Pencarian

Sleepaholic Jatuh Cinta 3

Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng Bagian 3


dipenuhi pasangan-pasangan yang tengah asyik berangkulan. Tecla tidak peduli. Yang ada di pikirannya hanya satu, keluar dari hotel secepatnya dan
pulang ke rumah! Tentu saja, ke rumah keluarga
Phillip. Tangan kanan Tecla tersentak ke belakang dan
membuat langkahnya tertahan. Saat Tecla memutar
tubuhnya, tubuh Phillip yang menjulang menatap
dengan marah. Napas Tecla masih memburu, tapi ia
bahkan tidak sempat berpikir lebih jauh saat tangan
kokoh Phillip meraih pinggangnya mendekat. Phillip
memeluk Tecla erat, membuatnya tidak bisa berkutik. Lengan kanan Phillip meraih tangan Tecla
T163U dan mengangkatnya agak tinggi lalu menyeretnya ke
pinggir lantai dansa. "Pembicaraan kita belum selesai, Tecla," desis
Phillip. Phillip membawa Tecla berputar dan mengikuti
alunan lagu, berdansa seperti pasangan lain, bedanya, tidak ada senyum bahagia terpancar dari wajah
mereka. Tecla justru agak panik, melihat raut wajah
Phillip yang semakin mengeras menahan marah.
Tecla memutuskan mengikuti kemauan Phillip,
menyelaraskan langkahnya dengan gerakan pria itu.
Perasaannya campur aduk. Dalam jarak sedekat ini,
Tecla tidak dapat menahan pandanganya dari wajah
Phillip. Hidung Phillip, bibirnya, dagunya". Tatapan
Tecla terus turun, memperhatikan dasi yang biasanya melingkar rapi di balik kerah kemeja Phillip
sudah dilepas dan digantikan dengan pemandangan
kancing teratas yang terbuka lebar. Tecla tidak menyadari dirinya tengah menelan air liurnya lalu
menjilat bibir bawahnya dengan putus asa.
Tecla menarik napas panjang lalu memejamkan
matanya sambil menggeleng pelan.
"Buka matamu, Tecla. Dan tatap mataku," bisik
Phillip. Tecla tersentak, gelapapan membuka kedua
matanya. "Apa?" Tecla mengangkat dagunya tinggi-tinggi
berusaha menepis pemandangan yang barusan ia
lihat. Berusaha terlihat angkuh. Tapi sepertinya tidak
T164U begitu berhasil dalam kondisi tangan Phillip yang
tengah mendekapnya erat dan aroma parfum yang
semakin akrab di hidungnya. Setengah tubuhnya
bahkan menempel erat ke tubuh Phillip.
"Pembicaraan kita belum selesai." Phillip mengulangi ucapannya.
Sesaat Tecla kembali membiarkan matanya menikmati leher Phillip yang terpampang jelas di depan
matanya, sebelum akhirnya bertanya, "Pembicaraan
apa?" "Tentang kamu yang akan meyakinkan Tatiana
untuk mau menikah denganku sesuai dengan rencana semula."
Tubuh Tecla menegang karena teringat kembali
maksud Phillip membawanya ke tempat itu. Tapi
Phillip salah mengartikan reaksi Tecla.
"Bukankah kamu sudah mendengar dengan jelas
betapa aku menyukai Tatiana?" desak Phillip.
Tatiana. Semua ini untuk Tatiana. Tecla ingin
menjerit seketika itu juga. Kenapa selalu Tatiana"
Dulu Nando, sekarang Phillip.
Tecla terperangah. Apa yang kupikirkan" Oh,
Tuhan! Pikiran macam apa ini" Apakah ia sudah".
"Hai, Tecla!" Tiba-tiba suara yang cukup akrab di
telinga Tecla membuyarkan semua yang berkecamuk
dalam pikirkannya. Phillip dan Tecla sama-sama terkejut dan saling melepaskan tangan mereka.
T165U Tecla berbalik dan mendapati Nando sedang berdiri beberapa langkah di dekatnya. Nando tersenyum
menatap Tecla dan Phillip bergantian.
"Sedang merayakan Valentine"s Day?" tanya Nando
ramah. "Aku tidak menganggu, kan" Kebetulan aku
jadi bintang tamu acara "Kencan Bersama Artis". Tidak
di sangka kita bertemu di sini."
"Valentine?" tanya Tecla bingung.
"Jangan pura-pura lupa. Hari ini tanggal 14
Februari. Tenang saja, aku tidak akan melapor pada
Tatiana. Jadi siapa laki-laki yang beruntung ini?"
Nando melayangkan senyumnya pada Phillip.
Tecla menatap sekelilingnya dan baru menyadari
bahwa hampir seluruh pengunjung restoran itu adalah pasangan yang sedang merayakan hari kasih sayang. Sudut mata Tecla menangkap tatapan beberapa
orang yang tengah memperhatikan mereka bertiga.
Tecla mundur dan menoleh pada Phillip.
"Kami berdua tidak sedang merayakan Valentine,"
sanggah Phillip kalem. "Kami sedang merundingkan
hal lain." Phillip menyodorkan tangannya pada
Nando. "Phillip Gunawan. Calon kakak ipar Tecla."
Senyuman Nando yang tadi mengembang di wajahnya seketika memudar. Ia menatap Phillip tajam.
Alih-alih menyambut uluran tangan Phillip, Nando
malah memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
"Oh, ternyata ini lelaki yang dijodohkan dengan
T166U Tatiana. Sudah lama aku ingin bertemu denganmu."
Phillip merasakan aura tidak bersahabat yang
ditunjukkan Nando. Ia juga segera menarik tangannya yang terulur dengan ekspresi yang luar biasa
tenang, seakan apa yang sudah dilakukan Nando
padanya tidak mengganggunya sama sekali.
"Untuk alasan apa kamu ingin bertemu denganku?" tanya Phillip dengan luwes. "Untuk menawarkan diri mengiklankan perusahaan kami?" Phillip
menelengkan kepalanya. "Maaf, tapi kami tidak sedang mencari model untuk bintang iklan."
Tecla yang sedari tadi berdiri kikuk tiba-tiba
ingin menendang tulang kering Phillip saat itu juga.
Sombong sekali dia. Nando memandang Phillip dengan tatapan kesal, sedangkan Phillip hanya tersenyum sinis pada Nando.
Tecla bingung mencari cara melepaskan diri dari
suasana panas ini. Ia hanya bisa berharap agar
Nando tidak terpancing emosinya dan melakukan
tindakan gegabah. "Bukan untuk alasan mempromosikan diriku.
Tapi untuk mengenal calon suami Tatiana. Sahabatku sedari kecil." Nando tampak berusaha merendahkan suara. "Tapi, kenapa kamu malah merayakannya
Valentine bersama Tecla" Tidak berniat berbagi kasih sayang dengan Tatiana" Apakah Tatiana tidak
T167U merasa terlupakan di hari yang seharusnya kalian
rayakan berdua?" Phillip mengangkat kepalanya seakan Nando telah
mengingatkannya pada sesuatu. Nando masih memandangnya dengan tajam.
"Aku menganggap hari ini sama saja seperti harihari lainnya. Tatiana dan aku bisa berbagi kasih sayang setiap hari seumur hidup kami nanti. Sebaiknya aku kembali ke kantor. Masih banyak yang
harus kukerjakan." Phillip menatap Tecla, menunggu
gadis itu mengucapkan sesuatu. Tapi Nando langsung menyela, mendahului Tecla.
"Boleh aku meminjam Tecla khusus untuk malam
ini?" Lengan Nando langsung melingkari bahu Tecla.
"Meski kamu menganggap hari ini tidak spesial dan
sama saja seperti hari-hari yang lain, tapi lain halnya
dengan kami. Kamu mau kan, menjadi pasanganku
malam ini, Tecla?" Tanpa menunggu jawaban Tecla,
Nando langsung menyambung. "Tenang saja, aku
akan mengantarkannya pulang," janji Nando pada
Phillip. Phillip menatap mereka berdua dengan tatapan
dingin dan tidak peduli. Tubuh Tecla mengejang.
Phillip terlihat seperti hendak mencekik lehernya
dan menendang Nando keluar dari ruangan ini.
"Lakukan saja apa yang kamu mau. Kamu juga
tidak banyak membantu." Phillip melontarkan senyum mengejek pada Tecla. "Jangan lupakan ransel
T168U bututmu itu! Kamu meninggalkannya begitu saja di
dalam." Phillip menunjuk ke balik bahunya ke arah
private room tempat makan malam mereka berdua
tadi, sebelum akhirnya berlalu dari hadapan Nando
dan Tecla. Tecla memandang Phillip berjalan keluar ruangan
dengan tenang. Nando melepaskan rangkulannya
saat Phillip sudah memunggungi mereka. Serentak
mereka mengikuti sosok Phillip hingga menghilang
di balik pintu keluar. "Aku membencinya!" suara Nando menggeram di
sebelah Tecla. "Aku juga berharap aku membencinya," bisik
Tecla pelan. ?"" Dua hari sejak kejadian malam Valentine itu, Tecla
tidak melihat batang hidung Phillip. Bahkan sampai
saat Tecla dan kedua orangtua Phillip hendak mengantar keberangkatan papa dan mamanya di bandara,
Phillip tak juga muncul. Tidak biasanya Phillip menghilang apalagi saat
kedua calon mertuanya masih ada di sini. Phillip
biasanya takkan melewatkan kesempatan satu detik
pun waktu yang ada untuk mencari muka di depan
kedua orang tuanya. Anehnya, Phillip juga tidak
mencari-cari Tecla untuk urusan pekerjaan, bahkan
T169U dua hari ini Tecla tidak menginjakkan kakinya di
kantor. Phillip membiarkan Tecla menikmati dua
hari penuh bersama kedua orangtuanya juga Hubert
dan Ratna. Benar-benar dua hari terpanjang dalam
hidup Tecla. Phillip baru muncul sesaat sebelum Laura dan
Stefan masuk untuk check-in. Bayangan samar melingkar di bawah kedua mata Phillip. Phillip terlihat
letih. Ratna menegur Phillip terang-terangan karena
hampir melupakan kedua orangtua Tecla.
Tapi bukan Phillip namanya jika tidak tampil dengan sempurna. Phillip menyodorkan bingkisan
yang terbungkus rapi dan menyerahkannya ke tangan Laura sambil tersenyum manis. Phillip langsung memasang ekspresi ceria, seakan-akan sudah
menghabiskan dua hari ini untuk menghilang dan
mendapatkan sesuatu yang ia yakin akan disukai
Tatiana. "Tolong berikan ini pada Tatiana, Tante!" pinta
Phillip sambil tersenyum ramah.
Tecla hampir saja tersedak donat yang sedang dimakannya saat melihat Laura hampir meneteskan
air mata karena tersentuh perhatian yang diberikan
Phillip. "Oh" Phillip! Kamu terlalu memanjakan
Tatiana." Laura menyentuh lengan Phillip dengan
penuh kasih sayang dan tersenyum pada Ratna yang
bangga dengan apa yang sudah dilakukan Phillip.
T170U Hubert dan Stefan bertukar pandangan sambil tersenyum lebar.
Penjilat! Maki Tecla dalam hati sambil terus mengunyah donatnya.
"Kami mengucapkan banyak terima kasih. Phillip
sangat memanjakan kedua putri kami. Phillip bahkan begitu sabar menghadapi semua kelakukan Tecla
selama ini." Stefan menepuk bahu Tecla sekilas. "Jika
Tecla tidak bisa bekerja dengan baik, kamu bisa
memecatnya, Phillip. Anak satu ini terbiasa manja."
Tecla melotot pada papanya. Phillip tidak memanjakan dirinya. Tidak pernah. Phillip justru menindasnya. Andai kedua orangtuanya itu tahu apa sebenarnya yang membuat Phillip mati-matian berusaha
agar Tatiana mau menikahinya.
Tecla sedang mencibirkan bibirnya saat Phillip
tiba-tiba menarik Tecla ke dalam dekapannya. Kali
ini Tecla benar-benar tersedak karena terkejut dan
tidak sempat berpikir untuk mengelak. Phillip
merangkul erat pundak Tecla dengan satu tangan.
Sama dengan yang dilakukan Nando padanya pada
malam Valentine. Dengan tangan yang lain, Phillip
mencubit pipi Tecla dan hampir-hampir membuat
gumpalan donat yang masih ada di dalam mulut
Tecla menyembur keluar. "Saya sudah menganggap Tecla adik saya sendiri,
Om, Tante," ujar Phillip pada Stefan dan Laura sambil cengar-cenging sebentar, baru setelah Tecla mengT171U
aduh kesakitan, Phillip melepaskan tangannya dari
pipi Tecla. Tecla meringis mengelus pipinya. Sudut matanya
berair menahan pedih cubitan Phillip. Saat Tecla
berniat membentak Phillip, ia melihat Hubert dan
Stefan yang berpandangan dengan aneh melihat
tingkah Phillip, sedangkan Laura dan Ratna hanya
tertawa-tawa. "Aku tidak akan menganggapmu sebagai kakakku
kecuali kamu dan Tatiana benar-benar menikah,"
bisik Tecla. Setelah memastikan gerakan kakinya tidak terlihat keempat manusia yang kembali saling
berbincang di hadapan mereka, Tecla mengentakkan
kakinya di atas kaki Phillip dengan kekuatan penuh.
"Jangan harap aku membiarkanmu melakukan
apa yang baru saja kamu lakukan pada pipiku tadi!
Tunggu saja balasanku," ancam Tecla. Phillip hanya
membalas dengan senyum dinginnya. Beberapa
detik kemudian tekanan kaki Tecla melemah, ia lalu
berbalik memandang ke arah kedua orangtuanya.
Belum sempat Tecla mencuri dengar apa yang sedang dibicarakan orangtuanya dan orangtua Phillip,
Phillip sudah membalas Tecla dengan menginjakkan
kaki besarnya ke atas kaki Tecla.
Tecla memekik tertahan, dan sebelum suaranya
membesar, ia mendengar desisan suara Phillip dekat
dengan telinganya. T172U "Sebaiknya kamu mulai belajar menganggapku
sebagai kakak iparmu karena aku pasti akan menikah dengan Tatiana! Dan, aku juga tidak peduli, aku
akan tetap melakukan apa yang aku suka."
Tecla meringis kesakitan sambil memandang wajah Phillip yang berada sangat dekat dengan wajahnya. Tecla merasakan pipinya memanas dan jantungnya berdebar semakin kencang.
Sial! Ini pasti hanya karena ia sedang menahan
rasa sakit di ujung jari kakinya. Tecla memandangi
Phillip yang sengaja meniup wajahnya, seakan ia
tahu pipi Tecla benar-benar memanas. Tecla memincingkan matanya sambil berusaha keras mengendalikan diri, rasa kesal dan debaran aneh membuat ia
kesulitan menelan ludah. Perlahan Phillip menarik kakinya dari atas kaki
Tecla sambil tersenyum mengejek. Tecla melotot ke
arah Phillip siap membalas perbuatannya. Dengan
gerakan cepat, Tecla menginjak kaki Phillip untuk
kedua kalinya sambil berusaha membuat Phillip
semakin kesakitan. Tecla dengan sengaja menumpukan bobot tubuhnya di atas ujung kakinya.
Tecla tersenyum penuh kemenangan. Kali ini
Phillip meringis, terlihat benar-benar kesakitan.
"Apa yang kamu lakukan, Tecla?" Laura memekik
ngeri, sontak menarik kemeja Tecla. Tecla berusaha
berontak dari tarikan tangan Laura yang terdengar
sangat marah. Sudut matanya menangkap cengiran
T173U penuh kemenangan dari Phillip dan tak lama kemudian donat yang tinggal setengah di genggamannya
terlepas dan terjatuh tepat di depan kaki Phillip.
?"" "Siapa orang ini?" tunjuk Tecla bingung.


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sepulang dari bandara, Tecla ikut bersama Phillip
berangkat ke kantor. Sepanjang perjalanan keduanya
saling membisu. Phillip tidak mengatakan apa pun
tentang mengapa dan ke mana dia menghilang selama dua hari ini. Meski bertanya-tanya dalam hati,
namun sepertinya Tecla juga tidak berniat menanyakannya secara langsung. Tecla membuntuti Phillip
dalam diam sampai akhirnya mereka tiba di kantor.
Tecla sudah berencana untuk membereskan pekerjaannya yang tertunda selama dua hari kemarin.
Tapi dia sungguh terkejut melihat kehadiran lakilaki "asing" di ruangannya.
"Siapa orang ini?" ulang Tecla dengan wajah bingung, telunjuknya mengarah ke laki-laki yang dengan kacamata ber-frame putih bertengger di atas
hidungnya. Senyuman menyambut Phillip dan Tecla
membuat wajahnya seolah-olah didominasi oleh mulut yang lebar, nyaris sampai ke rahang.
Anehnya, laki-laki itu duduk dengan gaya yang
dibuat seanggun mungkin bahkan nyaris kemayu, di
T174U meja kerja yang dia tempati selama ini. Tecla langsung merengut kesal begitu menyadari bahwa lakilaki itu telah memindahkan pajangan pot-pot bunga
kesayangannya. Langkah Phillip yang tadinya hendak langsung
masuk ke ruang kerjanya, berhenti mendadak. Ia
memandang Tecla dan laki-laki kurus itu bergantian.
"Dia asisten baruku. Namanya Boni," ujar Phillip
pada Tecla yang masih terperangah. Phillip mendesah pelan, sepertinya enggan untuk menjelaskan segala basa-basi perkenalan. "Boni, dia Tecla. Calon
adik iparku yang kebetulan bekerja sebagai asisten
pribadiku. Setelah kalian berdua berkenalan, bawa
masuk jadwal hari ini dan semua laporan yang masuk," perintah Phillip singkat.
Boni mengangguk dan bergegas berdiri dan melemparkan senyum yang dibuat semanis mungkin,
tampak sekali berusaha menjilat Phillip. Padahal
Phillip sendiri, tidak sempat melihatnya, ia sudah
memasuki ruang kerjanya tanpa menoleh lagi pada
Boni maupun Tecla. Boni berbalik menatap Tecla, senyum manisnya
sudah lenyap berganti tatapan sinis. Pandangannya
memindai Tecla dari ujung rambut sampai ke ujung
sepatu. Tidak mau kalah, Tecla juga sengaja memperlihatkan dengan jelas bahwa ia juga sedang memandang penampilan Boni dengan tatapan yang sama siT175U
nisnya. Tinggi tubuh Boni hampir sama dengan
dirinya. Tecla yakin berat tubuh laki-laki ini tidak
lebih dari berat tubuhnya. Bahkan bisa dibilang lakilaki yang ada di hadapannya ini sangat kurus.
"Itu mejaku, Boni." Tecla menunjuk meja kerjanya
dengan santai. "Oh, maaf," jawab Boni sambil melambaikan tangannya yang gerannya dibuat seolah selentik penari. "Phillip tidak mengatakan apa pun tentang siapa
pemilik meja ini saat aku pertama kali masuk kerja,"
ujar Boni tanpa rasa bersalah. "Dia juga tidak memberitahuku kalau dia memiliki dua asisten pribadi.
Yah" aku sih mengerti. Mungkin karena kamu
calon adik iparnya, Phillip tidak sepenuhnya menganggapmu sebagai asisten pribadinya. Bukannya aku
bermaksud menghinamu, Sayang. Tapi" itu biasa
terjadi ketika seseorang masuk kerja dengan koneksi."
Tecla menunjukkan ia tidak terlalu peduli dengan
penjelasan Boni. "Kapan kamu mulai bekerja?" tanya
Tecla. "Seharusnya aku dulu bekerja sebagai asisten pribadi Patrick. Tapi Patrick mendepakku hanya karena
ia lebih suka memiliki asisten yang bisa ia rayu,"
jelas Boni sambil mencibir. "Jadi, selama dua tahun
ini aku bekerja sebagai asisten pribadi Kepala Bagian Treasury. Dan, dua hari yang lalu, tepatnya
tanggal lima belas, aku resmi menjadi asisten
T176U Phillip." Boni menelengkan kepala dan mengedipkan
matanya sebelum beranjak dari meja Tecla dengan
langkah angkuh. Tatapan Tecla mengikuti gerak-gerik Boni dengan
tatapan takjub bercampur heran. Jelas-jelas Boni lebih feminin daripada dirinya.
"Kamu mulai kerja di hari Minggu?" tanya Tecla
sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ada masalah, Sayang?" tanya Boni santai. Boni
menyalakan komputer di mejanya dan mulai mengangkat gagang telepon yang ada di sampingnya.
"Aku selalu profesional, apalagi bekerja untuk
Phillip," aku Boni penuh kebanggaan. Dagunya setengah terangkat saat menjawab pertanyaan Tecla.
"Tidak. Tidak ada masalah," jawab Tecla sambil
memaksakan tersenyum. "Masalahnya, hanya orang
gila yang mau bekerja di hari Minggu. Dan lagi, berani-beraninya kamu hanya memanggil nama Phillip
tanpa sebutan formal!"
Boni melambaikan tangannya tak acuh dengan
peringatan Tecla sambil menempelkan gagang telepon di telinganya. Sambil menunggu sambungan
telepon, Boni masih sempat berucap, "Oh" dear!
Aku penganut paham modern dalam urusan atasan
dan bawahan. Yang penting hasil kerjaku bagus dan
profesional. Lagi pula, Phillip mengizinkanku memanggilnya seperti itu. Sama seperti yang dilakukan
Aditya dan Larry." Tanpa menunggu reaksi Tecla,
T177U Boni langsung berkicau di depan pesawat teleponnya.
Tecla mentap Boni dengan perasaan geram.
"Halo" Tolong kirim salah satu office boy ke
ruangan Pak Phillip untuk memindahkan dan membuang beberapa vas bunga aneh yang ada di sini!"
Boni menarik napas, "Dan sebaiknya cepat, honey!
Aku sudah tidak tahan melihat semua hiasan ini.
Belum lagi semua bunga-bunga aneh yang ada di
dalam ruangan kerja Phillip. Apakah tidak ada jenis
bunga lain atau warna lain yang sesuai de-ngan"."
Bola mata Tecla membelalak menatap Boni. Langkahnya mengentak menyambangi meja Boni
"Vas bunga aneh ini aku yang membelinya, Sayang!" sergah Tecla judes. "Lagi pula kalau kamu
ingin memindahkannya, kenapa tidak gunakan tanganmu sendiri" Dan, mana pajangan yang ada di
atas mejaku?" Tecla mengangkat vas kaca berat yang
ada di hadapan Boni. Wajah Boni memucat, jemarinya mencengkeram
erat gagang telepon di telapak tangannya.
"A-aku sudah membuangnya kemarin." Suara Boni
bergetar ketakutan. Mungkin dipikirnya Tecla akan
menggunakan vas kaca itu untuk memecahkan kepalanya. Boni makin salah tingkah saat kedua bola
mata Tecla nyaris meloncat dari rongganya saat mendengar jawaban Boni.
"Berani-beraninya kamu membuang bunga-bunga
T178U milikku!" Tecla menundukkan kepalanya hingga hanya berjarak beberapa jengkal dari wajah Boni.
"Ta-tapi aku bisa membelikan yang baru untukmu. Yang kemarin sangat tidak up-date, dear. Bunga-bunga anggrek jenis itu sudah tidak dilirik. Aku
akan membelikan yang baru untukmu. Aku punya
kenalan floris terkenal." Boni menelan air ludahnya
dengan susah payah. "Ka-kamu juga terlihat agak
kusam, Sayang. Aku bisa juga kok mengoreksi lingkaran hitam kantong matamu." Boni menggerakkan
jemarinya di sekitar wajahnya sendiri dengan kikuk.
"Berniat membunuh asisten baruku, Tecla?"
Tiba-tiba suara dingin Phillip menggelegar. Kepalanya menjulur dari balik pintu, menatap Tecla dan
Boni dengan ekspresi kesal.
Tecla meletakkan vas bunga kaca dengan hatihati. Satu tangannya membuat gerakan seakan sedang membersihkan rok pendek yang dikenakannya
dari debu yang sebenarnya tidak ada. Boni sendiri
langsung bergegas menghampiri Phillip dengan senyum penuh terima kasih, seakan Phillip sudah
menyelamatkan hidupnya dari serangan perempuan
gila. "Kami hanya bergurau, Phillip. Biasa" untuk saling mengenal dan mengakrabkan diri." Boni memperlihatkan lagi senyum dan tingkah laku supersopan pada Phillip. Tecla mendengus dan memutar
T179U bola matanya saat memperhatikan penjilat kemayu
yang baru saja dipekerjakan Phillip itu.
"Panggil Aditya dan Larry! Cepat! Suruh mereka
membawa laporan terbaru tentang Briar-Rose
Feather Mattress." Phillip memandang Tecla dan
Boni bergantian dengan kesal. "Dan, aku tidak
menggaji kalian untuk bercanda menggunakan barang milik kantor. Tidak ada satu pun barang yang
boleh kamu buang, Boni! Semua barang yang ada di
ruangan ini adalah milik perusahaan," tegas Phillip
yang langsung menarik tubuhnya kembali dan menutup pintu ruangannya.
Begitu pintu tertutup rapat, Boni berbisik akrab
pada Tecla seakan tidak terjadi apa pun sebelumnya.
"Bos kita itu seksi ya?" Boni membuat gerakan
seperti sedang menghapus peluh di dahinya sambil
berjalan mendekati meja. Seksi" Tecla, menganga. Belum pernah ia mengenal seseorang dengan segala keunikan yang ada di
mahkluk aneh di hadapannya.
Seakan teringat sesuatu Boni menghentikan gerakan tangannya dan memandang Tecla dengan tersenyum geli.
"Ups?" Boni menutup mulutnya dengan gaya
centil, matanya ikut membulat. "Sepertinya aku lupa
Phillip calon kakak iparmu." Boni membalikkan
wajahnya menatap layar komputer dan mulai menekan beberapa tombol pada keyboard. "Kakakmu saT180U
ngat beruntung bisa mendapatkan Phillip Gunawan.
Salah satu bujangan paling diincar saat ini," tambah
Boni dengan ucapan mendesah sambil mencoba berkonsentrasi dengan apa yang ditampilkan layar komputernya.
Tecla mengempaskan tubuhnya di atas kursi. Ia
kehabisan kata-kata meghadapi Boni.
Sepertinya sadar sedang diperhatikan oleh Tecla,
Boni langsung menampakkan ekspresi tidak sukanya, "Jangan hanya memandangiku wajahku, Cinta!"
sergah Boni tanpa mengalihkan tatapannya dari layar komputer. "Kamu kan sudah dengar apa kata
Big Boss. Hubungi Aditya dan Larry! Apa kamu
tidak lihat aku sedang sibuk" Stevie Wonder saja
bisa melihat betapa sibuknya aku, kenapa kamu
tidak?" Tecla terperangah tidak percaya. Siapa orang ini"
Meski Boni yang lebih dulu bekerja dengan Patrick
di perusahaan ini, tapi seharusnya dirinya yang bersikap sebagai senior di ruangan ini. Apalagi mengingat pangkat tidak resminya sebagai calon adik ipar
Phillip. Tecla membuka mulutnya untuk mengeluarkan protes saat Boni berbalik menatapnya dengan
amat sangat angkuh. "Tutup mulut lebarmu, Sayang!" Satu tangan Boni
terangkat dan seakan mencoba menutup bibir Tecla
dari jarak jauh. "Diam. Dan kerjakan tugasmu."
T181U ?"" Phillip mengajak Tecla dan Boni untuk melihat langsung perkembangan salah satu produk yang akan
diluncurkan beberapa saat lagi. Aditya dan Larry
juga ikut bersama mereka. Salah satu produk yang
sedang bermasalah adalah feather mattress.
Phillip, Larry, dan Aditya terlihat sibuk berdiskusi
dengan laki-laki lima puluh tahunan bertubuh
gempal dengan rambut yang tinggal beberapa helai.
Boni membuntuti Phillip ke mana pun nyaris seperti
bayangan. Setiap kata yang terucap dari mulut
Phillip tidak luput dari pendengarannya. Boni mencatat entah apa dalam buku cacatan di tangannya
setiap kali mulut Phillip terbuka. Tecla yakin bahkan
suara tawa Phillip juga ikut ditulis dan dijabarkan
dengan lengkap oleh Boni.
Tecla sudah bosan melihat semua laki-laki pekerja
keras itu mendiskusikan sesuatu yang tidak ia mengerti. Ia membentangkan kedua tangannya lebar-lebar, menarik napas panjang sebelum melemparkan
tubuhnya dengan ringan ke atas spring bed berukuran king-size yang ada di hadapannya. Tubuhnya
memantul dengan lembut di atas permukaan matras
yang ditutupi bahan lapisan yang halus. Tecla tersenyum senang saat kaki dan tangannnya bergerak ke
sana kemari di atas tempat tidur lembut itu.
Godaan untuk menutup matanya terasa semakin
T182U dahsyat. Tecla tersenyum menikmati empuknya
spring bed itu. Hawa dingin ruangan ini malah membuatnya semakin ingin untuk meringkuk makin dalam dan melepaskan rasa kantuknya hanya untuk
beberapa saat. Beberapa jam saja. Tidak! Pikiran
waras Tecla melarangnya dengan cepat, beberapa
menit menutup mata seperti ini sudah cukup. Keberadaan Boni dan segala kecerewetan sudah membuat
ia sangat capek hari ini.
Tecla menghela napas panjang dan mulai menikmati rasa nyaman menjalar di tulang punggungnya
saat terdengar pekikan dari seorang yang tidak jauh
dari tempatnya berbaring. Tecla yang hampir melayang ke alam tidur untuk beberapa saat, seakan disentak kembali ke dunia nyata mendengar suara
yang sepanjang hari ini sudah menganggunya.
"Tecla, apa yang kamu lakukan?" Boni menatapnya seakan ia sudah gila.
Wajah Boni yang menatapnya ngeri malah membuat Tecla tertawa dan tidak berniat untuk bangun.
Tecla ingin sekali menarik Boni untuk berbaring di
sebelahnya dan menyumpal mulut lebar itu. Tutup
mulut lebarmu dan rasakan empuknya matras ini,
perintah Tecla dalam hati.
"Capek, Tecla?" Aditya tersenyum geli melihat
ulah Tecla, sambil melangkah menghampiri mereka
berdua dan berdiri tepat di sebelah Boni.
Tecla menghentikan tawanya dan menoleh menaT183U
tap wajah-wajah yang mulai mengerumuninya. Larry
tertawa terbahak-bahak tepat setelah Aditya datang
dan menyindirnya. Tecla beralih memandang ke
belakang Larry. Phillip tengah memandangnya dengan ekspresi yang tidak dimengerti Tecla. Lelaki
asing yang menjabat sebagai Kepala Research and
Development yang berdiri di samping Phillip, juga
terlihat sedang memandangnya dengan tatapan terkejut.
Tecla bangkit duduk sambil menggaruk-garuk
rambut ikalnya. Sambil mencoba menampilkan senyum lucunya, Tecla menunjuk spring bed yang barusan ditidurinya dengan wajah yang dibuat sepolos
mungkin. "Aku hanya mencoba mencari letak kesalahan produk ini sebelum perusahaan meluncurkannya nanti."
Tecla mengangkat bahunya tak acuh. "Siapa tahu
aku bisa memberikan beberapa masukan" Ehm,
menurutku matras ini sangat baik dalam menopang
tulang belakang. Tapi sebaiknya kita membuat
lapisan ini sedikit lebih empuk dan halus." Tecla
meraba-raba spring bed yang didudukinya sambil
memperlihatkan wajah serius penuh penilaiannya.
"Itu bukan produk baru yang akan kita luncurkan, Tecla. Perusahaan kita sudah lama tidak memproduksi matras itu," kata Phillip dingin.
Ucapan Phillip menghentikan gerakan tangan
Tecla dan menyulut tawa Larry tertawa hingga terT184U
pingkal-pingkal. Aditya terlihat susah payah menahan tawanya. Boni yang tampak puas menatapnya
dengan cibiran menghina, sedangkan Kepala Bagian
Riset yang botak itu hanya tersenyum sedih menatap
Tecla. Tecla mencoba bangkit dengan susah payah. Wajahnya pasti memerah. Tangan Aditya bergerak cepat menangkap pinggangnya dan menariknya turun.
Tecla mengibaskan rok dan kemejanya yang mulai
kusut di sana-sini. "Perlu bantuan, Sleepaholic?" Larry memberi senyuman manis dan mengejutkan Tecla dengan sudah berdiri tepat di belakangnya.
"Makan ini, Larry!" Tecla mengulurkan tangannya
yang terkepal erat di depan wajah Larry dengan setengah bercanda.
Aditya tersenyum lebar. "Baru kali ini ada perempuan yang memberikan bogem mentah pada Larry.
Kamu memang unik, Tecla."
"Terlalu unik, Aditya," Boni menimpali dengan
sinis. "Baru kali ini juga aku melihat anak laki-laki
terperangkap di tubuh perempuan. Mungkin aku
bisa menghubungi salah satu dukun terkenal untuk
mencari jiwamu yang asli, sayang."
Tecla mendengar gemuruh suara tawa di sekelilingnya. Mau tidak mau Tecla pun ikut tertawa meski dalam hati ia ingin menonjok Boni tepat di tengah-tengah wajahnya. Di tengah suasana seperti
T185U ini, Tecla merasakan tangan Larry yang menekan
bahunya tiba-tiba. Tecla bergerak kikuk menyingkirkan tangan Larry dari atas bahu kanannya.
"Mungkin kamu ingin mencoba produk baru perusahaan kita, Tecla," tawar Phillip, sambil menunjuk
salah satu spring bed putih yang tergeletak tidak
jauh dari mereka berdiri.
Tatapan Tecla berbinar senang. Ia langsung beranjak melewati lima laki-laki yang tengah mengelilingnya. Saat Tecla sampai di depan spring bed besar
yang terlihat lebih tinggi dan lebih tebal dari yang
pertama dicobanya, Tecla mengulang kembali atraksinya. Tapi kali ini dengan lima orang laki-laki yang
ada bersamanya, memandangnya dengan geli.


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tecla mengempaskan tubuhnya tanpa basa-basi dan
mulai merasakan empuknya matras itu di punggungnya. Tangan dan kakinya bergerak seperti ingin merasakan kelembutan seluruh permukaan matras. Tecla
berguling membalikkan tubuhnya dan mulai mendesah senang. Tecla memejamkan matanya dan mengabaikan semua orang yang tengah menatapnya.
Tecla tampaknya sudah lupa tugasnya untuk memberi penilaian tentang matras yang ditidurinya. Tak
sadar, Tecla mengerang dan mendesah untuk kedua
kalinya. Matras yang ini memang benar-benar membuatnya melayang. Tiba-tiba sepasang lengan melingkari tubuhnya dan berusaha membangunkannya
dengan cara membopong tubuhnya dengan paksa.
T186U Tecla tersentak dan mendapati wajah Phillip yang
sepertinya sama terkejut dan marah seperti dirinya.
"Apa yang kamu lakukan?" desis Tecla dan Phillip
bersamaan. "Kamu tidak lihat ada lima laki-laki di ruangan
ini dan kamu merentangkan kedua kakimu begitu
saja di depan mereka" Di atas matras" Sambil mendesah-desah?" bisik Phillip penuh emosi sambil terus berusaha menegakkan tubuh Tecla.
"Bukankah kamu yang menawariku untuk mencoba produk baru ini?" semprot Tecla tidak terima
dengan ucapan Phillip. Keduanya saling memandang dengan napas memburu penuh emosi.
Larry berdeham, mencoba melerai. "Harus aku
akui, celana training di balik rokmu terlihat sangat
lucu, Tecla." Phillip dan Tecla berbalik menatap Larry yang
sekarang tersenyum geli, lalu menunduk mencari
ujung rok Tecla yang tersingkap dan memperlihatkan
celana training pendek bermotif bunga mawar.
"Selama ini kamu mengenakan celana jelek ini di
balik rokmu?" tanya Phillip dengan ekspresi tidak
percaya. "Iya," jawab Tecla kesal. "Memangnya kenapa"
Ada yang salah?" Phillip tersenyum mencibir. "Aku tidak mengerti,
apa yang dilihat oleh Nando si aktor, Jasper si anak
T187U band, atau Hendra si atlet itu dari dirimu, Tecla"
Celana training jelek ini?"
Buk! Boni terperangah tidak percaya sambil menutup
mulutnya. Keempat lelaki dalam ruangan menunjukkan ekspresi terkejut. Suara tawa yang biasanya keluar
dari mulut Larry digantikan suara lenguhan tidak jelas
saat Tecla memukul dahi Phillip dengan keras.
Tecla terengah-engah dengan posisi yang aneh.
Tangan kiri yang dipakainya untuk memukul dahi
Phillip masih terangkat. Tubuhnya sekarang hanya
ditahan oleh siku tangan kanannya. Lengan Phillip
yang masih melingkari tubuhnya membuat Tecla tidak bisa bergerak untuk meloloskan diri.
Phillip terperangah menatap Tecla beberapa saat
sebelum ia meraba dahinya. Belum pernah ada satu
orang pun di muka bumi ini yang berani memukul
dahinya, tapi perempuan ini....
Phillip masih memegangi dahinya dan dengan
perlahan mulai melepaskan diri dari Tecla dan bangkit menjauh tanpa melepaskan tatapan marahnya
dari Tecla. Bukannya merasa takut, gadis itu justru membalas
menatapnya dengan gaya menantang.
Tecla bergegas duduk, bertanya-tanya apa yang
sedang dipikirkan Phillip dan keempat laki-laki lainnya. Tapi ia segera memutuskan, ia tidak akan ambil
peduli. T188U Satu tangan Phillip mencoba membetulkan letak
dasinya sementara tangan yang lain masih meraba
dahinya. Phillip berdeham beberapa kali dan dengan
salah tingkah memandang lima manusia yang sedang menunggu instruksi darinya.
"Aku yakin sudah tidak ada masalah lagi. Produk
ini bisa diluncurkan sesuai dengan jadwal. Produk
ini juga sebaiknya siap untuk memenuhi kontrak
kerjasama kita dengan Mr. Shjong." Phillip membasahi bibirnya yang terasa kering sebelum melanjutkan, "Sepertinya kita sudahi sampai di sini saja. Ini
sudah terlalu malam." Phillip membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan ruangan.
Aditya dan Larry saling melirik sekilas lalu berbalik
memandang Tecla. Gadis itu mengangkat bahunya
dengan santai. Ia sadar sudah membuat Phillip malu
di hadapan semua orang. Tapi Phillip pantas mendapatkan perlakuan itu, rutuk Tecla dalam hati.
Tiba-tiba Phillip berhenti dan berbalik memandang mereka berlima. Tecla dapat merasakan mereka
semua sama-sama menahan napas menunggu apa
yang akan dilakukan Phillip. Oh" ini bodoh! Tecla
menghela napas. Mengapa ia jadi berdebar-debar
ketakutan. Memang tadi ia spontan memukul dahi
Phillip, tapi itu semua karena Phillip yang sudah
bertingkah sangat kurang ajar, ucapannya benarbenar keterlaluan.
T189U "Tecla! Kemari!" panggilan Phillip tak urung
membuat Tecla dan Boni melonjak.
Meski dengan jantung yang berdebar kencang
Tecla bergerak juga mendekati Phillip.
"Dasar, gadis ceroboh!" bisik Boni pelan saat
Tecla melewatinya. T190U TUJUH h my God!" Tangan kanan Boni mengelus dadanya saat melihat liur Tecla dari mulutnya yang
setengah menganga menetes di atas meja. Boni
menggelengkan kepalanya sambil mendesah pelan,
"So unprofessional."
"Pemandangan seperti ini semakin menggangguku,
Phillip." Boni memutar kepalanya dan memandang
Phillip dengan dramatis. "Baru sepuluh menit yang
lalu kita tinggal ke ruangan dewan komisaris, dia
sudah tertidur lagi."
Selama seminggu penuh bekerja lembur membuat
Tecla semakin sering ketiduran, kapan saja dan di
mana saja. Dua hari yang lalu, Boni melihat Tecla
tertidur sambil berdiri dengan tangan menumpu
pada mesin fotokopi. Kemarin Tecla bahkan tertidur di dalam toilet dan membuat kehebohan kaT191U
rena Phillip terpaksa menggedor pintu toilet dan
nyaris mendobraknya. Boni mulai terbiasa menemukan Tecla dalam kondisi seperti itu, tapi tetap belum
terbiasa dengan cairan yang dikeluarkan Tecla dari
mulutnya. "Tecla, Tecla", bangun!" Boni mengoyang bahu
Tecla dengan keras, tapi ternyata hanya membuat
Tecla mengeluarkan suara tidak jelas dan kembali
tertidur. "Biarkan saja untuk beberapa menit," ujar Phillip
dengan penuh pengertian. Phillip tersenyum menatap kepala Tecla yang terkulai di atas meja membuat
rambut ikalnya memenuhi separuh meja.
Meski terkejut, Boni menuruti perkataan atasannya lalu berjingkat meninggalkan meja Tecla. Tanpa
disadari Phillip, Boni diam-diam memperhatikan
sikap atasannya itu. Boni berdiri menyamping berpura-pura merapikan semua berkas yang berserakan di atas mejanya
saat Phillip melangkah perlahan mendekati meja
Tecla. Phillip tersenyum geli melihat bekas bibir
yang tertinggal di sekitar meja Tecla.
Bola mata Boni nyaris meloncat keluar saat melihat Phillip yang berdiri di samping Tecla mengeluarkan tangan kanannya dari saku celana dan mengelus
perlahan pipi gadis itu. Seakan melupakan keberadaan Boni, Phillip menunduk dan meniup sejumput
rambut ikal Tecla yang jatuh di depan wajahnya.
T192U Wajah Tecla yang tertidur pulas menggoda Phillip
menyelusuri lekuk hidung Tecla sambil tersenyum
geli. Boni tercekat memandang adegan romantis yang
disiarkan secara langsung di depan matanya. Memang
sudah berulang kali Boni dibuat curiga dengan segala
perhatian Phillip pada Tecla. Tapi baru kali ini Phillip
benar-benar mengabaikan kehadirannya. Seakan di
ruangan ini hanya ada mereka berdua.
Suara tercekat yang keluar dari tenggorokan Boni
membuat Phillip kembali ke dunia nyata. Tangan
kanannya langsung terangkat seolah barusan menyentuh benda panas. Phillip salah tingkah. Pura-pura
memijat tengkuknya yang tidak pegal lalu berbalik
membelakangi Boni. Tapi beberapa detik kemudian
Phillip berbalik lagi dan memandang Boni sambil
berusaha mencari bahan pembicaraan.
"Mm" kamu sudah menyiapkan" anu, menyiapkan, hm?" Phillip mencoba berpikir keras sambil
menggoyangkan tangannya. Boni yang masih belum lepas memperhatikan
segala tingkah laku Phillip hanya bisa mengerutkan
dahinya. Menunggu apa yang akan dikatakan Phillip
untuk menutupi rasa malunya. Hampir saja Boni
tertawa ketika menyadari raut wajah Phillip yang
semakin memerah. "Apa yang harus saya siapkan, Bos?" Boni menaikkan satu alisnya dengan tidak sabar.
T193U Phillip memandang Boni untuk beberapa saat seakan dari dahi Boni akan keluar petunjuk apa yang
akan atau bisa ia katakan untuk menyelamatkan mukanya.
"Apa kamu sudah menyiapkan apa yang kuperintahkan untuk tanggal 28 Februari nanti?" Phillip
mencoba melayangkan senyum masa bodohnya pada
Boni. "Sudah. Semua sudah beres. Dua tiket pulang pergi Jakarta-Surabaya atas nama Phillip dan Tecla sudah beres." Boni memandang Tecla sejenak lalu
berbalik lagi pada Phillip dengan tatapan puas. "Berangkat tanggal 28 dan pulang tanggal 29 Februari.
Penerbangan paling pagi seperti yang diminta. Reservasi restoran juga sudah dilakukan. Dan hotel kita
di Surabaya sudah diberitahu tentang kedatanganmu, Phillip. Apa ada yang kurang?"
"Tidak, tidak. Tidak ada yang kurang." Phillip
mendesah lalu tersenyum pada Boni. "Kamu tahu,
kan" Mungkin ini semacam, mm" gemetar"
Nervous sebelum menemui Tatiana. Dia sangat cantik, kalau kamu belum tahu. Tapi tentu saja kamu
belum tahu. Kamu belum pernah bertemu dengannya." Phillip tertawa gelisah. "Tatiana tidak bertingkah laku sekasar Tecla. Dia juga tidak pernah berkelahi dengan laki-laki seorang diri. Apalagi sampai
meretakkan jari tangan laki-laki itu. Tatiana juga
tidak suka tertidur dan ngiler di sembarang tempat."
T194U Phillip terus berceloteh tentang kehebatan Tantiana
dibandingkan dengan keburukan Tecla sambil
berjalan mondar-mandir di depan meja Boni. Sesaat
Phillip berhenti lalu tersenyum kaku pada Boni,
"Yang jelas, Tatiana sangat pintar memasak, meski
ia tidak bisa membuat cookies. Yang tentu saja, aku
sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu."
"Ya. Kamu tidak mempermasalahkan hal itu,
Phillip." Boni mengangguk dan cepat-cepat menyetujui ucapan Phillip, walaupun agak sedikit bingung
karena Phillip terus meracau seperti orang kurang
waras. Phillip tersenyum puas, seakan jawaban Boni
sangat tepat baginya. Phillip kembali berjalan mondar-mandir dan melanjutkan kicauannya. "Tatiana
juga tidak membawa boneka kumal itu ke manamana. Dia juga tidak tergila-gila dengan semua dekorasi bunga-bungaan ini," cibir Phillip sambil merentangkan kedua tangannya menunjukkan sekeliling
ruangan. Tapi entah mengapa Phillip berhenti tibatiba, seakan Phillip tersadar akan sesuatu.
Boni menahan napasnya, bersiap untuk mendengarkan apa ucapan Phillip selanjutnya. Phillip berbalik dan menatap Tecla yang masih nyaman di dunia mimpinya.
Seakan mengucapkan sebuah rahasia besar, Phillip
berbisik pelan, "dan dia juga tidak berambut seikal
T195U itu." Telunjuk Phillip mengarah pada Tecla yang telungkup di atas meja.
Boni menarik senyumnya dengan paksa melihat
tingkah Phillip yang aneh. Tanpa berkata apa-apa
lagi, Phillip berbalik dengan kaku hendak menuju
ke ruang kerjanya. Tapi sebelum sempat Boni mengerjapkan bulu matanya, Phillip kembali memutar
badannya mengejutkan Boni.
"Boni, tolong kosongkan jadwalku untuk awal
bulan Maret. Atur liburan ke Bali untuk empat
orang. Hm, empat hari tiga malam sepertinya cukup." Phillip mengeluarkan kartu nama dari dalam
dompetnya dan mengangsurkannya pada Boni.
"Hubungi orang ini dan koordinasikan perjalanan
kali ini dengannya. Oya, satu lagi," Phillip menundukkan wajahnya semakin dekat pada Boni, "Jika
kamu ingin ada kenaikan gaji dan bonus, sebaiknya
tutup mulutmu untuk semua yang terjadi hari ini."
Phillip memastikan Boni mengangguk sebelum
akhirnya ia berbalik dan benar-benar kembali ke
ruangannya. Merasa semuanya aman dan terkendali,
setengah jalan menuju ke ruangannya, Phillip menarik perlahan Mimi dari dalam ransel Tecla yang
terbuka. Di depan pintu ruangannya, Phillip berseru pada
Boni, "Sekarang, bangunkan Tecla!" Phillip mendorong pintu ruangannya dengan sebelah tangan, sementara tangannya yang lain menjinjing Mimi. "TeT196U
lepon saja ponselnya. Pasti ia akan bangun begitu
mendengar ponselnya berdering."
Boni mengangguk dengan mulut setengah terbuka.
?"" Phillip mencuri pandang sekilas ke luar ruangannya.
Boni terlihat keluar dari dapur dengan membawa
gelas. Di meja kerjanya, Tecla tampak sedang tertawa sendiri dengan ponsel yang menempel di telinganya. Uh, pasti salah seorang penggemarnya, pikir
Phillip dalam hati. Mungkin Nando, atau Jasper,
atau si Hendra atlet bulu tangkis itu.
Phillip melempar bolpoin yang dipegangnya dengan kesal ke atas meja. Apa sih yang sedang merasuki pikirannya akhir-akhir ini" Si rambut ikal, tukang tidur, dan tukang pukul yang tergabung
menjadi satu di dalam diri Tecla sudah membuatnya
semakin aneh. Yang paling parah adalah apa yang
sudah ia lakukan tadi siang di hadapan Boni. Hingga asisten personalnya yang berbibir tebal dan superfeminin itu menatapnya seakan-akan ia orang gila.
Tapi sudahlah, ia sudah berhasil membungkam mulut Boni.
Phillip memijat pangkal tulang hidungnya dan
mencoba membayangkan Tatiana. Ia berencana memperkenalkan Tatiana dengan salah seorang sahabatT197U
nya. Ia berharap setelah berjumpa dengan Tatiana,
semua pikiran gila tentang Tecla bisa hilang seketika.
Tecla memang bukan tipe perempuan yang dapat
menarik perhatiannya pada awalnya. Tapi entah
mengapa semakin lama mengenal makhluk mungil
menyebalkan itu, Phillip semakin bertingkah layaknya orang yang tidak mempunyai akal sehat.
Belum pernah ada perempuan yang memboncengnya naik sepeda motor, apalagi dengan kecepatan
tinggi. Belum pernah ada perempuan yang memesan
tujuh macam dessert yang berbeda pada saat makan
malam. Belum pernah ada perempuan yang dikenalnya bisa menghabiskan jatah makan siang untuk
dua orang. Dan, belum pernah ada perempuan yang
berani memukul dahinya di depan para stafnya!
Phillip tergelak sendiri, saat mengingat kejadian
itu. Meski agak memalukan tapi ia mengagumi keberanian gadis itu. Dengan menggelengkan kepalanya
pelan, Phillip menatap stoples berisi cookies yang
tinggal setengah. Sebagai hukuman buat Tecla,
Phillip memaksa gadis itu membuatkan beberapa
stoples cookies. Masih dengan kegelian yang belum
hilang dari wajahnya, Phillip meraih stoples itu.
Selama seminggu ini toples itu berada di sudut
mejanya. Tidak jarang, Patrick dan Larry mencoba
mencomot kepingan cookies itu diam-diam. Phillip
menjumput satu keping dari dalam stoples dan
menggigitnya. T198U "Sedang merasa bahagia, Phillip?" Sapaan Larry
yang tengah berjalan menghampirinya membuat
Phillip hampir menjatuhkan stoples kaca yang dipegangnya.


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak, juga." Phillip berdeham sambil mengembalikan stoples yang dipegangnya ke sudut meja.
"Seperti biasa," Larry mengacungkan map, "laporan."
"Hanya ini?" Phillip menyandarkan punggungnya
dan menatap Larry yang hanya mengangguk dan
tersenyum geli menatapnya.
"Biar aku tebak." Larry beranjak ke belakang kursi
Phillip dan berpura-pura mengamati pemandangan
kota dari jendela kantor Phillip. "Tatiana atau
Tecla?" "Hah" Apa maksudmu?" Phillip mendorong kursinya dan bangkit berdiri.
"Arti senyummu tadi." Larry mengerakkan tangannya di sekitar senyuman yang dibuatnya. "Kamu
bahkan tidak mengizinkan aku dan Patrick berada
di dekat stoples itu. Tingkah lakumu akhir-akhir ini
semakin membuatku bertanya-tanya, Phillip."
"Aku tidak mengerti maksudmu." Phillip tertawa
kaku. "Hanya karena isi stoples itu" Ambil saja kue
kering sialan kalau kamu mau," ujar Phillip sengit.
Ia sama sekali tidak menyadari bahaya yang mengancam.
"Kamu menghukumku semalam suntuk untuk
T199U membuat kue kering sialan itu, Phillip!" Tiba-tiba
suara Tecla yang bergetar karena marah memenuhi
ruangan Phillip. Larry dan Phillip sontak berbalik, mendapati
Tecla berdiri sambil berkacak pinggang, tidak terima
dengan ucapan Phillip. "Hukuman itu tidak sepadan dibanding dengan
kelancangan memukul atasanmu."
"Kamu bisa menghukumku dengan cara apa saja
minggu lalu, tapi mengapa tidak kamu lakukan" Kemarin kamu sendiri yang meminta dibuatkan kue
kering, sekarang kamu menghinanya!" Dada Tecla
naik-turun menyemburkan kekesalannya.
Api amarah yang berkobar di kedua mata Tecla
mengejutkan Phillip dan Larry. Phillip tidak menyangka akan semarah itu Tecla padanya.
Phillip bangkit dari kursinya lalu melangkah mendekati Tecla. "Apa sih yang membuatmu tiba-tiba
naik darah?" tanya Phillip sambil mengerutkan dahinya.
Tecla mengangkat dagunya. "Pertama, karena aku
tidak diberitahu masalah kepulanganku tanggal 28
Februari ke Surabaya." Tecla mengacungkan jari
telunjuknya, "Dan kedua, karena cookies sialan itu."
Mata Tecla membelalak sambil menunjuk stoples
kaca di atas meja Phillip. Napasnya terengah-engah,
emosi Tecla sudah naik ke ubun-ubun.
"Untuk apa kamu marah" Bukankah seharusnya
T200U kamu senang karena akan menemui keluargamu?"
Phillip mengangkat bahunya dengan tidak percaya.
"Tentu saja aku akan senang, Phillip, andai saja
kamu memberitahukannya lebih awal dan tidak
membuatku membatalkan janji pada tanggal yang
sama." "Janji?" tanya Phillip menaikkan suaranya.
"Ya. Aku sudah berjanji akan menjadi pasangan
Nando di acara premiere film terbarunya."
"Nando?" sergah Phillip tidak percaya. "Kamu
marah hanya karena tidak bisa menjadi pasangan
Nando di hari itu?" Phillip memandang dingin pada
gadis itu. Phillip mengusap tengkuknya dan berbalik
membelakangi Tecla. Tecla sudah mengucapkan kalimat keramat yang memancing amarah Phillip.
"Karena kamu membuatku merasa tidak enak harus membatalkannya di detik-detik terakhir seperti
ini, Phillip!" Suara Tecla semakin melengking tidak
terkendali. "Hah" Tidak enak" Kamu lebih memilih bersama
si aktor kacangan itu daripada pulang dan bertemu
kedua orangtuamu?" Phillip menimpali suara Tecla
dengan pertanyaan bernada menghina.
Larry mematung melihat pertengkaran hebat yang
ada di hadapannya. Sepertinya dua manusia di hadapannya sudah tidak lagi memperhatikan kehadirannya.
"Aktor kacangan" Nando bukan aktor kacangan!"
T201U Tecla berteriak penuh amarah. "Aku juga tidak lebih
memilih menemani Nando daripada bertemu kedua
orangtuaku. Lagi pula, apa masih sempat aku bertemu mereka, karena kamu pasti akan membuatku sibuk dengan semua urusan pekerjaanmu!" Mata
Tecla semakin membulat karena emosi. Napasnya
makin memburu. Belum sempat Phillip berkata apa-apa, Tecla melanjutkan semburan kemarahannya.
"Sekali lagi, Phillip, jangan pernah menghina
Nando di hadapanku!" ucap Tecla dengan suara bergetar namun penuh penekanan. "Dan tentang kue
kering sialan itu, aku doakan semoga kamu tidak
tersedak saat menelannya!" tandas Tecla sebelum
berbalik dan meninggalkan Phillip yang masih menatapnya dengan emosi yang belum terlampiaskan.
Sesaat setelah Tecla menutup pintu ruangan
Phillip, Tecla mendengar suara benda yang dibanting
dengan keras hingga pecah berderai. Tecla yakin
Phillip sudah kehilangan cookies terakhir yang dibuatnya susah payah untuk laki-laki itu.
?"" Tecla menarik napasnya, diam-diam melirik Tatiana.
Ia tidak bisa menenebak pikiran Tatiana yang tampak sedang melamun entah memikirkan apa. Kedua
mata Tatiana menerawang, melintasi kursi kosong di
T202U hadapannya. Kursi yang disediakan untuk salah seorang sahabat karib Phillip. Di hadapan Tatiana,
Phillip duduk gelisah. Berulang kali melirik jam
yang melingkar di pergelangan tangannya. Sepertinya sudah tidak sabar untuk memamerkan Tatiana
pada sahabatnya. Sesaat kemudian, Tecla melihat Tatiana tersenyum
anggun ke arah Phillip. Berusaha menenangkan
Phillip agar sabar menunggu. Entah mengapa, perut
Tecla terasa melilit saat ia memergoki kakaknya tengah mengamati Phillip lekat-lekat. Dan Phillip sepertinya mengartikan itu sebagai bentuk ketertarikan
Tatiana padanya semakin berkembang.
Tadi siang, saat mereka baru saja tiba di Surabaya,
Phillip juga tidak membuang-buang waktu. Ia segera
melancarkan upaya pendekatannya kepada Tatiana.
Bahkan di depan Tecla, Phillip langsung menggenggam erat tangan Tatiana begitu mereka duduk. Tecla
sendiri tidak mengerti, mengapa bayangan adegan
mesra itu membuatnya merasa kesal. Apalagi sekarang, gelagat Phillip seperti tengah membandingkan
dirinya dengan Tatiana. Phillip tidak menyadari bahwa Tecla sebenarnya
tahu bahwa diam-diam Phillip menatapnya lalu kembali memandang Tatiana. Tecla bertanya-tanya, apakah Phillip menyadari perubahan penampilannya
malam ini" Pada pantulan sekat kaca, Tecla mengamati peT203U
nampilannya. Sepatu high heels yang dikenakannya
membuat seisi rumah terperangah, meski Tecla berusaha terlihat ia sudah terbiasa. Tecla meringis,
masih takjub akan keberaniannya meminjam gaun
hitam mini milik Tatiana untuk dikenakannya pada
acara makan malam ini. Tecla mendesah. Pertanyaan
itu berputar di kepalanya, apakah ia sedang
berusaha menarik perhatian Phillip dengan sengaja
berdandan meniru Tatiana"
Tecla menyandarkan punggungnya dan melipat
kedua tangannya di depan dada agar terlihat lebih
santai. Tatiana yang duduk di sebelahnya memutar
kepalanya untuk memandang Tecla. Seakan bisa
membaca pikiran kakaknya, Tecla menebak dalam
hati, pasti semenit lagi Tatiana akan mengingatkannya untuk duduk tegak dan bertingkah laku sopan.
Alih-alih mengingatkannya, Tecla malah melihat
raut wajah Tatiana berubah sendu. Tatiana mendekatkan kepalanya dan menjaga agar suaranya tidak terdengar Phillip. "Apa kamu tidak tidur semalam?"
bisik Tatiana. Tecla mendelik kesal pada Phillip yang jelas-jelas
berusaha mencuri dengar ucapan Tatiana pada
Tecla. Phillip menatapnya tajam dari seberang meja.
Tidak perlu mengeluarkan satu kata pun, Tecla sudah bisa mengetahui maksud Phillip. Tatapan tajam
itu adalah ancaman untuk tidak mengatakan sesuatu
yang buruk tentang dirinya pada Tatiana. Dan kakakT204U
nya yang polos ini tidak menyadari Phillip sedang
memperhatikan mereka berdua. Raut wajah Tatiana
terlihat sangat khawatir.
"Calon suamimu sudah membuatku tidak tidur
empat hari." Tecla memutar bola matanya dengan
dramatis. Tecla tersenyum sinis ketika sekilas memandang Phillip yang tengah melotot padanya.
"Bagaimana bisa?" tanya Tatiana sedikit meninggi.
Tecla menaikkan alisnya dengan gaya menantang
Phillip untuk menjawab pertanyaan Tatiana.
Phillip mendesah pelan sebelum membuka mulutnya. "Karena Tecla tidak melakukan pekerjaannya
dengan semestinya. Ia membuatku repot dengan
semua kesalahan yang dilakukannya," ujar Phillip
berusaha menjawab dengan tenang dan santai.
"Tecla, aku pikir sebaiknya kamu juga belajar bagaimana cara berpenampilan dan bertingkah laku seperti Tatiana," lanjut Phillip sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Apa yang salah dengan penampilan Tecla?" tanya
Tatiana sambil menaikan alisnya dan mengalihkan
pandangannya pada Phillip.
Phillip tahu Tatiana mungkin merasa tersinggung
dengan ucapannya tentang Tecla.
"Di kantor, dia hanya mengenakan celana jins
dikombinasikan dengan kaus santai begambar macam-macam, bagaimana bisa aku membawanya unT205U
tuk menemui klien atau orang-orang penting lainnya?" sahut Phillip sambil menatap tajam Tecla.
Tatiana kembali menoleh pada Tecla sambil tersenyum kecut.
"Phillip!" Mendadak, suara berat seorang laki-laki
memotong niat Tatiana untuk membuka mulut.
Suara itu?" Tecla menoleh dan terkejut saat melihat sosok
laki-laki yang tengah berjalan cepat ke arah Phillip
tanpa memperhatikan sekeliling.
Tecla melongo. Tatapannya beralih pada Tatiana
yang mematung di kursinya. Gadis itu tercengang
menahan napas dan tidak berani memutar tubuhnya.
Kedua tangannya saling meremas di atas pangkuannya. Tanpa harus melihat siapa yang datang Tecla
yakin Tatiana tahu milik siapa suara itu.
Michael. Phillip terpaksa harus menarik Tatiana untuk berdiri dan menyapa Michael yang tidak kalah terkejut
menatap Tatiana, gadis yang akan dikenalkan oleh
sahabatnya. Tecla menggelengkan kepalanya pelan.
Sepertinya Tatiana lupa menceritakan pada Michael
bahwa ia akan bertunangan dengan Phillip.
Mereka seperti segi empat yang terhubung dengan garis-garis yang terlihat rumit dan saling berbelit. Phillip, Michael, Tatiana, Tecla. Ketegangan
antara Tatiana dan Michael terlihat jelas tapi Phillip
tampak sama sekali tidak peduli. Setelah mengetahui
T206U bahwa Michael dan Tatiana sudah saling mengenal,
Phillip justru tergelak seakan senang mendengar kabar itu dan tidak ambil pusing dengan apa yang sudah Michael dan Tatiana lakukan bersama. Sebegitu
dinginkah perasaan Phillip sampai-sampai ia tidak
menyadari bahwa calon tunangannya lebih dekat
dengan sahabatnya" Phillip terlihat sangat bahagia malam ini. Terlalu
bahagia, malah. Tecla bisa melihat bahwa apa yang
berusaha ditunjukkan Phillip itu benar-benar palsu.
Beberapa kali Tecla harus menahan gejolak perutnya
ketika Phillip mencoba menarik dan menggenggam
tangan Tatiana. Tecla ingin menampar wajah Phillip yang tidak
lepas dari senyum palsu itu dan meremas dagu Phillip
ke arah Tatiana dan Michael. Tidakkah kamu melihat
apa yang sedang terjadi pada dua orang ini, Phillip"
Mereka berbincang dengan kaku, mengurai segi
empat yang melingkari hubungan mereka. Hanya
Phillip yang mampu bercerita dengan lugas, menuturkan tentang siapa Michael sebenarnya dan bagaimana mereka bisa sedemikian akrabnya. Tatiana
tampak terkejut mengetahui bahwa Michael ternyata
salah seorang pemilik perusahaan baja di Jerman
yang menghabiskan masa-masa kuliah bersama
Peter, Phillip, dan Patrick. Posisinya sebagai direktur
perusahaan konsultan terkemuka tidak melunturkan
jiwa sosialnya, terbukti dengan panti asuhan yang
T207U berada dalam sebuah yayasan milik Michael pribadi.
Benar-benar tidak terduga.
Tidak hanya Tatiana yang mendapat kejutan, Tecla
dan Michael juga dibuat terperangah tidak percaya
saat mengetahui Tatiana yang bahkan tidak mengetahuinya tanggal pesta pertunangannya sendiri. Dan
Phillip menceritakan semuanya dengan bangga.
Michael kelihatan tidak memedulikan makanan
yang tersaji di hadapannya. Sesekali Michael memandangi Tatiana dengan tatapan marah dan kecewa.
Tecla melirik Michael sekilas lalu mendesah pelan. Mereka berdua bernasib sama. Sama-sama mencintai orang yang mempunyai hati sekeras batu sehingga sama sekali tidak menyadarinya.
Eh, tunggu! Tecla menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba memikirkan kembali kalimat-kalimat
yang berseliweran dalam pikirannya.
Cinta" Mencintai Phillip" Apakah kalimat bahwa
ia mencintai Phillip sempat muncul di dalam benaknya"
Tecla menertawakan dirinya sendiri sambil mengenyahkan kemungkinan itu. Tecla menyilakan pelayan
meletakkan piring berisi pesanannya di atas meja.
"Ada apa, Tecla?" selidik Phillip melihat keanehan
tingkah laku gadis itu. "Masih menyesali ketidakhadiran kamu dalam acara premiere bersama aktor
terkenal itu?" Phillip meletakkan garpu yang dipegangnya sambil tersenyum lebar pada Tecla.
T208U Pertanyaan Phillip pada Tecla membuat Tatiana
mengangkat kepalanya dari balik piring makanan
yang beberapa menit terakhir ini digunakannya sebagai persembunyiannya dari tatapan dingin Michael.
Tatiana memandang Tecla bergantian dengan
Phillip, seolah meminta penjelasan.
"Nando memintaku menjadi pasangannya di
acara premiere film terbarunya. Aku terpaksa membatalkannya empat hari yang lalu karena Phillip tidak memberitahuku tentang acara makan malam
kita hari ini," ujar Tecla sambil menyentuh lengan
Tatiana berusaha meminta perhatian kakaknya. "Oh
iya, Phillip," lanjut Tecla, "bukannya kemarin kamu
bilang Nando hanya aktor kacangan?" Tecla sengaja
mengangkat dagunya sambil melemparkan senyum
polos pada Phillip. Tatiana menaikkan alisnya dan melemparkan pandangan tidak terima pada Phillip.
"Nando" Menurutmu Nando hanya aktor kacangan?"
T209U DELAPAN "Di mana Tatiana dan Michael?" Tecla mengedarkan pandangannya menyusuri sekeliling meja mereka sambil menarik kursi yang beberapa saat yang
lalu ia tinggalkan. Tecla meletakkan ponsel di sebelah piring yang masih berisi makanan yang belum
dihabiskannya. Nando menjadi alasan tambahan yang membuat
Tecla tidak bisa menikmati makan malam ini. Setelah beberapa hari yang lalu Tecla menjelaskan alasan
kenapa ia tidak bisa memenuhi janji untuk datang
sebagai pasangan Nando, lelaki itu bertingkah seolah
dunia ini kiamat. Berulang kali Nando menghubungi
ponselnya dan bertingkah kekanak-kanakan. Andaikan Nando tahu bahwa masih ada laki-laki bernama
Michael yang juga sama tergila-gilanya pada Tatiana.
Entah apa yang akan terjadi.
T210U

Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tecla meraih sendok lalu mendongak menatap
Phillip yang juga sedang menatapnya. Raut wajah
Tecla tertekuk. "Di mana Tatiana?" ulang Tecla dengan nada dingin.
"Mungkin mencarimu." Phillip menyambar kain
serbet di pangkuannya dan menyeka sudut bibirnya.
"Lalu Michael?" tanya Tecla sambil berusaha
menghabiskan makan malamnya.
"Aku tidak tahu. Aku tidak mengantongi Michael."
Phillip mendengus kesal. "Apa kamu mulai tertarik
padanya" Berniat menjadikan nama Michael di
daftar kontak ponselmu setelah aktor, penyanyi, dan
atlet" Mungkin gabungan antara konsultan ternama
dan pengusaha kaya bisa menambah koleksimu."
Phillip melayangkan senyum menghina pada Tecla.
Suara berdenting dari sendok yang dijatuhkan
Tecla membuat beberapa pengunjung yang berada
di sekitar mereka berbisik-bisik dan memperhatikan
Phillip dan Tecla. "Berniat menjadikan kita tontonan gratis, Tecla?"
Phillip merendahkan suaranya dan memandang
dingin pada Tecla yang terbelalak marah padanya.
"Kamu yang memulai!" Tecla mengertakkan giginya sambil memajukan tubuhnya agar cukup dekat
untuk menyerang Phillip. "Apa kamu lupa tawaran
kamu di rumah tempo hari" Kamu sendiri yang
mengatakan kita sebaiknya berdamai. Tapi mengapa
kamu selalu memulai pertengkaran?"
T211U "Aku tidak berniat memulai pertengkaran. Aku
hanya mengingatkan sikapmu yang terlalu?" Phillip
bergerak memajukan tubuhnya ke arah Tecla dan
mencoba mengeluarkan satu kata untuk melanjutkan
desis kesalnya. "Terlalu apa?" sergah Tecla cepat. Ia meraih pisau
makan dan mencengkeramnya dengan sangat marah. "Terlalu banyak laki-laki dalam hidupku" Terlalu murahan?" tantang Tecla melanjutkan.
Phillip terbelalak mendengar pilihan kata yang
diucapkan Tecla, "Aku tidak bilang begitu. Kamu
yang mengatakannya."
"Tidak perlu keluar dari mulutmu, Phillip. Aku
bisa membacanya dari sini."
"Aku tidak mengatakan apa pun," elak Phillip.
"Dan sebaiknya kamu menjaga tingkah lakumu. Apa
kata Michael melihatmu, calon adik iparku, tidak
bisa diam dan lari ke sana kemari menerima telepon
entah dari laki-laki yang mana lagi." Phillip menaikkan suaranya.
"Aku tidak melihat Michael keberatan. Bahkan
jika kamu memperhatikan dengan jelas, sepanjang
malam ini Michael tidak memperhatikanku, Phillip.
Buka matamu lebar-lebar!" Tecla menunjuk mata
Phillip dengan amat kasar.
Rasanya Tecla ingin menumpahkan semua yang
ada di benaknya saat itu juga. Tentang kebutaan
Phillip pada kedekatan Michael dan Tatiana. Tentang
T212U rencana pertunangan antara Phillip dan Tatiana
yang tidak lebih dari omong kosong egoisme. Juga
tentang apa yang mungkin sedang tumbuh dan berkembang di dalam hatinya akhir-akhir ini.
Tapi, tidak! Perasaannya kepada Phillip tidak bisa
dibiarkan tumbuh. "Dengar Phillip, aku sudah capek. Sebaiknya kita
tidak melanjutkan pembicaraan konyol ini" Tecla
mendesah sambil memijit kepalanya.
"Itu memang yang sebaiknya kita lakukan." Phillip
menghempaskan serbetnya ke atas meja lalu mendesah. "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak bertingkah
seperti ini. Hanya saja ponselmu sangat menggangguku."
Tecla masih menunduk dan memegangi kepalanya
sambil mencoba mencerna ucapan Phillip padanya.
Tidak berapa lama, Tatiana menghampiri meja
mereka dan meletakkan tangannya di bahu Tecla.
"Kepalamu sakit?" tanya Tatiana penuh kekhawatiran.
Tecla mendongak dan menatap kakaknya dengan
tegang. "Tidak" tidak. Aku tidak apa-apa." Tecla mencoba memaksakan tersenyum.
Michael datang menyusul dan kembali menempati
kursinya dalam diam. Melanjutkan menghabiskan
apa yang tersisa di piringnya tanpa berkata apaapa.
T213U "Tapi kamu terlihat sangat pucat, Tecla. Mungkin
darah rendahmu kumat karena kurang istirahat."
"Yah" mungkin saja. " Tecla tersenyum samar.
"Apakah kalian tahu?" Michael membuka mulutnya tiba-tiba dan membuat Tecla, Tatiana dan
Phillip serentak menatap Michael dan menunggu
apa yang hendak dikatakannya. "Dalam cerita dongeng, pasangan Pangeran Phillip bukan Rapunzel,
tapi Aurora si putri tidur."
?"" Phillip mengalihkan pandangannya dari berita yang
sedang dibacanya, lalu melirik Tecla yang duduk di
sebelahnya. Astaga, baru sepuluh menit yang lalu
pesawat mereka lepas landas dan sekarang Tecla
sudah tertidur nyenyak. Pantas saja gadis itu tidak
terdengar suaranya. Phillip tersenyum memandangi Tecla yang sudah
tertidur pulas tanpa merasa terganggu dengan sekelilingnya. Mulut gadis itu menganga dan dagunya
terangkat ke atas. Konon katanya kecantikan perempuan yang sebenarnya tampak saat dia sedang tertidur. Phillip mengamati setiap detail yang ada di
wajah Tecla. Alisnya yang tebal. Mata yang sering
menantang berani, dibingkai bulu mata yang panjang dan melengkung. Tahi lalat kecil yang ada di
T214U atas alis kanan Tecla membuat paras gadis itu semakin manis.
Phillip melipat koran yang dipegangnya lalu bangkit membuka penyimpanan barang yang berada tepat di atas kepalanya dan mengeluarkan Mimi dari
dalam ransel Tecla. Dengan gerakan perlahan dan
hati-hati agar tidak sampai membangunkan gadis
itu, Phillip mengganjalkan Mimi di antara kepala
Tecla dan jendela pesawat, membuat posisi tidur
Tecla lebih nyaman. "Tidak akan ada pangeran yang mau mencium
putri yang tidur dengan mulut menganga, Tecla," bisik
Phillip sambil tersenyum menyentuh dagu Tecla.
Phillip mendorong pelan dagu Tecla sampai Tecla
menutup mulutnya. Tapi tetap saja gadis itu tidak
bereaksi terhadap sentuhan Phillip, ia tetap tertidur
nyenyak. Phillip kembali memandang lekat-lekat
wajah Tecla yang sesaat kemudian bergeser pelan
mencari posisi yang lebih nyaman dalam tidurnya.
Entah mengapa tenggorokan Phillip mendadak
kering melihat pesona dan kecantikan alami si
sleepaholic ini. Phillip menelan ludahnya sebelum
berbisik, "Sayangnya, aku bukan Pangeran Phillip.
Aku hanya Phillip Gunawan. Dan aku tidak bisa
menciummu supaya kamu terbangun dari tidurmu,
Princess Aurora." ?"" T215U Phillip melangkah perlahan mendekati Sabina yang
sudah duduk menunggu di sudut halaman belakang
rumah. "Ada yang ingin kamu bicarakan, Sabina" Kenapa
kamu memanggilku diam-diam seperti ini?" Phillip
menghentikan langkahnya tepat di sebelah kursi taman yang diduduki Sabina. "Takut ketahuan Peter?"
ejek, Phillip dengan senyum sinisnya. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya dan menunggu Sabina memutar kepalanya dari pemandangan kolam renang di hadapan mereka.
"Mengapa harus merasa ketakutan untuk menemui adik iparku sendiri, Phillip?" Sabina tersenyum
sambil membetulkan rambutnya yang berantakan
akibat terpaan angin. Phillip terdiam. Dari samping, Phillip menyusuri
wajah perempuan yang kini telah menjadi kakak
iparnya, sekaligus perempuan yang pernah menempati bilik hatinya. Sabina terlihat sangat berbeda dari
waktu pertama kali mereka bertemu.
"Aku masih ingat saat kita pertama kali berjumpa
Phillip." Tatapan Sabina seakan menerawang kenangan di belakang mereka. "Saat itu aku datang bersama temanku pada pesta gila-gilaan yang diadakan
Patrick. Padahal aku tidak diundang, aku hanya
ingin berkenalan dengan kalian. Itu kegilaan pertama yang aku lakukan semenjak aku masuk sekolah
di Jerman," ujar Sabina dengan senyuman yang saT216U
mar. Seperti mengingat sepotong kenangan yang indah sekaligus menyakitkan.
"Kamu tidak memanggilku untuk mendengarkan
kisah masa lalu kan, Sabina" Karena masih banyak
yang harus aku lakukan daripada hanya mendengarkan cerita yang justru selalu ingin aku lupakan,"
tandas Phillip tanpa basa-basi.
Sabina menghela napas, lalu menggeserkan tubuhnya ke ujung, memberikan tempat kosong agar
Phillip bisa duduk di sebelahnya. Phillip duduk di
sebelah Sabina lalu menyilangkan kakinya dengan
santai. Untuk beberapa saat keduanya membisu. Hanya
memandangi kolam renang yang sekarang jarang
digunakan. Semenjak Peter, Phillip, dan Patrick memilih untuk melanjutkan kuliah di Jerman, kolam
renang itu nyaris hanya berfungsi sebagai pajangan
di halaman belakang rumah mereka.
"Kalian baru saja tiba?" Phillip akhirnya membuka percakapan.
"Ya. Baru kemarin malam," jawab Sabina singkat.
"Peter sungguh-sunguh membawa kalian ke pedalaman Kalimantan?" tanya Phillip.
"Betul. Peter tidak banyak berubah. Darah petualangnya masih sekental yang dulu. Dan sepertinya kesukaan tersebut menurun pada Safa. Dia sangat menikmati perjalanan menembus belantara.
T217U Kecuali saat kami kehabisan kue kering kesukaannya,
karena di sana bahkan tidak ada pertokoan." Kedua
mata Sabina berbinar-binar saat menceritakan tentang Peter dan Safa. Tampak sekali, perempuan itu
sangat memuja kakaknya. "Oke, kurasa sudah cukup cerita tentang liburan
kalian," sela Phillip, tidak sabar.
Semua pembicaraan tentang Peter, Sabina, dan
Safa ini membuatnya merasa aneh. Memang sudah
tidak ada emosi sebesar yang dulu pernah ia rasakan. Tapi melihat binar-binar di mata Sabina membuatnya ia jadi bertanya-tanya, apakah ia sudah
begitu egois dengan perasaanya sendiri.
"Phillip, aku mengakui semua adalah salahku.
Aku mohon jangan kamu hukum Peter karena apa
yang sudah kulakukan." Sabina memutar tubuhnya
dan menatap Phillip dengan mata sendu. Binarbinar yang tadi muncul saat membicarakan Peter
dan Safa sudah lenyap berganti dengan tatapan mata
penuh keprihatianan pada Phillip.
"Menghukum Peter?" Phillip menaikkan alisnya
sambil mendekap tubuhnya sendiri. "Maksudmu?"
"Peter memang tidak menceritakan apa pun. Tapi
aku, kedua orangtuamu dan semua orang bisa melihat kalian benar-benar"," kalimat Sabina menggantung, ia terlihat berpikir keras untuk mencari kata
yang tepat. "Kalian tidak sedekat seperti dulu," ujar
Sabina lirih. T218U "Semenjak kamu masuk ke hidup kami dan merusak segalanya. Semenjak itu maksudmu?" tembak
Phillip cepat. Phillip tersenyum mengejek melihat
tubuh Sabina mengejang mendengar tajam ucapannya.
"Phillip, aku memang sudah memanfaatkanmu
untuk mendekati Peter. Tapi aku tidak pernah bermaksud merusak hubungan kalian berdua. Aku benar-benar mencintai kakakmu," bisik Sabina memohon pengertian Phillip.
"Kamu sudah melukai hatiku!" Phillip mengingatkan.
"Aku memang bersalah. Tapi Peter tidak. Peter
tidak melukaimu." "Peter juga melukaiku." Phillip menghela napas
panjang lalu memandang kedua mata Sabina dalamdalam sebelum melanjutkan kalimatnya dengan
bisikan tajam, "Dengan menikahimu."
Dada Sabina turun-naik menahan emosi. "Kami
saling mencintai, Phillip." Suara Sabina bergetar,
ujung matanya telah basah oleh air mata. Sabina
berpura-pura mengalihkan pandangannya ke kolam
renang. "Kamu tahu, Sabina" Dulu aku juga jatuh cinta
padamu. Tapi kamu justru memanfaatkannya untuk
mendapatkan Peter," jawab Phillip dingin dan tidak
merasa tergerak sedikit pun saat melihat air mata
Sabina yang sepertinya makin mendesak turun.
T219U Sabina menghela napas panjang. "Aku tahu. Dan
aku juga tahu kamu berniat membalas dendammu
padaku dengan menikahi perempuan yang tidak
kamu cintai. Aku sangat menyesali apa yang sudah
kulakukan padamu lima tahun yang lalu, Phillip.
Tapi apa yang akan kamu lakukan sekarang hanya
akan menambah buruk keadaanmu."
Phillip berdecak. "Menambah buruk keadaanku?"
Phillip menaikkan suaranya dan membuat Sabina
menoleh dan memandangnya lagi. "Awalnya aku memang ingin membalas dendamku pada kalian berdua. Kamu dan Peter. Tapi setelah mengenal Tecla,
Tatiana, dan keluarganya, mungkin keadaan tidak
akan seburuk yang kamu duga." Phillip menarik napas panjang, sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya. "Aku sudah melupakanmu, Sabina," tandas
Phillip dengan suara tegas.
"Lalu kenapa kamu masih menyimpan dendam
pada kami?" sergah Sabina. Ia benar-benar tidak
mengerti dengan semua sikap Phillip.
"Karena aku belum bisa melupakan dendamku."
Phillip bangkit berdiri dan memandang Sabina
seakan ia sudah memenangkan permainan ini. "Awalnya, alasan pertama aku memilih Tatiana karena
menurutku ia mirip denganmu. Kalian sama-sama
menyukai laki-laki mapan. Kamu masih ingat, kan"
Alasan yang kamu gunakan untuk menyingkirkanku?"
T220U "Phillip?" Sabina tercekat, tidak mampu membantah ucapan Phillip.
"Tapi semakin aku mengenalnya," potong Phillip
cepat. "Aku bisa melihat sedikit demi sedikit perbedaan di antara kalian. Dan sepertinya, aku semakin
menyukai Tatiana. Kita lihat saja nanti bagaimana
jadinya." Setelah melemparkan senyum dinginnya Phillip
berbalik lalu melangkan meninggalkan Sabina yang
masih terduduk. "Jangan musuhi Peter! Peter sangat menyayangimu." Sabina mengeraskan suara agar Phillip bisa
mendengarnya. Entah Phillip dengar atau tidak,
Sabina hanya melihat punggung Phillip berlalu dengan langkah yang mantap, berjalan meninggalkannya dan menghilang sepenuhnya ke balik rumput
yang terpangkas rapi. Sabina menghela napas panjang lalu menunduk
memandangi kedua tangannya. Air matanya merembes tak tertahan. Sambil menertawakan dirinya sendiri, Sabina menyeka aliran air mata yang membasahi pipinya.
Lama Sabina duduk tepekur, hingga seorang pembantu rumah tangga mereka tergopoh-gopoh menghampirinya dari arah belakang. "Sudah waktunya
Safa makan siang, Bu." Gadis belia itu mengingatkan
Sabina. T221U Sabina mengangguk dan menundukkan wajahnya,
lalu bergegas membersihkan wajahnya dari sisa air
mata. Ia tidak ingin pembantunya bergosip macammacam. Tidak ada seorang pun di rumah itu yang
tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara dirinya
dan Phillip. Sabina lalu meminta pembantunya itu


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali ke rumah. Baru saja beberapa meter berbalik, mendadak
pembantu belia itu berhenti. Menatap rumpun tanaman pagar dengan pandangan heran.
"Non Tecla sedang apa di sana?" tanyanya dengan
polos. Sabina terperanjat dan bergegas bangkit dari bangku taman. Dengan jantung berdetak kencang, Sabina
menjulurkan kepalanya ke balik tanaman perdu
yang agak tinggi. Melihat kepala Tecla yang mendadak muncul, Sabina menarik kepalanya dengan cepat sebelum kepala mereka saling berbenturan.
Tecla bergegas berdiri sambil membersihkan lututnya dari tanah yang menempel. Celana pendek yang
dipakainya terlihat lusuh. Tangan kanannya memegang gunting tanaman dan di tangan yang lain
menggenggam setangkai mawar kesayangan Ratna.
Topi golf yang dipakai Tecla membuat wajahnya
terlindung terik panas matahari.
Tecla terlihat salah tingkah. "A-aku sedang mengurusi bunga?" Kedua tangan yang bergerak tidak
menentu seakan ingin menunjukkan apa yang seT222U
dang dilakukannya, Tecla tersenyum kaku. Sementara tubuh Sabina mengejang dengan wajah pucat.
Ia tidak berani membayangkan apa saja yang mungkin sudah didengar Tecla dari pembicaraannya dengan Phillip.
"Belum selesai, Tecla?" Suara Ratna melengking
dari balik pintu dapur. Dengan tatapan heran Ratna
memandang dua perempuan yang sama-sama mematung itu dari kejauhan. "Kamu sudah menghabiskan
setengah harian hanya untuk mengurusi mawar-mawar itu, Tecla. Sebaiknya kalian berdua masuk sekarang. Sudah waktunya makan siang."
"Sebaiknya kita masuk sekarang," ajak Tecla pada
Sabina, seakan tidak terjadi apa-apa. Tecla berbalik
sambil melepaskan sarung tangan yang dikenakannya. Lalu dengan cepat ia mengambil nampan yang
sudah berisi beberapa tangkai bunga mawar.
T223U SEMBILAN anya ini, Bu?" tanya seorang staf dengan ramah
saat Tecla menyodorkan tas yang dibawanya.
"Iya. Hanya ini," jawab Tecla sambil mengedarkan
pandangan ke sekeliling bangunan vila berwarna
putih di hadapannya. Beberapa meter di belakangnya, Phillip sedang berbincang dengan manajer villa
tersebut. Tecla melangkah masuk tanpa menunggu Phillip.
Tidak ada perabotan yang berlebihan di dalam
ruangan vila tersebut, nyaris mirip suasana di rumah Phillip. Tecla mengempaskan tubuhnya di atas
sofa empuk berwarna krem, meluruskan punggungnya yang terasa pegal.
"Maaf, Bu. Tas ini sebaiknya saya letakkan di kamar yang mana?" Staf perempuan yang membawa
tas Tecla berdiri kikuk menunggu instruksi Tecla.
T224U "Letakkan saja di kamar atas," perintah Phillip
yang sudah berdiri di belakang sofa. "Kamu yakin
hanya membawa tas sekecil itu, Tecla" Kamu yakin
hanya membutuhkan Mimi selama empat hari ini?"
Phillip terkekeh menggoda Tecla.
Tecla berdecak kesal. "Tatiana pasti membawa
banyak pakaian. Aku tidak perlu repot jika ada
Tatiana. Dan jangan berpura-pura, Phillip! Aku tahu
Mimi ada padamu. Sudah berapa kali aku kehilangan Mimi dan menemukannya ada padamu. Pasti
kamu yang membawanya!"
"Aku tidak mengerti maksudmu." Phillip memasang wajah polos sambil menahan senyumnya.
"Sebaiknya kamu ke atas dan pilih kamar mana
yang kamu inginkan. Aku dan Michael akan menempati kamar lantai bawah. Kamu dan Tatiana bisa
menempati kamar di lantai atas."
"Tidak masalah. Aku bisa tidur di mana pun.
Mungkin sebaiknya aku menunggu Tatiana datang
dan membiarkan dia yang memilih. Karena Tatiana
tidak bisa tidur di sembarang tempat sepertiku."
Tecla bangkit dan mulai mengitari ruangan. Tatapan
Tecla terpaku pada pemandangan kolam renang
yang membentang di samping ruang makan dan dapur.
"Kalau begitu, malam ini kamu bisa tidur di sofa
karena Tatiana dan Michael baru akan tiba besok
pagi." Phillip membuntuti langkah Tecla. Gadis itu
T225U sontak memutar kepalanya mendengar ucapan
Phillip. "Besok pagi?" Tecla mengerutkan dahinya kebingungan.
"Ya, besok pagi," ulang Phillip yang sudah berbalik memunggungi Tecla dan berjalan menuju kulkas.
"Boni baru bisa memperoleh tiket untuk besok pagi,
jadi kita berdua berangkat hari ini. Aku tidak mau
Michael dan Tatiana tiba lebih dulu sebelum kita."
Tecla berdecak kesal. "Sombong!"
"Hah?" Phillip membalikkan tubuhnya dengan
membawa minuman dingin di tangannya.
"Aku bilang kamu sombong, Phillip!" ulang Tecla
sambil membuka lebar pintu geser lalu melangkah
mendekati kolam renang. Tecla mengamati kolam
renang dari ujung ke ujung, lalu tatapannya terhenti
di bale-bale yang terletak di ujung.
"Panjangnya dua puluh tiga meter," ujar Phillip
yang sudah berdiri di sebelah Tecla, lalu menyodorkan botol minuman yang dipegangnya tadi. Tangan
Tecla bergerak hendak menerima tawaran Phillip.
Saat tangannya hampir menyentuh ujung botol,
Phillip mendadak menarik tangannya menjauh
sambil tersenyum mengejek Tecla.
"Maaf. Apa benar tadi kamu menyebutku sombong?" cibir Phillip.
Wajahnya Tecla memerah karena malu. "Iya.
T226U Kamu manusia paling sombong yang pernah kutemui," bentak Tecla.
Phillip tergelak senang, berhasil memancing kemarahan Tecla.
"Dan sekarang kamu bertingkah seperti anak kecil, Phillip." Tecla mencoba meraih botol minuman
dari tangan lelaki itu. "Ambil saja kalau kamu bisa," tantang Phillip memanas-manasi Tecla.
"Cih! Bodoh!" Tecla bergerak mundur dan menjauh dari Phillip. "Pasti masih banyak yang lain di
dalam kulkas. Aku tidak sebodoh itu menerima tantanganmu dan bergulat demi sebotol minuman tolol
itu." Tangan Phillip menangkap lengan kanan Tecla
dengan cepat sebelum Tecla sempat berkelit. "Mungkin kali ini, aku ingin kamu bertindak bodoh dan
menjawab tantanganku, Tecla," bisik Phillip pelan
sebelum memutar tubuhnya dan mendorong Tecla
ke kolam renang. Teriakan Tecla menggema di seluruh penjuru vila
bercampur dengan suara tawa Phillip. Tecla kehilangan keseimbangan tubuhnya dan tercebur dengan
sukses. Phillip mundur beberapa langkah, menghindari cipratan air lalu menjulurkan kepalanya untuk
melihat keadaan Tecla. Tecla menjerit marah sambil berusaha menggapai
tepian kolam. "Apa-apaan sih?"
T227U "Ini hukuman karena sudah menyebutku sombong." Phillip terkekeh senang.
"Sialan kamu!" teriakan Tecla hanya membuat
Phillip semakin tertawa lebar.
"Dinginkan dulu kepalamu sebelum keluar dari
sana." Phillip memandang sekilas jam tangannya,
"Sekarang baru jam lima sore. Eh, salah, jam enam
sore waktu Bali. Aku beri waktu setengah jam untuk
mandi. Temui aku di ruang kantor. Kita selesaikan
beberapa pekerjaan lalu pergi makan malam."
Phillip tertawa keras, puas sekali dia berhasil menjatuhkan Tecla. Tanpa berniat membantu Tecla,
Phillip berbalik meninggalkan Tecla dan menghilang
ke dalam vila. "Phillip! Apa maksudmu dengan beberapa pekerjaan?" Kemarahan Tecla semakin menjadi. "Kemari,
Phillip! Awas ya, aku akan mengadukan pada Tatiana
apa yang sudah kamu lakukan padaku. Aku akan
menelepon Tatiana!" Tecla mendorong tubuhnya yang basah kuyup
menaiki tangga kolam. Gerakan Tecla mendadak
terhenti, ia teringat sesuatu. Dengan satu tangan memegangi pinggir kolam, Tecla meraba saku celananya
dan mengeluarkan ponselnya yang sudah mati dan
sama basahnya dengan dirinya.
"PHILLIP!!!" jeritan kemarahan Tecla kembali
memenuhi seantero vila. T228U ?"" "Aku sudah membelikan ponsel baru dan memory
card ponselmu yang lama juga tidak rusak. Ayolah,
senyum. Tunjukkan sedikit kegembiraan." Phillip
membetulkan letak serbet makan di pangkuannya
dengan gelisah. "Kamu mendorongku ke kolam renang, Phillip,"
sergah Tecla. Ia memandang Phillip dengan tatapan
tidak percaya. "Jangankan meminta maaf, sedikit
pun kamu tidak merasa bersalah." Suara Tecla semakin melengking tinggi.
Phillip mencondongkan tubuhnya ke depan untuk
mendekati Tecla yang masih memandangnya marah.
Tangan Tecla menusuk-nusuk sepotong daging dengan
gemas, melampiaskan kekesalannya pada Phillip.
"Baiklah. Aku minta maaf, Tecla. Sebaiknya kamu
mulai memasukkan daging itu ke dalam mulutmu
sebelum seluruh pengunjung memandangi kita dan
mengira kita sedang bertengkar," desis Phillip.
"Begitu caramu meminta maaf?" balas Tecla sambil menyipitkan kedua matanya.
Phillip memandang Tecla dengan waswas, bersiap
kalau-kalau Tecla membuka mulut untuk menyerangnya lagi. Phillip menarik napas lega saat Tecla menunduk dan mulai menyantap makanannya.
Phillip tersenyum kecil. "Nah, begitu lebih baik."
Phillip mengangguk puas dan mulai berkonsentrasi
T229U dengan makanannya. "Seharusnya kamu menghargai
apa yang sudah aku lakukan supaya kamu tidak cemberut lagi."
Tecla melirik dingin pada Phillip, lalu mencibirkan
mulutnya yang penuh dengan makanan.
"Aku tidak memintamu membawaku makan malam di tempat ini," gerutu Tecla yang mulai berkonsentrasi penuh menghabiskan makanannya. Tecla
menjejalkan potongan daging ke dalam mulutnya,
seakan-akan ada bom yang bisa jatuh kapan saja
dan menghalanginya menikmati makanan enak yang
telah dipesan Phillip. Phillip masih saja takjub melihat cara makan
Tecla. "Aku baru sadar. Aku hanya akan membuang energi
jika membalas tantanganmu. Aku sudah capek
bertengkar denganmu, Phillip. Sebaiknya aku cepatcepat menghabiskan makanan ini supaya kita bisa cepat kembali ke vila. Rasanya lebih baik aku menghabiskan malam ini dengan menikmati kolam renang dan
jacuzzi, daripada satu menit lebih lama bersamamu."
Phillip melongo. Cipratan yang keluar dari mulut
penuh Tecla mengenai tangan kanannya, tapi wajah
Tecla yang terlihat tidak ambil pusing dengan apa
yang sudah ia lakukan atau katakan. Phillip meletakkan pisau dan garpu di atas piringnya dengan perlahan lalu menyandarkan punggungnya. Sembari tertawa, Phillip menggeleng tidak percaya.
T230U "Tecla, apa kamu selalu menyebalkan seperti ini
atau hanya padaku?" Phillip meraih serbet makan
dan membersihkan tangannya.
"Hanya padamu, Phillip," tandas Tecla tanpa
mengangkat wajahnya. "Kenapa?" Phillip meletakkan serbet makannya ke
atas meja lalu mencondongkan tubuhnya agar dapat
melihat wajah Tecla lebih jelas.
"Mungkin karena kamu juga menyebalkan." Tecla
mengerutkan dahinya, bingung pada maksud pertanyaan Phillip.
"Aku tidak menyebalkan," kata Phillip sambil mengerutkan bibirnya sok lucu. "Kamu sebenarnya
menyukaiku, kan?" Tecla tersedak. Pertanyaan terakhir Phillip memang diucapkan dengan nada bergurau. Tapi mau
tidak mau pertanyaan itu mengejutkan Tecla. Gadis
itu batuk-batuk tidak terkendali. Air mata merebak
di sudut matanya. Phillip mengedarkan pandangannya sambil meringis, berusaha meminta maaf pada pengunjung yang
lain. Phillip beranjak bangkit dari kursinya dan menepuk-nepuk ringan punggung Tecla.
"Sepertinya kepalamu sudah terbentur," ucap
Tecla terengah-engah di antara batuknya. Phillip
mendesah panjang sebelum kembali ke kursinya.
Meski diwarnai dengan pertengkaran, tapi malam
ini wajah Phillip terlihat lebih santai.
T231U "Mungkin hari ini kepalaku sedang tidak normal,"
keluh Phillip. Tangannya memainkan serbet makan
yang teronggok di atas meja.
"Batalkan pertunanganmu!" kata Tecla cepat.
"Hah, apa?" Phillip melongo untuk kedua kalinya.
"Batalkan pertunanganmu dan aku takkan pernah
mengganggumu lagi." Tecla mengangkat dagunya
seakan apa yang dikatakannya hanyalah obrolan
ringan. Phillip terdiam sambil mencoba membaca raut
wajah Tecla. "Sepertinya kali ini otakmu yang sedang tidak
normal," kata Phillip mencoba tersenyum.
"Jika aku bilang, "Ya, Phillip. Aku memang menyukaimu." Apakah itu akan mengubah keputusanmu"
Apakah itu cukup untuk membuatmu membatalkan
rencana pertunanganmu?" tantang Tecla. Matanya
tajam menghunjam mata Phillip.
Kedua bola mata Phillip seperti akan meloncat
keluar dari rongganya dan mulut Phillip membentuk
O dengan sempurna. Raut wajah Phillip memucat
seakan-akan sosok yang duduk di hadapannya bukanlah manusia, tapi hantu.
"Hai, Phillip!"
Tecla dan Phillip serentak memutar kepala untuk
mencari asal suara yang memecahkan keheningan di
antara mereka. Tecla sempat mendengar Phillip menT232U
desah lega sesaat sebelum seorang lelaki bertubuh
besar menjulang di dekat meja mereka.
Tecla mendongak untuk melihat lebih jelas tampang laki-laki dengan postur seperti tukang pukul
itu. Otot di lengannya seperti hendak merobek kemeja yang dikenakannya.
Wajahnya tidak terlihat jelas oleh Tecla, karena lakilaki itu berdiri membelakangi cahaya lampu. Sosok
lelaki ini mengingatkan Tecla pada Hulk dalam versi
berkulit kecokelatan. "Demetri!" seru Phillip yang langsung bangkit
dan bergegas merangkul laki-laki yang tubuhnya
sedikit lebih pendek dari Phillip. "Sedang apa di
sini?" Tecla meringis melihat Phillip dan Demetri saling
merangkul. Ia berharap tidak akan pernah dipeluk
oleh laki-laki ini, karena bisa-bisa semua tulangnya
rontok sebelum Demetri melepaskan pelukannya.
Phillip menepuk bahu Demetri dengan hangat.
Kepala Demetri yang berputar, membuat parut panjang di wajahnya terlihat lebih jelas. Bekas luka itu
memanjang dari pelipis kanan sampai ke bawah
dagu Demetri. Tecla bergidik, berusaha keras agar tidak terlihat
terlalu memperhatikan parut mengerikan itu dengan
berpura-pura memandang ke arah lain.
"Aku sedang ada urusan. Bagaimana denganmu?"
Demetri melirik sekilas pada Tecla lalu kembali meT233U


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mandang Phillip. Raut wajah kaku Demetri membuat Tecla merasa sedikit merinding.
Phillip tersenyum lebar kepada Demetri, "Liburan
bersama calon tunanganku. Kamu sudah mendengarnya, kan?"
"Aku hanya mendengar kamu dijodohkan. Tapi
tidak tahu tentang pertunanganmu." Kerutan di dahi
Demetri semakin terlihat dalam. Matanya berpindahpindah antara Phillip dan Tecla.
Demetri mengangkat dagunya. "Jadi ini calon tunanganmu itu" Sepertinya ia takut melihatku, seperti
kebanyakan perempuan lainnya," sindir Demetri tajam.
Phillip tergelak. Dengan satu tangannya ia menarik Tecla berdiri dan membiarkan Demetri berdekatan dengan Tecla. Takut-takut gadis itu menyodorkan
tangannya tampaknya ia khawatir genggaman tangan
Demetri bisa meremukkan jari-jarinya.
Tecla menelan ludah dan membuka matanya lebih
lebar saat Demetri menyambut uluran tangannya
dan hanya meremasnya sopan. Begitu Demetri melepaskan tangannya, Tecla mendesah lega dan takjub
melihat tangannya masih dalam kondisi utuh.
"Tecla tidak mungkin takut, Demetri. Dia pernah
melawan perampok seorang diri," ujar Phillip sambil
melirik kocak pada Tecla.
Tecla melotot mendengar gurauan Phillip yang
masih bisa bercanda di hadapan Demetri yang lebih
T234U mirip seekor beruang daripada manusia. "Tecla adiknya Tatiana, calon tunanganku, dia baru akan tiba
besok pagi bersama Michael, " lanjut Phillip menjelaskan.
"Kamu datang ke sini bersama perempuan lain
dan Michael bersama calon tunanganmu" Kalian tidak saling tertukar pasangan, kan" Tadi sekilas aku
mengira kalian adalah pasangan yang sedang berbulan madu." Demetri menunjuk Phillip dan Tecla
bergantian. Phillip berdeham pelan. "Tidak. Kamu selalu saja
bercanda. Aku datang bersama Tecla, karena memang Tecla bekerja sebagai asisten pribadiku."
Tecla melirik Phillip dan Demetri bergantian. Bercanda" Tecla yakin, Demetri bahkan tidak pernah
tersenyum seumur hidupnya. Melihat parut mengerikan itu dan bentuk tubuh Demetri, Tecla menebak
Demetri bekerja sebagai tukang pukul. Atau seorang
bodyguard mungkin. "Kamu sendiri juga belum mengenalkan calon istrimu padaku. Kalau tidak salah kalian akan menikah
bulan Mei depan, kan" Apa tidak terlalu cepat?"
"Awal bulan Mei, Phillip. Dan tidak terlalu cepat
menurutku," jawab Demetri terlihat angkuh. Phillip
hanya mengangguk sambil tersenyum lebar.
"Lalu, sampai kapan kamu berada di sini" Kita
bisa menghabiskan liburan ini bersama Michael.
Kamu sudah lama tidak bertemu dengannya, kan"
T235U Michael pasti senang, kalau kita bisa bermain golf
seperti dulu." Phillip menggosokkan kedua tangannya dengan gembira.
"Lain kali saja, Phillip. Malam ini juga aku harus
kembali." Demetri menepuk bahu Phillip. "Kamu
dan Michael baru datang di hari pernikahanku nanti. Bukan acara besar. Hanya upacara sederhana."
Untuk pertama kalinya seulas senyum hangat terbit
di wajah kaku Demetri. Tecla mengedipkan matanya, nyaris tidak percaya.
Kejadian yang berlangsung beberapa detik itu membuatnya terpaku. Bisa juga si Hulk ini tersenyum,
pikir Tecla. Atau jangan-jangan matanya yang salah
lihat. Tecla mengusap matanya perlahan dan menatap Phillip merangkul Demetri dengan hangat. Sebelum berbalik, Demetri mengangguk sopan padanya.
Punggung besar itu menghilang di balik rimbun
taman halaman restoran. "Seperti beruang," bisik Tecla sambil melirik kirikanan, khawatir kalau-kalau Demetri berbalik dan
mendengar ucapannya. "Kamu bilang Demetri mirip beruang?" Phillip
menaikkan alisnya. "Auranya menakutkan. Parut wajahnya membuat
aku agak sedikit takut. Belum lagi otot-ototnya.
Hiii?" Tecla bergidik ngeri lalu kembali menghempaskan punggunya di atas kursi dengan rasa lega.
T236U "Siapa sih orang itu" Kenal di mana?" cecar Tecla
sambil kembali menjejali mulutnya dengan potongan
daging yang belum sempat dihabiskannya.
"Dia sepupuku," jawab Phillip singkat.
Untung saja Tecla tidak tersedak untuk kedua kalinya, meski ia harus menelan makannya dengan paksa.
Setelah menyeruput minuman, baru Tecla bisa membuka mulutnya. "Sepupumu?" Tecla mendelik tidak
percaya, lalu tertawa terbahak-bahak. Dia tidak yakin
Phillip memiliki sepupu manusia sejenis Demetri.
"Tecla, sepertinya kita harus bicara," sela Phillip
menghentikan tawa Tecla. Phillip mencondongkan
tubuhnya dan menatap Tecla dengan serius. "Ini tentang ucapan kamu tadi, sebelum Demetri datang,"
kata Phillip tegas. Tecla terdiam dan memutar bola matanya. Ia lupa
apa yang sudah ia ucapkan hingga membuat Phillip
seserius itu. Astaga! Sial! Tecla mengutuk dirinya sendiri, begitu mengingat kejadian sebelum Dimitri datang dan
menyapa Phillip. Entah apa yang ada di pikirannya
sampai-sampai melontarkan kalimat yang sekarang
ia sesali. Tecla memutar otak untuk mencari celah
agar tidak perlu membahasnya dengan Phillip. Tecla
meneruskan akting pura-pura lupa.
Getaran dari ponselnya menjalar ke meja makan
dan membuat Tecla dan Phillip sama-sama memandang benda kecil itu. Tecla mendesah lega, saved by
T237U the bell. Pilinan rasa mulas dalam perutnya hilang
seketika. Lain halnya dengan Phillip, ia tampak
ingin melempar benda itu sejauh-jauhnya.
Dengan cepat Tecla meraih ponselnya dan memandang Phillip dengan ceria. "Tidak ada yang perlu
dibicarakan, Phillip. Itu hanya gurauan tolol yang
keluar begitu saja dari mulutku. Kamu tahu, aku
akan selalu membencimu!" Tecla tersenyum lebar
dan bangkit berdiri sebelum Phillip sempat membuka mulutnya. Ia langsung menempelkan ponselnya
ke telinga sebelum menyapa riang si penelpon.
"Hai, Nando! Ada apa" Sekarang aku di Bali."
Tecla melangkah meninggalkan Phillip menuju ke
luar restoran, mendekati salah satu kursi malas yang
disediakan di pinggir pantai.
?"" Akhir-akhir ini Phillip merasa isi otak dan rasa hatinya tidak keruan. Dan sebelum semuanya keluar
dari rute yang telah direncanakannya masak-masak,
ia harus segera menyegarkan isi kepalanya.
Kejadian tadi siang membuat Phillip sangat terkejut. Selama perjalanan menuju pantai, Phillip dan
Michael asyik dalam obrolan tentang pekerjaan mereka. Di belakang kedua lelaki itu, Tecla dan Tatiana
berjalan membuntuti. Dan ketika Phillip memutar
kepalanya untuk memastikan Tecla dan Tatiana
T238U mengikuti langkah mereka, Phillip mendapati pemandangan yang membuatnya kalap. Beberapa meter di belakangnya, Tecla yang mengenakan bikini
terbuka tampak tidak peduli bahkan terkesan menikmati siulan pemuda di pinggir jalan yang bermaksud
menggodanya. Lalu semuanya berlangsung sangat cepat. Tanpa
pikir panjang dan dengan emosi yang memuncak,
Phillip berbalik dan langsung merengkuh Tecla lalu
dengan kasar menyeretnya menjauh hingga ke tepi
pantai. Entah apa yang ada di kepala Phillip. Ia seperti
orang yang gelap mata, mendorong Tecla hingga
terjajar di atas pasir dan menumpahkan emosinya
dengan berbagai macam kalimat kasar. Phillip baru
menyadari apa yang ia lakukan setelah menyadari
kehadiran Michael dan Tatiana yang berdiri di sampingnya menatapnya dengan pandangan heran bercampur ngeri.
?"" "Kalian tidak perlu menunggu kami. Ini untuk pertama kalinya kami akan menghabiskan waktu berduaan saja." Phillip mengedipkan matanya dengan gaya
nakal pada Michael sambil menarik Tatiana bangkit
dari duduknya. "Ta-tapi, Phillip..." Dengan raut gelisah, Tatiana
T239U mencoba melepaskan pergelangan tangannya dari
genggaman tangan Phillip.
Phillip tidak menghiraukan ekspresi protes dari
Tatiana, tidak menyadari Tatiana berulang kali
mencuri pandang ke arah Michael dan Tecla yang
termangu melihat tindakan spontan Phillip.
Dengan agak kasar tapi masih memasang senyum
manisnya, Phillip menyeret Tatiana sampai keluar
dari gerbang masuk vila dan kembali menyusuri
jalan yang baru beberapa jam lalu mereka lalui.
"Phillip, kita tidak sedang kawin lari atau sedang
dikejar monster, kan" Bisakah jalan lebih pelan dan
lepaskan tanganku sebelum tulangku patah?" kata
Tatiana dengan kesal. Mereka sudah beberapa meter keluar dari gerbang
vila dan berada di tengah-tengah jalan menuju pantai.
"Oh?" Phillip menghentikan langkahnya tiba-tiba
dan membuat Tatiana menabrak tubuh Phillip dengan
keras. Saat Tatiana terjajar ke belakang, Phillip juga
kehilangan keseimbangan. Ketika berusaha menahan
tubuhnya agar tidak terjatuh, salah satu kakinya menginjak kaki Tatiana dengan tidak sengaja.
"Phillip!" Tatiana memekik dan mengentakkan
kakinya dan terlihat semakin kesal.
"Maaf, Tatiana. Sepertinya kali ini aku benar-benar nervous." Phillip meringis sambil memijat tengkuknya. Ia merasa seperti orang yang sangat tolol.
T240U "Kamu terlihat aneh hari ini." Tatiana melangkah
mendahului Phillip dan berjalan menerobos di
antara orang-orang yang memenuhi pedestrian.
Tatiana menunduk untuk memperhatikan pakaian
yang belum sempat digantinya. Setelah sepanjang
hari menghabiskan waktu di pantai dan langsung
menikmati makan malam, Tatiana merasa sangat
gerah dengan pakaiannya dan lebih ingin segera
kembali ke vila dan menceburkan diri ke kolam
renang. Uh, Phillip sudah memilih waktu yang
"tepat" untuk bertindak spontan, keluh Tatiana dalam hati.
"Mungkin karena ini pertama kalinya kita menghabiskan waktu berdua saja, Tatiana." Phillip membuntuti Tatiana sambil berusaha agar langkah kakinya yang lebih lebar dari Tatiana tidak mengganggu
atau terlalu dekat dengan kaki Tatiana. Sebaiknya ia
memang tidak merusak mood Tatiana untuk kedua
kalinya. "Ah, tidak juga," sanggah Tatiana sambil memelankan langkah kakinya. "Kita menghabiskan banyak
waktu berdua kok. Seperti saat makan malam pertama kali kita bertemu. Lalu hari selanjutnya. Lalu
makan siang di hari berikutnya lagi. Dan kita juga
menghabiskan banyak waktu berdua lewat telepon.
Kamu tidak perlu merasa tidak enak, Phillip. Aku
sangat mengerti bagaimana kamu membagi waktu
antara pekerjaan dan hubungan jarak jauh kita."
T241U Phillip menekuk bibirnya sambil mendengarkan
ucapan Tatiana yang berjalan di depannya. Tatiana
berjalan sambil mendekap tubuhnya seperti berjagajaga agar Phillip tidak menarik tangannya lagi.
Phillip merasa hubungan mereka tidak mengalami
kemajuan. Tatiana masih tampak berusaha menjaga
jarak dengannya. Phillip sebenarnya menyadari ia
juga kurang gencar mengupayakan agar Tatiana
lebih terbuka padanya. Sebaiknya ia tidak lagi membuang-buang waktu dan mulai fokus pada Tatiana
agar aktivitas di kepalanya berjalan normal lagi.
Phillip mengamati langkah Tatiana lekat-lekat
mencari kesempatan saat Tatiana lengah. Ketika para
pejalan kaki di sekitar mereka semakin berkurang,
Phillip menyejajarkan langkahnya dengan Tatiana
dan langsung menyambar tangan kanan Tatiana. Tidak disangka, Tatiana refleks mengibaskan tangannya dari genggaman tangan Phillip. Keduanya samasama terperanjat dengan reaksi masing-masing.
"Aku", aku sedang berkeringat. Jadi jangan pegang-pegang," ucap Tatiana gugup. Phillip yang langsung bisa mengendalikan sikapnya tersenyum geli
dan mengangguk setuju. "Phillip, sepertinya semua orang memandangku
dengan tatapan aneh." Tatiana tersenyum canggung
pada Phillip. "Apa ada yang salah denganku" Ada
kotoran di wajahku" Apa ada sisa sambal di gigiku"
Atau ada noda di bajuku" Di punggung mungkin?"
T242U Tatiana mendongak dan memutar tubuhnya di
hadapan Phillip, memberi waktu untuk Phillip mengamati tubuhnya dan mencari apa yang salah dengannya.
"Tidak ada yang salah." Phillip terkekeh saat
memperhatikan Tatiana yang kikuk dan salah tingkah. Dalam hati, Phillip mengagumi Tatiana. Perempuan yang seperti Tatiana-lah yang biasanya bisa
menarik perhatiannya. Perempuan yang selalu menjaga sikap dan penampilan dalam setiap kesempatan.
Tidak seperti Tecla, yang mungkin akan cuek saja
bila orang memandangnya dengan tatapan aneh.
Bahkan bisa jadi, Tecla malah membalas mereka dengan tatapan menantang.
Hah" Apa sih yang sedang meracuni pikirannya"
Phillip menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkacak pinggang, berusaha menghalau bayangan
Tecla. Phillip tidak habis pikir, bagaimana mungkin
bayangan Tecla bisa mendadak muncul dalam kepalanya" Kalau begini terus, sepertinya sebentar lagi ia
bisa benar-benar gila. Phillip berdecak kesal pada
dirinya sendiri. "Pasti ada yang salah, tapi kamu tidak mau mengatakannya," todong Tatiana sambil menaikkan sebelah alisnya. "Iya, kan?"
Phillip mendekatkan dirinya Tatiana dan kembali
berjalan bersisian menyusuri jalanan tanpa tujuan
yang pasti. T243U "Tidak, Tatiana. Aku sungguh-sungguh. Tidak
ada noda secuil pun. Tidak ada sisa makanan apa
pun di gigimu. Dan tidak ada yang salah dengan
wajahmu," kata Phillip dengan senyum menenangkan. Ia memilih memasukkan kedua tangannya ke
dalam saku celana daripada mencoba menggenggam
paksa tangan Tatiana. Masih ada banyak waktu, pikir Phillip.
Dalam hati, Phillip memaki pada dirinya sendiri.
Di sisinya, Tatiana yang dalam beberapa bulan lagi
akan resmi menjadi tunangannya juga perempuan
yang lebih cantik dan sempurna dari Sabina. Tapi
Malaikat Keadilan 3 Pangeran Anggadipati Seri Kesatria Hutan Larangan Karya Saini K M Panduan Lapangan 1
^