Pencarian

Komplotan Penculik 3

Komplotan Penculik Karya Enid Blyton Bagian 3


"Oh, bolehkah?"tanya Diana gembira.
"Baiklah, kami senang sekali bila buku itu bisa kami peroleh. Kami sangat tertarik akan Gedung Ring O Bells. Mungkin ada buku yang menerangkan tentang gedung itu."
"Tempat tua itu memang sungguh aneh," kata Ibu Hubbard.
"Tahukah kalian apa kata Kakek Tua padaku tadi pagi" Ia berkata lonceng gedung tua itu berbunyi, semalam. Sungguh mustahil, bukan" Lonceng itu sudah puluhan tahun tak berbunyi, dan talinya pun tak ada."
"Apakah Anda tak mendengar suara lonceng itu?" tanya Roger.
"Aku tidur nyenyak," kata Ibu Hubbard.
"Dan kalaupun telingaku mengatakan suara lonceng gedungitu berbunyi, maka pastilah aku sudah gila. Percaya tidak, sewaktu Fanny Tapp datang kemari pagi ini, dan kukatakan padanya tentang apa kata Kakek Tua, ia berkata bahwa ia pun mendengar lonceng itu dan jadi sangat ketakutan. Orang orang memang suka mengada-ada!"
Anak-anak takberkata apapun, walaupun sesaat mereka saling pandang. Jadi ada orang lain yang mendengar lonceng itu!
"Mari ke rumah cuciku," kata Ibu Hubbard.
"Kotak barang-barang Kakek ada di sana. Dan bagaimana kalau kalian mencicipi biskuit jaheku" Baru kemarin aku membuatnya." Biskuit jahe itu ternyata sangat enak, hampir seenak kue kayu manis buatan Naomi. Sambil mengunyah biskuit tadi, mereka pergi ke rumah kecil yang khusus untuk mencuci. Disekeliling dindingnya terdapat rak-rak, dan Ibu Hubbard menunjuk pada sebuah kotak yang berbingkai tembaga.
"Itu milik Kakek. Dapatkah kalian menurunkannya?" tanyanya.
"Ya, bisa saja. Terima kasih," kata Barney dan menurunkan kotak itu. Rasanya tak berat, jadi mungkin tak banyak isinya Sebuah seruan terdengar dari halaman depan. Ibu Hubbard bergegas keluar.
"Itu tukang roti," katanya.
"Buka saja kotak itu, dan lihat apa isinya. Kalau ada buku, boleh kalian pinjam." Anak-anak itu membuka kotak tersebut dengan harap-harap cemas. Apa yang akan mereka temukan" Sedikit sekali. Beberapa patung kayu, mungkin buatan Kakek Tua sendiri. Sebuah mainan kapal dari kayu, dengan layarnya hampir hancur semua. Seba
tang pipa kayu dan suatu benda mirip peluit.
"Tak banyak isinya," kata Roger.
"Tunggu... ini tampaknya sebuah buku!" Diambilnya buku tersebut. Kulitnya terbungkus kulit, belang-belang oleh udara lembab. Beberapa halamannya lekat menjadi satu. Anak-anak itu mencoba melihat-lihat, membukai halaman yang lekat.
"Hati-hati, bisa robek nanti," kata Roger.
"Sialan. Buku ini ditulis dengan huruf kuno! Rasanya takkan banyak yang bisa kita ketahui. Membaca saja kita takkan bisa." Merekamencoba untuk membaca satu-dua kata yang tampaknya mudah. Tetapi bahkan judulnya saja tak terbaca, begitu banyak lengkung-lengkung hiasannya.
"Sia-sia saja," kata Roger, kecewa. Betapapun, kalau Ibu Hubbard mengizinkan, biar kita pinjam buku ini. Siapa tahu ada yang bisa kita baca. Walaupun aku sama sekali taktahu bagaimana kita bisa mengetahui apakah lorong rahasia itu disebutkan di sini atau tidak...."
"Ada yang menarik?" tanya Ibu Hubbard, kembali ke tempat itu.
"Hanya sampah belaka, bukan"Oh, kalian menemukan buku kuno.... Bawa saja kalau kalian mau."
"Terima kasih," kata Diana,
"Kami memang ingin meminjamnya. Kami akan pergi sekarang. Tolong katakan pada Kakek Tua semoga dialekas sembuh."
"Terima kasih. Dan akan kukatakan padanya kalian datang membawa tembakau untuknya," kata Ibu Hubbard,
"Selamat jalan. Bawa buku itu selama kalian suka." Mereka meninggalkan pondok itu. Barney mengeluarkan Miranda dari dalam jaketnya. Tadi monyet itu disembunyikannya karena takut kalau-kalau Ibu Hubbard atau Kakek Tua tak senang pada monyet.Dan Miranda diam-diam saja
terus. Kedua anjing yang diikat dipagar dan sekali lagi diberi tulang oleh Ibu Hubbard, melonjak lonjak kesenangan, seolah-olah anak-anak itu telah pergi lebih dari seminggu. Roger tertawa, membuka ikatan mereka.
"Kakek Tua tak suka anjing," katanya pada mereka.
"Jadi jangan menyalak-nyalak seperti itu. Bisa-bisa ia keluar membawa pentungan untuk menghajar kalian nanti!" Mereka pergi ke desa untuk membeli es krim. Snubby yang membawa buku tua tadi, sekali-kali membuka lembarannya, memeriksanya sambil berjalan. Tiba-tiba ia berhenti dan berseru keras,
"HA!" "Apa yang kauHA-kan?" tanya Diana.
"Kau menemukan resep untuk memasak susis?"
"Lihat ini!" kata Snubby, Yang lain datang berkerumun. Snubby telah membuka buku itu sampai pada halaman terakhir, pada sampul belakang.
"Ada semacam kantung di sini," katanya. Dan ada sesuatu di dalamnya. Selembar peta, mungkin. Mari kita duduk dan memeriksanya."
Mereka duduk di tengah padang. Anjing-anjing mereka berlarian mencari lubang kelinci. Miranda
ikut mereka, bukan untuk ikut mencari kelinci, tetapi untuk mengejek mereka.
Snubby menarik keluar lipatan kertas kuno dari dalam kantung tua di sampul buku tadi.
"Wah, ini perkamen, kertas dari kulit. Mudah-mudahan tidak hancur kupegang!" katanya, hati-hati menaruh kertas kuno, kering dan memang mudah pecah itu.
"Biar aku yang membukanya," kata Diana.
"Aku lebih berhati-hati darimu." Dengan jari-jari cekatan dan lembut, Diana berhasil membuka perkamen tadi tanpa rusak. Ditebarkannya di pangkuannya. Kertas tadi telah dilipat empat kali. Lipatan lipatannya telah retak.
"Ini peta!" kata Diana.
"Lihat! Peta Gedung Ring O Bells! Oh! Mudah-mudahan l
orong rahasia itu juga tergambar di sini!" Penuh harapan mereka memperhatikan peta tersebut. Peta tadi tidak begitu rusak seperti bukunya sendiri, dan anak-anak itu masih bisa membaca tulisan di bawahnya, DOIRLEY. GEDUNG RING O' BELLS.
"Ini asli!" kata Roger.
"Mungkin kini kita bisa berhasil menemukan sesuatu yang penting!"
Bab 21 MULAI MENYELIDIK MEREKA memang telah menemukan sesuatu. Sesuatu yang sangat berarti. Mungkin sangat sulit untuk membaca apa yang tertulis dibuku itu, tetapi cukup mudah untuk bisa mengikuti sebuah peta. Peta tersebut agaknya menggambarkan lantai dasar Gedung Ring O Bels. Kedua menaranya tergambar jelas. Yang satu bundar, satu persegi. Di menara yang persegi terlihat gambar-gambar lonceng, menandakan bahwa itulah menara lonceng.
"Di mana ruang kecil tempat lorong rahasia itu mulai?" tanya Roger.
"Disini," kata Diana, menunjukkan.
"Pasti ini. di seberang ruang depan, dekat dapur, dan kecil."
"Apakah lorong rahasia itu digambarkan?"tanya Snubby, kepalanya dekat sekali ke peta itu.
"Tidak," kata Diana kecewa.
"Ada huruf L di kamar ini," kata Roger, menunjuk
"Wah, mungkinkah L berarti Lorong Rahasia" Itu huruf L, kan?" Mereka sepakat itu huruf L. Tetapi bila itu pun benar, hal itu toh sudah mereka ketahui, bahwa di tempat itu ada awal dari lorong rahasia.
"Peta ini sungguh menarik, gambarnya cukup baik. tetapi peta ini tak menambah apa yang sudah kita ketahui," kata Roger lagi kecewa.
"Apakah tak ada sesuatu lagi di kantung kulit belakang itu, Di?"
Hati-hati Diana memasukkan jarinya ke dalam kantung tersebut, dan ia berseru kegirangan,
"Hei, ya, masih ada sesuatu di sini!"
Perlahan dan sangat hati-hati ia menarik keluar selembar perkamen lagi, lebih kecil dari yang pertama, hanya dilipat dua kali. Dengan jari gemetar, Diana membukanya.
Mula-mula mereka tak mengenal apa yang tergambar itu. Tampaknya hanyalah peta dari daerah pedesaan itu. Kemudian jari Snubby yang agak kotor menunjuk pada sesuatu peta tersebut.
"Ini huruf Llagi," katanya
"L yang berarti Lorong Rahasia itu. Lihat, lorongitu agaknya dimulai disini, di belakang rumah ini. atau entah apa ini, rumah atau bukan."
"Kukira itu mewakili Gedung RingO Bells," kata Diana.
"Lihat, bentuknya mirip, kan. hanya lebih kecil Nah, misalkan saja L ini betul Lorong, lalu bagaimana?"
"Tak tahukah kau?" kata Snubby tak sabar, kembali menuding ke peta
"Kau lihat garis merah kabur ini, yang mulai dari huruf L di sini ini, nah, terus garis merah ini meninggalkan Ring O Bells, melewati sungai, menyeberangi hutan, dan berakhir di sini, pada huruf L lagi. Di sini!"
"Wah, kau betul, Snubby," seru Roger.
"Kalau begitu garis merah inilah Lorong rahasia tersebut. Tapi tentu saja lorong itu tidak melewati sungai, melainkan menerobos di bawahnya. Menerobos bawah hutan. Dan berakhir di belakang sebuah rumah. kalau kotak ini melambangkan rumah."
"Rumah yang mana itu"' tanya Diana berpikir keras.
"Mungkinkah Pondok Ring O Belis?"
"Mungkin sekali. dan memang betul" seru Roger.
"Tentu saja Ingatkah kalian, Kakek Tua selalu berkata agar kita bertanya pada Mak Barlow saat kita bertanya tentang Lorong Rahasia itu. Tentu saja! Sebab loron
g rahasia itu berakhir di pondok Mak Barlow! Itulah sebabnya kita disuruhnya bertanya pada Mak Barlow. la tak tahu bahwa
Mak Barlow sudah meninggal lama sekali. la telah lupa hal itu!"
"Dan kini yang tinggal di sana Naomi Barlow," kata Diana.
"Entah dia tahu tentang rahasia ini atau tidak. Tetapi. apakah mungkin terowongan itu muncul di rumahnya"Kalian ingat, lantai rumah itu terbuat dari batu. Rasanya tak ada tempat satupun yang memungkinkan suatu terowongan muncul di sana."
"Memang," kata Snubby.
"Aku berani bertaruh lorong itu tidak berada di bawah Pondok Ring O Belis."
"Tetapi peta ini jelas-jelas menunjukkan lorong tersebut berakhir di sana," kata Roger, kebingungan.
"Mungkin ujung lorong ada didekat rumah itu. di hutan, di suatu tempat tersembunyi, semacam itulah."
"Ya, itu mungkin sekali," kata Barney
"Betapapun, kita kini tahu dimana terowongan itu berakhir. Dari bawah Gedung Ring O'Bells, ke bawah tamannya, ke bawah sungai ini - di sini pasti sangat dalam agar air tak bisa masuk, tentunyake bawah hutan, dan naik lagi di sekitar pondok itu.
"Wah, hebat sekali!" seru Snubby
"Lalu apa yang akan kita lakukan?"
"Begini saja," Diana penuh semangat mengusulkan,
"kita pergi ke Pondok Ring O Bells. Kita minta kalau-kalau Naomi memperkenankan Barney tidur di gudang kecilnya, sebab tak ada seorang pun di desa yang mau menerima dia dan
Miranda, hanya karena orang-orang takut pada monyet itu!"
"Dan dengan begitu Barney bisa menyelidiki tempat itu dengan teliti atau menanyai dia," kata Snubby.
"Usul bagus!" -
"Naomi senang pada Miranda, pasti ia mau menerima Barney," kata Diana.
"Ayolah, mari kita tanyakan padanya sesudah makan siang nanti." Mereka pulang dan menikmati makan siang yang lezat Barney makan di kebun belakang bersama Miranda yang mendapat bagian sebuah tomat. Sehabis makan, mereka berangkat ke Pondok Ring O Bells. Menjelang ke tempat itu mereka melihat Naomi bergegas ke arah mereka, kini memakai kembali mantel dan kerudung merahnya sehingga sangat mirip lagi dengan si Kerudung Merah bila sudah tual Naomi menyapa anak-anak itu dengan ramah.
"Mudah-mudahan kalian tidak datang bertamu padaku, Anak-anak," katanya.
"Aku akan ke gereja, untuk membersihkannya. Aku akan pulang sekitar jam enam nanti."
"Wah, sebetulnya kami memang akan menemui Anda," kata Diana dengan nada kecewa.
"Kami hanya ingin mengatakan pada Anda, bahwa Barney mendapat kesulitan mencari tempat bermalam. Tak seorang pun di desa mau menerimanya, karena orang-orang takut pada Miranda. Begitu juga Nona Hannah. Kami kemudian berpikir bagaimana kalau.?"Kalau aku mau menerimanya tidur di pondok kecilku?" Naomi tersenyum.
"Tentu, tentu. Ia bisa memakai kamar yang dulu kupakai sewaktu aku kecil. Kalian ingat bukan kamar yang merangkap gudang itu" Ia bisa tidur di sana. dan kembali aku akan berteman dengan seekor monyet!"
"Terima kasih banyak." Barney sungguhsungguh bersyukur.
"Pergilah kini ke pondokku itu, dan atur sendiri kamar tersebut," kata Naomi
"Bersihkan dan turunkan kasur yang ada di sudut kamar. Dengan begitu aku tak usah mengerjakannya lagi nanti sepulangku dari bekerja. Aku pasti sangat lelah."
"Anda sungguh baik. Kami dengan senang akan melakukan hal itu," kata Diana.
  "Apakah ada sesuatu lainnya yang bisa kami lakukan" Mungkin membersihkan kaca jendela?"
"Oh, tidak!" Naomi tertawa.
"Yang bisa kalian bantu mungkin hanyalah mengurangi biskuit kayu manisku itu. Ambil sajalah, di kaleng besar dekat perapian. Maaf, aku harus bergegas. Pergilah ke pondokku. Pintunya tak terkunci" Naomi meninggalkan mereka, makin mirip si Kerudung Merah dalam ketergesa-gesaannya Anak-anak itu saling pandang! Sungguh beruntung! Penginapan untuk Barney dan Miranda, serta kesempatan untuk menyelidiki ujung lorong
rahasial "Kita sungguh beruntung," kata Diana saat
mereka berjalan lagi menuju pondok di tengah hutan itu.
"Ya, bisa kita periksa dengan teliti rumah itu, kamar demi kamar, untuk mengetahui betulkah lorong tadi muncul atau tidak disana," kata Roger.
"Apa kira-kira yang kita lakukan untuk membalas kebaikan nenek itu?"
"Aku akan menghias pondoknya dengan bunga-bunga," kata Diana, mulai memetik bunga disepanjang tepi jalan yang mereka lalui. Yang lain melanjutkan perjalanan, dengan anjing-anjing mereka dan Miranda yang berada di bahu Snubby. Mereka sampai ke pondok Naomi. Pintunya memang tak terkunci, dan mereka pun masuk.
"Mari kita berkeliling dulu," kata Roger. Mereka sedang memeriksa lantai dapur saat Diana tiba dengan membawa banyak sekali bunga-bunga lonceng biru.
"Kalian menemukan sesuatu?" tanya Diana, memasukkan bunga-bunga tadi dalam sebuah guci dan mencari-cari tempat air. Diketemukannya sebuah ember berisi air. Tentu saja di situ tak ada keran. Naomi hanya punya sumur di belakang rumah itu untuk sumber airnya.
"Perhatikan lantai ini," kata Roger, berlutut di lantai, memeriksanya dengan teliti
"Aku yakin, keping batu ini tak pernah diubah sedikit pun selama ratusan tahun. Tak bisa digeser satu pun! Begitu rapat pemasangannya. Takmungkin lorong itu berada di bawah sini. Kalaupun ada, takkan mungkin kita masuki dari sini." Disemua kamar lantai itu sama saja. Kuat, padat, walaupun tidak rata. Dibeberapa tempat lantai batu itu amat halus karena sering dipijak.
"Ini menunjukkan betapa tuanya batu-batu ini," kata Roger. Mereka pergi ke gudang, membersihkannya untuk Barney,
"Enak sekali baunya di sini," kata Barney, menghirup bau acar dan rempah-rempah yang disimpan di situ.
"Pasti senang tidur di sini Pasti aku akan mimpi pesta besar terus!" Mereka menemukan sebuah kasur tua dan meletakkannya di lantai. Hampir tak ada tempat lagi. Begitu sempit. Tetapi Barney tak terlalu rewel tentang itu.
"Beres sudah," kata Diana.
"Kini bagaimana kalau kita memeriksa tanah sekeliling pondok ini" Mungkin ada sesuatu yang tersembunyi di antara semak-semak. pintu rahasia, misalnya." Mereka keluar, ke sinar matahari yang cerah. Mula-mula mereka memeriksa kebun kecil itu. Tapi di sana tak ada apa-apa yang mencurigakan. Kemudian mereka ke luar pagar, berpencaran, memeriksa setiap jengkal tanah di sekeliling pondok itu. Tetapi mereka tak bisa menemukan apa-apal
"Sungguh mengesalkan," kata Diana.
"Aku yakin ujung lorong itu ada disini. Barney, kau harus mengajak Naomi bercakap-cakap, dan secara tidak langsung jebaklah dia agar mengatakan sesuatu tentang lorong rahasia tersebut. Pastilah sudah lama sekali tak dipakai, dan mungkin sudah dilupakan orang. Tapi mungkin ia pernah mendengar sesuatu dari Mak Barlow."
"Benar," kata Barney.
  "Aku akan berusaha. Sekarang, bagaimana kalau kita membantunya mengurangi biskuitnya?"
"Oh, setuju!"seru Snubby. Mereka menurunkan kaleng besar tempat biskuit itu. Masing-masing mengambil sebuah dan mengembalikan kaleng tadi ke tempatnya, walaupun Sinting dan Miring ribut sekali minta bagian.
"Tidak!" kata Snubby tegas.
"Kalian tidak termasuk dalam undangan Naomi untuk makan biskuit ini. Lagipula kalian kan sudah kesenangan gila-gilaan di hutan tadi"
"Sudah waktu minum teh," kata Diana.
"Mari kita pulang. Aku lapar." Mereka pun pulang. Mereka berharap-harap agar Barney berhasil mengorek sesuatu dari Naomi Barlow.
Bab 22 PENDAPAT BARNEY EMPATsahabat bertemu keesokan harinya dikebun Nona Hannah. Snubby membawakan baki berisi sarapan Barney, sementara Roger dan Diana berlari menjemput Barney dan Miranda.
"Apa kau menemukan sesuatu?" tanya Diana.
"Apakah Naomi menceritakan sesuatu padamu?"
"Tidak, ia tak mau," jawab Barney.
"Mula-mula ia berkata ia tak tahu apapun tentang lorong rahasia itu. Lorong itu hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja, dan orang-orang itu adalah keluarga Dourley. Kemudian ia berkata lorong tersebut kini sudah tak ada."
"Sialan, jadi dia sama sekali tak bisa memberi keterangan apa pun?" tanya Roger.
"Di situlah anehnya," jawab Barney.
"Ketika aku mendesak bertanya, karena aku merasa bahwa ia menyembunyikan sesuatu, ia jadi agak gusar, dan mengatakan sesuatu yang ganjil."
"Apa?" tanya yang lain serentak.
"Ia berkata 'Aku telah melupakan tenggelamnya
orang itu selama ini. Dan kini kau membuatku teringat peristiwa mengerikan itu lagi. Sudahlah,
lorong itu tak pernah digunakan lagi sejak orang itu mati. " Teman-temannya ternganga, saling pandang. arti itu semua"
"Siapa yang tenggelam?" tanya Diana.
"Apa hubungannya tenggelam dengan tidak dipakainya lorong itu" Masa bisa tenggelam di lorong?"
"Hanya ada satu keterangan, yang bisa kupikir," kata Barney dengan suara merendah. mungkin juga salah, tetapi hanya ini yang sakinah beralasan. Di mana kau terbenam .Di air. Dimana ada air di pondok NaomiP Hanya ada di sumur!" Semua hening.
"Aku masih belum mengerti," Roger.
"Begini," kata Barney,
"mungkin ini hampir tak bisa dipercaya, tetapi kurasa patut diselidiki kebenarannya. Umpamakan saja bahwa ujung ong rahasia itu ada di dalam sumur Naomi Dan seorang, yang dikejar serta lari ke dalam lorong tersebut, karena tak hati-hati terjatuh di dalam sumuritu, hingga tenggelam. Umpamakan saja hal ini terjadi waktu Naomi masih kecil, dan ia mendengar tentang hal itu, dan ia tak bisa melupakannya. Pastilah ia selalu bermimpi buruk tentang peristiwa itu. Mungkin ia selalu ketakutan karena peristiwa tersebut di masa kecilnya."
"Mungkin juga itu benar," kata Roger.
"Semuanya cocok. Tetapi, ya ampun, masa lorong rahasia berujung di dalam sumur!"
"itu masih suatu kemungkinan," kata Barney,"harus kita buktikan lebih dahulu. Kalau di dalam sumur itu ada lubang tembusan lorong tersebut dan kita tahu betapa dalamnya sumur itu, maka haruslah ada sesuatu di dinding sumur yang memungkinkan orang naik-turun. Mungkin pancang-pancang besi, misalnya. Hal itu bisa kita selidiki dengan mudah."
"Wah, sungguh menarik," kata Snubby kegirangan.
"Kita harus hati-hati. Salah injak, maka kita akan tercebur!"
"Jangan berbicara seperti itu!" Diana gemetar ketakutan. Sebuah suara terdengar tak sabar dari dalam rumah,
"Anak-anak! Kalian sedang apa" Sarapan atau tidak?"
"Ya ampun! Kita sampai lupa sarapan!" seru Roger.
"Heran juga, sampai-sampai Snubby juga lupa"
"Kita akan segera keluar lagi, Barney," kata Diana. Mereka kemudian masuk diikuti Sinting dan Miring. Pagi itu mereka pergi berkuda, sebab sehari sebelumnya mereka telah memesan kuda-kuda. Barney ikut, dengan memakai pakaian berkuda milik keponakan Nona Hannah yang kini telah tak tinggal di tempat itu lagi. Barney sangat pandai berkuda, sebab boleh dikata sejak bayi ia sudah dilatih menunggang kuda di dunia sirkus ibunya Teman-temannya kagum melihat gaya Barney.
Sambil berkuda Barney bercerita tentang pengalamannya bermalam di Pondok Ring O' Bells.
"Aku tidur di kamar kecil itu," katanya,
"dan ternyata betul juga, sepanjang malam aku bermimpi tentang berbagai makanan yang lezat! Snubby, boleh kau coba, taruhlah beberapa gelas acar ke kamar tidurmu. Kau pasti akan mimpi makan, makan terus sepanjang malam!" Semua orang tertawa. Snubby sebaliknya memikirkan pendapat Barney itu secara sungguhsungguh. Mungkin ia bisa mencobanya, dengan mengambil beberapa botol acar dari lemari makan Nona Hannah. Pagi itu mereka tak banyak memperhatikan keindahan pemandangan alam yang mereka lalui Semua memikirkan cara mereka untuk menyelidiki sumur itu. Tak henti-hentinya mereka mempercakapkan hal itu. Dan waktu makan siang Diana sampai tak ada napsu untuk makan. Tetapi Roger dan Snubby tak terpengaruh, tetap saja mereka makan banyak-banyak. Sehabis makan siang mereka pergi ke pondok Naomi dengan Barney."Nek Naomi akan pergi lagi ke gereja, untuk meneruskan pekerjaannya," kata Barney.
"Inilah kesempatan terbaik bagi kita untuk menyelidiki sumur tersebut secara seksama." Pondok itu sepi dan kosong ketika mereka tiba di sana. Naomi telah pergi. Anak-anak memastikan dulu hal itu. Kemudian mereka pergi ke sumur, memperhatikannya dari pinggirnya.Dalam sekali. Dan sekali lagi Roger menjatuhkan sebutir batu. Lama sekali baru terdengar batu itu terkena permukaan air.
"Inilah," kata Barney akhirnya.
"Kini mari kita lihat apakah ada jalan ke bawah." Pakis tumbuh begitu lebat di dinding sumur, hingga sangat sulit untuk melihat dinding sumur itu sendiri. Barney menjulurkan badan masuk sumur, meraba-raba dindingnya. Dengan ketakutan Diana memegangi badannya.
"Ada sesuatu!" seru Barney akhirnya.
"Ada semacam gelang besi tertanam di dinding. Tunggu, aku cabuti pakis-pakis inil" Dicabutinya pakis-pakis tersebut, dan yang lain kini juga bisa melihat gelang besi yang dimaksudkannya. Barney mencoba menarik gelang besi tersebut kuat-kuat.
"Kalau ini injakan untuk turun, pastilah yang lain juga ada," kata Barney.
"Biarlah kulihat"
"Oh, Barney, jangan!" kata Diana.
"Kuambilkan tali dari gudang, dan nanti dikatkan ke pinggang Barney," kata Roger yang juga khawatir melihat Barney ingin turun ke dalam. la pun segera masuk ke rumah. Tak lama pinggang Barney sudah dikat. Dalam hati ia menganggap ini perbuatan tolol, sebab ia adalah seorang pemain akrobat ulung. Tetapi ia melihat Diana sungguh ketakutan. Ujung tali diikatkan ditiang timba, dan sebagian dipegang o
leh Roger dan Diana. Barney pun turunlah ke dalam sumur, berpijak pada gelang
besi yang tadi ditemukannya. Kemudian dengan kaki satunya ia meraba-raba ke bawah. Ke antara pokok-pokok pakis. Dan ditemukannya gelang besi lagi!
"Ketemu satu lagi!" ia berseru pada kawan kawannya.
"Pastilah ini jalan ke bawah. Tak heran tak ada yang tahu. Begitu tersembunyi di antara pakis!" Makin ke bawah, makin jarang pakis itu. Barney jadi lebih mudah mencari gelang-gelang besi berikutnya. Tetapi satu dua gelang tersebut jatuh ketika diinjaknya, tercebur ke air jauh di bawah sana. Kawan-kawannya sangat terkejut bila hal itu terjadi, dan mereka memegang erat-erat talinya. Dada Diana berdebar keras. Oh, ini sangat berbahayal Apakah memang Barney harus terus" Tetapi mereka memang harus bisa membuka tabir korong rahasia itu! Rasanya Barney sudah jauh sekali turun.
"Apakah sudah bisa kaulihat airnya?" teriak Roger. Suaranya bergema aneh.
"Ya, hampir!" teriak Barney dari bawah.
"Wah! Tak ada lagi besipijakan!Sialan!Mungkin yang lain sudah runtuh semua!" Dengan badan gemetar ia terus mencari-cari dengan kakinya. la gemetar kedinginan, sebab tempat itu begitu lembab dan dingin, memang. Dan gelap. Rasanya memang tak ada lagi pijakan.
Ia berteriak ke atas. "Roger Tolong ikat sentermu dengan tali, dan turunkan kemaril Aku ingin melihat kalau-kalau lubang lorong rahasia itu sudah ada di sini, sebab tak ada lagi tempat berpijak!" Senter itu diturunkan, berputar-putar pada talinya. Tepat sampai di depan Barney! Barney mengambilnya, menyalakannya. Ah, kini ia bisa melihat jelas. la berseru begitu keras sehingga yang di atas sangat terkejut, dan Miranda menjerit-jerit khawatir.
"Kenapa?" tanya Roger.
"Ada lubang di sini, tepat di dinding sumur" teriak Barney.
"Aku yakin inilah lubang ke Lorong rahasia itu. Takkan ada orang yang menduga lorong tersebut berakhir disini! Aku akan masuk!"
"Jangan! Jangan!" Snubby menjerit.
"Tunggu Kami juga ingin masuk!"
"Lebih baik Diana jangan!" teriak Barney dari bawah.
"Aku memang tak mau!" sahut Diana.
"Biarlah aku di sini saja, menjaga tali ini!" Barney melompat masuk ke dalam lubang tadi memeriksa sekelilingnya dengan senternya. Yang terlihat hanyalah sebuah lorong. Wah, hebat sekali Mereka berhasil menemukan ujung lorong rahasia itu!Apakah lorong ini bisa mencapai Gedung Ring O Bels" Roger mulai turun, meraba-raba dengan kakinya sementara berpegangan erat-erat pada gelang besi di atasnya. Kemudian Snubby menyusul, meninggalkan Sinting dan Miring yang bagaikan gila ingin ikut melompat masuk. Diana jadi dibuat sibuk oleh kedua anjing tersebut.Tak lama ketiga anak itu sudah berdiri di dalam sebuah lubang yang sempit. Hanya sebuah lubang bundar di dinding sumur! Apakah air sumur mencapai tempat itu" Mestinya tidak, sebab permukaan air sumur masih jauh lagi ke dalam.
"Kini kalian bisa melihat bagaimana orang yang mungkin terbenam itu terjatuh ke air. Mungkin ia berlari di lorong, dikejar seseorang. la tak tahu koarong telah habis, dan terjatuh ke air."
"Seram sekali!" kata Roger, kedinginan dan merasa sangat takut
"Marilah kita selidiki lorong ini. Dan kuusulkan lebih baik bila kita tak bersuara, sebab kita tak tahu siapa yang ada di ujung sana lorong ini."
"Ya, jangan bersuara," bisik Barney.
"Ayolah. Aku akan di depan dengan se
nter ini. Kalian ikuti aku saja." Dan mulailah perjalanan mengasyikkan mereka, menyelidiki lorong di bawah tanah, dalam kegelapan yang begitu seram!kita singkirkan sedikit, mungkin bisa kita pakai untuk menerobos maju." Tenyata walaupun cuma sedikit, pekerjaan itu sangat sulit. Mereka tak punya alat apapun. Tetapi betul juga kata Roger. Mereka bisa menerobos masuk, dengan memiringkan badan. Mereka maju lagi. Kemudian Barney berbisik, di dekat telinga Roger,
"Kurasa kita sudah berada di dekat gedung itu. dekat sekali. Lebih baik berhati-hati kini." Lorong mulai menanjak lagi. Dan berkelok ke kanan. Kemudian mereka terhenti lagi. Lagi-lagi atap runtuh. Kali ini begitu hebat sehingga rasanya takkan bisa ditembus. Mereka saling pandang. Kemudian dari balik runtuhan itu terdengar suara - suara tertahan-tahan, cepat, beruntun Sungguh menyakitkan ditelinga, dan itulah suara yang didengar Barney dulu, yang berubah oleh jauhnya jarak ke tempatnya mendengar di ruang kecil. Kini suara itu begitu dekat Dan dengan mudah bisa dikenali. Suara batuk, batuk, dan sekali lagi batuk. Disusul oleh suatu keluhan panjang memilukan Orang yang berada di balik timbunan tanah tadi agaknya sedang sangat kesakitan.
"la pasti sedang sakit keras," bisik Barney.
"Mestinya ia segera diperiksa dokter. Tetapi untuk apa ia berada di tempat ini?"
"Mungkin diculik," bisik Roger.
"Dan tentang dokter itu. mungkin orang yang dulu datang
sewaktu kita bersembunyi didalam petitu seorang dokter. Kau ingat, dia membawa tas" Mungkin ia dimintai tolong oleh pengurus museum itu."
"Tetapi apakah seorang dokter mau saja masuk koarong seperti ini?" tanya Snubby.
"Mungkin ia memang dokter komplotan ini, komplotan yang menculik dan menyembunyikan orang-orang di sini," kata Barney.
"Lihat," bisik Roger tiba-tiba, menegakkan tubuh, setelah beberapa lama ia membungkuk dan mengintai di suatu lubang ditumpukan tanah itu.
"Kita bisa melihat ke sana. Coba lihat." Barney ganti membungkuk, mengintai. la bisa melihat sebagian dari tubuh seseorang, bolak-balik diatas sebuah tempat tidur. la tak bisa melihat rupa orang itu.
"Bagaimana kalau aku bicara padanya, dan bertanya siapa dia?"bisiknya pada yang lain. Roger dan Snubby mengangguk. Mereka yakin bahwa orang itu seorang tawanan, yang sangat mungkin diculik dan ditahan ditempat itu entah karena apa. Barney berbicara lewat lubang tadi.
"Halo Siapa di situ?" Orang di sebelah sana itu langsung berhenti bergerak. Kini tampak ia bangkit, duduk.
"Siapa bicara?" orang tadi bertanya dengan suara sangat serak.
"Siapa?" "Tidak penting," kata Barney.
"Katakan dulu siapa Anda dan mengapa Anda di situ."
"Aku diculik," kata orang itu.
"Aku seorang detektif. Aku sedang memata-matai suatu komplotan penculik. Mereka menangkapku. Mereka ingin mengetahui apa saja yang telah kuketahui Mereka ingin membunuhku. Karenanya aku tak mau buka mulut."
Ia terbatuk-batuk lagi, amat keras, dan roboh lemas. Pastilah ia sakit keras.Anak-anak itu percaya penuh kata-kata orang tersebut.
"Apakah kami harus berusaha membuka terowongan ini dan membantu Anda lari?" tanya Barney, tetapi ia langsung sadar bahwa tak mungkin ia bisa membongkar longsoran itu, dan lebih tak mungkin lagi membawa seorang orang sakit sepanjang lorong dan kemudian memanjat dinding sumur.
"Tidak, tid ak, berdiri saja aku tak bisa," kata orang itu, terbatuk-batuk lagi.
"Dengar, mereka pasti akan membunuhku kalau tahu aku berhubungan dengan orang luar. Jadi hati-hatilah. Dengar apa kataku."
"Kami mendengarkan," kata Barney.
"Tiga orang dari komplotan itu malam ini akan datang untuk terakhir kalinya, ingin mengorek keterangan dariku. Mereka akan datang kemari jam sebelas. Bisakah kalian bersembunyi sampai mereka datang dan kemudian melapor pada polisi Katakan bahwa Inspektur Rawlings yang mengirim kalian."
"Benar, jadi dengan begitu polisi bisa menangkap ketiganya sekaligus dilorong ini," kata Barney.
"Aku mengerti, Pak.?"Apakah wanita yang mengurus museum itu memberi makan Anda?"tanya Roger.
"Ataukah ia juga anggota komplotan itu?"
"Semuanya anggota komplotan." Inspektur Rawlings terbatuk-batuk.
"Aku mendapat petunjuk bahwa mereka menggunakan tempat ini sebagai markas. Tetapi aku tak tahu bahwa di sini ada korong rahasia. Temyata sudah banyak yang jadi korban di sini." la batuk begitu hebat hingga tak bisa berhenti lagi. Barney, Roger, dan Snubby merasa sangat iba.
"Kalau saja kita bisa menghubunginya - tetapi kita tak mungkin bisa menembus tanah runtuh ini!" kata Roger. la pun berseru ke dalam lubang,
"Kami akan berangkat, Pak, dan perintah Anda akan kami lakukan. Selamat tinggal" Mereka hati-hati kembali, merapat ke dinding sewaktu melewati runtuhan pertama, dan akhirnya mencapai lubang di dinding sumur itu. Suara Diana langsung terdengar, memanggil-manggil dengan penuh rasa khawatir,
"Barney Roger! Snubby! Kembalilah! Roger Apa yang terjadi?"
"Kasihan Diana," kata Roger, baru sadar bahwa mereka telah pergi sangat lama sekali. Pastilah Diana sangat ketakutan. la berseru ke atas.
"Halo, Di. Kami selamat. Kami akan segera naik. Ada peristiwa hebat!"
"Syukurlah!" seru Diana, terdengar begitu lega. Barney meraih tali yang tadi untuk turun dan menalikannya di pinggangnya.
"Aku akan naik, Diana" ia berteriak.dinding sumur, dengan bantuan tali tadi. Beg-u muncul di atas, Miranda langsung melompat ke bahunya, Sinting dan Miring menyerbunya ribut sekali.
"Kita bantu Roger dan Snubby naik kemudian akan kami ceritakan penemuan kami kata Barney, berpaling ke arah bagian dalam sumur. Snubby sedang naik Kemudian disusul oleh Roger. Ketiga anak itu begitu kedinginan. Mereka merasa lega kembali setelah merasakan kehangatan.
Kemudian mereka bercerita pada Diana .apa bisa mempercayai cerita itu. Ring O Bels sarang mereka" Kukira untuk itulah pengurus gedung itu. Dengan begitu anggota komplotan dengan mudah keluar-masuk gedung tersebut serta bersembunyi bila perlu Sipengurus bisa menjaga agar mereka tak pemah ketahuan"
"Ya, tak seorang pun menduga . Pastilah tak ada yang akan memeriksa lorong tersebut, sebab si pengurus bisa saja mengatakan berbagai alasan, mengapa tak boleh ada seorang tamu pun masuk."
"Ada satu hal yang tak bisa kumengerti," kata Barney.
"Ketika kita memeriksa lorong itu dari arah gedung, maka kita bertemu dengan sebuah dinding tembok. Waktu itu kita tak mendengar suara apa pun, walaupun suara itu kudengar malam sebelumnya. Lalu, dimana inspektur polisi itu saat itu?" Mereka berpikir keras.
"Satu-satunya dugaanku adalah bahwa ada beberapa bata di tembok itu yang bisa disingkirkan," kata Roger akhirnya.
"Kan s ewaktu kita di sana kita tak memeriksa tembok tersebut dengan teliti. Mungkin ada beberapa batu bata yang bisa dikeluarkan, cukup sebesar tubuh orang. Aku yakin begitulah. Cerdik dan direncanakan dengan matang."
"Kasihan sekali inspektur itu," kata Snubby.
"Ia tak mau membuka mulut, karenanya ia harus memilih, ditembak mati atau ditinggalkan saja di situ sehingga mati kelaparan, kesakitan, atau merana. Pokoknya setiap saat ia bisa tewas."
"Memang. Tempat itu sangat tidak sehat, pengap, lembab, dingin, dan udaranya tidak segar," kata Barney, duduk di dinding sumur, berpikir-pikir.
"Banyak hal yang sekarang menjadi jelas bagiku," katanya kemudian.
"Ketika aku ikut menumpang pada mobil barang yang menurunkan aku di Lilinghame dan kemudian kulihat di luar Ring O Bells, Miranda melihat sesuatu di tempat barang, sesuatu yang membuatnya sangat ketakutan. Yang kulihat saat itu hanyalah suatu benda putih yang bergerak-gerak di lantai mobil. Mungkin itu tangan inspektur tersebut, yang mungkin disembunyikan di antara karung-karung yang ada ditempat itu. Mungkin dibius atau entah diapakan."
"Ya, agaknya tawanan itu memang dibawa kemari malam itu," kata Snubby.
"Kasihan sekali. Sungguh tersiksa ia berada di tempat itu."
"Kita harus membuat rencana kini," kata Barney,
"dan rencana tersebut tak boleh gagal"
Bab 24

Komplotan Penculik Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

MALAM ITU MEREKA merundingkan rencana mereka dengan sangat teliti. Segala sesuatunya mereka bicarakan, rundingkan, dan dicarikan berbagai kemungkinan yang terbaik.
"Tak ada gunanya melibatkan Nona Pepper," kata Roger.
"la akan ketakutan. la akan langsung melapor pada polisi dan polisi akan berbuat sesuatu yang sangat tak diinginkan oleh Inspektur Rawlings-mereka pasti langsung akan mencoba menolongnya dan ini membuat komplotan itu tahu dan melarikan diri semua."
"Dan karena alasan yang sama, aku berpikir lebih baik bila kita ikuti saja rencana inspektur itu," kata Barney.
"Kita sama sekali tidak memberitahu polisi sebelum para anggota komplotan tersebut masuk kedalam lorong. Bilapolisi bertindak terlalu cepat, mungkin komplotan bisa tahu!"
"Tetapi orang yang sakit itu mestinya diobati dengan segera," kata Diana.
"Jangan-jangan penyakitnya bertambah parah."
"Kukira ia bisa bertahan beberapa jam lagi. la pasti akan sangat marah bila kita tak melakukan apa yang diperintahkannya," kata Roger.
"Tidak. Kita harus melakukan tepat seperti apa yang dikatakannya. Kita harus menunggu sampai komplotan itu berkumpul disini, baru kita pergi ke polisi."
"Lalu, dimana kita akan menunggu komplotan itu datang?" tanya Snubby.
"Di Gedung Ring O Belis?"
"Ya," kata Barney.
"Jika kita menunggu di luar, banyak kemungkinan kita akan dipergoki. Di dalam gedung itu banyak tempat untuk bersembunyi. Di dalam peti-peti itu, misalnya."
"Aku tak suka bersembunyi di sana," kata Snubby.
"Sesak sekali, terasa."
"Kalau begitu kita cari tempat yang lain," kata Barney. Tapi dengar, kita tak usah membawa Sinting. Kalau sekali saja dia menggeram, habis sudah kita."
Mendengar namanya disebut, Sinting langsung mendekat dengan ekor bergoyang-goyang keras. Snubby membelai kepalanya yang berbulu lembut itu.
"Baiklah," ia berkata dengan hati
berat "Kita tak membawanya, tetapi ia pasti akan melolong lolong di rumah."
"Terpaksa," kata Barney.
"Kita tak boleh mengorbankan kepentingan kita hanya karena Sinting."
"Bagaimana dengan Miranda?"tanya Diana.
"Ia juga bisa mencereceh secara tiba-tiba. Atau lepas, dan mengacaukan suasana seperti malam itu."
"Kali ini aku akan memasang talinya," kata
Barney, "sehingga ia akan selalu ada di bahuku. Akankuusahakan agar ia tak bersuara sedikitpun."
"Baiklah. Kita bersembunyi. Kita menunggu. Dan kita berjaga-jaga sampai semua anggota komplotan itu masuk ke dalam lorong rahasia," kata Roger.
"Lalu kita berlari ke kantor polisi. Bagaimana kalau mereka tak mempercayai kita?"
"Mereka pasti percaya, kalau kita sebutkan nama inspektur itu," kata Barney.
"Inspektur Rawlings. Mereka pasti mengenalnya, dan mereka pasti tahu bahwa dia telah lenyap. Betapapun, aku akan memaksa mereka percaya pada kita."
"Lonceng-lonceng di sana itu dengan tepat meramalkan kedatangan musuh waktu itu," kata Snubby tiba-tiba.
"Bagaimana dengan malam ini" Rasanya aku takkan berani bersembunyi di dalam gedung itu dengan kemungkinan lonceng-lonceng tadi akan berbunyi lagi."
"Kalau begitu kau tak usah ikut," kata Barney. Tinggalah bersama Diana di rumah. Kukira ia juga tak usah ikut" Diana bernapas lega. Tadinya ia merasa ia harus ikut, namun sesungguhnya ia tak berani dan tak berani mengatakannya pada yang lain. Kalau Barney yang mengatakannya, ya, untunglah. Ada alasan baginya untuk tinggal di rumah, bersama Sinting- dan mungkin Snubby. Tidak .Snubby akhirnya bersikeras untuk ikut, tak peduli ia takut pada lonceng itu atau tidak.
"Kalian tidak bisa melarangku ikut," katanya.
"Aku memang tak begitu ingin ikut, tetapi aku pasti ikut!"
"Bagus," kata Barney.
"Di mana letak kantor polisi.Kita harus tahu dengan tepat, mencari jalan terpendek dari Ring O'Bells. Sayang sekali kita tak bisa menelepon mereka, sebab dengan telepon mereka pasti tak akan percaya.Lagipula tak kulihat ada telepon di gedung itu."
"Jam berapa kita akan berangkat?"tanya Roger.
"Inspektur itu berkata komplotan tersebut akan datang jam sebelas. Kita harus berada disana jam sepuluh, dan menunggu kedatangan mereka. Dengan begitu kita punya waktu banyak untuk mencari tempat persembunyian."
"Ya, jam sepuluh!" kata Barney.
"Wah, pengalaman kita kali ini sangat seram, bukan" Tak pernah kupikirkan bahwa sesuatu seperti ini akan terjadi waktu aku berpikir untuk bergabung dengan kalian."
"Ya, tetapi pengalaman seram agaknya obat terbaik untuk flu," kata Diana.
"Aku merasa sangat sehat kini. Tapi aku yakin Snubby masih merasa kakinya lemas."
"Siapa bilang!" tukas Snubby.
"Aku hanya merasa sedikit lapar."
"Tetapi itu toh biasa, kau selalu merasa sedikit lapar," kata Diana, tetapi ia segera disela oleh Roger yang melihat arlojinya.
"Wouw, sudah jam setengah enam!" seru Roger.
"Percaya tidak" Kita tak kebagian minum teh di rumah Nona Hannah. Pasti meja sudah dibersihkan saat kita tiba di sana. Bagaimana nih?""Tak heran Snubby merasa lapar, ternyata aku juga," kata Barney.
"Mari kita pergi ke desa, mungkin masih bisa membeli makanan," kata Diana.
"Paling tidak kita bisa makan es krim. Mudah-mudahan saja Nona Hannah tidak marah." Mereka pergi ke desa dan ternyata toko di desa itu masih buka hingga mereka bisa membeli roti, es krim, coklat, dan limun. Anjing-anjing mereka juga ikut makan eskrim, sebagai hadiah kesabaran mereka sore itu. Miranda hanya dapat separuh porsi eskrim, sebab kata Barney seringkali eskrim membuat monyet itu sakit perut. Sehabis makan, mereka pulang. Barney ikut, karena ia akan tidur di gardu di kebun Nona Hannah, agar mudah untuk berangkat bersamasama yang lain nanti.
"Malam ini agaknya cerah," kata Diana.
"Mungkin kita bisa makan malam diluar, dikebun. Pasti dingin udaranya." Memang. Dan mereka juga diperkenankan untuk membawa makan malam ke luar, duduk di rumput. Sinting dan Miring serta Miranda terus memperhatikan suap demi suap. Miranda begitu cekatan mengambil makanan sehingga Barney harus memarahinya. Miranda jadi ketakutan, dengan sedih ia menyembunyikan mukanya di leher Barney seolah-olah menangis. Diana ingin menghiburnya, tetapi dilarang oleh Barney.
"Jangan, Diana, ia jadi manja nanti," kata Barney
"Sekali-sekali ia juga harus ditegur. Tahu
tidak, sewaktu berada di rumah Naomi ia telah mengambil satu botol buah ceri dan bisa membuka tutupnyal Naomi begitu memanjanya, membiarkan Miranda menghabiskan buah ceri itu."
"Tetapi ia memang begitu manis, begitu lucu," kata Diana. Sinting jadi iri, langsung mendekat dengan pandang memohon minta dibelai kepalanya.
"Pergi kau." Diana mengetuk kepala Sinting.
"Kalau kau sih yang kausukai hanya makanan saja!" Sinting memperhatikan Diana sejenak, kemudian lari masuk rumah. Beberapa saat kemudian ia telah keluar dengan membawa handuk hijau Nona Hannah yang paling bagus, menyeretnya bersusah payah, dan meletakkannya di kaki Diana seolaholah berkata,
"Kau tak begitu baik padaku, tetapi lihat, apa yang kulakukan untukmu."
"Anjing nakal" seru Diana.
"Kini terpaksa aku mengembalikannya. Tidak, Miring, kau tak boleh ikut-ikut. Kalau kau bawa keluar alas kaki lagi, aku PUKUL kau." Mereka hampir lupa akan apa yang akan terjadi malam harinya, begitu gembira dengan makan di luar dan bercanda dengan anjing-anjing itu dan Miranda. Nona Hannah dan Nona Pepper memperhatikan mereka dari jendela. Mereka pun sedang makan, dengan tenang.
"Betapa senangnya menjadi anak-anak lagi," kata Nona Hannah. Sama sekalitak punya rasa khawatir dan beban pikiran. Begitu mudah makan, tidur dan bangun, serta bermain main lagi!" la pasti tercengang kalau tahu bahwa anak-anak itu sesungguhnya punya beban pikiran yang sangat berat malam itu. Dan mereka takkan bisa tidur begitu saja sampai pagi. Snubby malahan merasa bahwa semakin malam, semakin besar rasa takutnya.
"Snubby, kau tampaknya lelah," kata Nona Pepper melihat Snubby mengerutkan kening berpikirkeras."Lebih baik kau langsung tidursaja."
"Baiklah," kata Snubby, yang berpikir bahwa memang lebih baik tidur dua jam sebelum ia harus menghadapi kegelapan dan kesunyian Gedung Ring O'Bells. la tampaknya begitu patuh sehingga Nona Pepper sedikit khawatir. Apakah Snubby sakit lagi" Malam itu tak ada yang terlambat pergi tidur. Barney berpamitan dan pura-pura pergi menuju rumah Naomi. Tetapi begitu tertutup oleh pagar tumbuh-tumbuhan ia menyuruk masuk lagi ke dalam kebun, dan pergi ke gardu. Di situ ia berbaring diatas tebaran karung bersama Miranda, menunggu berdentangnya lonceng gereja. Sn
ubby langsung tertidur. Tidak demikian dengan Diana dan Roger. Keduanya tak bisa tidur. Diana separuh berharap ia ikut pergi, tetapi segera menarik kembali keinginannya itu ketika ingat akan komplotan yang harus mereka hadapi.
"Hampir pukul sepuluh," pikir Roger akhirnya.
"Akan kubangunkan Snubby Mudah-mudahan saja Sinting tidak ribut tanpa adanya kami" Snubby langsung bangun. la berbisik selamat tinggal pada Sinting yang sangat terkejut. Tetapi sebelum anjing itu sadar ia telah diberikan pada Diana yang membelai-belainya, hingga lupa rewel. saat Snubby dan Roger lari ke bawah. Mereka sampai di kebun tepat pada saat lonceng gereja berbunyi sepuluh kali. Dan tepat pada saat Barney keluar dari gardu.
"Bagus sekali," kata Barney berbisik
"Siap dengan senter.Ayolah. Jangan menyalakan senter itu dulu, kita bisa melihat dengan mudah dalam terang bulan ini." Mereka berjalan ke gedung tua itu, dan menunggu di luar saat Barney memanjat sulur suluran di dinding untuk masuk lewat jendela di kamar atas. Kemudian Barney berlari turun, dan membuka pintu depan dari dalam. Mereka menyelinap masuk dan menutup kembali pintu tersebut.
"Mari kita ke kamar disana itu," kata Barney. Di sana ada sebuah lemari besar. Kita bisa menunggu di kamar tersebut, mengintai lewat pintu kamar. Begitu mereka datang, kita bisa lari masuk ke dalam lemari itu, bersembunyi di sana sampai mereka semua masuk lorong rahasia. Kemudian kita lari ke kantor polisi." Mereka menuju kamar yang ditunjuk Barney, mendorong pintunya hingga terbuka dan alangkah terkejutnya mereka! Di dalam kamar yang-
besar itu, ditengah ruangan, duduktiga orang pria dan seorang wanita, mengelilingi meja yang diterangi sebatang lilin menyala.
Komplotan itu agaknya telah datang lebih awal Lari, Barney, lari! Cepat! Snubby! Roger! Larilah menyelamatkan diri
Bab 25 LANGSUNG KE MULUT MACAN SEBELum sadar apa yang mereka hadapi, Barney dan Roger sudah berada di dalam kamar itu. Snubby yang berada di belakang mereka sempat tertegun melihat adanya cahaya didalam kamar itu dan berhenti. la mencoba menahan Roger dan Barney, tetapi keduanya telah berada di dalam kamar dan telah terlihat.
Orang-orang itu langsung melompat berdiri sesaat heran melihat mereka. Roger terpaku. Tetapi Barney langsung sadar bahaya yang mereka hadapi. la cepat berpaling dan lari.
"Berhenti!" seorang di antara orang-orang itu berteriak
"Berhentil Siapa kau" BERHENTI!"
Anak-anak itu tak mendengar teriakan tersebut Mereka telah lari secepat kilat! Sialan Seluruh rencana mereka gagal Bahkan kemungkinan mereka juga akan jadi tawanan
"Berpisah! Sembunyi Cepat" seru Barney la melesat ke arah dapur. Snubby masuk ke kamar terdekat. Roger lari ke kamar kecil tempat ujung lorong rahasia. Disana ada peti yang bisa dijadikan tempat persembunyian!
Dalam kegelapan Roger masuk kamar tadi, meraba-raba sehingga ia menemukan petitadi. Ah, untung! Diangkatnya tutup peti dan ia masuk, kembali menurunkan tutupnya. Tapi karena gugup, tutup peti tersebut tertutup dengan suara keras. Roger gemetar tak keruan. Orang-orang tadi pasti mendengar suara itu! Snubby mula-mula tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Kemudian ia sadar bahwa ia berada di kamar yang punya perapian besar, yang cukup jelas terlihat olehnya dalam sinar rembulan yang masuk la cepat berlari keperapian itu, sementara di luar kamar didengar
nya orang-orang tadi mengejar. Snubby masuk ke dalam perapian, meraba-raba dinding yang ada telundakannya. Ketemu! Untung ini memang perapian yang itu. Cepat ia merayap naik, menyelipkan dirinya dalam celah yang sempit, gelap, dan kotor itu. Hampir terlambat! Ketiga orang lelaki tadi masuk Senter-senter kuat mengalahkan cahaya rembulan.
"Ia lari masuk kemari," seseorang berkata.
"Aku lihat dia."
"Kalau begitu ia pasti masih ada di sini," kawannya menyahut
"Hanya ada satu pintu di sini. tempat ia masuk tadi. Kita pasti bisa menemukannya." Snubby begitu gemetar sehingga ia merasa setiap saat ia akan jatuh terguling. Tetapi ternyata kakinya cukup kuat, walaupun badannya lemas sehingga perlahan ia meluncur sehingga kini ia jadi duduk.
"Dengar la pasti di sinil" seseorang membuka lemari, yang tentu saja kosong.
"Suara itu kedengarannya datang darisini," kata seorang lagi, menjenguk ke dalam perapian dan menyenter ke atas. Snubby dalam hati mengeluh. Pasti ia ketahuan. Pasti orang-orang itu menyeret kakinya.
Tetapi ternyata lubang persembunyian itu sungguh bagus buatannya. la tak terlihat dari bawah! Hanya kalau orang-orang itu tahu adanya lubang persembunyian tersebut, mereka bisa tahu harus mencari ke mana. Untuk itu mereka harus menaiki telundakan tadi, dan mereka tak ada yang tahu!
Tentu saja si pengurus tahu, tetapi dia sedang mengejar Roger. Sia-sia ketiga orang itu memeriksa kamar tersebut. Semua peti, lemari, dan tirai mereka buka. Yang mereka cari tiada.
"Pasti ia sudah lari lagi," salah seorang berkata.
"Lizzie!" teriak temannya.
"Dimana kau" Sudah kau temukan anak-anak itu?"
"Aku menemukan satu!" teriak wanita pengurus museum itu dari jauh.
"la bersembunyi di dalam peti!" Pengurus itu tadi mendengar suara tutup peti tertutup. la langsung masuk ke dalam kamar kecil itu dan melihat bahwa satu-satunya tempat bersembunyi adalah salah satu diantara kedua peti yang ada di situ. la membuka peti yang kecil. Kosong. Roger bersembunyi di peti satunya.
Kasihan Roger. la meringkuk, gemetar, tak berani bernapas. la mendengar suara tutup peti yang kecil dibuka. Ditutup. Dan tutup petinya dibuka. Sekilas sinarsenter menyilaukan matanya. Tutup peti langsung ditutup kembali, dan terdengar suara kunci diputar.
Roger mengepalkan tinju. Kini ia sama sekali tak bisa berbuat apa-apa - terkunci di dalam peti.Betapa tololnya dia tadi, membuat tutup peti itu bersuara.
Orang-orang lelaki itu masuk kekamar tersebut. Sipengurus mengetuk peti disampingnya dengan senter dan berkata,
"Satu tertangkap. Dan tertawan. Bagaimana yang satunya?"
Roger sedikit lega. Jadi mereka mengira bahwa hanya ada dua orang anak-agaknya Snubby tak terlihat oleh merekal Ke mana Snubby pergi" Kalau saja ia bisa meloloskan diri keluar dan lapor pada polisi, maka segalanya akan beres. Tetapi apakah Snubby cukup berani untuk melakukan hal itu" Orang-orang itu mulai mencari-cari Barney.
"Siapa anak-anak ini?" seorang bertanya.
"Apa yang mereka lakukan malam-malam di sini?"
"Mungkin anak nakal yang kebetulan bisa masuk dan mengira bisa mencuri sesuatu dari sini," kata si pengurus. 'Sungguh sial mereka. Kita akan terpaksa membawa mereka pergi dan membuang mereka di suatu tempat di mana tak mungkin merekamembuka rahasia kita untuk waktu yang sangat lama."
"Kita harus mencari satu lagi," kata pengurus itu.
"Dengar. Apa itu?" Ternyata Mirandal la bersembunyi dengan Barney tidak jauh dari kaki menara. Barney bersembunyi di balik selembar tirai tebal, tunduk meringkuk dengan dada berdebar keras. Miranda merasa bahwa Barney ketakutan. Dan ia pun merasa ketakutan! Miranda tak suka diikat bila merasa ketakutan. la melompat memanjat tirai, dan terpaksa turun kembali. Barney bahkan tak berani berbisik pada monyetnya. Miranda mencereceh perlahan. Barney merasa lebih baik bila ia melepaskan ikatan Miranda. Mungkin monyet itu akan merasa tenang. Dibukanya kalung Miranda. Miranda langsung melesat lari. Melompat ke atas sebuah lemari, menggigit-gigit, mengasah giginya seperti biasa dilakukannya bila ia sedang takut atau marah. Suara itulah yang didengar oleh si pengurus. Seseorang menyorotkan senternya ke arah Miranda dan berseru heran,
"Monyet Pemiliknya pastilah berada di kamar ini Cepatl Cari!" Barney merasa terdesak Pasti mereka akan menyingkapkan tirainya. Ia tahu benar bagaimana sifat orang-orangini. Mereka pasti kasar dan kejam, tak mau mengampuni siapapun, bahkan seorang anak-anak sekali pun. Barney memutuskan untuk merayap dibalik tirai ke arah kaki tangga yang menuju ke puncakmenara. Kalau ia bisa lari ke atas, mungkin ia bisa menemukan suatu tempat untuk bersembunyi, suatu lekukan yang tak terliat oleh orang-orang itu. Sungguh harapan tipis, tetapi patut dicoba. Orang-orang itu berada di seberang ruangan, memeriksa lemari-lemari. Miranda terus mencereceh marah pada mereka, dan selalu menghindari siapa saja yang ingin menangkapnya. Barney sampai ke ujung tirai. la langsung lari ke atas! la sempat lolos dengan aman dari pintu menara, dan terus lari ke atas, berputar-putar, berputar-putar, mengikuti lingkaran tangga. Tetapi ternyata Miranda mengetahui gerakannya tadi, dan kini ia melompat melesat mengejarnya!
Barney mengeluh. Dimanapun ia bersembunyi, pasti Miranda akan membuatnya ditemukan orang oleh suaranya.
Tetapi Miranda juga memberinya suatu ilham! Bagaimana kalau ia bersembunyi di ruang kecil di atas lonceng-lonceng itu" Ia bisa memanjat cepat ke atas sana, dan akan aman baginya. Bila ada yang mengejarnya, ia bisa mengancam untuk menjatuhkan orang itu. Tak akan ada yang bisa menangkapnyal
la mulai memanjat dinding, dengan menggunakan lekuk-lekuk yang ada pada dinding tegak lurus itu. Mudah sekali, sebab ia pernah menggunakannya dulu. Miranda terus mencereceh marah di bahunya. Monyet itu sama sekali tak mengerti apa yang sedang terjadi .Jauh dibawah, orang-orang tadi mulai berlarian ditangga, naik. Pengurus itu berseru di belakang mereka,
"Tangkap dial Hanya ada panggung kecil di atas situ. la takkan bisa lari lagi!" Tetapi ketika orang pertama muncul di panggung untuk menarik tali lonceng itu serta menyinarkan senter, ia tak melihat ada siapapun di situ. la mendengar sesuatu di atasnya. Senternya menyorot keatas, dan dengan heran ia melihat kaki Barney lenyap di langit-langit, ditempat lonceng lonceng bergantungan.
"Hei, lihat" orang itu berteriak
"Anak itu telah memanjat dinding, tegak lurus, tanpa alat, dan lenyap di langit-langit Bisakah ia lari dari sana?"
"Tidak, kecuali kalau ia menerobos celah diatap, dan jatuh ke tanah serta tewas," kata si pengurus, terengah-engah karena harus ikut berlari ditangga tadi.
"Tak usah khawatir lagi tentang dia. Kita tinggal mengunci pintu ditangga itu, dan ia takkan bisa lagi
pergi ke mana-mana, tertawan seperti temannya yang satu itu. Bagus, bukan?" Seorang rekannya memandang curiga pada lubang di langit-langit tempat Barney lenyap tadi.
"Pasti ada tempat berpijak di dinding," katanya.
"Aku ingin mengejarnya keatas, dan menghantam kepala setan kecil itu agar kita bisa yakin ia takkan merusak rencana kita lagi." Barney mendengar itu semua. Ia menjauhi lubang tadi karena takut kalau-kalau salah seorang diantara para pengejarnya itu menembak. la yakin hal itu bukannya tak mungkin - orang-orang itu kejam dan ia memang telah sedikit merusak rencana mereka. Entah apa yang mereka lakukan padanya bila ia tertangkap. Dengan berani ia berseru ke bawah,
"Dengar! Aku bisa mendengar kalian! Dan dengarlah, kalau ada yang berani menyusulku kemari, akan kupukul dia hingga terjatuh kepanggung batu itu! Aku pasti sanggup memukul lebih dahulu!" Hening sejenak
"la benar," salah seorang berbisik.
"Dengan mudah ia bisa memukul jatuh siapa pun yang naik. Biar kita ikuti kata-kata Lizzie saja. Kunci pintu menara dan biarlah ia terkurung selamanya di sini."
"Jadi sudah tertangkap semuanya, dua anak dan satu monyet," kata rekannya.
"Kini mari kita lakukan rencana kita. Mari kita kunjungi sobat kita itu Kata Lizzie saat ini ia sakit keras. Mungkin ia mau mengikuti nasihat kita." Barney mendengar mereka menuruni tangga. Dan kemudian dari kejauhan ia mendengar pintu menara yang berat itu dibanting tertutup dan dikunci. la bangkit duduk, menggertakkan gigi. Rencana mereka gagal Mereka kini malah jadi tawanan, dan bukannya membebaskan orang lain!
"Bagaimana kalau kita turun, Miranda?" ia bertanya pada monyetnya.
"Kukira lebih baik turun daripada diam saja di sini. Siapa tahu sebetulnya mereka tidak mengunci pintu itu!" la menjulurkan kepala melihat ke bawah. Lonceng-lonceng di bawahnya cemerlang oleh sinar senternya. Diam dan tak bersuara. Barney menyorotkan senter ke samping lonceng-lonceng tersebut, mencoba melihat ke bawah. Miranda tiba-tiba mencereceh ketakutan, mencengkeram lengan Barney. Dengan segala kekuatan monyetnya ia mencoba menarik Barney kembali Barney begitu heran. Kenapa"
Bab 26 LONCENG MENDENTANGKAN TANDA BAHAYA
"MENGAPA kau begitu ketakutan, Miranda"' tanya Barney, heran.
"Aku takkan jatuh!"
Tetapi tetap saja monyet kecil itu ribut dan menarik-narik lengannya. Barney memperhatikan Miranda.
"Apa maksudmu" Mengapa kau begitu ribut hanya karena aku menyorotkan senterku ke luar lubang?"
la mengulurkan senternya ke luar lagi, dan tak sengaja senter itu menyentuh salah satu lonceng yang mengeluarkan bunyi mendencing lemah sekali - ding!
Miranda semakin gila. Melompat ke sana, melompat kemari, melompat ke bahu Barney, menjerit-jerit, menarik-narik bajunya. Kenapa"
"Apakah kau takut pada lonceng-lonceng itu, Miranda?" tanya Barney akhirnya.
"Kau takut seperti dulu ketika lonceng itu berbunyi sendiri" Tak apa-apa. Lonceng itu tak berbahaya. Coba lihat, akan kupegang, dan aku takkan apa-apa."
Barney mengulurkan tangan, mengetuk salah satu lonceng itu.
"DING!" suara lonceng tersebut lebih keras dari tadi. Miranda lari ke sudut,
menutupi mukanya, gemetar, menangis seperti manusia saja. Barney kebingungan. Belum pernah Miranda berlaku seperti itu. Disorotinya monyet yang sedang sangat ketakut
an itu. Mengapa" Mengapa" Mengapa" Dan tiba-tiba ia tahu!Tentu saja! Mengapa ia tak pernah memikirkannya"
"Miranda, kemarilah," katanya lembut
"Aku tahu mengapa kau begitu ketakutan. Kau takut akan lonceng-lonceng itu, bukan" Kau-lah yang membunyikannya waktu itu, bukan" Waktu kami semua mengira bahwa lonceng-lonceng itu berbunyi sendiri" Kau waktu itu sembunyi di sini Kau tak tahu lonceng itu benda apa, bukan" Dan tak sengaja kau melompat pada lonceng-lonceng tersebut, sehingga lonceng itu berayun, dan lonceng itu berbunyi.Mereka berbunyi, berbunyi terus, dan kau tak bisa menghentikannya!" Miranda terus mencereceh ketakutan, merintihrintih. Barney sangat iba hatinya. Ia terus saja berbicara lembut, mencoba menghibur monyet kecil itu.
"Ya. waktu itu kau pasti sangat ketakutan, berloncatan dari satu lonceng ke lonceng lainnya, dan kau malah membuat lonceng-lonceng itu berdentangan tak keruan. Kini kau jadi tak tega melihat aku menyentuh lonceng itu... kasihan sekali kau. Kemarilah, Miranda." Miranda datang, terus seolah-olah menangis. la mendekap lengan Barney, terhibur oleh suara lembutnya, walaupun ia tak mengerti arti perkataan majikannya itu.
"Tak usah takut, Miranda," kata Barney.
"Benda itu namanya lonceng. Ya, ya, ya. jadi malam itu lonceng-lonceng ini tidak berbunyi sendiri. Kau yang membunyikannya, walaupun kau tak tahu bahwa benda itu bisa berbunyi." Barney terus memeluk Miranda, menghiburnya, mengingat-ingat saat lonceng itu menakutkan mereka semua. Kemudian terpikir olehnya keadaan sekarang. Betapa malangnyal Padahal mereka sudah berencana muluk-muluk. Kini mereka tertangkap dan tertawanl Paling tidak Roger sudah jelas tertangkap. Tetapi rasanya tak mungkin Snubby bisa bertahan lama.
Barney memikirkan inspektur yang sakit keras itu. Ia juga memikirkan tiga orang lelaki dan seorang wanita yang disebut
"komplotan oleh inspektur tersebut. Mungkin kini komplotan itu akan berhasil memaksa Pak Inspektur tersebut. Mungkin juga setelah keterangan didapat, inspektur itu ditinggal begitu saja di sana, tak terurus, tak terawat, sementara komplotan itu lolos selamat. Berapa lama tempat ini sudah dijadikan markas" Berapa banyak orang yang sudah ditawan dan menderita di lorong rahasia itu"
Apa yang harus dilakukannya" Bagaimana ia bisa memberi isyarat pada orang lain bahwa ada sesuatu yang tak beres di Gedung Ring O Bels" Bisakah ia ke luar dari jendela kecil itu kemudian merambat turun" Apakah ada sulur-suluran di tempat itu" Kemudian, suatu pikiran muncul. Mengapa tak terpikirkan olehnya sebelumnya" Itulah satu satunya yang bisa dilakukannya! laharus membunyikan lonceng itulTidak seperti cara Miranda, yang hanya membuat sedikit suara dengan jalan berlompatan dari lonceng ke lonceng. Tetapi ia harus membunyikannya keras keras, tanpa berhenti, dengan penuh rasa tergesa-gesa meminta pertolongan la akan bisa membangunkan seluruh penduduk desa. la akan membuat polisi berdatangan ke gedung itu. la akan menyatakan pada semua orang bahwa suatu peristiwa menakutkan sedang terjadi dan mereka harus membantu. Tapi tentunya lonceng-lonceng itu juga akan memberi peringatan pada komplotan yang berada di lorong itu. Mungkin mereka akan bergegas keluar dan lari menyelamatkan diri. Barney berpikir lagi. Tidak. Mungkin komplotan itu telah berada jauh dibawah, dibalik dinding tembok. Mungkin di tempat itu mereka tak bisa mendengar suara lonceng.
"Lonceng itu akan memanggil seluruh penduduk desa, tetap
i orang-orang itu pasti takkan mendengarnya," Barney memutuskan.
"Ini suatu pikiran bagus. Miranda, aku terpaksa membuatmu ketakutan setengah mati. Tapi terpaksa. Hanya dengan inilah kita selamat. Aku akan membunyikan lonceng itu!.
Barney tengkurap rapat di lantai ruang kecil di langit-langit menara lonceng itu. la menjulurkan tangannya ke lubang, meraih tali-temali yang menggantung lonceng-lonceng itu. Dipegangnya erat-erat, dan ditariknya kuat-kuat. Lonceng-lonceng berdentang! Dan betapa gilanya bunyi dentangnyal Hiruk-pikuk, memekakkan telinga, dan seakan pantang berhenti Ding, dong, ding, dong, DING, dong, DONG, DONG, ding, ding DING DONG DING DONG DING DING DONG DONG. Suaranya ditempat yang begitu dekat membuat telinga serasa pecah. Miranda meraung-raung, melompat kejendela sempit diatap dan langsung lenyap, entah ke mana. Barney tak memperhatikannya. Kepalanya terjulur ke lubang, terus mengerahkan tenaga menarik tali-temali lonceng itu. Kuat-kuat. Roger yang terperangkap di dalam peti mendengar suara lonceng itu. la amat ketakutan. Lonceng-lonceng itu berbunyi sendiri! Mereka pasti tahu bahwa musuh telah memasuki gedung. Roger semakin meringkuk, seluruh tubuhnya gemetar ketakutan. Setengah berdiri setengah duduk Snubby mendengar dentangan ribut lonceng-lonceng itu ditempat persembunyiannya. Ketika suara ribut itu tiba-tiba memecahkan kesunyian, hampir saja ia terjatuh dari persembunyiannya. Badannya lemas, terduduk kembali. la begitu gemetar sehingga gigi-giginya gementak terdengar."Lonceng-lonceng itul" ia berpikir dalam hati
"Berbunyi lagi! Bagaimana mereka tahu musuh telah masuk?"
Baik Snubby maupun Roger tak tahu bahwa yang membunyikan lonceng adalah Barney. Mereka bahkan tak tahu bahwa Barney berada di
menara. Snubby begitu ketakutan sehingga tak berani bergerak. Bisa saja orang-orang itu masih bersembunyi di dekat perapian tempatnya bersembunyi, dan begitu ia keluar ia pasti disergap. la memutuskan untuk tidak beranjak dari persembunyiannya. Kini ia bisa merasakan perasaan para pelarian yang memaksakan diri mereka bersembunyi di lubang sesempit ini. Kini dengan adanya dentangan lonceng itu, ia yakin bahwa tak akan ada kekuatan apa pun yang bisa menyuruhnya keluar dari persembunyian itu. Orang-orang yang berada di lorong rahasia tak mendengar dentangan lonceng tersebut. Tempat mereka kini berada jauh di bawah tanah dan terpisah oleh sebuah tembok, sama sekali tak terjangkau oleh suara lonceng yang tinggi di atas menara. Yang mereka dengar hanyalah suatu suara lemah, entah dari mana, dan tak mereka curigai sedikit pun. Tetapi suara lonceng tersebut menyebarluas ke daerah sekitar desa Ring O'Bells. Dari menaranya, suara tersebut menembus jendela-jendela di desa, masuk rumah, masuk kandang anjing, masuk kandang sapi. Suaranya begitu memaksa, begitu
tergesa, begitu memanggil. Ini bukan dentangan lonceng biasa. Ini suatu perintah untuk bangun dan bersiaga. Ini suatu peringatan bahwa bahaya telah tiba. Anjing-anjing ribut menyalak. Sapi-sapi melenguh hebat. Kucing-kucing lari berserabutan. Para pria berlompatan turun dari tempat tidur. Kaum wanita terbangun menjerit-jerit Nona Hannah dan Nona Pepper bergegas bangun. Diana cepat menenangkan Sinting, sementara Miring langsung bersembunyi masuk lemari. Diana begitu ketakutan. Lonceng-lonceng itul Apa yang terjadi di Gedung Ring O'Bels" Apakah Roger dari yang lain selamat"
Dua orang polisi yang sedang terkantuk-kantuk di kantor polisi kecil desa itu me
loncat tercengang. Seorang langsung menyambar topi dan berseru,
"Awas! Mana Joel Suruh dia telepon ke Lilinghame. Mungkin kita perlu bantuan! Ada sesuatu yang terjadi, pastil Dengar saja lonceng-lonceng itu."
Berduyun-duyun orang-orang menuju ke Gedung Ring O'Bels. Banyak yang membawa garpu rumput atau tongkat pemukul. Mereka tak tahu mengapa mereka membawa senjata itu. Mereka hanya tahu bahwa sesuatu terjadi di gedung tua tersebut, dan sebelum mereka yakin apa yang terjadi, maka mereka akan bersiap-siap. Polisi bergabung dengan mereka, dengan naik sepeda.
"Apa yang terjadi?" tanya orang-orang desa itu.
"Siapa membunyikan lonceng-lonceng itu?" Tetapi polisi-polisi itu pun tak tahu. Mereka sampai ke gedung tersebut. Gelap sekali Tak ada setitik cahaya pun terlihat. Tetapi lonceng-lonceng tersebut terus saja berdentang.
"Pasti ada seseorang diatas menara" seseorang berseru.
"Tidak, lonceng-lonceng itu selalu berbunyi sendiri," kata seorang lelaki tua.
"Hei, ini ada mobil" seorang perempuan menyorotkan senternya pada sebuah mobil yang tersembunyi di dalam semak-semak, tak jauh dari pagar Gedung Ring O Bells.
"Ha!" seorang anggota polisi berseru.
"Hei, Joe. Amankan mobil ini! Ambil kuncinya. Dimana Bill" Hei, Bill, ayo ikut akul Kita masuk gedung itu walaupun harus mendobrak pintunya." Kedua orang polisi tersebut menggedor-gedor pintu depan. Barney tak bisa mendengar semua itu, sebab ia berada ditempat yang begitu tinggi dan sekelilingnya begitu ribut. Tetapi Roger yang tertawan di dalam petinya mendengar. Begitu juga Snubby, di tempat persembunyiannya. Snubby merasa ingin muntah. Apa lagi yang akan terjadi kini" la mendengar suara keras berteriak dari balik pintu depan,
"BUKA PINTU.. POLISI" Tetapi tentu saja tak ada yang membuka pintu depan yang berat dan terkunci itu. Polisi-polisi itu menggedor-gedor terus, sehingga pintu bergetar.
"BUKA PINTUI POLISI!" teriak mereka lagi.
"Polisi" baru Snubby sadar akan arti kata itu. Dan ia langsung merasa lega.
"Polisi! Mereka telah mendengar suara lonceng itu dan datang! Akan kubukakan pintu Oh, syukurlah mereka yang datang!"
Bab 27 RAMAI SEKALI SNUBBY lupa akan rasa takutnya. Ia meluncur turun dan lari keluar dari perapian, hampir terjatuh beberapa kali. la keluar dari kamar, berlari menyeberangi ruang depan. Tempat itu cukup gelap, tetapi Snubby sekarang tak kenal takut
la lari ke pintu depan, sekali dua hampir terjungkal terantuk alas kaki. Diputarnya kunci dan pintu besar itu dibukanya. Senter dengan cahaya kuat langsung menerpa Snubby. Dan polisi-polisi itu tertegun. Sama sekali mereka tak menduga akan bertemu anak kecil di sini, anak yang begitu kotor oleh jelaga dan debu tetapi tampak jelas sangat gembira melihat merekal
"Hei, apa-apaan ini?" seorang polisi bertanya.
"Apa yang kaulakukan di sini" Siapa yang membunyikan lonceng itu?"
"Aku tak tahu!" jawab Snubby.
"Wah, senang sekali aku, Anda semua datang. Lonceng berbunyi menandakan ada musuh di sini. Hati-hatilah!"
Orang-orang desa berdesakan ingin masuk Polisi tadi berteriak,
"Joel Hei, Joel Jaga jangan
sampai orang-orang ini masuki Mungkin berbahaya"
Lonceng-lonceng terus berdentang ramai. Barney bertekad untuk terus membunyikannya sampai sesuatu
terjadi. Sekali-sekali ia istirahat, kemudian sekuat tenaga menarik lagi tali lonceng lonceng itu.
Kedua orang polisi tersebut berlari ke kaki menara, mereka ingin tahu siapa yang membunyikan lonceng Snubby mengikuti tak jauh di belakang mereka. la yakin lonceng-lonceng itu berbunyi sendiri, dan sesungguhnya ia tak ingin berada di dekat lonceng yang bertingkah aneh itu.
Polisi membuka pintu yang terkunci di kaki menara, dan hati-hati naik, dengan senter yang terus memancarkan cahaya terang. Mereka sampai ke panggung di atas. Barney melihat cahaya lampu senter mereka, dan segera menarik tangannya dari lubang. Dengan waspada ia melihat ke bawah. la begitu gembira ketika yang muncul ternyata seragam biru yang dikenalnya. polisi !.Lonceng-lonceng itu perlahan berhenti berdentang Polisi yang dari tadi berteriak-teriak itu berkata lagi dengan suara keras,"Hei, siapa diatas situ" Mengapa kaubunyikan lonceng di tengah malam begini" Siapa kau?"
"Tunggu, aku akan turun!" sahut Barney. la meluncur turun dari lubang tali, bergantung pada tali itu hingga menginjak injakan di dinding, dan dengan cepat turun bagaikan merangkak didinding yang tegak. Kedua polisi tersebut ternganga melihat itu.
"Anak lagi!" seru polisi
"Cepat katakan apa maksudnya semua ini, Anak muda!"
"Sesuatu yang sangat penting," kata Barney.
"Tetapi aku ingin bertanya dulu. Anda kenal Inspektur Rawlings?"
Pertanyaan tak terduga ini membuat kedua polisi itu semakin terkejut
"Ada apa" Kenapa dia?"tanya polisi pertama.
"Begini." dan Barney dengan susah payah berusaha menceritakan dengan singkat dan jelas semua pengalamannya. Agak lama juga baru kedua polisi itu mengerti
"Lorong rahasia, Inspektur Rawlings ditahan di balik tembok, sakit, mungkin sangat parah, komplotan ada di sini. Astagal Di mana mereka, Nak" Katakan cepat!"
"Aku sedang mencoba mengatakannya," kata Barney tak sabar.
"Tetapi Anda harus ingat ini semua gawat Komplotan itu kini berada di dalam lorong tersebut, bersama Pak Rawlings Anda bisa menangkap mereka dan menolong dia kalau Anda bertindak cepatl Begitulah rencana Inspektur Rawlings semula.Tetapi ternyata rencana itu gagal, jadi terpaksa aku membunyikan lonceng!"
Kini polisi-polisi itu baru sadar bahwa keadaan memang sangat gawat. Mereka bergegas menuruni menara, hampir saja menubruk Snubby yang sudah berada di tangga dan dapat mendengar
semua perkataan Barney dengan penuh perhatian. Jadi ini semua adalah perbuatan Barney Astaga.
"Halo, Snubby! Di mana Roger" seru Barney gembira.
"Aku tak tahu!" sahut Snubby.
"Siapa lagi Roger itu" Seorang anak lagi?"Polisi begitu heran, malam-malam begini banyak anak berkeliaran.
"la sepupuku," kata Snubby.
"Kami berpencar sewaktu dikejar komplotan itu. Aku tak tahu di mana Roger bersembunyi"
"Mari kita ke lorong rahasia itu," kata Barney, membawa kedua polisi tersebut ke ruang kecil dengan dinding kayu petak-petak itu.
"Di sinilah lorong itu mulai, dan." la terhenti oleh suara hantaman di peti di sebelahnya. Roger telah mendengar suara Barney dan membuat gaduh agar tutup peti dibukakan. la memukuli tutup, menendangi dasar peti, serta berteriak sekuat suaranya,
"Bukakan peti inil Aku di sini"
"Ya ampun! Siapa lagi itu" Di mana" Ini pertunjukan apa sih!"Polisi-polisi itu begitu gu
gup. "Itu Roger," kata Barney lega, membuka kunci peti. Roger meloncat berdiri.
"Wah, ada apa?" tanyanya.
"Kudengar lonceng berbunyi!"
"Nanti saja kuceritakan, Roger," kata Barney.
"Apa kaudengarkomplotan itu masuk lorong ini?"
"Ya," kata Roger.
"Tiga lelaki dan seorang wanita."
"Mereka sudah keluar lagi?"
"Belum," kata Roger. Tadinya kukira mereka akan keluar ketika lonceng-lonceng itu berbunyi Tetapi agaknya mereka telah menutup kembali lubang lorong sehingga mereka tak bisa mendengar suara lonceng itu. Walaupun aku mendengarnya dengan jelas."
"Di mana lorong rahasia itu?" tanya polisi. Barney menunjukkan bagaimana tutup korong tersebut bisa dibuka. Sekali lagi polisi-polisi itu heran.
"Ganjil sekali,"gumam polisi pertama, langsung akan masuk. Tetapi Barney langsung menahannya.
"Tunggu!" kata Barney.
"Aku mendengar mereka kembali Hati-hatilah!" Betul juga, suara langkah kaki terdengar mendekat Tanpa bersuara Barney menutup kembali lubang lorong, dan semua menunggu. Bisakah mereka semua menangkap komplotan itu seluruhnya, ataukah seorang dari komplotan itu akan sempat memberi peringatan pada kawan kawannya" Sesuatu yang tak terduga terjadi Polisi yang kedua, tiba-tiba merasa akan bersin. la yakin bersinnya akan keras sekali. Gugup ia mencari sapu tangan, merasa dirinya akan meledak setiap saat Dan betul juga. la bersin begitu keras sehingga Snubby seakan terlempar ke samping. Polisi pertama menggumam marah. Dan kemudian semua sunyi lagi. Tetapi terdengar sedikit suara ribut dari dalam lorong. Komplotan itu
agaknya mendengar ledakan' tadi, dan mungkin sedang berunding apa yang akan mereka lakukan. Agaknya mereka kemudian memutuskan agar si pengurus menyelidiki lebih dahulu apa yang terjadi Suara langkah lembut terdengar, petak kayu di dinding bergeser, dan wanita itu langsung menyorotkan senternya ke luar. Matanya langsung menangkap seragam biru polisi. Cepat ditutupnya lubang lorong itu dan ia berteriak,
"Polisil Awas!" la langsung lari mundur. Polisi yang satu segera membuka kembali tutup itu dan berseru,
"Kalian kemari semua.Menyerahlah! Kalian sudah tersudut" Sebuah suara tertawa mengejek dan kasar terdengar dari dalam lorong,
"Siapa bilang! Majulah kalau berani. Siapa saja yang masuk lorong ini dengan mudah akan kami tembak!" Polisi itu ragu sejenak. Berpikir beberapa saat dan berteriak lagi,
"Bawa Inspektur Rawlings kemari, segeral"
"Enaknya!" dari dalam terdengar suara tawalagi.
"la bisa kami jadikan sandera yang empuk, bukan" Dia sedang sakit. Dia perlu dokter. Kalau kami berikan inspektur itu padamu, kalian harus membiarkan kami pergi. Kalau tidak. ia takkan bisa hidup sampai pagi ini." Bagaikan memberikan tekanan pada kata katanya, terdengar suara batuk-batuk yang sangat mengibakan, dari kejauhan,
"la memang sakit keras, Pak," bisik Barney.
"Lalu. harus bagaimana?" sahut si polisi, hampir putus asa.
"Tak bisa kita masuk ke sana, sangat berbahaya. Kalau saja kita bisa menyerang mereka dari arah lain!"
"Ada jalan lain, Pak!" bisik Barney lagi
"Lorong rahasia ini sangat panjang, dan berakhir di sumur rumah seorang wanita tua." Polisi itu hampir tak percaya akan apa yang didengarnya. la berpaling, berkata pada rekannya,
"Di mana Joe ..Ah, ini dia. Joe
, kau tunggu disini, jaga jangan sampai ada yang lolos. Kau bawa pemukul, bukan" Kau tahu apa yang harus kaulakukan. Aku akan pergi dengan anak ini." Dengan Joe yang agaknya sangat diandalkan untuk berbagai keperluan itu ditinggal menjaga lubang lorong, kedua polisi yang lain pergi dengan Roger, Barney, dan Snubby. Didepan pintu mereka disambut oleh sekelompok orang desa yang tak sabar menunggu kabar.
"Pulang saja semua!" kata polisi yang agaknya pimpinan polisi didesa itu.
"Kalian akan mendapat keterangan lengkap besok pagi. Jim Teleponlah ke Lilinghame, minta bantuan secepatnya."
"Lebih baik kita menunggu sampai polisi Lilinghame datang, Pak," kata Barney
"Komplotan itu sungguh ganas dan nekat Begitulah kata Inspektur Rawlings. Aku punya rencana, kalau Anda mau mendengarkan."
"Mari kita kembali ke ruang depan itu," kata kepala polisi desa Ring O Bells itu.
"Ayo!" Mereka semua kembali ke ruang depan, duduk, dan kepala
polisi berkata pada Barney,
"Katakanlah rencanamu itu."
"Begini, Pak, kami tahu jalan keluar lorong rahasia itu," kata Barney.
"Jalan keluar tersebut berhubungan langsung dengan tempat Inspektur Rawlings ditahan.Ada dua timbunan tanah longsor di dalam lorong itu. Inspektur Rawlings berada di balik timbunan tanah longsor yang terbesar. Nah, rencanaku begini." Barney berhenti sejenak, berpikir,


Komplotan Penculik Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cepat katakan," kata kepala polisi Semua menundukkan kepala mendekat, ingin segera mendengar siasat Barney.
"Komplotan ini tak akan tahu bahwa kita akan menyerang mereka dari belakang," kata Barney.
"Mereka tak akan punya pikiran sampai di situ. Mereka hanya mengawasi lubang depan, di sini. Jadi kalau kita menyergap mereka dari arah belakang, mereka akan tertangkap semua!"
Bab 28 BERHASIL "PAH!" kata kepala polisi
"Mereka pasti mendengar kedatangan kita!"
"Hal itu sudah kupikirkan," kata Barney.
"Bisakah Bapak dengan bantuan Pak Joe atau yang lain membuat, suatu keributan di sini sehingga komplotan itu akan mengira bahwa kita akan menyerang dari arah sini" Kalau perhatian mereka tertuju pada arah sini, maka mereka tak akan memperhatikan."
"Ya, mereka tak akan memperhatikan bagian belakang mereka!" sambung Roger.
"Kita akan bisa mendekati mereka serta menangkap mereka dengan mudah. Siasat jitu, Barney!"
"Ah, begitu," kata kepala polisi.
"Memang tepat siasat itu. Tetapi bagaimana kita bisa mengatur bahwa akan terjadi keributan di sini pada saat kita akan menyerang dari belakang?"
"Mudah," kata Barney.
"Kita tentukan saja waktunya. Dengan tahu bahwa pada saat tertentu akan terjadi keributan di sini, kita bisa menyerang pada saat itu juga."
"Tepat," kata kepala polisi."Lalu, jam berapa kita tentukan untuk itu?"
"Tunggu." Barney berpikir sejenak.
"Kita memerlukan waktu untuk pergi ke Pondok Ring O' Bells. Turun ke terowongan, membuka timbunan kongsoran agar jalan bisa lebih terbuka. kira-kira kita perlu waktu dua jam, Pak."
"Bagus. Katakanlah kalau begitu kita akan menyerang tepat jam tiga," kata kepala polisi setelah melihat arlojinya.
"Di mana Joe" la harus diberitahu tentang ini, dan mencocokkan jamnya dengan jam kita."
"Akan kupanggil dia," kata Roger, dan ia langs
ung memanggil Joe yang serba guna serta bertubuh sangat kokoh itu. Joe langsung berjanji akan membuat keributan seperti yang diperlukan.
"Berteriak, menggedor-gedor, dan semacamnya, bukan?"tanyanya.
"Baik. Jam tiga, ya. Pada saat itu pastilah aku sudah mendapat bantuan dari orang-orang Lillinghame."
Orang-orang Lilinghame itu ternyata datang sekitar dua menit kemudian. Empat orang.
"Di mana Joe?" kata kepala polisi Ring O Bells.
"Dua dari kalian yang datang dari Lilinghame akan menyertai Joe di sini. la akan menceritakan apa yang terjadi. Dua yang lain pergi bersamaku. Nanti kuterangkan. Kita tak boleh membuang waktu lagi. Ayolah!"
Mereka berangkat, dengan ketiga anak itu. Bamey mengusulkan agar mereka membawa sekop. Dua sekop segera mereka peroleh dari penduduk desa.Saat mereka berada di jalan, tiba-tiba sesosok tubuh kecil menjatuhkan diri dari pohon ke bahu Barney.
"Miranda!"seru Barney dengan kega.
"Aku begitu khawatir tadi! Aku tahu kau ketakutan setengah mati!"
"Siapa lagi Miranda itu?"tanya kepala polisi Ring O'Bells, merasa sudah terlalu cukup mendapatkan dirinya dikelilingi begitu banyak anak Senternya menyorot ke arah Barney dan ia terkoncat ke belakang
"Monyet!Apalagi nanti" Apakah dia ikut kita?"
"Ya," kata Barney dengan riang.
"Aku tak mau kehilangan dia sekali lagi malam ini la tadi begitu ketakutan mendengar dentang lonceng" Mereka menembus hutan menuju pondok Naomi. Di pondok tersebut tak terlihat cahaya sedikit pun. Agaknya Naomi tidur nyenyak.
"Kita ke sumur, Pak" bisik Barney. Dan sesampainya disumur ia langsung masuk kebalik temboknya dan turun dengan cepat di sisi sumur, dengan menggunakan gelang-gelang besi yang terpancang di situ. Kepala polisi tercengang, mermeriksa sumur tersebut dengan sentemya.
"Hei, tunggu. Masa kita harus masuk sini" Sumur ini sangat dalam!" katanya.
"Tetapi cukup aman," kata Roger, dan dia pun menyusul Barney, diikuti oleh Snubby yang terpukau tak bisa berkata-kata, membayangkan betapa herannya teman-temannya disekolah nanti mendengar ini semua.
Polisi-polisi tadi terpaksa ikut, dan kedua sekop diturunkan dengan tali. Akhirnya semua tiba dengan selamat di ujung lorong, dan mulai berjalan di lorong tersebut Bagi ketiga orang polisi itu tentulah perjalanan ini tidak begitu menyenangkan. Tetapi Barney dan kedua kawannya sudah agak mengetahui keadaan, sehingga bisa berjalan dengan cukup lancar.
Pada tanah longsor pertama, sekop-sekop itu sungguh membantu. Segera terbuat lubang yang besar sehingga semua bisa masuk. Begitu mendekati tanah longsor kedua, Barney memberi isyarat agar mereka berhenti sejenak.
"Kita hampir sampai ketempat tujuan,"bisiknya.
"Jam berapa ini" Sudah jam tiga?"
"Kurang lima menit," jawab kepala polisi.
"Kalau begitu kita harus bergegas ke tanah longsor yang kedua. Pak Inspektur itu berbaring di balik tanah longsor tersebut. Kita kemudian menunggu jam tiga. Mungkin kita bisa mendengarkan sesuatu dari Joe dan kawan-kawannya, mungkin tidak Yang jelas para anggota komplotan itu paling tidak akan berseru terkejut, dan mungkin sekali meninggalkan Pak Inspektur itu sendirian. Komplotan itu pastilah segera pergi menembus tembok"
"Bagaimana bisa?" polisi-polisi itu semakin bingung.
"Tak tahu dengan pasti, Pak," kata Barney.
"Mungkin b eberapa bata di tembok itu bisa
dicopot Sekarang kita harus bergerak pasti sudah hampir pukul tiga."
Mereka bergerak tanpa suara, dan segera sampai ditanah longsor kedua. Lubang yang dulu terjadi kini tertutup oleh kongsoran tanah, tetapi mereka masih bisa mendengar suara batuk yang beruntun.
"Kedengarannya ia sakit keras," bisik kepala polisi.
"Kasihan. la harus segera dibawa ke rumah sakit"
Terdengar suara-suara teredam dibalik timbunan. Kemudian sayup-sayup di kejauhan terdengar gema suara-suara ribut Anggota komplotan itu terdengar saling berseru.
"Apa itu?" suara yang paling keras terdengar bertanya.
"Mereka akan menyerbul Cepati Ke lorong itul Siapkan senjatamu, Charlie. Kita buktikan pada mereka bahwa kita bersungguh sungguh!"
Kemudian sunyi, kecuali suara ribut yang masih bergema di kejauhan. Pastilah itu hasil karya Joe yang gagah itu, dibantu rekan-rekannya.
"Cepat, Pak, di mana sekop itu" Kita harus bekerja cepat!" kata Barney. Sekop-sekop segera bekerja cepat, dan tak memakan waktu lama sebuah lubang besar menganga. Di balik mereka terlihat sebuah ruangan kecil, bekas lorong, yang diisi sebuah tempat tidur kasar, sebuah bangku, sebatang lilin, dan seguci air. Di tempat tidur itu berbaring seseorang yang bernapas dengan sangat sulit.
"Inspektur Rawlings!" seru kepala polisi.
"Kami telah tiba!"
Orang sakit itu berpaling. Dengan mata merah cekung, memandangi orang-orang yang memenuhi ruang kecilnya. la tersenyum lemah.
"Bagus," katanya.
"Bagus sekali. Tangkap mereka, Brown. Mereka nekat, jadi hati-hatilah. Jangan ikutkan anak-anak ini"
la batuk lagi keras-keras. Polisi-polisitadi segera masuk ke lubang di tembok yang membatasi ruang tersebut Seperti dugaan Barney, beberapa batu bata tembok itu bisa dicopot, sehingga terbentuk lubang cukup besar. la sudah menunduk untuk masuk, tetapi langsung ditahan kepala polisi.
"Anak-anak tak boleh ikut," kata kepala polisi itu tegas.
"Aku bukan anak-anak!" tukas Barney.
"Kau tak usah ikut Kau hanya akan membuat gerakan kami tak bebas. Ini perintah, Nak!"
Barney tahu kapan suatu perintah tidak boleh dibantah. la mundur, duduk di samping Inspektur Rawlings yang kini menutup matanya dengan napas kembang kempis, sulit sekali.
"Sedang asyik-asyiknya, kita tak boleh ikut!" gerutu Snubby.
"Kalaupun boleh ikut, pasti kau takkan menyukainya,"tegur Roger."Entah apa yang terjadi di sana. Dengar!"
Tiba-tiba terdengar keributan di dalam lorong. Teriakan. Jeritan. Bentakan. Beberapa saat berlangsung, kemudian seorang polisi muncul di lubang di tembok itu, menyeringai lebar.
"Semuanya beres!" kata polisi itu.
"Mereka sedang menunggu serangan dari depan saat kami menyerang. Mereka bahkan tak sempat menoleh Sama sekali mereka tak mendengar suara kami, begitu ribut Joe dan teman-temannya"
"Semua tertangkap?" tanya Barney gembira.
"Benar, dan wanita itu ternyata Lizzie si penghubung," kata polisi itu.
"Bayangkan, Lizzie sudah lama dicari kepolisian diseluruh negeri.Tak tahunya berada di depan hidung kami di sinil Ayolah! Sebentar lagi dokter akan datang untuk memeriksa Pak Inspektur. Dan ia akan segera dibawa ke rumah sakit"
"Aku tak apa-apa," Inspektur Rawlings berkata lemah, membuka matanya.
" Aku kini merasa lega sekali karena komplotan ini telah ditangkap semua. Aku tahu banyak tentang mereka, dan tentang jaringan kejahatan mereka." Ia terbatuk-batuk.
"Jangan bicara lagi, Pak Dokter akan segera datang," kata polisi tadi dan memberi isyarat pada anak-anak untuk segera keluar. Polisi itu sendiri tinggal di situ, menjaga inspektur Rawlings. Anak-anak kini menyusuri lorong dari arah sebaliknya. Belok, naik, dan mereka sampai ke pintu lorong. Seorang polisi menyoroti mereka dari luar, dan berkata,
"Oh, kalian. Anak-anak. Keluarlah!" Mereka keluar. Ruang kecil itu terasa sangat penuh, serasa begitu banyak orang disana. Polisi,.
ketiga lelaki anggota komplotan, si wanita, dan seorang lagi yang tampaknya dokter. Dokter itu langsung masuk ke dalam lorong, membawa tasnya. Semua anggota komplotan telah diborgol. Mereka tampak marah dan cemberut Si wanita tampak ketakutan. la tercengang melihat anak anak itu, langsung mengenali mereka.
"Kalian!"ia mendesis,
"Jadi kalian yang menjadi mata-mata polisi."
"Tutup mulut!" salah seorang rekannya membentak. Wanita itu terdiam, tetapi ia masih saja memandang marah pada ketiga anak tersebut
"Kerja malam yang cukup berhasil," kata seorang polisi dari Lilinghame, yang temyata adalah seorang inspektur yang membawahi kepolisian di daerah itu.
"Suatu tangkapan yang lumayan Dan dengan rahasia yang sudah diketahui Inspektur Rawlings, makin banyak lagi tangkapan kita nanti!"
"Kalian pulang saja, anak-anak," kata kepala polisi desa Ring O Bells.
"Besok akan kami kunjungi kalian. Banyak juga jasa kalian pada peristiwa ini. Kini pulanglah, dan tiduriah. kalau bisa!"
Bab 29 YANG MENYENANGKAN PASTI BERAKHIR
MuDAH saja berkata, "Pulang dan tidurlah!" Pertama, malam sudah hampir berakhir. Kedua, siapa yang bisa tidur dengan begitu banyak pengalaman yang menegangkan" Sama sekali tak mengantuk dan merasa sebagai pahlawan yang pulang membawa kemenangan, anak-anak itu meninggalkan Gedung RingO'Bells. Miranda di bahu Barney, sedikit pendiam karena masih terpukau oleh kejadian malam itu.
"la pasti sangat membenci lonceng seumur hidupnya," kata Barney, membelai monyetnya.
"Pastilah ia memaksa dirinya menerobos jendela sempit di menara itu dan keluar."
"Kasihan Diana, pasti ia begitu khawatir akan keadaan kita," kata Roger.
"Mengherankan, ia, Nona Pepper, dan Nona Hannah tidak ikut muncul dengan orang-orang desa yang datang ke Gedung Ring O Bells itu." Di ruang depan lampu menyala. Diana melihat lihat ke luar terus, amat khawatir. Sinting juga khawatir dan marah. Begitu Snubby muncul, bagaikan peluru meriam Sinting menubruknya, diikuti oleh Miring. Untuk beberapa menit suara
salakan keduanya memekakkan telinga siapa saja di ruangan itu.
"Anak-anak, apa yang terjadi?" seru Nona Pepper.
"Bagaimana kalian bisa pergi begitu saja tanpa memberi tahu kami lebih dahulu" Diana bercerita tentang lorong rahasia, orang sakit. pokoknya tidak keruan dan tak bisa dipercaya!"
"Kini kami bisa menerangkannya dengan lebih jelas, Nona Pepper," kata Roger, menyeringai. la sangat pucat, tetapi tampak ceria. Barney tampak seperti biasanya. Dan Snubby tampaksangat kotor karena lama bersembunyi diperapian. Mirandaxtak tampak, melingkar tidur di dalam kemeja Barney. Ia begitu lelah!
Sedi kit demi sedikit kisah mereka diceritakan. Nona Hannah hampir tak bisa mengatupkan mulutnya, keheranan.
"Begitu hebat peristiwanya. hampir tak bisa dipercaya!"
Barney bercerita tentang lonceng, dan bagaimana ia membunyikannya untuk membangunkan seluruh penduduk dan meminta perhatian polisi. Dan betapa rencananya itu berhasil dengan baik!
"Lonceng-lonceng itu membangunkan kami," kata Nona Pepper.
"Aku betul-betul ketakutan. Aku teringat akan dongeng yang mengatakan bahwa lonceng itu berbunyi sendiri bila musuh datang. Tak pernah terpikir olehku bahwa ada orang di menara itu. Lebih-lebih kau."
"Wah, aku tadi membunyikan lonceng-lonceng itu sekuat tenaga," kata Barney.
"Sampai tuli telingaku, sebab talinya pendek sekali, hingga lonceng-lonceng itu begitu dekat Aku yakin bahwa yang kita dengar dulu adalah hasil pekerjaan Miranda. Pasti tak sengaja. Ia melompat kelonceng itu dan karena takutnya melompat ke yang lain, begitu seterusnya, makin lama makin banyak lonceng yang berbunyi."
"Kasihan Miranda," kata Snubby, memasukkan tangannya ke dalam kemeja Barney untuk meraba monyet itu. Miranda tak bergerak sama sekali
Nona Hannah mengeluarkan kue-kue dan susu. Mereka makan sambil terus bercakap-cakap.
"Lucukan, betapa laparnya kita setelah mengalami sesuatu yang luar biasa," kata Snubby,
"Rasanya seolah-olah sudah bertahun-tahun aku tidak makan."
"Omong kosong!" sela Diana.
"Kau selalu berkata begitu. Wah, Snubbby, kau tak tahu betapa gelisahnya aku sendirian di sini. Terus-menerus mengkhawatirkan kalian. Aku betul-betul taktahan. Apa lagi si Sinting ribut terus. Aku terpaksa menghimpit hidungnya dengan bantal agar ia tidak meraung-raung dan membangunkan Nona Pepper."
"Gukl" seru Sinting, melihat pada Snubby dengan pandang menuduh.
"Sudah pagi," kata Diana, melihat ke luar jendela.
"Sebentar lagi matahari pasti muncul. Kurasa tak ada gunanya kita pergi tidur bukan, Nona Pepper?"
"Siapa bilang" Ayo, tidur semua!" kata Nona Pepper yang masih tercengang oleh cerita aneh yang baru didengarnya. Sungguh berbahaya mengurus anak-anak ini. Kita sama sekali tak bisa meramalkan apa yang akan mereka lakukan.
"Ayol" katanya lagi
"Semua ketempat tidur. Tak usah ganti pakaian, walaupun pakaianmu kotor. Pakai saja piyamamu, dan tiduriah. Tidurlah sampai jam dua belas bila perlu."
"Astagal Paling-paling jauh sebelum jam itu kami sudah bangun semua!" kata Snubby, bangkit dan menguap keras-keras, Tetapi perkiraan Nona Pepper ternyata lebih benar. Mereka baru bangun setelah lewat jam sebelas. Itu pun karena Sinting ribut luar biasa,
namun menyalak-nyalak dan melompat-lompat Snubby terpaksa bangun dan melihat apa yang diributkan anjing itu di luar.
"Hei, itu polisi" seru Snubby, membangunkan yang lain.
"Tiga orang! Agaknya ada keperluan penting Cepat berpakaian dan mari turun!"
"Cuci dulu mukamu, Snubby," kata Roger.
"Hei, Barney, bangun!" Barney entah kenapa diizinkan oleh Nona Hannah untuk tidur di kursi panjang dengan Miranda meringkuk di bawah lengannya. Nona Hannah tak tega menyuruh Barney tidur di luar, dan dengan tabah berkata bahwa kalau perlu Miranda juga boleh tidur di dalam. Segera mereka telah tiba di lantai bawah, dan polisi-polisi itu tersenyum lebar menyambut mereka. Ternyata salah seorang
di antara polisi-polisi itu adalah inspektur polisi dari Lilinghame.
"Ada apa?" tanya Snubby sangat ingin tahu.
"Oh, kami datang untuk membujuk kalian memasuki dinas kepolisian,"inspektur itu berkata, tersenyum.
"Akuyakin akan banyak bantuan kalian pada polisi."
"Oh, betulkah?" Mata Snubby membelalak.
"Wah! Memang, kami pasti sangat bisa membantu polisi. Jadi kami tak usah bersekolah lagi."
"Tolol!" desis Roger.
"Masa kau tak mengerti kalau Pak Inspektur ini bercanda!"
"Oh!" Snubby begitu kecewa kelihatannya sehingga semua orang tertawa geli.
"Begini. kami hanya ingin beberapa tambahan keterangan," Pak Inspektur berkata.
"Bagaimana kalian bisa menduga bahwa ada hal yang takberes di gedung tua itu?"
Barney menceritakan pengalamannya menumpang mobil yang menurunkannya di Lillinghame - dan kemudian ternyata mobil yang sama dilihatnya bersembunyi di semak-semak pagar gedung Ring O Bells.
"Aku yakin itu mobil yang kutumpangi, sebab di sisinya tertulis, PIGGOTT AHLI LISTRIK" kata Barney. Polisi-polisi itu mengangguk.
"Ini suatu keterangan penting." Inspektur itu mencatat kata-kata Barney tadi.
"Kami memang sudah lama mencurigai Piggott la sering bepergian ke daerah Selat Bristol. Dan sekeliling daerah sini. Kini kami tahu mengapa. Agaknya bila salah seorang temannya membawa seseorang yang ingin menyelundup masuk ke negeri kita, Piggot selalu sudah siap menunggu. la membawa orang tersebut, dan menyembunyikannya sampai suratsurat yang diperlukan selesai dipalsukan. Jika ada seseorang yang harus diculik, Piggott juga selalu siap sedia dengan mobilnya. Aku yakin mobil itu mempunyai tempat rahasia di bagian lantainya. Kami akan memeriksanya dengan lebih teliti."
"Astagal Belum pernah terpikir olehku bahwa hal seperti itu mungkin terjadil" kata Nona Hannah yang masih kacau pikirannya oleh peristiwaperistiwa aneh tersebut."Satu hal lagi," kata Pak Inspektur
"waktu lonceng-lonceng itu berbunyi untuk pertama kalinya. Siapa yang membunyikannya?"
"Aku yakin Miranda, monyetku," jawab Barney.
"Apakah waktu itu kau berada dengannya di dalam gedung itu, di malam tersebut" Saat itu malam hari, bukan?"
"Benar, Pak." Barney gelisah.
"Aku tak punya tempat untuk tidur. Maka aku memanjat dinding dan tidur disalah satu kamarditingkat atas gedung itu. Mungkin saat itu aku kurang berpikir, Pak, hingga berbuat salah."
"Kau memang berbuat melanggar hukum," kata inspektur dengan nada tegas. Tetapi kudengar kau anak sirkus, yang selalu berpindah-pindah tempat dan tidur di mana saja."
"Benar, Pak Kuharap Bapak tak akan menghukumku karenanya. Aku tak pernah beritikad buruk," kata Barney.
"Baiklah, peristiwa itu tak akan kami laporkan," kata inspektur,
"sebab terbukti kau memang anak yang baik dan berani. Sekarang bagaimana" Ada tempat tidur untukmu?"
"Ya,"tiba-tiba Nona Hannah menyela, membuat orang-orang dan terutama anak-anak heran.
"Ia bisa tidur di rumah ini sampaianak-anak yang lain masuk sekolah, seminggu lagi. Aku akan mengurusnya." Tercengang tapi bersyukur Barney memandang pada Nona Hannah. Diana langsung memeluk Nona Hannah, dan Snubby berseru,
"Horree" Roger berseri-seri mukanya. Kini mereka semua bisa berkumpul di bawah satu atap!
"Baiklah, kalau ia di bawah pengawasan Nona, aku yakin ia tak akan berbuat salah lagi." Pak Inspektur pun tersenyum.
"Aku yakin ia tak akan lagi meminjam tempat tidur dan. taplak meja tanpa izin. Kami sudah melihat betapa kusutnya taplak meja itu, setelah kami lihat tempat tidur di atas serta sofa di bawah bekas ditiduri."
"Barney anak baik," kata Snubby dengan tegas.
"Anda selalu bisa mempercayainya, Pak"
"Aku setuju." Pak Inspektur mengangguk pada Barney. Ia mengajukan beberapa pertanyaan lagi, dan menutup buku catatannya.
"Kurasa sudah cukup," katanya.
"Mudah-mudahan kali ini kalian bisa lebih menikmati liburan kalian, tanpa bumbu petualangan sedikit pun."
"Oh, petualangan tidaklah merusak masa liburan, Pak," kata Snubby."Oh,ya, bolehkah kami pergi lagi ke gedungtua itu" Kami kira kami belum memeriksa lorong rahasia tersebut dengan teliti. Terutama lubang di dinding dan ruang tempat tawanan itu. Apakah Anda sudah memeriksa lemari yang ada di lorong tersebut, Pak"Yang berisi lilin dan lain-lainnya?"
"Oh, ya," kata pak inspektur.
"Mungkin kami melihat sama banyaknya dengan kalian, cuma kalian lebih awal mencurigai semua itu. Lilin-lilin tersebut agaknya untuk penerangan di ruang tawanan itu. Kau boleh memeriksa lagi lorong tersebut dengan satu syarat?"Apa itu?" tanya Roger.
"Begitu kau bertemu dengan seorang tahanan, penjahat, atau orang yang patut dicurigai di situ, kau harus langsung membunyikan lonceng
lonceng itu." "Astaga!" Nona Hannah ketakutan. Anak-anak
itu tertawa. "Baiklah, kami berjanjil" seru mereka. Ketiga orang polisi itu pun berpamitan, dan anak-anak memandang mereka sampai hilang di kejauhan, membicarakan berbagai pengalaman hebat mereka. Sinting dan Miring agaknya sudah bosan akan cerita mereka itu. Kedua anjing tersebut lari entah
ke mana. Kemudian Nona Hannah muncul dan memanggil mereka masuk.
"Kalian siap sarapang?" tanyanya.
"Sarapang?"tanya Diana menegaskan."Apakah itu?"
"Gabungan antara sarapan dan makan siang." Nona Hannah tertawa.
"Sekarang sudah hampir jam dua belas. Terlambat untuk sarapan, tetapi terlalu awal untuk makan siang. Karenanya kalian
hanya dapat sarapang."
Sarapang ternyata cukup menyenangkan. Dimulai dengan daging dan telur dadar, diteruskan dengan goreng lidah dan selada, kemudian diakhiri dengan nenas dan krim. Snubby sangat puas.
"Mengapa tidak setiap hari kita mendapat sarapang?" tanyanya.
"Hei, Barney, Mirandaa.
mengambil nenas lagi! Rakus! Padahal aku akan mengambil nenas itu." Miranda tenang-tenang saja makan nenasnya. Matanya yang cemerlang terus mengawasi Snubby, seakan ia takut Snubby akan merampas kembali haknya. Sinting menaruh kepalanya di lutut Snubby. Miring langsung menaruh kepalanya di lutut satunya. Snubby bernapas lega. Wah, seminggu lagi penuh dengan sarapang, permainan, berkuda, dan bermain dengan Sinting, Miring, dan Miranda... dan Barney tinggal bersama kital Sungguh menyenangkan, bukan?"
"Guk!" Sinting setuju. Menjilat lutut Snubby. Miring langsung menjilat lutut satunya.
"Yah," kata Barney, mengangkat gelas air jeruknya.
"Mari kita minum untuk petualangan kita berikutnya!"
TAMAT EDIT TEKS BY SAIFUL B cerita-silat.mywapblog.com
Api Di Bukit Menoreh 16 Wiro Sableng 182 Delapan Pocong Menari Tamu Dari Alam Gaib 1
^