Pencarian

High School Paradise 2

High School Paradise Karya Orizuka Bagian 2


Sid, dia mimisan. Jelas aja hidungnya harus disumbat, kata Cokie manis, membuat Julia mengerti. Sid ternyata geli melihat sumbatan di hidung Julia.
Huehehe& , kekeh Sid lagi, membuatnya dengan segera terkena serangan bantal. Heh! Gila lo ya! Udah sakit masih aja punya tenaga ekstra!
Keluar sana! sahut Julia mengamuk. Sid mencibir, lalu melangkah keluar ruangan.
Jules, jangan banyak gerak, nanti darahnya keluar lagi, kata Cokie sambil menepuk-nepuk bahu Julia yang megapmegap karena sulit bernapas.
Julia menurut, lalu bersandar dan menenangkan diri. Kelakuan Sid yang menyebalkan tadi membuatnya hilang selera untuk berterima kasih.
Kita keluar dulu ya" Udah mau matematika nih, kata Cokie disambut anggukan lemah Julia.
Jules, lo harus banyak istirahat. Jangan terlalu maksain diri, kata Rama sebelum mereka meninggalkan UKS.
Julia mendengus saat pintu tertutup. Jangan terlalu memaksakan diri katanya. Mudah saja bicara karena dia pintar, kaya, dan tak harus memikirkan nasibnya setiap malam. Julia membenturkan kepalanya ke dinding. Kondisinya tidak memungkinkan untuk berangkat kerja siang nanti dan juga untuk belajar nanti malam. Padahal, tak ada satu malam pun yang boleh dilewatkan begitu saja.
Julia kembali memukuli kepalanya sebal. Dia benci dirinya sendiri. Dia benci karena lemah. Tak terasa air mata yang selama ini tertahan mengalir juga ke pipi Julia.
Waks, sori, saputangan gue keting.... Sid berhenti berbicara ketika melihat Julia yang sedang menangis. Julia segera menghapus air matanya dan memandang Sid galak. Sid tak berkomentar. Ia mengambil saputangannya yang tergeletak di kursi, lalu melirik Julia. Gue nggak liat apa pun, kata Sid lagi, lalu berjalan menuju pintu.
Julia menghela napas lega. Tapi, sesaat sebelum Sid mencapai pintu, dia berbalik dan kembali ke sebelah Julia dengan wajah penasaran.
Oke, jadi lo kenapa" tanyanya.
Julia hanya melongo, lalu menggeleng. Nggak kenapanapa, kata Julia.
Baju gue penuh darah lo dan gue butuh tahu lo kenapa, kata Sid bersikeras.
Kenapa" tanya Julia lagi, dan Sid hanya mengangkat bahu. Julia menghela napas. Lo nggak tahu rasanya jadi orang bego. Hah" kata Sid tak mengerti.
Lo tahu, setengah permasalahan lo di dunia terpecahkan kalo lo pinter, kata Julia lagi. Pikirannya kacau. Dan gue jelas-jelas bukan orang seberuntung itu.
Sid menatap Julia yang sekarang mencengkeram selimut dengan wajah geram. Sid tak tahu harus mengatakan apa padanya.
Ehem, Julia, lo bisa berusaha....
Gue udah usaha tiap malem! sahut Julia kalap, membuat Sid terkesiap. Tiap malem gue belajar sampe nggak tidur cuma buat mecahin satu soal doang!
Oh, jadi lo bangun telat gara-gara itu, kata Sid paham, tapi seterusnya heran. Satu soal doang"
Iya! Gue sebego yang lo pikirin selama ini! sahut Julia histeris.
Kenapa lo nggak minta bantuan Aida" tanya Sid lagi. Nggak bisa! Gue nggak ada waktu! Gue cuma bisa minta diajarin kalo lagi di kelas! sahut Julia parau. Pulang sekolah gue kan harus.&
Harus& apa" Lo harus apa" tanya Sid penasaran, tapi Julia menatapnya ragu.
Bukan apa-apa. Udahlah, gue jadi ngomong yang enggakenggak sama lo. Sana, bukannya lo ada matematika" tanya Julia sudah agak tenang dan malu karena sudah bercerita macam-macam pada Sid.
Yah, ya udah, kata Sid sambil beranjak pergi. Woi, kata Julia membuat Sid menoleh. Thanks ya, yang tadi.
Sid mengangguk singkat, lalu berjalan menuju pintu dan keluar ruangan. Julia menghela napas dan kembali memukuli dahinya lagi. Kebodohan berulang dalam satu hari. Benarbenar menyebalkan.
e e e Jadi gitu, kata Rama sambil mengangguk-angguk ketika Sid menceritakan ulang cerita Julia.
Kenapa ya dia pengen banget bisa pinter" tanya Cokie. Sid mengangkat bahu.
Saat ini, mereka sedang berada di Hilarious untuk belajar bersama. Lando masih mengajar didikannya sehingga belum bisa bergabung. Sid tiba-tiba berdiri dan membuat Rama melepaskan matanya dari kumpulan soal yang sedang dikerjakannya.
Gue harus nyari pesenan Nyokap gue. Dia lagi punya kencan baru, kata Sid sambil merogoh saku celananya untuk mengambil kunci motor.
Siapa" tanya Cokie penuh minat.
Gak tahu. Tapi, Nyokap gue baru sekali ini keliatan benerbener bahagia. Rupanya sutradara itu udah lewat, kata Sid sambil meneguk sisa cappuccino-nya. Yuk, gue duluan.
Sid berjalan keluar Hilarious, memakai helm, lalu memacu motor ke pertokoan terdekat. Selama perjalanan, Sid mengutuk Ibunya yang sudah keterlaluan karena dirinya diminta berbelanja. Sid merasa tugas seorang anak bukan belanja bulanan. Tapi, rupanya sang Ibu tak mau tahu.
Setelah sepuluh menit, Sid masuk ke sebuah mal. Mendadak Sid merasa sangat lapar dan memutuskan untuk mengisi perutnya terlebih dahulu daripada pingsan saat memilih sayuran.
Sid memilih sebuah restoran Indonesia karena perutnya sudah muak dengan segala makanan cepat saji yang sering dibelikan Ibunya. Sudah saatnya lidahnya kembali merasakan sedapnya masakan Indonesia. Sid segera duduk di sebuah bangku. Matanya menjelajahi menu yang tergeletak di meja.
Mm& Mbak, saya mau pes.... Omongan Sid terhenti ketika melihat seorang pramusaji yang baru saja lewat di depannya. Mata Sid terbelalak. Tak mungkin itu.&
Ya" tanya pramusaji itu ramah sambil berbalik. Selama beberapa detik, tak ada satu pun, baik Sid maupun pramusaji itu bereaksi. Mereka saling pandang dengan ekspresi yang sama-sama konyol, sampai akhirnya pramusaji itu memutuskan berpura-pura tidak mendengar Sid. Dia pelanpelan berbalik lagi dan mencoba untuk kabur.
JULIA!" seru Sid, membuat seisi restoran menatapnya. Julia menggigit bibirnya cemas. Dia segera berbalik dan menghampiri Sid yang masih tak percaya. NGAPAIN LO DI SINI!"
Goblok!! sahut Julia sambil memukul kepala Sid keraskeras dengan buku menu. Manajer restoran melihatnya. Julia sebisa mungkin mengganti haluan dengan membelai-belai kepala Sid. Maaf, Mas, tadi ada lalat di rambutnya.&
Sid masih melongo. Itu membuat Julia kesal. Julia melirik ke arah manajernya yang masih memandangi mereka, lalu kembali pada Sid yang masih juga melongo.
Lo nggak kenal gue, desis Julia pada Sid. Jadi, Mas mau pesan apa" Coba menu spesial kami, rendang sama nasi putih.&
Jules, lo kerja di sini" tanya Sid masih terkaget-kaget. & sama es campur, kata Julia geram. Dia mencondongkan diri ke arah yang tak mungkin bisa dilihat manajer dan berdesis, Pesen aja, terus berlagak nggak kenal gue.
Kenapa" tanya Sid membuat kertas yang dipegang Julia langsung kusut. Sid melihatnya, lalu mengangguk paham. Menu spesial.
Julia langsung bahagia karena akhirnya makhluk satu itu mengetahui maksudnya. Setelah menulis pesanan, Julia berjalan sewajar mungkin ke meja belakang untuk menyampaikan pesanannya. Ia melihat manajer restoran sedang memerhatikan Sid. Julia berharap-harap cemas supaya Sid tidak tampak seperti anak sekolahan. Selama ini Julia mengaku sebagai mahasiswa tingkat awal. Sialnya, Sid tampak benar-benar seperti anak sekolahan. Terima kasih pada wajahnya yang imut itu.
Sementara Julia sedang menyilangkan jari, Sid sibuk berpikir. Dia heran mengapa siswa Athens seperti Julia mau bekerja sambilan di restoran. Ketika sibuk berpikir, tibatiba dia terperanjat. Julia bekerja paruh waktu. Julia sangat menginginkan kelas khusus. Semuanya mengacu pada satu jawaban, keadaan Julia sama seperti Lando.
Sid melirik Julia, yang sedang memerhatikan seseorang, lalu mengambil ponselnya. Dia menekan nomor Rama. Tak lama, Rama mengangkat teleponnya.
Ram, lo bilang Hilarious butuh pegawai" sahut Sid. Iya, ada yang keluar gara-gara nikah, emang kenapa" sahut Rama dari ujung yang berlainan.
Ram, gue rekomendasiin satu orang nih. Jangan dikasih siapa-siapa dulu ya, kata Sid. Ntar gue bawa orangnya ke sana. Percaya, Ram, orang ini butuh banget.
Siapa, Sid" tanya Rama lagi.
Udah, ntar juga lo tahu, kata Sid lalu memutus teleponnya. Dia melirik Julia yang sedang berjalan ke arahnya dengan makanan yang tadi dipesannya.
Ini Mas, pesenan.... ARGH! sahut Julia ketika Sid malah menariknya dan menyeretnya keluar restoran. Julia menatap manajer restorannya ngeri, lalu menatap garang Sid. Ada apaan sih" Aduh, hancur deh kerjaan gue.&
Jules, lo ikut gue. Gue bakal bantu lo, kata Sid sungguhsungguh sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku dengan tidak sabar, lalu menarik tangan Julia. Ayo.
Woi, tunggu dulu! sahut Julia sambil melepas tangannya. Jangan main ayo aja! Emang siapa yang minta dibantu"
Jules, percaya sama gue, lo bakal punya pekerjaan yang lebih bagus. Masalah lo yang satu lagi juga pasti bakal selesai, kata Sid.
Kenapa gue harus percaya sama lo" sahut Julia, sambil melirik cemas ke arah manajer yang tampaknya sudah mau meledak.
Udah deh, lo percaya aja sama gue! Lagian, lo juga bakal dipecat dari sini, kata Sid sambil menatap manajer restoran yang bergerak ke arah mereka.
Yeah, thanks to you! seru Julia marah. Beberapa detik setelahnya, dia menoleh ke belakang dan mendapati sang manajer sudah berada di belakangnya.
Saudara Julia, Anda saya pecat karena tidak profesional dalam bekerja, katanya begitu saja. Julia hanya bengong dan Sid malah menepuk tangan.
Yak, jadi lo udah resmi dipecat. Sekarang, ikut gue, katanya sambil menarik tangan Julia. Julia hanya bisa pasrah mengikutinya. Dia belum sepenuhnya sadar.
Tidak ada pesangon! seru manajer itu marah. Sid hanya melambaikan tangannya.
Siapa juga perlu pesangon dari resto... Jules" Gue& mampus, kata Julia sambil tertawa miris. Dia memegangi kepala dan menjambaki rambutnya, lalu berjongkok di depan Sid yang bingung.
Jules" Kenapa lo" Ayo kita songsong masa depan yang cerah! sahut Sid ceria sambil menarik tangan Julia. Julia mendesah putus asa, sementara dia dibawa ke lapangan parkir.
e e e Apaan nih" tanya Julia begitu mereka sampai di Hilarious.
Sid turun dari motor, melepas helm, lalu mengikuti pandangan Julia. Oh, ini. Ini Hilarious, katanya sambil menggandeng Julia masuk.
Gue bingung. Bukan buta huruf, kata Julia kesal, lalu mengamati seisi kafe dengan kagum. Dia heran mengapa tak pernah tahu ada kafe seperti ini.
Ram, ini orangnya, kata Sid, membuat Julia tersadar dan menatap orang-orang yang bengong di depannya. Julia ikut terbengong-bengong.
Julia melihat Rama dan Cokie sedang duduk di dua buah sofa nyaman yang terletak di ujung kafe. Tempatnya sangat eksklusif. Buku-buku bertebaran di atas meja yang terletak di antara dua sofa itu.
Julia" kata Rama tak percaya.
Rama" balas Julia tak percaya juga, tapi langsung menoleh Sid yang nyengir. Ini yang kata lo masa depan gue" Apa gue disuruh kawin sama dia"
Bukan, bukan itu, kata Sid sambil terkekeh. Ini kafenya Rama. Dia pemilik kafe ini. Lo bakal kerja di sini. APA" sahut Julia, Rama, dan Cokie bersamaan. Kafenya Rama" tanya Julia.
Julia kerja di sini" tanya Rama. Kenapa Julia harus kerja" tanya Cokie.
Sid bingung menghadapi situasi itu. Dia hanya terduduk dan menyeruput latte Cokie. Cokie bahkan tidak protes.
Gue nemu Julia lagi kerja di restoran. Dia kan ngebet banget pengen masuk kelas khusus buat ngejar beasiswa. Jadi, kenapa dia nggak kerja di sini sekaligus belajar sama kita" tanya Sid, tampak bangga pada diri sendiri.
Lo tahu gue mau beasiswa" tanya Julia kaget. Julia kerja di restoran" tanya Rama, juga kaget. Jadi, baju ini seragam pelayan restoran" tanya Cokie, lebih kaget.
Kok otak lo tiba-tiba lancar, Sid" tanya Lando, yang mengagetkan Sid karena sudah ada di sebelahnya. Dia menatap
Sid datar sambil melempar buku-bukunya ke meja. Sid balas menatapnya kesal.
Rama menoleh pada Julia yang masih terkaget-kaget. Dia sadar kalau Julia masih mengenakan seragam restoran ungu tua. Cokie juga memerhatikan rok pendek Julia.
Lo lumayan seksi pake rok pendek begitu, Jules, komentarnya, membuat Julia mendelik galak.
Jules, lo boleh kerja di sini, kata Rama akhirnya. Dan lo juga boleh belajar bareng kita.
Yang bener" tanya Julia tak percaya. Gue boleh kerja sekaligus belajar"
Boleh aja, kata Rama sambil tersenyum. Tapi, lo mulai kerja besok aja. Dan kalo bisa, mm& jangan pake baju yang itu. Kita punya seragam sendiri.
Gue nggak pernah suka baju ini, kata Julia sambil nyengir. Thanks ya, Ram!
Selagi bisa, kita selalu menyempatkan diri buat bantubantu orang bego kok, kata Sid, membuat Julia siap mengamuk lagi.
Ya udah, udah. Julia mulai kerja besok. Kita juga akan bantu dia masuk kelas khusus besok. Sekarang, anterin dia pulang. Bajunya nggak banget sih, kata Cokie pada Sid yang sedang menyeruput habis latte Cokie. Ketika tak ada yang menyanggupi, Sid mendongakkan kepalanya.
Heh" Gue" tanyanya polos, membuat Cokie ingin melemparnya dengan asbak.
merasakan irasat buruk. Ya, lo! Lo yang bawa dia ke sini! Tanggung jawab dong, sahut Cokie gemas.
Emangnya nggak bisa pulang sendiri" tanya Sid pada Julia yang menatapnya sebal, lalu berderap ke pintu. Sid menerima tatapan ganas dari Rama dan Cokie, lalu mendesah. Iya, iya, gue anterin.
Sid berlari menyusul Julia yang sudah ada di luar kafe. Yang mengejutkan, bukannya marah, Julia malah sedang melompatlompat girang. Sid nyengir melihatnya.
Nih, kata Sid sambil melempar helm. Julia, yang sedang tidak tanggap, tak punya pilihan lain selain membiarkan kepalanya menjadi sasaran pendaratan helm. Sid langsung merasakan irasat buruk.
Julia menoleh pelan-pelan pada Sid. Tatapannya murka. Jadi, Sid memilih untuk berlari menghindari serangan sepatu Julia.
e e e Saving Julia Hari ini Julia tidak datang terlambat. Setelah akhirnya bisa menikmati tidur seperti dulu, kali ini dia berhasil masuk sekolah pada waktunya. Dia pun tidak harus menerima hukuman dari Gozali.
Ke mana dia, ya" tanya Gozali, yang masih menunggu kehadiran Julia.
Udah dateng kok, kata Cokie.
Gozali menatapnya. Oya" katanya ragu.
Saya lihat dia lewat lapangan setengah jam lalu, kata Rama, membuat Gozali tidak tahu harus bagaimana. Senang karena Julia ternyata sudah datang atau mengetahui kenyataan bahwa anak-anak ini datang cukup pagi, tapi tetap terlambat masuk sekolah.
Oh, begitu. Baguslah. Nah, sekarang, ayo.& Kalian mau apa" tanya Gozali melihat keempat anak itu sudah bergerak ke tengah lapangan.
Ke bola basket" tanya Sid heran.
Oh, bukan, bukan, itu sudah berlalu. Sekarang, kalian menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Cari empat tempat
sampah yang bisa dibawa ke sini. Sekarang, kata Gozali. Keempat anak itu pun saling pandang. Ayo.
Mau tak mau, keempat anak itu berpencar mencari tempat sampah. Lima menit setelahnya, mereka kembali ke lapangan upacara dengan tempat sampah besar di tangan. Gozali menatap mereka puas.
Yak, sekarang, kalian lihat kan betapa kotornya sekolah kita" Tugas kalian sekarang adalah mencari sampah selain di tempat sampah. Setelah itu, isi keranjang sampah kalian sampai penuh. Sebelum penuh, tidak boleh masuk kelas, kata Gozali, membuat Sid langsung protes. Tidak ada protes. Mulai dari sekarang.
Sid mengumpat pelan. Ia menatap ketiga temannya yang sama kesalnya.
Woi, kata Sid mendadak mendapat ide. Gimana kalo kita lomba" Yang paling buncit selesai, traktir makan!
Baru ketika ketiga temannya akan menyetujui, Gozali mengingatkan mereka agar santai dan melarang taruhan. Sid terpaksa menelan ide cemerlangnya.
e e e Wah, asyik banget, Jules! sahut Aida begitu Julia menceritakan kejadian kemarin. Ide yang bagus tuh!
Iya, hebat juga si cowok imut itu, kata Julia sambil menenggak softdrink yang dibelikan Aida.
Apa lo nggak seharusnya berterima kasih" tanya Aida lagi.
Gue sih mau aja berterima kasih. Cuma, setiap gue mau bilang, dia selalu ngelakuin hal-hal nyebelin, gerutu Julia sebal.
Aida hanya tersenyum simpul melihat sahabatnya. Dia lantas mengedarkan pandangan ke arah lapangan upacara. Tak ada satu orang pun di sana. Yang ada hanya empat tempat sampah. Aida menatap pemandangan itu heran.
Tempat sampah itu buat apa ya" tanyanya bingung. Julia melihat ke arah yang dilihat Aida, lalu mengangkat bahu.
Ngomong-ngomong, empat orang itu ke mana ya" tanya Julia heran. Masa iya bertransformasi jadi tempat sampah"
Julia dan Aida saling pandang untuk beberapa saat. Keduanya lalu bergidik.
Masa iya Godzilla ngutuk mereka" sahut Julia disambut anggukan Aida.
Mungkin dia udah sebal banget! sahut Aida ngeri. Heh, obrolannya nggak mutu banget sih, kata Sid mengagetkan Julia dan Aida.
Lagi ngapain lo di sini" tanya Julia heran karena Sid bisa ada di lantai dua. Jangan bilang lo kangen sama gue.
Sid memicingkan matanya pada Julia, seolah mengatakan hal itu adalah hal terakhir yang bisa dilakukannya di dunia. Setelah menyadari kehadiran Aida, dia tersenyum manis.
Pagi, Aida, kata Sid dengan suara lembut, membuat Julia bergidik lagi.
Geli! sahut Julia histeris. Nggak cocok!
Diem lo, kata Sid galak. Eh, ngomong-ngomong kalian punya sampah nggak"
Beberapa cewek yang melewati mereka terkikik melihat Sid. Julia memerhatikan mereka, sementara Aida menjawab tidak pada Sid. Gerombolan cewek lain datang dan sibuk mengagumi Sid. Julia sampai terheran-heran.
Apa ini cuma gue atau di lorong ini isinya jadi cewek melulu ya" tanyanya, membuat Sid dan Aida memerhatikan sekitar. Beberapa cewek histeris saat Sid melihatnya. Oh, jangan bilang& . Nggak, nggak mungkin.&
Mau nggak mau lo harus terima kalo gue ini banyak penggemarnya, kata Sid sambil mengelus rambutnya yang dijepit. Jadi, kesempatan lo sama sekali nol. Tapi, kalo buat Aida sih, masih terbuka lebar.
Aida tersenyum sambil melirik Julia yang terlihat mau menghajar orang. Sid segera kabur sebelum Julia menghadiahkan serangan sepatu seperti yang dilakukannya kemarin.
Gue harus melakukan sesuatu, kata Julia sambil mengeluarkan tawa culas. Aida menatapnya khawatir.
Jules" Lo nggak akan ngelakuin hal-hal aneh, kan" tanyanya, tapi Julia sudah tak mendengarkan.
e e e Hah!?" sahut Sid sambil menatap ngeri keranjang sampahnya.
Keranjang sampah itu kosong. Tak ada sisanya sama sekali. Bahkan, satu sedotan pun. Padahal, Sid begitu yakin sudah
memenuhinya sebelum mengambil sampah terakhir di dekat kantin tadi.
Kenapa, Sid" tanya Rama heran, lalu ikut kaget melihat keranjang sampah Sid yang sudah kosong melompong. Siapa.&
HEH! CEWEK BEGO! TURUN LO! sahut Sid kalap pada Julia yang sudah tertawa penuh kemenangan dari lantai dua.
Sid, tenang, tenang! kata Cokie, berusaha menahan Sid agar tidak mengejar Julia yang sekarang sudah melompatlompat gembira.
Ada apa ini" tanya Gozali heran dengan keributan itu. Tapi, dia langsung marah karena melihat keranjang sampah Sid.
Saya dari tadi udah ngambil sampah! sahut Sid tak terima. Cewek geblek itu yang buang sampah saya!
Gozali menatap arah yang ditunjuk Sid, tapi Julia sudah tak tampak. Gozali kembali menatap Sid yang wajahnya sudah merah.
Apa kamu& . Dia ambil sampah, kata Lando dengan suara beratnya. Gozali menghela napas, lalu menatap Sid yang sudah lumayan tenang. Ya sudah, sana masuk kelas. Yang lain, buang dulu sampahnya ke tempat pembuangan sampah di belakang, lalu susul Sid ke kelas.
Cokie, Rama, dan Lando menurut, sementara Sid berjalan menuju kelasnya sambil menyumpah.
e e e Dia pasti dapat balasannya, kata Sid geram saat mereka sedang beristirahat di kantin. Cewek bego itu pasti dapat balasannya.
Udahlah, lo nggak dihukum ini, kata Cokie disambut anggukan setuju Rama.
Tapi tetap aja keterlaluan! seru Sid sambil memukul meja.
Nggak usah berlebihan gitu, kata Lando dingin. Mendadak mata Lando melebar.
Aida dan Julia sedang berjalan ke arah mereka. Lando merasakan desiran hebat saat pandangan Aida bertemu dengannya. Tapi, mereka lewat begitu saja menuju meja kantin. Sid melongo saat melihat Julia lewat.
WOI, LO! SINI!!! seru Sid membuat seisi kantin menatapnya. Julia menoleh dengan wajah polos, lalu menunjuk wajahnya sendiri.
Gue" tanyanya manis, membuat Sid setengah mati kesal. Bukan! Bapak-bapak penjual gorengan di ujung jalan sana! sahut Sid geram.
Oh, gitu, kata Julia lugu. Ia lalu kembali memesan makanannya. Seisi kantin sudah tertawa mendengar dialog ini. Sid sekarang sudah sangat emosi.
JULIA, SINI LO!!! teriak Sid lagi. Kali ini Julia sudah selesai memesan makanan. Dia menghampiri meja Sid dengan wajah datar.
Iya, bentar, kenapa sih lo" katanya ringan sambil duduk di sebelah Lando. Mata Sid melebar.
Masih berani lo duduk semeja sama gue" sahutnya. Emangnya kenapa" tanya Julia sambil melahap siomay tanpa perasaan bersalah.
Lo kan yang ngosongin tempat sampah gue tadi pagi" seru Sid kesal.
Hm... tempat sampah apa" tanya Julia lagi, membuat Cokie dan Rama tertawa terbahak-bahak, sementara Lando hanya terkekeh.
L-l-lo..., kata Sid geram.
Dasar gagu, kata Julia membuat tawa Rama dan Cokie lebih keras lagi.
Lo tuh ya, emang.& Hai, kata Aida memotong kata-kata Sid. Sid segera mengurungkan niatnya untuk mendamprat Julia. Boleh aku gabung di sini"
Ini perbedaan mendasar antara wanita sama betina, kata Sid sambil terkekeh kejam. Kalo wanita kayak Aida, minta izin dulu dengan sopan. Kalo betina kayak lo, maen duduk sembarangan.
Julia baru akan melempar piring beserta isinya ketika Lando menangkap tangannya. Sid tergelak lagi. Julia menatapnya dengan tatapan membunuh.
Jadi, lo mulai kerja hari ini ya, kata Rama mengatasi suasana penuh tekanan ini. Tampaknya berhasil karena perhatian Julia sekarang teralihkan. Jam kerja lo mulai pukul tiga sampe pukul sepuluh malem. Kalo nggak sanggup, lo bisa pulang sebelum itu.
Sanggup kok, kata Julia segera. Tapi, belajarnya kapan"
Lo nggak usah selalu ngurusin pelanggan, kata Rama ramah. Lo bisa ikut kita belajar di sela-sela jam kerja lo.
Julia nyengir bahagia saat mendengarnya. Dengan begini, dia pasti bisa mendapatkan beasiswa itu. Dia akan diajari empat orang pemegang ranking paralel sekaligus. Oh, mungkin tiga, karena Julia tak akan menghitung Sid.
Ng& gue boleh nggak ikut gabung" tanya Aida malumalu. Selama ini gue nggak bisa ngajarin Julia. Tapi, karena sekarang jam kerjanya bebas, gue mau ikut bantu dia.
Oh, boleh aja lagi. Malah bagus kan" kata Cokie disambut hangat oleh Sid.
Tahu Hilarious kan" tanya Rama. Kalo nggak, ntar gue jemput di rumah lo.
Aida mengangguk pelan, tapi matanya melirik Lando yang sedari tadi hanya diam memandangi gelas es tehnya. Sadar diperhatikan, Lando menatap Aida yang segera mengalihkan pandangan.
Rumah lo di mana emang" tanya Cokie.
Di Jalan Dahlia, kata Aida, masih mengawasi Lando dari sudut matanya. Sepertinya, tadi Lando baru saja bereaksi saat Aida mengatakan alamatnya.
Lan, itu kan daerah anak murid lo! sahut Cokie. Kenapa nggak lo aja yang jemput Aida"
Aida baru merasa mendapat secercah harapan, sampai Lando menggeleng dan menatap Cokie galak. Mau jemput pake apa" katanya membuat Cokie segera minta maaf.
Aida merasa tak masalah mau dijemput pakai apa, tapi ternyata Lando tidak merasa demikian.
Udah, gue aja yang jemput, sekalian jemput Lando juga, kata Rama akhirnya sambil tersenyum pada Aida. Tunggu pukul tiga ya, Lando selesai ngeles jam segitu. Abis itu, kita jalan bareng ke Hilarious. Oke"
Aida mengangguk pelan, sambil kembali melirik Lando yang tampak lebih berminat pada es tehnya. Sid mengeluarkan desahan panjang, berarti kode buruk bagi semua orang.
Jadi, semua orang udah repot buat proyek ini, kata Sid dengan gaya sok. Proyek lima orang jenius membantu satu orang idiot. Namanya Saving-Idiot-Julia.
Julia dengan segera melompat ke arah Sid, tapi kemarahannya dibayar oleh Rama dan Cokie, yang dua-duanya memukul kepala Sid dalam waktu yang bersamaan. e e e
New Project Jadi, sementara ini proyek kita diganti dulu ceritanya" tanya Cokie sambil menghirup latte. Bukan ngediriin ekskul, tapi ngebantu Julia masuk kelas khusus"
Yah, begitulah, kata Rama sambil menjatuhkan dirinya di sofa. Lagian, kita harus konsen dulu buat ujian. Kalo nggak masuk kelas khusus, ada satu yang sedih.
Cokie mengangguk-angguk setuju sambil melihat Julia yang sedang mengepel lantai. Baru saja ada seseorang yang menumpahkan segelas kopi.
Anaknya rajin juga, kata Cokie sambil nyengir pada Julia.
Yah, gue sih seneng Sid bisa nemu dia di saat yang tepat, kata Rama sambil bangkit. Gue mau ngejemput Lando sama Aida dulu.
Baru ketika Rama berdiri, pintu kafe terbuka. Sid masuk tanpa melihat kiri-kanan. Julia, yang ada di sebelahnya, dengan sengaja menyodorkan tangkai pel di depan kaki Sid sehingga Sid menyandungnya. Tidak sampai terjatuh memang, tapi Sid menabrak seorang cewek yang hendak keluar.
Ya ampun& kalo jalan hati-hati, kata Julia dengan wajah polos. Sid menatapnya garang, setelah tentunya meminta maaf dengan manis pada cewek tadi.
Lo sengaja, kan" sahut Sid panas. Julia hanya mengangkat bahu, lalu meneruskan mengepel. Rama menepuk bahu Sid.
Gue pergi dulu ya. Jules, kalo lagi nggak ada pelanggan, lo belajar aja, kata Rama.
Sip, kata Julia sambil nyengir pada Rama yang sudah keluar kafe dan berjalan menuju mobil.
Jangan pikir urusan kita udah selesai, ancam Sid pada Julia yang sedang mencibir, lalu berjalan menuju Cokie yang sedang mengerjakan soal kimia. Yo!
Hoi, kata Cokie. Sid lalu menghempaskan diri ke sofa di depannya.
Julia bukan tidak bisa melihat keadaan di sekitarnya. Dia menyadari kalau hampir seluruh isi kafe ini terdiri atas cewekcewek seusianya yang semuanya memandang kagum ke pojok belakang. Julia tahu, kedua cowok itu memang sangat enak dipandang. Meski setengah mati menyangkal, Sid memang benar imut. Cokie dibilang paling tampan dari keempat cowokcowok itu, ditambah lagi tubuhnya yang sangat proporsional dengan tinggi sekitar seratus delapan puluh senti. Julia berpikir, kalau keempatnya duduk bersama di sana, cewek-cewek pasti akan mengalami dilema yang tidak bisa dijelaskan.
Julia pasti tidak mengalami dilema yang menurutnya tidak penting itu. Dia tidak tertarik dengan siapa pun di antara mereka berempat. Julia sadar betul kalau sekarang semua cewek di sekolahnya pasti iri karena sudah terlalu dekat dengan
empat cowok idola mereka. Anggapan yang membuat Julia mau muntah, sebenarnya, karena Julia menganggap cewek-cewek malang itu belum tahu bagaimana aslinya keempat cowok itu. Yah, memang tidak ada masalah dengan Rama dan mungkin Lando. Tapi, Cokie dan Sid jelas bermasalah. Cokie playboy sejati, sedang Sid sakit jiwa.
Mungkin Rama adalah yang terbaik dari keempatnya. Cowok itu tidak pernah macam-macam dan selalu ramah pada siapa saja. Julia tidak tahu soal Lando, kecuali sifat dinginnya. Tapi, sifat Lando yang misterius itu pasti sudah banyak menjerat perhatian cewek-cewek. Dan dengar-dengar, Lando dulu tukang berkelahi. Tapi, di antara semua itu, yang paling mengesankan bagi Julia adalah mereka semua pemegang ranking paralel selama tiga semester di sekolahnya. Lando di urutan pertama, Rama di urutan kedua, Cokie ketiga, dan Sid keempat. Padahal, mereka dianggap biang onar karena selalu datang terlambat setiap hari dan dikenal sebagai musuh sejati Gozali.
Julia benar-benar tak habis pikir melihat Sid dan Cokie yang malah memilih berkutat dengan soal kimia di belakang sana dan bukan jalan-jalan dengan ceweknya atau apalah yang cowok-cowok seusia mereka biasa lakukan.
Sori, Mbak" sahut seorang cewek menyadarkan Julia dari lamunannya.
Eh" Apa" tanya Julia dengan wajah ramah.
Mbak, Mbak tahu nggak dua cowok yang di belakang itu" tanya cewek itu, segera melunturkan ekspresi awal di wajah Julia.
Oh, lumayan, jawab Julia sekenanya. Julia bisa melihat cewek itu kegirangan dan dua temannya juga. Ini pertanda buruk bagi Julia.
Em& boleh titip salam, nggak" tanya cewek itu. Julia pasang tampang garing. Kalo aku, titip salam buat yang tinggi itu. Temanku titip salam buat yang pirang, yang pake jepit rambut. Boleh ya"
Tahu-tahu tangan Julia sudah dipenuhi uang lima puluh ribu. Menganggapnya sebagai tip, Julia melangkah riang ke arah Cokie dan Sid yang sedang saling ngotot mengenai rumus ester. Ini jelas membingungkan bagi Julia yang belum terbiasa.
Woi, kata Julia membuat Cokie dan Sid menoleh. Ada yang titip salam tuh.
Julia mengedikkan kepalanya ke arah tiga cewek yang sedang pasang aksi di belakangnya. Cokie dan Sid menatap ke arah yang dimaksud. Serentak ketiga cewek itu melambai. Cokie dan Sid tidak membalasnya, tapi memberi mereka senyuman. Julia sempat bergidik karena merasa dirinya seperti sedang berada di tempat prostitusi atau apa.
SMP, kata Cokie sambil meneruskan menghitung, sementara Julia bengong.
Hebat amat lo ya, katanya takjub. Bisa tahu umur orang dari lihat doang.
Udah terlalu terbiasa sih, kata Cokie cuek sambil terus membuat ikatan karbon.
Ngomong-ngomong, ada pesannya nih. Kalo nggak disampein, gue jadi ngerasa bersalah. Kata yang rambut membuka buku isikanya. Mau dari isika dulu"
panjang itu, dia titip salam buat lo. Kata teman-temannya, mereka titip salam buat cowok yang pirang dan pake jepit rambut, kata Julia sambil merapikan uang lima puluh ribunya dan memasukkannya dalam kantong.
Hah! Lo terima suap, ya" sahut Sid saat melihat uang itu. Bukan, ini tip, kata Julia, lalu menghampiri Lara yang berada di balik meja bar. Lara sudah tersenyum-senyum simpul.
Itulah risiko kerja di sini, katanya sambil mengelap meja. Lo harus tahan dititipin salam setiap hari.
Selama ada upahnya sih nggak apa-apa, kata Julia sambil mengambil pesanan dari meja dua dan mengantarkannya.
Sepuluh menit kemudian, Rama, Lando, dan Aida datang. Julia belum juga menyentuh satu buku pun karena kafe sangat ramai. Rama menepuk bahunya dan menyuruh beristirahat sementara Lara mengambil alih pekerjaannya.
Nggak apa-apa, Lar" tanya Julia pada Lara yang langsung mengacungkan jempolnya.
Julia akhirnya bergabung bersama Sid dan Cokie. Mendadak ruangan mini itu terasa sempit karena kehadiran dua pendatang baru.
Wah, jadi sempit ya, kata Sid mencoba menyindir Julia yang duduk di sebelahnya.
Wah, maaf ya, kata Julia sambil membanting ranselnya yang berat ke pangkuan Sid, membuatnya menyumpah kesakitan.
Jadi, Jules, mulai dari mana" tanya Rama ramah sambil membuka buku isikanya. Mau dari isika dulu"
Iya!! sahut Julia kelewat ceria, membuat semua orang tertawa. Please. Kemarin isika gue dapet merah. Sampe sekarang rata-ratanya masih lima.
Waduh, bakalan kerja keras nih, komentar Sid yang masih terluka karena bantingan tas. Soalnya, pasti jarang rata-rata lo yang di atas enam.
Julia baru akan menancapkan ujung pensilnya ke paha Sid ketika Aida dengan sabar menyuruhnya untuk membuka buku latihan isika.
e e e Julia tidak bekerja hingga malam karena dia dipaksa mengerjakan soal-soal oleh kelima temannya. Julia sangat bodoh mengenai semua hal. Jadi, Rama membebaskannya dari pekerjaan dan Cokie dengan senang hati membantu Lara.
Nggak gue pikir lo sebego ini, kata Sid putus asa ketika Julia sedang berkutat dengan soal tentang mikroskop.
Gue kan udah pernah bilang, kata Julia kesal. Keringat sudah membanjir di dahinya. Sampai sekarang dia sudah menyelesaikan dua puluh soal.
Selama ini lo ngapain aja sih di sekolah" tanya Sid yang sudah menghabiskan empat gelas cappuccino.
Main, bersenang-senang, apa aja kecuali belajar, seperti kebanyakan murid lainnya" kata Julia sambil menatap Sid. Look, gue sama sekali nggak tahu bakalan butuh banget beasiswa ini sebelumnya, oke"
. Kemarin isika gue dapet merah. Sampe
latihan isika. Julia meneruskan hitungan, sementara Sid mengawasi. Hanya tinggal mereka berdua di sofa karena semua orang sekarang sedang membantu Cokie dan Lara yang kerepotan. Mendadak malam ini kafe sangat penuh.
Kenapa sih lo pengen banget beasiswa itu" tanya Sid lagi. Dia tahu benar tidak ada siswa Athens yang masuk dengan modal nekat seperti ini. Tapi, lain soal dengan kasus Lando.
Julia berhenti menulis sebentar, menghela napas, lalu melanjutkan kembali tulisannya. Bokap gue baru aja bangkrut. Dia udah nggak sanggup ngebiayain gue di Athens. Tapi, gue nggak mau pindah sekolah. Jadi, gue harus dapet beasiswa itu.
Sid terdiam sebentar mendengar kejujuran Julia. Julia sendiri menganggap semuanya sudah kepalang tanggung. Toh, Sid juga yang membantunya.
Oh, komentar Sid, merasa sedikit kasihan pada Julia. Itu, dari tadi lo salah. Harusnya f 0 .
Julia memandang pekerjaannya tak percaya, lalu menatap Sid ganas. Ngomong kek dari tadi! Gue udah salah total nih! sahutnya sambil mengejar Sid yang sudah melarikan diri. e e e
Di sini aja! sahut Julia di antara deru motor Sid. Takut suaranya tak menembus helm Sid, Julia berteriak sekuat tenaga, DI SINI AJA!!!
Sid menghentikan motornya tiba-tiba, membuat kepala Julia terantuk helmnya. Sid menoleh pada Julia.
100 Nggak usah kenceng-kenceng ngomongnya! Gue bisa budek, tahu! seru Sid dari dalam helmnya. Setelah itu, dia memandang sekitar. Rumah lo yang mana sih" Masih di sana, kata Julia sambil turun. Tapi, di sini aja. Dari kemarin minta diturunin di sini. Emang ada apaan sih" tanya Sid sambil melepas helmnya. Bokap lo galak"
Bukan, cuma& lo bakalan nyesel deh kalo ke sana. Gue jamin seratus persen, kata Julia sambil melepas helm dan menyerahkannya pada Sid. Sid menatap Julia bingung. Apa ini soal rumah lo" tanya Sid hati-hati. Hah" Bukan, kata Julia cepat. Cuma.&
Udah, naik, kata Sid dengan nada memerintah. Gue anter sampe rumah lo.
Julia menatap Sid ragu-ragu. Bener ya" Lo nggak bakalan nyesel kan"
Nggak, kata Sid mantap. Lalu, ketika Julia kembali naik ke motornya, dia melesat menuju rumah Julia.
Ini rumah gue, kata Julia setelah sampai.
Sid mengamati rumah itu. Memang tidak besar, tapi cukup keren dengan taman yang tertata baik di halamannya. Sid merasa tak ada yang salah dengan rumah itu. Entah mengapa Julia enggan dia datang ke rumahnya.
Jadi" Apa yang bikin lo....


High School Paradise Karya Orizuka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Julia" sahut sebuah suara membuat Sid menoleh. Seorang laki-laki paruh baya sedang berjalan ke arah mereka. Sid menatap Julia yang tersenyum licik padanya. Ini siapa"
Ini Sid, Pa, kata Julia membuat Sid langsung melompat dari motornya.
101 Sid, Om, kata Sid sambil menjabat tangan Ayah Julia kaku, takut orangtua ini memang betul-betul galak. Tapi, perkiraannya salah. Ayah Julia malah tersenyum lebar, sambil menggiringnya masuk ke dalam rumah.
Wah, wah, jarang sekali lho ada teman Julia yang mampir, katanya sambil menepuk bahu Sid. Ayo, masuk, masuk.
Wah, Om, ini udah mal.... Malam, Tante, kata Sid begitu mendapati Ibu Julia yang cantik di belakang pintu. Ibu Julia segera menjabat tangan Sid dan mempersilakannya duduk.
Sid melemparkan pandangan bertanya pada Julia. Tapi, Julia menjawab dengan pandangan 'selamat menikmati risiko datang ke rumahku', lalu masuk ke ruang tengah. Sid merasa seperti masuk ke dalam sebuah jebakan.
Jadi, Sid ini teman sekolah Julia" tanya Ayah Julia. Yah, bisa dibilang begitu, Om, kata Sid kaku. Bisa dibilang begitu" Oh, kalo begitu, kamu pacarnya Julia, ya" pekik Ibu Julia membuat Sid kaget. Bukan karena pertanyaannya, tapi lebih karena pekikannya.
Bukan, Tan.... Oh, begitu! sahut Ayah Julia tampak senang. Apa kamu habis menjemput dia dari rumah Aida"
Hah" Oh, eh, iya, Om, kata Sid susah-payah. Kalian baru jadian ya" Kok Julia nggak pernah kasih tahu Tante" tanya Ibu Julia lagi.
Bukan begitu, Tan.... Oh, jadi jadiannya udah lama" Wah, Julia ini nggak sopan deh. Punya pacar secakep kamu, tapi nggak bilang-bilang.&
102 Wah, makasih, Tan, tapi....
Anak itu orangnya sangat keras kepala, susah diatur.& Bener banget, Om, kata Sid setuju untuk yang satu ini. & tapi saya harap kamu bisa menjaga anak itu dengan sebaik mungkin, kata Ayah Julia sambil menepuk bahu Sid. Sid seperti merasa diberi tanggung jawab yang sangat besar. Apa" kata Sid, mencoba untuk tidak menyahut. Tante senang banget deh Julia dapat cowok keren kayak kamu.&
Makasih, Tan. Tapi.... Yak, cukup! sahut Julia dari belakang, menyelamatkan Sid yang sudah terpojok. Si cowok keren ini mau pulang dulu. Udah malam.
Oh, gitu, ya udah, hati-hati ya, kata Ibu Julia sambil melambai dan tersenyum nyaris penuh haru. Begitu pula yang dilakukan Ayah Julia. Sid sampai merasa tidak enak hati.
Begitu pintu ditutup dan tinggal Sid dan Julia, Sid segera menarik napas lega.
Oke, apa itu tadi" tanya Sid, masih syok.
Sindrom nggak punya anak cowok, jawab Julia cuek sambil berjalan ke arah motor Sid. Sid mengikutinya dengan tampang bingung. Mereka seneng banget kalo liat anak cowok. Makanya, setiap ada cowok yang dateng ke sini, selalu digituin. Lihat alasannya kenapa gue nggak mau lo ke sini" Sering ada cowok ke sini" tanya Sid.
Nggak sering sih. Paling beberapa. Anyway, thanks udah mau nganter, kata Julia. Sid cuma mengangkat bahu. Tak
103 berapa lama, pintu terbuka lagi. Sid sudah mau cepat-cepat kabur ketika seorang gadis kecil berlari ke arahnya.
Wah, siapa nih" Kok lucu banget" tanya Sid sambil berjongkok untuk memperhatikan gadis itu.
Adek gue, jawab Julia sambil mengacak rambut adiknya. Sid melongo.
Siapa lo" tanya Sid lagi, untuk memastikan. Adek gue, jawab Julia lagi, heran, tapi sudah tahu arah pembicaraan ini.
Jules, lo harus tanya ke Nyokap lo, siapa tahu lo anak asuh, kata Sid dengan wajah serius. Julia sudah siap menghajarnya ketika Sid menunduk lagi dan nyengir pada adiknya.
Kak Juju, kata Tasha. Tatapannya masih terpancang pada Sid. Ini pacar kakak"
Bukan, kata Julia jujur, tapi heran pada pertanyaan Tasha.
Nama kamu siapa" tanya Sid sambil mengulurkan tangannya yang segera disambut Tasha. Namaku Sid.
Tasha, kata Tasha nyaris malu-malu. Eh, Kak Sid, kalo Kakak bukan pacarnya Kak Juju, Kak Sid jadi pacarku ya"
Baik Julia maupun Sid bengong dengan pertanyaan Tasha. Tapi, Julia sadar duluan.
Aduh, biasa, sinetron, kata Julia sambil bersumpah tak akan membiarkan Tasha menonton TV tanpa pengawasannya lagi. Sid nyengir kaku dan jelas masih syok.
104 Ya, Kak" tanya Tasha lagi, sambil tersenyum dan membuat kedua lesung pipi yang selama ini menarik perhatian banyak orang terlihat. Sid jelas tertarik juga.
Iya deh, kata Sid sambil mengacak rambut Tasha, membuat Julia dengan segera melepas genggamannya dari tangan Tasha.
Tasha, kata Julia menahan geramnya. Masuk ke rumah ya, biar pacarmu pulang dulu.
Tasha mengangguk patuh. Kak Sid, malam Minggu besok jangan lupa ngapel ya!
Sid mengangguk, lalu memerhatikan Tasha yang berlari ke dalam rumah. Setelah Tasha masuk, dia tertawa geli.
Adek lo cantik juga ya, beda banget sama lo. Dia udah tahu cowok keren lagi, kata Sid sambil nyengir.
Sid, dia masih tujuh tahun, kata Julia sambil menekankan kata tujuh. Tujuh tahun aja.
Astaga, Jules, gue nggak bakal serius, kok, kata Sid geli. Tapi, kalo dia udah gede dikit aja.&
Pedoil, gumam Julia sambil menggeleng-gelengkan kepala. Gue nggak akan biarin lo ngedeketin Tasha lagi.
Sid tertawa tergelak-gelak melihat ekpresi Julia yang siap membunuh.
e e e hal. Secara menakjubkan, dia bisa mengerjakan ulangan isika
105 Pedoil, gumam Julia sambil menggeleng-gelengkan
Ghost from The Past Sudah lima hari Julia bekerja dan belajar di Hilarious. Sudah selama itu pula dia dicekoki berbagai macam soal untuk dikerjakan. Semua orang sibuk menyumbang soal sesuai dengan keahliannya. Sid paling banyak menyumbang soal matematika.
Rasanya mau mati ngerjain soal ini, keluh Julia ketika sedang mengerjakan soal limit. Kepalanya sekarang terkulai lemah di meja.
Jangan mati dulu, kata Sid sambil menggoyang-goyang bahu Julia. Gelas-gelas di belakang belom dicuci.
Julia mendelik pada Sid yang sudah tertawa terbahakbahak. Ia kembali mencoba berkonsentrasi. Selama lima hari ini, Julia sudah sangat tertolong. Dia sudah mengerti beberapa hal. Secara menakjubkan, dia bisa mengerjakan ulangan isika yang diadakan kemarin.
Ini kayak apaan sih, kata Julia setelah melihat setengah halaman jawabannya tak juga mengarah pada jawaban akhir.
Sini, kata Sid sambil merebut pensil Julia dan mulai mengerjakannya. Nggak usah pake cara begitu. Yang singkat aja. Begini.
106 Julia takjub melihat Sid yang mengerjakan soal yang dikerjakannya mati-matian hanya dalam waktu singkat. Jawabannya pun tak lebih dari lima baris.
Sid, dewaku, malaikat penyelamatku, seru Julia sambil memohon pada Sid yang sekarang sudah bergaya congkak sambil terkekeh. Lo kasih tahu dong cara yang sesingkat itu.
Gimana, ya" Apa nih bayarannya" sahut Sid membuat Julia segera beralih ke Cokie. Sid menatapnya sebal. Iya, iya, sini! Sama gue aja!
Cokie dan Rama terkekeh melihat kelakuan Sid yang persis anak kecil. Mendadak ponsel Cokie berbunyi. Cokie hanya diam melihat nama yang tertera di sana.
Pasti cewek yang udah lo putusin lagi, kata Rama sambil membaca-baca buku biologi.
Gue nggak pernah mutusin cewek, kata Cokie santai. Karena gue nggak pernah nembak.
Teman gue ada yang pernah nangis-nangis gara-gara lo mainin, kata Julia tiba-tiba berhenti menulis dan menatap Cokie sebal. Katanya, lo nggak pernah serius sama cewek.
Teman lo bener banget kalo gitu, kata Cokie sambil nyengir.
Kenapa" tanya Julia. Julia bukan tidak tahu perubahan ekspresi Rama dan Sid. Tapi, Cokie tampak biasa saja.
Masih muda begini nggak perlu serius, kata Cokie lagi. Lagian, cewek itu lebih sering nyusahin daripada nyenengin.
Julia mengangkat alisnya tinggi-tinggi. Apa lo bermaksud ngomong cowok itu makhluk baik-baik dan nyenengin" Kenapa lo nggak pacaran aja sama cowok kalo gitu"
107 Cokie tertawa keras mendengar kata-kata Julia. Julia, Julia. Emangnya lo pikir gue nggak pernah nyoba sama cowok" tanyanya membuat Julia bergidik. Ini para korban gue.
Rama dan Sid langsung ribut menyangkal. Tapi, Julia masih memandang Cokie sebal.
Untung gue bukan salah satu dari cewek-cewek genit yang menganggap lo keren, kata Julia sinis. Gue nggak mau jadi koleksi lo.
Cokie berhenti tertawa dan mencondongkan wajahnya pada Julia. Julia balas menatapnya berani. Wajah Cokie sekarang serius, wajah yang tak pernah dilihat Julia sebelumnya.
Jules, lo pikir cuma cowok doang yang bisa mainin cewek" Apa lo nggak pernah berpikir kalo cewek punya kekuatan yang sama" tanya Cokie membuat Julia mendadak paham.
Lo pernah dimainin cewek" tanya Julia membuat Rama dan Sid saling pandang. Cokie tak menjawab. OH! Lo pernah dimainin cewek makanya sekarang bales mainin cewekcewek!
Cokie terdiam sesaat, lalu mengeluarkan seringai aneh. Dia mendadak berdiri.
Jules, nggak perlu ada alasan kenapa seorang cowok jadi playboy, kata Cokie ringan sambil memakai jaket. Gue jalan dulu, ya. Dara minta ketemuan, nih.
Dara yang itu" sahut Sid tak percaya. Cokie hanya mengangguk, lalu berjalan keluar kafe.
Cokie mengorek saku celananya untuk mengambil kunci mobil. Tanpa disadarinya, dia sudah menabrak seseorang.
108 Ups, maaf, kata Cokie sambil meneruskan perjalanan ke mobilnya.
Eh& , kata seorang gadis yang tadi ditabraknya. Gadis itu menatap Cokie yang sudah masuk ke dalam mobil. Dia kemudian masuk ke dalam kafe yang lumayan penuh.
Masih SMP" sahut seseorang di pojokan dan membuat gadis itu menoleh. Ia terhenyak melihat pemandangan di sana.
Julia menggeleng-gelengkan kepala. Tak sengaja dia melihat seorang gadis sedang berdiri di depan pintu dan menatapnya dengan ekspresi bodoh. Julia ikut kaget.
Via" sahut Julia membuat Sid dan Rama ikut melihat gadis itu.
Julia" Via, gadis itu, balas menyahut.
Julia segera melompat dan menghampiri Via yang masih bingung. Julia segera menggiringnya ke pojokan.
Jules, lo kerja di sini" tanya Via heran melihat pakaian Julia.
Iya. Eh, ini, kalian kenal kan" tanya Julia pada Sid dan Rama yang menatap Via heran. Mereka menggeleng bersamaan. Julia berdecak kesal. Kalian gimana sih" Ini Via, yang bantubantu di kantin! Anak sekelas gue!
Oh! sahut Sid. Pantesan, dari tadi kayaknya gue kenal muka lo.
Via hanya tersenyum. Sid memberinya tempat untuk duduk.
Baru sekali ke sini, ya" tanya Rama begitu Via duduk. Cewek itu mengangguk.
109 Gue mau tahu kafe lo kayak apa. Gue nggak nyangka Julia kerja di sini, kata Via, lalu menatap heran buku-buku yang berserakan di meja. Ini.&
Oh, gue lagi belajar, kata Julia cepat-cepat. Lo udah gue ceritain kan" Soal kelas khusus.
Oh, jadi mereka yang ngajarin lo buat masuk kelas khusus" tanya Via takjub. Julia mengangguk. Wah, selamat ya Jules. Kalo sama mereka sih, gue nggak sangsi.
Sid berdeham sombong, sementara Julia melemparinya dengan buku. Via memandang berkeliling. Ia akhirnya tak tahan untuk tidak bertanya.
Gue tadi baru lihat Cokie di luar, kata Via pelan. Oh, iya tuh. Kerjaannya nge-date mulu, kata Julia sambil memberikan menu pada Via. Lo mau pesen apa, Vi"
Nge-date" tanya Via, terdengar kecewa. Tapi, segera disamarkannya dengan menenggelamkan dirinya di menu. Mm& jus stroberi ada, Jules"
Ada. Bentar, ya, kata Julia sambil melesat ke meja bar. Via menoleh pada Sid dan Rama yang tampak asyik mengisi buku soal. Via tak mengira empat anak badung bisa sekaligus merangkap menjadi empat anak jenius.
Tak lama kemudian, Julia kembali dengan jus stroberi. Julia lantas melemparkan diri ke sebelah Rama. Via hampirhampir iri melihat kedekatan Julia dengan dua anak itu.
Vi, maaf ya, kalo gue sekalian belajar. Masih banyak yang harus dikejar, nih, kata Julia disambut senyum pengertian Via. Ram, soal yang ini gimana sih"
110 Heh! Sini sama gue! sahut Sid tiba-tiba. Jangan ganggu Rama, dia lagi nyelesain soal isika yang gue nggak bisa!
Julia menggerutu, lalu pindah ke sebelah Sid. Hm& ngomong-ngomong, Lando ke mana, ya" tanyanya. Sid menatapnya kesal.
Woi! Fokus, fokus! sahutnya galak, membuat Julia tak punya pilihan lain selain memperhatikan soal.
e e e Lando menghela napas begitu keluar dari rumah keluarga Subrata. Hari ini Reno, anak didiknya, sangat bebal dan tak mau diatur. Lando hampir saja mematahkan tangannya saat tiba-tiba dia melompat dan akan kabur.
Lando mendesah. Ia lalu mengeluarkan rokok dan mulai menyalakannya. Setelah itu, dia menghirup asap rokok itu dalam-dalam. Rokok adalah satu-satunya hal yang belum bisa dia tinggalkan, walaupun ketiga temannya selalu melarang. Lando merasa rokok adalah pelepasan yang sangat baik bagi semua stresnya.
Lando menyusuri jalan setapak di perumahan itu dengan cepat. Hari ini, gara-gara urusan Reno, dia terlambat datang ke Hilarious. Padahal, dia punya janji dengan Julia untuk mengajarkan matematika. Tapi, Lando yakin Sid bisa mengatasinya karena Sid bisa menjadi jenius matematika kalau dia mau.
Lando baru akan mengisap rokoknya lagi ketika mendengar suara yang sudah beberapa hari ini memenuhi otaknya.
111 Rama, dia lagi nyelesain soal isika yang gue nggak bisa!
Lando" kata suara itu yang membuatnya berbalik. Aida sudah ada di belakangnya, entah dari berapa lama. Mungkin dia muncul dari belokan yang baru saja dilalui Lando. Lando menatap gadis itu lama. Tiba-tiba ia sadar bahwa masih ada rokok yang mengepul di tangannya. Lando membuat gerakan halus dengan membuang rokok itu di dekat kakinya dan menginjaknya. Dia tahu Aida melihat itu semua. Tapi, Aida tidak melakukan apa pun. Dia malah tersenyum lega. Atau setidaknya, begitu yang diharapkan Lando.
Hai, sapa Aida pelan, masih tersenyum. Lando berusaha untuk tidak melihatnya lama-lama. Lando hanya balas mengangguk kaku. Baru pulang"
Lando membalas dengan anggukan lagi dan gumaman tak jelas. Semoga Aida menganggapnya dengan ya . Aida mengangguk mengerti.
Sekarang mau ke Hilarious" tanya Aida lagi, membuat Lando kembali mengangguk. Aida tersenyum lebih lebar. Gue juga baru mau ke sana. Bareng, ya"
Lando agak terkejut sebenarnya. Dia tak tahu harus berbuat apa selama perjalanan ke Hilarious nanti. Menjawab pertanyaan-pertanyaan simpel saja sudah sangat susah baginya.
Rama& " kata Lando akhirnya. Lando sangat benci dirinya sendiri karena kata pertama yang keluar malah Rama.
Oh, tadi Rama udah nelepon gue. Waktu itu gue nggak bisa soalnya lagi nemenin Nyokap belanja. Jadi, gue pikir ke Hilarious sendiri aja, kata Aida.
112 Oh, komentar Lando sambil meneruskan berjalan. Aida mengikutinya dan berusaha menjajari langkah.
Selama perjalanan keluar kompleks, tak ada yang berbicara. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Gue naik bus, kata Lando tiba-tiba, membuat Aida bingung.
Sori" tanya Aida, takut salah dengar.
Gue naik bus, kata Lando lagi, kali ini lebih keras. Oh, gue tahu, kata Aida bingung dengan apa yang dipermasalahkan Lando. Tapi, Aida akhirnya mengerti karena Lando pikir dirinya lebih senang naik mobil atau apa. Gue juga berencana naik bus.
Oh, kata Lando singkat. Setelah itu, tak ada pembicaraan apa pun lagi sampai mereka tiba di halte bus.
Aida beberapa kali melirik Lando yang tampaknya tak punya keinginan untuk mengobrol. Bahkan, Aida merasa Lando tidak nyaman dengan kehadirannya. Sebaliknya, Lando harus berjuang untuk menenangkan detak jantungnya yang seperti bekerja tiga kali lebih cepat.
Lando melirik Aida yang sedang melihat ke arah datangnya bus. Lando merasa gadis ini sangat kecil dan ringkih. Entah itu karena memang dia pendek atau Lando yang terlalu tinggi. Mendadak Lando terdiam. Matanya melebar. Ia merasa mengenali sosok pria-pria yang sedang berjalan mendekatinya. Lando segera menarik Aida ke belakangnya.
Belagak nggak kenal gue, desis Lando pada Aida yang kebingungan.
113 Wah, wah, seru seorang pria bertato di paling depan. Dia menatap Lando dengan mata berbinar. Coba lihat siapa ini!
Teman-temannya menuruti perintah pria itu. Lando mengenali separuh dari sepuluh orang tersebut.
Lando, kata pria itu sambil tertawa membahana. Lama sekali nggak keliatan.
Joki, balas Lando dingin.
Wah, nggak terasa udah hampir berapa, tiga tahunan ya" Lo tumbuh jadi cowok manis begini, kata Joki sambil mengacak-acak rambut ikal Lando yang tebal. Lando segera menepisnya. Denger-denger lo masuk sekolah elite, ya" Sama teman-teman lo yang cemen itu"
Lando mengangkat bahu malas. Rasanya sudah lama sekali sewaktu dia menjadi bagian dari kelompok ini. Kelompok yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya, tapi di sisi yang kelam. Dengan kelompok ini, Lando pernah melakukan hampir semua kejahatan.
Udah kaya sekarang, Lan" tanya Joki dengan nada mengejek. Baru aja gue liat Bokap lo mabok di pos kamling.
Lando berharap Aida tidak mendengarnya, tapi itu tidak mungkin. Lando bisa melihat dari sudut matanya bahwa Aida tidak percaya Lando bisa kenal kumpulan preman seperti ini.
Wah, siapa ini, pacar lo ya" tanya Joki sambil menghampiri Aida. Lando menghalanginya.
Bukan siapa-siapa, kata Lando dingin. Joki menatapnya bengis, tapi beralih lagi pada Aida yang ketakutan.
Anak kompleks ini, Lan" Wah, hebat juga lo nyari cewek. Yang bisa nopang kehidupan lo sama Bokap lo yang pemabok,
114 kata Joki yang disambut tawa menggelegar pengikutnya. Tangan Lando sudah mengepal keras di samping pahanya. Apa mau lo" tanya Lando geram.
Apa mau gue" Wah, Lan, udah sombong lo sekarang! sahut Joki, wajahnya merah menahan marah. Dasar lo pengkhianat!
Udah tiga tahun berlalu, Jok, kenapa lo masih dendam! sahut Lando panas.
Berisik lo! sahut Joki sambil meninju Lando. Lando dengan segera terbanting ke tanah. Aida menjerit ketakutan. Begitu pula orang-orang lain yang ada di halte.
Lando tidak tinggal diam. Dia segera menyerang Joki walaupun tahu dia kalah jumlah. Anak buah Joki dengan segera membantu memukuli Lando sehingga dalam waktu singkat Lando sudah habis dikeroyok. Aida menekan tombol di ponselnya sembarangan sambil menjerit-jerit menyuruh mereka berhenti. Aida sampai melindungi tubuh Lando yang sudah terkapar di tanah.
Beruntung ada cewek lo yang nyelametin! sahut Joki begitu Aida menghambur ke atas tubuh Lando. Lain kali cuma ada kita berdua, dan lo pasti mampus!
Joki dan rombongannya segera pergi dari tempat itu, meninggalkan Aida yang masih gemetar dan Lando yang sudah tidak bisa bergerak. Menyadari hal itu, Aida segera mengecek keadaan Lando.
Mulut Lando sudah sobek. Pelipisnya juga sudah mengeluarkan darah. Aida cepat-cepat mengeluarkan tisu dan mengelap darah yang mengalir dari mulut dan pelipis Lando.
115 Lando, lo baik-baik aja" Lo masih bisa denger gue" sahut Aida panik. Lando tak bisa berbicara. Mulutnya sudah penuh dengan darah. Aida mengangkat kepala Lando dan meletakkan di pangkuannya. Lando, lo tenang. Gue cari bantuan.
Ketika Aida mengangkat ponselnya, dia mengernyit heran. Ponselnya masih tersambung pada Rama.
Halo" kata Aida. Ai! Akhirnya! Lo ada di mana" Lo kenapa" Apa yang terjadi" Tadi lo nelepon gue terus jerit-jerit! sahut Rama panik.
Gue ada di halte bus depan kompleks gue! Lando baru aja dikeroyok, Ram! sahut Aida sambil terisak.
Lo tenang, oke" Gue sama anak-anak udah di jalan. Lima menit lagi nyampe! Lo tunggu aja di sana! Telepon diputus. Aida menunduk menatap Lando yang kepayahan bernapas, lalu membelai rambutnya perlahan.
Lando& , kata Aida lirih. Siapa sih mereka" Kok lo bisa kenal sama mereka"
Lando menatap Aida nanar. Lando tak pernah menyangka Aida akan melihat ini semua. Lando tak bisa mengatakan apa pun. Selain mulutnya penuh darah dan giginya tanggal, Lando merasa Aida tak punya kewajiban apa pun tentang kehidupannya. Aida tak perlu tahu dan tak perlu merasa cemas karena gadis itu tak akan pernah menjadi bagian dari hidupnya. Anggapan yang ternyata salah besar.
Lando bisa merasakan air mata Aida jatuh di pelipisnya yang terluka. Tapi, Lando tak merasakan sakit apa pun sekarang. Lando hanya merasa akhirnya dia pulang ke suatu tempat. e e e
116 Dia udah siuman! Suara Julia adalah yang pertama didengar Lando. Wajah cemas Aida menjadi yang pertama dilihatnya. Selanjutnya, wajah Sid, Julia, Rama, dan Cokie bermunculan. Lando merasa kepalanya berputar sebelum menyadari bahwa dia berada di rumah sakit.
Lando tidak mengatakan apa pun. Mulutnya serasa baru dihantam godam sampai remuk. Lagi pula, dia tak perlu mengatakan apa pun. Dari ekspresi semua orang, pasti Aida sudah memberi tahu semuanya. Lando melirik Aida yang masih menatapnya cemas. Lando merasa sangat malu. Tak seharusnya dia melibatkan seorang gadis yang tak tahu apaapa ke dalam permasalahannya.
Si Joki masih hidup, Lan" tanya Sid setelah Lando bisa duduk. Lando mengangguk. Sialan itu orang.
Kenapa lagi sih dia" gumam Cokie. Dahinya mengernyit. Belum puas dulu masuk penjara"
Lando menatap Cokie garang. Dia tak percaya Cokie bisa mengatakan itu di depan dua cewek yang tak ada hubungan dengan masa lalunya. Julia sekarang bergerak ke arahnya dan menepuk bahunya dengan gaya kebapakan.
Lo tenang aja, Lan, kami nggak akan kasih tahu siapasiapa, kok, katanya membuat Lando kaget.
Lan, mereka udah tahu semuanya. Kita yang ngasih tahu, kata Rama seolah bisa membaca pikiran Lando. Sekarang, tatapan bengis Lando mengarah pada Rama. Mau gimana lagi" Aida maksa minta dikasih tahu. Dia harus tahu kenapa
117 lo bisa dikeroyok begitu aja. Dan Julia, yah, dia maksa Aida ngasih tahu dia.
Julia nyengir lebar pada Lando yang tak bisa berkata-kata. Gue nggak nyangka. Ternyata kita punya sejarah yang lumayan mirip, kata Julia lagi. Yah, selain preman-preman itu.
Dan karena gue berteman dengan Julia yang sejarahnya mirip dengan lo, gue juga akan berteman dengan lo, kata Aida sambil menatap Lando. Gue nggak akan ninggalin teman hanya karena dia berbeda.
Gue berbahaya, kata Lando dengan suara yang aneh. Juga yang berbahaya, kata Aida mantap, lalu tersenyum lebar. Gue yang nolong lo, kan"
Lo punya kita semua, Lan, kata Rama sambil menepuk bahu Aida. Jangan pernah jalan sendiri lagi.
Wah, gue jadi terharu, kata Sid sambil berpurapura menyeka air matanya dengan sapu tangan. Julia langsung memukul kepalanya keras-keras. Sid langsung mendampratnya.
Lando memerhatikan keributan kecil itu sambil tersenyum geli. Mendadak, Aida menoleh padanya, membuat pandangan mereka bertemu. Aida lantas tersenyum pada Lando, yang dibalas dengan sedikit tarikan otot bibir.
Lando masih belum bisa menemukan cara untuk bersikap biasa di depannya.
e e e 118 Ujian Akhir Berisik ah! sahut Julia ketika Sid merecokinya saat mengerjakan soal matematika. Sid menatapnya tak percaya. Gue ajarin, juga! sahutnya sebal.
Gue belum nulis apa pun, dia udah sibuk ngasih tahu caranya! sahut Julia mengadu pada Rama yang sedang menghafal sejarah. Rama memicingkan matanya pada Sid, tapi cowok itu malah balas mencibir.
Nggak kerasa udah minggu tenang, kata Aida sambil menyeruput latte. Tapi, Julia udah banyak perkembangan, ya"
Gimana nggak berkembang, yang ngajarin juga lima orang jenius sekaligus! sahut Sid sambil terkekeh. Harusnya lo tuh merasa terhormat.
Julia memilih untuk tak memedulikan omongan Sid dan meneruskan menghitung. Waktunya sudah hampir habis dan masih banyak yang harus Julia pelajari.
Kita semua pasti masuk kelas khusus, kata Aida lagi, disambut anggukan semua orang.
Ya, cuma si bego ini harus berusaha lebih keras, kata Sid yang kembali tidak dihiraukan. Sid menatap Julia heran.
119 Tenang aja, Jules, para guru ngomong kalo nilai rapor banyak dipengaruhi sama ujian akhir, kok, kata Rama disambut cengiran Julia. Sid tambah heran. Jadi, lo masih punya kesempatan.
Ngomong-ngomong, ujian nanti kalian bakal tetap terlambat" tanya Julia membuat keempat cowok saling lirik.
Tahun lalu sih begitu. Nggak tahu sekarang. Gimana" tanya Cokie pada Lando. Lando hanya mengangkat bahu.
Yah, untuk tahun ini aja kita ngalah sama Godzilla, kata Rama akhirnya, disetujui oleh semua temannya, bahkan Sid tidak protes.
Kenapa sih kalian benci banget sama Pak Gozali" tanya Aida tiba-tiba membuat keempat cowok itu saling lirik lagi. Setahu gue, dia orangnya cukup baik. Dia juga nggak pernah sampai keterlaluan mengajar murid.
Sebenernya, kalo dia ngelulusin permintaan kita buat ngediriin klub bola, dia oke, kata Sid.
Ngediriin klub bola" tanya Julia, untuk pertama kalinya dalam sore ini memberi perhatian pada Sid.
Oh, lo sadar juga gue hidup, ya" kata Sid kesal, tapi segera meluruskan duduknya. Gini, sebenernya kami berempat udah dari dulu berencana ngediriin ekskul bola. Kan belum ada tuh di Athens.
Tapi Godzilla ngelarang. Bahkan, nggak pernah ada murid yang dibolehin main bola di sela-sela pelajaran, kata Rama menambahkan. Dia selalu ngamuk kalo liat bola dan permainannya. Kita berempat pernah disetrap gara-gara main bola di lapangan upacara.
120 Julia dan Aida mendengarkan dengan serius. Jarang sekali mendapatkan keempat orang ini berbicara sesuatu dengan serius dan penuh emosi seperti ini.
Nggak pernah ada olahraga bola dalam kurikulum Godzilla. Ini kan aneh, kata Cokie disambut anggukan Julia dan Aida.
Setelah kami tahu nggak ada ekskul bola di Athens, kami berencana ngediriin itu. Tapi, tentu aja ditentang keras sama Godzilla tanpa alasan yang jelas. Dia bilang takut kita nggak konsentrasi sama pelajaran. Huh! kata Sid sambil mengepalkan tangannya.
Para guru ngejadiin kami sebagai aset atau apalah itu. Mereka pikir nilai kami bakal hancur kalau ekskul bola didirikan. Sampai sekarang mereka masih berpikir kalau kami ini murid jenius yang penurut. Padahal sih, kata Cokie sambil melirik Lando.
Jadi, kenapa kalian selalu terlambat setiap hari" tanya Aida.
Itu cuma satu-satunya cara buat nunjukkin keberatan kita sama kebijakan sekolah soal ekskul bola itu. Kita nggak bisa bolos sekolah atau berhenti belajar karena beasiswa Lando pasti bakal dicabut. Kalau cuma terlambat setiap hari, pasti cuma nyusahin Godzilla. Dan, kami sih nggak keberatan. Seneng banget malah, kata Sid sambil terkekeh.
Soal beasiswa itu, Kepala Sekolah udah mau nyabut dengan alasan Lando memberi contoh yang nggak baik sama junior dengan datang telat setiap hari. Tapi, setelah gue kasih tahu keadaan Lando, Kepala Sekolah nggak berani ngeluarin dia, kata Rama. Biasa, aset.
121 Wow, kalian kayak barang, ya" tanya Julia setengah kagum setengah menyindir. Tapi, enak juga jadi aset sekolah. Mau ngapain juga nggak bakalan dikeluarin.
Yang nggak enaknya, mau ikut ekskul jadi susah. Emang mereka pikir kehidupan kami ini cuma belajar" sahut Sid parau.
Gue pernah lihat kalian nongkrong-nongkrong di lapangan deket sekolah sebelum masuk. Apa kalian main bola dulu sampe telat masuk sekolah" tanya Julia curiga. Keempat cowok itu hanya mengangkat bahu. Julia menatap mereka kagum. Wow. Cool.
Jadi, di satu sisi, kalian empat cowok yang lagi ngusahain beasiswa. Di sisi lain, kalian juga empat cowok yang nggak pengen kehilangan waktu bersenang-senang buat main bola" tanya Aida.
Aida emang pinter, puji Sid sambil mengacak-acak rambut Aida, lalu melirik Julia. Nggak kayak yang satunya.
Itu yang bikin kalian jadi cowok badung sekaligus jenius, kata Aida, dengan tampang tak percaya.
Bola, kata Julia penasaran. Ada apa sih dengan bola" Kalo cuma permainan bola, nggak akan segitunya, kan"
Lo juga pinter kok Jules, kata Rama sambil mengacakacak rambut Julia sehingga Sid mengangkat alisnya. Bola bagi kami tuh penting banget. Bola yang nyatuin kami semua.
Julia mengernyitkan dahinya, seolah berkata hal yang baru saja dikatakan Rama sangat konyol. Rama sepertinya memahaminya.
122 Mungkin bagi lo sepakbola biasa aja. Tapi, bola punya peran penting waktu& yah, Lando punya masalah, kata Rama sambil tersenyum pada Lando yang datar seperti biasa. Cuma sepakbola yang bisa bikin Lando akhirnya mau berteman sama gue, Sid, dan Cokie.
Oh, kata Julia akhirnya paham. Jadi, bola itu kayak semacam alat komunikasi antarkalian.
Bukan cuma itu, kata Lando akhirnya membuka mulut. Bola adalah impian kami semua. Kami bercita-cita suatu saat bisa main bareng dalam satu klub.
Keren, kata Aida memecah keheningan setelah Lando bicara. Lando sempat menatapnya kaget, tapi langsung buang muka. Gue pengen banget lihat kalian main.
Boleh aja, kata Rama sambil tersenyum. Besok kami masih main kok sampe Jumat. Dateng aja ke lapangan deket sekolah.
Lo nggak boleh dateng, kata Sid pada Julia yang sudah mau protes. Ujian udah tinggal seminggu lagi. Nggak ada waktu buat nonton latihan bola.
Menyadari kebenaran kata-kata Sid, Julia menggerutu sebal. Malam ini dan seminggu ke depannya pasti akan menjadi malam yang sangat panjang.
e e e Seminggu ini terasa sangat cepat bagi Julia. Dia masih merasa kurang di sana-sini, walaupun Aida dan yang lainnya mengatakan kalau Julia sudah pandai mengerjakan soal-soal
123 rumit. Sekarang adalah malam tes. Julia sedang berkutat dengan soal matematika. Dia benar-benar takut usahanya selama ini sia-sia, dan pada akhirnya harus pindah juga dari sekolah itu. Padahal, sekarang Julia sudah mempunyai empat teman tambahan.
Julia menghela napas, lalu memijat lehernya yang pegal. Julia tak percaya ini. Dia bahkan akan merindukan Sid yang menyebalkan itu. Tepat ketika Julia membayangkan wajah bodoh Sid beserta rambutnya yang dijepit, Tasha masuk ke dalam kamar dengan wajah cemberut.
Tasha, kenapa" tanya Julia heran.
Kak Sid nggak pernah dateng lagi, kata Tasha dengan wajah murung. Dia kan janji mau ngapelin Tasha setiap malam Minggu.
Julia merasa dahinya berdenyut. Anak ini sudah benarbenar keracunan sinetron. Julia berusaha mengendalikan emosinya.
Kak Sid lagi sibuk, sama kayak Kakak, kata Julia sabar. Dia kan mau ujian juga. Jadi, dia sibuk belajar dan nggak sempat ngapel.
Julia menyadari kekonyolannya saat mengatakan hal itu, tapi senyum Tasha malah merekah.
Jadi, kalo udah selesai ujian, Kak Sid pasti dateng ngapel" tanyanya, membuat Julia merasa tak ada pilihan selain mengangguk lemah.
Tasha segera melompat-lompat gembira dan meninggalkan kamar Julia. Julia menghela napas lega dan berharap Tasha
124 melupakan janji itu seminggu ke depan karena dia tak akan pernah meminta Sid datang untuk mengapelinya.
Julia kembali mengerjakan soal-soalnya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi. Julia menguap, lalu melirik layar ponselnya yang berkedip. Sid.
Hm" jawab Julia tak bersemangat.
Woy! Bangun! Belajar! seru Sid bersemangat. Julia menaikkan alisnya.
Ini gue malah belum tidur, goblok, kata Julia sebal sambil kembali menguap.
Hah" Oh sori deh. Berarti udah belajar dong" Ya udah, gue mau ngebangunin yang lainnya, kata Sid. Julia hanya mengangguk lemah. Kepalanya sudah sangat berat. Woy! Tidur! Ntar besok nggak bisa bangun!
Julia tersentak dengan teriakan Sid. Berisik aja! sahutnya lalu mematikan sambungan teleponnya dan jatuh tertidur di meja belajar.
e e e Gimana, Jules" tanya Rama setelah ujian hari pertama selesai. Julia tampak seperti mayat berjalan. Mereka sekarang sudah kembali berkumpul di Hilarious.
Lumayan, kata Julia sambil menjatuhkan dirinya di sebelah Sid. Lumayan ngantuk waktu ngerjain.
Tapi lo bisa kan" Nggak ada masalah, kan" cecar Sid. Julia cuma mengangguk lemah.
125 Lo kurang tidur, Jules, kata Cokie sambil membuka buku sejarah. Lo harus tidur dulu, baru belajar lagi.


High School Paradise Karya Orizuka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nggak, nggak bisa, kata Julia tiba-tiba sambil menegakkan kepala dan mengorek-orek tasnya untuk mengambil buku sejarah. Gue harus semangat.
Sid, Cokie, dan Rama menatap Julia heran.
Jules, lo nggak usah kerja selama ujian, kata Rama membuat mata Julia segera berkaca-kaca, lalu menghambur ke arah Rama dan memeluknya bahagia.
Ram, lo boleh potong gaji gue, kata Julia sungguhsungguh, tapi Rama menggeleng.
Tak lama, Lando datang dan bergabung bersama mereka. Nggak ngajar, Lan" tanya Rama heran.
Gue minta izin buat ujian seminggu, kata Lando sambil membaca kumpulan soal sejarah. Gimana ujian lo tadi"
Julia terdiam sebentar, tapi begitu menyadari tak ada yang menjawab Lando, Julia tahu pertanyaan itu untuknya. Lumayan bisa, katanya.
Lumayan doang sih nggak bakal bikin lo bisa masuk ke kelas khusus, kata Lando dingin. Lo harus yakin.
Gue yakin, kata Julia cepat-cepat, merasa sudah dimarahi. Lando mengangguk mengerti. Tak lama kemudian, dia celingak-celinguk, membuat Julia curiga. Aida nggak dateng, dia mau konsentrasi belajar sendiri selama ujian ini.
Lando berhenti menoleh, menatap Julia serbasalah, lalu kembali membaca kumpulan soalnya. Setelah itu, Julia kembali menghafal. Lando melirik teman-temannya. Tampaknya tak ada yang sadar tadi Julia sudah bicara sesuatu.
126 Selama tujuh jam mereka sudah belajar bersama. Julia sudah tertidur di meja dengan dengkuran halus. Rama, Cokie, Lando, dan Sid sekarang sedang membantu Lara untuk menutup kafe dan membereskan kursi-kursi. Lara menumpukkan tubuhnya pada sapu dan menatap Julia kasihan.
Si Julia kasihan banget ya. Kayaknya kecapekan, katanya membuat keempat cowok yang sedang membalik-balikkan kursi ikut menatap Julia juga.
Dia bisa-bisa ambruk sebelum ujian selesai, kata Cokie sambil terkekeh.
Ngomong-ngomong, kata Lara sambil menatap keempat cowok itu ingin tahu. Kenapa sih kalian mau bantu dia" Perasaan bertahun-tahun gue nggak pernah lihat meja itu ada ceweknya.
Keempat anak cowok itu saling pandang bingung. Sid cuma mengangkat bahu.
Yah, cewek ini beda, katanya setelah berpikir. Kayaknya, dia butuh bantuan banget. Waktu lihat dia, gue langsung ingat Lando.
Bener, kata Rama setuju. Padahal, selama ini nggak pernah ada satu cewek pun yang boleh gabung di sana, ya"
Semua orang mengangguk-angguk. Mendadak Cokie menepuk tangan riang.
Kalo gitu, mulai sekarang gue boleh bawa cewek, ya! sahutnya disambut protes dari berbagai pihak. Cokie mengernyit sebal. Kenapa nggak boleh" Julia boleh!
Julia sih cewek netral! Nggak boleh ada cewek yang punya hubungan khusus! sahut Sid, membuat Cokie memicingkan
127 mata. Lagian, gawat juga kalo tiap kali cewek yang lo bawa beda. Bisa-bisa kita pada salah panggil nama.
Gue sih nggak pernah salah panggil, kata Cokie sambil membusungkan dada dengan bangga. Yang kayak gitu nggak ada dalam kamus gue.
Lo sih emang terlahir buat jadi playboy, kata Sid mencibir. Ganti cewek tiap jam pun pasti lo hafal semua namanya. Bakat terbesar Cokie tuh, kata Lara sambil terkekeh. Sayup-sayup, Julia mendengar suara orang-orang sedang tertawa. Dilihatnya bayangan lima orang di depannya, lalu dia tersentak.
MAMPUS! Pukul berapa nih" Perdana Menteri Mesir!!! sahut Julia mengagetkan semua orang.
Dasar bego, kata Sid sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku Julia.
e e e 128 Cheers! CHEERS!!! sahut Rama, Cokie, Lando, Sid, dan Aida sambil mendentangkan gelas-gelas berisi coke.
Hari ini adalah hari terakhir ujian. Mereka semua telah berhasil melewati ujian itu dengan baik. Kini mereka berada di Hilarious untuk merayakan berakhirnya penderitaan.
Ya, ayo, ayo, pada rayain kegagalan gue aja semua! sahut Julia kesal sambil duduk bersandar dengan tangan bersedekap. Hari ini dia merasa ujiannya buruk sekali.
Sid menjatuhkan dirinya di sebelah Julia yang masih cemberut, lalu mencubit kedua pipinya sampai gadis itu mengaduh kesakitan.
Senyum dong, Jules! Lo nggak seneng apa ujian selesai" tanya Sid sambil terkekeh.
Gue nggak bisa ngerjain yang nomor 39! sahut Julia parau.
Jules, nggak bisa ngerjain satu nomor aja dunia nggak berakhir kan" tanya Cokie. Santai aja. Lo pasti masuk kelas khusus kok.
Gue nggak berani daftar, kata Julia sambil menggigit bibirnya ragu. Nanti yang ada gue diketawain guru-guru.
129 Jules, lo belum daftar" tanya Sid kaget. Terakhir kan besok!
Julia tidak menjawab. Dia hanya memainkan jemarinya dengan resah, lalu memandang kelima temannya gugup.
Kalo gini sih kayaknya kita nggak bakal ketemu lagi, kata Lando dingin. Ucapin selamat tinggal sama beasiswa lo dan Athens.
Julia menatap Lando ragu. Beberapa hari terakhir, entah mengapa Julia tidak merasa seyakin yang dulu. Ini karena dia masih menemukan kesulitan dengan ujian akhirnya. Julia memang tidak mau mengecewakan teman-temannya yang sudah sangat membantu. Tapi, Julia juga tidak tahu harus berbuat apa seandainya hasil ujian tidak menolong nilai-nilai ulangannya.
Sori. Gue cuma.& Julia tidak meneruskan kata-katanya. Julia merasa akan menangis sebentar lagi. Gue nggak sepintar kalian& .
Omong kosong, kata Lando. Lo pikir gue udah pintar dari sananya"
Jules, untuk jadi pintar, lo harus usaha. Lo udah berusaha semampu lo, dan nggak ada yang salah dengan hasilnya, kata Rama tenang. Lo pasti masuk kelas khusus. Bareng kita semua. Oke"
Julia menatap Rama ragu. Ia menatap keempat temannya yang lain. Aida mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Julia.
Jules, kemarin lo udah keren kok. Gue percaya hasilnya bagus. Lo cuma cemas karena ngerasa nggak sempurna. Nggak
130 perlu nilai sempurna untuk masuk kelas khusus, kata Aida sambil tersenyum. Jadi, lo tenang aja, ya"
Julia akhirnya mengangguk, walaupun belum yakin sepenuhnya.
e e e Ram, lo udah ngomong sesuatu sama Kepsek" tanya Sid saat mereka sedang dihukum berjemur esok harinya. Rama mengangguk.
Udah, tapi dia juga harus lihat transkrip Julia, katanya. Wah, berdoa aja nilainya nggak ancur-ancur banget, kata Cokie.
Keempat anak itu sekarang melihat Julia yang sedang berjalan ke ruang guru dengan membawa map. Julia nyengir lebar begitu melihat keempat cowok itu sedang berdiri satu kaki di depan tiang bendera. Kemudian, dia mengacungkan mapnya, memberi isyarat bahwa dia akan menyerahkannya pada Kepala Sekolah untuk mendaftar kelas khusus.
Berjuang ya!!! seru Sid yang segera kehilangan keseimbangannya.
Sid! Lari tiga keliling! sahut Gozali yang ternyata ada di belakang mereka. Julia tertawa mengikik melihat Sid yang segera menyumpah kesal.
Julia mengambil napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya mantap. Dia harus melakukan ini.
e e e 131 Jadi, kenapa kamu mau masuk kelas khusus" tanya Kepala Sekolah begitu Julia menyerahkan transkrip berupa kopian rapor.
Saya& jujur aja, saya mau beasiswanya, Bu, kata Julia. Kepala Sekolah mengernyitkan dahinya.
Kamu belajar serius demi mendapatkan beasiswa" tanyanya lagi. Julia mengangguk. Kamu pikir nilai-nilai kamu cukup untuk masuk ke dalam kelas khusus"
Tidak, Bu, tapi saya sudah belajar giat untuk ujian akhir kemarin, kata Julia, sementara Kepala Sekolah memeriksa rapornya.
Rata-ratamu harus delapan dalam tiga semester ini, kata Kepala Sekolah lagi. Dan kamu hanya mendapatkan rata-rata tujuh di tiga semester kemarin.
Julia menunduk pasrah. Dia sudah menyadari kecilnya kemungkinan untuk masuk kelas khusus dari nada yang dikeluarkan Kepala sekolah.
Jadi" tanya Kepala Sekolah memecah keheningan. Ibu mau memberikan saya kesempatan" Saya akan belajar dengan lebih giat lagi di kelas khusus, kata Julia.
Kepala Sekolah mendesah sambil membetulkan letak kacamata nya. Julia, begini. Ada banyak siswa kelas sebelas yang sangat mengingin kan kelas ini dan banyak yang nilainya melebihi nilai kamu. Saya tidak bisa berlaku tidak adil dengan memasukkan kamu ke kelas khusus.
Julia terdiam mendengar vonisnya. Dia sudah tahu arah pembicaraan ini.
132 Tetapi, saya sudah mendengar banyak hal tentang kamu. Rama sudah memberi tahu saya. Kalau kamu tidak masuk kelas khusus, kamu akan keluar Athens. Dia beserta keempat ranking paralel lain sudah membantu kamu selama ujian kemarin. Apa itu benar" tanya Kepala Sekolah membuat Julia kaget. Benar, Bu, kata Julia.
Kalau boleh saya tahu, kenapa demikian" Kenapa kamu keluar Athens kalau tidak masuk kelas khusus" Rama menolak memberi tahu saya, kata Kepala Sekolah lagi.
Julia berpikir sebentar. Mm& itu& karena Ayah saya baru saja bangkrut, Bu. Jadi, dia tidak bisa membiayai lagi kalau saya masih di Athens. Biar saya tidak dipindahkan ke sekolah lain, saya berusaha masuk kelas khusus dan mendapat beasiswa, walaupun saya tahu usaha saya sudah terlambat.
Kepala Sekolah mengangguk-angguk mengerti. Julia, bukannya saya tidak mau membantu, tetapi& apa boleh buat, nilai kamu memang masih di bawah rata-rata. Akan ada banyak anak dan orangtua yang kecewa kalau saya memilih memasukkan kamu ke kelas khusus, katanya muram. Maafkan saya.
Nggak apa-apa, Bu, kata Julia sambil nyengir walaupun sangat ingin berteriak. Saya seneng banget bisa ada di Athens selama dua tahun. Ibu nggak ngetawain niat saya aja udah keren banget.
Kepala Sekolah tersenyum pada Julia. Sebenarnya dia sangat ingin membantu. Julia pun beranjak ke pintu.
Julia! sahut Kepala Sekolah sebelum Julia mencapai pintu. Julia menoleh. Saya akan memberi kamu kesempatan.
133 Kalau nilai ujian akhirmu rata-ratanya di atas delapan, saya akan pikirkan kamu untuk uji coba di kelas khusus selama satu semester.
Mata Julia melebar drastis. Ia tak percaya pada pendengarannya. Jadi, dia cuma bisa berkata, Hah"
Tapi ingat ya, kalau selama satu semester itu nilaimu ada yang di bawah enam, kamu akan dikeluarkan dari kelas khusus, kata Kepala Sekolah lagi sambil tersenyum.
Julia menggigit bibirnya. Matanya sudah berkaca-kaca. Oh, Ibu, katanya sambil menghambur ke arah Kepala Sekolah yang bingung dan memeluknya erat-erat sampai mereka nyaris terjungkal.
Iya, iya, kata Kepala Sekolah ikut senang, tapi selanjutnya berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Julia. Julia! Saya nggak bisa napas!!
Julia tersentak. Ia melepaskan dekapannya. Wajah Kepala Sekolah sudah memerah karena kehabisan napas.
Duh, Bu, maaf, saya nggak sengaja& , kata Julia, tapi tak berhasil menampakkan wajah menyesal. Sekarang dia malah nyengir gila-gilaan.
Ya sudah, sana keluar, kata Kepala Sekolah sedikit kesal. Makasih, Bu. You re the best! sahut Julia sambil mengacungkan kedua ibu jarinya, lalu berlari keluar ruangan dengan membanting pintunya.
Kepala Sekolah menggeleng pasrah, bertanya-tanya apa dia akan menyesali keputusannya sudah memasukkan Julia ke kelas khusus.
e e e 134 YEAH!!! seru Julia begitu keluar dari ruang Kepala Sekolah. Murid-murid di koridor lantai dua memandangnya heran. Lebih heran lagi saat menyaksikan akrobatnya yang meluncur di pegangan tangga.
Setelah sampai dengan selamat di lantai satu, Julia segera berlari ke lapangan basket. Saat itu, Sid, Lando, Cokie, dan Rama sedang diberi wejangan oleh Gozali. Gozali memandang ngeri Julia yang sedang berlari dengan kecepatan yang sama dengan bison Afrika ke arahnya.
GUYS!!! teriak Julia sambil menabrak empat cowok yang sedang dijemur itu sehingga mereka berhamburan ke manamana. Keempat anak itu menatap Julia heran, tapi setelah itu nyengir melihat ekspresi cewek itu.
Jules! Lo boleh masuk kelas khusus ya" sahut Sid heboh sambil mengguncang bahu Julia.
IYAAA!!! seru Julia tak kalah heboh. Mereka sekarang berlompatan bersama.
Selamat ya, Jules! sahut Cokie sambil menepuk pundak Julia yang masih saja berlompatan gembira bersama Sid. Lando dan Rama juga ikut memberinya selamat.
Kok bisa, Jules" sahut Rama mengatasi euforia Julia dan Sid.
Katanya, kalo rata-rata ujian kemarin delapan, gue boleh dapat uji coba selama satu semester di kelas khusus! Kalo itu sih gue pede banget!! sahut Julia, masih heboh. Wah, bagus! sahut Sid. Usaha kita berhasil!!! Ehem, deham Gozali di tengah-tengah keributan, membuat kelima anak itu mendadak terdiam dan menoleh orang merasakan irasat buruk. Sekarang kalian nyanyi saja
135 pelan padanya. Gozali menanggapi seringai mereka dengan mengangkat alis. Bukannya saya tidak ikut senang dengan keberhasilan Julia, tapi saya harus menghentikan kehebohan kalian.
Maaf, Pak, udah ngeganggu, kata Julia sambil pelan-pelan undur diri. Saya pergi aja, ya"
Oh, jangan Jules, kata Gozali sambil tersenyum licik. Kamu di sini saja, menemani empat anak ini bernyanyi mars Athens.
Mars Athens" tanya Lando heran sekaligus ngeri. Emang ada" tanya Sid bingung.
Kenapa" protes Julia.
Karena sudah menganggu proses hukuman keempat anak ini. Lagi pula, ini sekaligus sebagai rasa solidaritas, kata Gozali sambil tersenyum pada Julia yang menganga. Dan oh iya, mars Athens itu ada kalau kalian cukup memerhatikan waktu ospek tahun lalu.
Kelima anak itu sekarang sudah saling pandang ngeri. Tak ada satu pun dari mereka yang tahu bentuk mars Athens. Tak ada satu pun dari mereka yang memerhatikan apa pun saat ospek tahun lalu.
Yah, yah, saya tahu kalian pasti tidak memerhatikan. Tapi, saya punya alternatif lain, kata Gozali, dan seketika semua orang merasakan irasat buruk. Sekarang kalian nyanyi saja lagu Gugur Bunga sambil hormat ke bendera. Itu supaya kalian lebih menghormati perasaan para pahlawan.
136 Semua anak menggerutu kesal. Lagu itu panjang dan sendu, soalnya.
Emangnya ada apa sih antara perasaan pahlawan dan kita" tanya Sid kesal.
Para pahlawan bisa nangis di kuburannya kalau tahu mereka sudah berjuang mati-matian demi generasi yang seperti kalian ini, kata Gozali serius. Sekarang, ayo pada hormat. Mulai di ketukan keempat.
Mereka semua mulai menyanyi dengan malas-malasan, tapi segera ribut karena perbedaan pendapat soal awal lagu itu. Gozali hanya geleng-geleng kepala pasrah melihat anak muridnya yang sekarang malah sibuk bertaruh untuk mencari buku lagu dan menentukan bait pertama lagu itu. e e e
137 Short Vacation Jadi, berapa rata-rata lo" tanya Sid sambil menjatuhkan diri di sebelah Julia yang sedang sibuk menghitung. Mereka ada di Hilarious. Sekarang sudah hari keempat semenjak mereka selesai ujian.
Masih delapan koma delapan, kata Julia sambil menghela napas. Kurang satu lagi ujian yang nilainya belum keluar. Gue nggak bisa seneng-seneng dulu.
Yang belum keluar kan cuma sejarah. Masa iya bisa kurang dari delapan" tanya Cokie.
Gue sih yakin. Tapi, nggak tahu, deg-degan aja. Siapa tahu gue salah perkiraan. Siapa tahu gue salah nyilang. Apa pun bisa terjadi, kan, kata Julia gugup.
Jules, tenang aja. Lo pasti bisa, kata Aida sambil merangkul Julia. Julia tersenyum dan mengangguk.
Iya. Gue tegang aja. Ya udah, gue kerja dulu. Kasihan Lara kerja sendiri, kata Julia sambil bangkit dan mengantar pesanan.
Jadi, liburan mau ke mana nih" tanya Cokie sambil meregangkan tangannya.
138 Ke pantai aja ya" Ke Anyer gimana" tanya Sid sambil menghirup softdrink. Cokie dan Rama mengangguk-angguk.
Gue nggak ikut, kata Lando, membuat mereka menatapnya. Lando membalas tatapan mereka sebentar, lalu menghela napas. Si sapi tua itu lagi nggak bisa ditinggal. Bisabisa dia udah jadi bangke waktu kita pulang liburan.
Bentar aja, Lan, kata Sid. Paling cuma dua hari. Masa dia nggak bisa bertahan hidup. Lagian, murid lo juga libur kan"
Lando mengangkat bahu. Dia paling membenci saat-saat liburan seperti ini. Sudah dua kali liburan dia selalu tinggal di rumah untuk mengurus Ayahnya. Rama menepuk pundaknya.
Lan, lo butuh refreshing sebentar. Begitu juga Bokap lo. Siapa tahu dia bisa sadar dan malah cari kerja pas lo nggak ada, kata Rama tenang.
Lando mengangguk pelan. Matanya tak sengaja bertemu dengan mata Aida. Lando hampir buang muka ketika melihat Aida yang malah tersenyum, dan bukan jijik karena Ayah Lando seseorang yang tidak berguna.
Jadi! kata Sid sambil menepuk tangannya. Kita semua pergi ke Anyer!
Lo ikut juga kan, Ai" tanya Cokie pada Aida yang segera bengong.
Ke mana" tanya Aida bingung, membuat Cokie heran. Ke mana" Ya ke pantai, Anyer, kata Cokie membuat Aida tersenyum.
Cok, gue nggak bakal dibolehin pergi ke mana pun dengan cowok selama dua hari, kata Aida sambil terkekeh. Gue bisa dibunuh sebelum sempet pergi.
139 Oh, kata Cokie paham, lalu menatap ketiga temannya yang juga bingung. Gimana dong"
Ya nggak gimana-gimana. Kalian pergi aja berempat. Atau ajak Julia kalo dia bisa, kata Aida membuat keempat anak itu saling pandang lagi.
Kalo sehari bisa, Ai" tanya Rama lagi. Kalo sehari sih, mungkin bisa, kata Aida.
Kalo gitu, kita sehari aja, kata Rama sambil memandang teman-temannya minta persetujuan, dan mereka mengangguk. Kita pergi pagi-pagi banget, pulang sore. Gimana"
Aida menatap Rama dengan ragu. Aida sangat ingin pergi bersama mereka, tapi takut orangtuanya tak mengizinkan.
Gini deh, Ai. Sehari sebelum pergi, kita semua datang ke rumah lo. Terus minta izin sama Bonyok lo. Kalo Julia pergi, lo juga boleh pergi kan" tanya Cokie.
Kayaknya sih, kata Aida gak yakin. Kenapa sih kalian ngotot banget pergi sama gue" Gue nggak apa-apa, kok.
Bukan gitu, Ai. Tapi, kalo lo nggak pergi, ada satu orang yang sedih, kata Sid tanpa memedulikan tatapan ganas Lando dan tatapan bingung Aida.
Tapi, si Julia harus mau dulu, kata Cokie.
Ah, itu sih gampang, kata Sid sambil menatap Julia yang sedang membawa nampan berisi minuman. Woi, Jules! Libur nanti ke Anyer bareng ya!
Oke! kata Julia sambil membawa minuman itu ke meja yang dipenuhi cewek-cewek yang cemburu berat pada Julia.
Apa kan" kata Sid ringan, sementara Lando, Cokie, dan Rama saling pandang, lalu tertawa terbahak-bahak.
140 Sid menatap mereka bingung karena gak tahu apa yang ditertawakan.
Eh, tapi gratis kan" tanya Julia yang mendadak ada di samping meja mereka. Sid hanya mengangguk singkat padanya. Tapi, matanya masih memandang heran ketiga temannya yang malah tergelak-gelak semakin keras.
Kalian kenapa sih" tanya Sid begitu Julia pergi. Sid, kata-kata lo tadi& huahaha! sahut Cokie tak bisa menahan tawanya, sementara Sid tambah bingung. Dasar anak kecil!
Sid hanya merengut menghadapi ketiga temannya yang menyebalkan itu.
e e e Ini hari Sabtu. Julia sudah mendapatkan kepastiannya masuk kelas khusus setelah ujian sejarahnya mendapat nilai sembilan. Hari ini juga hari keberangkatan mereka ke Anyer untuk berlibur selama dua hari. Aida, secara tidak terduga, diperbolehkan untuk menginap karena ada Julia. Lando juga memutuskan meninggalkan Ayahnya untuk sementara. Mereka pun menyewa tiga kamar di sebuah penginapan pinggir pantai yang sebelumnya sudah dipesan Rama.
Julia yang terakhir dijemput. Mereka naik mobil Cokie yang cukup besar. Cokie sekarang mengemudi. Yang lain akan menggantikannya secara bergilir setiap sejam sekali.
Sid yang membawa handycam merekam setiap kegiatan yang mereka lakukan di sepanjang perjalanan. Mulai dari sibuk menyanyikan lagu All-Star milik Smashmouth keras-keras,
141 berhenti di pinggir jalan dan ber-SKJ ria untuk melemaskan punggung, sampai gaya tidur yang berbeda-beda. Sid sampai tertawa melihat Julia yang tidur dengan mulut menganga dan merekamnya dengan mengambil angle-angle sadis.
Mereka akhirnya sampai di Anyer tepat pukul sebelas siang. Penginapan yang mereka pesan ternyata sangat dekat dengan pantai. Julia dan Aida segera berlari gembira untuk menempati satu kamar yang persis menghadap pantai. Setelah meletakkan barang-barang di kamar masing-masing, mereka semua berlomba mencapai pantai terlebih dahulu.
Welcome to Anyer!!! sahut Julia keras-keras setelah berhasil mencapai pantai pertama. Sid sampai setelahnya dengan napas terengah-engah. Kedua anak itu mengagumi pantai untuk beberapa saat, namun kemudian menyadari sesuatu.
Damn, panas banget! sahut Sid sambil memegangi kepalanya yang sudah terasa panas.
Iya, bener! sahut Julia sambil memegangi pundaknya yang terasa terbakar. Ayo berlindung!!
Kedua anak itu sibuk mencari perlindungan, sementara Lando, Cokie, Rama, dan Aida memandangi mereka kasihan dari bawah payung besar di pinggir pantai sambil menikmati kelapa muda.
Goblok banget sih mereka, kata Lando yang menggelenggelengkan kepala sambil tetap mengamati Julia dan Sid yang kocar-kacir.
e e e 142 Menjelang sore, ketika pantai mulai teduh, mereka memutuskan bermain voli pantai. Kelompok Sid, Julia, dan Cokie menang telak dari Rama, Lando, dan Aida. Ini karena Sid dan Julia menganggap permainan itu sangat serius, terutama Julia. Apalagi, taruhan kali itu adalah makan malam.
Setelah capai bermain voli, mereka berbaring di atas pasir sambil memandang takjub langit yang beranjak kemerahan. Sid terduduk. Ia mengambil gambar dengan handycam. Anakanak sibuk pasang pose, kecuali Lando dan Aida. Mereka hanya memandangi anak-anak itu sambil tersenyum.
Gila, indah banget, celetuk Julia ketika melihat matahari terbenam. Air pantai juga sudah ikut memerah. Sid segera mengarahkan handycam ke arah matahari terbenam itu.
Ini bener-bener mengobati stres, kata Cokie. Matanya terpancang kagum pada bola merah raksasa itu.
No doubt, gumam Julia, sama-sama tersihir. Setelah matahari benar-benar terbenam, baru mereka semua menyadari bahwa hari sudah gelap dan perut mereka terasa sangat lapar. Tim yang kalah mentraktir mereka yang menang. Dalam hal ini, Rama lah yang mentraktir mereka semua. Mereka menyantap ikan laut bakar di pinggir pantai.
Senin bagi rapor nih, kata Sid di sela-sela makan malam. Kira-kira kita masih lima besar paralel nggak ya"
Pasti lah, kata Julia. Emangnya siapa lagi yang lebih niat daripada kalian"
Eh, ngomong-ngomong, harusnya kita bersulang dong buat keberhasilan Julia, kata Rama sambil mengangkat gelas, yang diikuti anak-anak lain. Buat Julia.
143 Buat Julia, kata anak-anak serempak, lalu mendentangkan gelas berisi soda mereka dan meminumnya.
Liburan panjang nanti pada mau ke mana" tanya Aida. Bonyok gue ngajak gue ke Perth, ngunjungin Kakak gue, kata Cokie, ditatap Julia dengan mata berbinar-binar. Nggak ada oleh-oleh, Jules.
Julia dengan segera pasang tampang cemberut, lalu menghela napas. Kalo gue sih, jelas nggak bakal ke manamana. Gue harus kejar setoran.
Sama, gue juga, kata Lando.
Kalo gue, kayaknya ke Manhattan. Bokap gue ada perlu di sana. Dia ngajak semua orang di rumah. Gue harus ikut, kata Rama.
Harus ikut, ulang Julia sinis, membuat Rama nyengir. Lo ke mana, Ai"
Ke rumah nenek di Magelang, kata Aida.
Deu& liburan ke rumah nenek, ceritanya" sahut Sid disambut tawa semua orang. Mau buat karangan bahasa Indonesia, Ai"
Kalo lo ke mana, Sid" tanya Cokie membuat Sid terdiam. Hm& kayaknya sih nggak ke mana-mana. Nyokap gue sibuk terus. Tahu kencan sama siapa lagi, katanya datar.
Sid, siapa tahu lo bakal punya Bokap baru, kata Rama mencoba menghibur.
Ram, apa gue keliatan kayak pengen punya Bokap baru" tanya Sid membuat teman-temannya terkekeh. Sid hanya menghela napas. Tapi, kayaknya sih hal itu bakal kejadian juga.
144 Easy, Man, kata Cokie sambil menepuk pundak Sid. Gue belum mau ngelamar Nyokap lo bulan-bulan ini kok.
Lando, Cokie, Rama, Julia, dan Aida tertawa terbahakbahak, sementara Sid hanya mencibir pada Cokie. e e e
Hari kedua di Anyer, mereka memilih mencoba banana boat dan jetski. Sid dan Lando kejar-kejaran memakai jetski, sementara anak-anak lain menonton mereka di pantai.
Gila, panas banget ya" kata Julia sambil menggosokkan sunblock pada pundaknya. Kulitnya sudah terbakar dan meninggalkan bekas pada bagian yang tidak terkena matahari. Pada pundaknya sudah ada dua lajur berwarna putih. Sunblock-nya nggak mempan, Ai.
Oya" kata Aida sambil membuka sunglasses, lalu menatap kulit Julia kagum. Tapi jadi bagus, Jules. Kulit lo sekarang cokelat sempurna.
Bajingan Gunung Merapi 1 Pendekar Slebor 24 Dagelan Setan Kisah Tiga Kerajaan 13
^