Pencarian

Tiga Naga Sakti 2

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 2


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
amat penting diketahui oleh tiga orang muda yang masih hijau
ini, mereka bertiga dengan hati berat lalu berkemas Selama
berada di situ, suhu mereka amat mencinta mereka dan
biarpun mereka tinggal di atas puncak gunung, namun berkat
kelebihan hasil tanaman mereka, tiga orang muda itu
mempunyai persediaan pakaian yang cukup banyak, dan
masing-masing telah memiliki sebatang pedang yang biarpun
bukan merupakan pedang pusaka namun cukup baik.
Kemudian, lewat tengah hari, mereka berlutut lagi di depan
suhu mereka, memberi hormat dan mohon diri, lalu
berangkatlah mereka turun gunung meninggalkan tempat itu.
Lui Sian Lojin berdiri di atas batu besar yang berada di puncak
dan memandang ke arah tiga orang muridnya, mengikuti
bayangan mereka itu lenyap di antara pohon-pohon.Kemudian
turunlah dia dari batu besar itu dan berjalan perlahan
memasuki pondoknya. Pondok yang kosong itu betapapun
juga mempengaruhi hatinya yang tiba-tiba saja terasa kosong.
Hidupnya seakan-akan mati dan semangatnya seperti terbawa
pergi oleh tiga orang muda itu. Dadanya terasa sesak dan
kerongkongannya bagaikan disumbat sesuatu dari dalam,
akan tetapi kakek yang gagah perkasa ini lalu menggunakan
kekuatan batinnya untuk menekan rasa duka dan kesepian itu,
dan dia duduk bersila di atas pembaringannya sambil
bersamadhi dan mengatur pernapasan.
Pengikatan diri terhadap apapun juga di dunia ini tentu
akan menimbulkan duka. Cinta kita terhadap manusia lain
atau terhadap benda sebenarnya hanyalah kesenangan yang
kita nikmati dari manusia atau benda yang kita cinta itu. Cinta
macam ini bersifat memiliki dan mengandung pengikatan.
Oleh karena itu, apa bila kita mengikatkan diri kepada sesuatu
baik manusia atau benda, yang kita sukai, seolah-olah ikatan
itu menumbuhkan akar di dalam batin, maka setiap kali kita
13 dipisahkan dari apa yang kita cintai itu, terjebollah akarnya
dan hal ini tentu saja menyakitkan batin dan menimbulkan
duka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengikatan diri menimbulkan rasa iba diri apabila
perpisahan datang, sedangkan perpisahan tidak mungkin
dapat dielakkan lagi di dunia ini karena segala sesuatu adalah
tidak kekal adanya. Dan betapa banyaknya kita "mengikatkan
diri" dengan keduniawian, dengan keluarga, sahabat, harta
benda, kedudukan, nama besar, dan seribu satu macam halhal yang mendatangkan kenangan bagi
kita sehingga hidup kita penuh dengan hal-hal yang menimbulkan duka karena
sewaktu-waktu kita tentu akan berpisah dengan semua itu.
Pengikatan diri inipun menimbulkan rasa takut akan
kematian, perpisahan yang mutlak karena saat kita mati kita
akan berpisah dari semua yang kita sayang iju. Karena itu
yang terutama dan terpenting adalah: Dapatkah kita hidup
tanpa pengikatan dengan apapun juga, tanpa bersandar
kepada apapun juga, secara batiniah "
-0odwkz-234o0Bukan sembarangan orang-orang muda yang turun dari
puncak Kwi-hoa-san pada hari itu. Kui Eng telah menjadi
seorang dara remaja berusia tujuhbelas tahun yang cantik
jelita dan manis. Rambutnya yang hitam panjang dan halus
itu dikepang menjadi dua dan diikat dengan pita sutera
merah, dan di atas kepalanya sebelah kiri dihias dengan
hiasan rambut berupa setangkai bunga bwee terbuat dari
pada batu-batu merah pemberian suhunya.
Wajahnya yang berbentuk bulat telur itu bertambah manis
karena senyumnya selalu menghias bibir yang merah dan
tipis. Sepasang matanva yang agak lebar selalu bersinar-sinar
laksana bintang pagi, membuat wajahnya nampak cerah dan
selalu berseri. Tubuhnya ramping padat, membayangkan
bahwa dia sehat dan memiliki tenaga halus yang amat kuat,
sedangkan kulitnya yang halus putih kekuningan itu
menyembunyikan keadaannya sebagai seorang pendekar
wanita yang lihai. Sukar untuk percaya bahwa kedua tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berkulit halus itu mampu memecahkan batu dengan satu
kali pukul ! Warna hijau menjadi kesukaannya dan pakaian
yang menutupi tubuhnya terbuat dari sutera berwarna hijau,
dengan potongan yang sederhana, namun warna itu membuat
kulitnya nampak lebih putih dan gemilang.
Pinggangnya yang ramping terikat dengan sabuk sutera
merah, kedua ujung sabuk melambai-lambai tertiup angin
gunung ketika dia berjalan menuruni gunung bersama kedua
orang suhengnya. Kedua sepatunya yang kecil dan masih baru
14 itu berwarna hitam. Gagang pedang yang tersembul di pinggangnya membuat
dia nampak gayah. Cantik jelita dan gagah perkasa,
demikianlah kesan yang didatangkan oleh pribadi Kui Eng,
bagaikan setangkai bunga yang semerbak mengharum dan
indah, akan tetapi dia bukanlah bunga sembarang bunga.
Bukanlah bunga harum indah yang mudah dijangkau tangan
dan mudah pula dipetik. Ibarat bunga, dia berada di tempat
tinggi dan kegagahannya yang melingdungi kecantikannya
bagaikan duri-duri tajam yang melindungi bunga harum itu.
Mudah dipandang akan tetapi sukar untuk dicapai tangan !.
Tan Bun Hong yang berjalan di sebelah kiri Kui Eng juga
merupakan seorang pemuda yang patut dikagumi. Semenjak
kecilnya memang sudah dapat diduga bahwa dia akan menjadi
seorang pemuda yang tampan. Rambutnya hitam dan
digelung ke atas, diikat dengan sutera biru dengan erat-erat
sehingga dahinya yang tinggi dan lebar itu menambah
ketampanannya. Kulit mukanya halus dan putih sehingga
bibirnya nampak merah bagaikan bibir wanita, akan tetapi
bentuk mulutnya gagah dan tidak sekecil mulut wanita.
Sepasang matanya kocak dan Jenaka, selalu bergerak ke
sana-sini, kerlingnya menyambar nyambar, menunjukkan
bahwa dia memiliki otak yang cerdik, sedangkan senyum
manis yang tak pernah meninggalkan bibirnya membuat orang
merasa suka kepadanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuhnya agak kurus akan tetapi bahunya lebar dan tegak.
Langkah kakinya tegap membayangkan adanya kekuatan
besar di dalam tubuhnya. Pakaiannya berwarna kuning gading
dengan ikat pinggang berwarna biru seperti ikat rambutnya.
Pakaiannya rapi dan bersih sampai kesepatunya, rambutnya
tersisir halus dan terawat, menandakan bahwa dia seorang
yang pesolek dan suka akan kebersihan. Juga pedangnya
tergantung di pinggang kiri membuat dia nampak tampan dan
gagah. Di sepanjang jalan dia bercakap-cakap tiada hentinya
dan pandai sekali menghibur hati kedua orang saudara
seperguruan itu dengan kelakar dan kejenakaan, sehingga
terhiburlah hati Kui Eng dan Beng Han.
Di sebelah kanan Kui Eng berjalanlah Gan Beng Han.
Tubuhnya tinggi, lebih tinggi dari Bun Hong, dan juga lebih
tegap. Rambutnya yang subur dan hitam juga diikat keatas
dengan sehelai pita berwarna hitam sehingga dari jauh tidak
kelihatan karena warnanya sama dengan rambutnya. Mukanya
lebar dan berbentuk bagus. Wajah seperti inilah yang biasa
disebut wajah "toapan" dan menurut pendapat umum, wajah
yang toapan itu adalah wajah seorang yang berwatak baik dan
dapat dipercaya. Alisnya tebal dan berbentuk seperti golok,
membayangkan kegagahan. 15 Kedua matanya tenang dan bersinar lembut, membayang
kan keiujuran. Dagunya berlekuk pada tengah-tengahnya
menambah sifat kejantanannya, akan tetapi bibirnya
membayang kesabaran yang besar.
Pakaiannya terbuat dari pada kain tebal berwarna abu-abu,
sederhana sekali seperti pakaian petani, jauh bedanya dengan
pakaian Bun Hong, sungguhpun guru mereka tidak pernah
membeda bedakan antara mereka. Hal ini menunjukkan
bahwa memang Beng Han memiliki watak sederhana. Kulit
mukanya tidak seputih Bun Hong, akan tetapi wajah Beng Han
tidak dapat dikatakan buruk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sungguhpun tidak setampan wajah Bun Hong, namun
tanpa dapat diragukan dia memiliki sifat gagah yang amat
menonjol. Langkah kakinya tidak seringan kaki Kui Eng yang
berjalan di sebelah kirinya, juga tidak secepat langkah kaki
Bun Hong, akan tetapi lebih tegap dan kuat, dengan langkah
yang lebar dan lenggang yang jelas membayangkan
kehebatan tenaganya, seperti lenggang seenaknya seekor
harimau muda. Tiga orang muda yang pada waktu itu menuruni Gunung
Kwi-hoa-san, dapat disebut sebagai lambang dari kecantikan,
ketampanan, dan kegagahan. Dan apa bila orang mengetahui
akan kehebatan ilmu kepandaian silat mereka, maka orang itu
tentu akan menyatakan bahwa yang menuruni puncak gunung
itu bukanlah tiga orang muda sembarangan, melainkan tiga
naga sakti yang melayang turun dari angkasa ke dunia ramai
untuk melaksanakan tugas suci!.
Pada masa itu, Kerajaan Tang baru saja terlepas dari
gangguan pemberontakan. Bekas-bekas perang memang
sudah tidak nampak jelas, akan tetapi akibat-akibat perang
maasih terasa oleh rakyat karena kini yang menjadi kaisar
adalah seorang yang lemah dan tidak pandai menguasai
keadaan, tidak pandai mengatur pemerintahan.
Para pembesar kerajaaan, terutama sekali para thaikam
(orang kebiri) yang selalu menjadi sekelompok orang-oraang
yang paling dekat dengan kaisar, memegang peranan penting
dalam tampuk kerajaan. Para pembesar ini bukanlah
pemimpin sejati. Yang dinamakan pemimpin adalah orangorang yang memegang kedudukan tinggi
dan yang memimpin rakyat ke arah kemakmuran bersama.
Akan tetapi pembesar adalah orang-orang yang,
memperebutkan kedudukan tinggi hanya unntuk memperbesar
perut sendiri, memperbesar kekuasaan dan memperbesar
kekayaan pribadi saja. Mereka ini selalu mementingkan diri
sendiri, mengejar kesenangan sebanyak-banyaknya .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
16 Kesenangan dalam bentuk apapun, baik itu kedudukan,
harta benda dan sebagainya, bukan merupakan hal buruk dan
jahat.Akan tetapi, kalau sudah dikejar-kejar,maka dalam
PENGEJARANNYA inilah timbul kejahatan-kejahatan, karena
demi untuk mencapai yang dikejar-kejarnya, manusia tidak
segan-segan untuk melakukan perbuatan busuk macam
apapun juga. Pengejaran akan kedudukan menimbulkan
kejahatan dan kecurangan terhadap lawan yang memperebutkan kedudukan, pengejaran terhadap kekayaan
antara lain menimbulkan korupsi yang kian merajalela.
Dan keadaan seperti ini tiada bedanya dengan keadaan di
waktu berkecamuk perang, kembali rakyat jelatalah yang
celaka dan menderita akibat tekanan para pembesar itu. Pajak
penghasilan sawah ladang dan segala macam pekerjaan
diperhebat dan diperberat. Celakanya, bukan hanya satu fihak
saja yang merupa kan lintah yang menghisap darah rakyat,
melainkan berantai, dari yang paling tinggi sampai paling
rendah. Dari kaisar sampai para pemungut pajak, maka
jumlah yang dikenakan pada rakyat juga menjadi berlipat
ganda. Tentu saja pendapatan pajak itu hanya sebagian kecil
saja yang disetorkan kepada kerajaan dan yang terbesar
kandas atau menyangkut di saku-saku para pembesar besar
kecil. Rakyat nembanting tulang memeras keringat sematamata hanya untuk menambah gemuk
para pembesar dan juga. mereka yang memiliki tanah yang disewakan kepada
para petani. Oleh karena adanya tekanan yang amat berat sehingga
membuat kehidupan rakyat penuh derita dan kekurangan ini,
tidaklah mengherankan apabila banyak orang yang memiliki
ilmu kepandaian dan kekuatan lalu melarikan diri ke dalam
hutan dan menjadi perampok ! Tentu saja hal ini bukan
merupakan jalan keluar yang baik, akan tetapi penderitaan
hidup yang serba kekurangan, menimbulkan kekacauan dan
mata gelap. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga orang muda murid Lui Sian Lojin yang
mempergunakan ilmu berlari cepat ketika menuruni gunung
itu tiba di sebuah hutan di kaki Gunung Kwi Hoa San. Hari
telah menjelang senja dan mereka merencanakan untuk
mencapai dusun Siong-hwa-chung di luar hutan sebelum
malam tiba dan melewatkan malam di dusun itu untuk
melanjutkan perjalanan esok harinya. Akan tetapi ketika
17 mereka tiba di tengah hutan itu, tiba-tiba terdengar suara
suitan-suitan dari kanan kiri dan depan. Mereka bertiga
merasa heran sekali, otomatis menghentikan langkah mereka
dan memandang dengan penuh kewaspadaan ke depan Tak
lama kemudian bermunculan orang-orang diri balik pohon
pohon dan semak-semak, orang orang kasar dan bersikap
bengis, dengan pakaian tambal tambalan, memegang golok
dan tubuh mereka kurus-kurus akan tetapi sikap mereka
ganas. Kecewalah hati tiga orang muda itu. Manusia-manusia
pertama yang mereka temui dalam perjalanan turun gunung
ini ternyata adalah segerombolan perampok ! Seorang laki-laki
setengah tua yang bertubuh tinggi besar dan kelihatan kokoh
kaat. berdiri menghadang mereka dengan golok di tangan
kanan. Tangan kirinya bertolak pingeang dan kedua kakinya
dipentang lebar, sikapnya ganas dan gagah. Jelas bahwa tentu
dia kepala perampok itu .
"Hai, tiga orang muda yang sedang lewat!. Berhenti dulu
dan tinggalkan bungkusan dan pedang kalian, baru boleh
lewat terus!" kata nya dengan sikap menakutkan.
Tiga orang muda itu saling pandang sambil tersenyum.
Biarpun mereka belum berpengalaman dan selamanya belum
pernah bertemu dengan orang-orang kasar seperti itu, akan


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetapi berkat penuturan suhu mereka, tiga orang muda ini
sudah dapat menduga orang-orang macam apa adanya
mereka yang kini menghadang perjalanan itu .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suheng, mereka adalah orang-orang jahat yang perlu
dibasmi!" kata Bun Hong dengan tenang sambil meraba
gagang pedangnya. Juga Kui Eng sudah meraba gagang
pedangnya, hatinya tegang dan jantungnya berdebar karena
agaknya baru sekali ini dia akan mengalami pertempuran dan
mempraktekkan semua ilmu silat yang selama ini
dipelajarinya. Akan tetapi Beng Han tetap bersikap tenang.
Sebagai saudara seperguruan yang tertua, dialah yang berhak
memimpin seperti yang juga dipesan oleh suhu mereka. Lui
Sian Lojin yang mengenal baik watak tiga orang muridnya,
maklum bahwa di antara mereka bertiga, hanya Beng Han
yang boleh diandalkan untuk menjadi pemimpin karena
pemuda ini tenang dan bijaksana, tidak sembrono seperti dua
orang adik seperguruannya.
"Sahabat," kata Beng Han sambil melangkah maju,
suaranya tenang dan halus ramah. "Kita tidak saling
mengenal, tidak pernah saling bermusuhan, mengapa engkau
minta yang bukan-bukan " Aku pernah mendengar bahwa
orang yang minta barang-barang orang lain secara paksa,
disebut perampok. Apakah kalian ini hendak merampok kami?"
Mendengar pertanyaan yang jujur ini, tiba-tiba kepala
18 perampok itu tertawa bergelak dan semua anak buahnya ikut
pula tertawa geli, seolah-olah suara ketawa kepala perampok
tadi merupakan komando kepada mereka supaya tertawa.
"Orang muda, engkau boleh menamakan kami perampok
atau apa saja. Pendeknya, kami yang berkuasa di rimba ini
dan setiap orang yang berjumpa dengan kami, harus
meninggalkan barang-barangnya. Kalau kalian bertiga
membangkang, jangan katakan kami berlaku keterlaluan
apabila golok-golok kami yang mewakili kami bicara!'
''Perampok kurang ajar! Kalian kira kami ini orang apakah?"
Bun Hong membentak marah dan melangkah maju sambil
mengangkat dada dan mengepal tinju.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sergap mereka!" teriak kepala perampok dan belasan
batang golok berkilauan ketika para perampok itu mulai
bergerak dan mengurung mereka bertiga.
'Jangan gunakan pedang!" Beng Han memperingatkan dua
orang adik seperguruannya. Teriakan ini mengingatkan Bun
Hong dan Kui Eng akan pesan guru mereka bahwa mereka
tidak boleh sembarangan membunuh, maka tangan mereka
yang meraba gagang pedang dilepas dan dengan tangan
kosong mereka menghadapi serbuan belasan batang golok itu.
Jumlah perampok itu ada duapuluh dua orang termasuk
kepala perampoknya. Kini, mereka yang sudah mengurung itu
lalu mulai menerjang dengan golok mereka, sinar golok
berkilauan menyambar-nyambar ganas.
"Haaaiiiiittt !!" Kui Eng membentak.
"Hiaaaaahhh !" Bun Hong berseru.
"Heeeeehhh !" Beng Han juga membentak dan mereka
bertiga sudah menggerakkan tubuh mereka.
Dalam keadaan dikeroyok oleh banyak senjata tajam itu
tanpa diberi tahu lagi ketiga orang muda perkasa ini telah
tahu dengan ilmu apa mereka harus menandingi para
pengeroyok dan gerakan mereka memiliki dasar yang sama,
yaitu ilmu silat tangan kosong yang disebut Kong-jiu-jip-pek to
(Tangan Kosong Serbu Ratusan Golok) dan Sin-liong-haon-sin
(Naga Sakti Berjungkir Balik) untuk menangkis merampas
golok dan mengelak. Bayangan mereka bergerak cepat, berkelebatan seperti tiga
ekor naga sakti mengamuk. Terdengar pekik kesakitan susulmenyusul dan golok beterbangan ke
empat penjuru. termasuk si kepala perampok sendiri, telah rebah semua perampok itu di
atas tanah dalam keadaan tertotok terpukul dan tertendang
yang membuat mereka tidak dapat bangkit kembali !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para perampok itu merasa amat terkejut dan terheran.
19 Lebih heran hati mereka daripada rasa sakit yang mereka
tahan, sehingga keheranan itu seperti melupakan rasa takut
dan sakit. Mereka hanya rebah dan mcmandang dengan mata
terbelalak dan mulut ternganga. Belum pernah selama
menjadi perampok mereka mengalami hal seperti ini,
dirobohkan! dalam beberapa gebrakan saja oleh tiga orang
muda yang bertangan kosong secara demikian mudahnya!
Karena terkejut, heran dan juga kagum sekali, kepala
perampok yang roboh oleh sentilan jari tangan Bun Hong pada
iganya itu lalu merangkak bangun dan berlutut di depan tiga
orang pendekar muda itu. "Ampunkan kami, sam wi enghiong ( tiga orang gagah),
mata kami telah buta dan lidak mengenal tiga orang pendekar
besar yang sedang melakukan perjalanan. Kami memang
pantas dihajar.........!"
Bun Hong dan Kui Eng memandang dengan mulut
tersenyum mengejek, akan tetapi Beng Han segera
membangunkan kepala perampok itu dan berkata, "Sahabat,
kulihat kalian masih muda dan gagah, mengapa kalian tidak
mau bekerja yang benar dan melakukan pekerjaan rendah
menjadi perampok ?" Kepala perampok itu memang sejak masih muda telah
menjadi perampok, maka dia tidak dapat menjawab dan tidak
berani menjawab, hanya menundukkan kepala saja. Akan
tetapi bcberapa orang anak buahnya yang berasal diri
penduduk dusun, para petani yang tidak dapat mengandalkan
kaki tangan untuk bekerja dan mencukupi kebutuhan rumah
tangganya, dengan suara sedih lalu berkata,"Ho-han (orang
budiman), kami menjadi perampok oleh karena terpaksa. Anak
isteri di rumah harus diberi makan dan pekerjaan halal apakah
yang dapat kami kerjakan pada waktu yang begini sukarnya "
Kemampuan kami hanyalah bertani dan pekerjaan itu sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali tidak mencukupi kebutuhan perut seanak-bini kami.
Harap ho-han sudi mengampuni kami yang sengsara ini."
"Alasan kosong belaka !" Bun Hong membentak dan
memandang tajam. "Kalian harus sadar dan tidak melanjutkan
pekerjaan jahat ini. Awas, kalau lain kali aku lewat di sini dan
melihat kalian masih menjadi perampok, aku tidak akan
mempergunakan tangan dan kaki saja, akan tetapi aku tentu
akan menggunakan pedangku untuk menamatkan riwayat
kalian!" Para perampok itu hanya mengangguk-angguk dengan
muka pucat. "Kebutuhan perut saja tidak mungkin memaksa kalian
menjadi perampok," kata Beng Han dengan suara tenang.
"Berapa sih banyaknya kebutuhan perut " Yang banyak adalah
kebutuhan mulut. Bukalah mata kalian bahwa yang
20 mendorong kalian melakukan perbuatan sesat ini adalah
angkara murka, bukan kebutuhan perut. Sekali ini kami
melepaskan kalian, akan tetapi harap jangan ulangi lagi
perbuatan sesat ini."
Para perampok kembali mengangguk-angguk. Diam-diam di
antara mereka ada yang maui membuka mata melihat
kenyataan dan menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh
pendekar yang bertubuh tinggi tegap itu memang benar
adanya. Kebutuhan perut memang sesungguhnya tidak
seberapa, karena sesungguhnya bumi penuh dengan
tetumbuhan yang dapat dimakan untuk memenuhi kebutuhan
perut. Akan tetapi, yang sesungguhnya selalu membuat
mereka merasa kekurangan adalah tidak terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan lain yang pada hakekat-nya adalah
pengejaran kesenangan belaka. Kebutuhan mulut adalah
pengejaran kesenangan, bukan kebutuhan mutlak dari tubuh.
Segala bentuk penyelewengan yang dilakukan manusia di
dunia ini sesungguhnya terdorong oleh keinginan memperoleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa yang dikejar-kejarnya dan yang dikejarnya itu tiada lain
hanyalah kesenangan belaka.
Namun, pikiran memang amat cerdik untuk membela diri
sehingga apa yang sesungguhnya hanya pengejaran
kesenangan lalu dinamakan sebagai kebutuhan hiaup! Pikiran
inilah yang menutupi kesadaran, yang mencegah terbukanya
mata untuk menyadari kenyataan yang ada, padahal tanpa
adanya kesadaran akan penyelewengan sendiri tidak akan
mungkin terdapat perubahan dalam kehidupan.
Tiga orang pendekar muda itu melanjutkan perjalanan
mereka dengan cepat karena mereka tidak ingin kemalaman di
dalam hutan. Setelah bermalam di dusun Siong hwa-cung,
dirumah seorang petani tua yang ramah, di mana mereka
kembali mendengar akan keadaan para penghuni dusun, para
petani yang memang amat sengsara, pada keesokan harinya,
pagi-pagi sekali mereka bertiga meninggalkan dusun dan
melanjutkan perjalanan menuju ke tempat di mana untuk
pertama kalinya mereka berjumpa dengan guru mereka, yaitu
di dusun Hong-yang. Menjelang tengah hari mereka tiba di
dusun ini. Melihat dusun tempat kelahiran mereka, Bun Hong dan Kui
Eng merasa terharu sekali dan terbayanglah semua peristiwa
yang lalu di depan mata mereka sehingga diam diam Kui Eng
menggunakan saputangannya untuk menghapus air mata
yang menitik turun ke atas pipinya. Memang harus diakui
bahwa tanah tumppah darah,yaitu tempat di mana seseorang
dilahirkan dan di mana darah ibu tertumpah di waktu
melahirkan, merupakan tempat yang takkan terlupakan, apa
21 lagi kalau sejak lahir orang, tinggal di tempat kelahiran itu,
maka banyak terdapat kenangan, baik yang indah maupun
yang buruk, yang sukar untuk dilupakan dan membuat orang
merasa seperti ada pertalian gaib antara dia dan tempat itu.
Dusun Hong, yang telah mengalami banya perubahan
semenjak mereka pergi. Rumah-rumah baru telah dibangun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi orang-orang yang tinggal di dusun itu sebagian
besar adalah pendatang baru dari lain tempat. Biarpun masih
ada pula penduduk lama yang kembali ke tempat itu dan
mendirikan rumah lagi karena rumah mereka yang dulu telah
dibakar pemberontak, akan tetapi oleh karena Bun Hong dan
Kui Eng pergi meninggalkan Hong-yang di waktu mereka
masih kecil, maka tidak ada orang yang mengenal mereka.
Mereka berduapun tidak melihat ada orang yang mereka
kenal. Sungguh aneh rasanya memasuki kampung halaman
sendiri, memasuki tempat kelahiran sendiri seperti orang
orang-asing! Biarpun banyak rumah baru dibangun namun
pohon-pohon, selokan selokan air, batu-batu jalan,
pemandangan gunung yang menjulang di kejauhan, semua itu
tidak pernah berubah dan tempat itu sama sekali tidak asing
bagi mereka. Ketika kedua orang muda itu mencoba untuk bertanya
kepada orang orang di situ tentang keadaan keluarga Tan dan
keluarga Kui, yaitu hartawan Tan dan kepala kampung Kui
yang tadinya amat terkenal di dusun itu, jawaban yang
mereka dapat dari para penduduk lama hanyalah tarikan
napas panjang dan gelengan kepala sambil dibarengi kata
kata sedih. "Semua habis, semua binasa........"
Sehari itu mereka bertiga melakukan penyelidikan, bertanya
sana sini, sambil melihat lihat keadaan di dusun Hong-yang.
Namun usaha mereka menyelidiki keadaan keluarga Tan dan
Kui sia-sia belaka dan akhirnya mereka pergi ke dusun tempat
kelahiran Beng Han. Dusun ini amat kecil dan biarpun kini
sudah penuh pula dengan penduduk, namun keadaan dusun
ini amat miskin dan penghidupan rakyat dusun ini amat
sengsara dan serba kekurangan membuat tiga orang pendekar
itu merasa terharu dan kasihan sekali.
Pada masa itu, para pembesar yang berkuasa di kota raja,
mengadakan peraturan pajak yang amat menekan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengisap darah para petani, dan menentukan pajak sebanyak
limapuluh sampai seratus kati gandum bagi setiap mouw
(petak) sawah. Pajak ini luar biasa beratnya, karena meliputi
bagian terbesar dari hasil tanah, bahkan di waktu musim
22 kering sawah tidak dapat menghasilkan gandum sebanyak
itu.Oleh karena mendapat contoh dari para pembesar tinggi
dengan peraturan-peraturan itu, maka para pmilik tanah di
kampung-kampung dan para petugas yang mendapatkan
kekuatan seperti kepala kampung dan lain-lain, tidak mau
kalah dan mengekor contoh ini dengan setia. Merekapun
menetapkan pajak pajak yang berat bagi para petani sehingga
keluh-kesah rakyat kecil membubung tinggi sampai ke langit
tanpa ada yang mendengar agaknya.
Kepala kampung di Hong-yang adalah seorang pendatang
baru yang kaya raya, seorang she Gu. Dusun kecil tempat
kelahiran Beng Han juga termasuk wilayah kampung Hongyang itu, yang merupakan sebuah
kecamatan, maka kepala kampung Gu ini boleh dinamakan camat. Untuk dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan lancar, camat Gu ini
memelihara belasan orang tukang pukul karena banyak terjadi
pertentangan, keributan dan ketegangan dengan para petani
yang merasa penasaran dikenakan pajak yang terlampau
berat itu. Tiap orang petani yang tidak dapat memenuhi dan
membayar pajaknya, akan ditangkap dan dihukum dengan
beberapa puluh kali cambukan pada punggungnya. Apabila
terdapat petani yang membangkang dan hendak melawan,
tukang-tukang pukul itulah yang akan beraksi dan
menghentikan segala sikap membangkang itu dengan
pukulan-pukulan dan kadang-kadang denean pembunuhan.
Biarpun camat Gu ini boleh disebut kejam dan jahat,
namun dia hanyalah merupakan sebuah mata rantai kecil saja
dari kekuasaan jahat yang berkuasa pada waktu itu. Camat
inipun berada di bawah kekuasaan pembesarnya yang berada
di kota An-kian, yang kekuasaannya meliputi wilayah
kecamatan Hong yang dan dusun-dusun di sekitarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pembesar itu berpangkat bupati, seorang she Yap dan dialah
yang menetapkan besarnya pajak bagi para petani di dusun dusun, sehingga terpaksa camat Gu
harus memerintahkan kepada para kepala dusun untuk mentaati perintahnya.
Namun, seperti yang selalu terjadi, di mana terdapat
makanan enak dan mudah, selalu anjing - anjing berebutan.
Camat iuipun tidak mau kalah dalam perlombaan menumpuk
kekayaan untuk diri sendiri, demikian pula para kepala dusun
sehingga akibatnya, mereka itu mengkorup hasil pajak,
bahkan ada.yang memberi tambahan ekstra untuk diri sendiri
pada jumlah pajak yang sudah amat berat menekan itu.
Ketika tiga orana pendekar muda itu mendengar akan
keadaan ini dari para petani, bukan main marah dan
penasaran rasa hati mereka. Terutama sekali Kui Eng yang
dahulu menjadi puteri seorang kepala kecamatan yang jujur.
Terbangun semangatnya ketika seorang petani tua yang
23 mendengar cerita kawannya itu menarik napas panjang dan
berkata, tanpa diketahuinya bahwa puteri orang yang
dibicarakannya itu berada di depannya, "Aihh, alangkah
baiknya kalau Kui-taijin (pembesar Kui) masih hidup dan
menjadi camat kami........"
Kui Eng maklum bahwa petani tua itu memuji ayahnya,
akan tetapi dia tidak mau memperkenalkan diri sebagai puteri
camat Kui itu. Dia lalu mengajak dua orang suhengnya untuk
pergi ke rumah camat she Gu itu.
"Kita harus memberi pelajaran kepada camat pemeras itu!"
katanya dengan sengit. Kedua orang suhengnya mempunyai pendapat yang sama,
maka mereka bertiga lalu pergi menuju ke rumah camat Gu
yang merupakan sebuah gedung besar dan mewah. Keadaan
gedung ini sungguh berlawanan sekali dengan kemiskinan
yang nampak di sekitarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para tukang pukul atau pengawal yang menjaga di depan
gedung itu, merasa curiga ketika melihat tiga orang muda itu
memasuki pekarangan gedung dengan langkah tegap dan
pandang mata tajam bersinar, maka mereka cepat
berkerumun menghadang. Melihat bahwa tiga orang itu
membawa pedang, maka seorang di antara mereka yang
bertubuh pendek dan gemuk dan menjadi pimpinan di antara
kelompok penjaga itu, cepat bertanya dengan sikap hormat
namun dengan pandang mata penuh selidik.
"Sam - wi (anda bertiga) hendak mencari siapa ?"
Melihat sikap orang ini cukup menghormat, Beng Han lalu
melangkah maju dan mengangkat kedua tangan ke depan
dada untuk memberi hormat sambil menjawab, "Kami bertiga
ingin bertemu dengan Gu-taijin."
Kecurigaan para pengawal itu makin bertambah dan kini
berubahlah sikap si pendek gejnuk Dia memandang mereka
bertiga penuh selidik, dan ketika pandang matanya ditujukan
kepada Kui Eng, pandang mata itu seolah olah menggerayangi
seluruh tubuh dan wajah dara ini sehingga muka Kui Eng
menjadi merah sekali saking malu dan juga marahnya.
"Siapa nama dan ada keperluan apa?" tanya si gendut
dengan lagak angkuh. Melihat perubahan sikap ini, Bun Hong tak dapat menahan
kesabarannya dan dengan suara kaku dia berkata, "Laporkan
saja kepada camat Gu agar dia keluar menjumpai kami, soal
nama dan keperluan kami, engkau si gendut sombong tidak
perlu tahu !" Marahlah pengawal gemuk itu. Dia adalah seorang kepala
tukang pukul yang amat terkenal ditakuti oleh semua
penduduk di seluruh wilayah Hong-yang. Belum pernah ada
orang berani bersikap kasar kepadanya, apa lagi menghinanya
24 seperti yang dilakukan oleh pemuda tampan ini. Dengan mata
melotot besar, biji matanya separuh keluar dari kelopaknya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia membentak, "Kalian ini orang-orang kurang ajar! Pergilah
dari sini! Gu-taijin sedang sibuk dan tidak ada waktu untuk
melayani orang-orang maeam kalian!"
Melihat ini, Beng Han segera berkata dengan suara halus
sambil mencegah sutenya mendahuluinya dengan kata-kata
atau perbuatan yang hanya akan menimbulkan keributan,
"Twako, harap jangan mencari perkara dengan kami. Kami
tidak mempunyai urusan denganmu, kami hanya ingin bicara
dengan Gu-taijin." Akan tetapi, kepala pengawal yang gendut itu sudah marah sekali dan dia berkata dengan katakata yang bernada kaku,
"Setiap orang yang hendak menghadap Gutaijin
harus bersikap sopan dan tidak boleh membawa senjata. Kalau kalian mau menanggalkan pedang, menyerahkan kepada kami kemudian menanti di sini sambil berlutut, barulah kami mau melaporkan tentang kunjungan kalian kepada beliau." "Apa?" Kui Eng melangkah maju dengan mata bersinar
marah "Menanggalkan pedangku" Eh, babi gemuk, dengarlah!
Kami sengaja membawa pedang untuk kami pergunakan
mengetuk kepala orang she Gu itu beserta kaki tangannya,
termasuk engkau !" Kui Eng berdiri di depan kepala pengawal
gendut itu sambil bertolak pinggang, sikapnya menantang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali. Beng Han mengenakan alisnya, akan tetapi karena
sudah terlanjur, dia tidak dapat lagi mencegah sumoinya.
"Perempuan kurang ajar!" Pengawal gemuk itu lalu
mengulurkan tangan hendak mencengkeram dada Kui Eng
yang mulai tumbuh menonjol, dengan maksud untuk memberi
hajaran dan membikin malu wanita muda yang begitu berani
25 menghina dan memakinya itu.
Akan tetapi, dengan gerakan ringan sekali Kui Eng
memutar tubuhnya sehingga cengkeraman si gendut itu hanya
menangkap angin dan sebelum pengawal itu tahu apa yang
terjadi dengan dirinya, tahu-tahu tubuhnya terpelanting dan
dadanya terasa nyeri sekali terkena tamparan tangan kanan
Kui Eng yang dilaku kan amat cepatnya sehingga hanpir tidak
terlihat oleh orang yang dipukulnya.
"Plakkk ! Aduh! ...... " tubuh si gendut terguling dan karena
memang tabuhnya yang gemuk itu terlalu berat baginya,
maka dia terbanting seperti balok runtuh .
Dengan marah para pengawal maju mengeroyok. Tiga
orang pendekar muda dari Kwi hoa-san itu mengamuk,
menggunakan kaki tangan untuk merobohkan mereka. Bun
Hong dan Beng Han menangkap-nangkapi mereka dan
melemparkan tubuh mereka ke kanan kiri, sedangkan Kui Eng
menggunakan kedua kakinya untuk merobohkan setiap orang
yang berani menyerang. Mendengar keributan ini, semua
pengawal yang berada di sekitar gedung itu datang berlarian
dan sebentar saja tiga orang muda itu telah dikepung dan
dikeroyok oleh duapuluh orang pengawal yang semua
mempergunakan senjata. Melihat keadaan yang cukup gawat ini, Beng Han berseru
kepada sute dan sumoinya, "Kita boleh menggunakan pedang,
akan tetapi hanya untuk melindungi diri, jangan membunuh
orang! " Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nampak tiga sinar berkilat ketika tiga orang muda itu
mencabut pedang masing-masing dan di antara bunyi
teriakan-teriakan para pengeroyok, terdengar suara mendesing mengikuti tiga gulung sinar yang menyambarnyambar dahsyat. Segera terdengar suara
nyaring berkerontangan ketika senjata-senjata para pengeroyok
disambar tiga gulung sinar itu, disusul pekik kaget dan
kesakitan dari mereka yang terluka tangan dan lengannya
sehingga mereka yang senjatanya belum terpental jatuh
terpaksa harus melepaskan senjata itu karena tangan mereka
terluka oleh sambaran pedang yang amat hebat itu.
Camat Gu yang mendengar suara ribut-ribu di luar, cepat
keluar untuk melihat dan menegur. Ketika dia berlari dan
keluar melihat tiga orang muda yang amat lihai sedang di
keroyok oleh para tukang pukulnya, dan melihat banyak di
antara tukang pikulnya sudah roboh dan terluka. dia terkejut
sekali dan cepat memutar tubuhnya hendak berlari masuk lagi.
26 Akan tetapi, tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan tahu
tahu seorang gadis cantik jelita dan gagah perkasa telah
berdiri di depan nya dan menodongkan pedang yang runcing
tajam di dadanya! Camat Gu bukanlah seorang lemah. Sedikit banyak dia
pernah mempelajari ilmu silat, maka melihat ada orang
menodongnya apalagi yang menodongnya hanya seorang dara
remaja, dia herseru keras, tubuhnya bergerak ke samping dan
dari samping dia melayangkan kakinya menendang ke arah
tangan yang memegang pedang, disusul oleh cengkeraman
tangannya ke arah pundak dara itu!.
Cepat juga gerakan Camat Gu ini, akan tetapi gerakan
kilatnya yang hanya biasa saja itu mana dapat dipakai untuk
menandingi seorang dara yang selama duabelas tahun
digembleng seorang sakti seperti Lui Sian Lojin! Kui Eng
menarik pedangnya, menggunakan tangan kiri untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyabet kaki yang menendang sambil miringkan tubuh
mengelak dari cengkeraman tangan.
"Dukkk....... aihhh........!!" Gu taijin yang kena dihantam
kakinya oleh tangan kiri kecil yang dimiringkan itu, mengaduh
aduh dan memegangi kaki yang menendang sambil
berloncatan lucu Wajahnya meringis, akan tetapi ketika
kembali ujung pedang itu menyentuh dadanya, menembus
bajunya dan menggigit kulitnya, dia lalu men jatuhkan diri
berlutut, tubuhnya menggigil ketakutan dan dengan suara
gemetar dia berkata, "Lihiap........ ampunkan....... saya........"
Sementara itu, para tukang pukul telah dapat dihajar
babak-belur dan jatuh bangun oleh Beng Han dan Bun Hong.
Senjata mereka berserakan di mana-mana, dan dengan tubuh
bengkak-bengkak dan ada yang patah tulangnya mereka
merangkak-rangkak dan mencoba bangun sambil memandang
ke arah camat Gu yang agaknya telah dibuat tidak berdaya
oleh dara perkasa itu, dengan mula terbelalak.
Melihat betapa sumoi mereka telah menodong seorang
yang berpakaian mewah, Beng Han dan Bun Hong cepat
meloncat dan mendekati. Pedang mereka kini juga
ditodongkan ke tubuh camat itu dari kanan kiri, membuat Gutaijin makin ketakutan.
"Apakah engkau camat Gu ?" Beng Han membentak dan
ujung pedangnya menggigit kulit punggung pembesar itu.
"Be....... benar.......... harap ampunkan saya......."
"Orang she Gu!" Kui Eng membentak dan kini pedangnya
menempel di batang leher kepala daerah itu "Apakah kau
benar-benar ingin hidup ?"
Dengan tubuh menggigil seperti orang terserang demam
Gu-taijin mengangguk-angguk kepalanya.
27 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ampunkan saya. ... dan saya akan memenuhi permintaan
samwi...... berapa tailkah yang sam-wi inginkan....... "
"Desss !"' Kui Eng menendang sehingga tubuh itu
terjengkang, Gu taijin mengeluh dan memandang pucat.
Kui Eng menudingkan pedangnya dekat hidung pembesar
itu. "Keparat ! Kaukira kami sebangsa perampok macam
engkau ?" Pedangnya bergerak, akan tetapi lengannya
disentuh oleh Beng Han sehingga dara itu mengurungkan
niatnya. "Gu-Taijin !" kata Beng Han, suaranya tegas dan nyaring.
"Kalau kau ingin hidup, mulai sekarang engkau harus merubah
peraturan pajak pada para petani yang miskin. Engkau adalah
pembesar di daerah ini. dan seorang pembesar sepatutnya
menjadi ayah dan pembimbing yang baik dari seluruh
penduduk, mengatur, membela, dan menjaga agar semua
orang hidup dalam kebahagiaan. Akan tetapi, sebaliknya
engkau malah memeras mereka yang sudah hidup miskin itu,
dan engkau hidup mewah dari hasil cucuran peluh dan darah
mereka !" "Anjing macam ini sebaiknya dibunuh saja, suheng !" kata
Bun Hong dengan suara sengaja dibikin nyaring untuk
menakut-nakuti kepala daerah itu.
"Benar, bunuh saja. suheng!" kata pula Kui Eng yang
maklum akan maksud ji-suheng-nya (kakak seperguruan ke
dua). Makin ngerilah hati pembesar itu. Maklumlah dia sekarang
bahwa yang datang mengamuk ini bukan sebangsa perampok
yang hendak merampok harta kekayaan, melainkan tiga orang
pemuda pendekar. "Baik........ baik........ akan saya atur sebaiknya, akan
tetapi......... bagaimanakah kami dapat mengurangi pajak
yang sudah ditetapkan " Kami hanva menjalankan perintah
atasan " Dia membela diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa yang menentukan besarnya pajak-pajak itu ?" tanya
pula Beng Han. "Kami menerima perintah dari atasan kami, yaitu Yap taijin......."
"Hemm. di mana tinggalnya Yap-taijin itu?"
"Beliau........ beliau adalah Bupati An-kian dan tinggal di


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kota itu........daerah kecamatan ini. Hong-yang dan seluruh
dusun di sekitarnya, termasuk wilayahnya dan berada di
bawah kekuasaan beliau.......,"
Beng Han mengangguk-angguk. "Hemm. kami akan
mendatangi bupati keparat itu. Akan tetapi mulai sekarang,
engkau harus membubarkan semua tukang pukulmu dan
jangan berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat. Kalau
28 engkau tidak merobah kelakuanmu, pasti kami akan datang
kembali dan mengambil kepalamu!" Bun Hong berkata dengan
suara mengancam. "Dan jangan mengira bahwa kami hanya mengeluarkan
ancaman kosong belaka!" kata Kui Eng. "Lihat, apakah
lehermu lebih keras dari pada balok itu?"
Gadis itu memandang ke atas di mana terdapat sebatang
balok sebesar pinggang orang melintang dan penyangganya
adalah sebatang balok yang lebih besar lagi. Kui Eng sudah
meloncat ke atas dan pedang di tangan kanannya berkelebat
ke arah balok penyangga yang merupakan tiang itu Melihat
perbuatan ini, Beng Han dan Bun Hong juga meloncat ke atas
dan pedang mereka berkelebat menyambar balok. Kemudian
mereka meloncat pergi tanpa pamit lagi dan dengan beberapa
loncatan saja tubuh tiga orang pendekar muda itu lenyap dari
situ. Gu-taijin dan para tukang pukulnya memandang dengan
bimbang. Setelah mereka yakin bahwa tiga orang itu sudah
pergi jauh, mereka lalu cepat memeriksa dan gegerlah
keadaan disitu ketika mereka memperoleh kenyataan betapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiang penyangga itu, tepat di bagian paling atas. telah
terbabat putus seperti digergaji saja, di tiga tempat! Tiang itu
demikian besar, terbuat dari kayu yang amat kuat, dan tempat
yang dibacok itu demikian tinggi, namun dengan sekali
loncatan saja tiga orang muda itu sudah dapat membabatnya
putus seperti digergaji. Tentu saja Gu-taijin bergidik
menyaksikan kehebatan ini.
Hari itu juga, Gu-taijin memanggil tukang kayu untuk
menggantikan tiang itu agar rumahnya di bagian depan tidak
sampai ambruk, kemudian dia membubarkan semua tukang
pukulnya. Semenjak hari itu, benar saja Gu-taijin mengadakan
perubahan terhadap semua sepak-terjangnya dan dia
melakukan tugasnva sebagai seorang pembesar yang baik
sehingga penduduk Kecamatan Hong-yang dan sekitarnya
merasa beruntung, sekali. Mereka mendengar cerita tentang
perbuatan tiga orang pendekar muda yang telah
menundukkan Camat Gu, maka mereka amat berterima kasih
kepada tiga orang muda itu dan karena sepak-terjang mereka
seperti amukan tiga ekor naga sakti dari langit, maka mereka
itu menamakan mereka Tiga Naga Sakti.
-0odwkz-234o0Telah diceritakan di bagian depan bahwa nyonya Gan atau
Ong Siok Nio, ibu dari Gan Beng Kan, yang melarikan diri
sambil menggendong anak perempuannya yang bernama Gan
Beng Lian, ketika diganggu oleh para perampok telah
diselamatkan oleh seorang nikouw yang berpakaian putih dan
berjuluk Pek I Nikouw, ketua dari Kwan-im-bio di luar tembok
kota An-kian. Setelah tinggal di dalam bio (kuil) itu, akhirnya
29 Ong Siok Nio atau nyonya Gan ini lalu mencukur rambutnya
dan menjadi nikouw dengn julukan Siok Thian Nikouw.
Beng Lian hidup dt dalam lingkungan para nikouw, bahkan
diangkat murid oleh Pek I Nikouw. Semenjak kecil dia telah
digembleng oleh Pek I Nikow dalam ilmu silat tinggi, dan juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia belajar ilmu membaca dan menulis dari para nikouw yang
lain. Sebelas tahun kemudian, yaitu setahun yang lalu sebelum
tiga orang pendekar Kwi-hoa-san turun gunung, terjadi
peristiwa yang amat menarik di kota An-kian. dan peristiwa ini
juga membuka rahasia dara remaja Kuil Kwan-im-bio yang
kelihatan lemah lembut itu sebagai seorang wanita muda yang
berkepandaian tinggi, gadis manis berusia limabelas lahun
yang dengan kegagahannya telah menggemparkan kota Ankian!.
Ketika itu, kota An-kian geger karena gangguan seorang
penjahat yang melakukan pencurian pencurian dan juga
melakukan gangguan terhadap wanita-wanita anak isteri
orang. Seorang jai-hoa cat (penjahat pemetik bunga,
pemerkosa wanita) yang selain memperkosa wanita kemudian
ada yang dibunuhnya, juga mencuri benda benda berharga,
seorang penjahat yang kabarnya amat lihai sekali. Telah ada
beberapa rumah orang hartawan di An-kian didatanginya dan
sejumlah besar emas permata telah dicurinya. Bahkan sudah
ada lima orang wanita yang diperkosanya, seorang diantara
mereka itu dibunuhnya ketika melawan, dan dua orang gadis
lagi menggantung diri sampai mati karena merasa telah
ternoda dan hilang kehormatan nya, suatu aib yang mereka
anggap lebih hebat dari pada maut dan yang akan membuat
hidup mereka selanjutnya akan penuh dengan aib dan
kehinaan. Tentu saja peristiwa peristiwa itu menimbulkan
kegemparan di dalam kota An-kian. Para hartawan
memperkuat penjagaan rumah mereka, dan para orang tua
yang merasa mempunyai anak-anak perempuan yang cantik,
juga mereka yang merasa mempunyai isteri-ister cantik, setiap
malam merasa gelisah karena sewaktu-waktu penjahat
pemetik bunga itu boleh jadi akan datang mengganggu
mereka!. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pembesar di kota An-kian adalah Bupati Yap Kam Kun. Yaptaijin ini adalah seorang pembesar yang
berbeda dengan para pembesar lainnya di waktu itu. Jarang pada jaman itu
menemui seorang pembesar seperti Yap-taijin. Dia melakukan
tugasnya dengan taat dan keras menurut perintah dari
atasannya, menurut hukum yang sudah ditentukan. Sedikitpun
30 dia tidak melakukan perbuatan yang bersifat buruk dan tidak
mau melakukan korupsi sehingga keadaannya tidaklah kaya
raya seperti halnya lain lain pembesar pada umumnya.
Ketika Yap-taijin mendengar pelaporan tentang gangguan
penjahat yang berani mengacaukan kotanya, dia meniadi
marah dan mengerahkan pasukan untuk menangkap jai-hoacat itu. Akan tetapi, ternyata penjahat
itu memiliki kepandaian silat yang tinggi dan ketika beberapa kali dia kepergok dan
dikepung, dia tidak dapat ditangkap. Sebaliknya malah,
banyak anggota petugas penjaga keamanan yang roboh
terluka, dan ada beberapa orang yang tewas oleh lukalukanya itu. Tentu saja hal ini sangat
menggemparkan, terutama sekali ketika kepala penjaga, seorang perwira yang
terkenal gagah dan memiliki kepandaian tinggi, juga telah
terluka dadanya oleh golok penjahat itu.
Yap-taijin menjadi penasaran juga khawatir Kalau dia tidak
cepat cepat memperoleh jalan untuk membasmi atau
menangkap penjahat itu, tentu An-kian dan sekitarnya
menjadi tidak aman, penduduk akan merasa gelisah dan
pengacauan penjahat itu sama saja dengan menantang dia
sebagai kepala daerah Kabupaten An-kian! Sudah lama dia
mendengar bahwa ketua K (http://cerita-silat.mywapblog.com)
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
uil Kwan im-bio yang berjuluk Pek I
Nikouw adalah seorang pendeta wanita yang berilmu tinggi,
maka ke sanalah pembesar ini menuju pada suatu pagi, untuk
menjumpai nikouw itu dan minta bantuan pendeta wanita itu
agar suka turun tangan menangkap si penjahat yang
mengganggu kota An kian. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek l Nikouw menerima pembesar ini dengan ramah, akan
tetapi alisnya berkerut ketika dia mendengar permintaan dari
Yap taijin. Dengan suara halus dia berkata. "Taijin, pinni
(saya) adalah seorang wanita tua yang lemah dan tidak
memiliki kemampuan apa-apa. Urusan ini adalah menjadi
tanggung, jawab taijin sebagai pembesar di tempat ini.
Mengapa taijin tidak mendatangkan perwira-perwira yang
gagah untuk membasmi penjahat ini" Tidak sepatutnya kalau
seorang nikouw harus mengurus segala macam kejahatan."
Pek I Nikouw, seperti hampir semua orang gagah, memang
merasa kurang puas terhadup para petugas pemerintah yang
sebagian besarnya pandai memeras rakyat dan mengumpulkan harta benda untuk diri sendiri belaka.
"Maafkan saya, suthai." kata Yap Kam Kun dengan Sikap
hormat "Memang seharusnya saya tidak boleh mengganggu
ketenteraman hidup suthai, dan memang sudah menjadi
kewajiban saya untuk mengurus sendiri hal ini. Akan tetapi,
siapa lagi yang dapat saya harapkan untuk menghadapi
penjahat yang amat lihai ini " Para penjaga keamanan telah
berusaha menangkapnya namun selalu gagal, bahkan kepala
penjaga telah menderita luka parah. Kalau suthai tidak sudi
mengulurkan tangan membantu, apakah akan jadinya dengan
kota kita ini?" Pek I Nikouw menarik napas panjang. "Taijin pandai
mengumpulkan hasil pajak untuk disetorkan kepada
pemerintah, mengapa tidak pandai menolak bahaya yang
sedemikian kecilnya saja " Apakah akan kata rakyat yang telah
memeras keringat untuk membayar pajak apabila gangguan
sekecil ini saja fihak pemerintah tidak mampu mengatasinya ?"
Yap Kam Kun adalah seorang yang bijaksana maka karena
dia maklum akan kenyataan yang buruk dari para petugas
pemerintah, maka mendengar sindiran ini dia hanya
menundukkan kepalanya. Dia maklum akan keburukan
pemerintah pada waktu itu. akan tetapi sebagai seorang
1 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembesar yang hanya berpangkat bupati, dia dapat berbuat
apakah" Yang dapat dia lakukan hanya mentaati peraturan
pemerintah melalui atasannya dan menjalankan tugasnya
sebaik mungkin tanpa penyelewengan untuk keuntungan diri
pribadi. Melihat pembesar itu tidak dapat menjawab dan diam saja,
Pek I Nikouw berkata lagi, "Mengapa kaisar tidak teringat akan
ajaran Nabi Khong Cu tentang Sembilan Jalan Kebenaran
sebagai syarat memimpin negara dan rakyat" Tahukah taijin
akan maksud pinni " Apakah taijin masih ingat syarat ke enam
dari pada sembilan jalan kebenaran itu ?"
-0odwkz=234-o0- Jilid III YAP-TAIJIN menganggukkan kepalanya. "Saya masih ingat
dengan baik. Syarat ke enam
itu kalau tidak salah berbunyi: Mencintai rakyat
seperti anak sendiri."
"Nah, itulah! Mengapa
sekarang rakyat bukan diberi
kecintaan dan kasih sayang,
diperhatikan nasib mereka
dan diperlakukan seadiladilnya sehingga mereka itu
dapat bekerja dengan gembira dan memperbanyak hasil pertanian " Sebaliknya,
rakyat diperas habis habisan,
diperlakukan dengan tidak
adil, dibiarkan menderita dan
sengsara. Kalau timbul kejahatan-kejahatan yang datang dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kegelapan pikiran disebabkan oleh semua penderitaan ini,
salah siapakah itu " "
Yap-taijin mendengar semua ucapan pendeta wanita itu
dengan kepala tunduk dan tidak dapat membantah. Memang,
dia sendiripun maklum bahwa kaisar yang sekarang
memegang kendali pemerintah, amat lemah sehingga lupa
akan segala petunjuk dan nasihat yang diajarkan oleh para
cerdik pandai, para arif bijaksana di jaman dahulu. Ujar Nabi
2 Kong Cu yang disinggung oleh Pek I Nikouw tadi adalah ujar
ujar yang terdapat dalam kitab Tiong Yong yang berbunyi
demikian : Untuk mengatur negara dan memimpin rakyat terdapat
sembilan jalan kebenaran : Memperbaiki diri pribadi
menghargai para cerdik pandai mencintai seluruh anggauta
keluarga menghormati pembesar - pembesar tinggi
membimbing pembesar-pembesar rendahan mencintai rakyat
seperti anak sendiri mengundang ahli-ahli pembangunan
menyambut tamu dengan ramah tamah memupuk
persahabatan dengan negara lain.
Setelah mendengarkan segala macam ucapan yang
dikeluarkan oleh Pek I Nikouw sebagai penyesalan dan
teguran kepada keadaan pemerintah pada waktu itu yang
timbul dari penyesalan dan kemarahan yang lama ditahantahan dalam hati nikouw itu Yap-taijin lalu
berkata, suaranya tenang dan halus, "Semua ucapan suthai memang benar belaka, akan tetapi
apakah daya kita" Suthai hanya seorang pendeta, akan tetapi
sayapun hanya seorang petugas yang tidak mempunyai
wewenang untuk mencampuri urusan ketatanegaraan yang
berada dalam tangan para pembesar tinggi di kota raja.
Mungkin baru sepatah kata saja keluar dan mulut saya, saya
akan ditangkap dan dihukum bersama seluruh keluarga saya.
dituduh memberontak. Oleh karena itu, suthai, kalau memang
suthai sudi menolong dan bermurah hati, hendaknya jangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suthai mengingat akan keadaan pemerintah. Hendaknya
suthai menganggap bahwa suthai tidak menolong seorang


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bupati petugas pemerintah, melainkan menolong rakyat atau
penduduk An-kian yang sedang berada dalam kegelisahan dan
ketakutan dengan adanya gangguan penjahat itu."
Pek I Nikouw mengangguk-angguk. "Yap-taijin, Pinni sudah
tahu akan keadaanmu dan sering kali pinni hanya dapat
menarik napas panjang. Seorang pembesar bijaksana seperti
taijin sesungguhnya tidak layak menghambakan diri kepada
pemerintah seburuk yang berkuasa sekarang ini. Alangkah
baiknya kalau taijin menjadi pembesar pemerintahan yang
baik. Tentu penduduk di daerah ini akan menikmati hidup
sebagaimana mestinya. Akan tetapi segala peristiwa yang
terjadi pada seseorang timbul dari perbuatannya sendiri,
sebagai buah dari pada pohon yang ditanamnya sendiri. Taijin
seorang yang jujur dan bersih, akan tetapi sayang sekali taijin
kurang memperhatikan keadaan keluarga sendiri sehingga
tidak tahu bahwa di dalam rumah telah ada seorang penjaga
yang cukup tangguh."
Yap-taijin terkejut dan memandang kepada nikouw itu
dengan bingung dan heran. "Apakah maksud suthai?"
3 Pek I Nikouw tersenyum. "Sudahlah, nanti taijin tentu akan
mengerti sendiri. Sekarang pulanglah dengan hati tenteram
karena malam hari ini pinni akan mengutus murid pinni pergi
mencari dan menangkap penjahat itu."
Bukan main girangnya hati pembesar itu. Walaupun dia
belum tahu siapa adanya murid nikouw itu, akan tetapi dia
telah merasa lega oleh karena kalau murid itu tidak pandai,
tidak nanti nikouw tua ini akan mengutusnya menangkap
penjahat yang ganas. Dia lalu menjura dan menghaturkan
terima kasihnya, lalu pulang ke gedungnya.
Setelah pembesar itu pergi, Pek I Nikouw lalu memanggil
Beng Lian. Gadis yang telah berusia limabelas tahun ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadap gurunya dan mendengarkan kata-kata gurunya
dengan penuh perhatian. "Muridku, Beng Lian, engkau belum pernah bertempur
menghadapi lawan yang sungguh-sungguh, maka berhatihatilah engkau melakukan tugas yang
hendak pinni berikan kepadamu ini." "Tugas apakah, subo ?"
Pek 1 Nikouw lalu menceritakan tentang penjahat cabul
yang mengacau kota An-kian, dan tentang permintaan
bantuan dari Yap taijin sendiri yang baru saja meninggalkan
kuil. "Agaknya penjahat itu bukan penjahat biasa dan memiliki
kepandaian tinggi. Oleh karena itu, malam ini kau pergilah
menyelidik di atas genteng rumah-rumah kota An kian. Kalau
engkau tidak berhasil menemukan sesuatu, sebaiknya engkau
bersembunyi di wuwungan yang paling tinggi dan mengintai.
Siapa tahu penjahat itu muncul. Akan tetapi, jangan
sembarangan engkau mempergunakan jarummu kalau
penjahat itu ternyata tidak terlalu kuat untuk kau lawan."
Pek 1 Nikouw memberi banyak nasihat kepada Beng Lian
yang segera mempersiapkan diri untuk melakukan tugas
pertama semenjak dia belajar ilmu silat. Biarpun usianya pada
waktu itu baru limabelas tahun, namun dia memiliki ketabahan
hati yang besar dan keberaniannya ini dipertebal oleh
pengertiannya bahwa dia sedang menghadapi semacam tugas
yang baik, yaitu menolong orang-orang terhindar dari
pengaruh dan kekuasaan jahat yang merajalela di An-kian.
Sementara itu, setelah hari menjadi gelap, di atas genteng
gedung Yap taijin nampak sesosok bayangan putih
berkelebatan cepat sekali dan kalau kebetulan ada orang yang
melihatnya, tentu dia akan ketakutan dan menyangka bahwa
yang bergerak-gerak itu adalah bayangan iblis. Akan tetapi
bagi yang berpandangan tajam dan dapat mengikuti gerakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
4 cepat itu tentu akan terheran-heran mengenal bahwa
bayangan itu bukan lain adalah Pek I Nikouw, pendeta wanita
tua yang menjadi kepala dari Kuil Kwan-im-bio di luar tembok
kota An-kian. Dengan gerakan amat cepat, amat jauh bedanya
dengan sikap sehari-hari nikouw itu yang lemah lembut, Pek I
Nikouw meloncat ke bagian belakang gedung, melayang turun
dan tak lama kemudian dia sudah mengintai diri jendela kamar
yang berada di sudut kiri ruangan belakang.
Di dalam kamar itu nampak seorang pemuda tampan yang
sedang membaca sebuah kitab tebal dengan asyiknya. Karena
gerakan Pek I Nikouw dilandasi ginkang yang sudah sempurna
sehingga amat ringan dan sama sekali tidak menimbulkan
suara apa-apa, seperti gerakan seekor kucing saja, maka
pemuda itu yang sedang tenggelam dalam dunia khayal dari
isi kitab yang dibacanya, sama sekali tidak mendengar
sesuatu. Tiba-tiba nikouw itu mengayunkan tangan kirinya dan
sebuah benda putih melayang dan menancap didepan pemuda
itu. di atas meja dekat tangannya! Dan kini terjadi hal yang luar biasa. Pemuda yang tampan berpakaian seperti seorang sasterawan itu, yang kelihatannya lemah dan seorang kutu buku tulen, tiba-tiba dengan cepat sekali telah meniup padam lampu di atas meja, kemudian sekali dia mengayun tubuhnya, dari atas kursi itu dia telah meloncat ke jendela, membuka daun jendela dan di lain saat tubuhnya
telah meloncat ke atas genteng. Gerakannya amat ringan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
indah ketika dia melayang naik ke atas genteng karena dia
telah mempergunakan gerak loncat Yan-cu-coan-in (Burung
Walet Menerjang Awan). Akan tetapi, betapapun ringan dan cepatnya gerakan
pemuda itu, ketika dia telah berada di atas genteng dan
menengok ke sana-sini mencari-cari, dengan matanya yang
5 bersinar-sinar tajam, di situ kosong dan sunyi saja, tidak
nampak bayangan seorangpun manusia!. Pemuda itu menarik
napas panjang, dapat menduga bahwa orang yang
menyambitkan sesuatu tadi memiliki ginkang yang amat tinggi
dan orang itu agaknya memang sengaja tidak hendak
menjumpainya, maka diapun meloncat urun lagi, memasuki
kamarnya dan menyalakan kembali lampu yang dipadamkannya tadi. Di atas meja nampak sehelai kertas yang
dilipat-lipat dan kertas ini tadi telah dibawa melayang
sebatang jarum yang disambitkan dan yang kini menancap di
atas meja. Pemuda itu mengerutkan alisnya memeriksa jarum itu di
bawah sinar lampu tanpa menyentuhnya. Setelah dia merasa
yakin bahwa jarum itu tidak beracun, barulah dia
mencabutnya, dan membuka lipatan kertas yang ternyata
merupakan sepucuk surat yang ditulis dengan tulisan tangan
halus. Dibacanya dengan cepat, lalu dia menggeleng-geleng
kepala dan berbisik, "Aihh, benar lihai sekali Pek I Nikouw!
Tepat seperti yang pernah dikatakan oleh suhu." Dia membaca
lagi surat itu penuh perhatian.
Yap - kongcu, Kentang akan menjadi busuk kalau disimpan saja. Ilmu
kepandaian akan menjadi sia-sia tanpa dipergunakan. Suhumu
melarang engkau menonjolkan dan menyombongkan
kepandaian, akan tetapi tentu akan marah pula melihat
kongcu enak-enak saja membiarkan penjahat mengganggu
rakyat di kota kongcu sendiri. Jangan khawatir gurumu tidak
senang melihat engkau turun tangan membasmi penjahat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinni yang akan bertanggung jawab kalau dia marah
kepadamu. Dari pinni, Pek I Nikouw.
Pemuda tampan itu termenung agak bingung. Tentu saja
dia sudah mendengar akan jaihoa-cat yang mengganggu kota
An-kian. Akan tetapi karena teringat akan pesan suhunya yang
dengan keras melarang dia untuk memperlihatkan kepandaian
silatnya, maka dia diam saja dan hanya mengharapkan
penjahat itu pada suatu malam berani datang mengganggu
gedung ayahnya sehingga dia dapat turun tangan
membunuhnya dengan diam-diam. Kini, menerima surat Pek 1
Nikouw, hatinya bingung. Siapakah pemuda ini " Dia adalah putera tunggal dari Yaptaijin, namanya Yu Tek. Semenjak kecil,
6 Yap Yu Tek tekun mempelajari ilmu sastera, sesuai dengan kehendak ayahnya.
Akan tetapi, sesungguhnya semenjak dia masih kecil, pemuda
itu ingin sekali mempelajari ilmu silat. Dia tertarik akan ilmu
silat setelah dia membaca sejarah dan cerita-cerita tentang
kepahlawanan dan kegagahan para pendekar budiman.
Berkali-kali dia minta kepada ayahnya agar supaya dia
diperbolehkan belajar ilmu silat. Akan tetapi ayahnya
berpendirian lain. Menurut pendapat orang tua ini, ilmu silat
hanya akan mendatangkan malapetaka saja!
"Lihatlah, betapa orang-orang kasar, tukang-tukang pukul,
dan orang-orang hukuman sebagian besar terdiri dari orangorang yang tadinya belajar ilmu silat.
Mereka mempergunakan kepandaian mereka untuk melakukan kejahatan!" kata
pembesar itu kepada anak tunggalnya. Yu Tek amat berbakti
kepada ayahnya dan dia tidak berani banyak membantah,
pernah dia mengemukakan pendapatnya.
"Ayah, bukankah segala macam kejahatan yang timbul itu
tergantung dari batin sesedang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang demikian kalau dipikirkan secara sepintas lalu
saja. Akan tetapi, orang-orang yang tadinya lemah dan tidak
berkesempatan melakukan kejahatan, sejak dia memiliki
kepandaian dan kekuatan, dia lalu menjadi lupa dan berubah
menjadi jahat! Keadaan di luar seringkali lebih berkuasa dari
pada tenaga batin dan keadaan di luar sering kali menguasai
batin seseorang. Jangan, anakku, tidak perlu engkau
mempelajari segala macam ilmu memukul atau membunuh
orang, lebih baik engkau pergunakan waktumu untuk
mempelajari kesusasteran dan filsafat hidup yang akan lebih
berguna untukmu." Dengan adanya pernyataan ayahnya ini, Yu Tek tidak lagi
berani bicara tentang ilmu silat. Pada suatu malam dia
membaca cerita tentang pahlawan-pahlawan di jaman dahulu.
Demikian tertarik hatinya sehingga dia berkata seorang diri
yang diucapkan dengan kata-kata cukup keras.
"Aihh, alangkah akan senangnya hatiku kalau aku bisa
melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh para
pendekar gagah ini......."
Tiba-tiba dari jendela terdengar suara orang menjawab
kata-katanya itu, "Apa sukarnya" Kemauan besar disertai
ketekunan memungkinkan segala hal!"
Yu Tek terkejut sekali dan anak yang baru berusia sepuluh
tahun itu lari menghampiri jendela dan dia menjenguk keluar.
Dilihatnya seorang tua yang berpakaian penuh tambalan
sedang duduk di luar kamarnya. Entah bagaimana kakek
pengemis itu dapat memasuki pekarangan yang dikelilingi
tembok yang tinggi itu. Kakek ini membawa sebatang tongkat
7 bambu di tangan kirinya dan tangan kanannya memegang
sebuah cawan arak yang usang. Melihat kakek pengemis ini,
Yu Tek mengerutkan alisnya, terheran-heran, kemudian dia
bertanya, "Kakek tua, engkaukah yang mengucapkan katakata tadi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di sini tidak ada orang lain, kalau bukan aku yang
mengucapkan kata-kata tadi, tentulah bayang-bayanganku"
jawab kakek itu sambil memandang dengan matanya yang
bersinar aneh dan tajam. Yu Tek mengamat-amati pengemis itu dan hatinya meragu.
"Kakek," katanya dengan suara mengandung celaan. "Engkau
sendiri kulihat kurang memiliki kemauan keras dan
ketekunan!" Kakek itu bangkit berdiri dan memandang kepada Yu Tek
dengan sinar mata penuh keheranan. Setelah berdiri, ternyata
bahwa kakek itu amat tinggi dan kurus, "Eh, kongcu, apakah
artinya ucapanmu tadi?"
"Kakek tua, engkau tadi mengatakan bahwa dengan
ketekunan dan kemauan besar, segala hal mungkin dicapai.
Akan tetapi, kalau engkau memiliki ketekunan dan kemauan
besar, tidak mungkin engkau berada dalam keadaan begini
miskin dan sengsara."
"Ha-ha-ha ha! Ha ha-haaa........!" Kakek itu tertawa
bergelak sehingga suaranya bergema di seluruh gedung. Ayah
Yu Tek yang kebetulan lewat tidak jauh dari tempat itu segera
menghampiri kamar anaknya dan mendengar langkah kaki
orang mendatangi dari dalam, tiba-tiba saja tubuh kakek
pengemis itu mencelat ke atas, berpusing-pusing dan lenyap
ditelan kegelapan malam! Yap Kam Kun muncul dan memandang kepada anaknya
yang berdiri di dekat jendela. Dia bertanya heran, "Yu Tek,
suara apakah tadi yang kudengar" Seperti orang tertawa
keras" Apakah engkau tidak mendengarnya" "
Yu Tek yang sedang berdiri termenung itu terkejut melihat
betapa tubuh pengemis itu menghilang seperti itu, dan dia
masih bingung ketika ayahnya muncul, maka dia hanya dapat
menjawab gagap.

Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suara....... ayah." apakah" Ah mungkin suara burung malam,
Bupati Yap masuk ke dalam kamar puteranya, menjenguk
keluar jendela, lalu menutupkan daun jendela itu sambil
berkata, "Sudah jauh malam, Yu Tek, tidurlah. Tidak baik
8 membuka jendela di waktu malam, kau bisa terserang angin."
Setelah merasa yakini bahwa tidak ada sesuatu yang
mencurigakan, pembesar ini meninggalkan kamar puteranya.
Yu Tek menanti sampai langkah kaki ayahnya tidak
terdengar lagi. Kemudian dia bergegas menghampiri jendela
dan membukanya. Ternyata kakek pengemis yang tadi
menghilang, kini telah berdiri lagi di tempat semula, di luar
jendela kamarnya!. "Kongcu, engkau mempunyai pertimbangan yang wajar dan
kecerdasan yang mengagumkan. Tadi kau mengagumi para
pendekar. Maukah engkau memiliki kegagahan seperti para
pendekar itu?" "Hemm, bicara tentang keinginan memang mudah, kakek
tua. Akan tetapi bagaimana mungkin........"
"Kalau kongcu suka belajar ilmu silat tinggi .... "
"Tentu saja aku suka sekali, akan tetapi ayah selalu
melarangku. Pula, siapakah yang akan sanggup mengajar ilmu
silat tinggi kepadaku sehingga aku dapat memiliki kegagahan
seperti para pendekar itu?"
"Kongcu, biarpun tua dan buruk, kiranya aku, Tiongsan Lokai (Pengemis Tua dari Tiongsan), masih
sanggup menggemblengmu menjadi seorang pendekar yang gagah
perkasa." "Akan tetapi, kakek tua, keadaanmu sendiri........o ya,
engkau belum menjawab pertanyaanku tadi."
"Tentang kemiskinanku " Ha ha, kongcu, kalau aku ingin
kaya raya, apakah sukarnya" Akan tetapi aku lebih suka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi pengemis tua, hidup mengembara seperti seekor
burung, bebas lepas di udara dan aku mengemis bukan untuk
mencari sesuap nasi, melainkan aku mengemis untuk
membebaskan diriku dari segala keinginan yang tiada
habisnya " Ucapan kakek tua ini terlalu sulit untuk dimengerti oleh Yu
Tek, akan tetapi sikap kakek ini menarik hatinya. Kakek ini
memang benar bukan seperti pengemis-pengemis lainnya.
Biasanya, seorang pengemis selalu akan bersikap menjilat-jilat
dan selalu mengeluh dan merasa iba kepada diri sendiri. Akan
tetapi kakek ini kelihatan begitu bebas, begitu jelas kelihatan
tidak terikat oleh apapun juga, biarpun sikap dan wataknya
aneh namun wajar dan tidak dibuat-buat, tidak
menyembunyikan suatu pamrih tertentu untuk keuntungannya
sendiri. Yu Tek makin tertarik dan akhirnya dia mempersilakan
kakek itu memasuki kamarnya lewat jendela dan mereka
berdua lalu bercakap-cakap sampai jauh malam!.
Pengemis tua itu bukanlah orang sembarangan. Dia
seorang tokon luar biasa yang berilmu tinggi dan dunia kangouw hanya mengenal nama julukannya,
yaitu Tiongsan Lo-kai. 9 Ketika kakek ini tanpa disengaja mendengar ucapan anak
bupati itu, kemudian melihat ketajaman otak dan melihat
bakat yang amat baik pada diri anak itu, pula mendengar akan
keinginan Yu Tek untuk belajar silat dan menjadi seperti para
pendekar gagah perkasa di jaman dahulu, kakek ini merasa
tertarik sekali. Apa lagi setelah mereka berdua bicara di dalam
kamar itu sampai jauh malam, kakek itu makin menjadi kagum
karena bocah itu benar-benar luar biasa sekali, semuda itu
telah mempunyai pengetahuan yang amat luas tentang
sastera, sejarah dan filsafat hidup yang didapatnya dari kitabkitab lama.
Pada malam hari itu juga, Tiongsan Lo kai mengangkat Yu
Tek sebagai muridnya. Yu Tek telah menyaksikan kelihaian
kakek itu, maka dia pun menerimanya. Apa lagi karena setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka bercakap-cakap, Yu Tek mendapatkan kenyataan
bahwa biarpun pakaiannya seperti pengemis, namun
sesungguhnya kakek itu mempunyai kepandaian tinggi, ilmu
pengetahuan yang amat luas. Menjelang fajar dia
menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Tiongsan Lo kai dan
memberi hormat seperti seorang murid terhadap gurunya.
"Yu Tek," kakek itu berkata kepada muridnya."Aku
mengangkatmu sebagai murid hanya dengan harapan agar
kelak engkau menjadi seorang gagah dan seorang pendekar
pembela keadilan. Kaulah yang kelak akan mewarisi
kepandaianku dan aku akan mati dengan ikhlas apabila
engkau kelak menjadi seorang yang patut disebut seorang
pendekar budiman. Aku tidak menghendaki sesuatu darimu,
kecuali satu syarat yang harus kau taati benar-benar. Syarat
itu adalah bahwa sebelum engkau tamat belajar silat dan
mendapat perkenanku, engkau tidak boleh sekali-kali
membocorkan kepandaianmu kepada orang lain. Bahkan
kepada ayahmu sendiri engkau tidak boleh memberi tahu
tentang pelajaran silat dari-ku ini, Kalau engkau membocorkan
hal ini, jangan menyesal kalau aku akan pergi dan tidak mau
datang lagi, dan selamanya aku tidak akan mau mengakumu
sebagai muridku." Yu Tek berjanji akan mentaati pesan suhunya ini dan
semenjak saat itulah dia menjadi murid Tiongsan Lo-kai.
Beberapa malam sekali, kakek itu diam-diam datang ke kamar
Yu Tek dan mereka lalu berlatih silat di pekarangan belakang,
di waktu malam hari. Yu Tek ternyata berotak terang dan
cepat sekali dia dapat menguasai dasar-dasar ilmu silat yang
diajarkan oleh suhunya sehingga Tiongsan Lo-kai menjadi
girang sekali. Dia menggembleng pemuda itu sampai kurang
lebih delapan tahun lamanya. Sering kali kakek itu
meninggalkan muridnya sampai beberapa bulan lamanya dan
meninggalkan pesan agar muridnya berlatih seorang diri dan
mematangkan semua pelajaran ilmu silat yang telah
10 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diajarkannya. Kalau dia datang kembali, dia menguji kemajuan
muridnya dan memberikan pelajaran-pelajaran selanjutnya.
Selama waktu itu, benar saja Yu Tek menyimpan rahasia ini
rapat-rapat sehingga tidak ada seorangpun yang dapat
menduga bahwa pemuda yang halus tutur sapanya dan sopan
santun tingkah lakunya ini adalah seorang pemuda yang
memiliki kepandaian ilmu silat tinggi.
Akan tetapi pada suatu malam, ketika guru dan murid ini
sedang berlatih silat, dari jauh nampak sepasang mata yang
tajam mengintai mereka. Ketika menjelang fajar, ketika kakek
itu berkelebat pergi meninggalkan gedung bupati, tiba tiba di
depannya berkelebat sesosok bayangan putih dan Pek-I
Nikouw telah berdiri di depannya.
"Lokai, kau diam - diam telah mempunyai seorang murid
yang berbakat. Kionghi, kiong-hi (selamat)."
Kakek jembel itu tertawa riang ketika melihat siapa
orangnya yang menegurnya di waktu fajar ini. Dia telah
mengenal nikouw yang berpakaian serba putih, gerakannya
lemah lembut namun cepat sekali, dan matanya tajam luar
biasa itu. "Pek I Nikouw, matamu memang awas benar, akan tetapi
kuharap engkau tidak akan membocorkan rahasia ini."
"Untuk apa pinni harus membocorkan rahasiamu " Pinni
hanya mendengar dari murid pinni bahwa dia melihat
bayangan hitam berkelebat masuk di gedung bupati dan
keluar pula di waktu fajar. Menurut muridku itu, bayangan itu
cepat sekali gerakannya sehingga dia tidak dapat melihat
siapa orangnya. Karena ingin tahu, pinni sendiri melakukan
penyelidikan di pagi hari ini. Kiranya engkau orang tua yang
keluar masuk gedung ini. Sungguh tidak pernah kuduga!"
"Hemm. hemm....... aku sudah melihat muridmu itu. Gadis
cilik itu memang pantas menjadi muridmu. Dia berbakat baik
sekali," kakek itu memuji.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, di seluruh kota An-kian, hanya Pek I Nikouw
saja yang tahu bahwa putera Yap-taijin memiliki ilmu
kepandaian tinggi karena menjadi murid Tiongsan Lo-kai
sehingga ketika Yap-taijin mengunjunginya untuk minta
pertolongannya menghalau penjahat yang mengacau An kian,
dia mengeluarkan ucapan yang mengandung sindiran itu.
Kemudian, pada malam hari itu, Pek I Nikouw menggunakan
kepandaiannya untuk membangkitkan semangat Yu Tek agar
pemuda ini tidak bersembunyi saja dan suka turun tangan
membasmi-penjahat yang mengganggu penduduk kota Ankian.
Setelah membaca surat Pek I Nikouw itu, Yu Tek
11 termenung. Apakah suhunya benar-benar tidak akan marah"
Suhunya dulu berpesan agar dia tidak membuka rahasia,
maka kalau sekarang dia keluar untuk menyelidiki penjahat
itu. dengan diam-diam, tanpa pengetahuan siapapun juga, hal
ini bukan berarti dia membuka rahasia!. Dia akan bertindak
dengan diam-diam. Apa lagi Pek I Nikouw sudah menanggung
bahwa apa bila suhunya marah, nikouw itu yang akan
bertanggung jawab, dan suhunya pernah bercerita tentang
Pek I Nikouw ketua Kwan-im-bio di luar kota An-kian itu yang
amat mengindahkan. Setelah termenung dan berpikir-pikir,
akhirnya Yu Tek lalu berganti pakaian yang ringkas, kemudian
dia melompat keluar dari jendela kamarnya, terus melayang
naik ke atas tembok pekarangan dan meninggalkan gedung
ayahnya secara diam-diam.
Dengan gerakan yang ringan dan gesit, pemuda ini berlarilarian di atas genteng rumah-rumah
sambil memasang mata. Menjelang tengah malam, dia melihat bayangan orang di atas
rumah seorang hartawan di sebelah barat. Jantungnya
berdebar tegang dan dia lalu berindap menghampiri dan
bersembunyi, melakukan pengintaian. Bayangan itu adalah
bayangan seorang laki-laki bertubuh tinggi besar yang
memiliki gerakan cerat dan ringan sekali, menandakan bahwa
dia memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat betapa orang tinggi besar itu membawa sepasang
golok yang terselip pada pinggangnya, Yu Tek tidak merasa
ragu-ragu lagi bahwa tentu inilah penjahat yang suka mencuri
dan memperkosa wanita itu. Dia sudah mendengar bahwa
penjahat itu bersenjata sepasang golok, bertubuh tinggi besar
dan lihai sekali. Ketika dia melihat penjahat itu membuka genteng dan
mengintai ke dalam, dia lalu melompat ke atas genteng
gedung hartawan itu sambil membentak, "Penjahat rendah,
menyerahlah engkau! "
Penjahat itu terkejut bukan main karena dia tidak
mendengar langkah orang dan tahu-tahu pemuda ini telah
berada di belakangnya dan membentaknya. Maklumlah dia
bahwa pemuda ini merupakan lawan tangguh, akan tetapi
melihat pemuda itu bertangan kosong, dia tidak merasa jerih.
Tanpa banyak cakap lagi, dia meloncat dan mencabut
sepasang goloknya, langsung menerjang Yu Tek dengan
gerakan sepasang golok yang dahsyat dan berbahaya.
Yu Tek memang tidak pernah membawa senjata. Bahkan
oleh gurunya, dia hanya dilatih ilmu silat tangan kosong dan
ilmu tongkat yang dapat dimainkan dengan menggunakan
segala macam bentuk tongkat yang menjadi keahlian seorang
ahli silat di kalangan dunia pengemis. Kini, menghadapi
terjangan lawan dengan sepasang goloknya yang dahsyat itu,
12 Yu Tek cepat menggerakkan tubuhnya. Maklum bahwa
sepasang golok lawan ini amat berbahaya, dia lalu
menggerakkan tubuh dan kaki tangannya sesuai dengan ilmu
Silat Tangan Kosong Pek-houw-jiauw-kang, semacam ilmu
silat yang mempergunakan kedua tangan dibuka untuk
menangkap dan mencengkeram lawan, ilmu silat yang khusus
dipergunakan untuk menghadapi lawan yang bersenjata
dengan tangan kosong. Yu Tek mempergunakan kelincahan dan keringanan
tubuhnya untuk mengelak dari setiap sambaran golok dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
balas menyerang dengan cengkeraman, pukulan atau totokan,
dilakukan berselang-seling sukar diduga dan karena semua
sasaran kedua tangan dan kakinya adalah bagian bagian
tubuh berbahaya, maka serangan balasannya itu tidak kalah
berbahayanya dibandingkan dengan sepasang golok lawan.
Akan tetapi, ternyata permainan siang-to (sepasang golok)
dari lawannya itu hebat sekali. Sepasang golok itu lenyap
bentuknya, berubah menjadi dua gulungan sinar yang saling
menggunung, kadang-kadang yang sebatang bergerak untuk
menyambut remua serangan Yu Tek sedangkan pada saat itu
juga, golok ke dua membarengi dengan bacokan atau
tusukan. Yu Tek merasa menyesal mengapa dia tadi tidak
mempersiapkan senjata. Gurunya adalah seorang tokoh dari
Tiongsan yang telah menciptakan semacam ilmu tongkat luar
biasa sehingga dengan sebatang tongkat bambunya, Tiongsan
Lo-kai telah merantau keempat penjuru dan telah
menjatuhkan entah berapa banyak lawan yang lihai dan yang
menggunakan senjata pusaka.
Yu Tek juga diberi pelajaran Tiongsan Tunghwat (Ilmu
Tongkat dari Tiongsan) ini, maka kini dia merasa kecewa
mengapa tadi dia tidak mencari sebatang kayu atau bambu
untuk dipergunakan menghadapi sepasang golok lawan yang
tangguh ini. Ilmu tongkatnya itu dapat dimainkan dengan
segala macam bentuk kayu, bahkan sebatang ranting kecilpun
sudah memadai! Dengan hanya bertangan kosong, biarpun dia
dapat mempergunakan ginkangnya untuk menjaga diri dengan
elakan cepat kesana - sini, namun dia tidak diberi banyak
kesempatan untuk balas menyerang sehingga mulailah dia
terdesak!. Yu Tek yang masih menggunakan kegesitannya selalu
menghindarkan diri dari desakan lawan itu mencari akal. Jika
pertempuran di atas genteng ini dilanjutkan, tidak mungkin
baginya untuk mencari sebatang kayu yang dapat
dipergunakan sebagai senjata tongkat, maka dia lalu mencari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
13 kesempatan. Ketika golok lawannya menyambar ke arah


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedua kakinya, pemuda ini meloncat tinggi dan jauh, lalu
melayang turun ke bawah genteng sambil berseru, "Penjahat
rendah! Kalau engkau memang jantan, mari kita lanjutkan
pertempuran di atas tanah!"
Penjahat itu tertawa mengejek oleh karena dia maklum
bahwa pemuda itu hebat sekali ilmu ginkangnya sehingga
kalau menghadapinya di atas genteng memang tidak
menguntungkan baginya. Tidak demikian kalau dia mendesak
pemuda itu di atas tanah, tentu dia akan dapat membunuhnya
dengan mudah. Maka dia cepat mengejar, melompat turun
dan menyerang dengan golok-goloknya makin dahsyat pula.
Pertempuran di atas tanah, diterangi oleh bulan sabit
dibantu bintang-bintang yang cukup terang. Sayang sekali
bahwa tempat di mana mereka melompat turun adalah
semacam pelataran yang amat bersih dan tidak kelihatan ada
ranting atau kayu sepotongpun! Sedangkan penjahat itu
setelah berada di atas tanah, makin hebat serangannya
sehingga Yu Tek menjadi makin terdesak.
"Ha-ha-ha, bocah sombong, mampuslah kau!" penjahat itu
tertawa dan membentak,kini sepasang goioknya dimainkan
secara luar biasa. Dia telah merobah permainan goloknya
dengan ilmu golok yang disebut Tee-tong-to, yaitu ilmu golok
yang dimainkan dengan bergulungan cepat dan ketika kedua
goloknya menyambar-nyambar, maka yang menjadi sasaran
utama adalah kedua kaki Yu Tek! Pemuda ini terkejut sekali
dan ke manapun dia melompat, selalu tubuh lawannya yang
bergulingan itu datang pula dengan cepat dan goloknya
menyambar-nyambar ganas. Menghadapi-serangan-serangan dari bawah itu, Yu Tek
sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk melakukan
serangan balasan, maka dia menjadi gugup sekali. Sebetulnya,
dalam hal ilmu silat dan kegesitan, dia tidak kalah oleh
penjahat itu, akan tetapi oleh karena selama hidupnya dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum pernah menghadapi lawan dan belum pernah
bertempur! maka dia kalah pengalaman. Apa lagi kini dia
harus menghadapi lawan tangguh dengan tangan kosong,
maka tentu saja keadaannya! amat berbahaya sekali.
"Hyaaaatt.......!!" Kembali penjahat itu bergulingan dan kini
kedua goloknya menyambar dari kiri kanan, melakukan
gerakan menggunting ke arah kedua kaki Yu Tek. Pemuda itu
terkejut, tidak dapat melompat ke kanan atau kiri maka dia
meloncat tinggi ke atas. Dapat dibayangkan betapa kagetnya
ketika tubuhnya melayang turun, kembali dua batang golok itu
sudah memapakinya. Cepat dia berjungkir balik dan
menendangkan kedua kakinya ke arah dua batang golok.
Tendangannya yang dilakukan untuk menangkis itu memang
14 tepat, mengenai pinggir golok golok itu sehingga kedua
senjata itu terpental, akan tetapi pada saat itu kaki kanan
penjahat tinggi besar itu menyambar dan mengenai paha Yu
Tek. "Dess....... Brukkk!!" Tubuh Yu Tek terbanting keras dan
penjahat itu tertawa, lalu menubruk dengan goloknya.
"Penjahat keji, jangan sombong!" Tiba-tiba terdengar
bentakan halus dan nyaring, dibarengi dengan berkelebatnya
sinar pedang yang menyambar ke arah leher si penjahat yang
sedang menubruk Yu Tek. Tentu saja penjahat itu terkejut bukan main dan lebih
mementingkan keselamatan dirinya dari pada membunuh
pemuda yang roboh itu Cepat dia menggerakkan goloknya
menangkis, sedangkan golok kedua membabat ke arah
pinggang penyerangnya. Namun dengan mudah wanita itu
menangkis sambil meloncat ke kiri karena memang
serangannya tadi ditujukan untuk menolong pemuda yang
terancam bahaya. Penjahat itu kini membuka matanya dengari lebar dan
penuh kemarahan. Ketika melihat bahwa yang menyerangnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secara hebat tadi hanya dara remaja yang usianya paling
banyak enambelas tahun, dia terheran-heran, lalu tertawa.
"Ha-ha-ha, kiranya seekor kuda betina! Masih begini muda
sudah pandai mainkan pedang, sungguh merupakan seekor
kuda betina liar yang amat menarik! Selama ini belum pernah
aku memperoleh seekor kuda betina seperti engkau, nona.
Mari kau ikut bersamaku menikmati........"
"Jahanam busuk!" Beng Lian, dara itu, menyerbu dengan
pedangnya yang bergerak cepat sekali, meluncur seperti kilat
menyambar. Dara ini marah bukan main mendengar ucapan
yang kotor itu. Seperti telah kita ketahui, dara remaja ini
melaksanakan perintah suhunya untuk melakukan penyelidikan dan mencari penjahat yang mengganggu
ketenteraman kota An-kian. Pedangnya bergerak-gerak
dengan lembut namun di dalam kelembutan itu mengandung
kekuatan dahsyat sehingga begitu bertemu dengan golok si
penjahat, penjahat itu berseru kaget dan kehilangan
senyumnya karena dia maklum bahwa biarpun masih amat
muda, dara ini sama sekali tidak boleh dipandang ringan.
Terjadilah pertempuran yang amat seru di antara mereka, dan
berkali-kali terdengar suara berdencing nyaring dan bunga api
berhamburan ketika pedang bertemu dengan golok.
Sementara itu, Yu Tek telah meloncat bangun dan melihat
15 bahwa dara yang menolongnya itu cukup tangguh untuk
menjaga diri, dia lalu meninggalkan untuk mencari sebatang
ranting kayu. Setelah mendapatkan sebatang, dia maju lagi
dan menggerakkan ranting kayu sebesar lengan itu dan kini
keadaannya bagaikan seekor harimau yang tumbuh sayap.
Ranting itu bergerak-gerak laksana seekor ular hidup dan
menyerang si penjahat dengan totokan-totokan luar biasa
yang mengarah jalan darah di seluruh tubuhnya.
Si penjahat terkejut setengah mati. Tak disangkanya bahwa
pemuda itu begini lihainya setelah mempergunakan tongkat.
Sibuklah dia dikeroyok oleh dua orang muda yang gesit dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangkas ini, sehingga dia. mengambil keputusan untuk
melarikan diri karena maklum bahwa dia bukanlah lawan
mereka. Akan tetapi, pedang di tangan Beng Lian dan
terutama sekali ranting di tangan Yu Tek tidak
memungkinkannya untuk melarikan diri sehingga akhirnya dia
melawan dengan nekat. Suara pertempuran ini amat berisik dan membangunkan
penghuni gedung itu. Tuan rumah dan para pelayannya
terbangun dan dengan obor di tangan mereka memburu
ketempat itu. Mereka terkejut sekali melihat bahwa di dekat
rumah itu terjadi pertempuran hebat antara seorang laki-laki
tinggi besar yang dikeroyok oleh sepasang orang muda yang
lihai. Bukan main kagum dan heran hati mereka ketika
mengenal bahwa pemuda itu adalah putera Bupati Yap,
sedangkan dara cantik itu adalah murid ketua Kwan-im-bio!
Tak seorangpun di antara mereka pernah menyangka bahwa
dua orang muda itu pandai ilmu silat.
Terdengar seruan-seruan kaget dan kagum. Hartawan itu
lalu cepat menyuruh seorang pelayan memberi laporan
kepada Yap-taijin. Yap-taijin terkejut ketika mendengar bahwa puteranya
bertempur melawan penjahat. Dia tidak percaya dan cepat lari
ke kamar anaknya. Ternyata Yu Tek tidak berada di dalam
kamarnya. Maka dengan diikuti oleh para pengawal, Yap-taijin
lalu lari menuju ke rumah hartawan itu di mana masih
berlangsung pertempuran yang hebat itu. Ketika Yap-taijin
tiba di tempat itu, dia hampir tidak percaya kepada kedua
matanya sendiri melihat betapa puteranya dengan gagah
sedang mendesak penjahat itu dengan sebatang ranting kayu,
bersama seorang gadis yang dikenalnya sebagai gadis
kelenteng yang nampak lemah lembut itu.
Pada saat itu, Yu Tek dan Beng Lian sedang mengurung
penjahat itu dengan senjata mereka dan tiba-tiba dengan
gerakan menempel dan mengait, ranting kayu di tangan Yu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
16 Tek berhasil membetot dan merampas sebatang golok di
tangan kiri penjahat itu, sehingga tak dapat dicegah lagi golok
itu terlepas dari pegangannya, penjahat itu terkejut dan
sebelum dia dapat mengelak, pedang Beng Lian telah
menusuk lengan kanannya sehingga golok di tangan kanan
inipun terlepas pula. Yu Tek melepaskan tendangan kilat ke
arah lututnya dan robohlah penjahat itu. Para pengawal, atas
perintah Yap taijin cepat menubruk dan mengikat kaki tangan
penjahat itu, lalu menyeretnya ke tempat tahanan.
Yu Tek merasa terkejut dan takut-takut melihat ayahnya
telah berada di situ. Akan tetapi ayahnya tidak marah, bahkan
lalu memeluknya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Pembesar ini merasa menyesal. Dia seperti seorang buta saja,
tidak tahu bahwa putera tunggalnya memiliki ilmu kepandaian
yang amat tinggi. Pantas saja Pek I Nikouw mencelanya
sebagai seorang yang kurang memperhatikan keluarganya.
Semua orang memuji-muji kepada Yu Tek, akan tetapi
pemuda itu segera berkata kepada ayahnya karena dia
teringat akan dara remaja yang tadi membantunya
menangkap penjahat, "Ayah, yang berjasa menangkap
penjahat itu adalah nona ini........" Dia menengok ke arah
gadis itu dan betapa kagetnya melihat tempat itu telah kosong
dan gadis itu telah pergi ke mana.
Yap taijin tersenyum dan berkata, "Aku sudah tahu, Tek-ji
(anak Tek). Nona tadi adalah murid dari Pek I Nikouw dan
memang ketua Kuil Kwan-im-bio itu yang mengutus muridnya
untuk turun tangan setelah aku minta bantuannya."
Pulanglah ayah dan anak ini dengan hati girang. Yu Tek
merasa girang karena selain usahanya yang pertama kali
menentang kejahatan itu berhasil baik, juga melihat betapa
ayahnya tidak marah melihat dia menjadi seorang ahli silat
secara diam-diam, bahkan ayahnya merasa bangga. Di lain
fihak, bupati itu merasa girang karena memperoleh
kenyataan yang mengejutkan bahwa diam diam puteranya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi seorang pendekar yang menentang kejahatan dan
yang berhasil menangkap penjahat yang telah memusingkannya dan yang telah menakutkan hati semua
penduduk kota An-kian. Dia percaya akan penuturan
puteranya, percaya bahwa guru puteranya tentulah seorang
sakti yang selain mendidik ilmu silat kepada puteranya, juga
telah menurunkan jiwa pendekar kepada pemuda itu.
17 Berita tentang penangkapan penjahat yang ditakuti dan
dibenci itu oleh putera Yap-taijin segera tersiar luas sampai
jauh di luar kota An kian. Juga bahwa Kuil Kwan-im-bio di luar
tembok kota An-kian itu ternyata mempunyai seorang dara
perkasa yang berilmu tinggi.
Semenjak terjadinya peristiwa itu, Yu Tek kini sering kali
mengunjungi Kuil Kwan-im-bio, bukan saja untuk menjumpai
Pek I Nikouw dan minta petunjuk petunjuk dalam hal ilmu
silat, akan tetapi sesungguhnya yang terutama sekali adalah
untuk dapat bertemu dengan Beng Lian! Semenjak dia
bertemu dengan dara remaja ini dan mendapatkan
pertolongannya, ada sesuatu tumbuh di dalam hati sanubari
pemuda itu, sesuatu yang amat aneh, yang selama hidup
belum pernah dirasakannya, sesuatu yang membuat dia selalu
ingin mengunjungi Kwan-im-bio dan yang membuat dia sering
kali berjumpa dengan Beng Lian di dalam mimpi!.
Pek I Nikouw adalah seorang nikouw yang selain sakti, juga
memiliki kewaspadaan dan kebijaksanaan. Sikap Yu Tek yang
sering kali datang mengunjunginya itu dapat dia selami dan
diam-diam diapun menemui Siok Thian Nikouw. ibu dari Beng
Lian untuk membicarakan hubungan antara dua orang muda
itu. Memang di waktu meraka saling berjumpa setiap kali
pemuda itu datang berkunjung, kelihatan biasa saja. Namun
pandang mata mereka, sinar mata yang memancar keluar dari
tatapan mata Yu Tek, senyum dikulum yang menghias mulut
Beng Lian, semua ini menjadi tanda-tanda baginya bahwa
"ada apa - apa" terjadi dalam hati kedua orang muda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pemuda itu amat baik, biarpun dia putera seorang yang
berpangkat tinggi di kota ini, namun dia tidak tinggi hati. Juga
ayahnya terkenal sebagai seorang pembesar yang jujur dan
bijaksana. Selain itu, Yu Tek juga memiliki kepandaian yang
cukup tinggi, apa lagi murid dari Tiong-san Lo-kai, seorang
tokoh besar di dunia kang-ouw yang selalu menentang
kejahatan. Kita akan beruntung sekali kalau mempunyai
seorang mantu seperti Yap Yu Tek," demikian antara lain Pek I
Nikouw berkata kepada Siok Thian Nikouw.
"Omitohud........" Siok Thian Nikouw merangkap kedua
tangan seperti orang berdoa. "Kami telah menerima budi
suthai, telah menerima petunjuk-petunjuk yang amat berguna,
telah menerima kasih sayang yang berlimpah. Oleh karena itu,
saya hanya menyerahkan saja kepada kebijaksanaan suthtai
dalam hal ini, dan tentu saja saya menyerahkan kepada
keputusan Beng Lian sendiri untuk menentukan jodohnya "
"Siancai.....pernyataanmu yang menyerahkan kepada
keputusan. Beng Lian sendiri untuk memilih dan menentukan
jodohnya memang seharusnya dilakukan oleh setiap orang ibu
yang benar-benar mencinta anaknya Akan tetapi, membiarkan
18 anak mengambil keputusan sendiri tanpa mengambil perduli
sama sekali dan dengan sikap masa bodoh, sama sekali
tidaklah bijaksana. Biarpun pemilihan terakhir memang
sepenuhnya berada di tangan anak yang akan mengalaminya
senditi, namun orang tua tidaklah benar kalau melepas tangan
sama sekali karena mungkin saja anak yang masih hijau itu
akan memilih keliru. Sudah selayaknyalah kalau orang tua
mengamat-amati agar pemilihan anaknya tidik sampai keliru


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang kelak akan menjerumuskannya ke dalam lembah
kesengsaraan." Siok Thian Nikouw mengangguk-angguk dan dua orang
wanita pendeta ini lalu membicarakan tentang pemuda yang
agaknya tertarik kepada Beng Lian itu. "Tentu saja sebagai
fihak wanita, amatlah tidak baik kalau kita yang membicarakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hal perjodohan ini dengan orang tua pemuda itu karena
penolakan dari fihak pria merupakan penghinaan yang sukar
dapat dihapus dari sanubari kita. Akan tetapi tunggu sampai
Tiong-san Lo-kai muncul di An-kian, pinni tidak ragu-ragu
untuk bicara dengan dia sebagai guru dari Yu Tek," kata pula
Pek I Nikouw dan Siok Thian Nikouw hanya menyetujui saja.
Diam-diam Siok Thian Nikouw berdoa di dalam hatinya demi
kebahagiaan puterinya, anak yang tinggal satu satunya itu
karena dia menganggap bahwa putera-nya, Beng Han, tentu
menjadi korban keganasan pasukan pemberontak pula.
=0o-dwkz-234-o0= Yu Tek menyambut kedatangan gurunya dengan berlutut.
Melihat sikap muridnya yang tidak seperti biasanya ini, Tiongsan Lo-kai memandang dengan alis
berkerut. Memang putera pembesar ini selalu hormat kepadanya, akan tetapi malam hari
ini berbeda dari biasanya, wajah muridnya nampak serius dan
tentu ada sesuatu yang telah terjadi.
"Suhu teecu mohon suhu sudi mengampuni kesalahan
teecu." Kakek itu mengelus jenggotnya. "Hemmm, kesalahan
apakah yang kaulakukan, muridku?"
"Teccu telah melanggar pantangan suhu, yaitu terpaksa
teccu telah memperlihatkan kepandaian ketika teccu turun
tangan menangkapi penjahat sehingga bukan hanya ayah
yang mengetahui keadaan teecu, melainkan hampir semua
penghuni kota ini sekarang mengetahuinya belaka."
Dengan singkat Yu Tek lalu menceritakan peristiwa yang
terjadi ketika dia menangkap penjahat jai-hoa-cat yang
mengacau kota An-kian beberapa pekan yang lalu. Gurunya
mendengarkan dengan perhatian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
19 "Sebetulnya teecu yang sudah mendengar akan pengacuan
penjahat itu, karena teringat akan pesan dan larangan suhu,
tidak berani turun tangan. Akan tetapi, pada malam hari itu
teecu menerima surat ini dari Pek I Nikouw........" Yu Tek
menyerahkan sehelai kertas tulisan Pek I Nikouw itu kepada
gurunya. Tiong-san Lo kai menerima surat itu dan membacanya, lalu
kakek ini tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
Melihat betapa gurunya tidak memperlihatkan sikap marah, Yu
Tek menjadi lega dan dia melanjutkan, "Betapapun juga,
suhu, teecu tidak pernah menyebut nama suhu di hadapan
siapa-pun juga, bahkan Ketika ayah bertanya tentang nama
suhu, teecu berkata terus terang bahwa teecu tidak berani
menyebut nama suhu sebelum mendapat perkenan dari suhu
sendiri." Kakek itu mengelus jenggotnya dan menarik napas
panjang. "Syukurlah, kalau begitu, Yu Tek. Kukatakan terus
terang kepadamu bahwa apabila orang luar mendengar bahwa
engkau adalah murid Tiong-san Lo-kai, berarti engkau telah
menarik datangnya bahaya yang mengancam dirimu.
Sekarang lebih baik engkau mengetahuinya bahwa gurumu ini
dimusuhi oleh banyak sekali orang jahat yang dahulu pernah
roboh di tanganku. Mereka itu senantiasa berusaha untuk
membalas dendam sehingga boleh dibilang bahwa aku selalu
diintai bencana. Hal ini sama sekali tidak kutakuti karena
sebagai orang gagah, sudah seharusnya orang yang telah
berani berbuat harus berani pula bertanggung jawab atas
segala akibat perbuatannya itu. Akan tetapi, kalau sampai
mereka tahu bahwa engkau adalah muridku, aku khawatir
kalau mereka itu datang dan mengganggu serta memusuhi
engkau dan keluargamu. Inilah sebabnya maka aku minta
kepadamu agar engkau merahasiakan hubungan antara kita."
Mendengar ucapan gurunya ini, Yu Tek teringat akan katakata dan larangan ayahnya dahulu untuk
mempelajari ilmu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
silat, bahwa mempelajari ilmu silat itu hanya mendatangkan
musuh-musuh dan memupuk dendam dan sakit hati dalam
dada orang orang yang dikalahkannya. Kini ucapan itu terbukti
pada diri gurunya. Akan tetapi, di merasa penasaran dan tidak
setuju dengan pendirian suhunya.
"Maafkan teecu, suhu. kalau teecu berani mengemukakan
pendapat teecu yang bodoh. Teecu yakin bahwa orang-orang
yang dulu suhu robohkan tentulah orang orang jahat yang
memang patut untuk dibasmi, dan perbuatan suhu itu
memang adil dan benar. Mengapa kita harus takut akan
segala usaha pembalasan dendam mereka " Teecu sebagai
murid suhu malah berkewajiban untuk menjunjung tinggi
nama suhu, dan sudah selayaknya pula apa bila teecu
20 membantu suhu sekuat tenaga untuk menghadapi mereka
yang datang hendak menuntut balas. Kalau suhu minta
kepada teecu merahasiakan kenyataan bahwa teecu adalah
murid suhu, bukankah hal ini berarti bahwa suhu hendak
membikin teecu menjadi seorang pengecut " Maaf, teecu
mohon petunjuk suhu, karena, teecu masih belum mengerti
benar." Kakek itu kembali menarik napas panjang. "Kata-katamu itu
memang tidak keliru, muridku. Akan tetapi ketahuilah bahwa
sukar sekali bagi seorang manusia untuk menginsyafi
kesalahan diri sendiri, demikian pula halnya dengan orangorang yang pernah kukalahkan itu. Kita
boleh menyebut mereka jahat, akan tetapi belum tentu mereka sadar bahwa
mereka itu jahat. Bahkan sebaliknya, mereka itulah yang
menganggap bahwa aku seorang jahat yang suka mencampuri
urusan mereka dan membikin rugi mereka. Dan mereka itu
mempunyai kawan-kawan, murid, dan saudara-saudara yang
tentu saja membela mereka, memusuhi aku tanpa mengetahui
duduknya persoalan dan dengan sendirinya menganggap aku
jahat, seperti halmu sendiri yang biarpun tidak menyaksikan
sendiri kejahatan musuh-musuhku, telah percaya penuh
bahwa tentu mereka berada di fihak yang salah. Inilah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebabnya, muridku, maka aku tidak mau menarik engkau
terjerumus ke dalam jurang balas-membalas ini. Harus kuakui
bahwa biarpun aku yakin akan kejahatan mereka yang pernah
kukalahkan itu, akan tetapi kawan-kawan mereka yang
sekarang ikut memusuhi aku belum tentu terdiri dari orangorang jahat pula."
"Ahh........ kiranya demikian ruwet persoalannya. Kalau
begitu benar juga kata-kata ayah ......" tanpa disengaja
terlompat kata-kata ini dari mulut Yu Tek.
"Hemm, apa maksudmu " "
Karena sudah terlanjur mengeluarkan kata-kata itu,
terpaksa Yu Tek lalu menceritakan betapa dulu ayahnya
melarang dia belajar ilmu silat oleh karena ayahnya berkata
bahwa orang yang memiliki ilmu kepandaian ini, hanya akan
melibatkan dirinya ke dalam balas-membalas yang tiada
habisnya. "Memang tak dapat disangkal akan kebenaran kata-kata
ayahmu itu, Yu Tek. Akan tetapi kalau semua orang
berpegang kepada kebenaran pendapat itu, lalu siapakah yang
menghadapi orang-orang jahat yang menggunakan kepandaian mereka untuk berlaku sewenang-wenang"
Siapakah yang akan membela orang-orang lemah yang
21 tertindas" Memang harus kita sadari bahwa segala sesuatu di
permukaan dunia ini selalu bermuka dua, ada baiknya tentu
ada buruknya, ada untung tentu ada pula ruginya. Akan tetapi
kurasa, asal kita dapat mengatur langkah, memilih jalan yang
benar, kita tidak akan tersesat."
Setelah berbicara dengan muridnya dan mengenal sikap
dan pendirian pembesar Yap ayah dari muridnya itu, hati
Tiong-san Lo-kai tergerak dan tertarik, maka diam-diam pada
suatu malam dia menemui Yap-taijin dan memperkenalkan
dirinya. Bukan main terkejut dan herannya hati pembesar ini
ketika melihat bahwa orang yang memberi pelajaran ilmu silat
kepada puteranya adalah seorang kakek pengemis! Kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang tua ini lalu bercakap-cakap dan timbullah rasa kagum
dan suka di dalam hati Yap-taijin ketika memperoleh
kenyataan bahwa biarpun tubuhnya mengenakan pakaian
jembel, namun di dalam tubuh itu terdapat batin yang bersih
dan semangat yang gagah perkasa serta pengetahuan yang
luas dan tinggi. Banyak hal yang mereka bicarakan dan Yap-taijin
mendapat kenyataan bahwa kakek yang menjadi guru
puteranya itu ternyata tidak asing dengan segala hal, dari
urusan ketatanegaraan, tentang keadaan di kota raja, tentang
pemerintahan, tentang perang dengan pemberontak, sampai
ke soal-soal kesusasteraan dan kebudayaan. kemudian
mereka bicara tentang Yu tek dan Tiong-san Lo kai berkata,
"Taijin, kemarin malam Pek I Nikouw menemui saya dan dia
mengajukan usul untuk menjodohkan muridnya yang bernama
Gan Beng Lian dengan putera taijin."
"Ah, nona yang gagah perkasa itu?" Yap-taijin bertanya.
"Benar, nona yang membantu Yu Tek menangkap penjahat
itu." Sampai beberapa lamanya pembesar itu termenung. Dia
adalah seorang pembesar, dan anaknya hanya satu. Yu Tek
seorang pemuda! yang baik dan berbakti, memiliki pengertian
mendalam tentang kesusasteraan dan juga kini menjadi
seorang pemuda perkasa dengan ilmu silat yang tinggi.
Menurut pendapat umum, tentu tidak sepadan kalau
puteranya itu berjodoh dengan seorang gadis kuil. Akan tetapi
Yap-taijin bukanlah seorang yang terikat oleh perbedaan
kedudukan dan keadaan duniawi.
"Lo - sicu," katanya tenang. "Dalam soa perjodohan, saya
tidak berpendirian terlalu kukuh. Perjodohan merupakan
ikatan selama hidup bagi seseorang yang bertalian erat
dengan kebahagiaan orang itu. Maka, demi kebahagiaan
putera saya, pemilihan jodoh saya serahkan bulat-bulat
kepada putera saya, dan saya sebagai ayahnya hanya akan
22 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengamati agar jangan sampai putera saya salah pilih. Saya
pribadi amat kagum dan suka kepada nona yang gagah
perkasa murid Pek I Nikouw itu. Akan tetapi, keputusannya
saya serahkan kepada Yu Tek sendiri."
Semenjak dara remaja yang berpakaian putih dan amat
gagah perkasa itu membantu Yu Tek menangkap penjahat,
beberapa kali pembesar ini sudah mengunjungi Kwan - im bio, selain untuk bercakap-cakap dengan
Pek I Nikow yang luas pengetahuannya, juga pembesar ini melihat bahwa gadis
yang gagah itu ternyata adalah seorang dara yang cantik
jelita, lemah lembut, halus dan sopan santun, juga selain ilmu
silat, cukup terdidik pula dalam hal ilmu membaca menulis.
Maka kini, mendengar usul perjodohan itu, sebagian besar
dari perasaan hatinya sudah menyetujuinya.
"Ha - ha - ha, jawaban taijin ini saja sudah menunjukkan
bahwa taijin adalah seorang ayah yang cukup bijaksana dan
tidak memikirkan diri sendiri. Kalau begitu, sebaiknya kita
memanggil Yu Tek dan menanyakan pendiriannya sekarang
juga!" Terseret oleh kegembiraan kakek itu, Yap-taijin lalu
memanggil puteranya. Yap Yu Tek merasa terkejut dan heran
melihat betapa gurunya telah duduk di dalam ruangan tamu.
Melihat muridnya itu berdiri dan memandang dengan mata
terbelalak, kakek itu tertawa. "Ha ha ha, jangan heran, Yu
Tek. Aku telah. berkenalan dengan ayahmu dan merasa
menyesal mengapa tidak dulu dulu aku mengenalnya."
Yap-taijin juga berkata, "Kami telah bicara banyak dan aku
kagum sekali kepada gurumu, Yu Tek. Sekarang kami berdua
memanggilmu untuk mengetahui pendirianmu tentang jodoh."
"Jodoh?" Yu Tek bertanya, matanya terbuka lebar dan dia
memandang ayah dan gurunya bergantian, tidak mengerti apa
yang mereka maksudkan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, jodoh untukmu, Yu Tek. Kami bicara tentang
seorang gadis yang pantas menjadi calon isterimu"
Tiba-tiba wijah pemuda tampan itu menjadi merah sekali.
Dia merasa jantungnya berdebar tegang dan mukanya terasa
panas. "Akan tetapi...... teecu ......... sama sekali tidak pernah
memikirkan...... pernikahan...... "
"Ha-ha-ha, bukan untuk tergesa-gesa menikah, Yu Tek.
Uatuk tergesa-gesa menikah tentu akan dipilih hari, bulan dan
tahun yang baik dan tepat. Akan tetapi kami membicarakan
tentang ikatan jodoh, jadi agar ada calon isterimu yang sudah
ditentukan dari sekarang, seorang gadis yang amat baik."
"Tapi........ hal ini belum pernah saya pikirkan, ayah, dan
23 begini tiba-tiba....... saya menjadi bingung......"
"Yu Tek, bagaimana pendapatmu tentang nona Gan Beng
Lian?" tiba-tiba Tiong-san Lo-kai bertanya.
Ketika gurunya tiba-tiba menyebutkan nama ini, jantung Yu
Tek. berdebar makin keras dan dia hanya memandang wajah
gurunya dengan melongo. Melihat wajah muridnya yang
biasanya kelihatan cerdik itu kini melongo seperti wajah
seorang bodoh, kakek itu tertawa geli .
"Yu Tek," terdengar ayahnya berkata. "Aku dan gurumu
telah membicarakan tentang gadis murid Pek I Nikouw itu dan
kami berdua merasa suka kepada gadis itu. Kami berdua
merasa setuju sekali kalau gadis itu menjadi calon isterimu.
Akan tetapi, kami ingin mendengar dulu pendapatmu sebelum
mengajukan pinangan untuk mengikat tali perjodohan di
antara kalian." Mendengar ucapan ayahnya itu, Yu Tek menundukkan
mukanya yang menjadi merah sekali. Dia merasa malu


Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan...... girang, akan tetapi bagaimana dia dapat menyatakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaannya ini" Untuk menjawabpun terasa amat sukar
baginya, seolah-olah kerongkongannya tercekik.
"Eh, Yu Tek, apakah kau tiba-tiba menjadi gagu" Ayahmu
bertanya kepadamu. Hayo kau-jawablah sejujurnya!" Gurunya
berkata mendesak. Akhirnya Yu Tek mengangkat muka memandang kepada
ayahnya dan gurunya. "Tentang hal itu........ ah, tentang ikatan jodoh itu ......."
Dia menggagap, lalu menarik napas panjang menenteramkan
hatinya yang terguncang, lalu menyambung dengan sikap
lebih tenang, "Sebagai seorang anak, tentu saja saya hanya
dapat menyerahkan hal itu kepada keputusan ayah saja.'"
Setelah berkata demikian, dia kembali menundukkan
mukanya. Yap-taijin dan Tiong san Lo-kai saling pandang dan
tersenyum. Sebagai orang orang tua yang berpengalaman,
jawaban ini saja sudah cukup bagi mereka. Akan tetapi Tiongsan Lo-kai yang selalu berwatak
terbuka, masih belum puas.
"Yu Tek, andaikata ayahmu memilihkan seorang gadis yang
kau anggap buruk baik rupanya maupun kelakuannya,
andaikata pilihan ayahmu itu adalah seorang gadis yang sama
sekali tidak kau cinta atau suka apakah engkaupun akan
menerimanya begitu saja?"
"Tentu saja tidak!" jawab Yu Tek menggeleng kepala.
"Jadi kalau tidak cocok, engkau akan menolaknya ?" desak
gurunya. "Kiranya begitulah, suhu,"
''Dan sekarang, kalau ayahmu menjodohkan engkau
Petualangan Dipuri Rajawali 2 Manusia Srigala Karya Can I D Tak Mungkin Kuhindar 1
^