Siluman Teluk Gonggo 1
Wiro Sableng 022 Siluman Teluk Gonggo Bagian 1
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Ebook by Dewi KZ
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Scan image by Kelapalima kaskuser
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
PENGANTAR Dari ke 185 kitab Karya bpk alm. Bastian Tito serial WIRO
SABLENG PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212, Kitab Siluman Teluk Gonggo ini adalah
Kitab TERAKHIR yang dapat diselesaikan dalam bentuk ebook dari rangkaian 185
proyek ebook serial Wiro Sableng 212 oleh teman-teman di Forum Wiro Sableng 212
Kaskus. Teman-teman di forum KASKUS bahu membahu
menyelesaikan ebook-ebook Karya alm. Bastian Tito tidak mempunyai itikad
komersil atau lainnya, tapi semata-mata untuk membangkitkan apresiasi atas karya
beliau, sekaligus menghidupkan kenangan atas karya-karya beliau. Hak Cipta karya
beliau tetap menjadi HAK ahliwarisnya.
Semoga dapat bermanfaat bagi para penggemar karya Bastian Tito dan kami di forum
kaskus dapat melanjutkan serial karya Bastian Tito lainnya
Selamat Menikmati !!!
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
MATAHARI bersinar terik membakar jagat. Pemuda berambut gondrong berpakaian
serba putih dengan ikat kepala juga kain putih merasakan tenggorokannya kering.
Peluh membasahi sekujur tubuhnya. Dia merasa bersyukur karena sepeminuman teh
berlalu akhirnya dia sampai di sebuah kampung. Paling tidak dia bisa minta air
segar pada penduduk. Tapi kebetulan di mulut jalan ditemuinya sebuah kedai.
Pemuda ini masuk ke dalam kedai dan memesan
minuman. Untuk mengurangi rasa panas dia berkipas-kipas sambil menunggu pesanan.
Pada saat itulah tiga orang penunggang kuda berhenti di depan kedai. Sejenak si
gondrong perhatikan ketiga pendatang ini.
Kelihatannya seperti orang-orang yang tengah mengadakan perjalanan jauh dan
ingin melepaskan lelah sambil membasahi tenggorokan. Si gondrong palingkan
kepala tak perdulikan orang-orang itu.
Ketika pelayan meletakkan minuman di hadapan si pemuda, tahu-tahu ketiga
penunggang kuda tadi sudah melompat dan berdiri di hadapannya. Sekilas si pemuda
melirik, lalu acuh tak acuh dia terus berkipas-kipas. Salah satu tangannya
menjangkau gelas minuman. Tapi gerakannya tertahan oleh bentakan salah seorang
tamu di sampingnya.
"Jadi menurutmu ini bangsatnya"!" Yang membentak ini berusia sakitar tiga puiuh
tahun, berambut pendek memelihara berewok dan berbadan tinggi kekar.
Lelaki di sampingnya, seorang tua berambut kelabu, memandang sejenak pada pemuda
rambut gondrong, sejurus kemudian dia anggukkan kepala.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memang dia bangsatnya. Aku pasti betul!" kata si rambut kelabu.
Lelaki ke tiga seorang pemuda berbadan tegap lantas saja membuka mulut: "Jika
dia malingnya tunggu apalagi"!"
"Sret!" Dari balik pinggangnya pemuda ini cabut sebilah golok dan
mengacungkannya ke anjh pemuda berambut gondrong yang duduk di belakang meja.
Seperti seorang buta dan tuli layaknya, si gondrong ini seolah-olah tak melihat
orang-orang di sekitarnya atau tak mendengar parcakapan-percakapart di dekatnya.
Dia terus saja berkipas-kipas dan malah Wnl mengambil gelas berisi minuman.
"Setani Kau berani berlagak tolol piton di depan kami"
sentak pemuda yang memegang golok. Tangan kanannya diayunkan. "Prangl" Gelas di
tangan pemuda gondrong papas berentakan. Sebagian Isinya tumpah membasahi meja
serta pakaian pemuda ini. Bagian bawah gelas yang papas ditebas golok tajam
masih berada dalam
genggaman tangan idri pamuda itu. Di dalamnya masih berada sedikit sisa minuman.
Si gondrong goleng-goleng kepala lalu menyeringai. Dari mulutnya keluar siulan.
Lalu seenaknya sisa minuman yang masih ada dalam gelas yang tinggal sepotong itu
diteguknya sampai habis.
Semua tamu yang ada di kedai melengak heran
tetapi diam-diam juga menjadi tegang. Sebaliknya tiga lelaki yang berada di
hadapan si gondrong jadi naik pitam.
Dan pemuda yang memegang golok kembali menghardik:
"Pencuri tamak! Kau memang layak dicincang!"
Untuk kedua kalinya golok besar itu berkelebat kali ini dibacokkan ke kepala si
gondrong. Beberapa orang tamu mengeluarkan seruan tegang karena sudah
membayangkan sesaat lagi akan belahlah kepala pemuda berambut gondrong itu
dihantam golok.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tetapi gilanya manusia yang dirinya terancam bahaya maut itu justru kelihatan
tenang-tenang saja. Malah cengar-cengir.
Namun apa yang terjadi kemudian benar-benar merupakan satu kejutan.
Sedetik sebelum golok besar itu menghantam sasarannya, terdengar pekikan keras.
Golok kelihatan mencelat ke atas dan menancap di langit-langit kedai.
Pemuda yang tadi memegang senjata itu terhuyung empat langkah ke belakang sambil
pegangi siku tangan kanannya. Entah kapan si gondrong Ini bergerak tahu-tahu dia
telah menangkis serangan maut yang dilancarkan bahkan memukul tangan sambungan
siku orang yang inginkan jiwa nya.
"Pelayan! Ambilkan minuman baru. Rasa hausku belum habis, tahu-tahu ada monyet
kesasar yang datang mengganggui" Si gondrong berseru memanggil pelayan sambil
salah satu kakinya dinaikkan ke atas kursi.
"Bangsat pencuri ! Berani kau mencelakai adikku !"
Tiba-tiba lelaki berewok hantamkan tinju kanannya yang besar kuat ke dada si
gondrong. "Bukl"
Tinju tepat mendarat dengan kerasnya di dada si gondrong. Tapi yang menjerit
kesakitan bukannya pemuda itu,malah justru si berewok. Tubuhnya terjajar ke
belakang, dan tangan kanannya kelihatan merah bengkak.
Marah dan kesakitan si berewok berteriak, "Laknat!
Sekalipun kau punya Ilmu setan, aku mau lihat apa kau kebal senjata!" Sebilah
belati dicabutnya dari pinggang lalu secepat kilat ditikamkannya ke arah si
pemuda. Seperti tadi waktu diserang dengan golok, tak kelihatan pemuda rambut gondrong
itu bergerak tahu-tahu golok sudah mental dan penyerang kena dihantam. Kali
inipun terjadi hal yang sama. Lelaki berewok menjerit kesakitan,
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
belati di tangannya mental ke udara dan menancap di langit-langit kedai, tepat
di samping golok.
"Pelayan! Mana minuman baru! Lekas, aku benar-benar kehausan!" teriak si
gondrong. Sampai saat itu sedikit pun dia tidak beringsut dari kursi yang
didudukinya. Kini semua orang dalam kedai itu serta merta menjadi maklum. Pemuda berpakaian
putih, berambut gondrong, bertampang lugu bahkan seperti agak sinting ini, bukan
manusia sembarangan.
Pelayan datang setengah berlari membawakan
minuman. Kali ini di gelas besar.
Setelah meneguk isi gelas sampai setengahnya, si gondrong hembuskan nafas
panjang. Perlahan-lahan dia palingkan kepalanya ke arah lelaki tua berambut
kelabu yang tegak di samping mejanya dengan mulut menganga dan tampak terkesiap.
Si gondrong sunggingkan senyum. "Orang tua berambut kelabu. Apa kau juga hendak
turun tangan terhadapku"!"
"Maling ternak, kau tunggulah di sini! Sekali kulaporkan apa yang kau lakukan,
orang-orang Adipati Jepara akan datang menghajar dan menangkapmu!"
Orang tua berambut kelabu menjawab sambil
mengancam. Tampaknya dia tak punya nyali untuk ikut-ikutan turun tangan.
Si gondrong tertawa.
"Gila! Tuduhanmu sungguh tidak enak. Maling ternak!
Maunya kupecahkan mulutmu dan juga dua kambratmu itu! Menuduh seenaknya. Tanpa
alasan, tanpa bukti. Tak ada saksi!"
"Saksiku adalah mataku sendiri! Aku masih belum buta!
Memang kau yang mencuri selusin kerbau yang
Kugembalakan di tepi hutan Manuk!"
"Cc... cc... cc..." si gondrong leletkan lidah.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Benar kau memang belum buta, orang tua. Tapi mungkin sudah lamur.Kau pasti
salah lihatl"
'Tidak mungkinl Lekas katakan di mana kau sembunyikan kerbau-kerbau curian itul"
Si gondrong geleng-geleng kepala,
"Dengar orang tua. Namaku WIRO SABLENG. Mungkin aku pemuda gendeng, tapi bukan
pencuri kerbau!"
"Bukan pencuri kerbau! Puahl Pencuri kerbau bukan, tapi maling kerbau yal"
mendamprat pemuda yang sambungan sikunya copot.
Si rambut gondrong yang ternyata adalah Pendekar 212 Wlro Sableng garuk-garuk
kepalanya. Dia berpaling pada si rambut kelabu. ''Orang tua, coba kaujelaskan
dulu apa yang sebenarnya terjadi?"
'Tidak perlu!" potong lelaki berewok. "Jelas kau malingnya. Ayahku tak mungkin
salah lihatl"
"Oh, jadi si rambut kelabu ini ayahmu," ujar Wiro.
"Yang ini pasti adikmu. Dengar berewok. Mencuri selusin kerbau bukan soal mudah.
Paling sedikit harus dilakukan oleh tiga orang. Kalian lihat sendiri. Aku disini
cuma sendirian."
"Jangan coba mengelabui kami. Kawan-kawanmu saat ini tentu tengah menggiring
kerbau-kerbau itu kesatu tempat!"
Lama-lama murid Eyang Sirrto Gendeng ini jadi jengkel juga. Seumur hidup malang
melintang di dunia persilatan baru hari itu dituduh jadi maling, pencuri kerbau!
Kembali digaruk-garuknya kepalanya. "Mau percaya atau tidak, terserah. Aku tidak
mencuri kerbau kalian. Aku tak pernah berada di sekitar hutan Manuk. Aku datang
dari timur dan...."
"Memang mana ada maling mau mengaku" tukas si rambut kelabu memberengut.
Wiro Sableng menyeringai dingin dan si berewok kembali membuka mulut, "Tanda-
tanda yang kami ikuti
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menuju ke tempat ini. Di sini ayahku menemuimu. Ciri-ciri pencuri itu tepat
seperti dirimu...."
"Mungkin ayahmu hanya melihat dari jauh," Wiro coba membela diri.
"Jauh atau dekat bukan soal. Yang jelas kau memang telah melarikan kerbau-kerbau
kamll" "Berewok. Jika kau tetep menuduhku sebagai pencuri, berarti kau tak bakal
menemukan pencuri sebenarnya.
Kau benar-benar akan kehilangan kerbau-kerbaumu. Jika katamu pencuri itu menuju
ke jurusan sini, tentu dia atau mereka masih belum jauh dari sini. Kailan masih
punya kesempatan untuk mengejar!" Habis berkata begitu Wiro berdiri dan berkata
pada adik si berewok. "Mari kusambungkan kembali tulang sikumu."
"Tak perlu" jawab si pamuda sambil pegangi lengannya yang cidera.
"Ya, memang tak perlu," kakaknya yang berewok menimpali beringas. Lalu dia
mengajak adik dan ayahnya segera melapor ke Kadipaten.
"Kalian ayah dan anak sama saja keras kepalanya.
Lebih baik untuk sementara kalian jadi patung saja agar tidak menggangguku!"
Dengan bergerak Cepat Wiro Sableng menotok ketiga orang itu hingga tak mampu
lagi bergerak. Setelah membayar minumannya Wiro lambaikan tangan pada ketiga
anak beranak itu dan melangkah pergi.
"Maling kerbau! Jangan lari kau!" teriak si berewok.
"Bangsat pencuri!" adiknya menimpali. "Sekalipun kau lari ke ujung dunia akan
kukejar dan kucincang!"
Sang ayah tak ketinggalan berteriak: "Petugas-petugas Kadipaten akan menangkap
dan menghajarmu!"
Mereka ingin mengejar namun tak mampu bergerak.
Akhirnya hanya bisa memaki-maki sementara Wiro sudah tak kelihatan lagi.
*** Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
JAUH di sebelah timur tampak menjulang gunung Muryo. Dengan mempergunakan ilmu
lari "Kaki Angin"
pendekar itu lari kenceng ke jurusan itu. Tujuannya adalah Jepara. Di situ dia
akan mencari keterangan mengenai suatu tempat yang hendak didatanginya.
Sang surya mulai condong ke barat. Di depan sana terbentang daerah berbukit-
bukit. Sebagaimana lazimnya keadaan alam, jika ada bukit-bukit maka di situ akan
terdapat pula lembah-lembah.
Wiro berdiri di puncak sebuah bukit, memandang berkeliling. Lembah dan bukit di
daerah itu tampak hijau subur, tetapi masih liar belum dibuka manusia. Sesaat
kemudian, ketika dia siap untuk meneruskan perjalanan, mendadak langkahnya
tertahan, Jauh di bawah sana, di dasar salah satu lembah, dilihatnya dua penunggang kuda
tengah menggiring serombongan kerbau. Tak dapat dipastikan berapa jumlah
binatang itu, namun Wiro yakin bahwa ternak tersebut pastilah kerbau curian,
milik ketiga beranakdi kedai yang tadi menuduhnya sebagai pencuri.
Sesaat Wlro berpikir. Lalu tanpa tunggu lebih lama dia segera belari menuruni
bukit. Sesampainya di lembah diam-diam dia mengikuti kedua penggiring ternak
itu. Mereka masih muda-muda. Seorang diantaranya
berpakaian putih-putih, berambut gondrong dan memakai ikat kepala sapu tangan
putih. Sepintas lalu ciri-cirinya memang sama dengan Wiro. Murid Sinto Gendeng
ini merutuk dalam hati. Inilah pangkal persoalannya, sehingga Wiro dituduh
sebagal pencuri.
Tidak salah kalau orang tua berambut putih itu menuduh bahwa dialah yang telah
mencuri selusin kerbau mereka.
Walau yakin kedua pemuda itu pencuri, namun Wiro tidak segera turun tangan. Dia
terus mengikuti perjalanan mereka dari balik semak belukar. Hal ini tidak sulit
dilakukan. Walaupun menunggang kuda, tapi karena
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
harus menggiring kerbau, dua pemuda itu terpaksa bergerak perlahan.
"Di mana kita akan istirahat?" tanya pemuda penunggang kuda berambut gondrong.
"Kita tidak akan istirahat Kunto. Jika kemalaman di jalan bisa berabel"
Si gondrong yang bernama Kunto menyahuti: "Kau selalu khawatir kalau kemalaman.
Mengapa tidak lewat jalan umum saja" Dalam waktu dua jam kita akan sampai ke
kota. Dan menikmati hasil penjualan kerbau-kerbau ini"
Sang kawan kelihatan tidak senang. Dia berkata:
"Kau masih terlalu hijau untuk jadi pencuri ternak. Lewat jalan umum memang
lebih cepat tapi sama saja dengan menyerahkan batang lehermu pada petugas-
petugas Kadipaten, Aku yakin pemilik ternak ini telah melapor ke Kadipatenl"
Kunto tertawa. "Ario, kaulah yang tolol. Apa kau tidak tahu kalau orang-orang
Kadipaten hanya tau mendengar laporan dan minta uang pada si pelapor tapi tidak
pernah melakukan sesuatu" Apalagi mengurusi kerbau. Kecuali jika pemilik kerbau
itu menjanjikan separoh dari kerbaunya yang hilang akan diberikan pada merekal"
"Ya, aku tahu hal itu," jawab Ario. "Tapi aku tetap tak mau cari penyakit. Kalau
tidak melapor ke Kadipaten bukan mustahil pemilik kerbau itu mengumpulkan orang
sedesa dan mengejar kita. Sekali tertangkap kita akan mereka gebuk sampai
lumatl" Kunto terdiam sesaat. Lalu bertanya: "Kalau kau sudah takut begitu lalu
bagaimana kita membawa ternak ini langsung ke kota dan menjualnya seolah-olah
milik kita?"
"Aku tidak tolol dan tidak akan melakukan seperti itu.
Ternak ini aku titipkan dulu di luar kota, jika harga cocok baru dibawa ke
tempat Sumengkar."
"Susah-susah ke kota bagaimana kalau kerbau itu aku saja yang membeli"' tiba-
tiba satu suara menimpal.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tentu saja Kunto dan Ario kaget bukan main.
Keduanya sesaat saling pandang. Setan atau manusiakah yang barusan blcera"
Keduanya lalu sama-sama berpaling ke belakang. Tak ada siapa-siapa. Memandang
berkeliling juga tak seorang pun kelihatan. Aneh. Jelas mereka mendengar suara,
tapi di mana orangnya" Ario dan Kunto kembali saling pandang. Keduanya
menunjukkan wajah takut.
"Kudengar daerah sekitar sini banyak dedemitnya,"
bisik Kunto seraya rapatkan kudanya ke kuda kawannya.
"Jangan-jangan...."
"Mungkin kita cuma salah dengar," sahut Ario. Tiupan angin kadang-kadang seperti
suara manusia. Apalagi kalau kita sedang melamun."
"Kita tidak sedang melamun, Ario. Suara manusia mana bisa sama dengan desau
Wiro Sableng 022 Siluman Teluk Gonggo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
angin. Kalau bukan suara manusia itu tadi, pasti suara setan. Mari kita bergerak
lebih cepet"
Kedua orang itu segera menghalau kerbau-kerbau di depan mereka.
"Hail Tunggu dulu!" tiba-tiba suara tadi kembali terdengar. Lebih jelas dan
keras. "Kalian belum menjawab pertanyaanku"
Kunto menggigil sekujur tubuhnya. Dia ingin
menghambur duluan meninggalkan tempat itu. Ario pegang hulu goloknya. Dengan
mata liar dia memandang berkeliling lalu membentak dengan suara bergetar.
"Setari atau manusiakah yang bicara"! Harap tunjukkan muka"
Terdengar suara tawa bergelak. Tiba-tiba semak belukar di samping kiri jalan
tersibak. Seorang pemuda berambut gondrong sambil cengar cengir menyeruak ke
luar. Dia bukan lain adalah Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Siapa kau"!" bentak Ario. Kunto segera lenyap rasa takutnya ketika dilihatnya
yang muncul ternyata hanya manusia blasa dan sendirian pula.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku manusia blasa, bukan setan bukan dedemit.
Kalian belum jawab pertanyaanku. Mau jual kerbau-kerbau ini padaku?"
Dalam hati Ario membathin. Pemuda di depannya itu memperlihatkan tindak tanduk
seperti orang kurang waras. Maka dia bertanya: "Kau bergurau atau bagaimana,
sobat"l"
"Orang mau beli kerbau dibilang bergurau!" Wiro menggerutu.
"Kau punya uang untuk membeli ternak ini semua"!"
Kunto ajukan pertanyaan.
Dari balik pakaiannya Wiro keluarkan sebuah kantong kulit. Ketika digoyangnya
kantong itu mengeluarkan suara berdering. Kunto dan Ario saling pandang.
Kunto mendekati kawannya dan berbisik: "Jika bisa dibereskan di sini kita tak
usah susah-susah ke kota."
Ario mengangguk.
"Kalau kau punya tiga puluh ringgit perak, kau boleh ambil semua kerbau ini!"
berkata Ario. "Ah, itu terlalu mahal sobat," kata Wiro Sableng.
"Terlalu mahal untuk kerbau-kerbau kurus tak berdaging yang seperti binatang
sekat ini. Apalagi kerbau curian pula!"
Paras Ario dan Kunto kontan berubah.
"Pemuda asing. Apa maksudmu mengatakan kerbau curian"!" bentak Ario.
"Siapa mengatakan apa?" tanya Wiro.
Kunto jadi jengkel. "Barusan kau menuduh kami pencuri kerbau!"
"Aku tidak menuduh begitu. Aku cuma bilang kerbau ini kerbau curian...."
"Sudahi tak usah bicera panjang lebar. Kalau kau sanggup bayar dua puluh ringgit
perak kau boleh ambil kerbau-kerbau inll"
"Itu juga masih keliwat mahal sobat," kata Wiro sambil timang-timang uang di
dalam kantong. Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lalu kau mau bayar berapa"!" bentak Ario.
"Setengah ringgit perak kurasa sudah cukup pan tas untuk selusin kerbau ini"
"Kurang ajari Kau hendak mempermainkan kami!
Bajingan tengik" Kunto menarik tali kekang kudanya hingga binatang ini melompat
ke hadapan Wiro.
"Siapa yang kurang ajar" Siapa yang bajingan tengik"
Siapa pula yang main-main?" tukas Wiro. Dari dalam kantong kulit dikeluarkannya
sebuah mata uang perak.
Dengan kedua tangannya enak saja dia mematahkan uang perak itu hingga terbelah
dua. Tentu saja ini membuat Ario dan Kunto terkejut. Karena mematahkan uang
perak dengan tangan blasa merupakan satu hal yang mustahil.
Ario jadi curiga. Jika pemuda asing yang seperti kurang waras Ini memiliki
kepandaian tinggi, bukan tak mungkin dia adalah seorang jagoan dari Kadipaten
yang sengaja menyamar untuk membuntuti mereka.
"Orang muda, apakah kau petugas Kadipaten" Atau dari Kotaraja?" tanya Ario.
Wiro Sableng tertawa dan garuk-garuk kepalanya.
"Aku bukan petugas,Kadipaten. Apalagi Kotaraja.Aku datang kemari untuk membeli
kerbau kalian, Nah ini uangnya setengah ringgit. Terimalah!"
Wiro lalu lemparkan potongan uang yang tadi
dibelahnya ke arah Kunto. Lemparan itu kelihatannya blasa-blasa saja, perlahan.
Tetapi begitu mengenai dada Kunto langsung lelaki ini menjerit kesakitan.
Kesakitan dan marah Kunto segera hendak cabut goloknya. Tapi heran! Celaka! Dia
tidak bisa menggerakkan tangannya.
Juga bagian-bagian tubuhnya yang lain. Sekujur badannya kaku tegangi Masih
untung dia bisa membuka mulut dan berteriak: "Ario! Bangsat ini menotokku!"
Kagetlah Ario. Tanpa menunggu lebih lama dia segera mencabut goloknya dan
membabatkan senjata ini ke kepala Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Bajingan tengiki Kau batul-betul ingin mampusl"
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Puah! Kalianlah yang parlu dihajar" damprat Wiro.
Dia menunduk. Golok Ario berkelebat di atas kepalanya.
Sesaat kemudian Ario terdengar menjerit dan seperti Kunto tubuhnya pun kini kaku
kejang dihantam totokan.
Tanpa perdullkan jeritan dan caci maki kedua orang itu Wiro membelintangkan
keduanya di atas kuda milik Kunto.
Dia sendiri lalu naik ke atas kuda Ario lalu menggiring kedua pencuri itu
bersama selusin kerbau menuju kampung di mana Kunto dan Ario telah mencuri
binatang-binatang tersebut.
Hari telah malam ketika Wiro sampai di kedai di mulut jalan itu. Tapi di dalam
kedai orang banyak masih berkumpul menyaksikan pemilik kerbau dan kedua anaknya
yang masih berdiri tegak dalam keadaan kaku.
Tak ada satu orang pun yang tahu bagaimana caranya melepaskan totokan mereka.
Banyak yang mencoba dengan jalan mengurut-urut atau memukul-mukul, tetapi sia-
sia. Akhirnya semua orang hanya bisa melihat saja tanpa bisa berbuat sesuatu.
Dalam keadaan itulah Wiro muncul dan masuk kembali ke dalam kedai. Serta merta
orang banyak menyingkir. Bukan saja mereka merasa takut terhadap pemuda ini,
tetapi juga kaget melihat dua sosok tubuh yang dilemparkan Wiro ke lantai kedai.
Apa pula yang telah terjadi, pikir semua orang.
Orang tua berambut kelabu membuka mulut siap untuk memaki. Tapi Wiro cepat
menutup mulutnya dengan tangan kiri sementara dua anaknya memandang dengan mata
melotot, beringas tetapi tak berani keluarkan suara.
Kalau saja keduanya tidak dalam keadaan tertotok, pastilah keduanya sudah
menyerang Wiro.
"Orang tua," kata Wiro pula. "Kau lihat pemuda gondrong yang menggeletak di
depan kakimu itu"
Sepintas tampang dan perawakannya mirip aku, bukan?"
Si rambut kelabu sejenak memandang pemuda yang terbujur di lantai dalam keadaan
tertotok itu. "Apa
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
maksudmu" Siapa mereka?" tanya orang ini begitu Wiro lepaskan tekanannya dari
mulut lelaki itu.
"Merekalah yang mencuri kerbaumu. Yang gondrong itu bernama Ario. Temannya
Kunto. Kerbau-kerbaumu ada di luar kedail"
"Kurang ajar! Jadi?"
"Jadi ya jadi" kata Wiro sambil senyum-senyum.
"Sekarang kalian baru perceya kalau aku bukan pencuri.
Nah kalian mau berbuat apa terhadap mereka. Mau ke Kadipaten itu memang baiknya.
Mau digebuk lebih dulu asal tidak sampai mampus, aku tak mau ikut campurl"
Habis berkata begitu Wiro lantas lepaskan totokan pada tubuh orang tua itu dan
kedua anaknya. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi dia berkelebat ke pintu.
"Hai, tunggu dulu!" seru orang tua pemilik kerbau. Dia dan kedua anaknya
mengejar ke pintu. Namun sampai di luar dia hanya melihat kegelapan. Selusin
kerbau mereka berkeliaran di halaman kedai.
"Heran, dia lenyap seperti ditelan bumi!" desis orang tua itu.
"Dia bukan manusia sembarangan, ayah..." bisik anaknya yang berewok. Adiknya
mengajak masuk ke dalam untuk membereskan kedua pencuri itu.
"Anak-anak kalian ingat. Kedua pencuri itu layak dihukum dan dihajar. Tapi ada
batasnya. Kalau mereka sampai mati di tangan kalian kita bisa mendapat urusan
dengan petugas-patugas Kadipaten!"
Kedua anaknya seperti tidak mengacuhkan ucapan ayah mereka. Begitu masuk ke
dalam kedai langsung saja menghadlahkan tendangan-tendangan dan bogem-bogem
mentah hingga kedua pencuri kerbau itu menjerit-jerit minta ampun
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
KIRA-KIRA setengah hari perjalanan dari gunung Muryo di sebelah tenggara
terdapat sebuah bukit kecil yang amat rimbun ditumbuhi semak belukar dan
pepohonan liar.
Menurut penduduk yang tinggal jauh dari situ, konon tak pernah seorang manusia
pun sejak tiga puluh tahun silam berani berada dekat bukit itu. Apalagi mencoba
mendatanginya. Pohon-pohon jati yang tumbuh di situ amat bagus jenisnya. Namun
tak seorang pun penebang kayu yang mau datang ke situ untuk menebangnya.
Kenapa sampai terjadi demikian tentu ada sebab musababnya.
Menurut orang-orang tua yang tahu kisahnya, sebelum tiga puluh tahun yang lalu,
bukit itu seperti bukit-bukit lainnya di sekitar situ banyak didatangi orang.
Kemudian terbetik berita bahwa setiap orang yang berani datang ke bukit itu
pasti tak akan kembali lagi. Entah hilang kesasar entah mati. Yang jelas orang
atau mayatnya tak pernah ditemui kembali.
Selama bertahun-tahun terjadi hal semacam itu hingga penduduk menjadi takut.
Bukit itu dlanggap angker. Tak seorang pun lagi berani datang dekat-dekat ke
situ. Dan entah siapa yang memulai menamakannya, bukit satu itu lalu diberi nama
Bukit Hantu. Pada malam-malam tertentu, terutama ketika sedang gelap buian, dari puncak bukit
terdengar suara pekik jerit aneh dan mengerikan. Sekali-sekali suara jeritan itu
diseling oleh lolongan anjing. Karena diketahui tak saorang pun diam di,bukit
itu, maka siapa lagi yang dapat menimbulkan suara demikian kalau bukan bangsanya
hantu atau setan-setan gentayangan. Demikian penduduk beranggapan.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun hari itu terjadi satu kelainan yang bisa dikatakan satu keluarblasaan.
sewaktu awan kelabu bergerak dan berarak dari arah tenggara, seorang penunggang
kuda berpakaian mewah tampak memacu kuda
tunggangannya menuju Bukit Hantu. Apakah dia seorang asing yang tidak tahu
angker dan bahayanya memasuki daerah itu" Tetapi dari gerak gerlk dan caranya
orang Ini menunggangi kuda menempuh jalan, agaknya dia
mengetahui betul seluk baluk daerah tersebut. Sekurang-kurangnya pernah
mendatangi tempat itu sebelumnya.
Di penengahan lereng Bukit Hantu, orang ini hentikan kudanya. Sesaat dia
memandang berkeliling, lalu mengelus tengkuk kudanya sambil bergerak turun.
"Kembalilah pulang. Cukup kau mengantarkan aku sampai di sini...."
Sang kuda, yang sejak tadi dari kaki bukit menunjukkan sikap aneh, tiba-tiba
menaikkan kedua kakinya tinggi-tinggi dan meringkik keras, lalu membalikkan
tubuh dari lari meninggalkan tuannya.
Orang berpakaian bagus dan mahal itu menghela nafas dalam. Paling tidak usianya
sudah mencapai lima puluh tahun. Meskipun tampangnya sudah mulai keriputan tapi
juga membayangkan sifat keras dan buas
Tak lama sesudah kudanya pergi, orang ini melanjutkan perjalanannya menuju
puncak, bukit dengan jalan kaki.
Kira-kira sepeminuman teh lagi dia akan sampai ke puncak Bukit Hantu, jalan yang
ditempuhnya mulai tidak sesukar sebelumnya. Semak belukar hampir tak ada sama
sekali seperti pernah ditebang dan dirapikan orang.
Bahkan di hadapannya kini muncul satu jalan kecil dan rata menuju ke puncak. Di
mulut jalan kecil mendadak sontak sepasang kaki orang ini berhenti melangkah dan
laksana dipakukan ke tanahl
Dia sudah.mendengar seribu satu macam keangkeran yang ada di bukit itu. Tapi
adalah tidak menduga sama sekali kalau apa yang disaksikannya di hadapannya saat
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu benar-benar akan membuat tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Tiga puluh
tahun yang silam, selagi dia masih seorang pemuda, pemandangan itu belum ada.
Pastilah apa yang kini dilihatnya berasal dari puluhan manusia yang pernah
dikabarkan hilang di Bukit Hantu itu.
Berdiri disitu maulah laki-laki ini membalikkan tubuh dan lari meninggalkan
bukit tersebut. Namun sesuai dengan ketentuan, hari itu adalah "Hari
Perjanjian". Dia harus datang sesuai dengan sumpahnya. Kalau dia mungkir, maka
makhluk aneh mengerikan, yang selalu mendatanginya setiap malam Jumat akan
datang lagi kepadanya dan sekali ini untuk mencekiknya sampai mati, mencopot
kepalanya! Agaknya tak ada jalan kembali. Memutar haluan berarti mati secara mengerikan.
Sekilas terbayang olehnya istri serta keempat orang anak yang disayanginya. Dia
akan meninggalkan mereka semua untuk selama-lamanya demi memenuhi sumpah tiga
puluh tahun yang lewat. Tapi tak apa. Dia coba menghibur diri. Toh istri dan
anak-anaknya kini hidup bahagia dalam sebuah rumah besar dan mewah, harta
berlimpah, sawah ladang luas, ternak berkandang-kandang. Semua kekayaan itu tak
akan habis sampai tujuh turunan.
Dlkatupkannya mulutnya rapat-rapat. Dengan me-netapkan hati serta pikiran dan
melangkah maju kembali.
Jalan kecil di hadapannya tampak memutih. Putih oleh tulang belulang manusia
beraneka bentuk. Dan di atas jalan tulang belulang inilah kakinya melangkah.
Kedua tepi jalan kecil itu dibatasi dengan puluhan tengkorak kepala manusia.
Tubuhnya terasa bergetar. Dia terus melangkah, perutnya terasa mual. Akhirnya
dia sampai di ujung jalan.
Di hadapannya tegak kini sebuah bangunan kecil yang keseluruhannya terbuat dari
tulang belulang manusia.
Berapa puluh atau berapa ratus manusiakah yang telah jadi korban di atas bukit
ini" Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dari sela-sela dinding tulang kelihatan merambas asap aneka warna. Hidungnya
dilanda oieh bau aneh. Bau harum aneh yang menggidikkan karena berbaur jadi satu
dengan bau anyir busuk
Bangunan kecil itu mempunyai sebuah pintu yang tidak tertutup. Dari tempatnya
berdiri, lelaki tadi dapat melihat ke dalam. Di dalam ba ngunan tulang ini
tampak duduk seorang lelaki kurus bermuka dahsyat. Jika dia masih benar seorang
manusia maka wajahnya adalah sepuluh kali lebih mengerikan dari wajah setan.
Manusia ini memiliki rambut putih panjang yang menutupi sebagian wajahnya. Di
belakang tikar kecil di mana manusia ini duduk terdapat lima buah belanga. Di
dalam belanga ada cairan masing-masing berwarna hitam, merah, biru, ungu dan
hijau. Dari setiap belanga mengepul asap yang warnanya sesuai dengan cairan
didalamnya. Orang itu menggerakkan kepalanya. Rambut putih yang menutupi sebagian wajahnya
tersibak. Kini kelihatanlah keseluruhan wajahnya yang mengerikan itu.
Lelaki di ambang pintu serasa terbang semangatnya sewaktu si muka setan tiba-
tiba mengeluarkan suara seperti lolongan srigala di malam buta. Begitu kerasnya
lolongan itu hingga bangunan tulang beiulang serta tanah yang dipijak terasa
bergetar Anehnya mulut si muka setan sedikit pun tak kelihatan membuka!
Sesaat kemudian terdengar suaranya: "Bagus! Kau datang tepat pada waktunya
Sonya! Sebelum kau melangkah ke hadapanku, sebelum kau memasuki
bangunan ini, tanggalkan dulu pakaian bagusmu dan pakai ini!" Ternyata suara si
muka setan halus seperti perempuan, hanya saja mengandung pengaruh yang hebat
luar blasa, dari balik pakaiannya yang seperti jubah berwarna hitam
dikeluarkannya satu setel pakaian butut penuh tambalan dan bau apek. Pakaian itu
dilemparkannya ke hadapan orang di ambang pintu yang dipanggilnya dengan nama
Sonya. Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah lebih dulu menjura, Sonya mengambil pakaian butut bau itu Dibukanya
pakaian yang dikenakannya, dilemparkannya jauh-jauh lalu dikenakannya pakaian
yang diberikan si muka setan. Setelah berganti pakaian dia pun masuk ke dalam
bangunan tulang.
"Duduk"
Si muka setan tudingkan jarinya yang kurus dan berkuku panjang. Sonya lalu duduk
di hadapannya. "Ceritakan dengan singkat garis kehidupanmu sejak tiga puluh tahun silam kau
meninggalkan bukit ini!" kata si muka setan pula.
Sonya menelan ludahnya baru menjawab: "Berkat ilmu yang Datuk ajarkan aku telah
menjadi kaya raya. Aku kawin dan punya empat orang anak."
"Kau senang" Bahagia...?"
Sonya mengangguk.
"Pada detik kau duduk di hadapanku ini, kau telah dan harus meninggalkan
kesenangan dan kebahagiaan itu"
"Aku tahu Datuk"jawab Sonya
"Kau bakal dapat kebahagiaan lain. Asal saja kau tempuh cara hidup seperti yang
Wiro Sableng 022 Siluman Teluk Gonggo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kuajarkan tiga puluh tahun yang lewati"
"Aku akan tempuh Datuk."
"Lengkap dengan syarat utamanya"
"Lengkap dengan syarat utamanya," mengulang Sonya.
"Bagus. Sekarang coba kau katakan syarat utama itu"
"Syarat utama itu ialah setiap permulaan tahun baru aku harus membunuh anakku
yang paling kecil dan lemparkannya ke dalam laut." Suara Sonya bergetar.
"Bagusi Ternyata kau betul-betul masih ingat syarat utama itu" kata sang Datuk
pula. Lalu dari mulutnya keluar suara tertawa aneh menggidikkan. Kemudian sambil
menuding ke balakang dia bertanya : "Adakah kau melihat lima buah belanga itu?"
"Ada Datuk."
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Berdirilah"
Sonya berdiri. "Di dalam belanga itu terdapat cairan berlainan warna.
Masing-masing cairan harus kau minum sebanyak tiga teguk. Sebagian sisanya
diguyurkan ke kepala dan badanmu. Segera mulai dengan, belanga di ujung kiri "
Sonya melangkah mendekati belanga di ujung kiri. Di situ terdapat cairan
berwarna merah pakat, kental dan mengepulkan asap. Sesuai dengan perintah sang
Datuk muka setan maka diminumnya cairan itu sebanyak tiga teguk. Belum lagi
minum, baru mencium bau cairan, perutnya sudah terasa mual dan tenggorokannya
mau muntah. "Kau ragu Sonya"!" suara sang Datuk bernada menegur dan mengancam Sonya segera
meneguk cairan busuk itu tiga teguk. Lalu menyiram kepala dan badannya dengan
cairan yang sama. Kemudian dia mendekati belanga kedua dan seterusnya.
"Sudah Datuk," suara Sonya seperti tercekik.
"Bagus. Sekarang duduk di hadapanku!"
Dengan sekujur kepala serta pakaian basah kuyup dan berbau busuk, Sonya duduk
kembali di hadapan si muka setan.
"Pejamkan matamu Sonya"
Sonya menurut dan pejamkan matanya.
"Sekarang buka!"
Sonya buka kedua matanya. Pandangan matanya kini membersit aneh. Liar
menyeramkan: Bagian mata yang tadi putih kini kelihatan merah.
"Bagaimana perasaanmu?" bertanya Datuk.
"Tubuhku terasa hangat. Sangat ringan. Di samping itu ada perasaan aneh, yang
aku tidak tahu, menyelimuti diriku...."
"Itu bukan parasaan aneh. Kau harus dapat menerangkannya! Ayo!"
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sonya berpikir kemudian menjawab. "Betul. Bukan perasaan aneh. Perasaan Itu
adalah nafsu. Nafsu untuk membunuh. Nafsu untuk ingin melihat kematian manusia
lain secara mengerikan!"
Orang tua berambut putih panjang bermuka setan tertawa panjang. "Bukan hanya
nafsu untuk membunuh Sonya! Bukan hanya hasrat untuk melihat kematian yang
menyeramkan. Tapi ada lagi satu nafsu kini mendekam dalam tubuhmu. Nafsu kotor!"
Sonya mengangguk aneh.
"Ya. Nafsu kotor," katanya mengulang. "Nafsu terhadap perempuan," sambungnya
dengan suara berdesis.
Kembali sang Datuk keluarkan suara tertawa panjang.
"Bila kau sudah meninggalkan tempat ini, kau harus hidup menurut kehendak hatimu
Sonya. Menurut nafsu yang kini tertanam dalam dirimu! Kau boleh membunuh
semaumu. Kati boleh mengumbar nafsumu terhadap perempuan mana saja yang kau
inginkan! Tentunya kau pilih yang cantik-cantik buksn Sonya" Tak perduli anak
atau istri orang. Apalagi janda... hik... hik...hik!"
Sonya hanya bisa mengangguk.
"Sebelum pergi kau harus tinggal di sini selama satu minggu. Sesudah itu baru
kau boleh pergi. Dengar Sonya?"
"Tentu Datuk."
"Kelak jika ilmu itu telah kau kuasai, dunia luar akan menjadi geger! Dan tak
satu tokoh silat atau orang saktipun di dunia luar yang dapat mengalahkanmu!
Itulah kehebatan ilmu siluman ciptaanku" Sang Datuk tertawa lagi panjang dan
lama. Sonya ikut tertawa.
Tiba-tiba sang Datuk hentikan tawanya dan berdiri.
"Kau akan tinggal selama tujuh hari di sini. Selama tujuh hari itu kau akan
tidur bersamaku, melayaniku
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sambil aku mengajarkan ilmu padamu. Kau dengar dan mengerti Sonya?"
"Dengar Datuk, tapi kurang mengerti...."
Sang Datuk menyeringai dan tertawa kembali, tiba-tiba dia buka jubah hitamnya
dan kini dia tegak dihadapan Sonya dalam keadaan tanpa pakaian sama sekali.
Sonya terbeliak kaget. Dari sosok tubuh telanjang yang berdiri di hadapannya itu
tidak disangkanya kalau sang datuk ternyata adalah seorang perempuan.
"Datuk, jadi kau...."
"Hik... hik... hik. Aku memang seorang perempuan Sonya. Kau kecewa tubuhku tidak
sebagus tubuh perempuan muda..."!"
"Ti.. tidak Datuk," sahut Sonya. Walau yang dilihatnya memang hanya tubuh
tinggal kulit pembalut tulang. Perut dan dada keriput.
"Sekarang kau harus lebih dulu melayaniku Sonya..."
Meski tubuh itu jeiek luar blasa, tapi nafsu aneh yang mendekam dalam dirinya
telah membakar birahi Sonya.
Dia mengangguk dan melangkah mendekat. Lalu seperti seekor singa lapar
dirangkulnya tubuh sang Datuk.
Keduanya segera saja berguling di lantai!
PAGI hari ke delapan Sonya duduk di hadapan sang Datuk muka setan.
"Semua ilmu baru ciptaanku telah kau kuasai Sonya.
Sebelum kau meninggalkan tempat ini akan kutegaskan lagi beberapa hal kepadamu.
Pertama begitu turun dari bukit ini kau harus pergi ke TELUK GONGGO di pantai
utara. Aku telah membangun sebuah tempat di sana yang dapat kau tinggali sebagal
istana. Dari luar pintu bangunan itu hanya merupakan sebuah goa buruk, mudah
saja mencarinya. Hal kedua yang akan kuberitahukan ialah selama dunia terkembang
kau tak bakal mengalami kematian. Kecuali jika terjadi dua hal. Pertama kau tak
boleh kena air hujan. Jika itu sampai terjadi ilmu siluman
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang kau miliki akan luntur dan seseorang dengan mudah bakal dapat membunuhmu!
Pantangan kedua yang bisa menyebabkan kematianmu ialah binatang itu...."
Datuk muka setan mendongak ke atas langit-langit bangunan. Di sana di dalam
sebuah sangkar yang terbuat dari tulang-tulang iga manusia tampak seekor burung
Nuri merah. "Nyawamu adalah juga nyawanya Sonya. Dengan kata lain kau baru bisa mati kalau
seseorang membunuh burung itu"
"Bagaimana kalau binatang itu sewaktu-waktu sakit dan mati. Apakah aku juga akan
mati Datuk?"
"Tidak, kau tidak akan mati. Cuma mampus! Karenanya kau harus rawat dia baik-
baik!" kata Datuk sambil tertawa gelak-gelak. "Dan jangan lupa syarat utama
tempo hari. Kau tidak diperkenankan menjenguk anak istrimu. Pada hari pertama pergantian
tahun kau baru boleh mendatangi mereka, tapi hanya untuk membunuh anakmu yang
paling kecil! Tahun berikutnya anakmu yang paling muda, begitu seterusnya. Jika
keempat anakmu sudah habis maka kau harus mencari anak orang lain tapi yang
berusia tidak boleh lebih dari tiga tahun"
Sonya mengangguk tanda mengerti.
"Jika kau lalai melaksanakan syarat itu maka siluman peliharaanku akan
mendatangimu. Menyiksamu selama tujuh tahun sebelum menamatkan riwayatmu"
Sang Datuk lalu mengambil burung Nuri dalam sangkar dan menyerahkannya pada
Sonya. "Bawa ini dan simpan di istanamu di Teluk Gonggo. Sebelum kau pergi ada
satu hal yang akan terjadi Sonya."
"Hal apakah datuk?" tanya Sonya sambil mengambil burung Nuri.
"Nanti kau akan lihat sendiri. Jika hal itu sudah terjadi kau bakarilah bangunan
ini dengan segala apa yang ada di dalamnya! Dengan segala apa yang ada
didalamnya! Ingat itu baik-baik" Selesai berkata begitu Datuk muka setan
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menyeringai aneh. "Kau puas melayaniku selama satu minggu Sonya?"
"Puas Datuk." Diam-diam Sonya menduga sang Datuk akan menyuruhnya lagi melayani
nafsu gilanya. Sang Datuk melolong panjang.
"Bagus. Kalau begitu aku akan mati dengan perasaan tenang" Selesai berkata
begitu sang Datuk hantamkan tinju kanannya ke kepalanya sendiri!
"Prakl"
Tak ampun lagi kepala itu pun pecah. Darah dan otak berhamburan. Tubuhnya
terguling tanpa nyawa. Sonya kaget bukan main. Tubuhnya bergetar dan dari sela
bibirnya tiba-tiba melesit suara tertawa aneh disusul suara lolongan seperti
srigala. Dia tertawa menyaksikan kematian menyeramkan gurunya sendiri!
Sesuai dengan pesan sang guru, semua yang ada di dalam bangunan harus
dimusnahkan! Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
BUKIT HANTU...?" kata orang kedai sambil memandang tamunya yang duduk mengunyah
nasi di hadapannya.
Wiro mengangguk.
"Orang muda, rupanya kau belum pernah mendengar berita atau cerita tentang bukit
itu hingga menanyakan jalan terdekat menuju ke situ!"
"Banyak sekali yang kudengar pak."
"Kalau begitu pikiranmu kurang sehat. Selama ini tak seorang pun berani dekat-
dekat ke sana, apalagi bermaksud mengunjunginya. Siapa yang berani mendaki bukit
itu tak pernah kembali. Jangankan kau yang punya satu nyawa, sekaiipun kau punya
tiga nyawa pasti ketiga nyawamu bakal melayang"
"Sudahlah pak, kalau kau tak keberatan tunjukkan saja arahnya. Soal mati biar
aku yang tanggung akibatnya."
Pemilik kedai angkat bahu. Dia menunjuk lewat pintu kedai. "Lihat gunung itu?"
Wiro manggut. "Itu gunung Muryo. Pergilah ke arah tenggara. Disana akan kau temui daerah
berbukit-bukit. Bukit paling tinggi itulah Bukit Hantu!"
Selesai makan, Wiro membayar apa-apa yang
dipesannya lalu cepat-cepat meninggalkan tempat itu diikuti pandangan pemilik
kedai. "Masih ada saja orang yang mencari mati di dunia ini!" gumamnya.
Dengan mengandalkan ilmu larinya, tak lama setelah matahari pagi naik, Pendekar
212 Wiro Sableng sudah sampai di puncak Bukit Hantu. Ternyata dia terlambat.
Hanya sepenanakan nasi sebelumnya Sonya telah meninggalkan tempat itu. Yang
ditemuinya hanyalah
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tumpukan tulang belulang yang menghitam jadi arang.
Ketika diperhatikannya lebih teliti, di bawah tumpukan tulang belulang putih itu
dilihatnya sesosok tubuh manusia yang telah gosong. Dengan sebatang cabang kayu
kecil disibaknya tulang-tulang itu.
"Pasti ini si keparat Datuk Siluman" kata Wiro dalam hati. "Sialan. Aku
terlambat. Seseorang telah duluan membunuhnya!' Meskipun bukan dia yang turun
tangan namun murid Eyang Sinto Gendeng ini merasa lega juga karena manusia
penimbul malapetaka besar bagi dunia perailatan telah tamat riwayatnya.
Karena tak ada hal lain yang akan dilakukannya maka Wiro segera meninggalkan
Bukit Hantu sambil bersiul-siul.
Jalan yang ditempuhnya justru yang sebelumnya juga ditempuh oleh Sonya!
Satu bulan yang lalu, beberapa tokoh sifat di wilayah timur telah meminta
bantuan Pendekar 212 untuk memusnahkan Datuk Siluman yang bercokol di Bukit
Hantu. Hidup matinya manusia jahat ini amat menen-tukan ketentraman dunia
persilatan. Bukan rahasia lagi bahwa diketahui Datuk Siluman itu telah
menciptakan suatu ilmu hitam.yang amat hebat, dan kelak akan menimbulkan
malapetaka dahsyat bilamana tidak segera dicegah. Nyatanya kini Datuk gotongan
hitam itu telah menemui ajalnya. Seseorang telah menghancurkan batok kepalanya
lalu membakar sang Datuk bersama tempat kedlamannya. Siapakah yang telah
melakukan hal itu"
Jago atau tokoh silat dari maha" Tentu saja Wiro tidak mengetahui kalau Datuk
Siluman sengaja bunuh diri setelah lebih dulu mewariskan semua ilmu hitam yang
dimilikinya kepada murid tunggalnya yang cuma digembleng selama satu minggu
yaitu Sonya. Kita tinggalkan dulu perjalanan Wiro dan mengikuti perjalanan Sonya. Saat itu
dia tengah menuju ke pantai utara, yaitu sesuai dengan perintah gurunya. Dia
berada sekitar dua jam perjalanan di depan Wiro. Menjelang
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tengah hari Sonya sampai di tepi sebuah telaga berair jernih. Dia berhenti di
situ dan duduk di bawah sebuah pohon yang rindang. Burung Nuri dalam sangkar
tulang yang jadi pautan nyawanya diletakkan di tanah dijaganya hati-hati.
Udara yang panas seperti saat itu membuat dia ingin turun ke telaga dan mandi.
Tapi dia khawatir kalau-kalau sekitar situ ada binatang buas yang selagi dia
mandi menyergap burung Nurinya. Sekali burung itu disergap binatang maka putus
pulalah nyawanya!
Setelah hilang letihnya, Sonya bersiap meninggalkan tepian telaga. Pada saat
ftulahlapat-lapat didengarnya suara rentak kaki kuda dan gemelatak roda-roda
kereta. Sonya menyelinap dan bersembunyi ke balik pohon besar.
Tak lama kemudian kelihatanlah serombongan
penunggang kuda mengawal sebuah kereta barang.
Begitu melihat telaga berair jernih dan sejuk, lelaki gemuk berpakaian bagus
yang duduk di samping kusir kereta berseru: "Kita istirahat dulu di sini"
Maka rombonganpun berhentilah.
Lelaki gemuk berpakaian bagus itu adalah seorang saudagar kaya yang tengah
membawa barang dagangan-nya menuju Jepara. Namanya Raden Mas Kuncoro.
Bersamanya ikut lima orang pengawal yang dipimpin oleh Rah Brojo, seorang jago
silat berkepandaian tinggi.
Memang meskipun masa itu daerah Jawa Tengah cukup aman, tetapi saudagar seperti
Raden Mas Kuncoro mana berani mengangkut barang tanpa pengawal. Sudah lazim para
pedagang menyewa pengawal-pengawal
berkepandaian tinggi demi keselamatan harta dan nyawa selama perjalanan.
Sang saudagar turun dari kereta. Setelah meneguk air sejuk dari dalam sebuah
kantong kulit yang dibawanya, dia pun melangkah ke tepi telaga guna mencuci muka
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
serta kakinya. Saat itulah pandangannya menangkap sosok tubuh Sonya yang berdiri
di balik pohon besar sambil memegangi sebuah sangkar aneh berisi Nuri merah.
Raden Mas Kuncoro adalah seorang saudagar yang gemar memelihara burung. Di
tempat kedlamannya sengaja dia membangun sebuah bangunan besar di mana
dipeliharanya puluhan jenis burung yang bagus-bagus.
Melihat Sonya berdiri memegangi burung Nuri tertariklah hatinya. Dia seperti
tidak melihat kelainan pada tampang dan pakaian Sonya. Pikirannya hanya tertuju
pada burung dalam sangkar tulang. Sementara rombongan duduk di tapi telaga
sebelah lain, Kuncoro melangkah mendatangi Sonya.
"Burung Nuri itu bagus sekali," Raden Mas Kuncoro menyapa. Sambil tersenyum.
Sonya diam saja.
"Burungmu?"
"Ya. Kenapa?" Sonya balik bertanya.
"Bagus sekali. Bagus sekali. Belum pernah aku melihat Nuri seperti satu Ini."
Saudagar itu membungkuk agar dapat melihat binatang itu lebih jelas. "Sangkarnya
kenapa aneh begini?"
"Bagiku tidak aneh," sahut Sonya kaku.
Kuncoro mengangkat kepalanya. Sikap pemilik burung itu dlanggapnya tidak ramah.
Membuatnya tidak enak.
Ketika diperhatikannya tampang Sonya, hatinya tambah tidak enak. Ada rasa ngeri
melihat wajah manusia itu. Lalu pakaiannya yang kotor penuh tambalan dan bau
busuk yang membersit dari tubuh orang itu.
"Dengar saudara," kata Kuncoro. "Aku seorang penggemar burung. Kau mau menjual
Nuri ini?"
Sonya seperti kaget. Tetapi sesaat kemudian dia tersenyum. Senyum aneh di mata
sang saudagar. "Katakan saja harganya pasti kubayar," kata Raden Mas Kuncoro seraya meraba
sabukuang di pinggangnya.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Burung ini tak kujual!" kata Sonya tandas.
"Sepuluh ringgit emasl" kata Raden Mas Kuncoro tak tanggung-tanggung. Sepuluh
ringgit emas adalah harga gila dan amat mahal untuk seekor burung meskipun
sebagus Nuri itu. Tapi bagi seseorang yang senang akan suatu benda harga bukan
menjadi persoalan. Apalagi bagi esorang seperti saudagar itu. Sepuluh ringgit
emas bukan apa-apa baginya. Dengan tenang Kuncoro keluarkan sabuk uangnya.
Sonya pencongkan mulut dan berkata: "Lima puluh ringgit emas pun burung ini tak
Wiro Sableng 022 Siluman Teluk Gonggo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan kujual!"
Saudagar itu terkesiap sejenak. Dia berpikir-pikir. Lalu sambil tersenyum dia
berkata: "Begini saja saudara, kau ikut ke rumahku. Di sana kau boleh pilih tiga
ekor Nuri yang sama seperti ini. Kemudian kutambah dua puluh ringgit emas dan
serahkan Nuri itu padaku!"
Sang saudagar merasa pasti kali ini Sonya akan menyetujui. Tapi jawaban Sonya
justru membuat dia terkejut.
"Sekali aku bilang burung ini tidak dijual, tetap tak akan kujual. Kau tidak
tuli bukan"!"
"Tiga burung Nuri ditambah tiga puluh ringgit emas!"
kata Raden Mas Kuncoro sambil mengangkat kedua tangannya.
"Sekalipun nyawamu kau berikan padaku tak nanti burung ini akan kujuai!" sahut
Sonya dan memutar tubuh meninggalkan tempat itu. Kuncoro cepat memegang bahunya.
"Tawaranku masih belum selesai. Aku bisa menaikkan-nya lagi. Berapa kau suka,
saudara" Kau jangan main-main...."
Sonya hentikan langkahnya, berpaling menghadapi Kuncoro. Sepasang matanya
membersitkan sinar aneh.
Sinar menggidikkan.
"Siapa bilang aku main-main. Aku akan buktikan bahwa aku tidak main-main. Nah
mampuslah!"
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sonya mengangkat tangan kanannya. Lima jari tangan kanannya yang berkuku panjang
terpentang mengerikan.
Lalu terdengar pekik Raden Mas Kuncoro. Tubuhnya roboh di tepi telaga. Mukanya
hancur mengerikan. Hampir tak dapat dikenali lagi. Dua biji matanya mencuat ke
luar. Hidungnya tanggal dan mulutnya robek. Itulah keganasan
"Cakar Siluman", Ilmu yang telah dipergunakan Sonya untuk menamatkan sang
saudagar hanya dengan sekali bergerak saja!
Mendengar jeritan Kuncoro dan melihat sosok tubuh saudagar itu roboh ke tanah,
lima pengawal tersentak kaget dan melompat mendatangi. Rah Brojo paling depan.
Matanya membelalak melihat kematian sang saudagar.
Suaranya bergetar rahangnya menggembung.
"Orang asing! Pasal apakah maka kau sampai membunuhnya begini keji"!"
"Tak ada pasal tak ada lantaran" jawab Sonya.
"Kenapa kau lalu membunuhnya?"
"Karena aku ingin membunuhnya. Habis perkara"
"Kalau begitu kau adalah iblis edan yang harus dihajar!".
Rah Brojo hantamkan satu jotosan ke dada Sonya, Gerakannya cepat dan keras. Yang
diserang tertawa aneh.
Sinar mengerikan kembali membersit di kedua matanya.
Dia berkelit mengelakkan jotosan lawan. Dilain kejap sambil dibarengi teriakan.
"Mampuslah!" tangan kanannya kirimkan cakaran ke muka kepala pengawal itu.
Sebagai kepala pengawal kereta dagang Roh Brojo memiliki ilmu silat tinggi
ditambah segudang pengalaman.
Cepat-cepat dia menghindar ke samping. Cakaran lawan berhasil dielakkannya.
Tetapi kelima jari tangan itu tiba-tiba membalik cepat dan memburu ke mukanya.
Kali ini Rah Brojo tak sanggup lagi berkelit. Jeritannya terdengar.
Tubuhnya terhempas ke tanah. Dia mati dengan muka rusak mengerikan seperti yang
barusan dialami Raden Mas Kuncoro!
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Manusia biadab. Besiaplah untuk mati" teriak seorang pengawai kereta. Bersama
tiga kawannya, dengan bersenjatakan golok dan dibantu pula oleh kusir kereta
yang memegang sepotong besi panjang, mereka serentak mengurung dan menyerbu
Sonya. Dikeroyok lima begitu rupa Sonya menunggu dengan keluarkan suara tertawa aneh.
Dengan tangan kiri masih tetap memegang sangkar tulang, lelaki ini berkelebat.
Kelima penyerangnya terkesiap ketika mendapatkan orang yang menjadi sasaran
lenyap dari hadapan mereka.
Senjata masing-masing malah ada yang saling beradu satu sama lain. Belum habis
rasa kaget mereka tiba-tiba terdengar bentakan:
"Mampuslah!"
Setelah itu suara pekik terdengar susul-menyusul.
Empat pengawal tersungkur di tanah dengan muka hancur mengerikan. Satu-satunya
yang masih hidup yakni kusir kereta, yang lumer nyalinya, tanpa tunggu lebih
lama segera putar badan ambil langkah seribu.
Tapi nasibnya cuma tertunda tiga langkah. Pada langkah ke empat lima jari tangan
dengan ganas berkelebat di depannya. Untuk keseklan kalinya lima jari siluman
meminta korban!
Sonya membersihkan tangannya yang penuh darah.
Lalu dia menggeledah pakaian para korban, Setiap uang dan benda berharga yang
ditemuinya diambilnya. Jumlah terbanyak yang didapatnya adalah dari tubuh Raden
Mas Kuncoro. Pendekar 212 Wiro Sableng yang sampai di tempat itu dua jam kemudian merasa
heran menemukan beberapa ekor kuda dan kereta tanpa kelihatan seorang manusia
pun. Namun keheranannya itu berubah menjadi rasa terkejut sewaktu menemui tujuh
mayat yang bergelimpangan di tepi telaga. Semuanya mati dengan muka hancur mengerikan.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Murid Sinto Gendeng ini mengerenylt, geleng-geleng kepala dan garuk rambutnya.
Apa yang sebenarnya telah terjadi di sini" Rombongan Itu diserang rampok" taiu
mengapa kereta barang tidak diganggu"
"Gila" maki Wiro dalam hati.
Setelah mengurus tujuh jenazah itu sebisa yang dilakukannya dia lalu lanjutkan
perjalanan. *** Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
SONYA sengaja menempuh hutan belantara agar lebih cepat sampai ke tujuan yaitu
Teluk Gonggo di pantai utara. Namun sewaktu malam tiba dan perutnya terasa
lapar, mau tak mau dia segera mendatangi kampung terdekat.
Kampung Waringin merupakan kampung ramai karena terletak di persimpangan tiga
jalan arus perdagangan.
Kampung ini tidak beda dengan sebuah kota kecil. Di sini terdapat sebuah rumah
makan yang bagian belakangnya disewakan untuk penginapan. Kesinilah Sonya pergi
untuk mengisi perutnya.
Di dalam rumah makan saat itu telah banyak
pengunjungnya. Kedatangan Sonya tentu saja menarik perhatian tamu dan pemilik
kedai. Bajunya yang kotor penuh tambalan dan bau badannya yang busuk membuat
semua orang merasa jijik dan menjauhi. Tapi Sonya mengambil tempat duduk tanpa
per duli kan hal itu.
"Pengemis dari mana yang berani-beranian masuk ke kedaiku!" kata pemilik kedai
dalam hati dengan mendongkol. Mula-mula hendak disuruhnya Sonya ke luar. Tapi
ketika dilihatnya wajah Sonya yang membayangkan sinar aneh, beratlah dugaannya
bahwa Sonya adalah seorang pengemis berotak miring. Agar tidak terjadi keributan
maka pemilik kedai ini membiarkan saja Sonya duduk di salah satu sudut.
Sonya berseru memanggil pelayan dan memesan
makanan. Setelah mendengar makanan apa yang diminta oleh tamunya, maka
bertanyalah pelayan rumah makan itu.
"Pengemis, apakah kau punya cukup uang untuk membayar harga makanan mahal yang
kau pesan?"
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Airmuka Sonya tampak berubah. Kelam membatu dan sepasang matanya memberartkan
sinar menggidikkan.
"Katakan berapa harga kepalamu. Aku akan bayar detik ini juga!" kata Sonya pada
si pelayan. Karena ngeri, si pelayan cepat-cepat memutar tubuh.
Ucapan Sonya ini membuat semua orang tambah
memperhatikannya dan juga burung Nuri dalam sangkar aneh yang diletakkannya di
atas meja. Kebetulan saat itu di rumah makan tersebut terdapat rombongan Adipati
Cokroningrat dari Leles. Sambil menyantap makanannya Adipati memperhatikan gerak
gerik Sonya. Sekali-sekali dia berbisik pada pembantu yang duduk di sampingnya.
Selesai makan sang Adipati mengatakan sesuatu pada pembantunya itu dan si
pembantu lalu berdiri, melangkah ke hadapan Sonya yang saat itu asyik
menggerogoti paha ayam goreng.
"Pengemis," demikian pembantu Adipati menegur.
"Seiesai makan harap kau menemui atasanku, Adipati Leles. Beliau ingin bicara
soal burung yang kau bawa ini."
Tidak menjawab apa-apa, seperti tidak mendengar orang bicara, Sonya terus saja
melahap paha ayam.
Pembantu Adipati itu kembali ke tempatnya. Mereka menunggu sampai Sonya selesai
makan. Setelah selesai makan dan kelihatannya Sonya masih tetap saja duduk
tenang-tenang di tempatnya Cokroningrat berkata pada pembantunya.
"Mungkin dia lupa. Panggil lagi. Suruh ke sini."
Si pembantu mendatangi Sonya sekali lagi.
"Pengemis, seperti kataku tadi harap kau lekas menghadap Adipati"
Sepasang mata Sonya menyipit.
"Jika dia yang perlukan aku, suruh dia merangkak kemari!"
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kata-kata itu diucapkan Sonya dengan suara lantang hingga semua orang dalam
rumah makan ikut mendengar dan terkejut mendengar ucapan yang berani serta
kurang ajar itu. Adipati Leies sendiri kelihatan berubah wajahnya.
Serta merta, merasa terhina,dia berdiri dan mendatangi meja Sonya. Dia menyeret
sebuah kursi dan duduk dihadapan lelaki yang diduganya pengemis itu.
"Kata-katamu tadi kasar dan kurang ajar. Kau tak tahu tengah berhadapan dengan
siapa, pengemis bau?"
"Berlalulah dari hadapanku. Atau kusemburkan seribu kata hina dan kotor di
mukamu?" Rahang Cokroningrat menggembung. Sebetulnya ingin sekali dia manampar muka
pengemis itu. Tapi mengingat dia ada satu maksud maka ditahannya kemarahannya.
Dia melirik pada burung Nuri merah.
"Burung ini milikmu?"
Sonya mengangguk. Sikapnya tak acuh.
"Sangkarnya aneh. Dari tulang. Tulang kambing atau tulang kerbau?"
Sonya menyeringai. "Itu bukan tulang kambing. Bukan tulang kerbau. Bukan tulang
binatang. Itu tulang belulang manusiai"
Adipati Cokroningrat terkejut. Diperhatikannya lagi sangkar burung Itu. Dia
memang belum pernah melihat tulang belulang manusia. Tapi kalau itu dikatakan
tulang-tulang manusia tak percaya dia. Pengemis ini agaknya berotak miring.
"Dengar, burung itu tak pantas kau pelihara. Kau pasti tak bisa merawatnya. Jual
saja padaku...."
"Oh, itu rupanya maksudmu," ujar Sonya dan lagi-lagi sambil menyeringai. "Berapa
kau sanggup membelinya, Adipati?"
"Dua ringgit perak"
Sonya tertawa gelak-gelak.
"Setan, kenapa pengemis ini tertawa! Dasar gila" maki Cokroningrat dalam hati.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dari baju pakaiannya Sonya mengeluarkan dua ringgit emas dan meletakkannya di
atas meja. Terkejutlah sang Adipati. Juga semua orang yang ada di situ. Siapa menduga kalau
pengemis edan macam begitu memiliki dua ringgit emas"!
Malu dan terhina Adipati Leles lalu berkata. "Baiklah, akan kubayar tiga ringgit
emasl" Sonya kembaii mengeruk pinggang pakaiannya.
Dikeluarkannya tiga ringgit emas dan diletakkannya di atas meja.
"Sudah, kubeli Nurimu dengan enam ringgit emas"
Adipati itu cepat-cepat meletakkan enam ringgit emas di hadapan Sonya.
Sebaliknya Sonya pun keluarkan enam ringgit emas dan menyodorkannya ke hadapan
Congkroningrat.
Kini marahlah Adipati itu. Tapi dia berusaha menahan diri. "Katakan berapa kau
mau jual burung itu"
Sonya tertawa. Sebuah kantong kulit digebrakkannya di atas meja. Ini adalah
kantong milik saudagar Kuncoro yang telah dibunuh dan dirampoknya. Kantong itu
digoyang-goyangnya. Terdengar suara berdering.
"Di dalam kantong ini terdapat lebih dari seratus emas.
Kau mau...?"
Gelaplah muka Cokroningrat. Dia benar-benar dibikin malu.
"Pengemis hina dinal Mulut dan sikapmu benar-benar keterlaluan!" .
"Ambil uangmu dan berlalulah dari hadapanku Paduka Adipati sialanl"
"Haram jadah. Kalau kau bukan orang sinting sudah kupecahkan batok kepalamu"
"Sinting atau tidak, biar aku beri pelajaran manusia kurang ajar inil" Yang
berkata adalah pembantu Adipati.
Tapi sang Adipati cepat menarik tangan pembantunya.
Setelah mengambil uangnya yang enam ringgit dari atas meja dia kembali ke tempat
duduknya semula. Dia tak
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mau terjadi keributan dalam rumah makan itu. Dia berbisik pada pembantunya:
"Kita hadang dia di tengah jalan." Sang pembantu mengerti dah mengangguk.
Hampir tak kelihatan Sonya menggerakkan kedua tangannya. Tiba-tiba saluruh lampu
minyak yang ada di tempat itu padam. Rumah makan gelap gulita untuk berapa
lamanya. "Aneh, kenapa lampu pada mati?" ujar pemilik rumah makan. Dia memanggil pelayan
dan menyuruh agar lampu dihidupkan. Karena tak ada jawaban maka lampu-lampu itu
dihidupkannya sendiri.
Ketika seluruh rumah makan terang benderang kembali maka terkejut dan hebohlah
semua orang yang ada di situ. Betapa tidak! Pelayan rumah makan kedapatan
menggeletak di lantai dengan muka hancur mengerikan.
Nyawanya tak disangsikan lagi pasti sudah melayang! Di seberang sana, Adipati
Cokroningrat beserta pembantunya mengalami nasib yang sama. Mati dalam keadaan
masih duduk di kursi masing-masing, muka hancur, hidung tanggal, biji-biji mata
berbusa i dan bibir robek. Tubuh sang Adipati dan pembantunya berada dalam
keadaan kaku tegang, begitu juga si pelayan yang malang.
Nyatalah behwa ketiganya telah ditotok sebelum dibunuh Memandang ke sudut
ruangan, pengemis aneh tadi dan juga burung nurtnya tak ada lagi di situ. Di
meja hanya ada sekeping uang perak. Sesuai dengan harga makanan yang dipesannya,
SONYA tak mau melewati Jepara karena dia ingin lekas-lekas sampai di Teluk
Gonggo. Dengari Ilmu jarinya yang aneh, yang dipelajarinya secara aneh dari
Datuk Siluman, pada hari ke tiga dia sampai pada suatu daerah liar penuh dengan
batu-batu. Di sini angin bertiup amat keras- Satu pertanda bahwa tak lama lagi
dia akan sampai di daerah pantai.
Menjelang rembang petang, ketika dia mendongak
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
memandang langit, berubahlah paras Sonya. Dari arah tenggara berarak cepat awan
tebai hitam. Dalam waktu singkat mendung telah menyungkup udara sedang di
kejauhan kifat tampak mulai menyambar, sesekali diselingi suara gelegar guntur.
"Celaka! Kalau aku sampai kehujanan matilah aku!"
Membathin Sonya. Dia ingat pesan Datuk Sliuman. Kalau tubuhnya sampai kena air
hujan, bukan saja ilmu yang dimilikinya akan menjadi luntur, tetapi berarti
umurnya tak bakal lama karena seseorang akan dapat membunuhnya dengan mudah.
Dia berhenti berlari, memandang berkeliling mencari tempat untuk berteduh biia
hujan turun. Tak ada sebatang pohon pun yang tumbuh di daerah berbatu-batu itu.
Sekalipun ada tak mungkin dia bisa berlindung tanpa terkena air hujan.
Angin bertiup tambah kencang.
Sonya tambah cemas.
Burung dalam sangkar tulang kelihatan gelisah.
Binatang ini menggelepar kian kemari dan mengeluarkan suara aneh, membuat Sonya
bartambah kecut. Dalam keputusasaannya Sonya barlari kencang ke jurusan timur.
Memang nasibnya baik. Kira-kira sepeminuman teh berlari di safah satu sampfng
bukit.batu ditemuinya sebuah lobang setinggi dada. Tak menunggu lebih lama dia
segera memasuki lobang ini. Hanya beberapa saat saja setelah dia masuk ke dalam
lobang hujan lebat turun laksana dicurahkan dari langit!
Sonya menarik nafas lega. Wajahnya yang tadi pucat karena ketakutan kini
berdarah kembali. Dia coba masuk lebih jauh ke dalam lobang agar jangan sampai
terkena templasan atau percikan air hujan. Angin bertiup keras dan dingin.
Akhirnya dia duduk menjelepok dalam lobang itu. Setelah duduk bebarapa lama
Sonya merasakan sesuatu yang aneh. Hawa dingin dari luar tidak terasa lagi
meskipun angin masih terus bertiup. Di sekitarnya terasa
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
hangat. Di samping itu hidungnya mencium bau harum semerbak. Tak syak lagi hawa
Wiro Sableng 022 Siluman Teluk Gonggo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiga Siluman Bukit Hantu 1 Pendekar Mabuk 123 Pengawal Pilihan Kasih Diantara Remaja 3
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Ebook by Dewi KZ
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Scan image by Kelapalima kaskuser
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
PENGANTAR Dari ke 185 kitab Karya bpk alm. Bastian Tito serial WIRO
SABLENG PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212, Kitab Siluman Teluk Gonggo ini adalah
Kitab TERAKHIR yang dapat diselesaikan dalam bentuk ebook dari rangkaian 185
proyek ebook serial Wiro Sableng 212 oleh teman-teman di Forum Wiro Sableng 212
Kaskus. Teman-teman di forum KASKUS bahu membahu
menyelesaikan ebook-ebook Karya alm. Bastian Tito tidak mempunyai itikad
komersil atau lainnya, tapi semata-mata untuk membangkitkan apresiasi atas karya
beliau, sekaligus menghidupkan kenangan atas karya-karya beliau. Hak Cipta karya
beliau tetap menjadi HAK ahliwarisnya.
Semoga dapat bermanfaat bagi para penggemar karya Bastian Tito dan kami di forum
kaskus dapat melanjutkan serial karya Bastian Tito lainnya
Selamat Menikmati !!!
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
MATAHARI bersinar terik membakar jagat. Pemuda berambut gondrong berpakaian
serba putih dengan ikat kepala juga kain putih merasakan tenggorokannya kering.
Peluh membasahi sekujur tubuhnya. Dia merasa bersyukur karena sepeminuman teh
berlalu akhirnya dia sampai di sebuah kampung. Paling tidak dia bisa minta air
segar pada penduduk. Tapi kebetulan di mulut jalan ditemuinya sebuah kedai.
Pemuda ini masuk ke dalam kedai dan memesan
minuman. Untuk mengurangi rasa panas dia berkipas-kipas sambil menunggu pesanan.
Pada saat itulah tiga orang penunggang kuda berhenti di depan kedai. Sejenak si
gondrong perhatikan ketiga pendatang ini.
Kelihatannya seperti orang-orang yang tengah mengadakan perjalanan jauh dan
ingin melepaskan lelah sambil membasahi tenggorokan. Si gondrong palingkan
kepala tak perdulikan orang-orang itu.
Ketika pelayan meletakkan minuman di hadapan si pemuda, tahu-tahu ketiga
penunggang kuda tadi sudah melompat dan berdiri di hadapannya. Sekilas si pemuda
melirik, lalu acuh tak acuh dia terus berkipas-kipas. Salah satu tangannya
menjangkau gelas minuman. Tapi gerakannya tertahan oleh bentakan salah seorang
tamu di sampingnya.
"Jadi menurutmu ini bangsatnya"!" Yang membentak ini berusia sakitar tiga puiuh
tahun, berambut pendek memelihara berewok dan berbadan tinggi kekar.
Lelaki di sampingnya, seorang tua berambut kelabu, memandang sejenak pada pemuda
rambut gondrong, sejurus kemudian dia anggukkan kepala.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Memang dia bangsatnya. Aku pasti betul!" kata si rambut kelabu.
Lelaki ke tiga seorang pemuda berbadan tegap lantas saja membuka mulut: "Jika
dia malingnya tunggu apalagi"!"
"Sret!" Dari balik pinggangnya pemuda ini cabut sebilah golok dan
mengacungkannya ke anjh pemuda berambut gondrong yang duduk di belakang meja.
Seperti seorang buta dan tuli layaknya, si gondrong ini seolah-olah tak melihat
orang-orang di sekitarnya atau tak mendengar parcakapan-percakapart di dekatnya.
Dia terus saja berkipas-kipas dan malah Wnl mengambil gelas berisi minuman.
"Setani Kau berani berlagak tolol piton di depan kami"
sentak pemuda yang memegang golok. Tangan kanannya diayunkan. "Prangl" Gelas di
tangan pemuda gondrong papas berentakan. Sebagian Isinya tumpah membasahi meja
serta pakaian pemuda ini. Bagian bawah gelas yang papas ditebas golok tajam
masih berada dalam
genggaman tangan idri pamuda itu. Di dalamnya masih berada sedikit sisa minuman.
Si gondrong goleng-goleng kepala lalu menyeringai. Dari mulutnya keluar siulan.
Lalu seenaknya sisa minuman yang masih ada dalam gelas yang tinggal sepotong itu
diteguknya sampai habis.
Semua tamu yang ada di kedai melengak heran
tetapi diam-diam juga menjadi tegang. Sebaliknya tiga lelaki yang berada di
hadapan si gondrong jadi naik pitam.
Dan pemuda yang memegang golok kembali menghardik:
"Pencuri tamak! Kau memang layak dicincang!"
Untuk kedua kalinya golok besar itu berkelebat kali ini dibacokkan ke kepala si
gondrong. Beberapa orang tamu mengeluarkan seruan tegang karena sudah
membayangkan sesaat lagi akan belahlah kepala pemuda berambut gondrong itu
dihantam golok.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tetapi gilanya manusia yang dirinya terancam bahaya maut itu justru kelihatan
tenang-tenang saja. Malah cengar-cengir.
Namun apa yang terjadi kemudian benar-benar merupakan satu kejutan.
Sedetik sebelum golok besar itu menghantam sasarannya, terdengar pekikan keras.
Golok kelihatan mencelat ke atas dan menancap di langit-langit kedai.
Pemuda yang tadi memegang senjata itu terhuyung empat langkah ke belakang sambil
pegangi siku tangan kanannya. Entah kapan si gondrong Ini bergerak tahu-tahu dia
telah menangkis serangan maut yang dilancarkan bahkan memukul tangan sambungan
siku orang yang inginkan jiwa nya.
"Pelayan! Ambilkan minuman baru. Rasa hausku belum habis, tahu-tahu ada monyet
kesasar yang datang mengganggui" Si gondrong berseru memanggil pelayan sambil
salah satu kakinya dinaikkan ke atas kursi.
"Bangsat pencuri ! Berani kau mencelakai adikku !"
Tiba-tiba lelaki berewok hantamkan tinju kanannya yang besar kuat ke dada si
gondrong. "Bukl"
Tinju tepat mendarat dengan kerasnya di dada si gondrong. Tapi yang menjerit
kesakitan bukannya pemuda itu,malah justru si berewok. Tubuhnya terjajar ke
belakang, dan tangan kanannya kelihatan merah bengkak.
Marah dan kesakitan si berewok berteriak, "Laknat!
Sekalipun kau punya Ilmu setan, aku mau lihat apa kau kebal senjata!" Sebilah
belati dicabutnya dari pinggang lalu secepat kilat ditikamkannya ke arah si
pemuda. Seperti tadi waktu diserang dengan golok, tak kelihatan pemuda rambut gondrong
itu bergerak tahu-tahu golok sudah mental dan penyerang kena dihantam. Kali
inipun terjadi hal yang sama. Lelaki berewok menjerit kesakitan,
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
belati di tangannya mental ke udara dan menancap di langit-langit kedai, tepat
di samping golok.
"Pelayan! Mana minuman baru! Lekas, aku benar-benar kehausan!" teriak si
gondrong. Sampai saat itu sedikit pun dia tidak beringsut dari kursi yang
didudukinya. Kini semua orang dalam kedai itu serta merta menjadi maklum. Pemuda berpakaian
putih, berambut gondrong, bertampang lugu bahkan seperti agak sinting ini, bukan
manusia sembarangan.
Pelayan datang setengah berlari membawakan
minuman. Kali ini di gelas besar.
Setelah meneguk isi gelas sampai setengahnya, si gondrong hembuskan nafas
panjang. Perlahan-lahan dia palingkan kepalanya ke arah lelaki tua berambut
kelabu yang tegak di samping mejanya dengan mulut menganga dan tampak terkesiap.
Si gondrong sunggingkan senyum. "Orang tua berambut kelabu. Apa kau juga hendak
turun tangan terhadapku"!"
"Maling ternak, kau tunggulah di sini! Sekali kulaporkan apa yang kau lakukan,
orang-orang Adipati Jepara akan datang menghajar dan menangkapmu!"
Orang tua berambut kelabu menjawab sambil
mengancam. Tampaknya dia tak punya nyali untuk ikut-ikutan turun tangan.
Si gondrong tertawa.
"Gila! Tuduhanmu sungguh tidak enak. Maling ternak!
Maunya kupecahkan mulutmu dan juga dua kambratmu itu! Menuduh seenaknya. Tanpa
alasan, tanpa bukti. Tak ada saksi!"
"Saksiku adalah mataku sendiri! Aku masih belum buta!
Memang kau yang mencuri selusin kerbau yang
Kugembalakan di tepi hutan Manuk!"
"Cc... cc... cc..." si gondrong leletkan lidah.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Benar kau memang belum buta, orang tua. Tapi mungkin sudah lamur.Kau pasti
salah lihatl"
'Tidak mungkinl Lekas katakan di mana kau sembunyikan kerbau-kerbau curian itul"
Si gondrong geleng-geleng kepala,
"Dengar orang tua. Namaku WIRO SABLENG. Mungkin aku pemuda gendeng, tapi bukan
pencuri kerbau!"
"Bukan pencuri kerbau! Puahl Pencuri kerbau bukan, tapi maling kerbau yal"
mendamprat pemuda yang sambungan sikunya copot.
Si rambut gondrong yang ternyata adalah Pendekar 212 Wlro Sableng garuk-garuk
kepalanya. Dia berpaling pada si rambut kelabu. ''Orang tua, coba kaujelaskan
dulu apa yang sebenarnya terjadi?"
'Tidak perlu!" potong lelaki berewok. "Jelas kau malingnya. Ayahku tak mungkin
salah lihatl"
"Oh, jadi si rambut kelabu ini ayahmu," ujar Wiro.
"Yang ini pasti adikmu. Dengar berewok. Mencuri selusin kerbau bukan soal mudah.
Paling sedikit harus dilakukan oleh tiga orang. Kalian lihat sendiri. Aku disini
cuma sendirian."
"Jangan coba mengelabui kami. Kawan-kawanmu saat ini tentu tengah menggiring
kerbau-kerbau itu kesatu tempat!"
Lama-lama murid Eyang Sirrto Gendeng ini jadi jengkel juga. Seumur hidup malang
melintang di dunia persilatan baru hari itu dituduh jadi maling, pencuri kerbau!
Kembali digaruk-garuknya kepalanya. "Mau percaya atau tidak, terserah. Aku tidak
mencuri kerbau kalian. Aku tak pernah berada di sekitar hutan Manuk. Aku datang
dari timur dan...."
"Memang mana ada maling mau mengaku" tukas si rambut kelabu memberengut.
Wiro Sableng menyeringai dingin dan si berewok kembali membuka mulut, "Tanda-
tanda yang kami ikuti
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menuju ke tempat ini. Di sini ayahku menemuimu. Ciri-ciri pencuri itu tepat
seperti dirimu...."
"Mungkin ayahmu hanya melihat dari jauh," Wiro coba membela diri.
"Jauh atau dekat bukan soal. Yang jelas kau memang telah melarikan kerbau-kerbau
kamll" "Berewok. Jika kau tetep menuduhku sebagai pencuri, berarti kau tak bakal
menemukan pencuri sebenarnya.
Kau benar-benar akan kehilangan kerbau-kerbaumu. Jika katamu pencuri itu menuju
ke jurusan sini, tentu dia atau mereka masih belum jauh dari sini. Kailan masih
punya kesempatan untuk mengejar!" Habis berkata begitu Wiro berdiri dan berkata
pada adik si berewok. "Mari kusambungkan kembali tulang sikumu."
"Tak perlu" jawab si pamuda sambil pegangi lengannya yang cidera.
"Ya, memang tak perlu," kakaknya yang berewok menimpali beringas. Lalu dia
mengajak adik dan ayahnya segera melapor ke Kadipaten.
"Kalian ayah dan anak sama saja keras kepalanya.
Lebih baik untuk sementara kalian jadi patung saja agar tidak menggangguku!"
Dengan bergerak Cepat Wiro Sableng menotok ketiga orang itu hingga tak mampu
lagi bergerak. Setelah membayar minumannya Wiro lambaikan tangan pada ketiga
anak beranak itu dan melangkah pergi.
"Maling kerbau! Jangan lari kau!" teriak si berewok.
"Bangsat pencuri!" adiknya menimpali. "Sekalipun kau lari ke ujung dunia akan
kukejar dan kucincang!"
Sang ayah tak ketinggalan berteriak: "Petugas-petugas Kadipaten akan menangkap
dan menghajarmu!"
Mereka ingin mengejar namun tak mampu bergerak.
Akhirnya hanya bisa memaki-maki sementara Wiro sudah tak kelihatan lagi.
*** Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
JAUH di sebelah timur tampak menjulang gunung Muryo. Dengan mempergunakan ilmu
lari "Kaki Angin"
pendekar itu lari kenceng ke jurusan itu. Tujuannya adalah Jepara. Di situ dia
akan mencari keterangan mengenai suatu tempat yang hendak didatanginya.
Sang surya mulai condong ke barat. Di depan sana terbentang daerah berbukit-
bukit. Sebagaimana lazimnya keadaan alam, jika ada bukit-bukit maka di situ akan
terdapat pula lembah-lembah.
Wiro berdiri di puncak sebuah bukit, memandang berkeliling. Lembah dan bukit di
daerah itu tampak hijau subur, tetapi masih liar belum dibuka manusia. Sesaat
kemudian, ketika dia siap untuk meneruskan perjalanan, mendadak langkahnya
tertahan, Jauh di bawah sana, di dasar salah satu lembah, dilihatnya dua penunggang kuda
tengah menggiring serombongan kerbau. Tak dapat dipastikan berapa jumlah
binatang itu, namun Wiro yakin bahwa ternak tersebut pastilah kerbau curian,
milik ketiga beranakdi kedai yang tadi menuduhnya sebagai pencuri.
Sesaat Wlro berpikir. Lalu tanpa tunggu lebih lama dia segera belari menuruni
bukit. Sesampainya di lembah diam-diam dia mengikuti kedua penggiring ternak
itu. Mereka masih muda-muda. Seorang diantaranya
berpakaian putih-putih, berambut gondrong dan memakai ikat kepala sapu tangan
putih. Sepintas lalu ciri-cirinya memang sama dengan Wiro. Murid Sinto Gendeng
ini merutuk dalam hati. Inilah pangkal persoalannya, sehingga Wiro dituduh
sebagal pencuri.
Tidak salah kalau orang tua berambut putih itu menuduh bahwa dialah yang telah
mencuri selusin kerbau mereka.
Walau yakin kedua pemuda itu pencuri, namun Wiro tidak segera turun tangan. Dia
terus mengikuti perjalanan mereka dari balik semak belukar. Hal ini tidak sulit
dilakukan. Walaupun menunggang kuda, tapi karena
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
harus menggiring kerbau, dua pemuda itu terpaksa bergerak perlahan.
"Di mana kita akan istirahat?" tanya pemuda penunggang kuda berambut gondrong.
"Kita tidak akan istirahat Kunto. Jika kemalaman di jalan bisa berabel"
Si gondrong yang bernama Kunto menyahuti: "Kau selalu khawatir kalau kemalaman.
Mengapa tidak lewat jalan umum saja" Dalam waktu dua jam kita akan sampai ke
kota. Dan menikmati hasil penjualan kerbau-kerbau ini"
Sang kawan kelihatan tidak senang. Dia berkata:
"Kau masih terlalu hijau untuk jadi pencuri ternak. Lewat jalan umum memang
lebih cepat tapi sama saja dengan menyerahkan batang lehermu pada petugas-
petugas Kadipaten, Aku yakin pemilik ternak ini telah melapor ke Kadipatenl"
Kunto tertawa. "Ario, kaulah yang tolol. Apa kau tidak tahu kalau orang-orang
Kadipaten hanya tau mendengar laporan dan minta uang pada si pelapor tapi tidak
pernah melakukan sesuatu" Apalagi mengurusi kerbau. Kecuali jika pemilik kerbau
itu menjanjikan separoh dari kerbaunya yang hilang akan diberikan pada merekal"
"Ya, aku tahu hal itu," jawab Ario. "Tapi aku tetap tak mau cari penyakit. Kalau
tidak melapor ke Kadipaten bukan mustahil pemilik kerbau itu mengumpulkan orang
sedesa dan mengejar kita. Sekali tertangkap kita akan mereka gebuk sampai
lumatl" Kunto terdiam sesaat. Lalu bertanya: "Kalau kau sudah takut begitu lalu
bagaimana kita membawa ternak ini langsung ke kota dan menjualnya seolah-olah
milik kita?"
"Aku tidak tolol dan tidak akan melakukan seperti itu.
Ternak ini aku titipkan dulu di luar kota, jika harga cocok baru dibawa ke
tempat Sumengkar."
"Susah-susah ke kota bagaimana kalau kerbau itu aku saja yang membeli"' tiba-
tiba satu suara menimpal.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tentu saja Kunto dan Ario kaget bukan main.
Keduanya sesaat saling pandang. Setan atau manusiakah yang barusan blcera"
Keduanya lalu sama-sama berpaling ke belakang. Tak ada siapa-siapa. Memandang
berkeliling juga tak seorang pun kelihatan. Aneh. Jelas mereka mendengar suara,
tapi di mana orangnya" Ario dan Kunto kembali saling pandang. Keduanya
menunjukkan wajah takut.
"Kudengar daerah sekitar sini banyak dedemitnya,"
bisik Kunto seraya rapatkan kudanya ke kuda kawannya.
"Jangan-jangan...."
"Mungkin kita cuma salah dengar," sahut Ario. Tiupan angin kadang-kadang seperti
suara manusia. Apalagi kalau kita sedang melamun."
"Kita tidak sedang melamun, Ario. Suara manusia mana bisa sama dengan desau
Wiro Sableng 022 Siluman Teluk Gonggo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
angin. Kalau bukan suara manusia itu tadi, pasti suara setan. Mari kita bergerak
lebih cepet"
Kedua orang itu segera menghalau kerbau-kerbau di depan mereka.
"Hail Tunggu dulu!" tiba-tiba suara tadi kembali terdengar. Lebih jelas dan
keras. "Kalian belum menjawab pertanyaanku"
Kunto menggigil sekujur tubuhnya. Dia ingin
menghambur duluan meninggalkan tempat itu. Ario pegang hulu goloknya. Dengan
mata liar dia memandang berkeliling lalu membentak dengan suara bergetar.
"Setari atau manusiakah yang bicara"! Harap tunjukkan muka"
Terdengar suara tawa bergelak. Tiba-tiba semak belukar di samping kiri jalan
tersibak. Seorang pemuda berambut gondrong sambil cengar cengir menyeruak ke
luar. Dia bukan lain adalah Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Siapa kau"!" bentak Ario. Kunto segera lenyap rasa takutnya ketika dilihatnya
yang muncul ternyata hanya manusia blasa dan sendirian pula.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku manusia blasa, bukan setan bukan dedemit.
Kalian belum jawab pertanyaanku. Mau jual kerbau-kerbau ini padaku?"
Dalam hati Ario membathin. Pemuda di depannya itu memperlihatkan tindak tanduk
seperti orang kurang waras. Maka dia bertanya: "Kau bergurau atau bagaimana,
sobat"l"
"Orang mau beli kerbau dibilang bergurau!" Wiro menggerutu.
"Kau punya uang untuk membeli ternak ini semua"!"
Kunto ajukan pertanyaan.
Dari balik pakaiannya Wiro keluarkan sebuah kantong kulit. Ketika digoyangnya
kantong itu mengeluarkan suara berdering. Kunto dan Ario saling pandang.
Kunto mendekati kawannya dan berbisik: "Jika bisa dibereskan di sini kita tak
usah susah-susah ke kota."
Ario mengangguk.
"Kalau kau punya tiga puluh ringgit perak, kau boleh ambil semua kerbau ini!"
berkata Ario. "Ah, itu terlalu mahal sobat," kata Wiro Sableng.
"Terlalu mahal untuk kerbau-kerbau kurus tak berdaging yang seperti binatang
sekat ini. Apalagi kerbau curian pula!"
Paras Ario dan Kunto kontan berubah.
"Pemuda asing. Apa maksudmu mengatakan kerbau curian"!" bentak Ario.
"Siapa mengatakan apa?" tanya Wiro.
Kunto jadi jengkel. "Barusan kau menuduh kami pencuri kerbau!"
"Aku tidak menuduh begitu. Aku cuma bilang kerbau ini kerbau curian...."
"Sudahi tak usah bicera panjang lebar. Kalau kau sanggup bayar dua puluh ringgit
perak kau boleh ambil kerbau-kerbau inll"
"Itu juga masih keliwat mahal sobat," kata Wiro sambil timang-timang uang di
dalam kantong. Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lalu kau mau bayar berapa"!" bentak Ario.
"Setengah ringgit perak kurasa sudah cukup pan tas untuk selusin kerbau ini"
"Kurang ajari Kau hendak mempermainkan kami!
Bajingan tengik" Kunto menarik tali kekang kudanya hingga binatang ini melompat
ke hadapan Wiro.
"Siapa yang kurang ajar" Siapa yang bajingan tengik"
Siapa pula yang main-main?" tukas Wiro. Dari dalam kantong kulit dikeluarkannya
sebuah mata uang perak.
Dengan kedua tangannya enak saja dia mematahkan uang perak itu hingga terbelah
dua. Tentu saja ini membuat Ario dan Kunto terkejut. Karena mematahkan uang
perak dengan tangan blasa merupakan satu hal yang mustahil.
Ario jadi curiga. Jika pemuda asing yang seperti kurang waras Ini memiliki
kepandaian tinggi, bukan tak mungkin dia adalah seorang jagoan dari Kadipaten
yang sengaja menyamar untuk membuntuti mereka.
"Orang muda, apakah kau petugas Kadipaten" Atau dari Kotaraja?" tanya Ario.
Wiro Sableng tertawa dan garuk-garuk kepalanya.
"Aku bukan petugas,Kadipaten. Apalagi Kotaraja.Aku datang kemari untuk membeli
kerbau kalian, Nah ini uangnya setengah ringgit. Terimalah!"
Wiro lalu lemparkan potongan uang yang tadi
dibelahnya ke arah Kunto. Lemparan itu kelihatannya blasa-blasa saja, perlahan.
Tetapi begitu mengenai dada Kunto langsung lelaki ini menjerit kesakitan.
Kesakitan dan marah Kunto segera hendak cabut goloknya. Tapi heran! Celaka! Dia
tidak bisa menggerakkan tangannya.
Juga bagian-bagian tubuhnya yang lain. Sekujur badannya kaku tegangi Masih
untung dia bisa membuka mulut dan berteriak: "Ario! Bangsat ini menotokku!"
Kagetlah Ario. Tanpa menunggu lebih lama dia segera mencabut goloknya dan
membabatkan senjata ini ke kepala Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Bajingan tengiki Kau batul-betul ingin mampusl"
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Puah! Kalianlah yang parlu dihajar" damprat Wiro.
Dia menunduk. Golok Ario berkelebat di atas kepalanya.
Sesaat kemudian Ario terdengar menjerit dan seperti Kunto tubuhnya pun kini kaku
kejang dihantam totokan.
Tanpa perdullkan jeritan dan caci maki kedua orang itu Wiro membelintangkan
keduanya di atas kuda milik Kunto.
Dia sendiri lalu naik ke atas kuda Ario lalu menggiring kedua pencuri itu
bersama selusin kerbau menuju kampung di mana Kunto dan Ario telah mencuri
binatang-binatang tersebut.
Hari telah malam ketika Wiro sampai di kedai di mulut jalan itu. Tapi di dalam
kedai orang banyak masih berkumpul menyaksikan pemilik kerbau dan kedua anaknya
yang masih berdiri tegak dalam keadaan kaku.
Tak ada satu orang pun yang tahu bagaimana caranya melepaskan totokan mereka.
Banyak yang mencoba dengan jalan mengurut-urut atau memukul-mukul, tetapi sia-
sia. Akhirnya semua orang hanya bisa melihat saja tanpa bisa berbuat sesuatu.
Dalam keadaan itulah Wiro muncul dan masuk kembali ke dalam kedai. Serta merta
orang banyak menyingkir. Bukan saja mereka merasa takut terhadap pemuda ini,
tetapi juga kaget melihat dua sosok tubuh yang dilemparkan Wiro ke lantai kedai.
Apa pula yang telah terjadi, pikir semua orang.
Orang tua berambut kelabu membuka mulut siap untuk memaki. Tapi Wiro cepat
menutup mulutnya dengan tangan kiri sementara dua anaknya memandang dengan mata
melotot, beringas tetapi tak berani keluarkan suara.
Kalau saja keduanya tidak dalam keadaan tertotok, pastilah keduanya sudah
menyerang Wiro.
"Orang tua," kata Wiro pula. "Kau lihat pemuda gondrong yang menggeletak di
depan kakimu itu"
Sepintas tampang dan perawakannya mirip aku, bukan?"
Si rambut kelabu sejenak memandang pemuda yang terbujur di lantai dalam keadaan
tertotok itu. "Apa
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
maksudmu" Siapa mereka?" tanya orang ini begitu Wiro lepaskan tekanannya dari
mulut lelaki itu.
"Merekalah yang mencuri kerbaumu. Yang gondrong itu bernama Ario. Temannya
Kunto. Kerbau-kerbaumu ada di luar kedail"
"Kurang ajar! Jadi?"
"Jadi ya jadi" kata Wiro sambil senyum-senyum.
"Sekarang kalian baru perceya kalau aku bukan pencuri.
Nah kalian mau berbuat apa terhadap mereka. Mau ke Kadipaten itu memang baiknya.
Mau digebuk lebih dulu asal tidak sampai mampus, aku tak mau ikut campurl"
Habis berkata begitu Wiro lantas lepaskan totokan pada tubuh orang tua itu dan
kedua anaknya. Lalu tanpa berkata apa-apa lagi dia berkelebat ke pintu.
"Hai, tunggu dulu!" seru orang tua pemilik kerbau. Dia dan kedua anaknya
mengejar ke pintu. Namun sampai di luar dia hanya melihat kegelapan. Selusin
kerbau mereka berkeliaran di halaman kedai.
"Heran, dia lenyap seperti ditelan bumi!" desis orang tua itu.
"Dia bukan manusia sembarangan, ayah..." bisik anaknya yang berewok. Adiknya
mengajak masuk ke dalam untuk membereskan kedua pencuri itu.
"Anak-anak kalian ingat. Kedua pencuri itu layak dihukum dan dihajar. Tapi ada
batasnya. Kalau mereka sampai mati di tangan kalian kita bisa mendapat urusan
dengan petugas-patugas Kadipaten!"
Kedua anaknya seperti tidak mengacuhkan ucapan ayah mereka. Begitu masuk ke
dalam kedai langsung saja menghadlahkan tendangan-tendangan dan bogem-bogem
mentah hingga kedua pencuri kerbau itu menjerit-jerit minta ampun
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
KIRA-KIRA setengah hari perjalanan dari gunung Muryo di sebelah tenggara
terdapat sebuah bukit kecil yang amat rimbun ditumbuhi semak belukar dan
pepohonan liar.
Menurut penduduk yang tinggal jauh dari situ, konon tak pernah seorang manusia
pun sejak tiga puluh tahun silam berani berada dekat bukit itu. Apalagi mencoba
mendatanginya. Pohon-pohon jati yang tumbuh di situ amat bagus jenisnya. Namun
tak seorang pun penebang kayu yang mau datang ke situ untuk menebangnya.
Kenapa sampai terjadi demikian tentu ada sebab musababnya.
Menurut orang-orang tua yang tahu kisahnya, sebelum tiga puluh tahun yang lalu,
bukit itu seperti bukit-bukit lainnya di sekitar situ banyak didatangi orang.
Kemudian terbetik berita bahwa setiap orang yang berani datang ke bukit itu
pasti tak akan kembali lagi. Entah hilang kesasar entah mati. Yang jelas orang
atau mayatnya tak pernah ditemui kembali.
Selama bertahun-tahun terjadi hal semacam itu hingga penduduk menjadi takut.
Bukit itu dlanggap angker. Tak seorang pun lagi berani datang dekat-dekat ke
situ. Dan entah siapa yang memulai menamakannya, bukit satu itu lalu diberi nama
Bukit Hantu. Pada malam-malam tertentu, terutama ketika sedang gelap buian, dari puncak bukit
terdengar suara pekik jerit aneh dan mengerikan. Sekali-sekali suara jeritan itu
diseling oleh lolongan anjing. Karena diketahui tak saorang pun diam di,bukit
itu, maka siapa lagi yang dapat menimbulkan suara demikian kalau bukan bangsanya
hantu atau setan-setan gentayangan. Demikian penduduk beranggapan.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun hari itu terjadi satu kelainan yang bisa dikatakan satu keluarblasaan.
sewaktu awan kelabu bergerak dan berarak dari arah tenggara, seorang penunggang
kuda berpakaian mewah tampak memacu kuda
tunggangannya menuju Bukit Hantu. Apakah dia seorang asing yang tidak tahu
angker dan bahayanya memasuki daerah itu" Tetapi dari gerak gerlk dan caranya
orang Ini menunggangi kuda menempuh jalan, agaknya dia
mengetahui betul seluk baluk daerah tersebut. Sekurang-kurangnya pernah
mendatangi tempat itu sebelumnya.
Di penengahan lereng Bukit Hantu, orang ini hentikan kudanya. Sesaat dia
memandang berkeliling, lalu mengelus tengkuk kudanya sambil bergerak turun.
"Kembalilah pulang. Cukup kau mengantarkan aku sampai di sini...."
Sang kuda, yang sejak tadi dari kaki bukit menunjukkan sikap aneh, tiba-tiba
menaikkan kedua kakinya tinggi-tinggi dan meringkik keras, lalu membalikkan
tubuh dari lari meninggalkan tuannya.
Orang berpakaian bagus dan mahal itu menghela nafas dalam. Paling tidak usianya
sudah mencapai lima puluh tahun. Meskipun tampangnya sudah mulai keriputan tapi
juga membayangkan sifat keras dan buas
Tak lama sesudah kudanya pergi, orang ini melanjutkan perjalanannya menuju
puncak, bukit dengan jalan kaki.
Kira-kira sepeminuman teh lagi dia akan sampai ke puncak Bukit Hantu, jalan yang
ditempuhnya mulai tidak sesukar sebelumnya. Semak belukar hampir tak ada sama
sekali seperti pernah ditebang dan dirapikan orang.
Bahkan di hadapannya kini muncul satu jalan kecil dan rata menuju ke puncak. Di
mulut jalan kecil mendadak sontak sepasang kaki orang ini berhenti melangkah dan
laksana dipakukan ke tanahl
Dia sudah.mendengar seribu satu macam keangkeran yang ada di bukit itu. Tapi
adalah tidak menduga sama sekali kalau apa yang disaksikannya di hadapannya saat
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu benar-benar akan membuat tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Tiga puluh
tahun yang silam, selagi dia masih seorang pemuda, pemandangan itu belum ada.
Pastilah apa yang kini dilihatnya berasal dari puluhan manusia yang pernah
dikabarkan hilang di Bukit Hantu itu.
Berdiri disitu maulah laki-laki ini membalikkan tubuh dan lari meninggalkan
bukit tersebut. Namun sesuai dengan ketentuan, hari itu adalah "Hari
Perjanjian". Dia harus datang sesuai dengan sumpahnya. Kalau dia mungkir, maka
makhluk aneh mengerikan, yang selalu mendatanginya setiap malam Jumat akan
datang lagi kepadanya dan sekali ini untuk mencekiknya sampai mati, mencopot
kepalanya! Agaknya tak ada jalan kembali. Memutar haluan berarti mati secara mengerikan.
Sekilas terbayang olehnya istri serta keempat orang anak yang disayanginya. Dia
akan meninggalkan mereka semua untuk selama-lamanya demi memenuhi sumpah tiga
puluh tahun yang lewat. Tapi tak apa. Dia coba menghibur diri. Toh istri dan
anak-anaknya kini hidup bahagia dalam sebuah rumah besar dan mewah, harta
berlimpah, sawah ladang luas, ternak berkandang-kandang. Semua kekayaan itu tak
akan habis sampai tujuh turunan.
Dlkatupkannya mulutnya rapat-rapat. Dengan me-netapkan hati serta pikiran dan
melangkah maju kembali.
Jalan kecil di hadapannya tampak memutih. Putih oleh tulang belulang manusia
beraneka bentuk. Dan di atas jalan tulang belulang inilah kakinya melangkah.
Kedua tepi jalan kecil itu dibatasi dengan puluhan tengkorak kepala manusia.
Tubuhnya terasa bergetar. Dia terus melangkah, perutnya terasa mual. Akhirnya
dia sampai di ujung jalan.
Di hadapannya tegak kini sebuah bangunan kecil yang keseluruhannya terbuat dari
tulang belulang manusia.
Berapa puluh atau berapa ratus manusiakah yang telah jadi korban di atas bukit
ini" Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dari sela-sela dinding tulang kelihatan merambas asap aneka warna. Hidungnya
dilanda oieh bau aneh. Bau harum aneh yang menggidikkan karena berbaur jadi satu
dengan bau anyir busuk
Bangunan kecil itu mempunyai sebuah pintu yang tidak tertutup. Dari tempatnya
berdiri, lelaki tadi dapat melihat ke dalam. Di dalam ba ngunan tulang ini
tampak duduk seorang lelaki kurus bermuka dahsyat. Jika dia masih benar seorang
manusia maka wajahnya adalah sepuluh kali lebih mengerikan dari wajah setan.
Manusia ini memiliki rambut putih panjang yang menutupi sebagian wajahnya. Di
belakang tikar kecil di mana manusia ini duduk terdapat lima buah belanga. Di
dalam belanga ada cairan masing-masing berwarna hitam, merah, biru, ungu dan
hijau. Dari setiap belanga mengepul asap yang warnanya sesuai dengan cairan
didalamnya. Orang itu menggerakkan kepalanya. Rambut putih yang menutupi sebagian wajahnya
tersibak. Kini kelihatanlah keseluruhan wajahnya yang mengerikan itu.
Lelaki di ambang pintu serasa terbang semangatnya sewaktu si muka setan tiba-
tiba mengeluarkan suara seperti lolongan srigala di malam buta. Begitu kerasnya
lolongan itu hingga bangunan tulang beiulang serta tanah yang dipijak terasa
bergetar Anehnya mulut si muka setan sedikit pun tak kelihatan membuka!
Sesaat kemudian terdengar suaranya: "Bagus! Kau datang tepat pada waktunya
Sonya! Sebelum kau melangkah ke hadapanku, sebelum kau memasuki
bangunan ini, tanggalkan dulu pakaian bagusmu dan pakai ini!" Ternyata suara si
muka setan halus seperti perempuan, hanya saja mengandung pengaruh yang hebat
luar blasa, dari balik pakaiannya yang seperti jubah berwarna hitam
dikeluarkannya satu setel pakaian butut penuh tambalan dan bau apek. Pakaian itu
dilemparkannya ke hadapan orang di ambang pintu yang dipanggilnya dengan nama
Sonya. Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah lebih dulu menjura, Sonya mengambil pakaian butut bau itu Dibukanya
pakaian yang dikenakannya, dilemparkannya jauh-jauh lalu dikenakannya pakaian
yang diberikan si muka setan. Setelah berganti pakaian dia pun masuk ke dalam
bangunan tulang.
"Duduk"
Si muka setan tudingkan jarinya yang kurus dan berkuku panjang. Sonya lalu duduk
di hadapannya. "Ceritakan dengan singkat garis kehidupanmu sejak tiga puluh tahun silam kau
meninggalkan bukit ini!" kata si muka setan pula.
Sonya menelan ludahnya baru menjawab: "Berkat ilmu yang Datuk ajarkan aku telah
menjadi kaya raya. Aku kawin dan punya empat orang anak."
"Kau senang" Bahagia...?"
Sonya mengangguk.
"Pada detik kau duduk di hadapanku ini, kau telah dan harus meninggalkan
kesenangan dan kebahagiaan itu"
"Aku tahu Datuk"jawab Sonya
"Kau bakal dapat kebahagiaan lain. Asal saja kau tempuh cara hidup seperti yang
Wiro Sableng 022 Siluman Teluk Gonggo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kuajarkan tiga puluh tahun yang lewati"
"Aku akan tempuh Datuk."
"Lengkap dengan syarat utamanya"
"Lengkap dengan syarat utamanya," mengulang Sonya.
"Bagus. Sekarang coba kau katakan syarat utama itu"
"Syarat utama itu ialah setiap permulaan tahun baru aku harus membunuh anakku
yang paling kecil dan lemparkannya ke dalam laut." Suara Sonya bergetar.
"Bagusi Ternyata kau betul-betul masih ingat syarat utama itu" kata sang Datuk
pula. Lalu dari mulutnya keluar suara tertawa aneh menggidikkan. Kemudian sambil
menuding ke balakang dia bertanya : "Adakah kau melihat lima buah belanga itu?"
"Ada Datuk."
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Berdirilah"
Sonya berdiri. "Di dalam belanga itu terdapat cairan berlainan warna.
Masing-masing cairan harus kau minum sebanyak tiga teguk. Sebagian sisanya
diguyurkan ke kepala dan badanmu. Segera mulai dengan, belanga di ujung kiri "
Sonya melangkah mendekati belanga di ujung kiri. Di situ terdapat cairan
berwarna merah pakat, kental dan mengepulkan asap. Sesuai dengan perintah sang
Datuk muka setan maka diminumnya cairan itu sebanyak tiga teguk. Belum lagi
minum, baru mencium bau cairan, perutnya sudah terasa mual dan tenggorokannya
mau muntah. "Kau ragu Sonya"!" suara sang Datuk bernada menegur dan mengancam Sonya segera
meneguk cairan busuk itu tiga teguk. Lalu menyiram kepala dan badannya dengan
cairan yang sama. Kemudian dia mendekati belanga kedua dan seterusnya.
"Sudah Datuk," suara Sonya seperti tercekik.
"Bagus. Sekarang duduk di hadapanku!"
Dengan sekujur kepala serta pakaian basah kuyup dan berbau busuk, Sonya duduk
kembali di hadapan si muka setan.
"Pejamkan matamu Sonya"
Sonya menurut dan pejamkan matanya.
"Sekarang buka!"
Sonya buka kedua matanya. Pandangan matanya kini membersit aneh. Liar
menyeramkan: Bagian mata yang tadi putih kini kelihatan merah.
"Bagaimana perasaanmu?" bertanya Datuk.
"Tubuhku terasa hangat. Sangat ringan. Di samping itu ada perasaan aneh, yang
aku tidak tahu, menyelimuti diriku...."
"Itu bukan parasaan aneh. Kau harus dapat menerangkannya! Ayo!"
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sonya berpikir kemudian menjawab. "Betul. Bukan perasaan aneh. Perasaan Itu
adalah nafsu. Nafsu untuk membunuh. Nafsu untuk ingin melihat kematian manusia
lain secara mengerikan!"
Orang tua berambut putih panjang bermuka setan tertawa panjang. "Bukan hanya
nafsu untuk membunuh Sonya! Bukan hanya hasrat untuk melihat kematian yang
menyeramkan. Tapi ada lagi satu nafsu kini mendekam dalam tubuhmu. Nafsu kotor!"
Sonya mengangguk aneh.
"Ya. Nafsu kotor," katanya mengulang. "Nafsu terhadap perempuan," sambungnya
dengan suara berdesis.
Kembali sang Datuk keluarkan suara tertawa panjang.
"Bila kau sudah meninggalkan tempat ini, kau harus hidup menurut kehendak hatimu
Sonya. Menurut nafsu yang kini tertanam dalam dirimu! Kau boleh membunuh
semaumu. Kati boleh mengumbar nafsumu terhadap perempuan mana saja yang kau
inginkan! Tentunya kau pilih yang cantik-cantik buksn Sonya" Tak perduli anak
atau istri orang. Apalagi janda... hik... hik...hik!"
Sonya hanya bisa mengangguk.
"Sebelum pergi kau harus tinggal di sini selama satu minggu. Sesudah itu baru
kau boleh pergi. Dengar Sonya?"
"Tentu Datuk."
"Kelak jika ilmu itu telah kau kuasai, dunia luar akan menjadi geger! Dan tak
satu tokoh silat atau orang saktipun di dunia luar yang dapat mengalahkanmu!
Itulah kehebatan ilmu siluman ciptaanku" Sang Datuk tertawa lagi panjang dan
lama. Sonya ikut tertawa.
Tiba-tiba sang Datuk hentikan tawanya dan berdiri.
"Kau akan tinggal selama tujuh hari di sini. Selama tujuh hari itu kau akan
tidur bersamaku, melayaniku
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sambil aku mengajarkan ilmu padamu. Kau dengar dan mengerti Sonya?"
"Dengar Datuk, tapi kurang mengerti...."
Sang Datuk menyeringai dan tertawa kembali, tiba-tiba dia buka jubah hitamnya
dan kini dia tegak dihadapan Sonya dalam keadaan tanpa pakaian sama sekali.
Sonya terbeliak kaget. Dari sosok tubuh telanjang yang berdiri di hadapannya itu
tidak disangkanya kalau sang datuk ternyata adalah seorang perempuan.
"Datuk, jadi kau...."
"Hik... hik... hik. Aku memang seorang perempuan Sonya. Kau kecewa tubuhku tidak
sebagus tubuh perempuan muda..."!"
"Ti.. tidak Datuk," sahut Sonya. Walau yang dilihatnya memang hanya tubuh
tinggal kulit pembalut tulang. Perut dan dada keriput.
"Sekarang kau harus lebih dulu melayaniku Sonya..."
Meski tubuh itu jeiek luar blasa, tapi nafsu aneh yang mendekam dalam dirinya
telah membakar birahi Sonya.
Dia mengangguk dan melangkah mendekat. Lalu seperti seekor singa lapar
dirangkulnya tubuh sang Datuk.
Keduanya segera saja berguling di lantai!
PAGI hari ke delapan Sonya duduk di hadapan sang Datuk muka setan.
"Semua ilmu baru ciptaanku telah kau kuasai Sonya.
Sebelum kau meninggalkan tempat ini akan kutegaskan lagi beberapa hal kepadamu.
Pertama begitu turun dari bukit ini kau harus pergi ke TELUK GONGGO di pantai
utara. Aku telah membangun sebuah tempat di sana yang dapat kau tinggali sebagal
istana. Dari luar pintu bangunan itu hanya merupakan sebuah goa buruk, mudah
saja mencarinya. Hal kedua yang akan kuberitahukan ialah selama dunia terkembang
kau tak bakal mengalami kematian. Kecuali jika terjadi dua hal. Pertama kau tak
boleh kena air hujan. Jika itu sampai terjadi ilmu siluman
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang kau miliki akan luntur dan seseorang dengan mudah bakal dapat membunuhmu!
Pantangan kedua yang bisa menyebabkan kematianmu ialah binatang itu...."
Datuk muka setan mendongak ke atas langit-langit bangunan. Di sana di dalam
sebuah sangkar yang terbuat dari tulang-tulang iga manusia tampak seekor burung
Nuri merah. "Nyawamu adalah juga nyawanya Sonya. Dengan kata lain kau baru bisa mati kalau
seseorang membunuh burung itu"
"Bagaimana kalau binatang itu sewaktu-waktu sakit dan mati. Apakah aku juga akan
mati Datuk?"
"Tidak, kau tidak akan mati. Cuma mampus! Karenanya kau harus rawat dia baik-
baik!" kata Datuk sambil tertawa gelak-gelak. "Dan jangan lupa syarat utama
tempo hari. Kau tidak diperkenankan menjenguk anak istrimu. Pada hari pertama pergantian
tahun kau baru boleh mendatangi mereka, tapi hanya untuk membunuh anakmu yang
paling kecil! Tahun berikutnya anakmu yang paling muda, begitu seterusnya. Jika
keempat anakmu sudah habis maka kau harus mencari anak orang lain tapi yang
berusia tidak boleh lebih dari tiga tahun"
Sonya mengangguk tanda mengerti.
"Jika kau lalai melaksanakan syarat itu maka siluman peliharaanku akan
mendatangimu. Menyiksamu selama tujuh tahun sebelum menamatkan riwayatmu"
Sang Datuk lalu mengambil burung Nuri dalam sangkar dan menyerahkannya pada
Sonya. "Bawa ini dan simpan di istanamu di Teluk Gonggo. Sebelum kau pergi ada
satu hal yang akan terjadi Sonya."
"Hal apakah datuk?" tanya Sonya sambil mengambil burung Nuri.
"Nanti kau akan lihat sendiri. Jika hal itu sudah terjadi kau bakarilah bangunan
ini dengan segala apa yang ada di dalamnya! Dengan segala apa yang ada
didalamnya! Ingat itu baik-baik" Selesai berkata begitu Datuk muka setan
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menyeringai aneh. "Kau puas melayaniku selama satu minggu Sonya?"
"Puas Datuk." Diam-diam Sonya menduga sang Datuk akan menyuruhnya lagi melayani
nafsu gilanya. Sang Datuk melolong panjang.
"Bagus. Kalau begitu aku akan mati dengan perasaan tenang" Selesai berkata
begitu sang Datuk hantamkan tinju kanannya ke kepalanya sendiri!
"Prakl"
Tak ampun lagi kepala itu pun pecah. Darah dan otak berhamburan. Tubuhnya
terguling tanpa nyawa. Sonya kaget bukan main. Tubuhnya bergetar dan dari sela
bibirnya tiba-tiba melesit suara tertawa aneh disusul suara lolongan seperti
srigala. Dia tertawa menyaksikan kematian menyeramkan gurunya sendiri!
Sesuai dengan pesan sang guru, semua yang ada di dalam bangunan harus
dimusnahkan! Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
BUKIT HANTU...?" kata orang kedai sambil memandang tamunya yang duduk mengunyah
nasi di hadapannya.
Wiro mengangguk.
"Orang muda, rupanya kau belum pernah mendengar berita atau cerita tentang bukit
itu hingga menanyakan jalan terdekat menuju ke situ!"
"Banyak sekali yang kudengar pak."
"Kalau begitu pikiranmu kurang sehat. Selama ini tak seorang pun berani dekat-
dekat ke sana, apalagi bermaksud mengunjunginya. Siapa yang berani mendaki bukit
itu tak pernah kembali. Jangankan kau yang punya satu nyawa, sekaiipun kau punya
tiga nyawa pasti ketiga nyawamu bakal melayang"
"Sudahlah pak, kalau kau tak keberatan tunjukkan saja arahnya. Soal mati biar
aku yang tanggung akibatnya."
Pemilik kedai angkat bahu. Dia menunjuk lewat pintu kedai. "Lihat gunung itu?"
Wiro manggut. "Itu gunung Muryo. Pergilah ke arah tenggara. Disana akan kau temui daerah
berbukit-bukit. Bukit paling tinggi itulah Bukit Hantu!"
Selesai makan, Wiro membayar apa-apa yang
dipesannya lalu cepat-cepat meninggalkan tempat itu diikuti pandangan pemilik
kedai. "Masih ada saja orang yang mencari mati di dunia ini!" gumamnya.
Dengan mengandalkan ilmu larinya, tak lama setelah matahari pagi naik, Pendekar
212 Wiro Sableng sudah sampai di puncak Bukit Hantu. Ternyata dia terlambat.
Hanya sepenanakan nasi sebelumnya Sonya telah meninggalkan tempat itu. Yang
ditemuinya hanyalah
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tumpukan tulang belulang yang menghitam jadi arang.
Ketika diperhatikannya lebih teliti, di bawah tumpukan tulang belulang putih itu
dilihatnya sesosok tubuh manusia yang telah gosong. Dengan sebatang cabang kayu
kecil disibaknya tulang-tulang itu.
"Pasti ini si keparat Datuk Siluman" kata Wiro dalam hati. "Sialan. Aku
terlambat. Seseorang telah duluan membunuhnya!' Meskipun bukan dia yang turun
tangan namun murid Eyang Sinto Gendeng ini merasa lega juga karena manusia
penimbul malapetaka besar bagi dunia perailatan telah tamat riwayatnya.
Karena tak ada hal lain yang akan dilakukannya maka Wiro segera meninggalkan
Bukit Hantu sambil bersiul-siul.
Jalan yang ditempuhnya justru yang sebelumnya juga ditempuh oleh Sonya!
Satu bulan yang lalu, beberapa tokoh sifat di wilayah timur telah meminta
bantuan Pendekar 212 untuk memusnahkan Datuk Siluman yang bercokol di Bukit
Hantu. Hidup matinya manusia jahat ini amat menen-tukan ketentraman dunia
persilatan. Bukan rahasia lagi bahwa diketahui Datuk Siluman itu telah
menciptakan suatu ilmu hitam.yang amat hebat, dan kelak akan menimbulkan
malapetaka dahsyat bilamana tidak segera dicegah. Nyatanya kini Datuk gotongan
hitam itu telah menemui ajalnya. Seseorang telah menghancurkan batok kepalanya
lalu membakar sang Datuk bersama tempat kedlamannya. Siapakah yang telah
melakukan hal itu"
Jago atau tokoh silat dari maha" Tentu saja Wiro tidak mengetahui kalau Datuk
Siluman sengaja bunuh diri setelah lebih dulu mewariskan semua ilmu hitam yang
dimilikinya kepada murid tunggalnya yang cuma digembleng selama satu minggu
yaitu Sonya. Kita tinggalkan dulu perjalanan Wiro dan mengikuti perjalanan Sonya. Saat itu
dia tengah menuju ke pantai utara, yaitu sesuai dengan perintah gurunya. Dia
berada sekitar dua jam perjalanan di depan Wiro. Menjelang
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tengah hari Sonya sampai di tepi sebuah telaga berair jernih. Dia berhenti di
situ dan duduk di bawah sebuah pohon yang rindang. Burung Nuri dalam sangkar
tulang yang jadi pautan nyawanya diletakkan di tanah dijaganya hati-hati.
Udara yang panas seperti saat itu membuat dia ingin turun ke telaga dan mandi.
Tapi dia khawatir kalau-kalau sekitar situ ada binatang buas yang selagi dia
mandi menyergap burung Nurinya. Sekali burung itu disergap binatang maka putus
pulalah nyawanya!
Setelah hilang letihnya, Sonya bersiap meninggalkan tepian telaga. Pada saat
ftulahlapat-lapat didengarnya suara rentak kaki kuda dan gemelatak roda-roda
kereta. Sonya menyelinap dan bersembunyi ke balik pohon besar.
Tak lama kemudian kelihatanlah serombongan
penunggang kuda mengawal sebuah kereta barang.
Begitu melihat telaga berair jernih dan sejuk, lelaki gemuk berpakaian bagus
yang duduk di samping kusir kereta berseru: "Kita istirahat dulu di sini"
Maka rombonganpun berhentilah.
Lelaki gemuk berpakaian bagus itu adalah seorang saudagar kaya yang tengah
membawa barang dagangan-nya menuju Jepara. Namanya Raden Mas Kuncoro.
Bersamanya ikut lima orang pengawal yang dipimpin oleh Rah Brojo, seorang jago
silat berkepandaian tinggi.
Memang meskipun masa itu daerah Jawa Tengah cukup aman, tetapi saudagar seperti
Raden Mas Kuncoro mana berani mengangkut barang tanpa pengawal. Sudah lazim para
pedagang menyewa pengawal-pengawal
berkepandaian tinggi demi keselamatan harta dan nyawa selama perjalanan.
Sang saudagar turun dari kereta. Setelah meneguk air sejuk dari dalam sebuah
kantong kulit yang dibawanya, dia pun melangkah ke tepi telaga guna mencuci muka
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
serta kakinya. Saat itulah pandangannya menangkap sosok tubuh Sonya yang berdiri
di balik pohon besar sambil memegangi sebuah sangkar aneh berisi Nuri merah.
Raden Mas Kuncoro adalah seorang saudagar yang gemar memelihara burung. Di
tempat kedlamannya sengaja dia membangun sebuah bangunan besar di mana
dipeliharanya puluhan jenis burung yang bagus-bagus.
Melihat Sonya berdiri memegangi burung Nuri tertariklah hatinya. Dia seperti
tidak melihat kelainan pada tampang dan pakaian Sonya. Pikirannya hanya tertuju
pada burung dalam sangkar tulang. Sementara rombongan duduk di tapi telaga
sebelah lain, Kuncoro melangkah mendatangi Sonya.
"Burung Nuri itu bagus sekali," Raden Mas Kuncoro menyapa. Sambil tersenyum.
Sonya diam saja.
"Burungmu?"
"Ya. Kenapa?" Sonya balik bertanya.
"Bagus sekali. Bagus sekali. Belum pernah aku melihat Nuri seperti satu Ini."
Saudagar itu membungkuk agar dapat melihat binatang itu lebih jelas. "Sangkarnya
kenapa aneh begini?"
"Bagiku tidak aneh," sahut Sonya kaku.
Kuncoro mengangkat kepalanya. Sikap pemilik burung itu dlanggapnya tidak ramah.
Membuatnya tidak enak.
Ketika diperhatikannya tampang Sonya, hatinya tambah tidak enak. Ada rasa ngeri
melihat wajah manusia itu. Lalu pakaiannya yang kotor penuh tambalan dan bau
busuk yang membersit dari tubuh orang itu.
"Dengar saudara," kata Kuncoro. "Aku seorang penggemar burung. Kau mau menjual
Nuri ini?"
Sonya seperti kaget. Tetapi sesaat kemudian dia tersenyum. Senyum aneh di mata
sang saudagar. "Katakan saja harganya pasti kubayar," kata Raden Mas Kuncoro seraya meraba
sabukuang di pinggangnya.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Burung ini tak kujual!" kata Sonya tandas.
"Sepuluh ringgit emasl" kata Raden Mas Kuncoro tak tanggung-tanggung. Sepuluh
ringgit emas adalah harga gila dan amat mahal untuk seekor burung meskipun
sebagus Nuri itu. Tapi bagi seseorang yang senang akan suatu benda harga bukan
menjadi persoalan. Apalagi bagi esorang seperti saudagar itu. Sepuluh ringgit
emas bukan apa-apa baginya. Dengan tenang Kuncoro keluarkan sabuk uangnya.
Sonya pencongkan mulut dan berkata: "Lima puluh ringgit emas pun burung ini tak
Wiro Sableng 022 Siluman Teluk Gonggo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akan kujual!"
Saudagar itu terkesiap sejenak. Dia berpikir-pikir. Lalu sambil tersenyum dia
berkata: "Begini saja saudara, kau ikut ke rumahku. Di sana kau boleh pilih tiga
ekor Nuri yang sama seperti ini. Kemudian kutambah dua puluh ringgit emas dan
serahkan Nuri itu padaku!"
Sang saudagar merasa pasti kali ini Sonya akan menyetujui. Tapi jawaban Sonya
justru membuat dia terkejut.
"Sekali aku bilang burung ini tidak dijual, tetap tak akan kujual. Kau tidak
tuli bukan"!"
"Tiga burung Nuri ditambah tiga puluh ringgit emas!"
kata Raden Mas Kuncoro sambil mengangkat kedua tangannya.
"Sekalipun nyawamu kau berikan padaku tak nanti burung ini akan kujuai!" sahut
Sonya dan memutar tubuh meninggalkan tempat itu. Kuncoro cepat memegang bahunya.
"Tawaranku masih belum selesai. Aku bisa menaikkan-nya lagi. Berapa kau suka,
saudara" Kau jangan main-main...."
Sonya hentikan langkahnya, berpaling menghadapi Kuncoro. Sepasang matanya
membersitkan sinar aneh.
Sinar menggidikkan.
"Siapa bilang aku main-main. Aku akan buktikan bahwa aku tidak main-main. Nah
mampuslah!"
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sonya mengangkat tangan kanannya. Lima jari tangan kanannya yang berkuku panjang
terpentang mengerikan.
Lalu terdengar pekik Raden Mas Kuncoro. Tubuhnya roboh di tepi telaga. Mukanya
hancur mengerikan. Hampir tak dapat dikenali lagi. Dua biji matanya mencuat ke
luar. Hidungnya tanggal dan mulutnya robek. Itulah keganasan
"Cakar Siluman", Ilmu yang telah dipergunakan Sonya untuk menamatkan sang
saudagar hanya dengan sekali bergerak saja!
Mendengar jeritan Kuncoro dan melihat sosok tubuh saudagar itu roboh ke tanah,
lima pengawal tersentak kaget dan melompat mendatangi. Rah Brojo paling depan.
Matanya membelalak melihat kematian sang saudagar.
Suaranya bergetar rahangnya menggembung.
"Orang asing! Pasal apakah maka kau sampai membunuhnya begini keji"!"
"Tak ada pasal tak ada lantaran" jawab Sonya.
"Kenapa kau lalu membunuhnya?"
"Karena aku ingin membunuhnya. Habis perkara"
"Kalau begitu kau adalah iblis edan yang harus dihajar!".
Rah Brojo hantamkan satu jotosan ke dada Sonya, Gerakannya cepat dan keras. Yang
diserang tertawa aneh.
Sinar mengerikan kembali membersit di kedua matanya.
Dia berkelit mengelakkan jotosan lawan. Dilain kejap sambil dibarengi teriakan.
"Mampuslah!" tangan kanannya kirimkan cakaran ke muka kepala pengawal itu.
Sebagai kepala pengawal kereta dagang Roh Brojo memiliki ilmu silat tinggi
ditambah segudang pengalaman.
Cepat-cepat dia menghindar ke samping. Cakaran lawan berhasil dielakkannya.
Tetapi kelima jari tangan itu tiba-tiba membalik cepat dan memburu ke mukanya.
Kali ini Rah Brojo tak sanggup lagi berkelit. Jeritannya terdengar.
Tubuhnya terhempas ke tanah. Dia mati dengan muka rusak mengerikan seperti yang
barusan dialami Raden Mas Kuncoro!
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Manusia biadab. Besiaplah untuk mati" teriak seorang pengawai kereta. Bersama
tiga kawannya, dengan bersenjatakan golok dan dibantu pula oleh kusir kereta
yang memegang sepotong besi panjang, mereka serentak mengurung dan menyerbu
Sonya. Dikeroyok lima begitu rupa Sonya menunggu dengan keluarkan suara tertawa aneh.
Dengan tangan kiri masih tetap memegang sangkar tulang, lelaki ini berkelebat.
Kelima penyerangnya terkesiap ketika mendapatkan orang yang menjadi sasaran
lenyap dari hadapan mereka.
Senjata masing-masing malah ada yang saling beradu satu sama lain. Belum habis
rasa kaget mereka tiba-tiba terdengar bentakan:
"Mampuslah!"
Setelah itu suara pekik terdengar susul-menyusul.
Empat pengawal tersungkur di tanah dengan muka hancur mengerikan. Satu-satunya
yang masih hidup yakni kusir kereta, yang lumer nyalinya, tanpa tunggu lebih
lama segera putar badan ambil langkah seribu.
Tapi nasibnya cuma tertunda tiga langkah. Pada langkah ke empat lima jari tangan
dengan ganas berkelebat di depannya. Untuk keseklan kalinya lima jari siluman
meminta korban!
Sonya membersihkan tangannya yang penuh darah.
Lalu dia menggeledah pakaian para korban, Setiap uang dan benda berharga yang
ditemuinya diambilnya. Jumlah terbanyak yang didapatnya adalah dari tubuh Raden
Mas Kuncoro. Pendekar 212 Wiro Sableng yang sampai di tempat itu dua jam kemudian merasa
heran menemukan beberapa ekor kuda dan kereta tanpa kelihatan seorang manusia
pun. Namun keheranannya itu berubah menjadi rasa terkejut sewaktu menemui tujuh
mayat yang bergelimpangan di tepi telaga. Semuanya mati dengan muka hancur mengerikan.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Murid Sinto Gendeng ini mengerenylt, geleng-geleng kepala dan garuk rambutnya.
Apa yang sebenarnya telah terjadi di sini" Rombongan Itu diserang rampok" taiu
mengapa kereta barang tidak diganggu"
"Gila" maki Wiro dalam hati.
Setelah mengurus tujuh jenazah itu sebisa yang dilakukannya dia lalu lanjutkan
perjalanan. *** Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
SONYA sengaja menempuh hutan belantara agar lebih cepat sampai ke tujuan yaitu
Teluk Gonggo di pantai utara. Namun sewaktu malam tiba dan perutnya terasa
lapar, mau tak mau dia segera mendatangi kampung terdekat.
Kampung Waringin merupakan kampung ramai karena terletak di persimpangan tiga
jalan arus perdagangan.
Kampung ini tidak beda dengan sebuah kota kecil. Di sini terdapat sebuah rumah
makan yang bagian belakangnya disewakan untuk penginapan. Kesinilah Sonya pergi
untuk mengisi perutnya.
Di dalam rumah makan saat itu telah banyak
pengunjungnya. Kedatangan Sonya tentu saja menarik perhatian tamu dan pemilik
kedai. Bajunya yang kotor penuh tambalan dan bau badannya yang busuk membuat
semua orang merasa jijik dan menjauhi. Tapi Sonya mengambil tempat duduk tanpa
per duli kan hal itu.
"Pengemis dari mana yang berani-beranian masuk ke kedaiku!" kata pemilik kedai
dalam hati dengan mendongkol. Mula-mula hendak disuruhnya Sonya ke luar. Tapi
ketika dilihatnya wajah Sonya yang membayangkan sinar aneh, beratlah dugaannya
bahwa Sonya adalah seorang pengemis berotak miring. Agar tidak terjadi keributan
maka pemilik kedai ini membiarkan saja Sonya duduk di salah satu sudut.
Sonya berseru memanggil pelayan dan memesan
makanan. Setelah mendengar makanan apa yang diminta oleh tamunya, maka
bertanyalah pelayan rumah makan itu.
"Pengemis, apakah kau punya cukup uang untuk membayar harga makanan mahal yang
kau pesan?"
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Airmuka Sonya tampak berubah. Kelam membatu dan sepasang matanya memberartkan
sinar menggidikkan.
"Katakan berapa harga kepalamu. Aku akan bayar detik ini juga!" kata Sonya pada
si pelayan. Karena ngeri, si pelayan cepat-cepat memutar tubuh.
Ucapan Sonya ini membuat semua orang tambah
memperhatikannya dan juga burung Nuri dalam sangkar aneh yang diletakkannya di
atas meja. Kebetulan saat itu di rumah makan tersebut terdapat rombongan Adipati
Cokroningrat dari Leles. Sambil menyantap makanannya Adipati memperhatikan gerak
gerik Sonya. Sekali-sekali dia berbisik pada pembantu yang duduk di sampingnya.
Selesai makan sang Adipati mengatakan sesuatu pada pembantunya itu dan si
pembantu lalu berdiri, melangkah ke hadapan Sonya yang saat itu asyik
menggerogoti paha ayam goreng.
"Pengemis," demikian pembantu Adipati menegur.
"Seiesai makan harap kau menemui atasanku, Adipati Leles. Beliau ingin bicara
soal burung yang kau bawa ini."
Tidak menjawab apa-apa, seperti tidak mendengar orang bicara, Sonya terus saja
melahap paha ayam.
Pembantu Adipati itu kembali ke tempatnya. Mereka menunggu sampai Sonya selesai
makan. Setelah selesai makan dan kelihatannya Sonya masih tetap saja duduk
tenang-tenang di tempatnya Cokroningrat berkata pada pembantunya.
"Mungkin dia lupa. Panggil lagi. Suruh ke sini."
Si pembantu mendatangi Sonya sekali lagi.
"Pengemis, seperti kataku tadi harap kau lekas menghadap Adipati"
Sepasang mata Sonya menyipit.
"Jika dia yang perlukan aku, suruh dia merangkak kemari!"
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kata-kata itu diucapkan Sonya dengan suara lantang hingga semua orang dalam
rumah makan ikut mendengar dan terkejut mendengar ucapan yang berani serta
kurang ajar itu. Adipati Leies sendiri kelihatan berubah wajahnya.
Serta merta, merasa terhina,dia berdiri dan mendatangi meja Sonya. Dia menyeret
sebuah kursi dan duduk dihadapan lelaki yang diduganya pengemis itu.
"Kata-katamu tadi kasar dan kurang ajar. Kau tak tahu tengah berhadapan dengan
siapa, pengemis bau?"
"Berlalulah dari hadapanku. Atau kusemburkan seribu kata hina dan kotor di
mukamu?" Rahang Cokroningrat menggembung. Sebetulnya ingin sekali dia manampar muka
pengemis itu. Tapi mengingat dia ada satu maksud maka ditahannya kemarahannya.
Dia melirik pada burung Nuri merah.
"Burung ini milikmu?"
Sonya mengangguk. Sikapnya tak acuh.
"Sangkarnya aneh. Dari tulang. Tulang kambing atau tulang kerbau?"
Sonya menyeringai. "Itu bukan tulang kambing. Bukan tulang kerbau. Bukan tulang
binatang. Itu tulang belulang manusiai"
Adipati Cokroningrat terkejut. Diperhatikannya lagi sangkar burung Itu. Dia
memang belum pernah melihat tulang belulang manusia. Tapi kalau itu dikatakan
tulang-tulang manusia tak percaya dia. Pengemis ini agaknya berotak miring.
"Dengar, burung itu tak pantas kau pelihara. Kau pasti tak bisa merawatnya. Jual
saja padaku...."
"Oh, itu rupanya maksudmu," ujar Sonya dan lagi-lagi sambil menyeringai. "Berapa
kau sanggup membelinya, Adipati?"
"Dua ringgit perak"
Sonya tertawa gelak-gelak.
"Setan, kenapa pengemis ini tertawa! Dasar gila" maki Cokroningrat dalam hati.
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dari baju pakaiannya Sonya mengeluarkan dua ringgit emas dan meletakkannya di
atas meja. Terkejutlah sang Adipati. Juga semua orang yang ada di situ. Siapa menduga kalau
pengemis edan macam begitu memiliki dua ringgit emas"!
Malu dan terhina Adipati Leles lalu berkata. "Baiklah, akan kubayar tiga ringgit
emasl" Sonya kembaii mengeruk pinggang pakaiannya.
Dikeluarkannya tiga ringgit emas dan diletakkannya di atas meja.
"Sudah, kubeli Nurimu dengan enam ringgit emas"
Adipati itu cepat-cepat meletakkan enam ringgit emas di hadapan Sonya.
Sebaliknya Sonya pun keluarkan enam ringgit emas dan menyodorkannya ke hadapan
Congkroningrat.
Kini marahlah Adipati itu. Tapi dia berusaha menahan diri. "Katakan berapa kau
mau jual burung itu"
Sonya tertawa. Sebuah kantong kulit digebrakkannya di atas meja. Ini adalah
kantong milik saudagar Kuncoro yang telah dibunuh dan dirampoknya. Kantong itu
digoyang-goyangnya. Terdengar suara berdering.
"Di dalam kantong ini terdapat lebih dari seratus emas.
Kau mau...?"
Gelaplah muka Cokroningrat. Dia benar-benar dibikin malu.
"Pengemis hina dinal Mulut dan sikapmu benar-benar keterlaluan!" .
"Ambil uangmu dan berlalulah dari hadapanku Paduka Adipati sialanl"
"Haram jadah. Kalau kau bukan orang sinting sudah kupecahkan batok kepalamu"
"Sinting atau tidak, biar aku beri pelajaran manusia kurang ajar inil" Yang
berkata adalah pembantu Adipati.
Tapi sang Adipati cepat menarik tangan pembantunya.
Setelah mengambil uangnya yang enam ringgit dari atas meja dia kembali ke tempat
duduknya semula. Dia tak
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mau terjadi keributan dalam rumah makan itu. Dia berbisik pada pembantunya:
"Kita hadang dia di tengah jalan." Sang pembantu mengerti dah mengangguk.
Hampir tak kelihatan Sonya menggerakkan kedua tangannya. Tiba-tiba saluruh lampu
minyak yang ada di tempat itu padam. Rumah makan gelap gulita untuk berapa
lamanya. "Aneh, kenapa lampu pada mati?" ujar pemilik rumah makan. Dia memanggil pelayan
dan menyuruh agar lampu dihidupkan. Karena tak ada jawaban maka lampu-lampu itu
dihidupkannya sendiri.
Ketika seluruh rumah makan terang benderang kembali maka terkejut dan hebohlah
semua orang yang ada di situ. Betapa tidak! Pelayan rumah makan kedapatan
menggeletak di lantai dengan muka hancur mengerikan.
Nyawanya tak disangsikan lagi pasti sudah melayang! Di seberang sana, Adipati
Cokroningrat beserta pembantunya mengalami nasib yang sama. Mati dalam keadaan
masih duduk di kursi masing-masing, muka hancur, hidung tanggal, biji-biji mata
berbusa i dan bibir robek. Tubuh sang Adipati dan pembantunya berada dalam
keadaan kaku tegang, begitu juga si pelayan yang malang.
Nyatalah behwa ketiganya telah ditotok sebelum dibunuh Memandang ke sudut
ruangan, pengemis aneh tadi dan juga burung nurtnya tak ada lagi di situ. Di
meja hanya ada sekeping uang perak. Sesuai dengan harga makanan yang dipesannya,
SONYA tak mau melewati Jepara karena dia ingin lekas-lekas sampai di Teluk
Gonggo. Dengari Ilmu jarinya yang aneh, yang dipelajarinya secara aneh dari
Datuk Siluman, pada hari ke tiga dia sampai pada suatu daerah liar penuh dengan
batu-batu. Di sini angin bertiup amat keras- Satu pertanda bahwa tak lama lagi
dia akan sampai di daerah pantai.
Menjelang rembang petang, ketika dia mendongak
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
memandang langit, berubahlah paras Sonya. Dari arah tenggara berarak cepat awan
tebai hitam. Dalam waktu singkat mendung telah menyungkup udara sedang di
kejauhan kifat tampak mulai menyambar, sesekali diselingi suara gelegar guntur.
"Celaka! Kalau aku sampai kehujanan matilah aku!"
Membathin Sonya. Dia ingat pesan Datuk Sliuman. Kalau tubuhnya sampai kena air
hujan, bukan saja ilmu yang dimilikinya akan menjadi luntur, tetapi berarti
umurnya tak bakal lama karena seseorang akan dapat membunuhnya dengan mudah.
Dia berhenti berlari, memandang berkeliling mencari tempat untuk berteduh biia
hujan turun. Tak ada sebatang pohon pun yang tumbuh di daerah berbatu-batu itu.
Sekalipun ada tak mungkin dia bisa berlindung tanpa terkena air hujan.
Angin bertiup tambah kencang.
Sonya tambah cemas.
Burung dalam sangkar tulang kelihatan gelisah.
Binatang ini menggelepar kian kemari dan mengeluarkan suara aneh, membuat Sonya
bartambah kecut. Dalam keputusasaannya Sonya barlari kencang ke jurusan timur.
Memang nasibnya baik. Kira-kira sepeminuman teh berlari di safah satu sampfng
bukit.batu ditemuinya sebuah lobang setinggi dada. Tak menunggu lebih lama dia
segera memasuki lobang ini. Hanya beberapa saat saja setelah dia masuk ke dalam
lobang hujan lebat turun laksana dicurahkan dari langit!
Sonya menarik nafas lega. Wajahnya yang tadi pucat karena ketakutan kini
berdarah kembali. Dia coba masuk lebih jauh ke dalam lobang agar jangan sampai
terkena templasan atau percikan air hujan. Angin bertiup keras dan dingin.
Akhirnya dia duduk menjelepok dalam lobang itu. Setelah duduk bebarapa lama
Sonya merasakan sesuatu yang aneh. Hawa dingin dari luar tidak terasa lagi
meskipun angin masih terus bertiup. Di sekitarnya terasa
Di Upload di KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
hangat. Di samping itu hidungnya mencium bau harum semerbak. Tak syak lagi hawa
Wiro Sableng 022 Siluman Teluk Gonggo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiga Siluman Bukit Hantu 1 Pendekar Mabuk 123 Pengawal Pilihan Kasih Diantara Remaja 3