Pencarian

Rahasia Bukit Iblis 2

Rahasia Bukit Iblis Pit Mo Gay Karya Kauw Tan Seng Bagian 2


Kemudian dengan acuh tak acuh padri itu memalu pula canangnya, sama sekali ia tidak pandang mata kepada Lie Kie.
Lie Kie makin menganggap bahwa Hweeshio itu bukan seorang baik2.
Ayah Lie Kie yaitu Lie Tay Heng adalah ahli senjata rahasia yang ternama dikalangan Kangouw (seorang yang berkelana tidak tentu kediaman"nya).
Lie Kie sendiri walaupun be1um.mahir sebagaimana ayahnya, tetapi ia sudah dapat mempelajari tujuh atau delapan puluh persen cara melepaskan biji teratai emas.
Melihat Cara si padri aneh yang dengan mudah saja membuat jatuh Kim Lian Cie yang di timpukkan oleh Lie Kie, maka dengan tidak mengingat lagi bahwa ayahnya tidak ada dirumah, disitu ia hanya berdua Lim Lam, dengan menerbitkan Suara "sret !" tubuhnya memutar, dan berkelebat seutas sinar kuning jang panjangnya kira2 tiga kaki, nampaknya seperti pedang tetapi bukan pedang, kiranya adalah rangkaian biji teratai emas.
Inilah salah satu kepandaian istimewa dari Lie Tay Heng menggunakan senjata dan Am Gie, semua terkandung dalam.rentetan Kim Lian Cie ini, suatu nama tipu pukulan yang disebut "Cay Po Kim Lan" (satu tindak lagi satu Kim Lian Cie) adalah tipu pukulan yang teristi mewa dan luar biasa hebatnya.
Begitu turun tangan, maka pergelangan tangan Lie Kie menggetar, tenaga dalamnya dikerahkan, maka tangkaian Kim Lian Cie itu melempang se"akan2 menjadi ruyung, terus menghantam kearah punggungnya padri itu, mengarah jalan darah "Cie Yang Hiat".
Lim Lam nampak Lie Kie turun tangan, maka ia pun mencabut pedangnya hingga menerbitkan suara gemerincing, sedianya akan melayani musuh.
Tetapi melihat bahwa Lie Kie dengan si padri terang2 tidak kenal, tiada ganjalan atau mendendam sakit hati, begitu turun tangan sudah menyerang jalan darah yang mematikan, maka diluar kemauannya sendiri ia menjerit: "Ah".
Tetapi Lie Kie sebaliknya didalam hatinya sudah menduganya bahwa serangannya ini pasti tidak akan menemui sasarannya.
Memang sesungguhnya demikian, padri itu dengan tidak menoleh atau berpaling, ia mengalihkan canangnya kebagian punggungnya, ketika Kim Lian Cie Lie Kie menyerang tiba2, dengan menerbitkan suara "trang" Lie Kie merasakan telapak tangannya kesemutan.
Ia terkejut lalu lompat melesat tujuh atau delapan kaki jauhnya.
Lim.Lam segera bertanya: "Adik Kie mengapa ?" Lie Kie mendapat rugi tak dapat mengatakan sebab"nya, hanya berkata: "Hweeshio ini siluman !" Waktu itu si padri sudah berdiri, berteriak kearah rumah, katanya: "Lim Pek Sin, kau memungkiri janji yang sudah ditetapkan pada enam tahun yang lampau, sebaliknya menyuruh dua orang anak yang belum hilang bau susunya untuk merecoki, apa maksudmu ?" Suara kata2nya begitu tajam.dan halus dapat menusuk selaput dalam telinga.
Lim Lam berdua Lie Kie menjadi kaget, ini bukan disebabkan suara tajam dari padri itu, melainkan kata2nya yang menagih janji pada enam tahun yang lampau.
Menurut penuturan Lie Tay Heng, Cie So Kiam (Perebut Jiwa Pengejar Roh) Lim Pek Sin semenjak pertemuan Bu Lim Tay Hwee dipuncak gunung Thay San pada puluhan tahun yang lampau, ia sudah tidak mnncul pula dikalangan Kangouw, lagi pula tidak diketahui orang kemana perginya ia, tiada seorang yang pernah bertemu dengannya.
Maka jika berdasarkan kata2 Si padri tadi, perjanjian dibuat pada enam tahun yang lampau, teranglah perkataan ini menunjukkan, bahwa ia adalah orang satu2nya yang bertemu dengan Lim Pek Sin setelah ia menghilang.
Lim Lam dan Lie Kie saling pandang"memandang, lalu Lim Lam per"tama2 yang berkata: "Twa Hweeshio, ayahku mengapa bermusuhan denganmu pada masa enam tahun yang telah lampau ?" Mendengar akan kata2 Lim Lam itu, padri itu mendadak menoleh.
Pada wajah mukanya yang memangnya tidak sedap dipandang, mendadak berubah rupa penuh kegusaran, sehingga sangat menakutkan nampaknya.
Dengan memalu canangnya sekali, ia berkata : "Apakah kau anaknya Lim Pek Sin " Hutang ayahnya, anak yang bayar, mencari kaupun sama saja !." Kedua kakinya melesat sedikit, maka badannya yang sebesar itu, sudah tergeser seketika itu juga, sedang palu canangnya menghantam kearah kepala Lim Lam.
Buru2 Lim Lam.mengegos kesamping, tetapi tangan padri itu menekan kebawah, serangan kedua segera sampai, arah serangan palu Canang kini adalah jalan darah "Twa Me Hiat" bagian pinggang.
Umumnya senjata peranti menotok jalan darah yang lazim digunakan di"kalangan dunia persilatan, hampir semuanya runcing tajam ujungnya, tetapi pemalu Canang itu hanya satu jok (kaki), ujungnya dibalut dengan kain rombeng, kira2 sebesar kepalan tangan, digunkaan untuk menotok jalan darah sebenarnya sangat tidak cocok, tetapi padri itu jitu sekali serangannya kepada sasaran jalan darah.
Kata2nya padri itu, Lim Lam.menduga bahwa didalam-nya pasti mengandung rahasia.
Pikirnya jika ditanyakan pasti dapat diketahui akan tempat tinggal ayahnya, sementara itupun akan dapat diketahui juga apa sebenarnya rahasia yang terkandung dalam sepak terjang ibu"nya yang begitu aneh.
oleh karena memikir demikian, maka Lim Lam tidak ingin bertempur.
Ia beruntun mundur tiga tindak, untuk menghindari serangan padri itu, dan berseru: "Tahan dulu !" Padri itu sebaliknya tidak mau ambil peduli lagi, tubuh-nya mendoyong lalu mengejar.
Canang dan palu diangkat berbareng dengan memalunya Canang itu sekali, setelah mana kedua tangannya memisah, tangan kirinya yang memegang Canang, dari atas turun kebawah, menyerang bagian bawah Lim Lam dari tiga jurusan, sedang tangan kanannya yang memegang pemalu Canang menghantam kepala Lim Lam.
Sekarang Lim Lam baru mengetahui bahwa Canang si padri itu, pinggiran"nya sangat tajam.
serangan datangnya begitu hebat, sehingga memperdengarkan Suara deruan angin, bilamana terkena serangan itu pasti akan kutung paha kakinya.
Lim Lam sangat terkejut, terpaksa ia lompat menghin-darinya lagi.
Ia mengetahui bahwa padri itu tentu tidak hentikan penyerangannya, maka begitu kakinya menginyak tanah, ia segera mencabut pedangnya yang panjang, dan membuatnya suatu lingkaran bunga pedang, lalu dimainkannya ilmu pedang Cit Mo Kiam Hoat.
Tubuhnya melesat kesamping, setelah itu tubuhnya memendek, pedangnya dari bawah menyontek keatas menyerang bagian perut si padri.
Si padri merangsak sambil menyerang ber-tubi2, dengan menggerang ia menyabetkan canangnya menangkis pedang, sehing ga menerbitkan suara "trang" satu kali.
Lim.Lam tergetar sehingga tangannya kesemutan.
hampir saja pedangnya terlepas dari pegangannya.
Terkejut benar2 hatinya, maka ketika nampak Lie Kie sedang memegangi Kim Lian Cie ditangannya se"akan2 hendak membantuinya, maka berserulah ia: "Adik Kie, maju bersama !" Mendengar akan seruan itu maka Lie Kie datang sambil menerjang dengan Kim Lian Cie"nya.
Ia menonjok, memukul, menusuk, menotol, menghantam ber-ulang2, sehingga hanya tertampak segumpal sinar emas, membungkus sesosok tubuh yang cantik, pergi datang bagaikan bayangan saja.
Nampak datangnya bantuan, terbangunlah semangat Lim Lam, maka digunakannya semua tipu2 pukulan ilmu pedang Cit So Kiam Hoat.
Lim.Lam berdua Lie Kie telah mencobai tenaga"da1am.si padri yang begitu hebat, maka kali ini mereka selalu menghindari bentrokan senjatanya dengan canang kuning si padri itu.
Lie Kie memang enteng tubuhnya serta lincah gerakannya, sebentar2 ia melompat naik dan turun, begitu mendapatkan lowongan maka Kim Lian Cie"nya segera menyusup.
Lim Lam yang menggunakan pedang panjang, sinar pedangnya ber"klebat2, ber"kredep2, sebentar2 beralih arah: Keatas, kebawah, ke"kanan dan kekiri tidak menentu, aneh tipu pukulannya, inilah ilmu pedang yang bernama Twat Beng Tui Hun Cit So Kiam, yang membuat nama ayahnya termasyur.
Pedangnya men-yamber2 menerbitkan tujuh buah sinar pedang, dan padri itu terkurung didalamnya laksana terbungkus oleh sinar pedang saja.
Nama pedang Cit So Kiam justru terjadi oleh karena ini.
sebaliknya padri itupun bukannya orang yang lemah.
Canang dan pemalunya ber-ganti2 naik"turun, walau tubuhnya besar dan gemuk, tetapi gerakannya gesit sekali, Lim Lam berdua Lie Kie, meskipun tipu pukulannya bagus dan aneh,
Lim Lam berdua Lie Kie, meskipun tipu pukulannya bagus dan aneh, namun mereka tidak berani membentur dua buah senjata padri yang aneh itu, dengan demikian gerakan mereka tak leluasa, masih untung berdua mereka dapat melawannya dengan berimbang.
Demikianlah ketiga orang itu ber"putar2 bertempur hingga lima-enam puluh jurus, masih juga tiada yang kalah atau menang.
Lim Lam jadi gembira, maka berkatalah ia: "Ayahku hutang apamu ?" Padri itu menyawab : "Hutang jiwa !" Sambil mengucap demikian, ia memendekkan tubuhnya, canangnya menghantam pedang Lim Lam.
Buru2 Lim Lam.menghindarkan pedangnya, tetapi sudah tidak keburu, dirasakannya ada suatu tenaga besar menindih pedangnya terus kebawah, maka terbukalah penyagaannya, mulai dari bagian dadanya.
Lie Kie nampak gelagak tidak baik, segera menyabet dengan Kim Lian Cie-nya dari sebelah menyerang bahu si padri, padri itu tidak balik menyerang hanya miring berkelit, palu canangnya diangkat, cepat luar biasa, menotok jalan darah Hwa Kay Hiat dibagian dada Lim Lam.
Jalan darah Hwa Kai Hiat adalah mengenai bagian dalam rongga dada, sangat berbahaya.
Pedang Lim Lam.tertekan Canang padri, jika ia ingin menghindarkan bahaya, maka ia harus melepaskan pedangnya, pada saat yang sangat berbahaya itu, Lie Kie yang nampak Lim Lam sukar menghindarkan bahaya lalu berseru: "Kakak Lam lepaskanlah pedang !" Lim Lam berbuat seperti yang dianjurkan Lie Kie, maka kelima jari tangannya, membuka, pedang jatuh kebawah dengan menerbitkan suara gemerincing, Lim Lam sendiri pun melompat balik kebelakang, walaupun begitu cepat gerakannya, masih juga dirasakannya samberan angin palu Canang yang sangat kencang mengenai mukanya sehingga ia merasa pedih.
Setelah ia melompat dan melihat kearah Lie Kie, maka nampaklah, bahwa Lie Kie menggetarkan tangan kanannya, jari2nya memencet tambang pengikat Kim Lian Cie, maka lebih dari seratus buah Kim Lian Cie segera lepas beterbangan, tersorot oleh sinar mata hari bergemerlap sangat bagusnya.
Segumpal Kim Lian Cie terbang keangkasa, tidak mengarah tubuh si padri melainkan setelah Kim Lian Cie2 itu membubung keatas kira2 setinggi tiga kaki, barulah meluncur turun se-akan2 sebuah jalan besar mencakup seluruh tubuh padri itu.
Inilah tipu pukulan Kim.Lian Cie yang dinamakan Thian Hwa Lan Tui atau bunga bertaburan jatuh dari langit, salah satu tipu pukulan Lim Lian Cie yang sangat istimewa.
Pada masa yang lampau ayah Lie Kie, menggunakan tipu pukulan yang istimewa ini didaerah propinsi Siam Say, dalam saat yang pendek saja, sudah dapat mengalahkan Siam Say Ngo Pa, yaitu lima jagoan didaerah Siam Say, dan karenanya namanya membubung tinggi termasyur di-mana2.
Kiranya padri itu mengetahui akan hebatnya serangan ini, maka ia tidak mengejar lagi Lim Lam, kedua matanya membelalak 1ebar2.
Lengan kanannya memancang, segera terdengarlah suara: "Tang-tang"tang" be"runtun2 puluhan kali, maka pukulan Kim.Lian Cie yang meluncur tepat diatas kepalanya pertama terpukul jatuh, dan Kim Lian Cie lainnya yang menyerang bagian tengah dan bagian bawah, dihantam dan ditutupnya dengan Canang-nya yang dibulang" balingkan kekanan dan kekiri, sehingga suara "tang"tang-tang" terdengar tiada henti2nya, bagaikan petasan berondongan menggema diangkasa.
Tidak antara lama ratusan Kim.Lian Cie itu sudah tertangkis semua, masih ada sepuluh lebih biji teratai emas tersentuh oleh canangnya, ia pukulkan palunya kepada Canang itu sehingga kesemuanya terbang melesat kearah Lie Kie, berbareng itu ia membentak: "Kukembalikan padamu !" Lie Kie tidak mengetahui hebatnya serangan itu, bahkan ia anggap sangat kebetulan baginya, karena ia sedang membutuhkan Am Gie itu untuk dipergunakan pula.
Ia menyodorkan tangannya untuk menangkap Kim Lian Cie itu, ia tak menyangka-nya bahwa pembalikan Kim Lian Cie oleh padri itu, walau nampaknya tidak menggunakan tenaga besar, tetapi sebenarnya tenaga dalamnya sudah menyalur kepada Kim.Lian Cie.
Lie Kie dengan jari tengah dan telunjuknya menjepit Kim.Lian Cie yang terdepan, terang2 bahwa ia dapat menangkapnya dengan cepat, tetapi Kim Lian Cie itu membawa tenaga yang besar, sehingga terdorong kedepan dan melincir keluar.
Lie Kie terkejut dengan segera menundukkan kepalanya, maka Kim.Lian Cie itu menyerempet lewat konde rambutnya sehingga terlepas dan rambutnya riap2.
Setelah itu Kim.Lian Cie yang belakangan pun sudah sampai, Lie Kie tidak berani menyambutnya pula.
ia menjejak tanah dan tubuhnya membubung naik sehingga tujuh atau delapan kaki tingginya baru dapat ia menyelamatkan dirinya.
Sekarang Lim Lam dan Lie Kie ke"dua2nya sudah kehilangan senjatanya.
Lim Lam insyaf bahwa ia bukan tandingan si padri, ia pun tidak tahu tipu apa yang di gunakan padri itu.
Dalam hatinya mendadak mendapat akal, ia berseru: "Hweeshio, kau ini orang atau setan ?" Benar juga padri itu melengak dan berkata: "Kaulah setan !" balas padri itu.
Lim Lam segera berkata pula: "Ayahku setelah pertemuan orang2 gagah dipuncak gunung Thay San, sudah tidak muncul lagi, banyak orang didunia Kangouw menyiarkan berita bahwa ia sudah meninggal dunia, mengapa kau tak mencarinya pada enam tahun yang lampau " Mengapa kaupun tahu bahwa aku tinggal disini ?" Padri itu melengak pula, lalu berkata: "Ayah " Lim Pek Sin sudah meninggal dunia " Omong kosong, aku tahu gerak"geriknya sangat sembunyi2, pernah ia mengatakan, jika hendak membalas sakit hati, maka setelah lewat enam tahun ia menyusul aku mencarinya disini.
Dimana aku bertemu dan apa yang ia kerjakan, aku sudah angkat sumpah, aku tak dapat memberitahukan kepadamu!" Kini Lim Lam dan Lie Kie sudah mengetahui bahwa padri ini walau ganjil rupanya dan sikapnya sangat menyeramkan, tetapi ada hakekatnya ia adalah seorang yang kasar, maka berkatalah Lim Lam: "Bagaimana sebutan nama padrimu ?" Padri itu menyawab: "Aku disebut orang See Hong Hweeshio." Lim.Lam dengan Lie Kie saling pandang memandang, ke-dua2nya tidak ingat bahwa dikalangan Bu Lim ada orang yang disebut See Hong Hweeshio.
Lim.Lam berkata: "Ayahku tiada dirumah, sedang ibuku Tiat Pek Sian K0 pun tengah bepergian, setelah kau tidak hendak mengatakan sebabnya menanam sakit hati pada waktu yang lampau, kalau begitu tunggulah setengah bulan lagi kau datang kembali !" See Hong Hweeshio berkata dengan marahnya: "Tahun itu Lim Pek Sin .
. . . . . . . . . .." Dikiranya Lim.Lam.padri itu hendak menceritakan apa yang terjadi enam tahun yang telah lampau, maka dalam hatinya timbul rasa gembiranya, tapi tak disangkanya baru saja padri itu mengatakan setengah patah kata mendadak berhenti lagi.
Maka kedua orang itu merasa kecele.
Tiba2 Lie Kie matanya mengerling, didalam hatinya mendapat suatu akal dan berkata: "See Hong Hweeshio, apakah kau bertemu Cit So Kiam dibawah bukit Mo Gay ?" See Hong Hweeshio berkata: "Dibawah gunung apa?" "Dibawah bukit Mo Gay !" jawab Lie Kie.
See Hong Hweeshio berkata: "Aku tak perduli bukit IBLIS (MO GAY) atau bukit SETAN (KUI GAY), Lim Pek Sin ambil kesempatan sewaktu aku tidak ada dirumah, ia telah membunuh tiga orang muridku, mencuri mustika gunungku, masakan soal ini dibikin sudah saja " Kalian menggunakan kata2 yang mu1uk2 dan manis pun tak dapat mengelabui aku.
Anak kecil, kau ikut aku, budak ini tinggal dirumah untuk memberi kabar pada Lim.Pek Sin !" Mendengar perkataan itu Lim Lam.mengetahui bahwa itu adalah suatu alamat jelek baginya, ia hendak menempurnya, tapi sudah pasti ia bukan tandingan padri itu, maka satu2nya jalan baginya hanya dengan mencari akal, maka berkatalah ia: "See Hong Hweeshio, kau hendak suruh aku mengikuti kau kemana ?" See Hong Hweeshio tersenyu iblis seraya berkata: "Jauh sekali ! Tiba disana kau akan mengetahuinya sendiri, mengapa tanya ini"itu !" Sehabisnya berkata begitu, ia segera menghampiri Lim Lam, tangannya menjulur maka canangnya sudah sampai dibelakang punggung Lim Lam, mencegat jalan mundurnya, sementara itu tangan kanannya diangkatnya dan menotok jalan darah Joan Hiat dibagian pinggang Lim Lam, Terhalang jalan mundurnya sudah tentu Lim Lam tak dapat mundur, maka tubuhnya jadi lemas.
See Hong Hweeshio ambil kesempatan ini mencangkupkan canangnya, tangan kanannya disodorkan pula.
maka tahu2 Lim Lam telah terjepit diantara ketiaknya.
Lie Kie nampak Lim Lam tertangkap sangat risau hatinya, ia mengambil batu diatas tanah, segera ia menghujani si Hweeshio dengan batu2 itu, tetapi See Hong Hweeshio sudah lari dengan tertawa panjang, sungguh datangnya tak ter-sangka2, perginya"pun tak dapat di"duga2 lebih dahulu.
Lie Kie mana mau sudah saja, ia terus mengejarnya dibelakang, tapi sesudah mengejar puluhan kaki jauhnya, ia jauh ketinggalan tak dapat menyandaknya lagi.
Namun terus ia mengejarnya.
Demikianlah kejar"mengejar, dengan tidak terasa sudah lewat lohor, Lie Kie merasa lelah dan tidak dapat bertahan pula.
tetapi kawannya masih ditangan padri itu belum dapat dibebaskan, pasti tak dapat sudah begitu saja, maka walaupun napasnya sudah senga12, masih saja ia paksakan diri untuk mengejarnya.
Mereka kejar"mengejar terus, setengah jam telah dilewatkan pula.
mendadak See Hong Hweeshio menghentikan tindakan kakinya, dimana tangan diayunkannya, maka beberapa sinar hijau melesat susu1" menyusul terbang mengarah tubuh Lie Kie.
Lie Kie sama sekali tidak menduga bahwa padri itu akan berbuat demikian, sedangkan kedua orang itu jaraknya hanya puluhan kaki saja, ia tidak keburu menghentikan lari kakinya, maka masih saja lari enam tujuh langkah kaki kedepan, menampak sinar hijau yang melesat begitu pesat, meski ia buru2 berkelit kesebelah, namun bahu dan bagian pahanya berbareng ia rasakan kesemutan, tubuhnya lemas dan jatuh menyusruk ditanah.
See Hong Hweeshio berkata dengan suara nyaring: "A ndaikata aku
Lie Tay Heng berdiam sesaat, kemudian ia berkata: "Baiklah, kita berangkat dalam beberapa hari ini, dan kau Lim Lam, ber-hati2lah dirumah.
Mengingat akan kepribadian Lim Pek Sin, yang meskipun terhadap orang yang membelalakkan mata kepadanya, ia pasti membasminya juga, agaknya ada sedikit keterlaluan.
Tetapi hal2 yang rendah serta memalukan, pasti ia tidak sudi melakukannya.
Kini ia mempunyai ha12 yang tidak ingin diketahui orang, sebaliknya kau pun jangan sembarang memikirkan hal yang tidak2 Tergeraklah hati Lim Lam setelah mendengar perkataan itu.
Ia pikir dalam hatinya, betul ia pernah beberapa kali men"duga2 ayah bundanya sedang melakukan hal2 yang klewat batas.
Ia merasa jengah dan merah wayahnya, maka buru2 ia berkata: "Dengan sendirinya aku akan berbuat apa yang dikatakan Lo"pek !" Mereka bertiga ber"cakap2 pula untuk beberapa saat kemudian, Lim Lam.yang kuatir ibunya mencari ia, untuk disuruh mengerjakan sesuatu, tidak berani berdiam lama2 disitu, ia lalu minta diri untuk pulang kerumah"nya.
Ia menyekap diri didalam kamar merenungkan segala sesuatu.
Yang per"tama2 muncul dalam otaknya adalah kesebelas huruf yang mereka temukan didalam kamar ibunya tempo hari.
Kini ia mengasah otaknya untuk menyusun suatu gambaran peristiwa, dan dapat me"ngira2 bahwa ayahnya telah menemukan barang apa, dan mengusahakan sedapat mungkin untuk memperoleh barang itu, sehingga menyebabkan selama puluhan tahun terakhir ini tidak muncul lagi didunia persilatan.
Menurut perkataan See Hong Hweeshio, maka mustikanya yang berharga itu adalah mutiara yang bersinar didalam gelap.
Mengingat akan artinya ini, mestinya mutiara itu adalah mutiara yang bersinar diwaktu malam dan yang harga"nya tiada tara mahalnya.
Menurut pantas, ilmu silat ayahnya yang sudah mencapai tingkatan demikian tinggi, semestinya sudah dapat menganggap harta mustika sebagai tanah lumpur saja, mengapa masih tidak menghiraukan jarak yang begitu jauh, dan memerlukan pergi kegunung Bu Beng San didaerah perbatasan Tibet untuk merampok barang mustika tersebut.
Dari sini sudah dapat diketahui kegunaannya yang istimewa dari barang itu.
Apakah tidak boleh jadi kalau apa yang ia kerja"kan itu dilakukan dibawah tanah, atau didalam lubang gunung, sehingga memerlukan sinar yang dipancarkan dari mutiara itu " Akan tetapi kesebelas huruf yang di"ketemukan itu apa pula artinya " Sampai disitu maka lamunannya lantas menemui jalan buntu.
Malam itu la berpikir bolak"balik sehingga jauh malam, yang membikin ia esok harinya terlambat bangun.
Mata hari sudah naik tinggi, ia baru membuka pintu, ibunya justru baru pulang dari luar.
Lim Lam.menanak nasi untuk di daharnya sendiri, dalam hatinya teringat kepada Lie Kie, maka setelah bersantap pagi ia buru2 pergi kerumah Lie Kie, tetapi ia hanya nampak pintu yang sudah ditutup dan terkunci dari luar.
Ia maju melihatnya dan mendapatkan bahwa di"ce1ah2 pintu terselip sehelai kertas.
Diambilnya, dan dibentangkannya kertas itu, yang ternyata ditinggalkan oleh Lie Kie, dalam.mana ditulis bahwa untuk menghindarkan perhatian Tiat Pie Sian Ko, mereka sudah berangkat malam2 untuk mencari See Hong Hweeshio, sambil men"dengar2 kabar didalam dunia Kangouw yang mengenai seluk" beluknya Twat Beng Tui Hun Cit So Kiani Lim Pek Sin.
Terpaksa Lim Lam pulang dengan hati hampa.
Beberapa hari ber-turut2 keadaan Lim Lam.masih seperti sedia kala, hanya ia bangun agak lebih pagi untuk dapat bertemu dengan ibunya.
Oleh karena ingin mengetahui lebih banyak hal2 yang sesungguhnya, maka Lim Lam.terus"menerus menggunakan alasan menanyakan soal ilmu persilatan dan ber"cakap2 dengan ibunya, yang menyawabnya seperti biasa, tetapi mengenai lain2 hal, sepatah katapun tidak di"sebut2"nya.
Ia tampak ibunya acapkali menunjukkan wajah yang sedih, memang sesungguhnya wajah mukanya sudah nampak tidak bersinar, kini ditambah pula oleh perasaan sedih, maka wayahnya terlebih suram lagi, oleh karena itu Lim Lam pun tak berani hanya bicara, hanya dengan tekun berlatih ilmu silatnya.
Mengingat akan sukarnya melukiskan keadaan dengan berbareng, maka terpaksa kita tinggalkan dahulu keadaan Lim Lam dengan ibunya se"hari2.
Marilah kita mengikuti perjalanannya Kim Lian Cie Lie Tay Heng ayah berdua puterinya.
Mereka malam itu meninggalkan rumah kediamannya, pada esok malamnya tibalah mereka dikota Siang Yang.
Kota Siang Yang adalah sebuah kota penting dalam propinsi Ouw Pak, maka sedari dulu sudah tersohor akan keramaian dan keindahannya.
Ditambah dengan keadaan alamnya yang me-lingkar2 dan menonjol- nonjol naik turun bagaikan naga terbang dan harimau jongkok, sangat penting serta strategis untuk pertahanan, maka didalam masa peperangan kota itu selalu menjadi rebutan.
Pada jaman dahulu sewaktu tentara Mongol dibawah pimpinan Khublai Khan, yaitu pangeran yang keempat dari Jengis Khan, pernah dua kali menyerang kota Siang Yang dan mengalami perang sengit, baru setelah lewat beberapa tahun, ia dapat menduduki kota Siang Yang, dari sini dapat dibuktikan betapa penting"nya kota itu.
Setelah Lie Tay Heng bersama Lie Kie tiba dikota itu, se dianya mereka hendak mencari Lo Gek Si Louvv Pan Hidup, tapi kemudian berganti pikiran, menganggap lebih baik jangan merecokinya, maka mereka lalu mencari rumah penginapan untuk menginap, dan makan santapan malam.disitu juga.
Lie Tay Heng mengingat bahwa perjalanannya kali ini akan menempuh puluhan Lie jauhnya, maka tak dapat tidak mereka harus mempunyai tunggangan yang kuat untuk menggantikan tenaga kakinya.
Berpikir Sampai disini, maka ia segera keluar kamar menemui pemegang uang serta berkata : "Tuan kasir, kami hendak menempuh perjalanan jauh, disini ada uang perak lima puluh tail, tolonglah Tuan suruh pegawaimu untuk belikan dua ekor kuda yang bagus, uang selebihnya tuan boleh ambil sebagai ongkos minum arak." Pada jaman dahulu harga barang sangat murah, uang perak lima puluh tail hampir dapat dipergunakan untuk ongkos penghidupan selama satu tahun, maka pemegang uang yang menampak Lie Tay Heng begitu loyal, dengan sendirinya wayahnya penuh dengan senyuman, dan ber"kali2 menyanggupinya.
Dengan segera ia mencarinya sendiri.
Tengah Lie Tay Heng hendak beristirahat ke"kamar, mendadak terdengar perkataan seorang tua diselingi helaan napas katanya: "Heh, sukarlah waktu sekarang ini hendak mencari kuda bagus dikota Siang Yang ini !" Lie Tay Heng memandang kearah datangnya suara tadi, maka nampaklah orang yang berkata itu, yakni seorang prajurit yang sudah tua, kurang lebih enam puluh tahun usianya kumisnya sudah putih, dia agaknya sudah mabuk karena minum arak.
Duduk dihadapan orang tua itu seorang laki2 setengah tua, melihat akan pakaiannya, se-akan2 pesuruh keluarga orang berada.
Ketika itu ia sudah membuka mulutnya menyambung perkataan si orang tua tadi katanya: "Empek, Yu, apakah katamu itu berarti semenjak dicuri"nya kuda kuning digedung perdana menteri itu, maka seluruh kota Siang Yang ini tak dapat di cari pula seekor kuda bagus yang dapat menempuh jalanan seribu Lie sehari ?" Prajurit tua itu menggebrak meja sehingga menerbitkan suara keras dan menarik perhatian orang2 yang berada dirum ah penginapan itu, ia mengangkat cawan araknya sekali diteguknya araknya hingga habis, dan dengan wajah yang sangat gembira ia berkata: "Begitulah !," "Empek Yu, ceritakanlah bagaimana jalannya peristiwa pencurian digedung Siang-hu (gedung perdana menteri) malam itu." kawan2nya meminta.
Prajurit tua itu meneguk pula arak setegukan, setelah mana barulah ia berkata: "Lim Siang Kok (perdana menteri she Lim) mendampingi kaisar dan telah mengabdi kepadanya selama duapuluh tahun lebih, setelah usianya sudah lanjut baru ia minta berhenti dan pulang kerumahnya.
"Laote, kau seharusnya mengetahui, didalam masa duapuluh tahun lebih menyabat pangkat Siang"kok, dengan sendirinya kantongnya pun penuh dengan harta benda, tetapi ada dua benda yang walaupun ada uang juga tak dapat membelinya.
Kedua benda itu ialah pertama kuda upeti dari negeri Tay Wan Kok, yaitu kuda kuning yang dapat menempuh perjalanan ribuan Lie jauhnya, yang kedua adalah sebuah kapak." Ketika ia menutur sampai disini, mendadak ada orang tergelak tertawa seraya katanya: "Empek tua, sebuah kapak harganya hanya tiga puluh uang kecil, kita mudah sekali membelinya.
empek mau berapa buah, nanti aku belikan !" Semua orang ber"gelak2 karena mendengar perkataan itu.
sebaliknya Lie Tay Heng tergerak hatinya, maka ia mencari tempat duduk, dan menanya pelayan rumah penginapan mengenai siapa adanya si orang tua itu.
Ia diberitahukan pelayan itu, bahwa orang she Yu itu, adalah penyaga pintu gedung perdana menteri she Lim itu, sesuatu orang muda semua menyebutnya empek Yu, orang2 tua semua menyebutnya Yu si tua.
Lie Tay Heng menganggukkan kepala untuk menyatakan bahwa ia sudah mengerti maksudnya.
Si empek Yu itu nampak ia ditertawai orang, maka matanya membelalak seraya berkata: "Kalian tahu apa" Kapak itu disebut orang kapak Liok Ting Hu, malaikat Liok Ting Liok Kak membuka gunung, memecah batu, cerita itu apa kalian tak tahu " Kapak itu gunanya seperti itu !" Lie Tay Heng mengingat2, benar juga, ia pernah mendengar cerita bahwa, kapak Liok Ting Hu itu tajamnya dapat digunakan untuk mencincang emas.
orang2 dikalangan persilatan ada yang menginginkan kapak itu dengan menempuh bahaya masuk keistana untuk mencurinya, tapi kalau bukan terluka, tentu tidak ada hasilnya sama sekali.
Tidak tahu"nya kapak itu berada disini.
Lie Tay Heng walaupun selamanya berlaku jujur, tetapi mengingat bahwa benda mustika dikalangan Bu Lim tersimpan dalam gedung si orang kaya raya, sama juga dengan men"sia2kan barang.
Maka sambil terus mendengari ia sambil menetapkan suatu rencana, yakni nanti petang ia ber"sama2 anaknya akan menyelusup kegedung Siang"kok"hu (gedung perdana menteri) untuk mencuri kapak Liok Ting Hu itu.
Tetapi setelah ia mendengarkan terus, ia seperti diguyur air dingin ! Si empek Yu berhenti sebentar lalu meneruskan ceri"teranya: "Kedua benda mustika itu semua hadiah daripada kaisar yang sekarang bertahta, tidak di nyana bahwa pada tiga tahun yang lalu, pada bulan dua belas, telah kedatangan seorang pencuri berkedokkan muka, kedua mustika itu di curinya sekali gus !" Pikir Lie Tay Heng dalam hatinya, entah siapa orang Bu Lim yang telah mendahuluinya ! Dan mengapa selama ini tiada orang yang me"nyebut2 kejadian ini" oleh karenanya ia terus memasang telinga untuk mendengari cerita seterusnya.
Mendadak empek Yu ini meletakkan cawan araknya serta
Tidak tahu"nya kapak itu berada disini.
Lie Tay Heng walaupun selamanya berlaku jujur, tetapi mengingat bahwa benda mustika dikalangan Bu Lim tersimpan dalam gedung si orang kaya raya, sama juga dengan men"sia2kan barang.
Maka sambil terus mendengari ia sambil menetapkan suatu rencana, yakni nanti petang ia ber"sama2 anaknya akan menyelusup kegedung Siang-kok"hu (gedung perdana menteri) untuk mencuri kapak Liok Ting Hu itu.
Tetapi setelah ia mendengarkan terus, ia seperti diguyur air dingin ! Si empek Yu berhenti sebentar lalu meneruskan ceri"teranya: "Kedua benda mustika itu semua hadiah daripada kaisar yang sekarang bertahta, tidak di nyana bahwa pada tiga tahun yang lalu, pada bulan dua belas, telah kedatangan seorang pencuri berkedokkan muka, kedua mustika itu di curinya sekaligus !" Pikir Lie Tay Heng dalam hatinya, entah siapa orang Bu Lim yang telah mendahuluinya ! Dan mengapa selama ini tiada orang yang me-nyebut2 kejadian ini" Oleh karenanya ia terus memasang telinga untuk mendengari cerita seterusnya.
Mendadak empek Yu ini meletakkan cawan araknya serta menyingkap bajunya bagian atas, dan tertampaklah tubuhnya yang kurus kering dan tulang iganya yang menongol, setelah itu ia berkata: "Lihat ! Betapa hebatnya kepandaian si pencuri berkedok itu ! Tangannya memegang pedang panjang, sekelebatan saja sudah menjadi tujuh buah pedang, kala itu aku menyaga pintu, sedangnya aku hendak berteriak, ia sudah menggerakkan tangannya be-runtun2, aku di-tusuknya tujuh kali !" Lie Tay Heng ikut orang banyak menjenguk dan melihat dada si empek Yu itu, betul juga bagian dadanya nampak tujuh buah bekas luka sebesar ibu"jari, bentuknya seperti bintang tujuh dilangit.
Lie Tay Heng merasa gembira didalam hatinya, ia tidak nyana dikota Siang Yang ini menemui hal yang kebetulan seperti ini, sehingga ia tidak perlu menempuh perjalanan jauh lagi ! Rupanya empek Yu ini gembira sekali, ia turunkan bajunya pula seraya berkata: "Tahukah kalian sudah " Dikolong langit ini siapa yang mempunyai kepandaian setinggi ini " Maka tidak dapat disalahkan, bahwa guru silat yang didalam kalangan Kangouw mempunyai nama yang haru, yaitu Tiat Pian Gin Kauw Poan Ngo Ya, yang menggunakan cambuk besi yang bergait perak itu, begitu bergebrak, belum juga sampai dua jurus sudah berada dibawah angin, kedua senjata didalam tangannya sudah terlepas semuanya.
Entah si pencuri berkedok itu mengatakan apa, maka Poan Ngo Ya segera membantunya mencari kapak Liok Ting Hu itu, dan akhir"nya membantunya pula menuntun kuda Ng Piauw Ma si kuda kuning itu, serta dengan hormatnya ia mengiringi"nya keluar pintu !" Menutur sampai disini.
lalu ada orang yang menyelak menjeletuk katanya: "Kalau begini, masih ada mukakah Poan Ngo Ya akan terus melanjutkan tugas pekerjaan"nya ?" Empek Yu berkata: "Sudah tentu malu sekali, maka esok harinya ia segera ber"kemas2 pergi.
Kami berdua bersahabat erat sekali, menjelang perginya, ia masih mengundang aku minum arak.
Ia berbisik katanya: "Yu"ya, pendekar semalam.masih terhitung pemurah hati.
Andaikata tidak, maka pedang panjangnya begitu digerakkan, jangankan kau seorang Si Tua She Yu, meskipun sepuluh orang seperti kau ini pun, sudah siang2 menemui malaikat Giam Lo Ong diakhirat !', kala itu dadaku sedang sakitnya, mulanya kuhendak mencari kawan untuk membalas sakit hati, tetapi setelah mendengar penuturan Poan Ngo Ya, maka walaupun kepalaku di"pangga1, aku tak berani membangkitkan amarahnya !" Sehabis berkata begitu, ia meng"geleng2kan kepala, meleletkan lidahnya.
Ia meng"goyang2kan gucil araknya yang sudah kosong, kemudian ia merapikan pakaiannya segera akan meninggalkan tempat itu.
Lie Tay Heng ingat pribahasa jaman dulu yang mengatakan bahwa: Di carinya ke"mana2 sehingga sepatu besi rusak tak dapat juga menemukannya.
Tapi kalau berjodoh maka penernuann ya akan mudah sekali.
Pepatah ini mirip sekali dengan keadaannya sekarang ini.
Artinya ia sudah cari"cari kabar tentang jejak lalunya Lim Pek Sin, sebegitu jauh masih tidak dapat kabar beritanya.
Tapi kini dengan tidak disangka dan disengaja ia dapat mengetahui"nya.
Pikirnya ketika ini tak dapat dilewatkan dengan begitu saja, maka ia buru2 membungkukkan tubuhnya seraya berkata kepada si orang tua itu: "Yu"ya dikamar"ku masih ada arak serta sayurnya, apakah Yu"ya sudi memberi muka padaku untuk menemani minum ?" Si empek Yu mendengar bahwa masih ada arak untuk diminumnya, segera menoleh kebelakang, nampak roman muka Lie Tay Heng, maka ia jadi sangsi dan berkata: "Tuan tamu, rasanya asing sekali pertemuan kita ini !" Lie Tay Heng tersenyum katanya :"Di empat penjuru lautan, semua terhitung saudara, untuk apa mengatakan kenal baik atau asing ?" Si empek Yu ini sangat gembira didalam hatinya, lalu berkata: "Kalau begitu baiklah, dengan demikian aku akan merecokinya saudara minum tiga cawan arak !" Demikianlah ia lalu menghampiri Lie Tay Heng dan duduk disebelah mejanya.
Lie Tay Heng segera menyuruh pelayan rumah penginapan untuk menyiapkan arak sayur teman minum arak.
Setelah itu ia berkata lagi: "Yu"ya, katamu pada tiga tahun yang lampau dalam gedung Siang"kok"hu kehilangan mustika, apa Yu"ya tidak salah ingat mengenai waktu terjadinya ?" Si empek menyawab: "Tak mungkin aku salah ingat.
Kejadian itu sebenarnya baru dua tahun tujuh bulan lamanya !" Lie Tay Heng berkata: "Perampok besar itu bukankah seorang yang jangkung kurus serta putih kulit muka-nya" Si empek Yu menyawab: "Wajah mukanya aku tidak dapat lihat nyata, tapi tubuhnya memang jangkung." Lie Tay Heng berpikir: "tubuhnya jangkung dan dapat menggunakan pedang sehingga didalam suatu gerakan tangan berubah menjadi tujuh buah pedang agaknya, maka dibawah kolong langit ini selain Twat Beng Tui Hun Cit So Kiam Lim Pek Sin, masih ada siapa lagi " Pukulan yang dilakukannya terhadap si empek Yu ini, justru ilmu pukulan Cit So Kiam yang teristimewa, yang dinamakan Cit Cee Pwan Gwat atau bintang tujuh mengawasi rembulan, si empek Yu dengan sendirinya tidak dapat mengetahuinya.
Sebaliknya orang itu yang disebut Tiat Pian Gin Kauw Poan Ngo, adalah seorang kenamaan dan terkenal ulung didunia Kang"ouw, mendengar namanya Lim Pek Sin, kecuali ia sudah tidak sayang jiwanya, mana berani bertempur dengannya " See Hong Hweeshio pernah bersua sekali dengan Lim Pek Sin pada enam tahun yang telah lampau, ia sendiri oleh karena ini sudah menempuh perjalanan jauh untuk menanyakan se"je1as2nya.
Kini setelah mengetahui dua tahun lebih pada masa yang lampau Lim Pek Sin masih muncul dikota Siang Yang.
Maka gunung Bu Beng San yang letaknya jauh di tapal batas daerah propinsi Tibet itu boleh tak usah pergikan.
Agaknya daripada si empek Yu ini, juga tak dapat ia korek rahasia apa2 lagi, kalau ia hendak mengetahui se"jelas2nya, sebaiknya ia menanyakan pada Tiat Pian Gin Kauw Poan Ngo.
orang itupun ternama, tetapi entah sekarang tinggal dimana." Oleh karena memikir demikian, maka ia lalu menanyakan kepada si empek Yu.
Si empek Yu menjawab: "Aku tidak tahu, hanya mendengar katanya, semenjak peristiwa itu ia sudah tidak dapat berkeliaran dikalangan Kangouw lagi, terpaksa ia pulang kekampung halamannya untuk bercocok tanam !" Lie Tay Heng segera menanyakan dimana kampong halaman Tiat Pian Gin Kauw Poan Ngo itu.
Si empek Yu berpikir untuk beberapa saat, kemudian dengan menggebrak meja ia berkata: "Ia pernah memesan wanti2, tidak boleh diberitahukan kepada orang lain, tetapi terhadap aku bersimpati, tak menjadikan halangan aku memberitahukannya.
Ia berdiam dibawah gunung Bu Tong San didistrik Cing Hong Tin.
Dari sini tidak jauh jaraknya, hanya memerlukan perjalanan dua hari.
Saudara pergi kesana dan menanya2, kau akan dapat ketahui dengan jelas tentang ini !" Didalam hati Lie Tay Heng sangat gembira, setelah ber"cakap2 ketimur dan kebarat, maka si empek Yu itu sudah menjadi sinting sangat, kepalanya diletakkan di-atas meja, lalu tidur dengan mengeluarkan suara dengkurnya.
Lie Tay Heng kembali kekamarnya, lalu ia menceritakan apa yang didengarnya dari si empek Yu kepada anak perempuannya.
Lie Kie pun merasa sangat gembira, dianggapnya setelah bertemu dengan Poen Ngo akan menjadi jelas semua2nya.
Malam itu mereka berbolak-balik senantiasa tidak dapat tidur dengan enak.
Keesokan harinya .maka mereka menunggang kuda yang di carikan pengurus rumah penginapan, mereka menuju kesebelah barat.
Malam itu mereka bermalam disebuah kota kecil dan keesokan harinya melanjutkan perjalanan pula.
Pada hari itu juga mereka telah tiba dikota distrik Ceng Hong Tin, setelah ber"tanya2, maka mereka peroleh segala penunjukan mengenai tempat tinggal Tiat Pian Gin Poan Ngo.
Kemudian tibalah mereka ditempat yang dituju, dan nampak tiga buah rumah atap.
Lie Tay Heng memusatkan tenaga"da1am pada bagian pusatnya serta berseru: "Apakah sahabat She Poan dirumah 4?" Pintu terbuka berbareng dengan suara itu, tetapi tiada orang keluar, tengah Lie Tay Heng Merasa heran, atau terde ngarlah suara "WUT" samberan angin, berbareng dengan samberan angin itu nampak sebuah Kiu Ciat Tiat Pian atau carnbuk besi beruas Sembilan bergerak dengan cepat menotok perutnya.
Ia tidak tahan akan hawa marahnya, maka ditekannya pergelangan tangannya orang itu serta ditangkap dan ditarik cambuknya, maka terdengarlah suara "Brak" dan orang itu jatuh ditanah, carnbuk besinya sudah berganti tangan.
Lie Tay Heng menatapnya, kiranya orang itu adalah anak yang berusia belasan tahun, alisnya bagus, dia sedang merayap bangun dengan wayahnya merah, karena rasa malunya.
Lie Tay Heng pun sudah menduga mestinya suatu anak yang berbuat nakal.
Benar saja dari dalam terdengar suara orang berkata: "Ang Jie, tak boleh kau berbuat nakal !" Dan keluarlah seorang berkumis kira2 lima kaki tingginya, nampak roman Lie Tay Heng berdua anaknya jadi melengak.
Lie Tay Heng buru2 mengangkat tangan memberi hormat dan berkata: "Telah lama.
aku mendengar akan nama Poan"heng yang termasyur, Siauw"tee Lie Tay Heng, dan ini anak perempuanku Lie Kie namanya." "Kiranya Tayhiap Kim Lian Cie, entah angin apa yang meniup dan menyebabkan Tay-hiap datang kemari sehingga tembok yang berantakan bersinar gemerlapan." Tuan-rumah membalasnya dengan hormat.
Lie Tay Heng berbicara terus terang tanpa tedeng a1ing2, katanya: "Mendengar kabar, kira2 pada tiga tahun yang lampau, Poan Heng pernah bertemu dengan Twat Beng Tui Hun Cit So Kiam Lim Pek Sin, benarkah hal yang demikian itu ?" Tiat Pian Gin Kauw Poan Ngo segera nampak berubah wayahnya, beberapa saat kemudian baru dapat kembali menjadi tenang dan berkata: "Lie Tay-hiap silahkanlah ambil tempat duduk, jika kepada orang lain aku si Poan Ngo pasti takkan mengatakan riwayatnya peristiwa itu.
Lie Heng adalah pendekar besar dikalangan Bu Lim, didepan orang yang terang aku tidak ingin membohong, aku benar2
Tiat Pian Gin Kauw Poan Ngo segera nampak berubah wayahnya, beberapa saat kemudian baru dapat kembali menjadi tenang dan berkata: "Lie Tay-hiap silahkanlah ambil tempat duduk, jika kepada orang lain aku si Poan Ngo pasti takkan mengatakan riwayatnya peristiwa itu.
Lie Heng adalah pendekar besar dikalangan Bu Lbn, didepan orang yang terang aku tidak ingin membohong, aku benar2 pernah bertemu dengan Lim Pek Sin." Lie Tay Heng bersama Lie Kie sama2 mengambil tempat duduk.
Lie Kie buru2 menanya: "Kini ia dimana, apakah tuan mengetahuinya ?" Poan Ngo meng-geleng2kan kepalanya seraya berkata: "Itulah aku tidak tahu.
Pada tiga tahun yang lampau aku bekerja pada keluarga Lim, mendengar ada suara ribut dihalaman, maka segera aku mengambil senjata lompat keluar, maka nampaklah seorang yang menggunakan pedang panjang, dimana ia maju tiada orang dapat mencegah.
Hanya dua jurus aku bertempur dengannya, aku mengalami kegagalan dan dikalahkannya, orang itu berkata disamping telingaku, katanya: "Poan Ngo"heng, aku adalah Cit So Kiam Lbm Pek Sin, kau dan aku sama2 orang dalam kalangan Bu Lim, mengapa kau menjual jiwa untuk orang kaya " Aku sekarang sa ngat membutuhkan kapak Liok Ting Hu untuk dipakai, pernah tiga kali aku masuk ke istana dengan tanpa hasil paling akhir baru aku dapat dengar dari pengurus gudang bahwa kapak Liok Ting Hu itu berada dirumah Lim Siang"kok, jika kau dapat membantuku sedikit, pasti aku takkan melupakannya !' Aku mengetahui bahwa orang yang aku hadapi itu adalah Twat Beng Tui Hun Cit So Kiam yang selama ini tidak muncul, sudah tentu aku tak dapat berbuat apa2, dengan sendirinya aku membiarkan apa yang ia inginkan.
Nampaknya urusannya sangat ter"gesa2, setelah mengambil kapak Liok Ting Hu, masih ia hendak pinyam Ngo Piau'w Ma, dan kabur seperti angin kearah utara.
sudah tentu aku tak berani menanyakan"nya kemana ia akan pergi, serta apa gunanya ia mengambil kapak Liok Ting Hu.
Lim Pek Sin seorang yang sangat ganas dan banyak curiga, ia tidak menginginkan orang mengetahui urusannya.
Maka siapa berani menanyakannya " Kali ini Lie Tay-hiap datang kemari, apakah karena mendengar bawelnya Si Tua She Yu " si tua itu asal ada tiga cawan arak masuk kemulutnya, apa saja ia berani mengatakannya ?" Mendengar akan perkataan itu, maka Lie Tay Heng mengerti bahwa Poan Ngo tidak senang atas kedatangannya itu, andaikata bukan ia yang mempunyai nama haru dikalangan Kang"ouw, mungkin kedatangannya ini akan tidak dibukakan pintu, sekaligus artinya tidak akan ditemuinya, maka dari sini ia mengetahui bahwa walaupun ia menanyakan terus pun tidak akan mendapat hasil apa2.
Maka setelah memuji anak yang tadi memukul dengan cambuk besi itu, ia lalu minta diri untuk berlalu.
Ayah berdua anak saling berunding, menganggap bahwa setelah Lim Pek Sin meninggalkan kota Siang Yang dan pergi kearah utara, dan mereka sendiripun tidak mempunyai urusan apa2, mengapa tidak mengambil kesempatan ini pergi pesiar kedaerah utara untuk sekalian mencari tahu mengenai jejaknya Lim Pek Sin.
Tetapi setelah mereka berpesiar selama dua bulan lebih, dan berjalan sampai didaerah tembok besar dan berbalik kembali, sedikitpun mereka tidak mendengar berita apa2, maka dengan perasaan lesu mereka pulang ketempat tinggalnya.
Baru saja mereka tiba diruah, Lim Lam sudah siang2 menunggu dengan perasaan gelisah.
Setelah menanya kisah perjalanan mereka, dan mengetahui masih ada ujung pangkalnya mengenai urusannya.
maka ia rasakan seperti juga kehilangan apa2.
Lie Tay Heng berkata: "Hian-tit, (artinya kemenakan yang bijak) hal ini dapat dikatakan sudah ada bentuk gambarannya.
Mestinya ayahmu itu setelah pertemuan di"puncak gunung Thay San tahun itu, menemukan entah apa pada suatu tempat dan karenanya perjanjian tahun kedua itupun tak keburu ia penuhinya.
Setelah itu dalam masa puluhan tahun ini, ia senantiasa memeras otak dan tenaga untuk menghadapi persoalan ini.
Aku berani katakan bahwa, jika bukannya ibumu harus menyaga kalian berempat saudara, tentunya ibumupun harus menemaninya dan tinggal bersama.
Kakakmu pergi tidak kembali, tentulah ia diwajibkan membantu ayahmu menyelesaikan pekerjaan ini.
Pada hari raya Peh Cun di lain tahun kami ayah berdua anak pasti membuntuti kalian dengan diam2 dari belakang untuk mengetahui apakah sebenarnya yang telah terjadi." Lim Lam pikir perkataan Lie Tay Heng sangat beralasan, lagi pula mengingat perkataan "memeras otak dan tenaga" yang terdapat da1am.sebelas huruf itu juga cocok dengan tafsiran itu.
Diduganya tulisan itu tentunya ditulis oleh ibunya diwaktu iseng tiada kerjaan.
setelah menulis ia pun tidak menghendaki diketahui oleh orang lain, tetapi toh diluar kehendaknya, kertas itu tidak terbakar habis, tetapi karena tiada mengandun g banyak arti didalamnya, maka lalu dibiarkan begitu saja.
Demikianlah jika ada peristiwa ceritanya menjadi panjang, sebaliknya jika tidak lewat dengan pesatnya, ceritanyapun singkat.
Sang waktu lewat dengan pesatnya, sekejap saja satu tahun telah dilampaui.
Didalam masa satu tahun itu perhubungan Lim.Lam dengan Lie Kie semakin erat, diantara bunga2 mekar atau dibawah sinar bulan purnama senantiasa terdapat bayangan mereka berdua merajut asmara, dan didalam hati mereka masing2 telah terlukis gambaran wajah orang yang di cintainya.
Pada suatu malam hari, sepasang merpati ini sedang duduk berdampingan, terdengarlah Lie Kie berkata dengan suara bisik2: "Engko Lam, hari ini sudah tanggal satu bulan lima, empat hari lagi akan tibalah Go-gwee Ce Go atau hari raya Peh Cun.
Apakah ada tanda2 bahwa ibumu akan bepergian ?" Mendengar perkataan itu, Lim Lam lebih mendekat duduknya dengan Lie Kie.
Ia ingat bahwa nanti setelah lewat empat hari lagi ia akan berpisah dengan Lie Kie, maka didalam hatinya timbul rasa enggan berpisah.
Akhirnya ia berkata juga: "Sama dengan keadaan tiga tahun yang lampau, sekarangpun ia tengah ber-kemas2." Lie Kie berkata: "Baiklah, kami pasti menguntitnya dibelakang kalian." "Hanya yang kuharapkan jangan sampai dapat menerbitkan kesalah fahaman." Lim Lam.memohon.
Lie Kie menjebikan bibirnya seraya berkata: "Takut apa, orangpun hanya mendengar namanya Tiat Pie Sian K0, tetapi betapa ilmu sebenarnya, siapa yang pernah melihatnya ?" Terkejut Lim Lam.mendengar perkataan Lie Kie itu, maka buru2 ia membekap mulut Lie Kie seraya berkata : "Adik Kie, jangan kau sembarang kata." Lie Kie ter-kekeh2, selanjutnya keduanya membungkem.
Kim.Lian Cie Lie Tay Heng sudah berketetapan akan mengikuti perjalanan Tiat Pek Sian Ko.
"o0o))dw((o0o" Pada malam hari menjelang hari raya Peh Cun, benar saja Tiat Pek Sian K0 memanggil Lim Lam.masuk kedalam.kamar berdinding besinya.
Lim Lam.melihat kesekitar kamar itu, maka keadaannya masih serupa dengan tempo hari, yaitu selain daripada patung lainnya tidak ada apa2nya lagi.
Tiat Pie Sian K0 duduk bersila dilantai, sambil menghela napasnya ia berkata: "Lam Jie (anak Lam) selama beberapa tahun terakhir ini, tentulah didalam hatimu mencela ibumu yang sepak terjangnya mencurigakan serta mengandung rahasia, tidakkah begitu ?" Perkataan itu dikatakannya dengan penuh keramah"tamahan.
Selama hidupnya Lim Lam belum pernah mengalami ibunya begitu manis budi terhadap ia.
Dengan tidak terasa timbul dalam hati nuraninya hubungan erat antara ibu dan anak.
Maka berkatalah: "Mana berani anak mencela ibu ?" Tiat Pie Sian K0 berkata: "Lam Jie, kau tak usah menyembunyikan rasa hatimu ! Diantara kalian berempat saudara, sedari masih kecil sudah nampak bahwa kaulah yang paling cerdas.
Sebenarnya apakah persoa1an"nya aku dan ayahmu, sekarang ini belum waktunya aku menerangkan kepadamu.
Harus di jaga bahwa sebelah tetangga mempunyai telinga.
Kamarku ini berdinding besi, tahukah kau ?" Lim Lam tidak berani berterus terang, maka dengan membohong ia menyawab bahwa ia tidak mengetahui"nya.
Tiat Pie Sian K0 berkata: "Ayahmu mempunyai terlampau banyak musuh didalam.kalangan Kangouw, maka terpaksa harus ber"jaga2.
Aku berdua ayahmu suatu waktu juga bertindak sangat keterlaluan.
Semua musuh2 membenci kami sampai didalam.sungsum tulangznya.
Walaupun selama puluhan tahun ini, kami tidak memperlihatkan muka didalam dunia Kangouw.
Tetapi orang2 didunia Kangouw terhadap permusuhan takkan mereka lupakan ayahmu .
. . . . . . . . . . .. ah ! Malam ini kau tidurlah lebih siang daripada biasanya, esok pagi2 sekali, kita akan menempuh perjalanan, ditengah jalan jangan banyak ber-kata2.


Rahasia Bukit Iblis Pit Mo Gay Karya Kauw Tan Seng di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Juga jangan bertanya akan pergi kemana, mengertikah kau ?" Lim Lam hanya mengiakan saja, tidak berani mengatakan sesuatu.
Didalam dugaan Lim Lam dan Lie Kie serta Lie Tay Heng, bahwa Lhm Pek Sin masih hidup, maka Lim.Lam sedikitpun tidak merasa sedih.
Tetapi sekembalinya didalam.kamar sendiri, ia ingat pada huruf "Sembahyang" yang terdapat dalam sebelas huruf itu.
Maka hatinya kembali menjadi tidak tenang.
Pikirnya jika orang masih hidup, mengapa memakai huruf "Sembahyang" " Karena ini, maka semalaman ia tidak dapat tidur.
Pada esok harinya, hari belum lagi fajar, pintu kamarnya sudah di"gedor2 oleh ibunya.
Ia tampak ibunya mengenakan pula pakaian serba hitam, nampaknya se-akan2 ia adalah seorang wanita dusun.
Siapa yang sangka ia justru seorang pendekar wanita yang namanya menggetarkan seluruh dunia Kang"ouw " Melihat Lim Lam sudah bangun dari tidurnya, maka Tiat Pie Sian Ko mendesaknya buru2 cuci muka dan bersisir, setelah mana kedua orang menggunakan ilmu mengentengkan tubuh, tidak:menunggu matahari terbit sudah berjalan dua tiga puluh Lie.
Disana sudah tersedia sebuah gerobak beroda satu.
Tiat Pie Sian Ko bercokol diatasnya dan Lim Lam disuruhnya mendorong, Lim Lam berkata: "Ibu, mendorong gerobak kecil semacam ini, dapatkah kita menempuh jalan jauh ?" Tiat Pie Sian K0 mengkerutkan kedua alisnya, matanya bersinar berpengaruh serta membentaknya dengan suara perlahan katanya: "cukuplah kau dorong saja, mengapa banyak tanya, apakah kau menghendaki musuh kita melihat sepak terjang kita ?" Lim Lam tak berani membantah, tetapi didalam hatinya sangatlah rasa herannya, ia tidak mengerti mengapa ibunya begitu takut kepada musuh2nya.
Segera setelah itu, terdengarlah suara "kikok, kikok" bunyi gerobak didorong.
Ditambah pula pakaian kedua orang itu sedemikian rupanya, sehingga meskipun orang yang sudah ulung didunia Kangouw melihatnya, akan mengira bahwa mereka itu adalah orang dusun yang hendak pergi kekota.
Se"ka1i2 tak diduganya bahwa sebenarnya mereka adalah keluarga orang gagah didalam dunia persilatan.
Tiat Pie Sian K0 bercokol diatas gerobak menutup matanya berlagak tidur.
Begitulah mereka telah melalui pula puluhan Lie, Lim Lam menengok kebelakang, nampak Lie Tay Heng berdua anak perempuannya mengikuti dari kejauhan, maka ia melambaikan tangannya.
Tetapi sungguh bukan main tingginya ilmu Tiat Pie Sian K0, gerakan tangan Lim Lam itu segera juga dirasai oleh-nya, maka berkatalah ia kepada anaknya: "Lam Jie, apakah dibelakang ada orang yang mengikuti kita ?" Terkejutlah Lim.Lam mendengar pertanyaan itu, tangannya gemetar sehingga hampir saja gerobak yang di dorongnya itu miring kesebelah.
Tetapi Tiak Pek Sian Ko sebaliknya tidak ber"kata2 lagi, bagaikan tiada terjadi sesuatu.
Dalam hati Lim Lam berkebat"kebit karena rasa takutnya, tetapi hari hingga malam, Tiat Pie Sian Ko tidak ber"kata2 lagi, maka Lim Lam pun jadi tenteram hatinya.
Malam hari itu mereka mencari rumah penginapan.
Tidak antara lama Lim Lam segera dapat mendengar Lie Kie di jalan besar ber"kata2 dengan suara keras.
Dengan demikian, ia ingin diperhatikan oleh Lim Lam.
Begitulah ber"turut2 hingga beberapa hari, mereka selalu mengarah keutara, menilai akan jarak jauhnya jalan yang akan ditempuh, mengingat bahwa setiap kali ibunya pasti pulang setelah pergi selama satu bulan, maka tempat yang dituju itu mestinya takkan memakan waktu dua puluh hari lamanya.
Entah tempat apakah yang menjadi tujuan ibunya itu " Dilain pihak Lie Tay Heng berdua anaknya kalau tidak dibelakang tentu didepan mereka, senantiasa mengikuti perjalanannya.
Hari itu mereka sudah tiba didaerah tapal-batas propinsi Soa Sai, sudah lewat setengah bulan mereka bepergian, rasanya tempat tujuannya sudah tidak jauh lagi.
Lie Tay Heng berdua anaknya dengan pesat menunggang kuda melewatinya.
Tiat Pie Sian K0 dengan mendadak saja bertanya: "Lam Jie, kenalkah kau laki2 dan perempuan yang lewat tadi ?"
Lim Lam terkejut pula, ia menyawab dengan se"tengah2 kata: "seperti sudah pernah melihatnya entah di-mana." Tiat Pie Sian K0 sambil tertawa menyindir berkata: "Anak anjing sangat besar nyalinya, berani menguntit perjalanan kita.
Apakah kau tidak mengetahuinya " Didepan sana ada suatu tempat bernama Thio Kee Pacu, keadaannya sangat sepi sunyi, bagus sekali suruh mereka datang untuk menjadi mangsanya anjing hutan !" Hati Lim Lam.makin terkejut, iapun tidak leluasa untuk mengatakan bahwa perbuatan mereka itu ada sangkut-pautnya dengan ia sendiri, juga tidak dapat ia pergi kedepan untuk memberi kisikan kepada Lie Tay Heng berdua agar mereka berlaku hati2, ia hanya menjadi lebih gelisah didalam hatinya sendiri.
Dari wajah ibunya sewaktu ber"kata2, yang menunjukkan roman geregetan, maka diketahuinya bahwa ibunya sudah merasa benci bahwa perjalanannya dikuntit orang.
Didalam hati Lim Lam dak"dik"duk ber"debar2 dan tidak dapat mengambil suatu ketetapan, hanya ia berharap Lie Tay Heng dan Lie Kie berdua dapat menghindarkan bahaya.
Tiat Pie Sian K0 ber-kali2 mendesak Lim.Lam.mempercepat jalannya.
Sungguh setindak demi setindak Lim Lam senantiasa ter"kejut2 rasa hatinya, Selewatnya sebuah bukit tanah tertampaklah bukit yang banyak batunya.
Ia nampak Lie Tay Heng berdua Lie Kie membiarkan kudanya jalan per"lahan2, maka didalam hatinya merasa akan celaka, tak mengerti ia mengapa Lie Tay Heng yang terhitung seorang ulung dikalangan Kangouw, menguntit orang dengan menyolok mata demikian " Tiat Pie Sian K0 nampak dua orang didepan, ia tertawa menyindir, suaranya tajam sekali, ternyata suara itu dikeluarkan dengan mengerahkan tenaga-dalamnya dapat mencapai jarak jauh.
Lie Kie baru saja berkelana didunia Kangouw, ia menoleh kebelakang.
Tiat Pie Sian Ko mengayun tangannya, Lim Lam.sungguhpun berada didekatnya, tidak juga mengetahui gerakan lengan ibunya, tahu2 dua sinar hitam.melesat keluar.
Kedua tunggangan Lie Tay Heng dan Lie Kie yang berada diantara jarak tiga empat puluh kaki itu, mendadak berdiri dan meringkuk keras, hampir saja kedua orang yang menunggangnya bercokol terjatuh kebawah.
Setelah mana, kaki belakang kedua kuda itu, membengkok dan tidak dapat berdiri lagi.
Lie Tay Heng telah puluhan tahun berkelana didunia Kang"ouw, ketika nampak kudanya mendadak berdiri, maka tahulah ia bahwa kudanya terserang orang dengan sembunyi, segera ia membentak dengan suara rendah: "Kie Jie, lekas jalan mengikuti aku !" Meski perlahan suaranya Lie Tay Heng, tetapi Tiat Pie Sian Ko sudah dapat mendengarnya.
Ia tertawa menyindir dengan sikap seranu "Bangsat tua, ingin kabur"pun sudah terlambat, besar sekali nyalimu, apa maksudmu menguntit perjalanan Sian Ko"mu ?" Lie Tay Heng dikalangan Kang"ouw bukannya seorang yang tidak ternama, kali ini jika lari sungguh memalukan, maka terpaksa ia kembali.
Ini membuatnya Lim Lam jadi sangat gelisah.
Baru saja habis perkataannya, kedua tangan Tiat Pie Sian Ko sudah mengayun be"runtun2, dua gumpulan sinar hitam.melesat, segumpal mengarah Lie Tay Heng, segumpal lagi mengarah Lie Kie.
Lie Kie tidak mengetahui hebatnya senjata Tiat Pie Sian Ko, pikir dalam hatinya bahwa ayahnya termasyur sebagai ahli senjata rahasia, apakah anehna segumpal sinar hitam " Tetapi Lie Tay Heng sebaliknya tahu akan hebatnya senjata itu, menampak Lie Kie pasang kuda2 siap akan menyanggapinya, segera ia berseru: "Kie Jie, lekas berkelit !" Walaupun begitu, ia tahu bahwa anaknya bersifat kepala batu, pasti tidak akan menurut kata2nya, ia berkuatir sangat dan seketika itu tak dapat ia memik irkan akan keselamatan dirinya, maka ia melompat dan menyerang Lie Kie dengan Pek Khong Ciang"nya, sehingga Lie Kie terdorong terpental sejauh puluhan kaki, terhindar dari bahaya serangan senjata rahasia itu.
Tetapi justru oleh karena ini, tubuh Lie Tay Heng sendiri berada diantara dua gumpalan sinar hitam.
Betapa pesat jalannya jarum terbang itu, sedetik untuk berpikirpun sudah tidak ada.
Masih untung bahwa Lie Tay Heng sudah ulung dalam medan pertempuran, setelah telapak tangannya mendorong Lie Kie, maka lengannya membalik dan dengan tangan kirinya serentak berbareng menepak, sehingga mengeluarkan dua kali suara "wut"wut".
Dengan datangnya angin serangan telapak tangan itu, jarum2 terbang itu telah dibuat berpencaran, walau demikian, di waktu jarum terbang itu dihamburkan, Tiat Pie Sian K0 telah mengerahkan tenaga dalamnya yang telah mencapai puncak kesempurnaannya, sehingga tenaga itu dapat menyalur kedalam jarum2 terbang itu, maka angin yang keluar dari telapak tangan Lie Tay Heng, meskipun dapat membuyarkannya, tetapi jarum2 itu tidak segera jatuh kebawah hanya setelah buyar berkumpul pula.
Tiat Pie Sian K0 nampak bahwa jarum2-nya telah berkumpul pula, ia segera mengerahkan tenaga dalamnya sambil menepak keudara, jarum2 itu mendapat dorongan dari tenaga Pek Khong Ciang Tiat Pie Sian K0, maka lajunya bertambah pula.
Lie Tay Heng nampak gelagat jelek, lalu berpikir.
Seandainya ia menggunakan ilmu Pek Khong Ciang"nya pula, itu akan berarti adu tenaga telapak tangan, upama kata tenaganya seimba ng pun, tetapi Tiat Pie Sian Ko toh masih menang diatas angin, karena ia mempunyai jaru terbang yang jadi pelopornya, dapat juga melukai tangannya.
Maka ia tidak ingin adu tenaga, ia hanya buru2 mencabut rangkaian Kim Lian Cie yang sampai tujuh kaki panjangnya.
Digetarkannya pergelangan tangannya, maka melempanglah rangkaian Kim Lian Cie itu bagaikan sebuah tombak saja.
Ditotolnya Kim Lian Cie itu, berbareng dengan itu tubuhnya melesat keatas sehingga sepuluh kaki tingginya, karena itu dua buah gumpalan jarum terbang itu menerobos dibawah kakinya dan terus jatuh ditanah.
Tiat Pie Sian K0 adalah seorang ahli, nampak Lie Tay Heng sekali turun tangan nampak cahaya ke"emas2an bergemerlap, se"akan2 sebuah cambuk lemas, tetapi dengan meminyam tenaga menotol ketanah ia telah dapat melompat setinggi sepuluh kaki, maka tahulah ia siapa adanya orang itu.
Ia tunggu sampai Lie Tay Heng sudah turun ditanah, maka berkatalah ia dengan disertai suara ketawa sindirannya: "Kukira siapa, tidak tahunya Kim Lian Cie Lie Eng"hiong.
Tetapi mengapakah berbuat sembunyi2 seperti ini.
orang telah meninggal tetapi masih juga di Cari tulang"be1ulangnya untuk melampiaskan niat napsunya, begitulah maksudnya ?" Mendengar akan kata2 itu, Lie Tay Heng jadi tidak dapat mengerti.
Dalam hatinya ia berpikir, terang2 bahwa pada tiga tahun yang lampau Lim Pek Sin masih hidup, mengapa Tiat Pie Sian Ko menyebut perkataan "Tu1ang"belu1ang" " Pada saat itu tidak tahu ia mesti menyawab bagaimana baiknya.
Tiat Pie Sian K0 nampaknya ter"bengong2, mengira bahwa dengan diam2 ia telah mengakuinya, maka timbullah hawa amarahnya, yang sangat, tangannya menekan pada gerobak.
Sebenarnya kedua tangan Lim Lam berpegang pada kedua pegangan gerobak itu, kini karena tekanan tangan Tiat Pie Sian Ko itu, mendadak terasa ada suatu tenaga yang besar membentur datang, dan kedua tangannya membelah keluar, diiuar kemauannya sendiri, tubuhnya"pun terpental jatuh pada jarak dua tiga langkah jauh"nya.
Dengan terdengarnya suara gemertak, maka gerobak yang beroda tunggal itu sudah hancur ber"keping2.
Tiat Pie Sian K0 sendiripun melompat setinggi sepuluh kaki, lalu turun berdiri tegak ditanah.
Berhadapan dengan Lie Tay Heng sejarak sepuluh kaki jauhnya, ia membentak dengan tajamnya, katanya: "orang she Lie, hari ini jika masih ada kau maka tiadalah aku !" Berbareng habisnya perkataan itu, tangan kanannya meng"ayun, telapak tangannya dari atas menyerang kebawah, kelima jarinya membengkok bagaikan kaitan, mencakar datang.
Mendengar serangan yang membawa angin santer itu, tak berani Lie Tay Heng mengadu tenaga, maka lengan kirinya membuat garis setengah lingkaran, di halaunya serangan itu.
Tiat Pie Sian K0 berseru: "Bagus," tangan kanannya mendadak menepok lengan kirinya, dengan menerbitkan suara: "Wut", sudah terlepas dari bahunya, terus menyerang Lie Tay Heng.
Gerakan tipunya ini sungguh di luar dugaan orang " Betapa tidak " Masakah lengan orang dapat dengan begitu saja dipergunakan sebagai senjata " Kiranya lengan kirinya itu bukan lengan yang wajar, hanya terbuat daripada besi, karena dimasa mudanya, ia bertempur dengan musuh dan kehilangan sebelah tangan, lalu dibuatnya suatu rangka dari besi sebagai gantinya.
Sebutan Tiat Pie Sian Ko, yaitu Dewi Kayangan Berlengan Besi itupun didapatnya oleh karena ini.
Tipu yang digunakan itu disebut Siu Lie Kun yaitu mujijat didalam lengan baju.
Entah sudah berapa banyak orang gagah yang terluka dengan cara demikian.
Lie Tay Heng pun tidak terkecuali, ia tidak keburu membuat penyagaan.
Walaupun begitu, tidak sia2 pengalamannya puluhan tahun didunia Kang"ouw yang ia telah dapatkan itu, ialah menghadapi segala sesuatu yang tidak pernah di"duga2nya semula dengan tenang.
Maka dengan tipu Tiat Poan Kio (memasang jembatan besi), tenaganya dipusatkan pada kedua kakinya, tubuhnya melenggak melengkung kebelakang serata pahanya, dapatlah ia mengelakkan serangan yang mendadak itu.
Iapun telah menduga pasti bahwa, setelah Tiat Pie Sian K0 mengalami serangan yang gagal itu, mesti menyusul jurus dengan serangan lain, maka lengannya menyampok dengan tubuhnya tidak diangkat naik lagi.
Rangkaian Kim Lian Cie sepanjang tujuh kaki itu sudah menyambar keatas, berbentrok dengan tangan besi Tiat Pie Sian K0 yang sudah ditekankan kebawah untuk menyerang perutnya itu.
Dengan menerbitkan suara gemerincing, rangkaian Kim.Lian Cie itu sudah melibat lengan besi dengan tiga balutan.
Tiat Pie Sian K0 nampak senjatanya dilibat oleh Kim.Lian Cie, ia mengerahkan tenaganya untuk menariknya kebelakang.
Karena tarikan ini, justru tubuh Lie Tay Heng dapat ditarik bangun.
Tiat Pie Sian Ko hendak menarik terus, maka ketika kaki Lie Tay Heng belum dapat berdiri tetap, ia lalu menarik lengan lawannya.
Lie Tay Heng sudah menduga akan adanya gerakan ini, maka ia pun menggunakan tipu Cian Kin Tui, yaitu memusatkan tenaganya pada kedua kakinya berdiri tegak ditanah agar tubuhnya tidak tertarik rubuh.
Meski demikian, ia agak sedikit lengah, rangkaian Kim Lian Cie itu tergetar dan membentur kepada dirinya sendiri.
Dalam hati Lie Tay Heng memuji kehebatan Tiat Pie Sian Ko yang benar2 tidak hanya nama kosong belaka.
Ia sendiri pun lalu menyalurkan tenaga dalamnya kepada Kim Lian Cie, dan pergelangan tangannya dibalikkan, dengan begitu ia menahan tenaga membaliknya Kim.Lian Cie tadi.
Tengah ia hendak mengutarakan maksud kedatangannya itu, ia merasa juga, bahwa dengan diam2 menguntit diluar tahunya orang itu pun suatu tingkah laku yang tidak pantas, maka rasanya ia sukar sekali untuk membuka mulutnya.
Dengan kesangsiannya itu, mendadak serangan Tiat Pie Sian Ko sudah tiba lagi.
Dengan orang yang berilmu tinggi bertempur, se"kali2 tidak boleh lengah.
Lie Tay Heng menotolkan ujung kakinya ke"tanah, tubuhnya melesat kesamping, digerakannya rangkaian Kim Lian Cie"nya dan melayani"nya dengan mantap.
Tubuh Tiat Pie Sian Ko ramping dan kecil, gerak"an2nya sangat lincah, lompat naik dan turun dengan gesitnya, lengan besi yang di pergunakannya pun begitu hebat sehingga seumpama malaikat dan setan pun tidak berani munculkan diri.
Dengan mengambil keuntungan dari senjatanya yang panjang itu, Lie Tay Heng baru dapat melayaninya dengan berimbang.
Sebentar sadia kedua orang itu sudah bertempur sampai tiga puluh jurus.
Tiat Pie Sian K0 mendadak berseru nyaring katanya: "Lim Jie, gunakanlah ilmn pedang Cit So Kiam Hoat,dan bunuhlah budak perempuan itu, jejak perjalanan kita tak boleh diketahui oleh orang lain ! Jika kau tidak membunuhnya, tulang"belulang ayah mu pun tak dapat tertaram dengan tenteram, jerih payahku untuk melindungi"nya yang sudah puluhan tahun itu, tidak boleh dirusak dengan waktu sehari saja !" Mendengar seruan itu, Lim Lam tidak tahu harus berbuat bagaimana baiknya.
Dengan menerbitkan suara gemerincing, ia mencabut pedangnya, tetapi ia maju mundur tidak dapat bertindak.
Mendengar keterangan Tiat Pie Sian Ko bahwa Lim Pek Sin sudah meninggal semenjak puluhan tahun yang telah lampau, dan gerak- geriknya yang sangat mengandung rahasia itu semua dimaksudkannya untuk melindungi tulang"belulang Lim.Pek Sin saja.
Pada masa hidupnya mereka suami-isteri saling mencintai, maka setelah meninggalnya suaminya, ia berbuat yang sedemikian itu tidaklah mengherankan orang.
Akan tetapi bilamana benar Lim Pek Sin telah meninggal dunia semenjak puluhan tahun yang lalu, bagaimana dengan See Hong Hweeshio dan Tiat Pian Gin Kouw, dua orang yang pernah bertemu
Akan tetapi bilamana benar Lim Pek Sin telah meninggal dunia semenjak puluhan tahun yang lalu, bagaimana dengan See Hong Hweeshio dan Tiat Pian Gin Kouw, dua orang yang pernah bertemu dengan Lim Pek Sin itu " Apakah mereka bersua dengan setan " See Hong Hweeshio tidak bertemn sendiri dengan Lim Pek Sin, ini dapat juga dibuat alasan, tetapi Tiat Pian Gin Kauw Poan Ngo toh berhadapan sendiri dengan Lim Pek Sin, bagaimana sebenarnya ini " Karena lamunan ini, gerakan Li? Tay Heng dengan sendirinya menjadi lambat, Tiat Pie Sian K0 begitu ada kesempatan lantas menyerang.
Langsung kedada Lie Tay Heng.
Rangkaian Kim Lian Cie ada diluar, tak dapat segera ditarik pulang, terpaksa ia menangkis dengan tangan kirinya, tetapi belum juga pukulan itu terhalau atau sudah terdengar suara "Sret", baju serta kulit dan daging tangan Lie Tay Heng terpapas sepotong dan darahnya mengucur keluar.
Nampak ayahnya terluka, Lie Kie bergelisah didalam hatinya, maka digerakkannya senjatanya dan maju membantu ayahnya.
Tiat Pie Sian K0 yang dikerubuti berdua, semakin hebat dan seru serangannya.
Ilmu silat Lie Kie masih jauh ketinggalan tingkatnya, perbuatannya itu bukan saja tidak dapat membantu pada Lie Tay Heng, sebaliknya malah membuat Lie Tay Heng memecah perhatiannya, sehingga belum lewat sepuluh jurus lagi, sudah nampak banyak kelemahannya, Lie Kie terlebih jelek lagi keadaannya, banyak sekali menunjukkan keadaan yang sangat berbahaya.
Nampak keadaan begitu hati Lim Lam jadi sangat gelisah, karena sudah sangat kepepet, terlepaslah katanya dengan berseru: "Ibu, jangan berkelahi terus, semua orang sendiri !" Tiat Pie Sian K0 tercengang dan lompat mundur tiga kaki dan berkata: "Apa katamu ?" Baru sadarlah Lim Lam bahwa ia telah kelepasan kata, maka ia tidak berani bersuara lagi, karena takutnya.
Lie Tay Heng menggunakan ketika ini membuka mulutnya dan berkata: "Tiat Pie Sian K0, aku yang rendah pernah bertemu dengan Lim"heng dipuncak gunung Thay San puluhan tahun yang telah lampau, sedari waktu itu aku sudah mengakuinya dia sebagai pendekar yang besar pada zaman ini, selanjutnya walaupun kami belum.pernah bersua pula, tetapi jika ada orang yang hendak memusuhinya, aku yang rendah pasti tidak setuju dan menentangnya |Il Kata2 itu di ucapkan Lie Tay Heng dengan setulus hatinya, disertai nama harumnya dikalangan Kang"ouw, maka hati Tiat Pie Sian Ko menjadi pilu dan berkata: "Sayang ia sudah siang2 menjadi badan halus !" Lie Tay Heng terkejut dan berkata: "Bilamanakah ia berpulang ?" "sesudah pertemuan dipuncak Gunung Thay San." Jawab Tiat Pie Sian K0.
Lie Tay Heng ter"heran2 seraya berkata: "Tiga tahun yang lampau, digedung Lim Siang"kok dikota Siang Yang ..." Tiat Pie Sian K0 tidak menunggu habisnya perkataan Lie Tay Heng, segera memotong katanya: "Kim Liah Cie, kau bersumpahlah !" Lie Tay Heng tercengang dan bertanya: "Apa katamu ?" Tiat Pie Sian K0 berkata: "Jika kau membocorkan rahasia apa yang kau lihat serta dengar, kau takkan mati secara wajar ! Kau ketahui, dikala Pek Sin masih hidup, terlampau banyak musuhnya, belakangan namanya yang makin memuncak sebagai pohon besar mendatangkan angin besar.
Sebelum dan sesudah pertemuan dipuncak gunung Thay San, ia sudah merasa walau ia sendiri tidak mencari musuh pun, sebaliknya musuh akan mencari ia.
Ia berkelana, seharipun tak dapat tinggal tenteram dirumah.
Biarpun kau dapat tinggal dengan menyembunyikan diri ditempat yang sunyi, namun orang akan dapat menggunakan segala akal menempuh segala jalan untuk mencarinya.
Sekarang ia sudah meninggal.
Semasa aku masih hidup dan keempat anak masih di-dunia, haruslah di jaga tulang belulangnya terpendam dengan tidak terganggu, agar supaya dapat tidur se"1ama2nya dengan tenang dibawah tanah.
Kim.Lian Cie, pengharapanku yang sedikit ini tentunya kaupun akan memakluminya bukan ?" perkataan yang terakhir ini telah dikeluarkannya dengan nada yang sedih.
Mengingat pada waktu pertemuan dipuncak gunung Thay San, dimana Lim Pek Sin memintanya Lie Tay Heng jangan ikut turun tangan, maka sesungguhnya sudah menunjukkan wajah menyesal serta bosan akan cara hidup dalam kalangan Kangouw yang saling balas membalas dendam tiada henti2nya itu.
Karena mengingat akan hal itu, maka ia lalu mengeluarkan kata sumpah-nya, setelah itu iapun menyuruh Lie Kie meneladani apa yang ia perbuat.
Nampak persoalannya sudah agak terang, dan hampir dapat diketahui apa yang sebenarnya terjadi, diantara kata2 sebelah huruf dulu itu, selain perkataan "Dibawah bukit Mo Gay" yang belum jelas artinya, semua sudah mendapat tafsirannya, maka Lim Lam yang memang cerdas itu, lalu dapat menebak bahwa huruf "Kati" itu sebenarnya adalah belahan dari huruf "Sin" yang sudah terbakar sebagian.
Kiranya ibunya sudah percaya bahwa Lie Tay Heng adalah orang baik2, maka dengan menggunakan kesempatan yang bagus ini Lim Lam berkata pada ibunya: "Ibu, tahukah kau bahwa Lie Lopek telah menjadi tetangga kita selama enam tahun ini ?" Mendengar perkataan itu, Tiat Pie Sian Ko menatap wajah Lie Kie seraya berkata: "Kiranya itu sebabnya, maka waktu kusuruh kau turun tangan, lama juga kau tidak mau bergerak." Lim Lam berdua Lie Kie menjadi jengah dan wayahnya menunjukkan roman ke-merahzan.
Tiat Pie Sian K0 berkata: "Jalanlah !" Maka keempat orang ber"sama2 jalan menuju kegunung Ngo Tay San.
Tengah hari mereka sudah tiba dibawah kaki gunung.
Ditengah di jalan Lim Lam ingin menanya ibunya, tetapi nampak wajah ibunya yang sedih itu, ia tidak berani mewujudkan niatnya.
Setelah mendaki gunung, mereka lalu mengambil jalan kecil.
Pada waktu magrib sudah tiba ditempat yang sama sekali tiada jalanannya.
Justru pada waktu itu, ada dua orang pencari kayu bakar turun gunung, nampak kedatangan Tiat Pie Sian K0 berempat jadi melongo terkesima.
setelah Tiat Pie Sian Ko berempat sudah pergi jauh, maka salah seorang pencari kayu itu berkata: "Yang seorang tadi, bukankah Kuan Im Po Sat yang datang kesini tahun yang lalu " Lihatlah pohon yang patah itu masih tetap disitu !" "Benar, yang tua itu mestinya dewa Tay Pek Kim Che, dan sepasang pemuda"pemudi itu tentulah Kim.Tong dan Giok Lie.
Kita dapat menyaksikan wajah dewa2, sungguh besar rejeki kita.
Hayo, bersujudlah !" Berempat mereka membelok kesuatu sudut batu gunung, tak lama kemudian terlintanglah sebuah jurang yang dalam, dan diseberangnya ada sebuah lamping gunung yang curam.
Tiat Pie Sian K0 berkata: "Itulah lamping gunung Pit Mo Gay digunung Ngo Tay San !" Semua mengira bahwa disitu adalah jalan buntu, tetapi Tiat Pie Sian K0 sebaliknya lompat langsung ke"depan.
Jurang itu kira2 tiga puluh kaki lebarnya, meskipun dengan Cara melompat jauh dapat mencapainya, namun pada lamping gunung itu tiada tempat menginyakan kaki, entah bagaimana setelah tubuhnya Tiat Pie Sian Ko menurun kira2 sepuluh kaki jaraknya, tak diketahui lagi orangnya sudah tiba dilamping sana, ujung kakinya di-lonjorkan untuk membuka serumpun rotan kering, nampaklah undakan batu.
Jika dilihat dengan teliti, maka rumpunan rotan kering itu, serumpun berada disebelah kiri, serupun disebelah kanan, jika tidak disingkap oleh Tiat Pie Sian Ko lebih dahulu, siapa pun tak dapat mengetahui bahwa disitu ada undankan batu untuk menempatkan diri.
Tiat Pie Sian K0 terus jalan menurun dituruti oleh ketiga orang lainnya, setelah jalan kira2 dua jam lamanya, barulah tiba dilembah gunung.
Dan mendadak terlihat sinar terang, ada keluar tiga orang menjemput mereka sambil berkata: "Ibu dan Sie-tee sudah tiba " Eh, mengapa ada lain orang ?" Lim.Lam mengarahkan pandangannya kepada mereka, ternyata mereka itu bukan lain daripada ketiga orang kakaknya.
Dibawah lembah gunung itu ada sebuah lobang besar, dibagian atas lobang itu terselip sebutir mutiara terang.
Tiat Pie Sian Ko menunjuk mutiara itu seraja berkata : "Itulah barangnya See Hong Hweeshio digunung Bu Beng San yang telah aku ambilnya, pada enam tahun yang lampau, dengan meminjam nama suamiku untuk mengambilnya." Sehabis berkata begitu ia menunjuk pula kepada jalan gunung yang menurun itu seraya berkata: "setelah Pek Sin meninggal, aku selalu tak dapat lupakan dia, sehingga aku jatuh sakit karena terlampau sedih.
Diwaktu tidur aku sering2 kaget dan bangun dari mimpi dan mengigau tidak karuan.
"Swat Sam Liok Mo atau Bnam.Iblis dari gunung Swat San, Walaupun menyebabkan Pek Sin meninggal dunia karena kehabisan tenaga, tetapi mereka pun satu persatu tiada yang dapat meninggal secara wajar.
"Didalam kalangan Kang"ouw dapat dikatakan tiada seorang pun yang mengetahui bahwa Lim Pek Sin sudah meninggal dunia.
"Aku sendiri terlebih lagi tidak mengingini diumnmkannya berita mengenai kematian suamiku itu.
oleh karenanya rumahkupun kubuat daripada besi, untuk menghindari orang mencuri dengar suara ngigauku.
Ah, sakit hati Lim Pek Sin, jika hendak dibuat perhitungan, kami masih dapat mencari guru atau murid2 Swat San Liok Mo untuk memberes-kannya.
Sebaliknya merekapun mestinya telah memeras otak, menggunakan segala daya upaya untuk mencari kami.
"Tetapi aku sudah tidak mempunyai niatan membuat perhitungan semacam ini.
setelah Pek Sin mendapat luka, terus-menerus ia rebah tujuh hari tujuh malam baru meninggal dunia.
"Dan selama tujuh hari tujuh malam itu ia sudah dapat menembusi segala perasaan cinta atau sakit hati, suka atau duka orang hidup didunia ini, setelah ia mewariskan inti"sari ilmu pedang Tiit So Kiam Hoat, ia lalu menutup mata untuk se-lama2nya.
Karena hendak menghindari mata dan telinga orang, maka aku hanya berani membawa seorang anak setahun sekali kesini.
Kim Lian Cie, perkataanku habislah sudah sampai disini, kata2 sumpah yang telah kau ucapkan tadi harap selalu mengingatnya !" Maka didalam alam pikiran Lie Tay Heng berkelebat suatu pandangan, bahwa selama hidup Twat Beng Tui Hun Cit So Kiam Lim Pek Sin malang melintang didunia Kang"ouw, ia dapat berbuat se"mau2nya, tetapi pada akhirnya ia pun menyadari segala rasa cinta dan kebencian dialam dunia ini semua hanyalah kosong belaka, karenanya ia tidak ingin menyuruh anak2nya mencari balas.
Tetapi lain orang lain pikiran, maka tidak dapat dipastikan apakah musuh2nya tidak akan menuntut balas " Nampaknya kecuali mereka tidak keluar dari lembah gunung ini untuk selama-lamanya, maka suatu waktu pasti akan tidak dapat menghindari berhadapannya mereka yang saling bermusuhan itu.
Dan pertikaian akan dapat timbul pula.
Mengingat akan hal ini Lie Tay Heng jadi menghela napas panjang seraya berkata: "Sian Ko, legakanlah hatimu, aku berjanji takkan memboorkan meski sepatah katapun, lagi pula anak perempuan .
. . . . . . . . .." Tiat Pie Sian Ko berkata: "Aku sudah melihatnya, aku tidak cari mereka tapi mereka pasti akan mencari"ku, kepandaian menyaga diri tak boleh tidak harus di yakini.
Kelak setelah Lam Jie belajar ilmu pedang Cit So Kiam Hoat dua tahun kemudian, pasti kuperkenankan dia kembali kepada anak perempuanmu." Mendengar perkataan ini wajah Lim Lam.dan Lie Kie masing2 menjadi merah karena jengahnya.
Tetapi mengingat bahwa sesudah lewat dua tahun mereka akan dapat berkumpul pula, maka rasa hati mereka pun menjadi tenteram.
Lie Kie menundukkan kepala tidak ber"kata2, sedang Lie Tay Heng sebaliknya lantas berkata: "Kie Jie, mari kita berlalu !" Terpaksa Lie Kie dengan hati yang berat meninggalkan orang yang di cintainya, mereka mendaki gunung melalui jalan yang tadi mereka lalui, setelah mereka lewat, maka tingkatan batu itu menutup pula, sehingga sedikitpun tiada menunjukkan bekas2nya.
Dalam perjalanan turun gunung Ngo Tay San itu, dalam alam pikiran Lie Tay Heng masih tetap membayangkan keadaan dunia persilatan yang menakutkan.
Walaupun seorang gagah perkasa sebagai Lim Pek Sin, sampai pada akhirnya setelah ia meninggal dunia toh masih memerlukan anggota keluarganya berkebat"kebit hati-nya, barulah kuburannya dapat diamankan.
Mengingat akan hal ini tiada henti"hentinya ia menghela napas merenungkan nasib penghidupan orang.
TAMAT Kitab Naga Jonggrang 1 Kok Putusin Gue Karya Ninit Yunita Pelangi Di Langit Singosari 14
^