Hantu Santet Laknat 1
Wiro Sableng 113 Hantu Santet Laknat Bagian 1
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
1 BASTIAN TITO LUHTlNTl TERTAWA. DENGAN MANJA DIA TURUN DARl
PANGKUAN WIRO. WALAU KEADAAN Dl DALAM GOA REDUP
AGAK GELAP NAMUN WIRO MASlH BlSA MELIHAT BAHWA
SAAT ITU Dl SEBELAH ATAS LUHTlNTl TlDAK MENGENAKAN
APA-APA LAGI. "WIRO, SEPERTI AKU KATAKAN TADI AKU INGAT ADA SATU
CARA YANG BlSA MEMBUAT KlTA MAMPU KELUAR DARl RlMBA BELANTARA TERKUTUK INI."
"KALAU BEGITU LEKAS KATAKAN ...."
"CARANYA SANGAT SEDERHANA WIRO," KATA SI GADlS
DENGAN WAJAH DITENGADAHKAN DISERTAI LAYAMGAN
SENYUM. "KAU MENGAWlNl AKU, MENGAMBIL AKU JADl ISTRIMU ...."
PENDEKAR 212 TERSENTAK MENDENGAR KATA-KATA
LUHTlNTl ITU. SI GADlS SEBALIKNYA MALAH TERTAWA PANJANG
. HANTU SANTET LAKNAT
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
2 Wiro Sableng : HANTU SANTET LAKNAT
SATU LANGlT malam bertambah gelap ketika bulan sabit tertutup lenyap dibalik awan
hitam. Di kejauhan terdengar suara auman binatang buas dari arah rimba belantara
Lasesatbuntu. Suara tiupan angin berdesirdingin. Tiba-tiba ada suara sayap
menggelepar di udara. Lalu tampak dua titik merah bercahaya melayang dari
jurusan Gunung Latinggimeru.
Dua titik merah ini ternyata adalah sepasang mata seekor kelelawar besar yang
terbang menuju puncak sebuah bukit batu berbentuk kerucut tumpul. Di atas bukit
batu ini tampak mendekam duduk satu sosok tubuh kurus kering memiliki wajah
seperti seekor burung gagak hitam. Mulut dan hidungnya jadi satu membentuk
paruh. Sepasang matanya kecil tanpa alis. Tubuhnya mengenakan sehelai pakaian
dari jerami kering warna hitam.
Dari sikapnya duduk makhluk ini seperti tengah bersemadi.
Tapi anehnya sementara dua tangannya diletakkan di atas batu, dua kakinya
dinaikkan ke atas disilangkan di atas bahu kiri kanan. Orang ini adalah dukun
seribu jahat seribu keji yang di Negeri Latanahsilam dikenal dengan nama Hantu
Santet Laknat. Banyak orang telah jadi korban kejahatannya. Antara lain Lakasipo (Baca Bola
Bola Iblis) dan Lawungu (baca Rahasia Kincir Hantu).
Kemudian nenek dukun jahat ini juga telah menguasai Latandai hingga orang
berjuluk Hantu Bara Kaliatus ini menjadi kaki tangannya yang mau melakukan apa
saja termasuk membunuh istrinya sendiri karena si nenek sudah mencuci otaknya
(baca Episode Wiro di Negeri Latanahsilam berjudul Hantu Bara Kaliatus.)
Kelelawar bermata merah bercahaya berputar dua kali di sebelah Timur lalu
melesat ke arah puncak batu kerucut tumpul.
Suara kepakan sayap binatang ini masuk ke telinga si nenek Membuat dia segera
buka sepasang matanya yang sejak tadi dipejamkan. Bibirnya bergetar ketika dia
mengucap. Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
3 "Junjungan telah datang ...."
Kelelawar hitam keluarkan suara pekikan aneh. Hantu Santet Laknat turunkan dua
kakinya. Lalu dia bersujud di atas batu. Ketika dia bangkit kembali kelelawar
bermata merah telah mengapung di udara, hanya satu tombak di sebelah depan atas
kepalanya. Kepakan sayapnya yang menimbulkan angin deras membuat rambut dan pakaian si
nenek melambai-lambai.
"Junjungan selamat datang aku ucapkan! Sudilah Junjungan memberi tahu maksud
kedatangan!" Si nenek kembali bersujud hingga keningnya menempel di batu lalu
dia duduk tak bergerak, menatap ke atas, menunggu Kelelawar hitam yang mengapung
di udara keluarkan suara memekik halus. Sayapnya berhenti bergerak.
Lalu sosok hitamnya mengepul, berubah menjadi asap. Asap ini secara aneh
kemudian membentuk satu sosok sangat angker.
Hantu Santet Laknat yang juga bertampang angker tetap saja mengkirik kuduknya
walau sebelumnya sudah beberapa kali dia melihat sosok seram tersebut Makhluk
yang mengapung dalam kegelapan malam di atas bukit batu berbentuk kerucut tumpul
itu adalah satu sosok berjubah hitam yang wajahnya berupa tengkorak Tangan dan
kakinya yang tersembul dari bagian bawah jubah serta ujung lengan jubah berupa
jerangkong tulang belulang putih.
Sepasang mata tengkorak yang hanya merupakan lobang besar mengeluarkan cahaya
kemerahan. Di atas batok kepala yang putih bertumbuhan rambut-rambut putih panjang,
melambai-lambai ditiup angin malam. Tiba-tiba rambut yang menjulai ke bawah itu
berjingkrak ke atas, tegak berdiri, kaku laksana kawat Dua bolongan mata
pancarkan cahaya merah lebih terang. Mulut tengkorak yang didereti barisan gigi-
gigi besar bergerak membentuk seringai menggidikkan. Dari sela-sela giginya
keluar kepulan asap. Sesaat kemudian makhluk muka tengkorak tubuh jerangkong
yang tertutup jubah hitam itu keluarkan ucapan.
Suaranya bergema aneh, seolah keluar dari satu liang dala.
"Hantu Santet Laknat, tiada kekecewaan paling hebat selain kekecewaan terhadap
dirimu. Semua apa yang kau lakukan menemui kegagalan! Aku sudah cukup bersabar
diri. Mungkin sudah Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
4 saatnya kau meninggalkan Negeri Latanahsilam. Kukirim kembali ke tempat asalmu
di dasar Samudera Labiruhijau!"
Si nenek bernama Hantu Santet Laknat keluarkan suara tercekat dari hidung dan
mulutnya yang jadi satu berbentuk paruh burung. Lalu buru-buru dia jatuhkan
diri, bersujud di hadapan makhluk yang disebutnya dengan panggilan junjungan.
"Wahai Junjungan, bukan aku membela diri. Semua tugas telah aku laksanakan.
Namun apa yang kemudian terjadi sungguh di luar dugaan ...."
Makhluk muka tengkorak menyeringai. Dari mulutnya berhembus keluar asap putih.
"Hantu Santet Laknat, kau memang tidak mebela diri. Tapi kau pandai mencari akal
untuk berdalih! Aku ingin tahu apa yang kau maksudkan dengan kejadian di luar
dugaan itu!"
"Junjungan, kalau kau mau mendengar, akan kuterangkan satu persatu," kata Hantu
Santet Laknat Lalu nenek bermuka burung gagak hitam ini angkat kepalanya yang
sejak tadi bersujud menempel di atas batu.
"Kejadian pertama, menyangkut Lakasipo yang kemudian dijuluki Hantu Kaki Batu
itu. Junjungan pasti tahu bagaimana aku berhasil membangkitkan roh istrinya yang
bernama Luhrinjani. Lalu kusuruh dia menjebak suaminya sendiri hingga sepasang
kaki Lakasipo tenggelam dalam cairan yang berubah menjadi batu! Tapi kemudian
tak terduga ada seorang makhluk aneh bersama dua kawannya muncul menolong
Lakasipo. Jika Junjungan mau mendengar, biar aku menceritakan apa yang terjadi
sejelas-jelasnya ."
Makhluk muka tengkorak berambut putih riap riapan enyeringai. Dari hidung dan
mulutnya kembali mengepul asap putih.
Sedangkan dari dua matanya memancar cahaya kemerahan. Dia keluarkan suara
mendengus lalu berkata.
"Tak ada salahnya aku mendengar ceritamu, Hantu Santet Laknat Paling tidak aku
mau membandingkan apa yang kau bilang sama dengan apa yang aku ketahui. Jika kau
berdusta, kau tahu apa akibatnya!"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
5 "Aku tidak berdusta wahai Junjungan. Akan kuceritakan semua padamu ...." Lalu si
nenek bermuka burung gagak hitam itu memulai penuturannya ....
* * * Dalam keadaan sang surya yang sebentar lagi akan tenggelam Lakasipo mendukung
jenazah Luhrinjani, istrinya yang menemui ajal, mati bunuh diri di jurang batu
tak jauh dari Bukit Batu Kawin. Dia melangkah mendekati lubang batu yang telah
disiapkannya sebagai makam sang istri. Jenazah perempuan yang hanya sempat
dikawininya selama tiga hari itu dengan hati-hati dimasukkannya ke dalam lubang.
Tak ada orang lain di tempat itu.
Hanya alam semata yang menyaksikan penguburan Luhrinjani.
Mendadak cuaca berubah. Gulungan awan hitam entah dari mana datangnya muncul
menutupi langit Petir mendera sabung menyabung, guntur menggelegar. Lalu hujan
lebat turun membasahi bumi. Lakasipo merasa tidak enak.
Dia memandang ke langit Gelap. Sesaat gerakannya menurunkan jenazah ke dalam
lubang jadi tertahan. Kilat menyambar. Sekejapan udara menjadi terang benderang.
Saat itulah Lakasipo melihat bagaimana sepasang mata jenazah Luhrinjani yang
barusan dibaringkannya di liang batu dan sejak tadi tertutup tiba-tiba kelihatan
membuka. Bukan itu saja! Wajah perempuan yang sudah jadi mayat itu juga tampak tersenyum!
"Luhrinjani ..!I desis Lakasipo. Tubuhnya bergetar. Cahaya kilat lenyap. Bukit
batu Latinggihijau kembali diselimuti kegelapan.
Sesaat Lakasipo asih terkesiap. Namun begitu sadar dia cepat mengambil sebuah
batu besar berbentuk pipih dan menutupkannya di atas lubang makam. Enam buah
batu kemudian disusunnya di atas batu pipih penutup makam itu. Sebelum bertindak
pergi, di bawah hujan lebat dan dalam keadaan basah kuyup Lakasipo pandangi
makam istrinya. Lalu mulutnya berucap perlahan..
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
6 "Wahai Luhrinjani .... Apapun yang telah kau lakukan sebelum ajalmu, aku
Lakasipo telah melupakan dan memaafkan semuanya....
Kau lihat sendiri Luhrinjani, aku sudah menyiapkan satu makam untuk diriku di
samping makammu." Lakasipo melirik kearah sebuah makam kosong yang sebelumnya
sengaja dibuatnya di sebelah kubur sang istri.
"Aku akan meninggalkanmu Luhrinjani. Aku akan sering-sering mklihatmu. Tenanglah
dalam peristirahdanmu. Para Dewa dan para Peri akan menghiburmu. Selamat tinggal
wahai Luhrinjani
...." Lakasipo cium batu makam di bagian kepala lalu bangkit berdiri.
Hujan mulai reda tapi cuaca masih kelam. Lakasipo turuni bukit Latinggihijau,
berjalan ke tempat dia meninggalkan Laekakienam, kuda tunggangannya. Belum lama
menunggangi kuda itu, tiba-tiba Lakasipo melihat ada satu bayangan putih
berkelebat di hadapannya. Kuda hitam berkaki enam bertanduk dua itu angkat empat
dari enam kakinya lalu meringkik keras. Sepasang matanya yang merah pancarkan
sinar aneh. Lakasipo cepat usap tengkuk tunggangannya,
"Tenang Lae. ... Tenang. Tak ada yang perlu kau takutkan."
Lakasipo memandang berkeliling. Saat itu dia sudah mencapai kaki bukit
Latinggihijau. Sudut matanya menangkap sesuatu di arah kiri.
Laekakienam kembali menunjukkan gelagat gelisah. Lakasipo cepat berpaling.
Bayangan putih itu kembali muncul di kejauhan sana. Di antara deretan pepohonan.
Ada satu sosok perempuan berpakaian putih. Meliuk-liuk seperti asap tertiup
angin. Ketika dia memperhatikan wajah perempuan itu tersiraplah darah Lakasipo!
Wajah itu adalah wajah Luhrinjani!
"Luhrinjani ..." desis Lakasipo.
"Bagaimana mungkin! Barusan saja aku menguburkanmu di makam batu ...."
Sosok putih di antara deretan pepohonan tiba-tiba lambaikan tangan seolah
memanggil Lakasipo. Lalu lapat-lapat ada suara.
"Lakasipo .... Lakasipo suamiku. Datanglah keari. Tolong diriku. Keluarkan aku
dari alam gelap. Lakasipo ...."
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
7 "Wajah itu wajah Luhrinjai! Suara itu suara Luhrinjani ...."
desis Lakasipo.
"Lakasipo .... Turun dari kudamu. Kemarilah .... Tolong diriku wahai
suamiku ...." Mula-mula Lakasipo masih diselimuti rasa takut dan heran. Lalu dia
mulai bimbang. Matanya digosok berulang kali.
"Aku tidak bermimpi. Sosok itu memang Luhrinjani," Lakasipo segera turun dari
kudanya. Setengah berlari dia menghampiri sosok Luhrinjani. Dia berlari di sela-
sela pepohonan melompati semak belukar, tidak lagi memperhatikan jalan yang
dilaluinya. "Wahai Lakasipo suamiku .... Lekaslah. Lari lebih cepat Jarak kita hanya tinggal
dekat..." Sosok Luhrinjani kembali memanggil-manggil. Lakasipo lompati
serumpunan semak belukar pendek.
Namun begitu turun ke tanah, dua kakinya amblas masuk ke dalam dua buah lubang
sedalam pangkal betis. Kalau tidak cepat dia imbangi diri pasti akan tersungkur
di tanah. Dia tarik dua kakinya.
Tapi alangkah terkejutnya Lakasipo. Dia sama sekali tidak sanggup mengeluarkan
kedua kakinya. Lalu dia mendengar suara menggelegak seperti air mendidih. Ketika
dia memandang ke bawah mukanya jadi pucat.
Dua kakinya dilihatnya terpendam dalam cairan aneh berwarna kelabu berbuih-buih.
Begitu gejolak buih berhenti, cairan telah berubah menjadi keras, memendam
sepasang kaki Lakasipo ke tanah.
"Apa yang terjadi ... "!" Lakasipo membungkuk Meraba cairan beku yang memendam
dua kakinya. "Betul!" ujar Lakasipo dengan suara bergetar.
"Tidak mungkin!" Dia gerakkan kakinya berusaha melepas diri. Sia-sia saja. Dia
memukul dengan dua tangannya berulang kali.
Pukulan yang sanggup menghancurkan batu karang itu bahkan tidak sanggup membuat
bergeming batu keras yang memendam dua kakinya. Lakasipo segera keluarkan ilmu
pukulan sakti bernama
"Lima Kutuk Dari Langit". Lima lariksinar hitam menggidikkan menghantam batu.
"WUSSSS! Bummmm!"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
8 Sinar hitam berbalik mental ke udara disertai dentuman keras.
Tapi dua kakinya tetap saja terpendam dalam batu keras yang tidak hancur,
retakpun tidak. Lakasipo penasaran. Dia kembali kerahkan ilmunya. Hawa Sakti
dikerahkan pada dua kakinya. Dia keluarkan kesaktian bernama "Kaki Roh Pengantar
Maut." Cahaya hitam memancar dad kakinya kiri kanan. Tapi segera meredup. Dan
celakanya hawa sakti yang tadi dikerahkannya seolah berbalik mencengkeram dua
kakinya. Sakitnya bukan kepalang.
"Celaka! Apa yang terjadi dengan diriku! Pasti ada orang jahat
..." Lakasipo ingat pada sosok Luhrinjani. Ketika dia memandang ke depan justru
dilihatnya sosok itu bergerak seperti melayang datang ke arahnya.
"Luhrinjani ...."
Tiba-tiba terdengar suara berdentrangan. Sosok Luhrinjani ternyata memegang
sebuah rantaiditangan kanannya. Pada kedua ujung rantai ada sebentuk jopitan
besi besar. "Luhrinjani! Betul kau yang ada di hadapanku Ini?" tanya Lakasipo. Luhrinjani
menyeringai. Wajah itu mendadak berubah.
Mula-mula pada mulutnya. Mulut ini mencuat enonjolkan gigi-gigi mengerikan. Lalu
kulit wajahnya aeolah leleh hingga membentuk tulang tengkorak. Dua mata berubah
menjadi sepasang rongga mengerikan. Rambutnya yang hitam juga lenyap. Kepalanya
kini telah menjadi sebuah kepala tengkorak putih. Lalu dua tangan yang tersembul
dari balik pakaian putih bergantian pula menjadi tulang belulang mengerikan.
Lakasipo keluarkan seruan tertahan saking kagetnya. Sosok tengkorak merunduk.
Dengan satu gerakan sangat cepat makhluk ini mejapit pangkal betis Lakasipo kiri
kanan. "Kau! kau bukan Luhrinjani! kau makhluk jahat jejadian!"
teriak Lakasipo. Sosok tengkorak tertawa melengking.
"Takdir buruk telah jatuh atas dirimu Lakasipo! Kau akan terpendam dalam dua
batu seumur hidupmu. Tubuhmu akan rusak, busuk dan hancur luar dalam. Kau akan
mengalami siksaan hebat sebelum menemui ajal!"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
9 "Makhluk jahanam! Kau pasti suruhan orang jahat! Katakan siapa yang menyuruhmu"
l" teriak Lakasipo.
"Kau akan mendapatkan jawaban lama sekali Lakasipo,"
jawab makhluk muka tengkorak
"Setelah sosokmu berubah menjadi jerangkong dan rohmu melayang di langit hampa!"
Lakasipo hantamkan tangan kanannya.
Pukulan "Lima Kutuk Dari Langit" menderu. Lima larik sinar hitam berkiblat
"Bummmm!"
Pukulan sakti menghantam telak sosok putih di depan sana.
"Braaakkk! Byaaarrr!"
Wiro Sableng 113 Hantu Santet Laknat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sosok putih hancur berantakan. Serpihan tulang tengkorak dan tulang jerangkong
bertaburan di udara. Lalu berubah menjadi asap lenyap tanpa bekas. Lakasipo
meraung keras. Dia hantamkan pukulan sakti bertubi-tubi. Namun akhirnya dia
lemas sendiri dan jatuh terduduk di tanah. (Secara lebih lengkap kisah di atas
dapat Anda baca dalam Episode pertama Petualangan Wiro di Negeri Latanahsilam
berjudul Bola-Bola Iblis " )
* * * Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
10 Wiro Sableng : HANTU SANTET LAKNAT
DUA SI NENEK bermuka burung gagak hitam bersujud di batu.
Begitu bangkit dia langsung berkata.
"Wahai Junjungan, itulah kisah bagaimana aku telah mencelakai Lakasipo. Aku
berhasil melakukannya sesuai dengan permintaan Lahopeng, musuh besar Lakasipo.
Junjungan, bukankah aku juga telah memberi tahu padamu sebelum aku menyantet
Lakasipo melalui roh istrinya hingga dua kakinya tenggelam dalam dua buah batu.
Namun seperti kataku tadi, secara tidak terduga muncul satu makhluk dari negeri
seribu dua ratus tahun mendatang.
Walau sosoknya hanya sejari kelingking tapi dia mampu menolong Lakasipo... ."
Makhluk yang dipanggil dengan sebutan Junjungan
menyeringai buruk lalu rangkapkan dua tangan jerangkongnya.
"Hantu Santet Laknat aku tahu sebetulnya kau lebih banyak dipengaruhi oleh
Lahopeng hingga menempuh cara keliru dalam menyantet Lakasipo. Sebenarnya kau
bisa membunuh orang itu dengan ilmu Lintah Penyedot Jantung! Dalam waktu
sepenanakan nasi saja Lakasipo pasti sudah menemui ajal! Mengapa harus memakai
jalan sulit berbelit, menyantet lewat roh halus segala"!"
Hantu Santet Laknat terdiam. Lalu dia buru-buru jatuhkan diri bersujud dan
berkata. "Kalau caraku memang keliru, aku mohon maafmu wahai Junjungan ...."
"Apa yang kau terima dari Lahopeng sebagai upah?" Sang Junjungan bertanya.
"Dia memberikan beberapa butir batu permata. Semua sudah kutelan," jawab si
nenek bermuka gagak hitam. Sang Junjungan menyeringai.
"Kau sengaja menelan batu-batu permata itu. Berarti kau masih ingin
mempertahankan llmu Bersalin Wajah yang kau miliki ..."
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
11 "Kira-kira memang begitu wahai Junjungan," jawab Hantu Santet Laknat
"Sekarang aku ingin kau menerangkan tentang makhluk dari negeri seribu dua ratus
tahun mendatang, yang katamu muncul tak terduga menolong Lakasipo ...."
" Aku akan terangkan padamu wahai Junjungan. Aku akan terangkan ..." kata Hantu
Santet Laknat pula setelah lebih dulu bersujud tempelkan keningnya di atas batu.
"Orang itu masih muda. Namanya Wiro Sableng, konon dia berjuluk Pendekar
212 ...." "Dua satu dua ..." engulang sang Junjungan.
"Apa artinya itu?"
"Mohon maafmu wahai Junjungan. Aku sendiri tidak mengerti apa arti tiga buah
angka itu ...."
"Kau harus menyelidikinya nanti. Mungkin di situ terletak kehebatannya. Tapi
bisa juga sekaligus letak kelemahannya ....
Teruskan keteranganmu Hantu Santet Laknat!"
"Pemuda itu muncul bersama dua temannya. Yang satu seorang bocah bernama Naga
Kuning. Satu lagi seorang kakek bau pesing karena selalu kencing di celana.
Dipanggil dengan sebutan Setan Ngompol."
"Air kencing..." berkata sang Junjungan.
"lngat hal itu Hantu Santet Laknat Cairan itu salah satu benda terlarang yang
bisa mencelakai dirimu...."
"Aku selalu ingat hal itu wahai Junjungan," kata Hantu Santet Laknat pula. Lalu
dia lanjutkan keterangannya.
"Wiro bertemu dengan Lakasipo dalam rimba belantara.
Tadinya Lakasipo hendak membunuh pemuda itu dan dua kawannya. Tapi entah
bagaimana mereka kemudian jadi bersahabat Bahkan pemuda inilah yang kemudian
menolong Lakasipo. Mula-mula ia pergunakan sebuah senjata aneh. Sebilah kapak
bermata dua....."
"Sebilah kapak bermata dua katamu?"
"Betul sekali Junjungan," jawab si nenek.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
12 "Tunggu, coba kusirap dulu senjata itu adanya. Sampai dimana kehebatannya...."
Makhluk tengkorak berjubah hitam dongakkan kepalanya.
Dua tangan dirangkapkan di depan dada. Dari dua rongga matanya memancar cahaya
kemerahan sedang dari hidung dan sela mulutnya membersit keluar asap putih.
Sesaat kemudiaan dia berucap.
"Kapak itu menyimpan banyak kesaktian. Semua berasal pada kekuatan api putih.
Kau harus berhati hati. Kau harus mengusahakan untuk mendapatkannya ...."
"Akan aku lakukan Junjungan...!'
Sang Junjungan kembali mendongak. Matanya kembali memancarkan cahaya merah dan
asap putih lagi-lagi berhembus keluar dari hidung dan mulutnya.
"Tapi Hantu Santet Laknat... Menurut apa yang aku sirap dari alam gaib, bukan
kapak itu yang mampu membebaskan Lakasipo!
Dalam alam gaib kulihat ada sesosok binatang berbulu putih polos.
Seekor harimau ...."
"Benar Junjungan. Setelah gagal membebaskan Lakasipo dengan dua larik sinar
hijau yang keluar dari matanya, pemuda itu lantas keluarkan satu ilmu kesaktian
aneh. Dia memelihara seekor harimau putih bermata hijau. Harimau jejadian inilah
yang kemudian mampu memutus rantai besi pengikat kaki Lakasipo. Juga binatang
ini menggali tanah batu tempat Lakasipo terpendam hingga akhirnya dia bisa
keluar dari dalam tanah!"
"Aku harus menyirap kembali ke alam gaib!" kata sang Junjungan. Lagi-lagi dia
mendongak ke langit dan rangkapkan dua tangan di atas dada jubah hitam. Sesaat
kemudian dia memandang pada Hantu Santet Laknat. Rambut putih di atas kepalanya
kelihatan tegak kaku seperti kawat
"Nenek bermuka burung gagak!" katanya.
"Kau benar-benar menemui seorang lawan tangguh. Dua larik sinar hijau yang
katamu keluar dari sepasang matanya adalah senjata sakti gaib bernama Sepasang
Pedang Dewa! Aku tidak bisa menduga Dewa dari mana yang memberikan ilmu itu
padanya. Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
13 Ketika dia menolong Lakasipo bukankah keadaan dirinya masih sebesar kelingking?"
"Benar Junjungan ...."
"Karena sosoknya yang kecil, dia tidak mampu menghimpun kekuatan. Tapi sekarang
sosoknya sama besar dengan mahkluk di Negeri Latanahsilam. Kehebatan Sepasang
Pedang Dewa tidak bisa dianggap enteng. Kau benar-benar harus hati-hati terhadap
orang itu Hantu Santet Laknat. Lalu harimau putih yang kau sebutkan itu,
binatang gaib tersebut memang pelindung yang mengikutinya kemana dia pergi.
Walau dia tidak bisa menghancurkan dua batu bundar yang membungkus kaki Lakasipo
tapi harimau putih itu sangat berbahayal"
Hantu Santet Laknat terdiam sejenak Lalu berkata.
"Sebenarnya aku tidak takut pada pemuda itu wahai Junjungan. Aku yakin bisa
membunuhnya jika berhadapan!"
"Jangan menganggap enteng makhluk satu ini Hantu Santet Laknat. Dia bukan saja
punya ilmu kesaktian hebat, tapi juga memiliki akal dan otak cerdik!"
"Kalau begitu aku minta petunjukmu wahai Junjungan,"
memohon Hantu Santet Laknat
"Dengar baik-baik apa yang aku ucapkan!" kata sang Junjungan pula.
"Jika seseorang merasa sanggup menguasai musuh, maka dia harus menghancurkan
musuh itu. Tapi jika dia merasa belum atau tidak sanggup maka dia haws merangkul
musuh tersebut, menjadikannya sahabat Pada saatnya dia merasa mampu maka baru
dia menghancurkan sang musuh!"
"Aku mengerti apa yang kau katakan itu Junjungan. Tapi yang belum jelas, apa
yang harus aku lakukan terhadap pemuda bernama WiroSableng itu?" tanya Hantu
Santet Laknat pula.
"Kau harus enjebaknya agar dia tidak bisa kembali pulang ke negerinya! Aku tahu
kau punya otak cerdik dan akal panjang! Kau harus enjebak pemuda Itu masuk ke
dalam Rimba Lasesatbuntu.
Buat dia tak bisa keluar lagi. Buat dia mendekam seumur hidupnya Bastian Tito:
Hantu Santet Laknat [angx2006]
14 dalam rimba belantara itu. Dengan demikian segala npa yang kau lakukan tidak
akan mendapat gangguan ...."
Hantu Santet Laknat mengangguk-angguk.
"KaIau begitu petunjukmu akan aku lakukan ...."
"Tapi! Seperti ucapanku tadi!" berkata sang Junjungan.
"Jika kau menghadapi perlawanan dan kau tidak sanggup melawannya, kau harus
menjalankan rencana ke dua. Kau harus merangkul musuh berbahaya itu! Kau harus
memperlakukannya sebagai suami! Kau harus mengawininya!"
Sosok si nenek Hantu Santet Laknat tersentak saking kagetnya mendengar ucapan
sang Junjungan.
"Wahai Junjungan, bagaimana mungkin aku mengawini pemuda itu ... ?"
"Mengapa tidak mungkin" Dia laki-laki, kau perempuan" Apa kesulitannya" Lain
halnya kalau kalian sama-sama lelaki atau kalian dua duanya perempuan!"
"Maksudku .... Maksudku bukan itu wahai Junjungan! Tekad-ku sudah bulat untuk
membunuhnya dari pada di belakang hari menimbulkan malapetaka bagi diriku. Tapi
untuk mengawininya ...."
"Hantu Santet Laknat, apa kau pernah melihat sendiri"
Pernah bertemu muka dengan pemuda bernama Wiro itu?" tanya sang Junjungan pula.
"Selama ini memang belum pernah Junjungan."
"Makin cepat kau bertemu dengan pemuda itu makin baik!
Lihat saja nanti bagaimana sikap dan perasaanmu setelah melihatnya!"
"Junjungan, kalau maksudmu aku akan tertarik padanya mungkin jauh panggang dari
api. Bukankah kau tahu bahwa hanya ada satu orang yang aku cintai di dunia ini"
Yaitu Hantu Muka Dua."
Muka tengkorak sang Junjungan menyeringai. Dari mulutnya mengepul asap putih.
"AKu tidak ingin kau memutus cinta dengan Hantu Muka Dua.
Tapi jika aku jadimu sudah sejak lama aku tinggalkan makhluk keji satu itu.
Setiap hari dia bergelimang dosa dengan gadis cantik, Apa kau merasa dirimu bisa
bersaing dengan gadis-gadis itu walau kau Bastian Tito: Hantu Santet Laknat
[angx2006] 15 punya llmu Bersalin Wajah" Karena itu lagi-lagi kuminta agar kau segera mencari
pemuda bernama Wiro itu. Jika kau meang tidak suka padanya dan tidak ingin
merangkulnya, tidak ingin berselingkuh dengan kekasihmu si Hantu Muka Dua, maka
kau tinggal menjebloskan Wiro ke dalam rimba Lasesatbuntu."
"Aku akan lakukan apa katamu.wahai Junjungan," kata Hantu Santet Laknat
mengambil sikap mengalah.
"Sekarang mengenai muridmu bernama Latandai alias Hantu Bara Kaliatus itu!" kata
makhluk muka tengkorak dan jerangkong berjubah hitam.
"Bukankah kau telah memerintahkannya untuk membunuh Lakasipo dan istrinya
sendiri yang bernama Luhsantini itu" Jangan kau berdusta! Semua tugas itu belum
terlaksana!"
"Aku mohon maafmu Junjungan. Hantu Bara. Kaliatus meang sedang kucari-cari
karena sejak beberapa lama ini dia tidak muncul.
Setahuku dia memang pernah hendak mencoba membunuh istrinya Luhsantini. Tapi
muncul seorang gadis sakti penunggang kura-kura terbang bernama Luhjelita. Gadis
ini menolong Luhsantini hingga maksud Hantu Bara Kaliatus membunuh istrinya
gagal. Dia juga gagal membunuh Lakasipo!"
"Murid seperti itu tidak ada gunanya. Kau harus cari dia!
Perintahkan sekali lagi untuk membunuh Lakasipo dan Luhsantini.
Jika dia gagal lagi aku perintahkan padamu untuk membunuh murid tak berguna itu!
Kau harus sadar Hantu Santet Laknat! Lakasipo adalah salah satu musuh besarmu
yang selalu berusaha mencari dan membunuhu. Karena dia sudah tahu kaulah yang
menyantet dirinya!" Hantu Santet Laknat mengangguk perlahan.
"Akan aku lakukan apa katamu wahai Junjungan."
"Sekarang mengenai manusia bernama Lawunqu!" berucap sang Junjungan.
"Kau gagal membunuh manusia satu itu padahal sekujur tubuhnya sampai tulang
belulangnya telah diselubungi luka borok membusuk akibat santetanmu! Mengapa kau
gagal membunuh manusia itu"! Apa yang telah terjadi"!"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
16 "Aku mohon aafmu wahai Junjungan. Seperti. kejadian yang lain-lainnya, peristiwa
satu inipun gagal akibat ulah tak terduga.
Padahal racun ular yang aku susupkan ke tubuh Lawungu adalah racun paling jahat!
Kali ini yang punya pekerjaan adalah Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab ...."
"Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab!" mengulang makhluk muka tengkorak
"Aku sudah lama mendengar kalau dia memang bersekutu dengan Lawungu dan juga
Lasedayu! Tapi kesaktiannya tidak cukup mampu untuk menyembuhkan santetanmu
terhadap Lawungu.
Kecuali ada satu kekuatan atau kesaktian lain ...."
"Aku menyirap kabar dia menemukan sendok emas sakti bernama Sendok Pelangkah
atau Sendok Pemasung Nasib. Dengan benda itu dia mengobati Lawungu!" Menjelaskan
Hantu Santet Laknat (Harap baca Episode sebelumnya berjudul "Rahasia Kincir
Hantu") "Aku kecewa! Benar-benar kecewa! Semua ilmu kepandaian yang aku berikan Upadamu
seolah tidak ada artinya dan gunanya.
Sendok sakti itu! Bagaimana bisa jatuh ke tangan Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab?" "Dari kabar yang aku sirap, konon Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab merampasnya
dari tangan Hantu Muka Dua!"
"Kalau Hantu Muka Dua bisa dipercaya seperti itu berarti memang benar kabar yang
aku dengar bahwa Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab adalah makhluk paling tinggi
kepandaiannya di Negeri Latanahsilam. Wahai, kau harus memutar otak,
mempergunakan kelicikan untuk menyingkirkan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Tapi buat dulu dia menderita tersiksa batin sebelum kau habisi ...."
"Caranya bagaimana wahai Junjungan?" tanya Hantu Santet Laknat.
"Kudengar dia punya dua orang cucu yang cantik-cantik.
Bernama Luhkemboja dan Luhkenanga. Mungkin kau bisa melakukan sesuatu atas diri
mereka. Biar Hantu Sejuta Tanya Hantu Sejuta Jawab tahu rasa! Sekarang apa kau
tahu dimana beradanya Sendok Pemasung Nasib itu?"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
17 "Aku memang tengah menyelidik dan menyirap kabar. Aku akan berusaha
mendapatkannya...."
"Sendok emas sakti itu harus kau dapatkan. Tapi yang penting bagimu saat ini
adalah mencari pemuda asing bernama Wiro itu!"
"Aku akan segera melakukannya wahai Junjungan," kata Hantu Santet Laknat pula.
"Jangan lupa menyelesaikan urusan nyawa dengan Lakasipo dan Luhsantini. Aku akan
mengawasi prilaku serta semua perbuatanmu di Negeri Latanahsilam. Sekali lagi
kau mengecewa-kan aku, riwayatmu akan kuakhiri selama-lamanya. lngat hal itu
Hantu Santet Laknat! Jika aku masih merasa kasihan padamu mungkin aku hanya akan
mencabut semua kepandaian yang pernah aku berikan padamu. Tapi itu baru
kemungkinan saja. Karena aku lebih suka melihat kau terjelapak tanpa nyawa!
lngat itu baik-baik!"
Kuduk Hantu Santet Laknat terasa dingin.
"Aku akan ingat, wahai Junjungan," kata si nenek muka gagak lalu sujud di atas
batu. Ketika dia mengangkat kepalanya kembali makhluk kepala tengkorak badan
jerangkong sudah tidak ada lagi.
* * * Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
18 Wiro Sableng : HANTU SANTET LAKNAT
TIGA KUDA hitam berkaki enam dan memiliki sepasang tanduk di kepalanya tegak di
puncak bukit batu dengan sikap gagah. Di atasnya duduk Hantu Kaki Batu,
memandang ke arah lembah batu dibawahnya. Di kejauhan menjulang Gunung
Labatuhitam. "Sunyi, tak kelihatan ada makhluk apapun di bawah sana.
Apakah sejak berpisah dengank tempo hari dia memang kembali ke sini atau pergi
ke tempat lain?" Hantu Kaki Batu alias Lakasipo bertanya-tanya dalam hati.
"Kalau dia memang tidak ada di tempat ini kemana aku harus mencari?" Lakasipo
Wiro Sableng 113 Hantu Santet Laknat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memandang seputar lembah yang dipenuhi bebatuan hitam berbagai bentuk dan ukuran
sambil usap-usap tengkuk laekakienam, kudaraksasa tunggangannya.
"Lae, keluarkan ringkikanmu. Beri tanda bahwa kita berada di tempat ini!" kata
Lakasipo berucap pada kuda hitamnya. Mendengar ucapan itu kuda hitam berkaki
enam angkat empat kaki depannya lalu keluarkan suara ringkikan keras,
menggelegar dan bergema di seantero kawasan bukit dan lembah batu. Begitu suara
gema ringkikan kuda lenyap, suasana di tempat itu kembali sunyi.
Lakasipo memandang lagi, menyelidik ke setiap sudut lembah.
"Mungkin aku harus turun menyelidik ke lembah. Setahuku di bawah sana ada satu
goa. Mungkin dia tengah melatih ilmu atau bersemadi hingga tidak mendengar suara
ringkikan Laekakienam."
Berpikir begitu Lakasipo segera tepuk pinggul kudanya. Namun sebelum binatang
bermata merah ini bergerak melangkah tiba-tiba dari arah langit sebelah utara
terdengar suara suitan keras.
Mendongak ke atas Lakasipo melihat satu makhluk hitam bersayap lebar, melesat
terbang ke arah bukit di mana dia berada, ditunggangi seorang lelaki berambut
panjang melambai-lambai. "Walet raksasa!"
desis Lakasipo.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
19 "Penunggangnya pasti si jahanam Latandai! Masih hidup rupanya makhluk keji satu
itu!" Baru saja Lakasipo berkata begitu tiba-tiba dari atas sana melesat dua
buah benda berapi yang mengeluarkan cahaya merah seperti ekor panjang. Satu
menghantam ke arah kepala Laekakienam, satu lagi menyambar ke jurusan kepala
Lakasipo. Lakasipo keluarkan seruan keras. Tangan kirinya menepuk pinggul
Laekakienam. Kuda hitam raksasa ini meringkik dahsyat lalu melompat ke kiri.
Binatang ini selamat karena benda merah berbuntut api lewat hanya setengah
jengkal dari sisi kiri kepalanya. Benda ini yang ternyata adalah sebuah bara
menyala amblas masuk ke dalam lamping batu. Lamping batu kepulkan asap tebal
lalu "krakkk! Byaaarr!"
Dinding batu itu hancur berantakan! Ketika menggebrak pinggul kudanya Lakasipo
sendiri saat itu telah melesat dari punggung kuda, membuat gerakan jungkir balk
Sambil melayang turun dia hantamkan kaki kanannya yang terbungkus batu berbentuk
bola. "Byaaarr!"
Benda merah menyala yang hendak menghantam kepalanya mencelat mental, hancur
bertaburan. Lakasipo sendiri merasa kakinya seperti disengat api Termiring-
miring dia tegak di atas batu bukit Ketika diperhatikan temyata ada bagian batu
yang membungkus kakinya telah menjadi gompal dan hangus di salah satu bagian.
Di udara, penunggang walet raksasa tertawa bergelak, Setelah berputar dua kali
walet hitam itu menukik turun. Saat itulah Lakasipo hantamkan tangan kanannya.
Lima jari tangan menjentik keras.
Lima larik sinar hitam membeset ke udara, menggempur walet raksasa dan
penunggangnya dari lima jurusan. Seperti tahu bahaya walet raksasa menggebrakkan
sayapnya. Binatang ini menukik tajam sementara penunggangnya melompat sebat,
lalu laksana terbang dia melayang ke bawah dan turun di atas bukit batu,
terpisah sejarak dua belas langkah dari hadapan Lakasipo.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
20 Sepasang alisnya menjungkat ke atas ketika mendengar suara walet hitam menguik
di udara pertanda binatang itu mengalami kesakitan hebat Nyatanya, salah satu
dari lima larikan sinar hitam berhasil menghantam sayapnya, merobek hangus
bagian kulitnya dan menghancurkan jaringan tulang-tulangnya.
Sebagian dari sayap itu kelihatan menciut pendek Dalam keadaan oleng dan sayap
mengepulkan asap walet hitam ini mendarat di atas sebuah batu berbentuk miring.
dari mulutnya tiada henti keluar suara menguik kesakitan.
"Hantu Kaki Batu jahanam!" merutuk orang yang barusan melompat dari punggung
walet hitam dan berhasil selamatkan diri dari serangan larikan sinar hitam.
Rahangnya menggembung. "llmu Lima Kutuk dari Langit yang dimilikinya benar-benar
berbahaya!"
"Dia harus bayar mahal apa yang telah dilakukannya! Dia telah melukai walet
tungganganku!" Orang yang tegak di hadapan Lakasipo itu bertubuh tinggi besar
tapi tidak sekekar Lakasipo.
Berdirinya agak terbungkuk seolah ada sesuatu yang berat di bawah perutnya.
Gerakannya walau kelihatan hebat, tapi mata orang pandai akan melihat bahwa
sebenarnya dia bergerak lamban.
Rambutnya panjang acak-acakan. Pipi kirinya ada cacat besar bekas luka. Tangan
kirinya sebatas siku ke bawah disambung dengan sejenis logam biru yang dipenuhi
tonjolan tonjolan runcing.
Yang hebat dan juga aneh ialah keadaan bagian tubuhnya di sebelah dada sampai ke
perut. Seolah ada api di sebelah dalam, bagian tubuhnya itu meancarkan cahaya
kemerah-merahan. Cahaya ini berasal dari bara menyala yang mendekam di dalam
tubuhnya. Beberapa waktu silam dari dukun jahat si nenek Hantu Santet Laknat dia pernah
mendapatkan satu ilmu dahsyat yang disebut Bara Setan Penghancur Jagat. Di
kepala, dada dan perutnya menempel dua ratus bara menyala yang bisa dijadikannya
senjata ganas luar biasa. Kejahatan dan kekejian yang dibuatnya menyebabkan Peri
Bunda enjatuhkan kutuk. Baa menyala yang tadinya ada di luar tubuhdimasukkan ke
dalam perutnya! Membuat dia menderita tersiksa setengah mati.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
21 Dalam keadaan antara hidup dan mati dia melakukan tapa di satu tempat terpencil
hingga akhirnya dia mampu meredam panasnya bara menyala yang ada di dalam
tubuhnya. Malah kemudian bara menyala itu kembali dapat dipergunakannya sebagai
senjata seperti barusan yang dilakukannya terhadap Laekakienam dan Lakasipo.
"Hantu Kaki Batu! Kau masih berani datang ke tempat ini mencari istriku
Luhsantini! Benar-benar berani mati!" Lakasipo tertawa bergelak.
"Hantu Bara Kaliatus ternyata kau masih hidup! Tapi sayang, otakmu sudah miring!
Apa kau tidak sadar, sejak kau hendak membunuhnya yang ke dua kali, sejak itu
pula dia tidak sudi lagi menjadi istrimu"! Baginya kau tidak lebih dari pada
iblis biadab dari pusaran neraka jahanam!" Mendidih amarah Latandai alias Hantu
Bara Kaliatus. "Makhluk jahanam! Perampas istri orang! Kalau Luhsantini ada di sini biar
perempuan celaka itu menyaksikan bagaimana aku memanggang tubuhmu sampai
gosong!" " Jangan bicara terlalu sombong hantu laknat! Cacat di pipi kirimu bekas
hantaman rantai kakiku, serta cacat di lengan kirimu bekas hajaran Luhsantini
masih membekas nyata! Apa kau mau minta tambahan hajaran baru dariku"! Atau
mungkin kau minta barang di bawah pelutmu aku buat tambah besar dari yang ada
sekarang"!" (Seprti dituturkan dalam Episode berjudul "Hantu Bara Kaliatus" atas
nasihat nakal Naga Kuning Lakasipo telah menotok urat besar di pangkal paha
Hantu Bara Kaliatus. Akibatnya anggota rahasia lelaki itu menjadi gembung besar
seperti orang kondor. lnilah yang membuat gerakannya menjadi lamban).
Tambah mendidih amarah Hantu Bara Kaliatus mendengar kata-kata Lakasipo itu.
Rahangnya menggembung, mulutnya berkomat-kamit. Dia angkat tangan kirinya
tinggi-tinggi melewati kepala.
"Bleeepp ... bleepp ... bleeppp!"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
22 Dari belasan tonjolan runcing yang ada di sekujur lengan besi Hantu Bara
Kaliatus membersit nyala api berwarna biru gelap mengeluarkan suara mendesis tak
berkeputusan. "Hantu Kaki Batu, sayang sekali! Kau tidak menyadari bahwa kau akan menemui
kematian lebih cepat dari yang kau duga!"
"Nyawa manusia tidak berada dalam kuasa manusia lainnya!
Karenanya jangan bicara berpongah diri! Mungkin kau yang lebih dulu akan
kujebloskan ke alam Roh!" Bersamaan dengan selesai ucapannya Hantu Kaki Batu
melompat. Kaki kirinya yang terbungkus bola batu berdesing mencari sasaran di
pinggul Hantu Bara Kaliatus dalam jurus yang disebut "Kaki Roh Pengantar Maut."
Dari kaki serta bulatan batu membersit sinar hitam. Bersamaan dengan itu tangan
kanannya lepaskan pukulan "Lima Kutuk Dari Langit"!
Hantu Bara Kaliatus seolah menganggap enteng serangan maut yang dilancarkan
lawan. Sambil tertawa mengejekdia gerakkan tangan kirinya. Terjadilah hal yang
membuat kejut Hantu Kaki Batu bukan alang kepalang. Begitu Hantu Bara Kaliatus
menggerakkan tangan kirinya yang sebagian terbuat dari logam aneh, dari belasan
tonjolan runcing, bergulung keluar larikan larikan api panjang berwarna biru,
sangat panas. Gulungan api ini berbentuk demikian rupa seperti jaringan besar
yang dengan cepat menghantam dan menggulung ke arah Hantu Kaki Batu!
"Api lblis Penjaring Roh!" teriak Lakasipo menyebut ilmu yang dikeluarkan
lawannya itu. "Setahuku ilmu ini hanya dimiliki oleh Hantu Santet Laknat!
Celaka! Bagaimana jahanam Ini bisa memilikinya!"
"Dress!"
Bola batu di kaki kiri Lakasipo terpental.Tubuhnya ikut terpelanting sampai tiga
tobak. Lalu jatuh terbanting di tanah.
"Wuss! Wusssss! Wusssss! wussssss!"
Lima larik sinar hitam pukulan sakti Lima Kutuk Dari Langit yang tadi
dihantamkan Lakasipo hancur bertaburan berubah menjadi asap begitu saling bentur
dengan jaringan api biru. Dengan uka pucat dan sekujur tubuh sakit Lakasipo
cepat bangkit berdiri. Namun Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
23 "wuuutttt!"
Jaringan Api lblis cepat berkelebat menggulung dan membungkus tubuhnya.
"Cessss! Cessss! Cessss!"
Tubuh Lakasipo terpanggang hangus di beberapa bagian.
Lelaki ini menjerit kesakitan. Dia berusaha lepaskan diri dari jaring api biru
tapi sia-sia saja. Semakin dicoba semakin banyak bagian tubuhnya yang terluka
hangus! "Celaka! Aku tak bisa membebaskan diriku! Aku akan terpanggang hancur dalam
jaring api ini!" Di hadapan Lakasipo.
Hantu Bara Kaliatus berkacak pinggang dan tertawa bergelak. Sekali dia meniup
maka api biru yang membersit dari tonjolan tonjolan runcing di tangan kirinya
pun padam. Tapi jaring api biru masih tetap membungkus sosok Lakasipo dan
semakin panas hingga Lakasipo merasa tubuhnya seolah mulai meleleh!
"Bara Kaliatus keparat! Apa hubunganmu dengan Hantu Santet Laknat"!" Berteriak
Laksipo. "Ha .... ha .... ha! Jadi kau rupanya mengenali ilmu kesaktian yang kini
menjaring sekujur tubuhmu! Ha ... ha ... ha! Dengar baik-baik wahai makhluk
malang! Aku adalah murid si nenek sakti berjuluk Hantu Santet laknat yang kau
tanyakan itu! Ha ... ha ... ha ...
ha!" Dalam sakitnya Lakasipo terkejut bukan main. Lebih-lebih ketika mendengar Hantu
Bara Kaliatus meneruskan ucapannya.
"Dendam kesumatku terhadapmu hari ini terbalas sudah!
Sekaligus aku berhasil pula melaksanakan tugas dari guruku!
Selamat tinggal Hantu Kaki Batu! Sebelum matahari tenggelam sekujur tubuhmu akan
berubah menjadi bangkai meleleh!"
Lakasipo mendongak langit. Saat itu sang surya telah jauh menggelincir ke arah
barat. Tak lama lagi matahari akan segera tenggelam. Berarti umurnya memang tak
akan lama. Dia coba gerakkan tangan untuk menghantam tapi
"cesss!"
Sedikit saja dia bergerak, jaring api melukai dan menghanguskan tubuhnya!
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
24 "Hantu .Bara Kaliatus jahanam! Kelak para Dewa akan menjatuhkan hukuman atas
dirimu!" Hantu Bara Kaliatus yang sudah berjalan beberapa langkah menghampiri
walet tunggangannya balikkan diri. Sambil menyeringai dia berkata.
"Kalau kau merasa punya Dewa, panggilah! Berteriak minta tolong! Agar kau bisa
keluar dari Api lblis Penjaring Roh! Ha ... ha ...
ha!" Hantu Bara Kaliatus tertawa bergelak lalu tinggalkan tempat itu.
"Terkutuk kau Latandai! Terkutuk kau Hantu Bara Kaliatus!"
teriak Lakasipo. Latandai alias Hantu Bara Kaliatus tidak perdulikan teriakan
caci maki Lakasipo. Sambil terus tertawa dia menghampiri walet hitam. Dia tahu
walau binatang itu menderita cidera akibat hantaman Lakasipo tadi, sang walet
masih bisa menerbangkannya meninggalkan lembah batu itu. Namun tiga langkah di
hadapan walet raksasa, kaki Hantu Bara Kaliatus seolah terpantek ke tanah.
Matanya membeliak begitu menyaksikan bagaimana kepala walet tunggangannya berada
dalam keadaan hancur. Dua sayap dan kakinya menggelepar dan melejang-lejang
beberapa kali lalu diam tak berkutik lagi. Hantu Bara kaliatus berteriak marah.
"Jahanam berani mati! Siapa membunuh waletku"!" Sebagai jawaban tiba-tiba
menggema suara cekikikan dari balik sebuah batu besar di samping kiri Hantu Bara
Kaliatus. Lelaki ini segera membalik dan menghantam dengan pukulan Selusin
Bianglala Hitam!. Dengan ilmu kesaktian inilah dulu dia hendak membunuh istrinya
atas suruhan Hantu Santet Laknat!.
Dua belas sinar hitam menderu angker. Dua belas lobang kelihatan di batu itu.
Asap mengepul lalu
"braakk ... byaaarrr!"
Batu besar hancur berantakan berkeping-keping. Pecahan dan debunya beterbangan
ke udara mmenertupi pemandangan.
Ketika kepingan batu dan debu surut jatuh ke tanah dan keadaan terang kemlbali,
di depan sana tampak berdiri dua orang. Yang pertama seorang kakek yang berdiri
terbalik secara aneh yakni dua tangan dijadikan kaki sedang sepasang kaki berada
di sebelah atas.
Orang ke dua seorang perempuan cantik berpakaian serba merah. Saat itu Lakasipo
berada di dalam keadaan cidera berat.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
25 Hampir sekujur tubuhnya hangus akibat bersentuhan dengan Api lblis Penjaring
Roh. Sakitnya bukan olah-olah. Lututnya sudah goyah, pemandangannya berkunang-
kunang. Walau samar-samar dia masih bisa mengenali siapa adanya dua orang di
seberang sana. * * * Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
26 Wiro Sableng : HANTU SANTET LAKNAT
EMPAT MULUT Lakasipo bergetar ketika perlahan, antara terdengar dan tiada dia menyebut
nama kedua orang itu.
"Hantu Langit Terjungkir.... Luhsantini...." Kakek yang tegak di atas dua
tangannya itu memang Lasedayu alias Hantu Langit Terjungkir adanya. Sedang
perempuan cantik berpakaian serba merah adalah Luhsantini, bekas istri Hantu
Bara Kaliatus. Melihat kemunculan istrinya, Hantu Bara Kaliatus yang sedang marah karena
menemukan walet terbang tunggangannya dalam keadaan mati pecah kepala jadi
bertambah marah. Sekali lompat saja dia telah berada di hadapan Luhsantini.
"Perempuan laknat! lstri celaka! Pasti kau yang telah membunuh walet
tungganganku! Kepalanya hancur!"
"Makhluk keji tak mengenal tobat! Tangan kirimu sudah kuhancurkan! Apa itu tidak
cukup menjadi pelajaran" Rupanya kau memang minta kuhancurkan kepalamu seperti
aku menghancurkan kepala walet hitam itu!" Balas mendamprat Luhsantini. Hantu
Bara Kaliatus keluarkan suara menggembor. Mulutnya berteriak.
"lstri celaka! Dicari-cari tidak bertemu! Sekarang malah muncul sendiri
mengantar nyawa!" Rahang Hantu Bara Kaliatus menggembung lalu begitu dia meniup
ke depan, dua buah bara menyala melesat menyerang Luhsantini. Tapi Luhsantini
cepat menyingkir selamatkan diri
"Makhluk keji! Haram bagimu menyebut diriku istri!"
"Kalau begitu biar kusebut kau gendak Lakasipo alias Hantu Kaki Batu! Mungkin
kau lebih senang dipanggil begitu!" Penuh luapan amarah kembali Hantu Bara
Kaliatus menyergap Luhsantini.
Dia melompat sambil kembali semburkan dua bara api yang ada dalam perutnya.
Jelas sekali dia benar-benar ingin membunuh Luhsantini.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
27 Perempuan ini cepat berkelebat dan siap balas menyerang.
Namun dari samping kakek yang tegak kepala ke bawah kaki di atas gerakkan dua
kakinya. Dua larik angin dahsyat berwarna ke biruan menebar hawa dingin melabrak
ke depan. Latandai alias Hantu Bara Kaliatus tersentak kaget ketika hantaman angin itu
sanggup membuat dua bara api yang disemburkannya terpental kesamping hingga
Wiro Sableng 113 Hantu Santet Laknat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Luhsantini selamat dari serangannya. Selain itu sam baran angin tadi sempat
membuat dia terhuyung huyung sampai dua langkah.
"Tua bangka jahanam! Siapa kau!" teriak Hantu Bara Kaliatus walau diam-diam dia
sudah bisa menduga siapa adanya kakek aneh berpakaian compang camping dan
berdiri kaki ke atas kepala ke bawah ini. Kakek yang dibentak keluarkan suara
mengekeh. Dua kakinya digerakkan kembali, siap untuk menghantam, tapi di
sebelahnya Luhsantini berkata.
. "Kakek Hantu Langit Terjungkir, harap kau suka menolong lelaki dalam jaring
api biru itu! Biar aku melayani jahaman sesat yang otaknya sudah dicuci oleh si
dukun santet Hantu Santet Laknat ini!"
Mendengar ucapan Luhsantini Hantu Langit Terjungkir berkata
"Hati-hatilah. Perhatikan gerak tangan kirinya! llmu jaring api birunya sangat
berbahaya!" Sehabis memberi ingat begitu si kakek segera berkelebat ke arah
sosok yang terjebak dalam jaring api. Dari jauh dia tidakbegitu jelas dan tidak
mengenali siapa adanya orang itu. Tapi begitu berdekatan, terkejutlah si orang
tua. "Lakasipo ...." Katanya menyebut nama itu dengan suara bergetar.
"Kau rupanya .... Aku memang tengah mencarimu. Sejak kau datang ke Lembah Seribu
Kabut, aku selalu teringat padamu dan ingin bertemu denganmu ...."
"Kek, aku tak dapat menyalahkanmu," jawab Lakasipo. Saat itu tubuhnya yang penuh
luka dan hangus sudah mulai goyah.
Tegaknya menghuyung. Pemandangannya seperti kabur. Dia Bastian Tito: Hantu
Santet Laknat [angx2006]
28 kumpulkan seluruh tenaga untuk bisa keluarkan ucapan menyambung kata katanya
tadi. "Kau tentu masih merasa sangat penasaran. Karena kebodohan dan kelalaianku
hingga sendok emas sakti yang bisa mengembalikan kesaktianmu amblas dilarikan
orang!" Kepala si kakek yang berada di sebelah bawah kelihatan digelengkan
beberapa kali. "Wahai ... Bukan! Sendok sakti itu memang sangat penting artinya bagi
penyembuhan diriku yang menderita tersiksa penuh sengsara ini. Tapi jauh lebih
penting ada hal lain yang hendak aku bicarakan denganmu. Menyangkut rahasia aku
sebagai seorang ayah dan ...."
"Kek, aku ...." Belum habis Hantu Langit Terjungkir bicara Lakasipo sudah
memotong. Saat itu sosoknya yang berada di dalam jaring api biru tersandar ke
belakang. "Cesss!"
Daging punggungnya yang bersentuhan dengan jaring api langsung luka. Lakasipo
keluarkan jerit kesakitan. Tulang-tulang di sekujur tubuhnya seolah leleh. Dia
jatuh terkulai. Pingsan tak sadarkan diri.
"Jaring jahanam! Kalau tidak kutolong sesaat lagi dia pasti akan hangus menemui
ajal! Para Dewa beri aku kemampuan menolong dirinya!" Enteng sekali, laksana
kabut mengambang di udara, sosok Hantu Langit Terjungkir naik ke atas. Lalu
laksanakan kilat gerakannya berubah cepat luar biasa, melompat ke bagian atas
jaring Api lblis Penjaring Roh lalu mencengkram!
"Cesss! Cesssss!"
Telapak tangan kiri kanan Hantu Langit Terjungkir hangus terkelupas. Sakitnya
bukan kepalang tapi si kakek cuma kelihatan menyeringai. Dia kerahkan tenaga
dalamnya yang secara aneh berpusat di kening. Dari tubuhnya kelihatan memancar
asap kebiru-biruan. Ketika mulutnya meniup ke bawah maka menyemburlah cahaya
biru menebar hawa dingin luar biasa.
"Ceeessssssss!"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
29 Jaring Api lblis Penjaring Roh yang merupakan pancaran api biru panas luar biasa
keluarkan suara mendesis panjang laksana diguyur air es. Asap biru membubung ke
udara. Warna birunya bukan saja menjadi redup tapi hawa panasnya serta merta
lenyap. Jaring biru itu kini tidak bedanya seperti terbuat dari tali biasa.
Lakasipo selamat dari kematian walau hampir sekujur tubuhnya hangus terkelupas
dan saat itu dia masih tergeletak tak sadarkan diri. Dengan dua tangannya Hantu
Langit Terjungkir berusaha merobek putus jaring api biru. Tapi luar biasanya
jaring yang sudah berubah dingin itu atos sekali. Bagaimanapun si kakek
mengerahkan kesaktiannya tetap saja dia tidak mampu menjebol jaring guna
mengeluarkan Lakasipo yang masih terjerat.
"Jaring jahanam! Setahuku Hantu Santet Laknat tidak memiliki kepandaian
menciptakan jaring seperti ini. Kalau tadi makhluk bertangan logam itu mengaku
murid si nenek, niscaya dukun jahat itu dapatkan ilmu keparat ini dari
seseorang. Aku harus mencari tahu siapa adanya .... Tapi perduli setan! Yang
penting saat ini anakitu sudah berhasil aku selamatkan. Kalau perlu aku akan
membawanya dalam keadaan masih berada dalam jaring itu.
Mungkin benar kabar yang pernah ku dengar. Hanya ada beberapa orang saja di
Negeri Latanahsilam ini yang sanggup menjebol jaring celaka itu. Satu
diantaranya si nenek berjuluk Hantu Lembah Laekatakhijau. Tapi tak bisa kuduga
apa nenek itu masih hidup. Yang kedua seorang setengah waras berjuluk Hantu Raja
Obat atau Hantu Seribu Obat. Tapi salah-salah meminta bisa isi perutku
dibedolnya dijadikan ramuan obat!"
Hantu Langit Terjungkir alias Lasedayu pandangi sosok Lakasipo yang melingkar di
dalam jaring api biru. Mata orang tua ini tampak berkaca-kaca. Perlahan-lahan
tubuhnya melayang ke bawah. Dari sisi kanan kembali dia memperhatikan. Kini
pandangan matanya dipusatkan pada bagian belakang atas tangan kanan Lakasipo.
Di antara daging yang terluka dan hangus dia masih bisa melihat tanda aneh dekat
ketiak lelaki itu. Yakni tanda menyerupai Bastian Tito: Hantu Santet Laknat
[angx2006] 30 sekuntum bunga dalam lingkaran. Tetesan air mata jatuh membasahi kening Hantu
Langit Terjungkir.
"Aku yakin .... Yakin sekali. Dia salah seorang dari mereka.
Wahai Dewa .... Beri aku petunjuk. Yang pen ting saat ini selamatkan nyawanya.
Sembuhkan luka lukanya ...."
Baru saja Hantu Langit Terjungkir berucap seperti itu tiba-tiba disampingnya ada
suara orang berkata.
"Tua bangka tolol! Memakai tangan sebagai kaki! Kau menangis meneteskan air
mata! Apa orang di dalam jaring itu sudah menemui ajal" Menyingkirlah! Aku mau
tahu siapa yang mampus!
Orang atau binatang! Jangan-jangan dia! Kalau benar dial sungguh sial nasib
diriku!" Setelah itu
"buuuut ... !"
Ada suara orang kentut! Lalu ada satu tangan mendorong.
Seperti diketahui walau Hantu Langit Terjungkir telah kehilangan banyak ilmu
kesaktian akibat dirampas oleh Hantu Muka Dua, namun sewaktu berada di Lembah
Seribu Kabut dia berhasil menghimpun tenaga dalam baru dan menciptakan ilmu
kesaktian. Tidak mudah untuk mendorong sosok tubuhnya.
Tapi gerakan orang barusan ternyata mampu membuat si kakek terhuyung-huyung dan
sepasang tangannya tergeser satu jengkal ke kiri! Satu sosok berpakaian kuning
kemudian lewat disamping Hantu Langit Terjungkir, ulurkan kepala memperhatikan
ke dalam jaring api biru.
"Huh! Hanya seekor kadal raksasa mati hangus! Apa
perlunya ditangiskan"!" Si baju kuning berkata lalu tertawa cekikikan. Kemudian
"buuuuttt!"
* * * Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
31 Wiro Sableng : HANTU SANTET LAKNAT
LIMA HANTU Langit Terjungkir delikan matanya. Yang tegak di depan jaring ternyata
seorang nenek yang sekujur tubuhnya serba kuning mulai dari rambut sampai ke
kaki. Di punggungnya dia memanggul sebuah keranjang besar terbuat dari rotan
penuh dengan bulu dan kotoran ayam. Saking marahnya mendengar Lakasipo dianggap
seekor kadal raksasa si kakek membentak.
"Matamu kuning belekan! Pantas! Manusia hidup kau katakan kadal! Kalau bisamu
cuma mengigau dan kentut lekas angkat kaki dari tempat ini!" Tanpa berpaling
pada Hantu Langit Terjungkir si nenek muka kuning yang bukan lain adalah
Luhkentut alias Nenek Selaksa Angin alias Selaksa Kentut songgengkan pantatnya
lalu "buuutttt ... !"
Dia kentut seenaknya! Setelah itu dia tertawa cekikikan.
Sepasang matanya yang kuning sesaat melirik ke arah Hantu Langit Terjungkir.
Tiba-tiba dia hentikan tawanya dan mukanya yang kuning kelihatan berkerenyit.
"Heh .... Rasa-rasanya aku pernah melihat tampangmu sebelumnya. Apakah aku
pernah mengenal dirimu"!"
"Lebih baik kau tidak kenal diriku! Siapa sudi kenal dengan nenek-nenek busuk
sepertimu!" Luhkentut alias Nenek Selaksa Angin alias Hantu Sclaksa Angin
tertawa lalu "buutt!"
Dia kembali terkentut-kentut.
"Tua bangka tidak tahu diri! Jangan kira Cuma kau saja yang bisa kentut! Aku
juga bisa!" Teriak Hantu Langit Terjungkir. Lalu dari mulutnya dia keluarkan
suara "buuuttlt ... !"
Hantu Selaksa Angin mendongak ke langit lalu tertawa gelak-gelak.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
32 "Kau memang hebat dalam keanehanmu! Pertama kulihat kau pergunakan tangan
sebagai kaki, sementara kaki cuma diuncang-uncang di udara! Lalu kalau aku
kentut dari pantat kau pandai kentut dari mulut! Apa tidak aneh dan hebat"!
Hik.. hik ... hik!" Hantu Langit Terjunkir memaki panjang pendek.
Sebelumnya dia memang sudah mendengar sifat dan
kelakuan nenek satu ini. Maka dia berucap.
"Tidak heran kalau penyakit kentutmu tidak pernah sembuh!
Sifat, ucapan dan perbuatanmu selalu seperti orang tidak waras!"
"Siapa bilang aku tidak bisa sembuh! Ada seorang pemuda dari negeri seribu dua
ratus tahun mendatang tengah menolongku!
Aku pasti sembuh! Buktinya sekarang kentutku sudah tidak panjang lagi seperti
dulu!" "Tua bangka tolol! Masih banyak urusanku di tempat ini.
Lekas menyingkir dari sini! Jangan mengganggu orang dengan mulut dan pantatmu!"
"Huh! Bicara sombongnya! Wahai! Kalau tidak kebetulan lewat di sini, dan mengira
kadal hangus itu pemuda penolongku, perlu apa aku berada di tempat hi!" Si nenek
cibirkan bibirnya. Dia melirik pada si kakek, lalu perhatikan acuh tak acuh
perkelahian yang terjadi antara Luhsantini dengan Hantu Bara Kaliatus. Si nenek
kembali songgengkan pantatnya dan
"buu ttt... !" Lalu dia putar tubuh hendak pergi.
"Tunggu!" Hantu Langit Terjungkir berseru.
"Pemuda asing yang kau katakan itu. Apakah namanya Wiro Sableng?"
"Apa perdulimu! Siapapun namanya apa urusanmu"!" tukas Luhkentut.
"Buuumt!" saking geramnya Hantu Langit Terjungkir keluarkan suara seperti orang
kentut dari mulutnya.
"Aku memang harus perduli. Pemuda itu pernah menyelamat kan diriku! Dengar kau
nenek buruk muka kuning! Jika kau berani Bastian Tito: Hantu Santet Laknat
[angx2006] 33 mencelakai pemuda itu, akan kurajam tubuhmu! Akan kubuat kau jadi matang seperti
ikan asap!" Si nenek songgengkan pantatnya.
Kembali hendak keluarkan kentut. Tapi tak jadi. Seperti tadi mukanya yang kuning
kembali tampak mengerinyit.
"lkan asap ...." ujar si nenek mengulang.
"Aku pernah mendengar nama hidangan itu. lkan pindang ... !
Itu nama lainnya! Wahai .... Apakah aku pernah mengenal dirimu sebelumnya kakek
aneh yang pergunakan dua tangan sebagai kaki"!"
"Sudah kubilang aku tidak sudi kena! denganmu! Lekas angkat kaki dari tempat
ini!" teriak Lasedayu alias Hantu Langit Terjungkir. Si nenek menyeringai.
"Aku akan pergi. Kau tak usah khawatir. Siapa sudi berlama-lama di tempat celaka
ini! Tapi sebelum pergi aku mau lihat dulu tampangnya yang tertutup janggut dan
kumis menjulai itu! Siapa tahu aku memang pernah kenal dirimu!" Lalu dengan satu
gerakan cepat Nenek Selaksa Kentut alias Selaksa Angin menyambar dua kaki Hantu
Langit Terjungkir. Maksudnya dia hendak membalikkan tubuh si kakek sebagaimana
mestinya yaitu kepala ke atas kaki ke bawah. Dengan demikian dia bisa melihat
lebih jelas sosok serta wajah si kakek.
Namun sebelum sempat hal itu dilakukannya tiba-tiba di arah kiri terdengar suara
Seruling Sakti 14 Pendekar Naga Geni 8 Keruntuhan Netra Dahana Betina Dari Neraka 2
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
1 BASTIAN TITO LUHTlNTl TERTAWA. DENGAN MANJA DIA TURUN DARl
PANGKUAN WIRO. WALAU KEADAAN Dl DALAM GOA REDUP
AGAK GELAP NAMUN WIRO MASlH BlSA MELIHAT BAHWA
SAAT ITU Dl SEBELAH ATAS LUHTlNTl TlDAK MENGENAKAN
APA-APA LAGI. "WIRO, SEPERTI AKU KATAKAN TADI AKU INGAT ADA SATU
CARA YANG BlSA MEMBUAT KlTA MAMPU KELUAR DARl RlMBA BELANTARA TERKUTUK INI."
"KALAU BEGITU LEKAS KATAKAN ...."
"CARANYA SANGAT SEDERHANA WIRO," KATA SI GADlS
DENGAN WAJAH DITENGADAHKAN DISERTAI LAYAMGAN
SENYUM. "KAU MENGAWlNl AKU, MENGAMBIL AKU JADl ISTRIMU ...."
PENDEKAR 212 TERSENTAK MENDENGAR KATA-KATA
LUHTlNTl ITU. SI GADlS SEBALIKNYA MALAH TERTAWA PANJANG
. HANTU SANTET LAKNAT
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
2 Wiro Sableng : HANTU SANTET LAKNAT
SATU LANGlT malam bertambah gelap ketika bulan sabit tertutup lenyap dibalik awan
hitam. Di kejauhan terdengar suara auman binatang buas dari arah rimba belantara
Lasesatbuntu. Suara tiupan angin berdesirdingin. Tiba-tiba ada suara sayap
menggelepar di udara. Lalu tampak dua titik merah bercahaya melayang dari
jurusan Gunung Latinggimeru.
Dua titik merah ini ternyata adalah sepasang mata seekor kelelawar besar yang
terbang menuju puncak sebuah bukit batu berbentuk kerucut tumpul. Di atas bukit
batu ini tampak mendekam duduk satu sosok tubuh kurus kering memiliki wajah
seperti seekor burung gagak hitam. Mulut dan hidungnya jadi satu membentuk
paruh. Sepasang matanya kecil tanpa alis. Tubuhnya mengenakan sehelai pakaian
dari jerami kering warna hitam.
Dari sikapnya duduk makhluk ini seperti tengah bersemadi.
Tapi anehnya sementara dua tangannya diletakkan di atas batu, dua kakinya
dinaikkan ke atas disilangkan di atas bahu kiri kanan. Orang ini adalah dukun
seribu jahat seribu keji yang di Negeri Latanahsilam dikenal dengan nama Hantu
Santet Laknat. Banyak orang telah jadi korban kejahatannya. Antara lain Lakasipo (Baca Bola
Bola Iblis) dan Lawungu (baca Rahasia Kincir Hantu).
Kemudian nenek dukun jahat ini juga telah menguasai Latandai hingga orang
berjuluk Hantu Bara Kaliatus ini menjadi kaki tangannya yang mau melakukan apa
saja termasuk membunuh istrinya sendiri karena si nenek sudah mencuci otaknya
(baca Episode Wiro di Negeri Latanahsilam berjudul Hantu Bara Kaliatus.)
Kelelawar bermata merah bercahaya berputar dua kali di sebelah Timur lalu
melesat ke arah puncak batu kerucut tumpul.
Suara kepakan sayap binatang ini masuk ke telinga si nenek Membuat dia segera
buka sepasang matanya yang sejak tadi dipejamkan. Bibirnya bergetar ketika dia
mengucap. Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
3 "Junjungan telah datang ...."
Kelelawar hitam keluarkan suara pekikan aneh. Hantu Santet Laknat turunkan dua
kakinya. Lalu dia bersujud di atas batu. Ketika dia bangkit kembali kelelawar
bermata merah telah mengapung di udara, hanya satu tombak di sebelah depan atas
kepalanya. Kepakan sayapnya yang menimbulkan angin deras membuat rambut dan pakaian si
nenek melambai-lambai.
"Junjungan selamat datang aku ucapkan! Sudilah Junjungan memberi tahu maksud
kedatangan!" Si nenek kembali bersujud hingga keningnya menempel di batu lalu
dia duduk tak bergerak, menatap ke atas, menunggu Kelelawar hitam yang mengapung
di udara keluarkan suara memekik halus. Sayapnya berhenti bergerak.
Lalu sosok hitamnya mengepul, berubah menjadi asap. Asap ini secara aneh
kemudian membentuk satu sosok sangat angker.
Hantu Santet Laknat yang juga bertampang angker tetap saja mengkirik kuduknya
walau sebelumnya sudah beberapa kali dia melihat sosok seram tersebut Makhluk
yang mengapung dalam kegelapan malam di atas bukit batu berbentuk kerucut tumpul
itu adalah satu sosok berjubah hitam yang wajahnya berupa tengkorak Tangan dan
kakinya yang tersembul dari bagian bawah jubah serta ujung lengan jubah berupa
jerangkong tulang belulang putih.
Sepasang mata tengkorak yang hanya merupakan lobang besar mengeluarkan cahaya
kemerahan. Di atas batok kepala yang putih bertumbuhan rambut-rambut putih panjang,
melambai-lambai ditiup angin malam. Tiba-tiba rambut yang menjulai ke bawah itu
berjingkrak ke atas, tegak berdiri, kaku laksana kawat Dua bolongan mata
pancarkan cahaya merah lebih terang. Mulut tengkorak yang didereti barisan gigi-
gigi besar bergerak membentuk seringai menggidikkan. Dari sela-sela giginya
keluar kepulan asap. Sesaat kemudian makhluk muka tengkorak tubuh jerangkong
yang tertutup jubah hitam itu keluarkan ucapan.
Suaranya bergema aneh, seolah keluar dari satu liang dala.
"Hantu Santet Laknat, tiada kekecewaan paling hebat selain kekecewaan terhadap
dirimu. Semua apa yang kau lakukan menemui kegagalan! Aku sudah cukup bersabar
diri. Mungkin sudah Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
4 saatnya kau meninggalkan Negeri Latanahsilam. Kukirim kembali ke tempat asalmu
di dasar Samudera Labiruhijau!"
Si nenek bernama Hantu Santet Laknat keluarkan suara tercekat dari hidung dan
mulutnya yang jadi satu berbentuk paruh burung. Lalu buru-buru dia jatuhkan
diri, bersujud di hadapan makhluk yang disebutnya dengan panggilan junjungan.
"Wahai Junjungan, bukan aku membela diri. Semua tugas telah aku laksanakan.
Namun apa yang kemudian terjadi sungguh di luar dugaan ...."
Makhluk muka tengkorak menyeringai. Dari mulutnya berhembus keluar asap putih.
"Hantu Santet Laknat, kau memang tidak mebela diri. Tapi kau pandai mencari akal
untuk berdalih! Aku ingin tahu apa yang kau maksudkan dengan kejadian di luar
dugaan itu!"
"Junjungan, kalau kau mau mendengar, akan kuterangkan satu persatu," kata Hantu
Santet Laknat Lalu nenek bermuka burung gagak hitam ini angkat kepalanya yang
sejak tadi bersujud menempel di atas batu.
"Kejadian pertama, menyangkut Lakasipo yang kemudian dijuluki Hantu Kaki Batu
itu. Junjungan pasti tahu bagaimana aku berhasil membangkitkan roh istrinya yang
bernama Luhrinjani. Lalu kusuruh dia menjebak suaminya sendiri hingga sepasang
kaki Lakasipo tenggelam dalam cairan yang berubah menjadi batu! Tapi kemudian
tak terduga ada seorang makhluk aneh bersama dua kawannya muncul menolong
Lakasipo. Jika Junjungan mau mendengar, biar aku menceritakan apa yang terjadi
sejelas-jelasnya ."
Makhluk muka tengkorak berambut putih riap riapan enyeringai. Dari hidung dan
mulutnya kembali mengepul asap putih.
Sedangkan dari dua matanya memancar cahaya kemerahan. Dia keluarkan suara
mendengus lalu berkata.
"Tak ada salahnya aku mendengar ceritamu, Hantu Santet Laknat Paling tidak aku
mau membandingkan apa yang kau bilang sama dengan apa yang aku ketahui. Jika kau
berdusta, kau tahu apa akibatnya!"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
5 "Aku tidak berdusta wahai Junjungan. Akan kuceritakan semua padamu ...." Lalu si
nenek bermuka burung gagak hitam itu memulai penuturannya ....
* * * Dalam keadaan sang surya yang sebentar lagi akan tenggelam Lakasipo mendukung
jenazah Luhrinjani, istrinya yang menemui ajal, mati bunuh diri di jurang batu
tak jauh dari Bukit Batu Kawin. Dia melangkah mendekati lubang batu yang telah
disiapkannya sebagai makam sang istri. Jenazah perempuan yang hanya sempat
dikawininya selama tiga hari itu dengan hati-hati dimasukkannya ke dalam lubang.
Tak ada orang lain di tempat itu.
Hanya alam semata yang menyaksikan penguburan Luhrinjani.
Mendadak cuaca berubah. Gulungan awan hitam entah dari mana datangnya muncul
menutupi langit Petir mendera sabung menyabung, guntur menggelegar. Lalu hujan
lebat turun membasahi bumi. Lakasipo merasa tidak enak.
Dia memandang ke langit Gelap. Sesaat gerakannya menurunkan jenazah ke dalam
lubang jadi tertahan. Kilat menyambar. Sekejapan udara menjadi terang benderang.
Saat itulah Lakasipo melihat bagaimana sepasang mata jenazah Luhrinjani yang
barusan dibaringkannya di liang batu dan sejak tadi tertutup tiba-tiba kelihatan
membuka. Bukan itu saja! Wajah perempuan yang sudah jadi mayat itu juga tampak tersenyum!
"Luhrinjani ..!I desis Lakasipo. Tubuhnya bergetar. Cahaya kilat lenyap. Bukit
batu Latinggihijau kembali diselimuti kegelapan.
Sesaat Lakasipo asih terkesiap. Namun begitu sadar dia cepat mengambil sebuah
batu besar berbentuk pipih dan menutupkannya di atas lubang makam. Enam buah
batu kemudian disusunnya di atas batu pipih penutup makam itu. Sebelum bertindak
pergi, di bawah hujan lebat dan dalam keadaan basah kuyup Lakasipo pandangi
makam istrinya. Lalu mulutnya berucap perlahan..
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
6 "Wahai Luhrinjani .... Apapun yang telah kau lakukan sebelum ajalmu, aku
Lakasipo telah melupakan dan memaafkan semuanya....
Kau lihat sendiri Luhrinjani, aku sudah menyiapkan satu makam untuk diriku di
samping makammu." Lakasipo melirik kearah sebuah makam kosong yang sebelumnya
sengaja dibuatnya di sebelah kubur sang istri.
"Aku akan meninggalkanmu Luhrinjani. Aku akan sering-sering mklihatmu. Tenanglah
dalam peristirahdanmu. Para Dewa dan para Peri akan menghiburmu. Selamat tinggal
wahai Luhrinjani
...." Lakasipo cium batu makam di bagian kepala lalu bangkit berdiri.
Hujan mulai reda tapi cuaca masih kelam. Lakasipo turuni bukit Latinggihijau,
berjalan ke tempat dia meninggalkan Laekakienam, kuda tunggangannya. Belum lama
menunggangi kuda itu, tiba-tiba Lakasipo melihat ada satu bayangan putih
berkelebat di hadapannya. Kuda hitam berkaki enam bertanduk dua itu angkat empat
dari enam kakinya lalu meringkik keras. Sepasang matanya yang merah pancarkan
sinar aneh. Lakasipo cepat usap tengkuk tunggangannya,
"Tenang Lae. ... Tenang. Tak ada yang perlu kau takutkan."
Lakasipo memandang berkeliling. Saat itu dia sudah mencapai kaki bukit
Latinggihijau. Sudut matanya menangkap sesuatu di arah kiri.
Laekakienam kembali menunjukkan gelagat gelisah. Lakasipo cepat berpaling.
Bayangan putih itu kembali muncul di kejauhan sana. Di antara deretan pepohonan.
Ada satu sosok perempuan berpakaian putih. Meliuk-liuk seperti asap tertiup
angin. Ketika dia memperhatikan wajah perempuan itu tersiraplah darah Lakasipo!
Wajah itu adalah wajah Luhrinjani!
"Luhrinjani ..." desis Lakasipo.
"Bagaimana mungkin! Barusan saja aku menguburkanmu di makam batu ...."
Sosok putih di antara deretan pepohonan tiba-tiba lambaikan tangan seolah
memanggil Lakasipo. Lalu lapat-lapat ada suara.
"Lakasipo .... Lakasipo suamiku. Datanglah keari. Tolong diriku. Keluarkan aku
dari alam gelap. Lakasipo ...."
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
7 "Wajah itu wajah Luhrinjai! Suara itu suara Luhrinjani ...."
desis Lakasipo.
"Lakasipo .... Turun dari kudamu. Kemarilah .... Tolong diriku wahai
suamiku ...." Mula-mula Lakasipo masih diselimuti rasa takut dan heran. Lalu dia
mulai bimbang. Matanya digosok berulang kali.
"Aku tidak bermimpi. Sosok itu memang Luhrinjani," Lakasipo segera turun dari
kudanya. Setengah berlari dia menghampiri sosok Luhrinjani. Dia berlari di sela-
sela pepohonan melompati semak belukar, tidak lagi memperhatikan jalan yang
dilaluinya. "Wahai Lakasipo suamiku .... Lekaslah. Lari lebih cepat Jarak kita hanya tinggal
dekat..." Sosok Luhrinjani kembali memanggil-manggil. Lakasipo lompati
serumpunan semak belukar pendek.
Namun begitu turun ke tanah, dua kakinya amblas masuk ke dalam dua buah lubang
sedalam pangkal betis. Kalau tidak cepat dia imbangi diri pasti akan tersungkur
di tanah. Dia tarik dua kakinya.
Tapi alangkah terkejutnya Lakasipo. Dia sama sekali tidak sanggup mengeluarkan
kedua kakinya. Lalu dia mendengar suara menggelegak seperti air mendidih. Ketika
dia memandang ke bawah mukanya jadi pucat.
Dua kakinya dilihatnya terpendam dalam cairan aneh berwarna kelabu berbuih-buih.
Begitu gejolak buih berhenti, cairan telah berubah menjadi keras, memendam
sepasang kaki Lakasipo ke tanah.
"Apa yang terjadi ... "!" Lakasipo membungkuk Meraba cairan beku yang memendam
dua kakinya. "Betul!" ujar Lakasipo dengan suara bergetar.
"Tidak mungkin!" Dia gerakkan kakinya berusaha melepas diri. Sia-sia saja. Dia
memukul dengan dua tangannya berulang kali.
Pukulan yang sanggup menghancurkan batu karang itu bahkan tidak sanggup membuat
bergeming batu keras yang memendam dua kakinya. Lakasipo segera keluarkan ilmu
pukulan sakti bernama
"Lima Kutuk Dari Langit". Lima lariksinar hitam menggidikkan menghantam batu.
"WUSSSS! Bummmm!"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
8 Sinar hitam berbalik mental ke udara disertai dentuman keras.
Tapi dua kakinya tetap saja terpendam dalam batu keras yang tidak hancur,
retakpun tidak. Lakasipo penasaran. Dia kembali kerahkan ilmunya. Hawa Sakti
dikerahkan pada dua kakinya. Dia keluarkan kesaktian bernama "Kaki Roh Pengantar
Maut." Cahaya hitam memancar dad kakinya kiri kanan. Tapi segera meredup. Dan
celakanya hawa sakti yang tadi dikerahkannya seolah berbalik mencengkeram dua
kakinya. Sakitnya bukan kepalang.
"Celaka! Apa yang terjadi dengan diriku! Pasti ada orang jahat
..." Lakasipo ingat pada sosok Luhrinjani. Ketika dia memandang ke depan justru
dilihatnya sosok itu bergerak seperti melayang datang ke arahnya.
"Luhrinjani ...."
Tiba-tiba terdengar suara berdentrangan. Sosok Luhrinjani ternyata memegang
sebuah rantaiditangan kanannya. Pada kedua ujung rantai ada sebentuk jopitan
besi besar. "Luhrinjani! Betul kau yang ada di hadapanku Ini?" tanya Lakasipo. Luhrinjani
menyeringai. Wajah itu mendadak berubah.
Mula-mula pada mulutnya. Mulut ini mencuat enonjolkan gigi-gigi mengerikan. Lalu
kulit wajahnya aeolah leleh hingga membentuk tulang tengkorak. Dua mata berubah
menjadi sepasang rongga mengerikan. Rambutnya yang hitam juga lenyap. Kepalanya
kini telah menjadi sebuah kepala tengkorak putih. Lalu dua tangan yang tersembul
dari balik pakaian putih bergantian pula menjadi tulang belulang mengerikan.
Lakasipo keluarkan seruan tertahan saking kagetnya. Sosok tengkorak merunduk.
Dengan satu gerakan sangat cepat makhluk ini mejapit pangkal betis Lakasipo kiri
kanan. "Kau! kau bukan Luhrinjani! kau makhluk jahat jejadian!"
teriak Lakasipo. Sosok tengkorak tertawa melengking.
"Takdir buruk telah jatuh atas dirimu Lakasipo! Kau akan terpendam dalam dua
batu seumur hidupmu. Tubuhmu akan rusak, busuk dan hancur luar dalam. Kau akan
mengalami siksaan hebat sebelum menemui ajal!"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
9 "Makhluk jahanam! Kau pasti suruhan orang jahat! Katakan siapa yang menyuruhmu"
l" teriak Lakasipo.
"Kau akan mendapatkan jawaban lama sekali Lakasipo,"
jawab makhluk muka tengkorak
"Setelah sosokmu berubah menjadi jerangkong dan rohmu melayang di langit hampa!"
Lakasipo hantamkan tangan kanannya.
Pukulan "Lima Kutuk Dari Langit" menderu. Lima larik sinar hitam berkiblat
"Bummmm!"
Pukulan sakti menghantam telak sosok putih di depan sana.
"Braaakkk! Byaaarrr!"
Wiro Sableng 113 Hantu Santet Laknat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sosok putih hancur berantakan. Serpihan tulang tengkorak dan tulang jerangkong
bertaburan di udara. Lalu berubah menjadi asap lenyap tanpa bekas. Lakasipo
meraung keras. Dia hantamkan pukulan sakti bertubi-tubi. Namun akhirnya dia
lemas sendiri dan jatuh terduduk di tanah. (Secara lebih lengkap kisah di atas
dapat Anda baca dalam Episode pertama Petualangan Wiro di Negeri Latanahsilam
berjudul Bola-Bola Iblis " )
* * * Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
10 Wiro Sableng : HANTU SANTET LAKNAT
DUA SI NENEK bermuka burung gagak hitam bersujud di batu.
Begitu bangkit dia langsung berkata.
"Wahai Junjungan, itulah kisah bagaimana aku telah mencelakai Lakasipo. Aku
berhasil melakukannya sesuai dengan permintaan Lahopeng, musuh besar Lakasipo.
Junjungan, bukankah aku juga telah memberi tahu padamu sebelum aku menyantet
Lakasipo melalui roh istrinya hingga dua kakinya tenggelam dalam dua buah batu.
Namun seperti kataku tadi, secara tidak terduga muncul satu makhluk dari negeri
seribu dua ratus tahun mendatang.
Walau sosoknya hanya sejari kelingking tapi dia mampu menolong Lakasipo... ."
Makhluk yang dipanggil dengan sebutan Junjungan
menyeringai buruk lalu rangkapkan dua tangan jerangkongnya.
"Hantu Santet Laknat aku tahu sebetulnya kau lebih banyak dipengaruhi oleh
Lahopeng hingga menempuh cara keliru dalam menyantet Lakasipo. Sebenarnya kau
bisa membunuh orang itu dengan ilmu Lintah Penyedot Jantung! Dalam waktu
sepenanakan nasi saja Lakasipo pasti sudah menemui ajal! Mengapa harus memakai
jalan sulit berbelit, menyantet lewat roh halus segala"!"
Hantu Santet Laknat terdiam. Lalu dia buru-buru jatuhkan diri bersujud dan
berkata. "Kalau caraku memang keliru, aku mohon maafmu wahai Junjungan ...."
"Apa yang kau terima dari Lahopeng sebagai upah?" Sang Junjungan bertanya.
"Dia memberikan beberapa butir batu permata. Semua sudah kutelan," jawab si
nenek bermuka gagak hitam. Sang Junjungan menyeringai.
"Kau sengaja menelan batu-batu permata itu. Berarti kau masih ingin
mempertahankan llmu Bersalin Wajah yang kau miliki ..."
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
11 "Kira-kira memang begitu wahai Junjungan," jawab Hantu Santet Laknat
"Sekarang aku ingin kau menerangkan tentang makhluk dari negeri seribu dua ratus
tahun mendatang, yang katamu muncul tak terduga menolong Lakasipo ...."
" Aku akan terangkan padamu wahai Junjungan. Aku akan terangkan ..." kata Hantu
Santet Laknat pula setelah lebih dulu bersujud tempelkan keningnya di atas batu.
"Orang itu masih muda. Namanya Wiro Sableng, konon dia berjuluk Pendekar
212 ...." "Dua satu dua ..." engulang sang Junjungan.
"Apa artinya itu?"
"Mohon maafmu wahai Junjungan. Aku sendiri tidak mengerti apa arti tiga buah
angka itu ...."
"Kau harus menyelidikinya nanti. Mungkin di situ terletak kehebatannya. Tapi
bisa juga sekaligus letak kelemahannya ....
Teruskan keteranganmu Hantu Santet Laknat!"
"Pemuda itu muncul bersama dua temannya. Yang satu seorang bocah bernama Naga
Kuning. Satu lagi seorang kakek bau pesing karena selalu kencing di celana.
Dipanggil dengan sebutan Setan Ngompol."
"Air kencing..." berkata sang Junjungan.
"lngat hal itu Hantu Santet Laknat Cairan itu salah satu benda terlarang yang
bisa mencelakai dirimu...."
"Aku selalu ingat hal itu wahai Junjungan," kata Hantu Santet Laknat pula. Lalu
dia lanjutkan keterangannya.
"Wiro bertemu dengan Lakasipo dalam rimba belantara.
Tadinya Lakasipo hendak membunuh pemuda itu dan dua kawannya. Tapi entah
bagaimana mereka kemudian jadi bersahabat Bahkan pemuda inilah yang kemudian
menolong Lakasipo. Mula-mula ia pergunakan sebuah senjata aneh. Sebilah kapak
bermata dua....."
"Sebilah kapak bermata dua katamu?"
"Betul sekali Junjungan," jawab si nenek.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
12 "Tunggu, coba kusirap dulu senjata itu adanya. Sampai dimana kehebatannya...."
Makhluk tengkorak berjubah hitam dongakkan kepalanya.
Dua tangan dirangkapkan di depan dada. Dari dua rongga matanya memancar cahaya
kemerahan sedang dari hidung dan sela mulutnya membersit keluar asap putih.
Sesaat kemudiaan dia berucap.
"Kapak itu menyimpan banyak kesaktian. Semua berasal pada kekuatan api putih.
Kau harus berhati hati. Kau harus mengusahakan untuk mendapatkannya ...."
"Akan aku lakukan Junjungan...!'
Sang Junjungan kembali mendongak. Matanya kembali memancarkan cahaya merah dan
asap putih lagi-lagi berhembus keluar dari hidung dan mulutnya.
"Tapi Hantu Santet Laknat... Menurut apa yang aku sirap dari alam gaib, bukan
kapak itu yang mampu membebaskan Lakasipo!
Dalam alam gaib kulihat ada sesosok binatang berbulu putih polos.
Seekor harimau ...."
"Benar Junjungan. Setelah gagal membebaskan Lakasipo dengan dua larik sinar
hijau yang keluar dari matanya, pemuda itu lantas keluarkan satu ilmu kesaktian
aneh. Dia memelihara seekor harimau putih bermata hijau. Harimau jejadian inilah
yang kemudian mampu memutus rantai besi pengikat kaki Lakasipo. Juga binatang
ini menggali tanah batu tempat Lakasipo terpendam hingga akhirnya dia bisa
keluar dari dalam tanah!"
"Aku harus menyirap kembali ke alam gaib!" kata sang Junjungan. Lagi-lagi dia
mendongak ke langit dan rangkapkan dua tangan di atas dada jubah hitam. Sesaat
kemudian dia memandang pada Hantu Santet Laknat. Rambut putih di atas kepalanya
kelihatan tegak kaku seperti kawat
"Nenek bermuka burung gagak!" katanya.
"Kau benar-benar menemui seorang lawan tangguh. Dua larik sinar hijau yang
katamu keluar dari sepasang matanya adalah senjata sakti gaib bernama Sepasang
Pedang Dewa! Aku tidak bisa menduga Dewa dari mana yang memberikan ilmu itu
padanya. Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
13 Ketika dia menolong Lakasipo bukankah keadaan dirinya masih sebesar kelingking?"
"Benar Junjungan ...."
"Karena sosoknya yang kecil, dia tidak mampu menghimpun kekuatan. Tapi sekarang
sosoknya sama besar dengan mahkluk di Negeri Latanahsilam. Kehebatan Sepasang
Pedang Dewa tidak bisa dianggap enteng. Kau benar-benar harus hati-hati terhadap
orang itu Hantu Santet Laknat. Lalu harimau putih yang kau sebutkan itu,
binatang gaib tersebut memang pelindung yang mengikutinya kemana dia pergi.
Walau dia tidak bisa menghancurkan dua batu bundar yang membungkus kaki Lakasipo
tapi harimau putih itu sangat berbahayal"
Hantu Santet Laknat terdiam sejenak Lalu berkata.
"Sebenarnya aku tidak takut pada pemuda itu wahai Junjungan. Aku yakin bisa
membunuhnya jika berhadapan!"
"Jangan menganggap enteng makhluk satu ini Hantu Santet Laknat. Dia bukan saja
punya ilmu kesaktian hebat, tapi juga memiliki akal dan otak cerdik!"
"Kalau begitu aku minta petunjukmu wahai Junjungan,"
memohon Hantu Santet Laknat
"Dengar baik-baik apa yang aku ucapkan!" kata sang Junjungan pula.
"Jika seseorang merasa sanggup menguasai musuh, maka dia harus menghancurkan
musuh itu. Tapi jika dia merasa belum atau tidak sanggup maka dia haws merangkul
musuh tersebut, menjadikannya sahabat Pada saatnya dia merasa mampu maka baru
dia menghancurkan sang musuh!"
"Aku mengerti apa yang kau katakan itu Junjungan. Tapi yang belum jelas, apa
yang harus aku lakukan terhadap pemuda bernama WiroSableng itu?" tanya Hantu
Santet Laknat pula.
"Kau harus enjebaknya agar dia tidak bisa kembali pulang ke negerinya! Aku tahu
kau punya otak cerdik dan akal panjang! Kau harus enjebak pemuda Itu masuk ke
dalam Rimba Lasesatbuntu.
Buat dia tak bisa keluar lagi. Buat dia mendekam seumur hidupnya Bastian Tito:
Hantu Santet Laknat [angx2006]
14 dalam rimba belantara itu. Dengan demikian segala npa yang kau lakukan tidak
akan mendapat gangguan ...."
Hantu Santet Laknat mengangguk-angguk.
"KaIau begitu petunjukmu akan aku lakukan ...."
"Tapi! Seperti ucapanku tadi!" berkata sang Junjungan.
"Jika kau menghadapi perlawanan dan kau tidak sanggup melawannya, kau harus
menjalankan rencana ke dua. Kau harus merangkul musuh berbahaya itu! Kau harus
memperlakukannya sebagai suami! Kau harus mengawininya!"
Sosok si nenek Hantu Santet Laknat tersentak saking kagetnya mendengar ucapan
sang Junjungan.
"Wahai Junjungan, bagaimana mungkin aku mengawini pemuda itu ... ?"
"Mengapa tidak mungkin" Dia laki-laki, kau perempuan" Apa kesulitannya" Lain
halnya kalau kalian sama-sama lelaki atau kalian dua duanya perempuan!"
"Maksudku .... Maksudku bukan itu wahai Junjungan! Tekad-ku sudah bulat untuk
membunuhnya dari pada di belakang hari menimbulkan malapetaka bagi diriku. Tapi
untuk mengawininya ...."
"Hantu Santet Laknat, apa kau pernah melihat sendiri"
Pernah bertemu muka dengan pemuda bernama Wiro itu?" tanya sang Junjungan pula.
"Selama ini memang belum pernah Junjungan."
"Makin cepat kau bertemu dengan pemuda itu makin baik!
Lihat saja nanti bagaimana sikap dan perasaanmu setelah melihatnya!"
"Junjungan, kalau maksudmu aku akan tertarik padanya mungkin jauh panggang dari
api. Bukankah kau tahu bahwa hanya ada satu orang yang aku cintai di dunia ini"
Yaitu Hantu Muka Dua."
Muka tengkorak sang Junjungan menyeringai. Dari mulutnya mengepul asap putih.
"AKu tidak ingin kau memutus cinta dengan Hantu Muka Dua.
Tapi jika aku jadimu sudah sejak lama aku tinggalkan makhluk keji satu itu.
Setiap hari dia bergelimang dosa dengan gadis cantik, Apa kau merasa dirimu bisa
bersaing dengan gadis-gadis itu walau kau Bastian Tito: Hantu Santet Laknat
[angx2006] 15 punya llmu Bersalin Wajah" Karena itu lagi-lagi kuminta agar kau segera mencari
pemuda bernama Wiro itu. Jika kau meang tidak suka padanya dan tidak ingin
merangkulnya, tidak ingin berselingkuh dengan kekasihmu si Hantu Muka Dua, maka
kau tinggal menjebloskan Wiro ke dalam rimba Lasesatbuntu."
"Aku akan lakukan apa katamu.wahai Junjungan," kata Hantu Santet Laknat
mengambil sikap mengalah.
"Sekarang mengenai muridmu bernama Latandai alias Hantu Bara Kaliatus itu!" kata
makhluk muka tengkorak dan jerangkong berjubah hitam.
"Bukankah kau telah memerintahkannya untuk membunuh Lakasipo dan istrinya
sendiri yang bernama Luhsantini itu" Jangan kau berdusta! Semua tugas itu belum
terlaksana!"
"Aku mohon maafmu Junjungan. Hantu Bara. Kaliatus meang sedang kucari-cari
karena sejak beberapa lama ini dia tidak muncul.
Setahuku dia memang pernah hendak mencoba membunuh istrinya Luhsantini. Tapi
muncul seorang gadis sakti penunggang kura-kura terbang bernama Luhjelita. Gadis
ini menolong Luhsantini hingga maksud Hantu Bara Kaliatus membunuh istrinya
gagal. Dia juga gagal membunuh Lakasipo!"
"Murid seperti itu tidak ada gunanya. Kau harus cari dia!
Perintahkan sekali lagi untuk membunuh Lakasipo dan Luhsantini.
Jika dia gagal lagi aku perintahkan padamu untuk membunuh murid tak berguna itu!
Kau harus sadar Hantu Santet Laknat! Lakasipo adalah salah satu musuh besarmu
yang selalu berusaha mencari dan membunuhu. Karena dia sudah tahu kaulah yang
menyantet dirinya!" Hantu Santet Laknat mengangguk perlahan.
"Akan aku lakukan apa katamu wahai Junjungan."
"Sekarang mengenai manusia bernama Lawunqu!" berucap sang Junjungan.
"Kau gagal membunuh manusia satu itu padahal sekujur tubuhnya sampai tulang
belulangnya telah diselubungi luka borok membusuk akibat santetanmu! Mengapa kau
gagal membunuh manusia itu"! Apa yang telah terjadi"!"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
16 "Aku mohon aafmu wahai Junjungan. Seperti. kejadian yang lain-lainnya, peristiwa
satu inipun gagal akibat ulah tak terduga.
Padahal racun ular yang aku susupkan ke tubuh Lawungu adalah racun paling jahat!
Kali ini yang punya pekerjaan adalah Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab ...."
"Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab!" mengulang makhluk muka tengkorak
"Aku sudah lama mendengar kalau dia memang bersekutu dengan Lawungu dan juga
Lasedayu! Tapi kesaktiannya tidak cukup mampu untuk menyembuhkan santetanmu
terhadap Lawungu.
Kecuali ada satu kekuatan atau kesaktian lain ...."
"Aku menyirap kabar dia menemukan sendok emas sakti bernama Sendok Pelangkah
atau Sendok Pemasung Nasib. Dengan benda itu dia mengobati Lawungu!" Menjelaskan
Hantu Santet Laknat (Harap baca Episode sebelumnya berjudul "Rahasia Kincir
Hantu") "Aku kecewa! Benar-benar kecewa! Semua ilmu kepandaian yang aku berikan Upadamu
seolah tidak ada artinya dan gunanya.
Sendok sakti itu! Bagaimana bisa jatuh ke tangan Hantu Sejuta Tanya Sejuta
Jawab?" "Dari kabar yang aku sirap, konon Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab merampasnya
dari tangan Hantu Muka Dua!"
"Kalau Hantu Muka Dua bisa dipercaya seperti itu berarti memang benar kabar yang
aku dengar bahwa Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab adalah makhluk paling tinggi
kepandaiannya di Negeri Latanahsilam. Wahai, kau harus memutar otak,
mempergunakan kelicikan untuk menyingkirkan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab.
Tapi buat dulu dia menderita tersiksa batin sebelum kau habisi ...."
"Caranya bagaimana wahai Junjungan?" tanya Hantu Santet Laknat.
"Kudengar dia punya dua orang cucu yang cantik-cantik.
Bernama Luhkemboja dan Luhkenanga. Mungkin kau bisa melakukan sesuatu atas diri
mereka. Biar Hantu Sejuta Tanya Hantu Sejuta Jawab tahu rasa! Sekarang apa kau
tahu dimana beradanya Sendok Pemasung Nasib itu?"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
17 "Aku memang tengah menyelidik dan menyirap kabar. Aku akan berusaha
mendapatkannya...."
"Sendok emas sakti itu harus kau dapatkan. Tapi yang penting bagimu saat ini
adalah mencari pemuda asing bernama Wiro itu!"
"Aku akan segera melakukannya wahai Junjungan," kata Hantu Santet Laknat pula.
"Jangan lupa menyelesaikan urusan nyawa dengan Lakasipo dan Luhsantini. Aku akan
mengawasi prilaku serta semua perbuatanmu di Negeri Latanahsilam. Sekali lagi
kau mengecewa-kan aku, riwayatmu akan kuakhiri selama-lamanya. lngat hal itu
Hantu Santet Laknat! Jika aku masih merasa kasihan padamu mungkin aku hanya akan
mencabut semua kepandaian yang pernah aku berikan padamu. Tapi itu baru
kemungkinan saja. Karena aku lebih suka melihat kau terjelapak tanpa nyawa!
lngat itu baik-baik!"
Kuduk Hantu Santet Laknat terasa dingin.
"Aku akan ingat, wahai Junjungan," kata si nenek muka gagak lalu sujud di atas
batu. Ketika dia mengangkat kepalanya kembali makhluk kepala tengkorak badan
jerangkong sudah tidak ada lagi.
* * * Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
18 Wiro Sableng : HANTU SANTET LAKNAT
TIGA KUDA hitam berkaki enam dan memiliki sepasang tanduk di kepalanya tegak di
puncak bukit batu dengan sikap gagah. Di atasnya duduk Hantu Kaki Batu,
memandang ke arah lembah batu dibawahnya. Di kejauhan menjulang Gunung
Labatuhitam. "Sunyi, tak kelihatan ada makhluk apapun di bawah sana.
Apakah sejak berpisah dengank tempo hari dia memang kembali ke sini atau pergi
ke tempat lain?" Hantu Kaki Batu alias Lakasipo bertanya-tanya dalam hati.
"Kalau dia memang tidak ada di tempat ini kemana aku harus mencari?" Lakasipo
Wiro Sableng 113 Hantu Santet Laknat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memandang seputar lembah yang dipenuhi bebatuan hitam berbagai bentuk dan ukuran
sambil usap-usap tengkuk laekakienam, kudaraksasa tunggangannya.
"Lae, keluarkan ringkikanmu. Beri tanda bahwa kita berada di tempat ini!" kata
Lakasipo berucap pada kuda hitamnya. Mendengar ucapan itu kuda hitam berkaki
enam angkat empat kaki depannya lalu keluarkan suara ringkikan keras,
menggelegar dan bergema di seantero kawasan bukit dan lembah batu. Begitu suara
gema ringkikan kuda lenyap, suasana di tempat itu kembali sunyi.
Lakasipo memandang lagi, menyelidik ke setiap sudut lembah.
"Mungkin aku harus turun menyelidik ke lembah. Setahuku di bawah sana ada satu
goa. Mungkin dia tengah melatih ilmu atau bersemadi hingga tidak mendengar suara
ringkikan Laekakienam."
Berpikir begitu Lakasipo segera tepuk pinggul kudanya. Namun sebelum binatang
bermata merah ini bergerak melangkah tiba-tiba dari arah langit sebelah utara
terdengar suara suitan keras.
Mendongak ke atas Lakasipo melihat satu makhluk hitam bersayap lebar, melesat
terbang ke arah bukit di mana dia berada, ditunggangi seorang lelaki berambut
panjang melambai-lambai. "Walet raksasa!"
desis Lakasipo.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
19 "Penunggangnya pasti si jahanam Latandai! Masih hidup rupanya makhluk keji satu
itu!" Baru saja Lakasipo berkata begitu tiba-tiba dari atas sana melesat dua
buah benda berapi yang mengeluarkan cahaya merah seperti ekor panjang. Satu
menghantam ke arah kepala Laekakienam, satu lagi menyambar ke jurusan kepala
Lakasipo. Lakasipo keluarkan seruan keras. Tangan kirinya menepuk pinggul
Laekakienam. Kuda hitam raksasa ini meringkik dahsyat lalu melompat ke kiri.
Binatang ini selamat karena benda merah berbuntut api lewat hanya setengah
jengkal dari sisi kiri kepalanya. Benda ini yang ternyata adalah sebuah bara
menyala amblas masuk ke dalam lamping batu. Lamping batu kepulkan asap tebal
lalu "krakkk! Byaaarr!"
Dinding batu itu hancur berantakan! Ketika menggebrak pinggul kudanya Lakasipo
sendiri saat itu telah melesat dari punggung kuda, membuat gerakan jungkir balk
Sambil melayang turun dia hantamkan kaki kanannya yang terbungkus batu berbentuk
bola. "Byaaarr!"
Benda merah menyala yang hendak menghantam kepalanya mencelat mental, hancur
bertaburan. Lakasipo sendiri merasa kakinya seperti disengat api Termiring-
miring dia tegak di atas batu bukit Ketika diperhatikan temyata ada bagian batu
yang membungkus kakinya telah menjadi gompal dan hangus di salah satu bagian.
Di udara, penunggang walet raksasa tertawa bergelak, Setelah berputar dua kali
walet hitam itu menukik turun. Saat itulah Lakasipo hantamkan tangan kanannya.
Lima jari tangan menjentik keras.
Lima larik sinar hitam membeset ke udara, menggempur walet raksasa dan
penunggangnya dari lima jurusan. Seperti tahu bahaya walet raksasa menggebrakkan
sayapnya. Binatang ini menukik tajam sementara penunggangnya melompat sebat,
lalu laksana terbang dia melayang ke bawah dan turun di atas bukit batu,
terpisah sejarak dua belas langkah dari hadapan Lakasipo.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
20 Sepasang alisnya menjungkat ke atas ketika mendengar suara walet hitam menguik
di udara pertanda binatang itu mengalami kesakitan hebat Nyatanya, salah satu
dari lima larikan sinar hitam berhasil menghantam sayapnya, merobek hangus
bagian kulitnya dan menghancurkan jaringan tulang-tulangnya.
Sebagian dari sayap itu kelihatan menciut pendek Dalam keadaan oleng dan sayap
mengepulkan asap walet hitam ini mendarat di atas sebuah batu berbentuk miring.
dari mulutnya tiada henti keluar suara menguik kesakitan.
"Hantu Kaki Batu jahanam!" merutuk orang yang barusan melompat dari punggung
walet hitam dan berhasil selamatkan diri dari serangan larikan sinar hitam.
Rahangnya menggembung. "llmu Lima Kutuk dari Langit yang dimilikinya benar-benar
berbahaya!"
"Dia harus bayar mahal apa yang telah dilakukannya! Dia telah melukai walet
tungganganku!" Orang yang tegak di hadapan Lakasipo itu bertubuh tinggi besar
tapi tidak sekekar Lakasipo.
Berdirinya agak terbungkuk seolah ada sesuatu yang berat di bawah perutnya.
Gerakannya walau kelihatan hebat, tapi mata orang pandai akan melihat bahwa
sebenarnya dia bergerak lamban.
Rambutnya panjang acak-acakan. Pipi kirinya ada cacat besar bekas luka. Tangan
kirinya sebatas siku ke bawah disambung dengan sejenis logam biru yang dipenuhi
tonjolan tonjolan runcing.
Yang hebat dan juga aneh ialah keadaan bagian tubuhnya di sebelah dada sampai ke
perut. Seolah ada api di sebelah dalam, bagian tubuhnya itu meancarkan cahaya
kemerah-merahan. Cahaya ini berasal dari bara menyala yang mendekam di dalam
tubuhnya. Beberapa waktu silam dari dukun jahat si nenek Hantu Santet Laknat dia pernah
mendapatkan satu ilmu dahsyat yang disebut Bara Setan Penghancur Jagat. Di
kepala, dada dan perutnya menempel dua ratus bara menyala yang bisa dijadikannya
senjata ganas luar biasa. Kejahatan dan kekejian yang dibuatnya menyebabkan Peri
Bunda enjatuhkan kutuk. Baa menyala yang tadinya ada di luar tubuhdimasukkan ke
dalam perutnya! Membuat dia menderita tersiksa setengah mati.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
21 Dalam keadaan antara hidup dan mati dia melakukan tapa di satu tempat terpencil
hingga akhirnya dia mampu meredam panasnya bara menyala yang ada di dalam
tubuhnya. Malah kemudian bara menyala itu kembali dapat dipergunakannya sebagai
senjata seperti barusan yang dilakukannya terhadap Laekakienam dan Lakasipo.
"Hantu Kaki Batu! Kau masih berani datang ke tempat ini mencari istriku
Luhsantini! Benar-benar berani mati!" Lakasipo tertawa bergelak.
"Hantu Bara Kaliatus ternyata kau masih hidup! Tapi sayang, otakmu sudah miring!
Apa kau tidak sadar, sejak kau hendak membunuhnya yang ke dua kali, sejak itu
pula dia tidak sudi lagi menjadi istrimu"! Baginya kau tidak lebih dari pada
iblis biadab dari pusaran neraka jahanam!" Mendidih amarah Latandai alias Hantu
Bara Kaliatus. "Makhluk jahanam! Perampas istri orang! Kalau Luhsantini ada di sini biar
perempuan celaka itu menyaksikan bagaimana aku memanggang tubuhmu sampai
gosong!" " Jangan bicara terlalu sombong hantu laknat! Cacat di pipi kirimu bekas
hantaman rantai kakiku, serta cacat di lengan kirimu bekas hajaran Luhsantini
masih membekas nyata! Apa kau mau minta tambahan hajaran baru dariku"! Atau
mungkin kau minta barang di bawah pelutmu aku buat tambah besar dari yang ada
sekarang"!" (Seprti dituturkan dalam Episode berjudul "Hantu Bara Kaliatus" atas
nasihat nakal Naga Kuning Lakasipo telah menotok urat besar di pangkal paha
Hantu Bara Kaliatus. Akibatnya anggota rahasia lelaki itu menjadi gembung besar
seperti orang kondor. lnilah yang membuat gerakannya menjadi lamban).
Tambah mendidih amarah Hantu Bara Kaliatus mendengar kata-kata Lakasipo itu.
Rahangnya menggembung, mulutnya berkomat-kamit. Dia angkat tangan kirinya
tinggi-tinggi melewati kepala.
"Bleeepp ... bleepp ... bleeppp!"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
22 Dari belasan tonjolan runcing yang ada di sekujur lengan besi Hantu Bara
Kaliatus membersit nyala api berwarna biru gelap mengeluarkan suara mendesis tak
berkeputusan. "Hantu Kaki Batu, sayang sekali! Kau tidak menyadari bahwa kau akan menemui
kematian lebih cepat dari yang kau duga!"
"Nyawa manusia tidak berada dalam kuasa manusia lainnya!
Karenanya jangan bicara berpongah diri! Mungkin kau yang lebih dulu akan
kujebloskan ke alam Roh!" Bersamaan dengan selesai ucapannya Hantu Kaki Batu
melompat. Kaki kirinya yang terbungkus bola batu berdesing mencari sasaran di
pinggul Hantu Bara Kaliatus dalam jurus yang disebut "Kaki Roh Pengantar Maut."
Dari kaki serta bulatan batu membersit sinar hitam. Bersamaan dengan itu tangan
kanannya lepaskan pukulan "Lima Kutuk Dari Langit"!
Hantu Bara Kaliatus seolah menganggap enteng serangan maut yang dilancarkan
lawan. Sambil tertawa mengejekdia gerakkan tangan kirinya. Terjadilah hal yang
membuat kejut Hantu Kaki Batu bukan alang kepalang. Begitu Hantu Bara Kaliatus
menggerakkan tangan kirinya yang sebagian terbuat dari logam aneh, dari belasan
tonjolan runcing, bergulung keluar larikan larikan api panjang berwarna biru,
sangat panas. Gulungan api ini berbentuk demikian rupa seperti jaringan besar
yang dengan cepat menghantam dan menggulung ke arah Hantu Kaki Batu!
"Api lblis Penjaring Roh!" teriak Lakasipo menyebut ilmu yang dikeluarkan
lawannya itu. "Setahuku ilmu ini hanya dimiliki oleh Hantu Santet Laknat!
Celaka! Bagaimana jahanam Ini bisa memilikinya!"
"Dress!"
Bola batu di kaki kiri Lakasipo terpental.Tubuhnya ikut terpelanting sampai tiga
tobak. Lalu jatuh terbanting di tanah.
"Wuss! Wusssss! Wusssss! wussssss!"
Lima larik sinar hitam pukulan sakti Lima Kutuk Dari Langit yang tadi
dihantamkan Lakasipo hancur bertaburan berubah menjadi asap begitu saling bentur
dengan jaringan api biru. Dengan uka pucat dan sekujur tubuh sakit Lakasipo
cepat bangkit berdiri. Namun Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
23 "wuuutttt!"
Jaringan Api lblis cepat berkelebat menggulung dan membungkus tubuhnya.
"Cessss! Cessss! Cessss!"
Tubuh Lakasipo terpanggang hangus di beberapa bagian.
Lelaki ini menjerit kesakitan. Dia berusaha lepaskan diri dari jaring api biru
tapi sia-sia saja. Semakin dicoba semakin banyak bagian tubuhnya yang terluka
hangus! "Celaka! Aku tak bisa membebaskan diriku! Aku akan terpanggang hancur dalam
jaring api ini!" Di hadapan Lakasipo.
Hantu Bara Kaliatus berkacak pinggang dan tertawa bergelak. Sekali dia meniup
maka api biru yang membersit dari tonjolan tonjolan runcing di tangan kirinya
pun padam. Tapi jaring api biru masih tetap membungkus sosok Lakasipo dan
semakin panas hingga Lakasipo merasa tubuhnya seolah mulai meleleh!
"Bara Kaliatus keparat! Apa hubunganmu dengan Hantu Santet Laknat"!" Berteriak
Laksipo. "Ha .... ha .... ha! Jadi kau rupanya mengenali ilmu kesaktian yang kini
menjaring sekujur tubuhmu! Ha ... ha ... ha! Dengar baik-baik wahai makhluk
malang! Aku adalah murid si nenek sakti berjuluk Hantu Santet laknat yang kau
tanyakan itu! Ha ... ha ... ha ...
ha!" Dalam sakitnya Lakasipo terkejut bukan main. Lebih-lebih ketika mendengar Hantu
Bara Kaliatus meneruskan ucapannya.
"Dendam kesumatku terhadapmu hari ini terbalas sudah!
Sekaligus aku berhasil pula melaksanakan tugas dari guruku!
Selamat tinggal Hantu Kaki Batu! Sebelum matahari tenggelam sekujur tubuhmu akan
berubah menjadi bangkai meleleh!"
Lakasipo mendongak langit. Saat itu sang surya telah jauh menggelincir ke arah
barat. Tak lama lagi matahari akan segera tenggelam. Berarti umurnya memang tak
akan lama. Dia coba gerakkan tangan untuk menghantam tapi
"cesss!"
Sedikit saja dia bergerak, jaring api melukai dan menghanguskan tubuhnya!
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
24 "Hantu .Bara Kaliatus jahanam! Kelak para Dewa akan menjatuhkan hukuman atas
dirimu!" Hantu Bara Kaliatus yang sudah berjalan beberapa langkah menghampiri
walet tunggangannya balikkan diri. Sambil menyeringai dia berkata.
"Kalau kau merasa punya Dewa, panggilah! Berteriak minta tolong! Agar kau bisa
keluar dari Api lblis Penjaring Roh! Ha ... ha ...
ha!" Hantu Bara Kaliatus tertawa bergelak lalu tinggalkan tempat itu.
"Terkutuk kau Latandai! Terkutuk kau Hantu Bara Kaliatus!"
teriak Lakasipo. Latandai alias Hantu Bara Kaliatus tidak perdulikan teriakan
caci maki Lakasipo. Sambil terus tertawa dia menghampiri walet hitam. Dia tahu
walau binatang itu menderita cidera akibat hantaman Lakasipo tadi, sang walet
masih bisa menerbangkannya meninggalkan lembah batu itu. Namun tiga langkah di
hadapan walet raksasa, kaki Hantu Bara Kaliatus seolah terpantek ke tanah.
Matanya membeliak begitu menyaksikan bagaimana kepala walet tunggangannya berada
dalam keadaan hancur. Dua sayap dan kakinya menggelepar dan melejang-lejang
beberapa kali lalu diam tak berkutik lagi. Hantu Bara kaliatus berteriak marah.
"Jahanam berani mati! Siapa membunuh waletku"!" Sebagai jawaban tiba-tiba
menggema suara cekikikan dari balik sebuah batu besar di samping kiri Hantu Bara
Kaliatus. Lelaki ini segera membalik dan menghantam dengan pukulan Selusin
Bianglala Hitam!. Dengan ilmu kesaktian inilah dulu dia hendak membunuh istrinya
atas suruhan Hantu Santet Laknat!.
Dua belas sinar hitam menderu angker. Dua belas lobang kelihatan di batu itu.
Asap mengepul lalu
"braakk ... byaaarrr!"
Batu besar hancur berantakan berkeping-keping. Pecahan dan debunya beterbangan
ke udara mmenertupi pemandangan.
Ketika kepingan batu dan debu surut jatuh ke tanah dan keadaan terang kemlbali,
di depan sana tampak berdiri dua orang. Yang pertama seorang kakek yang berdiri
terbalik secara aneh yakni dua tangan dijadikan kaki sedang sepasang kaki berada
di sebelah atas.
Orang ke dua seorang perempuan cantik berpakaian serba merah. Saat itu Lakasipo
berada di dalam keadaan cidera berat.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
25 Hampir sekujur tubuhnya hangus akibat bersentuhan dengan Api lblis Penjaring
Roh. Sakitnya bukan olah-olah. Lututnya sudah goyah, pemandangannya berkunang-
kunang. Walau samar-samar dia masih bisa mengenali siapa adanya dua orang di
seberang sana. * * * Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
26 Wiro Sableng : HANTU SANTET LAKNAT
EMPAT MULUT Lakasipo bergetar ketika perlahan, antara terdengar dan tiada dia menyebut
nama kedua orang itu.
"Hantu Langit Terjungkir.... Luhsantini...." Kakek yang tegak di atas dua
tangannya itu memang Lasedayu alias Hantu Langit Terjungkir adanya. Sedang
perempuan cantik berpakaian serba merah adalah Luhsantini, bekas istri Hantu
Bara Kaliatus. Melihat kemunculan istrinya, Hantu Bara Kaliatus yang sedang marah karena
menemukan walet terbang tunggangannya dalam keadaan mati pecah kepala jadi
bertambah marah. Sekali lompat saja dia telah berada di hadapan Luhsantini.
"Perempuan laknat! lstri celaka! Pasti kau yang telah membunuh walet
tungganganku! Kepalanya hancur!"
"Makhluk keji tak mengenal tobat! Tangan kirimu sudah kuhancurkan! Apa itu tidak
cukup menjadi pelajaran" Rupanya kau memang minta kuhancurkan kepalamu seperti
aku menghancurkan kepala walet hitam itu!" Balas mendamprat Luhsantini. Hantu
Bara Kaliatus keluarkan suara menggembor. Mulutnya berteriak.
"lstri celaka! Dicari-cari tidak bertemu! Sekarang malah muncul sendiri
mengantar nyawa!" Rahang Hantu Bara Kaliatus menggembung lalu begitu dia meniup
ke depan, dua buah bara menyala melesat menyerang Luhsantini. Tapi Luhsantini
cepat menyingkir selamatkan diri
"Makhluk keji! Haram bagimu menyebut diriku istri!"
"Kalau begitu biar kusebut kau gendak Lakasipo alias Hantu Kaki Batu! Mungkin
kau lebih senang dipanggil begitu!" Penuh luapan amarah kembali Hantu Bara
Kaliatus menyergap Luhsantini.
Dia melompat sambil kembali semburkan dua bara api yang ada dalam perutnya.
Jelas sekali dia benar-benar ingin membunuh Luhsantini.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
27 Perempuan ini cepat berkelebat dan siap balas menyerang.
Namun dari samping kakek yang tegak kepala ke bawah kaki di atas gerakkan dua
kakinya. Dua larik angin dahsyat berwarna ke biruan menebar hawa dingin melabrak
ke depan. Latandai alias Hantu Bara Kaliatus tersentak kaget ketika hantaman angin itu
sanggup membuat dua bara api yang disemburkannya terpental kesamping hingga
Wiro Sableng 113 Hantu Santet Laknat di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Luhsantini selamat dari serangannya. Selain itu sam baran angin tadi sempat
membuat dia terhuyung huyung sampai dua langkah.
"Tua bangka jahanam! Siapa kau!" teriak Hantu Bara Kaliatus walau diam-diam dia
sudah bisa menduga siapa adanya kakek aneh berpakaian compang camping dan
berdiri kaki ke atas kepala ke bawah ini. Kakek yang dibentak keluarkan suara
mengekeh. Dua kakinya digerakkan kembali, siap untuk menghantam, tapi di
sebelahnya Luhsantini berkata.
. "Kakek Hantu Langit Terjungkir, harap kau suka menolong lelaki dalam jaring
api biru itu! Biar aku melayani jahaman sesat yang otaknya sudah dicuci oleh si
dukun santet Hantu Santet Laknat ini!"
Mendengar ucapan Luhsantini Hantu Langit Terjungkir berkata
"Hati-hatilah. Perhatikan gerak tangan kirinya! llmu jaring api birunya sangat
berbahaya!" Sehabis memberi ingat begitu si kakek segera berkelebat ke arah
sosok yang terjebak dalam jaring api. Dari jauh dia tidakbegitu jelas dan tidak
mengenali siapa adanya orang itu. Tapi begitu berdekatan, terkejutlah si orang
tua. "Lakasipo ...." Katanya menyebut nama itu dengan suara bergetar.
"Kau rupanya .... Aku memang tengah mencarimu. Sejak kau datang ke Lembah Seribu
Kabut, aku selalu teringat padamu dan ingin bertemu denganmu ...."
"Kek, aku tak dapat menyalahkanmu," jawab Lakasipo. Saat itu tubuhnya yang penuh
luka dan hangus sudah mulai goyah.
Tegaknya menghuyung. Pemandangannya seperti kabur. Dia Bastian Tito: Hantu
Santet Laknat [angx2006]
28 kumpulkan seluruh tenaga untuk bisa keluarkan ucapan menyambung kata katanya
tadi. "Kau tentu masih merasa sangat penasaran. Karena kebodohan dan kelalaianku
hingga sendok emas sakti yang bisa mengembalikan kesaktianmu amblas dilarikan
orang!" Kepala si kakek yang berada di sebelah bawah kelihatan digelengkan
beberapa kali. "Wahai ... Bukan! Sendok sakti itu memang sangat penting artinya bagi
penyembuhan diriku yang menderita tersiksa penuh sengsara ini. Tapi jauh lebih
penting ada hal lain yang hendak aku bicarakan denganmu. Menyangkut rahasia aku
sebagai seorang ayah dan ...."
"Kek, aku ...." Belum habis Hantu Langit Terjungkir bicara Lakasipo sudah
memotong. Saat itu sosoknya yang berada di dalam jaring api biru tersandar ke
belakang. "Cesss!"
Daging punggungnya yang bersentuhan dengan jaring api langsung luka. Lakasipo
keluarkan jerit kesakitan. Tulang-tulang di sekujur tubuhnya seolah leleh. Dia
jatuh terkulai. Pingsan tak sadarkan diri.
"Jaring jahanam! Kalau tidak kutolong sesaat lagi dia pasti akan hangus menemui
ajal! Para Dewa beri aku kemampuan menolong dirinya!" Enteng sekali, laksana
kabut mengambang di udara, sosok Hantu Langit Terjungkir naik ke atas. Lalu
laksanakan kilat gerakannya berubah cepat luar biasa, melompat ke bagian atas
jaring Api lblis Penjaring Roh lalu mencengkram!
"Cesss! Cesssss!"
Telapak tangan kiri kanan Hantu Langit Terjungkir hangus terkelupas. Sakitnya
bukan kepalang tapi si kakek cuma kelihatan menyeringai. Dia kerahkan tenaga
dalamnya yang secara aneh berpusat di kening. Dari tubuhnya kelihatan memancar
asap kebiru-biruan. Ketika mulutnya meniup ke bawah maka menyemburlah cahaya
biru menebar hawa dingin luar biasa.
"Ceeessssssss!"
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
29 Jaring Api lblis Penjaring Roh yang merupakan pancaran api biru panas luar biasa
keluarkan suara mendesis panjang laksana diguyur air es. Asap biru membubung ke
udara. Warna birunya bukan saja menjadi redup tapi hawa panasnya serta merta
lenyap. Jaring biru itu kini tidak bedanya seperti terbuat dari tali biasa.
Lakasipo selamat dari kematian walau hampir sekujur tubuhnya hangus terkelupas
dan saat itu dia masih tergeletak tak sadarkan diri. Dengan dua tangannya Hantu
Langit Terjungkir berusaha merobek putus jaring api biru. Tapi luar biasanya
jaring yang sudah berubah dingin itu atos sekali. Bagaimanapun si kakek
mengerahkan kesaktiannya tetap saja dia tidak mampu menjebol jaring guna
mengeluarkan Lakasipo yang masih terjerat.
"Jaring jahanam! Setahuku Hantu Santet Laknat tidak memiliki kepandaian
menciptakan jaring seperti ini. Kalau tadi makhluk bertangan logam itu mengaku
murid si nenek, niscaya dukun jahat itu dapatkan ilmu keparat ini dari
seseorang. Aku harus mencari tahu siapa adanya .... Tapi perduli setan! Yang
penting saat ini anakitu sudah berhasil aku selamatkan. Kalau perlu aku akan
membawanya dalam keadaan masih berada dalam jaring itu.
Mungkin benar kabar yang pernah ku dengar. Hanya ada beberapa orang saja di
Negeri Latanahsilam ini yang sanggup menjebol jaring celaka itu. Satu
diantaranya si nenek berjuluk Hantu Lembah Laekatakhijau. Tapi tak bisa kuduga
apa nenek itu masih hidup. Yang kedua seorang setengah waras berjuluk Hantu Raja
Obat atau Hantu Seribu Obat. Tapi salah-salah meminta bisa isi perutku
dibedolnya dijadikan ramuan obat!"
Hantu Langit Terjungkir alias Lasedayu pandangi sosok Lakasipo yang melingkar di
dalam jaring api biru. Mata orang tua ini tampak berkaca-kaca. Perlahan-lahan
tubuhnya melayang ke bawah. Dari sisi kanan kembali dia memperhatikan. Kini
pandangan matanya dipusatkan pada bagian belakang atas tangan kanan Lakasipo.
Di antara daging yang terluka dan hangus dia masih bisa melihat tanda aneh dekat
ketiak lelaki itu. Yakni tanda menyerupai Bastian Tito: Hantu Santet Laknat
[angx2006] 30 sekuntum bunga dalam lingkaran. Tetesan air mata jatuh membasahi kening Hantu
Langit Terjungkir.
"Aku yakin .... Yakin sekali. Dia salah seorang dari mereka.
Wahai Dewa .... Beri aku petunjuk. Yang pen ting saat ini selamatkan nyawanya.
Sembuhkan luka lukanya ...."
Baru saja Hantu Langit Terjungkir berucap seperti itu tiba-tiba disampingnya ada
suara orang berkata.
"Tua bangka tolol! Memakai tangan sebagai kaki! Kau menangis meneteskan air
mata! Apa orang di dalam jaring itu sudah menemui ajal" Menyingkirlah! Aku mau
tahu siapa yang mampus!
Orang atau binatang! Jangan-jangan dia! Kalau benar dial sungguh sial nasib
diriku!" Setelah itu
"buuuut ... !"
Ada suara orang kentut! Lalu ada satu tangan mendorong.
Seperti diketahui walau Hantu Langit Terjungkir telah kehilangan banyak ilmu
kesaktian akibat dirampas oleh Hantu Muka Dua, namun sewaktu berada di Lembah
Seribu Kabut dia berhasil menghimpun tenaga dalam baru dan menciptakan ilmu
kesaktian. Tidak mudah untuk mendorong sosok tubuhnya.
Tapi gerakan orang barusan ternyata mampu membuat si kakek terhuyung-huyung dan
sepasang tangannya tergeser satu jengkal ke kiri! Satu sosok berpakaian kuning
kemudian lewat disamping Hantu Langit Terjungkir, ulurkan kepala memperhatikan
ke dalam jaring api biru.
"Huh! Hanya seekor kadal raksasa mati hangus! Apa
perlunya ditangiskan"!" Si baju kuning berkata lalu tertawa cekikikan. Kemudian
"buuuuttt!"
* * * Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
31 Wiro Sableng : HANTU SANTET LAKNAT
LIMA HANTU Langit Terjungkir delikan matanya. Yang tegak di depan jaring ternyata
seorang nenek yang sekujur tubuhnya serba kuning mulai dari rambut sampai ke
kaki. Di punggungnya dia memanggul sebuah keranjang besar terbuat dari rotan
penuh dengan bulu dan kotoran ayam. Saking marahnya mendengar Lakasipo dianggap
seekor kadal raksasa si kakek membentak.
"Matamu kuning belekan! Pantas! Manusia hidup kau katakan kadal! Kalau bisamu
cuma mengigau dan kentut lekas angkat kaki dari tempat ini!" Tanpa berpaling
pada Hantu Langit Terjungkir si nenek muka kuning yang bukan lain adalah
Luhkentut alias Nenek Selaksa Angin alias Selaksa Kentut songgengkan pantatnya
lalu "buuutttt ... !"
Dia kentut seenaknya! Setelah itu dia tertawa cekikikan.
Sepasang matanya yang kuning sesaat melirik ke arah Hantu Langit Terjungkir.
Tiba-tiba dia hentikan tawanya dan mukanya yang kuning kelihatan berkerenyit.
"Heh .... Rasa-rasanya aku pernah melihat tampangmu sebelumnya. Apakah aku
pernah mengenal dirimu"!"
"Lebih baik kau tidak kenal diriku! Siapa sudi kenal dengan nenek-nenek busuk
sepertimu!" Luhkentut alias Nenek Selaksa Angin alias Hantu Sclaksa Angin
tertawa lalu "buutt!"
Dia kembali terkentut-kentut.
"Tua bangka tidak tahu diri! Jangan kira Cuma kau saja yang bisa kentut! Aku
juga bisa!" Teriak Hantu Langit Terjungkir. Lalu dari mulutnya dia keluarkan
suara "buuuttlt ... !"
Hantu Selaksa Angin mendongak ke langit lalu tertawa gelak-gelak.
Bastian Tito: Hantu Santet Laknat [angx2006]
32 "Kau memang hebat dalam keanehanmu! Pertama kulihat kau pergunakan tangan
sebagai kaki, sementara kaki cuma diuncang-uncang di udara! Lalu kalau aku
kentut dari pantat kau pandai kentut dari mulut! Apa tidak aneh dan hebat"!
Hik.. hik ... hik!" Hantu Langit Terjunkir memaki panjang pendek.
Sebelumnya dia memang sudah mendengar sifat dan
kelakuan nenek satu ini. Maka dia berucap.
"Tidak heran kalau penyakit kentutmu tidak pernah sembuh!
Sifat, ucapan dan perbuatanmu selalu seperti orang tidak waras!"
"Siapa bilang aku tidak bisa sembuh! Ada seorang pemuda dari negeri seribu dua
ratus tahun mendatang tengah menolongku!
Aku pasti sembuh! Buktinya sekarang kentutku sudah tidak panjang lagi seperti
dulu!" "Tua bangka tolol! Masih banyak urusanku di tempat ini.
Lekas menyingkir dari sini! Jangan mengganggu orang dengan mulut dan pantatmu!"
"Huh! Bicara sombongnya! Wahai! Kalau tidak kebetulan lewat di sini, dan mengira
kadal hangus itu pemuda penolongku, perlu apa aku berada di tempat hi!" Si nenek
cibirkan bibirnya. Dia melirik pada si kakek, lalu perhatikan acuh tak acuh
perkelahian yang terjadi antara Luhsantini dengan Hantu Bara Kaliatus. Si nenek
kembali songgengkan pantatnya dan
"buu ttt... !" Lalu dia putar tubuh hendak pergi.
"Tunggu!" Hantu Langit Terjungkir berseru.
"Pemuda asing yang kau katakan itu. Apakah namanya Wiro Sableng?"
"Apa perdulimu! Siapapun namanya apa urusanmu"!" tukas Luhkentut.
"Buuumt!" saking geramnya Hantu Langit Terjungkir keluarkan suara seperti orang
kentut dari mulutnya.
"Aku memang harus perduli. Pemuda itu pernah menyelamat kan diriku! Dengar kau
nenek buruk muka kuning! Jika kau berani Bastian Tito: Hantu Santet Laknat
[angx2006] 33 mencelakai pemuda itu, akan kurajam tubuhmu! Akan kubuat kau jadi matang seperti
ikan asap!" Si nenek songgengkan pantatnya.
Kembali hendak keluarkan kentut. Tapi tak jadi. Seperti tadi mukanya yang kuning
kembali tampak mengerinyit.
"lkan asap ...." ujar si nenek mengulang.
"Aku pernah mendengar nama hidangan itu. lkan pindang ... !
Itu nama lainnya! Wahai .... Apakah aku pernah mengenal dirimu sebelumnya kakek
aneh yang pergunakan dua tangan sebagai kaki"!"
"Sudah kubilang aku tidak sudi kena! denganmu! Lekas angkat kaki dari tempat
ini!" teriak Lasedayu alias Hantu Langit Terjungkir. Si nenek menyeringai.
"Aku akan pergi. Kau tak usah khawatir. Siapa sudi berlama-lama di tempat celaka
ini! Tapi sebelum pergi aku mau lihat dulu tampangnya yang tertutup janggut dan
kumis menjulai itu! Siapa tahu aku memang pernah kenal dirimu!" Lalu dengan satu
gerakan cepat Nenek Selaksa Kentut alias Selaksa Angin menyambar dua kaki Hantu
Langit Terjungkir. Maksudnya dia hendak membalikkan tubuh si kakek sebagaimana
mestinya yaitu kepala ke atas kaki ke bawah. Dengan demikian dia bisa melihat
lebih jelas sosok serta wajah si kakek.
Namun sebelum sempat hal itu dilakukannya tiba-tiba di arah kiri terdengar suara
Seruling Sakti 14 Pendekar Naga Geni 8 Keruntuhan Netra Dahana Betina Dari Neraka 2