Pencarian

Best Friends Forever 2

Best Friends Forever, High School Paradise Karya Orizuka Bagian 2


Ngapain lo di sini" seru m ereka berbarengan. Abang penjual siom ay dan pem pek sam pai bertepuk tangan, takjub dengan tim ing m ereka.
Gue.... Ng... beli siom ay! seru J ulia sam bil m enepuk pundak abang penjual siom ay sok akrab, tanpa m em edulikan ekspresinya. Lo"
Gue" Beli pem pek! jawab Zai, tetapi sebelum sem pat ditepuk, si penjual pem pek langsung berkelit.
t . c J ulia dan Zai saling m engangguk-angguk pelan, walaupun wajah m ereka terlihat bingung. Tahu-tahu, Tasha dan Sid versi m ini m uncul dari gerbang sekolah. J ulia dan Zai yang sam a-sam a melihatnya secara releks merunduk di balik gerobak. Si penjual siom ay dan pem pek juga ikut m erunduk tanpa m ereka sadari.
Ada apaan, Neng" Satpol PP ya"! seru si penjual siom ay, panik.
Apa anak tawuran" seru si penjual pem pek.
J ulia dan Zai saling pandang bingung, tak tahu bagaim ana harus m enjelaskannya. Mereka m engintip dari balik gerobak, tam pak Tasha dan Sid versi m ini sudah berjalan pulang. J ulia dan Zai berm aksud untuk m engikutinya.
Neng, ini siom aynya gim ana"! teriak si penjual siom ay, m erasa tertipu.
Besok saya bayar, Pak! sahut J ulia sekenanya sam bil m elesat. Sem entara itu, kerah Zai sudah ditangkap si penjual pem pek.
Mau ke m ana"! Bayar dulu! sahutnya, m em buat Zai tak punya pilihan dan segera m em bayar. Setelah itu, dia segera m elesat m eninggalkan penjual siom ay dan pem pek yang geleng-geleng bingung.
Anak-anak zam an sekarang, kom entar m ereka bersam aan, m em buat m ereka saling pandang untuk beberapa saat sebelum akhirnya m em buang m uka.
t . c Sial, ngom ong apa sih m ereka, gum am seseorang di sebelah J ulia, m em buat J ulia m engangguk setuju. Beberapa detik kem udian, J ulia m enoleh cepat.
Zai" serunya kaget saat m elihat Zai ada persis di sebelahnya. Ngapain lo"
Zai m enarik J ulia ke balik sem ak, lalu m em astikan anak-anak kecil itu tidak m elihat m ereka. Dia m enatap J ulia.
Lo sendiri ngapain, J ules" tanya Zai.
Gue... lagi ngikutin adik gue, kata J ulia akhirnya, tetapi bingung saat m elihat raut wajah Zai berubah. Zai seperti baru saja m em aham i sesuatu.
Pantes aja. Zai lantas berdecak. Gue pikir gue jadi gila waktu liat adik gue tiba-tiba pulang ke rum ah m irip si pirang.
J ulia m engangguk-angguk sam bil berpikir. Detik berikutnya, dia tersadar.
J adi... si Sid versi m ini itu adik lo, Zai?"?" seru J ulia, kaget setengah m ati.
Zai segera m enutup m ulut J ulia, takut ketahuan anak-anak itu. Iya, dia adik bungsu gue, kata Zai, m em buat J ulia m elongo. Pantas saja Sid m engatakan pernah m elihatnya di suatu tem pat. J ulia m elirik Sid versi m ini, yang ternyata kalau dilihat-lihat, warna ram butnya m em ang m irip dengan Zai.
Yang cewek adik gue, kata J ulia, m erasa bersalah. Dosa apaan ya gue, keluh Zai, udah dikalahin sam a si pirang, sekarang adik gue jadi m irip dia.
J ulia hanya tertawa kaku, tak bisa m em berikan reaksi lain. Dulu saat Sid belum sadar dengan perasaannya, J ulia dan Zai cukup dekat. Setelah Sid dan J ulia pacaran, hubungan J ulia dan Zai tidak sedekat dulu.
J ulia dan Zai saling pandang untuk beberapa saat.
t . c Kak J uju lagi ngapain" sahut Tasha, m em buat J ulia dan Zai berjengit kaget.
Bang Zai" seru si Sid versi m ini sam bil m enatap Zai yang hanya nyengir garing.
Ini Kakak kam u, Zul" tanya Tasha tak percaya, lalu kem bali m enatap J ulia dan Zai. Kalian nguntit kita ya?"
Si-siapa jugaaa! sahut J ulia sam bil m erangkul Zai. Orang kita lagi jalan-jalaaan!
Tasha dan Zul m enatap kedua kakaknya curiga. Terus ngapain ngejogrok di sini" cecar Tasha lagi. Capeeek! Dari sekolah kita jalan, ya kan, Zai" seru J ulia lagi, sem entara Zai hanya m engangguk tak jelas. Tasha m enatap m ereka penuh selidik, lalu m enggam it tangan Zul.
Ayo, kita pulang. Di sini udah nggak ada privasi lagi, katanya sam bil berlalu bersam a Zul yang hanya m enurut.
J ulia dan Zai saling pandang, lalu terkulai lem as.
Siiiddd!!! Sid terlonjak kaget saat baru m em buka pintu selebar satu senti. Dia cepat-cepat m enutup kem bali pintu itu, seolah tak pernah m encoba m asuk. Nam un, terlam bat. Mam anya sudah m em buka paksa dari dalam . Sid hanya nyengir garing m elihat Mam anya m erentangkan tangan lebar-lebar dengan senyum di wajah.
Kam u nggak kangen Mam a, Sid" rajuk Mam anya, m em buat Sid m au tak m au m em eluknya juga. Kam u udah gede, yaaa.
t . c Sid m elangkah m asuk ruang tam u dan tam pak Gozali sedang duduk di sofa sam bil m enonton TV. Sid hanya m engedikkan dagu padanya. Akhir-akhir ini, dia m alas m enyapa ayah tirinya itu. Bukannya kenapa-napa, dia sudah terlalu bosan m elihatnya di sekolah. Lagi pula, kenyataan bahwa guru olahraganya itu dulu m em buatnya tidak bisa bergabung dalam klub sepakbola Athens m asih terlalu m enyakitkan untuk dilupakan begitu saja.
Sid berm aksud untuk m elangkah ke kulkas, tetapi dia m enyadari sesuatu. Meja di depan Gozali tam pak penuh oleh segala m acam m akanan.
Ada apaan nih" tanya Sid bingung, nam un perasaannya m endadak tidak enak saat Mam anya tiba-tiba m em ekik girang sam bil m elom pat ke pelukan Gozali. Oke, oke. Bapak ulang tahun" Selam at.
Sid m em buka kulkas dan m engam bil kaleng Cola seakan ulang tahun Gozali terjadi setiap hari.
Kok kam u gitu sih, Sayang..., kata Mam anya, m em buat Sid hanya m endengus sam ar sam bil m em buka kaleng Cola dan m enenggak isinya.
Terus Mam a m au aku gim ana" Peluk dia juga" tanya Sid terus terang sam bil bertukar tatapan m aut dengan Gozali.
Yaaah, nggak sih. Tapi, Sid, sebenernya bukan itu perayaan hari ini, kata Mam anya sem entara Sid duduk di pinggir sofa.
Bukan" tanya Sid, sedikit lega dia tidak harus bernyanyi Happy Birthday sam bil bertepuk tangan atau apa, nam un bingung juga. Terus apa"
Mam a Sid bertukar pandang penuh arti dengan Gozali. Sid tahu harusnya tadi dia tidak bertanya.
t . c Sid m enyem burkan isi m ulutnya tepat setelah Mam anya m engatakan kakak . Sid bahkan m em biarkan sisa Cola di m ulutnya m engalir bebas ke lantai. Sid terlalu sibuk m enatap Mam anya tak percaya, sedangkan Mam anya sibuk m engelap m ulutnya dengan tisu.
Ap--Appaaa?"" teriak Sid, terlam bat kaget, tetapi dia tidak peduli.
Mam anya m alah kem bali girang. Iya, Sid. Mam a ham il! sahut Mam anya dengan m ata berbinar.
Sid m erasa jantungnya m encelos, setengah m ati m enolak pendengarannya barusan. Ke--kenapa" tanya Sid, m asih dalam keadaan syok.
Mam anya dan Gozali saling tukar pandang m alu-m alu. Kenapa" Ya karena Mam a dan Gozali sudah m enikah kan" Yaaa& sebenernya Mam a nggak m au cerita-cerita gim ana prosesnya sih, tapi karena kam u tanya....
Nggak usah cerita! Sid berdiri m endadak, m engagetkan Mam anya dan Gozali. Kaleng Colanya sudah m enggelinding ke bawah m eja. Kenapa Mam a m asih bisa ham il"!
Haaah" Gini-gini Mam a m asih m uda, Sid! Ya jelas m asih bisa ham il, jawab Mam anya, tam pak tak terim a. Sid lebih tidak terim a lagi. Sekarang, dia tam pak berpikir keras.
Dia m em ang sering m enggunakan lelucon itu, tetapi sam a sekali tidak pernah m em ikirkan kalau dia akan benar-benar punya adik. Ini jelas-jelas karm a. Dia akan punya adik hasil dari....
Ma, kata Sid, sekujur bulu rom anya m erinding. Dia m enatap Gozali. Itu anaknya Godzilla"
Ngom ong apa kam u, Sid"! Ya iyalah! Masa anaknya tukang ledeng! seru Mam anya sam bil tertawa-tawa, m em buat kepala Sid pening seketika. Dia pun kem bali terduduk.
t . c Sid" Kam u nggak apa-apa" Kam u seneng juga kaaan" tanya Mam anya, m em buat Sid bangkit dan tersaruk m enuju kam arnya.
Dia m em banting pintu, lalu m erebahkan diri di ranjang sam bil m enatap langit-langit.
Adik& . Sid bergidik, lalu terduduk sam bil m em ijat dahinya yang berdenyut m enyakitkan.
Dia akan punya adik, dari Gozali, guru olahraganya, m usuh terbesarnya, sekaligus ayah tirinya. Kalau begini, lebih baik dulu Mam anya dengan si tukang ledeng saja.
Sid" Lo denger gue nggak sih" Pacar si Tasha itu, versi m ini lo itu, ternyata adiknya Za
AAAAHHH!! Sid bangkit m endadak, m em buat sem ua orang kaget. Dia lalu m enatap J ulia sebal. Gue nggak m au tau ah!
Sid langsung berderap pergi, m eninggalkan J ulia, Aida, Cokie, Lando, dan Ram a yang hanya bisa m elongo. Saat ini sedang jam istirahat dan sem ua orang sedang berkum pul di kantin untuk berdiskusi soal Tasha.
Kenapa lagi itu anak" tanya Cokie pada J ulia.
Mana gue tau"! Dari pagi gue ajak ngom ong, dia nggak respon sam a sekali! sahut J ulia, sam a-sam a heran dengan kelakuan Sid hari ini.
Lo tau kenapa, Lan" Cokie beralih pada Lando di sebelahnya. Gue kan jarang ngajak dia ngobrol, kata Lando datar, sem entara sem ua orang m engangguk-angguk m aklum . Cokie sendiri m enyesal sudah bertanya.
t . c Aduh, udah deh nggak usah ngurusin itu anak, gue udah pusing tanpa harus ngurusin dia, cetus J ulia sam bil m enyam bar Pepsi m ilik Cokie.
Kebiasaan lo ya, J ules. Kalo lagi kesel, m ain sam ber aja, kom entar Cokie tak habis pikir.
J ulia hanya m engangguk-angguk, tak begitu m endengar katakata Cokie. Sebenarnya, dia juga kepikiran dengan sikap aneh Sid, tetapi dia tidak punya ruang lebih di otaknya untuk m em ikirkan m asalah itu.
Dari tadi m alam , Tasha sibuk bertelepon ria dengan Zul dan sam a sekali tidak peduli pada J ulia yang m engawasinya dari balik pintu. Mem ang tidak ada yang aneh dari obrolannya, tetapi kenyataan anak berum ur delapan tahun saling telepon selam a berjam -jam saja sudah tidak bisa diterim a.
Udah coba ngom ong baik-baik belum " tanya Aida, m enyadarkan J ulia.
Hm " Belum , jawab J ulia sam bil m enggeser botol Pepsi kosong kepada Cokie yang langsung m em icing tak suka. Abis setiap ngeliat gue, dia m elengos.
Apa bukan lo yang kurang usaha" tanya Aida, m em buat J ulia m enatapnya. Lo kan bisa tahan dia.
Hm & . J ulia m em ikirkan kata-kata Aida. Mungkin kata-kata sahabatnya itu ada benarnya. J ulia m asih terlalu takut untuk bicara em pat m ata dengan Tasha.
Tahu-tahu Zai lewat, m em buat perhatian anak-anak teralih padanya. Zai balas m enatap m ereka bingung, tetapi detik berikutnya dia paham m aksud dari tatapan itu.
Lo udah cerita sam a m ereka ya, J ules" tanyanya, m em buat J ulia nyengir bersalah.
t . c Zai m enatap m ereka sesaat, lalu tahu-tahu sudah ada di sam ping Lando.
J adi& gue harus gim ana nih, guys" serunya dengan tam pang putus asa, m em buat Lando sukses m elongo. Gue udah nggak tahan liat Sid m ondar-m andir di rum ah gue!
Kayaknya gue paham perasaan lo, gum am Lando, m em buat Zai releks memeluknya. Seketika, Lando menyesal sudah angkat bicara.
Gue juga bingung, Zai, keluh J ulia, sem entara Lando sudah berhasil m elepaskan pelukan Zai. Untuk sem entara ini, kita ikutin aja dulu perkem bangannya. Pulang sekolah ini, lo m au ke sana lagi" Kita bareng ya"
Zai langsung m enoleh ke kiri dan ke kanan. Si Sid gim ana" tanyanya setelah m em astikan tak ada Sid di sana.
Ah, biarin aja deh si pirang im ut itu. Lagi nggak jelas dia, tau deh kenapa, tandas J ulia, m em buat Zai m engangguk-angguk.
Oke, kata Zai sam bil m enggeser piring siom ay Cokie, tetapi tangannya langsung ditabok keras-keras.
J ules! J ulia m elam bai pada Zai yang sudah m enunggu di depan gerbang sekolah, berm aksud segera m engham pirinya. Tahu-tahu, di depannya m uncul sebuah kepala pirang.
Ngapain lo dadah-dadahan sam a si Zai" seru Sid sam bil m enatap Zai tak suka. Di kejauhan, Zai berhenti m elam bai.
Suka-suka gue, sergah J ulia, m asih sakit hati karena kejadian di kantin. Sekarang Sid m enatapnya sebal.
t . c Gara-gara gue nggak nem enin lo ke sekolah Tasha, sekarang lo pergi sam a dia" tanya Sid, m em buat J ulia m elongo. Kan udah gue bilang kalo pacarnya Tasha itu adiknya AAAH! seru Sid, selalu m endadak gatal setiap m endengar kata adik . Dasar cewek oportunis!
HAAA" seru J ulia, tidak terim a dibilang oportunis. Tau, ah! Gue m au pergi!
J ulia m endorong Sid, lalu berderap pergi. Sid m engikutinya dari belakang.
Begini kelakukan lo"! Kalo cowok lo nggak bisa nganterin, lo m inta anter cowok lain! seru Sid, m asih belum m elepaskan J ulia begitu saja.
J ulia berhenti m endadak, m em buat dagu Sid terbentur kepalanya. Lo bisa nggak sih lebih bego lagi, Sid"! Lagian kenapa juga lo nggak bisa nganterin gue" Salah lo kan" sahut J ulia, m em buat Sid panas.
Gue nggak bisa ngurusin adik lo karena gue pusing sam a bakal adik gue sendiri! sahut Sid. Gue m au punya adik dari Godzilla, tau!!!
Keheningan terjadi tepat setelah Sid berhenti berteriak. J ulia m elongo, begitu juga puluhan siswa Athens yang sedang berjalan di dekat m ereka. Sid sendiri baru sadar beberapa detik setelahnya karena seorang anak kelas sepuluh m enepuk pundaknya dan m enatap sim pati.
Entah m au bilang selam at atau yang tabah, Kak, katanya sam bil berlalu. Tem an-tem annya pun m enatapnya sam bil tersenyum .
Sid m elongo, lalu m enatap sekeliling. MAMPUS GUEEE!!! seru Sid sam bil berjongkok dan m enjam bak-jam bak ram butnya sendiri.
t . c J ulia ikut berjongkok di depannya sam bil m engelus-elus kepala pirang itu kasihan.
Suasana Hilarious kali itu agak berbeda. Tak ada suara canda tawa dari m eja di pojok belakang, tem pat Sid, Ram a, Cokie, Lando, J ulia, dan Aida biasa belajar bersam a. Tak satu buku pun terbuka di m ejanya.
J adi... begitu, gum am Cokie setelah sekian lam a terdiam . Tam pangnya tam pak benar-benar syok.
Begitu, kata Sid lem ah.
Nam anya bakal apa ya" tanya J ulia, berusaha bercanda. Hasilnya, dia m alah ditatap sinis dari segala penjuru. J ulia m engerut di kursinya. Kan gue cum a berusaha m enceriakan suasana.
Lara m enatap anak-anak yang sedang m urung itu dari m eja bar. Dia kem udian m em bawakan satu pitcher Cola dan m enepuk pundak Sid. J angan sedih gitu dong! katanya, m em buat sem ua anak m enatapnya. Ada satu nyawa yang m au dilahirkan, kenapa disam but sedih begini"
Tapi, Ra, dia anaknya Godzill
Tetep aja dia satu nyawa, kan" Adik lo, lagi, potong Lara. J ustru karena dia adik gue. Kalo dia bukan adik gue, m ana gue peduli, keluh Sid.
Lara tersenyum , lalu duduk di sebelahnya. Terus lo m au gim ana" Mau nyuruh nyokap lo aborsi" Mau m em bunuh anak nggak berdosa itu sebelum dia lahir" tanyanya, m em buat Sid m em belalakkan m ata.
t . c Lo serem banget sih, Ra!! Ya, nggak m ungkin lah! seru Sid takut.
Terus" Lo m au m em benci anak itu sebelum dia dilahirkan" tanya Lara lagi, m em buat Sid terdiam , teringat akan m asa lalu Lara.
Sid m enunduk. Ya, nggak juga.
Kalo gitu, sekarang lo tau apa yang bisa lo lakuin, kan" tanya Lara lagi.
Sid m enggigit bibir ragu. Seantero sekolah udah tau gue bakal punya adik dari Godzilla.
Lo m alu, Sid" tanya Aida tiba-tiba, m em buat sem ua perhatian beralih padanya. Lo m alu punya adik"
Punya adiknya gue nggak m alu, tapi dari Godzilla-nya itu. Kalo lo dulu setuju Nyokap nikah sam a Pak Gozali, harusnya lo tau cepat atau lam bat ini bakal terjadi dong, kata Aida lagi, m em buat Sid m endesah. Lagi pula, lo setuju kalo Pak Gozali nggak seburuk yang lo duga, kan"
Sid terdiam m em ikirkan kata-kata Aida. Mem ang sih, Gozali tidak buruk-buruk am at. Sepanjang pengetahuannya, Mam anya tidak pernah terlihat sebahagia setelah m enikah dengannya. Nam un, tetap saja....
Gue m au ikut gantiin popoknya ah nanti, kata J ulia sam bil nyengir, m em buat Sid m enatapnya.
Gue m au usulin nam a ah sam a si Tante, tim pal Aida. Hm .... Gue m au kasih kado apa yaaa, Ram a nim brung dengan m ata m enerawang.
Asal dia nggak m irip bapaknya aja sih, nggak apa-apa, kom entar Cokie yang rupanya m asih sedikit dendam . Sem ua anak nyengir, lalu beralih pada Lando yang berdecak sebal.
t . c Kalo udah gede, ntar gue privatin deh, katanya, m em buat sem ua orang tertawa.
Sid m enatap tem an-tem annya penuh rasa terim a kasih. Dia sangat senang punya tem an-tem an yang bisa diandalkan saat susah dan senang seperti m ereka.
Nggak usah terharu gitu, Sid, tegur J ulia, m em buat Sid segera m enyeka m atanya yang m em ang sudah basah.
Anak-anak tertawa m elihat tam pang Sid yang m alu-m alu. Tahu-tahu J ulia m elam bai, m em buat sem ua orang m enoleh ke pintu m asuk. Zai ada di sana, balas m elam bai sam bil m enatap Sid ragu.
Mau apa lo kem ari" tanya Sid judes, m em buat J ulia segera m enepuk kepalanya.
Kan gue udah bilang, pacar si Tasha, versi m ini lo itu, adiknya si Zai! seru J ulia.
Sid yang tadinya m asih m erengut, tahu-tahu bangkit. HAAA?"" Anak itu adik lo?"" sahutnya sam bil m enunjuk Zai tak percaya.
Zai hanya nyengir garing, sem entara J ulia sudah terkulai di m eja, lelah.
Em ang kebangetan lo, Sid. Cokie geleng-geleng kepala, lalu m elam bai pada Zai. Sini, Zai, gabung!
Zai m elangkah pelan ke arah m ereka, lalu m enarik kursi bar dan duduk di sana. Dia dan Sid m asih saling tatap. Sid sendiri sudah m enatapnya bersalah.
Kenapa lo" tanya Zai, walaupun sudah tahu jawabannya. Sori, Zai, gue nggak tau. Sid m enggaruk kepala pirangnya. Kok bisa kebetulan gini sih ya" Bingung gue.
Lo aja bingung, gim ana gue, tandas Zai. Lo sam pe kebawabawa di m im pi buruk gue.
t . c Sid tertawa kaku, sem entara anak-anak lain ikut bersim pati dengan kesusahan Zai. Pasti m engerikan m elihat kepala pirang berhias aksesori, baik di dunia nyata m aupun m im pi.
Kalo kata gue sih, kalian sekarang ke sekolah Tasha dan Zul, terus ngom ong baik-baik sam a m ereka, usul Aida lagi, m em buat J ulia, Sid, dan Zai saling tukar pandang.
Mungkin m em ang itu jalan yang terbaik.
Lo duluan yang ngom ong ya, perintah J ulia sam bil m engawasi gerbang sekolah Tasha yang sudah ram ai.
Kenapa gue" sahut Sid, m em buat kepalanya kem bali ditepuk karena suaranya terlalu keras. Sid m engelus kepala m alangnya. Lo kan kakaknya!
Hm m m . Lo aja ya, Zai! J ulia sekarang m elem par tanggung jawab pada Zai yang ada di sebelahnya.
Lah" Em angnya yang bikin adik gue jadi banci gitu siapa" sahut Zai m em buat Sid m endelik padanya.
J ulia m endesah, sam a sekali tak punya pikiran harus bicara apa pada adiknya.
Siapa aja boleh& tapi ngapain kalian kem ari lagi" sahut sebuah suara yang m em buat Sid, Zai, dan J ulia m enoleh.
Abang penjual siom ay sudah berkacak pinggang di belakang m ereka, m em buat m ereka kom pak nyengir. Nam un, rupanya cengiran itu tidak cukup untuk m engam bil hatinya.
Mau beli kagak" Kalo kagak, pindah aja ke gerobak pem pek tuh! serunya, sem entara si penjual pem pek buru-buru m enggeser gerobaknya.
t . c Itu si Tasha, J ules! sahut Sid, m em buat J ulia kem bali m enatap gerbang sekolah.
Tasha dan Zul tam pak berjalan keluar sekolah sam bil m elom patlom pat ceria.
Gim ana nih" Kita bergerak, nggak" tanya Zai. J ulia m enggigit bibir bawahnya. Sid dan Zai saling tatap, lalu dua-duanya m enepuk bahu J ulia.
Ayo& , kata m ereka, lalu kom pak m enyeret J ulia yang m asih bingung m enuju dua anak itu.
Tasha dan Zul m enatap J ulia, Zai, dan Sid kaget. Kakak... ngapain lagi sih" jerit Tasha, tak habis pikir dengan kelakuan kakaknya yang akhir-akhir ini selalu m em buntutinya. Mm m ... Ta, Kakak cum a....
Sid dan Zai kom pak m enyikut J ulia. J ulia m eringis kesakitan, lalu m elem par pandangan bengis ke arah m ereka yang langsung pura-pura m elihat ke arah lain. J ulia kem bali m elirik Tasha yang m asih tam pak m arah.
J ulia m enghela napas. Dia berjongkok di depan adiknya dan m eraih tangannya. Sekarang atau tidak sam a sekali.
Ta, kakak m au m inta m aaf, kata J ulia akhirnya. Kakak m au m inta m aaf karena nggak terus terang sam a kam u.
Tasha terdiam sam bil m enatap J ulia. Air m ata tam pak m enggenang di m atanya.
Selam a ini Kak J uju udah jadi kakak yang jahat ya" Maaf ya, Ta, Kakak cum a nggak pengen kam u m arah.
Tapi Tasha tetep m arah, kan" kata Tasha, air m atanya m ulai m engalir. Harusnya kakak bilang dari awal.
Awalnya, Si Bego itu nggak sadar kalo suka sam a Kakak, Ta, jelas J ulia lagi, sedangkan Sid berdeham . Dulu juga kita tem enan doang kok. Kita baru jadian 3 bulanan ini.
t . c Tasha kem bali terdiam , lalu m enatap Sid yang langsung salah tingkah. J adi, awalnya Kak Sid nggak tau kalo suka sam a Kak J uju"
Yaah... begitulah, jawab Sid, sedikit m alu karena di sebelahnya ada Zai yang m enatapnya penuh kem enangan.
Tasha pikir Kak Sid suka m ain ke rum ah karena suka sam a Kak J uju. J adi, Tasha sering m enguji Kak Sid. Siapa tau Kak Sid tergoda sam a Tasha, gitu....
J ulia, Sid, dan Zai m elongo m endengar jawaban Tasha yang begitu tidak polos.
Haduuuh... sia-sia dong usaha Tasha dulu! seru Tasha sam bil m enyeka air m atanya. Terus sekarang, Tasha juga lagi m enguji kekuatan cinta kalian. J adi, Tasha sengaja pura-pura m arah dan deket-deket sam a cowok lain. Kali aja Kak Sid cem buru gitu.
Rahang J ulia, Sid, dan Zai m ungkin akan terjatuh kalau tidak ada otot yang m enahannya.
HAAAAAHHHHHHHHHH?"?" seru m ereka bertiga bersam aan.
Pu--pura-puraa?"" sahut J ulia histeris. Menguji cintaaa?"" sahut Sid, tak kalah histeris. Terus si Zul?"" sahut Zai, tidak histeris, nam un bingung luar biasa.
Tasha dan Zul saling pandang geli m elihat keributan tiga anak SMA di depannya itu, lalu ber-high ive dengan ceria.
Aku m asih Zul yang dulu kok, Bang. Zul m elepas sirkam di ram butnya. Aku cum a bantuin Tasha aja.
Hahhh?"" seru Zai, m endadak pening. Terus kenapa harus lo dari sem ua anak di sekolah ini"
t . c dia, jelas Tasha, m em buat Zai kem bali m elongo, begitu pula Sid dan J ulia.
Dari m ana sih lo bisa tau" gum am Zai tak habis pikir. Lagian bagus kan liat kalian bisa kom pak begini, goda Tasha, m em buat ketiga anak itu saling pandang, m erasa ada benarnya. Sekali m endayung, dua tiga pulau terlam paui.
He" Apaan tuh, pantun" tanya Zai dengan otak tak seberapanya.
Tapi tunggu, tunggu. Berarti, sem ua ini cum a pura-pura" Tasha nggak m arah sam a Kakak" tanya J ulia. Tasha m engangguk sam bil tersenyum . J ulia tahu-tahu terharu, lalu segera m em eluk adiknya itu. Tataaa!!!
Iya, Kak, cup, cup. Tasha m engelus ram but kakaknya. Sid dan Zai m enatap m ereka bingung.
Sebenernya yang m ana yang kakak sih, gum am m ereka berbarengan, lalu tertawa sum bang. Beberapa saat setelahnya, m ereka berdeham dan m engalihkan pandangan.
Sid m enatap J ulia dan Tasha sam bil m enghela napas lega. Dia bersyukur m asalah ini bisa diselesaikan dengan baik. Sid lantas teringat sesuatu.
Ada satu m asalah lagi yang belum diselesaikannya.
Sid m em buka pintu apartem ennya, lalu m endengar suara televisi dari ruang tengah. Dia m elirik rak sepatu. Ada sepatu Mam anya dan Gozali. Seketika, Sid m erasa jantungnya berdebar keras. Tadi dia m em ang m em inta m ereka berdua datang ke rum ah. Nam un, dia tidak m enyangka akan m erasa segrogi ini untuk m enghadapi keduanya.
t . c Sid" sahut Mam anya yang tiba-tiba m uncul, m em buat Sid berjengit.
Ha--halo, sapa Sid kaku sam bil buru-buru berjalan m asuk. Di ruang tengah, Gozali sudah m enunggu dengan tam pang datar. Sid m engangkat alisnya singkat, lalu segera m asuk kam ar.
Sid m engem paskan tubuh ke ranjang, bingung harus bagaim ana. Sekarang dia tahu persis bagaim ana perasaan J ulia.
Ponsel di sakunya m endadak bergetar. Sid m engeluarkannya, lalu m em baca pesan yang m asuk.
Semangat! Kakak ipar! V^o^V
Sudut bibir Sid terangkat saat m em baca pesan dari Tasha. Seketika, beban di pundaknya terasa sedikit terangkat. Mungkin punya adik bagus juga.
Sid m enarik napas, lalu m enghelanya m antap. Dia bangkit, lalu m em buka pintu kam ar dan m endapati Gozali dan Mam anya yang m enatap cem as. Sid m elangkah pelan m enuju sofa, lalu duduk. Tak ada yang bicara untuk beberapa saat.
Mm .... Mam a udah m em utuskan! sahut Mam anya sebelum Sid sem pat bicara, m em buatnya m endongak.
Mem utuskan apa" tanyanya bingung.
Mam anya m enggigit bibir, air m ata sudah m enggenang di m atanya. Mam a dan Gogo udah m em utuskan.... Kalau kam u m em ang tidak m enginginkan adik..., kam i putuskan untuk....
Sid m elongo m endengar kata-kata Mam anya. Sekarang Mam anya sudah terisak. Gozali sendiri sudah m erengkuhnya dan m enggenggam tangannya dengan wajah sendu. Sid m enatap m ereka tak percaya.
t . c Mam anya dan Gozali m engerjap-ngerjap beberapa kali, lalu saling pandang penuh arti.
HOREEE!!! sahut Mam anya tiba-tiba sam bil m enari-nari girang bersam a Gozali, sem entara Sid hanya m em batu m elihat pem andangan di depannya.
Ho... re..." gum am nya, sem entara Mam anya sudah m em eluk Gozali erat-erat.
Kam u bener, Go! Akting kita berhasil! sahutnya sam bil berhigh ive ria dengan Gozali yang sam a gem biranya. Seketika Sid m erasa kepalanya berputar.
Sial bener gue hari ini, ditipu untuk kedua kalinya, gum am Sid lagi sam bil m em ijat dahinya.
Sid, Sid! Kam u m au laki-laki apa perem puaan" tanya Mam anya, tak m enyadari kerutan di dahi Sid bertam bah dua kali lipat dari biasanya.
Terserah, jawab Sid acuh tak acuh. Dia sudah tidak m au tahu lagi.
Laki-laki dong, biar kayak bapaknya, kata Gozali, m em buat Sid sontak berdiri.
Nggak bisa!!! Nggak m au!!! Nggak boleeehhh!!! serunya dengan sekuat tenaga, m em buat Gozali terbahak. Gue m au adik perem puan, titiiiikkk!!!
Perem puan juga boleh, biar kayak m am anya. Gozali m elem par senyum penuh arti pada istrinya. Seketika bulu kuduk Sid m erem ang, m em ikirkan bakal adik perem puan yang pintar akting dan lebay m irip seperti m am anya. Nam un, m asih lebih baik begitu daripada m irip Gozali.
Laki-laki perem puan sam a saja, yang penting sehat. Iya kan, Sid" tanya Mam anya, m em buat Sid m enatapnya.
t . c Iya, deh, jawab Sid akhirnya, m alas berdebat. Dia lalu m em erhatikan wajah Mam anya yang cerah, sam a sekali berbeda dengan beberapa tahun lalu. Sid berdeham . J adi, udah berapa bulan"
Udah jalan enam bulan, Sid, jawab Mam anya, m em buat Sid m engangguk-angguk. Detik berikutnya, dia sadar sesuatu. Dia m enoleh secepat kilat pada kedua orang tuanya.
ENAM BULAAANNN?"" jeritnya syok.
Mam anya dan Gozali baru m enikah selam a tiga bulan. Mam anya dan Gozali terbahak m elihat tam pang Sid yang persis orang bloon.
Bohong, Sid! Kam u percaya aja deeh. Mam anya tergelak. Padahal, Sid sam a sekali tidak m erasa ini lucu. Baru 6 m inggu.
Sid benar-benar tak habis pikir, kenapa dia selalu saja percaya pada apa yang pertam a didengar dan dilihatnya. Sid bertekad harus bisa berubah m enjadi laki-laki yang lebih m awas diri supaya bisa jadi kakak yang baik dan tidak bisa ditipu oleh siapa pun lagi. Harus.
t . c Cokie Good Bye" Eh, ganteng banget deh tu cowok! Mana, m ana, yang m ana"
Via m elirik dua cewek yang sedang asyik berkasak-kusuk di sebelahnya, lalu tersenyum -senyum sendiri. Cowok m ana pun yang sedang m ereka bicarakan, tidak akan lebih ganteng dari cowoknya sendiri. Cowok yang bertobat dari titel play boy dem i seorang cewek sederhana sepertinya.
Mendadak Via teringat sesuatu. Ke m ana cowok yang sedang dia pikirkan itu" Tadi saat Via sedang m em ilih-m ilih aksesori, Cokie m engatakan kalau akan m em beli m inum . Sudah 15 m enit berlalu, cowok itu belum datang juga.
Yang m ana sih" Itu, yang lagi ke sini! Yang tinggi!
t . c Cokie nyengir sam bil m engangkat alis, yang dibalas lam baian ringan dari Via. Nam un, dua cewek di sebelahnya tiba-tiba m em ekik.
Eh, dia senyum sam a gue!
Via releks menoleh dengan tampang bloon, namun kedua cewek itu tam pak tak sadar dan m asih terhipnotis pada Cokie yang sudah dekat.
Lam a ya" tanya Cokie sam bil m enyerahkan sebuah botol air m ineral pada Via, m em buat kedua cewek itu serem pak m enoleh dan m enatap Via tak percaya. Via m enerim a botol itu sam bil nyengir kaku. Cokie m elirik cewek-cewek di sebelah Via yang m asih m elongo, lalu tersenyum m anis pada m ereka. Tem en lo"
Via m enggeleng pelan, sedangkan dua cewek tadi sudah terkikik girang.
Bukan, jawab Via, m em buat kikikan tadi berhenti. Via m enggam it lengan Cokie, lalu m enggiringnya keluar toko untuk m enghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Cokie m enatapnya bingung.
Ada apaan sih" tanyanya setelah agak jauh. Beberapa cewek yang lewat m enatapnya sam bil berbisik-bisik. Via sam pai bosan sendiri m elihatnya.
Nggak ada apa-apa, jawab Via sam bil duduk di sebuah bangku. Dia m em buka botol air m ineral, lalu m enenggak isinya.
Cokie m enatapnya sebentar, m enghela napas, lalu ikut duduk di sebelahnya.
Lo beli m inum di m ana sih" Lam a bener, kata Via setelah bisa m enenangkan diri.
Di superm arket, jawab Cokie sam bil m engeluarkan ponsel dari saku. Tadi ketem u sam a tem en-tem en lam a, jadi ngobrol dulu.
t . c Via m em erhatikan ekspresi Cokie yang tam pak ceria. Mau tidak m au, Via jadi berpikiran yang tidak-tidak.
Cewek" tanya Via, m em buat Cokie m enoleh dan m enatapnya datar.
Cowok, jawab Cokie, lalu kem bali sibuk dengan ponselnya. Via m elirik ponsel itu. Masih SMSan sam a si... siapa lagi nam anya" Dara" Putri" tanya Via lagi, m em buat Cokie m enghela napas.
Tem en yang tadi SMS, ngasih nom ornya, jelas Cokie, terdengar kesal. Dia tidak pernah suka kalau Via m em bahas m asa lalu. Gue udah lam a nggak ketem u dia, jadi dia m inta kum pul-kum pul. Lo m au tau juga di m ana dan kapan kita m au ketem uan"
Via m enatap Cokie tak percaya, lalu m em buang m uka. Selalu saja begini akhirnya setiap m ereka pergi bersam a. Tahu-tahu, Via m elihat sepasang ujung sepatu berwarna kuning. Via m endongak, lalu m enatap seorang cewek cantik dan bertubuh sintal sedang berdiri di depannya sam bil m em bawa es krim .
Boleh geseran nggak" tanyanya, lalu m elem par senyum m anis kepada Cokie yang segera dibalas.
Via m erengut, tetapi bergeser juga.
Gue bener-bener nggak dianggep. Tuh cewek m inta duduk di antara gue dan Cokie! keluh Via di Hilarious besoknya. Lara tersenyum , lalu m enepuk bahu Via. Mana si Cokie m anis banget lagi sam a tu cewek.
Nih, servis buat lo. Lara m eletakkan secangkir cokelat hangat di depan Via.
t . c Lara m enatap Via sim pati. Sudah beberapa hari ini, Via selalu datang ke Hilarious setelah pulang kuliah. Setiap datang, dia pasti berkeluh kesah tentang cowok ganteng yang sudah ham pir setahun ini dipacarinya. Siapa lagi kalau bukan si m antan play boy , Cokie.


Best Friends Forever, High School Paradise Karya Orizuka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lo pasti bosen deh gue datangin m ulu, kata Via dengan bibir berlum ur cokelat.
Lara m enggeleng sam bil tersenyum sim pul, lalu m enyodorkan tisu. Gue m alah seneng ditem enin, kata Lara. Sem enjak kalian pada kuliah, gue jadi kesepian.
Via m engangguk-angguk. Mem ang, setelah kuliah dengan jadwal yang berbeda-beda, acara kum pul-kum pul m ereka jadi tidak teratur. Ram a sibuk dengan kuliah bisnisnya, Cokie dan Sid dengan kuliah tekniknya, Aida dan Lando dengan kuliah kedokterannya, dan J ulia dengan kuliah sastra Inggrisnya. Via sendiri kuliah di jurusan pariwisata.
Ram a udah jarang datang ya, Ra" tanya Via, m em buat Lara berhenti dari kegiatan m engelap gelas dan m enghela napas.
Dia lagi sibuk-sibuknya, Vi. Orang tuanya m ewajibkannya serius karena dia nolak kuliah di luar negeri, jelas Lara, lalu kem bali tersenyum . Tapi, gue nggak boleh m engeluh. Ini risiko yang udah harus dia dan gue tanggung bareng.
Via m engangguk-angguk lagi, kagum dengan kedewasaan Lara dan Ram a. Sam a sekali berbeda dengan dirinya. Lara m enangkap keresahan Via.
Lo sendiri" Masih sering jalan sam a Cokie kan" tanyanya, m em buat Via m endesah.
Ya, nggak sering-sering banget sih. Paling sem inggu dua kali, kalo dia ada libur kuliah. Tapi ya itu, Ra, setiap ketem u yang ada berantem , keluhnya, lalu berpangku tangan. Apa gue yang keterlaluan, ya.
t . c Kalo cowok lo kayak Cokie sih, m enurut gue, sah-sah aja lo ngerasa khawatir, kom entar Lara, m em buat Via m enatapnya terharu. Ada juga ternyata yang bisa m engerti dirinya.
Iya kan, Ra" Gue nggak bisa tenang tiap kali jalan sam a dia! J adi, gue selalu ngajak dia ngobrol-ngobrol aja di rum ah, tapi dia selalu m au ngajak gue m akan di luar, keluh Via lagi, kesal.
Kali ini Lara yang m engangguk-angguk, bersim pati terhadap Via.
Belum lagi gue m ikirin gim ana dia di kam pus, gim ana perlakuan dia sam a cewek-cewek lain, tam bah Via lagi. Kalo gue nggak latihan m asak terus buat ngalihin pikiran, bisa stres kali gue.
Ternyata, punya cowok ganteng itu nggak selam anya enak, ya, kom entar Lara, lebih pada dirinya sendiri. Nam un, satu hal yang patut dia syukuri, untung saja Ram a tidak seganteng Cokie.
Bener banget, Ra. Awal-awal pacaran sam a dia sih, gue bangga. Ke sini-sini& ternyata jadi banyak hal yang bikin khawatir. Via m enopang dagu. Gue yang jadi parno sendiri. Kalo udah gitu, dia yang m arah. Gue jadi bingung harus gim ana.
Lara kem bali m enepuk-nepuk bahu Via, tidak tahu harus bagaim ana m enghiburnya. Dia sendiri tahu dari awal kalau hubungan Cokie dengan cewek m ana pun tidak akan pernah berjalan m ulus. Kegantengan Cokie bisa m em buat cewek gila, baik ceweknya sendiri m aupun cewek-cewek secara um um .
Tahu-tahu, pintu Hilarious terbuka. Cewek m ungil beram but kuncir kuda m asuk, diikuti oleh seorang cowok berkepala pirang.
Gue kan bilang jem put jam dua! sahut Sid, sem entara J ulia tam pak tak peduli. Dia m engedikkan dagu pada Via dan Lara, lalu m elengos m asuk ke kam ar m andi.
t . c Via dan Lara beralih m enatap Sid yang m engedikkan bahu. Budek kali dia, katanya asal, lalu m elepaskan tabung gam bar yang tadi dikenakan dan m eletakkannya ke sofa. Dia duduk di sam ping Via.
Iced cappuccino, Ra, pesan Sid, lalu m enoleh pada Via. Kenapa lo, Vi"
Sid. Via m enatap Sid dalam -dalam , m em buat Sid m au tak m au deg-degan juga. Kita gantian pacar aja ya"
Boleh, jawab Sid tanpa pikir panjang, m em buat Lara ham pir m elepaskan gelas yang dipegangnya. Kebetulan gue juga lagi bosen sam a J ulia.
Hei, bercanda itu ada batasnya ya, Lara m engingatkan, m em buat Sid dan Via terkekeh bareng.
Em ang kenapa, Vi" Lo sadar kalo gue ternyata lebih ganteng dari Cokie" tanya Sid, m em buat Via ham pir jatuh dari kursinya.
Bukan gitu, Sid. Kayaknya gue butuh cowok yang lebih sederhana aja.
Ha?"" J adi& m aksud lo gue sederhana" seru Sid, tak terim a. Lo belum tau aja, Ra, gue itu nggak sesederhana yang terlihat. Gue itu pria yang penuh dengan lika-liku, penuh m isteri, charm ing.... Lo lagi ngom ongin siapa sih" tanya Via, tam pangnya sangsi. Sid berdecak, lalu m encondongkan tubuh ke Via. Coba lo liat m ata gue, Vi. Katakan, kalo gue cowok sederhaAW!!!
J ulia sudah ada di belakang Sid dengan tabung gam bar di tangan. Wajahnya sinis, m asih dendam karena tadi harus m enunggu selam a dua jam di halte kam pusnya.
Sid m engelus-elus kepala pirangnya yang berdenyut, lalu m endelik ke arah J ulia.
t . c gam bar Sid ke sem barang tem pat, m em buat Sid buru-buru m enyelam atkannya. Ini m aster piece gue, tau!
Bodo, tandas J ulia sam bil duduk di tem pat Sid tadi. Awas ya, gue m au visum ! seru Sid, m asih tidak terim a. Gue sim pen ini tabung buat barang bukti!
Ra, jus stroberi dong, kata J ulia, m enganggap kata-kata Sid hanya angin lalu. Sid m elongo, lalu cepat-cepat duduk di sebelah Via.
Vi, kayaknya kita beneran butuh tukeran pacar deh, kata Sid serius. Via m enatapnya sebentar, lalu m enghela napas.
Kayaknya iya deh. Cokie kayaknya lebih cocok sam a cewek kayak J ulia, kata Via, m em buat sem ua orang m enatapnya. Hah" Maksudnya apaan tuh" seru J ulia bingung. Kalo lo, pasti lo bakal percaya diri dan nggak m ikir m acem - m acem . Kalo gue....
Sid, J ulia, dan Lara saling lirik.
Aah! Kok lo ngom ongnya begitu sih! J ulia m enepuk punggung Via keras-keras. Via sam pai terbatuk. J angan nggak pede gitu doong!
Gue cum a... gue cum a m ikir, m ungkin gue bukan cewek yang cocok buat dia. Mungkin gue m alah ngebebanin dia dengan sem ua sikap gue, kata Via lagi.
Hm m .... Sem ua saling lirik lagi, tak tahu harus berkata apa. Via sudah benar-benar tenggelam dalam pikirannya sendiri.
t . c Sekarang, m ereka sedang berjalan bersam a keluar kam pus. Via ham pir saja m enabrak tem pat sam pah kalau tidak dicegah tem annya.
Hati-hati dong, Vi, tegur Alin, salah satu tem an Via. Dia juga yang m enyelam atkan Via dari tangga saat m au m asuk kelas tadi. Via m eringis tak jelas. Ah, iya. Thanks, Lin.
Eh, ada apaan tuh ram e-ram e" seru Lingga, tem an Via yang lain. Via m endongak dan m elihat sekum pulan anak cewek kam pusnya yang sibuk berkasak-kusuk. Via, Alin, dan Lingga saling tatap, lalu segera bergabung dengan kerum unan itu.
Ada apaan sih" tanya Alin pada salah satu cewek yang sibuk m enahan pekikan.
Ada cowok, ganteng banget! Naik BMW! seru cewek itu, m em buat Via tersenyum lem ah. Cowok ganteng dan naik BMW. Mirip dengan cowok yang sedang dipikirkannya saat ini. Via.
Suaranya pun persis. Detik berikutnya, Via m erasakan cengkeram an kuat di lengan kiri dan kanannya. Via m enoleh ke Alin dan Lingga yang sudah m enatapnya tak percaya, lalu m endongak. Kenapa bengong" tanya Cokie, m em buat Via m elongo. Ngap--ngapain lo di sini?"" sahut Via, releks mundur beberapa langkah.
Mau jem put lo, jawab Cokie bingung.
Via m enatap sekeliling dan sem ua cewek yang ada di sana sekarang sudah m enatapnya sinis. Em ang gue m inta jem put" tanya Via lagi, m em buat Cokie m engernyit. Via m enggigit bibir, lalu segera m enarik Cokie m enjauh dari kerum unan itu.
Lo kenapa sih, Vi" Nggak suka gue jem put" tanya Cokie kem udian. Via m elirik tem an-tem annya yang m asih m enatapnya penasaran.
t . c Bukan gitu... tapi kok nggak bilang-bilang dulu" Gue kan pengen ngasih surprise. Selam a ini lo nggak pernah m au gue jem put, kata Cokie, m em buat Via m enghela napas.
Selam a ini m em ang Via selalu m elarang Cokie untuk m enjem putnya di kam pus. Via m elakukan itu bukan tanpa alasan. Kejadian seperti inilah yang m enjadi alasan utam a kenapa dia tidak pernah m au m inta jem put. Besok, Via pasti tidak akan bisa berkuliah dengan tenang, sam a seperti dulu di SMA saat Via dijauhi tem an-tem an ceweknya di sekolah. Nam un, Cokie tak pernah tahu. Via m em ang tak pernah m em beritahunya.
Ada apa sih, Vi" tanya Cokie lagi, m em buat Via tersadar. Nggak apa-apa. Ayo. Via buru-buru m enggam it Cokie m enuju BMW-nya. Via tidak m au berada terlalu lam a di sana. Tatapan tem an-tem annya m em buatnya gerah.
Cokie m engedikkan bahu, lalu m enurut dan m asuk ke m obil. Sebelum Via, cewek itu m akhluk yang benar-benar gam pang ditebak.
Via! Via m endongak dan m enutup sebelah m atanya saat sebuah cahaya m enyilaukan m uncul. Via m em icingkan m ata. Ternyata, hanya kepala pirang Sid yang tertim pa cahaya m atahari. Cowok itu m elam bai-lam baikan tangan dari kejauhan, di sebelahnya J ulia m em egang bola plastik.
Ayo, ikutan m ain! seru J ulia sam bil m engacung-acungkan bola itu.
t . c Via m enghela napas, lalu kem bali m enekuni bukunya. Dia sadar kalau halam an buku yang dibacanya m asih sam a dengan saat pertam a kali dibuka. Via lalu m elirik lagi tem an-tem annya yang sedang asyik berm ain di pinggir pantai.
Hari ini, anak-anak sepakat untuk berlibur bersam a setelah ujian yang panjang dan m elelahkan. Aida dan Lara tam pak sibuk m em buat istana pasir, sem entara Ram a, Lando, J ulia, dan Sid sibuk berm ain voli pantai. Saking kom petitifnya, Lando dan Sid m alah seperti sedang bersaing untuk m erebut m edali em as olim piade. J ulia dan Ram a nyaris tidak kebagian bola dan m enjadi penonton di lapangan.
Via sendiri m em punyai penyakit darah rendah sehingga tidak bisa terkena terlalu banyak sinar m atahari. J adi, dia m em utuskan untuk duduk-duduk di kursi m alas sam bil m em baca buku. Nam un, di dalam hatinya, dia sangat ingin ikut bergabung bersam a m ereka.
Mendadak Via m erasakan sensasi dingin di lehernya, m em buat seluruh bulu kuduknya m erem ang.
Uwaaa! sahut Via, ham pir terjengkang dari kursinya. Dia m em egang leher, lalu m enoleh untuk m elihat siapa pelakunya.
Cokie ada di belakangnya dengan cengiran nakal. Dia lalu m enyodorkan sebuah kaleng soda.
Kaget ya" tanyanya sam bil duduk di kursi sebelah Via. Via m enggenggam kaleng dingin itu, lalu m engangguk. Cokie ikut m engangguk-angguk, lalu m enghirup isi kaleng sodanya. Lo nggak ikutan m ain" tanya Via.
Nggak ah, nem enin lo aja, gom bal Cokie, tetapi Via m alah m enghela napas.
t . c Vi, jalan-jalan yuk. Cokie bangkit tiba-tiba dan m engulurkan tangan. Via m endongak, m enatap tangan itu ragu, tetapi m enyam butnya juga.
WOIII!!! Mau ke m ana"! seru Sid dari kejauhan. J alan bentar! balas Cokie sam bil m enarik tangan Via, tak m em edulikan teriakan-teriakan iri Sid dan J ulia.
Sepanjang jalan, Cokie sibuk bercerita, sedangkan Via terdiam . Via m erasakan genggam an tangan besar Cokie yang begitu hangat. Dia tak ingin m elepaskannya.
Eehh... dia m alah ngasih gue C! Keterlaluan nggak tuh nam anya! sahut Cokie, m em buat Via m enatapnya polos. Cokie berhenti berjalan, lalu m elam bai-lam baikan tangan di depan Via. Vi, lo dengerin gue nggak sih"
Hm m m , denger. Keterlaluan ya, sam but Via cepat. Sebenarnya, Via sam a sekali tidak m endengarkan. Cokie m engangguk-angguk, lalu kem bali m enggenggam tangan Via.
Cok, kata Via, m em buat Cokie bergum am . Dulu kalo lo pacaran... selalu gandengan tangan begini, nggak"
Langkah Cokie terhenti, genggam annya terlepas. Dia m enatap Via tajam . Kenapa lo tanya begitu" Cokie balik bertanya, m em buat Via salah tingkah.
Ng... nggak apa-apa, gue cum a tanya, kata Via buru-buru. Cokie berdecak, lalu kem bali berjalan. Via m engikutinya dari belakang.
Bukannya gue udah bilang, gue nggak suka m asa lalu gue diungkit-ungkit" kata Cokie. Apa yang dulu gue lakuin sam a cewek-cewek itu nggak ada hubungannya sam a sekarang. J adi, jangan tanya-tanya lagi, Vi.
t . c Lo jangan suka m ikir yang aneh-aneh deh. Cokie m enatap Via lem but. Yang kita pikirin yang sekarang kita jalanin aja. Oke"
Via m engangguk pelan, m em buat Cokie m engacak ram butnya. Via sedang m enatap Cokie, nam un sudut m atanya m enangkap beberapa cewek di belakang Cokie. Via m elirik cewek-cewek itu, yang sedang m enatapnya sinis sam bil berbisik-bisik. Cowoknya ganteng kok ceweknya kayak gitu sih.... Iya, cakepan juga pem bokat gue....
Cokie sudah berbalik dan kem bali berjalan sehingga tak m endengar itu sem ua. Via m enggigit bibir bawahnya. Dia harus berpikir positif. Selalu berpikir positif.
Via m engangguk m antap, lalu m enyusul Cokie dan m enggam it lengannya.
Di kam arnya yang gelap, Cokie m erasakan getaran di m eja, nam un dia tak peduli. Matanya terpancang pada m onitor, satu tangannya sibuk m enekan keyboard, satu lagi sibuk m enekan m ouse. Bola m atanya bergerak-gerak cepat. Dia berkonsentrasi penuh.
Dia sedang berm ain Call of Duty, sebuah perm ainan kom puter yang sedang digandrunginya akhir-akhir ini.
AAAAHHH!! serunya saat karakter yang dia m ainkan tertem bak.
Dia m engem paskan diri ke sandaran bangku, m elihat hasil perm ainannya. Lagi-lagi, dia gagal m enyelesaikan m isi. Tam paknya, dia m em ang harus berguru pada Sid.
Cokie berdecak, lalu m elirik ponsel yang tergeletak di sam ping m onitor. Dia m eraihnya, lalu m elihat sebuah SMS dari Via. Cokie nyengir, lalu m em bukanya.
t . c Cok! Ucoook! Makan dulu! sahut Mam anya, m engagetkan Cokie. Dia segera m eletakkan ponsel, lalu berlari keluar.
Makan apa, Ma" tanya Cokie begitu m elihat Mam anya di dapur.
Ikan goreng kesukaanm u, jawab Mam anya sam bil m engam bilkan nasi dan m enyodorkannya pada Cokie. Cokie duduk, lalu m encaplok daging ikan guram e goreng favoritnya. Enaknyaa..., kom entar Cokie dengan m ulut penuh. Mam anya tersenyum , lalu m engelus kepala Cokie. Anak Mam a yang paling tam pan, kata Mam anya, lalu m encium lem but kepala Cokie. Cokie hanya nyengir setiap kali Mam anya m elakukan itu. Sem enjak kakak perem puannya berum ah tangga di Perth, Cokie jadi anak satu-satunya di rum ah. J adi, dia selalu dim anja. Papa kapan pulang, Ma" tanya Cokie.
Minggu depan katanya, jawab Mam anya sam bil m enuangkan jus jeruk ke dalam gelas Cokie. Kenapa m em ang" Nggak, nanya aja.
Cokie sangat jarang bertem u papanya karena beliau bekerja di Medan dan hanya sesekali pulang. Katanya sih cari uang, tetapi Cokie yakin, dia punya urusan lain di sana. Seperti punya istri m uda, m isalnya.
Oh iya, Cok, kam u m asih inget si Brigitta" tanya Mam anya tiba-tiba, m em buat Cokie tersedak duri ikan. Cokie cepat-cepat m inum . Mam anya yang sedang m em belakanginya tak sadar. Itu loh... guru les privatm u dulu.
Cokie m asih terbatuk-batuk saat Mam anya berbalik. Tadi Mam a ketem u di kantor. Suam inya udah jadi pejabat penting, lanjut Mam anya, lalu heran m elihat wajah Cokie yang m erah. Kenapa kam u"
t . c Keselek, jawab Cokie singkat, m em buat Mam anya m engangguk-angguk.
Udah beda sekali dia sekarang. Mam anya m alah m eneruskan. Tam bah cantik. Nam anya juga istri pejabat.
Cokie terdiam , m em ang tak berm aksud m enanggapi. Dia m asih ingat Mam a, jadi dia datang ke kantor Mam a untuk pesan catering, kata Mam anya lagi. Tadinya dia sem pat tinggal di New York. Ini baru pulang dan m au bikin party . Kita diundang, Sayang.
Ingin rasanya Cokie tertawa. Sam pai m ati pun, dia tidak akan datang.
Cok. Cokie! Cokie tersadar dari lam unannya, lalu m enoleh dan m endapati Via yang sedang m engernyit. Cokie berdeham , lalu nyengir bersalah.
Apa tadi, Vi" tanyanya, m em buat Via m enghela napas. Lo nggak denger om ongan gue tadi" tanya Via kecewa. Sori, sesal Cokie, m em buat Via m em utar bola m ata dan m engem paskan diri ke sandaran sofa. Gue lagi banyak pikiran.
Via m enatap Cokie yang m em ang hanya m elam un sejak datang sejam lalu. Cokie m em ang selalu datang setiap m alam Minggu, tetapi tidak pernah dalam keadaan seperti ini. Via m enghela napas m antap, lalu berusaha berpikir positif.
Masalah kam pus" tanya Via sam bil m engelus lengan Cokie lem but. Cokie m enoleh, lalu m enggeleng pelan. Dia m engacak ram but Via.
Bukan. Tapi udahlah, nggak usah dipikirin lagi, kata Cokie. Tadi lo ngom ong apa em angnya"
t . c Gue tanya, kenapa SMS gue sem alem nggak dibales" tanya Via lagi.
Em ang sem alem lo SMS gue" Cokie balas bertanya, m em buat Via kem bali kesal. Cokie buru-buru m engecek ponselnya dan ternyata benar-benar ada. Sekarang Cokie teringat, sem alam sebelum dia sem pat m em baca, m am anya sudah m em anggilnya untuk m akan.
Kenapa, ketutup SMS-SMS dari cewek-cewek lain" sindir Via, tak bisa m enahan diri.
Cokie m enatapnya, lalu m enghela napas. Sem alem gue m ain gam e, jadi nggak kedengeran, jawab Cokie, berusaha untuk tidak terpancing kata-kata Via. Lagi pula, m em ang benar, SMS Via tenggelam di antara beberapa SMS dari tem an-tem an ceweknya di kam pus.
Via m asih cem berut, tak puas m endengar jawaban Cokie. Cokie sendiri sibuk m enekan-nekan layar sentuh ponselnya, berusaha m enghilangkan barang bukti secepat m ungkin.
Besok gim ana" J adi m au bantuin ibu" tanya Via tiba-tiba, m em buat Cokie m enoleh sangat cepat, ham pir tak wajar.
Hah" Iya, jadi, jawab Cokie sekenanya, lalu kem bali m em bersihkan inbox-nya.
Mungkin sudah saatnya dia ganti nom or lagi.
t . c Bisa-bisanya Mam anya ketinggalan barang sepenting ini dan di waktu-waktu seperti ini. Bisa-bisa Cokie dim arahi ibu Yona, ibunya Via, karena telat m enjem putnya untuk datang ke bazar.
Pintu lift terbuka dan Cokie bergegas m asuk. Nam un, sebelum pintu sem pat tertutup, terdengar suara seseorang yang m em buat Cokie m enekan tom bol agar pintu tetap terbuka. Seorang wanita berkacam ata hitam m uncul di depan lift dan buru-buru m asuk.
Makasih, katanya, m em buat Cokie m em batu seketika. Detik berikutnya, dia m enoleh secepat kilat untuk m enatap wanita itu.
Kalau saja wanita itu tidak bersuara, pasti Cokie tidak akan m engenalinya. Cokie m enatap wanita itu lekat-lekat, berharap apa yang dipikirkannya salah. Nam un, wanita itu m alah m em buka kacam ata hitam nya, dan sekarang m ereka saling tatap dengan wajah tak percaya.
Pintu lift tertutup. Wanita itu sudah m engalihkan pandangan ke layar lift. Cokie sendiri sudah m enghadap ke depan dengan pikiran kacau.
Pergerakan lift m enuju lantai tujuh itu terasa seperti selam anya bagi Cokie. Dia pun seperti tak bisa bernapas. Atau m ungkin dia yang lupa bernapas.
Kem bali terdengar suara denting, dan kali ini, pintu lift terbuka di lantai tujuh tem pat kantor m am a Cokie berada. Baik Cokie m aupun wanita itu tak bergerak, seperti saling m enunggu satu sam a lain. Cokie m engam bil keputusan. Dia m enekan tom bol untuk m enutup pintu dan tom bol lantai paling atas.
Wanita itu sendiri tak bergerak untuk m encegah Cokie. Dia m enunggu dalam diam hingga pintu kem bali terbuka. Cokie m elangkah keluar lift lebih dulu, lalu naik tangga m enuju atap bangunan yang sudah dibuat ruang terbuka. Cokie tahu wanita itu m engikutinya.
t . c Lo nggak m au nyapa gue" tanya Cokie tanpa m enoleh. Hati-hati kam u bicara, kata wanita itu dengan suara lem but. Saya sudah jadi istri pejabat tinggi negara.
Cokie berbalik, lalu m enatap wanita itu tak percaya. Apa keliatannya gue peduli" tanya Cokie lagi. Wanita itu tersenyum tenang, m em buat jantung Cokie berdegup kencang. Apa kabar" tanya wanita itu, nadanya m em buat Cokie gusar. Seperti yang lo liat, jawab Cokie, m encoba untuk m engalihkan perhatian dari sosok wanita m em esona di depannya itu.
Lo tum buh jadi laki-laki dewasa yang tam pan, seperti yang udah gue prediksikan dulu, goda wanita itu lagi, m em buat Cokie m endelik.
Bri, lo nggak m au m ulai, kata Cokie geram .
Sudut bibir Brigitta tertarik ke atas. Kenapa" Lo yang bawa gue ke sini.
Gue nggak bawa lo, lo yang ikut sendiri, balas Cokie, m em buat Brigitta tertawa. Tawa yang diakui Cokie m asih m enggodanya.
Gue harus akui m ungkin gue tertarik untuk ngikutin lo, katanya sam bil m enatap Cokie penuh arti. Salah sendiri lo m enarik.
Cokie m enatap Brigitta sinis. Apa gue keliatan sem udah itu buat lo" Gue bukan anak kecil lagi, Bri. Gue udah nggak bisa ditipu.
Gue lihat itu. Brigitta m enatap Cokie dari ujung ram but hingga ujung kaki. Lo bukan anak kecil lagi.
Cokie terdiam sesaat, m em biarkan Brigitta m em erhatikannya. Atau m ungkin Cokie m alah m enginginkan Brigitta m elihatnya yang sekarang.
Lo udah bahagia sekarang" tanya Cokie, m em buat Brigitta m enatapnya. Lo udah jadi istri pejabat. Harta lo pasti berlim pah. Lo udah bahagia"
t . c Brigitta tidak langsung m enjawab. Dia hanya tersenyum . Ternyata....
J angan bilang ternyata harta nggak bisa ngasih lo kebahagiaan, sam bar Cokie sebelum Brigitta sem pat m enyelesaikan katakatanya. Karena kalo gitu, lo m em biarkan gue m enang.
Brigitta terdiam sesaat, lalu kem bali tersenyum , sekarang m iris.
Lo m enang, Cok, katanya, m em buat m ata Cokie m elebar. Harta m em ang nggak bisa ngasih gue kebahagiaan. Cokie terdiam , tak bisa berkata-kata apa pun lagi.
Bri, lo harus tunggu gue sam pe gue gede. Gue pasti bisa bikin lo kay a.
Berapa lam a, Cok" Sepuluh tahun" Dua puluh tahun" Keburu m ati gue gara-gara busung lapar....
Tawa renyah Brigitta berdenging di telinga Cokie. Bukan itu saja, kenangan-kenangan Cokie tentang Brigitta sekarang terputar di benaknya tanpa bisa dikendalikan. Kenangan yang harusnya dia kubur dalam -dalam , seiring dengan perginya wanita itu ke pelukan laki-laki lain, laki-laki yang dewasa dan m apan, yang katanya m am pu m em berinya kebahagiaan dengan harta.
Cokie ingat saat Brigitta datang untuk pertam a kali ke rum ahnya. Dia adalah seorang m ahasiswi yang sederhana, tetapi m enarik. Rasanya Cokie jatuh cinta pada pandangan pertam a. Nam un saat itu, Brigitta m enganggapnya sebagai anak kecil.
t . c dirinya sendiri. Nam un, dia juga seorang gadis yang am bisius, yang punya cita-cita untuk m enjadi kaya suatu saat nanti, entah bagaim ana caranya. Dan Cokie sudah berm aksud untuk ikut andil dalam m ewujudkan cita-cita itu.
Selam a satu tahun Cokie les dengan Brigitta, banyak yang didapatkannya dari gadis itu. Cokie m erasakan cinta pertam anya, m endapatkan cita-cita yang ingin diraihnya, dan m em iliki tujuan hidup. Dia ingin m em bahagiakan Brigitta. Hanya itu.
Dia selalu m enyukai saat-saat bersam a Brigitta hingga selalu m elesat pulang begitu selesai berm ain bola dengan tem antem annya. Dia suka tam pang judes Brigitta saat salah m enjawab. Dia juga suka saat Brigitta m em beri hadiah kecupan di dahi kalau jawabannya benar.
Dunianya selalu berputar di sekeliling Brigitta dan dia tahu Brigitta pun sadar benar itu. Brigitta tak pernah m enerim a sem ua laki-laki yang m endekatinya. Cokie tahu Brigitta akan m enunggunya sam pai dewasa, sam pai dia bisa m em beri kebahagiaan yang Brigitta m au.
Walaupun dem ikian, Cokie tak bisa m em percepat waktu. Saat Brigitta m agang di sebuah instansi pem erintah, atasannya m enaruh hati dan m em persuntingnya. Brigitta m enerim a walaupun hanya untuk jadi istri kedua. Sekarang m em ang sudah jadi yang pertam a karena akhirnya, si pejabat m enceraikan istri pertam anya.
Cokie m asih ingat saat Brigitta m uncul di hadapannya untuk m em beri undangan pernikahan.
Cok, gue m inta m aaf. Nunggu lo adalah hal y ang nggak m ungkin.
Kenapa nggak m ungkin"
Lo m asih kecil, lo nggak bisa ngasih kebahagiaan buat gue. Kalo gue udah besar nanti, gue bakal kasih!
t . c Nunggu lo besar, berapa lam a" Gue nggak bisa nunggu hal y ang nggak pasti, Cok. Gue m au bahagia.
Lo bisa bahagia sam a gue! Gue... gue cinta sam a lo! Cinta... gue nggak bisa bahagia hany a dengan cinta, Cok.... Cokie ham pir saja tidak m elihat lam pu lalu-lintas yang berganti m erah. Dia segera m enginjak rem , lalu m engem paskan punggung ke sandaran jok. Kepalanya berdenyut.
Persetan, pikir Cokie. Buktinya, sekarang dia tidak bisa bahagia hanya dengan harta.
Cokie m eletakkan dahinya ke stir m obil. Dia tidak tahu harus bagaim ana.
Cokie m enatap pasrah Via yang berkacak pinggang di depannya. Tam pangnya yang benar-benar m arah m em buat Cokie tak berusaha m engatakan apa pun karena hanya akan m enam bah buruk suasana.
J adi" tanya Via, m em inta penjelasan kenapa Cokie tidak kunjung m uncul m enjem putnya dan ibunya.
Tadi... gue nganterin barang Nyokap yang ketinggalan, jawab Cokie.
Terus" Hape lo dicopet selam a ke sana" tanya Via lagi. Cokie berusaha untuk tidak m enyahut karena tahu kadar kekesalan pacarnya itu dari frekuensi suaranya.
Kenapa lo nggak telepon" Lo tau gue dan ibu nunggu berapa lam a" Lo tau kalo akhirnya kita naik taksi dan ketika sam pai di sana, bazarnya udah m au selesai"
t . c Cokie m enghela napas. Dia m enjam bak ram butnya sendiri, lalu m enendang apa pun yang ada di bawahnya.
Setelah nggak jem put saya, sekarang m au ngerusak tam an saya" tanya Yona, ibunya Via, yang tiba-tiba m uncul di belakang Cokie. Cokie berjengit kaget, lalu segera m erapikan kem bali potpot bunga yang tadi ditendangnya.
Malam , Bu. Maaf& . Nggak usah pake basa-basi, potong Yona, m em buat Cokie m enutup m ulut. Kalo kam u m asih m au datang kem ari, awas aja lain kali ingkar janji.
Iya, Bu! sahut Cokie segera, tak m enyangka dia tak dim arahi. Yona m engangguk-angguk, lalu m asuk ke rum ah.
Via m enatap Cokie dari pintu dengan tangan bersedekap di depan dada.
Untung Ibu nggak m arah, kata Via, m em buat Cokie nyengir. Coba kalo lo tadi liat m ukanya pas barang-barang jualannya m asih utuh.
Cengiran Cokie langsung lenyap, digantikan kem bali oleh perasaan bersalah. Sori, Vi, gue beli deh sem uanya.
Via m asih m enatapnya tajam . Nggak perlu, udah dibagiin sam a tetangga. Mem angnya sem ua bisa dibeli dengan uang"
Cokie tersentak m endengar kata-kata Via, kata-kata yang sam a sekali bertolak belakang dengan yang pernah dikatakan Brigitta. Cokie m enatap Via, lalu di luar kesadarannya, dia berderap dan m em eluk Via penuh haru. Via yang terkejut segera m endorong tubuh Cokie.
Lo apa-apaan sih, Cok" seru Via. Lo pikir dengan m eluk gue sem ua m asalah beres, gitu"
t . c ke cewek m ana pun, nam un cewek ini m alah m enolaknya m entahm entah.
Via m enatap Cokie tajam tanpa berkedip, m em buat Cokie susah untuk bernapas sekali pun.
Lo kok m arah-m arah m ulu, Vi. Gue kan udah m inta m aaf, kata Cokie sam bil m enggaruk kepalanya yang tak gatal.
Alasan lo yang nggak m asuk akal, sergah Via. Gue m asih nggak bisa terim a.
Kan udah gue bilang, gue ke kantor nyokap nganterin m ap dia yang ketinggalan& .
Sam pe sore, gitu" Em angnya lo lupa alam at kantor nyokap lo" Monas am bruk jadinya m acet berjam -jam " desak Via lagi, m em buat Cokie m ati kutu.
Cokie tentu saja tidak bisa bilang kalau dia akhirnya m enghabiskan waktu dengan m engobrol bersam a Brigitta.
Via berdecak m elihat kebisuan Cokie. Biasanya, cowok itu m akhluk yang gam pang m em berikan beribu alasan, nam un entah kenapa m alam ini dia seperti kehabisan kata-kata.
Udah deh, gue m au tidur, kata Via, m enjadi kata-kata penutup untuk m alam ini.
Cokie m em ijat dahinya yang berdenyut.
Gue nggak tau lagi harus gim ana, Ra. Gue bisa gila kalo begini terus.
Via m enelungkupkan wajah ke dalam lengan. Lara m enatapnya sim pati dari balik m eja bar. Lagi-lagi m asalah Cokie. Lara m enepuknepuk bahu Via pelan.
t . c Yang gue pake pelet, lah. Yang gue jual diri, lah. Parah, keluh Via lagi. Gue em ang m iskin, gue juga nggak cantik-cantik banget. Tapi& apa gue pantes dapet perlakuan kayak gitu"
Sabar, Vi. Lara m enyodorkan segelas cokelat hangat kesukaan Via. Minum dulu.
Via m enatap gelas berisi cokelat m engepul di depannya, lalu m enghirupnya.
Cokelat sekarang udah nggak m em bantu, ya, desahnya dengan m ata m enerawang. Lo tau, Ra" Mungkin seum ur hidup gue nggak akan bisa ngerasa cantik selam a m asih ada di sam ping Cokie.
Lara terdiam , m encerna kata-kata Via. Rasa-rasanya Lara bisa m engerti. Cewek selalu ingin m erasa cantik di hadapan cowoknya. Untuk kasus Via, sepertinya akan sulit. Bagaim anapun berusaha, Via akan m erasa tidak pantas untuk Cokie, terutam a dengan perlakuan sem ua orang sekarang ini.
Vi, kalo m enurut gue, lo harus ngom ong baik-baik sam a tem entem en lo, usul Lara, m em buat Via m enatapnya. Bilang kalo Cokie suka lo apa adanya. Ceritain juga gim ana kalian waktu SMA.
Gue harus cerita kayak gitu sam a sem ua orang" Pinjem radio kam pus, gitu" tanya Via tak percaya.
Ya, nggak harus sem ua orang. Cum a tem en-tem en yang berharga buat lo aja supaya m ereka nggak salah paham , lanjut Lara.
Via berpikir, lalu m engangguk-angguk. Dia m em ang m erindukan sosok Lingga dan Alin.
Bener juga kata lo, Ra. Pas gue lagi berantem sam a Cokie gini, gue butuh tem en curhat. Gue kehilangan m ereka. Via tersenyum pada Lara. Makasih ya. Lo em ang pendengar yang baik. Kapan aj... ah!
t . c Lara tak sengaja m enjatuhkan gelas hingga pecah dan berserakan di lantai. Via segera m em bantu m engam bil sapu kecil dan pengki, lalu pergi ke balik m eja bar untuk m enyapunya.
Tak berapa lam a, pintu Hilarious terbuka dan m uncul Sid, Cokie, Ram a, dan Lando. Lara m elam bai pada m ereka, yang disam but cengiran. Sudah terlalu lam a Lara tidak m elihat m ereka datang berem pat.
Seperti biasa, keem patnya m elem parkan diri ke sofa. Bener-bener deh, gue nggak abis pikir. Cokie m em ulai obrolan, tam pak kesal. Kenapa sih itu cewek bisa begitu"
Lara dan Via sam a-sam a m em beku di tem patnya. Lara m elirik Via yang m asih m enyapu pecahan gelas di bawahnya, tetapi Via m enggeleng sam bil m enem pelkan telunjuk di bibir.
Udah yang cem buruan, curigaan, sering ngam bek, dan m arahm arah nggak jelas& . Nggak tau deh apa m aunya, sam bung Cokie lagi. Ini yang bikin gue m ales bikin kom itm en sam a cewek. Capek!
Via m erasa jantungnya seakan berhenti berdetak. Seluruh tubuhnya terasa dingin. Via tahu Lara sekarang sudah m enatapnya bim bang.
Cokie, tegur Lara, m em buat keem pat anak cowok itu langsung m enoleh.
Oh iya, yang biasa, kata Cokie sam bil nyengir, tetapi Lara tidak ikut nyengir. Dia justru m enatap Cokie dingin, m em buat cengirannya lenyap. Kenapa, Ra"
Tahu-tahu Via m uncul dari balik m eja bar, m em buat Ram a, Sid, Lando, dan terutam a Cokie, m elongo parah. Via m enolak untuk m enatap balik m ereka. J adi, dia hanya m enatap Lara.
t . c Lara sekarang m enatap Cokie m arah. Cokie sendiri m asih belum bisa m enggerakkan satu saraf pun karena terlalu syok. Mam pus lo, Cok, gum am Sid, m enyadarkannya. Tanpa berkata apa pun, Cokie segera bangkit dan berlari m enyusul Via. Dia m enem ukan Via sedang m em asukkan pecahan gelas ke plastik, lalu m em buangnya ke tem pat sam pah. Cokie sedang m em persiapkan diri saat tiba-tiba Via berbalik. Via tak berkata apa pun. Dia hanya m enatap Cokie datar, dan Cokie tak pernah suka tatapan yang seperti ini.
Vi, yang tadi itu.... Gue cum a....
Via m enunggu hingga Cokie selesai bicara, nam un Cokie tak pernah selesai. Via m enghela napas, lalu m elihat ke arah lain.
Lo capek kan, Cok" tanyanya sam bil kem bali m enatap Cokie. Kalo capek, berhenti aja.
Mata Cokie m elebar m endengar kata-kata Via. Vi, yang tadi itu... gue cum a em osi. Cokie berusaha m enjelaskan, nam un Via sudah kem bali m elengos.
Gue baru tau itu yang lo pikirkan tentang gue, potong Via seolah tak m endengar kata-kata Cokie barusan. Mungkin selam a ini gue em ang bener begitu. Mungkin em ang kita nggak cocok satu sam a lain.
Vi.... Kita putus aja, kata Via, m em buat Cokie tak m em percayai pendengarannya. Lo bisa kem bali kayak dulu, bebas tanpa kom itm en. Dan gue bisa kayak dulu, bebas punya tem en.
Apa m aksud lo" tanya Cokie, tak m engerti dengan kalim at terakhir Via.
Any w ay , sam bar Via sam bil m enatap Cokie lekat-lekat, berusaha m enahan tangisnya yang akan tum pah, kita putus aja. Itu jauh lebih m udah.
t . c Cokie m enatap Via tak percaya, tetapi dia tahu cewek itu keras kepala. Cokie ingat saat pertam a kali m enem baknya, dia harus berjuang m ati-m atian dan m enyingkirkan harga dirinya.
Sori ya, kalo selam a ini gue bikin susah, kata Via lagi sam bil m encoba tersenyum . J aga diri lo baik-baik.
Cokie tak bisa m encegah saat Via m elewatinya. Cokie m erasa ini seperti deja vu. Dia pernah m engalam inya dulu, saat Via juga m enolak perm intaan m aafnya m entah-m entah. Dan kali ini, Cokie juga tidak bisa bergerak, sam a seperti dulu.
Atau m ungkin, jauh di lubuk hatinya, Cokie juga setuju dengan keputusan Via.
Cok, jangan ngelam un m ulu dong. Ikannya keburu dingin tuh, tegur Mam a Cokie, m em buat Cokie tersadar.
Iya, Ma, kata Cokie, lalu m engam bil ikan tanpa m inat. Mam anya m engernyit, bingung karena tidak biasanya Cokie tam pak tak bersem angat di depan ikan. Cok, sekarang Mam a m au ke kantor dulu. Sebentar lagi Brigitta datang untuk am bil sam pel. Kam u yang kasih ya, kata Mam anya sam bil m eraih tas. Cokie m enatapnya tak percaya. Ke sini, Ma" Ke rum ah" Mam anya m engangguk, lalu m endekati Cokie. Lebih deket ke sini daripada ke kantor, katanya. Mam anya m engecup puncak kepala Cokie. Sam pelnya ada di dapur. Mam a pergi dulu, ya.
Cokie hanya m engangguk tak jelas sam bil m enatap kepergian Mam anya. Setelah itu, perut Cokie terasa kem bung dan tak ingin m akan lagi.
t . c Brigitta hanya m engirim kan asistennya atau apa, nam un tentunya itu tak m ungkin terjadi.
Cokie bangkit dan berjalan ke pintu. Dia ragu untuk m em egang kenop pintu, tetapi m em bukanya juga. Brigitta berdiri di depannya, m em akai blazer di atas gaun pendek berwarna putih dan topi lebar berwarna senada.
Gue pikir Lady Di hidup lagi, gum am Cokie, m em buat Brigitta m em buka kacam ata hitam nya dan tersenyum .
Boleh gue m asuk" tanyanya. Cokie bergeser dan m em biarkannya m elangkah ke dalam rum ah. Nyokap lo udah pergi"
Udah, jawab Cokie sam bil m enatap tam pak belakang Brigitta yang sam a indahnya dengan tam pak m ana pun. Brigitta tahu-tahu m enoleh, m em buat Cokie segera m engalihkan pandangan.
Baguslah, berarti kita cum a berdua, kata Brigitta dengan tatapan m enggoda.
Cokie m engernyit, lalu m endadak paham . Brigitta sengaja m em inta pada Mam anya untuk m enitipkan sam pel di rum ah dan m enunggu sam pai dia pergi. Brigitta m asih ingat jam -jam Mam anya pergi ke kantor.
Lo m au am bil sam pel kan" Gue am bilin. Cokie segera m elangkah ke dapur.
Brigitta m engikutinya m asuk, lalu m elihat ke sekeliling. Masih sam a kayak yang dulu ya. Orang kaya, tapi sederhana, kom entar Brigitta, m em buat Cokie m endelik.
Sori ya kalo kam i nggak bergelim ang harta. Ortu gue asalnya dari orang kecil. J adi, nggak suka hidup m ewah, sindir Cokie, m em buat Brigitta m enatapnya.
Cokie m enyerahkan tas berisi beberapa kotak m akanan pada Brigitta.
t . c Nih. Lo bisa pulang sekarang, kata Cokie dingin. Brigitta m enatap Cokie, lalu m enerim a tas itu. Lo nggak m au bikinin tam u m inum " tanyanya.
Cokie m enghela napas. Dia tak m au Brigitta berlam a-lam a di rum ahnya karena dia m asih tak tahu harus bagaim ana m enghadapinya. Nam un, dia tetap m elangkah ke dapur.
Brigitta m em andangnya geli dari ruang keluarga, lalu duduk di sofa sam bil m enatap beberapa pigura. Cokie m em buka lem ari pendingin dan m engam bil kaleng soda, lalu m eletakkannya di depan Brigitta.
Brigitta m enatap kaleng soda itu tak percaya. Lo serius m au ngasih gue m inum itu" tanya Brigitta, m em buat Cokie m engangkat alis, tak tahu di m ana m asalahnya. Hancur nanti diet dan m uka gue.
Kenapa gitu" tanya Cokie, tak m erasa ada yang salah dengan penam pilan Brigitta.
Brigitta m enatap Cokie, lalu tertawa. Ingin rasanya Cokie m elarang wanita di hadapannya itu untuk tertawa. Tawa itu m em buatnya m erasa ingin kem bali ke m asa lalu.
Gue udah nggak m uda lagi, Cok, gue harus m erawat tubuh gue, kata Brigitta sam bil m em egang kedua pipinya.


Best Friends Forever, High School Paradise Karya Orizuka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lo masih cantik kayak dulu, seloroh Cokie releks, membuat Brigitta m enatapnya.
Gue udah ham pir 27 tahun, Cok, tukas Brigitta. Lo m asih tetep cantik. Cokie bersikeras.
Senyum Brigitta perlahan pudar. Dia m enatap Cokie lam a. Lo tau& , katanya sam bil m enyelipkan ram butnya ke belakang telinga. Cokie segera m em alingkan m uka, tak berani m enatap wanita itu lam a-lam a. Kebiasaannya bisa m em buat Cokie gila. Gue berm aksud pergi.
t . c Cokie m enoleh, m enatap Brigitta. Pergi ke m ana" Pindah" Pergi dari sini, m eninggalkan sem uanya, jawab Brigitta, m em buat m ata Cokie m elebar.
Maksud lo" Lo m au ninggalin suam i lo" tanya Cokie lagi. Brigitta tersenyum lem ah, lalu m engangguk.
Cokie m elongo, tanpa sadar bertanya, Kenapa?"" Gue nggak bisa m em bahagiakan dia, Cok, begitu pula sebaliknya. Seperti yang lo bilang, harta nggak bisa bikin gue bahagia, kata Brigitta, m atanya m enerawang. Dia m enatap Cokie. Tapi ini bukan karena ketem u lo, Cok. Gue m ikirin ini udah lam a, jauh sebelum kita ketem u lagi.
Cokie m enatap Brigitta, bingung.
Mungkin gue kena karm a karena sifat m atre gue dulu. Gue bisa terim a kok. Sekarang, gue m au m enjalani sisa hidup gue untuk nyari kebahagiaan, sam bung Brigitta.
Kapan.... Pas pesta nanti, jawab Brigitta sebelum Cokie sem pat m enyelesaikan pertanyaannya. Pas sem ua orang sibuk di pesta itu, gue m au kabur.
Cokie m asih tak bisa berpikir. Otaknya terlalu sibuk m encerna kata-kata Brigitta.
Terus m aksud utam a gue ke sini..., kata Brigitta lagi, m em buat Cokie m enatapnya. Gue m au ngajak lo kabur sam a gue.
Cokie tahu dirinya sekarang m enganga lebar. Brigitta m enatapnya lam a untuk m endapatkan jawaban, nam un Cokie tak tahu harus m enjawab apa.
t . c Udah putus, jawab Cokie, seketika teringat Via dan kepalanya jadi tam bah pusing. Brigitta m engangguk-angguk, m au tidak m au m erasa kecewa.
Gim ana anaknya" tanya Brigitta lagi, m em buat Cokie m endengus.
Anaknya bertolak belakang dari lo, katanya sam bil m enerawang. Dia cewek sederhana, nggak pernah m inta m acem - m acem . Walaupun rada bawel, tapi yah gue suka sam a dia. Dia im ut kalo lagi m arah.
Kayaknya lo beneran suka sam a dia, kom entar Brigitta, tak pernah m elihat ekspresi sem acam ini dari Cokie sebelum nya. Terus kenapa putus"
Dia m utusin gue, jawab Cokie, m em buat Brigitta m elongo parah.
Kok bisa" pekiknya tak percaya, sedangkan Cokie m engedikkan bahu.
Mungkin gue nggak bisa ngertiin sifatnya, dan sebaliknya. Seperti yang udah gue duga, ternyata berkom itm en itu nggak m udah. Cokie m enghela napas panjang.
Brigitta m enatap Cokie. Ternyata, cowok itu m em ang sudah dewasa, cowok yang dulu tidak dia anggap karena m asih bocah dan tidak punya apa-apa.
Apa pun keputusan lo, gue tetep m au pergi, kata Brigitta, lo m au ikut atau nggak, itu terserah lo.
Kata-kata Brigitta m em buat Cokie m enoleh dan m enatapnya lam a.
Brigitta bangkit dan m engam bil tas. Dia m enatap Cokie lagi, tepat di m atanya. Kalo lo m au ikut, pas pesta jam delapan tepat, gue tunggu lo di m obil gue di parkiran, kata Brigitta, lalu m elangkah ke pintu.
t . c Cokie m enatap punggung Brigitta hingga m enghilang, lalu m engem paskan punggungnya sendiri ke bantalan sofa. Dia tidak tahu lagi.
Cok! Cokie m enoleh, lalu m endapati sebuah kepala pirang m enyem bul di antara beberapa tam u. Sid m enyeruak dari antara dua bapak yang sedang m engobrol.
Akhirnya, ketem u juga, katanya sam bil m enghela napas. Lo kok bisa ada di sini, Sid" tanya Cokie, bingung dengan kehadiran Sid di tengah acara pesta m enyam but Brigitta dan suam inya itu.
Suam inya Brigitta tem en Nyokap, jawab Sid, m em buat Cokie m engangguk-angguk paham . Gue tau lo pasti datang, m akanya dari tadi gue nyariin lo.
Cokie m enghela napas. Sid tidak tahu, tadinya Cokie tidak akan datang. Nam un, sesuatu m em buatnya harus datang.
Sid m enatap Cokie khawatir. Tapi, Cok, lo nggak apa-apa datang ke sini" Maksud gue, ini Brigitta lho....
Nggak apa-apa, Sid. Cokie m enepuk pundak sahabatnya itu. Lo nggak bareng J ulia"
Bisa kena lem par helm kalo gue ngajak dia ke acara beginian, kata Sid, m em bayangkan wajah cem berut J ulia yang m em akai gaun. Lo sendiri" Oh iya, ya.
Cokie nyengir saat Sid langsung m eralat ucapannya sendiri. Sid pasti lupa kalau Cokie sudah putus dengan Via.
t . c tertarik saat nam a Via m uncul. Ternyata, dari dulu dia nggak punya tem en, setelah jadian sam a lo.
Mata Cokie m elebar tak percaya. Maksud lo apaan, Sid" Gue bukannya biang gosip loh ya, tapi gue sih diceritain J ulia. Dulu pas lo baru jadian sam a Via, dia langsung dijauhin tem entem ennya. Kem arin waktu lo jem put, dia juga jadi dijauhin, bahkan sam a dua sobat karibnya. Mana digosipin nggak enak, lagi, cuap Sid, tak sadar dirinya sudah persis pem bawa acara infotainm ent. Digosipin apa" desak Cokie.
Yang pake pelet lah, yang jual diri lah, banyak deh, Cok, jawab Sid.
Ternyata, itu sebabnya Via tidak ingin dijem put. Cokie baru paham sekarang. Dia m elirik jam tangannya. Pukul delapan kurang lim a m enit.
Kenapa, Cok" tanya Sid heran.
Cokie tak m enjawab. Dia m em andang sekeliling dan tak m enem ukan Brigitta. Pasti cewek itu sudah m enunggu di m obil. Sid, gue harus pergi, kata Cokie sam bil m enatap Sid. Aahh... pasti m au langsung ke Via nih, goda Sid sam bil nyengir, tetapi Cokie hanya m endesah.
Cokie m enepuk bahu Sid, lalu pergi m eninggalkan si kepala pirang yang m asih bingung. Cokie berpapasan dengan m am anya, nam un tak berhasil m enghindarinya.
Cok, m au ke m ana" tanyanya, m em buat Cokie berhenti. Brigitta juga nggak m uncul-m uncul....
Sori, Ma. Cokie m eneguk ludah. Cokie m au pergi dulu. Cokie segera berderap keluar, padahal tahu m am anya m asih m enatap bingung. Cokie berlari ke arah parkiran, lalu m elihat m obil hitam m ilik Brigitta. Cokie m enem bus hujan, lalu m asuk ke m obil itu.
t . c Brigitta tersenyum lega begitu Cokie duduk di sam pingnya. Cokie balas tersenyum , lalu m enyalakan m obil dan m em bawanya keluar pelataran parkir.
Gue beneran nggak nyangka lo m au ikut, kata Brigitta senang.
Ini m au ke m ana" tanya Cokie, berkonsentrasi pada jalanan yang tengah dilanda hujan.
Hm ... untuk sekarang, kita ke puncak aja dulu, jawab Brigitta, lalu m engeluarkan peta dari dasbor m obil dan m elam baikannya pada Cokie dengan bersem angat. Gue udah punya rencana, gue m au keliling J awa. Mulai dari yang paling Barat dulu.
Cokie m engangguk-angguk, lalu m em bawa m obilnya cepat m enem bus hujan. Brigitta terus bercerita, sem entara Cokie m endengarkan baik-baik sam bil tidak m elepas konsentrasinya.
Beberapa jam kem udian, m ereka sudah sam pai ke perbatasan Kota J akarta dan Bogor. Cokie tiba-tiba m enepikan m obil. Brigitta m enatapnya bingung.
Kenapa, Cok" tanyanya.
Gue cum a bisa ikut lo sam pe sini, Bri, kata Cokie sam bil m enatap Brigitta yang balas m em andangnya kosong. Maksud lo apa"
Gue udah berpikir, kata Cokie lagi, gue nggak bisa m eninggalkan apa yang berharga buat gue sekarang dem i seserpih m asa lalu.
J adi... buat lo gue cum a serpihan m asa lalu" ulang Brigitta tak percaya. Dia m endengus dan m enggigit bibir bawahnya, m enahan em osi.
t . c Cewek ini..., kata Cokie, m em buat Brigitta m endelik, nggak pernah ngom ong apa-apa ke gue. Menahan sem uanya sendiri. Cum a m arahin gue karena hal-hal nggak penting.
Brigitta tak berkeinginan untuk m endengar, nam un juga tak m enyela.
Pertam a kali gue liat dia, gue cum a m au m ainin dia, sam a seperti ke yang lainnya. Tapi ada sesuatu dari dia yang beda. Dia sederhana, nggak banyak m inta, dan nggak m enganggap gue dewa. Dia bikin gue m erasa layaknya cowok biasa, lanjut Cokie, m atanya m enerawang. Tanpa gue sadari, gue ada di area nyam an, tapi nggak buat dia. Gue nggak pernah tau gim ana perasaan dia. Gue pikir dia seneng pacaran sam a gue, kayak cewek-cewek lainnya. Gue nggak tau, gue nggak pernah tau.
Cokie m enarik napas, lalu m eletakkan kepalanya di stir. Dia tahu air m atanya sudah jatuh, tetapi dia tak berusaha m enahannya. Brigitta m em belai kepalanya.
Kalo lo begini, gim ana gue bisa m aksa lo ikut" katanya, hatinya sakit m elihat Cokie seperti ini.
Sori, Bri, sesal Cokie serak.
Brigitta m enghela napas. Terus" Lo m au ke tem pat dia sekarang" Gue anterin, tawar Brigitta, m em buat Cokie m enggeleng.
Dia nggak bakal maain gue, kata Cokie. Dulu dia pernah bilang, kalo sekali lagi gue m ainin dia, dia nggak akan pernah maain gue.
Kalo belum dicoba, m ana tau kan, sergah Brigitta. Lagi pula, itu cum a kata-kata cewek. Sebenernya, waktu cewek bilang nggak, dia m au cowoknya lebih berusaha lagi.
Cokie m enoleh, m enatap Brigitta dengan kepala m asih m enem pel di stir.
t . c Lo bercanda, kata Cokie sangsi, nam un Brigitta hanya m enatapnya penuh arti.
Okay , Play boy ! It s getting late, your girlfriend has curvew, right" sahut Brigitta sam bil m enepuk punggung Cokie keraskeras. Cokie terbatuk, lalu m endelik pada Brigitta yang tersenyum lebar. Cokie ikut tersenyum .
Thanks ya, Bri, kata Cokie. Tapi gue m au ke sana sendiri. Lo lanjut aja.
Beneran" tanya Brigitta m enyangsikan, tetapi Cokie m engangguk. Brigitta lalu m engedikkan bahu.
Cokie m elepas sabuk pengam annya, lalu m enoleh dan m enatap Brigitta. So, kata Cokie sam bil m enghela napas, I guess this is good by e.
Brigitta m enatapnya, lalu m engangguk sam bil tersenyum . Cokie balas m engangguk, lalu m em buka pintu dan keluar. Hujan langsung m engguyur tubuhnya.
Brigitta m em buka sedikit jendela m obilnya. Good by e, katanya, lalu m eluncur dalam derasnya hujan.
Cokie m enatap m obil itu hingga tak terlihat, lalu m elirik jam tangannya.
Cokie m enatap rum ah m ungil di depannya, lalu duduk di sebuah batu. Hujan m asih turun rintik-rintik. Cokie m elirik jam tangannya. Beberapa detik lagi& .
Cokie m enatap jendela kam ar Via yang sudah tem aram . Mungkin Via sudah tidur. Cokie sam a sekali tidak berniat untuk m em bangunkannya. Cokie hanya ingin berada di sini.
t . c Cokie..." panggil Via tak yakin, tetapi Cokie tahu-tahu berdiri sam bil nyengir salah tingkah. Via m elongo, lalu cepat-cepat m em buka jendela. Ngapain lo di sini"
Gue cum a... m am pir, jawab Cokie, m em buat Via m engernyit. Hujan, Cok. Udah m alem lagi. Pulang sana, katanya lelah. Via tidak ingin terbawa suasana lagi.
Cokie m engangguk, lalu m elirik jam tangannya lagi. Sekarang saatnya. Lo tau ini hari apa, Vi" tanya Cokie, m em buat Via berpikir.
Hari apa sih" Via m elirik kalender dan terkesiap saat m elihat tanggal yang sudah dilingkarinya sejak beberapa bulan lalu. Via kem bali m enatap Cokie. Lo... inget, Cok"
Tapi& nggak ada yang perlu dirayakan ya, kata Cokie pelan. Toh kita udah putus.
Via m enatap Cokie nanar. Dia sam a sekali tidak m enyangka Cokie akan ingat hari ini, hari ketika Cokie m enem baknya, persis di tam an depan rum ah ini.
Gue nggak ada m aksud ngebangunin lo, kata Cokie lagi. Gue juga... nggak berani m inta lo balik. Gue cum a... gue cum a m au m engingat m asa itu.
Via tahu sebentar lagi dia akan m enangis. Sudah ada rasa sesak di dadanya.
Ternyata, ada yang nggak bisa kita lakukan walaupun kita saling suka, ya" Cokie tersenyum pedih. Bener kata Ram a dulu, suka aja nggak cukup.
Mungkin... sifat kita nggak cocok satu sam a lain. Tapi, Vi, boleh nggak kalo kita saling m em perbaiki diri" Gue yakin ada jalan keluar, lanjut Cokie, m em buat Via m enekap m ulutnya sendiri, m enahan isakan yang keluar. Terus terang, gue nggak m au nyerah soal kita, Vi.
t . c Cokie m em biarkan Via terisak untuk beberapa saat. Via sendiri berusaha untuk m engendalikan diri.
Cok, kata Via setelah sedikit tenang, lo bisa kasih gue waktu"
Cokie m engangguk. Selam a apa pun waktu yang lo butuhin, gue tunggu.
Sam pai saat itu, kalo lo m asih bertepuk sebelah tangan, gue pertim bangin, kata Via, m em buat Cokie tersenyum . Via juga tersenyum & lelah.
Pulang sana, Cok, udah m alem , kata Via lagi.
Cokie m enghela napas, lalu m engangguk. This is not good by e, right" tanya Cokie sebelum pergi.
Via m enatapnya lam a. Good by e, for now , jawab Via sam bil tersenyum .
t . c Sid Julia t . c The Journey" Cheers buat Sid! Sem ua orang m engangkat gelas Cola, m endentingkannya di udara, lalu m enenggak isinya. Hari ini, setelah em pat tahun berkuliah, Sid resm i diwisuda. Sem ua orang sudah berkum pul di Hilarious untuk m erayakannya.
Yah, tinggal gue, dong, keluh J ulia sam bil kem bali terduduk di sofa.
Kan m asih ada gue dan Lando, J ules. Aida segera m enghiburnya, nam un J ulia tam pak tak terhibur.
Kalian berdua kan kuliah kedokteran, ya jelas pada belum lulus! sungut J ulia.
Lo bener-bener m au ngerusak hari bahagia gue ya, J ules" tandas Sid sebal karena suasananya jadi sedikit m uram . Buat hari ini bahagia aja, kenapa sih"
J ulia m enatap tem an-tem annya yang tam pak nyengir kaku, lalu sadar kalau dia sudah m em buat suasananya jadi tidak enak. Iya deh, sori.
Tenang J ules, sem ua pasti indah pada waktunya. Cokie m enepuk kepala J ulia seolah dia kucing. Sekarang, ayo kita 2nd Half
t . c J ulia nyengir, lalu m engangguk. Tem an-tem annya lantas ikut duduk di sam pingnya, m ulai m eraih sepotong dem i sepotong pizza yang tergeletak di tengah m eja. J ulia m engam ati m ereka yang tam pak asyik m engunyah sam bil bercengkeram a.
Nggak kerasa ya, udah enam tahun gue kenal kalian, kata J ulia, m em buat tem an-tem annya m enoleh.
Enam tahun" Lam a juga ya, kom entar Ram a dengan m ata m enerawang. Berarti gue sam a bocah tiga ini udah... sepuluh tahun"
Wooow& ham pir setengahnya um ur gue. Sid tam pak kagum dengan kenyataan yang baru disadarinya itu.
Rasanya waktu berjalan cepat sekali ya, tim pal Aida, m em buat sem ua perhatian beralih padanya. Padahal, kayaknya baru kem arin kita dihukum bareng sam a Pak Gozali.
Iya banget. Lo m asih pada inget nggak waktu si J ulia ngarang cerita soal nenek-nenek" seru Sid. Nggak m utu banget!!!
Sem ua anak tertawa m engingat kejadian enam tahun lalu itu, saat m ereka pertam a kali bertem u J ulia yang terlam bat datang ke sekolah. J ulia sendiri segera cem berut.
Setelah itu, dia m im isan terus pingsan, tim pal Cokie, m em buat tawa Sid sem akin histeris.
Diem lo! Kalian juga pernah dihukum ngum pulin sam pah se- Athens kan! Terus gue kosongin tem pat sam pahnya si pirang im ut ini, HAHAHA! balas J ulia, m em buat yang lain tertawa geli.
Bilang aja lo ngelakuin itu karena tertarik sam a gue, tandas Sid dengan tam pang sok. Udah suka sam a gue dari dulu, tapi nggak ngaku, huh!
J ulia segera m enatap Sid sengit sehingga Aida harus m engelus punggungnya, m enyuruhnya sabar.
t . c Seneng deh liat kalian seperti ini& . Lara tiba-tiba m enim brung dalam pem bicaraan, m engalihkan perhatian Sid dan J ulia. Kalian m asih kayak dulu aja.
Anak-anak segera saling tatap. Mem ang, ham pir tak ada yang berubah dari m ereka. Sid dan J ulia m asih berisik, Lando dan Aida m asih pendiam , Ram a m asih dewasa, Cokie m asih ganteng, dan Lara pun m asih perhatian seperti biasanya.
Ngom ong-ngom ong, Via nggak datang, Cok" tanya Sid, nam un segera m enutup m ulut, lupa kalau Cokie dan Via sudah putus sejak lam a.
Datang, kok, jawab Cokie kalem . Tadi udah gue telepon. Sid m engangguk-angguk, lalu detik berikutnya, pintu Hilarious terbuka. Seorang cewek m anis dengan gaun putih berenda m uncul dari sana, m em bawa sebuah kotak besar. Dia pun segera m engham piri anak-anak dengan senyum an lebar.
VIA! J ulia segera bangkit, lam a tidak m elihat tem annya itu. J ules! Via segera m em eluk J ulia, lalu m enatap Sid yang tam pak terpesona. Sid! Selam at ya udah sarjana! Ini hadiah untuk lo!
Wah, apaan nih, Vi" Makasih ya! Sid segera m em buka kotak itu, lalu m engeluarkan sebuah kue tart yang dihias tam pang usil Sid, lengkap dengan kepala pirangnya. WAAAAH, KEREN BANGET!!!
J ulia juga sudah m elongo. Ini buatan lo, Vi"
Via m engangguk. Gue sekarang lagi m endalam i bagian pastry. Gue juga udah diterim a kerja di hotel di Bali!
WAAAHH!! seru J ulia dan Sid berbarengan. KEREN BANGET!!!
Lam a nggak ketem u, sam pe tim ing-nya juga barengan ya, kom entar Via, setengah takjub.
t . c Duduk, Vi, ajak Lara, m em buat Via duduk di sam pingnya. Selam at ya, udah diterim a kerja.
Makasih, balas Via. Tanpa sengaja, tatapannya beradu dengan Cokie. Via segera tersenyum lebar, yang segera dibalas oleh Cokie. Cokie m asih ganteng seperti yang sudah-sudah. Saat sem alam m endengar suaranya di telepon, Via m asih m erasakan kupu-kupu di perutnya. Nam un, cerita m ereka sudah lam a berakhir.
Kalo Via kerja di Bali, susah dong ketem u lagi, kata Aida. Mana Ram a juga m au ke Singapura kan, m agang"
Ram a m engangguk. Harusnya setiap tahun kita adain reuni kecil-kecilan gini supaya tetap in touch ya"
Setuju, kata Via. Gue pasti balik kalo ada reuni gini. Bener, ya?"" seru Aida, senang m em ikirkan reuni ini. Via m engangguk, lalu m enatap Aida dan Lando bergantian. Ngom ong-ngom ong, kalian gim ana" Masih adem ayem aja"
Lo pikir" jawab Lando yang sedari tadi diam dan hanya m enjadi pengam at.
Via segera m endengus, senang akhirnya bisa m enggoda Lando yang m em ang tak pernah bicara kalau tidak benar-benar penting. Aida hanya nyengir m alu-m alu di sam pingnya.
Galak banget sih lo, Lan, kata Cokie sam bil terkekeh. AAARRRGHH!!!
Sem ua orang langsung m enoleh ke arah sum ber suara yang m ana adalah J ulia dan Sid yang sedari tadi sibuk berdebat lalu beralih pada kue yang baru saja dipotong oleh J ulia tepat dari gam bar kepala Sid.
KEPALA GUE!!! seru Sid lagi, sam bil m em egangi kepalanya sendiri dengan ekspresi kesakitan.
J ulia hanya m enatapnya datar. Em ang gue lagi m otong boneka voodoo"
t . c Tanpa m engindahkan Sid yang tam pak naas, J ulia terus m em otong kue itu hingga wajahnya. Sid segera terduduk lem as, kepala dan wajahnya terasa linu. J ulia m alah sudah m endistribusikan potongan kue itu pada tem an-tem annya.
Sid, nggak dim akan" tanya Aida saat m elihat kue jatah Sid yang m asih utuh.
Em ang gue kanibal, sungut Sid, m enolak m entah-m entah m akan bagian dari dirinya sendiri.
Anak-anak terkekeh, lalu sengaja m em akan kue itu dengan ganas, m em buat Sid seperti m au m enangis. Lando m alah m enghabiskannya dalam sekali lahap.
Lando, lo tega banget, kata Sid lirih, nam un Lando m alah dengan santai m engelap bibirnya yang penuh krim dengan tisu.
Anak-anak terkikik m elihat kelakuan Sid. J ulia sendiri m engam atinya. Cowok itu sudah dua puluh dua tahun, nam un sifatnya m asih seperti anak kecil. Sebagai pacarnya, J ulia pun kadang m alu, tetapi dia harus m enerim a cowok itu apa adanya. Seperti kata Ram a saat dia dan Sid baru jadian beberapa tahun lalu, setelah pacaran, suka saja tidak cukup. Mereka harus saling m engerti, saling percaya, dan saling m enjaga kom itm en.
Sid m enyadari tatapan J ulia. Kenapa lo" Nyesel udah m utilasi gue"
J ulia nyengir, lalu m engecup pipi Sid. Selam at ya, Pirang Im ut, udah sarjana!
Selam a beberapa saat, Sid hanya bisa m em atung, begitu pula tem an-tem annya. Detik berikutnya, sem ua orang jadi heboh.
CIEEE& SIIIDDD!!! seru sem ua orang berbarengan, m em buat wajah Sid jadi sem erah kepiting rebus. Sid segera m enekap kedua pipinya yang terasa panas.
t . c J ulia segera m engam uk, m enyesal sudah m encium pipi cowok pirang itu.
Sem ua orang terbahak m elihat kelakuan Sid dan J ulia yang belum juga berubah. Dalam hati, sem ua orang pun berharap, bahwa apa pun yang terjadi, persahabatan m ereka tidak berubah dan m ereka tetap bisa bersam a seperti ini.
Sam pai kapan pun, sem oga cinta tetap akan m enyatukan m ereka.
t . c Zai What Schools are For"
Zainuddin Mahir. Seekor unicorn m enusuk sela-sela rusuk Zai dengan tanduknya. Zai m enyikut tanduk itu, m encegahnya untuk ikut cam pur. Dia sedang serius m enatap sem bilan bidadari yang tam pak asyik berm ain di tengah padang bunga, m em anggilnya untuk ikut serta.
Zainuddin Mahir! Para bidadari itu kem bali m em anggil, m em buat Zai nyengir bego sam bil m engulurkan tangan. Saat berhasil m enggenggam tangan bidadari itu, Zai m engernyit. Mengapa tangan itu bulat kurus dan terasa dingin"
ZAINUDDIN MAHIR!!! Zai tersentak dari tidurnya, lalu m enatap Gozali guru olahraganya yang sudah berkacak pinggang di depannya. Sam bil m engerjap-ngerjapkan m ata, Zai m enatap benda yang tergenggam di tangannya. Sebuah m ic w ireless.
Ini giliranm u. Added Time t . c Zai m enatap Gozali bingung, lalu m engedarkan pandangan ke sekeliling. Ternyata, dia sedang duduk di atas panggung hall sekolahnya bersam a dua siswa kelas sebelas lain yang m enatapnya dengan ekspresi datar. Ratusan siswa lain m enatapnya dengan ekspresi serupa di bawah sana.
Giliran... apa" Zai m em buka m ulut, bingung.
Giliran apa" ulang Gozali, tak habis pikir. Ya, orasi! Kam u kan calon ketua OSIS!
Ah. Zai teringat, lalu m enyeringai.
Ayo, cepat, perintah Gozali, m em buat Zai akhirnya bangkit. Ini. Seseorang tahu-tahu m enyodorkan saputangan pada Zai. Zai m enatapnya, m engenalinya sebagai Alia, cewek rajin berkacam ata yang beram bisi untuk m enjadi ketua OSIS. Orang yang m enyodok rusuknya tadi setelah m eninabobokannya dengan orasinya yang panjang.
Zai m enatap saputangan itu. Buat apa"
Iler lo, jawab Alia datar, m em buat Zai segera m enyeka liurnya dengan tangan. Zai m enerim a saputangan dari Alia, lalu m engelap tangannya. Mim pi yang terlalu indah ternyata berbahaya.
Dengan enggan, Zai m elangkah m enuju sebuah tiang m ic di tengah panggung. Ratusan pasang m ata m engikuti pergerakannya, m em buat m ic di tangannya terasa licin. Ham pir saja m ic itu tergelincir saat dia m em asangnya.
Ehem . Zai berdeham untuk m engatasi kecanggungan, nam un dia tetap tak tahu harus bicara apa. Sem entara itu, para m urid dan guru SMA Athens m enunggunya. Zai lantas m enggaruk kepala yang tak gatal. Halo... sem ua..., sapanya pelan.
t . c nam anya di papan pendaftaran ketua OSIS. Dua m inggu berikutnya, di sinilah Zai berada, di atas panggung kejayaan Athens bersam a dua calon lain yang tidak sepertinya sangat beram bisi untuk m enjadi pem im pin ratusan siswa di sini.
Sebenernya..., Zai m ulai m em buka orasinya, gue sendiri nggak tahu kenapa gue di sini.
Seketika, sem ua orang saling pandang, bingung dengan kalim at pem buka Zai yang tidak biasa. Zai sendiri tam pak tak peduli.
Nam a gue Zai, hobi gue m ain sepakbola. Gue nggak ada m inat jadi ketua OSIS, tapi si Bono bego itu daftarin gue, jadi yaaah... nasib yang m em buat gue sekarang berdiri di depan kalian sem ua.
Anak-anak m ulai terkikik. Sebaliknya, para guru m ulai m enatap Zai setajam silet.
Terserah kalian m au pilih gue atau nggak, gue juga nggak peduli. Sekian dan terim a kasih.
Sem ua anak sekarang sibuk bertepuk tangan dan bersuit saat Zai selesai dengan orasi super singkatnya. Zai m enyam butnya dengan lam baian dan cengiran, m enerim a kehebohan itu dengan senang hati. Saat dia berbalik dan m enangkap tatapan m em bunuh dari Alia, dia segera m eneguk ludah.
Tam paknya, cewek itu m arah besar.
Gue nggak percaya ini. Zai tak m engangkat kepala dari artikel tentang Messi di tabloid olahraga.
Gue nggak percaya ini! t . c Alia m elotot m enatap Zai, lalu m em banting buku-bukunya ke m eja. GUE NGGAK PERCAYA LO BIKIN RUANG OSIS J ADI KAYAK GINI!
Akhirnya, Zai m endongak dan m enatap Alia. Cewek itu tam pak cem berut, kedua tangannya berkacak di pinggang. Zai lantas m engedarkan pandangan ke sekeliling, m enatap m ahakaryanya. Mem angnya kenapa" Bagus, kan" tanya Zai bangga. Alia m endengus tak percaya. Bagus, kata lo" Lo pikir ruang OSIS ini kam ar lo"
Zai m enggeleng-geleng, tak habis pikir dengan sikap cewek di depannya ini. Sem enjak Zai m engalahkannya dalam pem ilihan ketua OSIS, Alia jadi senewen dan selalu m engkritiknya selagi bisa. Term asuk hari ini, saat Zai berhasil m enutup seluruh dinding ruang OSIS dengan poster para pem ain bola terkenal dunia.
Kan bosen, Al, kalo dindingnya putih. Ngantuk gue, kom entar Zai.
Itu bukan alasan! Ruang ini bukan cum a punya lo! seru Alia sam bil m enarik bangku dan duduk dengan berisik.
Masih pagi, Al, pengang kuping gue. Zai m engorek telinganya, m em buat Alia sem akin sewot.
Alia m enggeleng-geleng, m encoba untuk sabar. Dia pun m enarik sebuah m ap di m eja, lalu m em bukanya. Proposal pentas seni ini udah lo tanda tangan belum "
Hah" Em ang ada" Zai balas bertanya, m em buat Alia m elongo. Proposal di tangannya m asih tam pak bersih, tak tam pak tanda tangan terbubuhkan di atas nam a Zai.
Bener-bener, deh.... Ada apa sih dengan anak-anak Athens, bisa-bisanya dulu m ilih lo sebagai Ketua OSIS" keluh Alia. Ini sih sam a aja gue yang kerja!
t . c Tuh kan, m ulai ngebahas m asa lalu. Move on dong, Al, kom entar Zai, m em buatnya terkena lem paran buku Biologi. Lo tuh ya, kalo em ang
Pintu m enjeblak terbuka, m em utus om elan Alia. Sekawanan anak laki-laki kelas yang sebelas bau m atahari m enyerbu m asuk, m em buat Alia m elongo parah.
Zai! Kapan kita m ain lagi" Lo di sini m ulu sih!
Randu, seorang anak laki-laki berperawakan tinggi kurus duduk di sam ping Alia tanpa m em edulikan ekspresinya. Tem antem annya pun m encari tem pat m asing-m asing.
Wah, enak juga ya di sini! seru Togar, anak bertubuh pendek dan gem pal, atau biasa disebut Banteng. Nyam an, nggak kayak gudang olahraga!
Eh, gim ana kalo di sini aja tem pat kita kum pul-kum pul"! usul Anto, anak yang selalu m em akai jersey Arsenal di balik seragam nya.
Bole NGGAK BOLEH!!! Sem ua m ata langsung terarah pada Alia yang baru saja m em otong kata-kata Zai. Cewek itu sekarang sudah bangkit, m atanya m enyala-nyala tidak terim a. Hening sesaat sam pai Alia sadar bahwa dia baru saja berteriak.
Ng... m aksudnya.... Alia segera salah tingkah. Ini kan ruang OSIS. J adi
Nggak apa-apa kali, Al, santaaai, Zai m em otong. Tegang banget sih lo" Kan seru, jadi ram e.
Alia m elongo. Nggak seharusnya ruangan ini ram e! Lo pikir di sini pasar"
Aaaah, Alia. Randu m enepuk bahu Alia sok akrab. J angan m arah-m arah terus, ntar cepet tua lho.
t . c Sem ua orang m engangguk setuju, m em buat Alia terduduk lem as di bangkunya.
Kak, gim ana proposal lom banya, udah ditanda tangan" Zai m enatap seorang cewek kelas sepuluh yang baru saja m enghadangnya saat baru selesai m em esan siom ay, lalu m enggaruk kepala cokelatnya.
Proposal apaan ya" Zai balas bertanya. Lo siapa" Cewek itu sontak m elongo. Proposal lom ba m engarang cerpen! Gue Kinan, anak Mading, yang m inggu lalu ke ruang OSIS ngajuin proposal! Kakak nggak inget"
Zai m encoba m engingat, tetapi yang berhasil diingatnya dari kejadian m inggu lalu adalah Alia m em arahinya karena m em asang televisi di ruang OSIS untuk m enonton bola.
Sori, gue nggak inget. Ntar gue tanya Alia deh, kata Zai akhirnya, m em buat bahu Kinan m elorot. Kinan pun segera m elengos tanpa berkata apa-apa lagi.
Tak enak m elihat cewek itu, Zai pun tak jadi m akan siom ay. Dia m elangkah ke arah kelas Alia yang ram ai. Tidak seperti kelasnya, kelas Alia diisi oleh anak-anak rajin yang tetap m em baca buku, bahkan di jam istirahat.
Zai m elongokkan kepala ke dalam kelas, berusaha m enem ukan gadis kurus berkacam ata. Nam un, Alia tak tam pak di m ana pun. Cari siapa, Zai"
Zai m enatap Aida, seorang cewek m anis yang dikenalnya saat dia datang ke ruang OSIS untuk m encari Alia. Pasangan sebangku Alia yang sangat berbeda dengannya. Alia sangat galak, sem entara Aida sangat kalem .
t . c Zai segera pasang tam pang m anis. Alia m ana, Ai" Lho" Nggak di ruang OSIS" Aida balas bertanya, m em buat Zai m enggeleng. Hm ... berarti di perpus.
Oh, ok. Thanks ya, Ai, kata Zai, lalu segera m elangkah ke perpus. Setelah tem an-tem annya m em buat ruang OSIS m enjadi sem acam m arkas baru, Alia m em ang jarang ke sana lagi. Mau tidak m au, Zai m erasa bersalah.
Tak berapa lam a, Zai sam pai di perpustakaan sekolah yang sam a sekali tak pernah dikunjunginya selam a dua tahun bersekolah. Perlahan, Zai m endorong pintu perpustakaan, lalu segera m enem ukan Alia di m eja terdepan, sibuk m enulis-nulis sesuatu.
Senang karena m elihat wajah itu setelah sekian lam a, Zai berderap berisik ke arahnya. Sem ua orang m endelik padanya galak, m em buat Zai m enyeringai dan akhirnya berjingkat. Dalam diam , dia m enarik bangku di depan Alia dan duduk di sana. Zai lantas bertopang dagu sam bil m em erhatikan cewek itu.
Alia tam pak benar-benar sibuk dengan berlem bar-lem bar kertas di depannya. Sepasang m ata yang hanya berlipat satu kelopak itu tam pak bergerak-gerak cepat di balik kacam ata. Detik berikutnya, dia m enghela napas.
Dasar Ketua OSIS, gum am nya sebal.
Gue kenapa" tanya Zai, m em buat Alia m endongak dan berjengit kaget di detik berikutnya.
Lo... lo ngapain di sini?" jeritnya. Seisi perpustakaan sekarang m enatapnya tajam , m em buatnya segera m enutup m ulut. Lo ngapain di sini"
Zai terkekeh m elihat Alia yang sekarang berbisik. Nyari lo. Barusan diteror sam a anak Mading. Proposal apa ya tadi"
Lom ba cerpen! seru Alia gem as, nam un segera m enutup m ulut lagi.
t . c Dia m enyerahkan beberapa lem bar berkas proposal. Ini, udah lo baca belum sih"
Zai m enerim a proposal itu, lalu m encoba untuk m em baca. Detik berikutnya, dia jadi pusing. Dia m erebut pulpen yang dipegang Alia, lalu m enandatanganinya tanpa m engindahkan Alia yang bengong. Lo gila ya" tanya Alia begitu Zai selesai m enandatanganinya. Gue nggak tanda tangan, lo m arah. Gue tanda tangan, lo bilang gue gila. Terus m aunya gim ana" tanya Zai, capek. Alia rupanya lebih capek lagi.
Lo baca dong, dia m inta kita cari sponsor buat nanggung biaya lom banya. Sepuluh juta. Lo pikir di m ana kita bisa cari sponsor yang m au ngasih sepuluh juta buat lom ba cerpen anak SMA"!
Zai m elongo, lalu cepat-cepat m em buka lem baran itu ke bagian bujet. Begitu m elihat nom inal yang disebut Alia, Zai langsung nyengir bersalah pada cewek yang tam pak benar-benar m urka itu.
Al, jangan m arah ya.... Lo... jelek banget kalo m arah. Zai m encoba m enghibur, nam un Alia sam a sekali tak m erasa terhibur.
Gue nggak m au tau. Lo yang pikirin itu sem ua. Yang ketua OSIS kan lo, bukan gue, sungut Alia sam bil m enggeser sem ua tum pukan proposal itu pada Zai.
Aaalll, pleaseeee.... Zai m ulai m em ohon. Walaupun yang titelnya Ketua OSIS itu gue, tapi lo adalah otak di balik segalanya. Lo adalah m aestro OSIS Athens, Al. Gue nggak akan ada apaapanya tanpa lo.
t . c suasana OSIS m enjadi ceria. Saat m enolak proposal yang diajukan para kakak kelas pun, dia m elakukannya dengan lebih baik. Al" Zai m enatap Alia lagi. Bantuin gue ya" Please" Alia akhirnya m engalah. Iya, iya.


Best Friends Forever, High School Paradise Karya Orizuka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Zai pun segera bersorak, sam a sekali m elupakan seisi perpustakaan.
Sudah beberapa hari ini, ruang OSIS pindah ke perpustakaan. Selain karena ruang OSIS sudah diokupasi tem an-tem an Zai, Alia juga senang belajar di sana. Saat ini, Alia sedang belajar Biologi sem entara Zai m em baca-baca proposal para penggiat ekskul di Athens.
Pada rajin-rajin am at sih anak-anak ini, keluh Zai tak habis pikir.
Yang m ales itu lo, tandas Alia, m em buat Zai m encibir. Alia lantas m engam ati Zai. Lo nggak ikut ekskul apa-apa"
Nggak. Kalo ada sepakbola sih, gue ikutan, jawab Zai tanpa m elepas m ata dari proposal. Kam pret. Disangka OSIS bank, apa" Seenaknya aja m inta dua puluh juta buat bikin lom ba bersepeda. Coret!
Zai segera m encoret proposal ekskul sepeda dan m enyingkirkannya. Alia m em erhatikannya. Akhir-akhir ini, Zai jadi sedikit lebih rajin m em eriksa proposal. Bebannya jadi sedikit berkurang.
t . c Sial. Zai terkekeh, lalu m enatap sekeliling. Tapi enak sih di sini. Adem . Tenang lagi.
Ruang OSIS juga tenang sam pe lo ajak tem en-tem en lo m asuk, kom entar Alia.
Iyaaa, soriii deeeeeh. Zai m encibir, lalu m ulai m engam ati Alia. Lo kalo galak-galak gini nggak bakal laku lho, Al. Alia m enatap Zai tak terim a. Apa peduli lo sih" Ya, nggak ada, tapi sayang aja kan. Lo kan.... Zai terdiam sesaat, berusaha m encari kelebihan yang dim iliki Alia.
Alia m elem par tem pat pensil saat Zai tak juga m eneruskan kata-katanya. Zai terbahak m elihat tam pang Alia yang cem berut. Lo sebenernya m anis, Al....
Niat m uji nggak sih lo" Penting pake sebenerny a " Coba kalo lo nggak selalu cem berut, Al.... Lo yang bikin gue sewot m ulu.
Zai terkekeh lagi. Alia benar-benar asyik untuk digoda seperti ini. Saat nam a Zai dium um kan sebagai peraih suara terbanyak dalam pem ilihan ketua OSIS tem po hari dan dia m elihat ekspresi Alia, dia tahu dia sudah m encoreng harga diri cewek itu. Zai selalu m erasa m enyesal, nam un sekarang lebih m erasa bersyukur. Alia bisa saja m em biarkan Zai m elakukan sem uanya sendiri, nam un cewek itu tidak m elakukannya. Dia justru m em bantu Zai walaupun sam bil bersungut-sungut.
Kalo sam pe lulus SMA lo m asih jom blo, gue m au deh jadi pacar lo, seloroh Zai, m em buat Alia m elongo.
Cih, lo pikir gue m au, apa" Alia m enolaknya m entahm entah.
Eh, harusnya lo bersyukur m asih ada yang m au, Zai berkata lagi, lo tuh bukan tipe gue banget. Gue nggak suka sam a cewek dada rata.
t . c Alia m enganga parah. Gue juga nggak suka sam a cowok bego!
Zai dan Alia saling pandang sebal hingga bel m asuk berbunyi nyaring.
Pasti m enang. Zai m em balik halam an tabloid olahraga yang sedang dibacanya. Saat ini, seperti biasanya, dia sedang berada di perpustakaan bersam a Alia. Walaupun sedang tidak ada pekerjaan OSIS, dia sudah terbiasa di sini, sekedar m em baca-baca m ajalah atau tabloid terbaru.
Alia sendiri tam pak sibuk m encoret-coret selem bar kertas HVS.
Zai, inget ya m inggu depan ada janji sam a ketua OSIS 40 9, kata Alia sam bil terus m enulis.
Iyeee..., kom entar Zai, m atanya m asih tertum buk pada artikel tentang Robin van Persie.
Terus untuk Pensi kita akhir bulan nanti, jangan lupa koordinasi sam a anak-anak teater dan band. Ini gue lagi tulis sem uanya.
Iyeee! Bawel ah. Zai m enutup tabloidnya, lalu m enatap Alia. Lo lagi ngapain sih"
Mau tau aja lo. Alia segera m enutupi pekerjaannya. Bikin contekan buat ulangan ya" tuduh Zai yang segera dibalas cibiran.
Em angnya lo, balas Alia, lalu m enunduk saat pandangannya bertem u dengan Zai. Zai yang m enyadarinya segera m encondongkan badan pada Alia.
t . c Siapa juga"! Kegeeran lo! seru Alia, lalu segera m em buka buku sejarahnya dan pura-pura sibuk.
Zai terkekeh, lalu kem bali m elanjutkan m em baca tabloid. Hari ini, guru-guru sedang rapat sehingga jam istirahat diperpanjang hingga satu jam pelajaran ke depan. Harusnya Zai ikut berm ain bola di lapangan luar sekolah bersam a kakak-kakak kelasnya, nam un entah m engapa hari ini Zai m alas.
Akhirnya, Zai selesai juga m em baca tabloid itu. Zai m eletakkannya ke gantungan koran dan m ajalah yang berada tak jauh darinya, lalu kem bali ke m eja. Saat duduk, Zai m enyadari kalau Alia sudah jatuh tertidur.
Zai m elam baikan tangan di depan wajah Alia, nam un cewek itu tak terbangun. Dia benar-benar sudah terlelap. Zai m em erhatikan kacam atanya yang terpasang m iring karena tertahan oleh tangan, lalu m elepasnya. Seketika, Zai terpesona.
Alia ternyata jauh lebih m anis jika tidak m engenakan kacam ata. Wajah tidurnya yang tenang dan dahinya yang tanpa kerut pun terlihat enak dipandang. Zai m engam atinya selam a beberapa saat, hingga tahu-tahu, air m ata m ulai m enitik dari m ata cewek itu.
Heh" Zai m enegakkan punggung, kaget. Apa dia tadi m elakukan kesalahan" Apa Alia tidak suka kalau kacam atanya dilepas"
Alia sendiri sudah terbangun. Dia m engerjapkan m ata, tam pak linglung.
Sori Al, gue nggak sengaja..., tadinya gue pikir kacam atanya bikin sakit, m akanya
Mim pi buruk, gum am Alia, m em buat Zai terdiam . Alia m enghela napas, lalu m enyeka kedua m atanya. Ini cum a m im pi buruk.
Oh, kata Zai, lega Alia tidak m enangis karenanya.
t . c Alia kem bali m engenakan kacam ata walaupun Zai ingin m encegahnya. Cewek itu sekarang kem bali m enenggelam kan diri ke dalam buku Sejarah, tak sekali pun m engajak Zai bicara lagi.
Zai! Zai m enoleh, lalu m enatap Gozali yang sedang m engham pirinya dengan sebuah m ap di tangan. Gozali lantas m enyodorkannya pada Zai.
Ini proposal lom ba jalan santai, katanya. Segera dicek ya. Zai m enerim a m ap itu enggan. Nanti saya kasih Alia deh, Pak.
Dahi Gozali m engernyit saat m endengar Zai. Bukannya kam u Ketua OSIS-nya" Kenapa m alah kasih Alia"
Biasanya, Alia dulu yang baca, Pak, baru saya. Soalnya, kalo proposalnya aneh dan saya keburu tanda tangan, ntar dia bisa ngam uk, jawab Zai, teringat saat terakhir kali m elakukannya.
Gozali m enggeleng-geleng. Ya m ulai sekarang kam u harus biasakan baca proposalnya sendiri. J angan terus bergantung sam a Alia. Nanti kalo dia pindah kan repot.
Zai m engangguk m alas, nam un lantas m enatap Gozali. Pindah" Alia m au pindah"
Lho" Kam u belum dengar" Alia kan m au pindah ke Am erika, ikut ayahnya, kata Gozali, m em buat Zai m elongo. Kok kam u nggak... ZAI!!!
Zai sudah tidak m em edulikan kata-kata Gozali lagi. Dia segera m elesat ke perpustakaan, lalu m asuk dengan terengah. Nam un, Alia tidak ada di m ana pun. Zai berderap ke ruang OSIS dan m em buka pintunya. Alih-alih tem an-tem annya, Alia ada di sana, sedang m enem pel sesuatu ke papan pengum um an.
t . c ALIA! seru Zai m em buat Alia tersentak. Apaan sih lo" Kaget kan gue! Alia balas berseru. Zai berderap ke arah Alia. Kata Godzilla, lo m au pin-- Kata-kata Zai terhenti saat dia tak sengaja m em baca kertas yang baru ditem pel Alia. Alia sendiri m enatap kertas itu dan Zai bergantian, tam pak salah tingkah.
Zai tersaruk ke arah papan pengum um an, m em baca tulisan rapi Alia pada kertas itu baik-baik. Di sana, terdapat segala jadwal kegiatan OSIS yang sudah disusun rapi. Rupanya, kem arin Alia m em buat itu saat di perpustakaan.
Setelah m em baca itu, Zai m enoleh pada Alia. Lo beneran m au pindah"
Alia m engangguk kaku. Ayah gue dipindahtugasin ke kedubes Am erika. Gue harus ikut.
Zai m engangguk-angguk walaupun otaknya terasa kosong. Terus... gue ngurusin ini sem ua sam a siapa, dong"
Kan m asih ada Nurm a, Aziz, dan yang lainnya. Alia m enyebut pengurus-pengurus OSIS yang lain.
Kayak m ereka pernah datang aja, tukas Zai. Kan udah pernah gue bilang, OSIS Athens m aestro-nya lo, Alia. Kalo lo pindah gim ana dong"
Alia tersenyum sim pul. Lo pasti bisa kok tanpa gue. Tuh, gue udah tulis sem ua yang harus lo lakuin. Tinggal dijalanin aja. Tapi kan... nggak sam a, Al, kata Zai lagi.
Kenapa" Lo bakal kesepian kalo nggak ada gue" tem bak Alia. Nam un, alih-alih m em balasnya seperti biasa, Zai hanya m enatapnya m urung. Alia m enghela napas. Yah, nanti gue bilang Nurm a supaya gantiin tugas gue, ok" Nggak usah segitu sedih bakal kehilangan agenda berjalan lo.
t . c Mendadak, Zai m erasa bersalah sudah m em biarkan tem antem annya m enem pati ruangan ini. Sekarang, ruangan ini lebih terlihat seperti gudang.
Zai bergerak ke arah dinding, lalu m ulai m elepaskan satu per satu poster dari sana. Dari awal, Zai sudah tahu.
Tanpa Alia, dia bukan ketua OSIS.
ZAI"! Alia m enganga saat m elihat Zai m engham pirinya di bandara, lengkap dengan seragam sekolah. Zai m alah tam pak tak peduli. Dia m elam bai sam bil nyengir kuda.
Gue tau dari Godzilla kalo lo berangkat hari ini, m akanya gue buru-buru ke sini, kata Zai, lalu m engangguk sopan pada kedua orang tua Alia yang senyum -senyum sim pul. Om , Tante.
Ini, Al, yang kata kam u Ketua OSIS Athens" tanya ibu Alia, m em buat Alia segera tersipu.
Kalo gitu, Papa dan Mam a tunggu di dalam ya, kata Papa Alia, lalu m erangkul istrinya untuk m asuk ke dalam bandara.
Alia m enatap punggung kedua orang tuanya, lalu beralih pada Zai yang tam pak santai. Zai sendiri m asih cengar-cengir. Kenapa, Al" Terharu ya liat gue di sini"
Terharu" sem prot Alia segera. Lo ngapain di sini hari gini" Bolos sekolah"
Eh... iya, sih, Zai m enggaruk kepala yang tak gatal. Soalnya
t . c Hari ini adalah hari kepindahan Alia ke Am erika. Zai benar. Seharusnya, dia tidak galak-galak. Zai sudah m em bolos dem i dirinya, walaupun Alia tahu Zai m elakukannya dengan senang hati.
Iya deh, kata Alia akhirnya. Makasih ya udah datang. Nah, gitu dong. Zai m engacak ram but Alia, m em buatnya sedikit tersipu. Ntar kalo udah di sana, lo jangan galak-galak supaya bisa dapet tem en.
Sial lo, um pat Alia, lalu nyengir. Lo sendiri jangan lupa jadwal-jadwal lo ya.
Gue bakal m undur, Al, kata Zai, m em buat m ata Alia m elebar. Karena sebenernya yang selam a ini m enggerakkan gue kan lo. Kalo lo pergi... gue nggak yakin apa tetep m au jadi Ketua OSIS. Rasanya nggak bakal sam a.
Selam a beberapa saat, Alia terdiam . Bilang aja lo ogah repot. Zai m endengus. Tepat sekali.
Alia m enghela napas, lalu m engangguk-angguk pelan. Keputusan Zai untuk m undur dari Ketua OSIS m ungkin m em ang tepat. Nurm a tidak segalak Alia. J adi, Alia tidak yakin cewek itu bisa m em buat Zai tetap pada jalan yang benar. J ika dibiarkan, Athens bisa jadi bahan olok-olokan sekolah lain.
Meskipun bawel, tapi gue bakal kangen sam a lo, Al, kata Zai jujur. Lo baik-baik ya.
Alia berusaha tersenyum . Lo juga, Zai. Baik-baik ya di sini. Selam a beberapa saat, Alia dan Zai saling pandang, sam pai akhirnya Alia m elam bai dengan paspornya dan berbalik. Zai m em andang punggung yang berjalan m enjauh itu.
Oya, Zai. Alia tahu-tahu m enoleh lagi. Suatu saat, lo pasti kena karm a.
Zai m engernyit. Karm a"
t . c Lo pasti bakal kena karm a, suka sam a cewek dada rata, kata Alia, m em buat Zai m elongo. Alia nyengir, lalu kem bali m elangkah sam bil bergum am , Kayak gue kena karm a, suka sam a cowok bego.
Zai segera m enyeringai pada orang-orang yang m endengar kata-kata Alia tadi, lalu m enatap Alia yang sudah m asuk ke dalam bandara. Alia m em ang galak dan sebagainya, nam un entah m engapa, Zai tetap m erasa kehilangan.
Saat akhirnya Alia tak terlihat lagi, Zai m enghela napas. Dia m elirik jam tangannya, lalu m elotot seketika. Pada Gozali, dia m inta izin dua jam pelajaran. Sekarang sudah m asuk jam pelajaran ketiga, Zai bahkan m asih berada di bandara.
Gawat! seru Zai, teringat hukum an terakhir yang pernah Gozali beri padanya: horm at ke tiang bendera kosong selam a sejam lebih. Zai berjongkok, putus asa. Apa gue nggak usah m asuk sekalian, ya.
Detik berikutnya, Zai m endengus. Kalau Alia m endengarnya, dia pasti kena sem prot lagi. Zai m enoleh ke arah pintu m asuk bandara, lalu bangkit dan m ulai m elangkah.
Dia akan kem bali ke Athens.
Lo juga, Zai. Baik-baik y a di sini....
Zai m em buka m atanya perlahan, lalu m engangkat kepala dan m enatap Robin van Persie yang sedang m engacungkan jem pol sam bil tersenyum . Setelah m engerjap-ngerjap selam a beberapa saat, Zai sadar kalau dia baru saja tertidur di atas m ajalah bola.
t . c m im pi buruk, nam un tetap saja m im pi itu m em buatnya m erasa kosong.
Zai lantas m engedarkan pandangan ke perpustakaan yang sepi. Seperti biasa, dia selalu kem ari setiap jam pelajaran yang tak disukainya. Sem enjak Alia pindah, dia jadi kesepian. Tem antem annya tidak bisa m engisi ruang kosong yang ditinggalkan Alia.
Alia yang m engenalkannya pada tem pat ini. Walaupun Zai hanya suka m em baca tabloid olahraga, Zai senang m enghabiskan waktu di sini. Itu caranya m enunggui Alia yang asyik berkom atkamit saat mengerjakan soal isika.
Setelah Alia pindah ke Am erika, Zai belum m endapat kabar apa pun lagi. Zai pun tidak tahu bagaim ana harus m enghubunginya.
Bel istirahat tahu-tahu berbunyi. Zai m elipat tabloid dan m engem balikannya ke rak, berm aksud untuk ke kantin dan m em beli m akanan. Setelah m elem par senyum yang dibalas judes oleh Arni penjaga perpustakaan Zai m elangkah keluar.
Zai berjalan santai ke arah kantin yang sudah ram ai. Walaupun tidak segarang penam pilannya, anak-anak sekolah ini sudah keburu segan. Setelah dia m enyerahkan tam puk kekuasaan OSIS, sem ua anak seperti m enganggapnya pengacau nom or satu dan m em buat desas-desus, term asuk bolos beram ai-ram ai. Padahal, selam a ini Zai hanya bolos sendirian.
Zai hanya nyengir saat m elihat anak kelas sepuluh buru-buru m enyingkir dari antrean bakso.
AH! Itu dia!!! Zai!!! Zai m enoleh saat m endengar nam anya disebut, lalu m endapati sebuah kepala pirang m enyilaukan di ujung kantin. Sid m elam bai dengan sem angat, di sam pingnya Cokie, Ram a, dan Lando juga sudah nyengir.
t . c Senyum di wajah Zai m erekah. Setelah pertandingan fenom enal beberapa waktu lalu Gozali akhirnya m em beri izin bagi anakanak Athens untuk m ain sepakbola Zai seperti m enem ukan sem angat baru. Zai m engangguk, lalu m elupakan baksonya dan segera bergabung dengan keem pat tem an barunya itu.
Seorang cewek m ungil tahu-tahu m uncul. Sid! Gue udah beli air m ineral!
Zai bisa m engenali cewek itu sebagai J ulia, cewek yang tak pernah absen m enyem angati m ereka dengan begitu heboh. Suaranya yang m elengking dan terus-terusan bernada ceram ah seperti m engingatkannya dengan seseorang.
Eh, Zai. J ulia nyengir lebar saat m elihat Zai. Ayo, ke lapangan! Mau ada tanding lawan 770 , kalian harus m enang! Gue udah pasang taruhan!
Zai terkekeh, entah m engapa dia selalu suka m elihat sem angat cewek ini. Saat baru beberapa m eter m elangkah, Zai teringat sesuatu.
Suatu saat, lo pasti kena karm a.
Zai m enatap J ulia yang sekarang sudah asyik bercengkram a dengan yang lain, lalu m endengus. Sepertinya, Alia benar akan segala hal. Sam bil tersenyum , Zai kem bali m elangkah, lalu m enyusul tem an-tem annya.
Sam pai beberapa waktu lalu, dia m erasa Athens adalah sekolah yang m em bosankan. Nam un, sekarang dia tahu.
Athens adalah tem pat sem ua orang m erajut kenangan m asa rem aja, seperti SMA-SMA lainnya di seluruh dunia. Dan dia tidak m au m enukar apa pun dengan itu....
t . c Via Cokie t . c Tentang Penulis Bernam a lengkap Okke Rizka Septania, gadis kelahiran Palem bang penyuka pantai ini sangat enjoy dalam m enulis ceritacerita rem aja.
Orizuka telah m enulis 16 karya dan yang diterbitkan oleh Puspa Populer adalah Me & My Prince Charm ing, Sum m er Breeze (diangkat ke layar lebar tahun 20 0 8), Fight for Love, High School Paradise, Love United, dan 17 Years of Love Song.
Saat ini, Orizuka sedang m enulis novel ketujuh belasnya.
Contact Orizuka! e-m ail: chazrel21@yahoo.com Facebook Fanpage: Orizuka Twitter: @authorizuka
Oficial website: http://orizuka.com
t . c Dapatkan di toko-toko buku terdekat atau
hubungi pemasaran kami via email sales@puspa-swara.com atau (021) 8729060, 4204402
t . c t . c Bintang Langit Saptuning 1 Pendekar Naga Putih 70 Gendruwo Rimba Dandara Pedang Langit Dan Golok Naga 33
^