Pencarian

Badai Di Siauw Lim Sie 6

Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong Bagian 6


Tat Mo Cauwsu menghela napas. "Kemarin, aku telah
menerima kiriman istimewa dari salah seorang datuk
lainnya, yaitu Ngo Ok, dimana dia telah mengirimkan
seorang yang terluka hebat sekali"
Setelah berkata begitu, Tat Mo Cauwsu mengajak
Sutenya tersebut untuk pergi melihat orang yang dikirim
Ngo Ok, yang keadaannya tetap belum tersadar dan pulih
ingatan, dia masih dalam keadaan pingsan.
Bianlu Syamar menghela napas dalam-dalam, lalu
katanya: "Jika dilihat demikian, tampaknya memang Ngo
Ok seorang yang telengas sekali, dan juga merupakan
manusia yang tidak dapat dihadapi dengan kelunakan."
Tat Mo Cauwsu mengiyakan. "Justru manusia-manusia
seperti mereka inilah, Ngo Ok maupun Sam Ok itu, yang
memiliki kepandaian sangat tinggi dan sempurna, namun
jiwa mereka buruk, paling sulit untuk dihadapi. Mereka bisa
memberikan perlawanan yang gigih, karena mengandalkan
kepandaian mereka yang telah sempurna, sedangkan jiwa
mereka sangat sesat sekali, dapat saja mereka menurunkan
tangan maut kepada orang-orang yang tidak disukai
mereka. Dan jika di lihat demikian, tampaknya memang
Ngo Ok, kelima Datuk itu, akan berurusan dengan Siauw
Lim Sie. Sejauh ini yang belum lagi kuketahui bagaimana
perangai dan tabiat dari ketiga Datuk lainnya"
"Lalu apa maksud dari Beng Sam Cie dengan
mengirimkan orang terluka parah itu ke Siauw Lim Sie?"
tanya Bianlu Syamar dengan perasaan heran.
335 Tat Mo Cauwsu menghela napas. "Aku sendiri belum
lagi mengetahui" menyahuti Tat Mo Cauwsu.
Dan kemudian mereka telah kembali ke ruang tamu,
untuk bercakap-cakap membicarakan berbagai persoalan.
Merekapun saling menceritakan pengalaman masingmasing.
Bianlu Syamar menceritakan, dari India dia telah pergi
ke Persia, karena mendengar Tat Mo Cauwsu menjadi
Buddha Hidup kedelapan disana. Tetapi di Persia, dia tidak
berhasil bertemu dengan saudara seperguruannya ini,
karena Tat Mo Cauwsu telah meninggalkan Persia dan
berkelana di daratan Tionggoan. Karena itu Bianlu Syamar
segera menuju ke Tionggoan, untuk mencari Suhengnya
tersebut. Walaupun dengan bersusah payah, akhirnya toh
berhasil juga dia bertemu dengan Suhengnya ini.
Tat Mo Cauwsu telah menceritakan perjuangannya
untuk membangun kuil Siauw Lim Sie dan menyiarkan
pelajaran Sang Buddha di daratan Tionggoan. Juga tentu
saja, Tat Mo Cauwsu mengemukakan cita2nya yang luhur,
untuk mulai menghimpun penganut2 ajaran Sang Budha di
daratan Tionggoan, untuk ber-siap2 jika saja pengikut2
Buddha Persia dan tempat2 lain terpecah selamanya
menjadi dua golongan. "Dengan menghimpun penganut baru disini, maka
mereka merupakan penganut yang. masih murni, dimana
pelajaran Sang Buddha murni bisa diberikan kepada
mereka." menjelaskan Tat Mo Cauwsu.
Karena keperluan dari kedatangan Bianlu Syamar
mencari Tat Mo Cauwsu pun membawa berita yang kurang
begitu menggembirakan buat Tat Mo Cauwsu, yaitu di
India tengah terjadi pergolakan.
336 Memang waktu Sidhartha Gautama Buddha mengajarkan agama Buddha, Raja Bimbisara dari
Nogadah, di India, telah berkata: "Jika saya boleh
mengatakan, anda tidak mengajar agama baru, melainkan
mengajar perobahan besar-besaran dalam agama Hindu."
"Benar seperti kata Raja" jawab Budha waktu itu. Dan
memang sebelum mencapai Penerangan Yang Mulia,
Sidhartha Gautama beragama Hindu, seperti halnya rakyat
di kerajaan India pada masa itu.
Agama Hindu telah menjadi Agama Kebangsaan pada
waktu itu, artinya ialah agama yang hanya untuk ada
didunia, dijamannya Sidharta Gautama adalah Agama
Kebangsaan. Seperti juga semua pemerintah dari dunia
masa ini adalah Pemerintah Kebangsaan (National
Coverments). Sebagai contoh disini bisa dikemukakan
Pemerintah U.S.A menyelenggarakan undang2 dan
memerintah Penduduk U.S.A. sendiri. Undang2nya itu
bukannya untuk penduduk negeri lain. Undang2 yang
diadakan di negeri lainnya juga demikian. Masing2 negara
membuat Undang2 untuk rakyatnya sendiri.
Begitu pula dengan agama didunia di jaman Siddhartha
Gautama Buddha. Bahkan ada agama2 yang tidak mengijinkan bangsa lain
mengikutinya. Agama Hindu juga demikian. Agama
tersebut dimaksud hanya untuk orang2 yang terlahir sebagai
bangsa Hindu. Barang siapa bukan terlahir sebagai bangsa
Hindu, walaupun dia percaya segalanya, dan memuja ........
yang di pujanya, dia masih tidak diterima menjadi penganut
Agama Hindu. Waktu Buddha memberitahukan bahwa semua orang
dapat mengikuti Persaudaraan Biku-biku, tidak peduli
bangsa, warna kulit, serta warga negara apa saja, sebegitu
337 lama orang yang bersangkutan senang menjalankan Delapan Yang Mulia, dia dapat diterima oeh agama Buddha,
ialah agama semesta (Universal Religion), yang dimaksud
agama untuk semua orang di dunia.
"Pada siapa saja yang benar dan jujur dialah terberkah,"
kata Buddha. Dan jika demikian itu benar bagi bangsa
Hindu, seharusnya benar juga untuk semua orang diseluruh
dunia. Tetapi belakangan itu, justru terjadi perobahan yang
sangat menyolok dan besar sekali di India. India sebagai
tempat lahirnya agama Buddha, ternyata memiliki pengikut
yang paling sedikit, karena umumnya rakyat India masih
lebih cenderung pada agama nenek moyang mereka, yaitu
agama Hindu. Dan terakhir, malah telah terjadi bentrokan2
autara para pendeta Buddha di India dengan para pendeta
Hindu. Itulah yang hendak disampaikan Bianlu Syamar
kepada Tat Mo Cauwsu, karena bentrokan2 yang terjadi itu
semakin lama semakin hebat juga, dimana tidak jarang
barjatuhan korban. Mendengar apa yang dilaporkan Bianlu Syamar, wajah
Tat Mo Cawwsu menjadi sangat muram.
Bianlu Syamar menyatakan ingin mengajak Tat Mo
Cauwsu kembali ke negeri mereka guna berusaha
menyelesaikan pertikaian dan pertentangan itu, agar dapat
diatasi tidak sampai terjatuh korban2 jiwa lainnya. Untuk
permintaan tersebut, Tat Mo Cauwsu minta waktu satu
bulan pada Bianlu Syamar, untuk memutuskannya. Dalam
selama itu, Bianlu Syamar berdiam di Siauw Lim Sie, guna
menantikan keputusan Suhengnya itu, si kakak
seperguruan. ===000=== 338 TIAT TAUW KIE bersama gurunya, yaitu Ban Hun
Shia Kwan Hu Thong, telah mengikuti kedua orang yang
menggotong pemuda yang terluka parah itu. Mereka
mengikuti sampai di undakan anak tangga yang menuju
kekuil Siauw Lim Sie. Disitu mereka tidak mengikuti lebih
jauh. Dari kejahuan itulah mereka telah dapat melihat
betapa kedua orang tersebut telah menyerahkan orang yang
terluka tersebut kepada Sam Liu Taisu, juga telah menyampaikan segulungan surat.
Guru dan murid ini tidak mau terlalu dekat dengan
Siauw Lim Sie, mereka menanti sekian lama. sampai
akhirnya mereka melihat kedua orang yang menggotong
pemuda terluka parah itu lewat dekat undakan anak tangga
tersebut. Segera juga Ban Hun Shia menahan mereka dan
menanyakan urusan mereka yang sebenarnya mengantarkan orang terluka itu pada Siauw Lim Sie,
Kedua orang tersebut yang merupakan dua orang
penduduk di sebuah perkampungan di kaki gunung Siong
San itu telah memberikan suatu penjelasan yang mereka
ketahui. Setelah itu mereka ter-gesa2 meninggalkan puncak
Siong San untuk kembali ke kampung mereka.
Ban Hun Shia men-duga2, entah siapa manusianya yang
telah melukai korbannya begitu hebat" Dan untuk sejenak
Ban Hun Shia ragu-ragu, ber-sama2 muridnya dia telah
berdiam terus di undakan anak tangga yang menuju ke
Siauw Lim Sie. Bianlu Syamar bersama Thio Yang Lin tidak lama
kemudian telah tiba di dekat undakan anak tangga yang
menuju ke Siauw Lim Sie Bianlu Syamar tersenyum kepada Ban Hun Shia dan
Tiat Tauw Kie, sikapnya ramah, tetapi Ban Hun Shia
memandangnya dengan mata membenci kepada Bianlu
339 Syamar dan Thio Yang Lin, tidak sepatah katapun
diucapkan. Sebenarnya Bianlu Syamar mau teruskan perjalanannya,
menaiki undakan anak tangga itu, untuk mencapai kuil
Siauw Lim Sie, namun waktu itulah telah terjadi sesuatu
yang agak luar biasa. Waktu Bianlu Syamar menaiki
undakan anak tangga yang pertama, waktu itulah
berkesiuran angin yang kuat sekali ke arah kepalanya.
Bianlu Syamar memiliki kepandaian yang tinggi dan
telah mahir sekali lwekang maupun ilmu sihirnya, dia bisa
mendengar menyambarnya angin serangan tersebut, segera
ia mengibaskan lengan bajunya, karena pendekar ini
mengetahui bahwa dirinya tengah dibokong, diserang
menggelap oleh seseorang.
Tetapi lengan jubahnya itu telah menyampok sesuatu
yang keras dan benda yang menyambar kearah dirinya itu
telah meluncur jatuh kearah batu2 gunung, menggelinding
agak jauh. Ternyata itulah sebuah tengkorak kepala
manusia. Bianlu Syamar menoleh kepada Ban Hun Shia yang ada
di belakangnya, katanya dengan suara yang tawar: "Kita
sudah saling berkenalan, dan Lolap kira tidak perlu Siecu
main serang menggelap seperti itu. Jika memang ada yang
hendak dibicarakan, bicarakanlah secara baik-baik mengapa
harus mempergunakan segala benda yang kotor itu untuk
menyerang membokong kepada Lolap?"
Muka Ban Hun Shia merah padam. "Mengapa aku
harus menyerang secara membokong" Jika memang aku
menghendaki jiwamu, pendeta keparat, tentu aku akan
menghantam kepalamu yang gundul itu dengan
mempergunakan tanganku ini, uutuk menghantam hancur."
340 Bukan main gusarnya Ban Hun Shia, karena memang
tengkorak kepala manusia itu bukan dia yang timpuk.
Bianlu Syamar memperlihatkan sikap heran oleh
perkataan Ban Hun Shia, kemudian dengan tersenyum
tawar pendeta India ini telah bertanya: "jadi Siecu ingin
mengatakan bahwa serangan tadi bukan dilakukan oleh
Siecu" Lalu siapa" Apakah tuan yang seorang itu, yang
berada disamping Siecu" Bukankah ditempat ini, selain kita
berempat tidak terdapat orang lainnya. Jika memang ingin
menduga bahwa penyerangan membokong seperti itu,
terlebih lagi dengan mempergunakan tengkorak kepala
manusia seperti itu kepada pendeta2 Siauw Lim Sie, lebih
tidak mungkin lagi, karena sebagai pendeta2 dari pintu
perguruan yang sangat ternama, disamping itu juga
memang Siauw Lim Sie merupakan kuil sumber penyiaran
agama Buddha, tentu mereka takkan melakukan perbuatan
serendah itu" Dan setelah berkata begitu, Bianli Syamar telah
merangkapkan sepasang tangannya, dia mengucapkan
kebesaran Sang Buddba. Ban Hun Shia jadi bertambah gusar. "Jelasnya kau tetap
menuduh aku yang telah menyerang menggelap padamu,
bukan?" tegurnya dengan mata yang terpentang lebar,
bengis sekali, diapun telah melangkah menghampiri, bersiap2 akan menyerang.
Bianlu Syamar tetap merangkapkan sepasang
tangannya, katanya: "Tidak baik jika memang Lolap harus
menuduh seseorang. Tetapi siapa yang ingin diduga sebagai
penyerang gelap itu, sedangkan ditempat ini hanya terdapat
kita berempat Ya, mungkinkah tengkorak kepala manusia
itu menyambar datang sendiri".
341 Rupanya Ban Hun Shia sudah tidak bisa
mempertahankan diri lagi, ia gusar bukan main, dengan
mengeluarkan suara erangan tubuhnya mencelat gesit
sekali, sepasang tangannya telah digerakkan, dia
menghantam dengan kuat bukan main.
Angin pukulannya ini menderu dahsyat ke tubuh Bianlu
Syamar. Tapi Bianlu Syamar yang mengetahui Ban Hun Shia
seorang yang memiliki kepandaian tinggi, tidak mau
melayaninya lagi. Jika memang mereka bertempur pula,
tentu mereka akan terlibat dalam suatu pertempuran yang
berkepanjangan tanpa berkesudahan, berani akan
membuang tenaga secara sia-sia. Bukankah mereka
memiliki kepandaian yang hampir berimbang.
Cepat sekali Bianlu Syamar telah mengelakkan diri tiga
kali. kemudian menjejakkan kakinya, tubuhnya telah
mencelat menjauhi diri dari Ban Hun Shia, dan pendeta
India ini telah berseru dengan suara nyaring: "Hentikan
Hentikan" Ban Hun Shia dengan muka merah memandang bengis
pada Bianlu Syamar, bentaknya: "Apa yang ingin kau
ocehkan lagi?" Bianlu Syamar merangkapkan sepasang tangannya,


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

katanya: "Tunggu dulu, Siecu, sabar.... sesungguhnya
percuma saja kita mengadu kekuatan dan ilmu, karena
siapa yang menang juga tidak membawa keuntungan apaapa buat kita. Kita baru saja bertemu, diantara kita memang
tidak ada sangkutan apapun juga, persoalan lainpun tidak
ada, terlebih lagi soal dendam dan sakit hati. Karena dari
itu, mengapa kita harus bertempur mempertaruhkan jiwa
dan mempergunakan seluruh kesanggupan kita hanya untuk
342 merebut kemenangan belaka" Siancai Siancai Bukankah
lebih bijaksana jika kita bersahabat?"
Mendengar perkataan pendeta India tersebut, Ban Hun
Shia mendengus dingin, Katanya: "Enak saja kau bicara.
Tadi seenakmu telah menuduh aku yang menyerang secara
menggelap padamu Hemmm, hemm sekarang kau
mengatakan agar kita bersahabat saja. Baik, lalu apa
tanggung jawabmu dengan tuduhanmu yang tidak
beralasan?" Bianlu Syamar tersenyum. Sabar sekali sikap pendeta
India tersebut. "Jadi Siecu ingin mengatakan bahwa penyerangan menggelap tadi dengan mempergunakan
tengkorak kepala manusia itu bukan di lakukan Siecu?"
tanyanya. Ban Hun Shia memandang bengis, kemudian
mengangguk pula. "Ya" sahutnya sengit. "Aku tidak pernah mengatakan putih menjadi hitam dan hitam menjadi
putih" "Lolap percaya pada Siecu. Tetapi siapa yang telah
menyerang menggelap seperti itu?"
Ban Hun Shia menunjuk kearah balik batu gunung
disebelah kanan dari undakan anak tangga, disana tumbuh
semak belukar yang lebat sekali, dari ber-macam2 pohon2
bunga beraneka yang tengah berkembang indah sekali,
karena tersusun dengan baik. Hanya pohon bunga itu
terlalu subur dan lebat, begitu rapat dan juga melindungi
bagian sebelah sana dari pandangan mata.
"Aku melihatnya tengkorak kepala manusia
menyambar dari arah sana" berkata Ban Hun Shia.
itu Bianlu Syamar telah menoleh memandang ke arah yang
ditunjuk oleh Ban Hun Shia, kemudian mengangguk.
343 "Baiklah, biarlah Lolap pergi melihatnya" kata pendeta
India itu sabar. Tetapi baru saja Bianlu Syamar berkata sampai disitu,
tiba2 terdengar suara tertawa yang sangat nyaring sekali,
yang telah menggema di sekitar tempat itu.
"Tidak perlu kau mencari, aku tidak akan pergi kemana2 Hemm, Kau adalah seorang pendeta India, aku
ingin melihat berapa tinggi kepandaian seorang pendeta
dari Thian Tiok" Setelah suara itu lenyap, tampak sesosok tubuh
melompat keluar dengan gerakan tubuh yang sangat gesit
sekali, tubuhnya begitu ringan meluncur dan hinggap
dihadapan Bianlu Syamar tanpa menimbulkan suara
sedikitpun. Itulah ginkang yang telah mahir sekali.
Bianlu Syamar dan yang lainnya telah mengawasi.
Ternyata orang tersebut seorang kakek yang bertubuh cebol
pendek, dengan kedua tangan yang panjang.
Ban Hun Shia yang melihat orang tersebut,
mengeluarkan seruan terkejut bercampur girang. "Ha,
rupanya kau, Ngo Ok!" katanya nyaring.
Kakek bertubuh cebol itu tertawa nyaring sekali. "Ya,
kukira kedatanganku ke Siong San ini hanya dapat bertemu
dengan keledai-keledai gundul dari India, tidak tahunya
disini aku bisa bertemu dengan Sam Ok, inilah
keberuntunganku yang tidak kecil" Kata kakek bertubuh
cebol itu dengan suara yang nyaring "Dan kulihat, kau juga
sedang berurusan dengan keledai gundul dari India yang
seorang ini" Sam Ok Ban Hun Shia mengangguk. "Ya, aku dituduh
telah menyerangnya. Kukira, walaupun Sam Ok memiliki
kepandaian yang tidak melebihi Ngo Ok, tidak nantinya
344 aku menyerangnya secara rendah seperti itu" menyahuti
Sam Ok. Ngo Ok tertawa. "Ha, jadi kau ingin mengatakan bahwa
aku seorang manusia rendah, yang telah menyerang secara
menggelap padanya, bukan?" katanya dengan suara yang
tawar. "Dan, memang lidahmu dari dulu sampai sekarang
masih tajam sekali" Dan kembali Ngo Ok tertawa gelakgelak dengan suara yang bergema disekitar tempat tersebut.
Sam Ok telah cepat2 berkata: "Bukan maksudku
mengatakan begitu, tetapi memang, jika aku menaruh sakit
hati pada pendeta Thian-tiok ini, tentu aku tidak akan
menyerangnya dengan secara menggelap seperti yang
dituduhkannya, aku masih sanggup untuk menghajarnya
mampus" Ngo Ok Beng Sam Cie tertawa, katanya: "Akupun tidak
ber-sungguh2 waktu, menyerangnya dengan timpukan
tengkorak kepala manusia Jika memang aku menimpuknya
dengan mempergunakan Iwekangku, apakah batok
kepalanya masih utuh" Hemmmm, aku hanya ingin
melihatnya saja, berapa tinggi kepandaian yang dimiliki
pendeta Thian-tiok tersebut"
Sedangkan Bianlu Syamar ttlah berpikir: "Orang ini
memiliki kepandaian yang tidak rendah, tampaknya Ban
Hun Shia juga menaruh rasa segan padanya. Pantas waktu
tadi aku mengibaskan lengan jubahku untuk menyampok
sambaran tengkorak kepala manusia itu tanganku agak
tergetar kesemutan, kiranya dia adalah seorang tokoh
persilatan yang sama tingkatannya dengan Ban Hun Shia"
Karena berpikir begitu, Bianlu Syamar jadi membawa
sikap yang lebih waspada lagi. Hanya saja dia telah berdiam
diri tanpa memperlihatkan kegelisahan, sikapnya tetap
345 sabar dan tenang, hanya sekali-kali dia mengucapkan
kebesaran Sang Buddha. Ngo Ok Beng Sam Cie saat itu telah menoleh dengan
menyeringai, tubuhnya yang pendek sekali seperti anak
berusia tujuh tahun, atau delapan tahun, telah bergerak
ringan sekali, tahu2 dia telah mengulurkan tangannya.
"Ngo Ok memang tidak memiliki kepandaian apa2
selain menyerang menggelap kepada lawannya." ejeknya.
Dan dia juga meneruskan uluran tangannya, yang berukuran lebih panjang dari bentuk tubuhnya yang pendek itu.
Bianlu Syamar sejak tadi memang telah berwaspada,
dan waktu melihat orang bertubuh cebol pendek ini
menyerangnya seperti itu tanpa basa basi, membuatnya jadi
mendongkol, karena tampaknya Ngo Ok seorang tidak
mempergunakan aturan dan bergerak serampangan
sekehendak hatinya belaka. Namun angin dari serangan
kedua tangan Ngo Ok menyebabkan Bianlu Syamarpun
tidak berani berayal, karena itulah serangan yang hebat dan
bisa mematikan, Karenanya Bianlu Syamar mengelakkan
diri dengan segera, dimana dia berusaha untuk dapat
menangkis serangan Ngo Ok. Gerakannya yang
dilakukannya itu merupakan gerakan yang secepat kilat,
sebab serangan Ngo Ok memang meluncur sangat cepat
sekali sulit diikuti pandangan mata, dan Bianlu Syamar
harus menangkisnya dengan cepat pula.
Dikala itu Bianlu Syamar berhasil menangkis kedua
tangan Ngo Ok. Namun berbeda dengan jago2 lainnya, Ngo Ok tidak
menarik ked.ua tangannya. Waktu kedua tangannya
ditangkis oleh Bianlu Syamar. dikala itu Ngo Ok telah
mengempos tenaganya, dia membiarkan kedua tangannya
itu menempel pada tangan Bianlu Syamar.
346 Bianlu Syamar jadi terkejut bukan main, karena dia
merasakan betapa tangan dari Ngo Ok tersalur hawa yang
panas sekali, hawa panas yang membuat tangannya seperti
terbakar api. Cepat2 Bianlu Syamar mengempos semangat dan tenaga
dalamnya, karena hatinya tercekat mengetahui bahwa Ngo
Ok ternyata seorang yang memiliki lwekang yang telah sempurna sekali, dan tenaga lwekangnya itu di pergunakan
dengan sifat yang panas, dan menimbulkan hawa yang
sepanas api. Jika memang Ngo Ok bertemu lawan yang
berkepandaian biasa saja, dalam satu jurus serangan seperti
itu dia akan berhasil membuat lawannya terluka hebat,
terluka didalam dan tangan yang akan dipakai menangkis
serangan Ngo Ok ini akan menjadi lumpuh dan tidak dapat
dipergunakan seumur hidupnya lagi. Tapi sekarang justru
dia berhadapan dengan Bianlu Syamar, yang memang
memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali, karenanya
Bianlu Syamar tidak bisa dirubuhkan dengan cara seperti
itu. Waktu Bianlu Syamar merasakan panasnya kedua
tangan lawannya itu, dia telah mengempos dengan
mengerahkan tenaga dalamnya, karenanya tenaga dalam
yang panas dari Ngo Ok telah dapat dibendungnya, malah
telah berhasil dibuat terpental kembali pada pemiliknya.
Mempergunakan kesempatan itu Bianlu Syamar telah
membarengi untuk menyerang dengan sampokan tangan
yang satunya, yang telah disaluri tenaga dalamnya
sebanyak tujuh bagian. Menyadari bahwa dirinya tengah berhadapan dengan
seorang lawan yang tangguh, dengan sendirinya Bianlu
Syamar mengetahui bahwa dirinya tidak bisa melayaninya
dengan cara setengah hati, itulah sebabnya, sekali ini dia
membuka serangannya dengan lwekang delapan bagian, dia
347 menyampok dengan maksud agar lawannya itu menghindar
dan menjauhi diri darinya, dan nanti barulah mengajaknya
bercakap-cakap. Tetapi Ngo Ok benar2 lihay. Walaupun lwekang yang
dimilikinya tidak terlalu terpaut banyak dari Bianlu Syamar,
yang aneh adalah cara menyerangnya. Yang membuat
Bianlu Syamar tambah kikuk melayaninya, justru orang
bertubuh cebol itu selalu bergerak bermain di bagian bawah,
dan tubuhnya yang pendek itu sering membingungkan
Bianlu Syamar. Jika bertempur dengan seorang yang
bertubuh wajar, tentu dia akan dapat menyerang jauh lebih
mudah dan tepat, tetapi sekarang bentuk tubuh lawannya
yang pendek itu telah membuat Bianlu Syamar sering lolos
dengan gempurannya. Dan yang lebih luar biasa lagi justru Ngo Ok memiliki
sepasang tangan yang panjang melebihi ukuran tubuhnya.
Bianlu Syamar mengempos semangatnya ketika
dilihatnya Ngo Ok telah berkelebat ke sana kemari.
Tubuhnya yang pendek itu membuat dia bergerak
tampaknya lebih gesit dari orang2 lainnya. Karenanya,
begitu dia bergerak, kedua tangannya digerakkan, seperti
juga dia membingungkan Bianlu Syamar.
Bianlu Syamar mengawasi cara bersilat dari Ngo Ok,
berulang kali hanya menghindar dan mengelak atau
menangkis, jika memang itupun terlalu terpaksa. Dan
selama itu Biarilu Syamar telah memperhatikan cara
bersilat dari orang bertubuh pendek ini, sehingga dia sudah
bisa mempelajari ilmu silat dari Ngo Ok Beng Sam Cie,
dimana pendeta dari India tersebut berusaha mencari
kelemahan lawannya Akhirnya setelah beberapa jurus lagi, Bianlu Syamar
telah menggerakkan sepasang tangannya, pertama-tama dia
348 merangkapkan kedua tangannya itu, seperti sedang
memberi hormat, kemudian dia membentak, suaranya
seperti juga mengerangnya harimau, kedua telapak
tangannya itu telah dipentangnya, dari kedua telapak
tangan itu meluncur tenaga yang kuat sekali, menyambar
kepada Ngo Ok. Ngo Ok merasakan menyambarnya tenaga serangan
yang hebat bukan main dari Bianlu Syamar, dan dia pun
merasakan tenaga sampokan dari Bianlu Syamar yang
begitu aneh, membuat dadanya seperti ditindih oleh sesuatu
yang beratnya laksaan kati, sehingga Ngo Ok harus cepat2
mengerahkan tenaga dalamnya, melindungi dadanya, lalu
kedua tangannya yang berukuran lebih panjang dari tinggi
tubuhnya yang cebol itu, telah digerakkan dengan cara yang
meliputi segi delapan, jari kedua tangannya itu ber-gerak2
cepat menyambar-nyambar di delapan penjuru
Bianlu Syamar terkejut melihat cara lawannya
menyerang seperti itu, yang merupakan tangkisan berbareng
juga sebagai serangan membalas dari lawannya itu, di mana
kedua tangannya itu mempergunakan ilmu pukulan yang
serupa dengan pukulan "Pat-kwa-kun" yang terkenal itu,
yaitu pukulan Delapan Penjuru.
Memang Ngo Ok telah keluarkan ilmu istimewanya,
yaitu ilmu pukulan yang menyebabkan kedua tangannya
menyambar-nyambar cepat sekali didelapan penjuru. Jika
dia menghadapi seorang lawan, maka lawannya itu akan
bingung tidak mengetahui sasaran yang mana diincar oleh
Ngo Ok. Tetapi jika memang Beng Sam Cie dikepang oleh
puluhan orang lawan, dia pun bisa menghadapinya dengan
baik, karena dengan kedua tangannya bergerak didelapan
penjuru, sama saja dia telah mengadakan perlindungan
seluruh tubuhnya, dan dia bisa mengincar lawan-lawannya
yang ingin dirubuhkannya.
349 Karena dari itu, tak mudah Bianlu Syamar menghadapi
ilmu pukulan seperti itu. Akan tetapi memang Bianlu
Syamar memiliki kepandaian yang tinggi, dia cepat dapat
menguasai diri. Dia merobah cara bersilatnya, kembali
Bianlu Syamar lebih banyak memperhatikan cara bersilat
lawannya itu, karena dia ingin mencari kelemahan
lawannya itu, baru nanti balas menyerang.
Sedangkan Ngo Ok sendiri menyerang semakin lama
semakin hebat, mereka berdua telah terlibat dalam
pertempuran yang seru sekali.
Sam Ok Ban Hun Shia Kwan Hu Thong menyaksikan
jalannya: pertempuran itu dengan mata dipicingkan,
kemudian dia berpikir didalam hatinya "DiIihatnya
demikian, Ngo Ok. memperoleh kemajuan yang banyak
sekali dibandingkan dengan kepandaiannya beberapa saat
yang lalu. Hmmm, selama, ini kiranya Ngo Ok memang
telah berlatih diri dengan giat, sehingga kepandaiannya


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

boleh dibilang peroleh kemajuan pesat, dan dia memang
merupakan lawan yang sangat berat buatku. Biarlah dia
bertempur dengan pendeta India itu, tentu jika mereka
sama2 terluka, akan menyebabkan tenaga lwekang Ngo Ok
berkurang, dengan demikian, jika kelak kami mengadu ilmu
lagi, tentu Ngo Ok tidak terlalu berarti buatku"
Karena berpikir begitu, diam2 Ban Hun Shia jadi girang
sendirinya, ia mengharapkan agar Bianlu Syarnar dengan
Ngo Ok Beng Sam Cie bertempur terus sampai keduanya
terluka hebat. Sedangkan kedua-orang yang tengah saling mengukur
kepandaian itu telah menyadarinya bahwa kepandaian
mereka memang berimbang dan tidak seorangpun di antara
mereka yang terdesak untuk atau juga yang mendesak.
Keduanya saling, menangkis, mengelas juga balas
350 menyerang. Dengan demikian kedua orang itu bertempur
semakin seru. Tetapi setelah melewati seratus jurus, Ngo Ok
melihatnya bahwa kepandaian Bianlu Syarnar tidak berada
disebelah bawah kepandaiannya, tampaknya pendeta India
ini dapat mengimbangi, setiap serangannya yang
bagaimana hebat sekalipun juga. Dengan demikian
membuat Ngo Ok jadi penasaran sekali.
Disertai bentakan2 yang bengis mengandung hawa
pembunuhan, Ngo Ok telah memperhebat serangannya dan
ilmu pukulan Delapan Penjuru yang dipergunakannya itu
membuat sepasang tangannya jadi ber-kelebat2 tak hentinya
amat sulit sekali diterka ke arah mana yang diincarnya.
Waktu itulah Bianlu Syamar telah bisa mengetahui,
biarpun ilmu pukulan Delapan Penjuru dari lawannya
begitu hebat dan terlatih dengan sempurna, kelemahannya
terletak pada sepasang kakinya, yang kurang memiliki kuda-kuda yang kuat.
Mungkin waktu berlatih pada ilmu pukulan Delapan
Penjuru itu,. Ngo Ok kurang rnemperhatikan kuda2 kedua
kakinya. Hal itu disebabkan oleh bentuk tubuhnya yang
pendek itu, dia menduga lawannya toh akan sulit sekali
mengetahui kelemahannya itu. Dan jika lawannya itu
mengetahui kelemahannya tersebut, dengan bentuk
tubuhnya yang kecil pendek itu,, jelas lawannya tidak
mudah untuk menyerang bagian terlemah dari
pertahanannya. Tetapi buat Bianlu Syamar justru persoalan lain lagi,
begitu melihat kelemahan lawannya itu, dia segera merobah
cara bertempurnya. Jika semula Bianlu Syamar memusatkan seluruh perhatiannya pada kedua tangan Ngo Ok,
justru sekarang dia telah merobahnya, dia tidak begitu
351 memperhatikan kedua tangan Ngo Ok, hanya dikelit kesana
kemari, lalu per-lahan2 Bianlu Syamar telah mengumpulkan kekuatan tenaga dalamnya pada kedua
kakinya. Waktu Ngo Ok tengah menyerang dengan kedua
tangannya kearah samping kanan dan kiri dengan cara
menyilang, dimana kedua tangan berukuran panjang itu
diulurkan, justeru Bianlu Syamar membarengi dengan
gerakan dua kakinya, dia menendang dengan tendangan
berangkai, dan tenaga tendangan itu hebat serta kuat sekali,
karena dia telah mengumpulkan tenaga dalamnya sejak
tadi. Angin tendangan itu berkesiuran kuat sekali, dan tidak
ampun lagi Ngo Ok terhantam kaki kanan dari Bianlu
Syamar. Dia tercekat hatinya ketika menyaksikan
tendangan lawannya tersebut, tetapi dia tidak berdaya
untuk menghindarkan diri, tidak ampun lagi Ngo Ok
terhuyung mundur empat langkah ke belakang, dia
merasakan sepasang kakinya yang tersapu oleh kaki Bianlu
Syamar sakit dan nyeri sekali, seperti juga tulang kedua
kakinya itu akan hancur. Dengan muka yang merah padam karena gusar, Ngo Ok
telah membentak: "Pendeta keparat. Kau...."
Bianlu Syamar tersenyum, katanya dengan sikap yang
tenang dan ramah: "Jangan marah Siecu. Sesungguhnya
tidak ada maksud-maksud buruk pada Lolap hanya ingin
mengatakan sesuatu pada Siecu, jangan bergusar seperti itu,
mari kita bicara secara baik-baik"
Ngo Ok sekarang telah melihat kehebatan pendeta India
ini, yant kepandaianya memang tidak berada disebelah
bawah kepandaiannya, dengan demikian berkurang sikap
congkaknya, dia telah berkata dengan wajah masih meme352
rah karena marah dan penasaran "Apa yang ingin kau
katakan?" "Banyak yang ingin kukatakan" menyahuti Bianlu
Syamar. "Dan Lolap kira, tentunya Siecu mau
mendengarkan baik-baik"
"Katakanlah" "Sebenarnya, kedatangan Lolap ke Tionggoan ini hanya
ingin mencari seorang sahabat Lolap, tidak ada maksudmaksud untuk mencari permusuhan dengan siapapun juga.
Bukankah antara Lolap dengan Siecu tidak terdapat
bentrokan dan urusan apapun sebelumnya" Mengapa kita
harus saling bentrok seperti ini?"
"Apakah kau bukan pendeta Siauw Lim Sie?"
menegaskan Ngo Ok dengan terpentang lebar-lebar. Karena
waktu melihat pertama kali Bianlu Syamar, Ngo Ok
menduga bahwa pendeta India ini adalah salah seorang
pendeta Siauw Lim Sie. Bukankah Tat Mo Cauwsu juga
seorang pendeta India. Itulah sebabnya mengapa Ngo Ok
tadi telah menimpukkan sebuah tengkorak kepala manusia
menyerang Bianlu Syamar. Bianlu Syamar menggeleng. "Baru kali ini Lolap datang
ke Siongsan dan juga memang belum pernah bertemu
dengan pendeta2 Siauw Lim Sie, karena dari itu Lolap
sendiri tidak mengetahui mengapa Siecu sampai menduga
bahwa Lolap adalah salah seorang pendeta Siauw Lim Sie"
Atau memang seluruh pendeta dikuil tersebut terdiri dari
pendeta-pendeta India?"
Ngo Ok berobah merah mukanya, dia mengakui
kekeliruan pertanyaanya tadi. Memang kuil Siauw Lim Sie
didirikan oleh Tat Mo Cauwsu. Tetapi selain Tat Mo
Cauwsu yang merupakan seorang pendeta dari India,
pendeta pendeta lainnya di Siauw Lim Sie adalah pendeta2
353 orang Han. Diapun segera tertawa dingin untuk menutupi
perasaan malunya, katanya: "Siapa tahu" Bukankah Tat
Mo Cauwsu seorang pendeta asal India" Dan kau sendiri
adalah pendeta India juga, maka mungkin saja terjadi
engkau adalah saudara seperguruan atau sahabatnya yang
sengaja diundang datang kemari?"
Bianlu Syamar merangkapkan sepasarg ta ngannya,
katanya: "Siancai. Siancai Justru berkat kebesaran Sang
Buddha, Lolap mengharap Tat Mo Cauwsu merupakan
sahabat yang Lolap cari itu Dan kedatangan Lolap kemari
memang untuk mencari seorang sahabat asal dari India
juga, karena dari-itu, jika memang Siecu tidak memiliki
hubungan apapun juga dengan Siauw Lim Sie, tentu
banyak yang belum lagi Lolap ketahui dengan baik, dan
tentunya Siecu tidak keberatan, bukan?"
Ngo Ok telah tertawa dingin. "Hmmm, aku baru saja
mengirimkan bingkisan istimewa pada Tat Mo Cauwsu itu,
dan juga ingin menantangnya untuk mengadu ilmu buat
mengukur apakah memang benar ilmu Tat Mo Cauwsu
yang digembar-gemborkan di dalam kalangan Kangow
sebagai seorang Guru Besar itu benar-benar luar biasa dan
hebat" Karena dari itu, akan sengaja telah datang ke Siong
San ini." Mendengar perkataan Ngo Ok sampai disitu, Ban Hun
Shia telah menyelak ikut bicara "Jadi orang yang terluka
parah itu memang dikirim olehmu" Jadi itu adalah
perbuatanmu, Ngo Ok?"
"Ya." mengangguk Ngo Ok dengan sikap yang angkuh.
"Dan kau, Sam Ok, apa kerjamu berkeliaran di Siong San
juga" Sam Ok girang bukan main mendengar bahwa Ngo Ok
juga memusuhi Tat Mo Cauwsu.
354 "Sama seperti kau juga" menyahuti Sam Ok dengan
segera. "Akupun telah minta peng ajaran dari Guru Besar
yang sangat ternama itu" Berkata sampai disitu dengan
nada mengejek, dia telah mendengus beberapa kali, baru
kemudian melanjutkannya: "Dan aku telah bertempur
beberapa jurus dengannya. Namun dia terlalu licik, dia
mempergunakan ilmu sihir."
Setelah berkata begitu, Ban Hun Shia melirik kepada
Bianlu Syamar. Ngo Ok tersenyum mengejek sambil memandang Bianlu
Syamar, katanya: "Memang pendeta dari Thian-tiok hanya
pandai dengan ilmu sihir mereka untuk merebut keuntungan. Hemmm, jika saja mereka mau berlaku dengan
sikap yang lebih baik dan jujur, dengan hanya
mempergunakan ilmu silat belaka untuk berurusan dengan
kita, tentunya hal itu akan dapat menentukan dengan nyata
apakah mereka memang benar2 memiliki kepandaian yang
sejati, atau memang hanya omong kosong"
Bianlu Syamar memang sabar luar biasa, walaupun Ngo
Ok telah menghina seperti itu, dan secara tidak langsung
ditujukan kepadanya, nadanya juga mengejek, namun
Bianlu Syamar telah berkata: "Soal Tat Mo Cauwsu masih
belum Lolap ketahui dengan jelas. Namun, jika kelak Lolap
telah mengetahuinya dan ber-cakap2 dengannya, tentu lebih
banyak lagi yang Lolap ketahui, sehingga dapat ber-cakap2
pula dengan Siecu untuk membicarakan apakah Tat Mo
Cauwsu itu seorang yang berdiri digaris yang baik atau
memang tersesat" Walaupun dimulut berkata begitu, Bianlu Syamar
berpikir "Tetapi yang jelas, kalian berdua yang merupakan
manusia2 tersesat. Sam Ok atau Ngo Ok sama saja, kalian
memperlihatkan ilmu silat kalian yang sesat, juga tangan
kalian yang telengas sekali"
355 Mendengar perkataan Bianlu Syamar, Ngo-Ok tertawa
dingin. "Besok malam, aku akan mendatangi Siauw Lim
Sie untuk meminta petunjuknya dan beritahukan pada Tat
Mo Cauwsu jika memang kau bertemu dengannya, supaya
dia tunggu kedatanganku itu"
Bianlu Syamar mengangguk sabar.
Begitulah, Bianlu Syamar lalu merangkapkan tangannya
memberi hormat, dia melanjutkan perjalanannya bersama
Thio Yang Lin mendaki undakan anak tangga yang menuju
ke kuil Siauw Lim Sie. Waktu itu fajar telah menyingsing dan ia disambut oleh
seorang pendeta penyambut tamu dikuil Siauw Lim Sie
tersebut., sampai akhirnya dia bertemu dengan Tat Mo
Cauwsu dan ternyata tidak lain Suhengnya. Pertemuan
yang menggembirakan, karena memang benar Tat Mo
Cauwsu merupakan orang yang tengah dicarinya. Sehingga
selanjutnya Bianlu Syamar telah berdiam di kuil Siauw Lim
Sie itu. Sedangkan Ngo Ok, dan Sam Ok, bersama dengan Tiat
Tauw Kie, tidak juga muncul di Siauw Lim Sie keesokan
harinya. Soal akan datangnya Ngo Ok ke kuil Siauw Lim
Sie telah diberitahukan Bianlu Syamar kepada Tat Mo
Cauwsu, dan memang Tat Mo Cauwsu bersiap siap
menantikannya, karena Tat Mo Cauwsu akan berusaha
menyadari Ngo Ok maupun Sam Ok dari kesesatannya.
Sehari, kemudian lewat sehari lagi. Lalu lewat lagi
sehari. Begitulah Ngo Ok, Sam Ok, Tiat Tauw Kie, murid
Sam Ok yang nomor tiga itu belum juga terlihat batang
hidungnya. Bianlu Syamar dan Tat Mo Cauwsu hanya
menduga mungkin Ngo Ok dan Sam Ok membatalkan
maksud mereka guna menyatroni Siauw Lim Sie,
mengingat kepandaian Tat Mo Cauwsu yang benar2 luar
356 biasa tingginya. Atau memang menurut dugaan Tat Mo
Cauwsu, kedua orang Datuk Persilatan tersebut menemui
rintangan yang tidak mereka duga....
Walaupun demikian, Tat Mo Cauwsu telah perintahkan
murid-2 Siauw Lim Sie untuk mengadakan penjagaan yang
ketat, karena pengalaman dimana bagian belakang kuil
Siauw Lim Sie yang telah dibakar oleh Ban Hun Shia, merupakan pengalaman yang pahit sekali. Tat Mo Cauwsu
tidak mau sampai persoalan yang kurang menggembirakan
itu terjadi dan terulang kembali.
Tetapi setelah lewat seminggu, Ngo Ok dan Sam Ok
tetap tidak menyatroni Siauw Lim Sie mungkin juga kedua
datuk itu telah merobah rencana mereka.
Pemuda yang terluka hebat itu berangsur-angsur
sembuh, kini dia tidak pingsan lagi, telah bisa ber-cakap2,
tapi keadaannya sangat mengenaskan sekali, dengan
sepasang matanya yang buta. hidung yang sudah terpotong
buntung dan kedua daun telinganya yang lenyap dan
mulutnya yang dirobek jadi lebar itu. Benar2 dia
merupakan seorang pemuda yang harus dikasihani
nasibnya. Kepada Tat Mo Cauwsu pemuda itu telah
menceritakan, bahwa dia seorang Piauwsu di wilayah
Holam, dan entah mengapa, dia di musuhi oleh Ngo Ok
Beng Sam Cie, dan hari itu tidak di-sangka2 mereka
bertemu di kaki gunung Siong San. Disaat itu pemuda
tersebut yang mengaku bernama Phang Tai Cong, tengah
melakukan tugasnya mengantar barang dan Ngo Ok telah
menghadangnya, menyiksanya, sampai dia terluka begitu
hebat. Diapun dalam keadaan pingsan, tidak mengetahui
dirinya telah dikirim ke Siauw Lim Sie.
357 Setelah menceritakan segalanya itu, Phang Tai Cong
menangis terisak-isak. Tat Mo Cauwsu menghiburnya. Dan pendiri Siauw Lim
Sie yang melihat keadaan pemuda yang mengenaskan.


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyatakan kesediaannya untuk menerima Phang Tai
Cong menjadi muridnya yang ketiga, yaitu menjadi adik
seperguruan Sam Liu Taisu dan Sin Ceng Tai su.
Bukan alang-kepalang girangnya Phang Tai Cong,
karena dia mengalami bencana itu, namun nasibnya telah
berobah jadi demikian baik, bisa diterima menjadi murid
Tat Mo Cauwsu, seorang guru besar yang sangat terkena
kelihaiannya itu. Tat Mo Cauwsu sengaja menerima pemuda yang
malang nasibnya ini sebagai muridnya, sebab keadaannya
yang sudah bercacad itu, yaitu dengan sepasang matanya
yang telah buta, dan juga tangan dan kaki yang tergempur
remuk oleh kekuatan tenaga dalam Ngo Ok. Jika memang
Phang Tai Cong diperintahkan jadi murid Sam Liu Taisu
atau Sin Ceng Taisu tentu pemuda itu kurang memperoleh
kemajuan yang berarti oleh cacadnya itu. Sebab itulah Tat
Mo Cauwsu ingin mendidiknya langsung olehnya sendiri.
Tat Mo Cauwsu juga telah menjelaskan kepada Phang
Tai Cong, seorang murid Siauw Lim Sie harus patuh dan
memenuhi satu syarat, yaitu: harus menuntut penghidupan
sebagai seorang pendeta. Phang Thai Cong setuju.
Begitulah, setelah lewat lagi setengah bulan, Phang Tai
Cong menjalankan upacara pencukuran rambut, dan juga
disaat itu namanya telah diganti, memakai gelaran Wie
Kong Taisu, yaitu pendeta yang memasuki Pintu Terang
atau Hidup Baru. Dan dia merupakan murid ketiga Tat Mo
Cauwsu. Walaupun kepandaiannya terpaut jauh dengan
kedua suhengnya, yaitu Sam Liu Taisu dan Sin Ceng Taisu,
358 juga masih berada disebelah bawah kepandaian murid2
kedua pendeta alim Siauw Lim Sie itu, namun setelah kelak
menerima didikan Tat Mo Cauwsu, Wie Kong Taisu lah
seorang yang paling lihay ilmu silatnya diantara ketiga murid yang ada. Mungkin disebabkan cacadnya itu, membuat
Wie Kong Taisu bertekun hati dalam mempelajari seluruh
ilmu yang diwarisi gurunya, sehingga kelak dia menjadi
seorang pendeta alim yang luar biasa sekali kepandaiannya
-o0od0wo0oKEMANA perginya Sam Ok, Ngo Ok, dan Tiat Tauw
Kie" Ternyata seperginya Bianlu Syamar mereka bertiga
telah pergi kedekat semak belukar dimana banyak sekali
pohon bunga disamping jalanan yang memiliki undak-2an
anak tangga itu. Mereka telah ber-cakap2.
Ngo Ok dan Sam Ok berbicara dengan asyik sekali,
sedangkan Tiat Tauw Kie hanya mendengarkan saja.
Sam Ok telah menceritakan pengalamannya, terus
terang dia juga mengatakan bahwa Tat Mo Cauwsu
memang seorang yang memiliki kepandaian luar biasa.
"Jika hanya baru aku atau engkau seorang diri saja,
tentu kau tidak dapat menandinginya, Ngo Ok" kata Sam
Ok dengan sikap bersungguh-sungguh.
Ngo Ok yang mendengar perkataan Sam Ok jadi tidak
senang, dia tersinggung. "Mungkin disebabkan Tat Mo
Cauwsu menghadapimu, maka kau beranggapan dia
memiliki kepandaian yang sangat luar biasa. Belum tentu
jika memang dia berhadapan denganku" kata Ngo Ok.
Berkata begitu, Ngo Ok ingin mengartikan bahwa
kepandaiannya tentu lebih tinggi dari Ban Hun Shia. Dan
jika Ban Hun Shia dirubuhkan Tat Mo Cauwsu hanya
359 beberapa jurus itu hanya disebabkan dia memiliki kepandaian yang tidak sesempurna Ngo Ok.
Sam Ok tertawa dingin, katanya "Kepandaian kita
berimbang, beberapa waktu yang lalu kita berlima, Toa Ok,
Jie Ok, aku, Su Ok dan kau, Ngo Ok telah mengadakan
pertemuan mengadakan merundingkan ilmu silat, kepandaian kita berlima berimbang, tidak seorangpun
diantara kita yang berada diatas angin atau yang memiliki
kepandaian yang lebih rendah. Karenanya, jika memang
aku tidak sanggup menghadapi Tat Mo Cauwsu, sama
halnya dengan kau juga, yang tidak mungkin dapat
menghadapi pendeta sakti dari India itu"
Mendengar perkataan Sam Ok itu Ngo Ok tertawa keras
mengejek. "Sejak kapan kau menjadi manusia pengecut
seperti itu?" ejeknya. "Ha, ha, kita berlima, Toa Ok, Jie Ok,
Sam Ok, Su Ok dan juga Ngo Ok merupakan lima orang
Datuk Persilatan yang tidak pernah bertemu tandingan.
Tetapi sekarang, aku mendengar langsung dari mulutmu,
sebagai Sam Ok, bahwa Tat Mo Cauwsu adalah seorang
pendeta sakti. Luar biasa! Luar biasa! Hal ini malah
membuat aku jadi tambah mengiler untuk mengadu ilmu
dengannya" Setelah berkata begitu, Ngo Ok tertawa lagi dengan
suara yang nyaring sekali, terlihat jelas dia meremehkan
Sam Ok. Tentu saja sikap Ngo Ok membuat Sam Ok tidak
senang, katanya: "Apakah kau tetap ingin bertemu dengan
Tat Mo Cauwsu?" "Ya Itu sudah pasti" kata Ngo Ok.
"Aku memberitahukan segalanya dengan jujur padamu,
bukan untuk menggertakmu atau juga mengangkat si
pendeta keparat Siauw Lim Sie itu" kata Sam Ok. "Tetapi
360 aku ingin merundingkannya denganmu, bagaimana cara
terbaik untuk menghadapinya. Hemmm, dengan
memberitahukan sejujurnya apa yang telah kualami dan
dimana aku dirubuhkan oleh pendeta keparat itu, tentu kau
bisa mengambil kesimpulan dan bisa bantu memberikan
pendapat dan memikirkan cara2 yang terbaik untuk
menghadapi pendeta itu.."
Ngo Ok masih tertawa mengejek. "Kau tidak perlu
bergelisah seperti itu" kata Ngo Ok kemudian dengan sikap
angkuh sekali. "Kau boleh menyaksikan, bagaimana, besok
pagi aku akan menghajar Tat Mo Cauwsu, sampai dia
bertekuk lutut memohon pengampunan dariku"
"Kau terlalu congkak. Kau tak mau mempercayai
keteranganku, itu masih tidak apa2 Tetapi justru akan
membuat engkau yang akan bercelaka sendiri. Hemm,
terserah kepadamu jika memang engkau mau mencari Tat
Mo Cauwsu juga, akupun takkan melarang. Justru aku
dapat menyaksikan nanti, bagaimana kau dirubuhkan oleh
pendeta itu" "Kau jangan terlalu meng-angkat2 Tat Mo Cauwsu
untuk menggertakku" kata Ngo Ok. "Hemmm, walaupun
kau mengatakan apa saja, tetap aku akan mencari Tat Mo
Cauwsu, untuk mengukur ilmu dengannya"
"Hemmmm, jika demikian, baiklah Besok pagi kita
berangkat ber-sama2" kata Ban Hun Shia mendongkol
bukan main. karena Ngo Ok seperti juga tidak mau
mempercayai keterangannya mengenai kelihaian Tat Mo
Cauwsu. Sedangkan Ngo Ok masih tertawa dengan congkak, baru
saja dia mau berkata tiba-tiba terdengar suara orang
berkata: "Ya. Memang apa yang dikatakan Sam Ok benar
adanya. Ngo Ok, kau tak bisa bertindak ceroboh seperti itu"
361 Suara itu sebentar terdengar jauh, sebentar dekat, seperti
terbawa oleh siliran angin, sehingga Sam Ok dan Ngo Ok
jadi terkejut, terlebih lagi memang mereka mengenalinya
suara orang itu adalah suara Toa Ok, datuk tertua diantara
kelima datuk yang ada. "Toa Ok juga datang ke Siong San ini" seru Sam Ok
dengan suara yang diliputi kegembiraan. "Inilah bagus,
karena berarti kita bertiga telah berkumpul disini....."
Dikejauhan terdengar suara "Ting tingg tingg" suara
yang halus sekali seperti juga suara benturan besi, jarak
yang ada pada suara itu satu dengan yang lainnya, seperti
memiliki jarak yang teratur. Bahkan suara 'ting' itu
terdengar semakin lama semakin panjang, setelah bergema
barulah lenyap, disusul oleh suara 'tingg' lainnya.
Buat Sam Ok dan Ngo Ok, suara "ting'" itu tidak
membawa pengaruh apa-apa. Namun untuk Tiat Tauw Kie
justeru lain, dia memiliki Iwekang ynng masih belum
sempurna seperti gurunya maupun Ngo Ok, karenanya
mendengar suara "tingg" yang berulang kali seperti itu
membuat hati Tiat Tauw Kie jadi tergoncang hebat sekali.
Mukanya kontan menjadi pucat dan tubuhnya tergetar.
Menyaksikan keadaan muridnya yang nomor tiga itu,
Ban Hun Shia cepat2 melompat ke sampingnya.
"Cepat duduk bersila" teriak Hun Shia.
Tiat Tauw Kie menuruti perintah gurunya dia telah
duduk bersila. Sedangkan Sam Ok sibuk menotok beberapa jalan darah
ditubuh Tiat Tauw Kie, yaitu pada jalan darah Sung-kiehiat, Tay-cong hiat dan Tay-tian-hiat. Dengan ditotoknya
jalan darah tersebut, maka perasaan Tiat Tauw Kie jadi
362 tenang kembali, dan diapun dapat segera berdiri kembali
tanpa terpengaruh oleh suara "ting" yang aneh tersebut.
Suara "ting" itu terdengar semakin dekat dan jelas,
sampat akhirnya tampak sesosok tubuh tengah melesat
cepat sekali menghampiri Sam Ok dan Ngo Ok. Begitu
cepatnya orang tersebut berlari, sehingga dia tidak bisa
dilihat dengan jelas, hanya, merupakan gumpalan warna
merah belaka, mungkin orang itu mengenakan warna
merah dan telah tiba dihadapan Sam Ok dan Ngo Ok
dengan segera. "Toako!" berseru Sam Ok dan Ngo Ok hampir
berbareng. Orang yang baru datang itu seorang kakek tua yang
aneh sekali keadaannya. Tubuhnya tinggi kurus seperti
galah, tapi punggungnya, melengkung dalam sekali,
bungkuk sangat, dan dia berdiri dengan sikap seperti juga
gaetan, dimana kepalanya membungkuk kedepan, tapi
sepasang kakinya tegap. Usianya mungkin telah delapan
puluh tahun, memelihara kumis dan jenggot yang cukup
panjang telah berwarna putih, dia mengenakan jubah
panjang warna merah. "Kalian berdua berkumpul di Siong San hanya untuk
urusan Tat Mo Cauwsu Dan aku datang kemaripun antuk
urusan pendeta India itu" kata Toa Ok dengan suara yang
nyaring, seperti juga suara kaleng yang di ketuk-ketuk,
nyaring dan memekakkan telinga, suaranya itu tidak wajar,
sember, namun melengking, menunjukkan lwekangnya
telah pada tingkat yang sempurna.
"Benar" mengangguk Sam Ok segera. "Memang aku
yang terlebih dulu mencari Tat Mo Cauwsu, karena aku
tidak dapat menerimanya dia bergelar Guru Besar
Bukankah didalam rimba persilatan kita berlima sebagai
363 Datuk Persilatan yang menguasainya, dan sekarang dia
muncul di Tionggoan dengan memakai gelar Guru Besar,
dengan sendirinya tidak dapat aku menerimanya begitu
saja" "Benar Sam-te, kau merasa bahwa kau yang datang
terlebih dulu kemari, tetapi sesungguhnya apa yang kau
lakukan selalu diawasi olehku, maka aku mengetahui
dengan jelas bagaimana dalam beberapa jurus saja kau telah
dirubuhkan pendeta itu dengan caranya yang luar biasa dan
aneh sekali. Hemmm, aku juga telah menyaksikan pendeta
India itu mungkin berada diatas kepandaianku sendiri"
Mendengar perkataan Toa Ok seperti itu, Ngo Ok jadi
bimbang hatinya. Tidak mungkin Toa Ok yang biasanya
angkuh, akan berdusta bahwa dirinya tidak dapat
menandingi pendeta itu. Karena biasanya Toa Ok
merupakan seorang yang tidak pernah mau mengalah.
Karena dari itu, kini Ngo Ok mau mempercayai apa yang
pernah dikatakan oleh Sam Ok, bahwa kepandaian Tat Mo
Cauwsu memang sangat tinggi.
"Ngo-te" kata Toa Ok lagi. "Jika memang kau tidak
ingin menerima bencana, lebih baik kau menunda
maksudmu untuk menemui Tat Mo Cauwsu"
Toa Ok dengan suara yang nyaring telah meneruskan
lagi perkataannya: "Kau tentu tidak memandang rendah
Toa-komu ini, bukan" Tentunya kaupun tidak merasa
bahwa kepandaianmu lebih tinggi dan berada diatas
kepandaianku, bukan?"
Ngo Ok mengangguk. "Tentu saja mana aku berani
memandang rendah pada Toako?" sahutnya.
"Jika demikian, kau lebih baik batalkan diilu, tundalah
maksudmu untuk mengukur ilmu dengan Tat Mo Cauwsu,
karena aku telah melihatnya, hanya dalam beberapa jurus
364 saja Sam-te telah dibuat begitu rupa, tidak berdaya sama
sekali. Waktu itu. jika memang Tat Mo Cauwsuu ingin
menurunkan tangan kematian padanya, tentu dengan
mudah dia bisa melakukannya Hemm, aku yang
menyaksikan kepandaiannya itu juga telah memperoleh
kenyataan, jika memang aku yang menggantikan
kedudukan Sam-te, mengukur ilmu dengannya, tentu
akupun akan dirubuhkan sama mudahnya seperti yang
dialami Sam-te" "Apakah Tat Mo Cauwsuu benar-benar begitu liehay?"
tanya Ngo Ok masih ragu-ragu.
"Toakomu tidak mungkin berdusta" kata Toa Ok. "Tapi
aku telah memikirkan satu daya untuk menyingkirkan
pendeta India itu dengan jalan yang sebaik mungkin. Jika
memang kita berlima, yaitu kelima Datuk Persilatan bisa
berkumpul dan mengadakan kerja sama yang baik,
walaupun bagaimana liehaynya Tat Mo Cauwsu, pasti kita
bisa membereskannya"
"Jadi maksud Toako?"
"Kita menunda dulu maksud untuk mengukur ilmu
dengan pendeta India itu, kita pergi mencari Su Ok dan Jie
Ok, dan jika mereka telah berkumpul bersama kita, berlima
kita pergi menemui Tat Mo Cauwsu. Tentu waktu itu kita
tidak perlu jeri lagi, dimain kita pasti akan dapat
menghadapinya dengan sebaik mungkin"
Mendengar perkataan Ok yang tertua itu Ngo Ok
tampaknya jadi ragu-ragu. Dia berdiam diri sejenak, sampai
akhirnya dia mengangguk juga. "Jika memang Toako yang
berpendapat begitu yang paling baik, maka aku hanya menuruti saja" kata Ngo Ok kemudian "Kemana kita harus
mencari Jie dan Su Ok?"
365 "Itu urusan yang mudah Yang penting harus terdapat


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekompakan diantara kita. Jika tidak, tentu pamor kita akan
runtuh. Jika kita maju menghadapi pendeta India itu
seorang demi seorang, tidak ada seoraagpun diantara kita
yang akan sanggup menghadapinya. Berbeda jika sekaligus
kita berlima maju serentak, untuk menghadapi pendeta
India itu, tentu kita bisa menghadapi sebaik mungkin, dan
tidak mungkin Tat Mo Cauwsu bisa merubuhkan kita.
Dengan demikian kita bisa mempertahankan terus pamor
Lima Datuk persilatan. Jika sampai kita rubuh seorang
demi seorang di tangan Pendeta India, itu lebih parah dan
memalukan lagi, nama besar kita yang telah kita bina
selama puluhan tahun, akan hancur dalam waktu tidak
sampai satu hari saja"
Ngo Ok tambah bimbang. Dia mengenal dengan baik
siapa adanya Toa Ok, dan sekarang Toa Ok bisa berkata
seperti itu, tentu Tat Mo Cauwsu benar2 tangguh dan
memiliki kepandaian yang hebat sekali. Karenanya Ngo Ok
juga tidak bersikeras dengan keinginannya untuk
menyatroni Siauw Lim Sie.
"Baiklah" katanya kemudian. "Jika memang Toako
berpendapat begitu, aku akan bersabar untuk melihat berapa
tinggi kepandaian Tat Mo Cauwsu. Aku akan bersabar
sampai Jie Ok dan Su Ok telah berkumpul juga"'
Begitulah, mereka telah merundingkan segalanya
ditempat itu, dan akhirnya mereka telah berangkat
meninggalkan Siong San, untuk mencari Jie Ok dan Su Ok,
untuk mengajak mereka bergabung dalam menghadapi Tat
Mo Cauwsu.... --o0od0wo0o- 366 DI LUAR kota Ban-ciu, disebuah lapangan rumput,
dimana rumput2nya tumbuh tidak begitu tinggi, namun
hijau segar menunjukkan rumput-rumput itu tumbuh cukup
subur, tampak seorang penunggang kuda yang tengah melarikan kuda tunggangannya menjauhi kota Ban-ciu,
rupanya memang dia baru saja meninggalkan kota tersebut.
Kuda orang itu berbulu putih bercampur sedikit warna
coklat di dekat bagian perut dan ekornya, dan kuda itu
memang berlari sangat pesat, tampaknya merupakan kuda
pilihan karena dengan tubuhnya yang tinggi besar, kuda
tersebut mungkin berasal dari Mongolia.
Penunggang kuda putih tersebut juga sebentar telah
menghentak tali kendali kudanya, rupanya dia
menghendaki binatang tunggangannya itu berlari lebih
cepat lagi. Dialah seorang pemuda berusia dua puluh tahun
lebih, wajahnya putih tampan, dengan rambut yang diikat
dalam bentuk konde dibungkus dengan kain sutera warna
putih, bajunya yang merupakan baju panjang, berwarna
putih. Dilihat sekilas, dia seperti seorang pelajar yang
lemah. Namun jika diperhatikan cara dia menunggangi
kudanya itu, dimana biarpun kuda tunggangannya berlari
begitu cepat, tubuhnya sama sekali tidak terguncang, dialah
seorang pemuda yang memiliki kepandaian tinggi.
Dan yang luar biasa lagi, justru baju putihnya itu agak
aneh. Dibeberapa tempat dan bagian dari baju itu sendiri,
ditambal dengan beberapa potong bahan cita lain yang
berwarna-warni. Keadaan ini yang menarik hati. Setiap
orang yang melihat pemuda itu tentu tidak akan menyangka
bahwa pemuda itu adalah seorang pengemis. Pakaiannya
yang memang bersih dan juga cara berpakaiannya yang rapi
dan rambutnya yang tersisir baik licin mengkilap,
disamping wajahnya yang putih bersih dan tampan itu.
Namun tambalan-tambalan dijubah putihnya itu memang
367 memperlihatkan dia menyerupai seorang pengemis. Atau
setidak-tidaknya dialah seorang pelajar yang melarat.
Mungkin jubah putihnya itu telah robek dan dia
menambalnya dengan mempergunakan potongan kain lain,
karena dia tidak memiliki uang untuk membeli jubah yang
baru. Keseluruhannya pemuda itu gagah sekali, dan kudanya
masih mencongklang terus.
Ketika dia hampir tiba diujung padang rumput tersebut,
pemuda yang pakaiannya penuh tambalan itu telah
menghentikan lari kudanya. Dia mengawasi sekelilingnya,
mempergunakan tangannya menghapus keringat dikening
dan mukanya. Diapun mengeluh. "Entah masih berapa
jauh jarak perjalanan yang harus kutempuh agar secepatnya
dapat tiba di Siong San"
Lalu pemuda ini menghela napas lagi, dia menjalankan
kudanya perlahan-lahan. Tiba-tiba matanya tertarik melihat
sesuatu. Dia mengawasi ke arah depannya, dilihatnya dua
titik hitam yang tengah mendatangi, setelah lebih dekat,
itulah dua ekor kuda yang masing2 berbulu hitam, yang
berlari disebelah depan dan seekor kuda berbulu coklat tua
yang mengejar dibelakang. Rupanya kedua penunggang
kuda itu tengah saling mengejar.
Kuda hitam itu berusaha lari sekuat tenaganya, karena
penunggangnya berulang kali mencambuknya, membuat
kuda hitam itu sibuk menggerakkan keempat kakinya guna
mencongklang lebih kuat lagi. Namun kuda berbulu coklat
tua di belakangnya juga mengejarnya dengan cepat sekali.
Jarak mereka berdua tidak terpisah terlalu jauh.
Yang menarik perhatian sipemuda, justru penunggang
kuda berbulu hitam itu adalah seorang gadis, yang mungkin
baru berusia tujuh atau delapan belas tahun. Dan
368 dibelakangnya itu adalah seorang laki2 berkumis tebal dan
bermuka bengis. Kuda coklatnya telah dilarikan dengan
cepat untuk menyusul si gadis itu.
Akhirnya, rupanya kuda berbulu coklat itu memang
lebih cepat larinya, si gadis terkejar. Waktu akan melewati
kuda hitam itu, laki2 bermuka bengis tersebut telah
mengulurkan tangan kirinya, maksudnya ingin mencengkeram orang buruannya.
Namun gadis diatas kuda berbulu hitam itu tidak
berdiam diri, dia menyampok dengan tangan kanannya.
Gerakannya gesit sekali, memperlihatkan bahwa dia
memiliki kepandaian silat yang tidak rendah. Tangan lelaki
bermuka bengis itu batal mencengkeram, dia menarik dan
kemudian menyusuli dengan hantamannya lagi, yang
mengenai telak sekali pundak si gadis, karena gadis itu tidak
dapat menghindarkan diri, terdengar jeritannya, tubuhnya
terpental dan jatuh bergulingan di atas rumput. Kuda
hitamnya berlari lagi beberapa tombak, kemudian berhenti,
mungkin mengetahui majikannya telah terpental dari punggungnya.
Laki2 tersebut tertawa keras dan bengis, diapun
menahan lari kudanya, kemudian melompat turun dari
punggung kudanya, sambil terus tertawa dia menghampiri
gadis itu. Si gadis yang berwajah sangat cantik, begitu terlempat
jatuh dari punggung kudanya, telah melompat berdiri,
tangan kanannya mencabut pedang, dengan meringis
menahan sakit karena pundaknya tadi terhantam sampokan
tangan laki-laki bermuka bengis itu. Dia bersiap-siap untuk
memberikan perlawanan. 369 "Lepaskan pedangmu" bentak laki laki bermuka bengis
itu. "Kau ikut denganku secara baik2, sehingga kau tidak
menerima perlakuan yang tidak baik"
Gadis itu memperdengarkan suara tertawa mengejek:
"Aku lebih baik membuang jiwa di sini, tidak nantinya aku
akan ikut bersamamu"
Sambil berkata begitu, dia mengibaskan pedangnya,
sehingga terdengar suara "Ngungg" yang nyaring sekali.
Laki2 bermuka bengis itu tertawa keras, katanya
mengejek seperti juga tidak memandang sebelah mata pada
gadis itu: "Nona kau jangan mencari susah untuk dirimu
sendiri. Kukatakan terus terang, ilrnu pedangmu tidak
berarti sedikit apa-apa buatku, Sam Tu Song.Ccepat
sarungkan lagi pedangmu itu, mari ikut secara baik2
bersamaku" Si gadis rupanya tidak bisa menahan sabar lagi, sambil
menggigit bibirnya, dia telah menerjang dengan
menggerakkan pedangnya, dia menikam.
Gerakan si gadis sebenarnya cukup gesit dan cepat,
namun tikamannya itu mengenai tempat kosong, karena
laki2 bermuka bengis itu, Sam Tu Song, telah berkelit ke
samping kanan. Gerakannya gesit dan tenaga pada telapak
tangannya sangat besar, karena waktu pedang menikam
tempat kosong, cepat sekali dia menyampok, dan angin
sampokan tangannya itu telah membuat pedang si gadis
miring kesamping. Pemuda berkuda putih, yang sejak tadi hanya
mengawasi saja kejadian itu, segera mengerti duduk
persoalannya. Mungkin juga laki-laki bermuka bengis itu
ingin mengganggu si gadis, dan si gadis memberikan
perlawanan. Namun pemuda berpakaian tambalan itu, telah mengerutkan sepasang alisnya. Dia berpikir: "Ilmu
370 pedang si gadis sebenarnya merupakan Kiam-hoat yang
sangat hebat, karena jurus-jurus ilmu pedangnya itu tampak
baik dan memiliki banyak keluar biasaannya, namun gadis
ini mempergunakan Kiam-hoatnya kurang mahir, dia
rupanya kurang latihan. sedangkan Iaki2 yang menjadi
lawannya itu tampaknya memiliki kepandaian tidak rendah.
Siapakah mereka, mengapa sampai terjadi bentrokan seperti
ini?" Disaat pemuda berjubah putih penuh tambalan itu
tengah berpikir seperti itu, justeru Sam Tu Song telah
membentak sambil menggerakkan kedua tangannya dengan
beruntun, dia menyerang dengan ber-tubi2. Walaupun dia
tangan kosong dan si gadis mencekal pedang, kenyataannya
Sarn Tu Song dapat mendesak gadis itu, karena setiap kali
dia menggerakkan tangannya, dari telapak tangannya itu
mengeluarkan angin pukulan yang kuat sekali, memaksa si
gadis berkelit kesana kemari menghindarkan diri
Pedang di tangan si gadispun tak bisa berbuat banyak,
setiap kali dia menabas atau menikam, selalu dia gagal.
Karena tikamannya atau tabasannya, selalu mengenai
tempat kosong, laki-laki she Sam itu dapat menghindarkannya. Setelah beberapa jurus, si gadis lebih terdesak lagi.
Malah ketika Sam Tu Song membentak, pedang si gadis
telah dapat dirampasnya dan pedang itu dilemparkannya
jauh2. Gadis tersebut mengeluarkan seruan kaget mukanya
berubah pucat dan ia meloncat mundur sampai beberapa
tombak, tampaknya dia ingin melarikan diri.
Tapi Sam Tu Song sambil tertawa mengejek telah
berkata dengan bengis "Jika aku niat mencelakaimu, tentu
sama mudahnya seperti aku mau membalikkan telapak
371 tanganku" Sambil berkata begitu, dia melangkah menghampiri lebih dekat pada si gadis, katanya lagi "Mari, mari
mari kau ikut bersamaku secara baik2, dan kau jangan
mempersulit dirimu sendiri"
Gadis itu karena takut dan berkuatir diganggu
lawannya, rupanya jadi nekad. Dengan disertai suara
bentakan yang nyaring, dia menerjang sambil menggerakkan kedua tangannya gerakannya itu sangat
cepat, dalam keadaan nekad dia tidak memperdulikan
keselamatan dirinya, dia menggerakkan sepasang
tangannya menyerang dengan serentak, mengincar dada
dan pundak lawan. Namun Sam Tu Song sama sekali tidak ber kelit. Dia
menantikan sampai kedua tangan si gadis telah dekat, baru
dia mengulurkan kedua tangannya, tahu2 dia telah
mencekal tangan si gadis, kedua pergelangan tangan gadis
itu dicekalnya dan si gadis tidak bisa bergerak pula, diapun
gagal menarik pulang tangannya, meronta untuk
melepaskan cekalan itu. Si gadis sambil menangis sambil mengeluarkan makian,
dia telah gerakkan kedua kakinya saling bergantian
menendang. Namun Sam Tu Song tetap mencekal kedua
pergelangan tangan si gadis, dia hanya berkelit kesana
kemari dengan gerakan yang sangat gesit, sekali, sehingga
dia dapat menghindari tendangan itu. Malah dengan
menekuk sikut tangannya, dia menyikut dekat dada si gadis,
seketika jalan darah Sung-tai-hiat si gadis telah tertotok,
membuat tenaga si gadis lenyap, dan dia terkulai tak dapat
berdiri lagi dengan tetap, seperti juga roboh ke dalam
pelukan Sam Tu Song Si gadis mengeluh perlahan, diapun memaki dengan
kalang kabut, karena gadis itu menyadari bahwa dirinya
kini telah terjatuh ke dalam tangan lawannya, terlebih lagi
372 dia dalam keadaan tertotok seperti itu. Dengan demikian
jelas dia tidak bisa meloloskan diri lagi dari Sam Tu Song.
-o0od0wo0o- JILID: XI "APA kukatakan tadi, bukankah lebih baik kau
menyerah secara baik-baik, tentu kau tidak mengalami
kesulitan seperti ini"
"Lepaskan gadis itu jangan mengganggunya!" belum
lagi Sam Tu Song selesai dengan perkataannya, telah
terdengar suara orang menegurnya dengan dingin.
Sam Tu Song menoleh dengan bola mata yang mencilak


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bengis, dia melihat yang menegurnya adalah seorang
pemuda yang memakai jubah putih penuh tambalan.
Dengan muka yang bengis, Sam Tu Song tertawa
mengejek, dia berkata dengan sikap yang menyeramkan
sekali "Siapa kau" Apakah kau benar2 memiliki nyali
mencampuri urusanku, hee?"
Pemuda berjubah putih penuh tambalan itu tertawa
tawar. "Tuan, apakah kau tidak malu mengganggu seorang
gadis yang tidak berdaya seperti itu?" katanya dengan sikap
yang tenang, hanya wajahnya dingin sekali. "Lepaskanlah
gadis itu, baru kita bicara"
"Hemmm, enak saja kau bicara" memaki Sam Tu Song
dengan sikap yang bengis, kemudian dia melihat bahwa
pemuda itu mengenakan jubah yang agak aneh, dimana
pemuda itu mengenakan jubah putih penuh dengan
tambalan, maka dia tertawa mengejek, baru kemudian
berkata lagi: "Jika kau memang seorang pelajar melarat
yang tidak mampu membeli jubah baru, aku bersedia
373 menyumbangmu dua atau tiga tail, dan kau tidak perlu
mencampuri urusanku"
"Tidak perlu dengan uangmu itu, aku tidak
membutuhkannya" kata pemuda berjubah putih penuh
tambalan itu dengan suara yang tawar. "Lepaskan gadis
itu" Kata2 terakhir dari pemuda yang seperti seorang
pengemis itu, telah membuat Sam Tu Song menyadari
bahwa perkataan si pemuda bukan main2 lagi, dia
mendengus mengejek, tangan kanan cepat menotok Ah-hiat
(urat gagu), Cin-hiat (urat atau jalan darah yang bisa
membuat seseorang menjadi kaku tidak bisa menggerakan
sepasang tangan dan kakinya), baru kemudian dia
meletakkan si gadis menggeletak ditanah berumput itu. Dia
memandang si pemuda berjubah putih penuh tambalan itu
dengan bertolak pinggang, katanya bengis: "Siapa kau, yang
demikian lancang berani mencampuri urusanku, heh?"
Dibentak bengis seperti itu, pemuda yang memakai
jubah putih penuh tambalan itu telah melompat turun.
Gerakan tubuhnya ternyata gesit sekali, tubuhnya meluncur
ringan membuat Sam Tu Song terkejut juga
menyaksikannya. "Aku Sin Han. Kau juga boleh memanggilku begitu"
menyahuti pemuda tersebut dengan suara yang tenang.
"Nah, sekarang sudah mengetahui namaku, pergilah kau
menggelinding pergi"
Muka Sam Tu Song merah padam. "Pemuda keparat,
apakah kau memang sudah ingin mampus?" bentaknya
bengis. '"Kau berani perintahkan aku pergi" Hemmmm, aku
yang akan menghajarmu, aku akan memperlihatkan
kepadamu, siapa adanya Sam Tu Song!"
374 Setelah berkata begitu, dia melangkah menghampiri
pemuda berjubah putih itu, sikapnya mengancam sekali.
Sedangkan pemuda jubah putih penuh tambalan itu,
yang tidak lain dari Sin Han (Baca: Tat Mo Cauwsu),
bersikap tenang saja. Dia menantikan setelah Sam Tu Song
datang dekat dan menggerakkan tangan kanannya
menyerang akan menghantam dadanya, Sin Han menantikan tangan itu sudah dekat, tahu-tahu tangan kiri Sin Han
berkelebat, dan dia telah mencekal pergelangan tangan
lawannya. "Pergilah" bentak Sin Han sambil menghentak, dia telah
melemparkan tubuh orang she Sam itu.
Dengan disertai oleh suara seruan kaget, tampak tubuh
Sam Tu Song terpental keras dan jauh sekali, tubuhnya
kemudian terbanting dan bergulingan tiga kali.
Untung saja dia jatuh di tumpukan rumput sehingga dia
tidak sampai terluka. Waktu Sin Han dengan sikap yang tenang berkata
tawar: "Nah, sekarang pergilah kau menggelinding, jika
tidak tentu aku akan menghajarmu lebih keras lagi"
Sam Tu Song bukannya jeri, malah jadi gusar bukan
main. Tadi dianggapnya dia berlaku kurang waspada dan
hati2, sehingga dia telah berhasil dilontarkan seperti itu,
karenanya sekarang, begitu dia merangkak bangun, segera
juga dia menjejak kedua kaki, tubuhnya mencelat menubruk
kearah Sin Han, ia melakukan penyerangan yang cepat dan
kuat sekali. Menyaksikan orang seperti kalap, Sin Han
memperdengarkan suara tertawa dingin. Dan begitu
serangan Sam Tu Song hampir tiba, ia mengibas dengan
lengan jubahnya. 375 "Plookkk!" kepala Sam Tu Song di hantam oleh ujung
lengan jubah Sin Han. Sampokan itu tampaknya perlahan
sekali. Dan juga itu hanya ujung lengan jubah belaka.
Namun kesudahannya sangat hebat sekali, karena Sam Tu
Song merasakan kepalanya seperti dihantam oleh
lempengan besi, kepalanya sampai pusing dan matanya
berkunang2, seketika itu juga tubuhnya telah terkulai rubuh
tertunduk di tumpukan rumput dengan mengeluh kesakitan
dan perlahan. Hal itu disebabkan pandangan mata Sam Tu Seng gelap,
dia tidak bisa melihat suatu apapun juga.
Sedangkan Sin Han telah berkata dengan suara yang
dingin: "Apakah kau masih belum ingin pergi"
Sam Tu Song tidak menyahuti, dia hanya mengerang
dan berdiri, dia meng-goyang2kan kepalanya, tampaknya
dia masih pusing. "Jika memang kau tidak mau cepat2 angkat kaki, aku
akan menghajar lebih keras lagi" mengancam pemuda itu.
Sam Tu Song telah menyadari bahwa kepandaian Sin
Han memang berada diatas kepandaiannya sendiri. Dia
telah melihat hanya dalam dua gebrakan dirinya telah
dibuat tidak berdaya. Coba pemuda itu memang mengandung maksud jelek padanya, tentu dia telah dapat
dibinasakan atau sedikitnya terluka di dalam yang hebat.
Karena itulah Sam Tu Song tidak mendesak lebih jauh.
Setelah menggedikkan kepalanya beberapa kali, Sam Tu
Song berkata dengan suara yang tawar "Baiklah, kau telah
menghalangiku, merintangi pekerjaanku Hemmm. dengan
demikian kau telah mencari kesulitan untukmu sendiri.
Kauwcu kami tentu tidak akan membiarkan urusan sampai
disini saja" 376 Sin Han tertawa tawar, "Siapa Kauwcumu" Dan
perkumpulan kalian apa namanya dan disamping itu pula,
apa saja yang dilakukan oleh Kaucumu itu" Jika dia
seorang yang tidak kenal perikemanusiaan mengambil jalan
sesat, hemmm, hemmm, malah aku tertarik untuk bertemu
dengannya guna menghajarnya"
Setelah berkata begitu, Sin Han memperdengarkan suara
tertawa mengejek. Sedangkan muka Sam Tu Song telah berobah merah
padam, dia bilang sengit: "Baik, baik Aku akan
menyampaikan segalanya pada Kauwcu ku itu. Dan kau
tinggalkan nama dan gelaranmu"
Sin Han tertawa tawar. "Sudah kuberitahukan tadi,
bahwa nama ku Sin Han soal gelaran, aku tidak memiliki
gelaran" kata Sin Han.
Bola mata Sam Tu Sorg mencilak, dia telah melirik
kepada gadis buruannya tadi, yang hampir saja dapat
dibekuknya, namun telah dihalangi oleh pemuda berjubah
putih ini Dengan penuh kemendongkolan dan penasaran, Sam
Tu Song lelah berkata bengis "Baik, kau jangan
meninggalkan tempat ini dulu, tidak lama aku pergi, segera
aku akan kembali. Waktu itu kau akan melihatnya, siapa
sebenarnya kami" Dan setelah mengancam begitu, Sam Tu Song telah
memutar tubuhnya, dia ingin menghampiri kudanya untuk
berlalu. Namun Sin Han telah membentaknya: "Tunggu dulu
Kau jangan, jangan pergi. Sebutkan dulu. apa nama
perkumpulan itu?" 377 Sam Tu Song menahan langkah kakinya, dia menyahuti
"Nama perkumpulan kami Jie Liong Kauw (Sepasang
Naga}" "Hemmm, Jika demikian memang aku sangat tertarik
sekali untuk bertemu dengan ketuamu itu" kata Sin Han
dengan tawar. "Aku akan menantikannya. jika memang
dalam beberapa waktu ketuamu itu belum datang, kalian
bisa mencariku di kampung Tu-wang-cung yang letaknya
tidak jauh dari tempat ini, di sebelah selatan dan hanya
terpisah dua puluh lie lebih, karena aku akan bermalam di
perkampungan itu" Sam Tu Song tidak menyahuti apa2, dia telah
menghampiri kudanya, dia melompat ke punggung
kudanya, dan kemudian membedal kudanya, meninggalkan
tempat tersebut. Sin Han cepat2 menghampiri si gadis yang rebah diatas
rumput, dia tersenyum lalu dengan suara yang ramah
tanyanya: "Nona, bolehkah aku membuka totokan pada
dirimu?" Gadis itu tertotok urat Ah-hiat (urat gagu) dan Chi-hiat
(urat kaku), dia tidak bisa menyahuti dan tidak bisa
bergerak. Hanya kepalanya saja yang bergerak perlahan
sekali, mengangguk. Itupun si gadis memaksakan diri.
Matanya juga memancarkan sinar menyatakan terima kasih
dengan bibir seperti tersenyum dan wajah berseri-seri.
Sin Han mengetahui, si gadis tidak keberatan jika ia
menyentuh tubuh si gadis guna membebaskan gadis itu dari
totokan Sam Tu Song maka ia menghampirinya dan
membuka beberapa totokan di tubuh si gadis. Dengan
demikian terbebaslah gadis itu dari totokan dan pengaruh
totokan itu lenyap dengan berhasilnya si gadis
menggerakkan sepasang tangan dan kakinya.
378 Sambil melompat berdiri, gadis itu merangkapkan kedua
tangannya, katanya: "Terima kasih atas pertolongan
Inkong" Sin Han cepat2 membalas hormat si gadis, diapun segera
merendah, kemudian menambahkannya "'Sesungguhnya
itu merupakan yang tidak berharga menerima ucapan
terima kasih nona, karena memang sudah menjadi kewajibanku untuk menolongi orang2 yang tengah kesulitan"
"Jika memang Siauwmoay (adik) boleh mengetahui,
siapakah Inkong sebenarnya, apa she dan nama Inkong
yang mulia?" tanya si gadis itu lagi.
"Aku bernama Sin Han" sahutnya. "Dan sesungguhnya
aku dari Kay-pang" "Kay-pang?" tanya si gadis sambil mementang matanya
lebar2. Sesungguhnya, memang akhir2 ini tersiar berita dalam
kalangan Kangouw, bahwa telah muncul sebuah
perkumpulan pengemis, Itulah hal yang aneh sekali buat
semua orang yang mendengarnya, bagaimana pengemis
bisa memiliki sebuah perkumpulan" Bahkan yang lebih
menarik perhatian di kalangan Kangouw, justru Kay-pang
merupakan perkumpulan pengemis yang seluruh
pengurusnya merupakan pengemis-pengemis yang memiliki
kepandaian yang tinggi luar biasa. Ilmu silat mereka
sempurna dan beberapa tokoh Kay-pang memiliki kesaktian
yang tidak kalah dengan tokoh-2 persilatan lainnya.
Dengan demikian, cepat sekali Kay-pang menarik
perhatian semua orang gagah didalam Kangouw. Semula
mereka masih menduga bahwa Kay-pang hanya merupakan
sebuah perkumpulan yang biasa saja, dimana para
pengemis mengadakan perhimpunan dan mereka mendirikan sebuah perkumpulan, jika memang kelak diantara
379 mereka salah seorang meminta derma dan orang yang
dimintai derma itu tidak mau memberikannya, mereka akan
mengeroyoknya. Tetapi setelah setahun lebih, ternyata Kaypang dengan subur mengembangkan sayapnya di
Tionggoan. Bukan hanya suatu perkumpulan kecil saja,
karena Kay-pang memiliki cabang2nya dalam beberapa
propinsi. Dengan demikian telah membuat orang2 gagah dalam
kalangan Kangouw jadi menaruh perhatian yang lebih
serius lagi. Dan sangat mengejutkan lagi, beberapa orang
tokoh dalam rimba persilatan yang memiliki nama besar
dan disegani oleh jago2 Kangouw karena mereka memiliki
kepandaian yang tinggi telah dirubuhkan oleh tokoh Kaypang. Telah tersiar pula kabar2 mengenai kehebatan
beberapa tokoh Kay-pang itu. Ada yang menceritakannya
seperti juga cerita dalam dongeng2 belaka, dimana tokoh2
Kay-pang itu selalu dapat merubuhkan lawan2nya hanya
dalam beberapa jurus saja.
Sekarang si gadis mecdengar bahwa Sin Han adalah
salah seorang anggota Kay-pang dan melihat dari cara
berpakaiannya, jubah putih yang penuh tambalan itu,
membual pemuda itu memang mirip sebagai seorang
pengemis. Sin Han tersenyum melihat gadis itu seperti terkejut
mendengar ia berasal dari Kay-pang. "Apakah nona jijik
untuk bersahabat denganku?" tanyanya, sabar sekali si
pemuda bertanya dan senyumnya tidak juga hilang, sama
sekali dia tidak tersinggung.
Si gadis cepat-cepat menggeleng. "Mana berani Siauwmoy berlaku kurang ajar?" katanya cepat. "Justeru Siauwmoy girang bisa bertemu dengan seorang anggota Kay-pang
yang memang akhir2 ini telah menggemparkan kalangan
Kangouw" 380 Si gadis berkata begitu dengan hati sejujurnya, karena
memang ia telah menyaksikan bahwa Sin Han dengan
mudah merubuhkan Sam Tu Song. Sedangkan waktu ia
menghadapi she Sam itu, dia kewalahan bukan main dan
telah ditawan oleh Sam Tu Song. Namun Sin Han dengan
mudah telah merubuhkan Sam Tu Song dan membuat
orang she Sam itu tidak berdaya sama sekali dalam
beberapa jurus saja. Sin Han tersenyum, dia bilang: "Memang kami dari
Kay-pang semuanya merupakan pengemis2 belaka, dan
mungkin orang2 di luar perkumpulan itu akan jijik
bersahabat dengan kami Namun sesungguhnya kami


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memiliki cita-cita yang luhur, karena walaupun kami
berpakaian sebagai pengemis, hidup sebagai pengemis, jiwa
kami bukan jiwa pengemis, kami akan melakukan
pekerjaan2 besar, memberantas kejahatan dan kebathilan.
Hemmm, memang kami mungkin dipandang sebagai
manusia2 yang mengemis akan belas kasihan orang tetapi
sesungguhnya kami tidak melakukan perbuatan-perbuatan
yang rendah. Dengan berpakaian sebagai pengemis, kami
hanya ingin merasakan hidup sebagai manusia yang paling
hina dina selama ini, paling melarat, agar kami mengetahui
apa itu arti kesulitan hidup dan penderitaan maupun
kesengsaraan dari kemelaratan yang ada. Dengan demikian
kami dapat menyerapi dan meresapi makna kemelaratan itu
sendiri, dan kami tentu akan bertindak baik pada manusia2
yang kebetulan hidup dalam kemelaratan"
Si gadis mengangguk. "Itulah cita2 yang luhur sekali."
katanya Sin Han tersenyum, "Nona...."
"Panggil saja namaku. Aku bernama Tang Su Lian,
guruku Cung Sie Hoa" menjelaskan si gadis.
381 Sin Han jadi mementang matanya lebar2, segera juga
dia berseru perlahan: "Akh, kiranya nona...."
Si gadis heran. "Kenapa Inkong?" tanya si gadis
"Jangan memanggilku dengan sebutan Inkong, panggil
saja dengan namaku, Sin Han" kata Sin Han. Kemudian
dengan sikap bersungguh-sungguh Sin Han meneruskan
perkataannya: "Dan waktu kecii bukankah nona selalu
dipanggil dengan sebutan Lian-jie" Tidak salah! Tidak
salah! Ya, wajahmu memang tidak berobah ketika kau
masih kecil dan sekarang sama saja, hanya sekarang lebih
dewasa. Engkaulah Lian-jie"
Tang Su Lian heran, dia kaget bahwa pemuda ini seperti
juga mengetahui nama kecilnya, dan seperti mengenalnya.
"Benar.... Memang waktu kecil aku hanya dipanggil
dengan nama Lian-jie saja" mengangguk si gadis.
"Akh, nonalah yang dulu telah menolongi aku" kata Sin
Han. "Waktu itu aku akan dianiaya oleh Kim Kut Mo Sat.
tetapi nona telah melupakannya mungkin...."
Si gadis tampak berpikir keras, diapun menyebut
perlahan2 "Sin Han. Sin Han...."
Tetapi kemudian si gadis berseru "Ya, ya, aku ingat,
Kim Kut Mo Sat yang mau mencelakai kita berdua, tetapi
kemudian telah datang Lo Eng Sian Bun Tai Cie
Locianpwee Bukankah begitu?"
Sin Han mengangguk. Memang sejak berpisah dengan
gadis cilik Lian-jie murid dari Cung Sie Hoa, Sia Han selalu
teringat kepada gadis itu. Namun sejak perpisahan itu
mereka tidak pernah ketemu lagi, sampai kini Sin Han telah
menjadi seorang pemuda, sedangkan Lian-jie sebagai
seorang gadis yang cantik jelita.
382 Semua ini memang merupakan pertemuan yang tidak
mereka sangka-sangka, setelah berpisah sekian tahun
lamanya, akhirnya mere-reka telah bertemu kembali.
(Tentang pertemuan Sin Han dengan Lian-jie, atau
nama lengkapnya Tang Su Lian tersebut, dapat diikuti
dalam TAT MO CAUWSU Jilid 2)
"Inilah memang kebetulan sekali, dimana karena
menolongimu, nona Tang, ternyata kita telah bisa bertemu
kembali" kata Sin Han. "Dan sekarang terimalah ucapan
terima kasih ku atas pertolonganmu beberapa tahun yang
lalu. yang telah menolongi aku dari tangan Kim Kut Mo
Sat yang hendak menganiaya diriku" Setelah berkata
begitu, Sin Han merangkap sepasang tangannya memberi
hormat, Si gadis cepat-cepat mengelak. "Jangan berlaku penuh
peradatan seperti itu. Inkong" kata si gadis.
Sin Han tersenyum. "Kau selalu menyebutku sebagai
Ingkong, situan penolong, sedangkan waktu dulu aku telah
ditolong olehmu. Jika waktu dulu kau tidak menolongku,
mungkin aku sudah terbinasa ditangan Kim Kut Mo Sat
dan tidak ada hari ini"
"Ya, jika memang begitu, lebih baik kita bersahabat saja
dan tidak saling memanggil In-kong," kata si gadis
tersenyum. Sin Han mengangguk. Tetapi hatinya diam-diam
berpikir: "Dulu waktu masih kecil saja Lian-jie sudah
memiliki kepandaian yang lumayan, namun mengapa
sekarang tampaknya ilmu pedangnya tidak berarti sama
sekali, sehingga terhadap seorang Sam Tu Song saja dia
tidak bisa memberikan perlawanan yang baik?"
383 Tang Su Lian waktu itu telah tertawa, dia bilang: "Jika
memang kau tidak keberatan, tentu kau bisa
memberitahukan sebenarnya kau sedang melakukan
perjalanan kemana?" "Aku sedang menuju ke Siong San, tetapi malam ini
mungkin aku akan singgah di Tu-wang-cung" menjelaskan
Sin Han. "Nona Tang....?"
"Jangan memanggilku selalu dengan sebutan nona...
nona..... panggil saja namaku" kata si gadis.
"Baiklah no.... eh, adik Tang" kata Sin Han sambil
mengangguk. "Nah, dengan begitu kau adalah engko yang baik" kata
si gadis sambil tersenyum. "Kalau memang engkau tidak
keberatan, aku ingin ikut bersamamu ke Tu-wang-cung"
Sin Han mengangguk cepat. "Tentu saja boleh aku
malah sangat gembira sekali dalam perjalanan bisa memiliki
seorang sahabat seperti kau" katanya.
Pipi si gadis berobah merah. "Kalau memang aku tidak
salah dengar, tadi kau mengatakan ingin pergi ke Siong San
dan kudengar bahwa digunung itu telah didirikan sebuah
pintu perguruan silat yang sangat ternama, yaitu...."
"Siauw Lim Sie" menyambung Sin Han.
"Tepat Memang Siauw Lim Sie sekarang ini sangat
terkenal sekali" kata Tang Su Lian. "Dan yang mendirikan
kuil itu adalah Tat Mo Cauwsu, benarkah itu, engko Han?"
Sin Han mengangguk. "Ya, Tat Mo Cauwsa adalah
seorang pendeta sakti dari India, aku berhutang budi
padanya, dulu dia pernah menolongiku, karenanya aku
ingin pergi menghadapnya untuk mengunjukkan hormat
padanya" menjelaskan Sin Han.
384 "Dari sini menuju ke Siong San masih memerlukan
waktu perjalanan kurang lebih dua minggu lagi" kata Tang
Su Lian. "Dan untuk tiba di Siauw Lim Sie, kitapun harus
mendaki gunung Siong San, karena kuil itu berada di
puncak gunung tersebut"
"Jika memang kau tidak memiliki urusan penting dan
kau bersedia untuk ikut ke Siauw Lim Sie guna menambah
pengalaman, tentu aku senang sekali mengajakmu kesana"
Si gadis ber-seri2 sambil berseru girang, tetapi kemudian,
hanya sekejap, wajahnya telah berobah murung kembali.
"Kenapa" Apakah ada sesuatu yang mempersulit kau,
adik Tang?" tanya Sin Han.
Si gadis menghela napas. "Ya. kukira aku tidak bisa ikut
denganmu kesana, engko Han aku sedang berurusan
dengan Kauwcu Jie Liong Kauw"
"Kenapa" Apakah Jie Liong Kauw selalu mengganggumu?" tanya Sin Han sambil mengawasi si gadis
dengan sikap ber-tanya2. "Ya, justeru guruku telah dilukai oleh Kauwcu dari
perkumpulan itu, dan juga aku telah dicelakainya." setelah
berkata begitu, si gadis memandang pada Sin Han, lalu
katanya: "Tidakkah kau tadi melihatnya, engko Han,
betapa lemahnya aku dan tak bisa memberikan perlawanan
walaupun hanya terhadap seorang Sam Tu Song.
Kepandaianku seperti punah, karena aku telah diberikan
semacam racun oleh Kauwcu Jie Liong Kauw tersebut,
membuat seluruh tenagaku lenyap dan aku seperti
kehilangan tenaga dan kepandaian dengan demikian aku
tidak dapat memberikan yang berarti walaupun hanya
kepada seorang Sam Tu Song saja"
385 Mendengar perkataan, si gadis itu, Sin Han memandang
terkejut. "Kalau begitu, Kauwcu dari Jie Liong Kauw itu
sangat jahat. Siapakah dia?"
"Dia orang asing, aku sendiri belum pernah bertemu
dengannya. Ia seorang yang memiliki kepandaian yang
hebat sekali, menurut cerita orang2 yang pernah bertempur
dengannya, kepandaiannya itu dahsyat sekali, karena boleh
dibilang tidak ada orang yang sanggup menandinginya.
Umumnya dia merubuhkan lawannya tidak lebih dari tiga
jurus. Guruku juga telah dirubuhkannya dalam waktu tiga
jurus" "Begitu hebatkah kepandaiannya?" memo tong Sin Han.
"Ya, justeru kepandaiannya begitu hebat, dia malang
melintang tanpa lawan." kata si gadis sambil mengangguk.
"Dan juga, ia telah mengembangkan pengaruhnya dengan
perkumpulannya itu, di mana dia memiliki banyak sekali
murid2nya yang pandai. Aku telah ditawan oleh salah
seorang muridnya dan telah diberi racun sehingga
kepandaian dan semangatku seperti juga punah. Dengan
demikian, untuk selanjutnya menghadapi seorang seperti
Sam Tu Song saja aku tidak sanggup, selama aku belum
memperoleh obat pemunah racunnya, tentu untuk
selamanya kepandaianku itu punah, dan kemungkinan
selewatnya dua tahun lagi, walaupun aku memperoleh
pemunah racun itu, toh sudah, terlambat...."
"Ohhh, manusia menggumam Sin Han. seperti itu harus diberantas" "Tetapi justru dia sangat lihai sekali" kata si gadis lagi.
"Dia seorang Persia, menurut kata-kata orang yang tahu
dan juga cerita dari guruku mengenai dia, orang Persia itu
yang menjadi Kauwcu Jie Liong Kauw adalah Koko Timo"
"A.... apa?" berseru Sin Han terkejut bukan main.
386 "Ya, yang menjadi Kauwcu perkumpulan Jie Liong
Kauw tersebut adalah Koko Timo" menegaskan si gadis.
"Apakah kau kenal dengannya dan pernah bertemu
dengannya?" Sin Han menggeleng perlahan, katanya kemudian ragu2
"Berternu dengannya tidak pernah, tetapi aku pernah
mendengar tentang dirinya itu malah aku mendengarnya
Tat Mo Cauwsu, yang menceritakan bahwa Koko Timo
adalah seorang iblis sangat jahat sekali, dimana tidak ada
satupun dari kejahatan yang tidak dilakukannya"
"Benar Memang dia terlalu jahat sekali, dia merupakan
iblis yang buas. Guruku bertemu dengan muridnya, yang
juga diumbar melakukan berbagai kejahatan, maka guruku
itu jadi bermusuhan dengannya dan bentrok dengan Koko
Timo. Tetapi siapa sangka bahwa orang Persia itu memiliki
kepandaian yang sangat tinggi, disamping memang ilmunya
juga sangat aneh sekali, sehingga dalam tiga jurus guruku
telah dicelakainya.."
"Apakah.... apakah gurumu juga ditangannya?" tanya Sin Han penuh semangat.
terbinasa "Tidak hanya terluka parah Walaupun tidak terbinasa
ditangan Koko Timo, namun mati tidak hiduppun tidak"
Selamanya guruku itu akan menjadi manusia bercacad.
Itulah kejahatan yang melampaui batas. Sengaja Koko
Timo melukai korban2nya dengan caranya yang aneh, yaitu
dia melenyapkan seluruh kepandaian korbannya itu, lalu
melukai seluruh tubuhnya dengan memutuskan otot-otot di
tubuh korbannya itu, sehingga orang yang menjadi
korbannya Koko Timo, selanjutnya tidak dapat untuk
menggerakkan tangan maupun kakinya."
"Ohhh, kejam sekali"
387 "Akupun telah nekad karena kekejamannya seperti itu,
aku telah sengaja mendatangi sarangnya. Siapa tahu,
berhadapan dengan muridnya saja, aku tidak sanggup. Aku
telah rubuh dan ditawan, kemudian diberikan semacam
racun yang dipiksa untuk diminumkan padaku sehingga
tenagaku lenyap dan kepandaianku seperti punah dengan
demikian aku tidak kuat untuk memberikan perlawanan
pada siapa pun juga yang kepandaiannya lemah"
"Lalu, Sam Tu Song itu masih terhitung apanya Koko
Timo?" tanya Sin Han.
"Dia cucu muridnya Koko Timo. Dia murid dari
muridnya Koko Timo" menjelaskan si gadis.
"Pantas Kukira murid Koko Timo seperti itu" kata Sin
Han. "Lalu bagaimana caranya kau bisa meloloskan diri
dari tangan mereka, sehingga bisa meninggalkan sarangnya
Koko Timo begitu jauh?"
"Itulah terjadi karena kebetulan saja" menyahuti si
gadis. "Waktu itu yang mengadakan pengawalan dikamar
tahananku adalah Sam Tu Song, dia memang seorang yang
ceriwis yang selalu ter-gila-gila pada paras cantik. Sengaja
aku merayunya, dia menduga aku memang ber-sungguh2,
maka dia sengaja membebaskan aku dan mengajak aku
kekamarnya. Dalam perjalanan, aku telah melarikan diri
darinya, meloloskan diri dengan ter-gesa2 dan kuda yang
kupergunakan ini adalah kudanya salah seorang murid
Koko Timo. Tetapi siapa tahu. Sam Tu Song telah berhasil
mengejarku Jika saja tidak kebetulan ada kau, engko Han,


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentu aku dapat ditawannya kembali"
Sin Han mengangguk sambil mengerutkan sepasang
alisnya, katanya: "Jika demikian, biarlah aku menunda
perjalananku ke Siong San, kita pergi dulu ke sarangnya
Koko Timo" 388 "Tetapi Koko Timo memiliki kepandaian yang luar
biasa, jarang ada orang yang dapat menandinginya. Jika
kita berdua pergi ke sarangnya, sama saja seperti kita
mengantarkan jiwa dengan percuma"
Sin Han berpikir lagi sejenak, sampai akhirnya dia
berkata dengan sikap yang ragu2: ''Memang Tat Mo
Cauwsu pernah memberitahukan, selain Tat Mo Cauwsu
sendiri, jarang ada orang yang bisa menandingi Koko Timo.
Menurut Tat Mo Cauwsu, justeru dia dulu tengah mencari
jejak Koko Timo. Mungkin selama ini dia tidak berhasil
mencari jejak orang Persia itu. Dan dia juga pernah
mengatakan bahwa kepandaian Koko Timo memang
setingkat dengan kepandaiannya Nah, kau tentu bisa
membayangkan, jika memang Tat Mo Cauwsu kini
merupakan orang yang memiliki kepandaian silat nomor
satu di daratan Tionggoan ini, lalu bagaimana dengan
kepandaian Koko Timo itu. Tetapi tentu saja kita
menyatroni sarangnya itu jangan berterang. Kita berusaha
untuk membasmi mereka dengan mempergunakan berbagai
akal" "Tidak mungkin. Selama kepandaian kita belum dapat
menandingi kepandaian Koko Timo, tidak nantinya kita
bisa berhasil menumpas mereka, karena dari itu, lebih baik
kita pergi ke Siong San dulu, kita meminta pendapat Tat
Mo Cauwsu" Sin Han setuju, lalu tanyanya: "Bagaimana dengan
janjiku pada Sam Tu Song" Bukankah tidak lama lagi dia
akan datang kemari atau akan menyusul ke Tu-wang-cung"
Sigadis telah tersenyum tawar. "Janji itu tidak perlu kita
penuhi. Sam Tu Song sebangsa manusia macam apa.
mengapa kita harus melayaninya?" kata Tang Su Lian
menasehati. 389 Sin Han menggelengkan kepalanya. "Tidak, kau tidak
boleh melanggar janji. Walaupun dia seorang yang rendah,
namun tidak dapat kita akan ingkar janji, sehingga kelak
bisa akan jadi tertawaan orang2 gagah"
"Dia tentu datang dengan gurunya atau saudara2
seperguruannya yang lain." kata Su Lian.
"Aku tidak takut" menyahuti Sin Han.
Si gadis tersenyum lebar. "Aku percaya, kau memang
memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi masih bagus jika
yang datang itu hanya guru Sam Tu Song atau juga saudara
seperguruannya, namun jikalau yang datang itu Koko Timo
sendiri" Bukankah kita akan dibekuk dan kemudian
dianiaya" Dengan demikian kita penasaran tanpa berdaya
sama sekali, dimana kemungkinan kita akan dibinasakannya, sehingga kita terbinasa dengan penasaran
sekali, sebab tak mungkin ada orang yang mengetahuinya
dan kita mati begitu saja. Sedangkan kepandaian Koko
Timo begitu tangguh dan liehay sekali, kau sendiri tadi
mengatakan, Tat Mo Cauwsu sendiri mengakuinya bahwa
kepandaian Koko Timo setingkat dengannya"
(Mengenai Koko Timo ini dan juga tanggapan Tat Mo
Cauwsu mengenai diri tokoh Persia yang seorang ini,
pembaca dapat mengenalnya lewat TAT MO CAUWSU
jilid 9). Sin Han jadi ragu2, karena dia pikir memang ada
benarnya juga apa yang dikatakan oleh si gadis.
Waktu itu, tampak Su Lian telah berkata: "jika kau
memang tidak keberatan, engko Han lebih baik kita cepat2
meninggalkan tempat ini, karena semakin cepat, itulah
semakin baik lagi" 390 Sin Han menggeleng. "Tidak" katanya kemudian tegas,
"Tidak dapat kita bersikap pengecut seperti itu. Lebih biik
kita melanjutkan perjalanan ke Tu-wang-cung, biarlah
mereka menyusul disana. Jika memang mereka benar2
menyusul kita ke perkampungan itu, kita harus
melayaninya. Soal mati hidup adalah urusan yang kedua!"
Gagah sekali waktu Sin Han berkala seperti itu.
Si gadis memandang kagum, dia mengangguk "Ya, kau
benar, engko Han" katanya kemudian. "Tidak dapat kau
menuruti apa yang kuusulkan tadi, karena memang
kenyataan, aku tengah diliputi rasa takut, hanya disebabkan
kepandaianku seperti dipunahkan oleh racun mereka.
Tetapi dengan adanya engkau, tentu aku boleh bertenang
hati" "Ya, untuk menegakkan kebenaran, kita tidak perlu
gentar menghadapi kejahatan itu sendiri. Jika untuk
menghadapi kejahatan kita gentar sebelumnya, tentu itu
merupakah hal-hal yang sangat merugikan sekali, siapa
yang kemudian akan menegakkan keadilan" Tujuan Kaypang justeru memberantas kejahatan, menegakkan keadilan
dan ketenteraman dengan menumpas kebathilan. Jika
memang tokh kita dirubuhkan oleh orang-orang Jie Liong
Kauw, kita masih bisa berusaha dengan cara lain untuk
menghadapi mereka" Su Lian mengangguk, tetapi wajahnya muram.
Walaupun ia menyetujui pemuda itu untuk pergi ke Tuwang-cung, namun sebenarnya hatinya bergelisah sekali.
Su Lian mengetahui dengan pasti bahwa Sin Han tidak
mungkin bisa menghadapi Koko Timo. Jangankan Koko
Timo sedangkan untuk menghadapi beberapa muridnya
saja mungkin tidak sanggup.
391 Tetapi untuk tidak mengecewakan pemuda itu. Su Lian
telah menyetujuinya keinginan pemuda itu, untuk pergi
keperkampungan Tu-wang-cung, guna bermalam disana.
Begitulah, dengan Sin Han mempergunakan kuda
putihnya dan Su Lian memakai kuda hitamnya, mereka
telah melakukan perjalanan melewati padang rumput
tersebut. Mereka menuju ke perkampungan Tu-wang-cung.
Sin Han dan Su Lian telah menumpang di rumah
seorang penduduk dikampung tersebut. Untuk itu Sin Han
telah memberikan lima tail perak kepada pemilik rumah
tersebut. Sin Han memperoleh sebuah kamar di belakang rumah
tersebut, sedangkan Su Lian tidur bersama isteri pemilik
rumah itu, karena tidak ada kamar lainnya.
Berada di dalam kamarnya Sin Han rebah di
pembaringan yang terbuat dari kayu yang buatannya kasar
sekali, dia tidak tidur, karena mengetahui, malam ini tentu
Sam Tu Song akan datang menyatroninya dengan
mengajak kawan2nya. Sin Han hanya rebah untuk
beristirahat, guna mengumpulkan tenaga, untuk dipergunakan kelak menghadapi Sam Tu Song dan
kawan2nya jika saja mereka itu menyatroninya.
Malam semakin larut.... Sin Han mulai merasa mengantuk, kelopak matanya
mulai terasa berat, dia memejamkan matanya dengan sikap
masih rebah seperti itu. Namun diantara keheningan
dikelarutan malam itu, mendadak Sin Han tersentak kaget
sampai melompat turun dari pembaringannya, karena
kesunyian malam telah dirobek robek oleh jerit yang
menyayatkan hati. 392 Seperti terbang Sin Han melompat keluar dari
kamarnya, begitu dia menerjang keluar, suara jeritan yang
menyayatkan tersebut terdengar semakin jelas. Cepat sekali
Sin Han tiba di depan kamar Su Lian, waktu itu si gadis
juga tengah membuka pintu kamar dan menerobos keluar,
mereka saling pandang. "Apa yang terjadi?" tanya Sin Han setelah bisa
menguasai dirinya. Suara jeritan yang menyayatkan itu telah lenyap,
keheningan malam menguasai rumah tersebut lagi. Dan
mereka tadi mendengar suara jeritan itu berasal dari
ruangan depan, tanpa membuang waktu lagi, Su Lian
menuju ke ruang depan rumah itu, katanya: "Mungkin dari
sana." tubuhnya mencelat ke ruang depan, dan Sin Han
mengikutinya. Begitu mereka sampai di ruang depan, keduanya jadi
berdiri gusar tak alang kepalang.
Pemilik rumah itu, seorang laki2 berusia hampir enam
puluh tahun, telah menggeletak di lantai dengan kepala
yang hancur dan disekitarnya tampak darah yang
menggenangi tubuhnya yang rebah sebagai sesosok mayat.
Pada tubuhnya itu juga tampak beberapa luka besar,
dimana pakaiannya koyak dan mukanya yang rusak hampir
tak bisa dikenali lagi. Berdiri diruangan tersebut tiga orang
dengan wajah yang mengerikan tengah tersenyum
mengejek, bengis sekali, mereka semuanya laki-laki
bartubuh tegap, dengan usianya sekitar empat puluh tahun
lebih. Salah seorarg diantara mereka, tengah berkata dengan
suara yang dingin: "Telah kita bereskan seekor tikus tidak
punya guna...." 393 Di dekat pintu ruangan depan itu, berdiri seorang
lainnya yang segera dapat dikenali oleh Su Lian dan Sin
Han. Orang tersebut memiliki muka yang sama bengisnya
dengan ketiga orang itu, dia tidak lain dari Sam Tu Song,
Seketika Sin Han dan Su Lian dapat menduga apa yang
sebenarnya terjadi. Tentu Sam Tu Song telah mengajak
ketiga orang temannya ini menyatroni mereka, hanya saja
pemilik rumah tersebut, yang karena kamarnya tidak cukup,
dimana Su Lian tidur bersama isterinya dan Sin Han
mempergunakan kamar dibelakang rumahnya, telah tidur
diruang depan ini. Namun siapa tahu, Sam Tu Song
bersama ketiga orang kawannya melihat pemilik rumah
yang sudah lanjut usia itu, tanpa banyak bicara lagi telah
turun tangan membinasakannya.
Waktu itu, isteri pemilik rumah tersebut berlari keluar,
menyaksikan keadaan suaminya seperti itu, dia menjerit
sambil menubruk mayat suaminya, diapun berseru dengan
suara kalap diantara tangisnya "Kalian.... kalian telah
mencelakai suamiku.... kalian.... kalian manusia2 kejam
dan jahat" Ketiga orang laki2 bermuka bengis itu tertawa ber-gelak2
menyeramkan sekali, sedangkan Sam Tu Song sendiri tidak
ketinggalan tertawa dengan sikap mengejek, dia
memandang bengis kepada Sin Han dan Su Lian.
Sin Han sudah tidak bisa menguasai dirinya lagi,
pemuda ini telah melompat ke depan ketiga orang itu.
"Kalian manusia tidak punya perikemanusiaan!"
bentaknya. "Orang tua yang sudah tidak berdaya itu kalian
aniaya dan binasaakan dengan cara yang begitu kejam"
"Hemmm, justeru karena dia berani menampung kalian
jadi kematiannya itu jangan dipersalahkan kepada kami,
justeru kalian berdualah yang harus menanggungnya.
394 Bukankah jika kalian tidak menumpang di rumahnya. ini,
kalian tidak akan mencelakainya?"
Muka Sin Han merah, rupanya pemuda itu sudah tidak
bisa menahan sabar, tubuhnya segera bergerak cepat sekali,
dia melompat ke depan, tangan kanannya menghantam
salah seorang dari ketiga orang itu, yang berada di sebelah
kanan dan terdekat dengannya.
Namun orang itu tertawa mengejek dengan wajah
bengis, dia berkelit dari serangan itu. Sam Tu Song sendiri
telah berseru "Sam Su-siok, dialah yang telah
menghalangiku untuk menawan kembali gadis itu"
Orang yang tadi diserang oleh Sin Han bu kan hanya
sekedar berkelit saja, karena dengan gerakan yang sama
gesitnya dia telah membalas menyerang dengan totokan
yang meluncur kearah samping kiri dada Sin Han. ia
mengincar jalan darah Mo-sing hiat.
Sin Han pun tidak berhenti pada serangannya yang
pertama itu, begitu lawannya berkelit, malah menyerang
padanya dengan totokan yang membahayakan itu, cepat2
Sin Han menarik pulang tangannya, sambil menarik pulang
tangannya itu diapun telah menggeser kedudukan tangan
itu. Dengan kelima jari terpentang, dia mencengkeram
pergelangan tangan lawannya. Dia berhasil dengan gerakan
tersebut, dan lawannya tidak sempat untuk mengelakkan
tangannya itu, karena begitu dia menarik tangannya,
pergelangan tangannya telah dicekal, malah dia merasakan
tarikan yang kuat sekali dari Sin Han, membetotnya dengan
hebat dan mengandung tenaga yang sulit dilawan.
Orang tersebut mengeluarkan seruan tertahan, dia
mengempos semangat dan tenaga, pada kedua kakinya, dia
berdiri tegak dan tangan kirinya menyambar kepala Sin
Han 395 Juga kedua orang kawannya tidak tinggal diam, karena
cepat sekali mereka telah melompat dengan gerakan yang
gesit, kedua tangan mereka bergerak cepat bukan main,
menyambar kebeberapa bagian di tubuh Sin Han.
Diserang secara demikian, tidak ada pilihan lain buat
Sin Han, pemuda ini melepaskan cekatannya, ia kemudian
menyingkir ke samping kanan, menyampok serangan dari
lawan yang berada disebelah kanannya itu, dengan
mempergunakan tenaga sampokan yang kuat sekali.
Dengan demikian tangan lawannya tergetar akibat kuatnya
sampokan tersebut, dia telah melompat menyingkir.
Sehingga Sin Han bisa meloloskan diri dari dua serangan


Badai Di Siauw Lim Sie Lanjutan Tatmo Cauwsu Karya Sin Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedua lawan yang lainnya.
Ketiga orang itu tidak tinggal diam sampai disitu saja,
mereka menyerang lagi dengan serentak. Malah serangan
mereka bukan serangan sembarangan. Tangan mereka
menyambar dengan disertai Iwekang yang kuat sekali,
mengincar bagian2 yang bisa mematikan di tubuh Sin Han.
Sin Han memberikan perlawanan terus, di hatinya
berpikir: "Kepandaian ketiga orang ini tidak rendah, jika
memang aku menghadapi mereka seorang demi seorang,
tentu dengan mudah aku dapat merubuhkannya, tetapi
sekarang mereka menyerang dengan serentak, aku harus
berlaku lebih waspada."
Sam Tu Song sendiri telah melompat ke dekat Su Lian,
sambil menyeringai mengerikan dia berkata: "Sekarang kau
tidak bisa meloloskan diri dari tanganku!" Kedua
tangannya diulur, dia ingin menawan gadis itu lagi.
Keadaan Su Lian masih lemah karena dia telah
dipengaruhi oleh semacam racun yang diberikan lawan
waktu menjadi tawanan mereka, membuat tenaganya
396 seperti lenyap. Mana sanggup dia menghadapi Sam Tu
Song. Namun Su Lian tidak mau tinggal diam, dia melompat
mengelakkan Sam Tu Song yang menyerang padanya
sambil menyeringai mengerikan, kemudian kedua kaki Su
Lian berusaha menendang. Namun Sam Tu Song tak
memandang sebelah mata terhadap serangan itu, dia
miringkan tubuhnya, waktu tendangan si gadis melesat
disamping pinggangnya, tangannya telah diulur lagi, dia
mencekal pergelangan tangan si gadis.
Su Lian mengeluh, jika dia tertawan Sam Tu Song, tentu
keadaan akan berbahaya sekali, dimana dia akan dijidikan
tanggungan untuk menggertak Sin Han, dengan demikian
Sin Han akan menghadapi kesulitan, juga dalam
menghadapi ketiga orang lawannya itu. Karenanya, dalam
keadaan terdesak seperti itu, Su Lian jadi nekad. Dengan
cepat tangan kanannya yang masih bebas telah menarik
pedangnya, dimana senjata tersebut menyambar ke arah
perut Sam Tu Song. Waktu itu Sam Tu Song tengah girang karena
cekalannya berhasil, tapi waktu pedang berkelebat kearah
perutnya, dia terkejut dan cepat-cepat mengelakkannya.
Dan gerakannya itu masih terlambat, walaupun perutnya
terhindar dari tikaman pedang si gadis, toh tak urung
pundaknya yang sebelah kiri kena terserempet oleh mata
pedang si gadis, sehingga bajunya di bagian pundak telah
koyak robek, diapun mundur beberapa langkah ke
belakang, sambil meringis menahan sakit.
Mempergunakan kesempatan ini, Su Lian melompat
kebelakang menjauhi Sam Tu Song Dia ber-siap2 dengan
pedangnya, karena jika Sam Tu Song menyerangnya lagi,
dia akan berlaku nekad. 397 Sam Tu Song setelah lenyap kagetnya, menyeringai
bengis menyeramkan sambil melangkah menghampiri Su
Lian, diapun berkata dengan suara yang mengandung hawa
kemarahan "Hemm, kau ingin memberikan perlawanan,
heh" Hemm, aku Sam Tu Song akan memperlihatkan,
ganjaran apa yang pantas untuk seorang gadis berkepala
batu seperti kau ini" Dan dia telah menerjang lagi kepada
Su Lian, walaupun si gadis itu mencekal senjata pedang,
tapi rupanya dia tidak gentar, karena mengetahui bahwa si
gadis telah terpengaruh racun yang melenyapkan
tenaganya. Su Lian mengetahui bahaya yang mengancam, dia
mementang matanya lebar-lebar, disaat Sam Tu Song
menghampiri telah dekat, dengan nekad si gadis telah
menikam lagi, gerakan yang dilakukannya itu sangat cepat
sekali pedangnya berkelebat.
Sam Tu Song kali ini tidak berkelit, karena dia telah
berwaspada dan dia hanya mengawasi menyambarnya
pedang tersebut, waktu mata pedang akan mengenai
perutnya, dia menyentil dengan jari telunjuknya, pedang itu
tersentil mencong arah sasarannya, dan mempergunakan
ketikanya yang baik itu, Sam Tu Song menerjang terus ke
depan, dia mencekal kedua lengan si gadis
Su Lian mengeluh, kali ini dia telah dibuat tidak berdaya
oleh Sam Tu Song, karena kedua lengannya telah tercekal
oleh Sam Tu Song si gadis tidak dapat meuggerakkan
tangannya maupun pedangnya untuk menyerang. Cekalan
Sam Tu Song pun kuat sekali, sehingga dia mati kutunya.
Sam Tu Song tertawa bergelak menyeramkan, tangan
kanan bergerak menotok beberapa jalan darah si gadis.
Seketika tubuh si gadis terkulai rubuh rebah di lantai, tidak
bisa berkutik lagi. 398 Sin Han walaupun sibuk menghadapi ketiga orang
lawannya, dia sempat memperhatikan keadaan Su Lian.
Melihat apa yang dialami Su Lian, bukan main berkuatir
dan kagetnya Sin Han. Waktu itu, salah seorang lawannya berada didepannya.
tengah menyerang dengan gerakan "Rajawali Mengibas
Sayap", tangan kanan orang tersebut menyampok kearah
batok kepala Sin Han, dan tangan yang satunya lagi telah
menyerang akan menghantam pundak kiri Sin Han.
Gerakan lawannya ini mirip sekali dengan gerakan seekor
burung rajawali yang tengah mengibaskan sepasang
sayapnya. Tenaga serangan itupun tidak ringan karena
angin serangan itu menderu-deru. Sin Han segera
berjongkok sedikit, dia menghantam tangan kanannya ke
arah dada lawannya. Pundak Sin Han kena dihantam telak sekali oleh
pukulan orang itu, namun justeru pada orang tersebut juga
telah dihantam jitu oleh pukulan Sin Han.
Sambil mengeluarkan jerit kesakitan, orang tersebut
terhuyung mundur dua langkah, kemudian dengan mata
terpentang lebar2, dia memuntahkan darah segar satu kali.
Sin Han sendiri mengalami hal yang membuatnya
berada dalam ancaman tidak ringan, karena waktu itu,
pundak yang terhajar oleh tangan lawannya yang seorang
tersebut sakit luar biasa, untung saja Sin Han telah keburu
melindungi pundaknya dengan memusatkan lwekang di
pundaknya itu, walaupun pukulan lawannya jitu sekali
mengenai pundaknya, tulang piepanya tidak sampai hancur
atau patah. Dengan meringis karena menahan sakit. Sin
Han berusaha memperbaiki kakinya, dimana dia mundur
dua langkah, dan mengempos semangatnya, lalu
menyampok tangan kanan seorang lawannya yang lain,
399 sampokan itu kuat sekali, hingga terjadi benturan yang
hebat. Sedangkan lawannya yang seorang lagi, juga telah
membarengi menyerang. Dengan demikian, tampak Sin
Han jadi sibuk untuk berkelit kesana kemari sebanyak
empat kali, sebab beruntun kedua lawannya ini
mendesaknya dengan hebat.
Lawan Sin Han yang tadi memuntahkan darah, rupanya
diliputi kemurkaan yang sangat. Setelah beristirahat
sejenak, dia melompat sambil membentak bengis, kedua
tangannya bergerak dengan hebat sekali, berkesiuran
menyambar kepada Sin Han.
Keadaan pemuda ini benar2 terancam sekali oleh ketiga
orang lawannya. Terlebih lagi memang Sin Han juga tengah
berkuatir sekali atas keselamatan Su Lian yang telah
tertawan oleh Sam Tu Sang.
Sam Tu Sang waktu itu telah bertolak pinggang dengan
menyeringai mengerikan, ia membentak: "Sam Susiok,
gadis ini telah berhasil kutawan, jika pemuda keparat itu
tidak mau menyerah secara baik2, gadis ini biar kugorok
batang lehernya" Hati Sin Han tercekat. Manusia seperti Sam Tu Seng,
seorang manusia rendah seperti itu tentu tidak segan2 untuk
membuktikan ancamannya. Karenanya, dia melompat ke
samping kanan, kemudian menyampok dengan kuat tangan
dari salah seorang lawannya, katanya: "Hentikan dulu, aku
ingin bicara" Ketiga orang lawan Sin Han melompat mundur, mereka
tidak mendesak lebih jauh.
"Apa yang ingin kau katakan?" tanya mereka hampir
berbareng. "Jika memang kau tidak berlutut dan menyerah
400 secara baik2 untuk kami bekuk, hemmm, hemmm, tentu
aku akan mencincang tubuhnya"
Sin Han menghela napas, kemudian dengan mata
mengawasi tajam kepada ketiga orang itu bergantian,
barulah dia menyahuti: "Baiklah, Aku akan menyerah dan
memberikan kalian menawanku, aku bersedia untuk
diapa2kan oleh kalian, namun, ada satu syarat untuk itu"
"Apa syaratmu" Kami menginginkan kau menyerah
tanpa syarat. Kami justeru yang mengeluarkan syarat. Jika
engkau membangkang dan masih berusaha memberikan
perlawanan pada kami, hemmm, gadis itu akan segera kami
binasakan dulu, baru kemudian membereskanmu!"
"Aku akan menyerah, tetapi kalian harus membebaskan
gadis itu" kata Sin Han.
Ketiga orang paman guru Sam Tu Song itu, telah saling
pandang, akhirnya salah seorang diantara mereka
menyahuti "Untuk itu nanti diputuskan oleh Kauwcu kami.
Sekarang kau menyerah secara baik2 dan ikut bersama kami
kemarkas kami, nanti Kauwcu yang akan mengadili kalian
berdua" Sin Han menghela napas. Dia berpikir, untuk dirinya
sendiri tentu dia tidak nantinya menyerah, walaupun harus
menerima kematian, pasti dia akan memberikan
perlawanan dengan gigih. Namun justeru dia menguatirkan
keselamatan Su Lian, sehingga akhirnya dia mengambil
keputusan untuk menyerah saja dulu, untuk dibawa
kemarkas lawan dan disana baru memikirkan cara yang
baik untuk meloloskan diri.
"Baiklah!" katanya kemudian.
Dua orang dari ketiga lelaki bengis itu telah melangkah
maju, dan mereka telah meringkus Sin Han. Memang Sin
401 Han menepati janjinya, sama sekali dia tidak berusaha
memberikan perlawanan, dia membiarkan kedua lawannya
itu membelenggu kedua tangannya.
Malah lawannya yang seorang itu telah datang dan
menotok jalan darah Tai-yang hiat Sin Han, sehingga
lenyaplah tenaganya. Sin Han mengeluh. Dengan ditotok seperti itu jelas dia
sulit untuk kelak meloloskan diri. Karena itu, dia telah
berdiam diri sambil berpikir keras.
Su Lian juga telah dikempit oleh Sam Tu Song,
kemudian mereka meninggalkan rumah penduduk
kampung tersebut. Dan isteri si pemilik rumah masih
menangis terisak-isak, menangisi akan kematian suaminya
yang mengenaskan itu. Rupanya waktu Sam Tu Song berempat dengan ketiga
orang paman gurunya itu tiba di kampung tersebut, mereka
segera menyelidiki mencari jejak Sin Han dan Su Lian. Dan
mereka melihat kuda hitam dan kuda putih dari kedua
orang yang dicarinya itu. Dengan demikian, mereka jadi
mengetahui bahwa kedua orang buruan mereka berada di
rumah tersebut. Segera juga mereka menerobos masuk.
Di ruang depan mereka melihat sikakek pemilik rumah,
tanpa banyak bicara lagi, segera juga kakek itu telah
dibinasakannya. Sekarang, setelah berhasil menawan Sin Han dan Su
Lian, mereka segera meninggalkan perkampungan itu,
untuk membawa kedua tawanan mereka kemarkas
menghadapkan kepada Kauwcu mereka.
-o0od0wo0o402 JIE LIONG KAUW merupakan sebuah perkumpulan
yang besar sekali, dimana pemimpin perkumpulan tersebut
seorang yang memiliki kepandaian yang luar biasa
tingginya. Juga pemimpin dari perkumpulan tersebut,
seorang Persia yang bernama Koko Timo, memiliki ilmuilmu yang aneh. Telah belasan tahun dia mendirikan
perkumpulannya ini, dia menerima murid-murid yang
berjumlah sangat banyak sekali dan mengumbar muridnya
itu melakukan berbagai kejahatan, Dengan demikian, Jie
Liong Kauw jadi ditakuti oleh penduduk disekitar tempat
tersebut. Murid2 Koko Timo juga bukan orang-orang yang
lemah. Mereka umumnya merupakan buaya-buaya darat
dan jagoan-jagoan ditempat itu sekarang mereka
Pendekar Wanita Penyebar Bunga 1 Pendekar Bayangan Sukma 3 Petaka Cinta Berdarah Musibah Sebuah Kapal 2
^