Pencarian

Andai Dia Tahu 2

Andai Dia Tahu Karya Esi Lahur Bagian 2


Mepet dong. Ini kok nggak ada mesra-mesranya, Vasco mengarahkan gaya bagai fotografer prewedding. Azel pun melingkarkan lengan kirinya ke bahu Rely. Suasana pun makin heboh dengan sorakan mereka.
Vasco, sekarang lo foto berdua gue dong, Sabila langsung menembak Vasco yang langsung memasang muka galau.
Ah, beneran lo, Sab" Duh bahaya banget nih kalo gue ber jodoh dengan lo, canda Vasco waswas.
Tega banget lo, Vas! Ntar lo kualat lho. Kalo sampe lo ngejar-ngejar gue, catet ye, pasti gue tolak! Sabila nggak kalah konyol. Meski ngeluh-ngeluh, Vasco segera duduk ma nis di kursi yang agak karatan itu, sedangkan Sabila malah berdiri dan menaikkan kaki kirinya ke kursi, mema mer kan paku-paku di celana jinsnya. Lalu Vasco dengan tangan kanannya memeluk agak jauh betis Sabila yang nangkring di kursi.
Walaupun serem, ternyata bagus juga pose lo, Sab, puji Vando yang memotret keduanya.
Nah, sekarang giliran lo dengan Chella, Sabila menger ling jail. Maunya Sabila, Vando mendelik dan mencekik Sabila karena keisengannya, tapi cowok itu ter nyata malah langsung mengajak Chella yang super cang gung diiringi tatapan mata cemburu dari Rely.
Ayo, Chel, Vando hampir menggandeng Chella tapi Chella keburu berjalan ke kursi dan duduk dengan tegang. Dalam hati, Chella mau pingsan saking bahagianya. Tapi di satu sisi, ini situasi yang tak pernah dia ba yangkan nya sebelumnya. Dengan kaku keduanya duduk ber-
t . c kira lima senti di antara keduanya. Lebih empet-empetan kalau naik angkot.
Ya ampun, kaku banget. Kayak mau foto KTP aja. Eh, nggak ding, lo berdua kayak lagi di pelaminan aja, ceplos Vasco di balik kameranya. Muka Chella langsung merona merah muda, sedangkan Vando berusaha tetap tenang.
Udah deh, gue pura-puranya lagi ngobrol aja, tapi bertatapan gitu, nggak usah pegang-pegangan segala, elak Vando merasakan kepanikan Chella.
Ide bagus tuh. Biar kelihatan alami, Vasco mengacung kan jempol.
Gaya lo, Vas. Berasa jadi Darwis Triadi, apa" Sabila men cemooh Vasco, yang lebih kebanyakan gaya ketimbang objek fotonya.
Rely melihat adegan demi adegan dengan su per cemburu. Walau senang dengan perhatian Azel, melihat cara Vando memandang Chella, tanpa sadar Rely me remasremas tali tas kuliahnya.
Sambil dijepret Vasco, Chella yang masih salah tingkah diajak ngobrol oleh Vando.
Ngobrolnya liat ke mata gue ya, Chel, kata Vando lem but. Chella mengangguk dengan jantung berdebar keras sekali.
Lo udah pernah nyobain roti unyil" tanya Vando. Belum pernah. Tapi namanya roti bukannya sama aja ya" jawab Chella lirih.
Iya, bagus, bagus. Senyum dikit dong, Vasco agak berteriak memberikan instruksi.
Iya sih, tapi kan mini, kecil. Jadi sekali hap langsung kemakan, hehehe, Vando memamerkan senyum lebarnya dan Chella ikutan tersenyum malu-malu hingga lesung
t . c Keren! Natural banget! komentar Sabila girang. Cieeee& Chella& cieee Vando! goda Sabila. Muka Chella lang sung memerah muda. Vando hanya geleng-geleng dan diam-diam mendelik ke arah Sabila.
Eh, udah yuk, keburu sore. Gue mau motret kuburan dulu ya, abis itu langsung cabut ke lasagna gulung, oke" Vasco langsung mengajak bergegas ke arah mobil. Vando se ngaja memperlambat langkah dan menarik tangan kanan Sabila pelan-pelan.
Sekali lagi lo begitu, gue kurangin oleh-oleh lo. Dapetnya gantungan kunci Tokyo Tower doang! ancam Vando sambil berbisik saat yang lain jalan di depan mereka.
Yah ngancem! Sori-sori& gue becanda kok. Jangan gan tungan kunci dong, yang laen ya, rayu Sabila sambil ce ngengesan. Vando tidak menjawab dan langsung menuju ke kursi sopir. Vasco sudah stand by duduk di kursi de pan karena mobil tidak dikunci.
Azel, Rely, Sabila, dan Chella langsung mengambil posisi di belakang. Azel badannya cukup kurus, jadi beruntung bisa duduk empet-empetan dengan ketiga cewek ini. Di bagian paling belakang mobil isinya ransel, tas ku liah, dan nantinya buat tempat meletakkan oleh-oleh.
Setiba di kuburan Belanda, yang kurang-lebih kayak Mu seum Taman Prasasti di Tanah Abang, Vasco langsung ber aksi memotret dari segala sisi. Yang semangat me nemani Vasco pemotretan di kuburan, siapa lagi kalau bukan Sabila. Yang lainnya menunggu di dalam mobil sambil makan pastel isi pisang keju yang belum kesentuh dari tadi. Setelah itu tadinya Vasco kepingin motret kuburan Mbah Japra yang dipercaya sebagian orang sebagai
t . c dan Rely sudah ngeluh-ngeluh kalau dia serem harus ke kuburan hujan-hujan begini.
Kayak ilm horor, gue nggak mau ah! Rely semingambek.
Iya, Vas, kapan-kapan balik lagi aja deh, ntar disangka kita mau nyari pesugihan, lagi, Azel mendukung Rely. Sementara Chella nggak peduli mau ke kuburan, tidur di kuburan, terserah, dia hanya mau tahu hasil audisi nya.
Kelar dari Kebun Raya, mereka segera meluncur untuk mem beli roti unyil yang legendaris itu.
Kalo udah beli oleh-oleh roti unyil sekarang kan tenang, abis dari situ baru kita makan-makan. Oke" Vasco menentukan rute perjalanan, sementara yang lain setujusetuju saja karena toh bukan mereka yang bayar.
Di toko roti unyil itu Vasco membelikan seratus biji roti unyil aneka rasa untuk dibawa pulang Chella ke panti asuhan.
Makasih banget, Vas. Gue doain lo sukses selalu, kata Chella berbinar. Dia sudah membayangkan adik-adik di panti pasti senang banget. Rotinya bisa untuk sarapan atau bekal sekolah besok.
Wah, doa anak panti biasanya mujarab, Vasco ter senyum. Dalam hati dia juga gembira karena ulang tahunnya kali ini nggak berhura-hura saja, tapi juga me nyumbang untuk panti asuhan, walau cuma roti.
Karena roti unyil ini makanan enak tapi murah meriah, yang lain juga ikutan beli tapi bayar sendiri-sendiri. Mereka lebih pengin ditraktir, bawa pulang makaroni panggang dan lasagna gulungnya. Kalau hari biasa, Vasco bisa nge dumel, tapi karena lagi ulang tahun, dia nerima-ne-
t . c tua Vasco juga nggak keberatan dia mentraktir temantemannya. Daripada uangnya untuk beli narkoba, lebih baik untuk beli lensa kamera atau mentraktir te manteman, itu pesan papanya Vasco.
Suasana resto MacaroniPanggang yang temaram, berlampu warna-warni plus ada rintik gerimis betul-betul bikin suasana asyik. Rely sibuk mengunggah foto-fotonya ke media sosial sambil menunggu es goyobod pesanannya datang. Vasco masih saja memotret, dari suasana resto, ma kanan di meja, sam pai etalase yang memajang makaroni pang gang dan bolu tape itu. Vando kebagian tugas meme san lasag na gu lung untuk dibawa pulang ke kontrakan. Resto la sag na gul ung itu bersebelahan bangunan dengan ma ka roni panggang.
Belum ada kabar, Sab" Chella berbisik ke Sabila yang duduk di sebelahnya.
Sudah, Sabila menjawab dengan tak kalah pelan, takut Azel dan Rely yang duduk di seberangnya mencuri de ngar. Ke toilet, yuk, ajak Sabila. Tidak menunggu Chella, Sabila langsung bangkit dan melangkah ke toilet. Buru-buru Chella menyusulnya.
Beneran sudah ada hasilnya" Kok lo nggak bilang-bilang sih" kata Chella rada emosi begitu mereka masuk ke toilet cewek.
Abis gue takut ketahuan yang lain. Ntar lo marah, lagi, kalo yang laen tahu, Sabila berkilah.
Jadi, gue lolos nggak" Chella sudah nggak sabar. Lolos!
Spontan Chella memeluk erat Sabila. Air matanya berli nang di kedua pipinya. Sabila jadi ikutan terharu. Apa yang menurutnya nggak penting dan biasa saja ternyata
t . c Selamat ya, Chel. Udah, cepetan hapus air matanya. Ntar kalo ketahuan yang laen, repot jadinya. Disangka gue abis ngapa-ngapain elo, kata Sabila lagi. Keduanya meng hapus-hapus air mata di pipi.
Makasih banyak ya, Sab. Makasih udah ngebantuin gue. Perasaan Chella sudah kayak meledak saking gembira nya.
Iya. Iya. Kata Andrea, jadwal latihan selanjutnya di- BBM ke gue. Kayaknya latihan sudah mulai minggu depan, jelas Sabila.
Kembali ke meja mereka, wajah Chella super berseriseri. Vando datang dengan wajah agak basah, walau dia pakai jaket yang ada tudungnya, tetap saja mukanya kecip rat an gerimis.
Chel, ini nih buat di panti, Vando menyerahkan sekantong besar isi lima kotak lasagna gulung. Chella jadi tambah bahagia.
Banyak banget, Van" tanya Chella.
Ah, nggak& Vando mengambil duduk tepat di seberang Chella. Hati Chella berdebar makin keras saat dia menyadari betapa cakep cowok di seberangnya. Rely yang du duk di sebelah Chella melirik dengan sirik dan sok tak acuh.
Bener-bener cewek nyebelin! Dikasih makanan gitu doang aja hepi banget, rutuk Rely.
Yang buat kontrakan udah beli, Van" tanya Azel. Udah dong. Lumayan buat sarapan besok& Eh, apa buat ntar malem ya, sambil nonton TV" Vando dilema sen diri menentukan waktu yang pas buat ngabisin la sag na -nya.
t . c Lolos nggak, Sab" Lo ditungguin nggak ngasih-ngasih ka bar" protes Vando di telepon.
Mau ngasih tau gimana" Ntar ketahuan, lagi, kalo gue mata-matain Chella buat elo. Udah tahu di mobil tadi du duk nya empet-empetan, Sabila ikutan protes.
Halah, mobil gue kan pake AC, empet-empetan juga nggak apa-apa, mana mobil gue kan wangi! Jadi, apaan hasil nya"
Lo pake nanya segala, emang lo masih nggak me nyadari betapa berbakatnya gue sebagai guru vokal" Se harusnya pertanyaan lo adalah apakah lo boleh belajar vokal ke gue juga.
Ha" Jadi lolos, Sab" Beneran" Itu murni hasil usahanya Chella, kan" Lo nggak nyogok temen lo yang namanya Andrea itu, kan" Vando membombardir Sabila dengan rentetan pertanyaan penuh kecurigaan mengingat ting kah Sabila yang susah ditebak.
Ampun deh, Van, lo curiga banget sama gue! ter dengar suara ngakak Sabila. Gue nggak nyogok, lagi. Chella memang dasar suaranya bagus, kurang sering latihan aja, Sabila memamerkan prestasi Chella yang dianggapnya sebagai hasil didikannya .
Makasih ya, Sab. Kabarin gue perkembangannya ya, pinta Vando.
Van, kenapa lo nggak nanya sendiri sih ke Chella" Kalo lo naksir dia bilang aja, lagi. Mana dia tahu lo naksir dia kalo lo nggak ngomong" Mana si Chella kan polos ba nget, semua orang dianggap baik. Jadi percuma kalo lo baik-baikin dia dengan harapan dia ngerti lo pedekate, kata Sabila sok bijak.
t . c sekarang. Tolong ya, tetep dirahasiakan kalo gue nanyananya tentang Chella terus, suara Vando terdengar kayak memohon.
Okelah. Tapi jangan kelamaan, Van. Kan gue mau gosipin ke orang-orang.
Sabila!!!! Awas lo ye! t . c K ESIBUKAN Chella mulai menggunung. Dari tugas
kuliah yang seabrek-abrek, bantu-bantu sesuai jadwal tugasnya di panti hingga latihan vokal bersama Sparkling Rainbow Voice. Biasanya partitur lagu dikirim lewat e-mail lalu di-print dan bagian masing-masing dipelajari di rumah, jadi saat latihan di rumah Kak Farman tiap pe nyanyi sudah siap dengan pembagian suara masingma sing. Chella mencuri-curi waktu latihan sendiri di kamar mandi. Dia mandi paling terakhir dan bersenandung. Atau paling dia latihan nyanyi di pojok-pojok panti yang sepi. Dia kan nggak punya kamar, karena di panti yang ada hanya bangsal untuk tempat tidur tingkat yang menampung anak-anak perempuan dalam berbagai umur. Kadang Chella pergi ke food court mal dan duduk di pojokan yang tidak terlalu ramai, tidak memesan makanan apa pun dan menumpuk buku di meja, supaya se olah-olah lagi bikin tugas kuliah dan menyanyi pelanpelan. Toh tidak ada yang peduli dan mendengar karena
Bab 8 t . c ingin latihan dengan karaoke seperti dengan Sabila, tapi berat di ongkos dan Chella nggak berani ke karaoke sendirian.
Chella tidak ingin mengecewakan Kak Farman dan Andrea yang telah memilihnya. Ia selalu datang ke latihan tepat waktu dan sudah hafal lagunya. Malah Chella mem beranikan diri meminta ke Kak Farman supaya dia diper banyak frekuensi tampilnya demi bisa membeli HP dan pulsa jadi dia sebisa mungkin tidak usah merepotkan Sabila lagi (walau Sabila seneng-seneng saja jadi pe rantara karena rasanya seperti jadi manajer artis, katanya). Untungnya Kak Farman dan penyanyi lain nya setuju dan memaklumi permintaan Chella. Tapi Chella nggak pernah lupa pada janjinya sendiri untuk mentraktir Sabila dengan honor pertamanya. Walau hanya mentraktir di resto ayam goreng cepat saji yang Sabila juga bisa beli sen diri, tapi Chella bahagia banget bisa mem balas ke baikan Sabila yang sudah membantunya selama ini.
Keberuntungan seolah masih berpihak pada Chella. Tiap akhir pekan ada saja kerjaan nyanyi. Lama-lama dari uang yang terkumpul ia bisa membeli high heels hitam yang dipakai khusus untung manggung, dan akhirnya bisa membeli HP yang standar. Maksud standar adalah bukan model terbaru banget tapi yang penting bisa telepon, SMS, ada itur kamera, video, dan inter netan, plus beli pulsa yang cukup. Chella pergi ke ITC sendirian untuk beli HP. Dia sengaja nggak bilang Sabila atau Rely bahwa dia punya HP baru. Yang diberitahu hanya Kak Farman dan teman-teman vokal grupnya. Chella takut kalau teman-teman kampusnya tahu dia
t . c apa" Saat ini Chella masih belum siap menceritakan aktivitas nyanyi-nyanyinya ini, tapi dia tahu suatu saat dia pasti akan ketahuan dan harus cerita. Chella takut dicibir dan dianggap kampungan. Apalagi Chella ingat Rely pernah berkomentar saat mereka ngobrol ten tang vokal grup. Saat itu Sabila bertanya, Kalau pentas lo pakai baju apa, Chel"
Biasanya dipinjami Andrea apalagi kalau bling-bling. Ada baju-baju yang sudah nggak kepake lagi sama Andrea. Dia sudah punya model yang lebih baru lagi, jawab Chella polos.
Ah, wedding singer kan yang penting suaranya sama pilih an lagu-lagu yang dinyanyiin, kalau penampilan nggak ada yang peduli. Tamu-tamu kan fokus sama pengan tin dan keluarga atau sesama undangan, sela Rely de ngan nada agak merendahkan. Dalam hati Chella membenar kan omongan Rely, jadi buat apa disebarluaskan kalau dia kini wedding singer" Nggak penting!
Walaupun pekerjaan ini dianggap nggak penting oleh Rely dan sebagian orang, buat Chella wedding singer ini be nar-benar jadi mata pencahariannya, penyelamat uang sakunya! Sekarang ia fokus menghafal partitur lagu-lagu yang akan dinyanyikan di pernikahan anak seorang pengusaha. Resepsinya bakal diadakan di Bogor, di sebuah resor di kaki Gunung Salak. Chella benar-benar semangat ba nget ikutan, karena kepingin tahu seperti apa sih resor itu dan kayak apa sih pesta pernikahan di alam terbuka. Dia penasaran banget dan nggak keberatan meski harus mempelajari puluhan lagu cinta dari yang lokal sampai mancanegara. Dari lagu masa kini yang top kayak lagu-
t . c masa lalu kayak Diana Ross dan Julio Iglesias dengan When You Tell Me That You Love Me-nya. Lagu-lagu Ind o nesia-nya dari zaman Chrisye, Dewa, hingga Cherrybelle. Iya, klien minta lagu Cherrybelle karena kata nya banyak anggota keluarga yang masih ABG.
Memang sih semua lagu itu tidak harus dihafal karena par titur bisa diintip saat tampil, tapi kan lebih bagus kalau hafal, lebih tenang nyanyinya ketimbang harus meng intip-intip.
*** Saat Hari-H, Chella berangkat ke Bogor nebeng mobil Kak Farman. Di dalam mobil itu juga ada Andrea, Marisca, Janice, dan Niko plus kostum manggung mereka yang digantung supaya nggak lecek. Sepanjang perjalanan me reka tertawa-tawa dan bernyanyi, juga nyicil gantian make-up sendiri supaya sampai di lokasi bisa langsung check sound. Yang bikin Chella suka dengan grup Sparkling Rainbow adalah mereka hanya mengurusi pe kerjaan, profesional, nggak mengurusi latar belakang keluarga anggota. Kalau ngobrol temanya paling ringan se perti tentang kampus dan kuliah, atau tentang topik yang lagi ngetren seperti gosip artis atau kondisi Jakarta, per cakapan standarlah. Dan yang digosipin adalah klien-klien dari acara-acara pernikahan yang pernah meng guna kan jasa mereka sebagai wedding singer.
Dari calon istri yang nggak suka pilihan lagu calon suami nya dan sebaliknya, hingga mertua yang cerewet ikut an menentukan kostum penyanyi. Semua masalah itu
t . c tegas yang wajah gantengnya meluluhkan sejumlah klien cewek baik calon mempelai, ibu mertua, ibu kan dung pengantin, hingga nenek pengantin. Chella merasa Andrea sangat beruntung dicintai cowok seperti Kak Farman. Andrea sendiri juga nggak sombong dan nggak sok kecakepan, make-up-nya juga biasa saja, nggak setebal Rely. Benar-benar seperti pasangan botol ketemu tutup nya. Serasi sekali.
Dari cerita-cerita penyanyi lainnya, Chella mengetahui be berapa insiden pernikahan klien saat ia belum bergabung. Dari katering yang nggak profesional (jumlah ma kanan yang dipesan nggak sesuai dengan jumlah tamu hingga banyak tamu kelaparan), ibu mempelai perempuan yang pingsan beberapa kali selama acara (konon, si ibu tidak setuju dengan pernikahan itu tapi karena anaknya bolak-balik mengancam bunuh diri, ibu tersebut menga bulkan, tapi ya gitu jadi pingsan melulu), hingga saat lempar buket bunga ke undangan yang masih lajang, eh, buketnya ambyaarrr& lepas semua bunganya di udara (mung kin lorist-nya rada amatiran jadi merangkai bunga nya nggak bener).
Begitu tiba di resor di kaki Gunung Salak itu, mereka se mua terkagum-kagum. Di hadapan mereka berdiri sejum lah tenda seperti milik orang Mongolia yang berwarna putih. Di belakangnya berdiri kokoh Gunung Salak yang ber warna hijau segar. Udara pun tak kalah segarnya dengan matahari yang bersinar terik. Masih ditambah lagi tenda pengantin dan hamparan dekorasi aneka bunga yang kian mempercantik suasana. Dari bunga krisan, lili, ma war merah, mawar putih, dan masih banyak lagi aneka
t . c secantik itu mana mungkin mereka nggak berfoto-foto, kan" Bergantian mereka berpose dan Chella bersyukur banget teman-teman nyanyinya menggunakan gadget canggih, Marisca juga bawa kamera digital. Chella sudah berkhayal FB-nya bakal di-tag foto-foto itu dan bisa dijadi kan proile picture. Kalau ada yang tanya itu foto di mana, Chella sudah mempersiapkan jawaban bo hong an: acara panti asuhan. Rekreasi yang dibiayai orang kaya.
Puas berfoto-foto, mereka langsung check sound, melatih beberapa lagu, lalu bergantian ganti baju di sebuah tenda Mongolia yang sudah disediakan wedding organizer. Ketika Chella sedang duduk-duduk istirahat sambil me nunggu Marisca ganti baju, ada suara yang memanggil di belakangnya, Chella!
Chella langsung menengok ke belakang dan terperanjat. Antara senang, kaget, dan bingung. Vando" Ngapain lo di sini" tanyanya gelagapan.
Lho, ini kan pernikahan kakak sepupu gue, Gerald, jawab Vando ceria.
Oh, kakak sepupu ya& Chella nggak tahu mau ngomong apa. Ketahuan deh bahwa dia wedding singer. Chella nggak tahu harus bangga atau malu dengan profesi nya itu.
Lo ngapain" Ngisi acara ya" tanya Vando. Iya, jawab Chella pelan. Batal deh mau pamer foto di FB. Kalau Vando sudah tahu, nggak lama lagi semua anak bakal tahu gue cari uang jadi wedding singer, peker ja an yang nggak penting itu lho&
Untung Marisca sudah balik lagi jadi Chella bisa segera ka bur dari Vando. Van, gue mau ganti baju dulu ya.
t . c Oh, iya iya. Nyanyi yang bagus ya. Vando merasa Chella nggak ingin berlama-lama dengannya. Benar-benar pe rasaan aneh dan nggak wajar sedang menjalari hati ke dua nya. Antara pengin ketemu dan ngobrol tapi canggung.
Vando segera pergi dan bergabung dengan keluarganya. Chella juga ganti baju dengan perasaan nggak jelas. Dia senang ada Vando yang makin keren dengan jas hi tamnya. Tapi rasa rendah dirinya juga makin besar. Ba yangkan, kakak sepupu Vando mengadakan resepsi pernikahan di resor bintang lima kayak gini, seberapa kaya nya keluarga besar cowok itu" Parkiran tadi bagai show room mobil, aneka mobil mewah berjajar di sana, pasti mobil-mobil itu milik keluarga besar Vando. Tamutamu yang datang juga pasti orang kaya bermobil karena un tuk mencapai tempat ini sebaiknya menggunakan mobil (walau ada angkot dengan rute yang melewati resor ini tapi tetap saja rasanya nggak mungkin sudah cantikcan tik atau ganteng-ganteng dandan untuk kondangan ke las mewah begini lalu naik angkot).
Saat Chella kembali sudah lengkap dengan baju manggungnya yang berwarna hijau toska dan panjang selutut, Andrea menghampirinya.
Tadi siapa, Chel" tanya Andrea agak berbisik. Oh, Vando" Dia teman kuliah, An. Teman Sabila juga. Nggak tahunya mempelai cowok itu kakak sepupunya yang nikah, jelas Chella tak bisa menyembunyikan nada bangga di suaranya karena berteman dengan orang kaya ka yak Vando .
Wah, bagus deh kalo kenal. Nanti kalau dia ada acara
t . c dia married kapan-kapan, canda Andrea. Chella menelan ludah. Vando married" Dengan siapa" Chella jadi agakagak cemburu. Nggak bisa membayangkan Vando bermes ra an dengan cewek lain, padahal dia bukan apa-apanya.
Iya, nanti gue kasih tahu kok. Pasti, janji Chella dengan senyum dipaksakan.
Kalau perlu semua acara keluarganya nyewa Sparkling Rainbow. Ini aja dikasih harga maksimum, mereka nggak na war sama sekali, tapi order lagunya juga bejibun sih, ujar Andrea optimistis dan bahagia. Chella hanya bisa meng angguk-angguk, nggak tahu mau menanggapi apa.
Pukul sebelas acara dimulai. Pawang hujan sukses beraksi menahan hujan, terbukti dengan matahari yang tidak berhenti memamerkan cahayanya. Di atas Gunung Salak ter lihat sedikit awan dan kabut yang membuat gunung itu terlihat memiliki rambut putih.
Pengantinnya masuk ke tenda resepsi dengan iringan lagu Looking Through The Eyes of Love. Ini soundtracknya ilm Ice Castles yang dibuat tahun 1978 dan ada remake-nya tahun 2010. Film romantis ini berlatar ice skating. Nah, pengantinnya juga bertemu waktu sedang main ice skating di mal. Lagi asyik-asyiknya meluncur me reka bertabrakan, walau nggak keras tabrakannya, tapi sampai jatuh. Gerald langsung berdiri dan ngebantu berdiri cewek yang ditabrak itu plus langsung ngajak kenalan! Bener-bener cinta pada pandangan pertama deh. Ber untung banget.
Please, don t let this feeling end
t . c Everything I want to be I can see what s mine now Finding out what s true Since I ve found you
Looking through the eyes of love Now, I can take the time
I can see my life As it comes up shining now Reaching out to touch you I can feel so much
Since I ve found you Looking through the eyes of love And now, I do believe
That even in a storm we ll ind some light Knowing you re beside me, I m all right Please, don t let this feeling end It might not come again And I want to remember How it feels to touch you How I feel so much Since I ve found you
Looking through the eyes of love
Chella fokus banget menyanyinya sambil sesekali me lihat ke arah datangnya mempelai, sampai-sampai ia ti dak menyadari sepasang mata yang terus memandangi nya. Bukannya memperhatikan mempelai yang jadi raja dan ratu pesta sehari, Vando malah sibuk dengan hatinya.
Kalau gue naksir apa tandanya" Bagaimana kalau gue hanya kasihan pada Chella" Bukannya malah lebih
t . c nya, bukannya naksir" Tapi kalau nggak naksir, kenapa gue kepikiran melulu" Pulang dari Jepang, tahun baru nanti, gue harus ambil keputusan. Kalau naksir, gue harus cepetan bilang. Tapi kalau ternyata hanya ka sihan, gue harus tetap jadi Robin Hood yang mengi rim makanan dan barang-barang ke panti itu selama Chella tinggal di sana. Dan nggak boleh ketahuan sama sekali.
Chella yang masih belum sadar juga sedang dipandangi da ri jauh, merapikan rambutnya yang tertiup semilir angin. Lalu tiba-tiba tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata Vando. Deg! Jantungnya kayak mau copot, hati nya seperti meleleh& Vando tersenyum hangat. Chella mem balas senyumannya dan buru-buru melihat partitur lagu lagi. Berusaha bersikap wajar supaya nggak ketahuan ka lau salah tingkah dan mau pingsan karena bertatapan de ngan Vando.
*** Dalam hati lagi-lagi Chella membenarkan omongan Rely, nggak ada kok tamu undangan yang benar-benar peduli dengan ke beradaan mereka. Yang penting mereka harus terus menyanyi bagai CD tanpa pause hingga acara berakhir. Tadi para undangan sempat menonton lama di depan pang gung mereka karena ada artis penyanyi Violetta Vivianne yang diundang dan menyumbangkan suara merdu nya. Violetta ini salah satu teman gaul Gerald. Rasanya Chella ingin berfoto bersama deh, kan jarang bisa lihat artis terkenal sedekat ini, tapi jelas nggak mungkin. Chella makin kagum karena dia melihat dari kejauhan aktor
t . c Gianluca Harsoyo 1 juga datang. Gosipnya, aktor ke ren berdarah Italia itu teman keluarga besar Vando. Sam bil terus bernyanyi, cewek-cewek anggota Sparkling Rainbow hanya bisa berkode-kodean dan menahan diri supaya nggak menjerit-jerit melihat kedatangan Luca.
Pukul setengah tiga sore, resepsi berakhir, tamu-tamu sudah pulang. Yang masih tinggal hanya anggota keluarga, para pembantu, sopir keluarga, dan orang-orang dari wedding organizer. Chella dan teman-temannya pun ber siap-siap pulang sambil gantian bertukar baju lagi. Agak berlari, Vando mendatangi Chella.
Chel, sudah mau pulang"
Iya, Van. Takut keburu hujan, jawab Chella yang sudah ganti baju dan menunggu teman-temannya. Gue antar saja ya" Vando menawarkan diri Nggak usah, Van, Chella menolak tegas. Tadi kan da tang bareng temen-temen, kalo gue pulang nggak barengan kan nggak enak.
Oh, ya udah kalo gitu, kata Vando agak kecewa. Chella tiba-tiba jadi agak tegang, di belakang Vando da tang seorang ibu cantik yang tersenyum ramah.
Vando, kamu jadinya nginep atau pulang bareng Mama"
Pulang aja, Ma. Eh, Ma, ini temen kuliahku, Chella, Vando dengan antusias mengenalkan Chella ke mamanya.
Mama Vando menyambut uluran tangan Chella dengan senyum ramah. Bukan hanya salaman, mama Vando yang ramah itu juga merangkul Chella dengan hangat. Chella tadi nyanyi, ya" Bagus suaranya.
t . c Chella tersipu-sipu dipuji begitu, mulutnya terkunci. Dia juga agak terharu dengan kehangatan dan kebaikan mama Vando. Tidak terlihat merendahkan dirinya yang cuma pengisi acara.
Chella, di kampus Vando nakal nggak" tanya mama Vando
Yaelahhh, Mama, ngapain nanya begitu sih" Vando pro tes.
Lho, Mama kan kepingin tahu. Suka bolos nggak, Chel"
Eh, nggak, Tante. Vando nggak nakal kok. Nggak pernah bolos juga, jawab Chella tersenyum malu-malu.
Gue kan selalu datang on time. Nggak pernah telat kuliah. Iya kan, Chel" Vando memuji-muji diri sambil tersenyum ke arah Chella.
Iya, bener, Tante, kata Chella lagi.
Kalau Vando punya pacar nggak" Kalau punya, Tante kok nggak dikenalin, ya"
Pacar" Setahu saya kayaknya nggak punya, Tante, Chella menjawab cepat.
Mama& ampun deh, masa Chella ditanyain pacar segala. Vando jadi blingsatan dengan keisengan mama nya.
Awas ya, kalo sampe kamu punya pacar lalu nggak dike nalin ke Mama, mamanya pura-pura mengancam. Chella, nanti kalau Vando nakal, lapor saja ke Tante ya. Main ke rumah ya, Chel. Van, ajak-ajak teman-teman kamu ke rumah ya&
Iya, Ma. Tenang aja. Kan di rumah bisa barbekyu-an, daripada makan di resto ran mending masak sendiri. Udah ah, Om Arswen
t . c mama Vando pamitan. Setelah mamanya agak menjauh, Vando langsung bilang, Sori ya, Chel, lo jadi diinterogasi nyokap gue.
Nggak apa-apa, Van. Nyokap lo baik kok. Eh, udah ya, gue mau cabut nih. Chella melihat ke arah teman-temannya yang seolah-olah tinggal menunggu dia saja.
Oh, iya iya, Chel& ati-ati ya di jalan. Sori nggak ngantar sampai panti, kata Vando yang bingung dengan perasa an nya lagi. Kayak ada yang hilang waktu Chella pamit an.
Chella nggak menjawab apa-apa, hanya berjalan mening galkan Vando.
*** Kayaknya lo akrab bener sama sodaranya yang married, tanya Mariska saat semua sudah duduk manis di dalam mobil.
Ah, nggak. Biasa aja. Namanya Vando, sama semua orang ramah, jawab Chella.
Ceweknya yang mana" tanya Janice ikutan penasaran.
Setahu gue sih belum punya cewek. Tapi nggak tahu ya kalo ceweknya bukan anak kampus. Perasaan Chella jadi agak gimana dengan pertanyaan Janice tadi. Seolaholah dirinya nggak pantas masuk hitungan jadi kandidat ce weknya Vando. Tapi di sisi lain, dia juga membenarkan pikiran itu. Nggak lihat apa keluarga besarnya sekaya itu" Biaya pernikahan tadi mungkin bisa buat biaya ope rasional panti asuhan dua tahun.
t . c pikiran Chella melayang ke mama Vando. Waktu salaman tadi, kulit tangannya lembut banget. Wajahnya juga mulus, rambutnya hitam berkilau walau sudah berumur. Untung orangnya ramah. Ketakutan Chella terbesar waktu kenalan dengan mama Vando tadi adalah mamanya hanya senyam-senyum basa-basi, salaman nggak niat, dan me natap dengan tatapan merendahkan. Ternyata nggak sama sekali. Mama Vando menggenggam erat saat menjabat dan saat berbicara menatap dengan penuh keramah an. Tapi Chella tidak yakin keramahan itu tetap ada bila mama Vando tahu ibunya ada di penjara. Mana mau orang kaya dari keluarga terhormat begitu berurusan dengan anak narapidana"
*** Vando belum pulang juga. Dia masih ngobrol dengan sau dara-saudaranya yang memilih menginap di resor gunung itu. Mamanya juga memutuskan ganti baju yang le bih kasual supaya pulang dari kondangan bisa langsung mam pir-mampir buat wisata kuliner di Bogor.
Ketika langit mulai menggelap, seribuan lampion yang ter gantung di atas seluruh area resor itu dinyalakan. Suasana nya keren sekali. Tiba-tiba perasaan Vando jadi mellow. Enaknya kalau punya cewek, bisa mesra-mesraan di tempat dan suasana seromantis ini. Apalagi Vando meli hat sepupunya yang baru married asyik berangkul-rangkulan berdua dengan mesranya. Bikin sirik aja!
Setiap perasaan mellow, setiap ngomongin cewek, Vando nggak bisa membohongi pikirannya. Yang muncul
t . c Andai elo tahu, Chel, gue sudah tahu elo jadi wedding singer ini sudah lama. Andai elo tahu, Chel, guelah yang ber ini siatif meminta Gerald supaya menggunakan jasa Sparkling Rainbow Voice di resepsi pernikahannya. Gue tahu elo pasti senang banget bisa datang ke tempat seke ren ini. Gue seneng karena elo sudah bertemu Mama. Andai elo tahu, Chel, mama gue itu siapa.
Van, ayo! papanya memanggil. Tanpa menjawab Vando langsung mengikuti keluarganya menuju mobil golf yang telah menunggu mereka untuk mengantarkan ke parkiran mobil. Bersamaan dengan itu kabut dari Gunung Salak mulai turun. Taburan cahaya lampion bercampur dengan kabut putih bikin suasana asyik sekali.
Coba lihat resor ini sekarang, Chel, pasti elo seneng ba nget. Vando termangu.
t . c K EBAHAGIAAN terpancar jelas di wajah ibu Chella. Dia
menikmati cerita Chella yang mencari uang dengan menjadi wedding singer, cerita tentang dermawan misterius yang sering tiba-tiba mengirim makanan enak dalam jumlah banyak ke panti, hingga teman-teman kuliah Chella yang baik. Tentu semua yang diceritakan Chella yang baik-baik saja. Chella tidak akan pernah bercerita bahwa dia merahasia kan pekerjaannya itu dari teman-temannya karena takut dianggap kampungan dan nggak penting. Ia juga tidak akan cerita tentang perasaan nggak jelasnya kepada Vando karena pasti ibunya nggak setuju dan bakal mengatakan hal yang sama: itu hanya mimpi dan kalau bermimpi jangan ke tinggian, supaya kalau nggak kejadian, nggak tercapai, tidak sampai sakit jiwa.
Baik Chella maupun ibunya sama-sama tahu bahwa ke beradaan ibunya di penjara adalah rahasia besar yang harus digembok rapat-rapat. Tidak boleh ada satu pun te man kuliah Chella mengetahuinya, karena itu arti nya
Bab 9 t . c malapetaka! Yang Chella ceritakan ke ibunya hanya lah kabar baik dan kegembiraan, apalagi di tahun yang baru ini.
Chella bahkan bisa membelikan ibunya roti dan ma kan an restoran untuk dinikmati Ibu dan teman-teman satu selnya. Acara-acara old and new, tahun baruan, me nam bah sedikit demi sedikit pundi-pundi tabungan Chella.
Pulang dari penjara, Chella mampir ke mal. Ia memang sudah berencana membeli gaun hitam standar untuk stok mang gung. Model klasik little black dress. Gaun hitam dan high heels hitam adalah perlengkapan standar wajib punya untuk anggota Sparkling Rainbow. Gaun hitam bisa cocok dengan skarf warna apa saja dan bros bentuk apa saja.
Nggak menyangka Chella malah ketemu Rely yang mau belanja sepatu (lagi). Padahal koleksi sepatunya sudah seabrek-abrek dan aneka warna hampir menyamai koleksi artis papan atas.
Setelah keduanya selesai berbelanja, Rely mengajak Chella makan di foodcourt.
Liburan nggak ke mana-mana, Rel" tanya Chella sam bil menunggu ayam bakarnya datang.
Nggak. Besok gue janjian ketemu Azel, jawab Rely me nyeruput es teh lemonnya.
Cieee& Gue nggak diajak ketemuan" Chella menggoda Rely.
Mungkin disangka Azel ada acara panti, nggak enak kali dia. Gue juga nggak tahu tuh Azel mau ngapain, Chel. Katanya dia bosen liburan nggak ke mana-mana. Vasco pulang ke rumahnya. Vando liburan ke Jepang. Te rus, si mata-mata Vando juga lagi ke Bali sama ke luarga nya, jelas
t . c Mata-mata Vando" Maksudnya" tanya Chella heran. Wajah Rely jadi agak berubah kaget. Bukan, bukan, maksud gue Sabila.
Kok lo bilang mata-mata Vando" Emang Sabila matamatain siapa" Chella masih penasaran.
Tadinya Rely memang beneran keceplosan, tapi dia langsung melihat peluang untuk menjauhkan Chella dari Sabila dan tentu saja dari Vando. Tiba-tiba saja Rely melih at peluang untuk menghancurkan hati Chella yang menurutnya sok akrab dengan Vando.
Sabila kan disuruh Vando mata-matain elo, Chel, kata Rely dengan suara lirih yang agak dibikin-bikin. Chella ter pana. Ayam bakarnya baru diantarkan pelayan, tapi nafsu makannya terbang entah ke mana. Mata-matain soal apa, Rel" Chella masih terkaget-kaget.
Aduh, Chel, maain gue ya. Gue bener-bener nggak se ngaja& Gue nggak bisa cerita, kata Rely sok dramatis.
Rel, please, gue mau tau. Cerita dong, please& Chella me mohon banget ke Rely. Perasaannya tiba-tiba nggak enak. Nggak tenang.
Setelah sempat (berakting) menolak bercerita, Rely (pu ra-pura) luluh dan terpaksa bercerita de ngan mimik wajah dibuat prihatin seolah-olah dia sedang men ce ri takan pengkhianatan tentara Indonesia yang mem belot dan mem berikan informasi penting kepada kompeni Belanda. Rely sendiri tahu cerita tentang Sabila sebagai mata-mata Vando secara nggak sengaja. Saking bahagia nya dijanjikan bakal dapat banyak oleh-oleh dari Vando, Sabila nggak tahan untuk pamer ke Rely. Tapi Rely lalu me maksa Sabila untuk bercerita kenapa sampai Vando men janji-
t . c penampilannya rada horor gitu" Setelah terus-te rus an didesak, Sabila akhirnya bercerita dengan kode: S A NGAT RAHASIA.
Sampe sekarang gue juga nggak tahu kenapa Vando pengin banget tahu tentang Chella. Kalo naksir kan tinggal ngomong aja, apa susahnya sih" Apa karena kasihan kalau dia anak panti, ya" kata Sabila waktu itu kepada Rely. Kepada Chella, Rely menceritakan semua yang Sabila ceritakan tentang Chella dan audisi vokal grupnya.
Tapi ini SANGAT RAHASIA ya, Chel. Gue takut dimarahin nih karena udah keceplosan, kata Rely waswas.
Nggak, gue terima kasih, Rel, lo udah cerita ke gue. Gue nggak akan bilang ke siapa-siapa, Chella memastikan bahwa bocoran Rely itu aman. Bagus deh, kata Rely dalam hati. Senyum kemenangan dalam hatinya berbanding terbalik dengan wajah duka yang ditampilkannya di depan Chella.
Lo juga jangan marah ke Vando, Chel. Lo kan tau sendiri dia anak orang kaya. Biasa nyumbang, nolong banyak orang. Mungkin karena tau lo dari panti, dia mau nolongin tapi nggak enak. Takut lo utang budi ke dia, imbuh Rely.
Iya, iya, gue nggak apa-apa kok, jawab Chella kecut. Dalam hati dia sudah malas makan ayam bakar di ha dapan nya. Rasanya perutnya sudah penuh. Ternyata selama ini tidak ada yang bisa dipercaya.
*** Malam hari, suasana panti asuhan hening. Yang ada
t . c atas kamar tidur ditingkahi suara jangkrik dan sesekali suara tokek. Chella terdiam di tempat tidurnya. Sudah pukul 23.12. Anak-anak lain sudah tidur nyenyak tapi dia tidak bisa tidur. Dia masih saja memikirkan cerita Rely tadi sore.
Selama ini gue kira gue dianggap teman yang sederajat. Ternyata gue hanya dijadikan objek belas kasihan. Proyek sumbangan Vando. Gobloknya lagi, gue malah mengira dia naksir gue. Kenapa gue bisa setolol itu sih"
Chella menghela napas. Dia teringat pernah berkhayal tentang Vando. Seandainya gue anak orang kaya seperti lo, gue pasti tidak keberatan lo dekati. Tapi kita berbeda jauh sekali. Dan gue nggak percaya cinta itu buta. Bayang kan, kalau gue pacaran dengan Vando, jangan-jangan semua barang dibelikan supaya penampilan gue setara dengan dia. Bisa-bisa gue disangka cewek matre yang suka morotin uang pacarnya.
Pahit banget khayalan gue dulu itu! Kayak orang nggak punya harga diri saja, apa-apa dibantu. Emang bener gue anak panti tapi jangan dikira gue nggak bisa apa-apa. Mentang-mentang kaya terus bisa gitu se enaknya memata-matai" Pikiran Chella galau dan masih men cerna kejadian demi kejadian yang dilaluinya sela ma ini.
Gue juga sebel sama Sabila. Gue kirain dia tulus ngebantu gue, nggak taunya hanya karena disuruh Vando. Dengan kekayaannya Vando bisa nyuruh Sabila. Jangan-jangan semua temenan dengan gue hanya karena kasihan" Brengsek! Gue kira mereka semua teman, ternyata gue hanya dianggap anak panti yang wajib dika-
t . c duit lo, tapi duit orangtua lo, sok banget mau ngebantu gue. Kalo mau ngebantu, bantuin tuh gembel sama anak ja lan an.
Kayaknya gue harus nunjukkin kalo gue punya harga diri. Gue sudah salah menilai semuanya. Gue bisa mandiri dan yang pasti gue nggak mau maen dengan mereka lagi. Orang-orang yang gue sangka temen ter nyata di belakang gue bikin proyek belas kasihan, pake memata-matai gue segala, lagi. Gue benci!
*** Tahun baru ini Rely membuat keputusan besar. Rely memu tuskan jadian dengan Azel. Dia langsung mengiyakan waktu Azel nembak dia. Bagi keduanya ini adalah pacaran pertama. Kalau Azel memang sudah ngaku dia merasa nggak ada cewek yang peduli dengan dia waktu di SMA dulu. Lagi pula waktu masih berseragam putih abu-abu wa jah Azel banyak jerawatnya. Bikin dia nggak pede. Sekarang sudah tidak ada jerawat lagi karena dia pakai sabun tolak jerawat buatan lokal yang direkomendasikan Vasco. Azel jadi lebih pede dengan kulit wajahnya. Sedang kan Rely bercerita ke Azel bahwa dia nggak boleh pa caran saat SMA oleh orangtuanya. Yang Rely nggak cerita ke Azel adalah memang nggak ada cowok yang naksir, apalagi nembak dia saat SMA dulu.
Rely memang sudah merasa Azel pedekate ke dia, tapi nggak nyangka Azel punya keberanian buat nembak. Bagi Azel, Rely adalah segalanya. Namanya juga jatuh cinta, Azel nggak tahu apa alasannya dia bisa suka banget de-
t . c Tapi buat Rely pacaran dengan Azel hanyalah demi status. Supaya nggak dibilang jomblo, supaya ada yang ne menin dan ternyata Azel bisa disuruh-suruh! Rely ngam bek dan manyun sedikit saja, Azel langsung menuruti kemauan dan permintaannya. Pokoknya buat Rely, Azel adalah tameng supaya nggak dibilang cewek nggak laku. Buktinya, dibanding memandang-mandangi foto (de ngan) Azel, Rely lebih suka dan lebih sering mengintip foto-foto Vando. Nggak bisa dimungkiri Vando memang pa ket lengkap: cakep, kaya, cerdas, dan baik. Cowok impi an banget deh.
Meski begitu Rely dengan bangga memajang fotonya berdua dengan Azel di FB dan Twitter dengan caption: new couple. Foto yang diunggahnya itu langsung mendapat ucapan selamat dari teman-teman mereka, ter masuk Vando yang lagi di Tokyo!
Congrats ya, Zel & Rel. Manjur juga nih foto di pohon jodoh. Itu komentar Vando yang bikin Rely girang banget! Seumur-umur baru sekali Vando kasih komentar di foto FB-nya yang ditujukan langsung ke dirinya. Biasanya Vando kalau kasih komentar foto-foto untuk semua yang ada di foto atau malah nggak kasih komentar sama sekali, paling-paling hanya basa-basi memberi kode LIKE.
Oleh-oleh jangan lupa ya, Rely langsung membalas ko mentar Vando dengan semangat dan berbunga-bunga.
Sip deh! Buat penganten baru, pasti dibawain oleholeh. Vando juga langsung menanggapi Rely dengan canda. Hati Rely benar-benar melambung. Bangga banget rasan ya sudah punya cowok, berasa laku. Dan Vando yang so sweeettt& Jadian dengan Azel ternyata malah
t . c lagi mengkhawatirkan Chella. Dari cerita yang disampaikan Rely, pasti Chella marah dan malas berurusan dengan Vando. Rely tersenyum penuh kemenangan.
*** Rely memang benar. Chella tidak berminat berurusan lagi dengan Vando, Vasco, Azel, Rely, dan Sabila. Chella me mutuskan untuk menghindari kedekatan dengan mereka semua. Mulai semester baru, dia berencana tidak terlalu ber teman dengan siapa pun. Semuanya teman biasa saja se perti di SMA dulu. Nggak usah akrab-akrab amat, ja lanjalan bareng, apalagi sampai menerima bantuan ini-itu.
Tapi Chella tidak bisa menahan diri untuk tidak mengin tip FB Rely, Sabila, Azel, Vasco, dan Vando yang dili hatnya dari komputer warnet. Mereka semuanya asyik berlibur me nikmati akhir dan awal tahun dengan ceria.
Nggak ada yang nyari uang kayak gue. Memang sudah rezeki mereka hidup berkecukupan dan gue nggak boleh dan nggak akan iri. Malah gue harus bangga dengan diri gue karena bisa cari uang sendiri.
Lalu Chella membaca FB Rely. Cewek itu masih terus memberikan tanggapan atas ucapan selamat dari manamana atas jadiannya dengan Azel. Bahagianya Azel dan Rely sudah jadian, Chella membatin sambil memandangi pro ile picture Rely yang mesra dengan Azel. Lalu Chella mem baca komentar dari Vando tentang pohon jodoh. Ter nyata hati Chella seperti kesetrum. Duh, Vando, lo ke ren banget, tapi pohon jodoh itu nggak manjur buat kita. Buktinya juga nggak ada kejadian apa-apa antara
t . c Di FB Sabila, Chella melihat foto-foto Sabila dengan ke luarga nya sedang pesta barbekyu. Semua mengangkat botol mi num an beralkohol di tangan masing-masing. Mereka memakai tank top, jadi tato-tato mereka juga terlihat. Benar-benar keluarga yang supercuek, tapi semua yang ada di foto itu terlihat akrab banget.
Lalu dia melihat FB Vando yang mengunggah foto-foto de ngan keluarganya di Tokyo Tower, Disneyland, Disney Sea, Harajuku, Akihabara, Ginza, Shibuya, Odaiba, dan banyak lagi lokasi seru lainnya yang Chella tahu nggak mung kin dia datangi.
Ngapain juga gue ngeliat semua ini ya" Gue memang ka ngen ngumpul dan bercanda dengan mereka, tapi seba gai teman, bukan sebagai orang yang mesti di kasihani, apalagi dijadikan proyek belas kasihan. Tapi gue juga nggak mungkin me-remove apalagi ngeblok semua dari FB gue. Bisa-bisa gue dimusuhin. Gue nggak mau cari musuh, gue hanya nggak ingin berhubungan lagi. Ber teman tapi sekadarnya saja, seperlunya saja, nggak usah akrab-akrab banget.
*** Gue mau ngomong nih, Chel. Kita dapat klien yang minta manggung di acara ulang tahun pernikahan orangtua nya yang kelima puluh. Lagu-lagunya bener-bener lagu ja dul deh. Jadi kita mesti belajar lagi nih, Andrea ngobrol berdua dengan Chella di sebuah restoran Jepang.
Bagus deh. Nggak apa-apa kok kalo harus ngafalin lagu-lagu karena gue nggak tahu lagu-lagu jadul sama
t . c Iya, permintaan utamanya sih lagu-lagunya Titiek Puspa, Koes Plus, dan Ebiet G. Ade. Tapi, bukan itu saja yang gue mau omongin, Chel, kata Andrea lagi. Maksudnya"
Klien kita ini dapat nomor kita dari kartu nama yang nggak pernah gue atau Kak Farman bikin, jelas Andrea rada serius.
Terus dapat dari siapa" Chella ikutan mikir. Nah, itu dia. Kan gue tanya Tante Divana, nama klien kita itu dapat kartu nama Sparkling Rainbow dari mana, terus katanya dari teman arisan, namanya Tante Va nya. Nah anaknya Tante Vanya itu yang minta tolong su paya mamanya bagi-bagi kartu nama Sparkling Rainbow ke teman-teman dan koleganya. Katanya lagi, anak nya Tante Vanya bilang dia hanya bantuin temen ku liah nya yang ikutan Sparkling Rainbow. Gue nanya yang lain, nggak ada yang kenal dengan Tante Vanya. Lo kenal nggak" Andrea menceritakan panjang-lebar. Jan tung Chella berdetak lebih keras. Setahu Chella, Vanya itu nama mama Vando. Nama Vando kan gabungan dari Va nya dan Oscar, nama papanya. Jadi, dia lagi yang ikut cam pur tangan"
Kalau nggak salah itu nama mama Vando, jawab Chella lirih, khawatir bakal jadi masalah karena kelancang an Vando bikin kartu nama tanpa izin.
Chel, gue hanya nanya kok. Gue hargai bantuan dia. Kita jadi tambah klien baru. Gue hanya mau memastikan siapa pembuat kartu nama itu karena takutnya nama kelom pok kita dibajak orang lain. Kalau bener Vando, ya udah nggak apa-apa, gue titip terima kasih banyak ya,
t . c Eh, iya iya, nanti gue sampaikan, kata Chella cang gung. Lo nggak ngerasa aneh Vando bertingkah kayak gitu" Maksudnya apa, An"
Apa nggak mungkin dia naksir lo" tanya Andrea jail. Chella menggeleng cepat. Bukan kok. Dia bantuin karena kasihan gue anak panti asuhan. Nggak lebih, An.
Oh, gitu ya& Tapi, bukannya bagus ya, Chel" Udah cakep terus berjiwa sosial tinggi"
Chella hanya tersenyum kecil. Dalam hati dia berucap, nggak enak rasanya menengadahkan tangan, menerima bantuan terus-menerus dari teman sendiri. Kalau dari lembaga pemberi beasiswa atau yayasan sosial sih nggak apa-apa. Tapi kalau teman sendiri" Risi! Apa lagi dari cowok secakep dan sekaya Vando, gue rasanya malu banget. Sama seperti pengemis.
*** Liburan sudah usai. Persiapan masuk semester baru dimulai. Suasana kampus kembali riuh ceria. Tawa canda dan teriakan heboh terdengar di sana-sini. Vando celingukan mencari-cari Chella, tapi yang dicari nggak mun cul-muncul. Masa iya Chella nggak masuk" Biasanya dia kan yang paling rajin& Atau dia masuk di hari lain untuk ngisi KRS" tanya Vando dalam hati.
Setiap akan memasuki semester baru, mahasiswa selain menga mbil daftar nilai Indeks Prestasi semester sebelumnya, juga harus mengisi daftar Kartu Rencana Studi (KRS) yang berisi mata kuliah-mata kuliah yang akan diambil. Sebelum dan sesudahnya mereka bisa konsultasi


Andai Dia Tahu Karya Esi Lahur di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

t . c Hai, Van! Wah makin keren aja lo, goda Sabila saat baru datang dan bertemu Vando.
Hai, Sab, jawab Vando singkat. Dia berharap Chella ber sama Sabila, ternyata tidak.
Sabila! terdengar suara Rely berteriak memanggil Sabila.
Hai, cyiiinnn& yang baru jadian, makin kinclong aja nih! Sabila dan Rely berciuman pipi, cipika-cipiki. Di dekat keduanya ada Azel yang hanya senyum-senyum lalu sa ling tos dengan Vando.
Nih, oleh-oleh buat penganten baru, kata Vando menyerahkan boneka Mickey dan Minnie Mouse plus sekaleng biskuit cokelat yang kalengnya bergambar Donald Duck dan biskuit stroberi yang kalengnya bergambar Daisy Duck. Namanya juga kaleng dari Dis neyland, ben tuk dan gambarnya imut banget.
Thanks ya, Van. Kalengnya buat gue ya, cute banget soal nya, Rely merajuk ke Azel yang langsung mengiya kan.
Lo tu ye, ya udah lo kalengnya, isinya buat gue deh. Sa bila geleng-geleng kepala denger Rely mau nyimpen kaleng biskuit.
Ihhhh kamu, ini kan langka. Ada tulisannya Tokyo Disney Resort. Bukan biskuit biasa, balas Rely. Ke duanya cekikikan. Tapi Vando nggak bahagia sama sekali. Di dalam ranselnya Vando sudah bawa oleh-oleh buat Chella. Cuma, ke mana si Chella"
Sab, Chella mana" tanya Vando.
Nggak tahu, Van. Selama liburan gue nggak kontak sama dia, jawab Sabila sambil menerima sekantong besar plastik bertuliskan Snoopy Town, Harajuku. Sabila
t . c Makasih ya, Van& Elo emang baeeeekkkk banget, kata Sabila centil. Vando tidak balas memeluk, hanya terse nyum tipis.
Jangan dibuka di sini ya, Sab. Ntar banyak yang iri. Lo kan dapet banyak, bisik Vando.
Bereeesss, Sabila tersenyum lebar sampai lidahnya yang ditindik pun terjulur keluar. Rely keki juga melihat Sabila bisa langsung peluk-peluk Vando seolah cowok itu tiang listrik yang bisa langsung dipeluk siapa saja. Dan yang nyebelinnya lagi, Vando nanya-nanya Chella, lagi. Tapi Rely dalam hati sebenarnya ketar-ketir juga khawatir ketahuan telah membocorkan rahasia Vando dan Sabila.
Akhirnya hari itu semuanya selesai mengambil nilai IP dan mengisi KRS. Seperti biasa Vando cs nongkrong sampai sore, tapi nggak ada tanda-tanda kedatangan Chella. Itu bikin Vando resah, tapi dia nggak bisa ngecek karena setahunya, Chella nggak punya HP. Dia juga nggak mungkin tiba-tiba muncul di panti asuhan, takutnya Chella malah nggak suka. Mau telepon nanya ke panti juga nggak enak, nanti disangka ada masalah pen ting atau malah dikira cowok posesif.
*** Sore hari di rumah kontrakannya, Vando mengecek FB Chella menggunakan iPad-nya. Lagi-lagi Vando kecewa karena tidak ada penambahan apa-apa di status FB cewek itu. Nggak ada juga foto-foto saat manggung di perkawinan sepupunya di resor Bogor itu. Chella juga tidak berkomentar apa-apa tentang Rely dan Azel yang memprok-
t . c Lo ke mana sih, Chel" Masa menghilang nggak ada ka bar nya gini" Apa gue yang berlebihan, ya" Siapa tau dia ada urusan dengan panti asuhannya makanya tadi nggak bisa datang. Bikin gue galau aja. Perasaan gue jadi nggak keruan. Gini deh kalau gue udah mastiin kalau gue jatuh cinta sama Chella dan bukan hanya kasihan. Gue mau bilang jatuh cinta& eh, untuk awal nya mungkin gue bilangnya gue suka elo, Chel. Tapi elonya malah nggak ada.
Sesuai janji pada diri sendiri, Vando akhirnya memutus kan dia bukan sekadar kasihan pada Chella. Tapi lebih dari itu. Selama liburan di Tokyo, dia ka ngen pada Chella. Kangen ngobrol dengan Chella yang apa adanya. Kangen lihat Chella yang penampilannya se der hana, nggak dibikin-bikin. Kagum dengan Chella yang ber juang kuliah walau hanya anak panti. Bolak-balik selama di sana Vando mengecek FB Chella, tapi ya gitu deh, nggak ada perubahan apa-apa. Jadinya Vando hanya bisa melihat-lihat foto-foto Chella terbaru yang ada di iPhonenya, yang dia ambil waktu Chella manggung di ka winan sepupunya dulu.
*** Chella sudah tahu teman-temannya pasti masuk di hari pertama untuk mengisi KRS. Dia memilih datang di hari kedua dan itu pun pukul delapan pagi. Saat itu masih libur perkuliahan, mahasiswa hanya datang untuk ambil nilai dan daftar mata kuliah, sehingga kampus biasanya mulai ramai pukul sepuluh atau jam makan siang sampai
t . c molor. Tepat seperti dugaan Chella, belum ada temantem an seangkatannya yang datang sepagi itu. Chella pun se gera ngebut menyelesaikan semua urusannya di kampus. Jadi tinggal datang lagi minggu depan waktu perkuliahan sudah dimulai. Chella girang banget dengan hasil nilainya. IPK nya 3,20 (dari skala 4,00), padahal dia mematok nilai minimal 3,00 saja. Rasanya dia ingin cepat me nunjukkan lembaran nilainya itu ke ibunya di penjara.
Memang setelah selesai urusan di kampus, Chella langsung pergi ke penjara. Keluar dari kampus dia juga tidak lewat jalan yang biasanya, jalan pintas terdekat. Dia khawatir bertemu dengan Vando cs. Chella memilih pergi lewat ja lan dari Fakultas Psikologi. Biar agak jauhan yang pen ting aman, pikirnya. Kalau sampai tidak sengaja ketemu se be nar nya Chella siap, tapi kalau bisa lebih baik meng hindar.
*** Di kampus, suasana hati Vando kembali galau. Lagi-lagi Chella nggak ada. Tanpa sadar Vando mengecek oleh-olehnya untuk Chella di dalam ransel. Vando paling banyak mem beli oleh-oleh untuk Chella. Di semua tempat yang didatanginya, pasti dia membeli minimal satu su venir untuk Chella. Vando sudah membayangkan ke girangan di wajah Chella. Senyum yang membuat wajah nya makin manis pasti mengembang lebar. Tapi yang ada, Vando malah jadi kecewa. Chella nggak muncul dan nggak ada yang tahu ka barnya.
Ditunggu sampai sore juga cewek itu nggak muncul.
t . c bawah pohon sambil memperbaiki riasan smokey eyes di wajahnya.
Sab, lo udah ketemu Chella" tanya Vando pelan. Walau pun hanya berdua, tapi Vando nggak mau ada yang denger kalau dia nyari Chella (lagi).
Belum. Kenapa, Van" Kok dia nggak muncul juga ya" Dia tetap kuliah, kan" tanya Vando lagi.
Ya iyalah. Dia kan pengin banget jadi sarjana. Dia ba kal jadi orang pertama sepanjang sejarah panti asuhan itu yang jadi sarjana dari universitas seterkenal ini, cerocos Sabila.
Tapi ke mana" Kok nggak pernah muncul" desak Van do.
Bukannya menjawab pertanyaan Vando, Sabila malah nyerocos sendiri, Gue bener-bener curiga sama lo, Van. Sebenernya lo kenapa sih sama Chella" Kalo naksir kok nggak nembak-nembak juga" Kalo dia sodara tiri lo, kok bonyok lo nggak ikutan nyariin" Kalo&
Sab, Vando berusaha menyabar-nyabarkan hati dan me manggil Sabila dengan pelan, lo ke panti asuhan dong, tanyain dia ke mana. Kalo dia ada, tanyain ke mana aja kok nggak muncul-muncul di kampus.
Melihat wajah Vando yang agak memohon dan serius, Sabila mengurungkan niatnya bercanda lagi. Dia hanya bisa bilang, Oke, ntar gue ke sana. Gue kabarin, Van.
Eh, dia punya handphone nggak sih" Masa udah banyak manggung masih nggak mampu beli HP juga" tanya Vando lagi.
Ah, kalo dia punya HP masa kita, minimal gue, nggak dikasih tau" Nggak mungkin! jawab Sabila pede.
t . c *** Sepanjang perjalanan menuju panti asuhan, Sabila merasa nggak enak. Tadi waktu mau berangkat, di par kir an motor, Sabila kepikiran omongan Vando tentang HP. Lalu ia iseng menelepon Andrea. Pura-pura nanya ka bar, nanya soal grup vokal, dan akhirnya nanya tentang Chella.
Chella kok nggak ada kabarnya ya" Kan sekarang udah mulai ngisi KRS. Lagi banyak job ya, An" tanya Sa bila.
Banyak job sih, tapi latihannya tetap sore kok, Sab. Lo telepon aja dia, jawab Andrea.
Telepon ke panti" Ke HP-nya, kata Andrea lagi.
Oh iya ya, tapi BB gue hampir abis baterainya nih. Gue mesti pake HP adik gue abis ini, Sabila berbohong. SMS-in nomornya Chella dong, An.
Siiiip. Beres, abis ini langsung gue SMS, ya. Thanks ya, ujar Sabila. Punya HP tapi kok nggak nga sih tau ya" Aneh banget. Ngapain dia main rahasiara hasiaan gitu" Chella kan mencatat semua nomor HP te man-temannya. Masa iya dia nggak bisa sekadar SMS un tuk mengabari dia punya HP dan ngasih tahu no mornya" Sabila berpikir sambil menyalakan motor matic Scoopy-nya yang berwarna hitam.
Setibanya di panti, Sabila minta bertemu dengan Chella. Seorang anak yang masih berseragam putih-biru me m anggilkan Chella. Yang dipanggil muncul dengan wajah biasa, tapi ketika melihat Sabila, raut wajahnya agak berubah menjadi dingin.
t . c jurus-jurus keakraban dan kecuekannya, tapi dia raguhendak mencium pipi kiri-kanan Chella karena Chella meng ambil jarak agak jauh darinya. Muka Chella juga tidak terlihat gembira dengan kedatangan Sabila. Baik, jawab Chella singkat.
Ehm& lo nggak ke kampus" tanya Sabila yang masih dalam posisi berdiri karena nggak dipersilakan duduk. Nggak.
Lo nggak ngisi KRS" Ngambil nilai" Sabila makin yakin ada yang salah dengan Chella.
Udah. Kapan" Tadi. Tadi" Kok nggak ketemu gue dan anak-anak" Eh, udah ya, gue banyak kerjaan nih, kata Chella lebih kayak mengusir halus.
Chel, lo kenapa sih" Sabila bener-bener nggak tahan dan menyemburkan keheranannya.
Nggak ada apa-apa. Gue cuma banyak kerjaan, jawab Chella datar.
Nggak. Ini ada yang nggak bener. Lo mesti jawab kenapa lo jadi gini ke gue, paksa Sabila.
Gue banyak kerjaan di sini, Chella mengulangi jawaban yang sama.
Chella! Lo disiksa di sini" tanya Sabila yang malah jadi menduga yang bukan-bukan.
Nggak. Udah deh lo pulang aja. Jangan bikin berisik. Nada suara Chella tetap pelan, tapi pilihan kata-katanya mulai kasar. Dia kesal karena bayangan Sabila yang ternyata sok peduli padanya hanya karena disuruh dan di-
t . c Lo jawab dulu baru gue mau pergi. Kalo ada apa-apa lo cerita dong sama gue. Kita kan temen, Sabila masih ngotot.
Lo nggak usah sok care sama gue. Lo baik-baikin gue kan ada maunya, kata Chella dingin begitu mendengar kalimat kita kan temen .
Maksud lo apaan, Chel" Sabila mulai waswas. Lo kan temenan dengan gue cuma karena disuruh orang. Jangan-jangan lo ke sini juga karena disuruh. Lo pasti tau maksud gue. Please, gue mohon, lo pergi deh dan nggak usah ke sini-sini lagi. Gue banyak kerjaan. Se telah ngomong begitu Chella langsung ngeloyor pergi ke dalam panti, meninggalkan Sabila yang terbengong-bengong lemas.
*** Van, bad news, suara Sabila di telepon terdengar lirih.
Kenapa, Sab" Ada apaan" Chella nggak kuliah lagi" jawaban Vando tak kalah resah.
Bukan, Van. Aduh, gimana gue ngejelasinnya ya" Sabila yang biasanya cablak jadi kehilangan kata-kata. Ada apa, Sab" Lo jelasin deh.
Gue nggak yakin lo masih mau temenan sama gue setelah gue jelasin ini, Van. Chella juga udah nggak mau te menan sama gue, suara Sabila makin pelan dan lemes aja.
Maksud lo apaan, Sab" Vando nggak sabar lagi. Gue pernah keceplosan bilang ke Rely kalo gue bakal dapat banyak oleh-oleh dari lo. Maksud gue mau pamer ke dia. Tapi terus Rely nyecer gue, jadinya gue ember&
t . c ke Chella padahal gue udah bilang sangat rahasia& , Sabila ngaku dosa ke Vando yang hanya terpaku mende ngar kan cerita Sabila di telepon.
Van, lo denger gue, kan" kata Sabila lirih. Iya, Sab, gue denger, jawab Vando nggak kalah lirih. Maain gue ya& Gue ngerti kok kalo lo marah ke gue. Kalo gue nggak ember kan nggak bakal begini jadinya, Sabila benar-benar menyesal telah bercerita pada Rely.
Udah, Sab. Nggak apa-apa. Gue maain& Cuma tadi Chella marah banget" tanya Vando penasaran.
Iya& nggak bentak-bentak gue sih, tapi dingin dan k etus gitu. Gue nggak pernah lihat Chella yang tadi. Kayaknya dia merasa dikhianati banget, jawab Sabila lagi.
Ya udah, Sab& Beneran gue nggak marah, biar gimana lo udah banyak bantu gue dan Chella kok.
Van, gue nggak tau apa tujuan lo nolongin Chella. Kalo lo bantuin dia hanya karena dia anak panti, mending lo jelasin ke dia. Tapi kalo lo naksir dia, saran gue, lo kejar dia deh. Sekarang.
Emang kenapa lo bilang begitu"
Nggak tau ya& feeling gue aja nih, Van. Kan selama ini kita semua deket, di antara lo bertiga di kontrakan me nurut gue, yang paling deket sama Chella ya elo itu. Gue nggak tahu dia gimana ke elo...
Gimana apanya" potong Vando.
Perasaannya ke elo, Van. Kan bisa aja dia mengira lebih, eh, ternyata lo cuma kasihan karena dia anak panti. Tadi aja dia bilang ke gue kalo gue temenan dengan dia hanya karena disuruh orang. Yang dia maksud orang kan elo, Van. Nyebut nama lo aja dia udah nggak mau, jelas
t . c Vando tidak menanggapi tapi napasnya terdengar mendesah.
Gue orangnya memang cuek, Van, tapi ngeliat Chella tadi, gue ngerasa bersalah banget. Padahal nggak lo iming-imingin apa-apa, gue juga pasti tetep bantu dan temenan dengan dia. Tapi mana dia percaya, Van" Iya, gue tau, Sab. Ntar deh gue mikir dulu. Jangan kelamaan mikir, Van.
Vando dan Sabila ingin segera menjelaskan semuanya ke Chella dengan tenang dan tentu saja keduanya berniat ngamuk ke Rely! Kalo dia nggak cerita ke Chella, nggak akan jadi kayak begini.
Heran, pas gue udah tahu, udah yakin dengan perasaan gue kalo gue suka dengan Chella kok jadinya malah kayak gini sih" Ngapain sih Rely ikut campur segala" Apa urusannya" Sumpah, gue rasanya pengin ngamuk ke Rely. Kalo dia bukan ceweknya Azel, sekarang juga gue telepon, gue maki-maki. Payah deh. Sekarang gue harus bagaimana" Vando jadi kesal sendiri.
t . c A NGIN dingin menerpa Vando. Mendung di sore itu
cocok dengan hati Vando yang galau. Cowok itu sedang du duk di teras panti asuhan, menunggu Chella dipanggilkan oleh salah satu anak panti. Sebetulnya Vando ingin mengikuti saran Sabila kemarin sore supaya dia langsung datang menemui Chella. Tapi setelah dipikir-pikir, Vando khawatir Chella masih emosi, jadi lebih baik dipendam se malaman dulu. Siapa tahu Chella jadi lebih tenang dan nggak marah lagi.
Pagi tadi Vando memilih di kontrakan saja, tidak ke kam pus. Dia malas ketemu Rely di kampus. Lebih baik meng hindar daripada malah emosi. Untungnya tadi Azel yang mendatangi Rely ke kosannya, jadi Rely nggak perlu mampir ke kontrakan.
Sabila sempat mengirim SMS ke Vando. Katanya, dia ke kampus tapi menghindar begitu melihat Rely datang sambil glen dotan mesra ke Azel. Sabila memilih cabut. Sabila juga males ribut dengan Rely. Dia memilih menghukum Rely
Bab 10 t . c Di teras panti asuhan yang agak kusam, Vando masih me nunggu Chella keluar menemuinya. Perasaannya tambah tidak keruan karena Chella tidak segera keluar. Chella dengan cuek malah menyelesaikan ker jaan mengepel lantai ruang belajar. Setelah lima belas me nit berlalu, Chella baru keluar dengan penampilan ke ringetan, rambut lepek, serta kaus dan celana pendek yang sudah pudar warnanya.
Mau ngapain ke sini" tanyanya langsung ke Vando, tidak ketus, tanpa basa-basi, tapi dingin tanpa senyum. Vando kehilangan kehangatan Chella yang biasa ditemuinya.
Hai, Chel! Vando berusaha tenang walau kaget melihat penampilan Chella yang kucel itu. Chella tidak menjawab, memaksakan tersenyum tipis, tidak berusaha menatap mata Vando, dan tetap menjaga jarak dari Vando. Lagi sibuk, Chel" Vando bertanya lagi.
Iya, banyak kerjaan, ada perlu apa" Gue sibuk banget nih, jawab Chella masa bodoh dan terlihat tidak nyaman banget dengan kedatangan Vando ke panti.
Sori kalo ganggu, gue hanya mau nganterin ini, oleholeh. Soalnya gue nungguin lo dari kemarin di kam pus nggak ketemu-ketemu, jelas Vando masih me nya bar kan diri karena tahu kesalahan ada di pihaknya. Vando juga sengaja menegaskan kata nungguin lo supaya Chella tahu dia mengharapkan ketemu cewek itu, tapi Chella-nya cuek saja.
Oleh-oleh" Nggak usah deh. Nggak usah repot-repot. Ka sih aja sama anak-anak lain, tolak Chella, menggeleng. Chel, ini gue beli buat elo. Gue beli khusus buat elo.
t . c leh kok ngasih ke anak panti yang lain. Tapi terima ya, Vando menyodorkan sekantong besar tas belanja ber tuliskan Tokyo Disney Resort. Dalam hati Chella ingin tahu isinya, tapi di sisi lain, mengingat harga diri yang ter usik, Chella sama sekali tidak berminat menunjukkan ke girangannya dikasih oleh-oleh sebanyak itu. Chella ha nya mengambil tas belanja besar itu dari tangan Vando dengan wajah kurang berminat.
Sori ya, gue repot banget. Gue harus masuk cepetan. Ma kasih oleh-olehnya. Selesai ngomong begitu, tanpa me nunggu Vando ngomong lagi, Chella langsung masuk me nuju ruang ganti baju di bagian belakang kamar tidur. Vando hanya bengong tapi berusaha memaklumi sikap Chella yang dingin.
Besok gue balik lagi, Chel, janji Vando dalam hati. Dia be lum dapat kesempatan untuk minta maaf dan menjelas k an apa pun, makanya Vando merasa harus balik lagi, ngomong baik-baik dengan Chella saat cewek itu sudah tidak emosi lagi. Vando berharap siapa tahu Chella besok luluh dan agak lebih ramah.
Sementara di kamar ganti panti, Chella membuka kantong belanja dengan mata terbelalak. Isinya boneka bayi Mickey dan Minnie Mouse dengan baju warna baby blue dan pink, stoples madu bertutup logo Pooh, empat kaleng ber bentuk lucu dan bergambar karakter-karakter Disney berisi aneka kukis cokelat dan stroberi, dua kaus pink ma sing-masing bergambar Minnie Mouse dan Daisy Duck, serta sekaleng kukis cokelat dari Snoopy Town, H a rajuku& Chella tidak percaya apa yang didapatnya. Di da lam kantong belanja itu masih banyak lagi pernak-pernik dan aneka suvenir untuknya. Semuanya berlabel.
t . c Rasanya Chella ingin pamer ke semua orang. Seumurumur baru sekali itu dia mendapat oleh-oleh dari luar ne geri. Langsung dalam jumlah banyak, pula! Tapi mengingat dia marah pada Vando dan Sabila juga, Chella bimbang. Jadinya malah batal pamer, dua kaus oleh-oleh itu bakal dicuci dan hanya dipakai ke latihan vokal grup serta berkunjung ke penjara, tidak akan pernah dipakai ke kampus. Malu kalau ketahuan Vando dan yang lainnya ka lau ternyata dia sangat suka dengan kaus-kaus pemberian Vando. Semua suvenir disimpan di dalam lemarinya, semua makanan seperti kukis dan cokelat akan dibagikan ke semua penghuni panti. Pasti mereka semua gi rang banget. Walaupun mungkin rasanya lebih enak kue nas tar dan kue sagu keju buatan ibu panti, tapi yang nama nya kudapan dari luar negeri pasti rasanya lebih ber gengsi .
*** Vando sedang sarapan roti panggang di kontrakan. Vasco yang sama-sama belum mandi lagi minum kopi. Azel sedang mandi. Setelah Azel mandi, Vando berencana mandi lalu mau berangkat ke panti lagi.
Haloooo, selamat pagi, terdengar suara dari depan kon trakan.
Masuk aja, Rel. Azel lagi mandi, Vasco menjawab dengan suara yang masih serak. Tahu yang datang Rely, Vando langsung mengangkat piringnya dan menuju kamar. Langkahnya dipercepat supaya tidak ketemu dengan Rely yang lagi repot mencopot high heels-nya di teras.
t . c Sendirian, Vas" tanya Rely dengan suara agak sok manja.
Nggak. Si Vando lagi di kamar tuh, jawab Vasco cuek, se perti biasa. Mau ngapain lo pagi-pagi ke kampus sama Azel"
Oh, nggak ngapa-ngapain kok. Daripada bete di kosan men ding ke JustCoffee aja, ngupi-ngupi, jawab Rely lagi sam bil melirik ke kamar Vando yang tertutup. Ntar siangan kali mau ke Kota Tua, tambah Rely.
Mau ke Fatahilah" tanya Vasco memastikan yang dimak sud daerah Museum Fatahilah dan sekitarnya di Kota.
Iya, kalo jadi. Kalo nggak ujan, ujar Rely tersenyum. Ah, gue ikut dong. Gue mau foto-foto nih, Vasco meminta persetujuan Rely.
Kalo gue sih boleh-boleh aja tapi ntar fotoin gue ya, pinta Rely, berhubung jarang difoto Vasco.
Iya, iya, beres. Daripada gue ke sana sendirian, mending sama kalian, kata Vasco buru-buru menghabiskan kopi nya. Dalam hati dia merasa agak terpaksa disuruh memotret Rely yang senang dengan gaya-gaya jaim. Azel keluar dari kamar mandi.
Zel, Vasco ikutan ke Kota Tua boleh, kan" tanya Rely be gitu Azel muncul dengan hanya memakai celana pendek dan handuk, bertelanjang dada.
Boleh, tapi berangkatnya masih ntar, Vas. Jam se belas an naek kereta aja ya, Azel mengiyakan, walau dalam hati agak nggak rela karena rencana berduaannya dengan Rely rusak. Tapi karena Rely malah yang minta Vasco ikut, mau bagaimana lagi"
t . c mau pacaran sambil ngopi dulu, kan" Vasco memastikan.
Iya, ketemu di stasiun, jawab Azel pasrah. Ntar ya, gue ganti baju dulu, pamitnya sambil menuju kamar. Azel menyadari, kelemahan terbesarnya adalah tidak bisa me nolak apa kata Rely. Nggak tahu kenapa. Toh, per minta an Rely masih wajar, nggak pernah aneh-aneh, begitu pikir Azel. Yah, mungkin memang bener, cin ta itu buta, jadinya apa saja kata Rely, Azel manut. Se tuju terus.
Van! Lo nggak mandi" Azel udah tuh, Vasco agak ber teriak memanggil Vando di kamar. Tidak lama ke mudian Vando keluar dan langsung menuju kamar mandi. Rely sudah menengok-nengok ke kamar Vando dan saat cowok itu keluar, dia sudah memasang senyuman manis, tapi Vando sama sekali tidak melihat ke arahnya, apalagi me nyapa nya. Rely malu banget dianggap angin begitu. Un tung Vasco lagi mencuci gelas bekas kopinya, jadi tidak melihat adegan memalukan itu.
Dalam hati Rely waswas banget. Ada apa ini" Kok Vando nyuekin gue" Sediam-diamnya Vando ke gue atau siapa pun, dia selalu basa-basi menyapa. Nggak per nah kayak begini. Rely menelan ludah, kedua kakinya jadi lemas. Rely khawatir banget dia ketahuan membocorkan urusan mata-mata itu. Tapi kalaupun bocor, berarti Chella yang bilang! Karena gue hanya ce rita ke Chella!
Hei, Van! Lo mau ikut ke Fatahilah" tanya Vasco sam bil meletakkan gelas basah di rak pengeringan.
Sori, Vas. Gue nggak bisa. Ada urusan, jawab Vando, me langkah masuk ke kamar mandi.
t . c nya Vasco ke Rely. Dalam hati, untuk kali pertama Rely ber syukur banget Vando nggak mau ikutan pergi.
Eh... Sabila" Gue nggak tau. Kayaknya dia masih sibuk dengan urusan KRS-nya, jawab Rely asal. Kalo Vando saja dingin begini, jangan-jangan& Sabila juga tahu rahasia itu sudah gue bocorin ke Chella. Mati gue! Tapi, tenang, siapa tahu si Vando hanya bad mood. Siapa tahu masalahnya bukan tentang Chella. Rely men coba tenang dan optimistis rahasia mata-mata itu masih aman.
Halo, Sab, lo lagi sibuk nggak" Vasco langsung menelepon Sabila.
Emang kenapa" Sabila balik bertanya.
Kami mau ke Kota Tua. Lo ikut nggak" tanya Vasco lagi.
Nggak bisa kayaknya. Gue udah janjian dengan temen gue, anak GP. Eh, siapa yang mau jalan" Sabila pe na saran, padahal dia tidak ada janji dengan teman dari jurusan Teknik Gas dan Petrokimia. Sabila malah lagi tidur-tiduran di dalam kamarnya yang didominasi warna me rah dan hitam itu.
Gue, Azel, dan Rely. Beneran lo nggak ikutan nih" Udah ikut aja yuk, Vasco memastikan.
Nggak. Beneran gue nggak bisa. Kapan-kapan deh, lagian mendadak banget, Sabila pura-pura menyalahkan Vasco. Dia merasa beruntung sudah bilang tidak bisa dari awal. Coba kalau dia tadi bilang tidak sibuk, bisa-bisa dipaksa ikut dan harus bertemu dengan Rely.
Ya udah kalo gitu. Padahal gue pengin motret lo di pen jara bawah tanahnya Fatahilah, goda Vasco. Hahahahaha& Sialan lo, Vas! Kapan-kapan ya, Sabila
t . c Siaaappp& Kapan-kapan naek sepeda di sana, oke" Vasco tertawa, dia paling senang ngobrol dengan Sabila ka rena segalanya terasa ringan, ceria, dan apa adanya. Siip!
Sabila memeluk gulingnya erat-erat. Ah, kalau saja Rely nggak ember, membocorkan rahasia itu pasti kita se mua bisa tertawa-tawa, pergi rame-rame kayak biasa nya. Gue mau minta maaf ke Chella, tapi mesti cari waktu yang tepat karena Vando sudah bilang dia dulu yang akan membereskan urusan dengan Chella. Setelah urus an Vando beres, baru giliran gue. Bener juga sih, daripada kami berdua muncul dan minta maaf ber sa ma an, malah bikin Chella tambah emosi. Heran gue, Chella hanya anak panti, kayaknya nothing gitu tapi gue seneng temenan dan ngobrol sama dia dan jadi saksi perjuangan dia. Chella beda banget dibanding temen-temen gue selama ini. Sederhana, pinter, rajin, ringan tangan, makanya gue kaget banget waktu melihat dia dingin ke gue. Chella anak baik-baik, nggak kayak gue, kalo sampe dia marah begitu, yang salah pasti gue. Nggak mungkin dia yang salah. Dan ngapain sih Rely ember begitu" Apa untungnya buat dia" Emang dia nggak rela kalo Vando deket-deket Chella" Walaupun dia nggak pernah bilang, tapi lama-lama kalo gue pi kir-pikir, dari tingkah lakunya selama ini kebayang juga, jangan-jangan, Rely ada hati sama Vando. Tapi nga pain dia jadian sama Azel"
*** t . c Vando muncul dengan kaus dalam putih dan celana pendek. Handuk tersampir di bahunya. Aromanya lebih wangi dibanding waktu Azel keluar kamar mandi tadi. Ke tiga cowok itu memang punya sabun, sampo, dan deodoran yang berbeda.
Mau pergi, Van" tanya Azel yang sudah rapi dan duduk di sebelah Rely.
Iya, jawab Vando singkat.
Ke mana" Azel hanya basa-basi bertanya. Ke panti asuhan. Mau ketemu Chella, kata Vando sengit. Dia agak tidak bisa mengendalikan dirinya melihat Rely yang masih duduk manis dengan wajah tak berdosa.
Oh, kalian ikutan saja ke Fatahilah, Kota Tua, Rely mem beranikan diri nimbrung percakapan.
Ikut gimana maksud lo" Gara-gara mulut lo ember, Chella marah, tau nggak" semprot Vando dengan nada tinggi.
Rely tersentak dan malu banget, Azel lebih kaget lagi. Ember apaan" Chella marah" Maksud lo apa, Van" tanya Azel. Vasco yang mau masuk ke kamar mandi jadi me ngurungkan niatnya.
Zel, lo tanya aja sendiri sama cewek lo yang sok ke ca kepan itu! Habis ngomong begitu, Vando langsung ma suk kamar. Terdengar suara pintu dikunci dari dalam. Rely bener-bener syok dimarahin Vando di depan Azel dan Vasco. Dan yang bikin tambah malu dan sakit hati lagi adalah Vando bilang Rely sok kecakepan. Tanpa Rely sa dar, air mata sudah menggenang di matanya. Dia be nar-benar nggak nyangka Vando bakal semurka itu. Van do yang sudah diam-diam ditaksir sejak awal masuk ku liah bahkan sampai
t . c Rel, ada apa sih" tanya Azel dengan suara pelan. Dia sa ma sekali tidak menyangka Vando bakal mengamuk pa da cewek yang dicintainya itu.
Dengan sesenggukan Rely menceritakan ke Azel, juga Vasco yang sedari tadi menonton perang mulut itu, tentang apa yang terjadi antara Chella, Sabila, dan Vando. Di akhir cerita Rely mengulang-ulang kalimat, Gue keceplos an. Rely tahu dia berbohong bilang keceplosan, tapi daripada semua orang memarahi dan memusuhi dia"
Ya udah kalo gitu, kan lo tinggal minta maaf ke Vando dan Sabila. Lagian kalo keceplosan, ngapain lo nggak nga ku dari awal" tanya Vasco.
Gue takut& , jawab Rely masih sesenggukan hingga eye liner-nya berantakan.
Jangan-jangan Sabila males ikutan juga karena marah sama elo, lagi, Vasco menduga-duga.
Ah, udahlah. Gue panggil Vando ya, lo minta maaf ya, Rel, Azel terus mendukung Rely dengan sabar.
Van, Van, keluar dong. Rely mau minta maaf nih, pang gil Azel sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Vando.
Bentar, gue lagi ngeberesin tas, jawab Vando. Tidak lama, Vando keluar kamar. Sudah rapi dengan ransel tergan tung di pundak kanannya.
Gue keceplosan, maaf banget, Van, Rely memohon. Dia berdiri dan mendekati Vando. Bahkan saat emosi begitu pun, Rely dalam hati masih memuji ketampanan Vando dan ekspresinya yang dingin.
Semua itu kan bukan urusan lo, Rel. Ngapain lo ember banget" Mau keceplosan atau nggak, gue nggak peduli, kata Vando sambil menatap Rely dengan tajam.
t . c sengaja, keceplosan. Lo nggak usah marah-marah gitu, Azel mencoba membela pacarnya.
Lo nggak usah ikut campur deh, Zel. Lo suruh aja cewek lo itu jaga mulut, kata Vando dengan nada tinggi.
Sebelum Azel menanggapi dan makin ikut tersulut emosinya, Vasco berusaha menengahi, Eh, udah, udah. Ja ngan pada ribut dong. Apa gue aja yang ke panti dan na nya atau minta maaf ke Chella mewakili kita semua" Nggak usah. Itu urusan gue, tegas Vando. Van, beneran gue minta maaf banget, Rely mengulangi permintaan maafnya.
Vando melirik tajam ke arah Rely. Ah, udahlah. Males gue liat muka lo lagi, ujar Vando ketus. Dia langsung ke luar kontrakan, masuk mobilnya, dan melaju ke panti. Vasco hanya bisa geleng-geleng dan pamit mandi. Ntar ya, ntar kita bahas di kereta. Gue mandi dulu, se kalian keramas, biar pikiran gue jadi adem, kata Vasco sambil masuk kamar mandi meninggalkan Rely dan Azel yang masih kaget dengan kejadian barusan.
Hati Rely bener-bener hancur dimarahi dan dibentak Vando. Azel yang berusaha menghibur pun nggak ada gunanya. Di mata Rely sudah tidak ada air mata, tapi dia betul-betul kecewa. Vando yang dipuja dan diharapkan siang-malam, eh, malah benci banget kepadanya. Hanya ka rena cewek miskin yang menurut Rely tidak jelas asalusulnya.
Dasar Rely! Bukannya berhenti menyukai Vando, eh, dia malah menyalahkan Chella kenapa sampai ngomong ke Vando segala. Tapi itu hanya di dalam hati. Rely tidak mau Azel tahu perasaannya tentang Vando yang tidak
t . c agar bisa terus mampir ke kontrakan dan demi status nya. Rely sudah mengganti relationship status di FB-nya dari single menjadi in a relationship with Azel Mahesa. Ma sa baru jadian terus ketahuan selingkuh hati, jadi bu bar" Kan, malu! Lagi pula Rely juga belum siap berge lar jomblo lagi. Rely sendiri heran, kenapa dia tidak bisa meng usir Vando dari hatinya. Padahal jelas-jelas dia sudah di lepeh sama Vando. Begini ya yang namanya cinta buta" Cinta terpendam yang membabi buta&
*** Matahari bersinar terik sekali. Tanda-tanda sore bakal hu jan deras nih. Vando menelan ludah. Minum es cendol enak nih kayaknya, Vando membatin sambil memarkir mo bil nya tak jauh dari teras panti. Di teras dia melihat se orang ibu yang cukup tua, rambutnya putih. Vando tahu itu ibu panti, kepala panti asuhan, karena dia pernah li hat fotonya di FB Chella.
Permisi, Bu, sapa Vando ramah sambil memamerkan senyum mautnya.
Iya, ada apa ya" tanya perempuan itu ramah. Ibu pan ti agak mengernyitkan dahi karena merasa seumurumur tidak pernah ada anak muda setampan itu mampir ke pantinya.
Bu, saya Vando, teman kuliah Chella. Mau ketemu dengan Chella sebentar karena kemarin belum sempat ngomongin mata kuliah yang mau diambil, Vando beralasan.
Oh iya, iya& mari duduk, Nak. Ibu panggilkan Chella se ben tar ya, ujarnya lembut sambil masuk ke da lam.
t . c mui Chella. Jantungnya berdebar lebih keras, padahal se belumnya waktu ketemu setiap hari saat kuliah pe rasaannya nggak begini amat. Yang ada waktu itu perasaan se mangat buat datang ke kampus saja. Setelah Chella datang ke kampus, baru rasanya tenang. Tapi Vando tahu, Chella pasti datang. Tidak pernah bolos kuliah sekali pun. Selama dan setelah liburan akhir dan awal tahun baru ini, plus setelah masalah nggak penting ini muncul, Vando merasa kehilangan Chella. Baru deh perasaan kangen ke Chella muncul, juga perasaan deg-degan ini.
Ada apa lagi" Chella langsung bertanya begitu sampai di teras. Kali ini penampilannya nggak sekucel kemarin. Chella sudah mandi, terlihat sudah bedakan, wangi, walau ha nya memakai kaus dan celana pendek.
Chell, mau pergi" Vando senang banget Chella muncul walau sikapnya masih dingin.
Chella tidak menjawab dan mengulangi pertanyaannya, Ada apa lagi"
Chell, gue mau ngomong. Tapi gue mohon lo dengerin dulu baik-baik. Jangan marah-marah begini, kata Vando, ham pir memegang tangan Chella. Tapi Chella keburu meng gerakkan kedua tangannya ke belakang seperti sikap isti rahat di tempat kalau lagi upacara bendera. Please ba nget, dengerin gue ya. Setelah itu lo mau marah, terserah, ujar Vando pelan dan menatap kedua mata Chella dalam-dalam.
Kalau sedang tidak dalam kondisi marah, Chella yakin pasti dia sudah dibuat ping san oleh tatapan Vando dan sikapnya yang cowok ba nget. Tapi Chella tidak mau menunjukkan tanda-tanda dia terpesona oleh Vando.
t . c senang. Tapi Chella tidak ke beratan ketika Vando memberi tanda supaya ia duduk di sam pingnya.
Di kursi rotan yang sudah tua itu, Vando dan Chella du duk bersebelahan.
Chel, gue minta maaf& gue yang menyuruh Sabila memata-matai lo. Sebenernya bukan memata-matai, Chel, tapi menjaga. Gue&
Chella memotong dengan suara pelan, Gue nggak butuh dijagain, Van. Gue bisa jaga diri gue sendiri.
Gue tau. Gue takutnya lo kenapa-kenapa, kata Vando lagi. Hati Chella rasanya hampir lumer mendengar Vando ngo mong begitu.
Van, gue memang anak panti, tapi gue nggak perlu dan nggak mau dijagain, apalagi dikasihani. Gue nggak suka ada orang yang pura-pura mau jadi sahabat gue, nggak taunya dia hanya orang suruhan, tandas Chella di ngin.
Maksud lo" Chel, Sabila nggak pura-pura. Siapa yang bilang dia pura-pura" Rely" Dasar cewek ember. Sabila memang mau bantuin lo tapi kebetulan aja gue yang ngiming-ngimingin dia. Sabila nggak salah, Chel. Gue yang salah, Vando berusaha banget meluluhkan hati Chella.
Bukan Rely yang bilang Sabila pura-pura. Gue menyim pul kan sendiri. Ngapain lo nyalahin Rely" Kalo Rely nggak keceplosan, gue nggak akan pernah tahu cerita yang se be narnya, tukas Chella membela Rely.
Gue nggak seneng dengan Rely, kebanyakan ngomong. Dia nggak berhak ikut campur urusan gue, kata Vando agak ketus.
Ini satu lagi, ngapain lo bikin kartu nama Sparkling Rainbow segala" Chella bertanya sambil menatap tajam
t . c Vando langsung menarik napas. Dalam hatinya sempat ter lintas, mau bantuin orang saja kok susah banget, malah dimarahin. Gue hanya pengin bantuin lo. Dan gue juga suka sama lo, Chel& , kata Vando dengan suara lembut.
Mulut Chella yang sudah terbuka siap menyem prot Vando ternganga sesaat. Jantungnya serasa mau copot, saat dia melihat wajah Vando yang cakep dan te nang, setengah memohon begitu. Gue juga suka sama elo, Van, tapi& Duh, ngaca dong, Van! Gue tau diri. Gue tuh anak pan ti asuhan, orang miskin. Gue nggak mau disang ka mo rotin lo, memanfaatkan lo. Lo kaya begitu. Ini kan bukan sinetron, Van! Gue malu! Suara Chella ter dengar agak bergetar dan emosi menahan timbunan perasaan yang muncul selama ini.
Vando menatap Chella lekat-lekat. Jadi kalau bukan anak panti asuhan, lo mau kan jadi cewek gue"
Chella terdiam sesaat, Gue udah maain lo, Van. Tapi udah lah, jangan terlalu deket sama gue. Gue mohon, Van.
Chel, lo nggak menjawab pertanyaan gue, desak Vando.
Dengan mantap Chella menjawab, Nggak. Gue nggak mau jadi cewek lo. Gue mau masuk, banyak kerjaan. Kalo bisa, lo jangan balik ke sini lagi. Chella buru-buru berdiri dan berjalan cepat masuk panti meninggalkan Vando yang masih kaget mendengar jawaban Chella. Chella terus berjalan menuju kamar mandi dan buru-buru masuk. Ia langsung menyalakan keran air dan menangis&
Mana ada cewek yang nggak suka sama lo, Van! Cakep, kaya, baik hati, pintar, nggak sok kecakepan,
t . c yak begini" Kenapa nasib gue nggak kayak anak-anak laen yang punya keluarga normal" Gue sudah maain lo, Van. Tapi kalo lo tau, ini bukan hanya masalah tinggal di panti. Gue yakin, seyakin-yakinnya, kalo lo tau ma salah nyokap gue ada penjara, pasti lo menjauhi gue. Daripada gue sakit hati lo jauhin, lebih baik gue yang menjauh.
Kalaupun lo menganggap bukan masalah besar kalo gue anak panti, gue tetep nggak bisa menyembunyikan ke ber adaan Ibu di penjara. Itu kan sama saja gue meng harapkan Ibu nggak ada, mati. Duuuuuhhhh! Gue benci perasaan ini. Gue benci perasaan jatuh cinta ini! Vandooo& Gue suka sama elooo&
*** Keesokan harinya di warnet, Chella segera membuka akun FB-nya. Langsung dia menulis status:
Otak dan hati gue nggak sinkron. Otak gue nyuruh melupakan. Hati gue bilang jangan lupakan L
Dengan perasaan galau dan penasaran, Chella melihat akun FB Vando. Di sana yang terbaru adalah unggahan video klip lagu Hampa yang dinyanyikan Ari Lasso. Baru diunggah kemarin sore, di hari Chella menolak Vando.
Kupejamkan mata ini Mencoba tuk melupakan
Segala kenangan indah tentang dirimu Tentang mimpiku
Semakin aku mencoba t . c Merasuk hingga ke jiwa Tuhan tolonglah diriku Entah dimana dirimu berada Hampa terasa hidupku tanpa dirimu Apakah disana kau rindukan aku Seperti diriku yang selalu merindukanmu Selalu merindukanmu
Tak bisa aku ingkari Engkaulah satu satunya Yang bisa membuat jiwaku Yang pernah mati menjadi berarti Namun kini kau menghilang Bagaikan ditelan bumi Tak pernah kah kau sadari Arti cintamu untukku
Chella tahu lagu ini dan juga suka. Ia langsung me makai headphone dan mendengarkan lagi, lagi, dan lagi lagu Hampa. Benar-benar sesuai dengan suasana hati Chella. Tapi apakah lagu ini ditujukan untuk gue" Bisa saja kan perasaan Vando galau karena masalah lain. Kayaknya pe rasaan dia ke gue nggak sebegitunya juga, kali. Sebaik nya gue nggak usah ke-geer-an& Chella berusaha m e ngen dalikan perasaannya. Dulu gue berkhayal bisa jadian dengan Vando, sekarang, saat dia beneran bilang suka sama gue, ternyata tetap saja semua itu hanya bisa jadi khayalan. Nggak akan bisa jadi kenyataan. Ini nih yang namanya galau!
Chella lalu melihat akun FB Sabila. Nggak ada yang baru setelah foto-fotonya saat tahun baruan dengan
t . c tertawa de ngan Sabila yang cuek dan periang itu. Kayaknya semua masalah bisa selesai karena Sabila selalu punya ide untuk menyelesaikannya.
Bagaimana kalau yang dibilang Vando benar" Kalau Sa bila memang tidak berpura-pura ngebaik-baikin gue" Cuma kebetulan saja bersamaan dengan niat Vando nolong gue" Yang kayak gini nih, nambah ruwet pikiran gue. Chella mendesah.
Saat dia mengintip akun FB Rely, seperti biasa, dengan
sta tus-status mellow-nya yang kayak lagu dangdut itu: Lo tau nggak sih kalo lo begitu berarti buat gue" Status
yang Rely buat ini ditujukan untuk Vando dan karena se dih banget dimarahin pria pujaannya yang diam-diam di ka guminya. Tapi yang jawab malah Azel: tau dong! Dan Rely hanya menjawab dengan: he he he, sementara teman FB yang lain mengomentari mereka dengan: cieeeee pa car an di FB, so sweeeetttt, dan komentarkomentar nggak jelas lainnya.
Chella jadi agak iri dengan kemesraan Rely dan Azel. Se tiap ada pasangan pacaran, Chella hanya bisa jadi penonton. Situasi hidupnya membuat dia memaksa diri mem batasi pergaulan. Punya teman baik saja sudah hebat ba nget dan kalaupun punya teman baik di kampus, tetap saja Chella tidak berani menceritakan tentang ibunya dan pen jara. Memang yang terbaik tidak punya teman baik, te man biasa saja sudah cukup.
Ada tanda notiikasi merah di FB Chella. Segera ia mengklik dan kaget. Vando mengomentari sta tus nya. ikutin hati lo, tulis cowok itu,
Jantung Chella berdebar keras. Rasanya bahagia banget
t . c tidak mungkin mengomentari balik. Kalau keadaannya normal, pasti Chella sudah jingkrak-jingkrak kesenangan. Akhirnya untuk menetralisir hatinya, Chella malah membaca situs-situs berita nasional dari masalah politik, ekonomi, sampai gosip artis terkini, lalu membaca twitwar Serena Rosa, seorang aktris seronok spesialis pemeran ilm-ilm horno (horor porno, yang katanya horor tapi ma lah banyakan adegan ranjang yang nggak ada hubungannya dengan alur cerita) dengan Katrinna, se orang penyanyi dangdut yang doyan pakai baju minim ka yak kekurangan bahan baju. Buat Chella twitwar itu sangat nggak penting tapi menghibur. Ternyata masih ba nyak kejadian yang tolol dan lebih konyol dari nasib pada hatinya yang nggak jelas. Bayangin saja, dua artis yang tidak jelas prestasinya itu tiap hari muncul di infotain ment hanya karena masalah yang tidak penting. Sekarang Serena vs Katrinna itu heboh karena meributkan siapa yang paling cocok jadi pasangan pemain sepak bola nasional, Hambali. Nggak penting banget, kan. Chella senyum-senyum sendiri membacanya, betul-betul meng hibur. Tapi di pikirannya bayangan Vando tidak pernah be nar-benar bisa dihilangkan.
t . c S UASANA kampus yang ceria dan ribut dengan celo teh-
an mahasiswa-mahasiswi tidak ada artinya untuk Chella. Sejak awal semester dua ini dia selalu masuk kelas lima me nit sebelum mulai dan begitu selesai kuliah dia langsung kabur dari kelas ke perpustakaan atau laboratorium antro pologi. Di sana Chella memakan bekal yang dibawa dari panti. Bekalnya hanya nasi putih dengan tahu, tempe (biasa nya hanya digoreng biasa atau digoreng tepung, diorek atau dibacem), kadang nugget atau sosis goreng. Kalau pun ada sayur, paling capcay atau tumis kangkung. Se muanya yang praktis. Memang sih sebetulnya tidak ada yang boleh makan di perpustakaan, tapi asal diam-diam dan nggak berceceran ke mana-mana biasanya nggak ada yang menegur.
Menjelang jam kuliah berikutnya, Chella baru ke luar dari perpustakaan atau laboratorium. Selesai kuliah langsung pulang. Kecuali ada kerja kelompok, dia baru bertahan di salah satu sudut kampus untuk menger ja kan
Bab 11 t . c ganti personelnya. Yang pasti bukan dengan Vando, Rely, Sabila, Azel, atau Vasco.
Ritual melarikan diri ini sudah dilakukan Chella selama se bulan. Ia selalu menghindari teman-temannya. Vasco yang tidak ada urusan dan tidak berbuat salah pada Chella jadi ikutan kena imbasnya: nggak diajak ngo mong duluan. Tapi kalau Vasco menyapa, Chella selalu membalas sapaannya sambil terburu-buru kabur.
Sabila tidak berani menegur duluan. Vando juga. Apalagi melihat gelagat Chella yang bertingkah seolah dirinya dikelilingi Tembok Besar Cina yang nggak bisa dirobohkan.
Berbeda dengan Rely yang masa bodoh dengan menghi langnya Chella. Bagi Rely, Chella adalah sosok yang ma kin mengganggu. Menurut Rely, gara-gara Chella, dia jadi dimarahi dan dimusuhi Vando serta dijauhi Sabila.
Hari ini usai kuliah Sistem Antropologi Indonesia, Vasco duluan keluar kelas, tidak lama kemudian Chella ke luar sementara sebagian besar teman sekelas mereka ma sih santai membereskan buku-buku dan per alat an tulis ke dalam tas. Begitu Chella hampir melewatinya, Vasco bertanya, Mau ke mana, Chel"
Perpustakaan. Duluan ya, Vas, jawab Chella cepat. Tapi kali ini Chella tidak bisa kabur. Vasco memegang per gelangan tangan kanan Chella dengan cepat. Chella ka get. Ngapain sih, Vas"
Gue ikut ke perpustakaan, jawab Vasco sambil masih me megang tangan Chella.
Iya, tapi ngapain tangan gue diginiin"
Biar lo nggak kabur-kaburan, kata Vasco cengenges-
t . c Nggak, gue nggak kabur. Tapi lepasin tangan gue. Nggak enak dilihat anak laen, ujar Chella sambil me nengok ke belakang. Dan benar saja, di belakang mereka te m an-teman sekelas mulai keluar dan Vando melihat adegan pegangan tangan itu.
Tiba-tiba saja Chella berubah pikiran. Bukannya melepas pegangan tangan Vasco, Chella malah menggenggam ta ngan Vasco erat-erat. Yang digandeng erat-erat itu tentu nya jadi agak kaget.


Andai Dia Tahu Karya Esi Lahur di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Vando agak mendelik melihat adegan itu. Rasanya dada nya kayak panas, dibakar pelan-pelan. Dalam hati bert anya-tanya sedang apa Vasco dan Chella pakai gan denggandengan tangan segala.
Tadi nyuruh lepas, sekarang lo genggamin tangan gue ke ras banget. Mau pingsan" Vasco jadi bingung.
Nggak. Udah cepetan jalannya, kata Chella setengah menyeret Vasco.
Di belakang, tadinya Vando mau menyusul Vasco, tapi me ngu rungkan niatnya. Perasaan galau langsung menyerang nya, belum lagi penasaran banget dengan kejadian yang dilihatnya barusan.
Sampai di perpustakaan, Chella langsung menuju lorong buku yang ditujunya. Dia mau mengerjakan tugas mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia sambil makan siang. Vasco membuntuti di belakangnya.
Chel, lo kenapa sih" Vasco berbisik.
Nggak kenapa-kenapa, jawab Chella sambil masih men cari buku di antara deretan buku yang ada.
Chel, lo marah sama Vando, Sabila, gue tahu. Tapi ja ngan marah sama gue dong. Salah gue apaan" tanya
t . c Nggak salah apa-apa, Vas. Gue hanya males berteman ter lalu dekat lagi. Nggak ada gunanya, Chella yang tadinya berencana tak mengacuhkan Vasco jadi serius. Unek-unek yang selama ini disimpan di hatinya mulai ditum pah kan sedikit-sedikit.
Nggak ada gunanya gimana, Chel" Namanya teman masa nggak ada gunanya. Gue sih kangen dengan Chella yang dulu. Apalagi Vando, goda Vasco. Muka Chella lang sung bersemu, malu.
Apalagi dia. Males gue, Vas, kata Chella lagi berusaha me nutupi gejolak perasaannya.
Ampun deh lo, Chel. Cewek-cewek aja pada diem-diem pedekate ke Vando. Eh elo malah nggak mau sama dia. Vando emang nggak pernah cerita ke gue kalo dia suka sama elo, tapi dari sikapnya yang jadi galau-galau nggak jelas di kontrakan, gue yakin itu gara-gara mikirin elo. Ke napa sih lo nggak mau sama dia" cecar Vasco.
Ehmm& nggak ada apa-apa. He s not my type, Chella ber bohong. Eh, jangan-jangan lo disuruh Vando buat nanya ke gue ya" Lo tau kan Sabila disuruh mata-matain gue" Chella langsung menyerang balik.
Kagak. Gue hanya mau bilang, gue jangan ikutan di musuhin dong, Chel. Atau lo mau gue jadi perantara antara lo dengan Vando dan Sabila gitu" Vasco mena war kan diri.
Perantara" Kayak tukang pos aja& nggak usah, Vas. Gue lebih baik kayak sekarang aja. Fokus hanya kuliah, ja wab Chella tersenyum sambil duduk dan membuka kotak bekalnya.
Kuliah aja" Bukannya lo katanya jadi penyanyi latar, eh, apa wedding singer gitu" Vasco memastikan info
t . c Tuh kan nyebar beritanya, kata Chella dalam hati. Iya, gue ikutan vokal grup, Vas. Buat nambah biaya perlengkap an kuliah, jawab Chella pelan.
Hebat dong. Gue aja pengin kayak lo, bisa nyari penghasilan tambahan sendiri, puji Vasco. Chella agak kegeer-an dibilang hebat oleh Vasco.
Gue boleh nggak ke panti" Gue mau motret anak-anak panti dan suasananya. Kan gue belum pernah motret pan ti asuhan. Boleh, kan" tanya Vasco lagi.
Gue tanya ibu panti dulu ya, Vas. Kalo boleh, lo izin lagi, langsung ke ibu panti, jawab Chella.
Sipppp. Beres. Kabarin yah, Chel, kata Vasco ceria. Lo nggak makan, Vas" tanya Chella yang nggak enak mau makan sendirian.
Iya& Ya udah, gue ke kantin ya. Pokoknya gue udah tau lo nggak marah ke gue. Gue tunggu kabarnya ya, Chel, Vasco beranjak pergi.
Nomor HP lo berapa, Vas" tanya Chella sambil mengeluarkan ponselnya.
Hebat lo, Chel. Bisa beli HP sendiri, Vasco memuji sung guhan. Keduanya lalu bertukar nomor. Habis itu Vasco langsung pamit pergi ke kantin buat makan siang sebelum masuk kuliah berikutnya. Chella yang ditinggal sendirian di perpustakaan segera melanjutkan makan siang nya (nasi dan tempe orek plus sambel terasi). Pikiran Chella jadi melayang ke Vando. Seandainya tadi itu Vando& Walaupun gue usaha mati-matian menghilang kan Vando dari pikiran gue, tetap saja wajahnya ter ba yang-bayang terus. Susah menghapusnya! Tadi gue se nga ja gandeng tangan Vasco, supaya Vando lihat dan
t . c Vasco. Gue kan nggak pernah gandeng-gandeng atau gelayutan ke cowok, baru tadi dengan Vasco.
Chella tidak jadi mengerjakan tugas mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia. Jadinya malah terbayang-bayang waktu dia dipayungi Vando saat hujan deras berjalan dari mobil Vando ke teras panti. Betul-betul bikin deg-degan dan hati terasa seperti kesetrum. Lalu terngiang-ngiang lagu Hampa-nya Ari Lasso lagi& Inikah yang namanya jatuh cinta sekaligus kasih tak sampai" Menyebalkan ba nget rasanya! Sekalinya jatuh cinta dengan cowok tajir kayak Vando. Wajar kan kalo dulu gue berkhayal jadi ceweknya Vando" Nggak ada cewek yang berkhayal ja dian dengan gelandangan, pengemis, preman pasar, pasti ngayalnya jadian dengan cowok kayak Vando! Dan mana gue tahu khayalan gue bisa jadi ke nya ta an" Andai lo tau, Van, yang bikin ngeselin adalah kha yalan itu bakal tetap jadi khayalan, nggak bisa jadi kenyataan.
*** HP Vasco yang digeletakkan begitu saja di meja makan ber bunyi. Vasco-nya sendiri lagi di kamar mandi. Memang Vasco sering menggeletakkan barang-barangnya kecuali kamera dan perlengkapan memotretnya sem barang an saja (pernah buku cetak Antropologi Budaya dige le takkan saja di dekat kompor. Karena Vasco belajar sam bil masak mi instan, selesai masak dan makan mi instan dia lupa dan meninggalkan bukunya di sana lalu ma lah tiduran di sofa. Untung tuh buku sampulnya hanya
t . c Vando yang lagi makan malam di dekat situ tadinya diam saja. Tapi lalu nggak tahu kenapa, Vando jadi pengin ngintip HP Vasco yang masih menyala dan bisa terbaca. Seb elum HP itu jadi gelap lagi, Vando masih sempat melihat tulisan SMS dan muncul nama Chella.
Vando jadi penasaran, cemburu, tambah galau, dan bingung mau ngapain lagi. Dia jadi sangat pengin tahu apa yang dilakukan Vasco dan Chella. Nggak mungkin kan membaca isi SMS dari Chella. Dari tadi siang Vando juga be lum ngomong langsung dengan Vasco tentang adegan gandeng-gandengan tangan dia dan Chella. Vasco juga ber sikap biasa saja, kayak tidak terjadi apa-apa. Vando juga nggak enak mau nanya. Saudara bukan, pacar bukan, kan nggak ada hak sama sekali buat interogasi Vasco tentang Chella.
Vasco keluar kamar mandi sambil bersiul-siul, nggak jelas lagu apaan. Lalu dia ke meja makan mengambil HPnya. Dia membaca SMS dari Chella.
Kata ibu panti boleh kalau lo mau motret. Tapi bo lehnya hari Sabtu atau Minggu, tulis Chella.
Vasco tersenyum membaca SMS dari Chella. Ter senyum karena diizinkan memotret di panti. Vando yang su dah tahu SMS itu dari Chella jadi makin penasaran. Apa lagi dia nggak tahu nomor ponsel Chella. Vasco langsung mem balas SMS Chella sambil berjalan menuju kamarnya.
Siiiiaaaappp. Sabtu ya, Chel! tulis Vasco.
Vando yang mau bertanya jadi mengurungkan niatnya. Mau nanya apaan" Siapa yang SMS, Vas" Chella" Lo nga pain dengan Chella" Jelas nggak mungkin kan gue
t . c pe rasaan khusus ke Chella, tapi kan bukan berarti Chella cewek gue. Brengsek nih. Perasaan kayak gini nggak enak banget. Tadi Chella gandeng tangan Vasco aja rasa nya pengin gue semprot. Tapi sekali lagi, gue siapa nya Chella" Sampai sekarang aja gue bingung mau na nya apa ke Vasco, ngapain lo berduaan dengan Chella" Nggak mungkin banget. Andai lo tau, Chel, perasaan gue jadi nggak keruan kayak gini.
*** Jumat sore Vando pulang ke rumahnya. Di kontrakan hanya ada Azel dan Vasco. Sabtu paginya Vasco ber tan dang ke panti. Ibu panti dengan senang hati menyambut ke datangan Vasco. Memang sih ibu panti selalu baik de ngan siapa saja. Kayaknya di dunia ini menurutnya se mua orang baik dan wajib disambut dengan baik pula. Chella jadi tour guide buat Vasco. Semua kegiatan anak panti difoto Vasco, dari penataan meja untuk sa rapan, piket membersihkan kandang ayam, menyapu ha la man, semuanya deh diabadikan oleh Vasco. Berhubung ini panti asuhan khusus cewek, kedatangan cowok bikin penghuni panti kegirangan tapi malu-malu. Apalagi Vasco penampilannya juga lumayan, bawa kamera cang gih, rasanya keren banget.
Wah, teman-teman kuliahnya Kak Chella cakep-ca kep, puji Loli, anak panti yang masih duduk di kelas 2 SMP.
Vasco yang mendengarnya hanya tersipu. Chella mendelik ke arah Loli yang langsung ngibrit ke dapur.
Teman-teman" Memangnya siapa lagi yang pernah ke si ni" Vando" tanya Vasco. Chella hanya menjawab d e-
t . c Lo masih marah dan nggak mau temenan dengan dia lagi"
Sudah nggak marah, tapi males temenan lagi, jawab Chella pelan.
Kasian, tau, Chel. Gue nggak pernah nanya sih, tapi Vando jadi suka mengurung diri di kamar. Biasanya kan dia ceria, segar. Patah hati kali, goda Vasco. Chella gantian tersipu.
Masih banyak cewek lain kan, Vas" Ah, udah deh, nggak usah ngomongin dia lagi, kata Chella.
Vasco mengikuti semua kegiatan yang berlangsung di panti, dia berencana membuat esai foto dan dikirim ke ma jalah fotograi Klik! yang memuat karya foto grafer amatir atau pemula. Dia juga diajak makan siang bareng dengan menu nasi putih, ikan asin, teri ka cang, dan sayur asem. Karena ada cowok nyasar di ruang ma kan, para penghuni panti pun jadi agak-agak caper, cari perhatian. Kalau bicara suara mereka dibuat-buat manja atau dikeras kan. Omongan yang tidak begitu lucu pun ditanggapi dengan tawa ngakak berlebihan. Semua dilaku kan untuk menarik perhatian Vasco.
Selesai makan siang, anak-anak panti yang masih SD ber siap tidur siang. Mereka sudah masuk ke ka mar. Vasco dan Chella duduk berdua di teras.
Chel, gue mau nanya tapi lo jangan marah, ya, ujar Vasco berhati-hati
Nanya apa" Bukan tentang Vando lagi, kan" Bukan. Ehm& memangnya nggak ada yang adopsi anak pan ti sini" tanya Vasco
Biasanya kalau adopsi itu ngambilnya bayi, Vas. Kalo
t . c yang mau adopsi. Paling-paling jadi orangtua asuh untuk bantu biaya sekolah sekadarnya. Kenapa" Lo mau adopsi gue" canda Chella.
Vasco tersenyum. Nggak bisa gue ngebayangin hidup tan pa orangtua. Hebat lo, Chel. Mandiri banget.
Ya udah nggak usah dibayangin. Chella mencoba men cari topik pembicaraan baru karena waswas Vasco akan bertanya tentang keluarganya. Chella tidak mau berbohong, tapi juga tidak mau menceritakan apa pun tentang kisah kelam keluarganya.
Nanti foto-fotonya gue liat ya, semoga dimuat deh, kata Chella.
Ngapain nanti" Sekarang aja liatnya. Vasco menyodor kan kameranya ke Chella.
Eh, gue nggak tahu cara pakenya. Ntar malah kehapus lagi, elak Chella. Vasco mendekatkan letak duduknya ke arah Chella. Lalu mengajari Chella cara melihat gambar di kamera digitalnya. Setelah Chella bisa, mereka saling me ngomentari dan tertawa-tawa melihat adegan-adegan anak panti yang berhasil dijepret Vando. Kadang tak sengaja jari-jari tangan keduanya bersentuhan. Selagi mereka tertawa-tawa kayak orang pacaran, tiba-tiba ada yang memanggil nama mereka.
Vasco& Chella& Lo berdua ngapain"
Vasco dan Chella menengok. Saking asyiknya melihat ha sil jepretan Vasco, mereka sampai tidak sadar ada suara motor perlahan masuk. Sabila agak terperangah melihat ke mes raan keduanya. Vasco dan Chella juga tak kalah ka get nya. Tapi keduanya tetap duduk berdekatan. Sab, ngapain lo" tanya Vasco heran, sementara Chella
t . c panti, Vasco langsung menjelaskan melihat Sabila memasang wajah curiga.
Oh, motret ya& Ehm, udah dari tadi" tanya Sabila lagi.
Iya, dari pagi, jawab Vasco. Sendirian" tanya Sabila penasaran.
Iya, ngapain sih lo pengin tau banget" Mau nyari Chella" Vasco gantian bertanya.
Iya& jawab Sabila pelan dan seperti nggak yakin karena melihat keengganan di wajah Chella.
Ya iyalah, dia pengin tau, kan, dia mata-mata, ujar Chella dingin. Setelah bicara begitu sebetulnya Chella kaget sendiri. Kok bisa ya gue jadi ketus begitu" tanyanya dalam hati. Sebenarnya dia jadi nggak enak sendiri, jarang banget Chella ngomong ketus apalagi jahat. Tapi mau minta maaf ke Sabila kan juga gengsi.
Chel& Vasco berusaha menenangkan Chella. Sabila me rasa terpojok.
Gue nggak nyangka lo masih semarah itu sama gue. Tadi nya gue mau minta maaf, maaf banget karena sudah me mata-matai lo. Tapi jujur, gue niat banget bantuin lo. Kalo lo tetap marah, ya udah nggak apa-apa. Gue hanya mau bilang kalo gue tulus bantuin dan Vando juga nggak ada maksud apa-apa selain bantuin lo. Kita semua peduli sama lo, ucap Sabila panjang-lebar, lalu segera memakai helm nya dan melesat dengan motornya.
Mata Chella berkaca-kaca, tapi dia buru-buru me nyekanya. Vasco menatap Chella lekat-lekat.
Chel, lo nggak apa-apa, kan"
Nggak. Gue baik-baik aja. Tolong jangan dibahas ya,
t . c Vasco pun langsung tutup mulut daripada ikutan diusir.
Gue mau ke dapur, mau bantuin bikin camilan sore. Lo mau ikut" tanya Chella.
Ya iyalah. Emang mau bikin apaan"
Tape goreng tepung. Murah meriah, jawab Chella sam bil berjalan menuju dapur diikuti Vasco.
*** Van, lo masih peduli dengan Chella" tanya Sabila di telepon.
Kenapa lo nanya gitu, Sab" Vando balik bertanya dan Sa bila langsung menceritakan apa perkataan Chella di teras panti.
Dan, dia nggak sendirian, Van, tambah Sabila. Maksud lo" Dia kan sama temen-temen pantinya itu. Kalo lo demen sama Chella, mending lo lupain deh. Atau malah lo selidiki. Dia tadi lagi berduaan sama Vasco, jelas Sabila tanpa bermaksud ember.
Ha" Vasco" Ngapain dia di sana" Vando jadi mulai agak cemburu.
Katanya sih motretin anak panti. Gue nggak bermak sud ngadu domba lo dan Vasco ya. Gue cerita apa yang gue lihat. Mereka berduaan, duduk berdekatan dan pe gang kamera barengan. Udah deh, Van, mending lo ja ngan urusan lagi daripada jadi sedih kayak gue sekarang, je las Sabila dengan suara agak parau karena terlalu se ma ngat cerita.
Terdengar Vando menarik napas panjang, Ya udah, Sab. Makasih infonya. Gue, gue nggak tau mau ngomong apaan. Tapi, Sab, lo jangan musuhin Chella ya& siapa tau
t . c Iya, Van& tapi kayaknya gue nggak mungkin ngajak ngo mong duluan kalo dia nggak ngajak ngomong duluan. Gue males dan malu, Van, disudutin kayak begitu.
Saat percakapan Sabila sudah selesai, Vando jadi tambah puyeng. Gue sudah agak diem-dieman dengan Azel karena urusan si Ember Rely. Masak sekarang gue diem-dieman dengan Vasco karena Chella. Nggak bener ah. Gue harus ngomong sama Vasco besok malam, tapi besok pagi gue harus ke panti lagi. Pokoknya urusan ini ha rus selesai! Apa gue perlu menceritakan rahasia keluarga gue supaya Chella ngerti dan mau menerima gue dan berhenti bersikap kalo dia HANYA anak panti" Ya, kayaknya gue perlu cerita ke Chella kalau nyokap gue itu juga anak panti asuhan! Dari bayi tinggal di sana. Tapi bokap gue dan keluarganya biasa saja dan me nerima nyokap gue apa adanya. Sebenernya ini bukan rahasia, tapi karena nggak ada yang nanya, ngapain juga gue cerita" Dari dulu semua temen gue taunya kakek-nenek gue dari pihak nyokap sudah nggak ada.
*** Sabtu petang di kontrakan hanya ada Azel dan Rely. Rely berani mampir ke kontrakan karena tidak ada Vando. Sedangkan Vasco dari panti asuhan langsung kelayapan ke mal, ada peragaan busana di mal, makanya dia mau se kalian motret peragawati-peragawatinya.
Rencananya Azel mau masakin makan malam buat mereka berdua. Mereka bisa makan sambil nonton TV
t . c kan lebih karena demi status biar nggak sendirian di malam Minggu dan nggak dibilang jomblowati. Jadi dia terserah saja dengan ide Azel, toh dia juga asyik sendiri mainan tablet. Apa lagi kalau bukan main game Angry Birds dan ngecek-ngecek FB dan Twitter.
Setelah makan malam, Azel menyetel DVD film Twilight. Suasana berduaan dengan ilm romantis begitu bikin Azel pengin mencium Rely untuk kali pertama. Awalnya Azel duduk dan menggenggam tangan Rely, yang kadang dilepas Rely karena dia mau nulis sesuatu di sosmednya. Tapi waktu bibir Azel sudah mau mendarat di bibir Rely, Rely langsung mengelak dengan cepat. Apaan sih, Zel" kata Rely dengan nada agak tinggi Gue cuma mau nyium elo, jawab Azel pelan dengan wajah agak mupeng.
Ah, maaf ya, gue belum siap. Kita kan baru pacaran sebentar, tolak Rely, menggeser duduknya menjauh dari Azel. Dalam hati Rely males banget ciuman sama Azel. Maunya kalau bisa ya ciuman dengan Vando. Wajah Azel jadi bete.
Maaf ya, Rel, gue jadi pengin ngomong. Kok kayaknya lo nggak ada mesra-mesranya ke gue, kata Azel kesal. Itu perasaan lo aja, jawab Rely cepat.
Atau lo nggak sayang beneran sama gue ya" cecar Azel
Lo kok nanyanya kayak gitu sih" Maksud lo apaan" Masa gara-gara gue nggak mau ciuman sama elo trus lo bilang begitu" Ya udah kalo gitu, kita putus aja! ancam Rely. Nah, kalau sudah diancam begitu, Azel jadi ciut. Dia takut kehilangan Rely. Soalnya dia suka banget sama
t . c nurut sama dia, Rely tinggal ancam putus. Gampang, kan"
Sori, Rel& Gue hanya mau nyium elo kok. Gue sayang ba nget sama elo. Maaf ya, Rel, Azel setengah memohon. De ngan wajah cemberut yang dibikin-bikin, Rely mengang guk memaafkan Azel.
Tapi gue boleh kan nyium pipi kayak biasanya" pinta Azel. Rely mengangguk lagi. Baru saja Azel mendekat dan siap mencium pipi Rely, dari luar terdengar suara keras. Ngapain kalian berduaan cium-ciuman di sini" Karena suara TV yang keras dan mereka juga ribut sen diri, sampai-sampai tidak mendengar ada orang membuka pintu pagar. Engkong masuk ke kontrakan dengan wajah tidak senang. Jantung Azel dan Rely serasa mau copot melihat kedatangan Engkong.
Jangan berbuat mesum di tempat gue! hardik Engkong, bikin Rely dan Azel ciut banget.
Nggak& Kong, ini saya baru mau balik ke kosan, sahut Rely dengan suara bergetar. Ia langsung berdiri dan ta n pa pamit ke Azel, segera permisi ke Engkong dan kabur ke kosannya. Engkong menatap kepergian Rely dengan emosi. Lalu dia menatap tajam ke arah Azel yang kayak tikus tersudut mau disiram seember air pa nas.
Ke mana Vando dan Vasco" tanya Engkong dengan suara keras.
Vando pulang, Kong. Vasco ke mal katanya, jawab Azel lemas.
Untung gue mampir. Kalo nggak rumah gue udah jadi tem pat mesum! bentak Engkong. Tadi memang dia sekadar lewat dan melihat mobil Vando dan motor Vasco
t . c mau memeriksa keadaan, tapi ketika melihat ada sepatu pe rem puan di depan teras, Engkong langsung mengendap-endap. Azel yang dimarahi diam saja.
Sekali lagi gue nangkep ada yang mesum di rumah gue, kalian harus pergi dari sini! Udah! Gue mau pulang! Engkong benar-benar kesal dan meninggalkan Azel yang ketakutan. Kalau sampai mereka diusir karena dia, sudah pasti Vando dan Vasco ngamuk. Bukan hanya ke dia, pasti juga ke Rely, cewek yang benar-benar di sayanginya.
Kekhawatiran Azel beralasan, sampai di rumahnya, Engkong langsung menuju telepon dan membuka tumpuk an kartu nama yang ditumpuk di dekat telepon rumah. Lalu ia memencet nomor HP Vando yang ditulis de ngan tangan di balik kartu nama milik mamanya. Empat kali dia memencet nomor HP Vando tapi tidak juga diangkat. Engkong pun memutuskan menghubungi mama Vando.
Ini ibunya Vando kan, ya" tanya Engkong Iya, ini Engkong, ya" Apa kabar, Engkong" sapa mama Vando ramah.
Kabar saya baek, Bu, tapi saya lagi marah-marah, jawab Engkong tanpa basa-basi.
Lho kenapa, Kong" Mama Vando jadi kaget. Ini, temennya Vando di kontrakan, si Azel, bawa cewek ke kontrakan. Tadi saya nangkep lagi cium-ciuman. Kalo saya nggak kebetulan ngecekin, bisa-bisa kontrakan sa ya jadi tempat mesum, Bu! cerita Engkong dengan ber api-api.
Kapan kejadiannya, Kong" tanya Mama Vando ber-
t . c Barusan ini, Bu. Yang cewek temen mereka juga, kos di tempat saya juga! Kalo mau bawa teman cewek buat me ngerjakan tugas kuliah, silakan. Mau pacaran, silakan. Tapi kalau mau cium-ciuman jangan di tempat saya. Mana kita tau ada setan lewat terus ngapa-ngapain, mana cuma berdua di kontrakan, Engkong memuntahkan kekha watirannya.
Engkong, terima kasih saya sudah dikabari. Nanti saya kasih tau Vando. Dia lagi mandi. Nanti biar Vando juga ngi nget in temannya itu, mama Vando berusaha me nenang kan Engkong.
Iya, iya, Bu. Saya titip pesan itu saja. Kalo kejadian lagi saya minta semua keluar dari kontrakan ya, ancam Eng kong.
Baik, Kong. Nanti saya tegaskan lagi ke Vando, janji mama Vando.
Setelah Engkong selesai menelepon, mama Vando tetap cool karena yang melanggar batas Engkong kan bukan anak n ya. Tapi kalau sampai hal sama terulang, dia bakal repot mencari kontrakan atau kosan yang sesuai dengan kebutuhan anaknya. Tidak lama kemudian, Vando turun ke lantai bawah. Mamanya sedang makan ubi goreng sam bil nonton Masterchef Indonesia.
Halah& Mama pasti nonton Chef Juna, bukan nonton acara nya, Vando langsung menggoda mamanya. Chef Juna Rorimpandey itu salah satu juri acara kompetisi ma sak yang digilai banyak perempuan, dari remaja, ibuibu sampai nenek-nenek. Badannya yang tinggi kayak pe ra gawan, wajahnya yang tampan, ketegasan, kejutekan, dan keahliannya memasak memang menyedot perhatian
t . c Kamu belajar masak juga dong, biar makin keren kayak Chef Juna, mamanya balik menggoda.
Ntar deh, kalo sekolah S2, kan baru pisah jauh dari Mama. Baru deh belajar masak, hehehe, jawab Vando ce ngengesan. Memang sejak lulus SMA, papa Vando sudah menawarkan untuk kuliah ke luar negeri. Tapi Vando masih berat hati pisah dengan keluarganya. Sekarang ini dia mengontrak juga karena belajar berpisah , bel ajar mandiri pelan-pelan.
Eh, Van, ngomong-ngomong tadi Engkong telepon ma rah-marah, kata Mama.
Ha" Engkong" Marah-marah kenapa, Ma" tanya Vando heran.
Temen kamu di kontrakan, si Azel, bawa cewek tapi terus&
Ngapain, Ma" potong Vando panik. Dia juga khawatir Azel dan Rely kebablasan pacarannya di kontrakan.
Itu& ciuman, ketangkep sama Engkong. Dimarahin, jawab Mama.
Cuma ciuman aja kan, Ma" Nggak ngapa-ngapain lagi"
Tadi Engkong ceritanya begitu. Makanya bilangin temen kamu deh, kalau mau pacaran jangan di kon trakan. Pacaran di mal atau di mana gitu. Tadi Engkong udah bilang ke Mama, kalau kejadian lagi kalian semua diminta out, jelas Mama serius.
Iya, Ma. Nanti aku bilangin lagi, janji Vando. Setelah dikabari mamanya, Vando langsung balik lagi naik ke lantai atas, masuk ke kamarnya, dan mengambil HP. Ada missed calls dari Engkong yang tadi tidak di-
t . c pan jang lagi karena saking kesalnya pada Rely, dia segera me ngirim SMS ke Rely.
Lo mau ngapain cipokan di kontrakan gue" Udah ngerusak pertemanan gue, Sabila, dan Chella, sekarang lo mau bikin gue diusir dari kontrakan" Jangan berani-berani lagi lo datang ke kontrakan gue! Dasar cewek nggak bener!
Vando makin marah pada Rely karena sejak dima rahi Vando, cewek itu tidak pernah muncul di kontrakan. Tidak be rani bicara dengan Vando tapi ternyata saat Vando nggak ada, Rely berani masuk kontrakan.
Sabtu yang sangat mengesalkan buat Vando. Pertama, ka bar dari Sabila tentang Chella dan Vasco yang berduaduaan di panti, dan kedua, Azel yang pacaran di kon trakan menurut laporan Engkong. Vando memutuskan tidak akan keluar rumah malam Minggu ini. Dia men dekam di da lam kamar sambil main komputer, baca-baca majalah, ma les ngapa-ngapain. Lagian dia pengin tidur cepat biar be sok pagi bisa ke panti dengan segar.
*** Rely mengurung diri di kamar kosannya. Dia nggak berani keluar kamar. Takutnya kalau ada yang lihat dia sen dirian, pasti pada nanya keberadaan Azel. Plus, dia malu banget kalau ketemu Engkong. Rely mengabaikan SMS dan telepon dari Azel. Dia hanya membaca SMS-nya tapi tidak membalasnya. Saat SMS dari Vando masuk, Rely berdebar. Antara penasaran karena Vando hampir tidak pernah mengirim SMS kepadanya, tapi juga takut
t . c nya belum berkurang. Rely makin lemas ketika membaca SMS Vando yang penuh kemarahan dan kebencian padanya. Rely lalu menangis sesenggukan dan tidak membalas SMS Vando.
Gue hanya pengin punya cowok, tapi yang gue dapat ha nya cowok kayak Azel. Gue sudah berusaha mendekati Vando, tapi yang gue dapat hanya kebencian ka yak begini. Kenapa sih semua berjalan tidak sesuai yang gue mau" Chella yang nggak ngejar Vando, malah d icari-cari sama Vando. Apa bener ya, cowok maunya me ngejar cewek, bukan dikejar cewek" Kayaknya gue ha rus bertindak.
t . c V ANDO sudah mengarahkan mobilnya menuju panti
asuh an sejak pagi kala jalanan masih tak begitu ramai, tapi saat melintas di daerah Margonda, Depok menuju Panti Asuhan Cinta Kasih yang terletak di daerah Sawangan, dari kejauhan dia melihat sosok yang mirip Chella turun dari angkot. Benar, Chella turun dari ang kot berwarna biru dan sepertinya lagi menunggu ang kutan umum lainnya. Vando memacu mobilnya. Untungnya ini Minggu pagi dan jalanan be lum terlalu padat. Ia mencari putaran lalu berusaha me nuju tempat Chella di pinggir jalan.
Tapi sambil memutar arah, Vando berubah pikiran. Tadinya dia mau mengejutkan Chella, pura-pura tidak se ngaja melihat dan menawarkan diri mengantar Chella ke tempat yang dituju. Namun sekarang Vando mem per lam bat laju mobil dan meminggirkan mobilnya agar tak terlihat Chella. Ya, Vando mau membuntuti Chella saja. Daripada tiba-tiba muncul dan Chella malah kesel, kan malah malu-maluin
Bab 12 t . c Dugaan Vando, Chella mau latihan vokal di rumah Kak Farman atau mau manggung di sebuah acara. Namun tak lama Vando melihat Chella menaiki bus ke arah Pondok Bambu. Berarti bukan ke rumah Kak Farman. Dalam hati Vando heran dengan tingkahnya sendiri, sudah menyuruh Sa bila me mata-matai Chella, eh, sekarang malah membun tuti Chella. Bener-bener penguntit dan kayak pe ngagum ra ha sia.
Lembah Tiga Malaikat 3 Looking For Someone Like You Karya Andyanstefi Bentrok Rimba Persilatan 9
^