Tua Gila Dari Andalas 1
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas Bagian 1
Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
SATU SEORANG bertubuh tinggi besar
berkelebat dalam gelapnya malam
menuju lereng timur Gunung
Singgalang. Di bahu kiri dia me-
manggul sesosok tubuh kurus
bersimbah darah mulai dari kepala
sampai ke badan. Di sebelah belakang
dua orang berlari cepat mengikuti si
tinggi besar. Di satu pedataran sempit di timer gunung, orang di sebelah depan hentikan
larinya. Lalu seperti melemparkan batangan kayu tidak berguna orang ini
bantingkan sosok tubuh yang dipanggulnya ke tanah. Dari mulutnya kemudian keluar
seruan. "Sabai! Kami datang!"
Belum habis gema seruan orang bertubuh tinggi ini tiba-tiba dari arah depan di
mana terdapat sebuah goa batu melesat satu bayangan hitam putih! Yang hitam
adalah pakaiannya yang berbentuk jubah dalam, seorang yang putih adalah
rambutnya yang sepanjang pinggang. Berdiri di hadapan tiga orang yang bare
datang di tempat itu, ternyata adalah seorang nenek bermuka putih.
Walau wajahnya sudah keriput namun masih kentara tanda-tanda bahwa di masa
mudanya perempuan tua ini adalah seorang gadis cantik jelita. Karenanya tidak
salah orang menyebutnya Sabai Nan Rancak yang berarti Sabai Yang Cantik.
Si nenek pandangi tiga orang lelaki di hadapannya seolah hendak menelan mereka.
Tanpa memandang pada sosok tubuh yang melingkar di tanah tak jauh dari tempatnya
berdiri si nenek SERIAL WIRO SABLENG
1 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
bertanya. "Kalian berhasil?"
"Apakah kami masih perlu menerangkan Sabai?" tanya letaki tinggi besar berusia
lebih dari setengah abad. "Kau lihat sendiri apa yang barusan aku lemparkan ke
tanah!" "Hemmm.... Begitu...?" Si nenek elus-elus rambutnya yang putih panjang. Dia
melirik pada sosok tubuh kurus berpakaian putih bersimbah darah yang tergeletak
enam langkah di samping kirinya. Lalu dia menyeringai.
"Kau tidak mempercayai kami?" Lelaki di sebelah kanan si tinggi besar ikut
bicara. Orang ini bertubuh cebol memiliki cambang bawuk begitu tebat hingga dari
wajahnya yang terlihat hanya ujung hidung, sepasang mata dan sedikit bagian
keningnya. "Dari bau anyir darahnya saja aku tahu kalau mayat yang menggeletak di depan
situ memang bukan orangnya!"
"Sabai..." lelaki ketiga, yang paling muda di antara tiga orang yang barusan
datang itu maju dua tangkah ke arah mayat. "Malam begini gelap, muka mayat
tertutup darah. Agaknya sulit bagimu untuk mengenalinya...."
Si nenek tertawa. Dia pandangi lagi tiga orang di depannya seperti tadi seolah
mau menelan mereka butat-bulat.
"Katian bertiga hendak mendustaiku atau bagaimana?" Si nenek bertanya. Suaranya
perlahan saja tapi mengandung ancaman.
"Sabai! Kau tahu kami siapa! Setelah menerima hadiah darimu masakan kami berani
menipu" Kau kira siapa yang kami bunuh" Kau sangka mayat siapa yang kami bawa ke
hadapanmu?"
Berkata si tinggi besar.
"Bagus kalau kalian memang tidak punya maksud begitu!" Si nenek lalu berpaling
pada telaki bertubuh cebol. "Alam Babegah! Coba kau bersihkan muka mayat dari
noda darah yang menutupinya!"
Si cebol memandang pada kawannya si tinggi besar. Setelah orang ini mengangguk
si cebol mendekati mayat yang tergeletak di tanah. Dengan telapak kaki kirinya
dibersihkannya muka mayat yang penuh luka dari selubung darah.
SERIAL WIRO SABLENG
2 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Sudah aku lakukan Sabai! Nah apa sekarang kau mengenali dan memastikan bahwa
dia memang orang yang kau suruh bunuh?" ujar si cebol Alam Babegah.
Nenek berambut putih panjang itu pandangi wajah mayat. "Mata cekung dan lebar
memang sama dengan matanya. Hidung seperti burung kakak tua juga sama dengan si
keparat itu. Muka tak berdaging seperti tengkorak juga sama. Mmmm...."
"Bagaimana Sabai?" bertanya lelaki tinggi besar. "Sudah jelas bagimu sekarang
bahwa itu adalah mayat Tua Gila" Tidak sia-sia kami melakukan permintaanmu
sampai-sampai dua sahabat kami menemui ajal dalam melaksanakannya!"
Si nenek rambut putih menyeringai.
"Tampang boleh sama tapi belum tentu dia orangnya!" Sabai Nan Rancak patahkan
sebatang ranting kering lalu dekati mayat yang terkapar di tanah itu. Dengan
ujung ranting ditorehnya punggung pakaian mayat sebelah kiri. Lalu dia
memperhatikan dengan mata tak berkesip! Sesaat kemudian terdengar suaranya keras
dan marah. "Kalian benar-benar telah menipuku! Bangsat ini bukan orang yang kumaksud! Tua
Gila punya tanda sebuah tahi lalat di punggung kirinya. Orang ini tidak punya
tanda itu!"
Tiga orang di depan Sabai Nan Rancak jadi terkesiap. Si tinggi besar masih
berusaha membela diri. "Setelah puluhan tahun berlalu bisa saja tahi lalat itu
lenyap dengan sendirinya...."
"Traakkk!"
Sabai Nak Rancak hantamkan ranting kayu di tangan kanannya ke mulut orang yang
bicara hingga ranting patah. Darah mengucur dari luka besar di bibir si tinggi
besar. "Marang Tongga! Aku tak suka pada orang yang banyak mulut pandai berdalih
macammu! Aku sudah katakan orang ini bukan Tua Gila! Kau masih mau berbanyak mulut?"
Marang Tongga si tinggi besar dan dua kawannya yaitu si cebol Alam Babegah serta
Sidi Kumango sesaat jadi terdiam. Lalu dengan suara merendah Marang Tongga
berkata. "Kalau memang kami telah kesalahan tangan, itu hanya satu kebetulan saja Sabai.
Kami tidak ada niat buruk untuk menipumu...."
"Lalu"!"
"Kami akan turun gunung kembali dan mencari musuh besarmu itu sampai dapat. Lalu
SERIAL WIRO SABLENG
3 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
membawa mayatnya ke hadapanmu!"
"Tiga bulan lalu kau juga berkata begitu. Apa hasilnya"!"
"Sekali ini kami akan bekerja hati-hati, penuh selidik." Sabai Nan Rancak
tertawa panjang membuat tiga lelaki di hadapannya jadi tidak enak.
"Kepercayaanku pada kalian putus sudah. Kalian boleh turun gunung. Aku tidak
akan meminta kalian untuk mengulangi mencari keparat itu. Marang Tongga, sebelum
pergi harap kau kembalikan dulu kantong emas yang aku berikan tempo hari!"
"Tapi Sabai...."
Si nenek pelototkan matanya pada Marang Tongga. Air mukanya menjadi sangat
menggidikkan. Kepalanya digelengkan beberapa kali. "Tidak ada tapi-tapian
Marang. Lekas kembalikan emas itu!" Si nenek lalu ulurkan tangannya.
Sambil gigit-gigit bibirnya sebelah bawah tanda kesal Marang Tongga keluarkan
satu kantong kecil dari balik pakaiannya. Kantong berisi emas ini dilemparkannya
ke arah Sabai Nan Rancak. Si nenek cepat menyambutnya dan cepat pula berkata.
"Aku belum pikun. Seingatku dulu aku memberikan dua kantong emas padamu. Mengapa
kau mengembalikan cuma satu?"
Marang Tongga menyeringai. "Sabai harap kau maklum. Tugas yang kau berikan pada
kami bukan saja menghabiskan biaya, waktu tapi juga tenaga dan pikiran. Dua
orang sahabat kami bahkan menemui ajal. Jadi aku rasa pantas kalau cuma satu
kantong yang aku kembalikan padamu!"
Sepasang mata si nenek tampak memancarkan einar aneh. "Kita tidak pernah membuat
perjanjian seperti itu! Bayaran kalian dua kantong emas kalau berhasil membunuh
Tua Gila dan membawa mayatnya ke hadapanku! Yang kau bunuh ternyata bukan Tua
Gila! Jelas perjanjian menjadi batal! Ayo, cepat serahkan padaku emas yang satu
kantong!" "Emas itu tidak ada lagi padaku. Aku tinggalkan di satu tempat!"
"Jangan berani dusta!" bentak Sabai Nan Rancak. Wajahnya yang putih merah
membesi. "Kalau tidak percaya silahkan geledah!" jawab Marang Tongga.
"Kalau begitu sekantong emas itu terpaksa kau ganti dengan nyawamu sendiri!"
kata Sabai SERIAL WIRO SABLENG
4 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Nan Rancak pula. Lalu masih memegang ranting kayu di tangan kanan dia melangkah
mendekati Marang Tongga.
Lelaki tinggi besar ini segera mencium bahaya. Maka dia cepat berkata. "Tunggu
dulu Sabai! Apa yang hendak kau lakukan"!"
"Apa kau tuli" Tidak dapat kau kembalikan sekantong emas itu, berarti kematian
bagimu!" "Jangan begitu Sabai. Bagaimana kalau kita membuat perjanjian baru" Kami bertiga
bersumpah akan mencari Tua Gila sampai dapat membunuhnya dan menyerahkan
mayatnya padamu!"
"Janji dan sumpah hari ini tidak laku lagi Marang Tongga! Sekali aku bilang kau
harus mati tak dapat ditawar-tawar lagi. Atau mungkin dua kawanmu itu bisa
mewakili kematianmu"!"
Berubahlah paras si cebol Alam Babegah dan Sidi Kumango mendengar ucapan si
nenek. Sebaliknya Marang Tongga menyeringai la!u berkata.
"Jika kau memang suka nyawa mereka silahkan ambil!"
"Marang Tongga! Kau sudah gila!" teriak Sidi Kumango.
"Dia yang memimpin! Dia yang bertanggung jawab! Dia yang harus kau bunuh!"
menimpali Alam Babegah.
Si nenek tertawa panjang. "Daripada susah-susah menentukan siapa yang harus
kubunuh bagusnya kalian bertiga aku habisi saja!"
Sabai Nan Rancak melesat ke depan. Ranting di tangan kanannya menyambar, berubah
menjadi tebaran bayangan hitam mengeluarkan suara menderu. Tiga lelaki berseru
kaget. Marang Tongga melihat ujung ranting menyambar ke arah keningnya. Cepat
dia melompat mundur. Alam Babegah membuang diri ke samping begitu ujung ranting
di tangan si nenek membabat ke perutnya. Yang terlambat menyelamatkan diri
adalah Sidi Kumango. Ranting kayu menancap telak di batang lehernya sebelah
kiri, tembus sampai ke kanan. Dari tenggorokannya terdengar suara seperti ayam
dipotong. Ketika Sabai Nan Rancak menarik ranting, darah pun memancur dari
lobang luka di leher Sidi Kumango! Tubuhnya terhuyung beberapa kali sebelum
roboh dan menggeletak di tanah tanpa nyawa lagi!
Si nenek tertawa mengekeh. ?"Kalian sudah tahu! Sabai Nan Rancak tidak bisa
dibuat main-SERIAL WIRO SABLENG
5 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
main! Sekarang rasakan sendiri akibatnya!" La!u sepasang mata perempuan tua ini
melirik tajam pada Marang Tongga.
"Kalau kulawan tak ada gunanya! Aku masih ingin hidup!" membatin Marang Tongga.
Sebelum si nenek kembali menyerbu dia segera berseru. "Sabai! Kita sudahi urusan
sampai di sini!
Kantong emas yang satu lagi segera aku kembalikan padamu! Ini ambillah!"
Dari balik bajunya Marang Tongga keluarkan sebuah kantong kain lalu
dilemparkannya ke arah Sabai Nan Rancak. Si nenek gerakkan tangan kanannya yang
memegang ranting. Kantong kain serta merta terkait di ujung ranting.
"Kau sudah mendapatkan kantong emasmu! Jadi tak perlu kami berlama-lama di
tempat ini!"
Marang Tongga memberi isyarat pada Alam Babegah. Tanpa tunggu lebih lama kedua
orang ini segera berkelebat pergi.
Sabai Nan Rancak segera ambil kantong kain dari ujung ranting. Begitu
diperiksanya keluarlah caci maki dari mulut perempuan tua ini.
"Batu! Jahanam betul! Berani menipu!"
Sabai Nan Rancak bantingkan kantong kain berisi kerikil itu ke tanah. Sekali dia
berkelebat tubuhnya lenyap dari tempat itu.
*** SERIAL WIRO SABLENG
6 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
DUA MARANG Tongga dan si cebol Alam Babegah lari menuruni lereng Gunung Singgalang
seperti dikejar setan. Mereka sengaja menempuh bagian gunung yang ditumbuhi
pepohonan dan semak belukar lebat. Jika si nenek mengejar mereka pandangannya
akan terhalang oleh semak dan pohon serta kegelapan malam.
"Rasanya sudah aman! Kita berhenti dulu untuk istirahat!" kata si cebol Alam
Babegah lalu berhenti berlari dan megap-megap seperti kehabisan napas.
"Jangan mencari mampus! Kita belum berada di tempat aman! Ayo lari lagi!" bentak
Marang Tongga. Tiba-tiba terdengar suara tertawa bergelak. Nyawa Marang Tongga dan Alam Babegah
seolah terbang.
"Manusia-manusia tak berguna! Kalian mau lari ke mana"!"
Itu adalah bentakan si nenek Sabai Nan Rancak. Dua lelaki di balik semak belukar
serta merta menghambur. Namun gerakan mereka tertahan karena tahu-tahu di depan
sudah menghadang nenek berwajah putih itu!
Tak ada jalan lain. Kalau lari tidak bisa terpaksa mengadu nyawa. Maka Marang
Tongga dan Alam Babegah sama-sama lepaskan pukulan tangan kotong.
"Kraaaakk!"
"Braaak!"
Sebatang pohon besar tumbang. Semak belukar rambas berhamburan. Si nenek lenyap
dari pemandangan. Lalu terdengar suara kekehannya di belakang. Lelaki tinggi
besar dan kawannya si cebol segera memutar tubuh dan kembali hantamkan serangan
tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi. Namun yang diserang telah lenyap.
Kembali terdengar suara tawanya. Marang SERIAL WIRO SABLENG
7 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Tongga dan Alam Babegah menghantam ke arah datangnya suara tawa itu. Tapi lagi-
lagi mereka menyerang tempat kosong. Ketika mereka berusaha mencari tahu di mana
beradanya si nenek tiba-tiba "Bukk! Bukkk!"
Jeritan kaget dan kesakitan keluar dari mulut Marang Tongga dan Alam Babegah.
Tubuh keduanya mencelat sampai satu tombak. Marang Tongga mengurut rusuk
kirinya. Dua tulang iganya patah. Rasa sakit seolah menusuk ke seluruh tubuh.
Menahan sakit dan berpegangan pada sebatang pohon dia bangkit berdiri. Di
samping kirinya dilihatnya Alam Babegah menyangsrang di atas serumpunans semak
belukar. Kepalanya berlumuran darah. Sepasang matanya membeliak.
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Alam..." bisik Marang Tongga memanggil. Kepala orang yang dipanggil terkulai ke
samping. Tubuhnya kemudian rebah, jatuh tepat di depan kaki Marang Tongga.
Saat itu pula terdengar suara tawa panjang nenek muka putih. Tengkuk Marang
Tongga menjadi dingin. Dia memandang berkeliling mencari tempat untuk lari.
Namun jangankan lari, menindak satu langkah saja rusuknya yang cidera sakit
bukan main. "Marang Tongga manusia penipu! Apa kau sudah siap menyusul teman-temanmu"!"
Suara Sabai Nak Rancak menggema dalam rimba belantara. Di lain saat sosoknya
muncul dari dalam kegelapan dan tahu-tahu sudah berdiri di hadapan lelaki tinggi
besar itu. "Sreettt!"
Marang Tongga keluarkan sebilah golok bermata dua. Walau suasana gelap, senjata
ini mengeluarkan cahaya berkilauan tanda bukan senjata sembarangan.
"Golok Iblis Bermata Dua!" ujar si nenek begitu melihat senjata di tangan Marang
Tongga. "Hebat namanya tapi hanya pantas untuk menjagal ayam! Hik... hik... hik!"
"Tua bangka keparat! Kalaupun aku mati di tanganmu, setanku akan gentayangan
mencarimu! Kau akan kucekik sampai mampus!"?
"Hebat!" seru si nenek mengejek.
"Rasakan golokku!" teriak Marang Tongga.
Dia lancarkan gerakan setengah melompat. Golok di tangannya membabat dari atas
ke bawah, membuat gerakan membelah.
"Craaasss!"
SERIAL WIRO SABLENG
8 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Yang terbelah bukannya kepala nenek Sabai Nan Rancak melainkan sebatang cabang
pohon yang diangsurkan perempuan tua itu. Lalu terjadilah hal yang tidak diduga
Marang Tongga. Batang kayu yang terbelah dan ujungnya masih berada dalam genggaman Sabai Nan
Rancak tiba-tiba berputar menjepit golok iblis Bermata Dua.
Marang Tongga tidak mau kehilangan senjatanya karena itu satu-satunya harapan
untuk menyelamatkan jiwanya. Didahului bentakan keras lelaki itu membuat gerakan
aneh sambil kerahkan seluruh tenaga dalamnya. Sabai Nan Rancak terhuyung sesaat.
Kesempatan ini dipergunakan oleh Marang Tongga untuk melepaskan senjatanya dari
jepitan belahan kayu. Begitu golok terlepas dengan gerakan kilat dia membabat ke
depan. Cahaya golok berkilauan di kegelapan malam.
"Breettt!"
Si nenek muka putih terpekik dan cepat melompat mundur. Baju hitamnya di sebelah
bahu robek besar. Dia merasa perih pertanda ada bagian tubuhnya yang terluka.
"Jahanam!" rutuk Sabai Nan Rancak. Belahan batang kayu di tangan kanannya
dihantamkannya ke tubuh Marang Tongga. Yang diserang cepat mengelak sambil
melintangkan golok menangkis serangan lawan. Ujung batang kayu terbabat putus.
Tangan Marang Tongga tergetar keras. Goloknya hampir terlepas. Pada saat itulah
si nenek muka putih melesat ke depan.
Batang kayu di tangan kanannya menderu dan berubah laksana puluhan banyaknya.
Lalu, "braaakkk!"
Marang Tongga hanya sempat keluarkan pekikan pendek. Tubuhnya terpental sampai
tiga tombak. Mukanya hancur akibat hantaman batang kayu. Nyawanya tidak
tertolong lagi.
Satu bayangan berkelebat di belakang si nenek. Secepat kilat Sabai Nan Rancak
membalik dan hantamkan batang kayu yang masih ada dalam genggamannya.
"Guru! Tahan! Ini aku! Puti Andini!" Orang yang hendak diserang berteriak lalu
melompat jauh menghindari serangan maut si nenek. Saat itu si nenek sendiri
sudah tarik serangannya.
Matanya dibesarkan untuk melihat lebih jelas di dalam gelap.
"Hemmm.... Benar dia adanya.... Kembali malarn-malam buta begini. Agaknya anak
ini datang tidak membawa kabar baik bagiku..."? kata Sabai Nan Rancak dalam
hati. Lalu dia berkata. "Ikuti SERIAL WIRO SABLENG
9 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
aku!" Habis berkata begitu, si nenek berkelebat ke atas gunung. Puti Andini, gadis
yang tadi hendak diserang si nenek terpaksa lari mengikuti.
Sampai di pedataran di lereng gunung, Sabai Nan Rancak duduk di atas sebuah batu
di depan mnlut goa.
"Aku menaruh firasat kau kembali dengan tangan hampa! Lekas ceritakan padaku apa
yang telah terjadi selama beberapa bulan kau berada di tanah Jawa!" Si nenek
langsung ajukan pertanyaannya begitu gadis berbaju putih itu duduk bersi!a di
hndapannya dan memberi hormat berulang kali.
"Dugaan guru tidak meleset! Untuk itu, aku murid yang tolol mohon maaf dan
ampunanmu!"
"Sudah! Jangan bicara berbasa-basi pakai peradatan segala! Katakan saja apa kau
berhasil men-depatkan Kitab Putih Wasiat Dewa" Apa kau juga berhasil membunuh
Tua Gila dan Pendekar 212 Wiro Sableng"!"
Sang murid tidak segera menjawab karena perhatiannya tiba-tiba saja tertuju pada
sesosok tubuh kurus berpakaian putih bersimbah darah yang menggeletak di
pedataran itu. Ketika dia melihat wajah orang itu tanpa disadarinya dia
keluarkan seruan tertahan. Mukanya dipalingkan ke arah Sabai Nan Rancak.
"Guru.... Bagaimana Tua Gila berada di sini dan sudah jadi mayat" Padahal
aku...." "Buka matamu lebar-lebar. Keparat yang sudah jadi bangkai itu bukan Tua Gila!"
kata si nenek dengan suara menyentak. "Dari ucapanmu jelas sudah kau tidak
berhasil membunuh tua bangka berotak miring itu! Benar begitu?"
"Murid mohon maaf dan ampun beribu ampun...."
"Kau juga tidak berhasil membunuh Pendekar 212 Wiro Sableng!"
Si gadis mengangguk.
"Kau juga tidak berhasil mendapatkan Kitab Putih Wasiat Dewa!"
Kembali Puti Andini mengangguk.
Saking marahnya tubuh si nenek sampai terlompat. Sambil berkacak pinggang di
depan muridnya dia mendamprat! "Lalu apa saja kerjamu berbulan-bulan di tanah
Jawa" Hanya berjalan-SERIAL WIRO SABLENG
10 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
jalan mencari kesenangan sendiri"!"
"Maaf guru. Biarkan aku menerangkan apa yang telah kualami..." jawab Puti
Andini. "Tanah Jawa terlalu keras bagiku! Terlalu banyak orang berkepandaian
tinggi. Bukan saja aku telah menemui kegagalan tapi bahkan hampir menemui ajal
secara keji kalau tidak diselamatkan oleh Tua Gila musuh besarmu itu..."
Sabai Nan Rancak memandang dengan mata mendelik tak berkesip. Hampir tidak
percaya dia atas apa yang dijelaskan muridnya.
"Otakmu rupanya sudah dicuci orang. Sampai-sampai kau kini merasa menaruh hutang
budi dan nyawa pada musuh besarku!"
"Guru, jangan kau bersalah sangka. Aku telah berusaha membunuhnya tapi gagal.
Ilmu kepandaiannya jauh dari yang aku miliki. Jika saja guru berada di Teluk
Penanjung di Pangandaran menyaksikan sendiri kegegeran besar yang terjadi di
sana, mungkin guru akan berpikir lain. Dalam pada itu aku sempat mencuri dengar
percakapan antara Tua Gila dengan Pendekar 212 Wiro Sableng. Bukan mustahil
orang terlalu banyak salah duga akan tindak tanduknya dimasa lalu.
Bukan mustahil tuduhan terhadap dirinya telah bercampur dengan fitnah yang
dilancarkan oleh orang-orang yang iri dan sakit hati. Karena kalau murid
berpikir-pikir mana mungkin satu orang bisa membunuh sampai tiga ratus orang
seperti yang dituduhkan padanya?"
Sabai Nan Rancak mendengus. "Otakmu benar-benar sudah dicuci orang Andini!
Lidahmu sudah dibalik! Hingga jalan pikiranmu kini jadi berbeda dan ucapanmu
berubah! Aku merasa menyesal telah mengutusmu ke tanah Jawa. Yang kau hasilkan
hanya menambah sakit hati dendam kesumatku terhadap Tua Gila!"
"Guru, aku hanya mengatakan apa yang aku lihat dan aku dengar...."
"Ketika peristiwa itu terjadi kau lahir pun belum! Bungguh menyakitkan kalau
seorang murid lebih mempercayai kenyataan di luar daripada apa yang dlkatakan
gurunya...."
Puti Andini tundukkan kepala mendengar ucapan gurunya itu. "Guru,
sebenarnya...."
"Diam! Jangan terlalu banyak bicara! Pikiranku sedang kusut! Saat ini aku ingin
membunuh siapa saja! Temasuk kau!"
"Guru, aku menyadari kesalahanku. Aku siap menerima hukuman. Dibunuh sekalipun
SERIAL WIRO SABLENG
11 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
rasanya aku lkhlas. Atau mungkin guru ingin aku bunuh diri saja untuk menebus
kesalahanku?"
Walau dirinya diselimuti kemarahan namun mendengar kata-kata sang murid Sabai
Nan Rancak jadi terperangah juga. Lama dia terdiam. Lalu dengan nada sedih dia
bertutur. "Puluhan tahun lalu ketika aku seusiamu, aku berkenalan dengan seorang pendekar
muda bernama Sukat Tandika. Kami sama-sama jatuh cinta dan membina cinta sambil
menambah ilmu kepandaian. Suatu ketika pemuda itu berangkat meninggalkan pulau
Andalas menuju tanah Jawa guna menambah iimu kepandaian. Sebelum pergi dia telah
berjanji akan segera kembali dan kami akan melangsungkan perkawinan. Aku sangat
mempercayai dirinya. Ternyata dia adalah seorang pemuda mata keranjang. Aku
mendapat kabar selama berguru pada seorang sakti di tanah Jawa dia menjalin
hubungan cinta dengan seorang gadis saudara satu gurunya bernama Sinto Weni yang
sekarang dikenal dengan nama Sinto Gendeng, guru Pendekar 212. Seperti, aku,
Sinto Weni tentu juga mengharapkan kelak dikemudian hari bisa hidup sebagai
suami istri dengan Sukat Tandika.
Tapi pemuda itu kembali berlaku culas. Sinto Weni ditinggalkannya mentah-mentah
setelah terpikat dengan seorang janda kembang, cantik jelita, puteri Adipati
Plered.... "
Sabai Nan Rancak hentikan penuturannya sesaat. Dia memandang ke arah kejauhan
seola mencoba menembus kegelapan malam. Kemudia dia melanjutkan.
"Akibat hubunganku dengan Sukat, aku mengandung. Lambat laun kandunganku semakin
besar. Aku tidak ingin hal memalukan itu diketahu orang-orang dunia persilatan.
Aku mengucilkan diri di satu tempat rahasia sambil meminta bantuan beberapa
orang teman agar memberitahu keadaan diriku. Dua diantara mereka berhasil
menemui Sukat Tandika. Tapi pemuda itu tidak mempercayai kalau aku sudah
berbadan dua. Malah dia menuduh aku main gila dengan lelaki lain! Jahanam betul!
Bagaimanapun dibujuk dan diberi pengertian namun Sukat Tandika tetap tidak
perduli. Apalagi saat itu dia sedang mabuk asmara menjalin cinta dengan puteri
Adipati Plered itu. Mereka akhirnya kawin. Ternyata rumah tangga mereka kacau
balau. Kabarnya Adipati Plered dan puterinya hanya menginginkan ilmu kepandaian
Sukat Tandika. Begitu dapat maka mereka tidak memerlukan pemuda itu lagi. Sukat
Tandika diperlakukan secara hina.
Bukan itu saja, ada yang mengatakan bahwa istri Sukat Tandika berbuat serong
dengan seorang pemuda dari Blambangan. Tiga bulan berselang sang istri jatuh
sakit terus meninggal dunia. Ada SERIAL WIRO SABLENG
12 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
yang menduga Sukat Tandika telah meracuni istrinya hingga menemui ajal.
Yang jelas sejak istrinya meninggal terjadi kelainan dengan diri Sukat. Dia
sering melamun, bicara sendiri, kadang-kadang tertawa tak tahu juntrungan.
Lambat laun perilaku menantunya itu membuat muak Adipati Plered. Sukat Tandika
diusir dari gedung besar kediaman sang Adipati.
Terjadi perkelahian hebat. Sang Adipati yang telah memiliki hampir seluruh ilmu
kepandaian Sukat Tandika tidak mudah dikalahkan. Setelah berkelahi puluhan jurus
akhirnya Adipati itu tewas! Ini adalah korban pertama dari puluhan bahkan
ratusan korban lainnya.
Selama belasan tahun Sukat Tandika menghilang. Tidak diketahui apakah dia berada
di pulau Andalas ini atau masih mengembara di tanah Jawa. Kemudian ada kabar
yang mengatakan bahwa suatu ketika Sukat Tandika muncul di tempat kediaman Sinto
Weni di puncak Gunung Gede. Dia mencoba berbaik-baik dan meminta Sinto Weni
bersedia dijadikan istrinya. Namun Sinto Weni sudah terlanjur kecewa dan
bersumpah tidak akan kawin dengan siapapun termasuk Sukat Tandika yang pernah
dicintainya itu. Walau mereka berpisah secara baik-baik tapi Sukat Tandika
mengalami goncangan batin yang hebat. Kelainan jiwanya semakin parah. Dalam
keadaan seperti itu dia kembali ke pulau Andalas. Beberapa kali dia coba
menemuiku. Mengajak menjalin hubungan kembali. Tapi cintaku telah berubah
menjadi sakit hati dan dendam kesumat yang hanya bisa pupus kalau dia terbunuh
oleh tanganku atau orang suruhanku!
Untuk kedua kalinya Sukat Tandika melenyapkan diri dalam dunia persilatan.
Belasan tahun tagii berlalu. Aku dan juga tokoh-tokoh silat yang dulu pernah
muda telah menjadi tua bangka lapuk tak berguna. Sementara itu aku menyirap
kabar bahwa Sukat Tandika menetap di sebuah pulau di pantai barat Andalas. Aku
tidak meminta tapi ada kawan-kawan yang coba menyelidik.
Namun setelah menyelidik ke beberapa pulau Sukat Tandika tidak ditemukan. Di
pantai barat pulau Andalas banyak sekali bertebaran pulau-pulau kecil. Untuk
mendatangi dan menyelidikinya satu persatu bisa membutuhkan waktu bertahun-
tahun...."
"Guru, harap maafkan kalau aku memotong dengan satu pertanyaan. Kau belum
menerangkan kelanjutan dari kandunganmu...."
"Kita akan sampai ke sana," jawab Sabai Nan Rancak dengan suara perlahan. "Ada
beberapa peristiwa yang perlu aku beritahu dulu padamu. Hampir bersamaan dengan
lenyapnya Sukat SERIAL WIRO SABLENG
13 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Tandika, dalam dunia persilatan muncul seorang tokoh aneh berotak miring. Dia
membuat kekacauan dimana-mana dan melakukan pembunuhan semudah dia membalik
telapak tangan.
Selama belasan tahun dia malang melintang dalam dunia persilatan menebar maut.
Orang-orang persilatan golongan putih merasa tidak senang walau kebanyakan
korban yang mati di tangan tokoh ganas berotak tidak waras itu adalah mereka
dari golongan hitam atau pejabat penjahat sesat.
Ketika orang mengetahui siapa dirinya sebenarnya maka manusia itu dijuluki
Pendekar Gila Patah Hati. Ada juga yang menyebutnya Iblis Gila Pencabut Jiwa.
Aku lebih mengenalnya dengan se-butan Tua Gila!"
Berubahlah paras Puti Andini mendengar ucapan terakhir gurunya itu. Waktu
gurunya menyuruhnya berangkat ke tanah Jawa dengan tugas mencari Kitab Putih
Wasiat Dewa, membunuh Pendekar 212 dan mencari serta membunuh Tua Gila,
sebenarnya gadis itu telah menduga-duga adanya silang sengketa antara gurunya
dengan Tua Gila. Namun dia tidak mengira sehebat itu kejadian di masa lampau.
Tidak salah kalau gurunya mendendam luar biasa terhadap Tua Gila.
"Guru harap maafkan kalau aku berlaku kurang ajar. Tapi aku ingin menanyakan
sekali lagi mengenai kejadian dirimu setelah kau ditinggal Sukat Tandika dalam
keadaan hamil."
"Aku melahirkan seorang anak perempuan. Karena tak sanggup memelihara bayi itu
aku serahkan pada penduduk di kaki gunung untuk dirawat ba-k-baik. Aku setuju
saja orang memberinya nama Andam Suri. Setelah dewasa ternyata dia tumbuh
menjadi seorang gadis cantik.
Dia kemudian menikah dengan seorang yang aku tidak pernah mengenal. Namanya juga
tidak aku ketahui. Aku hanya tahu gelarnya. Datuk Paduko Intan. Tak lama seteiah
kawin anakku melahirkan seorang bayi perempuan. Hanya malang karena sakit-
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sakitan dan juga mungkin kurang perawatan dan perhatian dari suaminya Andam Suri
meninggal dunia sewaktu melahirkan bayinya...."
"Kalau anak itu masih hidup..." ujar Puti Andini.
"Dia memang masih hidup," kata Sabai Nan Rancak.
"Kira-kira sebesar siapakah dia sekarang" Siapa pula namanya?" tanya sang murid.
"Kira-kira seusiamu. Namanya Puti Andini..." jawab si nenek muka putih.
SERIAL WIRO SABLENG
14 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Sang murid seperti mendengar halilintar di depan hidungnya. Wajahnya memucat dan
dadanya mendadak saja sesak menggemuruh.
"Guru...."
"Kau memang cucuku, Andini," kata si nenek Sepasang matanya berkaca-kaca.
Dalam hati Puti Andini berkata. "Kalau aku cucu mu berarti juga cucu Tua Gila.
Pantas setiap bertemu dia selalu memanggil aku cucu. Tak tahunya....'?
Melihat mata si nenek berkaca-kaca, Puti Andini ikut basah kedua matanya. Entah
sadar entah tidak meluncur saja ucapan dari mulut si gadis. "Kalau antara kita
memang ada pertalian darah mengapa semua hal di masa lampau itu tidak dilupakan
saja...?" Sabai Nan Rancak usap kedua matanya. Lalu dia memandang melotot pada muridnya.
"Kalau kau mampu mengeluarkan suara hatimu seperti itu kurasa kau tidak layak
jadi muridku! Kau sudah tahu dan mendengar dariku bagaimana derita sengsara
diriku akibat perbuatan Tua Gila!
Kesengsaraan itu jatuh pula menimpa dirimu. Kau tak pernah melihat ibumu! Juga
tidak pernah mengenal ayahmu! Semua gara-gara Tua Gila keparat! Pantaskah aku
berbaik-baik dengan jahanam itu" Jika kau merasa dekat dengan dia pergilah
menemuinya. Tinggal bersamanya, Bukankah dia kakekmu juga" Jika itu sampai kau
lakukan maka mulai sekarang putus hubungan kita sebagai guru dan murid!"
"Mohon dimaafkan guru. Maksudku bukan begitu. Aku melihat sendiri antara Tua
Gila dan Sinto Gendeng telah berbaik-baik...."
"Kau lihat dimana?" tanya si nenek muka putih dengan mimik dan nada suara jelas
menunjukkan kecemburuan.
"Waktu di Pangandaran. Mereka bahkan meninggalkan tempat itu berdua-duaan...."
Paras si nenek mengelam. Tiba-tiba dia bangkit berdiri. Di kejauhan langit
sebelah timur tampak terang kekuningan tanda sebentar lagi sang surya akan
segera terbit. "Guru, kau mau ke mana"!" tanya Puti Andini.
"Tampaknya aku terpaksa turun tangan sendiri. Mungkin perlu bantuan dari
beberapa orang.
Entah kawan entah lawan aku tidak perduli. Tujuanku hanya satu! Tua Gila harus
mampus!" "Kalau begitu aku ikut denganmu," kata Puti Andini pula.
SERIAL WIRO SABLENG
15 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Tidak, kau tetap di gunung Singgalang ini. Kulihat kau kembali tanpa satu
payung pun dalam buntalanmu! Berarti kau memang belum layak berada dalam rimba
persilatan!"
Puti Andini sedih sekali mendengar kata-kata gurunya itu. Dalam hati gadis ini
berkata. "Dia bisa saja berkata seperti itu. Sejak lima tahun terakhir dia tidak
pernah meninggalkan gunung Singgalang. Dia tidak tahu perubahan-perubahan yang
telah terjad? dalam rimba persilatan. Kalau saja dia sempat menjejakkan kaki di
tanah Jawa baru dia tahu tingkat ilmu silat dan kesaktian orang! Pikirannya
sempit hanya terbatas seputar gunung ini saja. Kalaupun ada yang hebat dalam
dirinya, itu adalah dendam kesumatnya terhadap Tua Gila!Langit di sebelah timur
semakin terang.
Sabai Nan Rancak telah lama meninggalkan tempat itu. Perlahan-lahan Puti Andini
ayunkan kaki, melangkah gontai mendaki lereng gunung. Tubuhnya serasa bayang-
bayang. Pikirannya kosong.
Namun anehnyaa di pelupuk matanya tiba-tiba saja muncul bayangan wajah Pendekar
212 Wiro Sableng.
*** TIGA PENDEKAR 212 Wiro Sableng melangkah sepanjang lorong mengikuti Ratu Duyung
hingga akhirnya sampai di sebuah ruangan berbentuk bundar. Di dalam ruangan itu
ada sebuah benda setinggi manusia ditutup dengan sehelai kain berwarna biru
gelap. Ratu Duyung memandang sesaat pada Wiro lalu melangkah mendekati benda
itu. Dengan tangan kanannya ditariknya kain selubung. Begitu kain biru
tersingkap dan jatuh ke lantai Wiro melihat sosok tubuhnya sendiri tegak di
hadapannya. Walau sosok itu hanya merupakan patung namun buatannya begitu halus
dan rapi hingga hampir tidak berbeda dengan keadaan dirinya sebenarnya.
SERIAL WIRO SABLENG
16 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Ratu Duyung berpaling pada Wiro. "Kau kulihat mengagumi patung dirimu ini. Tapi
sama sekali tidak ada tanda-tanda terkejut. Berarti kau sudah mengetahui atau
melihat patung ini sebelumnya?"
Wiro mpngangguk. "Melalui ilmu menembus pandang yang kau berikan padaku dulu.
Bedanya sekarang aku melihat lebih jelas. Benar-benar hebat sekali buatannya.
Aku sangat kagum.
Tapi.... Kalau aku boleh bertanya Ratu, mengapa patung diriku sampai ada di
sini. Lalu sejak kapan...?"
Gadis bermata biru itu tersenyum. Ada bayangan rasa keperihan dibalik senyuman
itu. "Dirimu muncul pertama kali ketika aku mengetahui dari seseorang tokoh bahwa
hanya kau satu-satunya orang yang dapat menolongku dan anak buahku dari kutukan
yang telah dijatuhkan oleh penguasa laut di kawasan ini. Sejak itu setiap ada
kesempatan dan jaraknya memungkinkan yaitu bila kau berada di sekitar kawasan
ini, aku pergunakan ilmu menembus pandang untuk melihat dirimu, memperhatikan
gerak gerikmu. Itu kulakukan selama hampir dua tahun. Hingga aku tahu betul
setiap sudut dan liku tubuhmu sebelah luar. Aku lalu memanggil seorang ahli
pemahat batu untuk membuat patungmu. Kemudian seorang ahli lainnya melapisi
patung itu dengan sejenis mata hingga kulit muka dan tubuhmu benar-benar hidup,
menyerupai dirimu. Seorang ahli lainnya menambahkan alis dan rambut buatan serta
pakaian. Kau lihat sendiri hasilnya...."
Wiro hanya bisa garuk-garuk kepala mendengar keterangan Ratu Duyung itu.
"Lambat laun aku menyadari bahwa aku telah jatuh cinta dengan patungmu. Lebih
jauh dari itu ada perasaan yang setiap saat mendorongku untuk dapat bertemu
dengan dirimu. Bukan saja karena aku tela jatuh cinta tapi karena hanya engkau
seorang yang bisa membebaskan diriku dan anak buah dari kutukan. Hingga kami
semua terlepas dari wujud kehidupan aneh. Tubuh setengah ikan setengah
manusia.... (Mengenai riwayat Ratu Duyung harap baca serial Wiro Sableng
berjudul Wasiat Sang Ratu).
Lama sang Ratu terdiam sebelum dia kembal berkata. "Sekarang dengan kemauanmu
sendiri kau datang ke sini. Aku sangat berterima kasih. Mungkinkah tak lama lagi
kutukan atas diriku dan anak buahku benar-benar akan musnah?"
Wiro tak menjawab. Tengkuknya tiba-tiba saja terasa dingin dan degup jantungnya
mengeras. SERIAL WIRO SABLENG
17 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Dia lalu ingat pada pertemuannya dengan Eyang Sinto Gendeng dan Kakek Segala
Tahu waktu berada di Pangandaran tempo harl.
Saat itu dia mengajukan pertanyaan. "Eyang, menurutmu apakah aku harus memenuhi
permintaannya. Tidur dengan dia agar dia bisa bebas dari kutukan itu..." Aku
berhutang budi dan nyawa padanya. Tapi aku juga takut berdosa...!"
Sinto Gendeng menjawab. "Urusan dosa adalah urusan manusia dengan Tuhannya.
Urusanmu adalah antara manusia dengan manusia. Aku tidak akan mengatakan ya atau
tidak. Semua terserah padamu."
Karena belum puas Wiro lantas bertanya lagi pada Kakek Segala Tahu. Tokoh aneh
ini belum dItanya malah sudah membuka mulut. "Kau tak usah bertanya. Aku siap
memberikan jawaban.
Terkadang seseorang harus mengorbankan sesuatu untuk sesuatu yang sudah
didapatnya." (Baca serial Wiro Sableng berjudul Kiamat di Pangandaran).
"Apa yang ada di benakmu, Wiro?"
Pendekar 212 tersentak dari alam pikirannya oleh teguran Ratu Duyung itu. Dalam
hatinya sang Ratu sangat khawatir kalau pemuda itu akan berubah pikiran. Dia
tidak berani menatap ke wajah sang pendekar. Sebagai gantinya dia hanya
memandang ke wajah patung. Wiro maklum apa yang ada di lubuk hati gadis cantik
bermata biru itu. Maka sambil memegang tangan sang ratu dia berkata. "Mungkin
semua ini sudah suratan takdir kita sebagai makhluk lemah. Saling membutuhkan
satu sama lain sesuai kodrat-Nya...."
"Aku gembira mendengar kata-katamu itu. Aku juga bersyukur pada Tuhan." Ratu
Duyung membalas pegangan Pendekar 212. Lalu diambilnya kain biru d1 lantai dan
diselubungkannya kembali ke patung Pendekar 212.
"Ratu Duyung..." kata Wiro. "Kalau aku boleh bertanya, siapa gerangan yang
memberi tahu padamu bahwa hanya diriku yang bisa membebaskan dirimu dari kutukan
itu?" ? "Aku tidak pantas memberi tahu. Tapi juga tak ada larangan mengatakannya.
Orangnya sahabat yang kau anggap seperti kakek sendiri. Si Raja Penidur!"
"Ah!" Wiro keluarkan seruan tertahan. Sambil garuk-garuk kepala dia berkata, "Si
gendut itu! Kerjanya sepanjang tahun tidur melulu. Bagaimana dia bisa tahu aku orangnya"!"
SERIAL WIRO SABLENG
18 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Ratu Duyung tersenyum. "Kau lupa akan kesaktian tokoh nomor satu dunia
persilatan itu"
Matanya memang tidur. Namun telinga dan pikirannya bekerja seperti biasa...."
Habis berkata begitu Ratu Duyung bertepuk dua kali. Dua orang gadis cantik anak
buah sang Ratu muncul.
"Antarkan tamu kita ke tempat bersiram. Berikan pakaian yang baik. Hidangkan
segelas minuman. Setelah itu antarkan dia ke Puri Pelebur Kutuk."
Dua orang anak buah Ratu Duyung membungkuk. Lalu dengan sikap hormat memberi
tanda pada Pendekar 212 untuk mengikuti mereka.
Yang dinamakan Puri Pelebur Kutuk adalah sebuah bangunan putih beratap merah
terletak di puncak sebuah bukit kecil berumput hijau. Di sekeliling puri
bertumbuhan berbagai pohon bunga.
Karena bunga-bunga sedang berkembang maka pemandangan di tempat itu sungguh
sangat indah. "Kami hanya mengantarmu sampai di sini. Kami dilarang keras masuk ke dalam Puri
Pelebur Kutuk," Berkata salah seorang dari dua gadis cantik yang mengawal Wiro
sampai di pintu bangunan.
"Dilarang keras" Memangnya ada apa di dalam sana?" tanya Pendekar 212 heran.
Saat itu dia telah mengenakan seperangkat pakaian bagus berwarna biru dan
memakai ikat kepala kain merah.
Tubuhnya terasa segar sehabis mandi. Apalagi anak buah Ratu Duyung memberikan
sejenis wewangian pengharum tubuhnya. Dia merasa seperti seorang Pangeran saja
saat itu. "Kami tidak tahu. Kami tidak pernah masuk ke dalam. Kami tidak diperbolehkan
masuk ke dalam Puri Pelebur Kutuk ini. Kami harus pergi sekarang. Kami berdoa
semoga kau berhasil...."
"Berhasil apa?" tanya Wiro pula.
"Membebaskan kami dari kutukan yang menyiksa itu," jawab si gadis di sebelah
kiri. Lalu bersama kawannya cepat-cepat dia meninggalkan lempat itu.
Wiro perhatikan dua gadis itu hingga lenyap di kejauhan. Dia membalikkan badan.
Di depannya ada arbuah pintu kayu berwarna merah dalam keadaan lertutup.
"Warna merah biasanya menyembunyikan bahaya..." kata murid Sinto Gendeng dalam
hati. Dengan hati-hati daun pintu didorongnya. Perlahan-lahan pintu merah itu bergerak
membuka ke arah dalam. Pada saat yang sama terdengar suara berdesir. Telinga
Wiro yang tajam dan pendengarannya yang sudah terlatih mendengar berbagai macam
suara membuat dia segera SERIAL WIRO SABLENG
19 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
mengetahui ada senjata rahasia melesat dari dalam bangunan. Secepat kilat dia
jatuhkan diri lalu berguling menjauhi amban pintu.
DugaanWiro tidak meleset. Dari dalam bangunan melesat dua buah benda. Yang
pertama lenyap dan jatuh di kejauhan. Satunya lagi menancap di batang pohon
sejauh tiga tombak dari pintu. Benda itu ternyata adalah sebilah pisau besar,
hampir menyerupai golok kecil. Badan dan gagang golok terbuat dari besi merah.
"Ratu Duyung rupanya menjebakku!" kata Wiro dalam hati lalu dengan cepat bangkit
berdiri. Sepasang matanya memandang berkeliling, khawatir kalau tempat itu dipasangi
peralatan rahasia lainnya. "Tapi kalau dia ingin membunuhku bukankah sama saja
dia mencari celaka sendiri"
Kutukan yang menguasai dirinya tidak akan pernah lenyap! Urusan gila macam apa
yang aku hadapi saat ini!"
Wiro memandang ke arah pintu yang terbuka. Dari tempatnya berdiri dia bisa
melihat jelas bagian dalam bangunan. Berlantai merah lalu ada perm dani panjang
berwarna biru di sebelah tengah. Ujung permadani ini berakhir pada sebuah tempat
tidu tembaga berlapis emas yang bagus sekali. Di kanan tempat tidur terletak
sebuah kursi juga terbuat dari tembaga berlapis emas. Bau harum semerbak
menghambur keluar dari dalam ruangan. Murid Si Gendeng jadi tercekat. "Jadi ini
tempatnya" Dan Ranjang Pelebur Kutuk..."! Apakah aku harus masuk ke dalam
ruangan itu atau lebih baik tetap di sini dulu" Jangan-jangan tempat tidur itu
dipasangi alat rahasia. Begitu aku nangkring di atasnya putus anuku!" Wiro
garuk-garuk kepala. Saat itulah tiba-tiba dinding sebelah kiri ruangan seperti
bergeser. Lalu tampak Rutu Duyung melangkah anggun mengenakan jubah merah darah.
Mahkota kerang warna biru yang biasanya bertengger di kepalanya kini berganti
dengan sebuah mahkota besar terbuat dari emas bertabur intan berlian.
Di tangan kanannya Ratu Duyung memegang sebuah piala terbuat dari perak. Wiro
tak tahu apa isinya. Dari dalam piala ini keluar kepulan asap merah kekuningan.
"Pendekar 212 Wiro Sableng, aku mengundangmu masuk ke dalam Puri Pelebur
Kutuk...."
Ratu Duyung berkata. Suaranya menggema di dalam ruangan itu.
Wiro tak bergerak. Belum pernah dia melihat sang Ratu seanggun dan secantik
seperti saat ini.
"Tidak usah ragu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Silahkan masuk Wiro.'?
SERIAL WIRO SABLENG
20 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Ratu, barusan dua golok yang digerakkan oleh senjata rahasia hampir saja
menembus tubuhku! Aku tidak mengerti...."
"Itu hanya satu ujian kecil Wiro. Dan kau berhasil lolos."
"Kalau aku gagal berarti apa yang kau inginkan tak akan pernah terkabul!" ujar
Wiro.
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ratu Duyung tersenyum. "Apakah kau telah menemui kegagalan?"
Wiro tertawa lebar. "Memang tidak," katanya sambil garuk-garuk kepala. "Kalau
aku bertanya apa maksud ujian itu?"
"Untuk membuktikan bahwa kau betul-betul masih perjaka."
"Apa"!" seru Wiro kaget dan mukanya menjad merah.
"Seorang yang tidak perjaka lagi tidak akan mampu menyelamatkan diri dari due
golok terbang tadi. Kau berhasil menyelamatkan diri. Berarti apa yang pernah kau
katakan dulu padaku bukan kedustaan."
Wiro hanya bisa menarik napas dalam da garuk-garuk kepala lagi.
"Kalau tidak ada yang kau khawatirkan lagi silahkan masuk ke dalam sini.
Duduklah di kursi sebelah kiri. Aku memilih kursi sebelah kanan."
Wiro langkahkan kaki melewati ambang pintu. Dia merasa lega begitu masuk ke
dalam ruangan tanpa terjadi apa-apa. Seperti yang dikatakan Ratu Duyung dia
duduk di kursi sebelah kiri tempat tidu Ratu Duyung menyusul duduk di kursi
sebelah kanan. Pada saat itu pintu merah yang tadi terbuka perlahan-lahan
menutup. "Sebelum datang ke tempat ini aku telah mengumpulkan semua anak buahku.
Kukatakan pada mereka apa yang akan segera terjadi. Mereka menyambut
penjelasanku dengan mata berkaca-kaca. Banyak yang menangis. Begitu aku
meninggalkan mereka, semuanya mulai berdoa memohon pada Yang Kuasa agar kita
berhsil...."
"Gila! Urusan begitu masakan harus diberitahu pada anak buahnya segala!" kata
Wiro dalam hati.
"Wiro, di dalam piala perak ini ada cairan beras dari tetesan embun murni yang
dikumpulkan selama tiga tahun. Selama tiga tahun pula piala dan isinya
diletakkan di satu tempat dan dikeluarkan pada setiap kali sang surya keluar
dari ufuk terbitnya. Sentuhan sinar merah SERIAL WIRO SABLENG
21 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
kekuningan sang mentari telah membuat tetesan embun di dalam piala secara wneh
bergejolak lembut seperti mendidih dan mengepulkan asap merah kekuningan. Air
dalam piala sendiri terasa sejuk dalam peganganku dan akan lebih sejuk begitu
masuk ke dalam tubuh kita...."
Setelah berkata begitu Ratu Duyung lalu meminum air tetesan embun dalam piala
sampai se-tengahnya. Lalu tangan yang memegang piala diengkatnya ke atas. Ketika
jari-jari tangannya dilepas piala perak itu tampak seperti menggantung di udara.
Ratu Duyung dorongkan dua jari tangannya. Perlahan-lahan piala perak bergerak di
udara, melewati sebelah atas tempat tidur dan sampai di hadapan Wiro.
"Aku telah menghabiskan setengah air sejuk itu. Silahkan kau menghabiskan
setengah sisanya...."
"Ratu, mengapa kita harus minum air embun ini segala?" tanya Pendekar 212.
"Air embun murni itu akan menyejukan hati, darah dan tubuh kite, sehingga segala
nafas kotor dan keji akan lenyap, yang ada hanyalah hasrat untuk saling
menolong, rasa cinta kasih murni yang tidak tercemar oleh nafsu kotor. Sehingga
kita berbuat sesuai dengan yang dikehendaki, bukan sekedar pemuas nafsu belaka."
"Aneh... aneh... aneh!" kata Pendekar 212 berulang kali dalam hati. Dia
memandang ke dalam piala perak. Dilihatnya air embun bening putih bergejolak
perlahan seolah mendidih. Dia berpaling pada sang Ratu. Ratu Duyung anggukkan
kepala dan tersenyum. Wiro dekatkan piaia perak ke mulutnya lalu meneguk habis
isi piala itu. Dia merasakan satu kesejukan luar biasa dalam tubuhnya. Ruangan
itu dilihatnya lebih terang. Tubuhnya terasa ringan. Dia berpaling pada Ratu
Duyung. "Angkat ke atas piala perak itu. Lepaskan peganganmu. Biarkan piala melayang ke
udara...."
Terdengar Ratu Duyung berkata.
Wiro ikuti apa yang dikatakan orang. Begitu piala perak dilepaskannya, benda itu
melayang sendiri ke atas. Tepat ketika piala berada di pertengahan ruangan yaitu
di atas tempat tidur, Ratu Duyung jentikkan jari tangan kanannya. Terdengar satu
letupan halus. Piala perak berubah menjadi asap dan lenyap dari pemandangan.
Wiro berpaling kembali ke arah sang Ratu. Gadis cantik bermata biru itu balas
menatap ke SERIAL WIRO SABLENG
22 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
arahnya. "Mulai saat ini diriku adalah milikmu, Wiro..." kata Ratu Duyung
perlahan hampir berbisik.
Ruangan harum semerbak itu tiba-tiba menjadi suram. Suasana di tempat itu
laksana di bawah langit cerah malam hari diterangi sinar rembulan empat belas
hari dan taburan bintang gumintang.
Ketika Wiro menoleh lagi ke arah Ratu Duyung, gadis itu, ternyata telah
membaringkan dirinya di atas tempat tidur. Sepasang matanya terpejam. Dadanya
tampak berdegup turun naik.
Wiro garuk-garuk kepala. "Apakah ini saatnya aku harus melakukan...?" pikir
Wiro. Semakin dipandangnya wajah sang Ratu semakin cantik paras itu
kelihatannya. Wiro bangkit dari kursi.
Lututnya bergetar ketika dia melangkah mendekati tempat tidur. Dia menjadi
semakin tegang ketika duduk di tepi tempat tidur dan berada demikian dekat
dengan Ratu Duyung.
"Ratu... apakah...."
"Wiro! Jangan memikirkan apa-apa selain diri kita berdua. Jangan pikiran
menguasai hatimu!
Kita sudah masuk di dalam takdir. Tak satu pun diantara kita boleh mundur."
Ratu Duyung memegang bahu Wiro. Sang pendekar merasakan satu getaran hangat
menjalari tubuhnya. Perlahan-lahan dia membungkuk merangkul tubuh gadis itu.
Sang Ratu balas memeluk erat. Demikian eratnya dua insan ini berangkulan hingga
mereka dapat merasakan kerasnya denyutan jantung masing-masing.
Pada saat itulah di luar Puri Pelebur Kutuk tiba-tiba terdengar suara
menggelegar seperti suara halilintar. Bersamaan dengan itu pintu merah
terpentang lebar. Lalu satu cahaya kuning melesat masuk ke dalam ruangan.
*** SERIAL WIRO SABLENG
23 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
EMPAT DUA INSAN yang tengah berpelukan mesra tersentak kaget dan lepaskan rangkulan
masing-masing. Wiro melompat ke tepi tempat tidur. Ratu Duyung dalam keadaan
masih terbaring cepat menutupi auratnya dengan pakaian lalu bersurut ke kepala
tempat tidur. Satu bau aneh menggidikkan memenuhi ruangan, seolah menelan bau
harum semerbak yang ada di situ sebelumnya.
"Bau kembang kenanga!" desis Wiro. Lalu dilihatnya wajah Ratu Duyung pucat
seperti ketakutan. Sepasang matanya yang biru membelalak besar ke arah pintu.
Dari mulutnya keluar bentak keras.
"Siapa kau?"
Wiro memandang ke arah pintu. Dia tidak melihat siapa di situ. Tetapi mengapa
Ratu Duyung seolah melihat seseorang di sana"
"Ratu.... Ada apa! Apa yang terjadi" Siapa yang barusan kau bentak...?"
Ratu Duyung menunjuk ke arah pintu. "Gadis berbaju kebaya putih panjang itu!"
teriaknya. Wiro kembali berpaling ke arah pintu.
"Aku tidak melihat siapa-siapa!"
"Wiro! Awas! Dia bergerak mendekatimu!"? jerit Ratu Duyung. Lalu dia pukulkan
tangan kanan ke arah pintu. Selarik sinar biru berkiblat. Sebalik dari arah
pintu melesat sebuah benda kuning kehijauan, berbentuk bintang, menebar bau
mengidikkan. Sinar pukulan sakti yang dilepaskara Ratu Duyung menghantam benda
kuning kehijauan tadi. Terdengar letusan keras menggeledek di tempat itu. Pintu
Pui Pelebur Kutuk hancur berantakan. Beberapa bagian dinding ruangan bobol.
Di atas ranjang Ratu Duyung duduk tersandar dengan mata melotot. Dari sela
bibirnya SERIAL WIRO SABLENG
24 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
mengucur darah kental. Wiro sendiri saat itu tergeletak di lantai dalam keadaan
tak sadarkan diri.
Benda kuning hijau yang hancur akibat pukulan sakti Ratu Duyung tadi bertabur ke
arah mukanya. Begitu tersedot jalan pernapasannya tak ampun lagi Wiro oboh
pingsan. "Jangan!" tiba-tiba Ratu Duyung berteriak. Darah menyembur dari mulutnya.
"Jangan bawa dia! Demi Tuhan jangan bawa dia!"
Sang Ratu tak mampu berbuat lebih dari itu. Sekujur badannya seolah terikat ke
tempat tidur sehingga dia tak bisa bangkit ataupun bergerak. Di depannya sosok
makhluk berwajah gadis cantik tapi bermuka pucat dan mengenakan kebaya panjang
putih berkelebat lenyap setelah sebelumnya meyambar tubuh Pendekar 212.
"Kembalikan dia! Jangan! Kembalikan dia!" teak Ratu Duyung lagi. Napasnya sesak.
Darah makin banyak keluar dari mulutnya. Matanya yang membeliak perlahan-lahan
mengecil. Enam anak buah Ratu Duyung menghambur masuk ke dalam ruangan. Mereka terpekik
ketika melihat keadaan pemimpin mereka.
"Kejar!" teriak Ratu Duyung. Lalu kepalanya terkulai ke samping.
Tiga orang anak buahnya segera keluar dari Puri Pelebur Kutuk itu. Yang tiga
lagi cepat menutupi tubuh Ratu Duyung, melakukan beberapa kali totokan lalu
cepat-cepat membawa sang Ratu kelua, dari tempat itu.
*** Pendekar 212 Wiro Sableng membuka kedua matanya. Memandang berkeliling dia
dapatkan dirinya berada dalam sebuah goa. Udara dalam goa it g sejuk pertanda
berada di satu tempat ketinggian. Mungkin gunung atau bukit. Di kejauhan
terdenga suara kicau burung.
"Apa yang terjadi dengan diriku" Di mana aku berada saat ini?" pikir Wiro. Dia
bangkit dan duduk sambil memandang berkeliling. Penglihatannya tak kurang suatu
apa, begitu juga pendengarannya. Namun sosok tubuhnya terasa lemas. Mulutnya
terasa kering. Tenggorokannya sakit. Dirabanya bibirnya. Kering. Dengan
beringsut Wiro bergerak menuju cahaya terang yaitu dimana mulut goa terletak.
SERIAL WIRO SABLENG
25 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Begitu sampai di ambang mulut goa Wiro menyaksikan satu pemandangan yang sangat
indah. Saat itu masih pagi. Sang surya baru saja menyingsing. Titik-titik embun masih
menempel di dedaunan. Seperti diduganya goa itu memang berada di satu tempat
ketinggian, menghadap ke sebuah lembah subur di bawah mana terbentang sebuah
sungai. Jauh di sebelah barat kelihatan menjulang sebuah gunung hijau kebiruan.
Melihat titik-titik embun yang melekat di dedaunan Wiro ingat pada piala perak
berisi air embun murni.
"Ratu Duyung..." desis Wiro. "Sebelumnya aku berada di tempat Ratu Duyung.
Bagaimana tahu-tahu aku berada di sini" Apakah aku telah berhasil menolongnya"
Apakah dia telah terbebas dari kutukan Itu?" Wiro memandangi dirinya. Tak ada
luka atau cidera. Pakaian yang dikenakannya adalah pakaian bagus pemberian Ratu
Duyung. "Aku ingat betul.... Waktu aku jatuh pingsan aku sama sekali tidak
berpakaian. Siapa yang telah mengenakan pakaian ini ke tubuhku?"
Wiro berusaha mengingat lebih jauh tapi mendadak perutnya terasa perih.
"Lapar.... Perutku keroncongan. Mungkin sudah berhari-hari aku tidak makan.
Berarti aku pingsan lama sekali. Siapa yang membawaku ke sini..." Waktu itu aku
ingat.... Ya, aku ingat." Ratu Duyung berteriak memperingatkan ada seseorang
mendekatinya. Lalu ada suara letusan dan dia tak ingat apa-apa lagi.
"Gila! Aku tak bisa mengingat cepat. Perutku lapar sekali!" Sambil berpegangan
pada batang pohon di sampingnya Wiro bangkit berdiri. Dia coba menarik napas
dalam-dalam, menghirup udara pagi yang segar. Tiba-tiba dia memegang tubuhnya di
bagian pinggang kiri kanan. Hatinya lega. Kapak Maut Naga Geni 212 dan batu
hitam pasangannya ternyata masih ada padanya.
"Seseorang telah menolongku. Mungkin bukan menolong. Yang jelas orang itu yang
telah membawaku ke tempat ini. Aku dibawanya ke sini. Untuk apa" Jika dia
berniat jahat pasti aku saat ini suda jadi mayat. Kalau dia berniat baik mengapa
aku ditinggalkan sendirian di tempat ini" Di mana orang nya sekarang" Sakit
kepalaku memikirkan semua ini! Usus dalam perutku mungkin sudah lengket tak
pernah disentuh makanan atau air." Memandang ke arah sungai di bawah sana rasa
haus membuat Wiro seperti mau gila. Dengan langkah tertatih-tatih dia tinggalkan
goa, berjalan menuruni lembah. Namun baru bergerak sekitar sepuluh tombak,
telinganya mendengar SERIAL WIRO SABLENG
26 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
sesuatu berkelebat di belakangnya. Bau harum kembang kenanga memenuhi tempat
sekitar situ. Dengan cepat murid Sinto Gendeng ini menyelinap ke balik serumpunan semak
belukar. Dari balik semak belukar dia memperhatikan ke arah mulut goa. Dia yakin
barusan ada seseorang menyelinap masuk ke dalam goa itu.
Dugaan Wiro benar. Dia tidak menunggu lama. Satu sosok putih keluar dari dalam
goa. "Astaga!" ujar Wiro. "Aku cuma melihat baying-bayang. Belum sempat memperhatikan
dengan baik tahu-tahu sudah lenyap! Atau mungkin pandanga, mata menipuku" Karena
lemah dan lapar?" Wiro menghirup dalam-dalam. "Bau itu bau kembang kenanga.
Mengingatkan aku pada seseorang...." Wajah Pendekar 212 mendadak sontak berubah.
Dia memandang berkeliling.
Lalu berseru. "Bunga! Kau ada di sini...?"
"Wuuttt..!"
Satu bayangan berkelebat. Harumnya kemba kenanga semakin menjadi-jadi. Wiro
tersurut beberapa langkah ketika bayangan itu tahu-tahu muncul di hadapannya.
Mula-mula sangat samar-samar.
Kemudian perlahan-lahan berubah membentuk sosok seorang gadis cantik berpakaian
kebaya putih panjang berenda-renda. Celananya juga putih. Rambutnya yang panjang
setengah digulung dan dibentang di depan dada. Sesaat wajah itu masih tampak
pucat. Perlahan-lahan baru berubah kemerahan.
"Bunga, benar kau rupanya...!" ujar Wiro seperti mau menghambur ke depan. Tapi
kekuatannya tidak menunjang. Tak ampun tubuhnya jatuh terperosok ke depan.
Sebelum dia jatuh tersungkur di tanah, dua tangan halus memegang bahunya.
"Bunga...."
"Wiro...."
Pendekar 212 peluk erat-erat gadis di hadapanya. Ketika hendak diciumnya gadis
itu jauhkan wajahnya lalu melepas pelukannya.
"Mungkin dia malu karena lama sekali tidak bertemu tapi mungkin ada sesuatu yang
mengganjal dalam hatinya," pikir Wiro. Lalu dengan tunjukkan wajah ceria
Pendekar 212 bertanya. SERIAL WIRO SABLENG
27 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Lama sekali kita tidak bertemu, Bunga. Bagaimana kau bisa berada di tempat ini"
Apakah kau yang membawa aku ke sini?"
"Memang lama sekali kita tidak pernah bertemu Wiro. Kau di alam duniamu yang
serba mudah. Aku di alam gaibku yang serba kelam. Kau tak pernah mengingat
diriku lagi.... Waktu dan pikiranmu tersita oleh segala macam urusan dunia.
Agaknya kau merupakan orang paling bahagia dalam duniamu. Disukai dan dicintai
banyak gadis...."
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jangan-jangan gadis ini cemburu pada Ratu Duyung," pikir Wiro. Untuk
menggembirakan hatinya, Wiro lalu berkata.
"Ah, memang aku merasa bersalah. Tapi aku selalu dan sering ingat padamu...."
"Hanya sekedar ingat apa artinya. Kau ingat terakhir kali kita bertemu" Lebih
dari setahun lalu. Agaknya kau tidak pernah menginginkan pertemuan lagi
denganku...."
"Bunga, aku mungkin bersalah. Tapi dengan jujur aku katakan jangan kau bersalah
duga. Setiap aku ingin bertemu denganmu aku merasa aku hanya akan menyusahkanmu saja.
Karenanya kalau tidak perlu benar aku tidak ingin mengganggumu."
"Apakah saat ini kehadiranku mengganggumu Wiro?"
"Ah! Ada apa sebenarnya dengan gadis cantik dari alam gaib ini," membatin
Pendekar 212. "Dia seperti tidak suka padaku. Tapi mengapa membawaku ke sini" Dia seperti....
" "Aku senang bertemu denganmu Bunga. Benar-benar senang. Lebih dari itu aku
berterima kasih kau telah membawaku ke sini. Kau telah menolongku....
Bunga gelengkan kepalanya. "Aku tidak menolongmu Wiro. Aku hanya menolong diriku
sendiri..., "Aku tidak mengerti maksudmu," kata Wiro pula.
"Aku menolong diriku sendiri dari himpitan perasaan yang membuatku seperti mau
gila. Setiap aku mengingat dirimu aku ingin keluar dari alam gaibku menemuimu. Tapi
aku khawatir kau tidak menerima kehadiranku dengan senang. Kalaupun kau
memperlihatkan sikap suka mungkin hanya karena terpaksa...."
"Semua dugaanmu itu salah belaka Bunga...."
"Mungkin Wiro, tapi aku melihat dengan mata kenyataan. Seorang makhluk gaib
sepertiku SERIAL WIRO SABLENG
28 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
ini yang oleh orang banyak disebut makhluk jejadian apa menguntungkannya bagimu
dibanding dengan seorang gadis dalam sosok asli manusia sejati?"
Wiro mendekati Bunga, memeluk gadis itu dan berbisik. "Kau tahu perasaanku
terhadapmu Bunga. Sejak dulu aku ingin selalu dekat denganmu. Banyak jasa dan
budi yang telah kau tanam dan tak mungkin aku balas. Kalau aku boleh bertanya,
perasaan apa yang selama ini menghimpitmu?"
"Kau sudah tahu jawabannya Wiro. Kau tahu isi hatiku terhadapmu..." jawab Bunga
alias Suci yang dalam dunia persilatan dijuluki Dewi Bunga Mayat. (baca serial
Wiro Sableng berjudul Misteri Dewi Bunga Mayat).
Wiro pejamkan kedua matanya. "Aku tahu kau mencintai diriku Bunga...."
"Kau juga tahu selama dunia terkembang, selama alam gaib dan duniawi tidak bisa
bersatu, aku tak akan pernah bisa memiliki dirimu...."
"Kau telah memiliki diriku sejak pertama kali kita bertemu..." bisik Wiro sambil
membelai rambut panjang hitam si gadis.
"Berlakulah jujur Wiro. Hal itu tidak akan pernah terjadi," kata Bunga pula.
"Aku hanya bisa berusaha ke arah itu walau aku sadar tak akan pernah menjadi
kenyataan. Itu sebabnya aku menyerbu masuk ke dalam Puri Pelebur Kutuk. Di alam
gaib aku tidak tahan melihat dirimu berdua-dua dengan Ratu Duung. Aku tak ingin
ada seseorang memilikimu. Aku..."
"Ratu Duyung tidak memilikiku. Kalau kau arif, kau tentu tahu apa sesungguhnya
yang ada di balik hubunganku dengan Ratu Duyung. Aku memang bingung menghadapi
kejadian itu. Itu sebabnya aku bertanya pada beberapa tokoh dunia persilatan,
Termasuk guruku sendiri...."
"Aku tahu hal itu. Dan mereka membenarkan apa yang hendak kau lakukan. Itulah
duniamu Wiro. Jauh berbeda dengan duniaku.." kata Bunga pula.
Wiro menarik napas dalam. "Apapun yang telah terjadi kau telah membuat aku tidak
dapat menolong gadis itu. Aku tidak sempat membebaskannya dari sumpah
kutukan...."
"Kau telah melakukannya. Kau telah menolong dirinya bebas dari alam kutukan."
Wiro memandang lekat-lekat pada gadis cantik berwajah pucat di hadapannya.
"Tidak, aku belum sempat melakukan apa-apa!" kata Pendekar 212.
SERIAL WIRO SABLENG
29 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Bunga tersenyum.
"Kau tidak percaya" Aku berani bersumpah!"
"Baiklah jika kau berkata begitu. Tapi satu waktu kau akan melihat kenyataan
bahwa kau benar-benar telah menolong gadis yang malang itu...."
"Maksudmu kelak... kelak jika dia nanti hamil?"
*** LIMA BUNGA tersenyum. "Hal yang satu itu sulit aku jawab."
Wiro jadi garuk-garuk kepala. Dalam hati dia bertanya-tanya. "Apa betul yang
Naga Sasra Dan Sabuk Inten 45 Elang Pemburu Karya Gu Long Pedang Kunang Kunang 1
Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
SATU SEORANG bertubuh tinggi besar
berkelebat dalam gelapnya malam
menuju lereng timur Gunung
Singgalang. Di bahu kiri dia me-
manggul sesosok tubuh kurus
bersimbah darah mulai dari kepala
sampai ke badan. Di sebelah belakang
dua orang berlari cepat mengikuti si
tinggi besar. Di satu pedataran sempit di timer gunung, orang di sebelah depan hentikan
larinya. Lalu seperti melemparkan batangan kayu tidak berguna orang ini
bantingkan sosok tubuh yang dipanggulnya ke tanah. Dari mulutnya kemudian keluar
seruan. "Sabai! Kami datang!"
Belum habis gema seruan orang bertubuh tinggi ini tiba-tiba dari arah depan di
mana terdapat sebuah goa batu melesat satu bayangan hitam putih! Yang hitam
adalah pakaiannya yang berbentuk jubah dalam, seorang yang putih adalah
rambutnya yang sepanjang pinggang. Berdiri di hadapan tiga orang yang bare
datang di tempat itu, ternyata adalah seorang nenek bermuka putih.
Walau wajahnya sudah keriput namun masih kentara tanda-tanda bahwa di masa
mudanya perempuan tua ini adalah seorang gadis cantik jelita. Karenanya tidak
salah orang menyebutnya Sabai Nan Rancak yang berarti Sabai Yang Cantik.
Si nenek pandangi tiga orang lelaki di hadapannya seolah hendak menelan mereka.
Tanpa memandang pada sosok tubuh yang melingkar di tanah tak jauh dari tempatnya
berdiri si nenek SERIAL WIRO SABLENG
1 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
bertanya. "Kalian berhasil?"
"Apakah kami masih perlu menerangkan Sabai?" tanya letaki tinggi besar berusia
lebih dari setengah abad. "Kau lihat sendiri apa yang barusan aku lemparkan ke
tanah!" "Hemmm.... Begitu...?" Si nenek elus-elus rambutnya yang putih panjang. Dia
melirik pada sosok tubuh kurus berpakaian putih bersimbah darah yang tergeletak
enam langkah di samping kirinya. Lalu dia menyeringai.
"Kau tidak mempercayai kami?" Lelaki di sebelah kanan si tinggi besar ikut
bicara. Orang ini bertubuh cebol memiliki cambang bawuk begitu tebat hingga dari
wajahnya yang terlihat hanya ujung hidung, sepasang mata dan sedikit bagian
keningnya. "Dari bau anyir darahnya saja aku tahu kalau mayat yang menggeletak di depan
situ memang bukan orangnya!"
"Sabai..." lelaki ketiga, yang paling muda di antara tiga orang yang barusan
datang itu maju dua tangkah ke arah mayat. "Malam begini gelap, muka mayat
tertutup darah. Agaknya sulit bagimu untuk mengenalinya...."
Si nenek tertawa. Dia pandangi lagi tiga orang di depannya seperti tadi seolah
mau menelan mereka butat-bulat.
"Katian bertiga hendak mendustaiku atau bagaimana?" Si nenek bertanya. Suaranya
perlahan saja tapi mengandung ancaman.
"Sabai! Kau tahu kami siapa! Setelah menerima hadiah darimu masakan kami berani
menipu" Kau kira siapa yang kami bunuh" Kau sangka mayat siapa yang kami bawa ke
hadapanmu?"
Berkata si tinggi besar.
"Bagus kalau kalian memang tidak punya maksud begitu!" Si nenek lalu berpaling
pada telaki bertubuh cebol. "Alam Babegah! Coba kau bersihkan muka mayat dari
noda darah yang menutupinya!"
Si cebol memandang pada kawannya si tinggi besar. Setelah orang ini mengangguk
si cebol mendekati mayat yang tergeletak di tanah. Dengan telapak kaki kirinya
dibersihkannya muka mayat yang penuh luka dari selubung darah.
SERIAL WIRO SABLENG
2 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Sudah aku lakukan Sabai! Nah apa sekarang kau mengenali dan memastikan bahwa
dia memang orang yang kau suruh bunuh?" ujar si cebol Alam Babegah.
Nenek berambut putih panjang itu pandangi wajah mayat. "Mata cekung dan lebar
memang sama dengan matanya. Hidung seperti burung kakak tua juga sama dengan si
keparat itu. Muka tak berdaging seperti tengkorak juga sama. Mmmm...."
"Bagaimana Sabai?" bertanya lelaki tinggi besar. "Sudah jelas bagimu sekarang
bahwa itu adalah mayat Tua Gila" Tidak sia-sia kami melakukan permintaanmu
sampai-sampai dua sahabat kami menemui ajal dalam melaksanakannya!"
Si nenek rambut putih menyeringai.
"Tampang boleh sama tapi belum tentu dia orangnya!" Sabai Nan Rancak patahkan
sebatang ranting kering lalu dekati mayat yang terkapar di tanah itu. Dengan
ujung ranting ditorehnya punggung pakaian mayat sebelah kiri. Lalu dia
memperhatikan dengan mata tak berkesip! Sesaat kemudian terdengar suaranya keras
dan marah. "Kalian benar-benar telah menipuku! Bangsat ini bukan orang yang kumaksud! Tua
Gila punya tanda sebuah tahi lalat di punggung kirinya. Orang ini tidak punya
tanda itu!"
Tiga orang di depan Sabai Nan Rancak jadi terkesiap. Si tinggi besar masih
berusaha membela diri. "Setelah puluhan tahun berlalu bisa saja tahi lalat itu
lenyap dengan sendirinya...."
"Traakkk!"
Sabai Nak Rancak hantamkan ranting kayu di tangan kanannya ke mulut orang yang
bicara hingga ranting patah. Darah mengucur dari luka besar di bibir si tinggi
besar. "Marang Tongga! Aku tak suka pada orang yang banyak mulut pandai berdalih
macammu! Aku sudah katakan orang ini bukan Tua Gila! Kau masih mau berbanyak mulut?"
Marang Tongga si tinggi besar dan dua kawannya yaitu si cebol Alam Babegah serta
Sidi Kumango sesaat jadi terdiam. Lalu dengan suara merendah Marang Tongga
berkata. "Kalau memang kami telah kesalahan tangan, itu hanya satu kebetulan saja Sabai.
Kami tidak ada niat buruk untuk menipumu...."
"Lalu"!"
"Kami akan turun gunung kembali dan mencari musuh besarmu itu sampai dapat. Lalu
SERIAL WIRO SABLENG
3 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
membawa mayatnya ke hadapanmu!"
"Tiga bulan lalu kau juga berkata begitu. Apa hasilnya"!"
"Sekali ini kami akan bekerja hati-hati, penuh selidik." Sabai Nan Rancak
tertawa panjang membuat tiga lelaki di hadapannya jadi tidak enak.
"Kepercayaanku pada kalian putus sudah. Kalian boleh turun gunung. Aku tidak
akan meminta kalian untuk mengulangi mencari keparat itu. Marang Tongga, sebelum
pergi harap kau kembalikan dulu kantong emas yang aku berikan tempo hari!"
"Tapi Sabai...."
Si nenek pelototkan matanya pada Marang Tongga. Air mukanya menjadi sangat
menggidikkan. Kepalanya digelengkan beberapa kali. "Tidak ada tapi-tapian
Marang. Lekas kembalikan emas itu!" Si nenek lalu ulurkan tangannya.
Sambil gigit-gigit bibirnya sebelah bawah tanda kesal Marang Tongga keluarkan
satu kantong kecil dari balik pakaiannya. Kantong berisi emas ini dilemparkannya
ke arah Sabai Nan Rancak. Si nenek cepat menyambutnya dan cepat pula berkata.
"Aku belum pikun. Seingatku dulu aku memberikan dua kantong emas padamu. Mengapa
kau mengembalikan cuma satu?"
Marang Tongga menyeringai. "Sabai harap kau maklum. Tugas yang kau berikan pada
kami bukan saja menghabiskan biaya, waktu tapi juga tenaga dan pikiran. Dua
orang sahabat kami bahkan menemui ajal. Jadi aku rasa pantas kalau cuma satu
kantong yang aku kembalikan padamu!"
Sepasang mata si nenek tampak memancarkan einar aneh. "Kita tidak pernah membuat
perjanjian seperti itu! Bayaran kalian dua kantong emas kalau berhasil membunuh
Tua Gila dan membawa mayatnya ke hadapanku! Yang kau bunuh ternyata bukan Tua
Gila! Jelas perjanjian menjadi batal! Ayo, cepat serahkan padaku emas yang satu
kantong!" "Emas itu tidak ada lagi padaku. Aku tinggalkan di satu tempat!"
"Jangan berani dusta!" bentak Sabai Nan Rancak. Wajahnya yang putih merah
membesi. "Kalau tidak percaya silahkan geledah!" jawab Marang Tongga.
"Kalau begitu sekantong emas itu terpaksa kau ganti dengan nyawamu sendiri!"
kata Sabai SERIAL WIRO SABLENG
4 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Nan Rancak pula. Lalu masih memegang ranting kayu di tangan kanan dia melangkah
mendekati Marang Tongga.
Lelaki tinggi besar ini segera mencium bahaya. Maka dia cepat berkata. "Tunggu
dulu Sabai! Apa yang hendak kau lakukan"!"
"Apa kau tuli" Tidak dapat kau kembalikan sekantong emas itu, berarti kematian
bagimu!" "Jangan begitu Sabai. Bagaimana kalau kita membuat perjanjian baru" Kami bertiga
bersumpah akan mencari Tua Gila sampai dapat membunuhnya dan menyerahkan
mayatnya padamu!"
"Janji dan sumpah hari ini tidak laku lagi Marang Tongga! Sekali aku bilang kau
harus mati tak dapat ditawar-tawar lagi. Atau mungkin dua kawanmu itu bisa
mewakili kematianmu"!"
Berubahlah paras si cebol Alam Babegah dan Sidi Kumango mendengar ucapan si
nenek. Sebaliknya Marang Tongga menyeringai la!u berkata.
"Jika kau memang suka nyawa mereka silahkan ambil!"
"Marang Tongga! Kau sudah gila!" teriak Sidi Kumango.
"Dia yang memimpin! Dia yang bertanggung jawab! Dia yang harus kau bunuh!"
menimpali Alam Babegah.
Si nenek tertawa panjang. "Daripada susah-susah menentukan siapa yang harus
kubunuh bagusnya kalian bertiga aku habisi saja!"
Sabai Nan Rancak melesat ke depan. Ranting di tangan kanannya menyambar, berubah
menjadi tebaran bayangan hitam mengeluarkan suara menderu. Tiga lelaki berseru
kaget. Marang Tongga melihat ujung ranting menyambar ke arah keningnya. Cepat
dia melompat mundur. Alam Babegah membuang diri ke samping begitu ujung ranting
di tangan si nenek membabat ke perutnya. Yang terlambat menyelamatkan diri
adalah Sidi Kumango. Ranting kayu menancap telak di batang lehernya sebelah
kiri, tembus sampai ke kanan. Dari tenggorokannya terdengar suara seperti ayam
dipotong. Ketika Sabai Nan Rancak menarik ranting, darah pun memancur dari
lobang luka di leher Sidi Kumango! Tubuhnya terhuyung beberapa kali sebelum
roboh dan menggeletak di tanah tanpa nyawa lagi!
Si nenek tertawa mengekeh. ?"Kalian sudah tahu! Sabai Nan Rancak tidak bisa
dibuat main-SERIAL WIRO SABLENG
5 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
main! Sekarang rasakan sendiri akibatnya!" La!u sepasang mata perempuan tua ini
melirik tajam pada Marang Tongga.
"Kalau kulawan tak ada gunanya! Aku masih ingin hidup!" membatin Marang Tongga.
Sebelum si nenek kembali menyerbu dia segera berseru. "Sabai! Kita sudahi urusan
sampai di sini!
Kantong emas yang satu lagi segera aku kembalikan padamu! Ini ambillah!"
Dari balik bajunya Marang Tongga keluarkan sebuah kantong kain lalu
dilemparkannya ke arah Sabai Nan Rancak. Si nenek gerakkan tangan kanannya yang
memegang ranting. Kantong kain serta merta terkait di ujung ranting.
"Kau sudah mendapatkan kantong emasmu! Jadi tak perlu kami berlama-lama di
tempat ini!"
Marang Tongga memberi isyarat pada Alam Babegah. Tanpa tunggu lebih lama kedua
orang ini segera berkelebat pergi.
Sabai Nan Rancak segera ambil kantong kain dari ujung ranting. Begitu
diperiksanya keluarlah caci maki dari mulut perempuan tua ini.
"Batu! Jahanam betul! Berani menipu!"
Sabai Nan Rancak bantingkan kantong kain berisi kerikil itu ke tanah. Sekali dia
berkelebat tubuhnya lenyap dari tempat itu.
*** SERIAL WIRO SABLENG
6 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
DUA MARANG Tongga dan si cebol Alam Babegah lari menuruni lereng Gunung Singgalang
seperti dikejar setan. Mereka sengaja menempuh bagian gunung yang ditumbuhi
pepohonan dan semak belukar lebat. Jika si nenek mengejar mereka pandangannya
akan terhalang oleh semak dan pohon serta kegelapan malam.
"Rasanya sudah aman! Kita berhenti dulu untuk istirahat!" kata si cebol Alam
Babegah lalu berhenti berlari dan megap-megap seperti kehabisan napas.
"Jangan mencari mampus! Kita belum berada di tempat aman! Ayo lari lagi!" bentak
Marang Tongga. Tiba-tiba terdengar suara tertawa bergelak. Nyawa Marang Tongga dan Alam Babegah
seolah terbang.
"Manusia-manusia tak berguna! Kalian mau lari ke mana"!"
Itu adalah bentakan si nenek Sabai Nan Rancak. Dua lelaki di balik semak belukar
serta merta menghambur. Namun gerakan mereka tertahan karena tahu-tahu di depan
sudah menghadang nenek berwajah putih itu!
Tak ada jalan lain. Kalau lari tidak bisa terpaksa mengadu nyawa. Maka Marang
Tongga dan Alam Babegah sama-sama lepaskan pukulan tangan kotong.
"Kraaaakk!"
"Braaak!"
Sebatang pohon besar tumbang. Semak belukar rambas berhamburan. Si nenek lenyap
dari pemandangan. Lalu terdengar suara kekehannya di belakang. Lelaki tinggi
besar dan kawannya si cebol segera memutar tubuh dan kembali hantamkan serangan
tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi. Namun yang diserang telah lenyap.
Kembali terdengar suara tawanya. Marang SERIAL WIRO SABLENG
7 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Tongga dan Alam Babegah menghantam ke arah datangnya suara tawa itu. Tapi lagi-
lagi mereka menyerang tempat kosong. Ketika mereka berusaha mencari tahu di mana
beradanya si nenek tiba-tiba "Bukk! Bukkk!"
Jeritan kaget dan kesakitan keluar dari mulut Marang Tongga dan Alam Babegah.
Tubuh keduanya mencelat sampai satu tombak. Marang Tongga mengurut rusuk
kirinya. Dua tulang iganya patah. Rasa sakit seolah menusuk ke seluruh tubuh.
Menahan sakit dan berpegangan pada sebatang pohon dia bangkit berdiri. Di
samping kirinya dilihatnya Alam Babegah menyangsrang di atas serumpunans semak
belukar. Kepalanya berlumuran darah. Sepasang matanya membeliak.
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Alam..." bisik Marang Tongga memanggil. Kepala orang yang dipanggil terkulai ke
samping. Tubuhnya kemudian rebah, jatuh tepat di depan kaki Marang Tongga.
Saat itu pula terdengar suara tawa panjang nenek muka putih. Tengkuk Marang
Tongga menjadi dingin. Dia memandang berkeliling mencari tempat untuk lari.
Namun jangankan lari, menindak satu langkah saja rusuknya yang cidera sakit
bukan main. "Marang Tongga manusia penipu! Apa kau sudah siap menyusul teman-temanmu"!"
Suara Sabai Nak Rancak menggema dalam rimba belantara. Di lain saat sosoknya
muncul dari dalam kegelapan dan tahu-tahu sudah berdiri di hadapan lelaki tinggi
besar itu. "Sreettt!"
Marang Tongga keluarkan sebilah golok bermata dua. Walau suasana gelap, senjata
ini mengeluarkan cahaya berkilauan tanda bukan senjata sembarangan.
"Golok Iblis Bermata Dua!" ujar si nenek begitu melihat senjata di tangan Marang
Tongga. "Hebat namanya tapi hanya pantas untuk menjagal ayam! Hik... hik... hik!"
"Tua bangka keparat! Kalaupun aku mati di tanganmu, setanku akan gentayangan
mencarimu! Kau akan kucekik sampai mampus!"?
"Hebat!" seru si nenek mengejek.
"Rasakan golokku!" teriak Marang Tongga.
Dia lancarkan gerakan setengah melompat. Golok di tangannya membabat dari atas
ke bawah, membuat gerakan membelah.
"Craaasss!"
SERIAL WIRO SABLENG
8 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Yang terbelah bukannya kepala nenek Sabai Nan Rancak melainkan sebatang cabang
pohon yang diangsurkan perempuan tua itu. Lalu terjadilah hal yang tidak diduga
Marang Tongga. Batang kayu yang terbelah dan ujungnya masih berada dalam genggaman Sabai Nan
Rancak tiba-tiba berputar menjepit golok iblis Bermata Dua.
Marang Tongga tidak mau kehilangan senjatanya karena itu satu-satunya harapan
untuk menyelamatkan jiwanya. Didahului bentakan keras lelaki itu membuat gerakan
aneh sambil kerahkan seluruh tenaga dalamnya. Sabai Nan Rancak terhuyung sesaat.
Kesempatan ini dipergunakan oleh Marang Tongga untuk melepaskan senjatanya dari
jepitan belahan kayu. Begitu golok terlepas dengan gerakan kilat dia membabat ke
depan. Cahaya golok berkilauan di kegelapan malam.
"Breettt!"
Si nenek muka putih terpekik dan cepat melompat mundur. Baju hitamnya di sebelah
bahu robek besar. Dia merasa perih pertanda ada bagian tubuhnya yang terluka.
"Jahanam!" rutuk Sabai Nan Rancak. Belahan batang kayu di tangan kanannya
dihantamkannya ke tubuh Marang Tongga. Yang diserang cepat mengelak sambil
melintangkan golok menangkis serangan lawan. Ujung batang kayu terbabat putus.
Tangan Marang Tongga tergetar keras. Goloknya hampir terlepas. Pada saat itulah
si nenek muka putih melesat ke depan.
Batang kayu di tangan kanannya menderu dan berubah laksana puluhan banyaknya.
Lalu, "braaakkk!"
Marang Tongga hanya sempat keluarkan pekikan pendek. Tubuhnya terpental sampai
tiga tombak. Mukanya hancur akibat hantaman batang kayu. Nyawanya tidak
tertolong lagi.
Satu bayangan berkelebat di belakang si nenek. Secepat kilat Sabai Nan Rancak
membalik dan hantamkan batang kayu yang masih ada dalam genggamannya.
"Guru! Tahan! Ini aku! Puti Andini!" Orang yang hendak diserang berteriak lalu
melompat jauh menghindari serangan maut si nenek. Saat itu si nenek sendiri
sudah tarik serangannya.
Matanya dibesarkan untuk melihat lebih jelas di dalam gelap.
"Hemmm.... Benar dia adanya.... Kembali malarn-malam buta begini. Agaknya anak
ini datang tidak membawa kabar baik bagiku..."? kata Sabai Nan Rancak dalam
hati. Lalu dia berkata. "Ikuti SERIAL WIRO SABLENG
9 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
aku!" Habis berkata begitu, si nenek berkelebat ke atas gunung. Puti Andini, gadis
yang tadi hendak diserang si nenek terpaksa lari mengikuti.
Sampai di pedataran di lereng gunung, Sabai Nan Rancak duduk di atas sebuah batu
di depan mnlut goa.
"Aku menaruh firasat kau kembali dengan tangan hampa! Lekas ceritakan padaku apa
yang telah terjadi selama beberapa bulan kau berada di tanah Jawa!" Si nenek
langsung ajukan pertanyaannya begitu gadis berbaju putih itu duduk bersi!a di
hndapannya dan memberi hormat berulang kali.
"Dugaan guru tidak meleset! Untuk itu, aku murid yang tolol mohon maaf dan
ampunanmu!"
"Sudah! Jangan bicara berbasa-basi pakai peradatan segala! Katakan saja apa kau
berhasil men-depatkan Kitab Putih Wasiat Dewa" Apa kau juga berhasil membunuh
Tua Gila dan Pendekar 212 Wiro Sableng"!"
Sang murid tidak segera menjawab karena perhatiannya tiba-tiba saja tertuju pada
sesosok tubuh kurus berpakaian putih bersimbah darah yang menggeletak di
pedataran itu. Ketika dia melihat wajah orang itu tanpa disadarinya dia
keluarkan seruan tertahan. Mukanya dipalingkan ke arah Sabai Nan Rancak.
"Guru.... Bagaimana Tua Gila berada di sini dan sudah jadi mayat" Padahal
aku...." "Buka matamu lebar-lebar. Keparat yang sudah jadi bangkai itu bukan Tua Gila!"
kata si nenek dengan suara menyentak. "Dari ucapanmu jelas sudah kau tidak
berhasil membunuh tua bangka berotak miring itu! Benar begitu?"
"Murid mohon maaf dan ampun beribu ampun...."
"Kau juga tidak berhasil membunuh Pendekar 212 Wiro Sableng!"
Si gadis mengangguk.
"Kau juga tidak berhasil mendapatkan Kitab Putih Wasiat Dewa!"
Kembali Puti Andini mengangguk.
Saking marahnya tubuh si nenek sampai terlompat. Sambil berkacak pinggang di
depan muridnya dia mendamprat! "Lalu apa saja kerjamu berbulan-bulan di tanah
Jawa" Hanya berjalan-SERIAL WIRO SABLENG
10 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
jalan mencari kesenangan sendiri"!"
"Maaf guru. Biarkan aku menerangkan apa yang telah kualami..." jawab Puti
Andini. "Tanah Jawa terlalu keras bagiku! Terlalu banyak orang berkepandaian
tinggi. Bukan saja aku telah menemui kegagalan tapi bahkan hampir menemui ajal
secara keji kalau tidak diselamatkan oleh Tua Gila musuh besarmu itu..."
Sabai Nan Rancak memandang dengan mata mendelik tak berkesip. Hampir tidak
percaya dia atas apa yang dijelaskan muridnya.
"Otakmu rupanya sudah dicuci orang. Sampai-sampai kau kini merasa menaruh hutang
budi dan nyawa pada musuh besarku!"
"Guru, jangan kau bersalah sangka. Aku telah berusaha membunuhnya tapi gagal.
Ilmu kepandaiannya jauh dari yang aku miliki. Jika saja guru berada di Teluk
Penanjung di Pangandaran menyaksikan sendiri kegegeran besar yang terjadi di
sana, mungkin guru akan berpikir lain. Dalam pada itu aku sempat mencuri dengar
percakapan antara Tua Gila dengan Pendekar 212 Wiro Sableng. Bukan mustahil
orang terlalu banyak salah duga akan tindak tanduknya dimasa lalu.
Bukan mustahil tuduhan terhadap dirinya telah bercampur dengan fitnah yang
dilancarkan oleh orang-orang yang iri dan sakit hati. Karena kalau murid
berpikir-pikir mana mungkin satu orang bisa membunuh sampai tiga ratus orang
seperti yang dituduhkan padanya?"
Sabai Nan Rancak mendengus. "Otakmu benar-benar sudah dicuci orang Andini!
Lidahmu sudah dibalik! Hingga jalan pikiranmu kini jadi berbeda dan ucapanmu
berubah! Aku merasa menyesal telah mengutusmu ke tanah Jawa. Yang kau hasilkan
hanya menambah sakit hati dendam kesumatku terhadap Tua Gila!"
"Guru, aku hanya mengatakan apa yang aku lihat dan aku dengar...."
"Ketika peristiwa itu terjadi kau lahir pun belum! Bungguh menyakitkan kalau
seorang murid lebih mempercayai kenyataan di luar daripada apa yang dlkatakan
gurunya...."
Puti Andini tundukkan kepala mendengar ucapan gurunya itu. "Guru,
sebenarnya...."
"Diam! Jangan terlalu banyak bicara! Pikiranku sedang kusut! Saat ini aku ingin
membunuh siapa saja! Temasuk kau!"
"Guru, aku menyadari kesalahanku. Aku siap menerima hukuman. Dibunuh sekalipun
SERIAL WIRO SABLENG
11 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
rasanya aku lkhlas. Atau mungkin guru ingin aku bunuh diri saja untuk menebus
kesalahanku?"
Walau dirinya diselimuti kemarahan namun mendengar kata-kata sang murid Sabai
Nan Rancak jadi terperangah juga. Lama dia terdiam. Lalu dengan nada sedih dia
bertutur. "Puluhan tahun lalu ketika aku seusiamu, aku berkenalan dengan seorang pendekar
muda bernama Sukat Tandika. Kami sama-sama jatuh cinta dan membina cinta sambil
menambah ilmu kepandaian. Suatu ketika pemuda itu berangkat meninggalkan pulau
Andalas menuju tanah Jawa guna menambah iimu kepandaian. Sebelum pergi dia telah
berjanji akan segera kembali dan kami akan melangsungkan perkawinan. Aku sangat
mempercayai dirinya. Ternyata dia adalah seorang pemuda mata keranjang. Aku
mendapat kabar selama berguru pada seorang sakti di tanah Jawa dia menjalin
hubungan cinta dengan seorang gadis saudara satu gurunya bernama Sinto Weni yang
sekarang dikenal dengan nama Sinto Gendeng, guru Pendekar 212. Seperti, aku,
Sinto Weni tentu juga mengharapkan kelak dikemudian hari bisa hidup sebagai
suami istri dengan Sukat Tandika.
Tapi pemuda itu kembali berlaku culas. Sinto Weni ditinggalkannya mentah-mentah
setelah terpikat dengan seorang janda kembang, cantik jelita, puteri Adipati
Plered.... "
Sabai Nan Rancak hentikan penuturannya sesaat. Dia memandang ke arah kejauhan
seola mencoba menembus kegelapan malam. Kemudia dia melanjutkan.
"Akibat hubunganku dengan Sukat, aku mengandung. Lambat laun kandunganku semakin
besar. Aku tidak ingin hal memalukan itu diketahu orang-orang dunia persilatan.
Aku mengucilkan diri di satu tempat rahasia sambil meminta bantuan beberapa
orang teman agar memberitahu keadaan diriku. Dua diantara mereka berhasil
menemui Sukat Tandika. Tapi pemuda itu tidak mempercayai kalau aku sudah
berbadan dua. Malah dia menuduh aku main gila dengan lelaki lain! Jahanam betul!
Bagaimanapun dibujuk dan diberi pengertian namun Sukat Tandika tetap tidak
perduli. Apalagi saat itu dia sedang mabuk asmara menjalin cinta dengan puteri
Adipati Plered itu. Mereka akhirnya kawin. Ternyata rumah tangga mereka kacau
balau. Kabarnya Adipati Plered dan puterinya hanya menginginkan ilmu kepandaian
Sukat Tandika. Begitu dapat maka mereka tidak memerlukan pemuda itu lagi. Sukat
Tandika diperlakukan secara hina.
Bukan itu saja, ada yang mengatakan bahwa istri Sukat Tandika berbuat serong
dengan seorang pemuda dari Blambangan. Tiga bulan berselang sang istri jatuh
sakit terus meninggal dunia. Ada SERIAL WIRO SABLENG
12 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
yang menduga Sukat Tandika telah meracuni istrinya hingga menemui ajal.
Yang jelas sejak istrinya meninggal terjadi kelainan dengan diri Sukat. Dia
sering melamun, bicara sendiri, kadang-kadang tertawa tak tahu juntrungan.
Lambat laun perilaku menantunya itu membuat muak Adipati Plered. Sukat Tandika
diusir dari gedung besar kediaman sang Adipati.
Terjadi perkelahian hebat. Sang Adipati yang telah memiliki hampir seluruh ilmu
kepandaian Sukat Tandika tidak mudah dikalahkan. Setelah berkelahi puluhan jurus
akhirnya Adipati itu tewas! Ini adalah korban pertama dari puluhan bahkan
ratusan korban lainnya.
Selama belasan tahun Sukat Tandika menghilang. Tidak diketahui apakah dia berada
di pulau Andalas ini atau masih mengembara di tanah Jawa. Kemudian ada kabar
yang mengatakan bahwa suatu ketika Sukat Tandika muncul di tempat kediaman Sinto
Weni di puncak Gunung Gede. Dia mencoba berbaik-baik dan meminta Sinto Weni
bersedia dijadikan istrinya. Namun Sinto Weni sudah terlanjur kecewa dan
bersumpah tidak akan kawin dengan siapapun termasuk Sukat Tandika yang pernah
dicintainya itu. Walau mereka berpisah secara baik-baik tapi Sukat Tandika
mengalami goncangan batin yang hebat. Kelainan jiwanya semakin parah. Dalam
keadaan seperti itu dia kembali ke pulau Andalas. Beberapa kali dia coba
menemuiku. Mengajak menjalin hubungan kembali. Tapi cintaku telah berubah
menjadi sakit hati dan dendam kesumat yang hanya bisa pupus kalau dia terbunuh
oleh tanganku atau orang suruhanku!
Untuk kedua kalinya Sukat Tandika melenyapkan diri dalam dunia persilatan.
Belasan tahun tagii berlalu. Aku dan juga tokoh-tokoh silat yang dulu pernah
muda telah menjadi tua bangka lapuk tak berguna. Sementara itu aku menyirap
kabar bahwa Sukat Tandika menetap di sebuah pulau di pantai barat Andalas. Aku
tidak meminta tapi ada kawan-kawan yang coba menyelidik.
Namun setelah menyelidik ke beberapa pulau Sukat Tandika tidak ditemukan. Di
pantai barat pulau Andalas banyak sekali bertebaran pulau-pulau kecil. Untuk
mendatangi dan menyelidikinya satu persatu bisa membutuhkan waktu bertahun-
tahun...."
"Guru, harap maafkan kalau aku memotong dengan satu pertanyaan. Kau belum
menerangkan kelanjutan dari kandunganmu...."
"Kita akan sampai ke sana," jawab Sabai Nan Rancak dengan suara perlahan. "Ada
beberapa peristiwa yang perlu aku beritahu dulu padamu. Hampir bersamaan dengan
lenyapnya Sukat SERIAL WIRO SABLENG
13 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Tandika, dalam dunia persilatan muncul seorang tokoh aneh berotak miring. Dia
membuat kekacauan dimana-mana dan melakukan pembunuhan semudah dia membalik
telapak tangan.
Selama belasan tahun dia malang melintang dalam dunia persilatan menebar maut.
Orang-orang persilatan golongan putih merasa tidak senang walau kebanyakan
korban yang mati di tangan tokoh ganas berotak tidak waras itu adalah mereka
dari golongan hitam atau pejabat penjahat sesat.
Ketika orang mengetahui siapa dirinya sebenarnya maka manusia itu dijuluki
Pendekar Gila Patah Hati. Ada juga yang menyebutnya Iblis Gila Pencabut Jiwa.
Aku lebih mengenalnya dengan se-butan Tua Gila!"
Berubahlah paras Puti Andini mendengar ucapan terakhir gurunya itu. Waktu
gurunya menyuruhnya berangkat ke tanah Jawa dengan tugas mencari Kitab Putih
Wasiat Dewa, membunuh Pendekar 212 dan mencari serta membunuh Tua Gila,
sebenarnya gadis itu telah menduga-duga adanya silang sengketa antara gurunya
dengan Tua Gila. Namun dia tidak mengira sehebat itu kejadian di masa lampau.
Tidak salah kalau gurunya mendendam luar biasa terhadap Tua Gila.
"Guru harap maafkan kalau aku berlaku kurang ajar. Tapi aku ingin menanyakan
sekali lagi mengenai kejadian dirimu setelah kau ditinggal Sukat Tandika dalam
keadaan hamil."
"Aku melahirkan seorang anak perempuan. Karena tak sanggup memelihara bayi itu
aku serahkan pada penduduk di kaki gunung untuk dirawat ba-k-baik. Aku setuju
saja orang memberinya nama Andam Suri. Setelah dewasa ternyata dia tumbuh
menjadi seorang gadis cantik.
Dia kemudian menikah dengan seorang yang aku tidak pernah mengenal. Namanya juga
tidak aku ketahui. Aku hanya tahu gelarnya. Datuk Paduko Intan. Tak lama seteiah
kawin anakku melahirkan seorang bayi perempuan. Hanya malang karena sakit-
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sakitan dan juga mungkin kurang perawatan dan perhatian dari suaminya Andam Suri
meninggal dunia sewaktu melahirkan bayinya...."
"Kalau anak itu masih hidup..." ujar Puti Andini.
"Dia memang masih hidup," kata Sabai Nan Rancak.
"Kira-kira sebesar siapakah dia sekarang" Siapa pula namanya?" tanya sang murid.
"Kira-kira seusiamu. Namanya Puti Andini..." jawab si nenek muka putih.
SERIAL WIRO SABLENG
14 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Sang murid seperti mendengar halilintar di depan hidungnya. Wajahnya memucat dan
dadanya mendadak saja sesak menggemuruh.
"Guru...."
"Kau memang cucuku, Andini," kata si nenek Sepasang matanya berkaca-kaca.
Dalam hati Puti Andini berkata. "Kalau aku cucu mu berarti juga cucu Tua Gila.
Pantas setiap bertemu dia selalu memanggil aku cucu. Tak tahunya....'?
Melihat mata si nenek berkaca-kaca, Puti Andini ikut basah kedua matanya. Entah
sadar entah tidak meluncur saja ucapan dari mulut si gadis. "Kalau antara kita
memang ada pertalian darah mengapa semua hal di masa lampau itu tidak dilupakan
saja...?" Sabai Nan Rancak usap kedua matanya. Lalu dia memandang melotot pada muridnya.
"Kalau kau mampu mengeluarkan suara hatimu seperti itu kurasa kau tidak layak
jadi muridku! Kau sudah tahu dan mendengar dariku bagaimana derita sengsara
diriku akibat perbuatan Tua Gila!
Kesengsaraan itu jatuh pula menimpa dirimu. Kau tak pernah melihat ibumu! Juga
tidak pernah mengenal ayahmu! Semua gara-gara Tua Gila keparat! Pantaskah aku
berbaik-baik dengan jahanam itu" Jika kau merasa dekat dengan dia pergilah
menemuinya. Tinggal bersamanya, Bukankah dia kakekmu juga" Jika itu sampai kau
lakukan maka mulai sekarang putus hubungan kita sebagai guru dan murid!"
"Mohon dimaafkan guru. Maksudku bukan begitu. Aku melihat sendiri antara Tua
Gila dan Sinto Gendeng telah berbaik-baik...."
"Kau lihat dimana?" tanya si nenek muka putih dengan mimik dan nada suara jelas
menunjukkan kecemburuan.
"Waktu di Pangandaran. Mereka bahkan meninggalkan tempat itu berdua-duaan...."
Paras si nenek mengelam. Tiba-tiba dia bangkit berdiri. Di kejauhan langit
sebelah timur tampak terang kekuningan tanda sebentar lagi sang surya akan
segera terbit. "Guru, kau mau ke mana"!" tanya Puti Andini.
"Tampaknya aku terpaksa turun tangan sendiri. Mungkin perlu bantuan dari
beberapa orang.
Entah kawan entah lawan aku tidak perduli. Tujuanku hanya satu! Tua Gila harus
mampus!" "Kalau begitu aku ikut denganmu," kata Puti Andini pula.
SERIAL WIRO SABLENG
15 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Tidak, kau tetap di gunung Singgalang ini. Kulihat kau kembali tanpa satu
payung pun dalam buntalanmu! Berarti kau memang belum layak berada dalam rimba
persilatan!"
Puti Andini sedih sekali mendengar kata-kata gurunya itu. Dalam hati gadis ini
berkata. "Dia bisa saja berkata seperti itu. Sejak lima tahun terakhir dia tidak
pernah meninggalkan gunung Singgalang. Dia tidak tahu perubahan-perubahan yang
telah terjad? dalam rimba persilatan. Kalau saja dia sempat menjejakkan kaki di
tanah Jawa baru dia tahu tingkat ilmu silat dan kesaktian orang! Pikirannya
sempit hanya terbatas seputar gunung ini saja. Kalaupun ada yang hebat dalam
dirinya, itu adalah dendam kesumatnya terhadap Tua Gila!Langit di sebelah timur
semakin terang.
Sabai Nan Rancak telah lama meninggalkan tempat itu. Perlahan-lahan Puti Andini
ayunkan kaki, melangkah gontai mendaki lereng gunung. Tubuhnya serasa bayang-
bayang. Pikirannya kosong.
Namun anehnyaa di pelupuk matanya tiba-tiba saja muncul bayangan wajah Pendekar
212 Wiro Sableng.
*** TIGA PENDEKAR 212 Wiro Sableng melangkah sepanjang lorong mengikuti Ratu Duyung
hingga akhirnya sampai di sebuah ruangan berbentuk bundar. Di dalam ruangan itu
ada sebuah benda setinggi manusia ditutup dengan sehelai kain berwarna biru
gelap. Ratu Duyung memandang sesaat pada Wiro lalu melangkah mendekati benda
itu. Dengan tangan kanannya ditariknya kain selubung. Begitu kain biru
tersingkap dan jatuh ke lantai Wiro melihat sosok tubuhnya sendiri tegak di
hadapannya. Walau sosok itu hanya merupakan patung namun buatannya begitu halus
dan rapi hingga hampir tidak berbeda dengan keadaan dirinya sebenarnya.
SERIAL WIRO SABLENG
16 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Ratu Duyung berpaling pada Wiro. "Kau kulihat mengagumi patung dirimu ini. Tapi
sama sekali tidak ada tanda-tanda terkejut. Berarti kau sudah mengetahui atau
melihat patung ini sebelumnya?"
Wiro mpngangguk. "Melalui ilmu menembus pandang yang kau berikan padaku dulu.
Bedanya sekarang aku melihat lebih jelas. Benar-benar hebat sekali buatannya.
Aku sangat kagum.
Tapi.... Kalau aku boleh bertanya Ratu, mengapa patung diriku sampai ada di
sini. Lalu sejak kapan...?"
Gadis bermata biru itu tersenyum. Ada bayangan rasa keperihan dibalik senyuman
itu. "Dirimu muncul pertama kali ketika aku mengetahui dari seseorang tokoh bahwa
hanya kau satu-satunya orang yang dapat menolongku dan anak buahku dari kutukan
yang telah dijatuhkan oleh penguasa laut di kawasan ini. Sejak itu setiap ada
kesempatan dan jaraknya memungkinkan yaitu bila kau berada di sekitar kawasan
ini, aku pergunakan ilmu menembus pandang untuk melihat dirimu, memperhatikan
gerak gerikmu. Itu kulakukan selama hampir dua tahun. Hingga aku tahu betul
setiap sudut dan liku tubuhmu sebelah luar. Aku lalu memanggil seorang ahli
pemahat batu untuk membuat patungmu. Kemudian seorang ahli lainnya melapisi
patung itu dengan sejenis mata hingga kulit muka dan tubuhmu benar-benar hidup,
menyerupai dirimu. Seorang ahli lainnya menambahkan alis dan rambut buatan serta
pakaian. Kau lihat sendiri hasilnya...."
Wiro hanya bisa garuk-garuk kepala mendengar keterangan Ratu Duyung itu.
"Lambat laun aku menyadari bahwa aku telah jatuh cinta dengan patungmu. Lebih
jauh dari itu ada perasaan yang setiap saat mendorongku untuk dapat bertemu
dengan dirimu. Bukan saja karena aku tela jatuh cinta tapi karena hanya engkau
seorang yang bisa membebaskan diriku dan anak buah dari kutukan. Hingga kami
semua terlepas dari wujud kehidupan aneh. Tubuh setengah ikan setengah
manusia.... (Mengenai riwayat Ratu Duyung harap baca serial Wiro Sableng
berjudul Wasiat Sang Ratu).
Lama sang Ratu terdiam sebelum dia kembal berkata. "Sekarang dengan kemauanmu
sendiri kau datang ke sini. Aku sangat berterima kasih. Mungkinkah tak lama lagi
kutukan atas diriku dan anak buahku benar-benar akan musnah?"
Wiro tak menjawab. Tengkuknya tiba-tiba saja terasa dingin dan degup jantungnya
mengeras. SERIAL WIRO SABLENG
17 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Dia lalu ingat pada pertemuannya dengan Eyang Sinto Gendeng dan Kakek Segala
Tahu waktu berada di Pangandaran tempo harl.
Saat itu dia mengajukan pertanyaan. "Eyang, menurutmu apakah aku harus memenuhi
permintaannya. Tidur dengan dia agar dia bisa bebas dari kutukan itu..." Aku
berhutang budi dan nyawa padanya. Tapi aku juga takut berdosa...!"
Sinto Gendeng menjawab. "Urusan dosa adalah urusan manusia dengan Tuhannya.
Urusanmu adalah antara manusia dengan manusia. Aku tidak akan mengatakan ya atau
tidak. Semua terserah padamu."
Karena belum puas Wiro lantas bertanya lagi pada Kakek Segala Tahu. Tokoh aneh
ini belum dItanya malah sudah membuka mulut. "Kau tak usah bertanya. Aku siap
memberikan jawaban.
Terkadang seseorang harus mengorbankan sesuatu untuk sesuatu yang sudah
didapatnya." (Baca serial Wiro Sableng berjudul Kiamat di Pangandaran).
"Apa yang ada di benakmu, Wiro?"
Pendekar 212 tersentak dari alam pikirannya oleh teguran Ratu Duyung itu. Dalam
hatinya sang Ratu sangat khawatir kalau pemuda itu akan berubah pikiran. Dia
tidak berani menatap ke wajah sang pendekar. Sebagai gantinya dia hanya
memandang ke wajah patung. Wiro maklum apa yang ada di lubuk hati gadis cantik
bermata biru itu. Maka sambil memegang tangan sang ratu dia berkata. "Mungkin
semua ini sudah suratan takdir kita sebagai makhluk lemah. Saling membutuhkan
satu sama lain sesuai kodrat-Nya...."
"Aku gembira mendengar kata-katamu itu. Aku juga bersyukur pada Tuhan." Ratu
Duyung membalas pegangan Pendekar 212. Lalu diambilnya kain biru d1 lantai dan
diselubungkannya kembali ke patung Pendekar 212.
"Ratu Duyung..." kata Wiro. "Kalau aku boleh bertanya, siapa gerangan yang
memberi tahu padamu bahwa hanya diriku yang bisa membebaskan dirimu dari kutukan
itu?" ? "Aku tidak pantas memberi tahu. Tapi juga tak ada larangan mengatakannya.
Orangnya sahabat yang kau anggap seperti kakek sendiri. Si Raja Penidur!"
"Ah!" Wiro keluarkan seruan tertahan. Sambil garuk-garuk kepala dia berkata, "Si
gendut itu! Kerjanya sepanjang tahun tidur melulu. Bagaimana dia bisa tahu aku orangnya"!"
SERIAL WIRO SABLENG
18 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Ratu Duyung tersenyum. "Kau lupa akan kesaktian tokoh nomor satu dunia
persilatan itu"
Matanya memang tidur. Namun telinga dan pikirannya bekerja seperti biasa...."
Habis berkata begitu Ratu Duyung bertepuk dua kali. Dua orang gadis cantik anak
buah sang Ratu muncul.
"Antarkan tamu kita ke tempat bersiram. Berikan pakaian yang baik. Hidangkan
segelas minuman. Setelah itu antarkan dia ke Puri Pelebur Kutuk."
Dua orang anak buah Ratu Duyung membungkuk. Lalu dengan sikap hormat memberi
tanda pada Pendekar 212 untuk mengikuti mereka.
Yang dinamakan Puri Pelebur Kutuk adalah sebuah bangunan putih beratap merah
terletak di puncak sebuah bukit kecil berumput hijau. Di sekeliling puri
bertumbuhan berbagai pohon bunga.
Karena bunga-bunga sedang berkembang maka pemandangan di tempat itu sungguh
sangat indah. "Kami hanya mengantarmu sampai di sini. Kami dilarang keras masuk ke dalam Puri
Pelebur Kutuk," Berkata salah seorang dari dua gadis cantik yang mengawal Wiro
sampai di pintu bangunan.
"Dilarang keras" Memangnya ada apa di dalam sana?" tanya Pendekar 212 heran.
Saat itu dia telah mengenakan seperangkat pakaian bagus berwarna biru dan
memakai ikat kepala kain merah.
Tubuhnya terasa segar sehabis mandi. Apalagi anak buah Ratu Duyung memberikan
sejenis wewangian pengharum tubuhnya. Dia merasa seperti seorang Pangeran saja
saat itu. "Kami tidak tahu. Kami tidak pernah masuk ke dalam. Kami tidak diperbolehkan
masuk ke dalam Puri Pelebur Kutuk ini. Kami harus pergi sekarang. Kami berdoa
semoga kau berhasil...."
"Berhasil apa?" tanya Wiro pula.
"Membebaskan kami dari kutukan yang menyiksa itu," jawab si gadis di sebelah
kiri. Lalu bersama kawannya cepat-cepat dia meninggalkan lempat itu.
Wiro perhatikan dua gadis itu hingga lenyap di kejauhan. Dia membalikkan badan.
Di depannya ada arbuah pintu kayu berwarna merah dalam keadaan lertutup.
"Warna merah biasanya menyembunyikan bahaya..." kata murid Sinto Gendeng dalam
hati. Dengan hati-hati daun pintu didorongnya. Perlahan-lahan pintu merah itu bergerak
membuka ke arah dalam. Pada saat yang sama terdengar suara berdesir. Telinga
Wiro yang tajam dan pendengarannya yang sudah terlatih mendengar berbagai macam
suara membuat dia segera SERIAL WIRO SABLENG
19 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
mengetahui ada senjata rahasia melesat dari dalam bangunan. Secepat kilat dia
jatuhkan diri lalu berguling menjauhi amban pintu.
DugaanWiro tidak meleset. Dari dalam bangunan melesat dua buah benda. Yang
pertama lenyap dan jatuh di kejauhan. Satunya lagi menancap di batang pohon
sejauh tiga tombak dari pintu. Benda itu ternyata adalah sebilah pisau besar,
hampir menyerupai golok kecil. Badan dan gagang golok terbuat dari besi merah.
"Ratu Duyung rupanya menjebakku!" kata Wiro dalam hati lalu dengan cepat bangkit
berdiri. Sepasang matanya memandang berkeliling, khawatir kalau tempat itu dipasangi
peralatan rahasia lainnya. "Tapi kalau dia ingin membunuhku bukankah sama saja
dia mencari celaka sendiri"
Kutukan yang menguasai dirinya tidak akan pernah lenyap! Urusan gila macam apa
yang aku hadapi saat ini!"
Wiro memandang ke arah pintu yang terbuka. Dari tempatnya berdiri dia bisa
melihat jelas bagian dalam bangunan. Berlantai merah lalu ada perm dani panjang
berwarna biru di sebelah tengah. Ujung permadani ini berakhir pada sebuah tempat
tidu tembaga berlapis emas yang bagus sekali. Di kanan tempat tidur terletak
sebuah kursi juga terbuat dari tembaga berlapis emas. Bau harum semerbak
menghambur keluar dari dalam ruangan. Murid Si Gendeng jadi tercekat. "Jadi ini
tempatnya" Dan Ranjang Pelebur Kutuk..."! Apakah aku harus masuk ke dalam
ruangan itu atau lebih baik tetap di sini dulu" Jangan-jangan tempat tidur itu
dipasangi alat rahasia. Begitu aku nangkring di atasnya putus anuku!" Wiro
garuk-garuk kepala. Saat itulah tiba-tiba dinding sebelah kiri ruangan seperti
bergeser. Lalu tampak Rutu Duyung melangkah anggun mengenakan jubah merah darah.
Mahkota kerang warna biru yang biasanya bertengger di kepalanya kini berganti
dengan sebuah mahkota besar terbuat dari emas bertabur intan berlian.
Di tangan kanannya Ratu Duyung memegang sebuah piala terbuat dari perak. Wiro
tak tahu apa isinya. Dari dalam piala ini keluar kepulan asap merah kekuningan.
"Pendekar 212 Wiro Sableng, aku mengundangmu masuk ke dalam Puri Pelebur
Kutuk...."
Ratu Duyung berkata. Suaranya menggema di dalam ruangan itu.
Wiro tak bergerak. Belum pernah dia melihat sang Ratu seanggun dan secantik
seperti saat ini.
"Tidak usah ragu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Silahkan masuk Wiro.'?
SERIAL WIRO SABLENG
20 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Ratu, barusan dua golok yang digerakkan oleh senjata rahasia hampir saja
menembus tubuhku! Aku tidak mengerti...."
"Itu hanya satu ujian kecil Wiro. Dan kau berhasil lolos."
"Kalau aku gagal berarti apa yang kau inginkan tak akan pernah terkabul!" ujar
Wiro.
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ratu Duyung tersenyum. "Apakah kau telah menemui kegagalan?"
Wiro tertawa lebar. "Memang tidak," katanya sambil garuk-garuk kepala. "Kalau
aku bertanya apa maksud ujian itu?"
"Untuk membuktikan bahwa kau betul-betul masih perjaka."
"Apa"!" seru Wiro kaget dan mukanya menjad merah.
"Seorang yang tidak perjaka lagi tidak akan mampu menyelamatkan diri dari due
golok terbang tadi. Kau berhasil menyelamatkan diri. Berarti apa yang pernah kau
katakan dulu padaku bukan kedustaan."
Wiro hanya bisa menarik napas dalam da garuk-garuk kepala lagi.
"Kalau tidak ada yang kau khawatirkan lagi silahkan masuk ke dalam sini.
Duduklah di kursi sebelah kiri. Aku memilih kursi sebelah kanan."
Wiro langkahkan kaki melewati ambang pintu. Dia merasa lega begitu masuk ke
dalam ruangan tanpa terjadi apa-apa. Seperti yang dikatakan Ratu Duyung dia
duduk di kursi sebelah kiri tempat tidu Ratu Duyung menyusul duduk di kursi
sebelah kanan. Pada saat itu pintu merah yang tadi terbuka perlahan-lahan
menutup. "Sebelum datang ke tempat ini aku telah mengumpulkan semua anak buahku.
Kukatakan pada mereka apa yang akan segera terjadi. Mereka menyambut
penjelasanku dengan mata berkaca-kaca. Banyak yang menangis. Begitu aku
meninggalkan mereka, semuanya mulai berdoa memohon pada Yang Kuasa agar kita
berhsil...."
"Gila! Urusan begitu masakan harus diberitahu pada anak buahnya segala!" kata
Wiro dalam hati.
"Wiro, di dalam piala perak ini ada cairan beras dari tetesan embun murni yang
dikumpulkan selama tiga tahun. Selama tiga tahun pula piala dan isinya
diletakkan di satu tempat dan dikeluarkan pada setiap kali sang surya keluar
dari ufuk terbitnya. Sentuhan sinar merah SERIAL WIRO SABLENG
21 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
kekuningan sang mentari telah membuat tetesan embun di dalam piala secara wneh
bergejolak lembut seperti mendidih dan mengepulkan asap merah kekuningan. Air
dalam piala sendiri terasa sejuk dalam peganganku dan akan lebih sejuk begitu
masuk ke dalam tubuh kita...."
Setelah berkata begitu Ratu Duyung lalu meminum air tetesan embun dalam piala
sampai se-tengahnya. Lalu tangan yang memegang piala diengkatnya ke atas. Ketika
jari-jari tangannya dilepas piala perak itu tampak seperti menggantung di udara.
Ratu Duyung dorongkan dua jari tangannya. Perlahan-lahan piala perak bergerak di
udara, melewati sebelah atas tempat tidur dan sampai di hadapan Wiro.
"Aku telah menghabiskan setengah air sejuk itu. Silahkan kau menghabiskan
setengah sisanya...."
"Ratu, mengapa kita harus minum air embun ini segala?" tanya Pendekar 212.
"Air embun murni itu akan menyejukan hati, darah dan tubuh kite, sehingga segala
nafas kotor dan keji akan lenyap, yang ada hanyalah hasrat untuk saling
menolong, rasa cinta kasih murni yang tidak tercemar oleh nafsu kotor. Sehingga
kita berbuat sesuai dengan yang dikehendaki, bukan sekedar pemuas nafsu belaka."
"Aneh... aneh... aneh!" kata Pendekar 212 berulang kali dalam hati. Dia
memandang ke dalam piala perak. Dilihatnya air embun bening putih bergejolak
perlahan seolah mendidih. Dia berpaling pada sang Ratu. Ratu Duyung anggukkan
kepala dan tersenyum. Wiro dekatkan piaia perak ke mulutnya lalu meneguk habis
isi piala itu. Dia merasakan satu kesejukan luar biasa dalam tubuhnya. Ruangan
itu dilihatnya lebih terang. Tubuhnya terasa ringan. Dia berpaling pada Ratu
Duyung. "Angkat ke atas piala perak itu. Lepaskan peganganmu. Biarkan piala melayang ke
udara...."
Terdengar Ratu Duyung berkata.
Wiro ikuti apa yang dikatakan orang. Begitu piala perak dilepaskannya, benda itu
melayang sendiri ke atas. Tepat ketika piala berada di pertengahan ruangan yaitu
di atas tempat tidur, Ratu Duyung jentikkan jari tangan kanannya. Terdengar satu
letupan halus. Piala perak berubah menjadi asap dan lenyap dari pemandangan.
Wiro berpaling kembali ke arah sang Ratu. Gadis cantik bermata biru itu balas
menatap ke SERIAL WIRO SABLENG
22 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
arahnya. "Mulai saat ini diriku adalah milikmu, Wiro..." kata Ratu Duyung
perlahan hampir berbisik.
Ruangan harum semerbak itu tiba-tiba menjadi suram. Suasana di tempat itu
laksana di bawah langit cerah malam hari diterangi sinar rembulan empat belas
hari dan taburan bintang gumintang.
Ketika Wiro menoleh lagi ke arah Ratu Duyung, gadis itu, ternyata telah
membaringkan dirinya di atas tempat tidur. Sepasang matanya terpejam. Dadanya
tampak berdegup turun naik.
Wiro garuk-garuk kepala. "Apakah ini saatnya aku harus melakukan...?" pikir
Wiro. Semakin dipandangnya wajah sang Ratu semakin cantik paras itu
kelihatannya. Wiro bangkit dari kursi.
Lututnya bergetar ketika dia melangkah mendekati tempat tidur. Dia menjadi
semakin tegang ketika duduk di tepi tempat tidur dan berada demikian dekat
dengan Ratu Duyung.
"Ratu... apakah...."
"Wiro! Jangan memikirkan apa-apa selain diri kita berdua. Jangan pikiran
menguasai hatimu!
Kita sudah masuk di dalam takdir. Tak satu pun diantara kita boleh mundur."
Ratu Duyung memegang bahu Wiro. Sang pendekar merasakan satu getaran hangat
menjalari tubuhnya. Perlahan-lahan dia membungkuk merangkul tubuh gadis itu.
Sang Ratu balas memeluk erat. Demikian eratnya dua insan ini berangkulan hingga
mereka dapat merasakan kerasnya denyutan jantung masing-masing.
Pada saat itulah di luar Puri Pelebur Kutuk tiba-tiba terdengar suara
menggelegar seperti suara halilintar. Bersamaan dengan itu pintu merah
terpentang lebar. Lalu satu cahaya kuning melesat masuk ke dalam ruangan.
*** SERIAL WIRO SABLENG
23 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
EMPAT DUA INSAN yang tengah berpelukan mesra tersentak kaget dan lepaskan rangkulan
masing-masing. Wiro melompat ke tepi tempat tidur. Ratu Duyung dalam keadaan
masih terbaring cepat menutupi auratnya dengan pakaian lalu bersurut ke kepala
tempat tidur. Satu bau aneh menggidikkan memenuhi ruangan, seolah menelan bau
harum semerbak yang ada di situ sebelumnya.
"Bau kembang kenanga!" desis Wiro. Lalu dilihatnya wajah Ratu Duyung pucat
seperti ketakutan. Sepasang matanya yang biru membelalak besar ke arah pintu.
Dari mulutnya keluar bentak keras.
"Siapa kau?"
Wiro memandang ke arah pintu. Dia tidak melihat siapa di situ. Tetapi mengapa
Ratu Duyung seolah melihat seseorang di sana"
"Ratu.... Ada apa! Apa yang terjadi" Siapa yang barusan kau bentak...?"
Ratu Duyung menunjuk ke arah pintu. "Gadis berbaju kebaya putih panjang itu!"
teriaknya. Wiro kembali berpaling ke arah pintu.
"Aku tidak melihat siapa-siapa!"
"Wiro! Awas! Dia bergerak mendekatimu!"? jerit Ratu Duyung. Lalu dia pukulkan
tangan kanan ke arah pintu. Selarik sinar biru berkiblat. Sebalik dari arah
pintu melesat sebuah benda kuning kehijauan, berbentuk bintang, menebar bau
mengidikkan. Sinar pukulan sakti yang dilepaskara Ratu Duyung menghantam benda
kuning kehijauan tadi. Terdengar letusan keras menggeledek di tempat itu. Pintu
Pui Pelebur Kutuk hancur berantakan. Beberapa bagian dinding ruangan bobol.
Di atas ranjang Ratu Duyung duduk tersandar dengan mata melotot. Dari sela
bibirnya SERIAL WIRO SABLENG
24 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
mengucur darah kental. Wiro sendiri saat itu tergeletak di lantai dalam keadaan
tak sadarkan diri.
Benda kuning hijau yang hancur akibat pukulan sakti Ratu Duyung tadi bertabur ke
arah mukanya. Begitu tersedot jalan pernapasannya tak ampun lagi Wiro oboh
pingsan. "Jangan!" tiba-tiba Ratu Duyung berteriak. Darah menyembur dari mulutnya.
"Jangan bawa dia! Demi Tuhan jangan bawa dia!"
Sang Ratu tak mampu berbuat lebih dari itu. Sekujur badannya seolah terikat ke
tempat tidur sehingga dia tak bisa bangkit ataupun bergerak. Di depannya sosok
makhluk berwajah gadis cantik tapi bermuka pucat dan mengenakan kebaya panjang
putih berkelebat lenyap setelah sebelumnya meyambar tubuh Pendekar 212.
"Kembalikan dia! Jangan! Kembalikan dia!" teak Ratu Duyung lagi. Napasnya sesak.
Darah makin banyak keluar dari mulutnya. Matanya yang membeliak perlahan-lahan
mengecil. Enam anak buah Ratu Duyung menghambur masuk ke dalam ruangan. Mereka terpekik
ketika melihat keadaan pemimpin mereka.
"Kejar!" teriak Ratu Duyung. Lalu kepalanya terkulai ke samping.
Tiga orang anak buahnya segera keluar dari Puri Pelebur Kutuk itu. Yang tiga
lagi cepat menutupi tubuh Ratu Duyung, melakukan beberapa kali totokan lalu
cepat-cepat membawa sang Ratu kelua, dari tempat itu.
*** Pendekar 212 Wiro Sableng membuka kedua matanya. Memandang berkeliling dia
dapatkan dirinya berada dalam sebuah goa. Udara dalam goa it g sejuk pertanda
berada di satu tempat ketinggian. Mungkin gunung atau bukit. Di kejauhan
terdenga suara kicau burung.
"Apa yang terjadi dengan diriku" Di mana aku berada saat ini?" pikir Wiro. Dia
bangkit dan duduk sambil memandang berkeliling. Penglihatannya tak kurang suatu
apa, begitu juga pendengarannya. Namun sosok tubuhnya terasa lemas. Mulutnya
terasa kering. Tenggorokannya sakit. Dirabanya bibirnya. Kering. Dengan
beringsut Wiro bergerak menuju cahaya terang yaitu dimana mulut goa terletak.
SERIAL WIRO SABLENG
25 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Begitu sampai di ambang mulut goa Wiro menyaksikan satu pemandangan yang sangat
indah. Saat itu masih pagi. Sang surya baru saja menyingsing. Titik-titik embun masih
menempel di dedaunan. Seperti diduganya goa itu memang berada di satu tempat
ketinggian, menghadap ke sebuah lembah subur di bawah mana terbentang sebuah
sungai. Jauh di sebelah barat kelihatan menjulang sebuah gunung hijau kebiruan.
Melihat titik-titik embun yang melekat di dedaunan Wiro ingat pada piala perak
berisi air embun murni.
"Ratu Duyung..." desis Wiro. "Sebelumnya aku berada di tempat Ratu Duyung.
Bagaimana tahu-tahu aku berada di sini" Apakah aku telah berhasil menolongnya"
Apakah dia telah terbebas dari kutukan Itu?" Wiro memandangi dirinya. Tak ada
luka atau cidera. Pakaian yang dikenakannya adalah pakaian bagus pemberian Ratu
Duyung. "Aku ingat betul.... Waktu aku jatuh pingsan aku sama sekali tidak
berpakaian. Siapa yang telah mengenakan pakaian ini ke tubuhku?"
Wiro berusaha mengingat lebih jauh tapi mendadak perutnya terasa perih.
"Lapar.... Perutku keroncongan. Mungkin sudah berhari-hari aku tidak makan.
Berarti aku pingsan lama sekali. Siapa yang membawaku ke sini..." Waktu itu aku
ingat.... Ya, aku ingat." Ratu Duyung berteriak memperingatkan ada seseorang
mendekatinya. Lalu ada suara letusan dan dia tak ingat apa-apa lagi.
"Gila! Aku tak bisa mengingat cepat. Perutku lapar sekali!" Sambil berpegangan
pada batang pohon di sampingnya Wiro bangkit berdiri. Dia coba menarik napas
dalam-dalam, menghirup udara pagi yang segar. Tiba-tiba dia memegang tubuhnya di
bagian pinggang kiri kanan. Hatinya lega. Kapak Maut Naga Geni 212 dan batu
hitam pasangannya ternyata masih ada padanya.
"Seseorang telah menolongku. Mungkin bukan menolong. Yang jelas orang itu yang
telah membawaku ke tempat ini. Aku dibawanya ke sini. Untuk apa" Jika dia
berniat jahat pasti aku saat ini suda jadi mayat. Kalau dia berniat baik mengapa
aku ditinggalkan sendirian di tempat ini" Di mana orang nya sekarang" Sakit
kepalaku memikirkan semua ini! Usus dalam perutku mungkin sudah lengket tak
pernah disentuh makanan atau air." Memandang ke arah sungai di bawah sana rasa
haus membuat Wiro seperti mau gila. Dengan langkah tertatih-tatih dia tinggalkan
goa, berjalan menuruni lembah. Namun baru bergerak sekitar sepuluh tombak,
telinganya mendengar SERIAL WIRO SABLENG
26 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
sesuatu berkelebat di belakangnya. Bau harum kembang kenanga memenuhi tempat
sekitar situ. Dengan cepat murid Sinto Gendeng ini menyelinap ke balik serumpunan semak
belukar. Dari balik semak belukar dia memperhatikan ke arah mulut goa. Dia yakin
barusan ada seseorang menyelinap masuk ke dalam goa itu.
Dugaan Wiro benar. Dia tidak menunggu lama. Satu sosok putih keluar dari dalam
goa. "Astaga!" ujar Wiro. "Aku cuma melihat baying-bayang. Belum sempat memperhatikan
dengan baik tahu-tahu sudah lenyap! Atau mungkin pandanga, mata menipuku" Karena
lemah dan lapar?" Wiro menghirup dalam-dalam. "Bau itu bau kembang kenanga.
Mengingatkan aku pada seseorang...." Wajah Pendekar 212 mendadak sontak berubah.
Dia memandang berkeliling.
Lalu berseru. "Bunga! Kau ada di sini...?"
"Wuuttt..!"
Satu bayangan berkelebat. Harumnya kemba kenanga semakin menjadi-jadi. Wiro
tersurut beberapa langkah ketika bayangan itu tahu-tahu muncul di hadapannya.
Mula-mula sangat samar-samar.
Kemudian perlahan-lahan berubah membentuk sosok seorang gadis cantik berpakaian
kebaya putih panjang berenda-renda. Celananya juga putih. Rambutnya yang panjang
setengah digulung dan dibentang di depan dada. Sesaat wajah itu masih tampak
pucat. Perlahan-lahan baru berubah kemerahan.
"Bunga, benar kau rupanya...!" ujar Wiro seperti mau menghambur ke depan. Tapi
kekuatannya tidak menunjang. Tak ampun tubuhnya jatuh terperosok ke depan.
Sebelum dia jatuh tersungkur di tanah, dua tangan halus memegang bahunya.
"Bunga...."
"Wiro...."
Pendekar 212 peluk erat-erat gadis di hadapanya. Ketika hendak diciumnya gadis
itu jauhkan wajahnya lalu melepas pelukannya.
"Mungkin dia malu karena lama sekali tidak bertemu tapi mungkin ada sesuatu yang
mengganjal dalam hatinya," pikir Wiro. Lalu dengan tunjukkan wajah ceria
Pendekar 212 bertanya. SERIAL WIRO SABLENG
27 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
"Lama sekali kita tidak bertemu, Bunga. Bagaimana kau bisa berada di tempat ini"
Apakah kau yang membawa aku ke sini?"
"Memang lama sekali kita tidak pernah bertemu Wiro. Kau di alam duniamu yang
serba mudah. Aku di alam gaibku yang serba kelam. Kau tak pernah mengingat
diriku lagi.... Waktu dan pikiranmu tersita oleh segala macam urusan dunia.
Agaknya kau merupakan orang paling bahagia dalam duniamu. Disukai dan dicintai
banyak gadis...."
Wiro Sableng 091 Tua Gila Dari Andalas di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jangan-jangan gadis ini cemburu pada Ratu Duyung," pikir Wiro. Untuk
menggembirakan hatinya, Wiro lalu berkata.
"Ah, memang aku merasa bersalah. Tapi aku selalu dan sering ingat padamu...."
"Hanya sekedar ingat apa artinya. Kau ingat terakhir kali kita bertemu" Lebih
dari setahun lalu. Agaknya kau tidak pernah menginginkan pertemuan lagi
denganku...."
"Bunga, aku mungkin bersalah. Tapi dengan jujur aku katakan jangan kau bersalah
duga. Setiap aku ingin bertemu denganmu aku merasa aku hanya akan menyusahkanmu saja.
Karenanya kalau tidak perlu benar aku tidak ingin mengganggumu."
"Apakah saat ini kehadiranku mengganggumu Wiro?"
"Ah! Ada apa sebenarnya dengan gadis cantik dari alam gaib ini," membatin
Pendekar 212. "Dia seperti tidak suka padaku. Tapi mengapa membawaku ke sini" Dia seperti....
" "Aku senang bertemu denganmu Bunga. Benar-benar senang. Lebih dari itu aku
berterima kasih kau telah membawaku ke sini. Kau telah menolongku....
Bunga gelengkan kepalanya. "Aku tidak menolongmu Wiro. Aku hanya menolong diriku
sendiri..., "Aku tidak mengerti maksudmu," kata Wiro pula.
"Aku menolong diriku sendiri dari himpitan perasaan yang membuatku seperti mau
gila. Setiap aku mengingat dirimu aku ingin keluar dari alam gaibku menemuimu. Tapi
aku khawatir kau tidak menerima kehadiranku dengan senang. Kalaupun kau
memperlihatkan sikap suka mungkin hanya karena terpaksa...."
"Semua dugaanmu itu salah belaka Bunga...."
"Mungkin Wiro, tapi aku melihat dengan mata kenyataan. Seorang makhluk gaib
sepertiku SERIAL WIRO SABLENG
28 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
ini yang oleh orang banyak disebut makhluk jejadian apa menguntungkannya bagimu
dibanding dengan seorang gadis dalam sosok asli manusia sejati?"
Wiro mendekati Bunga, memeluk gadis itu dan berbisik. "Kau tahu perasaanku
terhadapmu Bunga. Sejak dulu aku ingin selalu dekat denganmu. Banyak jasa dan
budi yang telah kau tanam dan tak mungkin aku balas. Kalau aku boleh bertanya,
perasaan apa yang selama ini menghimpitmu?"
"Kau sudah tahu jawabannya Wiro. Kau tahu isi hatiku terhadapmu..." jawab Bunga
alias Suci yang dalam dunia persilatan dijuluki Dewi Bunga Mayat. (baca serial
Wiro Sableng berjudul Misteri Dewi Bunga Mayat).
Wiro pejamkan kedua matanya. "Aku tahu kau mencintai diriku Bunga...."
"Kau juga tahu selama dunia terkembang, selama alam gaib dan duniawi tidak bisa
bersatu, aku tak akan pernah bisa memiliki dirimu...."
"Kau telah memiliki diriku sejak pertama kali kita bertemu..." bisik Wiro sambil
membelai rambut panjang hitam si gadis.
"Berlakulah jujur Wiro. Hal itu tidak akan pernah terjadi," kata Bunga pula.
"Aku hanya bisa berusaha ke arah itu walau aku sadar tak akan pernah menjadi
kenyataan. Itu sebabnya aku menyerbu masuk ke dalam Puri Pelebur Kutuk. Di alam
gaib aku tidak tahan melihat dirimu berdua-dua dengan Ratu Duung. Aku tak ingin
ada seseorang memilikimu. Aku..."
"Ratu Duyung tidak memilikiku. Kalau kau arif, kau tentu tahu apa sesungguhnya
yang ada di balik hubunganku dengan Ratu Duyung. Aku memang bingung menghadapi
kejadian itu. Itu sebabnya aku bertanya pada beberapa tokoh dunia persilatan,
Termasuk guruku sendiri...."
"Aku tahu hal itu. Dan mereka membenarkan apa yang hendak kau lakukan. Itulah
duniamu Wiro. Jauh berbeda dengan duniaku.." kata Bunga pula.
Wiro menarik napas dalam. "Apapun yang telah terjadi kau telah membuat aku tidak
dapat menolong gadis itu. Aku tidak sempat membebaskannya dari sumpah
kutukan...."
"Kau telah melakukannya. Kau telah menolong dirinya bebas dari alam kutukan."
Wiro memandang lekat-lekat pada gadis cantik berwajah pucat di hadapannya.
"Tidak, aku belum sempat melakukan apa-apa!" kata Pendekar 212.
SERIAL WIRO SABLENG
29 BASTIAN TITO Tua Gila Dari Andalas
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
Episode Tua Gila Dari Andalas
Bunga tersenyum.
"Kau tidak percaya" Aku berani bersumpah!"
"Baiklah jika kau berkata begitu. Tapi satu waktu kau akan melihat kenyataan
bahwa kau benar-benar telah menolong gadis yang malang itu...."
"Maksudmu kelak... kelak jika dia nanti hamil?"
*** LIMA BUNGA tersenyum. "Hal yang satu itu sulit aku jawab."
Wiro jadi garuk-garuk kepala. Dalam hati dia bertanya-tanya. "Apa betul yang
Naga Sasra Dan Sabuk Inten 45 Elang Pemburu Karya Gu Long Pedang Kunang Kunang 1