Panah Cakra Neraka 2
Rajawali Emas 46. Panah Cakra Neraka Bagian 2
"Selain itu, kami tak pernah memandang orangorang Pulau Neraka sebagai musuh atau lawan. Kecuali tentunya Penghuni Tingkat ke Dua alias Pangeran Liang Lahat alias Pelarian Pulau Neraka. Bila kalian bersedia, dengan senang hati kami akan membantu untuk mengatasi serta menangkap orang berkulit serba ungu itu." Kembali Penghuni Tingkat ke Satu tak buka suara. Diam-diam dia berkata dalam hati, "Sesungguhnya orang-orang Pulau Neraka tak percaya dengan ucapan orang di luar Pulau Neraka. Tetapi sikap keduanya penuh kesopanan dan nampaknya mereka memang dari orang golongan baik-baik. Tetapi aku masih khawatir, kalau keduanya sedang coba untuk memuslihatiku. Karena sebenarnya mereka adalah budak-budak Penghuni Tingkat ke Dua." Karena orang berkulit serba hijau itu tetap tak buka suara, Tirta yang tersenyum dalam hati melihat sikap Puspitorini yang sudah tidak segarang sebelumnya, berkata,
"Aku mempunyai rencana untuk menangkap Penghuni Tingkat ke Dua." Baru kali ini Penghuni Tingkat ke Satu berkata,
"Rencana" Rencana apa" Sementara kau belum mengenal kehebatan ilmu Siulan Kematian?"
"Aku pernah merasakan kehebatan ilmu itu."
"Di duniamu, ilmu itu tak seberapa hebat. Lain halnya dengan di Pulau Neraka."
"Astaga!" kata Tirta dalam hati.
"Tidak seberapa hebat" Ini benar-benar luar biasa! Padahal aku sudah merasakan kehebatan ilmu itu" Kalau dia mengatakan tak begitu hebat, seberapa hebat ilmu Siulan Kematian' bila dilakukan di Pulau Neraka?" Melihat perubahan wajah anak muda berpakaian keemasan di hadapannya, Penghuni Tingkat ke Satu berkata,
"Kau bukan hanya merasakan kehebatan yang lain dari ilmu Siulan Kematian' yang pernah diperlihatkan oleh Penghuni Tingkat ke Dua terhadapmu. Tetapi juga ilmu-ilmu lain yang dimilikinya, yang tidak bisa dipergunakan di duniamu." Tirta geleng-gelengkan kepala. Lalu katanya,
"Aku baru mengetahui soal itu sekarang...."
"Dan apa yang dapat kau lakukan dengan rencanamu itu bila kau tidak mengetahui kehebatan ilmu
Penghuni Tingkat ke Dua?"tanya Penghuni Tongkat ke Satu penuh ejekan, Kendati agak gondok, anak muda bersenjatakan Pedang Batu Bintang ini cuma tersenyum seraya berkata,
"Dan kau belum mendengar apa rencanaku?" Kali ini orang berkulit serba hijau itu mendengus.
"Kau sudah kebingungan tatkala kukatakan ilmu yang dimiliki oleh Penghuni Tingkat ke Dua lebih hebat bila dipergunakan di tanah asal. Apaka h kau pikir rencanamu akan berjalan dengan baik?" -
"Sekali lagi kukatakan, kau belum mendengar apa rencanaku..." Ketegasan ucapan anak muda yang dilengan kanan kirinya terdapat rajahan burung rajawali keemasan itu membuat Penghuni Tingkat ke Satu terdiam. Raut wajahnya kelihatan gusar karena anak muda dihadapannya tetap tak bergeming. Di lain pihak Puspitorini berkata dalam hati,
"Mungkin inilah rencana yang akan dikatakan anak muda ini sebelumnya. Tetapi urung karena telah bertebaran asap hitam yang membuat tubuh akan semakin melemah bila banyak bergerak. Terkutuk! Dengan keadaan seperti ini, apakah aku dan dia dapat membantu" Atau... anak muda itu punya pikiran lain?". Bersamaan Puspitorini membatin, Tirta juga lakukan hal yang sama,
"Di saat aku dan nenek Puspitorini masih berada diruang tahanan, rencanaku adalah untuk keluarkan diri dari tempat itu. Mungkin ilmu langka warisan dari Eyang Malaikat Dewa atau Manusia Agung
Setengah Dewa dapat kupergunakan. Dengan berhasil lolos dari ruang tahanan itu, kemungkinannya mereka takakan pandang sebelah mata lagi. Saat itulah aku akan mencoba untuk menerangkan maksud dan tujuanku yang semuanya dengan maksud untuk membantu mereka. Dan sekarang, rencana itu gagal. Berarti aku harus jalankan rencana kedua untuk menangkap Pangeran Liang Lahat yang kemungkinannya memang akan hadir disini...." -
Habis membatin demikian, anak muda dari Gunung Rajawali itu berkata,
"Bagaimana" Apakah kau mau mendengar rencanaku lebih dulu, atau kau akan lontarkan ejekan padahal kau belum mendengarnya sama sekali?"
Penghuni Tingkat ke Satu mendengus.
"Jelaskan! Tapi ingat, bila kau sedang coba memuslihatiku, maka kematianmu akan kupercepat!"
Tirta tak pedulikan ucapannya. Dia langsung beberkan apa rencananya. Setelah itu terlihat kepala Penghuni Tingkat ke Satu mengangguk-angguk Sedangkan Puspitorini berkata dalam hati,
"Cerdik! Sebuah rencana yang cerdik! Mudah-mudahan berhasil dijalankan."
"Sebelum kuterima apa yang kau rencanakan, kalian tunggu dulu disini."
"Hanya ada satu permintaanku," kata Tirta sebelum orang berkulit serba hijau itu berlalu.
"Apa"!" "Bila aku dan sahabatku ini masih berada dalam
lingkaran asap hitam yang membuat tenaga kami akan semakin melemah, sudah tentu kami tidak akan bisa membantu banyak." Penghuni Tingkat ke Satu tak segera buka suara. Setelah pandangi anak muda itu lebih lama, dia berkata dingin,
"Kita lihat nanti!" - - Lalu dengan gerakan yang tak menginjak tanah, orang itu sudah berlalu. Sepeninggalnya Puspitorini berkata,
"Anak muda... rencanamu memang sangat cerdik. Tapi aku khawatir kau tak bisa menjalankannya. Karena biar bagaimanapun juga, dengan rencana seperti itu kau nampak sedang korbankan nyawa." Tirta menghela napas pendek.
"Kau benar, Nek. Tapi... aku tak melihat cara lain. Karena orang-orang Pulau Neraka memandang curiga pada kita. Padahal, kita tak memiliki maksud jelek sedikit pun tiba di tempat ini."
"Tapi mereka berpikir lain."
"Itulah sebabnya, kita harus berusaha meyakinkan mereka untuk menerima kedatangan kita sebagai sahabat. Sesuai dengan apa yang di hati kita."
"Anak muda... bagaimana bila mereka menjalani rencana itu tanpa kau dan aku disertakan?"
"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi.Tapi... mungkin mereka bisa melakukannya."
"Bagaimana bila mereka menyetujuinya dan menyertakan kita dalam rencana ini, tetapi tidak membe
rikan obat pemulih dari asap yang telah kita hirup?"
Tirta terdiam sesaat. Lalu katanya lambat-lambat,
"Berarti... kita akan menjadi penghuni abadi tempat ini...."
Bab 6 MALAM telah datang menyelimuti alam. Di atas langit nampak cerah. Tak ada gumpalan awan hitam yang gelapi persada. Rembulan bebas bersinar. Di bawah naungan indahnya sinar rembulan, nampak jajaran pepohonan yang tumbuh di sebuah hutan. Menilik keadaan hutan yang sepi kerontang itu dan hanya sesekali dihiasi oleh teriakan burung gagak, nampaknya tak seorangpun yang memiliki maksud untuk memasuki hutan Ilu. Namun lain halnya dengan dua bayangan yang berkelebat cepat. Dari gerakan yang mereka lakukan, selain mereka tak takut sedikit pun dalam keadaan hutan mengerikan itu, nampaknya mereka juga tak mau hentikan langkah sebelum tiba tepat di tengah hutan itu. Dan belum lagi diketahui siapa adanya orang, salah seorang dari dua bayangan itu telah buka suara,
"Menurut perhitunganku, ini malam yang tepat! Mudah-mudahan budak-budak celaka itu akan segera berkumpul di sini!" - Baru saja suara itu habis terdengar, menyusul suara - seorang perempuan,
"Pangeran Liang Lahat! Bagaimana bila Perawan Gila atau Muto Kradak gagal menemukan Manusia Segala Murka dan Ratih Durga?" Orang yang pertama tadi bersuara menggeram sengit. Sesaat tak terdengar suaranya kecuali gaokan burung gagak. Lalu katanya dingin,
"Dewi Penebar Sukma... jawaban dari pertanyaanmu itu berarti... kematianlah yang akan mereka terima! Karena... bagi orang Pulau Neraka, tak akan ada keinginan yang tak terpenuhi! Apalagi terhadap orang-orang di luar Pulau Neraka!" Seharusnya dengan ucapan itu, si perempuan menjadi geram, karena itu berarti dia dilecehkan. Namun yang dilakukannya justru tertawa kesenangan.
"Hihihi... sejak dulu aku menyukai kekejaman. Dan sangat menyukai kekejamanmu itu. Bagimu, tentunya dengan mudah membunuh cecunguk- cecunguk itu. Seperti nasib sial yang dialami oleh Iblis H alilintar." Dari percakapan yang dilakukan kedua bayan gan yang telah berdiri ditengah-tengah hutan itu, jelas diketahui siapa adanya orang. Mereka bukan lain adala h Pangeran Liang Lahat alias Penghuni Tingkat ke Dua a lias Pelarian Pulau Neraka dan Dewi Penebar Sukma. S etelah berhasil mendapatkan orang-orang yang akan di jadikan sekutunya, Pangeran Liang Lahat segera susun rencana. Dia menyuruh Perawan Gila untuk mencari Ma nusia Segala Murka yang diperintahnya untuk membunuh Rajawali Emas, sementara Muto Kradak diperintahnya untuk mencari Ratih Durga yang disuruhnya untuk membunuh Dewa Baju Putih. Sedangkan perempuan montok berpakaian putih tipis yang perlihatkan lekuk tubuh serta bungkahan payudara indah tanpa lapisan apa pun, menjadi pemuas nafsunya. Setelah memberi perintah pada Perawan Gila dan
Muto Kradak, Pangeran Liang Lahat merasakan satu keanehan hingga dia segera tinggalkan tempat itu bersama Dewi Penebar Sukma. Apa yang d ipikirkannya memang sebuah kenyataan. Karena Rajaw ali Emas yang saat itu mendadak saja masuk ke Pulau Neraka bersama Puspitorini dapat dirasakannya. Saat it u pula Pangeran Liang Lahat merasa kalau semua renc angnya harus segera dijalankan. - Dan tanpa sengaja b ersama Dewi Penebar Sukma mereka berjumpa denga n Iblis Halilintar yang sedang mencari Bidadari Kipas Ma ut untuk dibunuh. Dewi Penebar Sukma mencoba mem bujuk Iblis Halilintar untuk bergabung. Namun Iblis Halili ntar menolak hingga terjadi pertarungan sengit, yang setelah Pangeran Liang Lahat turun tangan, Iblis Halilintar dapat dikalahkan dan jatuh pingsan (Baca :
"Lingkarari Kematian"). Kembali tak ada yang buka suara. Masing-masing orang terdiam dibuncah pikiran. Pangeran Liang Lahat membatin, "Akan kutunggu sampai malam berlalu. Bila tak seorangpun yang muncul disini, aku akan segera pergi ke Pulau Neraka bersama Dewi Penebar Sukma. Kukhawatirkan kalau Rajawali Emas yang tentunya telah masuk ke sana, akan kacaukan semua rencanaku." Di pihak lain Dewi Penebar Sukma berkata,
"Sayang.... Iblis Halilintar tak mau bergabung, hingga akhirnya kekalahan yang diterimanya... Menurut perhitunganku, dia memang jatuh pingsan. tapi memungkinkan kalau dia telah mampus sekarang" Sepenanakan nasi telah berlalu tanpa ada yang buka
mulut. Padahal Dewi Penebar Sukma sudah merasa pegal kedua kakinya. Namun perempuan berpakaian tipis ini tak pedulikan soal itu. Karena dia tak mau terlihat lemah di hadapan Pangeran Liang iabat. Tepat rembulan berada di ujung kepala, nampak dua sosok tubuh melompat dari balik ranggasan semak. Dari bayangannya terlihat yang seorang bersosok besar buntal dengan kepala botak, sementara yang seorang lagi bertubuh tidak terlalu tinggi. Dari bayangannyajelas dia seorang perempuan. Melihat kedatangan keduanya, Pangeran Liang Lahat tertawa keras.
"Kau sangat patuh, Muto Kradak! Bagus! Kau termasuk salah seorang yang mengerti gelagat!" Orang bertubuh buntal itu menyahut,
"Setelah kau berikan ilmu aneh milikmu itu, telah kubulatkan tekad untuk mengabdi kepadamu!"
"Bagus! Bagus sekali! Ratih Durga...bagaimana dengan tugas yang kuberikan"!" Ratih Durga menghela napas pendek. Selain dia geram karena kemunculan Muto Kradak yang memaksanya untuk menjumpai Pangeran Liang Lahat, dia juga merasa cemas akan tindakan orang berkulit serba ungu itu bila dia mengatakan kalau dia gagal menjalankan perintahnya. Dan mau tak mau dia memang harus mehgatakan-: nya. - .
"Maafkan aku. Aku memang gagal membunuh Dewa Baju Putih yang saat itu bersama-sama dengan Bidadari Kipas Maut. Padahal, aku sebenarnya sudah berada
di atas angin." "Kau tak perlu memikirkan soal itu!" Ucapan Pangeran Liang lahat yang tak disangka oleh perempuan berparas setan itu, membuatnya tegakkan kepala. Sorot matanya seolah mencari kebenaran dari ucapan tadi.
"Benarkah?" tanyanya pelan.
"Kau adalah budakku yang patuh! Lupakan soal itu, karena masih ada urusan yang lebih penting."
"Tapi...," Ratih Durga menahan napasnya hingga dadanya yang montok makin membusung. Perlahan lahan tatapannya berubah sengit. Terutama saat diarahkan pada Muto Kradak. Bersamaan dia sentakkan napas, dia berkata,
"Bila saja karung beras celaka ini tidak muncul, mungkin aku sudah kembali menemukan jejak Dewa Baju putih dan Bidadari Kipas Maut! Tetapi, dia terlalu memaksa dengan mengandalkan nama dan perintahmu!". - Muto Kradak mendengus gusar. Pangeran Liang Lahat berkata lagi,
"Sekarang, tak perlu dipersoalkan! Seperti kukatakan tadi, ada yang lebih penting." -
"Tapi jahanam sialan ini membuat semuanya berantakan! Dia harus mendapatkan ganjarannya!"seru Ratih Durga lagi. Ucapannya itu membuat Muto Kradak tak bisa lagi tahan amarahnya. Sebelum Pangeran liang Lahat berkata, dia sudah mendahului,
"Terkutuk!. Perempuan bertampang setan! Kau ter
lalu banyak omong!" "Karung celaka! Kau pikir dengan ucapanmu itu kau dapat kederkan aku, hah"! Saat itu aku memang mau mengalah karena aku ingin melihat kebenaran ucapanmu! Tapi sekarang, jangan kau pikir aku akan menurut"!" Muto Kradak sipitkan matanya. Gelegar amarahnya perlahan-lahan naik dan siap meledak.
"Perempuan bertampang setan! Kau pikir kau memiliki kemampuan tinggi untuk mengalahkan Dewa Baju Putih dan Bidadari Kipas Maut sekaligus"! Huh! Kau terlalu banyak bermimpi!" Dikatakan tidak mampu mengalahkan Dewa Baju Putih dan Bidadari Kipas Maut sekaligus, tak membuat gusar Ratih Durga. Tetapi disebut perempuan bertampang setan, darah perempuan dari Bukit Sanggaruang itu sudah mendidih.
"Kurobek mulutmu!" Bentakan itu kontan disambut Muto Kradak.
"Kita lihat!!" Habis bentakannya, Muto Kradak angkat tangan kanannya yang kelebihan daging. Serta-merta menggebah gelombang angin yang inengarah pada dada montok Ratih Durga. - Perempuan bertampang sangat buruk itu menggeram dan putar tangan kanannya. Wusss!! Blaaarrr!! Dalam jarak yang sedemikian dekat, benturan dua
gelombang angin itu membuat masing-masing orang harus surutkan langkah lima tindak ke belakang. Muto Kradak bertambah geram. Dia sudah susah payah mencoba meyakinkan Ratih Durga yang ditemukannya sedang berkelebat di sebuah lembah kalau dia adalah utusan dari Pangeran Liang Lahat. Bahkan sebelumnya pertarungan singkat telah terjadi. Dan sekarang, perempuan bertampang setan namun memiliki tubuh yang indah, bahkan mengalahkan kemontokan tubuh Dewi Penebar Sukma, justru lakukan tindakan yang makin menyebalkannya. Makanya dia segera lancarkan serangan. Ratih Durga sendiri tidak mau kalah. Tak ayal lagi keduanya langsung terlibat pertarungan sengit, yang dalam waktu singkat terjadi letupan berulang kali. Namun tatkala terdengar bentakan yang keras, masing-masing orang seketika mundur. -
"Jangan buang tenaga, Budak-budak celaka! Kalian adalah satu padu! Bukan lawan! Cukup apa yang kalian perlihatkan di hadapanku! Tapi bila kalian ingin mampus sekarang, aku tak segan-segan mengirim kalian ke akhirat!" Bentakan keras itu membuat masing-masing orang menjadi keder. Mereka tak ada yang keluarkan suara. Terdengar lagi bentakan Pangeran Liang Lahat,
"Sekarang, kita tinggal menunggu kedatangan Perawan Gila dan Manusia Segala Murka! Dan jangan coba coba pamer kekuatan di hadapanku!" Baik Ratih Durga Inaupun Muto Kradak sama-sama menggeram dan menyimpan dendam. Namun sudah
tentu keduanya tak berani tampakkan kemarahan lagi. Pangeran Liang Lahat berkata pada Ratih Durga,
"Yang lainnya telah kuberikan ilmu 'Balik Mata'. Kecuali kau dan Manusia Segala Murka. Sambil menunggu kedatangan Manusia Segala Murka, itu bila Perawan Gila berhasil menjalankan perintahku, sebaiknya kuturunkan ilmu Balik Mata kepadamu, Ratih Durga."
"Aku akan menurut apa yang kau lakukan," kata Ratih Durga patuh. Perempuan yang selama ini merasa dipandang jijik oleh siapapun terutama oleh kaum lakilaki ini memang bersikap patuh pada Pangeran Liang Lahat. Ini dikarenakan orang berkulit serba ungu yang mengenakan pakaian dan jubah warna biru gelap itu tak memandang jijik padanya. Padahal itu hanyalah kepurapuraan belaka. Namun kepura-puraan yang dilakukannya telah membuat Ratih Durga merasa senang.
"Bagus! Majulah kau sekarang!" kata Pangeran Liang Lahat. Ratih Durga maju tiga langkah ke muka.
"Berlutut!"seru Pangeran Liang Lahat seraya mendekat. Ratih Durga langsung lakukan perintah itu. Kejap berikutnya dirasakan tangan kanan Pangeran Liang Lahat telah memegang kepalanya yang semula tak dirasakan sakit namum makin lama dirasakan tekanan yang keras hingga terasa menyakitkannya. Namun perempuan dari Bukit Sanggaruang itu tak mau keluarkan keluhan sedikit pun. Menyusul Ratih Durga merasakan ada satu tenaga yang masuk dan dirasakan sangat menyiksanya. Kejap
itu pula sekujur tubuh perempuan bertubuh indah tetapi bertampang setan ini dibanjiri keringat Kedua tangannya mengepal keras hingga urat-uratnya menonjol keluar. Matanya dipejamkan rapat-rapat menahan rasa sakit. Saking kuatnya rasa sakit yang dialaminya, tanpa disadarinya matanya sampai mengeluarkan air. Sementara Ratih Durga merasakan sakit yang tak terkira, Pangeran Liang Lahat berkemak-kemik tanpa ada suara yang keluar. Hanya napasnya yang mendengus-dengus keras. Dua kejapan mata berikutnya, Ratih Durga sudah tak sanggup untuk menahan rasa sakitnya akibat tekanan tenaga yang mengaliri tubuhnya. Secara tiba-tiba dia tersuruk ke depan yang membuat Pangeran Liang Lahat geser kakinya hingga tubuhnya merendah sementara tangan kanannya masih menempel dan menekan kepala Ratih Durga. Setelah beberapa saat berlalu, tiba-tiba pelarian dari Pulau Neraka ini berteriak keras, menggema di hutan yang sepi dan mengejutkan hewan-hewan malam yang berkeliaran,
"Seluruh setan Pulau Neraka, berilah kesempurnaan pada perempuan bertubuh indah ini!!" Habis teriakannya, terdengar salakan guntur yang sangat keras sebanyak tujuh kali, yang membuat keheningan itu terpecahkan. Rasa sakit yang diderita Ratih Durga lamat-lamat menghilang. Tetapi dia merasakan hawa panas luarbiasa masuk ke dalam tubuhnya.
"Bersemadilah!"seru Pangeran Liang Lahat dengan seringaian lebar yang segera dijalankan oleh Ratih Durga. Di pihak lain, Dewi Penebar Sukma diam-diam ccmberut. Perempuan tak tahu malu berpakaian tipis ini agak jengkel mendengar ucapan Pangeran Liang Lahat yang mengatakan kalau Ratih Durga memiliki tubuh yang indah.
"Huh! Padahal wajahnya tak lebih dari setan belaka! Masih untung tempat ini agak gelap! Bila tidak, setan sendiri yang melihatnya pun akan lari terbirit-birit!"geramnya dalam hati. Lalu sambungnya penuh keirian,
"Heran! Bagaimana mungkin wajahnya seperti setan tetapi tubuhnya seperti bidadari?" Muto Kradak yang memperhatikan apa yang dilakukan Pangeran Liang Lahat terhadap Ratih Durga, ajukan tanya,
"Setelah Perawan Gila yang mencari Manusia Segala Murka hadir di sini, apa yang akan kita lakukan?" Mendengar pertanyaan itu, kepala Pangeran Liang Lahat terangkat. Sorot matanya tajam berapi-api. Mulutnya berkemak-kemik tetapi tak ada suara yang keluar. Satu kejap kemudian, tercetus kata-katanya, tajam dan dingin,
"Bila nasibmu ingin seperti Setan Perak, kau boleh terus ajukan pertanyaan! Tapi bila kau masih ingin hidup lebih lama, tunggu penjelasanku!!" Muto Kradak langsung merasa tubuhnya seperti menciut. Kesaktian orang berpakaian dan berjubah biru gelap itu telah disaksikannya, karena dia berhasil dikalahkan. Dan kekejamannya pun telah dirasakannya. Apalagi setelah dengan enaknya orang itu membunuh
Setan Perak yang juga telah ditaklukkannya (Untuk mengetahui siapa adanya Setan Perak, silakan baca :
"Lingkaran Kematian").
"Sekarang--," lanjut Pangeran Liang Lahat dingin,
"Jangan ada yang buka mulut! Kita akan menunggu kedatangan Perawan Gila dan Manusia Segala Murka sampai matahari terbit!" | - Dan dua orang yang ditunggu itupun datang setelah: satu kali peminuman teh telah dilewati.
Bab 7 "Hikhikhik...semuanya sudah berkumpul! Bagus, bagus sekali! Manusia Segala Murka... bukankah ini saat yang tepat untuk pernikahan kita" Mereka akan menjadi saksi sumpah setia kita sehidup semati!" kata-kata ber- nada kacau yang sesekali diiringi kikikan itu langsung terdengar. Merentakkan keheningan malam dan kebisuan yang menyelimuti keempat orang yang tiba lebih dulu ditempat itu. Manusia Segala Murka yang berdiri disamping Perawan Gila, dimana tangan perempuan berpakaian terbuat dari rangkaian dedaunan itu erat merangkul tangannya, hanya keluarkan dengusan. Dia tetap tak mau lakukan tindakan mengingat kehebatan Perawan Gila. Pangeran Liang Lahat berkata, "Bagus, kalian akhirnya muncul juga di sini! Padahal, bila matahari terbit kalian belum muncul, berarti kematian yang akan kalian terima!" Perawan Gila langsung menyambar dengan berkata,
"Hik hik hik... mati pun bukan masalah yang besar sekarang, apabila kau mau menjadi saksi pernikahanku dengan kekasih yang kucintai ini"!" Pangeran Liang Lahat tak pedulikan ucapan Perawan Gila. Dia berkata lagi,"Manusia Segala Murka! Memilik keadaanmu, aku yakin kau helum melakukan tugas
yang kuberikan." - Manusia Segala Murka sesaat terdiam sebelum menyahut,
"Aku gagal melakukannya. Pemuda keparat itu berhasil meloloskan diri. Maafkan aku...."
"Kita tak perlu membicarakan persoalan anak muda berpakaian keemasan itu sekarang."
"Tetapi...bila saja perempuan gila ini mendadak saja tidak muncul, mungkin aku sudah menemukan jejaknya!"sahut Manusia Segala Murka dengan suara sengit. Tatapannya berkilat-kilat pada Perawan Gila. Yang ditatap dengan sorot kemarahan itu seolah tak mengetahuinya. Bahkan dengan sikap manja dan genit dia justru jatuhkan kepalanya pada bahu Manusia Segala Murka yang bukan hanya geram, tetapi juga jijik. Hampir saja dia hantamkan jotosannya pada kepala Perawan Gila. Namun lagi-lagi dia merasa pasti kalau perempuan berpakaian terbuat dari rangkaian dedaunan itu dapat meloloskan diri. Mungkin akan mencelakakannya dengan segera.
"Kau tak akan pernah menemukannya," kata Pangeran Liang Lahat.
"Tak mungkin! Perempuan sialan ini yang kacaukan - langkahku!" kata Manusia Segala Murka. Lalu sambungnya dalam hati, karena dia memang berani melakukannya dalam hati,
"Bila saja dia tidak mengatakan kalau kau sudah menunggu kedatanganku dan kau yang memerintahkannya mencariku, sudah kuhabisi nyawanya!" - Paras ungu Pangeran Liang Lahat mendad ak makin bersinar. Melihat hal itu, Manusia Segala Murk a sadar
akan kesalahannya. Karena tadi dia berani membantah ucapan orang. Sesungguhnya, Manusia Segala Murka tak ingin berpihak pada Pangeran Liang Lahat. Karena orang berkulit serba ungu itu memiliki ilmu yang lebih tinggilah maka dia bersedia menjadi budaknya. Sebelum kemarahan Pangeran Liang Lahat meledak, dia buru-buru berkata,
"Maafkan aku...." Dipihak lain, masih dengan kepala rebah pada bahu Manusia Segala Murka, Perawan Gila berkata,"Ayolah, Kasihku... katakan pada mereka semua, kalaukau mencintaiku, hendak melamarku dan menikahiku sekarang. Ayo, kau segera mengatakannya. Karena kalau tidak... hik hik hik... kepalamu akan mengucapkan selamat tinggal pada jasadmu...." Manusia Segala Murka hanya mendengus. Besar keinginannya untuk melepaskan rangkulan tangan Perawan Gila. Tetapi lagi-lagi ditahannya. Di pihak lain, Muto Kradak yang tadi gusar akibat tingkah laku Ratih Durga yang sekarang sudah berdiri, tertawa keras.
"Kalian memang pasangan yang sepadan! Ya, ya... aku merestui apa yang akan kalian lakukan!" Sementara kilatan mata berapi-api Manusia Segala Murka tajam menghujam, Perawan Gila justru terkikik kikik kesenangan.
"Kau benar, Manusia botak bin buntal! Aku dengannya memang pasangan yang cocok! Hayo, siapa lagi yang akan memberi restu padaku untuk menikah dengannya?".
Dewi Penebar Sukma yang sebelumnya jengkel mendengar kata-kata Pangeran Liang Lahat yang memuji tubuh Ratih Durga segera menyahut,
"Sudah tentu aku merestuinya! Siapa pun pasti akan merestui pernikahanmu, apalagi dengan...." Dewi Penebar Sukma tersenyum genit,
"Manusia Segala Murka. Ya, kalian. memang pasangan yang cocok." Sementara Perawan Gila makin liar kikikannya, Manusia Segala Murka menggeram dalam hati,
"Terkutuk Bila saja urusan tidak berkembang sampai kesini, sudah kubunuh orang buntal dan pelacur murahan itu!" Pangeran Liang Lahat berkata,"Kita lupakan segala urusan yang ada sekarang ini. Perlu kalian ketahui, kalau malam inijuga aku akan mengirim kalian ke Pulau Neraka." Sementara yang lain mengambil sikap mendengarkan dengan seksama, Perawan Gila justru berkata,
"Hei, hei! Sebelum kau utarakan maksud, biar kusampaikan apa keinginanku dulu! Aku ingin menikah dengan orang ganteng ini! Kalian harus memberi restu padaku! Hayo, cepat ucapkan salam pada kami seraya ucapkan restu!!" Pangeran Liang Lahat mendengus.
"Perawan Gilal Jangan pancing amarahku!!" Tetapi dasar gila, perempuan itu justru terkikik kikik. Tak sekalipun terlihat rasa gentarnya. Malah dia berkata,
"Wah! Mengapa kau merasa aku pancing amarahmu" Kau ini aneh! Bukankah... hei!!" Dia memutus kata-katanya sendiri. Lalu sambil tersenyum-senyum dia melanjutkan,
"Jangan-jangan... kau menyukaiku ya, mencintaiku ya, merinduiku ya, hingga kau menjadi marah karena cemburu" Wah! Tak perlu gusar, Kawan. Biar bagaimanapun juga, aku akan tetap mengabdi ke padamu. Tapi soal cinta kasih... ya, kau hanya bisa gigit jari saja."
"Diaaammm!!"hardik Pangeran Liang Lahat menggelegar. Yang lain saat itu juga merasa ciut. Sementara Perawan Gila hanya cengar-cengir saja, Manusia Segala Murka banyak berharap dalam hati,
"Mudah-mudahan manusia berkulit ungu itu akan turunkan tangan sekarang padanya. Hingga aku tak terlalu lagi dipusingkan olehnya." Tetapi harapan itu pudar karena Perawan Gila sudah tak angkat bicara lagi. Pangeran Liang Lahat menggeram dingin. Dadanya naik turun tanda amarah menggelora. -
"Membunuh perempuan keparat itu tak akan mengurangi pasukanku untuk menyusup ke Pulau Neraka. Tetapi, aku bermaksud mengirim mereka dua-dua di tempat yang berlainan. Dengan begitu, kekuatan mereka akan bertambah bila menghadapi masalah. Bila berhasil, mereka kuharapkan dapat menunggu di Lembah . Ngarai Neraka." - Karena Perawan Gila tak keluarkan suara lagi sementara yang lainnya kelihatan begitu patuh, Penghuni Tingkat ke Dua segera berkata,
"Sekali lagi kukatakan, kalian berkumpul di sini karena malam inilah saat yang tepat untuk lakukan penyusupan ke Pulau Neraka. Jangan ada yang memotong, karena aku akan menjelaskan sejelas-jelasnya! Ingat, bila kalian lakukan hal itu, aku
tak akan segan-segan mencabut nyawa kalian sekarang. juga!" Orang berkulit serba ungu itu edarkan pandangan ke orang-orang yang berada di sana yang merasa lebih baik tutup mulut. - Pangeran Liang Lahat berkata lagi,
"Sebel?m kulanjutkan-rencanaku, aku akan berikan dulu ilmu 'Balik Mata' pada Manusia Segala Murka. Cepat kau kemari!" Perawan Gila tidak menahan langkah Manusia Segala Murka yang melangkah ke depan. Pangeran Liang Lahat segera menyuruh Manusia Segala Murka untuk berlutut. Lalu diturunkannya ilmu Balik Mata' pada orang tinggi besar itu. Setelah selesai sementara Manusia Segala Murka bersemadi memulihkan tenaganya, dia melanjutkan,
"Kalian akan lakukan penyusupan dua-dua disana. Dan akan kukirim ke tempat yang berbeda. Seperti yang kukatakan sebelumnya, bila kalian telah pergunakan ilmu Balik Mata' maka kehadiran kalian di Pulau Neraka tak akan diketahui oleh orang-orang disana. Berarti kalian aman. Namun tak memungkiri kalian akan ketahuan bila lakukan kesalahan...." Sesungguhnya ada di hati beberapa orang untuk menanyakan apa kesalahan itu, tetapi tak ada yang bcrani utarakan. Di pihak lain, Pangeran Liang Lahat yang memang berdusta soal itu melanjutkan lagi,
"Bila kalian memang berhasil lolos dari orang-orang Pulau Neraka, kalian kuharapkan mencari tempat bernama Lembah Ngarai Neraka. Disana, kalian menunggu kedatanganku."
Lagi-lagi ada yang ingin melontarkan pertanyaan, 'mengapa Pangeran Liang Lahat tidak bersama-sama?". Namun tak ada yang berani lontarkan pertanyaan itu.
"Dan rencanaku adalah... setelah kita bergabung, kita akan lancarkan serangan ke Istana Pulau Neraka. Kuminta kalian mengacau di sana, sementara aku akan lakukan penyusupan untuk mendapatkan Panah Pusaka Cakra Neraka. Mungkin kalian bertanya, untuk apa benda itu" Dengan benda itulah aku dapat membunuh Ketua Pulau Neraka. Bila telah kita kuasai keadaan itu, maka kalian berhak mendapatkan harta karun yang tak terhingga banyaknya untuk kalian bawa setelah kalian tinggalkan Pulau Neraka. Sementara aku sendiri, akan tetap menetap di duniaku. Sampai disini, kalian paham apa yang kumaksudkan?" Ucapan terakhir Pangeran Liang Lahat membuat Muto Kradak berani lontarkan pertanyaan,
"Sampai di sini, mungkin bukan hanya aku saja yang paham, tetapi yang lainnya juga. Hanya ada satu pertanyaanku, mengapa kau tidak datang bersama-sama?" Wajah ungu Pangeran Liang Lahat nampak agak bersinar. Jelas dia tidak menyukai pertanyaan itu. Diam diam dia memaki dalam hati,
"Keparat! Mengapa aku harus lontarkan pertanyaan tadi yang tentunya dimanfaatkan oleh orang bertubuh buntal ini?" Tetapi mau tak mau dia harus menjawab.
"Itu kulakukan, karena aku akan memantau kehadiran kalian di Pulau Neraka. Karena, ilmu itu hanya uku yang miliki dan tak bisa kuturunkan pada kalian. Maksudku, sesungguhnya kalian tak perlu mencemaskan kehadiran di Pulau Neraka. Karena dengan cara kupantau, kalian akan mengetahui adanya bahaya atau tidak." Manusia Segala Murka yang sudah selesai bersemadi ajukan tanya,
"Kau tadi mengatakan, setelah kau mendapatkan Panah Pusaka Cakra Neraka, itu artinya kemenangan berada di pihak kita. Dan kami akan mendapatkan harta melimpah. Lantas, bagaimana cara kami keluar dari Pulau Neraka" Karena secara pribadi, aku. sendiri tak mau menjadi penghuni Pulau Neraka!" Serta-merta Pangeran Liang Lahat arahkan pandangan pada Manusia Segala Murka.
"Soal kalian keluar dari Pulau Neraka tak perlu . dipikirkan. Karena dengan mudah aku akan mengirim kalian keluar darisana."
"Apakah tak ada cara lain untuk keluar dari sana, tanpa kau yang melakukannya?"
"Setan! Dari sekian banyak ucapanku, rata-rata aku berdusta. Aku yakin kalau semakin banyak aku berdusta, kemungkinannya akan diketahui. Sebaiknya kukatakan saja." Memutuskan demikian, pelarian dari Pulau Neraka ini berkata,
"Kalian dapat melakukannya dengan tak kalah mudah. Ilmu Balik Mata' dapat kalian pergunakan untuk meninggalkan tempat itu." -
"Kami belum mengetahui caranya!" sahut Manusia Segala Murka. Lalu dengan cara mencari teman dia berkata,
"Bukankah begitu, Kawan-kawan?" Makin menggeram Pangeran Liang Lahat. Ternyata tak semudah yang diperkirakannya untuk memuslihati orang-orang disana. Terutama, orang tinggi besar itu!
"Kalian dapat melakukannya dengan cara tutupkan mata kiri, lalu kedipkan mata kanan lima kali. Setelah itu, kalian jejakkan kaki kanan ke bumi Pulau Neraka. Tak lama setelah itu, kalian akan keluar dari Pulau Neraka." - Manusia Segala Murka angguk-anggukkan kepala, seolah perlihatkan sikap menurut. Padahal di dalam hatinya dia berkata,
"Aku tak pedulikan soal harta yang kau janjikan, Manusia celaka! Aku juga menginginkan apa yang kauinginkan.Bila Panah Pusaka Cakra Neraka telah kau dapatkan, aku akan merebutnya. Bahkan aku akan mencarinya lebih dulu sebelum kau temukan. Dengan benda sakti dari Pulau Neraka itu, bukan hanya harta yang banyak yang akan kudapatkan di duniaku, tetapi kekuasan yang tak terbatas! Untuk saat ini... aku akan menurut apa yang kau katakan...." Di pihak lain, Pangeran Liang Lahat berkata dalam hati,
"Aku harus berhati-hati dengan manusia satu ini. Dan seperti rencanaku, akan kukacaukan semuanya." Habis membatin demikian dia berkata,
"Sekarang... bersiaplah untuk ke Pulau Neraka. Ratih Durga... kau berpasangan dengan Muto Kradak! Sementara kau, Manusia Segala Murka, berpasangan dengan Perawan Gila! Sementara aku akan menyusul bersama Dewi Penebar Sukma!" Baik Ratih Durga maupun Manusia Segala Murka sudah hampir lontarkan penolakan. Tetapi mereka justru kancingkan mulut. Bagi Ratih Durga, bila dia menolak, berarti dia tak akan mendapatkan perhatian dari Pangeran Liang Lahat. Satu-satunya orang yang tak memandang jijik padanya. Sementara Manusia Segala Murka, mendadak saja mendapat satu gagasan menarik. Dia akan memanfaatkan Perawan Gila yang menginginkan menjadi pasangannya untuk memuluskan segala rencananya. Karena tak ada yang membantah ucapannya, Pangeran Liang Lahat berkata lagi,
"Ilmu 'Balik Mata' bisa kalian pergunakan secara tidak sengaja setelah tiga hari kalian kuturunkan ilmu itu. Tetapi, kalian dapat mempergunakannya secara bebas. Sekarang... Ratih Durga... kau mendekatlah pada Muto Kradak." - Dengan mendengus Ratih Durga mendekati Muto Kradak yang memandangnya tajam. Pangeran Liang Lahat berkata lagi,
"Sekarang, kalian tutup mata kanan dan kedipkan mata kiri sebanyak lima kali! Setelah itu jejakkan kaki kiri kalian ke tanah! Lakukan sekarang!" - Segera saja kedua orangitu lakukan perintah orang berkulit serba ungu. Dan mendadak saja tubuh mereka telah lenyap dari pandangan. Kecuali Pangeran Liang Lahat, yang berada disana memandang tak percaya. Sementara rasa keheranan Perawan Gila hanya berlangsung sebentar, karena perempuan itu sudah berkata sambil terkikik-kikik,
"Menyenangkan! Sangat menyenangkan! Manusia Segala Murka, kita jadikan Pulau Neraka sebagai tem pat bulan madu! Ayo, kita lakukan seperti yang telah dilakukan oleh perempuan bertampang setan dan orang
buntal itu!" Manusia Segala Murka mendengus, Pangeran Liang Lahat berkata,
"Ya! Kalian lakukan sekarang!" Tak lama kemudian, tinggal Pangeran Liang Lahat dan Dewi Penebar Sukma yang berada disana.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?"tanya Dewi Penebar Sukma sambil tersenyum genit. pangeran liang lahat menyeringai,"Kita pergunakan waktu untuk bersenang-senang dulu!" Lalu tanpa berpindah tempat, dia segera rebahkan tubuh Dewi Penebar Sukma yang terkikik-kikik di atas rumput basah karena embun.
Bab 8 ANGIN panas di Pulau Neraka kian menyengat. Dan rasanya tak ada tanda-tanda kalau hawa panas di Pulau Neraka akan meredup sedikit pun juga. Bahkan tak ketahuan apakah di Pulau Neraka malam pun akan melintas" Karena tanda-tanda kalau perubahan alam Pulau Neraka terjadi, tak nampaksama sekali.
Butiran pasir terus berlarian ditebar angin. Beberapa muncratan api dari berbagai sumber terlihat disanasini. Sungguh mengherankan, sekaligus mengerikan!
Itulah yang dialami oleh Dewa Baju Putih. Tokoh golongan putih yang melompat masuk ke dalam gumpalan awan hitam di saat Setan Merah masuk ke awan dari mana dia datang, memandangi sekitarnya penuh keheranan. Sesaat kakek berpakaian putih ini tidak tahu dia berada di mana. Namun setelah diingatnya kalau dia masuk melalui awan hitam dimana Setan Merah masuk dan keluar, dan setelah ditimbang beberapa saat dimana tempat dia berada, sadarlah si kakek kalau dia berada di Pulau Neraka.
"Astaganaga! Pulau Neraka!" desisnya tertahan. Kembali pandangannya dicdarkan ke sekeliling penuh rasa takjub. Hawa murni guna menahan hawa panas telah dikerahkan.
Namun kejap berikutnya, si kakek terjingkat seraya
balikkan tubuh ke belakang. Kali ini dia dalam kedudukan bersiaga. Tetapi setelah tak dilihatnya siapapun di sana, dia kembali pada sikapnya semula. Hanya kali ini keningnya berkerut"Aneh! Aku datang bersama Selan Merah, tetapi orang itu tak ada di hadapanku?" desisnya. Lalu sambungnya agak tersentak,
"Bidadari Kipas Maut! Dimana dia berada?" Kali ini si kakek benar-benar panik. Matanya berusaha untuk melihat kejauhan. Namun yang dilihatnya hanyalah padang panas yang menyengat mata.
"Bidadari Kipas Maut masuk ke awan hitam dari mana Iblis Merah muncul. Rasanya... sekarang aku terpisah dengan perempuan yang kucintai itu...," desis si kakek pelan. Hatinya mulai dibaluri perasaan tidak enak. Rasa tidak enak itu berubah menjadi penyesalan.
"Ah, tak seharusnya aku menyuruh dia masuk ke awan dari mana iblis Merah datang. Seharusnya, biar aku saja yang masuk ke awan Setan Merah. Apa yang dialaminya sekarang ini, aku tidak tahu sama sekali." Si kakek geleng-gelengkan kepala lalu menyambung,
"Mudah-mudahan... dia mengalami hal yang sama dengan diriku. Sendiri di tempat asing ini lebih baik, ketimbang dia bersama dengan Iblis Merah, yangsudah tentu akan membahayakannya. Dan yang mengherankanku, bagaimana bisa Setan Merah tidak berada di sekitarku" Bukankah aku masuk ke awan miliknya?" Apa yang diduga oleh Dewa Baju Putih jauh dari kebenaran. Karena di tempat yang agak jauh dari sana,
disebuah lembah yang penuh dengan pasir-pasir panas, Bidadari Kipas Maut sedang menghadapi serangan ganas dari Iblis Merah. Tak jauh dari pertarungan itu, Setan Merah memandang penuh nafsu membunuh!
"Celaka! Rasanya, aku tak bisa lagi menghadapi orang berhidung bengkokini!"desis Bidadari Kipas Maut dengan dada kebat-kebit. Keringat sudah membanjiri wajahnya yang cantik. Kendati demikian, perempuan berpakaian hijau panjang ini masih berusaha bertahan. Dia tak mau dirinya menjadi korban keganasan Iblis Merah di pulau yang asing ini. Sebenarnya, bagaimana ini bisa terjadi" Mengapa Setan Merah bisa berada bersama-sama Iblis Merah" Dan mengapa Dewa Baju Putih tidak bersama-sama dengan mereka" Ini disebabkan karena ilmu aneh orang-orang Pulau Neraka. Ketika Dewa Baju Putih masuk ke gumpalan awan hitam miliknya, Setan Merah bukannya tidak tahu. Bahkan dia tahu kalau Bidadari Kipas Maut masuk ke awan hitam milik Iblis Merah.
"Hemm... akan kukejutkan kakek keparat ini!"geram Setan Merah dalam hati. Dengan ilmu Pulau Neraka yang dimilikinya, tanpa diketahui oleh Dewa Baju Putih, dia bergabung dengan Iblis Merah yang kala itu hendak menghajar Bidadari Kipas Maut. Dengan ilmu Pulau Neraka pula Setan Merah melarang Iblis Merah untuk lakukan niat. Bahkan dia berbisik agar Iblis Merah membiarkan perempuan berpakaian hijau panjang itu tetap ikut ke Pulau Neraka. Dan akan mengejutkannya setiba di Pulau Neraka.
Itulah sebabnya, mengapa Dewa Baju Putih tiba di Pulau Neraka seorang diri, tanpa Setan Merah. Dan itu pula sebabnya Setan Merah bisa berada bersama-sama Iblis Merah yang sedang menyerang Bidadari Kipas Maut.
Perempuan jelita bersenjatakan kipas itu, masih coba untuk halangi setiap serangan. Dia memang terkejut mendapati gempuran-gempuran aneh orang Pulau Neraka ini. Dalam waktu yang singkat, Bidadari Kipas Maut dapat menduga kalau ilmu orang Pulau Neraka lebih mengerikan digunakan di tempatnya sendiri dibanding pada tempat di luar Pulau Neraka.
"Peduli setan sekalipun aku akan mampus di sini! Aku harus bertahan!" tekadnya seraya lepaskan serangan melalui senjata kipasnya.
Blaan!! Terdengar letupan demi letupan tatkala serangan demi serangan berbenturan. Namun berkali-kali pula sosok Bidadari Kipas Maut terlempar ke belakang. Dan perempuan ini tak pedulikan keadaannya. Dia langsung berdiri dan lancarkan serangan kembali.
Untuk kesekian kalinya dia harus terjengkang ke belakang. Kali ini lontaran tubuhnya begitu kuat, hingga Bidadari Kipas Maut harus muntahkan darah segar.
Seluruh tubuhnya saat itu pula dirasa sakit luar biasa. Namun dia tetap berusaha berdiri tegak. Bahkan tatapannya tetap tajam dan dingin.
Setan Merah yang melihat kekeraskepalaan si perempuan mendengus geram.
"Iblis Merah! Kau terlalu banyak buang waktu! Bila
kau tak mau membunuhnya, kita tinggalkan dia di sini! Dengan cara meninggalkannya, dia akan mendapatkan kesulitan di Pulau Neraka, pulau asing baginya!" Iblis Merah berkata sambil tatap tajam pada Bidadari Kipas Maut yang sedang pegangi dadanya dengan tangan kiri,
"Aku tahu kalau kita telah dipanggil pulang dan harus menghadap secepatnya pada Ketua! Tapi.. aku ingin menyiksa perempuan ini lebih lama!!"
"Kau melupakan satu hal rupanya! Bila kita tidak segera tiba dihadapan Ketua, maka justru kita yang akan mendapatkan siksaan!!" Iblis Merah mendengus..
"Huh! Kalau begitu... kita bawa dia ke hadapan Ketua!"
"Bila kau punya pikiran seperti itu, itu lebih baik!"
"Bagaimana dengan kakek berbaju putih yang kau tinggalkan" Apakah dia perlu kita cari?"
"Tidak perlu dicari! Aku sudah tahu di mana dia berada"!"
"Apa yang akan kita lakukan?"
"Kita akan membawanya juga ke hadapan Ketua! Iblis Merah! Ringkus perempuan celaka itu!" Di pihak lain, sembari menahan sakitnya, Bidadari Kipas Maut membatin,
"Aku baru ingat pada Dewa Baju Putih yang masuk ke awan hitam dari mana Setan Merah muncul. Astaga! Dia memang tak berada di sini sementara orang berkuping menukik itu ada di sini: Hemm. tentunya dia telah pergunakan sebuah ilmu yang tak kuketahui...."
Lalu perlahan-lahan dilihatnya Iblis Merah maju dua langkah dengan tangan terkepal. Orang berkulit serba merah itu memandang dingin. Bidadari Kipas Maut membatin lagi,
"Menghadapinya...kurasa hanya percuma saja. Tak mungkin aku bisa ntenghadapinya. Apalagi bila dia bergabung dengan Setan Merah. Sebaiknya... aku mengalah saja. Mudah-mudahan mereka memang akan membawaku pada Dewa Baju Putih. Paling tidak, membawaku pada Ketua mereka. Akan kucoba untuk terangkan semua maksud...." - Memutuskan demikian, Bidadari Kipas Maut tak lakukan gerakan apa-apa. Bahkan perlahan-lahan dia selipkan lagi senjata kipasnya pada selendang yang melilit di pinggang rampingnya. Melihat apa yang dilakukan perempuan berpakaian hijau, Iblis Merah terbahak-bahak keras.
"Rupanya kau mengerti gelagat! Bagus! Bagus sekali!!" Habis ucapannya, orang berkulit serba merah ini gerakkan tangan kanannya sekali, mengarah pada tangan Bidadari Kipas Maut. Dan entah bagaimana mulanya, tiba-tiba saja kedua tangan Bidadari Kipas Maut sudah menyatu. Ada lingkaran sinar merah yang mengikat kedua tangannya.
"Rupanya kau mempunyai sedikit otak yang bisa dipengunakan! Ayo, ikut kami!!" Tak ada jalan lain bagi Bidadari Kipas Maut kecuali mengikuti keduanya yang telah melangkah. Yang diinginkannya adalah berjumpa dengan Dewa Baju Putih. Dia berharap kedua orang itu akan membawanya pada
arah yang dituju. Dan diam-diam, diperhatikannya tanah panas yang dijejak oleh kedua orang itu. Perlahan-lahan diikutinya setiap jejakan kaki itu pada tanah. Astaga! Dia tak lagi merasakan panas seperti sebelumnya!
"Hmmm... kedua orang ini memang sangat tahu tanah mana yang tak akan terasa panas bila dipijak...," katanya dalam hati.
Sementara itu, Dewa Baju Putih masih berada dalam lingkaran kebingungannya. Kakek ini masih mencemaskan keadaan Bidadari Kipas Maut. Disesalinya mengapa dia menyuruh perempuan yang pernah dan masih dicintainya itu untuk masuk ke awan hitam dari mana Iblis Merah datang.
Tetapi seperti niatan mereka semula, mereka memang akan mengikuti jejak Perawan Gila dan Manusia Segala Murka yang sedang menuju ke tempat di mana Pangeran Liang Lahat alias Pelarian Pulau Neraka ber ada. Dengan harapan mereka akan bisa ikut serta ke Pulau Neraka, entah bagaimana caranya.
Dan kemunculan Utusan Kematian Pulau Neriki mengubah rencana yang ada. Bahkan Dewa Baju putih memikirkan satu hal yang jelas-jelas dapat membawanya ke Pulau Neraka. Namun sekarang, apa yang dialaminya sungguh tidak enak. Dia belum melihat sosok Bidadari Kipas Maut.
"Ah...," keluhnya pendek.
"Aku tak akan pernah memaafkan diriku sendiri bila terjadi sesuatu yang tak mengenakkan pada perempuan yang kucintai itu...." Dicoba untuk tenangkan jalan pikirannya. Diperhatikan lagi sekelilingnya. Hawa panas kian menebar dan membuat keringat sebesar biji jagung bercucuran di sekujur tubuhnya. - Mendadak saja kepalanya menegak. Tatapannya terbcliak lebar atkala melihat pasir sejarak lima belas langkah dihadapannya mendadak saja membentang laksana sebuah layar. Namun mendadak pula layar yang terbuat dari pasir itu pecah berderai. Dan yang dilihatnya kemudian, membuatnya sampai surut dua tindak ke
belakang: Dia melihat Utusan Kematian Pulau Neraka sedang berjalan dengan kepala tegak ke arahnya. Di belakang kedua orang berkulit serba merah itu nampak satu sosok tubuh yang sangat dikenalinya.
"Bidadari Kipas Maut...," desisnya pelan. Dan saat itu pula si kakek bersiaga penuh. Orang yang ditunggunya sudah berdiri sejarak sepuluh langkah dari hadapannya. Belum apa-apa, sudah terdengar bentakan Setan Merah,
"Kakek keparat! Jangan berbuat lancang di sini! Karena bisa-bisa, Pulau Neraka akan menjadi rumahmu yang abadi!!" Dewa Baju Putih tak sahuti bentakan itu. Tatapannya menyipit nyalang. Bersiaga penuh dan siap lancarkan serangan bila terjadi sesuatu. Sebelum ada yang angkat bicara lagi. Bidadari Kipas
Maut sudah buka mulut, "Dewa Baju Putih... aku telah kalah. Lebih baik kau menyerah saja...." Sesaat Dewa Baju Putih harus cernakan dulu apa yang dikatakan oleh perempuan berpakaian hijau panjang. Ditatapnya perempuan setengah baya yang masih berparas jelita itu dalam-dalam. Dilihatnya Bidadari Kipas Maut kedip-kedipkan matanya. Kendati tak tahu secara pasti makna dari kedipan mata Bidadari Kipas Maut, namun sedikit banyaknya Dewa Baju Putih dapat cernakan juga.
"Nampaknya Bidadari Kipas Maut menginginkan agar aku menyerah saja. Entah apa rencananya. Tapi yang pasti, aku yakin kalau dia memili ki sebuah rencana. Ah, berjumpa dengannya kendati da lam keadaan terikat oleh sinar merah itu, sudah memb uatku gembira...." Berpikir demikian, Dewa Baju Putih b erkata,
"Aku sama sekali tak mengenal tempat ini. Tempat asing yang mungkin dapat mencelakakanku sendiri. Kulihat kawanku sudah berada dalam kekuasaan kalian. Baiklah... aku menyerah...." Perl?han-lahan diulurkan kedua tangannya ke de pan. - Utusan Kematian Pulau Neraka terbahak-bahak keras. Iblis Merah berkata,
"Dengan penyerahan ini, ju ngan berharap kalian akan diampuni. Karena... di Pulau Neraka, kematian adalah hal yang biasa!!" Habis berkata begitu, dia lakukan tindakan yang sama seperti yang dilakukannya terhadap Bidadari kipas Maut. Diiringitawa Utusan Kematian Pulau Neraka yang melangkah lebih dulu, Dewa Baju Putih menjajari .langkah Bidadari Kipas Maut.
Bab 9 SEMENTARA itu, kecemasan Rajawali Emas dan Puspitorini tak berlangsung lama. Karena entah dari mana datangnya, orang berkulit serba hijau itu sudah muncul lagi di hadapan masing-masing orang. Tatapan Penghuni Tingkat ke Satu penuh kebencian dalam.
"Kalian beruntung!"desisnya parau."Karena.... Ketua menyetujui usul kalian!" Baik Tirta maupun Puspitorini sama-sama hela mapas lega. Anak muda dari Gunung Rajawali itu berkata,
"Dan ketuamu juga setuju kalau kami melihat lebih dulu Panah Pusaka Cakra Neraka" Benda yang diinginkan oleh Penghuni Tingkat ke Dua?" Lagi-l agi dengan gerakan berat, Penghuni Tingkat ke Satu m engangguk"Dengan syarat...," katanya kemudian.
"Brengsek! Pakai syarat segala lagi! Padahal aku dan nenek Puspitorini masih terkena asap hitam keparat ini! Lebih sial lagi kalau ternyata syaratnya itu aku dan sinenek tidak diberikan obat pemulih?"kata Tirta dalam hati. Dan karena tak mau memperpanjang waktu dia segera berkata,
"Katakan syaratmu itu...."
"Panah Pusaka Cakra Neraka akan segera diperlihatkan. Dan kalian akan menyaksikan satu benda langka yang kesaktiannya tiada banding, baik di Pulau Neraka sendiri maupun di luar Pulau Neraka. Benda yang dapat kalahkan kesaktian benda mana pun juga. Dan kalianjangan coba-coba memuslihati kami, orang-orang Pulau Neraka...."
"Busyet! Panjang banget dia ngomong! Tapi belum juga mengatakan syaratnya," maki Tirta dalam hati. Di pihak lain Puspitorini mendumal,
"Brengsek! Kalau saja aku tak bermaksud mengikuti apa yang dilakukan anak muda ini, sudah kuserang dia!" Lalu sambungnya penuh kege-eran,
"Huh! Berabe kalau syaratnya ternyata ketuanya minta kawin denganku! Akan kulumat habis dia!" Sepasang mata orang berkulit serba hijau itu memandang tak berkedip. Lalu lamat-lamat dia berkata,
"Syarat pertama... kalian tetap berada dalam keadaan sekarang ini. Tidak diberikan obat pemulih sebelum semuanya berakhir." "Brengsek! Ternyata dugaanku tepat! Huh! Coba aku tidak menduga seperti itu, siapa tahu lain?" maki Tirta dalam hati. Didengarnya lagi ucapan Penghuni Tingkat ke Satu,
"Syarat kedua.... Ketua meminta kalian untuk menghadapi Penghuni Tingkat ke Tiga Bila kalian mampus di tangan Penghuni Tingkat ke Tiga, berarti kalian tak akan bisa meiihat Panah Pusaka Cakra Neraka!" Mendengar ucapan orang, Tirta dan Puspitorini sama-sama melengak. - Menyusul nenek berpakaian kuning kusam itu mendengus seraya berkata,
"Enaknya kau ngomong! Syarat
kedua yang ketuamu berikan sudah tentu akan kami terima!Tapi, dengan keadaan terkena racun asap hitam itu, bagaimana kami bisa menghadapinya" Karena setiap kali kami bergerak atau keluarkan tenaga dalam, maka racun itu akan makin bekerja! Brengsek betul!" Penghuni Tingkat ke Satu menyeringai.
"Itulah syarat yang diberikan Ketua! Bila kalian menolak, berarti kalian akan mampus hari ini juga!" Sementara si nenek yang di rambutnya bertengger tiga buah bunga mawar warna merah mendengus, Tirta membatin,
"Syarat yang mereka berikan benar-benar membuatku merasa berada diujung tanduk. Karena bila menolak, berarti kematian pula yang akan diterima. |
Huh! Ketimbang mati percuma, lebih baik menghadapi saja. Tapi... apa yang dikatakan si nenek memang benar. Dalam keadaan terkena racun seperti ini, maka semuanya akan sia-sia belaka." Tak ada yang keluarkan suara. Baik Rajawali Emas maupun Puspitorini sama-sama berpikir keras. Terdengar lagi suara Penghuni Tingkat ke Satu.
"Waktu kalian tak banyak untuk memikirkan syarat yang diajukan Ketua! Karena, bila kalian tidak menjawab, itu artinya kalian menolak! Berarti, kematian yang akan segera kalian terima!!"
"Tunggu!" seru Tirta kemudian.
"Kami menerima syarat yang kau ajukan!" Terbahak-bahaklah Penghuni Tingkat ke Satu.
"Bodoh! Sangat bodoh! Dengan menerima syara itu, berarti kematian pun tak akan lepas dari kalian!!"
Di pihak lain, Puspitorini melotot.
"Anak muda! Apa kau sudah gila"!"desisnya bagai bisikan. Tirta mengangkat kedua bahunya.
"Habisnya serba salah, Nek. Kehadiran kita di sini masih dipandang curiga olehnya, termasuk yang lainnya. Kalau kita tidak menerima syarat itu, kita juga akan mampus. Nah, lebih baikkan menerimanya."
"Dengan tubuh masih terkena racun?" gemas Puspitorini. -
"Biar saja. Mudah-mudahan kita menang Ingat, Nek... apa kau sudah melupakan niatmu untuk membalaskan kematian adik seperguruanmu, si Pendekar Kail, yang dibunuh oleh Pangeran Liang Lahat?" Mendengar pertanyaan itu, si nenek menggeram. Dadanya yang kurus nampak membusung. Tatapannya diarahkan pada Penghuni Tingkat ke Satu.
"Manusia celaka! Kau memberikan tawaran yang sulit!Tapi... kami bukanlah orang pengecut seperti yang kau duga!"dengusnya geram-"Akan kubuat kedua matamu lebih terbuka, kalau kau salah menilai kami!" Ucapan itu hanya disambut tawa oleh Penghuni Tingkat ke Satu. Kejap berikutnya, dia menepuk tangannya empat kali. Di lain kejap, sudah berdiri empat orang berkulit serba biru di belakangnya.
"Busyet deh!"dengus Tirta."Empat orang" Kupikir
cuma dua hingga bisa satu lawan satu?" Di pihak lain Puspitorini juga mendengus.
"Sudah kadung basah!" desisnya pada Tirta.
"Kita . ambil bagian secara merata!" - Penghuni Tingkat ke Satu bersuara,
"Silakan kalian nikmati permainan di Pulau Neraka!" . Kata-katanya itu sebagai tanda kalau pertarungan akan segera dimulai. Karena empat orang berkulit serba biru itu sudah melangkah ke depan. Dua berada di hadapan Rajawali Emas, dan dua orang lagi berada di hadapan Puspitorini. Dan entah dengan gerakan apa, sosok Penghuni Tingkat ke Satu mendadak sudah berada sejarak sepuluh langkah ke belakang.
"Mulai!!" Dua orang berkulit serba biru yang berdiri di hadapan Tirta sudah menyerbu ke depan Dua jotosan dilancarkan sekaligus. Dan dua sinar biru telah mendahului dengan perdengarkan suara mengerikan. Sadar bila tidak segera bertindak maka akan celaka, anak muda dari Gunung Rajawali itu tahan napas sejenak. Lalu melompat ke depan seraya cabut Pedang Batu Bintang. Wrrrr!! - Serta-merta menggebah gelombang angin yang dipadu dengan sinar keemasan tatkala pedang yang di pangkalnya terdapat dua ukiran kepala burung rajawali dan di ujungnya terdapat sebuah bintang berkilat, dige rakkan. -
Blaaamm! Blaaammm!! Dua sinar biru yang mendahului jotosan lawan, berbenturan dengan sinar keemasan. Tempat itu seketika bergetar hebat. Dan dua orang berkulit serba biru yang menerjang tadi nampak bergetar dan terseret ke belakang. - Wajah masing-masing orang nampak memucat. Penghuni Tingkat ke Satu sendiri terkesiap tatkala melihat gerakan yang dilakukan pemuda berpakaian keemasan.
"Astaga! Pedang itu sungguh luar biasa! Padahal tadi kukira, kalau pemuda itu akan tewas seketika!" Kendati berhasil mengejutkan orang-orang Pulau Neraka, namun keadaan Rajawali Emas sendiri.sungguh memprihatinkan. Karena begitu berbenturan dengan jotosan lawan, sosoknya tergontai-gontai ke belakang. Dari mulutnya perlahan-lahan merembas darah segar. Ini disebabkan karena pengaruh asap beracun yang telah dihirupnya.
"Celaka... aku seperti telah kerahkan separuh tenagaku...."desisnya. Di pihak lain, nampak Puspitorini harus bekerja keras untuk atasi serangan dua orang berkulit serba biru lainnya. Nenek berpakaian kuning kusam ini justru semakin beringas menyadari kalau tubuhnya bertambah melemah. Dia tak peduli dengan keadaan itu. Karena, bila tak memenuhi syarat yang diajukan, mereka akan dibunuh juga. Satu jotosan telak membuatnya terhempas ke belakang. Dan bila tidak disambar oleh Rajawali Emas, tubuh si nenek akan menabrak tembok di belakangnya. Apa yang dilakukan oleh anak muda dari Gunung Rajawali itu, dibayar oleh keadaan yang makin membahayakannya. Karena darah semakin banyak keluar dari mulutnya. Tubuhnya sendiri semakin melemah. Melihat hal itu Puspitorini berkata,
"Anak muda! Jangan kau hiraukan diriku! Kita sama-sama berjuang disini! Pertahankan nyawamu!" - Tirta geleng-gelengkan kepala.
"Nek! Kita datang ke tempat ini berdua, dan harus keluar dari sini berdua pula!"
"Bodoh! Kau sendiri yang bilang kalau kita harus menghadapi mereka! Mati pun bukan masalah! Jadi tak perlu pikirkan diriku!"
"Kendati demikian, kita tidak boleh mati disini! Kita harus... hei!!" - Kata-kata anak muda itu terputus, karena empat orang berkulit serba biru itu sudah merangsek sekaligus. Dengan kerahkan seluruh tenaga dalam yang dipadu dengan tenaga surya, Rajawali Emas kembali gerakkan Pedang Batu Bintang. Gempuran sinar keemasan dan gelombang angin yang dahsyat itu membuat serangan keempatnya menjadi kacau balau. Tirta menekan dadanya dengan tangan kiri, tatkala merasakan dadanya kian sakit. Namun dia harus kembali gerakkan tangan yang memegang Pedang Batu Bintang bila masih ingin selamatkan diri. Puspitorinijuga sudah bergerak. Nenek berpakaian kuningkusam ini tidak mau membiarkan pemuda gagah
berjiwa besar itu harus menghadapi bahaya seorang diri. Namun apa yang dilakukan si nenek merupakan kesia-siaan belaka. Karena dengan sekali jotos saja sosoknya sudah terlempar kebelakang. Bahkan, satu tendangan berikutnya membuat si nenek berteriak kesakitan dan kontan tubuhnya terhempas deras. Bruk! Keadaan si nenek membuat konsentrasi Tirta menjadi terganggu. Anak muda yang dalam keadaan kesakitan dan merasakan tenaga dalamnya bertambah melemah ini, menoleh. Saat itulah satu tendangan telak menghajar dadanya hingga dia keluarkan lenguhan! Heikk
"Kalian tak akan pernah menyaksikan seperti apa Panah Pusaka Cakra Neraka!!"seru Penghuni Tingkat ke Satu terbahak-bahak.
"Habisi mereka!!"
"Celaka!"desis Tirta menahan sakit tatkala melihat empat orang berkulit serba biru melesat ke arahnya.
"Apakah di sini ajalku menanti?" Dalam keadaan terpojok dan tubuh semakin melemah, anak muda dari Gunung Rajawali ini tak mau dirinya tewas saat itu juga. Mendadak saja dia masukkan kembali Pedang Batu Bintang ke warangkanya. Bersamaan dengan itu, ditekan napasnya kuat-kuat. Menyusul direntangkan kedua tangannya yang kejap itu pula tangan kanannya dimasukkan ke bawah tangan kirinya, demikian pula sebaliknya. Apa yang terjadi kemudian sungguh mengejutkan. Karena tubuh anak muda itu mendadak bersinar terang.
Dan hawa panas yang keluar mengalahkan panasnya ruangan itu. Kejap berikutnya, dia sudah mendorong kedua tangannya ke depan yang serta-merta menggebah gelombang panas luar biasa. Keempat orang berkulit serba biru nampak melengak kaget. Mereka berusaha untuk urungkan serangan dan melompat ke belakang. Dua orang berhasil melakukannya. Namun dua orang lagi gagal karena kedudukan mereka berada di depan. Tanpa ayal lagi gelombang panas luar biasa yang keluar dari dorongan kedua tangan Tirta menghantam mereka. Hebatnya, gelombang panas itu membuat mereka menjerit kesakitan. Bahkan berteriak kepanasan. Tiga kejapan mata kemudian, dua tubuh berkulit serba biru yang kelojotan di atas tanah, mendadak terhenti. Dan... astaga Tubuh keduanya mendadak luruh seperti debu! Melihat hal itu, Penghuni Tingkat ke Satu berteriak keras,
"Gila ..'Matahari Rangkul Jagat'! Ilmu Pulau Neraka!!" Rajawali Emas yang baru saja keluarkan ilmu
"Matahari Rangkul Jagat'warisan dari Manusia Agung.Setengah Dewa di Puncak Gunung Siguntang, tak merasakan nyeri lagi di dadanya. Bahka n tenaganya yangg semakin melemah tadi, sudah tak dirasakan. Kini parasnya berwibawa, terkesan dingin. K eadaannya seperti tak pernah terkena asap beracun di penjara .
"Luar biasa! Ternyata ilmu warisan dari Manusia
Agung Setengah Dewa dapat kupergunakan. Bahkan mampu mengusir racun yang mendera tubuhku," katanya dalam hati. Lalu mendadak kepalanya ditegakkan. Matanya memandang tak berkedip pada Penghuni Tingkat ke Satu."Tadi... apa...apa yang dikatakannya" Orang berkulit serba hijau itu tahu nama ilmu yang kukeluarkan. Lalu... dia... dia mengatakan, ilmu itu... adalah ilmu Pulau Neraka. Ilmu Pulau Neraka?" Keheranan Rajawali Emas tidak hanya sampai di sana saja. Karena dilihatnya Penghuni Tingkat ke Satu dan dua orang berkulit serba biru yang masih tegak justru jatuhkan tubuh. Bersujud di hadapan Tirta yang memandang dengan kening berkerut.
"Gila! Apa yang telah terjadi" Mengapa mereka bersujud seperti menyembahku" Ada apa ini?"
"Sepuh... maafkan kelancangan kami yang tidak tahu siapa adanya, Sepuh...," terdengar suara Penghuni Tingkat ke Satu yang masih bersujud. Tirta makin tak mengerti dengan apa yang dilihat dan didengarnya.
"Aneh! Kenapa jadi begini" Kalau tadi mer eka tak pernah memandang sebelah mata, tetapi sekar ang mereka bahkan bersujud" Gilal Ada apa ini" Apaka h...." Kata batin anak muda ini terhenti. Sejurus kemudi an terlihat kepalanya digeleng-gelangkan.
"Jangan-jangan... ini berhubungan dengan ilmu 'Matahari Rangkul Jagat yang dikatakannya sebagai ilmu Pulau Neraka" Tapi... mengapa aku dipanggil dengan sebutan sepuh" Apakah... aha! Aku tahu! Ini pusti erat hubungannya dengan Manusia Agung Setengah
Dewa...." Sebelum Tirta memastikan kebenaran itu, mendadak terdengar suara keras,"Selamat datang di Pulau Neraka, Anak Muda. Tak pernah disangka kalau kau mewarisi ilmu Matahari Rangkul Jagat". Ilmu inti Pulau Neraka yang hanya dimiliki oleh Sepuh Agung Pulau Neraka, atau yang di duniamu dikenal dengan sebutan : Manusia Agung Setengah Dewa...."
Bab 10 UNTuk sesaat anak muda dari Gunung Rajawali itu terdiam. Dengan gerakan lambat dia memperhatikan sekelilingnya, mencoba menemukan o rang yang bersuara tadi. Sementara itu, Penghuni Tingk at ke Satu dan dua orang berkulit serba biru masih dala m keadaan bersujud. Tirta berkata dalam hati,"Menilik k eadaannya,jelas kalau orang ini memiliki kedudukan le bih tinggi dari Penghuni Tingkat ke Satu. Karena orang i tu bersuara tanpa tunjukkan wujud. Hemm... mudah-m udahan orang itu adalah Ketua Pulau Neraka...." Berpikir demikian, Tirta berseru,
"Orang di balik angin! Siapa pun kau adanya, aku tak pernah memandang bermusuhan denganmu!Tetapi, apa yang telah kau lakukan sebagai syarat sungguh tak mengenakkan!"
Rajawali Emas 46. Panah Cakra Neraka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bila tak kulakukan hal itu, tentunya aku tidak tahu siapa kau adanya, Anak Muda! Sepuh Pulau Neraka sangat dihormati sejak dulu hingga hancurnya Pulau Neraka kelak! Bahkan dia selalu ditunggu kehadirannya kembali di Pulau Neraka! Dan sekarang... secara tidak langsung kau adalah utusan Sepuh Pulau Neraka!"
"Sepuh Pulau Neraka" Manusia Agung Setengah Dewa" Kendati belum jelas, aku bisa menebak kalau dia adalah orang yang berasal dari Pulau neraka berasal" Atau... dia hanya pernah datang ke Pulau Neraka".
Hemmm... sebaiknya nanti kutanyakan saja. Dan menilik keadaannya, nampaknya situasi sudah tidak seruncing tadi. Lebih baik kucoba untuk pulihkan tenaga Nenek Puspitorini...." Tanpa keluarkan ucapan apa pun, Rajawali Emas melangkah mendekati Puspitorini yang masih berselonjor bersandar di dinding. Si nenek tak menyangka perubahan yang terjadi begitu drastis. Dan dia merasa bersyukur karena perubahan itu. Satu hal yang kini disadarinya, dia masih belum tahu banyak tentang pemuda berpakaian keemasan.
"Kita beruntung...,"desisnya setelah Rajawah Emas sudah pulihkan tenaganya kembali dengan alirkan hawa panas yang berasal dari ilmu Matahari Rangkul Jagat'.
"Aku belum tahu apakah kita memang benar beruntung atau tidak, Nek. Tetapi yang pasti, keadaan agak berubah. Dan mudah-mudahan memang membawa pada keberuntungan." Terdengar lagi suara keras,
"Anak muda! Kini aku percaya siapa kau adanya, juga perempuan tua berpakaian kuning kusam itu! Bila saja sejak semula kau sudah keluarkan ilmu 'Matahari Rangkul Jagat' mungkin keadaan sudah normal sejak kau datang!"
"Brengsek! Bagaimana aku bisa tahu kalau sesungguhnya ilmu 'Matahari Rangkul Jagat berasal dari Pulau Neraka"! Ah, memang masih banyak yang belum kuketahui tentang Manusia Agung Setengah Dewa. Apalagi Eyang Sepuh Malaikat Dewa. Jangan-jangan.... Eyang Sepuh Malaikat Dewa juga berasal dari Pulau Neraka?" Memang banyak yang membuat anak muda ini agak
kebingungan sejak dia keluarkan ilmu 'Matahari Rangkul Jagat". Ilmu warisan dari Manusia Agung Setengah Dewa di Gunung Siguntang. Di tempat yang sama dan pada waktu yang bersamaan pula, dia juga menerima sebuah ilmu langka dari Eyang Sepuh Malaikat Dewa. Ilmu Inti Roh Rajawali". (Untuk mengetahui tentang hal itu, silakan baca episode :
"Prahara di Gunung Siguntang"). Rajawali Emas perlahan-lahan lepaskan ilmu Matahari Rangkul Jagat hingga dari tubuhnya tidak lagi terlihat sinar dan pancaran hawa panas. Lalu dengan suara sopan dia berkata,
"Banyak yang ingin kutanyakan sebenarnya tentang Manusia Agung Setengah Dewa yang kalian sebut denganjulukan Sepuh Pulau Neraka! Tetapi kupikir, kita bisa membicarakannya sambil lewat. Sekarang, dua syarat yang tentunya gagasan darimu sudah kupenuhi. Dan tibalah saatnya untuk memenuhi segala gagasanku sebelumnya. Tetapi sebelum dibicarakan lebih lanjut, bolehkah aku mingetahui siapa kau adanya?" Terdengar tawa yang keras, bernada senang
"Sudah tentu kau boleh mengetahui siapa aku dan, kau akan melihat Panah Pusaka. Anak muda... aku adalah pemimpin di sini disebut sebagai Ketua Pulau neraka. aku yang mengatur semuanya! Sampai di ini merasa cukup?" Tirta yakin kalau orung itu melihat dirinya, dan yang lainnya.lalu ia mengangguk.lalu ia berkata - lagi,"Mungkin aku terlalu lancang. aku ingin tahu
rupa dan wujudmu! Dan kupikir itu...."
"Tidak! Sebagai pewaris ilmu Matahari Rangkul Jagat', ilmu yang hanya dimiliki oleh Sepuh Pulau Neraka yang kau sebut Manusia Agung Setengah Dewa, sudah tentu kau berhak melihat rupa dan wujudku! Tetapi... aku menghendaki kita melakukannya berdua saja!"
"Baiklah! Usul itu kusetujui! Sekarang, aku ingin melihat benda sakti yang bernama Panah Pusaka Cakra Neraka!"
"Kau akan melihatnya sekarang, Anak Mnda! Kau akan melihatnya!!"
Belum habis ucapan itu terdengar, mendadak saja ruangan yang memang sudah terang semakin bertambah terang. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu telah mengambang sebuah benda yang pancarkan sinar terang luar biasa....
SELESAI RAJAWALIEMAS Segera menyusul: SIULAN BERDARAH ebook by novo edit teks by Saiful B http://cerita-silat.mywapblog.com
"Kita beruntung...,"desisnya setelah Rajawah Emas sudah pulihkan tenaganya kembali dengan alirkan hawa panas yang berasal dari ilmu Matahari Rangkul Jagat'.
"Aku belum tahu apakah kita memang benar beruntung atau tidak, Nek. Tetapi yang pasti, keadaan agak berubah. Dan mudah-mudahan memang membawa pada keberuntungan." Terdengar lagi suara keras,
"Anak muda! Kini aku percaya siapa kau adanya, juga perempuan tua berpakaian kuning kusam itu! Bila saja sejak semula kau sudah keluarkan ilmu 'Matahari Rangkul Jagat' mungkin keadaan sudah normal sejak kau datang!"
"Brengsek! Bagaimana aku bisa tahu kalau sesungguhnya ilmu 'Matahari Rangkul Jagat berasal dari Pulau Neraka"! Ah, memang masih banyak yang belum kuketahui tentang Manusia Agung Setengah Dewa. Apalagi Eyang Sepuh Malaikat Dewa. Jangan-jangan.... Eyang Sepuh Malaikat Dewa juga berasal dari Pulau Neraka?" Memang banyak yang membuat anak muda ini agak
kebingungan sejak dia keluarkan ilmu 'Matahari Rangkul Jagat". Ilmu warisan dari Manusia Agung Setengah Dewa di Gunung Siguntang. Di tempat yang sama dan pada waktu yang bersamaan pula, dia juga menerima sebuah ilmu langka dari Eyang Sepuh Malaikat Dewa. Ilmu Inti Roh Rajawali". (Untuk mengetahui tentang hal itu, silakan baca episode :
"Prahara di Gunung Siguntang"). Rajawali Emas perlahan-lahan lepaskan ilmu Matahari Rangkul Jagat hingga dari tubuhnya tidak lagi terlihat sinar dan pancaran hawa panas. Lalu dengan suara sopan dia berkata,
"Banyak yang ingin kutanyakan sebenarnya tentang Manusia Agung Setengah Dewa yang kalian sebut denganjulukan Sepuh Pulau Neraka! Tetapi kupikir, kita bisa membicarakannya sambil lewat. Sekarang, dua syarat yang tentunya gagasan darimu sudah kupenuhi. Dan tibalah saatnya untuk memenuhi segala gagasanku sebelumnya. Tetapi sebelum dibicarakan lebih lanjut, bolehkah aku mingetahui siapa kau adanya?" Terdengar tawa yang keras, bernada senang
"Sudah tentu kau boleh mengetahui siapa aku dan, kau akan melihat Panah Pusaka. Anak muda... aku adalah pemimpin di sini disebut sebagai Ketua Pulau neraka. aku yang mengatur semuanya! Sampai di ini merasa cukup?" Tirta yakin kalau orung itu melihat dirinya, dan yang lainnya.lalu ia mengangguk.lalu ia berkata - lagi,"Mungkin aku terlalu lancang. aku ingin tahu
rupa dan wujudmu! Dan kupikir itu...."
"Tidak! Sebagai pewaris ilmu Matahari Rangkul Jagat', ilmu yang hanya dimiliki oleh Sepuh Pulau Neraka yang kau sebut Manusia Agung Setengah Dewa, sudah tentu kau berhak melihat rupa dan wujudku! Tetapi... aku menghendaki kita melakukannya berdua saja!"
"Baiklah! Usul itu kusetujui! Sekarang, aku ingin melihat benda sakti yang bernama Panah Pusaka Cakra Neraka!"
"Kau akan melihatnya sekarang, Anak Mnda! Kau akan melihatnya!!"
Belum habis ucapan itu terdengar, mendadak saja ruangan yang memang sudah terang semakin bertambah terang. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu telah mengambang sebuah benda yang pancarkan sinar terang luar biasa....
SELESAI RAJAWALIEMAS Segera menyusul: SIULAN BERDARAH ebook by novo edit teks by Saiful B http://cerita-silat.mywapblog.com
Kereta Berdarah 14 Raja Petir 02 Empat Setan Goa Mayat Suling Pusaka Kumala 13
"Selain itu, kami tak pernah memandang orangorang Pulau Neraka sebagai musuh atau lawan. Kecuali tentunya Penghuni Tingkat ke Dua alias Pangeran Liang Lahat alias Pelarian Pulau Neraka. Bila kalian bersedia, dengan senang hati kami akan membantu untuk mengatasi serta menangkap orang berkulit serba ungu itu." Kembali Penghuni Tingkat ke Satu tak buka suara. Diam-diam dia berkata dalam hati, "Sesungguhnya orang-orang Pulau Neraka tak percaya dengan ucapan orang di luar Pulau Neraka. Tetapi sikap keduanya penuh kesopanan dan nampaknya mereka memang dari orang golongan baik-baik. Tetapi aku masih khawatir, kalau keduanya sedang coba untuk memuslihatiku. Karena sebenarnya mereka adalah budak-budak Penghuni Tingkat ke Dua." Karena orang berkulit serba hijau itu tetap tak buka suara, Tirta yang tersenyum dalam hati melihat sikap Puspitorini yang sudah tidak segarang sebelumnya, berkata,
"Aku mempunyai rencana untuk menangkap Penghuni Tingkat ke Dua." Baru kali ini Penghuni Tingkat ke Satu berkata,
"Rencana" Rencana apa" Sementara kau belum mengenal kehebatan ilmu Siulan Kematian?"
"Aku pernah merasakan kehebatan ilmu itu."
"Di duniamu, ilmu itu tak seberapa hebat. Lain halnya dengan di Pulau Neraka."
"Astaga!" kata Tirta dalam hati.
"Tidak seberapa hebat" Ini benar-benar luar biasa! Padahal aku sudah merasakan kehebatan ilmu itu" Kalau dia mengatakan tak begitu hebat, seberapa hebat ilmu Siulan Kematian' bila dilakukan di Pulau Neraka?" Melihat perubahan wajah anak muda berpakaian keemasan di hadapannya, Penghuni Tingkat ke Satu berkata,
"Kau bukan hanya merasakan kehebatan yang lain dari ilmu Siulan Kematian' yang pernah diperlihatkan oleh Penghuni Tingkat ke Dua terhadapmu. Tetapi juga ilmu-ilmu lain yang dimilikinya, yang tidak bisa dipergunakan di duniamu." Tirta geleng-gelengkan kepala. Lalu katanya,
"Aku baru mengetahui soal itu sekarang...."
"Dan apa yang dapat kau lakukan dengan rencanamu itu bila kau tidak mengetahui kehebatan ilmu
Penghuni Tingkat ke Dua?"tanya Penghuni Tongkat ke Satu penuh ejekan, Kendati agak gondok, anak muda bersenjatakan Pedang Batu Bintang ini cuma tersenyum seraya berkata,
"Dan kau belum mendengar apa rencanaku?" Kali ini orang berkulit serba hijau itu mendengus.
"Kau sudah kebingungan tatkala kukatakan ilmu yang dimiliki oleh Penghuni Tingkat ke Dua lebih hebat bila dipergunakan di tanah asal. Apaka h kau pikir rencanamu akan berjalan dengan baik?" -
"Sekali lagi kukatakan, kau belum mendengar apa rencanaku..." Ketegasan ucapan anak muda yang dilengan kanan kirinya terdapat rajahan burung rajawali keemasan itu membuat Penghuni Tingkat ke Satu terdiam. Raut wajahnya kelihatan gusar karena anak muda dihadapannya tetap tak bergeming. Di lain pihak Puspitorini berkata dalam hati,
"Mungkin inilah rencana yang akan dikatakan anak muda ini sebelumnya. Tetapi urung karena telah bertebaran asap hitam yang membuat tubuh akan semakin melemah bila banyak bergerak. Terkutuk! Dengan keadaan seperti ini, apakah aku dan dia dapat membantu" Atau... anak muda itu punya pikiran lain?". Bersamaan Puspitorini membatin, Tirta juga lakukan hal yang sama,
"Di saat aku dan nenek Puspitorini masih berada diruang tahanan, rencanaku adalah untuk keluarkan diri dari tempat itu. Mungkin ilmu langka warisan dari Eyang Malaikat Dewa atau Manusia Agung
Setengah Dewa dapat kupergunakan. Dengan berhasil lolos dari ruang tahanan itu, kemungkinannya mereka takakan pandang sebelah mata lagi. Saat itulah aku akan mencoba untuk menerangkan maksud dan tujuanku yang semuanya dengan maksud untuk membantu mereka. Dan sekarang, rencana itu gagal. Berarti aku harus jalankan rencana kedua untuk menangkap Pangeran Liang Lahat yang kemungkinannya memang akan hadir disini...." -
Habis membatin demikian, anak muda dari Gunung Rajawali itu berkata,
"Bagaimana" Apakah kau mau mendengar rencanaku lebih dulu, atau kau akan lontarkan ejekan padahal kau belum mendengarnya sama sekali?"
Penghuni Tingkat ke Satu mendengus.
"Jelaskan! Tapi ingat, bila kau sedang coba memuslihatiku, maka kematianmu akan kupercepat!"
Tirta tak pedulikan ucapannya. Dia langsung beberkan apa rencananya. Setelah itu terlihat kepala Penghuni Tingkat ke Satu mengangguk-angguk Sedangkan Puspitorini berkata dalam hati,
"Cerdik! Sebuah rencana yang cerdik! Mudah-mudahan berhasil dijalankan."
"Sebelum kuterima apa yang kau rencanakan, kalian tunggu dulu disini."
"Hanya ada satu permintaanku," kata Tirta sebelum orang berkulit serba hijau itu berlalu.
"Apa"!" "Bila aku dan sahabatku ini masih berada dalam
lingkaran asap hitam yang membuat tenaga kami akan semakin melemah, sudah tentu kami tidak akan bisa membantu banyak." Penghuni Tingkat ke Satu tak segera buka suara. Setelah pandangi anak muda itu lebih lama, dia berkata dingin,
"Kita lihat nanti!" - - Lalu dengan gerakan yang tak menginjak tanah, orang itu sudah berlalu. Sepeninggalnya Puspitorini berkata,
"Anak muda... rencanamu memang sangat cerdik. Tapi aku khawatir kau tak bisa menjalankannya. Karena biar bagaimanapun juga, dengan rencana seperti itu kau nampak sedang korbankan nyawa." Tirta menghela napas pendek.
"Kau benar, Nek. Tapi... aku tak melihat cara lain. Karena orang-orang Pulau Neraka memandang curiga pada kita. Padahal, kita tak memiliki maksud jelek sedikit pun tiba di tempat ini."
"Tapi mereka berpikir lain."
"Itulah sebabnya, kita harus berusaha meyakinkan mereka untuk menerima kedatangan kita sebagai sahabat. Sesuai dengan apa yang di hati kita."
"Anak muda... bagaimana bila mereka menjalani rencana itu tanpa kau dan aku disertakan?"
"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi.Tapi... mungkin mereka bisa melakukannya."
"Bagaimana bila mereka menyetujuinya dan menyertakan kita dalam rencana ini, tetapi tidak membe
rikan obat pemulih dari asap yang telah kita hirup?"
Tirta terdiam sesaat. Lalu katanya lambat-lambat,
"Berarti... kita akan menjadi penghuni abadi tempat ini...."
Bab 6 MALAM telah datang menyelimuti alam. Di atas langit nampak cerah. Tak ada gumpalan awan hitam yang gelapi persada. Rembulan bebas bersinar. Di bawah naungan indahnya sinar rembulan, nampak jajaran pepohonan yang tumbuh di sebuah hutan. Menilik keadaan hutan yang sepi kerontang itu dan hanya sesekali dihiasi oleh teriakan burung gagak, nampaknya tak seorangpun yang memiliki maksud untuk memasuki hutan Ilu. Namun lain halnya dengan dua bayangan yang berkelebat cepat. Dari gerakan yang mereka lakukan, selain mereka tak takut sedikit pun dalam keadaan hutan mengerikan itu, nampaknya mereka juga tak mau hentikan langkah sebelum tiba tepat di tengah hutan itu. Dan belum lagi diketahui siapa adanya orang, salah seorang dari dua bayangan itu telah buka suara,
"Menurut perhitunganku, ini malam yang tepat! Mudah-mudahan budak-budak celaka itu akan segera berkumpul di sini!" - Baru saja suara itu habis terdengar, menyusul suara - seorang perempuan,
"Pangeran Liang Lahat! Bagaimana bila Perawan Gila atau Muto Kradak gagal menemukan Manusia Segala Murka dan Ratih Durga?" Orang yang pertama tadi bersuara menggeram sengit. Sesaat tak terdengar suaranya kecuali gaokan burung gagak. Lalu katanya dingin,
"Dewi Penebar Sukma... jawaban dari pertanyaanmu itu berarti... kematianlah yang akan mereka terima! Karena... bagi orang Pulau Neraka, tak akan ada keinginan yang tak terpenuhi! Apalagi terhadap orang-orang di luar Pulau Neraka!" Seharusnya dengan ucapan itu, si perempuan menjadi geram, karena itu berarti dia dilecehkan. Namun yang dilakukannya justru tertawa kesenangan.
"Hihihi... sejak dulu aku menyukai kekejaman. Dan sangat menyukai kekejamanmu itu. Bagimu, tentunya dengan mudah membunuh cecunguk- cecunguk itu. Seperti nasib sial yang dialami oleh Iblis H alilintar." Dari percakapan yang dilakukan kedua bayan gan yang telah berdiri ditengah-tengah hutan itu, jelas diketahui siapa adanya orang. Mereka bukan lain adala h Pangeran Liang Lahat alias Penghuni Tingkat ke Dua a lias Pelarian Pulau Neraka dan Dewi Penebar Sukma. S etelah berhasil mendapatkan orang-orang yang akan di jadikan sekutunya, Pangeran Liang Lahat segera susun rencana. Dia menyuruh Perawan Gila untuk mencari Ma nusia Segala Murka yang diperintahnya untuk membunuh Rajawali Emas, sementara Muto Kradak diperintahnya untuk mencari Ratih Durga yang disuruhnya untuk membunuh Dewa Baju Putih. Sedangkan perempuan montok berpakaian putih tipis yang perlihatkan lekuk tubuh serta bungkahan payudara indah tanpa lapisan apa pun, menjadi pemuas nafsunya. Setelah memberi perintah pada Perawan Gila dan
Muto Kradak, Pangeran Liang Lahat merasakan satu keanehan hingga dia segera tinggalkan tempat itu bersama Dewi Penebar Sukma. Apa yang d ipikirkannya memang sebuah kenyataan. Karena Rajaw ali Emas yang saat itu mendadak saja masuk ke Pulau Neraka bersama Puspitorini dapat dirasakannya. Saat it u pula Pangeran Liang Lahat merasa kalau semua renc angnya harus segera dijalankan. - Dan tanpa sengaja b ersama Dewi Penebar Sukma mereka berjumpa denga n Iblis Halilintar yang sedang mencari Bidadari Kipas Ma ut untuk dibunuh. Dewi Penebar Sukma mencoba mem bujuk Iblis Halilintar untuk bergabung. Namun Iblis Halili ntar menolak hingga terjadi pertarungan sengit, yang setelah Pangeran Liang Lahat turun tangan, Iblis Halilintar dapat dikalahkan dan jatuh pingsan (Baca :
"Lingkarari Kematian"). Kembali tak ada yang buka suara. Masing-masing orang terdiam dibuncah pikiran. Pangeran Liang Lahat membatin, "Akan kutunggu sampai malam berlalu. Bila tak seorangpun yang muncul disini, aku akan segera pergi ke Pulau Neraka bersama Dewi Penebar Sukma. Kukhawatirkan kalau Rajawali Emas yang tentunya telah masuk ke sana, akan kacaukan semua rencanaku." Di pihak lain Dewi Penebar Sukma berkata,
"Sayang.... Iblis Halilintar tak mau bergabung, hingga akhirnya kekalahan yang diterimanya... Menurut perhitunganku, dia memang jatuh pingsan. tapi memungkinkan kalau dia telah mampus sekarang" Sepenanakan nasi telah berlalu tanpa ada yang buka
mulut. Padahal Dewi Penebar Sukma sudah merasa pegal kedua kakinya. Namun perempuan berpakaian tipis ini tak pedulikan soal itu. Karena dia tak mau terlihat lemah di hadapan Pangeran Liang iabat. Tepat rembulan berada di ujung kepala, nampak dua sosok tubuh melompat dari balik ranggasan semak. Dari bayangannya terlihat yang seorang bersosok besar buntal dengan kepala botak, sementara yang seorang lagi bertubuh tidak terlalu tinggi. Dari bayangannyajelas dia seorang perempuan. Melihat kedatangan keduanya, Pangeran Liang Lahat tertawa keras.
"Kau sangat patuh, Muto Kradak! Bagus! Kau termasuk salah seorang yang mengerti gelagat!" Orang bertubuh buntal itu menyahut,
"Setelah kau berikan ilmu aneh milikmu itu, telah kubulatkan tekad untuk mengabdi kepadamu!"
"Bagus! Bagus sekali! Ratih Durga...bagaimana dengan tugas yang kuberikan"!" Ratih Durga menghela napas pendek. Selain dia geram karena kemunculan Muto Kradak yang memaksanya untuk menjumpai Pangeran Liang Lahat, dia juga merasa cemas akan tindakan orang berkulit serba ungu itu bila dia mengatakan kalau dia gagal menjalankan perintahnya. Dan mau tak mau dia memang harus mehgatakan-: nya. - .
"Maafkan aku. Aku memang gagal membunuh Dewa Baju Putih yang saat itu bersama-sama dengan Bidadari Kipas Maut. Padahal, aku sebenarnya sudah berada
di atas angin." "Kau tak perlu memikirkan soal itu!" Ucapan Pangeran Liang lahat yang tak disangka oleh perempuan berparas setan itu, membuatnya tegakkan kepala. Sorot matanya seolah mencari kebenaran dari ucapan tadi.
"Benarkah?" tanyanya pelan.
"Kau adalah budakku yang patuh! Lupakan soal itu, karena masih ada urusan yang lebih penting."
"Tapi...," Ratih Durga menahan napasnya hingga dadanya yang montok makin membusung. Perlahan lahan tatapannya berubah sengit. Terutama saat diarahkan pada Muto Kradak. Bersamaan dia sentakkan napas, dia berkata,
"Bila saja karung beras celaka ini tidak muncul, mungkin aku sudah kembali menemukan jejak Dewa Baju putih dan Bidadari Kipas Maut! Tetapi, dia terlalu memaksa dengan mengandalkan nama dan perintahmu!". - Muto Kradak mendengus gusar. Pangeran Liang Lahat berkata lagi,
"Sekarang, tak perlu dipersoalkan! Seperti kukatakan tadi, ada yang lebih penting." -
"Tapi jahanam sialan ini membuat semuanya berantakan! Dia harus mendapatkan ganjarannya!"seru Ratih Durga lagi. Ucapannya itu membuat Muto Kradak tak bisa lagi tahan amarahnya. Sebelum Pangeran liang Lahat berkata, dia sudah mendahului,
"Terkutuk!. Perempuan bertampang setan! Kau ter
lalu banyak omong!" "Karung celaka! Kau pikir dengan ucapanmu itu kau dapat kederkan aku, hah"! Saat itu aku memang mau mengalah karena aku ingin melihat kebenaran ucapanmu! Tapi sekarang, jangan kau pikir aku akan menurut"!" Muto Kradak sipitkan matanya. Gelegar amarahnya perlahan-lahan naik dan siap meledak.
"Perempuan bertampang setan! Kau pikir kau memiliki kemampuan tinggi untuk mengalahkan Dewa Baju Putih dan Bidadari Kipas Maut sekaligus"! Huh! Kau terlalu banyak bermimpi!" Dikatakan tidak mampu mengalahkan Dewa Baju Putih dan Bidadari Kipas Maut sekaligus, tak membuat gusar Ratih Durga. Tetapi disebut perempuan bertampang setan, darah perempuan dari Bukit Sanggaruang itu sudah mendidih.
"Kurobek mulutmu!" Bentakan itu kontan disambut Muto Kradak.
"Kita lihat!!" Habis bentakannya, Muto Kradak angkat tangan kanannya yang kelebihan daging. Serta-merta menggebah gelombang angin yang inengarah pada dada montok Ratih Durga. - Perempuan bertampang sangat buruk itu menggeram dan putar tangan kanannya. Wusss!! Blaaarrr!! Dalam jarak yang sedemikian dekat, benturan dua
gelombang angin itu membuat masing-masing orang harus surutkan langkah lima tindak ke belakang. Muto Kradak bertambah geram. Dia sudah susah payah mencoba meyakinkan Ratih Durga yang ditemukannya sedang berkelebat di sebuah lembah kalau dia adalah utusan dari Pangeran Liang Lahat. Bahkan sebelumnya pertarungan singkat telah terjadi. Dan sekarang, perempuan bertampang setan namun memiliki tubuh yang indah, bahkan mengalahkan kemontokan tubuh Dewi Penebar Sukma, justru lakukan tindakan yang makin menyebalkannya. Makanya dia segera lancarkan serangan. Ratih Durga sendiri tidak mau kalah. Tak ayal lagi keduanya langsung terlibat pertarungan sengit, yang dalam waktu singkat terjadi letupan berulang kali. Namun tatkala terdengar bentakan yang keras, masing-masing orang seketika mundur. -
"Jangan buang tenaga, Budak-budak celaka! Kalian adalah satu padu! Bukan lawan! Cukup apa yang kalian perlihatkan di hadapanku! Tapi bila kalian ingin mampus sekarang, aku tak segan-segan mengirim kalian ke akhirat!" Bentakan keras itu membuat masing-masing orang menjadi keder. Mereka tak ada yang keluarkan suara. Terdengar lagi bentakan Pangeran Liang Lahat,
"Sekarang, kita tinggal menunggu kedatangan Perawan Gila dan Manusia Segala Murka! Dan jangan coba coba pamer kekuatan di hadapanku!" Baik Ratih Durga Inaupun Muto Kradak sama-sama menggeram dan menyimpan dendam. Namun sudah
tentu keduanya tak berani tampakkan kemarahan lagi. Pangeran Liang Lahat berkata pada Ratih Durga,
"Yang lainnya telah kuberikan ilmu 'Balik Mata'. Kecuali kau dan Manusia Segala Murka. Sambil menunggu kedatangan Manusia Segala Murka, itu bila Perawan Gila berhasil menjalankan perintahku, sebaiknya kuturunkan ilmu Balik Mata kepadamu, Ratih Durga."
"Aku akan menurut apa yang kau lakukan," kata Ratih Durga patuh. Perempuan yang selama ini merasa dipandang jijik oleh siapapun terutama oleh kaum lakilaki ini memang bersikap patuh pada Pangeran Liang Lahat. Ini dikarenakan orang berkulit serba ungu yang mengenakan pakaian dan jubah warna biru gelap itu tak memandang jijik padanya. Padahal itu hanyalah kepurapuraan belaka. Namun kepura-puraan yang dilakukannya telah membuat Ratih Durga merasa senang.
"Bagus! Majulah kau sekarang!" kata Pangeran Liang Lahat. Ratih Durga maju tiga langkah ke muka.
"Berlutut!"seru Pangeran Liang Lahat seraya mendekat. Ratih Durga langsung lakukan perintah itu. Kejap berikutnya dirasakan tangan kanan Pangeran Liang Lahat telah memegang kepalanya yang semula tak dirasakan sakit namum makin lama dirasakan tekanan yang keras hingga terasa menyakitkannya. Namun perempuan dari Bukit Sanggaruang itu tak mau keluarkan keluhan sedikit pun. Menyusul Ratih Durga merasakan ada satu tenaga yang masuk dan dirasakan sangat menyiksanya. Kejap
itu pula sekujur tubuh perempuan bertubuh indah tetapi bertampang setan ini dibanjiri keringat Kedua tangannya mengepal keras hingga urat-uratnya menonjol keluar. Matanya dipejamkan rapat-rapat menahan rasa sakit. Saking kuatnya rasa sakit yang dialaminya, tanpa disadarinya matanya sampai mengeluarkan air. Sementara Ratih Durga merasakan sakit yang tak terkira, Pangeran Liang Lahat berkemak-kemik tanpa ada suara yang keluar. Hanya napasnya yang mendengus-dengus keras. Dua kejapan mata berikutnya, Ratih Durga sudah tak sanggup untuk menahan rasa sakitnya akibat tekanan tenaga yang mengaliri tubuhnya. Secara tiba-tiba dia tersuruk ke depan yang membuat Pangeran Liang Lahat geser kakinya hingga tubuhnya merendah sementara tangan kanannya masih menempel dan menekan kepala Ratih Durga. Setelah beberapa saat berlalu, tiba-tiba pelarian dari Pulau Neraka ini berteriak keras, menggema di hutan yang sepi dan mengejutkan hewan-hewan malam yang berkeliaran,
"Seluruh setan Pulau Neraka, berilah kesempurnaan pada perempuan bertubuh indah ini!!" Habis teriakannya, terdengar salakan guntur yang sangat keras sebanyak tujuh kali, yang membuat keheningan itu terpecahkan. Rasa sakit yang diderita Ratih Durga lamat-lamat menghilang. Tetapi dia merasakan hawa panas luarbiasa masuk ke dalam tubuhnya.
"Bersemadilah!"seru Pangeran Liang Lahat dengan seringaian lebar yang segera dijalankan oleh Ratih Durga. Di pihak lain, Dewi Penebar Sukma diam-diam ccmberut. Perempuan tak tahu malu berpakaian tipis ini agak jengkel mendengar ucapan Pangeran Liang Lahat yang mengatakan kalau Ratih Durga memiliki tubuh yang indah.
"Huh! Padahal wajahnya tak lebih dari setan belaka! Masih untung tempat ini agak gelap! Bila tidak, setan sendiri yang melihatnya pun akan lari terbirit-birit!"geramnya dalam hati. Lalu sambungnya penuh keirian,
"Heran! Bagaimana mungkin wajahnya seperti setan tetapi tubuhnya seperti bidadari?" Muto Kradak yang memperhatikan apa yang dilakukan Pangeran Liang Lahat terhadap Ratih Durga, ajukan tanya,
"Setelah Perawan Gila yang mencari Manusia Segala Murka hadir di sini, apa yang akan kita lakukan?" Mendengar pertanyaan itu, kepala Pangeran Liang Lahat terangkat. Sorot matanya tajam berapi-api. Mulutnya berkemak-kemik tetapi tak ada suara yang keluar. Satu kejap kemudian, tercetus kata-katanya, tajam dan dingin,
"Bila nasibmu ingin seperti Setan Perak, kau boleh terus ajukan pertanyaan! Tapi bila kau masih ingin hidup lebih lama, tunggu penjelasanku!!" Muto Kradak langsung merasa tubuhnya seperti menciut. Kesaktian orang berpakaian dan berjubah biru gelap itu telah disaksikannya, karena dia berhasil dikalahkan. Dan kekejamannya pun telah dirasakannya. Apalagi setelah dengan enaknya orang itu membunuh
Setan Perak yang juga telah ditaklukkannya (Untuk mengetahui siapa adanya Setan Perak, silakan baca :
"Lingkaran Kematian").
"Sekarang--," lanjut Pangeran Liang Lahat dingin,
"Jangan ada yang buka mulut! Kita akan menunggu kedatangan Perawan Gila dan Manusia Segala Murka sampai matahari terbit!" | - Dan dua orang yang ditunggu itupun datang setelah: satu kali peminuman teh telah dilewati.
Bab 7 "Hikhikhik...semuanya sudah berkumpul! Bagus, bagus sekali! Manusia Segala Murka... bukankah ini saat yang tepat untuk pernikahan kita" Mereka akan menjadi saksi sumpah setia kita sehidup semati!" kata-kata ber- nada kacau yang sesekali diiringi kikikan itu langsung terdengar. Merentakkan keheningan malam dan kebisuan yang menyelimuti keempat orang yang tiba lebih dulu ditempat itu. Manusia Segala Murka yang berdiri disamping Perawan Gila, dimana tangan perempuan berpakaian terbuat dari rangkaian dedaunan itu erat merangkul tangannya, hanya keluarkan dengusan. Dia tetap tak mau lakukan tindakan mengingat kehebatan Perawan Gila. Pangeran Liang Lahat berkata, "Bagus, kalian akhirnya muncul juga di sini! Padahal, bila matahari terbit kalian belum muncul, berarti kematian yang akan kalian terima!" Perawan Gila langsung menyambar dengan berkata,
"Hik hik hik... mati pun bukan masalah yang besar sekarang, apabila kau mau menjadi saksi pernikahanku dengan kekasih yang kucintai ini"!" Pangeran Liang Lahat tak pedulikan ucapan Perawan Gila. Dia berkata lagi,"Manusia Segala Murka! Memilik keadaanmu, aku yakin kau helum melakukan tugas
yang kuberikan." - Manusia Segala Murka sesaat terdiam sebelum menyahut,
"Aku gagal melakukannya. Pemuda keparat itu berhasil meloloskan diri. Maafkan aku...."
"Kita tak perlu membicarakan persoalan anak muda berpakaian keemasan itu sekarang."
"Tetapi...bila saja perempuan gila ini mendadak saja tidak muncul, mungkin aku sudah menemukan jejaknya!"sahut Manusia Segala Murka dengan suara sengit. Tatapannya berkilat-kilat pada Perawan Gila. Yang ditatap dengan sorot kemarahan itu seolah tak mengetahuinya. Bahkan dengan sikap manja dan genit dia justru jatuhkan kepalanya pada bahu Manusia Segala Murka yang bukan hanya geram, tetapi juga jijik. Hampir saja dia hantamkan jotosannya pada kepala Perawan Gila. Namun lagi-lagi dia merasa pasti kalau perempuan berpakaian terbuat dari rangkaian dedaunan itu dapat meloloskan diri. Mungkin akan mencelakakannya dengan segera.
"Kau tak akan pernah menemukannya," kata Pangeran Liang Lahat.
"Tak mungkin! Perempuan sialan ini yang kacaukan - langkahku!" kata Manusia Segala Murka. Lalu sambungnya dalam hati, karena dia memang berani melakukannya dalam hati,
"Bila saja dia tidak mengatakan kalau kau sudah menunggu kedatanganku dan kau yang memerintahkannya mencariku, sudah kuhabisi nyawanya!" - Paras ungu Pangeran Liang Lahat mendad ak makin bersinar. Melihat hal itu, Manusia Segala Murk a sadar
akan kesalahannya. Karena tadi dia berani membantah ucapan orang. Sesungguhnya, Manusia Segala Murka tak ingin berpihak pada Pangeran Liang Lahat. Karena orang berkulit serba ungu itu memiliki ilmu yang lebih tinggilah maka dia bersedia menjadi budaknya. Sebelum kemarahan Pangeran Liang Lahat meledak, dia buru-buru berkata,
"Maafkan aku...." Dipihak lain, masih dengan kepala rebah pada bahu Manusia Segala Murka, Perawan Gila berkata,"Ayolah, Kasihku... katakan pada mereka semua, kalaukau mencintaiku, hendak melamarku dan menikahiku sekarang. Ayo, kau segera mengatakannya. Karena kalau tidak... hik hik hik... kepalamu akan mengucapkan selamat tinggal pada jasadmu...." Manusia Segala Murka hanya mendengus. Besar keinginannya untuk melepaskan rangkulan tangan Perawan Gila. Tetapi lagi-lagi ditahannya. Di pihak lain, Muto Kradak yang tadi gusar akibat tingkah laku Ratih Durga yang sekarang sudah berdiri, tertawa keras.
"Kalian memang pasangan yang sepadan! Ya, ya... aku merestui apa yang akan kalian lakukan!" Sementara kilatan mata berapi-api Manusia Segala Murka tajam menghujam, Perawan Gila justru terkikik kikik kesenangan.
"Kau benar, Manusia botak bin buntal! Aku dengannya memang pasangan yang cocok! Hayo, siapa lagi yang akan memberi restu padaku untuk menikah dengannya?".
Dewi Penebar Sukma yang sebelumnya jengkel mendengar kata-kata Pangeran Liang Lahat yang memuji tubuh Ratih Durga segera menyahut,
"Sudah tentu aku merestuinya! Siapa pun pasti akan merestui pernikahanmu, apalagi dengan...." Dewi Penebar Sukma tersenyum genit,
"Manusia Segala Murka. Ya, kalian. memang pasangan yang cocok." Sementara Perawan Gila makin liar kikikannya, Manusia Segala Murka menggeram dalam hati,
"Terkutuk Bila saja urusan tidak berkembang sampai kesini, sudah kubunuh orang buntal dan pelacur murahan itu!" Pangeran Liang Lahat berkata,"Kita lupakan segala urusan yang ada sekarang ini. Perlu kalian ketahui, kalau malam inijuga aku akan mengirim kalian ke Pulau Neraka." Sementara yang lain mengambil sikap mendengarkan dengan seksama, Perawan Gila justru berkata,
"Hei, hei! Sebelum kau utarakan maksud, biar kusampaikan apa keinginanku dulu! Aku ingin menikah dengan orang ganteng ini! Kalian harus memberi restu padaku! Hayo, cepat ucapkan salam pada kami seraya ucapkan restu!!" Pangeran Liang Lahat mendengus.
"Perawan Gilal Jangan pancing amarahku!!" Tetapi dasar gila, perempuan itu justru terkikik kikik. Tak sekalipun terlihat rasa gentarnya. Malah dia berkata,
"Wah! Mengapa kau merasa aku pancing amarahmu" Kau ini aneh! Bukankah... hei!!" Dia memutus kata-katanya sendiri. Lalu sambil tersenyum-senyum dia melanjutkan,
"Jangan-jangan... kau menyukaiku ya, mencintaiku ya, merinduiku ya, hingga kau menjadi marah karena cemburu" Wah! Tak perlu gusar, Kawan. Biar bagaimanapun juga, aku akan tetap mengabdi ke padamu. Tapi soal cinta kasih... ya, kau hanya bisa gigit jari saja."
"Diaaammm!!"hardik Pangeran Liang Lahat menggelegar. Yang lain saat itu juga merasa ciut. Sementara Perawan Gila hanya cengar-cengir saja, Manusia Segala Murka banyak berharap dalam hati,
"Mudah-mudahan manusia berkulit ungu itu akan turunkan tangan sekarang padanya. Hingga aku tak terlalu lagi dipusingkan olehnya." Tetapi harapan itu pudar karena Perawan Gila sudah tak angkat bicara lagi. Pangeran Liang Lahat menggeram dingin. Dadanya naik turun tanda amarah menggelora. -
"Membunuh perempuan keparat itu tak akan mengurangi pasukanku untuk menyusup ke Pulau Neraka. Tetapi, aku bermaksud mengirim mereka dua-dua di tempat yang berlainan. Dengan begitu, kekuatan mereka akan bertambah bila menghadapi masalah. Bila berhasil, mereka kuharapkan dapat menunggu di Lembah . Ngarai Neraka." - Karena Perawan Gila tak keluarkan suara lagi sementara yang lainnya kelihatan begitu patuh, Penghuni Tingkat ke Dua segera berkata,
"Sekali lagi kukatakan, kalian berkumpul di sini karena malam inilah saat yang tepat untuk lakukan penyusupan ke Pulau Neraka. Jangan ada yang memotong, karena aku akan menjelaskan sejelas-jelasnya! Ingat, bila kalian lakukan hal itu, aku
tak akan segan-segan mencabut nyawa kalian sekarang. juga!" Orang berkulit serba ungu itu edarkan pandangan ke orang-orang yang berada di sana yang merasa lebih baik tutup mulut. - Pangeran Liang Lahat berkata lagi,
"Sebel?m kulanjutkan-rencanaku, aku akan berikan dulu ilmu 'Balik Mata' pada Manusia Segala Murka. Cepat kau kemari!" Perawan Gila tidak menahan langkah Manusia Segala Murka yang melangkah ke depan. Pangeran Liang Lahat segera menyuruh Manusia Segala Murka untuk berlutut. Lalu diturunkannya ilmu Balik Mata' pada orang tinggi besar itu. Setelah selesai sementara Manusia Segala Murka bersemadi memulihkan tenaganya, dia melanjutkan,
"Kalian akan lakukan penyusupan dua-dua disana. Dan akan kukirim ke tempat yang berbeda. Seperti yang kukatakan sebelumnya, bila kalian telah pergunakan ilmu Balik Mata' maka kehadiran kalian di Pulau Neraka tak akan diketahui oleh orang-orang disana. Berarti kalian aman. Namun tak memungkiri kalian akan ketahuan bila lakukan kesalahan...." Sesungguhnya ada di hati beberapa orang untuk menanyakan apa kesalahan itu, tetapi tak ada yang bcrani utarakan. Di pihak lain, Pangeran Liang Lahat yang memang berdusta soal itu melanjutkan lagi,
"Bila kalian memang berhasil lolos dari orang-orang Pulau Neraka, kalian kuharapkan mencari tempat bernama Lembah Ngarai Neraka. Disana, kalian menunggu kedatanganku."
Lagi-lagi ada yang ingin melontarkan pertanyaan, 'mengapa Pangeran Liang Lahat tidak bersama-sama?". Namun tak ada yang berani lontarkan pertanyaan itu.
"Dan rencanaku adalah... setelah kita bergabung, kita akan lancarkan serangan ke Istana Pulau Neraka. Kuminta kalian mengacau di sana, sementara aku akan lakukan penyusupan untuk mendapatkan Panah Pusaka Cakra Neraka. Mungkin kalian bertanya, untuk apa benda itu" Dengan benda itulah aku dapat membunuh Ketua Pulau Neraka. Bila telah kita kuasai keadaan itu, maka kalian berhak mendapatkan harta karun yang tak terhingga banyaknya untuk kalian bawa setelah kalian tinggalkan Pulau Neraka. Sementara aku sendiri, akan tetap menetap di duniaku. Sampai disini, kalian paham apa yang kumaksudkan?" Ucapan terakhir Pangeran Liang Lahat membuat Muto Kradak berani lontarkan pertanyaan,
"Sampai di sini, mungkin bukan hanya aku saja yang paham, tetapi yang lainnya juga. Hanya ada satu pertanyaanku, mengapa kau tidak datang bersama-sama?" Wajah ungu Pangeran Liang Lahat nampak agak bersinar. Jelas dia tidak menyukai pertanyaan itu. Diam diam dia memaki dalam hati,
"Keparat! Mengapa aku harus lontarkan pertanyaan tadi yang tentunya dimanfaatkan oleh orang bertubuh buntal ini?" Tetapi mau tak mau dia harus menjawab.
"Itu kulakukan, karena aku akan memantau kehadiran kalian di Pulau Neraka. Karena, ilmu itu hanya uku yang miliki dan tak bisa kuturunkan pada kalian. Maksudku, sesungguhnya kalian tak perlu mencemaskan kehadiran di Pulau Neraka. Karena dengan cara kupantau, kalian akan mengetahui adanya bahaya atau tidak." Manusia Segala Murka yang sudah selesai bersemadi ajukan tanya,
"Kau tadi mengatakan, setelah kau mendapatkan Panah Pusaka Cakra Neraka, itu artinya kemenangan berada di pihak kita. Dan kami akan mendapatkan harta melimpah. Lantas, bagaimana cara kami keluar dari Pulau Neraka" Karena secara pribadi, aku. sendiri tak mau menjadi penghuni Pulau Neraka!" Serta-merta Pangeran Liang Lahat arahkan pandangan pada Manusia Segala Murka.
"Soal kalian keluar dari Pulau Neraka tak perlu . dipikirkan. Karena dengan mudah aku akan mengirim kalian keluar darisana."
"Apakah tak ada cara lain untuk keluar dari sana, tanpa kau yang melakukannya?"
"Setan! Dari sekian banyak ucapanku, rata-rata aku berdusta. Aku yakin kalau semakin banyak aku berdusta, kemungkinannya akan diketahui. Sebaiknya kukatakan saja." Memutuskan demikian, pelarian dari Pulau Neraka ini berkata,
"Kalian dapat melakukannya dengan tak kalah mudah. Ilmu Balik Mata' dapat kalian pergunakan untuk meninggalkan tempat itu." -
"Kami belum mengetahui caranya!" sahut Manusia Segala Murka. Lalu dengan cara mencari teman dia berkata,
"Bukankah begitu, Kawan-kawan?" Makin menggeram Pangeran Liang Lahat. Ternyata tak semudah yang diperkirakannya untuk memuslihati orang-orang disana. Terutama, orang tinggi besar itu!
"Kalian dapat melakukannya dengan cara tutupkan mata kiri, lalu kedipkan mata kanan lima kali. Setelah itu, kalian jejakkan kaki kanan ke bumi Pulau Neraka. Tak lama setelah itu, kalian akan keluar dari Pulau Neraka." - Manusia Segala Murka angguk-anggukkan kepala, seolah perlihatkan sikap menurut. Padahal di dalam hatinya dia berkata,
"Aku tak pedulikan soal harta yang kau janjikan, Manusia celaka! Aku juga menginginkan apa yang kauinginkan.Bila Panah Pusaka Cakra Neraka telah kau dapatkan, aku akan merebutnya. Bahkan aku akan mencarinya lebih dulu sebelum kau temukan. Dengan benda sakti dari Pulau Neraka itu, bukan hanya harta yang banyak yang akan kudapatkan di duniaku, tetapi kekuasan yang tak terbatas! Untuk saat ini... aku akan menurut apa yang kau katakan...." Di pihak lain, Pangeran Liang Lahat berkata dalam hati,
"Aku harus berhati-hati dengan manusia satu ini. Dan seperti rencanaku, akan kukacaukan semuanya." Habis membatin demikian dia berkata,
"Sekarang... bersiaplah untuk ke Pulau Neraka. Ratih Durga... kau berpasangan dengan Muto Kradak! Sementara kau, Manusia Segala Murka, berpasangan dengan Perawan Gila! Sementara aku akan menyusul bersama Dewi Penebar Sukma!" Baik Ratih Durga maupun Manusia Segala Murka sudah hampir lontarkan penolakan. Tetapi mereka justru kancingkan mulut. Bagi Ratih Durga, bila dia menolak, berarti dia tak akan mendapatkan perhatian dari Pangeran Liang Lahat. Satu-satunya orang yang tak memandang jijik padanya. Sementara Manusia Segala Murka, mendadak saja mendapat satu gagasan menarik. Dia akan memanfaatkan Perawan Gila yang menginginkan menjadi pasangannya untuk memuluskan segala rencananya. Karena tak ada yang membantah ucapannya, Pangeran Liang Lahat berkata lagi,
"Ilmu 'Balik Mata' bisa kalian pergunakan secara tidak sengaja setelah tiga hari kalian kuturunkan ilmu itu. Tetapi, kalian dapat mempergunakannya secara bebas. Sekarang... Ratih Durga... kau mendekatlah pada Muto Kradak." - Dengan mendengus Ratih Durga mendekati Muto Kradak yang memandangnya tajam. Pangeran Liang Lahat berkata lagi,
"Sekarang, kalian tutup mata kanan dan kedipkan mata kiri sebanyak lima kali! Setelah itu jejakkan kaki kiri kalian ke tanah! Lakukan sekarang!" - Segera saja kedua orangitu lakukan perintah orang berkulit serba ungu. Dan mendadak saja tubuh mereka telah lenyap dari pandangan. Kecuali Pangeran Liang Lahat, yang berada disana memandang tak percaya. Sementara rasa keheranan Perawan Gila hanya berlangsung sebentar, karena perempuan itu sudah berkata sambil terkikik-kikik,
"Menyenangkan! Sangat menyenangkan! Manusia Segala Murka, kita jadikan Pulau Neraka sebagai tem pat bulan madu! Ayo, kita lakukan seperti yang telah dilakukan oleh perempuan bertampang setan dan orang
buntal itu!" Manusia Segala Murka mendengus, Pangeran Liang Lahat berkata,
"Ya! Kalian lakukan sekarang!" Tak lama kemudian, tinggal Pangeran Liang Lahat dan Dewi Penebar Sukma yang berada disana.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?"tanya Dewi Penebar Sukma sambil tersenyum genit. pangeran liang lahat menyeringai,"Kita pergunakan waktu untuk bersenang-senang dulu!" Lalu tanpa berpindah tempat, dia segera rebahkan tubuh Dewi Penebar Sukma yang terkikik-kikik di atas rumput basah karena embun.
Bab 8 ANGIN panas di Pulau Neraka kian menyengat. Dan rasanya tak ada tanda-tanda kalau hawa panas di Pulau Neraka akan meredup sedikit pun juga. Bahkan tak ketahuan apakah di Pulau Neraka malam pun akan melintas" Karena tanda-tanda kalau perubahan alam Pulau Neraka terjadi, tak nampaksama sekali.
Butiran pasir terus berlarian ditebar angin. Beberapa muncratan api dari berbagai sumber terlihat disanasini. Sungguh mengherankan, sekaligus mengerikan!
Itulah yang dialami oleh Dewa Baju Putih. Tokoh golongan putih yang melompat masuk ke dalam gumpalan awan hitam di saat Setan Merah masuk ke awan dari mana dia datang, memandangi sekitarnya penuh keheranan. Sesaat kakek berpakaian putih ini tidak tahu dia berada di mana. Namun setelah diingatnya kalau dia masuk melalui awan hitam dimana Setan Merah masuk dan keluar, dan setelah ditimbang beberapa saat dimana tempat dia berada, sadarlah si kakek kalau dia berada di Pulau Neraka.
"Astaganaga! Pulau Neraka!" desisnya tertahan. Kembali pandangannya dicdarkan ke sekeliling penuh rasa takjub. Hawa murni guna menahan hawa panas telah dikerahkan.
Namun kejap berikutnya, si kakek terjingkat seraya
balikkan tubuh ke belakang. Kali ini dia dalam kedudukan bersiaga. Tetapi setelah tak dilihatnya siapapun di sana, dia kembali pada sikapnya semula. Hanya kali ini keningnya berkerut"Aneh! Aku datang bersama Selan Merah, tetapi orang itu tak ada di hadapanku?" desisnya. Lalu sambungnya agak tersentak,
"Bidadari Kipas Maut! Dimana dia berada?" Kali ini si kakek benar-benar panik. Matanya berusaha untuk melihat kejauhan. Namun yang dilihatnya hanyalah padang panas yang menyengat mata.
"Bidadari Kipas Maut masuk ke awan hitam dari mana Iblis Merah muncul. Rasanya... sekarang aku terpisah dengan perempuan yang kucintai itu...," desis si kakek pelan. Hatinya mulai dibaluri perasaan tidak enak. Rasa tidak enak itu berubah menjadi penyesalan.
"Ah, tak seharusnya aku menyuruh dia masuk ke awan dari mana iblis Merah datang. Seharusnya, biar aku saja yang masuk ke awan Setan Merah. Apa yang dialaminya sekarang ini, aku tidak tahu sama sekali." Si kakek geleng-gelengkan kepala lalu menyambung,
"Mudah-mudahan... dia mengalami hal yang sama dengan diriku. Sendiri di tempat asing ini lebih baik, ketimbang dia bersama dengan Iblis Merah, yangsudah tentu akan membahayakannya. Dan yang mengherankanku, bagaimana bisa Setan Merah tidak berada di sekitarku" Bukankah aku masuk ke awan miliknya?" Apa yang diduga oleh Dewa Baju Putih jauh dari kebenaran. Karena di tempat yang agak jauh dari sana,
disebuah lembah yang penuh dengan pasir-pasir panas, Bidadari Kipas Maut sedang menghadapi serangan ganas dari Iblis Merah. Tak jauh dari pertarungan itu, Setan Merah memandang penuh nafsu membunuh!
"Celaka! Rasanya, aku tak bisa lagi menghadapi orang berhidung bengkokini!"desis Bidadari Kipas Maut dengan dada kebat-kebit. Keringat sudah membanjiri wajahnya yang cantik. Kendati demikian, perempuan berpakaian hijau panjang ini masih berusaha bertahan. Dia tak mau dirinya menjadi korban keganasan Iblis Merah di pulau yang asing ini. Sebenarnya, bagaimana ini bisa terjadi" Mengapa Setan Merah bisa berada bersama-sama Iblis Merah" Dan mengapa Dewa Baju Putih tidak bersama-sama dengan mereka" Ini disebabkan karena ilmu aneh orang-orang Pulau Neraka. Ketika Dewa Baju Putih masuk ke gumpalan awan hitam miliknya, Setan Merah bukannya tidak tahu. Bahkan dia tahu kalau Bidadari Kipas Maut masuk ke awan hitam milik Iblis Merah.
"Hemm... akan kukejutkan kakek keparat ini!"geram Setan Merah dalam hati. Dengan ilmu Pulau Neraka yang dimilikinya, tanpa diketahui oleh Dewa Baju Putih, dia bergabung dengan Iblis Merah yang kala itu hendak menghajar Bidadari Kipas Maut. Dengan ilmu Pulau Neraka pula Setan Merah melarang Iblis Merah untuk lakukan niat. Bahkan dia berbisik agar Iblis Merah membiarkan perempuan berpakaian hijau panjang itu tetap ikut ke Pulau Neraka. Dan akan mengejutkannya setiba di Pulau Neraka.
Itulah sebabnya, mengapa Dewa Baju Putih tiba di Pulau Neraka seorang diri, tanpa Setan Merah. Dan itu pula sebabnya Setan Merah bisa berada bersama-sama Iblis Merah yang sedang menyerang Bidadari Kipas Maut.
Perempuan jelita bersenjatakan kipas itu, masih coba untuk halangi setiap serangan. Dia memang terkejut mendapati gempuran-gempuran aneh orang Pulau Neraka ini. Dalam waktu yang singkat, Bidadari Kipas Maut dapat menduga kalau ilmu orang Pulau Neraka lebih mengerikan digunakan di tempatnya sendiri dibanding pada tempat di luar Pulau Neraka.
"Peduli setan sekalipun aku akan mampus di sini! Aku harus bertahan!" tekadnya seraya lepaskan serangan melalui senjata kipasnya.
Blaan!! Terdengar letupan demi letupan tatkala serangan demi serangan berbenturan. Namun berkali-kali pula sosok Bidadari Kipas Maut terlempar ke belakang. Dan perempuan ini tak pedulikan keadaannya. Dia langsung berdiri dan lancarkan serangan kembali.
Untuk kesekian kalinya dia harus terjengkang ke belakang. Kali ini lontaran tubuhnya begitu kuat, hingga Bidadari Kipas Maut harus muntahkan darah segar.
Seluruh tubuhnya saat itu pula dirasa sakit luar biasa. Namun dia tetap berusaha berdiri tegak. Bahkan tatapannya tetap tajam dan dingin.
Setan Merah yang melihat kekeraskepalaan si perempuan mendengus geram.
"Iblis Merah! Kau terlalu banyak buang waktu! Bila
kau tak mau membunuhnya, kita tinggalkan dia di sini! Dengan cara meninggalkannya, dia akan mendapatkan kesulitan di Pulau Neraka, pulau asing baginya!" Iblis Merah berkata sambil tatap tajam pada Bidadari Kipas Maut yang sedang pegangi dadanya dengan tangan kiri,
"Aku tahu kalau kita telah dipanggil pulang dan harus menghadap secepatnya pada Ketua! Tapi.. aku ingin menyiksa perempuan ini lebih lama!!"
"Kau melupakan satu hal rupanya! Bila kita tidak segera tiba dihadapan Ketua, maka justru kita yang akan mendapatkan siksaan!!" Iblis Merah mendengus..
"Huh! Kalau begitu... kita bawa dia ke hadapan Ketua!"
"Bila kau punya pikiran seperti itu, itu lebih baik!"
"Bagaimana dengan kakek berbaju putih yang kau tinggalkan" Apakah dia perlu kita cari?"
"Tidak perlu dicari! Aku sudah tahu di mana dia berada"!"
"Apa yang akan kita lakukan?"
"Kita akan membawanya juga ke hadapan Ketua! Iblis Merah! Ringkus perempuan celaka itu!" Di pihak lain, sembari menahan sakitnya, Bidadari Kipas Maut membatin,
"Aku baru ingat pada Dewa Baju Putih yang masuk ke awan hitam dari mana Setan Merah muncul. Astaga! Dia memang tak berada di sini sementara orang berkuping menukik itu ada di sini: Hemm. tentunya dia telah pergunakan sebuah ilmu yang tak kuketahui...."
Lalu perlahan-lahan dilihatnya Iblis Merah maju dua langkah dengan tangan terkepal. Orang berkulit serba merah itu memandang dingin. Bidadari Kipas Maut membatin lagi,
"Menghadapinya...kurasa hanya percuma saja. Tak mungkin aku bisa ntenghadapinya. Apalagi bila dia bergabung dengan Setan Merah. Sebaiknya... aku mengalah saja. Mudah-mudahan mereka memang akan membawaku pada Dewa Baju Putih. Paling tidak, membawaku pada Ketua mereka. Akan kucoba untuk terangkan semua maksud...." - Memutuskan demikian, Bidadari Kipas Maut tak lakukan gerakan apa-apa. Bahkan perlahan-lahan dia selipkan lagi senjata kipasnya pada selendang yang melilit di pinggang rampingnya. Melihat apa yang dilakukan perempuan berpakaian hijau, Iblis Merah terbahak-bahak keras.
"Rupanya kau mengerti gelagat! Bagus! Bagus sekali!!" Habis ucapannya, orang berkulit serba merah ini gerakkan tangan kanannya sekali, mengarah pada tangan Bidadari Kipas Maut. Dan entah bagaimana mulanya, tiba-tiba saja kedua tangan Bidadari Kipas Maut sudah menyatu. Ada lingkaran sinar merah yang mengikat kedua tangannya.
"Rupanya kau mempunyai sedikit otak yang bisa dipengunakan! Ayo, ikut kami!!" Tak ada jalan lain bagi Bidadari Kipas Maut kecuali mengikuti keduanya yang telah melangkah. Yang diinginkannya adalah berjumpa dengan Dewa Baju Putih. Dia berharap kedua orang itu akan membawanya pada
arah yang dituju. Dan diam-diam, diperhatikannya tanah panas yang dijejak oleh kedua orang itu. Perlahan-lahan diikutinya setiap jejakan kaki itu pada tanah. Astaga! Dia tak lagi merasakan panas seperti sebelumnya!
"Hmmm... kedua orang ini memang sangat tahu tanah mana yang tak akan terasa panas bila dipijak...," katanya dalam hati.
Sementara itu, Dewa Baju Putih masih berada dalam lingkaran kebingungannya. Kakek ini masih mencemaskan keadaan Bidadari Kipas Maut. Disesalinya mengapa dia menyuruh perempuan yang pernah dan masih dicintainya itu untuk masuk ke awan hitam dari mana Iblis Merah datang.
Tetapi seperti niatan mereka semula, mereka memang akan mengikuti jejak Perawan Gila dan Manusia Segala Murka yang sedang menuju ke tempat di mana Pangeran Liang Lahat alias Pelarian Pulau Neraka ber ada. Dengan harapan mereka akan bisa ikut serta ke Pulau Neraka, entah bagaimana caranya.
Dan kemunculan Utusan Kematian Pulau Neriki mengubah rencana yang ada. Bahkan Dewa Baju putih memikirkan satu hal yang jelas-jelas dapat membawanya ke Pulau Neraka. Namun sekarang, apa yang dialaminya sungguh tidak enak. Dia belum melihat sosok Bidadari Kipas Maut.
"Ah...," keluhnya pendek.
"Aku tak akan pernah memaafkan diriku sendiri bila terjadi sesuatu yang tak mengenakkan pada perempuan yang kucintai itu...." Dicoba untuk tenangkan jalan pikirannya. Diperhatikan lagi sekelilingnya. Hawa panas kian menebar dan membuat keringat sebesar biji jagung bercucuran di sekujur tubuhnya. - Mendadak saja kepalanya menegak. Tatapannya terbcliak lebar atkala melihat pasir sejarak lima belas langkah dihadapannya mendadak saja membentang laksana sebuah layar. Namun mendadak pula layar yang terbuat dari pasir itu pecah berderai. Dan yang dilihatnya kemudian, membuatnya sampai surut dua tindak ke
belakang: Dia melihat Utusan Kematian Pulau Neraka sedang berjalan dengan kepala tegak ke arahnya. Di belakang kedua orang berkulit serba merah itu nampak satu sosok tubuh yang sangat dikenalinya.
"Bidadari Kipas Maut...," desisnya pelan. Dan saat itu pula si kakek bersiaga penuh. Orang yang ditunggunya sudah berdiri sejarak sepuluh langkah dari hadapannya. Belum apa-apa, sudah terdengar bentakan Setan Merah,
"Kakek keparat! Jangan berbuat lancang di sini! Karena bisa-bisa, Pulau Neraka akan menjadi rumahmu yang abadi!!" Dewa Baju Putih tak sahuti bentakan itu. Tatapannya menyipit nyalang. Bersiaga penuh dan siap lancarkan serangan bila terjadi sesuatu. Sebelum ada yang angkat bicara lagi. Bidadari Kipas
Maut sudah buka mulut, "Dewa Baju Putih... aku telah kalah. Lebih baik kau menyerah saja...." Sesaat Dewa Baju Putih harus cernakan dulu apa yang dikatakan oleh perempuan berpakaian hijau panjang. Ditatapnya perempuan setengah baya yang masih berparas jelita itu dalam-dalam. Dilihatnya Bidadari Kipas Maut kedip-kedipkan matanya. Kendati tak tahu secara pasti makna dari kedipan mata Bidadari Kipas Maut, namun sedikit banyaknya Dewa Baju Putih dapat cernakan juga.
"Nampaknya Bidadari Kipas Maut menginginkan agar aku menyerah saja. Entah apa rencananya. Tapi yang pasti, aku yakin kalau dia memili ki sebuah rencana. Ah, berjumpa dengannya kendati da lam keadaan terikat oleh sinar merah itu, sudah memb uatku gembira...." Berpikir demikian, Dewa Baju Putih b erkata,
"Aku sama sekali tak mengenal tempat ini. Tempat asing yang mungkin dapat mencelakakanku sendiri. Kulihat kawanku sudah berada dalam kekuasaan kalian. Baiklah... aku menyerah...." Perl?han-lahan diulurkan kedua tangannya ke de pan. - Utusan Kematian Pulau Neraka terbahak-bahak keras. Iblis Merah berkata,
"Dengan penyerahan ini, ju ngan berharap kalian akan diampuni. Karena... di Pulau Neraka, kematian adalah hal yang biasa!!" Habis berkata begitu, dia lakukan tindakan yang sama seperti yang dilakukannya terhadap Bidadari kipas Maut. Diiringitawa Utusan Kematian Pulau Neraka yang melangkah lebih dulu, Dewa Baju Putih menjajari .langkah Bidadari Kipas Maut.
Bab 9 SEMENTARA itu, kecemasan Rajawali Emas dan Puspitorini tak berlangsung lama. Karena entah dari mana datangnya, orang berkulit serba hijau itu sudah muncul lagi di hadapan masing-masing orang. Tatapan Penghuni Tingkat ke Satu penuh kebencian dalam.
"Kalian beruntung!"desisnya parau."Karena.... Ketua menyetujui usul kalian!" Baik Tirta maupun Puspitorini sama-sama hela mapas lega. Anak muda dari Gunung Rajawali itu berkata,
"Dan ketuamu juga setuju kalau kami melihat lebih dulu Panah Pusaka Cakra Neraka" Benda yang diinginkan oleh Penghuni Tingkat ke Dua?" Lagi-l agi dengan gerakan berat, Penghuni Tingkat ke Satu m engangguk"Dengan syarat...," katanya kemudian.
"Brengsek! Pakai syarat segala lagi! Padahal aku dan nenek Puspitorini masih terkena asap hitam keparat ini! Lebih sial lagi kalau ternyata syaratnya itu aku dan sinenek tidak diberikan obat pemulih?"kata Tirta dalam hati. Dan karena tak mau memperpanjang waktu dia segera berkata,
"Katakan syaratmu itu...."
"Panah Pusaka Cakra Neraka akan segera diperlihatkan. Dan kalian akan menyaksikan satu benda langka yang kesaktiannya tiada banding, baik di Pulau Neraka sendiri maupun di luar Pulau Neraka. Benda yang dapat kalahkan kesaktian benda mana pun juga. Dan kalianjangan coba-coba memuslihati kami, orang-orang Pulau Neraka...."
"Busyet! Panjang banget dia ngomong! Tapi belum juga mengatakan syaratnya," maki Tirta dalam hati. Di pihak lain Puspitorini mendumal,
"Brengsek! Kalau saja aku tak bermaksud mengikuti apa yang dilakukan anak muda ini, sudah kuserang dia!" Lalu sambungnya penuh kege-eran,
"Huh! Berabe kalau syaratnya ternyata ketuanya minta kawin denganku! Akan kulumat habis dia!" Sepasang mata orang berkulit serba hijau itu memandang tak berkedip. Lalu lamat-lamat dia berkata,
"Syarat pertama... kalian tetap berada dalam keadaan sekarang ini. Tidak diberikan obat pemulih sebelum semuanya berakhir." "Brengsek! Ternyata dugaanku tepat! Huh! Coba aku tidak menduga seperti itu, siapa tahu lain?" maki Tirta dalam hati. Didengarnya lagi ucapan Penghuni Tingkat ke Satu,
"Syarat kedua.... Ketua meminta kalian untuk menghadapi Penghuni Tingkat ke Tiga Bila kalian mampus di tangan Penghuni Tingkat ke Tiga, berarti kalian tak akan bisa meiihat Panah Pusaka Cakra Neraka!" Mendengar ucapan orang, Tirta dan Puspitorini sama-sama melengak. - Menyusul nenek berpakaian kuning kusam itu mendengus seraya berkata,
"Enaknya kau ngomong! Syarat
kedua yang ketuamu berikan sudah tentu akan kami terima!Tapi, dengan keadaan terkena racun asap hitam itu, bagaimana kami bisa menghadapinya" Karena setiap kali kami bergerak atau keluarkan tenaga dalam, maka racun itu akan makin bekerja! Brengsek betul!" Penghuni Tingkat ke Satu menyeringai.
"Itulah syarat yang diberikan Ketua! Bila kalian menolak, berarti kalian akan mampus hari ini juga!" Sementara si nenek yang di rambutnya bertengger tiga buah bunga mawar warna merah mendengus, Tirta membatin,
"Syarat yang mereka berikan benar-benar membuatku merasa berada diujung tanduk. Karena bila menolak, berarti kematian pula yang akan diterima. |
Huh! Ketimbang mati percuma, lebih baik menghadapi saja. Tapi... apa yang dikatakan si nenek memang benar. Dalam keadaan terkena racun seperti ini, maka semuanya akan sia-sia belaka." Tak ada yang keluarkan suara. Baik Rajawali Emas maupun Puspitorini sama-sama berpikir keras. Terdengar lagi suara Penghuni Tingkat ke Satu.
"Waktu kalian tak banyak untuk memikirkan syarat yang diajukan Ketua! Karena, bila kalian tidak menjawab, itu artinya kalian menolak! Berarti, kematian yang akan segera kalian terima!!"
"Tunggu!" seru Tirta kemudian.
"Kami menerima syarat yang kau ajukan!" Terbahak-bahaklah Penghuni Tingkat ke Satu.
"Bodoh! Sangat bodoh! Dengan menerima syara itu, berarti kematian pun tak akan lepas dari kalian!!"
Di pihak lain, Puspitorini melotot.
"Anak muda! Apa kau sudah gila"!"desisnya bagai bisikan. Tirta mengangkat kedua bahunya.
"Habisnya serba salah, Nek. Kehadiran kita di sini masih dipandang curiga olehnya, termasuk yang lainnya. Kalau kita tidak menerima syarat itu, kita juga akan mampus. Nah, lebih baikkan menerimanya."
"Dengan tubuh masih terkena racun?" gemas Puspitorini. -
"Biar saja. Mudah-mudahan kita menang Ingat, Nek... apa kau sudah melupakan niatmu untuk membalaskan kematian adik seperguruanmu, si Pendekar Kail, yang dibunuh oleh Pangeran Liang Lahat?" Mendengar pertanyaan itu, si nenek menggeram. Dadanya yang kurus nampak membusung. Tatapannya diarahkan pada Penghuni Tingkat ke Satu.
"Manusia celaka! Kau memberikan tawaran yang sulit!Tapi... kami bukanlah orang pengecut seperti yang kau duga!"dengusnya geram-"Akan kubuat kedua matamu lebih terbuka, kalau kau salah menilai kami!" Ucapan itu hanya disambut tawa oleh Penghuni Tingkat ke Satu. Kejap berikutnya, dia menepuk tangannya empat kali. Di lain kejap, sudah berdiri empat orang berkulit serba biru di belakangnya.
"Busyet deh!"dengus Tirta."Empat orang" Kupikir
cuma dua hingga bisa satu lawan satu?" Di pihak lain Puspitorini juga mendengus.
"Sudah kadung basah!" desisnya pada Tirta.
"Kita . ambil bagian secara merata!" - Penghuni Tingkat ke Satu bersuara,
"Silakan kalian nikmati permainan di Pulau Neraka!" . Kata-katanya itu sebagai tanda kalau pertarungan akan segera dimulai. Karena empat orang berkulit serba biru itu sudah melangkah ke depan. Dua berada di hadapan Rajawali Emas, dan dua orang lagi berada di hadapan Puspitorini. Dan entah dengan gerakan apa, sosok Penghuni Tingkat ke Satu mendadak sudah berada sejarak sepuluh langkah ke belakang.
"Mulai!!" Dua orang berkulit serba biru yang berdiri di hadapan Tirta sudah menyerbu ke depan Dua jotosan dilancarkan sekaligus. Dan dua sinar biru telah mendahului dengan perdengarkan suara mengerikan. Sadar bila tidak segera bertindak maka akan celaka, anak muda dari Gunung Rajawali itu tahan napas sejenak. Lalu melompat ke depan seraya cabut Pedang Batu Bintang. Wrrrr!! - Serta-merta menggebah gelombang angin yang dipadu dengan sinar keemasan tatkala pedang yang di pangkalnya terdapat dua ukiran kepala burung rajawali dan di ujungnya terdapat sebuah bintang berkilat, dige rakkan. -
Blaaamm! Blaaammm!! Dua sinar biru yang mendahului jotosan lawan, berbenturan dengan sinar keemasan. Tempat itu seketika bergetar hebat. Dan dua orang berkulit serba biru yang menerjang tadi nampak bergetar dan terseret ke belakang. - Wajah masing-masing orang nampak memucat. Penghuni Tingkat ke Satu sendiri terkesiap tatkala melihat gerakan yang dilakukan pemuda berpakaian keemasan.
"Astaga! Pedang itu sungguh luar biasa! Padahal tadi kukira, kalau pemuda itu akan tewas seketika!" Kendati berhasil mengejutkan orang-orang Pulau Neraka, namun keadaan Rajawali Emas sendiri.sungguh memprihatinkan. Karena begitu berbenturan dengan jotosan lawan, sosoknya tergontai-gontai ke belakang. Dari mulutnya perlahan-lahan merembas darah segar. Ini disebabkan karena pengaruh asap beracun yang telah dihirupnya.
"Celaka... aku seperti telah kerahkan separuh tenagaku...."desisnya. Di pihak lain, nampak Puspitorini harus bekerja keras untuk atasi serangan dua orang berkulit serba biru lainnya. Nenek berpakaian kuning kusam ini justru semakin beringas menyadari kalau tubuhnya bertambah melemah. Dia tak peduli dengan keadaan itu. Karena, bila tak memenuhi syarat yang diajukan, mereka akan dibunuh juga. Satu jotosan telak membuatnya terhempas ke belakang. Dan bila tidak disambar oleh Rajawali Emas, tubuh si nenek akan menabrak tembok di belakangnya. Apa yang dilakukan oleh anak muda dari Gunung Rajawali itu, dibayar oleh keadaan yang makin membahayakannya. Karena darah semakin banyak keluar dari mulutnya. Tubuhnya sendiri semakin melemah. Melihat hal itu Puspitorini berkata,
"Anak muda! Jangan kau hiraukan diriku! Kita sama-sama berjuang disini! Pertahankan nyawamu!" - Tirta geleng-gelengkan kepala.
"Nek! Kita datang ke tempat ini berdua, dan harus keluar dari sini berdua pula!"
"Bodoh! Kau sendiri yang bilang kalau kita harus menghadapi mereka! Mati pun bukan masalah! Jadi tak perlu pikirkan diriku!"
"Kendati demikian, kita tidak boleh mati disini! Kita harus... hei!!" - Kata-kata anak muda itu terputus, karena empat orang berkulit serba biru itu sudah merangsek sekaligus. Dengan kerahkan seluruh tenaga dalam yang dipadu dengan tenaga surya, Rajawali Emas kembali gerakkan Pedang Batu Bintang. Gempuran sinar keemasan dan gelombang angin yang dahsyat itu membuat serangan keempatnya menjadi kacau balau. Tirta menekan dadanya dengan tangan kiri, tatkala merasakan dadanya kian sakit. Namun dia harus kembali gerakkan tangan yang memegang Pedang Batu Bintang bila masih ingin selamatkan diri. Puspitorinijuga sudah bergerak. Nenek berpakaian kuningkusam ini tidak mau membiarkan pemuda gagah
berjiwa besar itu harus menghadapi bahaya seorang diri. Namun apa yang dilakukan si nenek merupakan kesia-siaan belaka. Karena dengan sekali jotos saja sosoknya sudah terlempar kebelakang. Bahkan, satu tendangan berikutnya membuat si nenek berteriak kesakitan dan kontan tubuhnya terhempas deras. Bruk! Keadaan si nenek membuat konsentrasi Tirta menjadi terganggu. Anak muda yang dalam keadaan kesakitan dan merasakan tenaga dalamnya bertambah melemah ini, menoleh. Saat itulah satu tendangan telak menghajar dadanya hingga dia keluarkan lenguhan! Heikk
"Kalian tak akan pernah menyaksikan seperti apa Panah Pusaka Cakra Neraka!!"seru Penghuni Tingkat ke Satu terbahak-bahak.
"Habisi mereka!!"
"Celaka!"desis Tirta menahan sakit tatkala melihat empat orang berkulit serba biru melesat ke arahnya.
"Apakah di sini ajalku menanti?" Dalam keadaan terpojok dan tubuh semakin melemah, anak muda dari Gunung Rajawali ini tak mau dirinya tewas saat itu juga. Mendadak saja dia masukkan kembali Pedang Batu Bintang ke warangkanya. Bersamaan dengan itu, ditekan napasnya kuat-kuat. Menyusul direntangkan kedua tangannya yang kejap itu pula tangan kanannya dimasukkan ke bawah tangan kirinya, demikian pula sebaliknya. Apa yang terjadi kemudian sungguh mengejutkan. Karena tubuh anak muda itu mendadak bersinar terang.
Dan hawa panas yang keluar mengalahkan panasnya ruangan itu. Kejap berikutnya, dia sudah mendorong kedua tangannya ke depan yang serta-merta menggebah gelombang panas luar biasa. Keempat orang berkulit serba biru nampak melengak kaget. Mereka berusaha untuk urungkan serangan dan melompat ke belakang. Dua orang berhasil melakukannya. Namun dua orang lagi gagal karena kedudukan mereka berada di depan. Tanpa ayal lagi gelombang panas luar biasa yang keluar dari dorongan kedua tangan Tirta menghantam mereka. Hebatnya, gelombang panas itu membuat mereka menjerit kesakitan. Bahkan berteriak kepanasan. Tiga kejapan mata kemudian, dua tubuh berkulit serba biru yang kelojotan di atas tanah, mendadak terhenti. Dan... astaga Tubuh keduanya mendadak luruh seperti debu! Melihat hal itu, Penghuni Tingkat ke Satu berteriak keras,
"Gila ..'Matahari Rangkul Jagat'! Ilmu Pulau Neraka!!" Rajawali Emas yang baru saja keluarkan ilmu
"Matahari Rangkul Jagat'warisan dari Manusia Agung.Setengah Dewa di Puncak Gunung Siguntang, tak merasakan nyeri lagi di dadanya. Bahka n tenaganya yangg semakin melemah tadi, sudah tak dirasakan. Kini parasnya berwibawa, terkesan dingin. K eadaannya seperti tak pernah terkena asap beracun di penjara .
"Luar biasa! Ternyata ilmu warisan dari Manusia
Agung Setengah Dewa dapat kupergunakan. Bahkan mampu mengusir racun yang mendera tubuhku," katanya dalam hati. Lalu mendadak kepalanya ditegakkan. Matanya memandang tak berkedip pada Penghuni Tingkat ke Satu."Tadi... apa...apa yang dikatakannya" Orang berkulit serba hijau itu tahu nama ilmu yang kukeluarkan. Lalu... dia... dia mengatakan, ilmu itu... adalah ilmu Pulau Neraka. Ilmu Pulau Neraka?" Keheranan Rajawali Emas tidak hanya sampai di sana saja. Karena dilihatnya Penghuni Tingkat ke Satu dan dua orang berkulit serba biru yang masih tegak justru jatuhkan tubuh. Bersujud di hadapan Tirta yang memandang dengan kening berkerut.
"Gila! Apa yang telah terjadi" Mengapa mereka bersujud seperti menyembahku" Ada apa ini?"
"Sepuh... maafkan kelancangan kami yang tidak tahu siapa adanya, Sepuh...," terdengar suara Penghuni Tingkat ke Satu yang masih bersujud. Tirta makin tak mengerti dengan apa yang dilihat dan didengarnya.
"Aneh! Kenapa jadi begini" Kalau tadi mer eka tak pernah memandang sebelah mata, tetapi sekar ang mereka bahkan bersujud" Gilal Ada apa ini" Apaka h...." Kata batin anak muda ini terhenti. Sejurus kemudi an terlihat kepalanya digeleng-gelangkan.
"Jangan-jangan... ini berhubungan dengan ilmu 'Matahari Rangkul Jagat yang dikatakannya sebagai ilmu Pulau Neraka" Tapi... mengapa aku dipanggil dengan sebutan sepuh" Apakah... aha! Aku tahu! Ini pusti erat hubungannya dengan Manusia Agung Setengah
Dewa...." Sebelum Tirta memastikan kebenaran itu, mendadak terdengar suara keras,"Selamat datang di Pulau Neraka, Anak Muda. Tak pernah disangka kalau kau mewarisi ilmu Matahari Rangkul Jagat". Ilmu inti Pulau Neraka yang hanya dimiliki oleh Sepuh Agung Pulau Neraka, atau yang di duniamu dikenal dengan sebutan : Manusia Agung Setengah Dewa...."
Bab 10 UNTuk sesaat anak muda dari Gunung Rajawali itu terdiam. Dengan gerakan lambat dia memperhatikan sekelilingnya, mencoba menemukan o rang yang bersuara tadi. Sementara itu, Penghuni Tingk at ke Satu dan dua orang berkulit serba biru masih dala m keadaan bersujud. Tirta berkata dalam hati,"Menilik k eadaannya,jelas kalau orang ini memiliki kedudukan le bih tinggi dari Penghuni Tingkat ke Satu. Karena orang i tu bersuara tanpa tunjukkan wujud. Hemm... mudah-m udahan orang itu adalah Ketua Pulau Neraka...." Berpikir demikian, Tirta berseru,
"Orang di balik angin! Siapa pun kau adanya, aku tak pernah memandang bermusuhan denganmu!Tetapi, apa yang telah kau lakukan sebagai syarat sungguh tak mengenakkan!"
Rajawali Emas 46. Panah Cakra Neraka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bila tak kulakukan hal itu, tentunya aku tidak tahu siapa kau adanya, Anak Muda! Sepuh Pulau Neraka sangat dihormati sejak dulu hingga hancurnya Pulau Neraka kelak! Bahkan dia selalu ditunggu kehadirannya kembali di Pulau Neraka! Dan sekarang... secara tidak langsung kau adalah utusan Sepuh Pulau Neraka!"
"Sepuh Pulau Neraka" Manusia Agung Setengah Dewa" Kendati belum jelas, aku bisa menebak kalau dia adalah orang yang berasal dari Pulau neraka berasal" Atau... dia hanya pernah datang ke Pulau Neraka".
Hemmm... sebaiknya nanti kutanyakan saja. Dan menilik keadaannya, nampaknya situasi sudah tidak seruncing tadi. Lebih baik kucoba untuk pulihkan tenaga Nenek Puspitorini...." Tanpa keluarkan ucapan apa pun, Rajawali Emas melangkah mendekati Puspitorini yang masih berselonjor bersandar di dinding. Si nenek tak menyangka perubahan yang terjadi begitu drastis. Dan dia merasa bersyukur karena perubahan itu. Satu hal yang kini disadarinya, dia masih belum tahu banyak tentang pemuda berpakaian keemasan.
"Kita beruntung...,"desisnya setelah Rajawah Emas sudah pulihkan tenaganya kembali dengan alirkan hawa panas yang berasal dari ilmu Matahari Rangkul Jagat'.
"Aku belum tahu apakah kita memang benar beruntung atau tidak, Nek. Tetapi yang pasti, keadaan agak berubah. Dan mudah-mudahan memang membawa pada keberuntungan." Terdengar lagi suara keras,
"Anak muda! Kini aku percaya siapa kau adanya, juga perempuan tua berpakaian kuning kusam itu! Bila saja sejak semula kau sudah keluarkan ilmu 'Matahari Rangkul Jagat' mungkin keadaan sudah normal sejak kau datang!"
"Brengsek! Bagaimana aku bisa tahu kalau sesungguhnya ilmu 'Matahari Rangkul Jagat berasal dari Pulau Neraka"! Ah, memang masih banyak yang belum kuketahui tentang Manusia Agung Setengah Dewa. Apalagi Eyang Sepuh Malaikat Dewa. Jangan-jangan.... Eyang Sepuh Malaikat Dewa juga berasal dari Pulau Neraka?" Memang banyak yang membuat anak muda ini agak
kebingungan sejak dia keluarkan ilmu 'Matahari Rangkul Jagat". Ilmu warisan dari Manusia Agung Setengah Dewa di Gunung Siguntang. Di tempat yang sama dan pada waktu yang bersamaan pula, dia juga menerima sebuah ilmu langka dari Eyang Sepuh Malaikat Dewa. Ilmu Inti Roh Rajawali". (Untuk mengetahui tentang hal itu, silakan baca episode :
"Prahara di Gunung Siguntang"). Rajawali Emas perlahan-lahan lepaskan ilmu Matahari Rangkul Jagat hingga dari tubuhnya tidak lagi terlihat sinar dan pancaran hawa panas. Lalu dengan suara sopan dia berkata,
"Banyak yang ingin kutanyakan sebenarnya tentang Manusia Agung Setengah Dewa yang kalian sebut denganjulukan Sepuh Pulau Neraka! Tetapi kupikir, kita bisa membicarakannya sambil lewat. Sekarang, dua syarat yang tentunya gagasan darimu sudah kupenuhi. Dan tibalah saatnya untuk memenuhi segala gagasanku sebelumnya. Tetapi sebelum dibicarakan lebih lanjut, bolehkah aku mingetahui siapa kau adanya?" Terdengar tawa yang keras, bernada senang
"Sudah tentu kau boleh mengetahui siapa aku dan, kau akan melihat Panah Pusaka. Anak muda... aku adalah pemimpin di sini disebut sebagai Ketua Pulau neraka. aku yang mengatur semuanya! Sampai di ini merasa cukup?" Tirta yakin kalau orung itu melihat dirinya, dan yang lainnya.lalu ia mengangguk.lalu ia berkata - lagi,"Mungkin aku terlalu lancang. aku ingin tahu
rupa dan wujudmu! Dan kupikir itu...."
"Tidak! Sebagai pewaris ilmu Matahari Rangkul Jagat', ilmu yang hanya dimiliki oleh Sepuh Pulau Neraka yang kau sebut Manusia Agung Setengah Dewa, sudah tentu kau berhak melihat rupa dan wujudku! Tetapi... aku menghendaki kita melakukannya berdua saja!"
"Baiklah! Usul itu kusetujui! Sekarang, aku ingin melihat benda sakti yang bernama Panah Pusaka Cakra Neraka!"
"Kau akan melihatnya sekarang, Anak Mnda! Kau akan melihatnya!!"
Belum habis ucapan itu terdengar, mendadak saja ruangan yang memang sudah terang semakin bertambah terang. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu telah mengambang sebuah benda yang pancarkan sinar terang luar biasa....
SELESAI RAJAWALIEMAS Segera menyusul: SIULAN BERDARAH ebook by novo edit teks by Saiful B http://cerita-silat.mywapblog.com
"Kita beruntung...,"desisnya setelah Rajawah Emas sudah pulihkan tenaganya kembali dengan alirkan hawa panas yang berasal dari ilmu Matahari Rangkul Jagat'.
"Aku belum tahu apakah kita memang benar beruntung atau tidak, Nek. Tetapi yang pasti, keadaan agak berubah. Dan mudah-mudahan memang membawa pada keberuntungan." Terdengar lagi suara keras,
"Anak muda! Kini aku percaya siapa kau adanya, juga perempuan tua berpakaian kuning kusam itu! Bila saja sejak semula kau sudah keluarkan ilmu 'Matahari Rangkul Jagat' mungkin keadaan sudah normal sejak kau datang!"
"Brengsek! Bagaimana aku bisa tahu kalau sesungguhnya ilmu 'Matahari Rangkul Jagat berasal dari Pulau Neraka"! Ah, memang masih banyak yang belum kuketahui tentang Manusia Agung Setengah Dewa. Apalagi Eyang Sepuh Malaikat Dewa. Jangan-jangan.... Eyang Sepuh Malaikat Dewa juga berasal dari Pulau Neraka?" Memang banyak yang membuat anak muda ini agak
kebingungan sejak dia keluarkan ilmu 'Matahari Rangkul Jagat". Ilmu warisan dari Manusia Agung Setengah Dewa di Gunung Siguntang. Di tempat yang sama dan pada waktu yang bersamaan pula, dia juga menerima sebuah ilmu langka dari Eyang Sepuh Malaikat Dewa. Ilmu Inti Roh Rajawali". (Untuk mengetahui tentang hal itu, silakan baca episode :
"Prahara di Gunung Siguntang"). Rajawali Emas perlahan-lahan lepaskan ilmu Matahari Rangkul Jagat hingga dari tubuhnya tidak lagi terlihat sinar dan pancaran hawa panas. Lalu dengan suara sopan dia berkata,
"Banyak yang ingin kutanyakan sebenarnya tentang Manusia Agung Setengah Dewa yang kalian sebut denganjulukan Sepuh Pulau Neraka! Tetapi kupikir, kita bisa membicarakannya sambil lewat. Sekarang, dua syarat yang tentunya gagasan darimu sudah kupenuhi. Dan tibalah saatnya untuk memenuhi segala gagasanku sebelumnya. Tetapi sebelum dibicarakan lebih lanjut, bolehkah aku mingetahui siapa kau adanya?" Terdengar tawa yang keras, bernada senang
"Sudah tentu kau boleh mengetahui siapa aku dan, kau akan melihat Panah Pusaka. Anak muda... aku adalah pemimpin di sini disebut sebagai Ketua Pulau neraka. aku yang mengatur semuanya! Sampai di ini merasa cukup?" Tirta yakin kalau orung itu melihat dirinya, dan yang lainnya.lalu ia mengangguk.lalu ia berkata - lagi,"Mungkin aku terlalu lancang. aku ingin tahu
rupa dan wujudmu! Dan kupikir itu...."
"Tidak! Sebagai pewaris ilmu Matahari Rangkul Jagat', ilmu yang hanya dimiliki oleh Sepuh Pulau Neraka yang kau sebut Manusia Agung Setengah Dewa, sudah tentu kau berhak melihat rupa dan wujudku! Tetapi... aku menghendaki kita melakukannya berdua saja!"
"Baiklah! Usul itu kusetujui! Sekarang, aku ingin melihat benda sakti yang bernama Panah Pusaka Cakra Neraka!"
"Kau akan melihatnya sekarang, Anak Mnda! Kau akan melihatnya!!"
Belum habis ucapan itu terdengar, mendadak saja ruangan yang memang sudah terang semakin bertambah terang. Entah dari mana datangnya, tahu-tahu telah mengambang sebuah benda yang pancarkan sinar terang luar biasa....
SELESAI RAJAWALIEMAS Segera menyusul: SIULAN BERDARAH ebook by novo edit teks by Saiful B http://cerita-silat.mywapblog.com
Kereta Berdarah 14 Raja Petir 02 Empat Setan Goa Mayat Suling Pusaka Kumala 13