Iblis Iblis Kota Hantu 3
Wiro Sableng 026 Iblis-iblis Kota Hantu Bagian 3
Hidangan juga harus lezat cita dan rasa
Pasta ini bukan pesta biasa
Pesta perkawinan iblis berkepala manusia
Para tamu bukan tamu biasa
Tapi sekelompok iblis gila
Kota Hantu kotanya iblis
Ada pesta sedang berlangsung
Sampai di situ Singkil Alit tidak dapat menguasai amarahnya lagi. Jelas-jelas
nyanyian itu ditujukan pada dirinya dan orang-orangnya.
Brak! Singkil Alit hantamkan kaki kananya ke lantai bangunan yang terbuat dan kayu
jati keras setebal setengah jengkal. Lantai kayu itu jebol berantakan. Tidak
sampai di situ saja, pimpinan Kota Hantu ini lantas melompat kirimkan tendangan
pada si pesinden. Perempuan yang malang ini pasti akan remuk tubuhnya atau
hancur kepalanya dilabrak tendangan itu kalau saja tidak terjadi satu hal yang
mengejutkan Singkil Alit dan membuatnya menarik pulang tendangannya kembali.
Sebuah gong kecil yang terbuat dari besi kuning melayang ke arah kaki kanannya.
Dalam marahnya Singkil Alit sekaligus hendak menendang hancur benda itu. Namun
dia jadi kaget karena ternyata gong tersebut melesat demikian rupa, seperti
punya mata, kini membeset ke arah pinggulnya. Mau tak mau Singkil Alit tarik
kaki dan melompat selamatkan diri.
KARYA 64 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
Gong kecil itu terus melayang ke luar beranda. Sesaat kemudian terdengar suara
kuda meringkik dan jatuhnya sesosok tubuh ke tanah. Apa yang terjadi" Gong yang
tidak mengenai Singkil Alit tadi menderu menghantam kuda tunggangan Rah Tongga.
Binatang ini meringkik kesakitan ketika gong memukul keras bagian lehernya, lalu
lari setelah membantingkan tubuh Rah Tongga ke tanah. Dalam keadaan luka parah
akibat tendangan Sultan Maut, Rah Tongga hanya mampu merangkak menaiki tangga
beranda rumah besar. Tak ada seorangpun yang menolongnya, termasuk Tembesi atau
Wiracula, maupun Rangga.
Dari balik tirai merah yang tergantung di belakang kursi besar tiba-tiba keluar
beberapa sosok tubuh. Yang pertama adalah seorang anak lelaki berusia hampir
sebelas tahun. "Singkil!" bisik Rangga. "Bocah itu adalah anak yang ayahnya kau bunuh di desa
nelayan..."
"Ya ... aku ingat!" sahut Singkil Alit.
Anak lelaki tadi ternyata adalah Handaka. Putera nelayan tua Argakumbara yang
dibunuh oleh Singkil Alit beberapa bulan silam.
Di belakang Handaka melangkah terbungkuk-bungkuk seorang kakek berambut putih
panjang awut-awutan, berpakaian compang-camping. Di tangan kanannya ada sebuah
batok kelapa sedang di tangan kiri memegang tongkat kayu. Orang tua ini bukan
lain adalah Pengemis sakti Batok Tongkat yang dulu telah menyelamatkan Handaka
di teluk Cikandang sewaktu Singkil Alit dan komplotannya mengganas di desa
ayahnya, merampok, menculik dan membunuh.
Di sebelah belakang si kakek menyuruh seorang pemuda berpakaian putih bertampang
cakap. Dia adalah Indrajit, murid pewaris perguruan silat Elang putih.
Bagaimana pemuda ini kini berada di tempat itu .
Seperti dituturkan sebelumnya ketika Datuk Hijau, Gitasula, Sultan Maut, Piranti
dan Indrajit menyusun rencana untuk menyerbu Kota Hantu dan berkumpul di sebuah
pondok di lembah Cilandak, karena rahasia penggompuran dibocorkan oleh Sirat
Gambir maka orang-orang itu diserbu lebih dulu oleh Singkil Alit dan kawan-
kawannya. Dalam perkelahian melawan Tembesi, Indrajit kalah dan hampir menemui
kematian dihantam bola besi berduri kalau saja KARYA
65 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
tidak muncul seorang penolong aneh. Penolong yang tak dikenal ini kemudian
melarikan pemuda itu tanpa dapat dikejar oleh Singkil Alit dan kawan-kawannya.
Tuan penolong si pemuda ternyata bukan lain adalah si kakek pengemis yang
sebelumnya juga telah menyelamatkan Handaka.
Orang terakhir yang melangkah ke luar dari balik tirai masih itu adalah juga
seorang pemuda yang berpakaian serba putih, berambut gondrong. Kepalanya diikat
dengan sehelai kain putih.
Lagaknya cengar cengir enak-enak saja malah sambil bersiul-siul kecil
cengengesan. Wiracula, Rangga, terlebih lagi Singkil Alit tampak melengak ketika melihat
tampang pemuda ini.
Wiracula cepat membisiki, "Singkil, pemuda paling belakang itu, bukankah dia
yang sebelumnya menghadang kita di luar kota. Yang melemparkan bungkusan berisi
kepala Puranda si kepala pengawal?"
"Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212!" desah Singkil Alit dengan bibir bergetar.
Kedua tangannya terkepal.
Sebenarnya bagaimnanakah sampai orang-orang itu muncul di sana dan bagaiman
terjadinya pesta aneh, pesta perkawinan Pinta Manik dengan orang hutan betina
itu" *** Berdirinya Kota Hantu dan munculnya enam manusia iblis di bawah pimpinan Singkil
Alit yang menebar keganasan berupa maut, perampokan, penculikan dan perbudakan
itu telah sampai ka telinga para tokoh silat di daerah timur. Mereka siap
menyusun rencana penumpasan. Tapi tentunya dengan menghubungi para tokoh silat
di barat. Sebelum orang-orang di timur melangkah lebih jauh mereka mendengar
bahwa sudah ada kelompok di barat yang akan mengaclakan penyerbuan ke Kota
Hantu, yakni kelompok tokoh silat golongan putih di bawah pimpinan Datuk Hijau
dan Sultan Maut.
Karena hal itu sudah ditangani, maka orang-orang di timur memutuskan untuk tidak
bertindak lebih jauh dan melihat bagaimana perkembangan setelah para tokoh di
Jawa Barat KARYA
66 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
turun tangan. Untuk menyirap dan mengamati suasana orang-orang di timur sepakat
menugaskan Pendekar 212 Wiro Sableng untuk pergi ke Jawa Barat.
Seperti apa yang tarjadi ternyata tokoh-tokoh di Jawa Barat mengalami kegagalan
jauh sebelum penyerbuan ke Kota Hantu dilakukan. Malah Datuk Hijau menemui
kematian. Sultan Maut dan Piranti tertawan. Gitasula juga menemui ajal.
Menghadapi keadaan yang demikian gawat, Wiro tidak kembali ke timur guna
memberiksn laporan, tetapi mengambil keputusan untuk menyambangi seorang tokah
silat golongan putih.
Orang ini bukan lain adalah Pengemis Batok Tongkat. Di sana dia menemui pula
Handaka yang belum lama diselamatkan oleh si kakek, dan juga Indrajit. Orang-
orang itu mengadakan perundingan.
"Turut mauku," kata Pengemis Batok Tongkat. "Aku ingin menunggu, sampai beberapa
tahun lagi sampai muridku Handaka ini memiliki kepandaian yang yang bias
diandalkan untuk ikut menghancurkan Iblis-ibiis Kota hantu. Tapi memang ...
kejahatan tak boleh dibiarkan lama menunggu. Kita harus menghancurkan manusis-
manusia iblis itu secepatnva..."
"Apakah kita bertiga sanggup melakukannya?" tanya Indrajit. Lalu buru-buru
menyusuli ucapannya tadi dengan kalimat, "Maaf, saya tidak bermaksud memandang
rendah kepandaianmu kek dan juga sahabat muda Wiro Sableng. Nama besar kalian
cukup menjadi jaminan. Yang aku tak mau kalau terjadi apa-apa dengan kalian.
Ingat kematian Datuk Hijau, paman Gitasula dan ketuaku sendiri . . ."
Mendengar ucapan itu Pengemis Botak Tongkat tersenyum dan mendehem beberapa
kali. "Terima kasih kau yang muda memperhatikan keselamatan kita semua," katanya.
"Jika apa yang kudengar benar, menurut hematku Wiro Sableng sendiri akan mampu
menghajar orang-orang itu. Hanya memang kali ini kita bukan saja menghadapi
iblis-iblis ganas, tapi juga sekaligus licik.
Di amping itu aku yang tua ini tak ingin melihat semua orang di Kota Hantu itu
menemui kematian. Sebagian besar dari mereka jelas budak-budak yang tak berdaya.
Dengan kata lain kita harus menyusun siasat..."
"Betul," kata Indrajit. "Mengintai kelengahan mereka!"
KARYA 67 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Bagaimana pendapatmu Wiro?" tanya si kakek.
Murid Sinto gendeng garuk-garuk kepalanya. "Aku hanya menurut apa mau kalian
berdua. Hanya saja, kalau kalian setuju aku ada rencana. Kudengar iblis-iblis Kota Hantu
itu masih berada di lembah Cilendak. Dalam waktu singkat akan segera kembali ke
Kota Hantu. Nah sebelum mereka kembali kita harus sudah siap menyambut..."
Lalu Wiro Sableng menerangkan rencananya. Setelah mendengar rencana Wiro itu,
Indrajit dan si kakek apalagi Handaka tak dapat menahan tawa. Mereka tertawa
terpingkal-pingkal.
"Wiro, kudengar gurumu si Sinto Gendeng itu edan otaknya. Ternyata kau lebih
edan! Rencanamu benar-benar sableng. Tapi masuk akal dan pantas untuk dilakukan. Kita
berangkat sekarang juga!" Si kakek lalu ambil batok kelapa dan tongkat kayunya.
Sebelum meninggalkan tempat kediamannya, pengemis tua itu lebih dulu menangkap
seekor orang utan betina, baru mereka menuju Kota Hantu dengan menunggang kuda.
Menerobos masuk ke kota Hantu bagi orang-orang seperti Wiro atau Pengemis Batok
Tongkat bukan hal yang sukar. Namun sesuai dengan rencana mereka harus
memberitahu maksud kedatangan mereka pada seluruh penghuni Kota Hantu yang ada.
Dan karena waktu hanya sedikit maka hal itu harus dilakukan cepat. Maka Kepala
Pengawal Kota Hantu yang bernama Puranda segera dipanggil datang ke pintu
gerbang utama. Puranda seorang lelaki muda berbadan tegap, punya tenaga luar laksana badak dan
tenaga delam yang cukup dapat diandalkan. Dia mendapat latihan langsung dari
Singkil Alit selama beberapa bulan sebelum diangkat jadi Kepala Pengawal
kepercayaan. Karena mendapat kepercayaan demikian rupa serta jasa yang cukup
besar Puranda menjadi pongah. Beberapa kali tindakan keganasannya melebihi
pimpinannya sendiri.
Begitu berhadapan dengan para pendatang itu kepala pengawal ini segera saja
menunjukkan sikap sombong den ganasnya.
"Kalian minta mati berani datang ke Kota Hantu. Membuat aku membuang waktu untuk
menemui kalian!" bentak Puranda. Sesaat dia melirik pada orang hutan yang ada di
atas kuda tunggangan Indrajit.
KARYA 68 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Sobat," sahut Wiro. "Kejahatan yang dilakukan pimpinan kalian sudah selangit
tembus. Kami tahu kau dan yang lain-lain ikut melakukan itu hanya karena terpaksa di
bawah ancaman. Saat ini sudah waktunya kezaliman pemimpin kalian diakhiri. Kami akan meringkus
mereka, membunuh bila mereka melawan. Kami tidak minta bantuan banyak pada
kalian yang ada di sini, hanya lakukan saja apa yang kami minta!"
"Kau pasti gila!" sntak Puranda. Dia berpaling pada dua pengawal pintu gerbang.
Seraya bertindak masuk kembali dia berkata, "Bunuh pemuda gila itu. Semuanya!"
Maka dua pengawal bersenjata golok besar segera melompat ke hadapan Wiro.
Puranda yang tidak memandang sebelah mata pada Wiro dan kawan-kawannya menjadi
terkejut dan membalik sewaktu didengarnya dua jeritan keras dan pengawal yang
tadi disuruhnya membunuh Wiro, terpelanting, terkapar di tana dengan dada remuk.
Darah mengalir dari mulut masing-masing-masing.
"Bagaimana . . . . ?" tanya Wiro. "Kalian ikut kami menumpas manusia-manusia
iblis itu atau mint ditumpas"!"
"Bangsat rendah! Kau mengandalkan kepandaian apa berani bicara seperti itu!"
teriak Puranda marah. Dari atas punggung kudanya tubuhnya laksana tarbang.
Tumitnya meluncur ke kening Wiro Sableng. Serangannya mengeleparkan angin keras.
"Manusia tolol! Diberi madu minta racun..." Pengemis Batok Tongkat merutuk. Dia
memberi isyarat pada Wiro. Murid Sinto Gendeng ini segera rundukkan kepala dan
ulurkan tangan. Begitu cepatnya gerakan Wiro hingga kepala pengawal Kota Hantu
itu tidak percaya kalau pergelangan kaki kanannya sudah berada dalam cekalan
kedua tangan lawan.
Perunda coba sentakkan kakinya untuk melepas cekalan. Bersamaan dengan itu
kepalan tangan kanannya dihantamkan ke depan untuk menggebuk kuda tunggangan
Wiro. Namun semua yang dilakukan kepala pengawal itu gagal karena dengan sangat
cepat Wiro memuntir pergelangan kakinya. Di lain saat Puranda merasakan tubuhnya
diayunkan ke bawah. Dia berusaha jungkir balik menghindari kejatuhan. Malah
akibatnya jadi parah. Bukan saja tubuhnya terbanting keras ke tanah, tangan
kirinya pun remuk di bagian siku.
KARYA 69 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
Kepala pengawal ini cepat berdiri walau di wajahnya jelas kelihatan dia
menanggung rasa sakit yang amat sangat. Saat itu Wiro sudah melompat turun dari
kuda. Puranda langsung menyerbunya. Entah kapan kepala pengawal ini menggerakkan
tangan tahu-tahu dia sudah menggenggam sebilah golok yang ujung berbentuk
segitiga. Enam pengawal pintu gerbang yang ada di tempat itu segera pula menghunus senjata
masing-masing. "Indrajit, kau uruslah mereka. Aku masih letih ...." kata Pengemis Batok
Tongkat. Indrajit turun dari kudanya.
"Aku tahu kalian berenam adalah pemuda baik-baik. Menjadi pengawal Kota Iblis
karena dipaksa. Jika kalian mau bertobat dan bergabung dengan kami pasti akan
mendapat pengampunan!"
Enam pengawal Kota Hantu sana menyeringai. Mereka sama sekali tidak tahu
berhadapan siapa. Salah seorang diantara mereka maju menuding: "Kau boleh pidato
panjang pendek. Yang kami tahu siapa berani datang ke Kota Hantu apalagi berani
membuat kacau berarti harus menyerahkan jantungnya!"
"Indrajit! Mereka sama saja dengan pimpinan. Lekas gebuk mereka!" kata Pengemis
Batok Tongkat tak sabaran.
Keenam pengawal itu tiba-tiba memencar. Tiga menyerang Indrajit. Tiga lagi
menyerbu ke arah kakek.
"Ee ... benar-benar tak tahu diri. Makan tongkatku ini!"
Tanpa turun dari kudanya pengemis itu sambut serangan tiga lawan dengan tongkat
kayu. Dua pengawal yang kena gebuk langsung melintir kesakitan. Yang satu menjerit
sambil tekap daun telinga sebelah kirinya yang robek ditusuk ujung tongkat.
Satunya lagi menggeliat-geliat di tanah pegangi perut yang bolong. Pengawal
ketiga terkapar di tanah. Keningnya nampak remuk oleh hantaman batok kelapa si
kakek! Tiga pengawal yang menyerbu Indrajit mengalami hal yang sama. Dengan tangan
kosong pemuda ini menghantam mereka satu persatu hingga terkapar di tanah. Ada
yang tulang iganya KARYA
70 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
remuk, ada yang hancur mulutnya dihantam jotosan dan yang ketiga tersandar di
Wiro Sableng 026 Iblis-iblis Kota Hantu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dinding pintu gerbang dengan lidah mencelet. Jotosan tangan kiri Indrajit
meremukkan tulang lehernya.
Sementara itu perkelahian antara Puranda dan Wiro Sableng berjalan berat
sebelah. Apapun kepandaian yang dimiliki kepala pengawal itu dia bukanlah
tandingan murid Sinto Gendeng.
Setelah menghajar sampai babak belur, Wiro hentikan serangannya dan berkata.
"Nah, kau yang minta racun kau sendiri yang merasakan pahitnya. Sekarang apa kau
masih tak mau bergabung dengan kami"!"
Kepala pengawal itu meludah. Ludahnya bercampur darah. Dengan golok yang masih
tergenggam di tangan kanannya dia kembali menyerang Wiro.
"Ah, kau sengaja mencari nasib jelek kawan," kata Pendekar 212. Lengan kanannya
memukul ke atas.
Krak! Puranda terpekik.
Tulang tangan kanannya patah. Goloknya mental. Senjata ini cepat disambut oleh
Wiro. Begitu hulu go lok tercekal, Wiro babatkan ke leher Puranda. Darah mancur!
"Sahabat Wiro! Aku tak suka dengan caramu itu. Kita sama saja buasnya dengan
iblis-iblis Kota Hantu ini!" kata Indrajit ketika dia melihat Wiro menjambak
rambut Puranda dan menenteng potongan kepala orang itu.
Wiro melompat ke atas kuda. "Aku juga tak suka hal ini Indrajit," sahutnya.
"Tapi sesekali kita harus melakukan hal seperti ini untuk membuka mata mereka.
Kita tak punya waktu banyak.
Kita tidak mau urusan jadi bertele-tele dan menghadapi ratusan orang dalam kota
ini. Jika mereka melihat aku membawa kepala pimpinan pengawal, mereka akan berpikir dua kali
sebelum menyerang kita .... !"
Pengemis Batok Tongkat tepuk-tepuk bahu Indrajit seraya berkata, "Anak muda, ini
satu pengalaman baru bagimu. Terkadang hidup di dunia ini tak bisa dihadapi
dengan kejujuran dan welas asih melulu. Pada saatnya kau akan mengerti apa yang
dikatakan sahabatmu itu. Kita tak punya waktu lama. Mari masuk ke dalam kota!"
KARYA 71 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
Kota Hantu gempar ketika orang-orang itu menerobos masuk. Terlebih menyaksikan
kepala Puranda yang ditenteng Wiro Sableng. Puluhan pengawal segera mengurung,
tapi tak ada yang berani bergerak.
Wiro angkat tangen kirinya tinggi-tinggi. Kerahkan tenaga dalam dan berkata,
"Siapapun kalian semua di sini tak lebih dari budak yang ditindas oleh enam
iblis Kota Hantu. Kami datang untuk menghancurkan manusia-manusia iblis itu.
Bukan untuk memusuhi kalian. Kami ingin kalian bergabung dengan kami dan bukan
seperti kepala pengawal ini yang minta mati secara tolol! Hari ini adalah hari
kehancuran Kota Hantu dan merupakan hari kebebasan kalian!" Wiro diam sesaat
menunggu reaksi. Tak ada yang bergerak, tak ada yang buka suara. Maka dia
meneruskan. "Aku dan kawan-kawan tahu, lima dari pimpinan kalian tidak ada di
kota. Jika kita.
mau sama-sama menghancurkan orang-orang durjana itu lekas tunjukkan di mana
pimpinan mereka yang seorang lagi! Tapi ingat, jika kalian menipu kami ini
jadinya!" Wiro acungkan kepala Puranda.
"Ikuti kami ...!" tiba-tiba ada yang berkata. Wiro memandang pada orang itu dan
anggukkan kepala. Mereka menuju ke rumah Pinta Manik yang saat itu sudah
diberitatahu oleh beberapa pengawalnya apa yang telah terjadi. Karenanya ketika
Wiro den kawan-kawan datang, dia sudah menyambut dengan rantai hitam berganduian
bola besi berduri di tangan kanan. Lima belas pengawal yang setia padanya tegak
mengelilinginya.
Pinta Manik pelintir kumis besarnya, memandang garang pada orang-orang itu lalu
pusatkan perhatian pada Wiro Sableng.
"Jadi ini manusia-manusianya yang berani masuk Kota Hantu. Membunuh pengawal-
pengawal, memancung kepala pengawal! Bagus! Pengawal! Tangkap kakek butut dan
pemuda serta bocah itu. Pembunuh Puranda ini aku sendiri yang akan melumatnya!"
Pinta Manik tutup ucapannya dengan menghantamkan rantai hitamnya. Wiro kaget
sekali ketika rasakan sambaran angin serta cahaya hitam yang keluar darisenjata
itu. Jelas pemimpin Kota Hantu ini memiliki kepandaian dan tenaga dalam yang
tinggi. Dan jika mereka berjumlah enam orang tak heran kalau mereka bisa
menguasai dunia persilatan di Jawa Bara melakukan KARYA
72 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
keganasan seenak perut merekal
Lima belas pengawal kelas satu menyerbu ke arah Pengemis Batok Tongkat dan
Indrajit. Perkelahian seru terjadi. Tapi hanya enam jurus. Memasuki jurus ke tujuh, tak
satu pun di antara para pengawal pilihan ini yang masih tegak berdiri. Semua
orang yang memang ingin melepaskan diri dari kebiadaban di Kota Hantu itu
semakin terbuka mata mereka. Mereka tahu kini orangorang yang datang itu adalah
tokoh-tokoh silat berkepandaian tinggi. Hari itu rupanya memang menjadi hari
kebebasan mereka. Maka mereka mulai bersorak-sorak. Ketika ada yang berteriak
agar rumah-rumah besar milik enam iblis Kota Hantu itu dibakar, Pengemis Batok
Tongkat cepat berseru, "Jangan melakukan tindakan apa pun! Ikuti petunjuk kami!"
Mendengar itu tak ada satu orang pun yang bertindak lebih jauh. Perhatian semua
orang kini terpusat pada Wiro Sqbleng yang berkelahi menghadapi Pinta Manik
masih dengan menenteng kepala Puranda!
Pinta Manik sendiri diam-diam merasa terkejut ketika melihat lima belas
pengawalnya babak belur di hantam dua lawan. Rasa was-was semakin mencengkam
dirinya ketika mengetahui pula bahwa pemuda yang dihadapinya ternyata memiliki
kepandaian luar biasa. Serbuan rantai hitam dan bola besi berdurinya yang
laksana air hujan tak satupun dapat menyentuh tubuh pemuda itu.
Sebaliknya lawan jelas mempermainkannya, menyerang dengan menyorongkan kepala
Puranda ke mukanya hingga pakaian dan wajahnya jadi kotor bercelemong darah!
"Wiro," tiba-tiba Pengemis Batok Tongkat menegur. "Kita tak punya banyak waktu.
Lekas kau selesaikan iblis yang satu ini!"
Saat itu perkelahian antara Wiro dan Pinta Manik telah berlangsung delapan belas
jurus. Bola besi berduri mencuit-cuit pulang balik ke arah kepala Wiro Sableng. Murid
Sinto Gendeng ini memperlambat gerakan silatnya. Menyangka lawan mulai kehabisan
nafas dan tenaga, Pinta Manik lipat gandakan daya serangannya. Wiro yang tadi
beberapa kali sempat menyemongi wajah dan pakaian lawan dengan darah di kepala
Puranda tidak menyangka kalau cukup sulit untuk menotok Pinta Manik. Sesual
rencana dia tidak boleh membunuh manusia iblis yang satu ini.
Maka terpaksa dia mempercepat gerakannya kembali.
KARYA 73 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Aku harus merampas rantai hitam itu. Dengan mengandalkan satu tangan sulit
melakukannya," membatin Wiro. Dia menimbang apakah akan mencampakkan dulu kepala
Puranda atau tetap menghadapi senjata hebat lawan dengan satu tangan tapi
mengeluarkan senjata mustikanya yakni Kapak Naga Geni 212. Wiro memutuskan untuk
mengeluarkan senjata itu.
Sinar putih berkilauan ketika Kapak Maut Naga Geni 212 keluar. Sesaat membuat
Pinta Manik terkesiap. Seumur hidup belum pernah dia melihat Senjata anah dan
memancarkan sinar angker seperti itu. Maka dia putar rantai hitamnya lebih
hebat. Wiro angkat tangannya yang memegang kapak
Sinar putih perak berkiblat.
Trang! Bunga api memercik.
Rantai hitam di tangan Pinta Manik putus. Bola besi berduri yang menggandul di
ujung rantai terpental liar, menghantam tiga orang di samping kiri. Ketiganya
mati dengan tubuh dan kepala hancur.
Melihat senjata andalannya musnah pucatlah Pinta Manik. Dia melompat mundur
menjauhi Wiro. Tapi salah lompat. Dari belakang, ujung tongkat Pengemis Batok
Tongkat menusuk kuduknya. Kontan tubuhnya tak berkutik lagi. Si kakek tertawa
mengekeh. Die memandang berkeliling. "Kita akan mengadakan pesta malam ini!"
katanya. "Pesta perkawinan manusia iblis ini.... !"
Tentu saja semua orang heran mendengar kata-katanya itu. Dan jadi tambah heran
ketika si kakek menyambung, "Dia akan kita kawinkan dengan orang hutan itu!
Kalian lihat saja nanti.
Seret iblis ini. Cekok dia dengan tuak sampai mabuk. Kalau sudah mabuk beri tahu
aku agar kulepaskan totokannya!"
Beberapa orang segera menyeret Pinta Manik ke dalam rumah. Pengemis Batok
Tongkat mendekati Wiro. "Kau boleh pergi sekarang. Bungkus potongan kepala itu
dengan kertas warna warni. Kedatangan lima iblis lainnya perlu kita sambut
dengan meriah...!'
KARYA 74 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Bagaimana kalau mereka muncul dari pintu gerbang selatan hingga aku tak menemui
mereka di tengah jalan?" tanya Wiro.
"Aku yakin mereka memasuki kota dari arah utara. Itu jalan yang terpendek dari
lembah Cilendak. Aku juga yakin kelimanya tak akan muncul secara utuh."
Who anggukkan kepala. Dengan membawa kepala Puranda dia tingalkan tempat itu.
*** KARYA 75 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
10 SEPULUH TAMU-TAMU penting sudah datang kenapa tidak segera dihidangkan
sesajian"!"
Pendekar 212 Wiro Sableng berseru. Lalu dia menjura mempersilahkan Singkil Alit,
Rangga dan Wiracula duduk di tikar permadani.
Saat itu Singkil Alit sudah tak dapat lagi menahan amarahnya dan siap menerjang
Wiro. Begitu juga kedua kwannya.
"Eeh! Itu ada tamu yang terkapar di beranda kenapa tidak ditolong supaya masuk
kemari" Belum minum tuak kenapa sudah mabuk?" ujar Wiro sambil menunjuk pada Rah Tongga
yang terbujur di beranda rumah. Seperti diketahui dia mengalami luka parah
bagian bawah tubuhnya akibat tendangan Sultan Maut.
"Hai itu ada satu lagi tamu penting berpakaian serba hitam. Kenapa masih duduk
di atas kuda" Dapat rejeki besar seorang gadis hingga tak mau turun melihat
pengantin bersanding .... !"
Wiro menunjuk ke arah Tembesi yang masih berada di atas punggung kuda sambil
pegangi tubuh Piranti.
Setiap kata-kata yang diucapkan Wiro Sableng diikuti Pengemis Batok Tongkat
dengan gelak tawa mengekeh.
Dari dalam tiga orang gadis diiringi tiga pemuda keluar membawakan piring-piring
dan gelas besar. Piring-piring itu bukannya berisi makanan melainkan diisi
dengan batu, pecahan kaca, tanah dan pasir. Sedang gelas bukan diisi dengan tuak
melainkan dipenuhi dengan air got!
"Mari silahkan duduk, silahkan minum dan mencicipi makanan!" kata Wiro. "Atau
mungkin para tamu terhormat hendak bersalaman dengan kedua mempelai lebih
dulu .... "!"
Batas kesabaran Singkil Alit dan kawan-kawannya habis sudah. Dari tenggorokan
pimpinan manusia-manusia iblis itu keluar suara seperti harimau menggembor.
Tubuhnya melesat melewati Pinta Manik dan orang utan yang duduk bersanding,
langsung menerkam ke arah Pendekar 212
KARYA 76 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
Wiro Sableng. Wiracula dan Rangga tidak tinggal diam. Mereka nenyerbu ke arah Pengemis Botak
Tongkat dan Indrajit. Sebelum menyembul serangan lawan si kakek sempat berbisik
pada Handaka. "Kau lihat orang berkuda yang memakai topi seperti sorban?" Maksud si kakek
adalah Sultan Maut. Handaka mengangguk. "Kedua tangannya terikat tali. Tali itu
tak bisa dibuka oleh siapapun kecuali oleh Singkil Alit sendiri. Tapi ada satu
cara untuk membukanya. Ludahi tali itu tiga kali. Orang bersorban itu akan mudah
melepaskan ikatannya. Nah, pergi cepat!"
"Tapi aku harus membalaskan dendam ayah. Membunuh Singkil Alit!" kata Handaka.
"Jangan kawatir. Setengah nyawanya akan kuberikan padamu!" jawab Pengemis Batok
Tongkat. Mendengar ini Handaka yang baru beberapa bulan mendapatkan pelajaran dasar ilmu
silat dari si kakek segera menyelinap mendekati Sultan Maut.
Sementara itu Tembesi yang masih berada di punggung kudanya bersama Piranti
sesaat tampak bimbang. Apakah dia akan turun membantu pimpinan dan kawan-
kawannya. Atau lebih baik bersenang-senang dengan gadis yang kini berada dalam
keadaan tertotok itu"
Sampai di hadapan Sultan Maut, Handaka tangkap tangan orang yang terikat tali
lalu meludahinya tiga kali. Kalau saja Sultan Maut tadi tidak melihat gerak-
gerik Handaka yang berada bersama Pengemis Batok Tongkat pastilah dia akan
memarahi anak yang berani meludahi tangannya itu. Dia menggerakkan kedua
tengannya sedikit. Aneh, tali yang tadi begitu kokoh dan sulit dibuka kini
terlepas mudah sekali.
"Anak baik! Terima kasih atas pertolonganmu. Siapa namamu"!" tanya Sultan Maut
sambii mengusap kepala si bocah.
"Aku Haerdaka. Murid Pengemis Batok Tongka dari kaki Halimun...." jawab Handaka
bangga. "Bagus . . . bagus! Kau memang pantas jadi murid pengemis sakti itu!"
Saat itu Tembesi memutuskan bukan saja lebih baik bersenang-senang dengan
Piranti, tetapi sekaligus selamatkan diri dari kelompok orang-orang yang
diyakininya adaiah jago-jago rimba KARYA
77 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
persilatan berkepandaian luar biasa. Keadaan yang seperti itu membuat dia tidak
tenang. Lebih baik cari selamat. Tapi dia harus kembali ke rumahnya dulu. Dia
harus membawa beberapa gundik yang disenanginya, juga harta kekayaanncya, baru
diam-diam menyelinap meninggalkan kota. Namun baru saja dia hendak bergerak, di
hadapannya telah menghadang Sultan Maut.
"Turunkan gadis itu...!" perintah Sultan Maut
Tembesi menyeringai. "Kalau kedua tanganmu sudah lepas apa kau kira mampu
bertahan hidup"! Kau harus melepas nyawa di Kota Hantu, Sultan!"
Habis berkata begitu Tembesi segera keluarkan rantai hitamnya, langsung
menyerang Sultan Maut. Sang Sultan yang sudah tahu kehebatan senjata lawan cepat
melompat dari kuda, menyembar sebatang tombak yang dipegang seorang pengawal di
tepi beranda. Dengan tombak ini dia menghadapi gempuran dahsyat rantai hitam
berbandul bola berduri lawan. Sultan keluarkan seluruh kepandaiannya, bergerak
cepat dan selalu berusaha menghindarkan bentrokan senjata. Dia tahu pasti tombak
besi yang dipegangnya tak akan mampu bertahan kalau sampai tersambar senjata
lawan. Di samping itu setiap balas menyerang dia harus berhati-hati karena
kawatir tusukan atau sambaran tombaknya akan mengenai tubuh Piranti yang lintang
di punggung kuda.
"Aku harus paksa bangsat ini turun dari kuda!" kata Sultan Maut dalam hati. Maka
Wiro Sableng 026 Iblis-iblis Kota Hantu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tombaknya dipakai untuk menyerang bagian pinggang ke bawah sedang tangannya yang
lain lancarkan pukulan tangan kosong yang mengandung tenaga dalam tinggi ke arah
dada dan kepala Tembesi. Lambat laun merasakan gerakannya terbatas jika terus
berada di atas kuda, Tembesi akhirnya melompat turun. Tapi dia berlaku cerdik.
Sambil turun dia menarik tubuh Piranti dan memanggulnya bahu kiri. Adanya tubuh
si gadis di atas bahu lawan membuat Sultan Maut tidak leluasa melancarkan
serangan-serangan mautnya. Sebaliknya Tembesi mampu melancarkan serangan dari
berbagai arah dan cara. Jika Sultan Maut menyongsong serangannya dengan balas
menyerang maka dia sorongkan tubuh Piranti ke depan hingga mau tak mau lawan
tarik kembali serangannya. Lambat laun Sultan Maut jadi terdesak, terlebih
ketika tombak di tangan kanannya patah tiga dihantam gandulan besi berduri!
KARYA 78 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
Sultan Maut merutuk panjang pendek dalam hati. Dia seperti kehabisan akal
bagaimana harus menghadapi lawan yang licik serta memiliki kepandaian tinggi dan
memegang senjata amat berbahaya itu.
Kita tinggalkan Sultan Maut yang berada dalam keadaan serba salah menghadapi
Tembesi. Kita ikuti perkelahian antara Pengemis Batok Tongkat melawan Wiracula. Senjata
rantai hitam dengan gandulan besi berduri di ujungnya jelas kelihatan lebih
menggebu-gebu dari pada tongkat kayu di tangan kakek pengemis. Orang tua ini
sendiri tahu akan hal itu. Sebelumnya ketika menyelamatkan Indrajit, ujung
tongkatnya pecah remuk sewaktu beradu dengan bola besi berduri itu. Karenanya
dia selalu menghindari bentrokan tongkat kayunya dengan senjata lawan.
Sekalipun senjata Wiracula kelihatan hebat, mengeluarkan suara menderu-deru dan
memancarkan bayangan sinar hitam yang angker namun dia tidak dapat menandingi
kegesitan tubuh kurus si kakek. Berkali-kali manusia iblis ini terperanjat
karena tangan atau bagian tubuhnya yang lain hampir dimakan ujung tongkat atau
digebuk badan tongkdt. Belum lagi batok di tangan kanan si kakek yang
mengemplang ganas ke arah batok kepala atau menggebuk deras ke bagian badan.
Terkadang batok itu seperti diikat dengan tali atau benang yang tak kelihatan,
menyerang laksana terbang, diulur dan ditarik!
Wiracula keluarkan keringat dingin ketika di jurus ke sembilan ujung tongkat di
tangan kiri lawan mendadak berubah seperti puluhan banyaknya, melenting melebar
seperti kipas dan mengeluarkan suara bersuit, merobek pakaian hitamnya di bagian
dada. Wiracula melompat mundur dengan muka pucat. Si kakek sebaliknya tertawa
mengekeh. Tongkatnya kembali melenting melebar, menyambar bagian kepala lawan.
"Manusia iblis!" kata si kakek. "Jangan kawatir baju iblismu yang robek akan
kuganti dengan baru. Kau boleh ambil sendiri nanti di neraka! He... he... he...!"
Mendidih amarah Wiracula mendengar ucapan itu. Dia lipat gandakan tenaga
dalamnya dan putar senjatanya lebih sebat. Besi hitam dan gandulan bola duri itu
berkiblat lebih sebat, lebih ganas, suaranya berdesing tambah angker. Seluruh
tubuh Pengemis Batok Tongkat terbungkus serangan lawan. Baju rombeng kakek
kelihatan berkibar-kibar tertiup sambaran senjata lawan, KARYA
79 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
begitu juga rambutnya yang putih panjang.
Traaak! Tongkat kayu dan gandulan besi beradu keras.
"Tongkatku!" seru si kakek ketika melihat tongkat kayunya terlepas dari tangan
dan patah dua mental di udara. Dia melompat seperti hendak berusaha menangkap
patahan tongkatnya itu.
Inilah kesempatan baik bagi Wiracula. Rantai hitam dan gandulan besi berdurinya
bersiut ke bawah, melabrak ke pinggang lawan.
"Putus pinggangmu tua bangka keparat!" seru Wiracula.
Manusia iblis ini tidak tahu kalau dia sudah termakan tipuan lawan. Pengemis
Batok Tongkat Tongkat membiarkan tongkat kayunya digebuk patah dan pura-pura
kalang kabut hendak menangkap benda itu di udara. Selagi senjata lawan
menghantam ke arah pinggang tubuh kurus si kakek tampak melenting dan jungkir
balik di udara. Sesaat kemudian terjadilah pemandangan yang membuat Handaka
ternganga dan orang banyak yang menyaksikan ikut berdecak kagum. Sepasang betis
Pengemis Batok Tongkat tahu-tahu sudah menjepit batang leher Wiracula. Manusia
iblis ini coba menggebuk dengan senjatanya. Namun dia mengalami kesulitan
bernafas dan kraak! Ketika si kakek memutar kedua betisnya terdengar suara
patahnya tulang leher Wiracula. Orang ini mengeluarkan suara melenguh tercekik.
Matanya mendelik lidahnya mencelet! Dari mulutnya keluar darah, juga dari
hidungnya. Senjata rantai hitam lepas dari tangannya, jatuh ke lantai. Tubuh si
kakek kembali melenting. Begitu dia berdiri di atas kedua kakinya kembali, tubuh
Wiracula roboh terkapar di lantai.
"Mampus! Iblis keparat itu mampus!" teriak beberapa orang.
"Rasakan! Mengapa kita tidak membunuh yang satu itu" Yang terkapar di kaki
beranda!" seorang lainnya berseru. Yang dimaksudnya adalah Rah Tongga, salah satu dari
manusia iblis itu, yang cidera berat di bagian perutnya dan berada dalam keadaan
antara sadar dan pingsan. Tiba-tiba saja banyak orang mencabut senjata yang
mereka bawa lalu naik ke beranda rumah besar.
Pengemis Batok Tongkat hendak mencegah.
"Ah, peduli amat!" dengusnya kemudian. "Itu lebih baik baginya!" Maka puluhan
macam KARYA 80 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
senjata menderu menghantami tubuh Rah Tongga. Orang-orang Kota Hantu yang selama
ini dijadikan budak di bawah ancaman kematian, kini melepaskan dendam kesumat
mereka. Dalam waktu singkat tubuh Rah Tongga tidak berbentuk tubuh manusia lagi,
tapi terpotong-potong dan darah menggenang di lantai beranda!
Pengemis Batok Tongkat berdiri sambil usap-usap batok kelapa di tangan kanannya.
Dia memandang berkeliling. Di sebelah kirinya dilihatnya Indrajit bertempur
melawan Rangga.
Pemuda ini memegang sebilah golok yang didapatnya clari seorang pengawal. Golok
besar itu bukanlah tandingan rantai hitam bergandulan bola berduri di tangan
Rangga. Hanya kegesitan pemuda itulah yang banyak menolongnya menghadapi lawan
yang tengguh itu. Namun di mata si kakek dalam waktu beberapa jurus di muka
Indrajit akan menjadi repot, terdesak dan terancam keselamatannya.
Ketika dia memandang ke jurusan lain, Pengemis Batok Tongket dapatkan Sultan
Maut yang bertempur melawan Tembesi berada dalam keadaan terdesak hebat. Bukan
saja karena dia tidak memegang senjata apa pun, tapi jelas Sultan Maut tidak
mampu melancarkan serangan balasan karena kawatir akan mengenai tubuh cucunya
yakni Piranti yang ada di atas bahu kiri Tembesi.
"Iblis licik!" gertak Pengemis Batok Tongkot lalu melompat turun ke halaman.
Namun saat itu setelah menggebrak dengan satu serangan dahsyat hingga Sultan
Maut terpaksa melompat mundur, Tembesi cepat melompat ke punggung kudanya dan
membedal binatang itu, melarikan diri menuju bagian timur Kota Hantu.
"Sultan! Mari kita kejar iblis penculik itu!" kata Pengemis Batok Tongkat seraya
menarik bahu Sultan Maut. Keduanya sama-sama melompat ke atas dua ekor kuda yang
ada di dekat situ dan mengejar.
Jika saja Tembesi langsung lari meninggalkan Kota Hantu metewati jalan-jalan
gelap dan berbelok-belok, basar kemungkinan dia tak akan terkejar oleh Sultan
Maut den Pengemis Batok Tongkat. Namun saat dia lari menuju rumah besarnya di
sebelah selatan kota. Rencananya adalah untuk lebih dulu mengambil harta
bendanya, memboyong beberapa perempuan peliharaannya KARYA
81 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
yang masih muda-muda dan cantik-caantik, baru melarikan diri sambil membawa
Piranti. Malah dalam benaknya saat itu sudah ada niat untuk meniduri gadis itu
dulu di rumah besarnya.
Ketamakan dan kebejatannya inilah yang ternyata mendatangkan malapetaka baginya.
Sepanjang jalan Sultan Maut dan Pengemis Batok Tongkat mendapat petunjuk dari
penduduk ke arah mana larinya Tembesi. Mereka menemukan kuda tunggangan manusia
iblis itu di hadapan sebuah rumah besar yang bagian depannya gelap gulita dan
tampak sunyi. "Keparat itu pasti ada di dalam. Lekas kita dobrak pintu depan!" kata Sultan
Maut yang sudah tak sabaran karena mengawatirkan keselamatan dan kehormatan
cucunya. "Jangan jadi orang tolol!" ujar Pengemis Batok Tongkat sambil pegang bahu Sultan
Maut. "Di rumah sebesar itu kita bisa terjebak konyol jika mencoba masuk lewat pintu!"
"Apa usulmu?"
"Naik ke atas atap dan mengintai lalu menerobos masuk!" jawab si pengemis sakti.
Lalu tanpa bicara lebih banyak dia segera melompat ke atas atap bangunan. Sultan
Maut menyusul. Keduanya yang telah memiliki ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi, mengendap-
endap di atas atap, mengintai setiap sudut bagian dalam rumah besar dengan
mudah. Mereka sengaja mengintai bagian rumah yang kelihatan terang setelah nyala
lampu karena di situ pasti ada orangnya.
Beberapa kali setelah melakukan pengintaian tiba-tiba terdengar kutuk serapah
Sultan Maut. "Iblis dajal terkutuk!"
Pangemis Batok Tongkat cepat mengintai pula. Di bawah sana, dalam sebuah kamar
yang besar dan bagus, diterangi oleh dua lampu minyak besar, kelihatan tubuh
Piranti tergolek di atas sebuah ranjang. Di sampingnya setengah berjongkok
tampak Tembesi tengah membukai pakaian gadis yang masih berada dalam keadaan
tertotok itu. Brakk! Sultan Maut hantamkan tumit kirinya ke atas atap. Atap yang terbuat dari kayu
itu hancur berantakan. Sebuah lobang menganga. Sultan Maut cepat melompat turun,
langsung masuk ke dalam kamar. Pengemis tua menyusul.
"Keparat! Jadi kau berani menyusul kemari! Benar-benar minta mampus!" Tembesi
yang KARYA 82 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
hanya mengenakan celana dalam sekilas melirik pada Pengemis Batok Tongkat. Dia
tadi melihat bahwa kakek inilah yang telah membunuh Rah Tongga. "Kalian berdua
mau apa?" bentaknya kemudian.
Sultan Maut mendengus. Pengemis Batok Tongkat mengekeh.
"Orang yang mau mampus memang suka bertanya aneh-aneh!" kata kakek pengemis
sambil usap-usap batok kelapa di tangan kanannya dengan tangan kiri.
"Kami datang minta nyawamu!" kata Sultan Maut.
Tembesi segera sambar rantai hitam yang tergeletak di bagian kepala tempat
tidur. Dia sudah menjajal kehebatan Sultan Maut dan merasa tidak takut terhadap
orang ini. Tapi pengemis lihay yang ada bersama Sultan Maut benar-benar membuat
nyalinya berdetak. Berkelahi dua lawan satu mungkin dia masih sanggup membunuh
Sultan Maut. Mungkin. Tapi dirinya sendiripun tak bakal lolos dari maut. Maka
otak licinnyapun mulai bekerja. Dia berkata, "Dengar, jika kau mau cucunya,
ambillah. Dirinya belum kusentuh! Sudah itu cepat pergi dari sini sebelum
senjataku ini menghancurkan kalian!"
Pengemis Batok Tongkat kembali tertawa mengekeh. "Gadis itu memang harus kami
selamatkan tapi nyawamupun harus kau serahkan!"
"Bangsat tua ini tidak main-main..." membatin Tembesi. Maka dia cepat berkata.
"Cucumu tak kuapa-apakan. Jika kalian segera pergi, ada satu peti perhiasan dan
uang yang boleh kalian bawa serta dan bagi dua!"
"Nyawa anjingmu yang akan kami bagi dua manusia iblis!" teriak Sultan Maut. Lalu
dia menubruk ke depan. Tangannya kiri kanan menghantam. Dua pukulannya itu
mengeluarkan angin deras karena dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Tembesi
menangkis dengan mengiblatkan rantai hitamnya. Sinar hitam berkelebat. Gandulan
berduri membabat ganas, Namun Tembesi harus cepat menghindar dan tarik pulang
serangannya karena dari samping saat itu Pengemis Batok Tongkat merangsek dengan
kemplangkan batok kelapanya ke arah kepala!
Hanya dua jurus Tembesi mampu merangsek kedua lawannya dengan serangan-serangan
kilat dan ganas. Setelah itu Sultan Maut dan kakek pengemis cepat mendesaknya.
KARYA 83 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Sultan! Kau selamatkan dulu cucumu. Lepaskan totokannya. Biar aku yang
menghadapi manusia iblis ini!" berkata Pengemis Batok Tongkat. Sultan Maut
segera lakukan apa yang dikatakan si kakek. Piranti ditariknya ke sudut kamar.
Di sini dia melepaskan totokan di tubuh gadis ini, merapikan pakaiannya. Begitu
sadar Piranti dengan cepat segera mengetahui apa yang terjadi dalam kamar besar
itu. Maka dengan tangan koosng diapun menyerbu Tembesi.
Menghadapi tiga lawan seperti itu tak ada lagi harapan bagi Tembesi. Menyadari
hal ini dia masih coba membujuk dengan berseru. "Di bawah tempat tidur ini ada
lima peti berisi perhiasan dan uang perak, juga uang emas. Kalian boleh ambil
asalkan aku bisa bebas pergi dari sini!"
"Siapa butuh benda itu!" teriak Sultan Maut. "Roh busukmu boleh membawanya
sendiri nanti!"
"Keparat!" maki Tembesi dalam hati. "Hai!" serunya kemudian. "Aku juga punya
beberapa orang gundik. Semua masih muda dan cantik-cantik. Kalian boleh ambil!"
Sultan Maut mendengus marah. Pengemis tua tertawa mengekeh sedang Piranti tampak
gemas sekali. Ketiga orang itu kurung Tembesi lebih rapat. Serangan mereka juga
tambah deras. Membuat iblis Kota Hantu itu semakin ciut nyalinya. Ilmu silatnya, pertahanan
serta serangannya menjadi kacau. Dia mengumbar tenaga luar dan tenaga dalam
secara berlebihan sehingga dalam waktu satu jurus di muka gebukan pertama mulai
menghantam tubuh Tembesi.
Orang ini tersorong ke depan begitu jotosan Piranti menghantam tulang
punggungnya. Karena terlalu memperhatikan serangan-seranqan Sultan Maut dan Pengemis Batok
Tongkat Tembesi melengahkan rakan-gerakan Piranti, akibatnya tulang punggung
remuk. Di saat yang sama pengemis lihay itu berhasil menangkap gandulan bola
berduri senjata Tombak dengan batok kelapanya. Manusia iblis ini merasa
tangannya bergetar ketika dia berusaha melepaskan senjatanya. Tenaga dalam lawan
lebih tinggi dari yang dimilikinya!
"Gila!" maki Tembesi. Nekad dia kerahkan ruh tenaga dalamnya dan membetot dengan
kakek Pengemis Batok Tongtcat tertawa mengekeh. Aliran tenaga dalamnya tiba-tiba
diputuskan. Bola besi berduri, lepas dari cengkeraman batok dan tanpa dapat diperhitungkan
atau dihindari lagi oleh Tembesi, besi duri itu menghantam mukanya sendiri!
Manusia iblis ini menjerit setinggi KARYA
84 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
langit dan roboh di samping tempat tidur. Selagi meregang nyawa dengan tangan
dan kaki melejang-lejang, Sultan Maut dan Piranti melompat, kaki keduanya
menghantam menginjak perut dan dada Tembesi. Tak ampun lagi nyawa Tembesi putus
detik itu juga. Mati dengan muka hancur, perut jebol dan dada hancur.
"Kita kembali ke tempat pesta perkawinan gila itu!" kata Pengemis Batok Tongkat.
Ketiga orang itu segera tinggalkan tempat tersebut.
*** KARYA 85
Wiro Sableng 026 Iblis-iblis Kota Hantu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
11 KETIKA Pengemis Batok Tongkat, Piranti, dan Sultan Maut sampai di rumah besar
milik Pinta Manik yang sedang jadi "pengantin" pertempuran di sana berlangsung
hebat. Baik Singkil Alit maupun Rangga terdesak hebat.
Kematian Wiracula dan Rah Tongga sangat mempengaruhi semangat dua manusia iblis
yang sedang bertempur. Yaitu Singkil Alit melawan Pendekar 212 Wiro Sableng dan
Rangga menghadapi Indrajit. Singkil Alit sudah memaklumi tak ada kemungkinan
baginya untuk mengalahkan Wiro Sableng, apalagi saat itu pemuda lawannya itu
sudah mengeluarkan Kapak Maut Naga Geni 212 yang terkenal angker dan ditakuti
dalam rimba persilatan! Sebaliknya Rangga walaupun yakin dia tidak bakal dapat
dikalahkan dengan mudah oleh Indrajit, namun semangatnya sudah patah lebih dulu.
Berulang kali dia memberi isyarat pada Singkil Alit untuk segera melarikan diri
saja. Singkil Alit alias Harimau Hitam bukannya tidak melihat isyarat kawannya
itu, namun dia belum melihat kesempatan untuk melakukan sesuatu guna dapat
menyelamatkan diri. Pinta Manik yang berada dalam keadaan mabuk dan duduk di
kursi "pengantin" di samping orang hutan betina yang tak henti-hentinya menguik, jelas
tak dapat diharapkan pertolongannya.
Traang! Rantai hitam di tangan Singkil Alit terbabat putus begitu dihantam Kapak Naga
Geni 212! Pucatlah para pimpinan manusia iblis itu. Tiba-tiba dia berseru, "Tunggu!!"
"Eh, kau mau baca doa minta ampun sebelum mampus"!" tanya Wiro mengejek.
"Dengar, aku Singkil Alit alias Harimau Hitam mengaku kalah. Tapi tak ada
persoalan yang tak bidsa diselesaikan. Mari kita berunding!"
"Wiro! Bangsat itu licik! Lekas tebas saja batang lehernya!" Pengemis Batok
Tongkat memberi ingat.
KARYA 86 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Tahan!" seru Singkil Alit. "Bagi kalian mudah saja membunuhku saat ini. Tapi
jika mau berunding itu akan lebih menguntungkan bagi kalian!"
"Apa yang hendak kau rundingkan! Cara matimu" Kau mau mati cara bagaimana
manusia iblis!" ujar Wiro sambil melintangkan Kapak Napa Geni 212 di depan dada.
"Dengar. Biarkan aku dan Rangga meninggalkan tempat ini. Semua harta kekayaanku
kuberikan padakalian. Ini kunci kamar rahasiaku. Semus harta itu tersimpan di
sana! Ambillah!"
Habis berkata begitu Singkil Alit lemparkan sebuah anak kunci ke arah Pendekar
212 Wiro Sableng! Di saat itulah anak kunci yang dilemparkan mengeluarkan suara
seperti meletus dan asap hitam menggebu menutupi pemandangan!
"Celaka! Aku sudah memperingatkan!" ujar Pengemis Batok Tongkat.
Wiro juga jadi jengkel melihat kebodohannya sendiri. Dia kiblatkan kapak
saktinya beberapa kali. Sinar perak menyilaukan berkelebat. Asap hitam lenyap.
Tapi Singkil Alit dan Rangga tak ada lagi di tempat itu.
Karena tak ada seorangpun yang melihat ke mana kedua manusia iblis itu melarikan
diri maka Wiro berseru, "Dua keparat itu tak mungkin bisa kabur dan lenyap
secepat itu. Di tempat ini pasti ada jalan rahasia! Siapa yang tahu"!"
Seorang pengawal maju ke hadapan Wiro dan berkata, "Says tahu memang ada jalan
rahasia. Tapi tidak tahu di mana pintu masuknya, hanya tahu jalan keluarnya."
"Bagus! Tunjukkan padaku!" kata Wiro pula.
"Di luar pagar tinggi sebelah timur. Kita bisa lewat dari pintu utara . . . ."
menerangkan si pengawal.
"Bagus! Antarkan aku ke sana!" Wiro segera mengikuti pengawal itu. Ketika si
pengawal hendak menaiki kuda Wiro memegang bahunya. "Tak ada waktu kalau kits
harus berkuda lewat pintu gerbang utara. Dua iblis durjana itu keburu kabur.
Kita harus menuju langsung ke pagar sebelah timur . . ."
"Tapi di situ tak ada pintu. Tak mungkin memanjat pagar yang begitu tinggi!"
kata pengawal. KARYA 87 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Naik saja ke kudamu, antarkan aku ke jurusan pagar timur yang kau sebutkan
itu!" Ketika kedua orang itu sudah berada di atas punggung kuda, Pengemis Batok
Tongkat memegang lengan Handaka dan melompat pula ke atas seekor kuda. Sebelum
menyusul Wiro dan pengawal dia berpaling pada Sultan Maut dan berkata, "Sultan,
kau dan cucumu serta Indrajit tetap berjaga-jaga di sini. Bukan mustahil jika
dicegat di jalan keluar dua iblis itu akan kembali ke mari!"
Dari kerumunan orang banyak terdengar seruan. "Bagaimana dengan iblis yang satu
itu" Yang kalian kawinkan dengan orang utan"!"
"Yang satu itu kalian punya hak untuk menghukumnya. Kami tidak ikut campur!"
sahut pengemis tua.
"Iblis itulah yang telah membunuh guru dan ketua kami!" tiba-tiba Indrajit
berkata keras. "Dia pantas mati di tanganku!" Lalu pemuda murid perguruan silat Elang Putih ini
mengambil sebilah golok yang tergeletak di lantai.
"Indrajiti" seru Sultan Maut. "Walau dosanya setinggi langit tapi kau tak bisa
membunuh orang yang berada dalam keadaan mabuk dan tak berdaya!"
Indrajit menyeringai. "Dia dan kawan-kawannya meracun puluhan tokoh silat tak
berdosa ketika mereka juga berada dalam keadaan tak berdaya. Turut penjelasan
yang aku terima Pinta Maniklah iblisnya yang membunuh guruku selagi mabok! Dia
pantas mati dengan cara yang sama!" sahut pemuda itu. Dia melangkah ke hadapan
Pinta Manik yang duduk di kursi pengantin dalam keadaan meracau mabok. Tanpa
ragu-ragu Indrajit hujamkan goloknya ke perut Pinta Manik. Satu lagi dari enam
iblis Kota Hantu menemui ajalnya.
*** Pengawal itu berhenti di suatu tempat di hadapan pagar batangan kayu jati yang
terletak di timur kota. Dia berpaling pada Wiro Sableng seraya menduga-duga apa
yang hendak dilakukan pendekar itu lalu berkata, "Lobang jalan keluar rahasia
itu terletak di jurusan pagar ini. Kira-kira KARYA
88 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
dua puluh tombak di dalam rimba. Cukup sulit mencarinya di malam gelap begini!"
"Di sebelah sana banyak obor bergantungan. Ambil barang dua buah dan bawa
kemari!" kata Wiro. Lalu sebelum pengawal itu bergerak Pendekar 212 Wiro Sableng
hantamkan tangan kanannya ke arah pagar pohon jati. Sinar putih menyilaukan yang
menimbulkan hawa panas berkiblat. Pagar kayu jati di seberang sana hancur
berkeping-keping dan roboh!
Si pengawal ternganga menyaksikan hal itu. Handaka menyuruk kaget di samping
gurunya. Sedang Pengemis Batok Tongkat sendiri mendecakkan lidah seraya membatin,
"Pukulan sinar matahari! Sudah lama mendengar baru kali ini menyaksikan sendiri.
Pemuda sableng ini benar-benar memiliki kepandaian luar biasa . . . .!"
Begitu pengawal datang membawa dua buah obor, orang-orang itu segera
meninggalkan kota, menerobos melewati pagar yang bobol. Kira-kira sepeminuman
memasuki rimba belantara di timur kota, si pengawal menunjuk ke arah sebatang
pohon timbul. "Lihat bagian kanan pohon itu. Di balik belukar dan rerumpunan alang-alang itu
ada sebuah lubang batu. Itulah jalan ke luar rahasia ...!"
Wiro maju mendekati pohon timbul, menyorotkan obor di sebelah depan. Memang ada
sebuah batu besar di situ dan pada batu itu terdapat sebuah lobang yang cukup
tinggi, sepembungkukan manusia. Dia menyelidik dengan hati-hati. Tak ada tanda-
tanda alang-alang ataupun semak belukar di sekitar lobang itu telah disibak atau
dipijak orang sebelumnya.
"Mereka belum keluar dari sini. Mungkin sebentar lagi," katanya memberi tahu
pada yang lain. "Padamkan obor!" Wiro meniup padam obor yang dibawanya. Hal yang
sama dilakukan juga oleh pengawal pengantar. Keadaan dalam rimba itu jadi gelap
bukan kepalang. Namun sesaat kemudian mata mereka mulai biasa. Mereka berlindung
di balik semak belukar di seberang pohon timbul.
Tak lama kemudian Wiro berbisik. "Mereka sudah mendekati mulut lobang..."
Pengemis Batok Tongkat mengangguk. Telinganya yang tajam juga memang telah
mendengar suara langkah-langkah kaki mendekat. Kemudian kelihatanlah dua buah
tangan menyambak belukar dan alang-alang. Dua sosok tubuh berpakaian serba hitam
keluar dari dalam KARYA
89 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
lobang. Yang satu berkata, "Keparat! Selamat juga kita sampai di sini akhirnya..."
Yang berkata adalah Singkil Alit.
"Kita selamat tapi bagaimana dengan semua harta kekayaan kita?" terdengar suara
Rangga. "Saat ini kurasa masih hidup sudah untung. Lain kali kita buat rencana baru.
Kalau penyerbu-penyerbu keparat itu sudah pergi kurasa kita bisa kembali ke Kota
Hantu untuk mengambil harta itu..." Singkil Alit putuskan kata-katanya. Matanya
melihat ada sesosok bayangan bergerak dalam gelap. "Siapa itu?" bentaknya seraya
siap melepaskan pukulan tangan kosong sementara Rangga bersiap dengan rantai
hitam gandulan bola besi berdurinya.
Sosok tubuh itu kelihatan lebih jelas.
"Hai!" seru Rangga. "Bukankah itu bocah yang ikut para penyerbu di Kota Hantu"!"
"Astaga, memang dia!" sahut Singkil Alit begitu mengenali Handaka. Kontan
suaranya bergetar dan lututnya goyah. Dalam gelap Rangga sendiri berubah
ketakutan wajahnya.
"Bagaimana bocah keparat ini bisa berada di sini"!" ujar Singkil Alit.
"Kami yang membawanya ke mari!" satu suara menjawab. Berpaling ke kanan Singkil
Alit dan Rangga lihat Pendekar 212 Wiro Sableng tegak beberapa langkah di
seberang sana. Tangan kiri berkacak pinggang, tangan kanan mencekal Kapak Naga
Geni 212. Di sebelah kanannya tegak kakek berambut putih berpakaian rombeng yang
bukan lain adalah Pengemis Batok Tongkat. Lalu agak jauh,dari situ kelihatan
berdiri seorang bekas pengawal Kota Hantu. Kedua Iblis ini segera maklum apa
yang terjadi Sang pengawal telah membocorkan rahasia, memberi tahu lobang keluar
di dalam rimba itu!
"Se tan alas! Kau yang berkhianat!" teriak Singkil Alit marah lalu menerkam
pengawal penunjuk jalan. Tapi tubuhnya serta merta terdorong ke samping begitu
kakek pengemis menghantam dengan pukulan tangan kosong. Cepat kepala komplotan
manusia-manusia iblis ini sambar rantai hitam dari tangan Rangga dan menyerbu si
kakek dengan senjata itu.
"Sobat tua, biar aku yang menghadapi biang iblis ini. Kau layani yang satu itu.
Aku tidak lupa pesanmu agar menyisakan sebagian nyawa keparat ini untuk
muridmu!" Mendengar ucapan Wiro itu Pengemis Batok Tongkat segera melompat ke arah Rangga
KARYA 90 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
sedang Wiro dengan Kapak Maut Naga Geni 212 menyongsong serangan rantai hitam
Singkil Alit! Gandulan bola besi berduri lewat di atas kepala Wiro Sableng. Sebaliknya
sambaran Kapak Maut Naga Geni 212 juga luput setengah jengkal dari perut Singkil
Alit. Sebelum lawan siap dengan kuda-kuda penyerangan baru Singkil Alit cepat
mendahului menyerang dengan senjatanya. Namun sekali ini kapak sakti di tangan
Wiro datang menyapu dari bawah, menggunting serangan lawan di tengah jalan. Dan
Singkil Alit tidak kuasa untuk manyelamatkan senjatanya dari tebasan kapak.
Rantai hitam itu terkutung dua. Gandulan besinya menancap di pohon timbul,
sisanya masih tergenggam di tangan Singkil Alit.
"Celaka! Aku harus lari!" keluh Singkil Alit yang merasa tidak punya harapan
lagi. Dia lemparkan potongan besi di tangannya ke arah Wiro lalu memutar tubuh
ke jurusan kiri siap untuk kabur. Tapi gerakannya tertahan. Seperti ada yang
menangkap pergelangan kakinya lalu ada satu gigitan sakit sekali di pahanya.
Memandang ke bawah Singkil Alit dapatkan anak bernama Handaka itulah yang telah
melakukannya. "Budak keparat!" maki Singkil Alit. Tinju kirinya dihantamkan ke kepala Handaka.
Namun pukulan maut itu tak pernah kesampaian karena di saat yang sama dia
merasakan sambaran angin.
Terdengar suara crass! Bahu kanannya terasa dingin, lalu ada yang memanasi
sekujur sisi kanannya. Ketika dia memandang ke kanan ternyata tangannya sebelah
kanan sebatas bahu telah putus disambar kapak Wiro. Saat itulah dia baru
merasakan sakitnya dan menjerit kesakitan!
Craas! Kini giliran lengan kiri manusia iblis itu yang ditebas kapak Naga Geni 212.
Tubuh Singkil Alit menggigil panas oleh hawa dan racun kapak yang mulai bekerja.
Dia tersandar terhuyung-huyung ke sebatang pohon, lalu melosoh jatuh ke tanah.
Wiro dekati Handaka lalu angsurkan Kapak Naga Geni 212 pada si anak seraya
berkata, "Selesaikan urusanmu dengan manusia yang telah membunuh ayahmu!"
Handaka tampak ragu-ragu. Bukan saja dia merasa angker melihat senjata yang
diangsurkan kepadanya itu, tetapi juga merasa senjata itu terlalu besar baginya
dan tentu berat sekali. Tetapi KARYA
91 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
ketika Wiro menarik tangannya dan memegangkan kapak ke tangannya, Handaka
terkejut. Senjata mustika yang begitu besar ternyata enteng sekali. Seolah-olah dia hanya
memegang sebilah pisau besar biasa. Mendapatkan kenyataan ini maka tetaplah hati
Handaka. Sekilas terbayang olehnya saat-saat ketika ayahnya mati di tangan
Singkil Alit. Tanpa ragu-ragu Handaka ayunkan Kapak Naga Geni 212.
Singkil Alit mendelik dan berteriak, "Jangan...!"
Mata kapak menancap tepat di kening manusia iblis itu. Handaka merasakan
tangannya gemetar. Dia seperti tak kuasa mencabut kapak dari kepala Singkil
Alit. Terhuyung-huyung anak ini melangkah menjauhi pembunuh ayahnya itu yang
kini sudah jadi mayat.
Wiro usap kepala Handaka lalu ambil Kapak Naga Geni 212.
"Ayahmu akan tenteram dalam kuburnya Handaka. Dia pasti tahu bahwa kau telah
membalaskan sakit hatinya!" kata Wiro. Kedua mata Handaka tampak berkaca-kaca.
Sementara itu Rangga talah menerima beberapa kali pukulan dari Pengemis Batok
Tongkat. Tulang iganya sebelah kiri patah. Pelipisnya sebelah kiri benjut besar dan
matanya bengkak serta mengeluarkan darah. Sadar dia tidak mungkin mempertahankan
diri lebih lanjut apalagi mengetahui Singkil Alit telah mati maka iblis satu ini
tiba-tiba jatuhkan diri seraya meratap.
"Aku mohon kalian mengampuni selembar nyawaku yang tidak berharga ini! Aku akan
bertobat. Aku berjanji akan menempuh hidup baik!"
"Siapa yang mau mendengar ratapan iblis!" kata pengemis tua. "Nyawamu memang
tidak berharga karena itu kau layak mampus!" Lalu Pengemis Batok Tongkat
hantamkan tendangan kaki kanannya ke kepala Rangga. Orang ini mencelat dan
terkapar di antara semak belukar.
Separoh dari mukanya yang dihantam tendangan hancur mengerikan.
Sesaat kesunyian menggantung di tempat itu.
"Kits kembali ke Kota Hantu . . ." kata Wiro.
Wiro Sableng 026 Iblis-iblis Kota Hantu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya, tapi kau sajalah. Aku dan muridku harus kembali ke tempat kediaman kami.
Urusan kami sudah selesai ..." jawab kakek pengemis.
"Kalau begitu akupun tak perlu kembali ke sana ..."
KARYA 92 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Kau harus," sahut si kakek. "Paling tidak untuk memberi tahu Sultan Maut dan
yang lain-lainnya serta semua orang di Kota Hantu bahwa enam manusia iblis telah
menemui kematiannya.
Kau harus ikut mengawasi keadaan di situ. Bukan mustahil penduduk saling
berbunuhan memperebutkan harta kekayaan enam iblis yang tertinggal. Bukan
mustahil para pemuda memperebutkan perempuan-perempuan cantik bekas peliharaan
manusia-manusis keparat itu.
Dan juga apakah kau tidak ingin menemui kembali gadis bemama Piranti yang cantik
jeiita itu. Kulihat kau terus-terusan memperhatikannya: Ha... ha... ha..."
Wiro Sableng merasakan mukanya merah dan garuk-garuk kepala.
"Hai, jika kau tahu aku memang memperhatikannya, berarti kau juga mengawasi
gadis itu!"
sahut Wiro. "Aku yang muda tidak malu mengatakan kagum pada kecantikannya. Tapi
kau yang tua begini masih tertarik pada jidat licin muka jelita. Ha . . he. . ha
...." Murid Sinto Gendang itu hentikan tawanya ketika dia menyadari bahwa si kakek
bersama muridnya sudah meninggalkan tempat itu. Dia tinggal sendirian ditemani
mayat Singkil Alit dan Rangga. Setelah menimang-nimang sesaat akhirnya pendekar
ini mengikuti juga ucapan si kakek tadi, kembali ke Kota Hantu.
TAMAT KARYA 93 BASTIAN TITO Pendekar Pemabuk 4 Pendekar Rajawali Sakti 195 Petaka Gelang Kencana Manusia Harimau Jatuh Cinta 6
Hidangan juga harus lezat cita dan rasa
Pasta ini bukan pesta biasa
Pesta perkawinan iblis berkepala manusia
Para tamu bukan tamu biasa
Tapi sekelompok iblis gila
Kota Hantu kotanya iblis
Ada pesta sedang berlangsung
Sampai di situ Singkil Alit tidak dapat menguasai amarahnya lagi. Jelas-jelas
nyanyian itu ditujukan pada dirinya dan orang-orangnya.
Brak! Singkil Alit hantamkan kaki kananya ke lantai bangunan yang terbuat dan kayu
jati keras setebal setengah jengkal. Lantai kayu itu jebol berantakan. Tidak
sampai di situ saja, pimpinan Kota Hantu ini lantas melompat kirimkan tendangan
pada si pesinden. Perempuan yang malang ini pasti akan remuk tubuhnya atau
hancur kepalanya dilabrak tendangan itu kalau saja tidak terjadi satu hal yang
mengejutkan Singkil Alit dan membuatnya menarik pulang tendangannya kembali.
Sebuah gong kecil yang terbuat dari besi kuning melayang ke arah kaki kanannya.
Dalam marahnya Singkil Alit sekaligus hendak menendang hancur benda itu. Namun
dia jadi kaget karena ternyata gong tersebut melesat demikian rupa, seperti
punya mata, kini membeset ke arah pinggulnya. Mau tak mau Singkil Alit tarik
kaki dan melompat selamatkan diri.
KARYA 64 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
Gong kecil itu terus melayang ke luar beranda. Sesaat kemudian terdengar suara
kuda meringkik dan jatuhnya sesosok tubuh ke tanah. Apa yang terjadi" Gong yang
tidak mengenai Singkil Alit tadi menderu menghantam kuda tunggangan Rah Tongga.
Binatang ini meringkik kesakitan ketika gong memukul keras bagian lehernya, lalu
lari setelah membantingkan tubuh Rah Tongga ke tanah. Dalam keadaan luka parah
akibat tendangan Sultan Maut, Rah Tongga hanya mampu merangkak menaiki tangga
beranda rumah besar. Tak ada seorangpun yang menolongnya, termasuk Tembesi atau
Wiracula, maupun Rangga.
Dari balik tirai merah yang tergantung di belakang kursi besar tiba-tiba keluar
beberapa sosok tubuh. Yang pertama adalah seorang anak lelaki berusia hampir
sebelas tahun. "Singkil!" bisik Rangga. "Bocah itu adalah anak yang ayahnya kau bunuh di desa
nelayan..."
"Ya ... aku ingat!" sahut Singkil Alit.
Anak lelaki tadi ternyata adalah Handaka. Putera nelayan tua Argakumbara yang
dibunuh oleh Singkil Alit beberapa bulan silam.
Di belakang Handaka melangkah terbungkuk-bungkuk seorang kakek berambut putih
panjang awut-awutan, berpakaian compang-camping. Di tangan kanannya ada sebuah
batok kelapa sedang di tangan kiri memegang tongkat kayu. Orang tua ini bukan
lain adalah Pengemis sakti Batok Tongkat yang dulu telah menyelamatkan Handaka
di teluk Cikandang sewaktu Singkil Alit dan komplotannya mengganas di desa
ayahnya, merampok, menculik dan membunuh.
Di sebelah belakang si kakek menyuruh seorang pemuda berpakaian putih bertampang
cakap. Dia adalah Indrajit, murid pewaris perguruan silat Elang putih.
Bagaimana pemuda ini kini berada di tempat itu .
Seperti dituturkan sebelumnya ketika Datuk Hijau, Gitasula, Sultan Maut, Piranti
dan Indrajit menyusun rencana untuk menyerbu Kota Hantu dan berkumpul di sebuah
pondok di lembah Cilandak, karena rahasia penggompuran dibocorkan oleh Sirat
Gambir maka orang-orang itu diserbu lebih dulu oleh Singkil Alit dan kawan-
kawannya. Dalam perkelahian melawan Tembesi, Indrajit kalah dan hampir menemui
kematian dihantam bola besi berduri kalau saja KARYA
65 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
tidak muncul seorang penolong aneh. Penolong yang tak dikenal ini kemudian
melarikan pemuda itu tanpa dapat dikejar oleh Singkil Alit dan kawan-kawannya.
Tuan penolong si pemuda ternyata bukan lain adalah si kakek pengemis yang
sebelumnya juga telah menyelamatkan Handaka.
Orang terakhir yang melangkah ke luar dari balik tirai masih itu adalah juga
seorang pemuda yang berpakaian serba putih, berambut gondrong. Kepalanya diikat
dengan sehelai kain putih.
Lagaknya cengar cengir enak-enak saja malah sambil bersiul-siul kecil
cengengesan. Wiracula, Rangga, terlebih lagi Singkil Alit tampak melengak ketika melihat
tampang pemuda ini.
Wiracula cepat membisiki, "Singkil, pemuda paling belakang itu, bukankah dia
yang sebelumnya menghadang kita di luar kota. Yang melemparkan bungkusan berisi
kepala Puranda si kepala pengawal?"
"Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212!" desah Singkil Alit dengan bibir bergetar.
Kedua tangannya terkepal.
Sebenarnya bagaimnanakah sampai orang-orang itu muncul di sana dan bagaiman
terjadinya pesta aneh, pesta perkawinan Pinta Manik dengan orang hutan betina
itu" *** Berdirinya Kota Hantu dan munculnya enam manusia iblis di bawah pimpinan Singkil
Alit yang menebar keganasan berupa maut, perampokan, penculikan dan perbudakan
itu telah sampai ka telinga para tokoh silat di daerah timur. Mereka siap
menyusun rencana penumpasan. Tapi tentunya dengan menghubungi para tokoh silat
di barat. Sebelum orang-orang di timur melangkah lebih jauh mereka mendengar
bahwa sudah ada kelompok di barat yang akan mengaclakan penyerbuan ke Kota
Hantu, yakni kelompok tokoh silat golongan putih di bawah pimpinan Datuk Hijau
dan Sultan Maut.
Karena hal itu sudah ditangani, maka orang-orang di timur memutuskan untuk tidak
bertindak lebih jauh dan melihat bagaimana perkembangan setelah para tokoh di
Jawa Barat KARYA
66 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
turun tangan. Untuk menyirap dan mengamati suasana orang-orang di timur sepakat
menugaskan Pendekar 212 Wiro Sableng untuk pergi ke Jawa Barat.
Seperti apa yang tarjadi ternyata tokoh-tokoh di Jawa Barat mengalami kegagalan
jauh sebelum penyerbuan ke Kota Hantu dilakukan. Malah Datuk Hijau menemui
kematian. Sultan Maut dan Piranti tertawan. Gitasula juga menemui ajal.
Menghadapi keadaan yang demikian gawat, Wiro tidak kembali ke timur guna
memberiksn laporan, tetapi mengambil keputusan untuk menyambangi seorang tokah
silat golongan putih.
Orang ini bukan lain adalah Pengemis Batok Tongkat. Di sana dia menemui pula
Handaka yang belum lama diselamatkan oleh si kakek, dan juga Indrajit. Orang-
orang itu mengadakan perundingan.
"Turut mauku," kata Pengemis Batok Tongkat. "Aku ingin menunggu, sampai beberapa
tahun lagi sampai muridku Handaka ini memiliki kepandaian yang yang bias
diandalkan untuk ikut menghancurkan Iblis-ibiis Kota hantu. Tapi memang ...
kejahatan tak boleh dibiarkan lama menunggu. Kita harus menghancurkan manusis-
manusia iblis itu secepatnva..."
"Apakah kita bertiga sanggup melakukannya?" tanya Indrajit. Lalu buru-buru
menyusuli ucapannya tadi dengan kalimat, "Maaf, saya tidak bermaksud memandang
rendah kepandaianmu kek dan juga sahabat muda Wiro Sableng. Nama besar kalian
cukup menjadi jaminan. Yang aku tak mau kalau terjadi apa-apa dengan kalian.
Ingat kematian Datuk Hijau, paman Gitasula dan ketuaku sendiri . . ."
Mendengar ucapan itu Pengemis Botak Tongkat tersenyum dan mendehem beberapa
kali. "Terima kasih kau yang muda memperhatikan keselamatan kita semua," katanya.
"Jika apa yang kudengar benar, menurut hematku Wiro Sableng sendiri akan mampu
menghajar orang-orang itu. Hanya memang kali ini kita bukan saja menghadapi
iblis-iblis ganas, tapi juga sekaligus licik.
Di amping itu aku yang tua ini tak ingin melihat semua orang di Kota Hantu itu
menemui kematian. Sebagian besar dari mereka jelas budak-budak yang tak berdaya.
Dengan kata lain kita harus menyusun siasat..."
"Betul," kata Indrajit. "Mengintai kelengahan mereka!"
KARYA 67 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Bagaimana pendapatmu Wiro?" tanya si kakek.
Murid Sinto gendeng garuk-garuk kepalanya. "Aku hanya menurut apa mau kalian
berdua. Hanya saja, kalau kalian setuju aku ada rencana. Kudengar iblis-iblis Kota Hantu
itu masih berada di lembah Cilendak. Dalam waktu singkat akan segera kembali ke
Kota Hantu. Nah sebelum mereka kembali kita harus sudah siap menyambut..."
Lalu Wiro Sableng menerangkan rencananya. Setelah mendengar rencana Wiro itu,
Indrajit dan si kakek apalagi Handaka tak dapat menahan tawa. Mereka tertawa
terpingkal-pingkal.
"Wiro, kudengar gurumu si Sinto Gendeng itu edan otaknya. Ternyata kau lebih
edan! Rencanamu benar-benar sableng. Tapi masuk akal dan pantas untuk dilakukan. Kita
berangkat sekarang juga!" Si kakek lalu ambil batok kelapa dan tongkat kayunya.
Sebelum meninggalkan tempat kediamannya, pengemis tua itu lebih dulu menangkap
seekor orang utan betina, baru mereka menuju Kota Hantu dengan menunggang kuda.
Menerobos masuk ke kota Hantu bagi orang-orang seperti Wiro atau Pengemis Batok
Tongkat bukan hal yang sukar. Namun sesuai dengan rencana mereka harus
memberitahu maksud kedatangan mereka pada seluruh penghuni Kota Hantu yang ada.
Dan karena waktu hanya sedikit maka hal itu harus dilakukan cepat. Maka Kepala
Pengawal Kota Hantu yang bernama Puranda segera dipanggil datang ke pintu
gerbang utama. Puranda seorang lelaki muda berbadan tegap, punya tenaga luar laksana badak dan
tenaga delam yang cukup dapat diandalkan. Dia mendapat latihan langsung dari
Singkil Alit selama beberapa bulan sebelum diangkat jadi Kepala Pengawal
kepercayaan. Karena mendapat kepercayaan demikian rupa serta jasa yang cukup
besar Puranda menjadi pongah. Beberapa kali tindakan keganasannya melebihi
pimpinannya sendiri.
Begitu berhadapan dengan para pendatang itu kepala pengawal ini segera saja
menunjukkan sikap sombong den ganasnya.
"Kalian minta mati berani datang ke Kota Hantu. Membuat aku membuang waktu untuk
menemui kalian!" bentak Puranda. Sesaat dia melirik pada orang hutan yang ada di
atas kuda tunggangan Indrajit.
KARYA 68 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Sobat," sahut Wiro. "Kejahatan yang dilakukan pimpinan kalian sudah selangit
tembus. Kami tahu kau dan yang lain-lain ikut melakukan itu hanya karena terpaksa di
bawah ancaman. Saat ini sudah waktunya kezaliman pemimpin kalian diakhiri. Kami akan meringkus
mereka, membunuh bila mereka melawan. Kami tidak minta bantuan banyak pada
kalian yang ada di sini, hanya lakukan saja apa yang kami minta!"
"Kau pasti gila!" sntak Puranda. Dia berpaling pada dua pengawal pintu gerbang.
Seraya bertindak masuk kembali dia berkata, "Bunuh pemuda gila itu. Semuanya!"
Maka dua pengawal bersenjata golok besar segera melompat ke hadapan Wiro.
Puranda yang tidak memandang sebelah mata pada Wiro dan kawan-kawannya menjadi
terkejut dan membalik sewaktu didengarnya dua jeritan keras dan pengawal yang
tadi disuruhnya membunuh Wiro, terpelanting, terkapar di tana dengan dada remuk.
Darah mengalir dari mulut masing-masing-masing.
"Bagaimana . . . . ?" tanya Wiro. "Kalian ikut kami menumpas manusia-manusia
iblis itu atau mint ditumpas"!"
"Bangsat rendah! Kau mengandalkan kepandaian apa berani bicara seperti itu!"
teriak Puranda marah. Dari atas punggung kudanya tubuhnya laksana tarbang.
Tumitnya meluncur ke kening Wiro Sableng. Serangannya mengeleparkan angin keras.
"Manusia tolol! Diberi madu minta racun..." Pengemis Batok Tongkat merutuk. Dia
memberi isyarat pada Wiro. Murid Sinto Gendeng ini segera rundukkan kepala dan
ulurkan tangan. Begitu cepatnya gerakan Wiro hingga kepala pengawal Kota Hantu
itu tidak percaya kalau pergelangan kaki kanannya sudah berada dalam cekalan
kedua tangan lawan.
Perunda coba sentakkan kakinya untuk melepas cekalan. Bersamaan dengan itu
kepalan tangan kanannya dihantamkan ke depan untuk menggebuk kuda tunggangan
Wiro. Namun semua yang dilakukan kepala pengawal itu gagal karena dengan sangat
cepat Wiro memuntir pergelangan kakinya. Di lain saat Puranda merasakan tubuhnya
diayunkan ke bawah. Dia berusaha jungkir balik menghindari kejatuhan. Malah
akibatnya jadi parah. Bukan saja tubuhnya terbanting keras ke tanah, tangan
kirinya pun remuk di bagian siku.
KARYA 69 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
Kepala pengawal ini cepat berdiri walau di wajahnya jelas kelihatan dia
menanggung rasa sakit yang amat sangat. Saat itu Wiro sudah melompat turun dari
kuda. Puranda langsung menyerbunya. Entah kapan kepala pengawal ini menggerakkan
tangan tahu-tahu dia sudah menggenggam sebilah golok yang ujung berbentuk
segitiga. Enam pengawal pintu gerbang yang ada di tempat itu segera pula menghunus senjata
masing-masing. "Indrajit, kau uruslah mereka. Aku masih letih ...." kata Pengemis Batok
Tongkat. Indrajit turun dari kudanya.
"Aku tahu kalian berenam adalah pemuda baik-baik. Menjadi pengawal Kota Iblis
karena dipaksa. Jika kalian mau bertobat dan bergabung dengan kami pasti akan
mendapat pengampunan!"
Enam pengawal Kota Hantu sana menyeringai. Mereka sama sekali tidak tahu
berhadapan siapa. Salah seorang diantara mereka maju menuding: "Kau boleh pidato
panjang pendek. Yang kami tahu siapa berani datang ke Kota Hantu apalagi berani
membuat kacau berarti harus menyerahkan jantungnya!"
"Indrajit! Mereka sama saja dengan pimpinan. Lekas gebuk mereka!" kata Pengemis
Batok Tongkat tak sabaran.
Keenam pengawal itu tiba-tiba memencar. Tiga menyerang Indrajit. Tiga lagi
menyerbu ke arah kakek.
"Ee ... benar-benar tak tahu diri. Makan tongkatku ini!"
Tanpa turun dari kudanya pengemis itu sambut serangan tiga lawan dengan tongkat
kayu. Dua pengawal yang kena gebuk langsung melintir kesakitan. Yang satu menjerit
sambil tekap daun telinga sebelah kirinya yang robek ditusuk ujung tongkat.
Satunya lagi menggeliat-geliat di tanah pegangi perut yang bolong. Pengawal
ketiga terkapar di tanah. Keningnya nampak remuk oleh hantaman batok kelapa si
kakek! Tiga pengawal yang menyerbu Indrajit mengalami hal yang sama. Dengan tangan
kosong pemuda ini menghantam mereka satu persatu hingga terkapar di tanah. Ada
yang tulang iganya KARYA
70 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
remuk, ada yang hancur mulutnya dihantam jotosan dan yang ketiga tersandar di
Wiro Sableng 026 Iblis-iblis Kota Hantu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dinding pintu gerbang dengan lidah mencelet. Jotosan tangan kiri Indrajit
meremukkan tulang lehernya.
Sementara itu perkelahian antara Puranda dan Wiro Sableng berjalan berat
sebelah. Apapun kepandaian yang dimiliki kepala pengawal itu dia bukanlah
tandingan murid Sinto Gendeng.
Setelah menghajar sampai babak belur, Wiro hentikan serangannya dan berkata.
"Nah, kau yang minta racun kau sendiri yang merasakan pahitnya. Sekarang apa kau
masih tak mau bergabung dengan kami"!"
Kepala pengawal itu meludah. Ludahnya bercampur darah. Dengan golok yang masih
tergenggam di tangan kanannya dia kembali menyerang Wiro.
"Ah, kau sengaja mencari nasib jelek kawan," kata Pendekar 212. Lengan kanannya
memukul ke atas.
Krak! Puranda terpekik.
Tulang tangan kanannya patah. Goloknya mental. Senjata ini cepat disambut oleh
Wiro. Begitu hulu go lok tercekal, Wiro babatkan ke leher Puranda. Darah mancur!
"Sahabat Wiro! Aku tak suka dengan caramu itu. Kita sama saja buasnya dengan
iblis-iblis Kota Hantu ini!" kata Indrajit ketika dia melihat Wiro menjambak
rambut Puranda dan menenteng potongan kepala orang itu.
Wiro melompat ke atas kuda. "Aku juga tak suka hal ini Indrajit," sahutnya.
"Tapi sesekali kita harus melakukan hal seperti ini untuk membuka mata mereka.
Kita tak punya waktu banyak.
Kita tidak mau urusan jadi bertele-tele dan menghadapi ratusan orang dalam kota
ini. Jika mereka melihat aku membawa kepala pimpinan pengawal, mereka akan berpikir dua kali
sebelum menyerang kita .... !"
Pengemis Batok Tongkat tepuk-tepuk bahu Indrajit seraya berkata, "Anak muda, ini
satu pengalaman baru bagimu. Terkadang hidup di dunia ini tak bisa dihadapi
dengan kejujuran dan welas asih melulu. Pada saatnya kau akan mengerti apa yang
dikatakan sahabatmu itu. Kita tak punya waktu lama. Mari masuk ke dalam kota!"
KARYA 71 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
Kota Hantu gempar ketika orang-orang itu menerobos masuk. Terlebih menyaksikan
kepala Puranda yang ditenteng Wiro Sableng. Puluhan pengawal segera mengurung,
tapi tak ada yang berani bergerak.
Wiro angkat tangen kirinya tinggi-tinggi. Kerahkan tenaga dalam dan berkata,
"Siapapun kalian semua di sini tak lebih dari budak yang ditindas oleh enam
iblis Kota Hantu. Kami datang untuk menghancurkan manusia-manusia iblis itu.
Bukan untuk memusuhi kalian. Kami ingin kalian bergabung dengan kami dan bukan
seperti kepala pengawal ini yang minta mati secara tolol! Hari ini adalah hari
kehancuran Kota Hantu dan merupakan hari kebebasan kalian!" Wiro diam sesaat
menunggu reaksi. Tak ada yang bergerak, tak ada yang buka suara. Maka dia
meneruskan. "Aku dan kawan-kawan tahu, lima dari pimpinan kalian tidak ada di
kota. Jika kita.
mau sama-sama menghancurkan orang-orang durjana itu lekas tunjukkan di mana
pimpinan mereka yang seorang lagi! Tapi ingat, jika kalian menipu kami ini
jadinya!" Wiro acungkan kepala Puranda.
"Ikuti kami ...!" tiba-tiba ada yang berkata. Wiro memandang pada orang itu dan
anggukkan kepala. Mereka menuju ke rumah Pinta Manik yang saat itu sudah
diberitatahu oleh beberapa pengawalnya apa yang telah terjadi. Karenanya ketika
Wiro den kawan-kawan datang, dia sudah menyambut dengan rantai hitam berganduian
bola besi berduri di tangan kanan. Lima belas pengawal yang setia padanya tegak
mengelilinginya.
Pinta Manik pelintir kumis besarnya, memandang garang pada orang-orang itu lalu
pusatkan perhatian pada Wiro Sableng.
"Jadi ini manusia-manusianya yang berani masuk Kota Hantu. Membunuh pengawal-
pengawal, memancung kepala pengawal! Bagus! Pengawal! Tangkap kakek butut dan
pemuda serta bocah itu. Pembunuh Puranda ini aku sendiri yang akan melumatnya!"
Pinta Manik tutup ucapannya dengan menghantamkan rantai hitamnya. Wiro kaget
sekali ketika rasakan sambaran angin serta cahaya hitam yang keluar darisenjata
itu. Jelas pemimpin Kota Hantu ini memiliki kepandaian dan tenaga dalam yang
tinggi. Dan jika mereka berjumlah enam orang tak heran kalau mereka bisa
menguasai dunia persilatan di Jawa Bara melakukan KARYA
72 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
keganasan seenak perut merekal
Lima belas pengawal kelas satu menyerbu ke arah Pengemis Batok Tongkat dan
Indrajit. Perkelahian seru terjadi. Tapi hanya enam jurus. Memasuki jurus ke tujuh, tak
satu pun di antara para pengawal pilihan ini yang masih tegak berdiri. Semua
orang yang memang ingin melepaskan diri dari kebiadaban di Kota Hantu itu
semakin terbuka mata mereka. Mereka tahu kini orangorang yang datang itu adalah
tokoh-tokoh silat berkepandaian tinggi. Hari itu rupanya memang menjadi hari
kebebasan mereka. Maka mereka mulai bersorak-sorak. Ketika ada yang berteriak
agar rumah-rumah besar milik enam iblis Kota Hantu itu dibakar, Pengemis Batok
Tongkat cepat berseru, "Jangan melakukan tindakan apa pun! Ikuti petunjuk kami!"
Mendengar itu tak ada satu orang pun yang bertindak lebih jauh. Perhatian semua
orang kini terpusat pada Wiro Sqbleng yang berkelahi menghadapi Pinta Manik
masih dengan menenteng kepala Puranda!
Pinta Manik sendiri diam-diam merasa terkejut ketika melihat lima belas
pengawalnya babak belur di hantam dua lawan. Rasa was-was semakin mencengkam
dirinya ketika mengetahui pula bahwa pemuda yang dihadapinya ternyata memiliki
kepandaian luar biasa. Serbuan rantai hitam dan bola besi berdurinya yang
laksana air hujan tak satupun dapat menyentuh tubuh pemuda itu.
Sebaliknya lawan jelas mempermainkannya, menyerang dengan menyorongkan kepala
Puranda ke mukanya hingga pakaian dan wajahnya jadi kotor bercelemong darah!
"Wiro," tiba-tiba Pengemis Batok Tongkat menegur. "Kita tak punya banyak waktu.
Lekas kau selesaikan iblis yang satu ini!"
Saat itu perkelahian antara Wiro dan Pinta Manik telah berlangsung delapan belas
jurus. Bola besi berduri mencuit-cuit pulang balik ke arah kepala Wiro Sableng. Murid
Sinto Gendeng ini memperlambat gerakan silatnya. Menyangka lawan mulai kehabisan
nafas dan tenaga, Pinta Manik lipat gandakan daya serangannya. Wiro yang tadi
beberapa kali sempat menyemongi wajah dan pakaian lawan dengan darah di kepala
Puranda tidak menyangka kalau cukup sulit untuk menotok Pinta Manik. Sesual
rencana dia tidak boleh membunuh manusia iblis yang satu ini.
Maka terpaksa dia mempercepat gerakannya kembali.
KARYA 73 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Aku harus merampas rantai hitam itu. Dengan mengandalkan satu tangan sulit
melakukannya," membatin Wiro. Dia menimbang apakah akan mencampakkan dulu kepala
Puranda atau tetap menghadapi senjata hebat lawan dengan satu tangan tapi
mengeluarkan senjata mustikanya yakni Kapak Naga Geni 212. Wiro memutuskan untuk
mengeluarkan senjata itu.
Sinar putih berkilauan ketika Kapak Maut Naga Geni 212 keluar. Sesaat membuat
Pinta Manik terkesiap. Seumur hidup belum pernah dia melihat Senjata anah dan
memancarkan sinar angker seperti itu. Maka dia putar rantai hitamnya lebih
hebat. Wiro angkat tangannya yang memegang kapak
Sinar putih perak berkiblat.
Trang! Bunga api memercik.
Rantai hitam di tangan Pinta Manik putus. Bola besi berduri yang menggandul di
ujung rantai terpental liar, menghantam tiga orang di samping kiri. Ketiganya
mati dengan tubuh dan kepala hancur.
Melihat senjata andalannya musnah pucatlah Pinta Manik. Dia melompat mundur
menjauhi Wiro. Tapi salah lompat. Dari belakang, ujung tongkat Pengemis Batok
Tongkat menusuk kuduknya. Kontan tubuhnya tak berkutik lagi. Si kakek tertawa
mengekeh. Die memandang berkeliling. "Kita akan mengadakan pesta malam ini!"
katanya. "Pesta perkawinan manusia iblis ini.... !"
Tentu saja semua orang heran mendengar kata-katanya itu. Dan jadi tambah heran
ketika si kakek menyambung, "Dia akan kita kawinkan dengan orang hutan itu!
Kalian lihat saja nanti.
Seret iblis ini. Cekok dia dengan tuak sampai mabuk. Kalau sudah mabuk beri tahu
aku agar kulepaskan totokannya!"
Beberapa orang segera menyeret Pinta Manik ke dalam rumah. Pengemis Batok
Tongkat mendekati Wiro. "Kau boleh pergi sekarang. Bungkus potongan kepala itu
dengan kertas warna warni. Kedatangan lima iblis lainnya perlu kita sambut
dengan meriah...!'
KARYA 74 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Bagaimana kalau mereka muncul dari pintu gerbang selatan hingga aku tak menemui
mereka di tengah jalan?" tanya Wiro.
"Aku yakin mereka memasuki kota dari arah utara. Itu jalan yang terpendek dari
lembah Cilendak. Aku juga yakin kelimanya tak akan muncul secara utuh."
Who anggukkan kepala. Dengan membawa kepala Puranda dia tingalkan tempat itu.
*** KARYA 75 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
10 SEPULUH TAMU-TAMU penting sudah datang kenapa tidak segera dihidangkan
sesajian"!"
Pendekar 212 Wiro Sableng berseru. Lalu dia menjura mempersilahkan Singkil Alit,
Rangga dan Wiracula duduk di tikar permadani.
Saat itu Singkil Alit sudah tak dapat lagi menahan amarahnya dan siap menerjang
Wiro. Begitu juga kedua kwannya.
"Eeh! Itu ada tamu yang terkapar di beranda kenapa tidak ditolong supaya masuk
kemari" Belum minum tuak kenapa sudah mabuk?" ujar Wiro sambil menunjuk pada Rah Tongga
yang terbujur di beranda rumah. Seperti diketahui dia mengalami luka parah
bagian bawah tubuhnya akibat tendangan Sultan Maut.
"Hai itu ada satu lagi tamu penting berpakaian serba hitam. Kenapa masih duduk
di atas kuda" Dapat rejeki besar seorang gadis hingga tak mau turun melihat
pengantin bersanding .... !"
Wiro menunjuk ke arah Tembesi yang masih berada di atas punggung kuda sambil
pegangi tubuh Piranti.
Setiap kata-kata yang diucapkan Wiro Sableng diikuti Pengemis Batok Tongkat
dengan gelak tawa mengekeh.
Dari dalam tiga orang gadis diiringi tiga pemuda keluar membawakan piring-piring
dan gelas besar. Piring-piring itu bukannya berisi makanan melainkan diisi
dengan batu, pecahan kaca, tanah dan pasir. Sedang gelas bukan diisi dengan tuak
melainkan dipenuhi dengan air got!
"Mari silahkan duduk, silahkan minum dan mencicipi makanan!" kata Wiro. "Atau
mungkin para tamu terhormat hendak bersalaman dengan kedua mempelai lebih
dulu .... "!"
Batas kesabaran Singkil Alit dan kawan-kawannya habis sudah. Dari tenggorokan
pimpinan manusia-manusia iblis itu keluar suara seperti harimau menggembor.
Tubuhnya melesat melewati Pinta Manik dan orang utan yang duduk bersanding,
langsung menerkam ke arah Pendekar 212
KARYA 76 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
Wiro Sableng. Wiracula dan Rangga tidak tinggal diam. Mereka nenyerbu ke arah Pengemis Botak
Tongkat dan Indrajit. Sebelum menyembul serangan lawan si kakek sempat berbisik
pada Handaka. "Kau lihat orang berkuda yang memakai topi seperti sorban?" Maksud si kakek
adalah Sultan Maut. Handaka mengangguk. "Kedua tangannya terikat tali. Tali itu
tak bisa dibuka oleh siapapun kecuali oleh Singkil Alit sendiri. Tapi ada satu
cara untuk membukanya. Ludahi tali itu tiga kali. Orang bersorban itu akan mudah
melepaskan ikatannya. Nah, pergi cepat!"
"Tapi aku harus membalaskan dendam ayah. Membunuh Singkil Alit!" kata Handaka.
"Jangan kawatir. Setengah nyawanya akan kuberikan padamu!" jawab Pengemis Batok
Tongkat. Mendengar ini Handaka yang baru beberapa bulan mendapatkan pelajaran dasar ilmu
silat dari si kakek segera menyelinap mendekati Sultan Maut.
Sementara itu Tembesi yang masih berada di punggung kudanya bersama Piranti
sesaat tampak bimbang. Apakah dia akan turun membantu pimpinan dan kawan-
kawannya. Atau lebih baik bersenang-senang dengan gadis yang kini berada dalam
keadaan tertotok itu"
Sampai di hadapan Sultan Maut, Handaka tangkap tangan orang yang terikat tali
lalu meludahinya tiga kali. Kalau saja Sultan Maut tadi tidak melihat gerak-
gerik Handaka yang berada bersama Pengemis Batok Tongkat pastilah dia akan
memarahi anak yang berani meludahi tangannya itu. Dia menggerakkan kedua
tengannya sedikit. Aneh, tali yang tadi begitu kokoh dan sulit dibuka kini
terlepas mudah sekali.
"Anak baik! Terima kasih atas pertolonganmu. Siapa namamu"!" tanya Sultan Maut
sambii mengusap kepala si bocah.
"Aku Haerdaka. Murid Pengemis Batok Tongka dari kaki Halimun...." jawab Handaka
bangga. "Bagus . . . bagus! Kau memang pantas jadi murid pengemis sakti itu!"
Saat itu Tembesi memutuskan bukan saja lebih baik bersenang-senang dengan
Piranti, tetapi sekaligus selamatkan diri dari kelompok orang-orang yang
diyakininya adaiah jago-jago rimba KARYA
77 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
persilatan berkepandaian luar biasa. Keadaan yang seperti itu membuat dia tidak
tenang. Lebih baik cari selamat. Tapi dia harus kembali ke rumahnya dulu. Dia
harus membawa beberapa gundik yang disenanginya, juga harta kekayaanncya, baru
diam-diam menyelinap meninggalkan kota. Namun baru saja dia hendak bergerak, di
hadapannya telah menghadang Sultan Maut.
"Turunkan gadis itu...!" perintah Sultan Maut
Tembesi menyeringai. "Kalau kedua tanganmu sudah lepas apa kau kira mampu
bertahan hidup"! Kau harus melepas nyawa di Kota Hantu, Sultan!"
Habis berkata begitu Tembesi segera keluarkan rantai hitamnya, langsung
menyerang Sultan Maut. Sang Sultan yang sudah tahu kehebatan senjata lawan cepat
melompat dari kuda, menyembar sebatang tombak yang dipegang seorang pengawal di
tepi beranda. Dengan tombak ini dia menghadapi gempuran dahsyat rantai hitam
berbandul bola berduri lawan. Sultan keluarkan seluruh kepandaiannya, bergerak
cepat dan selalu berusaha menghindarkan bentrokan senjata. Dia tahu pasti tombak
besi yang dipegangnya tak akan mampu bertahan kalau sampai tersambar senjata
lawan. Di samping itu setiap balas menyerang dia harus berhati-hati karena
kawatir tusukan atau sambaran tombaknya akan mengenai tubuh Piranti yang lintang
di punggung kuda.
"Aku harus paksa bangsat ini turun dari kuda!" kata Sultan Maut dalam hati. Maka
Wiro Sableng 026 Iblis-iblis Kota Hantu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tombaknya dipakai untuk menyerang bagian pinggang ke bawah sedang tangannya yang
lain lancarkan pukulan tangan kosong yang mengandung tenaga dalam tinggi ke arah
dada dan kepala Tembesi. Lambat laun merasakan gerakannya terbatas jika terus
berada di atas kuda, Tembesi akhirnya melompat turun. Tapi dia berlaku cerdik.
Sambil turun dia menarik tubuh Piranti dan memanggulnya bahu kiri. Adanya tubuh
si gadis di atas bahu lawan membuat Sultan Maut tidak leluasa melancarkan
serangan-serangan mautnya. Sebaliknya Tembesi mampu melancarkan serangan dari
berbagai arah dan cara. Jika Sultan Maut menyongsong serangannya dengan balas
menyerang maka dia sorongkan tubuh Piranti ke depan hingga mau tak mau lawan
tarik kembali serangannya. Lambat laun Sultan Maut jadi terdesak, terlebih
ketika tombak di tangan kanannya patah tiga dihantam gandulan besi berduri!
KARYA 78 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
Sultan Maut merutuk panjang pendek dalam hati. Dia seperti kehabisan akal
bagaimana harus menghadapi lawan yang licik serta memiliki kepandaian tinggi dan
memegang senjata amat berbahaya itu.
Kita tinggalkan Sultan Maut yang berada dalam keadaan serba salah menghadapi
Tembesi. Kita ikuti perkelahian antara Pengemis Batok Tongkat melawan Wiracula. Senjata
rantai hitam dengan gandulan besi berduri di ujungnya jelas kelihatan lebih
menggebu-gebu dari pada tongkat kayu di tangan kakek pengemis. Orang tua ini
sendiri tahu akan hal itu. Sebelumnya ketika menyelamatkan Indrajit, ujung
tongkatnya pecah remuk sewaktu beradu dengan bola besi berduri itu. Karenanya
dia selalu menghindari bentrokan tongkat kayunya dengan senjata lawan.
Sekalipun senjata Wiracula kelihatan hebat, mengeluarkan suara menderu-deru dan
memancarkan bayangan sinar hitam yang angker namun dia tidak dapat menandingi
kegesitan tubuh kurus si kakek. Berkali-kali manusia iblis ini terperanjat
karena tangan atau bagian tubuhnya yang lain hampir dimakan ujung tongkat atau
digebuk badan tongkdt. Belum lagi batok di tangan kanan si kakek yang
mengemplang ganas ke arah batok kepala atau menggebuk deras ke bagian badan.
Terkadang batok itu seperti diikat dengan tali atau benang yang tak kelihatan,
menyerang laksana terbang, diulur dan ditarik!
Wiracula keluarkan keringat dingin ketika di jurus ke sembilan ujung tongkat di
tangan kiri lawan mendadak berubah seperti puluhan banyaknya, melenting melebar
seperti kipas dan mengeluarkan suara bersuit, merobek pakaian hitamnya di bagian
dada. Wiracula melompat mundur dengan muka pucat. Si kakek sebaliknya tertawa
mengekeh. Tongkatnya kembali melenting melebar, menyambar bagian kepala lawan.
"Manusia iblis!" kata si kakek. "Jangan kawatir baju iblismu yang robek akan
kuganti dengan baru. Kau boleh ambil sendiri nanti di neraka! He... he... he...!"
Mendidih amarah Wiracula mendengar ucapan itu. Dia lipat gandakan tenaga
dalamnya dan putar senjatanya lebih sebat. Besi hitam dan gandulan bola duri itu
berkiblat lebih sebat, lebih ganas, suaranya berdesing tambah angker. Seluruh
tubuh Pengemis Batok Tongkat terbungkus serangan lawan. Baju rombeng kakek
kelihatan berkibar-kibar tertiup sambaran senjata lawan, KARYA
79 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
begitu juga rambutnya yang putih panjang.
Traaak! Tongkat kayu dan gandulan besi beradu keras.
"Tongkatku!" seru si kakek ketika melihat tongkat kayunya terlepas dari tangan
dan patah dua mental di udara. Dia melompat seperti hendak berusaha menangkap
patahan tongkatnya itu.
Inilah kesempatan baik bagi Wiracula. Rantai hitam dan gandulan besi berdurinya
bersiut ke bawah, melabrak ke pinggang lawan.
"Putus pinggangmu tua bangka keparat!" seru Wiracula.
Manusia iblis ini tidak tahu kalau dia sudah termakan tipuan lawan. Pengemis
Batok Tongkat Tongkat membiarkan tongkat kayunya digebuk patah dan pura-pura
kalang kabut hendak menangkap benda itu di udara. Selagi senjata lawan
menghantam ke arah pinggang tubuh kurus si kakek tampak melenting dan jungkir
balik di udara. Sesaat kemudian terjadilah pemandangan yang membuat Handaka
ternganga dan orang banyak yang menyaksikan ikut berdecak kagum. Sepasang betis
Pengemis Batok Tongkat tahu-tahu sudah menjepit batang leher Wiracula. Manusia
iblis ini coba menggebuk dengan senjatanya. Namun dia mengalami kesulitan
bernafas dan kraak! Ketika si kakek memutar kedua betisnya terdengar suara
patahnya tulang leher Wiracula. Orang ini mengeluarkan suara melenguh tercekik.
Matanya mendelik lidahnya mencelet! Dari mulutnya keluar darah, juga dari
hidungnya. Senjata rantai hitam lepas dari tangannya, jatuh ke lantai. Tubuh si
kakek kembali melenting. Begitu dia berdiri di atas kedua kakinya kembali, tubuh
Wiracula roboh terkapar di lantai.
"Mampus! Iblis keparat itu mampus!" teriak beberapa orang.
"Rasakan! Mengapa kita tidak membunuh yang satu itu" Yang terkapar di kaki
beranda!" seorang lainnya berseru. Yang dimaksudnya adalah Rah Tongga, salah satu dari
manusia iblis itu, yang cidera berat di bagian perutnya dan berada dalam keadaan
antara sadar dan pingsan. Tiba-tiba saja banyak orang mencabut senjata yang
mereka bawa lalu naik ke beranda rumah besar.
Pengemis Batok Tongkat hendak mencegah.
"Ah, peduli amat!" dengusnya kemudian. "Itu lebih baik baginya!" Maka puluhan
macam KARYA 80 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
senjata menderu menghantami tubuh Rah Tongga. Orang-orang Kota Hantu yang selama
ini dijadikan budak di bawah ancaman kematian, kini melepaskan dendam kesumat
mereka. Dalam waktu singkat tubuh Rah Tongga tidak berbentuk tubuh manusia lagi,
tapi terpotong-potong dan darah menggenang di lantai beranda!
Pengemis Batok Tongkat berdiri sambil usap-usap batok kelapa di tangan kanannya.
Dia memandang berkeliling. Di sebelah kirinya dilihatnya Indrajit bertempur
melawan Rangga.
Pemuda ini memegang sebilah golok yang didapatnya clari seorang pengawal. Golok
besar itu bukanlah tandingan rantai hitam bergandulan bola berduri di tangan
Rangga. Hanya kegesitan pemuda itulah yang banyak menolongnya menghadapi lawan
yang tengguh itu. Namun di mata si kakek dalam waktu beberapa jurus di muka
Indrajit akan menjadi repot, terdesak dan terancam keselamatannya.
Ketika dia memandang ke jurusan lain, Pengemis Batok Tongket dapatkan Sultan
Maut yang bertempur melawan Tembesi berada dalam keadaan terdesak hebat. Bukan
saja karena dia tidak memegang senjata apa pun, tapi jelas Sultan Maut tidak
mampu melancarkan serangan balasan karena kawatir akan mengenai tubuh cucunya
yakni Piranti yang ada di atas bahu kiri Tembesi.
"Iblis licik!" gertak Pengemis Batok Tongkot lalu melompat turun ke halaman.
Namun saat itu setelah menggebrak dengan satu serangan dahsyat hingga Sultan
Maut terpaksa melompat mundur, Tembesi cepat melompat ke punggung kudanya dan
membedal binatang itu, melarikan diri menuju bagian timur Kota Hantu.
"Sultan! Mari kita kejar iblis penculik itu!" kata Pengemis Batok Tongkat seraya
menarik bahu Sultan Maut. Keduanya sama-sama melompat ke atas dua ekor kuda yang
ada di dekat situ dan mengejar.
Jika saja Tembesi langsung lari meninggalkan Kota Hantu metewati jalan-jalan
gelap dan berbelok-belok, basar kemungkinan dia tak akan terkejar oleh Sultan
Maut den Pengemis Batok Tongkat. Namun saat dia lari menuju rumah besarnya di
sebelah selatan kota. Rencananya adalah untuk lebih dulu mengambil harta
bendanya, memboyong beberapa perempuan peliharaannya KARYA
81 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
yang masih muda-muda dan cantik-caantik, baru melarikan diri sambil membawa
Piranti. Malah dalam benaknya saat itu sudah ada niat untuk meniduri gadis itu
dulu di rumah besarnya.
Ketamakan dan kebejatannya inilah yang ternyata mendatangkan malapetaka baginya.
Sepanjang jalan Sultan Maut dan Pengemis Batok Tongkat mendapat petunjuk dari
penduduk ke arah mana larinya Tembesi. Mereka menemukan kuda tunggangan manusia
iblis itu di hadapan sebuah rumah besar yang bagian depannya gelap gulita dan
tampak sunyi. "Keparat itu pasti ada di dalam. Lekas kita dobrak pintu depan!" kata Sultan
Maut yang sudah tak sabaran karena mengawatirkan keselamatan dan kehormatan
cucunya. "Jangan jadi orang tolol!" ujar Pengemis Batok Tongkat sambil pegang bahu Sultan
Maut. "Di rumah sebesar itu kita bisa terjebak konyol jika mencoba masuk lewat pintu!"
"Apa usulmu?"
"Naik ke atas atap dan mengintai lalu menerobos masuk!" jawab si pengemis sakti.
Lalu tanpa bicara lebih banyak dia segera melompat ke atas atap bangunan. Sultan
Maut menyusul. Keduanya yang telah memiliki ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi, mengendap-
endap di atas atap, mengintai setiap sudut bagian dalam rumah besar dengan
mudah. Mereka sengaja mengintai bagian rumah yang kelihatan terang setelah nyala
lampu karena di situ pasti ada orangnya.
Beberapa kali setelah melakukan pengintaian tiba-tiba terdengar kutuk serapah
Sultan Maut. "Iblis dajal terkutuk!"
Pangemis Batok Tongkat cepat mengintai pula. Di bawah sana, dalam sebuah kamar
yang besar dan bagus, diterangi oleh dua lampu minyak besar, kelihatan tubuh
Piranti tergolek di atas sebuah ranjang. Di sampingnya setengah berjongkok
tampak Tembesi tengah membukai pakaian gadis yang masih berada dalam keadaan
tertotok itu. Brakk! Sultan Maut hantamkan tumit kirinya ke atas atap. Atap yang terbuat dari kayu
itu hancur berantakan. Sebuah lobang menganga. Sultan Maut cepat melompat turun,
langsung masuk ke dalam kamar. Pengemis tua menyusul.
"Keparat! Jadi kau berani menyusul kemari! Benar-benar minta mampus!" Tembesi
yang KARYA 82 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
hanya mengenakan celana dalam sekilas melirik pada Pengemis Batok Tongkat. Dia
tadi melihat bahwa kakek inilah yang telah membunuh Rah Tongga. "Kalian berdua
mau apa?" bentaknya kemudian.
Sultan Maut mendengus. Pengemis Batok Tongkat mengekeh.
"Orang yang mau mampus memang suka bertanya aneh-aneh!" kata kakek pengemis
sambil usap-usap batok kelapa di tangan kanannya dengan tangan kiri.
"Kami datang minta nyawamu!" kata Sultan Maut.
Tembesi segera sambar rantai hitam yang tergeletak di bagian kepala tempat
tidur. Dia sudah menjajal kehebatan Sultan Maut dan merasa tidak takut terhadap
orang ini. Tapi pengemis lihay yang ada bersama Sultan Maut benar-benar membuat
nyalinya berdetak. Berkelahi dua lawan satu mungkin dia masih sanggup membunuh
Sultan Maut. Mungkin. Tapi dirinya sendiripun tak bakal lolos dari maut. Maka
otak licinnyapun mulai bekerja. Dia berkata, "Dengar, jika kau mau cucunya,
ambillah. Dirinya belum kusentuh! Sudah itu cepat pergi dari sini sebelum
senjataku ini menghancurkan kalian!"
Pengemis Batok Tongkat kembali tertawa mengekeh. "Gadis itu memang harus kami
selamatkan tapi nyawamupun harus kau serahkan!"
"Bangsat tua ini tidak main-main..." membatin Tembesi. Maka dia cepat berkata.
"Cucumu tak kuapa-apakan. Jika kalian segera pergi, ada satu peti perhiasan dan
uang yang boleh kalian bawa serta dan bagi dua!"
"Nyawa anjingmu yang akan kami bagi dua manusia iblis!" teriak Sultan Maut. Lalu
dia menubruk ke depan. Tangannya kiri kanan menghantam. Dua pukulannya itu
mengeluarkan angin deras karena dia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Tembesi
menangkis dengan mengiblatkan rantai hitamnya. Sinar hitam berkelebat. Gandulan
berduri membabat ganas, Namun Tembesi harus cepat menghindar dan tarik pulang
serangannya karena dari samping saat itu Pengemis Batok Tongkat merangsek dengan
kemplangkan batok kelapanya ke arah kepala!
Hanya dua jurus Tembesi mampu merangsek kedua lawannya dengan serangan-serangan
kilat dan ganas. Setelah itu Sultan Maut dan kakek pengemis cepat mendesaknya.
KARYA 83 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Sultan! Kau selamatkan dulu cucumu. Lepaskan totokannya. Biar aku yang
menghadapi manusia iblis ini!" berkata Pengemis Batok Tongkat. Sultan Maut
segera lakukan apa yang dikatakan si kakek. Piranti ditariknya ke sudut kamar.
Di sini dia melepaskan totokan di tubuh gadis ini, merapikan pakaiannya. Begitu
sadar Piranti dengan cepat segera mengetahui apa yang terjadi dalam kamar besar
itu. Maka dengan tangan koosng diapun menyerbu Tembesi.
Menghadapi tiga lawan seperti itu tak ada lagi harapan bagi Tembesi. Menyadari
hal ini dia masih coba membujuk dengan berseru. "Di bawah tempat tidur ini ada
lima peti berisi perhiasan dan uang perak, juga uang emas. Kalian boleh ambil
asalkan aku bisa bebas pergi dari sini!"
"Siapa butuh benda itu!" teriak Sultan Maut. "Roh busukmu boleh membawanya
sendiri nanti!"
"Keparat!" maki Tembesi dalam hati. "Hai!" serunya kemudian. "Aku juga punya
beberapa orang gundik. Semua masih muda dan cantik-cantik. Kalian boleh ambil!"
Sultan Maut mendengus marah. Pengemis tua tertawa mengekeh sedang Piranti tampak
gemas sekali. Ketiga orang itu kurung Tembesi lebih rapat. Serangan mereka juga
tambah deras. Membuat iblis Kota Hantu itu semakin ciut nyalinya. Ilmu silatnya, pertahanan
serta serangannya menjadi kacau. Dia mengumbar tenaga luar dan tenaga dalam
secara berlebihan sehingga dalam waktu satu jurus di muka gebukan pertama mulai
menghantam tubuh Tembesi.
Orang ini tersorong ke depan begitu jotosan Piranti menghantam tulang
punggungnya. Karena terlalu memperhatikan serangan-seranqan Sultan Maut dan Pengemis Batok
Tongkat Tembesi melengahkan rakan-gerakan Piranti, akibatnya tulang punggung
remuk. Di saat yang sama pengemis lihay itu berhasil menangkap gandulan bola
berduri senjata Tombak dengan batok kelapanya. Manusia iblis ini merasa
tangannya bergetar ketika dia berusaha melepaskan senjatanya. Tenaga dalam lawan
lebih tinggi dari yang dimilikinya!
"Gila!" maki Tembesi. Nekad dia kerahkan ruh tenaga dalamnya dan membetot dengan
kakek Pengemis Batok Tongtcat tertawa mengekeh. Aliran tenaga dalamnya tiba-tiba
diputuskan. Bola besi berduri, lepas dari cengkeraman batok dan tanpa dapat diperhitungkan
atau dihindari lagi oleh Tembesi, besi duri itu menghantam mukanya sendiri!
Manusia iblis ini menjerit setinggi KARYA
84 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
langit dan roboh di samping tempat tidur. Selagi meregang nyawa dengan tangan
dan kaki melejang-lejang, Sultan Maut dan Piranti melompat, kaki keduanya
menghantam menginjak perut dan dada Tembesi. Tak ampun lagi nyawa Tembesi putus
detik itu juga. Mati dengan muka hancur, perut jebol dan dada hancur.
"Kita kembali ke tempat pesta perkawinan gila itu!" kata Pengemis Batok Tongkat.
Ketiga orang itu segera tinggalkan tempat tersebut.
*** KARYA 85
Wiro Sableng 026 Iblis-iblis Kota Hantu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
11 KETIKA Pengemis Batok Tongkat, Piranti, dan Sultan Maut sampai di rumah besar
milik Pinta Manik yang sedang jadi "pengantin" pertempuran di sana berlangsung
hebat. Baik Singkil Alit maupun Rangga terdesak hebat.
Kematian Wiracula dan Rah Tongga sangat mempengaruhi semangat dua manusia iblis
yang sedang bertempur. Yaitu Singkil Alit melawan Pendekar 212 Wiro Sableng dan
Rangga menghadapi Indrajit. Singkil Alit sudah memaklumi tak ada kemungkinan
baginya untuk mengalahkan Wiro Sableng, apalagi saat itu pemuda lawannya itu
sudah mengeluarkan Kapak Maut Naga Geni 212 yang terkenal angker dan ditakuti
dalam rimba persilatan! Sebaliknya Rangga walaupun yakin dia tidak bakal dapat
dikalahkan dengan mudah oleh Indrajit, namun semangatnya sudah patah lebih dulu.
Berulang kali dia memberi isyarat pada Singkil Alit untuk segera melarikan diri
saja. Singkil Alit alias Harimau Hitam bukannya tidak melihat isyarat kawannya
itu, namun dia belum melihat kesempatan untuk melakukan sesuatu guna dapat
menyelamatkan diri. Pinta Manik yang berada dalam keadaan mabuk dan duduk di
kursi "pengantin" di samping orang hutan betina yang tak henti-hentinya menguik, jelas
tak dapat diharapkan pertolongannya.
Traang! Rantai hitam di tangan Singkil Alit terbabat putus begitu dihantam Kapak Naga
Geni 212! Pucatlah para pimpinan manusia iblis itu. Tiba-tiba dia berseru, "Tunggu!!"
"Eh, kau mau baca doa minta ampun sebelum mampus"!" tanya Wiro mengejek.
"Dengar, aku Singkil Alit alias Harimau Hitam mengaku kalah. Tapi tak ada
persoalan yang tak bidsa diselesaikan. Mari kita berunding!"
"Wiro! Bangsat itu licik! Lekas tebas saja batang lehernya!" Pengemis Batok
Tongkat memberi ingat.
KARYA 86 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Tahan!" seru Singkil Alit. "Bagi kalian mudah saja membunuhku saat ini. Tapi
jika mau berunding itu akan lebih menguntungkan bagi kalian!"
"Apa yang hendak kau rundingkan! Cara matimu" Kau mau mati cara bagaimana
manusia iblis!" ujar Wiro sambil melintangkan Kapak Napa Geni 212 di depan dada.
"Dengar. Biarkan aku dan Rangga meninggalkan tempat ini. Semua harta kekayaanku
kuberikan padakalian. Ini kunci kamar rahasiaku. Semus harta itu tersimpan di
sana! Ambillah!"
Habis berkata begitu Singkil Alit lemparkan sebuah anak kunci ke arah Pendekar
212 Wiro Sableng! Di saat itulah anak kunci yang dilemparkan mengeluarkan suara
seperti meletus dan asap hitam menggebu menutupi pemandangan!
"Celaka! Aku sudah memperingatkan!" ujar Pengemis Batok Tongkat.
Wiro juga jadi jengkel melihat kebodohannya sendiri. Dia kiblatkan kapak
saktinya beberapa kali. Sinar perak menyilaukan berkelebat. Asap hitam lenyap.
Tapi Singkil Alit dan Rangga tak ada lagi di tempat itu.
Karena tak ada seorangpun yang melihat ke mana kedua manusia iblis itu melarikan
diri maka Wiro berseru, "Dua keparat itu tak mungkin bisa kabur dan lenyap
secepat itu. Di tempat ini pasti ada jalan rahasia! Siapa yang tahu"!"
Seorang pengawal maju ke hadapan Wiro dan berkata, "Says tahu memang ada jalan
rahasia. Tapi tidak tahu di mana pintu masuknya, hanya tahu jalan keluarnya."
"Bagus! Tunjukkan padaku!" kata Wiro pula.
"Di luar pagar tinggi sebelah timur. Kita bisa lewat dari pintu utara . . . ."
menerangkan si pengawal.
"Bagus! Antarkan aku ke sana!" Wiro segera mengikuti pengawal itu. Ketika si
pengawal hendak menaiki kuda Wiro memegang bahunya. "Tak ada waktu kalau kits
harus berkuda lewat pintu gerbang utara. Dua iblis durjana itu keburu kabur.
Kita harus menuju langsung ke pagar sebelah timur . . ."
"Tapi di situ tak ada pintu. Tak mungkin memanjat pagar yang begitu tinggi!"
kata pengawal. KARYA 87 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Naik saja ke kudamu, antarkan aku ke jurusan pagar timur yang kau sebutkan
itu!" Ketika kedua orang itu sudah berada di atas punggung kuda, Pengemis Batok
Tongkat memegang lengan Handaka dan melompat pula ke atas seekor kuda. Sebelum
menyusul Wiro dan pengawal dia berpaling pada Sultan Maut dan berkata, "Sultan,
kau dan cucumu serta Indrajit tetap berjaga-jaga di sini. Bukan mustahil jika
dicegat di jalan keluar dua iblis itu akan kembali ke mari!"
Dari kerumunan orang banyak terdengar seruan. "Bagaimana dengan iblis yang satu
itu" Yang kalian kawinkan dengan orang utan"!"
"Yang satu itu kalian punya hak untuk menghukumnya. Kami tidak ikut campur!"
sahut pengemis tua.
"Iblis itulah yang telah membunuh guru dan ketua kami!" tiba-tiba Indrajit
berkata keras. "Dia pantas mati di tanganku!" Lalu pemuda murid perguruan silat Elang Putih ini
mengambil sebilah golok yang tergeletak di lantai.
"Indrajiti" seru Sultan Maut. "Walau dosanya setinggi langit tapi kau tak bisa
membunuh orang yang berada dalam keadaan mabuk dan tak berdaya!"
Indrajit menyeringai. "Dia dan kawan-kawannya meracun puluhan tokoh silat tak
berdosa ketika mereka juga berada dalam keadaan tak berdaya. Turut penjelasan
yang aku terima Pinta Maniklah iblisnya yang membunuh guruku selagi mabok! Dia
pantas mati dengan cara yang sama!" sahut pemuda itu. Dia melangkah ke hadapan
Pinta Manik yang duduk di kursi pengantin dalam keadaan meracau mabok. Tanpa
ragu-ragu Indrajit hujamkan goloknya ke perut Pinta Manik. Satu lagi dari enam
iblis Kota Hantu menemui ajalnya.
*** Pengawal itu berhenti di suatu tempat di hadapan pagar batangan kayu jati yang
terletak di timur kota. Dia berpaling pada Wiro Sableng seraya menduga-duga apa
yang hendak dilakukan pendekar itu lalu berkata, "Lobang jalan keluar rahasia
itu terletak di jurusan pagar ini. Kira-kira KARYA
88 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
dua puluh tombak di dalam rimba. Cukup sulit mencarinya di malam gelap begini!"
"Di sebelah sana banyak obor bergantungan. Ambil barang dua buah dan bawa
kemari!" kata Wiro. Lalu sebelum pengawal itu bergerak Pendekar 212 Wiro Sableng
hantamkan tangan kanannya ke arah pagar pohon jati. Sinar putih menyilaukan yang
menimbulkan hawa panas berkiblat. Pagar kayu jati di seberang sana hancur
berkeping-keping dan roboh!
Si pengawal ternganga menyaksikan hal itu. Handaka menyuruk kaget di samping
gurunya. Sedang Pengemis Batok Tongkat sendiri mendecakkan lidah seraya membatin,
"Pukulan sinar matahari! Sudah lama mendengar baru kali ini menyaksikan sendiri.
Pemuda sableng ini benar-benar memiliki kepandaian luar biasa . . . .!"
Begitu pengawal datang membawa dua buah obor, orang-orang itu segera
meninggalkan kota, menerobos melewati pagar yang bobol. Kira-kira sepeminuman
memasuki rimba belantara di timur kota, si pengawal menunjuk ke arah sebatang
pohon timbul. "Lihat bagian kanan pohon itu. Di balik belukar dan rerumpunan alang-alang itu
ada sebuah lubang batu. Itulah jalan ke luar rahasia ...!"
Wiro maju mendekati pohon timbul, menyorotkan obor di sebelah depan. Memang ada
sebuah batu besar di situ dan pada batu itu terdapat sebuah lobang yang cukup
tinggi, sepembungkukan manusia. Dia menyelidik dengan hati-hati. Tak ada tanda-
tanda alang-alang ataupun semak belukar di sekitar lobang itu telah disibak atau
dipijak orang sebelumnya.
"Mereka belum keluar dari sini. Mungkin sebentar lagi," katanya memberi tahu
pada yang lain. "Padamkan obor!" Wiro meniup padam obor yang dibawanya. Hal yang
sama dilakukan juga oleh pengawal pengantar. Keadaan dalam rimba itu jadi gelap
bukan kepalang. Namun sesaat kemudian mata mereka mulai biasa. Mereka berlindung
di balik semak belukar di seberang pohon timbul.
Tak lama kemudian Wiro berbisik. "Mereka sudah mendekati mulut lobang..."
Pengemis Batok Tongkat mengangguk. Telinganya yang tajam juga memang telah
mendengar suara langkah-langkah kaki mendekat. Kemudian kelihatanlah dua buah
tangan menyambak belukar dan alang-alang. Dua sosok tubuh berpakaian serba hitam
keluar dari dalam KARYA
89 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
lobang. Yang satu berkata, "Keparat! Selamat juga kita sampai di sini akhirnya..."
Yang berkata adalah Singkil Alit.
"Kita selamat tapi bagaimana dengan semua harta kekayaan kita?" terdengar suara
Rangga. "Saat ini kurasa masih hidup sudah untung. Lain kali kita buat rencana baru.
Kalau penyerbu-penyerbu keparat itu sudah pergi kurasa kita bisa kembali ke Kota
Hantu untuk mengambil harta itu..." Singkil Alit putuskan kata-katanya. Matanya
melihat ada sesosok bayangan bergerak dalam gelap. "Siapa itu?" bentaknya seraya
siap melepaskan pukulan tangan kosong sementara Rangga bersiap dengan rantai
hitam gandulan bola besi berdurinya.
Sosok tubuh itu kelihatan lebih jelas.
"Hai!" seru Rangga. "Bukankah itu bocah yang ikut para penyerbu di Kota Hantu"!"
"Astaga, memang dia!" sahut Singkil Alit begitu mengenali Handaka. Kontan
suaranya bergetar dan lututnya goyah. Dalam gelap Rangga sendiri berubah
ketakutan wajahnya.
"Bagaimana bocah keparat ini bisa berada di sini"!" ujar Singkil Alit.
"Kami yang membawanya ke mari!" satu suara menjawab. Berpaling ke kanan Singkil
Alit dan Rangga lihat Pendekar 212 Wiro Sableng tegak beberapa langkah di
seberang sana. Tangan kiri berkacak pinggang, tangan kanan mencekal Kapak Naga
Geni 212. Di sebelah kanannya tegak kakek berambut putih berpakaian rombeng yang
bukan lain adalah Pengemis Batok Tongkat. Lalu agak jauh,dari situ kelihatan
berdiri seorang bekas pengawal Kota Hantu. Kedua Iblis ini segera maklum apa
yang terjadi Sang pengawal telah membocorkan rahasia, memberi tahu lobang keluar
di dalam rimba itu!
"Se tan alas! Kau yang berkhianat!" teriak Singkil Alit marah lalu menerkam
pengawal penunjuk jalan. Tapi tubuhnya serta merta terdorong ke samping begitu
kakek pengemis menghantam dengan pukulan tangan kosong. Cepat kepala komplotan
manusia-manusia iblis ini sambar rantai hitam dari tangan Rangga dan menyerbu si
kakek dengan senjata itu.
"Sobat tua, biar aku yang menghadapi biang iblis ini. Kau layani yang satu itu.
Aku tidak lupa pesanmu agar menyisakan sebagian nyawa keparat ini untuk
muridmu!" Mendengar ucapan Wiro itu Pengemis Batok Tongkat segera melompat ke arah Rangga
KARYA 90 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
sedang Wiro dengan Kapak Maut Naga Geni 212 menyongsong serangan rantai hitam
Singkil Alit! Gandulan bola besi berduri lewat di atas kepala Wiro Sableng. Sebaliknya
sambaran Kapak Maut Naga Geni 212 juga luput setengah jengkal dari perut Singkil
Alit. Sebelum lawan siap dengan kuda-kuda penyerangan baru Singkil Alit cepat
mendahului menyerang dengan senjatanya. Namun sekali ini kapak sakti di tangan
Wiro datang menyapu dari bawah, menggunting serangan lawan di tengah jalan. Dan
Singkil Alit tidak kuasa untuk manyelamatkan senjatanya dari tebasan kapak.
Rantai hitam itu terkutung dua. Gandulan besinya menancap di pohon timbul,
sisanya masih tergenggam di tangan Singkil Alit.
"Celaka! Aku harus lari!" keluh Singkil Alit yang merasa tidak punya harapan
lagi. Dia lemparkan potongan besi di tangannya ke arah Wiro lalu memutar tubuh
ke jurusan kiri siap untuk kabur. Tapi gerakannya tertahan. Seperti ada yang
menangkap pergelangan kakinya lalu ada satu gigitan sakit sekali di pahanya.
Memandang ke bawah Singkil Alit dapatkan anak bernama Handaka itulah yang telah
melakukannya. "Budak keparat!" maki Singkil Alit. Tinju kirinya dihantamkan ke kepala Handaka.
Namun pukulan maut itu tak pernah kesampaian karena di saat yang sama dia
merasakan sambaran angin.
Terdengar suara crass! Bahu kanannya terasa dingin, lalu ada yang memanasi
sekujur sisi kanannya. Ketika dia memandang ke kanan ternyata tangannya sebelah
kanan sebatas bahu telah putus disambar kapak Wiro. Saat itulah dia baru
merasakan sakitnya dan menjerit kesakitan!
Craas! Kini giliran lengan kiri manusia iblis itu yang ditebas kapak Naga Geni 212.
Tubuh Singkil Alit menggigil panas oleh hawa dan racun kapak yang mulai bekerja.
Dia tersandar terhuyung-huyung ke sebatang pohon, lalu melosoh jatuh ke tanah.
Wiro dekati Handaka lalu angsurkan Kapak Naga Geni 212 pada si anak seraya
berkata, "Selesaikan urusanmu dengan manusia yang telah membunuh ayahmu!"
Handaka tampak ragu-ragu. Bukan saja dia merasa angker melihat senjata yang
diangsurkan kepadanya itu, tetapi juga merasa senjata itu terlalu besar baginya
dan tentu berat sekali. Tetapi KARYA
91 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
ketika Wiro menarik tangannya dan memegangkan kapak ke tangannya, Handaka
terkejut. Senjata mustika yang begitu besar ternyata enteng sekali. Seolah-olah dia hanya
memegang sebilah pisau besar biasa. Mendapatkan kenyataan ini maka tetaplah hati
Handaka. Sekilas terbayang olehnya saat-saat ketika ayahnya mati di tangan
Singkil Alit. Tanpa ragu-ragu Handaka ayunkan Kapak Naga Geni 212.
Singkil Alit mendelik dan berteriak, "Jangan...!"
Mata kapak menancap tepat di kening manusia iblis itu. Handaka merasakan
tangannya gemetar. Dia seperti tak kuasa mencabut kapak dari kepala Singkil
Alit. Terhuyung-huyung anak ini melangkah menjauhi pembunuh ayahnya itu yang
kini sudah jadi mayat.
Wiro usap kepala Handaka lalu ambil Kapak Naga Geni 212.
"Ayahmu akan tenteram dalam kuburnya Handaka. Dia pasti tahu bahwa kau telah
membalaskan sakit hatinya!" kata Wiro. Kedua mata Handaka tampak berkaca-kaca.
Sementara itu Rangga talah menerima beberapa kali pukulan dari Pengemis Batok
Tongkat. Tulang iganya sebelah kiri patah. Pelipisnya sebelah kiri benjut besar dan
matanya bengkak serta mengeluarkan darah. Sadar dia tidak mungkin mempertahankan
diri lebih lanjut apalagi mengetahui Singkil Alit telah mati maka iblis satu ini
tiba-tiba jatuhkan diri seraya meratap.
"Aku mohon kalian mengampuni selembar nyawaku yang tidak berharga ini! Aku akan
bertobat. Aku berjanji akan menempuh hidup baik!"
"Siapa yang mau mendengar ratapan iblis!" kata pengemis tua. "Nyawamu memang
tidak berharga karena itu kau layak mampus!" Lalu Pengemis Batok Tongkat
hantamkan tendangan kaki kanannya ke kepala Rangga. Orang ini mencelat dan
terkapar di antara semak belukar.
Separoh dari mukanya yang dihantam tendangan hancur mengerikan.
Sesaat kesunyian menggantung di tempat itu.
"Kits kembali ke Kota Hantu . . ." kata Wiro.
Wiro Sableng 026 Iblis-iblis Kota Hantu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya, tapi kau sajalah. Aku dan muridku harus kembali ke tempat kediaman kami.
Urusan kami sudah selesai ..." jawab kakek pengemis.
"Kalau begitu akupun tak perlu kembali ke sana ..."
KARYA 92 BASTIAN TITO SERIAL WIRO SABLENG
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Iblis Iblis Kota Hantu
"Kau harus," sahut si kakek. "Paling tidak untuk memberi tahu Sultan Maut dan
yang lain-lainnya serta semua orang di Kota Hantu bahwa enam manusia iblis telah
menemui kematiannya.
Kau harus ikut mengawasi keadaan di situ. Bukan mustahil penduduk saling
berbunuhan memperebutkan harta kekayaan enam iblis yang tertinggal. Bukan
mustahil para pemuda memperebutkan perempuan-perempuan cantik bekas peliharaan
manusia-manusis keparat itu.
Dan juga apakah kau tidak ingin menemui kembali gadis bemama Piranti yang cantik
jeiita itu. Kulihat kau terus-terusan memperhatikannya: Ha... ha... ha..."
Wiro Sableng merasakan mukanya merah dan garuk-garuk kepala.
"Hai, jika kau tahu aku memang memperhatikannya, berarti kau juga mengawasi
gadis itu!"
sahut Wiro. "Aku yang muda tidak malu mengatakan kagum pada kecantikannya. Tapi
kau yang tua begini masih tertarik pada jidat licin muka jelita. Ha . . he. . ha
...." Murid Sinto Gendang itu hentikan tawanya ketika dia menyadari bahwa si kakek
bersama muridnya sudah meninggalkan tempat itu. Dia tinggal sendirian ditemani
mayat Singkil Alit dan Rangga. Setelah menimang-nimang sesaat akhirnya pendekar
ini mengikuti juga ucapan si kakek tadi, kembali ke Kota Hantu.
TAMAT KARYA 93 BASTIAN TITO Pendekar Pemabuk 4 Pendekar Rajawali Sakti 195 Petaka Gelang Kencana Manusia Harimau Jatuh Cinta 6