Pencarian

Pendekar Banci 5

Pendekar Banci Karya S D. Liong Bagian 5


Maka iapun segera bergegas menyusul Tetapi tetap tak dapat menemukannya. Dia makin bingung. Kebetulan paderi Tay To pulang dari holam hendak kembali ke Buttu timur.
Demikian kedua suhu dan murid itu telah berjumpa di tengah jalan. Mendengar Hong ing lenyap, paderi itu menghela napas: "Siancay ! Su Ciau, karena engkau telah salah menduganya sebagai Hong ing calon ' isterimu, dia telah menderita luka dalam rumahmu. Dan kini karena dia menghilang. sudah tentu engkau harus bertanggung jawab untuk menemukannya.
Lebih baik kita berdua menuju ke guha Siau-yau-tong !' '
Demikian keduanya segera menuju ketempat kediaman Siau Yau cinjin. Selama dalam perjalanan mereka tak mendapat suatu halangan apa2. Hanya begitu tiba di gunung Ke-tiok-san, mereka mendengar orang bertempur .dipuncak gunung dan memang senjata yang tengah beradu itu jelas berasal dari pedang 'thian-Iiong-kiam.
Tay 'to segera kebutkan lengan baju dan meluncur keatas. Su Ciau tertinggal dibelakang.
Selekas naik keatas batu besar, saat itu kebetulan Hong Ing telah terjebak oleh siasat Toho Ihama. ' Thian- liong-kiam terlepas dari tangannya dan melayang ke udara. Tay To segera enjot tubuh untuk menyambar pedang ltu.
Sudah berpuluh tahun ia menggunakan pedang Thian-liong-kiaru itu, Kehebatan dan ilmu pedang Thian-liong-kiam hwat hanya dibawah ilmu pedang Hian - ll - kiam - hwat dari Hian-li Lim Sam Kho.
Tetapi pedang Thian Iiong-kiam itu luar biasa tajamnya. Ditambah pula ilmu tenaga-dalam Thian-liong-sin-kang dari paderi Tay To Itu. bukan olah2 hebatnya.
Sedikit saja ia menggerakkan pedang itu, Toho lhamapun terdesak mundur.
.Setelah dapat menghalau Toho lhama, paderi Tay To berpaling. Ketika - melihat wajah Hong Ing memancarkan semangat menyala. ia terkejut. 'Ih' desusnya, 'dimana suhumu ?"
Menerima pertanyaan itu, Hong Ing sedih ujarnya: "Suhu telah dihantam jatuh kedalam jurang oleh Ihama jahanam itu. Harap cianpwe suka balaskan sakit hatiku. Akupun telah minum sembilan butir pil Toan-beng wan. Jiwaku tinggal tiga jam lagi.
Kalau tak menyatakan dia mati, aku tak dapat mati denga! merem !"
Mendengar nama Toan-beng-wan. paderi' Tay 'to terkcgut. serunya kepada Toho: "Siapa engkau"
Apa hubunganmu dengan Bu Wi lhama dari biara Ko-liong-si' ?"
Toho tertawa sinis: 'O, kiranya engkau tahu juga kebesaran nama biara Ko-liong-si. Bu Wi lhama itu adalah murid keponakanku. Aku Ini paman gurunya yang bernama Toho lhama !"
Makin tergetar hati 'tay To. serunya: 'Sian Yan cinjin seorang pertapa yang baik budi. Mengapa engkau membunuhnya ?"
Toho lhama marah: "Paderi jahanam dengan pertapa bangsat ternyata sama. Engkaupun juga harus mati mengenaskan !" '
la menutup kata-katanya dengan gerakkan kedua tangannya menyerang. Paderi Tay to segera gunakan memutar pedangnya dalam jurus Sin-Iiong-tan-cui- atau Naga-sakti menyelundup-air. Sinar pedang berhamburan dan Toho lhama terpaksa mundur. `
Mendapat bantuan dua tenaga yang sakti. giranglah Hong lng.. la segera menyerang dari belakang. Su Ciaupun juga bergerak.
Baru saja menghindari serangan paderi Tay to ', Toho sudah diserang oleh dua orang anak muda itu. Tetapi Ia tak gentar kepada kedua anakmuda itu. Perhatiannya hanya tercurah pada paderi 'tay To.
Duk, duk . . . . . terdengar dua buah' pukulan , mendarat di tubuh. Hong Ing berhasil memukul bahu Iharna itu dan Su Ciaupun dapat-memukul lambungnya.
Su Ciau murid dari paderi Tay To dan Hong Ing telah minum sembilan butir pil Toan-beng-wan.
Sebenarnya keduanya tak boleh dipandang enteng. Begitu terkena dua buah pukulan kedua pemuda . itu, tubuh 'tohopun terdorong kemuka dan saat itu pedang Tay To sudah melayang tiba. Tono merasa tubuhnya telah telingkup dalam kungkungan sinar pedang Thian-Iiong-kiam.
Ia terkejut. Dalam kekalahan ia hendak berusaha merebut kemenangan. cepat ia merubuh ke tanah dan terus berguling-guling sampai setombak lebih jauhnya. Dengan begitu dapat ia lolos dari pedang Tay To.
Tetapi Tan Su Ciau tak mau memberi ampun lagi. Loncat kemuka ia segera ayunkan kaki menendang.
Adalah karena terlalu memandang enteng pada kedua anak muda itu maka Toho sampai menderita pukulan mereka. Apalagi ia harus mencurahkan perhatiannya pada serangan pedang "thian- liong-kiam.
Tetapi saat itu paderi tay to berada pada jarak setombak jauhnya. Dan Tan Su Ciau_ yang berada di belakangnya sedang berusaha hendak merubuhkannya.
Ia tahu hal itu. Maka pada snat pemuda itu mengangkat kaki dan mengayunkannya, secepat kilat Toho lhama berputar tubuh menyambar telapak kakinya terus disorongkan ke' muka.
Su Ciau terkejut. la hendak kerahkan tenaga dalam Cian-kin-tui atau 'Tindihan-seribu-kati tetapi tak 'keburu.
Bagaikan layang2 putus tali. tubuh pemuda itupun terlempar ke belakang.
Batu besar di belakang guna Siau-yau-tong' itu luasnya hanya beberapa tombak.Su Ciau bergeliatan berusaha untuk menahan diri. tetapi tenaga dorongan TOhO memang hebat.
Pemuda itu gagal untuk mendarat di tanah dan dengan demikian ia tentu terlempar jatuh ke bawah gunung.
Menahu muridnya terancam bahaya. Paderi Tay To tak melanjutkan serangannya lagi tetapi terus _enjot tubuh melambung ke udara untuk menyambar tubuh pemuda itu. `
Paderi itu berhasil menyambar kaki muridnya tetapi karena Toho menggunakan delapan bagian tenaga-dalamnya untuk. Mendorong maka paderi Tay Topun tak kuasa menahan laju tubuh muridnya.
Bahkan ia ikut terseret bersama tubuh- Su Ciau.
Melihat itu Hong Ing menjerit kaget. Tetapi Tay To seorang paderi yang berilmu sakti. Segera paderi itu menghimpun tenaga-dalam dan sekali , menggembor-keras, tubuhnya berhenti meluncur kemuka dan terus menurun keatas batu.
Memang beda ilmu Cian-kin-tui atau Tindihan-seribu-kati yang dilakukan Su Ciau dengan paderi Tay To tenaga-dalam guru dan murid. masih terpaut jauh.
Tempat yang didarati 'tay To dan Su Ciau 'itu hampir merupakan ujung tepi karang. Beberapa langkah lagi. sudah merupakan jurang yang ratusan tombak dalamnya. ' . '
Setelah menolong Su Ciau, Tay To cepat berpaling. Tetapi ia terkejut karena tak m?lihat Toho lhama lagi. - .
'Hong Ing buru2 lari ke ujung karang dan melongok ke bawah. Ternyata Toho lhama sudah melayang lari ke bawah gunung.
"Jahanam, hendak lari kemana engkau !" teriak Hong lng. Sekalipun ia tahu tak mampu menandingi, namun ia tetap hendak mengejar juga.
Tetapi Su Ciau cepat loncat mencegahnya : "Hong Ing, jangan ! Hari masih panjang masakan takut tak dapat membalas dendam kepadanya"
. Dalam pada itu Tohopun sudah sempat menyelinap lenyap ke dalam hutan. Toho menyadari bahwa dengan munculnya Tay To dan Su Ciau. ia tentu akan celaka, maka jalan satu2nya yang paling selamat hanyalah melarikan diri'.
Selama tujuh tahun dimasukkan dalam peri dan dibenam dalam dasar telaga oleh Siau Yau cinjin, ia pernah mendengar bahwa di gunung Tay-pat-san -terdapat simpanan pusaka yang berisi ilmu pelajaran sakti. Jika ia berhasil menemukan pusaka itu, kelak ia tentu dapat mencari Tay To lagi untuk membuat perhitungan.
Dengan rencana itu. Iapun segera meloloskan diri. Mendengar kata2 Su Ciau bahwa hari masih panjang untuk melakukan pembalasan hati hong Ing tersayat.
Beberapa tetes airmata menitik dari matanya.
"Apa itu hari' masih panjang '.' Paling banyak dalam dua jam lagi aku sudah mati" serunya dengan rawan.
Karena tak mengerti sebabnya. Su Ciau heran : "mengapa engkau mengatakan begitu "'
Hong Ing menghela napas. "Tanyakan suhumu, engkau tentu akan tahu" ujarnya.
Su Ciau bergegas meminta keterangan kepada Tay To : "suhu apakah kata2 Hong Ing itu benar "
sambil merangkap kedua tangan kedada, Tay To berseru : "Siancay i Mengapa nona Hong Ing bisa memakan pil Toan-beng-wan " Bahkan telah makan sampai sembilan butir "' Pil itu luar biasa kerasnya, sukar ditolong lagi "
Su Ciau seorang pemuda yang berhati welas asih dan jujur. Setelah mengetahui bahwa Hong ing sekalipun bukan Hong lng calon isterinya tetapi karena ia sudah bergaul beberapa waktu.. timbul juga rasa persahabatan. Sudah tentu ia terkejut mengetahui keadaan Hong Ing.
"Suhu, apakah benar2 sudah tiada daya untuk menolong jiwanya lagi ?" serunya kaget.
, Tay To menghela napas : "Daya sih ada. Kudengar" di gunung Tay-swat-san terdapat sejenis serangga aneh yang disebut Peng-ngo. Hanya dengan makan serangga-salju itu kiranya dia akan tertolong. Bukan saja dapat menghilangkan racun 'pil Toan-beng-wan itu, pun bahkan akan mampu mempertahankan daya khasiat pil itu pada tubuh 'untuk untuk selama-lamanya . . "
"Jika begitu mari kita kesana " seru su Ctau serentak.
Tay To gelengkan kepala. . "Su Ciau, bukan saja serangga itu? sukar dicari. pun andaikata dapat kita ketemukan. waktunya tentu sudah tak keburu lagi.
Su Ciau terlongong. "Suhu, bukankah suhu mempunyai pil Jit-Hoan-Ieng- wan "''
"Pil Jit hoan-leng wan bersifat panas, menyuruhnya makan berani akan mempercepat kematiannya," sahut Tay To.
"Ah, kalau begitu apakah benar2 sudah tiada daya lagi ?" Su Ciau menghela napas rawan.
Paderi 'tay To mengangguk kepala tanpa menjawab. Hong Ing mendengar semua pembicaraan mreka. Melihat Su Ciau begitu merisaukan dirinya. diam2 ia berterima 'kasih kepada. pemuda itu.
Tahu bahwa dirinya sudah tiada harapan hidup lagi maka Hong Ing memutuskan. Kalau tokh mati, ia tak mau mati dengan mengenaskan tetapi ia akan mati dengan gembira. Tiba2 timbul suatu pikiran aneh, serunya: "Su Ciau, tak perlu engkau merisaukan diriku . . . . " .
Tiba2 Su Ciau menukas: "Tidak Suhu. karena dalam waktu dua jam Hong Ing masih dapat 'hidup, kuda Pemburu-petir pun dapat lari melebihi angin. Biar bagaimana jadinya, kita harus tetap berusaha. Bagaimana pendapat suhu?"
Diam2 Tay To memuji kesungguhan hati muridnya untuk menolong orang. Agar. Su?CIau jangan kecewa.` ia menyerahkan pedang Thian-liong-kiam kepada muridnya. . '_
"Baiklah, kalian berdua boleh mencoba kesana," katanya, 'karena sudah lama aku tak berjumpa dengan Sian Yan cinjin. Karena saat ini dia mendapat kecelakaan dibawah jurang. aku harus menolongnya!" '
Su Ciao cepat menarik tangan Hong Ing diajak turun gunung. Setelah mendapatkan kudanya, segera mereka melarikan kearah gunung 'tay-swat san.
Karena tahu akan sia2 saja, Hong Ing tertawa: "Su Ciau, ternyata engkau lebih keras kepala dari gurumu.
"Apa makaudmu ?" Su ?iau heran. "Gurumu mengatakan aku ini memang murid dari Sian Yan anjin. Itu benar. Tetapi kalau dia mengatakan aku bukan Hong Ing milikmu. dia salah.
Coba engkau pikir. apakah dldunia terdapat sepasang manusia yang begitu mirip satu asma lain "'
Mendengar itu Su Ciau terkejut dan gembira. Dengan berkata begitu jelas Hong ing mengaku kalau calon iaterinya. Sampai beberapa saat ia tak, dapat berkata apa2.
Hong -Ing memang sengaja berbuat begitu untuk membalas terima kasih kepada pemuda itu. la tahu kalau dirinya dua jam lagi tentu mati. Saat lagi masih bernapas, ia hendak menghibur hati pemuda itu. Diam2 ia mengiri pada Tan Hong Ing nona mempelai yang minggat itu.
Disamping iapun menyesalkan Tan Hong Ing yang tak dapat menilai orang. Su Ciau seorang kekasih yang Setia dan mencintai" setulus hati. Mengapa Cin Hong Ing sampai hati untuk mempermainkannya"
Karena. Kasihan dan sekedar untuk membalas budi kebaikan pemuda itu maka Hong In sengaja mengaku kalau dirinya memang Cin Hong asli.
"Su Ciau. apakah engkau tak percaya?" serunya ketika melihat pemuda itu berdiam diri. '
"Tidak mengaku ya engkau. mengakupun tetap engkau. Bagaimana aku harus mengatakan?" sahut Su Ciau.
' Dam2 Hong Ing tertawa pilu. Jelas Su Ciau itu seorang pemuda yang jujur.
Benar atau salah palsu dan aseli. memang suatu hal yang sukar dimengerti. Andaikata aku itu Hong lng yang palsu, bolehlah engkau anggap saja sebagai Hong Ing asli." kata Hong Ing tertawa.
Su-Ciau gelengkan kepala. "Ah, mengapa boleh begitu "'' serunya.
Hong lng tertawa geli: "Kalau yang palsu tak boleh di anggap yang asli, aku akan menjadi yang asli itu. "Hong Ing," Su Ciau tertawa hambar, "aku sungguh bingung. Kalau engkau memang Hong Ing yang aseli. mengapa engkau menjadi murid Siau Yau cinjin "'
"Aneh, mengapa aku tak boleh menjadi murid dari dua orang guru sakti?" sahut Hong Ing.
Su ciau terkesiap. . "Hong lng, mengapa engkau harus mencari perkara dengan mamahku, mencuri pedang, kuda dan pelana mutiara itu "'? tanyanya.
Hong Ing kerutkan alis. Diam2 ia sendiripun heran mengapa Cin Hong Ing itu mencuri ketiga benda itu.
"Su Ciau, aku hanya mempunyai waktu dua jam saja. Hidup dalam waktu sesingkat itu, marilah kita pergunakan untuk berbicara hal2 yang menggembirakan saja, perlu apa harus mengungkit peristiwa itu lagi"
Kembali Su Ciau terkesiap. Diam2 ia mulai bimbang, apakah Hong Ing calon mempelainya itu. Ia sendiri' juga sangsi 'adakah dalam waktu hanya dua jam ia mampu mencapai gunung Tay-swat-san. Kemungkinan besar Hong Ing tentu sudah mati.
"Ah, benar." akhirnya ia` memutuskan. "biarlah dalam saat2 menjelang kematiannya, ia merasa bahagia dalam hati."
Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya ia hentikan kuda dan berkata: "Hong Ing, apa yang telah lalu. tak perlu kita- bicarakan- lagi.
Tempo hari kita berdua' telah melangsungkan pernikahan, Tetapi belum sempat kita bersembahyang pada langit dan bumi, kita sudah keburu berpisah.
Tak peduli _bagaimanapun juga. aku telah membulatkan segenap cintaku padamu. Saat ini walaupun engkau tak mengenakan pakaian temanten tetapi apa halangannya kita bersembahyang berdua kepada langit dan bumi. agar menyaksikan bahwa kita benar2 telah terikat sebagai suami isteri".
Hong Ing membatin. Su Ciau itu benar2 seorang kekasih yang Setya sekali. Ia menghela napas:
"Su Ciau. 'karena aku toh bakal mati dalam dua jam lagi, perlu apa engkau harus-bersusah payah begitu " 'Lebih 'baik engkau lupakan saja diriku ini"
"Hong Ing" seru Su Ciau. "apakah engkau tak tahu isi hatiku " Mari' turun, kita jadikan pohon jati itu sebagai saksi sumpah kita".
Dari' 'gunung Ke-tiok-san sampai saat itu, sudah hampir dua jam lamanya. Sudah tentu khasiat pil Toan-beng-wan pada tubuh Hong Ing mulai luntur. Hong Ing sudah merasa pening. pandang matanyapun mulai kabur.
"Aku tentu mati" pikirnya. "untuk membalas budi, aku harus' menuruti permintaannya"
Melihat Hong Ing mau turun dari kuda, Su Ciau gembira sekali. .Segera ia menghampiri ke sebuah' pohon jati dan membuat dupa dari' tanah liat kemudian bersama-sama Hong Ing ber
Lutut di depan 'pohon jati itu. Su Ciau pun berdoa : "Murid Tan Su Ciau, Cin Hong Ing . . "
Baru ia berkata begitu tiba2 Hong ing menukas : "Jangan ! Engkau ! harus menyebut Ui Hong Ing bukan Cin Hong lng" ,
Pikir Su Cian. karena Cin atau Ui itu toh 0rangnya sama maka iapun segera menurut.
"Murid Tan SuCiau, Ui Hong Ing, hari ini didepan gunduk batang pohon jati dan tanah liat sebagai dupa, bersembahyang kepada langit 'dan bumi agar menjadi saksi atas terangkapnya diri kami berdua sebagai suami isteri bila kelak kami ingkar sumpah. semoga Langit menimpah dan Bumi menghancurkan diri kami" .
Dalam keadaan tak sadar Hong ing menirukan saja ucapan Su Ciau itu. Setelah selesai, keduanya lalu berbangkit lagi. '
Hong Ing tak peduli' atas peristiwa itu. Mengangkat sumpah didepan pohon jati, baginya tak berarti apa2. Sebentar lagi bukankah ia akan mati " .
Perasaan semacam itu juga dimiliki Su Ciau. ' Tetapi pemuda itu rawan sekali hatinya. Bukankah .isterinya yang cantik itu dalam beberapa saat lagi ' akan meninggalkannya untuk, selama-lamanya '.
Tetapi demi menghibur hong Ing ia harus bersikap gembira agar, pada detik2 kematiannya.
Hong Ing dapat merasa bahagia. "Hong Ing. akhirnya kita terangkap juga sebagai suami isteri ! serunya tertawa.
Hong Ing juga tertawa rawan : "Tetapi akupun segera akan mati."
Serentak ia rasakan kepalanya makin pening Ketika mengangkat tangan hendak merabah kepala ternyata-tangannyapun lemas lunglai tak bertenaga lagi. Jeias pil 'toan-beng-wan itu sudah habis daya khasiatnya. `
Dengan menahan kesedihan hati, Su Ciau berkata : "H ong Ing, tak apalah. Walaupun engkau meninggalkan dunia, tetapi engkau tetap hidup dalam hatiku. Bukankah itu lebih bahagia daripada hidup tetapi tiada orang yang memenangkan -?"'
Orang mengatakan bahwa seorang ksatrya itu tak mudah menitikkan airmata. Hal itu dikarenakan belum m?nghadapi peristiwa yang benar2 menghancurkan jiwa hatinya. Betapapun keras hati Su Ciau namun dalam menghadapi saat2 seperti itu mau tak mau ia menitikkan airmata juga.
saat itu 'Hong lng tengah memandangnya..
Tak terduga, mukanya telah tertumpah airmata Su Ciau yang berderai-derai menetes ke bawah. Tiba2 Hong Ing rubuh. Su Ciau cepat menolongnya. Diletakkan tubuh hong Ing pada kedua kakinya. Sekonyong2 Su Ciau melihat dua sosok bayangan orang berlari2 mendatangi. la tak dapat melihat jelas siapa kedua pendatang itu.
Yang jelas hanyalah bahwa kedua pendatang itu bertubuh kate. Begitu lewat di tempat itu. mereka terus ,lari kemuka. Sekejab saja sudah jauh lagi.
Tiba2 salah seorang dari kedua orang kate itu berseru : "Lo-toa, siapakah budak perempuan itu '" Apakah engkau tahu "?' .
"Ya, aku memang melihatnya" sahut kawannya. "memang kebenaran sekali, tanpa susah payah kita dapat mencarinya"
Secepat berputar tubuh kedua orang kate itupun segera lari kembali ketempat Su Ciau.
Su -Ciau dapat melihat jelas bahwa kedua orang itu bertubuh kate. berumur pertengahan tua.
Tetapi sebelum sempat ia menegur salah seorang dari mereka sudah mendahului berseru : "Nona kecil. lekas ikut kami"
Saat itu Hong lng baru membuka mata. Ketika mengenali yang datang itu sepasang orang kate Lo Thian dan Lo Te ia segera berseru: "Hai, mengapa kalian ribut2 tak keruan ".
Sepasang orang kate itu tertawa dingin. .
"Bagus kami takkan ribut lagi bila engkau sudah ikut kami"
Su Ciau yang sedang berduka. Marah karena Tak menghiraukan kesopanan, serentak Su Ciau loncat bangun dan terus menghantam.
"Su Ciau. jangan tinggalkan aku. Aku mempunyai cara untuk m?nghajar mereka," tiba" Hong Ing berseru.
Rupanya kedua orang kate itu cepat dapat mengetahui bahwa Hong Ing sedang meregang jiwa. Buru2 mereka bertanya : "Nona kecil apa yang hendak engkau katakan "'
Hong Ing mengambil dua butir mutiara dari bajunya lalu dilemparkan : "Lihatlah Sendiri. kalian tentu segera tahu. Tak perlu aku lama banyak bicara lagi, lekas pergi".
Lo Thian dan Lo Te masing2 memungut sebutir. Secepat melihat pada mutiara itu mereka se gera .mendaratkan dua buah ukiran huruf Cek dan Bi. Tetapi agaknya mereka tak tahu apa yang dimaksudkan dengan kedua huruf itu.
"Cek-bi-san" teriak Hong Ing. "apakan kalian tak pernah mendengar nama gunung itu " Kedua mutiara itu berasal dari pelana kulit beruang putih. tahu !"
Girang kedua orang kate itu bukan alang kepalang. Tanpa berkata apa2. mereka 'terus loncat dan lari menuju ke Cek-bi-san.
Tetapi karena hanya tahu cek-bi-san. begitu tiba digunung. walau ber-putar2 sampai dua hari, mereka tetap tak menemukan suatu apa. Setelah tiba dipuncak yang ketujuh barulah mereka bertemu dengan Cong Tik. ,
Su Ciau hanya terlongong2 menyaksikan peristiwa itu. la memang tak tahu menahu soal pelana mutiara yang sebenarnya menjadi pusaka keluarganya. Yang dipikirkan saat itu yalah makin tumbuhnya kepercayaan dalam hatinya bahwa Hong ' Ing yang berada di hadapannya itu adalah Cin Hong Ing calon mempelainya yang lari dulu itu.
"Hong Ing, bagaimana keadaanmu sekarang ini "'? tanyanya.
"Mungkin sudah hampir mendekati ajal," -sahut Hong Ing. "Su Ciau. bukankah tempat ini sebuah tempat yang sunyi " Lekas engkau gunakan : pedang 'thian-liong-kiam untuk membuatkan aku sebuah liang kubur !"
Su Ciau segera berbangkit. mencabut pedang thian-liong-kiam lalu mulai menggali tanah. Tetapi baru dua kali menggali tiba2 ia teringat bahwa pekerjaan itu adalah untuk mengubur orang yang dicintainya.
Tring . "Hong Ing ! Hong Ing, engkau tak boleh mati " teriaknya.
Hong Ing palingkan muka. Hatinya sedih juga. "Su Ciau, mengapa engkau membuat hatiku sedih lagi " Lekas lanjutkan penggalian. Memang ada orang hidup yang takkan mati " Bukankah kita s?mua kelak akan menjadi segunduk tanah " Sudahlah jangan merengek2 seperti anak kecil!"
Su Ciau terpaksa menahan airmatanyu dan lanjutkan menggali. Tak berapa lama dapatlah ia membuat sebuah liang sedalam satu setengah meter.
Tetapi ketika hendak menggali lebih dalam, ia dapatkan tanah dibawah keras sekali. Sampai pedang Thian-liong kiam yang begitu tajam tak dapat menembusnya. '
Su Ciau tak mau menyelidiki apa sebabnya tanah itu keras melainkan berpaling kearah' Hong Ing. Dilihatnya Hong Ing itu pejamkan mata seperti orang tidur.
Wajahnya 'berwarna merah dan sikapnya tenang sekali. '
Su ciau m?mandangnya dengan heran. Beberapa saat kemudian Hong Ing membuka mata lagi dan memandangnva. Jelas hong Ing tak mengunjuk kesakitan melainkan hanya seperti orang ngantuk saja. tetapi hatinya tak mau tidur. Hong Ing berusaha untuk merentang mata dan memandang Su Ciau saja.
Beberapa saat kemudian keadaan Hong Ing sudah tak dapat ditolong lagi. Su Ciaupun segera menghannpiri dan mengangkat tubuhnya diletakkan kedalam liang.
Baru saja meletakkan. tiba2 dia terkejut mendengar ada suara orang berseru dari atas liang. "hei, siapakah nona itu " Apakah dia sudah mati "'.
Su Ciau melonjak kaget. Menengadahkan kepala memandang keatas ia melihat seorang nenek tua berwajah buruk dan mengenakan pakaian warna hitam. Sikapnya dingin sekali. Sepasang matanya berkilat tajam. Suatu penanda bahwa ia memiliki ilmu tenaga-luar dan dalam yang tinggi.
Kecuali pergi ke daerah Butto timur dan' Holam. Su Ciau jarang keluar kedunia persilatan. Dan karena nenek itu juga selalu mcngeram di pulau Lo-to laut 'Tang-hay sampai belasan tahun. Maka Su Ciaupun tak kenal pada nenek itu. la kira. nenek itu tentu seorang tokoh sakti yang menyembunyikan diri. Serentak _timbul harapannya untuk minta 'pertolongan nenek itu supaya menghidupkan Hong lagi.
"Dia masih Berdenyut napasnya, maukah cianpwe menolongnya '.'" ia berseru.
Memang pendatang itu tak lain adalah nenek Cendrawasih-tutul. Dan Hong lngpun segera dapat mengenali nada suaranya. la mengerang.
Nenek Cenderawasih-tutul ulurkan tongkatnya ke dalam liang : "Pegang !"
Su Ciau-tak tahu apa maksud nenek itu. Sesaat ia memegang ujung tongkat,- nenek Cendrawasih- tutul segera menariknya ke atas. Sedang nenek itu sudah meluncur kedalam liang. Dengan menggunakan tenaga-dalam ia susupkan suaranya ke telinga Hong Ing : "Budak kecil, rahasia apakah yang terdapat pada mutiara pelana itu " Lekas bilang"
Hong Ing menimang. Kedua orang kate tadi baru saja pergi, kalau nenek itu menyusul dan dapat bertempur dengan mereka. alangkah bagusnya.
"Tadi sudah terlanjur kuberitahu kepada sepasang orang kate dari lian-san. Di belakang mutiara itu terdapat tulisan yang berbunyi Cek-bi-san.
Lekas kejar mereka. kalau tak tentu akan diambil oleh mereka!"
Walaupun kata2 itu dilantangkan Hong Ing dalam keadaan yang payah. ibarat seperti pelita yang sudah hampir habis minyaknya, tetapi nenek-Cendrawasih-tutul dapat menangkap jelas.
"Apakah kata2mu itu sungguh ?" ia menegas.
Hong Ing tertawa hambar: "Aku sudah hampir mati, perlu apa harus bohong ?"
Sebenarnya tubuhnya terasa hangat dan hanya pingin tidur saja. Tetapi karena dimasukkan dalam liang. Ia rasakan punggungnya terkena hawa dingin.
Panas dan dingin campur bawur merangsang tubuhnya. Karena tidak tahan .dia sampai tak dapat bicara ' lagi. Pejamkan
mata berjuang untuk melawan hawa dingin yang menyerang punggungnya itu.
Iapun masih mendengar nenek Cendrawasih- tutul loncat keatas dan berkata kepada Su Ciau "Budak perempuan itu sudah mati, lekas saja engkau timbuni dengan tanah !".
Hong Ing terkejut. Ia merasa masih hidup mengapa akan ditimbuni tanah karena dianggap sudah mati" 'Tetapi apa daya. ia tak dapat bergerak lagi. Dan pula hawa dingin dibawah tubuhnya itu makin lama makin tebal dan tak berapa lama tubuhnya makin kaku dan tak merasakan apa2 lagi.
Kesadaran hatinya masih ada, dia belum mati'.
Melihat nenek itu masuk kedalam liang lalu loncat keluar lagi dan memberitahu kalau hong Ing sudah mati, lalu terus`lari pergi, Su Ciau heran.
Berpaling memandang kedalam liang. dilihatnya wajah Hong Ing tampak membesi, penanda kalau sudah mati.
Walaupun sudah tahu bahwa akhirnya Hong Ing tentu mati tetapi ketika melihat saat2 kematian itu, Su Ciau tergetar hatinya. la loncat -lagi kedalam liang dan meraba muka Hong lng. Ah, memang sudah dingin seperti es. la pun menganggap Hong Ing tentu sudah mati.
Tetapi ia lupa untuk memeriksa pernapasannya, melainkan terus menangis: "Hong Ing. Hong ` lng ! Baru saja kita menjadi suami istri engkau lalu meninggalkan aku selama-lamanya. Adakah didunia terdapat peristiwa yang begini mengenaskan?" .
Dia menangis dan Hong Ingpun mendengar jelas. Tetapi karena hawa dingin menyerang demikian hebat pada tubuhnya. diapun tak dapat berkutik. Diam2 ia memaki pemuda itu yang begitu goblok mengira kalau ia sudah mati.
Tak berapa lama Su Ciau t?rus naik 'keatas lagi. Hong log ingin membuka mata tetapi tak dapat. Ia merasa hawa dingin mulai merayap dari kaki. terasa enak sekali pada tubuhnya. Kecuali tubuhnya terasa kaku, lunglai pada pikirannya tadi terasa hilang. bahkan seperti pada saat ia menelan Sembilan butir pil 'toan-beng wan tadi.
Baru ia hendak berusaha untuk mencari akal', tiba2 ia rasakan badannya sakit makin lama makin berat. la duga Su Ciau tentu mulai menimbuni tanah.
Sudah tentu Hong ing bingung sekali. 'Hm, aku belum mati. Mengapa 'engkau hendak mengubur aku hidup-hidup ?" serunya. Tetapi bukan berseru dengan mulut melainkan dengan hati. '
Saat itu tubuhnya makin tertindih benda berat' dan akhirnya ia tuk mendengar suara apa2 lagi.
Lebih celaka lagi, ia merasa dibawah tubuhnya seperti terdapat serangga yang ber-gerak2.
Jalan darah Leng-tay-hiat pada punggungnya juga terserang hawa dingin hingga sampai menembus keulu hati. Rasanya bawa dingin itu berkeliaran kian kemari disekujur tubuh.
Entah berapa lama ia harus menahan penderitaan itu, kemudian ia ingin membuka mata tetapi karena tubuh tertimbun tanah, ia tak dapat melihat apa2.
Saat itu sebenarnya ia sudah sadar sama sekali. Tenaganya terasa bertambah besar. la mengkal karena timbunan tanah itu maka ia segera berontak hendak bangun.
Ah, ternyata tanah yang menimbuninya itu dapat bergerak. Ia girang sekali dan mulai kerahkan seluruh tenaganya. Setelah beberapa saat. akhirnya ia dapat menggerakkan tubuhnya juga.
Pada saat ia girang karena bakal dapat keluar dari liang kubur. tiba2 ia mendengar suatu suara nyaring dari atas tanah. berteriak membentaknya : "Hai, siapakah yang berada dalam tanah ini" setan atau manusia "''
Saat itu karena tanah yang menimbuni tubuhnya didorong keluar, tubuhnya dapat bergerak dan iapun dapat bicara juga.
Ternyata waktu Su ciau menggali liang. Ia menggali sebongkah2 tanah pula saat menimbuni. bukan tanah lembut tetapi berupa perongkolan tanah yang besar2. Maka mudahlah bagi Hong Ing untuk menyiak tanah itu keatas.
Bahkan saat Itu tampak juga betapa percik kecil2 dari' sinar matahari yang menembus celah2 perongkolan tanah2 itu.
"Sudah tentu manusia !' sahutnya dengan cepat.'
"lh, aneh !." seru orang yang berada diatas liang 'itu. Dan tak berapa lama tanah2 itupun segera berhamburan dilempar ke samping. Tak lama pula tindihan pada tubuhnyapun 'makin longgar.
Cepat ia loncat keluar. Saat itu hari sudah petang. Dilihatnya seorang lelaki pertengahan umur, bertubuh tinggi, tangan dan kakinya panjang, muka penuh bintik2 hitam, tengah memandang Hong ing dengan terbelalak. `
Hong Ing segera dapat mengenali orang itu. la pernah bertemu dengan orang itu ketika berada dalam sebuah rumah gubug digunung Tay-pat-san.
Juga Hong Ing melihat disampingnya, terdapat sekeping batu yang diukir dengan huruf2 berbunyi Makam dari Ui Hong Ing, isteriku yang tercinta. Tau Su Ciau yang mendirikan."
Diam2 Hong lng menduga orang tinggi itu kebetulan lalu ditempat dan karena melihat liang kubur bergerak-gerak.
tentu mengira bahwa mayat yang berada dalam liang kubur itu hidup lagi atau kemungkinan menjadi setan. Tetapi yang mengherankan Hong Ing, bukanlah orang itu melainkan dianya sendiri. Mengapa saat itu ia tak merasa menderita luka lagi.
Pada hal lukanya sudah parah dan tak mungkin tertolong lagi. Apa lagi ia telah minum sembilan butir pil Toan- beng-wan sehingga jiwanya hanya hidup dalam waktu tiga jam saja " Mengapa ia. tidak mati '" Mengapa ia malah merasa segar " .`
'O, kiranya engkau." seru orang itu dengan wajah kaget," sejak meninggalkan Lembah Kupu2, ilmu apakah yang telah engkau pelajari ?" Mengapa engkau dikubur dalam tanah"
Ditempat itu telah kupelihara sarang Peng-ngo ( serangga salju)`yang memancarkan hawa luar biasa dinginnya. Mengapa serangga2 itu tak dapat membekukan dirimu.
setelah mendengar nada suaranya. Hong Ing makin yakin bahwa orang itu adalah orang yang pernah menolongnya ketika ia berhadapan dengan katak-manusia di lembah kupu- kupu dahulu.  Sekarang orang itu mengatakan tenta ng serangga salju. Bukankah paderi Tay To mengatakan bahwa hanya dengan serangga-salju. lukanya baru dapat disembuhkan.
Apakah karena dikubur dalam liang itu ia telah memperoleh rejeki yang ajaib karena mendapat serangga salju secara tak pernah diduga duga "
Segera la menuturkan tentu semua peristiwa yang dialaminya. sejak pergi dari Lembah Kupu2.
Orang itu mengangguk-anggukkan kepala. serunya: 'Engkau memang belum takdirnya mati.
Pemuda she Tan itu jika menggali agak kesamping sedikit, engkau tentu akan mati selama-lamanya."
'Mengapa ?" tanya Hong Ing yang rupanya masih belum jelas duduk perkaranya.
'Cobalah engkau raba punggungmu," kata orang itu.
Saat itu memang Hong Ing masih rasakan punggungnya dingin. Ketika merabanya hampir ia menjerit kaget. Ternyata punggungnya masih penuh dikerumuni serangga kecil2. la menangkap seekor dan memeriksanya. Ah. ternyata bentuknya seperti anah-anai biasa tetapi tubuhnya mengkilap dan dingin sekali.
"Cianpwe, apakah ini Peng-ngo dari gunung Tay-swat-san ?" tanya Hong Ing.
Orang itu mengangguk: "Benar, karena Tay-swat-san sangat jauh, tempo hari setelah menemukan sarangnya baru kubuatkun sebuah liang salju ditempat ini.
Dengan memelihara mereka, apabila perlu sewaktu-waktu dapat digunakan. Meskipun engkau telah makan pil Toan beng-wan, walaupun tenagamu bertambah, tetapi pil itu panas Sekali.
Didalam dunia hanya Peng-ngo ini yang dapat menolongmu. Kebetulan engkau terbaring diatas sarang es' sehingga serangga itu keluar semua dan merubung tubuhmu. Dengan begitu hawa panas dari pil Toan-beng-wan campur dengan hawa dingin dari Peng-ngo.
Bukan saja lukamu sembuh pun tenagamu akan bertambah luar biasa kuatnya. Jika tidak begitu, mana bisa engkau keluar dari liang kubur?"
Setengah percaya setengah heran Hong Ing mendengar keterangan itu. Prak. ia segera tabaskan tangannya kesebatang puhon jati yang berada disampingnya. Batang pohon itu sebesar mangkuk Sekali terhantam, terus patah.
Bukan kepalang girang Hong Ing. Diam2 ia teringat akan keterangan Cong Tik bahwa orang aneh yang dihadapannya itu adalah tokoh ternama dalam dunia persilatan yang disebut Raja- binatang. Atau Lengkiam-leng-hiap-si Pedang-dingin-pendekar dingin Siang Bong.
Serta merta Hong Ing berlutut.
'Suhuku, 'Sian Yau cinjin telah meninggal. Mohon 'cianpwe suka menerima aku sebagai murid," katanya. '
Memang dugaan Hong Ing itu benar.. Orang itu adalah Leng-kiam-leng-hiap Siang Bong. Beberapa saat dia diam saja. tak menjawab permohonan Hong Ing.
Sejak kecil. Siang Bong mempunyai dendam darah keluarganya. Ayahbundanya telah dibunuh orang. Sebatang kara ia mengembara dalam dunia persilatan. Setelah mengalami berbagai penderitaan akhirnya ia berhasil mempelajari ilmu kesaktian yang hebat.
Sebenarnya ia suka dengan anak muda yang berguna maka ia pun tertawa dan menyuruh Hong Ing bangun.
Sambil berkata ia gerakkan tangannya.
Setelah makan sembilan butir pil Toan-beng-wan dan dikerumuni Peng-ngo, tenaganya bertambah hebat sekali. Hong Ing tahu bahwa gerakan tangan orang itu tentu hendak mengangkat tubuhnya.
Diam2 timbul suatu pikiran dalam hatinya. Mengapa ia tak mau kerahkan tenaga untuk mencoba kelihayan orang itu. Benarkah ia seorang tokoh sakti seperti yang dimasyhurkan dunia persilatan '.
Segera ia kerahkan tenaga dan tetap' berlutut tak mau bangun'. Sedang kedua tangannya yang dijulurkan kemuka. diam2pun telah disaluri tenaga dalam.
Tetapi tiba2 terdengar Siang Bong tertawa gelak2. Se gulung tenaga lembut yang mengandung kekuatan bes ar telah melanda. Hong Ing gelagapan dan tak tahu apa yang terjadi. Tahu2 ia sudah berdiri'. '
"Harap maafkan murid berlaku kurang hormat' katanya tersipu sipu.
' Siang Bong tertawa hambar. _ "Jangan bergirang dulu. Engkau mempunyai
bakat baik dan kebetulan pula telah mendapat penemuan yang aneh. Daya kekuatan pil Toan-beng.- wan itu memang luar biasa kerasnya.
Tetapi kini ,telah diamankan oleh hawa dingin dari Peng-ngo.
Aku tak menerima murid. Tetapi engkau boleh ikut aku selama satu tahun. Akan kuajarkan kepandaian ilmu kepandaianku."
Sedih hati Hong Ing karena Siang Bong tak mau menerimanya menjadi murid. Tetapi berpikir lebih lanjut dengan mendapat bimbingannya selama satu tahun itu, ilmu kepandaiannya tentu bertambah hebat. Akhirnya Hong lng menerima dan menghaturkan terima kasih lagi.
"Di gunung dan bengawan yang ternama dalam kolong dunia ini, aku mempunyai tempat ting gal" kata Siang Bong pula. Di sekitar tempat ini akupun telah mendirikan tiga buah rumah pondok.
Mari kita kesana dan tinggal selama setahun "
Habis berkata siang Bong terus mendahului ayunkan langkah.
Setelah keluar dari daerah p?dalaman gunung itu. mereka tiba disebuah pondok yang terdiri dari tiga buah rumah, Bentuknya sama dengan pondok yang dibangun di gunung Tay-pat-san.
Di bagian tengah merupakan sebuah ruang besar, juga dihias dengan .sepasang lian.
sebelah kiri merupakan kamar tulis, penuh dengan buku.
Tiba2 Hong Ing teringat lagi ketika berada di Tay-pat-san. pada saat Cong Tik belum datang, ia pernah berkeliaran menyelundup ke dalam kamar tulis.
Didapatrnya buku2 itu ternyata bukan buku ' sungguh melainkan hanya lukisan saja. Diam2 dia tertawa geli ketika teringat hal itu.
"Eh, mengapa engkau tertawa ?" tegur Siang bong. '
Hong Ing terkejut dan tundukkan kepala tak berani menjawab. Takut kalau isi hatinya diketahui Siang Bnng dan tokoh itu akan marah kepadanya lalu tak jadi mengajarkan ilmu kepandaiannya.
Siang bong tertawa: "Engkau tentu menertawakan buku2 dalam kamar itu semuanya hanya lukisan belaka bukan?" tegurnya.
Merah wajah Hong Ing karena isi hatinya di ketahui Siang Bong, la mengangguk. Dan Siang Bong tak marah bahkan malah tertawa gelak2.
"Engkau tentu mengira bahwa aku ini sesungguhnya hanya seorang yang kosong melompong tetapi pura2 hendak beraksi seperti seorang terpelajar".
Tetapi Hong Ing menjawab: "Cianpwe nnemiliki ilmu kesaktian yang luar biasa. Bagaimana murid berani memandang rendah cianpwe '" Tetapi mohon tanya. apakah tujuan cianpwe melakukan hal itu ?"
' Siang Bong menghela napas. "Sejak berhasil mempelajari ilmusilat, aku segera menyembunyikan diri dalam pegunungan sunyi. Aku mulai mengalihkan kegemaran " untuk membaca buku. sepuluh tahun kemudian baru aku menemukan sebuah kitab yang benar2 memenuhi seleraku. Kini aku baru mulai menyadari. bahwa buku2 dalam dunia ini tiada yang dapat menandingi kitab lh-keng. Maka akupun segera masuk k?pedalaman hutan. agar tak terganggu di kala aku mendalami lSl kitab itu".
Hong Ing mendengar setengah mengerti Setengah tidak. Ia hanya mengangguk-angguk saja.
"Sepuluh tahun lamanya aku membaca kitab lh~keng itu." kata Siang Bong pula, "akhirnya aku dapatkan bahwa arti dari tiap kalimat dalam kitab itu, semua sesuai dengan ilmusilat.
Timbul dugaanku, masakan selama ini tiada orang pandai yang dapat menuangkan arti dalam kitab lh-keng itu ke dalam pelajaran ilmusilat. Dan apabila belum ada, kupercaya kelak tentu ada terdapat orang itu ,kata Siang Bong lebih lanjut. '
Karena belum pemah membaca kitab itu, maka Hong lngpun tak mengerti apa yang dimaksud Siang Bong.
Kemudian Siang Bong bertanya dengan ilmu Thian-jio-kan yang dipelajari Hong Ing dari suhunya.
Hong lngpun'segera mengatakan secara lisan apa 'yang diterimanya. Siang Bong mendengarkan, menunjuk beberapa kesalahan. memberi penjelasan dan kemudian suruh Hong Ing berlatih sendiri.
Sudah tentu Hong Ing terkejut 'dan kagum atas kepandaian Siang Bong yang .dapat juga mengerti tentang ilmu Thian-jio-kang.
Siang Bong telah mempelajari sebuah kitab pusaka yang disebut hok-sob-ki-sut atau Kitab-pusaka-binatang-mendekam. llmusilat yang tercantum dalam kitab itu juga mengandung pelajaran tentang Thian-jio atau perputaran - bintang.
Memang pada dasarnya ilmusilat itu sama sumbernya. Maka dapatlah Siang Bong memberi petunjuk tentang ilmu Thian-jlo-kang yang diterima Hong Ing dari Siau Yau cinjin. Banyak bagian2 yang sebelumnya tak dimengerti Hong Ing tetapi setelah mendapat penjelasan dari Siang Bong. segera ia tahu dan mengerti. Apa yang ditunjukkan Siang Bang, tak berbeda seperti yang diajarkan gurunya. Siau Yau cinjin.
Dengan giat dan tekun belajar, akhirnya Hbng Ing memperoleh kemajuan yang pesat sekali. '
Waktu berjalan cepat sekali dan tahu2 sudah setengah tahun Hong Ing belajar silat dibawah petunjuk Siang bong. Siang Bong memuji Hong Ing berotak 'cerdas.
Kini dia sudah dapat menyerapi intisari dari pelajaran ilmu tenaga dalam. Yang kurang hanya dalam soal pengembangan tenaga itu.
"Teruskan belajar disini sampai setengah tahun lagi. Aku akan mencari sebuah senjata yang sesuai engkau pakai. Setelah tunjukan padamu kepandaian itu, engkau boleh tinggalkan tempat ini.
' Jangan engkau ulangi perbuatanmu lari dari guha Siau-yau-tong lagi seperti tempo hari"
Merah muka Hong Ing. Tersipu2. ia mengiakan. Siang bongpun' terus pergi.
Dalam beberapa hari sejak kepergian Siang Bong. .Hong Ing memang patuh dan tekun berlatih. Di waktu Senggang ia bermain2 dengan beberapa binatang aneh yang dipelihara Siang Bong.


Pendekar Banci Karya S D. Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan begitu ia tak merasa kesepian.
Tetapi setengah bulan kemudian. tiba2 terdapat serombongan besar pedagang2 yang melintasi tempat itu. Kelenting kudaryang bergemerincingan. mengejutkan Hong Ing. Iapun diam2 melihat ke jalan.
Tetapi ketika pulang ke pondok lagi. hatinya mulai 'tak tenang.
Sampai beberapa hari ia selalu memikiri tentang peristiwa2 yang ramai didunia persilatan.
Mengenang peristiwa yang lampau memang m?nyenangkan hati. Betapa ingin saat itu ia segera pergi berkelana di dunia persilatan lagi.
Apalagi kini dia merasa ilmusilatnya sudah bertambah maju. la yakin tentu menang dengan Lu Kong Cu ketua perkumpulan Naga itu.
Ah. benar2 .ia ingin sekali menjajal kepandaiannya.
Banyak pula lamunan yang melayang di benaknya. Pa da saat menjelang kematian, _ia sudah bersumpah men gikat janji sebagai suami isteri dengan Tan Su Ciau.
Bagaimana nanti kalau berjumpa dengan Cin Hong Ing, calon mempelai yang aseli dari Su Ciau itu " '
Pikiran2 itu makin tak menenangkan hatinya. Dan bagi seorang yang belajar silat pikiran yang tak tenang, mengganggu pelajarannya.
Karena pikiran tak tenang maka semangat Hong lng untuk berlatih silatpun mengendur. Apa yang dipesankan Siang Bong dilupakannya samasekali.
Sebagai pembelaan diri, ia berpikir, di sembarang tempat iapun dapat berlatih. mengapa harus tinggal di pondok itu '" Sembari berkelana sembari berlatih silat. bukankah sama halnya '.
Demikian setelah menciptakan alasan untuk membela diri akhirnya ia tinggalkan pondok .Di 'antara binatang peliharaan Siang Bong, ada' seekor ular .Thiat bi-coa (kulit besi) .yang berkenan pada selera Hong Ing. Ular itu panjangnya hampir dua meter.
Sebenarnya sangat, beracun sekali, tetapi karena racunnya sudah diambil Siang Bong, ular itu berubah jinak.
Walaupun panjang ,tetapi tubuhnya kecil hanya sebesar jari kelingking. Hong Ing memang biasa' menggunakan senjata jwan-pian atau ruyung lemas. Karena senjata itu _sudah hilang. ular itu dapat dijadikan penggantinya.
Kulitnya sekeras besi. tak mempan dibacok pedang.
` Demikian dengan melilitkan ular besi pada lengannya .dia segera membuka pintu pondok dan ayunkan langkah .
Suatu gelombang tenaga-kuat tersiak dan berhasillah ina menarik pedangnya ke bawah setengah inci.
Kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya ,untuk loncat ke belakang dan melayang setombak jauhnya.
ketika memandang ke muka. orang itu seorang pendeta gemuk tangan kiri mencekal alat bok-khi. tangan kanan memegang alat pemukul bok khi.
su ciau menduga pukulannya tadi tentu mengenai alat bokki itu. Dan yang melekat pada batang pedangnya adalah pemukul bok khi itu.
, Bok-hi adalah semacam alat sembahyangan bagi kaum paderi, terbuat' dari kayu dengan bentuk seperti Ikan.
Paderi gemuk itu 'berdiri tegak seperti bukit. Sikapnya' perkasa" sekali. Jelas tentu' seorang ' ko-jiu. Apalagi Sik Yong tadi menyebutnya suhu tentulah seorang tokoh yang aneh.
"Apakah yang datangi bukan Gok Co _ thauto?" seru Su Ciau' dengan nyaring.
Paderi itu mengangguk: 'Benar, 'tay To itu 'tentu gurumu. Tak salah dugaanku. Apakah engkau seorang paderi yang menyamar sebagai orang biasa dan mengganggu kaum wanna?" .
Su ciau terkesiap. Tiba2 tubuh paderi gemuk itu melesat ke tempatnya lalu' menamparkan bok-hinya. Sudah tentu Su Ciau .terkejut sekali dan buru2 ia songsongkan pedangnya.
G0k`Co thau-to tertawa Seketika Su Ciau rasakan ubun2 kepalanya _dingin dan paderi gemuk- itupun sudah melesat pula setombak jauhnya,
Alangkah kejut Su Ciau ketika melihat tangan paderi gemuk itu mencekal kopiah. la merabah kepala, ah'. . . . ternyata 'kopiahnyalah yang disambar paderi gemuk itu.
Hampir ia tak percaya akan kecepatan gerak yang sedemikian luar biasa dari paderi gemuk itu.
Sambil mengamati kopiah _itu sejenak, si paderi lalu mendesuh; "lh, aneh. mengapa paderi 'tay To mau menerima seorang murid orang biasa seperti engkau, nih. kembali saja kopiahmu !' _
Sekali menggetarkan tangan, kbpiah itu pun' kembali kearah Su Ciau.
Su Ciau tahu bahwa kopiah itu telah dilentikkan dengan tenaga-dalam. Ia tak tahu bagaimana peribadi paderi gemuk itu karena sukar diketahui sikapnya itu berkawan atau lawan.
Maka iapun tak mau unjuk kelemahan. Maju selangkah ia gunakan Ciau kin-tul. untuk memperkokoh kuda2 kakinya. lalu salurkan tenaga-dalam ke lengan untuk menyambar kopiah yang melayang deras kearahnya.
Tetapi alangkah kejutnya Su Ciau. Perhitungannya meleset. ia mengira tenaga lentikan paderi gemuk itu tentu hebat. Tetapi ternyata kopiah itu lemas2 saja.
la menyadari kalau dirinya dipermainkan paderi gemuk itu. Paderi gemuk itu melemparkannya dengan tenaga biasa tetapi su ciau mengira lain.
merah muka pemuda itu. Tersipu2 ia berseru : terimakasih atas petunjuk cianpwe.
paderi gemuk deliki mata : apa " Kau tidak puas ".
Plak....ia memukul bhok ki dan menghampiri su ciau.
Su ciau 'tak sempat lagi memakai kopiahnya. ' Ia melangkah maju. pedang Thian-Iiong kiam dijulaikan kebawah 'siap menghadapi musuh. ,
Melihat itu. diam2 Hong ing cemas. Ia kuatir Su Ciau bukan tandingan paderi gemuk itu. ia merasa tak mungkin akan bersembunyi selama-lamanya dari su ciau. Kalau ia keluar', tentu dapat membantu Su Ciau untuk mengeroyok paderi gemuk itu..
Mungkin dapat mengatasinya. ' setelah mengambil keputusan, cepat ia hendak loncat keluar.
Tetapi tiba2 si raksasa limbung Sik yong memekik : suhu ! ... Paderi gemuk-berpaling : 'Ada .apa ?"
Sambil menggosok daun telinganya sik Yong berseru : 'Suhu. apakah engkau pernah mempunyai seorang sumoay " Paderi gemuk melongo lalu menjerit : 'tolol. aku punya sumoay atau tidak, masakan kau tak tahu ".
"Aku memang tidak tahu ,- seru si limbung "tetapi setengah tahun berselang di Holam aku pernah bertemu dengan seorang budak perempuan, juga menggunakan yang pedang dengan sinar-kuning. dia, mengatakan kalau sumoay dari suhu`.
sudah tentu si paderi gemuk makin tercengang mendengar ocehan muridnya yang limbung itu.
Dalam' pada itu 'Hong Ing tak kuat lagi menahan-gelinya. Ia tertawa gelak2 lalu meloncat keluar dari tempat persembunyiannya dan berseru : '.'
"Sik hiantit engkau baik sekali tidak melupakan bibimu ini...
Begitu melihat Hong Ing muncul, si Limbung terus memekik _: 'Suhu. itulah orangnya !'
gok co thauto melirik, dilihatnya seorang pemudi yang lengannya dililit seekor ular aneh ,sebesar jari kelingking. Serentak paderi itu tahu kalau seekor ular yang sangat beracun dan bertenaga kuat 'sekali.
Sekalipun harimau yang buas kalau di lilit tentu tak dapat berkutik lagin .ltulah yang dicebut thiat-bi coa atau ular besi. .
Paderi gemuk terkejut . ' Su Ciau yang melihat hong ing muncul, kejutnya seperti melihat hantu. Ia 'terlongong2 `. .
Hong Ing memberi anggukan kepala kepadanya' lalu gelarkan lengannya untuk m?lepaskan Iilitan ular.
Ekor' ular itu' dicekalnye lalu digentakkan sehingga ular itu menjulur lurus ke muka. ' Kemudian ia menghampiri si Limbung.
Eh mengapa engkau tak memanggil aku bibi ?" serunya.
Si limbung Sik Yong mendelik. Tak tahu bagaimana harus berbuat; Melihat itu Hong Ing julurkan ular besi kemuka. Walaupun`badannya kecil tetapi kepala ular itu besar. Binatang itu ngangakan mulut yang besar hendak menggigit si Limbung .
Sudah tentu si limbung terkejut sekali.
a balikkan tangan hendak menyambar ular itu tetapi Hong-Ing sudah bersiap.
" Begitu si Limbung gerakkan tangan Hong lngpun segera menarik lalu menjulurkan lagi ular itu sehingga sambaran si limbung luput.
Seperti telah dikatakan, ular itu mempunyai kulit dan sisik yang sekeras besi. Walaupun' 'tubuh si Limbung keras tetapi karena memb?ntur tubuh ular. lengannya sudah berlumuran darah. - "Ayo, cepat panggil bibi !' teriaknya.
'Melihat suhunya diam saja tak mau membantu, si limbung mengira kalau Hong lng itu memang sumoay dari suhunya.. Maka' ia terus hendak menyebut "bibi" tetapi tiba2 terlintas dalam pikirannya.
Dirinya seorang lelaki yang tinggi besar masakan harus menyebut bibi kepada seorang budak perempuan yang baru "berumur duapuluhan tahun.
Ah. malu . . wajah si Limbung _merah lalu memandang-ke arah suhunya, menunggu perintah. .
Melihat ular -besi itu, diam2 gok Co thauto terkejut. Dia sebenarnya seorang Bian. Dulu secara kebetulan ia telah menolong jiwa seorang sakti, Orang sakti itu lalu menurunkan ilmu kepandaiannya kepadanya.
Dan dengan kepandaian itu ia mengangkat diri sebagai raja dari suku Bian, jarang sekali ia berkelana di Tiong-goan. `
Oleh karena hidup di daerah Biau sudah tentu ia kenal bagaimana lihaynya ular Thiat-bi-coa itu.
Ular besi itu sama hebatnya dengan Thiat sian coa atau Ular tali-besi itu menyimpan racunnya di sisik kulit yang runcing.
Dulu Tok-siu Cin He. salah 'seorang tokoh tua dari partai Hu-long-pay pernah b?rburu ular.
Sampai beberapa tahun baru dia berhasil mendapatkan seekor. 'itupun yang kecil.
Ular itu dibunuh lalu kulitnya dijadikan senjata Tok bong-pian atau ruyung ular beracun, salah satu senjata pusaka dalam dunia persilatan. Orang yang terkena sabetan - ruyung itu, dalam waktu beberapa kejab tubuhnya akan menjadi cairan air-hitam.
Walaupun ular besi itu racunnya tak sehebat ular 'thiat-sian-coa tetapi tenaganya luar biasa kuatnya. Apabila seorang budak perempuan seperti Hong ing dapat menggerakkan dengan seenaknya.
tentulah dia' seorang yang sakti sekali.
'Karena keraguan- itulah yang menyebabkan ia lambat bergerak sehingga si limbung menderita luka. `
gok Co thauto memang seorang tokoh yang sukar diduga gerak geriknya. Adalah karena memandang muka paderi Tay To maka ia tak' mau melukai Su_ Ciau.
Begitu anakmuda itu sudah mengaku kalah, iapun takkan mendesaknya lebih lanjut.
Tetapi ternyata 'budak perempuan itu tak memandang mata sama sekali 'kepadanya. Buktinya ia melukai si limbung. sudah tentu . Gok Co thauto marah.
siapa engkau " Siapa pula gurumu "'' tegurnya kepada Hong Ing. '
Hong Ing memang sengaja hendak membikin 'panas hati paderi gemuk itu 'supaya 'marah, Dengan demikian ia dapat menempurnya bersama Su Ciau lagipula ia hendak menguji sampai dimana ilmu kepandaiannya saat itu.
Maka menjawablah la dengan nada dingin:
"Siapa suhuku, 'apabila kukatakan engkau tentu ketakutan. Aku orang she ui bernama Hong' lng.
Kalau engkau hendak berkentut busuk, silahkan mengeluarkannya !".
Su Ciau masih terlongong-'longong disamping Ia tak tahu apakah peristiwa yang dihadapannya ini hanya dalam impian atau sesungguhnya.
Begitu mendengar Hong ing menyebut namanya. barulah ia seperti orang dlsadarkan. ' .
"Hong Ing, Hong Ing, engkau ini manusia atau setan" Ataukah sudah menjadi dewa" Bagaimanakah hal yang sebenarnya ini?" serunya. seraya menghampiri ke tempat Hong Ing.
Begitu tegang dan girang sekali hatinya sehingga ia tak menghiraukan akan paderi gemuk dan si' Limbung lagi.
Sudah tentu diam2 Hong Ing mendamprat dalam hati. 'taruh kata aku tidak jadi mati, mengapa engkau begitu glrang setengah mati" Pikirnya.
Baru ia hendak menjawab Su- Ciau, tiba2 wajah paderi gemuk berobah gelap dan saat itu Su Ciau kebetulan tiba disisinya.,
Cepat paderi 'gemuk itu gerakkan tangan membenturkan bokhi ke ' dada Su ciau.
Sedang Su Ciau saat itu masih melekatkan pandang matanya kearah Hong ing, sama sekali tak melihat hal itu.
Sudah tentu hong 'lnglah yang kelabakan.
Cepat ia meloncat ke muka. Su Ciao. terus mendorong tubuh pemuda itu sehingga terhuyung huyung kebelakang hampir jatuh kebelakang.
namun saat itu Gok Co thau-to sudah ayunkan bhok khinya dan Hong ing tak sempat menghindar lagi. Dalam gugupnya terpaksa ' 'ia menampar.
plak . . . ternyata bok-khi itu terlalu kuat sekali. Maka cePat ia dOro?gkan tangannya ke muka.
Gok Co thauto terkejut, tangannya tergetar, la tak menyangka bahwa seorang anak perempuan 'ternyata memiliki tenaga yang sedemikian hebatnya.
Memang saat itu,- tenaga Hong Ing lebih besar dari waktu diaminum sembilan butir pil toan.- beng-wan. '
SI limbung Sik Yong gembira'. Melihat suhunya bertempur dengan Hong Ing kemudian melihat Su Ciau .terhuyung-huyung tiba ke tempatnya . ia segera berteriak :' Bagus, bagus!"
setelah beringsut menyingkir kesamping agar jangan terbentur tubuh Su Ciau, si limbung terus menjotos punggung Su Ciau.
Perhatian Su Ciau hanya' tertumpah pada Hong lng. Ketika merasa punggungnya tersambar angin pukulan ia hanya beringsut ke samping. .tetapi limbung sekalipun Sik Yong. ternyata dalam ilmusilat dia tidak limbung. Pukulan 'yang dilontarkan itu adalah hasil dari suatu "pemerasan. Dulu 'dia menangkap beberapa murid partai Siau-lirn-si', _ ' dan memaksa mereka 'supaya memberinya pelajaran ilmu Sip-pat-cian-gwa-Io-han-kun atau Delapan- belas-pukulan-Arhat. Walaupun jurusnya sederhana tetapi Sik Yong dapat 'memainkan dengan faham sekali. `
Telah dikatakan bahwa Su ciau itu hanya tertuju pada Hong ing saja, Setelah menghindar ia tak mau balas menyerang atau pun bergerak menyingkir." Pada bal .Sik Yong segera menyusuli dengan jurus yang kedua, Kali ini tangan kanan`dan kiri' serempak digunakan- dalam jurus .Thiat-ko-'ki-beng atau _Genderang besi serempak-berbunyi.
Saat itu Su Cian baru gelagapan dan terus menggunakan 'than-Iiong-kiam untuk menghalau tetapi terlambat. 'Sik Yong sudah melancarkan pula jurus yang ketiga.
Pukulannya tepat mendarat pada bahu su Ciau. Seketika Su Ciau rasakan seperti terhantam palu seberat seribu kati.. mata berkunang-kunang. kepala pusing dan terpaksa mundur beberapa langkah. '
llmu pukulan Lo-lian-kun gereja Siau-Iim-si terbagi dua. Gwa-Io-han-kun (lo-'han-kun luar) dan Lwe-lo-han-kun `(Lo-han-kun-dalam).
Sik Yong baru mempelajari Gwa-lo-han-'kun saja. Pukulannya itu hanya membuat Su Ciau meringis kesakitan tetapi tak sampai melukainya. Dalam pada itu tangan kiri Hong Ing masih mendorong' bok-hi si paderi gemuk, tangan kanannya segera menyorongkun ular besi untuk menggigit paderi itu.
tahu bahwa ular-besi 'itu tak mempan ditabas senjata tajam, cepat ia mengangkat pemukul bok-hi', siap hendak dihantamkan ular-besi' itu.
Demikian ular~besi 'itupun tahu bahaya yang mengancam. Untuk beberapa saat in hanya bergeliatan _ maju mundur tak berani menggigit lawan.
mencuri kesempatan lawan sedang terikat perhatiannya _pada ular-'besi Hong Ing berpaling. melihat Su Ciau terpukul tinju si limbung, ia kasihan juga.
"Su Ciau, aku bukan setan. tetapi aku memang 'ditakdirkan belum mati. Curahkan perhatianmu untuk menghajar orang edan itu, kasih dia beberapa ketupat, dia tentu minta .ampun !"
. Mendengar keterangan itu. girang Su Ciau' bukan kepalang. Sambil melancarkan tiga buah tangkisan, _ia menyahut : "Hong lng. sungguh Tuhan bermurah hati, engkau dan aku dapat. bertemu kembali."
si limbumg tiba2 tertawa keras: "Ha, haha, budak ini memang pandai bersandiwara. Tadi menangis menggerung2, karena bininya mati, tetapi sekarang sudah main mata dengan seorang budak perempuan baru !" ia terus melolos senjatanya Kiu tiat-tong-pian atau Ruyung baja-sembilan-ruas _ lalu diputar sederas angin.
Su Ciau berteriak marah : "Kurang ajar, jangan bicara yang tak urus; Dia adalah 'isteriku ,yang meninggal itu."
Kembali si Limbung tertawa, serunya ' "Melihat hantu disiang hari !" '
Karena tertawa itu gerak tangannya agak terlambat. Cret . . lengan bajunya tertusuk berlubang oleh pedang Thian-Iiong-kiam.
_ Sik Yong terkejut ' . dan berteriak2 marah. Segera in m?mutar _ ruyungnya sederas angin puyuh.
Sebenarnya Su Ciau tak sampai , hati untuk melukainya. Tadi dia hanya menusuk lengan baju . orang limbung itu saja lalu cepat2 menarik pedangnya lagi. Te i karena si limbung menyerang Iagi, terpaksa pun melayaninya..
Demikian keduanya segera bertempur dengan berimbang. ' . Di lai? pihak, Hong Ing harus mengalami kesulitan. Setelah berulang kali si paderi gemuk luput menghantam kepala ular besi, ia mendapat kesimpulan bahwa ular besi itu seperti seekor ular yang sudah terlatih 'baik.
Ia meragukan asal usul Hong Ing ', jangan2 murid-orang sakti yang pernah dijumpai di Daerah biau. Kalau memang benar murid orang sakti itu. daerah .Bian beberapa tahun yang lalu.
Dengan orang sakti itu. ia pernah bertempur dan kalah lalu. dimaki-maki dengan tajam. Teringat hal itu diam2 Gok Co thauto gelisah. Kalau orang lain tentu akan bertanya kepada Hong lng tentang asal usulnya.
Kalau memang benar murid orang sakti itu baru dia mundur. Tetapi dasar orang Bian, paderi gemuk itu seorang yang suka berterus terang.
Dia tak memikirkan soal itu bahkan malah hendak membunuh Hong ing. Biar dia murid orang sakti itu tetapi kalau sudah dibunuh mati tentu tiada bekasnya. lagi.
Setelah memutuskan' demikian, ia segera gerakkan bok-hi' besinya. Alat pemukul bok-hi tidak mengarah kepala ular-besi tetapi mengarah ke kepala Hong lng, ditujukan kejalan darah pek hwe-hiat yang merupakan jalan-darah maut.
Saat itu Hong Ing sedang bicara dari jarak jauh dengan Su Ciaau, la tak menduga kalau thauto itu akan melancarkan serangan maut.
Dia baru gelagapan lagi ketika alat pemukul .bok-hi itu meluncur dengan deras. Dalam .keadaan seperti itu tiada lain jalan lagi baginya kecuali melontarkan' ular besi kearah lawan lalu menyambar bok-hi.
la dapat menangkap bok-hi paderi gemuk dengan demikian sekarang keduanya saling berpegangan tangan.
Gok Co thauto menggembor beberapakali seraya menggelembungkan dadanya. Gerakan itu menimbulkan tenaga-kuat untuk menampar ular Thiat-bi-coa jauh2. tabahkan tenaga-dalam yang memancar dari dada paderi gemuk itu masih dapat menyerang Hong Ing. '
Dalam soal kepandaian 'memang paderi gemuk dari Biau itu jauh lebih unggul. Tetapi Hong Ing memiliki tenaga yang kuat sekali, di tambah pula dengan tenaga-dalam dari Thian~jio~kang yang sukar diduga perubahannya.
Maka sampai beberapa saat dapat juga ia mengimbangi permainan si paderi gemuk!
Dapat melayani seorang tokoh termasyhur semacam 'gok Co thauto dan dalam adu tenaga-dalam juga berimbang, Hong Ing girang 'sekali.
Dengan penuh semangat ia pancarkan tenaga-dalam untuk mendesak lawan.
Tetapi beberapa waktu kemudian tenaga dalam Gok Co thauto makin dahsyat sehingga Hong ing harus mati-matian bertahan dan harus mundur beberapa langkah.
Diam2 ia mulai mengeluh . T'iba2 ia' melihat ular 'thiatt-bi-coa itu melingkar di tanah, 'cepat ta bersiul. Sudah setengah tahun ia berkawan , dengan ular-besi itu maka ular Itupun kenal sekali dengan suaranya.
Begitu mendengar siul Hong Ing. ular itu pun cepat meluncur datang. Sebelum gok Co thauto tahu apa yang terjadi, tiba2 betisnya sudah digigit ular.
sudah tentu Gok co thauto tidak tahu bahwa racun ular itu sudah dihilangkan Siang bong'. Saat itu semangatmu seperti terbang.,
tanpa menghiraukan Hong Ing lagi ia terus menarik tenaga dalamnya. Saat itu Hong Ing menggunakan kesempatan untuk memancarkan tenaga-dalam lebih hebat untuk merobohkannya.
_ Tetapi untunglah si paderi gemuk dapat meloloskan diri dan dengan gunakan bahasa daerah Bian ia berseru. Sik yong lekas melarikan diri !....
Sebenarnya si Limbung masih penasaran. Setelah berulang kali suhunya b?r-kaok2, barulah Ia loncat keluar dan pertempuran,
Tetapi Hong [ng sudah loncat untuk menendangnya. Si Limbung terlempar beberapa langkah membentur sebatang pohon sehingga pohon itu rubuh.
Tetapi karena suhunya sudah jauh. Sik Yongpun tak mau melayani Hong Ing. Cepat2- ia lari menyusul.
Setelah dapat mengalahkan kedua suhu dan rnurid. berkatalah Hong Ing kepada Su ciau : "Su ciau bagairnana engkau lihat kepadaianku setelah setengah tahun ini.?"
"Hong Ing, bagaimanakah yang terjadi dengan dirimu. harap engkau suka memberitahu kepadaku, kata su ciau yang masih terheran2.
Kasihan dan diam2 geli juga Hong ing- melihat tingkah laku Su Ciau yang begitu ter-gila2 pada perempuan yang 'bernama Hong Ing. Sampai detik Itu Su Ciau masih menganggap bahwa-ia adalah Cin-Hong Ing.
Maka iapun menceritakan' juga apa yang' dialaminya selama ini. Su Ciaupun menerangkan 'mengapa ia kembali ketempat itu lagi.
Ketika tiba di gunung Tay-pat-san ia selalu terkenang saja pada 'Hong Ing. Sedetikpun in tak pernah melupakan. Sedemikian besar rasa kasihnya terhadap' nona itu sehingga ia 'memutuskan untuk kembali ke tempat kuburannya.
Siapa tahu kemungkinan Hong Ing akan hidup kembali. Memang aneh dan lucu kedengarannya. Tetapi bagi orang yang sedang dimabuk asmara. hal itu tak aneh- .
"Su Ciau. engkau terlalu mabuk asmara", seru Hong Ing seraya menghela napas.
'Apabila tak mabuk cinta bagaimana saat ini aku berjumpa dengan engkau "
Bukankah gaib sekali kekuasaan cinta itu-s?hingga aku` sampai mempunyai firasat bahwa engkau tentu masih hidup," sahut Su Ciau.
Sebenarnya pada saat itu Hong Ing hendak menjelaskan bahwa ia bukan Cin Hong Ing dan iapun tak mencintai pemuda' itu.
Tetapi melihat pemuda itu benar2 sudah gila cinta, tak
Sampai juga hatinya untuk membuatnya sedih.
Ah. _untuk sementara biarlah keadaan tetap berlangsung begitu. Terpaksa_ harus bermain sandiwara untuk - menjadi Cin Hong ing, mempelai su Ciau. -
Tiba2 Su ciau mendekatkan mulut ke telinga Hong' lng dan 'membisiki : Hong lng, benar2 gaib cinta 'itu.
Bermula waktu menangkat sumpah menjadi suami isteri, engkau hanya dapat hidup setengah jam lamanya. Tetapi ternyata sekarang masih tetap-segar bugar." - '
Terkejut Hong Ing mendengarkan itu dan geli telinganya karena suara 'dari mulut Su Ciau. -
Cepat ia melesat ke muka dan merah mukanya. "Su ciau jangan ngaco belo tak karuan . bukankah tadi si raksasa limbung mengatakan bahwa di pulau 'Ki-lo-to Laut timur akan diselenggarakan sebuah Eng-hiong-tay-hwe (pertemuan besar kaum ksatrya)" Bagaimanakah itu "' seru Hong ing. '
Su Ciau gelengkan kepala. Sudah hampir ! setengah tahun aku berkeliaran-di gunung Tay-pat-san, tak pernah berjumpa dengan seorang persilatan, bagaimana aku tahu hal itu "'' -
"Kalau- kita menuju ke timur. Kutanya pada setiap orang persilatan yang ketemu. tentu akan tahu.
Mari kita berangkat kesana. Kalau -kita berdua bergabung. Siapakah yang mampu menandingi kita ?"
Habis berkata Hong Ing terus melilitkan ular 'thiat-bi-coa ke bahu _dan bersama Su Ciau lalu mengendarai kuda.
Malam itu mereka tiba disebuah kota kecil dan berhenti untuk bermalam. Melihat sepasang muda mudi, jongos rumah penginapan mengira mereka tentu sepasang suami' .isteri maka diapun hanya menyediakan sebuah kamar.
Hong Ing merah mukanya. Baru ia hendak mengatakan supaya menyewa sebuah kamar lagi, Su Ciau sudah berkata; "Hong Ing pernikahan kita sudah diresmikan oleh orangtua, mengapa kita takut ?"" '
"Su Ciau, bukankah aku tak dapat melarikan diri" Nanti setelah kembali ke Holam dan mengulang perayaan pernikahan itu, barulah .kita resmi menjadi suami isteri. Perlu apa engkau terburu-buru" bantah Hong Ing.
Su Ciau menurut saja. Mereka masing2 tidur dilain kamar. Keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan lagi. `
hampir setengah bulan lamanya mereka melakukan perjalanan, diam2 Hong Ingpun makin tahu kalau su Ciau itu memang remang pemuda yang baik hati.
Dan makin tak sampai hatinya untuk mengatakan siapakah sesungguhnya dirinya itu.
Dalam pada itu diam2 Hong .Ing memikirkan nona yang bernama Hong Ing yang menjadi mempelai Su Ciau itu. `
"Mengapa nona itu seperti pinang dibelah dua dengan aku '" Dan mengapa dia juga bernama hong 'Ing " Bagaimanakah sesungguhnya nona -itu " Bagaimana pula tingkah laku dan perangainya " Mengapa dia melarikan diri' pada malam pengantin. apakah juga 'seperti diriku. mempunyai suatu kesulitan yang sukar dikatakan kepada orang ?" demikian beberapa pertanyaan yang berhamburan kedalam bena k Hong Ing.
Ia hanya tertawa hambar dan diam2 memutuskan bahwa setiap orang itu mempunyai persoalan sendiri2, -
Sudah tentu-Su Ciau tak tahu apa yang terpikir dalam hati Hong lng. Karena selama perjalanan tampak Hong Ing tak menunjukkan sesuatu yang aneh, maka_diam2 iapun girang.
Demikian tak berapa lama kemudian mereka sudah melintasi wilayah hun-lam.
Selekas keluar dari wilayah itu sepanjang jalan mereka segera mendengar kabar2 dari orang persilatan bahwa 'dua golongan partai persilaian dari timur dan barat, sedang berebut untuk memiliki pulau Ki-lo-to.
'ternyata cerita si limbung Sik Yong- itu memang benar. Keduanya makin ingin untuk mengetahui dengan jelas tetapi karena' kabar2 yang tersiar itu 'hanya disiarkan oleh orang2 yang tak tahu betul keseluruhannya maka Hong Ing dan Su Ciaupun tak memperoleh keterangan yang diinginkan.
Ternyata rebutan pulau .Ki-lo-t? itu dilakukan para murid dari kuil-Ko Iiong-si di tepi telaga Jela di wilayah Sujwan dengan Nenek-cenderawasih tutul Poan 'Hong-poh.
Orang Ko-Iiong-si hendak pinjam pulau itu selama' satu .bulan dan Poan hong poh menolak. Pulau itu m?njadi tempat kediamannya selama berpuluh tahun
Dia 'sudah membangun sebuah rumah yang indah macam sebuah 'istana. memelihara berpuluh dayang2 Hingga pulau itu tak ubah seperti' nirwana.
_Sudah tentu tak boleh dipinjam oleh lain orang secara begitu saja.
Kabarnya utusan yang" menuju ke pulau itu, belum mencapai pulau sudah disapu bersih oleh anak buah pulau Ki-lo-to. ' -
Dengan demikian 't?rjadi dendam permusuhan diantara kedua fihak. Nenek Cenderawasih-tutul telah mengumbar suara., bahwa pulau Ki-lo-Io tak dapat dipinjam' tetapi boleh direbut.
Asal orang dapat mengalahkannya iapun rela akan menyerahkan pulau itu dan selama2nya -takkan _muncul dalam dunia persilatan lagi.
pihak KO li0ng si menerima baik ' tantangan itu. Mereka mengirim surat bahwa pada malam Tiong-jiu tahun 'ini akan datang ke pulau' Ki-lo-to
Untuk menyelesaikan urusan itu mereka mengundang seluruh kaum persilatan untuk 'menjadi saksi.
Tetapi yang diundang adalah tokoh2 yang dianggap sesuai dengan tingkat kepandaiannya.
'Sudah lama hal itu tersiar di dunia persilatan.
Banyak di antaranya kaum muda yang ingin m?nambah pengalaman dan menuju ke pulau' itu. walaupun waktu masih kurang tiga bulan tetapi sudah banyak orang2 persilatann yang berbondong2 datang.
' Demikian hasil dari penyelidikan Hong Ing dan Su'Ciau disepanjang jalan.
Tentang apa 'sebab 'orang ko-liong-si hendak meminjak pulau Ki-Io-to itu. Tiadalah seorangpun yang tahu.
Kalau Su ciau tak begitu mengambil perhatian ,tidak demikian dengan Hong Ing yang ingin mengetahui jelas persoalan itu. la berpendapat, 'bahwa itu bukan hanya timbul dari dua golongan saja, tentunya didalamnya masih mengandun suatu rahasia. Kemungkinan pelana kuda bertabur mutiara itu terlibat di dalamnya.
. Mengenai pihak 'kuil Ko-liong-si kecuali ketuanya Bu Wi lhama dan Toho lhama yang pernah dimasukkan dalam peti selama tujuh tahun oleh gurunya. Siau Yau cinjin, rasanya tiada lain orang yang dikenalnya lagi.
Ketiga tokoh dari Ko-liong-si itu memang ia sudah pernah melihat. Terutama murid mereka yaitu 'pemuda Cong 'Tik.
Tiba pada pemikiran tentang diri Cong Tik, timbullah suatu pertanyaan dalam hati Hong-'lng.
Rasanya gerak gerik pemuda itu memang mencurigakan. Beberapa kali Cong Tik telah menipu dirinya sepertinya dia sangat bernafsu sekali untuk mendapatkan pelana kuda bertabur mutiara itu'.
Tentulah untuk ini pemuda itu sudah berhasil mendapatkan pelana itu.. Karena dialah yang pertama kali tiba di gunung Cek-bisan.,
Apa bila pelana kuda itu mengandung suatu rahasia. tentulah Cong Tik juga yang lebih dulu mendapat.&trad e;
Selama setengah tahun ini. Hong ing memang seperti orang mati yang hidup kembali.
Selama .setengah tahun digembleng oleh si Raja-binatang Siang Beng. ia seperti _berada .dalam kegelapan.
Apa yang terjadi dalam dunia p?rsilatan sama sekali ia tak tahu.
Tetapi selama setengah tahun itu. lebih banyak lagi hal2 yang dialami Cong Tik. Untuk mengetahui lebih jelas.
Marilah kita mundur dulu sejenak untuk mengikuti kisah perjalanan pemuda i tu.
'Pada malam itu gunung Tay-pat-san telah didera hujan tebal sekali. Kelima tokoh yang sedang bertempur yaitu nenek Poan Hong-bo, Lo 'thian dan L0 Te. Thiat-koan-im Li wan dan ketua 'partai' Naga lu Kong Cu, sedang mengalami kesulitan besar melawan kegelapan malam yang _pekat sekali sehingga mereka tak dapat melihat jari tangannya sendiri.
Sebenarnya _dengan alat pendengarannya yang tajam mereka masih dapat ' mengenal-suara dan membedakan kedudukan lawan
"tetapi karena hujan turun lebat sekali. telinga merekapun terganggu dan tak dapat menangkap suara ' apa2 lagi;
Dengan demikian mereka berlima memang sulit untuk melanjutkan pertempuran. Namun mereka tak mau berhenti dan tetap bertempur terus. '
Tak jauh dari medan pertempuran itu Cong TO ( Cong Tik ) yang karena hendak menyingkir dari hujan meneduh di bawah segunduk batu besar dan tanpa sengaja berkat pancaran sinar kilat, ia dapat menemukan suatu surat yang panjang tertulis'pada.batu itu.
Huruf yang tertulis disitu sama bentuknya dengan huruf pada kertas yang telah hancur. dimakan tikus itu.
Dengan begitu jelas penulis itu adalah orang yang tahu tentang rahasia pelana kuda bertubur mutiara."
Tetapi sayang kedua orang itu sudah menjadi mayat dan tinggal kerangka saja. Adalah salah Seorang dari kedua kerangka tulang itu kemungkinan 'besar tentu seorang lelaki, menulis surat untuk ditinggalkan kepada isterinya, wanita 'yang telah melarikan-diri itu.
Dibawah pancaran kilat', dapatlah Cong To membaca jelas permulaan dari' surat itu yang berbunyi ;
... Paku beracun dari .jahanam Tan itu ternyata dilumuri racun, karena dia tak kenal budi. maka akupun .... . '
Cong Tik menduga lanjutan dari huruf yang belum tertulis 'itu tentu berbunyi 'put gi'. atau tidak menJunjung kebajikan ' .
Kemudian setelah mendapat hart karun atau pusaka yang luar biasa berharganya, kedua orang itu lupa kawan dan saling gasak menggasak kawan 'sendiri.
Akhirnya keduanya mati bersama dan menjadi setumpuk tulang2 putih. ' Dengan hati tegang. Cong To meneliti lebih lanjut. ia harap supaya kilat menyambar nyambar lagi agar ia dapat melanjutkan membaca tulisan pada batu itu.
Tetapi makin ia berharap makin lama hujan mulai reda dan berhenti. Kilatpun tak memancar lagi, sedang cua?a makin gelap pekat. Cong To' putus asa.
Malam itu tak mungkin ia dapat `membaca seluruh tulisan pada batu. Ia ' harus bersabar menunggu sampai besok pagi.
Maka iapun segera duduk bersemedhi. menyalurkan peredaran darah. Tetapi saat itu pikirannya gelisah
tak keruan." -Rahasia besar yang dibuat rebutan' oleh kaum persilatan, ternyata. jatuh ditangannya.
Pedang kecil yang berada dalam bajunya, luar biasa tajamnya. Makin berkobar 'nafsu keinginannya untuk mengetahui rahasia itu.
Karena terganggu pikiran2 semacam itu, sudah tentu'ia tak dapat mengkonsentrasi pikirannya.
Tak berapa lama' ia mendengar deru angin; menderu seperti tubuh seseorang yang`lon?at dari ! jauh dan tiba dihadapannya.
Bukan main cemas Cong To. Jika yang datang itu salah seorang dari kelima orang yang sedang bertempur. kemungkinan isi tulisan pada' batu besar itu .tentu akan diketahui.
Jika-demikian, lebih baik ia turun tangan saja untuk 'menyerang secara gelap kepada orang itu.
Setelah 'menentukan rencana, ia segera ulurkan tangannya, ternyata ia menyentuh ujung baju .orang itu.
4h, sial. Si Lu Kong' Cu." 'ia mengeluh dalam hati. Tetapi iapun tak mau melepaskan ketua' partai Naga itu.
Setelah -rnengambil dua batang paku biji angco. cepat ia tekankan pada 'betis orang itu.
Orang-itu memang berdiri tepat di hadapan' Cong To. Setitikpun ia tak mengira bahwa dibelakangnya bersembunyi seseorang. Paku biji angco itu menyusup masuk kedalam daging betis.
Orang itu menjerit kaget dan -kesakitan lalu loncat sampai setombak jauhnya, mendekam. dalam semak.< br/>  Dalam pada itu terdengar deru sambaran 'tongkat nenek Puan-Hong boh dan lengking teriakan dari 'Thiat-koan-im Li Wan. Menilik _ gelagat. karena mendengar suara Lu Kong Cu loncat' tadi, nenek Poan Hong-boh segera . ayunkan tongkatnya tetapi ditahan oleh 'thiat-koan-im, Li Wan.
setelah terkena dua biji paku angco, selain sakit. Sekaligus Lu Kong Cu segera merasa gatal. makin lama makin naik ke tubuh.
Cepat ia menyadari kalau dirinya terkena racun. Tetapi ia tak menyangka kalau terkena senjata beracun paku angco.
ia mengira kalau tergigit ular. Buru2 ia mengambil obat pemunah racun dan diminumnya
Karena dia mengerang marah, nenek cendrawasih-tutul mendengar dan terus hendak rnenghampiri tetapi dihadang nenek li Wan, dan pada saat itu kedua orang kate Lo Thian dan Lo Tepun ikut loncat menghampiri.
Rupanya Lu Kong Cu tahu kalau orang telah mendengar dengus 'kemarahannya. Maka ia tak berani bersuara lagi. la beringsut menyingkir ke samping dan menutup pernapasannya.
Kemudian ia menutuk jalan darah Wi~tiong dan Ki-bun untuk mencegah racun naik keatas.
Karena Lu Kong Cu sudah pindah tempat', 'maka Lo thian dan Lo Te hanya' menubruk angin.
Saat itu kedua saudara kate itu menyadari karena tempat itu sebuah semak belukar. Mereka tak tahu mengapa Lu Kong Cu mengerang kesakitan. Timbul kecurigaan dalam hati mereka, jangan2 _Lu Kong Cu' sengaja memasang jebakan.
Cepat mereka mendekam ditanah lalu memutar golok ke pundak mereka karena mengira Lu Kong Cu tentu akan mengadakan serangan gelap.
Kebetulan tempat kedua saudara kate bersembunyi dan memutar golok itu dekat sekali dengan tempat persembunyian Cong to.
Cong To merasa seperti angin deras berhembus disebelah mukanya.
Diam2 pemuda itu bingung. -Karena jengkel dia mengambil lagi dua biji paku angco lalu dilentikkan kearah Lo_Thian dan Lo Te.
Saat itu Lo Thian dan LokTe tengah menumpahkan _perhatian untuk menyapu penyerang gelap.
Tring, tring. kedua biji' paku angco yang dilontarkan Cong .To itupun terpukul jatuh oleh pedang mereka.
Pada saat paku dan golok saling bentur, maka muncratlah seper?ik' bunga api; Dalam kegelapan .yang amat' pekat itu, percikan bunga apa itu cukup untuk menerangi keadaan sekeliling tempat.
Segera kedua saudara itu melihat Lu Kong Cu _tengah mengobati kakinya dalam semak' tak berapa jauh ,, sedang merekapun melihat' Cong" Tik tengah' mendekam di samping.
Setelah memberi isyarat tangan, keduanya segera bergerak. 'Yang satu menyerang Lu-Kong Cu, yang satu menyerbu Cong Tik.
Karena tahu jejaknya sudah. ketahuan orang' Cong Tik terkejut. Tetapi ia menduga penyerangnya itu tentulah Lo Thian seorang saja. dan ia tak perlu harus' takut'. Setelah 'sejenak m?ndengar suara dan membedakan arah barulah ia taburkan 'empat batang paku angco.
"Tetapi si kate Lo thian itupun cukup hati2. sambil loncat ia memutar goloknya 'sehingga paku2 beracun itupun terpukul jatuh keempat penjuru.
cong 'tikpun sudah menduga bahwa taburan keempat 'biji paku- itu tak mungkin dapat merubuhkan Lo Thian.
Maka setelah menabur, iapun terus melesat dan menyelinap ke belakang .Lo Thian. tanpa menunggu_orang, kate itu tiba di mukanya, ia terus lancarkan empat buah pukulan susul 'menyusul. '
Selekas tiba ditempat Lo _Thian tak tahu bahwa- Cong Tik sudah berada di belakangnya.
Keempat pukulan Cong Tik itu ada dua buah yang tepat mengenai sasarannya. Duk. duk . . 'punggung Lo Thian termakan pukulan, ;serentak orang kate itupun berkaok -'kaok marah -: "
Bangsat engkau Tetapi pukulan Cong Tik itu memang disertai dengan tenaga-dalam yang cukup hebat.
Memang sesungguhnya kepandaian Cong Tik itu hebat juga. Sudah tentu ,Lo 'thian tak kuat, ia ' ter-huyung2 sampai tiga langkah.
Dalam pada 'itu Cong' 'tik dengan cerdik sudah loncat menyingkir sampai dua tombak 'dan mendekam dalam semak.


Pendekar Banci Karya S D. Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

'Maksud Cong tik memang tak mau ikut campur dalam pertempuran kelima tokoh itu. Dia hanya akan menunggu kedatangan fajar hari. untuk membaca_tulisan pada batu itu sampai selesai.
setelah menderita pukulan Cong tik, Lo 'thian marah bukan kepalang, dengan memutar golok pendeknya, ia hendak membunuh cong Tik. .tetapi karena tak dapat menemukannya ia tumpahkan kemarahan kepada siapa yang dijumpahinya.
Begitu mendengar suara pertempuran antara nenek cenderawasih tutul dengan nenek Li wan yang ternyata dari tak jauh dari tempatnya tanpa berpikir pan jand iapun terus menyerang. . .
Sedangkan Lo Te yang menyerbu Lu' Kong cu, saat itu Lu Kong Cu baru saja mencabut dua biji paku angco yang' menancap pada betisnya lalu' melumurinya dengan obat pusaka dari partai Naga'.
Tetapi karena gerakan kakinya masih belum normal. terpaksa _ia bergelantungan menyingkir dari .si lo te.
Lo 'te mengejar dan terus membabat dengan goloknya, cret . karena tak sempat menghindar, bahu Lu Kong Cu t?rbabat dan terluka-sampai memanjang. sudah tentu _Lu Kong Cu menjeritl kesakitan. ' ` .
Thiat-koan-im Li Wan 'saat' itu sedang dilibat oleh serangan tongkat nenek Cendrawasih-tutul dan sukar untuk meloloskan diri. Kebetulan pula saat itu Lo Thian yang sedang ngamuk, menyerang si nen?k cendrawasih tutul, dan nen?k- itupun terpaksa menangkis dengan' tongkatnya. Dengan begitu nenek 'thiat-koan-im Li wan mempunyai kesempatan untuk meloloskan diri, menurut arah jeritan Lu Kong Cu, ia loncat dan menghalau lo te.
Lo Thian seorang 'memang bukan tandingan- nenek Cendrawasih-tutul. Berulang kali ia berteriak teriak minta tolong kepada saudaranya.
Mendengar itu Lo Te lalu bergelundungan menghampiri lalu membantu LoThian untuk bersama menyerang nenek Cendrawasih-tutul. '
Sedangkan saat itu nenek Thiat-koan-im li Wan segera bertanya kepada Lu Kong Cu : "Apakah engkau menderita luka "'
Lu Kong Cu mendengus : 'Tak perlu ditanya, betisku termakan dua biji paku angco beracun dan bahuku tertusuk golok." . -
Setelah hujan berhenti, cuacapun mulai terang Angin berhembus menyiak awan hitam..Sinar rembulan memancar _lagi dan ?mpat penjuru pun tampak terlihat jelas.
Setelah menerima paku angco dari Lu KongCu dan memeriksanya. nenek Thiat- koin-im Li Wan melengking marah : 'Hm. kiranya Pat pi-kim-kong Tan Eng Hiong dari Hulam juga .datang kemari. Dulu aku pernah memberi obat pemunah racun, mengapa sekarang engkau malah melukai ketua partai kami dengan senjatamu yang beracun ?" `
Tajam dan nyaring sekali nenekLi Wan melantangkan kemarahannya sehingga sampai terdengar jauh.
Cong Tik yang mendengar keterangan itu, diam2 Cong Tik terkejut dan girang. Pat-pi-kim-kong 'atau Malaekat-berlengan-delapan itu adalah tokohpersilatan yang cemerlang dalam dunia persilatan wilayah holam.
'Tak nyana kalau kedua kerangka tulang tengkorak itu ternyata salah satu adalah dia sendiri.
Pat-pi kim-kong itu bukan lain adalah ayah dari Tan Su Ciau. Pelana kuda bertabur mutiara memang berasal _dari pusaka keluarga Tan dan Pat pi-kim-kong telah meninggal di tempat situ.
Kini kabut rahasia yang menutup pelana kuda bertabur mutiara itu, selapis demi selapis mulai tersingkap. .
Sekarang tinggal sepasang laki wanita itu. Si -apakah gerangan mereka" Dan kabut rahasia itu asal sudah 'membaca tulisan pada batu tentu akan-dapat diketahui.
Karena beberapa kali berseru -tiada jawaban . akhirnya nenek 'thiat koan-im Li Wan marah.
sementara itu kedua saudara kata Lo' Thian - Lo Te' menertawakannya. "Nenek pengemis tua, apa perlumu berkaok kaok tak keruan itu, yang melepaskan paku beracun itu seorang Budak muda. Pat-pi kim-kong sudah beberapa tahun yang lalu mati, Sam Hoa niocupun sudah selesai berkabungnya. Mengapa engkau ' masih berkaok kaok seperti orang mengigau "' .
. Mendengar itu nenek li Wan terkesiap. la memeriksa lagi paku_ beracun itu. Memang pada setiap paku tentu terdapat tulisan huruf Tan.
seperti milik pat-pi-kim-kong dahulu. Setelah tak' ragu lagi 'ia segera berteriak marah: "Kalian sendiri yang' mengingau. Coba ' lihat kemari. apakah ini bukan benda milik Pat~pi kim-kong".
'N?nek li Wan terus melemparkan-kedua biji pakunya masing2 kearah lo Thian dan Lo 'Te, Dalam tangan Thiat koan im li Wan, kedua biji paku beracun itu menjadi senjata yang 'bukan kepalang hebatnya.
&n bsp; Mungkin dulu' Pat-pi-kim-kong tak sehebat itu men ggunakannya. apalagi cong Tik.
Serentak Lo Thian dan Lo Te merasa dari belakang terdengar desing' 'dua 'benda yang tajam. sedang pada saat itu mereka sedang menghadapi
tongkat nenek Cendrawasih-tutul. Setelah rembulan memancar lagi, nenek itu melancarkan serangan lebih dahsyat.
Dari depan diserang' tongkat dari belakang diancam paku beracun. Diam2 Lo Thian dan Lo Te mengeluh, hari ini mereka tentu akan menderita. Tetapi sekonyong-konyong nenek Cendarawasih tutul merubah jurusn a.
Putaran tongkatnya menghamburkan tenaga-'dalam yang menyedot' kedua saudara kate itu ke muka. Kedua saudara kate itu merana juga. Tetapi diam2 mereka girang karena dengan begitu setidaknya mereka akan lolos dari bahaya dulu.
Maka merekapun menurut saja ditarik maju oleh gerakan tongkat nenek -itu. Dan ketika maju mereka terus ' merebahkan diri lalu berpencaran menggelundung 'kekanan dan kekiri.
"Setan kate, karena- nyawamu sudah kukembalikan lagi. apakah engkau masih berani dsini!" . nenek Cendrawasih-turut mende?gus dingin. Habis berkata nenek nu terus melangkah maju sekali taburkan tongkatnya segera gemerincing dua buah paku terpukul jatuh, lalu dengan cepat tangan kidnya menyambar paku itu terus menyurut mundur sampai tujuh delapan langkah.
Hai ...benar milik Pat-pi-kim-kong !"setelah memeriksa paku itu nenek cenderawasih tutul serentak berseru kejut. Kemudian ia' mengangkat kepala dan berteriak. 'Hai. Pat-pi-kim-kong, apakah engkau benar2 tak ' mau unjuk muka" Dimanakah sahabatmu si Ular- emas Hoa Ceng itu" Isterinya sangat menderita susah payah mencarinya !" .
Sampai dua kali, berteriak ,tetapi tiada penyahutan apa2. Adalah Cong Tik, yang dapat menarik keuntungan. Cepat ia menyadari suatu hal yang dapat menyingkap kabut rahasia' kedua suami isteri' itu.
"Ah" desuhnya dalam hati, "kiranya kedua suami isteri' itu 'adalah Ular-emas Hoa ceng dan isterinya Cendrawasih-perak Tang pui Leng. Kedua suami isteri juga tokoh yang ternama di-Ho-Iam.
Tetapi mengapa nenek Cendrawasih-tutul kenal akan 'Tang-pui Leng!" . Karena ia tertarik. Cong Tikpun mendengarkan lebih jauh dengan penuh perhatian. Saat itu kelima tokoh sudah hentikan pertempuran.
Pada saat nenek Cendrawasih tutul hendak berseru lagi, tiba2 kedua saudara kate Lo Thian dan Lo Te melenting bangun dan berseru: "Poen- hong poh. engkau menduga salah. Paku beracun itu bukan Pat-pi kim-kong yang melontarkan tetapi seorang budak lelaki .
Poan hong-poh meragu, serunya: "Apakah benar omongan kalian itu ?" . Lo 'Thian dan Lo Te serempak berseru: "Tadi engkau telah menolong nyawa kami'. Kami berdua saudara adalah manusia yang saling menjunjung budi dan memendam hinaan. Bagaimana kami mempunyai hati untuk membohongi engkau "
Budak laki itu kebanyakan tentu belum _pergi jauh, asal kita menyelidiki sekeliling tempat ini, tentulah akan dapat menemukannya. Kalau _kita tak bertindak begitu. kita 'tentu akan selalu termakan siasat 'dan saling berhantam sendiri.
Mendengar itu. Lu Kong Cu cepat menyahut bahwa: yang dimaksud budak lelaki oleh kedua orang kate itu tentulbh Cong 'Tik. Cepat ia berseru: "Apa yang dikatakan kedua orang Itu memang benar, kita' cari dan Bekuk dulu budak Itu, baru nanti kita berunding lagi."
tiba2 nenek Cendrawasih-tutul tertawa mendengus: "Huh, jangan bergirang __dulu. Andaikata dapat menemukan budak itu, pun kalian partai Naga takkan mendapat bagian."Sudah tentu Lu Kong Cu tak puas'.
la balas tertawa dingin; "Hal itu kita lihat saja nanti." Nenek cendrawasih tutul gentakkan tongkatnya ke tanah dan hendak menyerang lagi. Tetapi cepat nenek Thiat- koam-im Li Wan melesat ke muka Lu Kong Cu.
Kedua nenek itu memang berimbang kesaktiannya. Sudah berulang kali' bertempur belum ada yang kalah dan` menang. Melihat keduanya hendak bertempur lagi, kedua saudara kate segera berseru: "Poan hong-poh kalau kita berayal dan budak ltu dapat meloloskan diri jangan engkau salahkan kami berdua dusta !".
Kata2 itu memang dapat mengingatkan pikiran nenek Cendrawasih-tutul. Memang saat itu yang penting harus membekuk Cong Tik. la tertawa hambar. "Benar, untuk menemukan siapa 'sesungguhnya yang berilmu paling sakti, _dapat dilihat siapa yang akan memperoleh benda itu.
Tetapi cobalah ' kalian jawab dulu pertanyaanku ini. Sesungguhnya 'benda .apakah yang kalian hendak kejar2 itu ". -Pertanyaan itu membuat sepasang saudara kate dan Lu Kong Cu 'melongo.
Mereka memang tak tahu bahwa soal itu ada hubungan 'dengan rahasia pelana kuda bertabur mutiara.
Juga nenek Thiat-koan-im Li Wan tak tahu soal itu. ' Nenek Cendrawasih-tutul tertawa dingin. Sedangkan benda' apa saja~tak tahu, mengapa ikut campur tangan dalam urusan ini. Benar2 menggelikan sekali " `
Tempat 'pers?mbunyian Cong Tik tak berapa ' jauh dari' kelima orang itu. Mendengar 'ajakan ke dua saudara kate untuk menyelidiki sekeliling tempat itu. ia terkejut sekali dan diam2 mengeluh.
Dari kelima orang itu. hanya Lu Kong Cu yang sanggup ia 'tempur. yang empat ia merasa kalah., Apabila saat itu ia hendak melarikan diri. tentulah gerak geriknya akan terdengar mereka lebih baik diam saja.
Mungkin saja nanti akan terjadi -perobahan yang tak terduga-duga, Tetapi sampai beberapa saat menunggu masih belum terdengar gerakan suatu apa. Kemudian tiba! ia mendengar pertanyaan nenek CendraWasih-tutul tentang apa yang sebenarnya hendak dicari oleh orang" itu. Menilik nadanya jelas nenek-Cendrawasih-tutul itu sudah tahu Cong Tik makin mencurahkan perhatiannya untuk mendengarkan dengan seksama. '
Terdengar Lu Kong-Cu menambah dengan penasaran : "Apakah engkau tahu?" . dengan bangga nenek Cendrawasih-tutul berseru, cobalah kalian bayangkan aku hidup sebagai ratu di pulau Ki-lo-to jika tak mengetahui jelas benda apa itu, masakan aku mau berkeliaran kemari ".
lo Thian dan Lo Te saling ber-tukar pandang. Diam2 mereka mengakui apa yang dikatakan nenek'itu memang benar. - "Poan-hong poh," seru mereka gonnh. "engkau itu telah melepas budi menolong jiwa kami berdua.
Tak peduli benda apa saja, kami tak ingin mendapatkan. Maukah engkau menceritakan benda itu ke pada kami "_" .
"tidak bisa." seru-nenek Cendrawasih tutul. setelah benda itu berada di tanganku. kalian tentu akan tahu sendiri." ' ' Kedua saudara kate itu tak mau .memaksa.
Mereka segera menuding nenek thiat-koan-im LI Wan dan memaki :_ -"Hai, nenek bangsat.. engkau berani menyerang secara gelap kepada kami berdua. Kami takkan menghapus dendam kepadamu.
Tunggulah pembalasan kami kelak !". ' Habis berkata kedua saudara kate itu terus hendak loncat pergi tetapi nenek Cendrawasih-tutul :mencegahnya :
"Tunggu '! 'tadi kalian mengatakan hendak membantu aku mencari budak itu. T?tapi mengapa kalian hendak -pergi "?' .
- Kedua orang kate itu tertegun. serunya : "O, ya, benar. benar!'. ' '
Dengan gerakan. yang luar biara cepatnya kedua orang kate itu terus melesat kedalam gerumbul -semak. ' "Kitapun harus' turun tangan," seru Lu Kong Cu.
Melihat tiada dapat bersembunyi diri lagi, Cong Tik gelisah. Kalau ia tetap bersembunyi disitu dan 'mereka akan datang kesitu, bukankah mereka mempunyai kes?mpatan untuk membaca tulisan pada batu besar ".
menengadah ke langit, dilihatnya burung kakak tua putih sedeng terbang di udara. Paman gurunya 'toho lhama, tentu _tak berapa jauh dari tempat itu.
Binatang kakaktua itu dapat terbang seribu li 'dalam sehari. Jika dapat mengundang paman gurunya datang, tentu tak perlu takut kepada k?lima orang itu. Tempat persembunyiannya. Dengan begitu ia dapat memberi pesan si burung kakaktua supaya mencari paman gurunya.
Asal ia dapat menghadapi kelima orang itu dalam beberapa jam saja, tentulah ia dapat mengatasi .semua bahaya. demikian ia segera loncat berdiri dari' sebuah ' gerumbul semak lalu bersuit keras.
Mendengar suitan majikannya. si Putih serentak terbang meluncur" dan hinggap pada bahu Cong Tik. ' Melihat Cong Tik muncul. kelima tokoh itu malah terkejut._Setelah sejenak kesima.
Lo Thian dan LoTe menggerung keras dan segera menyerang pemuda itu. Menghadapi ancaman saat itu, tiada lain. jalan bagi Cong Tik kecuali harus bersikap tenang.
Tangan kanannya perlahan-lahan ::mengelus-elus kepala si Putih, sambil beringsut tubuh, ia menghindari' terjangan kedua orang kate lalu membentaknya :
"Tunggu ! Kalian berlima, kalau mau bertempur silahkan maju serempak saja. Kalian berlima jago yang termasyhur hendak menghadapi. seorang pemuda tak terkenal seperti diriku, haruslah -satu lawan satu. Tetapi jika kalian hendak main keroyok, silahkan, aku takkan melawan." ,
Kata2 itu menghentikan gerakan kedua saudara kate. Sebelum mereka .berbuat apa2, Poan-hong-poh sudah berseru : "Budak, engkau masih bersikap angkuh sekali. Darimana engkau 'memperoleh paku angCO milik Pat-pi- Kim-kong itu "'.
Belum sempat Cong Tik bicara, Lu Kong Cu sudah memberi'perintah Thiat-koan im Li Wan : "Budak itu mempunyai hubungan besar. lekas ringkus dia dan bawa kembali ke lembah kupu2. nanti aku yang memutuskan".
'tetapi kali ini si nenek Li Wan mengeleng kepala : "Ciang-bun-jin, kalau engkau terluka lagi. aku' tentu tak dapat menolongmu."
Lu Kong Cu marah2 "Kusuruh engkau membekuknya. S?g?ralah engkau membekuknya !" Karena marah bicaranyapun agak keras sehingga semua orang dapat mendengarnya. -
Cong Tik segera tertawa nyaring : "Lo-cianpwe. engkau juga seorang pemimpin sebuah partai persilatan. sekalipun engkau dapat membekuk aku tetapi engkaupun takkan terhindar dari cemohan orang .
Hingga berita 'itu tersiar, Kemanakah muka orang2 partai naga 'akan disembunyikan "'. lu kong cu tak dapat berbuat apa2. Kemudian .Cong Tik berkata kepada nenek Cendrawasih tutul :
"Poan locianpwe lebih dulu aku., hendak melakukan sesuatu baru aku dapat menjawab pertanyaanmu', Dikepung 'oleh lima tokoh, Cong tik masih bicara dengan santai.
Walaupun bicaranya tak mengunjuk' 'rasa gentar tetapi dalam hati sebenarnya ia sudah berdebar debar. Dengan "demikian jelaslah bahwa walaupun dia seorang pemuda yang
Tetapi saat itu cong tik sangat bernafsu sekali untuk mengetahui rahasia pedang kecil yang ada dalam bajunya. Namun ia memang seorang yang licin.
kalau tidak mau datang memenuhi panggilan Toho, nanti apabila Toho sudah terhindar dari ancaman, tentu akan marah, maka buru2 ia ber-seru
"Thay-susiok, tadi aku menderita luka dan saat ini harus memulangkan tenaga-murni, harap engkau pertahankan sebentar lagi." '
Sambil berkata ia terus lari ke bawah batu .untuk membaca tulisan yang belum selesai itu.
Karena Lu Kong Cu terluka. nenek Li Wan _ Segera membawanya kabur. Kini hanya tinggal Lo 'thian dan Lo Te. Toho tak memerlukan bantuan Cong Tik lagi.
la harus tumpahkan perhatian pada Poan - hong - poh dan kedua orang kate. -
Memang sejak semula To ho memang memilikh ilmu kepandaian yang tinggi adalah karena ia bertempat tinggal di Sujiwan yang sepi, maka jarang orang tahu. Dan setelah ditutup dalam pen' besi selama tujuh tahun oleh Siau Yau cinjin. kepandaian nya makin pesat.
Bahkan karena tak menduga. Siau Yau cinjin sendiri telah terhantam jatuh ke bawah karang.
Setelah Thiat-koan-im Li Wan membawa pergi Lu Kong Cu, nenek Cendrawasih-tutul dan sepasang orang kate mengerubutinya. namun tetap berimbang. Kelima jari tangannya ber-gerak2 laksana ular mernagut.
Ketiga orang itupun takut kalau sen jata mereka sampai kena direbut oleh Toho.
Dalam pertempuran itu walaupun belum dapat diketahui siapa yang lebih unggul tetapi yang nyata nyali nenek'Cendrawasih-tutul telah tergetar oleh kedahsyatan Toho.
walaupun tongkat nenek itu mencurah sederas hujan namun bagi mata seorang ahli tentu segera dapat 'mengetahui bahwa nen?k itu sebenarnya hanya di fihak bertahan diri dan tak mau balas menyerang.
Berkat jurus serangan dari nenek Cendrawasih-tutul itu dapat menyelamatkan jiwa kedua o- rang kate, maka keduanya diam2 berterima kasih kepada nenek itu.
Maka saat itu mereka menerjang dengan hebat untuk bantu melepaskan nenek itu dari kepungan Toha.
Melihat bahwa nenek 'thiat-koann im li Wan telah membawa pergi Lu. Kong Cu. sedang nenek Cendrawasih-tutul tertahan oleh Toho. Cong Tik 'girang sekali.
la segera menghampiri batu besar untuk membaca rahasia besar yang menjadi rebutan kaum persilatan itu;
Begitu menyusup ke bawah batu dan hendak menengadahkan kepala untuk membaca, punggungnya tiba terasa dngin seperti ditekan ujung senjata oleh seseorang.
Menyusul terdengar suara bentakan pelahan:
"Jangan bergerak !" Mendengar bahwa nada itu dari suara orang perempuan dan rasanya ia sudah kenal tetapi sesaat ia lupa siapa.
Cong tik gelisah dan tak berani bergerak.
"Siapakah sahabat ini. aku tak pernah bersalah kepadamu !" sahutnya.
"Hm" orang itu tertawa dingin, "sungguh orang yang tak bersalah. Coba ingat, apa yang engkau lakukan ketika berada dipuncak gunung Hong san dahulu !"
Saat itu baru Cong Tik sadar bahwa yang mengancam di belakangnya adalah cin hong Ing. gadis yang dirampas pedang dan pelana bertabur mutiara itu.
Kejut Cong Tik bukan kepalang. Namun ia masih berusaha untuk menenangkan diri.
Ah. itu waktu hanya salah faham . . . . saja," ia tertawa hambar; "nona harap jangan mendendam kepadaku dan dengarkan aku hendak bicara.
Sambil berkata Cong Tik mengangkat kepala memandang ke atas batu. Karena tak tahu tujuan Cong Tik maka Cin Hong Ingpun tak menaruh perhatian kepada gerak gerik Cong Tik.
Cong Tik memang seorang pemuda yang cerdik dan licin. Setelah pandang matanya tertumpuk pada tulisan. ia segera berdiam diri.
Cin Hong Ing hanya tertawa dingin tetapi tak menghalangi. Mulut Cong Tik berkemak-kemik, tetapi matanya tetap melekat pada tulisan itu.
Tak berapa lama ia . sudah selesai membaca dan diam2 ia terkejut girang. Menilik bunyinya, jelas urat itu ditulis oleh Ular-emas Hoa Ceng untuk isterinya Cendrawasih-perak Tanput Leng.
Tulisan itu seluruhnya berbunyi demikian:
Paku angco dari bangsat she Tan telah dilumuri racun. Karena dia tak berbudi, akupun terpaksa tak bersikap baik. Rahasia kedelapan mutiara pada pelana kuda itu engkau dan akulah yang -tabu. Bangsat she Tan itu belum tahu. Jika aku tak beruntung ,mati ditangan bangsat itu, aku tentu akan sama2 mati bersamanya. Tujuh batang pedang dalam guha. kecuali yang sebatang yang besar dan yang sudah muncul diluar kerena didapatkan oleh paderi' tay To. aku masih menyimpan yang paling -kecil. Ketujuh pedang pusaka itu disebut Ki-bun-kiam, diperuntukkan seorang. Selain itu masih terdapat sebuah kitab ilmu pedang Ki-bun-kiam-hwat. Semuanya itu telah kusimpan di pulau Ki lo to dilaut timur. Pulau itu didiami oleh nenek Cendrawasih-tutul. Orang luar tentu tak berani datang ke pulau itu. Sejak-kedua putera puterimu kembar teleh dicelakai dan dijual oleh bangsat she Tan itu, hatimu sudah tak tertuju pada pedang pusaka itu lagi. Engkau menjelajah "keseluruh pelosok dunia untuk mencari ke dua putera puterimu kembar itu. Dengan demikian hanya aku seorang diri yang menghadapi bangsat she Tan. Kemungkinan aku tentu akan celaka. Kutahu engkau tentu akan datang kemari. Kuatir ' kalau surat dalam guha itu akan rusak, maka kutulis lagi pada batu ini. Apabila berhasil mendapatkan ketujuh pedang dan kitab ilmu pedang Ki-bun-kiam-hwat. tentu tak ada orang yang mampu menandingi.....
Dibawah tulisan itu tiada tanda tangannya. Hanya diberi lukisan seekor ular kecil.
Dalam surat itu kebanyakan berisi tentang peristiwa hubungan mereka.
Dan kini Ular-emas Hoa Ceng dan Pat-pi-kim kong sudah sama2 mati', kecuali Cendrawasih~perak Tanghong Leng masih hidup didunia, maka rahasia itu tentu akan lenyap untuk selama-lamanya.
Sudah tentu Cong Tik sendiri tak mengerti jelas. Misalnya, tulisan yang mengatakan "setelah melahirkan sepasang putera puten kembar kemudian telah dijual oleh bangsat she Tan" . . .
Cong Tik benar2 bingung memikirkan. Menurut kabar yang tersiar di' dunia persilatan. Ular-emas Hoa Ceng dan isterinya Cendrawasih-perak Tanghong Leng itu bersahabat baik sekali dengan si' Pal-pi kim-kong satu malaekat-delapan-lengan.
Sudah tentu orang tak mengerti rahasia apa yang dibalik hubungan ketiga orang itu.
Saat itu yang diketahui Cong Tik hanyalah tentang rahasia mengenai ketujuh batang pedang pusaka itu jatuh ditangan siapa.
Selain itupun terdapat juga sebuah kitab ilmu pedang Ki-bun-kiam-bu. Dan pedang kecil yang diperolehnya itu termasuk pedang yang paling kecil diantara ketujuh pedang pusaka itu.
Menurut dugaan. tentulah bukan sekali itu saja kedua sahabat Ular--emas Hoa Ceng dan si Patpi'- kim kong datang ke tempat itu.
Tentulah pada waktu pertama datang. Hoa ceng lebih dulu- menurunkan keenam pedang dan kitab ilmu pedang . Itu tetapi dia tak mau nrengatakan hal itu kepada ` sahabatnya.
Kemudian diam ia telah mengambil lima batang pedang berikut kitab, disembunyikan di puluh Ki loto.
Kemungkinan pada saat itu Pat- pi kim-kong ' mulai timbul kecurigaan. Ketika keduanya menuju ke gunung Cek-bi san lagi, mereka bertengkar tentang pedang pusaka itu.
Kemudian mereka bertempur. Yang satu terkena paku angco beracun dan Pat pa-kim-kongpun mati terkena pedang kecil. '
Keduanya menderita luka dan beberapa tahun kemudian mati.
Tetapi dibalik peristiwa itu juga terselip tentang kedua anak kembar dari Hoa Ceng yang hilang. Dengan begitu peristiwa itu makin ruwet.
Setelah membaca habis tulisan itu, Cong Tik tundukkan kepala. Tiba2 ia terkejut ketika teringat sesuatu'.
Bukankah ketika ditepi sungai Hok- jun- kiang Ia bertemu dengan Cin Hong Ing, mengapa mendadak nona itu dapat tiba digunung Cek-bi-san"
Dan mengapa Cin Hong Ing itu mirip sekali dengan UI Hong Ing. Bahkan rupanyapun sama "
Apakah tak mungkin mereka berdua itu adalah anak kembar dari Hoa Ceng yang menurut suratnya telah dijual oleh Pat-pi kim kong itu"
Teringat akan hal itu ia segera tertawa hambar: "Nona Cin. setelah mendapat pelana bertabur delapan mutiara itu. sedikitpun tiada gunanya kepadaku, bahkan malah menimbulkan banyak kesulitan.
Banyak tokoh2 persilatan yang muncul untuk mengejar pelana itu sehingga nyawaku hampir melayang. Tetapt aku sebenarnya memang hendak mencarimu.
karena pada pelana itu .aku telah menemukan suatu rahasia tentang _ asal usul dirimu!"
sebenarnya Cong Tik tak tahu tentang asal usul Cin Hong Ing itu. Tetapi otaknya yang cerdas. segera dapat merangkai antara bersamaan wajah cin Hong Ing dengan Ui hong Ing itu pada surat yang ditinggalkan oleh Hoa Ceng.
Maka ,ia memberanikan diri untuk mengetahui hal itu. Jika Cong Tik hanya main spekulasi saja, adalah Cin Hong ing menerimanya dengan serius.
la teringat masa kecilnya telah ikut dengan seorang pengemis tua orang she Cin. Dalam mabuk pengemis tua itu seting mengoceh bahwa cin Hong Ing itu masih mempunyai hubungan dengan Ular-emas Hoa ceng dan Pat-pi-kim-kong.
Kemudian ia dipungut murid oleh Hian-li Lim Sam Kho. Selama berkelana di dunia persilatan ia mengetahui bahwa Tan Su 'Ciau itu adalah putera dan' Pat-pi-kim-kong.
Ia bersikap baik kepada pemuda itu dengan tujuan untuk menyelidiki asal usul dirinya.
Ternyata Tan Su Ciau itu adalah seorang pemuda. yang jujur. Setelah lama bergaul dengan Cin Hong lng. akhirnya Su Ciau jatuh cinta.
Saat Cin Hong Ing tahu kalau Tan Su Ciau tak punya saudara perempuan. Diam2 ia menyangsikan ocehan dari' pengemis tua she Cin.
Demi untuk menyelidiki sampai jelas tentang asal usul dirinya. ia mengatur rencana dan mau menerima pinangan Tan Su Ciau untuk menjadi isterinya.
Sebelum hari pernikahan ia mendapat keterangan bahwa keluarga Tan itu telah menyimpan aebuah benda warisan berupa sebuah pelana kuda ` yang bertabur delapan butir mutiara. '
Sebenarnya Cin Hong ing tak tahu apa yang terselip pada pelana mutiara itu.
Tetapi' karena hari pernikahan sudah makin dekat, karena sebenarnya ia tak mencintai Tan Sn Ciau. maka ia memutuskan untuk mencuri dan melarikan pelana mutiara ini, berikut kuda kurus dan pedang pusaka Thian-liong-kiam.
Sudah tentu Sam Hoa niocu. ibu dari Tan Su Ciau marah dan akhirnya mamah dan calon menantu perempuan itu bertempur.
Cin Hong Ing melarikan diri dengan membawa luka. Dengan demikian ia tetap gelap akan asal usul dirinya. Maka ketika Cong Tik mengatakan kalau tahu tentang asal usul dirinya, tergeraklah hati nona Itu.
"Rahasia apa" Lekas bilang. nanti kau ku beri ampun jiwamu !"
Mendengar nada suara nona itu agak longgar, Cong Tik girang sekali. Ah, apa memang dia seorang yang selalu dilimpahi rejeki sehingga dalam persoalan asal usul kedua nona yang bernama Hong Ing itu, ia dapat menebak dengan jitu "
'Ah, harap jangan ierburu nafsu, nona," katanya. "lepaskan diriku dulu baru aku dapat berbicara dengan leluasa. Kalau tidak, bagaimana aku dapat bercerita" '
Tanpa menjawab, hong lng menarik ujung pedang dari punggung Cong Tik tapi tangan kirinya masih tetap mencekal bahu pemuda itu'.
Cong Tik memang cerdik dan licin. Begitu tahu kalau ujung pedang sudah ditarik. dan tangan kiri si nona terasa hendak menjamah bahunya,
diam2 ia kerahkan tenaga-dalam kearah bahu lalu beringsut. Tiba2 kelima jari tangan Cin Hong Ing seperti menjamah benda yang licin sehingga tergelincir dan ternyata Cong Tikpun sudah berhasil meloloskan diri, tertawa gelak2 .
Melihat dirinya dikelabuhi, marah Cin Hong Ing bukan kepalang. Dua kali sudah ia kena ditipu mentah2 oleh pemuda itu.
Serentak ia hendak loncat menerjang tetapi saat itu Cong Tik sudah cepat menyambar baru besar lalu berteriak mengancam 'Nona Cin, menyingkirkan . . . . . !".
Cin Hong' Ing terkesiap dan saat itu digunakan Cong 'tik untuk menyelinap kesamping batu mengangkat batu itu dan menghantamkan batu dimana ia bersembunyi tadi, Bum.."
batu yang terdapat tulisan dari' Ular-emas Hoa ceng tadi hancur lebur.
"Biarlah hanya aku sendiri yang tahu rahasia itu." pikirnya. Kemudian ia tertawa kepada Cin Hong lng.
'Nona Cin, tadi jika tak 'gunakan sedikit siasat. nona tentu takkan melepaskan diriku. bukan "'
Cin Hong Ing' tertawa dingin; 'Budak, engkau kira engkau sudah terlepas dari gengamanku?" kata nona itu melengking nyaring:
'Suhu, yang mencelakai diriku ketika puncak gunung Hong-san dulu itu. adalah budak ini !'
Melihat bahwa 'dikala berseru, nona' itu memandang kebelakang dirinya (Cong Tik),- dia anggap nona itu hendak main siasat agar dirinya mau berpaling ke belakang.
Maka ia hanya tertawa mengekeh: "He, he!. nona Cin. jangan mimpi aku kena engkau akalin.."
Tetapi belum selesai ia mengucap, tiba2 . dari belakang terasa angin berhembus menyambar bahu kirinya. Saat Itu baru Ia tahu bahaya.
Son Of Neptune 5 Pendekar Rajawali Sakti 29 Mutiara Dari Selatan Lentera Maut 12
^