Dewi Siluman Bukit Tunggul 2
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul Bagian 2
sudah mati dan mengerikan sekali. Dia tak mengenakan jubah hitam lagi tapi hanya bercawat
kecil. Sekujur badannya penuh bengkak-bengkak hijau merah yang mengandung nanah. Di antara
bengkak- bengkak itu banyak yang telah pecah mengeluarkan nanah campur darah yang baunya
busuk laksana merurutkan bulu hidung. Rambutnya yang panjang acak-acakan. Mukanya
hampir tak bisa
lagi dikenali karena penuh dengan bengkak-bengkak menggembung berselomotan nanah
dan darah. Kedua matanya kini hanya merupakan rongga-rongga besar yang menggidikkan.
Penyiksaan yang
dialami tokoh silat ini benar-benar luar biasa. Di dalam Ruang Penyiksaan dia
mula-mula digantung
kaki ke atas kepala ke bawah. Satu hari berlalu maka dia dibawa ke Ruangan Putih
dan dihadapkan pada Dewi Siluman. Tapi sewaktu Sepuluh Jari Kematian tetap tidak mau tunduk
pada kemauan sang Dewi untuk masuk menjadi pengikutnya maka dia dijebloskan kembali ke Ruang
Penyiksaan, digantung lagi kaki ke atas ke bawah. Dua hari kemudian darah mulai menggusur
dari mata, telinga
serta hidung dan.mulutnya sedang kepalanya saat demi saat makin gembung seperti
balon. Hari berikutnya Dewi Siluman membebaskannya dan ditanyai apakah bersedia merubah
pikirannya dan masuk ke pihak Dewi Siluman. Tapi jawabannya Sepuluh Jari
Kematian adalah caci
maki bahkan tokoh silat itu telah meludahi muka Dewi Siluman. Kemarahan Dewi
Siluman tiada terkirakan. Sepuluh Jari Kematian dijebloskan kembali ke Ruang Penyiksaan dan
dimasukkan ke sebuah ruangan kaca tertutup. Ke dalam ruangan kaca ini dimasukkan puluhan
binatang-binatang
berbisa. Sepuluh Jari Kematian tak bisa berbuat apa-apa. Tangan dan kakinya
diikat dengan benang
sutera halus yang aneh dan kuat luar biasa sedang kekuatannya lumpuh karena
ditotok. Dalam tempo satu hari saja maka habislah bengkak-bengkak sekujur tubuhnya disengat
oleh puluhan binatang berbisa. Kedua belah matanya membusuk dan digerogoti sehingga hanya
tinggal merupakan dua buah lobang yang mengerikan. Kalau saja Sepuluh Jari Kematian
tidak memiliki scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
kekuatan yang luar biasa, pastilah nyawanya sudah lepas karena siksaan yang
sangat hebat itu.
Namun sampai saat itu, meskipun tak ada harapan untuk hidup, Sepuluh Jari
Kematian masih bisa
bernafas, sekalipun nafas itu tak lebih dari nafas-nafas terakhir yang akan
mengantarkannya kepada
titik kematian.
Dewi Siluman tutup indra penciumannya sewaktu bau busuk keluar dari tubuh
Sepuluh Jari Kematian merambas hidungnya. Diperhatikannya tubuh tokoh silat itu seketika.
Ternyata masih bernafas. "Sepuluh Jari Kematian!" seru Dewi Siluman.
Tubuh yang menggeletak di dalam kerangkeng besi itu tiada bergerak.
"Sepuluh Jari Kematian!" seru Dewi Siluman lebih keras. Tetap tak ada reaksi
apa-apa. Dewi Siluman berpaling kepada Sarinten yang tadi mendorong kerangkeng beroda
itu. "Semprot dia dengan air biru!"
Sarinten tinggalkan Ruangan Putih. Ketika dia masuk kembali maka di tangan
kanannya ada sebuah tabung kaca berbentuk kendi yang berisi sejenis cairan berwarna biru.
Sarinten mendekati
kerangkeng besi. Bagian atas dari tabung kaca itu ditekannya dengan ujung jari
telunjuk. Terdengar
suara mendesis. Dari sebuah lubang pada badan tabung menyemprotlah air biru ke
sekujur tubuh Sepuluh Jari Kematian yang menggeletak di dalam kerangkeng. Bau busuk dengan
serta merta lenyap. Lewat sepeminum teh, terjadilah hal yang aneh. Dari mulut Sepuluh Jari
Kematian terdengar suara erangan. Kemudian tubuhnya kelihatan bergerak perlahan.
Semprotan air biru tadi
nyatanya bukan saja telah melepaskan Sepuluh Jari Kematian dari totokan sejak
beberapa hari yang
lalu, tapi sekaligus juga memberikan satu kekuatan aneh kepadanya. Namun karena
sekujur tubuhnya menderita luar biasa maka tetap saja dari mulutnya keluar suara erangan
kesakitan. "Sepuluh Jari Kematian!" seru Dewi Siluman.
Erangan tokoh silat itu terhenti seketika, kepalanya bergerak. Agaknya dia
tengah meneliti
suara siapa yang memanggilnya.
"Sepuluh Jari Kematian, kau dengar aku bicara"!"
"Uh... uuuuu... uuh.... gadis iblis. Baiknya kau bunuh saja aku saat ini!"
Rupanya Sepuluh
Jari Kematian sudah mengetahui siapa yang bicara dengan dia.
"Dengar, nyawamu akan kuselamatkan jika...."
"Iblis laknat, kau bunuh aku cepat! Biar aku jadi setan dan mencekikmu...!"
Dewi Siluman tahan amarahnya yang mulai meluap.
"Kau tak akan mati Sepuluh Jari Kematian. Aku datang justru untuk selamatkan
jiwamu...."
Sepuluh Jari Kematian mendengus. Dia coba untuk bangun dan duduk, tapi tak
berhasil. "Apakah kau juga bisa kembalikan dua mataku yang kini buta ini, gadis siluman
laknat"!" sentak
Sepuluh Jari Kematian.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Jika kau tak mau dengar ucapanku terpaksa kau kukirim kembali ke Ruang
Penyiksaan!"
"Aku tidak takut! Aku ingin lekas mampus biar cepat jadi setan dan memuntir
batang lehermu!" tukas Sepuluh Jari Kematian.
Penasaran sekali Dewi Siluman memerintah pada Sarinten. "Ambil besi menyala!"
Sarinten tinggalkan Ruangan Putih dan kembali lagi dengan sepotong besi besar
yang ujungnya merah menyala karena dibakar dengan api. Dewi Siluman mengambil besi
itu, ujungnya kemudian didekatkan ke muka Sepuluh Jari Kematian. Tokoh silat golongan hitam
ini tampak menyeringai kesakitan akibat panasnya besi yang terbakar itu.
"Sepuluh Jari Kematian, jangan jadi orang tolol! Bagaimanapun keadaanmu
sekarang, kau tetap akan bisa selamat dan hidup terus. Lekas katakan siapa adanya pemuda yang
tempo hari melarikan diri sewaktu anak-anak buahku mendatangi kau! Siapa namanya, gelar dan
asal dari mana! Cepat!"
Sepuluh Jari Kematian kelihatan tercenung. Tiba-tiba dari mulutnya mengumandang
rendah suara tertawa mengekeh. "Kalau aku sudah mampus dan jadi setan, baru aku kasih
tahu padamu!"
jawab laki-laki itu.
Ujung besi yang merah terbakar didekatkan kembali ke muka Sepuluh Jari Kematian.
Kembali manusia ini kernyitkan muka karena hawa yang panas.
"Lekas terangkan!" sentak Dewi Siluman. Dia sudah tidak sabar sekali.
Sepuluh Jari Kematian hentikan kekehannya. "Gadis iblis, yang perlu kukatakan
pada kau... ialah... kau bakal tak sanggup menghadapi pemuda itu! Ilmu silatnya lebih
tinggi... dan... dan
kesaktiannya lebih hebat dari kau! Kau akan mampus di tangannya.... Kau...
akan...." Ucapan Sepuluh Jari Kematian cuma sampai di situ. Dari mulutnya kini keluar
lolongan yang mengerikan karena saat itu Dewi Siluman menusukkan ujung besi yang merah
menyala ke pipi kanannya. Bukan saja pipi itu terpanggang hangus tapi juga menjadi bolong
besar. "Masukkan manusia tak berguna ini ke Ruang Penyiksaan kembali!" perintah Dewi
Siluman. Maka Sarinten kemudian mendorong kerangkeng besi setelah menerima besi merah
menyala dari tangan sang Dewi.
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
9 Tinggal sendirian di kamar pada anjungan ke tiga itu Dewi Siluman kembali
memikirkan tentang keempat orang anak buahnya. Mungkin sekali mereka telah menjadi korban
si pemuda sakti
yang sampai saat itu tiada diketahuinya siapa adanya. Keesokan harinya tiada
kabar tentang Kemani
maka Dewi Siluman segera memanggil anak buahnya yang bernama Laruni. Laruni
adalah anak buah Dewi Siluman yang paling tinggi ilmunya. Tiga perempat bagian ilmu silat
Dewi Siluman sudah dikuasainya dengan sempurna.
Waktu Laruni datang menghadap, Dewi Siluman menunggunya bersama Sarinten, Inani
dan seorang gadis lainnya bernama Wakania.
Dewi Siluman tidak membuang-buang waktu, segera dia berkata. "Laruni, aku
percayakan satu tugas kepadamu yang harus kau laksanakan dengan baik. Kau tentu sudah tahu
bahwa empat kawanmu di bawah pimpinan Kemani telah kuperintahkan untuk mencari seorang
pemuda berkepandaian tinggi. Pemuda itu kini malang-melintang di pulau kita dan
merupakan bahaya besar
bagi kita serta setiap rencana kita. Keempat kawanmu itu tidak kembali sampai
hari ini. Aku khawatir bahwa mereka menemui hal-hal yang tak diingini. Kuharap kau bisa
menyelidiki apa yang
telah terjadi dengan mereka dan paling penting ialah mencari serta menangkap
hidup-hidup pemuda
itu, membawanya kemari."
"Tugasmu siap kulaksanakan Dewi." kata Laruni menyahuti. "Apakah aku akan pergi
seorang diri"!"
"Seorang diri aku percaya kau akan mampu melaksanakan tugasmu," jawab Dewi
Siluman. "Namun kurasa akan lebih baik jika kawan-kawanmu yang tiga orang ini ikut
bersamamu." Dewi
Siluman kemudian palingkan kepala pada Inani. Setelah menatap gadis jelita
berkulit kuning
langsat itu sejurus maka berkatalah dia.
"Inani, kau pergi bersama Laruni dan bawa kecapimu."
Bukan saja Inani, tapi Sarinten, Laruni dan Wakania menjadi heran mendengar
ucapan sang Dewi. Adakah seorang yang hendak ditugaskan mencari musuh lawan hebat disuruh
membawa kecapi" Sungguh tak dapat dimengerti mengapa sang Dewi menyuruh demikian.
"Kalian mungkin heran," ujar Dewi Siluman sambil pandangi paras keempat anak
buahnya. "Tapi justru suara petikan kecapi di rimba belantara yang sunyi atau di lamping
gunung atau di tepi
jurang yang curam, akan menarik perhatian setiap telinga manusia yang kebetulan
mendengarnya! Dengan kerahkan tenaga dalammu maka suara kecapi itu akan menggema jauh. Ini
akan mengundang datangnya pemuda yang tengah kalian cari. Dan kalian akan mudah
menangkapnya!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Diam-diam keempat orang gadis itu memuji kecerdasan Dewi mereka. Setelah
mengatur persiapan untuk perjalanan maka berangkatlah Laruni dan kawan-kawannya. Di kaki
sebuah bukit, mereka mengatur rencana dan berpencaran. Laruni ke utara, Sarinten ke selatan,
Wakania ke timur
dan Inani ke barat.
Wiro Sableng, si Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 berdiri di muka gua batu,
memandang ke arah pedataran liar di bawahnya. Sinar matahari yang baru naik di
ufuk timur membuat pemandangan lebih bagus dan indah. Anak sungai yang membujur di sebelah
tenggara kelihatan berkilau-kilau disaputi sinar matahari itu. Batu-batu cadas hitam
bergemerlap. Wiro
menarik nafas dalam, menghirup udara pagi yang segar. Diperhatikannya lengan
kanannya. Dia gembira sekali karena lengan yang tempo hari patah itu kini sudah sembuh.
Berarti hari itu adalah
hari dimana dia kembali memulai menyelidiki di mana letaknya sarang Dewi
Siluman. Sebenarnya
pendekar ini ingin lebih dahulu mencari Goa Belerang, yaitu goa yang diterangkan
secara misterius
dalam tulisan manusia aneh yang telah mengencingi kepalanya dulu itu. Namun
karena waktu yang
disebutkan dalam tulisan itu ialah bulan purnama empat belas hari maka dia musti
menunggu, kira-
kira empat lima hari di muka. Wiro tak suka menunggu, untuk menghabiskan
waktunya dia memutuskan mulai menyelidiki tentang Dewi Siluman.
Demikianlah, setelah menikmati pemandangan indah serta puas menghirup udara pagi
yang segar maka Pendekar 212 ini segera tinggalkan gua. Suara siulannya menggema
dikeheningan pagi
membawakan lagu tak menentu, membuat takut binatang-binatang kecil membuat
burung-burung terkejut dan menghentikan kicau lalu terbang ketakutan.
Di antara suara siulannya yang tak menentu itu mendadak lapat-lapat Wiro Sableng
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menangkap suara sesuatu di kejauhan. Pendekar ini hentikan langkah serta
siulannya. Suara di
kejauhan itu adalah suara bunyi-bunyian. Tak dapat dipastikan suara bunyi-
bunyian apa. Dipertajamnya telinganya, tapi karena suara bunyi-bunyian itu jauh sekali tetap
saja sukar dikenalinya. Penuh rasa ingin tahu maka Wiro Sableng kemudian langkahkan kakinya
ke arah datangnya suara tersebut. Lewat sepeminum teh suara bunyi-bunyian itu tambah
jelas tapi agaknya
masih jauh. Maka dari melangkah biasa, Wiro Sableng mulai berlari dengan cepat.
Lewat lagi sepeminum teh, suara bunyi-bunyian itu tambah jelas tapi sumbernya masih jauh.
Rasa aneh menjalari diri Pendekar 212. Jangan-jangan pendengarannya telah menipu diri
sendiri. Atau mungkin suara bunyi-bunyian itu adalah suara setan atau bangsa dedemit penghuni
rimba belantara"!
Kalau tidak mengapa setelah demikian lamanya sumber suara tersebut masih belum
berhasil dicapainya"!
Ketika lewat lagi satu kali peminum teh maka barulah Wiro Sableng mengenali
suara bunyi- bunyian itu. Suara petikan kecapi. Dia tak tahu lagu apa yang dibawakan, tapi
suaranya demikian
merdu dan menyayat hati. Mungkin itu lagu seorang gadis yang ditinggal kekasih,
pikir sang scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Pendekar 212! Mendekati sumber bebunyian itu Wiro bertindak hati-hati. Rasa aneh
yang menggerayangi tubuhnya menjadi satu peringatan baginya. Jarak antara dia pertama
kali mendengar suara itu tadi jauh sekali, berkilo-kilo meter. Suara kecapi biasa tak akan
mungkin bisa terdengar
sampai demikian jauhnya. Kemudian siapa pulakah .yang memetik kecapi itu"
Tanpa menimbulkan suara sedikit pun Wiro menyeruak semak belukar lebat.
Dilewatinya segerombolan pohon-pohon yang tumbuh dengan rapat. Kemudian di sebelah depan
dilihatnya sinar
terang dari matahari yang menyeruak di antara kerapatan pohon-pohon dan semak
belukar. Ternyata di bagian muka sana itu adalah ujung dari sebuah lembah subur yang
ditumbuhi rumput
hijau. Pemandangan dari tempat ketinggian itu indah sekali karena di bawah
lembah kelihatan
sebuah telaga. Namun Pendekar 212 sama sekali tidak tertarik dan perhatikan
keindahan pemandangan itu. Dia bergerak ke samping kiri dari mana suara kecapi terdengar
santer sekali. Dia
masih belum melihat manusia dan kecapi itu. Mungkin terlindung di balik semak-
semak rapat di dekat pohon beringin besar. Maka Wiro dengan langkah cepat tanpa suara menuju ke
balik pohon beringin. Matanya memandang tajam menembus di antara celah-celah semak belukar.
Dan terkejutlah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Betapa tidak. Apa yang disaksikannya hampir tak bisa dipercayanya. Di balik
semak belukar itu terhampar sebuah batu hitam besar laksana pelaminan, menghadap di lembah
subur. Dan di atas
batu besar hitam itu duduklah seorang dara jelita sekali, berbaju biru.
Rambutnya diriap lepas,
bergerai di bahu dan di punggungnya sampai ke pinggang. Sinar matahari membuat
rambut yang hitam itu berkilauan. Di pangkuan sang dara terletak sebuah kecapi yang kayunya
bagus diukir-ukir.
Jari-jari si gadis menari-nari dengan lincahnya di atas sinar-sinar kecapi itu.
Dan dia memainkannya
tanpa matanya memandang pada kecapi itu tapi memperhatikan keindahan lembah di
bawahnya. Betapa ahlinya dia memainkan kecapi itu dan betapa indahnya lagu yang
dibawakannya. Untuk
beberapa lamanya Pendekar 212 dibikin terpesona, bukan saja oleh kepandaiannya
dan keindahan permainan kecapi si dara baju biru, tapi juga oleh kejelitaan parasnya. Beberapa
lama kemudian barulah Wiro Sableng menyadari bahwa cara si gadis memainkan kecapi itu bukanlah
cara biasa seperti yang dimainkan oleh orang. Buktinya petikan kecapinya itu telah
terdengar oleh Wiro
Sableng di tempat yang sangat jauh. Pastilah si gadis baju biru memetiknya
dengan disertai aliran
tenaga dalam yang hebat pada jari-jari tangannya. Dan pastilah bahwa gadis
jelita ini bukan gadis
sembarangan. Ketika si gadis baju biru menggeser badannya sedikit maka saat itulah Wiro dapat
melihat kalung tengkorak kecil yang tergantung di lehernya. Terkesiaplah pendekar ini.
Baju biru, kalung
tengkorak kecil, itulah ciri-ciri dandanannya anak buah Dewi Siluman dari Bukit
Tunggul. Karena
memaklumi bahwa si gadis meskipun masih belia tapi berilmu tinggi dan memiliki
tenaga dalam sempurna maka Wiro Sableng tak mau bertindak sembrono. Dia menunggu sampai
beberapa lama, scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
tapi si gadis agaknya masih belum mau menghentikan petikan kecapinya. Akhirnya
pendekar kita putuskan untuk keluar dari balik pohon beringin tanpa menunggu sampai si baju
biru itu menyudahi
permainan kecapinya. Sambil mendehem maka Wiro Sableng munculkan diri.
Meskipun dia memainkan kecapi adalah sengaja untuk mengundang datangnya orang
yang tengah dicari, namun suara deheman tadi membuat Inani gadis yang memainkan
kecapi itu jadi
terkejut juga. Belum dia berpaling, didengarnya suara laki-laki berkata.
"Petikan kecapimu sedap sekali saudari. Lagunya pun indah!"
Inani hentikan permainannya dan putar kepala dengan cepat. Di hadapannya kini
berdiri seorang pemuda berambut gondrong bertampang gagah. Pakaiannya putih-putih dan
tubuhnya tegap kekar. Meskipun sudah dewasa namun pandangan matanya seperti mata anak-anak,
membayangkan kepolosan dan kejujuran hati.
Meski terkesiap beradu pandangan dengan Pendekar 212, namun begitu ingat
tugasnya, maka membentaklah Inani.
"Siapa kau?"
Wiro Sableng sunggingkan senyum. "Ah kenapa kau hentikan permainan kecapimu,
Saudari" Rupanya aku mengganggumu saja. Harap maafkan. Aku...."
"Jangan banyak bicara! Lekas terangkan siapa kau!"
"Tadinya tengah menggembalakan kerbau di sebelah timur lembah ini. Kemudian
kudengar suara petikan kecapimu lalu datang ke sini...."
"Jadi kau gembala huh?"
"Betul!" sahut Wiro.
"Jangan dusta! Kau pasti pemuda yang tempo hari larikan diri ketika mau
ditangkap!"
Habis membentak begitu maka Inani segera gerakkan tangan kanannya ke balik
pakaian. Sebuah benda terbentuk bola hendak di lemparkannya ke udara. Bola ini adalah
tanda yang harus
dilepaskannya ke udara, untuk memberitahukan kepada kawan-kawannya bahwa dia
telah berhasil menemukan orang yang mereka cari. Di udara bola itu akan pecah dan memancarkan
warna merah hingga mudah dilihat. Tapi sebelum tangannya sempat melemparkan bola itu,
Pendekar 212 Wiro
Sableng sudah tangkap pergelangan tangan kanan Inani. Keduanya saling tarik
menarik dan saling
pandang menyorot. Betapa pun si gadis kerahkan tenaganya tetap saja dia tak
sanggup lepaskan
pegangan Wiro. "Lepaskan tanganku!" teriak Inani. Rasa aneh menjalari dirinya. Seumur hidup
itulah pertama kali seorang laki-laki menyentuh kulit tubuhnya.
"Aku akan lepaskan," kata Wiro sambil tersenyum
"Tapi benda ini harus kau berikan dulu padaku."
"Kurang ajar. Lepaskan tanganku!" sentak Inani.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Wiro gelengkan kepala. "Berikan dulu benda ini, saudari baru kulepaskan."
katanya. Dengan mengkal Inani lepaskan bola itu yang segera diambil dengan tangan kiri
Wiro Sableng. Kemudian baru dilepaskannya lengan si gadis. Tengah Wiro meneliti benda
berbentuk bola itu tiba-tiba Inani berdiri dan lemparkan kecapinya ke arah si pemuda.
Cepat-cepat Wiro Sableng berkelit. Kecapi lewat menderu di atas kepalanya.
Ketika benda itu hampir menghantam pohon beringin dan pasti akan hancur, Wiro cepat melompat
dan menangkap kecapi itu. Lalu sambil geleng-gelengkan kepala dia berkata. "Saudari,
gerakanmu melemparkan benda ini hebat sekali. Tapi sungguh sayang kalau kecapi yang bagus
ini hancur berantakan!"
Perlahan-lahan Wiro Sableng letakkan kecapi di kaki pohon beringin. Baru saja
itu dilakukannya maka si gadis sudah menerjang menyerangnya. Kalau tidak lekas si
pemuda menyingkir pastilah sebuah tendangan akan mendarat di perutnya.
"Eh, saudari. Apa-apaan ini! Tak ada hujan tak ada angin, tak ada pasal tak ada
lantaran, kenapa kau menyerang aku"!"
Sebagai jawaban Inani keluarkan jala sutera biru. Benda ini segera diputar
menderu di atas
kepalanya. Didahului dengan lengkingan keras, Inani lancarkan pukulan tangan
kiri dan kirimkan
satu tendangan. Angin serangan ini demikian hebatnya membuat pakaian dan rambut
Pendekar 212 sampai berkibaran, sementara dia mengelakkan dua serangan ini, maka jala biru
berkelebat dan menebar ke arah kepalanya. Wiro cepat tundukkan kepala tapi jala sutera biru
terus memapas hendak melibat pinggangnya. Sekali lagi Wiro mengelak dan sekali lagi pula jala
itu, menyusup laksana kilat ke arah kedua kakinya.
"Hebat!" seru Wiro memuji seraya melompat dua tombak.
Penasaran sekali Inani kembali memburu dengan gempuran serangan yang lebih hebat
tapi walau bagaimanapun Pendekar 212 bukanlah semudah yang diduganya untuk
dirubuhkan. Sedang
sampai saat itu Wiro sama sekali mengambil sikap mengelak, tak sekalipun balas
menyerang. "Kenapa mengelak terus, tak berani menyerang"!" bentak Inani penuh penasaran.
Dia berharap-harap salah seorang kawannya muncul di situ agar bisa membekuk si
pemuda. "Hentikan seranganmu, saudari. Kita toh tidak punya permusuhan. Mari bicara dulu
baik- baik." "Kalau kau mau bicara, bicaralah nanti di hadapan Dewi Siluman!"
"Oh, jadi kau anak buahnya Dewi Siluman" Kau tahu saudari. Dewimu itu kawan
baikku!" Karena merasa dipermainkan dengan ucapan itu maka Inani menyerang lagi dengan
lebih ganas. Dia keluarkan jurus-jurus yang mengandung tipu berbahaya. Tiada terasa,
dua puluh jurus
telah berlalu. Jika Wiro mengadakan perlawanan pastilah tidak semudah dan
sebanyak itu jurus
yang bisa dilewati Inani.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Saudari! Jika kau tak mau hentikan seranganmu terpaksa aku turunkan tangan
kasar!" memperingatkan Wiro.
"Kalau kau memang punya kepandaian silahkan balas seranganku! Kukira kau bukan
pemuda banci yang cuma pandai berkelit dan mengelak saja!"
Wiro panas sekali dikatakan pemuda banci.
"Harap kau jangan menyesal, saudari!" katanya seraya pasang kuda-kuda.
Pukulan tangan kosong yang menimbulkan angin keras melanda ke arah Wiro. Di saat
yang sama jala sutera menderu dari atas ke bawah dalam satu gerakan yang luar bisa
cepatnya. "Gadis cantik!" seru Wiro. "Lihat baik-baik. Ini jurus Menepuk Gunung Memukul
Bukit. Pegang kuat-kuat jalamu, kalau tidak akan kurampas!" Habis berkata begitu Wiro
hantamkan dengan perlahan telapak tangan kirinya ke muka sedang tangan kanan membuat
gerakan cepat ke
samping sesuai dengan sambaran jala. Tubuhnya sedikit menekuk.
"Pemuda sombong!" maki Inani. "Kau akan terima nasib sial di dalam jalaku!" Dan
si gadis lipat gandakan tenaga dalamnya.
Tiba-tiba dia terkesiap karena pukulan tangan kosongnya dipapasi oleh satu
sambaran angin deras yang ke luar dari telapak tangan kiri lawan. Belum lagi habis rasa
terkesiap ini sekejap
kemudian dirasakannya jala sutera birunya yang tadi telah menebar kini menciut
lagi ujungnya. Ketika kejapan berikutnya berlalu. Inani merasakan tangannya yang memegang jala
laksana dipelintir dan tahu-tahu jala sutera itu terlepas dari tangannya, kena dirampas
oleh Wiro Sableng.
Pendekar 212 tertawa dan main-mainkan jala sutera biru yang berhasil
dirampasnya."Apakah kau masih belum mau menghentikan pertempuran dan bicara dulu baik-baik?"
tanya Wiro pula.
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebagai jawaban malah Inani loloskan kalung tengkorak dari lehernya. Kemudian
dengan sebat menyerang ke arah sang pendekar. Di antara suara menderu kerasnya sambaran
kalung tengkorak maka terdengar pula suara mendesis. Dari mata dan hidung tengkorak
kecil itu mengebut
asap biru yang tebal gelap dan menebarkan bau aneh menusuk hidung. Pendekar 212
terkejut bukan main. Dia masih mempermainkan jala sutera sewaktu asap biru yang sangat pekat
itu telah membungkus dirinya.
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
10 Pendekar 212 Wiro Sableng segera maklum bahwa asap biru pekat yang membungkus
diri dan membuat matanya tak bisa melihat apapun adalah sangat berbahaya dan
mengandung obat jahat
yang bisa melemahkan tubuh. Dengan cepat pendekar ini tutup jalan nafas lalu
melompat ke samping. Tapi anehnya lompatan itu tidak membuat dia keluar dari kurungan asap.
Di sekelilingnya
masih gelap gulita.
Wiro Sableng pusatkan tenaga dalamnya pada kedua kaki. Dengan membentak nyaring
pendekar ini membuat gerakan yang dinamakan: Gunung Meletus Batu Melesat ke Luar
Kawah. Gerakan ini membuat tubuhnya mencelat laksana anak panah lepas dari busurnya.
Di lain pihak Inani begitu melihat lawannya terbungkus asap biru segera
pergunakan tangan
kiri untuk mengambil segulung benang yang sangat halus, sehalus jaring laba-
laba. Sekali menyentakkan maka gulungan benang yang terbuat dari sutera itu menerobos asap
biru gelap laksana seekor ular. Inani gembira sekali sewaktu benang suteranya dirasakannya
melibat sasarannya di dalam asap gelap itu. Setelah yakin betul-betul bahwa Wiro Sableng
tidak berdaya lagi dilibat benang sakti tersebut maka Inani semprotkan asap putih dari mulut
kalung tengkorak.
Sekejapan kemudian maka sirnalah asap biru gelap dan suasana menjadi terang
benderang kini.
Dan betapa terkejutnya gadis jelita berbaju biru ini. Yang dilibat oleh benang
suteranya bukanlah tubuh lawannya, melainkan pohon beringin besar yang terletak kita-kira
sepuluh langkah
di hadapannya. Inani memandang berkeliling dengan cepat. Di belakangnya Wiro Sableng tertawa
gelak- gelak. "Sejak kapan ada manusia yang bermusuhan dengan pohon beringin"!" ejek Wiro.
Penuh geram Inani gulung dengan cepat benang suteranya. Dengan kalung tengkorak
di tangan kembali dia menyerang Wiro Sableng. Sang pendekar sendiri menyambut
kedatangan si gadis dengan putaran jala biru.
"Sekali-sekali kau musti merasakan juga bagaimana kalau jala ini melibat dirimu
sendiri!" ujar Wiro. Inani tidak percaya bahwa si pemuda akan sanggup gunakan jala itu karena untuk
memakainya mempunyai cara tersendiri yang hanya anak-anak buah Dewi Siluman yang
mengetahuinya. Karenanya tanpa ada keraguan sedikit pun Inani sama sekali tidak batalkan
serangannya. Kalung tengkorak yang kekuatannya lebih keras dari bola baja itu menyambar ganas
siap untuk menghancurkan kepala lawannya. Tapi betapa terkejutnya gadis ini sewaktu dikejap
yang sama jala scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
sutera biru di tangan lawan membuka dan menebar menyungkupi tangan kanan terus
kepala dan tubuhnya. Wiro Sableng adalah seorang yang. bermata tajam. Sewaktu Inani mengeluarkan jala
biru itu dia merasa sangat tertarik dan memperhatikan dengan seksama bagaimana si gadis
memainkan senjata tersebut. Sehingga pada saat jala itu berada di tangannya, dengan mudah
dia bisa pula mempergunakannya.
Inani coba berontak dan lepaskan diri dari sekapan jala. Tapi sudah terlambat.
Seluruh jala telah membungkus tubuhnya sampai ke lutut. Membuat dia tak bisa lepaskan diri
lagi. Wiro tertawa gelak-gelak dan berdiri tolak pinggang.
"Lepaskan jala ini!" teriak Inani.
"Enak betul," sahut Wiro. "Kalau kulepaskan pasti kau akan serang diriku lagi!"
Dan Pendekar 212 lalu melangkah ke hadapan Inani.
"Kau mau bikin apa"! Pergi!"
"Eh, aku cuma mau lihat parasmu apa tidak boleh!"
"Pergi!" teriak Inani.
Wiro Sableng menyengir. Dia melangkah lagi dan jarak mereka cuma terpisah dua
jengkal saja. Inani dapat merasakan hembusan nafas pemuda itu di parasnya yang jelita.
Sepasang mata mereka untuk kesekian kalinya beradu pandang.
"Pergi!"
"Saudari, kau betul-betul inginkan aku pergi" Baik! Tapi biar kutotok dirimu
dulu!" Wiro
lantas totok tubuh Inani sehingga si gadis kini berdiri mematung. "Aku akan
pergi dan kau akan
sendirian di sini untuk selama-lamanya. Kalau tidak ada binatang liar buas yang
menggerogoti dirimu, kau akan mati kelaparan di sini!" Lalu Pendekar 212 balikkan badan
berpura-pura hendak
pergi. Apa yang dikatakan Wiro terasa benar dan mengerikan bagi Inani. Ketika
dilihatnya pemuda
itu berlalu dia cepat berseru. "Saudara, tunggu dulu!"
Wiro jual mahal dan terus melangkah.
"Saudara, kembalilah!" seru Inani lagi.
Wiro berpaling, "Ada apa?"
Dengan rasa jengah dan paras merah Inani berkata. "Kembalilah dulu!"
"Lucu! Tadi kau bentak aku agar pergi! Sekarang malah menyuruh kembali!"
"Lepaskan jala ini. Juga totokanku!"
"Tidak bisa." jawab Wiro seraya menggeleng.
Marahlah Inani.
"Kalau kawan-kawanku datang kau pasti akan mereka bekuk!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Wiro tertawa sinis. "Kau bisa berteriak memanggil mereka," katanya.
Inani buka mulut betul-betul hendak berteriak. Tapi entah mengapa hal ini
kemudian tak jadi
dilakukannya. Malah dia berkata. "Jangan kira dengan kehebatan yang kau miliki
kau bisa menghadapi Dewi Siluman! Tak satu ketinggian ilmu silat, tak satu kesaktian, pun
yang sanggup mengalahkan Dewi Siluman!"
"Hemm begitu...?" Wiro garuk-garuk rambutnya.
"Aku tidak mengerti, apakah Dewi Siluman itu benar-benar seorang manusia atau
seorang siluman" Apakah parasnya secantik Dewi ataukah mengerikan seperti Siluman"!"
"Pemuda kurang ajar! Jangan kau berani lancang mulut menghina Dewi kami!" bentak
Inani. "Eh, siapa yang menghina" Aku cuma tanya"!"
"Lekas lepaskan kau mau berjanji memetik kecapi memainkan sebuah lagu untukku!"
Inani memaki-maki dalam hati. Rahang-rahangnya bertonjolan. Wiro Sableng
dudukkan dirinya di atas batu besar. Sambil memandang ke lembah di hadapannya pendekar
ini berkata. "Dunia sungguh aneh. Siapa yang akan menyangka kalau gadis-gadis berparas cantik
sanggup melakukan kejahatan luar biasa" Membunuh manusia-manusia tiada berdosa, bahkan
anak-anak dan orang tua renta?"
Inani memandang tajam-tajam pada Pendekar 212.
"Aku tak pernah membunuh manusia! Jangan main tuduh sembarangan!"
Wiro palingkan kepala dan memandang dengan tersenyum pada si gadis. "Kau toh
anak buahnya Dewi Siluman, biang penebar kematian dan kejahatan di Pulau Madura ini"
Yang kabarnya, mau menguasai dunia persilatan di delapan penjuru angin"!"
"Tapi tidak semua anak buah Dewi Siluman yang jadi pembunuh!"
"Lantas kau jadi apa?" tanya Wiro Sableng. "Jadi tukang rias atau tukang
kipasnya"!"
"Sudah! Tutup mulutmu dan lekas lepaskan jala serta totokanku ini!"
"Bersekutu dengan orang-orang jahat, menjadi anak buah orang jahat tiada beda
dengan berbuat kejahatan itu sendiri! Masa muda yang begini indah, yang cuma sekali
saja dalam kehidupan, dipakai untuk mengabdi pada kejahatan! Sungguh sayang. Kebahagiaan
dunia tiada dapat, dan kelak di akhirat akan menerima siksaan...."
"Aku tak perlu nasihatmu!"
"Dengar saudari. Aku akan bebaskan kau kalau kau berjanji mau menunjukkan dimana
sarangnya Dewimu itu."
"Kau paksa pun aku tidak akan beritahu," jawab Inani. "Sekalipun kau sampai ke
sana, kau Cuma akan mengantar nyawa!"
Wiro tersenyum. "Kau tak akan bisa hidup dalam cara begini terus-terusan
saudari. Satu hari
kebenaran akan datang menumpas. Kebenaran kadangkala tidak memandang bulu. Siapa
yang scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
berserikat dengan kejahatan pasti akan ditumpas, termasuk kau! Apakah gunanya
hidup begitu rupa"
Hidup percuma mati tiada harga" Padahal dunia ini begini indah dan semua
keindahan itu untuk
kita semua...?"
Tergetar hati Inani mendengar ucapan Pendekar 212. Mulutnya terkatup rapat-
rapat. Inilah kali pertama dia bertemu dengan seorang pemuda dan ini pula pertama kali dia
mendengar ucapan
demikian rupa. Walau bagaimanapun Inani adalah seorang perempuan yang
berperasaan halus dan
lekas tersentuh lubuk hatinya. Namun demikian kehidupan di tengah-tengah anak
buah Dewi Siluman telah sangat meresap dan mempengaruhi dirinya sehingga sesaat kemudian
kembali gadis ini membentak agar dirinya dilepaskan.
Pendekar 212 geleng-gelengkan kepala.
"Sayang." katanya. Dibukanya jala yang melibat tubuh Inani. Digulungnya jala
sutera itu dan diletakkannya di atas bahu si gadis. "Kau akan kubebaskan, kau bisa pergi
dengan aman. Jangan kira kau kubebaskan karena takut pada Dewimu itu. Aku kasihan padamu...."
"Aku tak minta dikasihani."
"Kuharap kau masih mau berpikir!" ujar Wiro.
Kemudian dilepaskannya totokan di tubuh Inani.
"Di lain hari kita akan bertemu lagi saudari. Saat itu mungkin dalam suasana
yang lain. Jangan menyesal jika nanti aku turun tangan jahat terhadapmu. Selagi masih ada
kesempatan, tinggalkanlah pulau ini. Kau bisa memulai hidup baru yang jauh lebih baik...."
Inani tak berkata apa-apa. Dia berkelebat meninggalkan tempat itu.
"Saudari tunggu dulu!" seru Wiro. "Kecapimu ketinggalan!"
Si gadis baru ingat akan kecapi itu. Dia berbalik dan cepat-cepat menyambar
benda itu. Sewaktu dia hendak berlalu kembali tiga sosok tubuh berkelebat dari arah timur.
Terdengar satu seruan nyaring. "Inani! Perjanjian apakah yang kau buat Sehingga
kau hendak meninggalkan musuh besar kita begitu saja"!"
Inani terkejut sekali. Juga Wiro Sableng.
Dan sedetik kemudian tiga sosok tubuh itu sudah berada di hadapan mereka!
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
11 Ketiga pendatang baru ini bukan lain daripada Sarinten, Wakania dan Laruni. Yang
berseru tadi ialah Laruni. Ketiganya segera mengurung Pendekar 212. Tanpa melepaskan
pandangannya yang menyorot pada Wiro Sableng Laruni bertanya pada Inani.
"Inani! Kenapa kau hendak tinggalkan manusia ini begitu saja"! Apa kau lupa
tugas kita"!"
"Ilmunya tinggi sekali Laruni." jawab Inani. "Aku tak sanggup menghadapinya."
"Tapi kau bisa lepaskan tanda agar kami datang!" ujar Sarinten.
"Sudah kulakukan. Dia berhasil merampas bola pemberi tanda itu!"
"Lantas kau kenapa tidak berteriak....?" tanya Laruni.
"Mulutku disekapnya." jawab Inani berdusta.
"Lalu dia biarkan kau pergi seenaknya" Sungguh lucu!" kata Wakania menyindir.
"Kau tetap di tempat Inani! Kau harus pertanggung jawabkan kesalahanmu di
hadapan Dewi!" bentak Laruni.
Kecutlah hati Inani.
Sementara itu Laruni, Sarinten dan Wakania loloskan kalung tengkorak masing-
masing dan juga keluarkan jala sutera biru.
Wiro hela nafas dan geleng-gelengkan kepala. Ketiga gadis itu cantik-cantik,
meskipun menurut pandangannya Inani adalah lebih cantik dari kesemuanya. Dan gadis-gadis
cantik beginilah
yang jadi anak buah Dewi Siluman. Yang harus dihadapinya. Sungguh mereka menyia-
nyiakan
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecantikan mereka.
"Pemuda, apakah kau sudi menyerah secara baik-baik atau terpaksa kami turun
tangan"!"
Wiro Sableng keluarkan siulan mendengar ucapan Laruni itu. "Benar-benar aneh!
Benar- benar aneh!" kata Pendekar 212 pula. "Gadis-gadis begini cantik menjadi anak
buah Dewi Siluman
biang racun kejahatan kelas satu!"
"Pemuda bermulut lancang ceriwis! Kau memilih cara kasar rupanya!" Laruni
memekik. Diikuti oleh Sarinten dan Wakania maka ketiganya pun berkelebat. Tiga kalung
tengkorak menyambar dari tiga jurusan. Tiga kepulan asap biru menderu mengerikan dan tiga
buah jala sakti
menebar sebat dari kiri kanan dan sebelah belakang.
Wiro Sableng yang sudah tahu kehebatan kalung tengkorak serta jala sutera biru
tidak ayal lagi segera keluarkan jurus: Menepuk Gunung Memukul Bukit yang disusul dengan
lompatan: Gunung Meletus Batu Melesat Keluar Kawah.
Tiga gadis anak buah Dewi Siluman terkejut dan penasaran bukan main sewaktu
mereka menebarkan jala biru dan ternyata mereka tiada berhasil meringkus si pemuda.
Mereka menyadari
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
dan menyaksikan sendiri sekarang bahwa lawan mereka memang bukan manusia
sembarangan. Laruni berikan isyarat kedipan mata kiri. Serentak dengan itu bersama Sarinten
dan Wakania segera
membentuk satu barisan aneh dan bertiga mereka lancarkan serangan yang bukan
olah-olah dahsyatnya. Angin serangan membuat daun-daun berguguran, semak belukar
beterbangan sedang
akar gantung pohon beringin bergoyang-goyang kian ke mari.
Wiro berteriak nyaring dan berkelebat cepat. Tapi gerakan-gerakan lawan, jurus-
jurus silat yang dimainkan sangat aneh baginya, sukar untuk diduga dan diikuti sehingga
dalam waktu lima
jurus saja Pendekar 212 mulai terdesak hebat. Untungnya Wiro memiliki ilmu
meringankan tubuh
yang lebih tinggi dari ketiga lawan itu sehingga sampai lima jurus lagi dia
masih bisa bertahan
dengan gigih. Di antara ketiga lawannya Wiro mulai memaklumi bahwa Laruni adalah
yang paling tinggi ilmunya. Di samping itu Wiro tahu pula bahwa ketiga lawannya itu tidak
benar-benar bermaksud mencelakai dirinya tapi cuma berniat meringkus hidup-hidup. Karenanya,
meskipun kemudian dia kembali terdesak hebat. Wiro Sableng tak mau balas menyerang dan
menurunkan tangan jahat. Dia sengaja mengambil sikap mengelak terus-terusan. Sementara itu
Inani berdiri mematung di tempatnya, tak tentu apa yang dibuat selain cuma menyaksikan
jalannya pertempuran
yang seru itu. Dan diam-diam melihat si pemuda terdesak, hati gadis ini menjadi
khawatir. Melihat gelagat Wiro tak akan sanggup bertahan lebih dari sepuluh jurus lagi
jika dia terus-
terusan mengambil sikap tidak mau balas menyerang itu.
Dan apa yang diduga Inani menjadi kenyataan.
Di jurus sembilan belas, dalam satu gebrakan yang luar biasa hebatnya Wiro
Sableng dipaksa berkelit cepat untuk menghindarkan serangan Sarinten dan Wakania. Pada
waktu gebrakan ini terjadi Wiro Sableng masih sempat memperhatikan posisi Laruni yang tengah
berdiri dengan komat-kamit, entah membaca mantera apa. Karena merasa posisi Laruni tidak
berbahaya maka Wiro Sableng tidak begitu ambil perhatian terhadapnya. Begitu serangan Sarinten
dan Wakania lewat, Wiro segera pasang kuda-kuda baru karena di saat itu dilihatnya kedua
penyerangannya tadi
membalik dengan cepat. Tapi betapa terkejutnya Pendekar 212 sewaktu dari
belakang terasa
sambaran angin yang luar biasa dahsyatnya. Dia tak melihat kelebatan tubuh
Laruni dan tahu-tahu
anak buah terpandai dari Dewi Siluman ini sudah berada di belakangnya, lancarkan
satu jotosan tangan kiri. "Buk!"
Pendekar 212 mencelat limbung ke muka tak sanggup imbangi diri dan terguling di
tanah. Tulang punggungnya serasa hancur. Belum sempat dia bangun maka tiga jala sutera
biru telah menebar ke arah tiga bagian tubuhnya yaitu kepala sampai ke bahu, pinggang dan
kedua kaki. "Celaka!" keluh Pendekar 212. Dia tahu bahwa dia tak punya kesempatan lagi untuk
selamatkan diri. Satu-satunya jalan ialah lepaskan pukulan Sinar Matahari untuk
menghancurkan scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
jala. Guna mencabut Kapak Naga Geni 212 mungkin tidak keburu. Namun belum lagi
Wiro sempat pukulkan kedua tangannya yang mulai menjadi putih memerak itu, jala lawan yang
pertama turun ke bawah dan melibat ke seluruhan tangannya. Betapapun dia kerahkan tenaga dalam
dan menyentakkan lengan-lengannya tetap tiada gunanya sementara jala kedua telah
menyungkup kepalanya. Dan dalam sedetik lagi akan menyusul jala ketiga.
"Sialan... sialan!" maki Wiro. Dia cuma terima nasib diringkus hidup-hidup kini.
Jala kedua telah menyungkup kepalanya sampai ke bahu. Jala ketiga datang
menyambar kaki. Tapi sebelum hal ini terjadi mendadak Wiro Sableng merasakan sambaran
angin yang luar
biasa derasnya. Matanya yang tertutup jala sutera biru samar-samar melihat
kelebatan satu sosok
bayangan putih. Dalam detik itu pula Pendekar 212 mendengar suara keluhan ketiga
penyerangnya, disusul oleh keluhan Inani. Dia sendiri kemudian merasakan tubuhnya terseret
beberapa tombak,
terangkat ke atas dan ketika tiba-tiba tiga buah jala yang melibat tubuhnya
putus maka tubuhnya
terbanting ke tanah dengan keras, jatuh melintang di akar pohon beringin.
Perlahan-lahan Wiro Sableng merangkak bangun. Bekas pukulan pada punggungnya
sakit sekali tapi tidak dirasakannya karena waktu itu dia dikesiapkan oleh rasa
terkejut yang amat sangat.
Sewaktu dia memandang berkeliling dengan cepat tak seorang anak buah Dewi
Siluman pun yang
dilihatnya. Kemana mereka" Apa yang telah terjadi"! Satu-satunya benda yang
dilihat Wiro ialah
kecapi kepunyaan Inani.
Dalam dia coba memandang berkeliling sekali lagi dengan rasa penuh tak percaya
tiba-tiba matanya membentur tulisan putih di batang pohon beringin. Pendekar ini coba
berdiri, tapi tubuhnya terhuyung-huyung, punggungnya yang bekas dihantam jotosan Laruni kumat
sakitnya, rasa sakit ini menusuk ke bagian dada. Dan sebelum dia sanggup bergerak satu
langkah, lututnya
menekuk, dia serasa mau batuk tapi sewaktu mulutnya dibuka darahlah yang
menyembur dari tenggorokannya. Wiro mengeluh, sebelum dia jatuh pingsan Pendekar 212 ini masih
sanggup dan sempat mengambil sebutir pil dari balik pakaiannya lalu menelannya dengan cepat.
Wiro Sableng tak tahu berapa lama dia tergeletak pingsan di tempat itu. Ketika
dia siuman matahari telah condong ke barat. Punggung masih terasa sakit tapi kekuatannya
tidak sedikit pun
berkurang. Ini adalah berkat pil yang masih sempat ditelannya tadi sebelum
pingsan. Wiro bangun, duduk bersila, meramkan mata, atur jalan nafas serta aliran darah
dan kerahkan tenaga dalam ke bagian tubuh yang masih terasa sakit. Lima menit
kemudian Pendekar ini
melompat dari duduknya, tubuhnya terasa segar bugar. Begitu dia teringat pada
tulisan di batang
pohon beringin Wiro segera melangkah ke hadapan pohon itu. Di batang pohon besar
yang angker ini tergurat tulisan.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Segala rencana tidak akan sampai,
Sebelum tahu tingginya langit dalamnya lautan.
Bulan purnama empat belas hari di Goa Belerang,
Seribu rencana akan sampai.
"Pasti manusia yang mengencingiku dulu!" kata Wiro Sableng pada dirinya sendiri.
Dia tak habis mengerti, heran dan geleng-gelengkan kepala. Manusia itu gerakannya luar
biasa cepatnya sehingga hanya bayangan putih pakaiannya saja yang kelihatan. Dalam satu
kelebatan tadi dia telah
berhasil melarikan empat anak buah Dewi Siluman dan juga dalam kecepatan yang
sukar diukur, manusia itu masih sempat menggurat tulisan di batang pohon beringin. Tak sanggup
Wiro mengukur kehebatan manusia itu. Jika dia betul-betul manusia, tentulah ilmunya
jauh lebih tinggi
dari gurunya sendiri yaitu Eyang Sinto Gendeng di Puncak Gunung Gede.
Wiro mengamati lagi tulisan di batang pohon beringin itu. Jika dihubungkannya
rangkaian tulisan ini dengan tulisan yang lalu nyatalah mengandung satu keterangan dan
satu nasihat, yang
bagi Wiro kira-kira berarti dia harus datang ke Goa Belerang pada bulan purnama
empat belas hari
guna mengetahui segala maksudnya tak akan kesampaian.
"Siapa sebenarnya manusia itu?" pikir Wiro. "Mengapa dia membawa lari anak-anak
buah Dewi Siluman, mengencingi kepalaku dan menuliskan keterangan serta nasihat
itu...?" Dalam pikiran yang tak kunjung mengerti dan juga didorong oleh rasa ingin tahu
akhirnya Wiro memutuskan untuk mencari Goa Belerang lebih dahulu, baru kemudian mencari
dimana letaknya Bukit Tunggul tempat kediaman Dewi Siluman.
Sampai senja hari, telah puluhan kilo daerah diselidiki Wiro Sableng. Dua buah
goa ditemuinya tapi keduanya bukanlah Goa Belerang karena kedua goa itu kosong tiada
berpenghuni. Keesokan harinya, satu hari suntuk lagi dia menjelajahi berbagai daerah, sampai
lagi senja datang,
usahanya tiada berhasil. Pagi yang kedua dari penyelidikannya, dia sampai ke
sebuah sungai berair
kehitaman tanda sungai itu dalam sekali. Arus air sungai cepat bukan main.
Setangkai ranting
kering yang jatuh, dihanyutkan arus dan menghilang di kejauhan dalam waktu yang
singkat. Wiro mengikuti sungai itu ke arah hilir.
Perjalanannya terhenti sewaktu sungai itu sampai di sebuah air terjun yang
sangat dalam. Air sungai yang memancur dan jatuh menimpa batu-batu besar di sebelah bawah
menimbulkan suara yang menggidikkan. Tempat itu dan daerah sekitarnya berudara redup dan
angker, tampaknya
jarang didatangi manusia.
Lebih dari sepeminum teh Wiro berada di tempat itu. Sebelum pergi dia bermaksud
mencuci mukanya yang lengket oleh debu dan keringatan lalu membasahi tenggorokannya.
Dengan kedua scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
belah telapak tangannya Wiro menciduk air sungai lalu membasahi mukanya. Sesuatu
bau yang agak lain menusuk hidung sang pendekar sewaktu air sungai itu membasahi mukanya.
Wiro berpikir-pikir. Rasanya dia pernah mencium bau yang seperti itu sebelumnya.
Diciduknya kembali air sungai itu lalu didekatkannya ke hidungnya. Mendadak
hatinya menciut.
Air sungai itu berbau belerang. Wiro tahu betul bau belerang karena dia pernah
beberapa kali berada di sekitar kawah gunung yang mengepulkan asap belerang. Dan ketika bau
belerang itu dihubungkannya dengan Goa Belerang maka berdebarlah hati Pendekar 212. Dia
memandang berkeliling dengan penuh teliti. Tak ada satu bagian pun dari tempat sekitar
situ yang lepas dari
penelitiannya, namun sampai sebegitu jauh tak ada tanda-tanda yang menunjukkan
bahwa di situ terdapat sebuah goa. Tapi air sungai yang berbau belerang"! Untuk kesekian
kalinya Wiro kembali
meneliti dengan pandangan mata yang tajam. Tetap tak ada tanda-tanda adanya goa.
Wiro memaki-maki dalam hatinya. Diperhatikannya batu-batu besar yang jauh di
bawahnya. Diperhatikannya air terjun yang jatuh menimpa batu-batu itu, membalik kembali ke
atas sampai beberapa tombak laksana asap atau kabut tipis. Tapi. Wiro terkejut. Matanya
memandang lekat-
lekat kepada batu-batu yang jatuh ditimpa air terjun. Apa yang dilihatnya bukan
cuma air yang muncrat kembali ke atas laksana asap atau kabut, tapi di balik air yang membalik
ke atas itu benar-
benar Wiro melihat samar-samar namun pasti adanya kepulan asap. Mulanya Wiro
merasa agak bimbang mana mungkin di dasar yang penuh dengan air terdapat asap karena setiap
asap pastilah bersumber pada hawa panas atau api.
Wiro gosok kedua matanya. Yang mengepul di antara muncratan air itu memang
benar- benar asap. Dan ketika diperhatikannya lebih seksama lagi, ketika dia berpindah
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tempat dan memandang ke bagian bawah air terjun dari jurusan lain, tersentaklah Wiro karena
di belakang air
terjun itu tampak sebuah goa. Dari mulut goa ini jelas kelihatan gelung-gelung
kepulan asap. Tanpa
menunggu lebih lama Wiro melompat ke sebuah batu. Dari sini dengan andalkan ilmu
meringankan tubuhnya melompat lagi ke batu yang lain, yang terletak di sebelah bawah. Untuk
menuju ke dasar
air terjun bukan pekerjaan mudah. Kurang-kurang pandai kaki akan terpeleset dan
tubuh akan terhempas ke bawah sejauh puluhan tombak, disambut oleh batu-batu besar keras.
Meskipun berkepandaian tinggi serta memiliki ilmu meringankan tubuh yang sempurna untuk
sampai ke dasar
air terjun Wiro membutuhkan waktu hampir tiga kali sepeminum teh.
Akhirnya pendekar ini sampai juga ke dasar air terjun. Dia berdiri di hadapan
air terjun, bergerak ke bagian samping dengan sangat hati-hati. Sekali tubuhnya terserempet
atau tersambar air
terjun, tak perduli bagaimanapun tinggi ilmunya, pasti tubuhnya akan terhempas
dan hancur ditimpa
air terjun yang ribuan kilo beratnya itu.
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
12 Pendekar 212 sampai di hadapan mulut goa. Asap putih menampar-nampar wajahnya
dan bau belerang yang santer menusuk hidung, memerihkan mata. Setelah meneliti
seperlunya maka
tanpa ragu-ragu Wiro melangkah masuk. Ternyata semakin ke dalam goa itu semakin
menanjak sedang bau belerang makin keras dan asap semakin banyak.
Kedua mata Wiro menjadi perih, nafasnya sesak dan dia mulai batuk-batuk. Pemuda
ini tutup indera penciumannya, kerahkan tenaga dalam pada kedua matanya dan
melangkah terus. Kira-
kira seratus langkah berlalu kepulan asap putih yang berbau belerang bertambah
tebal menutup pemandangan. Meski dia sudah tutup indra penciumannya tetap saja hidungnya
membaui hawa belerang itu sedang tenaga dalamnya tiada mampu menolak sambaran asap yang
memerihkan mata.
Dengan kuatkan diri Wiro maju terus. Nafasnya tersengal, pemandangannya gelap
tertutup asap tebal. Untuk kembali sudah kepalang tanggung. Suara batuk-batuknya menggema di
sepanjang goa, membuat bulu kuduknya sendiri berdiri.
Pada langkah yang ketiga ratus duapuluh, Pendekar 212 merasa kekuatannya mulai
lumer, kakinya tak sanggup lagi melangkah. Wiro jatuhkan diri dan terus memasuki goa
itu dengan merangkak. Sebutir pil untuk menolak keracunan dan menjaga agar tidak pingsan
dikeluarkan dan
ditelannya. Dua ratus langkah di muka maka perlahan-lahan asap belerang itu
mulai menipis hingga
akhirnya lenyap sama sekali dan di hadapan Wiro kelihatan sebuah tangga batu
pualam yang putih
bersih dan berkilat.
Setelah menelan lagi sebutir pil, mengatur jalan nafas dan darah memeriksa
aliran tenaga dalam dan membuang hawa jahat asap belerang yang meresap di paru-parunya maka
Wiro Sableng berdiri lalu melangkah menaiki tangga batu pualam. Bagian atas tangga
berhubungan dengan
sebuah pintu dan pintu ini berhubungan lagi dengan sebuah ruangan empat persegi.
Di dalam ruangan ini kelihatan delapan gadis berbaju biru yang bukan lain adalah anak-
anak buah Dewi Siluman. Di antaranya empat orang yang sebelumnya telah baku hantam dengan Wiro
di tepi lembah. Kedelapan gadis ini duduk bersila dengan mata meram di hadapan seorang
berpakaian selempang putih yang duduk membelakang ini panjangnya sampai ke bahu, Wiro belum
dapat memastikan apakah dia seorang perempuan atau bukan.
Tanpa menoleh ke pintu tiba-tiba manusia berambut putih panjang itu membentak
dan lambaikan tangan kanannya lewat bahu.
"Pemuda tidak tahu diri! Disuruh datang bulan purnama empat belas hari berani
unjuk tampang hari ini!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Wiro terkejut sekali. Dan sewaktu dia menyadari bahwa lambaian tangan si rambut
putih panjang itu menyambarkan angin yang sangat deras, maka segala sesuatunya telah
kasip. Mendadak
sontak detik itu juga Wiro merasakan tubuhnya menjadi kaku laksana patung batu.
Dia berseru, tapi
mulutnya terkunci tak bisa keluarkan suara. Karena otaknya masih tetap bisa
berjalan Wiro memaklumi bahwa dirinya telah ditotok secara lihai luar biasa hingga tak bisa
bicara dan bergerak.
Yang membuat Pendekar 212 menjadi penasaran sekali ialah karena sesudah menotok
dirinya, si rambut panjang kemudian keluarkan suara seperti lebah membuat
sarang, rupanya dia
tengah membaca mantera tapi tiada jelas entah mantera apa yang dilafatkannya. Di
samping itu Wiro merasa aneh pula melihat kedelapan gadis baju biru itu duduk bersila
meramkan mata tiada
bergerak. Apakah mereka semuanya juga kena ditotok dan apa yang tengah dilakukan
si rambut putih panjang itu terhadap mereka" Wiro saat itu merasakan dirinya seperti
seekor lalat yang
sesudah dipukul dibiarkan tak perduli begitu saja!
Tiba-tiba si rambut putih angkat kedua tangannya. Suara lafat manteranya semakin
keras. Kedua tangan kemudian turun lagi untuk mengangkat sebuah panci tanah besar yang
berisi air putih
dan kembang tujuh rupa. Aneh sekali air yang di dalam baskom itu kemudian
memancur delapan
dan setiap pancuran jatuh ke atas kepala masing-masing gadis baju biru.
Wiro terlongong-longong saking kagumnya. Kehebatan tenaga dalam manusia rambut
putih itu benar-benar luar biasa. Seorang yang tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat
sempurna bisa saja membuat air di dalam panci tanah itu muncrat ke atas, tetapi untuk
membaginya dalam delapan
pancuran itu bukan satu hal yang mudah, tidak sembarang manusia bisa
melakukannya. Eyang
Sinto Gendeng sendiri mungkin belum tentu dapat.
Begitu air dalam panci tanah habis, si rambut putih turunkan panci itu. Kembali
terdengar suara lafat manteranya yang seperti lebah bersarang itu. Kemudian sunyi sebentar
lalu menyusul suaranya berkata dan ternyata adalah suara seorang laki-laki.
"Delapan gadis, kalian telah minum obatku, kalian telah kusiram dengan air
kembang. Kini otak kalian telah bersih, hati kalian telah putih. Kalian telah bisa memulai
hidup baru yang lurus dan
baik. Sekarang kubukakan mata kalian kembali yang telah terpicing selama
beberapa hari ini."
Si rambut panjang putih sapukan tangan kirinya dari samping kanan ke samping
kiri. Aneh sekali maka kedelapan gadis itu yang tadi pejamkan mata kini membuka mata
masing-masing satu
demi satu, tak ubahnya seperti barusan bangun tidur. Jelas mereka terkejut
sewaktu melihat tubuh
Wiro Sableng yang berdiri mematung di ambang pintu. Namun terhadap si rambut
putih mereka tiada berani bertanya dan sama tundukkan kepala. Tundukkan kepala ini membuat
Wiro tak mengerti. Apa hubungan kedelapan gadis itu dengan si rambut putih. Apa
sebenarnya yang telah
terjadi dengan mereka sehingga gadis-gadis yang galak dan kejam itu kini
kelihatannya seperti
gadis-gadis pingitan yang paling patuh"!
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Dengar Kiai...." jawab delapan gadis bersamaan.
"Kiai!" desis Wiro Sableng dalam hati. Laki-laki berambut putih itu dipanggil
dengan sebutan "Kiai" Dan Wiro heran padahal kedelapan gadis itu tadi meramkan mata
seperti orang tidur,
mengapa mereka menjawab bahwa mereka telah mendengar segala ucapan sang kiai"
"Sekarang kalian kuperkenankan meninggalkan tempat ini. Pergilah dan jangan
kembali lagi. Dunia baru yang indah suci menyambut kalian. Menurut penglihatanku, hidup kalian
semua akan menemui keberuntungan. Nah sekarang pergilah dan kuharap kalian tidak usah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Tinggalkan Pulau Madura, jangan kembali lagi untuk
selama-lamanya!"
Delapan gadis itu saling pandang satu sama lain lalu serentak mereka berdiri.
Setelah menjura berulang kali di hadapan laki-laki berambut putih panjang, mengucapkan
terima kasih dan
berpamitan maka semuanya melangkah ke pintu dengan menundukkan kepala. Setiap
mereka melirik ke samping sewaktu mereka melewati Pendekar 212 yang berdiri mematung di
ambang pintu itu. Setelah kedelapan gadis itu berlalu, laki laki berambut putih untuk pertama
kalinya balikkan
badan dan berdiri. Ternyata dia adalah seorang tua renta yang bermuka licin
klimis. Menurut Wiro
umurnya lebih tua dari Eyang Sinto Gendeng.
Langkah orang tua yang masih berbadan tegap ini begitu enteng sewaktu dia maju
ke hadapan Wiro. "Pemuda tolol!" desis sang kiai. "Belum saatmu untuk datang ke mari! Apa kau
lupa bulan purnama empat belas hari"! Tolol! Kau akan kaku tegang di ambang pintu ini
selama tiga hari tiga
malam! Rasakan sendiri!"
Wiro menggerutu dalam hati. Orang tua di hadapannya berkelebat dan sukar sekali
untuk dapat dilihat dengan jelas tahu-tahu tubuhnya sudah lenyap dari hadapan Wiro
Sableng. "Benar-benar luar biasa gerakannya," kata Wiro dalam hati. Tapi bila dia ingat
bahwa dia musti berdiri di situ dalam keadaan kaku tegang selama tiga hari tiga malam,
maka kembali pendekar ini menggerutu habis-habisan.
Setelah berjam-jam berdiri di tempat itu Wiro yakin bahwa di luar goa hari telah
malam. Seumur hidupnya baru kali inilah dia ditotok orang. Meski totokan itu tidak
membuat dia terluka di
dalam tapi mematung demikian rupa selama tiga hari tiga malam sungguh merupakan
siksaan bagi Wiro Sableng. Hatinya kembali memaki-maki sewaktu perutnya mulai mengeluarkan
suara bergereokkan tanda minta diisi.
"Diamlah perut sialan!" rutuk Wiro. "Selama tiga hari tiga malam kau tak akan
mendapat isi!" Mendadak, baru saja dia habis memaki demikian sesosok bayangan biru berkelebat
dan tahu-tahu Inani berada di hadapan Wiro Sableng. Sang Pendekar memandang tak
berkedip pada scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
gadis jelita berkulit kuning langsat ini, dan berpikir-pikir mengapa pula gadis
ini muncul di dalam
goa kembali, padahal dia sudah disuruh pergi oleh laki-laki tua tadi dan tidak
diizinkan kembali lagi"
"Saudara, aku akan tolong lepaskan totokanmu," kata Inani pula setelah mereka
berperang pandang beberapa ketika lamanya.
"Bagus!" ujar Wiro dalam hati. Dia gembira. Inani maju satu tindak. Tangan
kanannya dengan cepat bergerak untuk membebaskan totokan di tubuh Wiro Sableng.
Tapi apa lacur. Sebelum hal itu sempat dilakukan Inani tiba-tiba di ruangan itu
mengumandang suara tertawa macam ringkikkan kuda dan tahu-tahu laki-laki tua
berambut putih sudah berada di hadapan mereka.
"Bagus betul perbuatanmu Inani!"
Inani berubah pucat parasnya. Kepalanya ditundukkan tak berani memandang si
orang tua. "Apa kau lupa ucapanku bahwa kau musti pergi meninggalkan Pulau Madura ini dan
tidak boleh kembali kemari" Jawab!"
"Mohon maaf Kiai. Aku...."
"Kau juga tolol!" sentak sang kiai. "Apa perlu kau kembali datang kemari"! Apa
perlu kau tolong pemuda ini"! Jawab!"
"Maaf Kiai...."
"Apa dia kekasihmu"!"
Merah paras Inani. Kepalanya semakin ditundukkan.
"Apa dia gendakmu"!"
Tambah merah paras gadis berbaju biru itu.
"Jawab! Kenapa kau mau membebaskan itu."
"Aku... aku merasa berhutang budi padanya, Kiai." sahut Inani.
"Hutang budi macam mana" Apa dia pernah menolongmu?"
Inani menggigit bibirnya. Dia kembali ke situ karena merasa kasihan melihat Wiro
Sableng
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditotok. Tapi apa yang menyebabkan dia kasihan pada pemuda itu dia sendiri tak
bisa mengerti. Dia
kembali ke Goa Belerang seperti ada yang mendorong-dorongnya.
"Gadis tolol! Kau musti terima hukuman seperti pemuda tolol ini!"
Laki-laki tua itu lambaikan tangan kirinya. Mendadak sontak maka kaku teganglah
tubuh Inani. Dia berdiri mematung tepat berhadap-hadapan dan dekat sekali di muka
Pendekar 212. Si
orang tua sendiri begitu menotok tubuh Inani berkelebat pula lenyap dari ruangan
itu. * * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
13 Wiro Sableng dan Inani tak tahu sudah berapa lama atau sudah berapa hari mereka
berada di dalam Goa Belerang itu. Yang mereka rasakan ialah bahwa mereka seperti sudah
bertahun-tahun tersekap di situ, tak bisa bicara, tak bisa gerakkan badan. Selama puluhan jam
mereka berdiri berpandang-pandangan sehingga dalam hati masing-masing timbul perasaan-perasaan
aneh. Meski mereka tidak bisa membuka mulut untuk bersuara dan bicara tapi pandangan mata
mereka satu sama lain sudah lebih daripada ucapan yang bagaimanapun panjangnya. Sinar mata
mereka sudah lebih daripada pengutaraan perasaan yang bagaimanapun mendalamnya. Berpandangan
dan berpandangan hanya itulah yang bisa dilakukan kedua orang itu. Dan ini adalah
satu-satunya hiburan bagi mereka selama puluhan jam berada di situ.
Kedua orang itu tiba-tiba kernyitkan mata. Lapat-lapat terdengar suara tertawa
meringkik. Dan sesaat kemudian sosok tubuh laki-laki tua yang dipanggilkan kiai itu sudah
muncul di ruangan
tersebut. Dia masih tertawa meringkik macam kuda begitu untuk beberapa lama
sambil pandangi
paras kedua orang di hadapannya. Kemudian ketika suara tertawanya berhenti
mulutnya bertanya.
"Apa kalian sudah puas tegak berpandang-pandangan?"
Inani menjadi merah mukanya sedang Wiro memaki dalam hati. Apakah waktu yang
tiga hari itu sudah berlalu" Apakah sekarang malam bulan purnama empat belas hari"
Apakah sekarang
saatnya si orang tua membebaskan totokan di tubuhnya dan di tubuh gadis yang
bernama Inani itu"
Inani dan Wiro memperhatikan si orang tua duduk di tengah ruangan, di atas
sebuah bantalan berumbai-umbai yang dikeluarkannya dari balik kain selempang putihnya.
Setelah memandangi paras kedua orang itu beberapa lama baru si orang tua lambaikan
tangannya kiri kanan.
Dua larik angin tipis menyambar ke tubuh Inani dan Wiro Sableng. Dengan serta
merta lenyaplah
totokan yang telah membuat kedua orang ini tak berdaya selama puluhan jam.
Seorang tua tertawa
mengekeh dan manggut-manggutkan kepalanya beberapa kali.
Meski selama ini Wiro di dalam hati tiada hentinya memaki serta menggerutui si
orang tua, namun begitu totokannya lepas dan menyadari bahwa manusia berambut putih yang
duduk di hadapannya itu bukan manusia sembarangan maka Pendekar 212 menjura memberi
hormat. "Orang tua, dunia ini banyak dengan tokoh-tokoh aneh sakti luar biasa yang aku
manusia tolol ini tidak tahu siapa-siapa mereka adanya. Kuharap kau sudi memberitahu
siapa kau, orang
tua." Si orang tua mengusap rambutnya yang panjang putih beberapa kali. Setelah batuk-
batuk jumawa maka menjawablah dia.
"Namaku kau tak usah tahu, orang muda. Sebaliknya aku banyak tahu tentang
dirimu!" scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Terkejutlah Wiro. Ditelitinya paras orang tua itu lalu sekilas mengerling pada
Inani. Si orang tua tertawa mengekeh kembali.
"Aku berasal dari Bangkalan." Diusapnya lagi rambutnya baru meneruskan.
"Sembilan puluh tahun hidup di dunia ini sudah terlalu cukup lama. Sembilan puluh tahun
sudah cukup untuk
menyaksikan berbagai hal dalam dunia, menyaksikan kejahatan dan kebaikan,
menyaksikan kebaikan yang selalu ditentang oleh kejahatan. Pertentangan antara kebaikan dan
kejahatan di jagat
ini tak akan pernah habis-habisnya karena memang begitulah sifatnya alam yang
dijadikan Tuhan,
segala sesuatunya mempunyai lawan-lawannya, mempunyai pasang-pasangannya masing-
masing. Karena aku dan kau adalah manusia-manusia dari golongan putih, maka adalah tugas
kita untuk membasmi golongan hitam. Membasmi golongan hitam tentu saja bukan hal yang
mudah. Aku sendiri sebenarnya telah tertipu dalam hidupku sehingga tidak bisa berbuat
banyak untuk membasmi kejahatan dari muka bumi ini...."
Kiai Bangkalan memandang jauh ke depan seperti tengah merenung masa lampaunya
sedang nada suaranya tadi jelas sekali mengandung satu penjelasan yang mendalam.
"Kalian duduklah, jangan berdiri saja," ujar Kiai Bangkalan.
Setelah Wiro Sableng dan Inani duduk di hadapan orang tua itu maka Kiai
Bangkalan meneruskan bicaranya.
"Delapan penjuru angin dunia persilatan kini dibikin gempar oleh kejahatan yang
bersumber di Pulau Madura ini. Sumber kejahatan itu bukan lain daripada Dewi Siluman dan
anak-anak buahnya. Beberapa perguruan dan sebuah partai persilatan telah dihancurkan oleh
mereka. Belasan
tokoh-tokoh silat golongan putih serta beberapa lainnya yang hebat-hebat dari
golongan hitam mereka bunuh. Yang tertangkap hidup-hidup mereka siksa secara buas. Ringkas kata
siapa saja pihak yang tidak mau tunduk dan masuk dalam golongannya akan ditumpas musnah
oleh Dewi Siluman. Dan aku yang sudah tua ini hanya bisa makan hati, tak mungkin turun
tangan menumpas
sumber kejahatan yang ada di puIauku ini...." Lagi-lagi nada suara Kiai
Bangkalan membayangkan
penjelasan. Penuh rasa ingin tahu dan tidak mengerti maka Wiro Sableng beranikan diri
bertanya. "Mengapa tidak mungkin, Kiai Bangkalan. Mengapa tidak bisa" Menurut
penglihatanku ilmumu
tinggi luar biasa. Bagimu tentu mudah saja untuk menumpas Dewi Siluman dan
gerombolannya."
Kiai Bangkalan tertawa tawar.
"Banyak orang yang menduga sepertimu itu," katanya. "Tapi di jagat yang luas ini
ilmu manusia manakah yang benar-benar sempurna, yang benar-benar tinggi" Semakin
tinggi ilmu seseorang semakin harus disadari bahwa di atasnya masih banyak lagi ilmu-ilmu
yang tinggi yang
tak bakal sanggup dicapainya. Kemampuan dan pikiran manusia mempunyai titik
batas. Bila dia
coba untuk melampaui titik batas itu di luar kemampuannya, dirinya akan rusak,
malapetaka akan
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
datang! Dan itu kemudian akan mudah menjadi sarang atau sumbernya kejahatan!
Kejahatan muncul di mana-mana akibat manusia berusaha melampaui titik batasnya, melewati
garis yang telah
ditentukan. Kemudian bila datang kebaikan walau bagaimanapun kuatnya kejahatan
itu, di satu hari
dia akan kena ditumpas juga. Aku yang sudah tua menyesalkan hidup badanku yang
rongsokan ini karena di saat mau mampus begini tidak bisa berbuat banyak menumpas kejahatan
Tapi aku masih bergembira sedikit. Sebelum ajal datang aku telah bertemu dengan kau, orang
muda! Menurut penglihatanku, kau satu-satunya manusia saat ini yang sanggup menumpas kejahatan
Dewi Siluman! Ingat kejahatannnya, bukan orangnya!"
"Kiai Bangkalan, aku yang muda tolol ini bisa apakah?" kata Wiro Sableng pula.
"Terus terang aku tak mengerti mengapa kau mengatakan tak bisa berbuat banyak menumpas
kejahatan. Bukankah ilmumu tinggi sekali. Dewi Siluman tentu akan mudah kau tumpas."
Kiai Bangkalan hela nafas dan geleng-gelengkan kepalanya.
"Aku hanya memiliki dua macam ilmu, orang muda. Dua macam ilmu itu saja tak
sanggup untuk menumpas kejahatan Dewi Siluman. Di samping itu seperti aku terangkan
tadi, sebenarnya
aku yang sudah tua ini telah kena tertipu...." Setelah menghela nafas dalam
sekali lagi baru Kiai
Bangkalan meneruskan. "Dua macam ilmu yang kumiliki ialah kecepatan bergerak dan
ilmu pengobatan. Mana mungkin dua macam ilmu itu bisa diandalkan untuk menghadapi
Dewi Siluman yang sakti luar biasa"!"
"Tapi kau juga memiliki ilmu totokan yang teramat lihai!" ujar Wiro.
Kiai Bangkalan tertawa. "Setiap ilmu totokan dasarnya adalah sama, sama seperti
yang dimiliki oleh kau dan Inani. Cuma karena aku memiliki ilmu kecepatan bergerak
maka orang tidak
bisa menduga dan tak sempat berkelit ketika aku menotok tubuhnya. Itu telah kau
saksikan dan rasakan sendiri!"
"Kalau kau bisa bergerak luar biasa cepatnya, tentu kau bisa menotok Dewi
Siluman kemudian menjatuhkan hukuman yang setimpal terhadapnya," kata-kata Wiro Sableng
pula. "Betul, tapi justru hal itulah yang tak bisa kulakukan," sahut Kiai Bangkalan.
"Kenapa tidak bisa?"
"Aku telah tertipu. Ah... biarlah aku terangkan pada kalian agar jelas. Tubuh
tua rongsokan ini tak guna lagi menyimpan segala rahasia hidupnya!"
Kiai Bangkalan merenung sejenak baru membuka mulut kembali. "Sesungguhnya guru
dari Dewi Siluman adalah adik seperguruanku sendiri. Namanya Lara Permani. Dari guru,
aku menuntut dua macam ilmu yang kusebutkan tadi yaitu ilmu pengobatan dan ilmu
gerakan cepat. Sebaliknya sebagai murid yang dikasihi oleh guru, Lara Permani diwariskan banyak
ilmu yang hebat-hebat. Di antaranya Ilmu Jala Sutera Sakti, Ilmu Racun Biru dan yang
paling hebat Ilmu Seribu Siluman Mengamuk. Sebegitu jauh tak ada satu ilmu di
dunia ini pun yang sanggup
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
mengalahkan Ilmu Seribu Siluman Mengamuk itu. Tapi walau bagaimanapun setiap
ilmu di dunia ini tak ada yang maha sempurna, selalu saja ada kelemahannya, demikian juga
dengan Ilmu Seribu
Siluman Mengamuk...."
"Apakah kelemahannya, Kiai?" tanya Wiro.
"Itu tidak bisa kuberitahu. Aku telah bersumpah!"
Inani dan Wiro kernyitkan kening keheranan. Sebelum salah seorang dari mereka
bertanya maka Kiai Bangkalan sudah berkata. "Antara aku dan Lara Permani karena demikian
eratnya hubungan kami, kami saling mencinta. Namun malapetaka tiba. Lara Permani sewaktu
turun ke dunia persilatan telah tergoda oleh segala macam urusan duniawi sehingga dia
menempuh jalan salah. Aku yang mencintainya dengan amat sangat tak bisa berbuat apa-apa, tak
bisa melarangnya
agar meninggalkan segala urusan kotor dunia. Malah entah bagaimana aku menjadi
tolol dan suatu
hari di hadapannya aku bersumpah atas nama Tuhan bahwa aku tak akan ikut campur,
tak akan turun tangan terhadap segala perbuatannya, juga terhadap segala perbuatan
muridnya bila kelak dia
mempunyai murid! Sekarang Lara Permani sudah mati. Dan Dewi Siluman itu adalah
muridnya! Aku tak bisa berbuat apa secara langsung terhadap kejahatan Dewi Siluman karena
aku terikat sumpah!" Wiro dan Inani termangu sejurus.
Wiro kemudian berkata. "Lara Permani kini sudah tiada. Berarti sumpah yang Kiai
buat terhadapnya batal, tak berlaku lagi!"
Kiai Bangkalan geleng-gelengkan kepala. "Sumpah seorang manusia terhadap manusia
sekaligus terikat pada Tuhan. Meskipun salah seorang dari mereka sudah mati,
tapi yang masih
hidup tetap terikat pada Tuhan yang telah menyaksikan sumpahnya itu!"
"Kalau begitu kejahatan Dewi Siluman tak akan bisa dibasmi," kata Wiro.
"Kaulah yang akan membasminya!" jawab Kiai Bangkalan.
"Tapi ilmuku sangat dangkal sekali Kiai. Kalau kau bisa memberikan sedikit
petunjuk...."
Kiai Bangkalan tersenyum.
"Di Goa Belerang ini telah kujanjikan padamu untuk datang mengetahui tingginya
gunung dalamnya lautan. Meski aku terikat sumpah dan tak bisa turun tangan secara
langsung, namun ada
cara lain bagiku untuk berbuat kebaikan. Jika cara ini dianggap melanggar
sumpah, biarlah badan
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tua renta ini rela menerima hukumannya!"
Dari balik pakaiannya Kiai Bangkalan mengeluarkan secarik kertas putih. Kertas
itu disodorkannya ke hadapan Wiro Sableng seraya berkata. "Dengan inilah kau bakal
bisa menumpas kejahatan Dewi Siluman."
Wiro menerima kertas itu dan menelitinya. Di atas kertas putih ini ternyata ada
dua bait tulisan yang berbunyi.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Ilmu Seribu Siluman Mengamuk teramat sakti.
Hanya suara yang sanggup mengalahkannya.
"Kiai, aku tak mengerti maksud tulisan ini. Mohon petunjukmu...."
Kiai Bangkalan hela nafas dan gelengkan kepala. "Tak mungkin orang muda. Aku
terikat dengan sumpah. Aku tak bisa menerangkan langsung kelemahan Ilmu Seribu Siluman
Mengamuk kepadamu. Kau harus pecahkan sendiri rahasia yang ada di dalam dua bait tulisan
itu.... Kuharap
kau tak bertanya lebih jauh."
Wiro membaca lagi dua bait tulisan itu lalu memasukkan kertas tersebut ke balik
pakaiannya. Kiai Bangkalan berpaling pada Inani. Dia tersenyum dan berkata. "Meski tempo
hari aku marah sekali melihat kau datang kemari tapi sebenarnya diam-diam aku merasa
gembira karena kau
bisa membantuku untuk melaksanakan cita-cita baikku. Kau ingat bagaimana aku
telah membersihkan otakmu serta kawan-kawanmu dengan sejenis obat?"
"Ingat Kiai."
Kiai Bangkalan keluarkan sebuah botol berisi cairan hitam. "Aku telah meramu
lagi sejenis obat baru," katanya dan meletakkan botol kecil itu di hadapannya. "Kau harus
ikut bersama Wiro ke
Bukit Tunggul dan menolong kawan-kawanmu yang sudah dikotori otaknya oleh Dewi
Siluman. Bagaimana caranya terserah padamu, yang penting kau harus dapat meminumkan
setetes obat ini ke
dalam mulut kawan-kawanmu sehingga mereka kembali menjadi bersih otaknya dan
kembali ke jalan yang benar! Aku tak mengizinkan kau membunuh seorang pun dari mereka!
Semua kawan- kawanku tersesat karena tidak sadar!"
"Tapi mana mungkin aku sanggup, Kiai" Setiap kawan-kawanku sakti semua dan
jumlah mereka banyak!" kata Inani.
"Kau tak usah khawatir. Aku akan turunkan ilmu gerakan cepat padamu sehingga kau
dengan mudah bisa menotok mereka lalu memasukkan setetes obat ini ke dalam mulut
mereka!" Inani gembira sekali. Buru-buru dia menjura dan mengucapkan terima kasih. Kiai
Bangkalan memandang pada Wiro. "Orang muda, kuharap kau jangan kecewa karena
saat ini aku tidak memberikan ilmu apa-apa padamu. Tapi di lain hari, bila tugasmu sudah
selesai di Bukit
Tunggul kuharap kau suka datang kemari untuk menerima pelajaran ilmu pengobatan
dariku." Gembiralah Wiro Sableng dan buru-buru dia menjura serta mengucapkan terima
kasih. "Sebelum kalian pergi," kata Kiai Bangkalan pula. "Ada satu hal yang harus
kalian ingat, terutama kau orang muda karena kaulah yang bakal berhadapan dengan Dewi Siluman.
Musti disadari bahwa sesungguhnya kejahatan yang dibuat oleh manusia itu adalah karena
dipengaruhi oleh suasana sekitarnya, dipengaruhi oleh keadaan duniawi di sekelilingnya. Pada
dasarnya semua,
manusia adalah baik. Karena itu kuharap kau jangan menurunkan tangan maut
terhadap Dewi Siluman." scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Tapi Kiai, perempuan itu telah membuat kejahatan yang tak bisa diampunkan.
Puluhan manusia tak berdosa telah dibunuhnya!" kata Wiro pula.
"Betul. Itu memang betul. Namun demikian soal nyawa manusia bukanlah urusan
kita. Nyawa orang lain bukan milik kita. Soal nyawa adalah hak dan kuasanya Tuhan kita
manusia sekali-kali tidak diperbolehkan membunuh, kecuali dalam perang atau pertempuran
di mana kita benar-benar sudah terdesak. Karena itu usahakanlah dulu untuk menyadari Dewi
Siluman dari segala kejahatannya, bersihkanlah otaknya dengan obat ini!" Lalu Kiai Bangkalan
mengeluarkan sebutir pil hitam dan diberikan kepada Wiro. "Bila nanti ternyata usahamu gagal,
baru kau boleh menurunkan tangan maut. Itupun bila kau terdesak dan tak punya jalan lain lagi!
Nah sekarang pergilah!"
"Terima kasih atas segala petunjukmu Kiai," kata Wiro Sableng sambil menjura
dalam. Inani juga melakukan hal yang sama. Sewaktu mereka mengangkat kepala kembali
ternyata Kiai Bangkalan telah lenyap. Bukan main terkejutnya mereka. Benar-benar luar biasa
cepatnya gerakan
orang tua itu. Wiro geleng-gelengkan kepala. Sementara itu Inani berdiri dengan
paras berubah. "Ada apa?" tanya Wiro.
"Waktu aku menjura tadi, kurasa ada yang menepuk bahu kananku dengan keras.
Sekarang tubuhku terasa ringan sekali macam kapas!"
Wiro Sableng kerenyitkan kening. Tiba-tiba dia ingat akan ucapan Kiai Bangkalan
bahwa dia hendak menurunkan ilmu kecepatan gerak pada gadis itu.
"Mungkin itulah cara dia menepati janjinya!" kata Wiro. "Coba kau berkelebat!"
Inani tekankan kedua kakinya ke lantai. Tubuhnya bergerak dan kejap itu pula
lenyap dari pandangan mata Wiro Sableng, sedetik kemudian muncul lagi di hadapannya.
"Saudara! Aku benar-benar tak mengerti bagaimana gerakanku bisa sehebat ini!"
seru Inani gembira. Wiro Sableng geleng-gelengkan kepala "Benar-benar aneh sekali cara Kiai
Bangkalan menurunkan ilmunya kepadamu," kata Wiro pula. "Kau beruntung Inani, eh, bukankah
namamu Inani...?"
Si gadis anggukkan kepalanya malu-malu. "Kau sendiri siapa?"
"Panggil aku Wiro," jawab Pendekar 212.
"Bagaimana kalau kita berangkat ke Bukit Tunggul sekarang?" tanya Inani.
"Memang lebih cepat lebih baik. Tapi untuk membuat urusan dengan Dewi Siluman
kita tunggu sampai besok pagi. Nah, ayolah!"
Kedua orang itu pun dengan segera meninggalkan Goa Belerang. Meskipun malam itu
bulan purnama bersinar terang namun dengan susah payah baru akhirnya Inani dan Wiro
bisa keluar dari
dasar air terjun.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
14 Di ufuk timur fajar kelihatan sudah menyingsing. Sebentar lagi sang surya
penerang jagat akan memunculkan diri, merenggutkan malam menggantikannya dengan pagi hari yang
kemudian disusul oleh kedatangan siang. Dua titik putih dan biru kelihatan remang-remang
bergerak sangat
cepat dari arah tenggara. Ternyata dua titik ini adalah sosok tubuh Inani dan
Pendekar 212 Wiro
Sableng. Tengah malam tadi mereka berkemah di tepi rimba belantara dan menjelang
pagi baru meneruskan perjalanan ke Bukit Tunggul. Satu keuntungan bagi Wiro karena dia
bersama Inani sehingga tak usah bersusah payah mencari di mana letaknya Bukit Tunggul. Tepat
pada saat matahari munculkan diri di ufuk timur maka kedua orang itu sudah berada di kaki
bukit sebelah timur. Sementara keduanya mencari mulut terowongan yang akan membawa mereka ke
Istana Dewi Siluman, tiga sosok bayangan biru muncul menghadang mereka.
"Hai Inani! Kau rupanya!" seru salah seorang dan ketiga gadis baju biru yang
bukan lain dari anak-anak buah Dewi Siluman yang habis melakukan perondaan.
"Hai!" seru Inani sambil lambaikan tangan kanan. Dan saat itu juga ketiga gadis
baju biru itu merasakan tubuh mereka kaku tegang tak sanggup lagi bergerak maupun bicara.
"Hebat sekali totokanmu, Inani!" kata Wiro memuji dengan tersenyum.
Inani cepat-cepat keluarkan botol obat hitam lalu dimasukkannya cairan itu
masing-masing setetes ke dalam mulut ketiga gadis itu, kemudian bersama Wiro dia segera
tinggalkan tempat itu
Sementara itu di sebuah kamar yang bagus luar biasa di anjungan pertama, Dewi
Siluman masih berbaring bermalas-malasan di atas pembaringan yang hangat lembut. Hari
telah siang tapi
malas sekali dia turun dari tempat tidur. Dia tahu bahwa anak-anak buahnya telah
menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan mandi pagi, di kolam dan mereka baru akan
muncul jika dia
sudah memanggil.
Dewi Siluman memperhatikan tubuh dan parasnya di kaca dalam kamar itu. Kemudian
dia teringat pada Inani. Jika gadis itu tidak sedang menunaikan tugas, pagi-pagi
seperti itu biasanya dia
telah memetik kecapi memberikan hiburan. Dewi Siluman menghitung-hitung hari.
Kekhawatiran untuk kesekian kalinya menyamaki hatinya. Kepergian Inani bersama Sarinten,
Wakani dan Laruni
sampai pagi itu tiada kabar beritanya. Apakah telah terjadi pula hal-hal yang
tak diinginkan dengan
mereka" Tapi kekhawatirannya itu agak berkurang sedikit kalau dia ingat bahwa
Laruni adalah anak
buahnya yang paling tinggi kepandaiannya.
Akhirnya Dewi Siluman juga berbaring berlama-lama. Dia bangun dan duduk sebentar
di tepi tempat tidur, memandang ke kaca, lalu sambil melangkah ke kaca besar itu
ditanggalkannya
pakaian tidurnya yang terbuat dari sutera biru halus berbunga-bunga hitam. Tanpa
selembar benang
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
pun menutupi badannya sang Dewi berdiri di muka kaca. Betapa indah potongan
tubuhnya, betapa
halus mulus kulitnya. Tapi betapa rindunya seluruh tubuh itu akan sentuhan
tangan seorang laki-laki.
Tiba-tiba pintu kamar diketuk orang.
Dewi Siluman memperhatikan kaca dari mana sekaligus dia dapat melihat pintu
kamar itu. Siapa pula yang mengganggunya, pikir sang Dewi. Mungkin Laruni atau seorang anak
buahnya yang datang membawa kabar tentang Laruni dan kawan-kawannya. Maka Dewi Siluman
mengenakan pakaian tidurnya kembali dan berkata. "Masuk!"
Pintu kamar terbuka.
Dan kagetlah Dewi Siluman. Yang masuk bukanlah Laruni, bukan pula salah seorang
anak buahnya, melainkan seorang pemuda berpakaian putih-putih, berambut gondrong dan
berparas gagah. Walau bagaimana pun kejam dan jahatnya hati seorang perempuan, namun dalam hal-
hal tertentu dia tak dapat menyembunyikan gerak refleks keperempuannya. Dewi Siluman
segera rapatkan pakaian tidurnya yang tipis lalu membentak marah, meski tidak seratus
persen marah. "Orang muda" Siapa kau yang berani berlaku lancang masuk ke kamarku"!"
Pemuda itu sunggingkan seulas senyum.
"Apakah aku berhadapan dengan Dewi Siluman Dari Bukit Tunggul?" tanyanya.
"Betul! Lekas terangkan siapa kau! Bagaimana kau bisa masuk ke Istanaku ini"!"
"Kalau aku tidak salah, bukankah Dewi selama ini mencari-cariku...?"
Berdebarlah hati Dewi Siluman.
"Jadi kau adalah pemuda yang tempo hari melarikan diri sewaktu mau ditangkap"!"
"Betul sekali Dewi. Barangkali kau bisa menerangkan salah apa yang kubuat sampai
diriku hendak ditawan oleh orang-orangmu?"
Dewi Siluman tertawa. Sungguh merdu suara tertawanya laksana taburan mutiara
yang berderai di lantai batu pualam.
"Sebelum kujawab pertanyaanmu harap terangkan dulu apa yang telah kau lakukan
terhadap delapan orang anak buahku hingga mereka tidak kembali sampai saat ini. Lalu
bagaimana kau bisa
masuk ke tempat ini!"
"Soal delapan anak buahmu itu mana aku tahu. Bagaimana aku sampai ke sini, biasa
saja. Kau mencari-cariku berarti aku sama saja diundang datang ke mari. Malah anak
buahmu mengantar
dan menunjukkan kamarmu ini."
Kembali Dewi Siluman tertawa merdu.
"Orang gagah, kuharap kau tahu di mana berada dan dengan siapa kau bicara...."
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Pemuda berambut gondrong yang bukan lain dari Pendekar 212 adanya angguk-
anggukkan kepala. "Nama besarmu sudah lama kudengar, Dewi. Namun sayang kebesaran namamu
itu bukan karena pekerjaan baik, tapi akibat kejahatan luar biasa yang tiada taranya!"
Dewi Siluman naikkan hidungnya.
"Apakah maksud kedatanganmu ke Pulau Madura ini sengaja mencari dan
menantangku"!"
"Kau bisa katakan demikian...."
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dewi Siluman tertawa panjang.
"Kau andalkan apakah maka berani membuat rencana dernikian?"
Wiro menjawab dengan balas tertawa.
Di atas sebuah meja di dalam kamar itu terletak sebuah patung perempuan
menjunjung kendi yang terbuat dari emas. Beratnya kira-kira tiga kilogram. Dewi Siluman
menunjuk pada patung itu dan berkata. "Kau lihat patung emas itu, orang muda"! Jika kau
sanggup melakukan
seperti yang akan kuperbuat baru kau pantas bermulut besar di hadapanku!"
Habis berkata begitu Dewi Siluman gerakkan tangan kanannya ke atas, telapak
tangan menghadap ke patung emas di atas meja. Perlahan-lahan patung di atas meja
bergerak, lalu laksana
ada sebuah tangan yang tiada kelihatan mengangkatnya, patung yang beratnya tiga
kilo itu naik ke
atas, melayang mendekati tangan Dewi Siluman, berhenti tegak di ujung jari
tengah Dewi Siluman,
lalu melayang lagi kembali ke tempatnya di atas meja.
Dengan senyum di bibir Dewi Siluman berpaling pada Wiro Sableng. "Bagaimana"
Sanggupkah kau melakukannya" Jika tidak sebaiknya kau lekas-lekas berlutut minta
ampun kepadaku! Kau tidak terlalu buruk untuk jadi hamba sahayaku!"
Wiro Sableng garuk-garuk kepalanya. Dewi Siluman tertawa melihat tingkah pemuda
ini. Diam-diam memang Wiro Sableng mengagumi sekali kehebatan tenaga dalam Dewi
Siluman. Meski demikian mana Pendekar 212 mau diremehkan begitu saja.
"Memang meniru seperti yang kau lakukan itu aku tidak bisa Dewi Siluman. Tapi
coba kau lihat. Kau kurang teliti hingga patung itu kembali ke tempatnya dalam keadaan
terbalik!"
Dewi Siluman palingkan kepala dengan rasa tak percaya. Ketika matanya membentur
patung di atas meja, terkejutlah sang Dewi. Patung perempuan menjunjung kendi
memang berdiri di
atas meja tapi dengan kaki ke atas dan kepala serta kendi di sebelah bawah.
Dewi Siluman putar kepalanya kembali pada Wiro Sableng. Sedikitpun dia tidak
melihat pemuda itu gerakkan tangannya. Tapi bagaimana patung itu bisa terbalik demikian.
Tiba-tiba sang Dewi keluarkan tertawanya yang merdu.
"Tenaga dalammu boleh juga orang muda! Ilmumu cukup tinggi! Aku ada usul bagus
untukmu!" Dewi Siluman melangkah ke tempat tidur. Dalam pakaian yang tipis itu
Wiro dapat scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
melihat jelas sekali sekujur tubuh Dewi Siluman. Sang Dewi kemudian duduk di
tepi tempat tidur.
"Aku yakin kau akan menyetujui usulku ini. Tapi harap kau terangkan namamu lebih
dulu." "Apakah namaku itu perlu betul bagimu?" tanya Wiro.
"Tentu!" jawab Dewi Siluman seraya matanya memandang penuh gairah ke paras Wiro.
Di mulutnya bermain seulas senyum. Dan dia menambahkan. "Seorang gagah dan berilmu
sepertimu ini musti diketahui dulu namanya!"
Wiro tersenyum. "Manusia dilahirkan tidak bernama," katanya. "Karenanya tak
perlu kuterangkan siapa namaku. Kau boleh panggil aku semaumu. Sekarang coba kau
terangkan usul bagus yang kau katakan itu!"
"Orang muda, kau terlalu jual mahal namamu! Tapi tak apa, aku senang pada laki-
laki yang berhati keras, betul-betul bernyali jantan! Dengar orang muda, walau kau tidak
mau beri tahu nama,
namun aku maklum bahwa kau memiliki ilmu yang cukup diandalkan. Setiap orang
berilmu tinggi mempunyai cita-cita besar. Bagaimana kalau kita berdampingan satu sama lain
dalam menguasai
dunia persilatan"!"
Wiro merenung macam orang tua lalu manggut-manggut. "Usulmu memang bagus...,"
katanya. Paras Dewi Siluman kelihatan gembira. "Tapi," sambung Wiro pula yang
membuat Dewi Siluman kembali berubah parasnya. "Aku datang ke sini bukan untuk menerima
segala macam usul
atau membuat segala macam perjanjian...."
Paras Dewi Siluman menegang. "Lalu?" sentaknya seraya berdiri dari tempat tidur.
Wiro menatap paras jelita itu beberapa lamanya. Pandangan ini membuat sang Dewi
bergetar hatinya.
"Segala sesuatu di dunia ini musti ada akhirnya," Wiro Sableng membuka
pembicaraan kembali. "Diakhiri atau berakhir sendirinya. Demikian pula dengan kejahatan...."
Dewi Siluman hendak membentak memotong ucapan Wiro Sableng. Tapi di bawah
sorotan mata si pemuda mulutnya tak kuasa dibukanya. Dia tegak tak bergerak di
tempatnya. "Setiap tokoh silat adalah wajar kalau mempunyai cita-cita untuk menguasai dunia
persilatan. Namun caranya juga musti cara wajar. Bukan dengan kejahatan tanpa
peri kemanusiaan.
Bukan dengan jalan membunuh anak-anak atau perempuan-perempuan atau manusia-
manusia tak berdaya dan tak berdosa. Bukan dengan menipu tokoh-tokoh silat, mengundang
mereka ke mari lalu
menjebloskannya di Ruang Penyiksaan...."
Dewi Siluman terkejut amat sangat. Dari mana si pemuda tahu akan hal itu" Tapi
untuk bertanya lagi-lagi mulutnya takluk membisu di bawah pandangan mata Pendekar 212.
"Bukan pula dengan menculik gadis-gadis cantik lalu, meracunnya dengan obat
kesetanan! Hendak menguasai dunia persilatan dengan cara seperti itu bukan saja tak akan
berhasil, tapi akan
membawa pelakunya pada satu kehancuran yang mengerikan, Kehancuran itulah suatu
akhir. scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Hancur sendiri atau dihancurkan. Dan kurasa kau tak mau menemui kehancuran atau
dihancurkan, Dewi Siluman. Bukankah begitu...?"
Tenggorokan Dewi Siluman turun naik. Tiba-tiba meledaklah kemarahannya. "Orang
muda! Bicaramu keliwat pandai! Apakah kau juga pandai menerima pukulanku ini"!"
Laksana kilat Dewi Siluman hantamkan tangan kanannya ke arah Wiro. Satu larik
sinar biru yang amat panas menderu. Di seberang sana Pendekar 212 berkelebat dan "brak!"
Dinding kamar di
belakangnya hancur lebur, runtuh merupakan satu lobang besar kini.
"Kau menghancurkan dirimu sendiri, Dewi Siluman," desis Wiro Sableng disertai
lontaran senyum. "Tidak sukar untuk kembali ke jalan yang baik. Di jalan yang baik itu
kau akan melihat
satu jalan lurus yang wajar untuk menguasai dunia persilatan ini!"
Dewi Siluman melotot besar sewaktu melihat Pendekar 212 berhasil mengelakkan
diri dari serangan "Angin Biru"nya tadi.
"Orang muda, pintu masih terbuka bagimu untuk menguasai dunia persilatan ini
bersamaku menurut caraku!"
"Menyesal sekali, Dewi...."
"Kau yang akan menyesal jika kau menolaknya!" tukas Dewi Siluman. "Meski ilmumu
setinggi langit tapi tak satu manusia pun yang bisa menghancurkanku!"
"Bukan orang lain yang akan menghancurkanmu, tapi kau sendiri," sahut Pendekar
212. Dewi Siluman tertawa aneh. Dia kembali duduk di tepi tempat tidur.
"Jangan kelewat memandang sebelah mata terhadap Dewi Siluman, orang muda. Kalau
aku tidak melihat bahwa kau bakal mempunyai peruntungan baik bersamaku, siang-siang
aku sudah hancurkan kepalamu!" Dewi Siluman tertawa lagi lalu rebahkan dirinya perlahan-
lahan di atas tempat tidur. Pakaian tidurnya tersibak dan menjulai ke lantai yang ditutupi
permadani tebal. Mata
Pendekar 212 mengecil, sejenak hatinya digelorai oleh darah muda.
"Orang gagah, kemarilah!" panggil Dewi Siluman. Suaranya berubah merdu tidak
membentak lagi.
Wiro tetap berdiri di tempatnya.
"Kemarilah...." Dewi Siluman lambaikan tangannya.
Pendekar 212 melangkah. Dia berhenti satu tombak dari samping tempat tidur.
Gelora darah mudanya semakin menyentak-nyentak.
Dewi Siluman menopang dagunya dengan telapak tangan kanan, memandang gairah pada
si pemuda lalu berkata. "Seluruh isi Istana ini akan menjadi milikmu, orang muda.
Dunia persilatan
akan berada di tanganmu. Dan kita hidup berdua di sini. Bukankah indah
sekali...?" Dewi Siluman
menggerak-gerakkan kakinya.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Kedengarannya memang begitu," sahut Wiro. "Tapi akan lebih indah lagi bila kau
mau menelan pil ini...."
Dewi Siluman kerenyitkan kening sipitkan mata dan memandang pada sebuah benda
kecil hitam di tangan Wiro Sableng.
"Pil apa itu?" tanya Dewi Siluman acuh tak acuh.
"Pada dasarnya manusia itu semuanya berhati dan berpikir baik. Tapi kekotoran
duniawi meracuni hati dan pikirannya. Obat ini akan sanggup membersihkan kembali racun
hati dan racun pikiran yang jahat itu, Dewi Siluman!"
Dewi Siluman tertawa berderai.
"Maksudmu kau mau mengobati diriku, orang muda?"
Wiro anggukkan kepala.
Dewi Siluman tertawa lagi panjang-panjang.
"Hanya orang sakit yang minum obat. Aku tidak sakit."
"Kau memang sakit Dewi Siluman, sudah sejak lama," kata Wiro pula.
Dewi siluman luruskan kedua kakinya yang mulus bagus.
"Aku akan telan pil itu," kata Dewi Siluman. "Tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Berbaringlah di sampingku."
Bergelegar dada Pendekar 212. Darah muda di tubuhnya laksana hempasan ombak yang
memukul batu karang di pantai curam.
"Kau perlu istirahat, orang gagah. Kau perlu tidur," kata Dewi Siluman penuh
genit. Kegenitan yang mengandung racun.
"Soal tidur soal gampang Dewi," kata Wiro dengan menahan kobaran darah mudanya.
"Kebaikan adalah yang paling dulu musti dikerjakan. Kuharap kau bersedia menelan
obat ini...."
Dewi Siluman tersenyum.
"Aku ingin sekali menghiburmu, tapi sayang, gadis pemetik kecapi itu tak ada di
sini...." "Inani maksudmu" Aku telah bertemu dengan dia."
Kagetlah Dewi Siluman.
"Dan bukan dia sendiri. Dewi, tapi juga tujuh orang lainnya...."
"Kau apakan mereka?"
"Mereka gadis-gadis cantik yang kini menjadi kawan-kawanku. Otaknya telah
dicuci!" "Kau yang melakukannya"!"
"Kiai Bangkalan!"
Membersilah paras Dewi Siluman. Dadanya menggemuruh. Tapi gelora amarah ini
kemudian mengendur sedikit. Dia duduk di tepi tempat tidur kembali.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Aku tak perduli dengan mereka. Aku bisa melupakan mereka, juga kakek-kakek
keparat, bernama Kiai Bangkalan itu. Tapi kau musti menjadi milikku, orang muda, musti!"
Dan habis berkata begitu Dewi Siluman buka pakaian tidurnya lalu dalam keadaan tanpa
pakaian selembar
benang pun dia melangkah ke hadapan Wiro Sableng.
Mulut Pendekar 212 komat-kamit. Digaruknya kepalanya. Dia bergerak ke samping
sewaktu Dewi Siluman melompatnya.
"Orang muda, apakah aku tak boleh memelukmu" Apakah aku tak boleh menyentuh
tubuhku pada tubuhmu...?"
"Boleh saja tapi sekarang bukan saatnya."
"Justru sekarang inilah saatnya" dan Dewi Siluman menerjang ke muka hendak
meraih tubuh Wiro Sableng. Sekali lagi Wiro berkelit.
"Kau keterlaluan orang muda! Apakah aku harus mengemis terhadapmu"! Peluk aku
orang muda. Cium parasku, bibirku, dadaku... semuanya...."
"Buset!" ujar Wiro Sableng dalam hati sementara Dewi Siluman melangkah
mendekatinya. "Dengar Dewi, aku akan cium kau mulai dari ubun-ubun sampai ke telapak kaki.
Tapi telan pil ini...." Wiro acungkan tangan kanannya,
Tiba-tiba Dewi Siluman berseru nyaring. Tubuhnya berkelebat laksana kilat.
Pendekar 212 terkejut hebat sewaktu lengannya dipukul oleh Dewi Siluman hingga pil hitam yang
dipegangnya mental ke udara" Sebelum dia bisa berbuat suatu apa, pil itu sudah berada dalam
genggaman Dewi Siluman. Sekali tangan itu meremas maka hancurlah pil pembersih otak dan hati
itu. "Sekarang tidak ada lagi segala macam obat terkutuk! Yang ada kau dan aku! Mari
orang muda... mari...!"
Pendekar 212 mulai beringasan dan penasaran.
"Aku telah datang membawa kebaikan untukmu Dewi Siluman! Tapi kejahatan di dalam
dirimu memang sudah sedalam lautan setinggi langit! Aku tunggu kau di taman
Istana!" "Kau mencari mati orang muda"!"
"Dan kau mencari mampus!"
"Bedebah!" maki Dewi Siluman. Dia tepukkan tangannya tiga kali berturut-turut
dan memandang berkeliling dengan heran.
"Aha... kau memanggil anak-anak buahmu Dewi Siluman" Mereka tak akan muncul!
Semuanya telah dicekok dengan obat pembersih otak!"
Kaget Dewi Siluman bukan main.
"Manusia tolol! Diberi kesenangan malah minta mati percuma! Aku akan siksa kau
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di Ruang Penyiksaan! Aku akan rebus tubuhmu!"
Wiro tertawa gelak-gelak.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Ruang Penyiksaan hanya tinggal nama saja lagi!" sahutnya. "Tiga tokoh silat
yang masih hidup sudah kubebaskan dan ruangan itu hanya merupakan puing-puing hancur, satu
pertanda bagi kehancuranmu sendiri! Aku tunggu kau di taman! Jika otakmu masih diracuni oleh
kejahatan, taman itu akan menjadi kuburmu! Dan jangan coba-coba larikan diri Dewi. Setiap
jalan rahasia sudah dijaga!"
"Setan alas! Mampuslah!" teriak Dewi Siluman. Kedua tangannya dipukulkan ke
muka. "Wuss!"
Dua sinar biru menderu ganas. Tapi Wiro Sableng sudah tendang pintu dan keluar
dari kamar itu. * * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
15 Suasana di taman Istana yang indah itu kini diselimuti kesunyian yang
menggidikkan. Pendekar 212 Wiro Sableng duduk di atas batu rata, di hadapan sebuah arca. Di
setiap sudut taman
berdiri berkelompok-kelompok gadis-gadis berbaju biru. Mereka adalah bekas anak
buah Dewi Siluman yang telah "dibersihkan" otaknya oleh Inani dengan obat yang diberikan
Kiai Bangkalan.
Kalung tengkorak yang biasanya tergantung di leher mereka kini tak kelihatan
lagi. Kesunyian itu dipecahkan oleh suara siulan yang keluar dari mulut Pendekar 212.
Inani geleng-gelengkan kepala. Di saat yang penuh ketegangan itu Wiro masih bisa
bersiul seperti
seorang yang tengah menunggu saat gembira. Dia melangkah mendekati arca di mana
Wiro duduk. "Apakah kau sudah berhasil memecahkan rahasia kelemahan Dewi Siluman dalam dua
bait tulisan yang diberikan Kiai Bangkalan?" tanya Inani.
Wiro gelengkan kepala. Dia terus juga bersiul-siul.
"Kau belum tahu rahasia kelemahannya! Dan kau telah berani menantangnya di
sini!" ujar
Inani dengan paras tegang.
"Semuanya telah kasip Inani. Ini adalah saat penentuan. Kalau tidak dia, aku
yang. bakal meregang nyawa. Mudah-mudahan saja itu perempuan bisa menyadari kejahatannya
sebelum datang ke sini dan bertobat!"
"Jangan harapkan hal itu Wiro!" desis Inani.
"Kau bersiaplah Inani. Sesuai dengan rencana kau baru turun tangan dalam jurus
ketiga.... Jika aku gagal, semua kawan-kawanmu harus menyerbu!"
Inani mengangguk. Dia hendak mengatakan sesuatu tapi mulutnya mendadak sontak
terkancing. Matanya memandang ke arah tangga batu pualam yang menghubungi
langkan Istana di
hadapan taman dengan anjungan pertama. Sepasang kaki yang bagus kelihatan
melangkah menuruni anak tangga demi anak tangga. Orang yang melangkah ini sampai ke
langkan dan dia
bukan lain dari Dewi Siluman.
Dewi Siluman telah berganti pakaian. Pakaian biru ringkas yang dikenakannya
dihiasi dengan manik-manik bergemerlapan. Sikapnya melangkah begitu agung dan penuh
wibawa. Hidungnya naik ke atas dan Dewi Siluman hentikan langkahnya di tepi kolam.
Wiro Sableng hentikan suara siulannya.
Kedua manusia ini beradu pandang sesaat lalu Dewi Siluman memandang berkeliling,
menyapu para anak buahnya satu demi satu. Kemudian sang Dewi menengadah ke langit. Dan dari
mulutnya keluarlah suara.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Langit pagi begini cerah,
Sang surya bersinar terang
Udara segera melapangkan dada,
Tapi sungguh berubah,
Semua apa yang kupandang.
Dewi Siluman turunkan kepalanya lalu kembali memandangi anak buahnya satu demi
satu. "Anak-anakku," katanya dengan suara lantang. "Aku perintahkan kalian untuk
menangkap manusia yang duduk di depan arca itu!"
Tapi tak satu orang pun yang bergerak dari tempatnya.
Paras Dewi Siluman kini berubah.
"Apa semua kalian sudah tuli atau mulutku yang tak bisa bersuara lagi..."!" Dewi
Siluman memerintah lagi dengan suara menggeledek. Tapi tetap saja tak ada yang bergerak.
"Apa yang telah terjadi dengan kalian"!" teriak Dewi Siluman. Suaranya bergetar
dahsyat. "Mana kalung tengkorak kalian"!"
"Dewi, mulai saat ini kami di sini bukan lagi anak-anak buahmu!" Yang bicara
adalah Inani. Dewi Siluman palingkan kepalanya.
"Kau yang bicara Inani" Alangkah bagusnya! Hebat!" Rahang Dewi Siluman
menggembung. Mukanya bermimik bengis. "Jadi semua kalian di sini bukan lagi anak buahku"!"
Dewi Siluman tertawa panjang.
"Semua kalian akan menerima hukuman! Dan kau Inani! Kau yang bakal kupancung
pertama kali!"
Pendekar 212 Wiro Sableng perlahan-lahan berdiri dan bergerak sejauh tiga
langkah. Kembali antara pendekar ini dan Dewi Siluman terjadi bentrokan pandangan.
"Dewi Siluman, apakah kau masih betum melihat jalan kebaikan" Apakah hatimu
begitu kotor keras laksana gumpalan batu karang" Apakah pikiranmu begitu tumpul..."!"
Dewi Siluman mendengus.
"Delapan penjuru angin dunia persilatan negeri menyebut dan mendengar namaku!
Apa aku musti takut terhadap manusia macammu"!"
Wiro Sableng tertawa pelahan.
Dewi Siluman berdiri berkacak pinggang tapi diam-diam dia salurkan seluruh
tenaga dalamnya pada telapak tangan kiri kanan. Tiba-tiba, didahului oleh lengkingan
dahsyat laksana mau
membelah langit, Dewi Siluman membungkuk dan pukulkan kedua tangannya sekaligus
ke muka. Tanah yang dipinjaknya melesak lima senti.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Wiro yang sejak tadi juga telah siap waspada tidak terkejut melihat datangnya
dua gelombang angin biru yang sangat panas menyerang ke arahnya. Pendekar ini sama
sekali tidak mengelak dari tempatnya berdiri malah balas memukulkan kedua tangannya ke muka
lepaskan dua pukulan Benteng Topan Melanda Samudera. Sekaligus dia hendak menjajaki sampai di
mana ketinggian tenaga dalam lawannya. Dan terkejutlah Pendekar 212.
Begitu terdengar suara menggelegar akibat beradunya pukulan yang bertenaga dalam
dahsyat itu maka tubuh Wiro Sableng terhuyung keras ke belakang. Dia hampir saja
jatuh duduk di tanah kalau tidak lekas mengimbangi diri. Di hadapannya Dewi Siluman keluarkan
suara tertawa panjang. Ternyata tenaga dalam Pendekar 212 lebih rendah dari Dewi Siluman.
Diam-diam pemuda
berambut gondrong ini tergetar hatinya tapi dia tidak takut.
"Kalau kehebatanmu cuma sebegitu, tak sukar bagiku untuk meringkusmu, pemuda
tolol!" kata Dewi Siluman. Dan segera dia loloskan kalung tengkorak di lehernya sedang
tangan kiri keluarkan segulung benang sutera halus berwarna biru.
"Jurus kedua ini adalah jurus terakhirmu!" kata Dewi Siluman.
Dengan ilmu menyusupkan suara, Inani peringatkan Wiro Sableng. "Cepat keluarkan
senjatamu. Kau tak bakal kuat menghadapinya dengan tangan kosong! Benang sutera
itu lihai sekali!" Di saat Wiro merasa ragu-ragu untuk keluarkan senjata maka Dewi Siluman
melangkah sambil acungkan kalung tengkorak.
"Kau lihat tengkorak ini" Nasib tengkorak kepalamu tidak lebih baik dari ini!
Tengkorakmu cukup bagus untuk diramu sampai kecil dan dijadikan kalung!"
Lalu dengan sebuah jurus bernama "Petir Menyambar Naga Berenang" Dewi Siluman
menyerbu. Kalung tengkorak di tangan kanannya laksana bola baja menyambar ganas
ke kepala Wiro sedang benang sutera biru di tangan kirinya melesat ke muka untuk melihat
bagian tubuh Pendekar 212 yang menjadi sasaran.
"Wiro! Keluarkan senjatamu cepat!" teriak Inani.
Tapi Wiro menyambut serangan lawan dengan Pukulan Sinar Matahari.
Kalung tengkorak di tangan Dewi Siluman hancur lebur. Suaranya laksana letusan
meriam sewaktu dihajar Pukulan Sinar Matahari Pendekar 212 tapi di lain pihak sang
pendekar sendiri
dibikin kaget karena pada detik itu benang sutera biru lawan telah melibat
pergelangan tangan
kanannya sampai ke ujung-ujung jari. Wiro coba menyentakkan tapi tiada guna,
libatan benang sutra semakin ketat. Pendekar 212 lepaskan Pukulan Sinar Matahari ke arah Dewi
Siluman, kali ini
dengan tangan kiri, tapi sebelum kesampaian sang Dewi sudah hantam lengan kiri
itu dengan lengan kanannya. Masing-masing merasa sakit namun Wiro lebih menderita sedang
libatan benang di tangan kanannya belum terlepas.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Inani tak menunggu lebih lama. Segera gadis ini berkelebat dan laksana kilat
lepaskan totokan jarak jauh yang lihai ke arah Dewi Siluman.
Dewi Siluman yang tengah hendak melibat sekujur tubuh Wiro dengan benang
suteranya ternyata betul-betul luar biasa. Dia masih sempat merasakan datangnya bahaya
yang mengancam.
Padahal kecepatan gerakan Inani tadi tidak seorang pun yang melihatnya.
Sang Dewi rundukkan tubuh untuk hindarkan sambaran angin yang dirasakannya
menyerang ke urat lehernya. Tapi anehnya sambaran angin itu mengikuti
gerakannya. Mau tak mau
Dewi Siluman terpaksa lepaskan gulungan benang dan pergunakan tangan kirinya
untuk menangkis
angin serangan lawan.
Bukan saja angin totokan Inani buyar berantakan, tapi pukulan Dewi Siluman terus
melanda tubuhnya. Karena tenaga dalam Inani jauh lebih rendah tak ampun lagi gadis ini
mencelat sampai
delapan tombak, terguling di tanah, masuk ke dalam kolam. Inani kelihatan
seperti hendak berenang
tapi tubuhnya kemudian tenggelam sedang air kolam tampak merah oleh darah yang
muntah dari mulutnya. Melihat ini Laruni segera melompat, ceburkan diri keadaan kolam lalu menyeret
Inani keluar. Tubuh Inani dibaringkannya di satu tempat yang aman dan diberi
pertolongan sedapat-
dapatnya. Sebenarnya Dewi Siluman merasa terkejut akan kehebatan angin pukulan aneh yang
tadi dilepaskan Inani. Namun kini terdengar suara tertawanya mengekeh.
"Itu contoh pertama buat manusia-manusia murtad yang berkhianat terhadap Dewi
Siluman!" berkata sang Dewi dengan seringai bengis. Dia lalu cepat-cepat
palingkan kepala ke arah
Wiro Sableng. Kegusarannya tiada tara sewaktu melihat Pendekar 212 berhasil
melepaskan benang
sutra yang melibat sebagian tangan kanannya.
"Benangmu ini cukup lihai Dewi. Aku mau lihat apakah kau sendiri sanggup
menghadapinya!" kata Wiro.
Dewi Siluman ganda mendengus. Dia mundur beberapa langkah lalu berlutut di atas
rumput. Mata dipejamkan sedangkan kedua tangan bersidekap di muka dada.
"Saudara!" seru Laruni terkejut. "Hati-hati! Dia hendak keluarkan Ilmu Seribu
Siluman Mengamuk!"
Pendekar 212 yang memang sudah diberi tahu kehebatan Ilmu Seribu Siluman
Mengamuk itu segera lesatkan benang sutera biru di tangannya. Laksana seekor ular, benang
itu meluncur ke
arah Dewi Siluman, tapi anehnya satu tombak dari hadapan sang Dewi, benang itu
tak mau lagi meluncur, melainkan membelok-belok kian ke mari menjauhi sasarannya.
"Sialan!" maki Pendekar 212. Gulungan benang di tangannya dilemparkan ke kolam.
Sementara itu dari ubun-ubun Dewi Siluman Wiro melihat asap hitam mengempul
bergulung- scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
gulung. Waktu dia memandang berkeliling, tak seorang gadis baju biru pun
dilihatnya. Pasti mereka
telah sembunyikan diri karena takut akan ilmu sang Dewi.
Sepasang mata Pendekar 212 tidak berkesip dan memandang ke arah Dewi Siluman
penuh waspada. Kepulan asap semakin tebal. Seluruh tubuh Wiro Sableng sudah tergetar
oleh aliran tenaga dalam kedua kaki merenggang. Hatinya tegang sekali menunggu detik demi
detik. Tiba-tiba dari mulut Dewi Siluman terdengar suara seperti orang menangis. Dan
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suara seperti tangisan ini kemudian berganti dengan lengking-lengking jeritan yang
merobek langit mengerikan. Kepulan asap sudah menebar di mana-mana. Dewi Siluman ganti suara
lengkingannya dengan teriakan macam lolongan serigala lapar. Anehnya, gumpalan-gumpalan asap
kini kelihatan memecah cepat dalam ratusan gumpalan kecil yang kemudian mengembang tambah
besar... tambah
besar. Ketika Wiro memperhatikan gumpalan-gumpalan asap hitam ini terkejutlah
dia. Setiap gumpalan telah berubah menjadi sosok-sosok tubuh makluk-makhluk yang mengerikan.
Tubuhnya hanya sebatas dada ke atas dan lima kali tubuh manusia besarnya. Makhluk-makhluk
aneh ini bermuka sangat mengerikan, rambutnya awut-awutan, mata merah besar, lidah
menjulur lebar keluar sedang taring dan gigi-giginya menjorok besar-besar.
Dewi Siluman menjerit.
Ratusan makhluk jadi-jadian itu balas menjerit dan masing-masing angkat tangan
mereka. Ternyata masing-masing mempunyai enam pasang tangan. Dan setiap tangan berkuku
hitam. "Bunuh manusia itu!" teriak Dewi Siluman. Matanya masih meram, tangan masih
mendekap dada dan tubuhnya masih berlutut di rumput.
Ratusan makhluk siluman menjerit dahsyat dan menyerbu berserabutan ke arah
Pendekar 212 Wiro Sableng. Tak ayal lagi-Pendekar 212 segera cabut Kapak Naga Geni 212.
Dari mulutnya keluar bentakan keras dan sekali kapak diputar terus melanda ke arah makhluk-
makhluk siluman
yang datang menyerbu. Belasan makhluk yang tersambar Kapak Naga Geni 212
menjerit, darah
muncrat dari tubuh masing-masing. Tapi anehnya makhluk-makhluk ini tidak musnah
malah dari setiap tetes muncratan darah berubah menjadi makhluk siluman baru sehingga dalam
sekejap saja jumlahnya telah bertambah ratusan bahkan mungkin sudah ribuan kini.
Sewaktu makhluk-makhluk itu dengan ganasnya menyerang kembali Wiro Sableng tak
berani menghantam dengan Kapak Naga Geni. Tubuhnya berkelebat dan lenyap. Untuk
beberapa lamanya dengan gesit dia berhasil mengelakkah setiap serangan yang dilancarkan
oleh ratusan makhluk siluman itu. Dari samping, dari atas dan dari bawah tiada kunjung
hentinya datang
serangan. Sampai berapa lamakah Pendekar 212 sanggup pertahankan diri" Sementara
itu dalam keadaan yang mulai terjepit itu Wiro masih juga belum berhasil memecahkan
rahasia kelemahan
ilmu seribu siluman mengamuk yang tersembunyi di balik dua rangka kalimat: Ilmu
Seribu Siluman mengamuk teramat sakti. Hanya suara yang sanggup mengalahkannya!
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Telinga Pendekar 212 mulai sakit oleh kedahsyatan luar biasa jeritan-jeritan
ratusan makhluk siluman yang datang menyerangnya. Meski dia sudah tutup indera
pendengarannya tetap
saja suara jerit lengking yang mengerikan itu masuk menerobos liang-liang
telinga dan pada jurus
pertempuran kedua belas kedua telinga Pendekar 212 mulai keluarkan darah.
"Mampuslah aku!" keluh Wiro dalam hati.
Baru saja dia mengeluh demikian, satu sambaran tangan lawan tak bisa
dielakkannya. "Breet!"
Robeklah pakaian Wiro Sableng. Dadanya tergurat luka disambar kuku dari makhluk
siluman dan tubuhnya dengan serta merta menjadi panas. Wiro cepat telan sebutir
pil lalu melompat
enam tombak dan tekan gagang Kapak Naga Geni 212 di bagian leher kepala naga-
nagaan. Ratusan
jarum hitam menderu ke arah makhluk-makhluk siluman. Tapi laksana seseorang
menepuk air hujan, makhluk-makhluk itu sekali kebutkan enam pasang tangan maka mentallah
semua senjata rahasia yang dilepaskan Wiro.
Pendekar 212 sambil melayang turun kirimkan pukulan Benteng Topan melanda
Samudera sedang kapak diputar dengan gerakan Orang Gila Mengebut Lalat! Dua gelombang
angin yang dahsyat luar biasa melanda tubuh makhluk-makhluk siluman. Tapi tak ada gunanya
serangan itu karena makhluk-makhluk ini seperti tiada merasakan apa-apa malah dengan cepat
menyerbu tambah dekat. Sewaktu Wiro dalam keadaan yang sudah kepepet lepaskan pukulan
sinar matahari dengan tangan kiri, makhluk-makhluk siluman itu meniup ke muka dan menjerit-
jerit lebih dahsyat.
Pukulan sinar matahari membalik menyerang Pendekar 212 sendiri. Wiro menjerit
keras. Untuk melompat kembali ke atas tidak mungkin. Terpaksa dia buang diri ke samping
dan bertabrakan dengan salah satu makhluk siluman. Untung saja Wiro masih sanggup
jatuhkan diri dan
berguling di tanah, kalau tidak pasti tubuhnya akan dihantam empat pasang tangan
makhluk siluman. Ketika dia berdiri kembali, empat makhluk siluman menerjang ke arahnya.
Tak ada jalan lain daripada hantamkan Kapak Naga Geni 212 ke muka. Empat makhluk meraung keras
dan mandi darah. Muncratkan darah hanya menambah banyaknya jumlah makhluk siluman itu
saja. Sedang empat makhluk yang tadi disambar kapak kembali menyerbu dengan lebih buas.
Pendekar 212 bersiul nyaring lalu lancarkan satu tendangan pada makhluk yang terdekat.
Makhluk ini mental tiga
tombak yang lainnya, disusul puluhan kawan-kawannya berhamburan ke muka. Di
saaat itu Wiro Sableng terkurung di tepi kolam. Darah dari kedua liang telinganya telah
membasahi pipi.
Pakaiannya robek-robek sedang kulit tubuhnya berselomotan darah bekas cakaran
makhluk- makhluk siluman.
Satu-satunya tempat untuk selamatkan diri ialah patung perempuan telanjang yang
terdapat di tengah kolam. Tanpa menunggu lebih lama Wiro melompat ke atas kepala patung
itu. Ketika puluhan makhluk siluman melayang ke arahnya maka Pendekar 212 segera keluarkan
batu api dari scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
balik pakaian. Begitu makhluk-makhluk itu. menyerbu, Wiro adu batu api dengan
mata kapak. Satu
gelombang angin menggebu ke arah makhluk-makhluk siluman. Gerakan puluhan
siluman itu terhenti sejenak. Api menyambar tubuh mereka tapi sedikitpun tak membawa akibat
apa-apa, malah bersama puluhan kawan-kawannya makhluk-makhluk yang kena disambar api ini cepat
teruskan serbuan mereka.
Wiro Sableng lompat dari atas patung, melesat ke bagian lain dari kolam. Boleh
dikatakan seluruh taman telah dipenuhi oleh makhluk-makhluk siluman. Sebentar saja Wiro
berdiri di tepi
kolam itu maka puluhan makhluk kembali menyerbunya, memaksa dia berkelebat cepat
kian kemari untuk hindarkan diri
"Tamatlah riwayatku!" keluh Wiro Sableng sewaktu satu tangan makhluk siluman
menghantam punggungnya dengan keras, membuat dia berguling di rumput dan bangun
dengan megap-megap, bergerak lagi dengan cepat untuk hindarkan serangan makhluk-makhluk
siluman yang kembali datang menyerbu.
Pendekar 212 merasa tiada perlu lagi dia memegang Kapak Naga Geni 212 karena
tidak bisa digunakan. Segera dia selipkan batu hitam ke balik pakaian dan hendak simpan
Kapak Naga Geni
212. Tapi dia ingat bahwa masih ada satu kehebatan Kapak itu yang belum
dikeluarkannya. Dengan
hati meragu apakah kehebatan terakhir ini akan sanggup selamatkan dirinya
Pendekar 212 balikkan
senjata itu dan tempelkan mulut kepala naga-nagaan ke bibirnya. Maka
terdengarlah suara tiupan
seruling. Mula-mula perlahan, kemudian melengking keras, tinggi dan tajam,
bergema ke setiap
penjuru. Ratusan makhluk siluman tampak tertegun. Suara jeritan-jeritan mereka mulai
pelahan dan semakin tinggi nyaring suara seruling, jeritan-jeritan makhluk itu semakin
berkurang dan akhirnya
lenyap sama sekali. Wiro kerahkan seluruh tenaga dalamnya. Tiupan seruling
laksana deru ribuan
tawon. Makhluk-makhluk siluman kelihatan bingung dan mundur, lalu menjerit dan
berteriak-teriak
aneh. Sekelompok demi sekelompok tubuh mereka kembali menjadi kepulan asap hitam
untuk kemudian sirna tiada bekas.
Ketika keseluruhan makhluk siluman itu lenyap menjadi asap dan asap lenyap pula
dari pe- mandangan maka kelihatan Dewi Siluman di tengah taman. Mukanya pucat pasi, dari
telinga, hidung, mata serta mulut keluar darah kental. Sekujur badannya tergetar hebat.
Sewaktu Pendekar 212 tiup suling Kapak Naga Geni. Dewi Siluman tersentak kaget.
Bagaimanapun dia kerahkan tenaga dalam dan tutup pendengarannya namun suara
seruling tak berhasil ditolaknya, terus menyeruak ke dalam liang telinga, mengacaukan jalan
pikirannya serta
menyentak-nyentak pembuluh darah, membuat aliran darahnya tidak teratur lagi.
Dewi Siluman coba bertahan dengan sekuat tenaga dan kesaktian yang dimilikinya,
tapi kini dia telah ketemu batunya. Tiupan seruling Pendekar 212 yang sangat dahsyat telah
membongkar scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
kelemahan ilmu siluman yang dimilikinya. Bukan saja ilmu siluman itu musnah
berantakan tapi
juga tiupan seruling terus membungkus dirinya tiada sanggup ditolak lagi.
Sambil terus tiup senjatanya Wiro Sableng memaki dalam hati. Sungguh tolol
sekali dia. Kiai Bangkalan telah menuliskan dua kalimat yang bisa membongkar rahasia
kehebatan ilmu Dewi
Siluman tapi dia tak berhasil memecahkannya. Masih untung dalam keadaan sangat
terjepit dia tiup
senjata itu, padahal itu pun tadi dilakukannya dengan hati bimbang karena
khawatir akan sia-sia.
Tubuh Dewi Siluman makin lemah. Darah keluar semakin banyak. Kini di bawah
tiupan seruling itu tampak tubuhnya terhuyung kian kemari dan kira-kira setengah
peminuman teh kemudian tubuh itu tak sanggup lagi bertahan. Dewi Siluman meraung. Raungan yang
keluar disertai muntahan darah berbuku-buku. Tubuhnya rebah menelungkup ke tanah, masih
bergerak- gerak beberapa ketika kemudian diam untuk selama-lamanya.
Pendekar 212 masukkan Kapak Maut Naga Geni ke balik pakaiannya lalu bersila dan
meramkan mata. Luka di bagian luar serta dalam tubuhnya cukup parah. Sepeminuman
teh baru Pendekar ini buka kedua matanya lalu telan sebutir pil dan berdiri. Gadis-gadis
berbaju biru dilihatnya bermunculan kembali di sudut-sudut taman.
Wiro melangkah ke tempat di mana Inani duduk tersandar. Dia sudah sadar dari
pingsannya dan memandang kepada pemuda itu sewaktu Wiro me langkah ke hadapannya.
Wiro tersenyum dan berlutut di hadapan gadis ini. Inani membalas senyumnya.
Matanya yang tadi sayu kini kelihatan bersinar.
"Kau hebat Wiro...."
"Aku manusia tolol geblek!" sahut Wiro Sableng.
"Sudah hampir mau kojor baru bisa pecahkan rahasia yang diberikan Kiai
Bangkalan. Itu pun secara tak sengaja!"
Inani tersenyum.
Wiro memegang tangan gadis ini. "Kau tak apa?"
Gadis itu menggeleng.
"Terima kasih atas pertolonganmu", bisik Wiro. Dia memandang berkeliling lalu
kembali berpaling pada gadis itu dan berkata. "Sudah saatnya kita meninggalkan tempat
ini, Inani!"
Inani mengangguk. Dibantu oleh Wiro gadis ini berdiri. Mereka saling pandang
sejenak, sama-sama mengulas senyum dan mulai melangkah ke arah langkan istana Dewi
Siluman di mana
kawan-kawan Inani menunggu. Di langit sang surya bersinar cerah. Satu kejahatan
telah musnah tapi Pendekar 212 WiroSableng tahu bahwa masih banyak lagi manusia-manusia jahat
yang musti ditumpas. TAMAT Pendekar Pemetik Harpa 19 Pendekar Mata Keranjang 17 Manusia Titisan Dewa Memanah Burung Rajawali 30
sudah mati dan mengerikan sekali. Dia tak mengenakan jubah hitam lagi tapi hanya bercawat
kecil. Sekujur badannya penuh bengkak-bengkak hijau merah yang mengandung nanah. Di antara
bengkak- bengkak itu banyak yang telah pecah mengeluarkan nanah campur darah yang baunya
busuk laksana merurutkan bulu hidung. Rambutnya yang panjang acak-acakan. Mukanya
hampir tak bisa
lagi dikenali karena penuh dengan bengkak-bengkak menggembung berselomotan nanah
dan darah. Kedua matanya kini hanya merupakan rongga-rongga besar yang menggidikkan.
Penyiksaan yang
dialami tokoh silat ini benar-benar luar biasa. Di dalam Ruang Penyiksaan dia
mula-mula digantung
kaki ke atas kepala ke bawah. Satu hari berlalu maka dia dibawa ke Ruangan Putih
dan dihadapkan pada Dewi Siluman. Tapi sewaktu Sepuluh Jari Kematian tetap tidak mau tunduk
pada kemauan sang Dewi untuk masuk menjadi pengikutnya maka dia dijebloskan kembali ke Ruang
Penyiksaan, digantung lagi kaki ke atas ke bawah. Dua hari kemudian darah mulai menggusur
dari mata, telinga
serta hidung dan.mulutnya sedang kepalanya saat demi saat makin gembung seperti
balon. Hari berikutnya Dewi Siluman membebaskannya dan ditanyai apakah bersedia merubah
pikirannya dan masuk ke pihak Dewi Siluman. Tapi jawabannya Sepuluh Jari
Kematian adalah caci
maki bahkan tokoh silat itu telah meludahi muka Dewi Siluman. Kemarahan Dewi
Siluman tiada terkirakan. Sepuluh Jari Kematian dijebloskan kembali ke Ruang Penyiksaan dan
dimasukkan ke sebuah ruangan kaca tertutup. Ke dalam ruangan kaca ini dimasukkan puluhan
binatang-binatang
berbisa. Sepuluh Jari Kematian tak bisa berbuat apa-apa. Tangan dan kakinya
diikat dengan benang
sutera halus yang aneh dan kuat luar biasa sedang kekuatannya lumpuh karena
ditotok. Dalam tempo satu hari saja maka habislah bengkak-bengkak sekujur tubuhnya disengat
oleh puluhan binatang berbisa. Kedua belah matanya membusuk dan digerogoti sehingga hanya
tinggal merupakan dua buah lobang yang mengerikan. Kalau saja Sepuluh Jari Kematian
tidak memiliki scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
kekuatan yang luar biasa, pastilah nyawanya sudah lepas karena siksaan yang
sangat hebat itu.
Namun sampai saat itu, meskipun tak ada harapan untuk hidup, Sepuluh Jari
Kematian masih bisa
bernafas, sekalipun nafas itu tak lebih dari nafas-nafas terakhir yang akan
mengantarkannya kepada
titik kematian.
Dewi Siluman tutup indra penciumannya sewaktu bau busuk keluar dari tubuh
Sepuluh Jari Kematian merambas hidungnya. Diperhatikannya tubuh tokoh silat itu seketika.
Ternyata masih bernafas. "Sepuluh Jari Kematian!" seru Dewi Siluman.
Tubuh yang menggeletak di dalam kerangkeng besi itu tiada bergerak.
"Sepuluh Jari Kematian!" seru Dewi Siluman lebih keras. Tetap tak ada reaksi
apa-apa. Dewi Siluman berpaling kepada Sarinten yang tadi mendorong kerangkeng beroda
itu. "Semprot dia dengan air biru!"
Sarinten tinggalkan Ruangan Putih. Ketika dia masuk kembali maka di tangan
kanannya ada sebuah tabung kaca berbentuk kendi yang berisi sejenis cairan berwarna biru.
Sarinten mendekati
kerangkeng besi. Bagian atas dari tabung kaca itu ditekannya dengan ujung jari
telunjuk. Terdengar
suara mendesis. Dari sebuah lubang pada badan tabung menyemprotlah air biru ke
sekujur tubuh Sepuluh Jari Kematian yang menggeletak di dalam kerangkeng. Bau busuk dengan
serta merta lenyap. Lewat sepeminum teh, terjadilah hal yang aneh. Dari mulut Sepuluh Jari
Kematian terdengar suara erangan. Kemudian tubuhnya kelihatan bergerak perlahan.
Semprotan air biru tadi
nyatanya bukan saja telah melepaskan Sepuluh Jari Kematian dari totokan sejak
beberapa hari yang
lalu, tapi sekaligus juga memberikan satu kekuatan aneh kepadanya. Namun karena
sekujur tubuhnya menderita luar biasa maka tetap saja dari mulutnya keluar suara erangan
kesakitan. "Sepuluh Jari Kematian!" seru Dewi Siluman.
Erangan tokoh silat itu terhenti seketika, kepalanya bergerak. Agaknya dia
tengah meneliti
suara siapa yang memanggilnya.
"Sepuluh Jari Kematian, kau dengar aku bicara"!"
"Uh... uuuuu... uuh.... gadis iblis. Baiknya kau bunuh saja aku saat ini!"
Rupanya Sepuluh
Jari Kematian sudah mengetahui siapa yang bicara dengan dia.
"Dengar, nyawamu akan kuselamatkan jika...."
"Iblis laknat, kau bunuh aku cepat! Biar aku jadi setan dan mencekikmu...!"
Dewi Siluman tahan amarahnya yang mulai meluap.
"Kau tak akan mati Sepuluh Jari Kematian. Aku datang justru untuk selamatkan
jiwamu...."
Sepuluh Jari Kematian mendengus. Dia coba untuk bangun dan duduk, tapi tak
berhasil. "Apakah kau juga bisa kembalikan dua mataku yang kini buta ini, gadis siluman
laknat"!" sentak
Sepuluh Jari Kematian.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Jika kau tak mau dengar ucapanku terpaksa kau kukirim kembali ke Ruang
Penyiksaan!"
"Aku tidak takut! Aku ingin lekas mampus biar cepat jadi setan dan memuntir
batang lehermu!" tukas Sepuluh Jari Kematian.
Penasaran sekali Dewi Siluman memerintah pada Sarinten. "Ambil besi menyala!"
Sarinten tinggalkan Ruangan Putih dan kembali lagi dengan sepotong besi besar
yang ujungnya merah menyala karena dibakar dengan api. Dewi Siluman mengambil besi
itu, ujungnya kemudian didekatkan ke muka Sepuluh Jari Kematian. Tokoh silat golongan hitam
ini tampak menyeringai kesakitan akibat panasnya besi yang terbakar itu.
"Sepuluh Jari Kematian, jangan jadi orang tolol! Bagaimanapun keadaanmu
sekarang, kau tetap akan bisa selamat dan hidup terus. Lekas katakan siapa adanya pemuda yang
tempo hari melarikan diri sewaktu anak-anak buahku mendatangi kau! Siapa namanya, gelar dan
asal dari mana! Cepat!"
Sepuluh Jari Kematian kelihatan tercenung. Tiba-tiba dari mulutnya mengumandang
rendah suara tertawa mengekeh. "Kalau aku sudah mampus dan jadi setan, baru aku kasih
tahu padamu!"
jawab laki-laki itu.
Ujung besi yang merah terbakar didekatkan kembali ke muka Sepuluh Jari Kematian.
Kembali manusia ini kernyitkan muka karena hawa yang panas.
"Lekas terangkan!" sentak Dewi Siluman. Dia sudah tidak sabar sekali.
Sepuluh Jari Kematian hentikan kekehannya. "Gadis iblis, yang perlu kukatakan
pada kau... ialah... kau bakal tak sanggup menghadapi pemuda itu! Ilmu silatnya lebih
tinggi... dan... dan
kesaktiannya lebih hebat dari kau! Kau akan mampus di tangannya.... Kau...
akan...." Ucapan Sepuluh Jari Kematian cuma sampai di situ. Dari mulutnya kini keluar
lolongan yang mengerikan karena saat itu Dewi Siluman menusukkan ujung besi yang merah
menyala ke pipi kanannya. Bukan saja pipi itu terpanggang hangus tapi juga menjadi bolong
besar. "Masukkan manusia tak berguna ini ke Ruang Penyiksaan kembali!" perintah Dewi
Siluman. Maka Sarinten kemudian mendorong kerangkeng besi setelah menerima besi merah
menyala dari tangan sang Dewi.
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
9 Tinggal sendirian di kamar pada anjungan ke tiga itu Dewi Siluman kembali
memikirkan tentang keempat orang anak buahnya. Mungkin sekali mereka telah menjadi korban
si pemuda sakti
yang sampai saat itu tiada diketahuinya siapa adanya. Keesokan harinya tiada
kabar tentang Kemani
maka Dewi Siluman segera memanggil anak buahnya yang bernama Laruni. Laruni
adalah anak buah Dewi Siluman yang paling tinggi ilmunya. Tiga perempat bagian ilmu silat
Dewi Siluman sudah dikuasainya dengan sempurna.
Waktu Laruni datang menghadap, Dewi Siluman menunggunya bersama Sarinten, Inani
dan seorang gadis lainnya bernama Wakania.
Dewi Siluman tidak membuang-buang waktu, segera dia berkata. "Laruni, aku
percayakan satu tugas kepadamu yang harus kau laksanakan dengan baik. Kau tentu sudah tahu
bahwa empat kawanmu di bawah pimpinan Kemani telah kuperintahkan untuk mencari seorang
pemuda berkepandaian tinggi. Pemuda itu kini malang-melintang di pulau kita dan
merupakan bahaya besar
bagi kita serta setiap rencana kita. Keempat kawanmu itu tidak kembali sampai
hari ini. Aku khawatir bahwa mereka menemui hal-hal yang tak diingini. Kuharap kau bisa
menyelidiki apa yang
telah terjadi dengan mereka dan paling penting ialah mencari serta menangkap
hidup-hidup pemuda
itu, membawanya kemari."
"Tugasmu siap kulaksanakan Dewi." kata Laruni menyahuti. "Apakah aku akan pergi
seorang diri"!"
"Seorang diri aku percaya kau akan mampu melaksanakan tugasmu," jawab Dewi
Siluman. "Namun kurasa akan lebih baik jika kawan-kawanmu yang tiga orang ini ikut
bersamamu." Dewi
Siluman kemudian palingkan kepala pada Inani. Setelah menatap gadis jelita
berkulit kuning
langsat itu sejurus maka berkatalah dia.
"Inani, kau pergi bersama Laruni dan bawa kecapimu."
Bukan saja Inani, tapi Sarinten, Laruni dan Wakania menjadi heran mendengar
ucapan sang Dewi. Adakah seorang yang hendak ditugaskan mencari musuh lawan hebat disuruh
membawa kecapi" Sungguh tak dapat dimengerti mengapa sang Dewi menyuruh demikian.
"Kalian mungkin heran," ujar Dewi Siluman sambil pandangi paras keempat anak
buahnya. "Tapi justru suara petikan kecapi di rimba belantara yang sunyi atau di lamping
gunung atau di tepi
jurang yang curam, akan menarik perhatian setiap telinga manusia yang kebetulan
mendengarnya! Dengan kerahkan tenaga dalammu maka suara kecapi itu akan menggema jauh. Ini
akan mengundang datangnya pemuda yang tengah kalian cari. Dan kalian akan mudah
menangkapnya!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Diam-diam keempat orang gadis itu memuji kecerdasan Dewi mereka. Setelah
mengatur persiapan untuk perjalanan maka berangkatlah Laruni dan kawan-kawannya. Di kaki
sebuah bukit, mereka mengatur rencana dan berpencaran. Laruni ke utara, Sarinten ke selatan,
Wakania ke timur
dan Inani ke barat.
Wiro Sableng, si Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 berdiri di muka gua batu,
memandang ke arah pedataran liar di bawahnya. Sinar matahari yang baru naik di
ufuk timur membuat pemandangan lebih bagus dan indah. Anak sungai yang membujur di sebelah
tenggara kelihatan berkilau-kilau disaputi sinar matahari itu. Batu-batu cadas hitam
bergemerlap. Wiro
menarik nafas dalam, menghirup udara pagi yang segar. Diperhatikannya lengan
kanannya. Dia gembira sekali karena lengan yang tempo hari patah itu kini sudah sembuh.
Berarti hari itu adalah
hari dimana dia kembali memulai menyelidiki di mana letaknya sarang Dewi
Siluman. Sebenarnya
pendekar ini ingin lebih dahulu mencari Goa Belerang, yaitu goa yang diterangkan
secara misterius
dalam tulisan manusia aneh yang telah mengencingi kepalanya dulu itu. Namun
karena waktu yang
disebutkan dalam tulisan itu ialah bulan purnama empat belas hari maka dia musti
menunggu, kira-
kira empat lima hari di muka. Wiro tak suka menunggu, untuk menghabiskan
waktunya dia memutuskan mulai menyelidiki tentang Dewi Siluman.
Demikianlah, setelah menikmati pemandangan indah serta puas menghirup udara pagi
yang segar maka Pendekar 212 ini segera tinggalkan gua. Suara siulannya menggema
dikeheningan pagi
membawakan lagu tak menentu, membuat takut binatang-binatang kecil membuat
burung-burung terkejut dan menghentikan kicau lalu terbang ketakutan.
Di antara suara siulannya yang tak menentu itu mendadak lapat-lapat Wiro Sableng
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menangkap suara sesuatu di kejauhan. Pendekar ini hentikan langkah serta
siulannya. Suara di
kejauhan itu adalah suara bunyi-bunyian. Tak dapat dipastikan suara bunyi-
bunyian apa. Dipertajamnya telinganya, tapi karena suara bunyi-bunyian itu jauh sekali tetap
saja sukar dikenalinya. Penuh rasa ingin tahu maka Wiro Sableng kemudian langkahkan kakinya
ke arah datangnya suara tersebut. Lewat sepeminum teh suara bunyi-bunyian itu tambah
jelas tapi agaknya
masih jauh. Maka dari melangkah biasa, Wiro Sableng mulai berlari dengan cepat.
Lewat lagi sepeminum teh, suara bunyi-bunyian itu tambah jelas tapi sumbernya masih jauh.
Rasa aneh menjalari diri Pendekar 212. Jangan-jangan pendengarannya telah menipu diri
sendiri. Atau mungkin suara bunyi-bunyian itu adalah suara setan atau bangsa dedemit penghuni
rimba belantara"!
Kalau tidak mengapa setelah demikian lamanya sumber suara tersebut masih belum
berhasil dicapainya"!
Ketika lewat lagi satu kali peminum teh maka barulah Wiro Sableng mengenali
suara bunyi- bunyian itu. Suara petikan kecapi. Dia tak tahu lagu apa yang dibawakan, tapi
suaranya demikian
merdu dan menyayat hati. Mungkin itu lagu seorang gadis yang ditinggal kekasih,
pikir sang scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Pendekar 212! Mendekati sumber bebunyian itu Wiro bertindak hati-hati. Rasa aneh
yang menggerayangi tubuhnya menjadi satu peringatan baginya. Jarak antara dia pertama
kali mendengar suara itu tadi jauh sekali, berkilo-kilo meter. Suara kecapi biasa tak akan
mungkin bisa terdengar
sampai demikian jauhnya. Kemudian siapa pulakah .yang memetik kecapi itu"
Tanpa menimbulkan suara sedikit pun Wiro menyeruak semak belukar lebat.
Dilewatinya segerombolan pohon-pohon yang tumbuh dengan rapat. Kemudian di sebelah depan
dilihatnya sinar
terang dari matahari yang menyeruak di antara kerapatan pohon-pohon dan semak
belukar. Ternyata di bagian muka sana itu adalah ujung dari sebuah lembah subur yang
ditumbuhi rumput
hijau. Pemandangan dari tempat ketinggian itu indah sekali karena di bawah
lembah kelihatan
sebuah telaga. Namun Pendekar 212 sama sekali tidak tertarik dan perhatikan
keindahan pemandangan itu. Dia bergerak ke samping kiri dari mana suara kecapi terdengar
santer sekali. Dia
masih belum melihat manusia dan kecapi itu. Mungkin terlindung di balik semak-
semak rapat di dekat pohon beringin besar. Maka Wiro dengan langkah cepat tanpa suara menuju ke
balik pohon beringin. Matanya memandang tajam menembus di antara celah-celah semak belukar.
Dan terkejutlah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Betapa tidak. Apa yang disaksikannya hampir tak bisa dipercayanya. Di balik
semak belukar itu terhampar sebuah batu hitam besar laksana pelaminan, menghadap di lembah
subur. Dan di atas
batu besar hitam itu duduklah seorang dara jelita sekali, berbaju biru.
Rambutnya diriap lepas,
bergerai di bahu dan di punggungnya sampai ke pinggang. Sinar matahari membuat
rambut yang hitam itu berkilauan. Di pangkuan sang dara terletak sebuah kecapi yang kayunya
bagus diukir-ukir.
Jari-jari si gadis menari-nari dengan lincahnya di atas sinar-sinar kecapi itu.
Dan dia memainkannya
tanpa matanya memandang pada kecapi itu tapi memperhatikan keindahan lembah di
bawahnya. Betapa ahlinya dia memainkan kecapi itu dan betapa indahnya lagu yang
dibawakannya. Untuk
beberapa lamanya Pendekar 212 dibikin terpesona, bukan saja oleh kepandaiannya
dan keindahan permainan kecapi si dara baju biru, tapi juga oleh kejelitaan parasnya. Beberapa
lama kemudian barulah Wiro Sableng menyadari bahwa cara si gadis memainkan kecapi itu bukanlah
cara biasa seperti yang dimainkan oleh orang. Buktinya petikan kecapinya itu telah
terdengar oleh Wiro
Sableng di tempat yang sangat jauh. Pastilah si gadis baju biru memetiknya
dengan disertai aliran
tenaga dalam yang hebat pada jari-jari tangannya. Dan pastilah bahwa gadis
jelita ini bukan gadis
sembarangan. Ketika si gadis baju biru menggeser badannya sedikit maka saat itulah Wiro dapat
melihat kalung tengkorak kecil yang tergantung di lehernya. Terkesiaplah pendekar ini.
Baju biru, kalung
tengkorak kecil, itulah ciri-ciri dandanannya anak buah Dewi Siluman dari Bukit
Tunggul. Karena
memaklumi bahwa si gadis meskipun masih belia tapi berilmu tinggi dan memiliki
tenaga dalam sempurna maka Wiro Sableng tak mau bertindak sembrono. Dia menunggu sampai
beberapa lama, scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
tapi si gadis agaknya masih belum mau menghentikan petikan kecapinya. Akhirnya
pendekar kita putuskan untuk keluar dari balik pohon beringin tanpa menunggu sampai si baju
biru itu menyudahi
permainan kecapinya. Sambil mendehem maka Wiro Sableng munculkan diri.
Meskipun dia memainkan kecapi adalah sengaja untuk mengundang datangnya orang
yang tengah dicari, namun suara deheman tadi membuat Inani gadis yang memainkan
kecapi itu jadi
terkejut juga. Belum dia berpaling, didengarnya suara laki-laki berkata.
"Petikan kecapimu sedap sekali saudari. Lagunya pun indah!"
Inani hentikan permainannya dan putar kepala dengan cepat. Di hadapannya kini
berdiri seorang pemuda berambut gondrong bertampang gagah. Pakaiannya putih-putih dan
tubuhnya tegap kekar. Meskipun sudah dewasa namun pandangan matanya seperti mata anak-anak,
membayangkan kepolosan dan kejujuran hati.
Meski terkesiap beradu pandangan dengan Pendekar 212, namun begitu ingat
tugasnya, maka membentaklah Inani.
"Siapa kau?"
Wiro Sableng sunggingkan senyum. "Ah kenapa kau hentikan permainan kecapimu,
Saudari" Rupanya aku mengganggumu saja. Harap maafkan. Aku...."
"Jangan banyak bicara! Lekas terangkan siapa kau!"
"Tadinya tengah menggembalakan kerbau di sebelah timur lembah ini. Kemudian
kudengar suara petikan kecapimu lalu datang ke sini...."
"Jadi kau gembala huh?"
"Betul!" sahut Wiro.
"Jangan dusta! Kau pasti pemuda yang tempo hari larikan diri ketika mau
ditangkap!"
Habis membentak begitu maka Inani segera gerakkan tangan kanannya ke balik
pakaian. Sebuah benda terbentuk bola hendak di lemparkannya ke udara. Bola ini adalah
tanda yang harus
dilepaskannya ke udara, untuk memberitahukan kepada kawan-kawannya bahwa dia
telah berhasil menemukan orang yang mereka cari. Di udara bola itu akan pecah dan memancarkan
warna merah hingga mudah dilihat. Tapi sebelum tangannya sempat melemparkan bola itu,
Pendekar 212 Wiro
Sableng sudah tangkap pergelangan tangan kanan Inani. Keduanya saling tarik
menarik dan saling
pandang menyorot. Betapa pun si gadis kerahkan tenaganya tetap saja dia tak
sanggup lepaskan
pegangan Wiro. "Lepaskan tanganku!" teriak Inani. Rasa aneh menjalari dirinya. Seumur hidup
itulah pertama kali seorang laki-laki menyentuh kulit tubuhnya.
"Aku akan lepaskan," kata Wiro sambil tersenyum
"Tapi benda ini harus kau berikan dulu padaku."
"Kurang ajar. Lepaskan tanganku!" sentak Inani.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Wiro gelengkan kepala. "Berikan dulu benda ini, saudari baru kulepaskan."
katanya. Dengan mengkal Inani lepaskan bola itu yang segera diambil dengan tangan kiri
Wiro Sableng. Kemudian baru dilepaskannya lengan si gadis. Tengah Wiro meneliti benda
berbentuk bola itu tiba-tiba Inani berdiri dan lemparkan kecapinya ke arah si pemuda.
Cepat-cepat Wiro Sableng berkelit. Kecapi lewat menderu di atas kepalanya.
Ketika benda itu hampir menghantam pohon beringin dan pasti akan hancur, Wiro cepat melompat
dan menangkap kecapi itu. Lalu sambil geleng-gelengkan kepala dia berkata. "Saudari,
gerakanmu melemparkan benda ini hebat sekali. Tapi sungguh sayang kalau kecapi yang bagus
ini hancur berantakan!"
Perlahan-lahan Wiro Sableng letakkan kecapi di kaki pohon beringin. Baru saja
itu dilakukannya maka si gadis sudah menerjang menyerangnya. Kalau tidak lekas si
pemuda menyingkir pastilah sebuah tendangan akan mendarat di perutnya.
"Eh, saudari. Apa-apaan ini! Tak ada hujan tak ada angin, tak ada pasal tak ada
lantaran, kenapa kau menyerang aku"!"
Sebagai jawaban Inani keluarkan jala sutera biru. Benda ini segera diputar
menderu di atas
kepalanya. Didahului dengan lengkingan keras, Inani lancarkan pukulan tangan
kiri dan kirimkan
satu tendangan. Angin serangan ini demikian hebatnya membuat pakaian dan rambut
Pendekar 212 sampai berkibaran, sementara dia mengelakkan dua serangan ini, maka jala biru
berkelebat dan menebar ke arah kepalanya. Wiro cepat tundukkan kepala tapi jala sutera biru
terus memapas hendak melibat pinggangnya. Sekali lagi Wiro mengelak dan sekali lagi pula jala
itu, menyusup laksana kilat ke arah kedua kakinya.
"Hebat!" seru Wiro memuji seraya melompat dua tombak.
Penasaran sekali Inani kembali memburu dengan gempuran serangan yang lebih hebat
tapi walau bagaimanapun Pendekar 212 bukanlah semudah yang diduganya untuk
dirubuhkan. Sedang
sampai saat itu Wiro sama sekali mengambil sikap mengelak, tak sekalipun balas
menyerang. "Kenapa mengelak terus, tak berani menyerang"!" bentak Inani penuh penasaran.
Dia berharap-harap salah seorang kawannya muncul di situ agar bisa membekuk si
pemuda. "Hentikan seranganmu, saudari. Kita toh tidak punya permusuhan. Mari bicara dulu
baik- baik." "Kalau kau mau bicara, bicaralah nanti di hadapan Dewi Siluman!"
"Oh, jadi kau anak buahnya Dewi Siluman" Kau tahu saudari. Dewimu itu kawan
baikku!" Karena merasa dipermainkan dengan ucapan itu maka Inani menyerang lagi dengan
lebih ganas. Dia keluarkan jurus-jurus yang mengandung tipu berbahaya. Tiada terasa,
dua puluh jurus
telah berlalu. Jika Wiro mengadakan perlawanan pastilah tidak semudah dan
sebanyak itu jurus
yang bisa dilewati Inani.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Saudari! Jika kau tak mau hentikan seranganmu terpaksa aku turunkan tangan
kasar!" memperingatkan Wiro.
"Kalau kau memang punya kepandaian silahkan balas seranganku! Kukira kau bukan
pemuda banci yang cuma pandai berkelit dan mengelak saja!"
Wiro panas sekali dikatakan pemuda banci.
"Harap kau jangan menyesal, saudari!" katanya seraya pasang kuda-kuda.
Pukulan tangan kosong yang menimbulkan angin keras melanda ke arah Wiro. Di saat
yang sama jala sutera menderu dari atas ke bawah dalam satu gerakan yang luar bisa
cepatnya. "Gadis cantik!" seru Wiro. "Lihat baik-baik. Ini jurus Menepuk Gunung Memukul
Bukit. Pegang kuat-kuat jalamu, kalau tidak akan kurampas!" Habis berkata begitu Wiro
hantamkan dengan perlahan telapak tangan kirinya ke muka sedang tangan kanan membuat
gerakan cepat ke
samping sesuai dengan sambaran jala. Tubuhnya sedikit menekuk.
"Pemuda sombong!" maki Inani. "Kau akan terima nasib sial di dalam jalaku!" Dan
si gadis lipat gandakan tenaga dalamnya.
Tiba-tiba dia terkesiap karena pukulan tangan kosongnya dipapasi oleh satu
sambaran angin deras yang ke luar dari telapak tangan kiri lawan. Belum lagi habis rasa
terkesiap ini sekejap
kemudian dirasakannya jala sutera birunya yang tadi telah menebar kini menciut
lagi ujungnya. Ketika kejapan berikutnya berlalu. Inani merasakan tangannya yang memegang jala
laksana dipelintir dan tahu-tahu jala sutera itu terlepas dari tangannya, kena dirampas
oleh Wiro Sableng.
Pendekar 212 tertawa dan main-mainkan jala sutera biru yang berhasil
dirampasnya."Apakah kau masih belum mau menghentikan pertempuran dan bicara dulu baik-baik?"
tanya Wiro pula.
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebagai jawaban malah Inani loloskan kalung tengkorak dari lehernya. Kemudian
dengan sebat menyerang ke arah sang pendekar. Di antara suara menderu kerasnya sambaran
kalung tengkorak maka terdengar pula suara mendesis. Dari mata dan hidung tengkorak
kecil itu mengebut
asap biru yang tebal gelap dan menebarkan bau aneh menusuk hidung. Pendekar 212
terkejut bukan main. Dia masih mempermainkan jala sutera sewaktu asap biru yang sangat pekat
itu telah membungkus dirinya.
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
10 Pendekar 212 Wiro Sableng segera maklum bahwa asap biru pekat yang membungkus
diri dan membuat matanya tak bisa melihat apapun adalah sangat berbahaya dan
mengandung obat jahat
yang bisa melemahkan tubuh. Dengan cepat pendekar ini tutup jalan nafas lalu
melompat ke samping. Tapi anehnya lompatan itu tidak membuat dia keluar dari kurungan asap.
Di sekelilingnya
masih gelap gulita.
Wiro Sableng pusatkan tenaga dalamnya pada kedua kaki. Dengan membentak nyaring
pendekar ini membuat gerakan yang dinamakan: Gunung Meletus Batu Melesat ke Luar
Kawah. Gerakan ini membuat tubuhnya mencelat laksana anak panah lepas dari busurnya.
Di lain pihak Inani begitu melihat lawannya terbungkus asap biru segera
pergunakan tangan
kiri untuk mengambil segulung benang yang sangat halus, sehalus jaring laba-
laba. Sekali menyentakkan maka gulungan benang yang terbuat dari sutera itu menerobos asap
biru gelap laksana seekor ular. Inani gembira sekali sewaktu benang suteranya dirasakannya
melibat sasarannya di dalam asap gelap itu. Setelah yakin betul-betul bahwa Wiro Sableng
tidak berdaya lagi dilibat benang sakti tersebut maka Inani semprotkan asap putih dari mulut
kalung tengkorak.
Sekejapan kemudian maka sirnalah asap biru gelap dan suasana menjadi terang
benderang kini.
Dan betapa terkejutnya gadis jelita berbaju biru ini. Yang dilibat oleh benang
suteranya bukanlah tubuh lawannya, melainkan pohon beringin besar yang terletak kita-kira
sepuluh langkah
di hadapannya. Inani memandang berkeliling dengan cepat. Di belakangnya Wiro Sableng tertawa
gelak- gelak. "Sejak kapan ada manusia yang bermusuhan dengan pohon beringin"!" ejek Wiro.
Penuh geram Inani gulung dengan cepat benang suteranya. Dengan kalung tengkorak
di tangan kembali dia menyerang Wiro Sableng. Sang pendekar sendiri menyambut
kedatangan si gadis dengan putaran jala biru.
"Sekali-sekali kau musti merasakan juga bagaimana kalau jala ini melibat dirimu
sendiri!" ujar Wiro. Inani tidak percaya bahwa si pemuda akan sanggup gunakan jala itu karena untuk
memakainya mempunyai cara tersendiri yang hanya anak-anak buah Dewi Siluman yang
mengetahuinya. Karenanya tanpa ada keraguan sedikit pun Inani sama sekali tidak batalkan
serangannya. Kalung tengkorak yang kekuatannya lebih keras dari bola baja itu menyambar ganas
siap untuk menghancurkan kepala lawannya. Tapi betapa terkejutnya gadis ini sewaktu dikejap
yang sama jala scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
sutera biru di tangan lawan membuka dan menebar menyungkupi tangan kanan terus
kepala dan tubuhnya. Wiro Sableng adalah seorang yang. bermata tajam. Sewaktu Inani mengeluarkan jala
biru itu dia merasa sangat tertarik dan memperhatikan dengan seksama bagaimana si gadis
memainkan senjata tersebut. Sehingga pada saat jala itu berada di tangannya, dengan mudah
dia bisa pula mempergunakannya.
Inani coba berontak dan lepaskan diri dari sekapan jala. Tapi sudah terlambat.
Seluruh jala telah membungkus tubuhnya sampai ke lutut. Membuat dia tak bisa lepaskan diri
lagi. Wiro tertawa gelak-gelak dan berdiri tolak pinggang.
"Lepaskan jala ini!" teriak Inani.
"Enak betul," sahut Wiro. "Kalau kulepaskan pasti kau akan serang diriku lagi!"
Dan Pendekar 212 lalu melangkah ke hadapan Inani.
"Kau mau bikin apa"! Pergi!"
"Eh, aku cuma mau lihat parasmu apa tidak boleh!"
"Pergi!" teriak Inani.
Wiro Sableng menyengir. Dia melangkah lagi dan jarak mereka cuma terpisah dua
jengkal saja. Inani dapat merasakan hembusan nafas pemuda itu di parasnya yang jelita.
Sepasang mata mereka untuk kesekian kalinya beradu pandang.
"Pergi!"
"Saudari, kau betul-betul inginkan aku pergi" Baik! Tapi biar kutotok dirimu
dulu!" Wiro
lantas totok tubuh Inani sehingga si gadis kini berdiri mematung. "Aku akan
pergi dan kau akan
sendirian di sini untuk selama-lamanya. Kalau tidak ada binatang liar buas yang
menggerogoti dirimu, kau akan mati kelaparan di sini!" Lalu Pendekar 212 balikkan badan
berpura-pura hendak
pergi. Apa yang dikatakan Wiro terasa benar dan mengerikan bagi Inani. Ketika
dilihatnya pemuda
itu berlalu dia cepat berseru. "Saudara, tunggu dulu!"
Wiro jual mahal dan terus melangkah.
"Saudara, kembalilah!" seru Inani lagi.
Wiro berpaling, "Ada apa?"
Dengan rasa jengah dan paras merah Inani berkata. "Kembalilah dulu!"
"Lucu! Tadi kau bentak aku agar pergi! Sekarang malah menyuruh kembali!"
"Lepaskan jala ini. Juga totokanku!"
"Tidak bisa." jawab Wiro seraya menggeleng.
Marahlah Inani.
"Kalau kawan-kawanku datang kau pasti akan mereka bekuk!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Wiro tertawa sinis. "Kau bisa berteriak memanggil mereka," katanya.
Inani buka mulut betul-betul hendak berteriak. Tapi entah mengapa hal ini
kemudian tak jadi
dilakukannya. Malah dia berkata. "Jangan kira dengan kehebatan yang kau miliki
kau bisa menghadapi Dewi Siluman! Tak satu ketinggian ilmu silat, tak satu kesaktian, pun
yang sanggup mengalahkan Dewi Siluman!"
"Hemm begitu...?" Wiro garuk-garuk rambutnya.
"Aku tidak mengerti, apakah Dewi Siluman itu benar-benar seorang manusia atau
seorang siluman" Apakah parasnya secantik Dewi ataukah mengerikan seperti Siluman"!"
"Pemuda kurang ajar! Jangan kau berani lancang mulut menghina Dewi kami!" bentak
Inani. "Eh, siapa yang menghina" Aku cuma tanya"!"
"Lekas lepaskan kau mau berjanji memetik kecapi memainkan sebuah lagu untukku!"
Inani memaki-maki dalam hati. Rahang-rahangnya bertonjolan. Wiro Sableng
dudukkan dirinya di atas batu besar. Sambil memandang ke lembah di hadapannya pendekar
ini berkata. "Dunia sungguh aneh. Siapa yang akan menyangka kalau gadis-gadis berparas cantik
sanggup melakukan kejahatan luar biasa" Membunuh manusia-manusia tiada berdosa, bahkan
anak-anak dan orang tua renta?"
Inani memandang tajam-tajam pada Pendekar 212.
"Aku tak pernah membunuh manusia! Jangan main tuduh sembarangan!"
Wiro palingkan kepala dan memandang dengan tersenyum pada si gadis. "Kau toh
anak buahnya Dewi Siluman, biang penebar kematian dan kejahatan di Pulau Madura ini"
Yang kabarnya, mau menguasai dunia persilatan di delapan penjuru angin"!"
"Tapi tidak semua anak buah Dewi Siluman yang jadi pembunuh!"
"Lantas kau jadi apa?" tanya Wiro Sableng. "Jadi tukang rias atau tukang
kipasnya"!"
"Sudah! Tutup mulutmu dan lekas lepaskan jala serta totokanku ini!"
"Bersekutu dengan orang-orang jahat, menjadi anak buah orang jahat tiada beda
dengan berbuat kejahatan itu sendiri! Masa muda yang begini indah, yang cuma sekali
saja dalam kehidupan, dipakai untuk mengabdi pada kejahatan! Sungguh sayang. Kebahagiaan
dunia tiada dapat, dan kelak di akhirat akan menerima siksaan...."
"Aku tak perlu nasihatmu!"
"Dengar saudari. Aku akan bebaskan kau kalau kau berjanji mau menunjukkan dimana
sarangnya Dewimu itu."
"Kau paksa pun aku tidak akan beritahu," jawab Inani. "Sekalipun kau sampai ke
sana, kau Cuma akan mengantar nyawa!"
Wiro tersenyum. "Kau tak akan bisa hidup dalam cara begini terus-terusan
saudari. Satu hari
kebenaran akan datang menumpas. Kebenaran kadangkala tidak memandang bulu. Siapa
yang scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
berserikat dengan kejahatan pasti akan ditumpas, termasuk kau! Apakah gunanya
hidup begitu rupa"
Hidup percuma mati tiada harga" Padahal dunia ini begini indah dan semua
keindahan itu untuk
kita semua...?"
Tergetar hati Inani mendengar ucapan Pendekar 212. Mulutnya terkatup rapat-
rapat. Inilah kali pertama dia bertemu dengan seorang pemuda dan ini pula pertama kali dia
mendengar ucapan
demikian rupa. Walau bagaimanapun Inani adalah seorang perempuan yang
berperasaan halus dan
lekas tersentuh lubuk hatinya. Namun demikian kehidupan di tengah-tengah anak
buah Dewi Siluman telah sangat meresap dan mempengaruhi dirinya sehingga sesaat kemudian
kembali gadis ini membentak agar dirinya dilepaskan.
Pendekar 212 geleng-gelengkan kepala.
"Sayang." katanya. Dibukanya jala yang melibat tubuh Inani. Digulungnya jala
sutera itu dan diletakkannya di atas bahu si gadis. "Kau akan kubebaskan, kau bisa pergi
dengan aman. Jangan kira kau kubebaskan karena takut pada Dewimu itu. Aku kasihan padamu...."
"Aku tak minta dikasihani."
"Kuharap kau masih mau berpikir!" ujar Wiro.
Kemudian dilepaskannya totokan di tubuh Inani.
"Di lain hari kita akan bertemu lagi saudari. Saat itu mungkin dalam suasana
yang lain. Jangan menyesal jika nanti aku turun tangan jahat terhadapmu. Selagi masih ada
kesempatan, tinggalkanlah pulau ini. Kau bisa memulai hidup baru yang jauh lebih baik...."
Inani tak berkata apa-apa. Dia berkelebat meninggalkan tempat itu.
"Saudari tunggu dulu!" seru Wiro. "Kecapimu ketinggalan!"
Si gadis baru ingat akan kecapi itu. Dia berbalik dan cepat-cepat menyambar
benda itu. Sewaktu dia hendak berlalu kembali tiga sosok tubuh berkelebat dari arah timur.
Terdengar satu seruan nyaring. "Inani! Perjanjian apakah yang kau buat Sehingga
kau hendak meninggalkan musuh besar kita begitu saja"!"
Inani terkejut sekali. Juga Wiro Sableng.
Dan sedetik kemudian tiga sosok tubuh itu sudah berada di hadapan mereka!
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
11 Ketiga pendatang baru ini bukan lain daripada Sarinten, Wakania dan Laruni. Yang
berseru tadi ialah Laruni. Ketiganya segera mengurung Pendekar 212. Tanpa melepaskan
pandangannya yang menyorot pada Wiro Sableng Laruni bertanya pada Inani.
"Inani! Kenapa kau hendak tinggalkan manusia ini begitu saja"! Apa kau lupa
tugas kita"!"
"Ilmunya tinggi sekali Laruni." jawab Inani. "Aku tak sanggup menghadapinya."
"Tapi kau bisa lepaskan tanda agar kami datang!" ujar Sarinten.
"Sudah kulakukan. Dia berhasil merampas bola pemberi tanda itu!"
"Lantas kau kenapa tidak berteriak....?" tanya Laruni.
"Mulutku disekapnya." jawab Inani berdusta.
"Lalu dia biarkan kau pergi seenaknya" Sungguh lucu!" kata Wakania menyindir.
"Kau tetap di tempat Inani! Kau harus pertanggung jawabkan kesalahanmu di
hadapan Dewi!" bentak Laruni.
Kecutlah hati Inani.
Sementara itu Laruni, Sarinten dan Wakania loloskan kalung tengkorak masing-
masing dan juga keluarkan jala sutera biru.
Wiro hela nafas dan geleng-gelengkan kepala. Ketiga gadis itu cantik-cantik,
meskipun menurut pandangannya Inani adalah lebih cantik dari kesemuanya. Dan gadis-gadis
cantik beginilah
yang jadi anak buah Dewi Siluman. Yang harus dihadapinya. Sungguh mereka menyia-
nyiakan
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecantikan mereka.
"Pemuda, apakah kau sudi menyerah secara baik-baik atau terpaksa kami turun
tangan"!"
Wiro Sableng keluarkan siulan mendengar ucapan Laruni itu. "Benar-benar aneh!
Benar- benar aneh!" kata Pendekar 212 pula. "Gadis-gadis begini cantik menjadi anak
buah Dewi Siluman
biang racun kejahatan kelas satu!"
"Pemuda bermulut lancang ceriwis! Kau memilih cara kasar rupanya!" Laruni
memekik. Diikuti oleh Sarinten dan Wakania maka ketiganya pun berkelebat. Tiga kalung
tengkorak menyambar dari tiga jurusan. Tiga kepulan asap biru menderu mengerikan dan tiga
buah jala sakti
menebar sebat dari kiri kanan dan sebelah belakang.
Wiro Sableng yang sudah tahu kehebatan kalung tengkorak serta jala sutera biru
tidak ayal lagi segera keluarkan jurus: Menepuk Gunung Memukul Bukit yang disusul dengan
lompatan: Gunung Meletus Batu Melesat Keluar Kawah.
Tiga gadis anak buah Dewi Siluman terkejut dan penasaran bukan main sewaktu
mereka menebarkan jala biru dan ternyata mereka tiada berhasil meringkus si pemuda.
Mereka menyadari
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
dan menyaksikan sendiri sekarang bahwa lawan mereka memang bukan manusia
sembarangan. Laruni berikan isyarat kedipan mata kiri. Serentak dengan itu bersama Sarinten
dan Wakania segera
membentuk satu barisan aneh dan bertiga mereka lancarkan serangan yang bukan
olah-olah dahsyatnya. Angin serangan membuat daun-daun berguguran, semak belukar
beterbangan sedang
akar gantung pohon beringin bergoyang-goyang kian ke mari.
Wiro berteriak nyaring dan berkelebat cepat. Tapi gerakan-gerakan lawan, jurus-
jurus silat yang dimainkan sangat aneh baginya, sukar untuk diduga dan diikuti sehingga
dalam waktu lima
jurus saja Pendekar 212 mulai terdesak hebat. Untungnya Wiro memiliki ilmu
meringankan tubuh
yang lebih tinggi dari ketiga lawan itu sehingga sampai lima jurus lagi dia
masih bisa bertahan
dengan gigih. Di antara ketiga lawannya Wiro mulai memaklumi bahwa Laruni adalah
yang paling tinggi ilmunya. Di samping itu Wiro tahu pula bahwa ketiga lawannya itu tidak
benar-benar bermaksud mencelakai dirinya tapi cuma berniat meringkus hidup-hidup. Karenanya,
meskipun kemudian dia kembali terdesak hebat. Wiro Sableng tak mau balas menyerang dan
menurunkan tangan jahat. Dia sengaja mengambil sikap mengelak terus-terusan. Sementara itu
Inani berdiri mematung di tempatnya, tak tentu apa yang dibuat selain cuma menyaksikan
jalannya pertempuran
yang seru itu. Dan diam-diam melihat si pemuda terdesak, hati gadis ini menjadi
khawatir. Melihat gelagat Wiro tak akan sanggup bertahan lebih dari sepuluh jurus lagi
jika dia terus-
terusan mengambil sikap tidak mau balas menyerang itu.
Dan apa yang diduga Inani menjadi kenyataan.
Di jurus sembilan belas, dalam satu gebrakan yang luar biasa hebatnya Wiro
Sableng dipaksa berkelit cepat untuk menghindarkan serangan Sarinten dan Wakania. Pada
waktu gebrakan ini terjadi Wiro Sableng masih sempat memperhatikan posisi Laruni yang tengah
berdiri dengan komat-kamit, entah membaca mantera apa. Karena merasa posisi Laruni tidak
berbahaya maka Wiro Sableng tidak begitu ambil perhatian terhadapnya. Begitu serangan Sarinten
dan Wakania lewat, Wiro segera pasang kuda-kuda baru karena di saat itu dilihatnya kedua
penyerangannya tadi
membalik dengan cepat. Tapi betapa terkejutnya Pendekar 212 sewaktu dari
belakang terasa
sambaran angin yang luar biasa dahsyatnya. Dia tak melihat kelebatan tubuh
Laruni dan tahu-tahu
anak buah terpandai dari Dewi Siluman ini sudah berada di belakangnya, lancarkan
satu jotosan tangan kiri. "Buk!"
Pendekar 212 mencelat limbung ke muka tak sanggup imbangi diri dan terguling di
tanah. Tulang punggungnya serasa hancur. Belum sempat dia bangun maka tiga jala sutera
biru telah menebar ke arah tiga bagian tubuhnya yaitu kepala sampai ke bahu, pinggang dan
kedua kaki. "Celaka!" keluh Pendekar 212. Dia tahu bahwa dia tak punya kesempatan lagi untuk
selamatkan diri. Satu-satunya jalan ialah lepaskan pukulan Sinar Matahari untuk
menghancurkan scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
jala. Guna mencabut Kapak Naga Geni 212 mungkin tidak keburu. Namun belum lagi
Wiro sempat pukulkan kedua tangannya yang mulai menjadi putih memerak itu, jala lawan yang
pertama turun ke bawah dan melibat ke seluruhan tangannya. Betapapun dia kerahkan tenaga dalam
dan menyentakkan lengan-lengannya tetap tiada gunanya sementara jala kedua telah
menyungkup kepalanya. Dan dalam sedetik lagi akan menyusul jala ketiga.
"Sialan... sialan!" maki Wiro. Dia cuma terima nasib diringkus hidup-hidup kini.
Jala kedua telah menyungkup kepalanya sampai ke bahu. Jala ketiga datang
menyambar kaki. Tapi sebelum hal ini terjadi mendadak Wiro Sableng merasakan sambaran
angin yang luar
biasa derasnya. Matanya yang tertutup jala sutera biru samar-samar melihat
kelebatan satu sosok
bayangan putih. Dalam detik itu pula Pendekar 212 mendengar suara keluhan ketiga
penyerangnya, disusul oleh keluhan Inani. Dia sendiri kemudian merasakan tubuhnya terseret
beberapa tombak,
terangkat ke atas dan ketika tiba-tiba tiga buah jala yang melibat tubuhnya
putus maka tubuhnya
terbanting ke tanah dengan keras, jatuh melintang di akar pohon beringin.
Perlahan-lahan Wiro Sableng merangkak bangun. Bekas pukulan pada punggungnya
sakit sekali tapi tidak dirasakannya karena waktu itu dia dikesiapkan oleh rasa
terkejut yang amat sangat.
Sewaktu dia memandang berkeliling dengan cepat tak seorang anak buah Dewi
Siluman pun yang
dilihatnya. Kemana mereka" Apa yang telah terjadi"! Satu-satunya benda yang
dilihat Wiro ialah
kecapi kepunyaan Inani.
Dalam dia coba memandang berkeliling sekali lagi dengan rasa penuh tak percaya
tiba-tiba matanya membentur tulisan putih di batang pohon beringin. Pendekar ini coba
berdiri, tapi tubuhnya terhuyung-huyung, punggungnya yang bekas dihantam jotosan Laruni kumat
sakitnya, rasa sakit ini menusuk ke bagian dada. Dan sebelum dia sanggup bergerak satu
langkah, lututnya
menekuk, dia serasa mau batuk tapi sewaktu mulutnya dibuka darahlah yang
menyembur dari tenggorokannya. Wiro mengeluh, sebelum dia jatuh pingsan Pendekar 212 ini masih
sanggup dan sempat mengambil sebutir pil dari balik pakaiannya lalu menelannya dengan cepat.
Wiro Sableng tak tahu berapa lama dia tergeletak pingsan di tempat itu. Ketika
dia siuman matahari telah condong ke barat. Punggung masih terasa sakit tapi kekuatannya
tidak sedikit pun
berkurang. Ini adalah berkat pil yang masih sempat ditelannya tadi sebelum
pingsan. Wiro bangun, duduk bersila, meramkan mata, atur jalan nafas serta aliran darah
dan kerahkan tenaga dalam ke bagian tubuh yang masih terasa sakit. Lima menit
kemudian Pendekar ini
melompat dari duduknya, tubuhnya terasa segar bugar. Begitu dia teringat pada
tulisan di batang
pohon beringin Wiro segera melangkah ke hadapan pohon itu. Di batang pohon besar
yang angker ini tergurat tulisan.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Segala rencana tidak akan sampai,
Sebelum tahu tingginya langit dalamnya lautan.
Bulan purnama empat belas hari di Goa Belerang,
Seribu rencana akan sampai.
"Pasti manusia yang mengencingiku dulu!" kata Wiro Sableng pada dirinya sendiri.
Dia tak habis mengerti, heran dan geleng-gelengkan kepala. Manusia itu gerakannya luar
biasa cepatnya sehingga hanya bayangan putih pakaiannya saja yang kelihatan. Dalam satu
kelebatan tadi dia telah
berhasil melarikan empat anak buah Dewi Siluman dan juga dalam kecepatan yang
sukar diukur, manusia itu masih sempat menggurat tulisan di batang pohon beringin. Tak sanggup
Wiro mengukur kehebatan manusia itu. Jika dia betul-betul manusia, tentulah ilmunya
jauh lebih tinggi
dari gurunya sendiri yaitu Eyang Sinto Gendeng di Puncak Gunung Gede.
Wiro mengamati lagi tulisan di batang pohon beringin itu. Jika dihubungkannya
rangkaian tulisan ini dengan tulisan yang lalu nyatalah mengandung satu keterangan dan
satu nasihat, yang
bagi Wiro kira-kira berarti dia harus datang ke Goa Belerang pada bulan purnama
empat belas hari
guna mengetahui segala maksudnya tak akan kesampaian.
"Siapa sebenarnya manusia itu?" pikir Wiro. "Mengapa dia membawa lari anak-anak
buah Dewi Siluman, mengencingi kepalaku dan menuliskan keterangan serta nasihat
itu...?" Dalam pikiran yang tak kunjung mengerti dan juga didorong oleh rasa ingin tahu
akhirnya Wiro memutuskan untuk mencari Goa Belerang lebih dahulu, baru kemudian mencari
dimana letaknya Bukit Tunggul tempat kediaman Dewi Siluman.
Sampai senja hari, telah puluhan kilo daerah diselidiki Wiro Sableng. Dua buah
goa ditemuinya tapi keduanya bukanlah Goa Belerang karena kedua goa itu kosong tiada
berpenghuni. Keesokan harinya, satu hari suntuk lagi dia menjelajahi berbagai daerah, sampai
lagi senja datang,
usahanya tiada berhasil. Pagi yang kedua dari penyelidikannya, dia sampai ke
sebuah sungai berair
kehitaman tanda sungai itu dalam sekali. Arus air sungai cepat bukan main.
Setangkai ranting
kering yang jatuh, dihanyutkan arus dan menghilang di kejauhan dalam waktu yang
singkat. Wiro mengikuti sungai itu ke arah hilir.
Perjalanannya terhenti sewaktu sungai itu sampai di sebuah air terjun yang
sangat dalam. Air sungai yang memancur dan jatuh menimpa batu-batu besar di sebelah bawah
menimbulkan suara yang menggidikkan. Tempat itu dan daerah sekitarnya berudara redup dan
angker, tampaknya
jarang didatangi manusia.
Lebih dari sepeminum teh Wiro berada di tempat itu. Sebelum pergi dia bermaksud
mencuci mukanya yang lengket oleh debu dan keringatan lalu membasahi tenggorokannya.
Dengan kedua scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
belah telapak tangannya Wiro menciduk air sungai lalu membasahi mukanya. Sesuatu
bau yang agak lain menusuk hidung sang pendekar sewaktu air sungai itu membasahi mukanya.
Wiro berpikir-pikir. Rasanya dia pernah mencium bau yang seperti itu sebelumnya.
Diciduknya kembali air sungai itu lalu didekatkannya ke hidungnya. Mendadak
hatinya menciut.
Air sungai itu berbau belerang. Wiro tahu betul bau belerang karena dia pernah
beberapa kali berada di sekitar kawah gunung yang mengepulkan asap belerang. Dan ketika bau
belerang itu dihubungkannya dengan Goa Belerang maka berdebarlah hati Pendekar 212. Dia
memandang berkeliling dengan penuh teliti. Tak ada satu bagian pun dari tempat sekitar
situ yang lepas dari
penelitiannya, namun sampai sebegitu jauh tak ada tanda-tanda yang menunjukkan
bahwa di situ terdapat sebuah goa. Tapi air sungai yang berbau belerang"! Untuk kesekian
kalinya Wiro kembali
meneliti dengan pandangan mata yang tajam. Tetap tak ada tanda-tanda adanya goa.
Wiro memaki-maki dalam hatinya. Diperhatikannya batu-batu besar yang jauh di
bawahnya. Diperhatikannya air terjun yang jatuh menimpa batu-batu itu, membalik kembali ke
atas sampai beberapa tombak laksana asap atau kabut tipis. Tapi. Wiro terkejut. Matanya
memandang lekat-
lekat kepada batu-batu yang jatuh ditimpa air terjun. Apa yang dilihatnya bukan
cuma air yang muncrat kembali ke atas laksana asap atau kabut, tapi di balik air yang membalik
ke atas itu benar-
benar Wiro melihat samar-samar namun pasti adanya kepulan asap. Mulanya Wiro
merasa agak bimbang mana mungkin di dasar yang penuh dengan air terdapat asap karena setiap
asap pastilah bersumber pada hawa panas atau api.
Wiro gosok kedua matanya. Yang mengepul di antara muncratan air itu memang
benar- benar asap. Dan ketika diperhatikannya lebih seksama lagi, ketika dia berpindah
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tempat dan memandang ke bagian bawah air terjun dari jurusan lain, tersentaklah Wiro karena
di belakang air
terjun itu tampak sebuah goa. Dari mulut goa ini jelas kelihatan gelung-gelung
kepulan asap. Tanpa
menunggu lebih lama Wiro melompat ke sebuah batu. Dari sini dengan andalkan ilmu
meringankan tubuhnya melompat lagi ke batu yang lain, yang terletak di sebelah bawah. Untuk
menuju ke dasar
air terjun bukan pekerjaan mudah. Kurang-kurang pandai kaki akan terpeleset dan
tubuh akan terhempas ke bawah sejauh puluhan tombak, disambut oleh batu-batu besar keras.
Meskipun berkepandaian tinggi serta memiliki ilmu meringankan tubuh yang sempurna untuk
sampai ke dasar
air terjun Wiro membutuhkan waktu hampir tiga kali sepeminum teh.
Akhirnya pendekar ini sampai juga ke dasar air terjun. Dia berdiri di hadapan
air terjun, bergerak ke bagian samping dengan sangat hati-hati. Sekali tubuhnya terserempet
atau tersambar air
terjun, tak perduli bagaimanapun tinggi ilmunya, pasti tubuhnya akan terhempas
dan hancur ditimpa
air terjun yang ribuan kilo beratnya itu.
* * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
12 Pendekar 212 sampai di hadapan mulut goa. Asap putih menampar-nampar wajahnya
dan bau belerang yang santer menusuk hidung, memerihkan mata. Setelah meneliti
seperlunya maka
tanpa ragu-ragu Wiro melangkah masuk. Ternyata semakin ke dalam goa itu semakin
menanjak sedang bau belerang makin keras dan asap semakin banyak.
Kedua mata Wiro menjadi perih, nafasnya sesak dan dia mulai batuk-batuk. Pemuda
ini tutup indera penciumannya, kerahkan tenaga dalam pada kedua matanya dan
melangkah terus. Kira-
kira seratus langkah berlalu kepulan asap putih yang berbau belerang bertambah
tebal menutup pemandangan. Meski dia sudah tutup indra penciumannya tetap saja hidungnya
membaui hawa belerang itu sedang tenaga dalamnya tiada mampu menolak sambaran asap yang
memerihkan mata.
Dengan kuatkan diri Wiro maju terus. Nafasnya tersengal, pemandangannya gelap
tertutup asap tebal. Untuk kembali sudah kepalang tanggung. Suara batuk-batuknya menggema di
sepanjang goa, membuat bulu kuduknya sendiri berdiri.
Pada langkah yang ketiga ratus duapuluh, Pendekar 212 merasa kekuatannya mulai
lumer, kakinya tak sanggup lagi melangkah. Wiro jatuhkan diri dan terus memasuki goa
itu dengan merangkak. Sebutir pil untuk menolak keracunan dan menjaga agar tidak pingsan
dikeluarkan dan
ditelannya. Dua ratus langkah di muka maka perlahan-lahan asap belerang itu
mulai menipis hingga
akhirnya lenyap sama sekali dan di hadapan Wiro kelihatan sebuah tangga batu
pualam yang putih
bersih dan berkilat.
Setelah menelan lagi sebutir pil, mengatur jalan nafas dan darah memeriksa
aliran tenaga dalam dan membuang hawa jahat asap belerang yang meresap di paru-parunya maka
Wiro Sableng berdiri lalu melangkah menaiki tangga batu pualam. Bagian atas tangga
berhubungan dengan
sebuah pintu dan pintu ini berhubungan lagi dengan sebuah ruangan empat persegi.
Di dalam ruangan ini kelihatan delapan gadis berbaju biru yang bukan lain adalah anak-
anak buah Dewi Siluman. Di antaranya empat orang yang sebelumnya telah baku hantam dengan Wiro
di tepi lembah. Kedelapan gadis ini duduk bersila dengan mata meram di hadapan seorang
berpakaian selempang putih yang duduk membelakang ini panjangnya sampai ke bahu, Wiro belum
dapat memastikan apakah dia seorang perempuan atau bukan.
Tanpa menoleh ke pintu tiba-tiba manusia berambut putih panjang itu membentak
dan lambaikan tangan kanannya lewat bahu.
"Pemuda tidak tahu diri! Disuruh datang bulan purnama empat belas hari berani
unjuk tampang hari ini!"
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Wiro terkejut sekali. Dan sewaktu dia menyadari bahwa lambaian tangan si rambut
putih panjang itu menyambarkan angin yang sangat deras, maka segala sesuatunya telah
kasip. Mendadak
sontak detik itu juga Wiro merasakan tubuhnya menjadi kaku laksana patung batu.
Dia berseru, tapi
mulutnya terkunci tak bisa keluarkan suara. Karena otaknya masih tetap bisa
berjalan Wiro memaklumi bahwa dirinya telah ditotok secara lihai luar biasa hingga tak bisa
bicara dan bergerak.
Yang membuat Pendekar 212 menjadi penasaran sekali ialah karena sesudah menotok
dirinya, si rambut panjang kemudian keluarkan suara seperti lebah membuat
sarang, rupanya dia
tengah membaca mantera tapi tiada jelas entah mantera apa yang dilafatkannya. Di
samping itu Wiro merasa aneh pula melihat kedelapan gadis baju biru itu duduk bersila
meramkan mata tiada
bergerak. Apakah mereka semuanya juga kena ditotok dan apa yang tengah dilakukan
si rambut putih panjang itu terhadap mereka" Wiro saat itu merasakan dirinya seperti
seekor lalat yang
sesudah dipukul dibiarkan tak perduli begitu saja!
Tiba-tiba si rambut putih angkat kedua tangannya. Suara lafat manteranya semakin
keras. Kedua tangan kemudian turun lagi untuk mengangkat sebuah panci tanah besar yang
berisi air putih
dan kembang tujuh rupa. Aneh sekali air yang di dalam baskom itu kemudian
memancur delapan
dan setiap pancuran jatuh ke atas kepala masing-masing gadis baju biru.
Wiro terlongong-longong saking kagumnya. Kehebatan tenaga dalam manusia rambut
putih itu benar-benar luar biasa. Seorang yang tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat
sempurna bisa saja membuat air di dalam panci tanah itu muncrat ke atas, tetapi untuk
membaginya dalam delapan
pancuran itu bukan satu hal yang mudah, tidak sembarang manusia bisa
melakukannya. Eyang
Sinto Gendeng sendiri mungkin belum tentu dapat.
Begitu air dalam panci tanah habis, si rambut putih turunkan panci itu. Kembali
terdengar suara lafat manteranya yang seperti lebah bersarang itu. Kemudian sunyi sebentar
lalu menyusul suaranya berkata dan ternyata adalah suara seorang laki-laki.
"Delapan gadis, kalian telah minum obatku, kalian telah kusiram dengan air
kembang. Kini otak kalian telah bersih, hati kalian telah putih. Kalian telah bisa memulai
hidup baru yang lurus dan
baik. Sekarang kubukakan mata kalian kembali yang telah terpicing selama
beberapa hari ini."
Si rambut panjang putih sapukan tangan kirinya dari samping kanan ke samping
kiri. Aneh sekali maka kedelapan gadis itu yang tadi pejamkan mata kini membuka mata
masing-masing satu
demi satu, tak ubahnya seperti barusan bangun tidur. Jelas mereka terkejut
sewaktu melihat tubuh
Wiro Sableng yang berdiri mematung di ambang pintu. Namun terhadap si rambut
putih mereka tiada berani bertanya dan sama tundukkan kepala. Tundukkan kepala ini membuat
Wiro tak mengerti. Apa hubungan kedelapan gadis itu dengan si rambut putih. Apa
sebenarnya yang telah
terjadi dengan mereka sehingga gadis-gadis yang galak dan kejam itu kini
kelihatannya seperti
gadis-gadis pingitan yang paling patuh"!
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Dengar Kiai...." jawab delapan gadis bersamaan.
"Kiai!" desis Wiro Sableng dalam hati. Laki-laki berambut putih itu dipanggil
dengan sebutan "Kiai" Dan Wiro heran padahal kedelapan gadis itu tadi meramkan mata
seperti orang tidur,
mengapa mereka menjawab bahwa mereka telah mendengar segala ucapan sang kiai"
"Sekarang kalian kuperkenankan meninggalkan tempat ini. Pergilah dan jangan
kembali lagi. Dunia baru yang indah suci menyambut kalian. Menurut penglihatanku, hidup kalian
semua akan menemui keberuntungan. Nah sekarang pergilah dan kuharap kalian tidak usah
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Tinggalkan Pulau Madura, jangan kembali lagi untuk
selama-lamanya!"
Delapan gadis itu saling pandang satu sama lain lalu serentak mereka berdiri.
Setelah menjura berulang kali di hadapan laki-laki berambut putih panjang, mengucapkan
terima kasih dan
berpamitan maka semuanya melangkah ke pintu dengan menundukkan kepala. Setiap
mereka melirik ke samping sewaktu mereka melewati Pendekar 212 yang berdiri mematung di
ambang pintu itu. Setelah kedelapan gadis itu berlalu, laki laki berambut putih untuk pertama
kalinya balikkan
badan dan berdiri. Ternyata dia adalah seorang tua renta yang bermuka licin
klimis. Menurut Wiro
umurnya lebih tua dari Eyang Sinto Gendeng.
Langkah orang tua yang masih berbadan tegap ini begitu enteng sewaktu dia maju
ke hadapan Wiro. "Pemuda tolol!" desis sang kiai. "Belum saatmu untuk datang ke mari! Apa kau
lupa bulan purnama empat belas hari"! Tolol! Kau akan kaku tegang di ambang pintu ini
selama tiga hari tiga
malam! Rasakan sendiri!"
Wiro menggerutu dalam hati. Orang tua di hadapannya berkelebat dan sukar sekali
untuk dapat dilihat dengan jelas tahu-tahu tubuhnya sudah lenyap dari hadapan Wiro
Sableng. "Benar-benar luar biasa gerakannya," kata Wiro dalam hati. Tapi bila dia ingat
bahwa dia musti berdiri di situ dalam keadaan kaku tegang selama tiga hari tiga malam,
maka kembali pendekar ini menggerutu habis-habisan.
Setelah berjam-jam berdiri di tempat itu Wiro yakin bahwa di luar goa hari telah
malam. Seumur hidupnya baru kali inilah dia ditotok orang. Meski totokan itu tidak
membuat dia terluka di
dalam tapi mematung demikian rupa selama tiga hari tiga malam sungguh merupakan
siksaan bagi Wiro Sableng. Hatinya kembali memaki-maki sewaktu perutnya mulai mengeluarkan
suara bergereokkan tanda minta diisi.
"Diamlah perut sialan!" rutuk Wiro. "Selama tiga hari tiga malam kau tak akan
mendapat isi!" Mendadak, baru saja dia habis memaki demikian sesosok bayangan biru berkelebat
dan tahu-tahu Inani berada di hadapan Wiro Sableng. Sang Pendekar memandang tak
berkedip pada scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
gadis jelita berkulit kuning langsat ini, dan berpikir-pikir mengapa pula gadis
ini muncul di dalam
goa kembali, padahal dia sudah disuruh pergi oleh laki-laki tua tadi dan tidak
diizinkan kembali lagi"
"Saudara, aku akan tolong lepaskan totokanmu," kata Inani pula setelah mereka
berperang pandang beberapa ketika lamanya.
"Bagus!" ujar Wiro dalam hati. Dia gembira. Inani maju satu tindak. Tangan
kanannya dengan cepat bergerak untuk membebaskan totokan di tubuh Wiro Sableng.
Tapi apa lacur. Sebelum hal itu sempat dilakukan Inani tiba-tiba di ruangan itu
mengumandang suara tertawa macam ringkikkan kuda dan tahu-tahu laki-laki tua
berambut putih sudah berada di hadapan mereka.
"Bagus betul perbuatanmu Inani!"
Inani berubah pucat parasnya. Kepalanya ditundukkan tak berani memandang si
orang tua. "Apa kau lupa ucapanku bahwa kau musti pergi meninggalkan Pulau Madura ini dan
tidak boleh kembali kemari" Jawab!"
"Mohon maaf Kiai. Aku...."
"Kau juga tolol!" sentak sang kiai. "Apa perlu kau kembali datang kemari"! Apa
perlu kau tolong pemuda ini"! Jawab!"
"Maaf Kiai...."
"Apa dia kekasihmu"!"
Merah paras Inani. Kepalanya semakin ditundukkan.
"Apa dia gendakmu"!"
Tambah merah paras gadis berbaju biru itu.
"Jawab! Kenapa kau mau membebaskan itu."
"Aku... aku merasa berhutang budi padanya, Kiai." sahut Inani.
"Hutang budi macam mana" Apa dia pernah menolongmu?"
Inani menggigit bibirnya. Dia kembali ke situ karena merasa kasihan melihat Wiro
Sableng
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditotok. Tapi apa yang menyebabkan dia kasihan pada pemuda itu dia sendiri tak
bisa mengerti. Dia
kembali ke Goa Belerang seperti ada yang mendorong-dorongnya.
"Gadis tolol! Kau musti terima hukuman seperti pemuda tolol ini!"
Laki-laki tua itu lambaikan tangan kirinya. Mendadak sontak maka kaku teganglah
tubuh Inani. Dia berdiri mematung tepat berhadap-hadapan dan dekat sekali di muka
Pendekar 212. Si
orang tua sendiri begitu menotok tubuh Inani berkelebat pula lenyap dari ruangan
itu. * * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
13 Wiro Sableng dan Inani tak tahu sudah berapa lama atau sudah berapa hari mereka
berada di dalam Goa Belerang itu. Yang mereka rasakan ialah bahwa mereka seperti sudah
bertahun-tahun tersekap di situ, tak bisa bicara, tak bisa gerakkan badan. Selama puluhan jam
mereka berdiri berpandang-pandangan sehingga dalam hati masing-masing timbul perasaan-perasaan
aneh. Meski mereka tidak bisa membuka mulut untuk bersuara dan bicara tapi pandangan mata
mereka satu sama lain sudah lebih daripada ucapan yang bagaimanapun panjangnya. Sinar mata
mereka sudah lebih daripada pengutaraan perasaan yang bagaimanapun mendalamnya. Berpandangan
dan berpandangan hanya itulah yang bisa dilakukan kedua orang itu. Dan ini adalah
satu-satunya hiburan bagi mereka selama puluhan jam berada di situ.
Kedua orang itu tiba-tiba kernyitkan mata. Lapat-lapat terdengar suara tertawa
meringkik. Dan sesaat kemudian sosok tubuh laki-laki tua yang dipanggilkan kiai itu sudah
muncul di ruangan
tersebut. Dia masih tertawa meringkik macam kuda begitu untuk beberapa lama
sambil pandangi
paras kedua orang di hadapannya. Kemudian ketika suara tertawanya berhenti
mulutnya bertanya.
"Apa kalian sudah puas tegak berpandang-pandangan?"
Inani menjadi merah mukanya sedang Wiro memaki dalam hati. Apakah waktu yang
tiga hari itu sudah berlalu" Apakah sekarang malam bulan purnama empat belas hari"
Apakah sekarang
saatnya si orang tua membebaskan totokan di tubuhnya dan di tubuh gadis yang
bernama Inani itu"
Inani dan Wiro memperhatikan si orang tua duduk di tengah ruangan, di atas
sebuah bantalan berumbai-umbai yang dikeluarkannya dari balik kain selempang putihnya.
Setelah memandangi paras kedua orang itu beberapa lama baru si orang tua lambaikan
tangannya kiri kanan.
Dua larik angin tipis menyambar ke tubuh Inani dan Wiro Sableng. Dengan serta
merta lenyaplah
totokan yang telah membuat kedua orang ini tak berdaya selama puluhan jam.
Seorang tua tertawa
mengekeh dan manggut-manggutkan kepalanya beberapa kali.
Meski selama ini Wiro di dalam hati tiada hentinya memaki serta menggerutui si
orang tua, namun begitu totokannya lepas dan menyadari bahwa manusia berambut putih yang
duduk di hadapannya itu bukan manusia sembarangan maka Pendekar 212 menjura memberi
hormat. "Orang tua, dunia ini banyak dengan tokoh-tokoh aneh sakti luar biasa yang aku
manusia tolol ini tidak tahu siapa-siapa mereka adanya. Kuharap kau sudi memberitahu
siapa kau, orang
tua." Si orang tua mengusap rambutnya yang panjang putih beberapa kali. Setelah batuk-
batuk jumawa maka menjawablah dia.
"Namaku kau tak usah tahu, orang muda. Sebaliknya aku banyak tahu tentang
dirimu!" scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Terkejutlah Wiro. Ditelitinya paras orang tua itu lalu sekilas mengerling pada
Inani. Si orang tua tertawa mengekeh kembali.
"Aku berasal dari Bangkalan." Diusapnya lagi rambutnya baru meneruskan.
"Sembilan puluh tahun hidup di dunia ini sudah terlalu cukup lama. Sembilan puluh tahun
sudah cukup untuk
menyaksikan berbagai hal dalam dunia, menyaksikan kejahatan dan kebaikan,
menyaksikan kebaikan yang selalu ditentang oleh kejahatan. Pertentangan antara kebaikan dan
kejahatan di jagat
ini tak akan pernah habis-habisnya karena memang begitulah sifatnya alam yang
dijadikan Tuhan,
segala sesuatunya mempunyai lawan-lawannya, mempunyai pasang-pasangannya masing-
masing. Karena aku dan kau adalah manusia-manusia dari golongan putih, maka adalah tugas
kita untuk membasmi golongan hitam. Membasmi golongan hitam tentu saja bukan hal yang
mudah. Aku sendiri sebenarnya telah tertipu dalam hidupku sehingga tidak bisa berbuat
banyak untuk membasmi kejahatan dari muka bumi ini...."
Kiai Bangkalan memandang jauh ke depan seperti tengah merenung masa lampaunya
sedang nada suaranya tadi jelas sekali mengandung satu penjelasan yang mendalam.
"Kalian duduklah, jangan berdiri saja," ujar Kiai Bangkalan.
Setelah Wiro Sableng dan Inani duduk di hadapan orang tua itu maka Kiai
Bangkalan meneruskan bicaranya.
"Delapan penjuru angin dunia persilatan kini dibikin gempar oleh kejahatan yang
bersumber di Pulau Madura ini. Sumber kejahatan itu bukan lain daripada Dewi Siluman dan
anak-anak buahnya. Beberapa perguruan dan sebuah partai persilatan telah dihancurkan oleh
mereka. Belasan
tokoh-tokoh silat golongan putih serta beberapa lainnya yang hebat-hebat dari
golongan hitam mereka bunuh. Yang tertangkap hidup-hidup mereka siksa secara buas. Ringkas kata
siapa saja pihak yang tidak mau tunduk dan masuk dalam golongannya akan ditumpas musnah
oleh Dewi Siluman. Dan aku yang sudah tua ini hanya bisa makan hati, tak mungkin turun
tangan menumpas
sumber kejahatan yang ada di puIauku ini...." Lagi-lagi nada suara Kiai
Bangkalan membayangkan
penjelasan. Penuh rasa ingin tahu dan tidak mengerti maka Wiro Sableng beranikan diri
bertanya. "Mengapa tidak mungkin, Kiai Bangkalan. Mengapa tidak bisa" Menurut
penglihatanku ilmumu
tinggi luar biasa. Bagimu tentu mudah saja untuk menumpas Dewi Siluman dan
gerombolannya."
Kiai Bangkalan tertawa tawar.
"Banyak orang yang menduga sepertimu itu," katanya. "Tapi di jagat yang luas ini
ilmu manusia manakah yang benar-benar sempurna, yang benar-benar tinggi" Semakin
tinggi ilmu seseorang semakin harus disadari bahwa di atasnya masih banyak lagi ilmu-ilmu
yang tinggi yang
tak bakal sanggup dicapainya. Kemampuan dan pikiran manusia mempunyai titik
batas. Bila dia
coba untuk melampaui titik batas itu di luar kemampuannya, dirinya akan rusak,
malapetaka akan
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
datang! Dan itu kemudian akan mudah menjadi sarang atau sumbernya kejahatan!
Kejahatan muncul di mana-mana akibat manusia berusaha melampaui titik batasnya, melewati
garis yang telah
ditentukan. Kemudian bila datang kebaikan walau bagaimanapun kuatnya kejahatan
itu, di satu hari
dia akan kena ditumpas juga. Aku yang sudah tua menyesalkan hidup badanku yang
rongsokan ini karena di saat mau mampus begini tidak bisa berbuat banyak menumpas kejahatan
Tapi aku masih bergembira sedikit. Sebelum ajal datang aku telah bertemu dengan kau, orang
muda! Menurut penglihatanku, kau satu-satunya manusia saat ini yang sanggup menumpas kejahatan
Dewi Siluman! Ingat kejahatannnya, bukan orangnya!"
"Kiai Bangkalan, aku yang muda tolol ini bisa apakah?" kata Wiro Sableng pula.
"Terus terang aku tak mengerti mengapa kau mengatakan tak bisa berbuat banyak menumpas
kejahatan. Bukankah ilmumu tinggi sekali. Dewi Siluman tentu akan mudah kau tumpas."
Kiai Bangkalan hela nafas dan geleng-gelengkan kepalanya.
"Aku hanya memiliki dua macam ilmu, orang muda. Dua macam ilmu itu saja tak
sanggup untuk menumpas kejahatan Dewi Siluman. Di samping itu seperti aku terangkan
tadi, sebenarnya
aku yang sudah tua ini telah kena tertipu...." Setelah menghela nafas dalam
sekali lagi baru Kiai
Bangkalan meneruskan. "Dua macam ilmu yang kumiliki ialah kecepatan bergerak dan
ilmu pengobatan. Mana mungkin dua macam ilmu itu bisa diandalkan untuk menghadapi
Dewi Siluman yang sakti luar biasa"!"
"Tapi kau juga memiliki ilmu totokan yang teramat lihai!" ujar Wiro.
Kiai Bangkalan tertawa. "Setiap ilmu totokan dasarnya adalah sama, sama seperti
yang dimiliki oleh kau dan Inani. Cuma karena aku memiliki ilmu kecepatan bergerak
maka orang tidak
bisa menduga dan tak sempat berkelit ketika aku menotok tubuhnya. Itu telah kau
saksikan dan rasakan sendiri!"
"Kalau kau bisa bergerak luar biasa cepatnya, tentu kau bisa menotok Dewi
Siluman kemudian menjatuhkan hukuman yang setimpal terhadapnya," kata-kata Wiro Sableng
pula. "Betul, tapi justru hal itulah yang tak bisa kulakukan," sahut Kiai Bangkalan.
"Kenapa tidak bisa?"
"Aku telah tertipu. Ah... biarlah aku terangkan pada kalian agar jelas. Tubuh
tua rongsokan ini tak guna lagi menyimpan segala rahasia hidupnya!"
Kiai Bangkalan merenung sejenak baru membuka mulut kembali. "Sesungguhnya guru
dari Dewi Siluman adalah adik seperguruanku sendiri. Namanya Lara Permani. Dari guru,
aku menuntut dua macam ilmu yang kusebutkan tadi yaitu ilmu pengobatan dan ilmu
gerakan cepat. Sebaliknya sebagai murid yang dikasihi oleh guru, Lara Permani diwariskan banyak
ilmu yang hebat-hebat. Di antaranya Ilmu Jala Sutera Sakti, Ilmu Racun Biru dan yang
paling hebat Ilmu Seribu Siluman Mengamuk. Sebegitu jauh tak ada satu ilmu di
dunia ini pun yang sanggup
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
mengalahkan Ilmu Seribu Siluman Mengamuk itu. Tapi walau bagaimanapun setiap
ilmu di dunia ini tak ada yang maha sempurna, selalu saja ada kelemahannya, demikian juga
dengan Ilmu Seribu
Siluman Mengamuk...."
"Apakah kelemahannya, Kiai?" tanya Wiro.
"Itu tidak bisa kuberitahu. Aku telah bersumpah!"
Inani dan Wiro kernyitkan kening keheranan. Sebelum salah seorang dari mereka
bertanya maka Kiai Bangkalan sudah berkata. "Antara aku dan Lara Permani karena demikian
eratnya hubungan kami, kami saling mencinta. Namun malapetaka tiba. Lara Permani sewaktu
turun ke dunia persilatan telah tergoda oleh segala macam urusan duniawi sehingga dia
menempuh jalan salah. Aku yang mencintainya dengan amat sangat tak bisa berbuat apa-apa, tak
bisa melarangnya
agar meninggalkan segala urusan kotor dunia. Malah entah bagaimana aku menjadi
tolol dan suatu
hari di hadapannya aku bersumpah atas nama Tuhan bahwa aku tak akan ikut campur,
tak akan turun tangan terhadap segala perbuatannya, juga terhadap segala perbuatan
muridnya bila kelak dia
mempunyai murid! Sekarang Lara Permani sudah mati. Dan Dewi Siluman itu adalah
muridnya! Aku tak bisa berbuat apa secara langsung terhadap kejahatan Dewi Siluman karena
aku terikat sumpah!" Wiro dan Inani termangu sejurus.
Wiro kemudian berkata. "Lara Permani kini sudah tiada. Berarti sumpah yang Kiai
buat terhadapnya batal, tak berlaku lagi!"
Kiai Bangkalan geleng-gelengkan kepala. "Sumpah seorang manusia terhadap manusia
sekaligus terikat pada Tuhan. Meskipun salah seorang dari mereka sudah mati,
tapi yang masih
hidup tetap terikat pada Tuhan yang telah menyaksikan sumpahnya itu!"
"Kalau begitu kejahatan Dewi Siluman tak akan bisa dibasmi," kata Wiro.
"Kaulah yang akan membasminya!" jawab Kiai Bangkalan.
"Tapi ilmuku sangat dangkal sekali Kiai. Kalau kau bisa memberikan sedikit
petunjuk...."
Kiai Bangkalan tersenyum.
"Di Goa Belerang ini telah kujanjikan padamu untuk datang mengetahui tingginya
gunung dalamnya lautan. Meski aku terikat sumpah dan tak bisa turun tangan secara
langsung, namun ada
cara lain bagiku untuk berbuat kebaikan. Jika cara ini dianggap melanggar
sumpah, biarlah badan
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tua renta ini rela menerima hukumannya!"
Dari balik pakaiannya Kiai Bangkalan mengeluarkan secarik kertas putih. Kertas
itu disodorkannya ke hadapan Wiro Sableng seraya berkata. "Dengan inilah kau bakal
bisa menumpas kejahatan Dewi Siluman."
Wiro menerima kertas itu dan menelitinya. Di atas kertas putih ini ternyata ada
dua bait tulisan yang berbunyi.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Ilmu Seribu Siluman Mengamuk teramat sakti.
Hanya suara yang sanggup mengalahkannya.
"Kiai, aku tak mengerti maksud tulisan ini. Mohon petunjukmu...."
Kiai Bangkalan hela nafas dan gelengkan kepala. "Tak mungkin orang muda. Aku
terikat dengan sumpah. Aku tak bisa menerangkan langsung kelemahan Ilmu Seribu Siluman
Mengamuk kepadamu. Kau harus pecahkan sendiri rahasia yang ada di dalam dua bait tulisan
itu.... Kuharap
kau tak bertanya lebih jauh."
Wiro membaca lagi dua bait tulisan itu lalu memasukkan kertas tersebut ke balik
pakaiannya. Kiai Bangkalan berpaling pada Inani. Dia tersenyum dan berkata. "Meski tempo
hari aku marah sekali melihat kau datang kemari tapi sebenarnya diam-diam aku merasa
gembira karena kau
bisa membantuku untuk melaksanakan cita-cita baikku. Kau ingat bagaimana aku
telah membersihkan otakmu serta kawan-kawanmu dengan sejenis obat?"
"Ingat Kiai."
Kiai Bangkalan keluarkan sebuah botol berisi cairan hitam. "Aku telah meramu
lagi sejenis obat baru," katanya dan meletakkan botol kecil itu di hadapannya. "Kau harus
ikut bersama Wiro ke
Bukit Tunggul dan menolong kawan-kawanmu yang sudah dikotori otaknya oleh Dewi
Siluman. Bagaimana caranya terserah padamu, yang penting kau harus dapat meminumkan
setetes obat ini ke
dalam mulut kawan-kawanmu sehingga mereka kembali menjadi bersih otaknya dan
kembali ke jalan yang benar! Aku tak mengizinkan kau membunuh seorang pun dari mereka!
Semua kawan- kawanku tersesat karena tidak sadar!"
"Tapi mana mungkin aku sanggup, Kiai" Setiap kawan-kawanku sakti semua dan
jumlah mereka banyak!" kata Inani.
"Kau tak usah khawatir. Aku akan turunkan ilmu gerakan cepat padamu sehingga kau
dengan mudah bisa menotok mereka lalu memasukkan setetes obat ini ke dalam mulut
mereka!" Inani gembira sekali. Buru-buru dia menjura dan mengucapkan terima kasih. Kiai
Bangkalan memandang pada Wiro. "Orang muda, kuharap kau jangan kecewa karena
saat ini aku tidak memberikan ilmu apa-apa padamu. Tapi di lain hari, bila tugasmu sudah
selesai di Bukit
Tunggul kuharap kau suka datang kemari untuk menerima pelajaran ilmu pengobatan
dariku." Gembiralah Wiro Sableng dan buru-buru dia menjura serta mengucapkan terima
kasih. "Sebelum kalian pergi," kata Kiai Bangkalan pula. "Ada satu hal yang harus
kalian ingat, terutama kau orang muda karena kaulah yang bakal berhadapan dengan Dewi Siluman.
Musti disadari bahwa sesungguhnya kejahatan yang dibuat oleh manusia itu adalah karena
dipengaruhi oleh suasana sekitarnya, dipengaruhi oleh keadaan duniawi di sekelilingnya. Pada
dasarnya semua,
manusia adalah baik. Karena itu kuharap kau jangan menurunkan tangan maut
terhadap Dewi Siluman." scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Tapi Kiai, perempuan itu telah membuat kejahatan yang tak bisa diampunkan.
Puluhan manusia tak berdosa telah dibunuhnya!" kata Wiro pula.
"Betul. Itu memang betul. Namun demikian soal nyawa manusia bukanlah urusan
kita. Nyawa orang lain bukan milik kita. Soal nyawa adalah hak dan kuasanya Tuhan kita
manusia sekali-kali tidak diperbolehkan membunuh, kecuali dalam perang atau pertempuran
di mana kita benar-benar sudah terdesak. Karena itu usahakanlah dulu untuk menyadari Dewi
Siluman dari segala kejahatannya, bersihkanlah otaknya dengan obat ini!" Lalu Kiai Bangkalan
mengeluarkan sebutir pil hitam dan diberikan kepada Wiro. "Bila nanti ternyata usahamu gagal,
baru kau boleh menurunkan tangan maut. Itupun bila kau terdesak dan tak punya jalan lain lagi!
Nah sekarang pergilah!"
"Terima kasih atas segala petunjukmu Kiai," kata Wiro Sableng sambil menjura
dalam. Inani juga melakukan hal yang sama. Sewaktu mereka mengangkat kepala kembali
ternyata Kiai Bangkalan telah lenyap. Bukan main terkejutnya mereka. Benar-benar luar biasa
cepatnya gerakan
orang tua itu. Wiro geleng-gelengkan kepala. Sementara itu Inani berdiri dengan
paras berubah. "Ada apa?" tanya Wiro.
"Waktu aku menjura tadi, kurasa ada yang menepuk bahu kananku dengan keras.
Sekarang tubuhku terasa ringan sekali macam kapas!"
Wiro Sableng kerenyitkan kening. Tiba-tiba dia ingat akan ucapan Kiai Bangkalan
bahwa dia hendak menurunkan ilmu kecepatan gerak pada gadis itu.
"Mungkin itulah cara dia menepati janjinya!" kata Wiro. "Coba kau berkelebat!"
Inani tekankan kedua kakinya ke lantai. Tubuhnya bergerak dan kejap itu pula
lenyap dari pandangan mata Wiro Sableng, sedetik kemudian muncul lagi di hadapannya.
"Saudara! Aku benar-benar tak mengerti bagaimana gerakanku bisa sehebat ini!"
seru Inani gembira. Wiro Sableng geleng-gelengkan kepala "Benar-benar aneh sekali cara Kiai
Bangkalan menurunkan ilmunya kepadamu," kata Wiro pula. "Kau beruntung Inani, eh, bukankah
namamu Inani...?"
Si gadis anggukkan kepalanya malu-malu. "Kau sendiri siapa?"
"Panggil aku Wiro," jawab Pendekar 212.
"Bagaimana kalau kita berangkat ke Bukit Tunggul sekarang?" tanya Inani.
"Memang lebih cepat lebih baik. Tapi untuk membuat urusan dengan Dewi Siluman
kita tunggu sampai besok pagi. Nah, ayolah!"
Kedua orang itu pun dengan segera meninggalkan Goa Belerang. Meskipun malam itu
bulan purnama bersinar terang namun dengan susah payah baru akhirnya Inani dan Wiro
bisa keluar dari
dasar air terjun.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
14 Di ufuk timur fajar kelihatan sudah menyingsing. Sebentar lagi sang surya
penerang jagat akan memunculkan diri, merenggutkan malam menggantikannya dengan pagi hari yang
kemudian disusul oleh kedatangan siang. Dua titik putih dan biru kelihatan remang-remang
bergerak sangat
cepat dari arah tenggara. Ternyata dua titik ini adalah sosok tubuh Inani dan
Pendekar 212 Wiro
Sableng. Tengah malam tadi mereka berkemah di tepi rimba belantara dan menjelang
pagi baru meneruskan perjalanan ke Bukit Tunggul. Satu keuntungan bagi Wiro karena dia
bersama Inani sehingga tak usah bersusah payah mencari di mana letaknya Bukit Tunggul. Tepat
pada saat matahari munculkan diri di ufuk timur maka kedua orang itu sudah berada di kaki
bukit sebelah timur. Sementara keduanya mencari mulut terowongan yang akan membawa mereka ke
Istana Dewi Siluman, tiga sosok bayangan biru muncul menghadang mereka.
"Hai Inani! Kau rupanya!" seru salah seorang dan ketiga gadis baju biru yang
bukan lain dari anak-anak buah Dewi Siluman yang habis melakukan perondaan.
"Hai!" seru Inani sambil lambaikan tangan kanan. Dan saat itu juga ketiga gadis
baju biru itu merasakan tubuh mereka kaku tegang tak sanggup lagi bergerak maupun bicara.
"Hebat sekali totokanmu, Inani!" kata Wiro memuji dengan tersenyum.
Inani cepat-cepat keluarkan botol obat hitam lalu dimasukkannya cairan itu
masing-masing setetes ke dalam mulut ketiga gadis itu, kemudian bersama Wiro dia segera
tinggalkan tempat itu
Sementara itu di sebuah kamar yang bagus luar biasa di anjungan pertama, Dewi
Siluman masih berbaring bermalas-malasan di atas pembaringan yang hangat lembut. Hari
telah siang tapi
malas sekali dia turun dari tempat tidur. Dia tahu bahwa anak-anak buahnya telah
menyiapkan segala sesuatunya untuk keperluan mandi pagi, di kolam dan mereka baru akan
muncul jika dia
sudah memanggil.
Dewi Siluman memperhatikan tubuh dan parasnya di kaca dalam kamar itu. Kemudian
dia teringat pada Inani. Jika gadis itu tidak sedang menunaikan tugas, pagi-pagi
seperti itu biasanya dia
telah memetik kecapi memberikan hiburan. Dewi Siluman menghitung-hitung hari.
Kekhawatiran untuk kesekian kalinya menyamaki hatinya. Kepergian Inani bersama Sarinten,
Wakani dan Laruni
sampai pagi itu tiada kabar beritanya. Apakah telah terjadi pula hal-hal yang
tak diinginkan dengan
mereka" Tapi kekhawatirannya itu agak berkurang sedikit kalau dia ingat bahwa
Laruni adalah anak
buahnya yang paling tinggi kepandaiannya.
Akhirnya Dewi Siluman juga berbaring berlama-lama. Dia bangun dan duduk sebentar
di tepi tempat tidur, memandang ke kaca, lalu sambil melangkah ke kaca besar itu
ditanggalkannya
pakaian tidurnya yang terbuat dari sutera biru halus berbunga-bunga hitam. Tanpa
selembar benang
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
pun menutupi badannya sang Dewi berdiri di muka kaca. Betapa indah potongan
tubuhnya, betapa
halus mulus kulitnya. Tapi betapa rindunya seluruh tubuh itu akan sentuhan
tangan seorang laki-laki.
Tiba-tiba pintu kamar diketuk orang.
Dewi Siluman memperhatikan kaca dari mana sekaligus dia dapat melihat pintu
kamar itu. Siapa pula yang mengganggunya, pikir sang Dewi. Mungkin Laruni atau seorang anak
buahnya yang datang membawa kabar tentang Laruni dan kawan-kawannya. Maka Dewi Siluman
mengenakan pakaian tidurnya kembali dan berkata. "Masuk!"
Pintu kamar terbuka.
Dan kagetlah Dewi Siluman. Yang masuk bukanlah Laruni, bukan pula salah seorang
anak buahnya, melainkan seorang pemuda berpakaian putih-putih, berambut gondrong dan
berparas gagah. Walau bagaimana pun kejam dan jahatnya hati seorang perempuan, namun dalam hal-
hal tertentu dia tak dapat menyembunyikan gerak refleks keperempuannya. Dewi Siluman
segera rapatkan pakaian tidurnya yang tipis lalu membentak marah, meski tidak seratus
persen marah. "Orang muda" Siapa kau yang berani berlaku lancang masuk ke kamarku"!"
Pemuda itu sunggingkan seulas senyum.
"Apakah aku berhadapan dengan Dewi Siluman Dari Bukit Tunggul?" tanyanya.
"Betul! Lekas terangkan siapa kau! Bagaimana kau bisa masuk ke Istanaku ini"!"
"Kalau aku tidak salah, bukankah Dewi selama ini mencari-cariku...?"
Berdebarlah hati Dewi Siluman.
"Jadi kau adalah pemuda yang tempo hari melarikan diri sewaktu mau ditangkap"!"
"Betul sekali Dewi. Barangkali kau bisa menerangkan salah apa yang kubuat sampai
diriku hendak ditawan oleh orang-orangmu?"
Dewi Siluman tertawa. Sungguh merdu suara tertawanya laksana taburan mutiara
yang berderai di lantai batu pualam.
"Sebelum kujawab pertanyaanmu harap terangkan dulu apa yang telah kau lakukan
terhadap delapan orang anak buahku hingga mereka tidak kembali sampai saat ini. Lalu
bagaimana kau bisa
masuk ke tempat ini!"
"Soal delapan anak buahmu itu mana aku tahu. Bagaimana aku sampai ke sini, biasa
saja. Kau mencari-cariku berarti aku sama saja diundang datang ke mari. Malah anak
buahmu mengantar
dan menunjukkan kamarmu ini."
Kembali Dewi Siluman tertawa merdu.
"Orang gagah, kuharap kau tahu di mana berada dan dengan siapa kau bicara...."
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Pemuda berambut gondrong yang bukan lain dari Pendekar 212 adanya angguk-
anggukkan kepala. "Nama besarmu sudah lama kudengar, Dewi. Namun sayang kebesaran namamu
itu bukan karena pekerjaan baik, tapi akibat kejahatan luar biasa yang tiada taranya!"
Dewi Siluman naikkan hidungnya.
"Apakah maksud kedatanganmu ke Pulau Madura ini sengaja mencari dan
menantangku"!"
"Kau bisa katakan demikian...."
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dewi Siluman tertawa panjang.
"Kau andalkan apakah maka berani membuat rencana dernikian?"
Wiro menjawab dengan balas tertawa.
Di atas sebuah meja di dalam kamar itu terletak sebuah patung perempuan
menjunjung kendi yang terbuat dari emas. Beratnya kira-kira tiga kilogram. Dewi Siluman
menunjuk pada patung itu dan berkata. "Kau lihat patung emas itu, orang muda"! Jika kau
sanggup melakukan
seperti yang akan kuperbuat baru kau pantas bermulut besar di hadapanku!"
Habis berkata begitu Dewi Siluman gerakkan tangan kanannya ke atas, telapak
tangan menghadap ke patung emas di atas meja. Perlahan-lahan patung di atas meja
bergerak, lalu laksana
ada sebuah tangan yang tiada kelihatan mengangkatnya, patung yang beratnya tiga
kilo itu naik ke
atas, melayang mendekati tangan Dewi Siluman, berhenti tegak di ujung jari
tengah Dewi Siluman,
lalu melayang lagi kembali ke tempatnya di atas meja.
Dengan senyum di bibir Dewi Siluman berpaling pada Wiro Sableng. "Bagaimana"
Sanggupkah kau melakukannya" Jika tidak sebaiknya kau lekas-lekas berlutut minta
ampun kepadaku! Kau tidak terlalu buruk untuk jadi hamba sahayaku!"
Wiro Sableng garuk-garuk kepalanya. Dewi Siluman tertawa melihat tingkah pemuda
ini. Diam-diam memang Wiro Sableng mengagumi sekali kehebatan tenaga dalam Dewi
Siluman. Meski demikian mana Pendekar 212 mau diremehkan begitu saja.
"Memang meniru seperti yang kau lakukan itu aku tidak bisa Dewi Siluman. Tapi
coba kau lihat. Kau kurang teliti hingga patung itu kembali ke tempatnya dalam keadaan
terbalik!"
Dewi Siluman palingkan kepala dengan rasa tak percaya. Ketika matanya membentur
patung di atas meja, terkejutlah sang Dewi. Patung perempuan menjunjung kendi
memang berdiri di
atas meja tapi dengan kaki ke atas dan kepala serta kendi di sebelah bawah.
Dewi Siluman putar kepalanya kembali pada Wiro Sableng. Sedikitpun dia tidak
melihat pemuda itu gerakkan tangannya. Tapi bagaimana patung itu bisa terbalik demikian.
Tiba-tiba sang Dewi keluarkan tertawanya yang merdu.
"Tenaga dalammu boleh juga orang muda! Ilmumu cukup tinggi! Aku ada usul bagus
untukmu!" Dewi Siluman melangkah ke tempat tidur. Dalam pakaian yang tipis itu
Wiro dapat scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
melihat jelas sekali sekujur tubuh Dewi Siluman. Sang Dewi kemudian duduk di
tepi tempat tidur.
"Aku yakin kau akan menyetujui usulku ini. Tapi harap kau terangkan namamu lebih
dulu." "Apakah namaku itu perlu betul bagimu?" tanya Wiro.
"Tentu!" jawab Dewi Siluman seraya matanya memandang penuh gairah ke paras Wiro.
Di mulutnya bermain seulas senyum. Dan dia menambahkan. "Seorang gagah dan berilmu
sepertimu ini musti diketahui dulu namanya!"
Wiro tersenyum. "Manusia dilahirkan tidak bernama," katanya. "Karenanya tak
perlu kuterangkan siapa namaku. Kau boleh panggil aku semaumu. Sekarang coba kau
terangkan usul bagus yang kau katakan itu!"
"Orang muda, kau terlalu jual mahal namamu! Tapi tak apa, aku senang pada laki-
laki yang berhati keras, betul-betul bernyali jantan! Dengar orang muda, walau kau tidak
mau beri tahu nama,
namun aku maklum bahwa kau memiliki ilmu yang cukup diandalkan. Setiap orang
berilmu tinggi mempunyai cita-cita besar. Bagaimana kalau kita berdampingan satu sama lain
dalam menguasai
dunia persilatan"!"
Wiro merenung macam orang tua lalu manggut-manggut. "Usulmu memang bagus...,"
katanya. Paras Dewi Siluman kelihatan gembira. "Tapi," sambung Wiro pula yang
membuat Dewi Siluman kembali berubah parasnya. "Aku datang ke sini bukan untuk menerima
segala macam usul
atau membuat segala macam perjanjian...."
Paras Dewi Siluman menegang. "Lalu?" sentaknya seraya berdiri dari tempat tidur.
Wiro menatap paras jelita itu beberapa lamanya. Pandangan ini membuat sang Dewi
bergetar hatinya.
"Segala sesuatu di dunia ini musti ada akhirnya," Wiro Sableng membuka
pembicaraan kembali. "Diakhiri atau berakhir sendirinya. Demikian pula dengan kejahatan...."
Dewi Siluman hendak membentak memotong ucapan Wiro Sableng. Tapi di bawah
sorotan mata si pemuda mulutnya tak kuasa dibukanya. Dia tegak tak bergerak di
tempatnya. "Setiap tokoh silat adalah wajar kalau mempunyai cita-cita untuk menguasai dunia
persilatan. Namun caranya juga musti cara wajar. Bukan dengan kejahatan tanpa
peri kemanusiaan.
Bukan dengan jalan membunuh anak-anak atau perempuan-perempuan atau manusia-
manusia tak berdaya dan tak berdosa. Bukan dengan menipu tokoh-tokoh silat, mengundang
mereka ke mari lalu
menjebloskannya di Ruang Penyiksaan...."
Dewi Siluman terkejut amat sangat. Dari mana si pemuda tahu akan hal itu" Tapi
untuk bertanya lagi-lagi mulutnya takluk membisu di bawah pandangan mata Pendekar 212.
"Bukan pula dengan menculik gadis-gadis cantik lalu, meracunnya dengan obat
kesetanan! Hendak menguasai dunia persilatan dengan cara seperti itu bukan saja tak akan
berhasil, tapi akan
membawa pelakunya pada satu kehancuran yang mengerikan, Kehancuran itulah suatu
akhir. scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Hancur sendiri atau dihancurkan. Dan kurasa kau tak mau menemui kehancuran atau
dihancurkan, Dewi Siluman. Bukankah begitu...?"
Tenggorokan Dewi Siluman turun naik. Tiba-tiba meledaklah kemarahannya. "Orang
muda! Bicaramu keliwat pandai! Apakah kau juga pandai menerima pukulanku ini"!"
Laksana kilat Dewi Siluman hantamkan tangan kanannya ke arah Wiro. Satu larik
sinar biru yang amat panas menderu. Di seberang sana Pendekar 212 berkelebat dan "brak!"
Dinding kamar di
belakangnya hancur lebur, runtuh merupakan satu lobang besar kini.
"Kau menghancurkan dirimu sendiri, Dewi Siluman," desis Wiro Sableng disertai
lontaran senyum. "Tidak sukar untuk kembali ke jalan yang baik. Di jalan yang baik itu
kau akan melihat
satu jalan lurus yang wajar untuk menguasai dunia persilatan ini!"
Dewi Siluman melotot besar sewaktu melihat Pendekar 212 berhasil mengelakkan
diri dari serangan "Angin Biru"nya tadi.
"Orang muda, pintu masih terbuka bagimu untuk menguasai dunia persilatan ini
bersamaku menurut caraku!"
"Menyesal sekali, Dewi...."
"Kau yang akan menyesal jika kau menolaknya!" tukas Dewi Siluman. "Meski ilmumu
setinggi langit tapi tak satu manusia pun yang bisa menghancurkanku!"
"Bukan orang lain yang akan menghancurkanmu, tapi kau sendiri," sahut Pendekar
212. Dewi Siluman tertawa aneh. Dia kembali duduk di tepi tempat tidur.
"Jangan kelewat memandang sebelah mata terhadap Dewi Siluman, orang muda. Kalau
aku tidak melihat bahwa kau bakal mempunyai peruntungan baik bersamaku, siang-siang
aku sudah hancurkan kepalamu!" Dewi Siluman tertawa lagi lalu rebahkan dirinya perlahan-
lahan di atas tempat tidur. Pakaian tidurnya tersibak dan menjulai ke lantai yang ditutupi
permadani tebal. Mata
Pendekar 212 mengecil, sejenak hatinya digelorai oleh darah muda.
"Orang gagah, kemarilah!" panggil Dewi Siluman. Suaranya berubah merdu tidak
membentak lagi.
Wiro tetap berdiri di tempatnya.
"Kemarilah...." Dewi Siluman lambaikan tangannya.
Pendekar 212 melangkah. Dia berhenti satu tombak dari samping tempat tidur.
Gelora darah mudanya semakin menyentak-nyentak.
Dewi Siluman menopang dagunya dengan telapak tangan kanan, memandang gairah pada
si pemuda lalu berkata. "Seluruh isi Istana ini akan menjadi milikmu, orang muda.
Dunia persilatan
akan berada di tanganmu. Dan kita hidup berdua di sini. Bukankah indah
sekali...?" Dewi Siluman
menggerak-gerakkan kakinya.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Kedengarannya memang begitu," sahut Wiro. "Tapi akan lebih indah lagi bila kau
mau menelan pil ini...."
Dewi Siluman kerenyitkan kening sipitkan mata dan memandang pada sebuah benda
kecil hitam di tangan Wiro Sableng.
"Pil apa itu?" tanya Dewi Siluman acuh tak acuh.
"Pada dasarnya manusia itu semuanya berhati dan berpikir baik. Tapi kekotoran
duniawi meracuni hati dan pikirannya. Obat ini akan sanggup membersihkan kembali racun
hati dan racun pikiran yang jahat itu, Dewi Siluman!"
Dewi Siluman tertawa berderai.
"Maksudmu kau mau mengobati diriku, orang muda?"
Wiro anggukkan kepala.
Dewi Siluman tertawa lagi panjang-panjang.
"Hanya orang sakit yang minum obat. Aku tidak sakit."
"Kau memang sakit Dewi Siluman, sudah sejak lama," kata Wiro pula.
Dewi siluman luruskan kedua kakinya yang mulus bagus.
"Aku akan telan pil itu," kata Dewi Siluman. "Tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Berbaringlah di sampingku."
Bergelegar dada Pendekar 212. Darah muda di tubuhnya laksana hempasan ombak yang
memukul batu karang di pantai curam.
"Kau perlu istirahat, orang gagah. Kau perlu tidur," kata Dewi Siluman penuh
genit. Kegenitan yang mengandung racun.
"Soal tidur soal gampang Dewi," kata Wiro dengan menahan kobaran darah mudanya.
"Kebaikan adalah yang paling dulu musti dikerjakan. Kuharap kau bersedia menelan
obat ini...."
Dewi Siluman tersenyum.
"Aku ingin sekali menghiburmu, tapi sayang, gadis pemetik kecapi itu tak ada di
sini...." "Inani maksudmu" Aku telah bertemu dengan dia."
Kagetlah Dewi Siluman.
"Dan bukan dia sendiri. Dewi, tapi juga tujuh orang lainnya...."
"Kau apakan mereka?"
"Mereka gadis-gadis cantik yang kini menjadi kawan-kawanku. Otaknya telah
dicuci!" "Kau yang melakukannya"!"
"Kiai Bangkalan!"
Membersilah paras Dewi Siluman. Dadanya menggemuruh. Tapi gelora amarah ini
kemudian mengendur sedikit. Dia duduk di tepi tempat tidur kembali.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Aku tak perduli dengan mereka. Aku bisa melupakan mereka, juga kakek-kakek
keparat, bernama Kiai Bangkalan itu. Tapi kau musti menjadi milikku, orang muda, musti!"
Dan habis berkata begitu Dewi Siluman buka pakaian tidurnya lalu dalam keadaan tanpa
pakaian selembar
benang pun dia melangkah ke hadapan Wiro Sableng.
Mulut Pendekar 212 komat-kamit. Digaruknya kepalanya. Dia bergerak ke samping
sewaktu Dewi Siluman melompatnya.
"Orang muda, apakah aku tak boleh memelukmu" Apakah aku tak boleh menyentuh
tubuhku pada tubuhmu...?"
"Boleh saja tapi sekarang bukan saatnya."
"Justru sekarang inilah saatnya" dan Dewi Siluman menerjang ke muka hendak
meraih tubuh Wiro Sableng. Sekali lagi Wiro berkelit.
"Kau keterlaluan orang muda! Apakah aku harus mengemis terhadapmu"! Peluk aku
orang muda. Cium parasku, bibirku, dadaku... semuanya...."
"Buset!" ujar Wiro Sableng dalam hati sementara Dewi Siluman melangkah
mendekatinya. "Dengar Dewi, aku akan cium kau mulai dari ubun-ubun sampai ke telapak kaki.
Tapi telan pil ini...." Wiro acungkan tangan kanannya,
Tiba-tiba Dewi Siluman berseru nyaring. Tubuhnya berkelebat laksana kilat.
Pendekar 212 terkejut hebat sewaktu lengannya dipukul oleh Dewi Siluman hingga pil hitam yang
dipegangnya mental ke udara" Sebelum dia bisa berbuat suatu apa, pil itu sudah berada dalam
genggaman Dewi Siluman. Sekali tangan itu meremas maka hancurlah pil pembersih otak dan hati
itu. "Sekarang tidak ada lagi segala macam obat terkutuk! Yang ada kau dan aku! Mari
orang muda... mari...!"
Pendekar 212 mulai beringasan dan penasaran.
"Aku telah datang membawa kebaikan untukmu Dewi Siluman! Tapi kejahatan di dalam
dirimu memang sudah sedalam lautan setinggi langit! Aku tunggu kau di taman
Istana!" "Kau mencari mati orang muda"!"
"Dan kau mencari mampus!"
"Bedebah!" maki Dewi Siluman. Dia tepukkan tangannya tiga kali berturut-turut
dan memandang berkeliling dengan heran.
"Aha... kau memanggil anak-anak buahmu Dewi Siluman" Mereka tak akan muncul!
Semuanya telah dicekok dengan obat pembersih otak!"
Kaget Dewi Siluman bukan main.
"Manusia tolol! Diberi kesenangan malah minta mati percuma! Aku akan siksa kau
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di Ruang Penyiksaan! Aku akan rebus tubuhmu!"
Wiro tertawa gelak-gelak.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
"Ruang Penyiksaan hanya tinggal nama saja lagi!" sahutnya. "Tiga tokoh silat
yang masih hidup sudah kubebaskan dan ruangan itu hanya merupakan puing-puing hancur, satu
pertanda bagi kehancuranmu sendiri! Aku tunggu kau di taman! Jika otakmu masih diracuni oleh
kejahatan, taman itu akan menjadi kuburmu! Dan jangan coba-coba larikan diri Dewi. Setiap
jalan rahasia sudah dijaga!"
"Setan alas! Mampuslah!" teriak Dewi Siluman. Kedua tangannya dipukulkan ke
muka. "Wuss!"
Dua sinar biru menderu ganas. Tapi Wiro Sableng sudah tendang pintu dan keluar
dari kamar itu. * * * scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
15 Suasana di taman Istana yang indah itu kini diselimuti kesunyian yang
menggidikkan. Pendekar 212 Wiro Sableng duduk di atas batu rata, di hadapan sebuah arca. Di
setiap sudut taman
berdiri berkelompok-kelompok gadis-gadis berbaju biru. Mereka adalah bekas anak
buah Dewi Siluman yang telah "dibersihkan" otaknya oleh Inani dengan obat yang diberikan
Kiai Bangkalan.
Kalung tengkorak yang biasanya tergantung di leher mereka kini tak kelihatan
lagi. Kesunyian itu dipecahkan oleh suara siulan yang keluar dari mulut Pendekar 212.
Inani geleng-gelengkan kepala. Di saat yang penuh ketegangan itu Wiro masih bisa
bersiul seperti
seorang yang tengah menunggu saat gembira. Dia melangkah mendekati arca di mana
Wiro duduk. "Apakah kau sudah berhasil memecahkan rahasia kelemahan Dewi Siluman dalam dua
bait tulisan yang diberikan Kiai Bangkalan?" tanya Inani.
Wiro gelengkan kepala. Dia terus juga bersiul-siul.
"Kau belum tahu rahasia kelemahannya! Dan kau telah berani menantangnya di
sini!" ujar
Inani dengan paras tegang.
"Semuanya telah kasip Inani. Ini adalah saat penentuan. Kalau tidak dia, aku
yang. bakal meregang nyawa. Mudah-mudahan saja itu perempuan bisa menyadari kejahatannya
sebelum datang ke sini dan bertobat!"
"Jangan harapkan hal itu Wiro!" desis Inani.
"Kau bersiaplah Inani. Sesuai dengan rencana kau baru turun tangan dalam jurus
ketiga.... Jika aku gagal, semua kawan-kawanmu harus menyerbu!"
Inani mengangguk. Dia hendak mengatakan sesuatu tapi mulutnya mendadak sontak
terkancing. Matanya memandang ke arah tangga batu pualam yang menghubungi
langkan Istana di
hadapan taman dengan anjungan pertama. Sepasang kaki yang bagus kelihatan
melangkah menuruni anak tangga demi anak tangga. Orang yang melangkah ini sampai ke
langkan dan dia
bukan lain dari Dewi Siluman.
Dewi Siluman telah berganti pakaian. Pakaian biru ringkas yang dikenakannya
dihiasi dengan manik-manik bergemerlapan. Sikapnya melangkah begitu agung dan penuh
wibawa. Hidungnya naik ke atas dan Dewi Siluman hentikan langkahnya di tepi kolam.
Wiro Sableng hentikan suara siulannya.
Kedua manusia ini beradu pandang sesaat lalu Dewi Siluman memandang berkeliling,
menyapu para anak buahnya satu demi satu. Kemudian sang Dewi menengadah ke langit. Dan dari
mulutnya keluarlah suara.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Langit pagi begini cerah,
Sang surya bersinar terang
Udara segera melapangkan dada,
Tapi sungguh berubah,
Semua apa yang kupandang.
Dewi Siluman turunkan kepalanya lalu kembali memandangi anak buahnya satu demi
satu. "Anak-anakku," katanya dengan suara lantang. "Aku perintahkan kalian untuk
menangkap manusia yang duduk di depan arca itu!"
Tapi tak satu orang pun yang bergerak dari tempatnya.
Paras Dewi Siluman kini berubah.
"Apa semua kalian sudah tuli atau mulutku yang tak bisa bersuara lagi..."!" Dewi
Siluman memerintah lagi dengan suara menggeledek. Tapi tetap saja tak ada yang bergerak.
"Apa yang telah terjadi dengan kalian"!" teriak Dewi Siluman. Suaranya bergetar
dahsyat. "Mana kalung tengkorak kalian"!"
"Dewi, mulai saat ini kami di sini bukan lagi anak-anak buahmu!" Yang bicara
adalah Inani. Dewi Siluman palingkan kepalanya.
"Kau yang bicara Inani" Alangkah bagusnya! Hebat!" Rahang Dewi Siluman
menggembung. Mukanya bermimik bengis. "Jadi semua kalian di sini bukan lagi anak buahku"!"
Dewi Siluman tertawa panjang.
"Semua kalian akan menerima hukuman! Dan kau Inani! Kau yang bakal kupancung
pertama kali!"
Pendekar 212 Wiro Sableng perlahan-lahan berdiri dan bergerak sejauh tiga
langkah. Kembali antara pendekar ini dan Dewi Siluman terjadi bentrokan pandangan.
"Dewi Siluman, apakah kau masih betum melihat jalan kebaikan" Apakah hatimu
begitu kotor keras laksana gumpalan batu karang" Apakah pikiranmu begitu tumpul..."!"
Dewi Siluman mendengus.
"Delapan penjuru angin dunia persilatan negeri menyebut dan mendengar namaku!
Apa aku musti takut terhadap manusia macammu"!"
Wiro Sableng tertawa pelahan.
Dewi Siluman berdiri berkacak pinggang tapi diam-diam dia salurkan seluruh
tenaga dalamnya pada telapak tangan kiri kanan. Tiba-tiba, didahului oleh lengkingan
dahsyat laksana mau
membelah langit, Dewi Siluman membungkuk dan pukulkan kedua tangannya sekaligus
ke muka. Tanah yang dipinjaknya melesak lima senti.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Wiro yang sejak tadi juga telah siap waspada tidak terkejut melihat datangnya
dua gelombang angin biru yang sangat panas menyerang ke arahnya. Pendekar ini sama
sekali tidak mengelak dari tempatnya berdiri malah balas memukulkan kedua tangannya ke muka
lepaskan dua pukulan Benteng Topan Melanda Samudera. Sekaligus dia hendak menjajaki sampai di
mana ketinggian tenaga dalam lawannya. Dan terkejutlah Pendekar 212.
Begitu terdengar suara menggelegar akibat beradunya pukulan yang bertenaga dalam
dahsyat itu maka tubuh Wiro Sableng terhuyung keras ke belakang. Dia hampir saja
jatuh duduk di tanah kalau tidak lekas mengimbangi diri. Di hadapannya Dewi Siluman keluarkan
suara tertawa panjang. Ternyata tenaga dalam Pendekar 212 lebih rendah dari Dewi Siluman.
Diam-diam pemuda
berambut gondrong ini tergetar hatinya tapi dia tidak takut.
"Kalau kehebatanmu cuma sebegitu, tak sukar bagiku untuk meringkusmu, pemuda
tolol!" kata Dewi Siluman. Dan segera dia loloskan kalung tengkorak di lehernya sedang
tangan kiri keluarkan segulung benang sutera halus berwarna biru.
"Jurus kedua ini adalah jurus terakhirmu!" kata Dewi Siluman.
Dengan ilmu menyusupkan suara, Inani peringatkan Wiro Sableng. "Cepat keluarkan
senjatamu. Kau tak bakal kuat menghadapinya dengan tangan kosong! Benang sutera
itu lihai sekali!" Di saat Wiro merasa ragu-ragu untuk keluarkan senjata maka Dewi Siluman
melangkah sambil acungkan kalung tengkorak.
"Kau lihat tengkorak ini" Nasib tengkorak kepalamu tidak lebih baik dari ini!
Tengkorakmu cukup bagus untuk diramu sampai kecil dan dijadikan kalung!"
Lalu dengan sebuah jurus bernama "Petir Menyambar Naga Berenang" Dewi Siluman
menyerbu. Kalung tengkorak di tangan kanannya laksana bola baja menyambar ganas
ke kepala Wiro sedang benang sutera biru di tangan kirinya melesat ke muka untuk melihat
bagian tubuh Pendekar 212 yang menjadi sasaran.
"Wiro! Keluarkan senjatamu cepat!" teriak Inani.
Tapi Wiro menyambut serangan lawan dengan Pukulan Sinar Matahari.
Kalung tengkorak di tangan Dewi Siluman hancur lebur. Suaranya laksana letusan
meriam sewaktu dihajar Pukulan Sinar Matahari Pendekar 212 tapi di lain pihak sang
pendekar sendiri
dibikin kaget karena pada detik itu benang sutera biru lawan telah melibat
pergelangan tangan
kanannya sampai ke ujung-ujung jari. Wiro coba menyentakkan tapi tiada guna,
libatan benang sutra semakin ketat. Pendekar 212 lepaskan Pukulan Sinar Matahari ke arah Dewi
Siluman, kali ini
dengan tangan kiri, tapi sebelum kesampaian sang Dewi sudah hantam lengan kiri
itu dengan lengan kanannya. Masing-masing merasa sakit namun Wiro lebih menderita sedang
libatan benang di tangan kanannya belum terlepas.
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Inani tak menunggu lebih lama. Segera gadis ini berkelebat dan laksana kilat
lepaskan totokan jarak jauh yang lihai ke arah Dewi Siluman.
Dewi Siluman yang tengah hendak melibat sekujur tubuh Wiro dengan benang
suteranya ternyata betul-betul luar biasa. Dia masih sempat merasakan datangnya bahaya
yang mengancam.
Padahal kecepatan gerakan Inani tadi tidak seorang pun yang melihatnya.
Sang Dewi rundukkan tubuh untuk hindarkan sambaran angin yang dirasakannya
menyerang ke urat lehernya. Tapi anehnya sambaran angin itu mengikuti
gerakannya. Mau tak mau
Dewi Siluman terpaksa lepaskan gulungan benang dan pergunakan tangan kirinya
untuk menangkis
angin serangan lawan.
Bukan saja angin totokan Inani buyar berantakan, tapi pukulan Dewi Siluman terus
melanda tubuhnya. Karena tenaga dalam Inani jauh lebih rendah tak ampun lagi gadis ini
mencelat sampai
delapan tombak, terguling di tanah, masuk ke dalam kolam. Inani kelihatan
seperti hendak berenang
tapi tubuhnya kemudian tenggelam sedang air kolam tampak merah oleh darah yang
muntah dari mulutnya. Melihat ini Laruni segera melompat, ceburkan diri keadaan kolam lalu menyeret
Inani keluar. Tubuh Inani dibaringkannya di satu tempat yang aman dan diberi
pertolongan sedapat-
dapatnya. Sebenarnya Dewi Siluman merasa terkejut akan kehebatan angin pukulan aneh yang
tadi dilepaskan Inani. Namun kini terdengar suara tertawanya mengekeh.
"Itu contoh pertama buat manusia-manusia murtad yang berkhianat terhadap Dewi
Siluman!" berkata sang Dewi dengan seringai bengis. Dia lalu cepat-cepat
palingkan kepala ke arah
Wiro Sableng. Kegusarannya tiada tara sewaktu melihat Pendekar 212 berhasil
melepaskan benang
sutra yang melibat sebagian tangan kanannya.
"Benangmu ini cukup lihai Dewi. Aku mau lihat apakah kau sendiri sanggup
menghadapinya!" kata Wiro.
Dewi Siluman ganda mendengus. Dia mundur beberapa langkah lalu berlutut di atas
rumput. Mata dipejamkan sedangkan kedua tangan bersidekap di muka dada.
"Saudara!" seru Laruni terkejut. "Hati-hati! Dia hendak keluarkan Ilmu Seribu
Siluman Mengamuk!"
Pendekar 212 yang memang sudah diberi tahu kehebatan Ilmu Seribu Siluman
Mengamuk itu segera lesatkan benang sutera biru di tangannya. Laksana seekor ular, benang
itu meluncur ke
arah Dewi Siluman, tapi anehnya satu tombak dari hadapan sang Dewi, benang itu
tak mau lagi meluncur, melainkan membelok-belok kian ke mari menjauhi sasarannya.
"Sialan!" maki Pendekar 212. Gulungan benang di tangannya dilemparkan ke kolam.
Sementara itu dari ubun-ubun Dewi Siluman Wiro melihat asap hitam mengempul
bergulung- scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
gulung. Waktu dia memandang berkeliling, tak seorang gadis baju biru pun
dilihatnya. Pasti mereka
telah sembunyikan diri karena takut akan ilmu sang Dewi.
Sepasang mata Pendekar 212 tidak berkesip dan memandang ke arah Dewi Siluman
penuh waspada. Kepulan asap semakin tebal. Seluruh tubuh Wiro Sableng sudah tergetar
oleh aliran tenaga dalam kedua kaki merenggang. Hatinya tegang sekali menunggu detik demi
detik. Tiba-tiba dari mulut Dewi Siluman terdengar suara seperti orang menangis. Dan
Wiro Sableng 008 Dewi Siluman Bukit Tunggul di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suara seperti tangisan ini kemudian berganti dengan lengking-lengking jeritan yang
merobek langit mengerikan. Kepulan asap sudah menebar di mana-mana. Dewi Siluman ganti suara
lengkingannya dengan teriakan macam lolongan serigala lapar. Anehnya, gumpalan-gumpalan asap
kini kelihatan memecah cepat dalam ratusan gumpalan kecil yang kemudian mengembang tambah
besar... tambah
besar. Ketika Wiro memperhatikan gumpalan-gumpalan asap hitam ini terkejutlah
dia. Setiap gumpalan telah berubah menjadi sosok-sosok tubuh makluk-makhluk yang mengerikan.
Tubuhnya hanya sebatas dada ke atas dan lima kali tubuh manusia besarnya. Makhluk-makhluk
aneh ini bermuka sangat mengerikan, rambutnya awut-awutan, mata merah besar, lidah
menjulur lebar keluar sedang taring dan gigi-giginya menjorok besar-besar.
Dewi Siluman menjerit.
Ratusan makhluk jadi-jadian itu balas menjerit dan masing-masing angkat tangan
mereka. Ternyata masing-masing mempunyai enam pasang tangan. Dan setiap tangan berkuku
hitam. "Bunuh manusia itu!" teriak Dewi Siluman. Matanya masih meram, tangan masih
mendekap dada dan tubuhnya masih berlutut di rumput.
Ratusan makhluk siluman menjerit dahsyat dan menyerbu berserabutan ke arah
Pendekar 212 Wiro Sableng. Tak ayal lagi-Pendekar 212 segera cabut Kapak Naga Geni 212.
Dari mulutnya keluar bentakan keras dan sekali kapak diputar terus melanda ke arah makhluk-
makhluk siluman
yang datang menyerbu. Belasan makhluk yang tersambar Kapak Naga Geni 212
menjerit, darah
muncrat dari tubuh masing-masing. Tapi anehnya makhluk-makhluk ini tidak musnah
malah dari setiap tetes muncratan darah berubah menjadi makhluk siluman baru sehingga dalam
sekejap saja jumlahnya telah bertambah ratusan bahkan mungkin sudah ribuan kini.
Sewaktu makhluk-makhluk itu dengan ganasnya menyerang kembali Wiro Sableng tak
berani menghantam dengan Kapak Naga Geni. Tubuhnya berkelebat dan lenyap. Untuk
beberapa lamanya dengan gesit dia berhasil mengelakkah setiap serangan yang dilancarkan
oleh ratusan makhluk siluman itu. Dari samping, dari atas dan dari bawah tiada kunjung
hentinya datang
serangan. Sampai berapa lamakah Pendekar 212 sanggup pertahankan diri" Sementara
itu dalam keadaan yang mulai terjepit itu Wiro masih juga belum berhasil memecahkan
rahasia kelemahan
ilmu seribu siluman mengamuk yang tersembunyi di balik dua rangka kalimat: Ilmu
Seribu Siluman mengamuk teramat sakti. Hanya suara yang sanggup mengalahkannya!
scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
Telinga Pendekar 212 mulai sakit oleh kedahsyatan luar biasa jeritan-jeritan
ratusan makhluk siluman yang datang menyerangnya. Meski dia sudah tutup indera
pendengarannya tetap
saja suara jerit lengking yang mengerikan itu masuk menerobos liang-liang
telinga dan pada jurus
pertempuran kedua belas kedua telinga Pendekar 212 mulai keluarkan darah.
"Mampuslah aku!" keluh Wiro dalam hati.
Baru saja dia mengeluh demikian, satu sambaran tangan lawan tak bisa
dielakkannya. "Breet!"
Robeklah pakaian Wiro Sableng. Dadanya tergurat luka disambar kuku dari makhluk
siluman dan tubuhnya dengan serta merta menjadi panas. Wiro cepat telan sebutir
pil lalu melompat
enam tombak dan tekan gagang Kapak Naga Geni 212 di bagian leher kepala naga-
nagaan. Ratusan
jarum hitam menderu ke arah makhluk-makhluk siluman. Tapi laksana seseorang
menepuk air hujan, makhluk-makhluk itu sekali kebutkan enam pasang tangan maka mentallah
semua senjata rahasia yang dilepaskan Wiro.
Pendekar 212 sambil melayang turun kirimkan pukulan Benteng Topan melanda
Samudera sedang kapak diputar dengan gerakan Orang Gila Mengebut Lalat! Dua gelombang
angin yang dahsyat luar biasa melanda tubuh makhluk-makhluk siluman. Tapi tak ada gunanya
serangan itu karena makhluk-makhluk ini seperti tiada merasakan apa-apa malah dengan cepat
menyerbu tambah dekat. Sewaktu Wiro dalam keadaan yang sudah kepepet lepaskan pukulan
sinar matahari dengan tangan kiri, makhluk-makhluk siluman itu meniup ke muka dan menjerit-
jerit lebih dahsyat.
Pukulan sinar matahari membalik menyerang Pendekar 212 sendiri. Wiro menjerit
keras. Untuk melompat kembali ke atas tidak mungkin. Terpaksa dia buang diri ke samping
dan bertabrakan dengan salah satu makhluk siluman. Untung saja Wiro masih sanggup
jatuhkan diri dan
berguling di tanah, kalau tidak pasti tubuhnya akan dihantam empat pasang tangan
makhluk siluman. Ketika dia berdiri kembali, empat makhluk siluman menerjang ke arahnya.
Tak ada jalan lain daripada hantamkan Kapak Naga Geni 212 ke muka. Empat makhluk meraung keras
dan mandi darah. Muncratkan darah hanya menambah banyaknya jumlah makhluk siluman itu
saja. Sedang empat makhluk yang tadi disambar kapak kembali menyerbu dengan lebih buas.
Pendekar 212 bersiul nyaring lalu lancarkan satu tendangan pada makhluk yang terdekat.
Makhluk ini mental tiga
tombak yang lainnya, disusul puluhan kawan-kawannya berhamburan ke muka. Di
saaat itu Wiro Sableng terkurung di tepi kolam. Darah dari kedua liang telinganya telah
membasahi pipi.
Pakaiannya robek-robek sedang kulit tubuhnya berselomotan darah bekas cakaran
makhluk- makhluk siluman.
Satu-satunya tempat untuk selamatkan diri ialah patung perempuan telanjang yang
terdapat di tengah kolam. Tanpa menunggu lebih lama Wiro melompat ke atas kepala patung
itu. Ketika puluhan makhluk siluman melayang ke arahnya maka Pendekar 212 segera keluarkan
batu api dari scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
balik pakaian. Begitu makhluk-makhluk itu. menyerbu, Wiro adu batu api dengan
mata kapak. Satu
gelombang angin menggebu ke arah makhluk-makhluk siluman. Gerakan puluhan
siluman itu terhenti sejenak. Api menyambar tubuh mereka tapi sedikitpun tak membawa akibat
apa-apa, malah bersama puluhan kawan-kawannya makhluk-makhluk yang kena disambar api ini cepat
teruskan serbuan mereka.
Wiro Sableng lompat dari atas patung, melesat ke bagian lain dari kolam. Boleh
dikatakan seluruh taman telah dipenuhi oleh makhluk-makhluk siluman. Sebentar saja Wiro
berdiri di tepi
kolam itu maka puluhan makhluk kembali menyerbunya, memaksa dia berkelebat cepat
kian kemari untuk hindarkan diri
"Tamatlah riwayatku!" keluh Wiro Sableng sewaktu satu tangan makhluk siluman
menghantam punggungnya dengan keras, membuat dia berguling di rumput dan bangun
dengan megap-megap, bergerak lagi dengan cepat untuk hindarkan serangan makhluk-makhluk
siluman yang kembali datang menyerbu.
Pendekar 212 merasa tiada perlu lagi dia memegang Kapak Naga Geni 212 karena
tidak bisa digunakan. Segera dia selipkan batu hitam ke balik pakaian dan hendak simpan
Kapak Naga Geni
212. Tapi dia ingat bahwa masih ada satu kehebatan Kapak itu yang belum
dikeluarkannya. Dengan
hati meragu apakah kehebatan terakhir ini akan sanggup selamatkan dirinya
Pendekar 212 balikkan
senjata itu dan tempelkan mulut kepala naga-nagaan ke bibirnya. Maka
terdengarlah suara tiupan
seruling. Mula-mula perlahan, kemudian melengking keras, tinggi dan tajam,
bergema ke setiap
penjuru. Ratusan makhluk siluman tampak tertegun. Suara jeritan-jeritan mereka mulai
pelahan dan semakin tinggi nyaring suara seruling, jeritan-jeritan makhluk itu semakin
berkurang dan akhirnya
lenyap sama sekali. Wiro kerahkan seluruh tenaga dalamnya. Tiupan seruling
laksana deru ribuan
tawon. Makhluk-makhluk siluman kelihatan bingung dan mundur, lalu menjerit dan
berteriak-teriak
aneh. Sekelompok demi sekelompok tubuh mereka kembali menjadi kepulan asap hitam
untuk kemudian sirna tiada bekas.
Ketika keseluruhan makhluk siluman itu lenyap menjadi asap dan asap lenyap pula
dari pe- mandangan maka kelihatan Dewi Siluman di tengah taman. Mukanya pucat pasi, dari
telinga, hidung, mata serta mulut keluar darah kental. Sekujur badannya tergetar hebat.
Sewaktu Pendekar 212 tiup suling Kapak Naga Geni. Dewi Siluman tersentak kaget.
Bagaimanapun dia kerahkan tenaga dalam dan tutup pendengarannya namun suara
seruling tak berhasil ditolaknya, terus menyeruak ke dalam liang telinga, mengacaukan jalan
pikirannya serta
menyentak-nyentak pembuluh darah, membuat aliran darahnya tidak teratur lagi.
Dewi Siluman coba bertahan dengan sekuat tenaga dan kesaktian yang dimilikinya,
tapi kini dia telah ketemu batunya. Tiupan seruling Pendekar 212 yang sangat dahsyat telah
membongkar scan & cover by kelapalima
ebook by kalibening
kelemahan ilmu siluman yang dimilikinya. Bukan saja ilmu siluman itu musnah
berantakan tapi
juga tiupan seruling terus membungkus dirinya tiada sanggup ditolak lagi.
Sambil terus tiup senjatanya Wiro Sableng memaki dalam hati. Sungguh tolol
sekali dia. Kiai Bangkalan telah menuliskan dua kalimat yang bisa membongkar rahasia
kehebatan ilmu Dewi
Siluman tapi dia tak berhasil memecahkannya. Masih untung dalam keadaan sangat
terjepit dia tiup
senjata itu, padahal itu pun tadi dilakukannya dengan hati bimbang karena
khawatir akan sia-sia.
Tubuh Dewi Siluman makin lemah. Darah keluar semakin banyak. Kini di bawah
tiupan seruling itu tampak tubuhnya terhuyung kian kemari dan kira-kira setengah
peminuman teh kemudian tubuh itu tak sanggup lagi bertahan. Dewi Siluman meraung. Raungan yang
keluar disertai muntahan darah berbuku-buku. Tubuhnya rebah menelungkup ke tanah, masih
bergerak- gerak beberapa ketika kemudian diam untuk selama-lamanya.
Pendekar 212 masukkan Kapak Maut Naga Geni ke balik pakaiannya lalu bersila dan
meramkan mata. Luka di bagian luar serta dalam tubuhnya cukup parah. Sepeminuman
teh baru Pendekar ini buka kedua matanya lalu telan sebutir pil dan berdiri. Gadis-gadis
berbaju biru dilihatnya bermunculan kembali di sudut-sudut taman.
Wiro melangkah ke tempat di mana Inani duduk tersandar. Dia sudah sadar dari
pingsannya dan memandang kepada pemuda itu sewaktu Wiro me langkah ke hadapannya.
Wiro tersenyum dan berlutut di hadapan gadis ini. Inani membalas senyumnya.
Matanya yang tadi sayu kini kelihatan bersinar.
"Kau hebat Wiro...."
"Aku manusia tolol geblek!" sahut Wiro Sableng.
"Sudah hampir mau kojor baru bisa pecahkan rahasia yang diberikan Kiai
Bangkalan. Itu pun secara tak sengaja!"
Inani tersenyum.
Wiro memegang tangan gadis ini. "Kau tak apa?"
Gadis itu menggeleng.
"Terima kasih atas pertolonganmu", bisik Wiro. Dia memandang berkeliling lalu
kembali berpaling pada gadis itu dan berkata. "Sudah saatnya kita meninggalkan tempat
ini, Inani!"
Inani mengangguk. Dibantu oleh Wiro gadis ini berdiri. Mereka saling pandang
sejenak, sama-sama mengulas senyum dan mulai melangkah ke arah langkan istana Dewi
Siluman di mana
kawan-kawan Inani menunggu. Di langit sang surya bersinar cerah. Satu kejahatan
telah musnah tapi Pendekar 212 WiroSableng tahu bahwa masih banyak lagi manusia-manusia jahat
yang musti ditumpas. TAMAT Pendekar Pemetik Harpa 19 Pendekar Mata Keranjang 17 Manusia Titisan Dewa Memanah Burung Rajawali 30