Pencarian

Tiga Naga Sakti 16

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 16


Lun. "Ha-ha, memang benar. Dan kalian sudah kalah. Bukankah
Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo kai sudah kalah olehku
sehingga aku boleh memperlakukan mereka sesuka hatiku
kecuali....... kecuali kalau nona ini mau menjadi isteri murid
Beng-kauw?" Tai-lek Hoat ong melihat bahwa keuntungannya
akan lebih besar kalau cucu Yap-taijin dapat menjadi isteri
murid Hek bin Saikong karena dengan demikian pembesar itu
menjadi keluarga dan tentu akan menyokong gerakan mereka.
"Siapa bilang sudah kalah" Di antara kami berempat, masih
ada aku yang belum maju bertanding. Hayo cepat lepaskan
Tiong-san Lokai dan kalahkan aku dulu kalau engkau dan
kawan-kawanmu tidak mau disebut pengecut pengecut tak
tahu malu!" Mendengar ini, tentu saja Tai-lek Hoat-ong menjadi marah
dan sekali mendorong, tubuh Tiong-san Lo-kai terlempar ke
belakang dan kakek ini tentu roboh kalau tidak cepat disambar
oleh Pek I Nikouw yang cepat menolongnya dan
mengobatinya dengan obat penyambung tulang. Sementara
itu, Wan Cu memandang kepada Sian Lun dengan hati penuh
khawatir. Dia tahu bahwa pemuda itu menghinakan kata-kata
yang mengandung akal hanya untuk menyelamatkan kakek
gurunya dan sekarang pemuda itu tentu akan celaka karena
akal apa lagi yang dapat dipergunakannya untuk menghadapi
empat orang yang amat lihai itu"
Di fihak Tai-lek Hoat-ong, Hek-bin Saikong sudah marah
sekali. Tentu saja dia memandang rendah kepada pemuda ini.
Bukankah tadi Yap Wan Cu mengaku pemuda ini sebagai
suhengnya" Apa sih kepandaian suheng dari nona itu"
Sedangkan kakek guru dan nenek gurunya saja sudah kalah,
27 masa sekarang kakak seperguruannya yang hendak maju"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarlah aku saja yang menghadapi pemuda ingusan ini !"
Hek bin Sai-kong membentak dan Tai-lek Hoat-ong
mengangguk. Tokoh Khitan ini tentu saja merasa terlalu tinggi
untuk melayani seorang pemuda yang menjadi cucu murid
kakek dan nenek yang baru saja dikalahkannya itu dan menilik
dari tingkatnya, tentu Hek-bin Sai-kong sudah lebih dari cukup
untuk mengalahkan pemuda ini.
"Kau tamatkan saja riwayat pemuda bermulut lancang ini!"
kata Tai-lek Hoat-ong dan Hek-bin Sai-kong menyeringai
sambil maju mcnghadapi Sian Lun. Memang sudah menjadi
niat hatinya untuk membunuh pemuda ini. Pemuda ini
kelihatan halus dan tampan, maka di menduga bahwa tentu
ada "hubungan" antar pemuda ini dan nona itu. Kalau nona itu
akan menjadi mantu muridnya, maka pemuda ini harus
dilenyapkan lebih dulu, pikirnya.
"Bocah sombong bosan hidup, coba kau terima ini!"
Ucapan Hek-bin Sai-kong itu diikuti oleh serangan dahsyat.
Kedua tangan kakek itu menyambar dari kanan kiri dan dia
merasa yakin pemuda itu tidak akan mampu mengelak karena
semua jalan keluar sudah ditutupnya dengan gerakan kedua
tangan itu. Melihat ini Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai
mengerutkan alisnya penuh kekhawatiran sedangkan Wan Cu
memandang dengan muka pucat dan mata terbelalak,
membayangkan betapa pemuda yang baru saja dijumpainya
itu tentu akan roboh dan tewas dalam beberapa gebrakan
saja. Namun mereka bertiga tentu saja tidak mampu
menolong karena kalau mereka bergerak, tentu tiga orang
lawan lainnya yang lebih lihai itu akan menghalangi mereka,
dan pula, pertandingan dilakukan satu lawan satu, sebagai
orang-orang gagah merekapun malu untuk melakukan
pengeroyokan. "Wuuut...... wuuuttt......!!" Hebat memang serangan yang
dilakukan Hek-bin Sai-kong itu. Hati Wan Cu sampai merasa
ngeri melihat kedua tangan yang besar itu terbuka dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencengkeram ke arah tubuh Sian Lun dari kanan kiri. Dia
ingin memejamkan matanya, akan tetapi dipaksanya matanya
terbuka karena dia hendak melihat bagaimana pemuda itu
dapat menyelamatkan diri dari serangan sedemikian
dahsyatnya. "Plak-plakk!" Wan Cu terbelalak, juga Pek I Nikouw, Tiongsan Lo-kai, dan tiga orang lain fihak lawan
melongo saking herannya melihat tubuh Hek-bin Sai-kong tiba-tiba "terbang"
ke atas dan terbanting di atas genteng sehingga menimbulkan
28 suara hiruk-pikuk karena beberapa buah genteng yang keras
itu pecah-pecah ditimpa tubuh kakek bermuka hitam penuh
brewok itu! Mereka tadi hanya melihat pemuda itu
menggerakkan kedua tangan menangkis dan tahu-tahu tubuh
tokoh Beng-kauw itu telah terlempar seperti terbang ke atas!
Kalau semua orang bengong memandang ke atas genteng,
adalah Hek-bin Sai-kong sendiri yang juga kelihatan kaget,
matanya terbelalak, mulutnya mengeluarkan suara ah ah uh
uh dan mukanya pucat sekali.
"Sute, mengapa kau di sana" Lekas turun!" Ui-bin Sai-kong
menghardik karena merasa malu melihat peristiwa yang masih
belum dapat dipercaya sepenuhnya itu dan dia bahkan
menyangka sutenya main main.
"Aughhh....... tidak bisa, suheng..... kakiku....... agaknya
teikilir........." Dengan gerakan ringan, Ui bin Sai-kong sudah melayang
naik ke atas genteng dan langsung dia memeriksa kaki
sutenya. Memang benar mata kaki sutenya yang kanan
bengkak dan biru. Dia lalu mengempit tubuh sutenya, dibawa
meloncat turun dan dia mengomel, "Siapa suruh kau main
main dan meloncat ke atas genteng?"
"Aku " Main-main " Meloncat ke atas genteng " Siapa yang
meloncat ?" Hek-bin Sai kong mengulang pertanyaan
pertanyaan itu sambil bersungut-sungut karena mendongkol.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia merasa diejek oleh suhengnya itu, padahal Ui-bin Sai-kong
benar benar tidak tahu bahwa sutenya itu bukan "meloncat"
melainkan dilontarkan oleh lawannya yang muda itu.
Akan tetapi Ui-bin Sai-kong sudah terlalu marah untuk
memperhatikan sutenya, maka setelah menurunkan sutenya
dia lalu meloncat ke depan Sian Lun yang masih berdiri
dengan sikap tenang. Ui-bin Sai kong adalah murid pertama
dari para ketua Beng kauw, tingkat kepandaiannya tentu saja
paling tinggi di antara murid-murid yang lain, Karena sekali ini
Ui - bin Saikong hendak menebus rasa malu oleh tingkah
sutenya tadi, maka dia maju sambil memegang sepasang
kongce, yaitu senjatanya yang amat diandalkan. Pendeta
muka kuning ini memandang kepada Sian Lun dengan sikap
bengis dan dia sudah menantang, "Orang muda, hayo
sebutkan namamu sebelum engkau menjadi mayat dan tidak
akan mampu mengaku lagi siapa namamu."
"Namaku adalah Tan Sian Lun," jawab Sian Lun sederhana.
"Tan Sian Lun, benarkah engkau mewakili fihak Pek I
Nikouw untuk menghadapi kami?" tanya pula Ui-bin Sai-kong
karena dia masih tidak percaya bahwa pemuda ini yang
kedudukannya hanya sebagai suheng gadis itu, berarti hanya
cucu muid pula dari Pek I Nikouw, akan dapat mengalahkan
sutenya atau dia. Betapapun, dia tidak mau bersikap kepalang
29 tanggung, maka dia telah mengeluarkan senjatanva.
"Benar," jawab pula Sian Lun singkat.
"Bagus! Sumoimu, kakek dan nenek gurumu semua sudah
kalah, agaknya engkau sudah bosan hidup. Nah, keluarkanlah
senjatamu orang muda !" bentaknya.
Tiba-tiba Wan Cu melangkah maju mendekati Sian Lun.
"Suheng, kaupakailah pedangku ini!" Dia menyerahkan
sebatang pedang kepada pemuda itu, akan tetapi Sian Lun
tersenyum, menggeleng kepala dan mengisyaratkan dengan
pandang mata dan gerakan tangannya agar dara itu minggir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian dia menghadapi Ui-bin Sai-kong dan berkala
lantang, "Sai-kong, orang yang membawa senjata hanya orang yang
memang sudah mempunyai iktikad untuk menyerang orang
lain. Aku tidak bermaksud menyerang siapapun, maka aku
tidak membawa senjata. Kalau engkau hendak menggunakan
sepasang kongce itu untuk membunuhku, silakan !"
Ucapan ini sederhana saja, akan tetapi oleh Ui-bin Sai-kong
dianggap sebagai tantangan dan penghinaan besar. Tentu
saja ucapan itu akan membuatnya malu untuk maju dengan
senjata di tangan melawan seorang pemuda bertangan
kosong, akan tetapi pendeta ini lebih cerdik dari pada sutenya.
Dia menduga bahwa kalau berani menghadapi dia yang
bersenjata, hal ini berarti bahwa tentu pemuda itu memiliki
sesuatu yang diandalkan "Bagus! Semua orang di fihakmu dan fihakku
mendengarkan sebagai saksi bahwa engkau akan menghadapi
sepasang kongceku dengan tangan kosong!"
"Phuhh! Sudah tua bangka dan pendeta pula, masih
bersikap curang dan licik sekali ! Tak tahu malu melawan
orang muda bertangan kosong dengan senjata !" tiba - tiba
Wan Cu memaki. "Biarlah, Wan Cu. Sepasang senjatanya itu hanya pantas
untuk menakut-nakuti anak kecil saja, aku tidak takut," kata
Sian Lun. Tadinya ejekan Wan Cu itu sudah membuat wajah Ui-bin
Sai-kong yang biasanya warna kuning itu menjadi agak merah,
akan tetapi jawaban (http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
Sian Lun kembali menikam perasaan
hatinya dan dia merasa dihina, maka dengan kemarahan
meluap-luap yang mengatasi perasaan sungkan dan malunya,
dia sudah menggerakkan sepasang senjatanya itu dan
menerjang Sian Lun tanpa banyak cakap lagi, serangan
sepasang kongce ini dahsyat bukan kain dan sama sekali tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
boleh disamakan dengan penyerangan Hek-bin Sai- kong tadi,
sungguhpun tingkat kepandaian kedua orang saikong ini
memang tidak banyak selisihnya. Perbedaannya adalah tadi
Hek bin Sai kong hanya menyerang dengan kedua tangan
kosong yang dilakukan dengan sikap memandang ringan
sehingga pendeta pertama itu tidak mencurahkan seluruh
tenaga dan kepandaiannya kini Ui-bin Sai-kong menyerang
dengan senjata kongce yang menjadi andalannya, dan
serangannya dilakukan sepenuh tenaga dan dia sudah
mengeluarkan jurus pilihannya ketika dua batang senjata itu
berobah menjadi dua gulungan sinar yang menyambar seperti
halilintar ke arah tubuh Sian Lun.
Apa lagi Wan Cu, bahkan Pek I Nikouw dan Tiong-san Lokai sendiri mengerutkan ali mereka
dengan hati khawatir. Dua
orang tua ini menganggap bahwa Sian Lun terlalu
merendahkan lawan dan kini berada dalam bahaya tanpa
mereka berdua mampu untuk mem bantunya.
Akan tetapi, serangan bertubi-tubi yang dilakukan Ui-bin
Sai-kong hanya dielakkan dengan mudah saja oleh Sian Lun
dan pemuda ini menggerakkan tubuhnya secara aneh, ke dua
kakinya melakukan langkah-langkah yang teratur maju
mundur dan ke kanan kiri, seperti orang menari saja, akan
tetapi anehnya gulungan sinar sepasang kongce yang
menyambar-nyambar itu tidak pernah menyentuh ujung
bajunya, apalagi mengenai tubuhnya !
Melihat langkah-langkah ini. Pek I Nikouw dan Tiong-san
Lo-kai makin terheran-heran karena mereka seperti mengenal
dasar-dasar gerakan kaki dari ilmu silat yang dimiliki oleh Lui
Sian Lojin, guru dari mendiang tiga pendekar Naga Sakti, yaitu
Gan Beng Han, Tan Bun Hong dan Kui Eng ! Agaknya pemuda
ini telah mewarisi pula kepandaian pendekar-pendekar itu, dan
kalau memang benar demikian, kepandaiannya tentu tidak
akan melebihi tingkat tiga orang pendekar yang sudah
meninggal itu ! Dan sudah jelas tingkat itu tidak akan lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi dari tingkat Pek I Nikouw atau Tiong-san Lo-kai! Mana
mungkin dapat diandalkan untuk menghadapi lawan berat
1 seperti Sin Beng Lama tokoh Tibet itu, apa lagi lawan Tai - lek
Hoat - ong, kakek raksasa Khitan yang sakti itu"
Betapapun juga, dua orang tua ini dapat mengikuti
jalannya perkelahian itu dengan seksama dan mereka maklum
batwa setidaknya pemuda itu akan mampu mengatasi
lawannya yang sekarang menyerangnya dengan sepasang
kongce sehingga mereka tidak perlu mengkhawatirkan akibat
dari pertempuran ini. Tidak demikian dengan Yap Wan Cu.
Dara ini sejak tadi sudah merasa khawatir sekali. Semenjak
jumpa dengan Sian Lun memang ada perasaan aneh
menyelinap di dalam hatinya, akan tetapi perasaan itu tertutup
oleh perasaan memandang rendah kepada pemuda yang
dianggapnya lemah itu. Maka, begitu melihat Sian Lun berani
maju mewakili dua orang locianpwe untuk menghadapi lawanlawan yang demikian saktinya, dia
merasa heran, terkejut dan
juga senang sekali. Dia kagum bukan main danmenganggap
Sian Lun seorang pemuda yang berjiwa pendekar, gagah
perkasa dan tidak mengenal takut sehingga berani menentang
lawan-lawan yang telah mengalahkan nenek dan kakek
gurunya! Dan ketika dia melihat Sian Lun secara aneh sekali
berhasil membuat Hek-bin Sai-kong terlempar ke atas
genteng, kekagumannya membuat dia harus mengaku dalam
hatinya bahwa dia suka kepada pemuda ini. Hatinya menjadi
makin gelisah ketika Sian Lun menolak pemberian pedangnya
dan kini, melihat pemuda itu mengelak secan aneh, seolaholah terdesak oleh sepasang kongce
yang dahsyat itu, tanpa berkesempatan untul membalas, hatinya makin bingung dan
khawalir. Dia tidak dapat menahan perasaan gelisah nya lagi
ketika melihat sinar senjata pendeta itu makin hebat
mengurung Sian Lun, dan melompatlah dia ke depan dengan
pedang ditangannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pendeta pengecut!" bentaknya dan pedangnya sudah
menerjang dengan ganasnya kepada Ui-bin Sai-kong untuk
menolong Sian Lun. "Wan Cu, jangan ........!" Pek I Nikouw yang maklum bahwa


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan sudah
berteriak, juga Tiong-san Lo-kai berseru mencegah dara itu
bertindak lancang, namun terlambat karena gerakan Wan Cu
sama sekali tidak tersangka-sangka oleh siapapun juga.
Sian Lun sendiri terkejut bukan main ketika melihat Wan Cu
dengan nekat telah menyerbu dan menusukkan pedangnya ke
arah dada Ui-bin Saikong. Saikong itu menggerakkan kongce
di tangan kiri untuk menangkis serangan Wan Cu sepenuh
tenaga, dan menggunakan kongce kanan untuk menyerang
leher Sian Lun. "Trangg !" Pedang di tangan Wan Cu terlempar jauh dan
kongce itu masih terus menyambar ke dada Wan Cu. Ternyata
2 tokoh Beng-kauw ini terlalu kuat bagi Wan Cu sehingga selain
pedang dara itu terlempar, juga kini nyawanya terancam
maut! Akan tetapi, tiba-tiba pendeta itu tidak melanjutkan
serangannya kepada Wan Cu karena lengan kirinya merasa
lumpuh, tak dapat digerakkan untuk beberapa detik lamanya.
Tanpa diketahui oleh pendeta itu sendiri, ternyata tadi Sian
Lun telah menyelinap dari bawah kongce yang menyambar
lehernya, dan melihat Wan Cu terancam bahaya, dia cepat
menggerakkan jari tangannya dan menyentuh bawah siku
kanan pendeta itu sehingga kongcenya tidak dapat dilanjutkan
menyerang Wan Cu. Sian Lun lalu menyentuh pundak Wan Cu
dan menggunakan sedikit tenaga untuk mendorong dara itu
ke pinggir. Akan tetapi Wan Cu sudah merasa seperti
dilontarkan maka dia terkejut sekali dan tubuhnya sudah
melayang ke dekat Pek I Nikouw!
"Cu-moi, harap jangan membantuku!" kata Sian Lun sambil
tersenyum kepadanya dan dara itu memandang dengan kedua
pipi berobah merah dan jantung berdebar aneh. Kini dia tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa lihainya pemuda itu dan betapa lucu dan
mentertawakan tindakannya tadi yang hendak membantu si
pemuda! Sementara itu, Ui bin Sai kong yang beluu sadar bahwa
lumpuhnya lengan kirinya untuk beberapa detik sehingga
menggagalkan serangannya terhadap Wan Cu tadi adalah
perbuatan pemuda yang menjadi lawannya, kini menjadi
marah bukan main. "Gadis liar, kautunggu, kubunuh dulu dia
ini, baru engkau!" Setelah berkata demikian, dia memutar
sepasang kongce itu seperii kitiran angin cepatnya menyambar
nyambar ke arah kepala dan tubuh Sian Lun Akan tetapi Sian
Lun tidak mau membuang banyak waktu lagi kini. Tadi sudah
cukup baginya untuk terus mengelak sambil mempelajari sifat
gerakan sepasang kongce itu. Kini dia sudah mengenal
dasarnya dan begitu sepasang kongce itu bergerak, dia sudah
mendahului dengan kedua tangannya, menyambar dari dalam
karena sepasang kongce itu mempunyai gerakan menyambar
dari luar dan sebelum Ui-bin Sai-kong tahu apa yang terjadi,
jari-jari tangannya sudah dicengkeram, nyeri bukan main
rasanya sehingga terpaksa jari-jari tangannya itu melepas
gagang sepasang senjatanya yang terampas dan dengan satu
gerakan cepat Sian Lun membalikkan ujung kedua senjata itu
ke arah lengan pemiliknya.
"Aduhhh .......!" Ui-bin Sai-kong berteriak keras dan
meloncat ke belakang, lalu dengan mata terbelalak
memandang dua batang tombaknya yang sudah menancap di
kedua lengannya dekat siku, menembus daging lengannya!
Dengan kaki terpincang-pincang Hek-bin Sai-long cepat
menolong suhengnya, mencabut sepasang kongce yang
3 menancap di kedua lengan itu. Untung senjata itu tidak
menembus atau mematahkan tulang, hanya menembus kulit
daging saja, maka cepat Hek bin Sai-kong menaruh obat di
atas luka-luka di kedua lengan suhengnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Beng Lama berseru heran, "Omitohud...l" Dia meloncat
ke depan, menghadapi Sian Lun dengan sepasang mata
memandang penuh selidik dan mulutnya berkemak-kemik
membaca jampi jampi penolak bahaya! Akan tetapi Sian Lun
tenang saja menentang pandang mata pendeta Lama dari
Tibet itu, maklum bahwa pendeta itu memiliki kekuatan luar
biasa yang dapat mempengaruhi orang dengan sihirnya. Akan
tetapi Sian Lun adalah seorang pemuda gemblengan kakek
sakti Siangkoan Lojin dan tentu saja sudah dibekali ilmu untuk
menghadapi pengaruh ilmu sihir atau ilmu hitam. Dengan
kekuatan sinkangnya yang hebat, Sian Lun menatap pandang
mata lawan itu dengan tabah dan getaran yang mengandung
hawa aneh sama sekali tidak mempengaruhinya !
Sin Beng Lama juga merasakan adanya penolakan kuat ini,
maka jantungnya sendiri terguncang dan dia cepat
menghentikan serangan ilmu hitamnya. "Omitohud ......, orang
muda yang aneh, engkau sungguh berani menentang kami.
Setelah engkau dapat mengalahkan kedua saikong, mari mainmain dengan aku sebentar Pendeta
Lama itu mengibaskan lengan bajunya yang lebar dan nampaklah tongkatnya yang
pendek, sebuah tongkat kuningan yang panjangnya hanya
seperti pedang biasa Biarpun tadi kakek ini sudah terluka
tangannya oleh pedang Pek I Nikouw, akan tetapi berkat
pertolongan Tai-lek Hoat-ong, luka itu telah mengering dan
tidak terasa nyeri lagi, dan karena kini yang dihadapi adalah
seorang pemuda, maka dia merasa yakin akan dapat
memenangkannya. Kembali hati Pek I Nikouw dan Tiong-san I Lo-kai berdebar
tegang melihat Sian Lun menghadapi Sin Beng Lama yang
amat lihai itu dengan tangan kosong saja. Pek l Nikouw sudah
merasakan kelihaian pendeta Tibet itu yang memiliki tingkat
hampir sama dengan dia, maka tentu saja dia merasa amat
khawatir kalau pemuda itu hanya menghadapinya dengan
tangan kosong. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tan-sicu, kaupakailah pedang pinni !" Berkata demikian,
nikouw tua itu melontarkan pedangnya yang meluncur cepat
ke arah Sian Lun. Sian Lun menengok, tersenyum dan
menggeleng kepala. "Terima kasih, 4 locianpwe, teecu tidak biasa mempergunakan senjata," katanya dan dengan jari
telunjuknya dia menyentil pedang yang meluncur ke arahnya
itu. Terdengar suara berdencing nyaring dan pedang itu telah,
membalik dan terbang ke arah pemiliknya! Pek I Nikouw
menerima pedangnya dan menarik napas panjang, lalu
berbisik kepada Tiong-san Lo-kai, "Entah bagaimana Lui Sian
Lojin dapat mempunyai murid sepandai ini !"
"Tak mungkin dia murid Lui Sian Lojin tua bangka di Kwihoa-san itu, kulihat ilmu kepandaiannya
tidak kalah oleh kakek itu," bisik Tiong-san Lo-kai penuh kagum.
Kini Sian Lun menghadapi Sin Beng Lama dan dengan
tenang dia berkata, "Bukankah kedatangan kalian ini memang
bermaksud untuk menyebar maut" Hanya pada lahirnya saja
kalian mengatakan hendak mengadu ilmu, akan tetapi
sesungguhnya kalian memang sengaja hendak membunuh
orang. Persekutuan busuk kalian di dalam kuil tua di hutan itu,
siapakah yang tidak tahu?"
Mendengar ini, Sin Beng Lama dan Tai-Lek Hoat-ong
terkejut bukan main dan pendeta Tibet itu sudah menerjang
tanpa banyak cakap lagi, memutar tongkat kuningannya dan
menyerang dengan totokan-totokan bertubi-tubi yang
kesemuanya mengarah jalan darahkematian
"Hemm, kalau semua orang jahat dan kejam berjubah
pendeta, akan bagaimana jadinya dengan dunia ini?" Sian Lun
membentak dan kini diapun tidak mau memberi hati lagi. Di
sudah mengerahkan tenaganya dan dengan tangan kosong
dia menangkis tongkat itu. Pertemuan antara lengan dan
tongkat kuningan itu membuat Sin Beng Lama tergetar dan
terhuyung ke belakang. Dapat dibayangkan betapa kaget rasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hati pendeta itu, dan kembali di menerjang dengan lebih
dahsyat. Namun, Sian Lun kini menyambut keras lawan keras
dan sambil menangkis tongkat kuningan dengan tangan
kanan, tangan kirinya mengirim tamparan yang disertai
pengerahan tenaga sinkang. Begitu tangannya akan bertemu
tongkat, tangan itu bcrobah menjadi cengkeraman seperti
kuku naga sakti dan tak dapat dielakkan lagi oleh Sin Beng
Lama, tongkat kuningan itu telah kena dicengkeram,
sedangkan tangan kiri pemuda itu masih terus menampar ke
arah pelipis. Sin Beng Lama terkejut sekali karena merasa betapa dia
tidak mampu menarik kembali tongkatnya yang dicengkeram
lawan, maka dia mengeluarkan suara melengking dan dari
ujung tongkat itu menyambar sinar hitam ke arah dada Sian
5 Lun. Melihat ini, baik Pek I Nikouw maupun Tiong-san Lo-kai
mengeluarkan seruan tertahan, dan Wan Cu memandang
dengan muka pucat dan mata terbelalak.
"Krekkk !" Tongkat itu hancur dalam cengkeraman Sian Lun
dan secepat kilat tangan kanan yang mencengkeram hancur
tongkat itu kini ditarik ke depan dada. Pemuda itu tak sempat
mengelak dari sambaran sinar hitam mg muncul dari ujung
tongkat tadi, dari jarak sedemikian dekatnya, maka jalan satu
satunya baginya hanya menerima sinar hitam itu dengan
tangannya, sedangkan tangan kirinya masih tetap melanjutkan
tamparan tadi. "Trikkkkk !" Paku-paku halus yang meluncur dari ujung
tongkat tadi bertemu dengan telapak tangan Sian Lun yang
penuh dengan hancuran kuningan, dan paku paku itu runtuh
semua ke atas tanah. Sin Beng Lama kaget sekali dan dia
sudah miringkan tubuhnya dan menangkis tamparan dengan
lengan kiri dari samping.
"Dukkk ! !" Dan tubuh pendeta Lama itu terguling !
Tentu saja semua orang yang menonton pertandingan itu
hampir tidak percaya melihat pendeta Lama dari Tibet yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sakti itu akan terguling hanya dalam beberapa kali gebrakan
saja ! Bahkan Sin Beng Lama sendiripun merasa penasaran
bukan main dan biarpun tubuhnya sudah terguling, dia malah
bergulingan cepat dan tiba-tiba saja sisa tongkat di tangannya
meluncur dari bawah menyambar ke arah tenggorokan Sian
Lun seperti anak panah, kernudian serangan itu disusul oleh
tubuhnya yang sudah meloncat dan seperti seekor harimau
menubruk kambing ! Jilid XXII "AWAS....!" Wan Cu tak
tertahan lagi menjerit menyaksikan serangan yang
nekat itu. Akan tetapi dengan
sikap tenang sekali Bian Lun
menggunakan lagi jari telunjuknya untuk menyentil
tongkat kuningan yang meluncur ke arah lehernya itu
sehingga terdengar 6 suara nyaring dan tidak seperti
pedang Pek-I-Nikouw yang tadi
diterbangkannya kembali pada
pemiliknya, kini sisa tongkat
yang disentil itu meluncur ke
bawah dan amblas ke dalam tanah sampai tidak kelihatan lagi.
Dan ketika tubuh Sin Beng Lama menyusul dengan
serangannya yang dahsyat, dengan dua pasang kaki dan
tangannya menubruk, Sian Lun memapakinya dengan
dorongan kedua tangannya, sebelum tubuh lawan itu dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyentuhnya tubuh pendeta itu sudah dipapaki hawa
pukulan dahsyat yang membuatnya kembali terjengkang dan
terbanting sedemikian kerasnya sampai Lama itu menjadi
pingsan seketika ! Tiba-tiba terdengar teriakan keras seperti teriakan seekor
biruang marah dan tubuh tinggi besar agak bongkok dari
Tayatonga atau Tai-lek Hoat-ong sudah melayang ke depan
dan berhadapan dengan Sian Lun. Sepasang mata raksasa
peranakan Khitan ini menatap wajah Sian Lun dengan tajam,
kemudian pandang matanya menggerayangi tubuh pemuda itu
penuh selidik, seolah-olah dia tidak mau percaya kepada
pandang matanya sendiri. "Orang muda, murid siapakah engkau?" tanyanya dengan
suara dalam karena kakek itu sudah menahan kemarahannya
yang timbul melihat betapa tiga orang temannya telah kalah
semua melawan pemuda ini.
Sian Lun juga membalas pandang mata tajam itu,
kemudian penuda ini menarik napas panjang. Teringat dia
akan cerita dari Ong Gi atau Ong ciangkun tentang keadaan
negara di mana terdapat tiga kelompok yang saling
bertentangan. Dia tahu bahwa kakek ini mewakili Khitan
dalam kelompok persekut Khitan, Tibet, dan Beng-kauw.
"Tai - lek Hoat - ong, siapa adanya guruku tidik ada
sangkut-pautnya sama sekali denganmu. Aku tahu siapa
adanya engkau, seorang tokoh Khitan, seorang asing di negeri
ini. Mengapa engkau hendak melakukan kekacauan di sini"
Lebih baik engkau kembali saja ke negerimu sendiri dan
mengajak pergi teman temanmu ini."
Muka raksasa berpakaian pendeta itu menjadi merah dan
matanya melotot ketika dia mendengar ucapan itu. Kembali
terdengar suara menggereng dari tenggorokannya, seperti
singa.

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemmm, bocah masih ingusan sudah sombong bukan
7 main! Kau anak kecil lahu apu tentang kami orang - orang
Khitan" Huh, bocah sombong, kalau tidak ada bangsa kami
orang orang Khitan, tentu kerajaan sudah hancur oleh
pemberontak! Kami adalah bangsa penolong kerajaan ini dari
tangan pemberontak, dan engkau anuk kecil berani menuduh
kami mengacau?" Bantahan itu merupakan lagu lama bagi Sian Lun yang
sebetulnya telah mendengar penuturan Ong - ciangkun
tentang keadaan kerajaan, maka tentu saja dia tersenyum
mendengar bantahan itu. Maka diapun tidak mau berbantahan
tentang kedudukan orang-orang Khitan di negeri ini. hanya
langsung membicarakan tentang urusan perorangan.
"Tai - lek Hoat-ong, aku tidak sembarangan menuduh
melainkan bicara menurut kenyataan. Kalau engkau tidak
mengacau. mengapa engkau berada di sini dan menantang
para locianpwe di sini, bahkan engkau membela orang Bengkauw yang hendak kurang ajar
terhadap nona ini" "
"Bocah lancang mulut! Engkau sendiri bukankah juga
membela mereka" Bela membela antara sahabat sudah
menjadi kebiasaan orang orang gagah! Memang aku membela
dua orang saudara dari Beng-kauw ini dan sekarang tak perlu
banyak cakap, kalau engkau mewakili mereka, akupun
mewakili fihak kami. Hayo, majulah dan keluarkan semua
kepandaianmu! " Kakek raksasa Khitan yang berusia enam. puluh tahun lebih
itu telah melolos sabuknya yang ternyata merupakan sebatang
rantai terbuat dari pada emas dan ujung rantai itu terdapat
kaitannya yang berbentuk mata kail. Kaitan ini dipakai untuk
menggunakan rantai emas itu sebagai sabuk, akan tetapi
setelah dilepas, maka kaitan itu merupakan senjata yang
mengerikan sekali. Dengan memegang gagang rantai di
tangan kanan dan jari-jari tangan kirinya memainkan ujung
rantai yang berbentuk kaitan, kakek itu memandang lawannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sinar mata beringas dan seperti seekor kucing
memandang seekor tikus yang hendak dipermainkannya lebih
dulu sebelum dibunuh dan diganyangnya.
"Hoat-ong, sudah kukatakan bahwa aku tidak biasa
membawa-bawa senjata untuk menakut - nakuti orang, maka
kalau kau memaksaku untuk bertanding, aku akan
menghadapimu dengan alat yang ada padaku semenjak lahir
ini !" Sian Lun melonjorkan kedua lengan dan kakinya.
Jawaban dan sikap pemuda ini sama sekali bukan muncul dari
kesombongannya, juga merupakan sikap yang sembrono
karena Sian Lun bukan seorang pemuda bodoh yang suka
menyombongkan diri. Kalau dia berani menantang akan
menghadapi lawan yang bersenjata itu dengan tangan kosong
adalah karena dia sudah mengukur dan sudah dapat menilai
8 sampai di mana tingkat kepandaian kakek Khitan ini ketika
Tai-lek Hoat ong tadi bertanding melawan Pek I Nikouw dan
Tiong-san Lo-kai. Dia sudah memperhitungkan dan tahu benar
bahwa dengan kedua tangan kosong dia tidak akan kalah oleh
kakek ini, maka diapun berani bersikap seperti itu.
Biarpui kini Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai sudah
percaya benar bahwa pemuda ini sungguh memiliki
kepandaian yang hebat, akan tetapi mereka merasa khawatir
juga melihat pemuda itu hendak melawan jagoan Khitan itu
dengan tangan kosong, karena mereka maklum bahwa Tai-lek
Hoat-ong sama sekali tidak boleh disamakan dengan Sin Beng
Lama, apa lagi dengan dua orang tokoh Beng kuuw itu.
"Ha-ha, sungguh tontonan yang amat menarik di mana
tokoh utama Khitan, seorang kakek gagah perkasa yang
berkedudukan tinggi, dengan senjata lengkap di tangan,
melawan seorang pemuda yang belum ada nama, yang akan
melawannya dengan tangan kosong. Sungguh lucu dan
menarik!" Jelas bahwa ucapan kakek berpakaian pengemis ini
bermaksud untuk mengejek dan agar orang Khitan mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi malu dan tidak akan menggunakan senjatanya yang
aneh itu. Akan tetapi, Tai-lek Hoat-ong juga tahu akan
maksud ucapan itu. Dia sudah melihat kelihaian Sian Lun.
maka untuk merasa yakin bahwa dia akan berhasil
merobohkan pemuda itu, dia harus mempergunakan
senjatanya. Maka, karena dia tidak pandai menjawab ejekan
yang tepat itu, dia hanya melotot dan membentak, "Gembel
tua, kautunggu saja giliranmu, kalau bocah ini sudah mampus,
engkaupun akan segera menyusulnya !" Setelah berkata
demikian, tiba tiba dia sudah menerjang dengan dahsyat
kepada Sian Lun tanpa memberi peringatan lagi. Sinar emas
menyilaukan mata menyambar ketika kakek Khitan ini
menggerakkan rantai emasnya ke arah kepala Sian Lun.
Sian Lun maklum bahwa biarpun dia sudah dapat menilai
sampai di mana tingkat kepandaian kakek ini, dia tidak boleh
bersikap lengah karena memang rantai emas itu rnerupakan
senjata yang amat berbahaya dan sesuai dengan julukannya,
kakek ini memiliki tenaga gajah yang amat kuat! Maka begitu
sinar emas itu menyambar, dia menggerakkan tubuhnya
membiarkan sinar itu lewat. Akan tetapi, cepat sekali bagaikan
petir menyambar, sinar yang luput nengenai dirinya itu telah
menyambar balik, kini menuju ke arah lambungnya dari atas!
Kembali Sian Lun mengelak dan sampai belasan jurus dia
dikejar-kejar sinar emas itu dan dia menghindarkan dirinya
dengan jalan mengelak amat cepatnya. Kemudian, setelah dia
mulai dapat mengikuti perkembangan gulungan sinar emas
senjata lawan, mulailah pemuda ini membalas dan sekali dia
9 membalas, dia telah menggunakan Sin liong jiauw-kang yang
ampuh. Kedua tangannya membentuk cakar naga dan
tubuhnya juga meluncur seperti naga terbang di angkasa,
sekali membalas kedua tangannya itu berputar secara aneh,
lalu mencengkeram dari atas dan dari bawah dengan tenaga
yang berlawanan, yaitu yang dari atas menyambar secara
kasar dan dari bawah menyambar secara halus. Menghadapi
serangan kaligus yang bertentangan ini, kakek Khitan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berseru kaget dan menjadi bingung, akan tetapi
mengandalkan tenaganya yang besar, dia mengangkat lengan
kiri menangkis dengan tenaga yang sama kerasnya ke arah
lengan kanan lawan yang datang dari atas, sedangkan untuk
menghadapi serangan dengan tenaga halus dari bawah itu,
dia menggerakkan rantainya untuk melibat tangan kiri lawan
atau untuk mengaitnya dengan mata kail yang runcing itu.
Akan tetapi, betapa kagetnya ketika lengannya bertemu
dengan lengan kanan lawan yang tadi menyambar dengan
lebih dulu mengeluarkan hawa pukulan keras, lengannya itu
seperti bertemu dengan agar agar yang amal lunak dan
tenaga keras dari lengan kirinya yang menangkis itu seperti
terserap oleh sesuatu yang lunak sehingga tenaganya lenyap
sepert lemparan batu mengenai air yang dalam! Di sebaliknya,
tangkisannya menggunakan rantai emas itu malah kini akan
dicengkeram oleh tangan kiri lawan yang tiba tiba berubah
menjadi sumber tenaga yang panas dan keras. Kiranya
pemuda itu telah dapat merobah-robah tenaga di kedua
tangannya secara mendadak, hal yang sesungguhnya amatlah
sukar untuk dilakukan! Akan tetapi, Tai-lek Hoat-ong adalah seorang tokoh banyak
pengalamannya, maka begitu melihat keganjilan ini, dia
maklum dirinya berada dalam bahaya dan akan celakalah
kalau dia melanjutkan kedua tangkisannya itu maka dia
menyimpan kembali tenaganya dan melernpar diri kebelakang
sambil memutar rantai membentuk gulungan sinar untuk
melindungi tubuhnya. Dan dia berhasil lolos dari lubang jarum!
Biarpun pakaiannya menjadi kotor terkena debu ketika dia
melempar tubuh ke belakang lalu bergulingan ke atas tanah,
namun dia terlepas dari serangan balasan Sian Lun, dan kakek
raksasa itu meloncat bangun dengan muka berobah agak
pucat dan tahulah dia bahwa lawannya ini biarpun masih
muda akan tetapi benar-benar memiliki kepandaian yang amat
luar biasa! Dia merasa penasaran sekali, dan juga agak malu
karena dalam segebrakan saja dia hampir celaka! Kenyataan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini sungguh sukar untuk dipercaya karena dia adalah tokoh
10 utama dari golongan Khitan yang berada di Tiongkok. Rasa
malu dan penasaran membuat kemarahannya makin berkobar
dan dia lalu mengeluarkan teriakan yang amat nyaring,
teriakan yang menggetarkan jantung dan memekakkan telinga
sehingga Wan Cu cepat menutupi kedua telinganya dengan
tangan. Dengan teriakan masih menggema, kakek itu kini
menerjang ke depan dan mengirim serangan yang lebih cepat
dan lebih kuat lagi, rantai emasnya tidak hanya berobah
menjadi sinar emas bergulung-gulung, akan tetapi juga
mengeluarkan suara bercuitan dan berdesingan !
Sian Lun maklum akan kelihaian lawan,! maka dia bersikap
hati-hati sekali, menggunakan kecepatan gerakan dan
kekebalan kedua lengan untuk mengelak dan menangkis,
kemudian kadang-kadang dia membalas dengan tamparan
tamparan atau cengkeraman cengkeraman kedua tangannya
yang memainkan ilmu Cakar Naga Sakti (Sin hong-jiauw kang)
yang amal hebat itu! Biarpun kakek itu kelihatannya lebih
banyak menyerang, namun sesungguhnya dialah yang
terdesak dan terancam karena setiap serangan balasan dari
Sian Lun selalu, membuat dia kewalahan dan nyaris terkena
tangan ampuh pemuda itu, sedangkan semua serangan rantai
emasnya itu hanya lebih condong kepada perlindungan diri
belaka untuk mencegah pemuda itu dapat membalas dengari
serangannya yang luar biasa.
Betapapun juga sudah dua kali Tai-lek Hoat-ong terpental
ketika ujung-ujung jari tangan Sian Lun berhasil mencium
ujung pundak dan pinggiran pinggulnya. Tubuh kakek itu
tergetar dan rasa nyeri menembus ke tulang sungsum, akan
tetapi dia tidak mau menyerah karena merasa malu dan
bahkan menyerang terus, sungguhpun hatinya sudah merasa
kecut dan gentar karena makin yakin dia kini akan kelihaian
lawan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai menonton dengan mata
terbelalak. Baru sekarang mereka juga tahu benar bahwa
pemuda itu memiliki tingkat yang amat hebat, jauh lebih tinggi
dari pada tingkat mereka, bahkan agaknya masih jauh lebih
tinggi dari pada tingkat kepandaian kakek Khitan itu! Sungguh
luar biasa dan sukar untuk dapat dipercaya! Sedangkan Wan
Cu yang juga terus mengikuti jalannya pertempuran dengan
mata silau dan kepala agak pening karena baginya jalannya
pertandingan itu terlalu cepat, kini merasa makin kagum
kepada pemuda itu. Dan dia merasa makin malu kepada diri
sendiri mengapa tadinya dia berani memandang ringan pada
Sian Lun, bahkan diajaknya pemuda itu berlumba lari,
dianggapnya seperti seorang pemuda yang tingkat kepandaian
silatnya masih rendah saja. Kiranya kini mampu menandingi
lawan seperti Tai-lek Hoat-ong yang telah mengalahkan nenek
11 guru dan kakek gurunya! Tiba-tiba terdengar Tai-lek Hoat-ong mengeluarkan suara
bentakan nyaring dan rantai emasnya menyambar ke arah
kepala Sian Lun, dibirengi dengan hantaman tangan kirinya ke
arah lambung. Sian Lun menyambutnya dengan tenang, akan
tetapi juga diam diam mengerahkan tenaganya. Tangan
kirinya menangkis lalu mencengkeram, sedangkan tangan
kanannya memapaki hantaman tangan kiri lawan yang menuju
lambung. "Desss! Krekkk!" Tubuh Tai-lek Hoat-ong terlempar dan
terjengkang, rantai emasnya patah dan sebagian tertinggal
dalam cengkeraman Sian Lun. Kakek raksasa Khitan itu
meloncat dan siap untuk menerjang lagi, akan tetapi pada
saat itu nampak debu mengebul dibarengi suara derap kaki
kuda. Ada pasukan yang datang ke tempat itu dan melihat ini
Tai-lek Hoat-ong dan teman-temannya segera meninggalkan
tempat itu tanpa pamit lagi!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heii, pengecut-pengecut, hendak lari ke mana kalian ?"
Wan Cu berteriak, akan tetapi ketika dia hendak mengejar,
Sian Lun mencegahnya. "Sudahlah, moi moi, biarkan mereka pergi! "
Wan Cu memandang kepada pemuda itu dengan wajah
berseri dan sinar mata penuh kagum. "Aihh, suheng. engkau
benar-benar nakal ! Engkau memiliki kepandaian demikian
tinggi dan lihai, akan tetapi kau pura-pura bodoh dan lemah
sampai aku sendiri kena kau kelabuhi!"
Sian-Lun hanya tersenyum dan pada saat itu, pasukan
sudah tiba di situ. Ternyata itu adalah pasukan keamanan
yang dipimpin sendiri oleh Yap Yu Tek yang mengkhawatirkan
keselamatan puterinya dan juga untuk membantu kalau ada
musub menyerbu Kuil Kwan im- bio seperti yang diberitakan
oleh Tan Sian Lun. Ketika Yap Yu Tek mendengar akan
pertempuran yang terjadi di situ, diceritakan secara lancar dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lincah oleh puterinya, dia merasa kagum bukan main kepada
Sian Lu. Mereka lalu masuk ke dalam kuil dan di situ Pek I
Nikouw memandang kepada Sian Lun dengan sinar mata
penuh selidik. "Tan-taihiap memiliki kepandaian yang demikian hebatnya,
dan kalau tidak salah pinni melihat dasar-dasar ilmu silat dari
Lui Sian Lojin. Mengingat bahwa mendiang ayah taihiap, juga
mendiang paman dan bibi gurumu yang mendidik taihiap
adalah murid murid dari Lui Sian Lojin, maka ilmu silat yang
taihiap miliki itu tidaklah aneh. Akan tetap tingkat kepandaian
12 taihiap sedemikian luar biasa! Puteri mendiang Gan-taihiap
ketika masih kecil diajak pergi oleh Lui Sian Lojin dan agaknya
dididik oleh kakek gurunya itu apakah taihiap juga dididik oleh
Lui Sian Lojin" Apakah pertapa di Kwi-hoa-san itu yang
menjadi guru taihiap?"
Sian Lun merasa bingung. Sebenarnya dia tidak ingin
bercerita tentang dirinya, tentang mendiang gurunya. Akan


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetapi menghadapi pertanyaan yang diajukan oleh Pek I
Nikouw itu, yang didukung oleh pandang mata dari Yap Yu
Tek, Yap Wan Cu, dan juga Tiong-san Lo-kai yang agaknya
ingin sekali mendengar jawabannya, dia tidak melihat jalan
lain untuk mengelak. "Sebenarnya....... suheng........" saya bukan murid Lui San Lojin "Suheng.......?" Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai berseru
hampir berbareng karena mereka terheran-heran mendengar
pemuda itu menyebut "suheng" kepada kakek gurunya! Lui
Sian Lojin adalah guru dari tiga orang pendekar naga sakti,
guru dari ayah, paman dan bibi pemuda ini, jadi berarti kakek
guru pemuda ini. Bagaimana mungkin pemuda ini
menyebutnya suheng" "Lun-ko, bukankah kakek sakti itu adalah kakek gurumu,
bagaimana koko menyebutnya suheng?" Wan Cu bertanya
secara langsung, dan terus terang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya..... eh, ketika terjadi keributan....... "
"Kabarnya engkau dibawa pergi oleh seorang sakti........ "
sambung pula Wan Cu. "Siapakah locianpwe sakti itu, taihiap?" tanya Pek I Nikouw
dan Sian Lun merasa makin canggung dan jengah karena
disebut taihiap (pendekar besar) oleh nikouw tua ini.
"Beliau adalah paman guru dari suheng Lui Sian Lojin. dan
mendiang suhu telah pesan agar saya tidak menyebut-nyebut
namanya......" "Hmmmm." Tiong-san Lo-kai mengelus jenggotnya dengan
13 tangan kaku karena pergelangan tangannya sedang dalam
pengobatan dan masih dibalut karena dipatahkan oleh Tai-lek
Hoat-ong tadi "Kalau aku tidak salah, guru dari Lui Sian Lojin
adalah Bu Eng Lojin dan saudara seperguruan dari kukek sakti
ini pernah dikenal sebagai seorang kakek aneh bernama
Siangkoan Lojin....... Akan tetapi dua orang tua itu hanya
tinggal nama saja, tidak pernah muncul lagi di dunia
ramai........apakah engkau hendak mengatakan bahwa
seorang di antara mereka adalah suhumu, taihiap ?"
Sian Lun mengangguk. "Mendiang suhu memang she
Siangkoan........." "Omitohud......! Pantas saja taihiap demikian lihai, kiranya
murid seorang sakti dan taihiap masih terhitung sute dari Lui
Sian Lojin !" Pek I Nikouw berseru penuh kagum.
"Dan kalau begitu, mana pantas aku menyebut suheng"
Engkau, kalau dihitung dari tingkat pantas kusebut........susiok
kong (paman kakek guru)!" kata Wan Cu.
Sian Lun hanya tersenyum kepada dara itu, dan mereka
lalu bercakap cakap. Dengan penuh perhatian Sian Lun
mendengarkan penjelasan Yap Yu Tek tentang keadaan
negara dan sebagian besar dari penjelasan itu sudah di
dengarnya dari Ong-ciangkun. Akan tetapi penuturan tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adanya babaya yang mengancam pemerintah, bahkan kini
bahaya itu sudah dirasakannya sendiri dengan adanya
penyerbuan orang Khitan, Tibet dan Beng-kauw, mendorongnya untuk membantu pemerintah. Dia merasa
yakin bahwa kalau ayahnya masih hidup, atau paman dan
bibinya masih hidup, tiga orang pendekar perkasa itu tentu
tidak akan mendiamkan saja negara terancam oleh para
pemberontak yang dibantu oleh orang oraug asing itu.
Sian Lun menceritakan kepada mereka tentang
pertemuannya dengan Ong ciangkun dan tentang cerita
panglima itu. "Ah, negara sedang kalut dan ketenteraman sedang
terancam bahaya," kata Yap Yu Tek. "kalau dibiarkan saja,
akhirnya orang-orang macam mereka yang menyerbu ke sini
tadi tentu akan makin menyusun kekuatan dan merajalela,
dan kalau pemberontakan sampai pecah lagi, kembali rakyat
jelata yang akan menderita hebat."
"Saya akan berangkat menyusul Ong-ciangkun di kota raja
dan saya akan membantu pemerintah untuk menentang para
pemberontak itu" kata Sian Lun yang tergugah semangatnya
14 melihat sikap orang-orang tua yang masih bersemangat itu.
"Bagus !" Yap Yu Tek berseru girang. "Memang orangorang muda seperti engkau inilah yang amat
dibutuhkan oleh negara untuk menyelamatkan negara !"
Kemudian Yap Yu Tek mengajak Sian Lun untuk singgah ke
rumahnya. Tadinya Sian Lun hendak berpamit dan hendak
langsung melanjutkan perjalanan, akan tetapi Yap Yu Tek
menahannya, dan setelah Wan Cu juga ikut menahannya, dan
mempersilakan dia untuk singgah, terpaksa Sian Lun ikut
bersama rombongan itu, kembali ke kota.
Gan Beng Lian, ibu dari Wan Cu merasa kagum bukan main
mendengarkan penuturan Wan Cu betapa pemuda sederhana
itu telah menghalau semua musuh dan betapa pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki tingkat kepandaian yang lebih hebat dari pada Pek I
Nikouw atau Tiong-san Lo-kai. Maka timbullah suatu keinginan
di dalam hatinya. Mereka mempersilakan Sian Lun untuk
bermalam di rumah mereka untuk sedikitnya satu malam, dan
malam itu suami isteri Yap ini saling bersepakat untuk menarik
pemuda itu sebagai mantu mereka!
"Ayahnya adalah seorang pendekar sakti yang amat gagah
perkasa, adik seperguruan kakakku Beng Han," antara lain
nyonya membujuk suaminya. "Dan ibunya adalah orang puteri
pangeran. Sekarang, dia memiliki kepandaian hebat, dan juga
wataknya amat baik, pendiam, sederhana dan tidak sombong.
Dia amat pantas menjadi suami anak tunggal kita."
Yap Yu Tek mengangguk-angguk, akan tetapi alisnya agak
berkerut. "Engkau tentu mengerti betapa senang rasa hatiku
kalau saja aku bisa mendapatkan seorang mantu seperti
pemuda itu, isteriku. Akan tetapi, akupun teringat bahwa
syarat utama bagi suatu perjodohan adalah perasaan cinta
kasih antara dua orang muda yang akan dijodohkan. Tanpa
adanya cinta kasih, aku tidak akan memaksa puteriku......... "
"Akan tetapi aku sudah melihat tanda tanda bahwa anak
kita itu amat kagun dan suka kepada Sian Lun. Lihat saja sinar
matanya kalau dia memandang pemuda itu, dan seri wajahnya
ketika dia menceritakan kegagahan pemuda itu, seolah-olah
dia ingin sekali menonjolkan jasa pemuda itu kepada kita."
Yap Yu Tek tersenyum dan merangkul isterinya. "Mungkin
engkau benar karena aku percaya engkau memiliki perasaan
halus dan mudah menangkap gejala-gejala seperti itu. Baiklah,
besok kita bicarakan dengan Sian Lun."
"Dan malam ini aku akan menjajagi isi hati Wan Cu," kata
Gan Beng Lian dengan hati senang dan penuh harapan.
Ketika malam hari itu Gan Beng Lian mengajukan persoalan
perjodohan itu kepada Wan Cu, dara yang biasanya gagah
perkasa dan tak pernah mengenal takut ini menundukkan
15 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mukanya yang menjadi merah sekali dan sama sekali tidak
berani menentang pandang mata ibunya! Ibunya tersenyum
dan sudah maklum akan isi hati puterinya. Kalau seorang
gadis tidak menyetujui suatu usul perjodohan, tentu dia akan
langsung saja menolak, marah-marah dan menangis. Akan
tetapi, kalau perawan itu menundukkan muka yang menjadi
merah, menahan senyum dan tidak berani menentang
pandang mata, hanya jari-jari tangannya saja yang
memainkan ujung baju untuk melawan ketegangan hati yang
penuh rasa malu, berarti bahwa gadis itu menerimanya!
"Wan Cu, ibumu tahu akan perasaan hatimu terhadap Sian
Lun. Memang dia seorang pemuda yang patut dikagumi dan
patut dicinta, akan tetapi kami, ayah ibumu, tidak akan
memaksamu kalau engkau tidak setuju. Oleh karena itu,
setujukah engkau kalau besok ayah ibumu membicarakan
perjodohan ini dengan Sian Lun" Kalau engkau tidak setuju,
jawablah, kalau setuju, cukup engkau mengangguk."
Jari-jari tangan yang memainkan ujung baju itu gemetar,
sejenak Wan Cu mengangkat muka, akan tetapi begitu
bertemu dengan pandang mata ibunya, dia menunduk kembali
dan ada titik air mata jatuh di atas kedua pipinya walaupun
bibirnya menahan senyum! Lalu dia mengangguk perlahan,
menahan isak, dan gadis itu meloncat terus lari keluar dari
kamar ibunya ! Gan Beng Lian tersenyum, akan tetapi tanpa disadari lagi
air matanya bercucuran karena haru. Dia cepat memberi tahu
suaminya bahwa puteri mereka telah menyalakan "lampu
hijau". "Sian Lun, sebenarnya apa yang hendak kami bicarakan
denganmu ini menurut patut haruslah melalui perantara dan
walimu," demikian pada keesokan harinya setelah makan pagi.
Yap Yu Tek yang didampingi oleh isterinya itu mulai membuka
percakapan yang didengarkan oleh Sian Lun dengan penuh
perhatian akan tetapi juga penuh keheranan karena pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu belum tahu ke mana arah percakapan yang dimulai oleh
tuan rumah itu. "Akan tetapi, mengingat bahwa ayah bundamu telah tiada,
juga pamanmu Gan Beng Han dan bibimu telah meninggal
dunia, bahkan gurumu Siangkoan Lojin telah meninggal dunia
pula sehingga engkau hidup sebatangkara dan tanpa wali,
maka terpaksa kami tidak dapat menghubungi seorang
walimu." Sampai di sini, Sian Lun masih juga tidak mengerti,
maka dia hanya mengangguk tanpa mengganggu lanjutan
ucapan pendekar itu. "Selain itu," tiba - tiba Gan Beng Lian menyambung, "Kami
16 sudah mengenalmu sejak kecil, dan mengingat bahwa engkau
adalah putera sute dari kakakku Gan Beng Han, bahkan
kemudian seperti putera sendiri dari mendiang Han-koko,
maka boleh dikata bahwa engkau adalah orang atau keluarga
sendiri." Yap Yu Tek mengangguk. "Benar ucapan bibimu ini, Sian
Lun. Maka kamipun tidak merasa ragu-ragu lagi untuk secara
langsung bicara denganmu mengenai urusan ini."
Makin lama makin memuncak keinginan tahu Sian Lun
karena belum juga dia dapat meraba, apa lagi mengerti, akan
maksud dari ucapan-ucapan suami isteri itu "Urusan apakah
gerangan yang paman dan bibi maksudkan?"
"Urusan perjodohanmu, Sian Lun," kat Gan Beng Lian
cepat-cepat. Sepasang mata pemuda itu terbelalak lebar menatap wajah
bibinya ini, kemudian menengok dan menatap wajah
pamannya yang tersenyum saja. Sepasang pendekar itu
memandangnya dengan tersenyum dan Sian Lun menjadi
makin bingung. "Urusan per....... perjodohanku
mengulang dengan gagap. ... ?" akhirnya dia Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, perjodohanmu dengan puteri kami Sian Lun. Kami
mengambil keputusan untuk menjodohkan Wan Cu
denganmu, tentu saja kalau engkau tidak keberatan," kata
Yap Yu Tek dengan sikap halus, sedangkan Gan Beng Lian
menatap wajah pemuda itu dengan mata berseri-seri. Senang
sekali rasa hati nyonya itu melihat wajah pemuda yang
tampan sederhana itu tiba-tiba berubah merah sekali dan
matanya sejenak terbelalak, akan tetapi wajah itu lalu
menunduk dan pemuda itu menjadi gugup.
"Paman........ dan bibi........ ini....... ini..." Pemuda itu tidak
mampu melanjutkan kata-katanya karena pemberitahuan itu
datangnya sama sekali tak disangkanya dan benar-benar amat
mengejutkan hatinya. "Kami tahu bahwa engkau tentu terkejut dan bingung, dan
tentu tidak dapat mengambil keputusan ini secara mendadak,
Sian Lun. Akan tetapi pikirkanlah baik-baik. Kalau menurut
perhitunganku, usiamu tentu sudah cukup dewasa, lebih tua
dua tiga tahun dibandingkan dengan Wan Cu," kata nyonya
17 itu. "Berapakah usiamu tahun ini ?"
"Duapuluh tahun, bibi," Sian Lun menjawab sambil masih
menundukkan mukanya. "Nah, duapuluh tahun! Sudah cukup dewasa dan adikmu
Wan Cu berusia tujuhbelas tahun. Mengingat akan hubungan
antara orang tuamu dengan keluarga kami, maka kami
anggap amatlah tepat kalau Wan Cu menjadi calon isterimu.
Puteri kami itu begitu bertemu denganmu telah merasa suka
dan kagum sekali." Melihat Sian Lun menunduk dan kelihatan
bingung, dan merasa betapa isierinya terlalui mendesak, Yap
Yu Tek lalu berkata dengan tenang dan lembut, "Sian Lun,
tentu saja kamipun tidak ingin mendesakmu, betapapun
senang hati kami kalau engkau tidak menolak niat kami yang
baik ini. Biarlah kami memberi waktu kepadamu selama
setengah tahun untuk menentukan jawabanmu. Ingatlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa sementara itu, kami menganggap Wan Cu adalah calon
isterimu, harap engkau tidak melupakan hal ini."
Sian Lun adalah seorang pemuda yang semenjak kecil
ditinggal oleh kedua orang tuanya, kemudian dipelihara oleh
Gan Ben Han dan isterinya, menganggap mereka sebagai
pengganti orang tua akan tetapi segera dia dipisahkan lagi
dari suami isteri ini, bahkan begitu dia kembali kepada
mereka, dia hanya mendapatkan makam mereka. Oleh
kesengsaraan hidup yang bertubi-tubi ini dia menjadi perasa


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali, maka mendengar ucapan suami isteri ini merasakan
betapa baiknya mereka kepadanya, apalagi dia telah dipilih
sebagai calon mantu, suatu kepercayaan dan budi yang
melimpah ruah kepadanya, dia tidak dapat menahan keharuan
hatinya dan segera dia menjatuhkan diri berlutut di depan
mereka. Suami isteri itu tercengang melihat ini.
"Paman Yap Yu Tek dan bibi, sungguh paman berdua telah
melimpahkan budi yang teramat besar kepada saya yang
sebatangkara, miskin dan papa ini, melimpahkan kepercayaan
yang luar biasa sehingga akan menjadi manusia tak kenal
budilah kalau saya menolak usul paman berdua. Akan tetapi,
apa yang paman berdua kemukakan itu adalah hal yang sama
sekali tidak pernah terpikir oleh saya, tidak pernah saya
sangka-sangka sehingga saya masih bingung, tidak tahu
harus, menjawab bagaimana karena memang sedikitpun tidak
pernah terpikir oleh saya tentang perjodohan. Oleh karena itu,
mohon paman berdua sudi mengampunkan saya yang tidak
mengenal budi ini, dan terima kasih atas kelonggaran yang
paman berikan kepada saya. Demi langit dan bumi, saya tentu
akan menyampaikan jawaban saya sebelum setengah tahun
ini." Yap Yu Tek saling pandang dengan isterinya kemudian
mereka membangunkan pemuda itu dan menyuruhnya duduk
18 kembali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sian Lun, aku yakin sekali bahwa arwah mendiang ayah
bundamu, juga arwah mendiang Han - koko dan isterinya
pasti akan merasa berbahagia kalau engkau dapat berjodoh
dengan Wan Cu. Maka, kuharap saja engkau kelak tidak akan
mengecewakan kami, mengecewakan mereka, dan akan
menerima tali perjodohan ini dengan resmi," kata Beng Lian
dan Sian Lun hanya mengangguk.
Tak lama kemudian Sian Lun berpami untuk melanjutkan
perjalanan ke kota raja, karena sudah bulat tekadnya untuk
mencari Ong ciangkun dan membantu pemerintah
menghadapi golongan-golongan yang menentang pemerintah
dan yang mempunyai kecondongan untuk memberontak atau
membantu pemberontak. Selama dia bercakap-cakap dengan
suami isteri itu. Wan Cu tidak pernah muncul. Sian Lun juga
tidak berani bertanya, karena setelah pernyataan tentang
perjodohan itu oleh Yap Yu Tek berdua, maka nama gadis itu
saja tak berani dia menyebutnya, bahkan teringat akan Wan
Cu saja sudah cukup membuat jantungnya berdebar dan
mukanya menjadi merah. Akan tetapi pemuda ini dapat
menduga bahwa tentu gadis itu sudah tahu akan kehendak
ayah bundanya maka tentu merasa malu untuk bertemu muka
dengan dia. Oleh karena itu, setelah berpamit kepada suami
isteri itu, Sian Lun lalu pergi pada pagi hari itu meninggalkan
kota An-kian, tanpa berani menanyakan Wan Cu sehingga dia
pergi tanpa pamit kepada gadis itu. Akan tetapi, ketika dia
keluar dari kota An-kian dan tiba di tikungan jalan yang sunyi,
terdengar suara halus memanggilnya, "Lun-koko.....!"
Sian Lun berhenti dan menoleh. Kiranya Wan Cu sudah
berada di situ, di tepi jalan dan agaknya memang sudah sejak
tadi menantinya! Jantungnya berdebar dan mukanya menjadi
merah sekali ketika dia melangkah menghampiri dara itu yang
berdiri dengan kepala menunduk. Dara itu memakai pakaian
baru dan kelihatan cantik sekali, akan tetapi pada saat itu Wan
Cu menundukkan mukanya dan hanya mengerling dari bawah
dengan sikap yang malu-malu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik Wan Cu........kau .......... di sini.....?" Sian Lun
berkata, suaranya lirih sekali, seperti berbisik, bahkan hampir
tidak dapat keluar dari mulutnya dan kerongkongan lehernya
terasa kering. Dia sendiri merasa heran mengapa dia menjadi
seperti orang ketakutan dan bingung macam ini !
Wan Cu mengangguk. "Aku....... sejak tadi menantimu di
sini, koko." 19 Melihat sikap dara itu yang malu-malu, mengertilah Sian
Lun bahwa memang gadis ini sudah tahu akan ikatan jodoh
antara merela yang diusulkan oleh orang tua gadis itu, maka
dia menjadi makin canggung dan malu. Sejenak mereka
berdua diam saja, dan keduanya berdiri berhadapan dengan
kepala ditundukkan, masing-masing tidak berani mengangkat
muka untuk saling memandang! Sungguh lucu sekali keadaan
dua orang muda ini, serba canggung dan serba sungkan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malu. Terasa benar kesunyian mencekam hati dan membuat
keduanya makin merasa canggung dan gugup. Akan tetapi
akhirnya Sian Lun dapat menguasai ketegangan hatinya
setelah beberapa kali dia menarik napas dalam,
"Cu moi, aku tidak tahu mengapa engkau menantiku di sini,
akan tetapi maafkanlah aku bahwa aku pergi tanpa pamit
darimu karena....... karena....... setelah orang tuamu bicara
tentang....... eh, perjodohan itu...... entah mengapa, aku
merasa malu untuk menanyakanmu .....maka aku pergi tanpa
pamit." Wan Cu tersenyum malu-malu akan tetapi melihat pemuda
itu sudah dapat bicara lancar diapun dapat menenangkan
hatinya, dia mengangkat mukanya dan sejenak keduanya
saling pandang, Wan Cu adalah seorang gadis yang biasanya
lincah jenaka dan tak kenal takut, akan tetapi sekarang dia
mengalami hal aneh yang membuatnya malu-malu dan
merasa canggung sekali. "Koko, akupun......malu bertemu muka denganmu di
hadapan orang lain....... maka ketika mendengar bahwa
engkau akan ke kota, aku sengaja menanti di sini."
Setelah saling menceritakan perasaan hati mereka yang
sama sama malu, aneh sekali bagi kedua orang muda itu,
perasaan canggung dan malu itu malah lenyap! Mereka berani
saling pandang dengan terbuka.
"Cu-moi, aku senang kita dapat saling jumpa di sini dan aku
mendapatkan kesempatan untuk pamit kepadamu. Aku
hendak pergi ke kota raja, moi-moi, dan aku berterima kasih
atas semua kebaikanmu dan kebaikan keluargamu terhadap
diriku." Sian Lun menjura dan segera dibalas oleh Wan Cu.
"Aih! yang seharusnya berterima kasih adalah aku, Lunkoko. Engkau telah menolongku, bahkan
menolong keluargaku Aku sengaja menghadangmu di sini untuk mengucapkan
terima kasih dan selamat jalan kepadamu..... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, engkau baik sekali, Cu-moi."
"Dan selain itu, aku.......aku.. ." Tiba- tiba dara itu menjadi
gugup kembali dan kini dengan kedua tangan gemetar dia
20 meraba-raba ke arah lehernya di balik bajunya.
"Ada apakah, moi-moi ?" Sian Lun bertanya, memandang
tajam dan agak khawatir. Kini kedua tangan yang gugup dan gemetar tadi sudah
berhenti meraba-raba leher, dan sudah turun lagi dan di
tangan kanan itu tergantung seuntai kalung emas dengan
hiasan mata batu giok hijau.
"........ ini........ aku
kepadamu, koko........ "
ingin memberikan kalungku ini "Ehh" Kalung begitu indah dan tentu mahal, untuk apa
kauberikan kepadaku, moi-moi " Aku seorang laki-laki, tidak
biasa memakai perhiasan ....." Pemuda yang masih hijau ini
bertanya dengan jujur karena memang dia merasa bingung
dan tidak mengerti mengapa dara itu memberikan kalungnya
kepadanya ! Wan Cu adalah seorang gadis kota, tentu saja dia sudah
sering mendengar dan tahu akan arti pemberian benda-benda
berharga antara tunangan atau pacar. Akan tetapi, mendengar
pertanyaan ini dia tidak merasa tersinggung atau marah. Dia
juga tahu bahwa pemuda ini sejak kecil pergi bersama orang
sakti dan pemuda ini amat jujur, benar-benar tidak mengerti
akan pemberian antara muda-mudi itu. Justeru karena ketidak
mengertian pemuda itu, rasa canggung dan malunya meluntur
dan ia tersenyum. "Koko, terimalah pemberianku ini untuk
tanda mata untuk tanda terima kasihku kepadamu. Tanda
mata ini boleh saja kaupakui, atau boleh kau simpan sebagai
kenang-kenangan, koko." Gadis itu menyerahkan kalungnya
dan diterima olehSian Lun dengan jantung berdebar karena
biarpun dia tidak mengerti, akan tetapi ada sesuatu yang
menggerakkan perasaannya dalam pemberian ini, pemberian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah kalung yang biasanya menempel di leher dan dada
gadis itu! Ketika menerima kalung, tanpa disengaja jari jari
tangan mereka saling bersentuhan dan ini menimbulkan
getaran yang sedemikian hebatnya sehingga terasa oleh
keduanya sampat ke ujung kaki !
"Terima kasih, moi moi, akan tetapi...... pemberianmu
begini berharga, sedangkan aku ....... aku tidak mempunyai
apa apa untuk diberikan kepadamu. "
21 Wan Cu menoleh ke kanan kiri
tersenyum dan berkata, "Biarpun
sehelai daun, atau sepotong batu
berharga bagiku asal engkau yang
ko." dan ke bawah, lalu dia hanya setangkai bunga, akan merupakan barang memberi kepadaku Lun- "Bunga........" Batu.......?" Sian Lun menengok ke kanan
kiri. Tidak ada bunga di situ dan biarpun ada pohon di tepi
jalan, kalau hanya memberi daun rasanya amat tidak patut
mending kalau ada bunga, Dan batu! Banyak batu berserakan
di jalan, dan teringatlah dia ketika dia baru melatih, sinkang di
bawan bimbingan Siangkoan Lojin, dia sering membuat
mainan - mainan dari batu dengan kedua tangannya. Sian Lun
lalu memungut sepotong batu sebesar kepalan tangan,
kemudian dia mengerahkan sinkangnya dan menggosok gosok
batu itu dengan tangan. Nampak debu mengepul dan batu itu
telah digosoknya sampai menjadi semacam bola yang amat
halus permukaannya! "Aku tidak memiliki apa-apa, moi-moi, nah, biarlah benda
ini, sepotong batu biasa, kuberikan kepadamu."
Wan Cu terbelalak, matanya bersinar-sinar, wajahnya
berseri dan kedua pipinya meniadi kemerahan, hatinya girang
bukan main. Dia menerima batu itu. "Ah, terima kasih, koko,
aku akan menyimpan benda ini selama hidup" Dan kembali
jari-jari tangan mereka saling sentuh. Anehnya, mereka
berdua tidak segera menarik tangan dan jari-jari tangan itu
sampai agak lama saling bersentuhan, dan dari jari-jari tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka itu keluar getaran hangat yang langsung menyerbu
jantung. "Nah, sekarang aku akan melanjutkan perjalananku,
Cu-moi. Selamat tinggal."
"Selamat jalan, koko, sampai jumpa lagi."
"Sampai jumpa lagi........" Sian Lun mulai melangkah pergi.
"Koko.......!" Sian Lun menahan langkahnya dan memutar tubuhnya.
Dara itu telah mengikutinya dan kini memandang kepadanya
dengan sinar mata aneh dan lembut, setengah terpejam dan
bulu matanya bergerak-gerak.
"Ada apakah, Cu-moi?"
"Koko, engkau tentu ....... akan cepat datang ke sini, bukan
?" Sian Lun tersenyum. "Begitu ada kesempatan, aku akan
mengunjungi keluargamu. "
22 "Sebelum enam bulan?" Suara dara itu mengandung
desakan dan Sian Lun segera teringat akan janjinya terhadap
orang tua dara ini untuk memberi keputusan tentang
perjodohan itu sebelum enam bulan. Teringat akan itu, tibatiba mukanya berobah merah. Tadinya
ada perasaan mesra di hatinya terhadap dara ini sebagai saudara, atau sebagai
sahabat baik sekali, akan tetapi begitu teringat akan
perjodohan, pemuda ini menjadi gugup dan bingung lagi. Dia
tidak menjawab, hanya mengangguk saja.
Wajah Wan Cu berseri, "Koko, selamat jalan dan
aku.......aku akan menantimu siang malam dengan penuh
harapan...... ". Dan mendekapkan batu itu ke dadanya dan
melihat ini Sian Lun cepat, mengangguk sebagai
penghormatan terakhir dan cepat pergi meninggalkan dara itu.
Setelah melalui sebuah tikungan, baru Sian Lun berani
menengok dan tidak melihat lagi adanya gadis itu, dan barulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia berjalan perlahan-lahan dan tenggelam dalam lamunan.
Dia merasa heran sekali mengenangkan sikap Wan Cu yang
demikian baik dan mesra terhadap dirinya. Dan dia sendiripun
tidak tahu perasaan apa yang terkandung di hatinya terhadap
dara itu. Dia suka dan kasihan kepada Wan Cu, akan tetapi dia
tidak tahu apakah dia akan suka menjadi suami dara itu
ataukah tidak. Sama sekali dia belum pernah memikirkan
tentang perjodohan, dan pernyataan orang tua gadis itu
sungguh membuat dia bingung. Akan tetapi, mereka telah
demikian baik kepadanya, dan gadis itu sendiri sedemikian
ramah dan baiknya. Orang tua gadis itu adalah pendekarpendekar gagah perkasa, dan gadis itu
seorang yang cantik dan gagah pula, berbudi baik, keturunan pembesar dan kaya
raya. Apalagi yang kurang" la harus mengakui bahwa orang
yatim piatu miskin seperti dia, seolah-olah menerima ganjaran
yang luar biasa besarnya kalau sampai dapat menjadi suami
Wan Cu! Mana mungkin dia dapat menolak mereka" Apa yang
akan dijadikan alasan untuk menolak Wan Cu" Akan tetapi,
waktunya masih lama dan kini urusan besar dan penting
menantinya, yaitu pertemuan dengan Ong-ciangkun dan
menawarkan tenaganya untuk membantu pemerintah
menentang pemberontakan, mempertahankan ketenteraman
rakyat sesuai dengan yang dipesankan oleh mendiang
gurunya. Perjodohan" Siapa yang memikirkan hal itu dalam keadaan


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebatangkara seperti dia ini" Tidak ada orang yang dekat
dengannya. Dan setelah kematian Gan Beng Han dan isterinya
maka orang yang terdekat dengan dia adalah, Ling Ling atau
Gan Ai Ling puteri pamannya itu dan barangkali juga Coa Gin
San, murid mendiang paman dan bibinya. Ah, kalau saja ada
mereka berdua, tentu dia dapat memperbincangkan urusan
23 perjodohan yang diajukan oleh orang tua Wan Cu itu dengan
mereka. Dan biasanya. Gin San amat cerdik dalam
menghadapi soal - soal yang sulit, tentu sahabatnya atau juga
sutenya itu akan menemukan jalan bagaimana baiknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dimanakah mereka berdua" Teringat akan Gin San yang nakal
dan Ling Ling yang lincah jenaka, wajah pemudi itu berseri
gembira, akan tetapi segera menjadi muram ketika dia
teringat bahwa dua orang itu masih belum diketahuinya
berada di mana. ~0-dwkz~bds~234-0~ Kakek itu sudah tua sekali, tentu sudah mendekati seratus
tahun usianya. Dia berdiri di depan guha yang besar itu, dan
biarpun wajahnya penuh keriput usia tua, namun tubuhnya
masih dapat berdiri tegak dengan punggung lurus, dan kedua
kakinya terpentang lebar. Pada wajah yang keriputan itu tidak
terbayang perasaan apapun, namun pandang matanya berseri
ketika dia memandang kepada seorang dara yang berlutut di
depannya. Dara itu berusia delapanbelas tahun, berpakaian
sederhana berwarna hijau. Wajahnya manis sekali, dan
terutama sekali sepasang matanya yang lebar itu demikian
hidup penuh semangat, bulu matanya lentik panjang dan sinar
matanya tajam, terbuka, dan hampir selalu tersenyum
bersama bibirnya. Dara ini adalah .Gan Ai Ling atau Ling Ling,
puteri tunggal suami isteri pendekar Gin Beng Han dan Kui
Eng. Di sebelah dara itu nampak seorang kakek yang sudah tua
pula, dan kakek inipun berlutut di samping Ling Ling. Kakek
yang berlutut ini bukan lain adalah Lui Sian Lojin, pertapa
puncak Gunung Kwi hoa san yang terkenal bagai seorang
yang lihai dan disegani orang-orang kang ouw.
Melihat Ling Ling berlutut bersama Lui Sian Lojin, mudah
diduga siapa adanya kakek tua renta yang berdiri tegak itu.
Dia bukan lain olah Bu Eng Lojin yang sudah puluhan tahun
bersembunyi saja di dalam guha pertapaan, di tempat rahasia
sekitar Pegunungan Kwi-hoa-san. Seperti kita ketahui, Bu Eng
Lojin adalah guru dari Lui Sian Lojin dan sepuluh tahun yang
lalu, karena merasa kasihan dan tertarik kepada bakat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpendam yang dimiliki oleh Ling Ling, kakek ini berkenan
mengambil Ling Ling sebagai muridnya dan menggembleng
dara itu selama sepuluh tahun, dibantu oleh Lui Sian Lojin
sendiri. Dan memang penglihatan kakek sakti ini tajam sekali,
dugaannya tidak meleset karena lewat tujuh tahun saja Lui
Sian Lojin sudah tidak mampu membimbing Ling Ling lagi,
seluruh kepandaiannya telah tersedot habis oleh sumoinya itu.
24 Maka Bu Eng Lojin turun tangan sendiri, menggembleng Ling
Ling selama tiga tahun dan kini dara itu telah menjadi seorang
dewasa, cantik manis dan memiliki kepandaian yang
amattinggi, bahkan Lui Sian Lojin sendiri menduga bahwa
tingkat sumoinya itu tentu lebih tinggi sekarang daripada
tingkat kepandaiannya sendiri! Dan padi pagi hari itu, pagipagi sekali. Bu Eng Lojin keluar dari guha
pertapaannya dan memanggl dua orang muridnya itu.
"Ai Ling," terdengar Bu Eng Lojin berkata sepasang
matanya dengan berseri-seri menatap wajah dara yang
selama tiga tahun terakhir ini setiap hari digemblengnya itu,
"engkau ku panggil pagi ini untuk memberi tahu bahwa hari ini
engkau boleh meninggalkan Kwi-hoa-san karena tidak ada
apa-apa lagi yang dapat kuajarkan kepadamu."
Mendengar ucapan gurunya ini, sepasang mata yang indah
itu melebar, wajah yang manis itu berseri dan mulutnya
tersenyum. "Oh, terima kasih, suhu! Teecu akan dapat mencari
pembunuh ayah bunda teecu!" katanya tanpa menyembunyikan perasaannya.
Bu Eng Lojin menggeleng kepalanya dan menarik napas
panjang. "Aku selama ini mendidikmu karena melihat bakat
baik pada dirimu, dan bukan maksudku agar engkau
menggunakan kepandaian untuk melakukan kekerasan.
Tentang urusan pribadimu, sebaiknya engkau menurutkan
nasihat dan petunjuk suhengmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun kakek itu bicara dengan nada suara halus, namun
Ling Ling dapat menangkap wibawa yang amat kuat, dan dia
menunduk sambil berkata, "Baik, suhu."
"Bu Cin Lok, mulai saat ini, siapapun tidak boleh
menggangguku dari dalam guha. dan engkaupun tidak boleh
menggangguku. Aku takkan keluar lagi sampai kematian
menjemputku, dan kau bimbinglah sumoimu yang masih muda
ini, terserah kepadamu."
Lui Sian Lojin yang bernama Bu Cin Lok itu memberi
hormat. "Teecu akan melaksanakan perintah suhu."
"Bagus! Nah, sampai di sini saja pertemuan terakhir antara
kita, dan sebelum kalian pergi, hendaknya kalian suka
menutupkan batu besar itu ke depan guha, agar aku tidak
akan terganggu oleh siapapun juga." Setelah berkata
demikian, kakek tua renta itu melangkah memasuki guha,
dipandang oleh dua orang muridnya. Sedikit banyak, ada
25 perasaan terharu di dalam hati Ling Ling karena dia maklum
apa artinya semua ucapan suhunya itu. Dia seolah olah
melihat gurunya itu melangkah ke dalam alam lain, alam
kematian yang seperti berada di balik guha itu !
"Suhu, terima kasih atas semua kebaikan suhu kepada
teecu selama ini!" dia berkata akan tetapi kakek itu melangkah
terus tanpa menengok, memasuki guha sampai bayangannya
ditelan kehitaman dalam guha yang gelap dan belum disentuh
sinar matahari pagi. "Suhu, selamat tinggal......!" Kembali dara itu berseru ke
arah guha yang gelap itu. Bayangan kakek itu sudah tidak
knampak lagi, akan tetapi kini terdengar suaranya, seperti
gema suara mengaung saja.
"Siapakah yang pergi dan siapa yang datang" Siapakah
yang berpisah dan siapa yang berkumpul" Siapa yang mati
dan siapa yang hidup" Adakah perbedaan di antara kedua
itu?" Lalu sunyi senyap, tidak terdengar suara apapun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suhu.......!" tidak ada jawaban.
Ling Ling merasa pundaknya disentuh tangan orang. Dia
menengok dan melihat kakek berjenggot putih yang menjadi
suhengnya itu berdiri di belakangnya. "Sudah, mari kita taati
pesan suhu," kata kakek itu dengan suara tenang. "Batu itu
berat sekali dan tenaga badanku yang sudah tua mana
mampu menggerakkannya?"
Ling Ling teringat akan pesan gurunya maka diapun
bangkitlah lalu bersama suhengnya menghampiri batu besar
yang berada di tepi guha. Batu itu besar sekali dan besarnya
memang seukuran dengan mulut guha seolah-olah batu itu
memang sengaja diadakan untuk menjadi pintu atau penutup
guha. Batu itu amat besar dan tentu beratnya ribuan kati,
maka untuk dapat menggerakkannya apa lagi menggulingkannya, tentu membutuhkan tenaga yang amat
besar. Mula-mula kakek sakti itu menghampiri batu dan
mendorongnya. Batu bergoyang sedikit, akan tetapi dia tidak
mampu menggerakkan lebih lanjut, dan batu yang sudah
bergoyang itu kembali lagi ke tempat semula. Muka kakek itu
agak merah dan napasnya agak terengah
"Biarkan aku mencobanya, suheng!" kata Ling Ling dan
dara ini segera menyingsingkan lengan bajunya sehingga
nampak kulit lengannya yang putih mulus. Dia lalu melangkah
kedepan dan menggantikan suhengnya, menarik napas
panjang sampai dadanya penuh, kemudian menyalurkan
26 sinkang ke arah kedua lengannyasetelah dia memasang kuda kuda yang amat kuat. Kedua telapak
tangannya ditempelkan kepada batu besar itu, mengerahkan tenaga dan diapun
mendorong. Batu itu bergerak! Ling Ling merasa betapa
beratnya batu itu, namun dia menambah tenaganya dan batu
itu mulai menggelinding! Melihat ini, Lui Sian Lojin terbelalak
kagum, lalu diapun melangkah maju dan membantu
sumoinya. Dengan penggabungan tenaga sakti dari dua orang
ini batu akhirnya menggelinding dan menutup guha dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara keras dan nampak debu mengebul dan tanah tergetar
ketika berat batu itu menimpa mulut guha dan beradu dengan
mulut guha batu itu. Mereka meloncat mundur dan memandang guha yang kini
sudah tertutup batu besar itu. Lui Sian Lojin mengatur
pernapasannya yang terengah-engah dan dia melirik ke arah
sumoinya. Dara itu berkeringat dan kedua pipinya menjadi
merah sekali, akan tetapi napasnya tidak memburu. Diamdiam kakek ini merasa kagum bukan
main. Tahulah dia bahwa suhunya telah menurunkan kepandaiannya pada sumoinya ini
yang jelas memiliki sinkang yang bahkan lebih kuat dari
padanya ! "Sumoi, mari kita menghaturkan terima kasih kepada suhu.
Engkau tidak dapat membayangkan betapa hebat suhu telah
bekerja untukmu. Mari!" Dan kakek itupun menjatuhkan diri
berlutut menghadap guha yang sudah tertutup itu. Melihat ini,
biarpun dia belum mengerti benar akan maksud ucapan
subengnya, Ling Ling juga menjatuhkan diri berlutut dan
memberi hormat ke arah guha yang tertutup. Dia mendengar
suara suhengnya berkata lagi lirih, "Sumoi, engkau harus
mengerti bahwa suhu sudah berusia tua sekali, sedikitnya
duapuluh tahun lebih tua dari pada aku. Sedangkan aku
sendiri saja sudah merasa lemah lahir batin, apa lagi suhu,
namun tetap beliau mengerahkan seluruh semangat dan
tenaga terakhir untuk mendidikmu. Beliau tidak hanya telah
mengorbankan tenaga, akan tetapi juga perasaannya ketika
menurunkan semua ilmu kepadamu. "
"Korban perasaan.........! Apa maksudmu, suheng?" tanya
Ling Ling. Kalau gurunya mengorbankan tenaga, hal itu jelas,
akan tetapi dia tidak mengerti mengapa dikatakan suhengnya
bahwa suhunya mengorbankan perasaan. "Suhu tidak suka
akan kekerasan, oleh karena itulah beliau menyembunyikan
dirinya sampai puluhan tahun. Dan suhu tetap mewariskan
ilmunya kepadamu, sungguhpun suhu maklum bahwa dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ilmu itu, engkau akan melakukan tindakan-tindakan kekerasan
27 yang amat menyedihkan hati beliau."
Kini mengertilah Ling Ling. Dia termenung lalu berkata,
"Suheng, biarpun tindakan keras, kalau dilakukan untuk
menentang kejahatan, bukankah itu merupakan suatu
kebenaran ?" Kikek itu menarik napas panjang. "Demikian pula yang
menjadi pendirian semua orang, termasuk pendirianku dahulu,
sumoi. Akan tetapi engkau belum mengerti tentang apa yang
dinamakan kebenaran itu. Tindakan keras itu sendiri sudah
tidak benar, bagaimana mungkin mengakibatkan kebenaran"
Dan kalau sudah dinamakan kebenaran, maka itu bukan
kebenaran lagi, karena kebenaranmu tentu akan berlawanan
dengan kebenaran orang lain!" Kakek itu mengeluh. Kemudian
dia memandang wajah sumoinya dengan tajam, lalu dia
berkata lagi, suaranya kini biasa, tidak mengandung
kemurungan seperti tadi, "Sumoi, sebenarnya aku, seperti suhu, sudah muak dengan
segala macam urusan dunia, urusan antara manusia yang
penuh dengan permusuhan dan kebencian. Akan tetapi,
teringat akan pesan suhu, aku tidak tega membiarkan engkau
pergi begitu saja tanpa bekal pengalaman. Maka, sebelum aku
membiarkan engkau pergi seorang diri menempuh kehidupan
ramai, lebih dulu engkau akan kuajak pergi ke Kiam kok
(Lembah Pedang ) di Pegunungan Tai-hang san."
"Mengapa kita ke lembah itu suheng?"
Kakek itu menarik napas panjang. "Aku tahu bahwa engkau
selama ini tekun mempelajari ilmu silat tentu dengan maksud
untuk mencari pembunuh ayah bundamu untuk membalas
kematian mereka, bukan ?"
Dara itu tiba-tiba memandang keras dan kedua tangannya
dikepal, dan sambil bangkit berdiri dia berkata lantang,
"Dugaan suheng benar sekali !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah! Dari pada membiarkan engkau seorang diri meniadi
setan penyebar maut dan mungkin saja engkau kesalahan
tangan membunuh orang orang yang tidak berdosa, maka
engkau akan kuajak ke sana, karena di sana akan diadakan
pertemuan besar antara tokoh-tokoh dan partai - partai
persilatan. Di sana tentu akan dapat kau temui musuh musuh
ayah bundamu, yaitu ketua ketua Im yang pai dan Im yang
kauw. Aku akan menjaga agar engkau menyelesaikan
perhitungan pribadi ini dengan pribadi pula, dan tidak lalu
memusuhi seluruh orang Im yang-pai."
Ling Ling menjadi girang sekali. "Ah, aku akan dapat
bertemu denganpembunuh ayah bundaku di sana" Bagus!
Mari kita berangkat, suheng!"
Tak lama kemudian, suheng dan sumoi itu meninggalkan
Kwi-hoa san, menuruni puncak puncak dan lereng lereng
28 pegunungan itu dengan cepat karena dalam keadaan penuh
semangat Ling Ling mempergunakan ginkang untuk berlari


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cepat sehingga beberapa kali suhengnya harus berteriak
menyuruh dara itu menunggunya karena dia sendiri tidak mau
berlari-larian seperti dara itu.
"Sumoi, kautunggu aku. jangan berlari terlalu cepat!" teriak
kakek itu yang terpaksa agak mempercepat langkahnya.
"Aku ingin segera sampai di tempat itu, suheng!"
"Hemm, tenanglah. Pertemuan besar itu akan diadakan
pada permulaan bulan depan, kita masih banyak waktu. Pula,
kalau berlari lari seperti engkau itu, mana kita dapat
menikmati keindahan tamasya alam di sepanjang perjalanan"
Juga, aku sudah terlalu tua untuk berlarian secepat itu!"
Setelah kini berjalan di samping suhengnya dan membuka
mata, baru Ling Ling melihat kebenaran kata-kata kakek itu.
Pemandangan alam di sepanjang perjalanan itu amat
indahnya sehingga beberapa kali dara ini memuji, berhenti
sejenak untuk mengagumi alam yang terbentang luas di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan kakinya, keindahan yang tak mungkin dapat dilukiskan
dengan kata-kata. "Aihhhh, lihat telaga jauh di sana itu, suheng! Seperti
cermin tertimpa sinar! Betapa indahnya! Dan puncak bukit di
sana itu! Seperti kepala seekor burung. Aduh, bukan main luas
dan indahnya!" Melihat sumoinya menunjuk sana-sini, memuji-muji dengan
wajah berseri dan mata bersinar-sinar, Lui Sian Lojin
tersenyum. Teringatlah kakek ini akan sikap anak-anak yang
pernah dipanggulnya, tiga orang anak yang bawanya ke
puncak Kwi hoa san hampir tigapuluh tahun yang lampau.
Mereka itu adalah ayah bunda dari sumoinya ini. Gan Beng
Han dan Kui Eng, bersama Tan Bun Hong, tiga orang anakanak yang kemudian menjadi
murid-muridnya. Seperti sumoinya inilah sikap Kui Eng, ibu kandung anak ini, begitu
gembiranya menikmati keindahan alam. Ah, sumoi, engkau
belum mengerti tentang kebesaran dan keagungan alam, dan
keindahan yang kaunikmati itu hanya merupakan kesenangan
hampa saja, pikirnya. Kebesaran dan keagungan alam terdapat di mana-mana,
bukan hanya di pegunungan atau di tepi lautan, bukan hanya
di tempat sunyi, melainkan di manapun kita berada.
Kebesaran dan keagungan alam yang penuh pesona, penuh
hikmat, penuh keajaiban dan mujizat, penuh dengan
ketertiban, setertib awan berarak di angkasa raya, setertib
ombak mengalun beriring-iringan, setertib angin mendesau di
antara pohon pohon. Keagungan ini sudah berada di atas
keindahan dan keburukan, di atas sifat menyenangkan atau
tidak menyenangkan dan hanya nampak atau terasa oleh
29 mereka yang tidak dipengaruhi oleh batin yang menilai dan
membanding bandingkan karena penilaian dan perbandingan
itu hanyalah kesibukan pikiran yang berpusat kepada si aku.
Keindahan yang nampak karena kecocokan selera bukan lagi
keindahan, karena timbul dari perbandingan dan penilaian,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan hasil perbandingan dan penilaian tentu akan menimbulkan
konflik. Hanya batin yang hening tidak dikotori oleh perbandingan,
tidak dikotori oleh ingatan akan yang baik atau buruk, yang
senang atau susah hanya batin yang benar-benar hening
tanpa membandingkan, tanpa pendapat, tanpa kesimpulan,
tanpa pamrih, yang akan benar benar bertemu dengan
keagungan dan kebesaran itu. Sekali batin terjerumus ke
dalam perbandingan, tentu akan mengejar yang menyenangkan dan menjauhi yang tidak menyenangkan,
terseret ke dalam lingkaran setan dari kebalikan kebalikan,
indah buruk, senang susah, baik jahat dan selanjutnya.
Hanya batin yang hening sajalah yang wajar dan akan
bertemu, bahkan menjadi satu dengan KEWAJARAN.
Keindahan yang agung, kebahagiaan, terdapat di dalam batin
yang hening yang tidak mengejar apa apa, tidak kepingin apaapa. Pengejaran dan keinginan yaitu
keinginan yang berada di luar dari pada kebutuhan jasmani yang pokok, hanya
merupakan permainan dari pikiran atau si aku yang ingin
senang, ingin mengulang apa yang dianggap enak dan nikmat,
dan di dalam pengejaran keinginan untuk senang ini
terkandung kebalikannya, terkandung kekecewaan, rasa takut,
kekhawatiran, dan kesusahan.
Kebahagiaan bukanlah suatu basil usaha, kebahagiaan
tidak mungkin dapat didatangkan melalui daya upaya, tidak
mungkin diperoleh melalui pengejaran. Yang dapat diperoleh
melaluipengejaran hanyalah kesenangan, dan setiap
kesenangan itu membawa rangkaiannya, yaitu kekecewaan,
kebosanan, dan kesusahan. Hal ini jelas sekali. Bukan berarti
bahwa kita HARUS MENOLAK KESENANGAN ! Sebaliknya,
kesenangan mendapatkan keadaan yang lain sama sekali
kalau kita tidak mengejar-ngejarnya. Sesungguhnya, tanpa
pengejaran apapun, yang dinamakan kesenangan itu sudah
bukan kesenangan lagi, melainkan suka cita yang hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
30 dirasakan saat demi saat, tidak meninggalkan bekas dalam
ingatan, karena sekali meninggalkan bekas, maka bekas atau
guratan itu akan membentuk pengejaran yang ingin
mengulangi lagi apa yang telah dialaminya tadi. Dari situlah
timbulnya pengejaran kesenangan! Maka, pertanyaan yang
teramat penting bagi kita, dapatkah kita hidup tanpa kesankesan yang mencatat dalam pikiran
sehingga menimbulkan pengejaran kesenangan, juga menimbulkan kekhawatiran dan
rasa takut" Pertanyaan ini tak dapat dijawab dengan kata-kata
belaka, hanya dapat dijawab dalam tindakan, dalam
penghayatan hidup sehari-hari.
~0-dwkz~bds~234-0~ Pemandangan alam di sepanjang sungai yang mengalir di
antara lembah - lembah di Pegunungan Tai-hang-san tidak
mudah untuk dilukiskan keindahannya. Setiap lekuk, setiap
tanjakan, setiap jurang, setiap lembah memiliki keindahan
tersendiri yang tiada keduanya. Terutama sekali di sepanjang
sungai drkat lembah yang tebingnya merah, di situ banyak
ditumbuhi berbagai macam pohon bambu yang beraneka
macam. Ling Ling sampai bengong melihat pohun pohon bambu itu.
"Bukan main! Selama hidupku, baru sekarang aku melihat
pohon-pohon bambu, seperti itu, suheng!" teriaknya.
"Memang," kata suhengnya, "pohon bambu merupakan
satu di antara pohon-pohon keramat bagi rakyat. Rakyat
mengenal "tiga sahabat di musim dingin", yaitu pohon bambu,
pohon tusam dan pohon bunga mei yang dapat bertahan di
musim dingin. Bahkan pohon bambu nampak lebih kuat dan
buku-bukunya lebih menonjol dihembus angin dan embun
musim dingin. Tiga macam pohon itu dianggap sebagai
lambang keteguha (http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
n dan keluhuran." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena di situ tumbuh bermacam pohon bambu, dan
melihat sumoinya amat tertarik, Lui Sian Lojin lalu mengajak
sumoinya menuruni lembah dan mendekati pohon-pohon
bambu di tepi sungai itu. Kakek yang sudah berpengalaman ini
lalu menjelaskan satu demi satu tentang bambu-bambu yang
tumbuh di situ. Memang, kiranya hanya di Tiongkok sajalah tumbuh pohonpohon bambu yang demikian banyak
macamnya. Tidak mengherankan apabila pohon ini merupakan pujaan bagi para
penyair dan pelukis karena keindahannya, kekuatannya, dan
keserbagunaannya. Bambu muda terkenal sebagai bahan
makanan yang lezat, batangnya dapat dipergunakan sebagai
alat bangunan, daunnya dapat dipakai sebagai pembungkus
makanan yang dimasak, akar dan rantingnya merupakan
bahan bakar yang baik, dan keseluruhannya dapat menjadi
contoh lukisan yang indah Ditambah lagi tumbuhnya amat
mudah dan subur, tidak membutuhkan pemeliharaan yang
sulit. Lui Sian Lojin mulai dengan penuturannya tentang bambu.
"Ada seratus jenis lebih pohon bambu yang kesemuanya
mempunyai keistimewaan masing-masing, bahkan masingmasing bambu mempunyai dongengnya
sendiri-sendiri." Kakek
itu lalu menunjuk sebatang bambu yang indah. Batangnya
berwarna hijau muda, dan pada batang itu nampak garis garis hijau tua kehitaman yang lurus dan
rata, seperti digaris saja, ada pula yang agak lebih kecil batangnya dengan batang
berwarna kuning keemasan dengan garis-garis berwarna hijau
tua. "Yang bergaris lurus seperti dicetak ini adalah Bambu
Dawai Kecapi," kakek itu menjeiaskan.
Kemudian mereka mengagumi bambu yang batangnya
berwarna hijau berbintik bintik coklat, bintik bintiknya tidak
rata, tapi indah seperti lukisan seniman yang pandai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang ini namanya Bambu Berbintik, baik sekali dipakai
menjadi tangkai pancing karena kuat dan lentur, tidak mudah
patah." "Tapi yang kecil berbintik bintik ini lebih indah batangnya."
kata Ling Ling. "Itu adalah Bambu Selir Siang," Lui Sian Lojin menjelaskan
"Eh " Namanya aneh sekali."
"Memang bambu ini mengandung sebuah dongeng kuno.
1 Pada jamandahuluseorang kaisar bersama dua orang selirnya
yang tercinta berpesiar ke selatan, dan ketika tiba di Cang-wu
(di Propinsi Hui-nan) kaisar menderita sakit sampai meninggal
dunia di tempat itu. Kedua orang selir itu berduka sekali dan
mereka ingin mengikuti kaisar, lalu membunuh diri dengan
terjun ke dalam Sungai Siang. Kemudian mereka menjelma
menjadi dewi sungai dan setiap hari mereka menangisi
kematian kaisar. Air mata mereka yang jatuh ke atas batang
bambu di tepi sungai itu menimbulkan bintik - bintik pada
batang itu. Nah, itulah sebabnya maka bambu jenis ini
dinamakan Bambu Selir Siang."
Ling Ling termenung, terharu mengikuti dongeng tentang
kesetiaan selir kaisar itu.
"Ah, yang itu luar biasa sekali, seperii ular!" tiba tiba Ling
Ling berseru gembira sambil lari menghampiri kelompok
bambu yang memang aneh. Batang bambu ini berlekuk lekuk
seperti ular, dan setiap lekukan merupakan sisik!
"Itu namanya Bambu Sisik Naga, kuat sekali dan indah
untuk dipakai sebagai tongkat, dan akar serta daunnya dapat
dipergunakan sebagai bahan obat yang manjur."
Lui Sian Lojin lalu memperkenalkan bambu bambu itu satu
demi satu didengarkan penuhi perhatian oleh sumoinya.
Memang aneh aneh bambu di situ, karena pada umumnya
batang bambu berbentuk bundar dengan lubang di tengah -
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tengahnya. Akan tetapi kumpulan bambu di tempat itu, ada
yang bentuk ruasnya aneh sekali, juga namanya luar biasa.
Ada bambu yang dinamakan Bambu Muka Manusia
(Phyllostachys bambusoides var, aurea Makino). Ada bambu
yang bentuknya persegi. Malah ada lagi Bambu Tak Berlubang
(Phyllos tachys bambusoides forma). Bambu yang bentuknya
persegi itu mempunyai rebung yang istimewa, rasanya gurih
dan lezat sekali, terkenal sebagai hidangan yang istimewa.
Bambu tak berlubang itu batangnya hanya sebesar jari
tangan, dalamnya tidak berlubang sama sekali. Ada pula
Bambu Hitam Berduri yang mempunyai duri pada sekitar buku
bukunya seolah olah dipasangi sebuah roda gigi. Bambu
Bermiang (Phyllostachys edulis) ketika baru tumbuh penuh
dengan miang (bulu halus). Ada lagi Bambu Daun Manis
(Sinocalamus latiflorus) yang daunnya lebar sekali.
"Di sana itu adalah bambu jenis aneh. Biasanya, orang
akan sukar sekali melihat pohon bambu berkembang.
Biasanya, kalau ada pohon bambu berkembang, hal itu berarti
bahwa pohon itu sudah tua dan mulai layu. Akan tetapi Bambu
Hitam Berduri ini dan Bambu Pahit di sana itu kalau musim
bertunas mengeluarkan bau semerbak harum seperti bunga
mawar." Tak terasa lagi sampai hampir dua jam mereka berada di
2 tempat itu. mengagumi pelbagai jenis batang bambu dan Ling
Ling amat tertarik oleh keterangan suhengnya yang hafal akan
segala macam bambu. Kemudian mereka melanjutkan
perjalanan menuju ke lembah yang bernama Kiam-kok
(Lembah Pedang). Karena kedatangan mereka berdua tepat
pada hari diadakannya pertemuan besar antara tokoh-tokoh
kang-ouw itu, maka ketika mereka tiba di lembah itu, di situ
telah penuh dengan orang. Sebetulnya, yang mengadakan
pertemuan itu adalah dua fihak yang pada saat itu sedang
saling memperebutkan pengaruh di Tiongkok, yaitu fihak Peklian-kauw dan Uighur di satu hak,
dengan fihak Khitan dan Tibet di lain fihak. Kedua golongan itu mengadakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertemuan untuk membicarakan permusuhan yang timbul
antara sekutu mereka masing-masing, yaitu Im-yang-kauw
yang menjadi sekutu Pek-lian kauw dan Uighur, dan Beng
kauw yang menjadi sekutu Khitan dan Tibet. Agaknya sudah
mereka sepakati untuk tidak mempertemukan fihak Im yangkauw dan Beng-kauw agar tidak terjadi
keributan dan hanya sekutu-sekutu mereka saja yang hadir untuk memperbincangkan hal itu.
Seperti yang diceritakan oleh Ong-ciangkun pada Tan Sian
Lun, pada waktu itu memang terdapat tiga persekutuan yang
seolah-olah sedang saling bertentangan secara diam-diam


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berlumba untuk memperkembangkan pengaruh dan memperebutkan kekuasaan. Yang pertama tentu saja fihak
pemerintah yang didukung oleh para pendekar, "terutama
oleh Thai-san pai dan Siauw-lim-pai Fihak ke dua adalah
persekutuan antara Im-yang kauw, Pek-lian-kauw dan Bangsa
Uighur, Pihak ketiga adalah Beng kauw, Bangsa Khitan dan
Bangsa Tibet, Biarpun fihak ke dua dan ke tiga ini adalah
fihak-fihak yang menentang pemerintah, akan tetapi di antara
mereka telah timbul persaingan sehingga kini para pemimpin
di antara mereka yang khawatir kalau kalau permusuhan
terbuka akan melemahkan kedudukan masing-masing, lalu
mengadakan pertemuan itu untuk membicarakan urusan itu
Yang hadir hanyalah tokoh-tokoh dan jagoan-jagoan semua
fihak, karena merekapun tidak begitu bodoh untuk
mengumpulkan banyak orang di suatu tempat sehingga akan
3 menimbulkan kecurigaan fihak pemerintah. Akan tetapi kedua
fihak diwakili oleh tokoh-tokoh utama mereka sehingga
pertemuan itu merupakan pertemuan yang cukup penting.
Fihak Khitan di wakili sendiri oleh tokoh besarnya, yaitu An
Hun Kiong, keponakan dari mendiang pemberontak An Lu
Shan yang pernah menggemparkan seluruh Tiongkok. An Hun
Kiong adalah seorang laki-laki tampan gagah berusia kurang
lebih empatpuluh tahun, berwatak keras tegas dan
bersemangat besar seperti mendiang pamannya dan memang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
An Hun Kiong ini memiliki cita-cita besar untuk meneruskan
perjuangan pamannya yang gagal di tengah jalan setelah
hampir saja berhasil itu. An Hun Kiong ini ditemani oleh
gurunya, yaitu kakek sakti Thai-lek Hoat-ong atau yang di
negerinya disebut Tayatonga, kakek raksasa bongkok yang
lihai itu. Selain kakek ini, juga terdapat helasan orang Khitan
yang tinggi besar dan rata-rata memiliki kepandaian tinggi.
Sekutu dari bangsa Khitan ini, yaitu orang-orang Tibet, diwakili
oleh tokoh besarnya sendiri, yaitu Ba Mou Lama, seorang
pendeta Lama Jubah Merah yang usianya sudah tujuhpuluhan
tahun, tinggi kurus muka kuning dengan mata sipit. Kakek ini
lihai bukan main, kabarnya malah lebih lihai dari Thai lek
Hoat-ong, karena kakek ini adalah guru dari Sin Beng Lama,
tokoh Tibet yang lihai itu dan yang juga hadir dalam
pertemuan itu. Selain mereka berdua, ada pula belasan orang
pendeta Lama yang kesemuanya berwajah angker dan
membayangkan kepandaian yang lihai.
Akan tetapi fihak kedua yang. hadir di situ tidak kalah
angker dan menyeramkan dibandingkan dengan fihak Khitan
dan Tibet itu. Fihak ke dua ini terdiri dari wakil Bangsa Uighur
yang bernama Ou Lam Sing, seorang raksasa hitam yang
tubuhnya kelihatan amat kuat. berusia empatpuluh tahun. Dia
ini memang seorang tokoh Uighur yang terkenal sekali, dan
kabarnya memiliki kepandaian silat dan gulat yang sukar dicari
bandingannya. Selain Ou Lam Sing, juga terdapat belasan
orang anak buahnya atau pengawalnya, yang merupakan
jagoan-jagoan Uighur. Adapun sekutunya, dari fihak Pek-liankauw diwakili sendiri oleh Thai-kek
Seng-jin, ketua Pek-liankauw wilayah timur, seorang kakek berusia enampuluh tahun
yang kepalanya botak dan kakek ini memegang sebatang
tongkat seperti ular, tongkat yang terbuat dari Bambu Sisik
Naga. Kakek ini kelihtannya saja lemah, akan tetapi
sesungguhnya selain memiliki ilmu silat yang tinggi, dia juga
ahli dalam hal ilmu sihir! Di belakang kakek ini berdiri pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belasan orang Pek-lian-kauw dengan tanda - tanda bunga
teratai putih di baju mereka.
4 Selain kedua fihak yang memang hendak membicarakan
urusan sekutu masing - masing yaitu Beng-kauw dan Imyang-kauw yang tidak hadir, di situ hadir
pula tokoh-tokoh dari kalangan kang-ouw dan liok-lim, yang datang sebagai
saksi saja, juga karena biasanya para petualang di dunia
persilatan paling suka menghadiri pertemuan - pertemuan
besar semacam ini untuk meluaskan pengalaman dan
perkenalan dengan tokoh-tokoh besar. Dengan adanya tokohtokoh kang-ouw dan liok-lim ini, maka
hadirnya Lui Sian Lojin dan Ling Ling tidak begitu menarik perhatian orang
sungguhpun setiap laki-laki di situ yang melihat Ling Ling
tentu tidak hanya memandang sepintas lalu belaka. Pada saat
itu, sebagian dari para pimpinan kedua fihak sedang menjamu
para tamu yang hadir, membagi-bagikan berguci - guci arak
kepada tamu-tamu yang duduk seenaknya di lembah itu, di
bawah-bawah pohon, di atas-atas batu.dan ada yang duduk
seenaknya di atas rumput. Sementara itu, ditempat yang agak
terpisah, nampak tokoh-tokoh besar kedua fihak sedang
bercakap - cakap. Lui Sian Lojin mengajak sumoinya untuk
mendekati para pimpinan itu, karena dia ingin mengajak
sumoinya untuk menyelidiki keadaan Im-yang-kauw, yaitu
para ketuanya yang dicari-cari oleh sumoinya untuk
memperhitungkan perbuatan mereka yang menyebabkan
kematian ayah bunda dara itu. Mereka berdua mendekati lalu
duduk mendengarkan percakap-mereka.
"Omitohud.......!" terdengar Ba Mou Lama, tokoh Tibet itu
berseru. "Im-yang-pai diserbu oleh pemerintah, bagaimana
yang dipersalahkan Beng-kauw" Andaikata benar penuturan
Thai-kek Seng-jin bahwa nama lm-yang-kauw dipergunakan
oleh anak buah Beng-kauw, akan tetapi hal itu hanyalah
merupakan pelanggaran dari anak buah saja. Penyerbuan
pemerintah itu adalah tanggungjawab pemerintah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepenuhnya, tidak adil kalau dipersalahkan kepada Bengkauw, "
"Hemm. ucapan itu memang benar," kata Gu Lam Sing,
tokoh Uighur yang membeia sekutunya, yaitu Im-yang-pai.
"Akan tetapi gara - gara Beng-kauw yang mempergunakan
nama Im-yang-kauw maka sahabat sahabat kami itu diserbu
oleh pemerintah sehingga mengalami banyak kerugian.
"Benar, akan tetapi harus diingat bahwa Beng - kauw
hanya melakukan itu demi untuk menentang pemerintah,
bukan semata-mata untuk mencelakai Im-yang-pai!"
terdengar An Hun Kong berkata, suaranya penuh wibawa,
"Maka, sebaiknya kesalahan faham ini dihabiskan sampai di
5 sini saja dan kita bersama menghadapi pemerintah yang
menjadi musuh utama kita! Dengan bertengkar dan saling
bermusuhan, maka hal itu akan melemahkan kedudukan kita
masing-masing dan akan memudahkan pemerintah untuk
menekan kita. Hanya anak-anak kecil saja yang
mengutamakan urusan urusan pribadi yang tidak penting.
Akan tetapi kita adalah orang-orang dewasa yang dapat
mengesampingkan urusan pribadi yang sepele untuk
menghadapi urusan besar! "
Ucapan itu berwibawa dan semua orang mendengarkan
sambil menundukkan muka karena memang ucapan itu
mengandung kebenaran. "Fihak Im-yang pai juga tidak mengajak lain fihak
bermusuhan" kata Thai-kek Seng-jin, ketua Pek lian-kauw
yang membela sekutunya, yaitu Im-yang-kauw "Kalau mereka
mengajak bermusuhan, tentu tidak akan minta kepada kami
untuk bicara dengan cu-wi (anda sekalian). Akan tetapi,
mengingat bahwa fihak Beng-kauw yang lebih dulu melakukan
suatu kekeliruan sehingga mengakibatkan fihak Im-yang-kauw
mengalami kerugian, maka sudah layaknyalah kalau fihak
Beng-kauw yang lebih dulu mengulurkan tangan menyatakan
maaf" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada Saat itu, An Hun Kiong bangkit berdiri dan
mengangkat tangan memberi isyarat kepada semua orang
untuk tidak melanjutkan percakapan. Sepasang matanya yang
tajam ditujukan kepada Ling Ling yang dengan terangterangan menghadapi mereka itu dan ikut
mendengarkan percakapan tadi. "Saudara-saudara, nanti dulu! Agaknya ada
orang luar yang ikut mendengarkan !" katanya dan diapun
menggerakkan kedua kakinya, sekali meloncat telah berada di
depan Ling Ling dan suhengnya yang cepat bangkit berdiri
pula. Peristiwa ini menarik perhatian para tamu lainnya yang
menghentikan percakapan mereks masing-masing dan semua
mata ditujukan kepada laki-laki perkasa tokoh Khitan itu dan
Ling Ling, dara remaja cantik manis yang sejak tadi menarik
perhatian semua orang karena cantiknya.
Sepasang mata An Hun Kiong mengamati kakek dan dara
itu dengan penuh perhatian penuh kecurigaan dan penuh
selidik. Sudah menjadi kelemahan dari orang gagah ini, di
samping cita-citanya yang besar untuk menegakkan kembali
kekuasaan yang pernah diraih oleh pamannya, yaitu dia
mudah tergila-gila kepada wanita cantik! Hanya wanita cantik
sajalah yang mampu mengganggu kesungguhannya dalam
perkara memperjuangkan kekuasaan ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
6 Jilid XXIII MEMANG demikianlah. Sejarah telah mencatat betapa banyak sekali "orang
besar" yang jatuh karena
wanita! Sesungguhnyakah bahwa wanita yang menjatuhkan mereka" Amat
tidak adil kalau kita menuduh
dan menyalahkan waanita saja ! Persoalannya terletak
lebih mendalam lagi. Menurut
catatan sejarah, jatuhnya
"orang-orang besar" itu disebabkan karena tergilagila kepada wanita, ada pula
yang tergila-gila akan kekuasaan, akan harta benda, dan sebagainya. Jadi bukan semata-mata wanita saja
yang menyebabkannya. Tergantung sepenuhnya dari
kelemahan si "orang besar" itu sendiri. Ada yang lemah
terhadap kekayaan, ada yang lemah terhadap kekuasaan, ada
pula yang lemah menghadapi wanita cantik. Dan
sesungguhnya kesemuanya itu bersumber kepada kelemahan
diri sendiri. Batin yang selalu mengenangkan hal hal yang
dianggap paling menyenangkan, akan mengejar ngejarnya
dan akhirnya menjadi hamba dari pada hal yang dianggap
paling menyenangkan itu. Jadi, kalau ada orang besar atau
apapun mudah tergoda atau tergila-gila kepada wanita
sehingga lenyap kewaspadaannya, bukan wanitalah yang
bersalah, melainkan dirinya sendiri yang memuja-muja
kesenangan bergaul dengan wanita itu. Pemujaan ini yang
memelihara dan memperbesar nafsu keinginan yang
membuatnya haus dan mengejar-ngejar pemuasan. Dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setelah kita menjadi hamba dari satu di antara nafsu-nafsu
yang mengejar-ngejar apa yang di inginkan itu, maka kita
7 kehilangan kewaspadaan, kita menjadi seperti buta dan
tindakan kita didorong oleh nafsu yang memperbudak kita itu.
Demikianlah persoalan yang sebenarnya. Biar kita dikurung
oleh ribuan orang wanita cantik, kalau batin kita jernih dan
kita tidak membayangkan hal-hal yang menimbulkan nafsu
berahi, tentu tidak akan timbul apa pun juga. Sebaliknya,
biarpun kita dijauhkan dari wanita, berada di puncak gunung,
dalam hutan dan tidak pernah bertemu wanita, namun kalau
batin kita penuh dengan bayangan tentang hubungan dengan
wanita yang mendatangkan sesuatu yang kita anggap nikmat
dan menyenangkan, maka kita tetap akan dikejar kejar nafsu
berahi! Di dalam diri kitalah terletak sumber segala hal, yang
baik maupun yang buruk! "Siapakah engkau, nona?" An Hun Kiong bertanya, di dalam
suaranya terkandung kekaguman akan kecantikan dara remaja
itu dan juga terkandung kecurigaan karena nona itu bersikap
biasa dan terbuka, seolah-olah pertemuan puncak itu
merupakan tontonan lumrah saja, padahal semua tamu yang
lain tidak ada yang berani mendekati mereka yang sedang
berunding. Lui Sian Lojin yang kawatir kalau-kalau sumoinya
mengeluarkan kata-kata yang dapat menimbulkan keributan,
cepat mengangguk dengan hormat dan berkata,. "Harap
maafkan kami yang tanpa disengaja mengganggu
pembicaraan cu-wi yang penting." Dia terus memberi hormat
kepada An Hun Kiong dan tokoh-tokoh lain yang sudah datang
mendekat pula karena tertarik dan juga curiga. Siapa tahu,
dua orang ini adalah mata-mata pemerintah yang diutus untuk
menyelidiki pertemuan itu.
Kini An Hun Kiong memandang kepada kakek berjenggot
panjang putih itu. Dia memandang penuh selidik dan menoleh
kepada kawan-kawannya, akan tetapi semua tokoh yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi sekutunya itu agaknya juga tidak mengenal kakek ini,
pada hal hampir semua tokoh kang-ouw dan liok-lim dikenal
oleh mereka, terutama Thai - kek Sengjin yang mengenal
semua tokoh. "Siapakah totiang ?" akhirnya An Hun Kiong bertanya.


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lui Sian Lojin tersenyum dan menggeleng kepala. "Aku
bukan seorang pendeta, melainkan seorang tua biasa yang
kebetulan lewat di sini dan melihat keramaian di sini lalu ingin
menonton. Namaku Lui Sian Lojin."
Mendengar nama ini, terdengar seruan di sana-sini, karena
nama Lui Sian Lojin bukanlah nama asing bagi banyak tokoh
kang-ouw. Hanya karena kakek ini selama puluhan tahun tidak
pernah lagi muncul di dunia kang-ouw, maka tidak ada yang
mengenal wajahnya lagi. Tokoh-tokoh tua seperti Thai kek
Seng-jin tentu saja mengenal nama itu, maka dia cepat
8 berkata dengan sikap hormat, "Ah, kiranya pertapa dari Kwihoa-san yang hadir !" Dia cepat menjura
ke arah Lui Sian Lojin dan menyambung, "Maafkan bahwa penyambutan kami
kurang hormat karena tidak mengenal Lojin."
Lui Sian Lojin tersenyum dan membalas penghormatan itu.
"Sudah lama mendengar nama besar Thai-kek Seng-jin, maka
pertemuan ini sungguh menyenangkan hati."
Akan tetapi, nama Lui Sian Lojin ini tentu saja tidak dikenal
oleh orang-orang Uighur. Tibet, dan Khitan. Melihat betapa
ketua Pek-lian-kauw itu begitu menghormat kepada kakek
sederhana ini, hati An Hun Kiong merasa tidak senang. Kakek
ini boleh jadi seorang mata-mata, akan tetapi gadis ini
sungguh manis. Maka dengan lantang dia berkata, "Sayang
bahwa kami belum mengenal ji-wi (kalian berdua) sebagai
sahabat, maka kami tidak mengirim undangan. Akan tetapi
belum terlambat kiranya untuk kita menjadi sahabat. Aku
adalah An Hun Kiong dan siapakah namamu, nona ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat pandang mata laki-laki gagah dan tampan itu,
melihat senyum dan kerling matanya yang mengandung
kekurangajaran, Lmg Ling sudah merasa tak senang, maka dia
merasa enggan untuk menjawab. Melihat sikap sumoinya, Lui
Sian Lojin cepat mewakilinya menjawab, "Dia ini adalah
sumoiku yang bernama Gan Ai Ling."
Mendengar ini, semua orang memandang degan penuh
keheranan, juga merasa geli dalam hati. Seorang kakek yang
sudah demikian tuanya mempunyai seorang sumoi yang masih
dara remaja, yang patut menjadi cucu muridnya! Dan
Si Kumbang Merah 8 Dibawah Lindungan Kabah Karya Hamka Petaka Kuil Tua 2
^