Pencarian

Golok Naga Terbang 4

Golok Naga Terbang Karya Aryani W Bagian 4


bagaikan sebuah patung hidup. Kaku dan dalam keadaan kedua mata masih meram. Atau
lebih tepat lagi bagaikan sesosok mayat hidup layaknya!
Pelan-pelan Gin Nio membuka pintu dan menuju keluar kamar. Segera saja Cu
Liong curiga ada yang tidak beres dengan dara cantik murid Nelayan Pantai Timur itu.
Cepat dia meloncat turun dan membayangi Gin Nio.
Bagaikan patung saja Gin Nio keluar dari rumah penginapan itu. Mengangguk kalau
ada pelayan yang menyapanya, dan Gin Nio terus saja menuju keluar kota. Langkahnya
e-bukugratis.blogspot.com
145 satu-satu, tanpa menoleh ke kanan kiri lagi. Melangkah pasti ke arah yang dibisikkan
dalam telinga Gin Nio. Tak berapa lama kemudian sampailah dara ini di sebuah
kelenteng rusak di luar kota. Tanpa ragu sedikit pun Tan Gin Nio memasuki kelenteng itu.
"Ha-ha-ha, akhirnya kau datang sendiri manis! Ha-ha-ha, mari ke sinilah, Manis!
Ha-ha-ha-haaa ... !" Suara ketawa bergelak lantang menyambut dari tengah ruangan kuil
rusak. Di tengah ruangan nampak seorang pendeta gundul setengah tua berjubah merah,
duduk di kelilingi api lilin dan di tengah gambar coret-moret tak karuan. Agaknya coretmoret rajah!
Li Cu Liong yang mengikuti dari kejauhan segera menggunakan ilmu meringankan
tubuhnya untuk melompati pagar tembok di belakang kuil. Begitu sampai di halaman
belakang, pemuda ini lalu mengenjot kakinya dan tubuhnya melayang ke atas genteng.
Ketika Cu Liong melihat pemandangan di tengah ruangan, sepasang matanya mencorong
tajam bagaikan sepasang mata naga.
Wajahnya kemerahan menahan marah. Cu Liong tiba-tiba mendekam di atas
wuwungan kelenteng ketika melihat dari jauh mendatangi sesosok bayangan merah yang
berkelebat cepat menuju ke kuil itu.
"Ha-ha-ha-heh-heh, bagaimana Suheng Takonaya, berhasil?" Belum tiba di depan
kuil pendeta yang bukan lain adalah pendeta jubah merah Takonana berteriak lantang.
"Heh-heh-heh, apakah pernah Lohu gagal melaksanakan keinginan Lohu,
Takonana" Lihatlah sendiri hasilnya, hah-heh-heh-heh ... !!"
Berkelebat masuk bayangan merah tinggi besar, pendeta Takonana yang
mengenakan topi merah tinggi itu pun telah berada di tengah ruangan kuil rusak.
Sepasang mata pendeta ini liar memandang ke arah dara cantik yang berdiri di dekat
patung Buddha di tengah ruangan itu.
"Huiiihhhhh, cantiknyaaaaa. Hebattttt! Sungguh menarik dan menggiurkan barang
yang sekarang kita dapatkan ini, Suheng, Huah-ha-ha-ha-ha ... !"
"Tahan! Jangan kau jamah dulu, Sute. Lohu masih ingin menanti sahabat kita
dulu!" kata Takonaya keras. Bentakannya ini menggeledek penuh wibawa, agaknya
mengandung tenaga sihir yang kuat luar biasa.
e-bukugratis.blogspot.com
146 Cu Liong yang mendekam di atas genteng merasa tergetar juga jantungnya. Akan
tetapi, segera dia mengatur napas menurut ilmu dalam Kitab Menjala Langit. Dan
sebentar saja pengaruh sihir itu pun lenyap dan pelan-pelan tenaga batinnya diarahkan ke
arah Tan Gin Nio. Berusaha menembus sihir yang menguasai dara murid Nelayan Pantai
Timur. Hawa dingin menyusup memasuki tubuh Gin Nio.
"Lhooh, ada apa, Suheng. Siapa yang akan datang ke sini?" tanya pendeta
Takonana. Pendeta ini pun berdiri bagaikan patung ketika mendengar bentakan kakak
seperguruannya ini. Sungguh luar biasa sekali kekuatan ilmu sihir pendeta yang bernama
Takonaya ini. "Tunggu saja! Nanti sebentar lagi kau akan tahu. Ha-ha-ha ... !"
Tiba-tiba keheningan malam itu dipecahkan oleh suara melengking tinggi menusuk
telinga! Lengking itu terdengar jauh sekali, akan tetapi semakin dekat dan semakin dekat.
Tiba-tiba bagaikan segumpal asap saja di depan kedua pendeta berjubah merah ini berdiri
sesosok bayangan putih. Sayang sekali bahwa orang itu membelakangi Cu Liong.
Sehingga pemuda itu tidak dapat memandang wajah pendatang baru itu!
"Hebattttt, wah ilmu meringankan tubuhmu sekarang bertambah maju, Sim ... !"
Takonaya menghentikan ucapannya ketika matanya bentrok dengan pandang mata orang
berbaju putih yang datang.
"Hemmm, jangan sembrono! Belum waktunya pinto memperkenalkan diri!"
"Maaf, maaf, Lohu terima salah!"
"Kita harus semakin berhati-hati! Banyak sudah tokoh-tokoh kang-ouw mengejar
Iblis Naga Terbang. Langkah yang diambil perlu diperhitungkan masak-masak dahulu.
Dan pembunuhan serta perkosaan supaya dihentikan untuk sementara!"
Orang berbaju putih itu memerintah kedua orang pendeta jubah merah Takonaya
dan Takonana. "Wahhh, sekarang aku tak bisa menikmati angsa-angsa mulus lagi," ucap pendeta
Takonana kecewa. e-bukugratis.blogspot.com
147 "Kalau hanya ingin menikmati angsa-angsa mulus saja kenapa tidak bisa! Yang
tidak bisa lagi ialah cara kita menyaru sebagai murid Liok Ing Gie si Pendekar Golok
Terbang itu. Sebab aku khawatir kalian berbuat ceroboh sehingga membuka kedok kita!"
"Perkara itu beres. Tak perlu Toako khawatir!" kata Takonaya lirih dan melihat ke
arah dara jelita yang berdiri bagaikan patung hidup di depan altar.
Li Cu Liong yang mendekam di atas wuwungan kuil mendengarkan pembicaraan
ketiga orang itu dengan penuh perhatian.
"Ohh, kiranya mereka inilah yang menyaru sebagai diriku! Pembunuh dan
pemerkosa di Bukit Awan! Keparat jahanam!" umpat pemuda ini di dalam hati.
Dia semakin berhati-hati mengawasi keadaan di dalam ruangan kuil. Menjaga
kalau-kalau dara jelita murid Nelayan Pantai Timur mendapat bahaya!
"Kalian berdua kuminta berkumpul di cabang Hong-ma-cung!" perintah orang
misterius bertopeng yang mengenakan pakaian serba putih.
"Baik!" Hampir berbareng kedua pendeta berjubah merah itu menyahut.
"Ha-ha-ha, kita bagi berdua, ya, angsa mulus ini," kata Takonana sambil menjilat
bibirnya dengan lidah. Agaknya nafsu jalang telah menyesak di kepala pendeta bertopi merah ini, nyatanya
dari tadi sepasang matanya tak pernah meninggalkan tubuh Tan Gin Nio yang berdiri
tegak bagaikan patung itu.
"Ihhh, tidak bisa! Lohu yang akan menggarapnya sendiri! Dara ini akan kujadikan
penambah umur Lohu sendiri, tahu?" Takonaya ngedumel.
"Apakah kalian tidak bisa kalau tidak berebut. Kayak anak kecil saja tingkah kalian
ini!" bentak orang berbaju putih lantang.
Cu Liong tercekat mendengar ucapan kedua pendeta berjubah merah. Cepat pemuda
ini mencari jalan untuk menyelamatkan Tan Gin Nio dari perbuatan biadab kedua
pendeta itu. Sekali meloncat saja tubuhnya telah berada di luar kuil. Setelah merasa
bahwa siasatnya ini yang paling baik maka Cu Liong segera melaksanakan apa yang
menjadi jalan pikirannya. Ketiga orang di dalam ruangan itu menengok ke arah pintu
depan. Pandang mata ketiga orang itu mencereng penuh perhatian mengawasi pintu
masuk ruangan. "Tolonggggg, tolonggggg, ada setannn!"
e-bukugratis.blogspot.com
148 Seorang pemuda berambut awut-awutan berlari memasuki ruangan di mana ketiga
orang itu berada. Pemuda ini berlari jatuh bangun sambil berteriak-teriak ketakutan.
Cepat sekali larinya, walaupun suara kakinya bagaikan suara kaki gajah kerasnya
menandakan bahwa dia bukan seorang ahli silat yang lihai ilmu meringankan tubuhnya.
"Setannn" Mana setannya?" tanya Takonana keras.
"Setan adalah sahabatku, mana ada setan di kuil ini?" Takonaya tak mau
ketinggalan berkata. "Tahannnnn!" Orang bermuka pucat yang mengenakan pakaian serba putih membentak lantang
ketika melihat anak muda berambut awut-awutan itu berlari sempoyongan akan
menabrak wanita yang berdiri bagaikan patung di dekat altar. Begitu membentak
tubuhnya telah melejit mendahului larinya anak muda berambut awut-awutan.
Wirrrrr ... ! Tahu-tahu tubuh Tan Gin Nio telah berada dalam pondongannya dan sekali lagi
tubuhnya membuat gerakan tahu-tahu pendeta ini telah berada di sudut ruangan.
"Bunuh keparat itu!" perintahnya.
Kedua orang pendeta berjubah merah pun kaget mendengar perintah ini. Akan
tetapi tanpa membuang waktu lagi kedua pendeta itu menggerakkan tangan menyambut
ke arah pemuda yang sempoyongan itu. Sekali saja salah satu tangan itu mengenai anak
muda berambut awut-awutan yang bukan lain adalah Cu Liong, mungkin dapat membuat
anak muda itu menderita luka dalam cukup parah.
"Ehhhhh ... !" jerit Takonana kaget ketika sambaran tangan kanannya luput
mengenai sasaran. Pendeta ini tadi telah merasa pasti bahwa telapak tangannya akan membikin hancur
kepala berambut awut-awutan itu. Akan tetapi sebelum kepalan tangannya bertemu
dengan kepala, tahu-tahu kepala itu melengos ke samping dan kepalan tangannya luput
mengenai sasaran. Sedangkan pendeta ahli sihir Takonaya pun tak kalah kagetnya dengan adik
seperguruannya itu. Pendeta itu menggerakkan tangan kanan untuk menghajar dada anak
muda berambut awut-awutan. Akan tetapi begitu tangannya akan mengenai dada, entah
e-bukugratis.blogspot.com
149 mengapa, tangannya melenceng ke samping sendiri, tidak dapat dikuasainya. Maka
dengan sendirinya hajarannya ke dada itu pun gagal.
Kedua pendeta jubah merah segera menyusul dengan serangan yang lebih ampuh
lagi. Aneh bin ajaib. Pemuda itu kelihatan sempoyongan ke kanan kiri bagaikan orang
mabuk dan serangan gencar kedua pendeta itu dihindarkan dengan baiknya! Dengan
kemarahan meluap-luap kedua pendeta jubah merah segera mengeluarkan seluruh
kebisaan mereka! "Hiattttt ... !!" Bagaikan seekor burung terbang, Takonaya menubruk dari udara,
kedua tangan membentuk cakar. Jari-jari tangannya berubah kemerahan dan ada uap tipis
mengepul dari jari-jari tangannya.
"Mampuslah ... !" bentak Takonana sambil meluncur dengan tubuh lurus ke arah
dada. Kedua telapak tangan disatukan membentuk ujung tombak. Jangan dipandang
ringan gerakan pendeta bertopi merah ini, jari-jari tangannya kalau diluruskan seperti itu
kuatnya melebihi ujung tombak. Batu karang pun akan hancur tertimpa jari yang
dirapatkan seperti tombak. Pernah pendeta ini menghajar kerbau gila dengan menyambut
kepala kerbau yang keras itu dengan luncuran seperti ini. Dan hasilnya, kedua tangan itu
masuk ke dalam kepala kerbau sampai di pergelangan tangannya. Maka dapat
dibayangkan hebatnya kalau jari-jari itu mengenai tubuh manusia biasa!
Li Cu Liong yang mendapat serangan atas bawah ini, tercekat juga hatinya. Akan
tetapi pemuda ahli waris Kitab Menjala Langit ini tak menjadi gugup. Dengan tipu
Bintang Mars Berpindah Tempat, tubuhnya telah berputaran dengan ujung kaki cepat
sekali dan tahu-tahu kedua serangan dahsyat kedua lawan lewat di samping tubuhnya.
Hanya baju dan rambutnya saja yang berkibaran saking kuatnya angin yang ditimbulkan
oleh serangan kedua pendeta berjubah merah tadi.
Cu Liong segera mainkan Ilmu Silat Seribu Bintang dengan tangan kosong.
Tubuhnya bergerak cepat menyambar kedua pendeta jubah merah. Anehnya, kedua kaki
pemuda itu berdiri dengan ujung-ujung jari kaki dan membentuk gerakan-gerakan atau
lebih tepat lagi putaran-putaran seperti bintang. Hasilnya sungguh luar biasa.
Plakkkkk! Brettttt ... ! e-bukugratis.blogspot.com
150 Akhirnya jari-jari tangan kanannya dapat menyambar kepala Takonana. Akan tetapi
bukan kepala pendeta itu yang hancur, namun hanya topi merahnya saja terobek tangan
Si Anak Muda. "Gerrrrr, Anak Muda terimalah kematianmu!" Terdengar bentakan lantang dari
samping dan ketika Cu Liong menoleh, sepasang matanya terbelalak kaget.
Dari samping menyambar dahsyat sekali makhluk sebangsa kera tinggi besar
dengan bulu-bulu berwarna kemerahan. Jari-jari tangan sebesar pisang ambon dengan
kuku-kuku jari runcing menghitam siap mengkoyak-koyak tubuhnya. Dari mulut
bertaring itu keluar hawa busuk bagaikan bau bangkai orang mati! Sepasang mata
makhluk itu merah melotot mengerikan.
"Haittttt!" Cu Liong menjerit dan tubuhnya membuat putaran di tanah enam kali ke
belakang. Begitu tubuhnya dapat tegak kembali, Cu Liong segera mencabut senjata dari
pinggangnya, dan sinar kehijauan menyambar.
"Golok Naga Terbang!" Hampir berbareng teriakan ini keluar dari mulut ketiga
orang. Dua pendeta dan orang misterius itu. Takonana, pendeta yang topinya telah hancur
itu pun segera mencabut senjata andalannya yaitu sebuah kepala tengkorak binatang
mirip kera yang diberi gagang berwarna kehijauan telah terpegang di tangan. Pendeta ini
membaca mantra dan dari sepasang mata tengkorak itu keluarlah cahaya kemerahan.
"Grrrrr ... !!!"
Binatang jadi-jadian hasil sihir pendeta Takonaya menggereng dan sepasang mata
makhluk itu pun bersinar semakin tajam. Sambil mengeluarkan pekik yang menggetarkan
seisi ruangan kuil serta membuat beberapa buah genteng bangunan itu melorot turun,
makhluk itu menerjang maju.
Li Cu Liong yang mendapat serangan dahsyat dari makhluk itu menjadi marah juga.
Apalagi ketika ia melirik, dia melihat pula senjata lawannya yang lain juga siap
menyambut tubuhnya kalau mengelak atau menghindar dari serangan berbahaya makhluk
jadi-jadian itu. Cepat golok pusaka di tangan digerakkan dengan jurus Meteor Menerjang
Matahari. Seleret sinar hijau menyambar ke depan dan sebelum tiba di sasaran telah
hancur menjadi beberapa kilatan menyerang ke arah tubuh depan makhluk jadi-jadian.
Tak-tak-tak ... ! e-bukugratis.blogspot.com
151 Busssss ... ! Beberapa kali makhluk itu dapat menahan sinar kehijauan itu. Akan tetapi ketika
salah sebuah sinar itu menembus jantung, maka raiblah makhluk tersebut!
Tranggggg ... !! Terdengar benturan kedua senjata. Dan akibatnya sungguh di luar dugaan!
Pendeta Takonana terhuyung-huyung ke belakang dan merintih lirih!
Sepasang mata pendeta ini terbelalak melihat ke arah senjata pusakanya! Wajahnya
pucat pias macam mayat! Ternyata begitu senjata tengkorak kera yang menyerang dengan
mengeluarkan asap kehitaman bertemu dengan sinar Golok Pusaka Naga Terbang,
bagaikan sepotong tahu saja senjata pendeta ini, sapat ujungnya dan senjatanya menjadi
tengkorak kera yang berlubang!
Busssss ... !! Asap bergulung-gulung memenuhi ruangan menggelapkan pandang mata. Dari
dalam asap hitam itu menyambar berbagai senjata rahasia menghujani anak muda
berambut awut-awutan, Li Cu Liong. Jangan dianggap enteng senjata rahasia itu, semua
senjata am-gi berkeredepan cepat serta mengeluarkan bau busuk dari racun yang dipoles
pada senjata tersebut. Sekali kulit kena tergores, jangan harap dapat melihat matahari
terbit keesokan harinya! Li Cu Liong segera memutar golok pusaka depan tubuh sambil melejit ke samping
untuk menghindar! Ting-ting-ting-ting ... !!
Belasan senjata rahasia runtuh begitu menyentuh payung sinar hijau depan tubuh
Cu Liong. Akan tetapi ketika asap buyar, ketiga orang itu pun telah raib!
Li Cu Liong menyumpah-nyumpah panjang pendek dan pemuda itu pun melesat
keluar melakukan pengejaran. Akan tetapi, Li Cu Liong yang tidak tahu ke arah mana
larinya ketiga orang itu menjadi bingung juga ketika dia tidak dapat menemukan jejak
mereka. Cepat Cu Liong meloncat ke atas puncak pohon tinggi di pinggir jalan dan begitu
dia dapat berdiri di puncak pohon, segera menebarkan pandang matanya ke sekeliling.
"Busyeeettttt ... !" umpatnya. "Kiranya mereka lari ke selatan!"
e-bukugratis.blogspot.com
152 Cepat Cu Liong mengejar, sekarang ke arah selatan. Sampai matahari muncul di
ufuk timur pemuda ini terus berlari menuju ke arah selatan tanpa mengendurkan langkah
kakinya. Ketika tiba di bukit berbatu, Cu Liong menjadi kebingungan!
"Gilaaaaa! Ke mana larinya mereka?"
Cu Liong meneliti jejak di rerumputan, akan tetapi, sia-sia saja usahanya ini. Mana
mungkin ketiga orang itu meninggalkan jejak, terang bahwa ketiganya memiliki ilmu
meringankan tubuh yang telah sempurna. Maka kaki mereka seakan tak menginjak
rumput menjadi rebah, bagaikan injakan kaki seekor burung saja layaknya. Setelah
mencari-cari di seluruh goa dan hasilnya nihil, Cu Liong melangkah lesu menuruni bukit.
Bagaikan terbawa terbang semangat pemuda ini. Kembali dia berjalan dengan kepala
menunduk, menghitung langkah kakinya satu-satu, dan kembali ke kota untuk mengambil
buntalan pakaian. Begitu memasuki rumah penginapan, Cu Liong segera menuju ke kamar dan
menjatuhkan diri di pembaringan, tidur!
--o0o-- Bunyi-bunyian itu terdengar menyentak-nyentak, dan berirama riang. Membuat
orang yang berjalan di beiakang seakan ikut menari-nari mengikuti iramanya. Memang


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar indah bunyi musik iring-iringan itu. Di beiakang penabuh musik itu berjalan
banyak sekali orang memikul kotak-kotak panjang, lalu nampak pula joli dipikul oleh
delapan lelaki tinggi besar. Joli tertutup sutera tipis berwarna merah janibu. Samar-samar
nampak perempuan yang mengenakan pakaian indah berwarna merah duduk dalam joli.
Perempuan pengantin! Di belakang joli, seorang pemuda tampan duduk di atas kuda putih tinggi besar.
Wajahnya penuh senyuman dan sepasang matanya memandang sinis ke kanan kiri.
Pakaiannya nampak indah dan terbuat dari kain yang luar biasa mahalnya. Di beiakang
pemuda berkuda putih, menggiring tiga orang pemuda yang berwajah biasa saja, pakaian
mereka pun tidak seindah pemuda di depannya. Akan tetapi wajah ketiga orang itu
tersenyum, pandang mata mereka berseri, memandang ke kanan kiri jalan, ke arah orangorang yang menonton iring-iringan pengantin ini.
e-bukugratis.blogspot.com
153 Sesekali melempar senyum ke arah dara-dara yang menonton di atas loteng rumah
atau di pinggir jalan! "Wahhh, sungguh beruntung Thio Kong-cu. Dara cantik murid Hoa-san itu tentu
akan menjadi pasangan serasi Kongcu," kata Si Ruling kepada kedua temannya.
"Sttttt, jangan keras-keras. Kita sedang berjalan di jalan raya tahu, kalau ada yang
mendengar kan berabe!" seru Si Codet memperingatkan Si Juling.
Dibentak temannya ini, Si Juling menoleh dan sepasang matanya seakan bertemu di
tengah ketika melotot memandang temannya. Mulutnya mencibir mengejek.
"Ihhh, lagakmu! Siapa yang akan berani terhadap kita yang berjumlah lima puluhan
lebih anak buah Naga Terbang ini. Ingin aku melihat siapa orangnya yang berani?"
"Bukan begitu maksudku," Si Codet membantah. "Akan tetapi kuharap kau tidak
bicara keras-keras seperti sedang menggembala kerbau di padang pasir. Ingat, kita
sekarang sedang menuju ke rumah cabang di Hong-ma-cung, mungkin di sana banyak
Ketua partai lain! Kalau tidak dari sekarang kau menjaga mulutmu, jangan-jangan aku
akan kehilangan sahabat baikku. Ha-ha-ha ... !!"
"Takut apa! Kita kan berada di perkumpulan kita sendiri, siapa berani membuat
ribut pada kita!" Si Juling tidak mau kalah, agaknya dia memandang terlalu tinggi
perkumpulannya. "Sttttt, kalian berdua seperti kucing dan anjing saja, tak pernah akur!" seru orang ke
tiga lantang. Suara ketiga orang ini tertelan oleh kerasnya bunyi musik pengrring iring-iringan
yang berjalan di depan. Di belakang ketiga penunggang kuda ini, berjalan puluhan lakilaki, berbadan tegap dengan langkah gagah dan wajah angker. Senjata di pinggang,
menambah angker barisan tersebut. Langkah kaki mereka mantap dan bertenaga
menandakan bahwa mereka ini memiliki ilmu kepandaian cukup lumayan.
Tak berapa lama kemudian, tibalah rombongan ini di sebuah perkampungan.
Tembok luar bagaikan benteng sebuah kota saja layaknya! Di depan pintu masuk,
nampak enam orang berjaga dengan senjata terhunus! Mengkilap tertimpa cahaya
matahari, saking tajamnya!
Wajah mereka nampak angker dan berwibawa. Begitu orang dapat memasuki pintu
gerbang itu, akan disambut oleh sepasang naga bermain di awan-awan putih. Lukisan
e-bukugratis.blogspot.com
154 timbul ini sangatlah indah, bagaikan hidup saja. Sepasang mata naga-naga itu mencorong
tajam, sedangkan mulutnya yang dibuka memamerkan gigi runcing, siap merobek-robek.
Di mana nampak lidah kemerahan menjulur keluar, agak ditekuk. Apalagi cakar-cakar
naga itu siap untuk mencengkeram dengan kuku-kuku yang runcing tajam bersinar
kebiruan. Para penabuh musik itu pun menghentikan permainan mereka. Berdiri tegak di
kanan kiri jalan. Membungkuk hormat ketika joli lewat. Setelah para penunggang kuda
dan pengawal lima puluh orang itu memasuki pintu gerbang, maka mereka lalu
membalikkan tubuh dan pergi. Kembali lagi ke rumah mereka sendiri.
Para penjaga pintu itu pun mengangguk hormat ketika keempat penunggang kuda
itu pun memasuki pintu gerbang. Wajah mereka menyungging senyum ramah. Lalu
setelah teman-teman mereka masuk semua, segera saja dua orang menutup pintu gerbang
yang terbuat dari kayu yang tebal sekali. Di pintu ini pun tergambar lukisan sepasang
naga bersayap! Orang-orang segera tahu bahwa gambar itu melambangkan seekor naga bersayap!
Benar! Rumah berbenteng tebal dan tinggi tersebut adalah rumah cabang Perkumpulan
Naga Terbang yang berada di kota Hong-ma-cung!
Baru saja rombongan pengantin itu memasuki pintu gerbang dan dua orang penjaga
pintu menutupkan daun pintu, dari seberang jalan nampak seorang lelaki tinggi besar dan
gemuk, langkah kakinya bagaikan langkah kaki seekor gajah, tegap bertenaga. Usianya
sekitar dua puluhan tahun. Wajahnya nampak berwibawa dengan dihiasi sepasang alis
hitam tebal berbentuk golok, sehingga sepasang mata yang agak lebar itu menjadi
semakin berwibawa dengan sorot matanya yang tajam.
"Maaf, bolehkah Siauwte bertanya. Benarkah di sini Perkumpulan Naga Terbang"
Kalau benar Siauwte ingin ketemu dengan ketuanya!" sapanya ramah kepada penjaga di
sebelah kanan. "Mau apa mencari Ketua kami" Kalau tidak ada urusan penting, cukup beritahukan
saja kepada kami!" jawab penjaga itu lantang.
"Bocah kurang ajar. Seharusnya memperkenalkan din dahulu dan menanyakan
secara sopan! Sebutkan dulu siapa dirimu, bocah! Ada keperluan penting apakah kau
e-bukugratis.blogspot.com
155 ingin ketemu dengan Ketua kami" Sebutkan dahulu keperluanmu, kalau memang urusan
itu penting pasti akan kulaporkan ke dalam lebih dahulu, dan kau bocah tengik harus
sabar menunggu. Hehheheheh!"
"Maaf, maaf, saya hanya ingin ketemu dengan Ketua Perkumpulan Naga Terbang
saja kok. Tidak ada urusan penting sama sekali. Hanya ingin bertatap muka saja!" ujarnya
dengan nada suara mengejek.
Empat orang penjaga tinggi besar itu pun merasakan ejekan dalam ucapan pemuda
tinggi besar di depannya itu. Salah seorang yang berkumis tebal sekepal, maju dan
melayangkan tangan kirinya menampar wajah menyeringai itu. Ingin menghancurkan
mulut yang kurang ajar tadi dengan sekali tamparan.
Wuuuttttt ... !! Tamparan itu pun hanya mengenai atas kepala Si Pemuda. Ternyata hanya dengan
menarik tubuh atas ke belakang sedikit saja pemuda itu telah dapat menghindari tamparan
tersebut. "Huuuaatttcciiiiihhhhh ... !!" Pemuda itu terbangkis ketika mencium bau tak sedap
dari tangan kiri penamparnya. "Ehhh, Tuan, apa belum kau cuci tanganmu, ya" Mosok
baunya tak ketulungan. Heee huuuaaatttcciihhh ... !!"
Siuuuttttt ... !! Bettttt-bettt-bettt ... !
Kembali dengan manisnya pemuda tinggi besar beralis golok menggeser kaki,
menghindar dari serangan senjata lawan. Sepasang matanya kocak meledek
penyerangnya. Orang berkumis tebal itu semakin marah. Sepasang matanya melotot
merah, ingin melumat pemuda itu dengan pandang matanya!
"Mampuslahhh ... !!"
Dan senjata ditangan kanan penjaga berkumis membabat kembali. Begitu dapat
dielakkan disusul dengan terjangan tangan kiri dan tendangan kakinya menuju ke bawah
pusar. Salah satu dari serangan-serangan itu mengenai sasaran, maka pemuda itu pasti
akan menjadi penghuni tanah pekuburan!
"Wahh, belum Tuan, aku masih kepingin hidup kok! Boro-boro mampus kena pun
tidak, tidak usah ngoyo (memaksa diri melebihi kemampuan), nanti cepat tua Iho!"
Teman-teman penjaga pintu gerbang itu menjadi kaget juga melihat betapa teman
mereka sedari tadi belum juga dapat membereskan anak muda bau kencur itu. Malah
e-bukugratis.blogspot.com
156 sekarang kelihatan bahwa teman mereka kerepotan menghadapi serangan balik tangan
kosong anak muda itu. Setelah saling pandang, hampir berbareng ketiga orang itu pun
meluruk maju. Senjata mereka berkelebatan mengarah nyawa.
"Ehhh, ehhhhh, Iho-lho-lhooo. Edan agaknya orang-orang ini, kenapa main
keroyokan kayak tukang pukul pinggir jalan saja! Eh-eh, tunggu ... tungguuuuu ...
tahannnnn ... !" Akan tetapi walaupun mulutnya berteriak-teriak, tubuhnya melejit ke kanan kiri
menghindar dari babatan empat senjata murid Naga Terbang yang bertugas menjaga di
pintu gerbang. Tak pernah pemuda ini menjadi kendor gerakannya. Malah semakin cepat
saja tubuhnya berkelebat!
Untung bahwa jalan itu sepi dari orang lewat. Apabila kebetulan ada orang lewat,
mereka pasti terheran-heran, ada seorang pemuda remaja dapat menghadapi keroyokan
empat orang murid Naga Terbang yang sudah terkenal kosen-kosen itu.
Mungkin tak percaya! Nyatanya, di siang itu kejadian ini terjadi, malah di depan markas cabang
perkumpulan itu sendiri. Apa tidak hebat! Selagi kelima orang itu asyik bermain nyawa,
nampak sebuah bola bundar menggelinding datang. Sebentar saja di situ telah berdiri
seorang laki-laki gemuk pendek dengan wajah bundar dan mulut lebar, saking lebarnya
hampir membelah muka itu menjadi dua. Sepasang mata orang ini mencereng melihat
pertempuran itu. "Tahannnnn! Mundur kalian ... !" bentaknya lantang.
Suara ini menembus telinga menggetarkan jantung. Enam orang penjaga segera
meloncat ke belakang dan menahan serangan mereka. Berdiri dengan napas ngos-ngosan
dan tubuh penuh dengan keringat, sehingga seluruh pakaian yang dikenakan seakan baru
dimasukkan dalam air. Wajah keenam orang itu kemerahan!
Cepat ke enamnya memberi hormat.
"Pangcu ... !" Hampir berbareng mereka berseru.
"Hemmm, mengapa kalian bertempur dengan Sicu ini?" Bentak orang yang baru
datang yang ternyata bukan lain adalah Pangcu Hui-liong-pang.
"Dia ... dia ... kurang ajar, Coa Pangcu! Menghina perkumpulan kita dan
meremehkan Pangcu," jawab salah seorang penjaga tersendat.
e-bukugratis.blogspot.com
157 Orang gemuk pendek itu menoleh ke arah pemuda tinggi tegap yang masih berdiri
tenang dengan senyum di bibir.
Sepasang matanya meneliti dari ujung kaki ke ujung rambut. Setelah mengeluarkan
dengusan pendek bertanya, "Benarkah Sicu memandang rendah Hui-liong-pang"
Siapakah Sicu dan murid siapakah" Dengan maksud apakah membuat ribut di sini?"
Dengan mengangkat kedua tangan depan dada pemuda itu menjura ke arah orang
yang disebut Pangcu itu. "Maafkan saya kalau telah membuat ribut di sini. Sebenarnya bukan begitu
kejadiannya. Saya bermaksud menemui Ketua perkumpulan ini untuk memenuhi
undangan. Nama saya Thio Hwie Kian, Suhu mengutus saya untuk menemui Ketua Naga
Terbang dan mohon petunjuknya."
"Hemmm," Coa Sim Ok memandang tajam. "Siapakah guru Sicu?"
"Suhu saya seorang pelajar miskin bernama Soo Kian Kun."
"Si Pelajar Sinting!"
"Tidak salah, dugaan Tuan."
"Akulah Ketua Naga Terbang, Coa Sim Ok!"
"Maaf, maaf, kalau saya berlaku kurang hormat. Maklumlah belum kenal sih."
Kembali Thio Hwie Kian mengangkat kedua tangan menjura.
Coa Sim Ok mendongakkan kepala sedikit, memandang rendah anak muda di
depannya ini setelah tahu bahwa pemuda itu adalah murid dari Siucai Sinting.
"Pertemuan masih diadakan seminggu lagi. Kalau Sicu mau, silakan masuk. Sicu
dapat menanti dalam rumah perkumpulan kami."
"Terima kasih, terima kasih, saya tidak ingin membuat repot Pangcu dan ingin
menanti di kota saja. Ingin melihat-lihat keramaian kota, mungkin ada yang saya kenal di
sana sehingga nanti dapat bersama-sama datang."
"Kalau itu kemauan Sicu, silakan. Seminggu lagi kita bertemu, Sicu."
Coa Sim Ok membalas penghormatan pemuda tinggi besar, murid Siucai Sinting.
Setelah pemuda itu pergi, ia menoleh dan menegur keenam penjaga pintu gerbang.
Menyuruh mereka untuk berhati-hati karena pertemuan sudah dekat. Coa Sim Ok
memasuki pintu gerbang, langsung menuju ke ruang belakang di mana gurunya telah
menunggu bersama dengan kedua tamu. Akan tetapi begitu Coa Sim Ok melewati
e-bukugratis.blogspot.com
158 ruangan yang berderet-deret di dekat taman, dia berpapasan dengan seorang pemuda
perlente. "Pangcu ... !" sapa Thio Si An anak Kepala Daerah Merak Emas.
"He-he-he ... kapan kalian datang" Dan kenapa kau senyum-senyum kayak monyet
makan terasi seperti itu, heee?"
"Wah, saya mendapat bunga indah berduri, Suhu. Mari silakan Suhu lihat sendiri."
Thio Si An mempersilakan orang gendut itu melihat hasil tangkapannya.
Keduanya lalu menuju sebuah kamar besar dan begitu membuka pintu kamar, Coa
Sim Ok terbelalak memandang ke arah pembaringan, di mana tergolek seorang dara
cantik berpakaian serba merah. Kedua tangan dan kakinya terikat diempat sudut
pembaringan. Mata Ketua Naga Terbang ini menggerayangi seluruh lekuk lengkung
wanita yang membujur di atas dipan, wanita yang bergerak-gerak, meronta ingin
melepaskan diri. "Kenapa harus diikat" Mengapa tidak mengeluarkan suara sama sekali ia?"
"Urat gagunya teecu totok. Sebentar-sebentar teecu harus menotoknya agar tidak
membuat ribut, Suhu. Perempuan itu lihai sekali, teecu dapat menangkapnya dengan
bubuk pemberian Suhu dahulu, he-he-he!"
Thio Si An memberi keterangan tentang kejadiannya sehingga ia dapat meringkus
perempuan muda berbaju merah itu.
Coa Sim Ok hanya mendengarkan cerita anak muda itu setengah-setengah saja,
perhatiannya hanya tertuju pada tubuh bahenol di dipan yang mengolet ke kanan kiri,
dalam usahanya melepaskan tali yang mengikat tangan dan kakinya.
"Apakah Suhu telah tahu?" tanya Coa Sim Ok.
"Belum, Suhu. Saya mohon Suhu untuk ... " Thio Si An tidak melanjutkan
ucapannya, hanya sepasang matanya saja yang berkedip-kedip penuh arti.
"Ha-ha-ha, beres! Jangan khawatir, kau pasti akan mendapat imbalan yang berarti."
Sambil tertawa Coa Sim Ok segera berlalu dari kamar itu, langsung orang gemuk
pendek ini menemui gurunya yang sedang menemani kedua tamunya yang bukan lain dua
orang pendeta berjubah merah Takonaya dan Takonana!
Keempat orang itu lalu berbicara panjang lebar di ruangan itu. Mereka sama sekali
tidak mengira kalau ada sesosok tubuh berpakaian serba hitam yang mendengarkan
e-bukugratis.blogspot.com
159 semua percakapan mereka. Ketiga orang pendeta yang memiliki kepandaian tinggi di
dalam ruangan itu sama sekali tidak mendengar atau tahu bahwa ada orang mengintai. Ini
menjadi bukti, bahwa orang berpakaian serba hitam yang mendekam di atas genteng itu
memiliki ilmu kepandaian tinggi sekali.
Sepeninggal kedua pendeta jubah merah itu, Coa Sim Ok dan pendeta berambut
putih terjurai yang berjubah abu-abu, Sim Tok Tojin saling berbicara sendiri. Coa Sim Ok
yang sekarang menjadi Ketua Perkumpulan Naga Terbang, ini adalah berkat usaha
gurunya. Sedangkan Ketua satu Wu It sekarang ini mendekam dalam penjara bawah
tanah. Pendeta berjubah abu-abu itu dengan kepandaiannya yang tinggi telah
melumpuhkan Ketua lama yang menjadi murid keponakannya sendiri. Menggantikannya
dengan muridnya sendiri yaitu Coa Sim Ok.
Semua ini berjalan mulus tanpa diketahui oleh murid-murid lainnya di Hui-liongpang!
"Suhu, ada barang baru di kamar, persembahan dari Thio Si An!" kata orang gemuk
pendek. "Hemmmmm ... !"
"Menurut Si An, wanita ini memiliki ilmu silat lumayan. Cantik lagi. Wahhh, dapat
menghilangkan rasa bosan menanti malam pertemuan berlangsung, Suhu, heh-heh-heh!"
Sambil tertawa Sim Ok menyampaikan pesanan anak Kepala Daerah.
Keduanya lalu berlalu menuju ke kamar masing-masing. Akan tetapi Sim Tok Tojin
tidak masuk ke dalam kamarnya sendiri, melainkan dia langsung menuju ke arah kamar
di mana telah menanti makanan lezat persembahan anak Kepala Daerah, Thio Si An.
Begitu membuka pintu kamar, pendeta berambut putih ini mengelus-elus jenggot panjang
seperti jenggot kambing di dagu. Sepasang matanya meraba-raba seluruh tubuh yang
tergolek di pembaringan. Maju mendekat dan ... tangan kanannya terulur ke depan.
Breeettttt ... ! Breeettttt ... !!
Dewi Venus terpampang di depan mata. Begitu pakaian yang menutupi tubuh
terobek dengan sekali renggut, maka tubuh berkulit putih mulus dengan lekuk-liku
menantang itu meronta-ronta. Pemandangan ini menimbulkan gairah yang semakin
membakar dalam dada pendeta tua itu. Sim Tok Tojin menggerakkan jari-jari tangan
kanan menotok lagi ke depan.
e-bukugratis.blogspot.com
160 Tuk! Dan terbebaslah urat gagu!
Wanita cantik itu pun merasa sekarang dapat bicara lagi. Menoleh mengawasi
pendeta tua itu sambil melotot marah dan memaki-maki. Sim Tok Tojin tidak
mengacuhkan nyanyian itu, sepasang tangannya bergerak naik turun membelai patung
cantik di pembaringan. Menekan dan mengelus sana-sini. Napas tua pendeta ini pun
semakin kencang memburu! Sepasang matanya mencorong.
"Heh-heh-heh, manis, kenapa berhenti meronta?"


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dara yang berpakaian serba merah itu pun terbelalak ketakutan mendapat perlakuan
begini. Sepasang matanya bagaikan sepasang mata kelinci yang ketemu harimau! Ia tidak
dapat menghindar dari tangan-tangan jail dan dari sesuatu yang lebih mengerikan lagi
yang akan menimpa dirinya! Tiba-tiba sepasang mata dara cantik itu terbelalak penuh
kemarahan dan kebencian menatap tosu berambut putih.
"Kau ... kau ... jahanam! Pembunuh keji! Manusia iblis itu ... ?" umpatnya.
"Heh-heh-heh, kalau benar mau apa. Sekarang pinto tidak akan meninggalkan bekas
lagi, heh-heh-heh!" "Keparat! Iblis laknat! Kiranya kau pembunuh dan pemerkosa di Bukit Awan itu!
Tunggu saja kau keparat, pasti akan tiba pembalasanku kemudian, walaupun aku menjadi
mayat." "Huh! Murid cilik Hoa-san sepertimu ini bisa apa terhadap pinto" Biar seluruh Hoasan datang, bisa apa mereka menghadapi pinto dan seluruh murid-murid pinto, ha-haha ... !"
Begitu tertawa pendeta ini lalu melepas jubah abu-abu, siap untuk melakukan
pertempuran dahsyat! "Kebakarannnnn ... ! Kebakarannnnn ... !"
"Cepat padamkan! Bawa air ke sini cepat ... !"
"Di timur juga ada kebakarannnnnn!"
"Kebakarannnnn ... !!!"
"Tolonggggg kebakarannnnn ... !!"
Selagi Sim Tok Tojin menaiki kuda, terdengar lengking mengagetkan. Segera saja
pendeta tua ini menahan diri dan cepat mengenakan kembali pakaiannya, sekali
e-bukugratis.blogspot.com
161 berkelebat Sim Tok Tojin telah berada di luar kamar dan menuju ke arah api di belakang
dan di timur. Sepasang mata pendeta ini mencereng marah. Banyak anak buah Naga
Terbang berusaha memadamkan api yang membakar secara aneh dua rumah gedung itu.
Entah bagaimana, tiba-tiba saja kedua tempat itu dapat terbakar dengan sendirinya" Api
yang membulat itu menandakan bahwa api itu bukan kebakaran biasa melainkan
disengaja. Ternyata ada orang yang berani menyatroni rumah cabang Perkumpulan Naga
Terbang. Entah apa maksudnya"
"Celaka ... !" Sim Tok Tojin cepat berkelebat, kembali ke dalam. Akan tetapi ketika
tiba di kamar, sepasang matanya mencelos, marah dan penasaran.
"Bangsat! Keparat iblis laknat! Kiranya itulah tujuannya!" Sim Tok Tojin
mengumpat-umpat. Tidak patut kata-kata demikian keluar dari mulut seorang pendeta, tapi, nyatanya ini
terjadi di tempat cabang dari Perkumpulan Naga Terbang di Hong-ma-cung ini!
Kata-kata kotor keluar bagaikan banjir yang menjebol bendungan!
Apalagi ini dilakukan oleh seorang pendeta yang seharusnya memberi jalan
penerangan bagi sesama untuk melakukan yang bajik dan terpuji. Ini semua menandakan
bahwa Sim Tok Tojin hanya jubahnya saja pendeta! Kelakuan dan ucapan dan perbuatan
pendeta ini tidak mencerminkan dia sebagai seorang pendeta. Lebih tepat kalau dilakukan
seorang hamba nafsu setan! Pakaian pendeta yang dikenakan Sim Tok Tojin ini hanyalah
sebagai kedok saja, menutupi isi sebenarnya dari hati busuk penuh nafsu terkutuk!
Pendeta tua ini marah sekali, daging di mulut yang siap dilahapnya hilang tak tentu
rimbanya! Ternyata kebakaran itu dilakukan hanya untuk memancingnya keluar sehingga
bangsat itu dapat menolong orang yang akan menjadi korban nafsu jalangnya. Dengan
menyumpah serapah pendeta ini lalu mencari muridnya, Ketua Hui-liong-pang Coa Sim
Ok. "Iblis jahanam keparat! Sim Ok, cari di seluruh Hong-ma-cung! Tangkap kembali
perempuan itu hidup atau mati!" Begitu perintahnya kepada Coa Sim Ok.
Sim Tok Tojin marah dan uring-uringan karena merasa bahwa rahasianya terbuka!
"Baik Suhu." e-bukugratis.blogspot.com
162 Coa Sim Ok lalu membawa beberapa anak murid dan menggeledah seluruh
penginapan di Hong-ma-cung. Akan tetapi orang yang dicari tidak ketemu. Malahan
berita ini menggegerkan Hong-ma-cung!
Cabang Hui-liong-pang disatroni niusuh!
Sim Tok Tojin lalu memberi tahu kedua pendeta jubah merah untuk membantu
mencari orang yang menyelamatkan dara cantik murid Hoa-san dari kamar di mana dia
disekap. Pergilah kedua pendeta jubah merah ini mencari orang yang menyatroni Huiliong-pang di Hong-ma-cung!
Sehingga malam pertemuan di Hong-ma-cung dilaksanakan, tetap saja tidak ada
kabar berita tentang penculik gadis Hoa-san. Banyak tokoh silat menemui undangan
Partai Naga Terbang ini. Mereka berdatangan dari delapan penjuru. Ada yang datang
bersama dengan para murid dan ada pula yang datang bersama anak buah perkumpulan
mereka. Banyak terlihat pula para pengemis dan pendeta berdatangan ke Hong-ma-cung!
Dalam tempo tiga hari bekas kebakaran di rumah perkumpulan itu telah diperbaiki
dan dicat baru kembali. Sekarang ini ruangan dan pelataran yang luas dari rumah
perkumpulan cabang Hui-liong-pang, penuh meja kursi. Di mana banyak sekali tokoh
silat dari berbagai macam golongan berada di tempat itu.Bau masakan dan bau arak
memenuhi tempat itu, baunya sampai teruar di balik benteng rumah perkumpulan. Malam
itu keadaan di sana seperti siang hari saja. Banyak sekali lampu gantung memenuhi
segala tempat di rumah cabang Hui-liong-pang. Di sekeliling benteng, nampak berjalan
hilir-mudik anak buah Naga Terbang berjaga, senjata telanjang di tangan, berjalan di atas
tembok benteng! Ketika itu Coa Sim Ok berjalan di atas panggung tinggi depan ruangan tengah.
Kakinya yang pendek melangkah tegap. Begitu berdiri di atas panggung Coa Sim Ok lalu
bertepuk tangan, mohon perhatian dari sekalian yang hadir.
"Selamat malam dan selamat datang di rumah perkumpulan kami yang buruk ini.
Saya mewakili Suhu mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran Cu-wi."
Coa Sim Ok berhenti sejenak, menarik napas dalam.
"Seperti kita ketahui bersama, sekarang muncul Iblis Naga Terbang yang
mengganas di kang-ouw. Suhu mengundang Cu-wi sekalian untuk bersatu padu
menghadapi iblis itu. Untuk tidak menjadi salah pengertian, di samping itu, kami juga
e-bukugratis.blogspot.com
163 ingin memohon bantuan Cu-wi sekalian untuk mencari benda pusaka perkumpulan kami
yang hilang dicuri orang!"
"Heh-heh-heh ... omong kosong! Omong kosong ... !" tiba-tiba terdengar kekeh
tawa yang mengatasi semua keheningan malam setelah Coa Sim Ok berhenti bicara.
Semua orang yang berada di tempat itu menoleh ke arah dari mana datangnya suara.
Mata mereka terbelalak melihat pemandangan di atas benteng itu. Seorang kakek
pengemis tua, duduk di atas tubuh belasan orang ditumpuk tumpang tindih! Ketika
menyeringai, nampak dua gigi depan kakek itu mengkilap terkena cahaya lampu di
dekatnya. "Heh-heh-heh, omongan penjual jamu pinggir jalan! Menarik, menarik dan
mengelus hati, mencari pembeli, Heh-he-he-he ... !!" Pek-tung Lo-kai kembali terkekeh.
Pengemis ini agaknya merasa geli sendiri ketika merasa tubuhnya bergerak-gerak akibat
gerakan tubuh yang diduduki pinggulnya itu.
"Pek-tung Lo-kai ... ! Pek-tung Lo-kai ... !"
Terdengar teriakan di sana-sini ketika mengenal siapa orangnya yang mengeluarkan
ucapan-ucapan menghina Ketua Coa Sim Ok itu. Rata-rata mereka kaget juga mendengar
ucapan ini. Apakah maksud pengemis aneh itu dengan ucapannya tadi"
"Jembel busuk, jangan menjual lagak tengikmu di sini!"
Sesosok bayangan merah melesat ke arah Pek-tung Lo-kai.
Ang I Hwesio Takonana menubruk ke arah pengemis tua dengan kedua tangan
terulur membentuk cengkeraman, mencengkeram ke arah kepala dan dada depan
pengemis tua itu. Pek-tung Lo-kai masih tertawa haha-hihi ketika dirinya diserang
pendeta berjubah merah ini.
Begitu kedua tangan Ang I Hwesio yang terulur dekat, tiba-tiba saja Pek-tung Lokai membentak, "Sambutlah!"
Dan tubuh anak buah Naga Terbang yang didudukinya tadi tahu-tahu telah
dilontarkan berturut-turut, menyambut serangan pendeta berjubah merah Takonana.
"Celaka ... !!" Seru Ang I Hwesio Takonana.
Pendeta ini lalu menahan serangan kedua tangannya dan menyambut tubuh anak
murid Naga Terbang itu berturut-turut dan melemparkannya ke bawah. Akan tetapi
e-bukugratis.blogspot.com
164 dengan perbuatannya ini, serangannya menjadi kandas. Ang I Hwesio Takonana kembali
meluncur ke tanah. Begitu kedua kaki pendeta ini menyentuh tanah, sekali menjejak saja,
tubuhnya telah melayang kembali melakukan serangan. Dengan kedua tangan memukul
bergantian menggunakan pukulan jarak jauh.
Wuttt! Wuttt ... !! Angin dingin menyambar Pek-tung Lo-kai. Pengemis ini pun merasakan gempuran
pukulan tangan kosong yang tak boleh dipandang ringan itu. Cepat Pek-tung Lo-kai
mengangkat kedua tangan menyambut serangan lawan, dorongkan kedua tangannya pula.
Blarrrrr ... ! Blarrrrr ... !!
Ang I Hwesio Takonana terlempar ke belakang kembali, sedangkan pengemis tua
itu hanya bergoyang-goyang tubuhnya. Ini dapat terjadi karena kedudukan Pek-tung Lokai lebih menguntungkan. Pengemis tua ini bisa memasang kuda-kuda dengan baiknya di
atas benteng, sedangkan lawannya tidak mendapat tempat untuk memasang kuda-kuda
karena tubuhnya dalam keadaan meluncur!
Sebelum Ang I Hwesio menyerang kembali, terdengar suara di pintu depan.
"Tahannnnn ... !!"
Dan seorang pendeta tua dengan rambut putih terurai memasuki halaman. Tangan
kiri pendeta tosu ini memegang sebuah tongkat berwarna hitam berlenggang lenggok,
seperti seekor ular melilit tongkat.
"Jembel busuk apa maksudmu buang omongan tidak karuan! Apa nyawamu sudah
rangkap berani mengacau pertemuan para pendekar ini, jembel kurang makan!" Begitu
datang Sim Tok Tojin menegur pengemis tua dengan lantang.
"He-he-he, biang kerok telah datang nih! Siapa mengganggu pertemuan para
pendekar yang ingin menumpas iblis pembunuh dan pemerkosa" Aku hanya ingin
memperingatkan mereka supaya jangan tertipu oleh perbuatan busukmu. He-he-heh ... !!"
jawab Pek-tung Lo-kai sambil tertawa terkekeh.
Para pesilat yang berada di ruangan, maupun di halaman, yang menjadi tamu dari
Hui-liong-pang menjadi terheran mendengar tanya-jawab dua tokoh angkatan tua ini.
Mereka tak bergerak dari tempat duduknya. Hanya mendengarkan dan mengira-ngira apa
maksud dari perkataan pengemis tua yang menjadi Ketua Pek-tung Kai-pang (Partai
Pengemis Tongkat Putih) itu.
e-bukugratis.blogspot.com
165 "Apa maksudmu, jembel kelaparan" Jangan main-main dengan pinto. Aku dapat
membunuhmu dengan sekali tepukan tangan saja!" Sim Tok Tojin membentak lantang.
Sepasang mata pendeta ini mencorong tajam mengawasi Pek-tung Lo-kai.
Pengemis tua itu hanya menyeringai memperlihatkan gigi depan yang tinggal dua
dan tonggos lagi. Sepasang mata Pek-tung Lo-kai melirik-lirik lucu, memandang ke arah
para tamu tersebut. Mendengar pertanyaan tosu itu, Pek-tung Lo-kai malah ketawa hahahihi tidak karuan.
"Heh-heh-heh ... dasar budak iblis, di mana-mana selalu membalikkan kenyataan!
Tidak mencari jalan terang, eh, malahan membuat kacau dunia! Sayang ... sayang ... "
Entah kepada siapa ucapan ini ditujukan yang terang pengemis tua ini memandang
kepada Sim Tok Tojin. Dapat dibayangkan betapa marahnya pendeta Agama To ini
melihat lawan bicaranya. "Turun kau, jembel kelaparan!" bentak Sim Tok Tojin sambil menggerakkan tangan
ke depan. Angin bersiutan keluar dari telapak tangan pertapa tua ini.
Duarrrrr ... ! Terdengar letusan keras dan batu-batu pun berhamburan keatas akibat pukulan jarak
jauh pertdpa itu mengenai batu tembok benteng di mana tadi Pek-tung Lo-kai berdiri.
Sedangkan Ketua Pengemis Tongkat Putih telah melesat ke atas genteng di puncak,
berdiri dengan sebelah kaki dan kedua tangan dipentang ke kanan kiri. Lagak pengemis
ini seperti seekor burung bangau sedang berdiri di atas satu kaki. Bajunya yang penuh
tambalan itu berkibar terkena angin malam!
"Sim Tok, tua bangka tak tahu diri, bukannya mencari jalan terang, malah
mengikuti murid mengumbar nafsu. Merajalela seperti tiada yang tahu perbuatanmu, hehe-he, untung aku dapat mencium akal bulusmu yang licik! Kalau tidak, entah apa
jadinya dengan dunia persilatan sekarang ini," ejek Pek-tung Lo-kai.
Suaranya menggema di mana-mana. Ternyata ketika mengeluarkan ejekan ini, Pektung Lo-kai mengerahkan tenaga khikangnya sehingga suaranya dapat didengar di semua
penjuru. Dan genteng-genteng di rumah itu seakan-akan tergetar saking hebatnya tenaga
khikang kakek pengemis ini.
e-bukugratis.blogspot.com
166 Orang-orang undangan Hui-liong-pang menjadi semakin terheran mendengar
ucapan ini. Mereka saling pandang tidak mengerti! Merasa lebih baik diam daripada
mencampuri urusan yang tidak mereka ketahui ujung pangkalnya ini. Hanya saja mereka
bersiap diri, menjaga kemungkinan apabila angin berubah arah!
Ketua Hui-liong-pang Coa Sim Ok menjadi merah wajahnya, demikian pula
keadaan Sim Tok Tojin. Wajah pendeta ini pun berubah-ubah cepat sekali. Pandang mata
pertapa tua itu seakan-akan ingin membakar tubuh di atas genting itu. Tubuh Pek-tung
Lo-kai yang mengeluarkan ucapan-ucapan menghina dan menusuk jantung, bergerak ke
sana ke mari karena begitu semangatnya ia mengeluarkan ucapan-ucapan tersebut. Dan
dalam hati pendeta tua dan Ketua Naga Terbang ini sendiri membatin, apa benar
pengemis tua itu tahu semua rahasia mereka. Tak mungkin, begitu batinnya!
Sebelum kedua orang tokoh Naga Terbang itu memulai gerakan mereka, tiba-tiba
membubung asap tebal kehitaman dari belakang gedung. Makin lama asap hitam itu pun
semakin tebal, seakan asap tersebut akan menutupi Perkampungan Naga Terbang itu.
"Kebakaran ... ! Itu kebakarannnnn ... !!" Para tamu berteriak.
"Bukan! Bukan kebakaran! Itu awan tebal ... !"
"Kebakarannnnn ... !!"
"Awan tebal, goblok! Mana ada kebakaran tidak nampak apinya sama sekali. Itu
awan tebal, pasti!" kata pula orang itu kepada teman di sampingnya.
"Lihat ... ! Itu naga keluar dari awan hitam!?" teriak pula yang lain tatkala melihat
makhluk panjang seperti naga dengan lidah merah panjang nampak di dalam awan.
"Tolonggggg ... !!" Jeritan ini berbareng dari beberapa tempat.
Dan orang-orang pun berlarian ke sana kemari mencari jalan lari. Meloloskan diri
dari amukan Sang Naga. Naga itu ketika membuka mulut menyemburkan api kemerahan.
Pek-tung Lo-kai yang berdiri di atas genteng otomatis menjadi sasarang paling
dahulu. Ketika Pek-tung Lo-kai mendengar teriakan-teriakan di bawah itu, menengok,
dan wajahnya berubah pucat pias ketika sepasang matanya melihat seekor naga datang
melayang-layang dari awan hitam, menyerang dirinya dengan kedua cakar terulur siap
merobek-robek tubuhnya dan dari mulut naga itu pun menyambar api berkobar-kobar
ingin menjadikan dirinya pengemis panggang!
e-bukugratis.blogspot.com
167 bersambung jilid VII. --o0o-- e-bukugratis.blogspot.com
168 Jilid VIII "Saudara Thio, harap jangan mengumpat terus. Tanpa pertolongannya kita semua
pasti menjadi penghuni hutan ini, dan mayat kita pun agaknya hanya menjadi santapan
binatang hutan!" tegur Mo Sin Kou lirih.
A Gu pun tidak puas mendengar ucapan pemuda tinggi besar itu. Akan tetapi diam
saja. "He-he-he, siapa tidak tahu dia telah menolong kita! Akan tetapi mbok iya, jangan
meninggalkan kita tanpa pamit begitu lho! Bilang kek aku mau mengejar bangsat-bangsat
bau itu. Kan kita juga maklum dan tidak akan memegang ekornya. Benar tidakkkkk ... ?"
"Sudahlahhhhh, dia kan sudah pergi. Kenapa kita masih mengomel panjang pendek
seperti nenek bawel saja. Lebih baik kita percepat pekerjaan ini dan mengejarnya." sahut
A Gu jengkel. "Lhoo-lhoo-lhooo, jangan marah dong! Aku hanya bercanda saja kok. Heh hehheh ... " Hwie Kian tertawa renyah.
Pemuda tinggi besar ini tidak sakit lagi mendengar ejekan A Gu. Sedikit pun tidak,
dia masih tertawa-tawa kecil melihat kemarahan A Gu. Akan tetapi segera saja kedua
tangannya bekerja lebih cepat!
Benarkah apa yang dituduhkan murid Siucai Sinting, Thio Hwie Kian itu" Benarkah
pemuda yang mendapat nama poyokan Pendekar Naga Terbang melarikan diri dari tugas
merawat dan menguburkan teman-teman seperjalanan yang menjadi korban dalam
pertempuran itu" Benar sekali dugaan pembaca!
Tidak mungkin pendekar kita memiliki watak sedemikian. Tentu ada sebab lain
sehingga pendekar kita ini meninggalkan rombongan itu"
Cu Liong merasa marah sekali melihat banyak anak buah Kera Sakti menjadi
korban kebiadaban tosu-tosu berjubah abu-abu, cepat dia melesat mengejar ke dalam
hutan. Ilmu meringankan tubuh yang dipelajari dari Kitab Menjala Langit menampakkan
hasilnya. Tubuh Cu Liong melesat ke puncak pohon dan ia pun lalu berloncat-loncatan
dari ujung satu ke puncak lain pohon. Tak berapa lama kemudian tibalah Cu Liong di
e-bukugratis.blogspot.com
169 pinggir hutan. Sepasang matanya yang tajam seperti mata naga itu masih melihat
berkelebatnya bayangan abu-abu memasuki barisan batu-batu besar di kejauhan!
"Hemm, kiranya di sana sarang kalian! Tunggu saja kalian ... !" desisnya marah.
Lalu tubuhnya meluncur turun, dipandang sepintas lalu nampak seperti seekor


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

burung garuda menyambar anak ayam, begitu cepat dan gesitnya! Cu Liong dengan hatihati memasuki barisan batu di mana tadi tosu-tosu berjubah abu-abu itu lenyap. Tiba-tiba
saja setelah membelok beberapa kali, Cu Liong menemui jalan buntu!
"Gilaaaaa ... !" umpatnya dalam hati. "Kiranya ini merupakan bai-hok. Barisan
yang menyesatkan!" Cu Liong kembali melalui jalan masuk tadi. Dengan langkah pelan sambil
menghitung langkah kakinya, ia memasuki kembali barisan batu. Setelah berjalan tujuh
tindak, Cu Liong membelok ke kanan. Sebelum membelok Cu Liong membuat tanda!
Mulutnya tersenyum kecil!
Kembali pemuda itu berjalan memasuki barisan batu dan setiap tujuh langkah
membelok, Cu Liong tidak lupa memberi tanda pada batu-batu di mana ia membelok.
Agaknya dia mengenal benar cara membuat tin yang menyesatkan ini. Ini tidaklah
mengherankan lagi! Pemuda murid Pendekar Golok Terbang ini telah mewarisi kitab
rahasia di mana segala cara mengatur barisan pendam yang berdasarkan barisan bintangbintang itu pun terdapat dalam Kitab Menjala Langit!
Setelah dapat keluar dari barisan batu, Cu Liong tiba di lapangan terbuka!
"Hemmmmm, kiranya di sini sarang mereka!"
Cu Liong melihat tembok pagar kuil di dekat puncak. Ia bertambah waspada. Baru
saja pemuda kita melangkah tiga tindak,. tiba-tiba terdengar suara menggetarkan tanah di
depannya. "Auuummmmm ... !!"
Dan tanah di depan Cu Liong tiba-tiba saja mengepulkan asap tebal! Begitu asap
tersapu angin, delapan ekor harimau loreng tampak berjajar memperlihatkan taring.
Kembali ke delapan harimau itu mengeluarkan auman secara bersamaan. Apabila ada
orang yang menghadapi ke delapan harimau ini dan mendengar suara gerengan tersebut,
maka dapat dipastikan orang itu akan terguling mampus dengan jantung pecah!
e-bukugratis.blogspot.com
170 Akan tetapi sekarang yang berdiri di depan Si Harimau adalah pendekar kita.
Pendekar Naga Terbang, pewaris Kitab Menjala Langit, sedikit pun pemuda ini tidak
mengedipkan kedua matanya maupun keder melihat kegarangan ke delapan harimau itu.
Tiba-tiba saja bagaikan mendapat komando ke delapan ekor harimau itu menubruk
menyerang. Gerakan mereka seperti diatur saja!
Jalan keluar Cu Liong telah tertutup sama sekali!
Wuttttt ... ! Bresssss ... ! "Aauuuuummmmm ... !"
Ada empat ekor harimau saling tubruk sendiri ketika manusia calon korbannya
lenyap dari tempatnya berdiri. Lain sambil mengeluarkan auman-auman mengerikan ke
delapan ekor harimati itu menubruk Cu Liong saling susul. Kuku-kuku runcing di depan
siap merobek-robek hancur tubuh pemuda berompi, mulut dengan gigi bertaring itu pun
siap mencabik-cabik daging tubuh Cu Liong apabila pemuda kena ditubruk salah seekor
harimau itu. Melihat serangan dahsyat ini, Cu Liong bagaikan anak kecil bermain petak umpet.
Tubuh pemuda ini menyelinap di bawah perut harimau dan tahu-tahu melompat tinggi,
lebih tinggi dari tubrukan harimau loreng tersebut. Belum juga tubuh pemuda itu tiba di
tanah, dua ekor harimau siap menyambut dengan kedua kaki depan dan mulut terbuka
lebar. Akan tetapi, Cu Liong mana begitu mudah dapat dihadang binatang yang menjadi
rajanya. rimba. Sebelum tubuhnya turun, ia membuat poksai di udara dan kembali
tubuhnya melayang ke samping. Akan tetapi, di sini pun Cu Liong disambut tubrukan
tiga ekor harimau! Plakkk ... desssss ... blueeeekkkkk ... !!
Ketiga ekor harimau itu terlempar kembali ketika Cu Liong menggerakkan kaki
tangannya menyambut! Dalam sekali serangan balasan saja dapat membuyarkan tubrukan
raja rimba itu. Cu Liong segera menyambut semua serangan harimau-harimau itu. Sama
sekali pemuda ini tidak mau memberi hati lagi. Tubuhnya berkelebatan menghajar ke
delapan harimau. Dangan dipandang ringan setiap tamparan atau tendangan kaki pemuda
itu. Karena semua gerakan Cu Liong penuh mengandung tenaga sin-kang sehingga dapat
menghancurkan isi perut harimau-harimau itu.
e-bukugratis.blogspot.com
171 Blukkk ... desssss ... plakkk-plakkk ... !
"Auuuuuummmmm ... !"
"Gilaaaaa ... ! Ternyata binatang itu semua jadi-jadian, keparattttt!!" umpat Cu
Liong. Telah beberapa kali kedua tangannya berhasil menghajar binatang-binatang itu dan
kakinya dapat pula menendang perut binatang raja hutan tersebut. Namun, tetap saja ke
delapan harimau itu maju kembali dengan ganasnya.
"Mampuslahhh ... !"
Cu Liong lain mengelebatkan Golok Pusaka Naga Terbang. Begitu harimau loreng
kena ditabas golok bersinar kehijauan, tubuhnya terbelah dan begitu menyentuh tanah,
raiblah harimau tersebut.
Busssss ... !! "Ha-ha-ha ... hayo keluarkan lagi mainanmu yang lain, bangsat!" tantangnya
lantang. Suara teriakan ini melengking menembus tembok benteng kuil sampai ke dalam
ruangan samadhi, di mana nampak delapan tosu tua berambut putih sedang duduk
menghadapi pedupaan yang mengepulkan asap tebal.
"Keparattttt jahanammmmm ... !!" salah seorang tosu tua di sudut itu mengumpat.
Tosu ini berwajah kemerahan seperti kulit bocah sehat. Namun sepasang bola
matahya nampak bersinar aneh, tajam menusuk dan penuh nafsu jalang!
"Gilaaaaa ... sihir kita tidak mempan! Hayo kita coba kembali! Kita kerahkan
seluruh tenaga dan mempersatukannya."
Tosu tua bermata juling mengajak teman-temannya. Tangannya menaburkan bubuk
warna hitam ke pedupaan di depannya dan asap kehitaman pun mengebul naik. Ketujuh
tosu itu pun mengikuti perbuatan Tosu Juling, mereka menaburkan pula bubuk hitam ke
dalam pedupaan. Asap hitam tebal membubung ke atas.
Cu Liong tiba di depan pintu kuil. Tanpa ragu sedikit pun ia mendorongkan tangan
kanan ke depan. Brakkkkk ... !! Daun pintu gerbang yang terbuat dari papan kayu tebal itu pun terbuka dengan
mengeluarkan suara keras. Ternyata kayu palang pengganjal telah patah!
e-bukugratis.blogspot.com
172 Cu Liong menaiki undakan tangga dan tiba di undakan paling atas, tepat di mana
berdiri gapura kuil. Dengan hati-hati pendekar kita maju melangkah lagi, tiba-tiba
pendengarannya yang tajam seperti mendengar bunyi berderit lirih. Cu Liong berhenti.
Siuttttt-siuttt-siuttttt ... !
Belasan batang anak panah menyambar dari bawah dan kanan kiri, dari jarak yang
sangat dekat. Siap menyate tubuh di lantai gapura.
"Haiiiiittttt ... !!"
Ia berputar cepat dan puluhan anak panah itu pun tersapu mawut. Tak sebuah pun
dapat mendekati tubuh anak muda yang penuh dengan tenaga sakti ketika tubuhnya
berputar tadi. Inilah Ilmu Puting Beliung!
"Ha-ha-ha ... anak muda, kalau ingin mampus masuklah ke mari ... !"
"Keparat licik! Kau kira aku takut pada ilmu setanmu" Tak usah yaa!"
"Masuklah ... ! Ingin kulihat apakah kau bukan seorang pengecut hina! Hi-hi-hihikkk ... !!" terdengar suara melengking tinggi, seperti suara wanita menjerit.
"Baikkk!" Cu Liong meloncat menuju ruangan terbuka dari kuil itu. Ketika tubuhnya
melayang maju tiba-tiba saja ia terpental ke belakang kembali. Ia seperti menabrak
sebuah dinding baja yang tidak nampak!
"Kenapa anak muda" Tidak berani masuk" Takuttttt ... " Hi-hi-hikkkkk ... !!"
"Setannnnn ... ! Kau kira aku takut dengan segala ilmu setanmu. Hyaattttt ... !!"
Cu Liong mendorongkan kedua tangan ke depan. Dari gerakan itu keluar angin
menderu menghantam ke tengah ruangan.
Blaaaaarrrrr ... !! Terdengar ledakan dahsyat ketika pukulan tenaga sakti Cu Liong menghantam tirai
ilmu gaib dari ke delapan tosu dalam ruangan samadhi. Akan tetapi, terasa angin
membalik keras dan baju di tubuh pendekar kita berkibar.
"Gilaaaaa ... !!" umpat Cu Liong dalam hati. "Tenaga dahsyat apa ini" Kenapa tidak
dapat ditembus tenaga saktiku" Herannnnn ... ?"
Pemuda ini tidak tahu. e-bukugratis.blogspot.com
173 Tenaga gaib yang menjadi benteng tak nampak di depan ruangan itu terbuat dari
persatuan tenaga delapan orang tosu yang sudah memiliki ilmu kepandaian tinggi dan
memiliki ilmu sihir kuat sekali! Kalau tadi dia dapat menghancurkan ke delapan harimau
jadi-jadian itu, karena ia menghadapi seorang lawan yang menggerakkan ke delapan
harimau jadi-jadian. Jadi ke delapan harimau tadi juga digerakkan ke delapan tosu itu.
Akan tetapi sekarang seluruh tenaga ilmu sihir mereka dipersatukan, membuat ilmu
tersebut kuat sekali pengaruhnya!
Cu Liong mengerahkan seluruh tenaga yang ada padanya, sepasang bola mata-nya
menjadi mencorong dan pelan-pelan, ia melolos golok senjata pusaka Hui-liong-to.
Cahaya kehijauan memancar ke segenap penjuru! Makin lama cahaya itu pun semakin
terang, pertanda bahwa golok tersebut semakin banyak dialiri dengan sinkang.
Nampak tirai tipis berwarna kehitaman melingkupi ruangan depan kuil. Ternyata
kini Cu Liong dapat melihat sihir ke delapan orang tosu itu, ini disebabkan oleh pancaran
sinar golok pusaka dan dari tenaga batin yang disatukan dengan pandang mata.
"Hemm ... , kiranya demikian" Jangan kalian ketawa dulu karena kemenangan
tadi." "Bagaimana anak muda" Lebih baik menyerah saja! Tak mungkin kau akan dapat
memasuki kuil kami. Ha ha-ha ha ... !!" Suara tersebut bagaikan datang dari tengah
angkasa. Mendengar ejekan tersebut Cu Liong sama sekali tidak tergoyahkan. Hatinya tetap
tenang dan penuh pemusatan diri. Sedikit pun ia tidak dapat dipancing marahnya. Dengan
langkah satu-satu Cu Liong mendekati tirai kehitaman, tirai yang melingkupi ruangan
kuil. Tirai tipis kasat mata awam!
Penuh percaya diri, Cu Liong menggerakkan tangan kanan!
Cringgggg ... ! Busssss!!! Asap hitam tebal kehitaman menguar naik menggelapkan pandangan. Ketika tirai
ilmu sihir dari ke delapan tosu itu terkena bacokan golok Hui-liong-to, bagaikan ada
cahaya kilat bersinar kebiruan membelah!
Seperti ada aliran listrik bertemu!
e-bukugratis.blogspot.com
174 Ketika Cu Liong kembali melangkah, ternyata tiada halangan sama sekali sehingga
dia pun dapat memasuki ruangan kuil nan luas tersebut. Ia melihat ke kanan kiri, meneliti
seluruh ruangan. Pandangan matanya bentrok dengan sepasang mata patung tinggi besar,
berwarna merah membara. Patung berwarna hitam seluruhnya, nampak tanduk di kanan
kiri kepala! "Patung iblis ... !" desisnya lirih.
Pada saat Cu Liong menoleh untuk mencari jalan masuk ke dalam. Sepasang mata
patung itu bergerak-gerak hidup dan ... tanpa bersuara sedikit pun tahu-tahu patung iblis
tinggi besar itu menubruk Cu Liong!
Mendengar desir angin dari belakang tubuh, Cu Liong menggerakkan tangan kiri ke
belakang, menyampok dengan menggunakan tenaga setengah bagian.
Dukkkkk ... ! Dan Cu Liong sempoyongan ke depan. Dapat dibayangkan kaget hati pemuda ini
ketika dapat melihat siapa yang telah membuat dirinya sempoyongan tadi.
"Setannn! Terimalah pembalasanku!"
Dengan menekuk kedua kaki Cu Liong mendorongkan kedua tangan ke depan.
Menyambut serangan patung iblis secara terbuka. Patung iblis pun mendorongkan kedua
tangan besarnya menyambut dorongan anak muda itu.
Blaaarrrrr ... !! Bangunan kuil itu seakan-akan terkena gempa bumi. Bergetar dan banyak genteng
melorot jatuh, menimbulkan suara hiruk-pikuk memekakkan telinga!
Akan tetapi, Cu Liong kembali terdorong ke belakang beberapa tindak. Walaupun
kedudukan kedua kakinya masih menempel di lantai ubin. Nampak lekukan panjang di
lantai ubin. "Gilaaaaa ... !" umpatnya.
Sejenak pendekar muda ini berdiri tegak mengawasi patung tinggi besar berwarna
hitam dengan sepasang mata merah mencorong di depannya, sekitar dua tombak jaraknya.
Pikiran jago kita ini merakit serangan. Akan tetapi belum juga dapat dirangkai secara
sempurna, datanglah serangan makhluk iblis itu. Kedua tangan dan kaki yang besar-besar
itu menyerang dengan tenaga dahsyat!
"Haiiiiittt ... !"
e-bukugratis.blogspot.com
175 Dan Cu Liong pun dengan gesit menghindar. Lalu dari samping membalas serangan.
Ditangkis lawan sehingga menimbulkan suara keras berkali-kali. Serang-menyerang
terjadi dengan hebatnya. Namun, patut disayangkan!
Telah beberapa pukulan mendarat tepat di tubuh patung iblis itu, padahal semua
pukulan Cu Liong mengandung tenaga dalam yang hebat, anehnya tak sebuah pun dari
pukulan bertenaga Iweekang tinggi itu dapat menghancurkan patung itu. Malahan
membikin gerakannya semakin brutal!
"Gilaaaaa ... ! Ilmu sihir jahanammm ... !" umpatnya mangkel. "Kalau aku tidak
dapat menemukan kelemahan iblis ini, mungkin diriku akan menjadi korban
keganasannya. Aku harus cepat menyelesaikan pertempuran ini."
Singgggg ... tranggggg ... crakkk ... crakkk ... !!
"Setan jahanam penasaran ... !!" kembali Cu Liong mengumpat dahsyat.
Tentu saja pemuda kita ini menjadi semakin penasaran setelah dapat membikin
kutung kedua tangan makhluk berwujud patung tersebut, ternyata patung iblis itu masih
tetap saja dapat melakukan serangan!
Tentu saja serangan kedua kaki panjang dan besar itu dapat dielakkan dengan
mudah. Walahan dalam satu kesempatan baik Cu Liong dapat menabas putus kedua kaki
patung iblis itu. Crasssss ... crakkkkk!! "Mampus kau sekarang! Hayo bergerak lagi kalau berani ... !!"
Bagaikan tahu tantangan yang keluar dari mulut Si Anak Muda, patung yang telah
putus kedua tangan dan kedua kakinya itu melayang menyerang Cu Liong! Menjawab
tantangan anak muda tersebut.
"Gilaaaaa ... !" umpat Cu Liong keras.
Rasa kaget dan kagum memenuhi benak Cu Liong.
"Aku harus dapat mencari penggerak setan-setan itu!"
Tanpa ayal lagi dia melejit ke kanan kiri dan tahu-tahu menyelinap ke belakang
meja sembahyang. Wirrrrr-wuttttt-wirrrrr ... brakkkkk ... !
Meja pun hancur tertimpa tubuh patung tanpa tangan dan kaki. Alat sembahyangan
di meja mencelat ke mana-mana.
e-bukugratis.blogspot.com
176 Singgggg ... wirrrrr ... !!
Deeeeeelllll ... !! Kepala patung itu pun terlempar ke belakang! Menggelinding pergi menghantam
tembok. Mengeluarkan suara keras. Namun, tak berapa lama kemudian, kepala itu pun
kini ikut-ikutan terbang mengejar pemuda kita.
Trangg-trangg-trangg-tranggggg ... !
Empat kali golok pusaka itu menangkis. Dan ketika kepala patung iblis itu
meluncur datang, Cu Liong mengerahkan seluruh lweekang ke tangan kiri dan menampar
kepala itu. Plakkkkk ... brakkkkk ... !!
Dan hancurlah genteng di atas ruangan kuil bersama dengan meluncurnya kepala
iblis menjebol genteng! Secercah sinar keemasan merah menerobos masuk melalui
lubang genteng dan ... tanpa sengaja mengenai potongan-potongan tubuh serta kaki
tangan. Busssss ... brukkkkk ... !!
"Mampusssss kau setan ... !"
Cu Liong meludah ke arah tumpukan batu di lantai. Lalu ia pun melesat mencari
penggerak benda-benda sihiran itu.
Keadaan dalam ruangan samadhi ke delapan tosu tua berjubah abu-abu, nampak
mengenaskan! Ke delapan orang tosu itu nampak mendekap dada dan dari sudut bibir
nampak mengalir darah kemerahan, darah yang sebagian telah membasahi jubah mereka
sendiri-sendiri. "Hemmmmm, kiranya di sini tempat persembunyian kalian?"
"Anak muda keparat!" maki Si Tosu juling lirih.
"Jangan kau kira dapat mengalahkan kami" Terimalah kematianmu ... !" Salah
seorang membentak dan tubuhnya meluncur dengan kedua tangan membentuk
cengkeraman. Sepasang mata tosu itu nampak mengerikan. Tiba-tiba kedua tangan tosu itu
mengeluarkan api berkobar. Cu Liong melihat serangan tangan tosu itu dengan senyum


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dingin. Begitu tangan kanan bergerak, seleret sinar hijau memapaki tubuh lawannya.
Terjadilah pertemuan di tengah udara, yaitu antara tosu yang meluncur dengan kedua
e-bukugratis.blogspot.com
177 tangan berapi disambut putaran senjata golok Hui-liong-to yang melayang sambil
mengeluarkan desing menderu.
Singgggg ... crakkkkk ... gedebuuukkkkk ... !!
Tubuh tosu itu jatuh menimpa tanah berbatu licin alias ubin tempat samadhi.
Namun keadaan tosu itu sungguh mengerikan! Kepalanya terpotong setengahnya!
Api yang keluar dari tangan membakar jubah abu-abunya sendiri!
Melihat seorang rekannya tewas, ketujuh orang tosu tua itu nekad mengeluarkan
tenaga penghabisan berusaha untuk mengadu nyawa dengan la wan yang berdiri di pintu
kamar. "Hiaaattttt ... !!"
Singgg-singg-singgg ... !!
Ser-ser-ser ... !! Ting-ting-ting ... tak-tak ... crakk- crakk-crakkk ... !!
Kejadiannya cepat sekali, sehingga sukar diikuti pandang mata. Hanya nampak
percikan-percikan kecil seperti kembang api di pintu kamar, lalu disusul berkelebatnya
sinar kehijauan ke segala arah. Tahu-tahu bergelimpanganlah tubuh ketujuh tosu dalam
keadaan mengenaskan! Enam orang tosu tua langsung menghadap Giam-lo-ong karena tubuh mereka
terpotong di tengah, sedangkan yang seorang yaitu Tosu Juling masih merintih-rintih
kesakitan. Tosu Juling ini menderita luka cukup lumayan juga, kedua tangannya telah
hilang sebatas siku! "Aduuuuuhhhhh ... aduuuhhhhh ... bunuhlah akuuuuu, keee ... pa ... rattt ... "
"Enak saja! Sekarang tunjukkan di mana persembunyian Nenek cabul berjuluk
Dewi Seruni Ungu?" ejek Cu Liong.
"Banggggg ... saaattttt ... jaaa-jaaa ... ngannnnn ... haaarrr ... raaappp aaa ... kuuu ...
kaa taaaaa ... auuhhhhh!"
Tosu Juling pun mampus dengan lidah putus. Kiranya saling tidak kuat merasakan
rasa sakit, tosu ini memilih bunuh diri daripada dipaksa mengaku. Dia tidak ingin
menjadi bahan ejekan anak muda itu.
"Keparattttt tua bangka ... !"
e-bukugratis.blogspot.com
178 Cu Liong telah terlambat untuk menotok leher Tosu Juling. Sambil membanting
kaki, jengkel pemuda ini lalu keluar dan memeriksa seluruh isi kuil. Namun, tiada orang
lain yang ditemui dalam kuil itu. Maka setelah puas memeriksa, ia pun lalu melesat
keluar. Tiba-tiba saja di kejauhan nampak sesosok bayangan serba ungu menuruni bukit.
Gerakannya cepat dan ringan, sehingga sebentar saja hilang di kelokan bebatuan di
kejauhan! "Nenek cabul ... " Mau lari ke mana kau iblis betina!" Cu Liong meloncat mengejar.
Sebentar saja pemuda itu telah hilang dari pandangan saking cepatnya tubuhnya
meluncur. Hari telah menjadi siang ketika Cu Liong mengejar ke arah Si Baju Ungu!
Pemuda itu telah melupakan sama sekali pada rombongannya, yaitu orang-orang Kera
Sakti dan sahabatnya yang tinggi besar Thio Hwie Kian!
Keduanya saling kejar. Naik turun bukit dengan cepat. Bagaikan dua ekor kumbang
sedang memadu kasih! Akan tetapi, jarak di antara kedua orang itu tidak berubah sama
sekali. Walaupun Cu Liong telah mengerahkan seluruh ilmu meringankan tubuhnya, tetap
saja pemuda itu ketinggalan di belakang. Ternyata Dewi Seruni Ungu memang memiliki
ilmu gin-kang yang tinggi. Telah dua bukit dilewati. Namun Cu Liong mana mau
melepaskan iblis betina yang pernah meracuninya itu. Iblis penyebar maut yang
membunuhi anak-anak muda setelah dihisap sarinya!
Di kejauhan nampak sebuah kota. Benteng tinggi itu telah nampak di atas bukit.
Dewi Seruni Ungu menujukan larinya ke dalam kota. Entah apa maksud perempuan itu.
"Gilaaaaa ... ! Sungguh luar biasa daya tahan bocah itu. Wahhh, kalau saja dulu ia
menjadi ... tentu aku sekarang memiliki kepandaian luar biasa!"
Ketika menoleh Dewi Seruni Ungu memuji ketahanan ilmu cepat anak muda calon
korbannya dulu. "Bangsat setan kurang ajar, Pek-tung Lo-kai! Awas kau tua bangka. Akan datang
masanya kau harus menebus penghinaanmu kepadaku ... !"
Prajurit jaga di pintu gerbang hanya melihat bayangan ungu lewat ketika Dewi
Seruni Ungu memasuki kota.
"Ehhh, apakah yang lewat tadi ... ?" tanya seorang penjaga yang baru saja keluar
dari gardu. "Entahlahhh ... " Sepertinya burung besar terbang lewat!"
e-bukugratis.blogspot.com
179 "Anehhhhh ... ?" katanya pula sambil berdiri tegak di pinggir pintu.
Tiba-tiba saja terasa ada angin dingin menyambar lewat depan mukanya. Penjaga
itu pun menoleh untuk melihat. Akan tetapi dia hanya melihat asap kehitaman terbang
lewat dan hilang di kelokan jalan. Tubuh penjaga itu pun tiba-tiba seperti orang terserang
demam, menggigil! "Seeeee ... tannnnn ... !!"
Mendengar teriakan ini, penjaga lainnya berubah pucat wajahnya. Keringat dingin
telah membasahi seluruh mukanya mendengar ucapan temannya.
Siapa lagi kalau bukan setan"
Begitu cepat gerakannya. Tadi dia mencium bau harum ketika bayangan ungu
memasuki pintu gerbang dan sekarang lagi-lagi dia seperti melihat asap kehitaman
melayang rnasuk. Tanpa dapat dicegah lagi kedua penjaga itu lalu menjatuhkah diri
berlutut dan menyembah-nyembah sambil membaca doa penyelamat!
Memang tidak aneh perbuatan kedua penjaga itu. Kepercayaan pada dewa dan iblis
masih tebal mempengaruhi seluruh kehidupan di jaman kuno seperti itu. Mereka masih
percaya dengan adanya hantu-hantu yang berkeliaran, apalagi di siang hari itu mereka
melihat dan mencium bau harum aneh. Melihat bayangan bergerak cepat tak dapat diikuti
pandang mata! Kalau bukan setan atau dewa siapa lagi"
Cu Liong menghentikan larinya ketika ia tiba di jalan sunyi. Bayangan Dewi Seruni
Ungu telah hilang dalam keramaian kota di siang hari itu. Apalagi jarak antara keduanya
cukup jauh sehingga ia tidak dapat melihat ke arah mana iblis betina itu
menyembunyikan diri. Hanya tadi ia melihat Dewi Seruni Ungu membelok di gang itu
dan ketika ia tiba di tempat itu ... ternyata gang itu adalah jalan tembus ke arah pasar.
Otomatis Cu Liong segera menghentikan larinya dan keluar ke jalan besar dengan
melenggang kakung. Ketika melewati sebuah rumah makan, tiba-tiba perutnya terasa
berkeruyuk lirih. Ini disebabkan oleh kerjanya sang hidung yang mencium bau masakan
dari dapur di samping restoran itu. Angin nakal telah membawa bau sedap tersebut ke
jalan sehingga menggugah selera.
"Mari, silakan masuk Tuan Muda." Sambut pelayan setengah tua ramah ...
"Terima kasih, Paman."
e-bukugratis.blogspot.com
180 Cu Liong segera mengikuti Si Pelayan. Setelah duduk ia pun memesan beberapa
macam masakan. Tak berapa lama kemudian, pelayan itu pun kembali dengan sebuah
nampan besar penuh dengan masakan yang mengepulkan bau sedap. Cacing dalam perut
Cu Liong menggeliat. "Silakan, Tuan Muda."
Setelah pelayan tua itu berlalu, Cu Liong segera mengerjakan sumpit di tangannya.
Menikmati hidangan lezat di meja. Duduk seorang diri, pemuda ini makan tanpa melihat
ke kanan kiri! Agaknya saking nikmatnya dia menikmati masakan itu.
"He-he-he, akhirnya ketemu juga!"
Cu Liong mengangkat muka mendengar suara teguran di sampingnya. Wajahnya
berubah merah, menahan malu.
"Enak ya, bocah! Sampai tak melihat orang lagi! Ha-ha-ha-ha ... !"
"Looo ... Locianpwe ... silakan duduk, Locianpwe. Maaf, maaf, saya tidak tahu akan
kedatangan Locianpwe ... " Cu- Liong dengan gagap mempersilakan.
Lalu tanpa menanti orang tua yang bukan lain adalah pengemis bergigi tonggos
tinggal dua : Pek-tung Lo-kai, ia memanggil pelayan dan memesan beberapa macam
masakan lagi. "He-he-he, dasar perut lagi beruntung. Datang-datang dapat pesta, ha-ha-ha ... "
Seluruh orang dalam rumah makan menengok ke arah mereka. Heran melihat
seorang pemuda tampan berpakaian perlente menjamu seorang pengemis tua. Apalagi
melihat wajah Si Pengemis, tidak dapat tidak mereka merasa geli. Akan tetapi tak seorang
pun berani mencela. Tahu bahwa kedua orang itu bukan orang-orang sembarangan.
Tokoh-tokoh kang-ouw yang memiliki watak dan tabiat aneh-aneh!
"Silakan, Locianpwe."
Begitu pesanan datang Cu Liong segera menawarkan. Akan tetapi sebelum pemuda
itu menawarkan, ternyata pengemis tua itu telah mencomot ayam panggang dari pundak
Si Pelayan. Yakni ketika pelayan itu lewat di sampingnya.
"He-he-he ... kenapa sungkan-sungkan segala, Liong" Sikat saja sampai kenyang,
ha-ha-ha ... !" Pek-tung Lo-kai menikmati makanan itu sambil sekali-kali minum arak wangi.
Entah berapa cawan arak telah memasuki tenggorokannya dan bersarang dalam perut
e-bukugratis.blogspot.com
181 kecil pengemis itu. Cu Liong hanya tersenyum kecut melihat cara makan Pek-tung Lo-kai.
Ia makan dengan pelan, hanya sekali-kali saja menjawab pertanyaan pengemis tua.
Sebentar saja masakan di atas meja telah tinggal duri-duri ikan dan tulang-tulang ayam.
Semua ludes masuk ke dalam perut kedua tua muda aneh itu. Namun, kebanyakan masuk
perut pengemis tua gigi tonggos tinggal dua.
"Wuahhhhh, sedappppp ... ! Setiap hari seperti ini tentu sebentar saja tubuhku akan
pecah, gemuk seperti arca Ji-lai-hud. Ha-ha-ha ... !"
Pek-tung Lo-kai mengusap minyak bekas makanan dengan ujung jubahnya. Kakek
ini tertawa-tawa dan merem melek.
"Hoooaaahemm, ngantukknyaaaaa!"
Setelah membayar harga makanan kepada pelayan, Cu Liong bersama Pek-tung Lokai keluar rumah makan.
"Kita menuju kuil Selaksa Rejeki di timut kota, Liong. Di sana kita dapat omongomong santai, ehhh, ya, katamu tadi Iblis Penghisap Sukma Cu Kiok Sianli berada di kota
ini" Wahhh, kenapa semua tokoh sesat berdatangan di sini" Ada apa sebenarnya, ya?"
Pek-tung Lo-kai menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Agaknya pengemis
ini mengerahkan seluruh daya pikirnya untuk mencari jawaban tersebut.
"Apakah Locianpwe lupa" Mungkin itu semua adalah ulah Sim Tok Tojin itu tosu
bau yang memfitnah diriku. Menurut perkiraan saya yang rendah, pendeta itu
menghubungi konco-konconya dan meminta bantuan mereka untuk menghadapi kita.
Pendeta itu takut akan kemarahan tokoh-tokoh kang-ouw delapan penjuru, Locianpwe."
"Heh-heh-heh, benar juga omonganmu. Terang pendeta tengik itu ketakutan, ha-haha. Tahukah kau di mana letak Bukit Iblis?" Sambil mencari kutu di rambut gondrongnya
Pek-tung Lo-kai bertanya.
Tentu saja Cu Liong belum tahu. Pendekar muda itu baru saja turun dari
pertapaannya di Bukit Awan. Belum menjelajah di dunia kang-ouw sehingga banyak
tempat belum dikenalnya. Cu Liong hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Heh-hehe-heh ... !!" Pek-tung Lo-kai terkekeh.
"Di manakah letak Bukit Iblis itu, Locianpwe" Saya ingin segera membekuk tosu
tua bangka itu! Ingin kuseret ke hadapan tokoh-tokoh kang-ouw dan partai persilatan
e-bukugratis.blogspot.com
182 yang murid-muridnya telah menjadi korban kebiadabannya! Agar Sim Tok Tojin
mempertanggungjawabkan semua perbuatannya."
Akan tetapi, tiada jawaban sama sekali. Cu Liong menoleh ke arah Pek-tung Lo-kai
dan ... betapa jengkel hatinya ketika melihat Pek-tung Lo-kai telah molor dengan
enaknya! "Busyeeettttt ... ! Lelah mulut ini bicara eh, malah ditinggal tidur mendengkur.
Betul-betul menjengkelkan ... !!" gerutunya dalam hati.
Cu Liong segera meninggalkan kuil Selaksa Rejeki. Langkah kakinya pelan.
Sepasang matanya menikmati keramaian kota. Ketika melewati sebuah rumah
penginapan yang cukup besar, Cu Liong menahan langkah kakinya dan membelok,
masuk ke rumah penginapan.
"Apakah masih ada kamat kosong?" tanyanya kepada pengurus losmen yang
bertubuh kurus dan berkulit pucat. Mukanya licin tanpa kumis.
Sepasang mata sipit seperti laron itu mengawasi Cu Liong penuh perhatian.
Kepalanya sampai dijulurkan untuk melihat jelas! Pengurus itu meringis memperlihatkan
gigi depan yang berwarna kehitaman.
"Ada, ada banyak Kongcu. Kongcu membutuhkan berapa kamar?"
"Cukup sebuah kamar saja!"
"Beres Kongcu! Ditanggung Kongcu akan senang menginap di rumah penginapan
ini. Kami selalu mengutamakan pelayanan demi kenikmatan para tamu."
"Hemmmmm ... !!"
"Apakah Kongcu sendirian saja?"
"Iya, kenapa?" "Anu, anu Kongcu. Apakah Kongcu tidak membutuhkan penghangat?"
"Tentu saja! Tolong sekalian diantar ke kamarku. Sekarang juga boleh kalau sudah
tersedia," jawab Cu Liong senang.
"Baik. Baik Kongcu! Akan kuantar sendiri pesanap Kongcu."
Sambil tersenyum-senyum pengurus rumah penginapan ini mengantarkan Cu Liong
menuju ke kamarnya. Kebetulan sekali anak muda itu mendapatkan kamar di loteng.
Kamar Cu Liong mempunyai jendela menghadap ke jalan di samping rumah penginapan.
Jalan yang cukup ramai juga!
e-bukugratis.blogspot.com
183 Pengurus rumah penginapan berlalu sambil tersenyum-senyum kecil. Wajahnya
cerah, membayangkan akan mendapat persen lumayan dari kanan kiri yaitu, persen dari
pengurus rumah pelacuran dan dari anak muda yang menginap di rumah penginapannya.
Pengurus itu menyuruh pelayan untuk membawa air panas ke kamar Cu Liong. Dia ingin
memberikan pelayanan sebaik-baiknya!
Sedangkan Cu Liong segera membuka pakaiannya. Mandi air hangat yang dibawa
pelayan rumah penginapan. Setelah berganti pakaian, Cu Liong membuka jendela
mengawasi orang-orang yang berlalu-lalang di jalan di bawah jendela kamarnya.
Tok-tok-tok ... !! "Ya, siapa?" "Saya Kongcu. Saya pengurus rumah penginapan."
"Tunggu sebentar."
Cu Liong membuka pintu kamar.
Bau harum menyengat hidung Cu Liong ketika daun pintu kamarnya terbuka.
Sepasang mata Cu Liong mengawasi orang-orang di depan pintu dengan terbelalak lebar,
mulutnya melongo! "Ini, Kongcu. Mereka ini gadis-gadis tercantik di kota ini. Tanggung Kongcu tidak
akan melupakan pelayanan kami, he-he-he!" Si Pengurus ini menyeringai ketawa.
"Silakan pilih sendiri, Kongcu, semua tanggung hot!"
"Lhooooo ... apa-apaan ini" Kenapa Tuan Pengurus membawa lima orang gadis ke
sini" Apa maksudnya?" tanyanya keheranan.
"Kongcu, inilah pesanan Kongcu tadi. Penghangat di kala dingin malam menusuk
tulang, he-he-he. Yang mana, Kongcu" Apa semua Kongcu suruh menemani Kongcu
malam ini?" "Tadi sudah datang pelayan mengantar air hangat. Untuk melayani apa lagi mereka
ini?" Dasar Cu Liong pemuda polos. Dia belum kenal sama sekali lekuk liku di rumah
penginapan. Ketika pengurus tadi menawarkan penghangat, yakni seperti biasa
ditawarkan kepada tamu-tamu yang datang di rumah penginapannya, menduga bahwa
pemuda itu telah tahu semua itu sehingga dia segera memesan ke rumah bordil Seruni!
"Maksud Kongcu?"
e-bukugratis.blogspot.com
184 "Ya, air hangat untuk mandi. Menurut Tuan Pengurus apa?"
"Ohhhhh, mati akuuuuu ... !" sambat pengurus ceking sambil menepuk dahinya.
"Kukira ... kukira tadi ... tadi ... Kongcu ... ?"
Kelima wanita penghibur itu sejak tadi main mata dengan Cu Liong. Apalagi
melihat kepolosan pemuda itu, mereka dapat menduga bahwa anak muda itu masih hijau
alias belum pernah sama sekali mengembara di lembah kenikmatan. Maka dengan
sendirinya mereka semakin tertarik. Apalagi melihat ketampanan wajah jago kita, tidak
dibayar pun mau! Akan tetapi Cu Liong tidak menanggapi kelima wanita penghibur itu, mencium bau
minyak wangi yang keluar dari mereka itu pun, ia telah menjadi pusing!
"Hi-hi-hik ... ! Kenapa malu-malu, Kongcu?"
"Tanpa dibayar pun saya bersedia menemani Kongcu semalam suntuk."
"Biarlah kami berlima melayani Kongcu bersama-sama. Kami tanggung Kongcu
tidak akan melupakan kepada kami selamanya. Hi-hi-hik ... "
"Mari Kongcu saya pijit. Biar hilang lelah Kongcu selama rnelakukan perjalanan.
Otot-otot Kongcu yang kaku ditanggung lemas kembali, deh!"
Kelima wanita itu membujuk rayu dengan, gaya masing-masing dan menonjolkan
daya tarik mereka. Sayangnya yang dihadapi sekarang adalah pemuda hijau dan tidak
mengenal sama sekali kemesuman itu. Maka ketika dengan berebut kelima wanita
penghibur itu ingin memasuki kamar, Cu Liong segera menggerakkan kedua tangan ke
depan.

Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wuttttt ... !! Brukkkkk ... !! "Aduhhhhh ... makkk, remuk senjata pusakaku ... !" Pengurus kurus itu menjerit
kesakitan ketika burungnya tertusuk-tusuk konde yang dikenakan salah seorang yang
kebetulan sekali jatuh menimpa tubuhnya.
Kelima wanita penghibur tadi seperti diterjang topan dahsyat. Terpental ke
belakang menimpa pengurus kurus ceking. Salah seorang yaitu yang paling depan
kepalanya menjatuhi burungnya Si Pengurus ... dan terdengar teriakan diatas.
Kelima wanita itu menjerit-jerit ketakutan. Tentu saja setelah dapat bangun berdiri
mereka segera melarikan diri, menuruni tangga loteng dengan tergesa sehingga saking
e-bukugratis.blogspot.com
185 gugupnya mereka saling tabrak dan hampir saja mereka terguling menuruni tangga kalau
tidak ada seorang laki-laki tinggi besar, bertampang serern dengan brewok lebat bagaikan
kawat-kawat baja menyambut tubuh mereka.
"Ha-ha-ha, mau lari ke mana bidadari-bidadariku ... !"
Begitu kedua tangan merangkul, tiga orang wanita penghibur berada dalam
pelukannya. Langsung saja muka penuh kawat itu menciumi pipi ketiganya silih berganti.
"Ihhhhh ... !!"
Ketiga wanita penghibur meronta. Akan tetapi mana mereka dapat melepaskan diri
dari pelukan Iblis Bermuka Singa itu.
"Ha-ha-ha ... hayo kalian berlima menemaniku."
Sambil tertawa-tawa raksasa bermuka singa ini mendorong kedua wanita penghibur
itu menuju kamarnya, sedangkan ketiga wanita itu pun digendongnya di depan dada.
Kebetulan sekali kamar Si Muka Singa ini tepat di dekat undakan loteng.
Brakkkkk ... ! Pintu pun ditendang menutup kembali. Segera terdengar dengusan-dengusan liar
dan jeritan-jeritan lirih. Cu Liong segera menolong pengurus rumah penginapan ceking
itu. Orang bermuka pucat ini merintih-rintih sambil mendekap burungnya, nampak darah
membasahi celananya bersama dengan air seni yang mancur tak dapat ditahan lagi saking
tidak kuat menahan rasa sakitnya.
"Gilaaaaa ... !" umpat Cu Liong dalam hati.
Sambil menekan pinggang, menghentikan perdarahan. Membangunkan tubuh
ceking itu dengan sekali tarik. Sedangkan tangan satunya mendekap hidung, karena tidak
kuat mencium aroma dari Si Ceking tadi!
"Nihhh, terimalah sebagai pembantu membeli obat!"
Cu Liong menyusupkan beberapa tael ke dalam telapak. tangan kurus yang dingin
seperti es itu. "Terima kasih, Kongcu. Terima kasih!"
Wajah pengurus itu berubah secara mendadak ketika matanya melihat gemerlapan
uang di tangan. Dengan membungkuk-bungkuk hormat, ia berlalu dari depan pendekar
kita. Cu Liong pun lain menutup kembali pintu kamarnya. Akan tetapi, tetap saja
telinganya yang tajam itu mendengar suara-suara dari kamar lain.
e-bukugratis.blogspot.com
186 Suara merintih dan mendengus!
Pemuda itu sama sekali tidak tahu bahwa sejak tadi ada tiga pasang mata jeli
memandang semua kejadian sejak pengurus ceking itu membawa masuk kelima wanita
penghibur menuju kamarnya. Tiga pasang mata milik tiga orang wanita yang cantik
menarik yang duduk di ruangan depan, di mana tersedia banyak bangku. Memang di
samping rumah penginapan, rumah ini juga membuka usaha rumah makan. Ini semua
dilakukan untuk melayani para penginap agar tidak sampai keluar dari rumah makan
hanya sekedar untuk menangsel perut. Dan keuntungan yang masuk pun bertambah
berlipat ganda! Tentu saja harga makanan dan minuman di tempat ini lebih mahal dari rumah
makan biasa! "Cici, diakah yang dimaksud Sianli?" tanya gadis yang mengenakan pakaian
berwarna biru muda. Wajahnya yang bulat telur itu menampakkan sebuah tahi lalat
menghias atas bibirnya. "Tidak salah lagi! Ciri-cirinya seperti yang digambarkan Sianli kepada kita.
Kebetulan sekali kita dapat menemukannya," kata wanita tertua yang mengenakan
pakaian serba kuning. Wajahnya juga cantik dan kulit mukanya nampak cantik menarik
dengan bedak tipis kemerahan.
"Hi-hi-hik, dia perjaka ting-ting. Kita kerjai dia dulu sebelum kita serahkan kepada
Sianli, boleh kan, Toaci?" orang termuda, yakni wanita yang mengenakan pakaian serba
kuning muda itu berkata lirih. Bibirnya yang tipis itu menyungging senyum penuh arti.
"Ihhhhh, kalian ini bagaimana?" Tegurnya lirih. "Apakah kalian tidak mendengar
keterangan Sianli. Kepandaian anak itu jauh di atas kita. Belum tentu kita dapat
mengalahkannya walaupun kita keroyok bertiga!"
"Akan tetapi Cici mau kan, kalau dia kita kerjai dulu." Gadis berbaju biru mendesak
memandang kepada kakak tertua penuh perhatian.
"Hemmmmm ... entahlah ... ?"
"Entahlah bagaimana ... " Yang jelas dong kalau menjawab" Mau atau tidak?" gadis
paling muda mendesak. Sang Kakak hanya berdiam diri.
e-bukugratis.blogspot.com
187 Akan tetapi, anak buah Cu Kiok ini sudah biasa memaksakan kehendak mereka
kepada siapa saja dengan mengandalkan nama besar pimpinan mereka, Cu Kiok Sianli.
Tentu saja melihat kegantengan anak muda itu mana mau mereka melewatkan
kesempatan baik itu"
Apalagi perintahnya hanya menangkap atau meringkus hidup-hidup saja, yakni
kalau bisa! "Hemmm, boleh! Akan tetapi aku yang paling dulu menghisap perjakanya.
Bagaimana" Setuju kalian ... ?"
"Hi-hi-hik ... tentu saja."
Hampir berbareng kedua adik sekandang itu menyetujui. Bibir mereka tersenyumsenyum membayangkan kenikmatan yang bakal diperoleh dari anak muda itu. Ketiga
wanita ini pun tidak tahu sama sekali bahwa semua percakapan mereka telah ada yang
menguping! Tentu saja ada yang menguping. Mereka bertiga itu berbisik-bisik dalam
keramaian di rumah makan dan rumah penginapan yang padat pengunjung!
Tanpa terasa malam telah mendatang!
Langit nampak bersih dan bintang-bintang pun berkedip-kedip sangatlah indah.
Akan tetapi hawa menjadi sangatlah dingin, walaupun di siang hari tadi panasnya tidak
ketulungan lagi. Lampion-lampion telah dipasang di semua sudut rumah. Di depan
gapura pintu pun tidak ketinggalan dipasang lampion. Jalan-jalan di kota itu menjadi
ramai dengan penjaja makanan yang keluar di malam hari. Apalagi kupu-kupu malam
pun ikut keluar memenuhi tempat-tempat temaram dekat penjual penjaja makanan dan
minuman pinggir jalan. Walaupun telah ada tempat di beberapa jalan utama kota itu.
Tetap saja ada wanita penghibur keluar di jalan menjajakan tubuhnya!
Memang tidak dapat dihindarkan lagi semua ini. Orang ingin mencari uang secara
mudah tanpa modal sama sekali. Apalagi begitu sukarnya dalam mencari sesuap nasi. Ini
semua masih ditambah dengan adanya rumah judi yang dibuka secara terang-terangan di
kota itu" Rumah-rumah penghibur pun penuh sesak dengan pengunjung yang berkantong
tebal. Lampion warna-warni menghias rumah-rumah seperti ini. Menarik para lelaki
hidung belang! e-bukugratis.blogspot.com
188 Cu Liong keluar rumah penginapan. Melangkah santai menuju Kuil Selaksa Rejeki.
Akan tetapi ketika tiba di sana, ternyata Pek-tung Lo-kai telah merat entah ke mana. Cu
Liong pun segera berlalu. Dengan penuh kewaspadaan pemuda ini menyelidiki di mana
adanya iblis wanita itu menyembunyikan diri di kota ini. Dia merasa bahwa wanita iblis
itu belum meninggalkan kota. Tanpa terasa lagi langkah Cu Liong sampai di taman di
tengah kota. Sambil memandang lampion berwarna-warni yang digantung di pohonpohon tengah taman, ia melangkah menuju ke tempat duduk di dekat empang. "
"Tolonggggg ... !!!"
Teriakan minta tolong itu segera lenyap. Agaknya mulutnya telah didekap dengan
mendadak. Darah pendekar di tubuh Cu Liong berjalan cepat. Kewaspadaannya muncul ke
permukaan dan sepasang matanya mencorong. Tak ketinggalan pula pendengaran Cu
Liong bekerja di luar kesadarannya sendiri. Sekali kaki Cu Liong menjejak tanah,
tubuhnya meluncur ke kiri, melompati rimbunnya tanaman setinggi manusia yang diatur
nyeni. Brettttt ... !! Terdengar kain robek. Plakkkkk! "Diammm! Kalau tidak, kumasukkan golok ini ke dadamu!" Kembali terdengar
suara ancaman parau. "Ahhhhh ... uhhhhh ... aaahhhhh ... jaaaaa ... ngaaannnnn ... !!"
Kembali terdengar rintihan lirih.
Brettttt! Brettttt ... !!
Sebelum manusia jalang itu memaksakan kehendaknya, tiba-tiba saja tubuhnya
terlempar tinggi. Dukkkkk ... ! Kepala lelaki bertampang penjahat itu menabrak batang pohon.
Krosakkkkk ... ! Tubuhnya yang tanpa pakaian menyangkut di dahan di bawahnya ketika tubuh itu
melayang turun. Laki-laki mesum itu tak bergerak sama sekali alias pingsan.
"Tooooo ... longgggg ... !" jerit wanita yang berbaju biru itu ketakutan.
e-bukugratis.blogspot.com
189 Bajunya telah robek-robek tidak karuan sehingga nampaklah kulit putih mulus di
bawah cahaya bintang-bintang di langit. Wanita cantik itu mengesot mundur-mundur
ketakutan. Sepasang mata Cu Liong tak berkedip memandang penglihatan di depannya. Akan
tetapi tiba-tiba saja wajahnya berubah merah seperti kepiting rebus ketika dia sadar akan
perilakunya ini. Cepat tangannya menyambar pakaian laki-laki yang sedianya
memperkosa gadis cantik bertahi lalat di atas bibir itu.
"Jangan takut Nona. Aku tidak bermaksud jahat!" bujuk Cu Liong lirih. "Nih,
kenakan pakaian seadanya dahulu! Biar nanti kuantar Nona pulang!"
Cu Liong mengulur tangan yang memegang pakaian penjahat pemerkosa tadi.
Gadis itu pelan-pelan berdiri, sehingga nampak seperti patung dari pualam.
Bercahaya dalam ketemaraman malam. Nampak lekuk-lengkung sempurna ketika gadis
itu mendekat sambil berjalan. Akan tetapi keindahan ini tidak dinikmati anak muda yang
menoleh ke lain jurusan! "Te ... teee ... rima kaa ka sihh, Taihiap!" Lembut gadis bertahi lalat itu berkata.
"Kenakan dulu pakaian itu, Nona!"
"Sudah, Taihiap."
"Ha-ha-ha ... !"
Tanpa terasa Cu Liong tertawa melihat gadis yang ditolong itu.
"Kenapa Taihiap, apanya yang lucu?"
"Ahhh, tidak! Tidak apa-apa Nona. Tidak ada yang lucu." Cu Liong cepat
menjawab. "Bohonggg! Tentu ada yang lucu sehingga Taihiap tertawa?"
"Tidak, Nona. Tidak ada apa-apa."
Mendengar jawaban penolong ini, gadis bertahi lalat itu menjatuhkan diri dan
menangis sedih. Pundaknya sampai terguncang-guncang ketika gadis ini menangis
memelas. Cu Liong kaget melihat kejadian yang sama sekali tak diduganya ini.
Cepat dia maju dan memegang pundak gadis bertahu lalat itu, menghibur!
"Jangan menangis, Nona. Ahhh, bagaimana ini" Dasar mulut tak tahu diri. Betul
Nona tidak ada apa-apa" Hanya Nona mengenakan pakaian secara terbalik. Itu saja!"
e-bukugratis.blogspot.com
190 Cu Liong sama sekali tidak tahu bahwa gadis itu menangis dengan air mata buaya.
Sepasang mata jelinya tadi mengintip dari balik sela jari-jari tangan, melihat ke arah Cu
Liong. Akan tetapi gadis itu terus bersandiwara semakin lihai. Merasakan tangan anak
muda yang hangat memegang pundaknya, terus saja dia menubruk dan membenamkan
tubuhnya dalam pelukan anak muda itu.
"Ihhhhh, jangan begini, Nona! Tidak baik dilihat orang!"
Cu Liong berusaha untuk merenggangkan tubuhnya. Akan tetapi sepasang tangan
lembut gadis bertahi lalat itu seperti seekor ular melilit pinggangnya!
Sebelum Cu Liong berbuat lebih lanjut, tiba-tiba saja tubuhnya terasa lemas tak
berdaya. Gadis bertahi lalat itu pun terus membenamkan mulutnya di bibir Cu Liong,
dengan buas sekali menghisap dan menyedot bibir pendekar kita penuh nafsu jalang.
Kedua tangannya bergerak liar menyusup ke dalam pakaian Cu Liong. Akan tetapi tibatiba saja kedua tangan itu berhenti mendadak dan gadis bertahi lalat itu menoleh ke
belakang. "Hemmmmm, bagus yaaa" Ingin menikmati sendiri, ya?" Agaknya bentakan ini
yang menyelamatkan Cu Liong dari perkosaan itu.
Ternyata di tempat itu telah berdiri dua gadis cantik berpakaian kuning muda dan
kuning tua. Wajah kedua gadis itu kemerahan penuh cemburu melihat hasil jebakan adik
dan kakak mereka tadi. Memang kedua gadis itu sejak tadi telah membayangi ke mana
pun Cu Liong pergi. Mereka bertiga lalu mengatur siasat di taman itu. Dengan
menggunakan seorang buaya darat untuk melaksanakan siasat mereka!
"Tidak! Tidak, Cici. Mana saya berani mendahului Cici. Habis tak tahan nih,
melihat betapa tampannya dia."
"Ui Nio, bawa dia ke kuil!" Perintah gadis tertua yang berpakaian kuning tua.
"Hi-hi-hik ... !" Sambil tertawa genit, gadis termuda itu menyambar tubuh Cu Liong
dan dipondongnya di pundak.
Nampak betapa ringan dia mengangkat tubuh lelaki muda itu. Cepat ia mengikuti
Toacinya menuju ke kuil di sebelah barat kota, yakni di hutan cemara!
Ketika wanita itu menyusup di jalan sepi menuju ke kuil mereka. Ketiganya
agaknya telah mengenal keadaan kota itu. Terbukti bahwa mereka tak kesukaran mencari
jalan-jalan sunyi. Tak berapa lama kemudian sampailah mereka di kuil di hutan cemara.
e-bukugratis.blogspot.com
191 "Rebahlah di sini sebentar, sayang. Jangan takut! Kami bertiga tak menggigit kok,
hi-hi-hik ... !" Ui Nio merebahkan Cu Liong di kasur lembut ditengah ruangan itu.
Tangan kanannya membelai wajah anak muda dengan mesra.
"Uiiiii ... !!!"
"Hi-hi-hik ... jangan marah dulu Toaci. Aku hanya sekedar membelai saja kok, hihi-hik." Ui Nio mundur kembali sambil ketawa geli.
Cu Liong menjadi panas dingin. Teringat ia akan pengalamannya ketika terjebak
wanita iblis berpakaian serba ungu dulu. Sekarang ia terjebak kembali hanya karena ingin
menolong gadis yang hampir diperkosa itu.
"Dasar tolol! Mudah kesengsem paras cantik!" umpatnya marah terhadap diri
sendiri. Sejak dirinya terkena totokan di taman, Cu Liong telah mengatur napas menurut
petunjuk dari kitab pusaka yang dicuri gurunya, Liok Ing Gie!
Maka dia diam saja diperlakukan semaunya oleh kedua wanita tadi. Sekarang jalan
darahnya hampir terbuka. Dia mengawasi ketiga wanita itu bergantian. Di bawah cahaya
lampion berwarna merah, kuning, dan hijau, ketiga gadis itu nampak seperti dewi-dewi
yang turun ke dalam dunia. Wajah ketiganya semakin cantik terkena cahaya lampion
tersebut. Akan tetapi, Cu Liong tahu bahwa di balik kulit putih halus itu tersembunyi iblis
betina, siluman rase! Ketiga wanita itu sambil tertawa haha-hihi telah meloloskan pakaian mereka. satu
persatu! Sehingga tubuh mereka nampak berkilat aneh di bawah cahaya lampion. Ketiganya
tanpa malu sedikit pun mendekati pembaringan!
"Hi-hi-hi ... !" Sambil ketawa genit Ui Nio mengulur kedua tangannya.
"Ingat aku yang mendapatkan giliran pertama!" Sang Toaci berseru.
"Ya, tentu saja sebagai orang tertua Toaci berhak lebih dahulu!" Si Baju Biru pun
menyela sambil ketawa genit.
Ketiga orang itu maju sambil mengulurkan tangan-tangan mereka. Keadaan ini
membuat Cu Liong memperkuat usahanya menjebol jalan darah yang sebagian telah
terbuka tadi. Plakk-plakk-plakkk ... !!
e-bukugratis.blogspot.com
192 Ketiga gadis bugil itu terlempar ke belakang kembali ketiga tangan pemuda
tawanannya melayang, menampar pipi masing-masing dengan sebuah tamparan yang
cukup berat! "Aduhhhhh ... !"
Hampir berbareng ketiga wanita cabul itu berteriak kesakitan. Pipi kanan terasa
panas dan pedih. Ketika mereka saling pandang, nampak di pipi kanan itu telapak tangan
membekas kemerahan. Dan darah merah mengalir dari sudut bibirnya!
"Bangsat wanita terkutuk! Perbuatan kalian ini sungguh tidak patut dilakukan
wanita baik-baik. Untung aku masih menaruh kasihan kepada kalian!" tegur Cu Liong
keras. "Keparat ... !"
"Lelaki jahanammm ... !"
"Bangsat terkutuk! Pemuda calon intip (kerak) neraka!"


Golok Naga Terbang Karya Aryani W di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu selesai mereka mengeluarkan umpatan, ketiganya menubruk maju dengan
kedua tangan membentuk cengkeraman.
Wutt-wutt-wuttt ... !! Dielakkan Cu Liong dengan loncatan tinggi dan pemuda itu pun segera
berkelebatan ke sana-sini mengelakkan ceceran yang tak boleh dipandang ringan itu.
Sesekali pemuda itu membalas serangan ketiga gadis bugil itu. Setiap kali Cu Liong
menggerakkan tangan menangkis, terdengar suara keras dari tulang tangan beradu dan
teriakan lirih dari dara yang tangannya beradu dengan tangan Cu Liong. Akan tetapi,
serangan wanita itu pun semakin hebat. Terdengar suara bersiut ketika jari-jari yang
membentuk cakar elang itu melakukan serangan-serangan ganas!
Beberapa belas jurus berlalu dengan cepat sekali. Cu Liong menghilangkan rasa
jengahnya menghadapi wanita bugil yang memiliki lekuk lengkung sempurna itu. Ketika
serangan tiga wanita bugil itu semakin liar dan ganas, ia lalu menurunkan tangan berat
kepada ketiga wanita tak tahu malu itu.
Desssss ... ! Seorang gadis terlempar ketika perutnya yang kecil dimasuki telapak tangan Cu
Pengorbanan The Sacrifice 2 Misteri Pulau Neraka Ta Xia Hu Pu Qui Karya Gu Long Siti Nurbaya 7
^