Pencarian

Rainbow 2

Rainbow Karya Eni Martini Bagian 2


tahu-tahu menyambar ponsel di atas dasbor mobil.
"Jangan, Em!" refleks Keisha merebut ponsel milik Emi,
gerakannya begitu cepat Emi bengong tujuh turunan.
"K-kita buat surprise, kan sejak di rumah sakit, lo nggak
pernah muncul lagi," kata Keisha sedikit gugup. Dia ter"se"
nyum lebar ketika Emi menatapnya terheran-heran.
"Ya udah terserah lo deh." Emi tak peduli, dia sibuk
dengan lalu lintas di depannya. Sebenarnya jalur yang mere"
ka lewati bukan jalan besar, satu arah pula. Makanya jalanan
maceeet kayak kampanye pemilihan presiden keong "
hehehe. Alhamdullilah " Keisha mengelus dada, meski dia tidak
menjamin semuanya lancar sampai rumah.
Yanti membukakan pintu ketika Keisha datang bersama Emi.
Mobil Emi dibiarkan terparkir di depan karena gadis itu tidak
Rainbow isi.indd 69 Eni Martini berlama-lama mampir. Dia ada janji dengan Dimas. Tadinya
Emi mau mengajak Dimas sekalian menjenguk Akna, tapi
laki-laki itu masih rapat di kantornya, di Depok.
"Sorry, Kei, Dimas nggak bisa. Masih rapat," kata Emi
dengan mimik tidak enak. Keisha bersorak dalam hati, semakin sedikit orang luar
yang bertandang ke rumahnya, keadaan makin baik-baik saja.
Duh, Rabb " hidupnya mendadak serasa ikut nggak
normal. "Pak Akna mana, Yan?" Emi langsung duduk di ruang
tengah. Suasana sunyi terasa di rumah Keisha.
Emi celingukan. Ada getar halus di hatinya, rumah ini
memang tanpa kehadiran seorang anak, tapi biasanya tetap
hangat dan nyaman". "Akna masih di kamar, mungkin masih bersih-bersih
atau ketiduran akibat pengaruh obat," sela Keisha seraya
memberi isyarat agar Yanti membuatkan minuman.
Emi mengangguk-angguk sambil meraih sebuah majalah
baby terbitan luar yang bertumpuk di bawah meja TV. Dia
menjerit melihat model-model baju bayi dan perlengkapan
mainannya. "Lucu-lucu banget"."
"Itu merek Oshkos, keren ya?"
"Iya, iya " Eh, buruan panggilin Akna dong. Gue nggak
bisa lama nih, mau meluncur ke Depok."
Keisha tidak menjawab, langsung ke kamarnya. Dia
membuka pintu pelan dan mendapati Akna tengah berbaring
seperti biasa. Kruk-nya tersandar di samping tempat tidur.
"Na"," panggil Keisha pelan. Dia tidak yakin suaminya
benar-benar tidur, Magrib baru saja usai.
Akna seperti biasa, diam.
Rainbow isi.indd 70 RAINBOW "Na, ada Emi mau menjenguk kamu. Dibawain pisang
pasir tuh," Keisha mengguncang bahu Akna pelan.
Akna berbalik dengan tiba-tiba. Sesaat laki-laki itu tidak
berkomentar tapi memandangi Keisha.
Keisha berdebar. Entahlah, sekarang setiap berhadapan
dengan suaminya, dia selalu berdebar cemas dan berkeringat
panik, seakan menghadapi orang asing yang akan berbuat
jahat pada dirinya. "Kamu baru pulang?" tanya Akna.
Keisha mengangguk. Hatinya lega mendengar suara
Akna yang pelan. "Ada Em?" "Aku sudah dengar, mau apa dia?"
Mulai lagi, batin Keisha.
"Mau melihat temannya yang cacat, mau lihat gimana
Akna sekarang berjalan, terpincang-pincang?" cibir Akna.
"Atau mau cerita usaha kalian maju, mengalahkan aku yang
cacat ini?" "Akna!" jerit Keisha tidak tahan. "Kamu apa-apaan sih,
bicara ngaco! Ya sudah kalau tidak mau menemui Emi."
Keisha berbalik, keluar kamar sambil menahan air
mata"nya. Betul kan, betul apa yang dipikirkannya. Kacau,
menemui Akna hanya membawa kekacauan!
"Kei?" Emi menatap wajah Keisha secara keseluruhan.
Dia yakin mata bening itu menyimpan air mata yang siap
tumpah. Ada apa" Kenapa"
"Maaf, Em " sebaiknya lo pulang saja, ya," kata Keisha
pelan, dia kesulitan mengontrol perasaannya makanya tanpa
basa-basi dia menyuruh Emi pulang.
"Hei!" seru Emi kaget, dia berdiri seketika, berhadaphadapan dengan Keisha.
Rainbow isi.indd 71 Eni Martini "Em, semua di sini sudah berubah. Akna bukan lagi Akna
yang lo kenal"," Keisha berusaha memberi pengertian.
Emi mengerutkan kening. Ada apa ini" Apa salah dia"
Sekalipun Akna sudah berubah cacat atau apa, dia kan hanya
datang menjenguk, membawakan pisang pasir kesukaan lakilaki itu. Kok, malah diusir pulang"
"Kei, ada apa sih?" desak Emi. Dia tidak mau disuruh
pulang begitu saja, dia harus tahu alasannya apa.
Keisha tidak menjawab, tapi air matanya justru luruh.
Aduuuh, ada apa sih sebenarnya" Keisha masuk kantor
dengan cerah ceria meski masih sedih, selama makan siang
tadi juga tidak ada cerita yang aneh. Hanya cerita Akna
yang masih belajar menyesuaikan diri. Keisha akan bangkit
lagi mengingat posisi suaminya sekarang, bahkan Keisha
berusaha mengajukan pinjaman ke bank untuk memajukan
usaha mereka. "Biar gue cepet punya rumah sendiri. Capek, Em, tiap
bulan bayar kontrakan"," kata Keisha saat bercerita tadi
siang. "Kei"." "Em, sebenarnya Akna tidak pernah mau menerima
telepon, tamu, siapa pun. Terhadap gue pun, jika dia mau
" gue diusirnya keluar kamar. Habis kecelakaan, kita nggak
pernah komunikasi dari hati ke hati sebagai suami istri.
Nggak pernah tidur dalam satu dekapan, kita tidur saling me"
munggungi"," Keisa terisak bersamaan dengan Yanti yang
datang mengantarkan air minum sebelum cepat-cepat pergi.
Yanti diam-diam ikut menangis. Dirinya tahu betul
gimana baiknya Pak Akna terhadap Bu Keisha dulu. Yanti
kan, dibawa dari Bandung sejak awal mereka baru menjadi
pengantin baru. Rainbow isi.indd 72 RAINBOW Emi tak mampu berkata apa-apa hanya melongo.
"Em, Akna sekarang jiwanya bagai bayi yang baru
terlahir, gue harus siap menghadapi segala perubahannya.
Akna kehilangan satu kakinya, Em. Itu nggak mudah, Em.
Nggak mudah," bisik Keisha.
Emi memegang bahu sahabatnya. "Iya, iya, gue tahu
itu nggak mudah," angguk Emi asal. Dia belum siap dengan
keadaan saat ini. Ini di luar pemikirannya sama sekali.
Emi tahu perubahan besar telah terjadi dalam kehidupan
sahabatnya, tapi demi masa depan, dia kira Akna mampu
melewati bersama Keisha, yang mulai terlihat optimis saat
masuk kerja tadi. Tapi ternyata".
Emi memukul setir dengan kacau, rumah pasangan itu seperti
dilanda musim dingin yang membekukan.
Rainbow isi.indd 73 Eni Martini RAINY DAYS Keisha: Terus Mencoba Bangkit dari Kerapuhan
"Bagaimana kabar Akna, Kei?" suara Romi di ponsel Keisha
bersaing dengan debat kecil Tia dan Rosita soal produk
andalan mereka untuk new arrival bulan ini. Tia ingin menon"
jol"kan produk pakaian model overal dan dress pesta untuk
bayi dari merek yang baru bergabung dengan toko mereka,
se"men"tara Rosita ingin membuat kejutan baru dengan me"
munculkan model jaket bayinya yang superlucu.
"Kan, keren banget, Ros, begitu pelanggan buka web
kita "wussssss " kita suguhkan deretan baju-baju overal
untuk yang baby cowok dan dress pesta cantik untuk yang
cewek. Coba, ibu mana yang nggak tertarik langsung gabung
dengan toko kita untuk belanja-belanji," Tia mengeluarkan
alasannya. Rainbow isi.indd 74 RAINBOW "Ini musim hujan, Tia, para ibu pasti sibuk cari baju
hangat untuk baby merekalah. Sebelum olshop lain menawar"
kan baju-baju hangat, kita harus duluan menampilkan bajubaju hangat terbaru," Rosita tidak mau kalah.
"Rom, Rom, sebentar ya, jangan ditutup. Sebentar,"
bisik Keisha. Dia bermaksud untuk memberi masukan ke"
pada dua gadis muda yang berdebat di depan layar monitor
yang menampilkan gambar-gambar aneka produk untuk new
arrival bulan ini. "Heeem " hemmm," Keisha berdeham sambil terse"
nyum kecil hingga keduanya menoleh.
"Ups! Keberisikkan ya, Mbak Kei?" kata Rosita tersipu.
"Sorry ya, Mbak, jadi ganggu. Habis bener-bener seru
nih, mau nentuin yang mana," kata Tia.
"Kenapa nggak kalian gabung baju-baju itu dengan
judul yang menarik, baju-baju yang membuat anak Anda
menjadi bintang"," kata Keisha memberi usul. Tia dan
Rosita sejenak terpana. "Baju-baju, kan bisa apa saja jenisnya. Bisa baju pesta,
baju musim dingin, dan sebagainya," tambah Keisha, se"
nyum?"nya mengembang berusaha meyakinkan kedua gadis di
depan"nya kalau idenya bisa dipraktikkan.
"Waduh! Betul tuh, Mbak. Setuju!" seru Tia setelah
bangun dari bengongnya. "Gimana, Ros?" Rosita mengangguk-angguk, "Oke, oke, trims, Mbak.
Nanti setelah selesai kami buat tolong dicek lagi ya, Mbak."
"Sip!" Keisha mengacungkan ibu jarinya, kemudian pin"
dah ke ruang pemotretan yang sepi. "Sorry, Rom, kelamaan.
Maklum disambi kerja," dia lanjut menelepon.
"Nggak apa-apa, aku jadi nggak enak nih. Ganggu ya?"
Rainbow isi.indd 75 Eni Martini "Nggak, Nggak kok."
"Oya, gimana kabar Akna?" Romi mengulang pertanyaan
yang terputus belum dijawab tadi.
Keisha menarik napas panjang, menatap langit-langit
dengan muram. "Seperti yang pernah kamu lihat, Rom","
katanya kemudian, pelan. "Akna kan, bisa menggunakan kaki palsu biar nggak
terlihat berbeda dari keadaannya semula. Dia cerdas, Kei.
Akna bisa apa saja. Kalau kalian kekurangan modal, kan ada
aku. Apa artinya punya teman bekerja di tempat kredit usaha,
syaratnya mudah, cicilan bisa disesuaikan keinginan pihak
peminjam," ujar Romi panjang lebar.
"Hei!" pekik Keisha tiba-tiba.
"Ups! Kenapa, Kei?" Romi kaget mendengar nada sura
Keisha yang setengah menjerit.
Keisha tertawa. "Hehehe " sorry, terlalu semangat,"
ralatnya. "Iya, ya, aku lupa. Kamu kerja di Esco DSP."
"Nah, mulailah menyemangatinya, Kei, atau aku ke
rumah kalian saja?" Romi begitu bersemangat.
"Sorry, Rom, sebaiknya jangan sekarang. Akna sangat
labil, dia butuh waktu yang aku sendiri belum tahu sampai
kapan Akna bisa menerima keadaannya," tukas Keisha.
"Kalau kamu sebagai istri sudah menyerah, bagaimana
dengan Akna yang kondisinya seperti itu akan bangkit,
Keisha!" seru Romi. Dia benar-benar menyayangi sahabatnya.
Dia benar-benar ingin membantu.
"Siapa bilang aku menyerah!" sergah Keisha sedikit
ter"singgung. Entah, bagaimana orang melihat seperti apa
usahanya untuk keluar dari sarang yang lembap ini, tapi
semua dia lakukan dengan keras. Bahkan mungkin hampir
melebihi daya kemampuannya selama ini.
Rainbow isi.indd 76 RAINBOW "Sorry, Kei, bukan maksudku menyinggung"," Romi
seperti bisa membaca perasaan Keisha di seberang sana.
"Sudah lupakan, aku hanya ingin bicara sedikit serius,
Rom," kata Keisha berubah melembut seperti awal.
"Serius?" Romi mengerutkan dahinya. Mulai menebak,
apa kiranya yang akan dibicarakan Keisha, apakah wanita itu
akan meminta jalan keluar soal Akna"
"Aku tertarik untuk meminjam modal usaha di tem"
patmu," kata Keisha mantap tapi sedikit bergetar, seolah dia
masih belum percaya akan ucapannya. Saking gemetarnya,
jemarinya yang memegang ponsel berkeringat. Berapa kali
dia tampak mengusap rambutnya yang terkuncir rapi.
"Buat Akna" Kalian akan membuka usaha apa?" suara
Romi riang, dia berharap Akna benar-benar bangkit kembali.
Saat asyik menelepon, dia lihat ponselnya yang terletak di
atas meja kerjanya bergetar. Tertera sebuah nama: Satyana,
salah seorang gadis yang tengah dikencaninya.
Ehmmm " Romi mengambil ponselnya dan mema"
sukkannya ke laci. "Bukan buat Akna tapi aku pribadi, Rom."
"Hah!" Romi tidak dapat menyembunyikan keter"
kejutannya. "Jangan kaget begitu dong, aku kan gini-gini punya
bisnis Baby Shop!" seru Keisha.
Romi menepuk jidatnya sambil tertawa lepas, selama ini
dia hanya terfokus melihat Keisha di samping Akna sebagai
wanita cantik dan istri yang sangat terlindungi, "Sorry, sorry,
aku lupa, Kei. I Swear, aku beneran lupa. So?"
"Melihat posisi Akna sekarang, aku berniat memajukan
usaha yang kelola bersama Emi itu, Rom. Aku mau membuka
toko offline yang serius. Makanya aku butuh modal."
Rainbow isi.indd 77 Eni Martini "Sudah kau diskusikan dengan Emi?"
Keisha mengaruk-garuk kepalanya. "Aku pernah bahas
soal itu, Emi kayaknya nggak masalah, tapi buat membicara"


Rainbow Karya Eni Martini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kan lebih lanjut aku butuh memahami alur kerja sama de"
ngan Esco, Rom." "Boleh-boleh, kalau begitu kapan aku bisa ke rumahmu
sekalian meneng?" "Kita ketemuan di suatu tempat gimana?" potong
Keisha. Romi tercenung sejenak. Sejauh itu kah Akna belum
bisa menerima kehadiran orang lain"
"Rom, bukan ak?"
"Oke, kita ketemu di mana enaknya?"
"Yang nggak jauh dari tokoku ya, biar aku nggak pulang
terlambat." "Oke." Keisha menyebutkan nama sebuah kedai roti kecil di
seberang tokonya. Mereka membuat janji bertemu besok
pukul empat sore. Keisha masih merahasiakan dulu dari Emi.
Setelah dia benar-benar memahami, lalu berminat serius
untuk meminjam, dia baru akan mendiskusikannya dengan
gadis itu agar bisa lebih meyakinkan tujuannya memper"be"sar
usaha mereka berdua. Dalam mencari tempat untuk toko offline, dia berapa
kali wara-wiri saat berangkat dan pulang kerja, dan melihat
sebuah ruko dua lantai yang disewakan. Tempatnya cukup
luas dan sangat strategis. Keisha punya rencana lantai
bawahnya akan dibuat playground, dan lantai atas untuk toko
perlengkapan bayi yang akan didesain senyaman mungkin.
Waktu perjalanan ke rumahnya, dia pernah memberi tahu
Emi, dan gadis itu terliihat agak kurang tertarik.
Rainbow isi.indd 78 RAINBOW "Uang sewanya kita bisa sediakan, Kei, tapi rukonya
terlalu besar. Paling hanya bisa kita penuhi lantai bawahnya.
Mubazir dong yang atas kosong. Rugi juga karena uang
sewanya pasti mahal."
"Nggak gue buatin toko semua kok."
"Terus buat apa" Kantor kita?" tukas Emi dengan mimik
tidak setuju. "Boros ah, untuk kantor cukup di tempat yang
lama. Kalau mau sewa khusus yang buat toko offline, yang
lebih kecil aja, Kei, jadi bea sewa nggak mahal. dan tempat
bisa kita gunakan maksimal."
"Gue justru sengaja mau cari tempat yang luas seperti
itu, Em." Emi mengerutkan keningnya.
"Karena gue mau buat toko dan playground!"
"WHAT?" Emi berseru kaget sambil menginjak remnya
cepat, karena hampir saja ia menabrak seorang ibu yang
menuntun anaknya sambil menyeberang, gara-gara asyik
menyimak ucapan-ucapan Keisha.
"Gue serius, Em. Lantai atas akan gue gunakan sebagai
toko dengan desain yang nyaman. Benar-benar tempat men"
cari kebutuhan baby sehingga si ibu tidak canggung atau
repot belanja membawa baby mereka. Dan lantai bawah","
Keisha menggantung ucapannya membuat Emi menunggu
dengan tidak sabar. "Gue buat playground plus penjaganya
seorang wanita yang gape dengan anak-anak. Bisa kebayang
kan seorang ibu yang bebas berbelanja sementara anak-anak
mereka bebas bermain dengan aman?" Keisha mengerling
penuh kemenangan. "Kita akan mendapat pendapatan
double dari ruko yang kita sewa, pendapat dari penjualan per"
lengkapan baby dan penyewaan playground."
"Good idea!" seru Emi. "Taaapi " dari mana modalnya
Rainbow isi.indd 79 Eni Martini Keiii" Lo tahu, kan betapa mahalnya alat-alat permainan baby
atau anak-anak yang berstandar internasional?"
"Insya Allah, pasti ada jalan, Em. Selama niat usaha kita
baik," kata Keisha yakin.
"Okelah, sebagai orang ekonomi, gue yakin lo nggak
salah. Tapi hati-hati jangan terjebak ke dana pinjaman yang
menjerat kita," Emi setengah menyerah dengan usul Keisha.
"Ya, nggaklah, Em. Kita cari perusahaan dana pinjaman
yang ter-recommended. Semua usaha itu pasti terlibat pin"
jaman, nggak masalah kalau keluar masuk keuangan kita
bagus," kata Keisha optimis. "Kalau kita mau melesat ke
depan maka kita harus berani melakukan lompatan yang
jauh." "Semoga usaha kita benar-benar berkembang ya," kata
Emi penuh senyum meski dalam hati dia masih ragu-ragu
akan impian Keisha. Di dalam angkot menuju rumah, Keisha tersenyum-senyum.
Pertemuan dengan Romi besok memenuhi kepalanya. Jika
ternyata persyaratannya mudah dan dana cicilannya ringan,
dia harus membicarakannya dengan Emi. Mereka harus
segera memutuskan untuk DP ruko tersebut agar tidak
disambar orang lain karena letaknya strategis, menyiapkan
desainnya, perlengkapan toko dan playground, plus siap-siap
mencari pegawai baru untuk ditempatkan di playground.
Untuk sementara, butuh dua orang tenaga wanita yang gape
menangani anak-anak. Untuk penjaga toko, dia akan menarik
Shasa dan mencari satu orang lagi. Kira-kira butuh launching
Rainbow isi.indd 80 RAINBOW dan promo yang seperti apa agar toko dan playground dikenal
para pelanggan maupun orang baru"
Aduh, duh, duh, dia butuh cepat-cepat sampai rumah
dan duduk di depan laptopnya. Fiuuuuh, kalau saja Akna
masih seperti dulu, apa kira-kira tanggapan laki-laki itu akan
rencananya ini" Akna pasti terbelalak lalu melompat, dan meme"luk diri"
nya kuat-kuat. Bidadari kecilnya yang bersayapkan se"orang
laki-laki bernama Akna, mampu melakukan semuanya.
Kini aku tak bersayap lagi, tapi aku akan mencoba menjadi
bidadari yang terbang dengan sepasang kaki dan tangan,
Na." Selagi asyik melamun, Keisha terkejut. Di luar gerimis,
dan dia tidak membawa payung. Mau turun dan menyetop
taksi, tanggung sebentar lagi angkot akan berhenti di Pondok
Labu. Dia tinggal menyeberang jalan, masuk sedikit sudah
rumahnya. Tapi pasti bajunya basah, hujannya makin lama
lumayan deras. Untung Yanti segera membukakan pintu karena sudah
dia menelepon sejak dari masih di angkot.
"Bajunya basah, Bu?" kata Yanti penuh perhatian.
"Iya, mau langsung mandi keramas biar nggak pusing.
Oya, Pak Akna sudah makan?"
"Makan siang sudah, Bu, tinggal makan malam."
"Oh, ehmm" tolong buatkan saya cokelat panas ya."
Yanti mengangguk. Keisha buru-buru masuk kamar. Lantainya terlihat
dipenuhi jejak-jejak air dari baju dan rambut Keisha, yang
kemudian segera dibersihkan oleh Yanti sebelum membuat"
kan cokelat panas pesanan Keisha.
Rainbow isi.indd 81 Eni Martini "Sore, Na"," sapa Keisha begitu mendapati Akna te"
ngah duduk di tepi pembaringan, menatapnya lama.
Keisha merasakan hatinya berdesir. Sekelebat bayangan
yang telah berlalu muncul, memasuki ruang ingatannya.
"Kei, sini masuk jaketku!" seru Akna. Suara Akna yang
penuh cinta mengalahkan suara air hujan.
Mereka memang berteduh di halte, tapi karena haltenya
su"dah tua, banyak yang keropos, sehingga selain terpaan air
dari depan akibat kendaraan yang berseliweran, air hujan
juga meluncur dari atas halte, meski tidak deras, hanya rintikrintik.
"Nggak ah," geleng Keisha.
"Ayolah, aku tidak mau calon istriku sakit gara-gara
hujan," kata Akna mesra.
Keisha menyusupkan kepalanya ke bawah ketiak Akna,
kepalanya langsung tertutup jaket laki-laki itu. Hangat dan
harum parfum laki-laki menyatu dengan aroma khas tubuh
laki-laki itu. Dada Keisha mendadak sesak, terperangkap dalam perih akan
semua yang dipikirkannya barusan. Sosok di depannya yang
baru saja meluncur dalam pikirannya tetap hening, hanya
mata Akna yang tak henti menatapnya.
Seperti seekor ikan kehilangan air, kerinduan meme?""nuhi
seluruh rongga tubuh Keisha hingga dia sesak.
"Kei, cepat bersihkan tubuhmu. Kau bisa sakit kehujan"
an begitu"." DUAR! Suara Akna barusan seperti halilintar yang
menyambar telinganya. Rainbow isi.indd 82 RAINBOW Rasanya dia ingin berlari ke pelukan suaminya, mencari
kehangatan, sebab sungguh dia mulai menggigil kedinginan.
"Tunggu apa lagi?" Akna buka suara lagi, dan baru
Keisha sadari suara itu dingin. Dingin sekali.
Cepat-cepat Keisha masuk kamar mandi.
Dicopoti seluruh pakaian yang dikenakannya. Dia berdiri
di bawah shower, membasahi tubuhnya yang menggigil. Beku,
tapi sesungguhnya kehidupannya lebih beku dari ini.
Kedai Roti Hijau Keisha sudah menunggu hampir lima belas menit di Kedai
Roti Hijau, ketika Romi baru datang. Wajah tampannya yang
hitam manis tersenyum seraya melambai.
Romi dibalut kemeja lengan panjang warna ungu tua
yang ditutupi jas hitam. Laki-laki itu memang sangat gaya.
Akna dan Romi berteman baik sejak keduanya bersekolah di
sebuah SMU di Medan. Di tangannya ada tas laptop yang
juga berwarna ungu tua juga. Benar-benar sweet.
"Sorry, kelamaan ya nunggunya?" ujar Romi setelah
duduk berhadap-hadapan dengan Keisha. Tatapan mata, se"
nyum, dan suara yang keluar dari bibir laki-laki itu membuat
Keisha memahami kenapa Romi bisa membuat gadis-gadis
bertekuk lutut. Alhamdullilah, Akna tidak memiliki kesamaan
sifat dengan Romi, sebab meski sama-sama mampu membuat
gadis-gadis bertekuk lutut, Akna tidak mudah jatuh cinta.
Beda dengan Romi, yang bisa berpacaran sekaligus dengan
semua suku di Indonesia, saking banyaknya.
Rainbow isi.indd 83 Eni Martini "Secangkir kopiku sudah habis, berarti lumayanlah,"
kata Keisha pelan. "Waduh, berdosa berat nih aku menelantarkan bida"
darinya Akna. Sorry ya, Kei. Tadi aku harus membatalkan
nge-date dengan wanita secantik pemeran utama Confessions
of a Shopaholic demi pertemuan ini. So sedikit telat," kata
Akna seraya meletakkan laptopnya di meja. Dinyalakannya
laptop itu setelah memesan kopi dan makanan kecil.
"Kamu mau pesan lagi, Kei?"
"Kalau kopi lagi bisa meledak lambungku, tapi kalau air
mineral atau jus " perutku bisa kembung," canda Keisha.
"Terus apa dong?"
"Secangkit teh manis saja deh, sama " Curly Cream
Cheese," Keisha menyebutkan roti danish yang lembut dengan
krim keju manis di dalamnya. Biasanya dia dan Emi meme"
san roti itu setiap mampir ke Kedai Roti Hijau. Selain semua
serbamurah, desain kedai roti ini sangat hommie, nyaman
sekali. Dindingnya bercat hijau daun, meja dan kursinya
terbuat dari kayu, alunan musik country menjadi ciri khas di
kedai ini. "Oke," Romi memesankan apa yang Keisha sebutkan,
kemudian sambil menunggu pesanan datang, dia mulai
membuka file tentang prosedur simpan pinjam di Esco. Di
geser laptopnya ke hadapan Keisha.
"Coba deh kamu pelajari dulu, setelah itu bisa kita
diskusikan bersama."
Keisha menelusuri layar monitor Romi dengan saksama:
Persyaratan untuk Menjadi Mitra Esco DSP:
1. Mengajukan proposal pinjaman
2. Pemohon telah melakukan kegiatan usaha minimal
Rainbow isi.indd 84 RAINBOW 1 tahun serta mempunyai potensi dan prospek yang
bisa dikembangkan 3. Memiliki hasil penjualan (omzet) tahunan minimal
100.000.000 (seratus juta rupiah)
Keisha terus mempelajari hingga selesai.
"Alhamdullilah, Rom, kalau persyaratannya insya Allah,
Baby Shop memenuhi. Tapi kalau aku boleh tahu bunganya
gimana, apakah lebih tinggi dari pinjaman bank?"
"Oh, jelas lebih rendah sedikit, Kei. Beda 0,1 persen,"
kata Romi. "Wow! Lumayan kalau pinjaman yang turun besar," ujar
Keisha. "Iya, mudah-mudahan semua dana yang kamu ajukan
disetujui. Prosedurnya aku jamin sangat mudah. Setelah
proposalmu beserta syarat-syaratnya diajukan dan disetujui,
dalam tempo tiga hari dana akan cair."
"Cepat banget ya?" mata Keisha terbeliak.
"Kan, ada aku," tukas Romi ngakak, diteguk kopinya
yang sudah datang sejak tadi.
Keisha tersenyum lebar. "Ehmmm " kira-kira berapa dana pinjaman yang
akan kau ajukan, Kei?" tanya Romi, cepat-cepat, dibersihkan
permukaan bibirnya dari cairan kopi dengan ujung lidah.
Keisha terdiam sejenak, lalu katanya, "Aku belum tahu
pasti berapa nominal yang aku butuhkan untuk menyewa
ruko dan menyediakan isinya, karena aku akan membuka
toko dan playground, mencari pegawai baru, belum lagi bea
launching dan promo?"
Mata Romi terbeliak mendengar ucapan Keisha. Sehebat
inikah Keisha" Selama ini dia hanya tahu wanita itu begitu
Rainbow isi.indd 85 Eni Martini dilindungi oleh Akna, bidadari kecil yang begitu bergan"tung
dan dimanjakan Akna. "Sebenarnya aku kasihan, Rom, Keisha wara-wiri ke
tokonya tapi sebelum aku mampu memenuhi segala kebu"
tuhannya dan kita memiliki momongan " aku pikir bis"nis"


Rainbow Karya Eni Martini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nya itu bagus untuk hiburan," begitulah ucapan Akna waktu
menceritakan bisnis toko perlengkapan bayi yang dikelola
Keisha dan Emi. Ternyata Keisha begitu serius dan segenius
ini memikirkan bisnisnya" Wanita memang seperti bom
waktu, akan meledak dan menghancurkan sesuai waktu yang
dibutuhkan, wanita juga cerdas dan kuat namun kaum Adam
dengan egonya, kerap memosisikan wanita bak kristal yang
mudah pecah sehingga kaum wanita melemah.
"Oya, aku hampir lupa!" Keisha menepuk keningnya.
"Aku juga belum tahu berapa biaya jasa desainer interior,
sebab aku ingin toko dan playground itu didesain sesuai
dengan temanya, dunia baby. Semua harus aku diskusikan
dengan Emi dan dikalkulasikan secara cermat agar pinjaman
yang kuajukan pas sesuai kebutuhan."
Romi manggut-manggut. "Kalau begitu dokumen persyaratannya kamu kopi, Kei.
Bawa flashdisk, kan?"
Sejenak Keisha mengubek-ubek tasnya, "Ya, ampun!
Sial! Ketinggalan, Rom." Keisha baru ingat tadi dia masih
membiarkan flashdisk-nya menancap di CPU kantor. Dilirik
tokonya sudah tutup karena sekarang sudah pukul lima sore
lebih tiga puluh menit. "Oke, aku e-mail saja sekarang. Nanti kan, kamu bisa
buka di rumah atau besok di kantor," kata Romi.
"Cerdas," ujar Keisha sambil tertawa karena menyadari
kebodohannya tadi, sempat kesal dengan flashdisk yang
Rainbow isi.indd 86 RAINBOW tertinggal. "Alamat e-mailmu, Kei?" Romi mulai mengklik internet
explorer. "KeisPutri@mayoomail.com..."
Sementara Romi sibuk mengirim e-mail, Keisha me"
nikmati roti pesanannya. Tanpa sadar kakinya yang menge"
nakan flat shoes hitam mengentak, mengikuti suara Norah
Jones yang membawakan My Dear".
But sometimes I don"t understand
The way we play I love the thing that you"ve given me
And most of all that I am free
"Oke, sudah kukirim," kata Romi.
Keisha melirik arlojinya yang merupakan hadiah dari
Emi. Hah! Setengah enam sore lewat! Dia harus segera balik.
"Sorry, Rom, aku harus balik nih."
"Oke, oke, aku antar ya soalnya macet, ditambah naik
angkot kamu bisa lebih telat, Kei," ujar Romi sambil mem"
bereskan laptopnya. Keisha terdiam, tapi masuk akal juga ucapan Romi.
Kalau dia memilih naik taksi saat jam macet begini, bisa
jebol dompetnya. Tapi, kalau Akna tahu dia pulang diantar
Romi, akan menimbulkan banyak pertanyaan. Dia takut
akan menyinggung perasaan Akna karena telah bertemu
dengan sahabat laki-laki itu tanpa sepengetahuan Akna. Dia
memang belum ingin memberi tahu suaminya soal pinjaman
ini. Keadaan Akna saat ini membuatnya selalu takut salah.
Dia ingin memberi tahu Akna nanti, setelah impiannya
terwujud. Rainbow isi.indd 87 Eni Martini "Tenang, Kei, Akna tidak perlu tahu aku mengantarmu,
kok," kata Romi mengejutkan Keisha. Laki-laki itu sudah
rapi, siap keluar dari kedai.
Astafirullah! Keisha mendekap bibirnya. Kenapa per"
temuan bisnis ini seperti adegan perselingkuhan sih" batin"nya
risih. "Aku mengerti keadaan Akna, Kei. Labil, mudah ter"
singgung, dan aku tahu tujuanmu mulia sebagai istri setia
yang ingin membantu Akna pada posisinya," ujar Romi
seperti memahami pikiran Keisha hingga Keisha merasa
telinganya tersentil dengan tepat.
Keisha tersipu. "Maafkan, Rom, posisiku saat ini
memang serbasalah. Aku harus mengikuti jalan pikiran Akna
agar dia tenang," ujarnya sedih.
"Yang kuat, Kei, pasti akan ada jalan keluar. Yuk, kita
cabut!" Romi bangun dari kursi diikuti Keisha.
Keisha menelepon ke rumah karena biasanya jam segini
dia sudah sampai rumah dan bertemu Akna. Tapi telepon
rumah sibuk terus. Sejenak dia ingin menelepon ponsel
suaminya tapi tangannya sudah berkeringat duluan.
Ya Rabb " ada apa dengan diriku" Keisha mengusap
keningnya, perlahan dia memencet nomor Akna. Dulu me"
nelepon suaminya adalah hal yang paling menyenangkan.
"Halo?" suara di sana terdengar dingin.
"N-Na " maaf aku telat, tadi ada meeting sebentar.
A?" "Ya," potong Akna.
"Aku sudah di meluncur ke Pondok Labu. Kamu sudah
makan?" "Jam segini kamu tanya makan, maksudnya makan siang
atau malam?" suara Akna bertambah dingin.
Rainbow isi.indd 88 RAINBOW Aduh, salah pertanyaan, keluh Keisha. Tanpa sadar,
dihapus keringat di keningnya.
"Sudah?" tiba-tiba Akna hendak mengakhiri pembicara"
an seperti biasanya. "Iya, bentar lagi aku sampai ya"."
Klik. Keisha memasukkan ponselnya ke tas. Padahal dia
ingin bertanya siapa yang memakai telepon rumah atau tadi
siang Akna sudah minum obat belum, tapi semua lagi-lagi
menguap. Dibuang pandangannya keluar kaca jendela mobil
untuk meredakan perasaannya. Dirinya tidak boleh kacau,
banyak hal yang harus dia pikirkan, susun, dan putuskan.
Semua untuk kemajuan masa depan rumah tangganya
bersama Akna. Hei! Benarkah ini rumah tangganya bersama Akna"
Serumah tanpa komunikasi layaknya suami istri dalam satu
rumah, tanpa kehangatan di ranjang" Setiap pulang ke rumah"
nya, dia seperti menuju gua yang lembap. Terperangkap
seperti seekor anak burung yang masuk ke lorong gua lembap
dan dingin. Di udara bebas saja sayapnya belum mampu
membuatnya terbang dengan sempurna, apalagi di dalam
lorong gua nan lembap dan dingin. Jika dia tidak berusaha
segenap jiwa, bukan mustahil dia akan mati membeku
sebelum bisa terbang. Keisha bergidik sendiri. Romi dari tadi menyadari sikap Keisha, sesekali dia
men"jeling dengan ekor matanya. Bagaimana wanita itu
tangannya tampak gemetar ketika memegang ponsel, gesture
tubuhnya, mimik wajahnya, suaranya saat menelepon, saat
dia menghapus keringat di dahinya. Bukankah di dalam
mobilnya cukup dingin"
Rainbow isi.indd 89 Eni Martini Dan lihatlah, wajah mungil Keisha yang begitu kosong
menatap keluar. Berdosa jika Romi tidak bisa membantu Keisha, yang juga
termasuk membantu sahabatnya untuk bangkit kembali.
"Kei, kalau bisa jangan lama-lama ya buat keputusannya.
Aku yakin pasti semua dana yang kamu ajukan cair," pesan
Romi serius saat menurunkan Keisha di depan gang rumah"
nya, sesuai permintaan wanita itu.
"Insya Allah, Rom. Malam ini juga akan aku buat
planning dan perhitungannya untuk kurapatkan dengan Emi
besok. Doakan lancar ya," kata Keisha semangat.
Romi mengangguk, "Pasti kudoakan."
"Terima kasih, Rom," Keisha melambai, mempercepat
langkahnya menuju rumah. Hari sudah gelap, azan Magrib
sudah lewat tadi waktu dia masih di jalan bersama macet.
Akna: Perasaan Itu Mulai Membakarnya
Hidupnya kini bagai menunggu hari. Pagi menuju malam,
menuju pagi lagi, begitu seterusnya, dengan posisi mengha"
dap kehampaan. Akna memukul kaca bening di depannya yang menyu"
guhkan pemandangan jemuran. Dia memaki kebodohan
Yanti, yang meletakkan kerangka jemuran pas di depan
arah pandangan dari jendela ke taman belakang. Mungkin,
sebenarnya dia hanya ingin memaki kebodohan hidupnya
saat ini. Rainbow isi.indd 90 RAINBOW Tanpa disadari, dia diam-diam selalu menunggu ke"
pulangan Keisha, meski mereka hanya diam dan bicara
sepatah kata saja. Dia nyaman jika Keisha ada di rumah.
Bah! Padahal kemarin-kemarin dia terganggu juga
dengan kehadiran wanita itu. Dia ingin merdeka di
dalam kelemahannya. Dia tak mau wanita itu melihatnya
tertatih-tatih dalam melakukan apa pun. Dia tidak mau
Keisha menyaksikan bagaimana dia tampak begitu bodoh
menggunakan kruk. Mengapa sekarang berubah"
"Na, aku berangkat dulu ya." Keisha tidak pernah ber"
ubah, masih santun, masih menghargainya sebagai suami.
Setiap pagi wanita itu akan menemuinya untuk menyiapkan
sarapan dan pamitan, kala pulang, Keisha akan menemui"
nya dan menyiapkan makan malam, bahkan masih terus
mendorong Akna melakukan terapi. Akna saja yang kadang
tidak mau terapi, dia tidak peduli lagi dengan program kaki
palsunya. Pagi ini, Keisha mengenakan terusan di bawah lutut war"
na kuning kepodang, dilapisi kardigan cokelat tua. Ram?""but"
nya yang keriting diikat rapi kebelakang. Sungguh cantiknya.
Siapa saja akan melihat Keisha dengan kagum. Kulit?""nya yang
putih bersih, bibir tebalnya yang segar, matanya yang bening
kekanakkan. Akna ternganga dengan penglihatannya.
Dia jadi begitu ngeri membayangkan berpasang-pasang
mata yang akan memandangi istrinya, membayangkan
dengan siapa saja istrinya berinteraksi hari ini, kepada siapa
saja wanita itu memberikan senyumannya"
Heh! Heh! Apa-apaan ini! Bukankah sudah dari dulu
Keisha wara-wiri ke tokonya. Kadang dia antar, kadang naik
Rainbow isi.indd 91 Eni Martini angkot, kadang dijemput Emi, kadang naik taksi.
"Jangan lupa sarapan dan makan siang. Obatnya
diminum," pesan Keisha sebelum menghilang dari kamar.
Huh! Lihatlah dirinya yang invalid dan membiarkan
bidadari kecil itu terbang dengan sayapnya sendiri. Akna
membanting-banting kaki kirinya ke lantai dengan sedih.
Perasaan ini mulai timbul setiap Keisha pamit ke tokonya,
seperti ada sesuatu yang membakar hatinya.
Apakah dia cemburu" Akna memejamkan mata. Sudah lama sekali dia tidak
pernah cemburu dengan istrinya. Sejak mereka menikah,
Keisha selalu berada dalam lindungannya, selalu pulang ke
dalam dekapannya. Keisha juga bukan wanita yang penuh
neko-neko. Dia yang mencintai Akna dengan tulus dan polos.
Di saat dirinya cacat, Keisha juga seti"Ah, sampai kapan
coba" Sampai kapan wanita itu bertahan di sampingnya"
Dirinya cacat, tidak bisa berjalan dengan baik, tidak
bisa mencari nafkah, juga tidak punya keberanian menafkahi
batin " Oh! Akna menangkup wajahnya. Air matanya berhamburan
di luar sadar. "Anda normal, Pak Akna. Masih sempurna untuk ber"
aktivitas seks. Semua yang Pak Akna miliki untuk memenuhi
kebutuhan batin istri, tidak ada gangguan"," kata dokter
kala itu. Ya, ya, dokter benar. Akna pun dapat mengetahuinya
setiap bangun di pagi hari. Tapi bagaimana caranya dia bisa
memulihkan kepercayaan dirinya untuk berbagi diri kepada
istrinya dengan kaki satu ini"
Akna menggeleng-geleng. Saat akan menikah, dia per"
nah dilanda berbagai kekhawatiran tidak bisa memuaskan
Rainbow isi.indd 92 RAINBOW istri, minder dengan beberapa bagian tubuhnya yang tidak
sempurna. Lalu apa lagi sekarang kakinya hanya satu".
Tidur. Akna kini seorang pengecut yang akan kabur ke
alam tidur bila dirinya begitu tersiksa di saat tersadar. Tidur
adalah lorong waktu teraman yang dia miliki sekarang.
Sekarang pukul dua siang. Kenapa hari terasa selalu begitu
lama" Akna terbangun, dan berjalan menuju dapur untuk
mengambil makan siang. "Untung Bapak sudah bangun. Mamih telepon dari tadi
berkali-kali, Pak," sambut Yanti begitu melihat Akna muncul
di dapur. Wajah lelaki itu kusut sekali, sembap. Namun
Yanti tidak berani menebak-nebak. Tatapan Akna selalu
menghujamnya dengan berbagai kecurigaan.
"Saya sudah bilang, siapa saja yang telepon bilang aku
tidur," kata Akna tak acuh, mengambil makan siangnya dan
segera ke kembali ke kamar. Suara kruk yang beradu dengan
lantai, menggema dalam kesunyian.
Yanti bingung. Sudah lima kali Mami menelepon
menanyakan Akna. Wanita tua itu tampaknya mulai curiga
karena setiap kali menelepon, Akna sedang tidur. Dia bahkan
mulai merembet menanyakan Keisha: berangkat jam berapa,
pulang jam berapa, sering telat atau tidak, kalau telat jam
berapa pulangnya, pernah pulang di atas jam tujuh malam
atau tidak" Dan, Yanti selalu berusaha menghindar dengan purapura sedang memasak, sedang belanja sayur di depan, sedang
memanggil penjual ayam kampung keliling, dan sebagainya.
Rainbow isi.indd 93 Eni Martini Kriiiiiing! Aduh! Pasti Mami lagi nih. Yanti memutuskan untuk
kabur ke taman belakang mengangkat jemuran.


Rainbow Karya Eni Martini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jam telah menunjukkan pukul lima sore lewat dua puluh
menit, Akna mendengar langkah kaki menuju kamarnya.
Akhirnya Keisha pulang juga. Dia menghela napas lega sam"
bil memejamkan mata menghadap dinding.
"Maaf, Pak Akna, ada surat dari Pak RT. Jadwal pemilihan
RT baru." Kadal! Ternyata Yanti, kirain Keisha, maki Akna seraya
berbalik. "Surat begituan nggak penting, harusnya kamu taruh
di luar biar dibaca Ibu Kei nanti. Tidak perlu masuk kamar
saya!" "I-iya, Pak, maaf"," Yanti langsung ngacir jauh-jauh
dari kamar Akna. Dia meneruskan kembali pekerjaannya
menghangatkan masakan untuk makan malam Keisha dan
Akna. Haduw, harusnya dia tahu surat itu tidak perlu disam"
paikan ke Pak Akna, tapi tadi kurir Pak RT bilang kalau surat
itu harus disampaikan ke Bapak.
Seharian ini jantungnya olahraga terus. Sabar, sabar,
Yanti mengelus dadanya bersamaan dengan telepon yang
berdering lagi. "Selamat sore," sapa Yanti sopan.
"Pak Akna belum bangun juga?" suara di seberang sana
memacu jantung Yanti. Aduuuh, kenapa dia angkat sih" Sebentar lagi kalau Ibu
Kei pulang, biar Ibu saja yang angkat"
Rainbow isi.indd 94 RAINBOW "Nggg"." "Ang eng ang eng, mana Ibu Kei?"
"B-belum pulang, Mih"."
"Sudah malam belum pulang?"
Malam apa sih, baru mau Magrib, batin Yanti.
"Setiap hari ibumu itu pulang malam?"
"Eh, nggak, Mih. Nggak kok, jarang. Mungkin lagi
rapat," jawab Yanti asal. Habis kalau orang kerja apaan lagi
yang bikin telat, rapat atau macet di jalan. Iya kan".
"Apa ibumu itu tidak tahu keadaan Pak Akna, ditinggal
dari pagi sampai malam. Apa Sabtu Minggu masih ke toko?"
"Kadang-kadang, Mih. Bergantung ditelepon atau tidak
sama Ibu Emi." Mami terus nyerocos sampai Yanti diselamatkan oleh
suara bel. Hore! "Mih, Mih, maaf " ada bel, mungkin Ibu Kei baru
pulang." "Ya, sudah sana. Sebentar lagi Mami mau telepon Ibu
Kei." "Oke, Mih." Klik. Yanti menghambur untuk membukakan pagar depan.
Wajah Keisha tampak lelah, napasnya sedikit mem"
buru. Rasanya kurang pas menyampaikan soal telepon Mami
yang merepet dan berkali-kali seperti serangan fajar. Biar deh,
nanti Bu Kei tahu sendiri Mami telepon. Kan, tadi Mami
mau telepon lagi, batin Yanti.
"Bapak sudah makan, Yan?" tanya Keisha begitu sampai
dalan rumah. "Makan malam belum, Bu."
Rainbow isi.indd 95 Eni Martini "Ooooh"," Keisha bergegas ke kamar untuk bersihbersih dan menyiapkan makan malam suaminya.
Kenapa ya, pertanyaan Bu Kei kepada Pak Akna selalu
soal makan atau tidur. Apa karena Pak Akna sekarang hanya
punya rutinitas itu"
Magrib sudah berlalu sejak tadi, belum juga terdengar langkah
Keisha. Ke mana saja wanita itu" Apakah tokonya tutup lebih
malam karena ramai" Akna mulai dihantui perasaannya ten"
tang Keisha, Kalau saja dia masih Akna yang dulu, seorang
suami dengan kaki yang sempurna. Akna menggeleng sedih,
seperti biasa bayangan masa selalu menggodanya".
"Nanti aku pulang agak terlambat soalnya hari ini aku
dan Emi mau meeting dengan seorang desainer baju baby yang
baru. Desainnya bagus-bagus, belum pasaran. Doakan lancar,
ya. Sebab, baju-bajunya belum masuk toko lain tapi booming
dijual di website pribadi gadis itu," kata Keisha dengan gaya
manja. "Memang meeting-nya jam berapa?"
"Dia bisanya jam tiga sore."
"Ya sudah, mau meeting-nya di mana" Biar aku jemput
nanti pulang dari kantor?" Seperti biasa Akna selalu memanjakan
Keisha dengan segala kemampuannya.
"Di rumah gadis itu kok, di Jalan Menteng 5."
"Oke, hati-hati, honey"."
"Jemputnya jangan telat ya," Keisha mengerling.
Rainbow isi.indd 96 RAINBOW ?"ll be there, I"ll be there, just call my name, I"ll be there,
I"ll be there, I"ll be there whenever you need me I"ll be
there"." Akna melantunkan lagu Mariah Carey dengan gaya kocak
membuat Keisha tertawa dan tersipu.
Akna memejamkan matanya, menghalau bayangan kesem"
purnaan yang pernah dia miliki, hingga matanya terbuka
ketika kemudian ponselnya berdering dan nama Keisha
tertera. Refleks dia mengembuskan napas lega. Suara Keisha
terdengar gugup di telepon. Suasana di sana sepi, tapi wanita
itu katanya dalam perjalanan. Pasti naik taksi.
Akna menggenggam ponselnya yang telah dia matikan.
Gila benar, bahkan dia tidak dapat mengetahui keadaan
istrinya yang sesungguhnya. Lihatlah, bidadari kecilnya ber"
juang di luar sana sementara dia hanya bisa duduk di dalam
kamar. Menebak-nebak perjalanan Keisha hari ini.
Di luar sadar, Akna meremas keras paha kanannya yang
menggantung di pinggir tempat tidur. Sangat keras hingga
meninggalkan jejak lima jari berwarna merah di kulitnya
yang kuning. Dia berhenti ketika mendengar langkah kaki
mendekat ke kamar". "Maaf, aku telat"," Keisha muncul dengan pesonanya
meski terlihat lelah dan tidak ceria. "Mau aku ambilkan
makan malam dulu, atau"."
"Kamu mandi dulu saja," kata Akna pelan seraya siapsiap mengambil posisi berbaring.
Keisha meletakkan tasnya di atas meja di samping tempat
tidur yang multiguna sebagai tempat telepon, tempat buku,
dan tempat laptop. Dulu, laki-laki itu sering menyelesaikan
pekerjaannya di sana sampai larut. Sekarang fungsinya
Rainbow isi.indd 97 Eni Martini bertambah lagi, yaitu sebagai meja makan Akna. Meja dan
kursi berdesain simpel ini terbuat dari kayu jati, sementara
"penghuni" lain di kamar ini selain tempat tidur berukuran
queen adalah lemari baju dua pintu, rak buku mungil yang di
atasnya terdapat DVD player, dan meja rias yang juga mungil.
Kamar ini memang cukup padat, tapi lumayan nyaman untuk
berlama-lama di dalamnya.
Nyaman" Keisha menyabuni seluruh tubuhnya dengan sabun cair
aroma bunga mawar, sambil tersenyum tipis. Dia akui kamar
ini mulai membuatnya tidak nyaman tapi sesungguhnya dia
selalu merindukannya di mana pun berada. Muara dari semua
perjalanannya. Keisha menangis bersama air shower yang mengguyur
kepala hingga ujung kakinya.
Selesai mandi, Keisha mendapati Akna sudah selesai makan
malam dan minum obat, terlihat dari piring kosong dan
bungkus obat yang terdapat di meja. Laki-laki itu kini
berbaring memunggungi seperti biasa.
"Na, aku mau menyelesaikan pekerjaanku di ruang
TV ya?" ujar Keisha, diambilnya piama merah muda yang
nyaman digunakan untuk tidur.
Akna sempat berbalik, dan mengamati tubuh istrinya
dari belakang. Keindahan Keisha tidak pernah berubah,
membuat Akna semakin tidak memiliki kepercayaan diri
untuk menjangkaunya. Selesai memakai baju, menyisir rambut, dan meng"
Rainbow isi.indd 98 RAINBOW ikatnya, Keisha mengambil laptopnya yang dia simpan di
dalam laci meja. Malam ini dia akan membuat perincian
secara garis besar mengenai rencananya dan kebutuhan toko
serta playgroud, sebagai gambaran untuk dibahas dengan Emi
besok. Oya, dia lupa untuk memberi tahu Emi besok soal
meeting ini. Pasti gadis itu akan terkejut-kejut mendapati
dirinya sudah melangkah sejauh ini: menemui Romi, mem"
buat perincian, dan meminta persetujuan serta urun saran
gadis itu. Keisha tersenyum lebar.
"Kau tidak membutuhkan apa-apa lagi kan?" tanya
Keisha sebelum keluar kamar.
Akna bergeming sampai Keisa keluar kamar.
Apa yang akan dikerjakan Keisha" pikir Akna. Kenapa
tidak di kamar saja" Toh dia tidak memakai mejanya. Laptop
miliknya bisa dimasukkan ke laci. Adakah yang Keisha
rahasiakan" Aku memikirkan apa sih" Akna berbaring gelisah di
tempat tidurnya. Entah berapa kali dia mencoba tertidur,
ada sesuatu yang membakar hatinya. Sambil mendengus
kesal, Akna membuka matanya. Dia melirik jam dinding,
dan menyadari ini belum larut. Biasanya, sebelum pukul
sembilan malam, Keisha menghabiskan waktu menonton
TV. Dulu, jika sedang tidak banyak pekerjaan, mereka
akan menonton bersama, menonton film baru yang habis
mereka beli ataupun sewa. Film terakhir yang mereka sewa
adalah When In Rome. Film drama romantis dan kocak yang
didebut tahun 2010, dimainkan oleh aktris Kristen Bell dan
aktor Josh Duhamel. Berkisah tentang seorang wanita sukses
namun kurang beruntung di dalam asmaranya. Suatu ketika,
wanita tersebut harus pergi ke kota Roma, karena adiknya
Rainbow isi.indd 99 100 Eni Martini akan menikah. Lantas dia bertemu seorang pria yang naksir
berat dengannya dan berusaha meyakinkan bahwa cinta sejati
bukan cuma ada di novel dan dongeng.
"Seperti cinta yang kita miliki ini, honey"," Akna
mengecup ubun-ubun Keisha kala itu.
Sekarang, hatinya seperti lumer dalam api yang mem"
bakar dan kesedihan menyesakkan dadanya. Kenapa otaknya
tidak sekalian invalid hingga rusak semua memorinya"
"Besok nggak ada acara di luar toko, kan, Em?" Keisha me"
ne"lepon Emi, dadanya berdebar karena tidak sabar dengan
berita yang ingin dia sampaikan.
Emi membuka jadwalnya di iPod-nya, "Ehmmm "
nggak ada tuh, Kei. Sehari full di kantor, tapi kayaknya besok
aku datang agak siang. Jam sebelas."
"Loh, itu berarti ada acara dong."
"Ya, maksudnya bukan acara spesial untuk kepentingan
toko," tukas Emi. "Besok gue sama Dimas, kan, samasama lagi longgar. Gue mau cari cincin dan baju wedding,
honey"." "Masya Allah!" Keisha menepuk keningnya. "Gue lupa
ya, lo pengin kawin juga " hehehehe."
"Kan, lo yang ngomporin suruh cepetan. Besok paling
gue tinggal kasih gambar cincinnya ke toko diamond, terus
ke Tante Gea, teman Mama yang desainer gaun pengantin
itu, Kei." "Sudah punya gambar bajunya atau baru mau dibuat?"
"Dimas sih sudah punya gambarnya tapi mau gue
tambah-tambah sedikit. Semua lokasinya di Dharmawangsa.
Rainbow isi.indd 100 RAINBOW 101 Nggak jauh kan, jadi jam 11 gue udah datang deh."
"Oke, gue tunggu."
"Btw ada apa sih, penting banget ya?" Emi mulai me"
nebak soal toko atau masalah pribadi Keisha.
"Surprise!" seru Keisha, agak berdebar juga dia ingin
menyampaikannya. Berdoa semoga Emi tidak banyak cin"
cong, sejalan dengan pemikirannya seperti waktu itu.
"Gue kemarin pulang dari toko ketemuan sama Romi di
kedai Roti Hijau." "Ngapain lo, mau selingkuh sama playboy itu?" pekik
Emi heboh sampai Dimas yang duduk di sebelahnya tersentak
kaget. "Ada apa sih?" "Stttttt"," Emi menempelkan telunjuk ke bibirnya,
membuat Dimas memilih ngobrol di teras bersama mama
dan papa Emi. Menyambung membahas rencana pernikahan
mereka. "Ih!" bentak Keisha. "Gue dan Romi nggak senista
pemikiran lo, Em." Emi ngikik, dia bisa membayangkan di seberang sana
bagaimana mimik sahabatnya yang polos itu. No, no, Keisha
Putri tidak masuk nominasi sebagai wanita peselingkuh.
"Romi kan, kerja di perusahaan dana kredit, Esco itu
loh." "Yaaa"," Emi mulai memahami pembicaraan Keisha.
"Nah, gue tadi ketemu bahas itu. Gue sudah pelajari
persyaratannya, insya Allah toko kita masuk deh. Bunganya
juga lebih kecil dari bank, sekitar 0,1 persen, malam ini
gue mau buat planning apa saja yang kita butuhkan untuk
mengisi ruko dan membuat playground. Besok hasilnya mau
gue diskusikan bareng lo, begitu lo oke, Em"."
Rainbow isi.indd 101 102 Eni Martini Napas Emi nyaris berhenti mendengar ucapan Keisha
yang menggebu-gebu. "Kita segera persiapkan persyaratannya, mencari orangorang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti suppliersupplier yang kita butuhkan barangnya dalam jumlah luma"
yan, atau dengan harga murah. Selain supplier keperluan
baby seperti yang selama ini kita jual, kita butuh supplier per"
lengkapan playground. Gue sudah pernah browsing apa saja


Rainbow Karya Eni Martini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dibutuhkan sebuah playground bayi dan batita, tinggal
gue lihat lagi dan catat kemudian lo survei harganya, ya?"
Aduh! Kepalanya bisa terbelah dua nih antara planning
penikahannya dan toko plus playground. Tapi dia tidak
mau membunuh impian Keisha. Dia lihat Keisha begitu
bersemangat dan bekerja keras mewujudkan impiannya itu.
Mungkin itu harapannya untuk bangkit dari keterpurukan
yang dialami Akna. "Gue pengin keluar dari predikat kontraktor alias
pengontrak abadi " hehehehe." Pasti mata Keisha bersinar
sangat terang ketika mengucapkan itu.
Emi bisa merasakan aura kebahagiaan Keisha melalui
suaranya di telepon. Ya, wanita itu memang berhak bahagia,
batin Emi. "Ya, Em, ini gue hanya perkiraan kebutuhan dana kita
dari berdasarkan harga di internet. Lo, kan biasa handle
supplier, pedagang, jadi bisa survei harga secara nyata."
"Sip, sip, dear !" jawab Emi bersemangat, akhirnya dia
memang menyetujui gagasan Keisha.
Keisha tersenyum lebar, "Oya, gue sudah ada doku"
mentasiin persyaratannya. Mau lo lihat besok atau gue e-mail
sekarang supaya besok tinggal kita matengin saja. Lebih
simpel, kan?" Rainbow isi.indd 102 RAINBOW 103 Waduh! Emi melotot. Malam ini dia akan membahas
pernikahannya dengan keluarganya. Memberi laporan sejauh
mana dia dan Dimas sudah mempersiapkannya.
"Besok kan, lo datang siang, Em. Buang-buang waktu
kalau harus baca dulu persyaratannya, lebih simpel dan enak
lo pelajari malam ini. Besok kita tinggal matengin," terdengar
suara Keisha rada mendesak.
Busyeeet deh, workaholic juga ternyata si Keisha!!!
"Ya, ya deh, lo e-mail aja sekarang. Gue tungggu ya,"
Emi menyerah total. "Nah, gitu dong. Oke, nanti gue SMS begitu sudah
e-mail. Lo SMS ya, kalau e-mailnya sudah masuk."
"Oke, oke," Emi hanya mampu mengangguk-angguk
bagai burung pelatuk mencari makan. Selesai berbicara
dengan Keisha di telepon, dia bergabung dengan Dimas
dan orangtuanya. Mereka terlibat pembicaraan yang serius.
Ah, akhirnya jodoh datang juga kepadanya. Semoga semua
berjalan lancar sampai mereka menua, batin Emi.
Matanya sedikit panas mengingat perjalanan rumah
tangga Keisha. Kadang dia berpikir memutuskan menikah
dengan seseorang seperti tengah menggadaikan nasib hidup"
nya. Klik. Keisha meletakkan gagang telepon dengan riang,
menyolokkan kabel adapter ke stabilizer di bawah meja tv.
Tapi baru akan membuka laptop, telepon berdering. Emi
kah" Rainbow isi.indd 103 104 Eni Martini Keisha dengan semangat mengangkat gagang telepon
kembali. "Kei, siapa sih pakai telepon lama sekali?" ternyata Mami
yang menelepon. Loh, apa maksudnya Mami tanya-tanya yang pakai
telepon lama sekali" pikir Keisha. Dia lanjut membuka lap"
top, menekan tombol on, menunggu loading. Lalu mengklik internet explorer. Dia akan mengirim e-mail dokumen
persyaratan kredit di Esco kepada Emi.
"Dari tadi Mami mau telepon sibuuuuk terus," gerutu
Mami tidak sedap. "Ada kabar penting, Mi" Mami sehat, kan?" berondong
Keisha sebelum didahului Mami.
"Iya, sehat. Mami mau tanya gimana kabar Akna?"
"Seperti yang Mami tahu," jawab Keisha, bingung mau
memberi tahu kabar apalagi tentang Akna. Tidak pernah ada
perubahan dari sejak mami datang, kecuali sekarang Akna
pakai kruk, tapi itu dipakai paling jauh hanya untuk ke
dapur. "Ini sudah berjalan setengah tahun lebih, Kei. Masa
tidak ada perkembangan lain, seperti kau dan Akna sudah
jalan ke mana gitu."
"Ke mana, Mi, paling ke dokter untuk terapi itu saja
Akna mulai malas sejak pakai kruk. Padahal untuk bisa pakai
kaki palsu, perlu terapi rutin," keluh Keisha. Sepertinya dia
tidak kuat kalau menyembunyikan sikap Akna. Keluarga
laki-laki itu pasti akan menyalahkannya apabila mereka tidak
tahu keadaan yang sebenarnya.
"Loh, kaki palsu itu penting, Kei. Itu bisa membantu
Akna berjalan dan tampil di depan umum," Mami tampak"
nya agak syok mendengar ucapan Keisha.
Rainbow isi.indd 104 RAINBOW 105 "Itu dia, Mi, aku sendiri tidak mengerti dengan pemi"
kiran Akna. Dia tetap mengunci diri di kamar, tidak peduli
dengan orang lain, termasuk aku," kata Keisha. Sebenarnya
dia malas terus mengulang-ulang cerita yang sama setiap kali
ke"luarga Akna menelepon. Tapi Mami membutuhkan rin"
cian kabar Akna walau bisa dua tiga hari sekali wanita sete"
ngah baya itu pasti menelepon, namun baru hari ini Keisha
mem"beri tahu kalau Akna malas menjalani terapi sehingga
peng"gunaan kaki palsu tertunda-tunda.
"Pokoknya walau tahu Ibu kerja dan Bapak tidak mau
terima telepon, Mami tetep telepon, Bu. Pertanyaan sama
itu-itu juga," kata Yanti tadi.
Yaaaah, apa yang dilakukan Mami sebenarnya tidak
salah. Keisha bisa memahami perasaannya. Mengapa Akna
seperti dibutakan harapan dan perhatian orang-orang di
sekelilingnya" "Atau karena kamu terlalu sibuk kerja, Kei" Mami tele"
pon jam delapan pagi sudah tidak ada, telepon jam lima sore,
bahkan tadi jam enam, kamu belum juga pulang. Harusnya
itu tidak kamu lakukan, Kei," tiba-tiba Mami nyerocos di
luar dugaannya. Jemari Keisha yang memegang gagang telepon gemetar.
Kok, Mami jadi merembet ke sana"
"Harusnya kamu tahu, Kei, Akna masih butuh kamu
seratus persen! Tiga bulan tidak cukup, Akna itu seperti bayi
sekarang. Kamu harus kuat, siaga, dan sabar menghadapi"
nya sampai Akna bisa kembali ke dunianya kembali. Soal
kebutuhan rumah tanggamu, kami bisa bantu. Kau tinggal
laporkan, Mami transfer. Kecuali kau memang sudah mulai
jenuh dan tidak mencintai suamimu," suara Mami bergetar.
Entah, menahan marah atau sedih.
Rainbow isi.indd 105 106 Eni Martini Astagfirullaahal"azhiiim, bibir Keisha gemetar. Tangan"
nya gemetar. Dia tidak tahu harus bicara apalagi, dibiarkan
Mami terus bicara dan air matanya tumpah.
Keisha: I Will Survive Azan subuh dan suara mesin cuci membangunkan Keisha,
dia rupanya tertidur di ruang tamu. Laptop masih menyala,
mengalunkan suara Tina Tuner dengan volume nyaris tak
terdengar orang lain. Semalam dia hanya sempat mengirim
e-mail buat Emi. Selebihnya otaknya tidak mampu untuk
berpikir sedikit pun, boro-boro menulis apa yang dia butuh"
kan dan mengalkulasikannya, untuk mencari kata jenis
mainan bayi maupun balita di Google pun dia tidak bisa.
Hiks, hatinya benar-benar tertekan oleh ucapan Mami.
"Sudah bangun, Bu?" Yanti muncul agak terkejut, dia
tidak tahu Keisha tertidur di ruang TV.
"Iya, Subuhan, yuk!" ajak Keisha.
"Sudah, Bu. Baru saja selesai, ini mau siram tanaman
dulu sampai menunggu mesin cuci mati."
Keisha tersenyum, mengamati Yanti yang melenggang
cepat. Dia beruntung mendapat ART seperti Yanti, masih
muda, manis, belum menikah tapi tidak centil seperti ART di
sekitar sini yang suka pacaran dengan tukang bakso, tukang
siomay, satpam atau sales yang suka wara-wiri menawarkan
perabotan rumah tangga. Juga tidak suka ngerumpi dengan
sesama ART saat beli sayur atau keluar, sehingga situasi rumah
tangganya aman dari gosip kompleks. Selain itu Yanti rajin
Rainbow isi.indd 106 RAINBOW 107 dan pengertian menghadapi keadaan sekarang.
"Bu, saya hampir lupa!" tahu-tahu Yanti berbalik. "Ibu
belum menulis apa yang harus saya beli untuk masak hari
ini?" "Oooh, iyaaa. Saya buatin sebentar lagi ya, Subuhan
dulu. Semalam lupa, banyak kerjaan." Keisha menunjuk
laptopnya yang masih menyala.
Yanti mengangguk, meneruskan langkahnya ke teras.
Fiuuuuh, Keisha mengembuskan napas panjang. Dada"
nya terasa berat dan hampa, belum terbersit di pikirannya
apa yang akan Yanti masak untuk hari ini. Matanya masih
sembap dan kaku sisa tangis semalam. Rasanya dia ingin
dipeluk Mama". I will survive I"am gonna make it through
Just give me time I will get over you I will survive No matter what you do Just wait and see I will get over you Cause babe I will survive
Cause babe I will survive
Keisha menarik napas panjang dan diembuskannya se"
perti tadi. Dia harus survive seperti yang dikatakan Enrique
Iglesias dalam lagunya I Will Survive. Setidaknya untuk diri"
nya sendiri dulu. Sekarang yang harus dilakukan adalah salat
Subuh, lalu memulai pekerjaannya yang tertunda semalam.
Pokoknya, siang ini bahan harus sudah siap dia diskusikan
Rainbow isi.indd 107 108 Eni Martini dengan Emi, selagi Emi masih sempat diajak mikir. Pernikahan
gadis itu tinggal dua bulan lagi. Setidaknya sebelum Emi cuti,
Keisha sudah harus membereskan proposal dan semua berkas
untuk pengajuan kredit itu, sehingga semua bisa berjalan
dengan lancar meski Emi cuti untuk honeymoon.
Keisha masuk ke kamar untuk mengambil wudu. Dia
lihat Akna tengah menatap keluar kaca jendela yang gelap.
Tumben sudah bangun" Sejak kecelakaan itu, suaminya tidak
pernah bangun begitu pagi, apalagi salat. Padahal dulu, lakilaki itu imam bagi Keisha.
"Ayo, bangun, Kei. Subuhan"."
Keisha mengkerut, tubuhnya bagai kucing angora yang
menggelung di balik selimut, hingga dia rasakan dinginnya air
yang membelai wajahnya " matanya melotot.
Akna nyengir dengan wajah segar. Laki-laki itu sudah
mandi dan membasuhkan tangannya yang basah ke wajah
Keisha. "Kamu tahu nggak, kenapa tidur di saat Subuh itu begitu
nyenyak dan hangat?"
Keisha hanya manyun. "Karena setan meminjamkan selimut bulu dombanya ke
anak cucu Adam." Hah! Iiiih " Keisha langsung bangun sambil melempar
selimutnya, dia tidak bisa membayangkan dirinya berada dalam
dekapan selimut setan. Akna pun tertawa-tawa senang, dan mereka wudu bareng,
salat bareng, berdoa bareng, yang kemudian ditutup dengan
pelukan hangat. Perjalanan cinta yang indah dalam ikatan
nama Tuhan. Mereka bercinta sampai tak jarang membuat
Akna sampai terbirit-birit ke kantor karena kesiangan.
Rainbow isi.indd 108 RAINBOW 109 "Beginilah kalau punya istri bidadari, bangun telat terus,"
canda Akna, tawanya renyah.
Keisha ingin menangis bilang mengingat semua itu. Seperti
dalam sebuah buku yang pernah dia baca cinta adalah ke"
bergantungan hati kepada sesuatu sehingga menyebabkan
kenyamanan di hati saat berada di dekatnya atau perasaan
gelisah saat berada jauh darinya. Apakah semua itu masih dia
miliki" Bergantung dan nyaman di samping Akna" Sekarang
bahkan Keisha justru merasa gelisah jika dekat-dekat dengan
suaminya. "Pagi, Na," sapa Keisha.
"Kamu tidur di mana?" tegur Akna sedingin embun
pagi di luar. "Oh, maaf. Aku ketiduran di ruang TV sampai laptop
lupa aku matiin," jawab Keisha, dia enggan menceritakan
kalau Mami semalam telepon dan bertanya begitu banyak
tentang Akna, memojokkan Keisha atas semua yang terjadi
di rumah ini. Percuma jika dia menceritakan itu, itu tidak
akan mengubah hati Akna. Tidak akan membuat laki-laki itu
iba kepada Mami atau kasihan terhadap istrinya.
Akna terdiam sehingga Keisha melanjutkan langkahnya
ke kamar mandi, dan kemudian salat sendirian. Selesai salat,
dia melihat Akna sedang menikmati roti dan teh manis.
Untuk pertama kalinya, dia tidak mengambilkan suaminya
sarapan. Apakah Akna membuatnya sendiri atau meminta
tolong Yanti" "Kita sarapan bareng yuk?" ajak Keisha berbasa-basi.
Sungguh, diam-diam dia merasa Akna sengaja tidak mem"
butuhkannya. Rainbow isi.indd 109 110 Eni Martini "Ini masih pagi sekali, Kei. Apa benar kamu bisa makan
sepagi ini?"

Rainbow Karya Eni Martini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Huk! Dada Keisha seperti tertonjok. Dia pun memilih
diam keluar dari kamar, dan meneruskan pekerjaannya
hingga beres pukul sembilan pagi. Dia menelepon toko untuk
menga"barkan kalau dia datang sedikit telat, lalu menelepon
Emi, tapi tidak diangkat-angkat. Mungkin gadis itu terlalu
sibuk. Keisha pun mengirimkan SMS saja.
"Bu, jadi masak apa?" Yanti menghampiri, setelah dia
lihat Keisha sudah membereskan laptopnya.
"Apa saja deh yang ada di kulkas dan Bapak doyan ya,
aku sarapan teh manis dan roti selai kacang saja."
Yanti mengangguk. "Eh, Yanti " tadi yang membuatkan sarapan Bapak,
kamu ya?" "Nggak, Bu. Bapak buat sendiri, saya takut buat nawarin
apa-apa sekarang," kata Yanti sambil menunduk, terlihat
sekali gadis itu sungkan terhadap ucapannya sendiri.
Keisha pun baru mendengar keluhan Yanti tentang Akna
pagi ini. Dia yakin sekali sudah lama Akna tidak ramah pula
terhadap Yanti. "Maafkan kami ya, Yan," bisik Keisha. Matanya sedikit
berkaca-kaca. Sungguh, Akna benar-benar egois. Laki-laki itu
membuat semua orang menderita, tapi merasa seolah-olah
dirinya paling menderita sendiri. Jika mampu, sebenarnya
dia ingin berteriak di hadapan Akna: Apakah selama ini seisi
rumah tidak sakit akibat sikapnya?""
Tapi Keisha telan bulat-bulat keinginannya itu. Dirinya
berbuat baik sesuai kewajibannya sebagai istri saja, Mami bisa
menuduhnya seperti itu, apalagi jika dia menggila dengan
menumpahkan segala unek-uneknya"
Rainbow isi.indd 110 RAINBOW 111 "Yanti paham kok, Bu"."
"Terima kasih, Yan"," Keisha menatap punggung Yanti
dengan kagum, gadis itu balik ke belakang untuk menyiap"
kan sarapan. Yanti memutuskan untuk memasak gurame asam manis
dan capcai bakso. Keisha sampai di kantor pukul sepuluh, dan langsung me"
meriksa berkas-berkas yang akan dia tunjukkan kepada Emi.
Barusan Emi mengirimkan SMS bahwa dia sudah hampir
selesai membicarakan desain baju pengantinnya.
Ngomong-ngomong soal desain, Keisha ingat sepu"pu"
nya di Bandung, Citra yang lulusan desain interior dan mem"
buka konsultan desain interior. Dia berencana minta tolong
Citra mendesain interior toko dan playground setelah me?"nya"
tu"kan idenya dan ide Emi nanti. Tentu dengan mema"kai jasa
Citra, dia bisa menekan bujet" hehehe.
Semangat! Emi sampai di toko pukul setengah dua belas, molor setengah
jam. Tapi tidak terasa karena hari ini toko offline mereka ramai
sekali. Shasa sampai kewalahan. Keisha ikut turun tangan
ke depan, dan membantu membungkuskan kado. Ada lima
pelanggan yang membeli baju bayi dan minta dibungkuskan.
Kalau toko lain menjual kertas kado dan menarik uang
Rainbow isi.indd 111 112 Eni Martini untuk jasa pembungkusan kado sebesar lima ribu rupiah,
Baby Shop tidak memungut biaya jasa membungkus. Jadi
pelanggan hanya perlu membayar kertas kado yang harganya
bervariatif, mulai dari dua ribu lima ratus rupiah sampai lima
ribu rupiah. Kalau mau ada hiasan di bungkus kadonya,
pelanggan dapat membeli hiasan seharga dua ribu sampai
sepuluh ribu rupiah, atau melakukan pembelian di atas seratus
ribu rupiah, sehingga mendapat free hiasan kado seperti pita
dan rangkaian bunga. "Sorry, dear. Bener-bener ribet tahu, ribeeeet deh mau
kawin aja," ujar Emi sambil mengecup pipi kiri Keisha. "Yuk,
ke dalam. Biar digantikan Tia saja, dia lagi nggak sibuk kan?"
Keisha mengikuti Emi. Pelanggan yang meminta dibung"
kuskan kado sudah beres. Shasa tampak asyik mendemokan
mainan bayi pada sepasang suami istri. Bayi perempuan
mereka yang cantik, menjerit-jerit dalam gendongan ibunya
ketika melihat mainan yang dapat berbunyi aneka suara
binatang. "Minum dulu deh," kata Keisha.
Emi meletakkan tas dan langsung menyambar berkas di
meja Keisha. "Gue kan, semalam sudah baca, Kei. Betul banget,
toko kita masuk persyaratan kredit di Esco. Sekarang gue
mau pelajari apa saja yang kita butuhkan untuk toko dan
playground itu." "Lo nggak mau baca konsepnya dulu?"
"Ah, soal konsep gue percaya sama lo dan sedikit banyak
sepahamlah kita. Cuma gue butuh tahu apa saja kebutuhan
untuk isi toko dan playground. Berapa bea perkiraan yang
sudah lo buat, siapa tahu bisa kita turunkan sampai 50%,
kan, karena gue punya channel yang oke,"
Rainbow isi.indd 112 RAINBOW 113 "Cerdas banget deh sahabat gue. Daya tangkapnya
brilian," goda Keisha senang, dia senang akhirnya Emi men"
dukung dan memercayai apa yang dia kerjakan untuk mem"
besarkan usaha mereka berdua.
"Gue gitu loh, tapi sebenarnya " apa sih yang nggak
buat lo, Kei?" ujar Emi serius. "Tuh, biar nggak makan siang
di luar, gue bawain chicken fettuccine."
"Cihuy, tengkuy yaw!" Keisha menyambar bungkusan
yang disodorkan Emi, kebetulan dia lapar berat. Tadi dari
rumah, roti selai kacangnya cuma masuk perut dua gigitan.
Suasana rumah dan hatinya tidak mendukung sama sekali.
"Gue sambil makan ya?" Keisha membuka chicken
fettuccine, melahapnya dengan takzim. Ya ampun, kenapa
jadi lezat banget begini. Padahal dia sudah sering memesan
makanan yang mirip kwetiaw sapi itu.
Emi mengalihkan matanya dari berkas yang dia pelajari
dan memperhatikan Keisha dengan melongo: Nih anak,
doyan apa kelaparan"
"Kenapa, Em?" masih dengan mulut berisi fettuccine,
Keisha membalas tatapan Emi.
"Nggak, nggak, cuma bangga aja makanan yang gue
bawain ternyata lo doyan, Kei," kata Emi menahan tawa.
Ups! Keisha buru-buru melap bibirnya dengan tisu yang
dia sambar di meja. Gila! Pasti gaya makannya sadis banget
sampai Emi terkesima. "Gue memang lapar, Em," kata Keisha seraya melanjutkan
makannya dengan bersahaja. "Udah, jangan merhatiin gue,
pelajari berkasnya."
"Iyaaa, iyaaa"," Emi melanjutkan membaca berkas
yang dibuat Keisha semalam berapa saat kemudian setelah
Keisha selesai makan. Rainbow isi.indd 113 114 Eni Martini "Oke, jadi perincian ini belum riil ya. Besok gue meng"
hubungi beberapa supplier, bisa kan lo buatin proposal untuk
apa saja yang kita butuhkan pada setiap supplier. Nih, daftar
supplier-nya." Emi mengeluarkan map dari laci meja dan
disodorkannya kepada Keisha.
"Untuk peralatan yang kita butuhkan sebagai display
dan playground, kita harus cek lokasi, Em."
"Cek lokasi nggak enak ya kalau nggak nyiapin DP"
Apalagi lokasi ruko itu strategis, bisa keburu diambil orang,"
ujar Emi, dia mulai semakin yakin dengan impian Keisha.
"Kalau hanya buat DP atau sewa rukonya kita ada bujet.
Gue tinggal minta persetujuan lo buat DP," kata Keisha. Dia
sudah memikirkannya sejak kemarin pulang dari Kedai Hijau,
untuk segera men-DP ruko itu karena dia yakin kredit yang
diajukan ke Romi pasti disetujui dan cair dengan cepat.
"Lo sudah yakin pengajuan kredit kita pasti disetujui?"
"Yakin 100%, Romi jaminannya, Em," kata Keisha
semangat. "Okelah, gue setuju kalau begitu. Nanti kita keluar kan"
tor pukul tiga langsung meluncur ke sana untuk mengukur
tempat." "Juga foto lokasi, nanti foto itu mau gue kasih ke Citra
biar dia bisa segera membayangkan apa saja yang kita butuh"
kan." "Ehmmm " dunia bawah laut oke juga temanya, Kei,"
Emi tersenyum. "Paling yang kita butuhkan wallpaper ber"
tema laut, cat yang sesuai nuansa laut, beberapa benda yang
mendukung seperti lampu bernuasa biru," khayal Emi.
"Iya, nanti semua itu akan ciamik dengan olahan tangan
Citra." Rainbow isi.indd 114 RAINBOW 115 "Oke, oke, buruan lo buat proposalnya. Gue mau
menghubungi beberapa supplier dulu buat janjian ketemu"
an. By the way, untuk peralatan playground-nya gue maunya
benar-benar aman produk dari Amerika. Gue udah ada
channel-nya. Hari ini juga mereka gue telepon untuk kirim
brosur lengkap plus harganya."
"Soal promo dan launching gimana, Em?"
"Kita kan, suka pasang iklan di majalah dan tabloid
parenting, mereka bisa kita undang. Sebelum hari H, kita
buat iklannya di sana. Biasanya kita bisa iklan cuma-cuma
kerena mereka jadi sponsor. Terus undang deh pelanggan
kita baik via olshop dan offline, ada doorprice voucher belanja
senilai seratus ribu atau produk baby lainnya. Ini semua kita
bahas belakangan sambil berdiskusi bersama karyawan kita.
Sementara, sekarang kita buat toko dan playground itu ada
dulu." "Emi so smart!" seru Keisha takjub, dipeluk sahabatnya.
"Biasa aja kali, Emi gitu loh," Emi mengerling genit.
"Tapi bantu gue dong"."
"Bantu apa?" "Nanti pas gue fitting gaun pengantin, anterin ya. Mana
kiranya yang nggak pas, kan lo bisa kasih masukan. Gue nggak
mau hari bersejarah dalam hidup gue ini nggak sempurna,
gimana?" mata Emi bersinar penuh harapan. Selera Keisha
dalam fashion itu bagus, tidak berlebihan tapi elegan.
Keisha terdiam, lalu mengangguk tanpa ragu. Kenapa
tidak, bukankah Emi berjuang pula dalam mewujudkan
impian Keisha. Rainbow isi.indd 115 116 Eni Martini Keisha lega sudah menyerahkan DP ruko kepada pe"nge"
lolanya, sudah meminta ukuran dan mengambil foto ruko.
Malam ini, dia langsung meng-e-mail Citra tentang ukuran
ruko, penjelasan denah ruangannya secara sederhana beserta
foto dan konsep yang dia inginkan setelah lebih dahulu
meneleponnya. Semua bisa langsung dia kerjakan setelah
salat Isya, karena dia sampai rumah pukul tujuh malam. Kata
Yanti, Akna juga sudah makan.
"Setelah gue buat desainnya, gue e-mail, dan kalau lo
sudah acc, gue langsung ke Jakarta, Teh. Paling lo tinggal cari
tukang ahlinya, dan persiapkan bahan-bahannya. Bahanbahan yang dibutuhkan akan gue e-mail begitu desain sudah
kelar dan di-acc." "Sip, sip." "By the way, gimana kabar, A"a?" Citra menanyakan
Akna. "Kamu pasti sudah tahu dari cerita-cerita Mama deh,
nggak ada perubahan apa-apa kok," kata Keisha. Citra,
sepupunya, memang sempat datang bareng Mama dan Papa
waktu Akna kecelakaan, tapi gadis itu tidak menginap karena
banyak deadline. "Yang sabar ya, Teh"."
"Terima kasih, Cit."
"Mungkin harus segera memprogram momongan
biar mengubah suasana, anak kan bisa sebagai penghibur,
Teh"." "Iya, iya " doakan saja yang terbaik, ya?" kata Keisha,
jauh dilubuk hatinya dia tertawa perih. Memprogram mo"
mongan " Huh! Entah, berapa lamanya kulit mereka tidak
saling bersentuhan. Dari mana bayinya akan lahir kalau
begitu caranya, kecuali dongeng mengenai burung bangau
Rainbow isi.indd 116 RAINBOW 117 pembawa bayi itu benar adanya atau cerita pewayangan Ibu
Kunti yang melahirkan Karna tanpa persetubuhan.
Keisha tertawa kecil. Di luar hujan gerimis. Sungguh,
tiba-tiba dia begitu merindukan sesuatu yang alamiah.
Tubuhnya bergetar, tapi dia harus survive! Tanpa disadari
perjalanan hidupnya kini perlu perjuangan, bisa tidak bisa,
dia sudah ditakdirkan pada posisi itu. Menyerah kalah atau
maju pantang mundur, maka Keisha memilih yang kedua:
maju pantang mundur. Akhirnya berkas-berkas yang dibutuhkan Romi sudah ter"
kumpul setelah Keisha dan Emi bisa mengalkulasikan pe"
ngeluaran yang mereka butuhkan. Tadi Keisha menelepon
Romi. Besok dia akan langsung menuju kantor Romi untuk
mengajukan berkas-berkas, Emi juga akan ikut ke sana.
Mereka akan bertemu di Esco, baru kemudian meluncur ke
toko bersama. "Paling setelah berkas itu diserahkan, di-acc, seminggu
dana cair, Kei," Romi menerangkan lewat telepon.
Fiuuuuuh " semuanya mendadak berjalan secepat jet
coaster. "Bener-bener kerja rodi, Kei," geleng Emi.
"Gue pengin launching sebelum lo married."
"Busyeeet!" pekik Emi, tapi dia salut dengan kegigihan
Keisha, dan memang semuanya seperti mendapat bantuan
tangan Tuhan. Tahu-tahu dalam hitungan hari mereka sudah
berada dalam tahap pengajuan kredit, bernegosiasi dengan
supplier, lalu menunggu hasil desain toko dan playground


Rainbow Karya Eni Martini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rainbow isi.indd 117 118 Eni Martini mereka. Begitu uang turun, semuanya langsung berjalan.
Sisanya, tinggal menangani promo dan persiapan launching.
Ya Tuhan " segala sesuatu jika begitu yakin, serius, dan
berusaha dilakukan, pasti terwujud. Bahkan untuk penam"
bahan karyawan baru, Rosita dan Shasa sudah menawarkan
orang tepercaya yang bisa bekerja dengan baik. Jadi tidak
perlu pusing-pusing lagi membuka lowongan pekerjaan
lagi, karena mereka sebenarnya hanya butuh tiga karyawan
tambahan saja, tapi yang melamar pasti bisa ratusan kalau
pakai acara membuka lowongan pekerjaan. Kantor mereka
akan kedatangan orang hingga berkali-kali, map-map la"mar"
an bertumpuk, pertimbangan akan jadi sedikit kacau karena
mereka merasa ada saja orang yang lebih baik, dan lebih baik.
Huhuhuhu " nggak banget deh. Kecuali kantor mereka toko
besar sekelas Metro " hehehehe.
Akna: Perasaan yang Semakin Terbakar
dalam Kesendirian Pukul setengah tujuh pagi, Keisha sudah berangkat dengan
taksi. Dia sudah menyiapkan sarapan walau Akna belum
bangun. Akna sebenarnya sudah bangun, dan dia langsung meng"
intip kepergian istrinya dari tirai ruang tamu. Pagi ini Keisha
mengenakan celana panjang dan luaran wrapped, sangat rapi
seperti akan ke kantor bukan toko. Wanita itu menenteng tas
besar dan tas laptop. Apa sebenarnya yang dilakukan istri"nya
akhir-akhir ini" Keisha berangkat pagi"dan pulang telat.
Rainbow isi.indd 118 RAINBOW 119 Akna ingin menelepon Emi tapi sudah lama sekali dia tidak
menyapa siapa-siapa. Akna terduduk lemas, kemarin dokternya meng"hu"
bunginya ke ponselnya. Dokter marah karena dia kerap absen
menjalani terapi. Harusnya dia sudah pada tahap fitting kaki
palsunya, tapi ini boro-boro fitting, pengukuran dan casting
atau pembuatan gips pun belum dilakukan pada kedua
tungkai, baik yang sehat maupun yang diamputasi.
"Kaki palsu ini akan memberi perubahan besar dalam
hidupmu, Akna. Kau harus yakin, dan mematuhi peraturan
dokter." Dokter yang merawatnya memang sudah dekat
dengan Akna, tapi Akna malas harus wara-wiri ke rumah
sakit. Dia malas dilihat orang dengan tatapan iba, lebih-lebih
jika di sampingnya ada Keisha.
Bah! Pasti setiap orang berpikir kasihan sekali jika wanita
cantik itu bersuamikan laki-laki cacat atau " kasihan sekali
masih muda gagah, beristri cantik, kakinya harus cacat.
Akna tidak sudi menerima pikiran-pikiran orang ten"
tang dirinya. Tidak akan! Kalau kaki palsu itu dapat dia miliki
secara instan, dia mau, tapi ini, untuk memakai kaki palsu
saja, prosesnya panjang sekali: Dari mulai dengan assessment
atau pemeriksaan kepada pasien, yaitu berupa pencatatan
data diri pasien, penentuan diagnosis dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan keluhan pasien, kemudian pengukur"an
dan casting atau pembuatan gips yang dilakukan pada kedua
tungkai, baik yang sehat maupun yang diamputasi. Fungsi
pembuatan gips di sini adalah untuk mengambil cetakan se"
suai dengan bentuk anatomi tulang, otot, dan sendi pasien,
sampai melatih pasien untuk menggunakan kaki palsu"
nya dengan latihan berdiri di tempat, baik dengan dua
kaki maupun satu kaki, latihan berjalan dengan alat bantu
Rainbow isi.indd 119 120 Eni Martini kruk,walker, dan naik-turun tangga. Belum lagi ada pelatihan
cara merawat kaki palsunya, dan lain-lain yang memerlukan
waktu untuk wara-wiri ke rumah sakit.
Kenapa hidup bisa berubah seratus persen lebih sulit
dan menyakitkan" Dada Akna terasa panas, penuh dengan kesedihan, kecu"
rigaan, kekesalan yang menimbulkan amarah yang tidak se"
derhana. Semuanya berkumpul hingga tangannya bergerak
tanpa sadar, meninju sekuat tenaga kaca di depannya, menim"
bulkan suara yang sangat keras, suara benda pecah macam
ledakan yang terburai berjatuhan ke lantai " PRAAAANG!
Yanti yang tengah sibuk di dapur langsung tergopohgopoh datang. Dilihatnya selain pecahan kaca berserakan
di lantai, ada ceceran darah dan " tangan Akna yang ber"
lumuran darah. "PAK " PAK AKNA!" jerit Yanti kalap, ketakutan.
"DIAM! KAMU DIAM!" tuding Akna keras dengan
tangan berdarah-darah. Tertatih-tatih dia berjalan ke kamar
sambil menahan sakit luar dalam. Darah berceceran di
lantai. Yanti gemetaran. Sampai toilet, Akna membersihkan tangannya, buku
jarinya sobek-sobek, punggung tangannya robek lebar, tapi
tidak dalam. Dia menahan jeritan, giginya mengatup, otototot lehernya mengeras dan timbul, sampai mengucurkan air
mata ketika mengguyur tangannya dengan alkohol.
Ini tidak seberapa, tidak sesakit waktu kakinya habis
diamputasi dan obat pembiusnya lenyap secara bertahap.
Selesai disiram alkohol, dibebat tangannya dengan perban
dari kotak obat di toilet. Semua beres dalam kesendirian.
Rainbow isi.indd 120 RAINBOW 121 Hari ini Keisha tersenyum lega. Berkas pengajuan kredit
sudah masuk ke Esco, supplier peralatan playground bayi dan
batita sudah mengirim brosurnya, proposal ke para supplier
pakaian, mainan, peralatan makan bayi juga sudah dikirim
Emi, tinggal menunggu keputusan dan meeting dengan
mereka saja. Itu biar ditangani- Emi.
Kami memproduksi produk soft play area dengan brand "Cute 1"
Semua unit produk ini didesain secara khusus dengan menggunakan
teknologi komputer sehingga keamanan dan kenyamanan mainan
sangat terjamin. Produk Cute 1 ini ber"beda sekali dengan produk
yang lain, khusus didesain untuk meningkatkan kecerdasan anak.
Produk Cute 1 terbagi dalam beberapa macam, yaitu kategori
kolam bola, fun climbing, fun ring, fun object serta campuran
beberapa jenis mainan lainnya. Kami juga melayani pembuatan
custom design sesuai permintaan pelanggan.
Keisha membaca brosur dengan saksama walau sebe"
lumnya dia sudah melihat dari internet, dan memperkirakan
apa saja yang akan dibutuhkan.
"Lo mau ambil yang mana, Kei?" tanya Emi ikut mem"
pelajari brosurnya. "Gue mau kolam bola, fun baby ring karena ini sekum"
pulan ring yang dapat dimainkan ke depan ke belakang oleh
baby sekali pun, lalu " fun climbing, Em. Bagus, kan anak-
Rainbow isi.indd 121 122 Eni Martini anak batita dapat bermain panjat-panjatan yang dilengkapi
dengan perosotan yang cukup landai. Dapat meningkatan ke"
cerdasan anak dalam melakukan aktivitas gerak," urai Keisha
dengan bersemangat. "Ini juga perlu, Kei, playtube."
Keisha mengangguk, "Iya, gue juga sudah mencatatnya
untuk kita ambil karena sangat aman untuk baby bermain
bebas." "Oke, gue telepon mereka untuk memastikan pesanan
kita. Lumayan dapat diskon 25%," bisik Emi. "Kita DP
20%, sisanya tunggu uang cair." Emi sudah yakin karena
di pertemuan dengan Romi waktu di Esco, laki-laki itu
menyanggupi pasti cair. "Buat kalian berdua, taruhan gue nyawa deh," tukas
Romi. "Halaaah!" cibir Emi.
"Eit! Keisha ini amanah loh, Em. Amanah gue dan lo
buat menjaga dengan baik, sebagai sahabat kita tahu, Keisha
benar-benar amanah. Sampai kelak Akna menyadari bida"
darinya masih menunggu dengan setia?"
"Ternyata seorang playboy bisa berhati ustaz," gurau
Emi. "Bukan masalah ustaz atau playboy, darling tapi sesuatu
di depan kita yang begitu memerlukan kita berdua sebagai
sahabatnya"." Emi tak mampu meneruskan guraunya, apa yang dikata"
kan Romi benar. Makanya dia pun berjuang demi Keisha.
Meski hal ini ruwet. Ruwet banget mau kawin harus ngurusin
pembukaan toko dan playground ini.
Keisha hanya terdiam haru, air matanya meleleh mem"
basahi kedua belah pipinya. Memang tali silaturahmi itu
Rainbow isi.indd 122 RAINBOW 123 perlu dijaga, selain membahagiakan dikelilingi sahabat baik,
juga membuka pintu rezeki.
"Oya, Kei. Malam ini Citra otw dari Bandung, biar menginap
di rumah gue saja, ya, jadi pagi Citra bisa langsung diantar
ke lokasi, sekalian gue antar tukang. Siangnya, lo bisa cek ke
ruko, karena gue ada urusan sama Dimas cari katering sama
gedung," kata Emi. "Iya, iya, atur saja," kata Keisha.
Alhamdullilah, Citra memahami keadaan Akna. Kalau
tidak, betapa canggungnya Keisha membiarkan sepupunya
justru menginap di rumah orang.
"Ehmmm " fitting baju lo kapan, Em?" Keisha tibatiba teringat janjinya kepada Emi.
"Seminggu sebelum hari H, masih lama," Emi nyengir.
"Syukurlah"."
"Hari ini kita bisa pulang cepaaat," kata Emi.
"Iya, besok baru padat lagi. Sudah sana, katanya mau
telepon. Gue mau telepon Tia yang telah membeli peralatan
buat desain toko dan playground besok, sudah sampai ruko
belum." "Oke," Emi segera sibuk di mejanya, begitu juga
Keisha. Pukul empat sore, Keisha keluar dari kantor, diurung"
kan mampir ruko untuk melihat apa-apa yang sudah dibeli
Tia karena besok toh dia akan ke ruko siangnya. Citra pasti
akan menelepon kalau ada yang kurang, Besok Emi kan,
mendampingi gadis itu saat dia datang.
Rainbow isi.indd 123 124 Eni Martini Macet membuat Keisha sampai rumah hampir pukul
lima sore. Dia memencet bel tapi Yanti tidak keluar sampai
dia membuka dengan kunci cadangan. Untung kunci itu
selalu terselip di tasnya, Yanti pergi ke mana, ya" Kok tidak
telepon kalau pergi"
Langkah Keisha terhenti di teras, dia melotot melihat
kaca jendela yang pecah. Ya Tuhan! Berbagai pikiran buruk seperti kejahatan
perampokan dan sebagainya, membuat Keisha langsung
mendorong pintu dengan keras " tidak terkunci!
Cepat, dia menerjang masuk. Seketika tubuhnya geme"
taran di luar kendali " Darah! Meski tidak banyak, dia me"
lihat ceceran darah yang sudah membeku di lantai. Rumah
sepi. Ya Tuhan! Keisha berusaha menahan rasa pening, geme"
tar, dan lemas yang melanda dirinya, tasnya begitu saja ter"
jatuh di lantai. "YANTIIII!" kemudian dia berteriak histeris, langkah"
nya langsung memburu ke kamar, mengikuti ceceran darah.
Dadanya berdebar hebat, lututnya semakin lemas, dia men"
dapati Akna tengah berdiri menghadap jendela, mem"bela"
kanginya. "Akna, apa yang terjadi?" buru Keisha, pikiran buruk
tentang perampokan berganti hal lain yang lebih mengeri"
kan. Jangan-jangan " Ah! Tidak! Tidak mungkin!
"MANA YANTI?" pekik Keisha kalap.
Akna berbalik, mengerutkan dahinya. Tatapannya begitu
tajam. Keisha melihat tangan kanan kiri Akna terbungkus kain
perban yang kemerahan oleh rembesan darah.
"KAU APAKAN YANTI?" Keisha sudah tidak dapat
Rainbow isi.indd 124 RAINBOW 125 menahan emosi dan ketakutannya. Sesuatu yang ditahan"nya
tumpah. Akna terpaku, baru ini dia melihat sesuatu yang berbeda
pada Keisha. Bidadari kecil itu menjelma seperti seekor macan
betina. Kenapa" "Kenapa teriak-teriak, Kei?" tanya Akna dingin.
"Kaca jendela pecah, lantai berceceran darah, dan"."
"Pembantumu itu tidak bekerja dengan baik rupanya,"
potong Akna. Keisha tidak mengerti dengan arah bicara Akna.
"Harusnya Yanti telepon kamu, supaya kamu telepon
tukang untuk mengganti kaca depan, dan Yanti harusnya
membersihkan lantai."
"Maksudmu apa sih, Na?" Keisha hampir menangis, dia
mulai ketakutan memikirkan Yanti.
"Kalau mencari Yanti ya, ke belakang. Nalarmu di mana
mencari Yanti di kamarku?" kata Akna sinis.
"Na, aku mohon " apa yang terjadi dengan Yanti?"
Keisha mulai menangis membuat Akna membuang wajah"
nya. "Akna!" "Mungkin Yanti di dapur. Cepat cari sana!"
"L-lalu kenapa kaca pecah, darah, tanganmu berdarah?"
"Tanyakan hal itu pada dirimu sendiri, Kei," sahut Akna
semakin beku. "AKU?" seru Keisha kaget.
"Sudah keluar sana, aku sedang ingin sendiri!" usir
Akna. Keisha menggigit bibirnya hingga terasa asin, perih.
Mimpi apa dirinya, suasana yang indah di toko berubah


Rainbow Karya Eni Martini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagai neraka begitu sampai rumah, dan tanpa sebab, tahu-
Rainbow isi.indd 125 126 Eni Martini tahu Akna menudingnya. Dirinya penyebab semua hal di
rumah ini: kaca pecah, darah!
Keisha melangkah tergesa-gesa ke dapur. Dapur beran"
takan dan tampak sepi. Dia memburu ke kamar Yanti dan "
gadis itu meringkuk ketakutan di atas tempat tidur.
"YANTI!" Keisha menubruk tubuh ART-nya, men"de"
kapnya erat hingga dia dan Yanti saling menangis histeris.
Setelah lelah, keduanya terdiam hingga Yanti mengeluarkan
suara lirih. "Bu, abdi bade mulih ka Bandung"6"
"LOH?" Keisha terkejut. Dihapus air matanya, dia
ber"usaha menenangkan diri sendiri. Sungguh, semua begitu
men"dadak dan bertubi-tubi. Mungkin kalau hatinya terbuat
dari sepotong kue, hatinya sudah hancur kembali menjadi
tepung lagi. Setelah menguasai dirinya dengan susah payah,
per"lahan dia meminta Yanti menceritakan semuanya.
Yanti terdiam sejenak, isaknya masih terdengar, Keisha
menunggu dengan berdebar dan berusaha sabar. Sesuatu yang
dahsyat sudah terjadi di rumah ini.
"P-Pak Akna"," akhirnya Yanti bisa membuka suara
lagi. Keisha tetap menunggu. "Sewaktu Ibu pergi ke toko tadi pagi, Pak Akna " tidak
seperti biasanya tidak di kamar, tapi " tapi"," Yanti meng"
hentikan suaranya sambil menggigit bibirnya kuat-kuat, baru
melanjutkan kembali. "Pak Akna langsung ke ruang tamu,
saya dengar suara keras. Saya lari, saya lihat tahu-tahu kaca
ruang tamu pecah, tangan Pak Akna berlumuran darah.
Kayaknya Bapak nonjok kaca tapi nggak tahu kenapa, Bu,
Bu Kei, saya ingin pulang ke Bandung.
Rainbow isi.indd 126 RAINBOW 127 tapi maaf " saya makin hari makin takut berdua di rumah
bersama Bapak, Bu. Takuuuuut"," tangis Yanti pecah lagi,
tubuhnya menggigil. Keisha kehilangan kata-kata, tiba-tiba dia menjadi sa"
ngat sedih. Di satu sisi, dia sedih atas apa yang dilakukan
Akna, di sisi lain, dia sedih dengan apa yang menimpa Yanti.
Bukan saja sedih, tepatnya begitu sangat merasa bersalah,
badai rumah tangganya, berimbas ke Yanti.
Mengapa semua seperti mengepungnya"
"Izinkan saya pulang ya, Bu?" suara dan sinar mata Yanti
begitu meminta. Egois dan jahat jika Keisha tidak me"nga"
bulkannya dengan alasan apa pun. Tapi bagaimana dengan
Akna dan rumah jika tidak ada Yanti"
"Beri aku kesempatan, Yan"," desis Keisha lirih tanpa
sadar, suara dan sinar matanya seperti Yanti, begitu me"
minta. Ya Rabb, dirinya baru akan memulai, baru akan bangkit,
biarkan semua berjalan dengan baik-baik dulu. Setidaknya
untuk awal-awal ini dia harus menyelesaikan urusan toko
olshop dan playground-nya sampai pegawai-pegawai di sana
siap beroperasi, ini tidak butuh waktu lama. Dia yakin itu.
"Tolong ya, Yan, sampai Ibu menyelesaikan toko yang
mau Ibu buka. Ibu butuh kehadiranmu minimal sebulan
ini. Nanti Ibu usahakan berangkat lebih siang dan pulang
lebih cepat, kamu tidak perlu meladeni keperluan Pak Akna,
ya. Cukup laporkan saja kalau terjadi sesuatu," kata Keisha,
mengiba tepatnya. Cukup lama Yanti dibujuk-bujuk. Mereka bernegoisasi,
saling mencurahkan air mata, akhirnya gadis itu bersedia
untuk tetap di rumah Keisha.
Rainbow isi.indd 127 128 Eni Martini "Terima kasih, Yan!" Keisha memeluk Yanti, mereka
berdua sudah seperti bukan antara majikan dan ART.
Ketakutan menyatukan mereka dalam seketika.
Keisha: Berlomba dengan Waktu
Alhamdullilah, Citra cepat menangkap desain toko dan
playground seperti apa yang Keisha inginkan. Gadis itu meng"
garap dengan sempurna, sebuah toko dengan warna pastel,
memiliki rak-rak menempel dinding dari bahan kayu yang
lembut dicat pink dan biru sesuai dengan genre bajunya.
Gantungan warna-warni berbentuk kepala ikan, kuda laut,
kura-kura, lalu lantai bernuansa laut seperti suasana play"
ground-nya. Rasanya seperti mimpi ketika semua itu selesai
ditangani para tukang yang andal.
"Nanti pas launching datang ya, Cit," ujar Keisha ketika
Citra datang untuk kedua kalinya melihat kondisi toko
Keisha. "Insya Allah, aku pasti datanglah. Debut ini, kan bisa
jadi referensi ke pelanggan-pelangganku. Memang rencana"
nya mau ada media cetak yang meliput, Teh?"
"Iya, salah satu majalah parenting ngetop deh," kata Emi,
dia bersyukur launching toko dan playground mereka tidak
bentrok dengan pesta pernikahannya. Meski tidak maksimal
membantu Keisha, setidaknya dia bisa ikut hadir atau warawiri dalam berdirinya toko dan playground mereka.
"A"a datang, Teh?" tanya Citra tanpa menyadari peru"
bahan wajah Keisha, pertanyaan itu terlontar begitu saja dari
Rainbow isi.indd 128 RAINBOW 129 bibirnya. Pertanyaan itu sebenarnya lumrah, tapi jadi tidak
biasa karena kondisi Akna sekarang semakin parah, Yanti
sekarang sudah tidak pernah berani memunculkan wajahnya
di hadapan Akna. Gadis itu lebih banyak di dapur dan di
kamarnya. Keisha tidak bisa menyalahkannya, dia justru bersyu"
kur Yanti masih mampu bertahan. Maka dia berpacu dengan
waktu agar toko dan playground-nya segera beres untuk
dibuka. Ini impiannya untuk memajukan perekonomian
keluarga kecilnya, setidaknya dengan kemajuan ini, dia bisa
mengambil cicilan rumah, membeli atau kredit mobil kalaukalau mobil Akna yang sudah dibetulkan itu sampai dijual
untuk menambah biaya pengobatan. Keluarga kecilnya harus
segera kembali seperti dulu, meski dia sendiri kadang gamang
" bisakah" Emi menyenggol lengan Citra melihat Keisha terdiam
akan pertanyaan gadis itu.
Citra mengerutkan kening, dia memang tidak terlalu
banyak tahu tentang kehidupan rumah tangga Keisha dan
Akna sekarang. "Aku tidak tahu pasti apakah Akna akan datang, tapi
aku pasti akan memberitahunya. Mungkin surprise ini akan
memberi efek postif bagi dirinya," kata Keisha seraya ter"
senyum, membuat Emi mengembuskan napas lega.
"Harus datang, Teh, A"a pasti akan bangga sekali. Teteh
gitu loh, bisa berbuat sejauh ini," kata Citra polos.
Ya, ya, ya " Hahahaha! Benar yang diucapkan Citra,
dirinya bisa berbuat sejauh ini, apa kiranya tanggapan
Akna" Sesaat mata Keisha berbinar, teringat bagaimana
tatapan takjub Akna ketika pertama kali mereka pindah dari
Bandung ke rumah kontrakan sekarang ini di Jakarta: pulang
Rainbow isi.indd 129 130 Eni Martini kantor Akna mendapati hidangan lezat di meja dan rumah
yang rapi. Seharian, Keisha telah bekerja keras memberes"
kan rumah sendiri. Dia pergi ke supermaket dengan angkot,
membeli piring, sendok, panci, loyang, taplak meja, vas
bunga, bunga segar, dan segala sayur mayur dan bumbu.
Semua dilakukannya sendiri karena Akna harus berkutat de"
ngan pekerjaannya. "Luar biasa!" hanya itu yang keluar dari bibir laki-laki
itu seraya memeluk Keisha erat, tubuh mungilnya lenyap
dalam dada bidang dan tangan kekar Akna.
Kini seperti apa tanggapan Akna melihat sebuah toko
dan playground yang dibangun atas nama Keisha dan Emi"
Dada Keisha tiba-tiba sesak dipenuhi khayalan bahagia.
Sungguh, semoga ini benar-benar menjadi kejutan yang ber"
manfaat buat Akna meski keadaan laki-laki itu saat ini benarbenar parah. Ah, apakah Yanti benar-benar akan me"ning"
galkannya minggu depan"
"Ibu, janji ya, minggu depan saya boleh pulang ke
Bandung. Saya bertahan sebulan demi Ibu Kei," kata Yanti
kala itu. Hiks, Keisha mendadak merasakan matanya panas.
Bagai"mana pun juga dia akan selalu sakit bila diingatkan
kondisi rumah tangganya yang sebenarnya. Rumah sedikit
hidup karena ada Yanti. Meski ART itu dia tidak dapat
berbagi secara verbal, namun setidaknya ada jiwa yang sehat
di sana selain dirinya. "Besok tinggal mengirim isi toko dan play ground,
Kei. Dua karyawan baru, Keni dan Dela, akan segera mendisplay dibantu Rosita. Lo yang awasi ya. Gue mau menyebar
undangan wedding dan mengambil undangan launching kita,"
kata Emi. Rainbow isi.indd 130 RAINBOW 131 "Beres, berarti jadi kita launching Sabtu depan?"
Emi mengangguk. "Sekarang aku pamit mau balik ke Bandung. Tadi asis"
tenku telepon ada klien yang harus aku temui besok pagi,"
sela Citra. "Naik travel, kan?" tanya Keisha.
"Di jemput doi dong, barusan SMS. Setengah jam lagi
sampai." "Si Diki?" tanya Keisha. Diki adalah tunangan Citra.
Keisha sudah berapa kali ketemu Diki waktu ke Bandung.
Pria berwajah oriental yang cukup tampan, sangat serasi
dengan Citra yang cantik.
Citra mengangguk, bersemu.
"Besok sekalian launching dia datang ya?"
"Beres, aku siap-siap dulu, Teh," Citra pamit sambil
membereskan barang-barangnya. Keisha memutuskan untuk
pulang lebih dahulu. Jam menunjukkan pukul tiga sore, jalan
belum macet. "Tumben?" tanya Emi.
"Gue kasihan sama Yanti, Em"," akhirnya mencuat
juga ucapan itu. "Loh, kenapa?" Emi mengerutkan dahi, menatap Keisha
serius. "Dia minta berhenti minggu besok," jawab Keisha pen"
dek, betapa enggannya dia jika harus bercerita secara runut
apa yang terjadi. Rasanya seperti mengulang-ulang mem"
benamkan kepalanya ke dalam lumpur hingga kehi"lang"
an napas. Pasti seperti ini yang dirasakan korban jika harus
menyaksikan adegan reka ulang, yang sebenarnya hal itu
kurang manusiawi. "Yanti minta berhenti?" Emi nyaris berteriak.
Rainbow isi.indd 131 132 Eni Martini "Sstttt!!" Keisha mendelik. "Gue sudah berjanji meng"
izin"kannya keluar setelah proyek ini selesai. Sabtu kita
launching, berarti minggu dia sudah balik ke Bandung, gue
mau memberi kesan yang baik sebelum Yanti keluar. Gue mau
beli roti di Kedai Hijau ah. Lo mau pulang atau menunggu
sampai Citra di jemput Diki?"
"Gue antar lo aja ya?" tawar Emi. Sungguh, dia tahu se"
suatu yang luar biasa telah dialami Keisha lagi. Yanti sampai
minta keluar, pasti ada sesuatu yang terjadi lebih hebat dari
sebelumnya. Apa itu" Apakah Akna meneror Yanti juga"
Emi tidak bisa membayangkan jika dalam rumah itu
hanya tinggal Akna dan Keisha yang berangkat pagi dan
pulang sore. Akan jadi apa rumah itu" Rumah sepi yang
dingin" Emi bergidik. Dia pandangi punggung Keisha yang
tampak berjalan menghampiri Citra yang tengah mengemasi
buku-buku besar dan laptop ke dalam tas merah besarnya.
Wanita itu ingin pamitan dengan Citra setelah menyetujui
akan diantar Emi. "Kei, lo yakin dengan kehidupan lo ke depan bersama Akna?"
suara Emi di dalam mobil yang dingin membentur lamunan
Keisha. Dia tengah melamun: bagaimana menyampaikan
pada Akna soal toko dan playground ini" Apakah hal ini akan
jadi bumerang atau surprise yang positifkah" Tentu harusnya
surprise yang positif bukan" Sebab bukan mustahil kalau di
kemudian hari, selain bisa membeli rumah, dia bisa mulai
menabung buat modal usaha Akna. Usaha apakah yang cocok
buat Akna" Rainbow isi.indd 132 RAINBOW 133 Ah, apakah masih ada pikiran buat berusaha dalam diri
Akna" batin Keisha sedih, buat belajar mengenakan kaki
palsu saja Akna seakan tidak menggubris. Percuma bea yang
mereka keluarkan, kaki palsu itu belum juga jadi dibuat.
Ya Rabb " sejauh inikah kau lempar aku dalam lumpur
yang pekat dan dalam"
"Kei!" Emi menoel lengan Keisha melihat wanita itu
tidak merespons pertanyaannya tadi.
Keisha tersentak, lalu menoleh. "Ada apa, Em" Nga"getin
aja," sungut Keisha. Wajahnya terlihat sedih, membuat Emi
mengurungkan niatnya untuk mengulangi perta"nyaannya
tadi. Dia yakin bisa menambah garis sedih di wajah wanita
itu. Syukurlah Keisha tidak mendengar pertanyaan"nya tadi,
yang dia lontarkan asal tanpa berpikir lebih dalam dulu.
Ya Tuhan " kalau saja dia mampu mengangkat semua
beban hidup Keisha. Meski berdarah-darah, akan dia laku"
kan. Jika mengingat ke belakang, betapa sempurnanya kehi"
dupan Keisha dan Akna. Hidup memang misteri, sehingga
diam-diam dia sendiri kadang takut akan apa yang terjadi di
kehidupannya dengan Dimas setelah mereka menikah nanti"
Rumah tangga yang harmonis dan anak-anak yang lucu kah,
seperti khayalan yang kerap diinginkan sepasang anak ma"


Rainbow Karya Eni Martini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nusia yang dilanda cinta, yang kemudian mengikrarkan cinta
mereka dengan sumpah berlandaskan nama Tuhan. Atau
sebuah cobaan hidup yang membuat layar perahu mereka
robek" Emi bergidik sendiri dengan pikirannya, dia memilih
menghalau pemikiran yang belum riil itu. Dibetulkan letak
kacamatanya, lalu fokus dengan jalan di depan yang padat
merayap seperti biasa. Rainbow isi.indd 133 134 Eni Martini "Thanks, Em"," Keisha melambai begitu Emi menurun"
kannya pas di depan rumahnya yang sepi. Emi harus segera
bertemu Dimas. Dia juga tahu, tidak mungkin Keisha
menawarkannya buat mampir ke rumahnya seperti dulu.
Dulu, Akna akan memaksa jika Emi menolak tawaran mam"
pir, walau hanya sebentar, sekadar menjejakkan kakinya di
teras rumah mereka. Akna juga sering mengundang makan
malam. "Yuk, mampir, Akna mau kita makan malam samasama loh. Ntar, Dimas ditelepon, suruh nyusul," Keisha
sering berkata seperti itu dulu. Dia selalu membuat masakanmasakan ala luar, salah satu masakan kebanggaan wanita itu
Ratatouille au Micro-Ondes yang konon menjadi makanan
kesukaan Akna, lidah Emi juga akhirnya ikut-ikutan me"
nyukai citra rasa Ratatouille au Micro-Ondes, yang merupakan
sejenis makanan tradisional Prancis. Kenangan yang pahit,
umpat Emi membalas lambaian tangan Keisha.
Keisha masuk rumah yang pintunya sudah dibukakan
oleh Yanti. Sejak kejadian hampir sebulan lalu itu, dia tidak
berani menanyakan perihal Akna kepada Yanti. Sebab dia
tahu, selama dirinya tidak ada, Yanti pasti hanya berada
di dapur dan kamarnya begitu selesai beres-beres dan me"
masak. "Yan, ini aku belikan roti keju," Keisha menyodorkan
bawaannya kepada Yanti. "Terima kasih, Bu. Oya, makan malam sudah beres di
meja makan." "Kamu sudah makan" Makan bareng, yuk?"
"Aduh, saya sudah makan, Bu Kei," kata Yanti tersipu.
Sebenarnya Ibu Kei ini sungguh baik, termasuk Pak Akna.
Keduanya majikannya baik lahir dan batin, tapi sejak ke"
celakaan itu " semua mengubah kondisi rumah ini sampai
Rainbow isi.indd 134 RAINBOW 135 dirinya tidak kuat lagi bertahan. Tepatnya takut dengan
perubahan sikap Pak Akna.
Maafkan saya, Bu Kei, bisik Yanti dalam hati ketika
berjalan ke belakang, menunggu Keisha selesai makan malam,
baru dirinya tidur. Keisha dan Akna: Cermin yang Terbelah
Keisha langsung berjalan ke kamar atas, sudah hampir sebulan
dia putuskan untuk pisah kamar dengan suaminya. Malam
ini selesai mandi, dia berniat mengajak laki-laki itu makan
malam untuk membicarakan perihal hasil kerjanya selama
ini: toko offline dan playground. Dia benar-benar berharap
hal ini membawa perubahan besar pada diri suaminya. Bisa
jadi Akna begitu tertekan karena dia tidak hanya menerima
kecacatannya tapi juga memikirkan ekonomi mereka ke
depan, mana rumah masih mengontrak. Setidaknya berita
ini akan mengangkat separuh kegilaan Akna.
Disisir rambutnya rapi, dibiarkan tergerai, lalu dikena"
kan gaun hijau muda selutut, tubuhnya sudah cukup wangi
dengan harum sabun cair tanpa perlu mengenakan parfum.
Fiuuuh " dia serasa mau bertemu pacar baru saja.
Diam-diam Keisha menahan senyum. Dia keluar dari kamar,
menuruni anak tangga sementara telapak kakinya yang
terbungkus sandal, rumah basah oleh keringat. Jantungnya
berdebar. Tiga minggu dia tidak tidur di kamar mereka, tidak
berkomunikasi dengan Akna, hanya pamit dari balik pintu.
Rainbow isi.indd 135 136 Eni Martini Laki-laki itu pun tidak mau diladeni makan dan minumnya
lagi. Sungguh komunikasi yang semakin hancur dan aneh.
Keisha menahan air matanya. Kalau saja orangtuanya atau
mertua dan ipar-iparnya tahu, apa kiranya tanggapan mereka
atas tragedi pisah kamar ini
Keisha menghapus pipinya yang mendadak basah,
ditarik napas kuat-kuat dan dihembuskan serempak hingga
dadanya terasa longgar, lalu meneruskan langkahnya"
"Akna " Akna, Akna"," Keisha mengetuk pintu
kamar mereka. Kamar yang dulu menghangatkan hidupnya.
Seje"nak dia menoleh ke sekeliling, cahaya lampu menyinari
ruang hampa, rumah ini benar-benar seperti rumah kosong.
Apalagi tiga minggu ini Keisha dan Yanti sama sekali tidak
masuk ke kamar Akna, dan TV di ruang tengah hampir tidak
pernah menyala. Keisha lebih memilih langsung me?"ring"
kuk di kamar atas bersama setumpuk kerjaannya, sementara
Yanti menyelusup di dapur atau kamar belakang, dan Akna
terbenam dalam kamar besar mereka, hanya keluar untuk
mengambil makanan atau minuman.
Tangan Keisha menggigil mengetuk pintu".
Akna sedikit tercengang. Tadi dia mendengar suara
istrinya pulang, lalu menghilang seperti biasa, dan suaranya
baru akan terdengar lagi besok: suara langkah Keisha, suara
ketukan di kamar, dan suara lembutnya yang pamit ke toko.
Sungguh, sebenarnya kondisi seperti itu sangat menyiksa
Akna, tapi dia benar-benar tidak bisa mengubah kondisinya.
Sejak pisah kamar, Akna semakin tidak tahu lagi apa yang
dilakukan Keisha. Yang dia ketahui ketika mengintip dari
balik tirai, wanita itu semakin cantik, semakin jauh dari jang"
kauan, dan dirinya semakin jatuh: rambut ikal yang men"
juntai, kumis brewok yang mulai menjalari wajahnya, dan
Rainbow isi.indd 136 RAINBOW 137 tulang-tulangnya yang mulai tampak, begitu juga dengan
warna kulitnya yang semakin pucat karena nyaris tak ter"
sentuh cahaya matahari. Kalau dia bercermin yang terlihat
adalah bayangan manusia dari negeri antah berantah, karena
Akna sendiri tak mengenali bayangan dirinya. Dada Akna
bergemuruh. "Akna " Akna, tolong buka pintunya. Ada yang perlu
aku sampaikan, Na"," suara Keisha setengah putus asa.
Iblis Sungai Telaga 21 Rahasia Dewi Purbosari Karya Aryani W Pendekar Lengan Buntung 8
^