Tua Gila Dari Andalas 2
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas Bagian 2
dikatakan Bunga barusan" Aku yakin aku belum sempat memenuhi permintaan Ratu
Duyung. Aku belum melakukan esuatu untuk menolongnya. Tetapi mengapa Bunga
begitu yakin...."
"Kau masih memikirkan hal itu Wiro?" Teguran Bunga menyadarkan Wiro.
Ketika Pendekar 212 diam saja Bunga lalu mengngsurkan sebuah bungkusan.
"Apa ini...?" tanya Wiro.
"Buah-buahan hutan untuk makanmu. Juga ada beberapa potong tebu untuk kau minum
airnya. Kau telah pingsan selama enam hari. Kau tentu lapar dan haus sekali...."
"Pingsan enam hari" Aku pingsan selama enam hari?" ujar Wiro dengan mata
mendelik. "Pantas perutku perih keroncongan, tenggorokan dan mulutku kering. Sekujur
tubuhku lemah."
Wiro segera melahap beberapa jenis buah-buahan yang dibawakan Bunga. Sebentar
saja semua SERIAL WIRO SABLENG
30 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
buah itu termasuk potongan tebu amblas masuk ke dalam perut Wiro.
"Masih lapar?" tanya Bunga.
"Kalau belum ketemu nasi rasanya belum kenyang!" jawab Wiro lalu tertawa
tergelak-gelak.
Tiba-tiba ia hentikan tawanya.
"Ada apa?" tanya gadis dari alam gaib itu.
"Kau bilang enam hari aku pingsan. Berarti enam hari aku tidak pernah mandi!
Celaka! Pantas bau badanku sedap amat! Aku terpaksa meninggalkanmu Bunga. Di lembah sana
aku lihat ada sungai. Aku mau mandi dulu, kau tunggu di sini. Jangan kemana
mana. Jangan mencoba mengintip!"
Bunga tertawa. "Mana ada ceritanya perempuan mengintip lelaki. Justru lelaki
yang suka mengintai perempuan!"
"Aku pergi!" ujar Wiro.
"Pergilah. Selesai mandi segera kembali ke sini. Ada hal penting yang akan
kubicarakan denganmu." kata Bunga.
"Eh, hal apa?" tanya Wiro.
"Nanti saja. Sekarang mandilah sepuasmu. Kalau kau sudah bersih dan segar cepat
kembali sini...."
Wiro hendak melangkah pergi tapi mendadak dia hentikan langkah dan memandang
pada si gadis."
"'Ada apa?"
"Sepertinya percuma saja aku mandi. Sudah bersih dan segar seperti katamu, aku
tetap saja - memakai baju bagus tapi sudah bau ini!"
"Ah! Aku lupa!" ujar bunga. Dia masuk ke data goa lalu keluar lagi membawa
seperangkat pakaian putih. "Selesai mandi kau boleh mengenakan baju dan celana
ini." Wiro menyambuti pakaian yang diserahkan Bunga dengan perasaan haru. "Lama sekali
aku tidak pernah mengenakan pakaian serba putih. Terima kasih Bunga."
Cukup lama menunggu akhirnya. Wiro muncul di depan goa. Pakaian putih yang
dikenakan, tampak basah oleh keringat. Dadanya turun naik tanda napasnya sesak
sehabis menaiki lembah.
SERIAL WIRO SABLENG
31 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Kau sudah bersih dan segar sekarang!" sambut Bunga.
Wiro menarik napas panjang.
"Ada sesuatu yang tidak beres dengan diriku!" kata Wiro sambil duduk bersila di
tanah mengambil sikap siap untuk mengatur jalan napas dan peredaran darah.
Bunga pandangi pemuda itu dengan perasaan tedih. "Dia mulai mengetahui perubahan
yang terjadi atas dirinya. Kasihan dia. Rasanya tidak tega untuk memberitahu,"
kata gadis ini dalam hati.
"Apa maksudmu Wiro. Apa yang tidak beres?" bertanya Bunga kemudian.
"Waktu mendaki bukit ini aku tak mampu berlari. Berjalan cepat saja membuat
napasku sesak. Aku cepat berkeringat. Sekujur tubuhku letih begitu sampai di
atas sini. Tubuhku seolah tidak bertulang lagi...."
"Wiro, itu sebabnya aku tadi memintamu agar lekas datang ke sini begitu selesai
mandi." "Aku sudah duduk di sini. Kau mengatakan ada sesuatu hal penting yang ingin kau
bicarakan dengan diriku."
"Atur dulu jalan napasmu. Kalau kau sudah agak tenang baru nanti kita bicara."
Wiro melakukan apa yang dikatakan Bunga. Besaat kemudian dia berkata, "Aku sudah
siap Bunga. Ayo bicaralah...."
"Kau menyadari ada suatu kelainan dalam dirimu pat ini Wiro?"
"Hemmm.... Kalau perasaan lemah aku rasa wajar-wajar saja karena enam hari aku
pingsan. Begitu sadar cuma makan buah dan tebu," jawab Wiro sambil tersenyum.
"Tubuhmu terasa lemah, napasmu sesak. Kau telah mengatur peredaran darah serta
jalan per-napasanmu. Apakah kau merasa kekuatanmu sudah kembali?"
"Aku tidak mengerti apa maksud semua ucapanmu itu Bunga. Kalau malam nanti aku
bisa tidur nyenyak besok pagi pasti aku sudah pulih seperti semula."
"Wiro, aku segan mengatakan hal ini padamu. Tapi kalau tidak aku jelaskan aku
khawatir kau bisa mengalami malapetaka yang bisa merenggut jiwamu."
"Bunga, apa sebenarnya yang kau bicarakan ini"!" tanya Wiro. Tambah tidak
mengerti tambah terbayang rasa jengkelnya.
"Wiro, ketahuilah. Akibat apa yang kau lakukan dengan Ratu Duyung kau telah
kehilangan SERIAL WIRO SABLENG
32 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
kekuatan luar dan dalam, juga semua kesaktian yang kau miliki. Itu akan
berlangsung selama seratus hari."
Wiro tidak tampak terkejut malah tertawa lebar. "Kau ini ada-ada saja! Memangnya
aku telah berbuat apa dengan Ratu Duyung" Tadi sudah kujelaskan bahkan sampai
bersumpah! Aku belum memenuhi apa yang dimintanya! Aku memang senang kau
bergurau. Tapi jangan yang aneh-aneh...."
"Aku tidak bergurau Wiro. Jika kau tidak percaya coba kau pukul dan patahkan
cabang pohon ini."
Sosok gadis dari alam gaib itu berkelebat ke atas. Terdengar suara "Kraakk!"
Begitu turun ada sebatang cabang pohon sebesar betis sepanjang lima jengkal.
Bunga pegang patahan cabang pohon itu pada ujung-ujungnya.
"Kerahkan tenaga luarmu. Hantam cabang ini dengan tangan kosong."
"Ini namanya permainan anak-anak," kata Wiro pula. Dengan sikap acuh tak acuh
dia pukulkan pinggiran telapak tangan kanannya.
"Kraaakk!"
Cabang pohon itu patah.
"Kau lihat sendiri!" ujar Wiro sambil mengusap dengan kanannya. "Cabang pohon
itu dengan mudah dapat kupatahkan!"
"Kenyataannya begitu. Tapi aku melihat kerenyit kesakitan pada wajahmu. Lihat
tangan kananmu. Merah! Sebentar lagi pasti membengkak! Hal itu tidak akan
terjadi jika kau masih memiliki ilmu kesakItlan...."
Pendekar 212 jadi terdiam. "Jangan-jangan apa yang dikatakan gadis ini benar..."
pikir Wiro sambil perhatikan tangan kanannya yang kemerahan dan berdenyut sakit.
"Sekarang kerahkan tenaga dalammu, pukul batlang pohon itu! Kau boleh
mengeluarkan ilmu pukulan apa saja! Jika kau memang masih memiliki kesaktian dan
tenaga dalam tinggi, batang pohon yang tak seberapa besar itu pasti dapat kau
hancurkan hingga tumbang!"
Merasa diperlakukan seperti orang bodoh atau seolah seorang yang baru belajar
ilmu silat Wiro segera kerahkan tenaga dalamnya ke tangan kanan. Dia siap untuk
menghantam batang kayu SERIAL WIRO SABLENG
33 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
itu dengan pukulan segulung ombak menerpa karang! Saat itulah dia menyadari
bahwa dia tidak bisa menghimpun tenaga dalamnya di bagian pusar, apalagi
mengalirkannya ke tangan yang hendak melepas pukulan sakti itu.
"Gila! Aku tidak percaya!" kertak Wiro dalam hati. Dia melompat sambil hantamkan
tangan kanannyal ke batang pohon.
Pukulannya menghantam telak. Batang kayu itu, tidak bergeming sedikit pun. Hanya
kulit kayunya yang sudah lapuk pecah berjatuhan. Wiro berteriak kaget dan
kesakitan. Tubuhnya terlempar beberapa langkah. Untung tidak sampai terbanting
jatuh punggung. Terbungkuk-bungkuk menahan sakit dia pegangi tangan kanannya.
Dalam keadaan seperti itu dia memandang tak percaya pada tangan kanannya.
Tangannya pecah dan mengucurkan darah. Wiro berpaling pada Bunga, hendak
bertanya tapi tak kuasa membuka mulut. Dengan kain pengikat kepalanya Wiro
membalut luka di tangan kanannya.
"Sulit kupercaya..." kata Pendekar 212 perlahan. Diam-diam dia coba mengerahkan
tenaga dalamnya ke perut. Seperti tadi tidak terjadi apa-apa. Dia ticlak mampu
melakukan. "Coba kau kerahkan aji kesaktian menyiapkan pukulan sinar matahari," kata Bunga.
Wiro segera melakukan apa yang dikatakan si gadis. Beberapa saat berlalu. Tangan
kanannya bergetar. Namun tidak terjadi apa-apa. Biasanya jika dia siap
mengeluarkan pukulan sinar matahari maka tangannya sebatas siku sampai ke ujung
jari akan berubah menjadi seputih perak.
"Aku tidak mampu melakukannya!" kata Wwo setengah berteriak. Mukanya tampak
sangat pucat Bunga masih belum puas menguji dan membuktikan apa yang terjadi dengan Pendekar
212. Maka dia pun berkata. "Cabut kapak saktimu. Tebas batang pohon di depan sana!"
Kembali Wiro melakukan apa yang dikatakan Bunga.
Ketika Kapak Maut Naga Geni 212 dicabutnya dari balik pinggang dia merasa heran
dan berkata, Aneh, kenapa senjata ini yang biasanya ringan kini terasa begitu
berat... Wiro mulai kerahkan tenaga dalamnya. Biasanya begitu tenaga dalam mengalir ke
tangan sepasang mata kapak akan mengeluarkan sinar terang menyilaukan disertai
membersitnya hawa panas. Tapi kini hal itu sama sekali tidak terjadi. Wiro
memaksakan dengan segala daya. Tetap sia-SERIAL WIRO SABLENG
34 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
sia malah tubuh dan mukanya jadi mandi keringat sedang senjata yang dipegang
terasa bertambah berat.
Dalam keadaan seperti itu Wiro masih belum dapat menerima kenyataan yang terjadi
atas dirinya. Didahului teriakan keras yang kini tidak memiliki gema hebat
karena tidak disertai aliran tenaga dalam dia melompat dan hantamkan Kapak Maut
Naga Geni 212 ke batang pohon di hadapannya.
"Kraaakk!"
Kepingan kayu berpelantingan. Kapak amblas ke batang pohon sedalam seperempat
jengkal tapi tidak terduga senjata itu terlepas dari pegangan Wiro dan mental
lalu membalik dan menghantam ke arah kepalanya.
"Gila!" maki Pendekar 212. Dia cepat jatuhkan diri untuk menghindari senjata
makan tuan yang bisa membunuhnya. Tapi astaga! Gerakannya begitu lamban. Kapak
Maut Naga Geni 212
menyambar lebih cepat daripada gerakannya mengelak. "Aku tak mampu mengelak!
Kepalaku...!"
Sesaat lagi salah satu mata kapak akan menancap di keningnya tiba-tiba dari
samping bea kelebat satu bayangan putih. Wiro merasakan sambaran angin yang
sangat keras. Sebenarnya sambaran angin itu biasa-biasa saja dan tidak ditujukan
ke arahnya. Namun karena dia kini tidak memiliki kekuatan dan kesaktian apa-apa
maka sambaran angin tadi sempat membuatnya terpelanting da jatuh duduk di tanah.
Ketika dia memandang ke depan dilihatnya Bunga tegak sambil memegang senjata
mustikanya. Gadis ini lalu melangkah mendekati Wiro dan mengembalikan kapak itu.
Wiro meletakkan Kapak Maut Naga Geni 212 di pangkuannya. Untuk beberapa lamanya
kedua matanya memandangi senjata mustika itu tanpa berkedip.
"Apa yang terjadi dengan diriku..." desisnya perlahan. Matanya dipejamkan. Tubuhnya bergetar
mnahan goncangan perasaan. "Eyang guru! Tuhan! Apa yang terjadi dengan diriku!"
teriak Wiro sambil mengangkat kedua tangannya. Lalu kedua tangan itu terkulai
lemah ke bawah.
"Apa semua ini karena dosaku menggauli Ratu Duyung"! Tuhan, Kau tahu apa yang
aku lakukan hanya dengan niat menolong semata. Tidak ada nafsu keji dan kotor!
Lagipula bukankah aku belum melakukan apa-apa...."
"Wiro." Satu suara menegurnya dan satu tanga yang lembut membelai rambut di
belakang SERIAL WIRO SABLENG
35 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
kepalnya. "Bunga.... Aku tidak mengerti semua ini! Mengapa aku jadi begini" Tenaga luarku
lenyap. Tenaga dalam musnah! Kesaktian hilang! Aku merasa seolah seperti mati saja!"
"Wiro, dengar ucapanku. Aku akan memberitahu apa yang aku ketahui," kata Bunga
pula. "Kau tahu, aku tahu dan Tuhan pun tahu maksud baikmu menolong Ratu Duyung yang
telah menanam budi dan jasa serta menyelamatkanmu dari maut. Namun dalam dunia
Ratu Duyung berada, bersentuhan badan tanpa terhalang oleh pakaian akan membuat
orang luar mengalami malapetaka. Jika dia seorang biasa saja yaitu tidak
memiliki tenaga luar yang kuat, tidak mempunyai tenaga dalam serta kesaktian
maka malapetaka itu bisa membuat dirinya menemui ajal.
Jika dia tidak tewas maka dia akan menjadi lumpuh seumur hidupnya. Sebaliknya
jika orang luar itu keadaan seperti dirimu yakni memiliki tenaga dalam dan
tenaga luar yang tinggi serta berbagai kesaktian maka semua apa yang dimilikinya
itu akan lenyap...."
"Ya Tuhan!" seru Wiro. Pemandangannya menjadi kelam. Tubuhnya menghuyung. Bunga
cepat enahan bahu Pendekar 212. "Tenang Wiro, keteranganku belum selesai."
"Aku saat ini tak lebih dari seorang manusia tidak berguna. Apa gunanya
hidup...?"
"Dengar Wiro, semua yang kau miliki itu akan lenyap. Tapi tidak untuk selama-
lamanya...."
Wiro seperti tidak mau mendengarkan lagi. Kealanya digeleng-gelengkan.
"Tenaga luar dan dafam serta kesaktianmu haya lenyap selama seratus hari Wiro.
Setelah itu pn1ua itu akan kemba!i dengan sendirinya. Hanya saja mungkin kau
perlu untuk melatihnya kembali barang sebulan dua bulan...."
"Apakah Ratu Duyung mengetahui akibat yang bakal terjadi atas diriku?"
"Tentu saja dia mengetahui," jawab Bunga.
"Gadis setan! Dia tidak memberitahu padaku!"
Bunga terdiam sesaat lalu berkata dengan suara perlahan. "Terus terang aku
cemburu terhadapnya.Cemburu terhadap hubunganmu dengan dia. Tapi dalam hal ini
jangan kau salahkan dirinya. Dia tidak mungkin mengatakan hal itu padamu. Karena
kalau dikatakannya kau pasti tidak akan mau menolongnya...."
"Tapi...." Wiro menarik napas dalam-dalam. Kedua tangannya dikepalkan. "Aku
merasa SERIAL WIRO SABLENG
36 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
ditipu!" "Tidak ada yang menipumu Wiro. Apa yang terjadi memang pahit. Mungkin sudah
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu jalan nasibmu...."
"Ini bukan jalan nasib! Ini gila!" kata Pendekar 212 pula.
"Wiro, dalam keadaanmu seperti ini kau harus segera menghilang dari dunia
persilatan. Paling tidak selama seratus hari sebelum kekuatan luar dalam serta
kesaktianmu kembali pulih...."
"Aku harus menghilang dari dunia persilatan" Apa maksudmu Bunga?"
"Apa kau tidak menyadari" Tanpa kemampuan apa-apa kau berada dalam bahaya besar.
Jika satu saja dari sekian banyak musuhmu mengetahui apa yang terjadi dengan
dirimu maka kau pasti akan dicarinya dan dibunuh dengan mudah! Kau tak mungkin
menyelamatkan diri!"
Berubahlah paras murid Sinto Gendeng. Lama dia terdiam, sebelum bertanya dengan
nada putus asa. "Bunga, apakah tidak ada satu cara untuk dapat mengembalikan
kekuatan dan kesaktianku tanpa harus menunggu sampai seratus hari?"
Bunga menggeleng. "Aku ikut sedih atas apa yang kau alami. Tidak seorang pun
bisa menolongmu Wiro. Juga aku...."
Apa yang harus aku lakukan sekarang" Otakku sepertinya tak bisa berpikir lagi.'
"Aku sarankan kau pergi ke tempat kediaman gurumu di Gunung Gede. Itu tempat
paling aman bagimu...."
"Kau benar. Tapi dalam keadaanku seperti ini tidak mudah bagiku mengadakan
perjalanan sejauh itu...." Wiro memandang berkeliling. "Kita berada dimana saat
ini" Apa nama tempat ini."
"Kita berada di Bukit Jatianom. Jauh di sebelah tenggara Gunung Merapi. Jika kau
mengira tempat ini aman bagimu, aku tidak bisa menjamin...."
"Apapun yang akan terjadi dengan diriku di tempat ini, rasanya aku tidak akan
mau pergi ke mana-mana. Kalaupun aku harus mati biar saja aku menemui ajal di
sini...." Jika itu keputusanmu dan tak bisa dirubah aku tak bisa berbuat apa-apa. Saat ini
aku harus kembali ke duniaku...."
Wiro terdiam. Dia merasa lebih aman jika Bunga berada bersamanya di tempat itu.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Sayang aku tidak bisa melakukan. Aku sudah
terlalu lama SERIAL WIRO SABLENG
37 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
berada dalam duniamu. Aku harus pergi Wiro.... Jaga dirimu baik-baik."
Wiro mengangguk.
"Apakah kau masih menyimpan kembang kenanga yang pernah aku berikan dulu?" tanya
Bunga. Wiro seperti tersentak. Dia meraba pakaian putihnya.
"Kau tak bakal menemui bunga itu di sana. Aku juga telah memeriksa pakaian yang
kau kenakan sebelumnya. Bunga itu pasti tertinggal di tempat Ratu Duyung...."
"Berarti jika aku memerlukanmu aku tidak bisa memanggilmu. Apakah kau bisa
memberikan satu lagi padaku?"
"Bunga sakti yang mampu memanggilku itu hanya muncul sekuntum dalam tujuh
tahun...."
Wiro seperti dihenyakkan. Jelas kalau terjadi apa-apa dengan dirinya dia tidak
mungkin memanggil gadis dari alam gaib itu untuk menolongnya.
"Aku akan berusaha memperhatikan dirimu dari alamku. Mudah-mudahan saja tidak
terjadi apa-apa selama seratus had mendatang. Aku harus pergi sekarang Wiro...."
Pendekar 212 Wiro Sableng berdiri. Dia melangkah mendekati si gadis dan ulurkan
tangannya untuk merangkul. Namun dia seperti lenyap dari pemandangan.
Untuk beberapa lamanya Wiro tegak tertegun. Lalu dia ingat sesuatu dan sekaligus
mengorrael menyesali diri.
"Mengapa tadi aku tidak meminta tolong pada Bunga agar menemui Eyang Sinto
Gendeng. Memberitahu keadaanku saat ini. Ah, otakku seolah tidak bisa bekerja lagi!
Untung Pangeran Matahari sudah tewas di Pangandaran. Kalau dia masih hidup dan
mengetahui apa yang terjadi dengan diriku, niscaya aku akan menemui ajal secara
mudah di tangannya!"
Wiro menghela napas dalam berkali-kali. Dia balikkan tubuhnya dan memandang ke
arah goa. Apa aku harus mendekam bersembunyi selama seratus hari di goa itu" Belum apa-apa
rasanya sudah seperti mau mati! Daripada mati di dalam goa ini lebih mati di
tempat lain!"
Wiro alihkan pandangannya ke lembah. "Astaga!" Tiba-tiba murid Sinto Gendeng ini
ingat akan ilmu "Pukulan Harimau Dewa".
"Bukankah ilmu kesaktian itu bisa dikeluarkan tanpa mengandalkan tenaga dalam?"
pikir SERIAL WIRO SABLENG
38 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Wiro. Tanpa tunggu lebih lama dia segera tiup tangan karannya.
Lalu telapak tangan dikembangkan lebar-lebar. Matanya membeliak dan tengkuknya
menjadi dingin ketika pada telapak tangan kanannya sama sekali tidak muncul
gambar kepala harimau putih bermata hijau. "Datuk Rao Bamato Hijau,... Datuk Rao
Basaluang Ameh. Apakah kalian juga telah meninggalkan diriku?" ujar Wiro dengan
suara bergetar. Dia tidak ingat kapan terakhir sekali mengeluarkan air mata.
Yang jelas saat itu dirasakannya kedua matanya berkaca-kaca. "Sebesar apakatt
dosa yang telah aku perbuat hingga jatuh kutuk begini hebat terhadapku?"
Perlahan-lahan Wiro duduk di tanah. Sekujur tubuhnya terasa lemah. Terbayang
olehnya wajah Eyang Sinto Gendeng dan Kakek Segala Tahu. Setengah mengumpat dia
berkata. 'Kalian berdua memberi dorongan agar aku menolong Ratu Duyung. Kalian
seharusnya tahu apa akibatnya! Kalian menipuku! Menipuku!" Kata terakhir
diucapkan Niro dengan berteriak dan tubuh bergetar!
*** ENAM LANGIT biru disaput awan kelabu di sana-sini. Walau purnama memancarkan sinarnya
yang putih terang namun tiupan angin membuat sebentar-sebentar awan kelabu
menutupinya. Walau sesekali angin bertiup kencang namun air laut tampak setenang
air danau. Sebuah perahu kayu yang layarnya baru saja digulung kelihatan
meluncur perlahan memasuki Teluk Siburu.
Penumpangnya seorang kakek berambut putih duduk melunjur, enak-enakan
menyandarkan SERIAL WIRO SABLENG
39 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
punggung dan kepalanya ke bagian haluan. Sulit untuk diketahui apakah orang tua
ini tengah terlelap tidur atau bagaimana. Sepasang matanya membentuk lobang
dalam di atas pipinya yang cekung. Wajahnya yang tidak berdaging seolah sebuah
tengkorak hidup.
Sayup-sayup di kejauhan terdengar suara ombak memecah. Suaranya agak aneh karena
bukan memecah di pasir pantai tetapi memecah setelahmenghantam gugusan batu-batu
karang tinggi runcing laksana barisan raksasa penjaga pulau.
"Terima kasih Tuhan! Akhirnya kau selamatkan aku sampai ke pulauku kembali!"
Orang tua muka tengkorak usap wajahnya yang ditumbuhi kumis dan janggut putih.
Perlahan-lahan dia bangkit dan duduk di lantai perahu. Dia menyeringai ketika
melihat deretan batu-batu karang tinggi itu. Apa yang dilihatnya itu membuat dia
teringat pada Pendekar 212 Wiro Sableng yang kini jauh berada di tanah.
Beberapa tahun yang lalu dia telah menggembleng Wiro di salah satu puncak batu
karang itu hingga si pemuda memiliki daya tahan yang hebat pada kedua kakinya,
bertambah tinggi ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalamnya.
"Anak setan itu rejekinya besar sekali. Setelah memiliki Kitab Putih Wasiat Dewa
sulit dicari manusia yang bisa menandinginya. Siapa menyangka semudah itu dia
bakal menjadi dedengkot nomor satu menguasai dunia persilatan... Tapi lain sang
murid lain sang guru. Sinto Gendeng tua bangka konyol. Tak kuikuti kemauannya
pergi ke Gunung Gede dia merajuk marah! Tua bangka masih seperti anak-anak!
Jangan harap aku akan menjejakkan kaki lagi di tanah Jawa. Jangan harap aku mau
ketemu dia lagi!"
Sepasang mata si orang tua yang cekung lebar tampak tambah lebar dan
menggidikkan ketika dia memandang jauh-jauh ke arah deretan batu-batu karang di
pantai. Sementara angin kembali meniup awan kelabu menutupi bulan. Keadaan di
sekitar pantai menjadi redup gelap.
"Air laut pasang besar. Tak sedap rasanya mendarat di tempat itu. Kalau dulu
mungkin aku masih suka berbuat gila. Bermain-main dengan ombak dan batu karang!
Sekarang aku harus tahu diri. Tenaga sudah banyak terkuras oleh usia. Hik...
hik! Biar aku mencari tempat mendarat yang empuk. Di bagian pantai sebelah
timur. Di antara pohon-pohon bakau...."
Seperti tak acuh kakek ini dorongkan tangan kanannya ke samping perahu. Air laut
tampak SERIAL WIRO SABLENG
40 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
bergelombang. Perahu kayu itu bergerak ke kiri lalu meluncur menuju bagian
pantai di sebelah kiri barisan batu-batu karang.
Semakin dekat ke pantai yang ditumbuhi pohon-pohon bakau semakin gembira orang
tua itu. Dari mulutnya melengking tinggi suara nyanyian.
Jauh berjalan ke tanah Jawa
Kembalinya ke Andalas juga
Bertemu kekasih di masa muda
Sudah tua tapi masih mau bermanja
Ha... ha... ha! Hik... hik... hik!
Di tepi pantai, di antara kerimbunan pohon bakau dan kegelapan malam seorang
perempuan tua bermuka putih keluarkan ucapan merutuk dalam hati.
"Tidak meleset dugaanku! Lelaki bangsat itu pergi ke tanah Jawa untuk menemui
gendaknya si Sinto Gendeng!"
Baru saja perempuan ini menggerendeng begitu rupa tiba-tiba ada seseorang
mendatanginya dan berbisik. "Sabai, kau lebih mengenali suara musuh! besar kita.
Aku yakin yang datang naik perahu itu memang orang yang kita tunggu-tunggu!"
"Keyakinanmu tidak keliru. Siapkan teman-teman. Tunggu sampai aku memberikan
tanda baru menyerbu!"
"Agaknya dia datang hanya sendirian. Tidak membawa muridnya yang jadi musuh
besar kami"!"
Sabai Nan Rancak, si nenek muka putih berjubah hitam yang adalah guru Puti
Andini si Dewi Payung Tujuh menjawab. "Itu lebih memudahkan bagi kita untuk
membantainya. Setelah dia mampus baru kita cari muridnya. Sekarang lekas pergi.
Atur siasat dengan teman-teman seperti yang sudah kita bicarakan! Jangan sampai
setan tua itu lolos!"
Orang yang berdiri di samping si nenek anggukkan kepala. Tanpa banyak bicara
lagi dia segera meninggalkan tempat itu dan lenyap di kegelapan malam.
SERIAL WIRO SABLENG
41 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Di atas perahu, kakek berpakaian dan berambut putih kembali menyanyi.
Bagus cantik negeri orang
Buruk kusut negeri sendiri
Lebih baik negeri orang.... Eh! Salah! Hik... hik... hik!
Lebih baik negeri sendiri!
Berlayar kepalang jauh
Tubuh dan tulang yang akan mengumpat
Bercinta dengan orang jauh
Walau sakit terasa nikmat Ha... ha... ha...!
Air pasang di keliling pulau
Air terjun di tengah rimba
Senang sungguh pulang ke pulau
Walau rindu menanggung cinta Siapuh! Ha... ha... ha!
Perahu kecil itu meluncur perpahan, berkelok mencari jalan di antara akar-akar
pohon bakau yang bertumbuhan sepanjang pantai.
"Tek... tek... trek... tek... tek."
Tiba-tiba ada sesuatu menyentuh badan perahu, mengeluarkan suara aneh. Semakin
jauh perahu kayu itu masuk mendekati tepi pasir semakin sering suara itu
terdengar. Orang tua di atas perahu buka matanya lebar-lebar, perhatikan air
laut di sekitarnya. Tampangnya yang angker tampak tercekat ketika melihat benda
apa yang telah menyentuh badan perahunya hingga mengeluarkan suara
berkepanjangan.
"Tengkarak manusia...! Begini banyak! Darimana asalnya kata orang tua tadi. Dia
memandang berkeliling. Perasaan heran berubah menjadi galau tidak enak. Puluhan
tengkorak kepala manusia SERIAL WIRO SABLENG
42 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
mengambang di permukaan air laut. Bergerak kian kemari lalu membentur badan
perahu. Ada juga yang terapung-apung di sela-sela akar pohon bakau.
"Tampaknya ini satu penyambutan yang direncanakan. Siapa yang punya
pekerjaan...." Orang tua di atas perahu lalu ingat peristiwa hampir setahun
silam. Dadanya berdebar keras. "Jangan-jangan ini ulah Datuk Tinggi Raja Di
Langit. Tapi bukankah dia sudah dipendam dalam makam tanpa nisan itu" Mana
mungkin dia bisa lolos dan masih hidup...!" (Siapa adanya Datuk Tinggi Raja Di
Langit harap baca serial Wiro Sableng berjudul Makam Tanpa Nisan).
"Tua Gila! Selamat kembali ke pulaumu! Malam ini pulau ini akan menjadi pulau
kematianmu!" Satu teriakan menggema di tempat itu.
Orang tua di atas perahu terkesiap. "Itu bukan suara Datuk Tinggi Raja Di
Langit..." katanya dalam hati.
"Jahanam! Siapa berani berbuat gila di pulau kediamanku!" bentak orang tua di
atas perahu yang ternyata adalah tokoh silat si Tua Gila yang paling ditakuti di
seantero pulau Andalas, menyandang beberapa julukan. Diantaranya Pendekar Gila
Patah Hati dan Iblis Gila Pencabut Jiwa. Bentakan Tua Gila begitu kerasnya
hingga air laut tampak beriak dan daun-daun pohon bakau terdengar berdesir.
Sebagai jawaban dari sepanjang tepi pasir yang gelap terdengar suara tertawa.
"Kami malaikat maut utusan dari neraka yang ngin mencabut nyawamu!"
"Mengorek jantungmu!"
"Membedol isi perutmu!"
"Cacing-cacing malam! Tanganku jadi gatal! Jangan bertindak pengecut!
Perlihatkan diri kalian! Atau aku si Tua Gila akan memecahkan kepala kalian satu
persatu!" Kembali dari arah daratan terdengar suara tertawa. Lalu ada seseorang berseru.
"Kami belum merasa perlu memperlihatkan diri. Kehadiran kami audah diwakili oleh
puluhan tengkorak yang mengapung di permukaan air laut! Itu adalah tengkorak
orang-orang yang kau bunuh dimasa lalu!"
Tua Gila sempat terkesiap tapi segera pula dia tertawa gelak-gelak. "Kalau yang
menyambutku sudah jadi tengkorak, kalian rupanya adalah setan-setan kesasar yang
gentayangan minta mati dua kali! Ha... ha... ha!"
SERIAL WIRO SABLENG
43 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Sudah mau jadi bangkai masih saja bicara sombong!"
Suara orang kali ini datang dari sebelah atas. Tua Gila cepat mendongak ke atas
pohon bakau. Sesosok tubuh berpakaian hitam yang mendekam di atas pohon itu secepat kilat
melompat ke pohon bakau lainnya. Tua Glla angkat tangan kanannya, siap untuk
melepas satu pukulan sakti.
Tapi niatnya dibatalkan. Malah seperti orang tidak beres ingatan dia kembali
bernyanyi. Malam gelap malam gulita
Pulang ke pulau disambut bala
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Boleh saja main gila bersama
Asal siap serahkan nyawa
Ha... ha... ha...!
Tiba-tiba terdengar satu suitan nyaring. Bersamaan dengan itu laksana ketelawar-
kelelawar ganas dari atas pohon-pohon bakau melayang turun enam sosok tubuh.
Tiga senjata berkiblat dalam kegelapan malam. Tiga pukulan tangan kosong
mengandung tenaga dalam tinggi menderu melepas hawa panas. Dari arah tepi pasir
tiga macam senjata rahasia berbentuk paku, pisau terbang dan jarum hitam
menggebubu. Tua Gila berteriak kaget dan marah.
"Pengecut-pengecut jahanam!"
Tubuh berpakaian putih itu melesat ke udara lalu jungkir balik, mencelat ke arah
rumpunan pohon bakau lebat di sebelah kiri. Dua pekikkan menggelegar. Dua orang
yang barusan menyerang dari atas pohon bakau terpental satu tombak lalu tercebur
ke dalam laut. Tak muncul lagi karena amblas dengan kepala pecah!
*** SERIAL WIRO SABLENG
44 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
TUJUH KESUNYIAN seperti menghantu di tempat itu walau di kejauhan suara ombak yang
menghantam batu karang terdengar tidak putus-putusnya. Kematian dua kawan mereka
dalam gebrakan pertama mau tak mau membuat para penyerang yang berada di tempat
itu jadi terkesiap walau hanya seketika.
Di atas pohon bakau yang gelap Tua Gila bergelantungan tak bergerak. Sebilah
pisau terbang menancap di lengan kirinya. Darah mengucur. Beberapa buah jarum
hitam berhasil menyusup di pakaian putihnya. Walau tak sempat melukai tubuhnya
tapi cukup membuat dedengkot rimba persilatan Andalas ini jadi dingin kuduknya
karena dia tahu betul jarumjarum itu pasti beracun.
Dengan mendengus sambil menahan sakit Tua Gila cabut pisau terbang yang menancap
di lengan kirinya. Matanya yang cekung lebar memandang beringas memandang liar
ke arah kegelapan. Dia tidak dapat melihat penyerang gelap yang berada di tepi
pasir namun dia ingat betul kalau tadi ada enam orang yang menyerang dari atas
pohon bakau. Dua berhasil dibunuhnya.
Empat lagi lenyap selamatkan diri.
"Yang empat itu tidak terjun ke dalam laut. Mereka pasti mendekam di pepohonan
bakau sekitar sini!" Tua Gila memperhatikan terus kegelapan di sekelilingnya
lalu mulut kakek bermuka tengkorak ini kelihatan menyeringai. Dia berhasil
melihat salah seorang penyerangnya.
Bergelantung di balik rerumpunan pohon bakau. Tangan kanan Tua Gila yang
memegang pisau bergerak.
Orang yang diserang baru sadar kalau maut mengancamnya ketika pisau terbang itu
hanya tinggal sejengkal di depan matanya. Dia berteriak keras. Coba menghindar
sambil memukul ke depan. Namun pisau terbang lebih dulu menancap di
tenggorokannya.
"Hekkk!"
SERIAL WIRO SABLENG
45 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Dua tangan yang bergelantungan di pohon bakau terlepas. Tubuh orang ini jatuh ke
dalamila menggelepar-gelepar beberapa kali lalu lenyap da permukaan air.
Saat itu pula kembali terdengar suara suita keras. Dari arah pantai menderu tiga
gelomba pukulan sakti. Di bawah kakinya Tua Gila melihat tiga senjata tajam
berkilauan membabat ke ata mengarah kaki, paha dan pinggangnya. pisau terbang
dan jarum-jarum hitam tak ketinggalan mencari sasaran di tubuh kakek muka
tengkorak inil "Jahanam! Dendam apa yang membuat mereka benar-benar hendak membantaiku"!"
kertak Tua Gila.
Batang-batang pohon bakau tiba-tiba berputa berserabutan. Secara aneh melindungi
sosok Tua Gila dari serangan yang datang dari arah pantai. Batang pepohonan itu
hancur berantakan begitu terkena tabrakan angin pukulan sakti. Tua Gila sendiri
tergontai-gontai. Mungkin dia sanggup bertahan dan tetap bergelantungan namun
bahayanya terlalu besar. Dia harus menyelamatkan diri dari serangan senjata
rahasia berupa pisau terbang dan jarum hitam. Belum lagi tiga senjata yang
membabat sebelah bawahi.
"Benar-benar Jahanam." maki Tua Gila. Dia kerahkan tenaga dalam dan terpaksa
biarkan tubuhnya tersapu salah satu angin pukulan lawan. Meski bisa selamatkan
nyawa namun orang tua ini tidak dapat menghindari cidera akibat pukulan jarak
jauh itu. Tubuhnya terpental dua tombak ke kiri. Pinggul kirinya serasa memar.
Sekujur kaki kiri laksana lumpuh. Pisau terbang dan jarum hitam berkesiuran di
atas kepala dan kiri kanannya. Dua tebasan senjata tajam di sebelah bawah
berhasil dielakkannya. Sen-iata ketiga membabat ke kaki kanan. Tua Gila cepat
angkat kakinya yang diserang namun, "Breet!" Ujung lubah putihnya masih sempat
dimakan ujung senjata lawan hingga robek besar.
"Edan! Kalian main gila! Apa kalian kira aku tidak bisa main gila?"
Tubuh Tua Gila melesat ke kiri. Bergelantungan di serumpunan pohon bakau lalu
melesat ke kanan, setelah itu melesat lagi ke jurusan lain. Setiap tubuhnya
berkelebat terdengar jeritan-jeritan mengerikan. Dua dari tiga penyerang
bersenjata menemui ajal dimakan tendangan kaki kanannya.
Yang ketiga disergapnya dari atas. Selagi dia memuntir kepala orang ini dari
arah pantai melesat enam buah pisau terbang. Tua Gila cepat balikkan tubuh dan
pergunakan badan orang yang SERIAL WIRO SABLENG
46 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
dipuntir kepalanya sebagai tameng. Empat pisau menancap telak di kepala, dada
dan perut orang.
Dua lainnya melesat menghantam udara kosong!
Tua Gila cepat kerahkan tenaga dalamnya ke lubuh sebelah kiri yang terasa
lumpuh. Baru saja rasa sakit hendak sirna tiba-tiba dari arah tepi pasir
menyambar satu sinar merah.
"Wuuuss!"
Mula-mula sinar itu membentuk garis lurus. Setengah jalan melebar seperti kipas,
terus menggebu ke arah mana Tua Gila berada.
"Brakkk!"
Dua batu besar yang ada di tepi pasir hancur berentakan dan mengepulkan asap
dihantam sinar merah.
"Kraaaakkk.... Wuuusss...."
Pohon bakau di balik mana Tua Gila berusaha selamatkan diri hancur lebur,
langsung dikobari api. Kalau Tua Gila tidak cepat jatuhkan diri ke laut niscaya
dia ikut lumat dimakan sinar merah yang luar biasa panasnya itu. Terbakarnya
daun dan pohon bakau membuat laut di mana Tua Gila berada menjadi terang
benderang hingga para penyerang gelap lebih mudah melihatnya.
Kembali dari arah tepi pasir sinar merah menderu.
Pukulan Kipas Neraka!" seru Tua Gila yang sejak hantaman pertama sudah
mengenali. "Tak bisa kupercaya! Apa benar dia ikut hendak menjarah nyawaku" Oooo
benar-benar gila!
Dendamnya di masa lalu tak kunjung habis!
Tebaran sinar merah menderu. Di laut dangkal sedada Tua Gila terpaksa menyusup
menyelam ke dalam air, berlindung di balik perahu kayu.
"Hancurkan perahu itu!" Seseorang berteriak.
Lalu, "Wuuuut!" Satu gelombang angin melesat di atas permukaan air laut.
"Braaakkk!"
Perahu kayu milik Tua Gila hancur berkeping-keping. Air laut muncrat setinggi
dua tombak. Tua Gila lenyap dari pemandangan.
"Lenyap! Dia lenyap!" Ada orang berteriak.
"Dia belum tentu mati! Lekas ke muara!" Seseorang berseru berikan perintah.
SERIAL WIRO SABLENG
47 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Baru saja seruan itu lenyap dari arah laut tampak melesat benda-benda bulat.
Dalam kegelapan terdengar suara mengekeh.
"Dajal-dajal tolol! Aku kembalikan hadiah penyambutan pada kalian!"
"Awas serangan tengkorak! Saat itu di udara yang gelap berlesatan benda-benda
bulat putih yang bukan lain adalah tengkorak-tengkorak yang sebelumnya
bertebaran di permukaan laut, sengaja disebar oleh orang-orang yang hendak
membunuh Tua Gila. Kini si kakek pergunakan tengkorak itu sebagai alat penyerang
yang berbahaya hingga orang-orang yang ada di tepi pantai sesaat jadi kalang
kabut. Satu orang roboh muntah darah begitu dadanya dihantam sebuah tengkorak.
"Brakk.. brakkk... braakkk."
Beberapa rangkum angin pukulan menderu ke udara. Belasan tengkorak hancur
bermentalan. "Lepaskan buaya di muara! Seseorang berteriak dalam kegelapan malam.
Dua sosok berkelebat ke arah timur dimana terdapat sebuah sungai kecil. Dengan
cepat mereka menarik sebuah jaring lebar terbuat dari bambu yang sengaja
dipasang di mulut muara. Di belakang jaring bambu ini mendekam lebih dari
selusin buaya laut yang lebih dari sepuluh hari tak pernah mendapat makan.
Begitu jaring penghalang dibuka binatang-binatang yang kelaparan dan telah
mencium bau bangkai segera meluncur ke laut.
Tua Gila melengak kaget ketika melihat munculnya begitu banyak buaya di
permukaan laut.
Binatang-binatang ini dengan ganas melahap mayat-mayat para penyerang yang telah
dibunuh Tua Gila sebelumnya. Namun beberapa ekor di antara mereka segera melesat
ke arah si kakek.
"Aku pemilik pulaul Aku penguasa pulau' Kembali ke tempat kalian!" teriak Tua
Gila. Dua ekor buaya tampak seperti menahan gerakan mereka mendengar bentakan Tua
Gila. Namun yang tiga ekor lagi tidak mau perduli. Mereka terus saja menyerbu ke arah
orang tua itu. "Makhluk tolol!" teriak Tua Gila. Tangan kanannya ditepukkan ke atas permukaan
air laut. Air laut menggelombang muncrat. Tiga ekor buaya terhempas ke belakang. Tapi
segera pula menyerbu kembali dengan lebih ganas. Dua menyusup ke dalam air. Yang
ketiga melesat di permukaan. Tua Gila kerahkan tenaga dalam dan melesat ke udara
setinggi satu tombak. Dia selamat dari serangan dua buaya yang hendak
membantainya di bawah permukaan air. Namun SERIAL WIRO SABLENG
48 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
buaya ketiga datang menyerbu dengan mulut terbuka dan hantaman ekor. Disaat yang
sama dari arah tepi pasir melesat sinar merah. Pukulan Kipas Neraka!
"Oo ladalah! Celaka diri tua keropos ini!" keluh Tua Gila. Salah satu dari dua
serangan yaitu serangan buaya atau Kipas Neraka tak dapat tidak akan melabrak
tubuh kurus si kakek.
"Bukkk!"
Tua Gila memutuskan lebih baik dia menerima hantaman ekor buaya. Kakek ini
terpental sampai enam tombak. Dari keningnya mengucur darah. Tulang pipinya
sebelah kiri retak dan terluka dalam akibat hantaman ekor buaya. Sesaat tubuhnya
terkapar di atas pasir.
"Lekas ringkus manusia jahanam itu!'' Seseorang berseru berikan perintah.
Empat sosok tubuh tinggi besar melompat menyergap ke arah Tua Gila yang saat itu
tengah mengusap darah yang menutupi pemandangan mata kirinya. Tiba-tiba Tua Gila
dorongkan kedua tangannya ke depan.
Empat lelaki yang hendak meringkusnya menjerit keras. Tubuh mereka terpental dan
berguling-guling di atas pasir pantai. Dua orang langsung tak berkutik lagi,
putus nyawa. Dua lainnya dengan megap-megap mencoba bangkit berdiri. Namun
muntahkan darah segar lalu terjungkal roboh.
Tua Gila dengan cepat meneliti wajah keempat orang itu. "Tak satu pun aku kenal.
Pasti mereka hanya cecere-cecere yang dijadikan umpan dan korban!" membatin Tua
Gila. "Siapa yang jadi dedengkot mereka" Satu aku sudah bisa menerka, tapi di
ujung sana kulihat lebih dari sepuluh keparat mendekam dalam kegelapan.
Menginginkan kematian diriku! Gila betul! Hik... hik... hik!
"Tua Gila! Jalan lolos tidak ada bagimu! Jika kau mau serahkan diri, kami
berjanji akan mengurus mayatmu secara baik-baik!" Ada seseorang yang berteriak
dari arah pantai.
Tua Gila tidak mengenali siapakah yang barusan bicara. Sambil mengusap darah di
mukanya yang cekung dia tertawa mengekeh.
"Bagaimana mungkin kalian akan mengurusi mayatku! Kalian akan mampus lebih dulu
darikul Ha...h a... ha! Hik... hik... hik!"
Beberapa orang terdengar menyumpah dalam kegelapan. Lalu, "Wuuut!" Sinar merah
melesat dari arah pantai. Bersamaan dengan itu Tua Gila melihat beberapa orang
berkelebat ke arahnya.
SERIAL WIRO SABLENG
49 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Masing-masing lepaskan pukulan tangan kosong berkekuatan tenaga dalam tinggi.
Pantai laksana disapu topan, pasir beterbangan. Air laut bergelombang dan batu-
batu yang ada di tepi pantai bergetar keras. Beberapa diantaranya terbongkar dan
menggelinding jauh.
Tua Gila jatuhkan diri sama rata dengan pasir pantai. Sambil menelentang di
pasir dia balas menghantam ke depan. Tenaga dalamnya yang tinggi bentrokan
dengan gabungan beberapa tenaga dalam yang serempak menggempurnya. Terjadilah
hal yang hebat. Tubuh Tua Gila laksana sehelai daun dihantam angin puting
beliung melesat ke udara. Pakaian putihnya robek hampir di setiap sudut. Dari
mata, telinga, hidung dan mulutnya mengucur darah, dalam keadaan seperti itu
tubuhnya jatuh terhantar di balik lamping batu karang.
Di arah pantai delapan orang terjengkang di pasir. Dua tak bangun lagi, dua
bangkit terhuyung-huyung. Yang empat cepat melompat berdiri seolah-olah tidak
menderita atau cidera apa-apa.
Di balik batu karang Tua Gila cepat mengatur jalan darah, pernapasan dan tenaga
dalam. Dia hanya sanggup menghentikan kucuran darah. Namun rasa sakit seperti
menguliti sekujur badannya. Terbungkuk-bungkuk dia melangkah tertatih-tatih,
masuk lebih dalam ke balik batu karang. Denyutan luka akibat hantaman ekor buaya
di kepalanya seolah palu godam yang hendak menghancurkan batok kepalanya. Di
satu tempat yang dirasakannya aman, di antara celah dua batu karang orang tua
ini jatuhkan diri. Dia cepat duduk bersila. Kembali mengatur jalan napas,
peredaran darah dan tenaga dalam.
"Ada yang tak beres dengan diriku. Tenaga dalamku sulit dialirkan. Seolah urat-
urat besarku terbendung di beberapa bagian. Pukulan Pembendung Tenaga! Kalau
bukan karena itu tak mungkin aku begini! Celaka! Apa benar ada pukulan sehebat
itu" Siapa diantara mereka yang memiliki" Perempuan celaka itu pasti bukan!
Sialan gila! Kalau tahu bakalan begini lebih baik aku mengikuti kata-kata Sinto
Gendeng. Jangan buru-buru kembali ke Andalas ini."
"Tua Gila! Kami tahu kau mengalami cidera berat! Apa masih belum mau serahkan
diri?" Dari arah pantai terdengar teriakan orang.
SERIAL WIRO SABLENG
50 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Jahanam!" Tua Gila merutuk. Perlahan-lahan dia bangkit berdiri dan mengintai
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari balik batu karang. Baru saja kepalanya muncul sedikit dari arah pantai
menyembur sinar merah Pukulan Kipas Neraka!
"Wuusss!"
Sinar itu dengan dahsyatnya menyebar laksana kipas satu tombak di depan batu
karang. "Braakkk! Byuumr!"
Batu karang setinggi empat tombak itu laksana ditebas petir. Bagian atasnya yang
terkutung mencelat masuk ke dalam laut! Tua Gila merasakan kakinya bergetar dan
cepat menjauh dari batu karang yang kini menyerap panas sinar Pukulan Kipas
Neraka hingga tak ubahnya seperti bara api.
Tua Gila cepat menyingkir ke balik gugusan batu karang lainnya. Dalam kegelapan
dia keluarkan senjata yang paling diandalkana yakni segulung benang yang disebut
Benang Kayangan.
"Tua Gila! Kami memberi kesempatan sampai tiga hitungan! Jika kau tidak keluar
dari balik batu karang menyerahkan diri! Kami akan menyerbu dan membunuhmu!"
"Masuki Silahkan masuk! Pintu neraka sudah kubuka lebar-lebar untuk kalian!"
teriak Tua Gila lalu masih bisa tertawa gelak-gelak.
Di tepi pandai dalam kegelapan beberapa orang segera berunding. Kebanyakan
mereka tidak setuju untuk menyerbu ke balik balu karang dimana musuh
bersembunyi. Walau lawan diketahui sudah terluka tetapi terlalu besar bahayanya
untuk menyerbu.
"Saatnya kita menjalankan siasat yang sudah diatur!" berkata seseorang di antara
mereka. "Aku setuju!" jawab orang di sebelahnya. Mereka yang ada di situ sama memandang
pada nenek bermuka putih mengenakan jubah hitam seolah menunggu putusan.
"Kurasa memang sudah saatnya kita menjalankan siasat." nenek muka putih Sabai
Nan Rancak akhirnya angkat bicara. Matanya melirik ke arah gugusan batu karang.
Tiba-tiba dia melihat sesuatu. Serta merta perempuan tua ini berteriak, "Awas
serangan Benang Kayangan!"
*** SERIAL WIRO SABLENG
51 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
DELAPAN SATU benda halus berkilat melesat dalam kegelapan malam. Sabai Nan Rancak cepat
berkelebat menyingkir. Tiga orang di sebelahnya melakukan hal yang sama,
berpencar mencari selamat. Dua orang lagi yang tadi cidera akibat bentrokan
tenaga dalam dengan Tua Gila bernasib sial. Cidera yang mereka alami membuat
mereka bertindak agak lamban. Ujung Benang Kayangan laksana kawat baja menusuk
ke tenggorokan orang di sebelah kanan. Lehernya kemudian terpuntir melintir dan
robek besar. Dari mulutnya terdengar suara seperti ayam dipotong. Sebelum
tubuhnya roboh ke tanah Benang Kayangan berkelebat ke kanan. Korban ke dua
menyusul. Benang sakti itu menusuk kepalanya. Masuk dari pelipis kiri tembus sampai ke
pelipis kanan! Tua Gila sentakkan gulungan benang kayangan. Sentakan ini seolah
tebasan senjata tajam yang membuat kepala orang hampir terbelah.
Empat orang yang ada di tempat itu termasuk Sabai Nan Rancak berteriak marah.
Tua Gila tertawa mengekeh. Gulungan Benang Kayangan kembali disentakkannya.
Benang sakti ini menderu ke arah nenek muka putih.
"Tua Gila! Jangan berani menjajal diriku!" teriak Sabai Nan Rancak, Sambil
dorongkan tangan kanannya perempuan tua ini melesat setinggi dua tombak. Dua
sinar merah menderu. Tua Gila cepal tarik benang saktinya. Ujung senjata ini
kemudian meluncur ke arah kedua pergelangan kaki Sabai Nan Rancak. Tapi si nenek
tak kalah cepat. Berlaku cerdik, sambil melipat kakinya ke atas dia kirimkan
serangan Kipas Neraka ke arah batu karang dibalik mana lawan berada.
Tua Gila terpaksa sentakkan benang saktinya dan cepat-cepat menyingkir dia
gerakkan senjatanya demikian rupa hingga benang sakti itu melibat ke arah
pinggang si nenek muka putih.
"Wusss! Braakkk!"
SERIAL WIRO SABLENG
52 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Batu karang di depan sana hancur berantakan dihantam Pukulan Kipas Neraka. Tua
Gila jatuhkan diri sama rata dengan tanah. Tangannya digerakkan. Ujung benang
sakti yang tadi menyambar ke arah pinggang si nenek kini membeset ke dadanya.
"Siapa takutkan benang keparat ini!" teriak Sabal Nan Rancak. Aji pukulan sakti
di tangannya menyambar ke ujung Benang Kayangan.
"Wuss... wussss!"
Benang Kayangan yang putih berkilat berubah menjadi merah lalu berubah menjadi
jalur apit Tua Gila tersentak kaget ketika melihat senjata saktinya terbakar.
Cepat dia menarik gulungan benang lalu memutusnya sebelum api menjalar lebih
jauh. Di sebelah sana si nenek muka putih keluarkan pekikan keras ketika
dapatkan lengan jubah hitamnya robek dan putus sedang tangannya sendiri tersayat
mengucurkan darah. Saking geramnya perempuan ini keluarkan bentakan keras lalu
hantamkan Pukulan Kipas Neraka dengan tangan kiri kanan sekaligus!
Pantai itu laksana dilanda badai dan gempa. Tiga ujung batu karang hancur lebur.
Pasir dan air laut muncrat ke udara. Di balik batu karang Tua Gila gulingkan
diri cari selamat. Darah kembali mengucur dari hidung dan telinganya sedang
kedua matanya mendenyut sakit.
Dalam keadaan tubuh kuyup oleh air laut dan kotor oleh pasir Tua Gila bangkit
berdiri. Saat itulah di atas hancuran tiga batu karang tampak berdiri tiga sosok
tubuh manusia. Sosok pertama yang sangat dikenali oleh Tua Gila adalah sosok si
nenek muka putih Sabai Nan Rancak yang tegak dengan kedua telapak tangan
terkembang dan memancarkan sinar merah pertanda dia kembali siap melepaskan dua
Pukulan Kipas Neraka sekaligus!
"Jadi memang kau rupanya yang punya pekerjaan Sabai!" ujar Tua Gila seraya tegak
dan bersandar ke dinding karang.
Si nenek tertawa panjang. "Untung kedua matamu tidak kuhancurkan hingga kau
masih bisa mengenali diriku, mengetahui siapa yang membunuhmu sebelum nyawamu
kukirim ke neraka!"
Tua Gila ganda tertawa. "Mati di usia setua ini bukan lagi satu hal yang
menakutkan bagi diriku!" jawab orang tua itu sambil meludahkan darah yang
memenuhi mulutnya. "Kau sendiri apa yang membuatmu masih betah hidup di dunia
ini berlama-lama"!'
SERIAL WIRO SABLENG
53 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Saat penantian memang aku butuhkan. Aku akan tenteram berada di liang kubur
kalau kau sudah mampus di tanganku dengan jantung terbongkar, otak berceceran
dan isi perut berbusaian!"
Tua Gila tertawa gelak-gelak. "Kukira kau sengaja hidup menanti berlama-lama
menunggu kehadiranku untuk melamarmu! Ha... ha... ha...!
Paras putih Sabai Nan Rancak berubah menjadi merah. Lelaki tinggi besar yang
tegak di atas hancuran batu karang sebelah kanan keluarkan suara menggembor lalu
berkata. "Sabai Nan Rancak, jangan terlalu serakah. Kalau kau membongkar jantungnya,
menjebol isi perut dan membuat berantakan otaknya lalu aku dapat apa"! Hanya
kebagian tahinya" Ha... ha...
hal Sabai Nan Rancak sahabatku, kau bahkan belum memberi kesempatan padaku untuk
mengeluarkan Ilmu Hawa Neraka"
"Perlu apa kau bersusah payah kalau Pukulan Kipas Nerakaku sudah cukup
membuatnya terkencing darah!" jawab Sabai Nan Rancak, membuat dua lelaki yang
tegak di dua gugusan batu karang tertawa gelak-gelak.
Tua Gila melirik ke arah orang yang barusan bicara. "Hemmm.... Tubuh tua bangka
tinggi besar, berkulit hitam seperti arang. Berdestar tinggi merah. Mengenakan
pakaian gombrong serba hitam. Janggut dan kumis selebat hutan. Aku tidak kenal
siapa adanya keparat ini!"
"Anjing hitam kau siapa"!" Tua Gila membentak.
Orang tua di atas runtuhan batu karang menggereng keras. Kedua tangannya segera
digosokkan. Sabai Nan Rancak cepat mengangkat tangan sambil; berseru. "Sobatku,
jangan terpancing oleh ucapani tua bangka keparat ini! Bukankah kita sudah
berjanji] untuk tidak membunuhnya secepat membalikkan telapak tangan" Nyawanya
akan kita korek sedikit demi sedikit! Sebelum dia mampus ada baiknya kau
terangkan siapa dirimu dan mengapa kau juga menginginkan kematiannya!"
Walau hatinya panas dan geram bukan main, si tinggi besar berdestar tinggi merah
ini ikuti juga kata-kata Sabai Nan Rancak.
"Tua bangka calon bangkai tak berguna! Kau dengar baik-baik penuturanku!
Beberapa tahun lalu kau dan muridmu bernama Wiro Sableng Pendekar 212 menyerbu
Istana Sipatoka di Tambun Tulang. Kalian membunuh Datuk Sipatoka dan mencuri
harta kekayaan yang ada di SERIAL WIRO SABLENG
54 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
tempat itu termasuk empat puluh gadis muda dan cantik! Kabarnya kau juga telah
mengubur hidup-hidup di satu tempat Datuk Tinggi Raja Di Langit. Mereka berdua
adalah adik-adikku yang malang. Berdasarkan apa yang telah kau lakukan itu
apakah aku Datuk Angek Garang tidak punya cukup alasan untuk membunuhmu" Sayang
muridmu pendekar sableng itu tidak ada di sini! Tapi dia tak bakal lolos. Cepat
atau lambat aku akan memburu nyawanya!"
Tua Gila tertawa lebar. "Ceritamu hebat amat. Sebelum aku bicara lebih banyak
aku ingin bertanya. Siapa yang membuatkan pakaian hitam itu untukmu" Orangnya
pasti tolol membuatnya kegombrongan seperti itu hingga kau juga tampak tolol
seperti pohon hangus diberi pakaian! Ha...
ha... ha!"
"Tua bangka sinting! Kalau kau masih hendak terus bicara keluarkan isi perutmu
cepat! Kematianmu tidak mungkin ditunda-tunda lebih lama!" bentak Datuk Angek
Garang dengan darah mendidih.
"Soal kematian Datuk Sipatoka dan Datuk Tinggi Raja Di Langit memang aku yang
punya pekerjaan. Manusia-manusia bejat seperti mereka pantas cepat-cepat
disingkirkan dari muka bumi...." Si kakek ulurkan tangannya. Lalu memandang ke
kuku ibu jari. Setelah itu dia mendongak pada Datuk Angek Garang. "Dari gambar
yang kulihat dalam kukuku, rasanya kaupun bakal tak lama lagi menyusul kedua
orang itu! Ha... ha... ha! (Mengenal Datuk Sipatoka harap baca serial Wiro
Sableng berjudul Banjir Darah di Tambun Tulang sedang mengenal Datuk Tinggi Raja
Di Langit baca Makam Tanpa Nisan)
"Sabai! Aku akan melumat tua bangka keparat ini sekarang juga!" teriak Datuk
Angek Garang tak dapat lagi menahan amarahnya.
"Sabar sedikit lagi sobatku!" kata Sabai Nan Rancak dengan cepat. "Kawan kita
yang satunya ini belum diberi kesempatan untuk bicara!" Nenek muka putih
berpaling ke arah lelaki yang tegak di atas runtuhan batu karang di samping
kirinya. Di sini tegak seorang lelaki berusia enam puluh tahun mengenakan pakaian sangat
bagus terbuat dari beludru merah campur hitam diberi umbai-umbai benang emas. Di
pinggangnya melingkar sebuah ikat pinggang dari rantai berwarna kuning. Pada
ikat pinggang ini terselip sepasang rencong terbuat dari besi berwarna biru
pertanda mengandung racun amat jahat. Di atas SERIAL WIRO SABLENG
55 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
kepala orang ini bertengger sebuah topi kuning. Satu batu permata hitam yang
memancarkan sinar angker menempel di pertengahan topi sebelah depan. Orang ini
memiliki kumis panjang menjulai.
Pada keningnya ada dua benjolan besar berwarna coklat.
Tua Gila tiba-tiba keluarkan tawa bergelak begitu dia melihat orang berpakaian
mewah Ini. "Sabai Nan Rancak, sobatmu yang satu ini memang hebat. Siapa yang kerbau atau
sapi diantara kedua orang tuanya" Bapaknya atau ibunya"! Ha... ha... ha"!"
"Jahanam Tua Bangkai Apa maksudmu dengan pertanyaan itu?" bentak si nenek muka
putih. Tua Gila tertawa mengekeh. Lelaki yang keningnya ada dua benjolan tampak
mendelik. Pelipisnya bergerak-gerak. Kumisnya yang panjang menjulai berjingkrak ke atas.
Tua Gila hentikan tawanya. Sambil menunjuk pada orang di samping si nenek dia
berkata. "Kulihat ada dua benjolan seperti tanduk tumpul di keningnya. Orang
yang ibu bapaknya manusia biasa mana mungkin bertanduk seperti dia. Pasti kalau
tidak ibunya ya bapaknya yang sapi atau kerbau!"
"Tua bangka bermulut keji! Terima kematianmu saat ini juga!" teriak lelaki
bertopi kuning.
"Magek Bagak Baculo Duo!" teriak Sabai Nan Rancak. "Tahan!" Si nenek berusaha
mencegah tapi orang itu tidak perduli lagi. Dari atas gugusan batu karang dia
melompat ke bawah. Dua sinar biru membersit angker dalam kegelapan malam
pertanda dia telah mencabut sepasang keris sakti beracunnya.
Melihat hal ini, takut bakal keduluan maka Sabai Nan Rancak lak mau tinggal
diam. Dia jejakkan kedua kakinya ke atas batu karang. Tubuhnya melesat ke bawah
laksana tombak melesat di kegelapan malam. Dari tangan kanannya menderu cahaya
merah. Orang bernama Datuk Angek Garang tersentak kaget. "Hai! Bangsat tua itu jangan
kalian libas berdua!" teriaknya lalu diapun melesat turun ke bawah sambil
gosokkan kedua tangannya.
Sinar hitam menderu ke arah Tua Gila. Serta merta di tempat itu menghampar bau
busuknya mayat membuat Tua Gila menjadi sesak bernafas. Inilah yang disebut Hawa
Neraka. Tua Gila berteriak keras lalu jatuhkan diri berguling ke batik batu karang
terdekat. Tangan kanannya cepat membedal gulungan Benang Kayangan sementara
sementara tangan kiri dihantamkan menahan serangan tiga lawan.
SERIAL WIRO SABLENG
56 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Ketika ujung benang sakti melibat puncak runcing salah satu batu karang di
tempat itu, Tua Gila menyentakkan tangannya, tiga serangan lawan sampai dengan
dahsyatnya. Hanya terpisah oleh kejapan mata saja tubuh Tua Gila melesat membal
ke udara. Untuk kesekian kalinya hancuran batu pasir dan batu karang serta air
laut muncrat ke udara. Lalu terdengar suara "bretttl"
Walau dia selamat dari serangan Hawa Neraka Datuk Angek Garang dan hanya terkena
sambaran tipis pukulan Kipas Neraka Sabai Nan Rancak, namun pakaian putih Tua
Gila yang sudah penuh dengan robekan-robekan kini kembali robek ditoreh salah
satu keris biru di tangan Magek Bagak Baculo Duo.
"Jangan biarkan dia lolos!" teriak Sabai Nan Rancak begitu sosok Tua Gila lenyap
laksana terbang dan raib di langit malam. Namun orang tua itu benar-benar lenyap
setelah menyelamatkan diri dengan melentingkan diri mengandalkan benang
saktinya. "Jahanam kurang ajar! Dia tak bakal bisa hidup tamat Kerisku telah melukai
tubuhnya!" kata Magek Bagak Baculo Duo sambil perhatikan ujung keris di tangan
kirinya yang bernoda darah.
Di pantai sebetah timur teluk Siburu, Tua Gila melayang turun. Dengan cepat dia
menggulung benang saktinya. Saat itulah dia merasakan perih di perutnya sebelah
kanan. Ketika baju putihnya yang robek disibakkan terkejutlah kakek Ini. Di situ
ada luka memanjang. Walau luka itu tampaknya tipis saja seolah hanya luka di
permukaan kulit namun Tua Gila maklum bahaya apa yang akan dihadapinya. Dengan
cepat dia meremas bagian perut yang luka hingga darah merah kehitaman mengucur
keluar. Lalu dia menotok badannya di beberapa bagian. Setelah itu dengan cepat
dia menelan sebutir obat.
Dengan dada turun naik dan nafas memburu Tua Gila memandang berkeliling.
"Jahanam! Tiga manusia keparat itu memiliki kepandaian bukan main-main! Sulit
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagiku untuk menghadapi mereka bertiga sekaligus. Aku harus mencari akal! Atau
mungkin untuk sementara aku menyelinap kabur saja.... Mencari kesempatan sampai
aku dapat menghajar mereka satu persatu!" Lama Tua Gila termenung. "Sabai Nan
Rancak.... Kau benar-benar gila! Otakmu lebih miring dari aku! Kalau mau
membunuhku mengapa tidak dari dulu-dulu" Apa kau lupa aku ini bapak dari anak
yang pernah kau lahirkan"!"
Tiba-tiba di udara terdengar suara teriakan di kejauhan.
SERIAL WIRO SABLENG
57 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Tua Gila! Kau boleh kabur atau sembunyikan diri! Tapi harap lihat dulu apa yang
akan terjadi dengan muridmu!"
Tua Gila tersentak kaget.
"Itu suara si Sabait Setan, apa yang hendak dilakukannya! Muridku.... Muridku
yang mana"!
Astaga! Jangan-jangan! Otakku benar-benar sudah sinting! Bagaimana aku bisa lupa
dengan anak itu!" Serta merta Tua Gila keluar dari tempat persembunyiannya.
Ketika dia kembali ke bagian pantai dimana Sabai Nan Rancak beserta Datuk Angek
Garang dan Magek Bagak Baculo Duo berada terkejutlah Tua Gila menyaksikan
pemandangan di hadapannya.
*** SERIAL WIRO SABLENG
58 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
SEMBILAN DATUK Angek Garang tegak dengan kaki terkembang, tangan kanan terkepal sedang
tangan kiri menjambak rambut seorang anak lelaki berusia sekitar sepuluh tahun.
Anak ini merintih kesakitan.
Kedua matanya terpejam dan mukanya lebam babak belur tanda telah dianiaya
sebelumnya. "Jahanaml Apa yang telah kalian lakukan pada muridku!" teriak Tua Gila dan
melompat ke hadapan ketiga orang itu.
Mendengar suara Tua Gila si anak paksakan membuka kedua matanya yang bengkak.
"Guru..."
hanya itu ucapan yang bisa dikeluarkan si anak.
"Malin Sati! Aku bersumpah akan membunuh ketiga jahanam ini!" teriak Tua Gila.
Dia maju beberapa langkah tapi Magek Bagak Baculo Duo bergerak lebih cepat.
"Silahkan maju satu langkah lagi tua bangka keparat! Kutembus leher muridmu!"
kertak Magek Bagak dan keris beracun di tangan kanannya ditempelkan ke leher
Malin Sati murid Tua Gila.
"Apa salah anak itu! Jangan kaitkan urusan kalian dengan dirinya!" teriak Tua
Gila. "Lepaskan dia! Hadapi diriku! Bangsat pengecut! Beraninya menganiaya anak
kecil!" "Tua Gila! Kau tidak berada dalam kedudukan mengatur! Kami yang menentukan
semuanya!"
kata Sabai Nan Rancak dengan seringai mengejek bermain di bibirnya.
"Sabai! Aku mungkin manusia paling jahat di dunia Inlt Tapi aku tidak menyangka
kalau begini busuk perilakumu!" Mendamprat Tua Gila.
Si nenek muka putih dongakkan kepala dan tertawa panjang. "Aneh, baru hari ini
kau menyadari bahwa dirimu manusia paling jahat di dunia. Hari ini pula kau
menuduhku berperilaku busuk. Hik... hik...hik! Pernahkah kau menyadari bahwa
kebusukan yang telah kau lakukan SERIAL WIRO SABLENG
59 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
terhadapku, terhadap puluhan perempuan lainnya, terhadap orang-orang yang kau
bunuh tanpa pasal, tanpa lantaran adalah sejuta lebih busuk daripada apa yang
aku lakukan saat ini!"
"Aku memang berbuat jahil terhadap beberapa perempuan. Termasuk dirimu. Aku
memang membunuh manusia-manusia seenakku. Tapi itu semua bukan tanpa alasan.
Musuh-musuhku membuat fitnah, menuduh aku membunuh ratusan manusia] tidak
berdosa! Mereka semua gila!"
"Kau yang gila tua bangka keparat!" teriak Datuk Angek Garang sambil hentakkan
Jambakannya di rambut Malin Satl hingga anak ini kembali merintih kesakitan.
Tua Gila hendak merangsek menghantam orang ini tapi terpaksa membatalkan niatnya
ketika dilihatnya Magek Bagak Baculo Duo menggerakkan tangan kanannya yang
menempelkan keris beracun ke leher si anak.
Saat itu sesosok bayangan merah berkelebat muncul di tempat itu. Melihat siapa
yang datang Sabai Nan Rancak membentak marah.
"Puti Andini! Aku sudah bilang jangan datang ke sini!"
Puti Andini, murid Sabai Nan Rancak yang bergelar Dewi Payung Tujuh melangkah
mundur. "Kalau guru memang tidak suka saya kemari, harap maafkan. Saya akan menunggu di
tempat yang guru katakan...."
"Cucuku, jangan pergi dulu!" Tua Gila berseru.
Puti Andini hentikan langkahnya dan berpaling ke arah Tua Gila. Sabai Nan Rancak
kembali membentak. "Kau berani mendengarkan ucapannya Puti" Lekas pergi dari
Kedele Maut 15 Pendekar Hina Kelana 9 Satria Terkutuk Berkaki Tunggal Pendekar Kembar 15
dikatakan Bunga barusan" Aku yakin aku belum sempat memenuhi permintaan Ratu
Duyung. Aku belum melakukan esuatu untuk menolongnya. Tetapi mengapa Bunga
begitu yakin...."
"Kau masih memikirkan hal itu Wiro?" Teguran Bunga menyadarkan Wiro.
Ketika Pendekar 212 diam saja Bunga lalu mengngsurkan sebuah bungkusan.
"Apa ini...?" tanya Wiro.
"Buah-buahan hutan untuk makanmu. Juga ada beberapa potong tebu untuk kau minum
airnya. Kau telah pingsan selama enam hari. Kau tentu lapar dan haus sekali...."
"Pingsan enam hari" Aku pingsan selama enam hari?" ujar Wiro dengan mata
mendelik. "Pantas perutku perih keroncongan, tenggorokan dan mulutku kering. Sekujur
tubuhku lemah."
Wiro segera melahap beberapa jenis buah-buahan yang dibawakan Bunga. Sebentar
saja semua SERIAL WIRO SABLENG
30 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
buah itu termasuk potongan tebu amblas masuk ke dalam perut Wiro.
"Masih lapar?" tanya Bunga.
"Kalau belum ketemu nasi rasanya belum kenyang!" jawab Wiro lalu tertawa
tergelak-gelak.
Tiba-tiba ia hentikan tawanya.
"Ada apa?" tanya gadis dari alam gaib itu.
"Kau bilang enam hari aku pingsan. Berarti enam hari aku tidak pernah mandi!
Celaka! Pantas bau badanku sedap amat! Aku terpaksa meninggalkanmu Bunga. Di lembah sana
aku lihat ada sungai. Aku mau mandi dulu, kau tunggu di sini. Jangan kemana
mana. Jangan mencoba mengintip!"
Bunga tertawa. "Mana ada ceritanya perempuan mengintip lelaki. Justru lelaki
yang suka mengintai perempuan!"
"Aku pergi!" ujar Wiro.
"Pergilah. Selesai mandi segera kembali ke sini. Ada hal penting yang akan
kubicarakan denganmu." kata Bunga.
"Eh, hal apa?" tanya Wiro.
"Nanti saja. Sekarang mandilah sepuasmu. Kalau kau sudah bersih dan segar cepat
kembali sini...."
Wiro hendak melangkah pergi tapi mendadak dia hentikan langkah dan memandang
pada si gadis."
"'Ada apa?"
"Sepertinya percuma saja aku mandi. Sudah bersih dan segar seperti katamu, aku
tetap saja - memakai baju bagus tapi sudah bau ini!"
"Ah! Aku lupa!" ujar bunga. Dia masuk ke data goa lalu keluar lagi membawa
seperangkat pakaian putih. "Selesai mandi kau boleh mengenakan baju dan celana
ini." Wiro menyambuti pakaian yang diserahkan Bunga dengan perasaan haru. "Lama sekali
aku tidak pernah mengenakan pakaian serba putih. Terima kasih Bunga."
Cukup lama menunggu akhirnya. Wiro muncul di depan goa. Pakaian putih yang
dikenakan, tampak basah oleh keringat. Dadanya turun naik tanda napasnya sesak
sehabis menaiki lembah.
SERIAL WIRO SABLENG
31 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Kau sudah bersih dan segar sekarang!" sambut Bunga.
Wiro menarik napas panjang.
"Ada sesuatu yang tidak beres dengan diriku!" kata Wiro sambil duduk bersila di
tanah mengambil sikap siap untuk mengatur jalan napas dan peredaran darah.
Bunga pandangi pemuda itu dengan perasaan tedih. "Dia mulai mengetahui perubahan
yang terjadi atas dirinya. Kasihan dia. Rasanya tidak tega untuk memberitahu,"
kata gadis ini dalam hati.
"Apa maksudmu Wiro. Apa yang tidak beres?" bertanya Bunga kemudian.
"Waktu mendaki bukit ini aku tak mampu berlari. Berjalan cepat saja membuat
napasku sesak. Aku cepat berkeringat. Sekujur tubuhku letih begitu sampai di
atas sini. Tubuhku seolah tidak bertulang lagi...."
"Wiro, itu sebabnya aku tadi memintamu agar lekas datang ke sini begitu selesai
mandi." "Aku sudah duduk di sini. Kau mengatakan ada sesuatu hal penting yang ingin kau
bicarakan dengan diriku."
"Atur dulu jalan napasmu. Kalau kau sudah agak tenang baru nanti kita bicara."
Wiro melakukan apa yang dikatakan Bunga. Besaat kemudian dia berkata, "Aku sudah
siap Bunga. Ayo bicaralah...."
"Kau menyadari ada suatu kelainan dalam dirimu pat ini Wiro?"
"Hemmm.... Kalau perasaan lemah aku rasa wajar-wajar saja karena enam hari aku
pingsan. Begitu sadar cuma makan buah dan tebu," jawab Wiro sambil tersenyum.
"Tubuhmu terasa lemah, napasmu sesak. Kau telah mengatur peredaran darah serta
jalan per-napasanmu. Apakah kau merasa kekuatanmu sudah kembali?"
"Aku tidak mengerti apa maksud semua ucapanmu itu Bunga. Kalau malam nanti aku
bisa tidur nyenyak besok pagi pasti aku sudah pulih seperti semula."
"Wiro, aku segan mengatakan hal ini padamu. Tapi kalau tidak aku jelaskan aku
khawatir kau bisa mengalami malapetaka yang bisa merenggut jiwamu."
"Bunga, apa sebenarnya yang kau bicarakan ini"!" tanya Wiro. Tambah tidak
mengerti tambah terbayang rasa jengkelnya.
"Wiro, ketahuilah. Akibat apa yang kau lakukan dengan Ratu Duyung kau telah
kehilangan SERIAL WIRO SABLENG
32 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
kekuatan luar dan dalam, juga semua kesaktian yang kau miliki. Itu akan
berlangsung selama seratus hari."
Wiro tidak tampak terkejut malah tertawa lebar. "Kau ini ada-ada saja! Memangnya
aku telah berbuat apa dengan Ratu Duyung" Tadi sudah kujelaskan bahkan sampai
bersumpah! Aku belum memenuhi apa yang dimintanya! Aku memang senang kau
bergurau. Tapi jangan yang aneh-aneh...."
"Aku tidak bergurau Wiro. Jika kau tidak percaya coba kau pukul dan patahkan
cabang pohon ini."
Sosok gadis dari alam gaib itu berkelebat ke atas. Terdengar suara "Kraakk!"
Begitu turun ada sebatang cabang pohon sebesar betis sepanjang lima jengkal.
Bunga pegang patahan cabang pohon itu pada ujung-ujungnya.
"Kerahkan tenaga luarmu. Hantam cabang ini dengan tangan kosong."
"Ini namanya permainan anak-anak," kata Wiro pula. Dengan sikap acuh tak acuh
dia pukulkan pinggiran telapak tangan kanannya.
"Kraaakk!"
Cabang pohon itu patah.
"Kau lihat sendiri!" ujar Wiro sambil mengusap dengan kanannya. "Cabang pohon
itu dengan mudah dapat kupatahkan!"
"Kenyataannya begitu. Tapi aku melihat kerenyit kesakitan pada wajahmu. Lihat
tangan kananmu. Merah! Sebentar lagi pasti membengkak! Hal itu tidak akan
terjadi jika kau masih memiliki ilmu kesakItlan...."
Pendekar 212 jadi terdiam. "Jangan-jangan apa yang dikatakan gadis ini benar..."
pikir Wiro sambil perhatikan tangan kanannya yang kemerahan dan berdenyut sakit.
"Sekarang kerahkan tenaga dalammu, pukul batlang pohon itu! Kau boleh
mengeluarkan ilmu pukulan apa saja! Jika kau memang masih memiliki kesaktian dan
tenaga dalam tinggi, batang pohon yang tak seberapa besar itu pasti dapat kau
hancurkan hingga tumbang!"
Merasa diperlakukan seperti orang bodoh atau seolah seorang yang baru belajar
ilmu silat Wiro segera kerahkan tenaga dalamnya ke tangan kanan. Dia siap untuk
menghantam batang kayu SERIAL WIRO SABLENG
33 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
itu dengan pukulan segulung ombak menerpa karang! Saat itulah dia menyadari
bahwa dia tidak bisa menghimpun tenaga dalamnya di bagian pusar, apalagi
mengalirkannya ke tangan yang hendak melepas pukulan sakti itu.
"Gila! Aku tidak percaya!" kertak Wiro dalam hati. Dia melompat sambil hantamkan
tangan kanannyal ke batang pohon.
Pukulannya menghantam telak. Batang kayu itu, tidak bergeming sedikit pun. Hanya
kulit kayunya yang sudah lapuk pecah berjatuhan. Wiro berteriak kaget dan
kesakitan. Tubuhnya terlempar beberapa langkah. Untung tidak sampai terbanting
jatuh punggung. Terbungkuk-bungkuk menahan sakit dia pegangi tangan kanannya.
Dalam keadaan seperti itu dia memandang tak percaya pada tangan kanannya.
Tangannya pecah dan mengucurkan darah. Wiro berpaling pada Bunga, hendak
bertanya tapi tak kuasa membuka mulut. Dengan kain pengikat kepalanya Wiro
membalut luka di tangan kanannya.
"Sulit kupercaya..." kata Pendekar 212 perlahan. Diam-diam dia coba mengerahkan
tenaga dalamnya ke perut. Seperti tadi tidak terjadi apa-apa. Dia ticlak mampu
melakukan. "Coba kau kerahkan aji kesaktian menyiapkan pukulan sinar matahari," kata Bunga.
Wiro segera melakukan apa yang dikatakan si gadis. Beberapa saat berlalu. Tangan
kanannya bergetar. Namun tidak terjadi apa-apa. Biasanya jika dia siap
mengeluarkan pukulan sinar matahari maka tangannya sebatas siku sampai ke ujung
jari akan berubah menjadi seputih perak.
"Aku tidak mampu melakukannya!" kata Wwo setengah berteriak. Mukanya tampak
sangat pucat Bunga masih belum puas menguji dan membuktikan apa yang terjadi dengan Pendekar
212. Maka dia pun berkata. "Cabut kapak saktimu. Tebas batang pohon di depan sana!"
Kembali Wiro melakukan apa yang dikatakan Bunga.
Ketika Kapak Maut Naga Geni 212 dicabutnya dari balik pinggang dia merasa heran
dan berkata, Aneh, kenapa senjata ini yang biasanya ringan kini terasa begitu
berat... Wiro mulai kerahkan tenaga dalamnya. Biasanya begitu tenaga dalam mengalir ke
tangan sepasang mata kapak akan mengeluarkan sinar terang menyilaukan disertai
membersitnya hawa panas. Tapi kini hal itu sama sekali tidak terjadi. Wiro
memaksakan dengan segala daya. Tetap sia-SERIAL WIRO SABLENG
34 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
sia malah tubuh dan mukanya jadi mandi keringat sedang senjata yang dipegang
terasa bertambah berat.
Dalam keadaan seperti itu Wiro masih belum dapat menerima kenyataan yang terjadi
atas dirinya. Didahului teriakan keras yang kini tidak memiliki gema hebat
karena tidak disertai aliran tenaga dalam dia melompat dan hantamkan Kapak Maut
Naga Geni 212 ke batang pohon di hadapannya.
"Kraaakk!"
Kepingan kayu berpelantingan. Kapak amblas ke batang pohon sedalam seperempat
jengkal tapi tidak terduga senjata itu terlepas dari pegangan Wiro dan mental
lalu membalik dan menghantam ke arah kepalanya.
"Gila!" maki Pendekar 212. Dia cepat jatuhkan diri untuk menghindari senjata
makan tuan yang bisa membunuhnya. Tapi astaga! Gerakannya begitu lamban. Kapak
Maut Naga Geni 212
menyambar lebih cepat daripada gerakannya mengelak. "Aku tak mampu mengelak!
Kepalaku...!"
Sesaat lagi salah satu mata kapak akan menancap di keningnya tiba-tiba dari
samping bea kelebat satu bayangan putih. Wiro merasakan sambaran angin yang
sangat keras. Sebenarnya sambaran angin itu biasa-biasa saja dan tidak ditujukan
ke arahnya. Namun karena dia kini tidak memiliki kekuatan dan kesaktian apa-apa
maka sambaran angin tadi sempat membuatnya terpelanting da jatuh duduk di tanah.
Ketika dia memandang ke depan dilihatnya Bunga tegak sambil memegang senjata
mustikanya. Gadis ini lalu melangkah mendekati Wiro dan mengembalikan kapak itu.
Wiro meletakkan Kapak Maut Naga Geni 212 di pangkuannya. Untuk beberapa lamanya
kedua matanya memandangi senjata mustika itu tanpa berkedip.
"Apa yang terjadi dengan diriku..." desisnya perlahan. Matanya dipejamkan. Tubuhnya bergetar
mnahan goncangan perasaan. "Eyang guru! Tuhan! Apa yang terjadi dengan diriku!"
teriak Wiro sambil mengangkat kedua tangannya. Lalu kedua tangan itu terkulai
lemah ke bawah.
"Apa semua ini karena dosaku menggauli Ratu Duyung"! Tuhan, Kau tahu apa yang
aku lakukan hanya dengan niat menolong semata. Tidak ada nafsu keji dan kotor!
Lagipula bukankah aku belum melakukan apa-apa...."
"Wiro." Satu suara menegurnya dan satu tanga yang lembut membelai rambut di
belakang SERIAL WIRO SABLENG
35 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
kepalnya. "Bunga.... Aku tidak mengerti semua ini! Mengapa aku jadi begini" Tenaga luarku
lenyap. Tenaga dalam musnah! Kesaktian hilang! Aku merasa seolah seperti mati saja!"
"Wiro, dengar ucapanku. Aku akan memberitahu apa yang aku ketahui," kata Bunga
pula. "Kau tahu, aku tahu dan Tuhan pun tahu maksud baikmu menolong Ratu Duyung yang
telah menanam budi dan jasa serta menyelamatkanmu dari maut. Namun dalam dunia
Ratu Duyung berada, bersentuhan badan tanpa terhalang oleh pakaian akan membuat
orang luar mengalami malapetaka. Jika dia seorang biasa saja yaitu tidak
memiliki tenaga luar yang kuat, tidak mempunyai tenaga dalam serta kesaktian
maka malapetaka itu bisa membuat dirinya menemui ajal.
Jika dia tidak tewas maka dia akan menjadi lumpuh seumur hidupnya. Sebaliknya
jika orang luar itu keadaan seperti dirimu yakni memiliki tenaga dalam dan
tenaga luar yang tinggi serta berbagai kesaktian maka semua apa yang dimilikinya
itu akan lenyap...."
"Ya Tuhan!" seru Wiro. Pemandangannya menjadi kelam. Tubuhnya menghuyung. Bunga
cepat enahan bahu Pendekar 212. "Tenang Wiro, keteranganku belum selesai."
"Aku saat ini tak lebih dari seorang manusia tidak berguna. Apa gunanya
hidup...?"
"Dengar Wiro, semua yang kau miliki itu akan lenyap. Tapi tidak untuk selama-
lamanya...."
Wiro seperti tidak mau mendengarkan lagi. Kealanya digeleng-gelengkan.
"Tenaga luar dan dafam serta kesaktianmu haya lenyap selama seratus hari Wiro.
Setelah itu pn1ua itu akan kemba!i dengan sendirinya. Hanya saja mungkin kau
perlu untuk melatihnya kembali barang sebulan dua bulan...."
"Apakah Ratu Duyung mengetahui akibat yang bakal terjadi atas diriku?"
"Tentu saja dia mengetahui," jawab Bunga.
"Gadis setan! Dia tidak memberitahu padaku!"
Bunga terdiam sesaat lalu berkata dengan suara perlahan. "Terus terang aku
cemburu terhadapnya.Cemburu terhadap hubunganmu dengan dia. Tapi dalam hal ini
jangan kau salahkan dirinya. Dia tidak mungkin mengatakan hal itu padamu. Karena
kalau dikatakannya kau pasti tidak akan mau menolongnya...."
"Tapi...." Wiro menarik napas dalam-dalam. Kedua tangannya dikepalkan. "Aku
merasa SERIAL WIRO SABLENG
36 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
ditipu!" "Tidak ada yang menipumu Wiro. Apa yang terjadi memang pahit. Mungkin sudah
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
begitu jalan nasibmu...."
"Ini bukan jalan nasib! Ini gila!" kata Pendekar 212 pula.
"Wiro, dalam keadaanmu seperti ini kau harus segera menghilang dari dunia
persilatan. Paling tidak selama seratus hari sebelum kekuatan luar dalam serta
kesaktianmu kembali pulih...."
"Aku harus menghilang dari dunia persilatan" Apa maksudmu Bunga?"
"Apa kau tidak menyadari" Tanpa kemampuan apa-apa kau berada dalam bahaya besar.
Jika satu saja dari sekian banyak musuhmu mengetahui apa yang terjadi dengan
dirimu maka kau pasti akan dicarinya dan dibunuh dengan mudah! Kau tak mungkin
menyelamatkan diri!"
Berubahlah paras murid Sinto Gendeng. Lama dia terdiam, sebelum bertanya dengan
nada putus asa. "Bunga, apakah tidak ada satu cara untuk dapat mengembalikan
kekuatan dan kesaktianku tanpa harus menunggu sampai seratus hari?"
Bunga menggeleng. "Aku ikut sedih atas apa yang kau alami. Tidak seorang pun
bisa menolongmu Wiro. Juga aku...."
Apa yang harus aku lakukan sekarang" Otakku sepertinya tak bisa berpikir lagi.'
"Aku sarankan kau pergi ke tempat kediaman gurumu di Gunung Gede. Itu tempat
paling aman bagimu...."
"Kau benar. Tapi dalam keadaanku seperti ini tidak mudah bagiku mengadakan
perjalanan sejauh itu...." Wiro memandang berkeliling. "Kita berada dimana saat
ini" Apa nama tempat ini."
"Kita berada di Bukit Jatianom. Jauh di sebelah tenggara Gunung Merapi. Jika kau
mengira tempat ini aman bagimu, aku tidak bisa menjamin...."
"Apapun yang akan terjadi dengan diriku di tempat ini, rasanya aku tidak akan
mau pergi ke mana-mana. Kalaupun aku harus mati biar saja aku menemui ajal di
sini...." Jika itu keputusanmu dan tak bisa dirubah aku tak bisa berbuat apa-apa. Saat ini
aku harus kembali ke duniaku...."
Wiro terdiam. Dia merasa lebih aman jika Bunga berada bersamanya di tempat itu.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Sayang aku tidak bisa melakukan. Aku sudah
terlalu lama SERIAL WIRO SABLENG
37 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
berada dalam duniamu. Aku harus pergi Wiro.... Jaga dirimu baik-baik."
Wiro mengangguk.
"Apakah kau masih menyimpan kembang kenanga yang pernah aku berikan dulu?" tanya
Bunga. Wiro seperti tersentak. Dia meraba pakaian putihnya.
"Kau tak bakal menemui bunga itu di sana. Aku juga telah memeriksa pakaian yang
kau kenakan sebelumnya. Bunga itu pasti tertinggal di tempat Ratu Duyung...."
"Berarti jika aku memerlukanmu aku tidak bisa memanggilmu. Apakah kau bisa
memberikan satu lagi padaku?"
"Bunga sakti yang mampu memanggilku itu hanya muncul sekuntum dalam tujuh
tahun...."
Wiro seperti dihenyakkan. Jelas kalau terjadi apa-apa dengan dirinya dia tidak
mungkin memanggil gadis dari alam gaib itu untuk menolongnya.
"Aku akan berusaha memperhatikan dirimu dari alamku. Mudah-mudahan saja tidak
terjadi apa-apa selama seratus had mendatang. Aku harus pergi sekarang Wiro...."
Pendekar 212 Wiro Sableng berdiri. Dia melangkah mendekati si gadis dan ulurkan
tangannya untuk merangkul. Namun dia seperti lenyap dari pemandangan.
Untuk beberapa lamanya Wiro tegak tertegun. Lalu dia ingat sesuatu dan sekaligus
mengorrael menyesali diri.
"Mengapa tadi aku tidak meminta tolong pada Bunga agar menemui Eyang Sinto
Gendeng. Memberitahu keadaanku saat ini. Ah, otakku seolah tidak bisa bekerja lagi!
Untung Pangeran Matahari sudah tewas di Pangandaran. Kalau dia masih hidup dan
mengetahui apa yang terjadi dengan diriku, niscaya aku akan menemui ajal secara
mudah di tangannya!"
Wiro menghela napas dalam berkali-kali. Dia balikkan tubuhnya dan memandang ke
arah goa. Apa aku harus mendekam bersembunyi selama seratus hari di goa itu" Belum apa-apa
rasanya sudah seperti mau mati! Daripada mati di dalam goa ini lebih mati di
tempat lain!"
Wiro alihkan pandangannya ke lembah. "Astaga!" Tiba-tiba murid Sinto Gendeng ini
ingat akan ilmu "Pukulan Harimau Dewa".
"Bukankah ilmu kesaktian itu bisa dikeluarkan tanpa mengandalkan tenaga dalam?"
pikir SERIAL WIRO SABLENG
38 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Wiro. Tanpa tunggu lebih lama dia segera tiup tangan karannya.
Lalu telapak tangan dikembangkan lebar-lebar. Matanya membeliak dan tengkuknya
menjadi dingin ketika pada telapak tangan kanannya sama sekali tidak muncul
gambar kepala harimau putih bermata hijau. "Datuk Rao Bamato Hijau,... Datuk Rao
Basaluang Ameh. Apakah kalian juga telah meninggalkan diriku?" ujar Wiro dengan
suara bergetar. Dia tidak ingat kapan terakhir sekali mengeluarkan air mata.
Yang jelas saat itu dirasakannya kedua matanya berkaca-kaca. "Sebesar apakatt
dosa yang telah aku perbuat hingga jatuh kutuk begini hebat terhadapku?"
Perlahan-lahan Wiro duduk di tanah. Sekujur tubuhnya terasa lemah. Terbayang
olehnya wajah Eyang Sinto Gendeng dan Kakek Segala Tahu. Setengah mengumpat dia
berkata. 'Kalian berdua memberi dorongan agar aku menolong Ratu Duyung. Kalian
seharusnya tahu apa akibatnya! Kalian menipuku! Menipuku!" Kata terakhir
diucapkan Niro dengan berteriak dan tubuh bergetar!
*** ENAM LANGIT biru disaput awan kelabu di sana-sini. Walau purnama memancarkan sinarnya
yang putih terang namun tiupan angin membuat sebentar-sebentar awan kelabu
menutupinya. Walau sesekali angin bertiup kencang namun air laut tampak setenang
air danau. Sebuah perahu kayu yang layarnya baru saja digulung kelihatan
meluncur perlahan memasuki Teluk Siburu.
Penumpangnya seorang kakek berambut putih duduk melunjur, enak-enakan
menyandarkan SERIAL WIRO SABLENG
39 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
punggung dan kepalanya ke bagian haluan. Sulit untuk diketahui apakah orang tua
ini tengah terlelap tidur atau bagaimana. Sepasang matanya membentuk lobang
dalam di atas pipinya yang cekung. Wajahnya yang tidak berdaging seolah sebuah
tengkorak hidup.
Sayup-sayup di kejauhan terdengar suara ombak memecah. Suaranya agak aneh karena
bukan memecah di pasir pantai tetapi memecah setelahmenghantam gugusan batu-batu
karang tinggi runcing laksana barisan raksasa penjaga pulau.
"Terima kasih Tuhan! Akhirnya kau selamatkan aku sampai ke pulauku kembali!"
Orang tua muka tengkorak usap wajahnya yang ditumbuhi kumis dan janggut putih.
Perlahan-lahan dia bangkit dan duduk di lantai perahu. Dia menyeringai ketika
melihat deretan batu-batu karang tinggi itu. Apa yang dilihatnya itu membuat dia
teringat pada Pendekar 212 Wiro Sableng yang kini jauh berada di tanah.
Beberapa tahun yang lalu dia telah menggembleng Wiro di salah satu puncak batu
karang itu hingga si pemuda memiliki daya tahan yang hebat pada kedua kakinya,
bertambah tinggi ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalamnya.
"Anak setan itu rejekinya besar sekali. Setelah memiliki Kitab Putih Wasiat Dewa
sulit dicari manusia yang bisa menandinginya. Siapa menyangka semudah itu dia
bakal menjadi dedengkot nomor satu menguasai dunia persilatan... Tapi lain sang
murid lain sang guru. Sinto Gendeng tua bangka konyol. Tak kuikuti kemauannya
pergi ke Gunung Gede dia merajuk marah! Tua bangka masih seperti anak-anak!
Jangan harap aku akan menjejakkan kaki lagi di tanah Jawa. Jangan harap aku mau
ketemu dia lagi!"
Sepasang mata si orang tua yang cekung lebar tampak tambah lebar dan
menggidikkan ketika dia memandang jauh-jauh ke arah deretan batu-batu karang di
pantai. Sementara angin kembali meniup awan kelabu menutupi bulan. Keadaan di
sekitar pantai menjadi redup gelap.
"Air laut pasang besar. Tak sedap rasanya mendarat di tempat itu. Kalau dulu
mungkin aku masih suka berbuat gila. Bermain-main dengan ombak dan batu karang!
Sekarang aku harus tahu diri. Tenaga sudah banyak terkuras oleh usia. Hik...
hik! Biar aku mencari tempat mendarat yang empuk. Di bagian pantai sebelah
timur. Di antara pohon-pohon bakau...."
Seperti tak acuh kakek ini dorongkan tangan kanannya ke samping perahu. Air laut
tampak SERIAL WIRO SABLENG
40 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
bergelombang. Perahu kayu itu bergerak ke kiri lalu meluncur menuju bagian
pantai di sebelah kiri barisan batu-batu karang.
Semakin dekat ke pantai yang ditumbuhi pohon-pohon bakau semakin gembira orang
tua itu. Dari mulutnya melengking tinggi suara nyanyian.
Jauh berjalan ke tanah Jawa
Kembalinya ke Andalas juga
Bertemu kekasih di masa muda
Sudah tua tapi masih mau bermanja
Ha... ha... ha! Hik... hik... hik!
Di tepi pantai, di antara kerimbunan pohon bakau dan kegelapan malam seorang
perempuan tua bermuka putih keluarkan ucapan merutuk dalam hati.
"Tidak meleset dugaanku! Lelaki bangsat itu pergi ke tanah Jawa untuk menemui
gendaknya si Sinto Gendeng!"
Baru saja perempuan ini menggerendeng begitu rupa tiba-tiba ada seseorang
mendatanginya dan berbisik. "Sabai, kau lebih mengenali suara musuh! besar kita.
Aku yakin yang datang naik perahu itu memang orang yang kita tunggu-tunggu!"
"Keyakinanmu tidak keliru. Siapkan teman-teman. Tunggu sampai aku memberikan
tanda baru menyerbu!"
"Agaknya dia datang hanya sendirian. Tidak membawa muridnya yang jadi musuh
besar kami"!"
Sabai Nan Rancak, si nenek muka putih berjubah hitam yang adalah guru Puti
Andini si Dewi Payung Tujuh menjawab. "Itu lebih memudahkan bagi kita untuk
membantainya. Setelah dia mampus baru kita cari muridnya. Sekarang lekas pergi.
Atur siasat dengan teman-teman seperti yang sudah kita bicarakan! Jangan sampai
setan tua itu lolos!"
Orang yang berdiri di samping si nenek anggukkan kepala. Tanpa banyak bicara
lagi dia segera meninggalkan tempat itu dan lenyap di kegelapan malam.
SERIAL WIRO SABLENG
41 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Di atas perahu, kakek berpakaian dan berambut putih kembali menyanyi.
Bagus cantik negeri orang
Buruk kusut negeri sendiri
Lebih baik negeri orang.... Eh! Salah! Hik... hik... hik!
Lebih baik negeri sendiri!
Berlayar kepalang jauh
Tubuh dan tulang yang akan mengumpat
Bercinta dengan orang jauh
Walau sakit terasa nikmat Ha... ha... ha...!
Air pasang di keliling pulau
Air terjun di tengah rimba
Senang sungguh pulang ke pulau
Walau rindu menanggung cinta Siapuh! Ha... ha... ha!
Perahu kecil itu meluncur perpahan, berkelok mencari jalan di antara akar-akar
pohon bakau yang bertumbuhan sepanjang pantai.
"Tek... tek... trek... tek... tek."
Tiba-tiba ada sesuatu menyentuh badan perahu, mengeluarkan suara aneh. Semakin
jauh perahu kayu itu masuk mendekati tepi pasir semakin sering suara itu
terdengar. Orang tua di atas perahu buka matanya lebar-lebar, perhatikan air
laut di sekitarnya. Tampangnya yang angker tampak tercekat ketika melihat benda
apa yang telah menyentuh badan perahunya hingga mengeluarkan suara
berkepanjangan.
"Tengkarak manusia...! Begini banyak! Darimana asalnya kata orang tua tadi. Dia
memandang berkeliling. Perasaan heran berubah menjadi galau tidak enak. Puluhan
tengkorak kepala manusia SERIAL WIRO SABLENG
42 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
mengambang di permukaan air laut. Bergerak kian kemari lalu membentur badan
perahu. Ada juga yang terapung-apung di sela-sela akar pohon bakau.
"Tampaknya ini satu penyambutan yang direncanakan. Siapa yang punya
pekerjaan...." Orang tua di atas perahu lalu ingat peristiwa hampir setahun
silam. Dadanya berdebar keras. "Jangan-jangan ini ulah Datuk Tinggi Raja Di
Langit. Tapi bukankah dia sudah dipendam dalam makam tanpa nisan itu" Mana
mungkin dia bisa lolos dan masih hidup...!" (Siapa adanya Datuk Tinggi Raja Di
Langit harap baca serial Wiro Sableng berjudul Makam Tanpa Nisan).
"Tua Gila! Selamat kembali ke pulaumu! Malam ini pulau ini akan menjadi pulau
kematianmu!" Satu teriakan menggema di tempat itu.
Orang tua di atas perahu terkesiap. "Itu bukan suara Datuk Tinggi Raja Di
Langit..." katanya dalam hati.
"Jahanam! Siapa berani berbuat gila di pulau kediamanku!" bentak orang tua di
atas perahu yang ternyata adalah tokoh silat si Tua Gila yang paling ditakuti di
seantero pulau Andalas, menyandang beberapa julukan. Diantaranya Pendekar Gila
Patah Hati dan Iblis Gila Pencabut Jiwa. Bentakan Tua Gila begitu kerasnya
hingga air laut tampak beriak dan daun-daun pohon bakau terdengar berdesir.
Sebagai jawaban dari sepanjang tepi pasir yang gelap terdengar suara tertawa.
"Kami malaikat maut utusan dari neraka yang ngin mencabut nyawamu!"
"Mengorek jantungmu!"
"Membedol isi perutmu!"
"Cacing-cacing malam! Tanganku jadi gatal! Jangan bertindak pengecut!
Perlihatkan diri kalian! Atau aku si Tua Gila akan memecahkan kepala kalian satu
persatu!" Kembali dari arah daratan terdengar suara tertawa. Lalu ada seseorang berseru.
"Kami belum merasa perlu memperlihatkan diri. Kehadiran kami audah diwakili oleh
puluhan tengkorak yang mengapung di permukaan air laut! Itu adalah tengkorak
orang-orang yang kau bunuh dimasa lalu!"
Tua Gila sempat terkesiap tapi segera pula dia tertawa gelak-gelak. "Kalau yang
menyambutku sudah jadi tengkorak, kalian rupanya adalah setan-setan kesasar yang
gentayangan minta mati dua kali! Ha... ha... ha!"
SERIAL WIRO SABLENG
43 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Sudah mau jadi bangkai masih saja bicara sombong!"
Suara orang kali ini datang dari sebelah atas. Tua Gila cepat mendongak ke atas
pohon bakau. Sesosok tubuh berpakaian hitam yang mendekam di atas pohon itu secepat kilat
melompat ke pohon bakau lainnya. Tua Glla angkat tangan kanannya, siap untuk
melepas satu pukulan sakti.
Tapi niatnya dibatalkan. Malah seperti orang tidak beres ingatan dia kembali
bernyanyi. Malam gelap malam gulita
Pulang ke pulau disambut bala
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Boleh saja main gila bersama
Asal siap serahkan nyawa
Ha... ha... ha...!
Tiba-tiba terdengar satu suitan nyaring. Bersamaan dengan itu laksana ketelawar-
kelelawar ganas dari atas pohon-pohon bakau melayang turun enam sosok tubuh.
Tiga senjata berkiblat dalam kegelapan malam. Tiga pukulan tangan kosong
mengandung tenaga dalam tinggi menderu melepas hawa panas. Dari arah tepi pasir
tiga macam senjata rahasia berbentuk paku, pisau terbang dan jarum hitam
menggebubu. Tua Gila berteriak kaget dan marah.
"Pengecut-pengecut jahanam!"
Tubuh berpakaian putih itu melesat ke udara lalu jungkir balik, mencelat ke arah
rumpunan pohon bakau lebat di sebelah kiri. Dua pekikkan menggelegar. Dua orang
yang barusan menyerang dari atas pohon bakau terpental satu tombak lalu tercebur
ke dalam laut. Tak muncul lagi karena amblas dengan kepala pecah!
*** SERIAL WIRO SABLENG
44 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
TUJUH KESUNYIAN seperti menghantu di tempat itu walau di kejauhan suara ombak yang
menghantam batu karang terdengar tidak putus-putusnya. Kematian dua kawan mereka
dalam gebrakan pertama mau tak mau membuat para penyerang yang berada di tempat
itu jadi terkesiap walau hanya seketika.
Di atas pohon bakau yang gelap Tua Gila bergelantungan tak bergerak. Sebilah
pisau terbang menancap di lengan kirinya. Darah mengucur. Beberapa buah jarum
hitam berhasil menyusup di pakaian putihnya. Walau tak sempat melukai tubuhnya
tapi cukup membuat dedengkot rimba persilatan Andalas ini jadi dingin kuduknya
karena dia tahu betul jarumjarum itu pasti beracun.
Dengan mendengus sambil menahan sakit Tua Gila cabut pisau terbang yang menancap
di lengan kirinya. Matanya yang cekung lebar memandang beringas memandang liar
ke arah kegelapan. Dia tidak dapat melihat penyerang gelap yang berada di tepi
pasir namun dia ingat betul kalau tadi ada enam orang yang menyerang dari atas
pohon bakau. Dua berhasil dibunuhnya.
Empat lagi lenyap selamatkan diri.
"Yang empat itu tidak terjun ke dalam laut. Mereka pasti mendekam di pepohonan
bakau sekitar sini!" Tua Gila memperhatikan terus kegelapan di sekelilingnya
lalu mulut kakek bermuka tengkorak ini kelihatan menyeringai. Dia berhasil
melihat salah seorang penyerangnya.
Bergelantung di balik rerumpunan pohon bakau. Tangan kanan Tua Gila yang
memegang pisau bergerak.
Orang yang diserang baru sadar kalau maut mengancamnya ketika pisau terbang itu
hanya tinggal sejengkal di depan matanya. Dia berteriak keras. Coba menghindar
sambil memukul ke depan. Namun pisau terbang lebih dulu menancap di
tenggorokannya.
"Hekkk!"
SERIAL WIRO SABLENG
45 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Dua tangan yang bergelantungan di pohon bakau terlepas. Tubuh orang ini jatuh ke
dalamila menggelepar-gelepar beberapa kali lalu lenyap da permukaan air.
Saat itu pula kembali terdengar suara suita keras. Dari arah pantai menderu tiga
gelomba pukulan sakti. Di bawah kakinya Tua Gila melihat tiga senjata tajam
berkilauan membabat ke ata mengarah kaki, paha dan pinggangnya. pisau terbang
dan jarum-jarum hitam tak ketinggalan mencari sasaran di tubuh kakek muka
tengkorak inil "Jahanam! Dendam apa yang membuat mereka benar-benar hendak membantaiku"!"
kertak Tua Gila.
Batang-batang pohon bakau tiba-tiba berputa berserabutan. Secara aneh melindungi
sosok Tua Gila dari serangan yang datang dari arah pantai. Batang pepohonan itu
hancur berantakan begitu terkena tabrakan angin pukulan sakti. Tua Gila sendiri
tergontai-gontai. Mungkin dia sanggup bertahan dan tetap bergelantungan namun
bahayanya terlalu besar. Dia harus menyelamatkan diri dari serangan senjata
rahasia berupa pisau terbang dan jarum hitam. Belum lagi tiga senjata yang
membabat sebelah bawahi.
"Benar-benar Jahanam." maki Tua Gila. Dia kerahkan tenaga dalam dan terpaksa
biarkan tubuhnya tersapu salah satu angin pukulan lawan. Meski bisa selamatkan
nyawa namun orang tua ini tidak dapat menghindari cidera akibat pukulan jarak
jauh itu. Tubuhnya terpental dua tombak ke kiri. Pinggul kirinya serasa memar.
Sekujur kaki kiri laksana lumpuh. Pisau terbang dan jarum hitam berkesiuran di
atas kepala dan kiri kanannya. Dua tebasan senjata tajam di sebelah bawah
berhasil dielakkannya. Sen-iata ketiga membabat ke kaki kanan. Tua Gila cepat
angkat kakinya yang diserang namun, "Breet!" Ujung lubah putihnya masih sempat
dimakan ujung senjata lawan hingga robek besar.
"Edan! Kalian main gila! Apa kalian kira aku tidak bisa main gila?"
Tubuh Tua Gila melesat ke kiri. Bergelantungan di serumpunan pohon bakau lalu
melesat ke kanan, setelah itu melesat lagi ke jurusan lain. Setiap tubuhnya
berkelebat terdengar jeritan-jeritan mengerikan. Dua dari tiga penyerang
bersenjata menemui ajal dimakan tendangan kaki kanannya.
Yang ketiga disergapnya dari atas. Selagi dia memuntir kepala orang ini dari
arah pantai melesat enam buah pisau terbang. Tua Gila cepat balikkan tubuh dan
pergunakan badan orang yang SERIAL WIRO SABLENG
46 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
dipuntir kepalanya sebagai tameng. Empat pisau menancap telak di kepala, dada
dan perut orang.
Dua lainnya melesat menghantam udara kosong!
Tua Gila cepat kerahkan tenaga dalamnya ke lubuh sebelah kiri yang terasa
lumpuh. Baru saja rasa sakit hendak sirna tiba-tiba dari arah tepi pasir
menyambar satu sinar merah.
"Wuuuss!"
Mula-mula sinar itu membentuk garis lurus. Setengah jalan melebar seperti kipas,
terus menggebu ke arah mana Tua Gila berada.
"Brakkk!"
Dua batu besar yang ada di tepi pasir hancur berentakan dan mengepulkan asap
dihantam sinar merah.
"Kraaaakkk.... Wuuusss...."
Pohon bakau di balik mana Tua Gila berusaha selamatkan diri hancur lebur,
langsung dikobari api. Kalau Tua Gila tidak cepat jatuhkan diri ke laut niscaya
dia ikut lumat dimakan sinar merah yang luar biasa panasnya itu. Terbakarnya
daun dan pohon bakau membuat laut di mana Tua Gila berada menjadi terang
benderang hingga para penyerang gelap lebih mudah melihatnya.
Kembali dari arah tepi pasir sinar merah menderu.
Pukulan Kipas Neraka!" seru Tua Gila yang sejak hantaman pertama sudah
mengenali. "Tak bisa kupercaya! Apa benar dia ikut hendak menjarah nyawaku" Oooo
benar-benar gila!
Dendamnya di masa lalu tak kunjung habis!
Tebaran sinar merah menderu. Di laut dangkal sedada Tua Gila terpaksa menyusup
menyelam ke dalam air, berlindung di balik perahu kayu.
"Hancurkan perahu itu!" Seseorang berteriak.
Lalu, "Wuuuut!" Satu gelombang angin melesat di atas permukaan air laut.
"Braaakkk!"
Perahu kayu milik Tua Gila hancur berkeping-keping. Air laut muncrat setinggi
dua tombak. Tua Gila lenyap dari pemandangan.
"Lenyap! Dia lenyap!" Ada orang berteriak.
"Dia belum tentu mati! Lekas ke muara!" Seseorang berseru berikan perintah.
SERIAL WIRO SABLENG
47 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Baru saja seruan itu lenyap dari arah laut tampak melesat benda-benda bulat.
Dalam kegelapan terdengar suara mengekeh.
"Dajal-dajal tolol! Aku kembalikan hadiah penyambutan pada kalian!"
"Awas serangan tengkorak! Saat itu di udara yang gelap berlesatan benda-benda
bulat putih yang bukan lain adalah tengkorak-tengkorak yang sebelumnya
bertebaran di permukaan laut, sengaja disebar oleh orang-orang yang hendak
membunuh Tua Gila. Kini si kakek pergunakan tengkorak itu sebagai alat penyerang
yang berbahaya hingga orang-orang yang ada di tepi pantai sesaat jadi kalang
kabut. Satu orang roboh muntah darah begitu dadanya dihantam sebuah tengkorak.
"Brakk.. brakkk... braakkk."
Beberapa rangkum angin pukulan menderu ke udara. Belasan tengkorak hancur
bermentalan. "Lepaskan buaya di muara! Seseorang berteriak dalam kegelapan malam.
Dua sosok berkelebat ke arah timur dimana terdapat sebuah sungai kecil. Dengan
cepat mereka menarik sebuah jaring lebar terbuat dari bambu yang sengaja
dipasang di mulut muara. Di belakang jaring bambu ini mendekam lebih dari
selusin buaya laut yang lebih dari sepuluh hari tak pernah mendapat makan.
Begitu jaring penghalang dibuka binatang-binatang yang kelaparan dan telah
mencium bau bangkai segera meluncur ke laut.
Tua Gila melengak kaget ketika melihat munculnya begitu banyak buaya di
permukaan laut.
Binatang-binatang ini dengan ganas melahap mayat-mayat para penyerang yang telah
dibunuh Tua Gila sebelumnya. Namun beberapa ekor di antara mereka segera melesat
ke arah si kakek.
"Aku pemilik pulaul Aku penguasa pulau' Kembali ke tempat kalian!" teriak Tua
Gila. Dua ekor buaya tampak seperti menahan gerakan mereka mendengar bentakan Tua
Gila. Namun yang tiga ekor lagi tidak mau perduli. Mereka terus saja menyerbu ke arah
orang tua itu. "Makhluk tolol!" teriak Tua Gila. Tangan kanannya ditepukkan ke atas permukaan
air laut. Air laut menggelombang muncrat. Tiga ekor buaya terhempas ke belakang. Tapi
segera pula menyerbu kembali dengan lebih ganas. Dua menyusup ke dalam air. Yang
ketiga melesat di permukaan. Tua Gila kerahkan tenaga dalam dan melesat ke udara
setinggi satu tombak. Dia selamat dari serangan dua buaya yang hendak
membantainya di bawah permukaan air. Namun SERIAL WIRO SABLENG
48 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
buaya ketiga datang menyerbu dengan mulut terbuka dan hantaman ekor. Disaat yang
sama dari arah tepi pasir melesat sinar merah. Pukulan Kipas Neraka!
"Oo ladalah! Celaka diri tua keropos ini!" keluh Tua Gila. Salah satu dari dua
serangan yaitu serangan buaya atau Kipas Neraka tak dapat tidak akan melabrak
tubuh kurus si kakek.
"Bukkk!"
Tua Gila memutuskan lebih baik dia menerima hantaman ekor buaya. Kakek ini
terpental sampai enam tombak. Dari keningnya mengucur darah. Tulang pipinya
sebelah kiri retak dan terluka dalam akibat hantaman ekor buaya. Sesaat tubuhnya
terkapar di atas pasir.
"Lekas ringkus manusia jahanam itu!'' Seseorang berseru berikan perintah.
Empat sosok tubuh tinggi besar melompat menyergap ke arah Tua Gila yang saat itu
tengah mengusap darah yang menutupi pemandangan mata kirinya. Tiba-tiba Tua Gila
dorongkan kedua tangannya ke depan.
Empat lelaki yang hendak meringkusnya menjerit keras. Tubuh mereka terpental dan
berguling-guling di atas pasir pantai. Dua orang langsung tak berkutik lagi,
putus nyawa. Dua lainnya dengan megap-megap mencoba bangkit berdiri. Namun
muntahkan darah segar lalu terjungkal roboh.
Tua Gila dengan cepat meneliti wajah keempat orang itu. "Tak satu pun aku kenal.
Pasti mereka hanya cecere-cecere yang dijadikan umpan dan korban!" membatin Tua
Gila. "Siapa yang jadi dedengkot mereka" Satu aku sudah bisa menerka, tapi di
ujung sana kulihat lebih dari sepuluh keparat mendekam dalam kegelapan.
Menginginkan kematian diriku! Gila betul! Hik... hik... hik!
"Tua Gila! Jalan lolos tidak ada bagimu! Jika kau mau serahkan diri, kami
berjanji akan mengurus mayatmu secara baik-baik!" Ada seseorang yang berteriak
dari arah pantai.
Tua Gila tidak mengenali siapakah yang barusan bicara. Sambil mengusap darah di
mukanya yang cekung dia tertawa mengekeh.
"Bagaimana mungkin kalian akan mengurusi mayatku! Kalian akan mampus lebih dulu
darikul Ha...h a... ha! Hik... hik... hik!"
Beberapa orang terdengar menyumpah dalam kegelapan. Lalu, "Wuuut!" Sinar merah
melesat dari arah pantai. Bersamaan dengan itu Tua Gila melihat beberapa orang
berkelebat ke arahnya.
SERIAL WIRO SABLENG
49 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Masing-masing lepaskan pukulan tangan kosong berkekuatan tenaga dalam tinggi.
Pantai laksana disapu topan, pasir beterbangan. Air laut bergelombang dan batu-
batu yang ada di tepi pantai bergetar keras. Beberapa diantaranya terbongkar dan
menggelinding jauh.
Tua Gila jatuhkan diri sama rata dengan pasir pantai. Sambil menelentang di
pasir dia balas menghantam ke depan. Tenaga dalamnya yang tinggi bentrokan
dengan gabungan beberapa tenaga dalam yang serempak menggempurnya. Terjadilah
hal yang hebat. Tubuh Tua Gila laksana sehelai daun dihantam angin puting
beliung melesat ke udara. Pakaian putihnya robek hampir di setiap sudut. Dari
mata, telinga, hidung dan mulutnya mengucur darah, dalam keadaan seperti itu
tubuhnya jatuh terhantar di balik lamping batu karang.
Di arah pantai delapan orang terjengkang di pasir. Dua tak bangun lagi, dua
bangkit terhuyung-huyung. Yang empat cepat melompat berdiri seolah-olah tidak
menderita atau cidera apa-apa.
Di balik batu karang Tua Gila cepat mengatur jalan darah, pernapasan dan tenaga
dalam. Dia hanya sanggup menghentikan kucuran darah. Namun rasa sakit seperti
menguliti sekujur badannya. Terbungkuk-bungkuk dia melangkah tertatih-tatih,
masuk lebih dalam ke balik batu karang. Denyutan luka akibat hantaman ekor buaya
di kepalanya seolah palu godam yang hendak menghancurkan batok kepalanya. Di
satu tempat yang dirasakannya aman, di antara celah dua batu karang orang tua
ini jatuhkan diri. Dia cepat duduk bersila. Kembali mengatur jalan napas,
peredaran darah dan tenaga dalam.
"Ada yang tak beres dengan diriku. Tenaga dalamku sulit dialirkan. Seolah urat-
urat besarku terbendung di beberapa bagian. Pukulan Pembendung Tenaga! Kalau
bukan karena itu tak mungkin aku begini! Celaka! Apa benar ada pukulan sehebat
itu" Siapa diantara mereka yang memiliki" Perempuan celaka itu pasti bukan!
Sialan gila! Kalau tahu bakalan begini lebih baik aku mengikuti kata-kata Sinto
Gendeng. Jangan buru-buru kembali ke Andalas ini."
"Tua Gila! Kami tahu kau mengalami cidera berat! Apa masih belum mau serahkan
diri?" Dari arah pantai terdengar teriakan orang.
SERIAL WIRO SABLENG
50 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Jahanam!" Tua Gila merutuk. Perlahan-lahan dia bangkit berdiri dan mengintai
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari balik batu karang. Baru saja kepalanya muncul sedikit dari arah pantai
menyembur sinar merah Pukulan Kipas Neraka!
"Wuusss!"
Sinar itu dengan dahsyatnya menyebar laksana kipas satu tombak di depan batu
karang. "Braakkk! Byuumr!"
Batu karang setinggi empat tombak itu laksana ditebas petir. Bagian atasnya yang
terkutung mencelat masuk ke dalam laut! Tua Gila merasakan kakinya bergetar dan
cepat menjauh dari batu karang yang kini menyerap panas sinar Pukulan Kipas
Neraka hingga tak ubahnya seperti bara api.
Tua Gila cepat menyingkir ke balik gugusan batu karang lainnya. Dalam kegelapan
dia keluarkan senjata yang paling diandalkana yakni segulung benang yang disebut
Benang Kayangan.
"Tua Gila! Kami memberi kesempatan sampai tiga hitungan! Jika kau tidak keluar
dari balik batu karang menyerahkan diri! Kami akan menyerbu dan membunuhmu!"
"Masuki Silahkan masuk! Pintu neraka sudah kubuka lebar-lebar untuk kalian!"
teriak Tua Gila lalu masih bisa tertawa gelak-gelak.
Di tepi pandai dalam kegelapan beberapa orang segera berunding. Kebanyakan
mereka tidak setuju untuk menyerbu ke balik balu karang dimana musuh
bersembunyi. Walau lawan diketahui sudah terluka tetapi terlalu besar bahayanya
untuk menyerbu.
"Saatnya kita menjalankan siasat yang sudah diatur!" berkata seseorang di antara
mereka. "Aku setuju!" jawab orang di sebelahnya. Mereka yang ada di situ sama memandang
pada nenek bermuka putih mengenakan jubah hitam seolah menunggu putusan.
"Kurasa memang sudah saatnya kita menjalankan siasat." nenek muka putih Sabai
Nan Rancak akhirnya angkat bicara. Matanya melirik ke arah gugusan batu karang.
Tiba-tiba dia melihat sesuatu. Serta merta perempuan tua ini berteriak, "Awas
serangan Benang Kayangan!"
*** SERIAL WIRO SABLENG
51 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
DELAPAN SATU benda halus berkilat melesat dalam kegelapan malam. Sabai Nan Rancak cepat
berkelebat menyingkir. Tiga orang di sebelahnya melakukan hal yang sama,
berpencar mencari selamat. Dua orang lagi yang tadi cidera akibat bentrokan
tenaga dalam dengan Tua Gila bernasib sial. Cidera yang mereka alami membuat
mereka bertindak agak lamban. Ujung Benang Kayangan laksana kawat baja menusuk
ke tenggorokan orang di sebelah kanan. Lehernya kemudian terpuntir melintir dan
robek besar. Dari mulutnya terdengar suara seperti ayam dipotong. Sebelum
tubuhnya roboh ke tanah Benang Kayangan berkelebat ke kanan. Korban ke dua
menyusul. Benang sakti itu menusuk kepalanya. Masuk dari pelipis kiri tembus sampai ke
pelipis kanan! Tua Gila sentakkan gulungan benang kayangan. Sentakan ini seolah
tebasan senjata tajam yang membuat kepala orang hampir terbelah.
Empat orang yang ada di tempat itu termasuk Sabai Nan Rancak berteriak marah.
Tua Gila tertawa mengekeh. Gulungan Benang Kayangan kembali disentakkannya.
Benang sakti ini menderu ke arah nenek muka putih.
"Tua Gila! Jangan berani menjajal diriku!" teriak Sabai Nan Rancak, Sambil
dorongkan tangan kanannya perempuan tua ini melesat setinggi dua tombak. Dua
sinar merah menderu. Tua Gila cepal tarik benang saktinya. Ujung senjata ini
kemudian meluncur ke arah kedua pergelangan kaki Sabai Nan Rancak. Tapi si nenek
tak kalah cepat. Berlaku cerdik, sambil melipat kakinya ke atas dia kirimkan
serangan Kipas Neraka ke arah batu karang dibalik mana lawan berada.
Tua Gila terpaksa sentakkan benang saktinya dan cepat-cepat menyingkir dia
gerakkan senjatanya demikian rupa hingga benang sakti itu melibat ke arah
pinggang si nenek muka putih.
"Wusss! Braakkk!"
SERIAL WIRO SABLENG
52 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Batu karang di depan sana hancur berantakan dihantam Pukulan Kipas Neraka. Tua
Gila jatuhkan diri sama rata dengan tanah. Tangannya digerakkan. Ujung benang
sakti yang tadi menyambar ke arah pinggang si nenek kini membeset ke dadanya.
"Siapa takutkan benang keparat ini!" teriak Sabal Nan Rancak. Aji pukulan sakti
di tangannya menyambar ke ujung Benang Kayangan.
"Wuss... wussss!"
Benang Kayangan yang putih berkilat berubah menjadi merah lalu berubah menjadi
jalur apit Tua Gila tersentak kaget ketika melihat senjata saktinya terbakar.
Cepat dia menarik gulungan benang lalu memutusnya sebelum api menjalar lebih
jauh. Di sebelah sana si nenek muka putih keluarkan pekikan keras ketika
dapatkan lengan jubah hitamnya robek dan putus sedang tangannya sendiri tersayat
mengucurkan darah. Saking geramnya perempuan ini keluarkan bentakan keras lalu
hantamkan Pukulan Kipas Neraka dengan tangan kiri kanan sekaligus!
Pantai itu laksana dilanda badai dan gempa. Tiga ujung batu karang hancur lebur.
Pasir dan air laut muncrat ke udara. Di balik batu karang Tua Gila gulingkan
diri cari selamat. Darah kembali mengucur dari hidung dan telinganya sedang
kedua matanya mendenyut sakit.
Dalam keadaan tubuh kuyup oleh air laut dan kotor oleh pasir Tua Gila bangkit
berdiri. Saat itulah di atas hancuran tiga batu karang tampak berdiri tiga sosok
tubuh manusia. Sosok pertama yang sangat dikenali oleh Tua Gila adalah sosok si
nenek muka putih Sabai Nan Rancak yang tegak dengan kedua telapak tangan
terkembang dan memancarkan sinar merah pertanda dia kembali siap melepaskan dua
Pukulan Kipas Neraka sekaligus!
"Jadi memang kau rupanya yang punya pekerjaan Sabai!" ujar Tua Gila seraya tegak
dan bersandar ke dinding karang.
Si nenek tertawa panjang. "Untung kedua matamu tidak kuhancurkan hingga kau
masih bisa mengenali diriku, mengetahui siapa yang membunuhmu sebelum nyawamu
kukirim ke neraka!"
Tua Gila ganda tertawa. "Mati di usia setua ini bukan lagi satu hal yang
menakutkan bagi diriku!" jawab orang tua itu sambil meludahkan darah yang
memenuhi mulutnya. "Kau sendiri apa yang membuatmu masih betah hidup di dunia
ini berlama-lama"!'
SERIAL WIRO SABLENG
53 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Saat penantian memang aku butuhkan. Aku akan tenteram berada di liang kubur
kalau kau sudah mampus di tanganku dengan jantung terbongkar, otak berceceran
dan isi perut berbusaian!"
Tua Gila tertawa gelak-gelak. "Kukira kau sengaja hidup menanti berlama-lama
menunggu kehadiranku untuk melamarmu! Ha... ha... ha...!
Paras putih Sabai Nan Rancak berubah menjadi merah. Lelaki tinggi besar yang
tegak di atas hancuran batu karang sebelah kanan keluarkan suara menggembor lalu
berkata. "Sabai Nan Rancak, jangan terlalu serakah. Kalau kau membongkar jantungnya,
menjebol isi perut dan membuat berantakan otaknya lalu aku dapat apa"! Hanya
kebagian tahinya" Ha... ha...
hal Sabai Nan Rancak sahabatku, kau bahkan belum memberi kesempatan padaku untuk
mengeluarkan Ilmu Hawa Neraka"
"Perlu apa kau bersusah payah kalau Pukulan Kipas Nerakaku sudah cukup
membuatnya terkencing darah!" jawab Sabai Nan Rancak, membuat dua lelaki yang
tegak di dua gugusan batu karang tertawa gelak-gelak.
Tua Gila melirik ke arah orang yang barusan bicara. "Hemmm.... Tubuh tua bangka
tinggi besar, berkulit hitam seperti arang. Berdestar tinggi merah. Mengenakan
pakaian gombrong serba hitam. Janggut dan kumis selebat hutan. Aku tidak kenal
siapa adanya keparat ini!"
"Anjing hitam kau siapa"!" Tua Gila membentak.
Orang tua di atas runtuhan batu karang menggereng keras. Kedua tangannya segera
digosokkan. Sabai Nan Rancak cepat mengangkat tangan sambil; berseru. "Sobatku,
jangan terpancing oleh ucapani tua bangka keparat ini! Bukankah kita sudah
berjanji] untuk tidak membunuhnya secepat membalikkan telapak tangan" Nyawanya
akan kita korek sedikit demi sedikit! Sebelum dia mampus ada baiknya kau
terangkan siapa dirimu dan mengapa kau juga menginginkan kematiannya!"
Walau hatinya panas dan geram bukan main, si tinggi besar berdestar tinggi merah
ini ikuti juga kata-kata Sabai Nan Rancak.
"Tua bangka calon bangkai tak berguna! Kau dengar baik-baik penuturanku!
Beberapa tahun lalu kau dan muridmu bernama Wiro Sableng Pendekar 212 menyerbu
Istana Sipatoka di Tambun Tulang. Kalian membunuh Datuk Sipatoka dan mencuri
harta kekayaan yang ada di SERIAL WIRO SABLENG
54 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
tempat itu termasuk empat puluh gadis muda dan cantik! Kabarnya kau juga telah
mengubur hidup-hidup di satu tempat Datuk Tinggi Raja Di Langit. Mereka berdua
adalah adik-adikku yang malang. Berdasarkan apa yang telah kau lakukan itu
apakah aku Datuk Angek Garang tidak punya cukup alasan untuk membunuhmu" Sayang
muridmu pendekar sableng itu tidak ada di sini! Tapi dia tak bakal lolos. Cepat
atau lambat aku akan memburu nyawanya!"
Tua Gila tertawa lebar. "Ceritamu hebat amat. Sebelum aku bicara lebih banyak
aku ingin bertanya. Siapa yang membuatkan pakaian hitam itu untukmu" Orangnya
pasti tolol membuatnya kegombrongan seperti itu hingga kau juga tampak tolol
seperti pohon hangus diberi pakaian! Ha...
ha... ha!"
"Tua bangka sinting! Kalau kau masih hendak terus bicara keluarkan isi perutmu
cepat! Kematianmu tidak mungkin ditunda-tunda lebih lama!" bentak Datuk Angek
Garang dengan darah mendidih.
"Soal kematian Datuk Sipatoka dan Datuk Tinggi Raja Di Langit memang aku yang
punya pekerjaan. Manusia-manusia bejat seperti mereka pantas cepat-cepat
disingkirkan dari muka bumi...." Si kakek ulurkan tangannya. Lalu memandang ke
kuku ibu jari. Setelah itu dia mendongak pada Datuk Angek Garang. "Dari gambar
yang kulihat dalam kukuku, rasanya kaupun bakal tak lama lagi menyusul kedua
orang itu! Ha... ha... ha! (Mengenal Datuk Sipatoka harap baca serial Wiro
Sableng berjudul Banjir Darah di Tambun Tulang sedang mengenal Datuk Tinggi Raja
Di Langit baca Makam Tanpa Nisan)
"Sabai! Aku akan melumat tua bangka keparat ini sekarang juga!" teriak Datuk
Angek Garang tak dapat lagi menahan amarahnya.
"Sabar sedikit lagi sobatku!" kata Sabai Nan Rancak dengan cepat. "Kawan kita
yang satunya ini belum diberi kesempatan untuk bicara!" Nenek muka putih
berpaling ke arah lelaki yang tegak di atas runtuhan batu karang di samping
kirinya. Di sini tegak seorang lelaki berusia enam puluh tahun mengenakan pakaian sangat
bagus terbuat dari beludru merah campur hitam diberi umbai-umbai benang emas. Di
pinggangnya melingkar sebuah ikat pinggang dari rantai berwarna kuning. Pada
ikat pinggang ini terselip sepasang rencong terbuat dari besi berwarna biru
pertanda mengandung racun amat jahat. Di atas SERIAL WIRO SABLENG
55 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
kepala orang ini bertengger sebuah topi kuning. Satu batu permata hitam yang
memancarkan sinar angker menempel di pertengahan topi sebelah depan. Orang ini
memiliki kumis panjang menjulai.
Pada keningnya ada dua benjolan besar berwarna coklat.
Tua Gila tiba-tiba keluarkan tawa bergelak begitu dia melihat orang berpakaian
mewah Ini. "Sabai Nan Rancak, sobatmu yang satu ini memang hebat. Siapa yang kerbau atau
sapi diantara kedua orang tuanya" Bapaknya atau ibunya"! Ha... ha... ha"!"
"Jahanam Tua Bangkai Apa maksudmu dengan pertanyaan itu?" bentak si nenek muka
putih. Tua Gila tertawa mengekeh. Lelaki yang keningnya ada dua benjolan tampak
mendelik. Pelipisnya bergerak-gerak. Kumisnya yang panjang menjulai berjingkrak ke atas.
Tua Gila hentikan tawanya. Sambil menunjuk pada orang di samping si nenek dia
berkata. "Kulihat ada dua benjolan seperti tanduk tumpul di keningnya. Orang
yang ibu bapaknya manusia biasa mana mungkin bertanduk seperti dia. Pasti kalau
tidak ibunya ya bapaknya yang sapi atau kerbau!"
"Tua bangka bermulut keji! Terima kematianmu saat ini juga!" teriak lelaki
bertopi kuning.
"Magek Bagak Baculo Duo!" teriak Sabai Nan Rancak. "Tahan!" Si nenek berusaha
mencegah tapi orang itu tidak perduli lagi. Dari atas gugusan batu karang dia
melompat ke bawah. Dua sinar biru membersit angker dalam kegelapan malam
pertanda dia telah mencabut sepasang keris sakti beracunnya.
Melihat hal ini, takut bakal keduluan maka Sabai Nan Rancak lak mau tinggal
diam. Dia jejakkan kedua kakinya ke atas batu karang. Tubuhnya melesat ke bawah
laksana tombak melesat di kegelapan malam. Dari tangan kanannya menderu cahaya
merah. Orang bernama Datuk Angek Garang tersentak kaget. "Hai! Bangsat tua itu jangan
kalian libas berdua!" teriaknya lalu diapun melesat turun ke bawah sambil
gosokkan kedua tangannya.
Sinar hitam menderu ke arah Tua Gila. Serta merta di tempat itu menghampar bau
busuknya mayat membuat Tua Gila menjadi sesak bernafas. Inilah yang disebut Hawa
Neraka. Tua Gila berteriak keras lalu jatuhkan diri berguling ke batik batu karang
terdekat. Tangan kanannya cepat membedal gulungan Benang Kayangan sementara
sementara tangan kiri dihantamkan menahan serangan tiga lawan.
SERIAL WIRO SABLENG
56 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Ketika ujung benang sakti melibat puncak runcing salah satu batu karang di
tempat itu, Tua Gila menyentakkan tangannya, tiga serangan lawan sampai dengan
dahsyatnya. Hanya terpisah oleh kejapan mata saja tubuh Tua Gila melesat membal
ke udara. Untuk kesekian kalinya hancuran batu pasir dan batu karang serta air
laut muncrat ke udara. Lalu terdengar suara "bretttl"
Walau dia selamat dari serangan Hawa Neraka Datuk Angek Garang dan hanya terkena
sambaran tipis pukulan Kipas Neraka Sabai Nan Rancak, namun pakaian putih Tua
Gila yang sudah penuh dengan robekan-robekan kini kembali robek ditoreh salah
satu keris biru di tangan Magek Bagak Baculo Duo.
"Jangan biarkan dia lolos!" teriak Sabai Nan Rancak begitu sosok Tua Gila lenyap
laksana terbang dan raib di langit malam. Namun orang tua itu benar-benar lenyap
setelah menyelamatkan diri dengan melentingkan diri mengandalkan benang
saktinya. "Jahanam kurang ajar! Dia tak bakal bisa hidup tamat Kerisku telah melukai
tubuhnya!" kata Magek Bagak Baculo Duo sambil perhatikan ujung keris di tangan
kirinya yang bernoda darah.
Di pantai sebetah timur teluk Siburu, Tua Gila melayang turun. Dengan cepat dia
menggulung benang saktinya. Saat itulah dia merasakan perih di perutnya sebelah
kanan. Ketika baju putihnya yang robek disibakkan terkejutlah kakek Ini. Di situ
ada luka memanjang. Walau luka itu tampaknya tipis saja seolah hanya luka di
permukaan kulit namun Tua Gila maklum bahaya apa yang akan dihadapinya. Dengan
cepat dia meremas bagian perut yang luka hingga darah merah kehitaman mengucur
keluar. Lalu dia menotok badannya di beberapa bagian. Setelah itu dengan cepat
dia menelan sebutir obat.
Dengan dada turun naik dan nafas memburu Tua Gila memandang berkeliling.
"Jahanam! Tiga manusia keparat itu memiliki kepandaian bukan main-main! Sulit
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagiku untuk menghadapi mereka bertiga sekaligus. Aku harus mencari akal! Atau
mungkin untuk sementara aku menyelinap kabur saja.... Mencari kesempatan sampai
aku dapat menghajar mereka satu persatu!" Lama Tua Gila termenung. "Sabai Nan
Rancak.... Kau benar-benar gila! Otakmu lebih miring dari aku! Kalau mau
membunuhku mengapa tidak dari dulu-dulu" Apa kau lupa aku ini bapak dari anak
yang pernah kau lahirkan"!"
Tiba-tiba di udara terdengar suara teriakan di kejauhan.
SERIAL WIRO SABLENG
57 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Tua Gila! Kau boleh kabur atau sembunyikan diri! Tapi harap lihat dulu apa yang
akan terjadi dengan muridmu!"
Tua Gila tersentak kaget.
"Itu suara si Sabait Setan, apa yang hendak dilakukannya! Muridku.... Muridku
yang mana"!
Astaga! Jangan-jangan! Otakku benar-benar sudah sinting! Bagaimana aku bisa lupa
dengan anak itu!" Serta merta Tua Gila keluar dari tempat persembunyiannya.
Ketika dia kembali ke bagian pantai dimana Sabai Nan Rancak beserta Datuk Angek
Garang dan Magek Bagak Baculo Duo berada terkejutlah Tua Gila menyaksikan
pemandangan di hadapannya.
*** SERIAL WIRO SABLENG
58 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
SEMBILAN DATUK Angek Garang tegak dengan kaki terkembang, tangan kanan terkepal sedang
tangan kiri menjambak rambut seorang anak lelaki berusia sekitar sepuluh tahun.
Anak ini merintih kesakitan.
Kedua matanya terpejam dan mukanya lebam babak belur tanda telah dianiaya
sebelumnya. "Jahanaml Apa yang telah kalian lakukan pada muridku!" teriak Tua Gila dan
melompat ke hadapan ketiga orang itu.
Mendengar suara Tua Gila si anak paksakan membuka kedua matanya yang bengkak.
"Guru..."
hanya itu ucapan yang bisa dikeluarkan si anak.
"Malin Sati! Aku bersumpah akan membunuh ketiga jahanam ini!" teriak Tua Gila.
Dia maju beberapa langkah tapi Magek Bagak Baculo Duo bergerak lebih cepat.
"Silahkan maju satu langkah lagi tua bangka keparat! Kutembus leher muridmu!"
kertak Magek Bagak dan keris beracun di tangan kanannya ditempelkan ke leher
Malin Sati murid Tua Gila.
"Apa salah anak itu! Jangan kaitkan urusan kalian dengan dirinya!" teriak Tua
Gila. "Lepaskan dia! Hadapi diriku! Bangsat pengecut! Beraninya menganiaya anak
kecil!" "Tua Gila! Kau tidak berada dalam kedudukan mengatur! Kami yang menentukan
semuanya!"
kata Sabai Nan Rancak dengan seringai mengejek bermain di bibirnya.
"Sabai! Aku mungkin manusia paling jahat di dunia Inlt Tapi aku tidak menyangka
kalau begini busuk perilakumu!" Mendamprat Tua Gila.
Si nenek muka putih dongakkan kepala dan tertawa panjang. "Aneh, baru hari ini
kau menyadari bahwa dirimu manusia paling jahat di dunia. Hari ini pula kau
menuduhku berperilaku busuk. Hik... hik...hik! Pernahkah kau menyadari bahwa
kebusukan yang telah kau lakukan SERIAL WIRO SABLENG
59 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
terhadapku, terhadap puluhan perempuan lainnya, terhadap orang-orang yang kau
bunuh tanpa pasal, tanpa lantaran adalah sejuta lebih busuk daripada apa yang
aku lakukan saat ini!"
"Aku memang berbuat jahil terhadap beberapa perempuan. Termasuk dirimu. Aku
memang membunuh manusia-manusia seenakku. Tapi itu semua bukan tanpa alasan.
Musuh-musuhku membuat fitnah, menuduh aku membunuh ratusan manusia] tidak
berdosa! Mereka semua gila!"
"Kau yang gila tua bangka keparat!" teriak Datuk Angek Garang sambil hentakkan
Jambakannya di rambut Malin Satl hingga anak ini kembali merintih kesakitan.
Tua Gila hendak merangsek menghantam orang ini tapi terpaksa membatalkan niatnya
ketika dilihatnya Magek Bagak Baculo Duo menggerakkan tangan kanannya yang
menempelkan keris beracun ke leher si anak.
Saat itu sesosok bayangan merah berkelebat muncul di tempat itu. Melihat siapa
yang datang Sabai Nan Rancak membentak marah.
"Puti Andini! Aku sudah bilang jangan datang ke sini!"
Puti Andini, murid Sabai Nan Rancak yang bergelar Dewi Payung Tujuh melangkah
mundur. "Kalau guru memang tidak suka saya kemari, harap maafkan. Saya akan menunggu di
tempat yang guru katakan...."
"Cucuku, jangan pergi dulu!" Tua Gila berseru.
Puti Andini hentikan langkahnya dan berpaling ke arah Tua Gila. Sabai Nan Rancak
kembali membentak. "Kau berani mendengarkan ucapannya Puti" Lekas pergi dari
Kedele Maut 15 Pendekar Hina Kelana 9 Satria Terkutuk Berkaki Tunggal Pendekar Kembar 15