Dosa Dosa Tak Berampun 1
Wiro Sableng 030 Dosa Dosa Tak Berampun Bagian 1
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Episode 030 Ebook dibuat oleh Dewi Tiraikasih
http://cerita-silat.co.cc/
Email : 22111122@yahoo.com
Sumber buku: Kiageng80 dan
Dani (http://212.solgeek.org/pdf)
1 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
MESKIPUN tanah Jawa dikenal sebagai pusat perkembangan ilmu silat
dan kesaktian, namun beberapa daerah di tanah air telah pula
mendapat nama harum berkat kehebatan para tokoh silat serta
kesaktian yang mereka miliki. Salah satu di antaranya adalah daratan
Aceh di Ujung Utara Pulau Andalas.
Dalam serial Wira Sableng berjudul "Raja Rencong Dari Utara"
telah dikisahkan munculnya seorang tokoh silat sakti mandraguna,
bernama Hang Kumbara, bergelar Raja Rencong Dari Utara. Di situ
dikisahkan bagaimana Raja Rencong berusaha mendirikan apa yang
disebut Partai Topan Utara. Dia mengundang berbagai tokoh silat yang
ada di pulau Andalas bahkan dari outau Jawa untuk datang ke Bukit
Toba guna mengadakan pertemuan dan membicarakan rencana besar
itu. Padahal di balik semua itu Raja Rencong mempunyai maksud keji
yakni hendak membunuh semua para tokoh silat yang hadir. Bilamana
para tokoh itu berhasil disingkirkan maka dia akan menjadi raja diraja
rimba persilatan.
Raja Rencong mulai dengan menghancurkan Pesantren Suhudilah. Para pengurus pesantren yakni Kiyai Hurajang, Kiyai
Selawan dan Kiyai Tanjung Laboh mati di tangan Raja Rencong. Padahal
tiga Kiyai itu merupakan orang-orang berkepandaian tinggi bahkan telah
dianggap sebagai Datuk rimba persilatan.
Kiyai Suhudilah sendiri, pucuk pimpinan Pesantren Suhudilah
akhirnya tewas pula di tangan Raja Rencong. Tak ada satu kekuatanpun
yang dapat membendung kehebatan Ilmu Kuku Api dan pukulan Topan
Pemutus Urat yang dimiliki Raja Rencong. Dengan dua ilmu luar biasa
itu dia malang melintang dalam rimba persilatan pulau Andalas.
Setelah Pesantren Suhudilah disapu bersih maka Raja Rencong
menggasak satu komplotan manusia-manusia jahat yang dikenal
dengan sebutan Gerombolan Setan Merah. Semula Raja Rencong
bermaksud mengambil lima tokoh Setan Merah untuk menjadi para
pembantunya. Tetapi ketika mereka menolak dan menghina. Raja
Rencong membunuh kelimanya yakni Setan Cambuk (Pemimpin
Gerombolan Setan Merah), Setan Pedang, Setan Pisau, Setan Darah dan
Setan Rencong. Dalam kehidupannya yang penuh darah dan maut itu Raja
Rencong mempunyai seorang anak gadis bernama Pandansuri yang
memiliki kecantikan luar biasa, tetapi kekejaman dan keganasannya
tidak kalah dari Raja Rencong sendiri.
Apa yang terjadi di rimba persilatan pulau Andalas itu sangat
menggelisahkan hati seorang tua berusia hampir tujuh puluh lima
2 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tahun. Orang ini dikenal dengan nama Datuk Mata Putih, tokoh silat
yang sangat disegani di pulau Andalas pada masa itu. Kedua matanya
berwarna putih. Hampir tak terlihat lensa mata yang hitam. Tapi dia
tidak buta. Dia merasa menyesal karena Rencong Emas yang kini
dimiliki oleh Hang Kumbara alias Raja Rencong Dari Utara adalah
pemberiannya kepada Hang Kumbara sebagai anak muridnya. Dan kini
dengan Rencong Emas sakti mandraguna itulah sang murid malang
melintang menimbulkan keonaran, menurunkan tangan jahat,
melakukan pembunuhan serta perbuatan keji lainnya di mana-mana.
Karena tak dapat berpangku tangan lebih lama maka Datuk Mata
Putih meninggalkan goa pertapaannya mencari sang murid. Dalam
pertemuan di Bukit Toba, Datuk Mata Putih menasihatkan Hang
Kumbara agar bertobat dan tidak lagi melakukan kejahatan karena itu
tidak sesuai dengan perilaku seorang tokoh silat, apalagi mengingat dia
adalah muridnya sedang sang datuk sendiri begitu disegani dan
dihormati sesama tokoh persilatan.
Dengan dalih bahwa dia hanya membalaskan sakit hati kematian
ayahnya yang dibunuh secara kejam semena-mena Hang Kumbara
menganggap dia punya hak melakukan balas dendam. Namun
kemudian dendam terbalaskan itu menjadi dendam berangkai. Para
tokoh silat memburunya. Mau tak mau dia terpaksa mempertahankan
diri dan menghancurkan semua orang yang berusaha menuntut balas.
Apapun alasan yang dikemukakan Hang Kumbara, semua itu tak
dapat diterima oleh Datuk Mata Putih, dan mengharap agar muridnya
yang tersesat kembali ke jalan yang benar. Namun Hang Kumbara
menjawab: "Salahkah murid, sesatkah murid kalau murid murid
membunuh belasan manusia yang bertanggung jawab atas kematian
ayah, bahkan ibu, adik-adik, calon istriku dan seluruh anggota
keluarganya..."!"
Datuk Mata Putih menyahuti: "Orang-orang yang bertanggung-
jawab atas semua itu jumlahnya hanya sepersepuluh saja dari jumlah
manusia yang telah kau bunuh secara keji! Apa pertanggungan
jawabmu atau alasanmu atas yang sembilan persepuluh lainnya" Yang
kau bunuh tanpa pangkal sebab atau kesalahan atau dosa apa pun
juga"!"
Karena putus asa melihat kekerasan kepala muridnya itu maka
Datuk Mata Putih memerintahkan Raja Rencong untuk mengembalikan
Rencong Emas yang dulu diserahkannya dan ikut bersamanya ke
pertapaan. Tentu saja Raja Rencong menolak perintah tersebut. Maka
perkelahian antara guru dan muridpun tak dapat dihindarkan lagi.
Ternyata Datuk Mata Putih tidak dapat menghadapi kehebatan sang
murid. Guru yang malang ini akhirnya tewas oleh tusukan Rencong
Emas, senjata sakti yang diciptakannya sendiri yang kemudian
diberikannya pada Hang Kumbara!
Kematian Datuk Mata Putih menggemparkan dunia persilatan
terutama di belahan utara pulau Andalas.
3 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Suatu hari berkumpullah empat orang tokoh silat terkenal di
puncak gunung Sinabung. Mereka adalah Panglima Sampono selaku
tuan rumah. Dia dikenal sebagai tokoh silat yang pernah membaktikan
diri pada Sultan Deli hingga akhirnya walaupun dia tidak bertugas lagi
di Kesultanan, gelar Panglima tetap melekat pada dirinya. Orang kedua
ialah Datuk Nan Sebatang lalu Lembu Ampel dan yang terakhir Se-
brang Lor. Lembu Ampel adalah tokoh silat berasal dari pulau Jawa tapi
selama beberapa tahun terakhir telah menetap di pulau Andalas.
Keempat orang ini bertemu untuk membicarakan masalah besar
yang tengah dihadapi dunia persilatan saat itu yakni merajalelanya Raja
Rencong dengan segala keganasannya.
Sebrang Lor sendiri adalah seorang tokoh silat dari daratan
Malaka yang menyeberang ke Andalas untuk membalas dendam
kesumat. Menurut keterangannya Raja Rencong telah gentayangan ke
Malaka, membunuh tokoh-tokoh persilatan di sana yang tidak mau
tunduk dan bergabung padanya. Bahkan ketika kembali ke Andalas,
Raja Rencong telah pula menculik dua orang gadis.
Keempat orang itu menyadari bahwa Raja Rencong memiliki
kepandaian tinggi luar biasa. Sekalipun mereka berempat belum tentu
dapat mengalahkannya. Karenanya harus dicari akal yang sebaik-
baiknya. Atas saran Panglima Sampono diputuskan untuk menculik
Pandansuri yakni anak Raja Rencong. Bila anak gadisnya dikuasai maka
sang ayah besar kemungkinan bisa ditundukkan.
Di sebuah kaki bukit empat tokoh silat tadi menghadang
Pandansuri. Terjadi perkelahian hebat. Meskipun memiliki kepandaian
sangat tinggi yang didapatnya dari Raja Rencong namun akhirnya
Pandansuri terdesak. Tetapi sewaktu si gadis siap untuk diringkus,
muncullah Pendekar 212 Wiro Sableng memberikan pertolongan. Murid
Eyang Sinto Gendang ini sama sekali tidak mengetahui siapa adanya
Pandansuri dan apa urusan empat orang itu mengeroyok sang dara. Dia
memberikan pertolongan hanya karena tidak suka melihat ketidak
adilan. Empat lelaki berkepandaian tinggi mengeroyok seorang gadis
berkerudung. Kalau tidak ditolong niscaya si gadis akan celaka.
Begitu dirinya terhindar dari tangkapan lawan, Pandansuri segera
melarikan diri setelah terlebih dulu mengancam akan memberitahukan
kejadian pengeroyokan itu pada Raja Rencong.
Setelah Pandansuri meninggalkan kaki bukit, maka kemarahan
kini tertumpah pada Pendekar 212 Wiro Sableng. Perkelahian pecah
kembali. Kini Wiro yang menjadi sasaran keroyokan. Pendekar ini
mempertahankan diri dengan mengandalkan Rencong Perak milik
Pandansuri yang terlepas mental dan berhasil disambarnya sewaktu
gadis itu berkelahi menghadapi Panglima Sampono dan tiga tokoh
lainnya itu. Dalam perkelahian yang berlangsung cukup lama itu akhirnya
Wiro berhasil menotok ke empat lawannya. Namun dia kemudian jadi
terkejut setelah mengetahui kalau gadis yang barusan ditolongnya
4 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
adalah anak Raja Rencong. Padahal Raja Rencong adalah manusia
durjana yang sedang dicari-carinya. Dia sengaja menyeberangi lautan,
datang dari tanah Jawa ke pulau Andalas untuk menumpas Raja
Rencong yang jahat itu! Setelah meminta maaf Wiro tinggalkan ke empat
tokoh silat tadi masih dalam keadaan tertotok.
Perbuatan-perbuatan biadab Raja Rencong yang menggegerkan
dunia persilatan akhirnya sampai pula ke telinga Sultan Deli. Maka
dikirimkannyalah Dipa Warsyah seorang perwira tinggi untuk
menangkap Raja Rencong hidup atau mati. Namun ternyata sang
perwira bukan saja tidak berhasil menemukan Raja Rencong Dari Utara
malah dia akhirnya menemui ajal di tangan Pandansuri, tewas dihantam
pukulan ilmu kuku api yang ganas. Di tempat yang sama terbunuhnya
perwira tinggi Kesultanan Deli itu Pendekar 212 Wiro Sableng bertemu
pula dengan Pandansuri. Melihat keganasan yang dilakukan sang dara
tentu saja Wiro merasa tidak senang. Apalagi sikap Pandansuri setelah
dulu ditolongnya dari keroyokan Panglima Sampono sama sekali tidak
menunjukkan itikad baik atau mengucapkan terima kasih. Maka tak
dapat ladi dihalangi terjadinya perkelahian antara kedua orang ini.
Setelah terdesak hebat akhirnya Pandansuri melarikan diri.
PADA hari dan tanggal yang telah ditentukan diresmikanlah
berdirinya Partai Topan Utara. Puluhan tamu yang diundang tampak
menaiki perahu menuju bukit Toba. Mereka umumnya terdiri dari
orang-orang dunia persilatan. Bahkan banyak diantara mereka
merupakan tokoh-tokoh silat ternama. Semua mereka tidak menduga
bahwa kedatangan mereka menghadiri peresmian berdirinya partai
darah itu hanyalah untuk mengantarkan nyawa belaka. Karena
sebenarnya Raja Rencong Dari Utara sudah menanam niat untuk
membunuh mereka semua! Para tamu duduk di sebuah tempat yang
dinamakan Arena Topan Utara. Arena itu terletak di bawah sebuah
bangunan tua. Sesuai dengan rencana yang diatur, Raja Rencong akan
pergi ke mimbar dan Pandansuri akan menqgerakkan satu alat rahasia.
Alat rahasia ini akan menghancurkan bagian atas Arena Topan Utara
dan semua orang yang ada dalam Arena dengan sendirinya akan
tertimbun hidup-hidup.
Apa yang dirundingkan ayah dan anak dalam kamar rahasia itu
sempat terdengar oleh Pendekar 212 Wiro Sableng yang berhasil masuk
menyusup ke tempat kediaman Raja Rencong. Tetapi celakanya
kehadiran Wiro sempat dirasakan oleh Raja Rencong. Maka diapun
melakukan penyelidikan sebelum menuju Arena Topan Utara. Satu-
satunya tempat bersembunyi adalah sebuah kamar. Wiro segera masuk
ke dalam kamar ini. Dinding, lantai dan langit-langit kamar terbuat dari
batu kasar dan seluruh ruangan penuh berselimut debu.
Di tengah ruangan duduk seorang lelaki tua bermuka biru dan
berpipi sangat cekung. Tubuhnya yang kurus tertutup sehelai jubah
biru yang luar biasa besarnya hingga bagian bawah jubah ini menutupi
hampir separuh lantai ruangan batu. Kedua tangan orang tua aneh ini
5 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
buntung sebatas siku dan salah satu telinganya sumplung. Di lehernya
terikat sehelai rantai baja yang ujungnya dipantek dan ditanam pada
dinding batu di belakangnya. Kedua matanya tertutup. Sikapnya tak
ubah seperti seseorang yang sedang bersemedi.
"Hai... Orang tua, kau siapa?" bisik Wiro. Dia kawatir kalau Raja
Rencong muncul dengan tiba-tiba.
Orang tua yang dibisiki membuka kedua matanya.
Astaga1. Wiro merasakan tengkuknya dingin. Kedua mata itu
hanya merupakan sepasang rongga yang dalam dan mengerikan.
"Anak tolol!. Lekas sembunyi dalam jubah di belakang
punggungku!" berkata orang tua.
Wiro sadar kalau dirinya terancam bahaya yakni jika Raja
Rencong menemukannya di ruangan batu itu. Maka tanpa pikir panjang
dia segera melakukan apa yang dikatakan orang tua itu. Menyusup
masuk ke dalam jubah biru yang sangat besar. Meskipun orang nyata
menolongnya namun Wiro masih belum dapat memastikan apakah
orang tua itu musuh atau kawan. Karenanya diam-diam dia
mengerahkan aji pukulan sinar matahari di tangan kiri sedang tangan
kanan menggenggam hulu Kapak Maut Naga Geni 212.
"Anak, aku bukan musuhmu! Mengapa musti meraba senjata
segala?" tiba-tiba orang tua bermata buta itu mengiangkan pertanyaan
ke telinga Wiro.
Suara mengiang itu! Luar biasa sekali. Tentunya orang tua ini
seorang sakti mandraguna. Mengapa kedua matanya bolong begitu
rupa, lalu dua tangan buntung dan ditambah rantai baja yang mengikat
lehernya" Tiba-tiba pintu terpentang dan terdengar bentakan Raja Rencong.
"Tua renta buta! Siapa yang masuk ke sini"!"
Orang tua itu terdengar menghela nafas dalam. Lalu terdengar
suaranya halus sekali seperti suara anak perempuan.
"Jika aku sampai tidak melihat orang masuk kemari itu bukan
karena ketololanku. Tapi karena memang kedua mataku buta.
Sebaliknya jika kau yang punya mata dan telinga sampai tidak
mengetahui, malah bertanya padaku itu adalah satu ketololan yang tak
ada taranya! Apakah kau memang melihat ada orang lain di tempat
ini"!"
Ucapan itu membuat Raja Rencong melontarkan kata-kata kotor.
"Eh, sudahkah kau periksa Hang Kumbara?" tanya orang tua itu.
'Tutup mulutmu setan tua!" sentak Hang Kumbara alias Raja
Rencong Dari Utara.
Disentak begitu si orang tua ganda tertawa dan menyahut:
"Bukankah hari ini hari peresmian Partai Topan Utara?"
"Kunyuk peot!" kembali Raja Rencong menyentak. "Kau tahu apa
tentang segala macam partai!"
Wiro Sableng 030 Dosa Dosa Tak Berampun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku memang tidak tahu apa-apa! Tapi aku mempunyai firasat
bahwa partaimu itu akan runtuh sebelum saat peresmiannya. Dan kau
6 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sendiri akan mampus!"
"Ya! Aku akan mampus! Tapi sebelum mampus untuk ke seratus
kalinya terima dulu tamparanku!" Plaak!
Tamparan yang dilayangkan Raja Rencong keras luar biasa.
Tubuh orang tua itu terasa oleh Wiro menghuyung tapi dia tidak roboh.
Bibirnya yang pecah mengucurkan darah. Darah Pendekar 212 Wiro
Sableng menggelegak mengetahui orang tua yang telah menolongnya
diperlakukan seperti itu. Segera saja dia hendak melompat keluar dari
dalam jubah. Tapi di telinganya terdengar suara ngiangan seperti
nyamuk. "Jangan tolol anak!"
Mau tak mau terpaksa Wiro mendekam terus di dalam jubah lebar
itu. Kemudian terdengar pintu kamar ditutupkan. Raja Rencong telah
keluar. "Sekarang kau boleh keluar!" terdengar si orang tua berkata.
Wiro cepat keluar lalu menjura hormat seraya berkata: "Terima
kasih atas budi pertolonganmu. Siapakah kau ini sebenarnya...?"
Orang tua itu tertawa. Tampak gusinya yang tanpa gigi lagi.
"Sewaktu kudengar orang berkelebat menuju belakang bangunan
tua, sewaktu kudengar kau mengangkat rerumpunan semak belukar
lalu menyusup turun dalam lorong rahasia, hatiku gembira. Kukira kau
adalah Tua Gila. Tapi dari langkahmu kemudian segera kuketahui
bahwa kau bukan Tua Gila. Tapi, aku yakin kau pasti ada sangkut paut
dengan orang tua itu. Mungkin sekali kau muridnya. Betul...?"
Wiro Sableng melengak. Kehebatan orang tua cacat ini sungguh
luar biasa. "Kau betul. Secara kebetulan aku bernasib baik dan
mendapat beberapa jurus pelajaran ilmu silat dari Tua Gila. Kalau aku
boleh bertanya, bagaimana kau tahu setiap gerak gerikku?"
"Ilmu yang tinggi adalah seribu mata seribu telinga. Tapi semua
itu berakhir dalam kesia-siaan. Buktinya diriku ini!"
"Kenapa kau sampai seperti ini?" tanya Wiro.
"Muridku sendiri yang melakukannya!" jawab orang tua itu.
"Muridmu?" kejut Wiro.
"Tak perlu terkejut atau heran anakmuda. Dunia ini penuh
dengan orang-orang sesat den murid murtad!"
"Kalau aku boleh bertanya siapakah muridmu itu?"
"Masakan kau tak bisa menduga. Siapa lagi kalau bukan Hang
Kumbara!" "Maksudmu Raja Rencong Dari Utara?" "Itu gelarnya!"
"Benar-benar manusia terkutuk!" desis Wiro geram. Sekali dia
menggerakkan tangan kanannya, rantai baja yang tertanam di dinding
batu tanggal. Wiro lalu melepaskan bagian rantai yang mengikat
leher orang tua itu.
"Terima kasih anak muda. Aku bisa bernafas lebih lega sekarang.
Tenagamu luar biasa sekali..."
"Orang tua, aku tak punya waktu banyak. Tugasku adalah untuk
7 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
menghancurkan Partai Topan Utara. Berarti juga memusnahkan Raja
Rencong. Kalau tugas itu selesai aku akan kembali kemari membawamu
keluar dari tempat terkutuk ini! Maukah kau menerangkan siapa
namamu?" "Ah, aku berterima kasih akan maksud baikmu itu. Tapi diriku
yang cacat dan pikun ini tak perlu kau pikirkan. Yang penting
selamatkan orang-orang itu. Dengar anak muda, namaku Nyanyuk
Ambar. Dulu aku diam di Gunung Singgalang. Sampai munculnya Hang
Kumbara manusia laknat itu. Dia datang mengemis ilmu padaku. Diluar
tampaknya dia seorang pemuda baik-baik. Lagi pula kuketahui
kemudian sebelumnya dia berguru pada Datuk Mata Putih, seorang
sahabatku. Maka kuambil dia jadi murid dan kuajarkan berbagai ilmu
silat serta kesaktian. Tapi siapa nyana kalau manusia itu sebenarnya
sejak lama mendekam satu maksud jahat. Yaitu ingin menguasai dunia
persilatan di pulau Andalas ini dengan menghimpun sekian banyak
tokoh lalu membunuh mereka secara keji! Aku ketahui kemudian bahwa
sahabatku Datuk Mata Putih telah menemui ajal dibunuh oleh manusia
keparat itu. Aku sendiri tidak terlepas dari kekejamannya. Hanya saja
aku masih dibiarkan hidup dengan dalam cacat seperti ini!"
"Jadi Hang Kumbara juga yang memutus kedua tanganmu?"
tanya Wiro. "Bukan hanya lenganku, anak. Bukan hanya lenganku! Coba kau
singkap jubah biru ini di bagian kaki."
Wiro menyingkapkan jubah biru Nyanyuk Amber. Astaga!
Ternyata kedua kaki orang tua itu juga buntung sebatas lutut!
"Hang Kumbara yang melakukannya..." desis orang tua itu. "Dia
juga yang mencongkel kedua mataku!"
"Manusia jahanam!" Kedua tangan Wiro terkepal. "Orang tua, aku
bersumpah untuk membunuh manusia itu! Tapi mengapa dia
melakukan hal itu padamu?"
"Seperti Datuk Mata Putih, aku datang padanya dan memberi
nasihat agar meninggalkan jalan sesat. Menghentikan pembunuhan
terhadap tokoh-tokoh silat tak berdosa. Alasan itu sudah cukup baginya
untuk melakukan kekejian ini padaku. Dia membokongku dengan
totokan. Dalam keadaan tak berdaya tangan serta kakiku dipotongnya.
Kedua mataku dikoreknya. Lalu aku dimasukkan ke dalam ruangan ini
dan dirantai!"
"Belum pernah aku melihat dan mendengar manusia seganas
Hang Kumbara. Tempatnya jelas di neraka!"
Si orang tua tertawa mengekeh. "Kau pergilah cepat! Jangan
terlambat! Kalau orang-orang itu sampai menemui ajal, celakalah dunia
persilatan!"
Mendengar kata-kata itu Wiro segera tinggalkan ruangan batu
dengan cepat. 8 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
DI TENGAH-TENGAH Arena Topan Utara terletak sebuah mimbar. Di
belakang mimbar itu berdiri Raja Rencong Dari Utara. Matanya
menyorot memandang ke arah tamu-tamu yang hadir. Semua orang
yang hadir di situ terbagi dalam tiga golongan. Golongan pertama ialah
golongan hitam yang secara nyata-nyata bergabung dengan Raja
Rencong. Golongan kedua adalah golongan putih yang telah ditaklukkan
dan dipaksa untuk masuk serta menghadiri berdirinya Partai. opan
Utara. Baik golongan hitam maupun golongan putih di atas semuanya
telah masuk perangkap Raja Rencong.
Golongan ketiga yang ialah golongan putih yang sengaja datang ke
tempat itu untuk membalaskan dendam kesumat kematian kawan-
kawan mereka yang telah dibunuh oleh Raja Rencong, puterinya atau
para kaki tangannya.
Raja Rencong melirik pada sebuah tombol merah yang terletak di
kayu mimbar dekat tangan kanannya. Sekali dia menekan tombol ini
maka tubuhnya akan melesat ke atas, keluar dari ruangan itu lewat
sebuah celah yang terbuka pada bagian atap ruangan. Lalu pada saat
yang sama lantai Arena Topan Utara-akan longsor ke bawah, menyusul
runtuhnya atap. Semua orang yang ada dalam Arena akan tertimbun
hidup-hidup. Tak bakal ada satu orang pun yang bisa menyelamatkan
diri karena berbarengan dengan runtuhnya atap serta amblasnya lantai,
satu ledakan besar akan menghancur luluhkan tempat itu!
Setelah memandang berkeliling maka Raja Rencong membuka
mulut memberi kata sambutan.
"Para hadirin sekalian. Pertama sekali aku Raja Rencong Dari
Utara mengucapkan terima kasih atas kedatangan saudara-saudara di
tempat ini. Dalam mendirikan Partai Topan Utara ini, aku sama sekali
tidak akan melihat asal-usul, atau menilai saudara-saudara ini dari
golongan mana. Bagiku, jika saudara-saudara telah bersedia datang dan
hadir di sini maka berarti saudara-saudara semua sudah bersedia
masuk menjadi anggota Partai Topan Utara!"
Pernyataan Raja Rencong itu membuat para tokoh silat golongan
putih yang datang untuk membalaskan dendam kesumat menjadi
gempar. Dalam keadaan suasana berisik tiba-tiba melesatlah ke atas
Arena empat sosok tubuh. Mereka adalah Panglima Sampono, Datuk
Nan Sabatang, Lembu Ampel dan
Seorang Lor. Tiga kawan tegak berjejer sementara Panglima
Sampono melangkah tegap ke hadapan mimbar. Suasana yang tadi
berisik kini menjadi sehening di pekuburan. Ketegangan menggantung
di udara! 9 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Manusia-manusia tidak tahu peradatan!" teriak Raja Rencong
marah sekali. "Perbuatan kalian naik ke atas mimbar tanpa izinku
merupakan penghinaan besar bagi semua anggota Partai yang hadir di
sini!" Panglima Sampono sambil bertolak pinggang menjawab dengan
suara garang. "Ketahuilah, kami berempat datang kemari bukan untuk
menghadiri peresmian segala macam partai kentut busuk! Tapi untuk
meminta pertanggungan jawabmu atas kematian sobat-sobat kami para
tokoh silat golongan pucih!"
"Kalau itu maksud kalian, rupanya kalian berkenan untuk
menyusul mereka ke akhirat!" tukas Raja Rencong. Dia berpaling ke
arah Arena sebelah timur dan berseru: "Empat Tombak Sakti!
Lenyapkan pengacau-pengacau ini!"
Empat orang berpakaian seragam hitam melompat ke atas Arena.
Tampang mereka galak buas dan angker. Begitu naik ke arena begitu
mereka hantamkan tombak ke arah kepala Panglima Sampono dan tiga
kawannya! Pertempuran pecah! Tampaknya kedua pihak saling
berimbang. Serangan datang silih berganti.
Lima belas jurus berlalu. Korban pertama roboh. Dia adalah orang
ketiga dari Empat Tombak Sakti. Meregang nyawa di ujung pedang
Sebrang Lor. Menyusul kemudian Panglima Sampono berhasil membantai
orang kedua dari Empat Tombak Sakti. Kini pertempuran berlangsung
antara Datuk Nan Sabatang melawan orang ke satu sedang Lembu
Ampel melawan orang ke empat. Ternyata dua orang terakhir dari Empat
Tombak Sakti ini tidak mampu menahan serangan-serangan gencar dua
tokoh silat golongan putih itu. Setelah lima jurus berlalu keduanya
tergelimpang menemui ajal!
Rahang Raja Rencong tampak menggembung. Gerahamnya
terdengar bergemeletukkan.
"Tongkat Baja Hijau!" teriak Raja Rencong. "Bunuh empat keparat
itu!" Sekelebat sosok tubuh berpakaian hijau melesat ke atas Arena.
Orang ini berbadan tinggi langsing. Usianya agak lanjut dan tubuhnya
bungkuk. Di tangan kanannya dia memegang sebuah tongkat sebesar
betis terbuat dari baja asli. Warna hijau yang membungkus tongkat baja
itu adalah lapisan racun ganas yang dahsyat!
"Tunggu apa lagi! Habisi mereka!" teriak Raja Rencong.
Tongkat Baja Hijau mendongak dan perdengarkan tawa
mengekeh. Tongkat di tangan kanannya di ketuk-ketuk ke lantai Arena.
Hebat sekali. Semua orang merasakan bagaimana lantai yang mereka
injak terasa bergetar. Panglima Sampono dan kawan-kawan segera
maklum kalau manusia berjubah hijau itu memiliki kepandaian tinggi
sedang senjata di tangannya mengandung bahaya maut!
Tongkat Baja Hijau memandang pada keempat orang di
10 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
hadapannya dengan mimik mengejek dan menganggap rendah.
"Kalian akan maju satu-satu atau berempat sekaligus" Lebih baik
berempat agar aku tidak banyak membuang waktu dan tenaga!"
Mengelam paras ke empat tokoh silat itu. Panglima Sampono
bergerak melangkah. Tapi Sebrang Lor mendahului ke hadapan Tongkat
Baja Hijau. 'Tampangmu tak banyak berubah! Tapi pendirianmu kini
berlainan!" berkata Sebrang Lor. "Setahuku dulu kau adalah tokoh
golongan putih. Sungguh disayangkan kalau kini kau menjadi bergundal
Raja Rencong, murid murtad pembunuh guru! Majulah, biar aku
rasakan hajaranmu!"
Tongkat Baja Hijau tertawa bergelak.
"Sebrang Lor! Tempatmu jauh di Malaka! Sulit nyawamu akan
kembali ke sana!" Habis berkata begitu Tongkat Baja Hijau menyerbu ke
muka. Sinar hijau menggebu dari tongkat bajanya. Sebrang Lor Cepar
cabut pedang berkeluknya. Maka pecahlah perkelahian hebat. Tapi
kehebatan itu membawa malapetaka bagi diri Sebrang Lor. Serbuan
tongkat baja hijau laksana air bah, menderu-deru mengurung dirinya,
menutup jalan serangan dan lambat laun membobol pertahanan tokoh
silat dari Malaka itu. Dia hanya sempat bertahan sampai empat jurus.
Di jurus ke lima tongkat lawan menggebuk bahu tanpa dia bisa dikelit
atau ditangkis. Sebrang Lor menjerit. Tubuhnya tercampak ke luar
Arena. Nyawanya lepas!
"Manusia iblis! Aku lawanmu!" teriak Datuk Nan Sabatang
menggeledek. Tubuhnya berkelebat dan keris biru di tangannya
meluncur sebat ke arah teng-gorokan Tongkat Baja Hijau!
"Jangan omong besar Datuk!" ejek Tongkat Baja Hijau. Sekali
tongkatnya disapukan Datuk Nan Sabatang tersusut ke belakang.
Wajahnya pucat.
"Ha... ha! Aku muak berkelahi satu lawan satu! Ayo Sampono dan
Lembu Ampel! Kalian berdua ikut majulah!" Sambil menyerang Datuk
Nan Sabatang, Tongkat Baja Hijau membagi serangan pula pada Panglima
Sampono dan Lembu Ampel. Mula-mula kedua orang itu tak mau
membalas apalagi terjun ke kalangan pertempuran. Tapi karena
diserang terus menerus mau tak mau akhirnya mereka terpaksa juga
turun ke gelanggang!
Bagi orang-orang yang hadir di tempat itu nama Panglima
Sampono dan kawan-kawannya adalah nama-nama besar. Namun
sewaktu menyaksikan berhasil mendesak ke tiga lawannya itu maka kini
dapat diukur betapa tingginya kepandaian kaki tangan Raja Rencong
ini. Dalam jurus ke sepuluh terdengar pekik Datuk Nan Sabatang.
Tubuhnya melesat. Kepalanya pecah dihantam tongkat lawan.
"Sekarang giliran kalian berdua untuk mampus!" seringai Tongkat
Baja Hijau pada Panglima Sampono dan Lembu Ampel. Didahului oleh
11 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
teriakan menggeledek Tongkat Baja Hijau keluarkan jurus serangan
yang luar biasa hebatnya. Ujung tongkatnya seperti bercabang dua.
Satu menggebuk ke arah kepala Panglima Sampono, satunya lagi ke
batok kepala Lembu Ampel! Dan dua orang ini seperti kena tenung,
hampir tak punya kesempatan untuk selamatkan nyawa masing-
masing! Para tamu yang hadir menahan nafas.
Dalam detik yang tegang itu di mana maut sudah siap
Wiro Sableng 030 Dosa Dosa Tak Berampun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencengkam dua korban, tiba-tiba berkelebat satu bayangan putih
disertai suara siulan nyaring. Satu gelombang angin yang bukan olah-
olah dahsyatnya menderu laksana topan membadai. Beberapa tokoh
silat yang ada'd i pinggiran Arena merasa tubuh mereka bergetar. Di
saat itu tahu-tahu terdengar pekik Tongkat Baja Hijau. Orang bersama
tongkatnya mental keluar Arena menghantam dinding ruangan dengan
keras. Ketika jatuh ke lantai tubuh Tongkat Baja Hijau tidak bergerak
lagi. Mukanya hancur! Di tengah Arena semua mata menyaksikan
seorang pemuda berambut gondrong sebahu, berpakaian dan berikat
kepala serba putih tegak menyeringai. Bajunya yang tidak berkancing
menyingkapkan dadanya yang penuh otot. Pada dada sebelah kanan ada
rajah tiga buah angka, berwarna hitam kebiruan.
12 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SEPASANG mata Raja Rencong Dari Utara membeliak seperti hendak
melompat dari sarangnya. Kumis tebalnya berjingkrak dan rahangnya
menggembung. Suara menggembor terdengar di tenggorokannya.
"Pemuda keparat! Siapa kau!" bentak Raja Rencong sementara
semua orang yang hadir di tempat itu ada yang berdecak kagum tapi
banyak yang melengak heran karena tidak mengetahui apa sebenarnya
yang terjadi saking cepatnya gerakan-gerakan di atas Arena.
"Siapa aku tidak penting! Aku mau bicara!" jawab pemuda rambut
gondrong seenaknya dan membuat semua orang kini jadi tambah kaget
melihat keberanian pemuda yang tak dikenal itu.
"Keparat! Kau minta mampus!" teriak Raja Rencong menggeledek.
Lalu dia berseru garang.
"Sepasang Pengemis Gila! Bunuh budak ini!"
Dari Arena sebelah kanan melesat dua orang berpakaian kotor
compang camping penuh tambalan dan berambut acak-acakan. Tubuh
mereka menghambur bau tidak sedap. Inilah dua tokoh silat jembel
sinting yang berjuluk Sepasang Pengemis Gila. Keduanya berteriak-
teriak seperti monyet terbakar ekor. Dalam gerakan yang tidak karuan
tiba-tiba mereka menyerang Pendekar 212 Wiro Sableng, pemuda yang
tegak di tengah Arena. Di saat yang sama mendadak dari samping kiri
melompat pula seorang berpakaian merah. Dari mulutnya menyembur
arak merah yang menyerang ke seluruh jalan darah di tubuh Panglima
Sampono dan Lembu Ampel!
Dua tokoh silat lanjut usia ini tentu saja terkejut dan serentak
sama pukulkan tangan ke depan. Namun sebelum dua pukulam sempat
mencari sasaran, sebelum semburan arak menimbulkan celaka,
mendadak sontak terjadilah satu peristiwa yang membuat semua orang
bangkit tertegak dari kursi masing-masing.
Tiga jeritan terdengar susul menyusul. Tiga sosok tubuh mencelat
mental seperti dilabrak topan prahara lalu terbanting ke dinding, mental
lagi dan jatuh di-antara orang banyak!
Apa yang telah terjadi"
Ketiga Sepasang Pengemis Gila dengan berteriak-teriak menyerang
dirinya dan selagi Datuk Arak Sakti menyembur ke arah Panglima
Sampono dan Lembu Ampel, murid Eyang Sinto Gendeng dari Gunung
Gede itu hantamkan kedua telapak tangannya sekaligus ke arah
orang-orang yang menyerbu. Arena Topan Utara seperti diguncang
gempa, laksana dilanda badai. Pendekar 212 telah melepaskan pukulan
sakti bernama "dewa topan menggusur gunung".
Nama angker pukulan sakti itu tidak nama percuma belaka.
Itulah pukulan sakti mengandung tanga dalam tinggi yang dipelajarinya
13 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dari Tua Gila. Dan betapapun hebatnya Sepasang Pengemis Gila serta
Datuk Arak Sakti namun mereka tak sanggup bertahan. Ketiganya
mencelat mental, terlempar ke dinding batu dan menemui kematian
dalam cara mengerikan!
Di antara para hadirin tak satu pun yang bergerak. Semua mata
terpentang lebar ke arah Pendekar 212. Hal yang sama terjadi juga
dengan Raja Rencong. Dia tegak hampir tak bergeming. Dia tahu betul,
dua pukulan tangan kosong yang tadi dilepaskan si pemuda tadi adalah
pukulan "dewa topan menggusur gunung." Dan setahunya hanya satu
orang yang memiliki pukulan dahsyat itu yakni seorang kakek sakti
yang dipanggil dengan sebutan Tua Gila. Ternyata kini pemuda tak
dikenal itu memiliki ilmu yang sama. Ada sangkut paut apakah antara
pemuda ini dengan orang tua itu"
Diam-diam Raja Rencong merasakan dadanya berdebar dan
lututnya bergetar. Aneh! Benar-benar aneh! Setahunya Tua Gila sudah
lama meninggal dunia dan selama hidupnya orang tua itu tak pernah
mempunyai seorang muridpun. Bagaimana kini ada pemuda memiliki
ilmu pukulan sakti itu" Sepasang mata Raja Rencong bergerak berputar
ke arah hadirin. Dia sangat kawatir kalau-kalau Tua Gila tahu-tahu
sudah ada pula di sana di antara para tamu. Namun dia tak melihat
orang tua itu. Hatinya lega sedikit.
Sebagai tuan rumah yang telah menyandang nama besar, tentu
saja Raja Rencong tidak mau perlihatkan rasa jerih. Dia merasa sudah
saatnya untuk menekan tombol merah di atas mimbar sebelum
kekacauan baru muncul. Tak apa kehilangan dua tiga kaki tangan dan
pembantunya. Asal sesaat lagi semua orang yang ada di situ akan
menerima kematian termasuk pemuda gila di tengah Arena.
Sambil tertawa mengekeh Raja Rencong menggerakkan tangannya
lalu berteriak keras: "Manusia-manusia tolol! Selamat jalan ke neraka!"
Lalu jari telunjuk tangan kanan Rana Rencong menekan tombol merah
sekuat-kuatnya.
Tapi tak satu pun terjadi.
Raja Rencong menekan lagi. Lagi dan lagi. Bahkan kini
menghantamkan telapak tangannya keras-keras ke tombol merah itu.
Namun atap di atas Arena tidak membuka dan papan Arena yang
dipijaknya tidak melesatkan tubuhnya ke atas. Juga lantai Arena di
mana para tamu duduk tidak roboh sedang langit-langit bangunan tidak
runtuh! Di hadapannya dilihatnya Wiro Sableng menyeringai. Lalu suara
gelak membabak keluar dari mulut pemuda itu.
"Raja Rencong! Ada yang tidak beres rupanya"!"
Pertanyaan itu membuat Raja Rencong membesi wajahnya. "Apa
maksudmu"!" sentaknya.
"Ah! Kau tahu apa maksudku! Kau panik! Lantai ruangan ini tidak
amblas! Atap tidak runtuh! Ha... ha... ha! Kau sudah menekan tombol
rahasia tapi pesawat celaka yang hendak membunuh semua orang yang
14 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
hadir di sini tidak bekerja!"
Bukan main marahnya Raja Rencong Dari Utara. Didahului
menggereng seperti harimau lapar terluka dia jentikkan sepuluh jari
tangannya. Sepuluh larik sinar merah menyambar Pendekar 212 Wiro
Sableng. Sebelumnya Wiro telah menyaksikan keganasan ilmu kesaktian
ini yaitu ketika dikeluarkan oleh Pandansuri. Kini kalau Raja Rencong
sendiri yang memainkannya tentu jauh lebih dahsyat. Karenanya murid
Sinto Gendeng segera melompat ke atap ruangan dan dari atas lepaskan
pukulan "sinar matahari".
Arena Topan Utara laksana disambar petir dan geledek ketika
pukulan sinar matahari saling bentrokan dengan sinar merah ilmu kuku
api. Dua ilmu kesaktian yang dilancarkan dengan kekuatan tenaga
dalam sangat tinggi begitu saling beradu melesat ke kiri lalu memecah
ke arah empat penjuru. Jerit kematian terdengar di bagian itu. Sembilan
tokoh silat golongan hitam hangus mengerikan. Delapan tokoh golongan
putih meregang nyawa mengenaskan! Bau hangusnya tubuh-tubuh
yang terpanggang memenuhi tempat itu. Kekacauan meledak!
"Para tamu semua!" tiba-tiba Wiro berteriak lantang. "Kalian
sekarang tahu kalau Raja Rencong punya maksud tersembunyi. Secara
keji sebenarnya dia hendak membunuh kita semua yang hadir hadir di
sini! Kenapa tidak berebut pahala mencincangnya beramai-ramai"!"
Mendengar teriakan Wiro Sableng itu semua tamu menjadi
terbakar hati masing-masing, apalagi yang sejak semula memang tidak
suka terhadap Raja Rencong dan hadir di situ untuk menghukumnya.
Laksana air bah, tokoh silat golongan hitam dan putih bergabung
menjadi satu dan menyerbu Raja Rencong yang masih tertegun di atas
mimbar dengan dada berdenyut akibat bentrokan tenaga dalam dengan
Wiro lewat pukulan sakti tadi.
Raja Rencong adalah tokoh silat sakti luar biasa. Keberaniannya
dan kebengisannya tidak beda dengan setan. Namun melihat sekian
banyak para jago silat menyerbunya dia jadi gugup. Nyalinya meleleh.
Tanpa pikir panjang lagi dia berkelebat larikan diri. Tapi arah larinya
telah dihadang Wiro Sableng yang saat itu sudah menggenggam Kapak
Maut Naga Gen i 212.
"Keparat! Mampuslah!" teriak Raja Rencong.
Sreett! Raja Rencong cabut Rencong Emasnya. Sinar kuning bertabur. Di
waktu yang sama puluhan senjata datang menderu Ketua Partai Topan
Utara itu. Kapak Naga Geni 212 di depan sekali dengan sinarnya yang
menyilaukan disertai deru laksana ribuan tawon mengamuk!
Trang! Rencong Emas dan Kapak Naga Geni 212 beradu. Bunga api
memercik. Raja Rencong mengeluh tertahan. Tangan kanannya terasa
panas dan getaran menjalar sampai ke pangkal bahunya. Sebelum dia
sempat memasang kuda-kuda baru laksana kilat Kapak Naga Geni 212
15 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sudah berkiblat kembali di depan hidungnya sementara di sekelilingnya
puluhan macam senjata datang menggempur.
"Huaaah!" Raja Rencong membentak garang. Kedua tangannya kiri
kanan membuat gerakan yang dinamakan "sepasang kincir sakti
menghadang bumi". Ini bukan saja merupakan satu jurus pertahanan
yang ampuh tapi sekaligus merupakan jurus serangan mematikan.
Rencong Emas di tangan kanan mengeluarkan sinar kuning berbuntal-
buntal sedang lima jari tangan kiri tiada hentinya menjentikan ilmu
kuku api. Tiga orang tokoh silat tergelimpang roboh dihantam pukulan
kuku api. Tapi hanya sampai disitulah Raja Rencong sanggup
menunjukkan keganasannya.
Sambaran Kapak Maut Naga Geni 212 yang menyilaukan
mendesaknya. Angin senjata itu bukan saja menutup pemandangannya
tapi kedua matanya juga terasa perih.
Sesaat kemudian terdengar jerit Raja Rencong! Telinga kanannya
putus dibabat Kapak Naga Geni. Racun yang ganas langsung merasuk
ke peredaran darahnya. Sadar bahaya yang dialaminya Raja Rencong
cepat menotok beberapa urat penting di tubuhnya agar racun tidak
menjalar menuju jantung. Lalu dengan segala kehebatan yang
dimilikinya Raja Rencong mengamuk membabi buta. Dua tokoh lagi
roboh di tangannya, satu si antaranya adalah Lembu Ampel. Tokoh ini
menjauhkan diri ke sudut ruangan. Dadanya luka parah akibat tikaman
Rencong Emas. Dia sadar racun jahat senjata itu sebentar lagi akan
meranjam tubuhnya. Didahului oleh satu teriakan keras menyebut
nama Tuhannya, Lembu Ampel akhirnya jatuh ke lantai tak bergerak
lagi. Amukan orang takut dan putus asa seperti yang dilakukan Raja
Rencong tidak berjalan lama. Ketika Kapak Naga Geni 212 menyusup di
antara serangan-serangan yang dilepaskannya. Raja Rencong terdengar
menjerit. Dia merasakan tangan kirinya panas sekali. Ketika dilihat
ternyata tangannya itu telah buntung disambar Kapak Naga Geni 212.
Raja Rencong menjerit lagi. Belasan senjata datang menusuk, menikam
dan membacok sekujur tubuhnya. Tubuh itu seperti dimandikan dengan
darah. Tapi hebatnya Raja Rencong masih tegak, bukan saja bertahan
malah masih sanggup membuat gerakan-gerakan pembalasan. Wiro
yang sudah kehilangan kesabarannya segera putar Kapak Maut Naga
Geni 212. Suara seperti ribuan tawon mengaung laki disusul kembali
jeritan Raja Rencong.
Darah muncrat dari mukanya yang hampir terbelah. Tubuh dan
wajah yang hampir tidak berbentuk lagi itu menggeletak di lantai Arena
Topan Utara. Darah bergelimang di mana-mana. Masih banyak para
tokoh yang melampiaskan dendam kesumatnya menghujani tubuh tak
bernyata Raja Rencong itu dengan berbagai senjata, tendangan ataupun
pukulan. Wiro maklum segala sesuatunya kini telah berakhir. Pemuda
ini cepat tinggalkan tempat itu, lari menuju sebuah kamar di mana
pesawat rahasia untuk membunuh para tokoh persilatan berada. Di situ
16 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
menggeletak Pandansuri, puteri Raja Rencong dalam keadaan tertotok.
Apakah yang terjadi dengan dara berkerudung ungu ini"
Seperti diceritakan sebelumnya Wiro Sableng telah bertemu
dengan Nyanyuk Amber, orang tua sakti guru Raja Rencong yang berada
dalam keadaan dirantai tak berdaya. Setelah melepaskan orang tua itu
dari rantai yang mengikatnya Wiro memergoki Pandansuri di kamar
pesawat rahasia. Terjadi perkelahian. Dalam waktu tiga jurus Wiro
berhasil membuat gadis itu tak berdaya dan menotoknya hingga ketika
ayahnya menekan tombol sebagai tanda agar dia menggerakkan pesawat
rahasia, sang dara tak mampu melakukannya.
"Pemuda keparat! Apa yang terjadi di luar sana! Aku dengar suara
gaduh!" Pandansuri mendamprat begitu Wiro masuk ke dalam ruangan.
Pendekar 212 menyeringai.
"Kabar buruk bagimu. Ayahmu menemui kematian di Arena Topan
Utara. Riwayat keganasannya berakhir hari ini!"
Pandansuri merasakan tubuhnya seperti hendak meledak.
Sepasang matanya dibalik kerudung membeliak dan wajahnya tampak
mengelam merah.
"Kurang ajar! Pasti kau yang membunuh ayah!"
"Aku dan puluhan tokoh silat yang hendak dicelakakannya!"
sahut Wiro. "Kau membunuh ayah! Berarti kau harus mati di tanganku!"
Wiro tertawa. "Kenapa kau masih keras kepala dan tidak mau sadar" Apa kau
ingin menemui nasib sama seperti ayahmu" Mati mengerikan di tangan
puluhan tokoh silat yang masih ada di luar sana?"
"Aku tidak takut mati! Lepaskan totokan di tubuhku! Mari kita
berkelahi sampai seratus jurus!"
"Aku tak punya waktu melayani orang kalap sepertimu. Sebelum
pergi aku hanya ingin melihat wajahmu yang selalu tersembunyi dibalik
kerudung ungu itu!"
"Kurang ajar! Kalau kau berani melakukan itu...!"
Tapi tangan Wiro sudah bergerak menarik kain kerudung tipis
yang menutupi wajah Pandansuri. Begitu kerudung terlepas terkejutlah
Pendekar 212 Wiro Sableng. "Aih... Kiranya parasmu cantik sekali...!" Wiro basahi bibirnya
dengan ujung lidah dan garuk-garuk kepalanya yang gondrong. "Hanya
sayang aku tak bisa menikmati kecantikan parasmu berlama-lama. Aku
harus pergi dari sini bersama Nyanyuk Amber. Selamat tinggal dara
jelita..."
"Tunggu!" teriak Pandansuri. "Lepaskan dulu totokan di tubuhku!"
Wiro putar langkahnya, menatap paras Pandansuri sesaat lalu
berkata: "Kalau totokan di tubuhmu kulepaskan apa kau akan
Wiro Sableng 030 Dosa Dosa Tak Berampun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyerangku dan mencari perkara baru?"
"Demi setan aku tidak akan melakukan apa-apa selain membaca
17 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sepucuk surat!"
"Hemm... Ini adalah aneh!" ujar Wiro. "Kau hendak membaca
sepucuk surat. Dari siapakah" Tidak sangka kalau dara segalakmu ini
bisa punya pacar...!"
"Aku memang tidak punya pacar dan surat itu bukan dari siapa-
siapa. Tapi dari ayahku sendiri! Ayahku yang kalian bunuh itu!" jerit
Pandansuri. "Baiklah... Tapi kalau kau bersumpah aku tak mau kau
melakukannya atas nama setan. Kau pasti punya Tuhan. Bersumpahlah
atas NamaNya!"
"Aku bersumpah demi Tuhan!" teriak Pandansuri.
Wiro melangkah mendekati. Tangan kanannya bergerak
melepaskan totokan di tubuh sang dara. Tapi tangan kirinya diam-diam
menyiapkan pukulan sinar matahari. Untuk berjaga-jaga kalau tiba-tiba
Pandansuri membokongnya setelah lepas dari totokan. Ternyata gadis
itu memang tidak menyerangnya. Begitu tubuhnya bebas dari balik
pakaiannya dia mengeluarkan sepucuk surat Tanpa memandang pada
Wiro dia berkata: "Ayah berpesan. Surat ini hanya boleh kubuka jika
sesuatu terjadi dengannya. Yakni kalau dia menemui ajal..."
Sang dara membuka, lipatan surat lalu membaca apa yang
dituliskan Raja Rencong di situ.
Pandansuri, Kalau aku sudah mati maka itulah saatnya kau harus mengetahui
rahasia besar tentang dirimu. Sebenarnya kau bukanlah anak
kandungku. Kau kuculik ketika masih kecil. Ayahmu adalah Kepala
Kampung Pasirputih. Kembalilah padanya dan tempuhlah jalan hidup
yang baik. Orang yang pernah menjadi ayahmu
Raja Rencong. Surat itu terlepas dari pegangan Pandansuri. Air mata
menggelinding membasahi pipinya.
"Hai... ada apakah saudari" Mengapa kau menangis?" tanya Wiro.
Pertanyaan itu justru membuat Pandansuri menjadi mengeras
isakannya Wiro mengambil surat yang tercampak di lantai lalu
membacanya. Pendekar ini kemudian menarik nafas dalam.
"Sekarang jelas bagimu. Kau berasal dari orang baik-baik.
Karenanya musti kembali ke jalan yang baik. Mari kita tinggalkan Bukit
Toba ini..." Wiro memegang bahu Pandansuri, bantu gadis itu berdiri
lalu mengembalikan surat yang tadi dibacanya.
Keduanya melangkah menuju kamar Nyanyuk Amber untuk
membawa orang tua itu sama-sama meninggalkan Bukit Toba,
mengikuti puluhan tokoh silat yang lebih dahulu pergi meninggalkan
tempat angkara murka tersebut.
18 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
HANYA beberapa ketika setelah para tokoh silat, Wiro Sableng,
Pandansuri dan Nyanyuk Amber meninggalkan Bukit Toba, langit di
atas bukit itu tampak menghitam ditutup gumpalan awan mendung.
Dikejauhan terlihat petir menyambar hampir tiada henti. Lalu dentuman
geledek seperti hendak melumat bumi dan air danau. Tak lama
kemudian hujan lebatpun turun. Demikian derasnya hingga menutup
batas pemandangan manusia. Di-bawah hujan lebat begitu rupa, dari
arah tenggara danau tampak melesat sebuah perahu kecil ditumpangi
satu orang. Hujan yang lebat menutupi pemandangan hingga tak jelas
siapa adanya orang diatas perahu itu. Namun begitu hujan mulai
mereda dan pemandangan menjadi terang sedikit, kelihatanlah sosok
tubuh di atas perahu kecil tadi. Ternyata dia adalah seorang nenek
berpakaian rombeng, bertubuh kurus kering. Rambutnya yang putih
diikat di atas kepala membentuk secuil konde. Berlawanan dengan
pakaiannya yang buruk rombeng, dibahunya tersandang sebuah
selendang hitam besar berhiaskan bunga-bunga dari benang emas.
Di tangan kanannya nenek aneh ini memegang sebuah tongkat
bambu kuning kecil. Bambu inilah yang dijadikannya sebagai kayu
pendayung. Walaupun cuma sebuah bambu kecil namun hebatnya
benda ini menjadi pendayung yang ampuh luar biasa. Perahu yang
dikayuh tampak melesat membelah air danau yang bergelombang akibat
hujan yang baru saja turun deras.
Di tangan kirinya si nenek memegang sebuah tabung kaca
berbentuk bulat dan sangat ramping bagian tengahnya. Tabung kaca ini
diisi dengan pasir. Pasir di bagian atas tabung mengucur jatuh sedikit
demi sedikit ke bagian tabung sebelah bawah. Saat itu jumlah pasir
yang jatuh ke bagian bawah tabung kaca telah mencapai setengah
ketinggiannya. Sepasang mata si nenek tiada hentinya memperhatikan
tabung itu sementara tangan kanannya terus mendayung dengan
tongkat bambu kecil.
"Cepatlah perahu. Cepatlah! Kalau sampai terlambat celakalah!.
Aku harus menunggu sampat ada korban lainnya. Mungkin setahun!
Mungkin lima tahun! Mungkin sepuluh tahun! Atau mungkin tidak
untuk selama-lamanya! Cepat perahu! Cepatlah! Antarkan aku ke pulau
di depan sana! Cepat!"
Tak selang berapa lama perahu kecil itu berhasil mencapai pulau
di tengah danau. Pasir di tabung kaca sebelah bawah hampir mencapai
dua pertiga ketinggian tabung. Tanpa menunggu sampai ujung perahu
menyentuh daratan pulau si nenek langsung melompat dan laksana
terbang laru menuju puncak Bukit Toba. Jalan yang ditempuh sulit dan
licin akibat hujan namun si nenek sigap sekali gerakannya. Jangankan
19 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
terpeleset, malah enak saja dia melompat dan berlari, makin lama makin
kencang hingga akhirnya dia sampai di puncak Bukit Toba, langsung
menyelinap masuk ke dalam bangunan bertingkat dua.
Begitu sampai di ruangan besar yang disebut Arena Topan Utara,
si nenek lelerkan lidah gelengkan kepala. Kedua matanya terbeliak.
Mayat dilihatnya bergelimpangan di mana-mana. Darah bergenang di
pelbagai penjuru. Dia melirik ke tabung kanan di tangan kirinya. Lalu
tersentak bila ingat waktunya hanya tinggal sedikit.
Seperti seekor burung pemakan mayat nenek ini melompat ke
pertengahan Arena Topan Utara. Dia memandang berkeliling. Kaki dan
tongkatnya mengungkit setiap sosok tubuh di dekatnya. Tapi orang atau
mayat yang dicarinya belum juga bertemu. Dia memandang lagi
berkeliling. Pasir di dalam tabung hampir mencapai titik tertingginya. Si
nenek menjerit saking kawatirnya. Kemudian kedua matanya yang besar
itu melihat sosok tubuh yang dicarinya. Tergeletak tak jauh dari
mimbar. "Itu dia!" pekik si nenek gembira.
Sekali lompat saja dia sampai disamping mimbar. Sosok tubuh itu
amat mengerikan. Penuh bacokan puluhan senjata. Keadaannya seperti
dicincang. Lebih mengerikan lagi bagian kepalanya. Telinga kanan
buntung. Bagian wajah sulit dikenali karena hampir terbelah oleh luka
besar yang menguak.
"Kasihan kau... kasihan kau anak manusia! Tapi tunggulah!
Sebentar lagi kau akan kutolong! Kau belum saatnya mati! Belum
saatnya!" Si nenek mendongak ke atas, tertawa seperti kuda meringkik
lalu bantingkan tabung kaca di tangan kirinya ke lantai.
Tabung kaca itu pecah dengan mengeluarkan ledakan nyaring.
Pasir di dalamnya muncrat ke udara disertai kepulan asap berwarna
kelabu, berbau busuk luar biasa. Sambil melangkah terserok-serok
nenek aneh itu acungkan tongkatnya tinggi-tinggi ke atas. Mulutnya
komat-kamit melafatkan mantera. Tiba-tiba dia memekik keras. Aneh!
Ujung buntalan asap kelabu menyambar ke ujung tongkat bambu. Lalu
laksana sehelai selendang panjang bergerak mengikuti kemana bambu
itu bergerak. Si nenek turunkan bambu di tangan kanannya mendekati kepala
mayat yang terbelah. Begitu sampai di bagian kepala, ujung tongkat
disapukannya sepanjang belahan yang mengerikan itu. Aneh! Luar
biasa. Perlahan-lahan, setelah disapukan beberapa kali kepala yang
terbelah oleh hantaman Kapak Naga Geni 212 itu bertaut kembali
meskipun tetap meninggalkan bekas yang mengerikan yaitu mulai dari
kening, memanjang ke bawah melewati mata kiri dan pipi kiri. Si nenek
tertawa tinggi.
Ujung tongkat berputar-putar sesaat lalu mengusap-usap
keseluruh bagian tubuh yang seperti dicincang itu. Kembali keanehan
terjadi. Tubuh yang penuh luka itu juga bertaut kembali. Darah berhenti
mengucur. Namun bekas-bekas luka yang ditinggalkan sangat
20 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
mengerikan. Si nenek sekali lagi terdengar tertawa. Tongkatnya diangkat
tinggi-tinggi ke udara. Mulutnya lagi-lagi komat-kamit. Tiba-tiba ujung
tongkat menukik dan menusuk bagian tenggorokan mayat.
Inilah puncak dari segala keanehan dan keluar biasaan.
Tenggorokan yang tadi kaku tegang itu kini tampak bergerak, mula-
mula perlahan sekali, namun makin lama makin kencang. Nenek aneh
itu menjerit keras dan panjang. Perlahan-lahan tubuhnya merunduk
hingga dia tampak berlutut di atas kedua tempurung lututnya yang
kurus kering. "Anak manusia! Kau memang belum saatnya mati! Belum
saatnya!" terdengar si nenek berseru. Dari kedua matanya yang besar
tampak meleleh air mata. Kedua tangannya diacungkan ke atas dan dari
mulutnya terdengar ucapan: "Sepuluh tahun menempa ilmu kehidupan!
Hari ini akhirnya aku berhasil! Guru! Hari ini murid berhasil
meneruskan pekerjanmu! Hanya sayang kau keburu menutup mata
hingga tidak sempat menyangsikan awal dari semua kehebatan ini!
Hik... hik... hik..." Lalu si nenek menangis seperti anak kecil.
Mendadak si nenek hentikan tangisnya. Di kedua telinganya
seperti ada suara yang mengisang.
"Muridku... Meski aku sudah mati tapi rohku masih tetap
mengikuti semua tindak tandukmu! Guli Rampai! Dari alamku aku
turut bergembira melihat keberhasilanmu. Teruskan pekerjaanmu
muridku..."
Suara mengiang lenyap.
"Guru!" Si nenek berteriak memanggil. Lalu dia jatuhkan diri
menelungkup di lantai. Sesaat kemudian perlahan-lahan dia bangkit
kembali, beringsut mendekati tubuh yang tadi kaku mati dan kini
tampak mulai bergerak tanda adanya tanda-tanda kehidupan yang sulit
diterima akal manusia. Si nenek angkat tubuh itu lalu memanggulnya
diatas bahu kiri. Dia memandang sekali lagi berkeliling, lalu lari keluar
bangunan, menuruni Bukit Toba menuju ke danau di mana perahu
kecilnya berada.
*** TUBUH cacat penuh bekas luka mengerikan itu terbujur tanpa
penutup di atas tumpukan batu berwarna merah. Di bagian bawah
tumpukan batu itu terdapat celah memanjang dan di situ ada nyala api
yang terus menerus berkobar
Si nenek bermata besar duduk di atas sebuah dingklik, menunggu
dengan sabar. Tongkat bambu kuning kecil di tangan kanannya diketuk-
ketukkan ke lantai batu, sesuai dengan gerak mendenyut pada dada
orang yang terbujur di atas batu merah.
Perlahan-lahan tetapi pasti tak selang berapa lama kemudian dua
mata yang tadi tertutup dari orang di atas batu tampak membuka. Si
nenek makin memperkencang ketukan tongkatnya ke atas lantai.
21 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Buka yang besar. Buka yang besar matamu anak manusia! Dan
pandang wajahku... Pandang wajahku... "
Mata yang terbuka semakin besar. Lalu sesuai dengan kata-kata
perempuan tua itu, kedua mata tadi bergerak berputar memandang ke
arah si nenek. "Bagus anak manusia! Bagus! Ternyata awal kehidupanmu
membawa pertanda yang baik. Kau mau mendengar perintahku. Kau
sudah melihat aku. Katakan apa yang kau lihat! Katakan apa kau kenal
aku! Buka mulutmu! Buka! Kau bisa bicara! Kau tidak bisu! Kau pasti
bisa menjawab!"
"Si... siapa kau orang tua. Aku tidak kenal padamu..." Tiba-tiba
meluncur ucapan itu dari orang lelaki berwajah mengerikan di atas
batu. Si nenek tertawa mengikik.
"Aih...! Suaramu jelek tapi tidak apa! Yang penting kau bisa
bicara! Hik... hikkk... hik... "
"Siapa kau... siapa kau...?"
"Hik... hik... hik. Tentu saja kau tidak kenal aku. Aku adalah
nenek tua bernama Guli Rampai bergelar Iblis Sesat Jalan Hidup. Aku
orang yang telah menghidupkanmu dari kematian!"
"Menghidupkan aku dari kematian" Apakah aku pernah mati...?"
Orang di atas batu bertanya.
"Hik... hik! Kau memang pernah mati. Malah kalau aku sampai
terlambat menemui mayatmu, tak mungkin aku bisa menolong
menghidupkanmu kembali. Setelah mati dan dihidupkan kembali
apakah kau masih bisa mengingat siapa dirimu...?"
Sepasang mata itu yang sebelah kiri ada guratan angker bekas
bacokan menatap langit-langit ruangan. Lalu dari mulut orang ini
meluncur ucapan: "Namaku Kumbara. Gelarku Raja Rencong Dari
Utara. Aku Ketua Partai Topan Utara..."
"Hebat! Kau hebat! Sungguh luar biasa. Ternyata kau masih ingat
siapa dirimu. Otakmu masih berjalan baik! Tidak percuma aku
memilihmu dan membawamu ke puncak Gunung Sorik Marapi ini... Kau
telah hidup kembali! Tetapi untuk mencapai kesempurnaan kau harus
menunggu satu tahun. Sebelum kau kusemayamkan selama satu
tahun, apakah ada pertanyaan...?"
Sosok tubuh di atas batu merah yang ternyata adalah Raja
Rencong Dari Utara alias Hang Kumbara kembali menatap langit-langit
ruangan di atasnya.
"Aku memang ada satu pertanyaan. Mengapa... mengapa kau
menghidupkan aku yang katamu sudah mati ini...?"
"Pertanyaan bagus anak manusia... Kujawab dengan balas
bertanya. Apakah kau tidak akan membalaskan sakit hati kematianmu
pada orang-orang yang telah mencelakaimu" Terhadap manusia-
manusia bernama Panglima Sampono misalnya. Lalu bekas gurumu
yang merat si Nyanyuk Amber itu. Lalu anak angkat yang kau asuh
22 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
selama bertahun-tahun tapi kemudian juga kabur meninggalkanmu si
Pandansuri itu. Dan yang penting adalah menuntut balas terhadap
seorang anak manusia yang kini menjadi musuh besarmu. Pendekar
212 Wiro Sableng... Darah dibalas darah. Nyawa dibayar nyawa. Dosa
dibayar dengan dosa..."
"Mereka jumlahnya banyak. Mereka memiliki ilmu kesaktian yang
hebat. Apakah... apakah aku mampu membayar dosa dengan dosa...?"
"Kau akan mampu. Aku Iblis Sesat Jalan Hidup akan memberi
kekuatan baru padamu. Bila tiba saatnya kelak ----setelah satu tahun
berlalu---- kau akan bangkit kembali. Cari orang-orang itu. Bunuh
Wiro Sableng 030 Dosa Dosa Tak Berampun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka semua. Setelah musuh-musuhmu kau hancur Iudaskan, kau
harus melanjutkan dengan membunuh tokoh-tokoh silat lainnya.
Bukankah kau ingin menjadi raja diraja dunia persilatan?"
"Itu memang cita-citaku..."
"Bagus! Kau ternyata tidak melupakan niat besarmu. Sekarang
sudah saatnya bagimu tidur. Kau akan kusemayamkan di atas batu
panas ini selama satu tahun. Tutup kedua matamu kembali..."
23 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SATU tahun telah berlalu. Puncak Gunung Sorik Merapi seperti tidak
tersentuh oleh waktu. Tak tampak perubahan. Di dalam bangunan ber-
bentuk aneh, di atas tumpukan batu merah terbaring sosok tubuh Hang
Kumbara hampir merupakan jerangkong. Lebih mengerikan lagi karena
tubuh telanjang itu penuh dengan cacat bekas-bekas luka. Wajah
seperti setan, cekung dengan guratan luka besar melintang di kening,
melewati mata kiri terus ke pipi.
Di ambang pintu bangunan tegak sosok tubuh Guli Rampai alias
Iblis Sesat Jalan Hidup. Kepalanya mendongak ke langit, kedua
tangannya diangkat tinggi-tinggi ke atas. Sepasang matanya terpejam,
mulutnya komat kamit. Sesaat kemudian terdengar pekik aneh dari
mulutnya. Lalu menyusul ucapan-ucapan.
"Guru... Tiga ratus enam puluh hari sudah berlalu. Hari ini hari
penyelesaian segala pekerjaan. Hari ini berakhirnya segala cara dan
rasa. Apakah kau mendengarkan kata-kataku ini guru...?"
Wajah angker nenek berambut putih itu nampak tersenyum.
Senyum yang lebih merupakan seringai menggidikkan. Di kedua
telinganya terdengar suara mengiang.
"Guli Rampai muridku, aku tak pernah jauh darimu. Aku gembira
kau telah menyelesaikan pekerjaanmu dengan baik. Rampungkanlah
segera. Tapi tahukah kau kalau hari penyelesaian adalah juga hari
pembebasan dari segala rasa dan jiwa...?"
"Murid mengerti guru. Murid mengerti. Dan murid tidak kecewa..."
berkata Guli Rampai lalu dia mulai sesenggukan.
Suara mengiang membentak seperti marah. "Jangan cengeng Guli!
Aku tak suka melihat orang menangis. Rampungkan pekerjaanmu.
Kalau selesai aku siap menunggumu..."
"Baik guru, murid akan merampungkan pekerjaan. Harap maaf
kalau murid berlaku lemah. Murid akan segera menemuimu..."
Si nenek turunkan kedua tangannya dan buka sepasang matanya.
Dia membalikkan tubuh dan masuk ke dalam bangunan, mendekati
tumpukan batu merah dengan api menyala di bagian bawahnya di mana
terbujur tubuh Hang Kumbara alias Raja Rencong.
Dari sudut ruangan Guli Rampai mengambil sebuah kendi berisi
cairan berwarna biru. Dia mengelilingi tumpukan batu merah sambil
tiada hentinya merapalkan jampi-jampi. Kemudian dia berhenti
disamping tubuh Hang Kumbara. Cairan dalam kendi dituangkannya ke
ujung kaki Hang Kumbara, terus ke atas sampai ke perut, terus ke
dada, melewati leher dan berakhir di kepala. Di situ cairan biru dalam
kendi tertuang habis. Saat itu pula Guli Rampai bantingkan kendi tanah
itu ke lantai. Terdengar letupan kecil lalu kepulan asap biru yang
24 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
membuntal membungkus tubuh Hang Kumbara. Ketika kepulan asap
lenyap terjadi keajaiban. Tubuh yang terbujur selama satu tahun itu
tiba-tiba melompat tegak. Kumis lebat yang tadinya layu seperti benang
basah kini berjingkrak garang. Hang Kumbara putar sepasang matanya
yang merah. Pandangannya membentur si nenek. Langsung saja laki-
laki ini jatuhkan diri berlutut.
Guli Rampai tertawa panjang.
"Hang Kumbara! Hari ini awal kehidupan bagimu tapi awal
kematian bagiku! Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku. Kini kau yang
hidup yang akan meneruskan segala-galanya. Kau ingat darah dibayar
darah, nyawa dibayar nyawa dan dosa dibayar dengan dosa.."
"Saya ingat nenek Guli... "sahut Hang Kumbara.
"Bagus! Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Dunia persilatan
ada di tanganmu. Aku tidak mengajarkan ilmu silat padamu. Juga tidak
ilmu kesaktian. Karena sesungguhnya kau telah memiliki kedua hal itu.
Tapi kini dalam dirimu ada satu kekuatan dahsyat. Kau tak akan
pernah mati lagi. Kecuali satu hal yang tabu menimpa dirimu..."
Hang Kumbara terkejut dan juga heran.
"Aku, aku tak akan pernah mati lagi nenek Guli" Ah, mana
mungkin. Mana ada manusia yang tidak pernah mati...."
"Kau harus percaya padaku budak tolol! Tak ada satu kekuatan
pun yang dapat mengakibatkan kematian bagimu. Kecuali satu..."
Meskipun belum bisa percaya namun Hang Kumbara bertanya
juga. "Apakah yang satu itu nenek Guli?"
"Satu hal yang tabu. Satu pantangan. Yakni kau tidak boleh
bersinggungan dengan benda apa saja yang berwarna biru. Apakah itu
batu, kayu atau kain atau air, pokoknya yang berwarna biru! Sekali
tubuhmu tersentuh maka kekebalanmu akan punah! Sebatang
rumputpun sanggup menjadi penyebab kematianmu. Kau dihidupkan
dan diberi kekuatan dengan air biru dalam kendi tadi. Warna biru itu
pula yang akan menjadi penyebab kematianmu kelak. Kecuali jika kau
memperhatikan apa yang jadi pantangan. Nah sekarang berdirilah!"
Hang Kumbara berdiri.
Si nenek berkata sambil menatap tajam wajah angker lelaki itu.
"Mulai hari ini nama Hang Kumbara harus kau kubur! Gelar Raja
Rencong Dari Utara harus kau singkirkan. Mulai detik ini namamu
adalah Iblis Sesat Jalan Hidup..."
"Bukankah itu gelarmu nenek Guli?"
"Betul. Tapi aku tidak memerlukannya lagi. Kau yang akan
meneruskan nama itu. Nah sekarang katakan selamat jalan padaku!"
"Saya tidak mengerti maksudmu nenek Guli..." ujar Hang
Kumbara heran. "Anak manusia tolol! Aku bilang katakan selamat jalan padaku!"
bentak si nenek marah.
"Selamat... selamat jalan nenek Guli..."
Sang nenek tertawa panjang. Tiba-tiba dia pukulkan tangannya ke
25 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kepala. Praakk! Batok kepala berambut putih itu remuk. Tubuh kurus terkapar di
lantai tanpa nyawa lagi. Hang Kum bara sesaat merasa bergeming.
Kemudian dia membungkuk mengambil selendang hitam berbunga-
bunga kuning emas milik si nenek dan mengenakannya di bahu kanan.
Dia melangkah ke pintu bangunan. Di hadapannya, dari puncak
Gunung Sorik Marapi di mana dia berada, tampak menghampar dunia
luas. Lelaki ini menyeringai lalu terdengar teriakannya.
"Dunia persilatan. Tunggulah! Hari ini Iblis Sesat Jalan Hidup
akan muncul! Darah dibayar dengan darah. Nyawa dibayar dengan
nyawa. Dosa dibalas dengan dosa!"
26 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
PUNCAK Gunung Sinabung. Di ruangan depan rumah kayu berlantai
tinggi dan luas terbuka itu duduk sembilan pemuda. Semuanya asyik
mengaji. Alunan suara mereka mengaji terdengar enak dalam
keheningan malam menjelang pagi. Udara dingin di puncak gunung
seolah-olah tidak terasa. Mereka terus mengaji untuk menghabiskan
waktu sebelum melaksanakan sembahyang Subuh.
Bersandar ke daun pintu yang tertutup, duduklah Panglima
Sampono, berpakaian putih lengan panjang dan sehelai sarung halus
buatan Bugis. Kedua matanya dipicingkan. Tangan kiri terletak di atas
pangkuan sedang tangan kanan memegang tasbih. Meskipun dia
berzikir k busuk namun telinganya yang tajam dapat mendengar dan
mengetahui bacaan-bacaan muridnya yang salah. Dia langsung
menegur dan meminta sang murid mengulangi bacaannya dengan betul.
Lapat-lapat dalam dinginnya udara dan kegelapan masih
mencekam terdengar suara burung berkuik.
Binatang ini agaknya sengaja terbang berputar-putar di atas
bangunan kayu. Suara kuikan binatang ini membuat sebagian dari
pemuda yang duduk mengaji menghentikan bacaanhya, saling pandang
sejenak, melirik pada Panglima Sampono yang tetap duduk tak bergerak
di tempatnya. Sebagiannya lagi memandang ke luar ke arah ke
kegelapan. "Suara burung gagak..." berbisik seorang pemuda pada taman di
sebelahnya. "Seperti ada pertanda yang tidak baik," menjawab sang teman.
Sampai di situ suara burung di atas atap semakin kencang.
Binatang ini berputar-putar terus beberapa kali, lalu terbang ke jurusan
barat, menghilang dalam kegelapan.
"Siapa diantara kalian yang percaya takhyul..." Tiba-tiba terdengar
suara Panglima Sampono.
Tentu saja tak ada dari sembilan pemuda itu berani menjawab
meskipun jelas di antara mereka merasa tidak enak mendengar suara
gagak tadi. "Pertanda dari Allah jangan sekali-sekali diabaikan, tetapi sesuatu
yang bersifat takhayul harus dijauhkan..." Berkata lagi Panglima
Sampono. "Aku tahu ada di antara kalian yang merasa takut mendengar
suara kuik burung malam tadi..." Sang Panglima sampai saat itu masih
terus bicara dengan kedua mata terpejam dan tangan kanan memegang
tasbih. "Tenangkan hati kalian, teruskan mengaji..."
Belum selesai Panglima Sampono berkata mendadak satu suara
lantang membelah kegelapan malam.
"Bagaimana murid-muridmu bisa tenang. Kalau mereka
27 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
menyadari maut datang menggerayang"!"
Panglima Sampono tersentak. Kedua matanya segera dibuka.
Sembilan muridnya telah lebih dulu berpaling ke arah datangnya suara
keras tadi. Sesosok tubuh tampak tegak di bawah pohon besar di
halaman kiri rumah kayu. Kegelapan malam membuat wajahnya tak
dapat dilihat, apalagi mengenali siapa adanya orang itu.
"Panglima, kita kedatangan tamu..." berbisik seorang murid yang
duduk paling dekat dengan sang guru.
Panglima Sampono mengangguk. Kedua matanya berusaha
menembus kegelapan malam. Namun tak dapat menerka siapa adanya
orang yang tegak di halaman itu.
"Subuh-subuh begini, tamu dari mana yang datang ke tempat
kami?" Menegur Panglima Sampono.
Sebagai jawaban orang dalam gelap melangkah mendekat. Tujuh
langkah dari tangga rumah dia berhenti. Sinar lampu minyak di
ruangan depan jatuh menimpa dan menerangi tubuhnya sebatas
pinggang ke bawah. Dada dan kepalanya masih tidak kelihatan.
Panglima Sampono dan sembilan muridnya melihat keanehan yang
mengerikan. Orang yang datang itu hanya mengenakan sehelai cawat
hingga perut, paha dan kedua kakinya terlihat jelas. Dan bagian tubuh
itu penuh cacat bekas luka hingga samar-samar orang itu kelihatan
seperti diselimuti sisik-sisik lebar. Anehnya ada sehelai selendang hitam
berbunga kuning emas tergantung menutupi sebagian badannya.
Lengan kirinya buntung.
" Orang yang datang, jika kau membawa maksud baik kenapa
ragu-ragu. Silahkan naik ke atas rumah" berkata Panglima Sampono.
Diuncang begitu rupa, sosok tubuh di depan rumah tiba-tiba
melesat. Di lain detik dia sudah tegak di ruangan yang terbuka leber itu.
Sembilan murid sang Panglima terkesiap kaget dan bersurat mundur
dalam duduk masing-masing. Panglima Sampono sendiri sempat
kerenyitkan wajah dan si-pitkan mata.
Manusia atau setankah mahluk yang tegak di hadapan mereka
saat itu"! Sosok tubuh penuh cacat bekas luka itu ternyata memang
menyandang sehelai selendang. Badannya sudah sangat mengerikan
untuk dipandang, tetapi wajahnya seribu kali lebih mengerikan. Muka
yang cekung itu juga penuh dengan bekas-bekas luka. Satu diantaranya
seperti bekas bacokan, memanjang dari kening, melewati mata kiri terus
ke pipi dan samping dagu kiri. Akibat cacat ini, mata kiri itu tampak
seperti menyembul, merah menakutkan. Dia tidak mengenakan pakaian
lain, kecuali sebuah topi tinggi berwarna hitam, bergaris kuning.
Panglima Sampono segera membaui adanya bahaya. Sekilas dia
teringat pada burung gagak yang tadi datang dan berputar-putar di atas
atap rumah sambil tiada hentinya berkuik. Haruskah kini dia
mempercayai bahwa pertanda yang diberikan oleh burung itu tadi kini
menjadi kenyataan" Meskipun hatinya agak terguncang melihat sosok
tubuh yang sangat mengerikan itu, namun dengan sikap tenang sang
28 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Panglima tegak dari duduknya.
"Mahluk aneh entah manusia entah apa, katakan siapa kau
adanya. Mengapa subuh-subuh muncul di tempat kami?" bertanya
Panglima Sampono.
Orang yang ditanya tersenyum. Tapi senyum itu justru membuat
tampangnya jadi seburuk iblis.
"Aku manusia yang pernah mati, tapi kini hidup kembali...!" Si
mahluk menjawab dengan suara keras seperti penuh kebanggaan.
"Berarti kau setan! Setan gentayangan"!" ujar
Panglima Sampono.
"Ha... ha... ha! Kau boleh bilang begitu. Aku mungkin setan,
mungkin juga hantu atau iblis! Tetapi apa pun nama yang kau berikan
padaku aku tetap adalah Iblis Sesat Jalan Hidup!"
"Iblis Sesat Jalan Hidup...?" desis Panglima Sampono.
"Jangan meracau! Aku memang belum pernah bertemu dengan
manusia bergelar seperti itu. Tapi aku tahu pasti dia adalah seorang
nenek tua. Bukan lelaki bermuka iblis sepertimu!"
"Nenek yang kau maksudkan itu sudah mati setahun lalu. Aku
adalah pewaris kehidupannya. Karena itu layak memakai gelar Iblis
Sesat Jalan Hidup. Lihat... lihat baik-baik! Selendang yang kusandang
ini adalah miliknya. Pemberiannya. Juga kehidupanku dia pula yang
memberikan-Hanya sayang dia sudah mati! Hingga tidak dapat
menyaksikan bagaimana sebentar lagi aku akan membalas nyawa
dengan nyawa, membalas darah dengan darah, membalas dosa di atas
dosa "Apa maksudmu" Siapa kau sesungguhnya"!" sentak Panglima
Sampono sementara sembilan muridnya berdiri tegak dalam dua
kelompok. Lima di sebelah kanan, ampat di samping kiri.
Mahluk bertubuh dan berwajah angker itu tertawa panjang.
"Matamu melihat tetapi buta. Otakmu jalan tetapi lupa. Apa kau
tidak mengenali lagi siapa aku. Apa kau lupa pada peristiwa setahun
silam di Bukit Toba"!'
Berubahlah paras Panglima Sampono. Jika orang yang datang ini
menyebut-nyebut Bukit Toba dan masa setahun yang lalu, jelas yang
dimaksudkannya adalah peristiwa besar menggemparkan ketika orang-
orang rimba persilatan muncul di sana untuk membasmi Raja Rencong
Dari Utara berikut partainya yang hendak didirikan yaitu Partai Topan
Utara. "Katakan apa sangkut pautmu dengan peristiwa setahun lalu itu?"
Wiro Sableng 030 Dosa Dosa Tak Berampun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pendekar Panji Sakti 16 Pedang Ular Mas Karya Yin Yong Bangau Sakti 3
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Episode 030 Ebook dibuat oleh Dewi Tiraikasih
http://cerita-silat.co.cc/
Email : 22111122@yahoo.com
Sumber buku: Kiageng80 dan
Dani (http://212.solgeek.org/pdf)
1 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
MESKIPUN tanah Jawa dikenal sebagai pusat perkembangan ilmu silat
dan kesaktian, namun beberapa daerah di tanah air telah pula
mendapat nama harum berkat kehebatan para tokoh silat serta
kesaktian yang mereka miliki. Salah satu di antaranya adalah daratan
Aceh di Ujung Utara Pulau Andalas.
Dalam serial Wira Sableng berjudul "Raja Rencong Dari Utara"
telah dikisahkan munculnya seorang tokoh silat sakti mandraguna,
bernama Hang Kumbara, bergelar Raja Rencong Dari Utara. Di situ
dikisahkan bagaimana Raja Rencong berusaha mendirikan apa yang
disebut Partai Topan Utara. Dia mengundang berbagai tokoh silat yang
ada di pulau Andalas bahkan dari outau Jawa untuk datang ke Bukit
Toba guna mengadakan pertemuan dan membicarakan rencana besar
itu. Padahal di balik semua itu Raja Rencong mempunyai maksud keji
yakni hendak membunuh semua para tokoh silat yang hadir. Bilamana
para tokoh itu berhasil disingkirkan maka dia akan menjadi raja diraja
rimba persilatan.
Raja Rencong mulai dengan menghancurkan Pesantren Suhudilah. Para pengurus pesantren yakni Kiyai Hurajang, Kiyai
Selawan dan Kiyai Tanjung Laboh mati di tangan Raja Rencong. Padahal
tiga Kiyai itu merupakan orang-orang berkepandaian tinggi bahkan telah
dianggap sebagai Datuk rimba persilatan.
Kiyai Suhudilah sendiri, pucuk pimpinan Pesantren Suhudilah
akhirnya tewas pula di tangan Raja Rencong. Tak ada satu kekuatanpun
yang dapat membendung kehebatan Ilmu Kuku Api dan pukulan Topan
Pemutus Urat yang dimiliki Raja Rencong. Dengan dua ilmu luar biasa
itu dia malang melintang dalam rimba persilatan pulau Andalas.
Setelah Pesantren Suhudilah disapu bersih maka Raja Rencong
menggasak satu komplotan manusia-manusia jahat yang dikenal
dengan sebutan Gerombolan Setan Merah. Semula Raja Rencong
bermaksud mengambil lima tokoh Setan Merah untuk menjadi para
pembantunya. Tetapi ketika mereka menolak dan menghina. Raja
Rencong membunuh kelimanya yakni Setan Cambuk (Pemimpin
Gerombolan Setan Merah), Setan Pedang, Setan Pisau, Setan Darah dan
Setan Rencong. Dalam kehidupannya yang penuh darah dan maut itu Raja
Rencong mempunyai seorang anak gadis bernama Pandansuri yang
memiliki kecantikan luar biasa, tetapi kekejaman dan keganasannya
tidak kalah dari Raja Rencong sendiri.
Apa yang terjadi di rimba persilatan pulau Andalas itu sangat
menggelisahkan hati seorang tua berusia hampir tujuh puluh lima
2 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
tahun. Orang ini dikenal dengan nama Datuk Mata Putih, tokoh silat
yang sangat disegani di pulau Andalas pada masa itu. Kedua matanya
berwarna putih. Hampir tak terlihat lensa mata yang hitam. Tapi dia
tidak buta. Dia merasa menyesal karena Rencong Emas yang kini
dimiliki oleh Hang Kumbara alias Raja Rencong Dari Utara adalah
pemberiannya kepada Hang Kumbara sebagai anak muridnya. Dan kini
dengan Rencong Emas sakti mandraguna itulah sang murid malang
melintang menimbulkan keonaran, menurunkan tangan jahat,
melakukan pembunuhan serta perbuatan keji lainnya di mana-mana.
Karena tak dapat berpangku tangan lebih lama maka Datuk Mata
Putih meninggalkan goa pertapaannya mencari sang murid. Dalam
pertemuan di Bukit Toba, Datuk Mata Putih menasihatkan Hang
Kumbara agar bertobat dan tidak lagi melakukan kejahatan karena itu
tidak sesuai dengan perilaku seorang tokoh silat, apalagi mengingat dia
adalah muridnya sedang sang datuk sendiri begitu disegani dan
dihormati sesama tokoh persilatan.
Dengan dalih bahwa dia hanya membalaskan sakit hati kematian
ayahnya yang dibunuh secara kejam semena-mena Hang Kumbara
menganggap dia punya hak melakukan balas dendam. Namun
kemudian dendam terbalaskan itu menjadi dendam berangkai. Para
tokoh silat memburunya. Mau tak mau dia terpaksa mempertahankan
diri dan menghancurkan semua orang yang berusaha menuntut balas.
Apapun alasan yang dikemukakan Hang Kumbara, semua itu tak
dapat diterima oleh Datuk Mata Putih, dan mengharap agar muridnya
yang tersesat kembali ke jalan yang benar. Namun Hang Kumbara
menjawab: "Salahkah murid, sesatkah murid kalau murid murid
membunuh belasan manusia yang bertanggung jawab atas kematian
ayah, bahkan ibu, adik-adik, calon istriku dan seluruh anggota
keluarganya..."!"
Datuk Mata Putih menyahuti: "Orang-orang yang bertanggung-
jawab atas semua itu jumlahnya hanya sepersepuluh saja dari jumlah
manusia yang telah kau bunuh secara keji! Apa pertanggungan
jawabmu atau alasanmu atas yang sembilan persepuluh lainnya" Yang
kau bunuh tanpa pangkal sebab atau kesalahan atau dosa apa pun
juga"!"
Karena putus asa melihat kekerasan kepala muridnya itu maka
Datuk Mata Putih memerintahkan Raja Rencong untuk mengembalikan
Rencong Emas yang dulu diserahkannya dan ikut bersamanya ke
pertapaan. Tentu saja Raja Rencong menolak perintah tersebut. Maka
perkelahian antara guru dan muridpun tak dapat dihindarkan lagi.
Ternyata Datuk Mata Putih tidak dapat menghadapi kehebatan sang
murid. Guru yang malang ini akhirnya tewas oleh tusukan Rencong
Emas, senjata sakti yang diciptakannya sendiri yang kemudian
diberikannya pada Hang Kumbara!
Kematian Datuk Mata Putih menggemparkan dunia persilatan
terutama di belahan utara pulau Andalas.
3 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Suatu hari berkumpullah empat orang tokoh silat terkenal di
puncak gunung Sinabung. Mereka adalah Panglima Sampono selaku
tuan rumah. Dia dikenal sebagai tokoh silat yang pernah membaktikan
diri pada Sultan Deli hingga akhirnya walaupun dia tidak bertugas lagi
di Kesultanan, gelar Panglima tetap melekat pada dirinya. Orang kedua
ialah Datuk Nan Sebatang lalu Lembu Ampel dan yang terakhir Se-
brang Lor. Lembu Ampel adalah tokoh silat berasal dari pulau Jawa tapi
selama beberapa tahun terakhir telah menetap di pulau Andalas.
Keempat orang ini bertemu untuk membicarakan masalah besar
yang tengah dihadapi dunia persilatan saat itu yakni merajalelanya Raja
Rencong dengan segala keganasannya.
Sebrang Lor sendiri adalah seorang tokoh silat dari daratan
Malaka yang menyeberang ke Andalas untuk membalas dendam
kesumat. Menurut keterangannya Raja Rencong telah gentayangan ke
Malaka, membunuh tokoh-tokoh persilatan di sana yang tidak mau
tunduk dan bergabung padanya. Bahkan ketika kembali ke Andalas,
Raja Rencong telah pula menculik dua orang gadis.
Keempat orang itu menyadari bahwa Raja Rencong memiliki
kepandaian tinggi luar biasa. Sekalipun mereka berempat belum tentu
dapat mengalahkannya. Karenanya harus dicari akal yang sebaik-
baiknya. Atas saran Panglima Sampono diputuskan untuk menculik
Pandansuri yakni anak Raja Rencong. Bila anak gadisnya dikuasai maka
sang ayah besar kemungkinan bisa ditundukkan.
Di sebuah kaki bukit empat tokoh silat tadi menghadang
Pandansuri. Terjadi perkelahian hebat. Meskipun memiliki kepandaian
sangat tinggi yang didapatnya dari Raja Rencong namun akhirnya
Pandansuri terdesak. Tetapi sewaktu si gadis siap untuk diringkus,
muncullah Pendekar 212 Wiro Sableng memberikan pertolongan. Murid
Eyang Sinto Gendang ini sama sekali tidak mengetahui siapa adanya
Pandansuri dan apa urusan empat orang itu mengeroyok sang dara. Dia
memberikan pertolongan hanya karena tidak suka melihat ketidak
adilan. Empat lelaki berkepandaian tinggi mengeroyok seorang gadis
berkerudung. Kalau tidak ditolong niscaya si gadis akan celaka.
Begitu dirinya terhindar dari tangkapan lawan, Pandansuri segera
melarikan diri setelah terlebih dulu mengancam akan memberitahukan
kejadian pengeroyokan itu pada Raja Rencong.
Setelah Pandansuri meninggalkan kaki bukit, maka kemarahan
kini tertumpah pada Pendekar 212 Wiro Sableng. Perkelahian pecah
kembali. Kini Wiro yang menjadi sasaran keroyokan. Pendekar ini
mempertahankan diri dengan mengandalkan Rencong Perak milik
Pandansuri yang terlepas mental dan berhasil disambarnya sewaktu
gadis itu berkelahi menghadapi Panglima Sampono dan tiga tokoh
lainnya itu. Dalam perkelahian yang berlangsung cukup lama itu akhirnya
Wiro berhasil menotok ke empat lawannya. Namun dia kemudian jadi
terkejut setelah mengetahui kalau gadis yang barusan ditolongnya
4 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
adalah anak Raja Rencong. Padahal Raja Rencong adalah manusia
durjana yang sedang dicari-carinya. Dia sengaja menyeberangi lautan,
datang dari tanah Jawa ke pulau Andalas untuk menumpas Raja
Rencong yang jahat itu! Setelah meminta maaf Wiro tinggalkan ke empat
tokoh silat tadi masih dalam keadaan tertotok.
Perbuatan-perbuatan biadab Raja Rencong yang menggegerkan
dunia persilatan akhirnya sampai pula ke telinga Sultan Deli. Maka
dikirimkannyalah Dipa Warsyah seorang perwira tinggi untuk
menangkap Raja Rencong hidup atau mati. Namun ternyata sang
perwira bukan saja tidak berhasil menemukan Raja Rencong Dari Utara
malah dia akhirnya menemui ajal di tangan Pandansuri, tewas dihantam
pukulan ilmu kuku api yang ganas. Di tempat yang sama terbunuhnya
perwira tinggi Kesultanan Deli itu Pendekar 212 Wiro Sableng bertemu
pula dengan Pandansuri. Melihat keganasan yang dilakukan sang dara
tentu saja Wiro merasa tidak senang. Apalagi sikap Pandansuri setelah
dulu ditolongnya dari keroyokan Panglima Sampono sama sekali tidak
menunjukkan itikad baik atau mengucapkan terima kasih. Maka tak
dapat ladi dihalangi terjadinya perkelahian antara kedua orang ini.
Setelah terdesak hebat akhirnya Pandansuri melarikan diri.
PADA hari dan tanggal yang telah ditentukan diresmikanlah
berdirinya Partai Topan Utara. Puluhan tamu yang diundang tampak
menaiki perahu menuju bukit Toba. Mereka umumnya terdiri dari
orang-orang dunia persilatan. Bahkan banyak diantara mereka
merupakan tokoh-tokoh silat ternama. Semua mereka tidak menduga
bahwa kedatangan mereka menghadiri peresmian berdirinya partai
darah itu hanyalah untuk mengantarkan nyawa belaka. Karena
sebenarnya Raja Rencong Dari Utara sudah menanam niat untuk
membunuh mereka semua! Para tamu duduk di sebuah tempat yang
dinamakan Arena Topan Utara. Arena itu terletak di bawah sebuah
bangunan tua. Sesuai dengan rencana yang diatur, Raja Rencong akan
pergi ke mimbar dan Pandansuri akan menqgerakkan satu alat rahasia.
Alat rahasia ini akan menghancurkan bagian atas Arena Topan Utara
dan semua orang yang ada dalam Arena dengan sendirinya akan
tertimbun hidup-hidup.
Apa yang dirundingkan ayah dan anak dalam kamar rahasia itu
sempat terdengar oleh Pendekar 212 Wiro Sableng yang berhasil masuk
menyusup ke tempat kediaman Raja Rencong. Tetapi celakanya
kehadiran Wiro sempat dirasakan oleh Raja Rencong. Maka diapun
melakukan penyelidikan sebelum menuju Arena Topan Utara. Satu-
satunya tempat bersembunyi adalah sebuah kamar. Wiro segera masuk
ke dalam kamar ini. Dinding, lantai dan langit-langit kamar terbuat dari
batu kasar dan seluruh ruangan penuh berselimut debu.
Di tengah ruangan duduk seorang lelaki tua bermuka biru dan
berpipi sangat cekung. Tubuhnya yang kurus tertutup sehelai jubah
biru yang luar biasa besarnya hingga bagian bawah jubah ini menutupi
hampir separuh lantai ruangan batu. Kedua tangan orang tua aneh ini
5 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
buntung sebatas siku dan salah satu telinganya sumplung. Di lehernya
terikat sehelai rantai baja yang ujungnya dipantek dan ditanam pada
dinding batu di belakangnya. Kedua matanya tertutup. Sikapnya tak
ubah seperti seseorang yang sedang bersemedi.
"Hai... Orang tua, kau siapa?" bisik Wiro. Dia kawatir kalau Raja
Rencong muncul dengan tiba-tiba.
Orang tua yang dibisiki membuka kedua matanya.
Astaga1. Wiro merasakan tengkuknya dingin. Kedua mata itu
hanya merupakan sepasang rongga yang dalam dan mengerikan.
"Anak tolol!. Lekas sembunyi dalam jubah di belakang
punggungku!" berkata orang tua.
Wiro sadar kalau dirinya terancam bahaya yakni jika Raja
Rencong menemukannya di ruangan batu itu. Maka tanpa pikir panjang
dia segera melakukan apa yang dikatakan orang tua itu. Menyusup
masuk ke dalam jubah biru yang sangat besar. Meskipun orang nyata
menolongnya namun Wiro masih belum dapat memastikan apakah
orang tua itu musuh atau kawan. Karenanya diam-diam dia
mengerahkan aji pukulan sinar matahari di tangan kiri sedang tangan
kanan menggenggam hulu Kapak Maut Naga Geni 212.
"Anak, aku bukan musuhmu! Mengapa musti meraba senjata
segala?" tiba-tiba orang tua bermata buta itu mengiangkan pertanyaan
ke telinga Wiro.
Suara mengiang itu! Luar biasa sekali. Tentunya orang tua ini
seorang sakti mandraguna. Mengapa kedua matanya bolong begitu
rupa, lalu dua tangan buntung dan ditambah rantai baja yang mengikat
lehernya" Tiba-tiba pintu terpentang dan terdengar bentakan Raja Rencong.
"Tua renta buta! Siapa yang masuk ke sini"!"
Orang tua itu terdengar menghela nafas dalam. Lalu terdengar
suaranya halus sekali seperti suara anak perempuan.
"Jika aku sampai tidak melihat orang masuk kemari itu bukan
karena ketololanku. Tapi karena memang kedua mataku buta.
Sebaliknya jika kau yang punya mata dan telinga sampai tidak
mengetahui, malah bertanya padaku itu adalah satu ketololan yang tak
ada taranya! Apakah kau memang melihat ada orang lain di tempat
ini"!"
Ucapan itu membuat Raja Rencong melontarkan kata-kata kotor.
"Eh, sudahkah kau periksa Hang Kumbara?" tanya orang tua itu.
'Tutup mulutmu setan tua!" sentak Hang Kumbara alias Raja
Rencong Dari Utara.
Disentak begitu si orang tua ganda tertawa dan menyahut:
"Bukankah hari ini hari peresmian Partai Topan Utara?"
"Kunyuk peot!" kembali Raja Rencong menyentak. "Kau tahu apa
tentang segala macam partai!"
Wiro Sableng 030 Dosa Dosa Tak Berampun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku memang tidak tahu apa-apa! Tapi aku mempunyai firasat
bahwa partaimu itu akan runtuh sebelum saat peresmiannya. Dan kau
6 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sendiri akan mampus!"
"Ya! Aku akan mampus! Tapi sebelum mampus untuk ke seratus
kalinya terima dulu tamparanku!" Plaak!
Tamparan yang dilayangkan Raja Rencong keras luar biasa.
Tubuh orang tua itu terasa oleh Wiro menghuyung tapi dia tidak roboh.
Bibirnya yang pecah mengucurkan darah. Darah Pendekar 212 Wiro
Sableng menggelegak mengetahui orang tua yang telah menolongnya
diperlakukan seperti itu. Segera saja dia hendak melompat keluar dari
dalam jubah. Tapi di telinganya terdengar suara ngiangan seperti
nyamuk. "Jangan tolol anak!"
Mau tak mau terpaksa Wiro mendekam terus di dalam jubah lebar
itu. Kemudian terdengar pintu kamar ditutupkan. Raja Rencong telah
keluar. "Sekarang kau boleh keluar!" terdengar si orang tua berkata.
Wiro cepat keluar lalu menjura hormat seraya berkata: "Terima
kasih atas budi pertolonganmu. Siapakah kau ini sebenarnya...?"
Orang tua itu tertawa. Tampak gusinya yang tanpa gigi lagi.
"Sewaktu kudengar orang berkelebat menuju belakang bangunan
tua, sewaktu kudengar kau mengangkat rerumpunan semak belukar
lalu menyusup turun dalam lorong rahasia, hatiku gembira. Kukira kau
adalah Tua Gila. Tapi dari langkahmu kemudian segera kuketahui
bahwa kau bukan Tua Gila. Tapi, aku yakin kau pasti ada sangkut paut
dengan orang tua itu. Mungkin sekali kau muridnya. Betul...?"
Wiro Sableng melengak. Kehebatan orang tua cacat ini sungguh
luar biasa. "Kau betul. Secara kebetulan aku bernasib baik dan
mendapat beberapa jurus pelajaran ilmu silat dari Tua Gila. Kalau aku
boleh bertanya, bagaimana kau tahu setiap gerak gerikku?"
"Ilmu yang tinggi adalah seribu mata seribu telinga. Tapi semua
itu berakhir dalam kesia-siaan. Buktinya diriku ini!"
"Kenapa kau sampai seperti ini?" tanya Wiro.
"Muridku sendiri yang melakukannya!" jawab orang tua itu.
"Muridmu?" kejut Wiro.
"Tak perlu terkejut atau heran anakmuda. Dunia ini penuh
dengan orang-orang sesat den murid murtad!"
"Kalau aku boleh bertanya siapakah muridmu itu?"
"Masakan kau tak bisa menduga. Siapa lagi kalau bukan Hang
Kumbara!" "Maksudmu Raja Rencong Dari Utara?" "Itu gelarnya!"
"Benar-benar manusia terkutuk!" desis Wiro geram. Sekali dia
menggerakkan tangan kanannya, rantai baja yang tertanam di dinding
batu tanggal. Wiro lalu melepaskan bagian rantai yang mengikat
leher orang tua itu.
"Terima kasih anak muda. Aku bisa bernafas lebih lega sekarang.
Tenagamu luar biasa sekali..."
"Orang tua, aku tak punya waktu banyak. Tugasku adalah untuk
7 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
menghancurkan Partai Topan Utara. Berarti juga memusnahkan Raja
Rencong. Kalau tugas itu selesai aku akan kembali kemari membawamu
keluar dari tempat terkutuk ini! Maukah kau menerangkan siapa
namamu?" "Ah, aku berterima kasih akan maksud baikmu itu. Tapi diriku
yang cacat dan pikun ini tak perlu kau pikirkan. Yang penting
selamatkan orang-orang itu. Dengar anak muda, namaku Nyanyuk
Ambar. Dulu aku diam di Gunung Singgalang. Sampai munculnya Hang
Kumbara manusia laknat itu. Dia datang mengemis ilmu padaku. Diluar
tampaknya dia seorang pemuda baik-baik. Lagi pula kuketahui
kemudian sebelumnya dia berguru pada Datuk Mata Putih, seorang
sahabatku. Maka kuambil dia jadi murid dan kuajarkan berbagai ilmu
silat serta kesaktian. Tapi siapa nyana kalau manusia itu sebenarnya
sejak lama mendekam satu maksud jahat. Yaitu ingin menguasai dunia
persilatan di pulau Andalas ini dengan menghimpun sekian banyak
tokoh lalu membunuh mereka secara keji! Aku ketahui kemudian bahwa
sahabatku Datuk Mata Putih telah menemui ajal dibunuh oleh manusia
keparat itu. Aku sendiri tidak terlepas dari kekejamannya. Hanya saja
aku masih dibiarkan hidup dengan dalam cacat seperti ini!"
"Jadi Hang Kumbara juga yang memutus kedua tanganmu?"
tanya Wiro. "Bukan hanya lenganku, anak. Bukan hanya lenganku! Coba kau
singkap jubah biru ini di bagian kaki."
Wiro menyingkapkan jubah biru Nyanyuk Amber. Astaga!
Ternyata kedua kaki orang tua itu juga buntung sebatas lutut!
"Hang Kumbara yang melakukannya..." desis orang tua itu. "Dia
juga yang mencongkel kedua mataku!"
"Manusia jahanam!" Kedua tangan Wiro terkepal. "Orang tua, aku
bersumpah untuk membunuh manusia itu! Tapi mengapa dia
melakukan hal itu padamu?"
"Seperti Datuk Mata Putih, aku datang padanya dan memberi
nasihat agar meninggalkan jalan sesat. Menghentikan pembunuhan
terhadap tokoh-tokoh silat tak berdosa. Alasan itu sudah cukup baginya
untuk melakukan kekejian ini padaku. Dia membokongku dengan
totokan. Dalam keadaan tak berdaya tangan serta kakiku dipotongnya.
Kedua mataku dikoreknya. Lalu aku dimasukkan ke dalam ruangan ini
dan dirantai!"
"Belum pernah aku melihat dan mendengar manusia seganas
Hang Kumbara. Tempatnya jelas di neraka!"
Si orang tua tertawa mengekeh. "Kau pergilah cepat! Jangan
terlambat! Kalau orang-orang itu sampai menemui ajal, celakalah dunia
persilatan!"
Mendengar kata-kata itu Wiro segera tinggalkan ruangan batu
dengan cepat. 8 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
DI TENGAH-TENGAH Arena Topan Utara terletak sebuah mimbar. Di
belakang mimbar itu berdiri Raja Rencong Dari Utara. Matanya
menyorot memandang ke arah tamu-tamu yang hadir. Semua orang
yang hadir di situ terbagi dalam tiga golongan. Golongan pertama ialah
golongan hitam yang secara nyata-nyata bergabung dengan Raja
Rencong. Golongan kedua adalah golongan putih yang telah ditaklukkan
dan dipaksa untuk masuk serta menghadiri berdirinya Partai. opan
Utara. Baik golongan hitam maupun golongan putih di atas semuanya
telah masuk perangkap Raja Rencong.
Golongan ketiga yang ialah golongan putih yang sengaja datang ke
tempat itu untuk membalaskan dendam kesumat kematian kawan-
kawan mereka yang telah dibunuh oleh Raja Rencong, puterinya atau
para kaki tangannya.
Raja Rencong melirik pada sebuah tombol merah yang terletak di
kayu mimbar dekat tangan kanannya. Sekali dia menekan tombol ini
maka tubuhnya akan melesat ke atas, keluar dari ruangan itu lewat
sebuah celah yang terbuka pada bagian atap ruangan. Lalu pada saat
yang sama lantai Arena Topan Utara-akan longsor ke bawah, menyusul
runtuhnya atap. Semua orang yang ada dalam Arena akan tertimbun
hidup-hidup. Tak bakal ada satu orang pun yang bisa menyelamatkan
diri karena berbarengan dengan runtuhnya atap serta amblasnya lantai,
satu ledakan besar akan menghancur luluhkan tempat itu!
Setelah memandang berkeliling maka Raja Rencong membuka
mulut memberi kata sambutan.
"Para hadirin sekalian. Pertama sekali aku Raja Rencong Dari
Utara mengucapkan terima kasih atas kedatangan saudara-saudara di
tempat ini. Dalam mendirikan Partai Topan Utara ini, aku sama sekali
tidak akan melihat asal-usul, atau menilai saudara-saudara ini dari
golongan mana. Bagiku, jika saudara-saudara telah bersedia datang dan
hadir di sini maka berarti saudara-saudara semua sudah bersedia
masuk menjadi anggota Partai Topan Utara!"
Pernyataan Raja Rencong itu membuat para tokoh silat golongan
putih yang datang untuk membalaskan dendam kesumat menjadi
gempar. Dalam keadaan suasana berisik tiba-tiba melesatlah ke atas
Arena empat sosok tubuh. Mereka adalah Panglima Sampono, Datuk
Nan Sabatang, Lembu Ampel dan
Seorang Lor. Tiga kawan tegak berjejer sementara Panglima
Sampono melangkah tegap ke hadapan mimbar. Suasana yang tadi
berisik kini menjadi sehening di pekuburan. Ketegangan menggantung
di udara! 9 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Manusia-manusia tidak tahu peradatan!" teriak Raja Rencong
marah sekali. "Perbuatan kalian naik ke atas mimbar tanpa izinku
merupakan penghinaan besar bagi semua anggota Partai yang hadir di
sini!" Panglima Sampono sambil bertolak pinggang menjawab dengan
suara garang. "Ketahuilah, kami berempat datang kemari bukan untuk
menghadiri peresmian segala macam partai kentut busuk! Tapi untuk
meminta pertanggungan jawabmu atas kematian sobat-sobat kami para
tokoh silat golongan pucih!"
"Kalau itu maksud kalian, rupanya kalian berkenan untuk
menyusul mereka ke akhirat!" tukas Raja Rencong. Dia berpaling ke
arah Arena sebelah timur dan berseru: "Empat Tombak Sakti!
Lenyapkan pengacau-pengacau ini!"
Empat orang berpakaian seragam hitam melompat ke atas Arena.
Tampang mereka galak buas dan angker. Begitu naik ke arena begitu
mereka hantamkan tombak ke arah kepala Panglima Sampono dan tiga
kawannya! Pertempuran pecah! Tampaknya kedua pihak saling
berimbang. Serangan datang silih berganti.
Lima belas jurus berlalu. Korban pertama roboh. Dia adalah orang
ketiga dari Empat Tombak Sakti. Meregang nyawa di ujung pedang
Sebrang Lor. Menyusul kemudian Panglima Sampono berhasil membantai
orang kedua dari Empat Tombak Sakti. Kini pertempuran berlangsung
antara Datuk Nan Sabatang melawan orang ke satu sedang Lembu
Ampel melawan orang ke empat. Ternyata dua orang terakhir dari Empat
Tombak Sakti ini tidak mampu menahan serangan-serangan gencar dua
tokoh silat golongan putih itu. Setelah lima jurus berlalu keduanya
tergelimpang menemui ajal!
Rahang Raja Rencong tampak menggembung. Gerahamnya
terdengar bergemeletukkan.
"Tongkat Baja Hijau!" teriak Raja Rencong. "Bunuh empat keparat
itu!" Sekelebat sosok tubuh berpakaian hijau melesat ke atas Arena.
Orang ini berbadan tinggi langsing. Usianya agak lanjut dan tubuhnya
bungkuk. Di tangan kanannya dia memegang sebuah tongkat sebesar
betis terbuat dari baja asli. Warna hijau yang membungkus tongkat baja
itu adalah lapisan racun ganas yang dahsyat!
"Tunggu apa lagi! Habisi mereka!" teriak Raja Rencong.
Tongkat Baja Hijau mendongak dan perdengarkan tawa
mengekeh. Tongkat di tangan kanannya di ketuk-ketuk ke lantai Arena.
Hebat sekali. Semua orang merasakan bagaimana lantai yang mereka
injak terasa bergetar. Panglima Sampono dan kawan-kawan segera
maklum kalau manusia berjubah hijau itu memiliki kepandaian tinggi
sedang senjata di tangannya mengandung bahaya maut!
Tongkat Baja Hijau memandang pada keempat orang di
10 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
hadapannya dengan mimik mengejek dan menganggap rendah.
"Kalian akan maju satu-satu atau berempat sekaligus" Lebih baik
berempat agar aku tidak banyak membuang waktu dan tenaga!"
Mengelam paras ke empat tokoh silat itu. Panglima Sampono
bergerak melangkah. Tapi Sebrang Lor mendahului ke hadapan Tongkat
Baja Hijau. 'Tampangmu tak banyak berubah! Tapi pendirianmu kini
berlainan!" berkata Sebrang Lor. "Setahuku dulu kau adalah tokoh
golongan putih. Sungguh disayangkan kalau kini kau menjadi bergundal
Raja Rencong, murid murtad pembunuh guru! Majulah, biar aku
rasakan hajaranmu!"
Tongkat Baja Hijau tertawa bergelak.
"Sebrang Lor! Tempatmu jauh di Malaka! Sulit nyawamu akan
kembali ke sana!" Habis berkata begitu Tongkat Baja Hijau menyerbu ke
muka. Sinar hijau menggebu dari tongkat bajanya. Sebrang Lor Cepar
cabut pedang berkeluknya. Maka pecahlah perkelahian hebat. Tapi
kehebatan itu membawa malapetaka bagi diri Sebrang Lor. Serbuan
tongkat baja hijau laksana air bah, menderu-deru mengurung dirinya,
menutup jalan serangan dan lambat laun membobol pertahanan tokoh
silat dari Malaka itu. Dia hanya sempat bertahan sampai empat jurus.
Di jurus ke lima tongkat lawan menggebuk bahu tanpa dia bisa dikelit
atau ditangkis. Sebrang Lor menjerit. Tubuhnya tercampak ke luar
Arena. Nyawanya lepas!
"Manusia iblis! Aku lawanmu!" teriak Datuk Nan Sabatang
menggeledek. Tubuhnya berkelebat dan keris biru di tangannya
meluncur sebat ke arah teng-gorokan Tongkat Baja Hijau!
"Jangan omong besar Datuk!" ejek Tongkat Baja Hijau. Sekali
tongkatnya disapukan Datuk Nan Sabatang tersusut ke belakang.
Wajahnya pucat.
"Ha... ha! Aku muak berkelahi satu lawan satu! Ayo Sampono dan
Lembu Ampel! Kalian berdua ikut majulah!" Sambil menyerang Datuk
Nan Sabatang, Tongkat Baja Hijau membagi serangan pula pada Panglima
Sampono dan Lembu Ampel. Mula-mula kedua orang itu tak mau
membalas apalagi terjun ke kalangan pertempuran. Tapi karena
diserang terus menerus mau tak mau akhirnya mereka terpaksa juga
turun ke gelanggang!
Bagi orang-orang yang hadir di tempat itu nama Panglima
Sampono dan kawan-kawannya adalah nama-nama besar. Namun
sewaktu menyaksikan berhasil mendesak ke tiga lawannya itu maka kini
dapat diukur betapa tingginya kepandaian kaki tangan Raja Rencong
ini. Dalam jurus ke sepuluh terdengar pekik Datuk Nan Sabatang.
Tubuhnya melesat. Kepalanya pecah dihantam tongkat lawan.
"Sekarang giliran kalian berdua untuk mampus!" seringai Tongkat
Baja Hijau pada Panglima Sampono dan Lembu Ampel. Didahului oleh
11 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
teriakan menggeledek Tongkat Baja Hijau keluarkan jurus serangan
yang luar biasa hebatnya. Ujung tongkatnya seperti bercabang dua.
Satu menggebuk ke arah kepala Panglima Sampono, satunya lagi ke
batok kepala Lembu Ampel! Dan dua orang ini seperti kena tenung,
hampir tak punya kesempatan untuk selamatkan nyawa masing-
masing! Para tamu yang hadir menahan nafas.
Dalam detik yang tegang itu di mana maut sudah siap
Wiro Sableng 030 Dosa Dosa Tak Berampun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencengkam dua korban, tiba-tiba berkelebat satu bayangan putih
disertai suara siulan nyaring. Satu gelombang angin yang bukan olah-
olah dahsyatnya menderu laksana topan membadai. Beberapa tokoh
silat yang ada'd i pinggiran Arena merasa tubuh mereka bergetar. Di
saat itu tahu-tahu terdengar pekik Tongkat Baja Hijau. Orang bersama
tongkatnya mental keluar Arena menghantam dinding ruangan dengan
keras. Ketika jatuh ke lantai tubuh Tongkat Baja Hijau tidak bergerak
lagi. Mukanya hancur! Di tengah Arena semua mata menyaksikan
seorang pemuda berambut gondrong sebahu, berpakaian dan berikat
kepala serba putih tegak menyeringai. Bajunya yang tidak berkancing
menyingkapkan dadanya yang penuh otot. Pada dada sebelah kanan ada
rajah tiga buah angka, berwarna hitam kebiruan.
12 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SEPASANG mata Raja Rencong Dari Utara membeliak seperti hendak
melompat dari sarangnya. Kumis tebalnya berjingkrak dan rahangnya
menggembung. Suara menggembor terdengar di tenggorokannya.
"Pemuda keparat! Siapa kau!" bentak Raja Rencong sementara
semua orang yang hadir di tempat itu ada yang berdecak kagum tapi
banyak yang melengak heran karena tidak mengetahui apa sebenarnya
yang terjadi saking cepatnya gerakan-gerakan di atas Arena.
"Siapa aku tidak penting! Aku mau bicara!" jawab pemuda rambut
gondrong seenaknya dan membuat semua orang kini jadi tambah kaget
melihat keberanian pemuda yang tak dikenal itu.
"Keparat! Kau minta mampus!" teriak Raja Rencong menggeledek.
Lalu dia berseru garang.
"Sepasang Pengemis Gila! Bunuh budak ini!"
Dari Arena sebelah kanan melesat dua orang berpakaian kotor
compang camping penuh tambalan dan berambut acak-acakan. Tubuh
mereka menghambur bau tidak sedap. Inilah dua tokoh silat jembel
sinting yang berjuluk Sepasang Pengemis Gila. Keduanya berteriak-
teriak seperti monyet terbakar ekor. Dalam gerakan yang tidak karuan
tiba-tiba mereka menyerang Pendekar 212 Wiro Sableng, pemuda yang
tegak di tengah Arena. Di saat yang sama mendadak dari samping kiri
melompat pula seorang berpakaian merah. Dari mulutnya menyembur
arak merah yang menyerang ke seluruh jalan darah di tubuh Panglima
Sampono dan Lembu Ampel!
Dua tokoh silat lanjut usia ini tentu saja terkejut dan serentak
sama pukulkan tangan ke depan. Namun sebelum dua pukulam sempat
mencari sasaran, sebelum semburan arak menimbulkan celaka,
mendadak sontak terjadilah satu peristiwa yang membuat semua orang
bangkit tertegak dari kursi masing-masing.
Tiga jeritan terdengar susul menyusul. Tiga sosok tubuh mencelat
mental seperti dilabrak topan prahara lalu terbanting ke dinding, mental
lagi dan jatuh di-antara orang banyak!
Apa yang telah terjadi"
Ketiga Sepasang Pengemis Gila dengan berteriak-teriak menyerang
dirinya dan selagi Datuk Arak Sakti menyembur ke arah Panglima
Sampono dan Lembu Ampel, murid Eyang Sinto Gendeng dari Gunung
Gede itu hantamkan kedua telapak tangannya sekaligus ke arah
orang-orang yang menyerbu. Arena Topan Utara seperti diguncang
gempa, laksana dilanda badai. Pendekar 212 telah melepaskan pukulan
sakti bernama "dewa topan menggusur gunung".
Nama angker pukulan sakti itu tidak nama percuma belaka.
Itulah pukulan sakti mengandung tanga dalam tinggi yang dipelajarinya
13 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
dari Tua Gila. Dan betapapun hebatnya Sepasang Pengemis Gila serta
Datuk Arak Sakti namun mereka tak sanggup bertahan. Ketiganya
mencelat mental, terlempar ke dinding batu dan menemui kematian
dalam cara mengerikan!
Di antara para hadirin tak satu pun yang bergerak. Semua mata
terpentang lebar ke arah Pendekar 212. Hal yang sama terjadi juga
dengan Raja Rencong. Dia tegak hampir tak bergeming. Dia tahu betul,
dua pukulan tangan kosong yang tadi dilepaskan si pemuda tadi adalah
pukulan "dewa topan menggusur gunung." Dan setahunya hanya satu
orang yang memiliki pukulan dahsyat itu yakni seorang kakek sakti
yang dipanggil dengan sebutan Tua Gila. Ternyata kini pemuda tak
dikenal itu memiliki ilmu yang sama. Ada sangkut paut apakah antara
pemuda ini dengan orang tua itu"
Diam-diam Raja Rencong merasakan dadanya berdebar dan
lututnya bergetar. Aneh! Benar-benar aneh! Setahunya Tua Gila sudah
lama meninggal dunia dan selama hidupnya orang tua itu tak pernah
mempunyai seorang muridpun. Bagaimana kini ada pemuda memiliki
ilmu pukulan sakti itu" Sepasang mata Raja Rencong bergerak berputar
ke arah hadirin. Dia sangat kawatir kalau-kalau Tua Gila tahu-tahu
sudah ada pula di sana di antara para tamu. Namun dia tak melihat
orang tua itu. Hatinya lega sedikit.
Sebagai tuan rumah yang telah menyandang nama besar, tentu
saja Raja Rencong tidak mau perlihatkan rasa jerih. Dia merasa sudah
saatnya untuk menekan tombol merah di atas mimbar sebelum
kekacauan baru muncul. Tak apa kehilangan dua tiga kaki tangan dan
pembantunya. Asal sesaat lagi semua orang yang ada di situ akan
menerima kematian termasuk pemuda gila di tengah Arena.
Sambil tertawa mengekeh Raja Rencong menggerakkan tangannya
lalu berteriak keras: "Manusia-manusia tolol! Selamat jalan ke neraka!"
Lalu jari telunjuk tangan kanan Rana Rencong menekan tombol merah
sekuat-kuatnya.
Tapi tak satu pun terjadi.
Raja Rencong menekan lagi. Lagi dan lagi. Bahkan kini
menghantamkan telapak tangannya keras-keras ke tombol merah itu.
Namun atap di atas Arena tidak membuka dan papan Arena yang
dipijaknya tidak melesatkan tubuhnya ke atas. Juga lantai Arena di
mana para tamu duduk tidak roboh sedang langit-langit bangunan tidak
runtuh! Di hadapannya dilihatnya Wiro Sableng menyeringai. Lalu suara
gelak membabak keluar dari mulut pemuda itu.
"Raja Rencong! Ada yang tidak beres rupanya"!"
Pertanyaan itu membuat Raja Rencong membesi wajahnya. "Apa
maksudmu"!" sentaknya.
"Ah! Kau tahu apa maksudku! Kau panik! Lantai ruangan ini tidak
amblas! Atap tidak runtuh! Ha... ha... ha! Kau sudah menekan tombol
rahasia tapi pesawat celaka yang hendak membunuh semua orang yang
14 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
hadir di sini tidak bekerja!"
Bukan main marahnya Raja Rencong Dari Utara. Didahului
menggereng seperti harimau lapar terluka dia jentikkan sepuluh jari
tangannya. Sepuluh larik sinar merah menyambar Pendekar 212 Wiro
Sableng. Sebelumnya Wiro telah menyaksikan keganasan ilmu kesaktian
ini yaitu ketika dikeluarkan oleh Pandansuri. Kini kalau Raja Rencong
sendiri yang memainkannya tentu jauh lebih dahsyat. Karenanya murid
Sinto Gendeng segera melompat ke atap ruangan dan dari atas lepaskan
pukulan "sinar matahari".
Arena Topan Utara laksana disambar petir dan geledek ketika
pukulan sinar matahari saling bentrokan dengan sinar merah ilmu kuku
api. Dua ilmu kesaktian yang dilancarkan dengan kekuatan tenaga
dalam sangat tinggi begitu saling beradu melesat ke kiri lalu memecah
ke arah empat penjuru. Jerit kematian terdengar di bagian itu. Sembilan
tokoh silat golongan hitam hangus mengerikan. Delapan tokoh golongan
putih meregang nyawa mengenaskan! Bau hangusnya tubuh-tubuh
yang terpanggang memenuhi tempat itu. Kekacauan meledak!
"Para tamu semua!" tiba-tiba Wiro berteriak lantang. "Kalian
sekarang tahu kalau Raja Rencong punya maksud tersembunyi. Secara
keji sebenarnya dia hendak membunuh kita semua yang hadir hadir di
sini! Kenapa tidak berebut pahala mencincangnya beramai-ramai"!"
Mendengar teriakan Wiro Sableng itu semua tamu menjadi
terbakar hati masing-masing, apalagi yang sejak semula memang tidak
suka terhadap Raja Rencong dan hadir di situ untuk menghukumnya.
Laksana air bah, tokoh silat golongan hitam dan putih bergabung
menjadi satu dan menyerbu Raja Rencong yang masih tertegun di atas
mimbar dengan dada berdenyut akibat bentrokan tenaga dalam dengan
Wiro lewat pukulan sakti tadi.
Raja Rencong adalah tokoh silat sakti luar biasa. Keberaniannya
dan kebengisannya tidak beda dengan setan. Namun melihat sekian
banyak para jago silat menyerbunya dia jadi gugup. Nyalinya meleleh.
Tanpa pikir panjang lagi dia berkelebat larikan diri. Tapi arah larinya
telah dihadang Wiro Sableng yang saat itu sudah menggenggam Kapak
Maut Naga Gen i 212.
"Keparat! Mampuslah!" teriak Raja Rencong.
Sreett! Raja Rencong cabut Rencong Emasnya. Sinar kuning bertabur. Di
waktu yang sama puluhan senjata datang menderu Ketua Partai Topan
Utara itu. Kapak Naga Geni 212 di depan sekali dengan sinarnya yang
menyilaukan disertai deru laksana ribuan tawon mengamuk!
Trang! Rencong Emas dan Kapak Naga Geni 212 beradu. Bunga api
memercik. Raja Rencong mengeluh tertahan. Tangan kanannya terasa
panas dan getaran menjalar sampai ke pangkal bahunya. Sebelum dia
sempat memasang kuda-kuda baru laksana kilat Kapak Naga Geni 212
15 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sudah berkiblat kembali di depan hidungnya sementara di sekelilingnya
puluhan macam senjata datang menggempur.
"Huaaah!" Raja Rencong membentak garang. Kedua tangannya kiri
kanan membuat gerakan yang dinamakan "sepasang kincir sakti
menghadang bumi". Ini bukan saja merupakan satu jurus pertahanan
yang ampuh tapi sekaligus merupakan jurus serangan mematikan.
Rencong Emas di tangan kanan mengeluarkan sinar kuning berbuntal-
buntal sedang lima jari tangan kiri tiada hentinya menjentikan ilmu
kuku api. Tiga orang tokoh silat tergelimpang roboh dihantam pukulan
kuku api. Tapi hanya sampai disitulah Raja Rencong sanggup
menunjukkan keganasannya.
Sambaran Kapak Maut Naga Geni 212 yang menyilaukan
mendesaknya. Angin senjata itu bukan saja menutup pemandangannya
tapi kedua matanya juga terasa perih.
Sesaat kemudian terdengar jerit Raja Rencong! Telinga kanannya
putus dibabat Kapak Naga Geni. Racun yang ganas langsung merasuk
ke peredaran darahnya. Sadar bahaya yang dialaminya Raja Rencong
cepat menotok beberapa urat penting di tubuhnya agar racun tidak
menjalar menuju jantung. Lalu dengan segala kehebatan yang
dimilikinya Raja Rencong mengamuk membabi buta. Dua tokoh lagi
roboh di tangannya, satu si antaranya adalah Lembu Ampel. Tokoh ini
menjauhkan diri ke sudut ruangan. Dadanya luka parah akibat tikaman
Rencong Emas. Dia sadar racun jahat senjata itu sebentar lagi akan
meranjam tubuhnya. Didahului oleh satu teriakan keras menyebut
nama Tuhannya, Lembu Ampel akhirnya jatuh ke lantai tak bergerak
lagi. Amukan orang takut dan putus asa seperti yang dilakukan Raja
Rencong tidak berjalan lama. Ketika Kapak Naga Geni 212 menyusup di
antara serangan-serangan yang dilepaskannya. Raja Rencong terdengar
menjerit. Dia merasakan tangan kirinya panas sekali. Ketika dilihat
ternyata tangannya itu telah buntung disambar Kapak Naga Geni 212.
Raja Rencong menjerit lagi. Belasan senjata datang menusuk, menikam
dan membacok sekujur tubuhnya. Tubuh itu seperti dimandikan dengan
darah. Tapi hebatnya Raja Rencong masih tegak, bukan saja bertahan
malah masih sanggup membuat gerakan-gerakan pembalasan. Wiro
yang sudah kehilangan kesabarannya segera putar Kapak Maut Naga
Geni 212. Suara seperti ribuan tawon mengaung laki disusul kembali
jeritan Raja Rencong.
Darah muncrat dari mukanya yang hampir terbelah. Tubuh dan
wajah yang hampir tidak berbentuk lagi itu menggeletak di lantai Arena
Topan Utara. Darah bergelimang di mana-mana. Masih banyak para
tokoh yang melampiaskan dendam kesumatnya menghujani tubuh tak
bernyata Raja Rencong itu dengan berbagai senjata, tendangan ataupun
pukulan. Wiro maklum segala sesuatunya kini telah berakhir. Pemuda
ini cepat tinggalkan tempat itu, lari menuju sebuah kamar di mana
pesawat rahasia untuk membunuh para tokoh persilatan berada. Di situ
16 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
menggeletak Pandansuri, puteri Raja Rencong dalam keadaan tertotok.
Apakah yang terjadi dengan dara berkerudung ungu ini"
Seperti diceritakan sebelumnya Wiro Sableng telah bertemu
dengan Nyanyuk Amber, orang tua sakti guru Raja Rencong yang berada
dalam keadaan dirantai tak berdaya. Setelah melepaskan orang tua itu
dari rantai yang mengikatnya Wiro memergoki Pandansuri di kamar
pesawat rahasia. Terjadi perkelahian. Dalam waktu tiga jurus Wiro
berhasil membuat gadis itu tak berdaya dan menotoknya hingga ketika
ayahnya menekan tombol sebagai tanda agar dia menggerakkan pesawat
rahasia, sang dara tak mampu melakukannya.
"Pemuda keparat! Apa yang terjadi di luar sana! Aku dengar suara
gaduh!" Pandansuri mendamprat begitu Wiro masuk ke dalam ruangan.
Pendekar 212 menyeringai.
"Kabar buruk bagimu. Ayahmu menemui kematian di Arena Topan
Utara. Riwayat keganasannya berakhir hari ini!"
Pandansuri merasakan tubuhnya seperti hendak meledak.
Sepasang matanya dibalik kerudung membeliak dan wajahnya tampak
mengelam merah.
"Kurang ajar! Pasti kau yang membunuh ayah!"
"Aku dan puluhan tokoh silat yang hendak dicelakakannya!"
sahut Wiro. "Kau membunuh ayah! Berarti kau harus mati di tanganku!"
Wiro tertawa. "Kenapa kau masih keras kepala dan tidak mau sadar" Apa kau
ingin menemui nasib sama seperti ayahmu" Mati mengerikan di tangan
puluhan tokoh silat yang masih ada di luar sana?"
"Aku tidak takut mati! Lepaskan totokan di tubuhku! Mari kita
berkelahi sampai seratus jurus!"
"Aku tak punya waktu melayani orang kalap sepertimu. Sebelum
pergi aku hanya ingin melihat wajahmu yang selalu tersembunyi dibalik
kerudung ungu itu!"
"Kurang ajar! Kalau kau berani melakukan itu...!"
Tapi tangan Wiro sudah bergerak menarik kain kerudung tipis
yang menutupi wajah Pandansuri. Begitu kerudung terlepas terkejutlah
Pendekar 212 Wiro Sableng. "Aih... Kiranya parasmu cantik sekali...!" Wiro basahi bibirnya
dengan ujung lidah dan garuk-garuk kepalanya yang gondrong. "Hanya
sayang aku tak bisa menikmati kecantikan parasmu berlama-lama. Aku
harus pergi dari sini bersama Nyanyuk Amber. Selamat tinggal dara
jelita..."
"Tunggu!" teriak Pandansuri. "Lepaskan dulu totokan di tubuhku!"
Wiro putar langkahnya, menatap paras Pandansuri sesaat lalu
berkata: "Kalau totokan di tubuhmu kulepaskan apa kau akan
Wiro Sableng 030 Dosa Dosa Tak Berampun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyerangku dan mencari perkara baru?"
"Demi setan aku tidak akan melakukan apa-apa selain membaca
17 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sepucuk surat!"
"Hemm... Ini adalah aneh!" ujar Wiro. "Kau hendak membaca
sepucuk surat. Dari siapakah" Tidak sangka kalau dara segalakmu ini
bisa punya pacar...!"
"Aku memang tidak punya pacar dan surat itu bukan dari siapa-
siapa. Tapi dari ayahku sendiri! Ayahku yang kalian bunuh itu!" jerit
Pandansuri. "Baiklah... Tapi kalau kau bersumpah aku tak mau kau
melakukannya atas nama setan. Kau pasti punya Tuhan. Bersumpahlah
atas NamaNya!"
"Aku bersumpah demi Tuhan!" teriak Pandansuri.
Wiro melangkah mendekati. Tangan kanannya bergerak
melepaskan totokan di tubuh sang dara. Tapi tangan kirinya diam-diam
menyiapkan pukulan sinar matahari. Untuk berjaga-jaga kalau tiba-tiba
Pandansuri membokongnya setelah lepas dari totokan. Ternyata gadis
itu memang tidak menyerangnya. Begitu tubuhnya bebas dari balik
pakaiannya dia mengeluarkan sepucuk surat Tanpa memandang pada
Wiro dia berkata: "Ayah berpesan. Surat ini hanya boleh kubuka jika
sesuatu terjadi dengannya. Yakni kalau dia menemui ajal..."
Sang dara membuka, lipatan surat lalu membaca apa yang
dituliskan Raja Rencong di situ.
Pandansuri, Kalau aku sudah mati maka itulah saatnya kau harus mengetahui
rahasia besar tentang dirimu. Sebenarnya kau bukanlah anak
kandungku. Kau kuculik ketika masih kecil. Ayahmu adalah Kepala
Kampung Pasirputih. Kembalilah padanya dan tempuhlah jalan hidup
yang baik. Orang yang pernah menjadi ayahmu
Raja Rencong. Surat itu terlepas dari pegangan Pandansuri. Air mata
menggelinding membasahi pipinya.
"Hai... ada apakah saudari" Mengapa kau menangis?" tanya Wiro.
Pertanyaan itu justru membuat Pandansuri menjadi mengeras
isakannya Wiro mengambil surat yang tercampak di lantai lalu
membacanya. Pendekar ini kemudian menarik nafas dalam.
"Sekarang jelas bagimu. Kau berasal dari orang baik-baik.
Karenanya musti kembali ke jalan yang baik. Mari kita tinggalkan Bukit
Toba ini..." Wiro memegang bahu Pandansuri, bantu gadis itu berdiri
lalu mengembalikan surat yang tadi dibacanya.
Keduanya melangkah menuju kamar Nyanyuk Amber untuk
membawa orang tua itu sama-sama meninggalkan Bukit Toba,
mengikuti puluhan tokoh silat yang lebih dahulu pergi meninggalkan
tempat angkara murka tersebut.
18 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
HANYA beberapa ketika setelah para tokoh silat, Wiro Sableng,
Pandansuri dan Nyanyuk Amber meninggalkan Bukit Toba, langit di
atas bukit itu tampak menghitam ditutup gumpalan awan mendung.
Dikejauhan terlihat petir menyambar hampir tiada henti. Lalu dentuman
geledek seperti hendak melumat bumi dan air danau. Tak lama
kemudian hujan lebatpun turun. Demikian derasnya hingga menutup
batas pemandangan manusia. Di-bawah hujan lebat begitu rupa, dari
arah tenggara danau tampak melesat sebuah perahu kecil ditumpangi
satu orang. Hujan yang lebat menutupi pemandangan hingga tak jelas
siapa adanya orang diatas perahu itu. Namun begitu hujan mulai
mereda dan pemandangan menjadi terang sedikit, kelihatanlah sosok
tubuh di atas perahu kecil tadi. Ternyata dia adalah seorang nenek
berpakaian rombeng, bertubuh kurus kering. Rambutnya yang putih
diikat di atas kepala membentuk secuil konde. Berlawanan dengan
pakaiannya yang buruk rombeng, dibahunya tersandang sebuah
selendang hitam besar berhiaskan bunga-bunga dari benang emas.
Di tangan kanannya nenek aneh ini memegang sebuah tongkat
bambu kuning kecil. Bambu inilah yang dijadikannya sebagai kayu
pendayung. Walaupun cuma sebuah bambu kecil namun hebatnya
benda ini menjadi pendayung yang ampuh luar biasa. Perahu yang
dikayuh tampak melesat membelah air danau yang bergelombang akibat
hujan yang baru saja turun deras.
Di tangan kirinya si nenek memegang sebuah tabung kaca
berbentuk bulat dan sangat ramping bagian tengahnya. Tabung kaca ini
diisi dengan pasir. Pasir di bagian atas tabung mengucur jatuh sedikit
demi sedikit ke bagian tabung sebelah bawah. Saat itu jumlah pasir
yang jatuh ke bagian bawah tabung kaca telah mencapai setengah
ketinggiannya. Sepasang mata si nenek tiada hentinya memperhatikan
tabung itu sementara tangan kanannya terus mendayung dengan
tongkat bambu kecil.
"Cepatlah perahu. Cepatlah! Kalau sampai terlambat celakalah!.
Aku harus menunggu sampat ada korban lainnya. Mungkin setahun!
Mungkin lima tahun! Mungkin sepuluh tahun! Atau mungkin tidak
untuk selama-lamanya! Cepat perahu! Cepatlah! Antarkan aku ke pulau
di depan sana! Cepat!"
Tak selang berapa lama perahu kecil itu berhasil mencapai pulau
di tengah danau. Pasir di tabung kaca sebelah bawah hampir mencapai
dua pertiga ketinggian tabung. Tanpa menunggu sampai ujung perahu
menyentuh daratan pulau si nenek langsung melompat dan laksana
terbang laru menuju puncak Bukit Toba. Jalan yang ditempuh sulit dan
licin akibat hujan namun si nenek sigap sekali gerakannya. Jangankan
19 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
terpeleset, malah enak saja dia melompat dan berlari, makin lama makin
kencang hingga akhirnya dia sampai di puncak Bukit Toba, langsung
menyelinap masuk ke dalam bangunan bertingkat dua.
Begitu sampai di ruangan besar yang disebut Arena Topan Utara,
si nenek lelerkan lidah gelengkan kepala. Kedua matanya terbeliak.
Mayat dilihatnya bergelimpangan di mana-mana. Darah bergenang di
pelbagai penjuru. Dia melirik ke tabung kanan di tangan kirinya. Lalu
tersentak bila ingat waktunya hanya tinggal sedikit.
Seperti seekor burung pemakan mayat nenek ini melompat ke
pertengahan Arena Topan Utara. Dia memandang berkeliling. Kaki dan
tongkatnya mengungkit setiap sosok tubuh di dekatnya. Tapi orang atau
mayat yang dicarinya belum juga bertemu. Dia memandang lagi
berkeliling. Pasir di dalam tabung hampir mencapai titik tertingginya. Si
nenek menjerit saking kawatirnya. Kemudian kedua matanya yang besar
itu melihat sosok tubuh yang dicarinya. Tergeletak tak jauh dari
mimbar. "Itu dia!" pekik si nenek gembira.
Sekali lompat saja dia sampai disamping mimbar. Sosok tubuh itu
amat mengerikan. Penuh bacokan puluhan senjata. Keadaannya seperti
dicincang. Lebih mengerikan lagi bagian kepalanya. Telinga kanan
buntung. Bagian wajah sulit dikenali karena hampir terbelah oleh luka
besar yang menguak.
"Kasihan kau... kasihan kau anak manusia! Tapi tunggulah!
Sebentar lagi kau akan kutolong! Kau belum saatnya mati! Belum
saatnya!" Si nenek mendongak ke atas, tertawa seperti kuda meringkik
lalu bantingkan tabung kaca di tangan kirinya ke lantai.
Tabung kaca itu pecah dengan mengeluarkan ledakan nyaring.
Pasir di dalamnya muncrat ke udara disertai kepulan asap berwarna
kelabu, berbau busuk luar biasa. Sambil melangkah terserok-serok
nenek aneh itu acungkan tongkatnya tinggi-tinggi ke atas. Mulutnya
komat-kamit melafatkan mantera. Tiba-tiba dia memekik keras. Aneh!
Ujung buntalan asap kelabu menyambar ke ujung tongkat bambu. Lalu
laksana sehelai selendang panjang bergerak mengikuti kemana bambu
itu bergerak. Si nenek turunkan bambu di tangan kanannya mendekati kepala
mayat yang terbelah. Begitu sampai di bagian kepala, ujung tongkat
disapukannya sepanjang belahan yang mengerikan itu. Aneh! Luar
biasa. Perlahan-lahan, setelah disapukan beberapa kali kepala yang
terbelah oleh hantaman Kapak Naga Geni 212 itu bertaut kembali
meskipun tetap meninggalkan bekas yang mengerikan yaitu mulai dari
kening, memanjang ke bawah melewati mata kiri dan pipi kiri. Si nenek
tertawa tinggi.
Ujung tongkat berputar-putar sesaat lalu mengusap-usap
keseluruh bagian tubuh yang seperti dicincang itu. Kembali keanehan
terjadi. Tubuh yang penuh luka itu juga bertaut kembali. Darah berhenti
mengucur. Namun bekas-bekas luka yang ditinggalkan sangat
20 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
mengerikan. Si nenek sekali lagi terdengar tertawa. Tongkatnya diangkat
tinggi-tinggi ke udara. Mulutnya lagi-lagi komat-kamit. Tiba-tiba ujung
tongkat menukik dan menusuk bagian tenggorokan mayat.
Inilah puncak dari segala keanehan dan keluar biasaan.
Tenggorokan yang tadi kaku tegang itu kini tampak bergerak, mula-
mula perlahan sekali, namun makin lama makin kencang. Nenek aneh
itu menjerit keras dan panjang. Perlahan-lahan tubuhnya merunduk
hingga dia tampak berlutut di atas kedua tempurung lututnya yang
kurus kering. "Anak manusia! Kau memang belum saatnya mati! Belum
saatnya!" terdengar si nenek berseru. Dari kedua matanya yang besar
tampak meleleh air mata. Kedua tangannya diacungkan ke atas dan dari
mulutnya terdengar ucapan: "Sepuluh tahun menempa ilmu kehidupan!
Hari ini akhirnya aku berhasil! Guru! Hari ini murid berhasil
meneruskan pekerjanmu! Hanya sayang kau keburu menutup mata
hingga tidak sempat menyangsikan awal dari semua kehebatan ini!
Hik... hik... hik..." Lalu si nenek menangis seperti anak kecil.
Mendadak si nenek hentikan tangisnya. Di kedua telinganya
seperti ada suara yang mengisang.
"Muridku... Meski aku sudah mati tapi rohku masih tetap
mengikuti semua tindak tandukmu! Guli Rampai! Dari alamku aku
turut bergembira melihat keberhasilanmu. Teruskan pekerjaanmu
muridku..."
Suara mengiang lenyap.
"Guru!" Si nenek berteriak memanggil. Lalu dia jatuhkan diri
menelungkup di lantai. Sesaat kemudian perlahan-lahan dia bangkit
kembali, beringsut mendekati tubuh yang tadi kaku mati dan kini
tampak mulai bergerak tanda adanya tanda-tanda kehidupan yang sulit
diterima akal manusia. Si nenek angkat tubuh itu lalu memanggulnya
diatas bahu kiri. Dia memandang sekali lagi berkeliling, lalu lari keluar
bangunan, menuruni Bukit Toba menuju ke danau di mana perahu
kecilnya berada.
*** TUBUH cacat penuh bekas luka mengerikan itu terbujur tanpa
penutup di atas tumpukan batu berwarna merah. Di bagian bawah
tumpukan batu itu terdapat celah memanjang dan di situ ada nyala api
yang terus menerus berkobar
Si nenek bermata besar duduk di atas sebuah dingklik, menunggu
dengan sabar. Tongkat bambu kuning kecil di tangan kanannya diketuk-
ketukkan ke lantai batu, sesuai dengan gerak mendenyut pada dada
orang yang terbujur di atas batu merah.
Perlahan-lahan tetapi pasti tak selang berapa lama kemudian dua
mata yang tadi tertutup dari orang di atas batu tampak membuka. Si
nenek makin memperkencang ketukan tongkatnya ke atas lantai.
21 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Buka yang besar. Buka yang besar matamu anak manusia! Dan
pandang wajahku... Pandang wajahku... "
Mata yang terbuka semakin besar. Lalu sesuai dengan kata-kata
perempuan tua itu, kedua mata tadi bergerak berputar memandang ke
arah si nenek. "Bagus anak manusia! Bagus! Ternyata awal kehidupanmu
membawa pertanda yang baik. Kau mau mendengar perintahku. Kau
sudah melihat aku. Katakan apa yang kau lihat! Katakan apa kau kenal
aku! Buka mulutmu! Buka! Kau bisa bicara! Kau tidak bisu! Kau pasti
bisa menjawab!"
"Si... siapa kau orang tua. Aku tidak kenal padamu..." Tiba-tiba
meluncur ucapan itu dari orang lelaki berwajah mengerikan di atas
batu. Si nenek tertawa mengikik.
"Aih...! Suaramu jelek tapi tidak apa! Yang penting kau bisa
bicara! Hik... hikkk... hik... "
"Siapa kau... siapa kau...?"
"Hik... hik... hik. Tentu saja kau tidak kenal aku. Aku adalah
nenek tua bernama Guli Rampai bergelar Iblis Sesat Jalan Hidup. Aku
orang yang telah menghidupkanmu dari kematian!"
"Menghidupkan aku dari kematian" Apakah aku pernah mati...?"
Orang di atas batu bertanya.
"Hik... hik! Kau memang pernah mati. Malah kalau aku sampai
terlambat menemui mayatmu, tak mungkin aku bisa menolong
menghidupkanmu kembali. Setelah mati dan dihidupkan kembali
apakah kau masih bisa mengingat siapa dirimu...?"
Sepasang mata itu yang sebelah kiri ada guratan angker bekas
bacokan menatap langit-langit ruangan. Lalu dari mulut orang ini
meluncur ucapan: "Namaku Kumbara. Gelarku Raja Rencong Dari
Utara. Aku Ketua Partai Topan Utara..."
"Hebat! Kau hebat! Sungguh luar biasa. Ternyata kau masih ingat
siapa dirimu. Otakmu masih berjalan baik! Tidak percuma aku
memilihmu dan membawamu ke puncak Gunung Sorik Marapi ini... Kau
telah hidup kembali! Tetapi untuk mencapai kesempurnaan kau harus
menunggu satu tahun. Sebelum kau kusemayamkan selama satu
tahun, apakah ada pertanyaan...?"
Sosok tubuh di atas batu merah yang ternyata adalah Raja
Rencong Dari Utara alias Hang Kumbara kembali menatap langit-langit
ruangan di atasnya.
"Aku memang ada satu pertanyaan. Mengapa... mengapa kau
menghidupkan aku yang katamu sudah mati ini...?"
"Pertanyaan bagus anak manusia... Kujawab dengan balas
bertanya. Apakah kau tidak akan membalaskan sakit hati kematianmu
pada orang-orang yang telah mencelakaimu" Terhadap manusia-
manusia bernama Panglima Sampono misalnya. Lalu bekas gurumu
yang merat si Nyanyuk Amber itu. Lalu anak angkat yang kau asuh
22 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
selama bertahun-tahun tapi kemudian juga kabur meninggalkanmu si
Pandansuri itu. Dan yang penting adalah menuntut balas terhadap
seorang anak manusia yang kini menjadi musuh besarmu. Pendekar
212 Wiro Sableng... Darah dibalas darah. Nyawa dibayar nyawa. Dosa
dibayar dengan dosa..."
"Mereka jumlahnya banyak. Mereka memiliki ilmu kesaktian yang
hebat. Apakah... apakah aku mampu membayar dosa dengan dosa...?"
"Kau akan mampu. Aku Iblis Sesat Jalan Hidup akan memberi
kekuatan baru padamu. Bila tiba saatnya kelak ----setelah satu tahun
berlalu---- kau akan bangkit kembali. Cari orang-orang itu. Bunuh
Wiro Sableng 030 Dosa Dosa Tak Berampun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka semua. Setelah musuh-musuhmu kau hancur Iudaskan, kau
harus melanjutkan dengan membunuh tokoh-tokoh silat lainnya.
Bukankah kau ingin menjadi raja diraja dunia persilatan?"
"Itu memang cita-citaku..."
"Bagus! Kau ternyata tidak melupakan niat besarmu. Sekarang
sudah saatnya bagimu tidur. Kau akan kusemayamkan di atas batu
panas ini selama satu tahun. Tutup kedua matamu kembali..."
23 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SATU tahun telah berlalu. Puncak Gunung Sorik Merapi seperti tidak
tersentuh oleh waktu. Tak tampak perubahan. Di dalam bangunan ber-
bentuk aneh, di atas tumpukan batu merah terbaring sosok tubuh Hang
Kumbara hampir merupakan jerangkong. Lebih mengerikan lagi karena
tubuh telanjang itu penuh dengan cacat bekas-bekas luka. Wajah
seperti setan, cekung dengan guratan luka besar melintang di kening,
melewati mata kiri terus ke pipi.
Di ambang pintu bangunan tegak sosok tubuh Guli Rampai alias
Iblis Sesat Jalan Hidup. Kepalanya mendongak ke langit, kedua
tangannya diangkat tinggi-tinggi ke atas. Sepasang matanya terpejam,
mulutnya komat kamit. Sesaat kemudian terdengar pekik aneh dari
mulutnya. Lalu menyusul ucapan-ucapan.
"Guru... Tiga ratus enam puluh hari sudah berlalu. Hari ini hari
penyelesaian segala pekerjaan. Hari ini berakhirnya segala cara dan
rasa. Apakah kau mendengarkan kata-kataku ini guru...?"
Wajah angker nenek berambut putih itu nampak tersenyum.
Senyum yang lebih merupakan seringai menggidikkan. Di kedua
telinganya terdengar suara mengiang.
"Guli Rampai muridku, aku tak pernah jauh darimu. Aku gembira
kau telah menyelesaikan pekerjaanmu dengan baik. Rampungkanlah
segera. Tapi tahukah kau kalau hari penyelesaian adalah juga hari
pembebasan dari segala rasa dan jiwa...?"
"Murid mengerti guru. Murid mengerti. Dan murid tidak kecewa..."
berkata Guli Rampai lalu dia mulai sesenggukan.
Suara mengiang membentak seperti marah. "Jangan cengeng Guli!
Aku tak suka melihat orang menangis. Rampungkan pekerjaanmu.
Kalau selesai aku siap menunggumu..."
"Baik guru, murid akan merampungkan pekerjaan. Harap maaf
kalau murid berlaku lemah. Murid akan segera menemuimu..."
Si nenek turunkan kedua tangannya dan buka sepasang matanya.
Dia membalikkan tubuh dan masuk ke dalam bangunan, mendekati
tumpukan batu merah dengan api menyala di bagian bawahnya di mana
terbujur tubuh Hang Kumbara alias Raja Rencong.
Dari sudut ruangan Guli Rampai mengambil sebuah kendi berisi
cairan berwarna biru. Dia mengelilingi tumpukan batu merah sambil
tiada hentinya merapalkan jampi-jampi. Kemudian dia berhenti
disamping tubuh Hang Kumbara. Cairan dalam kendi dituangkannya ke
ujung kaki Hang Kumbara, terus ke atas sampai ke perut, terus ke
dada, melewati leher dan berakhir di kepala. Di situ cairan biru dalam
kendi tertuang habis. Saat itu pula Guli Rampai bantingkan kendi tanah
itu ke lantai. Terdengar letupan kecil lalu kepulan asap biru yang
24 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
membuntal membungkus tubuh Hang Kumbara. Ketika kepulan asap
lenyap terjadi keajaiban. Tubuh yang terbujur selama satu tahun itu
tiba-tiba melompat tegak. Kumis lebat yang tadinya layu seperti benang
basah kini berjingkrak garang. Hang Kumbara putar sepasang matanya
yang merah. Pandangannya membentur si nenek. Langsung saja laki-
laki ini jatuhkan diri berlutut.
Guli Rampai tertawa panjang.
"Hang Kumbara! Hari ini awal kehidupan bagimu tapi awal
kematian bagiku! Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku. Kini kau yang
hidup yang akan meneruskan segala-galanya. Kau ingat darah dibayar
darah, nyawa dibayar nyawa dan dosa dibayar dengan dosa.."
"Saya ingat nenek Guli... "sahut Hang Kumbara.
"Bagus! Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Dunia persilatan
ada di tanganmu. Aku tidak mengajarkan ilmu silat padamu. Juga tidak
ilmu kesaktian. Karena sesungguhnya kau telah memiliki kedua hal itu.
Tapi kini dalam dirimu ada satu kekuatan dahsyat. Kau tak akan
pernah mati lagi. Kecuali satu hal yang tabu menimpa dirimu..."
Hang Kumbara terkejut dan juga heran.
"Aku, aku tak akan pernah mati lagi nenek Guli" Ah, mana
mungkin. Mana ada manusia yang tidak pernah mati...."
"Kau harus percaya padaku budak tolol! Tak ada satu kekuatan
pun yang dapat mengakibatkan kematian bagimu. Kecuali satu..."
Meskipun belum bisa percaya namun Hang Kumbara bertanya
juga. "Apakah yang satu itu nenek Guli?"
"Satu hal yang tabu. Satu pantangan. Yakni kau tidak boleh
bersinggungan dengan benda apa saja yang berwarna biru. Apakah itu
batu, kayu atau kain atau air, pokoknya yang berwarna biru! Sekali
tubuhmu tersentuh maka kekebalanmu akan punah! Sebatang
rumputpun sanggup menjadi penyebab kematianmu. Kau dihidupkan
dan diberi kekuatan dengan air biru dalam kendi tadi. Warna biru itu
pula yang akan menjadi penyebab kematianmu kelak. Kecuali jika kau
memperhatikan apa yang jadi pantangan. Nah sekarang berdirilah!"
Hang Kumbara berdiri.
Si nenek berkata sambil menatap tajam wajah angker lelaki itu.
"Mulai hari ini nama Hang Kumbara harus kau kubur! Gelar Raja
Rencong Dari Utara harus kau singkirkan. Mulai detik ini namamu
adalah Iblis Sesat Jalan Hidup..."
"Bukankah itu gelarmu nenek Guli?"
"Betul. Tapi aku tidak memerlukannya lagi. Kau yang akan
meneruskan nama itu. Nah sekarang katakan selamat jalan padaku!"
"Saya tidak mengerti maksudmu nenek Guli..." ujar Hang
Kumbara heran. "Anak manusia tolol! Aku bilang katakan selamat jalan padaku!"
bentak si nenek marah.
"Selamat... selamat jalan nenek Guli..."
Sang nenek tertawa panjang. Tiba-tiba dia pukulkan tangannya ke
25 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
kepala. Praakk! Batok kepala berambut putih itu remuk. Tubuh kurus terkapar di
lantai tanpa nyawa lagi. Hang Kum bara sesaat merasa bergeming.
Kemudian dia membungkuk mengambil selendang hitam berbunga-
bunga kuning emas milik si nenek dan mengenakannya di bahu kanan.
Dia melangkah ke pintu bangunan. Di hadapannya, dari puncak
Gunung Sorik Marapi di mana dia berada, tampak menghampar dunia
luas. Lelaki ini menyeringai lalu terdengar teriakannya.
"Dunia persilatan. Tunggulah! Hari ini Iblis Sesat Jalan Hidup
akan muncul! Darah dibayar dengan darah. Nyawa dibayar dengan
nyawa. Dosa dibalas dengan dosa!"
26 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
PUNCAK Gunung Sinabung. Di ruangan depan rumah kayu berlantai
tinggi dan luas terbuka itu duduk sembilan pemuda. Semuanya asyik
mengaji. Alunan suara mereka mengaji terdengar enak dalam
keheningan malam menjelang pagi. Udara dingin di puncak gunung
seolah-olah tidak terasa. Mereka terus mengaji untuk menghabiskan
waktu sebelum melaksanakan sembahyang Subuh.
Bersandar ke daun pintu yang tertutup, duduklah Panglima
Sampono, berpakaian putih lengan panjang dan sehelai sarung halus
buatan Bugis. Kedua matanya dipicingkan. Tangan kiri terletak di atas
pangkuan sedang tangan kanan memegang tasbih. Meskipun dia
berzikir k busuk namun telinganya yang tajam dapat mendengar dan
mengetahui bacaan-bacaan muridnya yang salah. Dia langsung
menegur dan meminta sang murid mengulangi bacaannya dengan betul.
Lapat-lapat dalam dinginnya udara dan kegelapan masih
mencekam terdengar suara burung berkuik.
Binatang ini agaknya sengaja terbang berputar-putar di atas
bangunan kayu. Suara kuikan binatang ini membuat sebagian dari
pemuda yang duduk mengaji menghentikan bacaanhya, saling pandang
sejenak, melirik pada Panglima Sampono yang tetap duduk tak bergerak
di tempatnya. Sebagiannya lagi memandang ke luar ke arah ke
kegelapan. "Suara burung gagak..." berbisik seorang pemuda pada taman di
sebelahnya. "Seperti ada pertanda yang tidak baik," menjawab sang teman.
Sampai di situ suara burung di atas atap semakin kencang.
Binatang ini berputar-putar terus beberapa kali, lalu terbang ke jurusan
barat, menghilang dalam kegelapan.
"Siapa diantara kalian yang percaya takhyul..." Tiba-tiba terdengar
suara Panglima Sampono.
Tentu saja tak ada dari sembilan pemuda itu berani menjawab
meskipun jelas di antara mereka merasa tidak enak mendengar suara
gagak tadi. "Pertanda dari Allah jangan sekali-sekali diabaikan, tetapi sesuatu
yang bersifat takhayul harus dijauhkan..." Berkata lagi Panglima
Sampono. "Aku tahu ada di antara kalian yang merasa takut mendengar
suara kuik burung malam tadi..." Sang Panglima sampai saat itu masih
terus bicara dengan kedua mata terpejam dan tangan kanan memegang
tasbih. "Tenangkan hati kalian, teruskan mengaji..."
Belum selesai Panglima Sampono berkata mendadak satu suara
lantang membelah kegelapan malam.
"Bagaimana murid-muridmu bisa tenang. Kalau mereka
27 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
menyadari maut datang menggerayang"!"
Panglima Sampono tersentak. Kedua matanya segera dibuka.
Sembilan muridnya telah lebih dulu berpaling ke arah datangnya suara
keras tadi. Sesosok tubuh tampak tegak di bawah pohon besar di
halaman kiri rumah kayu. Kegelapan malam membuat wajahnya tak
dapat dilihat, apalagi mengenali siapa adanya orang itu.
"Panglima, kita kedatangan tamu..." berbisik seorang murid yang
duduk paling dekat dengan sang guru.
Panglima Sampono mengangguk. Kedua matanya berusaha
menembus kegelapan malam. Namun tak dapat menerka siapa adanya
orang yang tegak di halaman itu.
"Subuh-subuh begini, tamu dari mana yang datang ke tempat
kami?" Menegur Panglima Sampono.
Sebagai jawaban orang dalam gelap melangkah mendekat. Tujuh
langkah dari tangga rumah dia berhenti. Sinar lampu minyak di
ruangan depan jatuh menimpa dan menerangi tubuhnya sebatas
pinggang ke bawah. Dada dan kepalanya masih tidak kelihatan.
Panglima Sampono dan sembilan muridnya melihat keanehan yang
mengerikan. Orang yang datang itu hanya mengenakan sehelai cawat
hingga perut, paha dan kedua kakinya terlihat jelas. Dan bagian tubuh
itu penuh cacat bekas luka hingga samar-samar orang itu kelihatan
seperti diselimuti sisik-sisik lebar. Anehnya ada sehelai selendang hitam
berbunga kuning emas tergantung menutupi sebagian badannya.
Lengan kirinya buntung.
" Orang yang datang, jika kau membawa maksud baik kenapa
ragu-ragu. Silahkan naik ke atas rumah" berkata Panglima Sampono.
Diuncang begitu rupa, sosok tubuh di depan rumah tiba-tiba
melesat. Di lain detik dia sudah tegak di ruangan yang terbuka leber itu.
Sembilan murid sang Panglima terkesiap kaget dan bersurat mundur
dalam duduk masing-masing. Panglima Sampono sendiri sempat
kerenyitkan wajah dan si-pitkan mata.
Manusia atau setankah mahluk yang tegak di hadapan mereka
saat itu"! Sosok tubuh penuh cacat bekas luka itu ternyata memang
menyandang sehelai selendang. Badannya sudah sangat mengerikan
untuk dipandang, tetapi wajahnya seribu kali lebih mengerikan. Muka
yang cekung itu juga penuh dengan bekas-bekas luka. Satu diantaranya
seperti bekas bacokan, memanjang dari kening, melewati mata kiri terus
ke pipi dan samping dagu kiri. Akibat cacat ini, mata kiri itu tampak
seperti menyembul, merah menakutkan. Dia tidak mengenakan pakaian
lain, kecuali sebuah topi tinggi berwarna hitam, bergaris kuning.
Panglima Sampono segera membaui adanya bahaya. Sekilas dia
teringat pada burung gagak yang tadi datang dan berputar-putar di atas
atap rumah sambil tiada hentinya berkuik. Haruskah kini dia
mempercayai bahwa pertanda yang diberikan oleh burung itu tadi kini
menjadi kenyataan" Meskipun hatinya agak terguncang melihat sosok
tubuh yang sangat mengerikan itu, namun dengan sikap tenang sang
28 030 Dosa-dosa Tak Berampun -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Panglima tegak dari duduknya.
"Mahluk aneh entah manusia entah apa, katakan siapa kau
adanya. Mengapa subuh-subuh muncul di tempat kami?" bertanya
Panglima Sampono.
Orang yang ditanya tersenyum. Tapi senyum itu justru membuat
tampangnya jadi seburuk iblis.
"Aku manusia yang pernah mati, tapi kini hidup kembali...!" Si
mahluk menjawab dengan suara keras seperti penuh kebanggaan.
"Berarti kau setan! Setan gentayangan"!" ujar
Panglima Sampono.
"Ha... ha... ha! Kau boleh bilang begitu. Aku mungkin setan,
mungkin juga hantu atau iblis! Tetapi apa pun nama yang kau berikan
padaku aku tetap adalah Iblis Sesat Jalan Hidup!"
"Iblis Sesat Jalan Hidup...?" desis Panglima Sampono.
"Jangan meracau! Aku memang belum pernah bertemu dengan
manusia bergelar seperti itu. Tapi aku tahu pasti dia adalah seorang
nenek tua. Bukan lelaki bermuka iblis sepertimu!"
"Nenek yang kau maksudkan itu sudah mati setahun lalu. Aku
adalah pewaris kehidupannya. Karena itu layak memakai gelar Iblis
Sesat Jalan Hidup. Lihat... lihat baik-baik! Selendang yang kusandang
ini adalah miliknya. Pemberiannya. Juga kehidupanku dia pula yang
memberikan-Hanya sayang dia sudah mati! Hingga tidak dapat
menyaksikan bagaimana sebentar lagi aku akan membalas nyawa
dengan nyawa, membalas darah dengan darah, membalas dosa di atas
dosa "Apa maksudmu" Siapa kau sesungguhnya"!" sentak Panglima
Sampono sementara sembilan muridnya berdiri tegak dalam dua
kelompok. Lima di sebelah kanan, ampat di samping kiri.
Mahluk bertubuh dan berwajah angker itu tertawa panjang.
"Matamu melihat tetapi buta. Otakmu jalan tetapi lupa. Apa kau
tidak mengenali lagi siapa aku. Apa kau lupa pada peristiwa setahun
silam di Bukit Toba"!'
Berubahlah paras Panglima Sampono. Jika orang yang datang ini
menyebut-nyebut Bukit Toba dan masa setahun yang lalu, jelas yang
dimaksudkannya adalah peristiwa besar menggemparkan ketika orang-
orang rimba persilatan muncul di sana untuk membasmi Raja Rencong
Dari Utara berikut partainya yang hendak didirikan yaitu Partai Topan
Utara. "Katakan apa sangkut pautmu dengan peristiwa setahun lalu itu?"
Wiro Sableng 030 Dosa Dosa Tak Berampun di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pendekar Panji Sakti 16 Pedang Ular Mas Karya Yin Yong Bangau Sakti 3