Rumah Gema 3
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie Bagian 3
"Mrs. Christow?"
Dengan bergairah Gerda berkata, "Ya, saya Mrs.
Chris"tow." "Saya tak ingin menambah kesedihan Anda, Mrs.
Christow. Tapi saya ingin mengajukan beberapa per"
tanyaan. Anda tentu saja boleh meminta pengacara An"
da ikut hadir, bila Anda lebih suka..."
152 THE HOLLOW.indd 152 "Itu kadang-kadang lebih bijaksana, Gerda," sela Sir
Henry. "Pengacara?" potong Gerda. "Untuk apa pengaca"ra"
Tahu apa pengacara tentang kematian John?"
Inspektur Grange berdeham. Sir Henry kelihatannya
akan berbicara, tapi Henrietta yang berucap, "Inspektur
hanya ingin tahu apa yang terjadi tadi pagi."
Gerda berpaling pada inspektur itu, lalu berkata
dengan nada heran. "Rasanya semuanya seperti mimpi buruk"tidak nya"
ta. Saya... saya tak bisa menangis atau se"macamnya.
Saya sama sekali tidak merasa apa-"apa."
Dengan nada membujuk, Grange berkata, "Itu aki"
bat shock, Mrs. Christow."
"Ya, ya, saya rasa begitu. Tapi semua terjadi be"gitu
tiba-tiba. Saya keluar dari rumah, melalui jalan setapak
ke arah kolam renang..."
"Jam berapa itu, Mrs. Christow?"
"Waktu itu belum jam satu. Kira-kira jam satu ku"
rang dua menit. Saya yakin itu, karena saya melihat
jam. Dan waktu saya tiba di situ, John sudah terbaring
di situ. Ada darah di tepi semen."
"Apakah Anda mendengar suara tembakan, Mrs.
Christow?" "Ya... tidak... saya tidak tahu. Saya tahu bahwa Sir
Henry dan Mr. Angkatell sedang menembak. Saya
hanya melihat John..."
"Ya, Mrs, Christow?"
"John... dan darah... dan sebuah revolver. Lalu saya
pungut revolver itu..."
"Mengapa?" 153 THE HOLLOW.indd 153 "Apa maksud Anda?"
"Mengapa Anda pungut revolver itu, Mrs. Chris"
tow?" "Entahlah, saya tidak tahu."
"Tahukah Anda bahwa sebenarnya benda itu tak
boleh Anda sentuh?" "Tak boleh?" Gerda tampak linglung, wajahnya ham"
pa. "Tapi itu sudah saya lakukan. Saya me"megangnya."
Ia lalu menunduk dan memandangi tangannya, se"
olah-olah dalam angan-angannya ia melihat re"volver itu
dalam genggamannya. Lalu dengan tajam ia menoleh pada Inspektur, dan
tiba-tiba suaranya berubah menjadi tajam, ke"takutan.
"Siapa yang telah membunuh John" Tak se"orang
pun punya keinginan membunuhnya. Dia... dia adalah
pria terbaik. Dia begitu baik, tak pernah mementingkan
diri sendiri. Dia mau melakukan apa saja untuk orang
lain. Semua orang menya"yanginya, Inspektur. Dia se"
orang dokter hebat. Suami yang paling baik dan pe"
murah. Pasti itu suatu kecelakaan. Pasti... pasti!"
Ia menunjuk ke seputar kamar itu.
"Tanyailah semua orang, Inspektur. Tak seorang pun
berkeinginan membunuh John, bukan?"
Kata-kata itu ditujukannya pada mereka semua.
Inspektur Grange menutup buku catatannya.
"Terima kasih, Mrs. Christow," katanya dengan suara
da"tar. "Untuk sementara, cukup sekian saja."
*** 154 THE HOLLOW.indd 154 Hercule Poirot dan Inspektur Grange berjalan me"lalui
hutan pohon-pohon kenari, ke arah kolam renang.
Jenazah John Christow sudah diukur, di"buat catatannya,
dan sudah pula diperiksa oleh dokter polisi. Kini je"nazah
sudah dipindahkan ke kamar penyimpanan mayat. Kolam
renang itu tam"pak polos, pikir Hercule Poirot. Segala
sesuatu yang ter"jadi hari ini aneh sekali. Kecuali John
Chris"tow?"ia tidak aneh. Dalam keadaan sudah mening"
gal pun ia tampak penuh tekad dan objektif. Kolam re"
nang itu kini bukan sekadar kolam renang biasa, melain"
kan tempat tubuh John Christow ditemukan terkapar,
dan tempat darahnya meng"alir di semen, ke dalam air
yang berwarna biru buatan.
Buatan. Sesaat Poirot meresapi perkataan itu. Ya, ada
se"suatu yang dibuat-buat dalam perkara ini. Seolaholah...
Seorang pria berpakaian renang menghampiri Ins"
pektur. "Ini revolvernya, Sir," katanya.
Grange menerima barang yang basah itu lambat"lambat.
"Tak ada lagi harapan untuk mendapatkan sidik jari
sekarang," katanya. "Tapi untunglah, dalam perkara ini
hal itu tak penting. Mrs. Christow jelas sedang meme"
gangnya waktu Anda tiba, bukan, M. Poirot?"
"Ya." "Yang penting sekarang adalah pengenalan re"volver
itu," kata Grange. "Saya rasa Sir Henry bisa membantu
ki"ta dalam hal itu. Saya yakin Mrs. Christow telah
mengambilnya dari ruang ker"ja Sir Henry."
Ia memandang ke sekeliling kolam renang ter"sebut.
155 THE HOLLOW.indd 155 "Sekarang, mari kita tinjau lagi semuanya, su"paya
jelas. Jalan setapak di bawah kolam renang itu adalah
dari peternakan, dan dari situlah Lady Angkatell datang.
Yang dua orang lagi, Mr. Ed"ward Angkatell dan Miss
Savernake, turun dari hutan, tapi tidak bersama-sama.
Mr. Edward da"tang dari jalan setapak di sebelah kiri,
sedangkan Miss Savernake dari yang sebelah kanan,
yang berasal dari kebun bunga di bagian atas rumah.
Tapi mereka sedang berdiri di ujung kolam yang terjauh
waktu Anda tiba?" "Ya." "Dan jalan setapak yang di sebelah pondok per"
istirahatan ini mengarah ke Podder"s Lane. Baik, mari
kita berjalan di situ."
Sementara mereka berjalan, Grange berbicara tanpa
semangat, hanya berdasarkan apa yang di"ketahuinya.
Nada"nya pesimistis, namun tenang.
"Saya tak pernah menyukai perkara-perkara be"gini,"
katanya. "Tahun lalu saya mendapat perkara seperti
ini"di dekat Ashridge. Dia seorang pen"siunan tentara,
dengan karier yang menonjol. Istri"nya seorang wanita
yang manis dan tenang, agak kuno, umurnya 65 tahun
dan sudah beruban. Rambutnya cukup bagus, agak
berombak. Dia suka sekali berkebun. Pada suatu hari,
dia masuk ke kamar suaminya, dikeluar"kannya revol"ver
dinas suaminya, lalu dia keluar ke kebun, dan ditembak"
nya suaminya. Begitu saja! Tentu saja banyak sekali latar
belakang yang harus kami gali. Kadang-kadang orang
lalu menciptakan suatu ki"sah bodoh tentang seorang
gelandangan! Kami tentu ber"pura-pura memercayainya.
Kami bersi"kap tenang saat mengajukan pertanyaan-per"
tanya"an, tapi kami tahu apa yang kami lakukan."
156 THE HOLLOW.indd 156 "Maksud Anda," kata Poirot, "Anda berkeyakin"an
bahwa Mrs. Christow-lah yang telah menembak suami"
nya?" Grange melihat padanya dengan pandangan ter"kejut.
"Rupanya Anda tidak berpikiran begitu?"
Lambat-lambat Poirot berkata, "Bisa saja terjadi se"
perti yang dikatakannya."
Inspektur Grange mengangkat bahu.
"Ya, memang bisa. Tapi kisah itu kurang dapat di"
percaya. Dan mereka semua menduga memang dialah
yang telah membunuh suaminya! Mereka tahu sesuatu
yang tidak kita ketahui."
Ia memandangi teman bicaranya dengan pan"dangan
menyelidik. "Anda sendiri juga menduga bahwa dia
yang telah melakukannya, waktu Anda tiba di tempat
kejadian itu, bukan?"
Poirot setengah memejamkan mata. Ia mem"bayang"
kan dirinya datang lewat jalan setapak. Gudgeon yang
melangkah ke samping. Gerda Chris"tow yang sedang
ber"diri di atas tubuh suaminya sambil memegang revol"
ver, dan pandangan kosong di wajahnya itu. Ya, seba"
gaimana kata Grange, ia memang menduga Gerda-lah
yang telah melakukan"nya. Setidaknya ia menduga orang
menghendakinya mendapatkan kesan itu"
Ya, tapi itu tidak sama. Adegan itu sengaja dipertontonkan"diatur un"tuk
mengecoh. Apakah Gerda memang kelihatan seperti seorang
wanita yang baru saja menembak suaminya" Itulah yang
ingin diketahui oleh Inspektur Grange.
Dan dengan amat terkejut Hercule Poirot me"nyadari
157 THE HOLLOW.indd 157 bahwa selama ini dalam berurusan dengan banyak per"
buatan kekerasan, ia belum pernah benar-"benar berha"
dapan dengan seorang wanita yang baru saja membunuh
suaminya. Bagaimana kelihatannya seorang wanita da"
lam keadaan begitu" Apakah ia akan memperlihatkan
sikap kemenangan" Atau ke"takutan" Merasa puas atau
kebingungan" Tak per"caya atau merasa hampa"
Pasti salah satu di antaranya, pikirnya.
Inspektur Grange terus berbicara. Poirot hanya me"
nangkap akhir kalimatnya.
"...kelak pasti kita akan mendapatkan kenyataan"kenyataan di balik kejadian ini, dan biasanya kita bisa
men"dapatkan semua itu dari para pelayan."
"Apakah Mrs. Christow akan kembali ke Lon"don?"
"Ya. Dia meninggalkan dua orang anak di sana. Kita
harus mengizinkannya pergi. Kita tentu tetap menga"
wasinya dengan ketat, tapi dia tidak akan menyadarinya.
Dia akan menyangka dirinya sudah bebas. Menurut
saya, dia agak bodoh."
Poirot ingin tahu, apakah Gerda menyadari apa yang
diduga oleh polisi, dan apa yang diperkirakan oleh
keluarga Angkatell" Kelihatannya ia sama sekali tidak
menyadari apa-apa. Ia kelihatan seperti seorang wanita
yang lamban reaksinya, benar-benar kebingungan dan
patah hati karena kematian suaminya.
Mereka telah keluar ke jalan umum.
Poirot berhenti di dekat pintu pagar rumahnya.
Grange berkata, "Inikah rumah kecil Anda" Bagus dan
nyaman kelihatannya. Nah, selamat berpisah untuk se"
mentara, M. Poirot. Terima kasih atas kerja sama Anda.
Suatu waktu kelak saya akan mampir, dan mem"beri"
tahukan pada Anda kemaju"an-kemajuan kami."
158 THE HOLLOW.indd 158 Matanya menyapu jalan umum itu.
"Siapa tetangga Anda" Bukankah itu tempat tinggal
orang terkenal itu?"
"Miss Veronica Cray. Dia seorang aktris. Kalau tak
sa"lah, dia datang ke situ pada akhir pekan."
"Ya, tentu saja, Dovecotes. Saya suka melihat per"
mainannya dalam film Lady Rides on Tiger. Tapi me"
nurut saya, dia terlalu terpelajar. Saya lebih suka Hedy
Lamarr." Ia berbalik. "Nah, saya harus kembali ke tempat kerja saya.
Sampai bertemu, M. Poirot."
"Apakah Anda kenal benda ini, Sir Henry?"
Inspektur Grange meletakkan revolver itu di meja
kerja di hadapan Sir Henry. Lalu dipandangi"nya pria itu
dengan penuh harap. "Bolehkah saya memegangnya?" Sir Henry de"ngan
ragu mengulurkan tangan ke arah revol"ver itu.
Grange mengangguk. "Itu berada di dalam kolam renang tadi. Dengan de"
mikian, semua sidik jari yang terdapat di situ sudah ter"
hapus. Kalau boleh saya katakan, sayang sekali Miss
Savernake tadi melepaskannya dari tangannya."
"Ya, ya, tapi saat itu memang sangat menegang"kan
ba"gi kami semua. Dan wanita cenderung men"jadi gu"
gup, dan... yah, terlepaslah barang-barang dari tangan"
nya." Inspektur Grange mengangguk lagi. Katanya, "Pada"
hal kelihatannya Miss Savernake seorang wa"nita muda
yang cerdas." 159 THE HOLLOW.indd 159 Kata-kata itu diucapkannya tanpa tekanan, na"mun
ada sesuatu dalam kalimat itu yang membuat Sir Henry
mendadak mengangkat wajah. Grange berkata lagi,
"Nah, apakah Anda mengenali benda ini?"
Sir Henry mengambil revolver itu, lalu meme"rik"
sanya. Ia melihat nomornya, lalu memban"dingkannya
de"ngan daftar yang terdapat di dalam sebuah buku kecil
ber"sampul kulit. Setelah itu ditutupnya buku tersebut
dengan mendesah. Kata"nya, "Benar, Inspektur, ini
memang berasal dari koleksi saya di sini."
"Kapan Anda terakhir kali melihatnya?"
"Kemarin petang. Kami sedang menembak-nem"bak
dengan papan sasaran di kebun, dan ini adalah salah
satu senjata api yang kami pakai."
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siapa tepatnya yang menembak dengan revol"ver ini
pada peristiwa itu?"
"Saya rasa, setiap orang sekurang-kurangnya menem"
bak satu kali dengan revolver itu."
"Termasuk Mrs. Christow?"
"Termasuk Mrs. Christow."
"Dan setelah Anda selesai menembak?"
"Saya letakkan revolver itu kembali di tempat"nya
yang biasa. Di sini."
Ditariknya laci dari sebuah meja kerja yang besar.
Separuh laci itu dipenuhi pistol.
"Anda memiliki banyak koleksi senjata api, Sir Hen"
ry." "Ini memang sudah merupakan hobi saya se"lama ber"
tahun-tahun." Inspektur Grange memandangi mantan gubernur
Kepulauan Hollowene itu sambil merenung. Sir Henry
160 THE HOLLOW.indd 160 adalah seorang terkemuka berwajah tampan. Di bawah
orang semacam itu, ia akan suka sekali bekerja. Bahkan
ia jauh lebih menyukai orang ini daripada kepala polisi"
nya yang sekarang. Inspektur Grange tidak terlalu ter"
kesan akan Kepala Polisi Wealdshire"seorang penjilat
yang lalim dan ce"rewet. Dialihkannya kembali pikiran"
nya pada pe"kerjaan yang sedang ditanganinya.
"Waktu Anda menyimpannya kembali, revolver itu
pasti tidak berisi peluru, bukan?"
"Tentu tidak." "Lalu di mana Anda menyimpan peluru-peluru
Anda?" "Di sini." Sir Henry mengeluarkan kunci dari sebuah
kotak, lalu membuka salah satu laci bagian bawah dari
meja tulis itu. Sederhana sekali, pikir Grange. Mrs. Christow pasti
sudah melihat tempat peluru-peluru itu ter"simpan. Ia
tinggal masuk kemari dan mengambil"nya sendiri. Rasa
cemburu memainkan peran besar pada kaum wanita,
pikirnya. Ia berani bertaruh penyebabnya pasti rasa cem"
buru. Hal itu akan menjadi jelas bila ia sudah se?"lesai
dengan pekerjaan rutinnya di sini, dan harus melan"
jutkan" ke Harley Street. Tapi kita harus be"kerja dengan
aturan yang benar. Ia bangkit dan berkata, "Yah, terima kasih, Sir Hen"
ry. Akan saya beritahu Anda mengenai pe"meriksaan pen"
dahuluannya." 161 THE HOLLOW.indd 161 BAB XIII Pada waktu makan malam, mereka makan bebek dingin.
Setelah itu, mereka makan puding karamel yang kata
Lady Angkatell penampilannya sesuai benar dengan pe"ra"
saan Mrs. Medway. Katanya, memasak memberikan bayangan yang tepat
mengenai halusnya perasaan.
"Dia tahu kita tidak begitu suka puding karamel.
Tapi rasanya kurang berperasaan kalau kita makan pu"
ding kesukaan kita, sementara seorang teman kita baru
saja meninggal. Tapi puding karamel itu mudah sekali
dimakan"lembut dan licin, dan kita bisa menyi"sakan
sedikit di piring." Ia mendesah, lalu berkata bahwa ia berharap mereka
te"lah bertindak tepat dengan membiarkan Gerda pergi
ke London. "Aku senang sekali Henry mau mengantarnya."
Sir Henry memang mendesak untuk mengantar Ger"
da pulang ke Harley Street.
"Gerda tentu akan kembali kemari untuk peme"
riksaan pendahuluan," kata Lady Angkatell lagi, sambil
162 THE HOLLOW.indd 162 makan pudingnya dengan merenung. "Tapi dia harus
menyampaikan berita sedih itu pada anak-anaknya"
mungkin mereka telah membaca"nya di surat-surat ka"bar.
Dengan hanya seorang wanita Prancis di rumah"betapa
tegang sarafnya barangkali. Tapi Henry akan mem"ban"
tunya, dan aku yakin Gerda akan baik-baik saja. Mung"
kin akan dimintanya beberapa keluarganya datang"
"mung"kin kakak atau adiknya. Pasti Gerda punya kakak
atau adik"kurasa mungkin tiga atau empat orang, yang
mungkin tinggal di Tunbridge Wells."
"Aneh-aneh saja ucapanmu, Lucy," kata Midge.
"Yah, Sayang, kalau kau lebih suka di Torquay?"tidak,
bukan Torquay. Umur mereka sekurang-kurangnya pasti
65 tahun kalau me"reka tinggal di Tor"quay. Kalau begitu
di East"bourne, atau di St. Leonards."
Lady Angkatell melihat ke puding karamel yang ting"
gal sesendok di piringnya. Kelihatannya ia me"rasa sa"
yang, tapi ditinggalkannya juga tanpa di"makannya.
David yang hanya menyukai makanan enak melihat
dengan murung ke piringnya yang sudah kosong.
Lady Angkatell bangkit. "Kurasa kita semua ingin tidur lebih awal ma"lam
ini," katanya. "Banyak sekali yang telah ter"jadi, bukan"
Bila kita hanya membacanya di surat kabar, kita tak
dapat mem"bayangkan betapa me"letihkannya kejadiankejadian seperti ini. Tahukah kalian, aku merasa seolaholah aku habis berjalan sejauh dua puluh kilometer,
padahal aku tidak berbuat apa-apa kecuali duduk-duduk
saja. Tapi itu meletihkan juga, karena kita tak bisa mem"
baca buku atau surat kabar, takut akan kelihatan tak
berperasaan. Tapi kurasa sekadar membaca tajuk rencana
163 THE HOLLOW.indd 163 surat kabar Observer tak apa-apa, asal bukan News of the
World. Tak sependapatkah kau dengan aku, David" Aku
suka menge"tahui pikiran anak-anak muda, kita jadi tidak
ketinggalan za"man."
Dengan suara keras, David berkata bahwa ia tak
pernah membaca News of the World.
"Aku selalu membacanya," kata Lady Angkatell.
"Kami pura-pura membelinya untuk para pelayan, tapi si
Gud"geon sangat penuh pengertian, dan tak pernah mem"
bawanya keluar sebelum usai waktu minum teh. Surat
kabar itu menarik sekali, sering menceritakan kaum wa"
nita yang memasukkan ke"palanya ke dalam oven gas"
banyak sekali jum"lahnya!"
"Apa yang akan mereka lakukan di rumah-rumah
ma"sa depan yang semua peralatannya dari listrik?" tanya
Edward Angkatell dengan senyum kecil.
"Kurasa mereka terpaksa memutuskan untuk me"
nyesuaikan diri dengan keadaan. Itu tentu lebih masuk
akal." "Aku tidak sependapat denganmu mengenai se"mua
rumah yang peralatannya serbalistrik," kata David. "Akan
ada pemanasan komunal yang dise"diakan dari tempat
persediaan pusat. Setiap rumah orang dari kelas buruh
harus benar-benar hemat tenaga..."
Edward cepat-cepat berkata bahwa ia tidak begitu
menguasai soal itu. David mencibir mencemooh. Gud"
geon mengantarkan kopi di nampan. Gerak"annya lebih
lamban daripada biasa, untuk memper"lihatkan rasa duka?"
citanya. "Oh, Gudgeon," kata Lady Angkatell, "menge"nai
telur-telur itu, sebenarnya aku berniat menulis"kan sen"
164 THE HOLLOW.indd 164 diri tanggal-tanggalnya dengan pensil, se"perti biasa. To"
long katakan pada Mrs. Medway supaya dia yang me"
ngerjakannya, ya?" "Saya yakin segala sesuatu telah dilaksanakan dengan
baik, Nyonya." Gudgeon menelan ludah. "Saya sendiri
yang mengurus semuanya."
"Oh, terima kasih, Gudgeon."
Setelah Gudgeon keluar, Lucy bergumam, "Si Gud"
geon benar-benar hebat. Para pelayan yang lain juga
baik-baik. Kita harus memahami keadaan mereka,
dengan kedatangan polisi kemari. Pasti mereka sangat
ketakutan. Omong-omong, ma"sih adakah yang terting"
gal?" "Polisi maksudmu?" tanya Midge.
"Ya. Mereka biasanya meninggalkan seseorang untuk
berjaga-jaga di ruang depan, bukan" Atau mungkin dia
mengawasi pintu depan dari semak-semak di luar?"
"Mengapa harus mengawasi pintu depan?"
"Entah, aku sama sekali tak tahu. Dalam buku-buku
cerita biasanya begitu. Lalu ada seorang lagi yang ter"
bunuh di malam hari."
"Aduh, Lucy, jangan," kata Midge.
Lady Angkatell menatapnya dengan penuh rasa ingin
tahu. "Maafkan aku, Sayang. Bodoh sekali aku. Tentu tak"
kan ada lagi yang terbunuh. Gerda sudah pu"lang. Mak"
sud"ku, aduh, Henrietta sayang, maafkan aku. Bukan
maksudku menyatakan hal itu."
Tapi Henrietta tak menyahut. Ia sedang berdiri di
de"kat meja bundar, sambil memandangi daftar angka
permainan bridge yang disimpannya semalam.
165 THE HOLLOW.indd 165 Setelah sadar, ia berkata, "Maaf, Lucy, apa ka"tamu?"
"Aku ingin tahu apakah masih ada polisi yang ter"
tinggal." "Seperti sisa-sisa dalam penjualan saja! Kurasa tak
ada. Mereka semua sudah kembali ke kantor polisi, un"
tuk menuliskan apa-apa yang telah kita katakan, dalam
bahasa polisi yang tepat."
"Apa yang kaulihat itu, Henrietta?"
"Tak apa-apa." Henrietta menyeberang ke arah perapian.
"Menurutmu apa yang sedang dilakukan Vero"nica
Cray malam ini?" tanyanya.
Lady Angkatell tampak kesal.
"Aduh, menurutmu mungkinkah dia datang lagi"
Pasti dia sudah mendengar berita sedih itu."
"Ya," sahut Henrietta dengan merenung. "Ku"rasa dia
su"dah mendengar..."
"Aku jadi ingat," kata Lady Angkatell "aku harus
menelepon keluarga Carey. Kita tak bisa mengundang
mereka makan siang besok, seolah"-olah tak ada kejadian
apa-apa." Ia keluar dari kamar itu.
David, yang membenci sanak saudaranya, ber"gumam
bahwa ia ingin mencari sesuatu dalam Encyclopaedia
Britannica. Ruang perpustakaan pasti tenang, pikir"nya.
Henrietta berjalan ke pintu, membukanya, lalu
keluar. Setelah bimbang sebentar, Edward menyu"sulnya.
Didapatinya Henrietta sedang berdiri di luar, men"
dongak memandangi langit.
"Tidak sepanas kemarin malam, bukan?" kata Hen"
rietta. 166 THE HOLLOW.indd 166 Dengan suaranya yang menyenangkan, Edward
berkata, "Ya, bahkan dingin sekali."
Henrietta mendongak lagi, memandangi rumah.
Matanya menelusuri jendela-jendela, lalu ia ber"balik dan
melihat ke arah hutan. Edward tak dapat memas"tikan
apa yang sedang dipikirkannya.
Edward berjalan ke arah pintu.
"Sebaiknya kita masuk. Udaranya dingin."
Henrietta menggeleng. "Aku ingin berjalan-jalan-ke kolam renang."
"Wah...." Edward cepat-cepat menghampiri Hen"
rietta. "Aku ikut."
"Terima kasih. Tak usah, Edward." Suara Hen"rietta
terdengar tajam di udara dingin itu. "Aku ingin seorang
diri bersama kekasihku yang sudah tiada."
"Henrietta! Sayangku... aku tidak mengatakan apaapa. Tapi kau pasti tahu bahwa... bahwa aku juga
menye"sali kejadian itu."
"Menyesali" Menyesali kematian John Christow?"
Suaranya masih terdengar tajam.
"Maksudku... menyesali keadaan yang berhubung"an
dengan dirimu, Henrietta. Aku maklum, itu tentu meru"
pakan suatu... sesuatu yang sangat mengejutkan."
"Mengejutkan" Ah, tapi aku kuat sekali, Ed"ward!
Aku bisa mengatasi shock. Apakah itu suatu shock bagi"
mu" Bagaimana perasaanmu waktu kau"lihat dia terkapar
di situ" Kurasa kau senang, ya" Bukankah kau tak suka
pada John Christow?"
"Aku dan dia... memang tak punya banyak per"
samaan," gumam Edward.
"Pandai sekali kau mengatakan sesuatu! Dengan cara
167 THE HOLLOW.indd 167 yang begitu tenang. Tapi sebenarnya kalian memiliki
satu persamaan. Diriku! Kalian berdua sama-sama
menyukai diriku, bukan" Tapi hal itu tidak membuat
kalian lebih dekat, bahkan sebalik"nya."
Kebetulan bulan muncul dari balik awan, dan Ed"
ward terkejut waktu tiba-tiba melihat wajah Henrietta
yang memandanginya. Tanpa disadari"nya, ia selalu
melihat Henrietta sebagai gadis yang pernah dikenalnya
di Ainswick. Gadis yang selalu penuh tawa, dengan ma"
ta cerah berbinar-binar, pe"nuh harapan. Tapi wanita
yang kini dilihatnya tampak seperti orang asing, mata"
nya bercahaya tapi dingin, dan seolah meman"danginya
dengan sikap bermusuhan. Dengan bersungguh-sungguh ia berkata, "Hen"rietta,
percayalah, aku benar-benar kasihan padamu dalam...
dalam kesedihanmu ini, dalam kehilangan"mu."
"Apakah itu suatu kesedihan?"
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pertanyaan itu membuat Edward terkejut. Seper"tinya
Henrietta menanyakan hal itu bukan pada"nya, melain"
kan pada dirinya sendiri.
Dengan suara rendah Henrietta berkata lagi, "Begitu
cepat"hal itu bisa terjadi begitu cepat. Satu saat kita
hidup, bernapas, dan saat berikut"nya... kita mati...
pergi. Tinggallah kekosongan. Oh, rasa hampa ini! Dan
kita di sini, semuanya, makan puding karamel dan
menyebut diri kita hidup, padahal John yang lebih
hidup daripada kita semua sudah meninggal. Tahukah
kau, aku me"nyebutkan perkataan itu berulang kali.
Mati"mati"mati. Lalu kata itu tak punya arti lagi"
sama sekali tak punya arti. Hanya merupakan suatu per"
kataan singkat yang lucu, seperti mematahkan se"buah
168 THE HOLLOW.indd 168 dahan busuk. Mati"mati"mati. Rasa"nya seperti gende"
rang yang dibunyikan orang di hutan rimba, bukan"
Mati"mati"mati"mati."
"Henrietta, berhentilah! Demi Tuhan, berhenti"lah!"
Henrietta menatap Edward dengan pandangan
menye"lidik. "Kau tidak tahu perasaanku akan begitu" Bagai"mana
dugaanmu" Kaukira aku akan duduk saja dan menangis
perlahan-lahan, sambil menutup mu"kaku dengan sapu"
tangan, sementara kau meme"gangi tanganku" Bahwa itu
merupakan shock be"sar, tapi dalam waktu singkat akan
kulupakan" Dan bahwa kau akan menghiburku dengan manis
sekali. Kau memang baik, Edward. Kau baik se"kali, tapi
kau... kau tak mencukupi bagiku."
Edward mundur. Wajahnya menjadi tegang. De"ngan
suara datar ia berkata, "Ya, aku sudah tahu itu."
Dengan berapi-api Henrietta melanjutkan, "Kau"kira
bagaimana perasaanku sepanjang malam, ha"nya dudukduduk, padahal John sudah me"ninggal dan tak seorang
pun peduli, kecuali aku dan Gerda! Duduk bersama kau
yang senang, David yang salah tingkah, Midge yang
kelihatan sedih, dan Lucy yang diam-diam merasa se"
nang karena apa yang biasa dibacanya dalam surat ka"bar
News of the World menjadi kenyataan! Tidak"kah kau
menyadari bahwa semua itu merupakan suatu mimpi
buruk yang luar biasa?"
Edward tidak berkata apa-apa. Ia mundur se"langkah
ke tempat gelap. Melihat sikapnya, Henrietta berkata, "Malam ini"
tak ada satu pun yang terasa olehku, tak ada seorang
pun yang nyata"kecuali John!"
169 THE HOLLOW.indd 169 Dengan tenang Edward berkata, "Aku tahu. Aku
tidak terlalu nyata."
"Alangkah jahatnya aku, Edward! Tapi aku tak bisa
berbuat lain. Aku tak bisa berbuat lain, ke"cuali merasa
benci bahwa John yang begitu hidup sudah me"ninggal."
"Dan bahwa aku yang hanya setengah hidup masih
ada." "Bukan begitu maksudku, Edward."
"Kurasa begitulah maksudmu, Henrietta. Dan kupi"
kir kau mungkin benar."
Henrietta, yang pikirannya sudah kembali pada yang
diucapkannya semula, berkata sambil me"renung, "Tapi
itu bukan kesedihan. Mungkin aku tak bisa merasakan
kesedihan. Mungkin selamanya takkan bisa. Padahal...
ingin sekali aku bersedih demi John."
Kata-kata itu terasa luar biasa bagi Edward. Tapi ia
lebih terkejut lagi waktu Henrietta tiba-tiba menam"
bahkan dengan suara kaku, "Aku harus per"gi ke kolam
renang." I,alu ia menjauh, masuk ke hutan.
Dengan langkah-langkah kaku, Edward mema"suki
pintu yang terbuka. Midge mengangkat wajah ketika Edward masuk de"
ngan mata menerawang. Wajahnya tam"pak kelabu dan
kurus, seolah-olah tak berdarah.
Ia tak mendengar teriakan kecil Midge.
Seperti tanpa sadar, ia berjalan ke sebuah kursi, lalu
duduk. Tapi ia masih menyadari bahwa ia harus meng"
ucapkan sesuatu, dan ia berkata, "Uda"ranya dingin."
"Apa kau sangat kedinginan, Edward" Sebaik"nya
kita"aku"menyalakan api, ya?"
170 THE HOLLOW.indd 170 "Apa?" Midge mengambil sekotak korek api dari pelin"dung
perapian. Ia berlutut, lalu menyalakan api. Dengan hatihati ia mengerling ke arah Edward. Kelihatannya dia
tak sadar akan segala-galanya, pikir Midge.
"Nyaman sekali ada api. Kita jadi merasa ha"ngat,"
kata Midge. "Alangkah dingin dia kelihatannya," pikirnya. "Pada"
hal di luar tak mungkin sedingin itu. Ini pasti gara-gara
Henrietta. Apa yang telah dikata"kannya pada Ed"ward?"
"Dekatkan kursimu, Edward. Mendekatlah ke api."
"Apa?" "Kursimu. Dekatkan ke perapian."
Kini Midge berbicara lambat-lambat dan nyaringnyaring, seolah pada orang tuli.
Lalu tiba-tiba, tiba-tiba sekali hingga hatinya terasa
amat lega, Edward, Edward yang sebenar"nya, muncul
kembali dan tersenyum padanya.
"Apakah kau berbicara padaku, Midge" Maaf"kan
aku. Kurasa... aku tadi sedang memikirkan sesuatu."
"Ah, tak apa-apa. Hanya mengenai api."
Kayu-kayu berderak-derak terbakar, beberapa ek
terbakar pula dan menyala dengan terang. Edward me"
mandangi api itu. "Bagus sekali api itu," katanya.
Diulurkannya tangannya yang panjang dan kurus ke
arah nyala api. Ketegangannya lenyap.
Midge berkata, "Kita selalu membakar buah ek di
Ain"swick." "Aku masih tetap melakukannya. Setiap hari pasti di"
antar sekeranjang, dan diletakkan di dekat tempat kayu
api." 171 THE HOLLOW.indd 171 Edward di Ainswick. Midge setengah memejamkan
matanya, membayangkan hal itu. Edward du"duk di
perpustakaannya, di sisi barat rumahnya, pikirnya. Ada
pohon magnolia yang hampir me"nutupi salah satu
jendela dan memenuhi ruangan itu dengan warna hijau
keemasan, setiap petang. Melalui jendela yang sebuah
lagi, kita bisa melihat ke arah pekarangan berumput
dan sebatang pohon wellingtonia yang tinggi, tegak se"
per"ti seorang pe"ngawal. Sementara itu di sebelah kanan
ada se"batang pohon copper beech.
Oh, Ainswick"Ainswick.
Serasa tercium olehnya bau lembut bunga mag"nolia
yang terbawa angin. Bunga magnolia yang pada bulan
September masih berbunga besar, putih seperti bunga
lilin yang harum. Lalu buah ek di dalam perapian, dan
bau lembap dari buku yang pasti sedang dibaca Edward.
Ia biasanya duduk di kursi yang berbentuk pelana, dan
sekali-sekali ma"tanya akan beralih dari buku ke arah
api, dan mungkin ia lalu teringat sebentar pada Hen"
rietta. Midge tersadar, dan bertanya, "Mana Henrietta?"
"Dia pergi ke kolam renang."
"Mengapa?" tanya Midge, terbelalak.
Suaranya yang mendadak dan terdengar dalam agak
menya"darkan Edward.
"Midge yang baik, kau tentu tahu... atau, yah... bisa
menebak. Dia kenal dekat dengan Christow."
"Oh, tentu kita tahu itu! Tapi aku tak mengerti me"
nga"pa dia harus gentayangan ke tempat John ditembak.
Henrietta biasanya tidak begitu. Dia tak pernah begitu
melodramatis." 172 THE HOLLOW.indd 172 "Adakah di antara kita yang tahu betul bagai"mana
seseorang itu sebenarnya" Henrietta, umpa"manya."
Midge mengerutkan dahi. Katanya, "Paling ti"dak,
Ed"ward, kau dan aku sudah mengenal Hen"rietta sejak
kecil." "Dia sudah berubah."
"Tidak juga. Kurasa manusia tak berubah."
"Henrietta sudah berubah."
Midge menatapnya dengan pandangan me"nye"lidik.
"Lebih besarkah perubahan itu daripada per"ubahan
pada diriku dan dirimu?"
"Oh, aku tidak berubah, aku tahu betul itu. Dan
kau..." Tiba-tiba Edward memusatkan pandangan, memper"
hatikan Midge yang sedang berlutut di de"kat pe"lindung
perapian. Ia seperti orang yang se"dang meman"dangi dari
jauh, memperhatikan dagu Midge yang segi empat,
mata"nya yang gelap, dan mulutnya yang mem"bayangkan
kekerasan tekad. "Alangkah senang kalau aku bisa lebih se"ring ber"
temu denganmu, Midge sayang."
Midge mendongak dan tersenyum padanya. Ka"ta"
nya, "Aku tahu. Tak mudah untuk berhubungan seka"
rang ini." Terdengar suatu bunyi dari luar, dan Edward bang"
kit. "Benar kata Lucy," katanya. "Hari ini memang mele"
tihkan, sebab baru sekali ini kita berurusan dengan pem"
bunuhan! Aku ingin tidur. Selamat malam."
Edward sudah meninggalkan ruangan itu waktu
Hen?"rietta masuk. 173 THE HOLLOW.indd 173 Midge menoleh padanya. "Apa yang telah kaulakukan terhadap Edward?"
"Edward?" tanya Henrietta linglung. Dahinya ber"
kerut. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu yang jauh.
"Ya, Edward. Waktu dia masuk tadi, keadaan"nya
menyedihkan sekali. Dia kelihatan dingin dan kelabu."
"Kalau kau begitu suka pada Edward, Midge, me"
ngapa kau tidak berbuat sesuatu terhadapnya?"
"Berbuat sesuatu" Apa maksudmu?"
"Entahlah. Berdiri di atas kursi, lalu berteriak, ba"
rang?"kali! Menarik perhatiannya pada dirimu sen"diri.
Tak tahukah kau bahwa itulah satu-satunya cara meng"
hadapi pria seperti Edward?"
"Edward takkan pernah menyukai orang lain kecuali
kau, Henrietta. Takkan pernah."
"Kalau begitu, dia bodoh." Henrietta cepat me"noleh,
dilihatnya wajah Midge yang pucat. "Maaf"kan aku,
Midge. Aku telah menyinggung perasaan"mu. Tapi ma"
lam ini aku benci pada Edward."
"Benci pada Edward" Tak mungkin."
"Oh, mungkin saja! Kau tidak tahu...!"
"Apa?" "Dia mengingatkan aku pada banyak hal yang ingin
kulupakan," kata Henrietta lambat-lambat.
"Hal-hal apa?" "Yah, Ainswick, umpamanya."
"Ainswick" Kau ingin melupakan Ainswick?"
Suara Midge bernada tak percaya.
"Ya, ya, sungguh! Aku bahagia di sana. Seka"rang aku
tak mau diingatkan akan kebahagiaan. Tidakkah kau
mengerti" Saat bahagia adalah saat kita tak tahu apa
174 THE HOLLOW.indd 174 yang akan terjadi. Saat kita bisa berkata dengan penuh
keyakinan bahwa segala-galanya akan indah! Orangorang yang arif tak pernah mengharapkan kebahagiaan.
Tapi aku mengharapkannya."
Lalu tiba-tiba ia berkata lagi, "Aku takkan per"nah
mau kembali ke Ainswick."
Lambat-lambat Midge berkata, "Aku tak yakin."
175 THE HOLLOW.indd 175 BAB XIV Midge terbangun dengan mendadak pada hari Se"nin
pagi. Sesaat lamanya ia terbaring saja me"renung-renung.
Dengan perasaan agak bingung ia memandang ke arah
pintu, setengah berharap Lady Angkatell akan muncul di
situ. Apa kata Lucy, ya, waktu ia masuk pada pagi hari
pertama itu" Suatu pertemuan akhir pekan yang akan sulit" Ia
khawatir waktu itu. Ia merasa sesuatu yang tak menye"
nangkan akan terjadi. Ya, ternyata sesuatu itu memang telah terjadi?"se"
suatu yang kini menindih hati dan semangat Midge, se"
perti awan tebal. Sesuatu yang tak ingin dipikirkan atau
diingatnya. Sesuatu yang menakut"kannya. Sesuatu
mengenai Edward... Ingatan itu muncul kembali. Tercakup dalam satu
perkataan yang jelek dan mengerikan"pem"bunuhan!
"Oh, tidak," pikir Midge, "tak mungkin. Itu hanya
mimpiku. John Christow terbunuh, tertem"bak, ter"
baring di dekat kolam renang. Darah di air biru. Seperti
dalam sebuah cerita detektif saja. Itu hanya khayalan
176 THE HOLLOW.indd 176 yang tak benar, suatu hal yang tak akan terjadi atas diri
kita. Alangkah baiknya sean"dainya kami kini berada di
Ainswick. Itu tak mungkin terjadi di Ainswick."
Beban hitam itu pindah dari kepalanya. Beban itu
kini terasa berada di tengah-tengah perutnya, membuat"
nya merasa agak mual. Itu bukan mimpi. Itu kejadian sesungguhnya, keja"
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dian seperti yang tercantum dalam News of the World.
Ia, Edward, Lucy, Henry, dan Henrietta?"semuanya
terlibat dalam urusan itu.
Itu tak adil. Benar-benar tak adil. Kalaupun Gerda
telah membunuh suaminya, tak ada hubung"annya dengan
mereka. Midge bergerak dengan gelisah.
Gerda yang pendiam, agak dungu, dan tak acuh. Ia
tak bisa dihubungkan dengan suatu drama sedih"
dengan tindakan kekerasan.
Gerda pasti tak bisa menembak siapa pun.
Kegelisahan batin itu lagi-lagi muncul. Tidak, tidak,
kita tak boleh berpikir begitu. Sebab siapa lagi yang
mungkin menembak John" Dan yang berdiri di situ, di
dekat mayat itu, adalah Gerda yang memegang revolver.
Revolver yang telah diambilnya dari kamar kerja Henry.
Gerda memang berkata bahwa ia menemukan John
telah meninggal, dan ia memungut revolver itu. Yah,
apa lagi yang bisa dikatakannya" Kasih"an Gerda. Ia
memang harus mengatakan sesuatu.
Sungguh baik Henrietta yang telah berusaha me"
lindungi Gerda, mengatakan bahwa kata-kata Gerda
benar-benar masuk akal. Henrietta tidak mempertim"
bang"kan hal-hal yang tak mungkin. Tapi Henrietta aneh
sekali semalam. 177 THE HOLLOW.indd 177 Itu tentu gara-gara shock atas kematian John Chris"
tow. Kasihan Henrietta. Ia sangat mencintai John!
Tapi akan tiba saatnya ia melupakannya. Orang bisa
melupakan apa saja. Lalu ia akan menikah dengan Ed"
ward, dan tinggal di Ainswick, dan akhirnya Edward
akan berbahagia. Henrietta sudah lama menyayangi Edward. Ha"nya
kepribadian John Christow yang agresif dan mengua"sai"
lah yang menjadi penghalang. John membuat Edward
jadi kelihatan begitu... begitu pucat dibanding dengan
pribadi John. Waktu Midge turun untuk sarapan pagi, tampak
olehnya bahwa Edward yang sudah bebas dari bayangba"yang John Christow mulai menampilkan diri. Ia keli"
hatan lebih yakin akan dirinya, tak begitu bimbang lagi,
dan tidak terlalu menarik diri.
Ia sedang bercakap-cakap dengan senang, de"ngan Da"
vid yang cemberut dan kurang menang"gapinya.
"Kau harus lebih sering datang ke Ainswick, David.
Aku ingin kau merasa betah di sana, dan mengenali selu"
ruh tempat itu." Sambil mengambil selai marmalade, David ber"kata
dengan nada dingin, "Tanah-tanah luas itu menggelikan
se"kali. Seharusnya tanah-tanah itu di"bagi-bagi."
"Kuharap hal itu tidak akan terjadi selagi aku masih
hidup," kata Edward sambil tersenyum. "Semua penye"
wa tanahku merasa puas dengan keadaan seka"rang."
"Mereka seharusnya tidak merasa puas," kata David,
"Tak seorang pun seharusnya merasa puas."
"Kalau saja monyet merasa puas dengan ekor"nya...,"
178 THE HOLLOW.indd 178 gumam Lady Angkatell yang sedang ber"diri di dekat
bufet, sambil memandangi sepiring ginjal dengan ling"
lung. "Itu suatu syair yang ku"pelajari waktu aku masih
duduk di Taman Kanak-"kanak. Tapi aku sama sekali tak
ingat bagaimana kelanjutannya. Aku harus berbincang
denganmu, David, dan belajar tentang pikiran-pikiran
baru. Sepanjang pendengaranku, orang harus membenci
sesama manusia, tapi sekaligus memberikan peng"obatan
cuma-cuma pada orang-orang, dan mem"berikan banyak
pendidikan tambahan. Kasihan orang-orang itu! Anakanak kecil yang tak berdaya digiring ke gedung-gedung
sekolah setiap hari, dan bayi-bayi dipaksa makan mi"
nyak ikan, entah me"reka suka atau tidak, padahal amis"
nya bukan main!" Kelakuan Lucy sudah seperti biasa, pikir Midge.
Dan Gudgeon, yang berpapasan dengannya di lorong
rumah tadi, kelihatannya sudah biasa lagi. Agaknya
kehidupan di The Hollow sudah normal kembali. De"
ngan keper"gian Gerda, semua urusan yang lalu itu jadi
seperti mim"pi saja.
Lalu terdengar suara derik roda pada batu ke"rikil di
luar, dan Sir Henry menghentikan mobil". Ia mengi"nap
di klub langganannya, dan be"rangkat pulang pagi-pagi
sekali. "Bagaimana, Sayang?" sapa Lucy. "Sudah beres se"
mua?" "Ya. Sekretaris John ada di sana. Dia seorang gadis
yang amat cekatan. Dialah yang mengurus segala-gala"
nya. Ada pula kakak Gerda. Sekretaris itu yang mengi"
rim telegram padanya."
"Sudah kukatakan, pasti dia punya kakak," kata
Lady Angkatell. "Dia dari Tunbridge Wells, bu"kan?"
179 THE HOLLOW.indd 179 "Dari Bexhill, kalau tak salah," kata Sir Henry yang
tampak heran. "Masa..." Lucy menimbang-nimbang tentang Bexhill.
"Ya... mungkin saja."
Gudgeon datang. "Ada telepon dari Inspektur Grange, Sir Henry.
Katanya pemeriksaan pendahuluan akan dilangsung"kan
pada hari Rabu, jam sebelas."
Sir Henry mengangguk. Lady Angkatell berkata,
"Midge, sebaiknya kau telepon toko tempatmu be"kerja."
Midge berjalan ke pesawat telepon.
Selama ini hidupnya sangat normal dan biasa-"biasa
saja, hingga ia merasa tak bisa menemukan kata-kata
untuk menjelaskan pada majikannya bah"wa setelah ber"
libur empat hari, ia belum bisa kembali ke pekerjaan"
nya, karena terlibat dalam suatu perkara pembunuhan.
Kedengarannya tak masuk akal. Ia sendiri bah"kan
merasa tak percaya. Dan majikannya, Madame Alfrege, adalah orang yang
tak mudah diberi penjelasan, kapan pun. Midge menga"
tupkan rahang dengan penuh tekad, lalu meng"angkat alat
penerima telepon. Ternyata memang tidak menyenangkan, sebagai"mana
telah dibayangkannya. Suara serak wanita bertubuh ke"
cil yang berwajah masam itu terdengar marah di tele"
pon. "Apa katamu, Mith Hardcathle" Kematian" Pengu"
buran" Kau kan tahu betul bahwa aku keku"rangan
tenaga" Kaupikir aku mau menerima alas"anmu" Oh, aku
yakin, kau pasti sedang bersenang-"senang!"
Midge memotong kata-kata itu. Ia berbicara de"ngan
tajam dan jelas. 180 THE HOLLOW.indd 180 "Apa" Polisi" Polisi, katamu?" Madame Alfrege nyaris
berteriak. "Kau terlibat dengan polisi?"
Dengan tekad kuat, Midge terus memberikan penje"
lasan. Aneh, wanita di ujung lain itu men"jadikan per"
soalan tersebut seolah-olah keji sekali. Seolah-olah itu
merupakan urusan polisi yang amat memalukan. Alang"
kah pandai manusia meng"ubah keadaan!
Edward membuka pintu, lalu masuk. Waktu me"lihat
Midge sedang menelepon, ia akan keluar lagi. Tapi Mid"
ge menahannya. "Tetaplah di sini, Edward. Tolong. Aku ingin kau te"
tap di sini." Kehadiran Edward di dalam kamar itu memberinya
kekuatan"kekuatan untuk melawan.
Diangkatnya tangannya yang menutupi corong bi"
cara pesawat telepon. "Apa" Ya. Maafkan saya, Madame. Tapi itu bukan
kesa"lahan saya..."
Suara serak yang jelek itu berteriak dengan ma"rah.
"Siapa teman-temanmu itu" Orang-orang apa mere"
ka, sampai ada yang tertembak dan memer"lukan cam"
pur tangan polisi" Ingin rasanya aku memecatmu! Aku
tak ingin nama perusahaan jadi rusak."
Midge memberikan jawaban-jawaban yang ber"nada
mengalah. Akhirnya diletakkannya kembali alat pene"ri"
ma itu, sambil mendesah lega. Ia merasa muak dan ge"
me?"tar. "Itu tempatku bekerja," katanya menjelaskan. "Aku
harus memberitahukan pada mereka, bahwa aku tak bisa
kembali sebelum hari Kamis, sehu"bungan dengan adan"
ya pemeriksaan pendahuluan, dan... dan polisi."
181 THE HOLLOW.indd 181 "Mudah-mudahan saja mereka bersikap cukup so"pan
dalam hal itu. Bagaimana keadaannya" Toko busana tem"
patmu bekerja itu, maksudku. Apakah wanita yang men"
jalankan usaha itu cukup menye"nangkan dan simpa"tik?"
"Kurasa dia tak bisa disebut menyenangkan. Dia se"
orang wanita dari Whitechapel, rambutnya dicat, dan
sua"ra"nya seperti alat penyisir jagung."
"Wah, kasihan sekali kau, Midge..."
Wajah Edward yang penuh rasa cemas hampir"-ham"
pir membuat Midge tertawa. Ia tampak begitu memikir"
kan. "Tapi, Anak Manis, kau tak perlu menahan diri un"
tuk bekerja pada manusia semacam itu. Kalau"pun me"
mang harus bekerja, kau harus memilih tempat yang
ling"kungannya serasi, yang orang-"orangnya kausukai."
Midge memandangi Edward sesaat, tanpa menja"wab.
Bagaimana aku bisa menjelaskan pada seseorang se"
perti Edward, pikirnya. Apa yang diketahui Edward ten"
tang lapangan kerja dan tentang pekerjaan itu sen"diri"
Tiba-tiba ia dilanda oleh rasa getir. Lucy, Henry,
Edward, dan ya... bahkan Henrietta... me"reka semua ter"
pisah dari dirinya, terpisah oleh suatu jurang yang tak
terseberangi, jurang pemisah antara orang-orang yang
hidup tanpa bekerja dan orang-orang yang harus men"
cari nafkah. Mereka tak mengerti, betapa sulitnya mencari peker"
jaan. Dan bila pekerjaan itu sudah diperoleh, lebih sulit
lagi untuk mempertahankannya! Mung"kin orang akan
mengatakan bahwa ia sebenarnya tak perlu mencari
nafkah. Lucy dan Henry pasti bersedia menampungnya
dengan senang hati, juga memberinya uang saku. Ed"
182 THE HOLLOW.indd 182 ward pun pasti takkan keberatan memberinya uang
saku. Tapi sesuatu dalam diri Midge memberontak dan
me"nolak menerima hidup nyaman yang dita"warkan
pada"nya oleh sanak saudaranya yang kaya. Sekali-sekali
datang dan ikut menikmati hidup Lucy yang mewah
dan teratur dengan baik me"mang menyenangkan sekali.
Ia bisa benar-benar menikmatinya. Tapi jiwanya yang
man"diri telah menahannya untuk menerima hidup se"
perti itu se"bagai suatu pemberian cuma-cuma. Perasaan
itu pula yang telah mencegahnya mendirikan perusa"
haan sendiri dengan uang pinjaman dari keluarga dan
teman-temannya. Sudah terlalu banyak ia me"lihat keja"
dian semacam itu. Dia tidak akan mau meminjam
uang"tak mau memanfaatkan penga"ruh. Dia telah
men"dapatkan pekerjaan dengan ba"yaran empat pound
seminggu. Dan bila dia sebe"narnya mendapatkan peker"
jaan itu karena Ma"dame Alfrege berharap agar Midge
mau mengajak sahabat-sahabatnya yang "terkemuka"
untuk mem"beli di toko itu, Madame Alfrege telah dike"
cewa"kan. Midge telah dengan tegas menghalang-halangi
niat sahabat-sahabatnya untuk itu.
Ia tak punya gambaran-gambaran khusus ten"tang
bekerja. Ia tidak menyukai toko itu, dan tak suka pada
Madame Alfrege. Ia benci harus selalu merendahkan
diri terhadap para pembeli yang pe"marah dan tak so"
pan. Tapi ia tidak begitu yakin apakah ia bisa menda"
patkan pekerjaan lain yang lebih disukainya, karena ia
tidak memiliki kualifi"kasi yang diperlukan.
Dugaan Edward bahwa baginya terbuka pilihan
lapangan pekerjaan yang luas benar-benar menge"salkan.
183 THE HOLLOW.indd 183 Apa hak Edward untuk hidup dalam dunia yang begitu
jauh berbeda dari kenyataan"
Mereka semua adalah keluarga Angkatell! Sedang"kan
ia sendiri hanya setengah Angkatell! Dan kadang-ka"
dang, seperti pagi ini umpamanya, ia sama sekali tidak
merasa sebagai seorang Ang"katell! Ia benar-benar putri
ayahnya! Ia teringat akan ayahnya, dan seperti biasa, rasa cinta
dan iba muncul di hatinya terhadap pria sete"ngah baya
yang sudah beruban dan berwajah letih itu. Ayahnya te"
lah berjuang selama bertahun-tahun, menjalankan suatu
perusahaan kecil milik keluarga. Namun, mes"kipun
sudah dijalankan dengan sebaik-"baiknya, usaha itu tetap
saja semakin menurun. Hal itu bukan disebab"kan oleh
ketidakmampuannya, me"lainkan karena cepat"nya
kemajuan. Aneh sekali, bukan kepada ibunya yang berasal dari
ke"luarga Angkatell yang cerdas Midge mem"berikan ka"
sih sayangnya, melainkan kepada ayah"nya yang pendiam
dan letih. Setiap kali kembali dari kunjungannya ke
Ainswick, yang merupakan kesenangannya yang ter"
besar, ia langsung merang"kulkan kedua belah lengannya
ke leher ayahnya dan berkata, "Aku senang sudah pu"
lang. Senang sekali sudah pulang." Dengan berbuat be"
gitu, ia seolah telah memberikan jawaban atas per"tanya"
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
an tak terucapkan yang terbayang di wajah ayah"nya
yang letih. Ibunya meninggal waktu Midge berumur tiga belas
tahun. Kadang-kadang Midge menyadari bahwa ia se"
dikit sekali mengenal ibunya. Ibunya memang menarik
dan ceria, tapi selalu menjaga jarak. Apakah ibunya
184 THE HOLLOW.indd 184 menye"sali pernikahannya" Pernikahan yang telah mem"
bawanya keluar dari lingkungan keluarga Angkatell"
Midge tidak tahu. Ayahnya menjadi lebih pendiam, dan
rambutnya jadi makin beruban setelah kematian istri"
nya. Per"juangan-perjuangannya untuk melawan kemun"
dur"an dalam perusahaannya makin tak berhasil. Dan ia
meninggal dengan tenang, tanpa menarik per"hatian,
waktu Midge berumur delapan belas tahun.
Sejak itu, Midge tinggal dengan beberapa ke"luarga
Angkatell. Ia telah menerima hadiah-hadiah dari keluar"
ga Angkatell, bersenang-senang bersama keluarga Ang"
katell. Tapi ia tak mau tergantung dalam soal keuangan,
meskipun mereka mau mem"berikannya. Dan meskipun
ia sangat mencintai me"reka, adakalanya ia tiba-tiba me"
rasa sangat tak suka pada mereka, seperti saat ini umpa"
ma"nya. Dengan kesal ia berpikir, "Mereka tak tahu apa-"apa!"
Edward yang selalu berperasaan halus sedang meman"
danginya dengan wajah mengandung tanda tanya. De"
ngan lembut ia berkata, "Apakah aku telah membuat"mu
jengkel" Mengapa?"
Lucy masuk ke ruangan itu. Ia sedang mengo"ceh sen"
diri. "...Soalnya kita tak tahu, apakah dia lebih suka
meng"i"nap di White Hart daripada bersama kita, atau
tidak." Midge menatapnya dengan pandangan tak me"ngerti,
lalu melihat pada Edward.
"Tak ada gunanya melihat pada Edward," kata Lady
Angkatell. "Edward takkan tahu. Kau, Midge, kau yang
selalu berpikiran praktis."
185 THE HOLLOW.indd 185 "Aku tak tahu kau berbicara tentang apa, Lucy."
Lucy tampak heran. "Tentang pemeriksaan pendahuluan itu, Sayang. Ger"
da harus datang untuk menghadirinya. Apakah sebaik"
nya dia menginap di sini" Atau pergi ke Penginapan
White Hart" Keadaan di sini memang akan menya"
kitkannya, tapi di Penginapan White Hart pasti banyak
orang yang memandanginya, belum lagi para wartawan.
Kau tentu tahu, bukan, bahwa pemeriksaan penda"
huluan itu akan diadakan pada hari Rabu jam sebelas,
atau setengah dua belas, ya?" Suatu senyuman membuat
wajah Lady Angkatell berseri. "Aku tak pernah meng"
hadiri suatu pemeriksaan pendahuluan! Kupikir sebaik"
nya aku mengenakan sesuatu yang berwarna kelabu,
ya... dan tentu mengenakan topi, seperti ke gereja, tapi
tanpa sarung tangan... "Tahukah kalian," lanjut Lady Angkatell, sambil
menye"berangi ruangan itu, lalu mengangkat alat pene"
rima telepon dan memandanginya dengan ber"sungguhsungguh. "Kurasa aku tak punya sarung tangan, kecuali
sarung tangan kebun! Dan aku memiliki banyak sarung
tangan panjang untuk pes"ta, yang kusimpan dari masa
Henry masih ber"kuasa sebagai gubernur. Rasanya seka"
rang ini agak canggung memakai sarung tangan, ya?"
"Satu-satunya gunanya adalah untuk mencegah ada"
nya sidik jari pada tindak kejahatan," kata Ed"ward sam"
bil tersenyum. "Wah, menarik sekali kata-katamu itu, Edward... me"
narik sekali. Apa yang akan kulakukan dengan benda
ini?" Lady Angkatell melihat ke alat pe"nerima telepon
itu dengan rasa tak senang.
"Apakah kau akan menelepon seseorang?"
186 THE HOLLOW.indd 186 "Kurasa tidak." Lady Angkatell menggeleng perlahanlahan, lalu meletakkan kembali alat pe"nerima itu ke
pesa"watnya. Ia melihat pada Edward dan Midge bergantian.
"Kau tak boleh membuat jengkel hati Midge, Ed"
ward. Bagi Midge, kematian mendadak lebih me"ngejut"
kan dari"pada bagi kita."
"Lucy tersayang," kata Edward. "Aku hanya memikir"
kan tempat Midge bekerja. Kedengarannya tempat itu
tidak tepat baginya."
"Menurut Edward, aku harus mendapatkan seorang
maji"kan yang menyenangkan dan simpatik, yang bisa
meng"hargai diriku," kata Midge datar.
"Edward memang baik," kata Lucy, memuji de"ngan
tulus. Ia tersenyum pada Midge, lalu keluar lagi. "Sungguh,
Midge," kata Edward, "aku benar-"benar memikir"kan..."
Midge cepat-cepat memotong kata-katanya.
"Wanita sialan itu membayarku empat pound seming"
gu. Itu saja yang penting."
Ia cepat-cepat melewati Edward, lalu berjalan ke
luar, ke kebun. Sir Henry sedang duduk di tempat biasanya, di atas
sebuah tembok rendah. Midge membelok ke arah lain,
lalu berjalan ke kebun bunga.
Sanak saudaranya memang baik hati, tapi ia tak bu"
tuh kebaikan hati mereka pagi ini.
David Angkatell sedang duduk di sebuah bang"ku, di
ujung jalan setapak. David sama sekali tidak memperlihatkan sam"butan
baik yang berlebihan. Midge langsung ber"jalan ke arah"
187 THE HOLLOW.indd 187 nya, lalu duduk di sampingnya. De"ngan senang, dilihat"
nya air muka David yang ke"sal.
Alangkah sulitnya memisahkan diri dari orang-"orang,
pikir David. Tadi pagi ia telah diusir dari kamar tidurnya, oleh
para pelayan yang masuk dengan langkah-"langkah te"
gap, lengkap dengan membawa lap debu dan alat pel.
Ruang perpustakaan (dan Encyclopaedia Britan"nica)
juga bukan merupakan tempat menyendiri yang nya"
man seperti yang diharapkannya. Dua kali Lady Angka"
tell keluar-masuk, menyapanya dengan kata-kata yang
rasanya tak bisa diberi jawaban yang masuk akal.
Ia keluar ke tempat ini untuk memikirkan keadaan"
nya. Memikirkan pertemuan akhir pekan bia"sa, yang
telah dihadirinya dengan rasa enggan, dan yang kini
memanjang gara-gara keadaan-keadaan darurat, sehu"
bungan dengan kematian mendadak akibat tindakan
keke"rasan itu. David lebih suka merenungkan masa lalu yang aka"
demis atau perbincangan mengenai masa depan sayap
kiri. Ia tak suka berhubungan dengan masa kini yang
nyata dan penuh kekerasan. Sebagai"mana telah dikata"
kan"nya pada Lady Angkatell, ia tak mau membaca surat
kabar News of the World. Tapi sekarang surat kabar itu agaknya sudah da"tang
ke The Hollow. Pembunuhan! David bergidik dengan rasa jijik. Apa
pikiran teman-temannya nanti" Bagaimana tanggapan
orang tentang pembunuhan" Bagaimana sikap orangorang nanti" Bosan" Jijik" Atau agak senang"
Karena sedang mencoba merenungkan masalah-"ma"
salah itu dalam pikirannya, ia sama sekali tak senang
188 THE HOLLOW.indd 188 diganggu oleh Midge. Ia memandangi Midge dengan
gelisah waktu Midge duduk di sampingnya.
Ia agak terkejut melihat tatapan menantang Midge.
Gadis ini tidak menyenangkan, dan tidak punya nilai
intelektual. "Bagaimana pendapatmu tentang sanak saudara"mu?"
tanya Midge. David mengangkat bahu. Katanya, "Apakah orang
memang harus memikirkan sanak saudara?"
"Apakah orang sebenarnya memikirkan sesuatu?" Mid"
ge balas bertanya. Yang jelas, Midge sendiri tidak, pikir David. Dengan
halus ia berkata, "Aku sedang menganali"sis reaksiku ter"
hadap pembunuhan." "Rasanya aneh sekali bahwa kita terlibat dalam suatu
pembunuhan," kata Midge.
David mendesah dan berkata, "Menjengkelkan."
Mung"kin itulah sikap yang terbaik. "Semua kejadi"an
biasa, yang kita pikir hanya ada di halaman-"halaman
buku cerita detektif fiktif!"
"Kau pasti menyesal telah datang," kata Midge.
David mendesah. "Ya, sebenarnya lebih baik aku tinggal dengan se"
orang temanku di London." Ditambahkannya, "Teman"
ku itu memiliki sebuah toko buku sayap kiri."
"Tapi kurasa di sini lebih nyaman," kata Midge.
"Apakah orang benar-benar ingin merasa nya"man?"
tanya David mengejek. "Adakalanya aku merasa tidak menginginkan apa
pun selain yang satu itu," kata Midge.
"Itu sikap yang mengganggu dalam hidup," kata
David. "Seandainya kau seorang pekerja..."
189 THE HOLLOW.indd 189 Midge memotong kata-katanya lagi.
"Aku memang pekerja. Justru itu rasa nyaman begitu
menarik. Tempat tidur nyaman, bantal-bantal lembut,
teh yang diletakkan dengan perlahan-lahan sekali di sisi
tempat tidur kita, subuh-subuh, sebuah kamar mandi
dari porselen yang cukup banyak air panasnya, dan ga"
ram?"-garaman yang enak untuk air mandi. Kursi malas
tempat kita benar-benar bisa membenamkan diri..."
Midge berhenti sebentar dalam menyebutkan daftar
kenyamanan-kenyamanannya itu.
"Para pekerja sepantasnya mendapatkan semua itu,"
kata David. Tapi ia agak ragu mengenai teh pagi yang di"siapkan
dengan amat halus. Kedengarannya tak masuk akal, se"
bab terlalu mewah dan nikmat bagi suatu dunia yang di"
atur dengan amat bersungguh-"sungguh.
"Aku sependapat sekali denganmu," kata Midge
dengan sepenuh hati. 190 THE HOLLOW.indd 190 BAB XV Hercule Poirot, yang sedang menikmati minu"man coke"
latnya yang dihidangkan menjelang siang, di"ganggu oleh
dering telepon. Ia bangkit, lalu meng"angkat alat pe"nerima
pesawat telepon. "Halo?" "M. Poirot?" "Lady Angkatell di situ?"
"Senang sekali Anda mengenali suara saya. Apa"kah
saya mengganggu Anda?"
"Sama sekali tidak. Saya harap keadaan Anda tidak
memburuk gara-gara peristiwa-peristiwa me"nyedihkan
kemarin." "Sama sekali tidak. Memang menyedihkan, tapi saya
rasa, kita merasa kejadian itu tidak benar"-benar berhu"
bungan dengan kita. Saya menelepon untuk mena"nya"
kan kalau-kalau Anda bisa datang. Saya tahu itu menyu"
sahkan, tapi saya benar-benar dalam kesuli"tan..."
"Tentu saja, Lady Angkatell. Maksud Anda, seka"
rang?" "Ya, maksud saya memang sekarang. Secepat mung"
kin. Anda baik sekali."
191 THE HOLLOW.indd 191 "Sama sekali tidak. Kalau begitu, saya datang lewat
hutan?" "Oh, ya, itulah jalan tersingkat. Terima kasih
banyak, M. Poirot yang baik."
Poirot menyempatkan diri untuk menjentik be"
berapa butir debu dari kerah jasnya, dan menge"nakan
sehelai man"tel tipis. Lalu ia menyeberangi jalan umum,
dan ber"jalan cepat di sepanjang jalan setapak, melalui
pohon"pohon kenari. Kolam re"nang kosong. Polisi telah
selesai menjalankan tu"gasnya, dan sudah pergi. Kolam
itu ke"lihatan te"nang dan damai, bermandikan cahaya
mu"sim gu"gur yang lembut dan berkabut.
Poirot menoleh sebentar ke dalam pondok peris"
tirahatan. Dilihatnya bahwa mantel pendek dari bulu
rubah yang berwarna keperakan sudah tak ada lagi. Tapi
korek api yang enam kotak itu masih terdapat di meja
di dekat bangku. Ia makin ingin tahu mengenai korek
api itu. "Itu bukan tempat yang tepat untuk menyimpan
korek api. Di tempat lembap ini, satu kotak untuk dipa"
kai apabila perlu memang mungkin"tapi tidak enam
kotak." Ia melihat ke meja besi yang dicat itu dengan dahi
ber"kerut. Nampan tempat gelas-gelas sudah diangkat.
Sese"orang telah membuat gambar kasar dengan pensil,
di meja itu"suatu bentuk kasar dari sebatang pohon
yang aneh sekali. Hal itu menyakiti perasaan Poirot.
Mengganggu pikiran"nya tentang kerapian.
Ia mendecakkan lidah, menggeleng, lalu cepat-"cepat
berjalan ke arah rumah. Ia ingin tahu alasan panggilan
yang mendesak ini. 192 THE HOLLOW.indd 192
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lady Angkatell sudah menunggunya di pintu, lalu
lang"sung membawanya ke ruang tamu utama yang ko"
song. "Baik benar Anda mau datang, M. Poirot."
Ia menyalami Poirot dengan hangat.
"Saya siap membantu, Madame."
Lady Angkatell mengangkat tangan untuk mem"beri"
kan tekanan pada kata-katanya. Matanya yang indah
terbuka lebar. "Keadaannya sulit sekali. Inspektur itu mewa"wan"
carai Gudgeon"eh, bukan, menanyainya"me"minta per?"
nyata"annya"apa sih istilahnya" Padahal seluruh hidup
kami di sini bergantung pada Gud"geon, dan kami me"
rasa kasihan padanya. Tentu mengerikan sekali bagi"nya
ditanyai oleh polisi, meski oleh Inspektur Grange sekali"
pun, yang saya rasa benar-benar baik dan penuh per"
hatian pada keluarganya. Saya rasa dia punya anak-anak
laki-"laki, yang dibantunya dengan permainan Mecca"no?"
nya pada malam hari"serta istri yang sangat men?"jaga
kebersihan rumahnya, tapi terlalu memenuhi rumahnya
dengan perabotan..."
Hercule Poirot mengerjap-ngerjapkan mata, men"de"
ngarkan Lady Angkatell yang memaparkan angan-angan"
nya mengenai kehidupan rumah tang"ga Inspektur
Grange. "Tapi omong-omong, kumisnya layu, ter"kulai," lan"
jut Lady Angkatell. "Saya rasa, rumah yang terlalu ber"
sih tak bercacat kadang-kadang merupakan teka"nan"
seperti sabun pada wajah para juru rawat di rumah
sa"kit. Berkilat sekali! Tapi itu keadaan di luar negeri
yang serba keting"galan. Di rumah-rumah sakit di Lon"
193 THE HOLLOW.indd 193 don, mereka banyak memakai bedak dan lipstik tebaltebal. Tapi yang ingin saya katakan, M. Poirot, adalah
bahwa Anda harus datang untuk makan siang de"ngan
sempurna, bila semua urusan yang tak masuk akal ini
sudah beres." "Anda baik sekali."
"Saya sendiri tak apa-apa menghadapi polisi," kata
Lady Angkatell lagi. "Saya bahkan merasa semua ini me"
narik juga. "Izinkan saya membantu Anda sebisa saya,"
kata saya pada Inspektur Grange. Kelihatannya dia ke"
bingungan, tapi selalu bekerja dengan aturan.
"Agaknya motif sangat penting bagi polisi," lan"
jutnya. "Berbicara tentang juru rawat rumah sakit tadi,
saya rasa John Christow... mungkin dia men"jalin hubung"
an dengan seorang juru rawat beram"but merah yang
hidungnya menjungkit dan cukup menarik. Tapi itu
tentu sudah lama sekali, dan polisi mungkin sudah
tidak tertarik lagi. Orang tak tahu betapa banyak yang
harus ditanggung oleh Gerda yang malang itu. Dia itu
jenis istri yang setia. Atau mungkin juga dia percaya
saja pada apa yang dikatakan orang padanya. Saya rasa,
bila sese"orang tidak memiliki kecerdasan tinggi, itulah
yang ter"baik untuk dilakukannya."
Dengan mendadak sekali, Lady Angkatell mem"buka
lebar-lebar pintu kamar kerja, lalu memper"silakan Poirot
masuk, sambil berseru dengan ceria, "Ini M. Poirot."
Dengan cepat ia berbalik, lalu keluar sambil menutup
pintu. Inspektur Grange sedang duduk di meja kerja, ber"
hadapan dengan Gudgeon, dan seorang pria muda du"
duk di sudut sambil memegang sebuah buku catat"an.
194 THE HOLLOW.indd 194 Gudgeon bangkit dengan sopan.
Poirot cepat-cepat meminta maaf.
"Saya akan segera keluar. Saya benar-benar tak tahu
bahwa Lady Angkatell..."
"Jangan, jangan keluar." Kumis Grange tampak lebih
terkulai pagi ini. Mungkin di rumahnya se"dang banyak
dilakukan pembersihan, pikir Poirot yang terkesan oleh
gambaran Lady Angkatell me"ngenai Grange, atau istri"
nya telah membeli sebuah meja kuningan dari Benares
yang baru, hingga inspektur yang baik itu benar-benar
merasa ke"kurangan ruangan untuk bergerak.
Dengan marah ia mengenyahkan pikiran itu. Rumah
Inspektur yang bersih tapi terlalu penuh, istrinya, putraputranya yang tergila-gila pada per"mainan Meccano"
semua itu adalah rekaan otak Lady Angkatell yang selalu
sibuk. Tapi hal-hal itu digambarkannya dengan amat jelas,
hingga orang bisa menyangka semua itu adalah kenya"
taan. Hal itu mengesankan bagi Poirot, sebab tak mu"
dah berbuat demikian. "Silakan duduk, M. Poirot," kata Grange. "Ke"
betulan ada sesuatu yang ingin saya tanyakan pada
Anda. Dan saya sudah hampir selesai."
Ia kembali mengalihkan perhatian pada Gud"geon,
yang sudah duduk dengan sikap hormat se"kali, setelah
nyaris menolak untuk duduk. Ia me"malingkan wajahnya
yang boleh dikatakan tanpa ekspresi ke arah orangorang yang menanyainya.
"Apakah hanya itu yang Anda ingat?"
"Ya, Sir. Semua seperti biasa saja, Sir. Sama sekali
tak ada yang tak menyenangkan."
195 THE HOLLOW.indd 195 "Di pondok peristirahatan di dekat kolam renang
itu, ada mantel pendek dari bulu. Wanita mana yang
memi"likinya?" "Apakah maksud Anda mantel pendek dari bulu
rubah yang berwarna keperakan itu, Sir" Saya juga meli"
hatnya waktu saya mengantar minuman ke pondok per"
istirahatan. Tapi itu bukan kepunyaan salah seorang di
rumah ini, Sir." "Jadi milik siapa itu?"
"Mungkin milik Miss Cray, Sir. Miss Veronica Cray,
aktris film itu. Dia mengenakan sesuatu semacam itu."
"Kapan?" "Waktu dia datang kemari, kemarin malam dulu,
Sir." "Anda tidak menyebutkan dia waktu itu."
"Dia bukan tamu, Sir. Miss Cray tinggal di Doveco"
tes, cottage di ujung jalan itu. Dia datang kemari setelah
makan malam usai. Katanya dia kehabisan korek api,
dan ingin meminjam."
"Apakah dia membawa pulang enam kotak?" tanya
Poirot. Gudgeon berpaling padanya.
"Benar, Sir. Majikan saya bertanya apakah kami me"
mi"liki banyak korek api. Setelah itu, dipaksanya Miss
Cray membawa setengah lusin kotak."
"Yang ditinggalkannya di pondok peristirahatan itu?"
kata Poirot. "Benar, Sir. Saya melihatnya di sana kemarin pagi."
"Tak banyak yang tak dilihat oleh orang itu," kata
Poirot setelah Gudgeon pergi sambil menutup pintu
dengan halus dan hormat sekali.
196 THE HOLLOW.indd 196 Inspektur Grange hanya berkata bahwa pelayan itu
tajam sekali pengamatannya, seperti setan!
"Tapi," katanya lagi dengan ceria, "masih ada pe"
layan dapur. Pelayan dapur berbicara apa ada"nya, tidak
seperti pelayan-pelayan atasan, yang biasanya angkuh
itu." "Saya sudah menempatkan seseorang untuk ber"tanyatanya di Harley Street," lanjutnya, "dan saya sendiri akan
pergi ke sana juga, agak siang nanti. Kita bisa mendapat"
kan sesuatu di sana. Saya yakin istri Christow itu harus
menanggung banyak. Be"berapa dokter terkenal"dengan
pasien-pasien wa"nitanya"yah, kita akan terkejut! Dan
saya dengar dari Lady Angkatell bahwa pernah ada kesu"
litan dengan seorang juru rawat rumah sakit. Meskipun
dia hanya samar-samar menceritakannya."
"Ya," Poirot membenarkan. "Dia memang suka sa"
mar." Suatu gambaran yang dilukiskan dengan amat pandai.
John Christow dan hubungan-hubungan cintanya dengan
para juru rawat rumah sakit?"kesempatan-ke"sem"patan
dalam hidup seorang dok"ter"banyak sekali ala"san bagi
Gerda Christow untuk merasa cemburu, dan akhirnya
perasaan itu meledak dalam bentuk pem"bunuhan ter"
sebut. Yah, suatu gambaran yang dikemukakan dengan pan"
dai sekali, menarik perhatian orang ke arah latar bela"
kang di Harley Street, teralih dari The Hollow"teralih
dari saat Henrietta Savernake maju dan mengambil re"
volver dari ta"ngan Gerda Christow yang tidak mela"
197 THE HOLLOW.indd 197 wan"teralih dari saat yang satu lagi, yaitu saat John
Christow yang sedang sekarat mengatakan, "Hen"
rietta..." Tiba-tiba, sambil membuka matanya yang sete"ngah
terpejam, Hercule Poirot bertanya dengan rasa ingin
tahu yang tak tertahankan lagi, "Apakah putra-putra
Anda suka main Meccano?"
"Eh, apa?" Inspektur Grange yang sedang me"renung
dengan mengerutkan dahi jadi sadar, lalu menatap
Poirot. "Mengapa" Ada apa" Perlu Anda ketahui bahwa
mereka masih terlalu kecil untuk itu, tapi saya sudah
berencana untuk membelikan Teddy permainan Mecca"
no itu pada hari Natal. Mengapa Anda menanya"kan hal
itu?" Poirot hanya menggeleng. Yang bisa membahayakan Lady Angkatell ada"lah
dugaan-dugaannya yang hanya berdasarkan nalurinya
itu sering kali mempunyai kemungkinan benar, pikir
Poirot. Dengan suatu perkataan yang asal-asalan saja"
atau seolah-olah asal-asalan saja"dibangunnyalah suatu
gambaran. Lalu, bila sebagian dari gambaran itu benar,
apakah kita tidak mau percaya akan bagian yang lain,
suka atau tak suka" Inspektur Grange berbicara.
"Ada suatu hal yang ingin saya kemukakan pada
Anda, M. Poirot. Mengenai Miss Cray, aktris itu. Dia
masuk begitu saja kemari untuk meminjam korek api.
Bila memang ingin meminjam ko"rek api, mengapa dia
tidak datang ke rumah Anda yang hanya berjarak se"
langkah-dua langkah" Mengapa harus menempuh jarak
kira-kira satu ki"lometer kemari?"
198 THE HOLLOW.indd 198 Hercule Poirot mengangkat bahu.
"Mungkin ada alasan-alasannya. Alasan-alasan keang"
kuhan, mungkin" Pondok saya kecil, tak ada artinya.
Saya hanya kemari pada akhir pekan, se"dangkan Sir
Henry, dan Lady Angkatell adalah orang-orang penting.
Mereka tinggal di sini, me"reka orang-orang terkemuka
di daerah ini. Miss Veronica Cray mungkin ingin ber"
kenalan dengan mereka, dan bagaimanapun juga, itu
me"ru"pakan suatu jalan."
Inspektur Grange bangkit.
"Ya," katanya, "itu memang mungkin sekali, tapi
kita tak boleh mengabaikan apa pun. Dan saya yakin
bahwa segala sesuatu akan menjadi jelas. Sir Henry su"
dah mengenali pistol itu sebagai salah satu dari kolek"
sinya. Agaknya mereka me"mang berlatih menembak de"
ngan pistol itu, pada petang hari sebelumnya. Mrs.
Chris"tow tinggal masuk ke ruang kerja Sir Hen"ry, lalu
meng"ambilnya dari tempat Sir Henry meletak"kannya,
demikian juga pelurunya. Semua itu sederhana se"kali."
"Ya," gumam Poirot, "kelihatannya semua begitu se"
der"hana." Memang begitulah cara seorang wanita seperti Gerda
Christow melakukan tindak kejahatan, pikir"nya. Tanpa
alasan yang dicari-cari atau hal-hal yang rumit. Tibatiba saja ia terdorong untuk me"lakukan suatu kekerasan,
ka"re"na sifat cinta kasih"nya yang mendalam tapi sempit,
yang tersiksa oleh kegetiran.
Tapi ia pasti... pasti masih memiliki kesadaran untuk
melindungi diri. Atau apakah ia telah bertindak da"lam
keadaan buta"pada saat sema"ngatnya berada da"lam
kegelapan"pada saat akal sehatnya benar-benar ter"sing"
kirkan" 199 THE HOLLOW.indd 199 Poirot teringat akan wajah Gerda yang hampa dan
terbengong-bengong. Ia tak tahu, benar-benar tak tahu.
Tapi ia merasa seharusnya ia tahu.
200 THE HOLLOW.indd 200 BAB XVI GERDA CHRISTOW menarik baju hitam itu ke atas,
melalui kepalanya, lalu melemparkannya ke sebuah kur"
si. Matanya memilukan dan mengandung keraguan.
"Aku tak tahu," katanya. "Aku benar-benar tak tahu.
Rasa"nya tak ada satu pun yang berarti."
"Aku tahu, Sayang, aku mengerti." Mrs. Patter"son
me?"mang ramah, tapi tegas. Ia tahu pasti bagai"mana
mem?"perlakukan orang-orang yang baru saja mengalami
kematian. "Elsie memang bisa dian"dalkan pada saat
kritis," kata keluarganya tentang dirinya. Pada saat ini,
ia sedang duduk di kamar tidur adiknya, Gerda, di
Harley Street. Dan ia benar-benar hebat. Elsie bertubuh
tinggi dan besar, serta gerak-geriknya penuh energi. Kini
ia menatap Gerda dengan perasaan kesal bercampur iba.
Kasihan Gerda. Menyedihkan sekali, kehilangan suami
dengan cara yang mengerikan seperti itu, dan sampai
saat ini pun kelihatannya ia belum... begitu menyadari
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pengertian tentang peristiwa itu! Yah, Mrs. Patterson
ingat bahwa Gerda memang selalu amat lamban. Dan
201 THE HOLLOW.indd 201 sekarang ada pula shock yang menambah berat keadaan
itu. Dengan nada tegas ia berkata, "Kurasa kita per"lu
membeli baju hitam yang dari bahan marocain, yang
berharga dua belas guinea itu."
Memang selalu harus orang lain yang mengam"bil ke"
putusan untuk Gerda. Gerda berdiri tanpa bergerak, alisnya berkerut. De"
ngan ragu-ragu ia berkata, "Aku benar-benar tak tahu
apakah John suka kalau kita berkabung untuknya. Kalau
tak salah, aku pernah mendengar dia berkata bahwa dia
tak suka." "John," pikirnya. "Kalau saja John ada di sini untuk
memberitahukan padaku apa yang harus ku"lakukan."
Tapi John takkan pernah berada di sini lagi. Tak
pernah lagi"takkan pernah lagi. Daging yang menjadi
dingin"beku di meja"bunyi pintu kamar periksa yang
dibanting keras, John yang berlari naik dengan me"
langkahi dua anak tangga sekaligus, selalu terburu-buru,
begitu bersemangat, be"gitu hidup...
Hidup. Terbaring telentang di sisi kolam renang"tetes"an
darah yang jatuh perlahan-lahan ke tepi kolam"revol"
ver yang tergenggam di tangannya. Semua itu hanya
mim"pi buruk. Sebentar lagi ia akan terbangun, dan
mim"pi itu akan lenyap.
Suara kakaknya yang tegas menembus pikiran"nya
yang berkabut. "Kau harus mengenakan baju hitam untuk meng"ha"
diri pemeriksaan pendahuluan itu. Aneh sekali keli"hatan"
nya bila kau muncul dengan baju berwarna cerah."
202 THE HOLLOW.indd 202 "Ah, pemeriksaan pendahuluan yang mengerikan
itu!" kata Gerda, lalu setengah memejamkan mata".
"Memang mengerikan sekali bagimu, Sayang," kata
Elsie Patterson cepat. "Tapi setelah semua selesai, kau
akan langsung pergi ke rumah kami, dan kami akan
mengurusmu baik-baik."
Bayangan kabur dalam pikiran Gerda makin ge"lap.
Dengan nada ketakutan, nyaris panik, ia ber"kata, "Apa
yang akan kulakukan tanpa John?"
Elsie Patterson tahu jawaban apa yang harus diberi"
kannya. "Kau punya anak-anak. Kau harus hidup untuk
mereka.?" Terbayang olehnya Zena yang terisak dan me"ratap,
"Papaku sudah meninggal!" lalu mengem"paskan diri ke
tempat tidurnya. Terry yang tampak pucat, ingin ber"
tanya, dan tidak mengeluarkan air mata.
Suatu kecelakaan dengan revolver, begitu dijelas"
kannya pada mereka. Ayah yang malang telah menga"
lami kecelakaan. Beryl Collins yang begitu arif telah menyita semua
surat kabar pagi, supaya anak-anak tidak melihatnya. Ia
juga telah memberikan peringatan kepada para pelayan.
Beryl benar-benar baik dan bijak.
Terence mendatangi ibunya di ruang tamu uta"ma
yang remang-remang. Bibirnya terkatup rapat, dan
wajah"nya hampir kehijauan karena pucatnya.
"Mengapa Papa ditembak?"
"Itu kecelakaan, Sayang. Mama... Mama tak bisa
berbicara tentang hal itu."
"Itu bukan kecelakaan. Mengapa Mama menga"takan
sesuatu yang tidak benar" Papa dibunuh orang. Itu
203 THE HOLLOW.indd 203 suatu pembunuhan. Begitu yang tertulis di surat-surat
kabar." "Terry, bagaimana kau sampai mendapatkan su"rat
kabar" Sudah kukatakan pada Miss Collins..."
Anak itu hanya mengangguk"mengangguk ber"
ulang kali dengan aneh, seperti orang yang sudah tua
sekali. "Aku keluar dan membelinya. Aku tahu pasti ada
sesuatu dalam surat kabar itu yang tidak Mama katakan
pada kami. Aku penasaran mengapa Miss Collins me"
nyem?"bunyikannya."
Memang tak ada gunanya menyembunyikan kebe"
naran dari Terence. Rasa ingin tahunya yang aneh, yang
bersifat ilmiah itu, selalu harus dipuas"kan.
"Mengapa Papa dibunuh, Mama?"
Maka pertahanan Gerda pun hancur. Ia menjadi
histeris. "Jangan tanyakan itu padaku! Jangan bicarakan soal
itu! Aku tak bisa berbicara tentang itu?"semuanya mena"
kutkan sekali." "Tapi polisi akan menemukannya, bukan" Mak"sud"
ku, mereka harus menyelidikinya. Itu pen"ting."
Masuk akal sekali, objektif sekali, hingga Gerda jadi
ingin berteriak, tertawa, dan menangis. Pikirnya, "Dia
tak peduli. Tak mungkin dia peduli. Dia hanya ingin
ber"tanya terus. Ya, dia bahkan tidak menangis."
Lalu Terence pergi, menghindari Aunt Elsie. Wajah"
nya kurus dan kaku. Ia memang selalu me"rasa sendirian.
Tapi sebelum kejadian ini, hal itu tak apa-apa.
Kini keadaannya lain, pikirnya. Kalau saja ada sese"
orang yang bisa menjawab pertanyaan-pertanya"annya
dengan masuk akal dan dengan cara yang cerdas.
204 THE HOLLOW.indd 204 Besok, hari Selasa, ia dan Nicholson Minor akan
mem"buat nitrogliserin. Ia telah menanti-nanti"kan saat
itu dengan. berdebar-debar. Kini debar-"debar itu tak
ada lagi. Ia pun tak peduli lagi apakah ia takkan pernah
membuat nitrogliserin. Terence amat terkejut akan keadaannya sendiri. Ia
sudah tak peduli lagi dengan eksperimen il"miahnya! Se"
bab ayahnya terbunuh. "Papa," pikir"nya. "Papaku"ter"
bunuh." Lalu ada sesuatu yang tergugah"mulai berakar"
mu"lai tumbuh"suatu kemarahan yang bangkit per"
lahan-lahan. Beryl Collins mengetuk pintu kamar tidur, lalu
masuk. Ia tampak pucat, tapi tenang dan tetap efisien.
"Inspektur Grange datang," katanya. Gerda terkejut dan
melihat padanya dengan pandangan memilukan. Beryl
cepat-cepat berkata lagi, "Katanya dia tak mau me"nyu"
sahkan Anda. Dia hanya ingin mengatakan se"suatu pada
Anda, sebelum pergi. Tapi katanya hanya pertanyaanpertanyaan rutin, mengenai praktik Dr. Christow, dan
saya bisa menceritakan segala sesuatu yang ingin dike"
tahuinya." "Oh, terima kasih, Collie."
Beryl cepat-cepat keluar. Gerda mendesah dan ber"
kata, "Collins benar-benar efisien."
"Memang," kata Mrs. Patterson. "Aku yakin dia se"
orang sekretaris yang luar biasa. Tapi wajahnya biasa
sekali, ya" Kasihan. Tapi menurutku, itu lebih baik.
Terutama dengan pria setampan John."
Gerda berkata dengan marah, "Apa maksudmu, El"
sie" John takkan pernah... dia tak pernah... kau ber"
205 THE HOLLOW.indd 205 bicara seolah-olah John mau pacaran atau melakukan
sesuatu yang tidak-"tidak, seandainya dia memiliki se"
orang sekretaris yang cantik. John sama sekali tidak be"
gitu." "Tentu saja tidak, Sayang," kata Mrs. Patterson.
"Tapi, kita tahu, kan, bagaimana laki-laki!"
Di dalam kamar periksa, Inspektur Grange ber"
hadapan dengan Beryl Collins yang memandangi"nya de"
ngan tatapan dingin dan bermusuhan. Pan"dangan itu
benar-benar bermusuhan. Ia melihat"nya. Yah, mungkin
itu wajar. "Gadis yang tidak cantik," pikirnya. "Kurasa tak ada
apa-apa antara dia dan almarhum dokter itu. Tapi mung"
kin dia yang mencintai dokter itu. Bia"sanya begitu ke"
adaan"nya." Tapi, ketika ia menyandarkan diri di kursinya seper"
empat jam kemudian, Inspektur Grange me"nyimpulkan
bahwa kali ini tidak demikian keada"annya. Jawabanjawaban yang diberikan Beryl Collins padanya atas per"
tanyaan-pertanyaannya je"las sekali. Ia bisa menjawab
dengan lancar, dan kelihatannya ia mengerti benar se"
gala sesuatu ten"tang praktik dokter itu, sampai ke soal
yang se"kecil-kecilnya. Grange mengalihkan arah per"
tanya"annya, dan dengan halus mulai mengorek kete"
rangan tentang hubungan antara John Christow dan
istrinya. Kata Beryl, hubungan mereka baik sekali.
"Saya rasa sekali-sekali mereka bertengkar juga
seperti kebanyakan pasangan suami-istri?" tanya Inspek"
tur dengan ringan. "Saya tak ingat adanya pertengkaran-pertengkar"an.
206 THE HOLLOW.indd 206 Mrs. Christow sangat mengabdi pada suaminya"sam"
pai agak seperti membudakkan diri."
Terdengar nada mencemooh samar-samar dalam
suara"nya. Inspektur Grange mendengarnya.
"Gadis ini agak beraliran feminis," pikirnya. Tapi ia
berkata, "Apakah dia sama sekali tak pernah melawan
untuk membela haknya?"
"Tidak. Segala-galanya berputar di sekitar Dr. Chris"
tow." "Sewenang-wenang juga, ya?"
Beryl berpikir sebentar. "Tidak juga, saya tak bisa berkata begitu. Tapi dia
boleh disebut pria yang sangat egois. Diang"gapnya biasa
saja kalau Mrs. Christow selalu me"nerima pendapat-pen"
dapatnya." "Apakah ada masalah dengan pasien-pasien?"maksud
saya, yang wanita" Anda tak perlu enggan untuk ber"
terus terang, Miss Collins. Semua orang tahu bahwa
para dokter punya masalah dalam hal itu."
"Oh, soal itu!" suara Beryl bernada mengejek. "Dr.
Christow bersikap sama rata dalam menangani masalahmasalah seperti itu. Dia baik sekali pada semua pasien"
nya." Ditambahkannya lagi, "Dia benar-benar seorang
dokter yang hebat." Terdengar nada kagum yang luar biasa dalam suara"
nya. "Apakah dia terlibat dalam hubungan gelap de"ngan
seorang wanita?" tanya Grange. "Jangan me"nutupi raha"
sia demi kesetiaan, Miss Collins. Ini penting sekali un"
tuk kami ketahui." "Ya, saya mengerti itu. Tapi setahu saya, tak ada."
207 THE HOLLOW.indd 207 Jawabannya agak terlalu singkat, pikir Grange. Dia
tak tahu, tapi mungkin dia menduga.
"Bagaimana dengan Miss Savernake?" tanya Grange
tajam. Beryl mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Dia sahabat dekat keluarga ini."
"Apakah tak ada... kesulitan dengan Mrs. Chris"tow,
gara-gara dia?" "Sama sekali tidak."
Jawaban diberikan dengan tekanan. Terlalu berte"
kanan" Inspektur mengalihkan pertanyaan lagi.
"Bagaimana dengan Miss Veronica Cray?"
"Veronica Cray?"
Terdengar nada terkejut yang murni dalam suara"nya.
"Dia teman Dr. Christow, bukan?"
"Saya tak pernah mendengar tentang dia. Tapi, rasa"
nya saya tahu nama itu..."
"Dia aktris film."
Kerut di wajah Beryl menghilang.
"Oh, ya! Saya tadi bertanya-tanya mengapa nama itu
rasanya saya kenal. Tapi saya tak tahu bahwa Dr. Chris"
tow kenal padanya." Ia kelihatan yakin sekali akan hal itu, hingga Ins"
pektur segera meninggalkan soal tersebut. Di"lanjut"kan"
nya pertanyaan-pertanyaannya mengenai sikap Dr. Chris"
tow pada hari Sabtu yang lalu. Di sinilah keya"kinan
Beryl dalam memberikan jawab"an-jawaban agak goyah.
Katanya perlahan-lahan, "Sikapnya memang agak lain
daripada biasanya." "Apa bedanya?" 208 THE HOLLOW.indd 208 "Dia kelihatan agak linglung. Ada selang waktu yang
agak lama sebelum dia menekan bel untuk memanggil
pasien terakhir. Padahal biasanya dia selalu terburuburu, ingin lekas selesai, bila dia akan pergi. Saya rasa...
ya, saya yakin ada sesuatu yang dipikirkannya."
Tapi ia tak bisa lebih pasti.
Inspektur Grange tidak begitu puas dengan hasil
penye"lidikannya. Ia sama sekali tak berhasil men"dapat"
kan motif, padahal motif itu harus didapatkan sebelum
suatu perkara bisa diajukan pada jaksa.
Ia mempunyai keyakinan sendiri bahwa Gerda Chris"
tow-lah yang telah menembak suaminya. Me"nurut pen"
da"pat"nya, rasa cemburulah yang merupa"kan motif. Tapi,
sebegitu jauh ia tak bisa mene"mukan apa-apa sebagai
dasar. Sersan Coombes telah menanyai para pelayan,
tapi mereka semua menceritakan hal yang sama. Mrs.
Christow sangat memuja suaminya.
Apa pun yang terjadi, pikirnya, pasti terjadi di The
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hollow. Dan ketika ingatannya kembali pada The Hol"
low, ia merasa agak gelisah. Orang-orang yang ada di
sana semuanya aneh-aneh. Telepon di meja kerja berdering. Miss Collins meng"
angkat alat penerimanya. "Untuk Anda, Inspektur," katanya, lalu mem"berikan
alat itu pada Grange. "Halo, Grange di sini. Apa?" Beryl mendengar peru"
bahan dalam nada suara Grange. Ditatapnya inspektur
itu dengan pandangan menyelidik. Wajah yang seperti
patung kayu itu tidak berubah. Ia hanya menggeram
dan mendengarkan. "Ya... ya, aku mengerti... Apakah itu sudah pasti"
209 THE HOLLOW.indd 209 Tak ada kemungkinan salah" Ya... ya... ya, aku akan ke
sana. Aku hampir selesai di sini. Ya."
Diletakkannya kembali alat penerima itu, lalu du"duk
sebentar tanpa bergerak. Beryl memandanginya dengan
rasa ingin tahu. Inspektur menenangkan dirinya, lalu bertanya dengan
suara yang amat berbeda dengan suaranya tadi. "Apakah
Anda tak punya gagasan-gagasan sendiri mengenai hal
ini, Miss Collins?" "Maksud Anda?" "Maksud saya, gagasan mengenai siapa yang telah
membunuh Dr. Christow."
Dengan tegas Beryl menjawab, "Saya sama se"kali tak
punya gagasan apa-apa, Inspektur."
Grange berkata lambat-lambat, "Waktu mayat itu
ditemukan, Mrs. Christow sedang berdiri di sampingnya
dengan memegang sebuah revolver..."
Dengan sengaja ia tidak menyelesaikan kalimat itu.
Beryl Collins segera memberikan reaksi. Tidak de"
ngan sikap marah, melainkan dengan dingin dan logis.
"Kalau Anda pikir Mrs. Christow yang telah mem"
bunuh suaminya, saya yakin Anda keliru. Mrs. Christow
sama sekali bukan wanita yang suka kekerasan. Dia
lemah lembut, pengalah, dan benar-benar berada di ba"
wah pengaruh suami"nya. Rasanya sangat tak masuk
akal, kalau orang bisa membayangkan barang sesaat saja,
bahwa dia"lah yang telah menembak Dr. Christow. Beta"
pa"pun banyaknya petunjuk yang menuding ke arah"
nya." "Jadi, kalau bukan dia, siapa yang melakukan"nya?"
tanya Inspektur dengan tajam.
210 THE HOLLOW.indd 210 Beryl menjawab lambat-lambat, "Saya tidak tahu."
Inspektur berjalan ke pintu. Beryl bertanya, "Apa"kah
Anda ingin bertemu dengan Mrs. Christow sebelum
Anda pergi?"" "Tidak... eh, ya, sebaiknya saya menemuinya."
Lagi-lagi Beryl merasa heran. Ini bukan pria yang
sama, yang menanyainya sebelum telepon berdering.
Berita apa yang telah diterimanya, hing"ga membuatnya
begitu berubah" Gerda masuk ke ruangan itu dengan gugup. Ia tam"
pak sedih dan bingung. Dengan suara rendah dan geme"
tar ia berkata, "Sudahkah Anda mendapatkan lebih banyak ma"
sukan, mengenai siapa yang membunuh John?"
"Belum, Mrs. Christow."
"Rasanya tak masuk akal"sama sekali tak ma"suk
akal." "Tapi itu telah terjadi, Mrs. Christow."
Gerda mengangguk, sambil memandang ke ba"wah,
dan meremas saputangannya hingga menjadi bola kecil.
"Apakah suami Anda punya musuh, Mrs. Chris"
tow?" tanya Inspektur dengan tenang.
"John" Oh, tak ada. Dia orang yang amat baik. Se"
mua orang sayang sekali padanya."
"Tak bisakah Anda mengingat-ingat kalau-kalau ada
orang yang menyimpan dendam terhadapnya?" Inspek"
tur berhenti sebentar. "Atau terhadap Anda sendiri?"
"Terhadap saya?" Gerda tampak bingung. "Oh, sama
sekali tak ada, Inspektur."
Inspektur Grange mendesah.
"Bagaimana dengan Miss Veronica Cray?"
211 THE HOLLOW.indd 211 "Veronica Cray" Oh, maksud Anda orang yang da"
tang malam itu untuk meminjam korek api?"
"Ya, yang itu. Kenalkah Anda padanya?"
Gerda menggeleng. "Saya tak pernah melihatnya sebelum malam itu.
John kenal padanya bertahun-tahun yang lalu"begitu
kata wanita itu." "Saya rasa, mungkin dia menaruh dendam ter"hadap
suami Anda, tanpa setahu Anda?"
Dengan sikap anggun Gerda berkata, "Saya rasa tak
ada seorang pun yang punya rasa dendam terhadap John,
juga di masa lalu. Dia orang yang paling baik hati, tak
pernah mementingkan diri sendiri"ya, dia sangat mu"
lia." "Hm," kata Inspektur. "Ya, memang begitu. Nah,
selamat pagi, Mrs. Christow. Anda sudah tahu mengenai
pemeriksaan pendahuluan, bukan" Hari Rabu, jam
sebelas, di Market Depleach. Pe"meriksaan itu sederhana
sekali. Tak ada yang per"lu Anda risaukan"mungkin
akan ditangguhkan se"lama seminggu, supaya kami bisa
mengumpulkan petunjuk-petunjuk lagi."
"Oh, saya mengerti. Terima kasih."
Gerda berdiri tanpa bergerak, menatap inspektur itu
dari belakang. Inspektur Grange bertanya-tanya apakah
wanita ini tahu bahwa dirinya yang me"rupakan tertuduh
utama. Grange menghentikan sebuah taksi"pengeluar"an un"
tuk itu bisa dibenarkan, mengingat informasi yang baru
saja diterimanya melalui telepon, meski"pun ia tak tahu
dengan cara bagaimana informasi itu bisa mem"ban"tu"
nya. Dilihat sepintas lalu, ke"lihatannya sama sekali tak
212 THE HOLLOW.indd 212 ada hubungannya"bah"kan gila-gilaan. Sepertinya sama
sekali tak ada gunanya. Tapi itu pasti berguna, meskipun
ia be"lum tahu di mana.
Satu-satunya kesimpulan yang bisa ditariknya adalah,
perkara ini bukan perkara yang sederhana dan jelas,
sebagaimana yang selama ini diduganya.
213 THE HOLLOW.indd 213 BAB XVII SIR HENRY menatap Inspektur Grange dengan rasa
ingin tahu. Ia berkata lambat-lambat, "Saya rasa, saya
tidak mengerti maksud Anda, Inspektur."
"Sebenarnya sederhana sekali, Sir Henry. Saya minta
Anda memeriksa sekali lagi koleksi senjata api Anda.
Saya yakin benda-benda itu dicantum"kan dalam sebuah
katalog dan diberi nomor, bu"kan?"
"Tentu. Tapi saya sudah mengenali revolver itu seba"
gai salah satu koleksi saya."
"Soalnya tidak sesederhana itu, Sir Henry." Grange
ber"henti sebentar. Nalurinya selalu me"larangnya untuk
memberikan informasi apa pun, tapi pada saat ini agak"
nya ia terpaksa me"lakukannya. Sir Henry adalah orang
penting. Ia pasti mau memenuhi permintaan yang di"
ajukan padanya, tapi ia pasti juga akan meminta ala"san?"
nya. Maka Inspektur memutuskan akan memberi"kan
alasan itu. Dengan tenang ia berkata, "Dr. Christow tidak di"
tembak dengan revolver yang telah Anda kenali tadi
pagi." 214 THE HOLLOW.indd 214 Sir Henry mengangkat alis.
"Menarik sekali!" katanya.
Grange merasa agak terhibur. Ia sendiri juga merasa
bahwa hal itu menarik. Ia merasa ber"terima kasih pada
Sir Henry yang telah berkata begitu, dan juga bersyukur
karena Sir Henry tidak mengatakan apa-apa lagi. Pada
saat itu, hanya sejauh itulah yang dapat mereka katakan.
Hal itu memang sangat menarik"dan selanjutnya sama
sekali tidak berarti apa-apa.
"Apakah Anda punya alasan untuk menduga bahwa
senjata yang dipakai untuk menembak itu berasal dari
koleksi saya?" tanya Sir Henry.
"Sama sekali tak ada alasannya. Tapi saya harus
meya"kinkan bahwa senjata itu tidak berasal dari koleksi
Anda." Sir Henry mengangguk membenarkan.
"Saya hargai pikiran Anda itu. Yah, kalau be"gitu,
kita harus mulai bekerja. Hal itu akan mema"kan wak"
tu." Ia membuka laci meja kerjanya, lalu mengeluar"kan
sebuah buku bersampul kulit.
Sambil membuka buku itu, ia kembali berkata, "Per"
lu waktu untuk mencarinya..."
Grange jadi tertarik oleh nada suaranya. Men"dadak
ia mengangkat wajah. Tampak olehnya bahu Sir Henry
agak terbungkuk dan ia tiba-tiba kelihatan lebih tua dan
lebih letih. Inspektur Grange mengerutkan dahi.
"Aku sama sekali tak mengerti apa yang harus kusim"
pulkan mengenai orang-orang di sini," pikir"nya.
"Nah..." 215 THE HOLLOW.indd 215 Grange memutar tubuh, melihat ke arah jam. Tiga
puluh menit"atau dua puluh menit yang lalu"Sir
Henry berkata, "Perlu sedikit waktu."
"Bagaimana, Sir?" tanya Grange tajam.
"Sebuah revolver .38 keluaran Smith & Wesson ti"
dak ada. Benda itu terbungkus dalam sebuah sarung ku"
lit berwarna cokelat, yang tersimpan di ujung rak di da"
lam laci ini." "Wah!" Inspektur menjaga agar suaranya tetap te"nang,
padahal perasaannya amat kacau. "Lalu, seingat Anda,
kapan Anda terakhir melihatnya di tempat sebe"nar"nya?"
Sir Henry mengingat-ingat beberapa menit lama"nya.
"Tak mudah mengatakannya, Inspektur. Terakhir kali
saya membuka laci ini adalah seminggu yang lalu, dan
saya rasa"yah, boleh dikatakan saya yakin"bila revol"ver
itu tak ada di tempatnya pada saat itu, saya pasti menge"
tahuinya. Tapi saya tak mau pula bersumpah dengan
pasti bahwa saya melihatnya ada di situ."
Inspektur Grange mengangguk.
"Terima kasih, Sir, saya mengerti. Yah, saya harus
me?"lanjutkan pekerjaan saya."
Ia meninggalkan ruangan itu. Ia memang se"orang
pria sibuk yang banyak tugas.
Setelah Inspektur pergi, Sir Henry berdiri seben"tar
tanpa bergerak. Lalu ia keluar ke beranda. Istrinya
sedang sibuk dengan keranjang kebun dan sarung
tangannya, sedang menggunting semacam tanaman lang"
ka dengan gunting kebun. Ia melambai pada suaminya dengan ceria.
"Mau apa lagi inspektur itu" Kuharap dia tidak akan
menyusahkan para pelayan lagi. Soalnya, Henry, mereka
216 THE HOLLOW.indd 216 tak senang. Mereka tak bisa me"lihatnya sebagai sesuatu
yang menyenangkan atau baru, sebagaimana kita mengang"
gap"nya." "Apakah kita menganggapnya begitu?"
Nada bicara Sir Henry menarik perhatian istrinya. Ia
mendongak, lalu tersenyum manis pada suaminya.
"Kau kelihatan letih sekali, Henry. Haruskah semua
ini menyusahkanmu?" "Pembunuhan adalah sesuatu yang menyusah"kan,
Lucy." Lady Angkatell berpikir sebentar, sambil meng"gun"
ting beberapa dahan tanpa minat. Lalu wajah"nya men"
jadi mu"rung. "Aduh, aduh... gunting ini brengsek sekali. Se"kali
kita memakainya, kita jadi tak bisa berhenti, dan ingin
meng"gunting terus, lebih banyak dari"pada maksud
semula. Apa katamu tadi" Pembu"nuhan menyusahkan"
Tapi, Hen"ry, aku tak pernah mengerti mengapa. Maksud"
ku, bila sese"orang ha"rus meninggal, entah karena kanker
atau TBC, di salah satu sanatorium yang cerah tapi me"
nge"rikan itu, atau karena suatu serangan"menge"rikan,
kare"na dalam hal itu wajah orang itu jadi mi"ring"atau
kare"na orang itu ditembak atau ditikam, atau mungkin
di"cekik"pokoknya semua akhirnya sama saja. Maksud"
ku, orang itu tetap meninggal! Habislah dia. Dan semua
kesusahan pun berakhir. Sanak saudaranya harus meng"
hadapi kesulitan-ke"suli"tan, pertengkaran-per"tengkaran
me"ngenai uang, dan kera"guan mengenai apa"kah mereka
ha"rus me"ngenakan pakaian hitam atau tidak, atau per"
tim"bangan mengenai siapa yang harus mendapat"kan
meja tulis Bibi Selina"hal-hal semacam itulah!"
217 THE HOLLOW.indd 217 Sir Henry duduk di sebuah batu. "Semua ini akan
lebih menyusahkan daripada yang kita duga, Lucy,"
katanya. "Yah, itu harus kita tanggung, Sayang. Dan bila ini
sudah berakhir, sebaiknya kita pergi, entah ke mana.
Sebaiknya kita jangan terlalu memikirkan kesulitankesulitan yang ada sekarang, tapi me"mandang ke depan,
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke masa yang akan datang. Aku senang melakukan ini.
Aku sedang berpikir-"pikir, apakah lebih baik pergi ke
Ainswick pada hari Natal, atau ditunda saja sampai Pas"
kah. Ba"gaimana?"
"Masih banyak waktu untuk membuat rencana un"
tuk Natal." "Ya, tapi aku senang kalau sudah bisa mulai mem"
bayang"kan sesuatu dalam pikiranku. Mungkin Paskah
saja, ya?" Lucy tersenyum bahagia. "Men"jelang saat itu,
dia pasti sudah melupakannya."
"Siapa?" tanya Sir Henry keheranan.
"Henrietta," sahut Lady Angkatell dengan te"nang.
"Kurasa mereka akan menikah dalam bulan Oktober"
maksudku, bulan Oktober tahun yang akan datang"
maka kita bisa pergi ke sana pada hari Natal-nya. Ku"
pikir, Henry..." "Sudah, jangan lagi, Sayang. Kau sudah terlalu ba"
nyak berpikir." "Kau tahu lumbung tua itu, kan" Itu bisa dijadi"kan
studio yang baik sekali. Henrietta pasti me"merlukan
sebuah studio. Dia benar-benar berbakat. Aku yakin,
Edward akan bangga sekali padanya. Dua anak laki-laki
dan seorang anak perempuan cukuplah"atau dua anak
laki-laki dan dua anak perempuan..."
218 THE HOLLOW.indd 218 "Lucy... Lucy! Kau mengoceh terus."
"Tapi, Sayang," Lady Angkatell membuka lebar-"lebar
matanya yang indah, "Edward takkan pernah mau
menikah dengan siapa pun, kecuali Hen"rietta"dan dia
sangat keras kepala. Dalam hal itu, dia seperti ayah"ku.
Kalau dia sudah punya keinginan...! Jadi, tentu Hen"
rietta harus menikah de"ngannya. Dan sekarang dia bisa
menikah, karena John Christow tak bisa lagi meng"
halanginya. Dialah yang merupakan penghalang terbesar
bagi Henrietta." "Kasihan dia." "Untuk apa" Oh, maksudmu karena dia sudah me"
ninggal" Yah, suatu waktu semua orang harus mening"
gal. Aku tak pernah susah memikirkan orang yang su"
dah meninggal." Sir Henry menatap istrinya dengan pan"dangan ingin
tahu. "Selama ini kupikir kau menyukai Christow, Lucy."
"Aku memang menganggap dia menyenangkan. Dan
dia punya daya tarik. Tapi menurut pendapat"ku, kita
tak boleh melibatkan diri terlalu dekat dengan sese"
orang." Lalu, dengan lembut dan dengan wajah ter"senyum,
Lady Angkatell menggunting dengan ha"lus sebatang
tanaman merambat. 219 THE HOLLOW.indd 219 BAB XVIII Hercule Poirot memandang ke luar melalui jen"dela.
Dilihatnya Henrietta Savernake berjalan di jalan setapak,
menuju pintu depan rumahnya. Ia memakai setelan
berwarna hijau dari bahan triko, seperti yang dipakainya
pada hari tragedi itu terjadi. Ia mem"bawa seekor anjing
spaniel. Poirot cepat-cepat berjalan ke pintu depan, dan
mem?"bukanya. Henrietta tersenyum padanya.
"Bolehkah saya masuk dan melihat rumah Anda" Saya
suka melihat rumah-rumah orang. Saya sedang mem"bawa
anjing ini berjalan-jalan."
"Tentu saja boleh. Benar-benar khas Inggris, mem"
bawa anjing berjalan-jalan."
"Saya tahu," kata Henrietta. "Saya pikir begitu. Tahu"
kah Anda syair bagus yang berbunyi, "Hari berlalu lam"
ban, satu demi satu. Aku memberi ma"kan bebek, aku
me"negur istriku, aku memainkan Largo ciptaan Handel
pada sulingku, dan aku membawa anjing berjalanjalan.?"
Henrietta tersenyum lagi"suatu senyuman cerah
tanpa arti. 220 THE HOLLOW.indd 220 Poirot mempersilakannya masuk ke ruang tamu.
Hen?"rietta melihat ke sekelilingnya, ke ruangan yang ter"
atur rapi dan apik itu, lalu mengangguk.
"Bagus," katanya, "segala-galanya berpasang"-pasa"
ngan. Anda pasti akan benci melihat studio saya."
"Mengapa saya harus membencinya?"
"Oh, karena banyak tanah liat yang menempel di
mana-mana, barang"dan di sana-sini hanya ada satu
barang yang kebetulan saya sukai, dan yang pasti akan
rusak kalau ada dua buah."
"Tapi saya bisa mengerti itu. Mademoiselle. Anda se"
orang seniwati." "Bukankah Anda pun seorang seniman, M. Poirot?"
Poirot memiringkan kepalanya.
"Itu masih harus dipertanyakan. Tapi secara umum
rasanya bukan. Memang saya pernah mene"mukan suatu
tindak kejahatan yang artistik sifat"nya. Kejahatan me"
mang merupakan latihan-latihan yang paling bagus
untuk daya imajinasi, tapi penyelesaiannya... tidak.
Bukan daya kreasi yang di"perlukan dalam hal itu. Yang
di"tuntut adalah has"rat yang besar untuk menemukan
kebenaran." "Suatu hasrat besar untuk menemukan kebenar"an,"
ulang Henrietta merenung. "Ya, saya bisa mengerti
mengapa Anda jadi begitu berbahaya. Apakah kebenaran
itu memberikan kepuasan pada Anda?"
Poirot memandanginya dengan rasa ingin tahu.
"Apa maksud Anda, Miss Savernake?"
"Saya bisa mengerti kalau Anda ingin tahu. Tapi apa"
kah tahu saja sudah cukup" Atau apakah Anda harus
me"langkah lebih jauh lagi untuk me"nerjemahkan penge"
tahuan itu menjadi suatu per"buatan?"
221 THE HOLLOW.indd 221 Poirot jadi tertarik akan jalan pikiran Henrietta.
"Maksud Anda, bila saya tahu keadaan sebenar"nya
mengenai kematian Dr. Christow, mungkinkah saya
akan puas menyimpan pengetahuan itu untuk diri saya
sendiri" Apakah Anda tahu kebenaran mengenai kema"
tian"nya itu?" Henrietta mengangkat bahu.
"Jawaban yang sudah jelas agaknya adalah Gerda.
Alangkah ironis bahwa seorang istri atau seorang suami"
lah yang selalu menjadi terdakwa utama."
"Tapi Anda tidak sependapat?"
"Saya selalu suka membuka banyak kemungkinan."
Dengan tenang Poirot berkata, "Untuk apa Anda da"
tang kemari, Miss Savernake?"
"Harus saya akui bahwa saya tak punya hasrat se"
besar Anda terhadap kebenaran, M. Poirot. Membawa
anjing berjalan-jalan adalah alasan yang bagus sekali
untuk daerah pedesaan di Inggris ini. Padahal, seperti
yang mung"kin sudah Anda lihat beberapa hari yang
lalu, keluarga Angkatell tidak memiliki anjing."
"Saya sudah melihat hal itu."
"Jadi saya pinjam saja anjing spaniel tukang kebun.
Harus Anda ketahui, M. Poirot, bahwa saya tidak ter"
lalu bisa dipercaya."
Terpancar lagi senyum kecil yang cerah itu. Poirot
heran, mengapa ia tiba-tiba merasa betapa menarik se"
nyum itu. Dengan tenang ia berkata, "Memang tidak,
tapi Anda memiliki kejujuran."
"Mengapa Anda berkata begitu?"
Henrietta terkejut, dan menurut Poirot ia kelihat"an
agak cemas. 222 THE HOLLOW.indd 222 "Karena saya merasa bahwa itu benar."
"Kejujuran," ulang Henrietta sambil merenung.
"Saya ingin tahu apa arti perkataan itu sebenar"nya."
Henrietta duduk diam, sambil merenungi karpet.
Lalu diangkatnya kepalanya, dan dipandanginya Poirot
dengan tajam. "Apakah Anda tak ingin tahu mengapa saya datang?"
"Mungkin Anda merasa sulit mengungkapkan"nya
dengan kata-kata?" "Ya, saya rasa begitu. Besok akan dilangsung"kan
pemer"iksaan pendahuluan, M. Poirot. Orang harus
memutuskan berapa banyak..."
Henrietta menghentikan kata-katanya. Ia bangkit,
lalu berjalan menyeberang ke arah perapian. Di"pindah"
kannya beberapa buah hiasan di situ, juga sebuah jam"
bangan berisi bunga daisy Michaelmas yang terletak di
tengah-tengah sebuah meja, ke ujung paling jauh dari
pelindung perapian. Lalu mundur untuk melihat peru"
bahan letak itu, dengan memiringkan kepala.
"Sukakah Anda melihatnya, M. Poirot?"
"Sama sekali tidak, Mademoiselle."
"Sudah saya duga Anda takkan suka." Ia ter"tawa, lalu
dengan cekatan dikembalikannya semua" ke tempat semu"
la. "Yah, kalau orang ingin mengatakan sesuatu, dia ha"rus
mengatakannya, bu"kan" Bagaimanapun, Anda orang yang
bisa diajak bicara. Begini persoalannya. Menu"rut Anda,
per"lukah polisi tahu bahwa saya adalah kekasih gelap
John Christow?" Suaranya datar dan tidak mengandung emosi. Ia
tidak melihat pada Poirot, melainkan pada dinding di
atas kepalanya. Dengan jari telunjuknya ia me"nelusuri
223 THE HOLLOW.indd 223 lekuk guci yang berisi bunga-bungaan berwarna ungu.
Terlintas dalam pikiran Poirot bah"wa dengan sentuhan"
nya itulah Henrietta menyalur"kan perasaannya.
Dengan tegas dan tanpa emosi pula Poirot ber"kata,
"Oh, begitu. Anda berdua merupakan kekasih gelap?"
"Kalau Anda lebih suka mengatakannya begitu."
Poirot memandanginya dengan rasa ingin tahu.
"Bukan soal bagaimana kita menyatakannya, Made"
moiselle." "Memang bukan."
"Mengapa tidak?"
Henrietta mengangkat bahu. Ia menghampiri Poirot,
lalu duduk di sampingnya, di sofa. Per"lahan-lahan ia
berkata, "Orang suka melukiskan sesuatu se... seteliti
mungkin." Minat Poirot terhadap Henrietta Savernake ber"tam"
bah besar. "Sudah berapa lama... Anda menjadi kekasih
gelap Dr. Christow?" tanyanya.
"Kira-kira enam bulan."
"Bisakah saya simpulkan bahwa polisi tidak akan me"
ne"mui kesulitan dalam menemukan kenyataan itu?"
Henrietta berpikir. "Saya rasa tidak. Artinya, kalau mereka me"mang
men?"cari hal semacam itu."
"Oh, mereka akan mencarinya, itu bisa saya pasti"
kan." "Ya, menurut saya juga begitu." Henrietta diam.
Dikembangkannya jari-jarinya di lutut, dan dipan"
danginya. Lalu ia melihat sekilas dengan pan"dangan ra"
mah ke arah Poirot. "Jadi, M. Poirot, apa yang harus
saya lakukan" Apakah saya harus pergi mendatangi
224 THE HOLLOW.indd 224 Inspektur Grange dan berkata... apa yang harus kita
kata"kan pada orang berkumis seperti itu" Kumisnya be"
nar-benar ciri kumis seorang kepala keluarga yang baik."
Tangan Poirot merayap ke atas, ke kumisnya sendiri
yang amat dibanggakannya.
"Bagaimana dengan milik saya, Mademoiselle?"
"Kumis Anda, M. Poirot, adalah suatu benda kebang"
gaan yang artistik. Itu tak ada hubungannya dengan apa
pun, kecuali dirinya sendiri. Saya yakin kumis Anda tak
ada duanya." "Benar sekali!"
"Dan mungkin itulah sebabnya saya berbicara
dengan Anda seperti ini. Seandainya polisi me"mang
harus tahu keadaan sebenarnya antara saya dan John,
apakah itu perlu dinyatakan di depan umum?"
"Itu tergantung," kata Poirot. "Bila polisi meng"ang"
gap itu tak ada hubungannya dengan perkara tersebut,
mere"ka tentu akan merahasiakannya. Apakah Anda me"
rasa... khawatir akan hal itu?"
Henrietta mengangguk. Ia memandangi jari-jari"nya
lagi beberapa lama, lalu tiba-tiba meng"angkat kepala"
dan berbicara. Suaranya tidak lagi datar dan ringan.
"Mengapa orang harus memperburuk keadaan bagi
Gerda yang malang" Dia memuja John, dan John sudah
meninggal. Dia sudah kehilangan John. Mengapa dia
masih harus menanggung beban tam"bahan?"
"Jadi Anda berkeberatan karena dia?"
"Apakah menurut Anda itu munafik" Saya rasa Anda
berpikir bahwa bila saya memang memikir"kan kete"
nangan pikiran Gerda, saya sebenarnya tak boleh men"
jadi kekasih gelap John. Tapi Anda tak mengerti. Bukan
225 THE HOLLOW.indd 225 begitu soalnya. Saya tidak me"rusak kehidupan perkawin"
annya. Saya hanya se"orang... dari suatu dere"tan."
"Oh, begitukah keadaannya?"
Henrietta berpaling dengan tajam ke arahnya.
"Bukan, bukan, bukan! Bukan sebagaimana yang
Anda duga. Itulah yang paling tidak saya inginkan!
Citra yang salah, yang akan dibayangkan oleh semua
orang mengenai John. Sebab itulah saya berbicara
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan Anda di sini"karena saya punya harapan kabur
bahwa saya bisa membuat Anda mengerti. Maksud saya,
memahami orang macam apa John itu! Bisa saya bayang"
kan dengan jelas apa yang akan terjadi"tajuk-tajuk ren"
cana dalam surat-surat kabar, Kehidupan Cinta Se"orang
Dokter"Gerda, saya sendiri, dan Veronica Cray. John
tidak seperti itu. Dia sebenarnya bukan pria yang ba"
nyak memikirkan wanita. Bu"kan wanita yang penting
baginya, melainkan pe"kerjaannya! Pekerjaannya"lah yang
merupakan mi"nat dan kesenangannya"ya, juga citra
petualang"annya terpenuhi! Bila John sedang dalam ke"
adaan tak sadar, kapan saja, dan dia disuruh menye"but"
kan nama seorang wanita yang paling banyak memenuhi
pikirannya, tahukah Anda siapa yang akan di"sebutnya"
Mrs. Crabtree." "Mrs. Crabtree?" Poirot merasa heran. "Siapa pula
Mrs. Crabtree?" Suara Henrietta mengandung nada haru waktu men"
jawab. "Dia seorang wanita tua"jelek, kotor, keriput, dan
sangat keras hati. John amat memikirkannya. Dia se"
orang pasien di Rumah Sakit St. Chris"topher. Dia men"
derita penyakit yang bernama penyakit Ridgeway. Pe"
226 THE HOLLOW.indd 226 nyakit itu sangat langka, tapi bila kita kena, kita pasti
mati. Sama sekali belum ada pengobatannya. Tapi John
sedang ber"usaha untuk menemukan pengobatan itu.
Saya tak dapat menjelaskannya secara teknis. Semua ru"
mit sekali"sesuatu yang berhubungan dengan pe"
ngeluaran hormon. Dia sedang mengadakan ekspe"ri"meneksperimen, dan Mrs. Crabtree itulah pa"sien
percoba"annya, sebab nenek itu punya ke"beranian. Dia
ingin hi"dup, dan dia suka sekali pada John. Dia dan
John sedang berjuang bersama. Penyakit Ridgeway dan
Mrs. Crabtree merupakan dua hal yang paling banyak
me"menuhi pikiran John selama berbulan-bulan ini,
siang dan malam. Boleh dikatakan tak ada hal lain yang
diang"gapnya lebih penting. Itulah John. Dia tidak
seperti dok"ter-dokter Harley Street biasa yang hanya
meng"urusi wanita-wanita kaya yang gendut-gendut. Itu
hanya pekerjaan sambilan baginya. Baginya yang
terpenting ada"lah rasa ingin tahu ilmiah yang mendalam
dan hasil"nya. Saya... ah, kalau saja saya bisa membuat
Anda me"ngerti."
Kedua belah tangan Henrietta terangkat dalam gerak"
an aneh yang menyatakan rasa putus asa, dan Hercule
Poirot berpikir betapa indah dan halus tangan-tangan
itu. "Kelihatannya Anda-lah yang betul-betul mema"
haminya," katanya. "Oh, ya. Saya memahaminya. John
sering datang dan berbicara. Mengertikah Anda" Sebe"
narnya bukan pada saya dia berbicara"saya rasa boleh
dikatakan pada dirinya sendiri. Dengan cara begitu,
hal-hal menjadi jelas baginya. Kadang-kadang dia ham"
pir putus asa. Dia tak mengerti bagaimana cara meng"
227 THE HOLLOW.indd 227 atasi keracunan yang meninggi, lalu dia men"dapatkan
ilham untuk menyelang-nyelingkan pengo"batan. Saya
tak bisa menjelaskannya pada Anda bagai"mana sebe"
narnya. Pokoknya itu merupakan suatu per"jua"ngan.
"Anda pasti tak bisa membayangkan rasa pe"nasaran
dan pemusatan tenaga dan pikirannya, dan juga siksaan
batin yang dialaminya. Dan kadang"-kadang keletihan"
nya yang luar biasa..."
Ia diam beberapa lama, matanya tampak gelap pe"
nuh kenangan. Dengan rasa ingin tahu, Poirot bertanya, "Apa"kah
Anda sendiri memiliki pengetahuan teknis?"
Henrietta menggeleng. "Tidak juga. Sekadar cukup untuk mengerti apa
yang dibicarakan John. Saya punya buku-buku, dan
saya mem"baca tentang hal itu."
Ia diam lagi, wajahnya melembut, bibirnya agak ter"
buka. Pasti ia sedang mengenang, pikir Poirot.
Dengan mendesah dikembalikannya pikirannya ke
masa kini. Ia memandangi Poirot dengan mu"rung.
"Alangkah baiknya bila saya bisa membuat Anda
mengerti..." "Anda sudah membuat saya mengerti, Made"moi"
selle." "Sungguh?" "Ya. Kita bisa mengenali kebenaran, kalau kita men"
dengar"nya." "Terima kasih. Tapi saya rasa tidak begitu mu"dah
men"jelaskannya pada Inspektur Grange."
"Mungkin tidak. Dia akan memusatkan pikiran pada
segi pribadi korban."
228 THE HOLLOW.indd 228 "Padahal itulah yang paling tak penting"sama sekali
tak penting," kata Henrietta dengan geram.
Alis Poirot naik lambat-lambat. Henrietta mem"
Istana Lima Bidadari 1 Mayat Kesurupan Roh Karya Khu Lung Sang Penebus 7
"Mrs. Christow?"
Dengan bergairah Gerda berkata, "Ya, saya Mrs.
Chris"tow." "Saya tak ingin menambah kesedihan Anda, Mrs.
Christow. Tapi saya ingin mengajukan beberapa per"
tanyaan. Anda tentu saja boleh meminta pengacara An"
da ikut hadir, bila Anda lebih suka..."
152 THE HOLLOW.indd 152 "Itu kadang-kadang lebih bijaksana, Gerda," sela Sir
Henry. "Pengacara?" potong Gerda. "Untuk apa pengaca"ra"
Tahu apa pengacara tentang kematian John?"
Inspektur Grange berdeham. Sir Henry kelihatannya
akan berbicara, tapi Henrietta yang berucap, "Inspektur
hanya ingin tahu apa yang terjadi tadi pagi."
Gerda berpaling pada inspektur itu, lalu berkata
dengan nada heran. "Rasanya semuanya seperti mimpi buruk"tidak nya"
ta. Saya... saya tak bisa menangis atau se"macamnya.
Saya sama sekali tidak merasa apa-"apa."
Dengan nada membujuk, Grange berkata, "Itu aki"
bat shock, Mrs. Christow."
"Ya, ya, saya rasa begitu. Tapi semua terjadi be"gitu
tiba-tiba. Saya keluar dari rumah, melalui jalan setapak
ke arah kolam renang..."
"Jam berapa itu, Mrs. Christow?"
"Waktu itu belum jam satu. Kira-kira jam satu ku"
rang dua menit. Saya yakin itu, karena saya melihat
jam. Dan waktu saya tiba di situ, John sudah terbaring
di situ. Ada darah di tepi semen."
"Apakah Anda mendengar suara tembakan, Mrs.
Christow?" "Ya... tidak... saya tidak tahu. Saya tahu bahwa Sir
Henry dan Mr. Angkatell sedang menembak. Saya
hanya melihat John..."
"Ya, Mrs, Christow?"
"John... dan darah... dan sebuah revolver. Lalu saya
pungut revolver itu..."
"Mengapa?" 153 THE HOLLOW.indd 153 "Apa maksud Anda?"
"Mengapa Anda pungut revolver itu, Mrs. Chris"
tow?" "Entahlah, saya tidak tahu."
"Tahukah Anda bahwa sebenarnya benda itu tak
boleh Anda sentuh?" "Tak boleh?" Gerda tampak linglung, wajahnya ham"
pa. "Tapi itu sudah saya lakukan. Saya me"megangnya."
Ia lalu menunduk dan memandangi tangannya, se"
olah-olah dalam angan-angannya ia melihat re"volver itu
dalam genggamannya. Lalu dengan tajam ia menoleh pada Inspektur, dan
tiba-tiba suaranya berubah menjadi tajam, ke"takutan.
"Siapa yang telah membunuh John" Tak se"orang
pun punya keinginan membunuhnya. Dia... dia adalah
pria terbaik. Dia begitu baik, tak pernah mementingkan
diri sendiri. Dia mau melakukan apa saja untuk orang
lain. Semua orang menya"yanginya, Inspektur. Dia se"
orang dokter hebat. Suami yang paling baik dan pe"
murah. Pasti itu suatu kecelakaan. Pasti... pasti!"
Ia menunjuk ke seputar kamar itu.
"Tanyailah semua orang, Inspektur. Tak seorang pun
berkeinginan membunuh John, bukan?"
Kata-kata itu ditujukannya pada mereka semua.
Inspektur Grange menutup buku catatannya.
"Terima kasih, Mrs. Christow," katanya dengan suara
da"tar. "Untuk sementara, cukup sekian saja."
*** 154 THE HOLLOW.indd 154 Hercule Poirot dan Inspektur Grange berjalan me"lalui
hutan pohon-pohon kenari, ke arah kolam renang.
Jenazah John Christow sudah diukur, di"buat catatannya,
dan sudah pula diperiksa oleh dokter polisi. Kini je"nazah
sudah dipindahkan ke kamar penyimpanan mayat. Kolam
renang itu tam"pak polos, pikir Hercule Poirot. Segala
sesuatu yang ter"jadi hari ini aneh sekali. Kecuali John
Chris"tow?"ia tidak aneh. Dalam keadaan sudah mening"
gal pun ia tampak penuh tekad dan objektif. Kolam re"
nang itu kini bukan sekadar kolam renang biasa, melain"
kan tempat tubuh John Christow ditemukan terkapar,
dan tempat darahnya meng"alir di semen, ke dalam air
yang berwarna biru buatan.
Buatan. Sesaat Poirot meresapi perkataan itu. Ya, ada
se"suatu yang dibuat-buat dalam perkara ini. Seolaholah...
Seorang pria berpakaian renang menghampiri Ins"
pektur. "Ini revolvernya, Sir," katanya.
Grange menerima barang yang basah itu lambat"lambat.
"Tak ada lagi harapan untuk mendapatkan sidik jari
sekarang," katanya. "Tapi untunglah, dalam perkara ini
hal itu tak penting. Mrs. Christow jelas sedang meme"
gangnya waktu Anda tiba, bukan, M. Poirot?"
"Ya." "Yang penting sekarang adalah pengenalan re"volver
itu," kata Grange. "Saya rasa Sir Henry bisa membantu
ki"ta dalam hal itu. Saya yakin Mrs. Christow telah
mengambilnya dari ruang ker"ja Sir Henry."
Ia memandang ke sekeliling kolam renang ter"sebut.
155 THE HOLLOW.indd 155 "Sekarang, mari kita tinjau lagi semuanya, su"paya
jelas. Jalan setapak di bawah kolam renang itu adalah
dari peternakan, dan dari situlah Lady Angkatell datang.
Yang dua orang lagi, Mr. Ed"ward Angkatell dan Miss
Savernake, turun dari hutan, tapi tidak bersama-sama.
Mr. Edward da"tang dari jalan setapak di sebelah kiri,
sedangkan Miss Savernake dari yang sebelah kanan,
yang berasal dari kebun bunga di bagian atas rumah.
Tapi mereka sedang berdiri di ujung kolam yang terjauh
waktu Anda tiba?" "Ya." "Dan jalan setapak yang di sebelah pondok per"
istirahatan ini mengarah ke Podder"s Lane. Baik, mari
kita berjalan di situ."
Sementara mereka berjalan, Grange berbicara tanpa
semangat, hanya berdasarkan apa yang di"ketahuinya.
Nada"nya pesimistis, namun tenang.
"Saya tak pernah menyukai perkara-perkara be"gini,"
katanya. "Tahun lalu saya mendapat perkara seperti
ini"di dekat Ashridge. Dia seorang pen"siunan tentara,
dengan karier yang menonjol. Istri"nya seorang wanita
yang manis dan tenang, agak kuno, umurnya 65 tahun
dan sudah beruban. Rambutnya cukup bagus, agak
berombak. Dia suka sekali berkebun. Pada suatu hari,
dia masuk ke kamar suaminya, dikeluar"kannya revol"ver
dinas suaminya, lalu dia keluar ke kebun, dan ditembak"
nya suaminya. Begitu saja! Tentu saja banyak sekali latar
belakang yang harus kami gali. Kadang-kadang orang
lalu menciptakan suatu ki"sah bodoh tentang seorang
gelandangan! Kami tentu ber"pura-pura memercayainya.
Kami bersi"kap tenang saat mengajukan pertanyaan-per"
tanya"an, tapi kami tahu apa yang kami lakukan."
156 THE HOLLOW.indd 156 "Maksud Anda," kata Poirot, "Anda berkeyakin"an
bahwa Mrs. Christow-lah yang telah menembak suami"
nya?" Grange melihat padanya dengan pandangan ter"kejut.
"Rupanya Anda tidak berpikiran begitu?"
Lambat-lambat Poirot berkata, "Bisa saja terjadi se"
perti yang dikatakannya."
Inspektur Grange mengangkat bahu.
"Ya, memang bisa. Tapi kisah itu kurang dapat di"
percaya. Dan mereka semua menduga memang dialah
yang telah membunuh suaminya! Mereka tahu sesuatu
yang tidak kita ketahui."
Ia memandangi teman bicaranya dengan pan"dangan
menyelidik. "Anda sendiri juga menduga bahwa dia
yang telah melakukannya, waktu Anda tiba di tempat
kejadian itu, bukan?"
Poirot setengah memejamkan mata. Ia mem"bayang"
kan dirinya datang lewat jalan setapak. Gudgeon yang
melangkah ke samping. Gerda Chris"tow yang sedang
ber"diri di atas tubuh suaminya sambil memegang revol"
ver, dan pandangan kosong di wajahnya itu. Ya, seba"
gaimana kata Grange, ia memang menduga Gerda-lah
yang telah melakukan"nya. Setidaknya ia menduga orang
menghendakinya mendapatkan kesan itu"
Ya, tapi itu tidak sama. Adegan itu sengaja dipertontonkan"diatur un"tuk
mengecoh. Apakah Gerda memang kelihatan seperti seorang
wanita yang baru saja menembak suaminya" Itulah yang
ingin diketahui oleh Inspektur Grange.
Dan dengan amat terkejut Hercule Poirot me"nyadari
157 THE HOLLOW.indd 157 bahwa selama ini dalam berurusan dengan banyak per"
buatan kekerasan, ia belum pernah benar-"benar berha"
dapan dengan seorang wanita yang baru saja membunuh
suaminya. Bagaimana kelihatannya seorang wanita da"
lam keadaan begitu" Apakah ia akan memperlihatkan
sikap kemenangan" Atau ke"takutan" Merasa puas atau
kebingungan" Tak per"caya atau merasa hampa"
Pasti salah satu di antaranya, pikirnya.
Inspektur Grange terus berbicara. Poirot hanya me"
nangkap akhir kalimatnya.
"...kelak pasti kita akan mendapatkan kenyataan"kenyataan di balik kejadian ini, dan biasanya kita bisa
men"dapatkan semua itu dari para pelayan."
"Apakah Mrs. Christow akan kembali ke Lon"don?"
"Ya. Dia meninggalkan dua orang anak di sana. Kita
harus mengizinkannya pergi. Kita tentu tetap menga"
wasinya dengan ketat, tapi dia tidak akan menyadarinya.
Dia akan menyangka dirinya sudah bebas. Menurut
saya, dia agak bodoh."
Poirot ingin tahu, apakah Gerda menyadari apa yang
diduga oleh polisi, dan apa yang diperkirakan oleh
keluarga Angkatell" Kelihatannya ia sama sekali tidak
menyadari apa-apa. Ia kelihatan seperti seorang wanita
yang lamban reaksinya, benar-benar kebingungan dan
patah hati karena kematian suaminya.
Mereka telah keluar ke jalan umum.
Poirot berhenti di dekat pintu pagar rumahnya.
Grange berkata, "Inikah rumah kecil Anda" Bagus dan
nyaman kelihatannya. Nah, selamat berpisah untuk se"
mentara, M. Poirot. Terima kasih atas kerja sama Anda.
Suatu waktu kelak saya akan mampir, dan mem"beri"
tahukan pada Anda kemaju"an-kemajuan kami."
158 THE HOLLOW.indd 158 Matanya menyapu jalan umum itu.
"Siapa tetangga Anda" Bukankah itu tempat tinggal
orang terkenal itu?"
"Miss Veronica Cray. Dia seorang aktris. Kalau tak
sa"lah, dia datang ke situ pada akhir pekan."
"Ya, tentu saja, Dovecotes. Saya suka melihat per"
mainannya dalam film Lady Rides on Tiger. Tapi me"
nurut saya, dia terlalu terpelajar. Saya lebih suka Hedy
Lamarr." Ia berbalik. "Nah, saya harus kembali ke tempat kerja saya.
Sampai bertemu, M. Poirot."
"Apakah Anda kenal benda ini, Sir Henry?"
Inspektur Grange meletakkan revolver itu di meja
kerja di hadapan Sir Henry. Lalu dipandangi"nya pria itu
dengan penuh harap. "Bolehkah saya memegangnya?" Sir Henry de"ngan
ragu mengulurkan tangan ke arah revol"ver itu.
Grange mengangguk. "Itu berada di dalam kolam renang tadi. Dengan de"
mikian, semua sidik jari yang terdapat di situ sudah ter"
hapus. Kalau boleh saya katakan, sayang sekali Miss
Savernake tadi melepaskannya dari tangannya."
"Ya, ya, tapi saat itu memang sangat menegang"kan
ba"gi kami semua. Dan wanita cenderung men"jadi gu"
gup, dan... yah, terlepaslah barang-barang dari tangan"
nya." Inspektur Grange mengangguk lagi. Katanya, "Pada"
hal kelihatannya Miss Savernake seorang wa"nita muda
yang cerdas." 159 THE HOLLOW.indd 159 Kata-kata itu diucapkannya tanpa tekanan, na"mun
ada sesuatu dalam kalimat itu yang membuat Sir Henry
mendadak mengangkat wajah. Grange berkata lagi,
"Nah, apakah Anda mengenali benda ini?"
Sir Henry mengambil revolver itu, lalu meme"rik"
sanya. Ia melihat nomornya, lalu memban"dingkannya
de"ngan daftar yang terdapat di dalam sebuah buku kecil
ber"sampul kulit. Setelah itu ditutupnya buku tersebut
dengan mendesah. Kata"nya, "Benar, Inspektur, ini
memang berasal dari koleksi saya di sini."
"Kapan Anda terakhir kali melihatnya?"
"Kemarin petang. Kami sedang menembak-nem"bak
dengan papan sasaran di kebun, dan ini adalah salah
satu senjata api yang kami pakai."
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siapa tepatnya yang menembak dengan revol"ver ini
pada peristiwa itu?"
"Saya rasa, setiap orang sekurang-kurangnya menem"
bak satu kali dengan revolver itu."
"Termasuk Mrs. Christow?"
"Termasuk Mrs. Christow."
"Dan setelah Anda selesai menembak?"
"Saya letakkan revolver itu kembali di tempat"nya
yang biasa. Di sini."
Ditariknya laci dari sebuah meja kerja yang besar.
Separuh laci itu dipenuhi pistol.
"Anda memiliki banyak koleksi senjata api, Sir Hen"
ry." "Ini memang sudah merupakan hobi saya se"lama ber"
tahun-tahun." Inspektur Grange memandangi mantan gubernur
Kepulauan Hollowene itu sambil merenung. Sir Henry
160 THE HOLLOW.indd 160 adalah seorang terkemuka berwajah tampan. Di bawah
orang semacam itu, ia akan suka sekali bekerja. Bahkan
ia jauh lebih menyukai orang ini daripada kepala polisi"
nya yang sekarang. Inspektur Grange tidak terlalu ter"
kesan akan Kepala Polisi Wealdshire"seorang penjilat
yang lalim dan ce"rewet. Dialihkannya kembali pikiran"
nya pada pe"kerjaan yang sedang ditanganinya.
"Waktu Anda menyimpannya kembali, revolver itu
pasti tidak berisi peluru, bukan?"
"Tentu tidak." "Lalu di mana Anda menyimpan peluru-peluru
Anda?" "Di sini." Sir Henry mengeluarkan kunci dari sebuah
kotak, lalu membuka salah satu laci bagian bawah dari
meja tulis itu. Sederhana sekali, pikir Grange. Mrs. Christow pasti
sudah melihat tempat peluru-peluru itu ter"simpan. Ia
tinggal masuk kemari dan mengambil"nya sendiri. Rasa
cemburu memainkan peran besar pada kaum wanita,
pikirnya. Ia berani bertaruh penyebabnya pasti rasa cem"
buru. Hal itu akan menjadi jelas bila ia sudah se?"lesai
dengan pekerjaan rutinnya di sini, dan harus melan"
jutkan" ke Harley Street. Tapi kita harus be"kerja dengan
aturan yang benar. Ia bangkit dan berkata, "Yah, terima kasih, Sir Hen"
ry. Akan saya beritahu Anda mengenai pe"meriksaan pen"
dahuluannya." 161 THE HOLLOW.indd 161 BAB XIII Pada waktu makan malam, mereka makan bebek dingin.
Setelah itu, mereka makan puding karamel yang kata
Lady Angkatell penampilannya sesuai benar dengan pe"ra"
saan Mrs. Medway. Katanya, memasak memberikan bayangan yang tepat
mengenai halusnya perasaan.
"Dia tahu kita tidak begitu suka puding karamel.
Tapi rasanya kurang berperasaan kalau kita makan pu"
ding kesukaan kita, sementara seorang teman kita baru
saja meninggal. Tapi puding karamel itu mudah sekali
dimakan"lembut dan licin, dan kita bisa menyi"sakan
sedikit di piring." Ia mendesah, lalu berkata bahwa ia berharap mereka
te"lah bertindak tepat dengan membiarkan Gerda pergi
ke London. "Aku senang sekali Henry mau mengantarnya."
Sir Henry memang mendesak untuk mengantar Ger"
da pulang ke Harley Street.
"Gerda tentu akan kembali kemari untuk peme"
riksaan pendahuluan," kata Lady Angkatell lagi, sambil
162 THE HOLLOW.indd 162 makan pudingnya dengan merenung. "Tapi dia harus
menyampaikan berita sedih itu pada anak-anaknya"
mungkin mereka telah membaca"nya di surat-surat ka"bar.
Dengan hanya seorang wanita Prancis di rumah"betapa
tegang sarafnya barangkali. Tapi Henry akan mem"ban"
tunya, dan aku yakin Gerda akan baik-baik saja. Mung"
kin akan dimintanya beberapa keluarganya datang"
"mung"kin kakak atau adiknya. Pasti Gerda punya kakak
atau adik"kurasa mungkin tiga atau empat orang, yang
mungkin tinggal di Tunbridge Wells."
"Aneh-aneh saja ucapanmu, Lucy," kata Midge.
"Yah, Sayang, kalau kau lebih suka di Torquay?"tidak,
bukan Torquay. Umur mereka sekurang-kurangnya pasti
65 tahun kalau me"reka tinggal di Tor"quay. Kalau begitu
di East"bourne, atau di St. Leonards."
Lady Angkatell melihat ke puding karamel yang ting"
gal sesendok di piringnya. Kelihatannya ia me"rasa sa"
yang, tapi ditinggalkannya juga tanpa di"makannya.
David yang hanya menyukai makanan enak melihat
dengan murung ke piringnya yang sudah kosong.
Lady Angkatell bangkit. "Kurasa kita semua ingin tidur lebih awal ma"lam
ini," katanya. "Banyak sekali yang telah ter"jadi, bukan"
Bila kita hanya membacanya di surat kabar, kita tak
dapat mem"bayangkan betapa me"letihkannya kejadiankejadian seperti ini. Tahukah kalian, aku merasa seolaholah aku habis berjalan sejauh dua puluh kilometer,
padahal aku tidak berbuat apa-apa kecuali duduk-duduk
saja. Tapi itu meletihkan juga, karena kita tak bisa mem"
baca buku atau surat kabar, takut akan kelihatan tak
berperasaan. Tapi kurasa sekadar membaca tajuk rencana
163 THE HOLLOW.indd 163 surat kabar Observer tak apa-apa, asal bukan News of the
World. Tak sependapatkah kau dengan aku, David" Aku
suka menge"tahui pikiran anak-anak muda, kita jadi tidak
ketinggalan za"man."
Dengan suara keras, David berkata bahwa ia tak
pernah membaca News of the World.
"Aku selalu membacanya," kata Lady Angkatell.
"Kami pura-pura membelinya untuk para pelayan, tapi si
Gud"geon sangat penuh pengertian, dan tak pernah mem"
bawanya keluar sebelum usai waktu minum teh. Surat
kabar itu menarik sekali, sering menceritakan kaum wa"
nita yang memasukkan ke"palanya ke dalam oven gas"
banyak sekali jum"lahnya!"
"Apa yang akan mereka lakukan di rumah-rumah
ma"sa depan yang semua peralatannya dari listrik?" tanya
Edward Angkatell dengan senyum kecil.
"Kurasa mereka terpaksa memutuskan untuk me"
nyesuaikan diri dengan keadaan. Itu tentu lebih masuk
akal." "Aku tidak sependapat denganmu mengenai se"mua
rumah yang peralatannya serbalistrik," kata David. "Akan
ada pemanasan komunal yang dise"diakan dari tempat
persediaan pusat. Setiap rumah orang dari kelas buruh
harus benar-benar hemat tenaga..."
Edward cepat-cepat berkata bahwa ia tidak begitu
menguasai soal itu. David mencibir mencemooh. Gud"
geon mengantarkan kopi di nampan. Gerak"annya lebih
lamban daripada biasa, untuk memper"lihatkan rasa duka?"
citanya. "Oh, Gudgeon," kata Lady Angkatell, "menge"nai
telur-telur itu, sebenarnya aku berniat menulis"kan sen"
164 THE HOLLOW.indd 164 diri tanggal-tanggalnya dengan pensil, se"perti biasa. To"
long katakan pada Mrs. Medway supaya dia yang me"
ngerjakannya, ya?" "Saya yakin segala sesuatu telah dilaksanakan dengan
baik, Nyonya." Gudgeon menelan ludah. "Saya sendiri
yang mengurus semuanya."
"Oh, terima kasih, Gudgeon."
Setelah Gudgeon keluar, Lucy bergumam, "Si Gud"
geon benar-benar hebat. Para pelayan yang lain juga
baik-baik. Kita harus memahami keadaan mereka,
dengan kedatangan polisi kemari. Pasti mereka sangat
ketakutan. Omong-omong, ma"sih adakah yang terting"
gal?" "Polisi maksudmu?" tanya Midge.
"Ya. Mereka biasanya meninggalkan seseorang untuk
berjaga-jaga di ruang depan, bukan" Atau mungkin dia
mengawasi pintu depan dari semak-semak di luar?"
"Mengapa harus mengawasi pintu depan?"
"Entah, aku sama sekali tak tahu. Dalam buku-buku
cerita biasanya begitu. Lalu ada seorang lagi yang ter"
bunuh di malam hari."
"Aduh, Lucy, jangan," kata Midge.
Lady Angkatell menatapnya dengan penuh rasa ingin
tahu. "Maafkan aku, Sayang. Bodoh sekali aku. Tentu tak"
kan ada lagi yang terbunuh. Gerda sudah pu"lang. Mak"
sud"ku, aduh, Henrietta sayang, maafkan aku. Bukan
maksudku menyatakan hal itu."
Tapi Henrietta tak menyahut. Ia sedang berdiri di
de"kat meja bundar, sambil memandangi daftar angka
permainan bridge yang disimpannya semalam.
165 THE HOLLOW.indd 165 Setelah sadar, ia berkata, "Maaf, Lucy, apa ka"tamu?"
"Aku ingin tahu apakah masih ada polisi yang ter"
tinggal." "Seperti sisa-sisa dalam penjualan saja! Kurasa tak
ada. Mereka semua sudah kembali ke kantor polisi, un"
tuk menuliskan apa-apa yang telah kita katakan, dalam
bahasa polisi yang tepat."
"Apa yang kaulihat itu, Henrietta?"
"Tak apa-apa." Henrietta menyeberang ke arah perapian.
"Menurutmu apa yang sedang dilakukan Vero"nica
Cray malam ini?" tanyanya.
Lady Angkatell tampak kesal.
"Aduh, menurutmu mungkinkah dia datang lagi"
Pasti dia sudah mendengar berita sedih itu."
"Ya," sahut Henrietta dengan merenung. "Ku"rasa dia
su"dah mendengar..."
"Aku jadi ingat," kata Lady Angkatell "aku harus
menelepon keluarga Carey. Kita tak bisa mengundang
mereka makan siang besok, seolah"-olah tak ada kejadian
apa-apa." Ia keluar dari kamar itu.
David, yang membenci sanak saudaranya, ber"gumam
bahwa ia ingin mencari sesuatu dalam Encyclopaedia
Britannica. Ruang perpustakaan pasti tenang, pikir"nya.
Henrietta berjalan ke pintu, membukanya, lalu
keluar. Setelah bimbang sebentar, Edward menyu"sulnya.
Didapatinya Henrietta sedang berdiri di luar, men"
dongak memandangi langit.
"Tidak sepanas kemarin malam, bukan?" kata Hen"
rietta. 166 THE HOLLOW.indd 166 Dengan suaranya yang menyenangkan, Edward
berkata, "Ya, bahkan dingin sekali."
Henrietta mendongak lagi, memandangi rumah.
Matanya menelusuri jendela-jendela, lalu ia ber"balik dan
melihat ke arah hutan. Edward tak dapat memas"tikan
apa yang sedang dipikirkannya.
Edward berjalan ke arah pintu.
"Sebaiknya kita masuk. Udaranya dingin."
Henrietta menggeleng. "Aku ingin berjalan-jalan-ke kolam renang."
"Wah...." Edward cepat-cepat menghampiri Hen"
rietta. "Aku ikut."
"Terima kasih. Tak usah, Edward." Suara Hen"rietta
terdengar tajam di udara dingin itu. "Aku ingin seorang
diri bersama kekasihku yang sudah tiada."
"Henrietta! Sayangku... aku tidak mengatakan apaapa. Tapi kau pasti tahu bahwa... bahwa aku juga
menye"sali kejadian itu."
"Menyesali" Menyesali kematian John Christow?"
Suaranya masih terdengar tajam.
"Maksudku... menyesali keadaan yang berhubung"an
dengan dirimu, Henrietta. Aku maklum, itu tentu meru"
pakan suatu... sesuatu yang sangat mengejutkan."
"Mengejutkan" Ah, tapi aku kuat sekali, Ed"ward!
Aku bisa mengatasi shock. Apakah itu suatu shock bagi"
mu" Bagaimana perasaanmu waktu kau"lihat dia terkapar
di situ" Kurasa kau senang, ya" Bukankah kau tak suka
pada John Christow?"
"Aku dan dia... memang tak punya banyak per"
samaan," gumam Edward.
"Pandai sekali kau mengatakan sesuatu! Dengan cara
167 THE HOLLOW.indd 167 yang begitu tenang. Tapi sebenarnya kalian memiliki
satu persamaan. Diriku! Kalian berdua sama-sama
menyukai diriku, bukan" Tapi hal itu tidak membuat
kalian lebih dekat, bahkan sebalik"nya."
Kebetulan bulan muncul dari balik awan, dan Ed"
ward terkejut waktu tiba-tiba melihat wajah Henrietta
yang memandanginya. Tanpa disadari"nya, ia selalu
melihat Henrietta sebagai gadis yang pernah dikenalnya
di Ainswick. Gadis yang selalu penuh tawa, dengan ma"
ta cerah berbinar-binar, pe"nuh harapan. Tapi wanita
yang kini dilihatnya tampak seperti orang asing, mata"
nya bercahaya tapi dingin, dan seolah meman"danginya
dengan sikap bermusuhan. Dengan bersungguh-sungguh ia berkata, "Hen"rietta,
percayalah, aku benar-benar kasihan padamu dalam...
dalam kesedihanmu ini, dalam kehilangan"mu."
"Apakah itu suatu kesedihan?"
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pertanyaan itu membuat Edward terkejut. Seper"tinya
Henrietta menanyakan hal itu bukan pada"nya, melain"
kan pada dirinya sendiri.
Dengan suara rendah Henrietta berkata lagi, "Begitu
cepat"hal itu bisa terjadi begitu cepat. Satu saat kita
hidup, bernapas, dan saat berikut"nya... kita mati...
pergi. Tinggallah kekosongan. Oh, rasa hampa ini! Dan
kita di sini, semuanya, makan puding karamel dan
menyebut diri kita hidup, padahal John yang lebih
hidup daripada kita semua sudah meninggal. Tahukah
kau, aku me"nyebutkan perkataan itu berulang kali.
Mati"mati"mati. Lalu kata itu tak punya arti lagi"
sama sekali tak punya arti. Hanya merupakan suatu per"
kataan singkat yang lucu, seperti mematahkan se"buah
168 THE HOLLOW.indd 168 dahan busuk. Mati"mati"mati. Rasa"nya seperti gende"
rang yang dibunyikan orang di hutan rimba, bukan"
Mati"mati"mati"mati."
"Henrietta, berhentilah! Demi Tuhan, berhenti"lah!"
Henrietta menatap Edward dengan pandangan
menye"lidik. "Kau tidak tahu perasaanku akan begitu" Bagai"mana
dugaanmu" Kaukira aku akan duduk saja dan menangis
perlahan-lahan, sambil menutup mu"kaku dengan sapu"
tangan, sementara kau meme"gangi tanganku" Bahwa itu
merupakan shock be"sar, tapi dalam waktu singkat akan
kulupakan" Dan bahwa kau akan menghiburku dengan manis
sekali. Kau memang baik, Edward. Kau baik se"kali, tapi
kau... kau tak mencukupi bagiku."
Edward mundur. Wajahnya menjadi tegang. De"ngan
suara datar ia berkata, "Ya, aku sudah tahu itu."
Dengan berapi-api Henrietta melanjutkan, "Kau"kira
bagaimana perasaanku sepanjang malam, ha"nya dudukduduk, padahal John sudah me"ninggal dan tak seorang
pun peduli, kecuali aku dan Gerda! Duduk bersama kau
yang senang, David yang salah tingkah, Midge yang
kelihatan sedih, dan Lucy yang diam-diam merasa se"
nang karena apa yang biasa dibacanya dalam surat ka"bar
News of the World menjadi kenyataan! Tidak"kah kau
menyadari bahwa semua itu merupakan suatu mimpi
buruk yang luar biasa?"
Edward tidak berkata apa-apa. Ia mundur se"langkah
ke tempat gelap. Melihat sikapnya, Henrietta berkata, "Malam ini"
tak ada satu pun yang terasa olehku, tak ada seorang
pun yang nyata"kecuali John!"
169 THE HOLLOW.indd 169 Dengan tenang Edward berkata, "Aku tahu. Aku
tidak terlalu nyata."
"Alangkah jahatnya aku, Edward! Tapi aku tak bisa
berbuat lain. Aku tak bisa berbuat lain, ke"cuali merasa
benci bahwa John yang begitu hidup sudah me"ninggal."
"Dan bahwa aku yang hanya setengah hidup masih
ada." "Bukan begitu maksudku, Edward."
"Kurasa begitulah maksudmu, Henrietta. Dan kupi"
kir kau mungkin benar."
Henrietta, yang pikirannya sudah kembali pada yang
diucapkannya semula, berkata sambil me"renung, "Tapi
itu bukan kesedihan. Mungkin aku tak bisa merasakan
kesedihan. Mungkin selamanya takkan bisa. Padahal...
ingin sekali aku bersedih demi John."
Kata-kata itu terasa luar biasa bagi Edward. Tapi ia
lebih terkejut lagi waktu Henrietta tiba-tiba menam"
bahkan dengan suara kaku, "Aku harus per"gi ke kolam
renang." I,alu ia menjauh, masuk ke hutan.
Dengan langkah-langkah kaku, Edward mema"suki
pintu yang terbuka. Midge mengangkat wajah ketika Edward masuk de"
ngan mata menerawang. Wajahnya tam"pak kelabu dan
kurus, seolah-olah tak berdarah.
Ia tak mendengar teriakan kecil Midge.
Seperti tanpa sadar, ia berjalan ke sebuah kursi, lalu
duduk. Tapi ia masih menyadari bahwa ia harus meng"
ucapkan sesuatu, dan ia berkata, "Uda"ranya dingin."
"Apa kau sangat kedinginan, Edward" Sebaik"nya
kita"aku"menyalakan api, ya?"
170 THE HOLLOW.indd 170 "Apa?" Midge mengambil sekotak korek api dari pelin"dung
perapian. Ia berlutut, lalu menyalakan api. Dengan hatihati ia mengerling ke arah Edward. Kelihatannya dia
tak sadar akan segala-galanya, pikir Midge.
"Nyaman sekali ada api. Kita jadi merasa ha"ngat,"
kata Midge. "Alangkah dingin dia kelihatannya," pikirnya. "Pada"
hal di luar tak mungkin sedingin itu. Ini pasti gara-gara
Henrietta. Apa yang telah dikata"kannya pada Ed"ward?"
"Dekatkan kursimu, Edward. Mendekatlah ke api."
"Apa?" "Kursimu. Dekatkan ke perapian."
Kini Midge berbicara lambat-lambat dan nyaringnyaring, seolah pada orang tuli.
Lalu tiba-tiba, tiba-tiba sekali hingga hatinya terasa
amat lega, Edward, Edward yang sebenar"nya, muncul
kembali dan tersenyum padanya.
"Apakah kau berbicara padaku, Midge" Maaf"kan
aku. Kurasa... aku tadi sedang memikirkan sesuatu."
"Ah, tak apa-apa. Hanya mengenai api."
Kayu-kayu berderak-derak terbakar, beberapa ek
terbakar pula dan menyala dengan terang. Edward me"
mandangi api itu. "Bagus sekali api itu," katanya.
Diulurkannya tangannya yang panjang dan kurus ke
arah nyala api. Ketegangannya lenyap.
Midge berkata, "Kita selalu membakar buah ek di
Ain"swick." "Aku masih tetap melakukannya. Setiap hari pasti di"
antar sekeranjang, dan diletakkan di dekat tempat kayu
api." 171 THE HOLLOW.indd 171 Edward di Ainswick. Midge setengah memejamkan
matanya, membayangkan hal itu. Edward du"duk di
perpustakaannya, di sisi barat rumahnya, pikirnya. Ada
pohon magnolia yang hampir me"nutupi salah satu
jendela dan memenuhi ruangan itu dengan warna hijau
keemasan, setiap petang. Melalui jendela yang sebuah
lagi, kita bisa melihat ke arah pekarangan berumput
dan sebatang pohon wellingtonia yang tinggi, tegak se"
per"ti seorang pe"ngawal. Sementara itu di sebelah kanan
ada se"batang pohon copper beech.
Oh, Ainswick"Ainswick.
Serasa tercium olehnya bau lembut bunga mag"nolia
yang terbawa angin. Bunga magnolia yang pada bulan
September masih berbunga besar, putih seperti bunga
lilin yang harum. Lalu buah ek di dalam perapian, dan
bau lembap dari buku yang pasti sedang dibaca Edward.
Ia biasanya duduk di kursi yang berbentuk pelana, dan
sekali-sekali ma"tanya akan beralih dari buku ke arah
api, dan mungkin ia lalu teringat sebentar pada Hen"
rietta. Midge tersadar, dan bertanya, "Mana Henrietta?"
"Dia pergi ke kolam renang."
"Mengapa?" tanya Midge, terbelalak.
Suaranya yang mendadak dan terdengar dalam agak
menya"darkan Edward.
"Midge yang baik, kau tentu tahu... atau, yah... bisa
menebak. Dia kenal dekat dengan Christow."
"Oh, tentu kita tahu itu! Tapi aku tak mengerti me"
nga"pa dia harus gentayangan ke tempat John ditembak.
Henrietta biasanya tidak begitu. Dia tak pernah begitu
melodramatis." 172 THE HOLLOW.indd 172 "Adakah di antara kita yang tahu betul bagai"mana
seseorang itu sebenarnya" Henrietta, umpa"manya."
Midge mengerutkan dahi. Katanya, "Paling ti"dak,
Ed"ward, kau dan aku sudah mengenal Hen"rietta sejak
kecil." "Dia sudah berubah."
"Tidak juga. Kurasa manusia tak berubah."
"Henrietta sudah berubah."
Midge menatapnya dengan pandangan me"nye"lidik.
"Lebih besarkah perubahan itu daripada per"ubahan
pada diriku dan dirimu?"
"Oh, aku tidak berubah, aku tahu betul itu. Dan
kau..." Tiba-tiba Edward memusatkan pandangan, memper"
hatikan Midge yang sedang berlutut di de"kat pe"lindung
perapian. Ia seperti orang yang se"dang meman"dangi dari
jauh, memperhatikan dagu Midge yang segi empat,
mata"nya yang gelap, dan mulutnya yang mem"bayangkan
kekerasan tekad. "Alangkah senang kalau aku bisa lebih se"ring ber"
temu denganmu, Midge sayang."
Midge mendongak dan tersenyum padanya. Ka"ta"
nya, "Aku tahu. Tak mudah untuk berhubungan seka"
rang ini." Terdengar suatu bunyi dari luar, dan Edward bang"
kit. "Benar kata Lucy," katanya. "Hari ini memang mele"
tihkan, sebab baru sekali ini kita berurusan dengan pem"
bunuhan! Aku ingin tidur. Selamat malam."
Edward sudah meninggalkan ruangan itu waktu
Hen?"rietta masuk. 173 THE HOLLOW.indd 173 Midge menoleh padanya. "Apa yang telah kaulakukan terhadap Edward?"
"Edward?" tanya Henrietta linglung. Dahinya ber"
kerut. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu yang jauh.
"Ya, Edward. Waktu dia masuk tadi, keadaan"nya
menyedihkan sekali. Dia kelihatan dingin dan kelabu."
"Kalau kau begitu suka pada Edward, Midge, me"
ngapa kau tidak berbuat sesuatu terhadapnya?"
"Berbuat sesuatu" Apa maksudmu?"
"Entahlah. Berdiri di atas kursi, lalu berteriak, ba"
rang?"kali! Menarik perhatiannya pada dirimu sen"diri.
Tak tahukah kau bahwa itulah satu-satunya cara meng"
hadapi pria seperti Edward?"
"Edward takkan pernah menyukai orang lain kecuali
kau, Henrietta. Takkan pernah."
"Kalau begitu, dia bodoh." Henrietta cepat me"noleh,
dilihatnya wajah Midge yang pucat. "Maaf"kan aku,
Midge. Aku telah menyinggung perasaan"mu. Tapi ma"
lam ini aku benci pada Edward."
"Benci pada Edward" Tak mungkin."
"Oh, mungkin saja! Kau tidak tahu...!"
"Apa?" "Dia mengingatkan aku pada banyak hal yang ingin
kulupakan," kata Henrietta lambat-lambat.
"Hal-hal apa?" "Yah, Ainswick, umpamanya."
"Ainswick" Kau ingin melupakan Ainswick?"
Suara Midge bernada tak percaya.
"Ya, ya, sungguh! Aku bahagia di sana. Seka"rang aku
tak mau diingatkan akan kebahagiaan. Tidakkah kau
mengerti" Saat bahagia adalah saat kita tak tahu apa
174 THE HOLLOW.indd 174 yang akan terjadi. Saat kita bisa berkata dengan penuh
keyakinan bahwa segala-galanya akan indah! Orangorang yang arif tak pernah mengharapkan kebahagiaan.
Tapi aku mengharapkannya."
Lalu tiba-tiba ia berkata lagi, "Aku takkan per"nah
mau kembali ke Ainswick."
Lambat-lambat Midge berkata, "Aku tak yakin."
175 THE HOLLOW.indd 175 BAB XIV Midge terbangun dengan mendadak pada hari Se"nin
pagi. Sesaat lamanya ia terbaring saja me"renung-renung.
Dengan perasaan agak bingung ia memandang ke arah
pintu, setengah berharap Lady Angkatell akan muncul di
situ. Apa kata Lucy, ya, waktu ia masuk pada pagi hari
pertama itu" Suatu pertemuan akhir pekan yang akan sulit" Ia
khawatir waktu itu. Ia merasa sesuatu yang tak menye"
nangkan akan terjadi. Ya, ternyata sesuatu itu memang telah terjadi?"se"
suatu yang kini menindih hati dan semangat Midge, se"
perti awan tebal. Sesuatu yang tak ingin dipikirkan atau
diingatnya. Sesuatu yang menakut"kannya. Sesuatu
mengenai Edward... Ingatan itu muncul kembali. Tercakup dalam satu
perkataan yang jelek dan mengerikan"pem"bunuhan!
"Oh, tidak," pikir Midge, "tak mungkin. Itu hanya
mimpiku. John Christow terbunuh, tertem"bak, ter"
baring di dekat kolam renang. Darah di air biru. Seperti
dalam sebuah cerita detektif saja. Itu hanya khayalan
176 THE HOLLOW.indd 176 yang tak benar, suatu hal yang tak akan terjadi atas diri
kita. Alangkah baiknya sean"dainya kami kini berada di
Ainswick. Itu tak mungkin terjadi di Ainswick."
Beban hitam itu pindah dari kepalanya. Beban itu
kini terasa berada di tengah-tengah perutnya, membuat"
nya merasa agak mual. Itu bukan mimpi. Itu kejadian sesungguhnya, keja"
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dian seperti yang tercantum dalam News of the World.
Ia, Edward, Lucy, Henry, dan Henrietta?"semuanya
terlibat dalam urusan itu.
Itu tak adil. Benar-benar tak adil. Kalaupun Gerda
telah membunuh suaminya, tak ada hubung"annya dengan
mereka. Midge bergerak dengan gelisah.
Gerda yang pendiam, agak dungu, dan tak acuh. Ia
tak bisa dihubungkan dengan suatu drama sedih"
dengan tindakan kekerasan.
Gerda pasti tak bisa menembak siapa pun.
Kegelisahan batin itu lagi-lagi muncul. Tidak, tidak,
kita tak boleh berpikir begitu. Sebab siapa lagi yang
mungkin menembak John" Dan yang berdiri di situ, di
dekat mayat itu, adalah Gerda yang memegang revolver.
Revolver yang telah diambilnya dari kamar kerja Henry.
Gerda memang berkata bahwa ia menemukan John
telah meninggal, dan ia memungut revolver itu. Yah,
apa lagi yang bisa dikatakannya" Kasih"an Gerda. Ia
memang harus mengatakan sesuatu.
Sungguh baik Henrietta yang telah berusaha me"
lindungi Gerda, mengatakan bahwa kata-kata Gerda
benar-benar masuk akal. Henrietta tidak mempertim"
bang"kan hal-hal yang tak mungkin. Tapi Henrietta aneh
sekali semalam. 177 THE HOLLOW.indd 177 Itu tentu gara-gara shock atas kematian John Chris"
tow. Kasihan Henrietta. Ia sangat mencintai John!
Tapi akan tiba saatnya ia melupakannya. Orang bisa
melupakan apa saja. Lalu ia akan menikah dengan Ed"
ward, dan tinggal di Ainswick, dan akhirnya Edward
akan berbahagia. Henrietta sudah lama menyayangi Edward. Ha"nya
kepribadian John Christow yang agresif dan mengua"sai"
lah yang menjadi penghalang. John membuat Edward
jadi kelihatan begitu... begitu pucat dibanding dengan
pribadi John. Waktu Midge turun untuk sarapan pagi, tampak
olehnya bahwa Edward yang sudah bebas dari bayangba"yang John Christow mulai menampilkan diri. Ia keli"
hatan lebih yakin akan dirinya, tak begitu bimbang lagi,
dan tidak terlalu menarik diri.
Ia sedang bercakap-cakap dengan senang, de"ngan Da"
vid yang cemberut dan kurang menang"gapinya.
"Kau harus lebih sering datang ke Ainswick, David.
Aku ingin kau merasa betah di sana, dan mengenali selu"
ruh tempat itu." Sambil mengambil selai marmalade, David ber"kata
dengan nada dingin, "Tanah-tanah luas itu menggelikan
se"kali. Seharusnya tanah-tanah itu di"bagi-bagi."
"Kuharap hal itu tidak akan terjadi selagi aku masih
hidup," kata Edward sambil tersenyum. "Semua penye"
wa tanahku merasa puas dengan keadaan seka"rang."
"Mereka seharusnya tidak merasa puas," kata David,
"Tak seorang pun seharusnya merasa puas."
"Kalau saja monyet merasa puas dengan ekor"nya...,"
178 THE HOLLOW.indd 178 gumam Lady Angkatell yang sedang ber"diri di dekat
bufet, sambil memandangi sepiring ginjal dengan ling"
lung. "Itu suatu syair yang ku"pelajari waktu aku masih
duduk di Taman Kanak-"kanak. Tapi aku sama sekali tak
ingat bagaimana kelanjutannya. Aku harus berbincang
denganmu, David, dan belajar tentang pikiran-pikiran
baru. Sepanjang pendengaranku, orang harus membenci
sesama manusia, tapi sekaligus memberikan peng"obatan
cuma-cuma pada orang-orang, dan mem"berikan banyak
pendidikan tambahan. Kasihan orang-orang itu! Anakanak kecil yang tak berdaya digiring ke gedung-gedung
sekolah setiap hari, dan bayi-bayi dipaksa makan mi"
nyak ikan, entah me"reka suka atau tidak, padahal amis"
nya bukan main!" Kelakuan Lucy sudah seperti biasa, pikir Midge.
Dan Gudgeon, yang berpapasan dengannya di lorong
rumah tadi, kelihatannya sudah biasa lagi. Agaknya
kehidupan di The Hollow sudah normal kembali. De"
ngan keper"gian Gerda, semua urusan yang lalu itu jadi
seperti mim"pi saja.
Lalu terdengar suara derik roda pada batu ke"rikil di
luar, dan Sir Henry menghentikan mobil". Ia mengi"nap
di klub langganannya, dan be"rangkat pulang pagi-pagi
sekali. "Bagaimana, Sayang?" sapa Lucy. "Sudah beres se"
mua?" "Ya. Sekretaris John ada di sana. Dia seorang gadis
yang amat cekatan. Dialah yang mengurus segala-gala"
nya. Ada pula kakak Gerda. Sekretaris itu yang mengi"
rim telegram padanya."
"Sudah kukatakan, pasti dia punya kakak," kata
Lady Angkatell. "Dia dari Tunbridge Wells, bu"kan?"
179 THE HOLLOW.indd 179 "Dari Bexhill, kalau tak salah," kata Sir Henry yang
tampak heran. "Masa..." Lucy menimbang-nimbang tentang Bexhill.
"Ya... mungkin saja."
Gudgeon datang. "Ada telepon dari Inspektur Grange, Sir Henry.
Katanya pemeriksaan pendahuluan akan dilangsung"kan
pada hari Rabu, jam sebelas."
Sir Henry mengangguk. Lady Angkatell berkata,
"Midge, sebaiknya kau telepon toko tempatmu be"kerja."
Midge berjalan ke pesawat telepon.
Selama ini hidupnya sangat normal dan biasa-"biasa
saja, hingga ia merasa tak bisa menemukan kata-kata
untuk menjelaskan pada majikannya bah"wa setelah ber"
libur empat hari, ia belum bisa kembali ke pekerjaan"
nya, karena terlibat dalam suatu perkara pembunuhan.
Kedengarannya tak masuk akal. Ia sendiri bah"kan
merasa tak percaya. Dan majikannya, Madame Alfrege, adalah orang yang
tak mudah diberi penjelasan, kapan pun. Midge menga"
tupkan rahang dengan penuh tekad, lalu meng"angkat alat
penerima telepon. Ternyata memang tidak menyenangkan, sebagai"mana
telah dibayangkannya. Suara serak wanita bertubuh ke"
cil yang berwajah masam itu terdengar marah di tele"
pon. "Apa katamu, Mith Hardcathle" Kematian" Pengu"
buran" Kau kan tahu betul bahwa aku keku"rangan
tenaga" Kaupikir aku mau menerima alas"anmu" Oh, aku
yakin, kau pasti sedang bersenang-"senang!"
Midge memotong kata-kata itu. Ia berbicara de"ngan
tajam dan jelas. 180 THE HOLLOW.indd 180 "Apa" Polisi" Polisi, katamu?" Madame Alfrege nyaris
berteriak. "Kau terlibat dengan polisi?"
Dengan tekad kuat, Midge terus memberikan penje"
lasan. Aneh, wanita di ujung lain itu men"jadikan per"
soalan tersebut seolah-olah keji sekali. Seolah-olah itu
merupakan urusan polisi yang amat memalukan. Alang"
kah pandai manusia meng"ubah keadaan!
Edward membuka pintu, lalu masuk. Waktu me"lihat
Midge sedang menelepon, ia akan keluar lagi. Tapi Mid"
ge menahannya. "Tetaplah di sini, Edward. Tolong. Aku ingin kau te"
tap di sini." Kehadiran Edward di dalam kamar itu memberinya
kekuatan"kekuatan untuk melawan.
Diangkatnya tangannya yang menutupi corong bi"
cara pesawat telepon. "Apa" Ya. Maafkan saya, Madame. Tapi itu bukan
kesa"lahan saya..."
Suara serak yang jelek itu berteriak dengan ma"rah.
"Siapa teman-temanmu itu" Orang-orang apa mere"
ka, sampai ada yang tertembak dan memer"lukan cam"
pur tangan polisi" Ingin rasanya aku memecatmu! Aku
tak ingin nama perusahaan jadi rusak."
Midge memberikan jawaban-jawaban yang ber"nada
mengalah. Akhirnya diletakkannya kembali alat pene"ri"
ma itu, sambil mendesah lega. Ia merasa muak dan ge"
me?"tar. "Itu tempatku bekerja," katanya menjelaskan. "Aku
harus memberitahukan pada mereka, bahwa aku tak bisa
kembali sebelum hari Kamis, sehu"bungan dengan adan"
ya pemeriksaan pendahuluan, dan... dan polisi."
181 THE HOLLOW.indd 181 "Mudah-mudahan saja mereka bersikap cukup so"pan
dalam hal itu. Bagaimana keadaannya" Toko busana tem"
patmu bekerja itu, maksudku. Apakah wanita yang men"
jalankan usaha itu cukup menye"nangkan dan simpa"tik?"
"Kurasa dia tak bisa disebut menyenangkan. Dia se"
orang wanita dari Whitechapel, rambutnya dicat, dan
sua"ra"nya seperti alat penyisir jagung."
"Wah, kasihan sekali kau, Midge..."
Wajah Edward yang penuh rasa cemas hampir"-ham"
pir membuat Midge tertawa. Ia tampak begitu memikir"
kan. "Tapi, Anak Manis, kau tak perlu menahan diri un"
tuk bekerja pada manusia semacam itu. Kalau"pun me"
mang harus bekerja, kau harus memilih tempat yang
ling"kungannya serasi, yang orang-"orangnya kausukai."
Midge memandangi Edward sesaat, tanpa menja"wab.
Bagaimana aku bisa menjelaskan pada seseorang se"
perti Edward, pikirnya. Apa yang diketahui Edward ten"
tang lapangan kerja dan tentang pekerjaan itu sen"diri"
Tiba-tiba ia dilanda oleh rasa getir. Lucy, Henry,
Edward, dan ya... bahkan Henrietta... me"reka semua ter"
pisah dari dirinya, terpisah oleh suatu jurang yang tak
terseberangi, jurang pemisah antara orang-orang yang
hidup tanpa bekerja dan orang-orang yang harus men"
cari nafkah. Mereka tak mengerti, betapa sulitnya mencari peker"
jaan. Dan bila pekerjaan itu sudah diperoleh, lebih sulit
lagi untuk mempertahankannya! Mung"kin orang akan
mengatakan bahwa ia sebenarnya tak perlu mencari
nafkah. Lucy dan Henry pasti bersedia menampungnya
dengan senang hati, juga memberinya uang saku. Ed"
182 THE HOLLOW.indd 182 ward pun pasti takkan keberatan memberinya uang
saku. Tapi sesuatu dalam diri Midge memberontak dan
me"nolak menerima hidup nyaman yang dita"warkan
pada"nya oleh sanak saudaranya yang kaya. Sekali-sekali
datang dan ikut menikmati hidup Lucy yang mewah
dan teratur dengan baik me"mang menyenangkan sekali.
Ia bisa benar-benar menikmatinya. Tapi jiwanya yang
man"diri telah menahannya untuk menerima hidup se"
perti itu se"bagai suatu pemberian cuma-cuma. Perasaan
itu pula yang telah mencegahnya mendirikan perusa"
haan sendiri dengan uang pinjaman dari keluarga dan
teman-temannya. Sudah terlalu banyak ia me"lihat keja"
dian semacam itu. Dia tidak akan mau meminjam
uang"tak mau memanfaatkan penga"ruh. Dia telah
men"dapatkan pekerjaan dengan ba"yaran empat pound
seminggu. Dan bila dia sebe"narnya mendapatkan peker"
jaan itu karena Ma"dame Alfrege berharap agar Midge
mau mengajak sahabat-sahabatnya yang "terkemuka"
untuk mem"beli di toko itu, Madame Alfrege telah dike"
cewa"kan. Midge telah dengan tegas menghalang-halangi
niat sahabat-sahabatnya untuk itu.
Ia tak punya gambaran-gambaran khusus ten"tang
bekerja. Ia tidak menyukai toko itu, dan tak suka pada
Madame Alfrege. Ia benci harus selalu merendahkan
diri terhadap para pembeli yang pe"marah dan tak so"
pan. Tapi ia tidak begitu yakin apakah ia bisa menda"
patkan pekerjaan lain yang lebih disukainya, karena ia
tidak memiliki kualifi"kasi yang diperlukan.
Dugaan Edward bahwa baginya terbuka pilihan
lapangan pekerjaan yang luas benar-benar menge"salkan.
183 THE HOLLOW.indd 183 Apa hak Edward untuk hidup dalam dunia yang begitu
jauh berbeda dari kenyataan"
Mereka semua adalah keluarga Angkatell! Sedang"kan
ia sendiri hanya setengah Angkatell! Dan kadang-ka"
dang, seperti pagi ini umpamanya, ia sama sekali tidak
merasa sebagai seorang Ang"katell! Ia benar-benar putri
ayahnya! Ia teringat akan ayahnya, dan seperti biasa, rasa cinta
dan iba muncul di hatinya terhadap pria sete"ngah baya
yang sudah beruban dan berwajah letih itu. Ayahnya te"
lah berjuang selama bertahun-tahun, menjalankan suatu
perusahaan kecil milik keluarga. Namun, mes"kipun
sudah dijalankan dengan sebaik-"baiknya, usaha itu tetap
saja semakin menurun. Hal itu bukan disebab"kan oleh
ketidakmampuannya, me"lainkan karena cepat"nya
kemajuan. Aneh sekali, bukan kepada ibunya yang berasal dari
ke"luarga Angkatell yang cerdas Midge mem"berikan ka"
sih sayangnya, melainkan kepada ayah"nya yang pendiam
dan letih. Setiap kali kembali dari kunjungannya ke
Ainswick, yang merupakan kesenangannya yang ter"
besar, ia langsung merang"kulkan kedua belah lengannya
ke leher ayahnya dan berkata, "Aku senang sudah pu"
lang. Senang sekali sudah pulang." Dengan berbuat be"
gitu, ia seolah telah memberikan jawaban atas per"tanya"
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
an tak terucapkan yang terbayang di wajah ayah"nya
yang letih. Ibunya meninggal waktu Midge berumur tiga belas
tahun. Kadang-kadang Midge menyadari bahwa ia se"
dikit sekali mengenal ibunya. Ibunya memang menarik
dan ceria, tapi selalu menjaga jarak. Apakah ibunya
184 THE HOLLOW.indd 184 menye"sali pernikahannya" Pernikahan yang telah mem"
bawanya keluar dari lingkungan keluarga Angkatell"
Midge tidak tahu. Ayahnya menjadi lebih pendiam, dan
rambutnya jadi makin beruban setelah kematian istri"
nya. Per"juangan-perjuangannya untuk melawan kemun"
dur"an dalam perusahaannya makin tak berhasil. Dan ia
meninggal dengan tenang, tanpa menarik per"hatian,
waktu Midge berumur delapan belas tahun.
Sejak itu, Midge tinggal dengan beberapa ke"luarga
Angkatell. Ia telah menerima hadiah-hadiah dari keluar"
ga Angkatell, bersenang-senang bersama keluarga Ang"
katell. Tapi ia tak mau tergantung dalam soal keuangan,
meskipun mereka mau mem"berikannya. Dan meskipun
ia sangat mencintai me"reka, adakalanya ia tiba-tiba me"
rasa sangat tak suka pada mereka, seperti saat ini umpa"
ma"nya. Dengan kesal ia berpikir, "Mereka tak tahu apa-"apa!"
Edward yang selalu berperasaan halus sedang meman"
danginya dengan wajah mengandung tanda tanya. De"
ngan lembut ia berkata, "Apakah aku telah membuat"mu
jengkel" Mengapa?"
Lucy masuk ke ruangan itu. Ia sedang mengo"ceh sen"
diri. "...Soalnya kita tak tahu, apakah dia lebih suka
meng"i"nap di White Hart daripada bersama kita, atau
tidak." Midge menatapnya dengan pandangan tak me"ngerti,
lalu melihat pada Edward.
"Tak ada gunanya melihat pada Edward," kata Lady
Angkatell. "Edward takkan tahu. Kau, Midge, kau yang
selalu berpikiran praktis."
185 THE HOLLOW.indd 185 "Aku tak tahu kau berbicara tentang apa, Lucy."
Lucy tampak heran. "Tentang pemeriksaan pendahuluan itu, Sayang. Ger"
da harus datang untuk menghadirinya. Apakah sebaik"
nya dia menginap di sini" Atau pergi ke Penginapan
White Hart" Keadaan di sini memang akan menya"
kitkannya, tapi di Penginapan White Hart pasti banyak
orang yang memandanginya, belum lagi para wartawan.
Kau tentu tahu, bukan, bahwa pemeriksaan penda"
huluan itu akan diadakan pada hari Rabu jam sebelas,
atau setengah dua belas, ya?" Suatu senyuman membuat
wajah Lady Angkatell berseri. "Aku tak pernah meng"
hadiri suatu pemeriksaan pendahuluan! Kupikir sebaik"
nya aku mengenakan sesuatu yang berwarna kelabu,
ya... dan tentu mengenakan topi, seperti ke gereja, tapi
tanpa sarung tangan... "Tahukah kalian," lanjut Lady Angkatell, sambil
menye"berangi ruangan itu, lalu mengangkat alat pene"
rima telepon dan memandanginya dengan ber"sungguhsungguh. "Kurasa aku tak punya sarung tangan, kecuali
sarung tangan kebun! Dan aku memiliki banyak sarung
tangan panjang untuk pes"ta, yang kusimpan dari masa
Henry masih ber"kuasa sebagai gubernur. Rasanya seka"
rang ini agak canggung memakai sarung tangan, ya?"
"Satu-satunya gunanya adalah untuk mencegah ada"
nya sidik jari pada tindak kejahatan," kata Ed"ward sam"
bil tersenyum. "Wah, menarik sekali kata-katamu itu, Edward... me"
narik sekali. Apa yang akan kulakukan dengan benda
ini?" Lady Angkatell melihat ke alat pe"nerima telepon
itu dengan rasa tak senang.
"Apakah kau akan menelepon seseorang?"
186 THE HOLLOW.indd 186 "Kurasa tidak." Lady Angkatell menggeleng perlahanlahan, lalu meletakkan kembali alat pe"nerima itu ke
pesa"watnya. Ia melihat pada Edward dan Midge bergantian.
"Kau tak boleh membuat jengkel hati Midge, Ed"
ward. Bagi Midge, kematian mendadak lebih me"ngejut"
kan dari"pada bagi kita."
"Lucy tersayang," kata Edward. "Aku hanya memikir"
kan tempat Midge bekerja. Kedengarannya tempat itu
tidak tepat baginya."
"Menurut Edward, aku harus mendapatkan seorang
maji"kan yang menyenangkan dan simpatik, yang bisa
meng"hargai diriku," kata Midge datar.
"Edward memang baik," kata Lucy, memuji de"ngan
tulus. Ia tersenyum pada Midge, lalu keluar lagi. "Sungguh,
Midge," kata Edward, "aku benar-"benar memikir"kan..."
Midge cepat-cepat memotong kata-katanya.
"Wanita sialan itu membayarku empat pound seming"
gu. Itu saja yang penting."
Ia cepat-cepat melewati Edward, lalu berjalan ke
luar, ke kebun. Sir Henry sedang duduk di tempat biasanya, di atas
sebuah tembok rendah. Midge membelok ke arah lain,
lalu berjalan ke kebun bunga.
Sanak saudaranya memang baik hati, tapi ia tak bu"
tuh kebaikan hati mereka pagi ini.
David Angkatell sedang duduk di sebuah bang"ku, di
ujung jalan setapak. David sama sekali tidak memperlihatkan sam"butan
baik yang berlebihan. Midge langsung ber"jalan ke arah"
187 THE HOLLOW.indd 187 nya, lalu duduk di sampingnya. De"ngan senang, dilihat"
nya air muka David yang ke"sal.
Alangkah sulitnya memisahkan diri dari orang-"orang,
pikir David. Tadi pagi ia telah diusir dari kamar tidurnya, oleh
para pelayan yang masuk dengan langkah-"langkah te"
gap, lengkap dengan membawa lap debu dan alat pel.
Ruang perpustakaan (dan Encyclopaedia Britan"nica)
juga bukan merupakan tempat menyendiri yang nya"
man seperti yang diharapkannya. Dua kali Lady Angka"
tell keluar-masuk, menyapanya dengan kata-kata yang
rasanya tak bisa diberi jawaban yang masuk akal.
Ia keluar ke tempat ini untuk memikirkan keadaan"
nya. Memikirkan pertemuan akhir pekan bia"sa, yang
telah dihadirinya dengan rasa enggan, dan yang kini
memanjang gara-gara keadaan-keadaan darurat, sehu"
bungan dengan kematian mendadak akibat tindakan
keke"rasan itu. David lebih suka merenungkan masa lalu yang aka"
demis atau perbincangan mengenai masa depan sayap
kiri. Ia tak suka berhubungan dengan masa kini yang
nyata dan penuh kekerasan. Sebagai"mana telah dikata"
kan"nya pada Lady Angkatell, ia tak mau membaca surat
kabar News of the World. Tapi sekarang surat kabar itu agaknya sudah da"tang
ke The Hollow. Pembunuhan! David bergidik dengan rasa jijik. Apa
pikiran teman-temannya nanti" Bagaimana tanggapan
orang tentang pembunuhan" Bagaimana sikap orangorang nanti" Bosan" Jijik" Atau agak senang"
Karena sedang mencoba merenungkan masalah-"ma"
salah itu dalam pikirannya, ia sama sekali tak senang
188 THE HOLLOW.indd 188 diganggu oleh Midge. Ia memandangi Midge dengan
gelisah waktu Midge duduk di sampingnya.
Ia agak terkejut melihat tatapan menantang Midge.
Gadis ini tidak menyenangkan, dan tidak punya nilai
intelektual. "Bagaimana pendapatmu tentang sanak saudara"mu?"
tanya Midge. David mengangkat bahu. Katanya, "Apakah orang
memang harus memikirkan sanak saudara?"
"Apakah orang sebenarnya memikirkan sesuatu?" Mid"
ge balas bertanya. Yang jelas, Midge sendiri tidak, pikir David. Dengan
halus ia berkata, "Aku sedang menganali"sis reaksiku ter"
hadap pembunuhan." "Rasanya aneh sekali bahwa kita terlibat dalam suatu
pembunuhan," kata Midge.
David mendesah dan berkata, "Menjengkelkan."
Mung"kin itulah sikap yang terbaik. "Semua kejadi"an
biasa, yang kita pikir hanya ada di halaman-"halaman
buku cerita detektif fiktif!"
"Kau pasti menyesal telah datang," kata Midge.
David mendesah. "Ya, sebenarnya lebih baik aku tinggal dengan se"
orang temanku di London." Ditambahkannya, "Teman"
ku itu memiliki sebuah toko buku sayap kiri."
"Tapi kurasa di sini lebih nyaman," kata Midge.
"Apakah orang benar-benar ingin merasa nya"man?"
tanya David mengejek. "Adakalanya aku merasa tidak menginginkan apa
pun selain yang satu itu," kata Midge.
"Itu sikap yang mengganggu dalam hidup," kata
David. "Seandainya kau seorang pekerja..."
189 THE HOLLOW.indd 189 Midge memotong kata-katanya lagi.
"Aku memang pekerja. Justru itu rasa nyaman begitu
menarik. Tempat tidur nyaman, bantal-bantal lembut,
teh yang diletakkan dengan perlahan-lahan sekali di sisi
tempat tidur kita, subuh-subuh, sebuah kamar mandi
dari porselen yang cukup banyak air panasnya, dan ga"
ram?"-garaman yang enak untuk air mandi. Kursi malas
tempat kita benar-benar bisa membenamkan diri..."
Midge berhenti sebentar dalam menyebutkan daftar
kenyamanan-kenyamanannya itu.
"Para pekerja sepantasnya mendapatkan semua itu,"
kata David. Tapi ia agak ragu mengenai teh pagi yang di"siapkan
dengan amat halus. Kedengarannya tak masuk akal, se"
bab terlalu mewah dan nikmat bagi suatu dunia yang di"
atur dengan amat bersungguh-"sungguh.
"Aku sependapat sekali denganmu," kata Midge
dengan sepenuh hati. 190 THE HOLLOW.indd 190 BAB XV Hercule Poirot, yang sedang menikmati minu"man coke"
latnya yang dihidangkan menjelang siang, di"ganggu oleh
dering telepon. Ia bangkit, lalu meng"angkat alat pe"nerima
pesawat telepon. "Halo?" "M. Poirot?" "Lady Angkatell di situ?"
"Senang sekali Anda mengenali suara saya. Apa"kah
saya mengganggu Anda?"
"Sama sekali tidak. Saya harap keadaan Anda tidak
memburuk gara-gara peristiwa-peristiwa me"nyedihkan
kemarin." "Sama sekali tidak. Memang menyedihkan, tapi saya
rasa, kita merasa kejadian itu tidak benar"-benar berhu"
bungan dengan kita. Saya menelepon untuk mena"nya"
kan kalau-kalau Anda bisa datang. Saya tahu itu menyu"
sahkan, tapi saya benar-benar dalam kesuli"tan..."
"Tentu saja, Lady Angkatell. Maksud Anda, seka"
rang?" "Ya, maksud saya memang sekarang. Secepat mung"
kin. Anda baik sekali."
191 THE HOLLOW.indd 191 "Sama sekali tidak. Kalau begitu, saya datang lewat
hutan?" "Oh, ya, itulah jalan tersingkat. Terima kasih
banyak, M. Poirot yang baik."
Poirot menyempatkan diri untuk menjentik be"
berapa butir debu dari kerah jasnya, dan menge"nakan
sehelai man"tel tipis. Lalu ia menyeberangi jalan umum,
dan ber"jalan cepat di sepanjang jalan setapak, melalui
pohon"pohon kenari. Kolam re"nang kosong. Polisi telah
selesai menjalankan tu"gasnya, dan sudah pergi. Kolam
itu ke"lihatan te"nang dan damai, bermandikan cahaya
mu"sim gu"gur yang lembut dan berkabut.
Poirot menoleh sebentar ke dalam pondok peris"
tirahatan. Dilihatnya bahwa mantel pendek dari bulu
rubah yang berwarna keperakan sudah tak ada lagi. Tapi
korek api yang enam kotak itu masih terdapat di meja
di dekat bangku. Ia makin ingin tahu mengenai korek
api itu. "Itu bukan tempat yang tepat untuk menyimpan
korek api. Di tempat lembap ini, satu kotak untuk dipa"
kai apabila perlu memang mungkin"tapi tidak enam
kotak." Ia melihat ke meja besi yang dicat itu dengan dahi
ber"kerut. Nampan tempat gelas-gelas sudah diangkat.
Sese"orang telah membuat gambar kasar dengan pensil,
di meja itu"suatu bentuk kasar dari sebatang pohon
yang aneh sekali. Hal itu menyakiti perasaan Poirot.
Mengganggu pikiran"nya tentang kerapian.
Ia mendecakkan lidah, menggeleng, lalu cepat-"cepat
berjalan ke arah rumah. Ia ingin tahu alasan panggilan
yang mendesak ini. 192 THE HOLLOW.indd 192
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lady Angkatell sudah menunggunya di pintu, lalu
lang"sung membawanya ke ruang tamu utama yang ko"
song. "Baik benar Anda mau datang, M. Poirot."
Ia menyalami Poirot dengan hangat.
"Saya siap membantu, Madame."
Lady Angkatell mengangkat tangan untuk mem"beri"
kan tekanan pada kata-katanya. Matanya yang indah
terbuka lebar. "Keadaannya sulit sekali. Inspektur itu mewa"wan"
carai Gudgeon"eh, bukan, menanyainya"me"minta per?"
nyata"annya"apa sih istilahnya" Padahal seluruh hidup
kami di sini bergantung pada Gud"geon, dan kami me"
rasa kasihan padanya. Tentu mengerikan sekali bagi"nya
ditanyai oleh polisi, meski oleh Inspektur Grange sekali"
pun, yang saya rasa benar-benar baik dan penuh per"
hatian pada keluarganya. Saya rasa dia punya anak-anak
laki-"laki, yang dibantunya dengan permainan Mecca"no?"
nya pada malam hari"serta istri yang sangat men?"jaga
kebersihan rumahnya, tapi terlalu memenuhi rumahnya
dengan perabotan..."
Hercule Poirot mengerjap-ngerjapkan mata, men"de"
ngarkan Lady Angkatell yang memaparkan angan-angan"
nya mengenai kehidupan rumah tang"ga Inspektur
Grange. "Tapi omong-omong, kumisnya layu, ter"kulai," lan"
jut Lady Angkatell. "Saya rasa, rumah yang terlalu ber"
sih tak bercacat kadang-kadang merupakan teka"nan"
seperti sabun pada wajah para juru rawat di rumah
sa"kit. Berkilat sekali! Tapi itu keadaan di luar negeri
yang serba keting"galan. Di rumah-rumah sakit di Lon"
193 THE HOLLOW.indd 193 don, mereka banyak memakai bedak dan lipstik tebaltebal. Tapi yang ingin saya katakan, M. Poirot, adalah
bahwa Anda harus datang untuk makan siang de"ngan
sempurna, bila semua urusan yang tak masuk akal ini
sudah beres." "Anda baik sekali."
"Saya sendiri tak apa-apa menghadapi polisi," kata
Lady Angkatell lagi. "Saya bahkan merasa semua ini me"
narik juga. "Izinkan saya membantu Anda sebisa saya,"
kata saya pada Inspektur Grange. Kelihatannya dia ke"
bingungan, tapi selalu bekerja dengan aturan.
"Agaknya motif sangat penting bagi polisi," lan"
jutnya. "Berbicara tentang juru rawat rumah sakit tadi,
saya rasa John Christow... mungkin dia men"jalin hubung"
an dengan seorang juru rawat beram"but merah yang
hidungnya menjungkit dan cukup menarik. Tapi itu
tentu sudah lama sekali, dan polisi mungkin sudah
tidak tertarik lagi. Orang tak tahu betapa banyak yang
harus ditanggung oleh Gerda yang malang itu. Dia itu
jenis istri yang setia. Atau mungkin juga dia percaya
saja pada apa yang dikatakan orang padanya. Saya rasa,
bila sese"orang tidak memiliki kecerdasan tinggi, itulah
yang ter"baik untuk dilakukannya."
Dengan mendadak sekali, Lady Angkatell mem"buka
lebar-lebar pintu kamar kerja, lalu memper"silakan Poirot
masuk, sambil berseru dengan ceria, "Ini M. Poirot."
Dengan cepat ia berbalik, lalu keluar sambil menutup
pintu. Inspektur Grange sedang duduk di meja kerja, ber"
hadapan dengan Gudgeon, dan seorang pria muda du"
duk di sudut sambil memegang sebuah buku catat"an.
194 THE HOLLOW.indd 194 Gudgeon bangkit dengan sopan.
Poirot cepat-cepat meminta maaf.
"Saya akan segera keluar. Saya benar-benar tak tahu
bahwa Lady Angkatell..."
"Jangan, jangan keluar." Kumis Grange tampak lebih
terkulai pagi ini. Mungkin di rumahnya se"dang banyak
dilakukan pembersihan, pikir Poirot yang terkesan oleh
gambaran Lady Angkatell me"ngenai Grange, atau istri"
nya telah membeli sebuah meja kuningan dari Benares
yang baru, hingga inspektur yang baik itu benar-benar
merasa ke"kurangan ruangan untuk bergerak.
Dengan marah ia mengenyahkan pikiran itu. Rumah
Inspektur yang bersih tapi terlalu penuh, istrinya, putraputranya yang tergila-gila pada per"mainan Meccano"
semua itu adalah rekaan otak Lady Angkatell yang selalu
sibuk. Tapi hal-hal itu digambarkannya dengan amat jelas,
hingga orang bisa menyangka semua itu adalah kenya"
taan. Hal itu mengesankan bagi Poirot, sebab tak mu"
dah berbuat demikian. "Silakan duduk, M. Poirot," kata Grange. "Ke"
betulan ada sesuatu yang ingin saya tanyakan pada
Anda. Dan saya sudah hampir selesai."
Ia kembali mengalihkan perhatian pada Gud"geon,
yang sudah duduk dengan sikap hormat se"kali, setelah
nyaris menolak untuk duduk. Ia me"malingkan wajahnya
yang boleh dikatakan tanpa ekspresi ke arah orangorang yang menanyainya.
"Apakah hanya itu yang Anda ingat?"
"Ya, Sir. Semua seperti biasa saja, Sir. Sama sekali
tak ada yang tak menyenangkan."
195 THE HOLLOW.indd 195 "Di pondok peristirahatan di dekat kolam renang
itu, ada mantel pendek dari bulu. Wanita mana yang
memi"likinya?" "Apakah maksud Anda mantel pendek dari bulu
rubah yang berwarna keperakan itu, Sir" Saya juga meli"
hatnya waktu saya mengantar minuman ke pondok per"
istirahatan. Tapi itu bukan kepunyaan salah seorang di
rumah ini, Sir." "Jadi milik siapa itu?"
"Mungkin milik Miss Cray, Sir. Miss Veronica Cray,
aktris film itu. Dia mengenakan sesuatu semacam itu."
"Kapan?" "Waktu dia datang kemari, kemarin malam dulu,
Sir." "Anda tidak menyebutkan dia waktu itu."
"Dia bukan tamu, Sir. Miss Cray tinggal di Doveco"
tes, cottage di ujung jalan itu. Dia datang kemari setelah
makan malam usai. Katanya dia kehabisan korek api,
dan ingin meminjam."
"Apakah dia membawa pulang enam kotak?" tanya
Poirot. Gudgeon berpaling padanya.
"Benar, Sir. Majikan saya bertanya apakah kami me"
mi"liki banyak korek api. Setelah itu, dipaksanya Miss
Cray membawa setengah lusin kotak."
"Yang ditinggalkannya di pondok peristirahatan itu?"
kata Poirot. "Benar, Sir. Saya melihatnya di sana kemarin pagi."
"Tak banyak yang tak dilihat oleh orang itu," kata
Poirot setelah Gudgeon pergi sambil menutup pintu
dengan halus dan hormat sekali.
196 THE HOLLOW.indd 196 Inspektur Grange hanya berkata bahwa pelayan itu
tajam sekali pengamatannya, seperti setan!
"Tapi," katanya lagi dengan ceria, "masih ada pe"
layan dapur. Pelayan dapur berbicara apa ada"nya, tidak
seperti pelayan-pelayan atasan, yang biasanya angkuh
itu." "Saya sudah menempatkan seseorang untuk ber"tanyatanya di Harley Street," lanjutnya, "dan saya sendiri akan
pergi ke sana juga, agak siang nanti. Kita bisa mendapat"
kan sesuatu di sana. Saya yakin istri Christow itu harus
menanggung banyak. Be"berapa dokter terkenal"dengan
pasien-pasien wa"nitanya"yah, kita akan terkejut! Dan
saya dengar dari Lady Angkatell bahwa pernah ada kesu"
litan dengan seorang juru rawat rumah sakit. Meskipun
dia hanya samar-samar menceritakannya."
"Ya," Poirot membenarkan. "Dia memang suka sa"
mar." Suatu gambaran yang dilukiskan dengan amat pandai.
John Christow dan hubungan-hubungan cintanya dengan
para juru rawat rumah sakit?"kesempatan-ke"sem"patan
dalam hidup seorang dok"ter"banyak sekali ala"san bagi
Gerda Christow untuk merasa cemburu, dan akhirnya
perasaan itu meledak dalam bentuk pem"bunuhan ter"
sebut. Yah, suatu gambaran yang dikemukakan dengan pan"
dai sekali, menarik perhatian orang ke arah latar bela"
kang di Harley Street, teralih dari The Hollow"teralih
dari saat Henrietta Savernake maju dan mengambil re"
volver dari ta"ngan Gerda Christow yang tidak mela"
197 THE HOLLOW.indd 197 wan"teralih dari saat yang satu lagi, yaitu saat John
Christow yang sedang sekarat mengatakan, "Hen"
rietta..." Tiba-tiba, sambil membuka matanya yang sete"ngah
terpejam, Hercule Poirot bertanya dengan rasa ingin
tahu yang tak tertahankan lagi, "Apakah putra-putra
Anda suka main Meccano?"
"Eh, apa?" Inspektur Grange yang sedang me"renung
dengan mengerutkan dahi jadi sadar, lalu menatap
Poirot. "Mengapa" Ada apa" Perlu Anda ketahui bahwa
mereka masih terlalu kecil untuk itu, tapi saya sudah
berencana untuk membelikan Teddy permainan Mecca"
no itu pada hari Natal. Mengapa Anda menanya"kan hal
itu?" Poirot hanya menggeleng. Yang bisa membahayakan Lady Angkatell ada"lah
dugaan-dugaannya yang hanya berdasarkan nalurinya
itu sering kali mempunyai kemungkinan benar, pikir
Poirot. Dengan suatu perkataan yang asal-asalan saja"
atau seolah-olah asal-asalan saja"dibangunnyalah suatu
gambaran. Lalu, bila sebagian dari gambaran itu benar,
apakah kita tidak mau percaya akan bagian yang lain,
suka atau tak suka" Inspektur Grange berbicara.
"Ada suatu hal yang ingin saya kemukakan pada
Anda, M. Poirot. Mengenai Miss Cray, aktris itu. Dia
masuk begitu saja kemari untuk meminjam korek api.
Bila memang ingin meminjam ko"rek api, mengapa dia
tidak datang ke rumah Anda yang hanya berjarak se"
langkah-dua langkah" Mengapa harus menempuh jarak
kira-kira satu ki"lometer kemari?"
198 THE HOLLOW.indd 198 Hercule Poirot mengangkat bahu.
"Mungkin ada alasan-alasannya. Alasan-alasan keang"
kuhan, mungkin" Pondok saya kecil, tak ada artinya.
Saya hanya kemari pada akhir pekan, se"dangkan Sir
Henry, dan Lady Angkatell adalah orang-orang penting.
Mereka tinggal di sini, me"reka orang-orang terkemuka
di daerah ini. Miss Veronica Cray mungkin ingin ber"
kenalan dengan mereka, dan bagaimanapun juga, itu
me"ru"pakan suatu jalan."
Inspektur Grange bangkit.
"Ya," katanya, "itu memang mungkin sekali, tapi
kita tak boleh mengabaikan apa pun. Dan saya yakin
bahwa segala sesuatu akan menjadi jelas. Sir Henry su"
dah mengenali pistol itu sebagai salah satu dari kolek"
sinya. Agaknya mereka me"mang berlatih menembak de"
ngan pistol itu, pada petang hari sebelumnya. Mrs.
Chris"tow tinggal masuk ke ruang kerja Sir Hen"ry, lalu
meng"ambilnya dari tempat Sir Henry meletak"kannya,
demikian juga pelurunya. Semua itu sederhana se"kali."
"Ya," gumam Poirot, "kelihatannya semua begitu se"
der"hana." Memang begitulah cara seorang wanita seperti Gerda
Christow melakukan tindak kejahatan, pikir"nya. Tanpa
alasan yang dicari-cari atau hal-hal yang rumit. Tibatiba saja ia terdorong untuk me"lakukan suatu kekerasan,
ka"re"na sifat cinta kasih"nya yang mendalam tapi sempit,
yang tersiksa oleh kegetiran.
Tapi ia pasti... pasti masih memiliki kesadaran untuk
melindungi diri. Atau apakah ia telah bertindak da"lam
keadaan buta"pada saat sema"ngatnya berada da"lam
kegelapan"pada saat akal sehatnya benar-benar ter"sing"
kirkan" 199 THE HOLLOW.indd 199 Poirot teringat akan wajah Gerda yang hampa dan
terbengong-bengong. Ia tak tahu, benar-benar tak tahu.
Tapi ia merasa seharusnya ia tahu.
200 THE HOLLOW.indd 200 BAB XVI GERDA CHRISTOW menarik baju hitam itu ke atas,
melalui kepalanya, lalu melemparkannya ke sebuah kur"
si. Matanya memilukan dan mengandung keraguan.
"Aku tak tahu," katanya. "Aku benar-benar tak tahu.
Rasa"nya tak ada satu pun yang berarti."
"Aku tahu, Sayang, aku mengerti." Mrs. Patter"son
me?"mang ramah, tapi tegas. Ia tahu pasti bagai"mana
mem?"perlakukan orang-orang yang baru saja mengalami
kematian. "Elsie memang bisa dian"dalkan pada saat
kritis," kata keluarganya tentang dirinya. Pada saat ini,
ia sedang duduk di kamar tidur adiknya, Gerda, di
Harley Street. Dan ia benar-benar hebat. Elsie bertubuh
tinggi dan besar, serta gerak-geriknya penuh energi. Kini
ia menatap Gerda dengan perasaan kesal bercampur iba.
Kasihan Gerda. Menyedihkan sekali, kehilangan suami
dengan cara yang mengerikan seperti itu, dan sampai
saat ini pun kelihatannya ia belum... begitu menyadari
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pengertian tentang peristiwa itu! Yah, Mrs. Patterson
ingat bahwa Gerda memang selalu amat lamban. Dan
201 THE HOLLOW.indd 201 sekarang ada pula shock yang menambah berat keadaan
itu. Dengan nada tegas ia berkata, "Kurasa kita per"lu
membeli baju hitam yang dari bahan marocain, yang
berharga dua belas guinea itu."
Memang selalu harus orang lain yang mengam"bil ke"
putusan untuk Gerda. Gerda berdiri tanpa bergerak, alisnya berkerut. De"
ngan ragu-ragu ia berkata, "Aku benar-benar tak tahu
apakah John suka kalau kita berkabung untuknya. Kalau
tak salah, aku pernah mendengar dia berkata bahwa dia
tak suka." "John," pikirnya. "Kalau saja John ada di sini untuk
memberitahukan padaku apa yang harus ku"lakukan."
Tapi John takkan pernah berada di sini lagi. Tak
pernah lagi"takkan pernah lagi. Daging yang menjadi
dingin"beku di meja"bunyi pintu kamar periksa yang
dibanting keras, John yang berlari naik dengan me"
langkahi dua anak tangga sekaligus, selalu terburu-buru,
begitu bersemangat, be"gitu hidup...
Hidup. Terbaring telentang di sisi kolam renang"tetes"an
darah yang jatuh perlahan-lahan ke tepi kolam"revol"
ver yang tergenggam di tangannya. Semua itu hanya
mim"pi buruk. Sebentar lagi ia akan terbangun, dan
mim"pi itu akan lenyap.
Suara kakaknya yang tegas menembus pikiran"nya
yang berkabut. "Kau harus mengenakan baju hitam untuk meng"ha"
diri pemeriksaan pendahuluan itu. Aneh sekali keli"hatan"
nya bila kau muncul dengan baju berwarna cerah."
202 THE HOLLOW.indd 202 "Ah, pemeriksaan pendahuluan yang mengerikan
itu!" kata Gerda, lalu setengah memejamkan mata".
"Memang mengerikan sekali bagimu, Sayang," kata
Elsie Patterson cepat. "Tapi setelah semua selesai, kau
akan langsung pergi ke rumah kami, dan kami akan
mengurusmu baik-baik."
Bayangan kabur dalam pikiran Gerda makin ge"lap.
Dengan nada ketakutan, nyaris panik, ia ber"kata, "Apa
yang akan kulakukan tanpa John?"
Elsie Patterson tahu jawaban apa yang harus diberi"
kannya. "Kau punya anak-anak. Kau harus hidup untuk
mereka.?" Terbayang olehnya Zena yang terisak dan me"ratap,
"Papaku sudah meninggal!" lalu mengem"paskan diri ke
tempat tidurnya. Terry yang tampak pucat, ingin ber"
tanya, dan tidak mengeluarkan air mata.
Suatu kecelakaan dengan revolver, begitu dijelas"
kannya pada mereka. Ayah yang malang telah menga"
lami kecelakaan. Beryl Collins yang begitu arif telah menyita semua
surat kabar pagi, supaya anak-anak tidak melihatnya. Ia
juga telah memberikan peringatan kepada para pelayan.
Beryl benar-benar baik dan bijak.
Terence mendatangi ibunya di ruang tamu uta"ma
yang remang-remang. Bibirnya terkatup rapat, dan
wajah"nya hampir kehijauan karena pucatnya.
"Mengapa Papa ditembak?"
"Itu kecelakaan, Sayang. Mama... Mama tak bisa
berbicara tentang hal itu."
"Itu bukan kecelakaan. Mengapa Mama menga"takan
sesuatu yang tidak benar" Papa dibunuh orang. Itu
203 THE HOLLOW.indd 203 suatu pembunuhan. Begitu yang tertulis di surat-surat
kabar." "Terry, bagaimana kau sampai mendapatkan su"rat
kabar" Sudah kukatakan pada Miss Collins..."
Anak itu hanya mengangguk"mengangguk ber"
ulang kali dengan aneh, seperti orang yang sudah tua
sekali. "Aku keluar dan membelinya. Aku tahu pasti ada
sesuatu dalam surat kabar itu yang tidak Mama katakan
pada kami. Aku penasaran mengapa Miss Collins me"
nyem?"bunyikannya."
Memang tak ada gunanya menyembunyikan kebe"
naran dari Terence. Rasa ingin tahunya yang aneh, yang
bersifat ilmiah itu, selalu harus dipuas"kan.
"Mengapa Papa dibunuh, Mama?"
Maka pertahanan Gerda pun hancur. Ia menjadi
histeris. "Jangan tanyakan itu padaku! Jangan bicarakan soal
itu! Aku tak bisa berbicara tentang itu?"semuanya mena"
kutkan sekali." "Tapi polisi akan menemukannya, bukan" Mak"sud"
ku, mereka harus menyelidikinya. Itu pen"ting."
Masuk akal sekali, objektif sekali, hingga Gerda jadi
ingin berteriak, tertawa, dan menangis. Pikirnya, "Dia
tak peduli. Tak mungkin dia peduli. Dia hanya ingin
ber"tanya terus. Ya, dia bahkan tidak menangis."
Lalu Terence pergi, menghindari Aunt Elsie. Wajah"
nya kurus dan kaku. Ia memang selalu me"rasa sendirian.
Tapi sebelum kejadian ini, hal itu tak apa-apa.
Kini keadaannya lain, pikirnya. Kalau saja ada sese"
orang yang bisa menjawab pertanyaan-pertanya"annya
dengan masuk akal dan dengan cara yang cerdas.
204 THE HOLLOW.indd 204 Besok, hari Selasa, ia dan Nicholson Minor akan
mem"buat nitrogliserin. Ia telah menanti-nanti"kan saat
itu dengan. berdebar-debar. Kini debar-"debar itu tak
ada lagi. Ia pun tak peduli lagi apakah ia takkan pernah
membuat nitrogliserin. Terence amat terkejut akan keadaannya sendiri. Ia
sudah tak peduli lagi dengan eksperimen il"miahnya! Se"
bab ayahnya terbunuh. "Papa," pikir"nya. "Papaku"ter"
bunuh." Lalu ada sesuatu yang tergugah"mulai berakar"
mu"lai tumbuh"suatu kemarahan yang bangkit per"
lahan-lahan. Beryl Collins mengetuk pintu kamar tidur, lalu
masuk. Ia tampak pucat, tapi tenang dan tetap efisien.
"Inspektur Grange datang," katanya. Gerda terkejut dan
melihat padanya dengan pandangan memilukan. Beryl
cepat-cepat berkata lagi, "Katanya dia tak mau me"nyu"
sahkan Anda. Dia hanya ingin mengatakan se"suatu pada
Anda, sebelum pergi. Tapi katanya hanya pertanyaanpertanyaan rutin, mengenai praktik Dr. Christow, dan
saya bisa menceritakan segala sesuatu yang ingin dike"
tahuinya." "Oh, terima kasih, Collie."
Beryl cepat-cepat keluar. Gerda mendesah dan ber"
kata, "Collins benar-benar efisien."
"Memang," kata Mrs. Patterson. "Aku yakin dia se"
orang sekretaris yang luar biasa. Tapi wajahnya biasa
sekali, ya" Kasihan. Tapi menurutku, itu lebih baik.
Terutama dengan pria setampan John."
Gerda berkata dengan marah, "Apa maksudmu, El"
sie" John takkan pernah... dia tak pernah... kau ber"
205 THE HOLLOW.indd 205 bicara seolah-olah John mau pacaran atau melakukan
sesuatu yang tidak-"tidak, seandainya dia memiliki se"
orang sekretaris yang cantik. John sama sekali tidak be"
gitu." "Tentu saja tidak, Sayang," kata Mrs. Patterson.
"Tapi, kita tahu, kan, bagaimana laki-laki!"
Di dalam kamar periksa, Inspektur Grange ber"
hadapan dengan Beryl Collins yang memandangi"nya de"
ngan tatapan dingin dan bermusuhan. Pan"dangan itu
benar-benar bermusuhan. Ia melihat"nya. Yah, mungkin
itu wajar. "Gadis yang tidak cantik," pikirnya. "Kurasa tak ada
apa-apa antara dia dan almarhum dokter itu. Tapi mung"
kin dia yang mencintai dokter itu. Bia"sanya begitu ke"
adaan"nya." Tapi, ketika ia menyandarkan diri di kursinya seper"
empat jam kemudian, Inspektur Grange me"nyimpulkan
bahwa kali ini tidak demikian keada"annya. Jawabanjawaban yang diberikan Beryl Collins padanya atas per"
tanyaan-pertanyaannya je"las sekali. Ia bisa menjawab
dengan lancar, dan kelihatannya ia mengerti benar se"
gala sesuatu ten"tang praktik dokter itu, sampai ke soal
yang se"kecil-kecilnya. Grange mengalihkan arah per"
tanya"annya, dan dengan halus mulai mengorek kete"
rangan tentang hubungan antara John Christow dan
istrinya. Kata Beryl, hubungan mereka baik sekali.
"Saya rasa sekali-sekali mereka bertengkar juga
seperti kebanyakan pasangan suami-istri?" tanya Inspek"
tur dengan ringan. "Saya tak ingat adanya pertengkaran-pertengkar"an.
206 THE HOLLOW.indd 206 Mrs. Christow sangat mengabdi pada suaminya"sam"
pai agak seperti membudakkan diri."
Terdengar nada mencemooh samar-samar dalam
suara"nya. Inspektur Grange mendengarnya.
"Gadis ini agak beraliran feminis," pikirnya. Tapi ia
berkata, "Apakah dia sama sekali tak pernah melawan
untuk membela haknya?"
"Tidak. Segala-galanya berputar di sekitar Dr. Chris"
tow." "Sewenang-wenang juga, ya?"
Beryl berpikir sebentar. "Tidak juga, saya tak bisa berkata begitu. Tapi dia
boleh disebut pria yang sangat egois. Diang"gapnya biasa
saja kalau Mrs. Christow selalu me"nerima pendapat-pen"
dapatnya." "Apakah ada masalah dengan pasien-pasien?"maksud
saya, yang wanita" Anda tak perlu enggan untuk ber"
terus terang, Miss Collins. Semua orang tahu bahwa
para dokter punya masalah dalam hal itu."
"Oh, soal itu!" suara Beryl bernada mengejek. "Dr.
Christow bersikap sama rata dalam menangani masalahmasalah seperti itu. Dia baik sekali pada semua pasien"
nya." Ditambahkannya lagi, "Dia benar-benar seorang
dokter yang hebat." Terdengar nada kagum yang luar biasa dalam suara"
nya. "Apakah dia terlibat dalam hubungan gelap de"ngan
seorang wanita?" tanya Grange. "Jangan me"nutupi raha"
sia demi kesetiaan, Miss Collins. Ini penting sekali un"
tuk kami ketahui." "Ya, saya mengerti itu. Tapi setahu saya, tak ada."
207 THE HOLLOW.indd 207 Jawabannya agak terlalu singkat, pikir Grange. Dia
tak tahu, tapi mungkin dia menduga.
"Bagaimana dengan Miss Savernake?" tanya Grange
tajam. Beryl mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Dia sahabat dekat keluarga ini."
"Apakah tak ada... kesulitan dengan Mrs. Chris"tow,
gara-gara dia?" "Sama sekali tidak."
Jawaban diberikan dengan tekanan. Terlalu berte"
kanan" Inspektur mengalihkan pertanyaan lagi.
"Bagaimana dengan Miss Veronica Cray?"
"Veronica Cray?"
Terdengar nada terkejut yang murni dalam suara"nya.
"Dia teman Dr. Christow, bukan?"
"Saya tak pernah mendengar tentang dia. Tapi, rasa"
nya saya tahu nama itu..."
"Dia aktris film."
Kerut di wajah Beryl menghilang.
"Oh, ya! Saya tadi bertanya-tanya mengapa nama itu
rasanya saya kenal. Tapi saya tak tahu bahwa Dr. Chris"
tow kenal padanya." Ia kelihatan yakin sekali akan hal itu, hingga Ins"
pektur segera meninggalkan soal tersebut. Di"lanjut"kan"
nya pertanyaan-pertanyaannya mengenai sikap Dr. Chris"
tow pada hari Sabtu yang lalu. Di sinilah keya"kinan
Beryl dalam memberikan jawab"an-jawaban agak goyah.
Katanya perlahan-lahan, "Sikapnya memang agak lain
daripada biasanya." "Apa bedanya?" 208 THE HOLLOW.indd 208 "Dia kelihatan agak linglung. Ada selang waktu yang
agak lama sebelum dia menekan bel untuk memanggil
pasien terakhir. Padahal biasanya dia selalu terburuburu, ingin lekas selesai, bila dia akan pergi. Saya rasa...
ya, saya yakin ada sesuatu yang dipikirkannya."
Tapi ia tak bisa lebih pasti.
Inspektur Grange tidak begitu puas dengan hasil
penye"lidikannya. Ia sama sekali tak berhasil men"dapat"
kan motif, padahal motif itu harus didapatkan sebelum
suatu perkara bisa diajukan pada jaksa.
Ia mempunyai keyakinan sendiri bahwa Gerda Chris"
tow-lah yang telah menembak suaminya. Me"nurut pen"
da"pat"nya, rasa cemburulah yang merupa"kan motif. Tapi,
sebegitu jauh ia tak bisa mene"mukan apa-apa sebagai
dasar. Sersan Coombes telah menanyai para pelayan,
tapi mereka semua menceritakan hal yang sama. Mrs.
Christow sangat memuja suaminya.
Apa pun yang terjadi, pikirnya, pasti terjadi di The
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hollow. Dan ketika ingatannya kembali pada The Hol"
low, ia merasa agak gelisah. Orang-orang yang ada di
sana semuanya aneh-aneh. Telepon di meja kerja berdering. Miss Collins meng"
angkat alat penerimanya. "Untuk Anda, Inspektur," katanya, lalu mem"berikan
alat itu pada Grange. "Halo, Grange di sini. Apa?" Beryl mendengar peru"
bahan dalam nada suara Grange. Ditatapnya inspektur
itu dengan pandangan menyelidik. Wajah yang seperti
patung kayu itu tidak berubah. Ia hanya menggeram
dan mendengarkan. "Ya... ya, aku mengerti... Apakah itu sudah pasti"
209 THE HOLLOW.indd 209 Tak ada kemungkinan salah" Ya... ya... ya, aku akan ke
sana. Aku hampir selesai di sini. Ya."
Diletakkannya kembali alat penerima itu, lalu du"duk
sebentar tanpa bergerak. Beryl memandanginya dengan
rasa ingin tahu. Inspektur menenangkan dirinya, lalu bertanya dengan
suara yang amat berbeda dengan suaranya tadi. "Apakah
Anda tak punya gagasan-gagasan sendiri mengenai hal
ini, Miss Collins?" "Maksud Anda?" "Maksud saya, gagasan mengenai siapa yang telah
membunuh Dr. Christow."
Dengan tegas Beryl menjawab, "Saya sama se"kali tak
punya gagasan apa-apa, Inspektur."
Grange berkata lambat-lambat, "Waktu mayat itu
ditemukan, Mrs. Christow sedang berdiri di sampingnya
dengan memegang sebuah revolver..."
Dengan sengaja ia tidak menyelesaikan kalimat itu.
Beryl Collins segera memberikan reaksi. Tidak de"
ngan sikap marah, melainkan dengan dingin dan logis.
"Kalau Anda pikir Mrs. Christow yang telah mem"
bunuh suaminya, saya yakin Anda keliru. Mrs. Christow
sama sekali bukan wanita yang suka kekerasan. Dia
lemah lembut, pengalah, dan benar-benar berada di ba"
wah pengaruh suami"nya. Rasanya sangat tak masuk
akal, kalau orang bisa membayangkan barang sesaat saja,
bahwa dia"lah yang telah menembak Dr. Christow. Beta"
pa"pun banyaknya petunjuk yang menuding ke arah"
nya." "Jadi, kalau bukan dia, siapa yang melakukan"nya?"
tanya Inspektur dengan tajam.
210 THE HOLLOW.indd 210 Beryl menjawab lambat-lambat, "Saya tidak tahu."
Inspektur berjalan ke pintu. Beryl bertanya, "Apa"kah
Anda ingin bertemu dengan Mrs. Christow sebelum
Anda pergi?"" "Tidak... eh, ya, sebaiknya saya menemuinya."
Lagi-lagi Beryl merasa heran. Ini bukan pria yang
sama, yang menanyainya sebelum telepon berdering.
Berita apa yang telah diterimanya, hing"ga membuatnya
begitu berubah" Gerda masuk ke ruangan itu dengan gugup. Ia tam"
pak sedih dan bingung. Dengan suara rendah dan geme"
tar ia berkata, "Sudahkah Anda mendapatkan lebih banyak ma"
sukan, mengenai siapa yang membunuh John?"
"Belum, Mrs. Christow."
"Rasanya tak masuk akal"sama sekali tak ma"suk
akal." "Tapi itu telah terjadi, Mrs. Christow."
Gerda mengangguk, sambil memandang ke ba"wah,
dan meremas saputangannya hingga menjadi bola kecil.
"Apakah suami Anda punya musuh, Mrs. Chris"
tow?" tanya Inspektur dengan tenang.
"John" Oh, tak ada. Dia orang yang amat baik. Se"
mua orang sayang sekali padanya."
"Tak bisakah Anda mengingat-ingat kalau-kalau ada
orang yang menyimpan dendam terhadapnya?" Inspek"
tur berhenti sebentar. "Atau terhadap Anda sendiri?"
"Terhadap saya?" Gerda tampak bingung. "Oh, sama
sekali tak ada, Inspektur."
Inspektur Grange mendesah.
"Bagaimana dengan Miss Veronica Cray?"
211 THE HOLLOW.indd 211 "Veronica Cray" Oh, maksud Anda orang yang da"
tang malam itu untuk meminjam korek api?"
"Ya, yang itu. Kenalkah Anda padanya?"
Gerda menggeleng. "Saya tak pernah melihatnya sebelum malam itu.
John kenal padanya bertahun-tahun yang lalu"begitu
kata wanita itu." "Saya rasa, mungkin dia menaruh dendam ter"hadap
suami Anda, tanpa setahu Anda?"
Dengan sikap anggun Gerda berkata, "Saya rasa tak
ada seorang pun yang punya rasa dendam terhadap John,
juga di masa lalu. Dia orang yang paling baik hati, tak
pernah mementingkan diri sendiri"ya, dia sangat mu"
lia." "Hm," kata Inspektur. "Ya, memang begitu. Nah,
selamat pagi, Mrs. Christow. Anda sudah tahu mengenai
pemeriksaan pendahuluan, bukan" Hari Rabu, jam
sebelas, di Market Depleach. Pe"meriksaan itu sederhana
sekali. Tak ada yang per"lu Anda risaukan"mungkin
akan ditangguhkan se"lama seminggu, supaya kami bisa
mengumpulkan petunjuk-petunjuk lagi."
"Oh, saya mengerti. Terima kasih."
Gerda berdiri tanpa bergerak, menatap inspektur itu
dari belakang. Inspektur Grange bertanya-tanya apakah
wanita ini tahu bahwa dirinya yang me"rupakan tertuduh
utama. Grange menghentikan sebuah taksi"pengeluar"an un"
tuk itu bisa dibenarkan, mengingat informasi yang baru
saja diterimanya melalui telepon, meski"pun ia tak tahu
dengan cara bagaimana informasi itu bisa mem"ban"tu"
nya. Dilihat sepintas lalu, ke"lihatannya sama sekali tak
212 THE HOLLOW.indd 212 ada hubungannya"bah"kan gila-gilaan. Sepertinya sama
sekali tak ada gunanya. Tapi itu pasti berguna, meskipun
ia be"lum tahu di mana.
Satu-satunya kesimpulan yang bisa ditariknya adalah,
perkara ini bukan perkara yang sederhana dan jelas,
sebagaimana yang selama ini diduganya.
213 THE HOLLOW.indd 213 BAB XVII SIR HENRY menatap Inspektur Grange dengan rasa
ingin tahu. Ia berkata lambat-lambat, "Saya rasa, saya
tidak mengerti maksud Anda, Inspektur."
"Sebenarnya sederhana sekali, Sir Henry. Saya minta
Anda memeriksa sekali lagi koleksi senjata api Anda.
Saya yakin benda-benda itu dicantum"kan dalam sebuah
katalog dan diberi nomor, bu"kan?"
"Tentu. Tapi saya sudah mengenali revolver itu seba"
gai salah satu koleksi saya."
"Soalnya tidak sesederhana itu, Sir Henry." Grange
ber"henti sebentar. Nalurinya selalu me"larangnya untuk
memberikan informasi apa pun, tapi pada saat ini agak"
nya ia terpaksa me"lakukannya. Sir Henry adalah orang
penting. Ia pasti mau memenuhi permintaan yang di"
ajukan padanya, tapi ia pasti juga akan meminta ala"san?"
nya. Maka Inspektur memutuskan akan memberi"kan
alasan itu. Dengan tenang ia berkata, "Dr. Christow tidak di"
tembak dengan revolver yang telah Anda kenali tadi
pagi." 214 THE HOLLOW.indd 214 Sir Henry mengangkat alis.
"Menarik sekali!" katanya.
Grange merasa agak terhibur. Ia sendiri juga merasa
bahwa hal itu menarik. Ia merasa ber"terima kasih pada
Sir Henry yang telah berkata begitu, dan juga bersyukur
karena Sir Henry tidak mengatakan apa-apa lagi. Pada
saat itu, hanya sejauh itulah yang dapat mereka katakan.
Hal itu memang sangat menarik"dan selanjutnya sama
sekali tidak berarti apa-apa.
"Apakah Anda punya alasan untuk menduga bahwa
senjata yang dipakai untuk menembak itu berasal dari
koleksi saya?" tanya Sir Henry.
"Sama sekali tak ada alasannya. Tapi saya harus
meya"kinkan bahwa senjata itu tidak berasal dari koleksi
Anda." Sir Henry mengangguk membenarkan.
"Saya hargai pikiran Anda itu. Yah, kalau be"gitu,
kita harus mulai bekerja. Hal itu akan mema"kan wak"
tu." Ia membuka laci meja kerjanya, lalu mengeluar"kan
sebuah buku bersampul kulit.
Sambil membuka buku itu, ia kembali berkata, "Per"
lu waktu untuk mencarinya..."
Grange jadi tertarik oleh nada suaranya. Men"dadak
ia mengangkat wajah. Tampak olehnya bahu Sir Henry
agak terbungkuk dan ia tiba-tiba kelihatan lebih tua dan
lebih letih. Inspektur Grange mengerutkan dahi.
"Aku sama sekali tak mengerti apa yang harus kusim"
pulkan mengenai orang-orang di sini," pikir"nya.
"Nah..." 215 THE HOLLOW.indd 215 Grange memutar tubuh, melihat ke arah jam. Tiga
puluh menit"atau dua puluh menit yang lalu"Sir
Henry berkata, "Perlu sedikit waktu."
"Bagaimana, Sir?" tanya Grange tajam.
"Sebuah revolver .38 keluaran Smith & Wesson ti"
dak ada. Benda itu terbungkus dalam sebuah sarung ku"
lit berwarna cokelat, yang tersimpan di ujung rak di da"
lam laci ini." "Wah!" Inspektur menjaga agar suaranya tetap te"nang,
padahal perasaannya amat kacau. "Lalu, seingat Anda,
kapan Anda terakhir melihatnya di tempat sebe"nar"nya?"
Sir Henry mengingat-ingat beberapa menit lama"nya.
"Tak mudah mengatakannya, Inspektur. Terakhir kali
saya membuka laci ini adalah seminggu yang lalu, dan
saya rasa"yah, boleh dikatakan saya yakin"bila revol"ver
itu tak ada di tempatnya pada saat itu, saya pasti menge"
tahuinya. Tapi saya tak mau pula bersumpah dengan
pasti bahwa saya melihatnya ada di situ."
Inspektur Grange mengangguk.
"Terima kasih, Sir, saya mengerti. Yah, saya harus
me?"lanjutkan pekerjaan saya."
Ia meninggalkan ruangan itu. Ia memang se"orang
pria sibuk yang banyak tugas.
Setelah Inspektur pergi, Sir Henry berdiri seben"tar
tanpa bergerak. Lalu ia keluar ke beranda. Istrinya
sedang sibuk dengan keranjang kebun dan sarung
tangannya, sedang menggunting semacam tanaman lang"
ka dengan gunting kebun. Ia melambai pada suaminya dengan ceria.
"Mau apa lagi inspektur itu" Kuharap dia tidak akan
menyusahkan para pelayan lagi. Soalnya, Henry, mereka
216 THE HOLLOW.indd 216 tak senang. Mereka tak bisa me"lihatnya sebagai sesuatu
yang menyenangkan atau baru, sebagaimana kita mengang"
gap"nya." "Apakah kita menganggapnya begitu?"
Nada bicara Sir Henry menarik perhatian istrinya. Ia
mendongak, lalu tersenyum manis pada suaminya.
"Kau kelihatan letih sekali, Henry. Haruskah semua
ini menyusahkanmu?" "Pembunuhan adalah sesuatu yang menyusah"kan,
Lucy." Lady Angkatell berpikir sebentar, sambil meng"gun"
ting beberapa dahan tanpa minat. Lalu wajah"nya men"
jadi mu"rung. "Aduh, aduh... gunting ini brengsek sekali. Se"kali
kita memakainya, kita jadi tak bisa berhenti, dan ingin
meng"gunting terus, lebih banyak dari"pada maksud
semula. Apa katamu tadi" Pembu"nuhan menyusahkan"
Tapi, Hen"ry, aku tak pernah mengerti mengapa. Maksud"
ku, bila sese"orang ha"rus meninggal, entah karena kanker
atau TBC, di salah satu sanatorium yang cerah tapi me"
nge"rikan itu, atau karena suatu serangan"menge"rikan,
kare"na dalam hal itu wajah orang itu jadi mi"ring"atau
kare"na orang itu ditembak atau ditikam, atau mungkin
di"cekik"pokoknya semua akhirnya sama saja. Maksud"
ku, orang itu tetap meninggal! Habislah dia. Dan semua
kesusahan pun berakhir. Sanak saudaranya harus meng"
hadapi kesulitan-ke"suli"tan, pertengkaran-per"tengkaran
me"ngenai uang, dan kera"guan mengenai apa"kah mereka
ha"rus me"ngenakan pakaian hitam atau tidak, atau per"
tim"bangan mengenai siapa yang harus mendapat"kan
meja tulis Bibi Selina"hal-hal semacam itulah!"
217 THE HOLLOW.indd 217 Sir Henry duduk di sebuah batu. "Semua ini akan
lebih menyusahkan daripada yang kita duga, Lucy,"
katanya. "Yah, itu harus kita tanggung, Sayang. Dan bila ini
sudah berakhir, sebaiknya kita pergi, entah ke mana.
Sebaiknya kita jangan terlalu memikirkan kesulitankesulitan yang ada sekarang, tapi me"mandang ke depan,
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke masa yang akan datang. Aku senang melakukan ini.
Aku sedang berpikir-"pikir, apakah lebih baik pergi ke
Ainswick pada hari Natal, atau ditunda saja sampai Pas"
kah. Ba"gaimana?"
"Masih banyak waktu untuk membuat rencana un"
tuk Natal." "Ya, tapi aku senang kalau sudah bisa mulai mem"
bayang"kan sesuatu dalam pikiranku. Mungkin Paskah
saja, ya?" Lucy tersenyum bahagia. "Men"jelang saat itu,
dia pasti sudah melupakannya."
"Siapa?" tanya Sir Henry keheranan.
"Henrietta," sahut Lady Angkatell dengan te"nang.
"Kurasa mereka akan menikah dalam bulan Oktober"
maksudku, bulan Oktober tahun yang akan datang"
maka kita bisa pergi ke sana pada hari Natal-nya. Ku"
pikir, Henry..." "Sudah, jangan lagi, Sayang. Kau sudah terlalu ba"
nyak berpikir." "Kau tahu lumbung tua itu, kan" Itu bisa dijadi"kan
studio yang baik sekali. Henrietta pasti me"merlukan
sebuah studio. Dia benar-benar berbakat. Aku yakin,
Edward akan bangga sekali padanya. Dua anak laki-laki
dan seorang anak perempuan cukuplah"atau dua anak
laki-laki dan dua anak perempuan..."
218 THE HOLLOW.indd 218 "Lucy... Lucy! Kau mengoceh terus."
"Tapi, Sayang," Lady Angkatell membuka lebar-"lebar
matanya yang indah, "Edward takkan pernah mau
menikah dengan siapa pun, kecuali Hen"rietta"dan dia
sangat keras kepala. Dalam hal itu, dia seperti ayah"ku.
Kalau dia sudah punya keinginan...! Jadi, tentu Hen"
rietta harus menikah de"ngannya. Dan sekarang dia bisa
menikah, karena John Christow tak bisa lagi meng"
halanginya. Dialah yang merupakan penghalang terbesar
bagi Henrietta." "Kasihan dia." "Untuk apa" Oh, maksudmu karena dia sudah me"
ninggal" Yah, suatu waktu semua orang harus mening"
gal. Aku tak pernah susah memikirkan orang yang su"
dah meninggal." Sir Henry menatap istrinya dengan pan"dangan ingin
tahu. "Selama ini kupikir kau menyukai Christow, Lucy."
"Aku memang menganggap dia menyenangkan. Dan
dia punya daya tarik. Tapi menurut pendapat"ku, kita
tak boleh melibatkan diri terlalu dekat dengan sese"
orang." Lalu, dengan lembut dan dengan wajah ter"senyum,
Lady Angkatell menggunting dengan ha"lus sebatang
tanaman merambat. 219 THE HOLLOW.indd 219 BAB XVIII Hercule Poirot memandang ke luar melalui jen"dela.
Dilihatnya Henrietta Savernake berjalan di jalan setapak,
menuju pintu depan rumahnya. Ia memakai setelan
berwarna hijau dari bahan triko, seperti yang dipakainya
pada hari tragedi itu terjadi. Ia mem"bawa seekor anjing
spaniel. Poirot cepat-cepat berjalan ke pintu depan, dan
mem?"bukanya. Henrietta tersenyum padanya.
"Bolehkah saya masuk dan melihat rumah Anda" Saya
suka melihat rumah-rumah orang. Saya sedang mem"bawa
anjing ini berjalan-jalan."
"Tentu saja boleh. Benar-benar khas Inggris, mem"
bawa anjing berjalan-jalan."
"Saya tahu," kata Henrietta. "Saya pikir begitu. Tahu"
kah Anda syair bagus yang berbunyi, "Hari berlalu lam"
ban, satu demi satu. Aku memberi ma"kan bebek, aku
me"negur istriku, aku memainkan Largo ciptaan Handel
pada sulingku, dan aku membawa anjing berjalanjalan.?"
Henrietta tersenyum lagi"suatu senyuman cerah
tanpa arti. 220 THE HOLLOW.indd 220 Poirot mempersilakannya masuk ke ruang tamu.
Hen?"rietta melihat ke sekelilingnya, ke ruangan yang ter"
atur rapi dan apik itu, lalu mengangguk.
"Bagus," katanya, "segala-galanya berpasang"-pasa"
ngan. Anda pasti akan benci melihat studio saya."
"Mengapa saya harus membencinya?"
"Oh, karena banyak tanah liat yang menempel di
mana-mana, barang"dan di sana-sini hanya ada satu
barang yang kebetulan saya sukai, dan yang pasti akan
rusak kalau ada dua buah."
"Tapi saya bisa mengerti itu. Mademoiselle. Anda se"
orang seniwati." "Bukankah Anda pun seorang seniman, M. Poirot?"
Poirot memiringkan kepalanya.
"Itu masih harus dipertanyakan. Tapi secara umum
rasanya bukan. Memang saya pernah mene"mukan suatu
tindak kejahatan yang artistik sifat"nya. Kejahatan me"
mang merupakan latihan-latihan yang paling bagus
untuk daya imajinasi, tapi penyelesaiannya... tidak.
Bukan daya kreasi yang di"perlukan dalam hal itu. Yang
di"tuntut adalah has"rat yang besar untuk menemukan
kebenaran." "Suatu hasrat besar untuk menemukan kebenar"an,"
ulang Henrietta merenung. "Ya, saya bisa mengerti
mengapa Anda jadi begitu berbahaya. Apakah kebenaran
itu memberikan kepuasan pada Anda?"
Poirot memandanginya dengan rasa ingin tahu.
"Apa maksud Anda, Miss Savernake?"
"Saya bisa mengerti kalau Anda ingin tahu. Tapi apa"
kah tahu saja sudah cukup" Atau apakah Anda harus
me"langkah lebih jauh lagi untuk me"nerjemahkan penge"
tahuan itu menjadi suatu per"buatan?"
221 THE HOLLOW.indd 221 Poirot jadi tertarik akan jalan pikiran Henrietta.
"Maksud Anda, bila saya tahu keadaan sebenar"nya
mengenai kematian Dr. Christow, mungkinkah saya
akan puas menyimpan pengetahuan itu untuk diri saya
sendiri" Apakah Anda tahu kebenaran mengenai kema"
tian"nya itu?" Henrietta mengangkat bahu.
"Jawaban yang sudah jelas agaknya adalah Gerda.
Alangkah ironis bahwa seorang istri atau seorang suami"
lah yang selalu menjadi terdakwa utama."
"Tapi Anda tidak sependapat?"
"Saya selalu suka membuka banyak kemungkinan."
Dengan tenang Poirot berkata, "Untuk apa Anda da"
tang kemari, Miss Savernake?"
"Harus saya akui bahwa saya tak punya hasrat se"
besar Anda terhadap kebenaran, M. Poirot. Membawa
anjing berjalan-jalan adalah alasan yang bagus sekali
untuk daerah pedesaan di Inggris ini. Padahal, seperti
yang mung"kin sudah Anda lihat beberapa hari yang
lalu, keluarga Angkatell tidak memiliki anjing."
"Saya sudah melihat hal itu."
"Jadi saya pinjam saja anjing spaniel tukang kebun.
Harus Anda ketahui, M. Poirot, bahwa saya tidak ter"
lalu bisa dipercaya."
Terpancar lagi senyum kecil yang cerah itu. Poirot
heran, mengapa ia tiba-tiba merasa betapa menarik se"
nyum itu. Dengan tenang ia berkata, "Memang tidak,
tapi Anda memiliki kejujuran."
"Mengapa Anda berkata begitu?"
Henrietta terkejut, dan menurut Poirot ia kelihat"an
agak cemas. 222 THE HOLLOW.indd 222 "Karena saya merasa bahwa itu benar."
"Kejujuran," ulang Henrietta sambil merenung.
"Saya ingin tahu apa arti perkataan itu sebenar"nya."
Henrietta duduk diam, sambil merenungi karpet.
Lalu diangkatnya kepalanya, dan dipandanginya Poirot
dengan tajam. "Apakah Anda tak ingin tahu mengapa saya datang?"
"Mungkin Anda merasa sulit mengungkapkan"nya
dengan kata-kata?" "Ya, saya rasa begitu. Besok akan dilangsung"kan
pemer"iksaan pendahuluan, M. Poirot. Orang harus
memutuskan berapa banyak..."
Henrietta menghentikan kata-katanya. Ia bangkit,
lalu berjalan menyeberang ke arah perapian. Di"pindah"
kannya beberapa buah hiasan di situ, juga sebuah jam"
bangan berisi bunga daisy Michaelmas yang terletak di
tengah-tengah sebuah meja, ke ujung paling jauh dari
pelindung perapian. Lalu mundur untuk melihat peru"
bahan letak itu, dengan memiringkan kepala.
"Sukakah Anda melihatnya, M. Poirot?"
"Sama sekali tidak, Mademoiselle."
"Sudah saya duga Anda takkan suka." Ia ter"tawa, lalu
dengan cekatan dikembalikannya semua" ke tempat semu"
la. "Yah, kalau orang ingin mengatakan sesuatu, dia ha"rus
mengatakannya, bu"kan" Bagaimanapun, Anda orang yang
bisa diajak bicara. Begini persoalannya. Menu"rut Anda,
per"lukah polisi tahu bahwa saya adalah kekasih gelap
John Christow?" Suaranya datar dan tidak mengandung emosi. Ia
tidak melihat pada Poirot, melainkan pada dinding di
atas kepalanya. Dengan jari telunjuknya ia me"nelusuri
223 THE HOLLOW.indd 223 lekuk guci yang berisi bunga-bungaan berwarna ungu.
Terlintas dalam pikiran Poirot bah"wa dengan sentuhan"
nya itulah Henrietta menyalur"kan perasaannya.
Dengan tegas dan tanpa emosi pula Poirot ber"kata,
"Oh, begitu. Anda berdua merupakan kekasih gelap?"
"Kalau Anda lebih suka mengatakannya begitu."
Poirot memandanginya dengan rasa ingin tahu.
"Bukan soal bagaimana kita menyatakannya, Made"
moiselle." "Memang bukan."
"Mengapa tidak?"
Henrietta mengangkat bahu. Ia menghampiri Poirot,
lalu duduk di sampingnya, di sofa. Per"lahan-lahan ia
berkata, "Orang suka melukiskan sesuatu se... seteliti
mungkin." Minat Poirot terhadap Henrietta Savernake ber"tam"
bah besar. "Sudah berapa lama... Anda menjadi kekasih
gelap Dr. Christow?" tanyanya.
"Kira-kira enam bulan."
"Bisakah saya simpulkan bahwa polisi tidak akan me"
ne"mui kesulitan dalam menemukan kenyataan itu?"
Henrietta berpikir. "Saya rasa tidak. Artinya, kalau mereka me"mang
men?"cari hal semacam itu."
"Oh, mereka akan mencarinya, itu bisa saya pasti"
kan." "Ya, menurut saya juga begitu." Henrietta diam.
Dikembangkannya jari-jarinya di lutut, dan dipan"
danginya. Lalu ia melihat sekilas dengan pan"dangan ra"
mah ke arah Poirot. "Jadi, M. Poirot, apa yang harus
saya lakukan" Apakah saya harus pergi mendatangi
224 THE HOLLOW.indd 224 Inspektur Grange dan berkata... apa yang harus kita
kata"kan pada orang berkumis seperti itu" Kumisnya be"
nar-benar ciri kumis seorang kepala keluarga yang baik."
Tangan Poirot merayap ke atas, ke kumisnya sendiri
yang amat dibanggakannya.
"Bagaimana dengan milik saya, Mademoiselle?"
"Kumis Anda, M. Poirot, adalah suatu benda kebang"
gaan yang artistik. Itu tak ada hubungannya dengan apa
pun, kecuali dirinya sendiri. Saya yakin kumis Anda tak
ada duanya." "Benar sekali!"
"Dan mungkin itulah sebabnya saya berbicara
dengan Anda seperti ini. Seandainya polisi me"mang
harus tahu keadaan sebenarnya antara saya dan John,
apakah itu perlu dinyatakan di depan umum?"
"Itu tergantung," kata Poirot. "Bila polisi meng"ang"
gap itu tak ada hubungannya dengan perkara tersebut,
mere"ka tentu akan merahasiakannya. Apakah Anda me"
rasa... khawatir akan hal itu?"
Henrietta mengangguk. Ia memandangi jari-jari"nya
lagi beberapa lama, lalu tiba-tiba meng"angkat kepala"
dan berbicara. Suaranya tidak lagi datar dan ringan.
"Mengapa orang harus memperburuk keadaan bagi
Gerda yang malang" Dia memuja John, dan John sudah
meninggal. Dia sudah kehilangan John. Mengapa dia
masih harus menanggung beban tam"bahan?"
"Jadi Anda berkeberatan karena dia?"
"Apakah menurut Anda itu munafik" Saya rasa Anda
berpikir bahwa bila saya memang memikir"kan kete"
nangan pikiran Gerda, saya sebenarnya tak boleh men"
jadi kekasih gelap John. Tapi Anda tak mengerti. Bukan
225 THE HOLLOW.indd 225 begitu soalnya. Saya tidak me"rusak kehidupan perkawin"
annya. Saya hanya se"orang... dari suatu dere"tan."
"Oh, begitukah keadaannya?"
Henrietta berpaling dengan tajam ke arahnya.
"Bukan, bukan, bukan! Bukan sebagaimana yang
Anda duga. Itulah yang paling tidak saya inginkan!
Citra yang salah, yang akan dibayangkan oleh semua
orang mengenai John. Sebab itulah saya berbicara
Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan Anda di sini"karena saya punya harapan kabur
bahwa saya bisa membuat Anda mengerti. Maksud saya,
memahami orang macam apa John itu! Bisa saya bayang"
kan dengan jelas apa yang akan terjadi"tajuk-tajuk ren"
cana dalam surat-surat kabar, Kehidupan Cinta Se"orang
Dokter"Gerda, saya sendiri, dan Veronica Cray. John
tidak seperti itu. Dia sebenarnya bukan pria yang ba"
nyak memikirkan wanita. Bu"kan wanita yang penting
baginya, melainkan pe"kerjaannya! Pekerjaannya"lah yang
merupakan mi"nat dan kesenangannya"ya, juga citra
petualang"annya terpenuhi! Bila John sedang dalam ke"
adaan tak sadar, kapan saja, dan dia disuruh menye"but"
kan nama seorang wanita yang paling banyak memenuhi
pikirannya, tahukah Anda siapa yang akan di"sebutnya"
Mrs. Crabtree." "Mrs. Crabtree?" Poirot merasa heran. "Siapa pula
Mrs. Crabtree?" Suara Henrietta mengandung nada haru waktu men"
jawab. "Dia seorang wanita tua"jelek, kotor, keriput, dan
sangat keras hati. John amat memikirkannya. Dia se"
orang pasien di Rumah Sakit St. Chris"topher. Dia men"
derita penyakit yang bernama penyakit Ridgeway. Pe"
226 THE HOLLOW.indd 226 nyakit itu sangat langka, tapi bila kita kena, kita pasti
mati. Sama sekali belum ada pengobatannya. Tapi John
sedang ber"usaha untuk menemukan pengobatan itu.
Saya tak dapat menjelaskannya secara teknis. Semua ru"
mit sekali"sesuatu yang berhubungan dengan pe"
ngeluaran hormon. Dia sedang mengadakan ekspe"ri"meneksperimen, dan Mrs. Crabtree itulah pa"sien
percoba"annya, sebab nenek itu punya ke"beranian. Dia
ingin hi"dup, dan dia suka sekali pada John. Dia dan
John sedang berjuang bersama. Penyakit Ridgeway dan
Mrs. Crabtree merupakan dua hal yang paling banyak
me"menuhi pikiran John selama berbulan-bulan ini,
siang dan malam. Boleh dikatakan tak ada hal lain yang
diang"gapnya lebih penting. Itulah John. Dia tidak
seperti dok"ter-dokter Harley Street biasa yang hanya
meng"urusi wanita-wanita kaya yang gendut-gendut. Itu
hanya pekerjaan sambilan baginya. Baginya yang
terpenting ada"lah rasa ingin tahu ilmiah yang mendalam
dan hasil"nya. Saya... ah, kalau saja saya bisa membuat
Anda me"ngerti."
Kedua belah tangan Henrietta terangkat dalam gerak"
an aneh yang menyatakan rasa putus asa, dan Hercule
Poirot berpikir betapa indah dan halus tangan-tangan
itu. "Kelihatannya Anda-lah yang betul-betul mema"
haminya," katanya. "Oh, ya. Saya memahaminya. John
sering datang dan berbicara. Mengertikah Anda" Sebe"
narnya bukan pada saya dia berbicara"saya rasa boleh
dikatakan pada dirinya sendiri. Dengan cara begitu,
hal-hal menjadi jelas baginya. Kadang-kadang dia ham"
pir putus asa. Dia tak mengerti bagaimana cara meng"
227 THE HOLLOW.indd 227 atasi keracunan yang meninggi, lalu dia men"dapatkan
ilham untuk menyelang-nyelingkan pengo"batan. Saya
tak bisa menjelaskannya pada Anda bagai"mana sebe"
narnya. Pokoknya itu merupakan suatu per"jua"ngan.
"Anda pasti tak bisa membayangkan rasa pe"nasaran
dan pemusatan tenaga dan pikirannya, dan juga siksaan
batin yang dialaminya. Dan kadang"-kadang keletihan"
nya yang luar biasa..."
Ia diam beberapa lama, matanya tampak gelap pe"
nuh kenangan. Dengan rasa ingin tahu, Poirot bertanya, "Apa"kah
Anda sendiri memiliki pengetahuan teknis?"
Henrietta menggeleng. "Tidak juga. Sekadar cukup untuk mengerti apa
yang dibicarakan John. Saya punya buku-buku, dan
saya mem"baca tentang hal itu."
Ia diam lagi, wajahnya melembut, bibirnya agak ter"
buka. Pasti ia sedang mengenang, pikir Poirot.
Dengan mendesah dikembalikannya pikirannya ke
masa kini. Ia memandangi Poirot dengan mu"rung.
"Alangkah baiknya bila saya bisa membuat Anda
mengerti..." "Anda sudah membuat saya mengerti, Made"moi"
selle." "Sungguh?" "Ya. Kita bisa mengenali kebenaran, kalau kita men"
dengar"nya." "Terima kasih. Tapi saya rasa tidak begitu mu"dah
men"jelaskannya pada Inspektur Grange."
"Mungkin tidak. Dia akan memusatkan pikiran pada
segi pribadi korban."
228 THE HOLLOW.indd 228 "Padahal itulah yang paling tak penting"sama sekali
tak penting," kata Henrietta dengan geram.
Alis Poirot naik lambat-lambat. Henrietta mem"
Istana Lima Bidadari 1 Mayat Kesurupan Roh Karya Khu Lung Sang Penebus 7