tidak jarang Ronggur pergi berburu seharian. Dia sangat
giat mengumpulkan daging binatang buruan. Sesekali
dijinjingnya ikan yang dipancingnya. Sedang mulutnya akan
cepat mengatakan, "kita harus banyak menyediakan daging.
Boleh jadi di pundak pegunungan gundul sana, payah
dijumpai binatang buruan."
Mereka potong tipis daging binatang buruan itu. Kemudian
mereka panggang di atas bara sampai kering. Sedang di siang
hari, Tio menjemurnya di bawah sinar matahari, agar cukup
kering dan tahan lama. Bila Ronggur tidak pergi berburu, dia tambah sering
mencampak pandang ke air terjun itu dengan berlama-lama.
Begitu tekun. Suatu perasaan merangsang dirinya, terbayang
di wajahnya. Dia tidak dapat mengucapkan melalui bentuk
kata yang cukup tepat. Tapi, dia telah merasakan. Tio selalu
memperhatikannya di saat begitu. Dan, Ronggur merasakan,
alangkah susahnya dia untuk mengucapkan yang sedang
bergolak di dadanya, yang ditimbulkan air terjun itu. Sekali
waktu Tio mengganggunya dari menung menatapi air terjun
itu, "Bertambah hari, kulihat abang bertambah tekun
melihatnya. Tak bosan."
Sambil mengalih pandang pada Tio yaYig berdiri dekatnya,
47 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ronggur menyahut, "memang benar dugaanmu, Tio."
"Tapi, aku merasa takut digertak suaranya yang terus
menerus mengguruh itu. Kalau tidak bersama abang, aku
tidak kerasan di s ini."
Lama Ronggur menumpu pandang ke mata Tio. Lama
bibirnya bergerak-gerak, namun seucap kata belum melepas
dari bibirnya. "Ada apa Bang?" tanya Tio. Membangunkan Ronggur dari
kebisuannya. "Aku tidak tahu Tio," sahutnya. "Ada sesuatu yang
kurasakan. Yang timbul dari air terjun ini. Perasaan itu
melumpuhkan segala ketakutanku pada air terjun itu. Malah
dibuatnya sesuatu rasa bersyukur."
"Kenapa begitu?"
"Perasaan itu seperti membisikkan padaku bahwa a ir terjun
ini mengandung suatu manfaat. Menjanjikan sesuatu
kebahagiaan pada manusia."
"Manfaat apa?" tanya Tio terbodoh.
"Manfaat bagi kehidupan manusia."
Seketika mereka bertatapan tanpa mengucapkan kata. Biji
mata Tio begitu bening tapi jelas tampak tidak mengandung
pengertian akan apa yang diucapkan Ronggur. Sedang
Ronggur kemudian mengalih pandang ke air terjun itu, sambil
mengatakan, "kurasakan, justru karena adanya air terjun ini,
48 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membuat arus sangat deras. Karena tempat jatuhnya begitu
tinggi dan curam, binatang air yang menakutkan dan buas itu
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak bisa datang ke Danau Toba."
"Itu boleh jadi," sahut Tio berusaha mengerti. "Di samping
itu, masih ada manfaat lain dikandung air terjun ini."
"Apa lagi?" tanya Tio mendesak. Akhirnya dia sendiri ingin
mendengarkan yang dirasakan Ronggur.
"Kurasakan air terjun ini mempunyai suatu tenaga yang
sangat besar dan kuat. Selalu perasaanku berkata begitu.
Dan, bila tenaga yang terkandung di air terjun ini digunakan
manusia untuk kehidupannya, maka hidup manusia akan lebih
berbahagia. Orang kelak akan dapat menggunakannya untuk
kehidupannya. Sekarang memang yang kita lihat, darinya
timbul bencana saja. Coba kalau diri diterjunkan bersama air
terjun pasti lumat. Darinya timbul anggapan selama ini,
Sungai Titian Dewata jatuh ke ujung dunia. Hingga tak
seorang pun selama ini berani menyusurinya untuk mencapai
tanah habungkasan. Tapi, nanti, entah kapan, bila orang
menggunakan tenaga yang terkandung di air terjun ini, maka
tenaga yang disimpan air terjun ini bisa memberi arti yang
bernilai bagi -kehidupan manusia."
Tidak dapat Tio membumbui cakap Ronggur. Namun dia
tidak membantah seperti kebiasaannya yang tidak mau
membantah cakap Ronggur, walau dia tidak dapat
49 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengartikannya. "Karena itu," kata Ronggur selanjutnya, "jangan lagi takut
padanya. Jangan lagi kutuk dia. Tapi, haruslah merasa
bersukur karena dia ada. Bersukurlah, karena dia menjanjikan
sesuatu kebahagiaan bagi kehidupan manusia di masa
datang." Tio mencampak pandang ke tempat air terjun itu jatuh. Air
yang jatuh berputar pada lingkaran berbentuk kolam, arusnya
gelisah membentuk suatu pusingan yang cepat, yang bisa
menenggelamkan lalu menghancurkan sesuatu yang jatuh ke
sana. Tio merasa ngeri melihatnya. T io takut dibuatnya. T api,
semua perasaan itu ditekannya habis-habis, agar dia tidak
membantah yang dikatakan dan dirasakan Ronggur. Malah dia
ingin turut merasakan yang dirasakan Ronggur, tapi
perasaannya belum juga merasakannya.
Setelah beberapa hari istirahat dan tenaga mereka sudah
pulih kembali, mereka melanjutkan perjalanan pulang. Jalanan
yang harus ditempuh, langsung mendaki bukit. Sesekali
menyusur di tebingnya, mencapai sesuatu celah, lalu
menembusnya untuk kemudian terus lagi mendaki sampai
pundak bukit ditaklukkan. Perjalanan yang memayahkan.
Perjalanan mereka agak lambat. Dalam sehari, terkadang
hanya sepundak atau dua pundak bukit saja yang dapat
50 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka taklukkan. Ronggur selalu memilih celah bukit tempat
bermalam, agar terlindung dari serangan angin yang cukup
kuat. Tio menggendong anak mereka. Sedang Ronggur
memikul peralatan. Si belang mengikut di belakang, atau
terkadang berlari di depan. Menggonggong dan menggunakan
penciumannya. Dengan mengenali pundak bukit mencari celah pertemuan
bukit, rombongan kecil itu terus mendaki pundak demi pundak
bukit yang berlapis-lapis, menuruni lembah batas perbukitan
yang berlapis-lapis itu untuk mendaki lagi. Tidak mengenal
lelah, tidak mau henti sebelum matahari tenggelam. Dan,
akhirnya lapisan bukit itu dapat ditaklukkan. Lalu lembah
dataran tinggi, yang dilingkari lapisan bukit demi bukit
melingkar dan memanjang, lembah kampung halaman, telah
berada kembali di hadapan pandang. Di tengahnya, tenang,
bersama kebiruannya yang damai, danau kesayangan,
mengitari Pulau Samosir. Di sekitar tepian danau, bertumpuk
rimbunan bambu duri, pertanda perkampungan.
Mereka bertatapan untuk kembali mencampak pandang ke
lembah perkampungan yang sudah sekian lama ditinggalkan.
Ronggur mengambil anak mereka dari gendongan T io. Tangan
anak itu dituntunnya menunjuk ke arah perkampungan sambil
mulut Ronggur berkata, "Itulah kampung nenek moyangmu,
51 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ananda." Mereka menarik napas lega, terutama Tio. Dan, karena
udara kembali dingin, mereka telah memakai kulit binatang
buruan yang halus bulunya. Terlebih anak mereka. Diselimuti
baik-baik sehingga tidak merasakan udara dingin. Dalam
hayalnya Tio telah mengatakan pada diri sendiri bahwa dia
akan membawa sisa anggota keluarga marganya ke tanah
habungkasan, agar bisa bebas dari nasib jelek yang menimpa
marga. Dia membayangkan betapa bahagia keluarga
marganya, mengecap nikmat udara kemerdekaan, setelah
sekian lama harus menjadi budak orang lain.
Tiba-tiba saja Ronggur memecah kesunyian itu, "Tio, satu
perjalanan panjang, menembus Sungai Titian Dewata,
mengarungi rimba alam abadi, telah kita laksanakan dengan
berhasil. Walaupun dengan susah payah. Tapi, di hadapan
kita, menanti tugas baru. Kita harus menaklukkan dan
menguasai alam pikiran orang di kampung halaman, yang
mempercayai bahwa Sungai Titian Dewata berakhir ke ujung
dunia. Bila hasil perjalanan ini kita sampaikan pada mereka,
maka sendi kepercayaan mereka berarti digoyang. Pekerjaan
begitu tidak akan mudah. Merombak keyakinan seseorang,
menggantinya dengan kepercayaan baru tidaklah kerja
mudah. Akan jauh lebih payah daripada menaklukkan pundak
bukit yang cukup tinggi. Karena itu, kau harus tabah nanti
menerima segala sikap yang mengejek dan menantang. Yang
52 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mungkin menyakitkan hati, atau membahayakan jiwa. Tapi,
ketahuilah Tio, aku cinta padamu. Kaulah seorang perempuan
yang telah berani menemani aku menempuh satu perjalanan
yang menantang keyakinan orang sekitar yang telah turun
temurun menguasai alam pikiran mereka. Kau telah
mengorbankan alam pikiranmu sendiiri untuk mengikuti
jejakku. Aku berhutang budi padamu dan aku cinta padamu."
Lama Tio terdiam. Kemudian dengan tidak dapat
dilawannya, dia telah menyandarkan kepala ke bahu Ronggur.
Dia mengisak di sana. Tanpa mengatakan sesuatu. Ronggur
mengelus rambutnya dengan sebelah tangan, sedang tangan
sebelah lagi, menggendong anaknya.
Perlahan Tio mengangkat kepalanya. Bertatapan dengan
Ronggur. Kemudian sama-sama mereka mencampak pandang
ke lembah di bawah, lembah perkampungan. Tangan kiri
Ronggur menggendong anaknya, tangan kanannya memeluk
pinggang Tio. Oi ujung kaki duduk si belang menjulurkan
lidah, menatap ke arah yang sama.
"Ronggur," kata Tio, "maukah kau membawa sisa warga
margamu ke tanah habungkasan?"
"Tentu, sudah tentu," jawab Ronggur, "mereka anak
manusia seperti kita. Mendambakan bahagia dalam hidupnya.
Dan di samping itu, mereka jaluran paman anakku. Jaluran
53 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
famili yang harus kuhormati, apalagi anakku."
Orang di kampung halaman sebenarnya telah lama
melupakan mereka berdua. Tidak menjadi bahan percakapan
lagi. Kenangan terhadap mereka bertambah tipis lalu
menghilang bersama bertukarnya penanggalan hari, tenggelam, dan timbulnya kembali purnama. Orang melupakan mereka dengan ucapan yang tumbuh dari
kepercayaan mereka: "Dikutuk dewata dan para arwah. Matinya, mati terkutuk.
Arwahnya akan disumpahi Mula jadi Na Bolon."
Sedang ibu Ronggur, karena terus menerus menanggung
rindu dan tidak tahan mendengar ejekan yang diarahkan pada
anaknya dan padanya sendiri, karena dia seorang ibu yang
melahirkan anak durhaka, tidak berapa lama setelah Ronggur
dan Tio berangkat dulu, pulang ke tempat asalnya, ke
hadapan Mula Jadi Na Bolon.
54 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pada mulutnya, ibu tua itu masih mengharapkan anaknya
cepat kembali. Tapi, setelah beberapa kali purnama tenggelam
dan terbit lagi, dan anaknya tidak pulang juga, membuat
kemauan hidup melemah. Lalu, berakhirlah hidupnya.
Orang percaya, arwahnya akan tidak diterima Mula Jadi Na
Bolon dengan baik. Di saat mati, dia tidak punya apa-apa.
Hingga dia dikebumikan tanpa upacara dan gondang. Para
dewata tidak akan datang menjemput arwahnya ke tempat
yang baik me lalui Sungai Titian Dewata. Karena para dewata
tidak diberi tahu atas kematiannya, melalui pukulan gondang
yang dipalu dan mengorbankan beberapa ekor babi serta
ayam putih. Tapi, bekas Datu Bolon Gelar Guru Marsait Lipan, tidak
bosannya, setiap hari mencampakkan pandang ke arah
matahari terbit. Meneliti pundak bukit dan celah bukit yang
ada di sebelah timur. Dia masih tetap percaya, Ronggur dan
Tio akan kembali membawa berita ria. Pertanyaan yang
sebenarnya berupa ejekan yang diajukan orang padanya,
selalu disahutnya dengan baik.
"Sudah pulangkah Ronggur dari tanah habungkasan"
Sudah ditemuinya tanah habungkasan yang dijanjikan setan
itu" Kapan pulang, si anak durhaka itu?"
"Dia akan pulang membawa berita ria bahwa tanah
habungkasan yang dijanjikan para dewata telah ditemuinya.
Ronggur anak yang memperoleh petunjuk secara langsung
55 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dari dewata. Dia anak yang berbahagia."
"Apa kau katakan" Para dewata mengganti setan" Patutlah
ramalan tenungmu tidak ada yang benar."
"Bukan setan yang menggoda. Tapi, dia telah dilahirkan
untuk menyampaikan kehendak dan pesan dewata."
Orang lalu tertawa. Kemudian orang itu me lanjutkan,
"Bukankah kau yang membuat ayah si Ronggur menemui ajal,
karena kau ajak dia menyusuri Sungai T itian Dewata?"
"Kami mengalami kegagalan yang mengakibatkan kecelakaan itu. Aku akui, tekadku kurang kokoh waktu itu. Aku
meloncat dari biduk membuat keseimbangan biduk hilang.
Ayah Ronggur menemui ajal karena kecelakaan itu."
Mendengar sahutan begitu, orang menjadi ramai tertawa
lalu pergi sambil berkata, "Orang gila. Si tua gila."
Tapi, lama kelamaan orang tidak mau lagi mengganggu,
mencakapinya. Orang membiarkan menatap ke arah matahari
terbit setiap pagi. Orang tidak mengacuhkannya lagi. Malah
orang sudah sependapat, dia seperti tidak ada lagi. Orang
tidak memanggilnya ke pertemuan marga dan ke sidang
56 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kerajaan marga. Berita yang datang dari kampung sekitar, baik mengenai
perdamaian, begitu pula mengenai peperangan yang terus-
menerus meletus, antara satu marga dengan marga lain,
antara satu suku dengan suku lain, dan antara satu lunak
dengan luhak lain tidak disampaikan orang padanya.
Malah waktu marganya sendiri harus berperang karena
memperebutkan hutan di teluk danau itu, yang berakhir atas
kemenangan marganya, waktu itu pun, tenaganya tidak
diminta orang membantu marga. Marga yang dikalahkan
marganya itu, akhirnya harus membayar upeti pada kerajaan
marga. Membuat marga mereka menjadi lebih berkuasa, kuat,
dan kaya. Persawahan dan perkampungan tambah banyak
mereka kuasai. Orang yang kalah, yang dapat dihancurkan
kerajaan marganya, bila tertangkap, dijadikan budak belian.
Sedang yang sempat melarikan diri, pergi ke kaki bukit
terpencil, ke tanah batu yang sama sekali tidak baik dijadikan
persawahan, menjadi orang buruan. Sedang kerajaan marga
yang tidak sempat dihancurkan, lalu meminta damai sete lah
melepaskan haknya atas apa yang diperebutkan, harus pula
membayar upeti pada kerajaan marga mereka.
Orang tua itu membiarkan rambutnya panjang. Sehingga
sudah sampai di pundak. Memutih uban. Pipinya cekung.
57 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Wajahnya bertambah lancip. Tapi, sinar matanya tetap
mengandung sinar kepercayaan. Tidak melesu. Dan, pagi itu
sinar mata tambah bening dan bersinar. Dijauhan ada tiga
benda kecil dilihatnya bergerak-gerak di kaki bukit sebelah
timur. Setiap saat benda yang bergerak itu mendekat atau
menurun ke lembah perkampungan mereka.
Matahari bersinar terang. Tidak ada awan di langit. Tanpa
disadarinya dia bertempik dan berlari ke tengah kampung,
sampai orang pada tercengang. Terlebih karena dia
meneriakkan, "Mereka telah kembali. Ronggur telah kembali
dari tanah habungkasan. Mereka sedang menuruni kaki
gunung sebelah timur."
Orang bertemperasan ke luar rumah lalu terus pergi ke
gerbang kampung sebelah timur. Menatap dengan patok ke
arah yang dimaksud orang tua itu. Mereka juga memang
melihat ketiga titik yang bergerak itu. Belum pernah seorang
manusia pergi ke sana. Karena gunung itu gunung angker
menurut kepercayaan mereka. Apalagi bila orang menurun
dari pundaknya, tempat matahari muncul.
Pagi itu juga kerajaan marga mengadakan sidang.
Diputuskan untuk mengirim
kurir penunggang kuda,
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyelidiki keadaan sebenarnya.
Kalau memang itu rombongan Ronggur supaya dibawa pulang.
58 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sebanyak tiga orang penunggang kuda bergerak. Mereka
bawa juga dua ekor lagi kuda, yang tidak punya beban. Hati
tiap orang tambah gemuruh. Setiap orang melahirkan
anggapan dan duga demi duga. Apa yang akan terjadi. Atau
apa yang telah terjadi" Warta apa yang akan datang"
Datu Bolon Gelar Guru Marlasak, masih mengatakan bahwa
itu bukan rombongan Ronggur. Tapi, binatang liar lagi buas.
Percakapan menjadi simpang siur. Namun setiap orang lebih
menginginkan bersikap menanti, apa yang akan disampaikan
penyelidik yang sudah dikirim kerajaan.
Sampai sore orang semua tinggal menanti. Tidak ada yang
turun ke sawah. Tidak ada yang turun ke danau. Tiap orang
seperti terpacak di tempat masing-masing.
Bila senja telah mulai memerah di langit, mencampakkan
sinar yang beraneka warna ke permukaan danau, mereka
sudah dapat melihat kepulan debu mengepul ke udara.
Penyelidik penunggang kuda sudah pulang. Kuda yang dua
ekor lagi sudah ada penunggangnya. T ambah lama, bersama
dengan bertambah merahnya warna senja, rombongan itu
bertambah dekat. Orang terus saja dapat mengenali bahwa
penunggang kuda yang keempat, Ronggur. Di belakangnya
Tio menggendong bayi. Sedang dipangkuan Ronggur, si
belang menjulurkan lidah.
59 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Suasana tambah tertekan. Setiap orang terdiam. Setiap hati
tambah bertanya. Anak yang sudah disangka mati dikutuk
dewata, telah kembali ke tengah mereka. Anak yang dikenal
kecakapan, ketabahan, keberanian, dan kekuatan serta
keuletannya, tapi sayangnya pula anak yang telah dicoret dari
silsilah marga karena digoda setan, dan berusaha
meruntuhkan kepercayaan mereka yang bisa membuat
dewata marah, telah kembali di tengah mereka. Tanpa kurang
sesuatu. Ronggur melompat dari punggung kuda. Setelah menuntun
Tio turun dari pundak kuda, lalu terus mendekat ke orang
banyak. Dia tidak langsung menuju ke tempat raja yang juga
hadir di sana. Tapi, mendekat pada orang tua yang berambut
panjang putih itu. Mereka memberi sembah. Lalu dari mulut
Ronggur keluar kata: "Bapak, Datu Bolon Gelar Guru Marsait Lipan, yang tidak
pernah salah tafsir tenungnya. Dengan bantuan doa Bapak,
anakmu ini telah menemukan tanah habungkasan yang sangat
luas lagi landai, juga menemui sebuah danau yang tidak
bertepi tapi airnya asin. Namun sangat banyak ikan. Dataran
yang landai, ditumbuhi pohon kelapa berjajar, seperti pagar
tepian danau. Di punggungnya, hutan belantara yang sangat
hijau lagi luas, memberi imbangan akan luasnya danau yang
60 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ada di depannya. Tanah di sana sangat baik dijadikan
persawahan. Bukan tanah tipis menyaputi batu alam. Hutan
menyimpan binatang buruan yang jinak. Orang yang pergi ke
sana, tidak perlu takut kehabisan makanan. Orang yang pergi
ke sana, tidak perlu berkelahi karena setitik air parit. Di sana
kedamaian akan tercipta, karena setiap orang rajin bisa
membuka tanah persawahan sesuka hatinya. Lagi pula, apa
yang kita takutkan bahwa penduduk akan sangat padat
sedangkan tanah begitu sempitnya karena penemuan tanah
habungkasan ini tidak jadi persoalan lagi. Setiap orang bisa
punya anak berpuluh-puluh, namun tidak perlu takut
kekurangan tanah. Tanah, alangkah gembur dan subur."
"Di manakah itu, Anakku?" tanya orang tua itu ber-napsu.
"Di seberang ujung dunia. Sebenarnya bukan ujung dunia,
Bapak. Sungai Titian Dewata pada salah satu tempat, memang
mempunyai arus yang sangat deras. Karena ada air terjun, air
harus menuruni sebuah lembah yang sangat curam. Tapi,
itulah pula mula tanah landai, tanah habungkasan. jadi,
Sungai Titian Dewata tidak pernah putus. Setelah air terjun,
Sungai Titian Dewata terus mengalir, membelah dada hutan
belantara yang sangat lebat dan rimbun itu."
"Anakku, berapa keluarga yang dapat di tampung tanah
habungkasan yang kau temui itu?"
"Berapa keluarga" Ah, cobalah bapak bayangkan, sejauh
mata memandang hanya tanah yang landai yang tampak,
61 06 Pukulan Si Kuda Binal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanah yang hijau tidak bertepi. Sampai bertemu dengan kaki
langit. Jadi aku tidak dapat mengataka
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
6207 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
n berapa keluarga. Tapi, semua keturunan si Raja Batak dapat di tampungnya
sekaligus dan bersama keturunan yang akan datang tanpa
menakutkan bahwa tanah garapan akan habis. Tanah di sana
tidak akan habis." Sambil menitikkan air mata bening karena gembira, orang
tua itu lalu mengatakan: "Anakku, kau telah melaksanakan petunjuk dewata,
sehingga lahir dalam melaksanakan petunjuk dewata,
sehingga lahir dalam kenyataan. Setiap orang seharusnya
mengucapkan terima kasih padamu dan pada Mula Jadi Na
Bolon yang telah menciptakan tanah habungkasan itu.
Pertempuran yang sering terjadi antara satu marga dengan
marga lain atau antara satu luhak dengan luhak lain, yang
kemudian menimbulkan luka serta duka yang dalam dan lebih
kejam lagi yang menimbulkan kemelaratan dan golongan
tertindas, akan tidak perlu berulang. Setiap orang akan
memperoleh kebebasannya kembali mengerjakan tanah,
bukankah begitu, Anakku?"
"Ya, Bapak." "Terimalah ucapan terima kasihku padamu, Anakku."
Orang banyak, baik penduduk biasa, pun kerajaan,
1 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
semuanya terdiam mendengarkan percakapan itu. Tapi, dari
mata Datu Bolon Gelar Guru Marlasak, memancar sinar
kebencian dan dendam. Tiba-tiba saja dia berkata, suaranya
terus lantang: "Ronggur, kau telah mengatakan segala dusta. Apakah
buktinya bahwa kau telah menemukan tanah habungkasan
seperti yang kau dustakan?"
Ronggur mengeluarkan pundi yang tiga itu, yang padinya
begitu bernas, lalu, "Waktu aku berangkat dulu dari sini,
hanya sepundi kubawa. Sekarang aku bawa tiga pundi padi
yang bernas. Sebenarnya hendak kubawa lebih banyak. T api,
karena perjalanan begitu jauh, lagi pula harus melalui pundak
bukit dan celah bukit, aku memutuskan membawa tiga pundi
saja sebagai bukti. Tapi, di tanah habungkasan, kutinggalkan
padi bagi keperluan orang yang mau pindah ke sana dalam
taraf pertama. Menjamin keperluan mereka sebelum saat
panen tiba. Saat panen lebih pendek di sana daripada di sini.
Padi lebih cepat matang. Lihatlah, betapa bernasnya padi ini."
'Ke mana pergi gelang yang dipakai si Tio pertanda dia
budak". Dan, anak siapa yang digendongnya itu" Anakmu"
Kau mengawini atau memilih seorang budak menjadi ibu
anakmu?" Datu Bolon Gelar Guru Marlasak tersenyum mengejek.
2 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Wajah Ronggur memerah padam. Dengan suara menghentak,
"Tio telah menjadi isteriku, perempuan yang paling setia dan
tabah. Kami telah dipersatukan Mula Jadi Na Bolon secara
langsung, sewaktu kami tiba ke tempat jatuhnya air Titian
Dewata untuk pertama kalinya. Demi menghormati kesetiaan
dan ketabahannya, aku jadikan dia istriku. Dialah isteri paling
setia. Dia telah kubebaskan. Dia tidak akan pernah menjadi
budak lagi." "Aku tidak mempercayai cakapmu. Tiga pundi soal
gampang. Bisa saja kau curi dari lumbung orang. Tapi, kau
telah mengatakan bahwa Sungai Titian Dewata tidak jatuh ke
ujung dunia, jadi persoalan. Kau telah menghancurkan
kepercayaan kami. Kau telah mengawini seorang budak belian
yang diharamjadahkan orang merdeka. Kau telah membuat
segala pekerjaan keji dan mengatakan kata yang keji. Inilah
persoalan yang sangat berat. Pada orang yang melakukannya,
dapat dijatuhkan hukuman. Dan, itu semua, kutuduhkan
padamu dan aku meminta pertimbangan khalayak dan
kerajaan, agar memilih bentuk hukuman yang pantas
ditimpakan padamu. Kalau tidak, para dewata akan murka.
Dan, mengutuk marga ini. Marga yang kuat perkasa lagi kaya
ini, marga yang dikurnia oleh dewata."
Kerajaan yang lengkap cepat saja mengadakan sidang.
Dalamm rapat kerajaan, suara Datu Bolon memegang peranan
yang penting. Karena persoalan, soal kepercayaan.
3 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kita akan dikutuk para dewata dan arwah nenek moyang,
bila kita mau mendengar cakap dusta ini. Kita dulu
memutuskan, akan menangkap si Ronggur, akan menjadikannya budak belian, bila dia kembali ke kampung
halaman ini. Tapi, sekarang tuntutanku tidak sampai di situ.
Karena dia telah mendustai kita dan dia telah membebaskan
seorang budak marga tanpa persetujuan sidang kerajaan,
tuntutanku: Menangkap dan menghukum si Ronggur bersama budak
belian itu. Hukum mati. Ini perlu, agar para dewata yang telah
melindungi kita, yang telah membuat kita menang dalam
peperangan tidak memurkai kita. Bukankah kita sudah harus
bersyukur pada para dewata dan arwah nenek moyang,
karena sebaik kita mencoret nama Ronggur dari silsilah
marga, dan tak mau mendengarkan cakapnya, telah dua kali
marga kita mengalahkan marga lain dalam peperangan"
Hingga marga kita menjadi marga yang berkuasa, kuat, kaya,
dan dihormati setiap marga" Dan, luhak kita, menjadi daerah
4 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
taklukan kita?" Segala saran yang dilancarkan Datu Bolon gelar Guru
Marlasak, mempengaruhi keputusan kerajaan. Lalu mengeluarkan perintah, menangkap Ronggur dan Tio. Telah
diputuskan pula, besok pagi, akan dipalu canang ke tiap
kampung yang dikuasa i marga itu, untuk mengumpulkan
mereka, lalu sama menyaksikan hukuman mati yang harus
dijalani Ronggur bersama T io, karena mereka telah menghina
kepercayaan. Agar pengaruh yang dibiuskan Ronggur tidak
mempengaruhi orang untuk seterusnya.
Ronggur dan Tio diikat pada batang pohon mangga yang
besar. Bayi diletakkan di depan, mereka, langsung di atas
tanah. Dekatnya si belang. Apak kecil itu menangis sejadinya.
Tapi, tak seorang pun dibolehkan menyentuhnya.
Mendengar tangis bayi kecil itu, tidak saja perasaan Tio dan
Ronggur serasa disayat. Turut si belang menitikkan butir air
dari matanya. Tambah lama, suara anak menjadi parau. Si
belang mendekatkan moncongnya ke mulut anak itu. Lalu
lidahnya dijulurkan si belang. Disapukannya ke bibir anak.
5 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sampai basah. Lalu lidah anak itu menjilat bibirnya. Kemudian
lidah anak itu secara langsung disapu lidah si belang.
Sehingga air dari lidah si belang berpindah ke lidah anak itu.
Tangis anak itu mereda. Si belang meringis kecil, merasa
gembira dapat mendiamkan tangis anak itu. Bila matanya
dicampakkan ke arah T io dan Ronggur, si belang memperoleh
senyum terima kasih dari tuannya.
Segala alat yang dibawa oleh Ronggur dan Tio
ditumpukkan depan mereka, juga ketiga pundi padi itu. Semua
akan dibakar. Supaya bekas dari kejadian itu tidak tinggal
sedikit pun. Tidak berapa lama setelah senja berganti malam, Raja
Panggonggom bersama pengiringnya, masih datang menemui
Ronggur, mengusulkan agar Ronggur mencabut kembali
semua yang telah diucapkannya.
Hukuman bisa dientengkan, tak perlu hukum mati, asal dia
mau. Tapi, Ronggur harus bersedia menjadi budak, begitu
pula Tio dan anaknya. Ronggur menolak sarat itu. Malah
dikatakannya: "Aku tidak dapat membenarkan yang salah, begitu pula
sebaliknya. Yang benar harus kukatakan benar. Percayalah
padaku, Paduka Raja."
Tapi, Raja Panggonggom tidak mendengarkan. Bila fajar
pagi terbit hukuman mati itu akan dilangsungkan.
Cepat saja berita yang dibawa Ronggur dan Tio menjalar ke
6 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mana-mana. Sampai ke kaki bukit tempat orang melarat,
tempat orang yang tidak berpunya, dan tempat persembunyian orang buruan. Mereka menegakkan kepala
mendengar berita itu. Terutama setelah mereka memperoleh
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penjelasan langsung dari bekas Datu Bolon, setelah saran
Ronggur ditolak kerajaan marga mereka.
Bekas Datu Bolon itu mengatakan pada mereka bahwa
yang mengetahui jalan ke tanah habungkasan itu hanyalah
Ronggur. Bila Ronggur mati dibunuh orang yang tidak dapat
mendengarkan penemuannya, maka tanah habungkasan itu
akan kembali hilang. Mereka semua akan menjadi orang yang
sia-sia turun-temurun. Mereka harus membela Ronggur dan
Tio, harus melepaskan mereka dari ancaman maut itu.
Orang melarat dan orang buruan yang tinggal di gua kaki
bukit itu akan selalu lari ke mana saja berpencar bila tentara
kerajaan marga Ronggur datang menangkap mereka, akhirnya
memutuskan: 7 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Daripada mati dibunuh dan diburu di dada tanah batu yang
gersang, lebih baik mati menempuh jalan menuju ke tanah
habungkasan. Malam itu juga, sepuluh orang lelaki yang kuat
tubuhnya, menyelusup ke induk kampung marga Ronggur.
Lengkap dengan senjata masing-masing. Dari celah bambu
duri, mereka dapat melihat di mana Ronggur dan Tio diikat,
dijaga tiga orang pengawal. Unggun api sudah mulai
mengecil. Keadaan sunyi. Malam sudah jauh. Tiba-tiba saja si
belang menggonggong. Karena mencium bau orang yang
datang mendekat. Membuat ketiga pengawal itu terjaga.
Setelah mengitari kampung dan meneliti, akhirnya mereka
kembali tidur sambil menyepak si belang. Seseorang terus
mendekat ke tempat Ronggur, lalu membisikkan, "Ronggur,
suruh si belang diam."
Ronggur memberi isarat. Sehingga si belang duduk dekat
kakinya dan diam. Dan, sekali sergap saja, ketiga pengawal
yang sedang mengantuk itu tidak berdaya lagi. Mati terbunuh.
Tali temali yang mengikat Ronggur dan T io, mereka putuskan.
Mereka gendong bayi lalu mereka melarikan diri. Orang yang
tidak berpunya dan orang buruan telah menantikan mereka,
bersama bekas Datu Bolon di kaki bukit. Setelah mengucapkan
terima kasih, Ronggur bertanya, "Apa. yang harus kita
perbuat?" 8 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Datu Bolon Gelar Guru Marsait Lipan?berkata, "Berita yang
diturunkan para dewata padamu, harus kau sampaikan pada
setiap orang. Tanpa memandang dari marga mana mereka,
dari golongan mana mereka. Kalau sebagian orang tidak mau
merasakan arti yang dikandungnya, tidak dapat menerima
kebenarannya, maka orang yang mau mendengarlah yang
berhak menerima berkat darinya. Mereka inilah orang yang
tidak berpunya, orang buruan ini karena kalah perang, yang
mau mendengarkan berita penemuanmu. Merekalah yang
berhak menerima berkah darinya. Bawalah mereka ke tanah
habungkasan. Sehingga mereka dapat kembali mengecap
alam kebebasan. Dan, otot mereka yang kencang itu dapat
kembali digunakan mengolah tanah."
"Bapak juga harus ikut," kata Ronggur. "Bila mereka
menemui Bapak, Bapak juga hendak mereka tangkap dan
bunuh." "Ya, Bapak akan ikut. Bapak juga walau dengan berjingkat,
ingin melihat tanah habungkasan dalam kenyataan, karena
aku sudah sering melihatnya dalam mimpiku. Aku ingin
melihat apa yang dibisikkan para dewata padaku."
Bergeraklah mereka malam itu juga. Memegang obor.
Menyuluh jalan jurang dan lembah dalam. Sedang di induk
kampung marga Ronggur, dipalu gong. Membangunkan setiap
orang. Mereka sudah tahu, Ronggur dan Tio bersama anaknya
dan si belang sudah lari. Sidang kerajaan dengan
9 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berangsangan, belum pernah marga kita dihina orang begini
rupa. Ayo, tangkap mereka, bunuh setiap orang yang memberi
bantuan padanya. Raja Nabegu memerintahkan Hulubalang yang terkemuka,
yang dipercayai beserta laskarnya yang terkenal keberanian
dan kekuatannya, mengejar dan menangkap Ronggur dan T io
kembali. Membunuh setiap orang yang memberi bantuan pada
Ronggur dan Tio. Sedang Raja Panggonggom, memerintahkan anak lelakinya
yang sulung, anak lelaki Raja Nabegu dan Raja Ni Huta, turut
serta dalam rombongan yang harus menangkap Ronggur dan
Tio serta membunuh setiap orang yang memberi bantuan
padanya. Datu Bolon Gelar Guru Marlasak, cepat mengusung bangkai
laskar marga yang telah mati ke Sopo Bolon. Di sana
disembayangkan, agar arwah laskar yang wafat itu mengutuk
perbuatan Ronggur dan Tio. Malah dimintanya, agar
mencelakakan Ronggur dan Tio bersama rombongannya.
Kepada ketiga anak raja itu, Raja Panggonggom memesankan
dan mengingatkan bahwa Ronggur punya cukup akal yang
licik. Dia harus diimbangi dengan kelicikan pula. Yang
diharapkan dipunyai oleh anaknya, yang kelak menggantikan
sebagai Raja Panggonggom bila dia wafat.
10 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Di kala fajar pagi pertama menyingsing, bergeraklah orang
yang bertugas memburu rombongan Ronggur. Sedang
Ronggur, tetap menyuruh agar mengadakan tanda, jalan
mana mereka tempuh. Supaya orang yang memburu dapat
mengikuti jejak dan jalan mereka tempuh.
Rombongan terus bergerak. Orang yang memburu juga
terus bergerak. Tempik dan sorak, kemarahan dan hasutan,
dialamatkan pada rombongan Ronggur. Mereka harus
membunuh setiap anggota rombongan Ronggur dan menawan
Ronggur hidup-hidup, untuk dihadiahkan pada sidang
kerajaan. Untuk sama-sama dibunuh oleh tiap warga marga.
Matahari semakin tinggi. Pundak bukit pertama telah
ditaklukkan. Di sana mereka istirahat. Malah bermalam. Pada
pagi berikutnya, rombongan yang memburu telah tampak di
kaki bukit yang mereka taklukkan. Ronggur menyuruh, agar
orang menghidupkan api, mengepulkan asap. Menandakan
pada yang memburu bahwa mereka ada di sana.
Rombongannya merasa aneh juga terhadap tindakan begitu.
Maunya mereka menghilangkan jejak. Ini tidak. Malah
memberitahukan pada musuh di mana mereka berada. Tapi,
karena Ronggur sungguh-sungguh menyuruh,
mereka laksanakan juga dengan sebaik mungkin.
11 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Bila rombongan yang memburu mulai mendaki bukit,
mereka pun mulai bergerak. Tanpa menjatuhkan batu untuk
menghancurkan yang memburu itu. Bila rombongan yang
memburu sudah berada di pundak bukit pertama, rombongan
Ronggur sudah kembali mendaki ke pundak bukit kedua.
Kedua rombongan dapat bertatapan, tapi dipisah lembah yang
dalam. Matahari kembali melemah. Senja memerah. Kemudian
malam. Rombongan Ronggur istirahat. Begitu pula rombongan
yang memburu. Tidak ada yang berani melanjutkan perjalanan
di malam hari. Takut jatuh ke jurang dalam. Rombongan
Ronggur menghidupkan api unggun. Begitu pula rombongan
yang memburu. Dendam kesumat pada rombongan yang
memburu tambah menghebat, karena merasa diperma inkan.
Sedang Ronggur hanya tersenyum saja.
Bila fajar kembali terbit, rombongan yang diburu dan
memburu kembali bergerak. Begitu terus menerus. Tapi,
Ronggur tetap mengusahakan, agar kedua rombongan selalu
dipisah lembah. Juga diusahakan, agar rombongannya tidak
berada di dasar lembah, bila musuhnya berada di pundak
bukit, hingga musuhnya dapat menjatuhkan batu untuk
membunuh mereka. Begitu terus-menerus. Terkadang antara
kedua rombongan terjadi saling panggil-memanggil. Sambil
hasut menghasut. Pada hari ketujuh, rombongan Ronggur telah melewati
12 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
celah pertemuan bukit, yang merupakan pintu ke tanah
habungkasan. Dari baliknya, dapat dilihat, di bawah melalui
pundak bukit yang menurun tanah habungkasan.
Setiba di balik bukit terus jurang dalam. Lapangan datar
hanya beberapa depa saja. Bermula terus jurang. Harus
memenggok ke kiri, beberapa jauh harus melalui di satu jalan
sempit, yang diapit oleh bukit dan dinantikan mulut jurang
menganga. Baru tiba kembali ke jalan yang agak luas, mula
jalan menurun yang baik menuju tanah habungkasan. Juga
dari sana dapat ditatap air terjun yang memutih. Setiap
anggota rombongan Ronggur kagum menatap tanah datar
yang luas dan hijau di bawah mereka. Setiap orang ternganga
melihat putihnya air terjun yang menerobos bukit sebelah
timur. Lalu setiap orang mengucapkan rasa terima kasihnya.
Dan, setiap orang yang memakai gelang pertanda budak,
disuruh Ronggur membuangnya dan menyampakkannya jauh-
jauh. Ke jurang dalam. Ronggur menyuruh tiap orang berondok ke sisi bukit.
Mendaki sedikit ke atas. Tiap orang disuruhnya menyiapkan
senjata yang ada di tangan masing-masing. Kemudian orang
yang tidak bersenjata, disuruhnya memilih batu alam, yang
bisa digulingkan. Sedang dua tiga orang, disuruhnya pergi ke
mulut celah bukit. Menantikan rombongan yang memburu.
13 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Memberi tanda pada mereka, agar rombongan yang memburu
itu mendatangi ce lah bukit.
Semua orang mengerjakan perintah Ronggur. Setiap orang,
baik perempuan. Lengkap senjata terhunus di tangan.
Rombongan yang memburu terus saja mengejar dengan
semangat meluap. Melewati celah bukit. Dan, mereka telah
ada di bawah rombongan Ronggur, pada satu tempat yang
tidak menguntungkan. Mereka terjebak sudah. Dengan
lantang, Ronggur berteriak, "Letakkan senjatamu. Kalau tidak
kamu sekalian akan kami bunuh. Di depanmu jurang dalam.
Boleh pilih, menyerah atau mati."
Rombongan yang memburu mengutuk pada diri sendiri.
Dengan terpaksa harus membuang senjata yang ada di
tangannya. Tapi, di saat begitu, anak Raja Ni Huta, mengambil
kesempatan. Cepat berpaling dan melayangkan tombaknya ke
arah Ronggur. Ronggur cepat berondok ke balik batu alam.
Dan, sebuah tombak balasan melayang ke bawah mengenai
anak Raja Ni Huta, yang lalu jatuh ke mulut jurang dengan
pekikan meninggi. Sekali lagi Ronggur berteriak, "Pilih antara
dua, menyerah atau mati. Kalian semua berada di tempat
yang tidak menguntungkan."
Anggota rombongan yang memburu itu, dengan terpaksa
mencampakkan semua senjatanya ke mulut jurang. Mereka
14 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
disuruh Ronggur menghadap ke arah jurang. Lalu kedengaran
suaranya meninggi: "Kau para lelaki yang kuat. Tapi, yang tidak punya
kekuatan untuk menerima sesuatu warta kebenaran. Justru
karena warta itu bertentangan dengan kepercayaan yang kau
anut selama ini. Lihatlah sekarang dengan mala kepalamu
sendiri, di depanmu jauh di bawah sana, luasnya tanah hijau
yang landai, seperti yang kuceritakan padamu. Dan, di sebelah
kananmu itulah air terjun yang kukatakan."
"Lihatlah, apakah Sungai Titian Dewata berakhir ke ujung
dunia" Dan, benda memutih dikejauhan yang terus menerobos
ke timur, membelah kehijauan hutan belantara itu, kelanjutan
Sungai Titian Dewata, merambah jalan ke danau yang maha
luas, yang airnya asin, tapi banyak ikannya. Pergunakanlah
mata kepalamu. Dengarlah dengan kupingmu sendiri, derum
air terjun yang jatuh, warta dari mula kehidupan. Apakah
kalian masih belum percaya?"
Orang yang memburu pada terdiam dan tercengang.
Sekarang mereka dengan mata kepala sendiri, telah
menyaksikan kebenaran cerita Ronggur, di saat mereka
terjebak pula. Harus tunduk pada Ronggur. Mulut mereka
ternganga. Hulubalang yang memimpin rombongan itu, berpaling ke
arah Ronggur. Setelah menundukkan kepala tanda memberi
hormat, dia mengatakan: 15 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ronggur, kalau kau sekarang mau membunuh kami, kau
telah bisa melakukannya tanpa sesuatu halangan. Dan, itu
memang hakmu. Tapi matiku telah merasa senang. Justru
karena aku telah melihat kebenaran ceritamu. Aku akan tidak
menyangsikan hidup anakku lagi. Tanah luas masih tersedia
untuk mereka walaupun aku mati. Tanah habungkasanmu,
Ronggur." Ronggur membiarkan Hulubalang itu terus berkata. Yang
melanjut dengan, "Kami telah me lihat air terjun yang kau
ceritakan. Ujung dunia yang kami sangka selama ini, mula
tanah datar yang maha luas. Hijaunya telah kutatap, dan bau
kesuburan yang mengambang darinya telah kuhirup. Kami
telah mengikuti ajaran yang salah, dan kami tidak punya
kelapangan hati mendengar warta kebenaran darimu. Untuk
itu kami sewajarnya menerima hukuman. Akulah yang
pertama harus kau bunuh. Aku pemimpin rombongan yang
mengejarmu ini." Seketika keadaan hening. Lama Ronggur menatap
tawanannya yang hendak menangkap pada mulanya. Yang
sebenarnya juga anggota keluarganya. Sesuatu perasaan yang
bertentangan tumbuh dalam dada, sebagian ingin menuntut
balas, tapi sebagian lagi memberi pertimbangan lain. Dalam
keadaan begitulah Ronggur memanggil orang tua, bekas Datu
16 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Bolon Gelar Guru Marsait Lipan ke dekatnya.
"Bapak," katanya, "apa yang harus kuperbuat sekarang?"
Lama orang tua itu terdiam. Baru mulutnya mengatakan,
"Nasib mereka berada di tanganmu. Kau bisa menentukan,
Penakluk Ujung Dunia Karya Bokor Hutasuhut di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apakah mereka masih berhak hidup atau mati. Tapi, bagi
Bapak, ada sesuatu hal yang menguntungkan dalam saat ini.
Kau telah gagal mewartakan berita penemuanmu secara
langsung. Tapi, sekarang kau memperoleh jalan lain untuk
mewartakannya kepada orang lain di kampung halaman.
Dengan sendirinya pula mewartakan kepada kelompok marga
lain, marga yang masih merdeka."
"Bagaimana caranya, Bapak?"
"Tawanlah anak Raja Panggonggom, anak Raja Nabegu.
Kemudian suruh pulang Hulubalang itu dengan pengiring kecil.
Tugaskan padanya agar dia mewartakan pada kerajaan marga
atas kebenaran ceritamu, kebenaran penemuanmu. Bila
mereka tidak juga mempercayainya, maka nasib anak Raja
Panggonggom dan anak Raja Nabegu, akan sama dengan
nasib Raja Ni Huta."
Tersenyum Ronggur memperoleh saran 17 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
itu. Lalu disambutnya, "Saran yang baik. Dan akan kutambahkan
bahwa tidak marga kita saja yang berhak datang ke tanah
habungkasan. Semua marga berhak. Semua orang berhak.
Tidak memandang apakah dia seorang budak, raja atau apa
saja. Semua orang berhak memperoleh tanah, seluas dan
selebar yang sanggup dia kerjakan."
Orang tua itu menundukkan kepala mengiakan.
"Di samping itu," kata Ronggur pula, "aku harus menuntut
pada kerajaan marga, agar mengembalikan tanah persawahanku, yang dulu disita kerajaan dariku. Itu sangat
penting. Karena bagaimanapun seperti adat kita, sejauh kita
merantau, namun bona nipasogit, tidak boleh dilupakan.
Sesuatu harta pusaka turun-temurun yang mulanya dirambah
nenek moyang, harus dijaga dan dipelihara. Juga segala harta
milik Bapak yang disita dulu, harus dikembalikan. Dan, Bapak
tahu aku telah mengambil T io menjadi istriku."
"Ya, Bapak tahu," sahut orang tua itu cepat. "Dan, itu
sangat baik." 18 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Karena itu, kesatuan marga Tio sudah menjadi moraku.
Mora yang harus kuhormati."
"Ya, memang begitu menurut adat kita."
"Lalu, aku harus menuntut pula bahwa semua keturunan
marga Tio, harus dibebaskan dari perbudakan. Siapa saja di
antara mereka yang punya hasrat pindah ke tanah
habungkasan harus dibolehkan. Tidak boleh dihalangi. Sedang
orang yang tidak bisa pindah karena sudah tua atau karena
alasan lain, harus dibebaskan dari perbudakan."
Orang tua itu tersenyum. Mengiakan.
Segala hasil pembicaraan disampaikan Ronggur dengan
suara lantang pada Hulubalang. Itulah sarat yang harus
disampaikan Hulubalang pada kerajaan marga. Yang
ditambahnya pula: "Dalam jangka dua purnama, utusan kerajaan sudah harus
ada yang datang menemui mereka ke tanah habungkasan.
Mewartakan, apakah saran itu diterima atau tidak. Utusan
kerajaan marga, boleh kelak menempuh jalan yang mereka
tandai." Hulubalang itu menyanggupi akan menyampaikan pesan.
Malah dengan sadar dia menambahkan, "Karena aku sendiri
telah melihat kebenaran ceritamu, kebenaran penemuanmu,
tanpa sarat itu pun, aku akan bekerja keras menginsafkan
19 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
orang. Berilah kesempatan padaku, untuk berbakti."
Lima orang dari anggota yang memburu itu, ditunjuk
Ronggur mengiringi Hulubalang menuju kampung halaman.
Yang lima orang itu pun telah bersedia menjadi saksi atas
kebenaran penemuan Ronggur. Sedang rombongan Ronggur,
ditambah pasukan kerajaan marga yang sudah insaf menuju
ke timur, ke tanah habungkasan.
Kemudian rombongan lain bertambah banyak menuju
tanah habungkasan. Selalu mereka mengadakan upacara di
pangkal sungai, mempertebal keyakinan bahwa mereka akan
dituntun para dewata dan arwah nenek moyang ke tanah
habungkasan. Baik melalui sungai atau jalan darat. Sejak itu,
nama tempat itu mereka sebut Porsea.
Jalan tempuhan, tambah lama, tidak hanya yang dirintis
Ronggur saja yang mereka kenal. Tapi, telah terbuka
tembusan jalan baru. Daerah lain tambah banyak ditemui. Bila
mereka sudah sampai di tempat yang mereka namakan
Parhitean, mereka terus pergi ke arah timur, akan tiba ke
tanah habungkasan yang ditemui Ronggur, di mana
rombongan Ronggur membuka perkampungan.
Bila mereka dari Parhitean menuju ke utara, mereka akan
tiba ke Daerah T angga. Dari sana dapat mereka tatap pundak
bukit yang tiga, lalu mereka namakan itu Tiga Dolok. Dari
20 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sana terus menembus ke daerah Simalungun. Bila terus
menyusur bukit sebelah barat, bisa mereka buka dua
persimpangan. Satu menuju Tanah Karo, satu lagi menuju
Dairi-Pakpak. Dari Dairi, bisa turun kembali ke Pulau Samosir.
Dari T iga Dolok, dapat mereka kenal pundak bukit yang ada di
bagian pundak mereka, pundak bukit di lingkungan Danau
Parapat. jadi bila mereka menuju ke sana, kembali tiba ke
lingkungan Danau Parapat.
Dari Parhitean, bila mereka memenggok ke selatan, mereka
akan tiba ke Parsoburan. Terus ke selatan, sampai ke daerah
perbatasan Sumatera Barat, yaitu Rao-Rao. Bila mereka
meneruskan perjalanan, tiba ke dataran tinggi Bonjol. Sedang
bila kembali ke arah utara dari Rao-Rao, berarti turun ke
daerah Mandailing Raja. Menembus terus ke daerah Angkola-
Sipirok-Pahae dan tembus ke Silindung, Tarutung. Lalu bisa
kembali ke T oba. Dari Mandailing, bila mereka terus menurun, mereka
menemui pula sebuah danau yang luas, airnya asin, berteluk
indah, pesisir Sibolga. Di sini mereka bertemu dengan
rombongan yang sejak Parsoburon terus mengarah Barat.
Dan, telah menaklukkan pegunungan Pangaribuan, menurun
ke pesisir Barus. Sedang rombongan yang berangkat dari
Pangoruran Samosir, bila menuju ke arah barat, akan
menaklukkan pegunungan sebelah barat. Mereka tiba ke
Pangkat, terus menurun dari sana ke pesisir Barus.
21 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dari pesisir Sibolga, bila mereka kembali mendaki
pegunungan utara, tembus pula ke Rura Silindung, Tarutung.
Dari sana, pundak pegunungan Toba telah dapat mereka tatap
dan kenal kembali. Dari Angkola, yaitu dari T or Simago-mago,
bila menembus ke selatan teru s, akan tiba ke daerah dataran
yang luas. Padang Lawas. Terus ke selatan, mereka bisa
bertemu dengan orang yang berangkat menuju tanah
habungkasan yang ditemui Ranggur, daerah Asahan-Labuhan
Batu. Kemauan mempertahankan dan melanjutkan kehidupan,
sampai bersedia mengorbankan pertarungan demi peperangan, yang tidak sedikit mengorbankan nyawa, telah
dialihkan semangatnya untuk menaklukkan pundak demi
pundak bukit. Menerobos celah pertemuan bukit memanjang,
merambah jalan di bawah naungan dedaunan belantara yang
menghijau lebat, untuk menemui dataran luas, dataran lain,
berhutan subur, dan punya binatang buruan yang jinak lagi
banyak. Untuk menemui danau yang maha luas, yang
menyimpan ikan banyak. Airnya asin mengandung garam.
22 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Semuanya untuk kelanjutan kehidupan dan mengembangkannya. ccdw-kzaa Daftar Istilah Ambalang= tali pelempar batu
Ama Ni Bolpung= ayah si Bolpung
Ampangngardang= juru perdamaian
Ampataga= nama sejenis tumbuhan biasa dipakai untuk
obat (luka) Berandak= bersembunyi/berlindung
Bernas= berisi/berarti Bolatan= destar Bona Ni Pasolgit= kata ganti untuk kampung
halaman Buhul = ikatan Bungkas= pindah Burung Ambaroba= burung pemakan padi, berdada
kuning 23 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Curup= cerutu Dibuhul= diikat Dolok= gunung Gelagah= rumput yg panjang
Habungkasan= tanah baru Luhak= daerah Mora= keluarga pihak isteri
Mula Jadi Na Bolon= T uhang Yg Maha Esa
Parhelaan= pesta adat (hela= menantu pria
Parhitaan= jembatan/perantara
Pargaul=luwes Pargounci= grup yg memainkan gondang
Patentengan= sombong .... tidak terbaca sobek...
Pisau Gajah Lompak= pedang sakti
Pohon Hariara= pohon beringin
Purada= jumbai-jumbai warna keemasan pada ulos
Raja Ni Huta= kepala kampung
Sampuran Harimau= air terjun si harimau
Sopo Bolon= rumah besar (rumah adat)
Sanduduk = rumput putri malu
Temterasan= lari kucar kacir
Terhempang= terhampar 24 07 Amanat Marga m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Terpacak= tertanam/terpaku
Tuhil= pahat Tongkat Panaluan= tongkat kepala adat (marga)
Ura= makanan khas Batak; terdiri dari bermacam daun
mentah, antara lain daun pepaya serta gula merah dan lain-
lain. ccdw-kzaa (http://cerita-silat.mywapblog.com)
25 Pendekar Patung Emas 14 Sapta Siaga 13 Keributan Sesama Kawan Surat Kecil Untuk Tuhan 1