Pencarian

Rumah Gema 5

Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie Bagian 5


sudah maklum kita tak jadi nekat naik kereta api jam
dua lewat seperempat, dan aku mengerti bahwa kita tak
perlu mempersoalkan kereta api yang jam empat lewat
seperempat, tapi jangan sentuh soal itu lagi."
Edward tersenyum. "Tidak, aku tidak mengusulkan supaya kita naik ke"
reta api yang jam empat lewat seperempat. Tapi aku
302 THE HOLLOW.indd 302 minta kau pergi ke Ainswick, Midge. Kuminta kau ting"
gal di sana untuk selamanya"artinya ka"lau kaupikir
kau bisa tahan menghadapi aku."
Midge terbelalak memandangi Edward lewat tepi
cangkir kopinya. Lalu diletakkannya cangkir itu de"ngan
tangan yang diusahakannya supaya mantap.
"Apa maksudmu sebenarnya, Edward?"
"Kuminta kau menikah denganku, Midge. Kuakui,
lamaran ini memang tidak romantis. Aku ini laki-"laki
yang membosankan, aku tahu itu, dan aku juga tak
begitu pandai dalam hal apa pun. Aku hanya membaca
buku-buku dan mengerjakan hal-"hal yang tak berarti.
Tapi, meskipun aku bukan orang yang sangat mendebar"
kan, kita sudah saling mengenal lama sekali, dan kurasa...
yah, kurasa Ainswick sendiri akan bisa menutupi segala
keku"ranganku. Kurasa kau akan berbahagia di Ains"wick,
Midge. Maukah kau ikut?"
Dua atau tiga kali Midge harus menelan ludah, lalu
ia berkata, "Tapi kukira... Henrietta..." Lalu ia berhenti.
Dengan suara datar dan tanpa emosi, Edward ber"
kata, "Ya, tiga kali aku meminta Henrietta un"tuk meni"
kah denganku. Tapi setiap kali dia me"nolak. Yah, Hen"
rietta yakin benar apa-apa yang tak diinginkannya."
Hening sebentar, lalu Edward berkata, "Nah, Midge
sayang, bagaimana?" Midge mengangkat wajahnya, memandangi Ed"ward.
Suaranya seperti tercekat waktu ia berkata, "Rasanya
luar biasa sekali. Aku serasa ditawari surga di atas pi"
ring, di Berkeley ini!"
Wajah Edward menjadi cerah. Digenggamnya tangan
Midge sebentar. 303 THE HOLLOW.indd 303 "Surga di atas piring," katanya. "Begitukah pe"rasaan"
mu mengenai Ainswick" Aku senang sekali."
Mereka duduk dengan bahagia. Akhirnya Ed"ward
membayar harga makanan, dan memberikan tip besar.
Pengunjung di restoran itu mulai berkurang. De"
ngan susah payah Midge berkata, "Kita harus per"gi.
Kurasa sebaiknya aku kembali ke toko Ma"dame Alfrege.
Bagai"mana"pun juga, dia mengha"rapkan aku. Tak pantas
kalau aku pergi begitu saja."
"Ya, kurasa kau memang harus kembali dan langsung
minta berhenti, atau menyampaikan surat pernyataan
berhenti, atau apalah. Tapi kau tak boleh kembali ke
sana untuk bekerja. Aku tak mau. Dan kurasa sebaiknya
kita pergi dulu ke salah satu toko di Bond Street,
tempat orang men"jual cincin."
"Cincin?" "Begitu kebiasaannya, bukan?"
Midge tertawa. Dalam cahaya remang-remang di toko perhias"an,
Mid"ge dan Edward membungkuk di atas nam"pan-nam"
pan berisi cincin-cincin pertunangan yang berkilau"an,
sementara seorang pramuniaga yang sopan memperhati"
kan mereka dengan sabar. Sambil menjauhkan sebuah nampan yang ber"alas
beludru, Edward berkata, "Jangan yang ber"batu zam"
rud." Henrietta yang mengenakan setelan triko ber"warna
hijau"Henrietta dalam gaun malam yang warnanya se"
perti batu giok Cina... Jangan, jangan yang bermata zamrud.
Midge menekan rasa pedih yang agak menusuk di
hatinya. 304 THE HOLLOW.indd 304 "Tolong pilihkan untukku," katanya pada Ed"ward.
Edward menunduk lagi di atas nampan-nampan di
hadapan mereka. Lalu diambilnya sebentuk cin"cin ber"
mata berlian tunggal. Permatanya tidak ter"lalu besar,
tapi warna dan cahayanya bagus sekali.
"Aku suka yang ini."
Midge mengangguk. Ia senang Edward memper"lihat"
kan seleranya yang tinggi dan tanpa cacat. Dipasangnya
cincin itu di jarinya. Edward dan pemilik toko itu mem"
perhatikan. Edward menulis sehelai cek sebesar 342 pound, lalu
kembali menatap Midge sambil ter"senyum.
Katanya, "Mari kita pergi dan bersikap kasar pada
Madame Alfrege." 305 THE HOLLOW.indd 305 BAB XXV "Wah, sayangku, aku senang sekali!" Lady Ang"katell
mengulurkan tangannya yang halus pada Ed"ward, dan
dengan tangan yang sebelah lagi ia merangkul Midge.
"Tindakanmu tepat, Edward, untuk mengajaknya
meninggalkan toko yang mengerikan itu, dan lang"sung
membawanya kemari. Tentu dia harus tinggal di sini,
dan akan berangkat dari sini sebagai pe"ngantin. Kau
kan tahu Gereja St. George, yang hanya berjarak empat
se"tengah kilometer dari sini, kalau kita lewat jalan
umum. Sebenarnya, kalau melalui hutan hanya satu se"
tengah kilometer. Tapi tak ada orang yang pergi meni"
kah lewat hutan. Dan kurasa harus Pendeta sendiri yang
menikah"kan"kasihan orang itu, dia selalu menderita
flu setiap musim gugur, sedangkan pendeta pemban"tu"
nya... yah, suaranya tinggi sekali. Jadi upacara"nya akan
jauh lebih mengesankan, dan juga lebih syahdu, kata"
nya. Mengerti"kah kalian maksudku" Rasa"nya sulit untuk
tetap men"jaga konsentrasi bila ada orang berbicara
dengan suara lewat hidung."
Itu memang cara khas Lucy menanggapi se"suatu,
pikir Midge. Ia jadi ingin tertawa dan me"nangis.
306 THE HOLLOW.indd 306 "Aku memang ingin sekali menikah dari sini, Lucy,"
katanya. "Kalau begitu, beres, Sayang. Kurasa satin ber"warna
putih kekuningan akan bagus sekali, dan kitab Injil-nya
yang berwarna gading. Tak usah dengan buket bunga.
Bagaimana dengan pengiring pengantin?"
"Tak usah. Aku tak ingin yang hebat-hebat. Pernikah"
an yang biasa-biasa saja."
"Aku tahu apa maksudmu, Sayang, dan kurasa kau
me"mang benar. Pada pernikahan musim gu"gur, bunga"
nya hampir selalu krisan. Aku selalu menganggap bunga
itu kurang menarik. Lalu me"ngenai pengiring pengan"
tin, memang biasanya ma"kan waktu lama sekali untuk
memilihnya, dan kalau kurang hati-hati, mereka akan
tak serasi. Selalu ada seorang yang jelek sekali, yang me"
rusak seluruh keindahan, tapi dia harus diikutsertakan
karena dia adalah adik mempelai laki-laki, umpamanya.
Tapi...," wajah Lady Angkatell ber"seri, "Edward tak pu"
nya saudara perempuan."
"Rupanya itu merupakan salah satu keuntungan
bagiku," kata Edward sambil tersenyum.
"Tapi anak-anak selalu mengganggu pada per"nikah"
an," kata Lady Angkatell lagi, dengan senang melanjut"kan
jalan pikirannya sendiri. "Semua orang berkata, "Wah,
manis sekali!" padahal, aduh... me"ngerikan! Mereka suka
menginjak ekor kerudung pengantin, atau menangis ber"
teriak-teriak mencari pengasuh, dan sering sekali mereka
mabuk. Aku sering berpikir, bagaimana seorang gadis bisa
ber"jalan menuju altar dengan pikiran tenang, kalau dia
tak yakin apa yang terjadi di belakangnya."
"Tak perlu ada apa-apa di belakangku," kata Midge
307 THE HOLLOW.indd 307 dengan ceria. "Bahkan kerudung pun tidak. Aku bisa
menikah dengan memakai jas dan rok biasa."
"Oh, jangan, Midge, seperti janda saja! Tidak. Harus
dari bahan satin berwarna putih kekuningan, tapi tidak
dibeli di toko Madame Alfrege."
"Tentu tidak dari toko Madame Alfrege," kata Ed"ward.
"Kau akan kubawa ke toko Mireille," kata Lady
Angka"tell. "Lucy tersayang, aku tak mampu membeli di Mireille."
"Omong kosong, Midge. Aku dan Henry yang akan
membelikan pakaian pengantinmu. Dan tentu Henry
yang akan mengantarmu ke altar. Aku benar"-benar ber"
harap celananya belum sempit. Soalnya sudah hampir
dua tahun yang lalu dia terakhir kali menghadiri per"
nikah"an. Dan aku akan mengena"kan..."
Lady Angkatell diam sebentar dan memejamkan ma"
ta". "Ya, Lucy?" "Baju berwarna biru hydrangea," kata Lady Angkatell
dengan suara orang yang sedang asyik. "Edward, kurasa
kau akan meminta salah seorang temanmu untuk men"
jadi saksi, meskipun sebenar"nya ada David. Kurasa itu
baik sekali bagi David. Itu akan memberinya kese"
nangan, dan dia akan merasa kita semua menyukainya.
Aku yakin itu penting sekali artinya bagi David. Pasti
mengesal"kan sekali kalau kita merasa diri kita pandai
dan cerdas, tapi toh tak ada orang yang menyukai kita!
Tapi sebaliknya, ada risikonya meminta dia sebagai saksi.
Mungkin dia akan menghilangkan cincin kawin, atau
cincin itu jatuh pada saat terakhir. Dan Edward akan
ter"ganggu. Tapi akan baik se"kali bila kita tetap mengumpul"
308 THE HOLLOW.indd 308 kan semua orang yang ada di sini saat terjadinya peristiwa
pem"bunuhan itu."
Lady Angkatell mengucapkan kata-kata terakhir itu
dengan nada yang amat biasa.
"Orang akan berkata, "Lady Angkatell mengun"dang
beberapa orang tamu untuk suatu pembunuh"an, pada
musim gugur ini.?" kata Midge.
"Ya," kata Lucy merenung. "Kurasa begitulah kirakira. Suatu pesta untuk bermain tembak-tem"bakan. Tahu"
kah kalian, kalau dipikir sebenarnya begitulah keadaan"
nya!" Midge bergidik dan berkata, "Yah, bagaimana"pun
juga, itu sudah berlalu sekarang."
"Belum benar-benar berlalu. Pemeriksaan pen"dahu"
luan"nya harus ditunda. Inspektur Grange yang manis itu
masih menyebar anak buahnya di mana-"mana. Seenaknya
saja mereka mencari-cari di hu"tan pohon kenari dan
mengejutkan burung-burung, dan seenaknya saja muncul
dengan tiba-tiba di suatu tempat."
"Apa sih yang mereka cari?" tanya Edward. "Revolver
yang dipakai untuk menembak Chris"tow-kah?"
"Kurasa begitulah. Mereka bahkan masuk ke rumah
dengan membawa surat perintah penggeledahan. Inspek"
tur memang meminta maaf sebesar-"besarnya sehu"bungan
dengan itu. Dia malu sekali. Kataku, yah, dengan segala
senang hati. Itu me"narik juga. Mereka mencari di manamana. Aku mengikuti mereka berkeliling, dan aku bah"
kan me"nunjukkan satu-dua tempat yang tak terpikirkan
oleh mereka. Tapi mereka tidak menemukan apa"-apa.
Mengecewakan sekali. Kasihan Inspektur Grange. Dia ke"
li"hatan agak kurus, dan dia me"narik-narik kumis terus.
309 THE HOLLOW.indd 309 Seharusnya istrinya memberinya makanan yang lebih
bergizi, meng"ingat segala kesulitan yang harus diha"dapi"
nya. Tapi aku bisa membayangkan, istrinya pasti se"
orang wanita yang lebih suka mengurus perabot rumah
tangga daripada memasak makanan lezat. Oh, ya, aku
jadi ingat, aku harus menemui Mrs. Medway. Lucu
kalau dipikir mengapa para pem"bantu rumah tangga tak
suka pada polisi. Puding kejunya semalam benar-benar
tidak enak. Puding dan kue selalu bisa menunjukkan
bila si pembuat sedang tak seimbang jiwanya. Seandai"
nya tak ada Gudgeon yang mempertahankan mereka,
aku yakin separuh dari mereka sudah berhenti. Sebaik"
nya ka"lian berdua pergi berjalan-jalan, dan membantu
polisi mencari revolver itu."
*** Hercule Poirot duduk di sebuah bangku, dari mana ia
bisa melihat kelompok pohon kenari di atas kolam
renang. Ia tidak merasa melanggar wilayah orang, karena
Lady Angkatell telah mem"persilakannya dengan manis
sekali untuk berjalan-"jalan di mana saja dan kapan saja.
Sikap manis Lady Angkatell itulah yang sedang dipikir"
kan Her"cule Poirot pada saat ini.
Sekali terdengar olehnya derak ranting-ranting di
atas, atau terlihat suatu sosok yang bergerak di celahcelah pohon-pohon kenari di bawahnya.
Tak lama kemudian, Henrietta datang lewat ja"lan se"
tapak, dari arah jalan umum. Ia berhenti sebentar waktu
310 THE HOLLOW.indd 310 melihat Poirot. Lalu ia datang, dan duduk di dekatnya.
"Selamat pagi, M. Poirot. Saya baru saja pergi ke
rumah Anda. Tapi Anda sedang keluar. Anda kelihatan
seperti seorang olahragawan. Apakah Anda sedang
mengetuai pencarian" Inspektur ke"lihatannya aktif se"
kali. Apa yang mereka cari" Revolverkah?"
"Ya, Miss Savernake."
"Apakah menurut Anda mereka akan menemu"kan"


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nya?" "Saya rasa begitu. Mungkin tak lama lagi."
Henrietta melihat padanya dengan pandangan ber"
tanya. "Kalau begitu, apakah Anda punya bayangan di
mana benda itu?" "Tidak. Tapi saya rasa benda itu akan segera ditemu"
kan. Sudah waktunya benda itu ditemukan."
"Kata-kata Anda aneh sekali, M. Poirot!"
"Hal-hal aneh terjadi di sini. Cepat sekali Anda kem"
bali dari London, Mademoiselle."
Wajah Henrietta menjadi kaku. Ia tertawa getir
sebentar. "Pembunuh selalu kembali ke tempat kejahatan
terjadi. Begitu menurut kepercayaan lama, bukan" Jadi
Anda tetap berpikir bahwa sayalah yang me"lakukannya!
Anda tak percaya pada saya waktu saya katakan bahwa
saya tidak akan... bahwa saya tak bisa membunuh siapa
pun?" Poirot tidak segera menjawab. Akhirnya ia ber"kata
sambil merenung, "Sejak awal, saya sudah menganggap
bahwa pembunuhan ini terlalu seder"hana. Demikian
sederhana, hingga sulit mem"ercayainya"karena ke"se"der"
311 THE HOLLOW.indd 311 ha"naan, Mademoi"selle, anehnya justru bisa menge"
cewakan. Kalau tidak, pembunuhan itu luar biasa rumit"
nya. Mak"sud saya, kita bertarung melawan suatu otak
yang mampu berkilah, dan mampu menemukan hal-hal
penuh tipu muslihat, hingga setiap kali kita seperti akan
menemukan kebenarannya, ternyata kita dibawa ke ja"
lan yang menyimpang dari kebenaran, diarahkan ke sua"
tu titik yang... berakhir di keham"paan. Kesia-siaan yang
jelas itu, kegersangan yang tak berkesudahan itu, tak
benar"itu buatan, itu direncana"kan. Ada otak yang sa"
ngat cerdik dan pandai, berkomplot melawan kami sela"
ma ini, dan dia berhasil."
"Jadi?" kata Henrietta. "Apa hubungan semua itu de"
ngan saya?" "Otak yang berkomplot melawan kami adalah otak
orang yang kreatif, Mademoiselle."
"Saya mengerti. Jadi sayalah otak itu?"
Henrietta tidak berkata apa-apa lagi, bibirnya ter"katup
rapat-rapat dengan getir. Dari saku jaketnya dikeluar"
kannya sebatang pensil, lalu iseng-"iseng digambar"nya
sebuah pohon khayalan pada bangku kayu bercat putih
itu. Hal itu diker"jakannya sambil mengerutkan dahi.
Poirot memperhatikannya. Sesuatu menyentuh ingatan?"
nya waktu ia berdiri di ruang tamu utama Lady Angkatell
pada petang hari, waktu peristiwa itu terjadi. Ia sedang
menunduk, melihat ke setum"puk catatan permainan
bridge. Lalu waktu ia sedang berdiri di dekat meja besi
yang dicat, di dalam pondok peristirahatan esok paginya,
dan pertanyaan yang diajukannya pada Gudgeon.
Lalu katanya, "Itulah yang Anda gambar pada pen"
catat permainan bridge Anda"sebatang pohon."
312 THE HOLLOW.indd 312 "Ya." Henrietta tiba-tiba sadar akan apa yang sedang
dilakukannya. "Ini Ygdrasil, M. Poirot." Lalu ia ter"tawa.
"Mengapa itu Anda sebut Ygdrasil?"
Henrietta menjelaskan asal mula nama Ygdrasil.
"Jadi kalau Anda mencoret-coret, selalu Ygdrasil
yang Anda gambarkan?"
"Ya. Mencoret-coret itu suatu kebiasaan yang aneh,
ya?" "Di bangku ini, pada catatan permainan bridge pada
malam Minggu yang lalu, dan di pondok peristirahatan
pada hari Minggu paginya..."
Tangan Henrietta yang memegang pensil tiba-"tiba
mengejang, lalu berhenti menggambar. "Di pondok
peristirahatan?" tanyanya dengan nada he"ran.
"Ya, di meja besi yang bundar di sana."
"Oh, itu pasti pada... pada petang hari Sabtu."
"Bukan pada petang hari Sabtu. Waktu Gudgeon
mengantar gelas-gelas ke pondok itu, kira-kira jam dua
belas tengah hari Minggu, tak ada gambar di meja itu.
Saya bertanya pada Gudgeon, dan dia yakin sekali menge"
nai hal itu." "Kalau begitu, itu tentu," "ia bimbang seben"tar"
"ya, tentu pada petang hari Minggu."
Tapi, sambil tetap tersenyum menyenangkan, Her"
cule Poirot menggeleng. "Saya rasa tidak. Anak buah Grange berada di kolam
sepanjang petang hari Minggu, membuat foto jenazah,
mengeluarkan revolver dari air. Se"telah senja, baru mere"
ka pergi. Mereka pasti me"lihat setiap orang yang masuk
ke pondok itu." Henrietta berkata lambat-lambat, "Sekarang saya
313 THE HOLLOW.indd 313 ingat. Saya pergi ke sana agak malam"setelah makan
malam..." Poirot memotong bicaranya dengan tajam.
"Orang tidak mencoret-coret dalam gelap, Ma"
demoiselle. Apakah Anda ingin mengatakan pada saya
bahwa Anda masuk ke pondok peristirahatan itu pada
malam hari, lalu berdiri di dekat meja dan menggambar
sebatang pohon, tanpa bisa melihat apa yang sedang
Anda gambar?" Dengan tenang Henrietta berkata, "Saya menga"takan
yang sebenarnya. Wajar saja kalau Anda tak percaya.
Anda punya gagasan-gagasan Anda sen"diri. Omongomong, apa sih gagasan Anda?"
"Saya akan mengemukakan bahwa Anda berada di
pondok peristirahatan itu pada hari Minggu setelah jam
dua belas siang, pada waktu Gudgeon membawa keluar
gelas-gelas. Anda berdiri di de"kat meja itu, memperhati"
kan seseorang, atau me"nunggu seseorang, dan tanpa
sadar Anda keluarkan pensil, dan Anda gambarkan
Ygdrasil tanpa me"nyadari benar apa yang sedang Anda
lakukan." "Saya tidak berada di pondok peristirahatan pada
hari Minggu. Saya duduk di beranda luar sebentar, lalu
saya mengambil keranjang kebun dan pergi ke bedengan
bunga dahlia. Saya meng"gunting pucuk-pucuknya, dan
mengikat beberapa batang bunga daisy Michaelmas yang
tidak rapi. Lalu, tepat jam satu saya pergi ke kolam
renang. Semua itu sudah saya ceritakan pada Inspektur
Grange. Saya tak pernah datang ke dekat kolam itu
sebelum jam satu, sesaat setelah John tertem"bak."
"Itu cerita Anda," kata Hercule Poirot. "Tapi
314 THE HOLLOW.indd 314 Ygdrasil, Mademoiselle, memberikan bukti yang
memberatkan Anda." "Saya berada di pondok peristirahatan, dan saya
menembak John. Itukah maksud Anda?"
"Anda ada di sana, dan Anda menembak Dr. Chris"
tow, atau Anda berada di sana dan Anda melihat siapa
yang menembak Dr. Christow, atau seseorang yang tahu
tentang Ygdrasil ada di sana, dan dengan sengaja meng"
gambarnya di meja itu untuk menjatuhkan tuduhan
pada Anda." Henrietta bangkit. Ia berbalik menghadapi Poirot
dengan dagu terangkat. "Anda masih tetap menduga bahwa saya yang me"
nembak John Christow. Anda pikir Anda bisa mem"buk"ti"
kan bahwa saya yang menembaknya. Nah, saya kata"kan
ini pada Anda. Anda takkan pernah bisa me"m"buk"ti"
kannya. Tidak akan!"
"Anda pikir Anda lebih pintar daripada saya?"
"Anda takkan pernah bisa membuktikannya," kata
Henrietta. Lalu ia berbalik, dan berjalan me"lewati jalan
setapak yang berliku-liku, yang me"nuju kolam renang.
315 THE HOLLOW.indd 315 BAB XXVI Grange masuk ke Resthaven untuk minum teh dengan
Hercute Poirot. Tehnya tepat benar seperti yang sudah
diduganya"cair sekali, dan teh Cina lagi.
"Orang-orang asing ini tak tahu bagaimana cara
mem"buat teh, dan tak bisa pula diajar," pikir Grange.
Tapi ia tidak terlalu peduli. Ia sedang pesimistis. Dalam
keadaan demikian, satu hal yang tidak memuaskannya
justru jadi memberikan se"macam kepuasan yang getir.
Katanya, "Pemeriksaan pendahuluan yang ter"tunda
akan berlangsung lusa, dan apa yang sudah kita hasil"kan"
Sama sekali tak ada apa-apa! Pe"desaan sialan ini"dengan
hutannya yang berhek"tare-hektare luasnya. Perlu satu
pasukan tentara un"tuk menjelajahinya dengan saksama.
Tak ubahnya mencari jarum dalam tumpukan rumput
kering. Benda itu bisa ada di mana saja. Pokoknya kita
harus menghadapi kenyataan itu. Mungkin kita takkan
pernah menemukan revolver itu."
"Anda akan menemukannya," kata Poirot de"ngan
pasti. "Yah, pokoknya bukan karena kami kurang ber"usaha!"
316 THE HOLLOW.indd 316 "Anda akan menemukannya, cepat atau lambat. Dan
saya rasa bahkan bisa lebih cepat. Mau teh secangkir
lagi?" "Mau. Jangan, jangan pakai air panas,"
"Apakah itu tidak terlalu kental?"
"Oh, tidak, tidak terlalu kental." Inspektur me"
nyadari nada bicaranya yang mencela.
Dengan murung dihirupnya cairan berwarna pu"cat
itu. "Perkara ini menjengkelkan saya, M. Poirot"benarbenar menjengkelkan saya! Saya tak mengerti orangorang di sini. Mereka kelihatannya suka membantu,
tapi semua yang mereka ceritakan pada kita ternyata
malah menyesatkan." "Menyesatkan?" tanya Poirot. Matanya mem"bayang"
kan rasa terkejut. "Ya, saya mengerti. Me"nyesatkan..."
Inspektur makin kesal. "Revolver itu, umpamanya. Menurut kesaksian me"
dis, Christow ditembak hanya beberapa menit sebelum
Anda tiba. Lady Angkatell membawa ke"ranjang telur
itu, Miss Savernake membawa se"buah keranjang kebun
yang penuh dengan pucuk-"pucuk bunga yang kering,
dan Edward Angkatell memakai jas menembak yang
longgar, dengan saku besar-besar penuh peluru. Salah
seorang di antara mereka bisa saja melarikan revolver
itu. Barang itu tidak disembunyikan di dekat kolam
renang. Anak buah saya telah memeriksa tempat itu
dengan teliti, jadi itu pasti tak mungkin."
Poirot mengangguk. Grange berbicara terus.
"Gerda Christow telah menjadi korban tuduhan
palsu. Oleh siapa" Dalam hal itulah setiap petun"juk
yang saya ikuti agaknya lenyap begitu saja."
317 THE HOLLOW.indd 317 "Apakah cerita-cerita tentang bagaimana mereka
menghabiskan waktu di pagi hari itu memuaskan?"
"Cerita-ceritanya sendiri tak apa-apa. Miss Savernake
berkebun. Lady Angkatell mengumpul"kan telur. Edward
Angkatell dan Sir Henry me"nembak, lalu berpisah
setelah hari agak siang. Sir Henry kembali ke rumah,
sedangkan Edward Ang"katell turun ke kolam renang
melalui hutan. Anak muda yang seorang lagi berada di
dalam kamar tidurnya, membaca. Tempat yang aneh un"
tuk membaca pada hari yang cerah. Tapi katanya dia
me"mang suka tinggal di rumah dengan buku-buku.
Miss Hardcastle membawa buku ke kebun buah-"buah"
an. Semua kedengarannya wajar sekali dan masuk akal,
dan hal itu tak perlu lagi diselidiki. Gudgeon meng?"antar
senampan gelas ke luar, ke pondok peristirahatan, kirakira jam dua belas. Dia tak dapat mengatakan di mana
para tamu berada atau apa yang mereka lakukan. Secara
kasar, ada sesuatu yang memberatkan mereka semua."
"Begitukah?" "Tentu. Tapi orang yang paling dicurigai adalah
Veronica Cray. Dia telah bertengkar dengan Chris"tow,
dia membenci keberanian laki-laki itu. Besar kemung"
kinan dia telah menembaknya, tapi saya tak bisa mene"
mukan bukti sekecil apa pun bahwa dialah yang telah
menembak Christow. Tak ada bukti bahwa dia men"
dapat kesempatan mencuri revolver-revolver dari koleksi
Sir Henry. Tak ada orang yang melihatnya mendatangi
atau mening"galkan kolam renang hari itu. Sedangkan
revolver yang hilang itu sama sekali tidak ada padanya
sekarang." "Oh, Anda sudah meyakinkan diri mengenai hal
itu?" 318 THE HOLLOW.indd 318 "Apa pikir Anda" Kita sebenarnya boleh meng"adakan
penggeledahan, tapi itu tak perlu. Dia ber"sikap luwes
dalam hal itu. Benda itu tak ada di mana pun di bunga"lo
kecil itu. Setelah pemerik"saan pendahuluan ditunda,
kami terus membuntuti Miss Cray dan Miss Savernake,
ke mana pun mereka pergi, dan apa pun yang mereka
lakukan. Kami menempatkan seseorang untuk meng"awasi
Veronica. Tak ada tanda-tanda bahwa dia mencoba mem"
buang atau menyembunyikan revolver itu di sana."
"Dan Henrietta Savernake?"
"Tak ada apa-apa pula di sana. Dia langsung kembali
ke Chelsea, dan sejak itu kami mengawasi"nya terus.
Revolver itu tak ada di dalam studionya atau pada diri"
nya. Dia tampaknya senang mengha"dapi penggeledahan.
Kelihatannya dia merasa geli. Beberapa di antara hasil
karyanya membuat anak buah kami ketakutan. Katanya
dia tak habis pikir mengapa orang-orang mau membuat


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

barang-barang seperti itu"patung-patung yang penuh
gumpalan dan benjolan, potongan-potongan kuningan
dan alu"minium yang dibengkok-bengkokkan menjadi
ben"tuk-bentuk aneh, kuda yang tidak kelihatan seperti
kuda..." Poirot tersentak sedikit.
"Kuda kata Anda?"
"Seekor kuda. Kalaupun itu bisa disebut kuda! Kalau
orang ingin membuat patung kuda, mengapa dia tidak
melihat kuda dulu!" "Seekor kuda," ulang Poirot.
Grange menoleh. "Apa yang membuat Anda begitu tertarik, M. Poi"
rot" Saya tak mengerti."
319 THE HOLLOW.indd 319 "Asosiasi, sesuatu yang berhubungan dengan psi"
kologi." "Asosiasi antara kata-kata" Seperti kuda dengan ge"
robak" Kuda goyang mainan anak-anak" Tidak, saya tak
mengerti. Pokoknya, satu-dua hari ke"mudian, Miss Saver"
nake ber"kemas dan datang ke"mari. Tahukah Anda?"
"Ya, saya sudah bercakap-cakap dengannya, dan saya
me"lihatnya berjalan-jalan di hutan."
"Ya, dia tampak gelisah. Yah, soalnya dia me"mang
punya hubungan gelap dengan dokter itu, dan ucapan
"Henrietta" waktu Christow akan me"ninggal itu boleh
dikatakan suatu dakwaan. Tapi itu pun belum bisa di"
pasti"kan, M. Poirot."
"Tidak," kata Poirot merenung, "memang belum
pasti." Dengan berat Grange berkata, "Ada sesuatu dalam
suasana di sini. Kami jadi bingung! Kelihatannya seolaholah mereka semua tahu sesuatu. Lady Angkatell umpa"
manya, dia tak pernah bisa memberikan alasan yang cu"
kup baik mengapa dia membawa sebuah revolver keluar
hari itu. Gila-"gilaan berbuat begitu. Kadang-kadang saya
pikir dia memang gila."
Poirot menggeleng perlahan-lahan.
"Tidak," katanya, "dia tidak gila."
"Lalu ada pula Edward Angkatell. Saya pikir saya
bisa melibatkan dia. Lady Angkatell berkata... tidak, dia
hanya mengisyaratkan, bahwa Ed"ward sudah ber"tahuntahun mencintai Miss Saver"nake. Nah, itu meru"pakan
motif yang memberatkannya. Tapi sekarang saya dengar,
dengan gadis yang seorang lagi"Miss Hard"castle"dia
bertu"nangan. Jadi hancur lagi soal yang mem?"beratkan
dia." 320 THE HOLLOW.indd 320 Poirot bergumam menunjukkan pengertiannya.
"Kemudian anak muda yang seorang lagi itu," kata
Inspektur lagi. "Lady Angkatell telah men"ceritakan se"
suatu tentang dia. Agaknya ibunya me"ninggal di sebuah
sanatorium, gara-gara kelainan jiwa. Dia merasa dikejarkejar. Pikirnya semua orang berkomplot akan mem"bu"
nuh"nya. Nah, Anda mengerti apa artinya itu. Bila anak
muda itu me"warisi jiwa tak waras itu, mungkin dia jadi
punya gagasan-gagasan mengenai Dr. Christow. Mung"
kin dibayangkannya dokter itu berencana untuk me"
nyatakan dirinya gila. Meskipun Christow bukan dokter
di bidang itu. Bidangnya adalah serangan saraf pada
saluran makanan dan penyakit tentang super... super
apa"lah. Tapi bila anak itu agak terganggu sarafnya, mung"
kin dibayangkannya Chris"tow berada di sini untuk
meng"adakan obser"vasi atas dirinya. Anak muda itu bersi"
kap" aneh. Dia gugup se"perti kucing."
Beberapa lama Grange duduk dengan tak se"nang.
"Mengertikah Anda maksud saya" Semua meru"pakan
tuduhan samar yang tidak memberikan kepastian apaapa."
Poirot bergerak lagi. Ia bergumam dengan suara halus.
"Semua menjauh, bukan mendekat. Dari, bukan ke. Tidak
berada di suatu tempat, bukan di suatu tempat. Ya, tentu,
pasti itu." Grange memandanginya lekat-lekat. Katanya, "Mereka
semua aneh, seluruh keluarga Angkatell itu. Kadangkadang saya berani bersumpah bahwa mereka semua
tahu tentang hal itu!"
"Pasti mereka tahu," kata Poirot dengan tenang.
"Maksud Anda mereka tahu, semua tahu si"apa yang
321 THE HOLLOW.indd 321 melakukannya?" tanya Inspektur dengan rasa tak per"
caya. Poirot mengangguk. "Ya, mereka tahu. Sudah beberapa lama saya berang"
gapan begitu. Sekarang saya yakin betul."
"Oh, begitu." Wajah Inspektur tampak kecut. "Dan
mereka menyembunyikan hal itu" Yah, saya masih bisa
mengalahkan mereka. Saya akan me"nemukan revolver
itu." Seingat Poirot, sudah berulang kali kata-kata itu di"
ucapkan oleh Inspektur. Dengan rasa geram Grange berkata lagi, "Saya mau
mengorbankan apa saja untuk membalas den"dam saya
pada mereka." "Dengan..." "Pada mereka semua! Berani-beraninya menga"caukan
saya! Memberikan saran-saran! Menyindir"-nyindir! Mem"
bantu anak buah saya"membantu kata mereka! Semua"
hanya merupakan suatu jaringan rumit yang tak ada
apa-apanya. Padahal yang saya inginkan adalah suatu
kenyataan yang baik dan kuat!"
Sudah beberapa lama Hercule Poirot berdiri di jen"
dela dan memandang ke luar. Matanya ter"tarik oleh se"
suatu yang mengganggu keserasian kebunnya.
Lalu ia berkata, "Anda ingin kenyataan yang kuat"
Eh bien, kalau saya tidak keliru benar, ada kenyataan
kuat di pagar hidup di dekat pintu pagar itu."
Mereka pergi ke jalan setapak di kebun. Grange ber"
lutut, misah-misahkan ranting-ranting, hingga ia dapat
melihat dengan baik barang yang tersem"bunyi di celahcelahnya. Ia mendesah dalam-dalam ketika sesuatu yang
hitam dan terbuat dari baja tersembul.
322 THE HOLLOW.indd 322 "Memang sebuah revolver," katanya.
Sesaat lamanya ia menatap Poirot dengan ragu.
"Tidak, tidak, Teman," kata Poirot. "Bukan saya yang
menembak Dr. Christow, dan saya tidak me"nyembunyi"
kan revolver itu dalam pagar hidup pe"karangan saya
sendiri." "Tentu tidak, M. Poirot! Maaf! Yah, kita sudah mene"
mukannya. Kelihatannya seperti yang hilang di ruang
kerja Sir Henry. Hal itu bisa kita pas"tikan segera setelah
kita mendapatkan nomornya. Lalu akan kita lihat apa"
kah revolver ini juga yang telah dipakai untuk me"nem"
bak Christow. Sekarang semuanya mudah."
Dengan sangat berhati-hati dan dengan meng"guna"
kan sehelai saputangan sutra, Grange menge"luarkan
revol"ver itu dari pagar hidup.
"Untuk mempermudah penyelidikan, kita me"mer"
lukan sidik jari. Saya punya perasaan bahwa nasib kita
membaik." "Tolong beri kabar pada saya."
"Tentu, M. Poirot. Akan saya telepon Anda."
Dua kali Poirot menerima telepon. Yang per"tama
diterimanya malam itu juga. Inspektur kede"ngarannya
senang sekali. "Anda-kah itu, M. Poirot" Nah, ini laporannya. Itu
memang revolver yang kita cari. Revolver yang hilang
dari koleksi Sir Henry, dan revolver yang telah diguna"
kan untuk menembak John Christow! Itu sudah pasti.
Banyak sidik jari di situ. Kelihatannya lebih mirip ukur"
an pria daripada wanita. Besok saya akan pergi ke The
Hollow untuk mengungkapkan pikiran saya ten"tang me"
reka, dan untuk mengambil sidik jari semua orang di
323 THE HOLLOW.indd 323 situ. Setelah itu, M. Poirot, kita akan mendapat kepas"
tian!" "Mudah-mudahan saja," kata Poirot dengan so"pan.
Telepon kedua diterimanya esok harinya, dan suara
yang berbicara tidak lagi gembira. Dengan nada murung
yang tidak disembunyikan, Grange berkata, "Inginkah
Anda mendengar berita ter"akhir" Sidik jari itu bukan
milik siapa-siapa yang berhubungan dengan perkara itu!
Bukan! Bukan sidik jari Edward Angkatell, bukan milik
David, bukan pula Sir Henry. Bukan sidik jari Gerda
Christow, bukan pula milik Savernake, bukan sidik jari
Veronica kita, bukan Lady Angkatell, bukan gadis kecil
berambut hitam itu! Bahkan juga bu"kan sidik jari pela"
yan dapur"apalagi salah se"orang yang lain!"
Poirot mengeluarkan suara yang menyatakan ke"pri"
hatinan. Dengan suara sedih, Inspektur Grange ber"kata
lagi, "Jadi kelihatannya perbuatan orang luar. Sese"orang
yang, katakanlah, mendendam pada Dr. Christow, dan
yang sama sekali tidak kita ketahui! Seseorang yang ti"
dak kelihatan dan tak bisa didengar telah men"curi re"
volver itu dari ruang kerja, dan setelah menem"bak, per"
gi lagi lewat jalan setapak, ke jalan umum. Sese"orang
yang telah menaruh revolver itu di pagar Anda dan ke"
mu"dian menghilang begitu saja!"
"Apakah Anda menghendaki sidik jari saya, Te"man?"
"Boleh juga. Saya baru ingat, M. Poirot, bahwa
Anda berada di tempat itu, dan secara umum Anda me"
ru"pakan tokoh yang paling dicurigai da"lam perkara ini!"
324 THE HOLLOW.indd 324 BAB XXVII Pengurus mayat berdeham, dan memandang de"ngan
penuh harap pada ketua juri.
Yang dipandangi menunduk, melihat kertas yang di"
pegangnya. Jakunnya turun-naik, menan"dakan kege"
lisahan"nya. Dengan suara berhati-hati dibacanya, "Kami
putuskan bahwa almarhum telah menemui ajalnya ka"
rena pembunuhan yang diren"canakan oleh seseorang
atau beberapa orang yang tak dikenal."
Poirot mengangguk dengan tenang. Ia duduk di
sudut, di dekat dinding. Tak mungkin ada keputusan lain.
Di luar gedung, suami-istri Angkatell berhenti seben"
tar untuk beramah-tamah dengan Gerda dan kakaknya.
Gerda mengenakan pakaian hitam yang dipakainya sebe"
lumnya. Wajahnya tetap menunjuk"kan ekspresi bingung
dan sedih. Kali ini tak ada mobil Daimler. Jasa kereta
api cukup baik, kata Elsie Patterson. Mula-mula naik
kereta api cepat ke Waterloo, dan dari sana dengan mu"
dah mereka bisa naik kereta api jam satu lewat dua
puluh ke Bexhill. 325 THE HOLLOW.indd 325 Sambil menjabat tangan Gerda, Lady Angkatell ber"
gumam, "Kau harus tetap berhubungan dengan kami,
Sayang. Bagaimana kalau suatu hari nanti kita makan
bersama di London" Kau sekali-sekali pergi berbelanja
juga, bukan?" "En... entah, ya," kata Gerda.
"Kita harus cepat-cepat, Sayang," kata Elsie Pat"
terson. "Ingat kereta api kita." Dan Gerda pun berbalik
dengan wajah lega. Midge berkata, "Kasihan Gerda. Satu-satunya hal po"
sitif akibat kematian John adalah dia terbebas dari ke"
sukaanmu untuk beramah-tamah, Lucy."
"Kau jahat sekali, Midge. Tak ada orang yang bisa
ber"kata bahwa aku tak mencoba."
"Makin kau coba, makin parah saja kau, Lucy."
"Yah, pokoknya senang sekali mengingat se"mua su"dah
berlalu, bukan?" kata Lady Ang"katell sambil me"mandang
mereka dengan berseri-"seri. "Kecuali bagi In"s"pek"tur Grange
tentunya. Aku benar-benar kasihan pada?"nya. Me"nurut
kalian, apakah dia akan terhibur ka"lau kita meng"undang"
nya untuk pulang dan makan siang bersama" Mak?"sudku
sebagai seorang tamu, tentu."
"Kupikir sebaiknya tak usah, Lucy," kata Sir Henry.
"Mungkin kau benar," kata Lady Angkatell me"
renung. "Lagi pula, makanan hari ini tidak cocok untuk
Ins"pektur Grange. Burung dimasak dengan kol, dan
souffle yang enak buatan Mrs. Medway. Itu sama sekali
tak cocok bagi Inspektur Grange. Bistik enak yang tidak
terlalu matang, dan sebuah tar apel tanpa macam-mac"
am"atau mungkin apel yang digoreng dengan te"pung,
yang akan kusuruh siapkan untuk Inspektur Grange."
"Nalurimu tentang makanan memang selalu baik,
326 THE HOLLOW.indd 326 Lucy. Sebaiknya kita pulang mendatangi burung kita
itu"kedengarannya enak sekali."
"Yah, kupikir sebaiknya kita mengadakan se"macam
perayaan. Senang sekali, ya, karena semua" selalu ber"
akhir dengan baik?" "Ya." "Aku tahu apa yang kaupikirkan, Henry, tapi jangan
khawatir, nanti siang akan kuurus."
"Apa lagi rencanamu, Lucy?"
Lady Angkatell tersenyum.
"Tak apa-apa, Sayang. Hanya ingin meluruskan apa
yang tak benar." Sir Henry menatapnya dengan ragu.
Waktu mereka tiba di The Hollow, Gudgeon keluar
untuk membukakan pintu mobil.
"Semuanya sudah berakhir dengan memuaskan, Gud"
geon," kata Lady Angkatell. "Katakan pada Mrs. Med"
way dan yang lain-lain. Aku tahu keadaan selama ini
sangat tak menyenangkan bagi kalian semua. Seka"rang
aku dan Sir Henry ingin mengatakan pada kalian se"


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mua, bahwa kami ber"dua sangat menghargai kesetiaan
yang telah kalian perlihatkan."
"Kami khawatir memikirkan Anda, Nyonya," kata
Gudgeon. "Kau baik sekali, Gudgeon," kata Lucy sambil masuk
ke ruang tamu utama, "tapi itu sebenarnya tak perlu.
Aku sebenarnya menyukai semua ini, sebab begitu
berbeda dari yang sudah biasa bagi kita. Tidakkah kau
merasa, David, bahwa peng"alaman seperti ini bisa me"
luaskan pikiran kita" Pasti berbeda sekali dengan di
Cambridge." 327 THE HOLLOW.indd 327 "Aku belajar di Oxford," kata David dengan nada
dingin. Dengan linglung Lady Angkatell berkata, "Ah,
lomba dayung tradisional itu! Itu khas Inggris, bukan?"
Lalu ia berjalan ke arah pesawat telepon.
Diangkatnya alat penerima telepon, lalu ia ber"kata
lagi, "Aku benar-benar berharap kau akan datang dan
menginap di sini lagi, David. Soalnya sulit sekali untuk
saling mengenal, gara-gara adanya pembu"nuhan itu.
Dan sulit sekali untuk berbincang-bin"cang mengenai
hal-hal intelek." "Terima kasih," kata David. "Tapi kalau aku libur
lagi, aku akan pergi ke Athena"ke British School di
sana." Lady Angkatell berpaling pada suaminya.
"Siapa yang mengepalai kedutaan di sana se"karang,
ya" Oh ya, Hope Remmington. Kurasa David tidak
akan menyukai mereka. Gadis-gadis di sana terlalu lin"
cah. Mereka main hockey dan cricket dan suatu per"
mainan lucu yang bolanya dimasukkan ke jala."
Kata-katanya terputus. Ia melihat ke alat pene"rima
telepon yang masih dipegangnya.
"Mau apa aku dengan benda ini?"
"Mungkin akan menelepon," kata Edward.
"Kurasa tidak." Lucy meletakkan kembali benda itu.
"Kau suka pesawat telepon, David?"
Itu pertanyaan khas Lucy, pikir David dengan kesal.
Pertanyaan yang tak mungkin bisa diberi jawaban yang
masuk akal. Dengan nada dingin dijawabnya bahwa me"
nurut dia, benda itu berguna.
"Maksudmu, seperti mesin gilingan daging?" kata
328 THE HOLLOW.indd 328 Lady Angkatell. "Atau tali karet. Bagaimanapun juga,
orang tidak akan..."
Kata-katanya terputus karena Gudgeon muncul di
pintu, memberitahukan bahwa makan siang su"dah ter"
sedia. "Kau suka burung, kan?" tanya Lady Angkatell pada
David. David mengakui bahwa ia suka burung.
"Kadang-kadang kupikir Lucy agak kurang wa"ras,"
kata Midge waktu ia sedang berjalan-jalan dengan
Edward, naik ke arah hutan.
Burung dan souffle-nya enak sekali. Dan karena
peme"riksaan pendahuluan sudah berakhir, beban berat
terasa hilang. Sambil merenung, Edward berkata, "Menurut pen"
dapatku, Lucy sebenarnya punya otak cemer"lang yang
pasti amat berguna dalam perlombaan mencari katakata yang hilang."
"Meskipun demikian," kata Midge dengan te"nang,
"aku kadang-kadang takut pada Lucy." Sam"bil agak ber"
gidik ditambahkannya, "Akhir-akhir ini tempat ini mem"
buatku takut." "The Hollow?" Edward berpaling padanya dengan wajah ter"kejut.
"Tempat ini selalu agak mengingatkan aku pada Ain"
swick," katanya. "Bukan dalam arti yang sebe"nar"nya..."
Midge menyela, "Justru itulah, Edward. Aku takut
akan apa-apa yang bukan sebenarnya. Sebab kita tak
tahu apa yang ada di baliknya. Seperti,.. ya, seperti
kedok." "Jangan terlalu berangan-angan, Midge kecil."
329 THE HOLLOW.indd 329 Nada bicara Edward sama dengan nada bicara yang
biasa dipakainya dulu. Nada bicara yang baik, yang
telah digunakannya selama bertahun-"tahun. Dulu Mid"
ge menyukainya, tapi sekarang tidak lagi. Ia ber"usaha
lebih menjelaskan maksud"nya"menjelaskan pada Ed"
ward bahwa di balik apa yang disebutnya angan-angan,
ada suatu ke"nyataan samar yang bisa dihayati.
"Di London aku.bebas dari hal itu, tapi begitu kem"
bali kemari, semua muncul lagi. Kurasa semua orang
tahu siapa yang telah membunuh John Christow. Satusatunya orang yang tidak tahu adalah aku."
Dengan kesal Edward berkata, "Haruskah kita me"
mikirkan dan berbicara tentang John Christow" Dia
sudah meninggal. Sudah meninggal dan sudah tak ada
lagi." Midge menggumamkan sebuah syair,
"Dia sudah meninggal dan tiada lagi
Dia sudah meninggal dan tiada lagi.
Di kepalanya ada tanah berumput hijau
Di tumitnya ada batu."
Dipegangnya lengan Edward. "Siapa, ya, yang mem"
bunuhnya" Kita mengira Gerda, tapi ternyata bukan
Gerda. Jadi siapa" Ceritakan padaku bagai"mana pikiran"
mu. Apakah seseorang yang tidak kita ketahui?"
Edward berkata dengan kesal, "Kurasa tak ada un"
tung"nya kita menduga-duga begini. Bila polisi tak bisa
menemukannya, atau tak bisa menemukan cukup bukti,
seluruh peristiwa ini boleh dibekukan, dan kita akan
bebas dari soal itu."
330 THE HOLLOW.indd 330 "Ya, tapi kita tak tahu..."
"Untuk apa kita ingin tahu" Apa hubungan kita
dengan John Christow?"
Dengan kita, pikir Midge, dengan aku dan Ed"ward.
Tak ada apa-apa! Itu pikiran yang mene"nangkan"dia
dan Edward, berpadu sebagai suatu kesatuan. Tapi walau
John telah terbaring di dalam kuburnya, dan kata-kata
pemakaman sudah dibaca"kan di atasnya, rasanya ia be"
lum cukup dalam terkubur. Ia sudah meninggal dan tia"
da, tapi John Christow tidak mati dan tiada"meski itu"
lah yang diinginkan Edward. John Christow masih ada di
sini, di The Hollow. "Akan ke mana kita?" tanya Edward.
Nada bicaranya mengejutkan Midge. "Mari kita ke
puncak bukit saja, ya?"
"Kalau kau suka."
Kelihatannya Edward agak enggan. Midge ingin
tahu mengapa. Biasanya ia paling suka berjalan-"jalan di
situ. Ia dan Henrietta hampir selalu ke situ. Pikirannya
ter"bentur dan terputus. Edward dan Henrietta! "Pernah"
kah kau kemari selama mu"sim gugur ini?"
Dengan kaku Edward menyahut, "Pada petang hari
pertama itu, aku dan Henrietta berjalan-jalan kemari."
Mereka berjalan terus tanpa berbicara.
Akhirnya mereka tiba di puncak, lalu duduk di se"
buah pohon tumbang. Dia dan Henrietta mungkin duduk di sini juga, pikir
Midge. Diputar-putarnya cincin di jarinya. Berliannya
memancar dengan dingin padanya. "Ja"ngan zamrud,"
kata Edward waktu itu. Dengan agak memaksakan, Midge berkata, "Pasti
331 THE HOLLOW.indd 331 menyenangkan sekali berada di Ainswick lagi pada hari
Natal." Edward agaknya tidak mendengarnya. Pikiran"nya
me"nerawang jauh. "Dia sedang berpikir tentang Henrietta dan ten"tang
John Christow," pikir Midge.
Sambil duduk di sini, mungkin ia telah menga"takan
sesuatu pada Henrietta, atau Henrietta yang mengatakan
sesuatu padanya. Henrietta tahu apa yang tak diingin"
kan"nya, tapi Edward masih tetap milik Henrietta. Dia
akan selalu menjadi milik Henrietta, pikir Midge.
Rasa pedih melandanya. Dunia impian yang di"huni"
nya selama minggu terakhir ini kini goyah, ter"ancam
pecah. Pikirnya, "Aku tak bisa hidup seperti ini terus?"
dengan Henrietta yang selalu berada dalam pikir"annya.
Aku tak bisa menghadapinya. Aku takkan tahan."
Angin bertiup melalui pohon-pohon"kini daun"daun berguguran dengan cepat, hampir tak ada lagi
yang ber"warna keemasan, yang ada hanya yang berwarna
cokelat. "Edward?" katanya.
Mendengar tekanan dalam suara Midge, Edward ter"
sentak. Ia berpaling. "Ya?" "Maafkan aku, Edward." Bibir Midge gemetar, tapi
dipaksakannya agar suaranya tenang dan ter"kendali.
"Aku harus mengatakannya padamu. Tak ada gunanya.
Aku tak bisa menikah denganmu. Pernikahan itu takkan
berhasil, Edward." "Tapi, Midge," kata Edward. "Tentunya Ains"wick..."
332 THE HOLLOW.indd 332 Midge menyela. "Aku tak bisa menikah denganmu hanya karena Ain"
swick, Edward. Kau... kau harus menyadari itu."
Lalu Edward mendesah, mendesah panjang dan halus.
Kedengarannya seperti gema daun-daun mati yang per"
lahan-lahan gugur dari dahan-dahan pohon.
"Aku mengerti maksudmu," katanya. "Ya, ku"rasa
kau benar." "Kau baik sekali telah memintaku menikah de"
nganmu. Kau baik dan manis. Tapi itu tak ada gunanya,
Edward. Tidak akan berhasil."
Midge masih berharap Edward akan memban"tahnya
dan mencoba membujuknya. Tapi agaknya Edward juga
merasakan hal yang sama. Di sini, dengan bayangan
Henrietta yang selalu ada di dekatnya, Edward agaknya
juga menyadari bahwa pernikahan itu takkan berhasil.
"Tidak," kata Edward, mengulangi kata-kata Midge,
"memang tidak akan berhasil."
Midge menanggalkan cincin dari jarinya, lalu meng"
ulur?"kan"nya pada Edward.
Ia akan tetap mencintai Edward, padahal Edward
akan tetap mencintai Henrietta. Dan hidup pun akan
merupakan neraka yang penuh kepalsuan.
Dengan suara agak tertahan ia berkata, "Cincin ini
cantik sekali, Edward."
"Aku ingin kau tetap menyimpannya, Midge. Aku
ingin kau memilikinya." Tapi Midge meng"geleng.
"Aku tak bisa berbuat begitu."
Dengan bibir dimiringkan, hingga tampak lucu,
Edward berkata, "Aku tidak akan memberikannya pada
orang lain." 333 THE HOLLOW.indd 333 Semua berlangsung dengan baik. Edward tak tahu.
Ia takkan pernah tahu bagaimana perasaan Midge. Sur"
ga di depan mata. Tapi surga itu lenyap kini, lepas dari
tangannya, atau mungkin surga itu memang tak pernah
ada. Petang itu Poirot menerima tamunya yang ke"tiga.
Ia telah dikunjungi oleh Henrietta Savernake dan
Vero"nica Cray. Kali ini tamunya adalah Lady Angkatell.
Wanita itu datang bagaikan meluncur di jalan setapak,
seperti biasa penampilannya seperti sosok peri. Poirot
membuka pintu, dan Lady Ang"katell tersenyum pada"
nya. "Saya datang untuk berbicara dengan Anda," kata"
nya. Mungkin begitulah cara peri memberikan anuge"rah
kepada manusia biasa. "Saya senang sekali, Madame."
Poirot berjalan mendahului Lady Angkatell, ma"suk ke
ruang duduk. Lady Angkatell duduk di sofa, dan ia ter"
senyum lagi. "Dia sudah tua," pikir Hercule Poirot. "Rambutnya
sudah beruban, wajahnya sudah banyak kerutnya. Tapi
dia punya daya tarik gaib. Dia akan selalu memiliki
daya tarik itu." Dengan halus Lady Angkatell berkata, "Saya ingin
Anda berbuat sesuatu untuk saya."
"Ya, Madame?" "Pertama-tama, saya harus berbicara dengan Anda
tentang John Christow."
334 THE HOLLOW.indd 334 "Mengenai Dokter Christow?"
"Ya. Menurut saya, satu-satunya hal yang harus di"
lakukan adalah mengakhiri segala-galanya. Anda me"
ngerti maksud saya, bukan?"
"Saya tak yakin apakah saya mengerti maksud Anda,
Lady Angkatell." Lucy melemparkan senyum manisnya lagi, dan me"
me"gang lengan baju Poirot dengan tangannya yang pan"
jang dan putih. "M. Poirot yang baik, Anda tahu betul. Polisi akan
berusaha mencari siapa pemilik sidik jari itu. Mereka
tidak akan menemukannya, dan akhirnya mereka harus
mengakhiri semua urusan ini. Tapi saya khawatir bahwa


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anda yang tak mau meng"akhirinya."
"Tidak, Madame, saya tak akan mengakhirinya,"
kata Hercule Poirot. "Saya juga sudah menduga begitu. Sebab itulah saya
datang. Anda ingin kebenaran, bukan?"
"Tentu saya menginginkan kebenaran."
"Rupanya keterangan saya belum cukup jelas. Saya
ingin tahu mengapa Anda tak mau meng"akhiri urusan
ini. Pasti bukan demi gengsi atau karena Anda ingin si
pembunuh digantung"saya selalu beranggapan bahwa
mati digantung sangat tidak menyenangkan, seperti
pada abad pertengah"an saja. Saya rasa sebabnya sematamata karena Anda ingin tahu saja. Anda mengerti
maksud saya, bukan" Bila Anda ingin tahu kebenaran"
nya, bila Anda sudah diberitahu tentang kebenarannya,
saya rasa... saya rasa mungkin Anda akan puas. Apakah
Anda akan puas, M. Poirot?"
"Apakah Anda menawarkan untuk menceritakan
kebenaran pada saya, Lady Angkatell?"
335 THE HOLLOW.indd 335 Wanita itu mengangguk. "Jadi Anda sendiri tahu kebenarannya?"
Lady Angkatell membuka matanya lebar-lebar.
"Oh, ya, sudah lama saya tahu. Sekarang saya ingin
menceritakannya pada Anda. Tapi harus kita sepakati
bahwa setelah itu, semua dianggap selesai."
Ia tersenyum pada Poirot.
"Maukah Anda menerima tawaran saya itu, M. Poi"
rot?" Sulit sekali Hercule Poirot berkata, "Tidak, Ma"dame,
saya tidak menerima tawaran itu."
Sebenarnya Hercule Poirot ingin... ingin meng"ang"
gap semua selesai... karena Lady Angkatell-"lah yang me"
mintanya berbuat begitu. Lady Angkatell duduk tanpa bergerak beberapa lama.
Lalu diangkatnya alisnya.
"Saya ingin tahu," katanya. "Saya ingin tahu apakah
Anda benar-benar menyadari perbuatan Anda itu."
336 THE HOLLOW.indd 336 BAB XXVIII Midge, yang berbaring dengan mata terbuka dalam gelap,
berbalik-balik dengan gelisah di bantalnya. Didengar"nya
kunci pintu diputar, langkah kaki orang di lorong rumah di
luar, melewati pintu kamarnya.
Pintu itu pintu kamar Edward, dan langkah itu lang"
kah kaki Edward. Midge menyalakan lampu di sebelah tempat ti"dur"nya,
lalu melihat ke jam yang ada di sebelah lampu di atas
meja. Jam tiga kurang sepuluh. Edward melewati kamarnya dan menuruni tang"ga
pada jam sekian. Aneh. Semalam mereka semua pergi tidur awal, jam se"
tengah dua belas. Ia sendiri tidak tidur. Ia hanya ber"
baring, dengan kelopak mata membara dan kepala sakit,
serasa akan pecah. Didengarnya bunyi jam di lantai bawah, dan suara
burung hantu di luar jendela kamarnya. Ia juga merasa"
kan bahwa depresi mencapai titik te"rendah pada jam
dua subuh. Dan ia berpikir, "Aku tak tahan... aku tak
337 THE HOLLOW.indd 337 tahan. Hari esok sudah akan tiba"satu hari lagi. Hari
demi hari yang harus kujalani."
Ia telah terusir dari Ainswick gara-gara tindak"annya
sendiri"dari semua yang indah dan yang disayanginya
di Ainswick, yang sebenarnya bisa menjadi miliknya.
Tapi lebih baik terusir, lebih baik kesepian, lebih
baik menjalani hidup yang membosankan dan tidak
menarik daripada hidup dengan Edward yang selalu
diganggu oleh bayangan Henrietta. Sampai peristiwa di
hutan itu, ia tak tahu bahwa ia bisa merasa cemburu.
Lagi pula, Edward tak pernah menyatakan men"cintai"
nya. Kasih sayang dan baik hati... ya. Tapi Edward tak
pernah berpura-pura memberikan lebih daripada itu.
Dan Midge telah menerima batas"-batas itu. Tapi setelah
menyadari apa artinya hidup berdampingan dengan se"
orang Edward yang pikir"an dan hatinya masih selalu
dihantui oleh Henrietta, barulah ia tahu bahwa baginya
kasih sayang saja tak cukup.
Edward tadi berjalan melewati pintu kamarnya, lalu
turun dari tangga depan. Aneh sekali. Ke mana ia pergi"
Midge jadi gelisah. Banyak sekali kegelisahan yang
dirasakannya di The Hollow sekarang ini. Apa yang
akan dilakukan Edward di lantai bawah sesubuh ini"
Apakah ia pergi ke luar"
Akhirnya ia tak tahan tinggal diam saja. Ia ba"ngun,
mengenakan kimono, lalu dengan mem"bawa lam"pu sen"
ter, dibukanya pintu kamarnya dan keluar ke lo"rong
rumah. Keadaan masih amat gelap. Tak ada lampu yang
dinyalakan. Midge membelok ke kiri, dan tiba di kepala
tangga. Di bawah, semua gelap pula. Ia menuruni tang"
338 THE HOLLOW.indd 338 ga dengan berlari, dan se"telah bimbang sebentar, dinya"
lakannya lampu di ruang depan. Semua sepi. Pintu de"
pan masih tertutup dan terkunci. Dicobanya membuka
pintu samping. Juga masih terkunci.
Kalau begitu, Edward tidak keluar. Di mana dia"
Lalu tiba-tiba diangkatnya kepalanya, dan ia men"
dengus. Ada bau aneh. Bau gas yang amat samar.
Pintu di bagian luar dapur terbuka sedikit. Ia me"
masuki pintu itu. Dari pintu dapur yang ter"buka, tam"
pak cahaya samar, bersinar. Bau gas makin kuat.
Midge berlari di sepanjang lorong rumah, lalu
masuk ke dapur. Edward terbaring di lantai, ke"palanya
berada di dalam oven gas yang dibuka penuh.
Midge adalah seorang gadis yang cepat dan praktis.
Yang pertama-tama dilakukannya adalah membuka lebarlebar daun jendela. Ia tak bisa membuka selot jendela
kaca. Jadi, dibalutnya ta"ngannya dengan lap, dan dipecah"
kannya kaca itu. Kemudian, sambil me"nahan napas, ia
membung"kuk dan menarik serta me"nyeret Edward keluar
dari oven gas, lalu mematikan keran-keran gas itu.
Edward tak sadar, dan napasnya sesak. Tapi Midge
tahu bahwa ia takkan lama pingsan. Mung"kin ia baru
saja masuk ke oven itu. Angin yang bertiup lewat jen"
dela ke arah pintu yang terbuka dengan cepat mengem"
bus uap gas ke luar. Midge menyeret Edward ke suatu
tempat di dekat jen"dela, tempat udara masuk dengan
leluasa. Diraih"nya tubuh anak muda itu ke dalam rang"
kulan tangannya yang kuat.
Dipanggilnya namanya, mula-mula perlahan-"lahan,
lalu makin lama makin nyaring dengan rasa putus asa.
339 THE HOLLOW.indd 339 "Edward, Edward, Edward, Edward..."
Akhirnya Edward bergerak. Ia mengerang, mem"buka
mata, dan memandang ke atas, ke wajah Midge.
Dengan suara samar ia berkata, "Oven gas...," lalu
mata"nya mencari-cari oven itu.
"Aku tahu, Sayang, tapi... mengapa?"
Kini Edward menggigil, tangannya dingin dan tak
bertenaga. "Midge?" katanya. Suaranya mengandung rasa tak
me?"ngerti, heran, dan senang.
"Aku mendengar kau melewati kamarku," kata Mid"
ge. "Aku tak tahu, lalu aku turun."
Edward mendesah"suatu desah panjang, seolah"olah dari jauh.
"Jalan keluar yang terbaik," katanya. Kemudian, en"
tah bagaimana, Midge teringat akan percakapan dengan
Lucy pada malam hari kejadian itu, se"hubungan dengan
berita-berita dalam surat kabar News of the World.
"Tapi, Edward... mengapa" Mengapa?"
Edward memandanginya, tatapannya yang ham"pa,
dingin, dan gelap membuat Midge merasa ngeri.
"Karena aku tahu bahwa aku orang tak berguna. Aku
selalu gagal. Selalu tak berhasil. Laki-laki seperti Chris"
tow-lah yang selalu sukses. Mereka berhasil, dan kaum
wanita mengagumi mereka. Aku bukan apa-apa. Aku
bahkan seperti tidak hi"dup. Aku telah mewarisi Ain"swick,
dan aku me"miliki harta cukup untuk hidup. Kalau tidak,
aku pasti sudah melarat. Aku tak punya kemampuan un"
tuk membangun karier, tak pernah pula berhasil se"bagai
penulis. Henrietta tidak menginginkan aku. Tak seorang
pun menginginkan aku. Hari itu"di Berkeley"kukira...
340 THE HOLLOW.indd 340 tapi sama saja ceritanya. Kau juga tak bisa mencintaiku,
Midge. Bahkan demi Ainswick pun kau tak mau men"
dampingiku. Jadi, kupikir sebaiknya aku mati saja."
Dengan cepat kata-kata meluncur dari mulut Midge.
"Sayang... Sayang... kau tak mengerti. Itu gara"-gara
Hen"rietta"karena kupikir kau masih sangat mencintai
Henrietta." "Henrietta?" Edward menggumamkan nama itu de"
ngan perlahan, seolah-olah ia berbicara tentang sese"
orang yang tak terkira jauhnya. "Ya, dulu aku sangat
men"cintainya."
Dan dengan suara yang seolah datang dari tem"pat
yang lebih jauh lagi, Midge mendengarnya bergumam,
"Dingin..." "Edward... sayangku."
Midge memeluknya erat-erat. Edward tersenyum
pada"nya, lalu bergumam, "Kau hangat sekali, Midge..,
kau hangat sekali." Ya, pikir Midge, begitulah rasa putus asa. Se"suatu
yang dingin"amat dingin dan sepi. Selama ini ia tak
pernah mengerti bahwa rasa putus asa itu sesuatu yang
dingin. Ia mengira itu adalah sesuatu yang panas, ber"
api-api, sesuatu yang keras, dan meluap-luap panas.
Tapi rupa"nya tidak demikian halnya. Inilah rasa putus
asa"kegelapan yang tak terkira dingin dan sepinya.
Dan dosa dari rasa putus asa, seperti yang dikhotbahkan
oleh para imam, adalah dosa yang dingin, dosa karena
me"misah"kan diri dari semua hubungan manusiawi yang
hangat dan hidup. Edward berkata lagi, "Kau hangat sekali, Midge."
Dan tiba-tiba, dengan rasa percaya diri yang penuh
341 THE HOLLOW.indd 341 kebanggaan, Midge berpikir, "Ya, itu"lah yang diingin"
kannya"itu pula yang bisa ku"berikan padanya!" Mere"
ka semua dingin, semua keluarga Angkatell itu, bahkan
Henrietta pun pu"nya sifat dingin dan menjaga jarak
bagaikan se"orang peri, seperti yang terdapat dalam da"
rah ke"luarga Angkatell. Biarlah Edward mencintai Hen"
rietta sebagai suatu impian yang tak nyata dan tak dapat
dimiliki. Yang sangat dibutuhkannya adalah ke"hangatan,
kepastian, dan kemantapan, yaitu ke"ber"sama"an seharihari, cinta, dan tawa di Ains"wick.
Pikirnya lagi, "Yang dibutuhkan Edward adalah sese"
orang yang menyalakan api di perapiannya?"dan akulah
yang akan melakukan hal itu."
Edward memandanginya lagi. Dilihatnya wajah Mid"
ge yang menunduk di atas wajahnya, warna kulit Midge
yang segar, mulut yang membayangkan kebaikan hati,
mata yang mantap, dan rambut hi"tam yang disisir ke
belakang dan dibelah di te"ngah, hingga membentuk se"
pasang sayap di atas dahi.
Ia selalu melihat Henrietta sebagai gambaran masa
lalu. Pada wanita yang kini sudah dewasa itu ia mencari
dan ingin menemukan gadis berumur tujuh belas tahun
yang merupakan cinta pertama"nya. Tapi kini, melihat
wajah Midge di atasnya, ia merasa melihat seorang Mid"
ge yang terus bertum"buh dari seorang anak sekolah
dengan rambut dikucir dua menjadi wanita dengan ram"
but hitam bergelombang mengelilingi wajahnya. Dapat
di"bayangkan dengan jelas, bagaimana rambut yang me"
rupakan sayap itu kelak berubah warna menjadi kelabu,
tidak lagi hitam. "Midge," pikirnya, "adalah sosok nyata. Satu"-satunya
342 THE HOLLOW.indd 342 hal nyata yang pernah kuketahui." Ia dapat merasakan
kehangatan dan kekuatan Midge. Midge yang berambut
hitam, baik, dan nyata! "Midge-lah batu karang tempat
aku bisa membangun hidup"ku," pikirnya.
"Midge kekasihku," katanya, "aku cinta sekali pada"
mu. Jangan tinggalkan aku lagi."
Midge membungkuk ke arahnya, dan Edward mera"
sa?"kan kehangatan bibir Midge di bibirnya. Dirasakannya
cinta Midge yang menyelubunginya, melindunginya.
Dan kebahagiaan pun merekah di gurun dingin, tempat
ia begitu lama hidup se"orang diri.
Tiba-tiba Midge berkata dengan tawa gemetar, "Li"
hat, Edward, seekor kumbang hitam telah ke"luar untuk
melihat kita. Bagus, ya, kumbang hitam itu. Tak pernah
kusangka aku akan bisa begitu menyukai seekor kum"
bang hitam!" Katanya lagi, seolah-olah dalam mimpi, "Alang"kah
anehnya hidup. Kita duduk di lantai, di dalam dapur
yang masih berbau gas, dikelilingi oleh kumbang hitam.
Tapi kita merasa seolah-olah tem"pat ini adalah surga."
Seperti dalam mimpi pula Edward bergumam, "Aku
mau tetap di sini selama-lamanya."
"Sebaiknya kita pergi tidur. Sekarang jam em"pat.
Bagaimana kita harus menjelaskan tentang kaca jendela
yang pecah itu pada Lucy?"


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Untunglah Lucy orang yang paling mudah me"
nerima penjelasan, pikir Midge.
Lalu Midge melakukan sesuatu yang pernah di"laku"
kan Lucy terhadapnya. Ia masuk ke kamar Lucy pada
jam enam pagi. Dijelaskannya keadaan yang sebenarnya.
"Edward turun, lalu memasukkan kepalanya ke oven
343 THE HOLLOW.indd 343 gas tengah malam," katanya. "Untung aku men"dengar"
nya, lalu aku menyusulnya. Kaca jendela kupecahkan,
karena aku tak bisa mem"bukanya dengan cepat."
Midge harus mengakui bahwa reaksi Lucy baik
sekali. Ia tersenyum manis tanpa memperlihatkan tandatanda keheranan.
"Midge tersayang," katanya, "kau memang se"lalu ber"
pikiran praktis. Aku yakin kau akan me"rupakan hiburan
besar bagi Edward." Setelah Midge pergi, Lady Angkatell berbaring saja
sambil berpikir. Kemudian ia bangun, lalu masuk ke
kamar suaminya yang kali ini tidak terkunci.
"Henry." "Lucy, Sayang! Ayam belum lagi berkokok."
"Memang belum, tapi dengarkan, Henry, ini penting
sekali. Kita harus memasang listrik untuk memasak, dan
kita ganti oven gas itu."
"Kenapa" Itu kan cukup baik?"
"Oh, ya. Tapi benda itu memberikan pikiran-"pikiran
yang tak baik pada orang, dan tidak semua orang bisa
bertindak praktis seperti Midge."
Lalu ia pun meluncur pergi. Sir Henry berbalik de"
ngan menggeram. Baru saja akan terlelap, ia terbangun
lagi dengan mendadak. "Apakah aku bermimpi?" gumamnya. "Atau apa"kah
Lucy benar-benar masuk tadi dan berbicara tentang
oven gas?" Di luar, di lorong rumah, Lady Angkatell masuk ke
dapur, lalu menjerang ketel di kompor gas. Ia tahu bah"
wa orang-orang kadang-kadang suka mi"num teh subuhsubuh. Karena merasa dirinya su"dah berbuat benar, ia
344 THE HOLLOW.indd 344 kembali ke tempat tidurnya dan meletakkan kepala ke
bantal, dengan pe"rasaan puas pada hidup dan pada diri"
nya sendiri. Edward dan Midge di Ainswick"pemeriksaan pen"
dahuluan selesai. Ia akan pergi menemui M. Poirot dan
berbicara dengannya. Pria kecil yang baik.
Tiba-tiba terlintas suatu pikiran lain di kepalanya. Ia
duduk tegak di tempat tidurnya.
"Aku penasaran," katanya sendiri, "apakah dia ingat
pada yang satu itu?"
Ia turun dari tempat tidurnya, lalu berjalan di se"
panjang lorong rumah, menuju kamar Henrietta. Sebagai"
mana biasa, ia sudah mulai berkata-kata sebelum bisa di"
dengar oleh yang bersangkutan.
"...Dan aku tiba-tiba ingat, Sayang, bahwa kau
mungkin kelupaan yang itu."
Dengan mengantuk Henrietta bergumam, "Demi
Tuhan, Lucy, burung-burung pun belum bangun!"
"Oh, aku tahu, Sayang. Memang masih subuh
sekali, Tapi semalam banyak sekali gangguan"Ed"ward
dengan kompor gas, dan Midge dengan jen"dela dapur"
dan aku berpikir apa yang akan ku"katakan pada M.
Poirot, dan sebagainya..."
"Maaf, Lucy, semua yang kaukatakan itu kacau
sekali. Nanti sajalah."
"Hanya mengenai sarung pistol itu, Sayang. Ku"pikir
mungkin kau tak ingat tentang sarung itu."
"Sarung?" Henrietta duduk tegak di tempat ti"durnya. Ia
tiba-tiba betul-betul sadar. "Ada apa dengan sarung pistol?"
"Revolver Henry itu ada di dalam sarungnya. Tapi
sarungnya tidak ditemukan. Dan mungkin tentu tak
345 THE HOLLOW.indd 345 ada orang yang ingat akan hal itu, tapi sebaliknya mung"
kin ada orang yang ingat..."
Henrietta melompat dari tempat tidurnya, lalu ber"
kata, "Selalu ada yang dilupakan orang"begitu kata
orang! Dan itu benar!"
Lady Angkatell kembali ke kamarnya.
Ia naik ke tempat tidur, lalu segera tidur nye"nyak lagi.
Dan air dalam ceret di kompor gas mendidih dan
men"didih terus. 346 THE HOLLOW.indd 346 BAB XXIX Gerda berguling ke tepi tempat tidurnya, lalu du"duk.
Kepalanya sudah lebih baik sekarang. Ia se"nang tidak ikut
pergi piknik dengan yang lain. Terasa damai dan terhibur
berada seorang diri di dalam rumah.
Elsie memang baik"baik sekali"terutama mulamula. Mula-mula ia didesak supaya sarapan di tempat
tidur saja, dan makanan pun diantarkan kepadanya.
Semua orang mendesaknya untuk du"duk di kursi yang
paling nyaman. Ia disuruh me"naikkan kaki, tak boleh
mengerjakan apa-apa yang memerlukan tenaga.
Mereka semua kasihan padanya dengan kemati"an John.
Ia pun menerima baik sikap melindungi itu, dan merasa
berterima kasih. Ia tak mau ber"pikir, tak mau merasa, tak
mau mengingat. Tapi kini ia merasa harus mulai hidup lagi, harus
me"mu"tus"kan apa yang akan dikerjakannya, tinggal di
mana. Elsie pun sudah mulai memper"lihatkan ketidak"
sabarannya. "Aduh, Gerda, jangan begitu lamban!" kata"
nya, umpamanya. Semua kembali seperti dulu lagi, dulu sekali,
347 THE HOLLOW.indd 347 sebelum John datang dan membawanya pergi. Me"reka
semua menganggapnya lamban dan bodoh. Tak seorang
pun yang berkata seperti John, "Aku akan menjagamu."
Kepalanya sakit, dan Gerda berpikir, "Aku akan
mem?"buat teh sendiri."
Ia pergi ke dapur, lalu menjerang ceret. Waktu air
hampir mendidih, didengarnya bel pintu depan ber"
bunyi. Para pelayan sedang diliburkan. Gerda pergi ke
pintu dan membukanya. Ia terkejut melihat mobil Hen"
rietta yang mewah terparkir di tepi trotoar, dan Hen"
rietta sendiri berdiri di pintu.
"Wah, Henrietta!" serunya. Ia mundur satu-dua
langkah. "Mari masuk. Kakakku dan anak-anak sedang
keluar..." Henrietta menyela dengan singkat.
"Bagus. Aku senang. Aku memang ingin ber"temu
denganmu sendiri. Dengarkan, Gerda, apa yang kaulaku"
kan dengan sarung revolver itu?"
Gerda tersedak. Matanya tiba-tiba tampak ham"pa
dan tak mengerti. "Sarung revolver?" tanyanya.
Lalu dibukanya pintu di sebelah kanan ruang depan
itu. "Sebaiknya kau masuk. Tapi agak berdebu. Soal"nya
kami tak sempat membersihkannya tadi pagi."
Henrietta menyela lagi dengan mendesak.
"Dengarkan, Gerda," katanya, "kau harus me"ngata"
kan"nya padaku. Semuanya sudah beres, ke"cuali sarung
itu. Percayalah, rahasia itu tertutup rapat-rapat. Tak ada
seorang pun yang menghu"bungkanmu dengan perkara
itu. Aku sudah mene"mukan revolvernya, di tempat kau
348 THE HOLLOW.indd 348 menyembunyi"kannya di dalam belukar, di dekat kolam.
Lalu kusembunyikan lagi di suatu tempat, tempat kau
tak mungkin menyembunyikannya, dan pada re"volver
itu terdapat sidik jari yang takkan pernah mereka ke"
nali. Jadi, sekarang tinggal sarungnya. Aku harus tahu,
kau"apakan barang itu."
Ia berhenti dan berdoa dengan bersungguh"-sungguh
agar Gerda cepat memberikan reaksi.
Ia tak mengerti mengapa rasa mendesak ini ada pada
dirinya. Padahal mobilnya tidak dibuntuti?"hal itu su"
dah dipastikannya. Ia mula-mula meng"ambil jalan ke
London, lalu mengisi bensin, dan mengatakan bahwa ia
akan pergi ke London. Lalu, setelah agak jauh, ia ber"
putar menyeberangi pe"desaan, hingga tiba di jalan uta"
ma yang menuju pantai selatan.
Gerda masih saja menatapnya. Kesulitan de"ngan
Gerda adalah dia terlalu lamban, pikir Hen"rietta.
"Kalau barang itu masih ada padamu, Gerda, harus
kauberikan padaku. Aku akan mencari jalan untuk
meng"hilangkan jejaknya. Ketahuilah, tinggal benda itu"
lah satu-satunya yang mungkin menghubungkanmu de"
ngan kematian John. Masih adakah padamu?"
Keadaan sepi sebentar, lalu Gerda mengangguk.
"Tidak"kah kau tahu bahwa menyimpan benda itu gilagilaan?" Henrietta hampir-hampir tak bisa menyembunyi"
kan rasa tak sabarnya. "Aku lupa. Barang itu ada di atas, di kamarku."
Ditambahkannya, "Waktu polisi datang ke Har"ley
Street, sarung itu kupotong-potong dua, lalu kumasuk"
kan ke dalam kantong yang berisi barang-"barang kulit"
ku." 349 THE HOLLOW.indd 349 "Pandai sekali kau," kata Henrietta.
"Aku tidak sebodoh yang dikira orang," kata Gerda.
Ia mencengkeram lehernya. Katanya, "John... John!" Suara"
nya terputus. "Aku mengerti, Sayang, aku mengerti," kata Henrietta.
Gerda berkata, "Tapi kau takkan mengerti. John
bukan... dia bukan..." Gerda berdiri saja, membisu, dan
menimbulkan rasa iba. Tiba-tiba ia mengangkat mata"
nya, menatap wajah Henrietta. "Semua bohong bela"
ka"semua! Semua persangkaanku tentang diri"nya! Aku
melihat wajah John waktu dia mengikuti perem"puan itu
keluar malam itu. Veronica Cray! Aku memang tahu
bahwa dia per"nah mencintai perempuan itu, bertahuntahun yang lalu, sebelum dia menikah denganku. Tapi
kupikir itu sudah berlalu."
"Tapi itu memang sudah berlalu," kata Henrietta de"
ngan halus. Gerda menggeleng. "Tidak. Veronica datang dan berpura-pura bah"wa
dia sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan John.
Tapi aku melihat wajah John. Dia ikut ke"luar dengan
perem"puan itu. Aku pergi tidur. Aku berbaring saja dan
men"coba membaca. Kubaca cerita detektif yang sedang
dibaca John. Dan John belum juga datang. Akhirnya
aku keluar." Matanya menerawang mengingat kejadian itu.
"Waktu itu terang bulan. Aku pergi lewat jalan setapak,
ke kolam renang. Di pondok peristirahat"an ada cahaya.
Mereka ada di situ"John dan perempuan itu..."
Henrietta mendesah samar-samar.
Wajah Gerda sudah berubah. Tidak lagi menam"
350 THE HOLLOW.indd 350 pakkan keramahan yang agak hampa. Wajah itu kini
kejam, tak kenal ampun. "Selama ini aku percaya pada John. Aku memer"
cayainya, seolah-olah dia Tuhan. Kupikir dia adalah
laki-laki paling mulia di dunia ini. Kupikir dia adalah
sosok yang penuh dengan kebaikan dan kemuliaan. Tapi
nyatanya semua itu bohong! Aku terempas tanpa pe"
gangan. Selama ini aku memuja John!"
Henrietta menatapnya dengan terpesona. Karena di
depan matanya kini adalah sosok yang pernah dikhayal"
kannya, dan yang kemudian diciptakannya dengan me"
mahat"nya dari kayu. Inilah Si Pemuja. Pengabdian buta
yang terempas, tertipu, dan men"jadi berbahaya.
"Aku tak tahan," kata Gerda. "Aku harus mem"
bunuh"nya! Harus! Kau mengerti, kan, Henrietta?"
Kata-kata itu diucapkannya dengan nada biasa yang
boleh dikatakan ramah. "Dan aku tahu bahwa aku harus berhati-hati sekali,
karena polisi amat pandai. Tapi aku sebe"narnya tidak
sebodoh yang disangka orang! Bila kita lamban dan
suka menatap kosong, orang"-orang akan mengira kita
tak mengerti apa-apa. Padahal kadang-kadang di dalam
hati kita mener"tawakan mereka! Aku tahu bahwa aku
bisa mem"bunuh John, dan tak seorang pun akan tahu,
se"bab aku sudah membaca dalam cerita detektif bahwa
polisi bisa menentukan dari senjata apa suatu peluru
ditembakkan. Petang itu, Sir Henry telah memperlihat"
kan padaku cara mengisi dan menembakkan sebuah
revolver. Aku akan meng"ambil dua buah revolver. Akan
kutembak John dengan revolver yang satu, lalu ku"
sembunyikan, dan kubiarkan orang-orang menemu"kan
351 THE HOLLOW.indd 351 diriku se"dang memegang revolver yang lain. Mula-mula
mereka akan mengira akulah yang menembaknya, lalu
mereka akan mendapati bahwa dia tidak di"tembak
dengan revolver itu, dan mereka pun akan berkata bah"
wa ternyata bukan aku yang melaku"kannya!"
Ia mengangguk dengan penuh rasa kemenangan.
"Tapi aku lupa benda kulit itu. Apa namanya"
Sarung pistol" Itu ada di laci di kamar tidurku. Polisi
pasti tak peduli lagi pada barang itu lagi sekarang."
"Kenapa tidak?" kata Henrietta. "Sebaiknya kau"beri"
kan itu padaku, supaya kubawa pergi. Begitu benda itu
sudah tak ada padamu, kau aman."
Henrietta duduk. Tiba-tiba ia merasa amat letih.
Kata Gerda, "Kau kelihatan tidak sehat. Aku se"dang
membuat teh tadi."

Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia keluar dari kamar itu. Sebentar kemudian ia kem"
bali dengan membawa sebuah nampan. Di atasnya ada
sebuah poci teh, wadah susu, dan dua buah cangkir.
Susu"nya melimpah karena terlalu penuh. Gerda meletak"
kan nampan itu, lalu me"nuang secangkir teh, dan diberi"
kan"nya pada Hen"rietta.
"Astaga," katanya dengan murung, "kurasa air di ke"
tel tadi belum mendidih."
"Biarlah, tak apa-apa," kata Henrietta. "Pergilah am"
bil sarung pistol itu, Gerda."
Gerda bimbang, lalu keluar dari kamar itu. Hen"rietta
mencondongkan tubuh ke depan, meletakkan lengan ke
atas meja, dan menyandarkan ke"palanya di lengan itu. Ia
merasa letih, amat letih. Tapi sekarang sudah hampir se"
lesai. Gerda akan selamat, sebagaimana dikehendaki John.
Ia duduk tegak lagi, menyibakkan rambut dari dahi"
352 THE HOLLOW.indd 352 nya, lalu mengambil cangkir. Tapi bunyi di ambang
pintu membuatnya menoleh. Kali ini Gerda bergerak
cepat. Yang berdiri di ambang pintu adalah Hercule Poi"rot.
"Pintu depan terbuka," katanya sambil meng"hampiri
meja, "jadi saya memberanikan diri ma"suk."
"Anda!" kata Henrietta. "Bagaimana Anda sam"pai
kemari?" "Waktu Anda mendadak berangkat dari The Hollow,
saya langsung tahu tujuan Anda. Saya menyewa sebuah
mobil yang cepat sekali, dan langsung kemari."
"Oh," Henrietta mendesah. "Tidak heran."
"Jangan minum teh itu," kata Poirot sambil meng"
ambil cangkir itu dan meletakkannya kembali ke nam"
pan. "Teh yang dibuat dari air yang tidak mendidih tak
baik diminum." "Apakah soal air mendidih saja begitu besar arti"nya?"
Dengan lembut Poirot berkata, "Segalanya besar
artinya." Terdengar suara di belakang Poirot, dan Gerda
masuk ke kamar itu. Ia membawa sebuah tas kerja. Ma"
ta"nya memandang Poirot, lalu beralih kepada Henrietta.
Cepat-cepat Henrietta berkata, "Rupanya aku meru"
pakan tokoh yang dicurigai, Gerda. Agaknya M. Poirot
terus membayang-bayangi diriku. Pikir"nya aku"lah yang
telah membunuh John. Tapi dia tak bisa mem"bukti"
kannya." Bicaranya makin lama makin lambat dan jelas. Ia ta"
kut kalau-kalau Gerda membuka rahasianya sendiri.
Dengan linglung Gerda berkata, "Maafkan saya. Apa"
kah Anda mau minum teh, M. Poirot?"
"Tidak, terima kasih, Madame."
353 THE HOLLOW.indd 353 Gerda duduk di dekat nampan. Ia berbicara dengan
nada mengandung permintaan maaf.
"Maaf, semua sedang keluar. Kakak saya dan anakanak sedang pergi piknik. Saya kurang sehat, jadi me"
reka meninggalkan saya."
"Kasihan Anda, Madame."
Gerda mengambil secangkir teh, lalu minum.
"Semua menyusahkan sekali. Semua. Soal"nya, Johnlah biasanya yang mengatur segala-gala"nya, dan sekarang
John sudah tiada..." Suaranya menghilang. "Sekarang
John sudah tiada..."
Pandangannya yang kebingungan dan mengiba"kan
beralih dari yang seorang pada yang lain. "Saya tak tahu
harus berbuat apa tanpa John. John-lah yang selalu
mengurus saya. Dia yang menjaga saya. Sekarang dia
sudah tiada, dan hi"langlah segala-galanya. Dan anakanak... mereka bertanya terus, dan saya tak bisa men"
jawab"nya. Saya tak tahu apa yang harus saya katakan
pada Terry. Dia bertanya, "Mengapa Papa dibunuh?"
Suatu hari kelak, dia akan tahu mengapa. Terry selalu
ingin tahu. Yang mengherankan saya, dia selalu bertanya
mengapa, bukannya siapa!"
Gerda bersandar di kursinya. Bibirnya biru se"kali.
Ia berkata dengan kaku, "Saya merasa... tidak sehat.
Kalau saja John... John..."
Poirot mengitari meja, menghampirinya, lalu
menyan"dar"kan tubuh Gerda ke samping. Kepala Gerda
terkulai ke depan. Poirot membungkuk, lalu meng"
angkat kelo"pak mata Gerda. Kemudian ia berdiri tegak.
"Suatu kematian yang mudah dan boleh dikata"kan
tanpa rasa sakit." 354 THE HOLLOW.indd 354 Henrietta memandanginya dengan terbelalak.
"Jantungnya" Pasti bukan." Pikirannya mulai be"
kerja. "Pasti ada sesuatu di dalam teh itu. Sesuatu yang
di"bubuh"kannya sendiri. Dia memilih jalan keluar itu
rupanya?" Poirot menggeleng dengan halus.
"Oh, bukan. Itu ditujukan untuk Anda. Itu ada da"
lam cangkir Anda." "Untuk saya?" Suara Henrietta terdengar tak percaya.
"Tapi bukankah saya mencoba menolong"nya?"
"Itu tak berarti. Pernahkah Anda melihat seekor
anjing yang terjerat" Dia akan menggigit siapa saja yang
menyentuhnya. Mrs. Christow hanya tahu bahwa Anda
tahu rahasianya, dan oleh ka"renanya, Anda juga harus
disingkirkan." Lambat-lambat Henrietta berkata, "Dan Anda me"
maksa saya meletakkan kembali cangkir itu ke nampan.
Jadi Anda tujukan... Anda tujukan pada dia...?"
Dengan tenang Poirot menyela, "Tidak, tidak, Made"
moiselle. Saya tidak tahu bahwa di dalam cangkir Anda
itu ada apa-apanya. Saya hanya menduga mungkin ada.
Dan bila cangkir itu ada di nampan, ada kemungkinan
dia minum dari cangkir itu atau dari yang sebuah
lagi"yah, bagaimana yang terjadi saja. Saya pikir penye"
lesaian seperti ini lebih baik. Bagi dirinya dan bagi ke"
dua anak yang tak berdosa itu."
Dengan halus ditambahkannya, "Anda letih se"kali,
bukan?" Henrietta mengangguk. "Kapan Anda mulai men"
duga?" tanyanya. . "Saya tak tahu pasti. Adegan itu sudah diatur. Itu
355 THE HOLLOW.indd 355 sudah saya rasakan sejak semula. Tapi lama saya tidak
menyadari bahwa itu diatur oleh Gerda Christow"
bahwa dia memperlihatkan sikap di"buat-buat, karena
dia sendiri yang memainkan pe"ran itu. Saya heran akan
kesederhanaan dan sekali"gus kerumitan perkara ini. Tapi
kemudian saya menyadari bahwa ketulusan Anda-lah
yang saya lawan, dan bahwa Anda dibantu dan dido"
rong oleh keluarga Anda, segera setelah mereka mengerti
apa yang Anda ingin lakukan!" Poirot berhenti se"bentar,
lalu bertanya, "Mengapa Anda ingin itu dilaku"kan?"
"Karena itu merupakan permintaan John! Itulah
mak"sud"nya waktu dia mengucapkan, "Henrietta". Permin"
ta"an itulah yang terkandung dalam satu per"kataan itu.
Dia minta agar saya melindungi Gerda. Sebab dia men"
cintai Gerda. Saya rasa dia mencin"tai Gerda lebih dari"
pada yang disadarinya sendiri. Dia mencintai Gerda
lebih daripada Veronica?"lebih daripada saya. Gerda
ada"lah miliknya. Dan John mencintai apa-apa yang di"
mi"likinya. Dia tahu, satu-satunya orang yang bisa melin"
dungi Gerda dari akibat perbuatannya adalah saya. Dan
dia tahu bahwa saya mau melakukan apa saja yang di"
inginkannya, karena saya mencintainya."
"Dan Anda langsung mulai," kata Poirot dengan
suram. "Ya. Yang pertama terpikir oleh saya adalah merampas
revolver itu darinya, lalu menjatuhkan"nya ke dalam ko"
lam. Dengan demikian, sidik jari"nya akan hilang. Wak"tu
kemudian saya dengar John telah ditembak dengan sen"
jata lain, saya per"gi mencari senjata itu. Dan tentu saja
saya me"nemukannya, sebab saya tahu betul di tempat
yang bagaimana Gerda menyembunyikannya. Saya ha"nya
356 THE HOLLOW.indd 356 satu-dua menit lebih cepat daripada anak buah Inspektur
Grange." Ia berhenti sebentar, lalu melanjutkan, "Saya simpan
senjata itu di dalam tas besar saya, sampai saya bisa
membawanya ke London. Lalu saya sembunyikan di
studio saya, sampai saya bisa membawanya kembali,
dan saya letakkan di tem"pat polisi tak bisa menemukan"
nya." "Di dalam kuda tanah liat itu," gumam Poirot.
"Bagaimana Anda tahu itu" Benar, saya masuk"kan
benda itu ke sebuah kantong busa, lalu saya ikat pem"
bungkusnya itu dengan kawat, dan saya tempelkan ta"
nah liat di sekelilingnya. Sebab, polisi tentu tak bisa
merusak hasil karya seorang artis, bukan" Bagaimana
Anda sampai tahu di mana benda itu?"
"Pilihan Anda untuk membuat seekor kuda. Mung"
kin kuda dari Troya, yang tanpa Anda sadari telah meng"
ilhami Anda" Tapi mengenai sidik jari"nya... bagaimana
Anda mendapatkan sidik jari itu?"
"Dari seorang tua yang buta, penjual korek api di
sudut jalan. Dia tak tahu apa yang saya minta untuk di"
pegang sebentar, sementara saya menge"luarkan uang!"
Poirot memandanginya sejenak.
"Luar biasa!" gumamnya. "Anda salah seorang lawan
ter"baik yang pernah saya hadapi, Made"moiselle."
"Tapi bukan main letihnya saya, selalu harus ber"
usaha untuk selangkah lebih cepat daripada Anda."
"Saya tahu. Saya mulai menyadari kebenarannya waktu
saya melihat bahwa polanya selalu diran"cang bukan untuk
melibatkan satu orang, tapi un"tuk melibatkan semua
orang"kecuali Gerda Christow. Setiap petunjuk selalu
357 THE HOLLOW.indd 357 menunjuk ke arah yang berlawanan dengan dia. Anda
dengan senga"ja menggambar Ygdrasil untuk menarik
perhatian saya, dan menjadikan diri Anda sendiri dicuri"
gai. Lady Angkalell, yang tahu betul apa yang sedang
Anda lakukan, bersenang-senang dengan menyesat"kan
Inspektur Grange yang malang ke berbagai arah. Pada
David, pada Edward, dan bahkan pada dirinya sendiri.
"Ya, hanya ada satu hal yang harus dilakukan bila
kita ingin membebaskan seseorang yang sebe"narnya
bersalah dari kecurigaan. Kita harus mem"berikan kesan
bersalah pada orang-orang lain, tapi tak pernah meng"
arah pada satu orang tertentu. Sebab itu, setiap petun"
juk kelihatan"nya memberi"kan harapan, yang lalu perla"
han-lahan meng"hilang, sampai berakhir sama sekali."
Henrietta menatap ke sosok yang meringkuk dengan
mengibakan di kursi di depannya. "Kasih"an kau, Gerda,"
katanya. "Begitukah perasaan Anda selama ini?" tanya Poirot.
"Saya rasa begitu. Gerda amat mencintai John. Tapi
dia tak mau mencintainya sebagaimana adanya. Dia
mem"bangun sebuah takhta untuk John, dan meng"
gelarinya semua sifat yang hebat, mulia, dan yang tidak
mementingkan diri. Padahal bila seorang idola sudah
tercampak, tak ada lagi yang tersisa." Ia berhenti se"
bentar, lalu melanjutkan, "Tapi John jauh lebih baik
dari"pada seorang idola di takhta. Dia nyata, hidup, dan
bersemangat. Dia pemurah, hangat, dan hidup, dan dia
seorang dokter yang hebat"ya, seorang dokter yang
hebat! Sekarang dia sudah me"ninggal, dan dunia telah
kehilangan seorang pria yang sangat besar. Dan saya
kehilangan satu-satunya pria yang saya cintai."
358 THE HOLLOW.indd 358 Poirot memegang bahu Henrietta dengan lem"but.
Katanya, "Tapi Anda adalah orang yang bisa menerima
kepedihan. Anda bisa berjalan terus sambil ter"senyum..."
Henrietta mengangkat mukanya, menatap Poirot. Ia
tersenyum getir, "Sedih kedengarannya, bukan?"
"Saya orang asing, jadi saya suka menggunakan katakata yang bagus."
Tiba-tiba Henrieta berkata, "Anda selalu baik pada
saya." "Itu karena saya sangat mengagumi Anda."
"M. Poirot, apa yang harus kita lakukan seka"rang"
Maksud saya, dengan Gerda?"
Poirot menarik tas kerja Gerda yeng terbuat dari
benang rafia. Dikeluarkannya isinya. Ada gunting"anguntingan kecil kulit halus dan kulit-kulit ber"warna
lain. Ada pula tiga potongan kulit tebal yang berwarna
cokelat berkilat. Poirot memperte"mukan ketiga potong"
an itu. "Ini sarung revolver itu. Ini akan saya ambil. Dan
mengenai Madame Christow yang malang, akan kita
katakan bahwa dia terlalu letih, bahwa kematian suami"
nya tidak tertanggungkan olehnya. Akan saya laporkan
bahwa dia mengakhiri hidup"nya sendiri saat pikirannya
sedang kalut." "Dan tak seorang pun akan tahu apa yang se"
benarnya telah terjadi?" tanya Henrietta lambat-"lambat.
"Saya rasa satu orang akan tahu. Putra Dokter Chris"
tow. Saya rasa pada suatu hari nanti dia akan datang
pada saya dan menanyakan kebenarannya."
"Tapi jangan ceritakan padanya," seru Henrietta.
"Ya, saya akan menceritakannya."
359 THE HOLLOW.indd 359 "Oh, jangan!" "Anda tak mengerti. Anda tak tahan kalau ada orang
yang menderita. Tapi ada orang-orang yang akan merasa
lebih menderita kalau dia tidak tahu. Anda sendiri men"
dengar apa yang dikatakan wa"nita malang itu tadi, "Terry
selalu ingin tahu." Bagi orang yang berotak ilmiah, kebe"


Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

naranlah yang utama. Kebenaran, bagai"mana"pun getirnya,
bisa diterima, dan bisa dianyam men"jadi sebuah rancang"
an untuk hidup." Henrietta bangkit. "Apakah Anda masih memerlukan saya di sini" Atau
apakah lebih baik kalau saya pergi?"
"Saya rasa lebih baik Anda pergi."
Henrietta mengangguk. Lalu ia berkata, seolah-"olah
bukan pada Poirot, melainkan pada dirinya sendiri, "Ke
mana aku akan pergi" Apa yang akan kulakukan"tanpa
John?" "Anda berbicara seperti Gerda Christow. Anda akan
tahu ke mana akan pergi dan apa yang akan Anda laku"
kan." "Begitukah" Tapi saya letih sekali, M. Poirot, letih
sekali." "Pergilah, anakku," kata Poirot dengan halus. "Tempat"
mu adalah di tengah-tengah yang hidup. Aku akan
tinggal di sini, bersama yang mati."
360 THE HOLLOW.indd 360 BAB XXX Saat sedang mengemudikan mobil menuju Lon"don, dua
pertanyaan itu menggema lagi di kepala Hen"rietta. "Apa
yang akan kulakukan" Ke mana aku akan pergi?"
Selama minggu terakhir ini, ia tegang dan ka"cau, tak
pernah santai sedikit pun. Ia mengemban tugas yang ha"
rus diselesaikannya"tugas yang te"lah diberikan John
padanya. Tapi kini tugas itu sudah selesai. Gagalkah ia"
Atau berhasil" Orang bisa menganggapnya gagal atau
ber"hasil. Tapi apa pun anggapan orang, tugas itu telah
selesai. Dan kini ia merasa amat letih.
Ia teringat kembali akan kata-kata yang telah diucap"
kannya pada Edward di beranda, malam itu"malam
kematian John"malam ketika ia pergi ke kolam renang
dan masuk ke pondok peris"tirahatan, lalu dengan dite"
rangi sebuah korek api, dengan sengaja ia menggambar
Ygdrasil di daun meja besi. Dengan sengaja dan direncana"
kan. Ia belum bisa duduk dan berkabung untuk kekasih"
nya yang telah meninggal. "Aku ingin bersedih demi
John," katanya pada Edward waktu itu.
Tapi ia belum berani santai waktu itu, belum berani
361 THE HOLLOW.indd 361 membiarkan dirinya dikuasai kesedihan. Tapi sekarang
ia akan bersedih. Kini ia sudah sempat untuk itu.
"John... John," bisiknya.
Hatinya dipenuhi kegetiran dan pemberontakan.
"Kalau saja aku yang meminum teh di cangkir itu,"
pikirnya. Mengemudikan mobil merupakan hiburan bagi"nya,
memberinya kekuatan sesaat. Tapi sebentar lagi ia akan
tiba di London. Sebentar lagi ia akan memasukkan mo"
bil ke garasi, dan masuk ke stu"dionya yang kosong. Ko"
song karena John takkan pernah duduk di sana lagi,
meng"gertaknya, mema"rahinya, mencintainya lebih dari"
pada yang diingin"kannya, bercerita dengan penuh se"
mangat padanya tentang Penyakit Ridgeway"tentang
kemenang"an-kemenangannya dan rasa putus asanya, ten"
tang Mrs. Crabtree di Rumah Sakit St. Chris"topher.
Tiba-tiba tirai gelap itu terangkat dari pikiran"nya,
dan ia berkata dengan nyaring, "Ya, tentu. Ke sanalah
aku akan pergi. Ke Rumah Sakit St. Christopher."
Mrs. Crabtree tua, yang terbaring di tempat tidurnya
yang sempit di rumah sakit, memandang tamunya dengan
mata letih tapi tetap bersinar.
Wanita tua itu tepat seperti yang dilukiskan John
padanya, dan Henrietta tiba-tiba merasakan kehangatan.
Semangatnya bangkit kembali. Inilah sebuah sosok
nyata"ini akan abadi! Di tempat ini, paling tidak ia
menemukan John kembali un"tuk sesaat.
"Kasihan Pak Dokter. Ngeri, ya?" kata Mrs. Crab"
tree. Rasa sayang dan penyesalan terdengar dalam suara"
nya, sebab Mrs. Crabtree adalah pen"cinta kehidupan. Ke"
matian"kematian mendadak, terutama pembunuhan dan
362 THE HOLLOW.indd 362 kema"tian saat melahir"kan, merupakan hiasan hidup bagi"
nya. "Mengapa dia sampai tertembak! Perut saya serasa
akan ter"balik mendengarnya. Saya membaca semua itu
di surat-surat kabar. Suster memberi saya semua yang
bisa didapatkannya. Baik sekali dia. Beritanya lengkap,
dengan foto-foto. Ada kolam renangnya, istrinya waktu
meninggalkan tempat pemeriksaan pendahuluan. Kasi"
han sekali. Juga Lady Angkatell yang memiliki kolam
renang itu! Banyak fotonya. Semua itu merupakan
misteri, bukan?" Henrietta tidak merasa jijik melihat kesenangan wa"
nita tua itu menceritakannya. Ia bahkan me"nyukainya,
sebab ia tahu John sendiri akan me"nyukainya. Kalaupun
ia harus meninggal, ia jauh lebih suka kalau Mrs. Crab"
tree menanggapinya dengan senang daripada de"ngan
menangis berurai air mata.
"Saya benar-benar berharap agar siapa pun yang
telah melakukannya tertangkap dan digantung," lanjut
Mrs. Crabtree dengan geram. "Tapi sekarang orang
tidak di"gantung di depan umum seperti dulu. Sayang
sekali. Sejak dulu saya ingin melihat orang digantung.
Dan saya akan pergi cepat-cepat untuk melihat orang
yang telah membunuh Pak Dokter digantung! Pasti dia
jahat sekali. Jarang ada orang seperti Pak Dokter! Pintar
sekali dia itu! Dan baik, lagi! Mau tak mau, kita selalu
dibuat"nya tertawa. Ada-ada saja yang dikatakannya!
Saya mau berbuat apa saja untuk Pak Dokter! Sung"
guh!" "Ya," kata Henrietta. "Dia orang yang amat pintar.
Dia orang hebat!" "Semua orang di rumah sakit ini mengenang kebaikan"
363 THE HOLLOW.indd 363 nya! Juga semua juru rawat! Dan pasien-"pasiennya! Kami
selalu merasa akan sembuh bila berada di dekatnya."
"Jadi Anda akan sembuh," kata Henrietta.
Mata kecil yang tajam itu tampak sendu seben"tar.
"Saya tak yakin lagi, Manis. Sekarang yang me"
nangani saya seorang dokter muda yang ber"kacamata dan
bermulut manis. Berbeda sekali de"ngan Dokter Chris"tow.
Dia tak pernah tertawa! Sedangkan Dokter Christow...
selalu ada saja leluconnya. Kadang-kadang dia membuat
saya sakit sekali dengan pengobatannya. "Saya tak tahan
lagi, Dokter," kata saya padanya. "Pasti bisa, Mrs. Crab"
tree," katanya, "Anda orang yang kuat sekali. Anda pasti
tahan. Kita berdua akan membuat se"jarah dalam dunia
kedokteran." Begitulah dia se"lalu menghibur saya. Saya
benar-benar mau me"lakukan apa saja untuk Pak Dokter!
Dia meng"harapkan banyak dari kita, tapi kita merasa tak
bisa mengecewakannya. Mengerti"kah kau maksud saya?"
"Saya mengerti," kata Henrietta.
Mata kecil yang tajam itu menatap Henrietta.
"Maaf, Sayang, kau bukan istri Pak Dokter,ya?"
"Bukan," kata Henrietta, "saya hanya seorang sahabat."
"Saya mengerti," kata Mrs. Crabtree. Henrietta per"
caya bahwa ia mengerti. "Kalau boleh saya bertanya, mengapa kau da"tang?"
"Dokter sering bercerita banyak tentang Anda... dan
tentang pengobatannya yang baru. Saya jadi ingin me"
lihat bagaimana keadaan Anda."
"Keadaan saya mundur terus... sungguh."
Henrietta berseru, "Tapi Anda tak boleh mun"dur!
Anda harus sembuh." Mrs. Crabtree tertawa kecil.
364 THE HOLLOW.indd 364 "Saya memang tak mau mati, jangan pikir be"gitu!"
"Kalau begitu, berjuanglah! Dokter Christow berkata
bahwa Anda tak mudah menyerah."
"Begitukah katanya?" Mrs. Crabtree berbaring diamdiam sebentar, lalu katanya lambat-lambat, "Siapa pun
yang menembaknya, pasti jahat sekali! Tak banyak
orang seperti Pak Dokter!"
Kita takkan menemukan orang seperti dia lagi. Katakata itu melintas dalam pikiran Henrietta. Mrs. Crab"
tree memperhatikannya dengan tajam. "Besarkan hati"
mu, Nak," katanya. Lalu ditam"bahkannya, "Dia sudah
di"kubur"kan dengan baik, bukan?"
"Penguburannya baik sekali," kata Henrietta de"ngan
ramah. "Alangkah senang kalau saya bisa meng"hadiri"nya!"
Mrs. Crabtree mendesah. "Saya rasa tak lama lagi orang akan mengubur"kan
saya." "Tidak," seru Henrietta. "Anda tak boleh me"lepaskan
harapan. Tadi Anda katakan bahwa Anda dan Dokter
Christow akan mengukir sejarah dalam dunia kedokter"
an. Nah, sekarang Anda harus me"lanjutkannya sendiri.
Pengobatannya tetap sama. Anda harus memiliki kebe"
ranian untuk dua orang. Anda harus mengukir sejarah
seorang diri"demi dia."
Mrs. Crabtree memandanginya beberapa saat.
"Kedengarannya hebat juga! Saya akan berusa"ha,
Anak Manis. Tak bisa berjanji banyak."
Henrietta bangkit, lalu menyalaminya.
"Selamat tinggal. Kalau boleh, saya akan datang me"
ngunjungi Anda lagi."
365 THE HOLLOW.indd 365 "Silakan datang. Saya senang sekali bercakap-"cakap
tentang Pak Dokter." Matanya berbinar na"kal. "Dokter
Christow itu pria yang jempolan da"lam segala hal."
"Ya," kata Henrietra. "Memang."
"Jangan bersedih, anakku," kata wanita tua itu. "Apa
yang sudah hilang, hilanglah. Kita tak bisa mendapat"
kannya kembali." Mrs. Crabtree dan Hercule Poirot menyatakan pikir"
an yang sama, meskipun dengan bahasa yang berbeda,
pikir Henrietta. Ia kembali ke Chelsea, memasukkan mobilnya ke
garasi, lalu berjalan lambat-lambat ke studio"nya.
"Sekarang tibalah sudah saat yang kutakuti," pikir"
nya. "Saat aku tinggal seorang diri. Aku tak bisa me"nun"
da"nya lagi. Sekarang kesedihan itu su"dah datang."
Apa yang pernah dikatakannya pada Edward" "Aku
ingin bersedih untuk John."
Ia menjatuhkan diri ke sebuah kursi, lalu me"licinkan
rambutnya yang menutupi wajah. Seorang diri"ko"
song"merana. Kekosongan yang mengerikan ini.
Matanya pedih oleh air mata yang mengalir perlahan
ke pipinya. Sedih, pikirnya, sedih demi John... Oh, John... John.
Teringat olehnya suara John yang tajam karena ter"
singgung, "Kalau aku mati, yang pertama-tama akan
kaulakukan, dengan air mata mengalir di pipimu, adalah
langsung mulai membuat patung seorang wanita yang
sedang berkabung, atau sua"tu sosok lain yang menggambar"
kan kesedihan." Henrietta bergerak dengan gelisah. Mengapa pi"kiran
itu merasuki kepalanya"
366 THE HOLLOW.indd 366 Kesedihan... kesedihan... Suatu bentuk terselu"bung"
garis besarnya hampir-hampir tak jelas?"kepalanya ter"
kulai. Alabaster.* Ia sudah bisa membayangkan garis-garisnya?"tinggi,
memanjang, kesedihannya tersembunyi, ha"nya ditampak"
kan oleh garis-garis pada selubung"nya.
Kesedihan, terpantul dari alabaster yang jernih dan
bening. "Kalau aku mati..."
Tiba-tiba suatu perasaan getir melandanya!
Pikirnya, "Begitulah aku! John benar. Aku tak bisa
mencintai. Aku tak bisa berkabung"tidak bisa dengan
sepenuh hati. Orang-orang seperti Midge-lah yang meru"
pakan garam dunia." Midge dan Edward di Ainswick.
Itu adalah kenyataan"kekuatan"kehangatan.
"Sedangkan aku," pikirnya, "bukan manusia se"utuh"
nya. Aku bukan milikku sendiri. Aku adalah milik se"
suatu di luar diriku. Aku tak bisa ber"kabung untuk kecin"
ta"an"ku yang telah tiada. Aku harus menerima kesedihan"ku
dan membentuknya menjadi suatu sosok dari alabas"ter..."
"Pameran No. 58. Kesedihan. Alabaster. Henrietta
Savernake..." "John, maafkan aku, John," katanya berbisik. "Aku
tak bisa berbuat lain."
___________________________
*batu pualam yang jernih dan bersih
367 THE HOLLOW.indd 367 THE HOLLOW.indd 6 RUMAH GEMA THE HOLLOW bukan hal yang menyenangkan. Tapi di sini mereka malah
menggodanya dengan menyajikan suatu adegan pembunuhan.
Di tepi kolam, sesosok tubuh digeletakkan secara artistik,
lengannya terentang. Bahkan ada cat merah menetesnetes. Sosok itu sangat tampan. Beberapa orang berdiri
mengelilinginya dalam pose-pose yang aneh. Semuanya
sangat tidak profesional.
Namun sekonyong-konyong Poirot menyadari bahwa
adegan ini amat nyata. Begitu nyata, hingga membuatnya
RUMAH GEMA

Rumah Gema The Hollow Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hercule Poirot merasa kesal dan jemu. Kematian sama sekali
tersentak bagai dihantam palu godam. Cairan yang menetes
Dan pria yang tergeletak itu sedang menjelang ajal....
NOVEL DEWASA Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building Blok I, Lantai 5 Jl. Palmerah Barat 29-37 Jakarta 10270 www.gramediapustakautama.com
rumah gema.indd 1 THE HOLLOW itu bukan cat merah, melainkan darah.
RUMAH GEMA THE HOLLOW Dua Nyawa Kembar 1 Your Eyes Karya Jaisii Q Tapak Naga Perkasa 1
^