Pencarian

Dewi Siluman Bukit Tunggul 1

Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul Bagian 1


Cerita silat - Dewi Siluman Bukit Tunggul - cersil - Dewi Siluman Bukit Tunggul
- baca komik - Dewi Siluman Bukit Tunggul
ebook by kalibening
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
1 Wiro Sableng menghentikan jalannya di tikungan itu. Matanya memandang ke muka
memperhatikan beberapa buah gerobak besar ditumpangi oleh perempuan-perempuan
dan anak- anak. Gerobak-gerobak itu juga penuh dengan muatan berbagai macam perabotan
rumah tangga. Belasan orang laki-laki kelihatan berjalan kaki dan membawa buntalan barang-
barang. Jelaslah
bahwa semua mereka itu tengah melakukan pindah besar-besaran.
"Saudara, hendak pergi ke manakah rombonganmu ini?" bertanya Wiro sewaktu
seorang anggota rombongan melangkah ke jurusannya.
Orang itu memandang sebentar kepadanya dengan pandangan curiga. Demikian juga
anggota rombongan yang lain.
"Kami terpaksa meninggalkan kampung, pindah ke tempat lain yang jauh dari daerah
ini...." "Kenapa pindah?"
Seorang laki-laki tua yang mengemudikan gerobak, menghentikan gerobak itu dan
menjawab pertanyaan Wiro Sableng.
"Kampung kami dilanda malapetaka!"
"Malapetaka apakah?"
"Kepala kampung dan lima orang pembantunya serta istrinya digantung. Beberapa
orang gadis diculik! Beberapa penduduk dibunuh...."
"Siapa yang melakukannya?" tanya Wiro Sableng.
"Siapa lagi kalau bukan kaki tangannya Dewi Siluman," menyahuti laki-laki
pengemudi kereta. Mulut Pendekar 212 tertutup rapat-rapat. Rahangnya bertonjolan lagi-lagi dia
dihadapkan pada kejahatan yang dilakukan oleh orang-orangnya Dewi Siluman.
"Kalau kami tidak meninggalkan kampung, kami semua akan dibunuh!"
Anggota rombongan yang pertama tadi bertanya. "Kau sendiri mau kemanakah,
Saudara...?"
"Maksudku ke arah sana. Ke kampung kalian...?"
"Sebaiknya batalkan saja niatmu," menasehati orang itu. "Orang-orangnya Dewi
Siluman pasti akan datang lagi ke kampung kami. Jika kau ditemui mereka di sana, tiada
harapan bagimu untuk hidup lebih lama!"
"Terima kasih atas nasihatmu, Saudara!" jawab Wiro. "Tapi aku tetap musti menuju
kesana...."
"Kau mencari mati, orang muda!" kata pengemudi gerobak. Dilecutnya punggung
lembu yang menarik gerobak itu kemudian diberinya aba-aba. Rombongan itu pun bergerak
kembali. scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Wiro Sableng mengikuti rombongan itu dengan pandangannya sampai akhirnya mereka
lenyap di kejauhan. Hatinya kasihan sekali melihat orang-orang itu, terutama
laki-laki tua dan
perempuan-perempuan tua serta anak-anak. Kemudian dibalikkannya badannya dan
dengan cepat berlalu dari situ.
Kira-kira dua kali sepeminum teh, Wiro Sableng menemui sebuah kampung yang
berada dalam keadaan porak poranda. Pastilah ini kampung rombongan yang ditemuinya di
tengah jalan tadi. Beberapa buah rumah hancur. Dua di antaranya musnah dimakan api. Empat orang
laki-laki terkapar di hadapan sebuah rumah bagus sedang di langkan rumah Pendekar 212
menyaksikan enam orang tergantung berayun-ayun tiada nyawa lagi. Yang pertama adalah kepala
kampung, kemudian isterinya. Selebihnya adalah pembantu-pembantu kepala kampung. Di
beberapa langkan
rumah lainnya, Wiro menemukan pula beberapa orang yang mengalami nasib sama
seperti kepala kampung, digantung sampai mati.
Pendekar 212 menyandarkan punggungnya ke sebatang pohon dan membatin. Kesalahan
apakah yang telah dibuat penduduk kampung ini sebelumnya sampai mereka dibunuh
sedemikian kejamnya" Anak-anak dan perempuan-perempuan tanpa perikemanusiaan sama sekali"!
Wiro ingat pada ucapan anggota rombongan tadi. Orang-orangnya Dewi Siluman pasti
akan kembali ke kampung itu. Wiro memutuskan untuk menunggu. Jika manusia-manusia
jahat itu muncul, dia akan buat perhitungan dengan mereka dan sekaligus mencari keterangan
di mana letak Bukit Tunggul. Manusia macam Dewi Siluman tidak layak dibiarkan hidup lebih
lama. Maka Wiro
pun melompat ke sebuah cabang pohon yang tinggi, duduk di situ dan memulai
penungguannya. Sampai matahari condong ke barat tak seorang pun yang muncul. Dengan hati kesal
murid Eyang Sinto Gendeng dari Gunung Gede itu turun dari atas pohon dan mengelilingi
kampung. Bukan main geramnya. Wiro sewaktu di salah satu dinding rumah penduduk
ditemuinya barisan-
barisan tulisan seperti yang dilihatnya sebelumnya di kampung yang terdahulu.
Delapan penjuru angin adaiah daerah kami
Siapa menantang mesti diterjang
Dunia persilatan boleh geger
Tokoh-tokoh persilatan boleh turun tangan
Kalau mau mempercepat kematian.
Dan juga di bawah barian-bansan kalimat itu tertera lukisan tengkorak kecil.
Geram sekali Wiro Sableng pergunakan kaki kirinya untuk menendang dinding rumah itu. Dinding
rumah hancur berantakan. Ditinggalkannya tempat itu. Hatinya bimbang dan meragu apakah orang-
orangnya Dewi Siluman benar-benar akan kembali ke kampung itu. Tiba-tiba Wiro tersirap
kaget. Di belakang rumah sebelah kirinya terdengar suara seseorang bicara.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Heran, kenapa Dewi Siluman berbuat kekejaman yang tiada artinya ini?"
Sebagai jawaban terdengar suara helaan napas yang disusul dengan ucapan.
"Manusia punya
seribu macam cara untuk cari nama di dunia persilatan!"
Ternyata ada dua orang di samping rumah sana. Yang mengherankan Wiro ialah
mengapa dia sama sekali tidak mendengar sedikit pun kedatangan kedua manusia itu" Penuh
rasa ingin tahu
Wiro menyelinap ke bagian rumah yang lain dan melompat ke sebatang pohon berdaun
rindang. Dari sini jelas sekali dia dapat memandang ke halaman samping rumah tadi. Dua
sosok tubuh manusia dilihatnya berdiri di sana. Dan untuk kedua kalinya Pendekar 212 dibuat
terkejut. Salah
seorang dari dua manusia itu bukan lain dari nenek-nenek sakti yang pernah baku
hantam sekitar dua bulan yang lewat dengan dia di Kotaraja. Nenek-nenek sakti yang dikenal
dengan gelar Si
Telinga Arit Sakti.
Gerangan apakah yang membuat manusia ini berada pula di Pulau Madura" Dan
siapakah manusia yang berdiri di sampingnya saat itu" Manusia ini juga seorang perempuan
tua renta, bermuka keriput. Salah satu matanya hanya merupakan rongga hitam yang
mengerikan. Kepalanya
tidak sedikit pun ditumbuhi rambut. Dia mengenakan jubah putih yang pada bagian
dadanya tergambar dua buah arit saling bersilangan! Melihat kepada umur serta ciri-ciri
manusia ini Wiro
menduga mungkin sekali dia adalah guru Si Telinga Arit Sakti. Sekurang-kurangnya
kakak seperguruannya. Dan apakah kemunculan mereka berdua di Pulau Madura ada sangkut
pautnya dengan pertempuran di Kotaraja dulu itu" Sangkut paut urusan dendam yang hendak
dibalaskan"
Atau mungkin untuk satu urusan lainnya"
Wiro terus memperhatikan dari atas pohon berdaun lebat itu. Dilihatnya Si
Telinga Arit Sakti memandang berkeliling.
"Tak ada tanda-tandanya bangsat yang kita kejar itu berada di sini...."
Perempuan tua berjubah putih buka suara.
Si Telinga Arit Sakti memandang lagi berkeliling lalu menyahuti. "Tapi rombongan
yang kita papasi di tengah jalan itu mengatakan bahwa dia memang menuju ke sini.
Mungkin dia sudah
berlalu ke tempat lain. Kita harus mengejarnya dengan cepat."
"Kau hanya bikin aku repot saja Telinga Arit Sakti. Kalau tidak gara-garamu
tentu sekarang ramuan obat yang kukerjakan itu sudah selesai!"
Telinga Arit Sakti perlihatkan wajah yang tidak senang. "Kalau pemuda sialan itu
tidak keliwat sakti mandraguna, pastilah aku tak akan mengemis minta tolong padamu.
Guru!" Nyatalah kini bagi Wiro Sableng bahwa perempuan tua berjubah putih itu adalah
guru Si Telinga Arit Sakti! Dan nyata pula bahwa kemunculan mereka di Pulau Madura saat
itu adalah dalam mencari dirinya sendiri. Rupanya kekalahan di Kotaraja tempo hari sangat
menggeramkan scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
hati Si Telinga Arit Sakti hingga manusia itu mengadu kepada gurunya. Guru dan
murid kemudian sama-sama mencarinya!
"Dalam berpikir-pikir apakah dia saat itu segera turun atau tetap saja diam di
atas pohon maka Wiro mendengar perempuan berjubah putih berkata. "Kita teruskan pengejaran
ke timur! Kurasa orang yang kita cari masih belum berapa jauh!"
Telinga Arit Sakti mengangguk. Maka keduanya pun berkelebat hendak meninggalkan
tempat itu. Tapi pada detik yang sama dari jurusan barat satu bayangan hitam
laksana anak panah
lepas dari busurnya datang memapas ke arah mereka. Pendatang baru ini berseru
nyaring. Suaranya
menggetarkan delapan penjuru angin.
"Dua perempuan tua! Harap tetap di tempat kalian!"
Guru dan murid hentikan tindakan mereka dan berpaling ke arah barat. "Bedebah!
Siapa yang berani main perintah seenak cecongornya huh"!" dengus guru Si Telinga Arit
Sakti dengan penuh kegusaran.
Dalam sekejap itu pula Si pendatang baru sudah sampai di hadapan mereka. Melihat
siapa adanya manusia ini maka sirnalah kemarahan guru Si Telinga Arit Sakti. Malah dia
menjura hormat dan lontarkan senyum.
"Ah, kiranya Sepuluh Jari Kematian! Tiada sangka akan bertemu di Pulau Madura
ini!" Manusia yang baru datang adalah seorang laki-laki berjubah hitam, berambut
panjang sampai ke punggung. Sepuluh jari tangannya berwarna hitam legam. Dia berbatuk-
batuk dan berkata. "Setahuku Sepasang Arit Hitam tengah sibuk membuat sejenis ramuan obat
sakti di pertapaannya. Tapi kini bersama muridnya berada di sini. Urusan apakah yang
telah membawa kalian ke sini...?"
Sepasang Arit Hitam rangkapkan tangan di muka dada. "Urusan biasa saja. Kami
tengah mencari seekor anjing kecil yang telah membuat sedikit keonaran di kalangan
kami...." Sepuluh Jari Kematian manggut-manggut beberapa kali.
"Kalau aku boleh tahu, siapakah yang kau maksudkan dengan seekor anjing kecil
itu?" "Ah... cuma seorang pemuda sinting geblek bernama Wiro Sableng bergelar Pendekar
212...!" jawab Sepasang Arit Hitam.
Di atas pohon Wiro Sableng memaki dalam hati. Dengan gusar dan memperhatikan
terus dan mendengarkan percakapan orang-orang itu.
Pada waktu mendengar nama Wiro Sableng dan gelar Pendekar 212 tadi terkejutlah
Sepuluh Jari Kematian. "Kalau begitu kita mencari bangsat yang sama!" serunya.
Wiro terkejut. Dia coba menduga siapa adanya manusia berjuluk Sepuluh Jari
Kematian yang juga tengah mencari dirinya itu.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Betul-betul tidak diduga kita punya urusan yang sama di tempat yang sama!" ujar
Sepuluh Jari Kematian. "Bangsat bernama Wiro Sableng bergelar Pendekar 212 itu telah
membunuh muridku si Wirapati yang berjuluk Pendekar Pemetik Bunga beberapa bulan yang
lewat! Aku terpaksa turun gunung untuk cari itu manusia. Belakangan sekali aku mendapat
keterangan bahwa
bangsat itu berada di ujung Jawa Timur, tengah dalam perjalanan ke Madura ini!"
Sepasang Arit Sakti Hitam hela nafas panjang. "Pertemuan memang aneh dan sukar
diduga! Karena kita sama satu tujuan satu haluan tentu kau tak keberatan kalau
meneruskan pencarian atas
bangsat itu secara bersama-sama...."
"Tentu saja tidak keberatan!" sahut Sepuluh Jari Kematian dengan tertawa lebar.
Laki-laki berjubah hitam ini layangkan pandangannya berkeliling. "Di samping mencari
pemuda keparat bernama Wiro Sableng itu, aku juga mendapat undangan dari Dewi Siluman di Bukit


Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tunggul. Bila ada kesempatan kurasa tak ada salahnya kalau kalian ikut berkunjung ke
tempatnya."
"Itu bisa dipikirkan nanti," menyahuti Si Telinga Arit Sakti. "Yang penting kita
harus mencari si Wiro Sableng itu dan mematahkan batang lehernya lebih dahulu!"
Sepuluh Jari Kematian tertawa mengekeh. "Kau betul!" katanya.
Wiro Sableng memperhatikan kepergian ketiga orang itu. Kehadirannya di Pulau
Madura itu kini bukan saja untuk berhadapan dengan Dewi Siluman dan orang-orangnya, tapi
juga untuk berhadapan dengan tiga musuh sakti. Kalau Si Telinga Arit Sakti, ilmu silat dan
ilmu kesaktiannya
sudah demikian tinggi, tentu gurunya Si Sepasang Arit Hitam lebih hebat lagi
dari itu. Dan ditambah pula dengan Guru Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga yang berjuluk Sepuluh
Jari Kematian itu. Benar-benar mereka merupakan lawan-lawan tangguh yang tak bisa
dianggap enteng
sama sekali. (Mengenai kehebatan dan kejahatan Pendekar Pemetik Bunga baca
serial Wiro Sableng "Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga"). Diam-diam Pendekar 212 merenung.
Mungkin kehadirannya di Pulau Madura adalah benar-benar untuk mencari kematiannya
sendiri. * * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
2 Wiro Sableng memperhatikan kesibukan-kesibukan dalam warung itu dengan sikap
acuh tak acuh. Teh manisnya baru satu kali diteguknya.
"Orang muda lekaslah habiskan minumanmu. Warung ini akan segera ditutup...."
Wiro heran mendengar ucapan orang tua pemilik warung. "Siang-siang begini sudah
ditutup?" tanyanya.
"Kau tak tahu apa-apa orang muda. Habiskan saja teh itu, bayar cepat dan
berlalu...."
"Ada apakah sebenarnya?"
Pemilik warung tampak agak gusar. Dia menunjuk ke luar warung. "Kau lihat
penduduk yang berbondong-bondong itu?"
Wiro Sableng palingkan kepala ke luar warung. Di tengah jalan dilihatnya
serombongan penduduk berjalan cepat menuju ke selatan membawa berbagai macam barang rumah
tangga dan binatang-binatang peliharaan seperti kambing-kambing dan beberapa ekor sapi.
"Memangnya kenapa mereka itu...?" bertanya lagi Wiro.
"Mereka mengungsi! Aku pun hendak menyertai rombongan mereka. Daerah sini sudah
tidak aman! Malam kemarin seorang gadis telah diculik. Dua orang ditemui mati."
"Siapa yang melakukannya?" tanya Wiro.
Pemilik warung itu hendak menjawab tapi tak jadi. Di wajahnya nyata sekali
kelihatan rasa ketakutan. "Habiskan saja minumanmu. Aku tak bisa menunggu lebih lama," katanya
pada Wiro. Wiro Sableng garuk-garuk kepalanya beberapa kali lalu meneguk teh manisnya
sampai habis. Dari saku pakaiannya dikeluarkannya sebuah mata uang perak. Ditimang-
timangnya sebentar
uang itu lalu diletakkannya di atas meja di hadapan pemilik warung. Sewaktu
pemilik warung mengambil uang itu, Wiro memegang tangannya dan berkata. "Dengar orang tua. Kau
tak usah kembalikan uangku asal saja kau bisa kasih keterangan di mana letaknya Bukit
Tunggul tempat bersarangnya Dewi Siluman...."
Si orang tua tersentak kaget. Parasnya yang keriputan serta merta menjadi pucat
pasi. Matanya membelalak memandang Wiro.
"Justru karena dialah penduduk kampung ini terpaksa pindah mengungsi. Kini kau
malah mencari penyakit bertanyakan tempat kediamannya. Apa kau sudah bosan hidup orang
muda..."!"
Wiro Sableng tertawa.
"Mana ada orang yang bosan hidup," sahutnya "Toh tidak ada salahnya kalau kau
kasih sedikit keterangan di mana letak Bukit Tunggul itu...."
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Si orang tua gelengkan kepala. "Aku masih ingin hidup! Sekali aku membuka mulut
kasih keterangan seluruh keluargaku akan mampus! Mungkin juga semua penduduk kampung
ini!" Pemilik warung itu segera mengambil uang di atas meja dan memberikan kembalinya
pada Wiro. Lalu katanya. "Nah, sekarang berlalulah."
Wiro geleng-gelengkan kepala. Dia keluar dari warung itu. Agaknya seluruh Pulau
Madura sudah digerayangi oleh rasa takut terhadap Dewi Siluman dan orang-orangnya. Tak
ada satu kampung pun yang ditemuinya berada dalam keadaan tenang tenteram. Di setiap
kampung mesti saja ada korban-korban yang jatuh akibat kejahatan yang dilakukan oleh orang-
orangnya Dewi Siluman. Dan bukan itu saja, di setiap kampung orang-orangnya Dewi Siluman
selalu menculik
gadis-gadis. Entah dibawa ke mana dan entah apa, yang menimpa diri gadis-gadis
itu tak bisa diduga oleh Wiro.
Dia mendongak ke langit. Sang surya tengah bersinar seterik-teriknya. Dengan
mempergunakan ilmu lari cepatnya, Wiro tinggalkan kampung itu. Di satu jalan
kecil yang lurus
pendekar ini memperlambat larinya. Di ujung sana dilihatnya seseorang duduk
menjelepok di tengah jalan. Ketika dia sampai di hadapan orang itu ternyata manusia ini adalah
seorang nenek tua
bermuka cekung keriput. Dia duduk seenaknya di tengah jalan yang kecil itu. Di
tangan kanannya
ada sebatang ranting kering. Dia mengenakan jubah putih yang kotor. Dia begitu
asyik menggurat-
gurat tanah dengan ujung ranting kering di tangannya itu.
Wiro tak dapat menduga siapa adanya nenek-nenek ini. Baginya adalah satu hal
yang aneh seorang nenek-nenek berada di tengah jalan dan duduk menggurat-gurat tanah
seperti dilihatnya
saat itu. Karena jalan itu kecil, tak mungkin Wiro Sableng untuk lewat begitu
saja tanpa membentur
tubuh sang nenek. Dia bisa melompat di atas kepala si nenek tapi tentu saja ini
satu kekurangajaran.
Maka Pendekar 212 pun menegurlah dengan hormat.
"Nenek harap maafkan aku mengganggumu. Sudilah memberikan sedikit jalan bagiku."
Si nenek anehnya terus saja asyik menggurat-gurat tanah dengan ranting kering di
tangan kanannya. Seakan-akan tiada didengarnya teguran Wiro tadi.
Mungkin nenek-nenek ini tuli, pikir Wiro. Tapi adalah mustahil kalau dia tidak
melihat Wiro yang berdiri sedekat itu di sampingnya.
Wiro menegur lagi dengan suara lebih dikeraskan.
"Nenek, harap suka memberi sedikit jalan untukku lewat."
Si nenek tiba-tiba angkat kepalanya. Sepasang matanya memandang Wiro dari rambut
sampai kaki, penuh meneliti dan penuh gusar. Kemudian kembali dia tundukkan
kepala dan menggurat-gurat tanah dengan ujung ranting.
Wiro memaki dalam hati. Kalau si nenek ini tidak sinting pastilah dia seorang
aneh atau seorang yang sengaja cari sengketa, pikir Pendekar 212 Wiro Sableng.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Nenek, aku mau lewat. Kuharap kau tak keberatan memberi jalan...."
"Setan alas!" Si nenek tiba-tiba mendamprat keras dan lantang. Wiro terkejut dan
usap dadanya. "Kapan aku kawin sama kakekmu kau panggil aku nenek!"
Wiro perhatikan tampang si nenek yang menjadi sangat galak. Dan Pendekar dari
Gunung Gede ini tak kuasa menahan rasa gelinya sewaktu mendengar ucapan perempuan tua
itu. Dia tertawa gelak-gelak sampai mukanya merah.
"Setan alas! Siapa yang suruh kau ketawa huh"!" Si nenek membentak lagi dengan
suaranya yang keras. Wiro hentikan tawanya.
"Siapa yang suruh!" sentak perempuan berjubah putih itu lagi.
"Memang tak ada yang suruh, Nek... eh... aku musti panggil apa terhadap kau...?"
Wiro Sableng garuk-garuk kepalanya.
"Kentut betul! Kalau tak ada yang suruh kenapa musti ketawa"!"
"Apakah seseorang itu baru tertawa kalau disuruh?" bertanya Pendekar 212.
"Sudah! Jangan banyak tanya! Kentutmu sebakul! Jawab kenapa kau ketawa"! Kau
menertawai aku ya"! Ayo jawab!"
"Aku tidak menertawaimu Nek... eh... aku tertawa karena ucapanmu yang lucu
tadi." "Betul-betul setan alas! Kau anggap aku ini badut yang mau melucu di hadapanmu"
Makan rantingku ini!"
Habis berkata begitu si nenek hantamkan ranting kering di tangannya!
"Wutt!"
Pendekar 212 tersentak kaget dan buru-buru menghindar ke belakang. Sambaran
ranting yang di tangan si nenek mengeluarkan angin dingin dan keras. Nyatanya bahwa si
nenek bukan perempuan sembarangan, tapi seorang yang memiliki tenaga dalam yang tinggi. Dan
ini berarti bahwa dia adalah seorang tokoh silat berkepandaian hebat.
Karena serangannya tidak mengenai sasaran, si nenek menjadi gusar sekali. Dia
melompat dan ranting kering di tangannya menderu pulang balik tiada hentinya, membungkus
tubuh Wiro Sableng dalam serangan-serangan yang sangat berbahaya.
Pendekar 212 bersiul nyaring.
"Ah, nyatanya kau bukan nenek sembarang nenek!" seru Wiro sambil gerakkan
tubuhnya dengan cepat untuk menghindar dari serangan ganas si nenek.
Mendengar ucapan itu si nenek jadi tambah buas. Serangannya tambah ganas. Meski
senjatanya cuma sebuah ranting kering namun karena ranting itu mengandung aliran
tenaga dalam maka bahayanya tiada beda dengan bahaya sebuah senjata tajam seperti golok atau
sebilah pedang.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Nenek!" seru Wiro Sableng. "Antara kita tak ada silang sengketa, mengapa kau
menyerang aku sejahat ini"!"
"Kalau kau tak lekas berlutut dan minta ampun niscaya kau akan kukirim ke
akherat!" teriak
si nenek jubah putih. Serangan ranting keringnya semakin menggila. Dalam waktu
lima jurus saja
Pendekar 212 sudah terdesak hebat.
Sampai jurus yang kesembilan Wiro Sableng masih juga berkelebat dalam posisi
bertahan, sama sekali tidak balas menyerang. Inilah yang menyebabkan dia saat demi saat
semakin terdesak
dan kepepet. Ruang gerak Pendekar 212 makin lama makin ciut. Ranting kering di
tangan si nenek
laksana ratusan buah banyaknya dan menyerangnya dari puluhan jurus.
Hampir tiada terasa lagi, saat itu mereka sudah memasuki jurus ke empat belas.
Dalam jurus ini Wiro benar-benar dibikin mati kutu. Dia tak sanggup bertahan lebih lama.
Dengan satu bentakan
nyaring Pendekar 212 segera pergunakan kedua tangannya untuk mulai balas
menyerang. Tapi
justru pada jurus itu pula ranting kering di tangan si nenek membuat satu
serangan yang sukar
dikelit. "Breet!"
Robeklah pakaian Pendekar 212. Dadanya tergores luka. Rasa sakit dan perih serta
merta menjalari sekujur tubuhnya. Dan tubuh itu kini menjadi panas dingin. Nyatalah
ranting kering di
tangan si nenek bukan ranting kering biasa, melainkan sebuah senjata sakti yang
mengandung racun
luar biasa. Cepat-cepat Wiro ke luar dari kalangan pertempuran dan kerahkan
tenaga dalamnya.
Si nenek tertawa panjang.
"Jangan harap kau bisa hidup lebih dari satu jam, pemuda keparat! Rantingku ini
mengandung racun yang jahat sekali!"
Wiro tetap tenang. Dia tidak yakin racun ranting si nenek akan menamatkan
riwayatnya. Sewaktu digembleng di puncak Gunung Gede, tubuhnya telah diberi kekuatan oleh
Eyang Sinto Gendeng, kekuatan yang membuat dia kebal terhadap segala racun yang bagaimanapun
jahatnya. Apalagi saat itu dia sudah kerahkan tenaga dalamnya.
Si nenek tertawa lagi.
"Selamat tinggal orang muda! Nasibmu ternyata sial di Pulau Madura ini!
Nantikanlah saat
kematianmu di depan mata!"
Habis berkata begini si nenek segera putar tubuh dan berkelebat meninggalkan
tempat itu. "Manusia keriput! Tunggu dulu! Aku tak sudi kau pergi sebelum menerima sedikit
pembalasan hormat dariku!" teriak Wiro Sableng. Sekali dia melesat maka tahu-
tahu tubuhnya sudah berada dihadapan si nenek, menghalangi lari perempuan tua itu. Tentu saja
kejut si nenek bukan tanggung-tanggung. Matanya melotot membeliak.
"Nyalimu keliwat besar!" teriaknya. "Apakah mau mampus saat ini juga bedebah"!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Wiro bersiul nyaring.
"Soal nyawa jangan diributkan perempuan keriput! Terima pukulanku ini!"


Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wiro Sableng hantamkan tinju kanannya ke depan. Di saat itu pula si nenek
sapukan rantingnya ke muka. Maka tak ampun lagi tinju dan rantingpun beradulah.
Wiro kerenyitkan kening menahan sakit. Kulit tangannya kelihatan lecet sedang
ranting di tangan si nenek mental dan patah berantakan. Si nenek beringas sekali melihat
ranting keringnya
dimusnahkan lawan. Dia melompat ke muka dengan sepuluh jari tangan terpantang.
"Cengkeraman Garuda Sakti" seru Pendekar 212 begitu dia mengenali jurus serangan
lawan. Sekali tubuh kena dicengkeram pastilah daging dan tulang-tulangnya akan hancur
remuk. Cepat- cepat Wiro menyurut mundur dan buat satu liukkan, kemudian hantamkan tangan
kanan ke depan,
melepaskan "Pukulan Kunyuk Melempar Buah" yang disertai hampir setengah bagian
tenaga dalamnya. Si nenek melengking penasaran sewaktu serangannya tertahan oleh satu gelombang
angin yang laksana satu gumpalan batu keras. Dengan kalap dia menyeruak dari samping
dan begitu pukulan Pendekar 212 lewat dengan serta merta dia lepaskan dua jotosan dan dua
tendangan jarak
jauh. Empat serangan ini hebatnya bukan main. Debu dan pasir jalanan menderu.
Empat angin pukulan si nenek laksana air bah merambas tubuh Pendekar 212. Murid
Eyang Sinto Gendeng ini terpaksa melompat beberapa tombak ke atas. Sambil turun ke
bagian yang aman
Wiro lepaskan "Pukulan Angin Puyuh".
Empat angin pukulan si nenek dan satu gelombang angin pukulan Wiro Sableng
saling bentrok menimbulkan suara letusan nyaring, menggetarkan tanah tempat berpijak.
Si nenek terpelanting sampai enam langkah sedang kedua kaki Wiro Sableng tenggelam ke
tanah sampai sedalam tiga senti.
Bukan main geramnya si nenek. Ternyata si pemuda memiliki ilmu yang tidak rendah
sebagaimana yang disangkanya. Dalam luapan amarah, nenek keriput ini segera
cabut batang belimbing di tepi jalan. Dengan mempergunakan pohon itu sebagai senjata dia
segera menyerang
Wiro Sableng. "Hebat!" seru Wiro sambil berkelit cepat. Pohon belimbing yang di babatkan si
nenek menderu menghantam pohon lain di belakangnya, membuat pohon ini tumbang
bergemuruh. Dapat
dibayangkan bagaimana kalau batang pohon belimbing itu melanda tubuh Wiro
Sableng. Laksana memegang sebuah sapu lidi, demikianlah si nenek pergunakan pohon
belimbing itu untuk menyapu dan membabat lawannya. Wiro Sableng geleng-geleng dan garuk-garuk
kepala. Belum pernah ia menghadapi lawan yang demikian kalapnya seperti si nenek ini
sehingga mau mencabut sebatang pohon dan menyerang dengan pergunakan pohon itu sebagai
senjata. Di samping kagum, Wiro juga kepingin tahu siapa sesungguhnya manusia ini.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Nenek, sesuai dengan peradatan dunia persilatan harap kau terangkan siapa nama
atau ge- larmu!" seru Wiro.
"Bakul kentut! Kau bisa tanya nanti pada cacing-cacing di liang kubur!" Dan si
nenek babatkan lagi pohon belimbing di tangannya.
"Buset!"
Wiro berkelebat cepat.
Si nenek penuh penasaran memandang berkeliling. Lawannya lenyap seperti ditelan
bumi. "Setan alas kau lari ke mana hati"!" teriak nenek-nenek itu.
Di belakangnya terdengar suara tertawa.
"Nenek-nenek kurasa matamu belum begitu kabur hingga tak tahu kalau aku berada
di sini!" Begitu putar tubuh begitu si nenek hantamkan batang belimbing ke pohon di
belakangnya. Kraak! Pohon di tepi jalan patah dan tumbang. Wiro Sableng yang tadi memang melompat
dan berdiri di salah satu cabang pohon itu, berkelebat ke pohon lain dan berdiri di
salah satu cabangnya
sambil tertawa-tawa mengejek.
"Setan alas! Apa kau kira aku tidak sanggup mengejarmu ke atas sana"!" teriak
seraya lemparkan pohon belimbing ke tepi jalan kemudian melompat sebat ke cabang pohon
di mana Wiro berdiri. Tapi kemengkalannya jadi bertambah-tambah karena begitu ia menginjak cabang
pohon, Wiro Sableng sudah lenyap dari cabang itu. Dan bila dia memandang ke bawah maka
dilihatnya si pemuda berdiri bertolak pinggang di jalan kecil, cengar-cengir ke arahnya.
Si nenek sampai melengking nyaring saking gemasnya. Dia keruk satu jubahnya dan
berteriak. "Pemuda keparat! Terima ini!"
Selusin senjata rahasia yang berbentuk paku hitam melesat ke arah Wiro Sableng
dalam bentuk lingkaran. Wiro pukulkan tangan kanannya ke atas. Enam paku mental jauh
sedang enam lainnya amblas ke dalam tanah. Di saat itu pula si nenek sudah turun ke tanah
kembali dan kirimkan
serangan berantai ke arah Wiro.
"Nenek! Ilmumu memang tinggi. Tapi aku tak begitu suka bertempur dengan orang
lain tanpa alasan! Apalagi kalau tidak tahu asal usul dan namanya!"
"Pemuda sialan, jangan jual kentut! Kau tak akan kulepaskan hidup-hidup!" hardik
si nenek. Kembali dia kirimkan selusin paku hitam dan susul dengan serangan berantai.
Pendekar 212 angkat kedua tangannya. Saat itu pertempuran sudah berjalan tiga
puluh jurus lebih. Wiro kini tak mau main-main lagi. Begitu kedua tangannya dipukulkan ke
muka maka gelombang angin yang laksana topan menderu. Inilah "Pukulan Benteng Topan
Melanda scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Samudera" yang kedahsyatannya bukan saja membuat selusin paku hitam itu mental
tapi juga membuat si nenek terguling di tanah sampai enam tombak.
Belum lagi sempat bangun Wiro memburu tak kasih ampun. Dua tangannya melesat ke
pangkal leher si nenek, siap untuk menotok. Tapi lebih cepat dari itu si nenek
keluarkan sebuah
benda berbentuk bola berwarna hitam. Bola hitam ini dilemparkan ke arah Wiro.
Satu letusan terdengar. Dalam kejap itu pula asap hitam tebal menggebu menutup pemandangan,
Wiro Sableng tak dapat melihat apa-apa dan cepat-cepat melompat ke samping. Tapi dia masih
juga terkurung oleh asap hitam yang gelap itu. Dia melompat sekali lagi, dua kali lagi dan
barulah bisa keluar dari
kurungan asap hitam yang membutakan pemandangannya.
Beberapa saat kemudian ketika asap hitam itu sirna dengan perlahan maka si nenek
sudah lenyap dari tempat itu. Dan betapa terkejutnya Pendekar 212 karena di
seberangnya kini berdiri tiga
manusia lain. * * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
3 Ketiga manusia itu bukan lain Si Telinga Arit Sakti, Sepasang Arit Hitam dan
Sepuluh Jari Kematian. Ketiganya memandang dengan mata ganas menyorot yang membayangkan maut.
"Ini dia bangsatnya!" Si Telinga Arit Sakti buka suara.
"Apa yang dikerjakannya di sini! Bermain-main asap"!" Sepuluh Jari Kematian
menimpali. Wiro masih diam dan menyapu tampang ketiga orang itu dengan pandangan seenaknya.
"Pendekar 212!" lengking Si Telinga Arit Sakti. "Ketahuilah hari ini adalah hari
kematianmu!"
Wiro Sableng senyum lalu keluarkan suara tertawa bergelak.
"Telinga Arit Sakti," kata Pendekar 212 pula. "Bacotmu besar amat! Mentang-
mentang berada sama-sama gurumu!"
"Kalau tahu aku gurunya mengapa tidak lekas berlutut dan bunuh diri"!" sentak
Sepasang Arit Hitam. Wiro tertawa lagi gelak-gelak. "Orang gila pun disuruh bunuh diri tidak bakal
mau!" "Dan kau lebih dari gila!" damprat Sepasang Arit Hitam.
Sepuluh Jari Kematian lambaikan tangannya dan berkata. "Kau tak usah bicara
panjang lebar kawan-kawan. Mari kita berebut cepat memisahkan kepala dan badannya!"
"Ah... ah... ah!" Wiro rangkapkan tangan di muka dada. "Kalau tak salah
penglihatanku bukankah kau yang berjuluk Sepuluh Jari Kematian, gurunya Si Pendekar Terkutuk
Pemetik Bunga yang mampus tempo hari di tanganku"!"
"Pemandanganmu memang tajam, pemuda gendeng! Muridku mati di tanganmu. Hari ini
aku datang meminta jiwamu!"
Wiro geleng-gelengkan kepala.
Katanya. "Akhir ini banyak sekali manusia-manusia yang begitu inginkan jiwaku,
sebut- sebut segala urusan jiwa.... seakan-akan jiwanya sendiri adalah jiwa yang bersih
polos!" "Jangan pidato!" bentak Sepasang Arit Hitam.
"Siapa bilang aku pidato!" sahut Wiro ketus. "Aku cuma bicara biasa!" Kemudian
Pendekar 212 berpaling pada Sepuluh Jari Kematian. "Dengar Sepuluh Jari Kematian,"
katanya. "Muridmu
seorang manusia bernafsu besar doyan perempuan kelas satu! Bagaimana kalau hari
ini kuberikan seorang perempuan cantik padamu, apakah kau bersedia melupakan urusan kita"!"
Merahlah paras Sepuluh Jari Kematian. Darah di kepala mendidih mendengar ejekan
itu. Dia maju satu langkah. "Kau memang tak layak hidup lebih lama!" bentaknya.
Kelima jari-jari
tangan kanannya dijentikkan ke muka. Lima sinar hitam yang menggidikkan melesat
mengeluarkan scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
suara menggaung. Inilah Ilmu Jari Penghancur Sukma yang dahsyat. Satu jentikkan
saja ganasnya bukan main, apalagi sekaligus lima jentikan. Dan dilancarkan oleh tokoh
penciptanya sendiri yang
berilmu tinggi.
Dengan cepat Pendekar 212 melompat ke udara. Empat larikan sinar hitam berhasil
dihindarkannya, tapi sinar yang kelima tak sanggup dielakkan. Sinar ini menyapu
kaki kiri Pendekar 212. Wuss! Kaki kiri itu dengan serta merta menjadi hitam. Wiro Sableng terguling di tanah,
merintih kesakitan. Meski tubuhnya kebal segala macam racun namun dia masih khawatir.
Begitu jatuh dengan cepat Wiro totok jalan darah dan urat-urat di siku kaki kirinya. Dengan
terpincang-pincang
Pendekar 212 bangkit berdiri. Di saat itu Si Telinga Arit Sakti dan Sepasang
Arit Hitam memburu
dengan senjata di tangan sedang Sepuluh Jari Kematian melompat sebat menjambak
rambut gondrong Wiro Sableng siap untuk memuntir kepala pendekar itu.
Dengan berteriak nyaring Wiro gerakkan tangan kanan untuk cabut Kapak Maut Naga
Geni 212. Tapi Si Telinga Arit Sakti yang tahu gelagat segera tendang tangan kanan
Wiro Sableng. Kraak! Patahlah lengan Pendekar 212. Tubuhnya terhempas ke tanah. Tiga buah arit
masing-masing dua di tangan sepasang Arit Hitam dan satu di tangan si Telinga Arit Sakti
menderu siap untuk
membuat tubuh Wiro Sableng menjadi terkutung empat sedang jambakan Sepuluh Jari
Kematian akan menanggalkan kepalanya dari badan.
Wiro Sableng hendak lepaskan Pukulan Sinar Matahari. Tapi sudah terlambat, sudah
tak ada kesempatan lagi.
"Tamatlah riwayatku!" keluh pendekar ini. Dipejamkannya kedua matanya menanti
saat kematian itu. Hanya beberapa detik lagi tubuh sang pendekar akan terkutung empat dibabat tiga
buah arit sakti, hanya beberapa detik lagi kepalanya akan tanggal dipuntir, maka
terdengarlah teriak lantang
menggeledek. "Setiap nyawa manusia di Pulau Madura ini adalah milik Dewi Siluman! Kalian tak
berhak merampas jiwa pemuda itu! Kecuali kalau mau ikut-ikutan mampus!"
Terkejutlah Si Telinga Arit Sakti, Sepasang Arit Hitam dan Sepuluh Jari
Kematian. Empat sosok tubuh berkelebat.
Perlahan-lahan Wiro Sableng buka kedua matanya yang tadi dipejamkan! Dan hampir
tak dapat dipercaya pemandangan matanya sendiri saat itu. Betapa tidak. Empat
pendatang baru ini
adalah gadis-gadis cantik berpakaian biru. Leher mereka digantungi tengkorak
manusia yang scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
besarnya sekepalan tangan. Meski tampang mereka cantik-cantik tapi membayangkan
kebengisan.

Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dugaan Wiro Sableng pastilah mereka ini orang-orangnya Dewi Siluman dari Bukit
Tunggul. * * * Sehabis melemparkan bola yang meletuskan asap hitam dan tebal itu si nenek
keriput cepat berguling dan lari meninggalkan jalan kecil. Dimasukinya rimba belantara
kemudian menyeruak di
antara semak belukar lebat. Dari luar semak belukar ini tiada beda dengan semak-
semak yang lebat
di sekitar tempat itu. Tapi siapa nyana kalau begitu semak belukar diseruak maka
muncullah sebuah
lobang besar setinggi manusia. Si nenek menyelusup memasuki lobang itu dan terus
berlari. Meski penerangan dalam lobang itu tidak begitu terang namun karena sudah terlalu
sering melewatinya si
nenek sudah sangat hafal liku-likunya maka dia lari dengan sebat tanpa kurangi
kecepatannya. Dalam waktu yang singkat dia sudah sampai di ujung lobang yang merupakan
terowongan bawah
tanah itu. Dia muncul di satu lamping bukit. Dari sini lari cepat ke bawah,
masuk lagi ke sebuah
terowongan rahasia dan akhirnya sampai di satu terowongan batu pualam. Sebelum
memasuki sebuah ruangan besar si nenek gerakkan kedua tangannya ke muka. Sehelai selaput
topeng yang amat tipis ditanggalkannya dari parasnya. Kini kelihatanlah wajahnya yang asli.
Dan nyatanya dia
adalah seorang gadis jelita berkulit hitam manis, berhidung mancung dan berbibir
tipis mungil. Gadis ini kemudian tanggalkan jubah putihnya. Di balik jubah putih si gadis
kulit hitam manis ini ternyata mengenakan pakaian ringkas biru. Gadis ini kemudian berlari
ke tengah ruangan
besar. Salah satu tumitnya menekan ubin yang bergambar bunga mawar merah.
Maka pada saat itu menggemalah suara bertanya dalam ruangan itu. Entah dari mana
datangnya. "Siapa yang mau masuk"!"
"Aku, Nariti hendak menghadap Dewi!" menjawab si gadis hitam manis.
"Silahkan masuk."
Sebuah pintu besar yang tadinya hanya merupakan sebuah dinding ruangan belaka
terbuka. Nariti cepat memasuki pintu itu. Ruangan di mana dia berada adalah sebuah
ruangan yang jauh
lebih besar dari yang pertama tadi. Seluruh lantai ditutupi permadani. Di
samping kanan terdapat
sebuah taman. Di tengah taman dihiasi dengan kolam berair biru. Beberapa gadis
cantik asyik mandi-mandi dalam kolam itu, bersimbur-simburan air dan bergurau sesama mereka.
Beberapa lainnya duduk di tepi kolam memperhatikan. Semuanya mengenakan pakaian ringkas
biru. "Hai, itu si Nariti dari mana baru kelihatan!" seru seorang gadis baju biru.
"Nariti dari mana kau!" berseru yang lain.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Nariti hanya melambaikan tangan lalu cepat-cepat menaiki sebuah tangga yang juga
beralaskan permadani. Di bagian atas terdapat tiga buah pintu yang dijaga oleh
tiga orang gadis
berpakaian biru.
"Kemani, aku mau bertemu dengan Dewi," berkata Nariti pada salah seorang gadis-
gadis itu. "Ada keperluan apakah"!"
"Tak usah tanya. Katakan di mana Dewi saat ini, cepat! Ini penting sekali!"
Melihat keseriusan pada wajah Nariti maka Kemani segera menjawab. "Dewi berada
di anjungan ketiga."
Mendengar itu maka Nariti segera memasuki pintu di samping kanannya. Pintu ini
membawanya ke sebuah lorong yang kemudian menghubunginya dengan sebuah pintu
biru yang tertutup. Di belakang pintu itu didengarnya suara petikan-petikan kecapi yang
merdu. Nariti mengetuk daun pintu tiga kali berturut-turut lalu dua kali lagi. Suara
kecapi di ruang
dalam berhenti.
"Siapa"!" terdengar suara perempuan bertanya dari dalam. Suaranya halus tapi
penuh wibawa dan ketegasan.
"Dewi, aku Nariti membawa laporan penting untukmu!"
"Masuklah!"
Nariti mendorong daun pintu lalu masuk dengan cepat. Kamar yang dimasukinya
selain bagus juga sangat luas. Lantai tertutup permadani biru yang tebal dan lembut.
Tubuh serasa di
awang-awang kalau menginjak kelembutan permadani itu. Di tengah ruangan terletak
sebuah tempat tidur besar berseprai sutera putih. Di atas tempat tidur ini berbaringlah
bermalas-malasan
seorang perempuan muda. Umurnya paling banyak dua puluh tiga tahun. Dia
berpakaian sutra biru
yang bagus dan menjela ke permadani. Parasnya cantik sekali. Tapi dibalik
kecantikan yang
mengagumkan itu nyata kelihatan bayangan kekejaman. Matanya yang berkilat
menyoroti Nariti
dengan teliti. Kemudian dia berpaling pada gadis tujuh belas tahun yang duduk di
permadani, yang
tadi memainkan kecapi menghiburnya. Gadis ini juga berparas jelita dan berkulit
kuning langsat Perempuan di atas pembaringan yang bukan lain dari Dewi Siluman adanya anggukkan
kepala. Maka gadis pemain kecapi yang mengerti isyarat ini segera mengambil
kecapinya dari pangkuan dan meninggalkan tempat itu lewat sebuah pintu di samping kanan.
"Katakan berita apa yang kau bawa, Nariti," ujar Dewi Siluman.
Nariti menjura dulu tiga kali baru menjawab.
"Ada beberapa pendatang baru di Pulau kita ini dewi. Semuanya dari Pulau
Jawa...." "Hemmm...." Dewi Siluman menggumam dan petik serenceng buah anggur lalu
memasukkan buah itu satu demi satu ke dalam mulutnya.
"Teruskan keteranganmu!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Yang pertama ialah Sepuluh Jari Kematian...."
"Itu aku sudah tahu. Sepuluh Jari Kematian sobat lama yang sengaja kuundang
kemari. Siapa yang lain-lainnya"!"
"Yang lain-lainnya ialah dua orang nenek-nenek yaitu Sepasang Arit Hitam dan
muridnya Si Telinga Arit Sakti...."
"Heh... perlu apa murid dan guru itu berada di Pulau ini?" Dewi Siluman
memandang lewat
jendela dari mana dia dapat melihat sebagian dari taman dan kolam yang tadi
dilewati Nariti. Lalu
tanyanya sambil mengunyah buah anggur dalam mulutnya. "Apa masih ada pendatang
yang lain?"
"Ada Dewi. Seorang pemuda sakti...."
Sepasang alis mata yang hitam dan bagus dari Dewi Siluman naik ke atas.
"Gerak-geriknya yang mencurigakan membuat aku menguntitnya selama dua hari.
Ternyata dia tengah mencari keterangan di mana letak tempat kita ini...."
"Begitu" Menurutmu apakah dia membawa maksud baik atau jahat"!" tanya Dewi
Siluman. "Pasti maksud jahat Dewi...."
"Kalau begitu dia mencari jalan ke akhirat!" kata Dewi Siluman pula sambil
lemparkan tangkai anggur ke luar jendela. "Tapi terangkan dulu segala sesuatunya tentang
dia...." "Hampir di setiap tempat dia menanyakan pada penduduk di mana letak Bukit
Tunggul, di mana letak sarang kita...."
"Kurang ajar. Istanaku disebut sarang!" maki Dewi Siluman. "Teruskan Nariti!"
"Tapi penduduk tak satu pun mau beri keterangan. Meski demikian karena jelas
pemuda ini sangat berbahaya bagi kita maka dengan menyamar kunantikan dia di jalan kecil di
tepi hutan. Sengaja aku duduk di tengah jalan menghalanginya untuk mencari sengketa.
Kemudian terjadi
pertempuran antara kami. Tapi nyatanya dia sakti sekali dan bukan tandinganku.
Aku hampir saja
dimakan totokannya kalau tidak lekas melemparkan bola asap hitam!"
Dewi Siluman merenung sejenak. Nariti adalah pembantunya yang memiliki ilmu
tinggi. Kalau Nariti tiada sanggup melawan pemuda itu pastilah si pemuda memiliki ilmu
yang hebat. "Siapa nama pemuda itu?" bertanya Dewi Siluman.
"Tak berhasil kuketahui Dewi."
"Nariti, bawa tiga orang kawanmu. Cari pemuda itu dan tamatkan riwayatnya
sebelum dia bikin susah pihak kita!"
"Perintahmu aku jalankan Dewi," sahut Nariti. Dia menjura tiga kali lalu
melangkah ke pintu. "Tunggu dulu Nariti!" berseru Dewi Siluman. Nariti hentikan langkah dan balikkan
badan. "Ya Dewi...?"
"Apakah pemuda sakti itu berparas gagah?" tanya Dewi Siluman.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Nariti memandang ke jendela lalu tundukkan kepala. Kalau dia memberikan jawaban
bahwa pemuda itu memang berparas gagah dia khawatir sang Dewi akan punya persangkaan
yang bukan- bukan padanya. Karenanya Nariti tak berikan jawaban.
Dewi Siluman tertawa merdu laksana taburan mutiara yang jatuh berderai di atas
lantai pualam. Dari kebisuan anak buahnya itu dia segera maklum bahwa si pemuda yang
mendatangi Pulau Madura adalah seorang berparas cakap.
"Kalau begitu tangkap saja dia hidup-hidup, Nariti." kata Dewi Siluman pula.
"Jika parasnya betul-betul gagah dia akan menjadi budakku. Tapi kalau tampangnya buruk
dia akan mati percuma!" Nariti mengangguk. Dia menjura lagi tiga kali lalu tinggalkan kamar itu. Dewi
Siluman memandang ke luar jendela memperhatikan anak buahnya bersimbur-simburan air di
tengah kolam. Di sudut bibirnya mengelumit sekuntum senyum aneh. Gadis jelita ini kemudian
bertepuk tiga kali.
Inani gadis yang tadi memainkan kecapi menghibur Dewi Siluman masuk kembali ke
dalam kamar itu. "Mainkan satu lagu yang bagus untukku, Inani."
"Lagu bagus tentang apa, Dewi?" tanya Inani.
"Apakah tentang lautan yang indah diwaktu matahari terbenam atau tentang bunga-
bunga yang tengah mekar, atau tentang kebahagiaan hidup di swarga loka" Atau pula
tentang pemandangan gunung yang tinggi hijau, atau tentang binatang-binatang yang bagus
lucu...?" Dewi Siluman gelengkan kepala.
"Bukan... bukan tentang laut atau bunga-bunga atau binatang-binatang, Inani.
Bukan tentang semua yang kau sebutkan itu. Tapi tentang cinta...." kata Dewi Siluman pula.
Terkejutlah Inani mendengar jawaban Dewinya itu. Selama ini sang Dewi sangat
membenci segala sesuatu yang berbau cinta kasih. Dewi Siluman selalu marah dan mendamprat
bila dia memainkan lagu-lagu cinta, sekalipun dia memetik kecapi itu seorang diri dalam
kamarnya! Dan kini adalah aneh kalau sang Dewi minta dimainkan sebuah lagu cinta. Apakah telah
berubah jalan pikiran dan lubuk hati sang Dewi. Ada sesuatu yang telah terjadi dengan Dewinya
itu" Untuk lebih memastikan maka bertanyalah Inani. "Lagu cinta yang bagaimana Dewi"
Apakah cinta kasih seorang ibu terhadap anaknya" Atau cinta kasih Tuhan kepada
hamba-hamba- Nya..."!"
"Jangan sebut-sebut Tuhan!" sentak Dewi Siluman. "Yang ada di dunia ialah
kekuatan! Siapa yang kuat dia akan berkuasa dan bisa berbuat sekehendak hatinya! Jadi
Tuhan di dunia ini!"
Meski di dalam hatinya Inani membantah ucapan sang Dewi, tapi karena takut dia
tak berani nyatakan pendapatnya itu.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Kalau begitu mungkin Dewi ingin dengarkan lagu cinta antara seorang pemuda
dengan seorang gadis?" tanya Inani pula.
"Ya, lagu itulah yang kuinginkan." jawab Dewi Siluman.
Maka dengan jari-jari tangannya yang bagus runcing itu Inani mulai memetik
kecapinya menyanyikan sebuah lagu cinta.
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
4 Petikan kecapi yang membawakan lagu cinta itu menggema ke luar kamar, sampai ke
kolam dan taman dimana anak-anak buah Dewi Siluman tengah mandi-mandi dan duduk-duduk
beristirahat. Semua mereka saling berpandangan lalu memutar kepala ke arah
jendela di anjungan
ketiga yang tingginya empat puluh tombak lebih.
"Aneh, sejak kapankah Dewi kita menyenangi lagu cinta-cintaan?" tanya salah
seorang dari mereka. Tak ada yang memberikan jawaban. Semua mata diarahkan ke jendela anjungan. Semua


Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telinga mendengarkan. Suara kecapi yang merdu itu memasuki liang-liang telinga
para gadis, laksana air gunung yang sejuk terus mengalir ke hatinya. Betapa indahnya sesuatu
yang dipengaruhi
oleh cinta. Betapa indahnya bercinta. Cinta kasih antara laki-laki dan pemudi.
Dan mereka semua
adalah gadis-gadis yang selama ini tidak mengenal apa artinya cinta. Di dalam
Istana Dewi Siluman
yang terletak di bawah Bukit Tunggul, itu hidup mereka hanyalah antara sesama
gadis, sesama perempuan. Dan kini mendengar lagu cinta kasih itu, hati mereka laksana
berontak, darah mereka
menjadi panas. Walau bagaimanapun mereka adalah manusia-manusia biasa, gadis-
gadis yang membutuhkan cinta kasih sayang seorang pemuda. Gadis-gadis yang selama ini hidup
di alam suasana tertekan, dipaksakan untuk tidak mengenal cinta. Tapi kali itu melalui
petikan kecapi yang
dimainkan oleh Inani tanpa disadari, Dewi Siluman secara tak langsung telah
memberikan kenyataan pada anak-anak buahnya bahwa sesungguhnya di dunia ini memang ada
cinta kasih antara laki-laki dan perempuan. Melalui petikan kecapi itu Dewi Siluman membuat
anak-anak buahnya menjadi sadar bahwa mereka semua adalah makhluk-makhluk hidup, manusia-
manusia, gadis-gadis yang membutuhkan kasih seorang laki-laki, membutuhkan peluk dekap
dan ciuman mesra seorang pemuda.
Lagu itu belum lagi sampai ke ujungnya. Tiba-tiba saja petikan kecapi berhenti
dan gadis- gadis yang di kolam serta di taman melihat tubuh Dewi Siluman muncul di ambang
jendela. "Kalian mendengarkan apakah"!" bentak Dewi Siluman marah. Suaranya menggetarkan
seluruh Istana. "Semua masuk ke kamar masing-masing! Jangan kalian berani
memikirkan kehidupan dunia yang bukan-bukan! Siapa yang tak dengar perintah akan menerima
hukuman berat!" Penuh ketakutan maka gadis-gadis itu segera tinggalkan kolam dan taman.
Sementara itu Nariti dan tiga orang kawannya dengan cepat meninggalkan Istana
Dewi Siluman. Mereka mengambil jalan memotong yaitu melewati lorong-lorong di bawah
bukit dan lamping gunung. Ketika Inani dan tiga kawan-kawannya itu sampai ke jalan kecil
di tempat mana scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
dia tadi bertempur dengan Pendekar 212 Wiro Sableng maka pada saat itu mereka
melihat bagaimana pemuda itu terhampar di tanah. Tiga manusia berebut cepat untuk
mengirimnya ke akhirat. Yang dua membacokkan senjata berbentuk arit sedang yang ketiga hendak
memuntir dan menanggalkan kepala pemuda itu dari tubuhnya.
Dengan serta merta Nariti berteriak.
"Setiap nyawa manusia di Pulau Madura ini adalah milik Dewi Siluman! Kalian tak
berhak merampas jiwa pemuda itu! Kecuali kalau mau ikut-ikutan mampus!"
Terkejutlah Si Telinga Arit Sakti, Sepasang Arit Hitam dan Sepuluh Jari
Kematian. Pada saat itu empat bayangan biru melompat ke hadapan mereka. Keempatnya ternyata
gadis-gadis berparas cantik.
Wiro sendiri yang tadi pejamkan mata menunggu detik kematiannya, kali ini
membuka kedua matanya itu dan menjadi heran melihat kemunculan empat gadis itu.
Merekalah orang-
orangnya Dewi Siluman" Gadis-gadis cantik begini macam" Sungguh tak dapat
dipercaya. Gadis-
gadis begitu jelita bisa membuat kejahatan main bunuh di mana-mana. Membunuh
manusia- manusia tak berdosa termasuk anak-anak dan orang-orang tua tak berdaya.
Sepuluh Jari Kematian lepaskan kepala Wiro Sableng yang barusan hendak
dipuntirnya itu.
Sepasang Arit Hitam dan Si Telinga Arit Sakti batalkan bacokan arit mereka.
Dengan kertakkan rahang penuh geram Sepuluh Jari Kematian membentak.
"Gadis-gadis baju biru! Kalian siapakah yang berani lancang ikut campur urusan
orang lain"!"
Nariti mendengus.
"Orang tua jelek! Jangan jual omong besar di hadapanku! Serahkan pemuda rambut
gondrong itu dan kalian bertiga ikut kami!"
Sepuluh Jari Kematian tertawa dingin. "Gadis jelita, meski kau seorang bidadari
dari kahyangan, jangan kira aku yang tua ini berbelas kasihan untuk tidak merusak
kecantikanmu itu!"
"Jangan banyak bacot!" bentak Nariti.
Marahlah Sepuluh Jari Kematian. Tangan kanannya diangkat ke atas.
"Kau mau keluarkan Ilmu Jari Penghancur Sukma" Silahkan teruskan!" mengejek
Nariti. Terkejutlah Sepuluh Jari Kematian melihat si gadis mengetahui ilmu kesaktian
yang hendak dilepaskannya. "Gadis, sebaiknya lekas beritahu siapa kalian. Kalau tidak kau berempat akan
mampus percuma!" Keempat gadis itu tertawa bergelak.
Nariti buka mulut. "Dasar orang tua pikun! Masih tak tahu siapa kami! Delapan
penjuru angin dunia persilatan mulai beberapa waktu yang lalu adalah di bawah kekuasaan
Dewi Siluman!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Oh, jadi kalian adalah orang-orangnya Dewi Siluman?" tanya Sepasang Arit Hitam.
"Sudah tahu kenapa berlagak pikun"!" sentak salah seorang kawan Nariti.
Sepuluh Jari Kematian batuk-batuk.
"Untung kalian lekas beritahu siapa kalian," katanya. "Kalau tidak hampir saja
aku salah turun tangan!"
Nariti sunggingkan senyum mengejek.
"Setelah tahu siapa kami apakah kalian bertiga tidak mau turut apa yang kami
katakan...?"
Sepuluh Jari Kematian batuk-batuk lagi. "Sebetulnya kami masih belum jelas
apakah yang kalian mau...." ujarnya.
Nariti menjawab. "Pemuda yang melingkar di tanah itu serahkan pada kami dan
kalian bertiga ikut ke Istana Dewi Siluman!"
Sepuluh Jari Kematian hela nafas panjang. "Tak mungkin!" katanya.
"Bakul kentut! Apa yang tidak mungkin!" bentak Nariti.
Mendengar makian bakul kentut itu Wiro Sableng terkejut. Dia ingat akan
pertempurannya dengan si nenek muka keriput sebelumnya. Si nenek telah memakinya dengan ucapan
itu. Apakah si nenek bukannya gadis jelita ini, pikir Wiro. Sementara itu dia menunggu
kesempatan yang sebaik-
baiknya untuk melakukan sesuatu yang dirasakannya paling baik.
"Tak mungkin!" mengulang Sepuluh Jari Kematian. "Pemuda bangsat ini punya hutang
jiwa terhadapku! Dia telah membunuh muridku!"
"Di samping itu," menimpali Si Telinga Arit Sakti. "Antara aku dan dia terdapat
dendam kesumat yang belum terselesaikan!" .
"Perduli dengan hutang nyawa! Persetan dengan segala dendam kesumat! Apakah di
Pulau Madura ini ada bangsa kwaci yang berani menantang perintah Dewi Siluman dari
Istana Bukit Tunggul"!"
Marahlah Sepasang Arit Hitam karena dirinya dicap "bangsa kwaci" itu. Dia
mendengus dan buka suara. "Kau terlalu pongah mengumbar mulut seenaknya, mencap aku dan
dua kawanku manusia-manusia bangsa kwaci! Kau kira dunia persilatan ini kau dan Dewimu
itukah yang menguasainya"! Apa kau yang masih pitit hijau ini masih belum pernah mendengar
nama gelarku, Sepasang Arit Hitam" Belum pernah tahu gelar muridku, Si Telinga Arit Sakti"!
Juga memandang rendah pada Sepuluh Jari Kematian yang merupakan tokoh ternama dirimba
persilatan"!"
Nariti tertawa panjang.
"Gelar kalian memang hebat-hebat, menyeramkan! Tapi bagi kami orang-orangnya
Dewi Siluman itu bukan apa-apa! Katakan saja apakah kau bertiga bersedia ikut atau
mati di tempat ini
sekarang juga"!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Sepasang Arit Hitam renggangkan kedua kaki. Matanya yang cuma satu menyorot
marah. Namun dengan ilmu menyusupkan suara Sepuluh Jari Kematian segera memberi
kisikan. "Jangan
teruskan niatmu, Sepasang Arit Hitam. Gadis-gadis ini rata-rata berkepandaian
tinggi. Meskipun
kau sanggup kalahkan mereka tapi kita tak bakal bisa ke luar dari pulau ini
dengan selamat!"
"Kalau kau mau dicap manusia kwaci mentah, biarlah! Jangan perduli aku!" bentak
Sepasang Arit Hitam. Dia berpaling pada Nariti. "Apakah kau akan maju sendirian
atau sekali berempat"!"
"Hem... jadi ini contoh manusianya yang minta cepat-cepat mampus"!" menyahuti
Nariti. "Tikus tua renta bermata picak mau jual tampang di sarang macan"!" Nariti dan
ketiga kawannya
tertawa gelak-gelak.
Sepasang Arit Hitam berkobar amarahnya. Dia maju dengan cepat. Tapi muridnya Si
Telinga Arit Sakti mendahului.
"Guru, biar aku yang kasih pelajaran pada gadis ingusan bermulut besar ini!"
kata Telinga Arit Sakti. "Bereskan dia dalam tiga jurus!" perintah Sepasang Arit Hitam.
Si Telinga Arit Sakti keluarkan senjatanya yaitu sebilah arit. Semua orang yang
ada di situ boleh dikatakan telah melupakan Wiro Sableng. Pada saat Si Telinga Arit Sakti
menyerbu ke depan
dengan satu sambaran dahsyat ke arah leher Nariti maka Pendekar 212 Wiro Sableng
melompat dari tanah seraya berseru. "Kalian bertempurlah sampai mampus! Lain kesempatan kita
bertemu lagi!"
"Kawan-kawan! Kejar pemuda itu!" teriak Nariti sambil mengelakkan serangan
Telinga Arit Sakti. Tiga kawannya melompat ke muka, tapi Wiro Sableng sudah lenyap.
Kemarahan Nariti tertumpah bulat-bulat pada Telinga Arit Sakti dan Sepasang Arit
Hitam. Berserulah dia. "Kawan-kawan, tangkap hidup-hidup perempuan tua mata picak itu!"
Ketiga gadis yang tadi melompat mengejar Wiro berbalik dan kini mengurung
Sepasang Arit Hitam. "Bagus, kalian majulah sekali bertiga biar cepat kumusnahkan!" teriak Sepasang
Arit Hitam. Serentak dengan itu dia keluarkan sepasang arit hitam yang memancarkan warna
menggidikkan. Di lain pihak tiga orang anak buah Dewi Siluman keluarkan tiga buah jala
berbentuk aneh.
Jala ini besarnya hanya segumpalan tangan, terbuat dari sutera halus berwarna
biru. Ketiganya
memencar mengurung Sepasang Arit Hitam.
Didahului dengan pekik yang dahsyat Sepasang Arit Hitam menyerbu dan bagaikan
enam serangan arit kepada tiga orang lawannya. Warna hitam dari kedua senjatanya
menderu mengerikan.
Memaklumi dua buah arit di tangan lawan adalah senjata-senjata mustika sakti,
tiga orang anak buah Dewi Siluman tiada berani membuat jurus adu kekuatan. Mereka menyurut
beberapa scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
langkah ke belakang, begitu sepasang arit lewat maka ketiganya menyerbu ke muka.
Secepat kilat tebarkan jala sutera biru.
Sepasang Arit Hitam sewaktu melihat tiga tebaran warna biru menyungkupi bagian
atas tubuhnya dengan cepat merunduk dan sepasang senjatanya kini menderu ke arah
lengan-lengan tiga
orang anak buah Dewi Siluman dari Bukit Tunggul. Tapi serangannya yang kedua ini
kembali mengenai tempat kosong karena dengan sebat tiga gadis baju biru tarik lengan
serta jalanya untuk
kemudian menyerang lagi dengan tebaran jala ke arah pinggang dan kaki Sepasang
Arit Hitam. Naiklah amarah Sepasang Arit Hitam. Tiga gadis anak buah Dewi Siluman itu
ternyata tidak mudah baginya untuk merubuhkan. Dia melompat ke udara setinggi empat tombak dan
babatkan arit di tangan kanan ke arah tiga buah jala sedang arit di tangan kiri disapukan
dengan ganas pada
kepala ketiga gadis yang mengeroyoknya.
Tiga gadis melengking keras. Tubuh mereka lenyap dan tahu-tahu Sepasang Arit
Hitam merasakan bagaimana salah satu dari jala sutera lawan telah menjirat arit di
tangan kanannya.
Betapapun dia coba untuk menariknya dengan sekuat tenaga namun tak berhasil. Dia
terpaksa serahkan arit yang satu itu kepada lawan untuk menyelamatkan lengannya dari
sambaran dua jala
sutera lainnya.
Ketiga gadis tertawa mengejek.
Seorang di antara mereka berkata. "Inikah nenek-nenek sakti tokoh dunia
persilatan terkenal


Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang bergelar Sepasang Arit Hitam itu" Huah! Nyatanya tak lebih dari bangsa
kurcaci saja!"
Bola mata kiri Sepasang Arit Hitam kelihatan seperti berapi-api sedang mata
kanannya yang berlobang besar tampak tambah cekung menggidikkan.
Perempuan tua ini pindahkan arit yang di tangan kirinya ke tangan kanan.
"Gadis-gadis keparat! Kenalkah kalian akan jurus lain"!"
Tiga orang anak buah Dewi Siluman sunggingkan senyum mengejek. Tapi karena ingin
tahu mereka menunggu dan memperhatikan. Sepasang Arit Hitam berdiri dengan kaki
merenggang. Tangan kiri diangkat tinggi-tinggi agak ke belakang kepala sedang arit di tangan
kanan diacungkan
lurus-lurus ke muka. Kelihatannya acungan arit itu merupakan bulan-bulanan
serangan yang empuk,
namun jika seorang coba menyerang maka secepat kilat tangan kiri akan memukul ke
muka, arit berkiblat dan kaki kiri menendang. Jika tiga serangan ini masih gagal maka
dengan menjejakkan
kaki kanan ke bumi, Sepasang Arit Hitam akan sanggup lancarkan serangan susulan
yang lebih ganas dari yang pertama tadi.
Karena memang tidak mengenali jurus apa yang bakal dikeluarkan si nenek, namun
melihat sikap dan tampang si nenek yang demikian menggidikkan, tiga gadis itu diam-diam
memaklumi bahwa lawan mereka hendak mengeluarkan satu jurus serangan yang dahsyat.
Karenanya ketiga
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
gadis ini bersiap siaga. Bagi pihak mereka sendiri jika lawan mereka itu salah-
salah langkah dalam
lancarkan serangan akan segera pula menjadi mangsa mereka.
Sementara itu pertempuran antara Nariti dan Si Telinga Arit Sakti berjalan
sangat seru. Telinga Arit Sakti kirimkan jurus-jurus yang mematikan. Aritnya yang putih
mengeluarkan sinar
bergulung-gulung melanda ke arah Nariti. Namun Nariti sendiri bukanlah seorang
lawan jenis murahan. Tubuhnya hampir lenyap dari pemandangan, cuma bayangan warna biru
pakaiannya saja
yang kelihatan berkelebat kian kemari.
Mendadak sontak terdengar pekik menggidikkan keluar dari mulut Nariti.
Belum habis pekik itu menyusul lengkingan Si Telinga Arit Sakti. Senjatanya
kelihatan mental ke udara. Satu tangan menyambar senjata itu. Dan sekejap kemudian arit
putih itu menderu
laksana kilat ke arah batang leher pemiliknya sendiri.
"Tahan!" teriak Sepuluh Jari Kematian yang menyaksikan bagaimana Si Telinga Arit
Sakti tiada sanggup mengelakkan serangan maut itu.
Tapi mana Nariti mau ambil perduli teriakan tokoh silat itu. Arit di tangannya
terus menderu dan "Cras!" Putuslah leher Telinga Arit Sakti. Tubuh dan kepala terpisah. Darah
menyembur mengerikan. Sepasang Arit Hitam pelototkan mata kirinya besar-besar sewaktu di hadapannya
menggelinding kepala muridnya sendiri. Dari tenggorokannya keluar suara mengaum
macam harimau lapar dan sekejap kemudian tubuhnya pun berkelebat ke muka, lancarkan
satu jurus serangan yang sejak tadi disiapkannya yaitu jurus "Tiga Naga Mengamuk Di Atas
Air Laut".
Jurus ini memang bukan olah-olah dahsyat dan ganasnya. Arit di tangan kanan
menderu berputar-putar macam kepala seekor naga. Tangan kiri memukul ke depan laksana
kepala naga mematuk sedang kaki kiri menyapu laksana ekor naga mematil. Debu dan pasir
jalanan beterbangan,
daun-daun pohon bergetar dan banyak yang gugur karena untuk lancarkan jurus
hebat itu Sepasang
Arit Hitam kerahkan seluruh bagian tenaga dalamnya.
Tiga anak buah Dewi Siluman dari Bukit Tunggul tidak tinggal diam. Masing-masing
mereka berteriak nyaring dan tangan kiri dipukulkan ke depan. Tiga larik sinar
biru kelihatan dengan ganas memapas jurus "Tiga Naga Mengamuk Di Atas Air Laut" dari Sepasang
Arit Sakti itu.
"Tobat! Tobat!" seru Sepuluh Jari Kematian seraya pukul-pukul keningnya sendiri.
"Demi setan hentikan pertempuran ini! Kalau tidak kalian sama saja dengan bunuh diri!"
"Bakul kentut!" semprot Nariti. "Kau tak usah jual bacot! Jangan campuri urusan
yang tak ada sangkut pautnya dengan dirimu!"
Rahang-rahang Sepuluh Jari Kematian kelihatan menonjol. Kedua tangannya
mengepal. "Gadis...." desisnya, "Kalau tidak memandang muka Dewimu, aku tak akan terima
ucapanmu itu!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Nariti tertawa dingin dan mengejek. "Kalau kau punya nyali, silahkan masuk ke
dalam kalangan pertempuran!" kata gadis itu seraya goyangkan kepalanya ke arah pertempuran yang
berlangsung. Sepuluh Jari Kematian hendak buka mulut namun di saat itu terdengar pekikan
salah seorang dari tiga gadis pengeroyok sepasang Arit Hitam. Tubuh gadis ini mental
dan lengannya sebelah kanan patah di makan tendangan kaki kiri sepasang Arit Hitam. Meski
dapat mencelakakan
salah seorang pengeroyoknya namun nenek-nenek sakti ini tiada sanggup
mengelitkan libatan jala
sutera biru salah seorang lawan lainnya pada kaki kirinya yang tadi menendang.
Dalam dia bergulat
untuk membebaskan kaki kiri itu, jala kedua menderu melibat bagian tubuhnya
mulai dari dada
sampai ke kepala. Betapapun tokoh silat ini bergulat untuk membebaskan diri
namun sia-sia belaka.
Jala yang terbuat dari sutera halus biru itu mempunyai kekuatan yang hebat
sekali. Sepasang Arit
Hitam menggerung, jatuhkan diri ke tanah dan berguling dalam masih berusaha
membebaskan diri.
Gulingan tubuhnya terhenti sewaktu Nariti injakkan kaki kanannya di perut tokoh
silat tua itu. "Tak satu kekuatan pun yang sanggup melepaskan jiratan jala itu!" kata Nariti
dengan nada bengis. Sekali kakinya menendang maka pingsanlah Sepasang Arit Hitam.
"Kau keterlaluan!" teriak Sepuluh Jari Kematian marah sekali.
Nariti tertawa dingin dan menjawab. "Terhadapmu aku bisa berlaku lebih
keterlaluan lagi,
kakek-kakek bakul kentut!"
"Tutup mulutmu setan alas!" damprat Sepuluh Jari Kematian.
Nariti mengekeh. Meski wajahnya jelita, tapi mimiknya waktu mengekeh itu
menyeramkan sekali. "Orang tua bakul kentut sialan! Kalau saja Dewi kami tidak memerintahkan
membawamu hidup-hidup ke istananya niscaya tubuhmu sudah jadi bangkai saat ini!"
"Penghinaan dan kesombonganmu sudah lewat batas, gadis hijau! Di lain hari kelak
kau akan rasakan akibatnya!"
Nariti tertawa gelak-gelak. Tubuh Sepasang Arit Hitam dipanggulnya di bahu kiri
kemudian katanya pada Sepuluh Jari Kematian. "Ikuti kami! Sekali kau berbuat yang tidak
kuinginkan, kau
akan menyesal sampai ke liang kubur!"
Meski kemarahan tidak tertahan lagi oleh tokoh silat yang namanya telah
menggetarkan dunia persilatan itu, namun mau tak mau, karena mengingat hubungan baiknya
selama ini dengan
Dewi Siluman dan kedatangannya ke Pulau Madura itu justru atas undangan Sang
Dewi maka akhirnya Sepuluh Jari Kematian mengikuti juga keempat gadis itu dari belakang.
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
5 Wiro Sableng si Pendekar 212 dari Gunung Gede duduk bersandar ke batang pohon
yang dikelilingi oleh semak belukar. Rimba belantara dimana dia berada sunyi senyap,
berudara lembab
dan teduh dari teriknya sinar matahari. Rasa sakit pada tangan kanannya yang
patah kini agak
berkurang. Dengan susah payah dia telah mengobati sendiri tangan yang patah itu
dan menopangnya dengan sebuah ranting kemudian dibubuhi dengan param yang dibuatnya
dari akar- akar pohon dan sejenis daun lalu dibungkusnya dengan sapu tangan. Cara mengobati
seperti itu dipelajarinya dari gurunya Eyang Sinto Gendeng sewaktu dia digembleng di puncak
Gunung Gede. Dalam waktu tiga hari bisa diharapkan lengan yang patah itu akan sembuh dan
tulangnya bertaut
kembali. Sambil duduk terperangah di bawah pohon besar dalam rimba belantara itu Wiro
memandangi kaki kirinya yang hitam disambar pukulan Ilmu Jari Penghancur Sukma
yang dilepaskan oleh Sepuluh Jari Kematian. Meski dia tahu bahwa racun pukulan
tersebut tidak akan
membahayakan dirinya karena tubuhnya kebal segala macam racun, namun yang
mengherankan sang pendekar ialah karena sampai saat itu dia masih belum sanggup untuk
melenyapkan warna
hitam pada kulit kakinya itu. Dia telah menelan dua buah pil yang paling manjur
khasiatnya juga
berkali-kali telah mengerahkan tenaga ke telapak tangan kiri untuk mengusap kaki
yang hitam itu,
tapi hasilnya sia-sia belaka.
"Gila!" maki Wiro. Kalau warna hitam itu tak bisa dilenyapkan pasti dia akan
cacat seumur hidup. Pendekar ini memaki lagi. Hatinya geram sekali terhadap Sepuluh Jari
Kematian. Selama
turun gunung, puluhan musuh telah dihadapinya, berbagai ilmu silat kelas tinggi
dan kesaktian- kesaktian luar biasa telah dijumpainya. Namun belum pernah dia menerima nasib
sial seperti di hari
itu. Kakinya hitam sedang lengannya patah. Disamping geram terhadap Sepuluh Jari
Kematian, Pendekar 212 juga geram pada Si Telinga Arit Sakti. Perempuan tua itulah yang
telah menendang
lengan kanannya sehingga patah. Untuk kedua manusia itu Wiro Sableng bertekad
akan membalaskan sakit hatinya. Wiro tidak tahu kalau sepergiannya tadi Si Telinga
Arit Sakti telah
tewas di tangan anak buah Dewi Siluman. Kemudian Wiro teringat pada empat orang
gadis jelita berpakaian biru-biru itu. Betulkah mereka orang-orangnya Dewi Siluman" Orang-
orangnya Dewi Siluman yang telah berbuat kejahatan dan kekejaman tiada tara, membunuh manusia-
manusia tidak berdosa, memusnahkan kampung-kampung" Betulkah gadis-gadis cantik jelita itu
yang melakukannya" Sungguh tak masuk di akal bahwa gadis-gadis semacam itu akan
sanggup melakukan kejahatan tanpa perikemanusiaan demikian rupa. Hal ini membuat makin
besarnya tekad Wiro Sableng untuk cepat-cepat mencari dan menemui Dewi Siluman itu. Jika anak-
anak buahnya scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
demikian kejam dan jahat, tentu Dewi Siluman sendiri jauh dan jauh lebih kejam.
Tapi untuk mencari sarangnya Dewi Siluman dan membasmi kejahatannya Wiro musti menunggu
sekurang- kurangnya tiga hari yaitu sampai tangannya yang patah sembuh.
Dalam dia berpikir-pikir itu mendadak sontak dari atas pohon memancur air putih
kekuning- kuningan yang tidak enak baunya. Air itu jatuh tepat membasahi kepala Pendekar
212. Disaat itu
pula di atas pohon terdengar suara tertawa cekikikkan yang menggetarkan seluruh
rimba belantara.
Suara cekikikkan itu tiada ubahnya laksana ringkikkan kuda di malam buta ketika
melihat setan di
hadapannya! "Bedebah!" maki Pendekar 212 seraya meloncat dan memandang ke atas pohon.
Sekelebatan dilihatnya satu bayangan putih!
Belum sempat Wiro memperhatikan siapa adanya bayangan putih itu, bahkan belum
sempat dia meneliti paras makhluk itu, si bayangan putih lenyap laksana gaib. Wiro
kemudian merasakan
sekilas angin di mukanya. Pendekar ini pukulkan tangan kirinya ke depan. Tapi
dia cuma memukul
tempat kosong, sesudah itu dia tertegun sendirian dengan penuh rasa heran dan
juga sedikit ngeri.
Tak dapat diyakininya siapa adanya sosok bayangan putih tadi. Apakah manusia
atau setan atau dedemit penghuni rimba belantara itu. Gerakannya luar biasa cepat dan
sebatnya. Begitu cepat
hingga Wiro tak dapat meneliti siapa adanya bayangan putih itu. Dan
cekikikkannya yang seperti
kuda meringkik itu.
Kuncuran air yang tadi jatuh di atas kepalanya kini turun ke kening. Wiro
menyeka kening yang basah itu dengan belakang telapak tangan. Dia memaki tiada henti.
Diperhatikannya telapak
tangan yang ditempeli air itu. Hidungnya menghirup bau yang tidak enak.
Penasaran sekali Wiro
dekatkan belakang telapak tangannya ke lobang hidung. Pendekar ini kernyitkan


Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kening. Kemudian
terdengarlah makiannya.
"Keparat sialan! Aku dikencingi!"
Wiro meludah ke tanah. Caci maki ke luar menyerapah dari mulutnya. Dengan
beberapa helai daun disekanya kening dan telapak tandannya.
"Manusia apa dedemit! Perlihatkan dirimu'" teriak Wiro. Rasa ngerinya tadi kini
berubah menjadi kemarahan. Seumur hidupnya baru kali itu dia dikencingi manusia. Mungkin
di dunia ini, cuma dia sendiri manusia yang dikencingi manusia. Tapi apa betul makhluk yang
mengencinginya itu seorang manusia" Bukannya setan atau dedemit"
"Keparat yang mengencingiku! Perlihatkan dirimu!" teriak Wiro gemas.
Suaranya bergema dalam rimba belantara itu.
Tiba-tiba terdengar dari samping kanan suara tertawa mengikik macam tadi. Dengan
serta merta Pendekar 212 memburu ke arah itu. Sekilas masih sempat dilihatnya satu
sosok bayangan scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
putih samar-samar karena bayangan itu bergerak luar biasa cepatnya. Tanpa pikir
panjang Wiro Sableng gerakkan tangan kirinya lepaskan pukulan "Kunyuk Melempar Buah".
Semak belukar berpelantingan, sebuah pohon patah dilanda pukulan itu. Tapi si
bayangan putih sudah lenyap dari pemandangan.
"Sialan betul!" gerutu Wiro. Dia melompat ke arah lenyapnya bayangan itu lalu
melesat ke sebuah pohon besar yang tinggi dari mana dia bisa melihat dengan jelas seantero
rimba belantara.
Namun si bayangan putih tetap tiada kelihatan seakan-akan sirna ditelan bumi.
Dengan kertakkan geraham Wiro Sableng turun dari pohon itu. Mungkin sekali si
bayangan putih tadi adalah Dewi Siluman. Tapi mengapa sang Dewi sengaja mempermainkan
sedang dia telah mengutus empat orang anak buahnya untuk menangkapnya.
"Gila!" gerendeng Pendekar 212. Belum pernah dia berhadapan dengan peristiwa
begini rupa. Kemudian bila hidungnya sudah tak sanggup lagi menghirup bau pesing
kencing yang membasahi kepalanya pendekar ini segera tinggalkan tempat itu untuk mencari kali
atau telaga guna
mencuci kepalanya. Sewaktu dia melewati pohon besar tempat dia duduk tadi tanpa
sengaja kedua matanya memperhatikan batang pohon itu. Bukan main terkejutnya Wiro Sableng
sewaktu menyaksikan serentetan tulisan putih pada batang pohon besar itu.
"Ini lebih gila lagi!" kata Wiro. Dia melompat ke hadapan pohon dan meneliti apa
yang tertulis di situ.
Perbuatan tangan manusia bukan suatu yang abadi.
Manusia berilmu berpikir pendek berotak dangkal.
Punya senjata dilupakan.
Bukan untuk menebang kayu atau menebas kaki.
Hanya tujuh warna pelangi yang abadi.
Wiro tak dapat memastikan dengan apa tulisan putih itu dibuat. Cuma dia yakin
bahwa yang menulisnya pastilah si bayangan putih tadi. Untuk beberapa lamanya dia masih
berdiri di hadapan
pohon itu merenung dan memikirkan apa arti serta tujuan rentetan tulisan itu.
Namun tiada sanggup
otaknya memecahkan. Perbuatan tangan manusia bukan suatu yang abadi. Wiro tahu
akan kebenaran tulisan tersebut. Lalu: Manusia berilmu berpikir pendek berotak
dangkal. Siapakah
manusia yang dimaksudkan dalam rentetan tulisan yang kedua ini" Apakah tulisan
itu ditujukan kepadanya" Punya senjata dilupakan. Hati Pendekar 212 tercekat sedikit. Di balik
pakaiannya tersembunyi Kapak Maut Naga Geni 212. Apakah senjata ini yang dimaksudkan oleh
penggurat tulisan pada batang pohon itu" Senjata itu selalu ada di tubuhnya dan tak pernah
dilupakannya. Wiro membaca rentetan tulisan yang keempat: Bukan untuk menebang kayu atau
menebas kaki. Tentu saja adalah keterlaluan kalau Kapak Maut Naga Geni 212 dipakai untuk
menebang kayu. scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Tapi untuk menebas kaki lawan, sudah beberapa kali dilakukan Wiro dalam
pertempuran- pertempurannya. Kaki siapakah yang dimaksudkan oleh tulisan itu"!
Wiro menepekur dan putar otak. Pandangannya membentur kaki kirinya. Tersentaklah
pendekar ini. Mungkin kakiku yang hitam ini yang dimaksud, pikirnya. Lalu
diperhatikannya
rentetan tulisan yang terakhir. Hanya tujuh warna pelangi yang abadi. Hanya tujuh warna pelangi...
Wiro garuk-garuk kepalanya. Karena kepalanya yang basah oleh air kencing itu
belum dibersihkan
maka dengan sendirinya kembali tangannya menjadi basah dan bau karena menggaruk
itu. Dan Wiro menyerapah lagi.
Hanya tujuh warna pelangi yang abadi. Wiro mengulang. Berarti selain warna
pelangi, tak ada warna yang abadi. Sekali lagi Wiro memandang ke kaki kirinya berwarna hitam,
dan warna hitam itu bukan warna pelangi, jadi tidak abadi. Berarti bisa sirna bisa
dilenyapkan. Tapi bagaimana
caranya"! Untuk kesekian kalinya Wiro membaca lagi rentetan demi rentetan tulisan di kulit
pohon. Tiba-tiba dipukulnya keningnya sendiri.
"Memang aku yang geblek!" katanya. Lalu cepat-cepat dikeluarkannya Kapak Naga
Geni 212. Ditimang-timangnya senjata itu beberapa lama. Dan Wiro menggerutu pula. Apa
yang akan dilakukannya dengan senjata itu" Bukan untuk menebang kayu atau menebas kaki.
Hanya tujuh warna pelangi yang abadi. Kini Wiro jadi bingung kembali. Buncah otaknya. Hampir
sepeminum teh lamanya dia memutar otak memecahkan kalimat demi kalimat di batang pohon
itu. Apa kini yang harus dilakukannya" Perlahan-lahan Wiro duduk kembali di bawah pohon itu.
Kapak Naga Geni 212 diletakkannya di atas pangkuan paha kiri. Pada saat senjata itu me-
nyentuh pahanya maka detik itu pula dirasakannya satu hawa dingin menjalar dari
mata kapak ke dalam kakinya. Senjata mustika itu memberikan reaksi terhadap ketidakwajaran
pada kaki sang pendekar. "Tolol! Betul-betul aku tolol!" Wiro memaki dirinya sendiri. Diambilnya kapak
itu kembali dan ditempelkannya pada kaki kiri yang berwana hitam. Hawa dingin semakin santer
dan detik demi detik Wiro Sableng menyaksikan bagaimana kulit kakinya yang hitam kini
berangsur-angsur
kembali kewarna seperti biasanya.
Ketika keseluruhan warna hitam itu lenyap, Pendekar 212 berseru gembira dan
melompat dari duduknya. Lupa dia pada kegeraman hatinya karena dikencingi tadi. Wiro
memandang berkeliling dan berteriak. "Bayangan putih! Siapa pun kau adanya, aku haturkan
terima kasih atas
petunjukmu!"
Begitu suara Wiro lenyap maka terdengarlah suara cekikikkan macam ringkikkan
kuda. Suara itu dekat sekali di samping kanannya. Sang pendekar berpaling. Dia
melompat dengan cepat
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
sewaktu melihat kelebatan bayangan putih di balik semak belukar. Dia kecewa
karena ketika sampai di rerumpunan semak-semak itu si bayangan sudah lenyap lagi.
Wiro geleng-gelengkan kepala. Betul-betul luar biasa gerakan makhluk itu. Ilmu
apakah yang dimiliki si bayangan putih" Wiro tahu, seseorang yang memiliki ilmu
mengentengi tubuh yang
bagaimana pun tingginya seseorang yang memiliki ilmu lain yang bagaimana
cepatnya, tak akan
mungkin akan bisa berkelebat dan lenyap secepat itu. Cuma setan dan bangsa jin
yang sanggup berbuat seperti itu.
Meski agak kecewa tak dapat mengejar si bayangan putih namun Wiro gembira juga
karena warna hitam pada kaki kirinya telah lenyap. Dimasukkannya Kapak Naga Geni 212 ke
balik pakaiannya kembali. Betul-betul dia telah berbuat tolol, berpikir pendek berotak
dangkal, melupakan senjata itu. Padahal sewaktu di puncak Gunung Gede gurunya pernah
menerangkan bahwa kapak sakti itu bukan saja bisa dipergunakan sebagai senjata hebat, tapi
juga bisa mengobati
dan menyedot segala macam racun jahat yang mengindap di tubuh manusia baik
bagian luar maupun bagian dalam.
Wiro angsurkan kaki kirinya ke depan untuk memperhatikan kaki itu kembali.
Disaat itulah matanya melihat lagi serentetan tulisan. Kali ini di tanah di hadapannya.
Kalau mau tahu tingginya langit dalamnya lautan.
Pada purnama empat belas hari
Datanglah ke Goa Belerang.
"Pastilah Si bayangan putih itu yang menulisnya," kata Wiro dalam hati. Nyatnya
dunia ini bukan saja penuh dengan kekejaman dan kejahatan, tapi juga penuh keanehan.
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
6 Suara petikan kecapi terhenti sewaktu pintu kamar diketuk dari luar.
"Masuk!" kata Dewi Siluman. Kepalanya dipalingkan ke pintu yang terbuka. Nariti
masuk. Gadis ini menjura tiga kali di hadapan sang Dewi. Inani gadis pemetik kecapi
berdiri dan meninggalkan kamar itu.
"Kau berhasil?" tanya Dewi Siluman begitu dia tinggalkan berdua dengan Nariti.
"Aku dan kawan-kawan mohon ampunmu, Dewi," berkata Nariti.
"Hah"! Jadi kalian tak berhasil menangkap pemuda itu?" Dewi Siluman bangkit dari
pelaminannya. Matanya membeliak besar dan memandang lekat-lekat pada Nariti.
"Sebenarnya kami akan berhasil Dewi. Tapi...."
"Tapi apa"!" sentak Dewi Siluman.
"Manusia-manusia itu mengacaukan tugas kami hingga si pemuda lolos!"
"Manusia-manusia siapa maksudmu"!" bertanya Dewi Siluman sambil sandarkan
punggung ke bantal besar di belakangnya.
"Sepasang Arit Hitam dan muridnya Si Telinga Arit Sakti serta Sepuluh Jari
Kematian,"
jawab Nariti. Lalu dia memberi penuturan atas apa yang telah terjadi. "Si
Telinga Arit Sakti yang
berani menantang kekuasaanmu, telah kami penggal batang lehernya! Sepasang Arit
Hitam kami tawan hidup-hidup dan Sepuluh Jari Kematian ikut bersama kami. Mereka berdua
kini berada di ruang merah."
"Sepasang Arit Hitam pindahkan ke ruang gelap. Sepuluh Jari Kematian bawa ke
ruang putih!" "Baik Dewi," Nariti hendak menjura siap untuk tinggalkan kamar itu.
"Tunggu dulu!"
Suara Dewi Siluman keras dan lantang menggetarkan hati Nariti. Dia membalik
dengan kecut. "Ternyata apa yang menjadi tugas utamamu tidak kau laksanakan dengan baik! Kau
musti terima hukuman!"
Pucatlah paras Nariti.
"Tapi Dewi, aku sudah jelaskan semua pada kau. Tiga manusia itu mengacaukan
tugasku dan kawan-kawan. Bahkan...."
"Aku tidak perduli!" potong Dewi Siluman. Dia bertepuk satu kali. Lima gadis
berbaju biru masuk ke kamar itu melalui sebuah pintu rahasia. Kelimanya menjura.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Siap menunggu perintahmu, Dewi." kata gadis baju biru paling depan. Nariti
memandang kepada mereka ini dan tahu bahwa mereka adalah anak-anak buah Dewi Siluman yang
diberi jabatan sebagai petugas penghukum.
"Seret dia ke ruang hitam! Sekap satu hari satu malam!"
"Perintah segera dilaksanakan Dewi!" Lima gadis itu kemudian melangkah cepat ke
hadapan Nariti. Menggigillah tubuh Nariti. Ruangan hitam adalah ruangan hukuman
yang paling ditakuti oleh seluruh penghuni Istana Dewi Siluman. Ruangan ini khusus
disediakan untuk mereka
yang membuat kesalahan atau melalaikan tugas. Ruangan hitam merupakan sebuah
ruangan sempit dan gelap luar biasa, tangan di depan mata pun tidak kelihatan. Seseorang yang
dijebloskan di sana
akan merasakan hawa panas ke luar dari empat dinding sempit di sekelilingnya
sedang dari langit-
langit dan lantai ruangan mendera hawa dingin luar biasa. Hawa panas membuat
tubuh hangus melepuh sedang hawa dingin membuat kaki dan muka kaku tegang.
Nariti pernah menyaksikan keadaan seorang kawannya yang keluar dari ruang
penyiksaan itu. Tubuhnya hitam legam, kakinya tak sanggup berdiri sedang parasnya rusak.
Selama satu minggu dia diserang demam panas dingin, keadaannya antara hidup dan mati,


Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengigau siang malam tiada henti. Dua bulan kemudian baru penderitaan akibat hukuman itu lenyap
dan parasnya berangsur-angsur baik kembali sedang kulit tubuhnya yang hitam berangsur-angsur
mengelupas dan kembali kebentuk-nya semula. Betapa mengerikannya. Dan kini dia Nariti sendiri
yang akan dijebloskan ke dalam ruangan hitam itu.
Beberapa pasang tangan memegang lengannya.
"Dewi...." suara Nariti seperti tercekik dan sendat.
"Seret dia lekas!" bentak Dewi Siluman.
Maka kelima petugas itu segera membawa Nariti. Meskipun rasa takut memuncak
menyelubungi dirinya namun Nariti tak bisa berbuat apa-apa. Melawan berarti akan
lebih celaka lagi. Di dalam hati Nariti berkobar kebencian dan dendam kesumat terhadap Wiro
Sableng. Gara- gara Pendekar 212 itulah dia sampai mendapat hukuman.
Di dalam kamarnya Dewi Siluman memanggil Inani kembali. Kali ini tidak menyuruh
gadis itu memainkan kecapi.
"Inani, kau bersama beberapa orang kawan segera pindahkan Sepasang Arit Hitam ke
ruang gelap dan Sepuluh Jari Kematian bawa ke ruang putih."
"Perintah segera kujalankan Dewi." kata Inani. Gadis jelita ini menjura.
Sebelum Inani berlalu, Dewi Siluman memberi perintah lagi yaitu agar menyuruh
Kemani menghadap. scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Bila Kemani datang maka Dewi Siluman memberi keterangan singkat tentang pemuda
yang dimaksudkan Nariti lalu memerintahkan agar Kemani bersama beberapa orang
kawannya mencari
si pemuda sampai dapat.
"Sebelum kau berhasil menangkap hidup-hidup pemuda itu dan membawanya ke
hadapanku, jangan harap kau dan kawan-kawanmu diperbolehkan menginjak Istana ini kembali!"
Meski hati tergetar kecut namun Kemani mengangguk menjura.
Sementara itu di satu ruangan yang disebut ruangan putih....
Sepuluh Jari Kematian duduk di sebuah kursi di kepala meja. Dia memandang
seputar ruangan yang keseluruhan lantai, langit-langit dan dinding serta isinya berwarna
putih bersih. Lima
orang gadis jelita telah membawanya ke dalam ruangan itu dan meninggalkannya
seorang diri. Kawannya yaitu Sepasang Arit Hitam entah dibawa ke mana oleh orang-orangnya Dewi
Siluman. Sambil terus memandang seantero ruangan, tokoh silat itu berpikir-pikir hal apa
pula yang bakal
ditemuinya di tempat itu" Meski kehadirannya di Pulau Madura adalah atas
undangan Dewi Siluman, namun sesudah peristiwa pertempuran di jalan kecil tadi, bukan tidak
mustahil dia akan
menemui nasib buruk pula. Dicobanya mempertenang hati dan menunggu.
Telinga Sepuluh Jari Kematian yang terlatih dan tajam mendengar suara benda
bergeser. Tiba-tiba dinding di hadapannya membuka ke samping dan kelihatanlah tiga manusia
berpakaian biru melangkah memasuki ruangan itu. Mereka bukan lain dari Dewi Siluman dan dua
pengiringnya. Langkah yang dibuat sang Dewi tetap berwibawa. Kepala mendongak ke atas dan air
muka yang jelita itu membayangkan pula sifat kekerasan kalau tak mau dikatakan
kekejaman. Sepuluh Jari Kematian berdiri dari kursinya dan menjura dalam.
"Aku merasa bersyukur dapat memenuhi undanganmu, Dewi Siluman. Ini merupakan
satu kehormatan besar darimu."
Dewi Siluman naikkan hidung ke atas lalu menjawab. "Cuma sayang, sikap hormatku
itu di- balas dengan perbuatan sembrono hingga seorang yang hendak kutangkap berhasil
meloloskan diri!" Muka Sepuluh Jari Kematian kelihatan merah. Dia berbatuk-batuk beberapa kali
lalu berkata. "Bukan maksudku untuk bertindak semborono. Anak-anak buahmu terlalu bersikap
keras dan ikuti
kemauan sendiri."
Dewi Siluman tertawa.
"Adakah cara yang lebih baik dari kekerasan dan mengikuti kemauan sendiri bagi
seseorang yang hendak menguasai dunia persilatan" Bagi seseorang yang hendak memegang
kendali delapan
penjuru angin"!"
Terkejutlah Sepuluh Jari Kematian. Jadi betul rupanya dugaan-dugaan bahwa Dewi
Siluman bermaksud hendak menguasai dunia persilatan dengan caranya sendiri yaitu menurut
kehendak scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
hatinya, berbuat kejam dan membunuh manusia-manusia tiada berdosa hingga namanya
menjadi angker di kalangan rimba persilatan.
"Tentu saja kekerasan dan keteguhan hati sangat diperlukan Dewi!" berkata
Sepuluh Jari Kematian. "Apalagi bagi seorang yang punya maksud hendak merajai dunia
persilatan."
"Bagus kalau kau berpendapat demikian. Sekarang terangkan mengapa kau dan kawan-
kawan tidak mau menyerahkan pemuda itu sebagaimana yang diperintah oleh anak-
anak buahku"!"
Sepuluh Jari Kematian hela nafas dalam.
"Anak-anak buahmu keliwat kesusu, Dewi...."
"Hemm, begitu"! Lantas itu sebabnya kau bertindak ceroboh dan tidak memandang
sebelah mata padaku"!"
"Tidak begitu. Dewi," sahut Sepuluh Jari Kematian. "Pada saat itu aku dan kawan-
kawan tengah menempur habis-habisan pemuda itu. Kami sama-sama punya dendam kesumat
terhadapnya. Dia membunuh muridku... "
"Aku sudah tahu semua!" potong Dewi Siluman. "Kau tak usah cari dalih!
Sebenarnya aku punya rencana tertentu denganmu, tapi sesudah peristiwa itu terpaksa
kubatalkan...."
"Harap Dewi tidak berpikir yang bukan-bukan terhadapku. Sampai saat ini aku
masih merupakan sahabat baikmu seperti dimasa-masa lalu...."
"Justru karena mengingat hubungan baik masa lalu aku tak sampai menjatuhkan
hukuman terhadapmu. Dalam waktu yang singkat kau akan meninggal."
Seloki emas berisi tuak masih juga mengapung di hadapan Sepuluh Jari Kematian
yang mukanya sudah menjadi merah karena jengah.
Tiba-tiba Dewi Siluman keluarkan tertawa mengekeh dan disaat itu pula seloki
tuak bergerak perlahan ke muka Sepuluh Jari Kematian. Tokoh silat ini segera
memegangnya. Ketika
jari-jari tangannya menyentuh seloki itu, tuak di dalam seloki tumpah membasahi
jari-jari tangan
dan alas meja. Benar-benar ketinggian tenaga dalam sang Dewi tak sanggup
dijajaki oleh Sepuluh
Jari Kematian. "Dalam waktu singkat pula kau harus angkat kaki dari Pulau Madura ini. Tapi
sebelum pergi aku masih mau berbuat baik, menjamumu mencicipi tuak harum!"
Dewi Siluman berpaling pada gadis baju biru di samping kanannya. Gadis ini
bertepuk dua kali. Dinding di belakang Dewi Siluman membuka. Seorang pelayan perempuan masuk
membawa sebuah baki. Di atas baki ini terletak sebuah poci dan dua buah seloki besar
yang juga terbuat dari
emas. Tuak di dalam poci yang sangat harum segera dituang ke dalam kedua gelas
itu. Selesai menjalankan pekerjaannya si pelayan segera berlalu.
Dewi Siluman memegang salah sebuah seloki emas itu dan mengacungkannya ke
hadapan Sepuluh Jari Kematian yang duduk di kepala meja di seberangnya.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Silahkan menikmatinya," kata Dewi Siluman pula. Dan habis berkata begitu seloki
emas itu dilepaskannya. Anehnya seloki itu tidak jatuh ke atas meja melainkan
perlahan-lahan terbang ke
arah Sepuluh Jari Kematian. Nyatalah bahwa sang Dewi memiliki tenaga dalam yang
luar biasa hebatnya. Sepuluh Jari Kematian tak berani menyambuti seloki berisi tuak itu secara biasa.
Setelah kerahkan setengah bagian dari tenaga dalamnya ke lengan kanan sampai ke ujung-
ujung jari, baru
dia berani ulurkan tangan kanan untuk menyambuti seloki berisi tuak itu. Tapi
sewaktu ujung-ujung
jari Sepuluh Jari Kematian hampir menyentuh seloki tersebut, anehnya benda ini
menjauh sehingga
dia tak dapat memegangnya. Diam-diam Sepuluh Jari Kematian berjingkat sedikit
dari kursi yang
didudukinya. Sekali lagi dia hampir menyentuh seloki tuak itu, sang seloki
menjauh kembali.
Nyatalah bahwa dengan kekuatan tenaga dalamnya Dewi Siluman telah
"mempermainkan" benda
itu. Penuh penasaran Sepuluh Jari Kematian lipat gandakan tenaga dalamnya.
Pertempuran tenaga dalam terjadi secara diam-diam. Dewi Siluman kelihatan duduk di kursinya
dengan tenang dan sambil senyum-senyum. Sebaliknya Sepuluh Jari Kematian sudah keluarkan
butir-butir keringat
dingin di keningnya. Tenaga dalam tokoh silat utama ini yang sudah mencapai
puncak tertinggi dan
sempurna ternyata tak sanggup melayani kehebatan tenaga dalam yang luar biasa
tingginya. "Silahkan diminum tuak harum itu. Sepuluh Jari Kematian!" kata Dewi Siluman
masih senyum dan sambil menangkau seloki tuak yang terletak di meja di hadapannya.
Sepuluh Jari Kematian menyeka dulu mukanya yang keringatan baru menempelkan tepi
seloki ke bibirnya. Begitu seloki itu berada di bawah hidungnya, di antara
keharuman bau tuak di
dalam seloki dia mencium bau lain yang aneh. Hati tokoh silat ini bercuriga dan
sepasang matanya
memandang ke ujung meja dimana saat itu Dewi Siluman tengah mengangkat seloki
tuak perlahan- lahan ke bibirnya. Sepasang mata mereka berperang pandang.
Sepuluh Jari Kematian turunkan seloki yang dipegangnya.
"Ada apa, Sepuluh Jari Kematian?" tanya Dewi Siluman. Nada suaranya berubah
lain. "Dewi, aku tak dapat menerima kehormatanmu untuk minum bersama.Sebenarnya aku
ada urusan lain yang sangat penting. Aku minta diri, harap dimaafkan."
Tapi sebelum Sepuluh Jari Kematian berdiri, Dewi Siluman telah tegak lebih
cepat. Kedua bola matanya membesar dan menyorot.
"Sepuluh Jari Kematian!" sentaknya. "Kau anggap aku ini siapakah"! Ini adalah
satu penghinaan besar bagiku."
"Tak ada maksudku untuk menghina demikian, Dewi...."
"Kenapa tuak itu tidak kau minum" Pasti kau mempunyai pikiran yang bukan-bukan
terhadapku!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Mulut Sepuluh Jari kematian terkunci rapat-rapat. Hatinya tergetar melihat
pandangan yang mengerikan dari sang Dewi.
"Dewi Siluman, kuharap kau tidak melupakan hubungan baik kita sebagai dua
sahabat sejak dulu," berkata pada akhirnya tokoh kawakan itu.
"Justru karena mengingat hubungan baik kitalah aku mengundangmu ke sini! Dan
kini kau menaruh prasangka yang bukan-bukan terhadapku. Menghinaku! Apa kau kira tuak
harum itu beracun hingga kau tidak bernyali meminumnya" Jawab!"
Sepuluh Jari Kematian gelengkan kepala perlahan-lahan.
"Kalau tuak itu beracun, aku akan mati duluan!" ujar Dewi Siluman. Habis berkata
begini, gadis jelita ini teguk tuak dalam seloki sampai habis. Seloki emas
dibantingkannya ke atas meja.
Dia berteriak dengan suara keras marah. "Apakah kau lihat aku mati saat ini
karena minum tuak
itu"!"
Sepuluh Jari Kematian telan ludahnya. Perlahan-lahan seloki yang dipegangnya
ditempelkannya ke bibirnya kembali. Tiga kati teguk saja lenyaplah semua tuak di
dalam seloki ke
dalam perutnya.
Dewi Siluman duduk kembali ke kursinya. Dia memandang dengan tersenyum aneh pada
Sepuluh Jari Kematian.
"Apakah tuak itu beracun?"
Sepuluh Jari Kematian gelengkan kepala.
"Atau kau merasa ada kelainan di dirimu saat ini?"
Sepuluh Jari Kematian kembali gelengkan kepala meski saat itu sesungguhnya
memang dia merasakan ada satu kelainan yang tak dimengertinya.
Dewi Siluman tertawa mengekeh. Suara tertawa mengekeh yang sesungguhnya tak
pantas kalau keluar dari seorang gadis jelita macam dia. Dan suara kekehan ini bernada
yang mencurigakan bagi Sepuluh Jari Kematian. Hatinya mulai dirayapi kepastian bahwa
Dewi Siluman telah memasukkan racun jahat ke dalam minuman itu. Tapi yang mengherankannya
Dewi Siluman sendiri juga telah minum tuak itu, malah lebih dulu dari dia.
Dewi Siluman berpaling pada pengiring di samping kanannya dan berkata.


Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tambahkan
tuak untuk tamu kita itu."
"Terima kasih Dewi. Kurasa satu seloki sudah cukup," jawab Sepuluh Jari
Kematian. Saat itu semakin terasa adanya kelainan dalam tubuhnya.
"Sepuluh Jari Kematian," berkata sang Dewi dengan nada mengandung ancaman.
"Pernahkah kau bercita-cita untuk merajai dunia persilatan?"
Sepuluh Jari Kematian memandang sebentar paras jelita di hadapannya. Setelah
merenung beberapa ketika lamanya lalu anggukkan kepala dan menjawab. "Memang pernah Dewi.
Tapi itu scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
bukan satu hal yang mudah. Di dunia ini penuh dengan tokoh-tokoh silat sakti
luar biasa. Kalau
sekarang aku belum dapat merajai dunia persilatan, tapi delapan penjuru angin
telah mengetahui
siapa diriku. Dan itu merupakan hal lumayan."
"Tepat sekali ucapanmu bahwa untuk merajai dunia persilatan bukan satu hal yang
mudah. Tapi jika tahu caranya pasti dalam waktu yang singkat cita-cita itu bisa
dilaksanakan!"
Sepuluh Jari Kematian berpikir-pikir, kira-kira apakah tujuan Dewi Siluman
mengajaknya bicara demikian. Dia juga memikirkan apa sebenarnya yang menjadi alasan gadis
sakti itu tempo
hari mengundangnya untuk datang ke Pulau Madura. Dalam dia berpikir-pikir itu
Dewi Siluman berkata pula. "Kau tentunya punya cara sendiri. Aku juga punya cara sendiri. Dan aku yakin
caraku itu akan lebih berhasil dari padamu."
Sang Dewi tertawa mengekeh.
"Ketahuilah Sepuluh Jari Kematian, mulai hari ini kau kuambil sebagai pembantuku
dalam melaksanakan cita-cita untuk merajai dunia persilatan...."
Sepuluh Jari Kematian kernyitkan kening.
"Pembantu macam manakah maksudmu, Dewi?" tanya tokoh silat ini.
"Kau harus tunduk padaku dan turut perintah!"
Berubahlah paras Sepuluh Jari Kematian. Dia seorang tokoh silat terkenal dan
ditakuti di ujung timur Pulau Jawa kini disuruh tunduk dan ikut perintah. Benar-benar satu
penghinaan besar
yang menusuk hati dan tiada memandang muka serta nama besarnya. Kalau saja bukan
berhadapan dengan Dewi Siluman, pastilah saat itu tokoh silat ini sudah melabrak gadis itu.
"Mungkin ini satu hal yang tidak enak bagimu," berkata lagi Dewi Siluman. "Tapi
ini sudah menjadi takdirmu, Sepuluh Jari Kematian! Kau musti tetap di sini bersama orang-
orangku dan menjalankan segala apa yang kuperintahkan! Kau dengar..."!"
Sepuluh Jari Kematian menggeram dalam hatinya.
"Terima kasih atas kepercayaanmu serta hormatmu padaku. Dewi Siluman. Namun
kuharap kau bisa maklum. Manusia macamku ini tidak suka terikat, ingin hidup bebas dan
malang melintang
di delapan penjuru angin dunia persilatan. Kuharap kau tak usah gusar kalau aku
terpaksa menolak
permintaanmu itu. Apalagi aku orang buruk yang sudah tua renta ini. Tak ada guna
dan untungnya mengambilku jadi pembantu...."
Dewi Siluman tertawa.
"Kau pandai sekali merendahkan diri," katanya. "Namun rupanya tak ada jalan lain
bagimu. Kau harus tetap di sini, dan jadi pembantuku. Tenagamu sangat kuperlukan!"
"Mohon maaf Dewi. Aku tak bisa menerimanya...."
Bola-bola mata Dewi Siluman menyorot.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Kuharap kau tahu di mana kau berada saat ini, Sepuluh Jari Kematian!"
Ucapan ini benar-benar menandakan ancaman bagi Sepuluh Jari Kematian. Dan dia
mulai berpikir-pikir bahwa dalam waktu yang singkat akan terjadi perselisihan serta
bentrokan antara dia
dan Dewi Siluman. Melihat kenyataan tadi bahwa Dewi Siluman memiliki tenaga
dalam yang luar
biasa tingginya, Sepuluh Jari Kematian maklum bahwa bertempur dengan gadis itu
sukar baginya untuk menang, apalagi dia saat itu berada pula di sarangnya sang Dewi, di mana
terdapat belasan
orang-orangnya Dewi Siluman yang berkepandaian tinggi yang kehebatan mereka
telah disaksikannya sendiri tadi.
"Kalau kau suka Dewi, aku bersedia carikan tokoh silat lain untukmu...."
"Aku bisa mencarinya sendiri!" sahut Dewi Siluman pula. "Yang kuperlukan
sekarang adalah kau!"
"Menyesal Dewi, aku...."
Kalimat Sepuluh Jari Kematian itu dipotong oleh ucapan keras Dewi Siluman seraya
menggebrak meja.
"Jadi kau berani membangkang terhadapku"!"
Sepuluh Jari Kematian coba tertawa. Jawabnya. "Sampai saat ini aku masih tetap
mengingat hubungan baik kita. Sebelum aku minta diri, aku ucapkan terima kasih atas
jamuanmu ini. Di
samping itu kuharap pula kau suka membebaskan kawanku Sepasang Arit Hitam yang
telah ditawan oleh orang:-orangmu."
Sepuluh Jari Kematian berdiri dari kursinya.
"Kau tetap berkeras kepala untuk menolak kemauanku"!'1
"Aku sama sekali tidak menolak, tapi belum bisa. Di lain hari mungkin baru aku
bisa memenuhi keinginanmu...."
Berubahlah paras Dewi Siluman. Perlahan-lahan dia berdiri dari kursinya. Mukanya
mengelam Senyumnya lebih tepat kalau dikatakan seringai bengis.
"Baik Sepuluh Jari Kematian, kau boleh pergi. Bahkan Sepasang Arit Hitam boleh
kau bawa serta. Tapi...." Dewi Siluman tak meneruskan kata-katanya. Dia memandang tepat-
tepat pada tokoh
silat tua di hadapannya itu lalu pecahlah suara tertawanya di ruangan putih itu.
Sepuluh Jari Kematian merasa tak enak. Kemudian cepat-cepat dia membalik dan
menuju ke pintu. Sebelum pintu itu sempat dibukanya, di belakangnya didengarnya suara Dewi
Siluman. "Sebelum kau pergi masih ada satu hal yang rasanya perlu kuberitahukan, Sepuluh
Jari Kematian!"
Sambil memegang daun pintu, Sepuluh Jari Kematian palingkan kepala.
"Nyawamu cuma tinggal cuma satu minggu saja Sepuluh Jari Kematian!" Dan Dewi
Siluman tertawa lagi panjang-panjang seperti tadi.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Apa maksudmu"!" tanya Sepuluh Jari Kematian dengan muka membesi.
"Apakah kau tuli kalau kukatakan bahwa nyawamu tinggal cuma satu minggu lagi"!
Lewat satu minggu ususmu akan hancur, perutmu akan meloek dan seluruh isi perutmu akan
berbusaian akibat racun yang telah kau teguk bersama tuak tadi!"
Terkejutlah Sepuluh Jari Kematian.
"Tapi kau sendiri juga telah meminumnya" buka suara tokoh silat itu.
Dewi Siluman tertawa lagi. "Aku memang telah meminumnya. Tapi aku tak akan
mampus macam kau! Dalam seloki itu, pelayanku telah memasukkan sejenis bubuk yang
mematikan racun
yang ada di dalam tuak!"
Maka marahlah Sepuluh Jari Kematian.
"Perempuan laknat!" teriaknya menggeledek. "Sebelum aku mampus, kau akan kubikin
minggat ke neraka lebih dulu!"
Dewi Siluman tertawa mengumandang.
"Tua bangka tak tahu diri! Kau andalkan apakah berani melawan kekuasaan Dewi
Siluman"!" bentak Dewi Siluman.
"Aku andalkan ini perempuan iblis!" sahut Sepuluh Jari Kematian. Dan serentak
dengan itu lima jari-jari tangan kanannya dijentikkan ke muka.
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
7 Begitu lima jari menjentik maka lima larik sinar hitam yang menggidikkan menderu
dengan amat panasnya ke arah lima bagian tubuh Dewi Siluman.
Yang diserang keluarkan suara mendengus yang disusul dengan bentakan nyaring.
"Tua bangka edan! Apakah tidak tahu tingginya gunung dalamnya lautan"!"
Tubuh Dewi Siluman kelihatan bergerak. Gerakan yang dibuatnya ini cepat luar
biasa, benar-benar laksana siluman berkelebat. Detik itu pula tubuhnya lenyap dari
hadapan Sepuluh Jari
Kematian. Lima larik sinar hitam yang menyerangnya menderu menghantam dinding
ruangan. Ruangan itu bergoncang seperti dilanda lindu. Dinding yang putih di sebelah sana
kelihatan hitam
hangus dan mengeluarkan kepulan asap.
Dua orang pengiring Dewi Siluman yang ada di ruangan itu berseru nyaring dan
berkelebat cepat. "Dewi!" teriak salah seorang dari mereka. "Bangsat tua hina dina ini biar kami
yang bereskan!"
"Kalian tetap di tempat!" perintah Dewi Siluman. Tubuhnya melesat laksana kilat
dan tahu- tahu dua jari tangan kanannya menotok ke urat besar di pangkal leher sebelah
kiri Sepuluh Jari
Kematian. Demikian cepatnya totokan ini sehingga tokoh silat tua itu tak sempat
menangkis atau pun menghindar selamatkan lehernya. Satu-satunya jalan ialah mengalirkan dengan
cepat seluruh tenaga dalamnya ke bagian pangkal leher itu untuk menolak totokan. Namun karena
tenaga dalam Sepuluh Jari Kematian berada jauh di bawah Dewi Siluman, maka ketika totokan itu
mendarat di pangkal lehernya, dengan serta merta sekujur tubuhnya menjadi kaku tegang tak
bisa lagi digerakkan. Tapi mulut Sepuluh Jari Kematian masih bisa bersuara. Maka memakilah
tokoh silat kawakan ini. "Gadis keparat! Lekas bebaskan totokan ini! Kalau tidak kau akan menyesal seumur
hidup!" Dewi Siluman tertawa mengekeh.
"Tikus tua! Sudah tak ada daya masih bisa besarkan mulut! Kau minta dilepaskan
totokan" Baik! Tapi rasakan dulu ini!"
Tangan kanan Dewi Siluman bergerak.
"Plaaak!"
Tamparan yang keras mendarat di pipi Sepuluh Jari Kematian. Tokoh silat itu
meraung kesakitan. Dua buah giginya tanggal dan melompat dari mulutnya. Bibirnya pecah
berdarah. Pemandangannya gelap. Sesaat kemudian tubuhnya limbung dan tergelimpang ke
lantai. scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Dewi Siluman menyeringai. Dia berpaling pada kedua orang anak buahnya dan
memerintah. "Seret babi tua ini ke Ruang Penyiksaan!"
Dua gadis baju biru segera bergerak untuk laksanakan tugas sang Dewi. Namun
belum lagi keduanya menyentuh tubuh Sepuluh Jari kematian tiba-tiba pintu Ruangan Putih
terpentang lebar
dan dua manusia aneh menerobos ke dalam.
Terkejutlah Dewi Siluman dan kedua anak buahnya.
Begitu sang Dewi kenali dua manusia aneh ini dia segera membentak. "Tiga Aneh
Gila! Bagaimana kalian bisa sampai ke sini"! Apakah sudah bosan hidup"!"
Kedua manusia itu saling pandang satu sama lain lalu tertawa gelak-gelak sambil
melompat- lompat seperti anak kecil.
"Manusia-manusia gila keblinger! Nama besarmu memang pernah kudengar! Setahuku
kalian berjumlah tiga orang" Mana kambratmu yang satu lagi, biar aku sekaligus
dengan lekas mengirim kalian menghadap penunggu neraka!"
Dua manusia aneh itu jingkrat-jingkratan lagi dan tertawa gelak-gelak hingga
mata mereka menjadi berair. Yang satu tiba-tiba hentikan tertawanya dan menepuk bahu
kawannya, lalu berkata.
"Baju Gombrong! Diamlah! Apa kau tidak dengar si jelita itu tanyakan kawan kita
yang satu lagi"!"
"Ah... ah... ah!" kata manusia aneh yang dipanggilkan Baju Gombrong itu, "Biar
aku panggilkan dia. Dewi Siluman, kau tunggulah sebentar, kambratku yang kau
tanyakan itu ada
membawa oleh-oleh untukmu!"
Habis berkata begitu Baju Gombrong keluarkan suara bersiul. Maka dari pintu yang
terpentang lebar itu masuklah seorang aneh yang berpakaian cabik-cabik. Yang
mengejutkan Dewi
Siluman serta anak-anak buahnya ialah ketika menyaksikan bagaimana pada bahunya
manusia ini membawa dua orang anak buahnya yang saat itu tidak bernyawa lagi karena leher
mereka terkulai
patah akibat dipelintir kepalanya.
Manusia aneh yang ketiga ini tertawa gelak-gelak sewaktu melihat Dewi Siluman.
"Dewi Siluman, rupanya kau begitu tak sabar tanyakan aku! Ini aku datang dan
bawa oleh- oleh buatmu!" Serentak dengan itu manusia ini gerakkan tubuhnya dengan perlahan
dan tahu-tahu dua orang anak buah Dewi Siluman yang berada di bahunya berpelantingan ke kiri
kanan,

Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghantam dinding dan mental kembali, jatuh tepat di hadapan Dewi Siluman.
Jelas terdengar suara geraham-geraham Dewi Siluman bergemelatukan karena amarah
yang amat sangat. "Dewi Cantik!" kata Baju Rombeng, "Menyesal sekali kami terpaksa lepaskan tangan
jahat pada dua orang anak buahmu. Kami tengah keluyuran di kaki bukit sana, tahu-tahu
mereka menyerang. Kawan-kawan, bukankah begitu ceritanya"!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Ketiga manusia aneh itu kemudian tertawa gelak-gelak ramai sekali dan tak lupa
mereka dalam tertawa itu melonjak-lonjak seperti tadi.
"Dua anak buahmu itu inginkan nyawa kami! Padahal mereka cukup pantas untuk
jadi...." Si
Baju Rombeng tak teruskan ucapannya karena saat itu kembali dia tertawa lagi.
"Dan sewaktu kami sampai di sini, nyatanya kejahatanmu tiada beda dengan
kami...." Si
Baju Rombeng memandang pada sosok tubuh Sepuluh Jari Kematian yang menggeletak
pingsan, lalu geleng-gelengkan kepala. "Tamparan yang hebat," katanya.
Dua orang anak buah Dewi Siluman yang ada di ruangan itu mula-mula terkesiap
saksikan dua kawan mereka yang dilemparkan tanpa nyawa, tapi kini tak dapat lagi menahan
kemarahan mereka dan melompat ke muka.
"Dewi! Izinkan kami merampas nyawa anjing-anjing buruk ini!"
"Tangkap mereka hidup-hidup! Sebelum mampus mereka musti disiksa dulu!" teriak
Dewi Siluman. Maka dua orang gadis baju biru itu segera menyerbu ke muka. Tiga manusia yang
diserang anehnya melihat serangan ini malah tertawa gelak-gelak dan jingkrat-jingkratan.
Dan lebih aneh lagi begitu mereka gerakkan tangan kiri mereka maka tegang kakulah kedua anak
buah Dewi Siluman itu. Ternyata ketiganya telah lepaskan totokan jarak jauh yang lihai
luar biasa. Dan ini
membuat sang Dewi terkejut bukan main. Melihat kelihaian ketiga manusia ini Dewi
Siluman tidak mau bertindak sembrono. Jika dua orang anak buahnya sanggup ditamatkan riwayat
mereka dan dua orang lagi dibuat tak berdaya di muka hidungnya maka tiga manusia itu sudah
tentu mengandalkan
ilmu yang tinggi sekali.
Siapakah ketiga manusia itu"
Orang yang masuk pertama ke dalam Ruangan Putih itu ialah seorang yang bermata
besar juling berbadan katai. Bajunya sangat besar hingga kegombrangan di badannya yang
pendek kecil itu. Karena pakaiannya yang gombrong inilah maka di duia persilatan dia dikenal
dengan julukan Baju Gombrong. Yang kedua juga bertubuh kecil pendek. Kepalanya botak penuh kudis yang baunya
busuk. Pakaiannya penuh tambalan-tambalan. Karena itulah di dunia persilatan dia
dikenal dengan gelar
Baju Tambalan. Manusia aneh ketiga yang masuk paling akhir dengan membawa mayat dua orang anak
buah Dewi Siluman juga berbadan katai. Rambutnya yang hitam berkilat diikat kuncir ke
atas. Karena seumur hidupnya dia selalu mengenakan pakaian robek-robek dan cabik tak karuan
maka di rimba persilatan dia dikenal dengan julukan Baju Rombeng.
Sejak lima tahun yang lalu ketiga manusia ini telah bergabung dalam satu
kelompok. Karena
kesemua mereka mempunyai penyakit kurang ingatan alias gila maka kelompok mereka
itu scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
dinamakan Tiga Aneh Gila. Meski mereka gila namun hati mereka polos jujur dan
suka berbuat baik di mana-mana. Ketiganya pernah melabrak beberapa tokoh-tokoh silat golongan
hitam. Dengan sendirinya dimusuhi oleh golongan hitam. Beberapa tokoh silat dan satu
perguruan silat
golongan hitam pernah coba membuat perhitungan dengan mereka. Namun Tiga Aneh
Gila menyapu lawan-lawan mereka itu.
Satu bulan yang lewat dalam petualangan mereka ketiganya telah mendengar tentang
keganasan Dewi Siluman di Pulau Madura. Sebagai tiga tokoh silat yang tak suka
melihat kejahatan
dan kekejaman maka Tiga Aneh Gila segera berangkat ke Pulau Madura. Dalam
mencari-cari di
mana letak sarangnya Dewi Siluman, dua orang anak buah Dewi Siluman memergoki
mereka. Tiga Aneh Gila mulanya menegur dengan baik-baik dan menanya di mana letak tempat
Dewi Siluman pada kedua gadis itu. Anak-anak buah Dewi Siluman tentu saja merasa
curiga. Tanpa banyak cerita keduanya segera menyerang Tiga Aneh Gila dengan jurus-jurus yang
mematikan. Ketiga manusia aneh itu jadi penasaran sekali. Setelah bertempur delapan jurus
maka dua orang anak buah Dewi Siluman berhasil mereka tangkap hidup-hidup. Namun salah
seorang dari mereka yaitu Baju Rombeng merasa kasihan dan atas perintahnya kedua gadis itu
dilepaskan kembali. Tapi apa lacur, begitu dilepas segera dua orang anak buah Dewi Siluman
ini menyerang lagi dengan lebih ganas. Maka Tiga Aneh Gila kali ini tak memberi hati lagi.
Dalam empat jurus
saja maka kedua orang anak buah Dewi Siluman terpaksa pasrahkan jiwa kepada
mereka. Dengan muka membesi menahan kegeraman. Dewi Siluman memandang ketiga manusia
katai di depannya lalu buka mulut. Ucapannya setengah mendesis. "Dengan datang
kemari dan pembunuhan atas kedua orang anak buahku, berarti kalian telah menentukan
kematian sendiri Tiga
Aneh Gila!"
Tiga Aneh Gila kembali tertawa gelak-gelak. Tidak lupa pula mereka berloncat-
loncatan. "Namun demikian," melanjutkan Dewi Siluman. "Masih ada keampunan bagi kalian
jika kalian bersedia menjadi pembantu-pembantuku dan ikut segala perintah!"
"Ah!" menyahuti Baju Gombrong."Kedatangan kami ke sini justru untuk meminta kau
menjadi pembantu kami bertiga!'' Dan Baju Gombrong bersama dua kawannya kemudian
tertawa kembali. Dengan menekan kemarahannya Dewi Siluman bertanya. "Apa maksud kalian
sebenarnya"!"
"Masakan kau tidak tahu," jawab Baju Rombeng. "Kau cocok sekali untuk menjadi
utusan kami ke neraka!"
"Dan sekalian tolong menyampaikan salam kami bertiga pada setan-setan neraka!"
menimpali Baju Tambalan. Tiga Aneh Gila lalu tertawa lagi.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Dewi Siluman menggerendeng. "Kalian bertiga memang pantas untuk jadi puntung
neraka!" Serentak dengan itu Dewi Siluman bersuit nyaring. Maka empat buah dinding
membuka dan sepuluh gadis berbaju biru membanjiri Ruangan Putih itu.
"Tangkap tiga orang gila kesasar ini?" perintah Dewi Siluman.
Maka kesepuluh gadis baju biru itu segera keluarkan jala sutera mereka kemudian
dengan serentak menyerbu Tiga Aneh Gila. Sepuluh jala mengembang mengurung mereka. Tiga
Aneh Gila hentikan tertawa mereka dan ganti dengan suara berteriak-teriak tak karuan
memekakkan telinga
sedang tubuh mereka berlompatan kian kemari. Lompatan-lompatan ini kelihatannya
juga tidak karuan, acak-acakan. Tapi anehnya gerakan mereka menimbulkan angin yang luar
biasa dahsyatnya.
Demikian dahsyatnya sehingga tebaran jala sutera biru sepuluh anak buah Dewi
Siluman laksana
terbendung. Kesepuluh gadis itu amat terkejut. Selama ini tak pernah mereka
mengeroyok sepuluh
seorang atau beberapa orang lawan. Selama ini tak satu kehebatan pun yang dapat
melepaskan diri
dari jala-jala sutera mereka. Tapi sekali ini benar-benar mereka dibikin bingung
oleh jurus-jurus
aneh yang acak-acakan yang dikeluarkan tiga orang manusia katai itu. Lima jurus
berlalu, sepuluh
anak buah Dewi Siluman malah kini kena didesak Tiga Aneh Gila.
Melihat ini Dewi Siluman segera berseru.
"Bentuk Barisan Seratus Siluman Keluar Dari Sarangnya!"
Mendengar seruan sang Dewi, sepuluh gadis baju biru itu undurkan diri ke tepi
kalangan. Kemudian dengan tiba-tiba sekali kesepuluhnya menyerbu ke muka. Masing-masing
keluarkan suara berteriak mengerikan. Jala sutera biru kini digulung dan dibuat sebagai
senjata penggebuk.
Serangan mereka ini benar-benar tak ubahnya seperti seratus siluman ke luar dari
sarangnya. Dalam
waktu yang sangat singkat kesepuluh gadis baju biru sudah mengurung Tiga Aneh
Gila dengan rapat dan dalam satu jurus di muka mereka mendesak ketiga manusia katai itu
dengan hebat. Tiga Aneh Gila yang melihat bahaya besar ini tidak tinggal diam. Mereka
berkelebat cepat
dan rubah permainan silat mereka. Dari mulut mereka tidak pula henti-hentinya
terdengar suara
teriakan yang sekali-sekali diselingi oleh tertawa haha-hihi sehingga Ruangan
Putih itu menjadi
hiruk pikuk dan laksana dilanda lindu.
Lima jurus berlalu. Seorang anak buah Dewi Siluman menjerit dan mental ke luar
kalangan pertempuran, rubuh muntah darah. Kemudian menyusul lagi korban yang kedua.
Marahlah Dewi Siluman melihat hal ini.
"Anak-anak, kalian semua mundurlah!" seru Dewi Siluman.
Maka delapan gadis baju biru segera turut perintah dan keluar dari kalangan
pertempuran. Tiga Aneh Gila tertawa gelak-gelak dan jingkrat-jingkratan.
"Kadal-kadal betina beginikah yang hendak merajai dunia persilatan"!" ejek Baju
Gombrong yang bermata juling.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Bagusnya biangnya saja yang maju!" menimpali Baju Tambalan seraya garuk-garuk
kepalanya yang gatal penuh kudis busuk.
Dewi Siluman kertakkan geraham. Dia berpaling pada delapan muridnya yang masih
hidup. "Kurung yang rapat! Setan-setan buruk ini tidak boleh satu pun yang lepas!"
Tiga Aneh Gila tertawa berkakakkan.
"Siluman berteriak setan!" ujar Baju Rombeng. "Aku jadi ingat pada pencuri yang
berteriak maling!" "Cukup!" bentak Dewi Siluman menggeledek. Air mukanya yang jelita benar-benar
menunjukkan kebengisan dan kekejaman yang mengerikan kini. "Kalian boleh
keluarkan seluruh
ilmu simpanan! Tapi dalam tiga jurus kalian akan kutangkap hidup-hidup!"
"Kecap!" teriak Baju Tambalan dan bersama dua kawannya dia tertawa kembali
gelak-gelak. Dewi Siluman loloskan kalung tengkorak kecil dari lehernya dan memegang benda
itu di tangan kanan. "Kalian lihat tengkorak ini"!"
"Kami masih belum buta!" jawab Baju Rom-
"Tentu saja! Kalian memang belum buta! Tapi apa kalian tahu bahwa jika kalian
sudah mampus, tengkorak-tengkorak kalian akan dimasukkan ke dalam dapur penggodok,
dibikin kecil ciut macam begini untuk jadi kalung anak-anak buahku"!"
"Ah, hebat sekali!" seru Baju Gombrong. "Tapi apakah kau juga tahu kalau kau
mampus daging tubuhmu akan kami suruh gerogoti oleh anak-anak buahmu sendiri agar kau
dan mereka benar-benar jadi siluman"!"
Tiga Aneh Gila tertawa membahak.
Dewi Siluman tak dapat menahan diri lagi. Tangan kirinya menyelinap ke balik
jubah untuk mengeluarkan sebuah jala biru yang terbuat dari sutera yang sangat halus laksana
jaring laba-laba.
Sambil putar-putar kalung bermata tengkorak di tangan kanannya Dewi Siluman maju
mendekati Tiga Aneh Gila. Tiga Aneh Gila sambil terus tertawa-tawa, secara acuh tak acuh
melangkah berpencar dan diam-diam sudah mengurung sang Dewi dari tiga jurusan.
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
8 Dewi Siluman perhatikan posisi ketiga lawannya sementara kalung tengkorak di
tangannya menderu-deru berputar dan keluarkan angin yang mengibar-ngibarkan pakaian Tiga
Aneh Gila. Tiba-tiba dari mulut sang Dewi keluar suara seperti orang menangis.
"Eh... eh... eh!" ujar Baju Rombeng. "Siluman ini disamping teriak-teriak dan
membentak rupanya pandai pula menangis!" Tiga Aneh Gila kemudian tertawa memingkal.
Namun kali ini tawa mereka terhenti dengan tiba-tiba.
Tengkorak yang berputar mendadak sontak menebarkan asap biru yang tebal sekali
menutupi pemandangan Tiga Aneh Gila.
"Kawan-kawan cepat mundur!"teriak Baju Rombeng.
Dalam buta pemandangan itu ketiganya berlompatan ke belakang. Namun disaat itu
pula

Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jala sutera halus di tangan kiri Dewi Siluman menebar berputar laksana kitiran.
"Celaka!" seru Baju Tambalan. Dirasakannya sesuatu benda melibat pinggangnya
kemudian sepasang lengan dan kakinya. Pastilah itu jala sutera Dewi Siluman. Dalam
gelapnya kepulan asap
biru Baju Tambalan coba lepaskan diri tapi tak berhasil sedang kemudian dia
mendengar susul
menyusul seruan kedua kawannya.
Dewi Siluman kini memutar kalung tengkoraknya pada arah yang berlawanan dari
tadi. Asap putih mendesis dari mulut tengkorak kecil itu dan dalam sekejap saja
lenyaplah asap biru yang
gelap. Ruangan Putih kembali berada dalam keadaan terang benderang. Dan saat itu
kelihatanlah bagaimana Tiga Aneh Gila berdiri di tengah ruangan dengan sekujur badan terjirat
jala biru, tak sanggup lepaskan diri.
Dewi Siluman tertawa mengekeh. Kalung tengkoraknya digantungkannya kembali ke
leher. "Nyatanya Tiga Aneh Gila hanya tokoh-tokoh silat picisan belaka!" ejek Dewi
Siluman. "Sekarang kalian akan tahu siapa Dewi Siluman! Anak-anak seret tiga puntung
neraka ini dan Sepuluh Jari Kematian ke Ruang Penyiksaan! Sebelum mereka merasakan siksaan
neraka ada baiknya lebih dulu harus dijebloskan ke dalam siksaan dunia!"
Maka Tiga Aneh Gila dan Sepuluh Jari Kematian segera diseret dari Ruangan Putih
dimasukkan ke dalam Ruang Penyiksaan
Sekarang marilah kita ikuti perjalanan Kemani bersama tiga orang kawannya dalam
mencari Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212.
Mereka keluar dari terowongan di sebelah selatan Bukit Tunggul. Setengah harian
menyelidik keempatnya masih belum berhasil mendapatkan jejak orang yang mereka
cari. scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Sebaiknya kita memencar!" kata Kemani memberi usul pada ketiga kawannya.
"Dengan memencar kita bisa bergerak lebih luas. Jika salah satu dari kita berhasil
melihat manusia itu segera
lepaskan tanda ke udara!"
Tiga gadis baju biru lainnya menyetujui.
"Jika sampai senja kita tak berhasil menemuinya, kita harus kembali ke tempat
ini untuk berkumpul dan menentukan langkah selanjutnya."
Maka keempat anak buah Dewi Siluman itu pun memencarlah. Hari pertama itu,
sesenja- senja hari keempatnya tak berhasil menemui orang yang mereka cari. Keempatnya
berkumpul di tempat yang telah ditentukan dan membuat kemah di situ. Paginya mereka
meneruskan lagi
pencaharian. Meskipun Madura cuma sebuah pulau namun penuh dengan rimba
belantara serta
bukit-bukit dan pegunungan-pegunungan liar yang jarang ditempuh manusia. Inilah
yang menyukarkan bagi keempat anak buah Dewi Siluman itu untuk mencari Wiro Sableng.
Dan pada hari yang kedua itu mereka masih belum berhasil. Keempatnya berkumpul di satu
lamping gunung kapur. Kemana pun mereka memandang hanya warna putih yang mereka lihat.
Menjelang senja
seorang dari mereka melihat kelap-kelip nyala api di sebelah utara.
"Mungkin dia," desis Kemani. Setelah berunding singkat, keempatnya segera
tinggalkan lamping gunung kapur. Empat kali sepeminuman teh mereka sampai ke tempat nyala
api itu. Ternyata yang mereka lihat itu ialah nyala api unggun. Tak jauh dari api unggung
ini terletak satu
buntalan. Pastilah di tempat itu ada yang berkemah. Tapi tak satu orang pun yang
kelihatan. Kemani
dan kawan-kawan menunggu sampai dua kali sepeminuman teh. Tetap tak ada satu
orang pun yang muncul. Keempatnya berunding lagi lalu dengan penuh waspada melangkah untuk
mendekat dan memeriksa isi buntalan di dekat api unggun.
Baru saja keempatnya bergerak sejauh tiga langkah entah dari mana datangnya
berkelebatlah satu bayangan putih. Demikian cepatnya sehingga keempat anak buah
Dewi Siluman tak dapat memastikan bayangan apakah itu. Dan tahu-tahu mereka merasakan satu
totokan pada pangkal leher mereka yang membuat diri mereka kaku tegang tak bisa bergerak, tak
bisa buka suara.
Sekali lagi bayangan putih itu berkelebat dan sesaput angin aneh menyambar mata
mereka. Keempatnya mendadak sontak merasa berat kelopak mata masing-masing. Kantuk aneh
tak tertahankan lagi sehingga dalam keadaan tubuh tertotok itu keempatnya kemudian
pejamkan mata tertidur nyenyak.
Suara tertawa aneh menyeramkan macam ringkikkan kuda, menggeletar di seantero
tempat. Satu bayangan putih berkelebat lagi dan sekaligus memboyong keempat gadis
berbaju biru itu.
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Dewi Siluman berdiri di belakang jendela di anjungan ketiga. Dipandangnya kolam
dan taman bagus di bawah sana. Tapi pikirannya tidak tertuju pada apa yang
dilihatnya melainkan pada
empat orang anak buahnya yang telah dikirimnya untuk mencari dan menangkap
pemuda yang tak
berhasil ditawan oleh Nariti dan kawan-kawannya, sampai-sampai Nariti sendiri
dihukum dan disiksa di Ruang Hitam. Dan kini sudah memasuki hari yang kelima, empat orang
anak buahnya itu
masih belum muncul. Mungkin keempatnya belum berhasil mencari si pemuda. Tapi
mungkin juga keempatnya telah menjadi korban. Mengingat ini Dewi Siluman menjadi sedikit
khawatir. Tiba-tiba
pintu di belakangnya diketuk.
"Masuk!" ujar Dewi Siluman.
Pintu terbuka. Seorang gadis berkulit putih yang rambutnya disanggul ke atas
menjura tiga kali di hadapan Sang Dewi.
"Ada keperluan apa kau menghadap, Sarinten?"
Gadis yang bernama Sarinten menjawab. "Ketika aku meronda tak berapa jauh dari
daerah kapur, aku menemui tusuk kundai ini, Dewi." Sarinten mengacungkan tangan kirinya
yang menggenggam sebuah tusuk kundai dari perak. Lalu katanya meneruskan. "Benda ini
kutemukan di satu tempat di mana ada bekas-bekas perapian. Dan Dewi, aku yakin betul ini
adalah kusuk kundainya Kemani...."
Sepasang mata Dewi Siluman kelihatan mengecil.
"Aku khawatir Kemani dan kawan-kawan menemui hal-hal yang tak kita ingini," ujar
Sarinten lagi. "Apakah ada tanda-tanda bekas perkelahian?" tanya Dewi Siluman.
"Tak bisa kupastikan Dewi."
Dewi Siluman merenung sejenak. Kemudian.
"Baik Sarinten, kau boleh tinggalkan kamar ini. Aku akan memikirkan apa yang
bakal dilakukan!"
Sarinten menjura tiga kali lalu meninggalkan anjungan itu. Dewi Siluman kembali
putar badan dan memandang ke luar jendela. Ketika melihat tusuk kundai yang diacungkan
oleh Sarinten tadi, sebenarnya Dewi Siluman merasa pasti bahwa telah terjadi apa-apa dengan
Kemani dan kawan-kawannya. Dan kalau memang pemuda yang tengah dicari-cari itu yang punya
pekerjaan, yakinlah Dewi Siluman bahwa si pemuda sungguh-sungguh berilmu tinggi. Nariti
adalah anak buahnya yang berilmu tinggi sedang Kemani dua tingkat lebih tinggi dari Nariti
dan tetap tugas
yang mereka laksanakan tidak membawa hasil bahkan semakin menimbulkan
kekhawatiran. Yang
membuat Dewi Siluman tambah penasaran ialah karena sampai sebegitu jauh dia
masih belum tahu
siapa adanya pemuda itu. Siapa namanya, siapa juluk atau gelarannya. Tiba-tiba
dia ingat pada scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Sepuluh Jari Kernatian yang telah dijebloskan ke dalam Ruang Penyiksaan. Mungkin
dia tahu siapa pemuda itu. Dewi Siluman tepukkan tangannya dua kali.
Pintu terbuka, seorang gadis baju biru masuk. Selagi gadis ini menjura maka sang
Dewi sudah buka mulutnya.
"Apakah Sepuluh Jari Kematian masih hidup"!"
"Akan aku periksa Dewi. Kemarin dia masih bernafas satu-satu...."
"Jika dia masih hidup, lekas bawa ke Ruangan Putih. Aku menunggu di sana!"
"Baik Dewi," dan gadis ini menjura lagi lalu keluar dengan cepat. Dia adalah
anak buah Dewi Siluman yang bertugas di Ruang Penyiksaan.
Begitu gadis itu berlalu, Dewi Siluman segera tinggalkan kamar di anjungan
ketiga itu. Tak lama menunggu maka sebuah kerangkeng dari besi yang beroda didorong memasuki
Ruangan Putih. Di dalamnya menggeletak Sepuluh Jari Kematian. Keadaannya seperti
Pedang Naga Kemala 10 Dewa Arak 31 Perkawinan Berdarah Kembalinya Siluman Harimau 2
^