Pencarian

Dewi Lembah Bangkai 2

Wiro Sableng 043 Dewi Lembah Bangkai Bagian 2


menjirat dan menyeret tubuh Tawang Merto terpukul mental. Sang
27 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Adipati selamat dari maut.
"Bedebah minta mampus! Siapa yang berani mencampuri urusan
orang-orang Lembah Bangkai!" teriak Hijau Satu marah. Sebagai
jawaban terdengar suara tawa mengekah. Hijau Satu berpaling dan
kagetlah gadis ini!
28 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
TEGAK sepuluh langkah di sebelah kirinya, Hijau Tiga melihat seorang
nenek berpakaian kuning bermuka hitam. Didada pakaiannya
terpampang gambar kelabang berwarna biru. Inilah Nenek Kelabang
Biru tokoh silat golongan hitam yang ditempur Hijau Tiga dan Hijau Dua
beberapa waktu lalu. Kehebatan si nenek membuat dua anak buah Dewi
Lembah Bangkai terpaksa mengundurkan diri. Disamping si nenek
berdiri seorang lelaki berwajah tampan tapi bersikap sombong. Sebilah
pedang tersisip di pinggangnya sebelah kanan. Orang inilah yang
diketahui hidup sebagai suami istri dengan si nenek dan bergelar
Pendekar Pedang Iblis.
Si nenek masih terus tertawa mengekeh. Ketika hentikan tawa
terdengar suaranya yang nyaring.
"Begini-begini saja keadaan Lembah Bangkai! Busuk bau!
Ternyata tidak ada apa-apanya. Kecuali mayat-mayat tak berguna
bergelantungan disana sini untuk menakuti binatang hutan! Hik...
hik...hik! Beberapa waktu lalu kalian berdua mengunjungiku di bukit
Walang. Menjajal kehebatanku lalu lari. Hik...hik...hik! Saat ini aku
membawa serta kekasihku! Bukankah dia yang kalian cari"!"
"Kalian berdua tunggulah sampai kami menyelesaikan urusan
dengan Adipati Tawang Merto! Jangan mencoba kabur! Sekali datang di
Lembah Bangkai tak ada lagi jalan pulang!" menjawab Hijau Tiga. Lalu
dia berkelebat membantu Hijau Dua yang tengah didesak oleh Tawang
Merto. Mendapat dua lawan tangguh begitu rupa betapapun hebatnya
sang Adipati, dalam waktu tiga jurus dia segera terdesak hebat. Dengan
mengertakkan geraham Tawang Merto cabut senjata mustika yang
disimpannya dibalik pakaian. Senjata ini adalah sebilah pisau bermata
dua yang berlobang di bagian badannya, memancarkan sinar redup
kehitaman tanda mengandung racun jahat.
Melihat lawan keluarkan senjata berbahaya Hijau Dua dan Hijau
Tiga segera loloskan selendang yang dijadikan ikat pinggang. Selendang
hijau ini dikebut demikian rupa sehingga setiap Tawang Merto menikam
atau membabatkan pisaunya dia merasakan seperti ada dorongan angin
keras menderanya. Lama-lama Adipati ini menjadi kalang kabut sendiri.
Beberapa kali ujung selendang kedua lawannya berhasil menghantam
tubuhnya. Sang Adipati merasakan ada hawa aneh yang menjalari
dirinya. Keringat dingin mengucur disekujur badannya.
Selagi terdesak seperti itu, dia berteriak pada sebelas perajurit
yang masih ada disitu agar membantu. Namun semua perajurit tidak
ada yang berani bergerak!
"Perajurit-perajurit pengecut! Kelak kalian akan kuhukum
gantung satu persatu "teriak Tawang Merto marah.
29 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Jika kami berdua menjadi perajurit-perajurit yang berani, hadiah
apa yang akan kau berikan pada kami Adipati"!" terdengar suara nenek
Kelabang Biru. Adipati Tawang Merto melompat mundur menjauhi kedua lawan-
nya dan berpaling. Dia tidak mengenali siapa adanya lelaki disamping si
nenek. Tetapi melihat si nenek dia rasa-rasa pernah berjumpa
sebelumnya. Berpikir sejenak lalu dia ingat.
"Hai, orang tua keren, bukankah kau Nenek Kelabang Biru yang
dulu pernah membantu pasukan Kerajaan ketika membasmi kaum
pemberontak di selatan"!"
"Ah...a h...ah! Kau masih tidak melupakan jasa yang dibuat
kekasihku!" menyahuti Si Pedang Iblis. "Kau belum menjawab
pertanyaannya tadi!"
"Aku...Sekotak penuh perhiasan emas dan batu-batu permata,
sepuluh ringgit emas menantimu di Kadipaten jika kau dan kekasihmu
itu mau membantuku menyingkirkan dua gadis keparat ini!"
"Nenek Kelabang Biru! Jangan kau berani mencampuri urusan
kami!" teriak Hijau Dua memperingatkan.
"Ah, sudah terlanjur! Sudah terlanjur! Seharusnya kau memberi
kehormatan pada kami. Bukankah secara tidak langsung kalian berdua
telah mengundang kami untuk datang kemari"!"
Kawatir si nenek dan kekasihnya akan berubah pikiran maka
Adipati Tawang Merto cepat berkata: "Tidak perlu bertutur cakap dengan
gadis-gadis sesat ini! Mari kita sama-sama membasminya!"
"Aku sudah siap!" jawab si Nenek Kelabang Biru. Dia merangkul
Pedang Iblis, mencium pipinya lalu bertanya: "Kekasihku! Kau sudah
siap pula"!"
"Tentu, tentu! Sahut Pedang Iblis. Lalu mengecup bibir si nenek
lumat-lumat, membuat Hijau Dua dan Hijau Tiga merasa jijik melihat-
nya. Di atas pohon Pendekar 212 Wiro Sableng hampir tidak dapat
menahan tawa melihat kelakuan lelaki muda dan nenek renta itu!
"Gila gendeng! Tapi biar aku ikut-ikut gila bersama orang orang
sedeng itu!" kata Wiro. Ketika Nenek Kelabang Biru dan Pedang Iblis
bergerak maju mengurung, Wiro melompat turun dari atas cabang
pohon. Saat itu sebenarnya Hijau Dua dan Hijau Tiga diam-diam merasa
bimbang apakah mereka berdua mampu menghadapi tiga lawan
sekaligus. Yang mereka risaukan bukannya Adipati Tawang Merto, tapi
justru si nenek dan kekasih mudanya itu!
"Berkelahi tiga lawan dua bukan saja tidak seimbang tapi bisa
dianggap pengecut main keroyok! Biar aku membantumu gadis-gadis
jelita!" Wiro berseru lalu di udara dia membuat jumpalitan dua kali
berturut-turut. Ketika menjejakkan kaki di tanah, pendekar ini tegak
diantara Hijau Dua dan Hijau Tiga.
"Eh, tadi kulihat dua kekasih itu berciuman dulu sebelum masuk
kalangan pertempuran. Apakah kita bertiga tidak berciuman pula"!" ujar
30 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Wiro seraya berpaling pada Hijau Dua dan Hijau Tiga lalu tertawa gelak-
gelak. Tentu saja paras Hijau Dua dan Hijau Tiga menjadi merah.
Sebaliknya si nenek dan kekasihnya yang merasa tersinggung dengan
ejekan itu sama membesi wajah masing-masing.
"Pemuda bertampang tolol!" bentak si nenek. "Aku berani
bertaruh, dua gadis itu tidak akan mau menciummu. Tubuhmu saja
apeknya tercium sampai kemari!" Lalu Nenek Kelabang Biru tertawa
gelak-gelak. Meskipun hatinya dongkol setengah mati, namun kehadiran
pemuda tak dikenal itu mau tak mau dirasakan sebagai pertolongan
yang tidak terduga oleh Hijau Dua dan Hijau Tiga. Melihat caranya tadi
melompat dari atas cabang pohon yang tinggi jelas dia memiliki
kepandaian. Tapi sampai ditingkat mana kepandaiannya itu" Apakah
mampu menghadapi tiga lawan, terutama si Nenek Kelabang Biru yang
berbahaya dan ganas itu"!
"Soal cium mencium dengan dua gadis ini kita lupakan saja!" ujar
Wiro. "Tapi kalau kalian bertiga nanti sampai jatuh di tangan kami,
apakah kau akan mau menciumku nek"!" Lagi-lagi Wiro mengejek.
Si nenek terdengar menggereng. "Jangankan
mukamu, pantatmupun akan kucium jika aku sampai kalah olehmu!" kata si
nenek saking marahnya.
"Ha...Ha! Bagus! Semua mendengar! Semua jadi saksi!" seru Wiro.
Nenek Kelabang Biru memberi isyarat pada kekasihnya. Pedang
Iblis segera hunus senjata andalannya yakni sebilah pedang panjang
yang berkilat-kilat ditimpa sinar matahari pagi. Senjata itu diputar dua
kali berturut-turut! Dan terjadilah hal yang hebat! Belasan daun
pepohonan yang terkena sambaran pedang runtuh ke tanah. Gagang-
gagang daun tampak putus seperti ditebas benda tajam!
Melihat hal ini diam-diam Pendekar 212 Wiro Sableng mau tak
mau jadi tercekat juga sedang Hijau Dua dan Hijau Tiga merasa gelisah.
Dari apa yang dipamerkan Pedang Iblis ternyata lelaki itu memiliki
kepandaian diatas si nenek kekasihnya.
Padahal beberapa waktu lalu mereka berdua pernah menempur si
nenek dan mengundurkan diri sebelum mendapat celaka. Hijau Dua
berusaha membangkitkan semangat diri sendiri dan semangat
kawannya dengan berbisik: "Tak usah takut Hijau Tiga! Ini saatnya kita
mengeluarkan lima jurus ilmu silat Lembah Bangkai yang diajarkan
Dewi!" Hijau Tiga mengangguk. Keduanya alirkan tenaga dalam ke lengan
kanan, terus disalurkan ke selendang hijau yang mereka pegang.
Selendang yang tadi lemah gemulai itu tiba-tiba berubah seperti sebuah
pentungan besi. Tapi bila dikehendaki dalam sekejap mata kembali
menjadi lemas dan bisa membelit atau menjirat! Inilah salah satu
kehebatan ilmu silat yang diajarkan Dewi Lembah Bangkai pada ke dua
anak buahnya itu.
31 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Kekasihku, apa lagi yang ditunggu! Mari kita berpesta pora!" seru
Nenek Kelabang Biru. Dia berpaling pada Tawang Merto. "Adipati,
jangan bengong saja! Pilih salah satu dara jelita itu jadi lawanmu. Yang
satu lagi biar kekasihku yang melayani! Pemuda tolol bau apak ini biar
aku yang akan menguliti tubuhnya!"
Habis berkata begitu Nenek Kelabang Biru melompat ke arah Wiro
Sableng. Murid Sinto Gendeng sempat melihat bagaimana kedua tangan
si nenek yang tadinya hitam keriputan tiba-tiba berubah menjadi biru
kelam tanda sudah dialiri tenaga dalam yang menyalurkan racun jahat!
Dua tangan menggapai kedepan. Cepat sekali. Satu tangan tahu-tahu
sudah mencengkeram ke arah tenggorokan sedang satunya menusuk ke
jurusan perut! Pendekar 212 berkelit ke kiri lalu putar tubuhnya dan mainkan
ilmu silat orang gila yang didapatnya dari tua gila karena menurutnya
jurus-jurus silat yang seperti orang mabuk itulah yang sanggup
menghadapi serangan lawan yang mengandalkan sepasang tangan
beracun. Hijau Tiga tanpa menunggu lebih lama langsung menghambur ke
arah Tawang Merto. Selendangnya berkelebat kian kemari, berusaha
mementahkan setiap tusukan atau sambaran pisau di tangan sang
Adipati. Sementara itu Hijau dua sudah terlibat dalam perkelahian yang
hebat dengan Pedang Iblis, Keganasan ilmu pedang lelaki berusia tiga
puluh tahun itu seolah-olah terbendung oleh kehebatan selendang di
tangan Hijau Dua yang bisa meliuk mematuk seperti ular atau menderu
membelit siap menjirat tangan atau senjata lawan tapi juga bisa
berubah seperti sebuah tongkat baja yang keras.
Pedang Iblis kertakkan rahang. Dia tidak menyangka sama sekali
kalau gadis jelita yang hanya bersenjatakan sehelai selendang hijau itu
akan sanggup menghadapi pedang mustikanya yang tersohor di delapan
penjuru angin! Maka sambil membentak garang, Pedang Iblis rubah
permainan pedangnya. Senjata itu kini lenyap berubah menjadi sebuah
sinar yang menusuk, membabat atau membacok dalam gerakan kilat
yang sulit diduga. Beberapa kali Hijau Dua terpekik karena ujung
selendangnya berhasil dirobek atau dibabat putus oleh senjata lawan.
Lambat laun selendang itu hanya tinggal tiga jengkal saja lagi. Hijau
Dua mulai terdesak. Dalam keadaan kepepet begitu rupa Hijau Dua
segera keluarkan lima jurus ilmu silat Lembah Bangkai yang baru saja
dipelajarinya dari Dewi Lembah Bangkai. Setiap kedua lengannya
bergerak, dari ujung lengan pakaian hijaunya menghambur angin deras
yang mengeluarkan hawa dingin disertai sambaran bau busuk luar
biasa! Pedang Iblis merasakan kepalanya pusing dan nafasnya sesak.
Sepasang matanya mulai kabur. Cepat-cepat lelaki ini menutup
penciumannya lalu kerahkan tenaga dalam untuk meredam hawa
beracun yang coba menguasai dirinya. Pedang saktinya diputar dengan
sebat, namun sampai lima jurus dimuka tetap saja dia tidak sanggup
32 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
menerobos pertahanan Hijau Dua. Marahlah lelaki ini. Tangan kirinya
diangkat. Setiap dia melancarkan serangan dengan pedang, tangan
kirinya ikut menggempur. Hijau Dua merasa seolah-olah dia dijepit dari
kiri kanan, Ilmu silat Lembah Bangkai yang baru dikuasainya menjadi
kacau. Perlahan-lahan tetapi pasti dara ini terpaksa bertindak mundur
terus-terusan dan bertahan mati-matian.
Lain halnya perkelahian antara Tawang Merto dengan Hijau Tiga.
Empat jurus berlalu. Mula-mula terlihat perkelahian berjalan seimbang.
Namun memasuki jurus kelima Adipati berkepandaian tinggi itu
membuat gebrakan-gebrakan beruntun. Hijau tiga terpekik ketika pisau
di tangan lawan merobek besar dada pakaiannya. Payu daranya yang
putih dan kencang tersingkap lebar membuat sesaat Tawang Merto yang
memang doyan perempuan itu jadi terkesiap, Dengan cepat Hijau Tiga
tutupi dadanya dengan selendang hijau, Akibatnya dia kini tidak
bersenjata. Didalam hati Adipati Tawang Merto timbullah maksud kotor.
Dengan pisaunya dia akan merobek-robek seluruh pakaian gadis itu.
Maka dia menyerbu kembali. Tapi sang Adipati kecele. Saat itu Hijau
Tiga sudah mulai keluarkan lima jurus ilmu silat Lembah Bangkai. Bau
busuk menghampar dan melabrak kearah Tawang Merto membuat
Adipati ini sulit bernafas.
"Edan!" teriak Tawang Merto marah. Tangan kirinya dipukulkan
ke depan. Serangkum angin panas menderu. Hijau Tiga menekuk kedua
lututnya. Berbarengan dengan itu kedua tangannya dipukulkan ke
depan menyongsong serangan lawan. Kedua pihak yang mengadu
kekuatan tenaga dalam lewat pukulan sakti sama-sama keluarkan
seruan tinggi. Tawang Merto terjajar beberapa langkah. Dadanya mende-
nyut sakit. Wajahnya sepucat kertas. Di depannya Hijau Tiga jatuh
terduduk di tanah dengan wajah juga pucat pasi dan ada darah
membersit disela bibirnya. Melihat lawan terluka di dalam Tawang Merto
cepat memburu. Pisau beracun di tangan kanannya ditusukkan ke leher
Hijau Tiga. Gadis ini tak mampu mengelak. Dia coba memukul tangan
lawan yang memegang senjata maut dengan tangan kiri karena tangan
kanan dipakai bersrtekan ketanah agar tidak jatuh. Pukulan tangan kiri
itupun luput! Ujung pisau beracun terus meluncur deras ke arah
lehernya! Terdengar pekik Hijau Tiga menyambut kematian yang tak bisa
dihindarinya. Sebaliknya Tawang Merto sendiri tiba-tiba saja merasakan
seperti ada satu tembok besar yang menghantam tubuhnya hingga dia
tersapu ke kiri dan jatuh teguling di tanah! Itulah pukulan sakti
"benteng topan melanda samudera" yang dilepaskan Pendekar 212 Wiro
Sableng yang masih sempat melihat bahaya maut mengancam Hijau


Wiro Sableng 043 Dewi Lembah Bangkai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiga. Tawang Merto berdiri tertatih-tatih, Sebagian tubuhnya terasa
seperti hancur. Dalam keadaan seperti itu dia sadar benar tak ada
gunanya meneruskan pertempuran. Maka Adipati ini cepat menghampiri
seekor kuda besar. Namun sebelum dia sempat naik ke atas punggung
33 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
binatang ini, tiba-tiba seutas tali menyambar dari belakang. Terdengar
suara patahnya tulang leher Adipati ini ketika jeratan tali menyentak
dan tubuhnya diseret oleh satu kekuatan besar masuk terjerumus ke
dalam Lembah Bangkai!
34 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
KARENA berusaha menolong Hijau tiga, berarti Wiro tidak dapat
memusatkan seluruh pematiannya dalam menghadapi Nenek Kelabang
Biru. Kesempatan ini tidak disia-siakan lawan. Dengan gerakan kilat
perempuan tua itu melesat ke depan. Dua tangan kembali
mencengkeram sedang lutut kanan dilipat dan sesaat kemudian kaki
kanan itu menendang ke arah dada. Pendekar 212 terkesiap. Dari tiga
serangan lawan dia tahu pasti cengkeraman tangan kiri kanan si nenek
adalah yang paling berbahaya karena mengandung racun kelabang yang
ganas dan mematikan. Dengan gerakan ilmu silat orang gila yang aneh
Wiro berhasil selamatkan kepala dan lehernya dari serangan dua
tangan. Untuk menghindarkan tendangan ke arah dada pendekar ini
jatuhkan diri ke belakang. Ketika si nenek memburu dengan geram
karena tiga serangannya luput, Wiro angkat kakinya sebelah kiri dan
selusupkan ke selangkangan si nenek "Manusia kurang ajar!" teriak
Nenek Kelabang Biru marah sekali. Sambil membuang diri kesamping
dia menghantam dengan tangan kanan. Satu sinar biru menderu
bergemuruh! "Mampus!" teriak si nenek karena yakin dengan pukulan sakti
yang selama ini tidak bisa dihadapi siapapun dia akan mampu
menamatkan riwayat Pendekar 212.
Mencium bau amis dan angkernya sinar pukulan sakti itu, murid
Sinto gendeng sudah maklum keganasan serangan lawan. Maka tanpa
pikir panjang lagi dia balas menghantam dengan pukulan sakti "orang
gila mengebut lalat". Tangan kanannya bergerak tiada henti ke kiri dan
ke kanan. Sinar biru pukulan Nenek Kelabang Biru seolah-olah terbelah
dan terpental ke samping, menghantam pepohonan dan sebuah
gundukan tanah. Pohon itu langsung menjadi biru sedang gundukan
tanah muncrat beterbangan laksana dilanda angin puyuh. Karena masih
berusaha bertahan untuk melancarkan serangan susulan, si nenek
merasakan tubuhnya terhuyung ke kiri dan ke kanan. Sebelum jatuh,
sambil memaki perempuan tua ini cepat melompat mundur.
"Bangsat! Siapa kau sebenarnya"!" teriak Nenek Kelabang Biru.
Seumur hidup baru sekali ini dia menghadapi musuh begini luar biasa
dan masih sangat muda pula hingga dia merasa dipermalukan. Dan
didepan mata kekasihnya pula!
"Kau barusan memanggilku bangsat! Nah, anggap saja itu
namaku!" sahut Wiro seraya pasang kuda-kuda baru. "nek, sebelum kau
kurobohkan lebih baik cepat-cepat saja mencium pantatku lalu bawa
pacarmu itu meninggalkan tempat ini!"
"Sombongnya!" teriak Nenek Kelabang Biru lalu meludah ke
tanah. "Aku bersumpah akan membunuhmu dan memperkosa
35 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
mayatmu!" "Ih. " Wiro berseru. Dia hendak tertawa gelak-gelak mendengar
ucapan si nenek tapi dia melihat sinar yang memancarkan maut di
kedua mata si nenek. "Tua bangka jelek ini tidak main-main agaknya,"
pikir Wiro. Baru saja dia bersiap-siap untuk menghadapi lawan tiba-tiba
si nenek sudah berteriak nyaring dan hantamkan tangan kanannya.
Tidak terdengar suara deru kekuatan tenaga dalam. Tidak
terdengar siuran angin sakti. Namun saat itu Wiro melihat ada tiga buah
benda aneh berwarna biru menyerbu ke arahnya. Ketika diperhatikan
kagetlah murid Sinto Gendeng ini. Tiga benda itu ternyata adalah tiga
ekor kelabang berwarna biru!
Karena tidak menduga akan mendapat serangan senjata rahasia
berupa binatang-binatang beracun begitu rupa, Pendekar 212 tidak
mampu menyelamatkan diri. Kelabang pertama sempat dihantamnya
dengan pukulan tangan kosong mengandung aji kesaktian hingga
hancur bermentalan di udara. Kelabang kedua terlempar ke samping
tapi secara aneh tiba-tiba membalik dan menancap di bahu kirinya.
Selagi pemuda ini berteriak kesakitan, kelabang ketiga melesat ke arah
dada kirinya, searah jantung. Inilah serangan yang sangat berbahaya!
Dan Wiro tak dapat menyelamatkan diri sama sekali!
Dalam keadaan seperti itu tiba-tiba terdengar suara jentringan
kecapi. Selarik sinar putih menyilaukan berkiblat. Kelabang biru yang
sesaat lagi akan menancap di dada Wiro terus menembus jantungnya
hancur berantakan dihantam sinar putih tadi, Wiro selamat namun
racun kelabang yang menancap di bahunya mulai bekerja. Tubuhnya
mulai terasa panas. Pandangan matanya mengabur. Samar samar dia
melihat ada dua sosok bayangan hijau berkelebat di tempat itu. Lalu
lapat-lapat sebelum jatuh pingsan dia mendengar suara perempuan
berkata: "Hijau Satu! Tolong pemuda itu! Bawa ke guaku dan berikan
obat penawar racun!"
Wiro melihat wajah cantik mendekati dirinya. Samar-samar sekali.
Lalu ada totokan di dadanya, keras dan sakit. Setelah itu dia tak ingat
apa-apa lagi! Di hadapan Nenek Kelabang Biru tegak berdiri seorang dara yang
wajahnya ditutup cadar hijau tipis.
Pakaian hijau yang menutupi tubuhnya yang tinggi semampai
bergoyang-goyang ditiup angin pagi. Di tangan kirinya dara ini memeluk
sebuah kecapi. Nenek Kelabang Biru memperhatikan sejenak. Lalu terdengar
kekehannya disusul ucapan: "Ah! Jadi inilah Dewi Lembah Bangkai itu!
Gadis tolol yang ingin menyombongkan diri dengan perbuatannya yang
aneh-aneh! Sungguh tidak disangka ternyata dia hanya seorang
pengamen yang kemana-mana bernyanyi dan main kecapi! Hai, cobalah
kau menyanyi dan mainkan kecapimu! Pasti aku akan membayar
mahal! Hik...hik...hik...!"
"Tua bangka dajal! Jangan kau kira aku tidak tahu siapa kau
36 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sebenarnya!" Dewi Lembah Bangkai menyeringai dibalik cadarnya.
"Diluar kau memang tampak seperti nenek! Tapi didalam kau adalah
dajal lelaki yang berbuat mesum dimana-mana, menyukai sesama lelaki
tapi juga memperkosa orang-orang perempuan!"
Nenek Kelabang Biru tersurut dua langkah. Wajahnya membesi.
Tubuhnya bergetar. Kedua matanya membeliak dan memandang tak
berkesip ke arah Dewi Lembah Bangkai. Yang dipandang tetap berlaku
tenang. Malah tanpa berpaling dia berkata pada anak buahnya yang
tengah didesak habis-habisan oleh Pedang Iblis.
"Hijau Dua mundurlah. Tidak ada gunanya menghabiskan waktu
melayani lelaki yang menyediakan auratnya untuk si tua bangka yang
sama jenisnya ini!"
Mendengar ucapan pimpinannya itu, Hijau Dua melompat
mundur sementara Pendekar Pedang Iblis sambil berteriak marah
hendak menyerbu Dewi Lembah Bangkai, tapi cepat dicegah oleh
kekasihnya. "Betina bercadar! Mulutmu kotor! Jalan pikiranmu busuk
sebusuk tempat kediamanmu! Sebelum kau mampus dalam kebusukan
itu, katakan siapa kau sebenarnya"!" Nenek Kelabang Biru bertanya
sementara kedua tangannya disilangkan di depan dada.
Dewi Lembah Bangkai melihat bahwa kedua tangan si nenek
masih berwarna biru tanda setiap saat dia bisa saja melepaskan senjata
rahasianya yaitu kelabang-kelabang maut berwarna biru.
"Siapa aku tidak penting. Yang lebih penting ialah apa yang
menjadi tugas dan tujuan hidupku di dunia ini...!"
"Sompret!" memaki Pedang Iblis. "Kau bicara seperti malaikat
saja!" "Mungkin aku memang malaikat maut yang bakal mencabut
nyawamu! Manusia yang suka bercampur dengan manusia sejenisnya
kabarnya paling cocok jadi kayu neraka!"
Si Pedang Iblis tak dapat lagi menahan amarahnya. Tanpa bisa
dicegah oleh si nenek, lelaki ini menyerbu ke depan. Pedang iblisnya
berkiblat ke arah batang leher Dewi Lembah Bangkai. Sang Dewi angkat
kecapinya. Jari tangannya bergerak. Terdengar suara berjentringan. Tiga
sinar putih menyilaukan membelah udara.
Trang! Pedang di tangan kekasih Nenek Kelabang Biru terpental dan
patah dua! Si Pedang Iblis sendiri terbanting ke kiri, sempoyongan.
Tangan kanannya terasa panas dan kaku. Mukanya sepucat kain kafan.
Nenek Kelabang Biru tertegun tak berkesip menyaksikan kejadian
itu. "Gadis semuda ini, tidak dikenal dalam dunia persilatan,
bagaimana bisa memiliki ilmu kepandaian sehebat ini"!" Memikir
sampai disitu si nenek mendekati kekasihnya dan berbisik. "Aku tidak
yakin betina bercadar ini memiliki kepandaian silat. Andalannya adalah
kecapi itu. Kita serbu dia dan rampas kecapinya...!"
37 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Si Pedang Iblis mengangguk tanda setuju. Lalu dengan serentak
keduanya menyerbu. Si nenek lepaskan enam kelabang beracun sedang
sang kekasih menyusupkan dua pukulan sakti sambil coba merampas
kecapi di tangan Dewi Lembah Bangkai!
Sang Dewi kebutkan ujung lengan pakaiannya sebelah kiri.
Tampak sinar hijau membubung ke udara disertai hawa busuk luar
biasa. Pedang Iblis terpental sambil pegangi dada. Nafasnya sesak.
Disaat yang bersamaan ketika tadi dia mengebutkan lengan kiri,
Dewi Lembah Bangkai petik tali-tali kecapinya dengan jari-jari
tangan kanan. Enam kawat kecapi berdenting. Enam sinar putih
berkiblat ke udara. Enam kelabang biru maut hancur berkeping-keping!
Putuslah nyali si nenek dan kekasihnya melihat kejadian ini. Si
nenek cepat menarik lengan Pedang Iblis seraya berbisik: "Kita kabur
saja. Tak ada jalan lain..."
Kedua kekasih itu lalu putar tubuh dan ambil langkah seribu.
Tapi dari dasar lembah saat itu tiba-tiba tampak melesat dua gulungan
tali yang ujungnya berbentuk jiratan. Pedang Iblis keluarkan teriakan
tercekik. Lalu tubuhnya tertarik kebelakang, terguling di tanah dan
terseret masuk ke dalam lembah. Si Nenek Kelabang Biru berteriak
menggerung. Dia lari mengejar kekasihnya. Tapi salah satu kakinya
sudah masuk dalam jiratan. Lalu seperti sang kekasih, tubuhnyapun
terseret ke dalam lembah. Pekiknya terdengar menggema. Pakaiannya
hancur robek-robek. Ketika kemudian mayatnya digantung kaki ke atas
kepala kebawah dicabang pohon, jelaslah dia memang seorang laki-laki,
bukan seorang nenek sebagaimana penampilannya yang palsu!
38 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
DEWI LEMBAH BANGKAI menatap ayah dan anak itu beberapa lama
lalu berkata: "Adi Sara, aku menghargai maksudmu yang tidak ingin
meninggalkan lembah ini setelah kau berkumpul lagi dengan ayahmu,
bahkan mendapatkan kembali kekasihmu Ningrum. Memang tidak satu
orangpun boleh meninggalkan tempat ini sebelum semua urusan
selesai. Dan kau Ningrum, berlatihlah dengan keras agar kau mampu
menguasai lima jurus ilmu silat itu. Dan minum ramuan perangsang
penimbul tenaga dalam itu pada waktu waktu yang telah ditentukan..."
"Akan saya perhatikan Dewi. Kami bertiga bukan saja berhutang
budi tapi juga berhutang nyawa dan masa depan," menjawab Ningrum.
Sebelumnya dia sudah diberi tahu bahwa ayahnya Adipati Sawung
Glingging telah kembali ke Kadipaten dalam keadaan tidak kurang suatu
apa sedang Adipati Tawang Merto telah menemui ajal.
Dewi Lembah Bangkai tinggalkan ketiga orang itu, masuk ke
dalam guanya. Selama tiga hari dia tidak tidur di dalam gua yang
dijadikan tempat perawatan Pendekar 212 Wiro Sableng.
Hijau Satu yang bertugas merawat Wiro mendatangi sang Dewi.
"Bagaimana keadaannya?" bertanya Dewi Lembah Bangkai.
"Panasnya masih tinggi. Dia masih sering mengigau. Tapi racun
yang berbahaya itu telah musnah oleh obat yang Dewi berikan..."
menerangkan Hijau Satu.
"Apakah igauannya masih menyebut-nyebut pemuda bernama
Panji Kondang itu...?"
"Masih...Walau tidak sesering satu hari sebelumnya," jawab Hijau
Satu pula. "Saya mohon petunjukmu lebih lanjut Dewi..."
"Bergabunglah bersama kawan-kawanmu yang lain. Lanjutkan
melatih lima jurus ilmu silat Lembah Bangkai itu. Hari pembalasan yang
aku tunggu-tunggu akan segera datang, cepat atau lambat!"
Hijau Satu menjura lalu tinggalkan gua tersebut. Diluar sana
dilihatnya Adi Sara tengah bercakap-cakap dengan ayah dan
kekasihnya. "Kasihan Dewi... Aku tahu dia menyukai pemuda itu. Tapi
anehnya dia sendiri yang mengatur penculikan atas diri Ningrum hingga
dua kekasih itu berkumpul kembali..."
Di dalam gua Dewi Lembah Bangkai memandangi Kapak Naga
Geni 212 milik Wiro Sableng yang digantungkan di dinding gua. Lalu dia
menatap kecapi miliknya yang disandarkan tak jauh dari situ. "Satu
kesaktian dari satu sumber yang sama tapi berbeda wujud..." sang Dewi
membathin. Lalu dua berpaling memandangi Pendekar 212 yang
terbaring di lantai gua beralaskan sehelai tikar jerami tebal.
Ketika malam tiba Wiro bangun dari tidurnya. Dirabanya bahunya
39 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
sebelah kiri. Masih ada bekas luka mengering dan masih terasa adanya
denyutan sakit, namun hatinya lega karena panas ditubuhnya jauh
berkurang. Dan ketika dia mencoba bangun kepalanya tidak pusing lagi
serta pemandangannya tidak pula berkunang-kunang. Kemudian
disadarinya dia tidak berada sendirian dalam gua yang diterangi pelita
kecil itu. Berpaling ke kiri dilihatnya Dewi Lembah Bangkai tegak
bersandar ke dinding, sepasang mata dibalik cadar menatap ke arahnya.
Dua pasang mata saling bertemu untuk beberapa saat. Wiro coba
mengingat-ingat sementara perutnya terasa lapar dan tenggorokannya
kering. Dimana dia berada saat itu dan sudah berapa lama dia berada
disitu. Lalu perempuan bercadar yang mengenakan pakaian tipis hijau
itu..." Dia ingat apa yang terjadi. Pertempuran itu! "Ah, jangan-jangan
inilah Dewi Lemoah Bangkai yang mendadak tersohor sejak beberapa
bulan belakangan ini. Dimana gadis-gadis cantik lainnya...?" Lalu
dilihatnya senjata mustika miliknya tergantung di dinding gua. Dia
berdiri hendak mengambil senjata itu. Tapi gadis bercadar cepat
berkata: "Tak ada yang akan mengambil kapak mustikamu. Kau berada
di tempat aman..."
Wiro menatap sang Dewi sesaat lalu memandang ke bahu kirinya.
"Kau pasti Dewi Lembah Bangkai yang cantik dan perkasa itu..."
"Aku tidak suka dipuji!" kata sang Dewi dingin.


Wiro Sableng 043 Dewi Lembah Bangkai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimanapun itu adalah kenyataan yang aku lihat. Juga dilihat
semua orang. Aku yakin kau dan anak buahmu telah menyelamatkan
diriku dari kelabang maut nenek keparat itu. Aku menghaturkan terima
kasih dan tak tahu bagaimana harus membalas budi."
"Kaupun telah menyelamatkan salah seorang anak buahku.
Walau tidak saling mengharapkan di dunia ini sudah lumrah budi
dibalas budi, hutang nyawa dibalas nyawa." Sang Dewi diam sesaat lalu
kembali berkata: "Lembah Bangkai memiliki peraturan. Siapa yang
berani datang kemari berarti sudah siap untuk mati. Datang berarti
tidak pernah pulang!"
"Rupanya itu yang bakal terjadi dengan diriku?" tanya Wiro.
Dewi Lembah Bangkai tak segera menjawab. Jari-jari tangannya
digerakkan diatas kawat-kawat kecapi. Suara kecap menggema dalam
gua itu. Dinding terasa bergetar dan api pelita bergoyang-goyang.
"Sampai beberapa waktu lalu aturan itu memang masih berlaku.
Namun keadaan menentukan lain. Kau akan menemui beberapa orang
lain di luar sana. Mereka juga tidak kubunuh. Aku ada beberapa
pertanyaan untukmu Pendekar 212..."
"Jadi kau sudah tahu siapa aku?"
"Kapak itu yang memberi tahu," sahut Dewi Lembah Bangkai.
"Pertanyaan pertama Kau mengikuti anak buahku Hijau Dua dari
Kadipaten! Apa maksudmu"! Apakah ada yang membayarmu untuk
membebaskan pengantin perempuan itu"!"
Wiro garuk-garuk kepala. Perutnya lapar sekali dan tenggorokan-
nya kering serta haus. Maka dia terus terang berkata: "Aku tidak tahu
40 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
berapa lama aku terbaring pingsan atau tidur. Tapi saat ini yang
kuketahui perutku sangat lapar dan haus sekali..."
"Kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan setelah menjawab
pertanyaan-pertanyaanku!" jawab Dewi Lembah Bangkai.
"Hemm... Rupanya aku tidak ada pilihan lain. Tinggal di tempat
orang harus tahu diri. Baiklah, aku akan menjawab pertanyaanmu tadi.
Maksudku mengikuti Hijau Dua hanya ingin tahu saja. Aku berada di
Kadipaten secara kebetulan. Sama sekali bukan tamu pesta perkawinan.
Ketika pengantin perempuan diculik oleh seorang perempuan muda
yang cantik jelita, bagiku ini adalah satu keanehan. Pertama ternyata
gadis itu memiliki kepandaian tinggi. Kedua biasanya lelaki yang
menculik gadis. Kini nyatanya gadis menculik gadis! Nah, ini
membuatku ingin tahu apa sesungguhnya yang terjadi. Dan
pertanyaanmu yang lain, sama sekali tidak ada yang membayar atau
menyuruhku mengejar anak buahmu!"
"Apakah bukan karena kau mempunyai maksud kotor terhadap
anak buahku" Karena dia mengenakan pakaian yang begitu tipis
merangsang...?"
Wiro tertawa lebar. "Lelaki normal memang harus terangsang
melihat yang begituan. Tapi tidak selalu. Buktinya aku mengagumi
wajahmu yang tersembunyi dibali cadar tipis itu. Juga bentuk tubuhmu
yang bagus dan dapat kulihat karena ditembus cahaya pelita..."
Dewi Lembah Bangkai lambaikan tangannya. Api pelita padam
dan ruangan gua itu serta merta menjadi gelap gulita.
"Dewi, apakah pembicaraan kita habis sampai disini?" bertanya
Wiro. "Manusia bicara dengan mulut, bukan dengan mata. Walaupun
gelap kau bisa meneruskan kata-katamu..."
Dalam gelap Wiro garuk-garuk kepala. "Baiklah Dewi, kau dengar
baik-baik. Wajahmu yang cantik, auratmu yang bagus sama sekali tidak
merangsangku. Mengapa" Karena aku menghormatimu, karena kau dan
anak buahmulah maka aku masih hidup saat ini. Masakan aku
mempunyai pikiran kotor yang tidak-tidak?"
"Jika kami tidak menolongmu, berarti pikiran itu akan menancap
di benakmu!" ujar Dewi Lembah Bangkai dalam gelap.
Wiro menarik nafas dalam. "Aku bukan manusia suci, apalagi
malaikat. Tapi seingatku tak pernah aku memperkosa anak gadis orang,
tak pernah aku merusak kehormatan istri orang!"
"Siapa yang bisa membuktikan omonganmu!"
"Memang tidak! Namun paling tidak aku telah membuktikannya
ditempat ini! Jika Dewi menganggapku manusia kotor, aku siap untuk
pergi. Apapun prangsangka burukmu terhadapku, itu tetap tidak
mengurangi rasa hormatku terhadapmu. Tidak menghilangkan rasa
terima kasih atas jasa dan budi besarmu menolongku!"
Habis berkata begitu, walaupun tubuhnya masih lemah, Wiro
Sableng berdiri dengan cepat lalu melangkah ke dinding gua dimana
41 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Kapak Naga Geni 212 tergantung. Ketika dia mengulurkan tangan
hendak mengambil senjata itu, satu tangan memegang lengannya.
Tangan itu terasa halus dan dingin sejuk. Tapi bagaimanapun dia
mencoba, Wiro tak mampu melepaskan pegangan tersebut hingga dia
tak bisa mengambil kapaknya.
"Jangan pergi dulu. Masih ada satu pertanyaan penting yang ingin
kudapatkan jawabannya dari mu..."
Wiro berpaling. Saat itu dia tegak dekat sekali dengan sang Dewi,
hingga dia dapat merasakan hembusan nafas yang hangat dan bau
tubuh yang luar biasa harumnya. Dilain keadaan mungkin sang
pendekar bisa terangsang. Tapi saat itu justru dia berkata: "Dewi aku
tidak terangsang dengan keharuman tubuhmu! Aku tetap menghormatimu. Izinkan aku pergi..."
Pegangan tangan sang Dewi tidak lepas. Dia juga tidak berusaha
menjauh. "Ini sangat penting Pendekar 212. Aku perlu jawabanmu atas
satu hal..."
"Katakanlah!"
"Selama kau terbaring sakit dan dilanda demam panas akibat
racun kelabang, kau mengigau berulang kali. Diantara kata-kata yang
kau ucapkan dalam igauanmu adalah seorang sahabat bernama Panji
Kondang. Berulang kali kau mengatakan bahwa sahabatmu itu harus
mencari kekasihnya sampai dapat dan mengatakan agar mengawininya,
apapun yang telah terjadi. Katakan apa kau kenal dengan orang
bernama Panji Kondang itu"!"
Wiro terdiam sesaat. Dia berpikir-pikir. "Memang aku kenal
padanya. Tapi tidak lama. Kami bertemu disebuah rumah makan. Saat
itu keadaannya seperti orang linglung. Pakaiannya kumal, mukanya tak
tercukur dan dia kehabisan bekal. Dia menceritakan tentang kekasihnya
yang memiliki kepandaian silat tinggi. Tapi kemudian melenyapkan diri
karena ternyata gurunya telah merusak kehormatannya..."
"Apakah Panji Kondang menyebutkan siapa nama kekasihnya
itu?" "Ya... Kalau tidak salah kekasihnya itu bernama Prantisari. Ya,
Prantisari..."
Wiro merasakan pegangan sang Dewi di tangannya lepas.
Bersamaan dengan itu sang Dewi meluncur jatuh terduduk di lantai
gua. "Eh, ada apa denganmu Dewi" Kau mendadak jatuh. Apakah kau
sakit...?"
"Tidak. Katakan Pendekar 212... Apalagi yang dikatakan Panji
Kondang dalam pertemuan yang singkat itu..."
"Katanya dia berniat untuk mengarungi seluruh jagat ini guna
mencari kekasihnya itu. Kalau bertemu dia tetap akan mencintainya dan
akan mengawininya..."
"Tetapi apakah...apakah Panji Kodang mengetahui kalau
kekasihnya itu kini telah berbadan dua..."!"
42 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Heh... Bagaimana kau bisa berkata begitu Dewi"!" tanya Wiro
heran. "Karena..Karena akulah Prantisari itu...!" Habis berkata begitu
Dewi Lembah Bangkai terdengar sesenggukan. Lalu suara tangisnya
memenuhi gua itu.
Lama Wiro termenung mendengar pengakuan sang dara
disampingnya. Lalu dengan suara meyakinkan dia berkata: "Melihat
kesungguhan hati kekasihmu itu mencarimu aku yakin sekali dia tetap
mencintaimu! Tetap akan memperistrikanmu sekalipun kemudian dia
mengetahui bahwa kau hamil akibat perbuatan bejat gurumu itu!
Aneh...benar-benar aneh. Bagaimana aku bisa berada dalam semua
kejadian ini?" Wiro lalu ikut-ikutan duduk dilantai gua disamping Dewi
Lembah Bangkai.
"Terakhir sekali menurut katamu Panji berada, di Kadipaten.
Sekarang entah dimana dia berada..."
"Dia mengatakan tujuannya padaku. Jika kau mau aku bersedia
mengantarkanmu kesana..."
"Tidak, aku tidak akan meninggalkan Lembah ini sebelum
mencabut nyawa manusia terkutuk itu!"
"Kau, kau akan membunuh gurumu sendiri"!" tanya Wiro pula.
"Ya! Dan manusia terkutuk itu pasti akan datang mengantarkan
nyawanya sendiri kemari! Aku dan anak buahku telah menyiapkan
penyambutan. Hijau Satu, Dua dan Tiga adalah gadis-gadis yang
mengalami nasib sama sepertiku. Bedanya mereka dirayu oleh kekasih
masing-masing lalu ditinggal begitu saja. Mereka masih untung karena
tak satupun yang hamil. Namun itu tidak mengurangi dendam kesumat
mereka terhadap laki-laki. Karenanya jangan coba berlaku usil terhadap
mereka!" "Bagaimana kalau mereka yang berlaku usil terhadapku"!" tanya
Wiro. "Mungkin mulutmu perlu ditampar agar tidak bergurau dalam
keadaan seperti ini!" tukas Dewi Lembah Bangkai yang bernama
Prantisari. "Apakah kau bakal sanggup mengalahkan gurumu jika terjadi
perkelahian?" bertanya Wiro. "Bagaimanapun dia pasti lebih tinggi ilmu
kepandaiannya!"
"Kau benar. Tapi aku memijiki sesuatu yang tidak mudah
dikalahkan!"
"Apa itu" Keberanian atau kenekatan?" tanya Wiro pula.
Dalam gelap Dewi Lembah Bangkai mengambil kecapinya,
meletakkan dipangkuan dan memetiknya beberapa kali. Alat bebunyian
itu mengeluarkan suara berjentringan yang menggetarkan seantero gua,
membuat telinga sakit dan ada sinar putih menyilaukan serta panas
keluar dari setiap kawat kecapi.
"Sinar panas yang menyilaukan itu berasal dari sumber yang
sama dengan ilmu pukulan sinar matahari yang kau miliki. Bedanya
43 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
pukulan sinar matahari disalurkan melalui tangan sedang yang ini
melalui tali-tali kawat sebanyak enam buah..."
Wiro berdecak kagum mendengarketerangan itu. Dia memamg
menyaksikan bagaimana Dewi Lembah Bangkai menghajar patah
pedang milik Pendekar Pedang Iblis, dan juga kelabang-kelabang maut si
nenek sakti itu sebelum pingsan.
Dewi Lembah Bangkai menyeka air matanya lalu berdiri. "Hijau
Satu akan membawakan makanan serta minuman untukmu."
"Terima kasih. Juga jangan lupa katakan padanya untuk
menyalakan pelita di dalam gua ini. Hanya tikus yang suka makan di
tempat gelap!" jawab Wiro lalu tertawa sendirian walau sang Dewi sudah
berlalu dari situ.
44 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
SIANG ITU teriknya matahari bukan alang kepalang. Seolah-olah
hendak membakar bumi dan membuat busuknya bau mayat di dalam
lembah menjadi jadi. Satu Hijau yang sedang berlatih jurus lima
bersama Hijau Dua Hijau Tiga dan Ningrum mendadak hentikan latihan.
"Ada apa?" tanya Hijau dua. Yang menjawab adalah Wiro Sableng yang
berada tak jauh dari situ bersama Adi Sara dan Sara Jingga ayah Adi
Sara. "Ada orang datang!"
Semuanya memandang ke arah yang ditunjuk Pendekar 212. Di
ujung lembah sebelah timur tampak tiga orang penunggang kuda duduk
di punggung kuda masing-masing, memandang tajam ke dalam lembah
sambil menutup hidung masing-masing dengan telapak tangan. Salah
seorang diantara mereka tampak batuk-batuk karena tak tahan oleh
busuknya udara.
"Aku akan beri tahu Dewi. Kalian semua tetap disini dan berpura-
pura tidak melihat rombongan di atas sana!"
Hijau Satu tinggalkan tempat itu.
Ketika laporan kemunculan tiga orang di tepi lembah disampaikan
pada Dewi Lembah Bangkai, gadis ini melangkah keluar gua dan
memandang jauh-jauh ke arah timur lembah. Dia segera mengenali
sosok penunggang kuda yang disebelah tengah.
"Hijau Satu! Orang yang kita tunggu sudah tiba. Kau dan Hijau
tiga lakukan penyambutan seperti yang sudah aku atur. Hijau Dua dan
Ningrum agar berjaga-jaga di pedataran. Yang lain-lainnya jangan ada
yang berani ikut campur urusan ini!"
Hijau Satu menjura dan cepat berkelebat tinggalkan tempat itu.
Di atas lembah tiga orang penunggang kuda masih duduk di kuda
masing-masing sambil tiada hentinya meneliti. Yang di sebelah kanan
adalah seorang kakek yang buntung kedua kakinya. Dia kini
mengenakan kaki palsu dari kayu. Dua batang tongkat kayu tergantung
di leher kudanya. Orang kedua yang disebelah tengah mengenakan
jubah putih, bertutup kepala putih. Meskipun usianya sudah lanjut tapi
kumis dan janggutnya masih tetap berwarna hitam. Lelaki yang ketiga
juga seorang kakek berwajah klimis, berpakaian biru muda yang
pinggangnya dililit seutas rantai perak berwarna putih.
"Aku yakin inilah Lembah Bangkai yang membuat geger dunia
persilatan itu. Bau busuknya sudah tercium sampai kemari. Tapi
mengapa orang yang katamu mengundang tidak melakukan
penyambutan"!" membuka suara kakek berpakaian biru muda.
Baru saja dia berucap begitu, dua bayangan hijau berkelebat dan
dua gadis berpakaian hijau tipis berwajah cantik tetapi galak muncul di
45 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
depan mereka, seolah-olah keluar dari dalam perut lembah!
"Ah...ah...ah! Panjang umurnya! Baru disebut sudah datang!
Kaliankah penghuni Lembah Bangkai ini"!" kakek yang berjubah putih
bertanya. Matanya berkilat-kilat melihat pakaian yang tembus pandang
itu. "Kami berdua memang mendapat tugas menyambut para tetamu
dari jauh! Silahkan turun dari kuda! Kami akan membawa kalian
menemui Dewi!"
"Dewi..." Ha...Ha...Ha! Ingin sekali aku melihat bagaimana
tampang Dewi kalian Ku!" kata si jubah putih pula lalu turun dari


Wiro Sableng 043 Dewi Lembah Bangkai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kudanya. Kakek kaki kayu tampak sedari tadi membeliak. Bukan karena
melihat tubuh dua gadis yang kentara jelas dibalik pakaian hijaunya
yang tipis, tapi karena dia mengenali. "Hai! Tunggu dulu! Salah satu dari
kalian adalah yang dulu menyerbu markasku dan membuntungi kakiku!
Rupanya kau yang punya kerja. Kau harus ganti kaki kayuku dengan
kedua kakimu yang mulus bagus!" Lalu kakek ini sambar dua tongkat
dileher kuda dan dengan gerakan cepat dia melompat turun dari
punggung binatang itu. Begitu menjejak tanah langsung menyerang
Hijau tiga! "Pendekar Kaki Kayu... Harap bersabar dulu! Saat pembalasan
pasti tiba! Apa sulitnya bagi kita untuk menarik lepas sepasang kaki
yang bagus itu pengganti kedua kakimu. Biarkan kita bertemu dengan
sang Dewi dulu. Ingin aku melihat siapa dia sebenarnya" Berbulan-
bulan membuat kegegeran di dunia persilatan. Membunuh dan
membunuh! Menculik...!"
"Orang tua berjubah putih! Jika kau bicara terus satu harian di
tempat ini kau tak akan segera bertemu pimpinan kami! Percayalah,
penyambutan untukmu pribadi pasti yang paling meriah!" ujar Hijau
Satu pula. Dia menunjuk ke sebuah jalan kecil berbatu-batu yang
selama ini tersembunyi dikerimbunan semak belukar. "Ikuti jalan
menurun itu sampai kalian mencapai sebuah pedataran di dasar
lembah. Selama perjalanan kebawah akan kami perlihatkan
pemandangan yang indah dimana kalian dapat bertemu dengan
beberapa sahabat. Hanya sayang kalian tidak bisa bertanya apa-apa
pada sahabat-sahabat itu. Mereka semua sudah jadi mayat busuk!"
Kakek berpakaian biru tampak kerenyitkan kening. Si kaki kayu
mengomel panjang pendek sedang si jubah putih dengan tenang mulai
melangkah turun mengikuti Hijau Satu disusul Si Kaki Kayu lalu si
pakaian biru. Disebelah belakang mengikuti Hijau tiga.
Menjelang mencapai dasar lembah mereka mulai melihat sosok-
sosok tubuh yang bergelantungan. Ada yang hanya tinggal tulang
belulang alias jerangkong, ada yang sudah hancur membusuk, tapi
masih ada yang baru-baru.
"Yang ini manusia kotor berjuluk Nenek Kelabang Biru!" ujar
Hijau Satu sambil menunjuk pada mayat yang tergantung di cabang
46 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
pohon kaki ke atas kepala kebawah.
Kakek berbaju biru seperti mau muntah. Berulang kali dia coba
menutup jalan penciuman tapi tetap saja bau busuk menembus
hidungnya. Kini melihat mayat itu perutnya mendadak menjadi mual. Si
jubah putih tetap tenang walau hatinya terasa berdebar sedang si kaki
kayu seperti tak acuh. Sesekali dia berpaling kebelakang seperti hendak
menyerbu Hijau Tiga saat itu juga.
"Yang itu jagoan keji bergelar Pendekar Pedang Iblis! Kekasih
nenek Kelabang Biru!" kembali Hijau Satu membuka mulut seraya
menunjuk ke sebuah cabang pohon dimana tergantung mayat Pedang
Iblis yang sudah membusuk dan belatungan kedua rongga matanya.
"Tempat ini seperti neraka!" bisik kakek baju biru.
"Yang disitu mayat Adipati Tawang Merto, kalian pasti tak
mengenalinya karena sudah sangat rusak..." Kembali Hijau Satu
menjelaskan seraya menunjuk pada mayat yang tergantung di pohon
sebelah kiri jalan menurun. "Yang di ujung sana, yang hanya tinggal
gumpalan-gumpalan potongan daging adalah mayat Warok Suro Blebek,
raja diraja rampok di utara! Lalu'yang itu... yang hanya tinggal tulang
belulang putih adalah mayat Sabrang Lor, seorang pendekar yang lebih
dikenal dengan sebutan Pendekar Cabul Pemetik Bunga! Ah, sayang
jalan begini pendek. Kita sudah sampai di pedataran yang dituju!"
Saat itu mereka memang sudah sampai di dasar lembah dimana
terdapat sebuah pedataran batu selebar delapan tombak persegi, diapit
oleh tiga mulut goa. Disitu telah menunggu Hijau Dua dan Ningrum.
Begitu melihat Hijau Dua, Pendekar Kaki Kayu segera saja
berteriak: "Ini dia iblis betina satunya! Kau tunggulah! Sebentar lagi aku
akan mengambil kedua kakimu!"
Orang tua berjubah putih memandang berkeliling. Di salah satu
mulut gua dia melihat ada tiga orang lelaki. Mereka bukan lain adalah
Adi Sara, Sara Jingga dan Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Ha...ha... Ternyata disinipun terdapat orang-orang lelaki untuk
memberi kehangatan pada kalian di tempat yang busuk ini!" berteriak si
jubah putih. Baru saja suaranya sirap, dari salah satu mulut goa terdengar
sahutan halus. "Memang disini ada orang laki-laki! Tapi bukan bangsa manusia
keji bernafsu kotor yang tega memperkosa murid sendiri" lalu terdengar
suara jentringan kecapi.
Paras si jubah putih berobah merah. Dia memandang ke mulut
goa sebelah kanan. Saat itu tampak sesosok tubuh berpakaian hijau,
memakai cadar tipis dan membawa sebuah kecapi keluar dari mulut
goa. "Hemm... Jadi ini rupanya Dewi Lembah Bangkai yang tersohor
itu"!" ujar si jubah putih.
"Orang-orang memanggilku Dewi. Tapi aku tetap manusia biasa!
Datuk Sora Gamanda, apakah kau tidak mengenali diriku"!"
47 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
"Siapa kenal pada dirimu yang ditutup dengan cadar begitu rupa!"
jawab kakek berjubah putih dengan rasa kaget dalam hati karena orang
mengetahui namanya. "Hanya satu yang kuketahui, kau membunuh
seluruh murid perguruanku! Hari ini aku datang memenuhi
undanganmu! Hutang darah dibayar darah, hutang nyawa dibayar
nyawa!" "Bagaimana dengan hutang kehormatan" Apakah kau bisa
membayarnya Datuk cabul"!"
"Perempuan bermulut kotor! Apa maksudmu dengan kata-kata
itu"!" teriak Datuk Sora Gamanda. Tubuhnya bergetar karena marah.
Dewi Lembah Bangkai tertawa panjang. Tutup tawanya dengan
jentringan kecapi. Lalu perlahan-lahan dia membuka cadar hijau yang
menutupi wajahnya.
"Prantisari!" teriak sang Datuk terkejut bukan kepalang.
Dewi Lembah Bangkai kembali tertawa panjang.
Ternyata kau belum lupa siapa aku! Pasti kau juga belum lupa
apa yang telah kau lakukan terhadapku! Memperkosa murid sendiri!
Manusia terkutuk! Apakah kau sudah bersiap untuk mati"!"
"Muridku..."
"Tua bangka bangsat! Aku bukan muridmu!" bentak Dewi Lembah
Bangkai. "Dengar...dengar dulu. Aku mengaku bersalah. Aku mengaku
berdosa. Waktu itu aku benar-benar khilaf. Malam itu aku bermaksud
membangunkanmu untuk menyuruh berlatih jurus-jurus silat baru.
Kutemui kau terbaring di atas ranjang dengan kain tersingkap. Aku
dihasut setan... Aku melakukan itu diluar sadar, muridku. Maafkan
gurumu ini..." Datuk Sora Gamanda melangkah hendak mendekati
muridnya tapi Dewi Lembah Bangkai menyambutnya dengan
menjentikkan kecapi. Benda itu berjentring keras, sinar putih
menyilaukan menyambar dan pedataran batu di depan kaki DatuK Sora
Gandama terbongkar. Hancuran batu dan debu berhamburan mengotori
jubah putih sang datuk.
"Enak betul hidup didunia ini jika semuanya berakhir dengan
maaf! Datuk bejat! Jika kau masih punya Tuhan minta maaflah pada
Tuhanmu. Tapi pada aku anak manusia tak ada ampun dan maaf
bagimu!" "Urusan apa sebenarnya yang berlangsung saat ini"!" kakek
berbaju biru menyeletuk.
Segera saja dia mendapat dampratan dari Dewi Lembah Bangkai.
"Orang tua pakaian biru, aku tahu kau adalah Pendekar Alam Sakti
yang datang kemari karena diajak oleh manusia sundal bergelar Datuk
Sora Gamanda ini! Aku juga tahu kehidupanmu selama ini bersih tiada
cacat. Karenanya kuberikan waktu padamu untuk meninggalkan
Lembah Bangkai saat ini juga!"
"Alam Sakti! Jangan dengarkan ocehannya! Kita tidak bisa
dilecehkan begitu saja! Serahkan tukang pengumpul mayat ini padaku!",
48 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
teriak Kaki Kayu.
Dewi Lembah Bangkai berpaling pada Hijau Satu dan Hijau Dua.
"Habisi manusia kotor satu itu!" memerintah sang Dewi. Maka Hijau
Satu dan Hijau Dua segera berkelebat, perkelahian pertama berkecamuk
di pedataran batu itu. Begitu menyerbu kedua anak buah sang Dewi
langsung mainkan lima jurus ilmu silat Lembah Bangkai. Dua pasang
lengan baju menghantam tiada henti. Bau bangkai menghampar di
tempat itu. Dibakar oleh dendam kesumat si Kaki Kayu berkelahi luar
biasa. Kedua kaki palsunya yang terbuat dari kayu setiap saat berubah
menjadi senjata yang berbahaya. Belum lagi sepasang tongkat yang
berada di kedua tangannya. Tiga jurus berlalu dua anak buah sang Dewi
belum mampu mendesak. Namun begitu mereka memainkan jurus ke
empat dan ke lima dari ilmu silat yang baru mereka pelajari, terdengar
pekik si Kaki Kayu.
Satu tendangan keras membuat kaki kayunya sebelah kiri patah.
Tubuhnya terbanting ke pedataran batu. Dia berusaha menusuk perut
Hijau Dua dengan tongkat di tangan kanannya namun saat itu
kepalanya yang masih menempel di pedataran batu sudah keburu
dihantam tendangan Hijau Satu. Kepala ini tanggal dari lehernya,
mencelat mental sejauh beberapa tombak.
Pendekar Alam Sakti merasakan tengkuknya dingin. Datuk Sora
Gamanda tercekat tak bergerak. Jelas kepandaian dua gadis berbaju
hijau itu luar biasa. Tidak dapat tidak pastilah bekas muridnya yang
mengajarkan. Tapi dari mana si murid mendapatkan kepandaian itu"
"Bersihkan pendataran!" Dewi Lembah Bangkai berseru.
Hijau Tiga cepat maju. Mayat si Kaki Kayu dilemparkannya
kesemak belukar.
"Pendekar Alam Sakti, waktumu hanya tinggal sedikit!" Dewi
Lembah Bangkai memberi ingat.
"Dewi... Maafkan diriku. Kau benar, aku kemari karena diajak
oleh Datuk Sora. Apa urusan kalian baru disini aku ketahui! Sebagai
teman aku tak mungkin meninggalkannya sendirian. Tapi aku tak ingin
mencampuri urusan kalian. Biarkan aku tetap disini. Kalau terjadi apa-
apa dengan dirinya izinkan aku membawa jenazahnya!"
Dewi Lembah Bangkai tertawa perlahan. "Kau kuizinkan. Tapi
ketahuilah. Kau tak akan mendapatkan jenazah utuh!" Lalu sang Dewi
berpaling pada Datuk Sora Gamanda. "Waktunya sudah tiba guru
bejat!" Dewi Lembah Bangkai melangkah ke tengah pedataran. Kedua
kakinya terkembang. Sepasang matanya memandang tak berkesip ke
arah bekas gurunya itu. Tak ada jalan lain bagi sang guru selain
menerima tantangan sang murid.
"Lakukan apa maumu Prantisari! Aku tak akan melawan!"
terdengar Datuk Sora Gamanda berkata. Suaranya bergetar.
"Manusia pengecut! Keluarkan kepandaianmu! Bagaimanapun
bejatnya dirimu, aku berikan hakmu untuk membela diri! Sudah bejat
jangan jadi manusia pengecut pula!"
49 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Terbakar oleh kata-kata Dewi Lembah Bangkai maka Datuk Sora
Gamanda menerkam ke depan. Jurus ilmu silat yang dilancarkan sang
datuk sudah terbaca dan diketahui jelas oleh Dewi Lembah Bangkai.
Bukan saja dia mampu mengelakkannya dengan mudah, tapi sebelum
lawan sempat memasang kuda-kuda baru gadis itu telah menyerbu
dengan jurus silat yang pernah diterimanya dari sang datuk. Hanya saja
gerakannya lebih cepat dan ganas. Ketika sang guru membuat gerakan
mengelak, Dewi Lembah Bangkai langsung menyerbu dengan jurus
pertama ilmu silat Lembah Bangkai ciptaannya.
Sewaktu menjatuhkan si Kaki Kayu tadi Datuk Sora Gamanda
telah melihat jurus-jurus ilmu silat itu dimainkan oleh Hijau Satu dan
Hijau Tiga. Meski mampu mempelejarinya secara singkat namun sang
datuk tidak dapat mengandalkan pengetahuan singkatnya itu untuk
dapat menghadapi bekas muridnya itu. Maka sang datuk keluarkan
jurus-jurus silat yang selama ini tak pernah diturunkannya pada murid-
muridnya, termasuk Prantisari.
"Bagus! Ternyata kau memiliki ilmu simpanan! Keluarkan semua
kepandaianmu datuk cabul!" teriak Dewi Lembah Bangkai.
Semakin terbakar amarah sang datuk. Dari mulutnya keluar
suara menggembor. Tangannya kiri kanan bergerak. Angin serangannya
menderu-deru. Tubuhnya hanya tinggal bayang-bayang putih saja. Sang
Dewi tampak seperti terkurung. Tiba-tiba terdengar Dewi lembah
Bangkai berteriak keras, tubuhnya berputar setengah lingkaran. Tangan
kirinya menyambar seperti pedang sedang kaki kanan menghantam
laksana palu godam. Inilah jurus ketiga ilmu silat Lembah Bangkai.
Guru dan murid bertempur hebat dengan niat saling bunuh. Yang satu
karena dendam yang satu lagi demi untuk menyelamatkan diri!
Ketika Dewi Lembah Bangkai mainkan jurus ke empat dan kelima,
Datuk Sore Gamanda tak sanggup lagi bertahan. Dia melompat mundur
sambil keluarkan senjatanya, sebilah golok pendek berhulu gading.
Sebagai bekas murid, Dewi Lembah Bangkai tahu betul kehebatan golok
tersebut yang merupakan sebuah senjata mustika sakti. Tapi sang dara
tidak takut. Dia yakin akan kehebatan kecapi yang dimilikinya. Dia
sengaja tegak di tengah pedataran batu, menunggu lawan menyerang.
Datuk Sora Gamanda sendiri hampir tidak mempercayai penglihatan-
nya. Sang bekas murid hendak menghadapi senjata saktinya dengan
alat bebunyian itu. Tapi dia tak mau berpikir lama. Perlahan-lahan sang
datuk angkat tangan kanannya yang memegang golok. Sinar matahari
memantul membuat senjata itu berkilau-kilau. Ketika senjata ini
diayunkan ada sinar terang menyambar disertai letupan keras seperti
petir menyambar dikejauhan!
Dewi Lembah Bangkai menunggu sampai sang guru datang lebih
dekat. Begitu sinar golok menyambar dijarak lima jengkel dihadapannya,
Dewi Lembah Bangkai acungkan kecapinya, sekaligus memetik dua tali
kawat di sebelah depan. Dua sinar putih panas dan menyilaukan
menyambar! 50 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
Terdengar jeritan Datuk Sora Gamanda. Tubuhnya terpental.
Lengan kanannya putus sebatas siku laksana ditabas senjata tajam.
Golok mustikanya tampak seperti meleleh dan jatuh berdentringan di
pedataran batu.
"Prantisari...Ampuni selembar nyawaku! Aku mengaku berdosa!
Aku mengaku bersalah!" Datuk Sora mencoba berdiri sambil
menyembah-nyembah.
"Sudah kukatakan minta ampun pada Tuhanmu. Tapi jangan
minta ampun pada diriku!" ujar Dewi Lembah Bangkai dengan
pandangan mata dan air muka ganas. Perlahan-lahan dia melangkah
mendekati sang guru. Putus harapan berubah jadi ketakutan. Datuk
Sora melangkah mundur. Mundur dan mundur terus. Disatu tempat dia
membalikkan diri lalu lari menuju lereng lembah sebelah selatan.
"Manusia bejat! Tak ada tempat lari bagimu..." desis Dewi Lembah
Bangkai.

Wiro Sableng 043 Dewi Lembah Bangkai di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kecapi itu terdengar berdering! Sinar putih menyambar. Jauh di
depan sana terdengar pekik Datuk Sora Gamanda ketika tangan kirinya
sebatas bahu putus dihantam sinar putih yang menyambar keluar dari
kawat kecapi. Seperti orang gila kakek ini meraung. Tubuhnya melorot
kebawah. Tapi dengan segala kekuatan yang ada dia coba mendaki
lereng lembah. Kecapi berdentring lagi. Kembali sinar putih menerpa
ganas. Kali ini kaki kanan DatukSora yang putus. Tubuhnya terguling
ke dasar lembah. Dalam keadaan mengerikan seperti itu dia berusaha
menggapai-gapai dengan kakinya yang tinggal satu. Lalu kecapi dipetik
sekali lagi. Jeritan Datuk Sora setinggi langit. Tubuhnya hanya merupakan
gelondongan saja kini. Kaki kirinya putus. Pendekar Alam Sakti
tundukkan kepala. Tak sanggup menyaksikan kengerian ini, sementara
tubuh kawannya menyangsrang diantara semak belukar.
Dewi Lembah Bangkai petik tiga tali kecapi sekaligus. Terjadilah
hal yang luar biasa. Tiga sinar panas menyilaukan menyambar tubuh
Datuk Sora yang menyangsang disemak belukar. Seperti agar-agar yang
dibanting ke lantai tubuh itu hancur berkeping-keping!
"Pendekar Alam Sakti, seperti kukatakan tadi, kau tak akan
mendapatkan jenazah sahabatmu dalam keadaan utuh. Aku tak ingin
melihatmu lebih lama disini. Silahkan pergi!"
Mendengar kata-kata Dewi Lembah Bangkai kali ini, kakek
berpakaian biru tak mau berlaku ayal lagi. Cepat-cepat dia mengambil
golok bengkok milik Datuk Sora lalu tinggalkan tempat itu melalui jalan
yang ditempuhnya sewaktu datang tadi. Kuduknya terasa dingin,
hatinya berdebar. Kawatir kalau-kalau Dewi Lembah Bangkai akan
menghantam tubuhnya dengan sinar ganas kecapi sakti itu!
Di pedataran batu saat itu Dewi Lembah Bangkai justru terduduk
bersimpuh dan tekapan kedua tangannya ke wajah. Dia terdengar
sesenggukan. Tak ada yang berani bergerak, tak ada yang berani
berbuat sesuatu sampai akhirnya Pendekar 212 mendatangi dan
51 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
bersimpuh di hadapan sang dewi. Setelah menunggu sampai isakan
tangis gadis itu mereda murid Eyang Sinto Gendeng ini lantas berkata.
"Dewi, apa yang kau inginkan telah kau dapati. Saatnya kita
semua meninggalkan tempat ini..."
Dewi Lembah Bangkai turunkan kedua tangannya. Dipandanginya
wajah pemuda itu sejenak lalu berkata: "Aku tak tahu harus pergi
kemana sekarang..."
"Jangan berkata begitu. Apa kau lupakan janjiku" Aku akan
membawamu ke tempat dimana Panji Kondang berada. Lebih cepat lebih
bagus supaya jangan terlalu jauh kita mengejarnya..."
"Pendekar 212, kau sungguhan mau mengantarku?" tanya Dewi
Lembah Maut alias Prasanti.
"Mungkin hanya itu yang bisa kulakukan sebagai pembayar
hutang budi dan hutang nyawa padamu Dewi..."
"Dewi...," desis sang dara. "Aku tak ingin mendengar panggilan itu
lagi. "Cerita tentang Lembah Bangkai sudah berakhir sampai disini!"
Ketika Wiro berdiri sambil mengulurkan tangan, sang dara memegang
lengan pemuda itu lalu tegak pula sambil mengempit kecapinya. Dia
memandang berkeliling lalu berpaling ke arah anak buahnya. "Hijau
Satu, Hijau Dua dan Hijau Tiga! Bersama yang lain-lainnya mari kita
tinggalkan tempat ini. Kalian semua bebas kemana mau pergi..."
"Tidak Dewi..." kata Hijau Satu.
"Lupakan panggilan itu. Sebut namaku Prantisari!"
"Kami tetap akan ikut kemana kau pergi. Tentu saja kalau De...
maksudku kalau kau mengizinkan...Bukan begitu kawan-kawan?" Hijau
Dua dan Hijau Tiga sama menganggukkan kepala.
Prantisari tersenyum dan usap air matanya yang berderai. "Kalau
begitu apa yang aku cita-citakan kan menjadi kenyataan..."
"Eh, apa cita-citamu itu?" bertanya Wiro.
"Aku akan membuka perguruan silat di puncak gunung Lawu.
Maksudku aku dan dua orang gadis sahabatku itu!"
"Kalau begitu aku akan menjadi muridmu yang pertama!" kata
Wiro pula lalu menggandeng tangan Prantisari menuju ke lereng lembah
sebelah timur, ketika sampai di puncak lembah sebelah timur Wiro
berpaling pada Prantisari. Boleh kulihat kecapimu?"
"Boleh saja. Apakah kau pandai memainkannya?" tanya Prantisari
sambil menyerahkan kecapinya.
"Entahlah. Mungkin bisa. Tapi petikan kecapiku pasti tidak
semerdu petikanmu!"
Wiro ambil kecapi itu dari tangan sang dara. Dia mengarahkannya
ke Lembah Bangkai. Diam-diam perutnya mengeras tanda pendekar ini
mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Lalu dia memetik ke enam tali
kawat kecapi sekaligus! Terjadilah hal yang luar biasa! Enam sinar putih
menyambar laksana enam petir menghantam bumi. Suaranya
menggemuruh seperti hendak meruntuhkan langit. Udara panas
membakar bumi. Dibawah sana enam larik sinar kecapi menghantam
52 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
TIRAIKASIH - http://cerita-silat.co.cc/
lereng dan dasar terbawah dari Lembah Bangkai. Tanah, pepohonan dan
batu-batu mental setinggi beberapa tombak. Tempat itu laksana kiamat.
Masing-masing merasakan tubuh dan lutut mereka bergetar. Lembah
Bangkai seperti sirna kini berubah menjadi timbunan tanah dan batu!
Wiro garuk-garuk kepalanya. Sambil menyerahkan kecapi itu
kembali kepada Prantisari dia berkata: "Ah, petikan kecapiku ternyata
memang tidak semerdu petikanmu. Memalukan saja! Ini aku
kembalikan padamu kecapi ini..."
Prantisari tersenyum. "Aku gembira atas apa yang barusan kau
lakukan Wiro. Lembah Bangkai lenyap dan benar-benar akan dilupakan
orang..." TAMAT 53 043 Dewi Lembah Bangkai -WIRO SABLENG 212
Pedang Guntur Biru 2 Pendekar Lembah Naga Serial Pendekar Muka Buruk Karya Tjan I D Duri Bunga Ju 12
^