Pencarian

Naga Merah 6

Naga Merah Karya Khu Lung Bagian 6


Ingin rasanya dia meremas-remas badan dua perempuan itu.
Sebaliknya dengan Yao lie lu wanita mengandung lain maksud lagi.
Jikalau Tan Liong dapat sekaligus membunuh dua wanita itu setidak-tidaknya dia akan merasa bangga dan saingan beratnya hilang.
Maka manakala anak muda itu mulai keluarkan serangannya yang pertama tadi, dia lantas menyingkir kesamping.
Chie Peng yang diserang mendadak oleh Tan Liong.
Kelihatannya seperti sudah terpepet benar-benar, sedikitpun tidak kelihatan balasannya.
Amarahnya segera berkobar, kepada adiknya berseru.
"Adik! Hajar Yao lie lu sampai mampus! Jangan kasih hati padanya! " Berkata demikian badannya melejit ke samping.
Lagi-lagi dia menghindari suatu serangan dari anak muda itu, dengan sama cepat menyerobot ke samping, dari sini mengadakan serangan balasan tapi cuma mampu menyerang sampai tiga kali.
Chie Cui yang mendengar perintah encinya lantas menerjang Yao lie lu.
"Enci Tio, kau sungguh jahat! " demikian serunya.
Yao lie lu melihat terjangan Chie Cui terkejut juga.
Pada saat itulah serangan Chie Cui sudah meluncur keluar.
Empat orang itu terpisah menjadi dua pertandingan.
pertempuran berjalan dengan amat seru.
Dari dalam pusat perkumpulan Thian seng hwee kembali terdengar suara mengaung, beberapa bayangan orang dengan cepat sudah sampai di danau kecil itu.
Keadaan kini tidak menguntungkan Tan Liong.
Apabila pemuda ini ataupun Yao lie lu sampai kena ditangkap oleh orang-orangnya Thian seng hwee, mungkin tak ada harapan hidup bagi mereka.
Tan Liong menyapu dengan sudut matanya, wajahnya lantas berubah.
Chie Peng lalu berkata pula, "Tan Liong! Sekarang ini kalau kau ingin pergi masih dapat dan banyak kesempatannya.
Sebentar lagi barangkali kau sudah tidak bisa bergerak dan tidak akan lolos dari orang-orangnya Thian seng hwee.
" Tan Liong juga mendengar perkataan yang bersifat meratap seperti minta dikasihani itu merasa tak berlebihan kata-katanya.
Tetapi agaknya pengaruh amarah yang meluap-luap tidak dapat membunuh dua wanita itu belum merasa puas.
Lantas didesaknya Chie Peng yang diserang bertubi-tubi cemas hatinya.
Dengan suara memohon berkata lagi, "Tan Siangkong, nasib Ciong lam pay dalam tanganmu.
Apa lain hari kau takut tidak mendapat kesempatan mencari aku lagi untuk membalaskan sakit hatimu kepadaku" Sekarang ini kalau tidak pergi mau tunggu apa lagi" Perkataan Chie Peng itu keluar dari lubuk hatinya yang masih suci.
Tan Liong yang mendengar itu, tergerak juga akhirnya.
Kini perasaan ragu mulai menyerang diotaknya.
Tapi sedetik hanya dengan sedikit gerakan ia memutar badan.
Yao lie lu yang melihat sikap Tan Liong ingin kabur, terdengar menggeram hebat.
Dengan sengit ditamparnya Chie Cui, setelah itu lantas melayangkan badannya maksudnya ingin menyusul pemuda Tan yang sudah lari jauh.
Tetapi baru badannya bergerak Chie Peng sudah membentak keras, "Yao lie lu," kemudian nampak tangannya diayun melancarkan serangan hebat.
Dia benci Yao lie lu benci kepada sifat-sifat wanita centil itu yang bagai ular beracun.
Maka serangannya juga sebentar meluncur saling susul kesemuanya mengarah bagian-bagian maut di tubuh Yao lie lu.
Selagi Yao lie lu didesak hebat oleh Chie Peng, dalam keadaan yang memuncak kepada detik-detik bahaya, mendadak Tan Liong melayang turun kesitu.
"Jika kalian berani mengganggu seujung rambutnya Yao lie lu saja, aku segera ambil jiwa kalian dua orang!" demikian serunya tangannya memapaki satu serangan Chie Peng.
Chie Peng terkejut begitupun adiknya ketika mendengar perkataan itu lantas tarik mundur dirinya dan urung hendak menyerang terus-terusan.
Tan Liong menyambar pinggang Yao lie lu kembali melompat menjauh.
"Nona-nona Chie, dikemudian hari Tan Liong pasti akan cari kalian untuk memperhitungkan sakit hati hari ini! " Chie Peng dan Chie Cui tidak mengejar, dengan beralasan mendelu mengawasi bayangan pemuda Tan Liong yang memayang nona cantik sampai hilang dibalik satu tikungan gunung-gunungan.
Tiba-tiba saja seruan riuh menyadarkan lamunan mereka.
Beberapa bayangan orang kiranya telah menghadang perjalanan Tan Liong.
Chie peng memburu, begitupun adiknya.
Ketika mengetahui keadaan didepan dia menghela napas, menoleh kepada adiknya dan berkata, "Adik, cinta itu tidak bisa dipaksa.
Kita sengaja atang kemari dengan maksud membantu dan menyingkir dari lembah ini.
Siapa tahu dia bukan cuma tidak suka dan terima budi kita, malah lantas kita dicap sebagai orang tukang jual lidah, tentu dia anggap kita yang membocorkan rahasianya.
Apa lagi Tan Liong yang memang telah benci padaku, maka kesalah pahaman itu aku rasa tidak bisa dijelaskan gampang-gampang.
Keluar kata-katanya itu sedih nadanya.
Setelah berhenti sejenak, lalu berkata pula, "Adik, jangan terlalu sedih hatimu, kesempatan selalu terbuka bagi siapapun.
Suatu waktu pasti akan datang gilirannya kita diberi kesempatan, aku akan pasti berdaya sebisa-bisanya mendapatkan untukmu.
" Chie Cui nampak menegang.
Sesaat dalam keadaan membisu, kemudian berkata, "Enci, apa bisa jadi Tan Siangkong telah cintakan enci Tio?" Cie Peng menyela, "Tentu dia terjeblos dalam jebakan Yao lie lu.
Dia cintakan perempuan itu masih susah diduga betul atau tidak.
Mari kita melihat keadaannya, kalau dia dalam keadaan bahaya mau tidak mau harus kita berikan tenaga kita.
" Chie Cui yang mendengar itu terus berkata, "Enci, kalau benar Tan Siangkong mencintai enci Tio jangan kita bunuh perempuan itu, Tan Siangkong orangnya begitu, kalau kita benci bunuh perempuan itu tentu kau akan dibencinya.
Kau pikir itu betul apa tidak" " Chie Peng memperhatikan sikap adiknya yang masih kekanak- kanakan itu, lalu berkata setengah menghela napas, "Adik, kau terlalu jujur ......
" Baru ditutup kata-katanya, mendadak terdengar suara orang ketawa dingin.
Tatkala Chie Peng tujukan matanya ke arah Tan Liong lantas dilihatnya Tongcu dari urusan dalam Thian seng hwee yakni Ciok Eng Cay sedang bergerak, dengan tindakan lambat-lambat menghampiri pemuda itu.
Sedang orang-orang lihai lainnya yang berjumlah tidak kurang dari tiga puluh jiwa, telah mengurung pemuda tersebut bersama-sama Yao lie lu ditengah-tengah.
Suasana panas pastikan seketika dirasakan oleh mereka, pertempuran sengit mungkin akan segera dimulai.
Ciok Eng Cay menatap Tan Liong dan Yao lie lu sejenak, lalu tersenyum getir dan berkata, "Nona Tio, kita melakukan kau begitu apakah kurang baiknya" Mengapa kau langgar peraturan kita, dengan menempuh bahaya menolongi ketua Ciong lam pay ini" Aku kira kau sudah bosan hidup barangkali."


JILID ke : 14 Ketawanya yang seram lantas tertampak didepan wajahnya dengan kipas besi ditangannya siap hendak menerjang dua musuh mudanya itu.
Tan Liong tiba"tiba berseru keras, "Siapa yang berani coba menerjang mati bagiannya! siapa yang buka jalan akan kubiarkan dia hidup! " Sambil mengempit kembali badan langsingnya Yao lie lu ia menerjang satu pojokan.
Ciong Eng Cay menggeram keras, tangannya terangkat dan dari situ lantas meluncur satu serangan yang amat dahsyat.
Begitu melihat Ciok Eng Cay bergerak, tongcu bagian hukum Sun chia lompat melesat menghadang di depan perjalanan Tan Liong.
Dengan cepat satu serangan tangan kosong dilancarkan ke muka.
Kedua orang lihai kelas wahidnya Thian seng hwee itu turun tangan berterang.
Dapatlah dibayangkan betapa hebat serangan gabungan mereka.
Tan Liong sekalipun tidak mengempit Yao lie lu mungkin akan merasa kerepotan menyambuti dua serangan dari dua jurusan itu.
Sesaat Yao lie lu mendadak buka mulut, "Tan Siangkong, lekas lepaskan aku! Kau terjang dulu mereka.
" Tan Liong yang mendengar seruan itu lantas turunkan badan wanita itu.
Dengan kedua tangannya lalu menyambuti serangan dari dua Tongcu itu.
Sebentar dia bergerak, dan dapat mengadakan serangan balasan.
sedang Yao lie lu dengan dua tangan dibentangkan terus menubruk Ciok Eng Cay! Kedua belah tangan wanita centil genit ini bergerak, Sebentar saja telah keluar delapan serangan secara beruntun.
serangan bertubi"tubi yang dikirim dari tangan- tangan halusnya Yao lie lu itu ternyata dapat membikin Ciok Eng Cay kerepotan, sama sekali tidak bisa mengadakan pembalasan.
Pada waktu itu orang-orang yang lainnya dengan berbareng lantas menyerbu Yao lie lu.
Yao lie lu diserang serentak dari segala jurusan, Tan Liong terbengong.
Tetapi tidak sempat memikirkan mengapa bukan dia yang diserbu mendadak telinganya dengar geraman dari mulut Song hun chiu.
Orang ini dengan cepat telah menyambar pergelangan tangan Yao lie lu.
Tongcu itu dengan gelarannya Song hun chiu (Tangan maut) sudah barang tentu gerakan tangannya itu ganas dan telengas bagai pembawa maut.
Yao lie lu terperanjat, seketika itu loncat melesat menyingkir dari sambaran tangan Song hun chiu tapi tangan kiri si Tangan maut itu dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam sepenuhnya sudah menyambar pula.
Dua gerakan itu hampir berbarengan cepatnya.
sambaran tangan itu Sebentar berlalu Yao lie lu tahu"tahu sudah terpental jauh keluar kalangan.
Song hun chiu setelah menjatuhkan lawannya lantas buka Suara, "Ringkus dia jangan berbuat salah! " Tiga puluh lebih orang"orangnya Thian seng hwee setelah mendengar perintah Song hun chiu bagai mendengar titah raja saja lantas maju semua menghampiri Yao lie lu yang telah menggeletak di tanah.
Tan Liong yang menyaksikan hal itu kaget sekali.
Meskipun ada rasa benci juga kepada Yao lie lu tapi biar bagaimana perempuan itu pernah menolongnya keluar dari kamar tawanan, tentu budi besar itu tak bisa dilupakannya.
Jikalau tidak apabila Yao lie lu sampai mati oleh orang-orang itu, tentu pikirannya takkan tenang.
Maka selagi orang"orangnya menghampiri yao lie lu, Tan Liong menggeram nyaring tangannya dikerjakan mencari sasaran.
Berbareng pada saat pemuda ini melancarkan serangan serangannya itu lebih dulu telah disambarnya badan langsingnya Yao lie lu dan lantas loncat keluar kalangan.
Tan Liong maklum tidak bisa sia"siakan waktu lebih lama lagi.
Keadaan sudah terlampau gawat.
Untuk keluar dari lembah Lui in kok rasanya akan lebih sukar lagi.
Maka lantas terkilas pikiran hendak berlaku nekad.
Dengan cepat tangannya menarik keluar bom Pek lek tannya yang ternyata masih ada tak diambil orang ketika ia dimasukkan kedalam penjara air.
Orang-orang dari Thian seng hwee itu yang mengetahui sasaran mereka telah direbut orang lalu pada menyerbu penolong Yao lie lu itu riuh rendah bunyinya Suara Suara geraman mereka.
Tangan kosong dan senjata-senjata tajam meluncur ke badan Tan Liong dengan berbareng.
"Sambut seranganku ini!" Ini adalah seruan Tan Liong yang melihat semua orang menghampirinya.
Dia keluarkan bentakannya itu tangan kanannya nampak terayun.
Sebuah bom Pek lek tan ketika itu lantas keluar dari tangannya yang lantas juga terbang mengarah orang banyak itu.
Kalau Tan Liong tadi keluarkan kata-kata serangan tangan, maksudnya ialah untuk mengelabui pihak lawannya.
Orang-orang Thia seng hwee itu sama sekali tidak menyangka kalau Tan Liong telah keluarkan bom Pek lek tan-nya.
Song hun chiu dan Ciok Eng Cay tidak kecewa mendapat kedudukan tinggi dalam perkumpulannya.
semula mereka tak menduga kalau pemuda itu bisa menyerang dengan bom Pek lek tannya.
Dan manakala mereka sadar akan hal itu bom Pek lek tan telah meluncur ke arah orang banyak maka lantas berseru berbareng, "semua lekas mudur!, Bom Pek lek tan ! " Dan mereka lebih dahulu telah melesat meninggalkan kalangan.
Tetapi seruan mereka itu rupanya terlambat Sebentar lantas terdengar suara ledakan yang amat hebat.
Bom Pek lek tan yang mempunyai kekuatan amat dahsyat itu kini meledak di dalam lembah Lui in kok.
Suara ledakan itu menggetarkan bumi di seluruh lembah tersebut.
Tanah-tanah bergerak-gerak bagai telah terjadi bencana gempa bumi.
Suara ledakan itu lantas disusul dengan Suara-Suara jeritan saling susul yang membuat bulu roma bisa berdiri.
Sebentar kemudian tanah dan batu serta darah dan daging manusia berceceran dan beterbangan ketengah udara.
Keadaan disitu tidak banyak bedanya dengan keadaan di gereja Siao lim sie ketika di bom Pek lek tan oleh Naga Merah tiruan.
Sungguh mengenaskan sekali! Kutungan-kutungan kaki atau tangan tampak berserabutan kemana-mana kecuali beberapa gelintir orang yang lolos dari bencana maut.
Tiga puluh orang lebih hampir semuanya musnah dimakan bom yang amat dahsyat itu.
Pembunuhan itu merupakan suatu peristiwa berdarah besar-besaran, sebab dalam waktu sekejap Thian seng hwee telah kehilangan beberapa puluh jiwa anak buahnya.
setelah suara ledakan sirap, yang tertinggal disitu hanya darah berceceran kutungan"kutungan kaki atau tangan, potongan kepala atau daging-daging badan yang sudah tidak utuh lagi.
Tan Liong terlihat tertawa dan puas kembali mengempit tubuh Yao lie lu dan kaburkan kakinya menuju keluar lembah.
Tiba"tiba suara yang sangat seram terdengar bagai dibelakang telinganya.
"Ciang bun jin, perbuatanmu Sungguh terlalu kejam! " Tan Liong terkejut.
Manakala kepalanya mendongak tampak disuatu tempat sejarak satu tombak lebih sedang berdiri, ayahnya .
. . . .. ketua Thian seng hwee alias Tan Ciang Bin bergelar Bong bin Sin kiam.
Wajahnya Tan Liong lantas berubah tanpa merasa lantas mundur dua langkah .
. . . .. Yao lie lu ketika melihat Bong bin Sin kiam muncul secara mendadak wajahnya berubah seketika dengan perasaan takut setengah mati ia mundur dua langkah.
Begitu pula dengan Tan Liong, ia Sungguh tidak menduga bahwa dalam keadaan kritis seperti itu ayahnya bisa unjukkan diri disitu! Bong bin Sin kiam Tan Chiang Bin dengan sorot mata dingin menyapu mayat-mayat anak buahnya yang menggeletak di tanah lalu berkata Sambil ketawa dingin.
"Ciang bun jin, perbuatanmu sesungguhnya terlalu kejam! " Pada saat itu Tongcu dari bagian hukum Song hun chiu atau si Tangan maut Khut Jit seng, Tongcu bagian urusan dalam Ciok Eng Cay, berdua dengan berbareng melesat untuk menghalangi berlalunya Tan Liong.
Suasana kembali menjadi tegang.
Tan Liong yang menyaksikan keadaan dihadapan matanya telah mengetahui bahwa hari itu jika ia hendak keluar dari lembah Lui in kok dalam keadaan selamat, itu seperti juga orang mimpi ditengah hari bolong! Bong bin Sin kiam berkata pula Sambil ketawa dingin.
"Ciang bun jin, bagaimana kau harus membayar utang darah ini" " Tan Liong terpaksa berlaku nekad Sambil ketawa dingin ia menjawab, "Jikalau Ciong lam pay telah terganggu sedikit saja oleh orang"orangmu, orang-orang Thian seng hwee yang akan kubinasakan barangkali bukan cuma itu saja.
" Bong bin Sin kiam ketawa bergelak"gelak, "Kematian sudah berada didepan mata dan tokh masih berani buka mulut besar." demikian katanya, kemudian mengawasi Khut Jit Seng dan Ciok Eng Cay berdua lalu memerintahkan kepada mereka.
"Tangkap Yao lie lu !" Mendengar itu Yao lie lu parasnya pucat bagaikan kertas.
Khut Jit seng dan Ciok Eng Cay menyahut dengan sikapnya yang menghormat dan selagi hendak menangkap dirinya Yao lie lu, Tan Liong telah membentak dengan suara bagaikan Guntur, "Siapa yang menganggu seujung rambutnya Yao lie lu aku akan suruh dia mampus seketika!" Dengn sorot mata beringas ia menghadap majunya Khut Jit Seng dan Ciok Eng Cay.
Dalam keadaan yang sangat genting itu, Yao lie lu mendadak ketawa ia merasa puas karena Tan Liong mau melindungi dirinya, suatu bukti kalau pemuda itu ada mencinta padanya.
Pikirnya dalam hati, sekalipun aku mati, tidak juga tidak menyesal! Ia ketawa sepuasnya seolah-olah dalam jiwanya sudah mendapatkan apa yang diharapkan, dan barang yang diharapkan itu sudah cukup untuk dibuat kenangan seumur hidupnya.
..... Melihat Khut Jit seng dan Ciok Eng Cay tidak berani maju, Bong bin Sin kiam Tan Chiang Bin lalu membentak, "Apa kalian berani melawan perintah?" Khu Jit seng dan Ciok Eng Cay ketakutan lalu menjawab dengan laku sangat menghormat, "Teecu sekalian tak berani! " "Kalau begitu lekas tangkap dirinya Yao lie lu! " Khut Jit seng dan Ciok Eng Cay lalu menerjang Tan Liong dengan berbareng, Sambil pentang senjata kipas besinya Ciok Eng Cay menyerang bagian tengah dari Tan Liong serangan Ciok Eng Cay itu ada cepat sekali Tan Liong yang seolah"o1ah sudah kalap juga lantas sambuti dengan serangan tangan kosong.
Dan selagi mereka masih saling menyerang, Khut Jit Seng tinggalkan Tan Liong menyerang dirinya Yao lie lu.
Yao lile lu melihat sudah tidak ada lain jalan maka terpaksa berlaku nekad ia sudah ambil keputusan hendak mengadu jiwa jikalau perlu.
saambil kertak gigi, ia melawan dengan nekad, tangannya sebentar saja sudah balas menyerang sampai lima kali dan kakinya menendang tiga kali, Bong bin Sin kiam berdiri disamping dengan tidak bergerak, ia anggap tidak ada perlunya turun tangan, sebab Ciok Eng Cay dan Khut Jit seng sudah cukup untuk menghadapi Tan Liong dan Yao lie lu.
Pada saat itu, Chie Peng bersama adiknya juga sudah tiba disitu.
Chie Peng dengan matanya yang jeli melirik keadaan dalam medan pertempuran, parasnya berubah seketika dalam hati diam-diam mengeluh, Habislah ....
Tan Liong karena tidak mau dengar perkataannya sehingga terjatuh lagi dalam tangannya orang-orang Thian seng hwee.
sekarang kalau hendak keluar dari lembah Lui in kok sudah tentu semakin sulit lagi.
selagi Chie Peng masih memikiri nasibnya Tan Liong, Chie Cui dengan perlahan menghampiri Bong bin Sin kiam, lalu unjuk hormat kepada ketuanya itu Sambil berkata, "Teecu Chie Cui disini menemui hweethio.
" "Nona Chie, tak usah memakai banyak peradatan, bangunlah.
" kata ketua dari Thian seng hwee itu.
Chie Peng juga memberi hormat kepada ketuanya.
kedua saudara itu lalu berdiri disampingnya Tan Chiang Bin, matanya ditujukan kepada empat orang yang sedang bertempur sengit itu.


"Teecu Chie Cui disini menemui hweethio.
" "Nona Chie, tak usah memakai banyak peradatan, bangunlah.
" kata ketua dari Thian seng hwee itu.
Chie Peng juga memberi hormat kepada ketuanya.
kedua saudara itu lalu berdiri disampingnya Tan Chiang Bin, matanya ditujukan kepada empat orang yang sedang bertempur sengit itu.
Pada saat itu Yao lie lu nampak sudah didesak mundur oleh Khut Jit seng sehingga tidak bisa balas menyerang sama sekali, keadaannya sangat berbahaya.
Chie Peng kerutkan alisnya, ia sedang memikirkan suatu urusan penting yang menyangkut dirinya dan diri adiknya, urusan itu juga ada hubungannya dengan dirinya Tan Liong dan mereka dikemudian hari.
Suara bentakan terdengar berulang"u1ang, diantara suara bentakan itu Khut Jit Seng sudah melancarkan serangannya yang hebat sampai empat kali serangannya yang sangat hebat itu membuat dirinya Yao lie lu sempoyongan dan mundur sampai lima langkah.
Kini baru Yao lie lu tahu kalau orang she Khut dengan julukannya Tangan Maut itu benar-benar mempunyai serangan tangan yang mematikan tapi ia yang sudah mengambil keputusan nekad dengan kertak gigi telah menyerbu Khut Jit Seng lagi dan melakukan serangan pembalasan sampai tiga kali.
Jika diukur dari kepandaian dan kekuatan mereka, kepandaian dan kekuatannya Yao lie lu masih dibawahnya Khut Jit Seng, Kalau sebegitu lama Khut Jit Seng masih belum bisa merubuhkan lawannya itu disebabkan karena Yaou lie lu sudah berlaku nekad dan hendak adu jiwa.
Yao lie lu terus melawan dengan seluruh kekuatan keras lawan keras seolah"olah sudah tidak memikirkan lagi keselamatan dirinya.
Sebentar saja badannya sudah mandi keringat, napasnya sengal"sengal.
Khut Jit Seng menyaksikan itu semua sambil ketawa dingin.
Dalam hatinya sudah berpikir bahwa dalam tiga jurus lagi ia bisa merubuhkan dirinya nona yang kalap ini.
Dengan tangan kanan menggunakan tipu serangan Giam li Tiam kui, ia menotok jalan darah Ciang thay hiat atas badannya Yao lie lu.
serangan itu bukan saja dilakukan sangat cepat, tapi juga sangat ganas.
Yao lie lu terperanjat, ia buru-buru putar tubuhnya untuk mengelakkan serangan tersebut! Tapi .....
Baru saja Yao lie lu menyingkir dari bahaya tersebut, sudah terdengar suara bentakannya Khut Jit seng.
"Yao lie lu, coba sambuti sekali lagi serangan ini.
Perkataannya itu dibarengi oleh meluncurnya satu serangan tangan yang menuju kearah dadanya.
Ia tahu bahwa serangan sehebat itu biar bagaimana ia sudah tidak mampu mengelakkan lagi! Ia telah mengambil keputusan hendak mengadu jiwa dengan orang she Khui itu, maka sambil membentak ia telah mendorongkan kedua tangannya .
. . . .. Begitu serangan itu meluncur keluar dari tangannya mendadak darahnya dirasakan menggolak, badannya dibikin terpental sejauh satu tombak oleh serangan Khut Jit Seng tadi, sehingga jatuh roboh ditanah dan tidak ingat orang lagi.
Tapi Khut Jit Seng sendiri juga kena tolak oleh serangan Yao lie lu tadi, hingga mulutnya menyemburkan darah jika tidak karena terlalu meremehkan lawan barangkali ia tidak sampai demikian! Setelah menyemburkan darah dari mulutnya, badannya sempoyongan dan kemudian duduk numprah ditanah.
Tan Liong menyaksikan dirinya Yao lie lu dibikin terluka oleh Khut Jit Seng, sehingga rubuh ditanah, juga merasa kaget.
Selagi masih dalam keadaan demikian, kipas besinya Ciok Eng Cay sudah menyerang dengan gencar sampai tiga kali.
Dari jauh orang-orangnya Thian seng hwee dalam jumlah tidak sedikit, sudah pada datang menyerbu, hingga Tan Liong terkurung ditengah-tengah Chia Peng yang menyaksikan keadaan di depan matanya mendadak seperti ingat sesuatu lalu berkata kepada adiknya.
"Adik, bawa Yao lie lu ini aku mau tangkap kembali ketua Ciong lam pay itu" Chie Cui yang mendengar perintah encinya parasnya berubah.
Dengan perasaan kaget dan terheran"heran memandang encinya tetapi mulutnya tidak berkata apa-apa.
Chie Peng dengan sikap dan paras bingung berkata gusar, "Apa kau tidak dengar" " Chie Cui lagaknya merasa jeri lalu bergerak dan membawa Yao lie lu yang sudah tidak ingat orang lalu kembali pula kesamping Bong bin Sin kiam.
Pada waktu Chie Cui membawa Yao lie lu Chie Peng sudah bergerak menghampiri Tan Liong.
Wanita ini lantas berkata, "Ciang bun jin, sebaiknya kau menyerah sajalah.
" Diucapkannya perkataannya itu sambil melakukan serangan sampai empat kali.
Tan Liong yang melawan Ciok Eng Cay sudah merasa kewalahan, sekarang ditambah lagi dengan Chie Peng yang kekuatannya boleh dikata seimbang dengan kekuatannya sendiri, mana sanggup dia bertahan lagi" Tetapi dasar Tan Liong seorang keras kepala.
Tidak suka menyerah mentah"mentah, begitulah dengan suara keras membentak, "Aku akan bunuh kau si perempuan jahanam ini lebih dulu .....
" Dan seluruh kekuatannya dikerahkan kepada kedua tangannya berbalik menyerang Chie Peng.
Tetapi, pada saat itu juga serangan Ciok Eng cay yang hebat sudah dilancarkan kearah pundak Tan Liong.
Dua musuh lihai menggencet dari depan dan belakang sebetulnya sukar bagi Tan Liong untuk memberikan perlawanan.
Tetapi pemuda agaknyapun mengerti bahwa apabila kali ini sampai kena ditangkap oleh mereka, sudah tidak ada lain jalan rupanya selain kematian.
Oleh karena beranggapan demikian, Tan Liong pikir tidak boleh ia menyerah mentah-mentah atau menantikan ajal tanpa melawan.
Seakan-akan banteng terluka, waktu itu Tan Liong mengamuk hebat.
Tepat selagi kipas besi ditangan Ciok Eng Cay menyerang belakangnya, dia lompat tinggi, sengaja tidak menyingkir atau mengelit serangan lawan, sebaliknya malah merangsek dan balas menyerang dengan tenaga sepenuhnya.
Tetapi selagi Tan Liong memutar badannya mengadakan penyerangan bahaya bagi serangan Ciok Eng cay, Chia Peng sudah membentak lagi ! " Ciang bun jin, sambut seranganku ini! " Jari tangannya secepat kilat bergerak menotok jalan darah di badan Tan Liong.
Tan Liong diam-diam mengeluh.
Selagi mau putar tubuh lagi, ternyata sudah terlambat.
Hanya terasa sekujur badannya kesemutan, dan lantas jatuh bergelimpang ditanah.
Semua kelihatannya seperti samar-samar.
Kepalanya dirasakan pening .....
dunia bagaikan kiamat. . . . . .. Chie Peng lalu berkata sambil ketawa dingin.
"Kau sesungguhnya tidak mengukur dulu kekuatanmu sendiri.
Apa kiramu lembah Lui in kok ini boleh bikin sembarangan menurut sesuka hatimu" " Perempuan ini lalu membopong Tan Liong yang telah tak berdaya, kembali kebelakang Bong bin Sin kiam, berdiri berendeng dengan adiknya.
Chie Cui menengok mengawasi encinya.
Dilihatnya paras sang kakak itu bagai masih gusar, hingga ini membuatnya pilu dan sedih hampir-hampir air matanya keluar tak tertahan.
Adik ini agaknya tahu kalau enci itu gusar benar- benar, tidak suka lepaskan Tan Liong begitu saja.
Bong bin Sin kiam Tan Ciang Bin lantas berkata sambil ketawa bergelak-gelak.
"Aku ingin lihat apa kau Ciang bun jin ini bisa lolos dari tanganku atau tidak" " Perkataan itu agaknya mengandung perasaan gusar.
Setelah berhenti sejenak, perpaling dan lalu berkata kepada Chie Peng dan Chie Cui, "Bawa kedua orang ini ke pusat dan tutup didalam penjara air.
Aku akan segera kembali kesana." Chie Peng menyahut dengan siap menghormat.
sambil mengempit badan si pemuda Tan Liong yang sudah pusing, lari ke pusat.
Chie Cui merasakan hatinya bagai diiris-iris tanpa dapat dicegah lagi butiran air mata akhirnya keluar juga.
Tahu ia kalau Tan Liong sudah tak ada harapan buat ditolong lagi.
Orang-orang yang ada di situ tak seorang yang melihat kalau Chie Cui sedang kucurkan air mata.
Sebabnya saat itu perempuan muda ini sudah balik badan dan mengejar encinya.
Bong bin Sin kiam mengwasi bangkai anak buahnya yang berserakan ditanah dalam keadaan tak utuh anggota badannya itu.
Dengan perasaan sedih menghela napas berat.
Dalam waktu sedetik itu bagai dia mendapat firasat suatu kejadian yang menakutkan akan menimpa dirinya.
Pada saat itulah dia merasa, penghidupannya terlalu hambar .
. . . .. didalam jiwanya seakan"akan kekurangan sesuatu.
Ciok Eng cay mengawasi ketuanya yang berdiri termenung itu, semula mengira kalau sang ketua itu seorang berduka hati karena kematian anak buahnya begitu banyak, dan untuk menghibur dia coba berkata dengan sikap menghormat sekali, "Hweethio, jangan terlalu berduka biarpun anak buah Thian seng hwee yang gugur ini sangat banyak asal Yao lie lu dan ketua Ciang lam pay dihukum menurut peraturan perkumpulan tentu akan puas semua arwahnya yang gugur itu.
" Bong bin Sin kiam cuma dapat ketawa getir dan jawabnya, "Ya, akan kubakar hidup"hidup dua binatang kotor itu! " Kemudian dia tertawa tetapi suaranya kemudian berkata lagi.
"Kuburlah baik-baik semua jenasah ini.
Anak buah Thian seng hwee yang ada di situ yang berjumlah tidak kurang dari tiga puluh jiwa, menjawabnya serentak dan lalu menyatukan anggota- anggota badan yang sudah tidak karuan bentuknya itu.
Pandangan itu sungguh mengerikan.
Yang mengalami sendiri adalah orang-orangnya Bong bin Sin kiam dengan disaksikan sendiri oleh ketua itu, bagaimana peristiwa kematian semua anak"anak buahnya.
Ketua ini tundukkan kepala perlahan-lahan kemudian keluar helaan napas panjang.
Satu jam kemudian, Semua bangkai yang tidak utuh itu sudah dikubur dengan baik.
Bong bin Sin kiam balik ke pusatnya dengan diiringi oleh anak-anak buahnya yang masih hidup.
Pada saat itu dari dalam ruangan pusat berkumpul Thian seng hwee tampak bertindak keluar kurang lebih dua puluh orang lebih orang-orang tua yang berdiri di kedua sisi jalan masuk dengan sikap mereka yang menghormat sekali.
Bong bin Sin kiam menyapu wajah orang-orang itu, dengan sorot matanya yang tajam kemudian memasuki ruangan dengan tindakan lebar.
seorang tua yang rambutnya sudah putih semua dari dalam ruangan menyambut Bong bin Sin Kiam, setelah memberi hormat lalu berkata, "Teecu The Beng dari bagian penasihat disini menjumpai Hweethio.
" "Tidak usah memakai banyak peraturan, " demikian sang ketua itu berkata hambar.
The Beng setelah menghaturkan terima kasih, lalu bangkit dan berkata lagi, "Mohon keterangan dari Hweethio, apa orang-orang kita sudah berhasil menangkap ketua Ciong lam pay dan Yao lie lu itu" " Mendengar pertanyaan tersebut Bong bin Sin kiam bagai terkejut.
Seketika menjawab, "sudah.


Naga Merah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" "Tetapi dimana orangnya" " "Orangnya" Bong bin Sin kiam benar-benar merasa heran, jelas dari peryanyaan ini yang bernada gusar, "Apa mereka dua budak itu tidak membawa kemari ketua Ciong lam pay dan Yao lie lu" " "Siapa" " "Chie Peng dan adiknya.
" "Tidak pernah lihat mereka.
" Ketua Thian seng hwee itu lantas ketawa bergelak" gelak.
Sunguh dia tak pernah menduga kalau Chie Peng dan Chie Cui berani menolong Tan Liong dan Yao lie lu.
Tetapi kenyataan sudah terang bagai kaca mau tak mau harus mengakui semua kebenarannya.
Apabila Chie Peng dan Chie Cui tidak kandung maksud menolong Tan Liong dan Yao lie lu, sudah barang tentu keduanya tidak berlaku demikian.
Sesudah ketawa dan paham Bong bin Sin kiam lalu berkata dengan suara dingin, "Perintah sekalian anak buah Thian seng hwee! Tutup semua pos penjagaan! Siapapun yang lihat Chie Peng dan Chie Cui, tangkap kembali dan serahkan ke pusat.
" Begitu titah keluar dari mulut ketua Thian seng hwee, semua anak buahnya kembali nampak repot.
Dari pusat, dengan cara yang boleh dikata paling cepat, meyebar perintah itu ke pos-pos penjagaan supaya melarang keluar setiap orang yang ingin


Begitu titah keluar dari mulut ketua Thian seng hwee, semua anak buahnya kembali nampak repot.
Dari pusat, dengan Cara yang boleh dikata paling cepat, meyebar perintah itu ke pos"pos penjagaan supaya melarang keluar setiap orang yang ingin keluar lembah.
Apa yang diduga oleh Bong bin Sin kiam tidak salah.
Chie Pang dan Chie Chi memang betul sudah menolong serta membawa Tan Liong dan Yao lie lu kabur.
Tatkala Bong bin Sin kiam suruh Chie Peng dan Chie Cui bawa Tan Liong dan Yao lie lu kembali ke pusat mereka dengan membawa orang-orang tawanan itu, tidak langsung ke arah pusat perkumpulan, sebaliknya dari kejalan ke luar lembah Lui in kok.
Chie Cui yang masih belum menyadari pikiran kakaknya tiba-tiba terbengong, dan memanggil sang enci itu, "Enci! " Chie Peng lalu balik badan, dengan suara dingin berkata, "Adik, bukankah kau mau aku menolong dia" " Chie Cui perlihatkan perubahan air muka.
Badannya yang langsing itu gemetaran sejenak kemudian setelah agak tenang bertanya, "Apa" Apa enci benar"benar mau tolong dia" " "Benar! Aku mau tolong dia.
Karena kau adik, aku merasda tidak boleh tidak mesti menolong orang.
meski perbuatan kita ini bahayanya amat besar, sebab bukan cuma Thian seng hwee yang tidak mau lepaskan kita begitu saja, tapi suhu sekalipun barangkali tidak ampuni perbuatan kita.
"demikian kakak ini berkata kepalanya mengangguk angguk.
Apa yang membuat Chie Cui kaget serta ketakutan, yakni urusan tersebut bisa kejadian sampai demikian menakutkan.
Sang adik inipun tidak akan menduga kalau encinya telah merobohkan Tan Liong sebab utamanya ialah melulu untuk membawa anak muda itu pergi.
"Enci, urusan ini telah berlangsung sampai begini .
. . . .. menakutkan ...... " demikian Chie Cui menyatakan pikirannya kepada encinya.
"Benar, urusan sudah menjadi begini menakutkan lantaran mencintai satu orang sampai kita tidak sayang korbankan jiwa.
Jika Tan Liong tidak memaafkan kita lagi, selanjutnya tidak boleh tidak aku pasti akan bunuh mati padanya.
" jawabnya sang enci sambil ketawa getir.
"Dengan cara bagaimana kita bisa keluar dari lembah Lui in kok ini" " "Ingin keluar dari lembah Lui in kok sesungguhnya ada satu soal yang amat sulit.
" "Jika tidak melalui pos penjagaan kita tidak berdaya keluar dari sini.
" "Benar, kita harus melalui pos penjagaan".
"Jika harus melalui pos penjagaan, orang-orang yang bertugas menjaga dipos"pos tersebut sudah tentu tidak mengijinkan kita bawa keluar Tan Liong dan Yao lie lu.
" "Maka kita harus adu jiwa.
" "Apa enci pikir mau ambil jalan keras" " "Benar.
" "Ini ...... mana boleh" kita menolong dan membawa Tan Liong dan Yao lie lu pergi dan merupakan suatu pelanggaran besar.
Mana bisa adakan pembunuhan lagi terhadap orang yang bertugas menjaga di pos" " "Kalau begitu kita sudah tidak perlu tolong.
" Chie Cui kertak gigi berkta dengan suara perlahan.
"Menolong sudah tentu harus.
Sekalipun mesti berkorban dengan nyawa, harus kita lakukan itu.
" orang perempuan apabila sekali jatuh hati kepada seorang laki-laki boleh dikata lantas melupakan segala apa, sekedar hanya untuk menuruti bisikan sang hati.
Oleh karena soal cinta kedua wanita Thian seng hwee ini tidak sayang meninggalkan perguruan dengan menempuh bahaya maut telah membawa serta Tan Liong dengan mereka keluar dari lembah Lui in kok.
Tetapi apakah perbuatan mereka nanti mendapat ganjaran sepantasnya" Buat sekarang masih merupakan suatu tanda tanya besar.
Keika itu Chie Peng sambil ketawa getir mengangguk perlahan sebagai jawaban atas pertanyaan adiknya lalu lompat melesat melanjutkan perjalanannya keluar dari Luo in kok.
Kecerdikan dan perhitungan Chie Peng ada begitu tepat sampai Seorang jago kawakan dunia Kangouw sebagai Bong bin Sin kiam Tan Ciang Bin juga kena dikelabui.
Dan setelah mengetahui kalau dirinya diselomoti ternyata sudah kelambatan sejam lebih.
Chie Peng dan Chie Cui sudah melalui tiga tempat pos penjagaan dan sudah berhasil membunuh anak buah Thian seng hwee yang terhitung lihai.
Berita kematian ini tidak lama setelah Bong bin Sin kiam keluarkan perintahnya, sudah sampai kepusat perkumpulan Thian seng hwee.
Pada saat itu Chie Peng dan Chie Cui sudah tiba dipos pertama.
Asal dapat mereka melewati pos penjagaan pertama itu bahaya bagi Tan Liong dan Yao lie lu boleh dikata sudah lenyap.kalau Chie peng dan Chie Cui dapat melalui tiga pos penjagaan, itu semata-mata disebabkan karena petugas-petugas yang menjaga diposnya masing-masing belum mendapat perintah mencegat orang-orang itu, ketua Thian seng hwee belum keluarkan titah.
Dan selagi Chie Peng dan Chie Cui sampai dipos pertama penjaga dipos tersebut yang mendapat perintah ketua tidak mengijinkan setiap orang keluar dari situ.
Chie Peng dan Chie Cui yang tidak berani sia"siakan tempo berharga mereka sebentar saja sudah berada dekat dengan tempat penjagaan terakhir yang harus mereka lalui itu.
Pos pertama itu terletak diantara dua lamping gunung.
Siapa yang sudah keluar dari pos tersebut berarti sudah berada diluar lembah Lui in kok.
Ditengan-tengah bukit antara dua lamping gunung itu, telah bersembunyi barisan penjaga dari anak buah Thian seng hwee yang terpilih betul betul kepandaiannya.
Tatkala Chie Peng tiba disuatu tempat kira-kira masih sejarak tiga tombak dari pos pertama itu, sudah dicegat satu manusia.
Chie Peng begitu lekas melihat ada orang mencegat perjalanan sudah mendapat firasat tidak baik.
Dengan cepat wanita muda ini mundur beberapa tindak ketika melihat siapa adanya orang yang ditugaskan menjaga pos pertahanan pertama yakni Giok bin Lohan sendiri.
Gion bin Lohan sebetulnya adalah anak murid golongan Budha.
Dia ini gemar sekali akan pipi licin maka itulah yang menyebabkan dia terusir dari perguruannya.
Dan oleh karena kepandaian silatnya amat tinggi maka kemudian ia telah ditarik oleh Bong bin Sin kiam dijadikan salah satu anggota terpenting di dalam perkumpulan Thian seng hwee dan kemudian ditugaskan untuk menjaga tempat yang sangat strategis itu.
Begitu melihat Chie Peng dan adiknya muncul disitu.
Giok bin Lohan lantas berkata sambil ketawa dingin, "Nona"nona berdua datang kemari, membuat aku seorang she Ho datang kelambatan harap dimaafkan.
Chie Peng lantas menjawab sambil bersenyum, "Ho Koancu, tidak perlu merendah begitu, kami dua saudara .
. . . .. " Giok bin Lohan memotong kata-kata itu, "Nona-nona sangat menyesal sekali.
Kami sudah terima perintah dari atasan tidak mengijinkan siapa saja keluar masuk dari tempat ini.
" Lantas berubah seketika paras Chie Peng.
Agaknya dia mengerti yang Bong bin Sin kiam sudah mengetahui perbutannya sudah mengeluarkan perintah untuk menutup semua pos"pos penjagaan! tetapi ia masih berpura-pura tenang dan berkata lagi.
"Apakah perintah itu berlaku juga bagi kita orang Thian seng hwee" " "Setidak-tidaknya dua orang yang nona-noana bawa itu mesti ditinggalkan dulu di sini.
" demikian jawab Giok bin Lohan tertawa lagi.
Chia Peng gigit bibirnya sendiri tetapi kemudian mendadak tertawa.
Dengan sikap yang dibuat-buat menatap wajah Giok bin Lohan.
Kelakuan serta pandangan mata si jelita itu telah menggoncangkan iman penjaga pos pertama ini yang memangnya adalah satu orang yang gemar paras elok.
Chie Peng yang memiliki kecantikan alam bagai bidadari dengan sendirinya apabila membuat pandangan matanya mencoba hati laki-laki benar-benar menggiurkan dan meruntuhkan Giok bin Lohan.
"Ho Koancu kita bicaralah sekarang dari hubungan persahabatan antara orang-orang perkumpulan.
Apa kau tidak suka pandang mukaku dan membuatkan kecualian dalam hal ini" "demikian Chie Peng kembali berkata tertawa manis sekali dia waktu itu.
Giok bin Lohan dengan sepasang matanya yang merah menatap Chie Peng yang ayu itu, sejenak lalu tertawa dan berkata, "Tapi ini adalah tugas.
" Chie Peng mengawasi adiknya yang saat itu kelihatannya seperti orang tak mempunyai semangat lalu kertak gigi dan mendadak bertanya, "Seandainya aku suka mengeluarkan tanda balas jasa kebaikanmu bagaimana" " "Tanda balas jasa ?" begitulah balik tanya Giok bin Lohan heran sekali dia agaknya.
"Apa kau masih belum mengerti" Tanda balas jasa atau upah atau ganjaran apa yang bisa diberikan oleh orang perempuan sebagai kami kepada orang lain jenis kelaminnya?" Jawaban Chie Peng itu bukan Cuma membuat Giok bin Lohan sekalipun Chie Cui hampir terlompat dari berdirinya.
Sang adik ini lantas berseru, "Enci, kau Saat itu dari pusat perkumpulan telah terdengar suara tanda bahaya.
Banyak anak buah Thian seng hwee sudah berlari lari menuju kepos penjagaan pertama itu.
Chie Peng yang melihat keadaan amat bahaya itu lalu mendesak Giok bin Lohan, "Ho Koancu bagaimana" " Kini Giok bin Lohan sebaliknya sudah dibikin tidak berdaya.
benar-benar dia hampir tidak percayai telinganya sendiri.
Mana bisa Chie Peng yang ingin menolong jiwa orang rela korbankan kehormatannya sendiri sebagai tanda jasa apabila Giok bin Lohan suka lepaskan dia" Ini benar-benar merupakan suatu hal yang tiada seorangpun mungkin akan percaya kebenarannya.
Tetapi justeru ada orang begitu gelo.
Agaknya Chie Peng sadar akan dirinya apabila tidak berkorban dan menggunakan daya upaya tersebut bukan saja jerih payah dan usahanya akan tersia"sia belaka, sekalipun jiwanya sendiri, adiknya dan tawanan itu, pun takkan luput dari bahaya kematian.
Karena merasa berhadapan dengan jalan buntu, begitulah Chie Peng mengambil keputusannya.
Sebenarnya itu terlalu gegabah, barangkali tidak setiap gadis berani melakukan.
Perbuatan itu berarti, bukan Cuma bisa menolong semua orang, dia sendiripun akan selamat.
Meskipun hal itu akan merupakan penjelasan bagi keremajaan dikemudian hari, tetapi apalah daya apabila kenyataan kejam terlalu mendesak demikian rupa" Seorang gadis cinta kepada pria idaman tanpa sayangi hari depannya sendiri, rusak ditangan Seorang pemogoran.
Ya Allah! Di mana ada kejadian lebih kejam daripada penyerahan diri seperti itu" Chie Peng sementara itu telah mendesak lebih keras.
"Ho Koancu, lekaslah! Kalau kau tidak sudi terima usulan ini, terpaksa aku adu jiwa denganmu! " Giok bin Lohan sendiri sebetulnya sudah terlalu lama mengincar dua dara manis bersaudara Chie itu.
Cuma saja pernyataan yang terus terang tadi dari Chie Peng sendiri membuat hatinya terkejut bukan main dan hampir tidak percaya akan pendengarannya semdiri.
Yang paling sedih adalah Chie Cui.
Dengan air mata berlinang-linang sang adik ini coba menegur, "Encie, apa arti perkataanmu tadi" " Chie Peng tidak memperdulikan pertanyaan adiknya, sebaliknya mendesak lagi dengan senyumannya yang manis menggiurkan bertanya lagi, "Ho Koancu, kau begitu kejam membiarkan kami sebagai orang-orang perempuan mendapat celaka" kau suka atau tidak terima syaratku tadi" Jawablah dengan sepatah kata atau dengan satu anggukan sudahlah cukup.
" "Nona Chie, barangkali ini punya akal muslihatmu lagi saja, " demikian Giok bin Lohan yang berkata sambil menyengir.
Chie Peng tersenyum menggeliat"geliatkan badannya yang ramping lalu lambat"lambat menghampiri adiknya, kemudian dengan kecepatan bagaikan kilat, membuka totokan jalan darah dibadan Tan Liong! Tetapi kemudian dengan kecepatan serupa menotok darah gagu anak muda itu.
Tan Liong yang merasa telah terbuka totokannya segera siuman kembali.
Kini dia mengetahui bahwa dia sedang dalam pondongan Chie Peng.
Diam-diam terperanjat sekali dia, cuma badannya yang kala itu terasa begitu lemas, jadi tidak berdaya sama sekali.
Chie Peng dengan sikap keras berkata kepada orang dalam pondongannya, "Tan Siangkong kau jangan kaget.
Sekarang kita sudah sampai dipos penjagaan pertama di lembah ini, kalian sudah tidak akan mendapat bahaya apa-apa lagi.
" Tan Liong mendengar itu berubah wajahnya seketika.
Berkata dengan suara gusar,


Tan Liong mendengar itu berubah wajahnya seketika.
Berkata dengan suara gusar, "siapa sudi terima pertolonganmu .
. . . .. " Tetapi perkataan itu tidak bisa keluar dari mulutnya sebab jalan darah gagunya telah tertotok orang.
Sementara itu Chie Peng sudah berkata pula sambil tertawa getir, "Tan Siangkong, janganlah kau benci aku sampai begitu, sebab kalau bukan karena perbuatanku kau dengan Yao lie lu barangkali siang"siang tadi sudah tidak bernyawa lagi.
" Kembali perempuan itu tertawa sedih dan berkata lagi, "Cuma oleh karena aku suka kau, aku tidak sayang korbankan segala apaku.
Setelah kau bisa keluar dari lembah Lui in kok ini harus segera naik ke gunung Ciong lam san.
tidak perlu kau turuti napsu hatimu, perpisahan kita hari ini selanjutnya mungkin tidak bisa dipertemukan Yang Kuasa lagi Mengeluarkan kata-kata sedemikian itu dengan air mata mengalir deras dikedua belah pipinya .....
Setiap perkataannya terdengar demikian menyayat hati akan membikin hancur luluh hati Setiap orang yang mendengarkan.
Barangkali walau terbuat dari besi dan baja sekalipun hati Tan Liong manakala mendengar kata-kata sebagai ratapan itu akan pecah juga akhirnya.
Chie Cui dengan air mata berlinang"linang berkata, "Enci, " katanya.
Suaranya sedih, "kau kenapa begini "Adik, tidak perlu kau berduka.
Asal kau bisa hidup bahagia, encimu sudah merasa puas.
Adik, bukankah begitu" " "Tapi kau toh tidak perlu sampau berbuat begitu" " "Ya, encimu sebetulnya boleh tidak perlu berbuatseperti itu, tapi kita semuanya akan mati di lembah Lui ik kok ini kalau tidak behitu.
Sekali slah hendaknya jangan mengulangi lagi.
Apa mengerti kau dengan filsafat yang mengatakan begitu" " "Tapi aku akan menderita dalam batinku seumur hidup.
"Namun harus kau lupakan semua kejadian ini.
Ingat musuh besar ayah bunda kita! Di dalam dunia yang fana ini barangkali masih bisa berkumpul lagi, perlu apa kau berduka?" Sang enci ini mencoba perlihatkan senyum manisnya sebisa bisanya lalu berkata sambil menunduk, "Tan Siangkong aku pernah kata.
Manusia hidup apa senangnya dan apa yang ditakuti bukan" Dan apa yang perlu dijadikan kenangan adalah impian yang tidak dapat dibuktikan.
Sudah tentu ada suatu hal yang sangat menyedihkan tapi asal di kemudian hari kau tidak melupakan itu perempuan yang bernasib celaka, aku juga sudah merasa puas.
" Air mata gadis itu mengalir bercucuran sampai membasahi baju Tan Liong dalam pondongannya.
Tan Liong meski tidak tahu apa yang telah dikerjakan oleh dua perempuan itu tapi dari sikap dan percakapan antara mereka dapat juga mereka raba tentu gadis itu akan melakukan suatu perbuatan yang berlawanan dengan keinginannya sendiri.
Chie Peng sebisa-bisa coba menindas perasaan sedih dalam hatinya berkata pula, "Tan Siangkong, perkataanku Cuma bisa sampai di sini.
Jikalau dikemudian hari kau tahu perbuatanku ini apa artinya, kau juga tidak perlu susah hati, mati hidupnya Ciong lam pay biar bagaimana harus ditengok! " Sehabis berkata diserahkannya Tan Liong kepada Chie Cui seraya berkata, "Adik lekas pergi jangan sampai kelambatan.
" "Enci . . . . .. " demikian Chie Cui memanggil encinya setengah mengeluh.
Itu bagai pertunjukan yang menyedihkan sekali.
Meskipun bukan perpisahan antara yang mati dengan si hidup, akan tetapi kejadian demikian jauh lebih menyedihkan dari pada perpisahan maut, Kehormatan seorang gadis akan dikorbankan Setelah mereka nanti keluar dari lembah Lui in kok.
Di dalam dunia ini mana ada peristiwa yang lebih celaka selain nasib celakanya Chie Peng itu.
Sudah tentu saat-saat terakhir dimana seseorang perlu pepisahan adalah saat"saat yang paling menyedihkan.
"Adik, apa kau masih belum mau lekas pergi" " demikian Chie Peng berkata kepada adiknya.
Chie Cui masih saja berdiri kesima.
seperti sudah hilang segala ingatannya.
Chie Peng gelisah hatinya lalu berkata dengan wajah bengis, "Apa kau mau kita semua mati konyol dalam lembah Lui in kok.
" "Enci, aku tidak bisa berpisah dengan kau.
" kata Chie Cui sambil meratap nangis.
Berubah wajah Chie Peng. dalam gemasnya sang enci ini lantas menampar pipi adiknya.
Tamparan itu membikin Chie Cui terbengong mundur dua tindak sambil mengusap-usap pipinya mengawasi enci itu dengan mata mendelong.
Chie Peng sendiri juga terbengong seketika itu berkata lagi sambil ketawa getir, "Adik, maafkan encimu yang tidak sengaja.
Kau tahu encimu sayang sekali padamu.
Belum pernah turun tangan kepadamu harap sekali ini kau maafkan aku lekaslah pergi.
Jangan kau membuat sedih lagi hati encimu jadilah satu anak yang baik.
" Chie Cui seperti seorang yang sudah kehilangan seluruh ingatannya, sebab sejak kanak"kanak ia belum pernah berpisahan dengan encinya dan Sekarang oleh karena mencinta seorang laki"laki encinya telah rela mengorbankan kebahagiaan seumur hidupnya sebagai syarat supaya ia bersama kekasihnya bis alolos dari tempat berbahaya itu bagaiman ia tega meninggalkan encinya" Tapi dunia ini memang sifatnya kejam semua kenyataan yang dihadapinya membuat ia sudah tidak bisa memilih jalan lain.
Ia harus menghadapi semua kenyataan itu dngan hati tabah maka seketika itu ia lantas kertak gigi sambil mengucurkan air matanya ia kempit dirinya Tan Liong dan Yao lie lu terpaksa meninggalkan encinya.
Hampir berbarengan pada saat itu juga Giok bin Lohan dengan kecepatan kilat juga sudah menotok jalan darahnya Chie Peng.
Giok bin Lohan juga ada seorang cerdik, jika ia tidak menotok jalan darah Chie Peng dan membiarkan Chie Peng bertiga keluar dari Lui in kok kalau nanti Chie Peng mengadakan perlawanan, ia sendiri juga tidak berdaya menghadapinya.
Chie Peng yang sudah ditotok jalan darahnya, ia mengerti bahwa nasib malang yang akan menimpa dirinya tak dapat dihindarkan lagi!.
Untung ia sendiri yang ingin berbuat demikian demi keberuntungan adiknya dan laki-laki yang dikasihinya, hingga tidak perlu merasa takut lagi.
Giok bin Lohan Setelah menotok dirinya Chie Peng ia lalu kempit si nona dan dibawa kabur ke arah sebuah goa yang sepi keadaannya.
Setelah merebahkan Chie Peng di dalam goa ia balik lagi ke tempat penjagaannya.
Pada saat itu orang-orang yang dikirim dari pusat sudah pada tiba di pos penjagaan itu.
Orang-orang itu berjumlah beberapa puluh jiwa, pemimpinnya adalah Tongcu urusan dalam, Ciok Eng Cay.
Giok bin Lohan menyambut Ciok Eng Cay sembari kemudian berkata, "Hunjuk beritahu kepada Tongcu di pusat sebetulnya ada apa" Kenapa ketua menitahkan menutup semua pos"pos penjagaan" Ciok Tongcu, jikalau tidak membawa surat perintah dari ketua, anak buah yang menjaga di pos ini terpaksa tidak dapat ijinkan Tongcu keluar dari sini.
" Perkataan Giok bin Lohan membikin Ciok Eng Cay sangat heran.
Kalau dipikir dari ucapannya itu, Giok bin Lohan agaknya belum mengendus perkara kaburnya Chie Peng dan adiknya dengan membawa serta Tan Liong dan Yao lie lu.
Diluarnya pertanyaan itu, Giok bin Lohan bukan cuma seakan"akan telah menyatakan belum pernah lihat Chie Peng dan saudaranya tetapi seperti juga sengaja tidak mengijinkan orang lain melewati pos keluar, hingga dengan demikian dapat juga dia mengelabui segala perbuatannya di depan Ciong Eng Cay.
Ciok Eng Cay sesaat terbengong, lalu berkata, "Apakah Ho Koancu tidak lihat ada orang melalui pos penjagaan ini" Giok bin Lohan lantas menjawab ketus, "Harap Ciok Tongcu jangan main-main, pos penjagaan yang paling penting inilah yng tidak bisa dilewati sembarangan oleh orang-orang.
Burung terbang saja masih susah melewati tempat ini, siapa yang berani melalui tempat ini" " Ciok Eng Cay diam"diam berpikir dalam hatinya, "Sungguh heran.
Koancu dari pos penjagaan kedua terluka.
Ada orang lihat mereka berdua kabur kearah pos kesatu ini.
Kenapa Ho Koancu ini bilang tidak pernah lihat ada orang lewat" " Memikir demikian, selang sesaat berkata lagi, "Apa Ho Koancu tidak salah." "Apakah Ciok Tongcu pun tidak salah" " demikian balas tanya Giok bin Lohan.
Ciok Eng Cay benar"benar merasa bingung.
dengan suara gemas bertanya sekali lagi.
"Ho Koancu, aku hanya ingin bertanya soalnya begini.
Ada orang yang pernah melalui pos ini atau tidak" " "Orang mana yang kau maksud" " "Ho Koancu, jika urusan ini tidak bereskan dan aku semua tidak akan luput dari bencana kematiannya.
" "sebetulnya urusan apa sampai begitu hebat rupanya" "Ciang bun jin partai Ciong lam pay dan Yao lie lu sudah ditolong dan dibawa lari keluar oleh Chie Peng dan adiknya.
Dan enci adik ini sekalian sudah melalui tiga Koancu dari pos penjagaan.
Kabarnya mereka sudah sampai ke pos terdepan ini.
" "Ciok Tongcu, benarkah ada kejadian serupa itu" " begitu Giok bin Lohan yang masih pura-pura kaget.
"siapa yang membohongi kau" " "Semula ketika aku menerima perintah dari ketua kita, aku masih mengira bahwa Ciok Tongcu pernah melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum dan ingin keluar melalui pos penjagaan ini.
apakah benar Chie Peng dan Chie Cui nyalinya begitu besar" " Ciok Eng Cay benar"benar tidak mencurigai perbuatan pura-pura Giok bin Lohan Cuma berpikir demikian, "Ini sungguh aneh kalau benar mereka tidak lewati pos terdepan ini, kemana kaburnya mereka" " Sementara itu Giok bin Lohan sudah berkata lagi, "Ciok Tongcu, jikalau benar Chie Peng dan saudaranya itu ada berbuat begitu maka kita harus berusaha untuk menangkap kembali.
Mereka barangkali juga tidak berani secara terang"terangan melalui pos terdepan ini.
Dan barangkali mereka sedang sembunyi ditempat yang sepi.
Ciong Tongcu bolehlah adakan penyelidikan dulu disekitar gunung ini, pos ini biar aku yang jaga terus pasti tidak bisa ada orang lolos dari sini.
"

JILID ke : 15 CIOK ENG CAY menganggap benar ucapan Giok bin Lohan itu, cukup beralasan kalau dia mengatakan Chie peng dan Chie Cui tidak berani terang-terangan melalui pos penjagaan terdepan itu, barangkali juga masih bersembunyi di dalam lembah itu.
Maka seketika lantas berkata.
"Kalau begitu, aku sudah menggerecok disini.
Harap kau sukalah jaga baik-baik posmu ini, larang siapapun yang mau keluar dari dalam pusat.
Aku sekarang mau adakan penyelidikan di dalam lembah Lui in kok ini.
" "Tentang ini harap tidak usah kuatirkan Tongcu tidak nanti aku bisa terlantarkan kewajibanku.
" Ciok Eng Cay hanya mengangguk rupanya tidak suka banyak bicara lagi.
Dengan memimpin serombongan anak buah bawaannya balik lagi kelembah Lui in kok.
Giok bin Lohan tertawa nyengir lalu balik badan dan berjalan menuju ke dalam gua dimana Chie Peng rebah dalam keadaan tak berdaya.
Tan Liong meskipun sudah terlolos dari lembah Lui in kok tetapi ada seorang gadis yang masih putih bersih akan ternoda oleh karena menolongnya.
Kebahagiaan gadis itu seakan-akan telah terkubur di dalam lembah tersebut.
Begitulah Setelah Tan Liong mengetahui kejadian itu Didalam lembah Lui in kok mendadak diliputi oleh kabut tebal seakan-akan itu adalah pertanda bahwa setangkai bunga mawar yang masih segar rontok dihirup sang kumbang di dalam lembah Lui in kok .....
Rontok bunga itu tiada yang tahu ....
pun tak ada orang yang mengasihani.
Chie Cui kala itu masih menenteng Tan Liong dan Yao lie lu air matanya menitik terus langkahnya selalu dipanjangkan, tidak berani berhenti meski hanya sejenak.
Gadis ini merasa pedih hatinya.
Buat kepentingan dan kebahagiaannya enci yang begitu baik itu telah korbankan segala-galanya hanya sekedar sebagai penukar tiga jiwa.
dalam dunia ini berapakah jumlah orang yang berani mengorbankan diri sendiri begitu agung" Setibanya Chie Cui disuatu rimba kira-kira satu lie terpisahnya dari lembah Lui in kok gadis itu hentikan langkahnya membaringkan perlahan badan orang ditangan kanannya, Tan Liong.
Juga yang dikiri Yao lie lu.
Perasaan gusar dan sedih yang melampaui batas, membuat romannya berubah bagai orang linglung.
Tan Liong yang kala itu telah siuman, seakan"akan mendapat firasat tidak baik.
Paras serta sikap dara didepannya, yang beda daripada biasa-biasanya, membuat tergoncang hati nurani pemuda ini.
Tetapi karena jalan darah gagunya tertotok tidak dapat menanyakan apapun.Chie Cui lantas ulur tangannya dan membuka totokan gagu Tan Liong.
Pemuda itu lantas lompat berdiri, dengan perasaan c emas bertanya, "Nona Chie, sebetulnya apa yang telah terjadi" " Chie Cui yang ditanya demikian oleh Tan Liong merasa bertambah sedih lagi.
Ditubruknya anak muda itu, memeluk serta merangkul leher si pemuda menangis meraung-raung bagai anak kecil.
Tan Liong mengerti kalau kejadian luar biasa pastilah sudah menimpa atas diri Chie Peng.
Ucapan Chie Peng yang mengharukan saat itu masih mengiang-ngiang dalam telinganya.
Ucapan yang tak dapat dilupakan, adalah itu perkataan yang sebagai berikut, " .....
perpisahan seperti ini, mungkin dikemudian hari sudah tak ada waktu bisa bertemu kembali.
" Mengingat ini Tan Liong terlompat bagai dipagut ular.
Hatinya berdebaran keras.
Apa Chie Peng sudah korbankan jiwanya di dalam lembah Lui in kok oleh karena cuma ingin menolong adik serta kekasih adik itu" Memikir demikian hatinya bertambah keras goncangannya.
"Nona Chie, dimana encimu" " demikian tanyanya tiba"tiba.
Chie Cui yang ditanya demikian menangis semakin keras.
"Bnciku, " katanya sambil menangis, "Karena mau tolong kita dia .
. . . .. " Perkataan selanjutnya tidak dapat diteruskan karena dia sudah menangis demikian sedihnya.
"Nona Chie, sebetulnya pernah kejadian apakah atas diri encimu" " begitu Tan Liong bertanya akan tetapi sebagai jawaban, Chie Cui hanya keluarkan gerungannya semakin keras.
Maka mana dapat hatinya menyuruh mengatakan soal sebenarnya kepada Tan Liong" Itu merupakan suatu perkataan yang sulit dikatakan dihadapan seorang pemuda.
Hati serta pikiran Tan Liong dirasakan pepat.
Masih teringat manakala dipos itu dia diserahkan oleh Chie Peng kepada adiknya, serta bagaimana enci itu berkata-kata kepada adiknya maupun untuk dia dengar sendiri.
"Nona Chie, apa encimu masih di dalam lembah" " begitu Tan Liong mendesak terus.
Chie Cui hanya mengangguk dengan hati pedih.
Ratap tangis dara itu demikian menyayat hati, hampir"hampr membuat butiran-butiran dalam mata Tan Liong tidak dapat ditahan untuk turun keluar.
Pemuda itu menahan sedih sebisa"bisanya mengelus-elus rambut dari dalam pelukan didadanya seraya katanya menghibur.
"Nona Chie, kau jangan terlalu bersedih.
Apa yang terjadi sebenarnya seharusnya beritahukanlah saja padaku.
" Chie Cui pikir permintaan itu ada benarnya memang harus juga diutarakan pikiran yang memepat otaknya itu, sebab kalau tidak demikian bagaimana sang enci akan dapat menghilangkan rasa penasarannya" Berpikir demikian hatinya jadi tabah lagi.
Disusutnya air mata dengan ujung bajunya, mengawasi pemuda didepannya sejenak begini mula-mula dia bertanya! "Tan Siangkong, apa kau benci kita kakak beradik" " Tan Liong merasa hatinya tergetar bercekat hatinya.
namun masih dicobanya untuk menjawab juga.
"Yah, dulu aku memang pernah benci kalian.
" Chie Cui perlihatkan senyum getir berkata pula, "Apa sebabnya kau begitu benci kepada kami" " "Karena kalian pernah gunakan nama Naga Merah! Melakukan pembunuhan dimana"mana.
Selain itu jikalau bukan karena encimu, tiga puluh orang"orang lihainya Thian seng hwee pasti tidak bisa tinggalkan lembahnya, pergi ke gunung Ciong lam san.


Naga Merah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" "Selain dari itu kau masih punya alasan apa lagi membenci kami" " "sudah tak ada lagi.
" "Kalau begitu sekarang aku boleh memberikan penjelasan padamu.
" Nona itu tertawa getir, selang sesaat berkata pula, "Kau tidak tahu kami kakak beradik sebenarnya mempunyai riwayat hidup yang tidak beruntung.
Tentang riwayat kami yang sangat tidak baik ini, aku tidak suka banyak cerita dihadapanmu.
Dan mengenai penggunaan nama Naga Merah melakukan pembunuhan itu adalah rencana suhu.
Tentang ini rasanya kau tidak bisa salahkan kami, bukan" " "Apa sebab suhumu suruh kalian memakai nama Naga Merah membunuh orang" " "Tentang ini aku tidak tahu jelas.
" "Kalau begitu apa sebabnya encimu mau cegah sewaktu aku mau menyergap orang"orangnya Thian seng hwee yang mau pergi ke gunung Ciong lam san" " "sebetulnya enci juga tidak ada maksud cegah kau, sebaliknya adalah kau sendiri yang terlalu cemas sampai enci tanpa sengaja sudah turun tangan.
Jikalau dia benar"benar maui jiwamu, dia sudah tidak mau tolongi kau lagi.
" Tan Liong memandang Chie Cui sejenak, agaknya ingin menanyakan sesuatu, tetapi kemudian tidak jadi.
Sementara itu Chie Cui telah berkata pula, "Ya, enci sesungguhnya terlalu tidak beruntung.
oleh karena mau menolongmu dengan susah payah dan banyak akal sudah dikeluarkan, semua melulu untuk kepentinganmu.
Kita sudah menerjang tiga pos penjagaan dan membinasakan orang"orangnya Thian seng hwee tidak sedikit.
Apa maksud sebenarnya dari itu" Apa kau mengerti" Betapa besar cinta enci terhadapmu, rasanya hanya Tuhan saja yang tahu.
" Tan Liong tertegun, diam saja dia tidak dapat mengeluarkan perkataan sepatahpun juga.
"Kau juga tidak akan tahu, bahwa sekarang ini dia sudah mengalami nasibnya yang paling buruk.
" kata pula Chie Cui tapi ia tidak dapat melanjutkan perkataannya, karena hatinya terlalu sedih, hingga air matanya mengalir keluar.
Tan Liong hatinya sangat gelisah, buru"buru menanya pula, "Nona Chie, sebetulnya apa yang telah terjadi, lekas kau jelaskan! " Chie Cui sedapat mungkin kendalikan perasaan sedihnya, lama sekali ia baru bisa berkata lagi sambil menangis sesenggukan! "oleh karena hendak menolong jiwa kita bertiga, ia telah korbankan kesuciannya sebagai syarat supaya penjaga pos pertama itu melepaskan kita.
" "Apa" Apa kau kata?" Tan Liong mendelu, hatinya tergoncang keras.
"Kau tidak perlu kaget, pos penjagaan pertama itu ada merupakan pos terpenting bagi Thian seng hwee.
Disitu terjaga keras oleh orang-orang terlihai dari Thian seng hwee.
Koancu adalah Giok bin Lohan.
Oleh karena enci hendak menolong jiwa kita, ia lebih suka korbankan kesuciannya.
Dengan Giok bin Lohan mengadakan perjanjian supaya tidak membikin susah kepada kita." demikian Chie Cui memberi penjelasan.
Tan Liong yang mendengar keterangan itu seolah disambar petir matanya berkunang-kunang.
Kepalanya dirasakan puyeng sehingga hampir saja jatuh, lama sekali ia baru membuka mulut lagi.
"Apakah itu benar" .....
benarkah ia sampai berbuat demikian" .
. . . .. " Saking terharunya air matanya telah mengalir keluar membasahi kedua pipinya dengan tanpa dirasa.
Ya Tuhan, seorang gadis yang masih putih bersih, oleh karena dirinya telah korbankan kesuciannya sekedar hendak menolong jiwanya, bagaimana ia tidak terharu" "Dia ......
mengapa ia harus berbuat demikian" " berkata Tan Liong yang seolah-olah ditujukan kepada dirinya sendiri.
"Karena di cinta kau, dia tidak sayang korban dirinya sendiri.
" "Tapi selanjutnya suruh aku bagaimana bisa jadi orang lagi" Aku tidak bisa membiarkan dia berbuat demikian, aku hendak menolong padanya .
. . . .. " Setelah mengucapkan perkataannya itu Tan Liong mendadak kabur ke arah lembah Lui in kok.
Chie Cui yang menyaksikan keadaan demikian bukan kepalang kagetnya, ia buru"buru berseru, "Tan Siangkong, kau balik .
. . . .! " Berbareng dengan itu orangnya juga lompat melesat untuk mencegah berlalunya Tan Liong.
Dengan pikiran kusut Tan Liong berkata, "Tidak! Kau jangan mencegah aku, aku tidak dapat menyaksikan seorang perempuan yang mencintakan diriku telah korbankan hari depannya yang gilang gemilang oleh karena aku, maka harus aku menolong padanya, aku tidak bisa .....
" Sukar ia melampiaskan kata-katanya ia menekap mukanya dan menangis, benar"benar telah menangis seperti anak kecil.
Dalam jiwanya biar bagaimana tidak dapat melupakan perbuatan Chie Peng yang dilakukan karena ia.
Sungguh ia tidak nyana kalau Chie Peng ada mencintakan padanya begitu dalam.
Jika benar bahwa oleh karena ia Chie Peng sampai mengorbankan kesuciannya, bagaimana ia bisa melupakan nasib celaka yang dialami oleh gadis malang itu"


Jika benar bahwa oleh karena ia Chie Peng sampai mengorbankan kesuciannya, bagaimana ia bisa melupakan nasib celaka yang dialami oleh gadis malang itu" Dalam seumur hidupnya tidak dapat ia menghapus bayangan gelap itu, ia juga akan merasa malu buat selama-lamanya terhadap dirinya gadis itu! Dengan perasaan mendelu ia memandang Chie Cui yang menghadang dihadapannya kemudian ia berkata, "Nona Chie, aku hendak menolong encimu.
" "sudah terlambat, mungkin ia sudah .....
" jawabnya Chie Cui sambil menangis sesenggukan kemudian ia menanya sambil ketawa getir, "Tan Siangkong, benarkah kau juga mencintai enciku" " "Ya, dia mencintai diriku, aku tidak boleh tidak mencintai padanya.
" "Jikalau kau mencintai dia, seharusnya dia merasa sangat bersukur kepadamu, jika kau balik lagi kesana bukan saja kau tidak mampu menolong dirinya, sebaliknya malah tersia-sia segala usahanya.
" Ia kertak gigi mendadak sikapnya berubah dan dengan tandas ia berkata pula, "Dia pernah berkata, hidup apa senangnya mati apa yang ditakuti" Hanya yang menjadi kenangan bagi manusia tidak ada yang lebih hebat daripada tidak mencapainya pengharapan dimasa hidupnya.
Benar enci memang pernah mempunyai pengharapan hari depan yang gilang gemilang, tapi ia telah gagal oleh karena cintanya kepadamu, cintanya kepadaku telah merusak dan korbankan semua pengharapan dan kebahagiaan hidupnya untuk ditukarkan dengan nasib yang paling buruk dan kejam.
" ia berhenti sejenak dan kemudian berkata pula sambil ketawa getir.
"Kau harus percaya padanya, percaya cintanya yang suci murni terhadap dirimu.
Dia tidak segan-segan menghadapi musuh lihai, melanggar peraturan perguruan.
Dengan segala daya upaya ia berdaya untuk menolong dirimu asal kau cinta padanya, ingat dirimu ia sudah merasa puas.
Disamping itu kau juga harus memikirkan untuk dirimu sendiri, nasibnya partai Ciong lam pay berada di dalam tanganmu.
Jika kau balik lagi kelembah Lui in kok itu berarti kau telah mensia-siakan semua jerih payah enci, juga akan membuat kau kehilangan segala-galanya termasuk nasibnya partai Ciong lam pay.
" Uraian panjang lebar Chie Cui telah membuat Tan Liong yang tadinya begitu kusut pikirannya menjadi sadar.
Apa yang diucapkan oleh Chie Cui memang benar sekalipun ia sekarang balik lagi ke lembah Lui in kok mungkin juga sudah tidak berhasil menolong nasibnya Chie Peng.
Tapi bagaimana ia dapat melupakan dirinya itu gadis yang mencintakan dirinya begitu dalam dan sudah mengorbankan kehormatannya semata"mata untuk menolong dirinya" Ia tidak bisa lupa, juga tidak bisa terhapus dari otaknya.
Ia berdiri bengong sekian lama seolah"olah jiwanya sudah tiba dibabakan yang paling suram.
"Tan Siangkong, sebaiknya kau lekas pergi ke gunung Ciong lam san untuk menengok keadaannya partai Ciong lam pay.
" Demikian ia dengar pekataannya Chie Cui.
"Ya, aku harus lekas pergi ke gunung Ciong lam san tapi bagaimana aku bisa melupakan nasibnya setangkai bunga segar yang telah runtuh di lembah Lui in kok karena aku" "Bisa sang waktu nanti perlahan"lahan akan membikin buyar semua kenang"kenanganmu dimasa yang lampau.
" "Tidak mungkin aku dapat melupakan, aku tidak dapat melupakan untuk seumur hidupku .
. . . .. " Dengan tindakan kaki berat, ia berjalan lambat, pada saat itu ia sudah berdiri lagi ditempat dimana Yao lie lu ada rebah terlentang.
Dengan perasaan murung ia mengawasi dirinya Yao lie lu, sejenak kemudian menghela napas.
"Tan Siangkong, lukanya Yao lie lu ada sangat berat, lekas kau tolong padanya.
" berkata Chie Cui. Tan Liong anggukkan kepala dan berkata, "Ya, aku harus tolong dia.
" Ia lalu kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya kepada kedua tangannya, lalu disalurkan ke 36 jalan darah dirinya Yao lie lu.
Tidak antara lama, Yao lie lu perlahan lahan mulai siuman dengan pandangan sayup ia mengawasi keadaan diseputarnya, kemudian menanya dengan suara seperti orang yang sedang mengigau.
"Tan Siangkong apa kita belum mati" " "Ya, enci Tio.
kita belum mati apa kau sudah merasa enakan" " berkata Chie Cui.
Yao lie lu yang mendengar suaranya Chie Cui perasaan dengkinya mendadak timbul lalu berkata dengan suara dingin.
"Kenapa kau juga ada di sini" " "Enci Tio, apa salahnya aku berada di sini" " Yao lie lu lalu lompat bangun dan berkata pula dengan nada suaranya yang masih tetap dingin ketus.
"Begitu melihat kau, aku lantas merasa tidak enak pikiran.
" Chie Cui parasnya berubah seketika.
tidak nyana, dengan menempuh bahaya maut ia berdaya menolong jiwanya Yao lie lu dan kini pembalasan demikian ketus, maka ia lantas berkata dengan suara dingin juga, "Ada apa pada diriku yang membuat kau merasa tidak enak" Tan Liong yang menyaksikan keadaan demikian, lantas berkata kepada Yao lie lu , "Nona, jangan berlaku begitu tidak sopan jika bukan nona Chie yang menolong kita saat ini barangkali kita juga sudah binasa semuanya di pusat perkumpulan Thian seng hweel" " Yao lie lu yang sampai pada saat itu masih bisa bernapas, ia sendiri juga merasa heran dan benar-benar ada diluar dugaannya.
Ketika mendengar keterangan Tan Liong ia segera mengerti duduknya pekara, ialah atas petolongannya dan saudara Chie itu.
Tapi, ia ada seorang wanita yang mempunyai perasaan dengki hati melebihi derita keras ia cinta dirinya Tan Liong, tapi cintanya itu terlalu egoistis, hanya untuk kepentingannya diri sendiri, sekalipun ia harus korbankan jiwanya wanita sendiri, ia juga tidak akan membiarkan lain wanita mendapatkan dirinya pemuda yang dicintainya itu.
Ia juga bisa menggunakan segala rupa akal muslihat yang terlalu keji, untuk merintangi perempuan lain mendekati dirinya Tan Liong.
Maka, meskipun ia dalam hatinya merasa terima kasih atas perbuatannya kedua saudara Chie yang sudah menolong jiwanya, tapi napsu dan perasaan cintanya yang bersifat serakah, telah membikin gelap pikirannya.
cintanya itu terlalu egoistis hatinya terlalu picik dan sempit.
Semua itu telah membuat ia mata gelap, menyerang segala orang yang dianggap sebagai saingan dalam asmara merusak nama baik gadis gadis yang masih suci yang dikira hendak merebut kekasihnya.
Semua itu dilakukan dengan tanpa memandang bulu dan bicara, semata"mata hanya untuk kepentingan diri sendiri, untuk memenuhi pengharapannya agar mendapatkan dirinya Tan Liong.
Maka ketika mendengar perkataan tersebut ia lantas berkata dengan nada suara dingin serta bersifat mengejek.
"Huh! Dia telah menolong diriku" Hal ini sesungguhnya diluar dugaanku.
" "Jikalau bukan nona Chie Peng yang korbankan kehormatannya sebagai syarat tukar menukar dengan jiwa kita bertiga, kita tidak berdaya keluar dari lembah Lui in kok.
" berkata Tan Liong dengan wajah murung.
"K e n a p a " " Tan Liong lalu menceritakan apa yang dituturkan oleh Chie Cui kepada Yao lie lu! Tapi Yao lie lu setelah mendengar keterangan ini, bukan saja tidak tergerak hatinya, bahkan telah ketawa tergelak-gelak! Chie Cui yang menyaksikan kelakuan Yao lie lu itu wajahnya lantas berubah dan menanya padanya dengan sikap gusar, "Enci Tio, kau ketawai apa" " Tapi Yao lie lu tidak menjawab pertanyaan Chie Cui itu sebaliknya menghampiri dirinya Tan Liong serta berkata padanya.
"Tan Siangkong, apa kau kira semua itu ada benar" " "Apa bisa jadi semua itu ada bohong" " Tan Liong balas menanya dengan wajah berubah.
"Urusan ini tidak begitu hebat seperti apa yang kau duga.
Perbuatan Chie Peng itu seolah"olah mendorong perahu mengikuti alirannya sungai dan sekedar untuk mendapat perasaan simpatimu saja.
" Tan Liong tercengang.
"Apa artinya perkataanmu ini" " demikian ia menanya.
"Chie Peng bukan seorang tolol, sebaliknya ada seorang wanita yang amat cerdik.
Apa kau kira dia bisa berbuat demikian terhadap seorang lelaki yang dia tidak cintai" Apa lagi mengorbankan kehormatannya.
" Chie Cui yang mendengar perkataan Yao lie lu yang sudah kelewatan itu sudah tidak dapat kendalikan kemarahannya hingga parasnya menjadi pucat pasi.
"Yao lie lu, kau " .
. . . .. " demikian ia menggeram.
Tetapi Yao lie lu sudah memotong sambil ketawa dingin, "Apa yang aku ucapkan tadi, adalah sebenarnya Tan Siangkong, aku beritahukan padamu.
Chie Peng dengan kepala penjaga pos pertama itu sebelumnya memang sudah mempunyai hubungan luar biasa.
oleh karena dia takut dikemudian hari kau nanti akan menuntut balas dendam maka dia sengaja mengarang segala cerita kosong itu untuk mendapat perasaan simpatimu, jikalau tidak coba kau pikir saja sendiri apakah Giok bin Lohan ada begitu gampang membiarkan kita lolos dari tangannya hanya mengandal sepatah perkataan Chie Peng saja" " Perkataan Yao lie lu yang sangat berbisa itu mau tidak mau telah membikin goncang hatinya Tan Liong.
Kalau tadinya ia merasa sangat terharu dan simpati terhadap perbuatannya Chie Peng yang telah korbankan kehormatannya untuk menolong dirinya kini setelah mendengar perkataan si wanita dengki dianggapnya memang masuk diakal juga maka ia lantas berkata, "Cuma dia telah menolong jiwa kita itu memang ada satu hal yang sebenarnya! " "Tapi aku tadi tokh tidak kata kalau dia tidak menolong jiwa kita hanya perbuatan dia dengan mengorbankan kehormatannya sebagai syarat untuk menukar jiwa kita, semua itu adalah bohong belaka, .
. . . . .. " Chie Cui yang mendengar perkataan itu benar-benar sudah tidak dapat kendalikan perasaan gusarnya lagi dengan suara keras ia membentak, "Yao lie lu, kau terlalu keji, aku hendak bunuh mati kau Berbareng dengan itu badannya lantas bergerak menerjang dirinya Yao lie lu dengan beruntun ia menyerang sampai tiga kali.
Kebenciannya Chie Cui terhadap Yao lie lu sudah mem uncak.
Ia sungguh tidak nyana bahwa pengorbanan suci dari encinya yang semata"mata hendak menolong jiwa mereka telah dituduh oleh Yao lie lu sebagai suatu perbuatan hina yang katanya sudah mempunyai hubungan luar biasa dengan Giok bin Lohan.
Orang yang tidak perduli seperti Yao lie lu itu biar bagaimana ia tidak dapat memberi ampun lagi.
Maka serangannya yang dilakukan dalam gusar dan sengit itu ia sudah menggunakan tenaga sepenuhnya.
Kepandaian dan kekuatan Yao lie lu yang memang masih bukan tandingannya Chie Cui tidak heran kalau dalam waktu sekejapan saja sudah terdesak mundur dan tidak mampu melawan! Tan Liong yang menyaksikan kejadian demikian, jika ia biarkan perkelahian itu berlangsung terus Yao lie lu akan binasa ditangannya Chie Cui, maka ia terpaksa turun


Tan Liong yang menyaksikan kejadian demikian, jika ia biarkan perkelahian itu berlangsung terus Yao lie lu akan binasa ditangannya Chie Cui, maka ia terpaksa turun tangan untuk memisah seraya membentak.
"Nona Chie tahan dulu! " Tapi Chie Cui tidak hentikan serangannya.
Ia sudah merasa sangat benci sekali terhadap Yao lie lu jika ia belum membinasakan dirinya perempuan berbisa itu ia belum merasa puas dan lenyap perasaan mendongkolnya.
Maka dari pada hentikan serangannya ia tambah gencar melakukan serangan sampai Yao lie lu kepayahan.
Dengan paras semakin pucat dan gigi berkertakan bahwa gusarnya yang sudah melewati takaran, ia menyerang lawannya semakin hebat.
Tan Liong yang menyaksikan semua perubahan itu hatinya berdebaran, ia tahu bahwa Chie Cui pada saat itu sudah benar-benar kalap.
"Nona Chie, apakah kau tidak mau dengar perkataanku " " demikian ia membentak pula.
"Kalau aku belum membunuh mati perempuan sundel ini, aku masih belum merasa puas! " Yao lie lu menjawab dengan suara dingin, "Nona Chie, apakah karena aku telah membuka rahasia encimu.
maka kau membenci diriku begini rupa" " Saking gusarnya badan Chie Cui sampai gemetaran dan dadanya dirasakan seolah-olah hendak meledak.
"Kau perempuan beracun yang tak kenal budi orang.
kau tak boleh dibiarkan berkeliaran terus didunia Kangouw! " kata Chie Cui sengit.
Perasaan gusar, napsu membunuh, semua telah tertumpuk nyata diparasnya Chie Cui.
Memang, caranya menghadapi saingan dalam soal asmara yang diambil oleh Yao lie lu dengan semuanya itu, sesungguhnya ada sangat keterlaluan! Sekali lagi Tan Liong menengok ke dalam kalangan ia tahu, tidak sampai lima jurus lagi Yao lie lu pasti akan binasa didalam tangannya Chie Cui.
Biar bagaimana kedua wanita itu pernah sama-sama menolong jiwanya maka ia tidak dapat peluk tangan begitu saja untuk menyaksikan terjadinya peristiwa berdarah.
oleh karena itu maka ia lantas membentak pula.
"Nona Chie, hentikan dulu seranganmu! " Tapi Chie Cui tidak mau menurut, sebab saat itu hawa amarahnya sedang meluap, jika ia belum membinasakan dirinya perempuan berbisa itu, belum merasa puas dan tidak dapat menyingkirkan perasaan bencinya terhadap Yao lie lu.
Tan Liong yang melihat Chie Cui tidak mau menurut perkataannya, merasa agak mendongkol.
Dalam anggapannya setidak-tidaknya Chie Cui harus hentikan dulu serangannya untuk mendengarkan keterangannya.
Dalam mendongkolnya ia membentak pula dengan sengit.
"Nona Chie, benarkah kau sudah tak mau dengar keteranganku" " "Aku akan robek dulu mulutnya perempuan berbisa ini nanti baru dengar keteranganmu.
Rasanya masih belum terlambat.
" jawaban Chie Cui. Perkataannya itu dibarengi oleh serangannya yang lebih hebat, yang dilancarkan terhaap dirinya Yao lie lu.
Tan Liong yang menyaksikan kejadian itu terpaksa ia harus turun tangan Yao lie lu pasti akan binasa.
Dalam gemasnya ia sudah tidak memikir akibatnya lagi dengan cepat ia menyerbu kedalam medan pertempuran, tangan kanannya bergerak untuk menahan serangannya Chie Cui sedang tangan kirinya menyambar dirinya Yao lie lu ! Perubahan yang terjadi dengan tidak diduga-duga itu, sesungguhnya diluar dugaan Chie Cui ia juga tidak nyana kalau dalam keadaan demikian Tan Liong masih bisa membantu fihaknya Yao lie lu hingga saat itu otaknya seperti dihantam oleh martil matanya menjadi berkunang kunang dan badannya sempoyongan.
Mendadak ia merasakan seolah-olah dirinya terjatuh kedalam lubang gua yang sangat dalam dan gelap gulita, semua pengharapannya telah ludas, jiwanya seolah-olah sudah terbang keluar dari raganya! Air matanya mengalir deras hingga membasahi kedua pipinya! Parasnya pucat pasi dan menakutkan, pipinya yang montok telah diliputi oleh kesuraman kedukaan yang sangat hebat.
Ia telah dapatkan bahwa dirinya sudah dihadapkan dengan suatu kenyataan yang sangat kejam dan mengerikan.
Tan Liong bukan saja tidak memberi bantuan kepada diriny a sebaliknya malah membantu fihaknya Yao lie lu! Pengorbanan suci yang dilakukan oleh encinya telah dibayar dengan nasib yang paling buruk.
Dalam hal ini sebetulnya tidak boleh terlalu menyalahkan kepada dirinya Tan Liong karena ia tak ingin melihat jatuhnya korban jiwa lagi diantara kedua wanita yang sudah sama-sama memberi pertolongan kepada dirinya itu, maka ia terpaksa turun tangan tapi dalam anggapannya Chie Cui perbuatannya Tan Liong itu ada merupakan satu pukulan paling hebat bagi dirinya.
Dalam waktu sekejap itu Chie Cui telah berubah menjadi orang yang hilang ingatan.
Ia tidak tahu lagi kalau dalam dunia yang fana ini masih ada dirinya, satu-satunya perasaan yang masih ada, ialah perasaan mengalirnya air mata dikedua pipinya.
Parasnya yang pucat pasi bagaikan mayat membuat Tan Liong merasa sangat haru.
"Nona Chie, kau kenapa" Ada urusan apa kau boleh bicarakan dengan sabar dan tenang! " demikian ia berkata.
Chie Cui mendengar teguran Tan Liong itu seolah-olah tergugah dalam dunianya yang gelap.
Hatinya yang putih bersih bagaikan kertas yang baru dibuka dari bungkusannya, tiba-tiba dikotori oleh cipratan tinta.
Ia cuma bisa kertakkan gigi, sorot matanya berubah menjadi berbahaya dalam waktu sekejap itu ia seolah-olah sudah berubah menjadi seorang gadis yang berlainan sifat dan coraknya.
Ia kini sudah tidak berduka lagi.
Tiba-tiba terdengar suara tawanya yang menyeramkan, suara ketawanya itu seolah-olah keluar dari mulut seorang gila yang sudah kehilangan ingatan, sangat memekakkan telinga, seolah olah suara ratapan atau tangisan binatang kera atau burung hantu diwaktu malam, tetapi kalau kita dengarkan dengan seksama.
suara itu seperti suara tangisan hantu diwaktu malam yang bisa membuat berdiri bulu roma itu.
Tan Liong yang menyaksikan itu semua, wajahnya berubah seketika, ia lantas menegur, "Nona Chie, kau .
. . . .. kau kenapa" " dan secepat kilat dia sudah berdiri dihadapannya Chie Cui.
Chie Cui mendadak hentikan ketawanya degan sorot mata gusar menatap wajahnya Tan Liong, kemudian ayun tangannya sebentar lalu terdengar suara "plak" yang amat nyaring baru terdengar jawabannya yang diucapkan dengan nada suara tajam, "Tan Liong, kau manusia yang tidak tahu malu, lekas enyah dari depan mukaku! " Tan Liong setelah mendapat "persenan" satu tamparan dari Chie Cui pipinya dirasa panas dengan tanpa sadar ia sudah mundur dua tindak, matanya mengawasi Chie Cui.
Dengan paras pucat dan sambil kertak gigi Chie Cui berkata dengan suara bengis, "Tan Liong, kuberitahukan kepadamu.
Kita berdua bukannya wanita bangsa rendah yang suka menjual dirinya.
Enciku. oleh karena kau telah mengorbankan kehormatannya sebagai ganti untuk menolong jiwamu.
Tapi kau sekarang ternyata sudah dengar mulutnya Yao lie lu yang telah pandang enciku sebagai wanita yang tidak ada harganya.
Apakah kau masih anggap dirimu sebagao manusia" Apakah kau masih pantas mengaku satu laki-laki sejati atau Enghiong" Padahal kau tidak lebih dari satu binatang anjing buduk! Dimaki-maki secara demikian Tan Liong wajahnya puca t seketika, ia lalu menjawab dengan perasaan cemas, "Aku toh tidak dengar mulutnya Yao lie lu! " Chie Cui lalu berkata kepada Yao lie lu sambil ketawa dingin, "Yao lie lu, ada satu hari aku nanti tidak akan melepaskan kau begitu saja oleh karena aku tahu kau ada mencintakan dirinya Tan Liong maka aku tolong jiwamu sekalian tapi kau sebaliknya yang hendak memuaskan keserakahan hatimu telah menuduh enciku sebagai perempuan rendah! ".
Sambil kertak gigi ia berkata pula kepada Tan Liong, "Tan Liong, sekarang aku baru mengerti, kau adalah satu manusia rendah, manusia goblok yang tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Kuberitahukan padamu pasti ada satu hari aku tidak akan membiarkan kau begitu saja, seperti juga aku tidak dapat membiarkan setiap laki-laki busuk dalam dunia ini! " Mendadak ia tertawa bergelak dan kemudian berkata pula, "Tan Liong, pergilah dengan membawa wanita sundel itu! Kau tak usah kuatir Chie Cui tidak nanti akan menghabiskan jiwanya sendiri.
Sedikit penggodaan dan penderitaan yang tidak ada artinya ini aku masih sanggup terima." Sambil tertawa bergelak-gelak dengan tindakan lambat- lambat ia berlalu dari hadapannya Tan Liong.
Tan Liong berdiri terpaku, ia tidak dapat berbuat apa apa terhadap nasib yang malang itu.
Dan setelah Chie Cui berlalu jauh dari depan matanya ia mendadak merasa tidak adil terhadap nona itu, ia merasa telah berdosa terhadap dirinya satu gadis yang masih suci murni! Apapun juga maksud dan tujuan dua bersaudara itu menolong jiwanya, toh ada satu hal yang sebenarnya, bukan suatu kebohongan.
Ia merasa menyesal atas perbuatannya sendiri yang tadi sudah menolong dirinya Yao li lu maka ia lantas mengejar dirinya Chie Cui dan berkata padanya.
"Nona Chie, kau seharusnya dengar dulu penjelasanku.
" Tapi Chie Cui menjawab dengan suara dingin.
"Kau telah menolong dirinya Yao lie lu, itulah penjelasanmu.
" "Nona Chie, kau jangan kata begitu, aku cuma ..
" "Tan Liong, aku minta kau jangan banyak bicara, juga minta supaya kau berlaku sedikit sopan, jangan menghalang-halangi perjalananku.
Jikalau tidak nanti apabila sampai kejadian saling cakar, itu berarti merusak persahabatan kita.
" Yao lie lu mendadak menyelak, "Tan Siangkong, perempuan yang tidak tahu malu ini perlu apa kau ladeni padanya" " Chie Cui yang mendengar perkataan-perkataan Yao Lie lu itu parasnya berubah seketika, sorot matanya mengunjukkan perasaan bencinya yang meluap-luap dengan sorot mata beringasan mengawasi Yao lie lu, tapi itu hanya sepintas lalu saja, kemudian ia berkata sambil ketawa dingin.
"Tidak salah, Chie Cui memang ada satu perempuan yang tidak tahu malu.
" Sehabis mengucapkan perkataan demikian ia lantas ketawa bergelak-gelak.
Tapi perkataannya Chie Cui itu benar-benar telah menusuk ulu hatinya Tan Liong.
Ia merasa sangat terharu, ia terbengong! Sehingga cuma bisa berdiri melongo.
"Tan Liong, kau mau menyingkir atau tidak" " tegur Chie Cui dengan sikap dingin.
Tan Liong menghela napas, ia minggir beberapa tindak untuk memberikan jalan kepada Chie Cui.
Dengan memandang bayangan belakang dirinya Chie Cui, Tan Liong mendadak seperti kehilangan benda yang paling disayang, pikirannya melayang sampai jauh sekali! Tiba-tiba terdengar suaranya Yao lie lu.
"Tan Siangkong . . . . .. apa guna kau berduka. Dia sudah pergi toh masih ada aku! " Dengan sikap yang dibikin-bikin, perempuan genit itu jatuhkan dirinya kedalam pelukannya Tan Liong.


"Tan Siangkong . . . . .. apa guna kau berduka. Dia sudah pergi toh masih ada aku! " Dengan sikap yang dibikin-bikin, perempuan genit itu jatuhkan dirinya kedalam pelukannya Tan Liong.
Tapi Tan Liong lantas dorong padanya seraya berkata, "Kau juga harus pergi, aku hendak balik ke gunung Ciong lam san.
" Yao lie lu yang didorong oleh Tan Liong nampaknya tercengang kemudian ia berkata, "Kau suruh aku pergi" " "Ya, semua urusan sudah berlalu, kau sudah seharusnya juga pergi dari sini." Mendengar putusan itu hati Yao lie lu merasa sedih, dengan air mata berlinang-linag ia berkata, "Tan ......
Tan koko, kau suruh aku pergi kemana" " "Kau boleh pergi kemana saja yang kau suka.
" "Tidak, engko Tan.
Aku sudah menghianati dan meninggalkan Thian seng hwee, kau toh tidak bisa meninggalkan aku demikian saja.
" Parasnya yang dihiasi air mata meleleh dikedua pipinya yang montok memang bisa merubuhkan hatinya setiap kaum pria yang kurang teguh.
Tan Liong yang masih muda belia sudah tentu tidak dapat menghindarkan gangguan pikiran semacam itu.
Maka dalam hatinya lantas berpikir memang betul, ia sudah meninggalkan Thian seng hwee, kemana ia harus pergi"....
Oleh karena itu, maka untuk sesaat lamanya ia menjadi bingung sendiri, tapi kemudian ia berkata pula sambil kerutkan keningnya.
"Bukan maksudku untuk meninggalkan kau tapi kau harus mengerti, kalau aku sekarang ini hendak pulang kegunung Ciong lam san...
" Tan Liong lantas menjawab sambil geleng kepala.
"Kau tidak bisa ikut ke sana.
Dalam perjalanan ke gunung Ciong lam san ini ada mempunyai hubungan sangat penting dengan diriku, dengan kau pergi kesana tidak ada gunanya sama sekali.
Sekarang begini saja baiknya, nanti setengah bulan kemudian, kau boleh kesana mencari aku.
" "Benarkah kau tidak mengijinkan aku turut pergi" " "Setengah bulan kemudian kau boleh pergi ke sana, tapi sekarang tidak.
Nah, sekarang aku harus pergi.
" demikian jawabnya Tan Liong sambil anggukkan kepala.
dan setelah itu ia lantas lompat melesat dan menghilang ke dalam rimba.
Dengan hati dan perasaan berat, Tan Liong menghitung- hitung waktunya, orang-orangnya Thian seng hwee yang hendak menggempur Ciong lam san sudah satu malam melakukan perjalanannya.
Ia sendiri juga sudah membuang waktunya satu malam, kalau nanti ia sampai digunung Ciong lam san, disitu mungkin sudah terjadi pertumpahan darah hebat, bangkai manusia bergelimpangan diseluruh gunung.
Mengingat sampai disitu ia merasa kuatir sendiri jika benar-benar partai Ciong lam pay sampai hancur ditangannya orang-orang Thian seng hwee bagaimana perasaannya terhadap Yo Sui Pang yang sudah bersemayam di alam baka" Begitu dalam rasa bencinya terhadap dirinya Bong bin Sin kiam Tan Ciang Bin yang sebetulnya ada ayahnya sendiri.
Ia sudah bertekad bulat pasti ada satu hari ia akan ubrak-abrik perkumpulan Thian seng hwee sampai menjadi berantakan baru ia merasa puas.
Malam itu juga, Tan Liong tiba di gunung Ciong lam san.
Hatinya merasa sangat gelisah, karena ia sudah membuang waktunya satu malaman entah apa yang terjadi di gunung itu" Di atas gunung Ciong lam san memang benar sedang berlangsung suatu pertempuran mati-matian yang sangat hebat.
Tan Liong terus lari ke atas gunung.
Di dalam sebuah rimba benar saja ia menemukan beberapa puluh bangkai manusia yang berpakaian seragam berwarna kuning, apakah itu bukannya orang-orang atau anak buahnya partai Ciong lam san" Wajahnya Tan Liong berubah seketika, ia percepat larinya, kini gedung partai Ciong lam pay sudah nampak di depan matanya dari situ lapat-lapat terdengar suara beradunya senjata tajam dan bentakan orang.
Dengan hati panas dan mata beringas, sepanjang jalan Tan Liong menemukan bangkainya orang-orang yang memakai pakaian seragam warna kuning! Dari jarak yang masih agak jauh, Tan Liong sudah keluarkan bentakannya.
"Kalian orang-orang dari Thian seng hwee ini semua harus dibunuh mampus.
" Dalam waktu sekejap saja, ia sudah tiba kira-kira sejarak lima tombak ditembok gedung Ciong lam pay.
Dua puluh lebih orang-orangnya Thian seng hwee, sedang mengepung dan bertempur sengit dengan tujuh orangnya Ciong lam pay yang berpakaian warna kuning.
Dilain sudut, ada terlihat dirinya si pendekar Kalong, Chiang hay Sin kun dan Yau san It hiong yang juga sedang bertempur sengit dengan lima orang-orangnya Thian seng hwee.
Diatas tembok pekarangan gedung Chiang lam pay ada berdiri seorang gadis jelita berbaju merah yang dulu pernah mengambil sepotong pecahan mangkok dari tangannya Tan Liong.
Gadis itu dengan paras penuh kegusaran sedang berusaha mencegah masuknya orang Thian seng hwee kedalam gedung Chiong lam pay.
Diatas tanah nampak bergelimpangan bangkainya orang-orang berpakaian warna kuning yang tidak terhitung jumlahnya.


Naga Merah Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wakil ketua Thian seng hwee Cie Bun Bun nampak berdiri disamping menyaksikan pertempuran itu sambil ketawa dingin.
Hati Tan Liong merasa sakit pedih terharu dan murka menyaksikan semua pemandangan itu tiba-tiba ia mengucurkan air mata.
Karena perasaan sedihnya yang sangat, ia sampai berdiri menjublek seperti seorang yang sudah kehilangan ingatan! " Suara keras mendadak menyadarkan ia.
orang-orangnya Ciang seng hwee yang sedang mengepung tujuh orang-orangnya Chiong lam pay diantaranya mendadak ada yang menyerbu ke dalam gedung Ciong lam pay.
Gadis baju merah yang melihat ada orang hendak menerjang masuk kedalam gedung perkumpulan lantas membentak dengan suara bengis, "Kalian mencari mampus ! .
. . . . . .. " Bentakannya itu dibarengi oleh serangannya yang meluncur keluar dari kedua tangannya yang putih halus.
Gadis baju merah yang tindak tanduknya sangat misteri itu dengan mendadak bisa muncul diatas gunung Ciong lam san benar-benar diluar dugaannya Tan Liong.
Gadis itu ada mempunyai kepandaian ilmu silat yang sukar dijajaki sampai dimana tingginya.
Jikalau tidak ada ia Ciong lam pay barangkali siang-siang sudah dihancurkan oleh orang- orangnya Thian seng hwee.
Ia berdiri tegak di tembok pekarangan bagaikan penjaga gawang dari kesebelasan yang kokoh kuat yang sukar dilalui.
Tempat dimana ia berdiri ada merupakan satu-satunya jalan bagi setiap orang yang hendak masuk ke dalam gedung partai Ciong lam pay.
Beberapa orang- orangnya Thian seng hwee yang terhitung lihai telah beberapa kali coba menyerbu, tapi semua telah terpukul mundur oleh gadis baju merah itu.
Dengan adanya gadis baju merah yang sangat misteri itu orang-orang Thian seng hwee merasa sangat sukar menembusi penjagaan itu hingga untuk beberapa saat lamanya gadis baju merah dalam keadaan nganggur sebagai penonton dari orang-orang yang sedang bertempur sengit itu.
Dan kini ketika dengan tiba-tiba ada tiga orang Thian seng hwee coba hendak menyerbu dengan kontan disambut oleh serangannya yang maha dahsyat.
Tiga orang-orangnya Thian seng hwee itu sebetulnya sudah merasakan pahitnya tangan gadis baju merah itu tapi kini rupa-rupanya masih merasa penasaran maka untuk kedua kalinya mereka coba menyerbu lagi.
Dan tatkala kedatangannya itu disambut oleh serangan begitu hebat mereka lantas pada lompat kesamping untuk menghindarkan serangan tersebut.
Gadis baju merah itu dengan sikap dan paras dingin berseru, "Siapa yang tidak takut mati boleh coba maju lagi.
" Kalau orang-orangnya Thian seng hwee yang berhadapan dengan baju merah itu masih merasa ragu-ragu untuk maju menyerbu lagi dilain pihak tiba-tiba terdengar suara jeritan ngeri.
satu diantara tujuh orangnya Ciong lam pay seorang tua baju kuning yang bersenjata tongkat telah rubuh binasa ditangannya orang Thian seng hwee.
Tujuh orang tua berpakaian seragam warna kuning itu ada merupakan tujuh jagonya partai Ciong lam pay.
Dalam partai Ciong lam pay mendapat gelar nama Ciong lam Cit hiong.
sudah sepuluh jam lebih mereka bertempur mati-matian mempertahankan nama dan kedudukan Ciong lam pay, tapi karena jumlahnya kalah banyak akhirnya kehabisan tenaga, hingga sudah tidak dapat keluar dari kepungan orang-orang Thian seng hwee yang jumlahnya lebih dari dua puluh orang Orang tua baju kuning itu begitu rubuh, keadaan lantas menjadi kalut.
Orang-orang Thian seng hwee yang anggap sudah tidak perlu menggunakan begitu banyak tenaga lagi untuk melawan enam orang tua yang lainnya, maka lima diantaranya lantas mundurkan diri dan membantu kawannya yang hendak menyerbu penjagaan gadis baju merah itu.
Jika ditilik keadaannya, enam orang tua yang masih melawan mati-matian itu, tidak sampai setengah jam lagi, barangkali akan mati semua ditangan lawannya.
Keadaan sudah terlalu gawat, naibnya partai Ciong lam pay hanya tinggal beberapa jam lagi sudah dapat ditentukan.
Dalam keadaan demikian bayangan orang tiba-tiba melayang turun sembari perdengarkan suara bentakannya yang sangat hebat.
Bayangan orang itu secepat kilat sudah menyerbu kepada rombongan orang-orangnya Thian seng hwee yang hendak menamatkan riwayatnya orang tua baju kuning itu.
"Aku hendak cincang kalian menjadi berkeping-keping! " demikian ia keluarkan bentakannya yang lalu disusul oleh serangan tangannya yang amat dahsyat.
Kedatangan bayangan orang secara mendadak itu membuat terkejut semua orang yang sedang bertempur, baik pihaknya Thian seng hwee maupun pihaknya Ciong lam pay terutama orang-orangnya Thian seng hwee yang sedang mengepung orang tua baju kuning itu.
Karena serangannya yang begitu hebat mereka terpaksa pada lompat mundur.
Bayangan orang yang menyerbu secara tiba-tiba itu bukan lain daripada Tan Liong sendiri.
Dengan sikap keren dan mata beringas Tan Liong berdiri ditengah-yengah kalangan orang-orangnya Thian seng hwee yang menyaksikan itu pada merasa jeri! Wakil ketua Thian seng hwee Cie Bun bun begitu lihat Tan Liong muncul dimedan pertempuran secara mendadak parasnya lantas berubah seketika.
Sedangkan gadis baju merah itu ketika melihat Tan Liong lantas unjukkan senyumnya yang manis perlahan-lahan menarik napas lega.
semua orang dibikin terpaku oleh kedatangannya Tan Liong yang tibanya seperti malaikat turun dari langit hingga dalam medan pertempuran itu keadaannya lantas menjadi sepi sunyi.
Beberapa puluh pasang mata semua ditujukan kepada dirinya anak muda itu.
Tiba-tiba terdengar suaranya Tan Liong yang berkata sambil mengejek.
"Bagus, bagus ! Thian seng hwee telah membinasakan banyak sekali anak murid partai kita.
Hutang darah ini kalian harus bayar dengan darah juga.
Sekarang aku ingin tahu apakah kalian bisa keluar dari gunung Ciong lam san ini dalam keadaan utuh" " Baru saja ia menutup mulutnya enam orang tua baju k uning itu sudah pada maju menghampiri dan berlutut dihadapannya sembari berkata, "Teecu, Ciong lam Cit hiong disini menjumpai Ciang bun jin .....
" "Sudahlah, silahkan kalian bangun! " ENAM orang tua baju kuning itu lantas bangun dan berdiri di samping.
Gadis baju merah juga lompat turun dari tembok pekarangan dan menghampiri Tan Liong kemudian berkata padanya dengan nada suara dingin.
"Kau pergi ke lembah Lui in kok bukan saja tidak berhasil melakukan suatu pekerjaan sebaliknya malah terlantarkan urusan besar.
Tahukah kau bahwa partai Ciong lam san hampir saja musnah di dalam tanganmu sendiri" " Tan Liong yang ditegur secara demikian wajahnya merah seketika.
memang sebenarnya ia sendiri yang pergi ke lembah Lui in kok hendak menyatroni Thian seng hwee, bukan saja tak berhasil dalm usahanya, sebaliknya malah menelantarkan urusan besar.
Dengan mulut membungkam ia mengawasi gadis baju merah itu sejenak, kemudian mengawasi Cie Bun bun seraya berkata, "Hu Hweethio, hari ini aku suruh kau tinggalkan bangka imu di gunung ini.
" Cie Bun bun unjukkan ketawanya yang dibuat-buat kemudian menjawab, "Ciang bun jin, aku beritahukan padamu nasibnya Ciong lam pay hanya tinggal beberapa detik saja.
" Tan Liong lalu berkata pada enam orang tua baju kuning.
"Semua anak murid partai kita, suruh mereka seluruhnya mundur ke dalam gedung perkumpulan, jangan ada yang ketinggalan.
" Enam orang tua baju kuning itu dengan sikapnya yang menghormat menerima baik perintah itu lalu berjalan menuju ke medan pertempuran untuk menyampaikan perintah itu kepada semua kawan-kawannya.
Siapa tahu selagi enam orang tua itu balikkan badannya sudah ada sepuluh lebih orangnya Thian seng hwee yang menghadang perjalanan mereka, satu diantaranya lantas berkata dengan sikap yang congkak.


Pendekar Pedang Sakti 8 The True Of My Life Karya Nyimas Humairoh Kepala Iblis Nyi Gandasuri 2
^