Pencarian

Komplotan Perampok Bank 2

Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton Bagian 2


di batu dengan dada berdebar keras. Si Jenggot Hitam itu pasti tidak akan muncul, tetapi ia
harus menunggu sampai anak itu lenyap,
Rasanya lama sekali baru anak itu tak tampak. Snubby melirik ke arah temantemannya, jauh di pantai sana. Mereka mengawasinya dengan penuh perhatian.
Begitu anak tadi lenyap, Snubby berdiri, dan lari turun ke pantai, kemudian
berlomba dengan Sinting menuju ke teman-temannya.
"Anak itu memang menunggu si Jenggot Hitam," kata Snubby, terengah-engah
berbaring di pasir. "Pamannya - seseorang yang bernama Morgan, yang suka menyewakan perahu memberinya surat ini untuk disampaikan pada si Jenggot Hitam itu. Anak itu tak
berkata apa isi surat tersebut. Aku yakin ia memang tidak tahu. Anak itu sedikit
tumpul pikirannya. la merasa dirinya terlambat dan ingin cepat-cepat pergi untuk
bisa ikut dengan perahu ayahnya."
"Karena itu kau menawarkan padanya untuk menggantikannya menunggu ditempat itu"
Untuk menyampaikan surat itu?" tanya Barney.
"Jadi begitu. Tadinya kami bertanya-tanya mengapa tiba-tiba anak itu pergi"
"Ya, ia memberikan surat itu padaku!" kata Snubby, tersenyum bangga, mengambil
surat tadi dari celananya.
"Nah, apa pendapatkalian tentang siasatku itu tadi?"Semua tertegun memandang
Snubby. Mereka tak tahu harus berkata apa. Snubby selalu aneh-aneh saja
tindakannya. "Mari cepat pulang dan meneliti surat ini," kata Bamey akhirnya.
"Aku tak tahu apakah itu perlu atau tidak, tetapi kurasa memang ada yang tak
beres disini. Mengapa Morgan, entah siapa dia itu, berkirim surat rahasia pada
orang yang begitu kasar pada Snubby" Mengapa surat dengan kode rahasia" Kalau
Morgan hanyalah seorang nelayan, maka tak mungkin ia yang menulis surat rahasia
itu. Berarti sesungguhnya surat itu datang dari orang lain. Surat itu sangat
rahasia, hingga orang tersebut tak berani mengirimkannya dengan pos!"
"Kalau begitu kita harus memeriksa surat itu," kata Diana.
"Mungkin kita harus membawanya pada polisi. Tetapi apa yang mungkin terjadi di
tempat terpencil seperti ini" Yang isinya hanya nelayan dan orang-orang desa?"
"Mungkin penyelundupan?" tanya Roger.
"Penyelundupan apa?" Barney balas bertanya.
"Kurasa tidak. Terus terang saja aku tak bisa membayangkan apa sebenarnya yang
terjadi di sini. Ayolah, kita pulang dulu. Lagi pula sudah waktunya makan
siang." Snubby mengecapkan mulutnya.
"Ah, ya! Masakan sangat-sangat hebat!" katanya.
"Oh, ada satu hal lagi yang kudapat dari Nyonya Jones tua yang jual es krim itu
waktu aku membeli pakaian yang luar biasa ini. la berkata bahwa Pak Jones,
pemilik penginapan yang kita tempati, adalah
anaknya. la bilang sejak kecil Pak Jones memang bercita-cita untuk memiliki
penginapan itu. Citacitanya itu tercapai karena beberapa sahabatnya yang kaya
raya di London, yang ditemuinya ketika ia belajar menjadi juru masak, telah
meminjaminya uang untuk membeli penginapan tersebut"
"Dan aku yakin orang-orang itu pastilah Sir ini dan Sir itu yang dahulu
diceritakannya pada kita," kata Roger.
"Aku yakin kedua orang penting itu dengan demikian tak harus membayar apa-apa
bila mereka datang kemari."
Mereka sudah hampir tiba di penginapan. Barney menggamit Snubby.
"Kita masuk ke karawan, dan memeriksa suratmu di situ. Masih banyak waktu,"
katanya. Keempat anak itu, beserta Miranda dan Sinting, masuk ke dalam karavan. Tetapi
belum sempat Snubby menunjukkan suratnya, Sinting menyalak keras.
"Pasti itu si Dafydd dengan Megol-nya," kata Diana kesal, membuka pintu karavan.
Benar juga. Dafydd memanjat roda karawan untuk bisa mengintip ke dalam lewat
jendela. "Pergi kau, Tukang Intip!" kata Diana.
"Pergi!" Diana menutup pintu, dan kemudian ikut dengan yang lain memeriksa surat Snubby.
Snubby membuka amplop surat yang telah agak kumal karena tadi didudukinya.
Dikeluarkannya selembar kertas dari dalam amplop itu, berlipat empat.
Dibukanya."Nah, sepertidugaan kita, surat itu dalam kodel" kata Barney.
"Takkan mungkin kita bisa memecahkan kodenya. Lihat angka-angka dan hurufhuruf
itu!" "Tak heran ia mengira surat Bruce adalah suratnya," kata Snubby.
"Angka dan huruf campur aduk begini. wah! Kalau saja kita mempunyai kunci
kodenya!" "Rasanya tak mungkin," kata Barney, melipat kembali surat itu.
"Akan kita apakan surat ini" Apakah kita tunggu saja sampai sesuatu terjadi"
Orang yang mengambil suratmu itu, Snubby, pasti segera mengetahui bahwa surat
itu salah, bukan suratnya. la takkan bisa membacanya. Dan walaupun bisa
memecahkan rahasianya, isinya pastilah hanya omong kosong yang tak berarti
baginya!" "Enak sajal Brucetak pernah menulis surat yang isinya hanya omong kosong" kata
Snubby kesal. Tapi tak ada yang memperhatikannya. Diana berkata pada Barney,
"Dan kalau siJenggot Hitam itu tahu bahwa suratnya keliru, bahwa ia mengambil
surat tersebut dari anak yang sesungguhnya bukan anak yang harus ditemuinya,
bahwa seseorang sekarang memegangsuratnya yang asli yang diambil dari anak
nelayan itu. apa yang akan dilakukannya?"
"Ah, yal Apa yang akan dilakukannya?" tanya Barney sambil menggelitik dagu
Miranda. "Kukira kita harus menunggu perkembangan lebih lanjut.
Sementara itu kita akan menjaga surat ini | baik-baik"
Bab 13 TAMU BARU NoNA Pepper datang ke karawan saat keempat anak itu siap untuk pergi ke
penginapan. Diperhatikannya Snubby yang dikiranya masih memakai pakaian yang
menjijikkan itu. Tetapi tidak. Snubby masih memakai celana renangnya. Pakaian
bekasnya teronggok di tempat tidur.
"Buang saja pakaian itu, Snubby," kata Nona Pepper."Pakaianmu sudah bersih,
kering, dan rapi. Pakailah."
"Tak bolehkah aku makan dengan memakai celana renang ini saja?" tanya Snubby.
"Tidak!" kata Nona Peppertegas.
"Diana, betapa hitam kulitmu kena panas. Pagi ini cukup cerah,
ya?" Mereka semua berangkat ke penginapan. Barney yang dari tadi berpikir-pikir,
berpaling pada Snubby dan Roger.
"Aku ada usul. bagaimana kalau nanti sore kita jalan-jalan ke dermaga nelayan"
Mungkin kita bisa mencari orang yang bernama Morgan si Pincang itu. Mungkin kita
bisa berbicara dengannya," katanya.
"Aku ingin tahu orang macam apa dia, dan kira-kira dia terlibat dalam apa."
"Bagus," kata Snubby.
"Kau dengar itu, Sinting" Kita jalan-jalan sore ini!" Sinting langsung kambuh
sintingnya. la berlari berputar-putar, menyalak-nyalak dengan hebat
"Eh, Sinting," kata Barney,
"maaf, Sobat, kali ini kau tak boleh ikut."
"Kenapa?" tanya Snubby keheran-heranan.
"Gunakan otakmu," kata Barney
"Anak yang memberimu surat itu mungkin ada di sekitar tempat tersebut, dan ia
akan langsung bisa mengenali Sinting walaupun ia takkan mengenalimu karena kau
telah berganti pakaian. Jika kau berada di sana tanpa Sinting, maka aku yakin ia
takkan mengenalimu."
"Tapi Sinting pasti takkan senang ditinggal begitu saja," kata Snubby.
"Ia akan mengamuk dan menyalak-nyalak terus bila dikurung di dalam karawan."
"Kita minta Di untuk tinggal bersama Nona Pepper sore ini," kata Barney.
"Dan mereka bisa menjaga Sinting. Terpaksa begitu, Snubby, atau kalau tidak kau
saja yang ditinggal."
"Oh, biarlah Diana yang menjaga Sinting," kata Snubby akhirnya.
"Berhentilah jual tampang, Sinting! Kami sudah tahu semua kepintaranmu!" Mereka
tadi telah ditinggalkan oleh Diana dan Nona Pepper. Dan ketika mereka memasuki
ruang makan, Diana dan Nona Peppertelah menghadapi
meja. Nona Pepper berada disisi meja, meletakkan
kepingan-kepingan daging ham di piring mereka. Snubby membantu Nona Pepper, dan
Sinting menempatkan diri tepat di bawah lengan kanan Nona Pepper, berharap suatu
saat wanita itu akan menjatuhkan selembar ham. Barney berbisik pada Diana,
mengatakan rencana mereka untuk sore nanti. Diana setuju tinggal di penginapan
bersama Nona Pepper dan Sinting.
"Atau kami bertiga bisajalan-jalan sendiri," katanya.
"Nona Pepperpasti mau Oh, ya, ada dua tamu baru di sini."
"Siapa?" Barney melihat berkeliling mejanya, begitu gembira melihat meja
tersebut dipenuhi dengan salad segar dan tumpukan kentang baru.
"Wah, hebat masakannya, hebat masakannya!"
"Aku belum tahu nama mereka," kata Diana.
"Tapi lihat. itu mereka datang." Dua orang pria memasuki ruang makan itu.
Seorang bertubuh tinggi dan tampak berwibawa, memakai kaca mata tunggal, dan
berkumis rapi. Rekannya bertubuh agak pendek, berjenggot hitam, berkaca mata
hitam. Saat itu Snubby sedang berpaling untuk membawa piring berisi ham ke
teman-temannya. Melihat kedua orang itu ia terperanjat sekali sehingga selembar
ham terloncat dari piring dan langsung disambar dengan riang oleh Sinting.
Snubby cepat mendekati Barney, berbisik, menggamit mereka, mengangguk pada kedua
orang yang kini duduk di dekat jendela membelakangi mereka. Barney segera sadar
apa yang terjadi. Orang berjenggot itulah yang merampas surat Snubby! Astagal
Temyata ia juga tinggal di penginapan ini!
"Apakah ia sudah melihat Sinting?" bisik Snubby.
"la pasti mengenali Sinting. la takkan mengenaliku dengan pakaian seperti ini."
"Bawa Sinting ke luar, cepat," bisik Barney.
"Cepat, sebelum orang itu melihatnya. Ini, sumpal mulutnya dengan hamku ini.
Dengan begitu ia takkan keberatan kauapakan pun dia. Kurung dia di dalam
karawan!" Snubby menyambar selembar ham dari piring Barney. Kemudian
ditangkapnya Sinting, dimasukkannya ham tersebut ke dalam mulutnya. Sinting
begitu heranakan kemurahan hati yang tiba-tiba ini hingga menyalak pun ia tak
sempat. Snubby berhasil menggendongnya dan membawanya lari, dengan cepat keluar
ruangan. layakin kedua orang itu tak melihatnya. Nona Pepper yang masih berada
ditempat ham, agak jauh dari meja mereka, tak tahu apa yang terjadi. la hanya
melihat Snubby membawa Sinting keluar.
"Kenapa Sinting?" tanyanya saat ia duduk dimeja mereka.
"Sakit .Kasihan. Mungkin ia terlalu banyak minum air laut pagi ini."
"Mungkin juga," kata Barney, dan kemudian mengubah bahan pembicaraan.
"Ini pasti ham buatan sendiri, Nona Pepper. Rasanya sangat khas, lezat sekali!"
"Diana, tolong ambilkan krim untuk salad itu," kata Nona Pepper.Snubby kembali,
menyeringai "Kasihan Sinting, dia sakit?" tanya Nona Pepper.
"Kukira ia terpaksa tidak ikut dengan kita sore ini," kata Barney.
"Mungkin lebih baik ikut dengan Anda dan Diana berjalan-jalan, Nona Pepper."
"Ya, itu usul bagus," kata Diana.
"Maukah Anda kutemani berjalan-jalan, Nona Pepper?" Nona Pepper sangat senang.
"Kita bisa naik ke bukit-bukit itu, Diana," katanya.
"Bawalah teropongmu. Dan buku burungmu juga. Kita akan mencoba mencari burungburung yang menarik untuk pekerjaan rumahmu itu." Roger mengerjapkan mata pada
Barney. Semua rencana berjalan dengan lancar! Snubby tak putus-putusnya
memandang kedua orang baru itu, hingga berkali-kali Barney harus menendang
kakinya. Siapa orang-orang itu. Pasti mudah mengetahuinya, dari Nyonya Jones.
Dalam hati Barney merasa geli. Salah satu diantara kedua orang itu membawa surat
rahasia Snubby, dan pastilah telah mencoba untuk menelaahnya beberapa kali. Dan
pasti gagal Barney mendapat kesempatan untuk mengetahui siapa kedua orang itu
segera setelah makan siang selesai. Kedua orang tersebut langsung pergi kekamar
mereka ditingkat atas, dan Nyonya Jones datang untuk mengambili perabotan makan
mereka, dan seperti biasa ditunggu oleh Dafydd dan si Megol di pintu ruang
depan. "Ada dua tamu baru, Nyonya Jones," kata Barney sewaktu Nyonya Jones berhenti
sebentar Komplotan Perampok Bank - Novel Barat Online
Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
untuk membelai Miranda dan memberinya sepotong kue.
"Ah, ya, mereka sering datang ke mari," kata Nyonya Jones dengan bangga.
"Mereka adalah Sir Richard Ballinor dan Profesor Halinan - si ahli burung yang
termasyhur itu! Keduanya sahabat suamiku. Mereka berkenalan di London. Mereka
tahu masakan suamiku sangat-sangat hebat, karenanya mereka sering datang kemari.
Mereka senang tempat ini. Mereka senang gunungnya, bukitnya, lautnya." Anak-anak
itu dengan sabar menunggu sampai beberapa lama Nyonya Jones berbicara
terusmenerus, kemudian Barney cepat-cepat menyela.
"Mereka pasti senang ya ketika suami Nyonya membeli tempat ini?" kata Barney.
"Mereka pasti lebih kerasan tinggal di sini."
"Ah, keduanya sangat baik hati. Merekalah yang meminjamisuamiku uang untuk
membeli tempat ini-penginapan ini yang sudah diingininya begitu lama," kata
Nyonya Jones dengan lagu Welsh'nya.
"Karenanya keduanya sangat kami hormati, dan selalu kami layani dengan sebaikbaiknya."
"Jadi mereka pasti tinggal di kamar terbaik, ya?" tanya Diana. Nyonya Jones
mengangguk. "Ya, tetapi sesungguhnya mereka lebih suka tinggal di kamar yang berjendela dua
itu, yang sekarang kalian tempati. Mereka ingin mendapat kamar tersebut, tapi
yah, Nona Pepper sungguh keras kepala, bukan" Sulit mengubah pendiriannya.?"Ya,
memang sulit," kata Roger dan Diana serempak, teringat betapa diwaktu-waktu yang
lalu mereka pun sering tak bisa mengubah pendirian wanita tua itu. Dan saat itu
terdengar suara Nona Pepper memanggil dari pintu depan,
"Kalian belum juga selesai, Anak-anak" Sinting menyalaknyalak bagaikan gila di
dalam karavan." "Oh, ya!" kata Barney cepat bangkit. Mereka bergegas meninggalkan Nyonya Jones
yang pasti akan terus berbicara sampai berjam-jam kalau tak mereka tinggalkan.
Nona Pepper dan Diana berangkat untuk berjalan-jalan ke perbukitan. Diana
membawa teropongnya, yang digantungkan di lehernya. Sinting yang juga diajak
mereka merasa sangat heran, mengapa kali ini Snubby tidak ikut Tadinya ia
memilih untuk tinggal bersama Snubby saja. Tetapi ketika Snubby pura-pura tidur,
Sinting memutuskan bahwa jalan-jalan di sore hari di perbukitan lebih
menyenangkan daripada tinggal di karawan sempit dan di mana semua orang
menyuruhnya diam. "Sekarang, bawa pakaian renang kita semua, dan kita berjalan di sepanjang pantai
menuju ke dermaga nelayan," kata Roger.
"Kita bisa berenang kapan saja kita mau. baik sebelum atau sesudah kita mencari
Morgan si Pincang." "Lebih baik sesudahnya saja," kata Barney.
"Tak baik berenang segera setelah makan siang." Mereka berangkat dengan Miranda
meloncatloncat di depan mereka, dan hanya melompat ke
bahu Barney kembali bila ada anjingatau diganggu oleh seorang anak. Matahari
cerah bersinar di langit jernih tak berawan. Hawa begitu panas saat mereka
berjalan di pasir melewati tebing yang bergua-gua.
Mereka sampai di dermaga. Banyak juga orang di tempat itu. Beberapa tukang
perahu duduk di pagar batu yang rendah, seorang wanita duduk di bangku dan sibuk
menjahit. Ketiga anak itu berbaring-baring di pasir di dekat tempat itu.
Seorang anak lelaki dengan celana kotor dan sueater berwarna cerah berlari
didermaga, diikuti oleh seekor anjing pudel hitam. Barney cepat bangkit,
menggamit kedua temannya.
"Pasti itu anak yang memberi surat itu pada Snubby," katanya.
"Aku yakin di tempat ini hanya ada satu anjing pudel gelandangan."
Mereka semua memperhatikan anak itu, yang pergi ke sebuah perahu yang sedang
dilepaskan tambatannya. Ia membantu mendorong perahu tersebut kelaut. Indah
sekali tampaknya perahu itu ketika meluncur, kemudian layarnya diturunkan,
menggembung ditiup angin.
Saat itu seorang lelaki muncul di dermaga, memakai pakaian nelayan dan berjalan
terpincang-pincang. "Mungkinkah dia Morgan si Pincang?" tanya Roger saat nelayan itu bercakap-cakap
dengan beberapa temannya.
"Ayo, kita ke sana. Mungkin kita bisa berbicara dengannya."
Tetapi sebelum mereka berdiri, seseorang lagi muncul dan berjalan di dermaga seseorang yang berjenggot hitam dan berkaca mata hitam. la memanggil Morgan
dengan tajam, dan Morgan langsung bangkit berdiri.
"Hei, Morgan! Aku ingin bicara denganmu!"
"Mungkin mereka akan bertengkar!" bisik Barney.
"Ayo, kita mendekat. Mungkin ada yang bisa kita dengarkan."
Bab 14

Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

SORE YANG MENDEBARKAN HATI
"KEMARILAH," kata Morgan si Pincang, mengajak si Jenggot Hitam ke ujung lain
dari dermaga itu, di luar pendengaran nelayan-nelayan lainnya. Barney dan yang
lain berbaring dipasir dibawah dermaga tersebut, sedekat mungkin dengan kedua
orang itu, tersembunyi di balik dinding dermaga.
"Morgan, surat yang kauberikan pada keponakanmu untuk diberikannya padaku
ternyata bukan yang semestinya kauberikan padaku," kata si Jenggot Hitam.
"Apa maksud Anda, Sir Richard tanya Morgan, heran.
"Surat itu tak pernah meninggalkan sakuku, dari saat aku menerimanya sampai saat
kuberikan pada Dai pagi ini. Apakah ia tidak pergi ke tumpukan batu seperti
rencana kita?" "Ya. la ada di sana. Berpakaian seperti yang kaukatakan. la membawa anjing hitam
juga. Jadi aku yakin betul ialah anak yang harus kutemui," kata si Jenggot
Hitam. Tetapi surat yang diberikannya padaku kelirul Aku tak bisa membacanya
sama sekali." "Tetapi itulah surat yang diberikan padaku untuk kuberikan pada Andal" kata
Morgan berkeras kepala. Jim memberikannya padaku seperti biasanya. Langsung dari
kantungnya ke kantungku. Dan ia hanya berkata,
"Kami akan kembali hari Jumat. Setelah itu ia berlayar kembali. Surat dari
dialah yang Anda terima itu."
"Aku tak mengerti." Si Jenggot Hitam memperhatikan Morgan.
"Dimana keponakanmu itu" Aku harus menanyainya. Aku sama sekali tak mengerti,
bagaimana ia bisa menukarkan surat itu, Morgan, kalau kau berkhianat, akan
kubayar kau dengan sesuatu yang pasti takkan kausukai."
"Aku tak mengkhianati siapapun, kata Morgan marah.
"Itu berarti aku mengkhianati dirikusendiril Bukankah aku juga terlibat dalam
perkara ini?" "Jangan berteriak seperti itu," kata si Jenggot Hitam, menengok berkeliling,
takut kalau-kalau ada yang mendengar kata-kata Morgan tadi.
"Akan kupanggilkan Dai," kata Morgan cemberut.
"Ia ada di sana, melihat-lihat perahu. la pasti akan mengatakan padamu bahwa
surat itu adalah surat yang kusuruh berikan pada Anda. Dail DAI Ke sini
sebentar" Anak kecil dan pudelnya itu berlari mendatangi
"Ya, Paman Morgan?" ia bertanya, dan menyusut ketakutan melihat si Jenggot
Hitam. "Kauberikan pada tuan ini surat yang kuberikan padamu pagi tadi?" tanya Morgan
bengis. "Ya," anak itu berdusta.
"Kuberikan padanya." Si Jenggot Hitam tiba-tiba mencengkeram anak itu begitu
keras sampai ia mengaduh-aduh.
"Kau tidak memberikan surat itu padaku. Kau bukanlah anak yang kutemui.Anak itu
lebih besar, dan anjingnya Spaniel, bukan pudell"
"Lepaskan anak itu," kata Morgan keras, sebab ia melihat Dai begitu ketakutan.
"Anda bilang Anda menerima sepucuk surat dari seorang anak Kalau begitu siapa
anak itu?" "Aku tak tahu. Pokoknya seorang anak, dengan anjing Spaniel hitam. Gelandangan
kotor seperti keponakanmu ini." Si Jenggot Hitam melirik marah pada Dai.
"Dan ketika aku menemuinya, ia bahkan sedang membaca surat itu. Kulihat surat
tersebut ditulis dengan kode rahasia, jadi akuyakin surat itu sesungguhnya
untukku. Surat itu segera kurebut, walaupun ia mempertahankannya." Morgan
tertawa kasar, dan berpaling.
"Kalau begitu Anda tolol, Sir Richard. Anak itu ternyata bukannya gelandangan
yang mestinya Anda temui. Dan surat yang Anda ambil itu adalah milik anak itu,
bukan milik Anda!" Sir Richard mencengkeram lengan Morgan, memutarkannya keraskeras, sampai berhadapan lagi dengannya.
"Dengar, ini penting. Kau mengerti itu. Aku tidak menerima surat yang benar.
Surat yang kauberikan pada Dai. Sekarang, di mana surat itu" Kau, Dai, cepat
jawab!" "Aku. aku memberikannya pada seorang anak yang mengajakku berbicara." Dai
menangis ketakutan. "Aku menunggu lama sekali, kemudian anak itu muncul. la berjanji akan
menyampaikan surat itu pada Anda. Aku tak tahu Anda sudah datang kesana dan
mengambil surat yang salah." Sir Richard mendorong Dai keras sekalisampai hampir
terjatuh dari dermaga. Morgan mengerutkan kening.
"Jangan ganggu anak ini. Apa kesalahannya.Anda mendapat surat yang tak bisa Anda
baca. Dan seseorang memperoleh surat yang tak bisa dibacanya. Apa ruginya" Aku
tinggal Richard Morgan, ketiga menghubungi Jim lagi. Dan ia akan memberiku sepucuk surat lagi." Sir
mengeluarkan selembar sapu tangan, mengusap mukanya. la mendekati
berbicara berbisik-bisik, hingga agak sulit bagi
orang anak di bawah dermaga itu untuk menangkap kata-katanya.
"Kali berikutnya kaubawa sendiri surat itu padaku, Morgan. Kalau ada yang keliru
lagi, maka kau yang bertanggungjawab. Kalau terjadi sesuatu yang merugikan kita,
maka itu adalah akibat ketololan keponakanmu itul Untungsurat itu ditulis dengan
kode rahasia. Kalau tidak, pasti rencana kita hari Jumat itu akan gagal. Gagal
untuk selama-lamanya!"
"Ah, sudahlah! Tutup mulut" kata Morgan kasar, dan berpaling pergi
"Dan kalau kutemukan anak yang menerima suratku itu, surat yang dari Dai itu,
akan kupuntir lehernya!"tambah Sir Richard dengan suara begitu seram, sehingga
Snubby yang bisa mendengar
setiap patah katanya gemetarketakutan. Apa yang
tadinya dikiranya sebagai lelucon, kini ternyata menjadi sesuatu yang sama
sekali tidak lucu, bahkan mengerikan! Mengapa dulu itu ia membujuk Dai untuk
memberikan suratnya"
"Aku pasti bisa mengenal anak itu, dimana pun aku bertemu dengannya," kata Sir
Richard, masih dengan nada sangat marah.
"Gelandangan kotor, dengan celana kebesaran, topi terlalu besar, dan seekor
anjing Spaniel hitam. Seperti pakaian Dai, tetapi Dai lebih kecil badannya. Dan
anjing hitamnya yang membuat aku keliru." Snubby jadi sangat gelisah. Begitu
juga Roger dan Barney. Betapa mengerikan - si Jenggot Hitam ini tinggal di
penginapan mereka!Apakah ia
akan mengenali Sinting" Dan kemudian Snubby" Morgan meninggalkan Sir Richard.
Para nelayan lainnya memperhatikan Morgan dengan rasa ingin tahu. Mereka terlalu
jauh untuk mendengar apa yang dikatakannya tadi, tetapi mereka melihat bahwa
tadi terjadi pertengkaran.
"Sobatmu yang bangsawan itu marah padamu, Morgan?" salah seorang bertanya.
"Apakah tangkapan ikanmu yang terakhir itu tak berkenan padanya?" Morgan tak
menjawab. Nelayan-nelayan itu saling menggamit dan tertawa sembunyi-sembunyi
saat siJenggot Hitam lewat setelah Morgan. Tak ada yang berani menyapanya. Dai
juga telah lenyap, entah bersembunyi di mana. Untuk beberapa lama ketiga orang
anak yang berbaring di pasir itu tak berani bergerak. Ketika sudah pasti bahwa
keadaan aman, barulah mereka bangkit.
"Mari kita berenang," kata Barney, untuk menutupi maksud mereka berlalu dari
situ, kalau-kalau ada yang memperhatikan mereka. la menambahkan dengan suara
berbisik, "Kitabicara nanti saja. Ayolah!"
"Ya, ayo berenang. hawa begini panas," kata Roger keras-keras. Snubby tak
berkata apa-apa. la masih gemetar karena ketakutan akan apa yang didengarnya
tadi. Mudah-mudahan surat rahasia itu masih ada di karavan. Apakah lebih baik
dihancurkannya saja" Ketiganya tak berbicara lagi sampai mereka cukup jauh dari
dermaga. Kemudian Barney mengusap mukanya. "Wow! Apa yang kita lakukan sekarang.Kini jelas kau telah menjerumuskan kita
semua pada suatu kedudukan yang sulit, Snubby, hanya karena surat tolol dari
Bruce itu." "Siapa bilang surat tolol," kata Snubby, tetapi tidak sekeras biasanya.
"Bahkan orang itu - aneh juga kan, ia dipanggil Sir Richard oleh Nyonya Jones tak bisa membuka kodenyal Terbukti kodenya sungguh bagus, tidak setolol seperti
katamu." "Ayolah berenang," kata Barney.
"Mungkin kalau kepala kita sedikit dingin, kita bisa berpikir lebih terang.
Untung kita tidak membawa Sinting, Snubby. Orang itu pasti segera bisa
mengenalnya. Dan kemudian kau."
"Laluapa yang akan kita lakukan untuk Sinting?" tanya Snubby, tiba-tiba
ketakutan lagi "Sir Richard tak boleh melihatnya, padahal Sinting senang berlarian ke sana
kemari." Mereka terjun ke dalam laut, dan ketika kemudian mereka kembali ke
darat, mereka merasa lebih segar. Mereka duduk di pasir, bercakap-cakap.
"Hari ini Rabu, dan agaknya mereka merencanakan sesuatu di hari Jumat. Kukira
mereka terlibat dalam penyelundupan," kata Roger.
"Masih ada waktu dua hari lagi. Kita pergi ke polisi saja?"
"Tidak. Tidak. Lebih baik tidak dulu," kata Barney.
"Kalau kita lapor, polisi pasti akan menanyai si Jenggot Hitam, dan rencana
merekapasti bubar, takkan diteruskan. Aku memikirkan kata-kata nelayan yang
mengejek Morgan tadi. "Apakah tangkapan ikanmu yang terakhir itu tak berkenan padanya" Nah, apa
artinya itu" Itu berarti Morgan menyewakan perahunya pada Sir Richard. Mungkin
untuk menangkap ikan. Atau membawa sesuatu dari tengah laut ke darat. Kemudian
menyembunyikannya. Sesuatu itu bisa jadi bukan ikan. Sesuatu yang kemudian
disembunyikan di sini. "Sesuatu yang ingin disembunyikannya disini?" tanya Roger.
"Ya. Jadi ia khusus datang kemari untuk menyembunyikan sesuatu!" kata Barney,
mengerutkan kening berpikir,
"Entah siapa sebenarnya Sir Richard ini. Mungkin ia itu palsu. Demikian juga Pak
Profesor. Keduanya hanya mengambil nama mereka. Kukira lebih baik aku nanti
berjalan ke Dilcarmock untuk menelepon ayahku. Mungkin beliau bisa mengerti
siapa sebenarnya kedua orang itu."
"Kedua orang itu pasti sangat kaya, bisa meminjamkan uang dalam jumlah sangat
besar untuk Pak Jones, untuk membeli penginapan itu."
"Aku tak mengerti, bagaimana seseorang mau meminjamkan uang ribuan pound kepada
orang seperti Pak Jones, hanya karena Pak Jones itu
sangat-sangat pandai memasak!" kata Barney.
"Maksudku, bila kau meminjamkan uang, pastikau akan mengharapkan sedikit bunga
untuk uang tadi. Rasanya tak mungkin bunga itu bisa dibayar
dengan pendapatan dari penginapan itu. Tamu penginapan begitu sedikit. Seperti
sekarang ini, tamunya hanya kita dan kedua orang itu."
"Kalau begitu, mungkin bunga itu dibayar dengan cara lain," kata Snubby.
"Mungkinkah dengan cara memperkenankan penginapan tersebut dipakai untuk semacam
markas, pusat dari suatu kegiatan?" Barney tertegun, memukul lututnya sendiri.
"Tentu saja! Tepat sekali dugaanmu Pasti itulah yang jadi alasan! Ada satu
komplotan kecil disini.Morgan dan Jim, entah siapa dia. dan Pak Jones. Entah
komplotan apa. Tetapi memang mungkin penginapan itu menjadi jantung dari
komplotan ini. Wah, agaknya kita menemukan sesuatu yang sangat penting di sini."
"Tetapi apa sebenarnya yang kita temukan?" tanya Snubby.
"Bagaimana kita bisa mengetahui hal itu" Duh, sungguh mendebarkan hati, ya" Aku
tak sabar menunggu datangnya hari Jumat!"
Bab 15 OH, SINTING! SINTING merasa sangat gembira melihat anak-anak itu kembali. Tetapi ia jadi
heran saat ia langsung dikurung di dalam karavan. Putus asa ia menyalak-nyalak,
dan Nona Pepper heran juga akan ketegaan Snubby.
"Aku tak mengerti, mengapa ia tak kauperbolehkan keluar," katanya pada Snubby.
"Ia baik sekali tadi, waktu berjalan-jalan dengan kami. Dan cukup menyenangkan,
Diana berhasil menemukan beberapa burung aneh dengan teropongnya."
"Ada seekor yang tak bisa kukenali," kata Diana.
"Seekor burung dengan bulu hijau dan kepala merah."
"Kata Nyonya Jones, di penginapan kini ada seorang tamu, Profesor Halinan. la
seorang ornitologis terkenal." kata Nona Pepper yang langsung dipotong oleh
Snubby. "Seorang apa?" tanya Snubby,
"Ahli burung," kata Nona Pepper.
"Karena itu kuanjurkan pada Diana untuk menanyakan burung tadi padanya. Aku
yakin ia bisa memberi banyak keterangan."
Ketiga orang anak laki-laki itu merasa sangat yakin bahwa profesor tersebut
bukan seorang ahli burung. Mereka juga tak yakin bahwa Sir Richard seorang Sir.
Tetapi Barney mengerjapkan matanya pada yang lain dan berkata dengan riang,
"Ya, Di, bagus sekali Akan kuantarkan kau menemui ahli burung itu, agar aku juga
bisa mengetahui apa yang dikatakannya. Aku yakin, kita bisa mengetahui sesuatu
darinya, siapa tahu?"
Snubby tertawa kecil. "Ya, siapa tahul Nona Pepper, nanti kami akan pergi ke Dilcarmock, berjalan
kaki. Anda ikut?" "Aduh, tidak! Sudah cukup aku berjalan-jalan hari ini. Dan Dilcarmock cukup
jauh. Lebih baik kalian naik bis untuk separuh jaraknya dari sini."
Mereka selesaiminum teh. Dan saat itulah kedua orang yang mereka curigai itu
masuk, mengangguk hormat pada Nona Pepper. Diana bermaksud menanyai profesor itu
kalau mereka sudah selesai minum teh, karenanya ia dan Barney tetap tinggal di
ruang itu sementara Snubby dan Roger keluar untuk menghibur Sinting.
Akhirnya kedua orang tersebut selesai minum teh dan meninggalkan meja menuju
tangga. Diana cepat menyusul orang yang tinggi, berkumis, serta berkaca mata
tunggal itu. "Maafkan aku, Profesor Halinan," katanya agak gugup,
"kudengar Anda adalah seorang ornith. ornith... anu, ahli burung. Dapatkah Anda
memberi keterangan sedikit tentang seekorburung yang kulihat hari ini" Namanya
saja, misalnya?" "Oh, tentu, tentu, akan kucoba," kata profesor itu.
"Di mana kau melihatnya?"
"Diatas bukit sana," kata Diana.
"Bulunya hijau. Di atas kepalanya terdapat bulu merah."
"Ah, ya, tentu saja sulit bagiku untuk memberi nama burung itu dengan keterangan
yang hanya seperti itu. tapi agaknya yang kaulihat itu adalah seekor burung
pendatang, yang agak jarang terlihat. Nama latinnya Lateus Hilimus. Ya, mungkin
itulah yang kaumaksudkan."
"Oh, terima kasih, mudah-mudahan aku bisa mengingat nama yang aneh itu," kata
Diana. Barney juga ikut berbicara, sangat-sangatsopan,
"Aku tadi juga melihat Burung Laut Leher Pendek tepat di luar penginapan ini,
Profesor. Bagaimana pendapat Anda, bukankah itu sesuatu yang sangat aneh?"
"Ya, ya, sangat aneh," kata Profesor Halinan.
"Dan bagaimana pendapat Anda, apakah Merpati Berbintik-bintik Gelap bisa
ditemukan di daerah ini?" tanya Barney lagi.
"Kata orang-orang di desa, mereka pernah melihatnya di bukit."
"Mmm, yah, mungkin juga, mungkin juga mereka sampai ke daerah sini," kata
profesor itu, "Maaf, aku harus menemui temanku tadi." Dan ia pun bergegas naik tangga. Diana
ternganga memandang Barney.
"Burung Laut Berleher Pendek Belum pernah kudengar nama itu seumur
hidupku.Padahal aku hampir
hapal nama semua burung! Dansiapa yang pernah tahu Burung Merpati Berbintikbintik Gelap?"
"Tak seorangpun," kata Barney, menggandeng lengan Diana.
"Profesor itu palsu, Diana. Apa tadi katanya tentang nama burung hijau itu"
Lateus Hillimus .Omong kosong belaka. Kautakkan bisa menemukan nama itu di buku
burung manapun. Pengetahuannya tentang burung takkan lebih banyak dariku. Ingin
tadi kutanyakan padanya, apakah ia pernah melihat sarang Burung Dara Goreng
Mentega." Diana tertawa.
"Aduh! Kau keterlaluan! Tapi, Barney, betulkah perkiraanmu bahwa profesor itu
palsu" Tetapi ia tampak sangat pandai, dan sopan."
"Begitulah semua penipu," kata Barney.
"Dan aku yakin temannya itu, Sir Richard, juga tak tahu apa-apa tentang ilmu
tumbuh-tumbuhan. Keduanya palsu, memakai nama orang lain. Ayahku tahu ahli-ahli
dengan nama seperti yang mereka pakai Dan kalau ayahku melihat mereka, pasti ia
segera tahu bahwa keduanya palsu. Sore ini aku akan menelepon Ayah untuk
menanyakan hal itu."
"Yah, kalau begitu mari bergabung dengan yang lain dan menceritakan hasil
penyelidikan kita ini," kata Diana.
"Ampun! Enak saja profesor itu berkata Burung Merpati Berbintik-bintik Gelap ada
di daerah ini! Bagaimana kau bisa menemukan nama-nama seperti itu, Barney?"
"Mudah saja," kata Barney.
"Ayolah, Di Aku ingin segera berangkat ke Dilcarmock untuk
|menelepon ayahku. Dan kita harus menjaga agar Sinting tak terlihat oleh Sir
Richard. la pasti bisa langsung mengenalinya." Mereka berangkat ke Dilcarmock.


Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Separuh jalan mereka naik bis, kemudian berjalan kaki. Sinting sungguh sangat
gembira, bisa jalan-jalan dua kali hari itu. Sungguh, bintangnya sedang terang.
Barney menelepon ayahnya.
"Ayah" Ini Barney. Ayah bisa mendengar suaraku?"
"Ya, tapi bicaralah agak keras," kata Pak Martin.
"Kalian baik-baik saja?"
"Ya," jawab Barney.
"Tetapi ada suatu hal yang aneh di sini Tentang dua orang ahli yang dulu itu
disebutkan oleh Nyonya Jonestua di toko es krim. Ayah ingat" Sir Ballinor dan
Profesor Halinan. Mereka telah tiba di sini. Tetapi aku curiga keduanya palsu.
Profesor itu ternyata tak tahu apa-apa tentang burung. Ayah kenal mereka"
Bagaimana rupanya" Maksudku yang asli"
"Yang seorang tinggi, dengan kumis melengkung ke atas, dan memakai kaca mata
tunggal," jawab Pak Martin.
"Yang satu lagi agak pendek. Dengan jenggot hitam lebat."
"Wah!" Barney terhenyak, mendengar gambaran yang begitu tepat.
"Itu tepat sekali dengan orang-orang yang datang dipenginapan, Yah, yang kukira
palsu. Tapi. apakah Ayah bisa mencari keterangan, kedua orang itu ada di rumah
atau tidak" Kalau keduanya ada di rumah, berarti yang ada di sini pasti palsu,
dan kami akan melihat apa yang sedang mereka lakukan. Tetapi kalau ternyata
memang keduanya sedang bepergian, terutamake daerah Wales. yah, mungkin
dugaanku keliru. Tetapi aku begitu yakin bahwa mereka palsu." Pak Martin
tertawa. "Sungguh pengalaman aneh!" katanya.
"Tetapi baiklah, akan kuselidiki tentang keduanya. Cukup mudah, sebab keduanya
anggota klubku. Aku akan segera memberitahukan padamu, apakah mereka palsu atau
asli." "Terima kasih," kata Barney. Tetapi jangan menelepon kepenginapan, Ayah. Mungkin
mereka yang menerima nanti Kirim saja telegram. Satu kata saja, Palsu, bila
mereka palsu, dan Asli bila mereka memang kedua orang terkenal itu." |
"Baiklah," kata Pak Martin.
"Jangan terlibat dalam perkara yang bukan-bukan, Barney. Cepatlah hubungi aku
bila ada hal-hal yang aneh lagi. | Aku akan mengirim telegram malam ini. Akan
kutulis nomor telepon penginapanmu, jadi kantor pos bisa membacakan isi telegram
itu padamu. Ingat, jangan berbuat yang tidak-tidak Kalau betul mereka palsu,
pastilah merekatakkan diam begitu saja bila mereka tahu kau sedang memata-matai
mereka." "Baiklah, Yah. Terima kasih." Barney meletakkan pesawat teleponnya. la keluar
dari bilik telepon dan menceritakan pada kawan-kawannya tentang pembicaraannya
dengan ayahnya tadi "Malam ini kita akan tahu dengan pasti apakah dugaan kita benar," katanya.
"Aku yakin memang dugaan kita tepat!"Keempat anak itu berjalan pulang, kemudian
naik bis lagi. Mereka merasa sangat lelah. Bahkan Sinting merasa tak baik
berjalan melebihitakaran. Tentu saja Miranda tak merasa lelah sedikit pun, sebab
ia terus berada di bahu Barney - dan dimanjakan oleh semua penumpang bis!
"Kau akan muntah kalau terlalu banyak makan gula-gula pemberian orang-orang
itu," kata Barney. "Jangan menggigiti kupingku, Miranda!" Beberapa menit menjelang pukul delapan,
telepon penginapan itu berdering, dan kemudian Nyonya Jones muncul di ruang
tempat mereka semua duduk-duduk.
"Telepon untuk Anda, Barney." Barney bergegas mengambil pesawat telepon, dan
terdengar sebuah suara berkata,
"Ada telegram untuk Anda, Pak, tetapi hanya berisi satu patah kata,
"Palsu'." "Terima kasih." Barney meletakkan pesawatnya.
"Palsul Jadi betul dugaan kami. Sobat Pak Jones yang kaya dan terkenal itu
ternyata hanyalah pencoleng yang memperoleh uang dengan suatu cara yang tidak
jujur, mungkin dengan bantuan Pak Jones juga. Mereka menyamar dan memalsukan
nama orang. Kini kita bisa melanjutkan penyelidikan, melihat apa yang akan
mereka lakukan pada hari Jumat ini. Agaknya pada Jumat malam itu, mereka akan
melakukan sesuatu yang sangat penting. Kalau saja kita bisa menduga lebih dulu
apa kegiatan mereka." Ia segera bergabung lagi dengan teman-temannya dan
menceritakan apa isi telegram ayahnya itu dan apa pendapatnya. Diana ingin
segera memberitahukan Nona Pepper. Tetapi yang lain tidak setuju.
Tetapi ini agaknya berbahaya, kata Diana.
"Mestinya polisi harus kita beri tahu."
"Kita tunggu saja sampai Jumat, kata Barney.
"Dan selama itu jangan sampai si Sinting terlihat oleh Pak Jenggot itu. Kalau ia
melihat Sinting, dan tahu bahwa anjing itu milik kita, pasti berbahaya. Sebab
Pak Jenggot itu tahu surat aslinya dibawa oleh pemilik anjing spaniel hitam.
Kemudian mereka pasti akan memaksa Snubby menyerahkan Surat itu kembali."
"Kalau begitu, lebih baik surat itu dihancurkan saja," kata Snubby.
"Jangan, mungkin surat itu harus kita jadikan bukti untuk ditunjukkan pada
polisi. bila akhirnya polisi ambil bagian dalam peristiwa ini. Dan aku yakin
memang akhirnya kedua orang itu pasti berurusan dengan polisi. Sementara itu
biarlah surat tersebut kusembunyikan di suatu tempat yang aman. Kusembunyikan
sekarang saja surat itu."
la pergi keluar, ke karavan. Surat itu disimpan Snubby di bawah bantal Snubby,
di tempat tidurnya. Barney mengambil surat tersebut, kemudian dicarinya beberapa
buah paku kecil. Dengan merangkak dibawah karavan, ia memakukan surat tadi di
bagian bawah karawan tersebut.la merangkak ke luar, menyeringai lebar. Rasanya
takkan mungkin ada orang bisa menemukan surat itu lagi. Di dalam karawan Sinting
duduk bersedih hati. la tak mengerti, mengapa ia tak boleh keluar dan pergi ke
penginapan. Barney kasihan juga, dan ditinggalkannya Miranda di situ untuk teman
Sinting Monyet kecil itu duduk merapat pada Sinting mencereceh ditelinganya.
Tetapi Sinting tak peduli. la hanya ingin bertemu dengan Snubby yang
dicintainya. Malam itu mereka tidur lebih awal. Semua merasa lelah.
"Dengan berenang berjalan, dan begitu tegang memikirkan peristiwa ini, rasanya
aku tak bisa lagi membuka mataku," kata Snubby, menguap lebar-lebar. Mereka
tidur sangat nyenyak, bahkan Diana rasanya tak ingin bangun saat ia pagi-pagi
dibangunkan oleh kedatangan Nyonya Jones yang membawa panciair panas, diikuti
oleh Dafydd dan tentu saja si Megol.
"Oh, Nyonya Jones, kukira kita tak memerlukan angsa itu sampai ke kamar tidur
ini," kata Nona Pepper. Nyonya Jones segera mengusir Dafydd dan Megol.
"Aku tak tahu bahwa mereka mengikutiku," katanya.
"Dafydd itu. selalu saja ia ingin menyelidiki semua tempat Dan angsanya, tak
kalah nakalnya. Bahkan kemarin ia berhasil masuk lemari makan, mengambili kue
mentega yang |kusiapkan untuk Sir Richard dan Pak Profesor Kedua orang itu agaknya sangat
senang pada Dafydd, Nona. Mereka selalu memanjakannya dan."
"Terima kasih, Nyonya Jones, kami akan turun satu jam lagi," tukas Nona Pepper
tegas, sebab kalau tidak dipotong, Nyonya Jones akan terus berdiri di situ dan
berbicara tak habis-habisnya sampai waktu makan pagi.
Semua hadir tepat pada waktunya untuk sarapan. Sir Richard dan Profesor Halinan
juga berada di meja mereka. Tak seorang pun yang melihat Dafydd dan angsanya
keluar, dan sekali lagi mencoba menyelidiki isi karavan dengan mengintai lewat
jendelanya. Dafydd melihat Sinting lamerasa sangat kasihan melihat anjing itu
sendirian. "Kasihan kau, Anjing sinting, kata Dafydd lembut, dan ia mengetuk jendela agar
Sinting menoleh. "Kasihan kau." Sinting menoleh, dan menyalak penuh harap, berdiri di kedua kaki belakangnya di
tempat tidur dan kaki depan mencakar-cakar kaca jendela.
"Dafydd akan membuka pintu itu untukmu, Anjing sinting malang," kata Dafydd,
iba. "Tunggu, Anjing sinting."
Dafydd turun dari roda karawan tempat ia tadi berdiri. Dengan diikuti si Megol
ia pergi ke pintu. Pintu tersebut hanya ditutup, tidak dikunci. Dengan mudah
Dafydd dapat membukanya.Sinting melesat ke luar, menyalak-nyalak kegirangan.
Megol ketakutan, menjerit-jerit keras, lari secepat ia dapat. Dafydd sangat
marah. Setidak-tidaknya ia mengharapkan Sinting mengucapkan terima kasih
padanya. Sinting tak mempedulikan si Megol. Ia melesat ke arah pintu penginapan
yang selalu terbuka. Di mana Snubby" Ditubruknya pintu ruang makan, dicakarcakarinya, dan ia menyalak-nyalak ribut.
"Sinting!" seru Snubby ketakutan.
"Anjing jahat Bagaimana ia bisa keluar?" Sinting menubruk Snubby, menjilatinya,
merengek-rengek, seolah-olah ia telah berbulan-bulan tak bertemu dengan majikan
kecilnya itu. Barney cepat melirik pada kedua orang yang ada di meja dekat
jendela itu, yang sedang menikmati sarapan mereka. Terlihat Sir Richard
berpaling mendengar keributan tadi. Dan ia tertegun melihat Sinting, menggamit
rekannya, dan berkata, "Itulah anjing yang dibawa anak dulu itu! Aku yakin benar! Dan ia milik anak
itu!" Barney tak bisa mendengar lagi apa yang mereka bicarakan. Tetapi ia bisa
menduganya. Sialan, kini orang-orangitu tahu bahwa Snubby-lah yang membawa surat
mereka. "Cepat, Snubby!" desisnya pada Snubby.
"Ayo, keluar, cepat Bawa Sinting! Orang-orang itu telah melihatnya!"
Bab 16 ISTIRAHAT SEHARI UNTUK SNUBBY
SNUBBY sangat ketakutan. Ia langsung bangkit. Cepat meninggalkan meja diikuti
oleh Barney. Sinting mengejarnya, menyalak-nyalak kegirangan. Nona Pepper
ternganga heran, kemudian jadi sedikit gusar.
"Ke mana mereka?" ia bertanya pada Diana.
"Mengapa mereka meninggalkan meja tanpa berpamitan padaku" Apakah mereka sakit,
Diana?" Roger menendang kaki Diana di bawah meja, takut kalau-kalau ia salah
omong "Ehh. apakah Anda tak melihat bahwa Snubby begitu pucat?" Roger yang bertanya.
"Mungkin tersengat matahari. Mungkin ia telah mengatakannya pada Barney."
"Lebih baik kutanyai dia," kata Nona Pepper.
"Oh, lebih baik tunggu saja sampai Barney kembali," kata Roger. Tak usah
meninggalkan makanan Anda, dingin nanti. Aku kira Barney akan segera kembali."
la melirik pada kedua orang dekat jendela itu. Mereka sedang bercakap-cakap
dengan bersungguh-sungguh. Si Jenggot Hitam tampak marah
dan khawatir. Roger ingin sekali mengetahui apa yang mereka katakan. Snubby
kini sudah aman di dalam karavan dengan Barney. Sinting berada di dekat kakinya,
dan Miranda memeluk lengan Barney.
"Bagaimana Sinting bisa keluar?"tanya Snubby dengan perasaan tegang. Tak mungkin
ia bisa membuka pintu sendiri. Aku yakin setan cilik Dafydd itu yang membukakan
pintu - dia selalu usil Nah, kini bagaimana" Orang-orang itu telah melihat
Sinting. Dan mereka tahu kini bahwa akulah yang menerima surat dengan kode
rahasia itu." "Ya, mereka mungkin akan mencoba merampasnya kembali," kata Barney.
"Bagaimana caranya, aku tak tahu. Tetapi jelas takkan menyenangkan bagimu,
Snubby, kalau mereka menangkapmu. Kukira yang terbaik bagimu adalah kau harus
bersembunyi." "Tapi di mana"' tanya Snubby bingung.
"Di karawan ini" Mereka akan segera menemukan aku di sini."
"Tidak, tidak disini," kata Barney.
"Mungkin kau terpaksa pergi ke Dilcarmock, dan istirahat sehari di sana. Asal
orang-orang itu tak melihatmu naik bis ke kota itu, mereka takkan mungkin
mengira kau pergi ke sana. Aku bisa pergi denganmu."
"Ya, itu bagus," kata Snubby, tetapi masih kelihatan bingung.
"Tetapi apa yang akan kita katakan pada Nona Pepper?""Kita harus berterus terang
padanya," kata Barney.
"Aku akan berunding dulu tentang hal ini dengan Roger. la bisa mengatakan pada
Nona Pepper apa sebenarnya yang telah terjadi dan bahwa kita pergi ke Dicarmock.
Roger bisa minta maaf untuk kita, karena kita tak berpamitan padanya."
"Wah, padahal sarapanku belum selesai," keluh Snubby.
"Oh, tak tahu aku, mengapa aku sampai terlibat peristiwa tolol ini."
"Akan kutemui Roger dulu," kata Barney, dan ia berlari ke penginapan. Dengan
hati-hati ia menghindari jendela ruang makan, takut kalau terlihat oleh kedua
orang itu. Nona Pepper membelakanginya, dan Barney memberi isyarat pada Roger.
"Maaf sebentar, Nona Pepper," kata Roger. Tanpa menunggu balasan Nona Pepper ia
bergegas keluar dari ruang makan itu. Nona Pepper jadi heran, dan kesal.
"Kenapa sih anak-anak pagi ini?" tanyanya.
"Kuharap saja kau tidak menirukan mereka, Diana. Aku harus mengetahui mengapa
mereka berbuat seaneh ini."
"Makan dulu roti hangat ini," kata Diana, mencoba mengulur waktu.
"Jangan sampai sarapan Anda terganggu." Barney menceritakan rencananya pada
Roger. "Kupikirakan lebih baik bagi Snubbybila seharini ia tak muncul di sini. Aku akan
membawanya ke Dilcamock, dengan bis. Kami akan pulang waktu
makan malam nanti. Kemudian Snubby akan kusuruh langsung menunggu di karavan.
Akan kukatakan pada Nona Pepper bahwa ia sangat letih, hingga ia boleh makan di
karavan. Mungkin aku juga akan menemaninya terus, kalau-kalau kedua orangitu
mencoba mencarinya kekaravan."
"Baiklah," kata Roger.
"Tetapi Nona Pepper agaknya sangat curiga kini. Sekarang lebih baik kalian
berangkat saja. Aku yakin sebentar lagi ia akan muncul."
"Baiklah. Kami akan segera pergi," kata Barney, langsung keluar. Roger sempat
melihat keduanya berlari menuruni punggung bukit menuju ke desa. Apakah mereka
sempat menaiki bisnya" Waktu berangkat bis sudah sangat dekat kini. Kalau mereka
ketinggalan, maka mereka akan terpaksa menunggu satu jam lagi la kembali masuk
ke ruang makan, dan di pintu bertemu dengan Nona Pepper.
"Oh, Roger, apa yang terjadi?" tanya Nona Pepper, mencoba melihat-lihat keluar
penginapan. "Masa satu per satu meninggalkan meja makan seperti itu, tanpa memberi
keterangan sedikitpun! Mana Snubby dan Barney?"
Roger melihat berkeliling sebelum menjawab, meyakinkan diri bahwa kedua orang
tadi takkan bisa mendengarkan pembicaraan mereka.
"Sederhana sekali." Ia mencoba tersenyum lebar.
"Agaknya Barney dan Snubby memutuskan untuk pergi ke Dicamock, naik bis. Mereka
harus segera berangkat. Kalau tidak, bisa ketinggalan nanti. Mereka minta agar aku minta
maaf pada Anda." "Lalu kenapa mereka tak bilang-bilang sedikit pun padaku?"tanya Nona Pepper,
masih bingung. "Apakah kau dan Diana tidak pergi juga?"
"Ehh. tidak," kata Roger.
"Kami pikir Anda memerlukan teman. Bagaimana kalau kita berperahu, Nona Pepper?"
"Ya, itu sungguh sangat menyenangkan," kata Nona Pepper. Tetapi aku harus
menegur Barney dan Snubby nanti. masa meninggalkan makanan begitu saja!" Saat
itu Sir Richard dan Profesor Halinan keluar, berbicara perlahan dan melihatlihat ke sana kemari. Roger yakin mereka mencari Snubby. Terpandang ia oleh
mereka, dan Sir Richard segera melangkah ke arahnya. Tapi temannya segera
menahannya. Agaknya mereka tak mau mengatakan apa-apa di hadapan Nona Pepper.
"Aku yakin mereka takut kalau-kalau Nona Pepper langsung akan memberi tahu
polisi bila mereka meributkan Snubby dan surat rahasianya," pikir Roger. la lega
sekali ketika Diana muncul.
"Di, kita akan pergi berperahu, kata Roger.
"Pagi ini begitu cerah - matahari panas, langit cerah, dan angin lembut"
"Oh, bagus sekali!" seru Diana yang dalam hati ingin segera mengetahui apa yang
terjadi dengan Barney dan Snubby. Ia tak berani bertanya karena disitu ada Nona
Pepper. Roger memegang lengan Diana, mengajaknya pergi ke karavan. Bantu aku
membersihkan tempat tidur," katanya keras-keras agar Nona Pepper mendengar.
Kemudian ia berkata pada Nona Pepper,
"Kita akan siap dalam waktu sepuluh menit lagi."
Diana setuju sepenuhnya atas keberangkatan Snubby dan Barney ke Dilcarmock.
"Kalau saja kita bisa melewati hari Jumat dengan selamat, aku akan merasa lebih
aman," katanya kemudian.
"Duh! Kenapa Snubby selalu terlibat dalam kesulitan .Dan kita selalu terlibat
pula didalamnya" Padahal Snubby selalu tampak tak peduli, walaupun kita
kebingungan setengah mati. Aku yakin saat ini ia sedang enak-enak duduk di bis,
pura-pura bermain banyo!"
Hampir tepat dugaan Diana. Snubby memang duduk enak-enak di bis- tetapi ia tak
pura-pura main banyo. Ia pura-pura main harmonika. Dengan tangan di depan mulut,
ia membuat suara 'zz-zz yang persis sekali suara harmonika, dan memainkan lagu
dansa yang riang. Seperti yang diduga Diana, semua orang di bis merasa geli
melihat tingkah Snubby-tertawa dan menyuruhnya terus memainkan harmonikanya.
Tidak, Snubby sama sekali tidak menaruh rasa khawatir seperti yang lain!
Ketika Miranda turun ke lantai bis dan menari mengikuti irama musik Snubby, para
penumpang riuh-rendah tertawa dan bertepuk tangan, sampaisampai sopir bis


Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpaling untuk melihat, dan hampir saja bis tersebut masuk selokan.
"Tutup mulutmu, Snubby," kata Barney, terkejut.
"Bisa-bisa kita kecelakaan nanti" Di penginapan, Roger, Diana, dan Nona Pepper
bersiap-siap untuk berperahu. Nona Pepper mengharuskan mereka semua memakai topi
dengan tepi lebar, sebab diperahu sama sekali tak ada tempat berlindung dari
teriknya sinar matahari. Mereka terpaksa pergi ke toko Nyonya Jones tua untuk
membeli topi, yang berarti membeli juga es krim. Sewaktu mereka makan eskrim,
Sir Richard dan rekannya tampak melewati toko itu, dan sesaat mengintip ke dalam
lewat jendelanya. Mereka tak berbicara apapun, dan Roger cukup merasa lega saat
keduanya meneruskan perjalanan mereka.
"Aku tak suka pada kedua orang itu," kata Nona Pepper.
"Aku tak mengerti mengapa mereka berada di sini. Mereka tidak mengail, mereka
tidak berenang. Lihat, mereka bahkan memakai pakaian jas lengkap di hari sepanas
ini. Kalau saja aku tidak tahu nama mereka, pasti aku akan menduga bahwa mereka
sedang merencanakan sesuatu di luar hukum."
"Mungkin juga pendapat Anda benar, Nona Pepper," kata Roger, dan Diana, tertawa
kecil. Sungguh menyenangkan berperahu. Mereka bergantian berdayung dan berbaring
di perahu dengan tangan tergantung ke air. Kedua anak itu bahkan bergantian
terjun dan berenang di sekitar perahu. Tak lama kulit mereka menjadi coklat
kemerahan oleh panas matahari Nona Peppermerasa bersyukur bahwa ia
mempersenjatai diri dengan topi tepi lebar itu. Barney dan Snubby juga sempat
bersenang senang di Dilcarmock. Kota itu cukup ramai. penuh dengan pelancong.
Banyak sekali tempattempat hiburan. Barney, yang dulu selalu berkelana dari kota
satu ke kota lain mengikuti sirkus atau pasar malam, gembira sekali mengikuti
berbagai permainan yang sangat dikenalnya - lempar gelang, mobil gila, ayunan,
roda putar, dan banyak lagi. la bahkan bertemu dengan seseorang yang dikenalnya
di Pasar Malam Riloby. Mereka berbicara dengan akrab, dengan pembicaraan yang
tak bisa diikuti oleh Snubby.
Miranda juga menyukai suasana ramai ini - sementara Sinting bertemu dengan
banyak sekali anjing liar, hingga bingung sedikit dia meladeni tingkah mereka.
Bagi Sinting, Dilcarmock jauh lebih menyenangkan daripada Penrhyndendraithl
"Sudah waktunya ke pemberhentian bis," kata Barney.
"Kalau terlambat, kita akan terlambat makan malam. Tapi kukira bagimu tak apaapa, Snubby. Kau telah menghabiskan paling sedikit selusin es krim, dan entah
berapa banyak udang, beberapa roti jahe, tiga kue daging, dan. berapa kue
lapisnya?" "Yah, tetapi aku masih juga merasa lapar!" kata Snubby.
"Jadi jangan sampai kita ketinggalan bis, Barney. Sinting, duduk diam! Aku tak
ingin kau lari pada saat bis sampai di sini!"
Mereka pergi ketempat pemberhentian bis. Dua menit kemudian bis datang. Mereka
berdua duduk di tempat duduk paling depan. Seperti biasa Miranda berada di bahu
Barney, ingin melihat apa saja yang ada di luar bis. Sinting berbaring diam-diam
di dekat kaki Snubby. "Kuharap saja kedua orang itu tidak mencoba menangkapku malam ini," kata Snubby
tiba-tiba. "Tadi aku begitu riang, hingga lupa pada mereka. Apakah kaukira aman bagiku
untuk ikut makan malan?"
"Ya, kau akan aman, selama kau berada bersama kami," kata Barney. Tapi kita
semua harus selalu bersama-sama, berempat, lengkap dengan Sinting, sampai waktu
tidur tiba. Kita bisa berkata pada Nona Pepperbahwa kita terlalu lelah, agar
kita diizinkannya pergi tidur lebih awal." Mereka cukup lega ketika sudah sampai
kejalan yang menuju kekaravan, sebab mereka betul-betul letih. Roger ada di
dekat karawan itu, agaknya memang menunggu mereka. Dan Roger tampak sangat
gelisah. "Ada kejadian tak terduga" kata Roger begitu mereka sampai di dekatnya. Surat
itu hilang dari bawah karawan! Dan aku yakin si Tolol Dafydd itu yang
mengambilnya. Aku tak bisa menemukan setan cilik itu. Mudah-mudahan saja kedua
orang itu tidak melihatnya membawa surat tersebut!"
Bab 17 DI MANA SURAT RAHASIA ITU"
BARNEY dan Snubby tertegun memandang Roger. Surat itu hilang" Padahal mereka
sudah yakin tak akan ada yang melihatnya, karena terpaku di bawah lantai
karawan! "Bukan hanya itu. Pintu karavan kita dibongkar orang. Isinya jadi campur aduk
berantakan!" "Pasti kedua orang itu yang mencari surat mereka," kata Barney.
"Dafydd tak akan berani berbuat begitu. Lagi pula ia takkan bisa merusak
kuncinya." "Mengapa kau berpikir Dafydd yang membawa suratnya?" tanya Snubby.
"Begini," kata Roger.
"Waktu aku, Di, dan Nona Pepper pulang untuk makan siang dan aku akan mengambil
sesuatu dari karavan, kulihat si Megol berdiri di situ. Saat itu kunci pintu
karawan belum rusak. Aku heran, si Megol berada disitu sendirian, biasanya ia
selalu mengikuti Dafydd."
"Lalu di mana Dafydd. Di bawah karavan?" tanya Barney.
"Ya! Kucari dia takbertemu. Kemudian angsa itu menjulurkan kepalanya kebawah
karavan, seolah olah berkata "Cepat Dafydd". Kulihat ke bawah karavan, dan ternyata ia ada di sana!"
"Apakah kau lihat dia membawa surat itu?"
"Saat itu aku tak memikirkan Surattersebut. Aku hanya membentak Dafydd,
menyuruhnya keluar dan jangan mendekati karawan kita lagi. la begitu ringan
tangan, apa saja diambilnya, seperti seekor monyet saja. Oh, maaf, Miranda, aku
lupakau juga seekor monyet."
Miranda mencereceh seolah-olah ia mengerti. Roger meneruskan ceritanya.
"Nah, Dafydd kemudian lari bersama Megol. Saat itulah aku baru teringatakan
surat itu. Aku pun merangkak masuk kebawah karavan. Surat itu sudah tak ada,
pakunya bertebaran di tanah. Jadi pasti ada orang yang mencabutnya, untuk
mengambil surat tersebut. Dan aku yakin itu perbuatan Dafydd. Sebab kalau kedua
orang tadi yang mengambilnya, tak mungkin mereka kemudian masuk kekaravan dan
mengobrak-abriknya, kan?"
"Ya, memang tak mungkin," kata Barney.
"Soalnya kini. apakah setan cilik itu masih memiliki surat tersebut?"
Mereka mencari Dafydd. Tetapi Dafydd ternyata telah pergi tidur
"la tidur nyenyak, kata Nyonya Jones.
"Hari ini ia begitu nakal dengan angsanya. Masuk gudang makanan, naik tangga,
mengacau kan segalanya." "Eh. mungkinkah ia akan senang bila kamiberi
weker yang kami menangkan di tempat lempar
gelang di Dilcarmock?" Barney mengeluarkan sebuah weker kecil dari sakunya.
"Pasti, oh, pasti dia sangat senang sekali," kata Nyonya Jones."Tetapikukira tak
bisa Anda berikan padanya sekarang. la sedang tidur. Biar kuberikan besok pagi
padanya." "Tidak, aku ingin memberikannya sendiri padanya," kata Barney tegas, memasukkan
wekernya kembali ke dalam saku, dan bergegas pergi sebelum Nyonya Jones
berbicara lagi. "Kita tukar surat itu dengan weker ini," kata Barney.
"Setan! Dimana pun dia ada! Untuk apa ia merangkak-rangkak di bawah karavan?"
"Yah, anak kecil selalu berbuat hal-hal yang aneh," kata Snubby.
"Waktu aku sekecil dia, aku merasa senang bila bisa merayap masuk kekolong
mobil, dan membiarkan oli menetes ke mukaku."
"ih, jik!" kata Diana.
"Untung aku tak pernah punya keinginan seperti itu." Mereka makan dengan lahap,
dan agak heran karena kedua orang yang mereka curigai itu tidak muncul.
"Apakah mereka telah pergi, Nyonya Jones?" tanya Barney, menganggukkan kepalanya
ke arah meja kedua orang tersebut. Nyonya Jones menggelengkan kepala.
"Oh, tidak. Keduanya sudah makan tadi, dan kini keluar untuk menemui beberapa
kenalan mereka. Mereka selalu sibuk setiap kali datang ke Penrhyndendraith ini.
Orang kaya, orang penting, memang selalu sibuk. Dan aku sangat bangga
Komplotan Perampok Bank - Novel Barat Online
Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
mereka tinggal dipenginapan kami Yang menarik mereka adalah masakannya yang
sangat-sangat hebat. Anda semua juga suka masakan suamiku, kan" Aku tahu."
"Ya, ya, Nyonya Jones," tukas Nona Pepper. Dan kali ini wanita yang suka bicara
itu mengerti .la segera pergi ke luar ruangan.
"Heran, bagaimana ia bisa berbicara terusmenerus seperti itu," kata Snubby. Tapi
untuk apa Anda menghentikannya, Nona Pepper - aku senang sekali mendengar
suaranya." "Mungkin juga, tetapi kau dan aku memang sangat berbeda dalam soal selera," kata
Nona Pepper. Mereka pergi tidur lebih awal dari biasanya, dan mereka memang betul-betul
merasa lelah. Ketiga anak lelaki itu berunding dulu sebelum tidur di karawan
mereka. "Besok pagi aku akan segera menanyai Dafydd tentang surat itu," kata Barney
"Sedang Snubby harus hati-hati, jangan sampai mendekati kedua orang itu kalaukalau mereka masih berpikir surat itu ada padanya. Mereka kini tahu surat itu
tidak tersembunyi di karavan, sebab mereka telah menggeledahnya."
"Bagaimana aku menjauhi mereka"Akukan tak bisa pergi ke Dicarmock setiap hari"
kata Snubby. "Akan kita pikirkan nanti," kata Barney. Ia menguap.
"Aku akan tidur. Awas Dafydd besok, kalau ia tak mau menyerahkan surat
tersebut!" Keesokan harinya mereka langsung mencari Dafydd. Tetapi baik Dafydd maupun
angsanya tak terlihat. Barney pergi ke dapur, tempat Pak Jones sedang memasak
dan memancarkan bau yang sedap sekali.
"Ehh. selamat pagi. Apakah Anda tahu dimana Dafydd?" tanya Barney.
Pak Jones berpaling mengerutkan kening, memegang penggorengan.
"Tidak. Dan ia memang kularang masuk kemari."
Anak-anak itu bergegas meninggalkan dapur, merasa bahwa merekapun tak
dikehendaki masuk ke dapur itu.
"Masam sekali dia," kata Roger.
"Mestinya dia harus riang, karena berhasil memiliki penginapan Ini. Mereka juga
tak melihat Sir Richard dan temannya. Hati-hati Barney masuk ke ruang makan
untuk melihat apakah kedua orang itu ada di situ. Dilihatnya Nyonya Jones sedang
mengambili piring-piring dari meja kedua orang tersebut.
"Oh, apakah keduanya telah sarapan"' tanya Barney.
"Ya, mereka bangun sangat pagi hari ini," kata Nyonya Jones.
"Sir Richard berkata hari ini mereka banyak urusan."
"Oh, betulkah?" Barney memotong
"Urusan apa yang dikerjakannya di tempat terpencil ini?" 'Sir Richard memiliki
dua buah kapal nelayan di sini, beliau juga memiliki." Pembicaraannya terputus
sebab Nona Pepper muncul bersama Diana. Nyonya Jones bergegas keluar dari
ruangan untuk memberitahu PakJones bahwa tamu mereka sudah siap makan.
Sehabis sarapan, anak-anak itu mencari Dafydd lagi, sambil terus berhati-hati
pada kemungkinan berpapasan dengan kedua orang itu. Barulah menjelang waktu
makan siang mereka melihat Dafydd dan si Megol. Anak itu pun segera mendapatkan
mereka. "Kata Ibu kalian akan memberiku sebuah jam
weker," katanya. "Oh, begitu katanya padamu?" tanya Barney. la pun mengeluarkan jam weker indah
kecil itu dari sakunya. Dafydd tampak gembira sekali. la mengucapkan sesuatu dalam bahasa Welsh.
Tangannya terulur untuk mengambil jam tersebut, tetapi Barney menghindarinya.
"Dafydd, kuberikan jam ini padamu, tetapi kau harus memberi sesuatu padaku,"
kata Barney. "Pisauku!" kata Dafydd, merogoh sakunya.
"Tidak, Dafydd, aku hanya ingin kertas yang kauambil dari bawah lantai karawan
kami," kata Barney. "Sungguh jahat kau mengambilnya, tetapi kalau kaukembalikan padaku, kau boleh
mengambil jam ini." "Kertas itu hilang," kata Dafydd tenang-tenang saja.
"Hilang" Di mana?" Roger terkejut.I
"Diambil orang-orang itu," kata Dafydd, menuding ke arah penginapan.
"Kapan"' tanya Barney.
Dafydd agaknya tak tahu. Tapi tiba-tiba ia menangis.
"Mereka membentak-bentak Dafydd." katanya.
"Dafydd duduk di situ, akan membuat perahu dengan kertas itu." Ia menuding ke
arah bangku kayu di taman.
"Dan orang itu datang, membentak 'Mana kertas itu!" dan merampasnya
begini."Tiba-tibatangan Dafydd menyambar jam di tangan Barney.
"Waduh!Sialan!" seru Roger.
"Dafydd, kapan itu terjadi?"
"Orang itu memukul si Megol!" Dafydd memukul udara.
"Orang jahat. Mencuri dari Dafydd. Kauberikan jam ini padaku?"
"Tidak. Kau tak bisa menukarnya, jadi tak kuberikan," kata Barney tegas. Dafydd
mulai menangis lagi "Mungkin ia tak tahu kertas itu punya kita," kata Roger, iba hatinya.
"Kan tidak selamanya kau bisa menemukan kertas terpaku di bawah karavan. la
takkan bisa mengerti bahwa surat itu surat
penting." "Ya, betul juga," kata Barney. Dipandangnya anak yang menangis tersedu-sedu itu.
Tiba-tiba dirangkulnya dan berkata,
"Sudahlah, jangan menangis lagi. Kami memaafkan kau. Nih, ambil
jam ini. Kau harus putar yang ini. begini. nah, kini
jam itu berbunyi, kan?"
Dafydd sangat gembira. la langsung berhenti menangis, merapatkan jam weker itu
ditelinganya. la mendekatkannya ke telinga Mego dan berkata,
"Dengar Tik-tok-tik-tok-tik-tok!" Angsa itu mundur, tak mengerti benda apa yang
dipegang tuan kecilnya itu.
"Dan ini caranya untuk membunyikan belnya," kata Barney, berharap anak itu bisa
mengerti "Lihat, kauputar yang ini, begini, dan kini dengarkan!" Bel jam weker itu
berdering nyaring sekali. Dafydd melompat-lompat kegirangan. Angsanya lari
ketakutan. Tiba-tiba Dafydd memeluk Barney.
"Kau anak baik!" katanya.
"Dafydd akan ambil kembali kertas itu. Dafydd akan memberikannya padamu!"
"Mudah-mudahan kau dapat, Sobat," kata Barney.
"Nah, sudah. Pergilah." Dafydd lari mencari angsanya. Anak-anak itu saling
pandang. "Tak ada gunanya kini," kata Barney.
"Kedua orang itu telah menguasai kembali surat rahasia mereka. Mereka kini tahu
apa yang ingin mereka ketahui. Apa yang diperintahkan Jim untuk mereka lakukan
malam ini. Yah, sudah waktu makan siang. Di mana Nona Pepper?"
"Biar kujemput dia. Ini kesempatanku untuk mengatakan padanya bahwa kali ini
dialah yang sangat terlambat!" kata Snubby.
"Ayo, Sinting!" Dengan kecepatan tinggi ia berlari menaiki tangga. Tetapi
ternyata Nona Pepper tidak ada di
dalam kamarnya. Snubby berpaling untuk turun lagi, Sinting berlari menduluinya.
Tetapi Snubby tertegun berhenti. Dihadapannya berdiri Sir Richard yang agaknya
sedang akan turun ke tangga juga, baru keluar dari kamar,terbaik. Sir Richard melihatnya, dan langsung menyambar leher bajunya.
"Kau Kau setan Cilik Berani betul kau mengambil surat itu dari Dail Apa yang
kauketahuiPAyo cepat, katakan! Kalau tidak kulempar kau ke bawah sana!" la
mengangkat Snubby, seolah-olah betul-betul akan dilemparkannya. Snubby tercekik,
dan ketakutan setengah mati. Ia mengatakan sesuatu, tetapi orang itu tak bisa
mendengarnya. la mengguncang Snubby bagaikan kucing mengguncang tikus, Jawab!
Cepat Kucekik kau kalau tidak!" katanya. Sinting melihat majikannya dalam
bahaya. la segera berlari kembali ke atas dan dengan sangat marah anjing kecil
itu langsung menerkam kakisi Jenggot Hitam. Sir Richard menjerit, melepaskan
Snubby. Snubby langsung lari masuk ke dalam kamar Nona Pepper, mengunci
pintunya. Terengah-engah ia bersandar pada pintu itu, mendengar-dengarkan.
Didengarnya orang tadi agaknya berlari tunggang-langgang menuruni tangga,
dikejar Sinting yang terus menyalakmarah. Ya, ampun! Kini apa yang akan
dilakukannya" Ia sama sekali tak berani menyelinap keluar dari kamar Nona
Pepper. Orang tadi pasti akan menangkapnya kembalil
Bab 18 PENEMUAN DAFYDD RoGER, Barney, dan Diana menunggu dengan sabar kedatangan Snubby yang menyusul
Nona Pepper. Beberapa saat kemudian Nona Pepper muncul dari arah taman - agaknya
ia baru saja duduk-duduk membaca koran di tempat itu.


Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oh, apakah kalian sudah siap untuk makan siang?" tanya Nona Pepper.
"Di mana Snubby?" Anak-anak itu salingpandang. Dimana Snubby" Dan kenapa ia
tidak turun" Mestinya ia mengetahui bahwa Nona Pepper tidak ada di kamarnya.
Tiba-tiba saja Barney merasa sangat khawatir.
"Akan kususul dia," katanya, dan berlari masuk, langsung berlari naik tangga, ke
kamar Nona Pepper. Pintu kamar itu terkunci, tetapi tampak Sinting merengekrengek dan mencakar-cakar pintunya.
"Snubby, kau di dalam"' tanya Barney, mengetuk pintu. Suara Snubby menjawabnya,
agak lemah, "Ya, Barney, kaukah itu" Kubukakan pintu ini!" Snubby membuka pintu, dan Barney
cepat menyelinap masuk. "Kenapa kepalamu?" tanyanya.
"Astaga. Pucat sekali kaul Apa yang terjadi?"
"Pak Jenggot itu. ia menyerangku," kata Snubby, duduk di tempat tidur Nona
Pepper. "Ia hampir mencekikku, hampir melemparkan aku ke bawah tangga. Mungkin kepalaku
terbentur ke dinding, waktu ia mengguncangkan tubuhku hingga gigiku gemertak.
Sinting menyerang dia, menggigit dia. sungguh hebat kau, Sinting!"
"Grrr," Sinting menggeram, mengingat perkelahiannya tadi.
"Wah!" Barney ternganga. Sungguh kejam orang itu. Kau harus menghindarinya,
Snubby. la pasti sangat marah karena kau telah mengambil suratnya dari anak itu.
Sayang sekali kita tidak bisa membaca isinya."
"Aku akan tinggal di sini saja, kata Snubby.
"Aku tak tahu apa yang akan kaukatakan pada Nona Pepper. Tetapi hari ini aku
akan lenyap dari pandangan Sir Richard."
"Kukatakan saja padanya bahwa kau terjatuh dan kepalamu sakit," kata Bamey, agak
bingung. "Dan kukatakan bahwa lebih baik kau tinggal saja di sini, karena di sini lebih
tenang lebih sunyi Mungkin setelah malam ini orang-orang itu akan pergi. Kau mau
makan" Akan kuambilkan dari bawah."
"Tidak, perutku rasanya tak mau menerima apa pun," kata Snubby,
"mau muntah rasanya."
"Kasihan kau," kata Barney - yang tahu kalau Snubby tak mau makan, pastiada yang
tidakberes. "Tidur sajalah kalau begitu.?"Kepalaku sakit kini, keluh Snubby.
"Oh, Sinting, aku gembira kau telah menyerang orang jahat itu."
Sinting melompat ke atas tempat tidur. Tetapi Snubby segera mendorongnya turun.
"Maaf, ini tempat tidur Nona Pepper, bukan tempat tidurku. Mungkin tak apa kalau
aku tidur di tempat tidur Diana. Mungkin dia takkan keberatan kau tidur
dekatku." Barney keluar, dan turun. la berkata pada Nona Pepper bahwa Snubby terbentur
kepalanya, ingin tidur, dan tak ingin makan. Nona Pepper jadi sangat terkejut
mendengar ini, dan segera bergegas ke atas Barney mendapat kesempatan untuk
menceritakan pada yang lain kejadian
sebenarnya. Mereka sungguh iba pada nasib Snubby.
Akhirnya Nona Pepper turun juga, dan mereka mulai makan,
"Entah bagaimana Snubby bisa terbentur seperti itu," kata Nona Pepper.
"Baik juga ia mau berbaring-baring dulu. Dan memang tepat sekali ia memilih
kamartidurku. Takkan ada yang berani mengganggunya di sana. Sehabis makan nanti
akan kulihat lagi keadaannya, kemudian biar dia istirahat sampai waktu minum teh
nanti. Katanya kepalanya sakit sekali. Kasihan dia."
"Aku yakin ia sudah sembuh waktu minum teh nanti," kata Roger, makan dengan
lahap. "Wah, monyet kecil si Dafydditu sangat gembira dengan lonceng kecilnya. Entah
sudah berapa puluh kali ia
membunyikan belnya. Selalu saja kudengar deringnya, di mana-mana."
Nona Pepper menjenguk Snubby setelah makan siang la gembira melihat Snubby
tertidur, dijaga oleh Sinting Nona Pepper berjingkat-jingkat keluar. Mudahmudahan kalau Snubby bisa istirahat sampai waktu minum teh, ia akan segera
Sembuh. "Apakah kalian akan berenang sore ini?" tanya Nona Pepper kepada ketiga anak-
anak itu. "Kemudian berbaring-baring di pasir?"
"Usul bagus," kata Roger.
"Yuk, kita berjalan agak jauh sore ini, sampai ke lekuk-lekuk karang itu. Aku
yakin di antaranya airnya begitu hangat bagi kita."
Mereka pergi ke pantai, kemudian memanjat tebing, ke batu-batu karang. Ada
lekuk-lekuk di tempat itu, yang terisi oleh air laut sisa pasang naik Dan
beberapa di antaranya cukup besar bagi mereka untuk berendam, dan airnya memang
hangat. Bergantian mereka berenang di laut dan berendam di batu karang, atau berbaringbaring di pasir. Nona Pepper memasang payung besar, dan tak lama ia sudah
tertidur. Barney berbaring dilekukan karang, merasakan betapa kakinya dikerumuni udangudang kecil. Geli rasanya. la bangkit untuk memanggil kedua temannya. Tetapi ia
tertegun. Ia melihat dua orang berjalan di pasir, di pantai, berbicara serius
sekali"Sst" bisik Barney pada yang lain.
"Jangan bangkit Kulihat Sir Richard dan temannya itu. Entah ke mana mereka akan
pergi" Kedua orang itu berjalan cepat melewati tempat mereka yang tersembunyi di atas,
terus berbicara dengan suara rendah.
"Mungkin akan berbicara dengan Morgan dan Jim," kata Barney setelah keduanya
jauh. "Pasti tentang apa yang akan mereka lakukan malam ini. Apa kira-kira, ya" Perahu
Morgan datang malam-malam membawa muatan gelap?"
"Hei, lihat itu Dafydd dan angsanya!" kata Roger heran.
"Agaknya ia mengikuti kedua orang itu. Untuk apa" Lihat, ia merapatkan diri ke
dinding tebing, tak ingin terlihat oleh kedua orang itu."
"Mengintip-intip lagi, pasti," kata Diana.
"Sialan sekali anak itu, ia bisa muncul di mana saja!"
Mereka berbaring lagi, berendam di lekukan karang itu. Diana mulai menguap.
"Kurasa lebih baik aku keluar saja dan berbaring di pasir. Aku sangat mengantuk.
Aku tak mau tertidur di dalam.
Sore itu mereka memang merasa sangat malas. Juga Miranda. Mereka senang juga,
walaupun terasa ketidakhadiran Snubby membuat suasana sedikit kosong. Miranda
duduk di batu, di atas kepala Barney. la sedih tak bisa duduk di bahu majikannya
yang terendam air. Dibujuk dengan cara apa pun Miranda tak mau turun ke air.
Setelah kira-kira satu jam, tiba-tiba Miranda mencereceh gelisah. Barney cepat
bangkit. "Ada apa?" tanyanya.
"Ada orang datang?"
Sebuah wajah kecil, kecoklatan, dengan rambut tak keruan, muncul dari antara
batu karang, menyeringai padanya. Dafydd! Sebuah kepala dengan leher panjang
terjulur. Si Megol juga. "Sssst!" Dafydd menaruh jarinya ke mulut, kemudian menunjuk ke arah atas pantai,
jarinya terangkat-angkat seolah-olah menusuk udara.
"Ada apa" Apa yang ingin kaukatakan pada kami?" bisik Barney.
"Orang-orang itu," bisik Dafydd
"Dua orang. Dafydd ikuti Dafyddingin kertasnya kembali ikuti orang itu. Masuk
lubang panjang." "Apa maksudnya?" tanya Barney pada Roger yang juga ikut mendengarkan.
"Apakah ia mengikuti kedua orang itu dengan pikiran akan merampas kembali
kertasnya?" "Masuk lubang panjang," kata Dafydd, mengangguk.
"Dafydd akan antar kalian."
"Ini sungguh menarik," kata Barney.
"Mari kita ikuti dia, dan kita lihat apa yang dimaksudkannya. Tunggu. Dengar suara-suara itu. Mungkin orang-orang itu kembali Dafydd, masuk kemari"
Dafydd memanjat lengkungan batu karang itu, dan turun kekolam kecil tempat
Barney berbaring .la duduk ditepilekukan, memainkan kakinya diair. Si Megol
langsung berenang-renang di situ."Orang-orang itu kembali," kata Dafydd,
mengintip dari baik batu-batu karang. Barney segera menariknya.
"Jangan bergerak," bisiknya. Dafydd mengerti dan duduk menundukkan kepala. Diam,
walaupun kakinya masih terayun-ayun di dalam air.
Sekali lagi orang-orang itu lewat di bawah mereka. Ke arah penginapan. Dan
akhirnya tak tampak. Dafydd berdiri
"Ke lubang panjang?" tanyanya. Menuding ke arah tebing. Barney dan Roger
berdiri, mengibaskan tubuh mereka bagaikananjing. Mereka pun mengikuti anak
kecil itu, ke arah mana orang-orang tadi datang.
Akhirnya mereka sampai ke gua-gua di tebing pantai itu. Dafydd masuk ke gua yang
bertanda "BERBAHAYA". Barney langsung mencegahnya.
"Jangan. Gua ini berbahaya!" katanya. Tetapi Dafydd agaknyatak mengerti la
langsung berlari masuk. Ragu-ragu Roger dan Barney mengikutinya, takut kalaukalau setiap saat atap gua runtuh.
"Tetapi kedua orang tadi datang dari sini, jadi mungkin gua ini tak begitu
berbahaya," kata Roger.
"Atau mungkin mereka sendiri yang memasang tanda BERBAHAYA itu," kata Barney,
"agar tak ada yang masuk kemari. Mungkin di dalam ada tempat persembunyian."
"Tapi gua ini tak ada apa-apanya," kata Roger lagi saat mereka sampai ke ujung
gua, "tak ada tempat untuk bersembunyi."
"Lihat Dafydd, ia memanjat karang itu," kata Barney
"Lihat, ia menyusuri tebing itu dan. ia hilang!"
Memang. Separuh perjalanan di sepanjang tebing itu Dafydd lenyap. Si Megol yang
tertinggal di lantai gua yang berpasir itu kebingungan, menjerit-jerit sedih.
Dafydd muncul lagi, melambaikan tangan. la hampir tak terlihat, hanya terbayang
saja dengan latar belakang dinding gua yang gelap, berdiri di tebing itu.
"Masuk lubang panjang!" seru anak kecil itu.
"Kalian juga ikut, masuk lubang panjang!"
Barney dan Roger merasa sangat tertarik. Mereka pun memanjat tebing karang di
bagian belakang gua itu, mencapai bagian atasnya dan menyusurinya. Mereka
menemukan sebuah lubang di dinding. Ke dalam lubang itulah Dafydd tadi hilang.
Kini ia pun telah menyelusup masuk lagi. Roger dan Barney mengintip ke dalam
lubang itu. Remang-remang di dalamnya.
"Kau ikut?" tanya Dafydd, kemudian meneruskan berbicara dengan bahasa Welsh yang
tak mereka ketahui artinya.
"Boleh juga," kata Roger, merangkak masuk, dengan Miranda di kakinya."Entah
kemana lorong ini. Sayang kita tidak membawa senter. Wah, ini betul-betul lubang
panjang. paling tidak sejauh mataku memandang tak kulihat ujungnya! Kembalilah,
Dafydd, tak baik kita merangkak-rangkak di kegelapan seperti ini."
Bab 19 PENGALAMAN YANG SANGAT HEBAT
KEDUA anak itu dan Miranda memanjat turun kembali ke dalam gua. Si Megol
menyambut mereka dengan menjerit-jerit keras. Dafydd melompat turun.
"Lubang panjang - sangat-sangat panjang," katanya.
"Orang masuk kelubang itu. Dafyddjuga. Sangat-sangat panjang."
"Sungguh mengherankan," kata Barney. Terima kasih, Dafydd."
"Apakah orang-orang itu melihatmu?" tanya Roger.
"Tidak lihat Dafydd. Dafydd tidak dapat surat itu." Anak kecil itu sesaat tampak
kecewa. "Dafydd membuat jam weker berbunyi T-r-r-r-i-i-i-ng! Orang-orang teriak-teriak!"
Barney tertawa. "Kau monyet kecil Kau merayap ke belakang orang-orang itu, lalu membunyikan
wekermu! Pastilah mereka sangat terkejut. Bagus, Dafydd. Kini pulanglah." Dafydd
menyeberangi pasir pantai Kedua anak lelaki itu membangunkan Diana dan
menceritakan apa yang terjadi. Diana sangat tertarik.
"Orang-orang itu pasti menyelundupkan sesuatu," kata Diana.
"Dan menyembunyikannya di tempat yang disebut Dafydd'lubang panjang. Aku yakin
malam ini mereka akan memperoleh kiriman barang selundupan lagi dan akan
membawanya ke lubang itu."
"Ya, mungkin juga," kata Barney. Tetapi untuk apa mereka pergi ke lubang itu
hari ini" Mungkinkah untuk menyiapkan tempat bagi barang-barang yang akan datang
itu" Kalau saja kita tadi bawa senter mungkin kita bisa menyelidikinya sampai ke
ujung lorong itu. Lorong tersebut menanjak tajam sekali, ya, sesungguhnya sebuah
lorongyang oleh Dafydd disebut lubang panjang. Pandai sekali anak itu memanjat.
Melompat lompat bagaikan monyet saja. Segesit Mirandal Dan matanya mungkin
setajam mata kucing, bisa melihat di kegelapan. Entah dimana ujung lorong itu."
"Barney, bagaimana kalau kita awasi kedua orang itu" Mungkin sekali nanti malam
mereka akan keluar, dan mereka akan melewati karawan kita. Sinting pasti akan
menyalak, tanda mereka lewat Dan kemudian kita akan mengikuti mereka ke gua ini.
Kita lihat, apa sebetulnya yang mereka bawa ke tempat itu," usul Roger.
"Ya, itu usul bagus," kata Barney
"Snubby boleh ikut juga bila ia sudah merasa mendingan.Tapi kau jangan ikut, Di,
Nona Pepper pasti akan mendengarmu menyelinap ke luar kamar.?"Kuharap Snubby
cepat baik lagi," kata Diana.
"Kejam sekali kedua orang itu, menyerang anak sekecil dia. Mudah-mudahan mereka
segera masuk penjara. Berani-beraninya menyamar menjadi Sir dan profesor!"
Nona Pepper tiba-tiba terbangun, terkejut, melihat arlojinya.
"Ya, ampun! Sudah waktunya minum teh! Larilah kalian dulu ke penginapan. Katakan
pada Nyonya Jones kita siap minum teh. Aku nanti menyusul."
"Bagus," kata Barney saat mereka berlari-lari kecil di pasir.
"Kini kita bisa berbicara dengan bebas dengan Snubby, tanpa terdengar oleh Nona
Pepper." Snubby merasa telah agak baik. Mereka bercerita tentang pengalaman sore itu,
tetapi Snubby menyela, "Dengar, ada hal yang aneh di sini, sore ini. Aku kan berbaring di sini. Tibatiba Sinting menyalak keras. Aku terbangun, mengira orang-orang itu akan masuk
ke dalam kamar untuk menangkapku. Tetapi kupikir itu tak mungkin, sebab Sinting
terus saja menyalaknyalak keras. Kemudian kudengar suatu suara aneh. Dan suara
itu tidak datang dari luar kamar. Suara itu datang dari dalam kamar ini!"
"Suara apa?" tanya Barney.
"Sulit untuk menggambarkannya," kata Snubby.
"Seperti gedebak-gedebuk orang memukul-mukultembok, dan datangnya dari sebelah
sana, dari dekat perapian itu. Tetapi sepertinya datang dari bawah lantai!"
"Oh, Snubby!" kata Diana, seketika tampak ketakutan. Jangan-jangan itulah yang
dimaksud dengan suara-suara aneh yang dikatakan Pak Jones dulu, waktu kita
bersikeras mengambil kamarini, dan tidak mau digantikan dengan kamar terbaiknya.
Dia bilang suara itu datang di malam hari, tetapi sampai sekarang aku belum
pernah mendengarnya, jadi kukira hanya omong kosong belaka. Tetapi ternyata kau
yang mendengarnya!" "Ya, aku yakin suara itu ada," kata Snubby.
"Aku tak beraniturun dari tempat tidur. Sinting terus saja menyalak-nyalak
hebat, berlari-lari berkeliling kamar, mencari sumber suara itu."
"Kira-kira suara itu suara apa?" tanya Barney berpikir-pikir.
"Apakah ada pintu dibalik peti besar itu?"
"Ayo, kita lihat," kata Snubby. Bertiga mereka mencoba melihat bagian belakang
peti besar tempat pakaian itu. Tetapi di balik peti tersebut hanya ada dinding
batu. "Aneh sekali," kata Barney,
"Tetapi lebih baik kita segera turun dulu-kalau tidak, Nona Pepper pasti akan
curiga. Kau ikut, Snubby?"
"Baik, aku juga merasa sedikit lapar. Dan terutamaakutak mau berada sendirian di
kamarini dengan adanya suara-suara aneh itu." Mereka semua turun, dan ternyata
Nona Pepper telah menunggu di ruang makan. Keempat anak itu - beserta Miranda
dan Sinting - berunding lagi setelah minum teh, di karawan mereka. Mereka
menutup pintunya dan berbicara berbisik-bisik. Barney bercerita pada Snubby tentang rencana mereka
untuk membuntuti orang-orang itu ke lubang panjang malam nanti.
"Aku ingin ikut, tetapi rasanya tak dapat," kata Snubby.
"Aku masih merasa sedikit pusing. Begini saja. Begitu kalian berdua meninggalkan
karawan untuk mengikuti kedua orang itu, aku akan menyelinap masuk kepenginapan
dan menunggu di kamar di sebelah kamar Diana. Dengan begitu aku bisa mengetahui
kapan kedua orang tersebut pulang, untuk kemudian melaporkannya padamu."
"Baiklah, begitu pun boleh," kata Barney, yang mengerti bahwa Snubby pasti
takkan begitu ingin untuk tinggal di dalam karawan sendirian.
"Kita cari senter kita," kata Roger.
"Kita pasti memerlukannya nanti. Bagaimana kalau Sinting kami bawa nanti,
Snubby?" "Eh. boleh," kata Snubby, ragu-ragu. Sebetulnya ia lebih suka ditemani Sinting.
la merasa aman kalau Sinting berada di dekatnya.
Mereka menemukan senter-senter itu, kemudian memakai supeater-sueater tebal,
sebab angin kini bertiup keras dan sangat dingin. Mereka bergabung dengan Nona
Pepper, berjalan-jalan di perbukitan di belakang penginapan. Seekor burung
terbang melintas di atas mereka, dan dengan bersungguh-sungguh Barney menunjuk
burung itu, berkata, "Itu Burung Gila Pemecah


Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jagung. atau Burung Hitam Kuning" Coba kita | tanyakan nanti pada Pak Profesor
di penginapan." Sehabis makan malam, perasaan mereka mulai sedikit tegang. |
"Hari baru akan gelap pekat setelah pukul sepuluh," kata Barney.
"Kita bisa main kartu dulu. Lagipula kedua orangitu masih ada disini. Mereka
takkan bisa menyelinap keluar tanpa kita ketahui" Memang. Kedua orang tersebut
berjalan hilirmudik di dekat jendela, selalu tampak jelas oleh mereka. Baru pada
sekitar jam sepuluh keduanya naik tangga. Pergi ke kamar mereka
"Mungkin bersiap-siap untuk berangkat," kata Barney.
"Ayo, kita tunggu dikaravan. Kita ucapkan
selamat malam pada Nona Pepper sekarang saja." Nona Pepper dan Diana berangkat
ke kamar mereka, untuk tidur.
"Hati-hati,' bisik Diana pada kedua anak laki-laki itu. Snubby pergi ke karavan,
mengikuti Roger dan Barney yang kembali memakai Sweater tebal mereka serta
memasukkan senter ke kantungnya. Snubby mulai merasa ingin ikut, tetapi kedua
temannya tak mengizinkannya.
"Kau masih tampak pusing," kata Barney.
"Jangan-jangan kau roboh kalau kita naik terowongan panjang itu. Orang-orang itu
pasti takkan mengira bahwa kita memata-matai mereka, karenanya mereka pasti
keluar dari pintu depan seperti biasanya." Karawan itu gelap. Anak-anak
mengintai keluar lewat jendelanya. Miranda juga. Sekitar setengah
sebelas, mereka mendengar suara orang berjalan kaki. Dan dalam cahaya remangremang rembulan terlihat kedua orang tersebut muncul. Tunggu. Bukan dua. Tiga
Barney menggamit Roger. "Lihat, siapa orang ketiga itu. Pak Jones!" bisiknya.
"Sudah kuduga ia juga terlibat dalam urusan inil"
"Tunggu sampai mereka lenyap di tikungan itu, kemudian kita ikuti," kata Roger.
"Wah heran juga, Pak Jones ikut mereka!" Begitu ketiga orang tadi menikung,
Roger, Barney, serta Sinting menyelinap ke luar karavan, meninggalkan Snubby
sendirian. Snubby tak mau lama-lama sendirian, ia pun lari ke penginapan,
berjingkat-jingkat menaiki tangga, dan masuk ke kamar di sebelah kamar Diana
seperti yang direncanakannya. la berbaring di kursi panjang di kamar itu, merasa
menyesal tak bisa ditemani Sinting. Sementara itu Roger, Barney, Sinting, dan
Miranda telah berada dipantai. Mereka mengikutisi Jenggot Hitam dan kawankawannya itu ke arah Teluk Merlin, di mana tebing meninggi serta gua-gua banyak
sekali. Sinar bulan membuat ketiga orang itu cukup jelasterlihat, dan anak-anak
itu berusaha untuk terus berada di dalam kegelapan.
"Pasang naik," kata Barney.
"Kukira akan tinggi sekali malam ini. Angin bertiup begini keras! Hei, lihat,
itu ada perahu mendekat!"
Mereka berhenti, merapat ke dinding tebing. Sebuah perahu didayung kepantai. Dua
orang ada di dalamnya, dan anak-anak itu merasa yakin bahwa orang yang berdayung
adalah Morgan. Siapa yang lain itu"
"Mungkin yang bernama Jim itu," kata Barney.
"Tetapi mereka agaknya tak membawa banyak barang di perahu itu. Mungkin juga
mereka tidak menyelundupkan apa-apa." Ketiga orang yang mereka ikuti tidak
mendatangi perahu tadi saat perahu tersebut mendarat dan ditarik ke atas pasir.
Mereka menunggu. Kemudian tampak Morgan dan temannya menurunkan beberapa pak
besar, membawanya ke dalam gua, bergabung dengan Pak Jones dan kawan-kawannya.
Mereka memasuki gua yang bertanda BERBAHAYA".
"Gua yang kita masuki siang tadi, bisik Barney.Tak lama Morgan dan temannya
keluar dari gua, pergi ke perahu lagi, dan mengambil pak besar lagi. Mungkin ini
yang terakhir, sebab mereka tak muncul kembali dari dalam gua. Temannya kembali
hanya untuk menarik perahu itu di atas pasir, mengikatnya di pintu gua. Setelah
itu ia pun masuk ke gua, tak kembali lagi. Agaknya mereka semua membawa pak-pak
tadi ke tempat persembunyian mereka.
Roger dan Barney langsung masuk juga ke dalam gua itu, setelah lama mendengardengarkan dan tak ada suara lagi dari dalam gua. Hanya suara laut yang
terdengar, semakin lama semakin mendekati gua karena pasang naik.
"Kita terus saja ke dinding belakang gua itu," bisik Barney.
"Orang-orang itu sudah tak ada. Mungkin sudah masuk ke lorong itu. Kita naik ke
tebingnya, dan menunggu di pintu lorong. Barangkali kita bisa mendengarkan
pembicaraan mereka."
Mereka tak usah mempergunakan senter, sebab cahaya rembulan memasuki gua. Sampai
akhirnya mereka tiba di tebing di ujung gua itu.
"Ayo naik," kata Barney, melompat ke batu karang di tebing itu, menarik serta
Sinting yang sangat terkejut karenanya.
"Jangan bersuara sedikit pun, Sinting, bisa celaka kita semua. Ayo, Roger!"
Mereka pun merayapi tebing menuju lubang panjang itu.
Bab 20 LUBANG PANJANG SANGAT PANJANG
KEDUA anak itu menyinarkan senter mereka ke dalam lubang tersebut. Ke atas.
"Lubang ini naik terus, hampir mirip lorong cerobong," kata Barney,
"walaupun tidak begitu tegak lurus. Aku tak mendengar suara apa pun. Kau?"
"Aku juga tidak," kata Roger. Mungkin orang-orang itu sudah jauh." Mereka pun
mulai masuk, dan naik, mendaki lorong terjal itu. Sekali-sekali mereka
menyalakan senter, untuk melihat tempat berpijak mereka.Tak terdengar suara
apapun sampai kemudian Sinting menggeram kecil, memberi peringatan. Mereka
berdua langsung memadamkan senter.
"Ada suara di depan!" bisik Barney. Kita harus hati-hati kini. Lindungi sentermu
dengan tangan, Roger, kalau kau nyalakan. Ayo Merekamasih agak jauh. Jangan
bersuara, Sinting." Mereka maju lagi, terus memasang telinga, menunggu kalaukalau ada suara dari atas. Tetapi tak ada suara apa pun. Mungkin orang-orang itu
semakin menjauh. Atau merekatak mengeluarkan
suara lagi. Diam. Anak-anak itu sampai ke bagian yang sangat terjal. Tapi
ternyata di tempat itu tanahnya diberi telundakan, ditakik-takik Mereka menaiki
telundakan itu, dan sampailah mereka ke suatu tempat yang mirip gua kecil.
Mereka berhenti, terengah-engah, istirahat. Sinting berlarilari berkeliling,
mengendus-endus di sana-sini.
"Sinting! Miranda" Ke mana kalian!" bisik Barney. Dinyalakannya senternya.
Disorotkan ke sekeliling gua kecil itu.
"Ke mana mereka, Roger" Kudengar suara mereka, tetapi mereka tak ada!" Hati-hati
Barney bangkit, masuk ke dalam gua kecil itu. Ternyata Sinting dan Miranda
sedang menggaruk-garuk tanah di balik sebuah batu karang besar. Mereka menemukan
tulang-tulang seekor binatang kecil
"Biarkan itu!" bisik Barney.
"Ayo, kita akan melanjutkan perjalanan!" Miranda melompat ke bahunya. Sinting
segan segan meninggalkan penemuannya. Sekali lagi mereka menaiki lorong itu,
yang makin lama makin mirip apa yang dikatakan Dafydd, Lubang panjang - sangat-
sangat panjang." "Kira-kira kita di mana?" tanya Roger.
"Entahlah. Tetapi agaknya kita berbelok teruske arah kiri dari tadi. Mungkin
kita sudah melewati tebing, dan berada di bagian perbukitan." Beberapa saat
kemudian kembali mereka mendengar suara-suara. Mereka berhenti, mendengarkan.
Suara itu terdengar terus, seolah-olah barang-barang sedang dipindahkan dan di
tumpuk. R)"Mungkin mereka membuka kotak-kotak itu tadi, dan menumpuk isinya,"
kata Roger. "Apakah kita maju lagi?"
"Ya, tetapi lebih baik salah satu di antara kita saja," kata Barney.
"Kau tinggal disini saja, dengan Sinting dan Miranda. Aku akan mendekat sedekat
mungkin. Pegang terus kepala Sinting."
Barney merangkak maju di lorong menanjak itu. Suara itu kini terdengar semakin
keras. Suara orang menghitung,
".100.200. 300. la maju lagi sedikit dan melihat ke depan. Lorong kini tidak
begitu menanjak. Dan ia melihat ada cahaya di depan.
"Di situlah lorong ini berakhir," pikir Barney,
"dan di situlah agaknya persembunyian mereka. Mereka semua di sana. Itu suara
berat Morgan. Kalau saja aku bisa mendengar apa yang mereka katakan. tapi aku
tak berani lebih dekat lagi."
la menunggu sampai sepuluh menit. Mendengarkan suara-suara barang-barang
dipindahkan dan ditumpuk. Dan suara orang-orang berdebat. Dan tiba-tiba ia
terkejut. Orang-orang itu agaknya bangkit dan akan kembali. Lampu yang tadi menerangi
tempat di depan itu tiba-tiba dimatikan. Dan lampu-lampu senter bermunculan
cahayanya. Barney cepat mundur - dan untunglah, mundur dan menurun itu lebih
mudah daripada maju dan menanjak tadi.
"Roger! Mereka kembali!" bisik Barney.
"Ayo, cepat pergi dari sinil Mana Miranda?"
"Ia pergi meninggalkanku," bisik Roger.
"Akutak tahu kapan. Mungkin ia mendului kita turun."
Mereka bergegas turun, berharap agar Miranda muncul. Tetapi ternyata tidak.
Miranda tak ada. Sinting tak menyukai baik meluncur turun atau merayap naik.
Mereka sampai ke gua kecil yang tadi, di mana tadi Miranda dan Sinting menggali
tanah. "Itu dial" bisik Barney, lampu senternya menyorot monyet kecil itu.
Miranda melompat ke batu karang yang menonjol di dinding, mencereceh ribut.
"Ayo, kemarilah!" kata Barney. Tetapi Miranda kambuh nakalnya. la hanya
melompat-lompat saja di puncak karang itu, terus-menerus mencereceh.
"Kita tinggal saja dia, Barney," kata Roger.
"Kudengar orang-orang itu semakin dekat."
"Aku tak akan meninggalkan Miranda," kata Barney.
"Ayo, kita sembunyi saja di belakang batu karang itu. Orang-orang itu tidak tahu
bahwa mereka kita ikuti. Mereka tak akan curiga!"
"Baiklah," kata Roger. Memang hampir tak ada pilihan lain-suara orang-orang itu
semakin keras juga. la dan Sinting cepat bersembunyi dibalik batu karang tempat
tadi Sinting menemukan tulang. la tak berani bernapas, Sinting merapatkan diri
di kakinya. Miranda melompat ke bahu Barney, memasukkan kedua tangannya ke dalam
bajunya. Suara orang-orangitu semakin dekat. Suara kaki mereka keras sekali, meluncur
atau terpeleset di lantai lorong yang curam itu. Tak sengaja Sinting
menggeram kecil ketika orang-orang itu melewati bagian depan gua tempat mereka
bersembunyi. Roger langsung mengetuk kepala anjing itu, takut kalau orang-orang
tadi mendengar. Tetapi untung saja agaknya tak ada yang mendengar. Mereka turun
terus, dan makin lama suaranya semakin lemah, sampai akhirnya tak terdengar
lagi. "Beres sudah, kini kita bisa pergi," kata Bamey, lega, menyalakan senternya.
"Miranda, keluarkan tanganmu dari bajuku. Geli. Danjangan pergi dari bahuku. Kalau kaunakal, kau tak
akan kuajak lagi." Kedua anak itu kini menurun, meluncur di beberapa tempat yang sangat terjal,
suaranya jauh lebih ribut daripada tadisaat mereka naik. Akhirnya mereka tiba di
ujung lorong, di tebing di bagian belakang gua besar. Sinar bulan masuk ke dalam
gua, dan kedua anak itu sangat terkejut
Sinar bulan tidak jatuh dipasir putih, tetapi diair yang menggelora. Air pasang
telah naik tinggi, setinggi tempat mereka berdiri di tebing itu
"Air pasang masuk ke dalam gua, langsung masuk, dan masih akan bertambah lagi,"
kata Barney, terkejut "Tak pernah kupikir hal itu. Air pasang masuk ke gua ini, dan gua-gua lainnya.
Angin mendorong air itu hingga bergelombang tinggi, dan gua ini sebentar lagi
akan tertutup air Apa yang kita lakukan kini?"
"Orang-orang itu pasti keluar tepat sebelum pasang naik meninggi," kata Roger.
"Dan mereka juga sudah siap-siap dengan perahu. Awas Kita bisa tersambar ombak bila berdiri
di sini." Mereka melompat mundur saat ombak menghempas di tempat mereka tadi
berdiri. Dengan ketakutan mereka mundur lagi beberapa langkah.
"Duh, agaknya kita akan terkurung disini untuk beberapa lama," kata Barney.
"Air pasang inimasih belum tinggi sekali - nanti, satu-dua jam lagi. Kemudian
barulah menyurut kembali. Anginlah yang membuat ombaknya sedemikian tinggi.
Sialan, Snubby pasti sangat khawatir karena kita tidak muncul-muncul."
"Bagaimana kalau kita kembali ke ujung lorong ini tadi?" usul Roger.
"Ayolah, ini kesempatan baik kita untuk meninjau tempat itu. Mereka kan tak akan
bisa kembali untuk memeriksanya lagi, karena lubang lorong ini kini tertutup
air." "Ya, itu usul yang sangat bagus," kata Barney girang.
"Sungguh, sangat bagus. Kalau kita tahu apa yang mereka sembunyikan
diujunglorong ini, maka kita bisa menceritakannya besok pada polisi. Kita
laporkan tidak hanya tentang orangnya, tetapi juga tentang barang-barangnya!
Hanya. capek juga kalau harus memanjat lagi."
"Ayolah! Kali ini pasti takkan melelahkan, karena kita tak usah berhati-hati
lagi, tak usah takut suara kita didengar mereka," kata Roger. Sinting menyalak
tanda setuju. Mereka kembali masuk ke lorong yang sangatsangat panjang itu. Dan
memang, waktu terasa sangat singkat kini, sebab mereka tak harus
hati-hati lagi, tak takut kalau suara mereka terdengar oleh orang lain. Sinting
dibiarkan saja menyalak, Miranda dibiarkan berjalan di depan. Mereka sampai ke
bagian terakhir perjalanan, di mana jalan setapak jadi sangat naik.
"Hei, ini ada tangga tali di sini," kata Barney, di ujung lorong, terengahengah. Roger melihat tangga tali tersebut, terjulur dari ujung lorong ke lubang
tempat persembunyian. Ditahannya Sinting, sementara Barney memanjat tangga tali
itu dengan Miranda. Kemudian ia pun ikut memanjat, meninggalkan Sinting di
bawah. Tempat persembunyian itu berbentuk bilik persegi. Tadinya mungkin berupa
gua, tetapi kemudian dinding dan lantainya telah diratakan. Di situ terdapat
banyak sekali bungkusan berbentuk kotak, dan tiap bungkus ditandai dengan
nomornomor. Benda lain yang tampak hanyalah beberapa botol kosong dan dua lembar
alas tidur. "Wah, bagus sekali tempat persembunyian ini," kata Roger, melihat berkeliling.
"Entah siapa yang pertama kali menemukannya. Apa kira-kira isi bungkusan itu,
Barney?" "Aku tahu!" kata Barney.
"Pastilah itu bungkusan uang. Uang curian dari bank Uang yang belum bisa
diedarkan karena nomornya tercatat sebagai uang-uang yang hilang tercuri.
Mungkin mereka akan menyelundupkannya ke Irlandia, yang sangat mudah dilakukan
dari pantai Welsh ini. Atau disimpan saja di sini, sampai keributan reda dan
mereka bisa membelanjakannya dengan tenang.?"Wah, kalau itu betul. pasti ada
jutaan jumlahnya." Roger ternganga. Dirabanya sebuah bungkusan yang besar.
"Mungkin inilah satusatunya saat diseluruh kehidupanku, dimana, aku bisa
memegang uang dalam jumlah ratusan ribu pound Barney. sekarang aku mengerti,
mengapa orang-orang itu mengajak Pak Jones ikut serta dalam komplotan mereka.
Mereka sangat memerlukan sebuah markas dipantai ini, dimana mereka bisa membawa
barang curian mereka ke mari dengan perahu, kemudian membawanya lagi dengan
perahu. mungkin ke Irlandia seperti yang kaukatakan."
"Ya, atau mungkin agar mereka dengan mudah mengambil satu-dua bungkus untuk
mereka edarkan di London, kalau mereka anggap hal itu kota-kota besar lainnya!"
kata Barney. "Kau ingat perampokan bank yang terakhir, Roger" Komplotan pencuri itu menyerang
mobil bank, merampas mobil pengangkut itu, dan membawa ratusan ribu pound.
Polisi sama sekali kehilangan jejak! Aku yakin semua uang dimobilitu adalah
sebagian dari uang-uang yang ada di sini."
Dada Roger makin lama berdebar makin keras, saat ia melihat berkeliling.
"Bagaimana kalau kita membuka satu bungkus saja?"
"Lebih baik jangan," kata Barney.
"Kita katakan saja hal ini pada Nona Pepperbesok. Dan aku akan menelepon ayahku.
la bisa memberi tahu polisi
London. Polisi desa sini pasti takkan bisa menanggulangi kejahatan sebesar ini"
Roger duduk di setumpukan bungkusan.
"Bayangkan! Aku duduk dengan alas uang setengah juta pound" katanya
"Oh, Barney, ingin sekaliaku segera keluar dari sini dan menceritakan ini pada
Diana dan Snubby. Sial betul kita terkurung oleh air pasang, ya?" Barney melihat
berkeliling ruang kecil itu. Tak sengaja ia melihat ke atas. Dan ia terkejut
sekali, tertegun dan mematung, sehingga Roger jadi sangat ketakutan.
"Barney! Ada apa?"tanya Roger, mengikutiarah pandangan Barney. Ia pun tercengang
seperti Barney. "Tingkap!" katanya.
"Tingkap dari kayu Dipasang di langit-langit bilik aneh ini. BARNEY! Ayo, kita
buka tingkap itu dan kita lihat kita ini ada di mana." Barney juga merasa
tegang. Tetapi ia lebih berhati-hati
"Tunggu dulu, tunggu dulu. Kita tak tahu ke mana tingkap itu akan membawa kita,
Tolol Siapa tahu kita langsung masuk kejebakan! Tutup mulut, Sinting! Jangan
menyalak terusi Wah, kita membuat anjing itu gelisah kini. Suara salakannya
pasti terdengar sampai ke manamana" Tunggu, biar aku turun dulu untuk membuatnya
tenang. Ya, mungkin lebih baik iakita bawa ke sini." Setelah mengambil Sinting,
mereka menumpuk beberapa bungkus uang dilantai dibawah tingkapdi langit-langit
itu. Dengan berdiri di tumpukan uang itu mereka bisa mencapai tingkap tersebut,
yang berbentuk empat persegi dan rapat tepat pada lubangnya dilangit-langit.
Keduanya mencoba mendorong. Tapi pintu itu tak bergerak sama sekali.
"Pastilah dikancingkan di sebelah sana," kata Barney, terengah-engah.
"Sial. Ayo, kita coba lagi, Roger." Mereka mencoba lagi, dan karena tak sabar
merekapun menggedor-gedor pintu itu, menerbitkan suara ribut.


Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Agaknya pintu ini terbuka ke sebuah gudang kosong, atau ke ruang kosong," kata
Roger. "Jadi tak akan ada orang yang mendengar kita. Oh, Sinting! Tutup mulut!
Berisik!" "Kukira orang-orang itu memilih jalan dari gua karena mudah dicapai dengan
perahu-tak akan ada yang mencurigai sebuah perahu yang keluar malam-malam. Dan
saat itu Teluk Merlin pasti sudah sepi. Tetapi tentunya untuk mengambil barangbarang ini, orang-orang itu tak perlu bersusah-payah masuk dari gua dan lubang
panjang itu. Toh mereka hanya mengambil beberapa bungkus, dan karenanya tak akan
menimbulkan kecurigaan bila mereka membawanya. Untuk itulah mereka membuat jalan
tembus, lewat tingkap ini. Mereka tinggal membuka tingkap, turun, mengambil apa
yang mereka kehendaki dan pergi lagi. Benar-benar pandail" kata Barney sambil
beristirahat. "Ayo kita coba lagi," kata Roger.
"Mungkin bisa kita gunakan beberapa bungkus uang ini untuk alat pendorong. Cukup
berat dan keras. Sinting! Tutup mulut Bisa tuli kami kaubuat!"
Kedua anak itu berdiri lagi di tumpukan bungkusan uang.Tetapi mereka langsung
melompat turun lagi dengan sangat ketakutan. Sinting menggeram begitu seram,
sehingga Miranda langsung melompat ke bahu Barney.
"Seseorang sedang akan membuka pintu itu dari sebelah sana!" bisik Roger,
ketakutan. "Kudengar suara mereka. Barney, bagaimana sekarang" Pasti kita terjebak di sini.
tak bisa lari lagi!" Bab 21 TINGKAP ITU TERBuKA
BAGAMANA keadaan Snubby .la berbaring sendirian di kursi panjang di kamar
sebelah kamar Nona Pepper dan Diana. la sangat kesepian, menginginkankehadiran
Sinting yang bisa menenangkannya. la terus memasang telinga dengan perasaan
tegang. Apakah kedua orang jahat itu akan segera muncul dan masuk ke kamar
mereka kembali" la memutuskan untuk langsung bersembunyi di balik kursi panjang
tempat ia berbaring itu, begitu ia mendengar suara langkah kaki. Mereka pasti
tak akan masuk ke situ, tetapi yah, siapa tahu" Tetapi akhirnya Snubby malah
tertidur, setelah begitu lama mendengar-dengarkan tanpa hasil. Diana yang ada di
kamar sebelahnya juga tidur lelap. Nona Peppermasih terjaga, membaca buku. Namun
akhirnya ia menguap terlalu sering. Ditutupnya bukunya, ditiupnya lilinnya, dan
ia sudah bersiap-siap untuk tidur ketika didengarnya suatu suara aneh. la cepat
bangkit lagi. Suara apa itu" Mungkinkah burung hantu" Tak terdengar apa-apa
lagi. Nona Pepper berbaring, dan tertidur. Tetapi beberapa saat
Komplotan Perampok Bank - Novel Barat Online
Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton
pdf by http://cerita-silat.mywapblog.com
kemudian ia tersentak bangun. Apa yang membuatnya bangun" Ia mendengardengarkan. Nah, suara itu lagi. Kini terdengar lagi, agak sering. Seperti datang
dari dalam kamar itu .Nona Pepper tak begitu mudah ketakutan. Tetapi tangannya
gemetar sedikit saat ia menyalakan kembali lilinnya. Diana terbangun oleh cahaya
lilin itu. "Ada apa, Nona Pepper?"tanya Diana setengah sadar. Dikiranya hari telah larut
malam, walaupun rasanya ia belum tidur terlalu lama.
"Oh! Suara apa itu?" ia bertanya lagi tiba-tiba.
"Aku tak tahu," kata Nona Pepper bingung.
"Kudengar suara itu, tetapi rasanya tak ada yang menjadi penyebabnya."
"Oh, Nona Pepper. mungkin itulah yang dikatakan oleh Nyonya Jones dulu itu suara-suara aneh itu," kata Diana ketakutan.
"Ingat kan waktu Pak Jones tak mau memberikan kamar ini dulu?"
"Oh, ya," kata Nona Pepper. Tetapi kukira itu hanya omong kosong belaka. Nah,
dengar itu" Sebuah suara seperti.suatu benda berat terjatuh."
"Ya." Diana makin ketakutan.
"Dari mana suara itu, Nona Pepper?"
"Aku tak tahu. Nona Pepper turun dari tempat tidur, dengan lilin di tangan
menyelidiki setiap sudut Betapa beraninya Nona Pepper, pikir Diana. Bum. Bom.
Bum. "Suara itu datang daripeti besar itu kata Diana hampir menjerit.
"Jangan bodoh, Diana, tak ada apa-apa didalam peti itu, kecuali pakaian kita.
Kau tahu itu." Nona Pepper pergi ke pintu, membukanya, dan menjenguk ke luar,
meyakinkan diri bahwa ketiga anak itu tidak sedang mengganggunya. Mereka kadangkadang memang sangat menjengkelkan. Tetapi tidak. Di luar kamar tak ada apa-apa.
Tetapi dilihatnya pintu kamar sebelah sedikit terbuka. Siapakah yang
bersembunyidikamar itu" Nona Pepper masuk ke dalam kamar itu dan sangat
terkejut. Dilihatnya Snubby berbaring di kursi panjang, masih memakai pakaian
siangnya, tertidur lelap. Mengapa dia di sini" Nona Pepper cepat membangunkan
Snubby Snubby terkejut, mengira dirinya sedang ditangkap oleh siJenggot dan
kawan-kawannya. la sangat ketakutan. Tetapi ternyata Nona Pepper.
"Mengapa kau di sini, Snubby" Apakah kau mendengar suatu suara aneh?"
"Oh! Anda membuatku ketakutan!" kata Snubby,
"Suara apa" Tidak. Aku tak mendengar apa-apa. Kecuali tadi, waktu aku tidur di
tempat Anda tadi. Suara bum-bom-bum begitu."
"Ya, itulah suara yang kami dengarkan - Diana dan aku," kata Nona Pepper.
"Mari masuk ke kamar kami dan dengarkan, Snubby." Snubby masuk ke kamar Nona
Pepper dan Diana. Mereka bertiga menahan napas. Tetapitak ada suara apa pun.
"Aneh," kata Snubby.
"Tak terdengar suara apa pun. Nona Pepper, biarlah aku tidur di bangku
panjang dekat tempat tidur Anda itu, agar. agar. agar Anda tak merasa ketakutan
lagi, kalau mendengar suara seperti itu lagi." Nona Pepper tersenyum kecil. Ia
tahu sebenarnya Snubby-lah yang merasa ketakutan.
"Tentu saja boleh, Snubby. Tapi coba ceritakan, kenapa kau tidur di kamar
sebelah" Dan tidak di karawan" Kau bertengkar dengan yang lain?"
"Aku tak bisa menceritakannya sekarang, Nona Pepper," kata Snubby.
"Besok sajalah."
la melingkar di kursi panjang, berselimut rapat, dan segera tertidur. Diana dan
Nona Peppernaikke tempat tidur masing-masing. Nona Pepper meniup lilinnya
sehingga tempat itu gelap. Mereka semua berharap agar pagi lekas tiba, supaya
mereka takkan diganggu lagi oleh suara-suara aneh itu.
. Tapi setelah agak lama, Snubby tersentak bangun. Bangkit duduk. Terheranheran. la mendengar suatu suara yang sangat ajaib, begitu aneh, sehingga
dikiranya ia hanya mimpi saja. Tetapi tidak. Suara itu terdengar lagi. Guk! Guk!
Guk! Suara Sinting menyalak-nyalaki
"Nona Pepper! Kudengar Sinting menyalak!" ia berseru, mengguncang-guncangkan
Nona Pepper. "Tetapi itu tak mungkin! Di bangunlah! Kau dengar suara Sinting?"
Mereka semua bangun, menahan napas. Gukl Guk! Guk! Ya, tak salah lagi. Itu suara
Sinting. Tetapi di mana dia" Suaranya terdengar dekat, walaupun teredam.
R)"Ini sungguh aneh," kata Nona Pepper, tampak sangat khawatir.
"Di mana Sinting itu?" Kemudian suatu suara keras terdengar. Bang! Bang-bangbang! Seolah-olah seseorang sedang menggedor-gedor pintu dengan keras.
"Suara itu datang daripeti besar itu!" kata Diana, hampir menangis.
"Ayo, kita pinggirkan," kata Snubby.
"Aku sudah curiga sejak siang tadi, waktu aku juga mendengar suara aneh itu.
Ayolah, bantu! Di dan Anda juga, Nona Pepper. Peti ini berat sekali!" Memang
sangat berat. Tetapi akhirnya berhasil juga mereka menggeser peti tadi. Dan
mereka melihat di lantai terdapat sebuah tingkap!
"Astagal Lihat itu!" kata Snubby.
"Tak heran mereka tak ingin Anda tinggal di kamar ini, Nona Pepper. Aku yakin
tingkap ini digunakan untuk suatu kegiatan rahasia-entah kerja kotorapa lagi
yang dilakukan oleh kedua orang itu. Hei, dengar, aku bisa mendengar suara
Sinting. Dan suara Barney! Dengarkan!"
"Tetapi. tetapi. siapa yang memasukkan mereka ke dalam sana, dan siapa pula yang
menutup tingkap ini?" kata Nona Pepper, tak tahu apa yang harus diperbuatnya.
"Sungguh ajaib! Bisakah kita mengangkat tingkapitu, Snubby. Duh, mudah-mudahan
saja hal ini hanya impian."
"Tak mungkin impian," kata Snubby.
"Suaranya terlalu berisik! Ya, ampun! Mereka memukul mukul pintu itu lagi!
Mereka pasti tak bisa membukanya, karena tadi terhalang oleh peti itu.
Hei, tunggu. Mungkin kalau kutarik pegangan ini. ah, berhasil!"
Tingkap itu perlahan terangkat. Diana turun tangan, membantu Snubby menarik
pegangan pintu itu. Di bawah mereka, tentu saja timbul kekacauan besar! Barney dan Roger ketakutan
setengah mati melihat pintu di atap gua itu perlahan terangkat! Mereka langsung
mengira bahwa kedua orang jahat itu entah bagaimana telah berada di balik pintu,
dan kini mereka pasti ketahuan, terjebak, terperangkap, tak mungkin lari lagi!
Mereka lari ke tangga tali, meluncur gugup ke bawah. Tetapi ternyata Sinting tak
mau ikut dengan mereka. la bahkan menyalak lebih hebat - ia telah mendengar
suara majikannya yang dicintainya!
"Hei!" seru Snubby, mengambil lilin dari tangan Nona Pepper, dan menjenguk ke
bawah. Sinting! Lagi apa kau di sana" Sinting!"
Sinting bagaikan gila, melompat-lompat ingin mencapai pintu itu, tetapi tentu
saja gagal dan jatuh kembali. Barney, Roger, dan Miranda tertegun mendengar
salak kegembiraan Sinting. Dan itu. betulkah itu suara Snubby"
"Tak mungkin itu suara Snubby!" kata Barney heran.
"Tetapi jelas itu suaranya. Cepat Mari naik kembali ke ruang itu, dan kita
lihat!" Mereka kembali menaiki tangga tali tadi. Dan mereka melihat Snubby
menjengukkan kepala ke bawah, dari lubang pintu di langit-langit itu!
"Snubby! Bagaimana kau bisa sampai di sini?" teriak Roger.
"Di mana kau?" "DikamarNona Pepper, dibawah peti besar itu," kata Snubby, juga bingung.
"Tetapi.bagaimana kau tadi bisa masuk kesana" Wah! Ini pasti mimpi. Tolong
angkat Sinting itu kemari, ia bisa jadi betul-betul gila nanti!"
Sinting diangkat keatas dan betul-betul jadi gila - berlarian berkeliling kamar,
menyalak-nyalak keras sekali. Miranda juga melompat ke atas, dan kamar Nona
Pepper menjadi begitu ribut saat kedua binatang itu berkejaran berputar-putar.
Barney dan Roger memanjat naik, masuk lewat pintu itu, dibantu Snubby. Segera
mereka bisa tertawa tergelak-gelak, duduk ditempat tidur, lega karena merasa
terlepas dari pengalaman mereka yang menegangkan itu.
"Siapa yang mengira bahwa lorong rahasia itu tembus ke kamar Nona Pepper ini,"
kata Barney. "Bahkan aku sama sekali tak mengira kalau ujungnya ada dipenginapan
ini.Tetapikalau dipikir memang benar juga, lorong itu begitu menanjak, dan
selalu berbelok ke arah bukit-bukit yang berada dibagian belakang gua-gua.
Begitu mudah untuk dijadikan lorong rahasial Segalanya kini cocok. Kedua orang
itu tinggal di sini, ingin memakai kamar ini, dan ternyata memang di kamar
inilah pintu ke kamar rahasia mereka!"
"Aku tak mengerti sama sekali apa yang kaubicarakan," kata Nona Pepper."Tolong
terangkanlah sedikit."
"Oh, Nona Pepper, kami punya suatu rahasia besar!" Snubby memeluk Nona Pepper.
"Dengarkan." Dan anak-anak itu hampir berebut bercerita tentang pengalaman
mereka. Nona Pepper betul-betul heran, hampir tidak percaya.
"Mengapa tak kalian ceritakan semua ini padaku dari dulu?" tanya Nona Pepper.
"Dengan begitu aku bisa segera membawa kalian keluar dari penginapan ini!"
"Justru karena itulah kami tak mengatakannya pada Anda," kata Roger.
"Kami tak akan lega bila tak bisa memecahkan kejadian-kejadian aneh itu.
Bukankah sungguh hebat pengalaman kami kali ini, Nona Pepper?"
"Benar. Tapi aneh juga - ke mana pun aku pergi dengan kalian, pasti terjadi
sesuatu yang sangat keterlaluan!" sungut Nona Pepper
"Sesuatu yang tak layak kalian lakukan!"
"Tetapi, Nona Pepper, apakah menangkap pencuri bukan suatu perbuatan yang
layak?"tanya Barney.
"Kedua orang itu pasti penjahat yang paling cerdik saat ini, dan kami berhasil
menemukan mereka! Kita harus bertindak segera!"
"Aduh! Di tengah malam seperti ini?" tanya Nona Pepper.
"Ya benar juga. Tapi bagaimana?"
"Roger, dan kau, Snubby, coba turun ke lubang itu. Ambil bungkusan uang satu
atau dua bungkus," kata Barney,
"Aku akan menelepon ayahku. Membangunkannya dan melaporkan kejadian di sini.
Mungkin ia akan berhubungan
dengan Scotland Yard atau polisi daerahnya - akan kuminta ia mengatur apa saja
yang dianggapnya terbaik." Snubby menyelinap keluar, mengambil tali kuat
dikaravan, kemudian mengikatkannya kepegangan tingkap di lantai. la
meluncurkebawah dengan tali tersebut, dan kemudian mengulurkan dua bungkus
kepada Roger. Sementara itu diam-diam Barney pergi ketempat telepon. Seperti
diduganya, ayahnya sangat terkejut, terbangun dari tidurnya. Secara ringkas dan
jelas Barney menceritakan semua penemuannya. Sambil menelepon ia terus memasang
telinga, mendengarkan kalau-kalau Pak Jenggot Hitam dan kawannya itu datang.
Tetapi baru setelah ia meletakkan pesawat telepon dan pergi ke ruang atas ia
mendengar suara langkah-langkah hati-hati memasuki penginapan itu. Barney
menyelinap ke dalam kamar Nona Pepper, memberi isyarat agar semua diam. Mereka
semua mendengarkan langkah-langkah kedua orang itu menaiki tangga dan memasuki
kamar, menutup pintu perlahan-lahan. Barney kemudian menyelinap lagi ke luar,
tak berapa lama kembali sambil menyeringai lebar. Nona Pepper begitu heran.
"Apa yang baru saja kaulakukan"' tanyanya.
"Ah, tak apa-apa," kata Barney."Orang-orangitu lupa membawa kunci pintu mereka
ke dalam, masih tergantung di luar. Maka kukunci pintu mereka dari luar. Mereka
pasti akan terpaksa menunggu sampai polisi datang, sebab kuncinya kini ada di Sakuku."
Hari sudah sangat larut malam ketika akhirnya ketiga anak lelaki itu, beserta
Sinting dan Miranda, menuruni tangga dan keluar dari penginapan, pergi ke
karawan mereka untuk tidur. Diana dan Nona Pepper juga mencoba untuk tidur.
Tetapi sulit sekali, mereka hampir semalaman bercakap cakap terus.
"Pasti besok pagi ramai sekali," kata Diana. Dan memang benar! Sekitar jam
sembilan, dua buah mobil muncul di halaman penginapan, penuh dengan polisipolisi berpakaian preman. Dan Pak Jones sangat terkejut ketika mereka tiba-tiba
muncul di dapurnya! Pak Jenggot dan temannya juga terkejut ketika ternyata pintu mereka dikunci dari
luar. Apalagi ketika akhirnya pintu itu dibuka, di depan pintu sudah berdiri
empat orang polisi bertubuh tegap-tegap.
"Apa-apaan ini!" Sir Richard menggeram marah, tetapi ia langsung diam ketika
inspektur polisi mengulurkan tangan dan merenggut jenggotnyal
"Ah, George Higgins" kata Pak Inspektur.
"Sudah kuduga. Lebih pantas tanpa jenggot palsu ini, George. Kau dan rekanmu
naik tingkat cukup tinggi, ya" Silakan ikut kami, juga temanmu itu. Tak usah
khawatir tentang uang itu. Kami sudah mengamankannya."
Dalam duapuluh menit polisi telah mengangkut semua uang yang tersembunyi di
bawah kamar Nona Pepper. Mereka pun meninggalkan penginapan itu beserta Sir
Richard dan Profesor Halinan palsu yang telah mereka cari sekian lama. Dan.
kasihan! Pak Jones juga terpaksa ikut mereka! Kasihan sekali. Seperti kata
Nyonya Jones, "Ia sebetulnya bukan orang jahat. Llewellyn sama sekali tidak jahat. Dua orang
itulah yang selalu berdusta padanya, membujuknya, memberinya janji muluk-muluk.
Mereka meminjami Llewellyn uang, untuk membeli penginapan ini. Bagaimana ia tahu
bahwa kedua orang itu orang jahat. seorang Sir dan seorang profesor Padahal
masakan Llewellyn sangat-sangat hebat!" Morgan dan Jim juga dikunjungi polisi,
dan keduanya lenyap dari desa Penrhyndendraith untuk waktu yang sangat lama.
Nyonya Jones menangis tak keruan, minta agar Nona Pepper tidak pergi
"Aku tak punya uang," tangisnya.
"Tinggalah terus di sini, dengan anak-anak itu. Aku memerlukan uang! Apa lagi
yang bisa kulakukan"Masakanku lumayan-tidak
sangat-sangat hebat seperti masakan Llewellyn, tetapi tak begitu jelek juga.
Kasihanilah aku, Nona Pepper!"
"Kami belum mau meninggalkan tempat ini memang," kata Nona Pepper.
"Kami memang tak bisa pergi saat ini. Dan aku sangat-sangat menyesalakan
kejadian ini, Nyonya Jones. Baiklah, kami akan tinggal di sini, paling tidak
untuk dua minggu lagi. Dan mari kita berharap bahwa kali ini kami betul-betul menikmati
liburan kami, tanpa ada peristiwa aneh lagi yang harus dipecahkan, tanpa suarasuara aneh di tengah malam, serta yang lain-lainnya!" Dan memang setelah itu
mereka betul-betul menikmati masa liburan itu. Hari cerah, langit biru, laut
biru, pasir putih - berperahu, berenang, mengail, berjalan-jalan! Keempat anak
itu jadi sangat hitam kulitnya, dan mereka pun kini bertambah satu anggota: si
Kecil Nakal Dafyddl Dafydd tak pernah lagi berpisah dari mereka, mengikuti
mereka terus dengan ditemani angsanya dan. jam wekernya! Semua orang tahu bila
kelima anak itu mendekat. Kedatangan mereka selalu didikuti oleh suara ribut
Guk-guk! Guk-guk! Nyet-nyet-nyetnyet! Ngaaak, ngaaak, ngaaak! Rringgg! Rringgg!
Rring! "Kisah tentang anak-anak ini mestinya dibukukan saja," kata Nyonya Jones tua,
bila melihat anak-anak itu melewati tokonya.
"Aneh sekali pengalaman mereka!" Benar juga, Nyonya Jones. Dan memang seseorang
kemudian menuliskan kisah itu. .
TAMAT

Komplotan Perampok Bank Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kisah Cinta Abadi 6 Panasnya Bunga Mekar Karya S H Mintardja Tiga Dara Pendekar 19
^